Topik : Berhala
Berhala Emas
Nats : Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku (Keluaran 20:3)
Bacaan : Keluaran 12:29-36
Allah telah menyita perhatian Firaun dan bangsa Mesir melalui serangkaian tulah. Sekarang mereka menderita karena pembebasan budak-budak Israel mereka. Namun Allah tidak menginginkan bangsa Israel meninggalkan Mesir dengan tangan hampa. Karena itu, setelah mengalami 400 tahun masa perbudakan, mereka berhak menerima upah. Lalu mereka meminta mantan majikan mereka untuk memberikan barang-barang dari perak, emas, serta pakaian. Dan mereka memperolehnya. Keluaran 12:36 mengatakan bahwa orang Israel "merampasi orang Mesir itu".
Namun, itu tidak berlangsung lama sampai umat Allah jatuh ke dalam penyembahan berhala. Mereka menggunakan emas mereka untuk membuat anak lembu emas, yang mereka sembah saat Musa berada di puncak Gunung Sinai untuk menerima perintah Allah (ayat 32:1-4).
Pengalaman tragis ini menyoroti satu penekanan yang perlu senantiasa diingat oleh orang-orang kristiani sehubungan dengan harta mereka. Ada banyak hal yang bisa kita nikmati dalam masyarakat kita, tetapi benda-benda materi dapat menjadi bahaya maut apabila tidak kita gunakan secara bijak. Os Guinness berkata bahwa kita "bebas untuk menggunakan" tetapi "jangan sampai memuja". Kita adalah "orang asing dan pendatang di bumi ini" (Ibrani 11:13), dan kita tidak boleh terlalu terpikat oleh "harta Mesir" sehingga menjadi puas karenanya dan melupakan panggilan sejati kita.
Apakah kita menggunakan berkat materi kita untuk melayani Tuhan, atau kita justru telah diperbudak oleh berkat materi tersebut? Haddon Robinson
Grafiti
Nats : Walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu (Lukas 12:15)
Bacaan : Lukas 12:13-21
Pendeta dan penginjil E.V. Hill pulang ke rumah Tuhan dan Juruselamatnya pada tanggal 25 Februari 2003. Sebagai pembicara konferensi, ia sangat digemari banyak orang. Tidak banyak orang yang memperoleh perhatian dan penghormatan dari berbagai kalangan masyarakat seperti dirinya.
Bertahun-tahun yang lalu, Pendeta Hill diundang untuk berbicara di sebuah gereja, di pinggiran sebuah kota besar di Amerika Serikat bagian selatan. Pada pembukaan khotbahnya, Pendeta Hill mengomentari perbedaan antara daerah pinggiran yang kaya tersebut dengan daerah perkotaan miskin tempat ia melayani. "Saya tahu apa yang kurang," katanya. "Di sini tak ada grafiti sama sekali. Saya bersedia dengan sukarela membuatkannya bagi kalian. Saya akan mengambil seember cat dan berjalan mengelilingi kawasan kalian. Lalu saya akan menuliskan satu kata ini di atas rumah jutaan dolar dan mobil mahal buatan Eropa milik kalian: sementara. Hanya satu kata itu: sementara. Tak satu pun dari semua kekayaan itu bersifat kekal."
Kita menikmati dan mengurusi harta kita, dan memang seharusnya demikian. Namun, Yesus mengatakan bahwa kita tidak boleh dikuasai oleh harta kita, karena semua itu tidak akan dapat dibawa ke dalam kekekalan (Lukas 12:15-21). Rumah hanyalah sebuah kotak tempat berlindung dari hujan dan panas; mobil hanyalah sebuah alat untuk membawa kita dari satu tempat ke tempat yang lain. Karena kita tidak dapat membawanya saat kita meninggal dunia, sebaiknya kita melihat semuanya itu sebagaimana dilihat oleh E. V. Hill melihatnya: sementara --Dave Egner
Berhala Dalam Hati
Nats : Saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala (1Korintus 10:14)
Bacaan : 1 Korintus 10:1-14
Pada zaman Perjanjian Lama, penyembahan berhala mudah dikenali -- tarian mengitari lembu emas, sujud menyembah patung Baal. Bahkan saat Rasul Paulus menulis surat kepada pengikut Kristus di Korintus pada abad pertama, penyembahan berhala orang kafir dipraktikkan secara terbuka. Ia memperingatkan mereka agar menjauhi segala sesuatu yang berhubungan dengan hal itu (1Korintus 10:14).
Penyembahan berhala masih menjadi suatu bahaya bagi umat Allah, walaupun kegiatannya tidak selalu terbuka atau kelihatan. Berhala biasanya lebih terselubung dan sulit dikenali, karena mereka mengisi tempat-tempat tersembunyi di dalam hati kita.
Jika kita ingin menyingkap berhala di hati kita, perhatikanlah pikiran-pikiran yang mendominasi, karena apa yang sering kita pikirkan mungkin telah menjadi suatu berhala. Apa yang terakhir kita pikirkan sebelum tidur, apa yang pertama kita pikirkan saat bangun, apa yang kita khayalkan sepanjang hari, semuanya berkaitan dengan benda atau sesuatu yang kita sayangi dan percayai. Setiap benda atau orang yang kita harapkan memberikan kepuasan, setiap sasaran atau keinginan kita yang telah menjadi lebih penting daripada Allah, semuanya merupakan "allah-allah" yang merebut kesetiaan kita dan diam-diam mengendalikan kehidupan kita.
Hanya Allah yang dapat memuaskan kebutuhan hati kita yang terdalam dan membuat kita benar-benar hidup. Itulah sebabnya kita perlu mengindahkan nasihat yang penuh kasih dari Rasul Paulus, "Saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala" --David Roper
Bersinarlah!
Nats : Hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu (Daniel 3:18)
Bacaan : Daniel 1:1-6
Aspenas, kepala istana kerajaan Babilonia kuno, bertekad untuk menghilangkan kesaksian apa pun mengenai Allah Israel dari kerajaannya. Strateginya terfokus pada para pemimpin muda orang Ibrani yang ditawan. Aspenas memberi nama baru kepada para tawanan itu untuk menghormati ilah-ilah kepercayaan Babilonia. Hal ini masuk akal baginya, karena nama-nama Ibrani asli mereka menghormati Allah mereka (Daniel 1:6).
Namun, kehidupan yang dipilih oleh para tawanan itu merupakan kesaksian yang jauh lebih kuat daripada label apa pun yang diberikan kepada mereka. Ketika benar-benar menghadapi api pencobaan, orang-orang muda itu tidak mau sujud dan menyembah berhala emas. Mereka justru menerima hukuman dilemparkan ke dalam tungku perapian yang menyala-nyala. Mereka yakin pada kekuasaan dan pemeliharaan Allah (pasal 3).
Apakah Anda mengenal orang-orang tidak percaya yang berusaha menekan Anda untuk mengikuti cara hidup mereka? Jika Anda tidak berpesta dengan mereka, mengikuti praktik bisnis yang meragukan, atau tertawa untuk lelucon penuh ejekan, apakah Anda dihina? Orang bahkan mungkin menjuluki Anda macam-macam karena Anda tidak mau bergabung dengan kelompok mereka. Namun, bila Anda ditolak karena kesetiaan Anda kepada Allah, Anda dapat hidup dalam cara yang menghormati Bapa.
Julukan yang diberikan orang lain untuk memanggil kita bukanlah suatu masalah besar. Yang penting adalah bagaimana kita menjalani kehidupan di hadapan Allah dan kita selalu membuat terang kita bersinar --HDF
Masih Ada Sisa
Nats : Mulai saat itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (Yohanes 6:66)
Bacaan : Yesaya 10:20-27
Setiap orang pasti pernah kehilangan. Entah barang, harta, rumah, kesempatan, atau bahkan orang yang dicintai. Pengalaman kehilangan bisa melumpuhkan semangat hidup, bahkan mematikan pengharapan kita. Tengoklah betapa banyak orang yang putus asa akibat pahitnya pengalaman kehilangan.
Alkitab mencatat bahwa Allah pernah mengalami kehilangan umat yang dikasihi-Nya, karena berturut-turut mereka beralih kesetiaan. Jumlah orang yang percaya menurun secara bertahap. Israel menolak-Nya. Yehuda meninggalkan-Nya. Jumlah umat yang setia terus menipis. Namun, Dia tak pernah berhenti berkarya! Alih-alih memikirkan yang hilang, Dia memikirkan yang tersisa. Dia bekerja melalui mereka. Namanya "sisa Israel". Yesaya sedang menggemakan penghayatan iman yang dinamai Teologi Sisa.
Yohanes melaporkan tentang ribuan pengikut Yesus yang pergi sesudah mendengar firman keras yang menantang iman. Tersisa hanya 12 murid! Namun, Yesus tidak kecewa atau putus harap. Dia tetap bekerja dengan sisa komposisi 12 murid itu, yang kelak justru menjadi fondasi Gereja di seluruh dunia.
Jika Anda sedang mengalami kehilangan, jangan berfokus pada yang telah hilang atau pergi, melainkan pada yang masih ada. Tidak berarti semua itu tidak penting, namun bukankah hidup harus terus berjalan? Hari esok harus kita songsong dengan tetap maju dan berkarya dengan apa yang "tersisa". Sekecil apa pun itu. Waktu, kesempatan, kekuatan, keluarga, teman, sedikit uang ... apa saja yang masih ada pada kita. Hargai, syukuri, dan melangkahlah dengannya! —PAD