Teks -- Kisah Para Rasul 27:19 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Kis 27:12-20
Matthew Henry: Kis 27:12-20 - Perjalanan Paulus Menuju Roma Perjalanan Paulus Menuju Roma ( Kis 27:12-20)
Dalam perikop di atas kita mendapati,
I. Kapal kembali berlayar, dan meneruskan perjalan...
Perjalanan Paulus Menuju Roma ( Kis 27:12-20)
- Dalam perikop di atas kita mendapati,
- I. Kapal kembali berlayar, dan meneruskan perjalanannya dengan angin yang bersahabat pada awalnya. Amatilah,
- 1. Apa yang mendorong mereka untuk meninggalkan pelabuhan indah. Alasannya karena mereka berpikir tidak baik untuk tinggal di pelabuhan itu selama musim dingin. Pelabuhan itu cukup menyenangkan di musim panas, tetapi di musim dingin suasananya suram. Atau mungkin, karena suatu alasan, pelabuhan itu tidak nyaman. Mungkin makanan di sana langka dan mahal. Dan mereka terpaksa menempuh bahaya demi menghindari suatu keadaan yang tidak nyaman, seperti yang sering kita lakukan. Beberapa awak kapal, atau dewan penasihat yang dipanggil untuk memberikan saran dalam hal ini, memilih untuk tinggal di sana, daripada nekat berlayar ke laut, karena cuaca sangat tidak menentu. Lebih baik aman di pelabuhan yang tidak nyaman daripada tersesat di lautan yang bergelora. Tetapi mereka kalah suara ketika pilihan itu ditawarkan, dan kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus. Namun, mereka tidak berniat pergi jauh, hanya ke pelabuhan lain di pulau yang sama, yang di sini disebut kota Feniks. Sebagian orang berpikir bahwa pelabuhan itu dinamai demikian karena orang-orang Feniks sering datang ke sana, yaitu para pedagang dari Tirus dan Sidon. Di sini dikatakan pelabuhan itu terbuka ke arah barat daya dan barat laut. Mungkin pelabuhan itu terletak di antara dua tanjung, tanah yang menganjur ke laut, yang salah satunya mengarah ke barat laut dan yang lain ke barat daya, dan melaluinya pelabuhan itu terlindung dari angin timur. Begitulah hikmat Sang Pencipta dalam membuat persediaan untuk memberikan kelegaan dan keamanan kepada orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal, dan melakukan perdagangan di lautan luas. Sia-sia saja alam menyediakan bagi kita perairan untuk berlayar, seandainya tidak juga tersedia pelabuhan-pelabuhan alami untuk berteduh.
- 2. Apa yang mendorong mereka untuk melanjutkan perjalanan pada awalnya. Mereka berangkat dengan angin yang baik (ay. Kis 27:13), angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan, dan karena itu mereka menyangka bahwa maksud mereka pasti akan tercapai. Maka mereka pun berlayar menyusur pantai Kreta dan tidak takut menabrak batu atau busung pasir, sebab angin bertiup begitu lembut. Adakalanya orang yang berlayar dengan angin yang begitu baik tidak sadar badai apa yang akan mereka hadapi. Oleh sebab itu, janganlah mereka merasa aman, jangan juga menganggap begitu saja bahwa maksud mereka sudah tercapai, sebab ada begitu banyak kecelakaan yang bisa saja menghalang-halangi tujuan mereka. Orang yang baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri seperti orang yang sudah menanggalkannya.
- II. Sekarang kapal sedang berada di tengah-tengah badai, badai yang mengerikan. Mereka hanya melihat penyebab-penyebab yang kasat mata, menentukan ukuran berdasarkan petunjuk-petunjuknya yang mendukung, dan menyangka bahwa karena angin selatan bertiup sepoi-sepoi, maka akan terus begitu. Dengan keyakinan ini, mereka nekat berlayar, tetapi tak lama kemudian mereka segera sadar akan kebodohan mereka dalam lebih mempercayai angin yang bersahabat daripada firman Allah dalam mulut Paulus, yang melaluinya mereka sudah diperingatkan dengan baik akan datangnya badai. Amatilah,
- 1. Apa bahaya dan kesusahan yang menimpa mereka,
- (1) Turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang tidak hanya melawan mereka, dan langsung menghantam mereka, sehingga mereka tidak bisa maju, tetapi juga sangat kencang, yang menaikkan gelombang-gelombang. Itu seperti angin yang dikirim untuk mengejar Yunus, meskipun di sini Paulus sedang mengikuti perintah Allah, dan melaksanakan kewajibannya, tidak seperti Yunus yang tengah melarikan diri dari Allah dan kewajibannya. Angin ini oleh para pelaut disebut Euroclydon, angin Timur Laut, yang mungkin di lautan itu sudah dikenal amat mengganggu dan berbahaya. Itu sejenis angin puyuh, sebab dikatakan kapal itu dilandanya (ay. Kis 27:15). Allah-lah yang memerintahkan angin ini untuk bertiup, yang melaluinya Ia bermaksud membawa kemuliaan bagi diri-Nya sendiri dan nama baik bagi Paulus. Karena angin badai dikeluarkan dari dalam perbendaharaan-Nya (Mzm. 135:7), maka ia melakukan firman-Nya (Mzm. 148:8).
- (2) Kapal itu diombang-ambingkan dengan sangat hebat (ay. Kis 27:18). Kapal itu ditendang-tendang seperti bola dari satu ombak ke ombak lain. Para penumpangnya (seperti yang digambarkan dengan elok dalam Mazmur 107:26-27) naik sampai ke langit dan turun ke samudera raya. Mereka pusing dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan akal. Kapal itu tidak tahan menghadapi angin haluan, tidak bisa maju melawan angin. Oleh sebab itu, mereka menurunkan layar, yang dalam badai seperti itu akan lebih membahayakan daripada membantu mereka. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing, bukan membiarkannya ke mana saja ia akan berlayar, melainkan ke mana saja gelombang-gelombang yang ganas itu akan membawanya – Non quo voluit, sed quo rapit impetus undæ. Ovid. Trist. Ada kemungkinan bahwa mereka sangat dekat dengan pelabuhan kota Feniks ketika badai ini turun, dan berpikir bahwa seharusnya mereka sudah berada di pelabuhan yang tenang. Mereka menghibur diri dengan membayangkannya, menghabiskan musim dingin di sana. Akan tetapi, lihatlah, tiba-tiba saja mereka mengalami kesusahan ini. Karena itu, marilah kita selalu bersukacita dengan gemetar, dan jangan pernah mengharapkan keamanan yang sempurna, atau keamanan yang abadi, sebelum kita tiba di sorga.
- (3) Mereka tidak melihat matahari ataupun bintang-bintang selama berhari-hari. Ini membuat angin badai itu lebih mengerikan lagi, sebab mereka semua berada dalam kegelapan. Pada waktu itu belum ditemukan kompas sebagai penunjuk arah bagi para pelaut (sehingga mereka tidak mempunyai pemandu sama sekali apabila tidak bisa melihat matahari ataupun bintang-bintang), dan ini membuat keadaan mereka lebih berbahaya. Demikianlah, adakalanya keadaan umat kepunyaan Allah secara rohani begitu menyedihkan. Mereka berjalan dalam kegelapan, dan tidak mempunyai terang. Baik matahari maupun bintang-bintang tidak muncul. Mereka tidak bisa terus memikirkan, bahkan, sekadar membayangkan, hal-hal apa saja yang menghibur atau membesarkan hati. Keadan mereka mungkin seperti itu, tetapi akan ada terang yang ditunjukkan kepada mereka.
- (4) Segala keburukan musim dingin menerpa mereka: Ini bukan sekadar badai kecil – cheimōn ouk oligos, hujan dingin, salju, dan semua hal yang buruk pada musim itu turun, sehingga segera mereka akan mati karena kedinginan. Dan semuanya itu berlangsung selama berhari-hari. Lihatlah kesulitan-kesulitan apa yang harus dihadapi mereka yang sering berlayar, selain bahaya-bahaya dari kehidupan yang mereka jalani. Namun, untuk mencari penghasilan, banyak orang yang tidak peduli dengan semuanya ini. Merupakan contoh pemeliharaan ilahi bahwa sebagian orang condong melakukan pekerjaan ini, kendati dengan kesulitan-kesulitan yang menyertainya. Ini demi menjaga kelangsungan perdagangan antarbangsa, khususnya antarpulau bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Zebulon dapat bersukacita sepenuh hati dengan hidup di luar, sama seperti Isakhar dengan hidup di kemah-kemahnya. Mungkin karena itulah Kristus memilih hamba-hamba-Nya dari antara para pelaut, sebab mereka sudah terbiasa menghadapi hidup yang keras.
- 2. Sarana apa yang mereka gunakan untuk memberi kelegaan pada diri mereka sendiri. Mereka menggunakan semua alat penolong yang seadanya (sebab saya tidak bisa menamainya dengan lebih baik), yang biasa dipakai para pelaut dalam keadaaan susah.
- (1) Karena tidak bisa melawan angin, mereka membiarkan kapal itu terombang-ambing, sebab mereka sadar bahwa tidak ada gunanya mengayuh sampan atau menaikkan layar. Jika dengan berjuang kita tidak berhasil, maka kita berhikmat jika menyerah.
- (2) Namun demikian, mereka melakukan apa yang bisa mereka lakukan untuk menghindari bahaya ini. Ada sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan ketika mereka dekat dengan pulau itu, meskipun tidak bisa meneruskan perjalanan, mereka berusaha mencegah agar kapal tidak karam. Karena itu, mereka mengatur keadaannya sedemikian rupa supaya mereka tidak menabrak pulau itu, tetapi hanyut ke sana secara perlahan-lahan (ay. Kis 27:16).
- (3) Takut kalau-kalau kapal mereka tidak tertolong lagi, mereka sibuk menyelamatkan sekoci, yang mereka lakukan dengan susah payah. Dengan susah payah mereka dapat menguasai sekoci kapal itu (ay. Kis 27:16), dan akhirnya menaikannya (ay. Kis 27:17). Sekoci ini bisa berguna dalam keadaan darurat, dan oleh sebab itu mereka berupaya keras untuk membawanya ke dalam kapal.
- (4) Mereka menggunakan sarana yang cukup tepat pada waktu itu, ketika ilmu pelayaran masih belum berkembang seperti sekarang. Mereka meliliti kapal itu dengan tali (ay. Kis 27:17). Mereka mengikat bagian bawah kapal itu dengan tali-tali yang kuat, supaya kapal tidak menonjol ke luar ketika badai sedang kencang-kencangnya.
- (5) Karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar, dan kemudian membiarkan kapal terapung. Mengherankan bagaimana kapal bisa hidup di lautan (begitu ungkapan para nelayan), bahkan di tengah cuaca yang sangat buruk, sementara yang ada padanya hanyalah lautan luas. Dan juga, jika pelaut tidak bisa menepi ke pantai, mereka harus menjauhkan kapal mereka dari pantai sejauh mungkin.
- (6) Keesokan harinya mereka meringankan muatan kapal, melemparkan barang-barang dan pasokan-pasokan ke laut (seperti yang dilakukan para awak kapal yang ada bersama Yunus [Yun. 1:5]), karena mereka lebih memilih miskin tanpanya daripada binasa bersamanya. Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Lihatlah seperti apa kekayaan dunia ini. Betapa kekayaan diidam-idamkan sebagai berkat, tetapi akan datang waktunya ketika ia menjadi beban, yang bukan hanya terlalu berat untuk dibawa-bawa, melainkan juga cukup berat untuk menenggelamkan orang yang memilikinya. Kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya sering kali menjadi kecelakaannya sendiri (Pkh. 5:12), dan harus dilepaskan demi kebaikan mereka. Tetapi lihatlah kebodohan anak-anak dunia ini, mereka begitu boros dengan harta benda mereka apabila itu demi menyelamatkan nyawa mereka sendiri. Namun, betapa pelitnya mereka dalam menggunakannya untuk amal saleh dan sedekah, dan untuk menanggung penderitaan demi Kristus, meskipun mereka diberi tahu oleh Sang Kebenaran kekal sendiri bahwa untuk itu mereka akan diberi balasan lebih dari seribu kali lipat pada hari kebangkitan orang-orang benar. Orang sungguh menerapkan asas iman jika ketika harta mereka dirampas, mereka menerima hal itu dengan sukacita, sebab mereka tahu, bahwa mereka memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya (Ibr. 10:34). Siapa saja pasti lebih memilih membuang harta bendanya daripada nyawanya. Tetapi banyak yang ternyata lebih memilih membuang iman dan hati nurani yang murni daripada harta benda mereka.
- (7) Pada hari ketiga mereka membuang alat-alat kapal – persenjataan mereka, armamenta (begitu sebagian orang mengartikannya), seolah-olah itu kapal angkatan bersenjata. Kita biasa membuang senjata ke laut bila badai mengamuk dengan teramat ganas. Tetapi senjata berat apa yang mereka miliki pada waktu itu sehingga harus dibuang untuk meringankan muatan kapal, saya tidak tahu. Dan saya bertanya-tanya apakah bukan suatu kesalahan yang mencolok bagi para pelaut untuk membuang segala sesuatu ke laut, bahkan membuang barang-barang yang akan sangat bermanfaat untuk menghadapi badai dan yang tidak terlalu berat.
- 3. Keputusasaan yang melanda mereka pada akhirnya (ay. Kis 27:20): Putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. Badai terus mengamuk, dan mereka tidak melihat tanda-tanda badai itu akan mereda. Kita tahu bahwa angin yang sangat kencang akan terus bertiup selama berminggu-minggu. Sarana-sarana yang sudah mereka pakai tidak berhasil, sehingga mereka kehabisan akal. Dan mereka sungguh ketakutan dengan apa yang akan terjadi, sampai-sampai mereka tidak mau makan atau minum. Mereka mempunyai cukup banyak persediaan di kapal (ay. Kis 27:38), tetapi karena mereka begitu dibelenggu oleh perasaaan takut mati, mereka tidak bisa menerima penopang hidup. Mengapa Paulus, melalui kuasa Kristus, dan di dalam nama-Nya, tidak meredakan badai ini? Mengapa ia tidak berkata kepada angin dan ombak, “Diam! Tenanglah!”, seperti yang sudah diperbuat Tuannya? Tentu saja itu karena para rasul mengadakan mujizat untuk meneguhkan ajaran mereka, bukan untuk melayani kepentingan mereka sendiri atau teman-teman mereka.
SH: Kis 27:14-32 - Suarakan pengharapan dari tempat yang tepat (Minggu, 20 Agustus 2000) Suarakan pengharapan dari tempat yang tepat
Pengharapan rakyat Indonesia untuk mendapatkan kehidupan sosial
ekonomi yang lebih layak terasa sema...
Suarakan pengharapan dari tempat yang tepat
Pengharapan rakyat Indonesia untuk mendapatkan kehidupan sosial ekonomi yang lebih layak terasa semakin sirna. Mereka nampaknya semakin putus asa sehingga semakin tidak terkontrol dan nekad melakukan tindakan brutal demi sesuap nasi. Adakah pengharapan bagi mereka? Adakah yang dapat dilakukan oleh gereja Tuhan?
Dalam perjalanannya ke Roma, Paulus berada dalam situasi dimana tidak ada lagi pengharapan untuk hidup. Kapal yang ditumpangi oleh Paulus dan orang-orang seperjalanan-nya diombang-ambingkan selama 3 hari 3 malam oleh angin badai. Kegelapan total menyelimuti mereka. Seluruh muatan kapal harus dibuang agar kapal tidak tenggelam. Akibatnya mereka harus menahan lapar berhari-hari. Dalam kondisi yang sedemikian kritis dan panik, Paulus berdiri dengan keteguhan dan keyakinan penuh menyuarakan pengharapan kepada mereka yang sudah ada di penghujung maut. Apa isi pengharapan itu (22, 26)? Apakah mereka mempercayainya (27-29)? Yang lebih indah lagi, mereka tidak hanya mempercayai pengharapan itu, namun mereka juga mau mendengarkan dan menuruti saran Paulus (31-32). Mereka akhirnya selamat dari amukan badai.
Mengapa mereka menjadi percaya dan menurut kepada Paulus? Ada beberapa faktor. 1. Paulus bersama-sama mereka merasakan ancaman maut. Ia tidak hanya berteori saja tapi mereka semua bisa melihat bahwa Paulus pun menghadapi dan mengalami hal yang sama. 2. Paulus percaya penuh akan janji Allah bahwa ia akan pergi menghadap Kaisar (24). 3. pengharapan Paulus dibangun berdasarkan keyakinan yang tumbuh karena hubungan yang erat dengan Allah (23).
Renungkan: Gereja harus menjadi sama dengan masyarakat yang miskin. Ini tidak berarti bahwa gereja harus menjadi miskin. Namun maukah gereja, di tengah-tengah kemiskinan ini tetap menyuarakan pengharapan Injil?
Bacaan untuk Minggu ke-10 sesudah Pentakosta
1Raja-raja 3:5-12 Roma 8:26-30 Matius 13:44-52 Mazmur 119:129-136
Lagu: Kidung Jemaat 256
Pemahaman Alkitab 7 -- Amsal 26:12-32
Menjadi Kristen seringkali disamakan dengan menjadi orang yang aneh dan asing. Karena kehidupannya tiba-tiba harus terpisah dari masyarakat sekitarnya secara radikal. Ia menjadi alergi bahkan menentang hal-hal yang tidak berbau 'kekristenan'. Ia berusaha memaparkan kelemahan dan kekurangan ajaran agama lain dengan tujuan agar ia dapat 'memenangkan' jiwa. Hasilnya? Anda dapat melihat sendiri. Kristen disalahkan bahkan dimusuhi. Bagaimana dengan Paulus?
Pertanyaan-pertanyaan penolong:
1. Apakah tujuan Paulus pergi ke Damsyik (10-11 bdk. 22:4)? Apa dengan 'kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala' Paulus dan tujuannya tidak dapat dihentikan (13-14)? Berdasarkan apa yang terjadi dalam perjalanan (14), kuasa penampakan Yesus tidak sekadar menghentikan perjalanan Paulus namun Yesus ingin mengungkapkan kepadanya siapa dia di hadapan Allah dan apa arti hidupnya bagi Allah dan sesama manusia. Jelaskan!
2. Paulus diperintahkan ke Damsyik, ditetapkan menjadi pekabar Injil, dan melakukan pekerjaan yang ada di ayat 18. Perubahan apa yang terjadi dalam hidup Paulus?
3. Ayat 19: Bagaimana Paulus menjalankan amanatnya yang baru? Apa arti bahwa hidup Paulus yang memberi manfaat bagi manusia itu diberikan kepada semua bangsa (20)? Bagaimana ini mencerminkan sikap Paulus terhadap semua manusia?
4. Apakah pernah Paulus menyinggung atau menghina kepercayaan orang lain (22-23)? Bagaimana Anda melihat sikap toleransi beragama yang diperlihatkan oleh Paulus?
5. Apa jawaban Paulus kepada Festus (25-26)? Adakah ini berarti bahwa ajaran yang Paulus beritakan adalah ajaran yang sehat dan terbuka terhadap kritik siapa pun? Jelaskan! Bagaimana jawaban Agripa mendukung ajaran Paulus ini (28)?
6. Apa sudah selayaknya respons Festus dan Agripa kepada Paulus (31-32)? Jelaskan! Apa yang diungkapkan oleh respons mereka tentang kehidupan Paulus sebagai anggota masyarakat pemeluk satu kepercayaan, warga negara sebuah negara, dan sekaligus penginjil?
7. Di tengah masyarakat yang sangat tidak ramah terhadap kekristenan, bagaimana Anda menjadi Kristen yang berguna bagi masyarakat?
SH: Kis 27:14-26 - Bertahan di tengah badai (Selasa, 18 September 2007) Bertahan di tengah badai
Benar saja! Peringatan Paulus terbukti! Angin badai menerjang kapal
itu dan mengombang-ambingkannya selama beberapa har...
Bertahan di tengah badai
Benar saja! Peringatan Paulus terbukti! Angin badai menerjang kapal itu dan mengombang-ambingkannya selama beberapa hari (14-18). Mereka juga menghadapi bahaya lain! Kedangkalan laut dan kerasnya hempasan gelombang, membuat daerah itu sangat berbahaya untuk pelayaran (17). Bahaya yang semakin besar memaksa mereka membuang sebagian muatan kapal ke laut (18-19). Ditambah lagi kesulitan untuk menentukan arah karena tidak terlihatnya matahari dan bintang selama beberapa hari.
Situasi yang begitu kritis karena bahaya yang datang silih berganti membuat mereka takut dan putus asa (20). Seperti penumpang kapal yang lain, Paulus pun tampaknya diliputi rasa takut saat itu. Heran? Tidak perlu, karena siapakah yang tidak akan takut menghadapi badai besar semacam itu? Tentu saja tidak ada yang salah bila terbit rasa takut akan bahaya yang sedang mengancam kita. Namun ingatlah bahwa masih ada harapan, meskipun rasa takut menguasai kita. Begitu pun Paulus.
Melalui malaikat-Nya, Tuhan kembali meneguhkan kehendak-Nya dan menyatakan penyertaan-Nya. Paulus tidak perlu lagi merasa takut karena Tuhan, yang setia dan berdaulat atas alam semesta, telah mengusir badai dan rasa takut. Situasi buruk itu memang nyata, tetapi bagi Paulus lebih nyata lagi perlindungan Allah. Oleh karena itu, ia kemudian tampil dan menyuarakan pengharapan yang datang dari Allah, bahwa mereka akan selamat (21-26). Ia menghimbau mereka untuk tetap tabah dan percaya bahwa Allah akan melakukan apa yang telah Dia janjikan (25).
Menjalani kehendak Allah memang tidak meluputkan kita dari bahaya yang akan menghadang jalan kita. Satu hal yang perlu kita ingat, jika kita yakin bahwa kita berada di jalan-Nya, niscaya Tuhan akan menyatakan penyertaan dan perlindungan-Nya. Tuhan tidak akan membiarkan mara bahaya menggagalkan penggenapan kehendak-Nya atas hidup hamba-Nya. Yang penting bagi kita adalah percaya!
SH: Kis 27:14-44 - Kepemimpinan fungsional (Jumat, 15 Agustus 2014) Kepemimpinan fungsional
Secara umum, kepemimpinan sering dipandang sebagai status atau kedudukan daripada sebagai suatu pelayanan. Sering juga kepemi...
Kepemimpinan fungsional
Secara umum, kepemimpinan sering dipandang sebagai status atau kedudukan daripada sebagai suatu pelayanan. Sering juga kepemimpinan diserahkan kepada seseorang sebagai hadiah atas prestasinya, dan bukan sebagai tanggung jawab yang membutuhkan kerendahhatian. Maka banyak orang yang bekerja untuk meraih sebuah kedudukan dalam kepemimpinan dan bukan untuk melayani orang lain serta membiarkan karakter kepemimpinan itu yang bertumbuh dalam dirinya.
Kepemimpinan Paulus muncul di kapal yang menuju ke Roma itu. Meski sebelumnya sarannya tidak didengar, Paulus tidak lantas merajuk dan berdiam diri. Kemungkinan bahaya bila kapal melanjutkan pelayaran seperti yang telah dikatakan Paulus, ternyata terjadi. Angin badai melanda (14). Awak kapal pun berupaya menyelamatkan kapal, dengan menurunkan layar dan membiarkan kapal terapung-apung (17) serta meringankan beban kapal dengan membuang alat-alat kapal (19). Karena tidak ada hasil atas semua upaya itu, mereka jadi putus asa (20). Pada saat itulah Paulus tampil dan membangkitkan semangat dengan menyampaikan pesan Allah yang disampaikan kepada dia melalui malaikat (22-24). Paulus juga mencegah para awak kapal yang berusaha melarikan diri (30-32). Saran sederhana, tetapi penting pun dikatakan oleh Paulus, yaitu mengajak mereka makan (33-36). Paulus melakukan semua itu tanpa posisi kepemimpinan secara formal. Ia bukan kapten kapal atau prajurit kaisar. Ia hanyalah seorang tahanan.
Kepemimpinan Paulus memang tidak dipandang sebagai kepemimpinan rohani oleh orang-orang di kapal itu. Mereka mengikuti saran Paulus karena telah terbukti kebenaran perkataan dan kompetensinya. Inilah yang disebut sebagai kepemimpinan fungsional, tanpa jabatan formal, tetapi melakukan fungsinya tatkala dibutuhkan, tatkala tak seorang pun dapat memberikan jawaban.
Kita pun bisa tampil menjadi pemimpin fungsional bagi dunia di sekitar kita. Tak perlu jabatan dan pelantikan, tetapi berilah pertolongan dan layanilah mereka yang membutuhkan.
SH: Kis 27:14-44 - Firman Allah Sumber Kekuatan (Selasa, 12 Maret 2019) Firman Allah Sumber Kekuatan
Panik adalah serangan takut mendadak dan membuat kita sulit berpikir tenang. Biasanya, hal ini terpicu oleh sebuah situa...
Firman Allah Sumber Kekuatan
Panik adalah serangan takut mendadak dan membuat kita sulit berpikir tenang. Biasanya, hal ini terpicu oleh sebuah situasi genting, mengancam, dan muncul tiba-tiba. Dalam keadaan seperti ini, kita kerap bertindak di luar akal sehat dan menjadi tidak tenang.
Paulus diperhadapkan dengan kesulitan dalam perjalanannya. Ketika berada di kapal, badai datang menerpa. Angin puyuh itu memaksa kapal serta seisi penumpangnya menyerah. Mereka membiarkan kapal terombang-ambing (14-15). Badai itu sangat hebat, sampai-sampai mereka terpaksa membuang muatan, bahkan alat-alat kapal ke laut (18-19).
Situasi begitu mencekam. Matahari dan bintang pun seolah takut dan menyembunyikan diri. Angin badai terus menebar teror dan ancaman. Akibatnya, mereka pun putus asa karena merasa tidak akan selamat (20). Kondisi ini pasti menguras emosi dan tenaga. Selama empat belas hari mereka hanya menanti-nanti sambil menahan lapar (21, 33).
Dalam momen itulah Paulus muncul. Ia mengumandangkan kedaulatan Allah bahwa semua yang terjadi adalah atas izin-Nya (22-24, 34). Keyakinan Paulus akan firman Allah begitu menegarkan hatinya. Itu rahasia ketenangannya dalam memberi nasihat. Ia mengambil roti, mengucap syukur, kemudian membagikannya (35). Tindakan Paulus sungguh menguatkan banyak orang (36-38).
Dari pengalaman Paulus, kita melihat kekuatan firman Allah. Firman Allah bisa menyalurkan energi penenang saat kita menghadapi masalah. Ia mampu membuat kita tabah dalam mengatasi masalah di tengah situasi genting. Bukan hanya menolong diri sendiri, firman Allah juga mampu menguatkan orang lain.
Nas kali ini mengajak kita menghayati dan menghidupi firman Allah. Kita bisa melakukannya dengan banyak cara, misalnya, membaca Alkitab, mendengarkan khotbah, dan diskusi. Ini penting karena bisa memupuk ketabahan dan ketahanan kita dalam menjalani kehidupan.
Doa: Biarlah firman-Mu menjadi kekuatan dan menabahkan hati dalam setiap pergumulan yang Engkau percayakan dalam hidup kami. [MUL]
Utley -> Kis 27:13-20
Utley: Kis 27:13-20 - --NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:13-2013 Pada waktu itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan. Mereka menyangka, bahwa maksud mereka sudah tentu akan te...
NASKAH NASB (UPDATED): Kis 27:13-20
13 Pada waktu itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan. Mereka menyangka, bahwa maksud mereka sudah tentu akan tercapai. Mereka membongkar sauh, lalu berlayar dekat sekali menyusur pantai Kreta. 14 Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin "Timur Laut". 15 Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. 16 Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu. 17 Dan setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali. Dan karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja. 18 Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut. Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri 20 Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami.
- NASB NRSV "angin badai"
- NKJV "angin ribut"
- TEV "angin yang bertiup sangat kencang"
- NJB "angin topan"
Kata Yunani ini adalah tuph∩n (angin topan) + ikos (seperti). Ini adalah angin yang datang tiba-tiba dengan sangat keras. Mungkin diintensifkan oleh pegunungan 7.000 kaki di Kreta.
- NASB "angin timur laut"
- NKJV "Euroclydon"
- NRSV, TEV "timur laut"
- NJB "timur laut"
Ini adalah nama khusus yang diberikan para pelaut untuk jenis angin selama musim tersebut. Terdiri dari (1) istilah Yunani, "angin timur" (euros) dan (2) istilah Latin "angin utara" (aquilo). Angin timur laut yang sangat kuat dan tiba-tiba.
Karena menjadi istilah teknis kelautan (eukakul∩n), kemudian salah dimengerti oleh ahli Taurat yang mengubahnya dalam beberapa cara untuk mencoba membuat konteks tersebut masuk akal.
Kis 27:15 "tidak tahan menghadapi angin haluan" kapal kuno memiliki mata yang dicat di setiap sisi haluan. Di kemudian hari, tokoh manusia atau hewan ditempatkan pada busur (lih.Kis 28:11). Bahkan hari ini kita melambangkan kapal sebagai perempuan. frasa ini secara harfiah "melawan" (anti) ditambah "mata" (ophthalmos). Mereka tidak bisa mengemudikan kapal melalui angin.
Kis 27:16 "Kauda" adalah pulau kecil sekitar lima puluh kilometer di lepas pantai selatan Kreta. Mereka sekarang tidak berdaya dalam menghadapi angin timur laut yang kuat. Mereka memanfaatkan angin yang meniup layar kapal untuk melakukan apa yang mereka bisa untuk mempersiapkan kapal menghadapi laut yang kasar.
Ada beberapa varian manuskrip Yunani untuk nama pulau ini.
- 1. Kauda, MSS P74, א2, B
- 2. Klauda, MSS א*, A
- 3. Klaudēn, MSS H, L, P, dan kemudian banyak manuskrip yang amat kecil
- 4. Gaudēn, Teks Yunani digunakan oleh Jerome
- 5. Klaudion, beberapa manuskrip yang amat kecil
UBS3 dan UBS4 memberi #1 peringkat "B" (hampir pasti). Dua pilihan pertama dapat berupa bentuk Yunani dan bentuk Latin dari nama tersebut.
□ "dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu" ini mengacu pada sebuah perahu kecil di belakangnya (lih.ay. 30,32). Perahu trailing ini membentuk pengerem yang membuat sulit untuk mengarahkan kapal yang lebih besar.
Kis 27:17 "memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali" ini mengacu pada tali pelilit khusus di sekeliling lambung untuk membantu menahan bersama-sama dalam badai (lih.Aristoteles, Rhetoric 2.5.18).
□ "di beting Sirtis" Ini adalah penghalang pasir yang bergerak di lepas pantai Afrika utara. Mereka disebut Sirtis besar dan Sirtis kecil (lih.Pliny, Nat. Hist 5.4,27). Merupakan kuburan banyak kapal layar. Untuk menghindari Sirtis besar para pelaut mengarahkan kapal menyamping, sehingga menyusur perlahan ke selatan.
□ "Layar" Kunci untuk menafsirkan dengan tepat konteks ini adalah istilah "menurunkan". Apa yang mereka turunkan: (1) layar atau (2) bagian dari layar? Tujuannya adalah untuk memperlambat kapal, tetapi pada saat yang sama memungkinkan untuk dikendalikan
Layar bukan merupakan jangkar yang mencengkeram bawah, tapi selembar parasut seperti yang digunakan berat berisi air untuk memperlambat kapal terapung ke arah selatan (lih.teks Latin lama dan NASB, NRSV, dan NJB).
Ada beberapa terjemahan bahasa Inggris yang akan menterjemahkan ini sebagai "turunkan layar" (lih.NKJV, TEV, NJB, dan Peshitta dalam bahasa Inggris). Istilah Yunani secara harfiah berarti "sesuatu" (lih.Louw & Nida, Greek-English Lexicon, vol. 2, hal. 223) dan harus ditafsirkan dalam konteks tertentu. Ada beberapa teks papirus tertentu yang menggunakannya untuk istilah berlayar (lih.Moulton & Milligan, Kosakata Perjanjian Yunani, hal 577). Jika demikian, mereka menurunkan sebagian dari layar tetapi tidak semuanya. Mereka harus mempertahankan kendali dan berupaya untuk menyusuri perjalanan sepelan mungkin.
Kis 27:18-19 ini menunjukkan betapa keras dan berbahaya badai ini tampaknya bagi para pelaut berpengalaman (lih.20).
Kis 27:18 "membuang muatan kapal" Tindakan ini menunjukkan bahwa para pelaut itu benar-benar takut kehilangan nyawa mereka.
Kis 27:19 "alat-alat kapal" Tepatnya ini mengacu untuk apa, tidak diketahui, mungkin layar utama dan tali-temali tersebut. Istilah ini ambigu. Istilah yang sama merujuk pada layar, atau bagian dari layar, dalam ay. 17.
Kis 27:20 "Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan" Frasa ini tampaknya menunjukkan bahwa mereka tidak mengetahui arah mana yang dituju. Mereka takut ke pantai Afrika utara, tapi mereka tidak bisa mengetahui seberapa dekat mereka berada (lih.ay. 29). Tanpa bintang atau matahari mereka tidak bisa menavigasi atau melihat posisi mereka.
□ "akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami" Ini menyatakan dorongan Paulus berdasarkan penglihatan sebelumnya (lih.ay. Kis 27:21-26). Sumber daya mereka sudah hilang!
TFTWMS -> Kis 27:14-21
TFTWMS: Kis 27:14-21 - Putuslah Segala Harapan "PUTUSLAH SEGALA HARAPAN" (Kis 27:14-21)
Beberapa jam sebelum mereka tiba di tujuan, bencana menerjang. "Tetapi tidak berapa lama kemu...
"PUTUSLAH SEGALA HARAPAN" (Kis 27:14-21)
Beberapa jam sebelum mereka tiba di tujuan, bencana menerjang. "Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu [dari pegunungan Kreta yang menjulang tinggi] angin badai, yang disebut angin "Timur Laut [Euraquilo]" (ay. 14). "Euraquilo" adalah julukan pelaut bagi angin "Timur Laut"39yang menyerupai topan.40
Setelah keluar dari perlindungan pulau Kreta, kapal itu tidak punya lagi jalan masuk ke pelbagai pelabuhan, kecuali lautan terbuka. "Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing" (ay. 15). Kapal itu berada dalam belas kasihan angin dan gelombang.
Setelah dihanyutkan ke arah tenggara selama beberapa jam, mereka berlayar "sampai ke [perlindungan] pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda" (ay. 16a). Dengan memanfaatkan ketenangan sejenak itu, semua orang bekerja dengan tergesa-gesa untuk membuat kapal itu sedapat mungkin layak melaut. Lukas bahkan cenderung ikut mengamankan sekoci yang ditarik di belakang kapal. Dengan mengingat perjuangan itu (dan mungkin luka-lukanya), ia berkata, "Dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu" (ay. 16b).41
"Setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali" (ay. 17a). "Tali" itu berupa tambang atau rantai yang dililitkan di sekeliling lambung kapal dan dikencangkan dengan alat-alat penolong [kerekan] untuk membuat kapal itu tetap utuh dalam terjangan badai.42
Lalu "karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja" (ay. 17b). "Beting Sirtis" merupakan daerah beting yang membentang hingga pantai Afrika Utara— kuburan kapal yang ditakuti oleh para pelaut. Meskipun tempat itu masih beberapa kilometer jauhnya di selatan, namun mereka tahu betapa cepatnya sebuah kapal bisa dihanyutkan dalam sebuah badai.43Mereka "menurunkan layar,"44dengan harapan bisa memperlambat laju kapal.
Pada saat itu, kapal itu sudah hanyut melewati perlindungan pulau kecil itu; mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain "membiarkan kapal itu [diri mereka] terapung-apung saja" (ay. 17c).
Anda bisa menyimak dari para pelaut zaman dahulu: Bila topan melanda hidupmu, berbuatlah semampumu untuk memperkecil kerusakan, "tutuplah palka kapal rapat-rapat,"45dan bersiaplah untuk mengarungi badai itu.
Jika orang-orang dalam kapal itu berharap badai itu akan segera berlalu dengan sendirinya, mereka tentu akan kecewa. "Pada keesokan harinya" mereka masih "diombang-ambingkan angin badai" (ay. 18a). Cobalah menjadi mereka. Dengarkanlah deru angin, kayu yang patah, dan tali yang menegang. Lihatlah awan gelap yang berterbangan, amuk gelombang yang membasahi seluruh geladak. Kapal itu timbul tenggelam di lautan yang mengganas, dan Anda berjuang untuk bisa tetap berdiri. Semburan air asin membuat perih wajah Anda, dan Anda diteror terus oleh air asin. Yang namanya badai, benar-benar menyakitkan—baik di lautan maupun dalam kehidupan.
Saat-saat tanpa harapan bisa menimbulkan tindakan putus asa. "Pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut" (ay. 18). Penghasilan mereka sebenarnya tergantung pada barang muatan itu, namun mereka lebih peduli terhadap nyawa mereka daripada penghasilan mereka. "Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri"46(ay. 19). Untuk meringankan kapal itu, mereka membuang ke luar kapal segala alat yang sama sekali tidak mereka perlukan.47
Badai itu terus berlanjut: "Beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan" (ay. 20a). Di zaman itu mereka belum punya kompas, tidak ada sekstan untuk menentukan posisi mereka. Navigasi tergantung pada matahari di siang hari dan bintang di malam hari. Oleh sebab itu, mereka tidak tahu dimana mereka berada. Yang mereka tahu, mereka bisa tenggelam di beting Sirtis kapan saja, atau menabrak batu karang yang tersembunyi.
Selama hampir dua minggu, badai itu terus-menerus menghantam kapal dan penumpangnya sampai-sampai mereka nyaris menyerah. Lukas menulis, "Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami" (ay. 20).
Itulah titik terendah dalam kisah itu. Orang-orang itu basah kuyup, kaku kedinginan, lelah setengah mati, lemah karena lapar. "Mereka beberapa lamanya tidak makan" (ay. 21a); "Badai itu telah mencerabut mereka dari harta, waktu, dan keinginan untuk menyiapkan atau menyantap makanan tetap apa saja."48Simaklah bahwa Lukas memasukkan dirinya sendiri di dalam gambarannya tentang keputusasaan itu: "Kami akhirnya putus harap untuk bisa diselamatkan" (ay. 20; NIV; huruf miring oleh saya). Apakah kata "kami" itu termasuk Paulus? Mungkin saja. Ketika malaikat itu menampakkan diri kepada Paulus, ia menghibur dia, "Jangat takut" (ay. 24a). Orang yang paling kuat sekalipun bahkan bisa ditaklukkan bila terus-menerus dihajar cukup keras dan cukup lama oleh badai itu.
Beberapa dari Anda tahu bagaimana rasanya mengalami perkawinan berantakan, kandas di beting penderitaan, tenggelam di dalam air kegagalan yang menyusahkan, menemukan diri Anda tidak stabil secara emosi dan rohani. Anda tahu bagaimana rasanya berjalan dari hari ke hari tanpa penerangan. Anda juga pernah ditaklukkan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Penulis : Lukas
Tema : Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui
Kuasa Roh Kudus
Tanggal Penulis...
Penulis : Lukas
Tema : Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui
Kuasa Roh KudusTanggal Penulisan: Sekitar 63 T.M.
Latar Belakang
Kitab Kisah Para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang yang bernama "Teofilus" (Kis 1:1). Sekalipun nama pengarangnya tidak disebutkan dalam kedua kitab itu, kesaksian kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti intern yang mendukung dari kedua kitab ini menunjuk kepada satu orang penulis yaitu Lukas "tabib ... yang kekasih" (Kol 4:14).
Roh Kudus mendorong Lukas untuk menulis kepada Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang Kristen bukan Yahudi, akan kisah yang lengkap mengenai awal kekristenan --
- (1) "dalam bukuku yang pertama" ialah Injil tentang kehidupan Yesus, dan
- (2) buku yang kemudian ialah laporannya dalam Kisah Para Rasul tentang pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta perkembangan gereja yang berikutnya.
Jelas Lukas adalah seorang penulis yang unggul, sejarawan yang cermat dan seorang teolog yang diilhami.
Kitab Kisah Para Rasul secara selektif meliput tiga puluh tahun pertama dalam sejarah gereja. Sebagai sejarawan gereja, Lukas menelusuri penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke Roma sambil menyebutkan sekitar 32 negara, 54 kota dan 9 pulau di Laut Tengah, 95 orang yang berbeda dengan nama serta beberapa pejabat dan administrator pemerintah dengan gelar jabatan yang tepat. Ilmu purbakala makin menguatkan ketepatan Lukas dalam semua detail. Selaku seorang teolog, Lukas dengan cerdas melukiskan makna beberapa pengalaman dan peristiwa dalam tahun-tahun mula-mula gereja.
Pada tahap awal, Alkitab PB terdiri atas dua kumpulan:
- (1) keempat Injil dan
- (2) surat-surat Paulus.
Kisah Para Rasul memainkan peranan yang penting sebagai penghubung di antara kedua kumpulan itu dan tempatnya benar dalam urutan kanonik adalah benar. Pasal 13 (Kis 13:1-28) memberikan latar belakang sejarah yang diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam pelayanan dan surat-surat Paulus. Bagian ayat-ayat dalam kitab ini di mana Lukas menggunakan istilah "kami" (Kis 16:10-17; Kis 20:5--21:18; Kis 27:1--28:16) menunjukkan keikutsertaannya dalam perjalanan Paulus.
Tujuan
Di dalam mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan.
- (1) Lukas menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit ke dunia kafir kendatipun tentangan dan penganiayaan.
- (2) Dia mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja, menekankan baptisan Roh Kudus sebagai persediaan Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus.
Lukas secara eksplisit mengisahkan tiga kali bahwa baptisan dengan Roh Kudus disertai bahasa lidah (Kis 2:4; Kis 10:45-46; Kis 19:1-7). Konteks dari bagian-bagian ini menunjukkan bahwa pengalaman ini adalah normatif dalam kekristenan mula-mula dan merupakan pola Allah yang tetap bagi gereja.
Survai
Dalam Injil karangannya Lukas mencatat "segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus" (Kis 1:1), tetapi kitab ini menerangkan apa yang selanjutnya diperbuat dan diajar oleh Yesus setelah naik ke sorga, melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui murid-murid-Nya dan jemaat mula-mula. Ketika Yesus naik ke sorga (Kis 1:9-11), instruksi terakhir kepada murid-murid-Nya ialah menunggu di Yerusalem hingga mereka dibaptiskan dengan Roh Kudus (Kis 1:4-5). Ayat kunci kitab ini (Kis 1:8) berisi ringkasan padat yang teologis dan geografis dari kitab ini: Yesus berjanji bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus dicurahkan atas mereka -- kuasa untuk menjadi saksi-Nya
- (1) "di Yerusalem" (pasal 1-7; Kis 1:1--7:60),
- (2) "di seluruh Yudea dan Samaria" (pasal 8-12; Kis 8:1--12:25), dan
- (3) "sampai ke ujung bumi" (pasal 13-28; Kis 13:1--28:31).
Kisah Para Rasul mengisahkan perpaduan tindakan ilahi dengan tindakan manusia. Seluruh gereja, bukan hanya para rasul, ikut "menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil" (Kis 8:4). Para diaken seperti Stefanus dan Filipus (Kis 6:1-6) menjadi perkasa di dalam Roh Kudus dan iman, "mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak" (Kis 6:8) bahkan sampai menggoncangkan beberapa kota dengan Injil (lih. Kis 8:5-13). Umat yang saleh berdoa dengan tekun, melihat malaikat-malaikat, mendapatkan penglihatan, menyaksikan tanda dan mukjizat yang ajaib, mengusir setan-setan, menyembuhkan yang sakit serta memberitakan Injil dengan keberanian dan kekuasaan. Sekalipun di dalam gereja ada persoalan, seperti ketegangan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi (pasal 15; Kis 15:1-41), dan kendatipun penganiayaan terus-menerus dari luar gereja oleh pemimpin agama dan penguasa sipil, nama Tuhan Yesus Kristus dimuliakan dalam perkataan dan tindakan dari kota yang satu ke kota yang lain.
Dalam pasal 1-12 (Kis 1:1--12:25) pusat utama dari penjangkauan gereja adalah Yerusalem. Di situlah Petrus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan Injil. Dalam pasal 13-28 (Kis 13:1--28:31) pusat utama penjangkauan gereja adalah Antiokhia di Siria; di situlah Paulus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan Injil kepada orang yang bukan Yahudi. Kitab Kisah Para Rasul berakhir tiba-tiba dengan Paulus di Roma, sedang menunggu pengadilannya di depan Kaisar. Walaupun hasil pengadilan tertangguh, kitab ini diakhiri dengan nada kemenangan. Paulus masih tertawan, namun ia tetap memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus dengan berani tanpa rintangan (Kis 28:31).
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai surat ini.
- (1) Gereja: kitab ini menyatakan sumber kuasa dan sifat sejati dari misi gereja, bersama beberapa prinsip yang harus menguasai gereja pada setiap angkatan.
- (2) Roh Kudus: oknum ketiga dari Trinitas disebut secara khusus lima puluh kali; baptisan dalam dan pelayanan Roh Kudus memberikan kuasa ilahi (Kis 1:8), keberanian (Kis 4:31), ketakutan yang kudus akan Allah (Kis 5:3,5,11), kebijaksanaan (Kis 6:3,10), bimbingan (Kis 16:6-10) dan karunia-karunia Roh (Kis 19:6).
- (3) Amanat gereja mula-mula: Lukas dengan cermat mencatat khotbah-khotbah yang diilhamkan yang disampaikan oleh Petrus, Stefanus, Paulus, Yakobus dan orang lain yang memberikan pengetahuan tentang gereja mula-mula yang tidak terdapat dalam kitab-kitab PB lainnya.
- (4) Doa: Gereja mula-mula mengabdikan diri kepada doa yang tetap dan sungguh-sungguh; kadang-kadang sepanjang malam sehingga hasilnya luar biasa.
- (5) Tanda-tanda, keajaiban-keajaiban dan mukjizat-mukjizat: penyataan ini menyertai pekabaran Injil di dalam kuasa Roh Kudus.
- (6) Penganiayaan: pekabaran Injil dengan kuasa terus-menerus membangkitkan pertentangan dan penganiayaan, baik dari pihak agama maupun yang sekular.
- (7) Urutan Yahudi -- bukan Yahudi: sepanjang kitab ini Injil pertama-tama disampaikan kepada orang Yahudi, baru kepada bangsa-bangsa lainnya.
- (8) Wanita: keterlibatan wanita disebutkan secara khusus dalam pelaksanaan pelayanan gerejani.
- (9) Kemenangan: tembok pemisah (nasional, keagamaan, budaya, atau suku) dan pertentangan serta penganiayaan tidak dapat menahan meluasnya Injil.
Prinsip Hermeneutis
Beberapa penafsir memandang kitab Kisah Para Rasul seolah di bawah suatu perjanjian PB yang lain daripada melihatnya sebagai patokan Allah bagi gereja dan kesaksiannya selama seluruh periode yang disebut PB "hari-hari terakhir" (bd. lihat cat. --> "Kis 2:17"). [atau ref. Kis 2:17] Kisah Para Rasul bukan saja buku sejarah dari gereja mula-mula, melainkan menjadi buku pedoman bagi kehidupan Kristen dan untuk gereja yang dipenuhi Roh. Orang percaya seharusnya mendambakan dan menantikan, sebagai norma atau patokan gereja masa kini, semua unsur pelayanan dan pengalaman gereja PB (kecuali penulisan PB); semuanya ini dapat dicapai apabila gereja bergerak dalam kuasa Roh yang penuh. Tidak ada sesuatu dalam Kisah Para Rasul atau PB yang mengatakan bahwa tanda-tanda, keajaiban-keajaiban, mukjizat-mukjizat, karunia-karunia rohani atau tolok ukur rasuli bagi kehidupan dan pelayanan gereja pada umumnya akan berhenti secara mendadak atau untuk selama-lamanya pada akhir masa para rasul. Kisah Para Rasul mencatat apa yang seharusnya gereja perbuat di dalam setiap generasi selama ia melanjutkan pelayanan Yesus dalam kuasa Pentakosta dari Roh Kudus (lihat cat. --> "Kis 7:44"). [atau ref. Kis 7:44]
Full Life: Kisah Para Rasul (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Kis 1:1-11)
I. Pencurahan Roh Kudus
(Kis 1:12-2:41)
A. Persiapan untuk Perjanjian
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Kis 1:1-11) - I. Pencurahan Roh Kudus
(Kis 1:12-2:41) - A. Persiapan untuk Perjanjian
(Kis 1:12-26) - B. Hari Pentakosta
(Kis 2:1-41) - II. Hari-Hari Permulaan Gereja di Yerusalem
(Kis 2:42-8:1a) - A. Ciri-Ciri Gereja Rasuli Setelah Pencurahan Roh Kudus
(Kis 2:42-47) - B. Mukjizat Menakjubkan dan Dampak-Dampaknya
(Kis 3:1-4:31) - C. Percobaan yang Berkelanjutan Dalam Hal Saling Membagi
(Kis 4:32-5:11) - D. Kesembuhan-Kesembuhan Lebih Lanjut dan Perlawanan Para Pemimpin Agama
(Kis 5:12-42) - E. Pemilihan Tujuh Diaken
(Kis 6:1-7) - F. Stefanus: Syahid Kristen yang Pertama
(Kis 6:8-8:1) - III.Penganiayaan Menghasilkan Pengembangan
(Kis 8:1-9:31) - A. Orang Kristen Tersebar di Seluruh Yudea dan Samaria
(Kis 8:1-4) - B. Filipus: Pelayanan Seorang Penginjil
(Kis 8:5-40) - C. Saulus dari Tarsus: Pertobatan Seorang Penganiaya
(Kis 9:1-31) - IV. Kekristenan Mulai Tersebar di Kalangan Orang Bukan Yahudi
(Kis 9:32-12:25) - A. Pelayanan Petrus di Lida dan Yope
(Kis 9:32-43) - B. Pelayanan Petrus di Kaisarea
(Kis 10:1-48) - C. Laporan Petrus kepada Gereja di Yerusalem dan Tindakannya Disetujui
(Kis 11:1-18) - D. Antiokhia: Gereja Bukan Yahudi yang Pertama
(Kis 11:19-30) - E. Penganiayaan di Bawah Herodes Agripa I
(Kis 12:1-23) - F. Ringkasan Perkembangan Gereja
(Kis 12:24-25) - V. Perjalanan Misi Pertama Paulus
(Kis 13:1-14:28) - A. Paulus dan Barnabas Diutus oleh Gereja di Antiokhia
(Kis 13:1-3) - B. Wilayah Tertentu Diinjili
(Kis 13:4-14:28) - VI. Sidang di Yerusalem
(Kis 15:1-35) - VII.Perjalanan Misi Kedua Paulus
(Kis 15:36-18:22) - A. Pertentangan Paulus dengan Barnabas
(Kis 15:36-40) - B. Wilayah Lama Dikunjungi Kembali
(Kis 15:41-16:5) - C. Penginjilan Wilayah Baru
(Kis 16:6-18:21) - D. Kembali ke Antiokhia di Siria
(Kis 18:22) - VIII.Perjalanan Misi Ketiga Paulus
(Kis 18:23-21:16) - A. Dalam Perjalanan ke Efesus
(Kis 18:23)
Sisipan: Pelayanan Apolos
(Kis 18:24-28) - B. Pelayanan yang Panjang di Efesus
(Kis 19:1-41) - C. Ke Makedonia, Yunani dan Kembali ke Makedonia
(Kis 20:1-5) - D. Kembali ke Yerusalem
(Kis 20:6-21:16) - IX. Penangkapan Paulus dan Pelayanannya Dalam Penjara
(Kis 21:17-28:31) - A. Di Yerusalem
(Kis 21:17-23:35) - B. Di Kaisarea
(Kis 24:1-26:32) - C. Menuju ke Roma
(Kis 27:1-28:15) - D. Di Roma
(Kis 28:16-31)
Matthew Henry: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab)
Dengan rasa puas hati yang melimpah kita sudah menyaksikan bagaimana dasar agama kita yang kudus dibangun di atas sejarah Juruselamat kita ...
- Dengan rasa puas hati yang melimpah kita sudah menyaksikan bagaimana dasar agama kita yang kudus dibangun di atas sejarah Juruselamat kita yang terberkati itu, yang adalah Sang Pendiri Agung dari agama kita itu. Sejarah itu disampaikan dan dicatat oleh empat penulis yang diilhami Roh Kudus, yang semuanya setuju dengan kebenaran yang suci ini dan bukti-buktinya yang tak terbantahkan, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah yang hidup. Di atas batu karang inilah jemaat Kristen dibangun. Bagaimana jemaat itu mulai dibangun di atas batu karang ini, itulah yang selanjutnya akan disampaikan dalam kitab ini, yang ada di hadapan kita sekarang. Dan mengenai hal ini kita hanya mempunyai kesaksian dari satu saksi. Sebab kejadian-kejadian nyata tentang Kristus jauh lebih penting untuk disampaikan dan dibuktikan secara penuh daripada kejadian-kejadian nyata tentang para rasul. Seandainya Sang Hikmat Tak Terbatas memandangnya baik, mungkin kita akan mempunyai Kitab Kisah Para Rasul dalam jumlah yang sama banyak dengan Kitab-kitab Injil yang kita miliki. Bahkan, mungkin kita akan mempunyai lebih banyak lagi kitab Injil. Akan tetapi, karena takut akan terlalu membebani dunia (Yoh. 21:25), maka apa yang ada pada kita sudah cukup untuk memenuhi tujuan, kalau kita mau memanfaatkannya. Sejarah kitab ini (yang selalu diterima sebagai bagian dari kanon suci) dapat dipandang,
- I. Sebagai tindakan menengok ke belakang pada kitab-kitab Injil sebelumnya, dengan menerangkannya, dan membantu meneguhkan iman kita padanya. Janji-janji yang ada di sana kita dapati di sini sedang ditepati, terutama janji-janji agung tentang turunnya Roh Kudus, dan pekerjaan-pekerjaan-Nya yang menakjubkan, baik pada diri para rasul maupun dengan para rasul. Di sini dalam beberapa hari kita mendapati para rasul sudah menjadi orang-orang yang sangat berbeda dibandingkan ketika mereka terakhir kali diceritakan dalam Injil. Tidak lagi mereka lemah otak dan kecut hati, tetapi sanggup mengatakan apa yang sebelumnya tidak sanggup mereka tanggung (Yoh. 16:12). Mereka kini berani seperti singa dalam menghadapi kesusahan-kesusahan yang sebelumnya untuk membayangkannya saja mereka sudah gemetar seperti domba. Para rasul membuat firman sanggup meruntuhkan benteng-benteng Iblis, padahal sebelumnya firman itu seakan-akan diberitakan dengan sia-sia. Mandat yang di dalam Injil diberikan kepada para rasul, di sini kita dapati sedang dijalankan. Dan kuasa-kuasa yang di sana dikaruniakan kepada mereka, di sini kita dapati sedang dikerahkan dalam mujizat-mujizat yang diadakan pada tubuh orang. Ada mujizat belas kasihan, yang memulihkan tubuh orang sakit menjadi sehat, dan tubuh yang mati menjadi hidup. Ada mujizat penghakiman, yang membuat para pemberontak menjadi buta atau mati. Dan ada mujizat-mujizat jauh lebih besar yang dilakukan terhadap pikiran orang, dengan memberi mereka karunia-karunia rohani, baik untuk memahami maupun menyampaikan. Dan semua ini untuk memenuhi tujuan-tujuan Kristus, dan melaksanakan janji-janji-Nya, yang kita dapati di dalam Injil. Bukti-bukti kebangkitan Kristus yang ada pada bagian akhir kitab-kitab Injil, di sini diteguhkan dengan melimpah, bukan hanya melalui kesaksian yang tetap dan tak gentar dari orang-orang yang berjumpa dengan-Nya sesudah Ia bangkit, melainkan juga melalui pekerjaan Roh bersama kesaksian itu untuk mempertobatkan banyak orang supaya beriman kepada Kristus. Sebelumnya semua murid Kristus meninggalkan Dia, dan salah satunya mengkhianati Dia. Dan kalau bukan karena kebangkitan-Nya, mereka tidak akan berkumpul bersama-sama lagi, tetapi pasti akan terpencar untuk seterusnya. Namun oleh kebangkitan itu mereka dimampukan untuk mengakui Dia dengan ketetapan hati yang lebih lagi daripada sebelum-sebelumnya, dengan menantang belenggu dan maut. Dan pekerjaan Roh bersama kesaksian itu, yang mempertobatkan banyak orang, adalah sesuai dengan perkataan Kristus sendiri, bahwa kebangkitan-Nya, tanda Nabi Yunus itu, yang disimpan untuk saat terakhir, akan menjadi bukti yang paling meyakinkan bahwa tugas perutusan-Nya sungguh berasal dari Allah. Kristus sudah memberi tahu para murid-Nya bahwa mereka harus menjadi saksi-saksi-Nya, dan kitab ini menggambarkan mereka yang tengah bersaksi bagi-Nya, bahwa mereka harus menjadi penjala manusia, dan di sini kita mendapati mereka menjaring banyak orang dalam jala Injil. Juga bahwa mereka harus menjadi terang dunia, dan di sini kita mendapati dunia diterangi oleh mereka. Tetapi hari itu, kuasa dari tempat tinggi yang penampakan pertamanya kita ketahui dalam Injil, di sini kita dapati bersinar semakin terang. Biji gandum, yang di sana jatuh ke tanah, di sini tumbuh dan berbuah banyak. Biji sesawi di sana sudah menjadi pohon besar di sini. Dan Kerajaan Sorga, yang di sana sudah dekat, di sini didirikan. Nubuatan-nubuatan Kristus tentang penganiayaan besar-besaran yang akan menimpa para pemberita Injil (walaupun tidak dapat dibayangkan bahwa ajaran yang begitu patut diterima sepenuhnya justru menjumpai banyak perlawanan) kita dapati di sini digenapi secara melimpah. Juga bahwa kepastian-kepastian yang Dia berikan kepada mereka bahwa mereka akan mendapat dukungan dan penghiburan yang luar biasa dalam penderitaan mereka. Bagian akhir dari sejarah Perjanjian Lama meneguhkan janji-janji yang dibuat kepada para bapa leluhur di bagian awalnya (seperti yang tampak dari pengakuan Salomo yang terkenal dan khidmat itu, yang terdengar seperti tanda terima lunas, 1Raj. 8:56, dari segala yang baik, yang telah dijanjikan-Nya dengan perantaraan Musa, hamba-Nya, tidak ada satu pun yang tidak dipenuhi). Demikian pula halnya, bagian akhir dari sejarah Perjanjian Baru ini secara persis menggenapi perkataan Kristus di bagian awalnya. Dan dengan begitu, kedua perjanjian itu meneguhkan dan menggambarkan satu sama lain.
- II. Sejarah Kitab Para Rasul ini juga dapat dipandang sebagai tindakan menatap ke depan pada surat-surat kerasulan sesudahnya, yang merupakan penjelasan Injil, dan membukakan rahasia-rahasia kematian dan kebangkitan Kristus, yang sejarahnya kita dapati dalam kitab-kitab Injil. Kitab Kisah Para Rasul ini merupakan pengantar pada surat-surat kerasulan itu, dan merupakan kunci untuknya, seperti sejarah Daud merupakan kunci untuk mazmur-mazmurnya. Kita adalah anggota-anggota jemaat Kristen, kemah Allah yang ada di tengah-tengah manusia itu, dan merupakan kehormatan dan hak istimewa bagi kita bahwa kita termasuk anggota-anggotanya. Nah, kitab ini memberi kita penjelasan tentang dibangunnya dan berdirinya kemah itu. Keempat kitab Injil menunjukkan kepada kita bagaimana dasar dari rumah itu diletakkan, sementara kitab ini menunjukkan kepada kita bagaimana bangunan atasnya mulai didirikan,
- 1. Di antara orang-orang Yahudi dan Samaria, yang kisahnya kita dapati di bagian awal kitab ini.
- 2. Di antara bangsa-bangsa bukan-Yahudi, yang kisahnya kita dapati di bagian akhir kitab ini. Dari situ, dan untuk seterusnya sampai ke zaman kita, kita mendapati jemaat Kristen hidup dalam pengakuan iman kepada Kristus sebagai Anak Allah dan Juruselamat dunia. Pengakuan itu dapat dilihat semua orang, dan dibuat oleh murid-murid-Nya yang sudah dibaptis. Mereka ini bergabung dalam persekutuan-persekutuan Kristen, mengadakan pertemuan-pertemuan ibadah secara teratur, mendengarkan ajaran para rasul, dan berkumpul bersama-sama untuk berdoa dan memecahkan roti, di bawah bimbingan dan pimpinan orang-orang yang memberi diri untuk berdoa dan melayani firman. Dan mereka mengadakan persekutuan-persekutuan rohani dengan semua orang di segala tempat yang melakukan hal serupa. Dalam tubuh inilah kita sekarang berada di dunia ini, sebagai anggota-anggotanya. Dan, bagi kepuasan dan kehormatan kita yang besar, dalam kitab ini kita mendapati kemunculan dan asal-usul jemaat Kristen, yang sangat jauh berbeda dari jemaat Yahudi, dan didirikan di atas kehancurannya. Tetapi tak dapat disangkal bahwa jemaat itu berasal dari Allah, dan bukan dari manusia. Betapa dengan yakin dan terhibur kita bisa melanjutkan pengakuan iman Kristen kita, dan berpegang teguh padanya, sejauh kita mendapatinya sesuai dengan contoh di atas gunung ini, yang harus kita jadikan teladan dan batasan dalam hidup beriman!
- Ada dua hal lagi yang harus dicermati mengenai kitab ini:
- (1) Penulisnya. Kitab ini ditulis oleh Lukas, yang menulis kitab ketiga dari empat kitab Injil, yang disebut dengan namanya. Dan Lukas juga (seperti yang ditunjukkan oleh cendekiawan Dr. Whitby) besar kemungkinan merupakan salah satu dari tujuh puluh murid, yang diberi tugas (Luk. 10:1, dst.) yang sedikit lebih rendah daripada tugas kedua belas rasul. Lukas ini adalah kawan setia Rasul Paulus dalam segala pelayanan dan penderitaannya. Hanya Lukas yang tinggal dengan aku (2Tim. 4:11). Kita bisa mengetahui hal ini berdasarkan gaya penulisannya di bagian akhir kitab ini ketika dia sedang bersama Paulus. Sebab di situ ia menulis, kami ber buat ini dan itu, seperti pada pasal Kisah 16:10 dan 20:6, dan seterusnya sampai akhir kitab. Ia ada bersama Rasul Paulus dalam perjalanannya yang berbahaya ke Roma, ketika Rasul Paulus dibawa ke sana sebagai tahanan. Ia ada bersama Rasul Paulus ketika dari penjaranya di sana Rasul Paulus menulis surat-suratnya kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon, yang dalam keduanya nama Timotius disebutkan. Dan tampak bahwa Lukas menulis sejarah ini ketika ia masih ada bersama Rasul Paulus di Roma, selama Rasul Paulus menjadi tahanan di sana, dan membantu dia. Sebab sejarah ini ditutup dengan Rasul Paulus yang memberitakan Injil di sana dalam rumah yang disewanya sendiri.
- (2) Judulnya: Kisah Para Rasul (KJV: Tindakan Para Rasul – pen.). Tindakan Para Rasul yang kudus, begitu judulnya dalam kitab-kitab berbahasa Yunani pada umumnya, dan itulah sebutan mereka, bersukacitalah atas dia, hai sorga, dan kamu, hai rasul-rasul yang kudus (Why. 18:20, KJV). Ada satu naskah yang memberinya judul, Tindakan Para Rasul oleh Lukas Penulis Injil.
- [1] Kitab ini adalah sejarah para rasul. Tetapi di dalamnya ada juga sejarah Stefanus, Barnabas, dan beberapa orang lain yang bisa dipandang sebagai rasul, yang walaupun bukan termasuk salah satu dari kedua belas rasul, namun dikaruniai Roh yang sama, dan mengerjakan pekerjaan yang sama. Dan, dari antara mereka yang merupakan para rasul, hanya sejarah Petrus dan Paulus yang dicatat di sini (dan Paulus sekarang termasuk dua belas rasul). Petrus adalah rasul untuk orang-orang bersunat, dan Paulus rasul untuk bangsa-bangsa bukan-Yahudi (Gal. 2:7). Tetapi ini sudah cukup untuk menjadi contoh dari apa yang dilakukan mereka yang lain di tempat-tempat lain, dalam menjalankan mandat mereka, sebab tak seorang pun dari mereka hanya berpangku tangan. Dan seperti halnya kita harus memandang apa yang disampaikan dalam kitab-kitab Injil mengenai Kristus itu sudah cukup, karena Sang Hikmat Tak Terbatas memandangnya demikian, begitu pula halnya di sini mengenai apa yang disampaikan tentang para rasul dan pekerjaan mereka. Sebab hal-hal lain yang dikatakan kepada kita dari tradisi tentang berbagai pekerjaan dan penderitaan para rasul, dan jemaat-jemaat yang mereka tanam, secara keseluruhan masih meragukan dan tidak pasti, dan menurut saya sama sekali tidak bisa kita jadikan dasar yang memuaskan untuk membangun apa pun. Yang berasal dari Kitab Suci dasarnya adalah emas, perak, dan batu permata, sedangkan yang berasal dari tradisi dasarnya adalah kayu, rumput kering, jerami.
- [2] Kitab ini disebut tindakan atau perbuatan para rasul. Gesta apostolorum, hal-hal yang dilakukan para rasul, begitu menurut sebagian orang. Praxeis – penerapan mereka terhadap pelajaran-pelajaran yang sudah diajarkan kepada mereka oleh Guru mereka. Para rasul adalah orang-orang yang giat. Dan walaupun mujizat-mujizat yang mereka adakan dilakukan dengan kata-kata, namun itu pantas disebut sebagai tindakan mereka. Mereka berkata-kata, atau lebih tepatnya Roh berfirman melalui mereka, maka semuanya jadi. Sejarah ini dipenuhi dengan berbagai khotbah dan penderitaan mereka. Tetapi begitu kerasnya mereka bekerja memberitakan firman, dan betapa dengan rela mereka membuka diri pada penderitaan, dan begitu besar apa yang mereka capai melalui khotbah dan penderitaan itu, sehingga semuanya itu dengan baik dapat disebut sebagai tindakan-tindakan mereka.
Jerusalem: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KISAH PARA RASUL
PENGANTAR
Injil ketiga dan Kisah para Rasul aslinya merupakan hanya satu karya saja, yang sekarang kiranya dapat diberi judul: "...
KISAH PARA RASUL
PENGANTAR
Injil ketiga dan Kisah para Rasul aslinya merupakan hanya satu karya saja, yang sekarang kiranya dapat diberi judul: "Sejarah awal mula agama Kristen". Sekitar th. 150 Mas. umat kristen menghendaki keempat injil dikumpulkan menjadi satu buah Kitab. Maka karya asli satu itu dibagikan dan dipisahkan menjadi dua. Boleh jadi judul "Kisah Para Rasul" atau "Kisah Beberapa Rasul" ditambahkan, sesuai dengan kelaziman dalam kesusasteraan Ke-Yunanian di zaman itu. Terkenallah di masa itu "Kisah (Yunaninya: perbuatan-perbuatan) Hanibal" atau "Kisah (perbuatan-perbuatan) Aleksander" dsb. Hubungan asli antara kedua Kitab Perjanjian Baru tersebut ditampilkan oleh prakata kedua kitab itu dan oleh persamaan sasteranya. Baik prakata Kisah Para Rasul maupun prakata injil ketiga ditunjukan kepada seseorang yang bernama Teofilus (bdk Luk 1:1-4 dan Kis 1:1), sedangkan prakata Kis menyebutkan injil ketiga itu sebagai "buku yang pertama" dan melanjutkan pokok cerita injil dengan meringkaskan kejadian-kejadian yang terakhir (penampakan-penampakan Kristus yang telah dibangkitkan serta pengangkatanNya ke sorga), yang digabungkan dengan sambungan cerita selanjutnya. Bahasanyapun erat-erat menghubungkan Kis dengan Luk. Tidak hanya ciri-ciri bahasanya (perbendaharaan kata, tata bahasa dan gaya bahasa) ditemukan dalam seluruh Kis, sehingga merupakan sebuah kesatuan literer, tetapi juga dalam injil ketiga. Maka tidak dapat diragukan bahwa pengarang yang sama menggubah kedua kitab tersebut.
Tradisi Gereja sepakat dalam menyebutkan nama pengarang itu sebagai Lukas. Baik dahulu maupun sekarang belum juga dapat secara sungguh-sungguh disebutkan nama orang lain selain dari Lukas. Sudah sekitar th. 175 Mas. semua jemaat sependapat dalam hal ini, sebagaimana dibuktikan oleh sebuah dokumen dari Roma yang disebut sebagai "Kanon Muratorius, oleh kesaksian yang diberikan dalam Prakata Anti- Markos, dalam karya Ireneus, Klemens, Origenes dari Aleksandria dan Tertualinus. Semua sehati dalam menyebutkan nama Lukas sebagai pengarang kitab Kis. Pendapat tersebut dikuatkan oleh petunjuk-petunjuk yang diketemukan dalam kitab Kis dan Luk sendiri. Ternyata pengarangnya seorang Kristen dari zaman para rasul, seorang Yahudi yang berkebudayaan ke-Yunanian atau bahkan seorang Yunani berpendidikan, yang mengetahui cukup banyak mengenai ilmu kedokteran dan mengenal Kitab Suci dalam terjemahan Yunaninya, yakni Septuaginta serta adat- kebiasaan Yahudi. Pengarang terutama nampak sebagai teman seperjalanan Paulus. Hal ini dibuktikan oleh cerita-cerita yang termuat dalam bagian kedua Kis. Di sana pengarang menggunakan kata ganti diri pertama jamak (kami), sehingga kelihatan ikut serta dalam hal ihwal yang diceritakannya. Kesemuanya itu hanya sesuai dengan Lukas dari antara semua teman seperjalanan Paulus: menurut tradisi lama 4:10-14); diperkenalkan oleh Paulus sebagai seorang teman yang karib yang menyertainya selama kedua penahanannya di Roma (Kol 4:14; Flm 24; 2Tim 4:11). Lukas kiranya menemani Paulus dalam perjalanan yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:6 dst; barangkali juga 2Kor 8:18); kalau Lukas tidak turut disebutkan dalam daftar-daftar nama, seperti yang termuat dalam Kis 20:4, maka sebabnya kiranya ialah: Lukas sendirilah yang menuliskannya.
Dalam tradisi lama tidak ditemukan petunjuk-petunjuk pasti sehubungan dengan waktu dan tempat Lukas menuliskan karyanya (di negeri Yunani selatan setelah Paulus meninggal? di kota Roma, sebelum perkara Paulus diselesaikan oleh pengadilan?). Maka kita harus bersandar pada isi karya itu sendiri. Karya Lukas berakhir dengan penahanan Paulus di Roma tahun 61-63. Sehubungan dengan itu dalam Kis 28:30+ disebutkan jangka waktu dua tahun. Ini merupakan jangka waktu yang ditentukan oleh hukum, sehingga habis waktu itu sebuah perkara pengadilan dihentikan, bila tidak ada sesuatu bukti yang mendukung tuduhan yang diajukan. Maka boleh jadi bagian Kis ini ditulis setelah Paulus dibebaskan dalam th. 63. Ini rupanya harus diterima atas dasar pertimbangan sebagai berikut: umumnya disetujui bahwa injil Mrk dikarang sekitar tahun 64; Injil Lukas apa lagi Kis pasti dikarang sesudah Mrk; maka haruslah Luk dan Kis dikarang sesudah tahun 64. Ada sejumlah ahli yang mengemukakan tahun 80-100 sebagai waktu Luk dan Kis dikarang. Hal ini memanglah tidak mustahil juga. Hanya sudah diaktan bahwa tidak ada petunjuk pasti yang memaksa kita menunda waktu dituliskannya Luk sampai sesudah tahun 70 Mas. Dan hal yang sama harus dikatakan sehubungan dengan Kis.
Tetapi menentukan waktu tepat merupakan hal yang kurang penting. Sebab nilai utama Kis terletak dalam kenyataan bahwa kitab ini dikarang oleh seseorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan sebagian besar dari peristiwa yang diceritakannya; sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak disaksikannya sendiri, pengarang menimba dari sumber-sumber lain yang melimpah. Lukas dengan teliti mengumpulkan bahan yang melimpah dari berbagai sumber yang cukup luas dan terperinci. Ini sudah dinyatakan dalam prakata untuk seluruh karyanya (Luk 1:1-4). Penyelidikan karyanya hanya meneguhkan keterangan Lukas itu. Meskipun Lukas dengan saksama mengolah bahannya, hingga di mana-mana nampak kepribadiannya sendiri dan karyanya sungguh sebuah kesatuan juga ditinjau dari segi sastra, namun toh penggunaan sumber-sumber (tertulis) dengan mudah dapat ditunjuk. Ajaran yang disajikan berubah-ubah sesuai dengan situasi-situasi kongkrit dan kadang-kadang memberikan kesan ketuaannya. Kecuali itu bahasa sendiri berubah- ubah: ada bahasa Yunani yang baik sekali; yakni bilamana Lukas sendiri menulis hanya bergantung pada dirinya sendiri atua mengambil bahannya dari buku catatannya sendiri mengenai perjalanannya; tetapi bahasa Yunaninya menjadi berbau bahasa Semit, kurang lancar dan bahkan salah, bila Lukas menceritakan tentang awal-mula jemaat di Yerusalem. Boleh jadi dalam hal ini Lukas dengan sengaja meniru bahasa suci dari Septuaginta, tetapi lebih sering ia mau menghormati berita-berita yang disampaikan kepadanya dalam bahasa Aram, sehingga sesedikit mungkin merubahnya. Ini jelas nampak dalam injil Lukas kalau dibandingkan dengan sumber-sumber yang dipergunakan, yakni injil Markus, dan sumber-sumber yang dipakai baik oleh Lukas maupun oleh Matius. Yang sama kiranya terjadi dalam Kis, meskipun di sini orang tidak dapat membandingkan tulisan Lukas dengan sumber-sumbernya. Namun demikian orang sudah berusaha merekonstruksikan sumber-sumber Kis. Sementara ahli membayangkan sebuah teks menyeluruh dalam bahasa Aram, atas dasar penyelidikan seluruh bagian pertama Kis (1-15:35). Hipotesa ini terlalu kaku, oleh karena tidak memperhatikan kerja Lukas sendiri dalam mengolah sumber-sumbernya, sebagai yang nampak dalam bab-bab Kis tersebut. Sumber-sumber Lukas sebenarnya bermacam-macam dan berkeping- keping. Bahkan tidak pasti juga, kalau-kalau sumber-sumber itu berupa tulisan, meskipun kadang-kadang kiranya mesti diterima. Bagaimanapun juga halnya dengan pembedaan terperinci yang selalu sukar dan tidak pasti, orang dengan mudah dapat menggali beberapa tradisi utama yang dikumpulkan Lukas. Ada sejumlah tradisi mengenai jemaat purba di kota Yerusalem (1-5), kemudian transaksi yang bercerita tentang karya beberapa tokoh khusus, seperti Petrus (TB Kis 9:32-11:18; 12) dan Filipus (TB Kis 8:4-40). Yang terakhir ini mungkin sendiri memberikan informasi kepada Lukas yang berjumpa dengan Filipus di kota Kaisarea (TB Kis 21:8). Jemaat di kota Antiokia kiranya menjadi asal-usul cerita-cerita yang mengisahkan bagaimana pendirian jemaat itu disiapkan dan diwujudkan oleh gerakan orang-orang Yahudi yang berbudaya Yunani (TB Kis 6:1-8:3; 11:19-30; 13:1-3).
Sudah barang tentu Paulus sendiri memberitahu Lukas tentang pertobatannya dan perjalanannya untuk mewartakan Injil kepada orang bukan Yahudi (TB Kis 9:1- 30; 13:4-14:28; 15:36 dst). Sehubungan dengan perjalanan- perjalanan Paulus yang terakhir Lukas juga menggunakan catatan-catatan pribadinya. Mungkin sekali ia hanya menyalin catatan-catatan itu di bagian Kis, tempat ia berkata "kami" dan tempat paling padat ditemukan ciri-ciri bahasa yang bercirikan khas bahasa Lukas (Kis 11:28; 16:10-17; 20:5-21:18; 27:1-28:16). Bahan melimpah yang dikumpulkan itu oleh Lukas disusun dengan mahirnya menjadi kesatuan yang menderetkan macam-macam unsur yang dihubungkan dengan pertolongan semacam "pengulangan" karya ciptaan Lukas sendiri, misalnya Kis 6:7; 9:31; 12:24 dll.
Kesegaran sumbernya dan rasa hormat yang dipakai Lukas mengolah bahannya menjamin nilai historis Kis. Sudah barang tentu usaha yang sukar untuk menghubungkan sutu sama lain unsur-unsur sumber yang bermacam-ragam mengakibatkan, bahwa kadang-kadang apa yang terjadi kemudian ditempatkan dahulu dan peristiwa-peristiwa yang sama diceritakan sampai dua kali atau peristiwa- peristiwa yang aslinya tersendiri dijadikan satu. Misalnya apa yang dikisahkan dalam bab 12 pasti terjadi sebelum Barnabas dan Paulus mengunjungi kota Yerusalem, seperti diceritakan dalam 11:30 dan 12:25, seandainya kunjungan itu tidak harus disamakan dengan yang diceritakan dalam bab 15. Tidak mustahil juga bahwa "konsili di Yerusalem (15) sesunggguhnya mempersatukan perdebatan tersendiri (bdk catatan). Tetapi perubah dan pengolahan kecil tersebut tidak mengurangi nilai keseluruhan Misalnya: sangat mengherankan bahwa Lukas tanpa menggunakan surat-surat Paulus mengisahkan kegiatan Paulus dalam mewartakan Injil begitu rupa, sehingga menurut garis-garis besarnya sesuai dengan apa yang dikatakan Paulus sendiri, bahkan dalam suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia, asal diperhatikan juga apa yang dikatakan di muka. Sehubungan dengan peristiwa- peristiwa yang lebih dahulu memanglah kita tidak dapat membandingkannya dengan berita-berita lain. Tetapi kejadian-kejadian yang dikisahkan adalah wajar sekali, sedangkan Lukas ternyata mempunyai rasa hormat yang besar terhadap sumber-sumbernya. Maka juga cerita-cerita itu menyajikan hal-hal terperinci dan segar, yang sesuai dengan keadaan. Terutama orang ragu-ragu mengenai wejangan- wejangan yang tercantum dalam Kis. Ada yang mengatakan bahwa wejangan-wejangan itu adalah ciptaan Lukas sendiri, meskipun dibawakan oleh tokoh-tokoh tertentu dalam kisahnya. Cara semacam itu sangat lazim di antara sejarawan zaman itu. Tetapi betapa besarpun bakat Lukas, sukarlah menerima bahwa seseorang yang berkebudayaan Yunani sesudah empat puluh tahun masih mampu menciptakan pidato- pidato yang begitu berbau ketuaan dan Yahudi, seperti misalnya wejangan-wejangan Petrus atau Stefanus. Tidak dapat tidak Lukas mempunyai mempunyai bahan-bahan yang sudah tersedia. Ini tidak mengherankan sedikitpun mengingat bahwa pewartaan purba terdiri atas beberapa pokok utama yang didukung dengan argumen yang sudah menjadi tradisionil dan yang dengan rumusan tetap dihafalkan. Ada kumpulan ayat- ayat Kitab Suci untuk orang-orang Yahudi; pemikiran-pemikiran filsafat populer bagi orang-orang Yunani; dan untuk semua ada pewartaan hakiki (kerygma) mengenai Kristus, yang wafat dan bangkit, disertai dengan ajakan untuk bertobat dan menerima baptis. Lukas kiranya baik melalui tradisi maupun melalui pengalaman pribadi mengenal kerangka pewartaan Kristen semula. Dan atas dasar ini dan dengan perasaan halusnya ia dapat menyusunnya dalam wejangan-wejangan tersebut suatu ajaran yang nilainya tinggi dan unggul kepentingannya.
Kebenaran obyektip Kis diserang oleh pihak lain lagi. Orang mempersoalkan maksud-tujuan Kis. Pengikut-pengikut F.Ch. Baur berpendapat bahwa Kis merupakan sebuah tulisan yang dikarang dalam abad 2 dengan maksud memperdamaikan dua aliran yang sulit bertentangan. Aliran satu ialah pengikut-pengikut Petrus, sedangkan yang lain menganut Paulus. Hanya saja hipotesa ini terlalu menunda waktu dituliskannya Kis. Kecuali itu hipotesa itu berdasar pada sebuah filsafat tentang sejarah, yakni filsafat Hegel, dan bukanlah pada penafsiran Kitab Suci. Memanglah dewasa ini hipotesa yang radikal itu tidak mendapat pendukung lagi. Tetapi masih sering kali dikatakan bahwa Kis sesungguhnya berupa sebuah pembelaan, sehingga pasti membengkokkan dan memalsukan kejadian-kejadian dan kebenaran. Lukas, menurut pendapat tersebut mau membela Paulus di hadapan para pejabat Roma untuk meyakinkan mereka bahwa Paulus tidak beruat salah sedikitpun terhadap negara. Ini sesungguhnya hanya satu segi dari kitab Kis dan orang tidak boleh menganggap sebagai maksud kurang jujur apa-apa yang sebenarnya merupakan keyakinan tulus-ikhlas dan yang berdasar. Memanglah Lukas menekankan bahwa pertentangan antara Paulus dan orang-orang Yahudi bersifat keagamaan belaka, dan iapun menonjolkan kesetiaan dan ketaatan Paulus terhadap negara Roma serta kewibawaannya. Tetapi inipun seluruhnya sesuai dengan kebenaran historis dan Lukas sepenuh-penuhnya berhak menarik pengajaran itu dari kejadian-kejadian. Kecuali itu perlu diulangi lagi, bahwa maksud khusus itu bukan seluruh maksud- tujuan karya Lukas. Karya itu sekali-kali bukan sebuah pembelaan yang ingin diajukan kepada pengadilan Roma. Maksud utama Kis ialah mengisahkan awal-mula agama kristen demi sejarah itu sendiri.
Untuk meyakinkan diri tentang itu cukuplah orang menyelidiki susunan Kis. Maka nampaklah bahwa kitab itu hanya memperlihatkan bagaimana perkataan Yesus yang ditempatkan pada awal kisah terlaksana. Sabda Yesus: "Kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan samapi ke ujung bumi" (TB Kis 1:8). Mula-mula kepercayaan Kristen berakat kuat-kuat di Yerusalem, tempat jemaat pertama bertambah karunia dan jumlahnya (1-5). Tidak lama kemudian kepercayaan itu mulai merambat, hal mana dipersiapkan oleh semangat universalis yang menjiwai orang-orang Yahudi berbudaya Yunani yang masuk Kristen dan oleh pengusiran mereka setelah Stefanus mati sahid (TB Kis 6:1-8:3). Iman Kristen sampai di daerah Samaria (TB Kis 8:4-25) dan juga di daerah di sebelah selatan dan timur Yerusalem hingga ke pantai dan kota Kaisarea (TB Kis 8:26-40; 9:32-11:18). Dalam pada itu cerita tentang pertobatan Paulus memberitahu kita bahwa di kota Damsyik sudah ada orang-orang Kristen dan begitu pewartaan Injil di daerah Kilikia sudah dipersiapkan juga (TB Kis 9:1-30). Ulangan seperti tercantum dalam 9:31 (yang masih menyebutkan daerah Galilea) menonjolkan bagaimana iman Kristen meluas. Kemudian kota Antiokhialah yang menerima Kabar Gembira (TB Kis 11:19-26). Selanjutnya kota itu menjadi pusat pewartaan sementara memupuk hubungan baik dengan Yerusalem, tempat dimusyawarahkan soal-soal utama mengenai pewartaan injil kepada orang-orang yang bukan Yahudi (TB Kis 11:27-30; 15:1-35). Sebab memanglah sudah tiba saatnya Injil dibawa juga kepada mereka. Setelah Kornelius masuk menjadi Kristen dan Petrus dipenjarakan di Yerusalem, maka rasul itu berangkat entah kemana (12). Selanjutnya Pauluslah yang memainkan peranan penting dalam kisah Lukas. Sebelum konsili di Yerusalem Paulus sudah pergi ke pulau Siprus dan ke daratan Asia Kecil (13-14). Sesudahnya Paulus berlayar ke daerah Makedonia dan Yunani (15:36 - 18:22; 18:23-21:17). Paulus selalu kembali ke Yerusalem dan penahananya di kota itu, lalu penahanannya di kota Kaisarea (TB Kis 21:18-26:32) memberi Paulus kesempatan membiarkan diri sebagai tawanan, meskipun tetap sebagai pewarta Injil lalu dibawa ke Roma tempat ia dengan terbelenggu mewartakan Kristus (27-28). Dilihat dari Yerusalem maka ibu kota kerajaan Roma itu sungguh-sungguh merupakan "ujung bumi". Maka Lukas boleh mengakhiri kitabnya.
Boleh jadi orang menyesal, bahwa Lukas tidak menceritakan apa-apa tentang karya rasul-rasul lain dan tidak pula tentang pendirian beberapa jemaat penting, seperti misalnya di kota Aleksandria, atau malahan di kota Roma sendiri. Sudah pasti bahwa di kota itu iman Kristen sudah tertanam sebelum Paulus tiba (lihat surat kepada jemaat di Roma, yang ditulis Paulus selama perjalanannya yang ketiga). Juga tentang karya Petrus di luar Palestina tidak dikatakan apa-apa. Pauluslah yang menduduki tempat yang menyolok dalam kisah Lukas, sehingga dalam bagian kedua Kis hanya Paulus saja yang masih berperan. Tetapi justru oleh karena Lukas berdiam diri dan meninggalkan banyak soal, maka kita mendapat jaminan yang paling baik bagi apa yang dikisahkannya. Ia tidak menceritakan apa- apa, kecuali kalau ia mengetahuinya baik oleh karena menyaksikan sendiri maupun karena mendapat dari sumber-sumber yang nilainya dapat diawasi. Kecuali itu Kis bukanlah sebuah kitab ilmu sejarah yang utuh lengkap, melainkan sebuah penjelasan mengenai daya perambat rohani yang terkandung dalam agama Kristen. Serta ajaran teologis yang dapat ditarik Lukas dari kejadian-kejadian yang diketahuinya mempunyai nilai universil yang tidak dapat diganti dan yang membuat karyanya berharga tinggi.
Sumbangan di bidang ajaran adalah berganda. Iman akan Kristus yang menjadi dasar pewartaan rasuli disajikan dengan pemerincian yang semakin tumbuh. Mula-mula iman akan Kristus itu berpusatkan pada kejayaan manusia Yesus yang telah menjadi Kurios berkat kebangkitanNya (TB Kis 2:22-36), kemudian oleh Paulus Yesus diberi gelar "Anak Allah" (TB Kis 9:20). Berkat wejangan-wejangan yang tercantum dalam Kis kita mengenal ayat-ayat utama dari Kitab Suci yang digunakan umat berkat pimpinan Roh Kudus sebagai sarana untuk merumuskan ajaran mengenai Kristus dan sebagai pembuktian bagi orang-orang Yahudi. Baiklah diperhatikan khususnya apa yang dikatakan tentang Yesus sebagai Hamba Allah (TB Kis 3:13, 26; 4:27, 30; 8:32-33) dan sebagai Musa yang baru (3:22 dst; 7:20 dst). Kebangkitan Yesus dibuktikan dengan Mzm 16:8-11 (Kis 2:24-32; 13:34-37). Sejarah umat terpilih menjadi peringatan bagi orang-orang Yahudi, supaya jangan menentang kasih karunia Allah (7:2-53; 13:16-41). Di hadapan orang-orang bukan Yahudi disodorkan dalil-dalil yang diambil dari ajaran tentang Allah yang lebih umum (TB Kis 14:15-17; 17:22-31). Tetapi para rasul pertama-tama "saksi" (TB Kis 1:8+) dan Lukas meringkas pemberitaan mereka (TB Kis 2:22+) dan bercerita tentang "tanda-tanda" ajaib yang mereka lakukan. Persoalan paling gawat bagi Gereja yang baru lahir ini ialah: bagaimana orang-orang bukan Yahudi dapat menolong keselamatan. Tentang persoalan itu Kis memberi keterangan yang jitu: para saudara di Yerusalem terpimpin oleh Yakobus tetap setia pada hukum Taurat Yahudi (TB Kis 15:1, 5; 21:20) dst. Sebaliknya, orang-orang "ke-Yunanian" yang juru bicaranya yalah Stefanus merasa perlu melepaskan ibadat dalam Bait Allah. Petrus dan terutama Paulus dalam konsili di Yerusalem memenangkan asas bahwa hanya iman akan Kristus menyelamatkan, sehingga tak perlu orang-orang bukan Yahudi menepati hukum Taurat dan bersunat. Namun demikian tetap benar bahwa keselamatan datang dari bangsa Yahudi, sebagaimana dinyatakan oleh Lukas juga. Paulus selalu terlebih dahulu menghadapi orang-orang Yahudi. Baru setelah ditolak oleh kaum sebangsanya ia pergi kepada orang-orang bukan Yahudi (TB Kis 13:5+). Mengenai cara hidup jemaat-jemaat purba Kis juga memberi informasi yang sangat berharga: tentang jemaat muda di Yerusalem yang bersembahyang dan yang yang angggota-anggotanya membagi-bagikan harta miliknya; tentang caranya orang dibaptis dan tentang baptisan dalam Roh Kudus (TB Kis 1:5+); tentang Ekaristi yang dirayakan (TB Kis 2:42+); permulaan penyusunan sebuah jemaat sebagai organisasi, yang mempunyai nabi-nabi" dan "pengajar-pengajar" (TB Kis 13:1+), ataupun "penatua" yang mengepalai jemaat di Yeruslem (TB Kis 11:30) dan yang oleh Paulus diangkat pada semua jemaat yang didirikannya (TB Kis 14:23). Kesemuanya itu dinaungi, dibimbing dan dijiwai oleh embusan tak kelihatan dari Roh Kudus. Dalam injilnya Lukas sudah menekankan peranan Roh Kudus itu (Luk 4:1+) dan dalam Kis ia terus memperlihatkan bahwa Roh Kudus itulah yang berkarya dalam perambatan Gereja (Kis 1:8+), sehingga Kis dapat diberi judul "Injil Roh Kudus". Itulah sebabnya maka karya Lukas itu penuh dengan kegembiraan rohani dan gejala-gejala adikodrati yang hanya mengherankan mereka yang tidak sampai memahami peristiwa tunggal itu, ialah lahirnya agama Kristen. Pada kekayaan ajaran tersebut masih perlu ditambahkan berita-berita tentang sekian banyak kejadian kongkrit yang hanya kita ketahui berkat Kis: kehalusan budi dan jiwa, yang digunakan Lukas untuk menggambarkan tokoh-tokoh kisahnya: adegan-adegan lucu dan menarik hati seperti pidato Paulus di hadapan raja Agripa (26) dan bagian-bagian yang mengharukan hati seperti pidato perpisahan Paulus kepada para penatua jemaat di Efesus (TB Kis 20:17-38). Mengingat kesemuanya itu niscaya orang sependapat dalam menilai kitab yang jenisnya tunggal dalam Perjanjian Baru ini sebagai sebuah karangan yang penuh harta kekayaan. Seandainya tidak ada, maka pengetahuan kita tentang awal-mula agama Kristen sangat kurang.
Sama dengan teks seluruh Perjanjian Baru, teks Kis juga sampai kepada kita dengan macam-macam varian mengenai hal-hal kecil-kecil. Tetapi dalam teks Kis terdapat lebih banyak kelainan dalam apa yang disebutkan sebagai "teks Barat" (dalam naskah Bezae, dalam terjemahan kuno ke dalam bahasa Latin dan Siria dan pada beberapa pujangga Gereja dahulu). Dan varian-varian itu layak diberi perhatian. Di samping sejumlah kerusakan yang mudah menyusup ke dalam sebuah teks populer yang kurang bersih dari resensi Aleksandria, terdapatlah dalam teks Barat tersebut sejumlah tambahan konkrit dan khas yang barangkali asli juga. Varian-varian teks Barat yang paling penting dimuat dalam catatan-catatan terjemahan ini.
Ende: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KISAH RASUL-RASUL
KATA PENGANTAR
Tentang isi dan maksud karangan ini umumnja
Mula-mula sebagai landjutan langsung dari "Indjil ketiga" karangan ini
be...
KISAH RASUL-RASUL
KATA PENGANTAR
Tentang isi dan maksud karangan ini umumnja
Mula-mula sebagai landjutan langsung dari "Indjil ketiga" karangan ini beredar sebagai satu dengannja. Baru pada pertengahan abad kedua, ketika keempat karangan Indjil digabungkan mendjadi satu buku, karangan ini dipisahkan dari padanja dan diberi djudul tersendiri.
Djudul itu ialah: "Perbuatan-perbuatan Para Rasul", jang kemudian mendapat bentuk "Kisah Rasul-rasul" djuga, seperti jang kita pakai. Tetapi hanja dua Rasul jang dikisahkan "perbuatan-perbuatannja" dan itupun djauh dari lengkap. Rasul-rasul jang lain hanja disebut namanja, atau seperti mengenai Joanes dan Jakobus terdapat satu dua tjatatan sadja, sedangkan ada pembantu-pembantu Rasul- rasul jang agak luas diberitakan peranannja.
Dalam bagian pertama bab 1-12, Petrus adalah tokoh utama dan dalam bagian kedua, bab 13-28 Paulus. Dalam bagian kedua ini kita hanja satu kali lagi bertemu dengan Petrus, jaitu dalam bab 15 sebagai ketua sidang Rasul-rasul di Jerusalem.
Lukas bukan bermaksud menulis suatu riwajat hidup atau djasa-djasa kedua Rasul itu, dan bukan pula suatu buku sedjarah jang agak lengkap, teliti dan teratur, melainkan hanja sekedar menggambarkan perkembangan pesat umat Kristus jang ia kenal dan jang perkembangannja sebagian disaksikannja sendiri. Umat Kristus jang dikenalnja, ialah umat induk di Jerusalem dan sekitarnja, dan terutama perkembangan diantara kaum penjembah dewa-dewa dikota Antiochia di Siria, tempat asalnja, dan kearah Barat sampai ke Roma, jang mendjadi wilajah kerdjanja sendiri. Dan untuk menggambarkan itu Lukas memilih dari bahan-bahan jang tersedia baginja, hanja beberapa kedjadian dan kenjataan jang terasa penting olehnja atau jang dialaminja sendiri. Kita berterima kasih kepada Lukas, dan bersjukur kepada Rob Kudus jang mengilhaminja, atas pemilihan bahan itu dan usaha menjusunnja. Biarpun gambarannja tidak utuh, tetapi tjukup bersisi sebagai pokok perenungan bagi kita, sehingga dengan djalan penjelidikan dan perenungan, kita dapat membentuk suatu pandangan jang lebih utuh bagi diri kita sendiri. Dan itu dapat ditjapai lebih sempuma, kalau kita serentak dengan Kis. Ras. membatja dan membahas surat-surat Paulus dan Rasul-rasul jang lain.
Kisah Rasul-rasul meriwajatkan tahap terachir dari djalan penjelamatan
Tahap terachir dari djalan penjelamatan, ialah perwudjudan keselamatan abadi dalam seluruh umat manusia. Kis. Ras. memang hanja dapat memberitakan permulaan perwudjudan itu, sebab sedjarah penjelamatan itu masih berdjalan dan akan berdjalan sampai pada acbir zaman.
Perwudjudan itu tersendiri bagi seluruh umat manusia oleh Kurban Jesus disalib. Oleh darah Jesus dosa pokok terhapus, perdamaian Allah dengan bangsa manusia terpulih, djalan untuk mendekati Allah terbuka. Dengan Kurban Jesus disalib itu dan kebangkitannja djalan penjelamatan sudah pada puntjaknja: keselamatan abadi sudah terwudjud sampai semua manusia dapat memperoleh bagian dalamnja. Tetapi untuk memperoleh bagian dalamnja, perlu tiap-tiap manusia menempuh djalan penjelamatan sendiri. la harus memenuhi sjarat-sjarat tertentu untuk mendapat pengampunan dosa dan untuk dianugerahi hidup abadi itu. Perlu Pula ada orang Jang berwenang untuk menerangkan apakah arti dan hakekatnja hidup abadi itu, dan menundjukkan djalan penjelamatan kepadanja, lagipun memimpinnja pada djalan itu. Tugas memperkenalkan hidup abadi dan djalan kearahnja, serta melaksanakan pemimpinan itu, lagi kuasa untuk menjampaikan hidup abadi itu, diserahkan oleh Jesus kepada Para RasulNja dan kepada seluruh umat sebagaimana tersimpul dalam amanat Jesus terachir :"KepadaKu diserahkan segala kuasa disurga dan dibumi, maka pergilah kamu dan buatlah segala bangsa mendjadi muridku, dengan mempermandikan mereka pada nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus, dan adjarkanlah mereka melaksanakan segala sesuatu jang telah Kuperintahkan kepada kamu. Mt. 28:19-20.
Kisah Rasul-rasul meriwajatkan pelaksanaan amanat Jesus jang terachir kepada para RasulNja
Buatlah segala bangsa mendjadi muridKu. Tentu sadja pertama-tama dengan pemakluman Indjil. Tetapi untuk mentjapai "segala bangsa" sampai keudjung bumi (Kis. Ras. 1:8), perlu organisasi jang luas sekali dan teratur rapih. Jesus sendiri mendasarkannja dengan membentuk satu umat ketjil, terdiri dari keduabelas Rasul dan sekelompok murid-murid, dengan Petrus sebagai pemimpinnja. memang ketjil sebagai bidji sesawi, tetapi jang akan subur bertumbuh mendjadi pohon jang dahan-dahan dan ranting-rantingnja menaungi seluruh dunia. Dan segera sesudah Pentekosta umat ketjil mulai berkembang pesat, Rasul-rasul pergi bertebaran kesegala djurusan; dan muntjul pengadjar-pengadjar Indjil dan nabi- nabi, jang diilhami dan didorong oleh Roh Kudus, untuk pergi kemana-mana sebagai pembantu-pembantu para Rasul. Selain kedjurusan Timur dan Selatan, jang tidak diberitakan dalam karangan ini, dalam waktu 30 tahun, kearah Utara dan Barat, Indjil telah tersebar disegala kota jang agak besar, diseluruh Asia-Ketjil, Masedonia dan Achaja, sampai di Roma.
Dengan mempermandikan mereka. Baru dengan menerima Permandian para tjalon mendjadi murid Jesus jang sedjati, jaitu dibersihkan dari dosa (Kis, Ras. 12:16; lbr. 10:22; 1 Kor. 6:11; Rom. 6:1-14); lahir baru (Jo. 3:5), mendjadi anak Allah dan menjerupai Kristus (Gal. 3:26-27), dipersatukan dengan Kristus (Rom. 6:3), diresapi dengan Roh Kudus (I Kor. 12:13) dan dikuduskan (I Kor. 6:11; Ef. 5:26). Dengan ringkas; didalam dan oleh Permandian, keselamatan abadi atau hidup abadi itu diperwudjudkan dalam masing-masing manusia jang pertjaja. Lazim dikatakan bahwa semua itu terdjadi setjara sakramentil. Artinja ada upatjara tertentu jang pada pokoknja ditetapkan oleh Jesus sendiri dengan djaminan, bahwa ketika upatjara itu dilangsungkan pada seorang jang pertjaja, dosanja dihapus dan hidup abadi dianugerahkan kepadanja oleh Allah. Karena upatjara jang kelihatan itu, berhubung dengan djaminan tersebut diatas, orang jang dipermandikan dapat pertjaja dengan penuh kejakinan, bahwa mereka mempunjai keadaan jang baru itu. Dan karena keadaan jang baru itu terdjamin, maka iapun diterima sebagai anggota umat, jaitu masuk Keradjaan Allah jang kelihatan.
Dan adjarkanlah mereka melaksanakan segala sesuatu jang telah Kuperintahkan kepadamu. "Murid-murid" Jesus jang baru dipermandikan belum segera adalah pengikut Jesus jang sempurna. Hidup baru itu harus dipelihara dan bertumbuh, pengetahuan akan adjaran-adjaran Jesus harus diperluas dan pengertian diperdalam; mereka harus beladjar mewudjudkan tjita-tjita Indjil.
Pesan"adjarkanlah mereka" merangkum petugasan jang luas dan berat. Dapat
dikatakan tugas itu merupakan penggembalaan jang dimaksud Jesus dalam Jo.
Ada upatjara-upatjara lain lagi jang berwudjud sakramentil. Dengan penumpangan tangan alas orang jang telah dipermandikan, Rasul-rasul menurunkan Roh Kudus atas mereka setjara njata. (8:17-19; 9:12,17; 19:6). Disini kita ingat akan Sakramen Krisma (Penguat).
Dengan penumpangan tangannja pula, Rasul-rasul (atau pengganti mereka) memberi kekuasaan jang tertentu kepada para "diakon" (6:6) dan orang tua-tua (presbiter, episkopos): II Tim. 1:6; 1 Tim. 4:14; 5:22; Kis. Ras. 13:3. Apakah penumpangan tangan ini merupakan Sakramen Imamat, tidak djelas. Tetapi djika tidak, siapakah jang "Memetjahkan Roti" bagi umat-umat jang djarang sekali dikundjungi seorang Rasul? Dari I Kor. 11:17-34 terang pula bahwa di Korintus Ekaristi biasa dirajakan djuga kalau Paulus tidak ada.
Bahwa orang tua-tua mempunjai kuasa memberi Sakramen-sokramen tjukup njata pula dari Jak. 5:14-16. Dan disitu terang djuga, bahwa dewasa itu Sakramen urapan orang-orang sakit sudah lazim.
Supaja penggembalaan lantjar, Rasul-rasul mengatur pemimpinan umat-umat dengan mengadakan suatu hirarki. Rasul-rasul tetap memegang putjuk pimpinan. Petrus selalu bertindak dan diakui sebagai ketua Para Rasul dan kepala Geredja. Dalam tiap-tiap umat, Rasul-rasul menentukan suatu badan pimpinan, jang anggota- nggotanja disebut orang tua-tua, para presbiter atau episkopos. Terdapat Pula pengadjar-pengadjar resmi dalam umat-umat. Ketudjuh "diakon" (6:6) kemudian kita temui sebagai pengadjar.
Umat Kisah Rasul-rasul adalah umat Kristus
Rasul-rasul jang disebut namanja dalam 1:13 dan sedang menunggu kedatangan Roh Kudus, lagi sesudah menerimaNja segera mulai memaklumkan Indjil, adalah jang sama dengan mereka jang mula-mula dipilih oleh Jesus dan dua tiga tahun setjara istimewa dididik olehnja. Inti pemakluman mereka tetap peri hal Jesus: bahwa la sungguh Mesias sebab segala nubuat para nabi ditepati padanja, bahwa Ia disalibkan dan dibangkitkan kembali menurut rentjana Allah jang njata dalam Kitab Kudus, dan bahwa la satu-satunja penjelamat bagi semua orang. Dan jang mereka kerdjakan tak lain selain memenuhi amanat Jesus, sebagaimana telah dipaparkan diatas tadi. Mereka selalu insjaf bahwa mereka bekerdja melulu sebagai petugas Jesus, memaklumkan Indjil Jesus Kristus (5:12; 8:5; 11:2 dll), menjembuhkan orang-orang sakit dengan nama Jesus (3:6; 4:10), mempermandikan orang masuk umat atas nama Jesus (2:38 dan lain-lain). Mereka dilarang mengadjar ,dengan" nama Jesus (4:18). Mereka gembira sebab didera demi nama Jesus (5:41). Jesus kadang-kadang sendiri djuga bertindak seperti dalam peristiwa bertobatnja Paulus dan dengan mengangkat dia mendjadi Rasul. Dan diluar Palestina Para anggota umat oleh orang-orang Junani disebut "kristianoi", artinja penganut Kristus.
Umat dipimpin oleh Roh Kudus
Umat tahu, bahwa Jesus jang duduk dalam kemuliaannja disebelah kanan Allah tetap kepala umat, dan tetap ada serta dengan mereka (Mt. 28:20) sebagai penjelenggara utama. Sebab itu mereka gemar menamakannja "Tuhan kita". Tetapi umat tahu djuga bahwa Jesus telah menjerahkan pelaksanaan penjelenggaraan itu kepada Roh Kudus, dan bahwa pelahsanaan itu didjalankan dalam kesatuan paham dan kehendak jang sempurna dengan Jesus. Mereka mengetahui itu dari sabda Jesus dalam Jo. 14:26 dan 15:26-27, dan kepentingan penjelenggaraan Roh Kudus, mereka chususnja mengerti dari Jo. 16:7-15, dimana Jesus bersabda: Baik bagimu Aku pergi, sebab kalau Aku tidak pergi, Penolong itu (Roh Kudus) tidak datang kepadamu". Umat ketjil jang dibentuk Jesus sendiri disuruh menantikan kedatangan Roh Kudus di Jerusalem. Sabda Jesus: Kamu akan menerima kekuatan Roh Kudus jang akan turun atas kamu, supaja kamu akan memberi kesaksian tentang Aku di Jerusalem, diseluruh Judea dan Samaria, dan sampai diudjung bumi" (Kis. Ras. 1:8).
Dan pada pagi hari Pentekosta Roh Kudus tiba-tiba turun atas mereka. la menampakkan kedatangannja dengan tanda-tanda jang njata. Dengan njala-njala api jang mela.mbangkan penerangan akal-budi, pemurnian hati dari unsur-unsur jang tidak tulen, dan pengobaran semangat; lagi dengan deru badai jang hebat sebagai lambang kekuatan, jang dirasakan tetapi tidak kelihatan. Dan semua jang duduk dalam ruangan itu "dipenuhi" dengan Roh Kudus, jaitu dengan pengertian, kekuatan dan semangat jang njata. Rasul-rasul bukan lagi murid jang ragu-ragu, melainkan jang sudah dewasa dengan kedewasaan Kristus, penuh pengertian tentang hakekat dan tudjuan Keradjaan Allah, insjaf akan tugas dan tanggung-djawabnja, penuh semangat tanpa takut-takut dan berani mengurbankan dirinja. Adjaib Pula bagaimana dalam waktu jang singkat sekali, tiga ribu orang mendapat pengertian dan digerakkan hatinja sampai dapat dipermandikan. Segala jang terdjadi pada hari Pentekosta itu kita namakan: Mukdjizat Pentekosta.
Dan mukdjizat Pentekosta itu dilandjutkan. Umumnja setjara batiniah. Terus- menerus Roh Kudus memberi ilham, menggerakkan hati, memperkuat kehendak, memberi pimpinan, terutama kepada Para Rasul dan pembantu-pembantu mereka, tetapi djuga kepada para beriman pribadi. Tetapi supaja mereka lebih insjaf dan untuk memperkuat kejakinannja, Roh Kudus sering bertindak setjara njata djuga. Kalau dikatakan bahwa Petrus, Stefanus, Barnabas dan Paulus berbitjara "penuh dengan Roh Kudus", hal itu berarti bahwa kepenuhan itu tampak dalam isi dan gaja pembitjaraannja (4:8; 7:55; 11:22; 15:9). Demikian djuga dimana diberitakan, bahwa umat sedang berkumpul dan berdoa tiba-tiba dipenuhi Roh Kudus (14:31;10:44; 15:52). Roh Kudus memimpin setjara njata. Roh Kudus "berkata" kepada Pilipus (8:29). Pilipus dilenjapkan oleh Roh Kudus (8:59). Agabus didorong oleh Roh Kudus (11:28). Roh Kudus bersabda kepada Petrus (10:19). Roh Kudus berkata: "Sendirikanlah Barnabas dan Saulus untuk tugas jang telah Kutentukan baginja"(15:2). Mereka berangkat atas suruhan Roh Kudus (13:4). Paulus dihalangi oleh Roh Kudus pergi ke Asia (16:6) dan tidak diizinkan ke Bitinia (16:7). Keinsjafan akan peranan Roh Kudus jang mutlak itu terang pula, dimana Petrus berkata kepada Ananias dan Safira, bahwa mereka bukan membohongi dan mentjobai manusia melainkan Roh Kudus (5:3,9). Kesadaran akan kesatuan kerdja antara Rasul-rasul dan Roh Kudus djelas Pula dalam utjapan 5:32 jakni: "kami adalah saksi bersama dengan Roh Kudus". Lebih lagi dan setjara resmi, dalam rumusan surat Sidang Rasul-rasul di Jerusalem kepada umat di Antiochia: ,Roh Kudus dan kami telah memutuskan...." (15:28).
Suatu kesimpulan
Kisah Rasul-rasul bersifat buku sedjarah, jang terlebih bermaksud meriwajatkan dan menggambarkan perkembangan lahiriah umat dan berhubungan dengan itu penjelenggaraan Roh Kudus jang njata. Tetapi didalam umat muda, dan terus sampai pada hari ini, terdapat Pula penjelenggaraan Roh Kudus jang tidak njata, dan lebih hakiki dan penting lagi, jaitu penjelenggaraan kehidupan Ilahi didalam batin tiap-tiap anak Allah. Roh Kuduslah jang mentjiptakan kehidupan itu didalam Para anak Allah, lalu tetap hidup didalam mereka. la memelihara, menumbuhkan, memperkuat dan menjuburkan hidup itu dalam kerdja sama bersama anak Allah itu sendiri. Demikian dihasilkan buah-buah untuk kehidupan abadi.
Penjelenggaraan Roh Kudus jang serba batiniah ini chususnja dinjatakan dan dibitjarakan oleh Paulus dalam surat-suratnja. Dalam surat-surat Paulus itu kita saksikan djuga perkembangan pengertian dan praktek hidup keagamaan, jaitu hidup rohani dalam umat-umat, sebagai perwudjudan adjaran-adjaran Indjil. Sebab itu Kisah Rasul-rasul dan surat-surat Paulus, beserta surat-surat Rasul-rasul jang lain dan Wahju Joanes saling melengkapi, dan bersama-sama memberi gambaran jang tjukup utuh dari perwudjudan dan perkembangan "Geredja" purba.
Nilai-nilai Kisah Rasul-rasul bagi kita pribadi
1. Bagi pembatja-pembatja surat-surat Paulus, Kis. Ras. penting sebagai merupakan latar belakang surat-surat itu. Banjak bahagian didalam surat-surat itu sukar dimengerti tanpa riwajat dan gambaran-gambaran jang terdapat dalam karangan Lukas itu.
2. Kisah Rasul-rasul sanggup Pula meneguhkan kejakinan dan memperkuat serta
menghidupkan iman kita. Kita diperingatkan didalamnja, bagaimana djalan
penjelamatan jang mulai dengan terpanggilnja Abraham, lalu makin lama makin naik
tinggi sepandjang Perdjandjian Lama, dan mentjapai puntjaknja dalam Indjil dan
chususnja dalam Kurban Jesus disalib serta kebangkitannja, lalu pada tingkatan
itu langsung diteruskan dalam umat purba sampai dizaman kita. Dalam membatja
Kis. Ras. kita saksikan, bahwa Geredja kita benar-benar dibangunkan diatas
"dasar Rasul-rasul dan Para Nabi, sedangkan Jesus adalah batu sendinja". (
Kita lihat djuga bahwa unsur-unsur hakiki agama kita, pokok hirarki dan suasana keagamaan sebagai perwudjudan Indjil, jang sekarang kita hajati pada taraf perkembangan jang lebih tinggi dan utuh, sudah ada dan hidup dalam umat purba itu.
3. Dan jang paling penting ialah: Kisah Rasul-rasul sebagai karangan jang diilhamkan oleh Roh Kudus dimaksudkan mendjadi buku renungan bagi Geredja dikemudian hari, djuga bagi kita masing-masing, untuk menginsjafkan kita, bahwa pengaruh Roh Kudus didalam Geredja Kudus dimasa ini masih ada djuga. Chususnja kenjataan-kenjataan peristiwa Pentekosta, tetapi djuga seluruh penjelenggaraan Roh Kudus jang njata dizaman Rasul-rasul, dapat dan harus mejakinkan kita, bahwa dan bagaimana Roh Kudus memimpin dan mendjiwai Geredja sekarang djuga. Kita mengerti, bahwa tanda-tanda jang njata perlu bagi umat muda untuk membina dan meneguhkan iman, jang bukan segera mendjadi darah daging mereka; tetapi kemudian tidak perlu lagi, sebab iman telah tjukup didasarkan pada pernjataan Kitab Kudus, mengenai hal ini chususnja pada pernjataan-pernjataan Kisah Rasul-rasul bersama surat-surat Paulus dan surat-surat para Rasul-rasul jang lain. Sebab itu penting sekali kitapun memperteguhkan dan menghidupkan iman kita dengan merenungkan apa jang ditulis bagi kita dalam Kisah Rasul-rasul dan Surat-surat Rasul-rasul itu, sampai kita jakin dan isnjaf benar-benar akan pimpinan agung Roh Kudus dalam Geredja, sehingga kita pertjaja akan kebenaran urusan-urusan dan keputusan-keputusan resmi dari pimpinan Geredja dan menerimanja tanpa sjarat serta melaksanakannja dengan rendah hati. Lagi pula supaja kita tetap insjaf, bahwa Roh Kudus hidup dalam batin kita masing-masing sebagai pokok dan pentjipta hidup atas kodrati (hidup abadi) kita. Kalau kita saksikan dan renungkan, bagaimana Roh Kudus mendjiwai setjara njata orang-orang beriman dimasa purba, maka dapat kita bajangkan bagaimana Roh Kudus djuga mendjiwai kita, setjara tidak njata kepada pantjaindera, tetapi tjukup njata bagi mata kepertjajaan jang berintuisi. Perenungan jang demikian tentu mempererat dan menghidupkan hubungan kita dengan Roh Kudus dalam beribadat kepadanja dan berdoa meminta pengertian, kekuatan hati dan pimpinan. Hal itu memang mahapenting bagi kita.
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) PELAYARAN DALAM LAUT KEHIDUPAN (27:1-21)
Pasal 27 Kitab Kisah adalah pasal yang luar biasa. Pasal itu merinci kisah pelayaran beberapa minggu yang be...
PELAYARAN DALAM LAUT KEHIDUPAN (27:1-21)
Pasal 27 Kitab Kisah adalah pasal yang luar biasa. Pasal itu merinci kisah pelayaran beberapa minggu yang berubah menjadi berbulan-bulan—suatu petualangan menegangkan yang dipenuhi oleh amuk lautan, kapal karam, dan nyaris merenggut nyawa.1
Apakah tujuan Lukas dalam mencantumkan kisah ini? Lukas menyukai kisah yang bagus, namun pembenaran itu tampaknya jauh dari memadai bagi seorang penulis yang biasanya pelit dalam kata-kata. Jawabannya mungkin bisa ditemukan dalam tujuan utama Lukas di bagian terakhir kitab itu: memberitahu kita bagaimana Paulus mencapai Roma. Di bawah tema "Bagaimana Paulus Mencapai Roma" terdapat tema lain, yaitu: "Bagaimana Iblis Berusaha Mencegah Paulus Agar Tidak Mencapai Roma."
Ketika Paulus menyurati jemaat Tesalonika, ia berkata, "Tetapi kami, saudara-saudara, ... sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu. Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu—aku, Paulus, malahan lebih dari sekali,— tetapi Iblis telah mencegah kami" (1Tesalonika 2:17, 18; huruf miring oleh saya). Selama ini Paulus sudah dihalang-halangi untuk pergi ke Tesalonika oleh orang-orang Yahudi yang berhati dengki, keadaan yang tidak mendukung, dan jarak yang jauh—namun ia paham bahwa semua itu semata-mata alat yang dipakai oleh Iblis.
Jika Iblis tidak ingin Paulus kembali ke Tesalonika, betapa lebihnya lagi ia tidak ingin rasul itu mencapai Roma! Jika Paulus mencapai Roma, ia akan memakai kota kekaisaran itu sebagai pangkalan untuk menyebarkan injil ke seluruh dunia—dan Iblis tidak bisa menoleransi hal itu! Kita sudah melihat setan memakai setiap cara yang tersedia untuk mencegah Paulus memenuhi impiannya untuk "melihat Roma" (Kisah 19:21): para pembuat keonaran dari Asia, para prajurit yang bingung, para pemimpin Yahudi yang tak bermoral, para pembunuh yang nekat, para gubernur Roma yang tidak tegas. Namun begitu, Allah selalu bersama Paulus di sepanjang semua permasalahan itu. Yang dicegah adalah setan, bukan Paulus. Di atas kehebatan pelbagai upaya Iblis (mungkin saya harus katakan keburukan Iblis), rasul itu tetap sedang dalam perjalanannya ke Roma (27:1).
Apakah Iblis mengaku kalah? Tidak pernah! Sebaliknya, amarahnya tampak telah mencapai takaran yang sangat luas. Dalam pasal 27 dan bagian pertama pasal 28, kita akan melihat setan mengupayakan apa saja— segalanya—untuk mencegah Paulus menyelesaikan perjalanannya: orang-orang yang bodoh, kapal yang mudah pecah, dan kemarahan alam 2(angin topan, gelombang yang menggelora, beting yang berbahaya, bahkan ular berbisa)! Bagaimanakah Paulus bisa selamat dari serangan yang gencar itu? Dengan cara yang sama saat ia menahan serangan Iblis di Yerusalem dan Kaisarea: melalui perlindungan pemeliharaan Allah dan melalui imannya kepada Allah!
Para penafsir sangat senang memperhatikan bahwa "dalam pasal 27 kita melihat sisi lain Paulus," seakan-akan itulah tujuan Lukas menceritakan kisah itu. Memang benar bahwa kita melihat Paulus dalam peranan yang berbeda: sebagai pemimpin di antara orang-orang (non-Kristen). Namun begitu, penekanan Lukas bukanlah tentang Paulus, melainkan tentang Allahnya Paulus. Seperti yang akan kita lihat, Lukas membuat jelas bahwa secara manusiawi adalah mustahil bagi kapal itu untuk selamat dari serangan badai; Allah perlu turun tangan. Inti kisah itu terdapat dalam ayat 23 sampai 25, ketika Paulus bicara kepada sesamanya penumpang kapal: ... tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.
Lukas punya tujuan ganda dalam menulis pasal 27: (1) untuk menunjukkan bagaimana Allah bekerja terus dalam kehidupan Paulus, dan dengan begitu (2) menunjukkan bahwa kekuatan neraka bahkan belum pernah bisa (dan tidak bisa) menghentikan rencana dan tujuan Allah. Apakah hal ini terkait dengan kita? Sudah tentu. Iblis berusaha terus untuk menghancurkan kita dan mengalahkan tujuan Allah untuk hidup kita (1Petrus 5:8). Kita masing-masing perlu pertolongan Allah untuk tetap hidup. Pasal 27 bisa membuat kita percaya diri saat menghadapi badai kehidupan kita sendiri.
Ketika saya bicara tentang "badai kehidupan," janganlah salah pahami saya. Lukas tidak sedang bicara secara kiasan saat ia menulis tentang badai mengerikan yang mencampakkan kapal niaga yang menuju Italia itu; gelombang itu nyata, bahaya itu juga benar-benar ada.
Namun demikian, hanya ada beberapa penafsir yang menolak untuk membuat satu atau dua perbandingan antara perjalanan Paulus ke Roma dan perjalanan kita sendiri di sepanjang kehidupan ini. Perjalanan itu nyaris seperti halnya Lukas sedang menulis versinya sendiri tentang pelayaran Pilgrim's Progress (Kemajuan Ziarah).3
Seraya saya membawa Anda ke sepanjang pasal 27, saya ingin Anda menikmatinya sebagai suatu petualangan yang menyenangkan. Pada saat yang sama, saya ingin Anda melihat beberapa persamaan dengan pengalaman hidup Anda sendiri.4Seperti perjalanan Paulus, sebagian besar kehidupan kita memiliki hari-hari yang baik dan buruk—dan hal yang tak terduga bisa terjadi kapan saja!
Dalam pelajaran ini, kita akan menyoroti "angin sakal" dan badai itu, sehingga kita bisa mengenali pelbagai persoalan Paulus. Selanjutnya, kita akan mempelajari kesimpulan dramatis pasal 27, sehingga kita bisa menghargai hikmat Allah.
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (KIS 27:1-21)
Betapa menyedihkan bahkan aneh mengakhiri pelajaran kita di tempat ini: "Putuslah segala harapan kami untuk dapat menye...
KESIMPULAN (KIS 27:1-21)
Betapa menyedihkan bahkan aneh mengakhiri pelajaran kita di tempat ini: "Putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami" (ay. 20c).
Nanti kita akan melihat bagaimana Allah memulihkan harapan dan menyelamatkan mereka. Untuk sekarang ini, kita perlu bergumul dengan perasaan keputusasaan yang bisa timbul saat kita diterjang badai kehidupan hari lepas hari.
Dalam pikiran seperti itu kita sering menjerit, "Mengapa? Tuhan, mengapa Engkau mengizinkan adanya badai ini?" Dengan melihat sepintas terlebih dulu akhir kisah kita ini, kita bisa memberi beberapa jawaban mengenai mengapa Allah mengizinkan Paulus berakhir dalam badai. Selamat dari hantaman badai mungkin membuat iman Paulus lebih kuat. Ia punya ungkapan dramatis lain lagi bahwa Allah menjaga milik-Nya.
Selanjutnya, badai itu memberi Paulus kesempatan yang tidak akan ia miliki jika terjadi sebaliknya. Sebagai contoh, ia punya kesempatan untuk menunjukkan keyakinannya kepada Tuhan. (Orang-orang yang tak percaya selalu mengawasi untuk melihat bagaimana Anda bereaksi terhadap badai itu.) Paulus bahkan punya kesempatan untuk memberitahu 273 orang penyembah berhala tentang Allah sejati! Mungkin—setelah semuanya selamat tiba di pantai—mereka bahkan siap mendengarkan tentang Yesus. Pada akhirnya, badai itu bermanfaat bagi Paulus dan yang lainnya. Namun begitu, simaklah ungkapan "akhirnya." Sewaktu badai itu sedang mengganas, pelbagai manfaat itu tidak terlihat jelas. Begitu juga halnya, ketika pencobaan membanjiri diri kita, kadang kala sulit untuk melihat bagaimana mungkin kebaikan bisa timbul dari kesulitan kita.
Apakah yang akan kita lakukan ketika kita dihanyutkan hingga tunduk oleh badai itu? Lakukanlah seperti yang Paulus lakukan (ay. 24): Berdoalah seperti Anda belum pernah berdoa sebelumnya (Filipi 4:6; Yakobus 5:13)— dan percayalah kepada Tuhan yang lebih tahu tentang pelbagai badai dibandingkan yang akan pernah kita ketahui (2Korintus 1:9, 10; 2Timotius 1:12).
Izinkan saya menutup pelajaran ini dengan kisah tentang orang yang belajar mempercayai Tuhan: Dalam 1873, seorang pengusaha dari Chicago, Horatio G. Spafford, memutuskan untuk membawa keluarganya berlibur ke Eropa. Ia memesan tiket kapal dari sebuah pelayaran Perancis, namun pada detik-detik terakhir kegiatan bisnis mencegah dia pergi. Ia lalu menaikkan isteri dan empat anak perempuannya ke atas kapal itu, sambil berencana untuk bergabung dengan mereka nanti di Eropa. Pada 22 Nopember, kapal itu ditabrak oleh kapal lain. Dalam waktu dua belas menit, kapal itu tenggelam ke dasar laut, membunuh 206 orang termasuk empat anak perempuan Spafford. Sembilan hari kemudian, ketika orang-orang yang selamat tiba di London, isterinya menelegram dia dengan empat kata: "hanya aku yang selamat." Dengan segera ia membeli tiket kapal lain yang berlayar ke London untuk menyusul isterinya. Suatu malam kapten kapal memanggil dia ke dalam kabinnya. Kapten itu berkata, "Saya ingin katakan kepada Anda bahwa kita hampir berada di atas tempat dimana kapal yang ditumpangi anak-anak perempuan Anda tenggelam." Spafford kembali ke kamarnya. Di situ, dalam "lembah bayang-bayang maut," ia menulis sebuah lagu yang telah menghibur kita selama dua abad:
Ketika kedamaian bak sungai menyertai jalanku, Ketika dukacita bak lautan berombak menggulung; Apapun nasibku. Engkau telah mengajariku berkata, "Selamatlah, selamatlah jiwaku."49 Apapun nasib Anda, ketika "dukacita bak lautan berombak menggulung," saya berdoa semoga Anda akan mampu berkata " Selamatlah jiwaku."50
CATATAN ALAT BANTU PERAGA
Peta hampir tidak bisa dipisahkan dari pengajaran pelajaran ini dan pelajaran berikutnya. Perbesarlah peta perjalanan Paulus ke Roma (lihat halaman 230) di atas papan tulis atau selembar karton lebar untuk membantu para pendengar Anda mengikuti perjalanan itu.
PERJALANAN PAULUS KE ROMA
Setelah diselamatkan oleh para prajurit Romawi dari gerombolan orang Yahudi (Kisah 21), Paulus lalu ditahan di ð Yerusalem dan kemudian dipindahkan ke Ý Kaisarea. Di situ, Feliks memeriksa kasus Paulus namun tidak pernah memberi keputusan (Kisah 24). Dua tahun kemudian, ketika Festus menggantikan Feliks, Paulus membuka kasusnya kembali (25:1-10). Ketika Festus memutuskan untuk menyerahkan Paulus kepada bangsa Yahudi, Paulus pun naik banding kepada Kaisar (25:11). Selama penantiannya untuk diberangkatkan ke Roma, Paulus berkesempatan bicara kepada raja Agripa II tentang pemenjaraannya karena Kristus (Kisah 26). Paulus dan rombongannya (termasuk Lukas) berangkat ke Roma dari Þ Sidon, di bawah pengawalan bersenjata (27:1-3). Mereka berganti kapal di Mira di daerah Likia (27:5, 6). Dalam cuaca buruk, kapal itu tiba di Pelabuhan Indah, di kepulauan þ Kreta, dimana para pengarung lautan itu bernaung di situ hingga September—akhir dari musim berlayar yang aman. Mereka mencoba mencapai Feniks untuk bernaung selama musim dingin, dengan berlindung pada pulau Kauda (27:16); namun mereka terseret ke tengah laut (27:17). ¾ Setelah membuang muatan mereka dan peralatan kapal ke laut (27:18, 19), mereka akhirnya bisa merapat ke pulau ª Malta (27:41). Meskipun kapal itu hancur, namun semua penumpangnya selamat (27:44). Di Malta, Paulus tetap hidup meski dipagut ular berbisa (28:3-5) dan meluangkan waktunya selama tiga bulan di situ untuk menyembuhkan orang sakit (28:8-11). Ketika musim berlayar tiba kembali, rombongan itu memperoleh kapal baru dan berlayar ke Sirakusa (28:12). Setelah tiga hari di situ, mereka meneruskan perlayarannya ke Regium dan º Putioli, salah satu pelabuhan besar kekaisaran Romawi. Di situ Paulus dan rekan-rekannya diizinkan tinggal selama tujuh hari bersama umat Kristen setempat. Setelah itu mereka menempuh pelayaran sejauh 160 kilometer ke Roma. ý Paulus terhibur oleh penyambutan yang ia terima di sepanjang perjalanan itu. Di æ Roma, Paulus dijaga dan di tempatkan di sebuah rumah sewaan selama dua tahun. Selama masa itu, ia memiliki kebebasan yang lumayan untuk menerima para tamu dan memberitakan injil (28:30, 31).
MENJADI ANGGOTA GEREJA TUHAN
T: Bagaimanakah orang-orang abad pertama menjadi anggota gereja Tuhan, dan bagaimanakah kita di zaman sekarang menjadi anggota gereja-Nya?
J: Gereja adalah tubuh orang-orang yang diselamatkan oleh darah Kristus. Oleh sebab itu, gereja hanya terdiri dari orang-orang yang sebelumnya adalah orang berdosa, sesat, yang lalu memanfaatkan kasih karunia Allah. Oleh sebab itu, anak-anak bayi tidak memerlukan gereja. Anak-anak bayi dan anak-anak kecil adalah selamat ; mereka tidak perlu diselamatkan (Matius 18:3). Namun jika orang sudah cukup dewasa untuk mengenali dosa sebagai pemberontakan melawan Allah, maka ia sudah berdosa (Roma 3:23) dan memerlukan keselamatan. Kristus mati untuk menyelamatkan orang berdosa (1 Korintus 15:3), namun apakah yang orang berdosa harus lakukan untuk memanfaatkan apa yang Kristus telah perbuat? Pertama ia perlu belajar tentang Kristus (Yohanes 6:45; Matius 28:18-20). Pelajaran itu bisa menimbulkan iman di hatinya (Roma 10:17) dan kepercayaan kepada Kristus yang menyebabkan dia mengakui Yesus di hadapan orang lain (Roma 10:9, 10). Iman ini seharusnya menimbulkan pertobatan (Kisah 2:37, 38) dan membimbing dia kepada baptisan (Markus 16:16), yang merupakan penguburan (Roma 6:3, 4) dalam air (Kisah 10:47). Pada hari gereja didirikan, orang-orang yang melaksanakan hal-hal itu telah ditambahkan Tuhan ke dalam gereja-Nya (Kisah 2:38, 41, 47). Dalam 1 Korintus 12:13, Paulus menekankan bahwa mereka yang dibimbing oleh Roh adalah "dibaptiskan ke dalam satu tubuh," yang adalah gereja (Kolose 1:18). Karena gereja merupakan tubuh orang yang diselamatkan, maka apa yang membuat seseorang menjadi anggota gereja adalah apa yang menyelamatkan dia, dan apa yang menyelamatkan dia adalah apa yang menjadikan dia anggota gereja itu!
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kajilah pelajaran ini dan yang berikutnya dengan peta "Perjalanan Paulus Ke Roma" di tangan.
2 Karena banyak nas (khu...
Catatan Akhir:
- 1 Kajilah pelajaran ini dan yang berikutnya dengan peta "Perjalanan Paulus Ke Roma" di tangan.
- 2 Karena banyak nas (khususnya dalam Mazmur) yang menekankan bahwa Allah adalah Allah alam (termasuk badai), maka pelajaran ini bisa mencakup pembahasan tentang filsafat peranan Allah dan Iblis dalam bencana alam. Menurut Kitab Ayub, Allah mengizinkan bencana alam dengan maksud untuk membuat kita lebih baik, sementara Iblis memakainya untuk mencoba menghancurkan kita secara jasmani dan rohani. Meskipun ini tampaknya bukan saat atau tempat yang tepat bagi masalah rumit seperti itu, namun bersiap diri bagi pelbagai pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan adalah bijaksana. Poin kunci yang mungkin bisa dibuat adalah bahwa pasal 27 menggambarkan kebenaran 1 Korintus 10:13 (dan juga Kitab Ayub) bahwa Allah membatasi apa yang Iblis bisa lakukan-dan Allah selalu menyediakan sebuah "jalan ke luar" yang bisa kita terima atau tolak.
- 3 Pilgrim's Progress adalah karya John Bunyan yang bersifat kiasan yang ditulis pada tahu 1600an, yang menggambarkan tokoh utamanya berziarah dari Kota Kehancuran ke Kota Sorgawi.
- 4 Seraya kita menyelusuri teks ini dalam pelajaran ini (dan tiga pelajaran berikutnya), saya dengan singkat akan memberikan banyak persamaan dengan kehidupan. Persamaan-persamaan yang bisa (dan harus) dikembangkan dan diaplikasikan adalah yang secara langsung bicara tentang kebutuhan para pendengar yang hadir.
- 5 Tahun 59 M. cocok dengan kronologi yang selama ini kita tetapkan (dalam kaitannya dengan keberangkatan Feliks dan kedatangan Festus di Palestina). Tanggal itu juga setuju dengan "puasa" (Hari Pendamaian), yang begitu terlambat datangnya dalam tahun dimana pelayaran sangat berbahaya. Lihat catatan tentang ayat 9 di halaman 221. Bulan Agustus ditetapkan dengan cara bergerak mundur mulai dari ayat 9.
- 6 Seorang kepala pasukan membawahi seratus orang (meskipun yang menemani perjalanan Yulius diragukan sebanyak itu). Sepasukan adalah satu resimen antara 600 sampai 1000 orang. Bandingkanlah hal ini dengan 10:1, dan lihat catatan di pada buku "Kisah Para Rasul, Bagian II."
- 7 Para pakar bergumul dengan bagaimana Lukas dan Aristarkus diizinkan menemani Paulus. Beberapa orang yakin bahwa Lukas dan Aristarkus dengan sukarela menjadi budak Paulus sehingga mereka bisa pergi bersama dia. Yang lainnya menduga bahwa Lukas ikut kapal itu sebagai dokter kapal, sementara Aristarkus sebagai pelayan Paulus. Jalan keluarnya mungkin begitu jelas sehingga tidak terlihat: Lukas dan Aristarkus sepertinya cukup membayar untuk bisa naik kapal itu. Untuk berlayar dengan kapal kargo (21:3) para penumpang dimintai bayaran. Di dalam dua kapal dari Aleksandria yang ke atasnya kepala pasukan itu belakangan memindahkan para tawanannya (27:6; 28:11), tentunya terdapat para penumpang yang juga membayar (27:37).
- 8 Apakah Aristarkus salah satu dari mereka? Sepertinya tidak mungkin. Belakangan Paulus mengacukan Aristarkus sebagai "temanku sepenjara" (Kolose 4:10); ia mungkin ikut ditangkap juga dan kemudian naik banding kepada Kaisar. Namun begitu, dalam teks kita Aristarkus tampaknya berbeda dari "beberapa orang tahanan lain." Sebenarnya kita tidak bisa memastikan apakah istilah "temanku sepenjara" dalam Kolose 4:10 berarti Aristarkus telah ikut ditangkap atau semata-mata mengacu kepada pengurungan yang dilakukan sendiri supaya ia bisa melayani Paulus (lihat Filemon 24 yang ditulis pada waktu yang sama dengan surat Kolose). Bahkan jika Aristarkus belakangan menjadi seorang tawanan di Roma, kita tidak bisa memastikan bahwa saat mereka berlayar ke Roma ia adalah seorang tawanan.
- 9 Kata Yunani di sini adalah hetero. Kata Yunani homo artinya "yang lain dari jenis yang sama."
- 10 Ini akan menjelaskan keputusan yang belakangan dibuat oleh para penjaga mereka; lihat catatan tentang ayat 42 di halaman 244.
- 11 John Pollock, The Apostle: A Life of Paul (Wheaton, Ill.: Scripture Press Publications, 1985), 274. Ini akan menjelaskan mengapa Yulius yang meskipun "hanya" seorang kepala pasukan, memiliki otoritas yang cukup besar di dalam kapal itu.
- 12 Raja Agripa mungkin masih berada di Kaisarea dan bisa diikutkan dalam kata "mereka" di ayat 1.
- 13 Mereka mungkin meninggalkan Kaisarea yang menjadi pelabuhan utama Palestina dan kota dimana Paulus selama ini dipenjarakan selama dua tahun.
- 14 Adramitium adalah sebuah kota yang terletak di pantai barat propinsi Asia, tidak jauh dari Troas. Ini mungkin sebuah kendaraan pantai yang sedang pulang ke pelabuhan pangkalannya.
- 15 Lukas memakai istilah medis dalam perkataan "melengkapkan keperluannya [menerima perawatan]." Apakah istilah itu sekedar ungkapan yang Lukas biasa gunakan-atau apakah Paulus membutuhkan penanganan medis diluar yang Lukas bisa berikan di dalam kapal?
- 16 Saat kita mempertimbangkan bahwa gereja di Sidon sepertinya berdiri oleh sebab Paulus telah mencerai-beraikan umat Kristen ke luar Yerusalem (8:1-4; 11:19), sekali lagi kita melihat kemurahan hati umat Kristen. Lihat catatan tentang kunjungan Paulus sebelumnya ke Tirus dan Ptolemais di halaman 9 dan 10 pada buku ini.
- 17 Teks Yunani hanya menulis "kami berlayar di bawah" (KJV). Istilah pelayaran "ke lambung [kapal]" (lihat NIV). "Lambung [kapal]" artinya "sisi kapal yang terlindung dari terpaan angin."
- 18 Dua tahun sebelumnya, angin barat menolong Paulus mempercepat pelayarannya menyeberangi Laut Tengah saat ia dalam perjalanan menuju Yerusalem (lihat catatan tentang Kisah 21:2-4 ). Kini, ia dan yang lainnya berniat pergi ke arah yang berlawanan, dan angin barat "menghalangi" jalan yang ingin mereka tempuh.
- 19 Ada kemungkinan saat mereka menyusuri pantai itu mereka berkali-kali merapat untuk melakukan bisnis.
- 20 Berlayar menyusuri pantai dari Sidon ke Mira biasanya butuh waktu 10 sampai 15 hari. Naskah Roma menambahkan bahwa sejauh itu pelayaran itu sudah berlangsung 14 hari.
- 21 Karena kapal itu tidak dapat berlayar melawan angin barat, maka mereka akan lebih dulu berlayar ke utara ke Mira dan dari situ baru berlayar ke Italia.
- 22 Pangkalan kapal ini adalah Aleksandria, Mesir. Mesir merupakan pemasok utama gandum ke Roma. Dalam 28:11 kita akan menjumpai kapal dari Aleksandria lainnya.
- 23 Seorang sejarawan kuno bercerita tentang kapal semacam itu yang ukurannya 55 m x 14 m x 13 m. Josephus menulis tentang kapal lain yang sejenis yang bisa mengangkut 600 orang diluar barang muatannya sendiri.
- 24 Beberapa naskah menulis 76, namun sebagian besar naskah menulis 276.
- 25 Jarak dari Mira ke Knidus sekitar 274 kilometer. "Selama beberapa hari berlayar" itu kemungkinan sekitar 10 sampai 15 hari.
- 26 Orang-orang Kreta pernah ada yang hadir pada Hari Pentakosta (Kisah 2:11); beberapa mungkin telah menjadi orang Kristen. Belakangan Paulus bekerja di Kreta (Titus 1:5). Dalam era Alkitab, reputasi Kreta tidaklah baik (Titus 1:12).
- 27 Lagi, teks Yunani di sini menulis "kami berlayar di bawah" (lihat catatan kaki 17).
- 28 Saya menyukai nama: "Pelabuhan Indah." Beberapa penerapan tentang "pelbagai pelabuhan indah" bisa diterapkan di dalam kehidupan kita-yaitu pada waktu dan tempat istirahat sejenak dari "angin sakal" yang menerpa.
- 29 Jika kata "menangguhkan" tidak familiar, maka kata itu bisa diganti dengan ungkapan setempat yang bermakna waktu menunggu.
- 30 Lihat catatan tentang ayat 20 di halaman 226 dan 227.
- 31 Fakta bahwa "waktu puasa sudah lampau" memperkuat tahun itu sebagai tahun 59 M. Waktu tibanya Hari Pendamaian ditentukan oleh bentuk bulan. Dalam tahun-tahun beberapa saat sebelum dan sesudah 59 M., hari perayaan itu jatuh jauh lebih awal, yang artinya tidak akan cocok dengan ramalan Paulus tentang bencana ini jika mereka melanjutkan pelayaran.
- 32 Kata Yunani yang diterjemahkan "pimpinan" bisa menunjukkan kepemilikan kapal itu (lihat KJV dan NIV). Pemilik kapal sering kali berfungsi sebagai pimpinan/kapten kapal.
- 33 Kita tidak tahu bagaimana ia mendengar berita itu. Mungkin ia bagian dari rapat itu. Mungkin berita itu disiarkan ke seluruh kapal. Karena belakangan ia menunjukkan bahwa protesnya itu ditujukan kepada semua orang yang berada di dalam kapal (ay. 21), maka ia mungkin mendengar pengumuman yang berisi respon atas protesnya terhadap semua orang yang mendengarkan berita itu.
- 34 William Barclay, The Acts of the Apostles, The Daily Study Bible Series, rev. ed. (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 182.
- 35 Ini agak mengejutkan. Jika saya pernah mengalami tiga kali kecelakaan pesawat terbang, maka akan sulit untuk meminta saya naik pesawat terbang lagi!
- 36 Pada suatu kesempatan Allah tentunya pernah mengumumkan akan menurunkan bencana dan kemudian merubah hasilnya oleh karena doa (untuk contoh, lihat Bilangan 14:11-24).
- 37 Apakah ini merupakan suara mayoritas dalam rapat atau suara mayoritas dalam kapal itu? Karena belakangan Paulus tampaknya menegur semua orang di dalam kapal itu (ay. 21), maka mereka yang pegang pimpinan mungkin sudah menanyakan pendapat setiap orang tentang keputusan untuk berlayar ke Feniks dan mereka didukung oleh mayoritas penumpang.
- 38 Istilah Yunani di sini bersifat mendua, namun istilah itu tidak perlu kita risaukan. Poin Lukas adalah bahwa pelabuhan itu terlindung dari terjangan angin.
- 39 "Euraquilo" adalah kata cangkokan yang menggabungkan kata Yunani "angin timur" dengan kata Latin "angin utara." KJV memberi ejaan yang berbeda atas kata itu, namun maknanya sama.
- 40 Kata Yunani yang diterjemahkan "topan" adalah bentuk kata yang darinya kita dapat kata "topan."
- 41 Sekoci itu akan tenggelam atau hancur berkeping-keping jika dibiarkan terapung-apung di laut, dan sekoci itu nanti mungkin diperlukan untuk mencapai pantai. Saat ditarik, sebagian sekoci itu mungkin sudah tenggelam.
- 42 Kita tidak tahu dengan pasti ke arah mana tali-tali itu diikatkan atau metode apa yang dipakai untuk melingkari lambung kapal itu, namun ada banyak kemungkinan yang sangat menarik.
- 43 Sebelum mereka mendarat, mereka dihanyutkan ke barat sejauh 80 kilometer. Beting Sirtis jauh lebih dekat ke arah selatan.
- 44 Kata Yunani yang diterjemahkan "menurunkan layar" bisa memiliki banyak arti. Kata itulah yang dipakai dalam ayat 19: "... alat-alat kapal" (lihat catatan kaki 47 di bawah). Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai makna kata itu dalam ayat 17. Beberapa orang mengira bahwa para pelaut itu menurunkan layar utama (KJV, NEB), sebab hal itu merupakan kebiasaan baku pada waktu badai datang.
- 45 "Tutuplah palka kapal rapat-rapat" adalah istilah pelayaran yang artinya "tutup dan amankan seluruh geladak yang terbuka [dengan lembaran-lembaran papan]." Sebagai bahasa kiasan, perkataan itu artinya "buatlah segalanya seaman mungkin."
- 46 Beberapa naskah menulis "dengan tangan kami sendiri" (lihat KJV), namun sebagian besar naskah menulis "dengan tangan mereka sendiri."
- 47 Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani yang diterjemahkan "alat" kadang-kadang dipakai untuk mengacukan alat perabot sebuah rumah (Matius 12:29; Markus 3:27; dll.). Selain melempar alat-alat lain ke luar kapal, saya juga bisa melihat para awak kapal itu membuang meja, kursi, dan peti ke dalam laut.
- 48 Orrin Root, ed., Standard Bible Commentary: Acts (Cincinnati, Ohio: Standard Publishing Co., 1966), 196.
- 49 H.G. Spafford, "It Is Well With My Soul." Dikutip dengan seizin ACU Press, Abilene, Texas.
- 50 Jika pelajaran ini dipakai sebagai materi khotbah, haruslah ditekankan bahwa badai bisa juga menerpa orang percaya dan tidak percaya. Para pendengar bisa didorong untuk menjadi orang Kristen saat mereka tahu bahwa dalam musim penuh badai orang percaya punya sumber perlindungan yang tidak dipunyai oleh orang tidak percaya.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KISAH RASUL-RASUL
PENGANTAR
Kisah Rasul-rasul adalah lanjutan buku Kabar Baik yang disampaikan oleh
Lukas. Tujuan utama Kisah Rasul-rasul ini ialah
KISAH RASUL-RASUL
PENGANTAR
Kisah Rasul-rasul adalah lanjutan buku Kabar Baik yang disampaikan oleh Lukas. Tujuan utama Kisah Rasul-rasul ini ialah menguraikan mengenai bagaimana pengikut-pengikut Yesus - dengan pimpinan Roh Allah - menyebarkan Kabar Baik tentang Yesus "di Yerusalem, di seluruh Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi" (Kis 1:8). Buku ini adalah cerita tentang pergerakan Kristen yang dimulai di antara orang Yahudi lalu meluas menjadi suatu agama untuk seluruh dunia. Penulis buku ini merasa perlu pula meyakinkan para pembacanya bahwa orang-orang Kristen bukanlah suatu bahaya politik subversif terhadap kerajaan Roma, tetapi bahwa agama Kristen merupakan penyempurnaan agama Yahudi.
Kisah Rasul-rasul bisa dibagi dalam tiga bagian. Di dalam ketiga bagian itu nampak meluasnya wilayah di mana Kabar Baik tentang Yesus disiarkan dan gereja didirikan:
- (1) permulaan pergerakan Kristen di Yerusalem setelah Yesus terangkat naik ke surga;
- (2) perluasan ke daerah-daerah lain di Palestina; dan
- (3) perluasan yang lebih besar lagi ke negeri-negeri di sekitar Laut Tengah sampai sejauh Roma.
Satu hal yang khas dan penting dalam buku Kisah Rasul-rasul ini ialah pekerjaan Roh Allah yang datang dengan kuasa ke atas orang-orang percaya di Yerusalem pada hari Pentakosta. Di dalam seluruh peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam buku ini nyatalah bahwa Roh Allah itu terus-menerus memimpin dan menguatkan gereja beserta pemimpin-pemimpinnya. Berita yang diajarkan oleh agama Kristen pada masa-masa permulaan ini diringkaskan dalam sejumlah khotbah. Peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam buku ini menunjukkan pula betapa berkuasanya berita itu di dalam kehidupan orang-orang Kristen dan di dalam ikatan persaudaraan gereja.
Isi
- Persiapan untuk pemberitaan
Kis 1:1-26 - a. Perintah yang terakhir dan janji dari Tuhan Yesus
Kis 1:1-14 - b. Pengganti Yudas
Kis 1:15-26 - Pemberitaan di Yerusalem
Kis 2:1-8:3 - Pemberitaan di Yudea dan Samaria
Kis 8:4-12:25 - Pelayanan Paulus
Kis 13:1-28:31 - a. Perjalanan pertama untuk penyebaran Kabar Baik
Kis 13:1-14:28 - b. Musyawarah di Yerusalem
Kis 15:1-35 - c. Perjalanan kedua untuk penyebaran Kabar Baik
Kis 15:36-18:22 - d. Perjalanan ketiga untuk penyebaran Kabar Baik
Kis 18:23-21:16 - e. Paulus sebagai tahanan di Yerusalem, Kaisarea, dan Roma
Kis 21:17-28:31
Ajaran: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bagaimana Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya
di dunia, dan betapa besar Kasih Karunia Allah kepada bangsa-
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bagaimana Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya di dunia, dan betapa besar Kasih Karunia Allah kepada bangsa-bangsa di dunia.
Pendahuluan
Penulis : Lukas.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Seorang yang bernama Theofilus (Kis 1:1). (Dan kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Para Rasul terbagi atas 28 pasal. Di dalam Kitab ini terdapat sejarah berdirinya Gereja Kristen, khotbah-khotbah para Rasul, penganiayaan terhadap umat Kristen, penginjilan kepada bangsa-bangsa lain, serta permulaan adanya sebutan Kristen.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Kisah Para Rasul
Pasal 1-5 (Kis 1:1-5:42).
Pengajaran tentang kelahiran gereja Tuhan Yesus pertama kali
Bagian ini menceritakan tentang amanat Tuhan Yesus yang diberikan kepada murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke Sorga. Dan tentang orang-orang percaya setelah mendengar khotbah Rasul Petrus yang dikuasai oleh Roh Kudus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kis 1:8; 2:1-3,36-41. Nats ini menyatakan perkataan Tuhan Yesus bahwa murid-murid-Nya akan menerima kuasa setelah menerima Roh Kudus, dan perkataan Tuhan Yesus itu digenapi ketika Para Rasul berkumpul di Yerusalem. _Tanyakan_: Apakah saudara yakin sudah menerima Roh Kudus dan memiliki kuasa-Nya? Kalau sudah apakah yang harus saudara perbuat?
- Bacalah pasal Kis 2:41-47; 4:32-37.
Nats ini menceritakan kehidupan orang-orang percaya pada abad pertama penuh dengan kasih terhadap sesama dan ketekunan dalam beribadah kepada Allah. _Tanyakan_: Bagaimanakah sifat saudara terhadap anggota gereja yang lain? Apakah saudara rajin ke Gereja, baca Alkitab dan berdoa?
Pasal 6-12 (Kis 6:1-12:25).
Pengajaran tentang perkembangan gereja yang berada dalam penganiayaan terhadap orang-orang percaya
Orang-orang percaya di kota Yerusalem mengalami penganiayaan dari orang- orang Yahudi, sehingga mereka melarikan diri ke penjuru dunia. Tetapi di dalam segala penderitaan dan penganiayaan itu mereka tetap memberitakan Injil Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kis 7:54-60; 8:1-4. Nats-nats ini menceritakan bagaimana beratnya penderitaan dan aniaya yang dialami oleh orang-orang percaya, tetapi walaupun di dalam penderitaan dan aniaya itu mereka tetap setia beribadah dan memberitakan Injil. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap saudara kalau saudara diancam setelah masuk Kristen?
- Bacalah pasal Kis 9:1-22. Nats ini menceritakan tentang Saulus (Paulus) yang adalah seorang penganiaya orang-orang percaya, mengalami pertobatan dan akhirnya menjadi Rasul. Ini mengajarkan bahwa kuasa Tuhan Yesus dapat mengubah kehidupan seseorang yang sangat jahat sekalipun. _Tanyakan_: Sudahkah kehidupan saudara diubah oleh Tuhan Yesus menjadi kehidupan yang benar?
Pasal 13-15 (Kis 13:1-15:41).
Pengajaran tentang jemaat (gereja) setempat yang menginjil
Bagian ini menjelaskan tentang kehidupan orang-orang percaya di kota Antiokhia, dan sebutan Kristen pertama kali diberikan kepada murid-murid Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kis 11:23-26. _Tanyakan_: Mengapa orang-orang percaya di Antiokhia disebut Kristen?
- Bacalah pasal Kis 13:1-6.
Nats ini menceritakan tentang jemaat Antiokhia, yang mengirimkan penginjil-penginjil kepada bangsa-bangsa lain karena taat pada Roh Kudus. Ini mengajarkan pada setiap gereja untuk mempunyai beban penginjilan pada setiap orang yang belum mengenal Tuhan Yesus.
_Tanyakan_: Apakah di gereja saudara mempunyai beban penginjilan?
Pasal 16-28 (Kis 16:1-28:31).
Pengajaran tentang nama Tuhan Yesus diberitakan ke seluruh dunia
Dalam bagian ini, dijelaskan bagaimana Kasih Karunia Allah yang ada dalam Tuhan Yesus, diberitakan pada setiap suku bangsa, baik yang menjadi rakyat biasa, maupun yang menjadi tentara dan orang-orang istana.
Pendalaman
Bacalah pasal Kis 23:11. Ayat ini menyatakan tentang perkataan Tuhan Yesus kepada Paulus untuk bersaksi dengan penuh keberanian di kota Roma. Ini juga mengajarkan pada setiap orang Kristen tetap mempunyai keberanian untuk bersaksi kepada setiap orang.
_Tanyakan_: Sudahkah saudara bersaksi dengan berani kepada setiap orang?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Kisah Para Rasul dapatlah diketahui bahwa perkembangan Gereja Tuhan Yesus dan Kasih Karunia Allah yang diberikan pada setiap bangsa mendapat tantangan dari kuasa dunia dan orang-orang yang tidak mau mengenal Allah. Tetapi melalui Kemahakuasaan-Nya, Tuhan Yesus mengalahkan semua kuasa dunia itu, dan Gereja tetap bertumbuh.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Kisah Para Rasul?
- Dengan kuasa apakah Rasul Paulus berkhotbah Yerusalem?
- Bagaimanakah kehidupan orang percaya pada abad pertama?
- Bagaimanakah beban penginjilan di jemaat Antiokhia?
- Dari manakah datangnya keberanian Rasul Paulus untuk bersaksi?
Intisari: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Kisah tentang gereja yang bersaksi
SIAPAKAH YANG MENULIS KITAB INI?Kitab ini ditulis oleh tabib Lukas. Kitab ini boleh juga diberi judul Kisah Roh Ku
Kisah tentang gereja yang bersaksi
SIAPAKAH YANG MENULIS KITAB INI?
Kitab ini ditulis oleh tabib Lukas. Kitab ini boleh juga diberi judul Kisah Roh Kudus, karena menceritakan apa yang terjadi setelah Roh Kudus turun atas para rasul pada hari Pentakosta. Lukas, satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang bukan orang Yahudi, menulis Kisah para Rasul sebagai kelanjutan dari tulisan sebelumnya yakni Injil yang memakai namanya.
APAKAH ISI KITAB INI?
12 pasal pertama terutama meliput kegiatan rasul Petrus, sementara pasal-pasal selanjutnya sebagian besar tentang pekerjaan rasul Paulus. Yesus telah mengatakan kepada para murid-Nya bahwa apabila Roh Kudus turun ke atas mereka, mereka akan menjadi saksi-saksi-Nya. Kitab Kisah para Rasul memperlihatkan bagaimana hal ini digenapi. Dari kitab Kisah para Rasul, kita banyak sekali belajar tentang gereja mula-mula, suka dan dukanya, kemenangan dan kesusahannya, tetapi yang terpenting ialah perkembangan gereja yang dalam jangka waktu beberapa tahun sudah dibangun di seluruh dunia yang telah beradab. Kita tahu bahwa tabib Lukas adalah seorang sejarawan yang cermat dan kita boleh yakin bahwa dalam kitab ini kita memperoleh catatan yang benar tentang kekristenan yang mula-mula.
APA CIRI-CIRI UTAMANYA?
Kata 'saksi' dipakai lebih dari 30 kali, mengingatkan kita bahwa gereja yang sejati adalah gereja yang bersaksi dan setiap Kristen dipanggil untuk menjadi saksi. Sungguh menakjubkan bahwa hanya dalam satu generasi, orang-orang Kristen mula-mula ini telah mengabarkan Injil ke seluruh dunia yang sudah beradab. Kisah para Rasul merupakan buku pedoman misi yang terbaik yang pernah ditulis. Kisah para Rasul berakhir dengan tiba-tiba - seolah-olah tidak selesai. Suatu cara mengakhiri yang tepat, karena gereja yang bersaksi harus terus maju sampai Kristus datang kembali. Kitab-kitab Injil memperlihatkan apa yang mulai dilakukan oleh Kristus ketika Ia ada di dunia dan Kisah para Rasul menunjukkan apa yang dilakukan-Nya selanjutnya oleh Roh-Nya yang kudus melalui murid-murid-Nya. Kitab ini dimulai dengan pemberitaan Injil di Yerusalem, ibu kota agama bangsa Yahudi; diakhiri dengan pemberitaan Injil di kota Roma, ibu kota dari dunia yang beradab pada waktu itu.
KAPAN KITAB INI DITULIS?
Hampir dapat dipastikan bahwa tabib Lukas menulis Kisah para Rasul pada awal atau pertengahan tahun enam puluhan abad pertama - pada akhir masa dua tahun hukuman penjara rasul Paulus di Roma. Kitab itu mencakup masa dari pendirian gereja di Yerusalem sampai masa hukuman penjara rasul Paulus di Roma - yaitu kurang lebih tiga puluh tahun
Pesan
1. Gereja menanti dan menerIma kuasa Roh Kudus.o Amanat agung diulangi. Kis 1:8
o Tuhan yang bangkit naik ke surga. Kis 1:9
o Para rasul berdoa. Kis 1:14
o Roh yang dijanjikan diberikan. Kis 2:4
o Disusul dengan khotbah yang penuh kuasa. Kis 2:37
2. Gereja mempertunjukkan persekutuan Kristen.
o Dalam kehidupan bersama. Kis 2:44; 4:32
o Dalam ibadah bersama. Kis 2:46
3. Gereja segera mengalami baik kemenangan maupun kesusahan.
o Penyembuhan orang lumpuh. Kis 3:2
o Penipuan Ananias dan Safira. Kis 5:1
4. Gereja mengangkat 'para pejabat' yang pertama -'Kelompok Tujuh Orang' (Kis 6:3).
5. Martir pertama gereja - Stefanus (Kis 7:60).
6. Gereja menerima seorang petobat baru yang luar biasa - Saulus dari Tarsus (Kis 9:1-19).
7. Gereja membuktikan kuasa doa.
o Persekutuan doa yang membuka pintu penjara. Kis 12:5
8. Gereja mengadakan sidangnya yang pertama yang di dalamnya kebebasan orang
bukan Yahudi dilindungi (Kis 15:19).
Penerapan
1.Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita apa yang harus dilaksanakan oleh gereja Perjanjian Baru:
o Pengajaran
o Persekutuan
o Pemecahan roti
o Kebaktian (doa-doa)
2. Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya persekutuan Kristen itu:
o Saling berbagi hidup dan memperhatikan
3. Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya pekerjaan misi dilaksanakan:
o Oleh setiap orang yang dipanggil oleh Allah - bukan suatu golongan elit tertentu
o Di bawah pimpinan Roh Kudus
o Mengunjungi tempat-tempat yang strategis
4. Kisah para Rasul mengingatkan kita bahwa Kristen yang sungguh-sungguh sekalipun, kadang-kadang berbeda pendapat dan berpisah.
o Paulus dan Barnabas mengambil sikap yang berbeda terhadap Yohanes Markus ketika ia meninggalkan mereka, tetapi perbedaan ini kemudian dipulihkan.
5. Kisah para Rasul memperkenalkan kita kepada para pemimpin pertama yang diangkat dalam gereja Kristen dan memberitahukan kepada kita apa persyaratan mereka.
Tema-tema Kunci
1. Bersaksi.Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi 'saksi' berhubungan dengan kata 'martir'.
Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita betapa tinggi harga yang harus dibayar
dalam bersaksi - Stefanus harus membayar dengan nyawanya dan kesaksian Petrus
dan Paulus menyebabkan mereka dipenjarakan.
Carilah ayat-ayat lain yang mengandung kata' saksi'. Bandingkan siksaan yang
diterima oleh Stefanus dengan kematian Kristus di kayu salib (Luk. 23:34; Kis. 7:60).
2. Pertobatan.
Kisah para Rasul mencatat sejumlah peristiwa pertobatan yang unik. Keempat
contoh di bawah ini memperlihatkan bagaimana Allah membawa laki-laki dan
perempuan kepadaNya dengan berbagai cara: O Sida-sida dari Etiopia yang dibawa
kepada Kristus melalui pembacaan Kitab Suci (Kis 8:30).
o Saulus dari Tarsus, yang hidupnya berubah secara tiba-tiba dan dramatis (Kis 9:1-19).
o Lidia, wanita yang taat beribadah, yang telah siap menerima Injil (Kis 16:14).
o Kepala penjara Filipi yang mencari keselamatan karena didorong oleh rasa takut
(Kis 16:29, 30).
Carilah ayat-ayat yang berhubungan dengan keempat pertobatan di atas serta
bandingkanlah cara-cara yang Allah pakai waktu itu dan sekarang untuk membawa
orang kepada-Nya.
3.Tim penginjilan.
Kita melihat di dalam Kisah para Rasul pola kerja misionaris. Paulus tidak saja
menetapkan tempat-tempat yang strategis dan berusaha menyebarkan kabar baik di
daerah sekelilingnya, tetapi ia juga mempunyai rekan penolong.
Perhatikanlah kampanye Paulus yang berbeda-beda dalam perjalanan misionarisnya
yang tercatat dalam Kisah para Rasul.
Garis Besar Intisari: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR Kis 1:1-26
Masa empat puluh hari dan sesudahnya:
Kis 1:1-11Janji tentang Roh Kudus
Kis 1:12-14Para murid yang menanti
Kis 1:15-2
[1] PENGANTAR Kis 1:1-26
Masa empat puluh hari dan sesudahnya:
Kis 1:1-11 | Janji tentang Roh Kudus |
Kis 1:12-14 | Para murid yang menanti |
Kis 1:15-26 | Penggantian Yudas |
[2] BERSAKSI DI YERUSALEM Kis 2:1-7:60
Kis 2:1-47 | Kuasa diberikan dan khotbah penuh kuasa |
Kis 3:1-26 | Mukjizat pertama yang dicatat dalam gereja mula-mula |
Kis 4:1-31 | Timbulnya kaum oposisi |
Kis 4:32-5:16 | Berkat dan cela |
Kis 5:17-42 | Lebih menaati Allah daripada manusia |
Kis 6:1-7:60 | Martir Kristen pertama |
[3] BERSAKSI DI SAMARIA Kis 8
[4] BERSAKSI DI TEMPAT YANG LEBIH JAUH Kis 9:1-13:3
Kis 9 | Pertobatan yang luar biasa |
Kis 10:1-11:30 | Mata Petrus terbuka |
Kis 12:1-2 | 5 Petrus ditangkap |
Kis 13:1-3 | Paulus dan Barnabas diutus |
[5] BERSAKSI SAMPAI KE UJUNG DUNIA Kis 13:4-28:31
Kis 13:4-15:35 | Perjalanan misionaris yang pertama |
o Siprus (Kis 13:4-12)
o Perga (Kis 13:13)
o Pisidia Antiokhia (Kis 13:14-52)
o Ikonium (Kis 14:1-6)
o Listra (Kis 14:6-20)
o Derbe (Kis 14:20-21)
o Sidang di Yerusalem (Kis 15:1-35)
Kis 15:36-18:22 | Perjalanan misionaris yang kedua |
o Paulus dan Barnabas berpisah (Kis 15:36-41)
o Paulus mengunjungi Listra (Kis 16:1-3)
o Berbagai kota di Asia Kecil (Kis 16:4-11)
o Filipi (Kis 16:12-40)
o Tesalonika (Kis 17:1-9)
o Berea (Kis 17:10-14)
o Atena(Kis 17:15-34)
o Korintus (Kis 18:1-17)
o Kembali ke Antiokhia
Kis 18:23-21:17 | Perjalanan misionaris yang ketiga |
o Paulus mengunjungi Efesus (Kis 18:23-19:40)
o Berangkat ke Yerusalem (Kis 20:1-16)
o Berpidato di depan para penatua di Efesus (Kis 20:17-38)
o dan akhirnya tiba di Yerusalem (Kis 21:1-17)
Kis 21:18-28:3 | Paulus berhadapan dengan para penguasa |
o Didakwa dan ditangkap (Kis 21:18-40)
o Membela diri (Kis 22-26)
o Dalam perjalanan ke Roma (Kis 27:1-28:15)
o Paulus masih berkhotbah (Kis 28:16-31)
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi