Teks -- Hakim-hakim 5:20 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Hak 4:1--5:31; Hak 5:1-31
Jerusalem: Hak 4:1--5:31 - -- Kisah mengenai Debora dan Barak ini disajikan berupa prosa, bab 4, dan berupa sajak, bab 5. Menurut kisah asli berupa prosa itu suku Zebulon dan Nafta...
Kisah mengenai Debora dan Barak ini disajikan berupa prosa, bab 4, dan berupa sajak, bab 5. Menurut kisah asli berupa prosa itu suku Zebulon dan Naftali berhasil menghancurkan Sisera dari Haroset-Hagoyim yang terletak di bagian barat laut dataran Yizreel. Kemudian Sisera tsb dihubungkan dengan Yabin, raja Hazor yang dikalahkan di mata Yosua, Yos 11:10-15. Memang nama Yabin disebut dalam ceritera berupa prosa itu, tetapi tidak tampil dalam sajak tsb. Kemenangan yang diceritakan itu pasti terjadi dan ia membongkar rintangan yang memisahkan suku-suku di bagian utara negeri dari suku-suku di bagian tengah. Kiranya peristiwa itu terjadi sekitar pertengahan abad ke-12 seb. Mas.
Jerusalem: Hak 5:1-31 - -- Nyanyian Debora ini adalah salah satu sajak yang paling tua dalam seluruh Kitab Suci. Diciptakan tidak lama sesudah kejadian yang dimasyhurkan olehnya...
Nyanyian Debora ini adalah salah satu sajak yang paling tua dalam seluruh Kitab Suci. Diciptakan tidak lama sesudah kejadian yang dimasyhurkan olehnya. Ia adalah sebuah nyanyian kemenangan yang diberi kerangka puji-pujian. Lagu ini meluhurkan perang suci di mana Tuhan berperang dengan musuh umatNya, Hak 4:20-21,23 yang merupakan lawan Tuhan sendiri, Hak 5:31. Lagu itu memuji suku-suku yang menanggapi seruan Debora, sementara mencela suku-suku yang enggan turut berperang. Nama suku-suku yang disebut membingungkan sedikit. Makhir disebut padahal Manasye tidak muncul, Hak 4:14 orang Gilead tampil di mana semestinya suku Gad disebut Hak 5:17; Meros, Hak 5:23, tidak pernah disebut di antara suku-suku Israel; Yehuda dan Simeon tidak muncul sama sekali, entah karena menyendiri di bagian selatan negeri, entah karena belum menggabungkan diri dengan persekutuan suku-suku Israel.
Ende -> Hak 5:1-31; Hak 5:20
Ende: Hak 5:1-31 - -- Lagu ini setjara puetis menggambarkan peristiwa jang ditjeritakan fasal 4(Hak 4).
Njanjian ini kuno sekali dan ditjiptakan segera setelah peristiwa te...
Lagu ini setjara puetis menggambarkan peristiwa jang ditjeritakan fasal 4(Hak 4). Njanjian ini kuno sekali dan ditjiptakan segera setelah peristiwa terdjadi. Karena bahasanja jang kolot, susunannja jang aneh dll., lagu ini sukar untuk diartikan dan diterdjemahkan disana-sini. Para ahli berusaha membuatnja lebih terang dengan memperbaiki banjak kata. Meskipun njanjian itu ditaruh dalam mulut Debora dan Barak sendiri, tetapi mereka pentjiptanja.
Maknanja: Jahwe sendiri menolong (bintang2 adalah "tentara Jahwe").
Ref. Silang FULL -> Hak 5:20
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Hak 5:12-23
Matthew Henry: Hak 5:12-23 - Nyanyian Debora dan Barak Nyanyian Debora dan Barak (5:12-23)
Dalam perikop ini,
I. Debora menggugah dirinya sendiri dan Barak untuk merayakan kemenangan ini dengan c...
Nyanyian Debora dan Barak (5:12-23)
- Dalam perikop ini,
- I. Debora menggugah dirinya sendiri dan Barak untuk merayakan kemenangan ini dengan cara yang sekhidmat-khidmatnya, bagi kemuliaan Allah dan kehormatan Israel, untuk membesarkan hati sahabat-sahabat mereka dan untuk semakin mempermalukan seteru-seteru mereka (ay. 12).
- 1. Debora, sebagai seorang nabiah, harus melakukannya melalui sebuah nyanyian, dan untuk menggubah dan menyanyikannya, ia menyemangati dirinya sendiri: Bangunlah, bangunlah, dan lagi, bangunlah, bangunlah. Ini memperlihatkan kesadarannya akan keutamaan serta kesukaran pekerjaan itu. Dalam melaksanakan pekerjaan itu, dibutuhkan jiwa yang penuh gairah dan semangat, dan itu layak dituntut oleh pekerjaan ini. Segenap kekuatan dan kemampuan jiwa harus dicurahkan sebesar-besarnya dalam menyanyikan nyanyian itu. Dengan perkataan ini pula, Debora mengungkapkan kesadarannya akan kekurangannya sendiri, dan kecenderungannya untuk menjadi kendor dan kurang bersemangat dalam pekerjaan ini. Perhatikanlah, memuji Allah adalah pekerjaan yang harus kita kerjakan dengan terjaga, dan kita harus membangunkan diri kita untuk mengerjakannya (Mzm. 108:3).
- 2. Barak, sebagai seorang panglima, harus melakukan pekerjaan itu dengan penuh kemenangan: Giringlah tawananmu. Meskipun pasukan Sisera ditumpas habis di medan perang, dan tidak diberi ampun, namun kita dapat menduga bahwa dalam upaya mengejar kemenangan, ketika perang itu dibawa masuk ke negeri musuh, banyak orang yang ditemukan tidak bersenjata ditangkap lalu dijadikan tawanan perang. Debora ingin agar para tawanan ini digiring dalam rantai di belakang Barak, ketika Barak memasuki kotanya sendiri dengan disaksikan seluruh rakyat, untuk menyemarakkan kemenangan yang diperolehnya. Bukan berarti seolah-olah Barak senang menginjak-injak sesama manusia, tetapi demikianlah ia harus memuliakan Allah, dan memenuhi maksud luhur dari pemerintahan-Nya, yakni dengan mengamat-amati setiap orang yang congkak dan menundukkannya.
- II. Debora memberikan alasan yang baik untuk pujian dan sorak kemenangan ini (ay. 13). Kemenangan yang gemilang ini telah membuat kumpulan orang Israel yang masih tinggal, dan Debora khususnya, terlihat sangat hebat, suatu keadaan yang mereka akui sepenuhnya terjadi karena Allah.
- 1. Orang Israel telah menjadi sedikit jumlahnya dan kurang diperhitungkan, dan sekalipun begitu kepada mereka Allah memberikan kuasa atas para bangsawan. Banyak dari mereka telah binasa oleh musuh, banyak lagi mati karena kesedihan, dan mungkin sebagian telah memindahkan keluarga serta harta benda mereka ke negeri asing. Namun sedikit dari mereka yang masih tinggal, oleh pertolongan ilahi, dengan satu upaya yang berani dan gencar, tidak hanya berhasil melepaskan kuk penindasan dari leher mereka, tetapi juga mendapat kuasa atas para penindas mereka. Selama Israel masih ada milik Allah, dan Allah akan memiliki kumpulan orang Israel yang masih tinggal pada masa-masa yang paling sulit sekalipun, selalu ada pengharapan, walaupun sedikit saja yang masih tinggal. Sebab Allah dapat menjadikan orang yang masih tinggal, meskipun itu hanya satu orang, menang atas seteru yang paling congkak dan tangguh sekalipun.
- 2. Debora sendiri adalah seorang dari kaum yang lemah, kaum yang sejak kejatuhan manusia dalam dosa telah dihukum untuk tunduk. Namun demikian Tuhan, yang sendirinya lebih tinggi daripada yang paling tinggi, memberi Debora wewenang untuk memerintah atas para pahlawan Israel, yang dengan sukarela tunduk kepada arahannya, dan memampukannya untuk menang atas para pahlawan Kanaan, yang rebah di hadapan pasukan yang diperintahnya. Dengan begitu menakjubkan Allah mengangkat kerendahan hamba-Nya. “Tuhan telah menjadikanku, seorang perempuan, berkuasa atas para pahlawan.” Batu yang dipandang rendah telah dijadikan batu penjuru. Hal itu sungguh terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
- III. Debora membuat pernyataan-pernyataan khusus tentang sejumlah pihak yang berkepentingan dalam peperangan besar ini, dengan memberi perhatian pada siapa yang berperang melawan mereka, siapa yang berperang bagi mereka, dan siapa yang tidak berpihak ke mana-mana.
- 1. Siapa yang berperang melawan mereka. Besarnya kekuatan musuh harus disebutkan, supaya kemenangan itu terlihat lebih gemilang. Yabin dan Sisera telah disebutkan di dalam sejarah, tetapi di sini tampak lebih lanjut,
- (1) Bahwa Amalek bersekutu dengan Yabin, dan mengirimkan bala bantuan kepadanya, atau berupaya demikian. Efraim di sini dikatakan bertindak melawan Amalek (ay. 14, KJV), mungkin dengan menghadang dan menumpas sejumlah bala tentara orang Amalek yang sedang dalam perjalanan untuk bergabung dengan Sisera. Amalek sebelumnya telah membantu Moab menindas Israel (3:13), dan sekarang bangsa ini membantu Yabin. Amalek adalah musuh bebuyutan umat Allah – tangan mereka selalu melawan takhta Tuhan (Kel. 17:16), sehingga ini membuat mereka lebih berbahaya lagi.
- (2) Bahwa raja-raja Kanaan lainnya, yang sedikit banyak telah memulihkan diri sejak kalah di tangan Yosua, turut bergabung dengan Yabin, dan memperkuat pasukannya dengan bala tentara mereka. Sebab mereka juga mempunyai rasa permusuhan yang tidak dapat didamaikan dengan Israel seperti halnya Yabin, dan karena kerajaan-kerajaan mereka, ketika masih kuat, tunduk pada kerajaan Hazor (Yos. 11:10). Raja-raja ini datang dan berperang (ay. 19). Israel tidak mempunyai raja, sementara seteru-seteru mereka mempunyai banyak raja, yang kuasa dan pengaruhnya, terutama ketika mereka bergabung, membuat mereka sangat tangguh. Sekalipun begitu Israel, karena mempunyai Tuhan sebagai Raja mereka, terlalu tangguh bagi semua musuh mereka. Dikatakan tentang raja-raja ini bahwa perak sebagai rampasan tidak diperoleh mereka. Mereka bukan tentara bayaran yang disewa untuk melayani Yabin (tentara seperti itu kerap kali lari dalam keadaan genting), tetapi mereka berperang dengan sukarela dan sepenuh hati melawan Israel. Mereka tidak mengharapkan perak sebagai imbalan, demikian dalam terjemahan bahasa Aram, tetapi hanya ingin mendapat kepuasan dalam membantu menghancurkan Israel. Karena bertindak berdasarkan pegangan ini, maka mereka menjadi lebih menakutkan, dan akan bertindak dengan lebih kejam.
- 2. Siapa yang berperang bagi Israel. Sejumlah suku Israel yang ikut membantu dalam tindakan yang sangat berani ini disebutkan di sini dengan penuh hormat. Sebab, meskipun Allah harus menjadi yang terutama dimuliakan, alat-alat yang dipakai-Nya pun harus mendapat pujian yang semestinya, untuk menguatkan yang lain. Akan tetapi, bagaimanapun juga, sorgalah yang membalikkan keadaannya.
- (1) Efraim dan Benyamin, kedua suku yang di antara mereka Debora sendiri hidup, bergerak cepat, dan bertindak berani, melalui pengaruh Debora atas diri mereka. Sebab pohon korma Debora berada di dalam daerah milik suku Efraim, dan sangat dekat dengan milik suku Benyamin (ay. 14, KJV): Dari suku Efraim keluarlah akar, dan ada kehidupan di dalam akar itu, melawan Amalek. Di Efraim ada gunung yang disebut pegunungan orang Amalek, yang disinggung dalam pasal 12:15, sehingga menurut sebagian penafsir, itulah tempat yang dimaksudkan dalam ayat ini, dan sebagian dari mereka membacanya, ada akar di dalam Amalek, yaitu, di dalam pegunungan itu. Ada ketetapan hati yang kuat dalam benak orang Efraim untuk maju melawan para penindas, yang merupakan akar permasalahannya. Dalam hal ini Benyamin telah memberi mereka teladan yang baik di antara laskar Efraim. “Suku Efraim bergerak mengikuti engkau, ya suku Benyamin.” Meskipun Benyamin adalah suku yang lebih muda, dan jauh lebih kecil daripada Efraim, terutama pada masa ini, baik dalam hal jumlah orang maupun kekayaan, namun ketika Benyamin memimpin, Efraim mengikuti, dengan tampil untuk membela kepentingan bersama. Kalaupun kita tidak terlalu berani untuk memimpin, kita tidak boleh terlalu tinggi hati dan menggerutu begitu rupa hingga tidak mau mengikuti orang-orang yang lebih rendah daripada kita dalam melakukan pekerjaan baik. Efraim terletak jauh dari medan perang, sehingga ia tidak bisa mengirimkan banyak dahannya untuk membantu. Tetapi Debora, salah seorang dari mereka, mengetahui bahwa ada akar di tengah-tengah mereka, bahwa mereka dengan sepenuh hati menghendaki agar upaya itu berhasil. Dr. Lightfoot memberikan makna yang berbeda tentang hal ini. Yosua, yang berasal dari suku Efraim, telah menjadi akar dari kemenangan-kemenangan yang begitu rupa melawan orang Amalek (Kel. 17), begitu pula dengan Ehud dari suku Benyamin yang baru-baru ini menang melawan orang Amalek dan Moab.
- (2) Setelah Efraim dan Benyamin membuka jalan, suku Makhir (setengah dari suku Manasye yang berada di sebelah timur sungai Yordan) dan suku Zebulon mengutus orang-orang yang sangat berguna untuk rancangan besar ini. Ketika satu bala tentara hendak dibentuk, terutama dalam keadaan-keadaan yang tidak menguntungkan seperti yang dialami Barak pada masa ini, karena orang Israel sudah terlalu lama tidak mengangkat senjata dan menjadi patah semangat, akan berdampak besar apabila bala tentara tersebut diperlengkapi,
- [1] Dengan orang-orang gagah berani sebagai perwiranya, dan orang-orang seperti itulah yang diberikan suku Makhir untuk memperlengkapi bala tentara itu, karena dari mereka ini turunlah para panglima. Bani Makhir dikenal secara khusus karena keberanian mereka pada zaman Musa (Bil. 32:39), dan tampaknya keberanian ini terus mengalir di dalam keluarga mereka, terlebih lagi karena mereka tinggal di perbatasan.
- [2] Dengan orang-orang terpelajar dan cerdik untuk mengatur segala urusan perang, dan orang-orang seperti itulah yang disediakan suku Zebulon untuk bala tentara itu. Dari mereka ini turunlah orang-orang yang memegang pena penulis (ay. 14, KJV), juru tulis yang mengeluarkan perintah-perintah, menulis surat-surat edaran, menyusun tugas-tugas, menghimpun tentara, dan mencatat laporan-laporan mereka. Demikianlah tiap-tiap orang, sesuai dengan karunia yang telah diperolehnya, harus melayani seorang akan yang lain demi kebaikan bersama (1Ptr. 4:10). Mata melihat, dan telinga mendengar, untuk seluruh tubuh. Saya tahu bahwa ayat ini pada umumnya dipahami sebagai kesediaan dari para cendekiawan dalam suku ini, yang mempelajari hukum Taurat dan menjelaskannya, untuk bahkan mengangkat senjata dalam peperangan ini, walaupun mereka lebih ahli dalam mempelajari buku daripada dalam ilmu perang. Oleh karena itu, Sir Richard Blackmore (tokoh penyair Inggris abad ke-16 – pen.) menafsirkan ayat itu sebagai berikut:
- (3) Suku Isakhar pun melakukan pekerjaan yang baik. Meskipun dilihatnya bahwa perhentian itu baik, dan karena itu disendengkannyalah bahunya untuk memikul, yang merupakan sifat suku ini (Kej. 49:15), namun mereka tidak sudi memikul kuk Yabin dengan membayar upeti kepadanya. Dan sekarang mereka lebih memilih bersusah payah di dalam perang daripada beristirahat sebagai budak. Meskipun tampaknya tidak banyak prajurit biasa yang terdaftar dari suku itu, namun para pemimpin suku Isakhar menyertai Debora dan Barak (ay. 15), mungkin sebagai dewan penasihat perang yang memberi nasihat dalam keadaan-keadaan gawat. Dan, sepanjang yang bisa disaksikan, para pemimpin suku Isakhar ini benar-benar datang sendiri untuk mengiringi Barak ke medan perang. Adakah Barak berjalan kaki? Mereka ikut berjalan kaki bersamanya, tanpa menghiraukan kehormatan atau kenyamanan mereka. Adakah ia menyerbu masuk lembah, tempat yang paling berbahaya? Mereka ikut menanggung bahaya bersamanya, dan setia berada di sebelah kanannya untuk memberinya nasihat. Sebab bani Isakhar adalah orang-orang yang mempunyai pengertian tentang saat-saat yang baik (1Taw. 12:32).
- (4) Suku Zebulon dan suku Naftali merupakan dua suku yang paling berani dan paling giat dari semua suku, bukan hanya karena mereka secara khusus mengasihi Barak, orang sebangsa mereka, melainkan juga karena kediaman mereka paling dekat dengan Yabin, sehingga kuk penindasan lebih berat menimpa leher mereka daripada suku-suku lain. Lebih baik mati dalam kehormatan daripada hidup dalam perbudakan. Oleh karena itu, dalam kegigihan yang penuh kesalahen bagi Allah dan negeri mereka, mereka berani mempertaruhkan nyawa mereka di tempat-tempat tinggi di padang (ay. 18). Dengan keberanian dan kepahlawanan luar biasa, mereka menyerang dan terus menerjang bahkan kereta-kereta besi sekalipun, tanpa menghiraukan bahaya, dan menantang maut sendiri demi tujuan yang sungguh mulia!
- (5) Bintang-bintang di langit tampak berada, atau setidak-tidaknya bertindak, di pihak Israel (ay. 20): Dari peredarannya, bintang-bintang, menurut perintah dan arahan dari Dia yang adalah Tuhan agung atas bala tentara mereka, memerangi Sisera. Bintang-bintang itu memeranginya melalui pengaruh mereka yang sangat berbahaya terhadap alam, atau dengan menimbulkan badai hujan es serta guntur yang berperan besar dalam mengacau-balaukan pasukan Sisera. Terjemahan bahasa Aram membacanya sebagai berikut, dari langit, dari tempat di mana bintang-bintang beredar, perang telah dilancarkan melawan Sisera, artinya, kuasa Allah di sorga dikerahkan melawan Sisera, melalui pelayanan para malaikat sorgawi. Bagaimanapun caranya, benda-benda di langit yang tidak berhenti, seperti ketika matahari berhenti oleh perintah Yosua, tetapi terus bergerak menurut peredarannya, memerangi Sisera. Siapa yang menjadi seteru Allah, diperangi oleh seluruh ciptaan. Mungkin halilintar yang berkilat-kilatlah, yang melaluinya bintang-bintang berperang, yang membuat kuda-kuda pasukan Sisera ketakutan, sehingga mereka menghentak-hentakkan telapak kaki mereka hingga patah (ay. 22), dan mungkin menjungkirbalikkan kereta-kereta besi yang mereka hela, atau membalikkannya hingga menimpa orang yang menaikinya.
- (6) Sungai Kison memerangi seteru-seteru orang Israel. Sungai ini menghanyutkan begitu banyak musuh yang berharap dapat meloloskan diri dengan melintasinya (ay. 21). Pada keadaan biasa, Kison hanyalah satu sungai yang dangkal, dan, karena terletak di negeri mereka sendiri, kita dapat menduga bahwa mereka tahu persis tempat-tempat penyeberangannya yang paling aman dilalui. Namun sekarang, mungkin karena hujan turun dengan sangat derasnya, sungai itu meluap dan arusnya menjadi begitu dalam dan kuat, sehingga orang-orang yang berusaha melintasinya pun tenggelam, karena mereka menjadi lemah dan tidak berdaya, dan tidak mampu berjalan melaluinya. Dan pada saat itulah telapak-telapak kuda menjadi patah karena mereka terjun dan tenggelam, demikianlah dalam tafsiran yang agak luas (ay. 22). Sungai Kison disebut sebagai sungai yang terkenal dari dahulu kala, karena sungai ini telah digambarkan atau dipuji-puji oleh para ahli sejarah atau penyair kuno. Atau lebih tepatnya karena sungai itu telah dirancang sejak dahulu kala, dalam putusan hikmat Allah, untuk memenuhi maksud-maksud-Nya melawan Sisera pada saat ini, dan memang itulah yang diperbuat sungai Kison, seolah-olah ia telah diciptakan untuk tujuan ini. Demikianlah Allah dikatakan telah membentuk air dari kolam yang lama sejak dahulu, untuk memenuhi keperluan yang ditentukan untuknya (Yes. 22:11).
- (7) Jiwa Debora sendiri memerangi mereka. Ia berbicara tentang jiwanya dengan luapan kegembiraan yang kudus (ay. 21): Majulah sekuat tenaga, hai jiwaku! Ia maju sekuat tenaga dengan menyemangati orang lain untuk melakukannya, dan dengan mendampingi mereka, yang dilakukannya dengan segenap hati. Dia juga maju sekuat tenaga melalui doa-doanya. Sama seperti Musa menaklukkan orang Amalek dengan mengangkat tangannya, demikian pula Debora menundukkan Sisera dengan mengangkat hatinya. Ketika jiwa dilibatkan dalam pekerjaan-pekerjaan yang kudus, dan pekerjaan-pekerjaan itu dilaksanakan dengan segenap hati, maka melalui anugerah Allah, kekuatan musuh-musuh rohani kita akan diinjak-injak dan rebah di hadapan kita.
- 3. Dalam pertempuran besar ini, Debora mengamati siapa saja yang tidak berbuat apa-apa, dan tidak berpihak kepada Israel seperti yang dapat diharapkan dari mereka. Sungguh mengherankan bahwa kita mendapati begitu banyak orang, bahkan mereka yang menyebut diri sebagai orang Israel, secara hina meninggalkan kepentingan yang luhur ini dan menolak untuk tampil. Tidak disebutkan tentang Yehuda dan Simeon di antara suku-suku yang berkepentingan dalam perang ini, sebab keduanya tidak memiliki kesempatan untuk tampil, karena tempat tinggal mereka yang begitu jauh dari medan laga, sehingga mereka memang tidak diharapkan untuk tampil. Akan tetapi, untuk suku-suku yang tinggal dekat, namun tidak mau memberanikan diri untuk maju berperang, tanda-tanda celaan yang tidak terhapuskan disematkan kepada mereka di sini, seperti yang layak mereka dapatkan.
- (1) Ruben dengan hinanya menolak ikut ambil bagian (ay. 15-16). Sudah sepantasnya hak kesulungannya diambil darinya pada waktu dulu, dan hukuman yang disebut ayahnya menjelang ajal masih juga melekat padanya: engkau yang membual sebagai air, tidak lagi engkau yang terutama. Ada dua hal yang membuat mereka urung maju berperang:
- [1] Perpecahan di dalam diri mereka. Senar yang sumbang ini dipetik dua kali oleh Debora untuk mempermalukan mereka: Di pihak pasukan-pasukan Ruben atau karena perpecahan di pihak Ruben, ada banyak pertimbangan, pemikiran, dan pergumulan hati. Perpecahan itu tidak hanya terjadi karena terpisahnya mereka dari Kanaan oleh sungai Yordan, yang seharusnya tidak menghalangi mereka andaikata mereka mendukung perjuangan ini dengan segenap hati, karena orang Gilead tinggal diam di seberang sungai Yordan, dan sekalipun begitu dari suku Makhir orang Gilead turunlah para panglima. Tetapi perpecahan itu juga dapat berarti bahwa ada perpecahan di dalam tubuh mereka sendiri, sehingga mereka tidak bisa mencapai kesepakatan mengenai siapa yang harus pergi atau siapa yang harus memimpin, karena masing-masing berusaha memperoleh tempat-tempat kehormatan dan menghindari tempat-tempat bahaya. Sejumlah persaingan di dalam suku mereka mencegah terjadinya persatuan di antara mereka sendiri, serta persatuan dengan saudara-saudara mereka, untuk kebaikan bersama. Atau, perpecahan itu berarti bahwa mereka berbeda pendapat dengan suku-suku lain mengenai perang ini. Mereka berpendapat bahwa perang itu tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat dilaksanakan, dan karena itu mereka menyalahkan siapa saja yang ambil bagian di dalamnya, dan mereka sendiri menolaknya. Hal ini membuat suku-suku lainnya bergumul hebat di dalam hati mereka, terutama karena mereka mempunyai alasan untuk mencurigai bahwa, apa pun yang pura-pura dikatakan Ruben, sikapnya yang duduk diam sekarang timbul dari mendinginnya rasa sayang terhadap saudara-saudaranya, serta kerenggangan hubungannya dengan mereka, yang membuat mereka memikirkan hal-hal yang sedih. Sungguh mendukakan hati kita melihat anak-anak dari ibu kita marah kepada kita karena kita melaksanakan kewajiban kita, dan melihat kita seperti orang asing ketika kita teramat memerlukan persahabatan dan pertolongan mereka.
- [2] Pekerjaan mereka di dalam dunia: Ruben tinggal duduk di antara kandang-kandang, tempat yang lebih hangat dan lebih aman daripada kemah perang, dengan berdalih bahwa mereka tidak bisa meninggalkan begitu saja domba-domba peliharaan mereka. Ruben senang mendengarkan embikan kawanan ternak (ay. 16, KJV) atau, sebagaimana sebagian penafsir membacanya, siulan kawanan ternak, yaitu nada yang diciptakan para gembala melalui seruling mereka, serta nyanyian gembala yang mereka dendangkan. Ruben lebih menyukai semuanya ini daripada genderang dan terompet perang. Demikianlah banyak orang enggan mengerjakan kewajiban mereka karena takut akan kesusahan, suka terhadap kemudahan, dan terlalu cinta akan urusan dan keuntungan duniawi. Orang-orang yang bernyali ciut dan mementingkan kepentingan diri sendiri tidaklah peduli terhadap apa yang terjadi dengan kepentingan-kepentingan jemaat Allah, asalkan mereka bisa memperoleh, menyimpan, dan menghemat uang. Semuanya mencari kepentingannya sendiri (Flp. 2:21).
- (2) Suku Dan dan Asyer berbuat serupa (ay. 17). Kedua suku ini tinggal di pinggir pantai, dan,
- [1] Suku Dan berdalih ia tidak bisa meninggalkan kapal-kapalnya karena khawatir akan dicuri, sehingga aku minta dimaafkan. Orang-orang dari suku itu mungkin membela diri dengan berkata bahwa pekerjaan mereka berdagang di laut membuat mereka tidak cocok untuk bekerja di darat, dan mengalihkan perhatian mereka dari pekerjaan itu. Tetapi Zebulon juga merupakan pangkalan kapal, suku yang gemar mengarungi lautan, dan sekalipun begitu tetap bersedia dan giat bekerja dalam peperangan ini. Tidak ada alasan bagi kita untuk mengelak dari kewajiban yang telah dimulai atau disisihkan oleh orang lain, yang keberanian dan keteguhan hatinya akan bangkit melawan kita dan mempermalukan kita.
- [2] Asyer berdalih ia harus tinggal di rumah untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh laut di beberapa tempat di tanahnya, dan untuk membentengi apa yang telah dibangunnya supaya tidak lagi dilanggar oleh laut. Atau ia harus tinggal di teluk-teluknya, atau pelabuhan kecil, tempat kapal-kapal dagangnya tertambat, untuk mengawasinya. Hal kecil saja bisa dipakai sebagai dalih untuk tinggal di rumah oleh orang-orang yang tidak berniat untuk ambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan yang paling penting, karena ada kesulitan dan bahaya di dalamnya.
- (3) Akan tetapi, yang terutama sekali kota Meros dihukum, dan kutukan dinyatakan atas penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN (ay. 23). Mungkin Meros ini adalah sebuah kota yang terletak dekat dengan medan perang, dan karena itu penduduknya mempunyai kesempatan baik untuk menunjukkan ketaatan mereka kepada Allah dan kepedulian mereka terhadap Israel, serta melakukan pekerjaan baik untuk kepentingan bersama. Akan tetapi, mereka dengan hina menolaknya, karena takut terhadap kereta-kereta besi Yabin, sebab mereka tidak mau terluka olehnya. Tuhan tidak membutuhkan bantuan mereka. Dia telah menunjukkan bahwa Dia mampu melaksanakan pekerjaan-Nya tanpa mereka, dan bukan berkat mereka. Tetapi mereka tidak tahu bahwa upaya itu bisa saja gagal karena mereka tidak turun tangan. Oleh karena itu, mereka dikutuk karena tidak datang membantu TUHAN, padahal telah jelas-jelas dimaklumkan, siapa yang memihak kepada TUHAN? Perkara antara Allah dan para penguasa yaitu pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa kerajaan kegelapan, tidak akan memberi tempat bagi ketidakberpihakan. Allah memandang bahwa orang-orang yang tidak ada di pihak-Nya berarti melawan Dia. Kutukan ini dinyatakan oleh malaikat TUHAN, yaitu Yesus Tuhan kita, Sang Panglima bala tentara Tuhan dan orang-orang yang dikutuk-Nya sungguh-sungguh terkutuk, dan di luar perintah dan wewenang yang diberikan-Nya kepada kita, kita tidak boleh mengutuk. Dia yang akan memberi upah yang berlimpah kepada semua tentara-Nya yang baik, pasti akan menghukum dengan berat semua pengecut dan pembelot. Tampaknya pada masa ini, kota Meros merupakan tempat yang terpandang, karena darinya diharapkan sesuatu yang besar. Tetapi ada kemungkinan, setelah malaikat TUHAN menyatakan kutuk ini atas kota itu, kota itu pun merosot, dan seperti pohon ara yang dikutuk Kristus, ia menjadi kering, sehingga kita tidak pernah lagi membaca tentangnya setelah ini di dalam Kitab Suci.
SH: Hak 5:12-31 - Tanggapan berbeda. (Rabu, 8 Oktober 1997) Tanggapan berbeda.
Nyanyian Debora sekaligus adalah kisah pengalamannya ditolong Tuhan dan kisah berbagai reaksi yang ditunjukkan umat Tuhan. Ada dar...
Tanggapan berbeda.
Nyanyian Debora sekaligus adalah kisah pengalamannya ditolong Tuhan dan kisah berbagai reaksi yang ditunjukkan umat Tuhan. Ada dari umat Tuhan itu yang bersemangat, ada yang tak dapat menentukan sikap sebab tiada kesepakatan, ada pula yang sama sekali tidak membantu. Sungguh sedih bahwa dalam perjuangan untuk kepentingan umat bersama, masih juga terdapat ketidaksepakatan. Sebenarnya dalam situasi itu dituntut tiga hal. Pertama, percaya bahwa Tuhan telah memberikan janji kemenangan. Kedua, tanggap dan berbuat. Ketiga, kompak menghadapi musuh. Bermasa bodoh terhadap perintah Tuhan dapat mendatangkan kutuk seperti yang dialami penduduk Meros.
Hanya dengan apa yang ada. Yael seorang ibu tidak pernah dibekali dengan pengetahuan tentang berperang. Juga tidak dipersenjatai. Namun apa yang ada padanya dimanfaatkannya. Pengertiannya bahwa Sisera adalah musuh Israel, kesempatan berada sangat dekat dengannya dan akalnya yang cerdik, tidak disia-siakan. Tuhan dapat memakai siapa saja yang sedia dipakai-Nya.
Renungkan: Allah tidak bergantung pada kehebatan alat, tetapi kepatuhan kepada-Nya yang akan dipakai tangan Allah yang hebat.
Doa: Aku sedia Kau pakai, Tuhan.
SH: Hak 5:1-31 - Merayakan kemenangan (Senin, 21 April 2008) Merayakan kemenangan
Luapan sukacita umat Israel sungguh tak terbendung. Kemenangan yang
datang dari Allah dirayakan, disaksikan, dan digemakan ...
Merayakan kemenangan
Luapan sukacita umat Israel sungguh tak terbendung. Kemenangan yang datang dari Allah dirayakan, disaksikan, dan digemakan melalui puisi dan nyanyian yang indah. Nyanyian Debora merupakan psuisi dalam PL yang konon dianggap paling tua dan paling sering dinyanyikan. Ada tiga bagian penting yang bisa kita simak dalam puisi ini.
Bagian pertama (ayat 1-18) adalah pujian bagi Tuhan yang memberikan kemenangan. Israel mengakui bahwa kemenangan itu mereka peroleh bukan dari kekuatan atau senjata yang mereka miliki (ayat 8). Kemenangan itu juga yang menandai bangkitnya rasa solidaritas Israel untuk bersama berjuang. Semaraknya dukungan terhadap Debora dan Barak datang dari berbagai suku dan tingkatan sosial, walaupun ada juga suku-suku yang meragukannya (ayat 14-18).
Bagian kedua (ayat 19-27), melukiskan kekalahan musuh secara tragis dan dramatis. Peristiwa sungai Kison di sini menjadi lebih jelas dari pasal sebelumnya. Dengan puitis, dilukiskan benda-benda langit seolah-olah berlarian turun, meninggalkan tempatnya dan ikut dalam peperangan melawan Sisera. Awan gelap dan curahan hujan lebat membuat sungai Kison meluap seketika dan menghanyutkan kereta perang dan pasukan Sisera yang gagah perkasa itu (ayat 20-21). Yael, istri Heber pun dipuji karena kecerdikan dan keberaniannya mengecoh Sisera saat bersembunyi di rumahnya. Ia bertindak tepat waktu merobohkan Sisera dengan tangannya.
Bagian ketiga (ayat 28-31), melukiskan kecemasan, kesedihan, dan kehampaan ibu Sisera yang menantikan putranya pulang. Semua musuh Tuhan akan binasa, tetapi orang yang mengasihi Tuhan akan terbit dalam kemegahan (ayat 31).
Seharusnya setiap saat kumandang pujian atas Tuhan bergema dalam hidup orang percaya karena kemenangan demi kemenangan atas berbagai pencobaan dan kuasa dosa yang dialaminya. Namun kemenangan itu baru dapat dinikmati bila setiap saat pula anak-anak Tuhan hidup bersandarkan anugerah-Nya.
SH: Hak 5:1-31 - Terlibat atau menghindar? (Jumat, 23 Agustus 2013) Terlibat atau menghindar?
Ketika umat Tuhan memenangkan peperangan maka nyanyian pujian selalu dikumandangkan, yaitu pujian atas kuasa Allah yang tel...
Terlibat atau menghindar?
Ketika umat Tuhan memenangkan peperangan maka nyanyian pujian selalu dikumandangkan, yaitu pujian atas kuasa Allah yang telah memberikan kemenangan kepada mereka (3-5). Ya, bagaimana orang Israel tidak bersukacita, mereka sudah sekian lama berada di bawah penindasan Kanaan (6-8). Begitu parah penindasan itu, sampai-sampai tidak ada satu senjata pun yang mereka miliki lagi.
Nyanyian ini juga menyatakan pengucapan syukur atas pahlawan-pahlawan yang siap berperang bagi Israel, yang menawarkan diri dengan sukarela (2, 9). Mereka berasal dari suku Efraim, Benyamin, Makhir (bagian dari suku Manasye), Zebulon, dan Isakhar. Sungguh berbeda dengan Zebulon dan Naftali, yang bahkan berani mempertaruhkan nyawa mereka dalam peperangan ini. Yael, istri Heber, juga dipuji atas tindakannya (24-27). Tidak ada rasa takut di dalam dirinya, ia hanya melihat kesempatan untuk membinasakan musuh Israel.
Akan tetapi, ada juga suku-suku yang menolak untuk ikut berperang yaitu Ruben, Gilead, Dan, dan Asyer (15-17). Suku Ruben terlalu banyak pertimbangan, orang Gilead tidak merasa perlu bergabung dalam konflik itu karena mereka tinggal di seberang Sungai Yordan, suku Dan tampaknya sibuk dengan bisnis mereka, dan suku Asyer enggan meninggalkan rumah mereka. Keengganan untuk ikut berperang ternyata dimurkai Tuhan, karena Tuhan sampai mengutuk kota Maros (23) yang tidak bersedia terlibat dalam karya Tuhan, yaitu dalam peperangan melawan musuh. Mereka dikutuk karena tidak mau menunjukkan kepedulian kepada saudara-saudara mereka yang sedang berjuang menggenapi rancangan Tuhan bagi saudara-saudara mereka.
Sibuk, pasif, malas, dan banyak hal lain dapat menjadi alasan bagi orang-orang yang mau menghindari keterlibatan dalam karya Allah di dunia ini. Sebab itu penghargaan jatuh hanya kepada orang-orang yang mau peka dan taat mendengar panggilan Allah.
Adakah panggilan Tuhan untuk terlibat dalam karya-Nya menghampiri Anda? Bagaimana jawaban Anda?
SH: Hak 5:1-31 - Pujian kepada Allah (Selasa, 21 Juli 2020) Pujian kepada Allah
Nyanyian adalah sesuatu yang biasa kita jumpai dalam keseharian. Pada umumnya, musik dan lirik menggambarkan isi hati sang penggu...
Pujian kepada Allah
Nyanyian adalah sesuatu yang biasa kita jumpai dalam keseharian. Pada umumnya, musik dan lirik menggambarkan isi hati sang penggubah lagu. Selalu ada maksud yang ingin disampaikan melalui lagu tersebut. Demikian juga dengan nyanyian kepada Tuhan; orang-orang yang mengasihi-Nya memiliki tujuan memuliakan-Nya. Nyanyian rohani atau puji-pujian dapat menjadi sebuah ungkapan syukur dan pernyataan iman kita kepada Tuhan.
Nyanyian juga merupakan bagian yang sangat dihargai dalam budaya Israel dari dahulu hingga sekarang. Hal ini terlihat dari gubahan lagu Debora sesudah kemenangan Israel atas Kanaan. Bagian ini merupakan pujian yang menceritakan tentang kemenangan Israel yang dicatat pada pasal sebelumnya. Pujian ini merupakan pernyataan bahwa Tuhan itu Mahabesar dan Mahakuasa sehingga layak dipuji, dimuliakan, dan ditinggikan. Pujian ini merupakan pengakuan bahwa hanya perbuatan tangan-Nyalah yang memampukan Israel mengalahkan musuh. Pujian ini sekaligus menjadi pengingat bagi Israel. Ketika mengasihi Tuhan dan bergantung kepada-Nya, mereka pasti akan mengalahkan musuh yang mengancam (31).
Nyanyian adalah juga bagian penting dalam kehidupan rohani kita. Alasannya, nyanyian kepada Tuhan mampu menolong kita mengarahkan perhatian kepada-Nya. Pujian dapat menolong kita untuk mengungkapkan rasa syukur ketika mengalami pertolongan Tuhan. Lewat lagu, kita bisa mengeluarkan perasaan tertekan dan kesedihan kita kepada Tuhan. Dengan memuji Tuhan, kita bisa menghadapi kekhawatiran dan merasakan damai sejahtera.
Apa pun yang sedang kita alami dalam hidup ini, baik sukacita maupun tekanan berat, memuji Tuhan akan menolong kita untuk membangkitkan pola pikir dan sikap hidup yang lebih positif.
Mari kita senantiasa memuji kebesaran Allah, dengan segenap hati seumur hidup kita. Nyanyian yang tulus menyenangkan hati Allah. Kita perlu menyediakan waktu khusus untuk menyanyikan pujian kepada Tuhan. [STG]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kit...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kitab Hakim-Hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga. Para hakim (berjumlah 13 dalam kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada sukunya sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel. Samuel, yang pada umumnya dipandang sebagai hakim terakhir dan nabi yang pertama tidak termasuk dalam kitab ini.
Penulis kitab ini tidak jelas. Kitab ini sendiri menunjukkan kerangka waktu berikut mengenai saat penulisannya:
- (1) penulisannya terjadi setelah tabut perjanjian dipindahkan dari Silo pada masa Eli dan Samuel (Hak 18:31; Hak 20:27; bd. 1Sam 4:3-11);
- (2) penulis yang sering menyebut masa hakim-hakim sebagai "zaman itu tidak ada raja" (Hak 17:6; Hak 18:1; Hak 19:1; Hak 21:25) memberi kesan bahwa kerajaan Israel sudah berdiri ketika kitab ini ditulis;
- (3) Yerusalem belum direbut dari suku Yebus (Hak 1:21; bd. 2Sam 5:7). Ketiga petunjuk ini menunjukkan bahwa kitab ini diselesaikan sesaat sesudah Raja Saul naik takhta (sekitar 1050 SM), tetapi sebelum Raja Daud menaklukkan Yerusalem (sekitar 1000 SM). Talmud Yahudi mengaitkan asal-usul kitab ini dengan Samuel.
Yang pasti ialah: kitab ini mencatat dan menilai masa para hakim dari segi perjanjian (mis. Hak 2:1-5). Musa sudah menubuatkan bahwa penindasan oleh bangsa-bangsa asing akan menimpa bangsa Israel sebagai salah satu kutukan Allah jikalau mereka menyimpang dari perjanjian (Ul 28:25,33,48). Kitab Hakim-Hakim menggarisbawahi kenyataan nubuat tersebut dalam sejarah.
Tujuan
Dari segi sejarah, Hakim-Hakim memberikan catatan utama sejarah Israel di tanah perjanjian sejak kematian Yosua hingga masa Samuel. Dari segi teologi, kitab ini mengungkapkan kemerosotan rohani dan moral dari suku-suku Israel setelah menetap di negeri itu, serta menunjukkan dengan jelas dampak-dampak yang merugikan yang senantiasa terjadi apabila Israel melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan mulai mengikuti berhala dan kebejatan.
Survai
Hakim-Hakim terbagi atas tiga bagian utama.
- (1) Bagian pertama (Hak 1:1--3:6) mencatat kegagalan Israel untuk menyelesaikan sepenuhnya penaklukan negeri itu dan kemerosotan mereka setelah kematian Yosua.
- (2) Bagian kedua (Hak 3:7--16:31) merupakan bagian utama kitab ini. Bagian ini mencatat enam contoh dari pengalaman Israel yang terulang pada masa hakim-hakim yang mencakup siklus kemurtadan, penindasan oleh bangsa asing, perbudakan, berseru kepada Allah di tengah kesusahan, dan pembebasan oleh Allah melalui para pemimpin yang diurapi Roh-Nya. Di antara ke-13 hakim itu (semua tercakup dalam bagian kitab ini), yang paling dikenal adalah Debora dan Barak (sebagai suatu regu), Gideon, Yefta, dan Simson (bd. Ibr 11:32).
- (3) Bagian ketiga (Hak 17:1--21:25) menutup dengan kisah-kisah yang hidup dari zaman hakim-hakim yang menggambarkan betapa dalamnya kerusakan moral dan sosial yang diakibatkan kemurtadan rohani Israel. Kitab ini mengingatkan kita bahwa satu-satunya pelajaran yang kita tarik dari sejarah ialah bahwa kita tidak belajar dari sejarah.
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini mencatat aneka peristiwa dari sejarah Israel yang bergolak di antara penaklukan Palestina dan permulaan zaman kerajaan.
- (2) Kitab ini menggarisbawahi tiga kebenaran yang sederhana namun mendalam:
- (a) menjadi umat Allah berarti bahwa Allah harus menjadi Raja dan Tuhan umat-Nya;
- (b) dosa selalu menghancurkan umat Allah; dan
- (c) ketika umat Allah merendahkan diri mereka, berdoa, dan berbalik dari cara hidup mereka yang jahat, Dia akan mendengar dari sorga dan memulihkan negeri mereka (bd. 2Taw 7:14).
- (3) Kitab ini menekankan bahwa setiap kali Israel kehilangan identitas sebagai umat perjanjian di bawah pemerintahan Allah, mereka berulang-ulang terjerumus ke dalam lingkaran kekacauan rohani, moral, dan sosial dengan akibat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" ; bd. Hak 17:6).
- (4) Kitab ini menyatakan beberapa pola yang berulang kali terjadi dalam sejarah umat Allah di bawah kedua perjanjian:
- (a) jika umat Allah tidak mempersembahkan seluruh hati mereka kepada-Nya dalam kasih yang taat dan kewaspadaan rohani yang tekun, hati mereka menjadi keras dan tidak peka terhadap Allah, mengarah kepada kemunduran dan akhirnya kemurtadan;
- (b) Allah panjang sabar dan manakala umat-Nya berseru dalam pertobatan, Ia bermurah hati untuk memulihkan mereka dengan membangkitkan orang-orang yang diurapi dan dikuasai Roh Kudus untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa yang menindas; dan
- (c) para pemimpin yang diurapi yang dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya sering kali menjadi rusak sendiri karena kekurangan yang mendasar dalam kerendahan hati, watak, atau kebenaran.
- (5) Keenam siklus utama dalam kitab ini yang meliputi kemurtadan, penindasan, penderitaan, dan pembebasan semua bermula dengan cara yang sama; "orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan" (mis. Hak 2:11; Hak 3:7).
- (6) Kitab ini menyatakan bahwa Allah memakai bangsa-bangsa asing yang lebih jahat daripada umat-Nya sendiri untuk menghukum umat-Nya itu karena dosa-dosa mereka dan menuntun mereka kepada pertobatan dan kebangunan rohani. Hanya campur tangan Allah inilah yang melindungi bangsa Israel sehingga tidak ditelan seluruhnya oleh penyembahan berhala di sekitar mereka.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab Hakim-Hakim menyatakan suatu prinsip ilahi yang abadi: ketika Allah memakai orang dengan luar biasa dalam pelayanan-Nya, Roh Tuhan turun ke atasnya (Hak 3:10; bd. Hak 6:34; Hak 11:29; Hak 14:6,19; Hak 15:14). Pada permulaan pelayanan Yesus, Roh Kudus turun keatas-Nya ketika Ia dibaptis (Mat 3:16; Luk 3:21-22). Sebelum naik kepada Bapa, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menantikan karunia yang dijanjikan Bapa -- yaitu, Roh Kudus (Kis 1:4-5); alasan yang diberikan-Nya ialah bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun atas mereka (Kis 1:8; bd. Hak 4:33). Di bawah kedua perjanjian, cara Allah untuk mengalahkan musuh dan memajukan kerajaan-Nya ialah dengan memakai daya, kekuatan, dan kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui bejana-bejana manusiawi yang berserah dan taat kepada-Nya.
Full Life: Hakim-hakim (Garis Besar) Garis Besar
I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6)
A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
...
Garis Besar
- I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6) - A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
(Hak 1:1-2:5) - B. Israel Mengalami Kemerosotan
(Hak 2:6-3:6) - II. Sejarah Penindasan Israel dan Pembebasan oleh Hakim-Hakim
(Hak 3:7-16:31) - A. Penindasan Aram-Mesopotamia/Pembebasan oleh Otniel
(Hak 3:7-11) - B. Penindasan oleh Moab/Pembebasan oleh Ehud
(Hak 3:12-30) - C. Penindasan oleh Filistin/Pembebasan oleh Samgar
(Hak 3:31) - D. Penindasan oleh Kanaan/Pembebasan oleh Debora-Barak
(Hak 4:1-5:31) - E. Penindasan oleh Midian/Pembebasan oleh Gideon
(Hak 6:1-8:35) - F. Masa-masa Sulit di Bawah Abimelekh, Tola, dan Yair
(Hak 9:1-10:5) - G. Penindasan oleh Amon/Pembebasan oleh Yefta
(Hak 10:6-12:7) - H. Hakim-Hakim Kecil: Ebzan, Elon, dan Abdon
(Hak 12:8-15) - I. Penindasan oleh Filistin/Kehidupan Simson
(Hak 13:1-16:31) - 1. Kelahiran dan Panggilan Simson
(Hak 13:1-25) - 2. Pernikahan Simson dengan Orang Tidak Beriman
(Hak 14:1-20) - 3. Perbuatan-Perbuatan Gagah Simson
(Hak 15:1-20) - 4. Kejatuhan dan Pemulihan Simson
(Hak 16:1-31) - III.Berbagai Ilustrasi Kekacauan Rohani, Moral, dan Sosial di Israel
(Hak 17:1-21:25) - A. Penyembahan Berhala
(Hak 17:1-18:31) - 1. Contoh Penyembahan Berhala Pribadi
(Hak 17:1-13) - 2. Contoh Penyembahan Berhala Kesukuan
(Hak 18:1-31) - B. Kebejatan
(Hak 19:1-30) - 1. Contoh Kebejatan Pribadi
(Hak 19:1-9) - 2. Contoh Kebejatan Kesukuan
(Hak 19:10-30) - C. Sengketa Antara Suku
(Hak 20:1-21:25)
Matthew Henry: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih dipe...
- Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih diperinci dan disebut sebagai Kitab Hakim-hakim dari Anak-anak Israel. Oleh karena penghakiman-penghakiman atas bangsa itu bersifat khusus, maka demikian pula dengan hakim-hakimnya, yang tugas jabatannya jauh berbeda dari tugas jabatan para hakim bangsa-bangsa lain. Septuaginta hanya memberinya judul Kritai, yang artinya Hakim-hakim. Kitab ini berisi sejarah kewargaan Israel, pada masa pemerintahan hakim-hakim mulai dari Otniel hingga Eli, sebanyak yang dipandang Allah patut untuk diteruskan kepada kita. Menurut perhitungan Dr. Lightfoot, di dalamnya termuat riwayat selama 299 tahun. Mulai dari Otniel dari suku Yehuda yang menjadi hakim selama empat puluh tahun. Lalu Ehud dari suku Benyamin selama delapan puluh tahun. Barak dari suku Naftali selama empat puluh tahun. Gideon dari suku Manasye selama empat puluh tahun. Abimelekh putra Gideon selama tiga tahun. Tola dari suku Isakhar selama dua puluh tiga tahun. Yair dari suku Manasye selama dua puluh dua tahun. Yefta dari suku Manasye selama enam tahun. Ebzan dari suku Yehuda selama tujuh tahun. Elon dari suku Zebulon selama sepuluh tahun. Abdon dari suku Efraim selama delapan tahun, hingga Samson dari suku Dan selama dua puluh tahun. Jadi, seluruhnya berjumlah 299 tahun. Mengenai tahun-tahun perhambaan Israel, mengingat Eglon dikatakan menindas mereka selama delapan belas tahun dan Yabin selama dua puluh tahun, dan begitu pula dengan beberapa raja lain, tahun-tahun perhambaan mereka itu terhitung dalam sebagian tahun kepemimpinan para hakim atau sebagian tahun yang lain. Hakim-hakim itu tampak berasal dari delapan suku yang berbeda-beda. Demikianlah kehormatan itu tersebar, sampai pada akhirnya berpusat pada Yehuda. Eli dan Samuel, dua hakim yang tidak tercantum di dalam kitab ini, berasal dari suku Lewi. Tampaknya tidak ada hakim yang berasal dari suku Ruben, Simeon, Gad, atau Asyer. Riwayat hakim-hakim ini secara berurutan dikisahkan di dalam kitab ini sampai akhir pasal 16. Kemudian dalam lima pasal terakhir, kita mendapati penjelasan tentang sejumlah peristiwa tertentu yang patut diingat, yang terjadi, seperti halnya kisah Rut (Rut 1:1), pada zaman para hakim memerintah, tetapi tidak pasti pada zaman hakim yang mana. Namun demikian, peristiwa-peristiwa tersebut dikumpulkan bersama-sama pada akhir kitab ini, agar jalannya sejarah itu secara umum tidak terputus. Nah, mengenai keadaan seluruh rakyat Israel pada masa itu,
- I. Mereka dalam kitab ini tidak terlihat mempunyai tabiat yang seagung atau sebaik seperti yang mungkin diharapkan orang untuk bangsa yang istimewa seperti itu, yang diperintah oleh hukum-hukum yang baik seperti itu dan diperkaya oleh janji-janji yang luhur seperti itu. Kita mendapati mereka menjadi bobrok secara menyedihkan, dan ditindas secara mengenaskan oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka. Dan dalam seluruh kitab ini, entah itu dalam peperangan atau pemerintahan, sama sekali tidak dijumpai tindakan mereka yang menonjol yang sepadan dengan masuknya mereka secara gilang-gemilang ke Kanaan. Apa tanggapan kita mengenai hal ini? Allah dengan ini hendak menunjukkan kepada kita ketidaksempurnaan yang patut disesalkan dari semua orang dan segala sesuatu yang ada di bawah matahari, supaya kita dapat menantikan dengan penuh pengharapan kekudusan dan kebahagiaan yang utuh di dunia yang lain, dan bukan di dunia ini. Namun demikian,
- II. Kita dapat berharap bahwa, walaupun penulis kitab ini sebagian besar berbicara panjang lebar tentang tindakan-tindakan bangsa Israel yang menyulut murka Allah dan kesusahan-kesusahan mereka, namun wajah agama tetap terpelihara di negeri itu. Dan, meskipun ada beberapa di antara mereka yang terseret ke dalam penyembahan berhala, namun ibadah di Kemah Suci menurut hukum Musa tetap terjaga, dan ada banyak orang yang mengikutinya. Para penulis sejarah tidak banyak mencatat tentang jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari dalam suatu bangsa, sebab mereka menerimanya begitu saja, tetapi hanya menuliskan tentang peperangan dan kekacauan yang terjadi. Tetapi pembaca harus memberi perhatian pada jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari itu, untuk mengimbangi hitamnya peperangan dan kekacauan tersebut.
- III. Tampak bahwa pada masa ini tiap suku memiliki pemerintahannya masing-masing, dan bertindak sendiri-sendiri tanpa ada satu pemimpin atau badan pemerintahan bersama, sehingga timbul banyak perbedaan di antara mereka sendiri, dan membuat mereka sulit untuk menjadi atau berbuat sesuatu yang luar biasa.
- IV. Pemerintahan para hakim tidak berlangsung secara terus-menerus, melainkan hanya sekali-sekali. Ketika dikatakan bahwa setelah kemenangan Ehud amanlah tanah itu delapan puluh tahun lamanya, dan setelah kemenangan Barak empat puluh tahun lamanya, tidak jelas apakah keduanya hidup, apalagi memerintah, selama tahun-tahun tersebut. Tetapi mereka dan para hakim yang lain telah dibangkitkan dan digerakkan oleh Roh Allah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu bagi rakyat Israel ketika ada kebutuhan untuk itu, yakni untuk membalaskan dendam Israel kepada musuhnya dan membersihkan Israel dari penyembahan berhala. Inilah dua perkara yang terutama dimaksudkan ketika dikatakan bahwa mereka memerintah sebagai hakim atas Israel. Namun demikian Deborah, sebagai seorang nabiah, sudah didatangi oleh segenap orang Israel yang hendak berhakim kepadanya, sebelum ada kebutuhan bagi keterlibatannya dalam perang (4:4).
- V. Selama masa pemerintahan para hakim, Allah menjadi raja Israel secara lebih istimewa. Demikianlah yang dikatakan Samuel kepada bangsa Israel ketika mereka menetapkan hati untuk menanggalkan bentuk pemerintahan ini (1Sam. 12:12). Allah hendak menguji apakah hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya sendiri akan membuat bangsa Israel tetap hidup menurut aturan, dan terbukti bahwa ketika tidak ada raja di antara orang Israel, setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Oleh karena itu, mendekati penghujung masa ini, Allah membuat pemerintahan hakim-hakim lebih berkesinambungan dan mencakup segala sesuatu daripada waktu pertama kali, dan pada akhirnya memberi mereka Daud, seorang raja yang berkenan di hati-Nya. Pada masa pemerintahan Daud, dan tidak sebelumnya, Israel mulai berkembang pesat. Kenyataan ini harus membuat kita sangat bersyukur atas kehadiran para pemimpin, baik itu pemimpin tertinggi maupun bawahannya, karena mereka adalah hamba Allah untuk kebaikan kita. Empat dari hakim-hakim Israel dimasukkan ke dalam daftar orang-orang beriman (Ibr. 11:32), yaitu Gideon, Barak, Simson, dan Yefta. Cendekiawan Uskup Patrick berpendapat bahwa nabi Samuel adalah penulis kitab ini.
Ende: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam
kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedj...
HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedjak dulu kala kata Hibrani jang menjatakan nama mereka itu, diterdjemahkan dengan kata ”hakim2”; tetapi sebutan ini tidak seluruhnja sesuai dengan fungsi jang mereka djalankan. Selain tokoh nabiah Debora (4, 4-5), “hakim2” itu tidak mempunjai tugas resmi dalam hal peradilan. Mereka adalah terutama pedjuang dan pahlawan perang dan disebut pula dengan istilah “penjelamat” (2, 16; 3, 9. 15), hal mana sesungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan , jang dimainkan mereka. Didalam sungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan, jang dimainkan mereka. Didalam keadaan2 darurat mereka itu dipanggil langsung oleh Allah dan diilhami serta dibimbing oleh roh dan kekuatanNja, untuk menjelamatkan Israil atau sebagian dari penindas2. Tokoh Sjimsjon jang agak gandjil itu tampilseorang diri benar2 dan sama sekali tidakdapat dinamakan pemimpin rakjatdalam arti manapun djua. Namun demikian, iapun adalah seorang “hakim” (16, 31).dari seluruh kitab itu djelaslah kiranja, bahwa tokoh2 tersebut tidak disebut “hakim” dalam arti kata jang lazim. Mereka itu terutama adalah utusan Jahwe jang berkarunia, untuk bertindak atas namaNja. Dalam banjak hal mereka sama dengan para nabi. Tetapi kalau nabi2 itu diutus untuk berbitjara atas nama Jahwe, maka “hakim2” itu diutus untuk bertindak atas namaNja. Karunia atau charisma inilah jang merupakan tjiri chasnja. Si perebut kekuasaan, Abimelek tidak disebut “hakim”, tetapi “penguasa” (9, 22). Sebaliknja, beberapa tokoh dari antara mereka itu (Gide’on, Jeftah), memperlihatkan suatu ketjondongan jang amat kuat, untuk beralih dari panggilan charismatisnja kesuatu kekuasaan jang stabil, hal mana dengan sendirinja mengandung suatu peradilan jang teratur. Tetapi unsur ini rupa2nja tidak tertjantum dalam djabatan “hakim” menurut logat kitab Hakim2. Namun demikian, “hakim” sebagai utusan Jahwe memberikan keadilan kepada umatNja, dengan membebaskannja dari penindasan, hal mana berarti “hukuman” bagi para penindas. Perhubungan2 hukum antara umat dan Jahwe serta antara Israil dan musuh2nja, jang diperkosa itu dipulihkan oleh mereka dan dalam arti demikian pengertian “hakim”tidaksamasekali asing pada fungsi charismatis mereka. Boleh djadi dengan alasan itu terpilihlah kata itu bagi mereka.
“Hakim2” itu tampil didjaman antara kematian Josjua’sampai ke Sjemuel. Tetapi tokoh Sjemuel (I Sjem.. 7, 15-17) dan djuga “Eli (I Sjem. 4, 18) termasuk djaman itu dipandang dari sudut historis dan theologis. Djuga tokoh Sjemuel pada permulaan tampilnja (I Sjem. 11, 5-11) masih kelihatan banjak persesuaiannja dengan hakim2 itu. Dalam diri Sjaul hasratakan keradjaan,jangdahulu sudah ada, mendapat perwudjudannja jang tetap, sehingga dengan itupun sesungguhnja djaman hakim2 itu berachir setjara definitif. Bagian pertamakitab Sjemuel (p. 1-12) bolehlah dari segi kesusasteraan dipandang sebagai kelandjutan langsung dari kitab Hakim2. Makanja ada ahli jang berpendapat, bahwa pasal2 permulaan Sjemuel itu memang tadinja termasuk dalam kitab Hakim2 dan baru kemudian dilepaskan daripadanja. Namun tiada bukti2 luaran bagi anggapan itu, bahwasanja kedua kitab itu dahulu pernah merupakan satu keseluruhan.
Dalam menentukan lebih landjut djaman Hakim2 setjara chronologis, sedjauh itu disebutkan dalam kitab tersebut, orang terbentur pada kesulitan2 jang tidak ketjil. Ini bergandingan pula dengan kesulitan2 sematjam itu berkenaan dengan kitab Josjua’. Kelihatannja sadja kitab itu sendiri memberikan petundjuk2 jang amat teliti, sehingga rupa2nja sangat mudahlah menentukan lamanja waktu itu dengan tepat. Djika semua keterangan dikumpulkan (3, 8. 11. 14. 30; 4, 3; 5, 31; 6, 1; 8, 28; 9, 2; 10, 2. 3. 8; 12, 7. 9. 11. 14; 13, 1; 15, 20; 16, 21) maka sampailah kedjumlah 410 tahun, hal mana dibenarkan pula oleh 11, 26. Tetapi apabila hal ini dibandingkan dengan keterangan2 lain, timbullah keberatan2 jang tak teratasi. Meurut I Rdj. 6, 1 antara keluarnja Israil dari Mesir dan pembangunan baitullah oleh Sulaiman ada djarak waktu 480 tahun. Sudah temasuk didamnja waktu empatpuluh tahun digurun – pada dirinja angka ini agak di-buat2, - djaman Josjua’, para Hakim, ‘Eli, Sjemuel, Sjaul, Dawud dan keempat tahun permulaan pemerintahan Sulaiman. Djadi tidak mungkinlah djumlah 410 tahun itu bagi djaman para Hakim. Orang boleh mentjoba petjahkan soal ini dengan menempatkan beberapa Hakim pada waktu jang sama, - hal mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana angka empatpuluh (_satu angkatan), sebagian atau lipatnja, memainkan peranan jang menjolok. Tetapi melalui djalan ini orang masih belum smpai kehasil jang memuaskan. Hampir semua ahli oleh karenanja melepskan sama sekali keterangan2 kitab Hakim2, untuk lalu membuat perhitungan mereka dengan menggunakan keterangan2 lain. Dengan kemungkinan jang tjukup besar dapatlah diterima, bahwa keluarnja Israil dari Mesir terdjadi sekitar tahun 1259. Naiknja Dawud diatas tachta dapat ditanggalkan sekitar th. 1012. Djika itu dikurangi dengan empatpuluh tahun digurun, djaman Josjua’ dan Djaman ‘Eli, Sjemuel dan Sjaul, maka djaman para Hakim berlangsung dari sekitar th. 1200 sampai l.k. th. 1040, djadi 160 – 180 tahun lamanja.
Untuk melukiskan lebih landjut djaman sedjarah Israil tersebut maka diluar kitab Hakim2 itu sendiri hanja tersedialah keterangan sedikit sadja. Namun keterangan jang sedikit itu tjukuplah untuk membuat kembali suatu gambaran global jang agak teliti. Didjaman itu ditada keradjaan2 besar jang berkuasa, sehingga dalam kitab Hakim2 mereka tidak memainkan peranan sedikitpun. Israil datang dari gurun, dimana suku2 itu hidup dan susunannja sama seperti semua suku bedawi. Pada waktu tampilnja Mohammad belum banjak perubahannja dalam hal itu. Dari segi ekonomis penghidupan digurun itu sangat miskin. Palestina, jang pada hakikatnja bukannja salah satu tanah jang tersubur, bagi suku2 itu tampaknja seperti tanah susu dan madu. Adapun susunan kemasjarakatan suku2 digurun terdiri atas beberapa tingkatan dan taraf. Intipati keseluruhan dan sebetulnja satu2nja kesatuan jang kuat ialah keluarga. Keluarga terdiri atas bapak dengan isteri2 mereka. Melihat keturunan2nja sampai ke angkatan jang keepat adalah idam2an jang sangat diharapkan. Bapak keluarga adalah sungguh penguasa satu2nja jang mutlak dan kepala jang menentukan se-gala2nja. Beberapa keluarga sedemikian itu dari asal jang sama merupakan marga, jang terikat satu sama lain agak erat karena kesadaran akan asal jang sama itu. Achirnja beberapa marga karena asal jang sama merupakan suku inilah sebenarnja kestuan tertinggi, jang dikenal kalangan bedawi. Tidak djaranglah, marga2 jang sebetulnja asing, dimasukkan dalam suku lain, tetapi dalam hal itu asal jang sama lalau di-angan2kan. Proses inipun tidak djarang terdjadi pula di israil. Dengan pelbagai suku israil itu terdjadilah kenjataan jang aneh, bahwasanja mereka itu merupakan kesatuan jang lebih tinggi, bukannja berdasarkan asal-usul, melainkan agama. Mereka dipersatukan satu sama lain karena iman jang sama akan Allah jang Esa, Jahwe, dengan ibadah umum jang bersesuaian dengan itu dan tempat sutji pusat, jang sungguhpun bukan satu2nja tapi toh jang utama adanja. Digurun tempat itu ialah Kadesj. Iman jang satu dan penghajatannja itu tidak pernah membiarkan rasa persatuan fundamentil melenjap dari tengah2 Israil.
Suku2 primitif itu merembes ke Palestina didjaman Josjua’ dan djuga sesudahnja; hal mana lambat-laun mengakibatkan perombakan umum. Mereka menduduki sebagian negerr itu, baik dengan djalan damai maupun dengan djalan kekerasan, chususnja daerah2 pegunungan. Kota2 dan dataran2 untuk sebagian terbesar sementara tiu masih berada ditangan peduduk aseli. Pendahuluan pertama kitab Hakim2 menjadjikan gambaran jang agak boleh dipertjajai dari perembesan itu. Bangsa2 Kena’an, jang ada hubungan damainja dengan suku2 Israil, memiliki kebudajaan jang lebih tinggi tarafnja, hal mana njata sudah dari pemakaian besi. Mereka bukan bangsa2 pengembara, melainkan penduduk jang menetap sebagai petani, jang pusat kemasjarakatannja ialah kota dengan kebudajaan jang lebih tinggi dan kemakmuran jang agak besar. Agama mereka polytheistis, jang bersesuaian dengan penghidupan mereka sebagai petani. Dewa2 dan dewi2 mereka adalah dewa2 kesuburan, jang harus menanggung kesuburan tanah, manusia dan ternak. Pemudjaan dewa-dewi itu sangat bertjorak indriawi dan erotis. Tiap2 pusat ekonomis dan kemasjarakatan mempunjai Ba’alnja (Tuhan) sendiri dan Asjtarte (‘Asjtoret), djodohnja. Terhadap dewa2 dan dewi2 jang konkrit dengan pemudjaan jang mewah dan tjarut itu sangat menjoloklah Allah Israil, jang sungguhpun kuasa tapi toh agak abstrak dan amat susila, dan jang lebih sesuai dengan hidup keras digurun jang kersang daripada dengan hidup jang indah-sedap ditanah pertanian dan kemewahan kebudajaan-kota.
Israil harus mengikat perang lawan situasi tiu. Dari segi militer dan kebudajaan, mereka djauh terbelakang. Djarang sekali mereka berhasil menduduki kota2 dan menetap disitu. Dan djika mereka mula2 berhasil, tidak djarang mereka tak lama kemudian dipukul mundur oleh penduduk aseli. Namun demikian, dimanapun djuga ada kesempatan, suku2 Israil itu menetap disitu setelah beberapa lama mengembara. Hal itu per-tama2 membawa akibat ini, bahwasanja persatuan antara suku jang toh sudah rumit itu diperlemah lagi dan didjaman para Hakim tidak djarang berubah mendjadi persaingan, perengketaan dan peperangan antara mereka sendiri. Karena kurang kukuhnja persatuan itu, maka tidak djaranglah penduduk aseli berhasil menaklukkan salah satu suku Israil, sedangkan suku2 dari urun dapat meluaskan pendjarahannja, dengan tak banjak perlawanan, sampai ke-daerah2 jang diduduki Israil. Kesulitan2 terbesar datang dari pihak Felesjet. Orang2 Felesjet menetap di-pantai2 Kena’an, kira2 waktu Israil merembes dari timur. Dari sana mereka merembes kepedalaman dan dengan sendirinja berbentrok dengan suku2 Israil. Dalam djaman para Hakim jang belakangan orang2 Felesjet jang lebih unggul dalam bidang militer menaklukkan sebagian besar wilajah Israil. Riwajan Sjimson dan Sjemuel memberikan buktinja jang djelas. Karena kenjataan, bahwasanja Israil berubah dari suku 2 pengembara mendjadi petani2 tetap, haruslah djuga terdjadi perubahan total dalam hal susunan masjarakatnja. Tentu sadja hal ini terdjadi dalam prosed lambat-laun, tetapi proses ini toh mendapatkan suatu kemadjuan jang mentjelakakan. Israil melihat susunan jang disesuaikan dari penduduk aseli. Pusat persatuan bukannja marga, melainkan kota, tempat ber-bagai2 marga tinggal ber-sama2. Karena hubungan Israil dengan penduduk negeri lebih bertjorak damai daripada perang, maka terdjadi djuga pertjampuran antara Israil dan orang2 Kena’an, lebih2 di-kota2. Kisah Abimelek dalam kitab Hakim2 adalah gambaran jang djelas dari perubahan susunan itu. Abimelek bukanlah seorang Sjeik atas suatu marga atau suku, melainkan radja suatu kota, dimana orang2 Israil tinggal bersama dengan orang2 Kena’an.
Akan tetapi dalam bidang keigamaanlah Israil hanja dapat bertahan dengan banjak susah-pajah dan memelihara hidupnja sendiri. Agama dan ibadah bangsa2, dengan mana mereka berhubungan itu, mempunjai pengaruh jang tak terelakkan atas suku2 primitf itu. Betul mereka tak akan melepaskan Allah mereka sendiri: Jahwe tetap adalah Allah segala suku Israil. Tetapi Ba’al2 serta ‘Asjtoret2 setempat, jang telah memberkati umat mereka sendiri, tidak boleh dimurkakan, karena suku2 pengembara jang mendjadi penetap itu harus memperolah penghidupannja dari tanah jang sama djua. Budjukan, utnuk mengharapkan kesuburan dari dewa2 itu, terlalu besar. Maka menurut kenjataannja sampailah sebagian Israil pergi meudja Ba’al2 dan ‘Asjtoret2 disamping dan bersama dengan Allah mreka. Mereka mangambil-alih ibadah penduduk aseli dan malahan menirunja dalam ibadah mereka sendiri kepada jahwe. Di-mana2 timbullah pertjampur-adukan keigamaan, jang hendak memperdamaikan Ba’al dengan Jahwe. Betul, Jahwe adalah jang terbesar dari antara dewa2, jang dimintai pertolongan didalam keadaan darurat, tetapi bagi keperluan2 hidup sesehari Ba’al dan ‘Asjtoret lebih pentinglah adanja. Masih lama Jahwe harus berdjuang lawan Ba’al, sebelum Ba’al dikalahkan setjara definitif.
Ditengah syncretisme jang umum itu tidak pernahlah Jahwe kehilangan pemudja2 sedjatiNja. Mereka itu memelihara tetap berkobarnja njala-api agama jang murni, sekalipun itu sering kali tertimbun abu. Tiap2 kali keadaan darurat sampai kepuntjaknja, maka tampillah dari kalangan mereka itu orang2 jang menjelamatkan baik agama maupun bangsa dari keruntuhan. Dari tengah2 mereka itu dipanggillah para Hakim, jang selain pahlawan perang djuga senantiasa raksasa2 dalam iman jang utuh kepada Jahwe adanja. Tetapi pemudja2 Jahwe jang sedjati, seperti Gide’on, Jeftah dan Sjimson-pun tidak selalu tahu menark kesimpulan2 susila dari iman mereka.
Sebab keruntuhan keigamaan dibarengi dengan anarki susila jang tidak kurang ketjilnja. Dalam hal inipun djaman para Hakim dalam sedjarah Israil itu merupakan “abad besi” pula. Walaupun senantiasa ada suatu djarak antara iman keigamaan dan penghajatan susilanja. Namun tidak pernahlah di Israil djarak tadi sebesar dan kurang diinsjafi seperti didjaman itu. Tambahan kedua pada kitab Hakim2, jang melukiskan kebedjatan susila Gibe’on, jang dilindungi satu suku tertentu, sungguhpun suatu keterlaluan, namun menunjdjukkan suatu gedjala bagi keseluruhannja. Para Hakim sendiri bukanlah selalu tjontoh kesusilaan, hal mana bagi kita mungkin mendjadi batu sandungan. Djika sudah demikian halnja dengan pembesar2, maka dapatlah sedikit banjak dibajangkan, bagaimana keadaannja dengan rakjat djelata. Gambaran total djaman para Hakim adalah gambaran keprimitifan, kebiadaban, keliaran dan anarki jang besar, dalam mana ikatan suku2pun hanja sangat lemah adanja. Kendati demikian, arus-bawah jang kuat dari iman akan Jahwe tetap ada dan didjaman itupun tidak sampai lenjap. Dalam saat2 berkarunia arus itu sampai kepermukaan, untuk membuat Israil ttetap jakin akan kewadjiban2 susilanja maupun atas keastuan fundamentilnja dalam Allah jang kudus, Jahwe.
Dari djaman tersebut kitab Hakim2 memelihara sedjumlah petilan bgi angkatan kemudian, jakni kisah jang pandjang atau pendek sekitar keenam tokoh, jang oleh karenanja lazim disebut “Hakim2 besar”, jaitu ‘Otniel, adik Josjua’, Ehud, Barak (Debora_, Gide’on, Jeftah dan Sjimsjon. Di-tengah2nja tersisiplah tjatatan2 jang santat singkat tentang enam tokoh lainnja, “Hakim2 ketjil”, jaitu Sjamgar, Tola’ Jair, Ibsan Elon dan Abdon, hal mana sesungguhnja tidak begitu djelas, apa mereka itu menurut sedjarah termasuk dalam djaman itu. Kisah pandjang-lebar tentang Abimelek adalah kelandjutan dan sematjam timbalan terhadap kisah Gide’on. Adapun Hakim2 besar itu tidak boleh dipandang begitu sadja sebagai pahwalan2 bangsa, sebab njaris dapat dikatakan adanja suatu “bangsa”, tetapi Israil lebih merupakan suatu kumpulan suku2. Djadi, mereka itu lebih tepat dikatakan pahwalan2 suku atau marga, jang perbuatan2 kedjajaannja di-sandjung2. Lepas dari bingkai jang merangkum tokoh2 itu dalam kitab Hakim2, maka njatalah mereka itu hanja sematjam pahlawan setempat sadja. Tiba2 mereka itu tampil kedepan ditengah suku ini atau itu lawan bahaja2 jang mengantjam dari luar atau penindasan dari pihak penduduk Kena’ an. Mereka menjerukan perang pembebasan, jang kemudian mereka selesaikan dengan hasil jang gemilang. Kadang2 beberapa suku lainnja, jang menghadapi bahaja atau penindasan jang sama, menggabungkan diri dengannja. Ehud adalah pahlawan suku Binjamin; ‘Otniel melakukan tugas itu bagi beberapa marga Juda dibagian selatan negeri itu. Debora dan Barak memimpn pemberontakan suku Efraim, jang diikuti suku2 Naftali, Zebulun, Isakar, Binjamin dan Menasje, sedangkan suku2 Rubed, Gad dan Asjer tetap lepas tangan. Gide’on adalah pahlawan marga Abi’ezer dari suku Menasje, jang berhasil mengikut- sertakan suku2 Asjer, Zebulun, dan Naftali dalam perang pembebasar. Isakar mempunjai pahlawannja dalam diri Tola’, sedang Menasje dapat membaggakan Jair. Gilead (Gad) diseberang timur Jarden me-mudji2 Jeftah dan suk Dan menurunkan raksasa Sjimsjon jang terpentjil, jang meluaskan petulangan2nja sampai kewilajah Juda. Efraim mempunjai tokoh sekundernja dalam diri ‘Abdon disamping Debora dan Barak. Suku Juda sama sekali tidak diketemukan dalam kitab Hakim2, tetapi kitab Sjemuel akan mengisahkan pahlawan, jakni Dawud, jang akan mengetjilkan semua tokoh lainnja.
Kisah jang pandjang atau pendek itu merupakan bagian pokok kitab tersebut (5, 6- 16, 31). Itu didahului fua pendahuluan (1, 1-2, 5; 2, 6-3, 5) dan keseluruhannja dikuntji dengan dua tambahan jang satu tentang tempat sutji suku Dan (17) dan jang lain mengisahkan keruntuhan suku Binjamin sebagai hukuman atas kedurdjanaan kota Gibe’a (19-21). Di-tengah2 terdapat pula suatu penahuluan (10) jang mendahlui kisah2 tentang Jeftah dan Sjimsjon. Tiap2 kisah hakim selandjutnja ditempatkan dalam rangka jang serupa, jang perumusannja hanja merupakan ulangan singkat dari gagasan, jang dirumuskan dengan pandjang-lebar dalam pendahuluan adjaran jang kedua (3, 7.11; 4, 12.30; 4, 1-3.23.24; 5, 51c; 6, 1-2.7-10; 10, 6- 15; 12, 7; 13, 1; 15, 200; 16, 31b). dari itu njatalah, bahwa kisah2 tersebut gunanja untuk mendjelaskan gagasan jang dirumuskan dalam pendahuluan.
Dari ichtisar ini djelaslah sudah, bahwa kitab Hakim2 tersusun dari ber-bagai2 unsur, jang terang berbeda satu sama lain. Kisah itu diambil dari sumber2 jang lebih kuno dan baru diolah mendjadi suatu kesatuan oleh penjuun dan lagi seakan2 dibubuhi dennga beberapa tjatatan. Kisah2 itu diluar dan sebelum tersusunnja kitab tersebut sudah ada tersendiri. Kisah2 itu sudah beredar didalam tradisi suku masing2, dan ketika achirnja dimasukkan dalam kitab, maka kisah2 itu hampir2 tidak dioleh lebih landjut, tapi diambil begitu sadja sebagaimana adanja. Pastilah kisah2 itu sudah lama ada didalam tradisi lisan se-mata2, sebelum kemudian dituliskan. Tetapi sangat boleh djadi kisah2 itu bukan baru dalam kitab Hakim2 itu terdapat bentuk tulisannja. Hanja tentang tjatatan2 ketjil mengenai hakim2 ketjil bolehlah kiranja diterima, bahwa itu dirumuskan oleh penjusun kitab itu, tetapi toh berdasarkan tradisi2 jang samar2. Djuga pendahuluan pertama jang bertjorak historis itu, se-tidak2nja mengenai isinja, berasal dari tradisi. Tetapi haruslah diterima, bahwa kisah2 itu sendiri terdjadi tak lama semudah peristiwa2 jang dikisahkan itu sendiri an segera mendapat bentuknja jang kurang lebih tetap. Dapat djuga dikirakan, bahwa didalam tradisi lisan itu pelbagai kisah tentang orang jang sama dan tentang peristiwa jng sama ditjampuradukkan.
Asal kuno kisah2 jang tidak dapat disangkal ini merupakan djaminan pula bagi nilah sedjarahnja. Kalaupun dalam tradisi itu ditambahkan beberapa unsur, -pun pula unsur2 jang lebih bertjorak fokloristis, namun intipati dan perintjian2 umum kisah itu bersesuaian dengan kenjataan. Disini kita tidak bersua dengan dongengan, legenda atau mythos, melainkan dengan peristiwa2 dari masa kono Israil. Betul, kisah2 tu terlalu fragmentaris tjoraknja, untuk dapat menggambarkan kembali djaman para hakim dengan segala hal-ihwalnja jang ketjil2 tetapi bagan2 it mempunjai dasar jang sungguh2.
Pada umumnja disetudjui, bahwa kitab Hakim2 dalam bentuknja jang sekarang tidak terdjadi dan tidak tersusun sekali djadi. Kitab itu boleh dikata berkembang setjara ber-angsur2. dengan itu tidaklah dimaksudkan, bahwa kisah2 itu tadinja sudah ada sendiri2, melainkan bahwa pengumpulannja berdjalan dalam beberapa tingkatan. Tetapi dalam menentukan lebih landjut tingkatan masing2, timbullah pendapat jang ber-lain2an antara para ahli. Ada ahli, jang berpangkal pada tradisi lisan sampai kelima tingkatan. Tingatan2 itu tidak selalu redaksi jang ber-turut2, tetapi djuga kumpulan2 jang sedjadjar djalannja dan kemudian dilebur djadi suatu kesatuan. Lebih umum ialah pendapat bahwasanja tjukup dua redaksi sadja, untuk sampai kebentuknja jang sekarang. Redaksi pertapa agaknja memuat kisah2 dari 5, 12-9, 57 bersama dengan pendahuluan jang bertjorak historis, 1, 1-2, 5. redaksi kedua, jang lebih bersifat theologis, telah menambahkan jang lain2 kepada redaksi pertama itu dan memperkaja bahan2 jang sudah ada dengan keterangan2 baru. Dari pengumpul belakangan ini berasallah pendahuluan kedua (2, 6-3, 6) dan kedua tambahan (17-18; 19-21). Menurut beberapa ahli kedua tambahan itu merupakan gantinja I Sjem. 1-12, jang katanja mula2 termasuk dalam kitab Hakim2. Tetapi rupanja tiada tjukup alasan, untuk menerima hubungan dengan I Sjem itu. Selandjutnja dapat dikirakan djuga adanja imbuhan2 ketjil dikemudian hari, jang tidak dapat merubah sedikitpun pada keseluruhannja.
Djuga soal, bila kitab itu mendapat bentuknja jang definitif, djawabja sangat ber-beda2. sebagaimana halnja dengna kitab Jasjua’, demikian kitab Hakim2 oleh banjak ahli di-hubung2-kan dnegan Pentateuch (kelima kitab Musa), sedangkan dewasa ini lebih banjak ahli meng-hubung2kannja dnegan kitab Ulangtutur. Soal ini sudah dibitjarakan berkenaan dengan kitab Josjua’, dan apa jang dikatakan disana dapatlah diulang disini. Lebih baiklah kiranja dilepaskan sadja dari karja2 lainnja. Untuk menanggalkan kibtab itu melalui djalan lain. Tak seorangpun menjangkal, bahwa kitab Hakim2pun didukung oleh gagasan2 keigamaan jang sama seperti Ulangtutur, tetapi hal ini tidak berarti dengan mutlaknja, bahwasanja kitab tersebut bergantung dari padanja mengenai waktu terdjadinja. Dari sebab itu lebih baiklah penentuan waktu itu didasarkan atas keterangan2 dari kitab itu sendiri. Dari 18, 30-31 agaknja dapat disimpulan, bahwa si redaktor menjusun karjanja sesudah tahun 733 atau 722, keitik keradjaan utara Israil diangkut kepembuangan oleh Asyria. Tetapi tidak sedikitlah ahli jang menganggap ajat2 tersebut sebagai imbuhan belakangan, sendangkan ahli2 lainnja mau memperbaiki teks itu, sehingga bukan penduduk negeri itu melainkan peti Jahwelah jang diangkut ketempat lain, hal mana di-hubung2kan dengan penghantjuran tempat sutji di Silo didjaman Sjemuel oleh orang2 Felesjet. Rumus jang di-ulang2 sadja dalam bagian2 terachir: “tiada radja di Israil” (17, 6; 18, 15; 19, 1; 21, 25) sebagai pendjelasan adanja kebedjatan susila, mengandaikan pengetahuan tentang keradjaan di Israil, malahan sebagai faktor tatatertib dan kesedjahteraan. Tetapi keradjaan belakangan dalam hal itu ternjatalah bukan suatu berkah, karena ketika itu terutama dikeradjaan utara tidak djaranglah keradjaan itu mendjadi sebab musababnja keruntuhan keigamaan dan susila. Redaktor terachir, jang membuat tjatatan2 itu, mestilah hidup pada awal keradjaan, jang mengachiri kekatjauan djaman para hakim. Djadi didjman Sjaul atau Dawud, sekitar th. 1050-950. bahwasanja dalam kitab itu ada ketjondongan2 anti-radja (Gibe’on, Abimelek) dapatlah diterangkan dari sumber2 jang digunakan, dan djustru pda awal keradjaan ketjondongan2 serupa itu masih lama berpengaruh. Pun kenjataan, bahwasanja kisah2 itu dilandjutkan dengan djiwa jang sama dalam kitab Sjemuel dapatlah dipandang sebagai suatu pembenaran penanggalan tersebut diatas. Bagaimanapun djua, pendapat jang hendak menanggalkan kitab itu (dalam redaksinja jang pertama) sesudah terdjadinja Ulangtutur sekitar tahun 632 atau (dalam redaksinja jang kedua) sedudah waktu pembugann tidak mempunjai alasan tjukup, untuk diterima sebgai pasti. Untuk memebrikan penanggalan kemudian, dikemukakan pula ktjaman terhadap tempat sutji di Dan, salah satu tempat sutji dikeradjaan utara, kritik mana terselip dalam pasal 17-18. Tetapi tjelaan tersebut sudah tjukup didjelaskan dnegna kenjataan, bahwa tempat sutji tersebut didirikan oleh orang2 jang sama sekali tak berwenang dan setjara se-wenang2 dan tanpa petundjuk satupun dari pihak Jahwe. Djuga didjaman kuno sekali tjara serupa itu tidak dapat dibenarkan oleh kalangan2 agama, dan kisah itu pada dirinja menerangkan keruntukhan besar dalam bidang keigamaan didjaman para hakim. Dalam seluruh kitab itu tidak terdapat petundjuk2 adanja perpisahan atanra Juda dan keradjaan-utara, tetapi Israil malahan dipandang sebagai suatu kesatuan. Dan hal ini njatalah dapat dimengerti didjaman sebelum perpisahan. Betul dapatlah diterima, bahwa belakanganpun masih ada perubahan dan imbuhan ketjil2an, karena tiada kitab satupun dari Perdjandjian Lama dipandangn sebgai sesuatu, jang tidak boleh diubah lagi. Sikap tersebut baru dari waktu djauh belakangan.
Pada hakikatnja sukarlah, jah malahan tidak mungkinlah menjebut nama2 para penjusun kitab Hakim2. Dikalangan Jahudi dan djuga dikalangan Kristern lamalah Sjemuel dianggap sebagai pengarangnja dan itupun oleh beberapa ahli masih dianggap mungkin. Tetapi achirnja kesemuanja itu hanja bersandarikan perkiraan sadja dan tetap sukar dibuktikan. Maka itu lebih baiklah tidak menebut nama2 sadja. Satu2nja, jang dapat diketahui dari kitab itu sendiri. Ialah bahwasanja para penjususnnja adalah orang2 jang berkeigamaan, jang hidup dari gagasan2 jang djuga tampak dalam kitab Ulangtutur. Si atau para penjusun haruslah ditjari dikalangan Levita dan imam. Lebih dari itu tidak dapat.
Gagasan-pokok keigamaan, untuk mana seluruh kitab itu telah ditulis, ialah keadilan Allah jang berbelaskasihan. Semua kisah dimaksudkan, untuk memperlihatkan dalam bentuk jang konkrit, bahwa betapapun djua tidak-setianja umat kepada Jahwe, Allah toh tidak pernah melupakan umatNja. Segala kedjadian ditudjukanNja, untuk memperingatkan umat akan kesetiaan, agar dnegna itu terdjamnlah kebahagiaan dan kesedjahteraan. Bahkan terus adanja bangsa2 kafir di Kena’an adalah suatu tanda kerelaan Jahwe. Rangka jang berulang kembali dari kitab itu ialah sbb.: Umat meninggalkan Jahwe, bukannja per-tama2 karena tingkah-laku susilanja, melainkan lebih2 karena ketidak-setiaan keigamaan, jang berupa pemudjaan serta kepertjajaan pada berhala2 negeri itu. Ketidak-setiaan ini dihukum Jahwe dengna penindasan oleh pihak musuh. Tetapi hkukman itu tidak dimaksudkan untuk menolak umat, melainkan lebih untuk menginssjafkan umat agar berbalik kepada Jahwe. Apabila umat berpaling dari berhala dan berbali k kepada Jahwe, maka Jahwe segera mengutus seorang penjelaman. Si penjelamat tidak mengambil inisiatif, melainkan dipanggil oelh Allah, untuk memenuhi tugas penjelamatan atas namaNja. Bahwasanja Jahwe jang bertindak, sangatlah djelas digambarkan oelh riwajat Gide’on, jang harus mengurangi lasjkarnja sampai djumlah jang se-ketjil2nja (7, 1-8), jang maksudnja dirumuskan dengan tegas (7, 2). Kebebasan dan kesedjahteraan berlangsung selama mat tetap setia. Apabla umat kemudian tidak setia lagi, maka proses jang sama berulang kembali. Tetapi dalam kitab Hakim2 samasekali tidak dinjatakan, bahwa ketidak-setiaan, jang ber-ulang2 itu akan memuntjak djadi penolakan definitif,sebagaimana jang dinjatakan dlam kitab Radja2. Sebaliknja; kendati ketidaktetapan umat, kepertjajaan akan Jahwe dan harapan akan kerelaannNja, adalah faktor jang tetap: kerelaan Allah adalah lebih besar daripada kedurhakaan umat. Kepertjajaan ini adalah kekuatan jang menjelamatkan dan diperorangkan dalam tokoh2 para hakim. Mereka tidak ragu2 mengikuti panggilan Jahwe, karena mereka tahu, bahwa Jahwe adalah berbelaskasihan dan selalu akan mengampuni kedjahtan umat jang bersesal dan akan melepaskannja dari penindasan .itupun jang dipudji oleh surat kepada orang2 Hibrani pada tokoh2 tersebut. (Hbr. 11, 32). Dan inilah artinja jang tetap dari sedjarah para hakim, bahwasanja kepertjajan akan Allah serta kerelaanNja mendatangkan penjelamatan dalam diri Hakim jang terbesar. Penjelamat definitif dari segala penindasan dan bahkan dari akarnja, dosa, ialah: Jesus Kristus. Tetapi sedjarah para hakim adalah djuga suatu peringatan jang tetap akan sesal dan tobat, sjarat bagi penebusan dan penjelamatan.
TFTWMS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) MULIAKANLAH ALLAH ATAS SEGALA KEMENANGAN
SIAPAKAH YANG MEMENANGKAN PERTEMPURAN INI?
(HAKIM-HAKIM 4;5)
Menyusul kekalahan bangsa Moab si penindas Isra...
MULIAKANLAH ALLAH ATAS SEGALA KEMENANGAN
SIAPAKAH YANG MEMENANGKAN PERTEMPURAN INI?
(HAKIM-HAKIM 4;5)
Menyusul kekalahan bangsa Moab si penindas Israel, negeri itu lalu mengenyam kedamaian selama delapan puluh tahun (3:30). Namun begitu, sesuai dengan siklus prilaku mereka yang sudah bisa diduga di dalam Hakim-Hakim, Israel kembali melupakan Tuhan dan tergelincir ke dalam kejahatan. Kali ini mereka ditindas selama dua puluh tahun oleh Raja Kanaan Jabin, kisah ini mementaskan cerita pembebasan yang menakjubkan oleh tangan para pahlawan yang sangat diragukan kepahlawan-annya dan yang tidak akan Anda temukan duanya dimana saja!
RAJA JABIN DAN PANGLIMA SISERA
Pada masa itu Kanaan bukanlah suatu bangsa yang bersatu di bawah satu pemerintahan pusat. Sebaliknya, Kanaan merupakan konfederasi bebas dari beberapa negarakota yang kuat. Raja Jabin memerintah atas satu wilayah seperti itu di tempat mana suku-suku utara Israel telah menetap di situ. Ibu kotanya, Hazor, terletak 15 kilometer utara Danau Galilea dan merupakan salah satu kota terbesar di Palestina. Oleh sebab posisinya yang terletak pada rute utama perdagangan yang keluar dari Mesir, maka tempat itu merupakan lokasi yang sangat baik untuk menguasai suku-suku Israel Zebulon dan Naftali, yang bertempat tinggal di perbukitan di sebelah barat Danau Galilea.
Komandan pasukan tentara Jabin adalah Sisera, seorang panglima yang ditempatkan lebih dari 56 kilometer jauhnya di Haroset-Hagoyim (4:2). Karena memiliki sembilan ratus kereta besi yang berada di bawah komandonya, maka ia bisa meneror bangsa Israel tanpa merasa takut akan adanya pembalasan. Pada waktu itu pekerjaan yang berhubungan dengan besi merupakan teknologi yang bangsa Israel belum kuasai, dan kereta-kereta besi itu kemungkinan merupakan senjata perang yang paling ditakuti pada masa itu. Bala tentara Israel yang lemah itu gemetar mendengar deru roda-roda kereta besi yang melintasi Lembah Yizreel. Satu-satunya tempat orang-orang itu bisa selamat adalah perbukitan, dimana kereta-kereta besi itu sulit menaklukkan medan itu. Karena ditekan balik ke dalam perbukitan dan dibuat miskin oleh penguasaan Sisera atas wilayah itu, maka bangsa Israel terpaksa hidup seperti binatang yang ketakutan, sembunyi-sembunyi dan selalu ketakutan terhadap tempat-tempat terbuka. Belakangan Israel akan bernyanyi untuk mengenang saat-saat suram itu:
"Dalam zaman Samgar bin Anat, dalam zaman Yael, jalan-jalan ditinggalkan; orang-orang yang dalam perjalanan menempuh jalan yang berkelok-kelok. Kehidupan kampung di Israel terhenti, terhenti sampai aku, Debora, membangkitkan, membangkitkan seorang ibu di Israel" (5:6, 7; NIV).
Dalam keputusasaan, mereka "berseru kepada TUHAN" untuk minta tolong (4:3). Kali ini pertolongan datang melalui seorang perempuan yang bernama Debora, yang pada masa itu menjadi hakim Israel. Hakim-hakim perempuan bukanlah hal yang normal di Israel, dan kehadiran hakim perempuan sebagai pemimpin menyiratkan sesuatu yang belakangan dibuat jelas di dalam kisah ini; kaum laki-laki Israel tidaklah beriman dan ketakutan. Akibatnya, "seorang ibu di Israel" (5:7) harus memimpin kaum laki-laki ke medan pertempuran!
Ketika Allah memutuskan sudah waktunya untuk mengakhiri penindasan bangsa Kanaan, Debora memanggil Barak, seorang laki-laki dari suku Naftali, dan memerintahkan dia untuk membentuk pasukan tentara berjumlah sepuluh ribu orang di Gunung Tabor dalam persiapan untuk memerangi Sisera (4:6). 1
Meskipun perkataan Debora berasal dari Allah, namun Barak melawan perintahnya itu dan menawar, "Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju" (4:8). Debora, kemungkinan dengan tarikan nafas yang letih, setuju untuk memimpin, tetapi memperingatkan Barak bahwa keputusannya itu akan berarti seorang perempuan akan menerima kemuliaan untuk kemenangan atas bangsa Kanaan.
Pada poin ini di dalam kisah ini kita dikenalkan dengan pihak yang kelihatannya tidak ikut terlibat. Heber, orang Keni, keturunan dari bapak mertua Musa dan orang yang suka berpindah-pindah tempat di negeri itu, sedang menetap di timur Gunung Tabor, antara gunung itu dengan Danau Galilea. Ia dan keluarganya sedang menjalankan bisnis mereka, dengan damai menggembalakan ternak mereka dan menikmati hubungan persahabatan dengan Raja Jabin. Kemungkinan besar Heber bahkan tidak mempertimbangkan bahwa perang yang terjadi antara Israel dan Kanaan kemungkinan akan melibatkan dia dan keluarganya!
Ketika Sisera mendengar kabar bahwa Barak sudah mengumpulkan sepuluh ribu orang Israel di Gunung Tabor, dengan segera ia mengetahui tindakan itu sebagai apa adanya: persiapan untuk perang. Israel mengambil posisi antara Sisera dan rajanya yang tinggal di Hazor! Tindakan menantang itu merupakan tantangan untuk bertempur, dan Sisera meresponnya dengan sepenuh tenaga. Ia keluar dari Haroset-Hagoyim bersama dengan semua prajuritnya dan 900 kereta besinya. Israel sudah berani menantang Sisera yang perkasa, dan mereka akan membayar mahal kesombongan mereka itu. Setidaknya itulah yang Sisera pikirkan pada hari ia meninggalkan baraknya.
Kedua pasukan itu berada pada jalur untuk bentrok di Sungai Kison. "Sungai" ini sebenarnya merupakan sebuah wadi, aliran air di gurun dengan sedikit aliran air selama musim kemarau namun yang dengan cepatnya bisa berubah menjadi sebuah aliran sungai yang deras dan menggelora pada saat hujan lebat. Ketika dasarnya kering dan keras, tempat itu memberikan permukaan jalan yang sempurna bagi kereta perang. Namun demikian, ketika hujan turun, dasar sungai itu menjadi kubangan lumpur dan membuat kereta besi itu tidak berguna, yang mana itulah yang benar-benar terjadi pada hari itu.
Pertempuran itu terjadi ketika Debora berseru kepada Barak, "Bersiaplah!" (4:14). Dengan percaya diri, Barak menuruni gunung itu bersama dengan sepuluh ribu orang Israel yang mengikuti dia. Sulit untuk menghargai secara penuh keberanian yang diperlukan oleh "para prajurit" yang kalah banyak, tidak terlatih baik, dan diperlengkapi seadanya itu untuk meninggalkan kediaman mereka yang aman di atas gunung dan menghambur ke dataran yang rata dan terbuka dimana kereta-kereta besi dan para prajurit Sisera sedang menunggu untuk menghabisi mereka. Pada hari itu seharusnya tidak ada kontes, tetapi Tuhan, Allah Israel, membebaskan umat-Nya—dengan badai topan. Belakangan Debora dan Barak memuji,
Dari langit berperang bintang-bintang, dari peredarannya mereka memerangi Sisera. Sungai Kison menghanyutkan musuh, Kison, sungai yang terkenal dari dahulu kala itu.— Majulah sekuat tenaga, hai jiwaku! .…(5:20, 21).
Ketika hujan turun dan sungai meluap, tanah yang keras dan kering itu tiba-tiba saja menjadi jebakan berlumpur bagi kereta-kereta besi itu. Kereta besi yang tidak bisa bergerak tidaklah berguna bagi siapa saja! Apa yang selama ini menjadi kelebihan mereka yang paling hebat tiba-tiba saja menjadi kelemahan mereka yang pa-ling berat. Para prajurit meninggalkan kereta perang mereka yang paling berharga itu dan melarikan diri dari kejaran bangsa Israel. Sebelum hari berganti malam, Sisera secara penuh dikalahkan, dan "tidak ada seorangpun yang tinggal hidup" (4:16).
Sisera sendiri melarikan diri dengan berjalan kaki dan tiba di kemah Yael, isteri Heber orang Keni yang sebelumnya sudah kita singgung. Karena mengetahui sesuatu tentang siapa Sisera itu dan apa yang telah terjadi, Yael mengundang dia ke dalam tendanya dan menawarkan dia persembunyian. Karena putus asa dan sangat kelelahan, Sisera menerima tawaran perempuan itu. Terbakar oleh rasa dahaga, ia meminta sedikit air minum, dan Yael membawakan dia kirbat yang berisi susu. Mungkin ia hanya membawa benda yang paling dekat dengan tangannya, atau mungkin ia membawa susu sebab susu, khususnya susu hangat, dan paling istimewa susu kambing hangat, merupakan obat tidur versi dunia kuno. Seorang penulis berspekulasi, "perempuan itu menipu dia dan membius dia."2Apapun niat dia yang sebenarnya, Yael menyelimuti Sisera, dan tidak lama kemudian Sisera tertidur pulas. Lalu, Yael dengan perlahan-lahan mengambil patok kemah dan sebuah palu, ia mendatangi panglima yang sedang tidur lelap itu dan dilantaknyalah patok itu masuk ke dalam pelipisnya sampai tembus ke tanah. Pemerintahan teror Sisera di utara Israel sudah berakhir!
Tidak lama kemudian, Barak tiba di tenda Yael dalam mengejar Sisera. Perempuan itu mengundang Barak masuk dan menunjukkan kepada dia pemandangan yang mengerikan. Debora sudah memberitahu Barak sebelumnya bahwa kemuliaan untuk kemenangan ini akan jatuh ke tangan seorang perempuan, dan sekarang ia sadar bahwa Yael adalah perempuan yang dinubuatkan itu. Itu merupakan akhir dari perjalanan Sisera dan awal kehancuran Raja Jabin (4:23, 24). Israel kembali mengenyam kedamaian di negeri itu, kali ini selama empat puluh tahun (5:31).
TOKOH-TOKOH PELAKU
Ketika debu sudah lenyap, Israel ditinggalkan dengan tiga pahlawan yang sangat diragukan kepahlawanannya. Pertama, ada Debora, seorang hakim yang tidak akan terjun ke medan pertempuran seandainya kaum laki-laki Israel bersikap cukup berani untuk menghadapi sendiri. Lalu, ada Barak, pejuang yang segan-seganan yang terombang-ambing antara kepengecutan yang memalukan dan keberanian yang menakjubkan. Akhirnya, ada Yael, isteri seorang nomaden yang kebetulan berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat dengan gagasan yang tepat. Perempuan ini menjadi pembunuh seorang pembunuh. Namun begitu, sebelum daftar tokoh-tokoh dalam kisah ini lengkap, kita harus menambahkan satu nama lagi, yaitu Tuhan, Allah Israel. Sedikit perhatian diberikan kepada Dia di dalam kisah ini, tetapi apa yang dikatakan menunjukkan bahwa Allah adalah Orang yang membebaskan Israel:
"Dan TUHAN mengacaukan Sisera serta segala keretanya dan seluruh tentaranya oleh mata pedang di depan Barak, sehinggaSiseraturundarikeretanyadanmelarikandiridengan berjalan kaki" (4:15; huruf miring oleh saya). "Demikianlah Allah pada hari itu menundukkan Yabin, raja Kanaan, di depan orang Israel" (4:23; huruf miring oleh saya).
Masih banyak orang lainnya yang merupakan pemain penting, tetapi kita harus jangan membuat kesalahan tentang hal ini: Allah yang mengendalikan hasil pertempuran itu.
DI SEKELILING API UNGGUN
Saya bertanya-tanya seperti apakah suasana di perkemahan Israel pada malam setelah pertempuran itu. Ketika kaum laki-laki duduk mengelilingi api unggun mereka, saya bertanya-tanya apakah mereka menepuk dada atas jumlah orang Kanaan yang mereka bunuh pada hari itu. Saya bertanya-tanya apakah mereka mengukir tulisan di tombak mereka sebagai pengingat atas kehebatan mereka dalam pertempuran. Saya bertanya-tanya apakah mereka bersikap seperti ayam jantan yang bertengger di atas tiang pagar dan berkokok di pagi hari dan kemudian mengais makanan di halaman gudang sepanjang hari karena merasa sudah berjasa menerbitkan matahari. Saya bertanya-tanya apakah mereka secara diam-diam menyembunyikan harapan bahwa kaum wanita dan anak-anak akan menyanyikan pujian tentang keberanian mereka di dalam pertempuran tersebut. Semua itu bisa saja terjadi.
Pada sisi lainnya, ada kemungkinan bahwa pada malam itu ada kebisuan yang sakral di perkemahan itu ketika kaum laki-laki itu merenungkan peristiwa menakjubkan di hari itu: serangan bunuh diri mereka ke dalam lembah itu; teror mereka di hadapan kereta-kereta besi yang seperti setan; keheranan mereka atas badai hujan dan kiriman banjir yang datang tiba-tiba; ketidakpercayaan mereka saat melihat kereta-kereta besi itu tidak bergerak di dalam lumpur dan pasukan Sisera melarikan diri tanpa daya; gelora percaya diri mereka yang tiba-tiba muncul sambil mereka berlari dan berteriak dan mengejar prajurit yang sama yang selama dua puluh tahun mereka takuti. Saya bertanya-tanya apakah tidak ada orang laki-laki yang memandang penyombongan diri yang lantang dan tombak-tombak yang ditulisi sebagai kebodohan, dan sebagai gantinya mereka tergerak untuk menyembah Allah.
Dari segala sifat yang umat Allah harus miliki, kesombongan bukanlah salah satunya! Seperti yang Paulus akui, "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada" (1Korintus 15:10). Ia tahu bahwa ijazah terbaiknya dan usahanya yang paling hebat adalah "sampah" (Filipi 3:8) bila diletakkan di samping pencapaian Allah dalam Kristus. Keyakinan dan harapannya didasarkan pada pekerjaan Allah, bukan pada pekerjaan Paulus. Respon imannya adalah tidak lebih daripada sekedar membalikkan telapak tangannya yang terbuka ke arah sorga untuk menerima hadiah pengampunan yang tidak layak ia terima. Baptisannya bukanlah suatu "pekerjaan baik" yang untuk membuat impas pelbagai kesalahannya di masa lalu; baptisannya itu merupakan sikap tunduk yang tanpa daya, rendah hati terhadap kehendak Dia yang mengasihi dia dan yang memberi diri-Nya sendiri untuk dia.
KESIMPULAN
Bagaimana mungkin kita bisa bersikap sombong tentang sesuatu yang diberikan kepada kita dan yang tidak kita upayakan? Apakah kita berbicara tentag keselamatan, pencapaian pribadi, atau pertumbuhan gereja, ingatlah ini:
"Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; .…" (Yakobus 1:17).
Berpikir sebaliknya adalah sama dengan bergabung di dalam perkemahan bangsa Israel ketika mereka menyombongkan diri tentang kemenangan mereka atas bangsa Kanaan!
TFTWMS: Hakim-hakim (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Ada kemungkinan bahwa perkataan Debora adalah "Tidakkah Yahweh telah memerintahkan?" yang menunjukkan keengganan Barak u...
Catatan Akhir:
- 1 Ada kemungkinan bahwa perkataan Debora adalah "Tidakkah Yahweh telah memerintahkan?" yang menunjukkan keengganan Barak untuk menaati perintah sebelumnya dari Tuhan! The Anchor Bible mencantumkan catatan ini: "Tidakkah Yahweh telah … memerintahkan? Pertanyaan itu mengandung dugaan bahwa para pendengar secara umum sudah mengetahui keengganan Barak, .…" (Robert G. Boling, Judges, The Anchor Bible, vol. 6 [New York: Doubleday, 1975], 95). Juga, sebuah catatan pinggir dalam NASB berbunyi, "Tidakkah … telah diperintahkan .…?"
- 2 Boling, 98.
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel
sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah za
HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah zaman antara pendudukan Kanaan dan berdirinya kerajaan Israel. Kisah-kisah tersebut adalah mengenai hal-hal yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan bangsa. Mereka lazimnya disebut hakim, tetapi kebanyakan dari mereka sebenarnya adalah pemimpin-pemimpin militer, dan bukan hakim menurut arti yang biasa. Salah seorang dari para pahlawan itu, yang sangat terkenal, ialah Simson. Kisahnya terdapat dalam Pasal 13-16 (Hak 13:1-16:31).
Ajaran utama dari buku ini ialah bahwa hanya dengan setia kepada Tuhan, umat Israel dapat bertahan terus; tetapi bila mereka meninggalkan Tuhan, mereka selalu mendapat kesukaran besar. Namun dalam masa yang demikian pun Allah selalu bersedia menolong umat-Nya apabila mereka bertobat dari dosa-dosa mereka dan beribadat kepada Allah.
Isi
- Peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai pada kematian Yosua
Hak 1:1-2:10 - Pemimpin-pemimpin Israel
Hak 2:11-16:31 - Berbagai-bagai peristiwa
Hak 17:1-21:25
Ajaran: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan
kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup d
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup dalam perbuatan dosa. Dan sekaligus melihat keadilan Allah dalam menghukum perbuatan-perbuatan dosa.
Pendahuluan
Penulis : Penulis kitab Hakim-hakim tidak disebutkan dengan jelas, tetapi ada kemungkinan penulisnya adalah Samuel.
Isi Kitab: Kitab Hakim-hakim terdiri dari 21 pasal. Kitab Hakim-hakim menceritakan keadaan umat Allah yang hidup dengan menuruti kemauannya sendiri dan memperlihatkan keadaan umat-Nya yang melupakan Dia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Hakim-hakim
Pasal 1-3 (Hak 1:1-3:4).
Keadaan bangsa Israel sesudah kematian Yosua Dalam bagian pertama ini terlihat suatu putaran yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini. Mereka berbuat dosa sehingga Tuhan memberikan hukuman. Di dalam penderitaan mereka berteriak minta tolong, maka Tuhan menjawab doa mereka dengan mengutus hakim-hakim untuk memimpin dan melindungi mereka. Tetapi setelah hakim itu mati, mereka berbuat jahat lagi. Oleh karena itu Tuhan memberi hukuman lagi supaya mereka harus tetap menurut jalan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 2:6-14. Mengapakah bangsa Israel dihukum oleh Allah? Dan apakah hukumannya?
- Bacalah pasal Hak 2:16-19. Apakah maksud Tuhan dengan memberikan hakim-hakim pada umat-Nya? Dan bagaimanakah perbuatan umat Allah ini setelah Haki tersebut mati?
Pasal 3-16 (Hak 3:5-16:31).
Riwayat Hakim-hakim dan pekerjaannya
Hakim-hakim yang diutus oleh Tuhan berjumlah 12 orang. Ada 6 hakim besar yaitu yang menghasilkan banyak kemenangan. Mereka itu adalah Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Jefta dan Simson. Ada juga 6 hakim kecil yang menghasilkan kemenangan tapi tidak banyak yang tertulis mengenai mereka. Mereka itu adalah Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 6:14. Melalui panggilan Gideon ini, apakah pekerjaan yan ditugaskan oleh Allah kepada Hakim-hakim?
- Apakah persoalan yang menjadi dasar bangsa Israe menderita? (Hak 8:33-34).
Pasal 17-21 (Hak 17:1-21:25).
Dua contoh kehidupan umat Allah, dalam perbuatan yang bejat
Bagian ini menjelaskan tentang: pertama, perbuatan Mikha dengan patungannya, yang mengakibatkan bangsa Israel menyembah berhala.
Dan kedua, dosa perzinahan yang sangat keji dari suku Benyamin, yang mengakibatkan terjadi perang saudara di antara bangsa Israel.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 18:24,31. Berilah pendapat saudara terhadap perkataan pemili patung dalam pasal Hak 18:24.
- Bacalah pasal Hak 20:1-11. Apakah perbuatan dosa itu? Dan apakah akibatnya?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Hakim-hakim mengajarkan kegagalan umat Allah dalam mentaati perjanjiannya kepada Allah dan akibat yang harus mereka alami dari ketidaktaatan itu.
Walaupun Allah melihat umat-Nya gagal dalam berjalan mengikut Dia karena ketidaktaatan, tetapi Dia tetap mengasihi umat-Nya dengan memberi penyelamatan untuk berdiri dari kejatuhannya.
Penderitaan kadang kala merupakan cara Allah mengajar umat-Nya yang tidak mau taat kepada-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis kitab Hakim-hakim?
- Apakah isi kitab Hakim-hakim?
- Siapakah nama Hakim-hakim umat Allah?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari kita Hakim-hakim?
Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIMHakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Is
Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIM
Hakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Israel masuk ke Kanaan, dengan Saul, Daud dan raja-raja Israel lainnya. Selama masa hakim-hakim, Israel lambat laun belajar untuk menjadi suatu bangsa dan bukan lagi sebagai dua belas suku yang berdiri sendiri-sendiri.
PENULISNYA
Kita tidak tahu siapa penulis kitab itu. Mungkin juga dikumpulkan dari catatan-catatan pada masa itu dan lama sesudahnya baru diterbitkan. Tiga kali dinyatakan dalam kitab itu bahwa "pada masa itu Israel tidak mempunya raja" (Hak 17:6; 18:1; 21:25), hal ini mengisyaratkan bahwa kitab itu diterbitkan beberapa waktu sesudah kerajaan dibentuk.
SIAPA HAKIM-HAKIM ITU?
Judul kitab itu agak membingungkan, karena kedua belas "hakim-hakim" itu tidak semata-mata mengurusi masalah hukum; mereka adalah para pangeran yang diilhami oleh Roh Kudus untuk memberikan semacam kepemimpinan karismatis pada saat-saat diperlukan. Ada dua belas hakim, dan yang menarik ialah bahwa Yefta menyebut Allah sebagai "Tuhan, Hakim" (Hak 11:27), memakai panggilan yang sama seperti yang diberikan kepada para hakim. Mereka menyadari bahwa mereka dipimpin oleh kuasa ilahi dan bukan semata-mata pilihan manusia.
LINGKARAN DOSA
Kitab ini terdiri dari pendahuluan (Hak 1:1-2:5) dan lampiran (Hak 17:1-21:25), dan sisanya berisi kisah dari kedua belas hakim dan enam masa penindasan. Lingkaran peristiwa yang terjadi:
1. Rakyat hidup sejahtera. Tidak ada keperluan khusus dengan Allah. Oleh karena itu, Allah ditinggalkan dan ilah-ilah dari negara tetangga yang kafir mengambil alih kedudukan Allah.
2. Penindasan. Allah meninggalkan mereka menurut kemauan mereka sendiri. Allah membiarkan mereka mengurus diri mereka sendiri! Moab dan Amon, bangsa Filistin dan orang Midian semuanya berbalik menyerang Israel.
3. Pertobatan. Israel mengakui kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah, memohon pengampunan. Setiap kali Allah selalu bersedia mengampuni dan memulihkan mereka.
4. Pembebasan. Seorang hakim muncul untuk membebaskan umat Allah. Setiap kali jelas bahwa Allahlah yang menyelamatkan melalui hakim itu.
5. Rakyat kembali hidup sejahtera... lingkaran dosa berulang kembali.
Pesan
Lingkaran dosa digambarkan dalam Hak 6:1-8:35
1. Tujuh tahun di bawah penindasan.
Perhatikan bagaimana kondisi bangsa Israel yang merosot tajam, hidup bagaikan orang gua di gunung-gunung sebelum mereka bersedia memohon pertolongan Allah. Hak 6:1-6
2. Tugas tanpa pamrih
Para hakim mendapatkan kemuliaan sebagai penyelamat dan menerima pernyataan terima kasih dari umat Allah. Nabi yang tak bernama ini mendapat tugas tidak enak untuk menyampaikan pesan Allah tentang penghakiman. Tetapi, ia melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Hak 6:7-10
3. Tuhan menampakkan diri kepada Gideon
Apabila Allah menyelamatkan, hal itu harus dianggap sebagai penyelamatan Allah, bukan manusia (lihat Ula 7:6-11), dan oleh karenanya Allah memilih seorang yang tidak terkenal, Gideon, seorang yang dapat dipakai-Nya, yang tidak akan memegahkan dirinya. Hak 6:11-24
4. Suatu keputusan yang amat penting
Gideon masih harus menyatakan siapa dirinya. Dia harus membuat langkah yang pantang surut: ia menantang Baal dan berpihak kepada Allah. Perhatikan bagaimana pembelaan ayahnya ketika penduduk kota akan menghukum Gideon karena telah menghancurkan altar Baal: "Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang!". Tetapi, ia tidak dapat melakukannya karena ia bukan Allah. Hak 6:25-32
5. Peletakan guntingan bulu domba
Tetapi, dapat dimengerti jika Gideon mempunyai keraguan. Lihatlah betapa sabar Allah terhadapnya, dan dorongan semangat yang diperlukan Gideon. Hak 6:33-40
6. Orang Midian dikalahkan
Prajurit mereka seperti belalang banyaknya (Hak 7:12). Gideon hanya mempunyai 32.000 tentara. Jumlah ini cukup besar bagi pasukan Israel. Dikurangi hingga menjadi 10.000 ketika orang-orang yang takut pulang. Dikurangi lagi sampai mencapai 300 ketika mereka yang tidak waspada dikirim pulang. Tetapi, 300 tentara disertai Allah sudah cukup. Hak 7:1-25
7. Gideon menghadapi lebih banyak masalah
Suku Efraim ingin diikutsertakan dalam kemenangan (meskipun mereka mungkin tidak terlalu bersemangat sebelum pertempuran dimulai). Catatlah bagaimana Gideon mengendalikan reaksinya terhadap provokasi langsung itu. Dan, orang Sukot tidak membantu Gideon. Mereka ingin memastikan hasil peperangan sebelum memihak kepada salah satu pasukan. Oleh karena itu, Gideon berjuang tanpa mereka. Tetapi, mereka kehilangan kesukaan berada di pihak yang menang. Hak 8:1-21
8. Gideon menjadi masalah
Tragedi: kemenangan telah memalingkan kepalanya. Ataukah emas yang telah memalingkan kepalanya; emas yang merebut kedudukan Allah? Hak 8:22-27
9. Kematian Gideon.
Rakyat kembali menyembah Baal. Hak 8:28-35
Penerapan
1. Kelemahan manusia yang tidak ditopang
Kitab Hakim-hakim meliputi suatu periode selama kurang lebih 400 tahun. Dalam jangka waktu yang relatif singkat ini dua belas orang penyelamat harus dicari untuk menyelamatkan bangsa Israel dari akibat perbuatan mereka. Mereka bukannya tidak tahu fakta sejarah. Mereka seharusnya tahu apa yang selalu terjadi apabila mereka meninggalkan Allah. Namun demikian, berkali-kali mereka menjalani rute yang sama, yaitu rute pemberontakan. "Yang kita pelajari dari sejarah ialah bahwa kita tidak pernah belajar apa pun dari sejarah". Secara rohani, hal ini rupanya benar. Manusia tanpa Allah tidak berdaya. Orang Kristen tanpa Roh Allah tidak dapat menguasai keadaan. Kitab Hakim-hakim memberikan kepada kita suatu pelajaran yang tidak dapat disangkal, yang menunjukkan betapa kita memerlukan seorang Penyelamat.
2. Anugerah Allah yang tidak layak kita terima.
Pelajaran penting kedua yang kita dapat dari Hakim-hakim ialah bahwa Allah selalu dan dengan tanpa syarat siap untuk mengampuni dan menyelamatkan orang bertobat (Yes 65:1-3). Tetapi, pelajaran kedua ini juga merupakan peringatan kepada kita bahwa kita diharapkan untuk menunjukkan kemurahan yang sama kepada sesama. Lebih dari itu jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak dapat berharap untuk diampuni (Mat 6:15).
3. Para pemimpin perlu bersikap rendah hati
Pelajaran penting ketiga dari Hakim-hakim ialah bahwa Allahlah yang menghakimi dan menyelamatkan, bukan manusia. Mudah bagi para pemimpin untuk menganggap bahwa Allah memerlukan mereka, atau gereja memerlukan mereka; dan bahwa mereka sangat dibutuhkan. Perhatikan bagaimana Allah memilih Gideon, orang yang paling tidak diindahkan dalam keluarganya dan yang paling tidak dianggap dalam sukunya. Allah ditambah dengan orang tidak terkenal berarti kuasa!
Tema-tema Kunci
1. Bahaya sinkretisme
Sinkretisme berarti mencampurbaurkan segala sesuatu; yang baik dan yang jahat. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah dengan yang manusiawi. Ketika bangsa Israel memasuki Kanaan, mereka menemukan banyak agama yang dapat mereka pilih. Tampaknya dewa-dewa orang Kanaan dapat membantu mereka untuk bertani dengan baik dan bertempur dalam peperangan. Tetapi, tata ibadah mereka sungguh-sungguh melanggar kesusilaan. Orang Kanaan tetap tinggal di situ dan bekerja pada orang Israel (Hak 1:28, 30, 33, 35). Tetapi, agama orang Kanaan lambat laun memperlemah bangsa Israel, dan merampas mereka dari Allah. Perhatikan kata-kata Tuhan Yesus: "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat 6:24). Pelajari pengajaran Alkitab mengenai penyelewengan (misalnya: 1Ko 5; 2Ko 6:14-18; 1Yo 2:15-17).
2. Keputusan yang amat penting.
Orang Kristen diubahkan dari suatu cara hidup yang lama kepada cara hidup yang lain. Sering kali perubahan ini menyebabkan krisis. Kita tahu bahwa setelah diubahkan tidak ada jalan untuk berbalik. Ini dapat berarti melakukan sesuatu yang baru, misalnya pergi ke gereja. Mungkin juga hal itu berarti membagi-bagikan harta. Bagi Gideon ini berarti meruntuhkan sebuah patung dewa. Tidak mungkin hanya mencoba-coba menjadi Kristen untuk melihat apakah sesuai dengan keinginan kita. Seperti halnya Gideon yang membatalkan niatnya untuk mengundurkan diri lalu menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, demikian juga halnya dengan kita ketika kita datang kepada Kristus. Pelajari beberapa keputusan penting yang ada dalam Alkitab. Perhatikan para tukang sihir yang membakar buku-buku sihir mereka (Kis 19:19); Rut yang tinggal bersama ibu mertuanya (Rut 1:1-18); dan Rahab yang memutuskan untuk memberikan perlindungan kepada mata-mata Yosua (Yos 2:1-21); Yos 6:22-25). Keputusan penting apa saja yang dapat Anda pikirkan bagi orang yang menjadi Kristen dewasa ini?
3. Pertobatan
Pertobatan merupakan satu-satunya syarat bagi pembebasan bangsa Israel. Tetapi, apakah sebenarnya pertobatan? Gunakanlah konkordansi untuk mempelajari tema yang sangat penting di dalam Alkitab ini. Berikut ini beberapa ayat untuk memulai telaah Anda: Mat 21:28-32; Luk 15:3-7, 17-20; 2Sa 12:7-17; Maz 51; 1-10; Kis 8:20-22; 2Ko 7:9-11.
Garis Besar Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) [1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21Yehuda dan Simeon merintis jalan
Hak 1:22-25Yusuf mengikuti jejak mereka
Hak 1:26-36Keberhasilan yang
[1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21 | Yehuda dan Simeon merintis jalan |
Hak 1:22-25 | Yusuf mengikuti jejak mereka |
Hak 1:26-36 | Keberhasilan yang terbatas: akibat kompromi |
Hak 2:1-5 | Hari depan yang terbatas: respons Tuhan terhadap kompromi |
[2] PEMERINTAHAN KEDUA BELAS HAKIM Hak 2:6-16:31
Hak 2:6-9 | Penjelasan: kematian Yosua |
Hak 2:10-23 | Lingkaran dosa dijelaskan |
Hak 3:1-6 | Lingkungan yang tidak ramah akibat kompromi |
Hak 3:7-11 | Hakim pertama, Otniel |
Hak 3:12-14 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 3:15-25 | Hakim kedua, Ehud |
Hak 3:26-30 | Keadaan damai selama delapan puluh tahun |
Hak 3:31 | Hakim ketiga, Samgar |
Hak 4:1-3 | Berada dalam penindasan selama dua puluh tahun |
Hak 4:4, 5 | Hakim keempat, Debora |
Hak 4:6-10 | Barak di bawah perintahnya |
Hak 4:11-24 | Sisera, komandan tentara Kanaan dibunuh oleh seorang wanita |
Hak 5:1-31 | Sebuah duet |
Hak 6:1-6 | Berada dalam penindasan selama tujuh tahun |
Hak 6:7-24 | Hakim kelima, Gideon |
Hak 6:25-32 | Tantangan kepada Baal |
Hak 6:33-40 | Peletakan guntingan bulu domba |
Hak 7:1-25 | Orang Midian dikalahkan |
Hak 8:1-21 | Masalah yang dihadapi Gideon bertambah |
Hak 8:22-27 | Gideon menjadi masalah |
Hak 8:28-35 | Kematian Gideon |
Hak 9:1-57 | Anak laki-laki Gideon mengambil alih pimpinan |
Hak 10:1-2 | Hakim keenam, Tola |
Hak 10:3-5 | Hakim ketujuh, Yair |
Hak 10:16-18 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 11:1-33 | Hakim ke delapan Yefta |
Hak 11:34-40 | Akibat yang luar biasa dari sumpah yang diucapkan dengan tergesa-gesa |
Hak 12:1-7 | Keluhan suku Efraim |
Hak 12:8-15 | Tiga hakim kecil: Ebzan, Elon dan Abdon |
Hak 13:1-25 | Hakim kedua belas, Simson |
Hak 14:1-20 | Perkawinannya, dan suatu tipu muslihat |
Hak 15:1-20 | Pembalasan Simson |
Hak 16:1-22 | Simson dan Delila |
Hak 16:23-31 | Kematian Simson |
[3] BUNGAI RAMPAI SEJARAH Hak 17:1-21:25
Hak 17:1-18:31 | Mikha dan suku Dan |
Hak 19:1-21:25 | Perang saudara |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi