Index
: A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Agama Yahudi | Allah | Allah | Ampunan Dari | Anak/Pemuda | Anugerah | Atribut | Bapa | Baru Lahir | Beban

Topik : Anak/Pemuda

1 Maret 2003

Istimewa, Tapi Tidak Manja

Nats : Janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan (Efesus 6:4)
Bacaan : Efesus 6:1-4

Seorang konselor keluarga, John Rosemond, bertanya, “Apakah anak Anda istimewa ... orang paling istimewa di dunia ini?” Ia melanjutkan, “Bagi Anda, itu sudah pasti!”

Menurut Rosemond, membiarkan anak Anda tahu bahwa dirinya istimewa, bagi Anda mungkin itu adalah hal yang sehat. Namun anak tidak boleh tumbuh dengan perasaan bahwa dirinya adalah yang paling istimewa dibanding orang-orang di sekitarnya. “Anak itu,” ia memperingatkan, “akan cenderung berpikir bahwa dirinya juga layak memperoleh barang dan hak yang istimewa pula. Ia menjadi mudah membenarkan diri bila marah karena sakit hati, egoisme, dan rasa iri.” Bagaimana cara menghindari bahaya ini?

Orangtua kristiani yang berpegang pada Kitab Suci, sesungguhnya telah diperlengkapi untuk memberikan perhatian yang seimbang. Pertama, mereka dapat memberikan perhatian kepada anak-anak tanpa memanjakan, yakni dengan memberi tahu bahwa setiap anak adalah ciptaan Allah yang unik (Mazmur 139:13-16). Kedua, orangtua dapat mengajar putra-putri mereka bahwa setiap manusia memiliki dorongan yang kuat untuk berbuat dosa, sehingga mereka juga memerlukan kasih karunia Kristus yang menyelamatkan (Roma 3:23,24).

Orangtua yang menanamkan prinsip seperti ini sesungguhnya sedang mematuhi perintah Rasul Paulus dalam hal pengasuhan anak: “Didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4). Anak yang dibesarkan dengan cara demikian akan dapat tetap merasa istimewa tanpa harus dimanjakan --Joanie Yoder

19 Maret 2003

Anak-anak Kita Mengawasi

Nats : Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu (Ulangan 6:5)
Bacaan : Ulangan 6:1-9

Kita mungkin merasa terganggu saat menyadari bahwa anak-anak kita kerap kali meniru apa yang kita katakan dan lakukan. Saya teringat saat saya prihatin melihat cara anak lelaki saya memarahi adik perempuannya yang membuatnya jengkel. Namun dengan lemah-lembut, istri saya menunjukkan bahwa perilakunya persis seperti saya.

Beberapa minggu kemudian, saya memarahi anak lelaki saya tatkala saya tengah frustrasi. Atas dorongan istri saya, saya meminta maaf kepada anak saya dan mengatakan kepadanya bahwa lain kali saya akan berusaha lebih menghargainya. Beberapa bulan kemudian, setelah saya perhatikan, ternyata perlakuannya terhadap adiknya pun semakin baik.

Anak-anak belajar mengasihi dan menaati Allah tidak hanya dari mendengarkan perkataan yang kita ucapkan. Mereka juga belajar dengan cara menyaksikan perilaku kita. Kita harus senantiasa mengajar mereka tentang Allah dan firman-Nya saat kita “duduk di rumah [kita], apabila [kita] sedang dalam perjalanan, apabila [kita] berbaring dan apabila [kita] bangun” (Ulangan 6:7). Seiring dengan perkataan yang kita sampaikan kepada anak-anak kita, kita juga perlu memberikan teladan kasih dan ketaatan kita kepada Tuhan.

Kita memang tidak pernah bisa menjadi orangtua yang sempurna, tetapi anak-anak kita harus melihat keinginan kita yang kuat untuk menyenangkan Tuhan. Dan saat kita mengalami kegagalan, mereka juga harus melihat penyesalan kita. Kita mengajar anak-anak kita baik melalui perkataan yang kita ucapkan maupun perbuatan yang kita lakukan --Albert Lee

20 Juli 2003

Nasihat dari Alam

Nats : Anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya (Amsal 29:15)
Bacaan : Amsal 29:11-17

Saat masih kecil, saya pernah melihat seekor induk burung wren [jenis burung penyanyi dengan paruh panjang dan ekor mencuat ke atas] menukik marah menuju Ayah, dan sampai sekarang saya tidak bisa melupakannya. Ayah telah menempatkan sejumlah rumah burung wren di sekeliling halaman. Ia selalu senang melihat induk-induk burung itu kembali setiap tahun untuk membesarkan keluarga mereka. Ayah memasang tutup berengsel pada salah satu rumah burungnya sehingga ia bisa mengangkat tutupnya dan melihat ke dalam sarang tersebut.

Suatu hari, karena ingin melihat satu anggota keluarga baru yang baru saja menetas, Ayah mendekati rumah burung itu, dan disambut dengan jeritan keras si induk wren. Ia mengusir Ayah! Tanpa menghiraukan peringatannya, Ayah bermaksud mengangkat tutup rumah burung itu, ketika induk kecil yang sangat marah ini terbang dengan kecepatan tinggi tepat di bagian atas kepala Ayah. Ia mematuk sedemikian ganasnya hingga kepala Ayah berdarah!

Apakah kita sebagai orangtua kristiani memiliki perhatian yang sedemikian besar untuk anak-anak kita? Apakah kita rajin melindungi mereka dari kejahatan yang dapat membawa luka rohani bagi mereka? Apakah kita mengajarkan mereka tentang ancaman dunia, daging, dan iblis? (1 Yohanes 2:14-16). Apakah kita mengenal teman-teman mereka? Apakah kita mengawasi program TV yang mereka tonton?

Anak-anak kita butuh perhatian, bimbingan, dan pemeliharaan kita (Amsal 29:15). Semoga Allah senantiasa menolong kita untuk menjaga mereka dari kejahatan rohani --Richard De Haan

12 Oktober 2003

Mengejar Anak-anak

Nats : Ia lebih berharga daripada permata; apa pun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya (Amsal 3:15)
Bacaan : Amsal 3:1-18

Para pemasang iklan berusaha mempengaruhi anak-anak muda kita. Mereka semakin menjadikan anak-anak sebagai sasaran berbagai pesan iklan. Mereka menghabiskan uang ratusan juta rupiah untuk menarik perhatian anak-anak, karena dalam diri anak-anak telah tertanam pengaruh kuat dari kebiasaan berbelanja orangtua mereka dan karena anak-anak sendiri memiliki daya beli yang semakin tinggi. Orang- orang dalam dunia periklanan yakin bahwa konsumen muda yang puas dengan produk mereka dapat menjadi konsumen mereka seumur hidup. Anak-anak akan berhasrat membeli produk mereka di waktu-waktu yang akan datang.

Dengan cara serupa, kita perlu mempengaruhi anak-anak muda kita untuk "membeli" hal-hal baik yang telah Allah sediakan bagi mereka sepanjang hidup. Menurut Amsal 3, sejumlah kemungkinan yang luar biasa terbentang di hadapan orang muda yang memilih jalan Allah: panjang umur dan damai sejahtera (ayat 2), kasih dalam pandangan Allah dan manusia (ayat 4), arah jalan dari Allah (ayat 6), kesehatan dan kekuatan (ayat 8), kelimpahan (ayat 10), kebahagiaan (ayat 13). Orang yang percaya, hormat, dan takut akan Tuhan menemukan hikmat -- suatu penghargaan yang tiada bandingnya (ayat 15).

Dunia menghabiskan biaya ratusan juta rupiah dalam usahanya untuk meyakinkan anak-anak kita bahwa mereka tak dapat merasa berbahagia tanpa memakai sepatu merk tertentu. Betapa lebih banyak lagi hal menarik yang harus kita tawarkan kepada anak-anak kita, yaitu dengan menunjukkan bahwa kebahagiaan itu berasal dari perjalanan bersama Allah! --Dave Branon

20 Maret 2004

Iman Seperti Anak-anak

Nats : Belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian? (Matius 21:16)
Bacaan : Matius 21:1-17

Para pemimpin agama Yahudi berpandangan salah terhadap Yesus saat Dia mengendarai keledai masuk ke kota Yerusalem (Matius 21:15,16). Sebenarnya mereka tidak akan melakukan banyak kesalahan, jika mereka mau berusaha. Mereka memang tahu banyak tentang teologi, tetapi mereka sama sekali salah dalam mengenal siapa Yesus yang sebenarnya.

Anak-anaklah yang justru bersikap benar. Merekalah yang berseru di dalam Bait Allah, “Hosana bagi Anak Daud!” (ayat 15). Mereka percaya bahwa Pribadi yang mengendarai keledai betina tak bercacat itu adalah Anak Daud yang dijanjikan. Mereka menggenapi nubuat dalam Mazmur 8:3 dengan memuji Sang Anak Domba yang akan mati bagi dosa-dosa dunia. Anak-anaklah yang menyambut kehadiran-Nya dengan sukacita penuh meskipun mereka mungkin tidak benar-benar mengerti akan misi Yesus untuk menebus seluruh umat manusia.

Ada pelajaran penting tentang iman yang dapat kita petik dari anak-anak. Melalui keterbukaan dan kepolosan mereka, mudah bagi mereka untuk memercayai Pribadi yang dengan karakter murni-Nya telah menyentuh perasaan dalam hati mereka yang lembut.

Sebagai orang dewasa, kita mengira bahwa kita telah mengetahui banyak hal. Kita berusaha menjadi begitu dewasa, benar, dan religius. Namun, saya bertanya-tanya dalam hati, apakah kita akan mengenali Sang Juruselamat apabila Dia berjalan di antara kita sembari mengadakan berbagai mukjizat yang pernah dilakukan-Nya pada masa yang silam.

Ya Tuhan, berilah kami iman seperti anak-anak —Dave Egner

16 Mei 2004

Kristal Murni

Nats : Anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah (Mazmur 127:3)
Bacaan : Mazmur 127

Salah seorang teman saya—sebut saja namanya “Mary”—mengatakan bahwa kenangannya yang paling indah adalah ketika pada suatu pagi ia memecahkan kristal milik ibunya yang “tak ternilai harganya”.

Saat itu ibunya hendak mengadakan sebuah pesta. Sang ibu mengeluarkan kristal murninya dari lemari dan dengan hati-hati mencucinya, kemudian meletakkannya di atas meja. Kristal itu adalah satu-satunya harta yang berharga milik sang ibu dan hanya dipergunakan pada acara-acara istimewa.

Ketika sedang tergesa-gesa mempersiapkan segala sesuatu untuk para tamunya, sang ibu berkata kepada anak perempuannya, Mary, “Nak, carilah tempat yang tidak menghalangi orang berlalu-lalang.” Lalu Mary pun merangkak ke kolong meja. Namun, kakinya menyenggol kaki meja sehingga kristal itu jatuh ke lantai. “Kristal itu hancur berantakan seperti pecahan peluru meriam,” kenangnya. Ia telah memecahkan barang terindah milik ibunya.

“Maafkan aku, Bu,” isak gadis kecil itu. Sang ibu merangkulnya sambil berbisik, “Jangan menangis, Sayang. Kamu jauh lebih berharga bagi Ibu daripada kristal itu.”

Memang, anak-anak adalah harta kita yang paling berharga, lebih mulia daripada apa pun yang dapat kita beli atau peroleh. Mereka adalah “milik pusaka dari pada Tuhan”, dan merupakan “suatu upah” (Mazmur 127:3).

Apakah anak-anak Anda mengetahui betapa berharganya mereka bagi Anda? Ungkapkanlah hal itu kepada mereka hari ini juga —David Roper

12 Mei 2006

Warisan

Nats : Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar daripada mendengar bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran (3Yohanes 1:4)
Bacaan : Mazmur 34:12-23

Kariernya sebagai pengarang berlangsung selama tiga puluh tahun, yakni dari pertengahan tahun 1960-an sampai pertengahan tahun 1990-an. Ia menulis 12 buku dan menerima 16 penghargaan doktor honoris causa. Namun, tiga tahun sebelum meninggal dunia karena kanker pada tahun 1996, seorang yang terkenal humoris, Erma Bombeck, berkata kepada seorang pewawancara dari TV ABC bahwa berapa pun jumlah artikel yang ditulisnya, warisan terbaiknya adalah ketiga anaknya. "Apabila saya tidak dapat membesarkan mereka dengan baik," katanya, "maka setiap hal yang saya lakukan tidaklah terlalu penting."

Bombeck memiliki kekayaan dan kemasyhuran serta digemari oleh jutaan pembacanya. Akan tetapi, ia sadar bahwa prioritas utamanya ialah merawat anak-anaknya.

Meskipun tidak ada orangtua yang dapat menjamin bahwa anaknya akan menjadi penduduk teladan yang beriman, sebagai orangtua kita harus berusaha memiliki sikap seperti Erma. Motivasi kita ialah memenuhi kebutuhan jiwa, raga, dan emosi anak-anak kita. Merekalah warisan kita.

Ini berarti kita harus memperkenalkan mereka kepada Sang Juru Selamat, menyediakan bimbingan rohani (Mazmur 34:12-15), berdoa bagi mereka, dan mendorong mereka untuk menemukan para pembimbing bijak yang dapat menolong mereka dalam menjalani hidup kristiani yang saleh.

Ya, ini merupakan perjuangan yang berat. Kerap kali bahkan menyita banyak waktu dan menuntut banyak pengorbanan. Namun, nilai seorang anak jauh melebihi semuanya --JDB

18 Juni 2006

Suarakanlah Kasih Anda

Nats : Di dalam kasih tidak ada ketakutan (1Yohanes 4:18)
Bacaan : 1Yohanes 4:12-19

Pada tahun 1990, sebuah acara televisi mengenai Perang Saudara AS menarik banyak penonton. Salah satu programnya menampilkan surat seorang prajurit yang tewas pada peperangan di Bull Run. Prajurit yang bernama Sullivan Ballou itu menyadari bahaya yang mengancamnya, sehingga ia menulis sebuah surat yang pedih kepada istrinya, katanya, "Jika aku tidak kembali, Sarah tersayang, jangan pernah lupa betapa aku mencintaimu. Saat aku mengembuskan napas terakhirku di medan peperangan, napas itu akan membisikkan namamu."

Pria, dibandingkan wanita, kerap kali sulit mengungkapkan perasaan yang dalam. Mereka akan menekan dorongan untuk mengungkapkan perasaan mereka yang paling lembut dalam bentuk kata-kata.

Pada Hari Ayah, banyak pria akan menerima pernyataan kasih, namun mereka mungkin kesulitan untuk menyuarakan kasih mereka sebagai balasannya. Namun, tak ada yang lebih maskulin selain menyatakan kasih kepada orang-orang yang kita kasihi. Hal itu tidak hanya berlaku bagi para ayah, namun juga bagi kita semua. Tak ada hadiah yang lebih berharga yang dapat kita berikan bagi mereka yang terikat bersama kita di dalam ikatan hidup.

"Di dalam kasih tidak ada ketakutan," tulis Rasul Yohanes, "kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan" (1Yohanes 4:18). Sebab itu marilah kita menyatakan kasih kita dengan berani, tidak hanya untuk orang-orang terkasih kita, tetapi juga bagi Dia yang memberikan hidup-Nya bagi kita.

Pada hari ini, ikutilah teladan mendiang pahlawan Perang Saudara yang berani itu dan suarakanlah kasih Anda --VCG

16 November 2006

Gulungan Naskah Kuno

Nats : Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu (Ulangan 6:7)
Bacaan : Ulangan 6:4-9

Keluarga saya sangat ingin mengunjungi pameran koleksi Gulungan Kitab Laut Mati (Dead Sea Scroll), yang dibawa dari Israel. Salinan naskah kuno dari Perjanjian Lama ini membuktikan bahwa Alkitab kita tetap akurat selama berabad-abad. Keponakan kami, Daniel dengan sangat senangnya menceritakan rencana darmawisata itu kepada teman-teman sekolahnya, "Keluarga kami akan pergi mengunjungi 'pemulung Laut Mati!'" Kami semua tertawa mendengar kata "gulungan" yang ia eja secara keliru. Karena masih kecil ia mengubah kata "gulungan" yang tidak ia mengerti menjadi kata yang sudah ia kenal. Akan tetapi, dalam antusiasme kanak-kanaknya, ia tahu keluarga kami hendak melihat sesuatu yang luar biasa!

Kegembiraan Daniel memperlihatkan betapa pentingnya aspek rohani dalam pengasuhan anak. Nilai-nilai tidak saja ditanamkan kepada anak-anak lewat perkataan, tetapi juga melalui emosi yang kita tunjukkan. Apresiasi kita terhadap firman Allah dapat dikomunikasikan kepada anak-anak dengan berbagai cara (Ulangan 6:4-9), termasuk perbincangan kita dengan orang lain yang ia dengarkan.

Anak-anak yang masih kecil barangkali belum dapat mengerti setiap pemikiran rohani yang sedang kita diskusikan, tetapi mereka bisa menangkap sisi penting yang terkandung di dalamnya. Anak-anak dapat menarik nilai-nilai rohani dan bertumbuh dalam pengertian yang benar pada saat kita memperlihatkan dan memberi contoh tentang menghormati dan bersukacita akan firman Tuhan --HDF

27 Desember 2007

Kisah-kisah Keluarga

Nats : Batu-batu ini akan menjadi tanda peringatan bagi orang Israel untuk selama-lamanya (Yosua 4:7)
Bacaan : Yosua 4:1-9

Dalam buku The Shelter of Each Other, Mary Pipher memberi nasihat tentang membangun kembali keluarga-keluarga yang bermasalah. Ia menyelidiki bagaimana anak-anak zaman sekarang terkadang terlalu sering menonton televisi dan bermain video game, sehingga mengabaikan pendidikan informal yang diterima dari kerabat mereka.

Ia mencontohkan pertemuan keluarga di mana anak-anak menonton video di ruang belakang sehingga para orang dewasa dapat berbicara tanpa diganggu. Dr. Pipher berpendapat bahwa hiburan semacam ini sesungguhnya merampas sesuatu yang berharga dari anak-anak. Anak-anak perlu bergaul dengan generasi yang lebih tua sehingga mereka dapat mendengar cerita-cerita tentang bibi, paman, kakek-nenek, dan orangtua. Ini membantu mereka belajar dari orang-orang yang telah mendahului mereka.

Perjanjian Lama sangat memandang penting pengajaran tentang warisan rohani kepada anak-anak mereka. Setelah Allah membelah Sungai Yordan, Yosua diperintahkan untuk mengambil dua belas batu dari sungai untuk membuat tanda peringatan bagi generasi-generasi mendatang. "Jika anak-anakmu bertanya ... 'Apakah artinya batu-batu ini bagi kamu?' maka haruslah kamu katakan kepada mereka bahwa air Sungai Yordan itu terputus.... Sebab itu batu-batu ini akan menjadi tanda peringatan bagi orang Israel untuk selama-lamanya" (Yosua 4:6-7).

Kita perlu melakukan interaksi antargenerasi. Ingatlah, acap kali kisah-kisah Alkitab merupakan kisah-kisah keluarga. Anak-anak kita memerlukannya dan memerlukan kita --HDF

12 Mei 2008

Bonsai dan Sequoia

Nats : Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mazmur 1:3)
Bacaan : 2Timotius 3:10-17

Banyak orang Jepang gemar memelihara bonsai. Meski tinggi bonsai rata-rata hanya dalam hitungan sentimeter, pohon ini sudah berbentuk indah dan sempurna. Berkebalikan dengan itu, di Kalifornia ditemukan pohon hutan raksasa bernama Sequoia. Tinggi pohon ini luar biasa, bisa mencapai 90 meter, dan lingkar batangnya bisa mencapai 26 meter.

Saat masih berupa biji, bonsai dan Sequoia berukuran sama serta memiliki berat yang sama, yakni kurang dari satu miligram. Namun dalam masa pertumbuhan, keduanya mengalami perbedaan yang signifikan. Orang sengaja menghambat pertumbuhan biji bonsai, dengan harapan kelak mereka mendapatkan sebuah pohon mini yang indah. Sebaliknya, biji Sequoia dibiarkan mendapat gizi dari mineral, tumbuh di dekat sumber air, dan mendapat sinar matahari yang sangat cukup. Dengan begitu, ia menjadi pohon raksasa. Bayangkan saja, hanya dari satu pohon ini, kita dapat memperoleh kayu yang cukup untuk membangun 35 rumah dengan masing-masing lima kamar!

Timotius telah diajar mengenal firman Tuhan sejak kecil, dari ibu dan neneknya (ayat 14,15), juga dari didikan Paulus (ayat 10). Inilah kesempatan di mana jiwanya "diairi" dan "disinari matahari". Selanjutnya, didikan itu menjadikannya pelayan Tuhan yang memiliki "iman yang tulus ikhlas" (2 Timotius 1:5), yang tetap kuat meski harus menderita sengsara dalam pelayanan (ayat 11). Seperti Timotius, kita pun dapat menyerap semua hal positif di sekitar kita; pengetahuan, semangat, pengalaman, teladan, dan terutama ajaran firman Tuhan, supaya iman kita tumbuh seperti Sequoia. Jangan biarkan hal negatif mengerdilkan iman kita seperti bonsai -ENO

10 Juni 2008

Kebaikan di Masa Depan

Nats : Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, ... yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11)
Bacaan : Yeremia 29:1-23

Apakah Anda pernah melihat tukang obat yang "praktik" di pasar-pasar dengan tenda lebar dan gelegar musik serta loudspeaker-nya? Waktu kecil, saya senang melihat tukang obat semacam ini. Terutama karena di mata saya waktu itu, si tukang obat begitu hebat dan meyakinkan. Ada macam-macam obat; dari obat sakit gigi sampai rematik. Di mulut si tukang obat, semua tampak sangat ampuh!

Tampaknya begitu juga suara nabi-nabi palsu yang ikut dibuang ke Babel. Mereka bernubuat; umat akan segera pulang ke tanah perjanjian, umat Yehuda akan kembali berjaya (Yeremia 28:2-4,11). Siapa yang tidak senang mendengar penghiburan bahagia atas nama Tuhan? Wajar bila umat terhibur. Namun, nubuatan mereka palsu. Yeremia, nabi Tuhan, meradang melihat kepalsuan ini. Jadi, ia menulis surat kenabian bagi saudara sebangsa yang terbuai kepalsuan itu: "Dirikanlah rumah ... menikahlah ... usahakanlah kesejahteraan kota ... masih 70 tahun lagi waktu bagi Babel ... jangan teperdaya ucapan nabi palsu" (Yeremia 29:4-10).

Ya, Yeremia menyampaikan berita yang berbeda, "Sebab Aku tahu rancangan-Ku tentang kamu ... yakni rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan ..." (ayat 11). Namun itu tidak berarti umat bisa pulang sekarang. Tidak, umat masih harus menjalani masa pembuangan. Ini kehendak Tuhan. Berat. Betul, tetapi melaluinya Tuhan sedang merancang kebaikan di masa depan.

Jalan menuju masa depan kerap kali adalah jalan masa kini yang terjal. Siapa yang berani bertahan dan maju bersama Tuhan meski "dalam ketidakpastian hidup", akan melihat karya Tuhan yang pada akhirnya akan dilihat sebagai kebaikan —DKL

23 Juni 2008

Tempat Perlindungan

Nats : Orang-orang benar diselamatkan oleh TUHAN; Ia adalah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan (Mazmur 37:39)
Bacaan : Mazmur 37:34-40

Apakah bisnis yang paling menguntungkan di masa krisis ekonomi? "Bisnis hiburan," jawab Thomas M. Andersen, seorang konsultan investasi. Alasannya? Dalam majalah Kiplinger's Personal Finance ia menulis: "Saat badai ekonomi menerpa, orang mencari penghiburan dan perlindungan dalam segelas wiski, satu pak rokok, atau keberuntungan di meja rolet. Fakta menyatakan bahwa saat ekonomi lesu; bisnis judi (kasino), minuman keras, dan dunia hiburan justru melonjak." Ironis. Di sana orang merasa terhibur dan mendapat perlindungan, padahal di sana orang makin terjerumus ke dalam krisis!

Masa krisis kadang tak terhindarkan. Pemazmur pun pernah mengalaminya. Ada masa di mana ketidakadilan meraja-lela. Para pejabat yang semena-mena bertambah jaya. Sementara orang yang tulus hati dan jujur tambah miskin dan tertindas. Hati pemazmur terasa sesak. Ia butuh tempat penghiburan dan perlindungan. Namun, alih-alih lari pada hiburan duniawi yang semu, ia menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan. Hasilnya sangat berbeda. Judi dan minuman keras hanya membuat orang lari dari kenyataan. Sebaliknya, kehadiran Tuhan membuat orang berani menghadapi kenyataan hidup terpahit dengan optimis. Pemazmur dimampukan menghadapi masa sulit itu dengan penuh harap. Sampai akhirnya Tuhan memulihkan negerinya.

Anda sedang dilanda krisis? Merasa penat dan butuh hiburan? Hati-hatilah memilih tempat perlindungan. Tempat hiburan semu hanya mengajak Anda lari sejenak dari kenyataan. Begitu kembali ke realita hidup, Anda bisa makin kehilangan semangat. Tidak demikian halnya jika Tuhan yang kita jadikan tempat perlindungan —JTI

2 September 2008

Harga Sebuah Baptisan

Nats : Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum (Markus 16:16)
Bacaan : Kisah Para Rasul 8:1-17

Panggal 7 Mei 2006, di Athena, seorang pemuda imigran yang telah mengenal Kristus selama tiga tahun, dibaptis. Ia tinggal bersama pamannya yang membenci kekristenan. Setiap malam ia membaca Alkitab diam-diam. Suatu saat, rencana baptisan itu diketahui pamannya. Sang paman marah besar. Saat si pemuda masih tidur, pamannya mendidihkan sepanci air, menyiramkannya ke tubuh pemuda itu, lalu mengusirnya. Namun pagi harinya dengan pinggang dan tangan melepuh, pemuda itu tetap pergi ke gereja. Dengan tubuh penuh luka dan sakit, ia berlutut di depan altar untuk menerima baptisan. "Kini saya milik Yesus!" serunya.

Bagi banyak orang yang hidup pada zaman sekarang, baptisan mungkin merupakan perkara biasa. Namun, tidak demikian bagi pemuda tadi atau orang-orang pada zaman para rasul! Baptisan bisa jadi soal hidup mati, sebab baptisan adalah inisiasi. Pada saat baptisan dilakukan, orang menyatakan di depan Tuhan dan jemaat, bahwa ia beriman hanya pada Kristus; bukan pada yang lain. Bagi pemimpin agama Yahudi baptisan dianggap sebagai pemurtadan, sehingga pengikutnya pantas dianiaya (ayat 1-3). Uniknya, walau tahu risikonya berat, banyak orang yang tetap mau dibaptis (ayat 12). Mereka percaya bahwa kuasa Yesus jauh lebih besar daripada kuasa penganiaya.

Baptisan itu berharga. Jangan disepelekan! Jika Anda belum dibaptis, usahakan untuk menerimanya! Iman Anda harus dinyatakan dengan berani di depan Allah dan manusia. Jika Anda sudah dibaptis, hadapilah konsekuensinya. Baptisan adalah langkah awal untuk hidup berpusatkan pada Yesus -JTI



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA