Teks -- Bilangan 23:30 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Bil 20:1--25:18; Bil 22:2--24:25
Jerusalem: Bil 20:1--25:18 - -- Bagian ini terutama memuat ceritera-ceritera. Pada pokoknya ceritera-ceritera itu berasal dari kumpulan-kumpulan tradisi yang disebut. Yahwista dan El...
Bagian ini terutama memuat ceritera-ceritera. Pada pokoknya ceritera-ceritera itu berasal dari kumpulan-kumpulan tradisi yang disebut. Yahwista dan Elohista. Kedua kumpulan itu mengangkat bahannya dari berbagai tradisi lain yang nadanya agak berbeda satu sama lain. Tradisi-tradisi itu disusun baik secara berurutan maupun dicampuradukkan. Tradisi-tradisi tua ini sukar dipisahkan secara terperinci. Pikiran pokok yang menjiwai keseluruhan ialah: Jemaat yang kudus terus maju dalam perjalanannya, kendati halangan dan rintangan yang dihadapinya.
Jerusalem: Bil 22:2--24:25 - -- Dalam ceritera-ceritera yang merangkakan nubuat-nubuat Bileam tergabunglah tradisi Yahwista dan tradisi Elohista. Tradisi Elohistalah yang memegang pe...
Dalam ceritera-ceritera yang merangkakan nubuat-nubuat Bileam tergabunglah tradisi Yahwista dan tradisi Elohista. Tradisi Elohistalah yang memegang peranan utama. Ceritera panjang mengenai Bileam memperkenalkan seorang nabi yang lain dari pada yang lazim. dia adalah seorang tukang tenung yang berasal dari daerah di tepi sungai Efrat. Ia mengaku TUHAN sebagai Allahnya, Bil 22:18, dll, dan memberkati Israel, Bil 23:11-12,25-26; 24:10; bdk Mik 6:5. Sebaliknya ada beberapa tradisi yang lebih muda usianya memandang Bileam sebagai musuh Israel. Ia memberkati Israel, tetapi tidak dengan rela hati melainkan terpaksa saja oleh Allah yang mahakuasa, Ula 23:5-6; Yos 24:9-10; bdk Neh 13:2. Bileamlah yang membujuk orang Israel untuk menyembah Baal-Peor, Bil 31:8,16. Tradisi yang lebih muda itu diikuti juga dalam Perjanjian Baru, Yud 11; 2Pe 2:15 dst; Wah 2:14.
Ende -> Bil 22:2--24:5; Bil 23:4--24:25
Ende: Bil 22:2--24:5 - -- Kisah jang pandjang ini sebenarnja terdiri atas dua tradisi jang bertjampur,
jakni tradisi J dan tradisi E. Kadang-kadang kedua tradisi itu masih dapa...
Kisah jang pandjang ini sebenarnja terdiri atas dua tradisi jang bertjampur, jakni tradisi J dan tradisi E. Kadang-kadang kedua tradisi itu masih dapat dipisahkan, tetapi kadang-kadang sama sekali lebur mendjadi satu. Tjampuran tsb. mengakibatkan tjerita tidak selalu melantjar. Tjerita ini bersifat hikajat rakjat, berisi kebenaran dan dongengan bertjampur-baur sedemikian rupa, sehingga sukar dapat dikatakan dimana sedjarah berbitjara, dimana chajal angkat bitjara.
Ende: Bil 23:4--24:25 - -- Ramalan-ramalan jang terkumpulkan disini (berupa berkah atas Israil) mungkin
sekali baru kemudian dikarang dan oleh pengarang ditaruh dalam mulut tuka...
Ramalan-ramalan jang terkumpulkan disini (berupa berkah atas Israil) mungkin sekali baru kemudian dikarang dan oleh pengarang ditaruh dalam mulut tukang tenung kafir, jang dalam tradisi kiranja diketahui sebagai orang jang pernah mengutjapkan berkah kepada Israil. Dalam nubuat-nubuat ini dirumuskanlah harapan Israil dan kejakinannja, bahwa ia adalah umat Allah jang terpilih dan terberkati, baik dahulu maupun dimasa jang akan datang.
Ref. Silang FULL -> Bil 23:30
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Bil 23:13-30
Matthew Henry: Bil 23:13-30 - Bileam Sekali Lagi Memberkati Israel Bileam Sekali Lagi Memberkati Israel (23:13-30)
Di sini kita mendapati,
I. Persiapan yang dibuat untuk kedua kalinya, sama seperti sebelumny...
Bileam Sekali Lagi Memberkati Israel (23:13-30)
- Di sini kita mendapati,
- I. Persiapan yang dibuat untuk kedua kalinya, sama seperti sebelumnya, untuk mengutuk Israel.
- 1. Tempatnya diubah (ay. 13). Balak mengira bahwa karena Bileam telah melihat dengan begitu utuh seluruh perkemahan Israel, dari puncak gunung-gunung batu (ay. 9), maka ia menjadi begitu terpesona oleh keindahannya sehingga tidak mau mengutuk mereka, atau malah begitu ketakutan akan kengeriannya sehingga tidak berani mengutuk mereka. Oleh karena itu, Balak ingin membawa Bileam ke tempat lain, agar ia hanya dapat melihat sebagian saja dari bangsa Israel, sehingga mereka tampak lebih hina. Balak berharap bahwa setidak-tidaknya bagian dari bangsa Israel yang terlihat itu dapat diserapah oleh Bileam, dan dengan demikian secara perlahan-lahan Balak akan menang melawan mereka. Tidak diragukan lagi bahwa Balak, jika berhasil melakukan hal ini, berniat untuk menyerang bagian dari perkemahan Israel yang sekarang terlihat oleh Bileam, dan yang ke dalamnya Bileam akan melemparkan bola-bola api serapahnya. Lihatlah betapa tak mau diam dan tak kenal lelahnya musuh-musuh jemaat dalam melancarkan upaya-upaya mereka yang keji untuk menghancurkan jemaat. Tak ada batu yang tak mereka gulingkan, tak ada rencana yang tak mereka coba lakukan, untuk mencapai tujuan itu. Ah, andai saja kita berupaya dan bertekad penuh seperti itu dalam melaksanakan rancangan-rancangan yang baik bagi kemuliaan Allah!
- 2. Korban-korban diulangi, mezbah-mezbah yang baru, didirikan. Seekor lembu jantan dan seekor domba jantan pun dipersembahkan di atas setiap mezbah, dan Balak mendampingi persembahannya dengan penuh perhatian seperti sebelumnya (ay. 14-15). Kalau saja kita bersungguh-sungguh seperti itu dalam berupaya memperoleh berkat, sama seperti Balak dalam berupaya untuk mendapatkan kutukan yang dirancang untuk Israel, tetapi ternyata menimpa dirinya sendiri dan bangsanya, maka kita tidak akan menggerutu ketika harus membayar harga dan memberikan upaya dalam kegiatan-kegiatan ibadah.
- 3. Bileam hadir kembali di hadapan Allah, dan Allah pun menemuinya untuk kedua kalinya, serta menaruh perkataan lain ke dalam mulutnya, bukan untuk membatalkan perkataan sebelumnya, tetapi untuk meneguhkannya (ay. 16-17). Jika Allah saja tidak berkata kepada Bileam, carilah Aku dengan sia-sia, jauh terlebih lagi Ia tidak akan berkata demikian kepada keturunan Yakub, yang sudah pasti akan mendapati-Nya, bukan hanya seperti Bileam, sebagai pemberi petunjuk dan pembimbing mereka, melainkan juga sebagai pemberi ganjaran yang melimpah bagi mereka. Sewaktu Bileam kembali, Balak sudah tidak sabar untuk mengetahui pesan apa yang dibawanya: “Apakah yang difirmankan TUHAN? Sudah adakah kabar yang lebih baik, adakah harapan untuk berhasil?” Ini harus menjadi pertanyaan kita ketika datang untuk mendengarkan firman Tuhan. Lihat 35.
- II. Diubahnya kutuk itu menjadi berkat untuk kedua kalinya oleh kuasa Allah yang mengatasi segala tindakan manusia. Berkat kali ini lebih besar dan lebih kuat daripada berkat sebelumnya, dan memupuskan segala harapan untuk mengubahnya. Oleh karena Balak begitu berhasrat untuk menanyakan apa yang telah difirmankan Allah (ay. 17), maka Bileam kali ini berbicara kepada Balak secara khusus (ay. 18): Bangunlah, hai Balak, dan dengarlah. Firman Allahlah yang harus disampaikan Bileam, dan Balak, meskipun seorang raja, harus menyimak yaitu mendengar dan memasang telinga, dengan memusatkan perhatian, tanpa melewatkan satu kata pun. Ia juga harus menyimak dengan penuh hormat: Bangunlah, dan dengarlah. Eglon, Penerus Balak, ketika hendak menerima firman dari Allah, berdiri dari tempat duduknya (Hak. 3:20).
- 1. Dalam perbincangan ini, ada dua hal yang disampaikan Bileam kepada Balak, yang membuat Balak sangat sedih dan kecewa:
- (1) Bahwa Balak tidak mempunyai alasan untuk berharap dapat menghancurkan Israel.
- [1] Tidak ada gunanya berusaha untuk menghancurkan mereka, dan Balak hanya akan menipu dirinya sendiri jika ia berharap demikian, karena tiga alasan berikut:
- Pertama, karena Allah tidak dapat berubah: Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta (ay. 19). Manusia berubah pikiran, dan karena itu melanggar janji mereka. Mereka berbohong, karena mereka menyesal. Tetapi Allah tidak melakukan keduanya. Ia tidak pernah berubah pikiran, dan karena itu tidak pernah mencabut kembali janji-Nya. Bileam telah mengakui (ay. 8) bahwa ia tidak dapat mengubah keputusan hikmat Allah, dan dari situ ia menyimpulkan di sini bahwa Allah sendiri tidak akan mengubahnya. Seperti itulah ketidaksempurnaan manusia, dan seperti itulah kesempurnaan Allah. Tidak mungkin Allah berdusta (Ibr. 6:18). Dan, ketika dalam Kitab Suci Allah dikatakan menyesal, itu tidak berarti Ia berubah pikiran karena Ia tidak pernah berubah, siapa dapat menghalangi Dia?, tetapi hanya mengubah cara-Nya. Inilah kebenaran yang agung, bahwa pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Sekarang di sini,
- 1. Bileam berseru kepada Balak sendiri mengenai Allah yang tidak dapat berubah: “Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya? Masakan Ia berfirman sesuai dengan maksud-Nya dan tidak melaksanakannya dalam penyelenggaraan-Nya, menurut keputusan kehendak-Nya? Masakan Ia berbicara dalam firman-Nya, dalam janji-Nya, dan tidak menggenapinya? Dapatkah kita membayangkan Allah lain selain bahwa Ia tidak daapt berubah, selaras dengan diri-Nya, dan selalu menepati perkataan-Nya? Segala ketetapan-Nya tak dapat diubah, dan semua janji-Nya tak dapat dilanggar.”
- 2. Bileam menerapkan kebenaran umum ini pada permasalahan yang sedang dihadapinya (ay. 20): Apabila Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya, yaitu, “Aku tidak dapat membujuk-Nya untuk membalikkannya.” Israel pada zaman dulu adalah umat yang diberkati, suatu keturunan yang telah diberkati Tuhan. Berkat Abraham berlaku atas mereka. Mereka lahir di bawah berkat perjanjian, dan lahir untuk mendapat berkat Kanaan, dan karena itu mereka tidak dapat dikutuk, kecuali kita beranggapan bahwa Allah yang maha benar akan melanggar janji-Nya, dan berdusta terhadap diri-Nya sendiri dan umat-Nya.
- Kedua, sebab Israel pada saat ini tidak dapat dipersalahkan: Tidak ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub (ay. 21, KJV: Tidak ada ditengok kedurjanaan di antara keturunan Yakub). Bukan berarti bahwa tidak ada kedurjanaan di antara keturunan Yakub, dan sesungguhnya Allah melihat kedurjanaan itu. Akan tetapi,
- 1. Tidak ada kedurjanaan yang sedemikian parah hingga dapat menyulut murka Allah untuk meninggalkan mereka dan menyerahkan mereka pada kehancuran. Seburuk-buruknya mereka, mereka tidaklah begitu buruk hingga pantas ditinggalkan Allah.
- 2. Tidak ada penyembahan berhala di antara mereka, yang secara khusus disebut sebagai kedurjanaan dan kesesatan. Kita tidak lagi mendapati penyembahan berhala semacam itu pada orang Israel sejak peristiwa anak lembu emas. Dan karena itu, walaupun dalam perkara-perkara lain mereka sangat menyulut murka Allah, namun Allah tidak mau membuang mereka. Bileam tahu bahwa tidak ada yang dapat memisahkan Israel dan Allah selain dosa. Selama Allah tidak melihat adanya dosa yang berkuasa atas bangsa Israel, Ia tidak akan mengirimkan kutuk yang membinasakan atas mereka. Dan karena itu, sepanjang bangsa Israel tetap berhubungan baik dengan Allah, Bileam tidak mempunyai harapan untuk dapat melakukan kejahatan apa pun terhadap mereka. Perhatikanlah, sepanjang kita menjauhi dosa, kita menjauhi marabahaya. Sebagian penafsir memberikan pengertian lain atas ayat itu. Mereka membacanya sebagai berikut: Ia tidak pernah melihat kejahatan dilakukan kepada Yakub, tidak pula Ia akan melihat suatu kemalangan ditimpakan kepada Israel. Artinya, “Ia tidak pernah, dan tidak akan pernah mengizinkannya, atau membiarkannya terjadi. Ia tidak akan melihat Israel disakiti, tetapi Ia akan membenarkan mereka dan membalaskan perselisihan mereka.” Perhatikanlah, Allah tidak akan tahan melihat jemaat dan umat-Nya tersakiti. Sebab apa saja yang diperbuat terhadap mereka, dipandang-Nya sama seperti diperbuat terhadap diri-Nya sendiri, dan Ia akan mengganjarnya dengan setimpal.
- Ketiga, karena kekuatan Israel dan Allah tidak dapat dilawan. Bileam memperlihatkan kepada Balak bahwa tidaklah mungkin melawan Israel, tidak ada gunanya untuk mencobanya. Sebab,
- 1. Ada hadirat Allah bersama mereka: “TUHAN, Allah mereka, menyertai mereka secara khusus, dan tidak dapat disulut murka-Nya untuk undur dari mereka.”
- 2. Mereka bersukacita atas hadirat Allah itu, dan selalu dibuat berkemenangan di dalam hadirat-Nya: Sorak-sorak atau bunyi tanda bahaya karena Raja ada di antara mereka. Mereka bersorak-sorak melawan musuh-musuh mereka, karena yakin akan menang dan berhasil, dengan senantiasa bermegah di dalam Allah sebagai Raja dan Penakluk bagi mereka.
- 3. Mereka telah mengalami kebaikan dari hadirat Allah bersama mereka, dan kuasa-Nya yang dikerahkan untuk mereka, karena Allah membawa mereka keluar dari Mesir (ay. 22). Kuasa yang telah melakukan hal itu tidak akan pernah bisa dikekang, tidak akan pernah bisa dilawan. Dan, karena Allah telah memulainya dengan begitu mulia, tidak diragukan lagi bahwa Ia akan mengakhirinya dengan mulia pula.
- 4. Sepanjang hadirat Allah menyertai mereka, mereka memiliki kekuatan seperti tanduk kekuatan lembu hutan, mampu menang melawan semua yang menentang mereka (24:8). Seperti itulah kekuatan yang diberikan Allah Israel kepada umat-Nya.
- [2] Dari semuanya ini, Bileam menyimpulkan bahwa tidak ada gunanya untuk merancang suatu kejahatan terhadap bangsa Israel dengan segala ilmu sihir yang dapat digunakannya (ay. 23). Pertama, ia mengakui dirinya dikalahkan. Jelas tidak ada mantra yang mempan melawan Yakub. Kutukan-kutukan neraka tidak akan pernah menang melawan berkat-berkat sorga. Bukan berarti bahwa upaya-upaya semacam ini tidak akan dilakukan, tetapi sudah pasti bahwa semuanya itu akan sia-sia dan tidak berhasil. Sebagian penafsir mencermati bahwa Yakub menandakan jemaat dalam keadaan yang hina dan menderita, sedangkan Israel menandakan jemaat dalam keadaan yang makmur dan maju. Tetapi entah jemaat dalam keadaan mulia atau hina, entah sahabat-sahabatnya sedikit atau banyak, entah perkara-perkara yang ada di dunia ini tersenyum atau mengernyitkan dahi kepadanya, semuanya sama saja: setiap senjata yang ditempa terhadapnya tidak akan berhasil. Perhatikanlah, Allah dengan mudah dapat, dan pasti akan, mengacaukan dan menggagalkan segala upaya dan rancangan dari kuasa-kuasa kegelapan untuk melawan jemaat-Nya, sehingga mereka tidak akan berhasil menghancurkannya. Kedua, Bileam menubuatkan bahwa perkara ini akan diingat di masa yang akan datang. Pada waktunya, yaitu, dengan mengacu pada waktu kita saat ini, akan dikatakan mengenai Yakub dan Israel, dan dikatakan oleh mereka, keajaiban yang diperbuat Allah! Sungguh besar perbuatan-perbuatan yang telah dikerjakan Allah bagi umat-Nya! Hal ini akan dikatakan dengan penuh kekaguman, sukacita, dan rasa syukur, dan akan menjadi satu tantangan bagi bangsa-bangsa sekitar untuk menunjukkan contoh-contoh serupa akan perhatian allah-allah mereka terhadap mereka. Perhatikanlah, digagalkannya rancangan-rancangan dari musuh-musuh jemaat haruslah diingat untuk selama-lamanya bagi kemuliaan Allah. Tidak ada yang seperti Allah, hai Yesyurun. Apa yang dikatakan Bileam di sini mengenai keunggulan Allah Israel di atas semua allah bangsa-bangsa bukan Yahudi mungkin menjadi acuan Musa sewaktu ia berkata (Ul. 32:31), Bukanlah seperti gunung batu kita gunung batu orang-orang itu, bahkan musuh kita boleh menjadi hakim, khususnya Bileam. Oleh sebab itu, tidak ada harapan bagi Balak untuk menghancurkan Israel. Akan tetapi,
- (2) Bileam menunjukkan kepada Balak bahwa ada lebih banyak alasan bagi Balak untuk merasa takut akan dihancurkan oleh bangsa Israel, karena ada kemungkinan mereka akan menumpahkan darah bangsa-bangsa di sekitar negerinya. Dan, jika Balak dan kerajaannya berhasil meloloskan diri, itu bukan karena ia terlalu hebat untuk diperangi Israel, melainkan karena ia tidak masuk dalam tugas yang dimandatkan kepada mereka (ay. 24). Lihat, dan gemetarlah! Bangsa yang sekarang telah berdiam selama beberapa waktu, dalam perkemahan yang berdekatan satu sama lain, hanya berbaring untuk sementara waktu seperti seekor singa yang sedang mendekam. Tetapi tidak lama lagi mereka akan bangkit seperti singa betina, singa yang berdiri tegak, yang tidak membaringkan dirinya, sebelum ia memakan mangsanya dan meminum darah dari yang mati dibunuhnya. Ini sepertinya mengacu pada kemenangan-kemenangan yang dilihat Bileam akan diperoleh Israel atas orang Kanaan, bahwa mereka tidak akan meletakkan senjata sampai mereka betul-betul menaklukkan negeri yang ada dalam pandangan mereka sekarang. Dan, ketika rumah tetangganya kebakaran, beralasan bagi Balak untuk berpikir bahwa rumahnya sendiri ada dalam bahaya.
- 2. Nah, apa dampak dari kekecewaan ini?
- (1) Baik Balak maupun Bileam sama-sama muak atas perkara itu.
- [1] Sekarang Balak ingin supaya ahli tenungnya diam. Oleh karena Bileam tidak dapat mengatakan apa yang dikehendaki Balak, maka dia mau supaya Bileam tidak berbicara sama sekali: “Jika sekali-kali tidak mau engkau menyerapah mereka, janganlah sekali-kali memberkatinya (ay. 25). Jika engkau tidak dapat mengutuki mereka, aku minta supaya engkau tidak memberkati mereka. Jika engkau tidak dapat membantu dan membesarkan hati pasukanku, janganlah engkau melawan dan meremukkan semangat mereka.” Perhatikanlah, Allah dapat membuat orang-orang yang meninggalkan-Nya menjadi kepayahan karena banyaknya nasihat (Yes. 47:13, 57:10).
- [2] Bileam masih mau mengakui bahwa dirinya ditaklukkan, dan menyerukan apa yang telah dikatakannya pada awal upaya ini (Bil. 22:38): Segala yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kulakukan (ay. 26). Ini menunjukkan, pertama, secara umum, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya. Hati manusia merancang banyak hal, tetapi keputusan kehendak Allahlah yang akan terjadi. Kedua, secara khusus, bahwa sama seperti setiap senjata yang ditempa terhadap jemaat tidak akan berhasil, demikian pula setiap lidah yang melontarkan tuduhan melawannya dalam pengadilan akan dikendalikan dan dihukum oleh Allah (Yes. 54:17).
- (2) Namun demikian, Balak dan Bileam menetapkan hati untuk membuat upaya lain. Mereka tidak sudi digagalkan, dan karena itu mereka meneruskan rancangan itu, meskipun itu hanya akan semakin mempermalukan mereka. Dan sekarang untuk ketiga kalinya,
- [1] Mereka mengubah tempatnya. Balak pada akhirnya sadar bahwa itu bukanlah kesalahan Bileam, yang sebelumnya dipersalahkannya, tetapi bahwa Bileam benar-benar berada di bawah kekangan ilahi. Dan karena itu sekarang Balak ingin membawa Bileam ke tempat di mana Allah mungkin setidak-tidaknya akan mengizinkannya untuk menyerapah bangsa Israel (ay. 27). Mungkin Balak dan Bileam lebih terdorong untuk mengulangi upaya mereka seperti itu karena Allah untuk kali kedua mengizinkan Bileam pergi, meskipun pada awalnya Ia telah melarangnya. Oleh karena melalui percobaan berkali-kali mereka berhasil mendapat izin itu, maka mereka berharap akan berhasil juga kali ini. Demikianlah, karena para pendosa dibiarkan begitu saja, dan hukuman terhadap perbuatan-perbuatan jahat mereka tidak dilaksanakan dengan segera, maka hati mereka penuh niat untuk berbuat jahat. Balak kali ini membawa Bileam pergi ke puncak gunung Peor, puncak yang paling termasyhur di seluruh negerinya, dan ada kemungkinan di sanalah Baal disembah, sehingga tempat itu dinamakan Baal-Peor. Balak memilih tempat ini dengan harapan, entah, pertama, bahwa karena tempat itu adalah, seperti yang dibayangkannya, tempat tinggal Baal, allah orang Moab, maka Yahwe, Allah orang Israel, tidak akan, atau tidak dapat, datang ke sana untuk mengganggu perbuatan mereka. Atau, kedua, bahwa karena tempat itu adalah tempat yang berkenan bagi allahnya, maka akan demikian juga bagi Tuhan, dan di sana suasana hati-Nya akan menjadi baik. Seperti itulah khayalan-khayalan hampa tentang Allah yang dimiliki orang-orang bebal, dan begitu sia-sianya pemikiran mereka tentang Dia. Demikian pula orang Aram beranggapan bahwa Tuhan adalah allah gunung, dan bukan allah dataran (1Raj. 20:28), seakan-akan Ia lebih kuat di satu tempat daripada di semua tempat lain.
- [2] Mereka mengulang kembali korban mereka, yakni tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan, di atas tujuh mezbah (ay. 29-30). Demikianlah mereka bertekun dalam persembahan-persembahan mereka yang memakan biaya besar, meskipun mereka tidak diberi janji yang di atasnya mereka dapat membangun harapan-harapan untuk berhasil. Oleh karena itu, hendaklah kita, yang diberi janji bahwa penglihatan itu bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu, tidak patah semangat karena adanya penundaan, tetapi senantiasa bertekun dalam doa, dengan tidak jemu-jemu (Luk. 18:1).
SH: Bil 23:13-30 - Jangan mengatur Tuhan (Selasa, 24 Juli 2007) Jangan mengatur Tuhan
Para ilah dalam kepercayaan kafir dianggap cepat berubah. Balak
mengira jika ia mengajak Bileam ke tempat lain (13), mungk...
Jangan mengatur Tuhan
Para ilah dalam kepercayaan kafir dianggap cepat berubah. Balak mengira jika ia mengajak Bileam ke tempat lain (13), mungkin pikiran Tuhan akan berubah dan mau mengutuki Israel. Balak juga sengaja memilih tempat yang paling ujung dari umat Israel (13). Balak mungkin berharap bahwa dengan melihat jumlah yang jauh lebih kecil, Bileam tidak akan terpengaruh oleh jumlah Israel yang banyak, sehingga kembali merubah kutuk menjadi berkat.
Seperti sebelumnya, Bileam pergi menjumpai Tuhan. Sangat menarik bahwa ketika ia datang menjumpai Balak, untuk pertama kalinya Balak bertanya, "Apakah yang difirmankan Tuhan?" (17). Tampaknya Balak akhirnya sadar bahwa sesungguhnya Bileam hanya dapat menyatakan apa yang difirmankan Tuhan kepadanya. Ucapan Bileam memaparkan karakter Tuhan: Tuhan bukanlah manusia. Ia tidak berubah pikiran dan selalu menggenapi firman-Nya. Ia juga berkuasa atas segala sesuatu, tidak seorang pun yang dapat mempengaruhi Dia untuk mengutuk orang yang telah Dia pilih untuk diberkati (19-21). Tuhan juga mengajar Balak tentang umat-Nya, Israel. Tuhan menyertai mereka dan memberkati mereka. Ia melindungi mereka dari pengaruh jahat dan akan menjadikan mereka pemenang (22-24). Maka sekali lagi Balak memarahi Bileam. Ia ingin agar Bileam tidak memberkati Israel meski pun ia tidak dapat mengutuki mereka. Namun, Bileam bersikeras bahwa ia hanya dapat mengucapkan apa yang difirmankan Tuhan (25-26).
Balak, yang tidak mengenal Allah Israel, mengira bahwa Allah bisa disuap dengan tujuh mezbah persembahan sehingga Ia mengubah rencana dan kehendak-Nya atas umat-Nya, Israel. Orang yang menyebut diri Kristen pun masih banyak yang seperti Balak. Misalnya, dengan perhitungan fengsui mengira bahwa segala bentuk kesialan dapat dihambat dan segala keberuntungan dapat dialirkan. Kiranya kita menyelidiki diri supaya jangan ada lagi sikap yang ingin mengatur Tuhan agar sesuai dengan kemauan kita.
SH: Bil 23:4-30 - Providensia (pemeliharaan) Allah (Rabu, 10 November 1999) Providensia (pemeliharaan) Allah
Kutuk jadi berkat. Semakin dikutuk, berkat semakin besar. Usaha
Bileam mengutuk Israel berubah menjadi berkat A...
Providensia (pemeliharaan) Allah
Kutuk jadi berkat. Semakin dikutuk, berkat semakin besar. Usaha Bileam mengutuk Israel berubah menjadi berkat Allah. Inilah providensia Allah atas Israel. Tidak satu bahaya pun menimpa umat Tuhan, jika Tuhan tidak mengizinkan (20, 23). Bila umat Tuhan berada di dalam pemeliharaan Allah, mengapa harus takut terhadap persekongkolan pihak lain yang akan mengancam keselamatannya? Ancaman dan kebencian yang ditujukan bagi orang beriman justru akan menyatakan keistimewaan iman kita.
Mengutuk umat Allah berarti melawan Allah. Walaupun cara yang dipakai Balak luar biasa yaitu mendirikan mezbah dan memberikan persembahan kepada Yahweh - bukan ilah lain -; namun usaha tersebut tak diperkenankan Allah, karena tujuannya adalah mengutuki Israel, umat pilihan Allah. Barangsiapa merekakan kejahatan bagi Israel, akan berhadapan langsung dengan Allah.
Allah yang hadir, Allah yang melindungi. Di samping providensia Allah, ada kebenaran lain yang indah yaitu bahwa umat Allah dilindungi oleh kehadiran-Nya, dan dipelihara oleh pimpinan penyertaan-Nya di dalam hidup mereka. Sungguh nyata berkat Allah.
Renungkan: Kutukan dapat menjadi berkat Allah bagi umat-Nya yang mau hidup dalam pemeliharaan-Nya.
SH: Bil 23:4--24:9 - Manusia Berencana, Tuhan Menentukan (Sabtu, 23 Mei 2020) Manusia Berencana, Tuhan Menentukan
Kita melihat betapa Balak terus berusaha walaupun Bileam sudah menyatakan ketidakmampuannya untuk mengutuk Israel...
Manusia Berencana, Tuhan Menentukan
Kita melihat betapa Balak terus berusaha walaupun Bileam sudah menyatakan ketidakmampuannya untuk mengutuk Israel, bangsa yang tidak dikutuk Tuhan. Ia hanya dapat mengatakan apa yang difirmankan Tuhan (23:12, 26).
Balak terus bersikeras. Dengan berpindah ke tempat yang lain, mungkin Bileam berubah pikiran dan mau mengutuk Israel. Bileam sendiri tahu bahwa ia tidak mungkin mengubah keputusan Allah karena Allah bukanlah manusia yang berbohong dan tidak menepati perkataan-Nya (23:19). Dan benar saja, lagi-lagi yang disampaikan Bileam adalah firman Tuhan yang melarangnya untuk mengutuk Israel. Sebaliknya, Tuhan menghendaki Bileam memberkati Israel (23:20).
Balak melihat Israel sebagai musuh yang harus dikutuk. Namun, Bileam melihat Israel sebagai bangsa yang kudus, besar, dan berkemenangan di dalam Allah yang menyertai mereka. Pada akhirnya, Bileam mengabaikan perintah Balak dan menerima tugas Allah. Maka, ia dipenuhi Roh Allah dan mengucapkan berkat yang indah bagi bangsa Israel (24:2-9).
Segigih apa pun manusia berupaya, Tuhan tetap akan melaksanakan kehendak-Nya. Manusia yang lemah dan rapuh sesungguhnya tidak mungkin menang melawan kehendak Tuhan. Kuasa seorang raja dan pelihat sekalipun tak akan mampu mengalahkan kuasa Allah. Segala bangsa mau tidak mau mengakui bahwa Allah Israel adalah Allah yang berdaulat dan kehendak-Nya pasti terlaksana.
Manusia dapat membuat banyak rancangan, tetapi keputusan Tuhanlah yang akan terlaksana (Ams. 19:21). Manusia sering tidak menyadari betapa tidak berdaya dirinya, namun terus berupaya melawan Tuhan. Kita juga sering berupaya melawan kehendak Allah. Barangkali sama seperti Balak, kita menipu diri dengan pikiran bahwa Allah akan bekerja mengikuti tuntutan kita.
Ingatlah bahwa Allah itu Mahakuasa. Seharusnya, kita memohon ampun karena melawan kehendak Allah. Kita mengaku perlunya tindakan yang patut dan tepat ketika menghayati firman Tuhan di dalam hidup kita. [INT]
Baca Gali Alkitab 4
Apakah benar jika kita mengutuki orang lain? Tentu tidak. Semua orang tahu jawabannya. Terlebih lagi jika yang dikutuki adalah orang yang diberkati Tuhan.
Balak, raja Moab, takut terhadap orang Israel yang banyak jumlahnya dan lebih kuat. Ia mengutus tua-tua Moab bersama tua-tua Midian kepada Bileam untuk memintanya mengutuk bangsa Israel, karena ia tahu apa yang diberkati Bileam akan memperoleh berkat dan apa yang dikutuknya akan kena kutuk. Namun, Tuhan tidak mengizinkan Bileam mengutuk bangsa Israel karena mereka merupakan bangsa yang diberkati.
Dua kali Balak mengirim utusan kepada Bileam agar ia mengutuk bangsa Israel. Dua kali pula Bileam menolak permintaan Balak. Tuhan melindungi bangsa yang sudah diberkati-Nya dari kutukan.
Apa saja yang Anda baca?
1. Mengapa Balak takut kepada bangsa Israel? (2-4)
2. Apa pesan Balak kepada Bileam? (5-6)
3. Bagaimana Tuhan menanggapi permintaan Balak? (7-14)
4. Apa yang terjadi setelah Balak meminta Bileam untuk yang kedua kalinya? (13-20)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa pendapat Anda tentang orang yang hendak mengutuki musuhnya?
2. Menurut Anda, bagaimana sikap Tuhan dalam menghadapi keinginan keras manusia?
Apa respons Anda?
1. Apa tindakan Anda yang melawan Tuhan? Maukah Anda berhenti melakukannya dan mengubahnya?
Pokok Doa:
Memohon kekuatan dari Tuhan supaya kita taat menjalankan kehendak-Nya.
SH: Bil 22:36--23:30 - Baca Gali Alkitab 1 (Senin, 4 Mei 2015) Baca Gali Alkitab 1
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang Balak harapkan akan dilakukan oleh Bileam (22:36-37; 23:11; 25)?
2. Apa jawab Bileam (22:3...
Baca Gali Alkitab 1
1. Apa yang Balak harapkan akan dilakukan oleh Bileam (22:36-37; 23:11; 25)?
2. Apa jawab Bileam (22:38; 23:12; 26)?
3. Bagaimana Bileam, atas permintaan Balak, mempersiapkan upacara persembahan kurban kepada Allah agar Allah mengutuki Israel (23:1-3, 4; 13-17; 27-30)?
4. Bagaimana Allah menyatakan kehendak-Nya melalui mulut Bileam (23:7-10; 18-24)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa yang Anda pelajari tentang TUHAN Allah melalui kisah ini?
2. Menurut Anda, apakah Bileam mengetahui apa kehendak Allah sebenarnya? Mengapa ia masih tetap mau meladeni permintaan Balak?
3. Konsep apa yang ada di benak Balak dan juga Bileam sehingga mereka berpindah dari satu bukit ke bukit lain (22:41; 23:14; 28) untuk mengutuki Israel?
Apa respons Anda?
1. Apakah Anda mengetahui akan kehendak Allah yang khusus bagi hidup Anda?
2. Bagaimana Anda menyikapi kehendak Allah tersebut selama ini?
3. Apa yang akan Anda lakukan setelah memahami kedaulatan Allah lewat perenungan firman Tuhan hari ini?
Pokok Doa:
Gereja mendorong dan melatih jemaat dalam membaca, merenungkan, dan melakukan firman Tuhan.
SH: Bil 22:36--23:30 - Berdaulat atas umat (Senin, 4 Mei 2015) Berdaulat atas umat
Suap-menyuap rupanya bukan penyakit masa kini saja. Untuk menghadapi Israel, Balak mengupayakan strategi yang berbeda. Ia menyuap...
Berdaulat atas umat
Suap-menyuap rupanya bukan penyakit masa kini saja. Untuk menghadapi Israel, Balak mengupayakan strategi yang berbeda. Ia menyuap Bileam dengan imbalan besar agar mau mengutuki Israel. Namun ada pihak yang tidak diperhitungkan sebelumnya oleh Balak, yaitu Allah Israel! Strategi suap seperti yang dia lakukan terhadap Bileam, juga dia lakukan terhadap Allah Israel. Dengan memberikan persembahan-persembahan (23:1-2, 14, 30) Balak ingin menyuap Allah Israel agar berpihak pada dirinya dan membiarkan Bileam mengutuki Israel.
Dalam kerangka berpikir seorang politeis, Balak mengajak Bileam berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Karena menyangka bahwa Allah yang ada di Kiryat-Huzot (22:41) lebih berpihak kepada Israel, Balak membawa Bileam ke gunung Pisga (23:14) dan kemudian ke gunung Peor (23:28), dengan harapan bahwa Allah yang ada di gunung-gunung itu bisa berpihak kepada dirinya. Namun, apa yang terjadi? Bileam malah menekankan tentang ketidakmungkinan mengutuki bangsa yang diberkati Allah (23:8). Balak mungkin terbiasa menyuap allah-allahnya, tetapi Allah Israel bukanlah allah yang bisa dimanipulasi dengan berbagai persembahan yang istimewa. Ia adalah Allah yang menepati janji-Nya (23:19). Jika Ia telah berjanji untuk memberkati Israel maka Ia akan menepatinya. Dan jika Allah telah memerintahkan Bileam untuk memberkati bangsa Israel maka Bileam sendiri tidak dapat membatalkannya (23:20). Upaya menghancurkan Israel berarti upaya melawan Allahnya (23:22-23). Upaya yang akan berakhir dengan kesia-siaan.
Betapa besar kedaulatan Allah atas umat-Nya. Karena Ia berdaulat, tak seorang pun dapat menentang Dia atau meniadakan rancangan dan janji-janji-Nya bagi umat-Nya. Maka respons kita, sebagai umat yang mengimani kedaulatan-Nya, adalah tunduk di bawah kaki-Nya. Jangan menjadi tuan yang mengatur dan menyuruh-nyuruh Dia. Jangan juga menyuap dan memanipulasi Dia untuk melakukan apa yang kita inginkan. Hormati Dia dan tunduklah dengan ketaatan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Bilangan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Musa
Tema : Pengembaraan di Padang Gurun
Tanggal Penulisan: + 1405 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini muncul pertama ...
Penulis : Musa
Tema : Pengembaraan di Padang Gurun
Tanggal Penulisan: + 1405 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini muncul pertama kali dalam naskah versi Yunani dan Latin dan diambil dari dua sensus kaum pria Israel yang dicatat dalam kitab ini (pasal 1, 26; Bil 1:1-54 dan Bil 26:1-65). Akan tetapi, sebagian besar kitab ini mengisahkan pengalaman-pengalaman Israel selama mengembara "di padang gurun"; oleh karena itu di dalam Alkitab PL berbahasa Ibrani kitab ini dikenal dengan nama "Di Padang Gurun."
Secara kronologis, Bilangan merupakan sambungan sejarah yang dicatat di kitab Keluaran. Setelah tinggal di Gunung Sinai selama sekitar satu tahun -- ketika itu Allah menetapkan perjanjian dengan Israel, memberikan hukum Taurat dan pola Kemah Suci kepada Musa, serta memberikan pengarahan mengenai isi kitab Imamat -- bangsa Israel bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju tanah yang dijanjikan Allah kepada mereka sebagai keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub. Akan tetapi, sejenak sebelum meninggalkan Gunung Sinai, Allah menyuruh Musa membuat sensus menghitung semua laki-laki Israel yang sanggup berperang (Bil 1:2-3). Sembilan belas hari kemudian bangsa itu berangkat mengadakan perjalanan singkat ke Kadesy (Bil 10:11). Bilangan mencatat pemberontakan serius Israel di Kadesy dan hukumannya di padang gurun selama 39 tahun, sehingga Allah membawa suatu angkatan orang Israel yang baru ke dataran Moab, yang terletak di seberang Sungai Yordan dari Yeriko dan tanah perjanjian.
Sejarah menganggap bahwa kitab ini ditulis oleh Musa.
- (1) Hal ini dinyatakan oleh Pentateukh Yahudi dan Samaria,
- (2) tradisi Yahudi,
- (3) oleh Yesus dan para penulis PB,
- (4) para penulis Kristen kuno,
- (5) para cendekiawan konservatif zaman modern dan
- (6) bukti di dalam kitab itu sendiri (mis. Bil 33:1-2).
Rupanya Musa mencatat dalam buku hariannya sepanjang pengembaraan di padang gurun dan kemudian menyusun isi kitab Bilangan dalam bentuk narasi menjelang kematiannya (sekitar 1405 SM). Kebiasaan Musa untuk menyebut dirinya dengan kata ganti orang ketiga memang biasa dilakukan dalam tulisan-tulisan kuno dan karena itu tidak melemahkan kredibilitasnya sebagai penulisan.
Tujuan
Bilangan ditulis untuk mengisahkan mengapa Israel tidak langsung masuk tanah perjanjian setelah meninggalkan Gunung Sinai. Bilangan menggambarkan tuntutan Allah akan iman dari umat-Nya, balasan dan hukuman-Nya atas pemberontakan, dan bagaimana maksud-Nya yang berkelanjutan itu akhirnya diwujudkan.
Survai
Amanat utama Bilangan jelas: umat Allah maju terus hanya dengan mempercayai Dia dan janji-janji-Nya dan dengan menaati sabda-Nya. Sekalipun melewati padang gurun perlu untuk waktu tertentu, bukanlah maksud Allah semula bahwa ujian padang gurun diperpanjang sehingga satu angkatan orang Israel hidup dan mati di situ. Akan tetapi, perjalanan singkat dari Gunung Sinai ke Kadesy menjadi penderitaan dan hukuman selama 39 tahun karena ketidakpercayaan mereka. Sepanjang sebagian besar kitab Bilangan, "angkatan Keluaran" Israel tidak beriman, memberontak, dan tidak berterima kasih atas mukjizat-mukjizat dan pemeliharaan Allah. Umat itu mulai bersungut-sungut segera setelah meninggalkan Gunung Sinai (pasal 11; Bil 11:1-35); Miryam dan Harun menentang Musa (pasal 12; Bil 12:1-16); Israel secara keseluruhan memberontak dengan ketidakpercayaan yang membandel di Kadesy dan menolak masuk ke Kanaan (pasal 14; Bil 14:1-45); Korah dan banyak orang Lewi membangkang terhadap Musa (pasal 16; Bil 16:1-50); karena didesak sampai hilang kesabarannya oleh umat yang membangkang itu, akhirnya Musa berbuat dosa dengan meluapkan kejengkelannya (pasal 20; Bil 20:1-29); dan Israel menyembah Baal (pasal 25; Bil 25:1-18). Semua orang Israel berusia 20 tahun ke atas di Kadesy (kecuali Yoshua dan Kaleb) wafat di padang gurun. Akhirnya suatu angkatan baru orang Israel diantar hingga batas timur tanah perjanjian (pasal 26-36; Bil 26:1--36:13).
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai Bilangan.
- (1) Bilangan merupakan "Kitab Pengembaraan di Padang Gurun," yang menyatakan dengan jelas mengapa Israel tidak segera menduduki tanah perjanjian setelah meninggalkan Gunung Sinai, tetapi sebaliknya harus mengembara tanpa tujuan selama 39 tahun lebih.
- (2) Bilangan merupakan "Kitab Keluhan," dan berkali-kali mencatat keluhan ketidakpuasan dan keluhan pahit orang Israel terhadap Allah dan perlakuan-Nya terhadap mereka.
- (3) Kitab ini menunjukkan prinsip bahwa tanpa iman, tidak mungkin kita berkenan kepada Allah (bd. Ibr 11:6). Sepanjang kitab ini kita dapat melihat bahwa umat Allah bergerak maju hanya karena mempercayai-Nya dengan iman yang kokoh, mempercayai janji-janji-Nya dan bersandar kepada-Nya sebagai sumber hidup dan pengharapan mereka.
- (4) Bilangan dengan jelas sekali menyatakan prinsip bahwa jikalau satu angkatan gagal, Allah akan membangkitkan angkatan lain untuk memenuhi janji-janji-Nya dan melaksanakan misi-Nya.
- (5) Sensus sebelum Kadesy (pasal 1-4; Bil 1:1--4:49) dan sensus kemudian di dataran Moab sebelum memasuki Kanaan (pasal 26; Bil 26:1-65) menyatakan bahwa bukan kekuatan yang tidak memadai dari tentara Israel yang membuat mereka tidak bisa masuk Kanaan di Kadesy tetapi kekurangan iman dan ketaatan mereka.
- (6) Bilangan merupakan "Kitab Disiplin Ilahi," yang menunjukkan bahwa Allah memang mendisiplin dan menghukum umat-Nya sendiri ketika mereka terus mengeluh dan tidak percaya (bd. pasal 13-14; Bil 13:1--14:45).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Keluhan dan ketidakpercayaan Israel disebutkan sebagai peringatan bagi orang percaya di bawah perjanjian yang baru (1Kor 10:5-11; Ibr 3:16--4:6). Hebatnya dosa Bileam (pasal 22-24; Bil 22:1--24:25) dan pemberontakan Korah (pasal 16; Bil 16:1-50) juga disebutkan (2Pet 2:15-16; Yud 1:11; Wahy 2:14). Yesus mengacu kepada ular tembaga (Bil 21:7-9) sebagai ilustrasi dari diri-Nya yang diangkat sehingga mereka yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal (Yoh 3:14-16); juga Kristus dibandingkan dengan batu karang di mana orang Israel minum air di padang gurun (1Kor 10:4) dan dengan manna surgawi yang mereka makan (Yoh 6:31-33).
Full Life: Bilangan (Garis Besar) Garis Besar
I. Allah Mempersiapkan "Angkatan Keluaran" untuk Memperoleh Tanah Perjanjian
(Bil 1:1-10:10)
A. Persiapan...
Garis Besar
- I. Allah Mempersiapkan "Angkatan Keluaran" untuk Memperoleh Tanah Perjanjian
(Bil 1:1-10:10) - A. Persiapan untuk Menuju Kanaan
(Bil 1:1-4:49) - 1. Menghitung Kekuatan Tempur Israel
(Bil 1:1-54) - 2. Mengatur Perkemahan
(Bil 2:1-34) - 3. Mengatur Suku Lewi
(Bil 3:1-4:49) - B. Menguduskan Umat Israel
(Bil 5:1-10:10) - II. "Angkatan Keluaran" Kehilangan Warisan Mereka Karena Dosa
dan Ketidakpercayaan
(Bil 10:11-25:18) - A. Bersungut-Sungut Dalam Perjalanan ke Kadesy
(Bil 10:11-12:16) - B. Pemberontakan dan Ketidakpercayaan di Kadesy
(Bil 13:1-14:45) - C. Dosa dan Pemberontakan di Padang Gurun
(Bil 15:1-19:22) - D. Ketidaktaatan Dalam Perjalanan ke Moab
(Bil 20:1-25:18) - III.Allah Mempersiapkan Angkatan Baru untuk Menduduki Tanah Itu
(Bil 26:1-36:13) - A. Menghitung Angkatan Baru
(Bil 26:1-65) - B. Mengarahkan Umat Itu
(Bil 27:1-30:16) - C. Mengalahkan Bangsa Midian
(Bil 31:1-54) - D. Menetap di Transyordan
(Bil 32:1-42) - E. Mengisahkan Kembali Perjalanan dari Mesir sampai Moab
(Bil 33:1-49) - F. Janji Kemenangan Atas Kanaan
(Bil 33:50-56) - G. Persiapan Memasuki dan Membagi Tanah Itu
(Bil 34:1-36:13)
Matthew Henry: Bilangan (Pendahuluan Kitab)
Nama kelima kitab Musa, yang kita pergunakan di dalam Alkitab, semuanya dipinjam dari Septuaginta, yakni terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa...
- Nama kelima kitab Musa, yang kita pergunakan di dalam Alkitab, semuanya dipinjam dari Septuaginta, yakni terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani yang merupakan versi tertua yang kita ketahui. Namun, hanya nama kitab ini saja yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, sementara nama keempat kitab lainnya tetap dipertahankan dalam bahasa Yunani. Saya tidak tahu persis alasannya, tetapi para penerjemah bahasa Latin pun juga melakukan hal yang sama, karena bila tidak, tentu kitab ini akan dinamai Arithmoi, yaitu nama aslinya dalam bahasa Yunani, seperti halnya kitab pertama diberi nama Genesis, dan kitab kedua diberi Exodus. Atau nama kitab-kitab ini juga bisa diterjemahkan dan dinamai, untuk kitab pertama, Generation (“Kejadian”) atau Original (“Asal Usul”), dan untuk kitab kedua, Outlet, atau Escape (“Keluaran”), seperti halnya kitab ini diberi nama Numbers (“Bilangan”). Kitab ini diberi nama demikian oleh sebab jumlah orang Israel, yang kerap kali disebutkan di dalam kitab ini, dan sangat pas diberi nama demikian karena ini sesuai dengan penggenapan janji Allah yang luar biasa kepada Abraham, bahwa keturunannya akan menjadi sebanyak bintang di langit. Kitab ini juga berkaitan dengan dua kali penghitungan laskar Israel, yang pertama di atas gunung Sinai (ps. 1), dan kedua di dataran Moab, tiga puluh sembilan tahun kemudian (ps. 26). Dan di catatan penghitungan yang terakhir, kurang dari tiga orang yang masih hidup dari yang tercatat di penghitungan yang pertama. Isi kitab ini hampir terbagi dengan seimbang antara sejarah dan hukum-hukum, keduanya bercampur di dalamnya.
- Kita dapati dalam Kitab ini,
- I. Sejarah penghitungan dan penghimpunan semua suku (ps. 1-4), persembahan pentahbisan mezbah serta pentahbisan orang Lewi (ps. 7-8), keberangkatan bangsa Israel (ps. 9-10), gerutu dan ketidakpercayaan bangsa Israel, yang membuat mereka dihukum untuk mengembara empat puluh tahun lamanya di padang gurun (ps. 11-14), pemberontakan Korah (ps. 16-17), sejarah tahun terakhir dari empat puluh tahun pengembaraan bangsa Israel (ps. 20-26), penaklukan bangsa Midian, dan penyelesaian masalah tanah yang diminta oleh dua suku (ps. 31-32), serta catatan perjalanan bangsa Israel (ps. 33),
- II. Berbagai hukum mengenai orang nazir, dll. (ps. 5-6), dan sekali lagi mengenai kewajiban para imam, dll. (ps. 18-19), hari raya (ps. 28-29), dan sumpah (ps. 30), dan mengenai tanah kediaman mereka di Kanaan (ps. 27, 34-36). Kita dapat menjumpai ikhtisar kitab ini, yang diungkapkan hanya dalam beberapa kata di Kitab Mazmur 95:10, Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, serta penerapannya dalam hidup kita sendiri di dalam Kitab Ibrani 4:1, Baiklah kita waspada supaya jangan ada seorang di antara kita yang dianggap ketinggalan. Sudah ada banyak bangsa-bangsa besar selama ini, yang berdiam di kota-kota dan tempat-tempat berkubu, tetapi tidak satupun yang diperhatikan dan dicatat oleh sejarah suci ini, kecuali bangsa yang satu ini. Catatan-catatan yang sangat terperinci dan tepat mengenai segala kejadian yang dialami oleh sekumpulan manusia yang berdiam di kemah-kemah dan yang dengan anehnya mengembara di padang gurun ini dicatat, sebab mereka ini adalah anak-anak perjanjian. Sebab, bagian Tuhan ialah umat-Nya, Yakub ialah milik yang ditetapkan bagi-Nya.
Jerusalem: Bilangan (Pendahuluan Kitab) PENGANTAR
JUDUL-JUDUL, PEMBAGIAN DAN ISI
Kelima buku pertama Kitab Suci merupakan suatu kesatuan yang oleh orang-orang Yahudi diberi nama "Hukum&...
PENGANTAR
JUDUL-JUDUL, PEMBAGIAN DAN ISI
Kelima buku pertama Kitab Suci merupakan suatu kesatuan yang oleh orang-orang Yahudi diberi nama "Hukum", Torah, yang dalam bahasa Arab menjadi Taurat. Bukti yang pasti dan pertama tentang nama ini dapat kita jumpai dalam kata pembukaan kitab Bin Sirakh. Istilah Taurat lazim dipakai pada permulaan tarikh Masehi dan juga dalam Perjanjian Baru, Mat 5:17, Luk 10:26; bdk Luk 24:44.
Karena ingin mempunyai naskah-naskah yang dapat ditangani, maka orang-orang yahudi membagi-bagikan Kitab yang terlalu tebal in menjadi lima gulungan yang hampir sama besarnya. Pembagian ini menyebabkan bahwa kitab Taurat, di kalangan orang berbahasa Yunani, diberi judul: he pentateuchos (biblos), artinya: "Kitab berjilid lima", yang dalam bahasa Latin disalin dengan judul Pentateuchus (liber). Sedangkan orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani menyebutkannya juga "Seperlima kitab Taurat".
Adanya pembagian atas kelima kitab ini sebelum tarikh Masehi terbukti oleh terjemahan Yunani Septuaginta. Septuaginta menyebut jilid-jilid itu menurut isinya: Kejadian (yang dimulai dari asal mula dunia), Imamat (yang memuat peraturan-peraturan para imam dari suku Lewi), Bilangan (judul ini dikarenakan bilangan-bilangan dalam bab 1-4). Ulangan ("Hukum yang kedua", menurut salah satu tafsiran Yunani atas Ul 17:18). Nama-nama dari terjemahan Yunani itu menjadi lazim dalam Gereja. Namun dalam bahasa Ibrani, orang-orang Yahudi dulu dan sampai sekarang menyebut masing-masing kitab itu menurut kata pertamanya atau dengan kata penting pertama yang terdapat dalam teksnya.
Kitab Kejadian dapat dibagi atas dua bagian yang tidak sama panjangnya. Sejarah permulaan, Kej 1:1-11:32, merupakan semacam-macam serambi terbuka menuju sejarah penyelamatan yang akan diceritakannya dalam seluruh Kitab Suci. Sejarah itu dimulai dengan ceritera tetntang awal jadinya dunia dan menyangkut seluruh umat manusia. Dikisahkan didalamnya penciptaan alam semesta dan manusia, dosa pertama dan akibat-akibatnya, lalu kemerosotn moril yang makin hari makin bertambah besar dan yang akhirnya diberi hukuman melalui air bah. Mulai dari Nuh, bumi mulai dihuni kembali oleh bangsa manusia, namun daftar-daftar silsilah semakin dipersempit dan akhirnya terpusat perhatiannya pada Abraham, bapa bangsa terpilih. Sejarah para bapa bangsa, Kej 12:1-50:26, menampilkan tokoh-tokoh leluhur bangsa Israel. Abraham ialah seorang beriman; ketaatannya diganjar Allah dengan janji, bahwa dia sendiri akan memperoleh keturunan dan keturunannya akan mendapat Tanah Suci, Kej 12:1-25:18. Yakub berwatak penipu; ia berhasil menyingkirkan Esau, kakaknya, dengan licik memperoleh berkat bapanya Ishak dan dalam hal menipu melebihi pamannya, Laban. Namun segala kepandaiannya itu tidak akan berguna, seandainya Allah sendiri tidak mengutamakan Yakub sejak kelahirannya dari Esau dan tidak mengulagi janji perjanjian yang dahulu diberikanNya kepada Abraham, Kej 25:19-36:43. Dibandingkan dengan Abraham dan Yakub, maka Ishak seorang tokoh yang kurang menonjol. Riwayat hidupnya hanya diceritakan demi kehidupan ayahnya, Abraham, dan anaknya yaitu Yakub. Kedua belas anak Yakub adalah leluhur kedua belas suku Israel. Riwayat salah seorang di antaranya dikisahkan pada seluruh bagian terakhir kitab Kejadian; bab 37-50 (kecuali 38 dan 49) adalah kisah Yusuf, orang berhikmat. Kisah tersebut berbeda sifatnya dengan kisah-kisah yang mendahuluinya. tidak ada campur tangan langsung dari Allah atau pewahyuan baru. Seluruh kisah itu berupa suatu pengajaran: kebaikan orang berhikmat mendapat ganjarannya dan Penyelenggaraan Ilahi memanfaatkan kedosaan manusia untuk tujuan yang baik.
Kitab Kejadian merupakan suatu kisah yang utuh dan lengkap, yaitu riwayat para leluhur. Ketiga kitab yang berikut merupakan kesatuan tersendiri. Dalam rangka kehidupan Musa, diceritakan di dalamnya pembentukan umat terpilih serta diberinya hukum sosial dan agama umat itu.
Kitab Keluaran berkisar pada dua tema pokok: pembebasan dari Mesir, Kel 1:1- 15,21 dan Perjanjian di gunung Sinai, Kel 19:1-40:38. Kedua tema itu dihubungkan satu sama lain oleh suatu tema tambambahan yaitu perjalanan di padang gurun, Kel 15:22-18:27. Dalam bagian ini, Musa yang di gurun Allah telah menerima wahyu nama Yahwe mengantar orang-orang Israel dari perbudakan di negeri Mesir sampai ke gunung yang sama. Di sana dalam penampakan yang mendahsyatkan Allah mengikat perjanjian dengan umatNya serta memaklumkan hukum- hukum-Nya kepadanya Perjanjian baru saja diadakan itu, dibatalkan oleh bangsa Israel dengan menyembah lembu emas. Akan tetapi Allah mengampuni umatNya, lalu membaharui perjanjian itu. Suatu rangkaian peraturan mengatur ibadat bangsa Israel di padang gurun.
Kitab Imamat yang hampir berisikan peraturan melulu, menghentikan untuk sementara kisah peristiwa-peristiwa Kitab ini berisikan: peraturan untuk upacara korban, Im 1:1-7:38; upacara pentahbisan para imam yang dijalani Harun serta anak- anaknya, Im 8:1-10:20; peraturan tentang tahir dan najis, Im 11:1-15:33, serta upacara ibadat hari raya Pendamaian, 16. Lalu menyusul "Hukum Kekudusan", Im 17:1-26:46, yang memuat juga suatu penanggalan liturgis, 23, dan berakhir dengan berkat- berkat dan kutukan-kutukan, 26. Sebagai tambahan, bab 27 merumuskan syarat- syarat tebusan bagi manusia, hewan dan barang yang dikuduskan bagi Yahwe.
Kitab Bilangan menyambut kembali tema perjalanan di padang gurun. Keberangkatan dari gunung Sinai didahului oleh cacah jiwa, Bil 1:1-4:49, dan persembahan dalam jumlah besar buat pentahbisan Kemah Suci, 7. Sesudah merayakan Paskah untuk kedua kalinya, bangsa Israel meninggalkan gunung Sinai, Bil 9:1-10:36, dan lambat laun mendekati Kadesy. Dari situ diadakan suatu percobaan memasuki negeri Kanaan bagian Selatan yang akhirnya gagal, Bil 11:1-14:45. Sesudah tinggal di Kadesy selama beberapa waktu, bangsa Israel berangkat lagi dan tiba di padang Moab, di seberang kota Yerikho, Bil 20:1-25:18. Bangsa Midian dikalahkannya dan suku-suku Gad dan Ruben menetap di seberang Yordan, Bil 31:1-32:42. Suatu daftar meringkaskan tahap-tahap perjalanan di gurun, Bil 33. Ditengah cerita-cerita yang disebut tadi dapat kita jumpai beberapa kumpulan perundangan yang melengkapi perundangan Sinai atau menyiapkan pendudukan Tanah Kanaan,Bil 5:1-6:27; 8:15-19; 26-30; 34-36.
Kitab Ulangan mempunayi susunan khas, sebab merupakan semacam buku undang- undang sipil dan agama, Ul 12:1-26:15, yang disisipkan ke dalam wejangan panjang Musa Ul 5-11 dan Ul 26:16-28:68 Kumpulan ini sendiri didahului oleh wejangan Musa pertama, Ul 1-4, disusul oleh wejangan yang ketiga, Ul 29-30, lalu dilengkapi dengan beberapa berita mengenai akhir kehidupan Musa: pengangkatan Yosua, nyanyian dan berkat Musa serta kematiannya, Ul 31-34. Undang-undang kitab ini mengulangi sebagian undang yang diumumkan di padang gurun. Wejangan-wejangan yang kita jumpai dalam kitab ini mengingatkan peristiwa-peristiwa besar di saat keluaran, di gunung Sinai dan permulaan perebutan tanah yang dijanjikan; wejangan-wejangan tersebut mengungkapkan arti religius peristiwa-peristiwa itu, menekankan makna perundangan dan mengajak bangsa Israel supaya tetap setia kepada Allah.
KOMPOSISI DAN GAYA SASTRA
Setidak-tidaknya sejak permulaan tarikh Masehi, Musa dianggap sebagai penyusun kumpulan yang besar ini. Kristus dan para rasul menuruti pendapat tersebut, Yoh 1:45; 5:45-47; Rom 10:5. Namun tradisi yang paling tua tidak pernah dengan tegas membenarkan pendapat, bahwa Musa adalah penyusun seluruh Pentateukh. Apabila di dalam Pentateukh sendiri terdapat (jarang sekali) kalimat: "Musa menulis", maka ungkapan ini menyangkut bagian-bagian tertentu saja. Sebenarnya penyelidikan ilmiah dan modern terhadap kitab-kitab tersebut, menampilkan perbedaan-perbedan gaya bahasa, pengulangan dan kekacauan dalam cerita, yang menjadi penghalang untuk memandang kumpulan ini sebagai sebuah karya yang seluruhnya dikerjakan oleh seorang pengarang saja. Sesudah banyak penyelidikan yang dilakukan dengan hati-hati, para kritikus yang hidup pada akhir abad ke-19, khususnya di bawah pengaruh karya-karya Graf dan Wellhause, mencetuskan teori begini: pentateukh adalah kumpulan yang terdiri dari empat buah dokumen yang berlain-lainan usia dan lingkungan asalnya, namun semuanya berasal dari zaman sesudah Musa. Aslinya ada dua dokumen berisikan ceritera yakni Yahwista (J), yang mulai dari kisah penciptaan mempergunakan nama Yahwe, yaitu nama Allah yang diwahyukan kepada Musa, dan Elohista (E), yang menyebut Allah dengan nama umum yaitu Elohim. Dokumen Yahwista, menurut teori ini, mendapat bentuk tertulis dalam abad ke-9 di Yehuda, sedangkan Elohista sedikit kemudian mendapat bentuknya di Israel. Sesudah musnahnya Kerajaan Utara, kedua dokumen itu dilebur menjadi satu (JE). Sesudah raja Yosia, kitab Ulangan (D) ditambahkan kepada gabungan tadi (JED). Sehabis Pembuangan, Kitab Hukum Para Imam (P), yang terutama berisikan peraturan-peraturan dan beberapa ceritera, disatukan dengan kumpulan tadi dan menjadi rangka dan bingkainya (JEDP).
Teori dokumen yang klasik ini , yang juga dihubungkan dengan suatu gagasan tentang evolusi paham-paham keagamaan bangsa Israel, karena kali dipersilahkan. Dewasa inipun seluruh teori tersebut masih ditolak oleh sebagian para ahli. Sejumlah ahli lain menerimanya dengan perubahan-perubahan yang cukup penting. Tidak ada dua orang ahlipun yang seluruhnya sependapat dalam menentukan bagian- bagian Pentateukh manakah yang termasuk ke dalam masing-masing dokumen. Terutama di masa sekarang ini para ahli sependapat, bahwa penyelidikan dari segi bahasa saja tidak cukup menerangkan cara digubahnya Pentateukh. Penyelidikan bahasa itu masih perlu dilengkapi dengan studi tentang bentuk sastra dan tradisi lisan atau tertulis yang mendahului pengubahan sumber-sumber Pentateukh. Masing-masing dokumen, bahkan yang paling mudapun (P), memuat unsur-unsur yang sangat tua. Kesusastraan kuno di Timur Dekat yang ditemukan kembali serta kemajuan ilmu arkheologi dan sejarah, yang membuka pengetahuan baru tentang kebudayaan- kebudayaan dan bangsa-bangsa yang bertetangga dengan Israel, membuktikan, bahwa sebagian besar undang atau peraturan yang terdapat dalam Pentateukh sangat serupa dengan undang atau peraturan di luar Kitab Suci dan lebih tua usianya dari pada yang ditetapkan buat "dokumen-dokumen"tadi. Ternyata pula sejumlah ceritera Kitab Suci mengadaikan lingkungan lain dan lebih tua dari pada lingkungan tempat "dokumen-dokumen" itu disusun. Macam-macam tradisi dari zaman dahulu, baik hukum maupun ceritera, terpelihara di tempat-tempat suci atau turun-temurun diceriterakan oleh ahli-ahli ceritera di kalangan rakyat. Tradisi- tradisi itu dikumpulkan menjadi kumpulan-kumpulan lebih kurang besar, lalu dituliskan atas desakan kalangan-kalangan tertentu atau oleh seorang tokoh yang berperan penting. Hanya penggubahan-penggubahan itu bukanlah tahap terakhir. Sebaliknya kumpulan-kumpulan tradisi itu disadur kembali, ditambah dan akhirnya digabungkan satu sama lain menjadi Pentateukh yang kita miliki. "Sumber-sumber" tertulis dari Pentateukh merupakan tahap-tahap penting dalam perkembangan yang lama. Aliran-aliran tradisi yang lebih tua seolah-olah tersimpul di dalamnya, lalu mengalir terus dan berkembang.
Banyaknya aliran tradisi tersebut merupakan kenyataan yang menjelaskan adanya ceritera dobel, pengulangan dan pertentangan-pertentangan yang mengherankan pembaca mulai dari halaman-halaman pertama kitab Kejadian; dua kisah mengenai penciptaan, Kej 1:1-2:4a dan Kej 2:4b-3:24; dua silsilah Kain-Keni-Kenan, Kej 4:17 dst dan Kej 5:12-17; gabungan dua kisah tentang air bah, Kej 6-8. dalam riwayat para bapa bangsa, perjanjian Abraham diceriterakan sebanyak dua kali, Kej 15 dan Kej 17; dua kali Hagar diusir, Kej 16 dan Kej 21; ada tiga ceritera tentang nasib malang isteri seorang Bapa Bangsa di negeri asing, Kej 12:10-20; 20; 26:1-11; gabungan dua ceritera tentang Yusuf dan saudara- saudaranya, yang terdapat dalam bab-bab terakhir kitab Kejadian. Terdapat pula dua kisah tentang panggilan Musa, Kej 3:1-4; 17 dan Kej 6:2-7:7, dua mujizat air di Meriba, Kej 17:1-7 dan Bil 20:1-13; dua teks Dekalog, Kej 20:1-17 dan Ul 5:6-21; empat penanggalan liturgis, Kej 23:14-19; 34:18-23; Im 23; Ul 16:1-16. Dapat dikemukakan banyak contoh lain lagi. Berdasarkan kesamaan bahasa, gaya bahasa dan gagasan-gagasan bagian-bagian tertentu dari Pentateukh dapat dikelompokkan, sehingga tampillah kesatuan-kesatuan (ceritera-ceritera dan hukum-hukum) yang berbeda satu sama lain dan yang l.k. utuh-lengkap. Dengan demikian ditemukan empat aliran tradisi.
Tradisi "Yahwista" (disebut demikian karena mulai dengan kisah penciptaan mempergunakan nama Allah yang khusus yaitu Yahwe) mempunyai gaya bahasa yang hidup dan berwarna-warni; melalui bahasa penuh gambar dan berkat bakat berceritakan yang mengagumkan, tradisi ini menjawab secara mendalam pertanyaan- pertanyaan serius yang dimbul dalam hati setiap manusia; ungkapan-ungkapan manusiwi yang dipakainya dalam berceritera tentang Allah, menyembunyikan suatu rasa keagamaan yang bermutu tinggi. Sebagaimana pengantar ke dalam sejarah para leluhur Israel, disajikannya sebuah ringkasan sejarah umat manusia sejak penciptaan pasangan manusia pertama. Tradisi in berasal dari Yehuda dan barangkali bagiannya yang terpenting dicatat di zaman pemerintahan raja Salomo. Dalam kumpulan teks yang dikatakan termasuk tradisi ini, kadang-kadang ditemukan sebuah tradisi sejalan, yang asal-usulnya sama juga, tetapi memantulkan gagasan- gagasan yang kadang-kadang lebih kuno dan kadang-kadang berbeda-beda dengan yang lazim dalam Yahwista; kepada tradisi itu diberi tanda Y 1(Yahwista yang pertama) atau L (sebab berasal dari kalangan kaum awam) atau N (sebab berasal dari suku- suku Badui). Pembedaan ini tampaknya dapat dibenarkan, namun sukar menentukan, apakah di sini terdapat suatu tradisi yang berdiri sendiri ataukah hanya beberapa unsur saja yang diambil-alih oleh tradisi Yahwista dengan mengindahkan coraknya yang asli.
Tradisi "Elohista" yang ciri khas lahiriahnya ialah penggunaan nama umum bagi Allah (Elohim), berbeda dengan tradisi Yahwista, karena gaya bahasanya lebih sederhana dan juga kurang menarik, lagi pula karena dalam hal kesusilaan lebih banyak tuntutannya dan karena usahanya mempertahankan jarak yang memisahkan manusia dengan Allah. Dalam tradisi ini tidak terdapat ceritera- ceritera tentang asal jadinya dunia; ia mulai dari Abraham. Barangkali tradisi ini lebih muda dari pada tradisi Yahwista dan biasanya dikatakan berasal dari suku-suku Utara. Beberapa ahli tidak menyetujui adanya tradisi Elohista terpisah. Mereka menganggap hipotesa tentang pelengkapan, penyempurnaan atau penyadaran yang diadakan terhadap karya Yahwista sebagai hipotesa yang sudah cukup memuaskan. tetapi teori tentang adanya suatu tradisi dan penulisan tradisi E, yang mula-mula berdiri sendiri, tidak hanya didukung oleh ciri-ciri khas pada gaya bahasa dan ajaran tetapi juga oleh perbedaan dengan J dalam asal-usulnya. Teori ini didukung pula oleh kenyataan, bahwa mulai dari Abraham sampai dengan ceritera-ceritera tentang wafatnya Musa, kisah E yang sejalan dengan kisah J, cukup lengkap sambil berbeda dengan J.
Maka satu hal penting perlu diperhatikan. Kendati corak-corak yang membeda- bedakannya, namun ceritera-ceritera Yahwista dan Elohista pada kahekatnya mengisahkan sejarah yang sama. Jadi kedua tradisi ini mempunyai titik-pangkal yang sama. Suku-suku Israel di Utara dan di Selatan mempunyai tradisi yang sama. Tradisi itu menertibkan kenangan-kenangan bangsa Israel dalam hal sejarahnya, ialah: urutan ketiga bapa bangsa Abraham, Ishak dan Yakub, keluaran dan Mesir yang digabungkan dengan penampakan Allah di gunung Sinai, pengikatan Perjanjian di gunung Sinai yang dihubungkan dengan pendudukan daerah Trans-Yordania, yang menjadi tahap terakhir sebelum direbutnya Tanah Terjanji. Tradisi bersama ini mulai terbentuk secara lisan dan mungkin juga secara tertulis sejak zaman para Hakim, yakni sejak Israel mulai menjadi suatu bangsa.
Tradisi Yahdisi maupun Elohista memuat hanya sedikit teks berupa hukum; yang paling berarti ialah Kitab Hukum Perjanjian yang akan dibicarakan nanti. Padahal sebaliknya, hukum-hukum merupakan urat tradisi Para Imam. Hukum-hukum itu khususnya mengenai Bait Suci, korban-korban dan hari-hari raya, pribadi dan tugas Harun serta keturunannya. Tetapi di samping bagian-bagian yang berisikan hukum atau yang mengenai lembaga-lembaga keagamaan itu, tradisi Para Imam memuat juga cerita. Cerita-cerita itu khususnya menjadi terperinci mana kala dapat mengungkapkan perhatian khusus yang diberikan oleh tradisi Para Imam kepada hukum dan ibadat. Tradisi in menggemari angka-angka dan silsilah-silsilah. Karena perbendaharaan kata yang khas dan gaya bahasanya yang abstrak, tradisi itu mudah dikenal Inilah tradisi para imam Bait Suci di Yerusalem. Walaupun di dalamnya terpelihara macam-macam unsur kuno, namun tradisi ini baru terwujud di masa pembuangan Israel dan baru umum diterima dan mulai beredar setelah Israel kembali dari pembuangan. Di dalamnya dibeda-bedakan beberapa lapisan atau tahap penggubahan. Selebihnya sulit ditentukan, apakah tradisi in pernah berdiri sendiri sebagai sebuah karya tertulis. Agaknya lebih mungkin, bahwa seseorang atau beberapa orang yang mewakili tradisi para imam di Yerusalem itu memungut bahannya dan tradisi-tradisi yang sudah ada, lalu menggubah dan menerbitkan Pentateukh seperti sekarang ada.
Dalam kitab Kejadian garis-garis ketiga tradisi tersebut, yakni Yahwista, Elohista dan Para Imam, agak mudah diikuti. Sehabis kitab Kejadian tradisi Para Imam gampang saja dipisahkan dari kedua tradisi lain, terutama dalam bagian terakhir kitab Keluaran, seluruh kitab Imamat dan bagian-bagian besar dari kitab Bilangan. Tetapi sehubungan dengan bahan lain dalam ketiga kitab itu sukar ditentukan mana termasuk tradisi Yahwista dan mana termasuk tradisi Elohista. Sehabis kitab Bilangan, ketiga tradisi tersebut menghilang sama sekali sampai muncul kembali dalam bab 31 dan 34 dari kitab Ulangan. Ketiga tradisi tersebut diganti dengan tradisi lain, yakni tradisi Ulangan(D). Tradisi ini dapat dikenal melalui bahasa yang khas, yaitu bahasa berlebih-lebihan dan berupa seni berpidato, di mana sering terulang ungkapan-ungkapan yang tetap sama; dapat dikenal melalui ajaran yang terus-menerus ditegaskan kembali, yaitu bahwa dari antara segala bangsa, Allah telah berkenan memilih Israel sebagai umatNya. Tetapi pilihan itu dan perjanjian yang telah mengukuhkannya bersyarat kesetiaan Israel kepada Hukum Allahnya dan kepada Ibadat resmi yang harus diadakan bagiNya dalam satu Bait Suci saja. Kitab Ulangan merupakan tahap terakhir sebuah tradisi yang berdekatan dengan tradisi Elohista dan dengan gerakan para nabi. Tetapi suara tradisi D itu sudah terdengar dalam beberapa bagian Kitab Suci yang agak tua. Bagian inti kitab Ulangan boleh jadi memuat adat-istiadat Kerajaan Utara yang oleh orang-orang Lewi dibawa ke Yehuda sesudah kerajaan Samaria musnah. Kitab hukum yang barangkali sudah diberi kerangka sebuah wejangan Musa itu disimpai dalam Bait Suci di Yerusalem. Di zaman raja Yosia ditemukan kembali, lalu diumumkan untuk mendukung pembaharuan agama di Yehuda. Kitab itu diterbitkan kembali (dengan tambahan atau saduran) pada awal masa pembuangan.
Berpangkal pada kumpulan-kumpulan tradisi yang berbeda-beda itu, kitab Pentateukh bertahap-tahap tumbuh dan digubah. Tetapi sukar menentukan waktunya masing-masing tahap dikerjakan. Tradisi Yahwista dan Elohista digabungkan di Yehuda pada akhir zaman kerajaan, barangkali di masa pemerintahan Hizkia, sebab berdasarkan Ams 25:1 kita ketahui, bahwa di zaman itu karya-karya sastra kuno dikumpulkan. Menjelang akhir masa Pembuangan, kitab Ulangan, yang dianggap sebagai kitab hukuman yang diberikan oleh Musa di padang Moab, sididipkan antara bagian terakhir kitab Bilangan dan ceritera-ceritera tentang pengangkatan Yosua dan kematian Musa, Ul 31 dan 34. Bisa jadi , bahwa tidak lama kemudian pada kitab ini ditambahkan tradisi Para Imam, atau, jikalau ini lebih disukai, bahwa para penggubah pertama dari kalangan para imam mulai menangani kitab itu. Tetapi bagaimanapun juga "Taurat Musa", yang dibawa dari Babel oleh Ezra, rupa-rupanya adalah kitab Pentateukh yang bentuknya sudah mendekati bentuk yang paling akhir.
Hubungan antara Pentateukh dengan kitab-kitab Alkitab berikut menjadi sebab timbulnya pelbagai hipotesa yang saling bertentangan. Sejak lama sementara ahli Kitab bicara tentang "Heksateukh", yaitu tentang sebuah kitab yang berjilid enam, yang mencakup juga kitab Yosua dan bagian pertama kitab Hakim-hakim. Mereka menemukan di dalamnya lanjutan ketiga sumber Pentateukh, yakni J, E dan P. Mereka menekankan, bahwa tema janji yang begitu sering muncul dalam ceritera- ceritera Pentateukh menuntut adanya dalam tradisi itu ceritera-ceritera yang mengisahkan pula pelaksanaan janji-janji tersebut, ialah perebutan Tanah Terjanji. Menurut pendapat mereka, kitab Yosua baru kemudian dipisahkan dari kesatuan itu, lalu menjadi kitab pertama dari kitab-kitab sejarah. Sebaliknya, pengarang-pengarang yang lebih baru bicara mengenai "Tetrateukh", yakni tentang kitab yang berjilid empat, yang tidak mencakup kitab Ulangan. Menurut mereka, kitab Ulangan mula-mula dipakai sebagai pendahuluan sebuah kitab sejarah yang berlangsung sampai dengan akhir masa para raja(karenanya kita Sejarah itu diistilahkan sebagai kitab "Sejarah Ulangan"). Kemudian kitb Ulangan dipisahkan dari kitab sejarah tersebut, waktu orang ingin mengumpulkan di dalam satu karya - yaitu Pentateukh kita - segala sesuatunya yang menyangkut diri Musa serta karyanya. Pendapat yang kedua inilah yang dalam terbitan Kitab Suci ini akan dituruti dalam kata pengatar bagi masing-masing kitab sejarah dan diandaikan dalam beberapa catatan, walaupun di sana-sini pendapat itu akan dirubah seperlunya. Hanya perlu tetap diingat, bahwa semuanya hanya berupa hitopesa. Tetapi juga pendapat dahulu mengenai Heksateukh berupa hipotesa saja.
Sudah jelaslah kiranya, bahwa ketidak-pastian yang sama menyangkut sejumlah besar persoalan yang ditimbulkan oleh caranya Pentateukh digubah. Memang kitab itu digubah selama sekurang-kurangnya enam abad dan ia mencerminkan perubahan- perubahan yang dialami hidup kebangsaan dan keagamaan Israel. Namun kendati pasang surut yang dialaminya itu, perkembangan Pentateukh pada pokoknya nampaklah homogen. Sudah dikatakan di atas, bahwa tradisi-tradisi yang berupa ceritera berasal dari zaman terbentuknya bangsa Israel. Dengan memperhatikan seperlunya perbedaan, maka hal yang sama boleh dikatakan tentang bagian-bagian Pentateukh yang berisikan hukum. Bagian-bagian itu memuat hukum sipil dan agama yang berkembang bersama dengan masyarakat yang dipimpin olehnya, tetapi asal- usul hukum itu bercampur dengan asal-usul bangsa itu sendiri. Ada kintinuitas dalam perkembangan dan kontinuitas itu mempunyai dasar keagamaan: iman akan Yahwelah yang mempersatukan bangsa itu dan iman akan Yahwe itu dibayangi oleh pribadi Musa. Dialah pangkal hidup keagamaan bangsanya dan diapun sebagai yang pertama memberi hukum dan undang-undang kepada bangsanya. Tradisi-tradisi sebelumnya yang terarah kepada Musa dan kenangan akan kejadian-kejadian yang dipimpin olehnya, akhirnya menjadi kisah sejarah terbentuknya bangsa Israel. Untuk seterusnya agama Musalah yang menentukan kepercayaan dan adat-istiadat keagamaan Israel. Sebab hukum Musa tetap menjadi pedoman bagi bangsa itu. Penyesuaian-penyesuaian yang dituntut oleh perubahan-perubahan zaman diadakan menurut jiwa dan semangat Musa dan ditempatkan di bawah kewibawaannya. Tidaklah penting, bahwa kita tidak dapat dengan pasti menentukan satu bagianpun dari Pentateukh sebagai karya Musa sendiri, sebab dialah yang menjadi tokoh utama bagi seluruh kitab itu. Oleh karenanya tidak kelirulah tradisi Yahudi yang menyebut Pentateukh sebagai Kitab Taurat Musa.
CERITERA-CERITERA DAN SEJARAH
Tidaklah bijaksana, jikalau dari pada tradisi-tradisi yang merupakan pusaka yang hidup bagi suatu bangsa dan yang membangun rasa persatuannya dan melandaskan kepercayaannya, akan kita tuntut apa yang dapat dituntut dari pada ahli ilmu sejarah dalam arti modern. namun tidaklah adil juga menyangkal adanya kebenaran di dalamnya hanya karena tidak adanya norma-norma ilmu sejarah modern.
Kesebelas bab pertama kitab Kerajaan perlu diperhatikan secara tersendiri. Secara populer diceriterakan di dalamnya awal-mula bangsa manusia; dengan gaya bahasa yang sederhana dan penuh gambar, yang dengan mentalita bangsa yang kurang beradab, diungkapkannyalah kebenaran-kebenaran pokok yang menjadi pangkal seluruh tata keselamatan, yaitu: Allah menciptakan dunia pada awal mula; Allah terlibat langsung dalam penciptaan pria dan wanita; persatuan manusia; dosa leluhur pertama; kemerosotan dan hukuman turun-temurun yang dijatuhkan kepadanya. Akan tetapi kebenaran-kebenaran ini yang menyangkut dogma dan diperkuat oleh kewibawaan Kitab Suci, sekaligus merupakan fakta. apabila kebenaran-kebenaran ini memang pasti, maka di dalamnya diandaikan fakta-fakta riil, walaupun kita tidak mampu menentukan dengan tepat hal-ihwalnya, sebab terselubung dalam bungkusan mitos yang dipakaikan padanya sesuai dengan mentalita masa dan lingkungan yang bersangkutan.
Sejarah para bapa bangsa adalah sejarah keluarga; dikumpulkan di dalamnya kenangan-kenangan yang masih terpelihara mengenai para leluhur, yaitu Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf. Sejarah itu bersifat populer: ia gemar akan peristiwa- peristiwa yang menyangkut pribadi bapa-bapa bangsa dan diceriterakan dengan memakai daya khayal yang menyegarkan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk menghubungkan ceritera-ceritera itu dengan sejarah umum. Selebihnya sejarah itu sejarah keagamaan; segala kejadian yang menentukan, disertai campur tangan Allah, sehingga tampaknya sebagai sejarah yang diatur oleh Penyelenggaraan Ilahi. Pendekatan ini secara teologis memang tepat, tetapi tidak peduli akan pengaruh sebab-sebab di luar Allah. Lagi pula semua peristiwa dikemukakan, dijelaskan dan dikumpulkan untuk membuktikan suatu kebenaran keagamaan, yaitu: ada satu Allah yang membentuk satu umat dan yang memberikan kepadanya satu negeri. Allah itu ialah Yahwe, umat itu tidak lain dari Israel dan negeri itu ialah Tanah Suci. Akan tetapi ceritera-ceritera itu adalah sejarah, sejauh dengan caranya sendiri mengisahkan peristiwa-peristiwa riil dan sejauh memberi gambaran tepat mengenai asal-usul dan pengembaraan leluhur Israel, mengenai ikatan-ikatan geografis dan etnis serta mengenai kelakuan moril dan religius mereka. Kesangsian-kesangsian yang dikemukakan tentang ceritera-ceritera itu seharusnya dijauhkan, mengingat bahwa ceritera-ceritera itu didukung oleh bukti- bukti yang dihasilkan oleh penemuan-penemuan terbaru di bidang sejarah dan arkheologi di negeri-negeri Timur Dekat.
Sesudah jangka waktu lama yang tidak ada beritanya kitab Keluaran maupun kitab Bilangan, yang masih bergema dalam bab-bab pertama kitab Ulangan, menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak kelahiran sampai dengan kematian Musa yaitu: keluaran Israel dari Mesir, perhentian di daerah gunung Sinai, perjalanan menuju Kadesy, perjalanan melalui daerah Trans-Yordania dan menerapkannya Israel di padang Moab. Seandainya kebenaran historis peristiwa- peristiwa tersebut maupun pribadi Musa hendak disangkal, maka mustahillah menjelaskan kelanjutan sejarah Israel, kesetiaannya kepada Yahwe serta terlekatnya bangsa itu pada hukum Taurat. Namun perlu diingat, bahwa pentingnya kenangan-kenangan tersebut kehilangan bangsa Israel dan gemanya dalam ibadat memberi ceritera-ceritera itu ciri kisah kepahlawanan (misalnya penyeberangan laut) dan kadang-kadang rupa ibadat (Paskah). Setelah menjadi bangsa, Israel tampil di panggung sejarah umum. Walaupun tiada satu dokumen kunopun yang menyinggung Israel, kecuali satu tulisan pada tugu Firaun Merneptah yang tidak jelas maksudnya, namun apa yang diceriterakan oleh Kitab Suci tentang Israel, dalam garis-garis besarnya sesuai dan cocok dengan apa yang diberitahukan oleh teks-teks dan arkheilogi mengenai masuknya kelompok-kelompok bangsa Semit ke Mesir, mengenai tata negara di Delta Nil dan mengenai keadaan politik di wilayah di seberang sungai Yordan.
Tugas ahli ilmu sejarah modern ialah membandingkan berita-berita Kitab Suci dengan fakta-fakta sejarah umum. Dengan sikap hati-hati yang dikarenakan kurangnya petunjuk-petunjuk Kitab Suci serta ketidak-pastian khronologi kejadian-kejadian yang tidak termasuk Kitab Suci, dapat dikatakan: Abraham hidup di negeri Kanaan sekitar thn. 1850 seb. Masehi; Yusuf mencapai kedudukan menjalankan tugasnya di Mesir tidak lama sehabis thn. 1700; pada waktu yang sama "anak-anak Yakub" lainnya bergabung dengannya. Untuk menentukan waktu keluaran tidak dapat kita percaya petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam 1Rj 6:1 dan Hak 11:26, sebab petunjuk-petunjuk tersebut dimasukkan dan berasal dari perhitungan yang dibuat-buat. Walaupun demikian, Kitab Suci memberi satu petunjuk yang pasti; menurut teks kuno Kel 1:11, orang-orang Ibrani ikut membangun kota-kota bandar (perniagaan)Pitom dan Raamses. Maka peristiwa keluaran terjadi sesudah Firman Ramses II yang mendirikan kota Raamses itu naik takhta. Karya-karya besar itu dimulai pada awal pemerintahannya dan mungkin sekali kelompok di bawah pimpinan Musa meninggalkan Mesir di pertengahan pertama atau di sekitar pertengahan pemerintahannya yang amat lama (1290-1224), katakanlah di sekitar thn. 1250 seb Masehi atau sedikit sebelumnya. apabila kita perhatikan tradisi Kitab Suci mengenai Israel dipadang gurun yang berlangsung selama masa kehidupan satu keturunan, maka pendudukan daerah di seberang Yordan terjadi kurang lebih pada thn. 1225 seb. Masehi. Tanggal tersebut cocok dengan keterangan-keterangan dari ilmu sejarah umum tentang tempat kediaman para Firman dar wangsa ke-XIX di Delta Nil, tentang mundurnya kuasa negara Mesir di Siria-Palestina pada akhir pemerintahan Ramses II, dan tentang kerusuhan-kerusuhan yang pada akhir abad ke- 13 timbul di seluruh wilayah Timur Dekat, Tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari arkheologi mengenai awal Zaman Besi yang bersamaan waktunya dengan menetapkan orang-orang Israel di Kanaan.
PERUNDANG-UNDANGAN
Dalam Kitab Suci Yahudi, Pentateukh disebut Taurat; dan memang sesungguhnya terdapatlah di dalamnya kumpulan peraturan yang mengatur kehidupan moral, sosial dan agama bangsa Israel. Bagi kita yang berpandangan modern, ciri yang paling menarik dalam hukum tersebut ialah sifat keagamaannya. Ciri ini dapat dijumpai juga dalam beberapa kitab hukum dari daerah Timur di zaman dahulu. Tetapi tidak ada satupun yang di dalamnya unsur profan dan unsur sakral bercampur baur dan saling meresapi dengan cara seperti yang terjadi dalam hukum Taurat Israel. Di Israel hukum didiktekan oleh Allah; hukum itu mengatur kewajiban-kewajiban terhadap Allah; undang-undangnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keagamaan. Hal ini dengan sendirinya dapat dipahami buat peraturan-peraturan moral Dekalog atau buat hukum-hukum ibadat yang terdapat dalam kitab Imamat, akan tetapi jauh lebih berarti, bahwa dalam kumpulan yang sama bercampur-baurlah hukum-hukum perdata dan pidana serta perintah-perintah agama dan bahwa semuanya itu dikemukakan sebagai piagam perjanjian dengan Yahwe. Karena demikian halnya, maka pemakluman hukum-hukum itu secara wajar dihubungkan dengan ceritera- ceritera tentang peristiwa-peristiwa di padang gurun, di mana perjanjian itu diadakan.
Oleh karena hukum dibuat untuk dilaksanakan, maka timbullah keharusan menyesuaikannya dengan keadaan dan dengan zaman yang berubah-ubah. Dengan demikian menjadi jelas, mengapa dalam kumpulan-kumpulan yang nanti akan kita kupas, sekaligus dapat ditemukan unsur-unsur kuno maupun kaidah-kaidah ataupun peraturan-peraturan yang membuktikan adanya keperluan-keperluan baru. Di lain pihak, tidak dapat tidak Israel dalam hal in bergantung pada tetangga- tetangganya. Penetapan-penetapan tertentu dalam Kitab Hukum Perjanjian atau kitab Ulangan, mirip sekali dengan Kitab-kitab Hukum dari Mesopotamia, Kumpulan Hukum dari Asyur dan Kitab Hukum bangsa Het. Bukan pinjaman langsung, namun kesamaan-kesamaannya itu dapat diterngkan oleh pengaruh hukum asing atau oleh hukum adat yang sebagian merupakan milik bersama bangsa-bangsa Timur Dekat di zaman dahulu kala. Selebihnya sesudah keluarga dari Mesir dan perebutan negeri Kanaan, pengaruh Kanaan dalam peristiwa undang dan bentuk-bentuk ibadat sangat terasa sekali.
Dekalog ialah "Kesepuluh Firman" yang tergores di atas loh-loh batu di gunung Sinai. Ia memuat undang-undang dasar, baik di bisang kesusilaan maupun di bidang agama. Dekalog itu merupakan undang-undang dasar perjanjian. ia disajikan sebanyak dua kali, Kel 20:2-17 dan Ul 5:6-18, dengan perbedaan- perbedaan yang cukup besar. Kedua nas tersebut berasal dari sebuah bentuk Dekalog yang lebih tua dan lebih singkat. Bahwa Dekalog yang asli itu berasal dari Musa tidak dapat dibantah oleh argumen apapun.
Kitab Hukum (Elohista) Perjanjian, Kel 20:22-23:33(atau 20:24-23:9) disisipkan antara Dekalog dan ceritera tentang diikatnya perjanjian di gunung Sinai. Tetapi Kitab Hukum itu sesungguhnya berlatar-belakang suatu keadaan masyarakat di zaman kemudian dari zaman Musa. Kitab itu berisikan hukum-hukum dari suatu masyarakat kaum tani dan peternak. Perhatian khusus yang diberikan kepada ternak, perumahan, pekerjaan di ladang dan di kebun anggur mengandaikan bahwa Israel sudah lama menetap di negeri Kanaan. Baru di zaman itulah Israel dapat mengenai dan melaksanakan hukum adat, yang dari padanya Kitab Hukum tersebut mengambil bahannya. Hukum adat itupun dapat menerangkan, mengapa Kitab Hukum Perjanjian sampai dengan hal terperinci sangat serupa dengan kitab-kitab hukum dari daerah Mesopotamia. Namun Kitab Hukum Israel itu dijiwai oleh agama Yahwe dan karenanya kerap kali menantang peradaban negeri Kanaan. Dengan tidak mengatur dan menyusunnya dengan rapih, Kitab Hukum Perjanjian mengumpulkan berbagai kelompok perintah-perintah. Perintah-perintah itu berbeda baik isinya maupun perumpamaannya. Ada yang berupa syarat: Kalau hal ini atau itu terjadi, dilakukan, maka harus diperbuat begini begitu; maka perintah-perintah macam itu tidak mempunyai nada mutlak. Ada juga hukum-hukum yang berupa perintah/larangan dan yang secara mutlak berlaku. Kumpulan hukum-hukum itu mula-mula berdiri sendiri dan mendahului adanya kitab Ulangan. Sebab Kitab Ulangan memang memanfaatkan Kitab Hukum Perjanjian. Oleh karena kitab itu tidak menyinggung jabatan raja, maka boleh disimpulkan, bahwa berasal dari zaman para Hakim. Sebelum kitab Ulangan disusun, Kitab Hukum Perjanjian sudah disisipkan ke dalam ceritera-ceritera mengenai peristiwa-peristiwa di gunung Sinai.
Kitab Hukum yang tercantum dalam kitab Ulangan, Ul 12:1 - 26:13, merupakan bagian inti kitab Ulangan, yang ciri-ciri khasnya dan sejarahnya telah diuraikan di muka. Kitab Hukum ini meminjam sebagian hukum dari Kitab Hukum Perjanjian, tetapi menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata ekonomi dan sosial Israel. Sebagai contoh bandingkan soal penghapusan hutang dan status para budak, Ul 13:1-11 dan Kel 23:10-11; Ul 13:12-18 dan Kel 21:2-11. akan tetapi, mulai dari perintahnya pertama. Kitab Hukum ini langsung bertentangan dengan Kitab Hukum Perjanjian dalam satu hal penting: kitab Hukum Perjanjian membenarkan adanya banyak tempat suci, Kel 20:24, padahal kitab Ulangan menetapkan sebagai hukum bahwa hanya ada satu tempat ibadat saja, Ul 12:2-12. Pemusatan ibadat ini menyebabkan perubahan-perubahan dalam peraturan- peraturan lama yang menyangkut korban-korban, bagian sepersepuluh dan hari-hari raya. Kitab Hukum Ulangan memuat juga peraturan-peraturan yang tidak terdapat dalam Kitab Hukum Perjanjian dan yang kadang-kadang bercorak ketuaan. Peraturan- peraturan itu berasal dari sumber-sumber yang tidak dikenal. Apa yang menjadi milik kita Kitab Kudus Ulangan dan yang menunjukkan perubahan zaman ialah usaha untuk melindungi orang-orang yang lemah, peringatan yang berulang-ulang tentang hak-hak Allah atas negeriNya dan umatNya, serta nada ajakan yang meresapi peraturan-peraturan hukum itu.
Walaupun kitab Imamat baru mendapatkan bentuknya yang definitip sesudah masa Pembuangan, namun terdapatlah di dalamnya unsur-unsur yang sangat kuno, mis. larangan-larangan tentang makanan, 11, atau peraturan-peraturan tentang ketahiran, Im 13-15. Upacara ibadat hari raya Pendamaian, 16, yang berasal dari zaman belakangan,menggabungkan suatu pengertian sangat dalam mengenai dosa dengan upacara pentahiran yang kuno sekali. Bab-bab 17-26 merupakan suatu keseluruhan yang disebut "Hukum Kekudusan" dan mula-mula terpisah dari Pentateukh. Hukum itu mengumpulkan berbagai-bagai unsur. Beberapa di antaranya dapat dikembalikan pada masa suku-suku Israel masih Badui (demikian halnya dengan bab 18), padahal hukum-hukum lain berasal dari zaman sebelum Pembuangan dan yang lain lagi dari zaman kemudian. Untuk pertama kalinya hukum-hukum itu dikumpulkan di Yerusalem menjelang masa Pembuangan dan kumpulan pertama itu barangkali dikenal oleh Yehezkiel, sebab bahasa serta isi kitab Yehezkiel menunjukkan banyak kesamaan dengan "Hukum Kekudusan" itu. Akan tetapi "Hukum Kekudusan" itu baru diumumkan di masa Pembuangan, sebelum dimasukkan ke dalam Pentateukh oleh penyusun-penyusun pentateukh dari kalangan para Imam yang menyesuaikannya dengan bahan lain yang mereka kumpulkan.
ARTI KEAGAMAAN
Agama Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru adalah agama historis: dasarnya ialah wahyu yang diberikan Allah kepada manusia-manusia tertentu, di tempat-tempat tertentu, dalam keadaan-keadaan tertentu; landasan ialah campur tangan Allah pada saat-saat tertentu dalam perkembangan umat manusia. Pentateukh yang menguraikan sejarah hubungan Allah dengan dunia itu, merupakan dasar agama Yahudi dan telah menjadi Kitab Suci utamanya; ia telah menjadi hukum baginya.
Orang Israel menemukan di dalamnya keterangan tentang tujuan hidupnya. Bukan hanya di bagian pertama kitab Kejadian dapat dijumpai olehnya jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bercokol dalam hati setiap manusia tentang dunia dan kehidupan, penderitaan dan kematian, melainkan dijumpainya pula jawaban atas persoalan yang khusus, persoalan Israel, yaitu: mengapa Yahwe yang Esa adalah Allah Israel, mengapa Israel adalah umatNya yang terpilih di antara segala bangsa di bumi? Jawabannya ialah: sebab Israel telah menerima janji. Memang. Pentateukh adalah kitab janji: kepada Adam dan Hawa, sesudah jatuhnya ke dalam dosa, diberitakan keselamatan yang akan datang (Pra-Injil); kepada Nuh, sehabis air bah, diberi jaminan akan datangnya "orde baru" di dunia; khususnya janji itu diberikan kepada Abraham. janji yang diberikan kepadanya diperbaharui oleh Allah bagi Ishak dan Yakub dan mencakup seluruh bangsa yang akan menjadi keturunan mereka itu. Janji itu secara langsung terarah pada pendudukan negeri yang pernah didiami oleh para bapa bangsa, yaitu Tanah Terjanji, tetapi di dalamnya tercakup lebih dari itu, yakni: janji itu menjadi tanda akan adanya hubungan istimewa dan yang tiada bandingannya antara Israel dan Allah para leluhur.
Sebab Yahwelah yang telah memanggil Abraham. Panggilan itu menjadi pralambang terpilihnya Israel. Yahwehlah yang membuat mereka menjadi satu bangsa, lalu satu bangsa itu menjadi umatNya sendiri. Semuanya berdasarkan pilihan bebas dari pihak Allah dan berurat-berakar dalam sebuah rencana penuh kasih yang dimulai sejak saat penciptaan dan berlangsung terus, kendati segala ketidak- setiaan dari pihak manusia.
Janji serta pilihan itu terjamin dalam perjanjian. Pentateukh adalah kitab pelbagai perjanjian. Ada perjanjian yang, walaupun tersembunyi, sudah diadakah oleh Allah dengan Adam; lalu perjanjian itu menjadi kentara dalam perjanjian dengan Nuh, dalam perjanjian dengan Abraham dan akhirnya dalam perjanjian yang diikat dengan seluruh bangsa dengan perantaraan Musa. Perjanjian itu bukannya sebuah kontrak antara pihak-pihak yang sama dengannya, sebab Allah tidak membutuhkannya dan justru Dialah yang memprakarsainya. Walaupun demikian Allah telah melibatkan diri di dalamnya, ia mengikatkan diri dengan cara tertentu melalui janji-janji yang diberikanNya. Akan tetapi dari pihak umatNya dituntut olehNya kesetiaan; penolakan dari pihak Israel, dosanya, dapat memusnahkan ikatan yang sudah terjalin oleh cinta-kasih Allah.
Allah sendiri menggariskan syarat-syarat kesetiaan itu. Ia memberi hukum Taurat kepada umat yang dipilihNya. Hukum itu memberi petunjuk-petunjuk tentang tugas kewajiban umat mengatur tingkah-lakunya sesuai dengan kehendak Allah dan dengan mempertahankan perjanjian menyiapkan pemenuhan janji-janji Allah.
Tema-tema: Janji, Pilihan, Perjanjian dan Hukum Taurat, merupakan benang mas yang bersilang-silang di sepanjang kitab-kitab Pentateukh dan dapat dijumpai dalam seluruh Perjanjian Lama. Sebab Pentateukh bukannya sebuah karya yang selesai/tertutup: ia mengemukakan janji tetapi ia tidak bicara tentang pelaksanaannya; karena kisahnya berhenti sebelum masuknya bangsa Israel ke Tanah Suci. Pentateukh haruslah tinggal terbuka bagaikan sebuah harapan dan ancaman: harapan akan janji yang tampaknya terpenuhi dengan penaklukan Kanaan, Yos 23, lalu tergantung oleh dosa-dosa umat terpilih, akhirnya disadari kembali oleh kaum buangan di Babel; ancaman yang tercantum dalam hukum yang selalu menekan dan di Israel selalu menjadi saksi melawan mereka, Ul 31:26.
Keadaan demikian akan berlangsung sampai kedatangan Kristus yang menjadi tongkat batasnya; kepadaNyalah secara samar-samar tertuju sejarah keselamatan itu, ia memberi kepadanya arti yang sebenarnya. paulus membuka dan menguraikan rahasianya, terutama dalam Gal 3:15-29. Kristus mengadakan Perjanjian Baru yang telah dilambangkan dalam perjanjian-perjanjian dahulu kala dan Ia mengikut- sertakan di dalamnya orang-orang Kristen yang berkat imannya menjadi pewaris- pewaris Abraham. Adapun Hukum Perjanjian Lama diberi untuk menjaga janji-janji; peranannya dapat dibandingkan dengan seorang pendidik yang mengatur kepada Kristus, pemenuhan janji-janji tersebut.
Orang Kristen tidak lagi tunduk kepada kekuasaan pendidikan itu; ia sudah dibebaskan dari kewajiban menjalankan Hukum Taurat, namun ia tetap wajib menjalankan ajaran moral dan agama Hukum Taurat. Oleh sebab Kristus tidak datang untuk menghapus melainkan untuk menyempurnakan, Mat 5:17, maka Perjanjian Baru tidak bertentangan dengan Perjanjian Lama; ia merupakan kelanjutannya saja. Dalam peristiwa-peristiwa penting di masa para bapa bangsa dan Musa, dalam perayaan hari-hari raya dan dalam upacara-upacara di padang gurun (pengorbanan Ishak, penyeberangan Laut Merah, Paskah, dst). Gereja memang menemukan realita- realita Hukum Baru (korban Kristus, baptisan, Paskah Kristen). Akan tetapi ini tidak cukup. Iman kristen menuntut sikap hati yang sama yang dituntut dari pada orang-orang Israel oleh ceritera-ceritera dan peraturan-peraturan Pentateukh. Malahan lebih dari itu: dalam perjalanannya kepada Allah, setiap manusia mengalami tahap-tahap yang sama, yaitu: pelepasan, percobaan, pembersihan, yang dialami pula oleh umat terpilih. Setiap manusiapun dapat menemukan petunjuk- petunjuk yang berguna baginya di dalam pelajaran-pelajaran yang telah diberikan kepada umat terpilih.
Orang Kristen yang ingin membaca Pentateukh, sebaiknya memperhatikan urutan yang berikut: kitab Kejadian, yang sesudah memperlawankan kebaikan Allah Pencipta dengan ketidak-setiaan manusia yang berdosa, memperlihatkan dalam diri para bapa bangsa ganjaran yang dilimpahkan kepada mereka, yang percaya; kitab Keluaran adalah semacam gambaran penebusan dalam garis-garis besar; kitab Bilangan memgisahkan masa percobaan, di mana Allah mendidik dan memperbaiki tingkah-laku anak-anakNya dan dengan demikian disiapkanNya sebuah himpunan para terpilih. Kitab Imamat akan lebih bermanfaat, kalau dibaca bersamaan dengan bab- bab terakhir kitab Yehezkiel atau sesudah kitab-kitab Ezra dan Nehemia; korban tunggal Kristus memang sudah membuat peribadatan di Bait Suci Perjanjian Lama menjadi usang dan tidaj berguna lagi, namun tuntutan-tuntutannya mengenai kebersihan dan kesucian dalam pengabdian kepada Allah merupakan pengajaran yang tetap berlaku. Bacaan kitab Ulangan sebaiknya diadakan bersamaan dengan kitab Yeremia, nabi yang paling dekat padanya, baik karena ia hidup di masa yang sama, maupun karena kitab Ulangan diresapi semangat yang sama.
Ende: Bilangan (Pendahuluan Kitab) KITAB TJATJAH DJIWA
PENDAHULUAN
Kitab jang berikut ini diberi berdjudul "Tjatjah Djiwa". Adapun sebabnja ialah
tjatjah djiwa umat Israil jang menurut ...
KITAB TJATJAH DJIWA
PENDAHULUAN
Kitab jang berikut ini diberi berdjudul "Tjatjah Djiwa". Adapun sebabnja ialah tjatjah djiwa umat Israil jang menurut kitab ini dibuat pada waktu Israil tinggal didaerah gunung Sinai (1-4) dan pada achir perdjalanannja dipadang gurun (26). Terdjemahan-terdjemahan kuno menjebutnja "Arithmoi" (Junani) atau "Numeri" (Latin). Istilah itu berarti "bilangan" atau "pembilangan" (bdk. Terdjemahan Keristen dalam bahasa Indonesia). Dan sesungguhnja kitab ini penuh angka dan bilangan. Tidak hanya berkenaan dengan tjatjah djiwa tsb. tetapi djuga berhubungan dengan pelbagai hal lain. Misalnja djumlah persembahan dan sumbangan dari pihak para pemimpin (ps.7), besarnya kurban santapan dan korban tuangan (ps. 15), djumlahnja hewan jang harus dipersembahkan pada hari-hari raya (ps. 28-29) dll. Djadi nama "Bilangan" tjukup tepat djuga dan sesuai dengan tjiri chas kitab ini. Namun demukian kami memilih "Tjajah Djiwa" oleh karena dalam (kedua) tjatjah djiwa tsb. disadjikan bukan hanja besarnja tapi djuga susunan umat Jahwe digurun dan sebelum masuk ketanah jang didjandjikan. Karenanja tjatjah djiwa tsb. merupakan unsur jang maha penting dalam kitab ini, dan hal itu ditandaskan oleh pandjangnja tjerita jang amat terperintji itu.
Dan Kitab Tjatjah Djiwa benar-benar seluruhnja berbitjara tentang umat Jahwe jang baru ditjiptakanNja di gunung Sinai dan lagi tentang hal-ihwalnja dalam generasi eprtama. Kesemuanja itu menurut pandangan Kitab ini mendjadi pralambang sedjarah berikutnja. Ditetapkan tata-sususnan umat Allah, tidak hanja berkenaan dengan ibadah (sebagaimana terdjadi dalam Kitab pengungsian dan Levitika), tetapi djuga dibidang lain. Diadakanlah pemisahan antara kuasa politik (Josjua': 27, 12-23) dan kuasa keigamaan (Ele'azar: 20,22-29). Keimaman dan kaum Levita diberi kedudukan chasnja dalam umat (3,1-3; 5-13, 18,1-7). tAnah sutji sudah dibagikan kepada semua suku menurut besarnja tapi djuga menurut pentingnja masing-masing suku (33,50-34,15).
Adapun susunan Kitab Tjatjah Djiwa merangkum masa Israil berkelana di gurun, mulai dari gunung Sinai sampai ia tiba diperbatasan Kena'an serta menjiapkan diri untuk menjerbu dan merebut tanah sutji, setelah daerah diseberang sana sungai Jarden diduduki. Djadi kitab ini meneruskan kisah Kitab Pengungsian jang berhenti digunung Sinai, dan melandjutkan sampai masa jang akan dikisahkan kitab Josjua'. Seluruh Kitab Levitika (dan bagian terachir Kitab Pengungsian) memutuskan djalan tjerita dengan berpandjang kalam tentang ibadah. Namun demikian Kitab Tjatjah Djiwa hanja mendjadikan sedikit peristiwa dari masa empatpuluh tahun (kurang dua) Israil berkeliaran digurun. Ada beberapa kedjadian dalam perdjalanan dari gunung Sinai langsung ke Kadesj dan beberapa lagi dari achir perdjalanan, jakni dari Kadesj sampai kedataran Moab. Tetapi sangat sedikit bahannja dari masa diantara kedua udjung itu, masa jang toh agak lama djuga.
Sudah barang tentu dalam Kitab Tjatjah Djiwa terpeliharalah bahan dari tradisi jang sangat kuno, bahkan dari djaman Musa sendiri dan dari masa suku-suku Israil terserak-serak dipadang gurun. Mungkin sekali- mengingat berita jang ada tentang bangsa-bangsa disekitarnja pada djaman itu - Musa pernah mengadakan suatu tjatjah tjiwa berhubung dengan salah satu atau beberapa suku jang sedikit banjak patuh kepadanja. Pastilah djuga suku-suku Israil beberapa lainnja mempunjai pusat keigamaannja serta tempat berdjiarah di Kadesj (Barne'a), dan kiranja satu dua suku djuga menetap disana. Tempat sutji itu tentu sadja dipelihara dan dilajani oleh sekelompok imam. Harus diterima djuga, bahwa tokoh Musa sungguh seseorang jang bagaimanapun djuga berkuasa atas beberapa suku jang dipersatukannja disekitar satu agama dan jang diberinja peraturan serta hukum tertentu. Bahwasanja kedudukan Musa sebagai pemimpin, terutama sebagai pemimpin agama, pernah terantjam dan mendapat perlawanan serta persaingan, tentu amat mungkin sekali. Suku-suku jang berkelana digurun pasti kadang-kadang mengalami kesulitan sandang-pangan, jang biasanja menjadi dalih untuk menggerutu dan memberontak. Sama sekali tjotjok dengan keadaan suku-suku itu djika terkadang berkelahi dan berperang dengan suku-suku lain. Ilmu purbakalapun menjatakan kemungkinan besar, bahwa daerah diseberang sana sungai Jarden diduduki suku-suku Israil di masa Musa. Dengan demikian Kitab Tjatjah Djiwa mempunjai latar belakang historis jang tjukup kuat.
Tetapi tidak kurang pasti djugalah bahwa tidak sedikit dari bahan kitab ini berasal dari djaman kemudian dari masa Musa. Kaum Levita dan imam turunan Harun mempunjai kedudukan dan tugas sebagaimana ditetapkan oleh nabi Jeheskiel; pelbagai undang tjotjok dengan keadaan kaum tani jang menetap, tetapi kurang sesuai dengn suku-suku jang mengembara dipadang gurun (bdk. 9,10-14;10,9- 10;18,30-31;19,16;27,4;28,26). Pembagian negeri Kena'an dan kota-kota suaka terlalu tjotjok dengan keadaan dikemudian hari, sehingga pengarang kiranja tahu akan keadaan itu, apalagi oleh karena Kitab Hakim-hakim memberikan suatu gambaran suku-suku Israil dinegeri Kena'an jang tjukup berbeda dengan pembagian tsb. Ibadah achirnja sebagaimana digambarkan oleh Kitab Tjatjah Djiwa sukar dibajangkan digurun dan sering mengandaikan bangsa jang sudah lama menetap, agak madju dalam kebudajaan dan tahu akan ibadah meriah dalam rumah Allah jang besar.
Maka dari itu dengan sendirinja muntjullah masalah kedjadian Kitab Tjatjah Djiwa. Soal itu memang bersangkutan dengan masalah umum tentang sedjarah Taurat Musa seluruhnja. Djadi apa jang telah dikatakan pada umumnja, dan apa jang telah dibahas berkenaan dengan Kitab Pengungsian dan Kitab Levitika dan diulang disini. Dahulu sudah dipaparkan, bahwa bahan jang terkumpul dalam Kitab Levitika berasal dari tradisi para imam (P) dan tradisi itupun tahu akan sedjarahnja sendiri dan sampai dimasa pembuangan ditambah serta disadur, bahkan sesudah itu masidh diadakan perubahan. Nah, bahan jang terdapat dalam Kitab Tjatjah Djiwa sebagaimana berasal dari tradisi para imam tsb. Tradisi itupun merupakan dasar dan rangka seluruh kitab. Tetapi sumber-sumber lain, jakni tradisi J dan E pun memberikan sumbangannja. Djadi penjusun lain kitab ini (Taurat Musa) menggunakan ketiga tradisi tsb. jang sebagian sudah tertulis djuga. Tetapi terutama dalam bahan dari tradis P. disisipkan agak banjak dari djaman belakangan, meskipun dalamnja ada djuga tradisi kuno jang terpelihara oleh kalangan para imam di Jerusalem. Bahkan djustru dalam Kitab Tjatjah Djiwa inilah diselipkan pelbagai undang dan peraturan dari djaman kemudian (malahan sudah pembuangan), oleh karena kitab inilah jang memberinja kesempatan jang paling baik. Maka dari itu kitab ini merupakan suatu wadah jang dapat menampung segala matjam bahan jang tidak mendapat tempat dalam kitab-kitab lain dari Taurat Musa.
Kedjadian Kitab Tjatjah Djiwa jang rumit tsb. menerangkan djuga tjiri kumpulan itu. Bahkan hampir-hampir sadja tidak boleh disebut "kitab" lagi, oleh karena tidak ada susunan sedikitpun. Semua katjau-balau dan bahannja bertjampur baur sedemikian rupa, sehingga tidak dapat dilihat suatu urutan didalamnja jang dapat sediki memuaskan djalan pikiran jang logis. Bertjampur-baurlah adanja tjerita- tjerita jang pandjang dengan perundang-perundangan; daftar-daftar orang dan barang dengan tjatatan serba singkat tentang salah satu perintiwa. Adakalanja kisah hanja merupakan pangkal untuk hukum dan adakalanja pula dua tjerita jang aselinja terpisah (dalam tradisi J,E,P) mendjadi satu (misalnja pemberontakan Korah, Datan, dan Abiram; tjerita tentang Bi'leam; perebutan tanah diseberang sana Jarden. bdk. 16,1-17;26,22-25;21,10-35). Dengan bertumpu pada berita dari Kitab Tjatjah Djiwa orang tak dapat merekonstruksi perdjalanan Israil di gurun. Dalam 14,15 kota Horma rupanja sudah direbut, tapi dalam 21,3 baru diduduki; menurut 13,26 Israil sudah ada di Kadesj, tapi ia sampai disitu dalam 20,1 dll.
Paling-paling boleh dikatakan: pasal 11-14;20,1-25,8 memuat chususnja tjerita- tjerita pada hal 5,11-6,27 terdiri atas pelbagai undag; daftar perajaan-perajaan sutji dalam fasal 28-29 mungkinsekali aselinja suatu dokumen tersendiri. Bagian pertama (ps.1-5) dan bagian terachir (33,5-35,34) agak dibuat-buat sadja oleh penjusun, meskipun mungkin bertumpu pada bahan tradisi. Daftar tempat-tempat persinggahan dalam fasa 33 tentau sadja sudah tersedia bagi penjusun, sekalipun disini bertjampur tradisi-tradisi dari beberapa suku.
Oleh karena demikian keadaan pada kitab ini tak mungkin dibuat satu pembagian jang sedikit banjak memuaskan. Setiap usaha hanja merupakan usaha pertjobaan sadja, jang boleh diganti dengan usaha dan pertjobaan lain jang sama buruknja atau baiknja. Dalam terdjemahan kami hanja membuat suatu pembagian praktis (menurut Bible de Jerusalem; bdk. isi Alkitab) jang menundjukkan isi tiap-tiap potongan atau merangkum sebagian dari kitab jang lebih kurang satu. Dibawah ini kami sadjikan suatu "daftar ini" jang sedapat-dapatnja memperlihatkan bagian- bagian mana l.k. "idiil (huruf-huruf ketjil terletak renggang), bagian mana merupakan hukum (huruf ketjil biasa) dan bagian-bagian mana berupa tjerita (huruf besar).
BAGIAN PERTAMA : Sebelum pemberangkatan (1.1-10,36) I Umat Allah disusun (1,1-6,27) A) Djumlah orang ditetapkan (1,1-47) B) Kedudukan kaum Levita (1,48-54) C) Tata tertib diperdjalanan (2,1-34) D) Para Imam (3,1-4) E) Djumlah dan tugas kaum Levita (3,15-4,49) 1) Orang nadjis harus dikeluarkan (5,1-4) 2) Ganti rugi (5,5-10) 3) Hukum tjemburuan (5,11-30) 4) Hukum kenaziran (6,22-27) II Umat memberi sumbangan (7,1-8,26) A) Pedati-pedati para pemimpin (7,1-11) B) Kurban pentahbisan jang disumbangkan para pemimpin (7,12-88) 1) Kedudukan Musa pengantara (7,89) 2) Pelita emas (8,1-4) C) Kaum Levita masuk djabatannja (8, 5-22) 1) Lamanja dinas kaum Levita (8,23-26) III Pemberangkatan disiapkan (9,1-5) A) Perajaan Paskah (9,1-5) 1) Perajaan Paskah jang ditunda (9,6-14) B) Jahwe memimpin umatNja (9,15-23) 2) Isjarat-isjarat jang mengatur tata tertib (10, 1-10) S) Urutan diperdjalanan (10,11-28) A MUSA MENTJARI SEORANG PETUNDJUK DJALAN (10,29-32) B PEMBERANGKATAN (10, 33-36)
BAGIAN KEDUA: Dari Sinai ke Kadesj (11, 1-11-14,45) A BALA DI TABER'ERA (11,1-3) B KELUHAN UMAT KARENA "MANA" DI KIRBOT-HA-TAANAH (11,4-9) C MUSA MENGANTARA (11,10-15) D JAHWE MENDJAWAB (11,16-23) E PARA PEMBANTU MUSA (11,24-30) F MUKDJIDJAT BURUNG PUJUH (11,31-35) G PEMBERONTAKAN MIRJAM DAN HARUN (12,1-4) H MIRJAM DIHUKUM JAHWE (12,4-9) I MUSA DAN HARUN MENGANTAR (12,10-15) J NEGERI KENA'AN DISULUHI (13,1-24) K LAPORAN PARA PENJULUH (12,25-33) L UMAT MERONTAK (14,1-9) M UMAT DIHUKUM: EMPATPULUH TAHUN DIGURUN (14,10-38) N PERTJUMA UMAT MENDJOBA MEMASUKI NEGERI KENA'AN (14,39-45)
BAGIAN KETIGA: empat puluh tahun digurun (15,1-9,28) 1) Kurban santapan jang menjertai kurban-kurban lain (15, 1-16) 2) Roti Bungaran (15,17-21) 3) Korban penebus doa (15,22-31) 4) Pelanggaran hari Sabat (15, 52-36) 5) Djumbai pada pakaian (15,37-40) A PEMBERONTAKAN KORAH, DATAN DAN ABIRAM (16,1-15) B HUKUMANNJA (16,16-35) 1) Salut mesbah sebagai peringatan (17,1-5) C hARUN MENGANTARA (17,6-10) D TONGKAT HARUN JANG BERBUNGA (17,11-26) 1) Tugas mengantar para imam (17,27-18,7) 2) Bagian dari para imam (18,8-19) 3) Bagian kaum Levita (18,20-24) 4) Bagian sepersepuluh dari bagian kaum Levita (18,25-32) 5) Air pentahiran (19,1-10) 6) Nadjis karena menjentuh majat (19,11-16) 7) Upatjara air pentahiran (19, 17-28)
BAGIAN KEEMPAT: Dari Kadesj ke Moab (20,1-25,16) A UMAT MERONTAK KARENA KURANG AIR (20,1-25,16) B MUSA DAN HARUN DIHUKUM (20,12-13) C EDOM TIDAK MENGIDJINKAN ISRAIL MELALUI WILAJAHNJA (20,14-21) D HARUN WAFAT: PENGGANTINJA ELEA'ZAR (20,22-29) E HORMA DIREBUT (21, 1-3) F UMAT MENGELUH: ULAR PERUNGGU (21,4-9) G PERDJALANAN MENUDJU KESEBERANG SANA JARDEN (21,10-20) H DAERAH ITU DIDUDUKI (21,21-22) I RADJA MOAB MEMANGGIL BILE'AM (22,22-35) K BILE'AM DAN BALAK (22,36-23,3) L NUBUAT BILE'AM (23, 4-25) M ISRAIL DI PE'OR (25,1-17) Penutup kitab hukum (36,13).
BAGIAN KELIMA: Achir perdjalanan (25,19-36,12) A) Tjatjah djiwa (25,19-26,56) B) Kaum Levita dibilang (26,57-65) 1) Wairsan puteri (27,1-10) C) Josjua' diangkat mendjadi pemimpin (27, 12-23) 1) Tentang Kurban: Pendahuluan (28,4-8) a) Kurban harian (28,4-8) b) Kurban hari Sabat (28,9-10) c) Kurban bulan muda (28,11-15) d) Kurban perajaan roti tak beragi (28,16-25) e) kurban hari pertama bulan ketudjuh (29,1-6) f) Kurban perajaan pondok-pondok daun-daunan (29,12-39) 2) Hukum nazar (30,1-17)
A PERANG SUTJI LAWAN MIDIAN (31,1-12) 1) Hukum perang (31,13-54) a) Wanita dibunuh; djarahan ditahirkan (31,13-24) b) Pembagian djarahan (31,25-47) c) Sumbangan bakti para perwira (31,48-54) B DAERAH DISEBERANG SANA JARDEN DIDUDUKI (31,1-49) C RINGKASAN PERDJALANAN DIGURUN (33,1-49) 1) Pembagian Kena'an atas perintah Jahwe (33,50-56) 2) Batasan negeri Israil (34,1-15) D DAFTAR PEMIMPIN PEMBAGIAN (34, 16-29) 1) Bagian kaum Levita (35,1-8) 2) Kota-kota suaka (35,9-34) 3) Warisan wanita jang bersuami (36,1-12)
Teranglah kiranja kesepuluh pasal pertama Kitab Tjatjah Djiwa (1,1-10,36) menjadjikan suatu gambaran idiil dari umat Allah digurun. umat idiil itu harus mendjadi tjontoh untuk sedjarah selandjutnja, chususnja untuk umat jang pulang dari pembuangan di Babel (suatu pengungsian jang baru). Tekanan letaknja pada kaum rohaniwan, para imam turunan Harun dan kaum Levita. Sudah dikatakan (bdk. pendahuluan Kitab Levitika) bahwa perbedaan antar kedua golongan itu merupakan achir suatu perkembangan jang lama dan ditetapkan oleh nabi Jeheskiel. Tugas para Levita djuga ditetapkan seperti jang ditentukan pada masa kemudian. Seorang pemimpin sipil disamping memimpin rohani tadak sampai disebut dalam bagian ini. Tidak dipungkiri bahwa dibalik gambaran idiil ada suatu kedjadian jang njata (suatu tjatjah djiwa jang diadakan Musa), tetapi kedjadian itu sama sekali tersembunji dibalik gambaran jang dibuat dengan berdasarkan perkembangan dalam sedjarah selandjutnja. Seluruh bagian ini berasal dari kalangan para imam (P), ketjuali 10,29-36). Para penjusun melihat djuga suatu kesempatan baik untuk menjisipkan kedalam kitab ini beberapa peraturan ibadah jang menjangkut tugas para imam (ps. 5-6). Hukum ini sebagiannja amat kuno, seperti hukum tentang suami jang tjemburu. Tjara bertindak sematjam itu mengandaikan suatu masjarakat jang tjukup primitip. Dalam Kitap Sutji tidak ditemukan tjontoh penerapan hukum itu. Upatjara aseli kiranja disadur oelh para imam, supaja lebih sesuai dengan iman jang kemudian/ Hukum kenaziranpun kiranja berdasarkan tradisi kuno. Sebab pada djaman para hakim (Sjimson) hukum ini sudah dipraktikkan, meskipun tjaranja sedikit berbeda djuga.
Pasal-pasal berikutnja (11,1-14,45) memberikan suatu gambaran jang lebih sesuai dengan sedjarah sebenarnja. Disini terpelihara tradisi-tradisi jang amat kuno (datangnja dari J,E dan P). Umat nampaknja kurang sempurna. Umat jang telah ditjiptakan dan dipilih oleh Jahwe njata tjukup degil dan keras kepala. Djika berita-berita ini dibandingkan dengan berita jang disadjikan Kitab Pengungsian tentang Israil diperdjalanan dari Mesir ke gunung Sinai, maka kesamaannja kentara sekali. Perdjandjian di Sinai sesungguhnja tidak merobah watak dan sifat bangsa Israil. Dengan demikian mendjadi djelas sekali perdjadjian itu suatu anugerah belaka, jang tidak berdasarkan djasa-djasa Israil. Dalam bagian inipun kedudukan Musa dan Harun (para imam) ditekankan; mereka berulang kali menjelamatkan umat (11,10-15;12,11-15), meskipun HArun ikut merontak (12,1-3). Tapi tokoh jang terpenting ialah Musa. Dengan demikian diberikan kepada umat jang kembali dari pembuangan di Babel suatu pegangan. Sebab Musa adalah Tauratnja. Dia itulah instansi jang tertinggi. Bahkan para imam dengan segenap kewibawaan dan gengsinja tidak boleh berusaha merongrong kedudukannja. Mojangnja Harun sudah kena Murka Jahwe karena usaha jang serupa itu. Djadi Musa (Taurat) jang harus dipegang. Tentang kalahnja Israil sewaktu berusaha memasuki negeri Kena'an, kiranja berdasarkan suatu tradisi jang benar: beberapa suku pernah berusaha memasuki negeri itu tapi tidak berhasil (14,39-45).
Dari masa tigapuluh delapan tahun di gurun (15,1-19,29) tidak ada banjak tradisi terpelihara dalam ingatan suku-suku Israil. Daftar jang disadjikan 33, 1-49 kiranja menggandingkan beberapa tradisi jang kabur dan tak terperintji, jang masih hidup dalam ingatan Israil kemudian. Kitab Tjatjah Djiwa menempatkan dimasa itu berita tentang dua pemberontakan, jaitu pemberontakan Korah jang mengontjangkan kedudukan para imam (Harun), dan pemberontakan Datan dan Abiram jang lebih-lebih mengantjam wenang Musa sebagai pemimpin tertinggi. Dalam kisahnja (16,1-35) kedua pemberontakan itu bertjampur. Aselinja kiranja terpelihara tersendiri dalam tradisi beberapa suku. Dalam pertaliannja jang sekarang tjerita itu bermaksud mengukuhkan kedudukan imamat di Israil, oleh karena dibela dan diteguhkan oleh Jahwe sendiri (17,11-26). Atas dasar itulah maka ditetapkan tugas chusus dan hak para imam serta kaum Levita (17,27-18,32). Selain dari pada itu masih ada pelbagai aturan dan ibadah lainnja jang ditempatkan dibagian ini (15,1-40; 19,1-28).
Dari achir masa tinggalnja Israil digurun ada beberapa berita, setidak-tidaknja ditempatkan disitu oleh Kitab Tjatjah Djiwa (20,1-25,18). Diterangkan mengapa pemimpin-pemimpin besar, Musa dan Harun tidak sampai memasuki tanah jang didjandjikan (20,12-13). Latar belakang historisnja tentu ada. Kedua tokoh besar (sekurang-kurangnja Musa) sungguh tidak masuk Kena'an. Andaikata mereka memasukinja, tidak dapat dimengerti lagi mengapa ada tradisi jang berkata tidak demikian djadinja. Untuk kalangan para imam hal itu tidak masuk akal, selain sebagai hukumam atas salah satu kesalahan Musa. Kesalahannja itu sekarang digandingkan sengan mukdjidjat air, tapi tidak terang dalam hal manakah Musa bersalah. Beberapa ahli berpendapat, bahwa hukuman Musa aselinja bertalian dengan sesuatu lain (misalnja ia enggan mengantar suku-suku memasuki negeri itu: 14,39-45). Tetapi perkaranja djauh dari kentara. Tjerita imam tentang wafatnja Harun lewat Ele'azar. Kisah pandjang tentang tukang tenung Bile'am (22,2-25,17) berasal dari djaman azali dan terpelihara oleh beberapa arus tradisi Israil (J dan E). Dalam redaksi jang terachir semua ditjampurkan. Pandjangnja tjerita itu sudah menjatakan betapa pentingnja peristiwa tadi dalam pandangan penjusun jang terachir. Didalamnja diperlihatkan segi politik dari umat Allah dengan puntjaknja dalam warga Dawud. Hal-ihwal dan nasib politik suku-suku Israil digandingkan dengan nubuat-nubuat kuno dan suatu ramalan dari dahulu kala kiranja disadur seperlunja sesuai dengan sedjarah jang njata. Bahwasanja kesemuanja itu dipertalikan dengan tukang tenung kafir membuktikan betapa kuat tradisi itu berakar dalam ingatan Israil, sehingga penyusun jang enggan menjebut Bile'am "nabi" tidak berani melepaskannja dari akar itu.
Bagian penutup Kitab Tjatjah Djiwa (25,19-39,13) mendjandjikan beberapa berita dari tradisi jang amat kuno (bdk. 21,15-16.17-18.27-30) tentang direbutnja daerah diseberang sana sungai Jarden oleh beberapa suku Israil (31,1-12;32,1-41). Tentu sadja tjerita (dari P) itu sedikit banjak mengidialisir tradisi jang harus meneguhkan keadaan jang kemudian njata ada. Tetapi bagaimanapun bentuk sadurannja, pasti ada dibelakang sedjarah. Demikian pula halnja dengan perang melawan Midian (31,1-12). Sekarang tjerita itu mendjadi landasan bagi hukum perang (31,13-24.25-47.48-53). Bagian lain, seperti tjatjah djiwa dan tentang kaum Levita (25,19-26,56;26,57-65), pembagian negeri serta batasannja dan kota-kota suaka (33,50-35,43) lebih bertjorak idiil daripada riil, seperti tjirinja pembukaan seluruh kitab. Keadaan jang kemudian berlangsung mau digandingkan dengan Musa dan dengan demikian dilegalisir. Boleh djadi penetapan-penetapan tentang kota suaka (ps.36) berasal dari djaman sesudah pembuangan. Pasal-pasal terachir inipun mendjadi wadah penampung pelbagai peraturan dan hukum jang beraneka ragam. Atas dasar salah satu tradisi pimpinan sipil dilepaskan dari imamat, tapi pemimpin sipil dilepaskan dari imamat, tapi pemimpin sipil tetap dibawah para imam jang merupakan instansi tertinggi (dibawah Taurat) dari theokrasi Israil (27, 12-22). Tatasusunan jang demikian merupakan tjita-tjita dari nabi Jeheskiel dalam pembuangan (bdk. Jehesk. 45;46,8-10) dan sesuai dengan keadaan Israil setelah kembali dari pembuangan di Babel (bdk. nabi-nabi Hagai dan Maleachi).
Sesungguhnja umat Allah dalam Kitab Tjatjah Djiwa diperlihatkan sebagai suatu theokrasi jang dipimpin oleh rohaniwan. Tentu sadja ada suatu persekutuan beribadah, tetapi segi itu tidak ditekankan dalam kitab ini seperti ditekankan dalam Kitab Levitika. Allah sendiri memimpin umatnja dengan perantaraan Musa (Taurat) dan para imam. Seluruh perdjalanan digurun dibimbing oleh tiang awan atau api jang melambangkan Allah atau mungkin: adalah Allah, Jahwe jang berupa tiang awan dan api (bdk. 9,15-23;10,34-36). Atas perintah Jahwe umat dibilang dan disusun (ps. 1-4). Semua hukum dan peraturan diberikan oleh Jahwe dengan perantaraan Musa jang boleh menghadapinja dikemah sutji, tempat Jahwe tetap tinggal ditengah umatNja (7,89). Umat Jahwe itu mempunjai struktur hierarkis. Segi itu amat ditekankan oelh Kitab Tjatjah Djiwa: Musa, Harun, para Imam dan kaum Levita dan achirnja kaum awam. Susunan hierarkis itu sudah nampak dalam uruatan suku-suku diperdjalanan. Ditengah-tengah ada kemah sutji (2,17); Musa, Harun dan para imam didepan kemah itu (3,38) dikelilingnja kaum Levita (2,17) dan achirnja suku-suku lainnja (2,1-34). Dengan demikian Jahwe memelihara umatNja jang terpilih, oleh karena Ia setia pada djandjiNja. Djandji itu sungguhpun tidak banjak disebut-sebut dalam Kitab Tjatjah Djiwa, tetapi selalu terbajang dilatarbelakang. Sebab kitab ini dimulai dari gunung Sinai, tempat Allah mengikat perdjandjian dengan bangsa Israil.
Tetapi umat itu djauh dari sutji dan sempurna. Maka dari itu dihukum djuga oleh Jahwe. Umat terus berontak, sehingga beritanja kebanjakan djustru mengenai kedurhakaan Israil. Tetapi Allah jang adil haruslah menghukum, baik orang biasa (11,2-3.33;21,6;25.5-9), maupun pemimpin (24,36;25,4). kaum Levita (16,8-11.16-19-19.35), keluarga Musa (12,10), bahkan Musa dan Harunpun tidak terluput (20,12.24;27,13-15). Jahwe dalam keadilanNja tidak pandang bulu. Tetapi Iapun menggandjari orang baik, seperti Kaleb dan Josjua' (14,24.30) dan Pinehas (25,11-13). Tentu sadja Jahwe dapat membinasakan umat jang degil itu (14,11-12), namun Ia tidak berbuat demikian (14,20). Beberapa mukdjidjat diperbuatNya untuk menolong umat jang terdesak (11,31-31;20,11;21,9). Mukdjidjat-mukdjidjat itu merupakan bukti djelas, bahwa Allah tidak meninggalkan umat jang durhaka. Mungkin sekali tjerita-tjerita tentang mukdjidjat itu dalam tradisi sedikit dan malah banjak berkembang dan makin lama makin hebat. Tetapi keadjaiban-keadjaiban itu dipandang oleh Kitab Tjatjah Djiwa sebagi tanda jang njata tentang belaskasihan dan kebaikan Jahwe jang menolong Israil meskipun mereka berkepala batu. Israil tidak tahu berterimakasih dan berdjukur, namun Jahwe tidak menolaknja setjara mutlak.
Suatu gagasan jang penting dalam Kitab Tjatjah Djiwa ini ialah doa jang mengantara untuk meredakan murka Allah jang menghukum. Tjontohnja jang pertama ialah imamagung Harun dengan ibadahnja (17,11-15). Dengan pendupaannja Harun mengelakkan hukuman jang sudah diantjamkan Jahwe. Tetapi terutama doa Musa adalah kuasa untuk menurunkan pertolongan Allah (11,10-15.18.31-32). Atas doanja Mirjam disembuhkan (12,13-14); atas permohonannja jang mengharukan Jahwe mengampuni kedurhakaan umat (14, 11-20) Tokoh Musa dalam doanja itu nampaknja amat luhur sekali. Ia sekali-kali tidak mentjari keuntungan dan kebesarannja sendiri, meskipun ditawarkan oleh Jahwe, melainkan hanja keselamatan bangsa Israil malulu.
Suatu lembaga jang diperbintjangkan oleh Kitab Tjatjah Djiwa ialah "kota-kota suaka" (35,9-34). Lembaga jang sama dibitjarakan oleh Ul. 4,41-43;19,1-13 dan pelaksanaan hukum itu ditjeritakan oleh Jos. 20,1-9. Sebenarnja hukum Israil itu mengambil alih suatu adat kuno, jang terdapt pada bangsa-bangsa lain djuga. Maksud adat dan hukum itu ialah melindungi orang jang tidak dengan sengadja membunuh sesama manusia terhadap balas dendam jang harus ditimpakan oleh "penebus darah". Lembaga ini , jakni "penebus darah" adalah suatu alat dalam masjarakat primitip untuk mempertahankan keadilan. Menurut hukum itu seorang pembunuh pada gilirannja harus dibunuh oleh kerabat jang dibunuh. Adat dan hukum itu diambil alih oleh Perdjandjian Lama djuga (bdk. Ul.19,12). Tetapi adat itu sendiri mudah mendjadi ketidak-adilan dan orang jang sesungguhnja tidak berdosa dapat mendjadi kurbannja. Karena ditjiptakanlah suatu lembaga untuk melindungi pembunuh jang tidak bersalah, jaitu hak suaka. Biasanja tempat-tempat sutji mempunjai hak jang sedemikian itu. Tjontohnja jang sekarang masih ada ialah kota Mekkah serta daerah sekitarnja, jakni "haram". Di sana orang tidak boleh memburu, menebang pohon, menjabit rumput dsb. Djika seorang pembunuh dikedjar oleh "penebus darah" dan berhasil masuk dedalam tempat suaka, atau tempat sutji, maka ia selamat, setidak-tidaknja untuk sementara waktu. Sebab pabila mendjadi terang ia membunuh dengan sengadja, ia lalu diserahkan kepada "penebus darah", sekurang-kurangnja di Israil demikian halnja. Menurut Penga 21,13-14 seorang pembunuh boleh melarikan diri ketempat jang ditundjuk Allah. "Tempat" itu tentu sadja tempat sutji djuga. Adonia melarikan diri ke "mesbah" terhadap Sulaiman (I Rdj. 1.50-53). Kemudian ditundjuklah kota-kota tertentu jang mempunjai hak suaka, sebagaimana dibuktikan ajat-ajat jang dikutup diatas ini. Kota-kota itu kiranja dahulu, sebelum Israil memasuki Kena'an sudah mendjadi tempat sutji jang mempunjai hak suaka, sehingga hukum Taurat hanja melegalisir keadaan jang njata ada. Menurut Ul.4,41-43 ada tiga kota suaka diseberang sini sungai Jarden, dan tiga diseberang sana menurut Ul. 19,1-13 (bdk. Jos. 20,1-9). Tj.Dj. 35,11.13 menjebut djuga enam kota suaka. Selandjutnja diberikan peraturan untuk menetapkan siapa jang bersalah atau jang tidak bersalah. Orang jang sengadja membunuh harus (menurut peraturan itu) diserahkan kepada "penebus darah" untuk dibunuh olehnja. Tetapi orang jang tidak dengan sengadja membunuh boleh tetap tinggal dikota suaka dan dengan demikian terlindung hingga imam agung jang mendjabat meninggal. Lalu ia boleh pulang ketempat asalnja dengan selamat.
Kota suaka tsb. sekaligus kota tempat tingal kaum Levita (jang tidak bertugas di Jerusjalem). Tentang kota-kota kaum Levita itu bertjeritalah Tj.Dj. 35-1-8 (tanpa menjebut djumlahnja), Jos.21,1-42; I Twr. 6,30-66) dan Lv. 25,32-34. Kota-kota itu teruntukkan bagi kaum Levita sebagai tempat kediamannja itu. Lembaga itu sendiri kiranja sudah lama ada, meskipun mungkin sekali tidak langsung berasal dari Musa sendiri. Lembaga itu mengandaikan adanja satu tempat sutji sadja. Istilah "kota Levita" itu sendiri sudah menjatakan perbedaan-perbedaan antara kaum Levita dan para imam dan perbedaan itu baru muntjul dimasa pembuangan. Kaum Levita adalah kaum imam jang berasal dari tempat-tempat sutji diluar Jerusjalem dan dahulu mendjabat imam disitu (bdk. kata pendahuluan Kitab Levitika). Mudah diterima bahwa imam-imam itu menetap ditempat dan kota tertentu sadja. Nah kota-kota itulah kemudian disebut "kota-kota Levita". Djadi halnja sendiri sudah kuno, tetapi istilah jang dipakai adalah dari masa belakangan. Sudah barang tentu djumlah kota serta tanah milik kaum Levita sedikit banjak diidialisir oleh Kitab Sutji dan kiranja tidak sesuai dengan kedaan jang pernah mendjadi njata. Empatpuluh delapan kota, jang kadang-kadang besar dan penting serta wilajah luas disekitarnja sebagai milik chas para Levita sukar diterima sebagai realita. Namun demikian kiranja dalam kebanjakan kota itu dahulu menetap iman-iman (levita) jang tidak bertugas lagi disalah satu tempat sutji, setelah tempat keramat itu dihapus (oleh radja Josjijahu?). Dan boleh diterima, bahwa imam-imam itu didjamin penghidupannja jang wadjar. Itulah kiranja asal-usul njata dari kota-kota Levita jang didaftarkan dalam Kitab Sutji.
BIS: Bilangan (Pendahuluan Kitab) BILANGAN
PENGANTAR
Buku Bilangan menceritakan tentang sejarah bangsa Israel selama
hampir empat puluh tahun, sejak mereka meninggalkan Gunung Sinai
BILANGAN
PENGANTAR
Buku Bilangan menceritakan tentang sejarah bangsa Israel selama hampir empat puluh tahun, sejak mereka meninggalkan Gunung Sinai sampai tiba di perbatasan timur Kanaan, yaitu negeri yang dijanjikan Allah untuk diberikan kepada mereka. Nama Bilangan diambil dari peristiwa yang paling penting dalam buku ini, yaitu sensus bangsa Israel. Sensus pertama diadakan oleh Musa di Gunung Sinai sebelum bangsa itu berangkat, dan yang kedua ketika mereka berada di wilayah bangsa Moab, di sebelah timur Sungai Yordan, kira-kira satu angkatan kemudian. Dalam waktu antara sensus yang pertama dan sensus yang kedua, bangsa Israel pergi ke Kades-Barnea di perbatasan selatan Kanaan. Dari situ mereka mencoba memasuki negeri Kanaan, tetapi tidak berhasil. Sesudah bertahun-tahun lamanya tinggal di daerah sekitar Kades-Barnea itu, mereka pergi ke wilayah di sebelah timur Sungai Yordan. Sebagian dari bangsa itu menetap di sana, sedangkan yang lain bersiap-siap menyeberangi sungai itu untuk masuk ke negeri Kanaan.
Buku Bilangan adalah kisah tentang suatu bangsa yang seringkali berkecil hati dan takut menghadapi kesukaran-kesukaran. Mereka melanggar perintah Allah dan tak mau menurut kepada Musa yang ditunjuk TUHAN untuk memimpin mereka. Buku ini juga merupakan kisah tentang bagaimana TUHAN dengan setia dan tekun memelihara bangsa-Nya, walaupun mereka itu lemah dan tidak taat. Juga mengisahkan tentang Musa, yang kadang-kadang kurang sabar, tetapi tetap melayani TUHAN dan bangsa Israel dengan tabah.
Isi
- Bangsa Israel bersiap-siap untuk meninggalkan Gunung Sinai
Bil 1:1-9:23 - a. Sensus yang pertama
Bil 1:1-4:49 - b. Berbagai hukum dan peraturan
Bil 5:1-8:26 - c. Paskah yang kedua
Bil 9:1-23 - Dari Gunung Sinai ke wilayah bangsa Moab
Bil 10:1-21:35 - Kejadian-kejadian di Moab
Bil 22:1-32:42 - Ringkasan perjalanan dari Mesir ke Moab
Bil 33:1-49 - Perintah-perintah sebelum menyeberangi Sungai Yordan
Bil 33:50-36:13
Ajaran: Bilangan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Bilangan, anggota Jemaat dapat mengerti akan
kebesaran Allah di dalam mengampuni dan mendisiplin umat-Nya yan
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Bilangan, anggota Jemaat dapat mengerti akan kebesaran Allah di dalam mengampuni dan mendisiplin umat-Nya yang jatuh ke dalam dosa.
Pendahuluan
Penulis : Musa.
Isi Kitab: Kitab Bilangan adalah kitab ke 4 dalam urutan kitab. Kitab ini terbagi atas 36 pasal. Isi kitab Bilangan menceritakan tentang perjalanan umat Allah dari gunung Sinai menuju ke Kadesy sampai ke Moab.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Bilangan
Pasal 1-14 (Bil 1:1-14:45).
Perjalanan umat Allah dari Sinai ke Kadesy Pada saat bangsa ini mulai bergerak dari Sinai menuju Kadesy, mereka mengalami kegoncangan iman. Mereka mulai bersungut-sungut sehingga Tuhan memberikan peringatan berupa api yang merajalela. Setelah itu terjadilah pemberontakan Miryam dan Harun kepada Musa. Tetapi kemudian Allah mengampuni pemberontak-pemberontak itu, setelah mereka bertobat.
Kemudian Tuhan menyuruh Musa mengirim beberapa orang untuk melihat tanah Kanaan yang dijanjikan kepada bangsa Israel dan Musa mengirimkan 12 orang pengintai. Walaupun para pengintai melihat orang-orang raksasa, tetapi 2 orang pengintai, yaitu Kaleb dan Yosua dengan iman mereka percaya bahwa mereka dapat mengalahkannya. Akhir bagian ini, karena takut terhadap orang-orang raksasa itu, maka bangsa Israel mengambil keputusan untuk tidak mentaati perintah Tuhan agar mereka masuk ke daerah Kanaan. Kemudian Tuhan menghukum mereka dengan membiarkan bangsa ini mengembara di padang gurun selama empat puluh tahun.
Pendalaman
- Bacalah pasal Bil 1:1; 10:11-13. Dari manakah bangsa Israel berangkat?
- Bacalah pasal Bil 11:1-2. Apakah yang dilakukan oleh umat Israel sehingga mendapa peringatan dari Allah? Apakah saudara sering melakukan hal yang sama?
- Bacalah pasal Bil 12:1-16. Mengapakah Musa dipakai Allah? Apakah sebabnya Miryam dan Harun dihukum Allah?
- Bacalah pasal Bil 13:1-3,27-33. Ada berapa macam laporan yang disampaikan? Pendapat yang manakah yang sesuai dengan kehendak Tuhan?
- Bacalah pasal Bil 14:1-11. Apakah sebabnya bangsa Israel memberontak pada Alla (ayat 11; Bil 14:11)?
- Bacalah pasal Bil 14:30-34. Apakah hukuman yang Allah jatuhkan, atas orang-oran yang kurang percaya ini?
Pasal 15-20 (Bil 15:1-20:29).
Pengembaraan di padang gurun Bangsa Israel tidak dapat segera masuk ke tanah Kanaan yang dijanjikan, karena ketidakpercayaan mereka kepada pimpinan Allah. Karena itu mereka mulai mengembara di padang gurun. Dalam saat-saat pengembaraan ini, Allah tetap mempersiapkan mereka melalui mengulangi segala perintah-Nya dengan tegas, yakni tentang tata kehidupan sebagai umat Allah, yang akan masuk ke tanah perjanjian di Kanaan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Bil 15:1-2. Dapatkah saudara melihat dalam ayat tersebut bahw semua ajaran setelah ayat ini, dimaksudkan untu mempersiapkan umat Allah?
- Bacalah pasal Bil 20:1-13. Apakah yang menyebabkan Musa marah? Dan apakah akiba kemarahan tersebut atas diri Musa dan Harun?
Pasal 21-36Bil 21:1-36:13.
Perjalanan dari Kadesy ke Moab Bangsa Israel berhasil membuat perjalanan maju sampai Moab melalui peperangan. Tetapi seseorang bernama Bileam dipanggil oleh Balak, raja dari Moab, supaya mengutuki Israel, namun Tuhan menegur Bileam melalui Imedainya yang berbicara, sehingga Bileam akhirnya memberkati Israel. Akhirnya Yosua dipilih untuk menggantikan Musa untuk memimpin bangsa Israel memasuki tanah perjanjian di Kanaan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Bil 22:1-6. Bagaimanakah perasaan pemimpin-pemimpin orang Moab, wakt melihat bangsa Israel? Mengapakah orang Moab memanggil Bileam?
- Bacalah pasal Bil 22:21-31. Apakah kejadian yang aneh di sini? Mengapa demikian?
- Bacalah pasal Bil 24:1-2,10. Bangsa manakah yang diberkati Allah melalui Bileam?
- Bacalah pasal Bil 28:12-20. Siapakah yang dipilih oleh Tuhan untuk menggantikan Musa? Mengapa orang itu yang dipilih?
- Bacalah pasal Bil 36:13. Dimanakah bangsa Israel sekarang berada?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Bilangan mengajarkan kemurahan Allah dalam mengampuni dan menyatakan keadilan Allah terhadap umat-Nya yang berbuat dosa.
Pemberontakan dan ketidaktaatan kepada Allah hanya menghasilkan murka dan hukuman Allah.
Hidup yang berkemenangan, hanya dapat diperoleh dengan iman yang penuh kepercayaan dan ketergantungan terhadap Allah.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Bilangan?
- Apakah isi Kitab Bilangan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dar mempelajari Kitab Bilangan?
Intisari: Bilangan (Pendahuluan Kitab) Bangsa Israel di padang gurun
MENGENAI APA?Nama kitab ini dalam Alkitab Ibrani berarti "di padang gurun" dan judul itu mencakup semua peristiwa yang
Bangsa Israel di padang gurun
MENGENAI APA?
Nama kitab ini dalam Alkitab Ibrani berarti "di padang gurun" dan judul itu mencakup semua peristiwa yang dilukiskan dalam kitab itu. Judul "Bilangan" dipakai oleh karena kitab itu mencatat "penjumlahan" bangsa itu pada tahun kedua (pasal Bil 1) setelah mereka meninggalkan Mesir dan tahun keempat puluh (pasal Bil 26). Sebagian isi kitab menceritakan pengalaman bangsa Israel selama empat puluh tahun sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian. Dalam banyak hal Bilangan menjadi bacaan yang menyedihkan, oleh karena banyak dari penderitaan bangsa Israel adalah akibat langsung dari ketidaksetiaan dan ketidaktaatan. Orang boleh mengatakan bahwa Bilangan merupakan catatan mengenai kegagalan manusia terhadap kesetiaan ilahi.
APA KESAN KESELURUHAN?
Salah satu cirinya ialah bahwa kitab ini tidak mencoba untuk menyajikan kepada kita suatu narasi penuh atau kisah bersambung yang ketat. Sebagai perbandingan, hanya sedikit yang diceritakan mengenai masa-masa yang dilewati di padang gurun, tetapi peristiwa-peristiwa tertentu ditonjolkan dan digambarkan secara panjang lebar. Kesan keseluruhan ialah bahwa Allah tetap berkuasa melawan pemberhalaan dan imoralitas bangsa Israel. Sebagian Kitab Bilangan bersifat sejarah dan sebagian lagi bersifat undang-undang.
SIAPAKAH TOKOH-TOKOH UTAMA YANG DISEBUT DALAM KITAB BILANGAN?
Sudah jelas bahwa Musa banyak sekali disebut dalam kitab ini -- perhatian Musa terhadap Hobab (Bil 10:29-32); doanya di Tabera (Bil 11:10-15); reaksinya terhadap kecaman (Bil 12); imannya yang kurang (Bil 13); keprihatinannya terhadap kehormatan Allah (Bil 14:13-19); ketidakikutsertaannya masuk ke dalam Tanah Perjanjian (Bil 20:2-13). Harun juga disebut, terutama dalam hubungannya dengan pemberontakan Korah (Bil 16). Miryam, saudara perempuan Musa, juga merupakan salah seorang tokoh dalam kitab ini. Pasal Bil 12 menceritakan bagaimana ia dihukum oleh karena iri hati. Nama-nama lain yang disebut termasuk Yosua dan Kaleb, dua orang mata-mata yang berani percaya kepada Allah dan hanya mereka berdua dari generasi itu yang diizinkan masuk ke Kanaan. Kisah mengenai Bileam dan Balak juga dicatat dalam kitab itu (pasal Bil 22-24).
APA KESUKARAN-KESUKARAN YANG DIHADAPI?
Para kritikus Alkitab mengajukan sejumlah pertanyaan tentang ketepatan sejarah dan statistik dari kitab ini. Sebagian besar, walaupun tidak semua, dari kitab ini dapat diterima jika kita menyadari bahwa para penulis bangsa Ibrani tidak selalu mengikuti urutan kronologis peristiwa-peristiwa secara ketat. Mereka lebih mementingkan arti dan pentingnya peristiwa.
Pesan
1. Pengaturan yang baik
Bil 1:1-10:10
Pasal-pasal pembukaan menggambarkan situasi bangsa Israel di padang gurun Sinai, termasuk keterangan mengenai sensus, pemilihan imam-imam Lewi dan pentahbisan mereka, peraturan untuk orang nazir dan tata cara penyembahan di Kemah Suci. Penekanan utama ialah pada kekudusan dan kesetiaan Allah.
2. Keluh-kesah dan pemberontakan
Bil 10:11-20:29
Di sini kita menelusuri perjalanan bangsa Israel setelah mereka meninggalkan Gunung Sinai dan mencapai Kades Barnea. Bagian dari kitab ini merupakan kisah sedih yang berisi keluhan yang terus menerus terhadap Allah dan mengenai hukuman yang kemudian dijatuhkan. Lagi-lagi ini merupakan peringatan bagi mereka yang kurang percaya.
3. Kegagalan dan kemenangan
Bil 21:1-36:13
Dalam bagian ketiga kitab itu kita membaca hal-hal yang menggembirakan. Catatan yang menonjol ialah mengenai kemenangan yang diperoleh, walaupun masih ada kegagalan yang perlu dicatat. Kita melihat bahwa Yosua diangkat sebagai pengganti Musa, dan persiapan-persiapan yang dibuat untuk memasuki Tanah Perjanjian. Sementara terus ditekankan mengenai kekudusan Allah, kita juga belajar dari Bilangan bahwa Allah adalah Allah yang tertib. Dengan cara yang sama Allah memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas mengenai bagaimana mereka harus menjalani kehidupan dan ibadah mereka. Di bawah perjanjian yang baru hal itu sama pentingnya, yaitu bahwa segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur (1Ko 14:40).
Penerapan
1. Kita diselamatkan untuk melayani
Dalam Keluaran kita membaca kisah pembebasan bangsa Israel dari perbudakan; dalam Bilangan penekanan terletak pada pelayanan. Hanya orang yang sudah diselamatkan yang dapat sungguh-sungguh menyembah dan melayani Allah yang hidup.
2. Allah adalah Allah yang tertib
Kitab ini berisi banyak hukum dan peraturan yang mengingatkan kita bahwa dalam melayani Allah "segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur" (1Ko 14:40).
o Dosa tidak percaya. Kegagalan bangsa Israel untuk masuk ke Tanah Perjanjian disebabkan oleh ketidakpercayaan.
o Dosa pemberontakan. Dalam Bilangan kita membaca beberapa kisah mengenai pemberontakan. Kita semua cenderung terlalu mudah untuk menyerah kepada semangat pemberontakan dan melawan para pemimpin yang dipilih Allah.
o Dosa kecemburuan. Harun dan Miryam, keduanya membuat Allah tidak senang. Hati-hati terhadap kecemburuan.
4. Allah menghargai kesetiaan
Kaleb dan Yosua bertahan sebagai pengikut Allah yang setia dan hanya mereka yang diperbolehkan memasuki Tanah Perjanjian. Secara tragis mudah bagi kita untuk merasa takut menghadapi kesukaran-kesukaran, tetapi iman mengalahkan hal yang tidak mungkin.
Tema-tema Kunci
1. Pemeliharaan Allah
Kita menemukan beberapa ilustrasi dalam Bilangan mengenai bagaimana Allah memenuhi kebutuhan umat-Nya. Contoh: Bil 20:1-11; 21:1-9; 27:1-11, (lihat Bil 36:1-12); Bil 27:12-23; 35:1-5; 35:6-28. Renungkanlah bagaimana cara Allah memenuhi kebutuhan umat-Nya dewasa ini.
2. Ketidaksenangan Allah
Salah satu aspek yang menyedihkan dalam Bilangan ialah kenyataan bahwa Allah sering kali murka kepada umat-Nya. Lihat Bil 11:1-3; 11:33; 12:1-16; 14:20-23; 14:36-38; 16:31-35; 25:1-3. Apa yang diperbuat oleh umat Allah pada masa kini yang membuat Allah sedih?
3. Keteraturan Allah
Allah adalah Allah yang teratur dan tertib. Lihat pasal Bil 1; 2; 3; 4; 26; 32 mengenai penjumlahan umat-Nya, pengaturan perkemahan suku-suku. Lihat juga Bil 7:1-19:14; pasal Bil 15; 18; 19; 28; 29 mengenai tata-cara ibadah.
4. Pimpinan Allah
Patut dicatat bahwa, kendatipun terjadi pembangkangan yang terus menerus, Allah masih memimpin umat-Nya dalam pengembaraan mereka dengan tiang awan dan api (Bil 9:15-23). Sampai saat ini Allah masih memimpin umat-Nya: bagaimana cara Allah melakukannya?
Garis Besar Intisari: Bilangan (Pendahuluan Kitab) [1] ORGANISASI BANGSA ISRAEL Bil 1:1-10:36
Bil 1:1-54Sensus yang diperintahkan oleh Allah
Bil 2:1-4:49Pengaturan perkemahan
Bil 5:1-6:27Penyucian
[1] ORGANISASI BANGSA ISRAEL Bil 1:1-10:36
Bil 1:1-54 | Sensus yang diperintahkan oleh Allah |
Bil 2:1-4:49 | Pengaturan perkemahan |
Bil 5:1-6:27 | Penyucian perkemahan |
Bil 7:1-9:14 | Penyembahan dalam Kemah Suci |
Bil 9:15-10:36 | Pimpinan Allah di perkemahan |
[2] PENGALAMAN DALAM PERJALANAN Bil 11:1-25:18
Bil 11:1-35 | Kerusuhan dalam perkemahan |
Bil 12:1-16 | Keluhan terhadap Musa |
Bil 13:1-33 | Penyelidikan ke Kanaan |
Bil 14:1-45 | Pemberontakan di perkemahan |
Bil 15:1-41 | Peraturan-peraturan tambahan |
Bil 16:1-17:13 | Pemberontakan terhadap kepemimpinan Musa |
Bil 18:1-19:22 | Hukum dan peraturan-peraturan |
Bil 20:1-21:35 | Peristiwa-peristiwa di perjalanan |
Bil 22:1-24:25 | Kisah Bileam |
Bil 25:1-18 | Dosa dan hukuman |
[3] PENANTIAN MASUK KE TANAH PERJANJIAN Bil 26:1-33:49
Bil 26:1-65 | Sensus kedua |
Bil 27:1-11 | Anak-anak perempuan Zelafehad |
Bil 27:12-23 | Yosua menggantikan Musa |
Bil 28:1-30:16 | Hukum dan peraturan-peraturan |
Bil 31:1-54 | Penghakiman atas Midian |
Bil 32:1-42 | Penempatan suku-suku Ruben dan Gad |
Bil 33:1-49 | Tinjauan kisah perjalanan |
[4] PERSIAPAN UNTUK MEMASUKI KANAAN Bil 33:50-36:13
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi