Teks -- Ezra 1:9-11 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Ezr 1:8-11
Jerusalem: Ezr 1:8-11 - -- Bagian ini berasal dari sebuah dokumen yang tertulis dalam bahasa Aram. Naskahnya rusak sekali.
Bagian ini berasal dari sebuah dokumen yang tertulis dalam bahasa Aram. Naskahnya rusak sekali.
Endetn: Ezr 1:9 - -- Dalam naskah Hibrani tertulis: "tjeper perak 10.000 dan pisau? (bokor?) 29". Orang mengira, bahwa satu kata jang dahulu tertulis dipinggir halaman, ke...
Dalam naskah Hibrani tertulis: "tjeper perak 10.000 dan pisau? (bokor?) 29". Orang mengira, bahwa satu kata jang dahulu tertulis dipinggir halaman, kemudian masuk kedalam teks sendiri dengan berubah djuga jakni: "harus diubah" (jaitu angka jang tidak tjotjok) mendjadi "pisau".
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ezr 1:5-11
Matthew Henry: Ezr 1:5-11 - Maklumat Koresh Maklumat Koresh (1:5-11)
Pada perikop ini disampaikan kepada kita,
I. Bagaimana maklumat Koresh ditindaklanjuti orang lain.
...
Maklumat Koresh (1:5-11)
- Pada perikop ini disampaikan kepada kita,
- I. Bagaimana maklumat Koresh ditindaklanjuti orang lain.
- I. Oleh karena ia telah mengizinkan bangsa Yahudi untuk berangkat pergi menuju Yerusalem, maka banyak dari mereka pun pergi sesuai dengan izin yang diberikan (ay. 5). Yang menjadi para pemimpin di sini adalah kepala-kepala kaum keluarga Yehuda dan Benyamin, orang-orang terkemuka yang telah banyak makan asam garam, yang dari mereka sudah sewajarnya diharapkan bahwa, sama seperti mereka berada di atas saudara-saudara mereka dalam hal martabat, demikian pula mereka harus pergi mendahului saudara-saudara mereka dalam hal kewajiban. Para imam dan orang Lewi (seperti yang sudah sepatutnya) turut serta bersama rombongan pertama yang kembali mengarahkan wajah menuju Sion. Apabila ada suatu pekerjaan baik yang harus dilaksanakan, hendaklah hamba-hamba Tuhan menjadi pemimpinnya. Orang-orang yang menyertai mereka adalah orang-orang yang telah digerakkan Allah untuk pergi. Allah yang sama yang telah menggerakkan roh Koresh untuk memaklumkan kemerdekaan ini, turut menggerakkan roh mereka untuk mengambil kesempatan itu. Sebab hal itu dikerjakan bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh TUHAN semesta alam (Za. 4:6). Godaan yang menyerang beberapa orang di antara mereka untuk tinggal di Babel mungkin begitu kuat. Mereka sudah memiliki tempat tinggal yang nyaman di sana, telah membina hubungan erat dengan para tetangga, dan siap berkata, betapa bahagianya berada di tempat ini. Banyak dan hebatlah halangan yang menciutkan hati mereka untuk kembali, seperti perjalanan yang jauh, istri dan anak-anak mereka yang tidak kuat bepergian, negeri mereka sendiri yang kini menjadi negeri yang asing bagi mereka, dan jalan menuju ke sana yang merupakan jalan yang tidak mereka ketahui. Berangkatlah pulang ke Yerusalem! Lalu, apa yang harus mereka perbuat di sana? Kota itu kini porak-poranda, dan berada di tengah-tengah musuh yang akan memangsa mereka dengan mudah. Banyak orang terpengaruh oleh sejumlah pertimbangan ini untuk tetap tinggal di Babel, setidaknya untuk tidak pergi bersama dengan rombongan pertama. Akan tetapi, ada sebagian orang yang mampu mengatasi kesulitan-kesulitan ini, yang memberanikan diri untuk membuka jalan, dan tidak takut kepada singa yang ada di tengah perjalanan, singa yang ada di jalan-jalan. Mereka inilah orang-orang yang rohnya telah dibangkitkan Allah. Dia, oleh Roh dan anugerah-Nya, memenuhi mereka dengan hasrat luhur untuk merdeka, dengan rasa cinta yang penuh rahmat kepada negeri mereka sendiri, dan dengan kerinduan untuk menjalankan agama mereka dengan bebas dan terang-terangan. Andai kata Allah menyerahkan mereka kepada kemauan mereka sendiri, dan kepada pertimbangan manusia, mereka tentu akan tetap tinggal di Babel. Akan tetapi, Allah menggerakkan hati mereka untuk mengarahkan wajah ke Sion, dan, seperti orang-orang asing, untuk menanyakan jalan menuju ke sana (Yer. 50:5). Sebab mereka, sebagai angkatan yang baru, pergi keluar dari tanah orang Kasdim ini seperti leluhur mereka Abraham, tanpa mengetahui ke arah mana mereka pergi (Ibr. 11:8). Perhatikanlah, kebaikan apa pun yang kita lakukan, semua itu terjadi semata-mata berkat anugerah Allah, dan Dialah yang menggerakkan roh kita untuk melakukan kebaikan itu, yang mengerjakan di dalam kita baik kemauan maupun pekerjaan. Roh kita pada hakikatnya condong kepada dunia ini dan segala perkara yang ada di dalamnya. Apabila roh kita itu bangkit menuju perkara-perkara yang di atas, di dalam perasaan ataupun perbuatan yang baik, maka Allah-lah yang membangkitkannya. Panggilan dan tawaran Injil adalah seperti maklumat Koresh, yakni untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan (Luk. 4:19). Mereka yang terikat di bawah kuasa dosa yang jahat, serta tertawan oleh penghakiman Allah yang benar, dapat dibebaskan oleh Yesus Kristus. Siapa pun yang oleh pertobatan dan iman mau kembali kepada Allah, mau kembali melaksanakan kewajibannya kepada Allah, mau kembali bersukacita di dalam Allah, Yesus Kristus telah membuka jalan baginya, dan melepasnya keluar dari perbudakan dosa, untuk masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Tawaran tersebut diberikan kepada semua orang. Kristuslah yang memberikan tawaran itu, dalam menindaklanjuti pemberian Bapa kepada-Nya berupa segala kuasa di sorga dan bumi (kekuasaan yang jauh lebih besar daripada yang diberikan kepada Koresh, ay. 2), serta untuk mengerjakan perintah yang diberikan kepada-Nya untuk mendirikan rumah bagi Allah, untuk menegakkan bagi-Nya suatu jemaat di dunia, sebuah kerajaan di antara manusia. Banyak orang yang mendengar suara penuh sukacita ini memilih untuk duduk diam di Babel, jatuh cinta dengan dosa-dosa mereka dan tidak mau memberanikan diri menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup kudus. Akan tetapi, ada sebagian orang yang melepaskan diri dari kendala-kendala yang mengecilkan hati ini, dan bertekad untuk mendirikan rumah Allah, untuk memuliakan agama mereka, apa pun harga yang harus mereka bayar. Dan mereka inilah orang yang hatinya digerakkan Allah dan diangkat-Nya di atas dunia dan kedagingan, dan yang telah dibuat-Nya merelakan diri untuk maju (Mzm. 110:3). Demikianlah Kanaan sorgawi akan dipenuhkan kembali, meskipun banyak yang binasa di Babel. Dan tawaran Injil tidak akan diberikan dengan sia-sia.
- II. Karena Koresh telah memberi perintah supaya bangsa-bangsa di sekitar orang Israel harus membantu mereka, maka bangsa-bangsa itu pun berbuat demikian (ay. 6). Orang-orang di sekitar mereka memperlengkapi mereka dengan kepingan-kepingan perak dan emas, serta barang-barang untuk bekal perjalanan dan untuk membantu mereka mendirikan dan memperlengkapi rumah mereka serta Bait Allah. Seperti halnya Kemah Suci dibangun dari rampasan Mesir, dan Bait Allah yang pertama didirikan oleh tenaga orang asing, demikian pula Bait Allah yang kedua didirikan melalui sumbangsih orang Kasdim. Semuanya itu menyiratkan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi akan diterima ke dalam jemaat pada waktunya nanti. Allah, bila berkehendak, mampu mencondongkan hati orang asing untuk bersikap baik terhadap umat-Nya, dan orang-orang yang telah melemahkan umat-Nya dapat dibuat-Nya meneguhkan tangan mereka. Bumi datang menolong perempuan itu. Selain dari segala sesuatu yang dipersembahkan dengan sukarela oleh orang Yahudi sendiri yang tetap tinggal, atas dasar kasih terhadap Allah dan Bait-Nya, ada banyak yang dipersembahkan, dapat kita katakan, dengan rasa enggan oleh orang Babel, yang terdorong untuk melakukannya oleh suatu kuasa ilahi yang bekerja pada pikiran mereka, yang tidak dapat mereka jelaskan sendiri.
- II. Bagaimana maklumat ini disokong oleh Koresh sendiri. Untuk membuktikan ketulusan kasihnya terhadap rumah Allah, Koresh tidak hanya membebaskan umat Allah, tetapi juga mengembalikan perlengkapan rumah Tuhan (ay. 7-8). Cermatilah di sini,
- 1. Bagaimana Penyelenggaraan Allah sungguh memberi perhatian terhadap perlengkapan Bait Suci, supaya jangan sampai hilang, melebur, atau bercampur begitu rupa dengan perlengkapan lain hingga perlengkapan Bait Suci tidak dikenali lagi. Sebaliknya, segala perlengkapan rumah Tuhan itu bisa diambil sekarang. Demikianlah perhatian Allah terhadap bendabenda belas kasihan yang hidup, yakni perabot rumah untuk maksud yang mulia, yang tentang mereka dikatakan bahwa (2Tim. 2:19-20), Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya, dan mereka pasti tidak akan binasa.
- 2. Meski perlengkapan rumah Tuhan pernah disimpan di dalam kuil berhala, dan mungkin telah dipakai di dalam penyembahan berhala, namun semuanya dikembalikan untuk dipergunakan bagi Allah. Allah akan memulihkan kepunyaan-Nya. Rampasan dari seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata akan dipergunakan untuk kepentingan orang yang telah menaklukkannya.
- 3. Yehuda mempunyai seorang pemimpin, bahkan di tengah penawanan. Sesbazar, yang diduga merupakan orang yang sama dengan Zerubabel, dalam pasal ini disebut sebagai pembesar di Yehuda. Orang Kasdim memanggilnya Sesbazar, yang artinya sukacita di dalam kesengsaraan. Akan tetapi, di antara kaumnya sendiri, ia dikenal dengan nama Zerubabel, seorang asing di Babel. Demikianlah ia memandang dirinya sendiri, dan menganggap Yerusalem sebagai rumahnya, meskipun, seperti kata Yosefus, ia merupakan kepala pasukan pengamanan raja Babel. Sesbazar mengurusi segala perkara terkait orang Yahudi, dan mempunyai sedikit banyak wewenang atas mereka, mungkin sejak kematian Yoyakhin, atau Yekhonya, yang menjadikan Sesbazar sebagai pewaris takhta, mengingat garis keturunannya yang berasal dari Daud.
- 4. Seluruh perlengkapan rumah Tuhan dihitung bagi Sesbazar (ay. 8), dan ia memastikan semuanya dikembalikan dengan utuh sampai Yerusalem (ay. 11). Orang Yahudi menjadi bersemangat untuk mendirikan rumah Tuhan ketika mengetahui bahwa mereka memiliki perabotan yang begitu berlimpah dan siap untuk mengisi rumah Tuhan itu setelah selesai didirikan. Meski ketetapan-ketetapan Allah, seperti halnya perlengkapan Bait Suci, bisa saja dirusakkan dan dicemarkan oleh Babel Perjanjian Baru, namun pada saatnya nanti, semuanya akan dipulihkan kepada kegunaan dan maksudnya yang semula. Sebab satu iota atau satu titik pun dari ketetapan ilahi tidak akan gugur.
SH: Ezr 1:1-11 - Tuhan penggerak sejarah (Selasa, 30 November 1999) Tuhan penggerak sejarah
Kitab Ezra menceritakan suatu permulaan baru bagi umat Israel.
Setelah 70 tahun lamanya tertawan di negeri asing, mereka...
Tuhan penggerak sejarah
Kitab Ezra menceritakan suatu permulaan baru bagi umat Israel. Setelah 70 tahun lamanya tertawan di negeri asing, mereka dibebaskan dan diperbolehkan kembali ke Yerusalem. Bahkan raja Koresy - raja Persia saat itu - mencukupi dan merestui persiapan, persediaan, dan perjalanan mereka. Darimanakah kebaikan raja itu? Dari dan karena kedaulatan Allah! Sekalipun raja Koresy tidak mengenal Allah dan tidak mengetahui rencana-rencana-Nya; namun demikian Allah memakai Koresy untuk membebaskan umat-Nya. Allah berdaulat penuh memerintah dunia dengan jalan memberikan pengaruh-Nya kepada manusia dan meletakkan "pemikiran" itu dalam diri manusia.
Tuhan penggerak hati umat-Nya. Allah sanggup mengubah sejarah dunia sendirian. Namun demikian, Ia campur tangan di dunia justru untuk kepentingan umat-Nya, agar bangsa Israel dikembalikan bukan saja ke tanah milik mereka, tetapi kepada Tuhan sendiri. Untuk itu, hati mereka pun digerakkan Allah, semata-mata supaya mereka dapat mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya (6, Hag. 1:8).
Renungkan: Tuhan rindu supaya Kristen dapat memahami, menghayati, dan hidup di dalam kehendak dan rencana Allah yang indah bagi kita.
SH: Ezr 1:1-11 - Pemulihan kembali (Sabtu 13 September 2008) Pemulihan kembali
Maklumat Raja Koresy mengizinkan orang Yahudi kembali ke tanah airnya
dan membangun kembali rumah bagi Allah mereka. Maklumat ...
Pemulihan kembali
Maklumat Raja Koresy mengizinkan orang Yahudi kembali ke tanah airnya dan membangun kembali rumah bagi Allah mereka. Maklumat ini menganugerahkan pemulihan martabat bagi mereka, sekaligus pemulihan rohani.
Bayangkan, puluhan tahun mereka dibuang ke tanah asing dan berada di bawah tekanan. Identitas mereka sebagai suatu bangsa dilenyapkan. Namun Allah tidak tinggal diam. Dia memang tidak pernah menghendaki umat-Nya menjadi bangsa buangan. Dosa-dosa bangsa itulah yang telah membuat Allah menghukum mereka ke dalam penaklukan bangsa asing (band. Ul. 28:64-66). Namun tidak untuk selamanya Ia menghukum. Ia menggerakkan Raja Koresy (ayat 1) untuk membuat maklumat yang mengizinkan orang Yahudi kembali ke tanah airnya (nabi Yesaya sudah menubuatkan hal ini jauh sebelumnya, lih. Yes. 44:28-45:7).
Allah memang telah berjanji untuk memulihkan umat-Nya. Akan tetapi, mari kita pikirkan: setelah ditinggalkan warganya selama 70 tahun, bagaimana kondisi Yerusalem? Bukankah sudah menjadi reruntuhan? Betapa sulit memulihkan kota itu! Betapa mahal biaya yang diperlukan! Setelah sekian lama menjadi tawanan, dari mana mereka mendapat dana untuk membangun kembali Yerusalem? Namun Allah di dalam segala hikmat-Nya menggerakkan Raja Koresy juga untuk memikirkan bagaimana umat Israel bisa mendapatkan dana untuk biaya kepulangan mereka (ayat 4). Bahkan ia sendiri mengembalikan perlengkapan rumah Tuhan yang dulu dirampas (ayat 7-11).
Bila Allah menghendaki terjadi pembaruan umat maka tak ada sesuatu pun yang akan menghalangi. Bahkan segala sesuatu dirancang untuk mendukung rencana itu. Kita yang sering mengharapkan terjadinya pembaruan di jemaat kita, kiranya belajar untuk tidak mengandalkan strategi dan metode. Sumber pembaruan umat yang terpenting adalah Allah sendiri. Karena itu berdoa, meminta Allah berbelas kasihan dan berkarya, sangat utama!
SH: Ezr 1:1--2:20 - Penggenapan Janji Secara Ajaib (Rabu, 21 Juni 2017) Penggenapan Janji Secara Ajaib
Ezra 1-6 mengisahkan pulangnya orang-orang Israel ke Yerusalem untuk membangun kembali Bait Allah di bawah kepemimpina...
Penggenapan Janji Secara Ajaib
Ezra 1-6 mengisahkan pulangnya orang-orang Israel ke Yerusalem untuk membangun kembali Bait Allah di bawah kepemimpinan Zerubabel dan imam Yesua (sekitar 536 sM), yang terjadi sekitar 80 tahun sebelum Ezra datang ke Yerusalem (458 sM). Ezra baru muncul pada pasal 7. Santapan Harian hari ini mengisahkan tentang kembalinya orang Israel dari pembuangan sesuai dengan janji Tuhan.
Ketika Koresh, Raja Persia, menaklukkan Babel, Allah Israel menggerakan hatinya untuk mengizinkan bangsa Israel pulang ke Yerusalem untuk membangun kembali Bait Allah (1-3). Menariknya, istilah ”Tuhan” dipahami oleh orang-orang Persia Kuno sebagai Pencipta Semesta (Ormazd). Tidak heran apabila kata ”TUHAN” yang diucapkan oleh Koresh ditafsir oleh penulis Kitab Ezra sebagai Yahweh. Di sini, Ezra melihat Allah Israel secara ”tersembunyi” bekerja di hati Koresh untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya.
Sedangkan kalimat ”orang yang tertinggal” (4) memiliki pengertian yang sama dengan kalimat ”sisa orang Israel” (Yes. 10:20). Kedua kalimat tersebut mengacu kepada kaum sisa Israel yang masih memelihara kesetiaan kepada Tuhannya. Untuk melancarkan kepulangan orang-orang Israel, Koresh mengeluarkan dekret bahwa setiap daerah wajib hukumnya memberikan bantuan materi (emas dan perak) kepada kaum Israel. Kondisi ini memiliki kemiripan dengan cerita di kitab Keluaran (Kel. 12:35-36). Artinya, kembalinya umat dari pembuangan dari Babel / Persia adalah ”keluaran yang kedua” (bdk. Yes. 43:14-17).
Para kaum imam, orang Lewi, dan kepala keluarga kaum Yehuda serta Benyamin digerakkan Tuhan untuk pulang ke negerinya demi membangun kembali Bait Suci. (5-6). Selain itu, Koresh memerintahkan segala barang rampasan Bait Suci oleh Nebukadnezar dikembalikan ke Bait Suci Israel (7-8).
Segalanya terjadi semata-mata karya Tuhan. Ia adalah Allah yang setia dan selalu menepati janji-Nya dengan cara yang ajaib. Karena itu, belajarlah setia dan beriman kepada Allah walau tidak sejalan dengan keinginan kita. [IT]
SH: Ezr 1:1--2:70 - Kehendakku versus Kehendak-Nya (Kamis, 22 Desember 2022) Kehendakku versus Kehendak-Nya
Pada zaman Raja Koresh, bangsa Israel yang saat itu ada dalam pembuangan akhirnya mendapat kesempatan untuk pulang ke ...
Kehendakku versus Kehendak-Nya
Pada zaman Raja Koresh, bangsa Israel yang saat itu ada dalam pembuangan akhirnya mendapat kesempatan untuk pulang ke negerinya dan diizinkan untuk membangun kembali bait Allah (1-3). Berpuluh-puluh tahun mereka menantikan hal itu; tentu, berita itu menjadi sesuatu yang membawa pengharapan akan dipulihkannya negeri mereka.
Sayangnya, tidak semua orang Israel mau pulang ke Yerusalem dan membangun bait Allah. Ada banyak orang Israel yang memilih untuk tetap tinggal di negeri asing. Sebab rute perjalanan pulang kembali ke Yerusalem tidaklah mudah dan penuh bahaya. Dengan membawa orang tua, atau mungkin anak kecil, tentu perjalanan akan menjadi lebih sulit dan memerlukan biaya besar. Perjalanan pada masa itu bisa memakan waktu hingga 4 bulan, bahkan lebih.
Saat itu kondisi Yerusalem pun hanyalah berupa puing-puing. Artinya, ketika mereka kembali ke sana, mereka tidak memiliki tempat tinggal yang pasti dan aman. Hal itu juga berarti mereka harus bersedia mengorbankan segala kenyamanan, keamanan, dan kemakmuran yang mereka nikmati di negeri asing dan memulai kehidupan mereka dari awal. Pada akhirnya, banyak dari mereka yang memilih untuk tetap tinggal di negeri asing dengan segala kemudahan dan kenyamanan yang ada daripada melakukan apa yang Tuhan perintahkan, yaitu membangun kembali bait Allah. Prioritas mereka tidak lagi pada kehendak Tuhan, melainkan kenyamanan pribadi.
Bagi kita yang hidup pada masa kini, apa yang menjadi prioritas di dalam hidup kita? Apakah kita lebih memilih melakukan kehendak Tuhan ataukah memenuhi kenyamanan pribadi kita? Rumah yang hangat, situasi yang aman, dan terpenuhinya kebutuhan kita bukanlah dosa. Namun, jangan sampai kenyamanan, keamanan, dan kekayaan menghambat kita untuk peka dan melakukan kehendak-Nya.
Ingatlah, segala sesuatu di dunia ini hanya sementara. Oleh karena itu, kejarlah hal-hal yang bernilai kekal dengan cara menaati firman Tuhan dan setia melakukan semua kehendak-Nya. [STG]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ezra (Pendahuluan Kitab) Penulis : Ezra
Tema : Pemulihan Kaum Sisa
Tanggal Penulisan: 450-420 SM
Latar Belakang
Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah y...
Penulis : Ezra
Tema : Pemulihan Kaum Sisa
Tanggal Penulisan: 450-420 SM
Latar Belakang
Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah yang berkesinambungan dari orang Yahudi yang ditulis setelah masa pembuangan, terdiri atas 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, dan Nehemia. Dalam PL Ibrani, Ezra dan Nehemia semulanya satu kitab sebagaimana halnya 1 dan 2 Tawarikh. Para ahli Alkitab pada umumnya beranggapan bahwa sejarah yang disajikan dalam kitab-kitab ini pertama-tama merupakan karya yang terilham dari seorang pengarang pada masa pascapembuangan. Sekalipun penulisnya tidak pernah disebutkan dalam Alkitab, tetapi hampir semua sumber Yahudi dan Kristen, serta juga banyak ahli modern, percaya bahwa pengarangnya adalah Ezra, imam dan ahli Taurat itu. Untuk keterangan lebih terinci mengenai peran Ezra sebagai pengarang, Lihat "PENDAHULUAN 1TAWARIKH" 08053.
Menurut tradisi, Ezralah yang mengumpulkan semua kitab PL menjadi satu unit, memulai bentuk ibadah yang dipakai di sinagoge dan mendirikan Sinagoge Besar di Yerusalem di mana kanon PL akhirnya ditetapkan. Ezra adalah seorang pemimpin saleh dengan kesetiaan yang kokoh dan kasih yang mendalam kepada Firman Allah. Sejarahnya yang tertulis dalam 1 dan 2 Tawarikh serta Ezra dan Nehemia menekankan tema pengharapan, kebangunan, pembaharuan, dan pemulihan umat Allah. Seluruh sejarah ini ditulis pada parohan kedua abad ke-5 SM.
Kitab Ezra mencatat bagaimana Allah menggenapi janji nubuat-Nya melalui Yeremia (Ezr 29:10-14) untuk memulihkan orang Yahudi setelah 70 tahun pembuangan dengan membawa mereka kembali ke tanah air mereka (Ezr 1:1). Keruntuhan Yehuda dan pembuangan mereka ke Babel terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (605 SM), kalangan bangsawan muda Yehuda, termasuk Daniel, dibuang ke Babel; pada tahap kedua (597 SM) ada sekitar 11.000 orang buangan lagi, termasuk Yehezkiel; dan pada tahap ketiga (586 SM) penduduk Yehuda yang tersisa, kecuali Yeremia dan rakyat yang paling miskin, diangkut. Demikian pula, pemulihan kaum sisa buangan, sebagai penggenapan nubuat Yeremia, terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (538 SM) 50.000 orang kembali di bawah pimpinan Zerubabel dan Yesua (bd. Ezr 2:1-70); pada tahap kedua (457 SM) lebih dari 1.700 orang laki-laki (tambah wanita dan anak-anak, berjumlah 5.000-10.000 orang Yahudi) berangkat pulang di bawah pimpinan Ezra (bd. Ezr 8:1-14,18-21); dan pada tahap ketiga (444 SM) Nehemia memimpin kelompok lain lagi (bd. Neh 2:1-10). Perhatikan bahwa rombongan pertama pada tahun 538 kembali ke Yerusalem sekitar 70 tahun setelah pengangkutan pertama ke dalam pembuangan.
Sekitar dua tahun setelah kerajaan Babel dikalahkan dan diganti kerajaan Persia (539 SM), dimulailah pengembalian orang Yahudi ke tanah air mereka. Kitab Ezra mencatat tahap pertama dan kedua dari pemulihan itu, yang melibatkan tiga raja Persia (Koresy, Darius, dan Artahsasta) dan lima pemimpin rohani yang terkemuka:
- (1) Zerubabel, yang memimpin rombongan pertama untuk mendirikan kembali Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci;
- (2) Yesua, seorang imam besar saleh yang membantu Zerubabel;
- (3) Hagai dan
- (4) Zakharia, dua nabi Allah yang menasihatkan umat itu untuk menyelesaikan pembangunan Bait Suci; dan
- (5) Ezra, yang memimpin rombongan kedua ke Yerusalem dan yang dipakai Allah untuk memulihkan kerohanian dan moralitas umat itu.
Jikalau Ezra adalah penulis kitab ini, sesuatu yang sangat mungkin, ia menyusun catatan sejarah ini di bawah ilham Roh Kudus dengan merujuk kepada aneka dokumen dan surat yang resmi (mis. Ezr 1:2-4; Ezr 4:11-22; Ezr 5:7-17; Ezr 6:1-12), daftar keturunan (mis. Ezr 2:1-70), dan catatan pribadi (mis Ezr 7:27--9:15). Kitab ini ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali Ezr 4:8--6:18 dan Ezr 7:12-26 yang ditulis dalam bahasa Aram, bahasa resmi kaum buangan.
Tujuan
Kitab ini ditulis untuk menunjukkan pemeliharaan dan kesetiaan Allah dalam memulihkan kaum sisa Yahudi dari pembuangan mereka di Babel
- (1) dengan menggerakkan hati tiga raja Persia yang berbeda-beda agar membantu umat Allah untuk kembali ke negeri mereka, menetap kembali di Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci; dan
- (2) dengan menyediakan para pemimpin yang saleh dan andal untuk memimpin kaum sisa yang kembali dalam suatu kebangunan ibadah, komitmen kepada firman Allah, dan pertobatan dari ketidaksetiaan kepada Allah.
Survai
Ke-10 pasal kitab ini dengan sendirinya terbagi menjadi dua bagian:
- (1) Bagian pertama (pasal 1-6; Ezr 1:1--6:22) mencatat kembalinya rombongan pertama orang buangan Yahudi ke Yerusalem dan pembangunan kembali Bait Suci;
- (2) Bagian kedua (pasal 7-10; Ezr 7:1--10:443) menguraikan kembalinya rombongan kedua di bawah Ezra dan pembaharuan rohani yang mengikutinya.
- (1) Bagian pertama mulai di mana 2 Tawarikh berakhir -- dengan penahanan orang Yahudi dan pengumuman Raja Koresy dari Persia (538 SM) yang mengizinkan orang Yahudi kembali ke tanah air mereka (Ezr 1:1-11); pasal 2; Ezr 2:1-70 mencatat nama orang-orang yang ikut rombongan pertama. Pentinglah bahwa hanya sekitar 50.000 orang Yahudi di antara sejuta atau lebih yang terbuang berada dalam rombongan pertama yang kembali (Ezr 1:5; Ezr 2:64-65). Dalam pasal 3 (Ezr 3:1-13), Zerubabel (seorang keturunan Daud) dan Yesua (sang imam besar) mengerahkan umat itu untuk memulai pembangunan kembali Bait Suci yang rusak. Musuh-musuh yang lihai dari Yehuda mempergunakan sarana-sarana politik untuk menghentikan proyek ini selama beberapa waktu (pasal 4; Ezr 4:1-24), tetapi akhirnya pekerjaan dimulaikan kembali dan Bait Suci diselesaikan pada tahun 516 SM (pasal 5-6; Ezr 5:1--6:22).
- (2) Kesenjangan selama 60 tahun memisahkan pasal 6 (Ezr 6:1-22) dengan pasal 7 (Ezr 7:1-36). Selama itu Ester berkuasa sebagai ratu di Persia dengan Ahasyweros I. Ester menjadi ratu sekitar 478 SM (Lihat "PENDAHULUAN ESTER" 08069). Pasal 7-8 (Ezr 7:1--8:36) mencatat berbagai peristiwa sekitar 20 tahun kemudian ketika rombongan yang lebih kecil kembali dari Persia ke Yerusalem di bawah pimpinan Ezra. Sedangkan rombongan pertama berhasil membangun kembali rumah Allah, Ezra berusaha memulihkan Hukum Allah di dalam hati umat itu (bd. Neh 8:1-8). Ezra menjumpai kemerosotan rohani dan moral yang luas antara kaum pria Yehuda, yang tampak dari nikah campur dengan wanita kafir. Dengan kesedihan yang mendalam, Ezra mengakui dosa-dosa mereka kepada Allah dan mengadakan syafaat demi mereka (pasal 9; Ezr 9:1-15). Kitab ini berakhir dengan peristiwa Ezra memimpin para pria dalam pertobatan di depan umum dan pembatalan ikatan pernikahan dengan wanita kafir (pasal 10; Ezr 10:1-44).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Ezra-Nehemia adalah satu-satunya catatan sejarah dalam Alkitab mengenai pengembalian orang Yahudia pada masa pascapembuangan di Palestina.
- (2) Ciri yang menonjol dari kitab ini ialah bahwa di antara dua bagian utamanya (pasal 1-6, 7-10; Ezr 1:1--6:22; Ezr 7:1--10:44) terdapat kesenjangan sejarah sekitar 60 tahun. Seluruh kitab ini meliput sekitar 80 tahun.
- (3) Ezra menunjukkan dengan jelas bagaimana Allah menjaga firman-Nya sehingga pasti digenapi (bd. Yer 1:12; Yer 29:10); Allah mengarahkan hati para raja Persia bagaikan mengatur aliran sungai supaya mengembalikan umat-Nya ke negeri mereka (Ezr 1:1; Ezr 7:11-28; bd. Ams 21:1);
- (4) Tindakan Ezra terhadap para wanita kafir yang tidak percaya yang telah dinikahi laki-laki Yahudi (termasuk imam-imam) dengan melanggar perintah-perintah Allah melukiskan dengan nyata bagaimana Allah
- (a) menuntut agar umat-Nya hidup terpisah dari dunia kafir, dan
- (b) kadang-kadang memakai pembedahan radikal supaya menangani kompromi yang berbahaya dan rawan di antara umat-Nya. Tindakan Ezra dengan tegas mengingatkan umat perjanjian akan panggilan utama mereka untuk menjadi "kerajaan imam dan bangsa yang kudus" (Kel 19:6), bukan sekedar suatu kesatuan nasional campuran lainnya.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kembalinya kaum sisa Yahudi ke negeri mereka dan pembangunan kembali bait suci menyatakan bahwa Allah senantiasa ingin memulihkan umat-Nya yang menyeleweng. Jalan-jalan-Nya mencakup bukan saja hukuman karena kemurtadan, tetapi juga pemulihan dan harapan bagi kaum sisa yang percaya, yang melaluinya Allah mengarahkan aliran penebusan pada jalan akhirnya. Prinsip ini dilihat dalam PB, di mana suatu kaum sisa Yahudi yang percaya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Mesias mereka, sedangkan arus utama penebusan disalurkan kembali dari orang Yahudi yang tidak percaya kepada orang bukan Yahudi di gereja mula-mula.
Full Life: Ezra (Garis Besar) Garis Besar
I. Rombongan Pertama Orang Buangan yang Kembali ke Yerusalem
(Ezr 1:1-6:22)
A. Pengumuman dan Persediaan ...
Garis Besar
- I. Rombongan Pertama Orang Buangan yang Kembali ke Yerusalem
(Ezr 1:1-6:22) - A. Pengumuman dan Persediaan dari Koresy
(Ezr 1:1-11) - B. Daftar Orang Buangan yang Kembali
(Ezr 2:1-70) - C. Pemugaran Bait Suci Dimulai
(Ezr 3:1-13) - 1. Persembahan Korban Dimulai Kembali
(Ezr 3:1-6) - 2. Pembangunan Bait Suci Dimulai
(Ezr 3:7-13) - D. Pembangunan Bait Suci Terhenti Karena Perlawanan
(Ezr 4:1-24) - E. Pembangunan Bait Suci Dimulai Lagi dan Diselesaikan
(Ezr 5:1-6:18) - 1. Dorongan dari Para Nabi
(Ezr 5:1-2) - 2. Protes dari Bupati Tatnai
(Ezr 5:3-17) - 3. Darius Mengesahkan Pembangunan Bait Suci
(Ezr 6:1-12) - 4. Bait Suci Selesai Dibangun Lalu Ditahbiskan
(Ezr 6:13-18) - F. Perayaan Paskah
(Ezr 6:19-22) - II. Rombongan Kedua Orang Buangan Kembali ke Yerusalem di Bawah Pimpinan Ezra
(Ezr 7:1-10:44) - A. Misi Ezra Disahkan oleh Artahsasta
(Ezr 7:1-28) - B. Perjalanan Ezra dan Orang-Orang yang Menyertainya
(Ezr 8:1-36) - C. Berbagai Pembaharuan oleh Ezra di Yerusalem
(Ezr 9:1-10:44) - 1. Pengutukan Nikah Campur Dengan Orang Kafir
(Ezr 9:1-4) - 2. Pengakuan Dosa Ezra dan Syafaatnya bagi Umat Itu
(Ezr 9:5-15) - 3. Pertobatan dan Pembaharuan Umum
(Ezr 10:1-44)
Matthew Henry: Ezra (Pendahuluan Kitab)
Dalam kitab ini, jemaat Yahudi menampilkan wajah yang amat berbeda daripada sebelumnya. Keadaan mereka pada saat ini jauh lebih baik dan lebih berb...
- Dalam kitab ini, jemaat Yahudi menampilkan wajah yang amat berbeda daripada sebelumnya. Keadaan mereka pada saat ini jauh lebih baik dan lebih berbahagia dibandingkan dengan keadaan mereka terakhir di Babel, walaupun jauh lebih hina daripada keadaan mereka di masa lampau. Tulang-tulang kering itu kini hidup kembali, tetapi dalam rupa seorang hamba. Kuk perhambaan mereka telah ditanggalkan, tetapi bekas-bekas goresannya pada leher mereka yang lecet masih ada. Raja-raja tidak lagi kita dengar kisahnya, karena mahkota telah jatuh dari kepala mereka. Mereka diberkati dengan keberadaan para nabi, guna memandu mereka di dalam upaya membangun kembali negeri mereka. Tetapi setelah beberapa waktu lamanya, nubuatan pun berhenti di tengah-tengah mereka, sampai munculnya Sang Nabi Agung, dan seseorang yang memelopori kedatangan-Nya. Sejarah yang terdapat di dalam kitab ini merupakan penggenapan nubuatan Yeremia mengenai kembalinya orang Yahudi dari Babel di akhir masa tujuh puluh tahun, dan merupakan bayangan dari penggenapan nubuatan-nubuatan dalam Kitab Wahyu mengenai kelepasan jemaat Injili dari Babel Perjanjian Baru. Ezra menyimpan catatan mengenai peristiwa besar itu dan meneruskannya kepada jemaat dalam kitab ini. Nama Ezra berarti seorang penolong, dan memang demikianlah dirinya bagi bangsa itu. Kita akan membaca sepenggal catatan khusus tentang Ezra pada pasal 7, ketika ia sendiri turun tangan dan bertindak. Kitab ini mengisahkan kepada kita catatan mengenai,
- 1. Kembalinya bangsa Yahudi dari penawanan (ps. 1-2).
- 2. Pendirian Bait Suci, perlawanan yang dihadapi dalam pembangunannya, dan, kendati demikian, tuntasnya pembangunan itu pada akhirnya (ps. 3-6).
- 3. Kedatangan Ezra ke Yerusalem (ps. 7-8).
- 4. Pelayanan luhur yang dikerjakan Ezra di Yerusalem, dengan memerintahkan orang Israel yang telah mengawini perempuan-perempuan asing untuk menyuruh pergi istri-istri mereka itu (ps. 9-10).
Jerusalem: Ezra (Pendahuluan Kitab) KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja,...
KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja, masih ada sekelompok kitab-kitab sejarah lain dalam Perjanjian Lama. Bagian besar kitab-kitab ini mengulang sejarah yang termaktub dalam kitab-kitab sejarah yang dahulu, sedangkan sebagiannya melanjutkan sejarah itu. Termasuk ke dalam kelompok kitab-kitab sejarah yang lain itu kitab-kitab Tawarikh, kitab Ezra dan (menurut pendapat umum) kitab Nehemia. Kedua kitab Tawarikh aslinya hanya satu kitab saja. Kitab Ezra dan Nehemia tidak lain kecuali lanjutan dari kitab Tawarikh itu dan dikerjakan oleh pengarang yang sama. Sebab dalam kitab Ezra Nehemia tidak hanya ditemukan gaya bahasa dan gagasan-gagasan pokok yang sama, tetapi Ezr1 hanya mengulang akhir 2Taw 36. Ini cukup membuktikan, bahwa kitab Tawarikh dan kitab Ezra-Nehemia sejak awal mula dumaksudkan sebagai suatu kesatuan.
Maka Kitab-kitab Tawarikh (judul ini menterjemahkan judul Ibrani, dalam terjemahan Yunani, Septuaginta, dan dalam terjemahan Latin, Vulgata, diberi judul: Paralipomena, artinya: [kitab-kitab yang memuat] apa yang terlupa atau dilewatkan) adalah sebuah karya yang berasal dari agama Yahudi di zaman belakangan, dari zaman sesudah pembuangan. Di zaman itu bangsa Israel tidak lagi mempunyai kemerdekaan politik, namun menikmati semacam otonomi yang diakui oleh para penguasa di kawasan timur. Bangsa yahudi langsung dipimpin oleh para imam dan hidupnya diatur oleh hukum agamanya sendiri. Hidup kebangsan berpusatkan Bait Allah serta upacara-upacara ibadatnya. tetapi kehidupan yang bertumpu pada hukum agama dan upacara itu dijiwai kesalehan pribadi, ajaran hikmat, kenangan- kenangan akan kejayaan dan kesalahan di masa yang lampau serta kepercayaan pada janji-janji yang disampikan para nabi dahulu.
Pengarang kitab Tawarikh (dan Ezra-Nehemia) adalah seorang dari kaum Lewi diYerusalem dan berlatar-belakang suasana dan lingkungan tsb. Ia menyusun kitabnya agak lama sesudah zaman Ezra dan Nehemia, sebab dengan caranya sendiri ia dapat menggabungkan sumber-sumber yang mengenai kedua tokoh itu. Dengan paling tepat kiranya karyanya dapat ditanggalkan pada awal zaman Yunani, sebelum thn 300 seb. Mas. Kemudian kitab Tawarikh masih diperluas dengan beberapa tambahan yang disisipkan oleh satu atau beberapa orang: silsilah-silsilah yang termaktub dalam @1Taw 2-9 diperluas; ditambah beberapa daftar nama, seperti mungkin sekali daftar nama pendukung raja Daud, 1Taw 12, yang sudah tua usianya, dan lagi daftar-daftar para imam dan kaum Lewi, 1Taw 15; akhirnya disisipkan juga tambahan panjang, 1Taw 23:3-27:34, yang menyebut para pejabat serta petugas ibadat dan administrasi kerajaan Daud.
Bagian-bagian tambahan itu memang sejalan dengan pikiran dan selera si Muwarikh dan boleh jadi diambil dari dokumen-dokumen yang bermutu.
Pengarang kitab Tawarikh khususnya memberi perhatian kepada Bait Allah. Dalam kitabnya kaum rohaniawan berperan utama. Ke dalam kalangan kaum rohaniawan itu tidak hanya termasuk para imam dan kaum Lewi, seperti halnya dalam kitab Ulangan dan dalam bagian-bagian Pentateuk yang berasal dari kalangan para imam, tetapi juga pejabat dan petugas ibadat yang lebih rendah kedudukannya, seperti para penunggu pintu Bait Allah dan para penyanyi. Sejak zaman Tawarikh mereka disamakan dengan Kaum Lewi. Pengudusan para rohaniawan merangkum juga awam. Mereka juga ikut serta dalam persembahan korban penghapusan dosa yang nilainya dahulu dipulihkan dalam Tawarikh. Persekutuan suci itu tidak hanya merangkum orang-orang Yahudi melulu. Dengan melewati kerajaan Israel yang murtad dan yang sesedikit mungkin dibicarakan, si Muwarikh kembali kepada kedua belas suku sebagaimana dipersatukanoleh raja Daud. Dan dengan melewati masa sekarang ia menantikan saatnya semua bani Israel bersatu kembali. bahkan orang-orang bukan Yahudi turut didoakan dalam ibadat Bait Allah. "Israel" dalam pandangan si Muwarikh ialah seluruh umat yang setia, yang dengannya Allah pernah mengikat perjanjian. Dan dalam diri Daud, allah membaharui perjanjian dengan umatnya itu. Justru di zaman pemerintahan Daud itulah syarat-syarat bagi pemerintahan Allah, ialah teokrasi, menjadi tewujud dengan cara yang paling sempurna. Maka jemaat harus hidup sesuai dengan semangat Daud dan senantiasa berusaha memnaharui dirinya dengan kembali kepada adat-istiadat zaman itu, agar supaya Allah tetap merelai umatNya dan menepati janjiNya.
Dalam kisah sejarah panjang yang termaktub dalam kitab si Muwarikh, perhatian seluruhnya berpusatkan Bait Allah di Yerusalem serta ibadatnya, mulai dengan persiapan-persiapan di zaman Daud sampai dengan pemulihannya yang dikerjakan oleh jemaat Israel yang kembali dari pembuangan.
Cita-cita penyusun kitab Tawarikh itupun menentukan susunan karyanya. Bab-bab pertama, 1Taw 1-9 menyajikan sejumlah silsilah yang secara khusus mengenai suku Yehuda, keturunan Daud, suku Lewi dan penduduk kota Yerusalem. Bagian ini merupakan [endahuluan bagi kisah mengenai Daud yang merangkum bagian terakhir 1Taw (10-29). Pertikaian-pertikaian Daud dengan raja Saud dengan raja Saul tidak disinggung sama sekali. Demikianpun dosa Daud dengan Batsyeba dan hal- ihwal keluarga Daud serta pemberontak-pemberontak yang harus dihadapinya tidak sampai disebut-sebut. Sebaiknyam nubuat natan, 1Taw 17, ditonjolkan dan perhatian khusus diberikan kepada lembaga-lembaga keagamaan: Tabut Perjanjian yang dipindahkan ke Yerusalem dan pengaturan ibadat di sana, 1Taw 13, 15-16, serta persiapan-persiapan bagi pembangunan Bait Allah, 1Taw 21-29. Daud sendiri sudah merencanakan pembangunan itu, mengumpulkan bahan dan sampai dengan hal-hal kecil mengatur tugas para pejabat ibadat. Pelaksanaan rencana itu dipercayakan kepada putera Daud, Salomo. Bagian terbesar dari kisah tentang raja Salomo, 2Taw 1-9, mengenai pembangunan Bait Allah, doa yang diucapkan raja pada hari pentahbisan Bait Allah dan janji-janji Allah yang merupakan balasan atas usaha Salomo. Setelah sejarah sampai kepada perpecahan dalam umat Israel, pengarang Tawarikh hanya berbicara tentang kerajaan Yehuda dan keturunan Daud saja. Para raja dinilai olehnya sesuai dengan kesetiaan atau ketidaksetiaan mereka pada syarat-syarat perjanjian dan sesuai dengan caranya mereka mendekati atau menjauhi contoh dan teladan mereka ialah Daud, 2Taw 10-36. Sepanjang sejarah itu masa kemerosotan dan masa pembaharuan silih berganti. Pembaharuan yang paling mendalam diusahakan oleh raja Hizkia dan raja Yosia. Para raja fasik yang mengganti Yosia hanya mempercepat kehancuran. Namun demikian kitab Tawarikh ditutup dengan berita mengenai izin yang diberikan oleh raja Persia, Koresy, diberikan untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Lanjutan kisah kitab Tawarikh ditemukan dalam kitab Ezra dan Nehemia.
Dalam menyusun karyanya di Muwarikh memanfaatkan terutama kitab-kitab yang sekarang termasuk Kitab Suci. Kitab Kejadian dan Bilangan dipergunakan untuk menyusun silsilah-silsilah dalam bagian pertama 1Tawarikh. untuk sejarah selanjutnya terutama dipakai kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Hanya kitab-kitab itu dipergunakan dengan bebas sekali. Pengarang memilih bahan sesuai dengan pandangan dan maksudnya sendiri dan iapun menambah bahan atau menghilangkan apa yang dianggap tidak sesuai. Akan tetapi pengarang Tawarikh tidak pernah menyebut kitab-kitab yang dapat kita selidiki. Sebaliknya, ia menyebut sejumlah karya lain sebagai sumber-sumbernya yaitu: Kitab Raja-raja Isarel, 1Taw 9:1; Kitab Raja-raja Yehuda dan Israel, 2Taw 16:11; Tafsiran (midrasy) Kitab Raja-raja, 2Taw 24:17; iapun menyebut Riwayat Samuel, Pelihat, dan Riwayat nabi Natan serta Riwayat Gad, Pelihat, 1Taw 29:29 dan lagi disebarkan Riwayat Semaya, nabi itu, dan Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, 2Taw 13:22, dll. Semua tulisan itu tidak kita kenal dan isi serta hubungan tulisan-tulisan itu satu sama lain dan dengan kitab-kitab yang kita kenal, menjadi pokok perbedaan pendapat para ahli Kitab. Tulisan-tulisan itu barangkali memberi laporan tentang pemerintahan beberapa raja dalam sorotan nabi-nabi yang tampil di zaman mereka. Dapat disangsikan apakah pengarang Tawarik juga memanfaatkan tradisi lisan.
Oleh karena penyusun Tawarikh, mempunyai sumber-sumber yang tidak kita kenal dan yang mungkin dapat dipercayai, maka tidak perlu mengambil sikap yang pada pokoknya mencurigai segala yang oleh penyusun ditambahkan pada berita-berita yang tercantum dalam kitab-kitab yang kita kenal, yaitu yang tercantum dalam Alkitab sendiri. Tiap-tiap tambahan dan perubahan perlu diselidiki satu demi satu. Penyelidikan-penyelidikan yang terbaru dalam banyak hal membenarkan pengarang Tawarikh dan membelanya terhadap keraguan dan rasa curiga yang terdapat pada sejumlah besar ahli Kitab. Tetapi jelas pulalah, bahwa Tawarikh kadang-kadang memberi informasi yang tidak dapat disesuaikan dengan apa yang disajikan dalam Kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Pengarang juga kadang-kadang dengan sengaja merubah apa yang dikisahkan dalam kitab-kitab tsb. Sudah barang tentu cara kerja semacam itu tidak dapat dibenarkan pada seorang ahli ilmu sejarah modern yang wajib menceriterakan peristiwa-peristiwa sambil menjelaskan hubungan timbal-balik antara peristiwa-peristiwa itu. Namun mengingat tujuan pengarang Tawarikh, cara kerjanya dapat diterima. Sebab ia bukan ahli ilmu sejarah tetapi ahli ilmy ketuhanan. Dalam cahaya pengalaman-pengalaman masa yang lampau, khususnya pengalaman di zaman Daud, pengarang memikirkan manakah syarat- syarat bagi sebuah kerajaan idiil. Ia menggabungkan masa yang lampau, masa sekarang dan masa depan menjadi suatu sintesa: seluruh ibadah yang rapih teratur sebagaimana dilihatnya di zamannya sendiri dibuatnya berasal dari raja Daud: segala sesuatu yang dapat merugikan gambaran pahlawannya itu dihilangkan. Meskipun dalam kitabnya ada informasi yang kebenarannya dapat diperiksa, namun karya si Muwarikh lebih berharga sebagai suatu gambaran tentang keadilan dan pikiran di zamannya sendiri dari pada sbagai rekonstruksi historis dari masa yang lampau.
Memanglah si Muwarikh menulis karyanya guna orang-orang sezamannya. Ia mengingatkan kepada mereka, bahwa eksistensi bangsa tergantung pada kesetiaannya kepada Allah dan bahwa kesetiaan itu menyatakan diri dalam ketaatan kepada hukum Taurat dan dalam ibadat yang secara teratur dijalankan dengan dijiwai kesalehan sejati. Ia ingin, bahwa bangsanya menjadi sebuah jemaat yang kudus, sehingga baginya janji-janji yang diberikan kepada Daud digenapi. Orang-orang Yahudi saleh yang hidup di zaman Kristus dijiwai semangat si Muwarikh, walaupun ada kalanya dengan penyelewengan-penyelewengan yang tidak diinginkan pengarang Tawarikh. Ajaran Tawarikh memang berharga dan bermutu bagi segala zaman. Ia mengajar, bahwa hidup rohani perlu diutamakan dan bahwa Allah membimbing segala kejadian di dunia. Malahan ajarannya itu khususnya perlu direnungkan di masa kini. Sebab rasa-rasanya dewasa ini semangat keduniaan menangguhkan ditegakkannya Pemerintahan Allah untuk waktu yang tidak tentu.
Kitab Ezra dan Kitab Nehemia dalam Alkitab Ibrani dan Yunani (Septuaginta) hanya satu kitab saja. Kitab itu berjudul: Kitab Ezra. Septuaginta juga memuat sebuah kitab Ezra apokrip. Kitab itu ditempatkan sebelum kitab Ezra-Nehemia dan karenanya disebut kitab 1Ezra, sedangkan kitab Ezra-Nehemia kita disebut Kitab 2 Ezra. Di zaman Kristen barulah kitab Ezra yang satu itu dibagi menjadi dua kitab Ezra. Pembagian itu dituruti dalam terjemahan Latin, Vulgata, juga. Kitab 1 Ezra ialah kitab Ezra dan kitab 2 Ezra ialah Kitab Nehemi. Kitab Ezra yang apokrip itu dalam Vulgata disebut kitab 3 Ezra. Adat menyebutkan kitab-kitab itu menurut nama tokoh utamanya, yakni Ezra dan Nehemia, berasal dari zaman kemudian. Dalam terbitab tercetak Alkitab Ibrani kedua nama itu juga dipakai.
Kitab Erza-Nehemia merupakan lanjutan kitab tawarikh, sebagaimana dikatakan di muka. Sesudah lima puluh tahun pembuangan di Babel yang tidak tersinggung sama sekali, kitab Ezra-Nehemia menyambung kisah tawarikh dengan memberitahu tentang maklumat raja Koresy yang dalam thn 538 seb. Mas. mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem guna membangun Bait Allah. Orang-orang Yahudi yang kembali segera mulai membangun Bait Allah, tetapi pekerjaan itu terpaksa dihentikan akibat perlawanan dari pihak orang-orang Samaria. Pekerjaan baru diteruskan di zaman pemerintahan raja Darius I. Pembangunan Bait Allah diselesaikan pada thn 515 seb. mas. Usaha membangun tembok-tembok kota Yerusalem selama setengah abad berikut diperlambat juga oleh orang-orang Samaria, Ezra 1-6. Di zaman pemerintahan Artahsasta pulanglah ke Yerusalem Ezra disertai serombongan kaum buangan yang baru. Ezra itu adalah seorang pejabat-penulis dan ahli Kitab yang di istana raja Persia menangani urusan bangsa Yahudi. Ia diberi surat kuasa raja untuk mewajibkan jemaat Yahudi mematuhi hukum Taurat yang diakui sebagai hukum negara. Terpaksa Ezra bertindak keras terhadap orang-orang Yahudi yang telah menikah dengan perempuan bangsa lain, Ezra 7-10. Kemudian Nehemia yang menjabat juru minuman di istana raja Astahsasta meminta, supaya diutus ke Yerusalem untuk mendirikan tembok kota. Dalam waktu singkat pekerjaan itu selesai, kendati perlawanan para musuh; lalu kota dihuni kembali, Neh 1:1-7:72a. Dalam pada itu Nehemia diangkat menjadi bupati di Palestina. Adapun Ezra mengadakan pembacaan hukum Taurat secara meriah, lalu Hari raya Pondok Daun dirayakan. Pada kesempatan itu umat mengadakan pengakuan dosa umum dan berjanji akan melaksanakan hukum Taurat yang dibacakan, Neh 7:72a-10:40. Kemudian masih menyusul beberapa daftar nama orang, beberapa tindakan pelengkap yang diambil Nehemia dan peresmian tembok Yerusalem, Neh 11;1-13:3. Lalu Nehemia sebantar kembali ke Persia, tetapi untuk kedua kalinya diutus ke Palestina untuk membereskan kekacauan yang merambat dalam jemaat Yahudi, Neh 13:4-31.
Melihat ringkasan tsb. jelaslah sudah betapa penting kitab Ezra-Nehemia itu guna mengenal sejarah pemulihan bangsa Yahudi di zaman sesudah pembuangan. Bab-bab pertama kitab itu melengkapi keterangan-keterangan yang dapat diambil dari kitab Hagai, kitab Zakharia dan kitab Maleakhi. Tetapi kitab Ezra-Nehemia merupakan satu-satunya sumber mengenai karya Ezra dan Nehemia. Kitab Ezra-Nehemia dikarang sebelum Tawarikh disusun dan menggunakan serta mengutip secara harafiah beberapa dokumen yang sezaman dengan peristiwa-peristiwa, yakni: daftar-daftar orang yang pulang dari pembuangan, daftar-daftar penduduk Yerusalem, keputusan dan penetapan raja-raja Persia, dan khususnya laporan yang dibuat Ezra mengenai pelaksanaan tugasnya serta Riwayat Nehemia yang ditulisnya dengan tangan sendiri.
Meskipun sumbernya banyak, namun penafsiran kitab Ezra-Nehemia mengalami banyak kesulitan. Sebab dokumen-dokumen yang dipakai tersusun secara tidak keruan. Daftar nama para imigran sampai dua kali ditemukan, Ezra 2 dan Nehemiah 7. Dalam bagian kitab Ezra yang ditulis dengan bahasa Aram, Ezr 4:6-6:18, peristiwa- peristiwa yang terjadi di zaman raja Darius diceriterakan segera sesudah peristiwa di zaman raja Koresy dan Artahsasta, meskipun terjadi lima puluh tahun sesudahnya. Dokumen-dokumen yang berasal dari Ezra dan Nehemia sendiri diuraikan dahulu, lalu dicampur-adukkan dan dipersatukan kembali. Dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk jelas yang terdapat di dalamnya maka laporan Ezra dapat direkonstruksikan sbb: Ezr 7:1-8:36; Neh 7:72b-8:18; Ezr 9:1-10:44; Neh 9:1-37.
Tetapi dokumen Ezra itu oleh penyusun kitab diolah. Bagian-bagian tertentu menjadi pemberitahuan tentang Ezra seolah-olah dia itu seorang lain dari penulis; ditambahkan daftar nama orang-orang yang bersalah, Ezr 10; 18, 20-44, doa-doa yang terdapat dalam Ezr 9:6-15, dan Neh 9:6-37. Riwayat Nehemia terdapat dalam Neh 1-2; 3:33-7:5; 12:27-13:31. Penyusun kitab menyusupkan ke dalamnya sebuah dokumen tentang pembangunan tembok kota, Ezr 3:1-32; daftar nama orang-orang yang kembali dari pembuangan, Neh 7;6-72a, diambil dari Ezra 2. bab 10 adalah sebuah dokumen lain yang berasal dari arsip dan yang mengesahkan keputusan yang diambil jemaat di mana jabatan Nehemia yang kedua, Nehemia 13. Kerangka bab 11 merupakan buah pena penyusun kitab sendiri, tetapi ditambahkan daftar penduduk Yerusalem dan Yehuda serta, dalam bab 12, daftar nama para imam dan kaum Lewi.
Jelaskan bahwa si Muwarikh bermaksud menyusun kitabnya sedemikian rupa sehingga memberikan suatu gambaran menyeluruh tentang salah satu persoalan. Dalam Ezr 1-6 perhatian dipusatkan pada pembangunan Bait Allah di zaman raja Darius. Oleh karenanya pengarang mengumpulkan di situ berita-berita mengenai kaum buangan yang berturut-turut kembali; ia mengaburkan peranan Sesbazar guna menampilkan peranan Zerubabel dan mengumpulkan apa saja yang bernada melawan orang-orang Samaria. Dalam bagan-bagian kitab yang berikut pengarang menonjolkan Ezra dan Nehemia sebagai dua tokoh yang bekerja sama dalam menangani usaha yang sama.
Cara kerja yang sedemikian itu menghadapkan para ahli ilmu sejarah pada persoalan-persoalan yang sukar dipecahkan. Soal yang paling ruwet dan paling diperdebatkan ialah urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu. Menurut urutan yang dipaparkan dalam kitab Ezra-Nehemia sendiri, maka Ezra datang ke Yerusalem pada thn 458 seb. Mas., yaitu dalam tahun kerujuh pemerintah Artahsasta !, Ezr 7:8. Nehemia menyusulnya dalam thn 445, yaitu dalam tahun kedua puluh pemerintahan raja yang sama, Neh 2:1 Nehemia tinggal di Yerusalem selama dua belas tahun, Neh 13:6, jadi sampai thn. 433. Lalu ia kembali ke Persia untuk waktu yang tidak pasti lamanya. Kemudian ia datang lagi ke Yerusalem untuk kedua kalinya, masih juga di masa pemerintahan Artahsasta I, yang baru meninggal dunia dalam thn 424 seb. Mas. Urutan tradisionil ini tetap dipertahankan oleh sejumlah ahli Kitab yang ternama. hanya mereka membatasi lamanya tugas Ezra menjadi satu tahun saja, sesuai dengan petunjuk-petunjuk jelas yang terjumpai dalam kitab itu sendiri. Mereka berpendapat, bahwa Ezra kembali ke Persia sebelum Nehemia datang ke Yerusalem. Ahli-ahli lain membalikkan urutan tradisionil itu. Mereka berpendapat, bahwa karya Ezra mengandaikan, bahwa karya Nehemia sudah selesai waktu Ezra datang ke Yerusalem. Tanggal-tanggal yang dalam kitab Ezra-Nehemia dihubungkan dengan Ezra sebenarnya tidak mengenal masa pemerintahan Artahsatra I, sebagaimana halnya dengan maa jabatan Nehemia, tetapi masa pemerintahan Artahsasta II. Ezra baru datang ke Yerusalem dalam thn 398 seb. Mas. Dengan menyetujui pendapat, bahwa Ezra datang ke Yerusalem sesudah Nehemia tetapi dengan menolak pendapat, bahwa ada penggantian raja di Persia (yang sekali-kali tidak tersinggung dalam Ezra-Nehemia), beberapa ahli baru-baru in menempatkan kedatangan Ezra ke Yerusalem antara kedua masa jabatan Nehemia. Untuk mempertahankan pendapat itu mereka terpaksa merubah Ezr 7:8 begitu rupa, sehingga Ezra tidak datang ke Yerusalem dalam tahun ketujuh pemerintahan Artahsasta I, tetapi dalam tahun ketiga puluh tujuh pemerintahannya, jadi dalam thn 428 seb. Mas.
Masing-masing pendapat dapat mengemukakan bukti-bukti yang masuk akan, walaupun tidak satupun pendapat terluput dari kesulitan. Maka masalahnya tetap terbuka. Hanya satu hal yang pasti, yakni: Nehemia berkarya di Yerusalem antara thn 445 dan 433 seb. Mas.
Kalau ditanyakan, mana makna keagamaan kitab Ezra-Nehemia, maka masalah-masalah seperti yang di atas hanya merupakan masalah sampingan saja. Sesuai dengan maksud penyusun, maka kitab Ezra-Nehemia menyajikan sebuah sintesa, suatu gambaran menyeluruh, tetapi tidak menipu mengenai pemulihan bangsa Yahudi sesudah masa pembuangan. untuk memahami pemulihan itu, maka gagasan dan cita- cita yangmenjiwainya lebih penting dari pada urutan peristiwa-peristiwa yang tepat. Berkat politik liberal yang dianut wangsa Akhimedes dalam wilayah kekuasaannya, amak orang-orang Yahudi dapat kembali ke Tanah yang dijanjikan. Mereka dapat memulihkan ibadat, membangun kembali Bait Allah dan mendirikan tembok Yerusalem. Mereka dapat hidup bermasyarakat dengan dipimpin oleh orang- orang sebangsanya dan sesuai dengan hukum Musa. Tentu saja mereka harus setia pada raja Persia. Tetapi kesetiaan itu tidak menjadi soal bagi mereka. Sebab pemerintah pusat tidak mengganggu adat-istiadat mereka sendiri. Semuanya itu merupakan suatu kejadian yang penting sekali, sebab ini tidak lain kecuali lahirnya agama Yahudi yang disiapkan melalui renungan-renungan di masa pembuangan yang lama dan didorong oleh usaha beberapa tokoh yang tampil tepat pada waktunya.
Zerubabel membangun kembali Bait Allah. Tokoh ini oleh pengarang Ezra-Nehemia tidak dianggap sebagai semacam Mesias, seperti dipandang oleh nabi Hagai dan Zakharia, Hag 2:23; Za 6:12. Kemudian Ezra dan Nehemia menjadi perintais pemulihan tsb. Bapa agama yahudi yang sebenarnya ialah Ezra oleh karena tiga gagasan pokok yang ditanamkannya dalam umat Yahudi, yaitu: Mereka adalah suatu bangsa terpilih: Bait Allah menjadi pusatnya: hukum Taurat menjadi pengaturannya. Ezra bersikap keras yang tidak kenal kompromi dalam melaksanakan pembaharuan dan ia memupuk partikularisme yang dibebankan olehnya kepada bangsanya. Hanya sikap itu dapat dipahami juga mengingat imannya yang hangat serta tugasnya menjaga kemurnian masyarakat yang baru dipulihkan. Ezralah yang merupakan moyang para ahli Kitab dan peranannya dalam tradisi Yahudi semakin meningkat. Nehemia mengapdikan diri kepada cita-cita yang sama, tetapi karyanya di bidang lain. Di Yerusalem yang dibangun kembali olehnya lalu dihuni kembali, Nehemia menciptakan syarat-syarat hidup bernegara dan memberi bangsanya semangat kebangsaan. melalui riwayatnya yang lebih pribadi dari pada laporan Ezra kita mengenal kepribadian Nehemia sebagai seseorang yang halus perasaannya dan berperikemanusiaan, sebagai seseorang yang tidak segan mengorbankan diri yang bijaksana dan teliti serta mengandalkan Allah sambil sering berdoa kepadaNya. Lama sekali tokoh ini dikenang dan Bin Sirakh mengangkat lagu pujian mengenai "dia yang membangun kembali tembok-tembok yang roboh" (Sir 49:13).
Tidak mengherankan, bahwa penyusun Ezra-Nehemia melihat cita-cita dipuji-pujinya dalam kitab Tawarikh terwujud dalam jemaat yang berpusatkan Bait Allah dan dipimpin oleh hukum Taurat. Sudah barang tentu si Muwarikh insaf, bahwa perwujudan itu kurang sempurna, sehingga masih perlu juga orang menantikan sesuatu yang lain. Tetapi lebih dari pada dalam kitab Tawarikh, si Muwarikh dalam kitab Ezra-Nehemia terikat pada dikumen-dokumen yang dipergunakannya. Maka ia mempertahankan nada pertikularisme yang dibenarkan oleh keadaan konkrit dan yang terdapat dalam dokumen-dokumen itu. Sesuai dengan dokumen-dokumen itupun ia tidak berbicara mengenai pengharapan akan Mesias, kelak yang tidak disuarakan oleh dokumen-dokumen itu oleh karena penulis-penulis merasa setia terhadap raja- raja Persia.
Pengarang Ezra-Nehemia menyusun karyanya itu dipertengahan abad ke 3-4 seb. Mas. Masa itu kita sangat kurang mengenalnya. Tetapi justru di zaman itu Yerusalem diam-diam membangun dirinya serta memperdalam kerohaniannya dalam suasana terpencil.
Ende: Ezra (Pendahuluan Kitab) KITAB ESRA-NEHEMIA
PENDAHULUAN
Kitab Esra-Nehemia menurut aselinja hanjalan sat karya sadja. Sebagaimana halnja
dengan pelbagai kitab lainnja, barulah...
KITAB ESRA-NEHEMIA
PENDAHULUAN
Kitab Esra-Nehemia menurut aselinja hanjalan sat karya sadja. Sebagaimana halnja dengan pelbagai kitab lainnja, barulah agak keterbelakangan dibagi mendjadi dua kita, rupa2nja karena alasan2 praktis dan bersandarkan Neh 1,1. baru dalam abad kelimabelas ses.Mas. pembagian muntjul dalam naskah2 Hibrani, sedangkan dalam terdjemahan2 kuno pembagian ini sudah diadakan terlebih dahulu.
Nama "Esra-Nehemia", jang sekarang ini lazim, bukanlah nama satu2nja. Di dalam terdjemahan2 kuno bahasa Junani kitab ini dinamakan "Kitab Esdras jang kedua". Sebab didahului oleh kitab jang tidak termasuk Kitab Sutji dengan itu terdiri atas beberapa bagian jang dipetik dari kitab "Esra-Nehemia" ditambah dengan suatu petikan agak pandjang, jang tidak ketahuan asal-usulnja. Karena kitab jang bukan Kitab Sutji itu mendapat banjak penghargaan didjaman kuno, maka buasanja ditjetak pada achir terdjemahan Latin dan terbitan2 Vulgata. Didalam Geredja Latin kitab2 Esra-Nehemia sudah dibagi djadi dua; dahulu disebut "Liber Esdras primus" dan "Liber Esdras secundus".
S.Hieronimus membuat terdjemahan Latin baru, dan karena ia ingin supaja kesatuan aseli itu diterima umum kembali, maka kitab2 itu dinamakannja: "Liber Ezrae et Nehemiae".
Ketika terdjemahan didjadikan resmi didalam Vulgata, maka orang kembali lagi kepembagian maupun nama Latin jang lama, dn kita2 itu dinamakan lagi: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Esdrae secuntus". Didalam daftar resmi Kitab Sutji jang disusun Konsisli Trente, namanja mendjadi: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Esdrea secundu, qui dicitur Nehemiae". Tetapi didalam tjetakan2 Vulgata dipilihlah nama: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Nehemiae, qui et Esdrae secundus dicitur".
Kitab Esra-Nehemia adalah kelandjutan dari kitab Tawarich, bahkan permulaannja mengulang penutup kitab Tawarich (Esr 1,1-3= II Taw.36,22-23). Kedua kitab itu bergandingan satu sama lain, bukan hanja mengenai isinja, sebab Esra-Nehemia melandjutkan kisah Tawarich, tetapi djuga mengeni bentuknja. Tjara mengarang dan menjusunnjapun sama seluruhnja. Makanja tidak sedikitlah ahli, jang berpendapat, bahwa kedua kitab tsb. sesungguhnja menurut aselinja merupakan satu keseluruhan jang berlangsung terus dan disusun oleh pengarang jang satu dan sama djua.
Bahwasanja Esra Nehemia dan Tawarich sungguh erat gandingannja, haruslah diterima, tetapi sebaliknja didalam tradisi tiada keterangan2 jang tjukup djelas, untuk memastikan, bahwa kitab itu dahulu sungguh pernah merupakan satu keseluruhan. Sedjauh dapat diselidiki, senantiasa terpisahlah kitab2 itu.
Isi kitab Esra-Nehemia adalah kisah fragmentaris tentang suatu masa pendek di dalam sedjarah Isjrail. Adapun jang dikisahkannja hanjalah pemulihan bangsa Jahudi sehabis pembuangan, dimulai dengan kembalinja dari Babel dalam tahun 539/538 dan berachir dengan masa kedua djabatan adipati Nehemia kira2 tahun 424. Djadi, kisah itu meliputi masa seabad lebih sedikit, sedangkan laporannja mengenai tahun 515-445 pun sangat singkat. Keterangan2 tambahan tentang masa itu terdapat dalam tulisan2 nabi2 Hagai dan Zakaria (+-520), dan Maleachi (+-430) dan dalam bagian terachir kitab Jesaja (pasal 56-66). Selandjutnja tersedia pula sumber2 di luar Kitab Sutji, jang menjoroti masa tsb., jakni sedjumlah naskah dari sebuah koloni Jahudu di Mesir, "Elephatine", jang diketemukan di Mesir sedjak th. 1898. Latar belakang sedjarah profan dari kitab Esra-Nehemia ialah sedjarah keradjaan Parsi, jang menggantikan keradjaan Babel. Sebab sesudah Juda diangkat kepembuangan (587) runtuhlah Babel dalam tempoh seumur hidup manusia. Dengan bantuan orang2 Media, Babel telah melenjapkan keradjaan Asjur (612) dan wilajahnja dibagi antara kedua pemenang itu. Tetapi didalam lingkungan keradjaan Media dengan ibukotanja Ekbatana, keradjaan taklukan Anzan mendapat perkembangan jang pesat. Lebih2 hal ini terdjadi dibawah pimpinan jang arif dari Cyrus, orang Parisi jang kemudian diberi bergelar "jang agung" (585-529). Keradjaan kerdil Anzan itu mendjadi keradjaan raksasa Parsi, menurut negeri asal-usul wangsa, jang kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. asal-usul wangsa, jang kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. 555 Dyrus memberontak lawan Astiage, tuannja di Ekbatana. Dengan direbutnja ibukota itu Cyrus mendjadi radja Media, jang untuk selandjutnja djuga disebut Parsi.
Karena maksud Cyrus seterusnja se-kali2 tidak disembunjikan, maka keradjaan2 dikelilingnja mengadakan persekutuan lawan dia. Adapun jang masuk dalam persekuruan itu ialah Croesus dari Lidia, Nabonides dari Babel, Amasi dari Mesir dan malahan Sparta jang djauh letaknja itu. Pertama2 Curus menjerbu Lidia, jang karena ditinggalkan sekutu2nja lalu direbutnja dan didjadikannja djadjahan dari keradjaan Parsi. Hingga tahun 540 Cyrus sibuk dengan suku2 ditumur, jang berturut2 ditaklukkannja. Kemudian ia berbelok ke selatan, ke Babel. Nabonides, radja jang memerintah disana, sangat tidak populer dan agak gila-agama, sehingga pemerintahan dipegang oleh puteranja, Belsjazar. Babel ternjata amat lemah, sehingga bukan tandingannja bagi Cyrus jang ulung itu. Dalam th 539 ibukotanja direbut tanpa perlawanan sedikitpun. Si pemegang bertindak amat lemah-lembut, sehingga ia tanpa banjak kesulitan dapat menggabungkan Babel kedalam keradjaannja. Dengan sendirinja semua negeri taklukan Babelpun djatuh kedalam genggaman Cyrus. Termasuk pula Palestina jang lalu mendjadi propinsi dan diperintah oleh pedjabat2 PLarsi. Keradjaan Cyrus meluas dari India sampai ke Mesir.
Dalam th. 529 Cyrus gugur dan digantikan oleh Kambises (529-522). Sesudah kekatjauan2 biasa pada pergantian tachta, Kambises lalu melandjutkan politik ekspansi Cyrus. Dalam th. 525 saingannja jang berat, jakni Mesir ditaklukkan. Suatu perlawatan lawan Libia di Afrika Utara dan lawan Etiopia disabelah selatan Mesir menemui kegagalan. Karena kerusuhan2 di Asia sendiri, maka Kambises pulang ber-gegas2, tetapi tewas ditengah perdjalan dengan tjara jang agak aneh. Para kepala keluarga bangsawan memilih seorang anggota lain dari wangsa Cyrus mendjadi penggantinja, jakni Darios I (522-485). Kerusuhan2 jang timbul dimana2 didalam keradjaan, ditumpas dalam tempo tudjuh tahun. Darios lalu mereorganisir keradjaannja, dengan membaginja djadi duapuluh satrapia. Akan kepala satrapia2 itu diangkatnja anggota2 keluarga keradjaan, jang diawasi dengan tadjamnja oleh pemerintah pusat. Satrapia2 itu meruapakan kesatuan2 administratif dan militer, jang tidak menghapus jang lama tapi mengkoodinirnja. Satrapia dibagi atas beberapa propinsi, dan para satrap lebih mirip pangeran2 daripada pendjabat pemerintahan.
Satrapia jang kelima dengan pusatnja di Damsjik, meliputi Palestina, Syriah, Fenesia dan Cyprus. Untuk keperluan2 militer dan administratif Darios menjuruh buat djaringan djalan2 dan mentjiptakan uang kesatuan untuk seluruh keradjaan jakni daricos (dirham). Dalam th 490 Darios mengadakan perlawatan lawan negeri jang ketjil diseberang laut, jakni Junani jang ada dibawah pimpinan Atena. Alasan untuk peperangan itu ialah bahwasanja orang Junani menjokong pemberontakan2 di Asia ketjil, dimana penduduk Junani jang sudah ditundukkan Parsi mentjoba peroleh kembali kebebasannja. Tetapi balatentara Parsi dipukul hebat didekat Maraton berkat siasat perang baru jang dilakukan Junani. Ditengah kesibukan persiapan besar2an untuk ekspedisi pembalasan mangkatlah Darios. Ini menjebabkan petjahnja pemberontakan2 baru. Penggantinja, Xerxes I (486-465), menumpas pemberontakan2 itu dengan kekedjaman jang tidak lazim bagi wangsanja.
Karena propokasi Junani jang haus perang dan karena tekanan panglima2nja maka Xerxes mengadakan perlawatan lawan Atena. Mula2 djalannja amat gemilang. Dalam th. 480 Atena diduduki, tetapi dua hari kemudian armada Parsi dipukul hebat didekat Salamis. Balatentara dan armada mulai mundur, tetapi dalam th. 472 armada Parsi dimusnahkan didekat Samos. Sesudah itu pasukan2 Parsi tidak dapat bertahan lagi. Perang masih dilandjutkan beberapa tahun lamanja, tetapi Junaji tidak terhampiri lagi oleh Parsi. Dasar bagi kebesaran Junani dan bagi kehantjuran Parsi sudah mulai diletakkan.
Dalam th. 465 Xerxes dibunuh dan digantikan oleh Artaxerxes I (465-423). Perebutan tachta kali ini berlangsung lama sekali dan amat sengitnja. Pemberontakan jang paling berbahaja datangnja dari Mesir, jang mendapat dukungan Junani. Satrap dari Syriah berhasil menundukkan negeri itu; tetapi sesudah itu ia sendiri memberontak dan berkuasa penuh. Ketika Artaxerxes mangkat, putera dan penggantinja dibunuh, tetapi si pembunuh jang menggantikannja mengalami nasib jang sama.
Pembunuhnja, jakni Darios II dapat bertahan (423-404). Tetapi ia adalah radja jang lemah, sehingga keradjaannja sebenarnja diperintah oleh Parisatides, permaisurinja jang litjin dan kedjam. Dalam pemerintahan putera Darios Artaxerxes OO (404-358) merontaklah satrap Cyrus jang muda, putera Parisatides, dengan mendapat sokongan ibunja. Pasukan Cyrus, jang terdiri pula atas suatu kesatuan Junani, berhasil merembes sampai kedjantung keradjaan Parsi, sebelum ia dialahkan.
Pengalaman2 Artaxerxes I dan Artaxerxes II menundjukkan betapa besarnja bahaja jang bisa datang dari pihak para satrap; hal mana ternjata sudah, ketika semua satrap dibarat memberontak lawan Artaxerxes, dengan mendapat dukungan Mesir jang sudah merdeka lagi dalam th. 404. Dengan timbulnja revolusi di Mesir, maka para satrap berdiri sendirian, sehingga Artaxerxes berhasil menundukkan mereka, lebih dengan siasat daripada dengan pertempuran.
Untuk memahami kitab Esra-Nehemia dengan tepat tidak perlulah pengetahuan tentang garis-besarnja keadaan bangsa Jahudi diwaktu muntjulnja keradjaan Parsi. Lebih tepat lagi: keadaan rakjat Juda. Sebab rakjat dari keradjaan utara tidak ada lagi. Golongan jang diangkut Asjur kepembuangan hampir seluruhnja sudah dilebur kedalam penduduk setempat. Sisanjapun sudah bertjampur dengan bangsa2 kafir, jang dipindahkan Asjur kedaerah Sjomron. Daripadanja terdjadilah bangsa tjampuran, jakni orang2 Samaria, jang dalam kitab Esra-Nehemia memainkan peranan jang amat penting sebagai lawan2 orang2 Jahudi jang kembali dari pembuangan.
Keadaan rakjat keradjaan selatan lama adalah djauh lebih baik. Lapisan2 atas sadja jang diangkut ke Babel (587,586,582) sedang lapisan2 bawah tinggal dinegeri itu dibawah pemerintahan pendjabat2 Babel. Bangsa2 kafir tidak dipindahkan ke Juda, sehingga Juda mendjadi tanah jang sedikit penduduknja dan lengang. Tetapi pelbagai kelompok dari bangsa2 kafir dikelilinginja memasuki tanah itu; boleh djadi dengan dukungan pedjabat2 Babel, jang oleh karenanja diperkuat kedudukannja. Orang2 asing itu berhasil memperoleh kedudukan jang agak kuat dan makmur. Ketika Babel mendjadi djadjahan Parsi, maka dengan sendirinjapun Juda mengalami nasib jang serupa. Dalam bidang keigamaan muntjul kembali syncretime lama, tetapi disamping itu Jahwe dipudja pula dan ibadah2nja dirajakan lagi seperti sediakala ditempat bait Sulaiman dahulu. Kaum buangan di Babel mula2 sangat sulit penghidupannja, entah sebagai buruh rodi entah sebagai petani ketjil jang setengah bebas. Sesudah mangkatnja Nebukadnezar keadaan mereka ber-angsur2 bertambah baik; hal mana ternjata pula dengan pengampunan radja Jojakin oleh pengganti Nebukadnezar, Evil-Merodak. Selaras dengan petundjuk nabi Jeremia, orang2 Jahudi menjesuaikan diri dengan keadaan mereka, dan tak lama kemudian mendjadi kelompok jang sedikit banjak makmur. Meskipun diadakan hubungan dengan penduduk kafir setempat, terutama dalam bidang ekonomis, namun kelompok2 Jahudi itu memelihara tjorak tersendiri jang agak memetjilkan dirinja. Ini a.l. berkat faktor2 keigamaan, jang mengadakan pemisahan antara orang Jahudi dengan orang kafir. ini muda dimengerti, djustru karena lapisan2 atas dengan sedjumlah imam dan levitalah jang diangkut, djadi djustru pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat diangkut, djadi djustru pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat dirajakan dengan semaraknja janglazim, karena intipati ibadahnja, jakni kurban, tidak mungkin diadakan. Tepat sebelum pembuangan itu mulai berlakukah hukum deuteronomis, jang hanja membolehkan kurban2 dibitullah Jerusjalem. Oleh karenanja perhatian dimasa pembuangan itu lebih ditudjukan kepada per-undang2an keigamaan serta tradisi2 dari masa sebelum pembuangan. Undang2 serta tradirisi2 itu dikumpulkan, diatur dan disusun dengan amat radjinnja. Daripadanja muntjullah kumpulan undang2 serta tradisi2, jang merupakan persiapan bagi Pentateuch sekarang ini. Bergandingan dengan itu pula muntjullah suatu lapisan baru dari pemimpin2 keigamaan, jakni para ahli kitab dan ulama. Keimaman kehilangan fungsinja jang chas, maka dengan sendirinja golongan tsb. menghasilkan banjak ahli kitab, lebih2 karena sedjak sediakala para imam itupun dipandang sebagai ahli Taurat dan pembela tradisi. Pengaruh terbesar atas hidup keigamaan kaum buangan datangnja lebih2 dari kalangan profetisme dimasa itu. Terutama nabi Jeheskiel, jang boleh djadi sudah tampil kemuka di Juda, sebelum ia pergi kepembuangan Babel, dan tokoh , jang meniggalkan sebagian besar dari djilid kedua kitab Jesja sebagai warisan, Nabi2 tsb. degan lingkungan tjarik2nja meng-hidup2kan pengharapan Israil, penharapan akan pemulihan setelah masa pendek penindasann dan pemurnian, sebagaimana jang dilihat dalam wahju oleh Jesaja dan Jeremia.
Pengharapan itu memandang mutjulnja Cyrus sebagai permulaan pemenuhannja. Bagi para nabi dan kaum buangan itu Cyrus merupakan alat pilihan Jahwe, untuk menepati djandjiNja. Dialah jang dipanggil Allah, untuk menebus umatNja, terangnja sisa ketjil dari rakjat, jang akan mendjadi permulaan dari umat Allah jang baru, sesuai dengan apa jang dilihat Jeremia dan Jesaja didalam penglihatan2nja (Jes 45,1;44,28). Bukan hanja orang2 Jahudi, tetapi bangsa2 lainnjapun, jang tertindas dan diangkut kepembuangan itu, memandang Cyrus sebagai pembebas mereka.
Ketika Cyrus menanamkan pemerintahannja di Babel, ia sungguh tidak mengetjewakan. Kalau orang2 Asjur dan Babel selau mendjalankan politik radikal dengan penindasan kedjam dan adikara, jang tidak menghiraukan perasaan2 nasional serta keigamaan, maka Cyrus dan djuga pengganti2 nja, kendati kurangan sedikit, menempuh djalan lain samasekali. Cyrus toleran sekali, dan dimana mungkin dari segi politik, ia menghormat perasaan2 nasional serta keigamaan dari bangsa2 jang ditakkllukkannja. Cyrus menghargai, bahkan menghormati para dewa bangsa2 lain dan membiarkan mereka memelihara ibadah masing2 serta pendjabat2nja, malahan tahu memberikan sokongan besar kepadanja, dan tidak meng-usik2 undang2 serta adat-istiadat mereka. Ia hanja minta kesetiaan politik; dan apabila kesetiaan itu terpelihara, maka orang2 asingpun boleh masuk istana dan memperoleh kedudukan2 jang tertinggi dan pangkat jang berpengaruh dan mendapat tugas jang penting.
Didalam suasana ini sangat dapat dimengerti, bahwa Cyrus memperkenankan kaula Jahudi pulang kenegerinja, untuk menjelenggarakan lagi ibadah mereka kepada Ilah mereka, Jahwe, didalam baitNja sendiri dan melandjutkannja dengan meriah. Dapat dimengerti pula, bahwa ia mengidjinkan mereka hidup menurut adat-istiadat mereka dan membentuk masjarakat mereka, bahkan dengan sebangsa otonomi sipil. Namun mereka termasuk dan harus tetap termasuk dalam propinsi Parsi dan membajar padjak mereka, tetapi selebihnja, dari pihak Cyrus sendiri, mereka boleh menempuh tjara hidup mereka sendiri.
Bahwasanja pedjabat2 Parsi dan orang2 jang berpengaruh di Palestina tidak selalu bersikap semurah hati radja mereka, tidak mengurangkan sedikitpun dalam kemurahan hati radja itu sendiri.
Kitab Esra-Nehemia mendjandjikan kisah fragmentaris tentang kembalinja kaum buangan didalam pemerintahan Cyrus dant tentang pembentukan masjrakat didjamannja dan didjaman para penggantinja. Menurut pandangan kitab itu pemulihan tadi berlangsung dalam tiga fase, jang djuga merupakan pembagian besar dari buku itu senriri. Bagian pertama (Esr 1-6) mendjandjikan ichtisar kembalinja mereka, jang terdjadi ber-angsur2 dan berkelompok2. Sesudah itu dilukiskanlah pemulihan ibadah di Jerusalem, jang mentjapai puntjaknja dalam pembangunan serta pentahbisan baitullah dengan perajaan Paska didalam rumah sutji jang dipulihkan itu. Masa jang berlangsung dari th.538 hingga 515 itu dipengaruhi oleh tiga tokoh. Perintis jang pertama ialah Sjesjbasar, seorang bangsawan Jahudi, jang rupa2nja berpangkat penting diistana keradjaan Parsi. Dialah jang merintis. Tetapi djauh melebihi dia ialah penggantinja, Zerubabel, seorang keturunan dari radja pudjaan, Dawud. Didalam pekerdjaannja ia didampingi oleh seorang keturunan dari Harun, jakni imam Jesjua' dan nabi2 Hagai dan Zakarja. Dalam pemerintahan Darios I permulaan pertama diselesaikan.
Puluhan tahun berlalu, hingga Esra, imam dan ahli kitab, tampil kedepan (Esr7- 10). Atas perintahArtaxerxes ia melaksanakan pembaharuan keigamaan dan mengorganisir segenap masjarakat sesuai dengan Taurat Jahwe seluruhnja. Leba tjapai itu dengan bertindak tegas terhadap perkawinan tjampuran.
Bagian ketiga menampilkan tokoh mulia Nehemia, seorang pendjabat tinggi dalam pemerintahan Artaxerxes I, jang diutusnja sebagai adipati ke Juda dan terutama mengorganisir hidup kemasjarakatan (Neh 1-13). Dengan persetudjuan radjanja ia membangun kembali tembok2 Jerusjalem dalam tempo jang singkat kendati tentangn hebat dari dalam maupun luar, dan ia menempatkan orang2 Jahudi sebagi penduduk kota itu. Keadaan2 sosial buruk, jang sudah mendarah-daging dan merintangi pekerdjaan2 pembangunan kembali disehatkan. Menurut susunan kitab itu sendiri, Nehemia bekerdja sama dengan Esra beberapa waktu lamanja. Adipati itu dipanggil kembali keistana atau pergi atas kemauannja sendiri untuk memberikan laporan, tetapi beberapa waktu kemudian ia diangkat lagi mendjadi adipati. Ia melandjutkan pekerdjaan itu, chususnja dengan mereorganisir ibadan dan lagi, menurut garis pekerdjaan Esra, dengan mengusahakan kemurnian bangsa dengan giatnja. Kegiatan Nehemia jang menghasilkan keadaan jang mulia itu berlangsung dari th.445 sampai th. 424.
Penjusun terachir kitab Esra-Nehemia, jang bukan saksi-mata dari peristiwa2 jang disadjikan, mengambil bahannja dari sedjumlah dokumen2 kuno. Bahwasanja karya itu tidak langsung ditulis tangan satu, kiranja djelaslah dari kenjataan jang agak aneh, bahwasanja kitab itu ditulis dalam dua bahasa, bahkan kesatuan2 tertentu ditulis dalam bahasa Hiberani, tetapi dua kutipan jang agak pandjang dalam bahasa Aram (Esr 4,8-6,18;7,12-26). Namun masih ada beberapa tanda lainnja jang menundjukkan dengan djelasnja, bahwa sedjumlah dokumen dikutip begitu sadja tanpa gubahan atau perubahan, sehingga kitab itu tidak banjak bedanja denan suatu kumpulan dokumen2, jang di-ganding2kan oleh sipenghimpun. Hanja bagian2 ketjil sadjalah, jang dari tangan penghimpun itu sendiri.
Kitab Nehemia dimulai dengan anakdjudul "Surat peringatan Nehemia" (1,1). Dalam sebagian besar kitab itu ia tampil sebagai pembitjara, jang memberikan laporan tentang usahan serta kegiatannja di Jerusalem (1,1-7,72; 11,1-.20.25; 12,27- 43;13,4-31). Sudah barang tentulah, disini kita bersua dengan tulisan Nehemia sendiri. Ini bukannja sebangsa laporan dari tindakan2nja sebagai adipati Parsi kepada pemberi tugas itu, tetapi lebih2 sebangsa pengakuan kepada Jahwe, tentang apa jang diperbuat Nehemia bagi Jahwe serta umat Nja, diluar djabatannja sebagai adaipati. Tetapi sipenjusun kitab menjisipkan beberapa kalimatnja sendiri (12,28-30.33-36.41-42) dan menambahkan pada surat peringatan Nehemia itu beberapa daftarm jang dikutipnja dari dokumen2 lainnja, untuk sebagian mungkin berasal dari arsip baitullah Jerusalem (Neh 3,1-32;11,3-19.21-24.25b-36;12,1- 9.10-11.12-26). Daftar orang2 jang dahulu kembali dari pembuangan (Neh 7,6-72) agaknja termasuk surat peringatan itu, meskipun Nehemia sendiri mengutipnja dari sumber lain, jang digubahnja seperlunja. Namun demikian, ada pula ahli2, jang kendati Neh 7,5b. toh berpendapat, bahwa wrang lainlah jang menjisipkan daftar itu. Dalam perkiraan ini kiranja aneh djuga, bahwa si penjusun kitab memasukkan daftar itu sampai dua kali (Esr 2,1-70). Pun laporan resmi dari pembaharuan perdjandjian dalam Neh 10, jang dalam susunan kitab itu dihubungkan dengan tampilnja Esra, kiranja termasuk surat peringatan Nehemia itu pula. Hanja 10,2- 28 dikutip si pengarang kitab dari sumber lain, mengingat kesukaannja akan nama2 dan daftar2.
Sama djelasnja dengan surat peringatan Nehemia itu nampakaalah sebuah dokumen serupa atas nama Esra (Esr 7,27-9,15). Esra sendiri jang angkat bitjara dan memberikan laporan tentang tugasnja di Jerusalem dan tindakannja disana. Bukan tidak mustahil, bahwa ini laporan resmi Esra kepada pemerintah Parsi dan kepada djemaah Jahudi di Babel. Kiranja termasuk dokumen ini pula penetapan Araxerxes jang disusun dalam bahasa Aram (Esr 7,12-26). Lebih sulitlah menentukan apa bagian berikut ini (Esr 10.1-17.18-44) dikutip pula laporan tadi. Disini bukan Esra sendiri lagi, jang angkat bitjra, tetapi orang lainlah jang bertjerita tentang Esra. Namun banjak ahli tjondong kepada pendapat, bahwa ini hanja mengenai saduran ketjil dari laporan si penjusun kitab dalam gubahannja. Pendahuluan, jang mengichtisarkan dokumen2 itu, teranglah dari tangan si penjusun sendiri.
Agak anehlah, bahwa dalam kitab Nehemia (8-9) tokoh Esra tampil lagi, dengan memutuskan sedjenak tjerita tentang kegiatan Nehemia. Inilah salah satu soal jang tersulit dalam seluruh kitab itu. Meskipun tidak begitu pasti, namun dapatlah diterima dengan alasan tjukup, bahwa pasal2 tsb. menurut aselinja termasuk laporan Esra itu. Imbuhan dari tangan si penjusun kitab ialah 9,3-5, karena ia hendak menitikberatkan peranan levita, seperti dilakukannja pula ditempat lain, dan djuga mazmur jang agak pandjang itu, 9,6-37. Mazmur ini tentulah dari waktu belakangan, tetapi tidak dapat ditentukan lebih ladjut waktunja. Djika Neh. 8-9 sungguh berasal dari Esra, maka si penjusun kitab Esra- Nehemia telah memperuraikan dokumen aselinja dan menjadurkannja dalam karyanja sendiri. Laporan Esra itu dalam bentuk aselinja tersusun sbb: Esr 7,1-8,36; Neh 7,72-8,18;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-2. Demikianlah kentara pula urut2an chronologis dari peristiwa2 itu, hal mana agak berbeda dari urut2an jang rupa2nja dikirakan kitab itu sendiri. Pentingnja hal ini kemudian akan kentara.
Lebih sulit lagi mendjawab pertanjaan, darimana berita2 dalam bagian pertama kitab itu (Esr 1-6) dikutib. Permulaannja (Esr 1,2-4) adalah gubahan dari berita dalam Esra 6,3-5. entah oleh si penulis sendiri, entah oleh pendahulu2nja atau tradisi. Berita, bahwa Cyrus djuga menjerahkan kembali perabot ibadah (Esr1,7-8) mungkinlah dikutib dari Esr 5,14-16, sedang daftar berikutnja (Esr 1,9-11) aselinja dari sumber Aram, jang diberikan terdjemahannja disini. Daftar dari orang2 jang kembali dari pembuangan dalam Esr 2,1-70 sangat boleh djadi berasal dari surat peringatan Nehemia (Neh 7,6-72) jang tentunja disana-sini digubah sedikit. Ataukah kedua dokumen itu dengan sedikit gubahan bersumber pada dokumen sama jang lebih tua?
Dalam Esr 4,8-6,18 si penjusun kitab mengutip beberapa dokumen Aram, jakni: suatu tuduhan musuh2 kaum Jahudi pada Artaxerxes (4,8-16) djawaban radja atas surat itu (4,17-22), suatu laporan pendjabat2 Parsi kepada Darios (5,6-17) dengan keputusan berikut dari Darios (6,3-15) dan dalam keputusan itu dikutip pula penetapan Cyrus (6,3-5). Dokumen2 tsb. mengenai pelbagai kedjadian, jang terdjadi dalam waktu jang berlainan. Kesemuanja itu mau melukiskan apa jang dikisahkan si pengarang sendiri dalam 3,1-4,5 tentang kesulitan2 pembangunan baitullah, meskipun dokumen2 terachir itu mengenai pembangunan tembok Jerusjalem, jang selesai dimasa Nehemia.
Urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu ialah sbb.: Esr5,1-6,18;4,6;4,7;4,8- 23. Bagian pertama (5,1-6,18) adalah landjutan dari 4,5 dan mengenai pembangunan baitullah serta penjelesaiannja. Ajat 4,5 diulang dalam 4,24 jang diselipkan oleh si pengarang sendiri dan kemudian diterdjemahkan dalam bahasa Aram. Bagian kedua (4,6-23) mengenai tentangan jang dialami pada pembangunan tembok Jerusjalem, dan kisah ini dilandjutkan kitab Nehemia. Karena kombinasi jang aneh ini, mungkinlah, si penjusun mendapati dokumen2 itu sebagai suatu kumpulan, jang diambil-alih begitu sadja dlam kitabnja. Mungkin djuglah penutup aselinja ditinggalkan dan diganti dengan beritanja sendiri tentang perajaan Paska pertama dalam tahun 515 (Esr 6,19-22), jang ditulis dengan bahasa Hibrani.
Susunan jang agak ber-belit2 dari kitab Esra-Nehemia jang dilukiskan diatas itu, menimbulkan pertanjaan tentang benar-tidaknja berita2 itu. Bahwasanja kedjadia2 itu sungguh terdjadi, haruslah diterima. Tetapi urut-urutan sesungguhnja dari kedjadian2 itu menurut waktunja adalah soal jang tak terpetjahkan, jang sudah lama diselidiki para ahli, tanpa memperoleh kepastian jang tetap. Si penjusun sendiri tidak mengatur dokumen2nja menurut asas chronologis, melainkan menurut asas jang berlainan sama sekali. Ia menjusun bahan2nja dikeliling dua peristiwa utama, jang hendak dilukiskannja, jakni pembangunan baitullah dan pembangunan tembok Jerusjalem dengan ichtisar tentang garis besarnja keadaan umat Jahwe jang dipulihkan itu. Dengan melintasi segala kesulitan, si penulils achirnja sampai kepenutup jang membahagiakan, berkat kegiatan Esra dan Nehemia.
Bukan hanja keinginan-athu penjelidik sedjarah sdja, tetapi djuga pentingnja perkara itu sendiri telah mendorong para ahli, untuk merekonstruir sebaik mungkin urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu. Kesulitan utama ialah soal: siapakah jang per-tama2 telah datang di Jerusjalem, Esra ataukah Nehemia, dan bila mereka itu telah datang disana. Kitab itu sendiri memberi kesan, bahwa Esralah jang per-tama2 datang disana dan bahwa Esra serta Nehemia bekerdja sama beberapa waktu lamanja. Inipun pendapat, jang lama diterima begitu sadja, kendati kesulitan2 jang bergandingan dengannja.
Rengrengan chronologis jang diterima ialah sbb.: Orang2 Jahudi kembali dalam th.538. Sjesjbasar dan Zerubabel membangun kembali baitullah dan memulihkan ibadah. Ini selesai dalam th.515. Kemudian datanglah Esra dalam tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes I, jakni dalam tahun 458, dan ia menjelenggarakan pembaharuan keigamaan. Dalam tahun keduapuluh pemerintahan Artaxerxes I, jakni dalam tahun 445, datanglah Nehemia sebagai adipati ke Jerusjalem dan membangun kembali temboknja. Kemudian Esra dan Nehemia bekerdja sama beberapa waktu lamanja, untuk mengorganisir masjarakat lebih landjut. Lalu pergi, tetapi untuk kedua kalinja ia mendjabat adipati sesudah th. 443.
Karena kesulitan2 jang bergandingan dengan rengrengan itu, maka belakangan orang mentjoba tundjukkan, bahwa Nehemia bekerdja di Jerusjalem sebelum Esra. Tahun2 tinggalnja Nehemia tetap sama, tetapi tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes, waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes, waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes II, jang th.398. Djadi agak lama sesudah masa Nehemia. Pendapat ini hingga kini masih banjak penganutnja.
Kami mengikuti suatu hypotese, jang mempunjai kemungkinan, tetapi tidak dapat memperoleh kepastian djua, jang mentjoba kombinir kedua pendapat itu. Nehemia dari satu pihak mendahului Esra, tetapi dari pihak lain djuga menjusulnja. Masanja pertama mendjadi adipati mendahului Esra, tetapi masanja kedua djatuh sesudahnja. Esra tampil diwaktu berselang. Keberatan besar terhadap hypotese ini ialah, bahwa tahun Esra 7,8 harus dikoreksi, dari "tahun ketudjuh" mendjadi "tahun keduapuluh tudjuh", tanpa dapat memberikan alasan bagi koreksi ini.
Menurut hypotese terachir ini kedjadian2 diatur seperti berikut,-tetapi dengan itu teks sendiripun mesti dibatja djuga dalam urut-urutan tertentu: Dalam tahun 538 Cyrus mengidjinkan orang2 Jahudi kembali ke Palestina dibawah pimpinan seorang "pengholu" Juda, jang bernama Sjesjbasar (Esr1,1-2.72). Dimulai lagi dengan ibadah dan pembangunan kembali baitullah dimulai pula (Esr3,1-13). Karena tentangan penduduk kota dan karena hilangnja semangat dikalangan Jahudi pekerdjaan itu dihentikan (Esr 4,,1-5.24). Sesudah th.529 Zerubabel memulai lagi pekerdjaan itu, dengan dukungan nabi2 Hagai dan Zakaria dan denan persetudjuan radja Parsi Darios. Pekerdjaan itu berhasil dan selesai, hingga dalam th.515 baitullah itu dapat ditahbiskan dan perajaan Paska dapat dilangsungkan (Esr 5,1- 6,22). Dari tahun 515-445 hanja diberikan beberapa berita singkat sadja. Orang2 Samaria mengadakan persekongkolan lawan usaha membangun kembali tembok Jerusjalem didalam pemerintahan Xerxes (486) dan berhasil dengan dilarangnja pembangunan itu oleh Artaxerxes I antara th.465 dan 445 (Esr 4,6-23).
Dalam th.445 Nehemia pergi ke Jerusjalem atas titah radja Artaxerxes I dan membangun kembali temboknja, kendati tentangan hebat dari lawan2 lama, jang mendapat sokongan dari beberapa orang Jahudi sendiri. Nehemia meramaikan kota itu dan mengorganisir masjarakatnja (Neh 1,1-4.17;6,1-7,72a;12,27-42;5). Dalam th. 433 Nehemia kembali ke Parsi.
Kemudian Artaxerxes I mengutus imam dan ahli-kitab Esra ke Jerusjalem, dan ia bekerdja disana tidak begitu lama (426-427?). Setjara tegas Esra mentjoba sehatkan masjarakat dalam bidang keigamaan dan lebih2 bertindak terhadap perkawinan tjampuran (Esr 7,1-8,36;Neh 7,72b-8,18;3;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-37). Pembaharuan ini mendapat hasil jang tetap dan Esra kembali lagi ke Parsi.
Sebelum th.424 Nehemia sudah kembali di Jerusjalem sebagai adipati, sehingga
achirnja masjarakat Jahudi diorganisir sesuai denan Taurat (
Mengenai si penjusun kitab Esra-Nehemia dan waktu terdjadinja kitab itu sukarklah menjebutkan nama atau tahun jang tepat. Karena kitab itu sangat erat hubungannja denan kitab Tawarich, kiranjja kitab itu terdjadi pula diwaktu dan dilingkungan jang sama, kendati bersandarkan dokumen2 jang lebih kuno. Lingkungan itu nampak besar minatnja kepada ibadah dan baitullah, kepada daftar2 nama dan silsilah para imam dan levita. Si penulis hendaknja ditjari djuga dikalangan rohaniwan di Jerusjalem, chususnja dikalangan levita. Pastilah kitab itu dalam bentuknja jang definitif, disusun sesudah th.300. Kadang2 ada jang mengundurkan sampai ke th.250 kebawah. Kiranja lebih baik dikatakan setjara umum, bahwa kitab itu disusun antara th.300 dan 200, tanpa memberikan perintjian lebih landjut.
Sebagai kitab keigamaan maka kitab Esra-Nehemiapun bersandarkan pendapat2 keigamaan tertentu dan bermaksud menjampaikan suatu wedjangan keigamaan kepada para pembatjanja. Pada galibnja kesemuanja itu segaris dengan latarbelakang keigamaan kitab Tawarich. Sebab kitab itu memberikan penutup sedjarah, jang disadjikan penulis dalam kitab Tawarich dari sudut tertentu. Esra-Nehemia membentangkan suatu perwudjudan dari theokrasi, kemana seluruh sedjarah itu ditudjukan. Si penjusun tahu sungguh2, bahwa perwudjudan itu bukan jang terachir dan paling sempurna, tetapi gagasan itu tidak begitu menondjol kemuka. A.l. itu terbawa djuga, karena si penjusun mengambil-alih dan menghimpun dokumen2nja tanpa banjak perubahan. Pengharapan djelas akan masa jang akan datang, pengharapan akan Al Masih, oleh karenanja hanja sedikitlah terdapat didalamnja. Disana sini hanja muntjul dilatarbelakang kisah itu. Kitab itu betul menjinggung dan mengandaikan Israil baru dari keduabelas suku bangsa, tetapi dalam kisah itu sendiri hanja Juda dan Binjaminlah jang ikut dalam pembangunan itu. Selandjutnja pembangunan itu tidak dipandang sebagai idam2an jang tertinggi, melainkan masih sebagai suatu masa penindasan dan pengharapan (Neh 9,36-37;Esr 10,2).
Namun demikian, pembangunan kembali itu adalah suatu pemenuhan djandji Allah dan hasil dari kesetiaanNja akan rahmat serta perdjandjian (Esr 1,1; Neh 9,32). Jahwe adalah penguasa sedjarah, jang membimbing dan menguasai segala sesuatu, pun pula radja2 dan bangsa2 asing (Esr 1,1;7,6.27-28). Sebelum pembuangan Jahwe telah mendjandjikan bahwa suatu sisa ketjil akan terpelihara sebagai bibit bagi umat Allah jang baru. Orang2 buangan jang kembali itu sadr, bahwa mereka itulah sisanja (Esr 9,8.13), jang direnggut dari kebinasaan, untuk mendjadi kelandjutan resmi dari Israil jang terpilih (Esr 10,2; Neh 9,8), jang sungguhpun binasa karena dosanja sendiri, tetapi tidak samasekali ditolak (Esr 9,13; Neh 1,9). Kembali mereka dipandang sebagai pengungsian jang baru, jang diwudjudkan dan diselesaikan oleh Jahwe. KeradjaannNja mendapat bentuknj jang baru didalam djemaah jang baru, jang diorganisir sesuai dengan TauratNa dan jang hidup untuk berbakti kepadaNja didalam baitullah jang dipulihkan, kediamanNja di-tengah2 umatnja. Umat itu adalah benih jang sutji dan masjarakat jang disendirikan, jang orang kafir atau setengah kafir tidak dapat mendjadi anggotanja. Anasir asing didjauhkan dan dikutjilkan karenanja. (Esr 9,1-15; Neh 13,23-30; Esr 4,3).
Dipandang sepintas lalu, gagasan universalistis tidak diperbintjangkan dalam kitab Esra-Nehemia. Disini nampaklah Israil lebih kuat lagi sebagai umat Jahwe satu2nja. Hanja beberapa djedjak sadja dari gagasan itu terdapat didalamnja, jakni bahwasanja orang2 kafir, tidak samasekali diketjualikan dari anugerah2 Jahwe. Kaum buangan berdoa untuk radja mereka jang kafir itu dan untuk kesedjahreaan keradjaannja. Dari sebangsa bentji terhadap orang2 asing hanja sedikit sadjalah terdapat didalamnja. Hanja dalam Neh 9 gagasan ini agak tampak. Kesadaran, bahwa Israil itu bangsa jang terpilih, toh menundjukkan suatu segi, jang membuat pengertian "Keradjaan Allah" mendapat tjorak jang lebih rohani. Sebelum masa pembuangan - lepas dari para nabi, dimasa itupun terdapat pula gagasan2 lainnja,- keradjaan Allah itu terlekat pada kedaulatan nasional dibawah pemerintahan wangsa Dawud jang bertjorak kenegaraan itu se-kali2 bukan sjarat mutlak lagi adanja. Betul Zerubabel menggandingkan masjarakat sesudah pembuangan itu dengan Dawud, tapi bukan lagi sebagai radja dalam arti politik.
Orang Jahudi tanpa banjak tentangan menerima kenjataan, bahwa mereka bergantung dari keradjaan Parsi dan mau mendjadi kaula jang taat-setia, meskipun mereka merasa dirinja sebagai satu2nja umat pilihan Jahwe dan warga keradjaanNja.
Betul partikularisme masih kuat, tetapi menundjukkan tjorak lain, jang dapat tumbuh dan berkembang lebih landjut mendjadi universalisme. Djustru dimasa itu ditengah bangsa Jahudi terdapatlah aliran2 unbersalistis, meskipun aliran2 itu tidak tampil kedepan didalam kitab Esra-Nehemia. Tetapi pada asasnja ikatan2 nasional dari keradjaan Allah sudah terlepaskan.
Dipandang didalam keseluruhan sedjarah-keselamatan maka masa jang diperbintjangkan dalam kitab Esra-Nehemia itu menduduki tempatnja sendiri. Sebab dari masjarakat Jahudi seperti jang tumbuh sesudah pembuangan itu datanglah fase terachir sedjarah keselamatan. Baitullah jang dibangun dimasa itu dimasuki Kristus dan telah menjaksikan kemuliaanNja, hal mana membuat bangunan sederhana itu melebihi baitullah bangunan Sulaiman. Jesus dari Nasaret mendjadi besar didalam suasana, jang berasal dari masa Esra-Nehemia, denan sudut2nja jang baik, tapi djuga dengan sudut2nja jang kurang baik. Kendati kesemuanja itu, maka dari "sisa", jang kembali dari pembuangan itu, sungguh telah berkembanglah umat Allah jang baru, walaupun melalui djalan jang agak berlainan dengan jang dibajangkan kitab Esra-Nehemia.
TFTWMS: Ezra (Pendahuluan Kitab) EZRA 1: DEKRIT KEPULANGAN & PEMBANGUNAN KEMBALI — MENINJAU CARA MISTERIUS ALLAH
"Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan d...
EZRA 1: DEKRIT KEPULANGAN & PEMBANGUNAN KEMBALI — MENINJAU CARA MISTERIUS ALLAH
"Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Allahnya menyertainya! Biarlah ia berangkat pulang ke Yerusalem, yang terletak di Yehuda, dan mendirikan rumah TUHAN. Allah Israel …" (Ezra 1:2, 3).
Sebuah himne lama mengatakan, "Allah bekerja dengan cara yang misterius untuk melakukan keajaiban-keajaiban-Nya."1Tidak ada tempat lain yang menggambarkan lebih baik pemeliharaan Allah selain di dalam Ezra 1.
Kitab Ezra berisi tentang kepulangan orang Yahudi ke negeri mereka sendiri, tentang pembangunan kembali bait suci mereka setelah mereka tiba di sana, dan tentang reformasi agama mereka. Bagaimanakah pelbagai peristiwa ini terjadi? Menurut pasal 1, awal mereka adalah dekrit Koresh, raja Media-Persia—seorang penguasa kafir. Allah menggunakan seorang penguasa kafir untuk mencapai tujuan-Nya. Setelah menaklukkan kota Babel pada tahun 539 S. M., Koresh lalu mengeluarkan maklumat yang kita temukan di dalam ayat 2 sampai 4 (dan 2 Tawarikh 36:22, 23). Akibatnya, pada tahun pertama pemerintahannya satu kontingen besar orang Yahudi meninggalkan Babel dan pulang ke Yehuda.
Latar Belakang Sejarah:
Pada tahap terakhir sejarahnya sebagai bangsa merdeka, kerajaan selatan Yehuda adalah bagian dari Kerajaan Babel. Beberapa kali orang-orang Yahudi itu memberontak terhadap Babel, tetapi bangsa Babel selalu menggunakan kekuatan militer melawan Yehuda, memadamkan pemberontakan itu, dan mengangkut beberapa orang Yehuda ke Babel bersama mereka.2Ini terjadi sekitar 605 S. M. (sebagaimana dicatat di dalam Daniel 1 :1-4), yang kedua kalinya sekitar 597 S. M. (2 Raja 24:10-17), dan lagi sekitar 586 S. M. (2 Raja 24:20). Ketika orang-orang Yahudi itu memberontak pada tahun 587 atau 586 S. M., Raja Nebukadnezar datang melawan bangsa itu, menaklukkannya, menghancurkan Yerusalem dan bait suci, dan memulai deportasi besar-besaran orang Yahudi ke Babel (2 Raja 24:20-25:21; 2 Tawarikh 36: 17-21).3
Hanya orang-orang termiskin dari bangsa itu yang tetap tinggal di negeri itu (2 Raja 25:12). Selain itu, mereka yang hidup di tempat apa yang dahulunya adalah kerajaan Israel adalah keturunan orang-orang yang telah ditempatkan di sana lebih dari seratus tahun sebelumnya oleh Asyur ketika mereka mengangkut rakyat kerajaan utara sebagai tawanan (2 Raja 17:22-41 ). Wilayah itu, di utara Yehuda, akhirnya dikenal sebagai Samaria; penduduknya disebut orang Samaria (2 Raja 17:26, 29).
Bagi mereka yang di pengasingan, kehidupan pasti sulit pada awalnya. Kota tercinta mereka telah dihancurkan.4Mereka adalah orang asing di negeri asing dan dengan demikian mereka mungkin dianggap sebagai orang rendahan. Yang paling penting, mereka telah disingkirkan dari bait suci—tempat ibadah mereka! Bagaimana bisa mereka menyembah Allah tanpa bait suci? (Bacalah Mazmur 137.)
Namun demikian, situasi itu masih tidak sepenuhnya suram. Beberapa orang Yahudi naik ke posisi tinggi, pertama dalam pemerintahan Babel dan kemudian di dalam birokrasi Persia.5Yeremia memberitahu saudara-saudaranya bahwa, bertentangan dengan pesan para nabi palsu, mereka akan berada di pengasingan untuk waktu yang lama—tujuh puluh tahun. Oleh karena itu, mereka harus menetap di Babel (lihat Yeremia 29:4-10). Rupanya, orang-orang Yahudi itu melakukan apa yang ia perintahkan, dan banyak yang kemudian hidupnya makmur. Faktanya, ketika diberi kesempatan untuk pulang ke Yehuda, banyak dari mereka memilih untuk tetap tinggal di Babel.6Mereka yang tetap tinggal adalah cukup makmur untuk menyediakan pemberian yang berlimpah bagi mereka yang pulang ke Yehuda (ay. 6).
Melepaskan orang-orang Yahudi pulang adalah sejalan dengan kebijakan Koresh mengenai bangsa-bangsa tawanan lainnya. Bangsa Asyur dan Babel memiliki kebijakan mendeportasi penduduk yang menimbulkan masalah dengan maksud untuk menenangkan dan menurunkan semangat perlawanan mereka. Sebaliknya, raja-raja Persia memiliki kebijakan yang membolehkan bangsa-bangsa yang dideportasi untuk pulang, mungkin dengan tujuan untuk mencoba memenangkan persahabatan mereka dan dengan begitu kesetiaan mereka.
Kebijakan Koresh itu melayani maksud Allah. Sebagai hasil dari dekritnya itu, hampir lima puluh ribu orang pulang ke Yehuda dari Babel7. Koresh tidak hanya mengizinkan orang Yahudi pulang, tetapi ia juga mengembalikan kepada mereka perkakas yang tersisa yang Raja Nebukadnezar ambil dari bait suci ketika ia menaklukkan Yerusalem (ay. 7-11; lihat 2 Raja 24:12, 13; 25:14-16; 2 Tawarikh 36:7).
Hal apakah yang dapat kita pelajari tentang Allah dan hubungan-Nya dengan manusia dari pelbagai peristiwa dalam Ezra 1? Setidaknya empat kebenaran tampak jelas.
KUASA-NYA BERDAULAT
Pertama, kekuasaan Allah berdaulat. Koresh mengeluarkan dekrit, tetapi Allah adalah penyebab utama kepulangan orang Yahudi. Hal ini dibuat jelas dalam teks: "TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh" (ay. 1).8Ini terjadi persis seperti yang telah diramalkan Yesaya di dalam Yesaya 44: 28-45:5. Allah menyebut Koresh gembala-Nya dan orang yang Ia urapi, dengan berkata bahwa Ia mendudukkan Koresh atas kerajaannya demi Israel dan menunjukkan bahwa Koresh akan menyebabkan Yerusalem dan bait suci dibangun kembali.
Koresh adalah alat di tangan Allah. Apakah Koresh tahu bahwa ia adalah alat yang sedang digunakan oleh Allah? Itu tidak mungkin. Satu tradisi tak terilham mengatakan bahwa Koresh diperlihatkan namanya di dalam Kitab Yesaya dan ini membuat dia mengeluarkan dekrit bagi orang-orang Yahudi untuk pulang, tetapi tidak ada bukti bahwa tradisi ini adalah akurat.
Korsh menggunakan nama Allah, tapi itu tidak selalu membuktikan bahwa ia adalah seorang pengiman sejati Allah. Sudah menjadi kebiasaan bagi para penguasa kuno untuk mengakui keberadaan dan kekuasaan apa pun dari ilah-ilah yang mereka bicarakan; sering mereka menghormati "ilah saat itu" dengan membicarakannya seolah-olah ia itu adalah satu-satunya ilah. Mungkin sikap mereka itu mirip dengan sikap saya seandainya saya tinggal di satu kerajaan tetapi mengunjungi kerajaan lain. Di kerajaan yang saya kunjungi itu saya pasti akan merujuk kepada penguasa itu sebagai "Raja," tanpa menyebutkan bahwa kesetiaan saya adalah kepada raja lain. Dalam cara yang sama, sudah biasa bagi orang-orang zaman itu untuk percaya kepada banyak ilah, tetapi mereka berbicara tentang satu ilah tertentu seolah-olah ia itu adalah satu-satunya ilah.
Selanjutnya, di dalam perkataan Koresh itu kita menemukan pemahaman yang cacat tentang Allah. Koresh menggambarkan Dia sebagai "Tuhan, Allah semesta langit" (ay 2), sebagai "Allah Israel" (ayat 3), dan sebagai "Allah yang diam di Yerusalem" (ay 3). Allah memang "Allah semesta langit" dan "Allah Israel," tetapi pengiman sejati tidak akan menggambarkan Dia sebagai "Allah yang diam di Yerusalem," karena Ia mahaberada.
Selain itu, Alkitab membuat jelas bahwa Allah bisa menggunakan penguasa kafir dalam rencana ilahi-Nya. Tidak peduli seberapa kuat raja-raja di bumi itu, Allah itu lebih kuat. Ia adalah penguasa yang berdaulat, penguasa atas semua, "Raja segala raja dan Tuan segala tuan."9Semua kuasa berasal dari Allah: "Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya" (Daniel 4:17b); "Tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah" (Roma 13:1b). Oleh kuasa-Nya kita hidup dan bergerak dan ada (lihat Kisah 17:26-28). Ketika Pilatus mengancam Yesus dengan kuasa-Nya, Yesus menjawab, "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas" (Yohanes 19:11).
Allah bekerja melalui Koresh, orang yang tidak percaya, seorang penguasa kafir, orang yang tidak tahu bahwa ia sedang melakukan kehendak Allah, untuk mencapai pelbagai tujuan-Nya.10Kita tidak perlu heran tentang hal itu: Alkitab memberikan pelbagai contoh yang jelas tentang bagaimana Allah bisa dan memang menggunakan para penguasa kafir untuk pelbagai tujuan-Nya.11Ketika musuh-musuh umat Allah memperoleh kemenangan militer, itu selalu karena Allah mengizinkan mereka untuk menang. Mengenai kesempatan ketika Asyur menaklukkan Israel dan mendeportasi penduduknya, 2 Raja 17:23 mengatakan bahwa "TUHAN menjauhkan orang Israel dari hadapan-Nya … [sehingga] orang Israel diangkut dari tanahnya ke Asyur ke dalam pembuangan."
Sekarang ini, orang Kristen dapat terhibur karena mengetahui bahwa bahkan ketika kejahatan tampaknya berkuasa di bumi, Allah berkuasa atas para penguasa itu dan membolehkan mereka untuk memerintah hanya karena itu sesuai dengan tujuan-Nya. Pada akhirnya, oleh karena Allah berdaulat, kepentingan-Nya akan menang. Oleh karena itu, kita dapat percaya bahwa Allah masih akan mencapai tujuan-Nya sekarang ini. Maksud kekal Allah adalah untuk menyelamatkan mereka yang akan taat kepada Dia melalui Kristus di dalam gereja (Efesus 3:8-12). Mereka yang di dalam gereja, "tiang penopang dan dasar kebenaran" (1 Timotius 3:15), memiliki tanggung jawab untuk membuat maksud kekal Allah dikenal dan menawarkan karunia keselamatan-Nya itu bagi semua orang. Kadang-kadang hal ini mungkin terlihat bahwa keinginan Allah sedang digagalkan, bahwa sedikit orang akan menerima karunia keselamatan-Nya, tapi kita dapat yakin bahwa pada akhirnya Allah akan dapat mencapai tujuan-Nya.
JANJI-NYA DITEPATI
Kedua, Allah menepati janji-Nya. Ayat itu mengatakan bahwa Koresh mengizinkan pulang orang Yahudi "untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia" (ayat 1; lihat Yeremia 29:10). Allah telah berjanji untuk membawa pulang umat-Nya dari pembuangan pada tahun ketujuh puluh, dan Ia menepati janji itu. Ini, tentu saja, merupakan karakteristik konstan Allah. "Janji Tuhan terbukti benar" (2 Samuel 22:31; RSV; lihat juga 2 Petrus 3:9). Allah menepati janji-Nya kepada Abraham, meskipun dua puluh lima tahun sudah berlalu antara waktu Ia membuat janji-Nya dan waktu anak yang dijanjikan itu, Ishak, lahir. Allah menepati janji-Nya untuk membawa masuk Israel ke Kanaan, meskipun Israel berdosa. Dengan cara yang sama, kita bisa yakin bahwa Allah akan menepati janji-Nya sekarang ini dan di masa depan. Ia akan menyelamatkan orang-orang yang mentaati injil (2 Tesalonika 1:8, 9; Kisah 2:38). Ia akan membawa ke sorga mereka yang setia kepada Dia (Wahyu 2:10).
MAKSUD-NYA TERCAPAI
Selanjutnya, kita belajar dari teks itu bahwa Allah mencapai semua maksud-Nya. Dalam kasus Koresh dan bangsa Yahudi, maksud Allah itu membutuhkan orang-orang Yahudi pulang ke negeri mereka sendiri. Hal ini menekankan hubungan antara negeri yang Allah berikan kepada Israel dan janji untuk mendatangkan Mesias ke dunia.12 Ketika Mesias datang, maksud itu tercapai; oleh karena itu, dari zaman Perjanjian Baru hingga seterusnya, Israel tidak punya lagi hak khusus yang diberikan Allah atas "Tanah Suci."
PEMELIHARAAN-NYA TAK PERNAH PUTUS
Keempat, Allah bekerja di dunia melalui pemeliharaan-Nya. Pada zaman Alkitab, Allah kadang-kadang bekerja di dunia melalui pelbagai mujizat. Mujizat-mujizat itu adalah nyata. Mereka itu bersejarah, mereka terjadi pada waktu tertentu di tempat-tempat tertentu. Namun begitu, Allah bahkan kadang-kadang bekerja dengan tanpa mujizat, atau melalui pemeliharaan. Pengalaman Yusuf memberikan contoh tentang bagaimana Allah mencapai segala maksud-Nya lewat karya-Nya secara mujizatiah dan non-mujizatiah, atau pemeliharaan.13
Dalam kasus Koresh, apakah pengamat zaman itu bisa mengetahui bahwa kenaikan Koresh ke tampuk kekuasaan tercapai melalui pemeliharaan Allah? Kenyataannya, itulah yang terjadi. Allah membangkitkan Koresh untuk memulangkan umat-Nya (Yesaya 44:28-45:6). Ia melakukan ini bukan secara mujizatiah, tapi lewat pemeliharaan.
Sekarang ini Allah tidak bekerja melalui mujizat (1 Korintus 13:8-13), tetapi Ia masih bekerja melalui pemeliharaan. Pernyataan terbaik Perjanjian Baru tentang gagasan itu ditemukan di dalam Roma 8:28: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." Dengan jaminan ini, orang Kristen dapat percaya bahwa Allah bekerja melalui manusia dan pelbagai peristiwa di dunia ini untuk mencapai segala maksud-Nya. Ia dapat bekerja melalui tindakan berdosa, orang-orang jahat, pelbagai peristiwa alam, dan segala kejadian "kebetulan" yang tampaknya tak beraturan, serta melalui perbuatan baik yang dilakukan oleh umat-Nya. Oleh sebab itu, orang Kristen tidak percaya bahwa mereka hidup di alam semesta yang tak punya arti. Sebaliknya, Allah dapat dan sedang memberi dan akan memberi arti kepada kehidupan.
KESIMPULAN
Ezra 1 mengajarkan kita beberapa kebenaran penting tentang Allah: Ia berkuasa atas raja-raja dunia, Ia menepati segala janji-Nya, Ia menyelesaikan semua maksud-Nya, dan Ia bekerja melalui pemeliharaan-Nya.
Karena mengetahui pelbagai kebenaran ini, orang Kristen dapat tidur lebih nyenyak di malam hari, bahkan ketika kejahatan tampaknya menang pada setiap sisi, bahkan ketika hari-hari terlihat suram. Mereka tahu bahwa di balik kegelapan saat-saat itu Allah Yang Mahakuat berdiri, yang akhirnya akan—seperti yang Ia lakukan pada zaman Ezra—menang atas si jahat, meraih kemenangan, dan membawa pulang umat-Nya!
TFTWMS: Ezra (Pendahuluan Kitab) KITAB EZRA - KATA PENGANTAR
Kitab Ezra dan Nehemia bernilai karena mereka melengkapi catatan sejarah Perjanjian Lama bagi umat perjanjian Allah. Tan...
KITAB EZRA - KATA PENGANTAR
Kitab Ezra dan Nehemia bernilai karena mereka melengkapi catatan sejarah Perjanjian Lama bagi umat perjanjian Allah. Tanpa kitab-kitab itu, kita tidak akan banyak tahu tentang apa yang terjadi dengan bangsa Yahudi setelah masa tujuh puluh tahun yang mereka habiskan di Penawanan Babel.
Namun begitu, dua kitab itu lebih dari sekedar memberikan informasi sejarah. Bersama-sama, mereka membantu kita untuk memahami bagaimana Allah bekerja melalui Ezra, Nehemia, dan para pemimpin Yahudi lainnya untuk melindungi suatu bangsa yang sembuh dari penyembahan berhala. Mereka menggambarkan bangsa Yahudi di zaman Ezra sebagai suatu umat yang disatukan oleh perjanjian dengan Tuhan, suatu umat yang kehidupan agamanya berpusat pada Taurat dan bait suci- suatu umat yang melalui siapa Allah pada akhirnya bisa mendatangkan Mesias. Kitab-kitab ini menjelaskan bagaimana Allah menyebabkan kebangkitan umat-Nya, yang melibatkan (1) pulang ke negeri mereka, (2) membangun kembali bait suci, dan (3) bertobat dari dosa.
Pelajaran ini akan menyajikan beberapa pelajaran yang dapat kita pelajari dari Kitab Ezra. Pertama-tama marilah kita pertimbangkan beberapa informasi pengantar tentang kitab itu.
PENGGOLONGANNYA
Kitab ini dinamakan menurut tokoh utamanya, Ezra, yang adalah seorang imam dan ahli kitab (7:11). Lama setelah kepulangan pertama bangsa Yahudi setelah Penawanan Babel, ia pergi ke Yerusalem dari Babel bersama kontingen bangsa Yahudi untuk tujuan mengajarkan hukum Allah dan meminta orang-orang Yahudi untuk mematuhinya(7:7-26).
Kitab Ezra dan Nehemia digolongkan sebagai "Sejarah" dalam Alkitab bahasa Inggris. Dalam Alkitab Ibrani, mereka ditemukan di antara "Tulisan-tulisan" (Kethubim atau Hagiographa). "Tulisan-tulisan" adalah suatu penggolongan bermacam jenis. (Dua pembagian lainnya Alkitab Ibrani adalah "Hukum," atau" Taurat,"dan "Nabi-nabi.") Kitab-kitab dalam kategori "tulisan-tulisan" mungkin digolongkan seperti itu karena mereka tidak ditulis atau dikumpulkan sampai setelah bagian "nabi-nabi" sudah dianggap sebagai suatu unit yang lengkap.
HUBUNGANNYA DENGAN KITAB-KITAB LAINNYA
Naskah-naskah awal menunjukkan bahwa Ezra dan Nehemia dianggap sebagai satu kitab dalam Alkitab Ibrani.1Bersama, mereka membentuk satu unit dengan kitab Tawarikh (1 dan 2 Tawarikh diperlakukan sebagai satu kitab). Namun, Ezra / Nehemia ditempatkan sebelum Tawarikh dalam Alkitab Ibrani, mungkin karena kitab-kitab ini mencakup periode sejarah yang melanjutkan sejarah yang dicatat di dalam kitab Samuel dan Raja-Raja.2
Sejarah yang terkait dalam Tawarikh dilanjutkan dalam Ezra dan Nehemia. Bahkan, dua ayat terakhir dari 2 Tawarikh identik dengan dua ayat pertama dari Ezra. Kitab-kitab ini, dalam satu pengertian, memberikan catatan sejarah alternatif bagi yang ditemukan dalam kitab-kitab dari Kejadian sampai Raja-Raja. Sejarah alternatif ini bermula, seperti halnya kitab Kejadian, dengan Adam (melalui silsilah yang dimulai oleh Tawarikh), berlanjut sampai awal Pembuangan Babel (2 Tawarikh 36), seperti halnya 2 Raja-Raja, dan kemudian berlanjut melewati Raja-Raja dengan menceritakan tentang kepulangan bangsa Yahudi dari penawanan dan periode yang mengikuti (Ezra/Nehemia).
PENULISNYA, SUMBERNYA, & BAHASANYA
Karena hubungan erat antara Ezra/Nehemia dan Tawarikh, maka sering diasumsikan bahwa penulis Tawarikh menulis juga kitab Ezra dan Nehemia.3Pada kenyataannya, Ezra sendiri kadang-kadang dianggap sebagai penulis semua kitab ini.4 Jika Ezra adalah penulisnya, maka semua kitab itu ditulis sekitar waktu yang sama, sekitar 450-425 S. M. Namun begitu, beberapa ahli meragukan bahwa Ezra adalah penulis Tawarikh dan memberi tanggal Tawarikh lebih awal atau lebih belakangan dari zaman Ezra.5
Jika Tawarikh tidak ditulis oleh Ezra, itu tidak akan mempengaruhi pertanyaan kepengarangan Kitab Ezra dan Nehemia. Ezra jelas sekali adalah penulis memoar yang diasalkan kepada dia di dalam Kitab Ezra dan mungkin juga telah menulis beberapa bagian cerita kitab itu.6
Banyak dokumen digunakan di dalam kedua kitab ini-termasuk memoar Ezra (lihat pasal-pasal dalam kitab Ezra di dalam mana Ezra berbicara dalam bentuk orang pertama), memoar Nehemia (lihat pasal-pasal di mana Nehemia berbicara dalam bentuk orang pertama), daftar-daftar, dan surat-surat dan dokumen resmi (Ezra 7:11- 26, misalnya). Dengan demikian penulisnya-apakah ia itu Ezra atau orang lain- adalah seorang penulis dan seorang pengumpul.
Kitab Ezra adalah luar biasa karena bagian-bagian dari kitab itu ditulis dalam bahasa Aram7(Ezra 4:7-6:18; 7:12-26). Hampir semua sisa kitab Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani.
KRONOLOGINYA
Peristiwa-peristiwa di dalam Kitab Ezra dapat ditetapkan tanggalnya dengan dua referensi di dalam kitab itu. Ezra 1:1 menetapkan tanggal kepulangan pertama bangsa Yahudi dari penawanan sebagai terjadi "pada tahun pertama zaman Koresh." Koresh mulai memerintah pada tahun 539 S. M.; dengan demikian kepulangan itu dimulai dalam waktu satu tahun setelah itu, atau 538 S. M. Ezra 7:7 menetapkan tanggal kepulangan bangsa Yahudi bersama Ezra pada "tahun ketujuh pemerintahan Raja Artahsasta," atau 458 S. M. Nehemia kemudian dikatakan pergi ke Yerusalem pada "tahun kedua puluh pemerintahan Raja Artahsasta" (Nehemia 2:1-7), sekitar tiga belas tahun kemudian (445 S. M.). Peristiwa-peristiwa penting ini dapat dikaitkan dengan sejarah Babel dan Persia yang dikenal:8
586 S. M. - penghancuran bait suci, penghancuran Yerusalem, dan awal Pembuangan Babel.
538 S. M. - kepulangan pertama kembali (di bawah Zerubabel) dari penawanan; pembangunan kembali bait suci di Yerusalem dimulai.
520-515 S. M. - pembangunan kembali bait suci berlanjut dan selesai. c.
480 S. M. - pelbagai peristiwa Kitab Ester
458 S. M. - kepulangan kedua di bawah Ezra
445 S. M. - kepulangan ketiga di bawah Nehemia c.
433 S. M. - perjalanan kedua Nehemia ke Yerusalem (Nehemia 13:6, 7).
PENEKANANNYA
Kitab Ezra, secara umum, bisa dikatakan sebagai tentang pembentukan kembali agama Israel. Selama Penawanan Babel, orang Yahudi tidak meninggalkan Allah mereka atau agama mereka, tapi mereka telah kehilangan simbol-simbol lahiriah dan dukungan dari agama itu. Dengan kepulangan orang-orang Yahudi itu, beberapa simbol itu dipulihkan kembali.
Secara khusus, kitab itu menunjukkan bahwa agama itu ditegakkan kembali oleh (1) kepulangan mereka ke Tanah Perjanjian, (2) membangun kembali bait suci mereka, dan (3) pertobatan mereka. Yang mendasari reformasi itu adalah penekanan pada hukum Allah (Ezra 7:10). Hukum itu memperkuat kebangkitan agama Israel,9dan mentaati hukum Taurat menjadi objek kebangkitan rohani itu.
LATAR BELAKANG SEJARAHNYA
Allah telah menyebabkan kerajaan Yehuda dihancurkan dan rakyatnya diangkut sebagai tawanan oleh bangsa Babel karena dosa-dosa mereka. Kehancuran Yerusalem dan bait suci terjadi pada 586 S. M., sedangkan rakyat itu dideportasi dari 605 S. M. sampai 586 S. M.
Bangsa Yahudi berada dalam penawanan selama tujuh dekade. Meskipun itu adalah waktu yang sulit, namun selama Pembuangan itu terjadi beberapa perubahan penting, yang memiliki dampak yang mendalam pada agama mereka dari saat itu seterusnya. Di antaranya, tampaknya, adalah awal keberadaan sinagoga dan ibadah di sinagoga dan menjadikan mereka suatu bangsa yang lebih terkait dengan hukum tertulis daripada suatu tempat.
Sewaktu orang-orang Yahudi itu ditawan, Babel jatuh ke tangan Persia. Kerajaan Persia menjadi kerajaan terbesar yang ada saat itu. Koresh (yang tanpa sadar melakukan perintah Allah) mengizinkan bangsa Yahudi kembali ke tanah air mereka sekitar 538 S. M. ini sejalan dengan kebijakan Persia, sebagai pendeportasian orang Yahudi sejalan dengan kebijakan Babel. Kepulangan pertama bangsa Yahudi ini digambarkan di dalam Ezra 1; 2.
Di Palestina, orang-orang Yahudi hanya sedikit, miskin, dan lemah. Mereka tetap berada di bawah penguasa Persia mereka. Selanjutnya, mereka ditentang oleh orang-orang yang sudah menetap di tanah mereka-keturunan dari orang-orang yang diangkut dan ditempatkan di sana oleh bangsa Asyur dan orang-orang yang tetap menetap di tanah itu ketika kerajaan utara dan selatan dideportasi.
Namun demikian, orang-orang Yahudi memulai proyek besar pertama mereka: pembangunan kembali bait suci. Pondasi bait suci diletakkan (Ezra 3), tetapi perlawanan dari orang lain di negeri itu terbukti efektif, dan pekerjaan pembangunan kembali itu dihentikan selama lima belas atau enam belas tahun (Ezra 4).
Pada 520 S. M. muncullah nabi Hagai dan Zakharia yang mendorong penyelesaian bait suci itu (Ezra 5). Pekerjaan dimulai lagi, dan bait suci itu akhirnya selesai dan ditasbihkan pada 515 S. M. (Ezra 6).
Hampir enam puluh tahun kemudian, Ezra ditugaskan oleh penguasa Persia untuk pergi ke Yerusalem, mempersembahkan pelbagai korban, dan mengajarkan serta menegakkan Taurat (Ezra 7). Ia pergi pada 458 S. M., bersama dengan beberapa ratus orang Yahudi lainnya (Ezra 8). Setibanya di negeri itu, Ezra menemukan bahwa orang-orang Yahudi itu tidak menjalankan Taurat. Akibatnya, ia menetapkan pelbagai reformasi, terutama yang melibatkan pembubaran perkawinan campur (Ezra 9; 10).10
Nehemia tiba sekitar tiga belas tahun kemudian, untuk membangun kembali tembok-tembok Yerusalem. Setelah selang beberapa tahun, ia menangani masalah perkawinan campur dan pelbagai reformasi lain yang diperlukan.
GARIS BESARNYA
Kitab Ezra dibagi menjadi dua bagian, setiap bagian memiliki penekanannya sendiri:
I. Ezra 1-6 : kepulangan pertama ke negeri itu oleh orang Yahudi pada 538 S. M. dan pelbagai hasilnya.
II. Ezra 7-10 : kepulangan di bawah Ezra (458 S. M.) dengan tambahan orang-rang dan reformasi yang ia tetapkan.
TUJUANNYA
Kitab Ezra setidaknya melayani dua tujuan. Pertama, ia menjelaskan bagaimana Israel-meskipun kecil, miskin, dan hampir tak berdaya, tanpa monarki atau kemerdekaan-selamat sebagai umat Allah. Mereka menjadi sebuah komunitas agamis yang dipusatkan pada suatu hukum, daripada sebuah bangsa yang bergulir di sekitar raja dan wilayah kekuasaan. Kedua, kitab ini, bersama dengan Kitab Nehemia, menceritakan bagaimana Allah membalik kutukan yang Ia telah jatuhkan ke atas bangsa itu ketika Ia menyebabkan Yehuda dihancurkan oleh Babel.
Kedua kitab itu secara bersama menangani empat topik: (1) kepulangan ke tanah air (Ezra), (2) pemulihan agama (Ezra), (3) kebangkitan kota (Nehemia), dan (4) pembaharuan perjanjian (Nehemia).
Kitab-kitab itu menunjukkan bagaimana Allah membalik pelbagai efek dari Penawanan Babel dan kehancuran. Bangsa Babel menghancurkan kota itu, meruntuhkan dinding-dindingnya; Nehemia membangun kembali mereka. Bangsa Babel menghancurkan bait suci; Zerubabel membangun kembali bait suci. Bangsa Babel mendeportasi orang-orang Yahudi ke Babel; Zerubabel membawa mereka pulang. Kehancuran itu menimpa Yehuda karena kaum itu telah melanggar perjanjian Allah dengan mereka,; di bawah Nehemia, mereka memperbaharui perjanjian itu. Allah telah menghukum umat-Nya; sekarang Ia mengembalikan semua yang Ia pernah ambil dari mereka.11
NILAINYA
Selain nilai historisnya yang jelas, Kitab Ezra mengajarkan kita pentingnya belajar dan hidup berdasarkan Taurat dan fakta bahwa Allah adalah "Allah yang memberi kesempatan kedua." Sebagaimana Ia sudah memberi kaum Yehuda kesempatan kedua untuk diberkati di negeri mereka, Ia menawarkan kita "kesempatan kedua" selama masih ada waktu dan kehidupan. ■
ZAMAN EZRA
Sebagian sarjana mempertanyakan pandangan tradisi Yahudi bahwa Ezra pergi ke Yerusalem sebelum Nehemia. Pengakuan utama mereka bahwa "implikasi yang jelas dan tidak bisa salah tentang penyajian pelbagai peristiwa Alkitab "bahwa Ezra mendahului Nehemia" adalah keliru. Penalaran berikut ini diberikan untuk mendukung posisi mereka: (1) Ezra membacakan Taurat kepada perhimpunan itu di dalam Nehemia 8. Karena ini merupakan tugas yang ia datang untuk kerjakan, ia segera melakukannya setelah kedatangannya (ketimbang menunggu tiga belas tahun seperti yang teks itu katakan). Jadi Nehemia datang lebih dahulu, Ezra kemudian. (2) reformasi Ezra termasuk pembubaran perkawinan campur (Ezra 9; 10); begitu pula reformasi Nehemia (Nehemia 13:23-29). Ezra tidak mungkin sudah mengadakan reformasi tersebut karena, satu dekade kemudian, Nehemia harus berurusan dengan masalah yang sama. Ada dua kemungkinan, dua kesempatan itu adalah sama dan Nehemia mendahului Ezra, atau salah satu kesempatan tidak benar-benar terjadi. (3) Penjelasan paling sederhana yang diberikan untuk kebingungan itu adalah penegasan bahwa waktu kepergian Ezra ke Yerusalem adalah bukan pada tahun ketujuh Raja Artahsasta (Ezra 7:7), atau 458 S. M., namun tahun ketiga puluh tujuh, atau 428 S. M.
Jawaban untuk pernyataan-pernyataan ini meliputi: (1) pembacaan umum Taurat dalam Nehemia 8 tidak membuktikan bahwa Ezra tidak mengajarkan Taurat selama tiga belas tahun ia menetap di Yerusalem. (2) Fakta bahwa Nehemia harus melakukan reformasi yang sama seperti Ezra tidak mengherankan siapa saja yang mengetahui sejarah Israel, suatu umat yang terus-menerus murtad. (3) Tidak ada bukti tekstual untuk bacaan "tiga puluh tujuh tahun" dalam Ezra 7:7. Singkatnya, tidak ada alasan untuk meragukan bahwa Ezra kembali ke Yerusalem sebelum Nehemia.1
"MUSA KEDUA"?
Tradisi Yahudi memandang Ezra sebagai jauh lebih dari sekedar seorang imam dan ahli kitab. Ia dianggap hampir sebagai "Musa kedua," bertanggung jawab secara pribadi atas hukum Taurat tertulis. Dalam tulisan-tulisan tak terilham ia dikaitkan dengan pendiktean "sembilan puluh empat kitab, untuk menggantikan apa yang telah hilang dalam Pembuangan," termasuk dua puluh empat kitab Perjanjian Lama. Dengan demikian ia menjadi "pelestari tradisi agama dari tahap-tahap yang lebih awal hingga sampai kepada para pelopor rabi-rabi besar" dan menduduki "tempat yang dalam beberapa hal mirip dengan Musa."1Meskipun tradisi ini tidak dapat diterima, adalah mungkin bahwa Ezra membantu mengumpulkan tulisan-tulisan suci itu yang menjadi Perjanjian Lama.
Catatan Akhir:
- 1 Mereka itu "diperlakukan seperti itu oleh para ahli kitab Ibrani" dalam hal "tidak ada kesenjangan di dalam [Alkitab Ibrani] antara akhir Ezra 10 dan dimulainya Nehemia 1, dan statistik ayat itu diberikan untuk keduanya di akhir Nehemia"; selanjutnya para penguasa Yahudi seperti itu sebagaimana Josephus menganggap dua tulisan itu" sebagai kitab tunggal" (Gleason Archer, A Survey of Old Testament Introduction, rev. ed. [Chicago: Moody Press, 1964, 1994], 456). Namun begitu, ada bukti internal di dalam dua kitab itu yang menunjukkan bahwa mereka itu pada awalnya merupakan karangan yang terpisah yang kemudian digabungkan (Edwin M. Yamauchi, "Ezra-Nehemiah," in Frank E. Gaebelein, gen. ed., The Expositor's Bible Commentary, vol. 4 [Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1988], 572-73).
- 2 Jadi orang yang membaca Alkitab Ibrani tidak akan membaca 2 Tawarikh sampai Ezra secara berkelanjutan seperti yang orang baca dalam Alkitab Inggris/Indonesia
- 3 Di antara kesamaan yang dikutip adalah ayat-ayat umum, kata-kata dan tema-tema umum (suatu "kesukaan terhadap pelbagai daftar "terhadap gambaran pelbagai festival keagamaan" dan terhadap frasa-frasa tertentu, serta "kemenonjolan orang-orang Lewi dan... para personil bait suci" ), dan teologi umum (Yamauchi, 575-76).
- 4 Henry H. Halley, Halley's Bible Handbook, 24th ed. (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1965), 235.
- 5 R. K. Harrison, misalnya, menyimpulkan bahwa penulis tawarikh itu adalah orang lain selain Ezra, bahwa "Ezra dan Nehemia terutama bertanggung jawab atas tulisan-tulisan yang dikaitkan dengan mereka," bahwa tulisan-tulisan ini harus diberi tanggal kira-kira 440 dan 430 S. M., dan kitab Tawarikh itu harus diberi tanggal "sekitar 400 S. M. atau sedikit belakangan" (R. K. Harrison, Introduction to the Old Testament [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1969], 1150).
- 6 "Kita menganggap Nehemia sebagai penulis memoar Nehemia dan Ezra sebagai penulis memoar dan juga narasi Ezra, dengan seorang pengkut yang belakangan dalam lingkaran Ezra menulis kitab Tawarikh" (Yamauchi, 579).
- 7 Bahasa Aram adalah "bahasa Semit barat laut yang terkait erat dengan bahasa Ibrani." Itu adalah "bahasa internasional untuk komunikasi dan diplomasi di Timur Dekat kuno" untuk sebagian besar paruh kedua milenium pertama sebelum Kristus dan merupakan "bahasa lisan utama" selama masa Perjanjian Baru (F. W. Dobbs-Allsopp, "Aramaic," in Eerdmans Dictionary of the Bible, ed. David Noel Freedman [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 2000], 84).
- 8 Sebagian besar tanggal yang diberikan di sini adalah dari John H. Walton, Chronological and Background Charts of the Old Testament, rev. and exp. (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1978, 1994), 35-36, 70. Sumber-sumber lain memberikan tanggal yang berbeda, biasanya tidak bervariasi lebih dari satu atau dua tahun dari tanggal-tanggal yang tercantum. (Lihat bagan di halaman 98 & 99.)
- 9 Setelah kematian Salomo, kerajaan itu terpecah. Sepuluh suku utara disebut "Israel"; dan dua suku selatan, "Yehuda." Setelah Pembuangan Babel, istilah "Israel" dan "Yehuda" digunakan secara bergantian untuk umat Tuhan yang pulang dari Babel, meskipun mereka berasal dari bagian selatan kerajaan Yehuda.
- 10 Kawin "campur" adalah ikatan perkawinan antara umat Allah dan orang-orang kafir, suatu praktik yang dilarang oleh Allah sebelum Israel memasuki Tanah Perjanjian. Ia telah memperingatkan mereka bahwa kawin campur dengan kaum penyembah berhala akan memalingkan hati mereka jauh dari Dia dan mengarahkan mereka untuk melayani ilah-ilah lain (Ulangan 7:3, 4).
- 11 Seperti dalam Keluaran, setelah Israel berdosa dengan menyembah anak lembu emas, Allah menghukum Israel dan kemudian melakukan apa yang diperlukan untuk mengembalikan mereka kepada keadaan mereka sebelumnya.
- 1 Lihat William Sanford LaSor, David Allan Hubbard, and Frederic Wm. Bush, Old Testament Survey (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 649-51. Informasi tambahan diberikan dalam Yamauchi, 583-86, dan Archer, 457-59.
- 1 Peter R. Ackroyd, "Ezra," in Harper's Bible Dictionary, ed. Paul J. Achtemeier (New York: HarperSanFrancisco, 1985), 296.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Ezra (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 William Cowper, "God Moves in a Mysterious Way," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: H...
Catatan Akhir:
- 1 William Cowper, "God Moves in a Mysterious Way," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishers, 1977).
- 2 Ini adalah dasar tuduhan terhadap orang-orang Yahudi dan Yerusalem sebagai "kota yang durhaka dan jahat" yang "telah bangkit melawan raja-raja," di mana penduduknya "selalu mendurhaka dan memberontak" (Ezra 4:12, 19 ).
- 3 Selain itu, beberapa orang Yahudi melarikan diri ke Mesir, dengan membawa Yeremia bersama mereka (2 Raja 25:26; Yeremia 43:4-7).
- 4 Kitab Ratapan mengungkapkan kesedihan Yeremia atas kehancuran Yerusalem.
- 5 Ini termasuk Daniel dan tiga teman Yahudinya. Lihat Daniel 1-6.
- 6 Kehadiran terus orang Yahudi di Babel dan pentingnya Babel sebagai pusat kegiatan Yahudi terbukti oleh kenyataan bahwa salah satu koleksi besar tradisi Yahudi berasal dari sana: Talmud Babel. Umur koleksi ini lebih tua daripada kepulangan bangsa Yahudi dari penawanan.
- 7 Menurut Ezra 2:64-65, "Seluruh jemaah itu [mereka yang pulang] bersama-sama ada empat puluh dua ribu tiga ratus enam puluh orang, selain dari budak mereka laki-laki dan perempuan yang berjumlah tujuh ribu tiga ratus tiga puluh tujuh orang. Pada mereka ada dua ratus penyanyi laki-laki dan perempuan" Juga, lihat "Meninjau Ulang Kejatuhan Yehuda "di halaman 551 dalam edisi "Yeremia" dari Truth for Today (Agustus 2011).
- 8 "Menggerakkan hati Koresh" berarti bahwa Ia "menggerakkan Koresh" atau "menyentuh hati Koresh"-bagian diri Koresh yang merasa, percaya, berpikir, dan membuat keputusan. Alkitab NIV menulis "mendorong hati." Lihat bahasa yang mirip di dalam 1:5.
- 9 "Para penguasa kafir semata-mata adalah para agen yang menyelesaikan kehendak-Nya" (Ronald Youngblood, The Heart of the Old Testament [Grand Rapids, Mich.: Baker, 1971], 22).
- 10 Ini menggenapi nubuatan, karena Allah memberitahu Koresh bahwa ia adalah orang yang Allah urapi dan berkata, "Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku" (Yesaya 45:5).
- 11 Sebagai contoh, Allah mengeraskan hati Firaun untuk mencapai maksud-Nya (Keluaran 7:3-5; 9:13, 15, 16; 10:1, 2), dan Allah menggunakan Asyur sebagai tongkat "kemarahan [-Nya] "untuk menghukum umat-Nya Israel (Yesaya 10:5).
- 12 Mikha sudah meramalkan bahwa Mesias akan datang dari Betlehem (Mikha 5:2, Matius 2:6).
- 13 Tuhan secara mujizatiah mengungkapkan masa depan melalui mimpi, memberi Yusuf kemampuan untuk menafsirkan pelbagai mimpi. Sebaliknya, dijualnya Yusuf ke dalam perbudakan oleh saudara-saudaranya dan bangkitnya dia kemudian ke posisi penguasa di Mesir adalah contoh karya pemeliharaan Allah. (Lihat Kejadian 45:4-8;. 50:15-21.)
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Ezra (Pendahuluan Kitab) EZRA
PENGANTAR
Buku Ezra adalah lanjutan dari buku Tawarikh, dan menggambarkan keadaan
bangsa Yahudi sehabis masa pembuangan di Babel. Setelah sebag
EZRA
PENGANTAR
Buku Ezra adalah lanjutan dari buku Tawarikh, dan menggambarkan keadaan bangsa Yahudi sehabis masa pembuangan di Babel. Setelah sebagian dari orang- orang buangan itu pulang ke Yerusalem, kehidupan dan ibadat bangsa Yahudi dipulihkan.
Peristiwa-peristiwa itu disajikan dalam babak-babak berikut:
- 1. Kelompok pertama orang-orang buangan Yahudi pulang dari Babel ke Yerusalem, sesuai dengan perintah Kores, raja Persia.
- 2. Rumah TUHAN di Yerusalem dibangun kembali dan ditahbiskan, dan ibadat dipulihkan.
- 3. Bertahun-tahun kemudian kelompok Yahudi lain kembali ke Yerusalem di bawah pimpinan Imam Ezra, seorang ahli hukum Allah. Ezra membantu menyusun kembali kehidupan rakyat dalam bidang agama dan sosial, agar dapat melindungi warisan rohani Israel.
Isi
- Pemulangan pertama dari tempat pembuangan
Ezr 1:1-2:70 - Rumah TUHAN dibangun kembali dan ditahbiskan
Ezr 3:1-6:22 - Ezra kembali bersama-sama dengan para buangan lain
Ezr 7:1-10:44
Ajaran: Ezra (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat yakin bahwa baginya juga tersedia kasih dan kemurahan
Allah mengampuni dosa-dosa mereka, ketika melihat kasih dan kemur
Tujuan
Supaya anggota jemaat yakin bahwa baginya juga tersedia kasih dan kemurahan Allah mengampuni dosa-dosa mereka, ketika melihat kasih dan kemurahan Allah dalam Kitab Ezra kepada umat pilihan-Nya.
Pendahuluan
Penulis : Ezra.
Isi Kitab: Menurut urutan peristiwa yang tertulis dalam Kitab Ezra ini. Ezra ingin menjelaskan tentang, keadaan umat pilihan Allah dari pembuangan di Babel. Kitab ini terbagi atas 10 pasal.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ezra
Pasal 1-6 (Ezr 1:1-6:22).
Umat Allah kembali dari pembuangan di Babel dan membangun Dalam pasal-pasal ini, dijelaskan tentang raja Koresy, yang berkuasa pada waktu itu, mengijinkan umat Allah kembali ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ezr 1:1-4. Mengapakah raja Koresy menyuruh umat Allah kembali k Yerusalem? Hal ini berarti Tuhan lebih berkuasa dar raja-raja di dunia.
- Bacalah pasal Ezr 3:1-2,12-13. Bagaimanakah perasaan hati umat Allah pada saat selesa membuat mezbah dan meletakkan dasar bangunan Bait Allah? Mengapa demikian?
- Akhirnya pembangunan rumah ibadah selesa (pasal Ezr 6:16-17).
Pasal 7-10 (Ezr 7:1-10:44).
Pembaharuan oleh Ezra atas bangsa Israel
Ezra kembali ke Yerusalem dengan surat kuasa dari raja Artahsasta. Dan mulailah pembaharuan terjadi di Yerusalem.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ezr 9:1-5,15. Sebagai seorang hamba Tuhan, Ezra menunjukka keprihatinannya dan juga tanggung jawabnya atas uma Allah. Bagaimana sikap saudara, kalau menjadi pemimpin?
- Bacalah pasal Ezr 10:1-6. Ezra bukan saja menaruh perhatian, tetapi ia bertindak. Dan apakah akibat tindakan Ezra ini?
II. Kesimpulan/penerapan
Pemulihan kembali umat Allah dari pembuangan membuktikan bahwa Allah tetap setia dalam memberikan pengampunan kepada umat-Nya yang jatuh ke dalam dosa.
Dengan melihat pembangunan Rumah Tuhan oleh Ezra, jelaslah bahwa Allah berkenan kepada pembangunan rumah-rumah ibadah kepada-Nya.
Pernikahan anak-anak Tuhan dengan orang-orang yang tidak mengenal-Nya, merupakan dosa atau perzinahan di hadapan Allah.
Pemulihan kembali umat Allah dari pembuangan, merupakan penggenapan Allah terhadap Firman-Nya, melalui nubuatan nabi-nabi-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menjadi penulis Kitab ini?
- Mengapakah pembangunan rumah Tuhan mengalami penundaan?
- Apakah yang diberikan raja Artahsasta kepada Ezra?
- Dosa apakah yang dilakukan oleh bangsa pilihan Allah itu, sehingga Ezr mengajak melakukan pengudusan diri?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari Kitab Ezra?
Intisari: Ezra (Pendahuluan Kitab) Bangsa yang bangkit dari debu
LATAR BELAKANGYerusalem dihancurkan oleh tentara Babel pada tahun 587 S.M. dan bangsa Yehuda dibuang ke pengasingan. Pe
Bangsa yang bangkit dari debu
LATAR BELAKANG
Yerusalem dihancurkan oleh tentara Babel pada tahun 587 S.M. dan bangsa Yehuda dibuang ke pengasingan. Peristiwa itu terjadi hampir lima puluh tahun sebelum Kerajaaan Babel ditumbangkan oleh bangsa Persia. Penguasa mereka, Koresy, mengambil suatu kebijaksanaan baru dengan mengizinkan orang-orang buangan kembali ke tanah air mereka, memberikan segala bantuan yang diperlukan untuk membangun kembali rumah-rumah ibadah dan menyelenggarakan ibadah mereka kembali. Banyak orang Yahudi yang sudah betah tinggal di pengasingan dan mereka tidak ingin kembali ke tanah air mereka. Kitab Ezra dimulai dengan kembalinya orang-orang Yahudi kurang lebih tahun 538 S.M.. Pasal Ezr 1-6 menceritakan apa yang terjadi dua puluh dua tahun kemudian ketika di bawah pimpinan Zerubabel mereka menghadapi banyak kekecewaan, tetapi akhirnya mereka dapat menyelesaikan pembangunan kembali Rumah Tuhan. Ezra sendiri tidak diperkenalkan sampai pasal Ezr 7:1. Ia memimpin serombongan orang buangan kembali ke tanah air mereka pada tahun 458 S.M.. Pasal Ezr 7-10 menceritakan cara Ezra membangun kembali bangsa itu menjadi bangsa yang hidupnya berkenan kepada Allah. Perlu dicatat bahwa ada masa tenang selama hampir enam puluh tahun di antara pasal Ezr 6:22 dan Ezr 7:1.
KITAB ITU
Kitab Ezra merupakan bagian dari suatu kisah bersambung yang dimulai dari permulaan I Tawarikh sampai pada akhir Nehemia.
Perhatikan:
1. Ezra mungkin tidak menulis kitab itu sendiri, walaupun bagian kedua kisah itu diambil dari catatan hariannya.
2. Seringkali sukar untuk menentukan berbagai tahun kejadian. Kisah mengenai perlawanan di bawah Artahsasta (Ezr 4:7-24) menunjuk pada masa yang kemudian dibandingkan dengan apa yang terjadi pada bagian permulaan kitab ini.
3. Ezra bukanlah semata-mata catatan sejarah. Si Penulis menggunakan sejarah untuk mengajar kita bagaimana Allah menangani umat-Nya. Pengajaran-pengajaran itu masih berlaku sampai saat ini.
EZRA
Ezra adalah seorang terpelajar yang menjadi Menteri Negara urusan orang Yahudi dalam pemerintahan Artahsasta. Kehidupannya yang boleh jadi sangat mengesankan di hadapan raja ditandai dengan tiga sifat, yaitu: ia berdedikasi tinggi mempelajari kitab suci (Ezr 7:10); ia memperagakan keberanian untuk percaya kepada Allah (Ezr 8:21-23) dan ia dengan rendah hati menunjukkan solidaritas terhadap bangsanya (Ezr 9:6-15).
Pesan
1. Apa yang diajarkan Ezra mengenai AllahEzra berbicara mengenai Allah sebagai Tuhan penguasa langit dan bumi (Ezr 1:2; 5:11), namun demikian ia Allah yang dapat dikenal dan dipercayai oleh umat-Nya.
Allah yang:
o memenuhi janji-janji-Nya. Ezr 1:1
o menggenapi rencana-Nya. Ezr 1:1, 5
o menjaga kekudusan secara mutlak. Ezr 4:3, 9:15
o mengubah yang jelek menjadi baik. Ezr 5:3-6:12
o mengatur segala segi kehidupan manusia. Ezr 7:27, 28
o melindungi umat-Nya. Ezr 8:21-23
o menjawab doa-doa mereka. Ezr 8:23,31
o di atas segalanya, baik. Ezr 3:11
2. Apa yang diajarkan Ezra mengenai penyembahan
Pemulihan kembali tata ibadah penyembahan merupakan prioritas utama bagi mereka yang kembali dari pembuangan. Ezr 3:1-6
Pelaku ibadat:
o bersatu. Ezr 3:1
o penuh sukacita. Ezr 3:11-13; 6:16
o tidak mengenal kompromi. Ezr 4:1-3, 6:21
o bertobat. Ezr 6:17
o taat. Ezr 3:2; 6:18
3. Apa yang diajarkan Ezra mengenai dosa
o dosa harus ditangani dengan sungguh-sungguh. Ezr 9:3,4; 10:6
o dosa dapat berbentuk suatu kompromi yang tidak kelihatan. Ezr 4:1-3; 9:1-3
o dalam menangani dosa diperlukan pengakuan yang sungguh-sungguh tanpa mencoba untuk membela diri. Ezr 9:5-15
o pemulihan dosa hanya dapat terjadi dengan belas kasihan Allah. Ezr 9:13
o untuk menghalau dosa diperlukan langkah-langkah praktis. Ezr 10:7-17
Penerapan
1. Bagi para pemimpin duniao Allah mengatur segala masalah dunia.
o Allah akan memberkati mereka yang memperlakukan bangsa yang tertekan dengan adil.
o Allah akan menghargai mereka yang menepati janji.
2. Bagi gereja Kristen
o Uang harus diberikan untuk pekerjaan Allah dengan bebas dan dengan murah hati.
o Ibadah harus dipersembahkan kepada Allah dengan penuh sukacita.
o Persatuan dalam gereja adalah penting.
o Jagalah kemurnian penyembahan Anda: jangan membuang kekhasan ibadah Anda sebagai akibat kompromi dengan kepercayaan lain.
o Suatu perubahan sikap yang radikal -- meninggalkan cara hidup yang penuh dosa -- diperlukan jika Anda ingin Allah memberkati Anda.
3. Bagi pribadi-pribadi Kristen
o Jadikan ibadah kepada Allah sebagai prioritas utama.
o Jangan memandang enteng dosa.
o Pelajari Alkitab secara sungguh-sungguh.
o Taatilah Tuhan secara mutlak.
o Percayalah pada pemeliharaan Allah.
o Berilah persembahan dengan murah hati.
o Ambillah langkah-langkah praktis untuk bertambah-tambah dalam kesucian.
Tema-tema Kunci
Sejumlah tema dalam kitab Ezra mengundang orang Kristen untuk meninjau hubungan mereka dengan Allah.
1. Pengalaman Kristiani
Ezra menyadari bahwa Allah bekerja dalam hidupnya dan memimpin setiap langkahnya. Camkanlah khususnya ungkapan ini, "tangan Tuhan Allahnya berada di atasnya" (Ezr 7:6,9,28; 8:22,31). Pada saat-saat apa Anda merasakan kuasa Allah dalam hidup Anda?
2. Ambisi Kristiani
Kerinduan terbesar dalam kehidupan Ezra adalah firman Allah (Ezr 7:10). Ia mempelajarinya; menaati dan mengajarkannya. Belajar dan ketaatan seharusnya berjalan berdampingan. Lihatlah betapa erat hubungannya dengan Mazmur 119. Dengan cara bagaimana mempelajari Alkitab mempengaruhi hidup Anda?
3. Memberi secara Kristiani
Cara Anda menggunakan harta milik Anda merupakan suatu indikasi keadaan rohani Anda. Bangsa Yahudi yang baru kembali dari pembuangan memberi dengan spontan kepada Allah (Ezr 2:68,69). Tinjaulah kembali apa yang Anda berikan kepada Allah di bawah terang pengajaran yang terdapat dalam 2Korintus 8 dan 2Korintus 9, dan 1Korintus 16:2.
4. Kemurnian Kristiani
Tinjaulah hidup Anda dengan maksud untuk menemukan titik-titik rawan tempat Anda cenderung mengadakan kompromi dengan iman Anda. Langkah-langkah praktis apa saja yang dapat Anda ambil untuk memastikan bahwa Anda tidak mengadakan kompromi.
5. Kegagalan Kristiani
Pada waktu Anda mengalami kegagalan seperti yang dialami oleh bangsa Yahudi, apa yang telah Anda lakukan? Sebagian orang mencoba untuk melupakannya, tetapi Ezra (Ezr 9:1-10:44) mengajarkan bahwa kegagalan harus dihadapi, diakui, disesali dan diluruskan. Dengan jalan demikian pengampunan sejati dapat dirasakan.
6. Iman Kristiani
Tindakan Ezra untuk kembali ke Yerusalem tanpa dikawal oleh pasukan bersenjata merupakan tindakan yang sangat berani (Ezr 8:21-23). Mengapakah ia melakukan hal itu? Melalui perbuatan iman, baik kecil maupun besar, apakah Allah telah memanggil Anda dalam kehidupan kekristenan Anda? Sampai di mana pertumbuhan rohani bergantung pada perbuatan iman seperti itu.
Garis Besar Intisari: Ezra (Pendahuluan Kitab) [1] KEMBALI DARI PEMBUANGAN DI BAWAH PEMERINTAHAN KORESY Ezr 1:1-6:22
Pembangunan kembali Rumah Tuhan
Ezr 1:1-11Koresy mengizinkan orang Yahudi pu
[1] KEMBALI DARI PEMBUANGAN DI BAWAH PEMERINTAHAN KORESY Ezr 1:1-6:22
Pembangunan kembali Rumah Tuhan
Ezr 1:1-11 | Koresy mengizinkan orang Yahudi pulang ke negeri mereka |
Ezr 2:1-67 | Daftar orang-orang yang kembali dari pembuangan |
Ezr 2:68-70 | Apa yang pertama-tama dilakukan di Yerusalem |
Ezr 3:1-6 | Tata cara ibadat lama dipulihkan |
Ezr 3:7-13 | Peletakan pondasi pembangunan Rumah Tuhan |
Ezr 4:1-24 | Bangsa Yahudi menghadapi perlawanan |
Ezr 5:1-17 | Penyelidikan arsip |
Ezr 6:1-12 | Penganiayaan membuahkan berkat |
Ezr 6:13-22 | Rumah Tuhan selesai dibangun |
[2] KEMBALI DARI PEMBUANGAN DI BAWAH PEMERINTAHAN ARTAHSASTA Ezr 7:1-10:44
Pembangunan kembali bangsa Yahudi
Ezr 7:1-28 | Ezra diperintahkan untuk kembali ke negerinya |
Ezr 8:1-20 | Daftar orang yang kembali dari pembuangan |
Ezr 8:21-36 | Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Ezra |
Ezr 9:1-5 | Dosa ditunjukkan |
Ezr 9:6-15 | Doa pengakuan dosa Ezra |
Ezr 10:1-5 | Reformasi dimulai |
Ezr 10:6-15 | Perintah langsung dari Ezra |
Ezr 10:16-44 | Nama-nama mereka yang tidak menghormati perintah Tuhan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi