Harga Sebuah Jiwa
Ditulis dengan Darah
Sambutan Besar
Layang-layang
Terbiasa Dalam Gelap
Parfum Kristus
Topik : Biaya
Berjalan dengan Gagah
Nats : Aku telah mematahkan kayu kuk yang di atasmu dan membuat kamu berjalan tegak (Imamat 26:13)
Bacaan : Imamat 26:3,12-16
Selama saya mengikuti latihan dasar di angkatan darat, berminggu-minggu lamanya sersan pelatih kami bekerja sangat keras untuk mengubah kami; dari sekelompok orang-orang sipil yang lemah, menjadi satu regu tentara yang berjalan tegak dan gagah. Jelas itu bukan tugas yang mudah. Namun ketika akhirnya ia berkata, "Kalian hebat!" kami sungguh merasa bangga akan diri kami dan perubahan yang terjadi dalam diri kami.
Pengalaman ini terlintas kembali di benak saya ketika membaca ayat Imamat 26:13, "Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, supaya kamu jangan lagi menjadi budak mereka. Aku telah mematahkan kayu kuk yang di atasmu dan membuat kamu berjalan tegak." Setelah selama 400 tahun menjadi budak dan harus bekerja keras, rakyat Israel merasa sangat tertekan dan putus asa. Namun di bawah pimpinan Musa, Allah membawa mereka keluar dari perbudakan Mesir dan memimpin mereka ke jalan yang mengarah pada kehidupan baru yang sungguh bebas merdeka melalui ketaatan kepada-Nya.
Hal ini dengan jelas mengingatkan kita pada apa yang telah Allah lakukan bagi kita melalui Yesus Kristus. Paulus menulis: "Berdirilah teguh ... dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan" (Galatia 5:1).
Kita tidak perlu ditundukkan bersama dosa-dosa kita. Saat kita memeluk kebebasan karena pembenaran melalui iman kepada Yesus Kristus, kita dapat menegakkan kepala dan terus berjalan dengan gagah --DCM
Harga Sebuah Jiwa
Nats : Siapa bijak, mengambil hati orang (Ams. 11:30)
Bacaan : Matius 16:24-28
Menurut sebuah artikel dalam Wall Street Journal, Hemant Mehta ingin mencari tahu apakah ia "kehilangan sesuatu" sebagai seorang ateis. Maka, lulusan DePaul University ini mengajukan sebuah penawaran melalui situs lelang eBay: Ia akan datang ke gereja selama satu jam untuk setiap 10 dolar uang yang diberikan penawar tertinggi. Seorang mantan pendeta penginjil memenangkan lelang tersebut dengan tawaran sebesar 504 dolar.
Berapa harga yang mau Anda bayar untuk kesempatan memperkenalkan Kristus kepada satu orang tidak percaya? Paulus memberi jauh lebih besar daripada 504 dolar ketika ia berjuang mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Yesus Kristus. Ia melakukan perjalanan yang jauh dan sulit berkeliling dunia. Dalam catatan yang menarik, ia menceritakan berbagai pengalamannya: karam kapal, dipenjara, didera, dilempari batu, dipukuli, kelelahan, kelaparan, kedinginan, dan terancam bahaya maut (2 Kor. 11:23-28).
Dalam usaha mengabarkan Injil selama 2.000 tahun, orang-orang pemberani telah meninggalkan kampung halaman untuk me-ngabarkan Kristus di tempat-tempat terpencil, primitif, dan berbaha-ya. Banyak yang kehilangan nyawa; atau menderita siksaan. Di berbagai tempat di dunia saat ini, berbicara tentang Yesus di depan publik berisiko mengalami kesusahan, hukuman, bahkan kematian.
Dengan merenungkan pengurbanan Yesus bagi kita, pengorbanan apa pun yang kita lakukan untuk membawa sesama kepada-Nya akan sepadan dengan hasilnya --DCE
Beri aku hasrat akan jiwa-jiwa, ya Tuhan,
Belas kasih untuk menyelamatkan yang terhilang;
Biarpun sulit dan penuh pengorbanan
Kiranya kasih-Mu menjamah mereka. --Tovey
Ditulis dengan Darah
Nats : Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus (Galatia 6:14)
Bacaan : Galatia 6:11-18
Di tengah puing-puing tabrakan kereta Metro-link, petugas pemadam kebakaran dari Stasiun 27 Los Angeles menemukan sebuah pesan yang membuat mereka berlinang air mata. Seorang yang selamat dari tabrakan itu, karena berpikir akan meninggal, menggunakan darahnya sendiri untuk menulis pada bangku di depannya bahwa ia mencintai istri dan anak-anaknya.
Biasanya kita mengatakan "ditulis dengan darah" dalam makna yang kurang harfiah. Hal itu biasanya menunjukkan kesediaan untuk menjamin kata-kata yang kita ucapkan dengan hidup kita.
Saat mengakhiri suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus seakan-akan menuliskan ceritanya dengan darah. Ia menulis pesan kasih dan anugerah yang akan membangkitkan amarah para pemimpin agama lainnya. Ia tahu bahwa ia akan dibenci karena menghormati kematian Kristus melebihi ritual dan hukum moral Israel. Ia akan dihukum karena mengajarkan bahwa kematian dan kebangkitan Kristus itu lebih penting daripada hukum sunat yang mewakili seluruh cara hidup berdasarkan Hukum Taurat. Penderitaan Paulus bagi Kristus secara harfiah mencakup pencurahan darahnya sendiri (2Korintus 11:23-25).
Paulus tidak mau "bermain aman". Ia tahu bahwa penyaliban Yesus merupakan pusat sejarah. Paulus menaruh hidupnya sendiri di garis depan, dengan memberitakan hati Allah yang tak dapat dilukiskan, yang memberikan Putra-Nya untuk mengungkapkan kata-kata kasih yang utama, yang ditulis dengan darah di kayu salib --MRD
Bapa menulis kalimat ini
Di atas salib penuh aib cela,
Dengan tinta darah, pena surgawi,
"Dalam nama Yesus diampuni." --Bosch
Sambutan Besar
Nats : Siapa yang menang .... Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya (Wahyu 3:5)
Bacaan : Wahyu 3:1-6
Ketika tsunami menerpa Aceh, seorang siswa SD bernama Martunis sedang asyik bermain sepakbola bersama teman-temannya dengan kostum kebesaran tim sepakbola Portugal. Ia terseret ke laut lepas, namun selama beberapa hari ia bertahan hidup terapung-apung melawan ombak, sengatan matahari, serta dinginnya angin dan air laut. Ia bertahan dengan memungut sisa mi instan dan air kemasan dari hamparan sampah di tengah laut. Beruntung sebuah kapal menyelamatkannya. Dan segera berbagai stasiun televisi dan surat kabar Portugal, Eropa, dan Indonesia, berkali-kali memunculkan wajah dan kisahnya yang menggemparkan dunia sepakbola Eropa.
Martunis diundang ke pertandingan sepakbola antarklub di Spanyol untuk menyemangati kesebelasan Portugal yang dikaguminya. Di sana Martunis dipanggil ke tengah lapangan dan disambut bak pahlawan oleh para pemain sepakbola Portugal kaliber dunia. Semua yang hadir pun berdiri dan bertepuk tangan. Martunis diberi kaos kebesaran kesebelasan Portugal yang baru, dipeluk pelatih dan para pemain, dielu-elukan para penonton, serta dihujani banyak hadiah!
Serupa dengan itu, demikian pula suasana yang kelak akan dialami setiap orang yang menang, yang setia mengikut Kristus sampai akhir hidupnya (ayat 5). Saat sangkakala terakhir berbunyi, Kristus yang bagai pengantin laki-laki diiringi para malaikat yang tak henti memuji nama-Nya, akan datang dalam kemuliaan-Nya untuk menyambut kita. Dan kita akan mengenakan "kostum favorit" surga, yakni jubah putih kesucian dan kesempurnaan surgawi. Anda rindu mengalaminya? Setialah sampai akhir -SST
Layang-layang
Nats : Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah .... (Mazmur 46:3)
Bacaan : Mazmur 46
Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa layang-layang bisa terbang? Karena ada angin dan ia berani melawan angin itu! Ya, angin membawa layang-layang naik hingga tinggi ke awan. Dan hanya dengan berani melawan angin, maka layang-layang itu bisa terus terbang dengan terarah. Layang-layang yang mengikuti arah angin adalah layang-layang yang putus, dan akan jatuh.
Kadang kita begitu takut saat angin pencobaan datang menerpa (ayat 3,4,7). Kalau boleh meminta, kita tidak berharap mengalami masalah, kesulitan, dan tekanan hidup. Sebaliknya, kita ingin jalan kita lurus dan mulus seperti jalan tol. Namun, bukankah kekristenan seperti itu hanya akan membuat kita tidak dewasa dalam Tuhan?
Bila hidup dihadapkan pada situasi atau keadaan yang sangat menakutkan, tak ada jalan lain kecuali harus memilih. Apakah kita akan seperti layang-layang yang berani melawan angin, atau mengikuti arus angin saja? Memang yang kedua lebih mudah. Ya, lebih mudah bagi kita untuk menyerah dalam situasi sulit. Namun, hari ini Tuhan ingin kita bertindak seperti pahlawan yang tak kenal menyerah saat dihadapkan pada pencobaan.
Janganlah takut jika hari ini angin yang sepoi-sepoi tiba-tiba menjadi badai. Tetaplah kuat di dalam Tuhan dan yakinlah bahwa bersama Tuhan kita akan cakap menanggung segala perkara (ayat 8,12). Bahkan kita akan mengalami perkara-perkara yang luar biasa bersama Tuhan. Jangan buru-buru menyalahkan angin besar yang menerpa layang-layang kita, sebab kita justru akan segera melihat awan, langit indah, dan pemandangan menakjubkan —PK
Terbiasa Dalam Gelap
Nats : Jika kita katakan bahwa kita mempunyai persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan tidak melakukan kebenaran (1Yohanes 1:6)
Bacaan : Efesus 5:1-14
Mata kita memang luar biasa. Perhatikan apa yang terjadi jika listrik di sekitar kita mendadak mati. Ruangan yang terang dan semua terlihat jelas oleh mata, tiba-tiba menjadi gelap dan tak terlihat. Sesaat, kita tidak bisa melihat apa pun. Namun, mata kita berangsur-angsur menyesuaikan diri. Lima menit kemudian, kita bisa melihat bayangan benda secara samar dengan bantuan cahaya minim dari luar. Tiga puluh menit kemudian, mata kita akan beradaptasi penuh. Ia menjadi sejuta kali lebih sensitif dibanding jika berada di tempat terang. Akibatnya, kita menjadi terbiasa melihat di dalam gelap.
Paulus menegaskan pada jemaat di Efesus untuk bersikap ekstra hati-hati terhadap kebiasaan berbuat dosa. Percabulan dan keserakahan, misalnya, bukan hanya dilarang. Disebut saja jangan (ayat 3)! Bahkan jika perlu, Paulus meminta mereka berhenti berkawan dengan orang yang suka hidup dalam kegelapan (ayat 7). Mengapa begitu ekstrem? Karena dosa harus dihindari sejak dini. Jika ditolerir, lambat laun orang akan terbiasa berjalan dalam kegelapan. Dosa yang lama dibiarkan membuat pelakunya tak lagi merasa bersalah, malah menjadi betah. Umat menjadi lebih sensitif pada dosa ketimbang kepada Tuhan. Untuk itu, Paulus mengajak mereka hidup "sebagai anak terang". Artinya, terus membuka hati dan mengarahkannya pada Tuhan, sehingga kegelapan sirna.
Orang sering berprinsip "coba sedikit saja tidak mengapa". Ini tidak benar, karena kebiasaan berdosa selalu bermula dari yang sedikit. Lagipula terang dan gelap tak dapat bercampur. Di mana terang hadir, kegelapan kabur. Jika benar kita anak-anak terang, jangan beri tempat sedikit pun pada kegelapan —JTI
Parfum Kristus
Nats : Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan (2Korintus 2:16)
Bacaan : 2Korintus 2:12-17
Durian adalah buah paling aneh. Rasanya nikmat, tetapi baunya busuk. Jika ingin mencoba, tutup dulu hidungmu sebelum buahnya menyentuh bibirmu." Begitu Mark Twain menulis tentang durian ketika ia mengunjungi Asia Tenggara. Para pecinta durian pasti tidak sependapat. Bagi kebanyakan kita, durian berbau harum! Aroma durian bahkan dipakai untuk membuat es krim dan kue. Rupanya setiap orang menilai bau secara berbeda. Apa yang berbau harum bagi seseorang, bisa dianggap berbau busuk bagi orang lain.
Menurut Paulus, tiap-tiap orang kristiani juga menebarkan bau "parfum Kristus". Di mana pun, bau "parfum pengenalan akan Kristus" itu terpancar lewat sikap, kata-kata, dan tindak-tanduk kita. Hidup kita adalah kesaksian. Namun, ini bukan berarti semua orang spontan akan menyukai kita! Bagi yang mencintai Tuhan, kesaksian kita akan dipandang sebagai "bau harum". Mereka suka berada di dekat kita. Sebaliknya bagi yang menolak Tuhan, kesaksian kita dianggap sampah "berbau busuk". Perlu dihindari. Tidak heran jika ada orang yang membenci kita hanya karena kita beriman pada Kristus. Jika itu terjadi, jangan lepaskan cara hidup kristiani hanya supaya disukai semua orang. Paulus meminta kita tetap berbicara "sebagaimana mestinya" (ayat 17).
Sudahkah "bau parfum" Kristus memancar semerbak dari cara hidup Anda? Apakah orang-orang di sekitar Anda bisa mencium "aroma" Kristus yang unik melalui kata dan kerja Anda? Ataukah Anda secara sengaja menyingkirkan "parfum" Kristus itu karena malu atau takut orang-orang mengenali Anda sebagai pengikut-Nya? -JTI