Teks -- 1 Samuel 8:14 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> 1Sam 8:1--12:25
Jerusalem: 1Sam 8:1--12:25 - -- Kisah tentang terbentuknya pemerintahan berupa kerajaan di Israel ini memberitakan sebuah kejadian yang memutuskan perjanjian di Silo sudah hancur dan...
Kisah tentang terbentuknya pemerintahan berupa kerajaan di Israel ini memberitakan sebuah kejadian yang memutuskan perjanjian di Silo sudah hancur dan persatuan bangsa terancam oleh karena tekanan dari pihak orang Filistin semakin menghebat. Dengan mengulang tawaran yang pernah disampaikan kepada Gideon, Hak 8:22 dst, dan percobaan yang diadakan Abimelekh, Hak 9:1 dst, sebagian dari bangsa Israel menurut seorang raja "seperti ada pada bangsa-bangsa lain", padahal sebagian lainnya menentang usul itu karena berpendapat bahwa Tuhan sendiri, satu-satunya Penguasa di Israel, akan membangkitkan pemimpin-pemimpin manakala diperlukan, seperti dahulu diperbuatNya pada zaman para hakim. Tetapi kurang tepat kiranya berkata tentang "Kisah yang berhaluan anti-monarki" (dari kalangan mereka yang melawan lembaga kerajaan), (bab 1Sa 8; 10:17-24; 12)dan tentang "Kisah yang berhaluan monarki" (dari kalangan pendukung lembaga kerajaan), 1Sa 9:1-10:16:11. Memang ada dua macam tradisi yang berasal dari dua tempat kudus. Tetapi kedua tradisi itu sehaluan mengenai peranan kenegaraan dan keagamaan Samuel. Adapun jasa Samuel yang terbesar adalah: Ia memenangkan suatu lembaga kerajaan yang mempertahankan hak-hak Allah atas bangsa Israel. Cita-cita itu tercapai dalam pemerintahan Daud, setelah usaha Saul mengalami kegagalan. Kepercayaan Daud yang luhur berhasil mempersatukan segikeagamaan dan segi keduniaan yang ada pada lembaga kerajaan di Israel. Sebagai negara Daud tidak melalaikan kewajibannya sebagai orang yang diurapi Tuhan. Selanjutnya cita-cita itu tidak lagi tercapai oleh para pengganti Daud dalam jabatan raja. Maka Daudlah yang tetap lambang raja di masa mendatang, ialah "Orang yang diurapi oleh Tuhan", Mesias. Melalui Dialah Allah mengerjakan keselamatan umatNya.
Ende: 1Sam 8:1-22 - -- Tjeritera jang ditjeriterakan dalam fasal2 jang berikut ini adalah mahapenting
untuk sedjarah bangsa Israil. Sampai kini Israil merupakan sekelompok s...
Tjeritera jang ditjeriterakan dalam fasal2 jang berikut ini adalah mahapenting untuk sedjarah bangsa Israil. Sampai kini Israil merupakan sekelompok suku sadja jang kadang2 dan terpaksa sadja untuk sementara waktu bersatu lawan musuh jang umum, dan tetap bersatu dalam agamanja. Tetapi suku2 ini djauh dari sebuah "negara" atau "bangsa".
Tetapi keradjaan mentjiptakan kesatuan jang perlu, meskipun djuga sekarang kesatuan jang utuh berlaku untuk sementara waktu sadja (Dawud, Sulaiman). Perubahan ini tidak disukai semua orang, lebih2 jang paling beragama. Sebab dalam pandangannja Jahwe sadja adalah radja Israil. Tokoh Sjemuel digambarkan sebagai wakil aliran ini.
Ende: 1Sam 8:11-18 - -- Apa jang dikatakannja disini mengenai "hak radja", hanja tjotjok dengan keadaan
dikemudian hari, chususnja pada djaman Sulaiman dan pengganti2nja.
Apa jang dikatakannja disini mengenai "hak radja", hanja tjotjok dengan keadaan dikemudian hari, chususnja pada djaman Sulaiman dan pengganti2nja.
Ende: 1Sam 8:11-18 - Ramalan ini bersandarkan pengalaman jang pandjang mengenai keburukan
radja2 jang dipergunakan disini untuk menampakkan keradjaan itu tiada sesuatu
jang baik. ...
ini bersandarkan pengalaman jang pandjang mengenai keburukan radja2 jang dipergunakan disini untuk menampakkan keradjaan itu tiada sesuatu jang baik. Keburukan radja2 adalah hukuman untuk rakjat jang, dengan memilih seorang radja, menolak Jahwe.
Ref. Silang FULL -> 1Sam 8:14
Ref. Silang FULL: 1Sam 8:14 - dari ladangmu // dan kebun // kepada pegawai-pegawainya · dari ladangmu: Yeh 46:18
· dan kebun: 1Raj 21:7,15; Mi 2:2
· kepada pegawai-pegawainya: 2Raj 22:12
· dari ladangmu: Yeh 46:18
· dan kebun: 1Raj 21:7,15; Mi 2:2
· kepada pegawai-pegawainya: 2Raj 22:12
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Sam 8:4-22
Matthew Henry: 1Sam 8:4-22 - Orang Israel Menghendaki Seorang Raja, Jawaban Allah kepada Israel, dan Orang Israel Bersikeras untuk Memiliki Seorang Raja Orang Israel Menghendaki Seorang Raja, Jawaban Allah kepada Israel, dan Orang Israel Bersikeras untuk Memiliki Seorang Raja (8:4-22)
Dalam ayat-aya...
Orang Israel Menghendaki Seorang Raja, Jawaban Allah kepada Israel, dan Orang Israel Bersikeras untuk Memiliki Seorang Raja (8:4-22)
- Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati permulaan dari sebuah perkara yang seluruhnya baru dan mengejutkan, yakni penetapan suatu pemerintahan yang berbentuk kerajaan di Israel. Mungkin gagasan tentang hal ini sudah sering dibicarakan di antara mereka oleh orang-orang yang merindukan perubahan dan mendambakan pemerintahan yang tampak hebat tersebut. Akan tetapi, kita belum mendapatinya sampai sekarang, ketika gagasan itu secara terbuka diajukan dan diperdebatkan. Abimelekh hanyalah sedikit lebih baik daripada seorang raja boneka, meski ia dikatakan memerintah atas orang Israel (Hak. 9:22), dan mungkin kejatuhannya itu menjadikan gelar raja sebagai sesuatu yang menjijikkan di Israel untuk waktu yang cukup lama, seperti halnya yang diperbuat Tarquinius di tengah-tengah orang Romawi. Akan tetapi, jika memang demikian yang terjadi, maka pada masa ini kejijikan itu telah sirna, dan sejumlah langkah berani pada bagian ini diambil menuju pembaharuan besar-besaran, seperti yang tertulis dengan jelas. Demikianlah kita temukan,
- I. Permintaan para tua-tua Israel kepada Samuel perihal perkara ini (ay. 4-5): Berkumpullah semua tua-tua Israel, menurut kesepakatan bersama, tidak dengan rusuh dan kacau, melainkan dengan hormat oleh sebab wibawa Samuel. Mereka datang kepadanya di rumahnya di Rama beserta permohonan mereka, yang mengandung,
- 1. Ungkapan keluhan mereka: singkat kata, Engkau sudah tua, dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau. Meski ada banyak alasan yang lebih baik yang dapat diutarakan suatu bangsa untuk meminta adanya seorang raja, yakni karena mereka ditindas oleh bangsa-bangsa lain atau karena mereka bertikai di rumah sendiri oleh sebab tidak ada seorang raja di Israel, sebuah perkara sepele akan dimanfaatkan oleh jiwa-jiwa pemberontak sebagai alasan untuk mendambakan sebuah perubahan.
- (1) Memang benar bahwa Samuel sudah tua, tetapi apabila ketuaannya itu membuat ia tidak lagi mampu berjalan berkeliling dan duduk lama di kursi, di lain pihak itu membuatnya semakin bijaksana dan berpengalaman, dan, oleh sebab itu, semakin tepat untuk memerintah. Apabila ia sudah tua, bukankah itu terjadi karena ia melayani mereka? Sungguh suatu perbuatan yang sangat tidak elok, tidak tahu berterimakasih, dan bahkan tidak adil, untuk membuangnya ketika ia sudah tua, padahal ia telah menghabiskan hari-harinya berbuat kebaikan bagi mereka. Allah telah menyelamatkan masa muda Samuel dari segala perbuatan yang tercela (3:20), tetapi mereka malah menjadikan masa tuanya tercela. Padahal seharusnya Samuel pantas diganjar dengan kehormatan yang lebih besar lagi. Ketika diolok-olok karena kelemahan dan disingkirkan karena hal itu, biarlah para orang tua tidak memandangnya sebagai sesuatu yang aneh, karena Samuel pun diperlakukan seperti demikian.
- (2) Memang benar bahwa anak-anak Samuel tidak hidup seperti Samuel. Mengenai hal itu, kesedihan Samuel pasti jauh lebih besar, tetapi para tua-tua Israel tidak dapat berkata bahwa itu adalah kesalahannya. Tidak seperti Eli, Samuel tidak memanjakan anak-anaknya dengan kejahatan mereka, melainkan siap menerima keluhan serta teguran yang mengecam mereka. Dan, apabila memang para tua-tua Israel hendak mempersalahkan Samuel, kita dapat meyakini bahwa ketika dakwaan suap telah tegak atas anak-anaknya, Samuel pasti akan membatalkan amanat keimaman anak-anaknya itu dan menghukum mereka. Akan tetapi, hal ini tidak akan memuaskan hati para tua-tua Israel, karena ada rancangan lain tersimpan di dalam benak mereka.
- 2. Sebuah permohonan mendesak untuk mengatasi keluhan mereka itu, yakni dengan mengangkat seorang raja atas mereka: Angkatlah seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain. Sampai sejauh ini, mereka sudah berlaku baik dengan tidak bangkit dan memberontak melawan Samuel lalu mengangkat sendiri seorang raja atas mereka, vi et armis – dengan kekerasan. Mereka tunduk kepada Samuel, seorang nabi Allah, dan dengan rendah hati memohon agar ia melaksanakan permohonan mereka itu. Namun, dari apa yang terkuak kemudian, tampaknya permohonan itu adalah suatu permohonan jahat yang disampaikan dengan niat buruk, sehingga Allah menjadi murka. Allah telah merancangkan bagi mereka seorang raja, yaitu seorang yang berkenan di hati-Nya, ketika Samuel sudah meninggal dunia. Akan tetapi, mereka telah bertindak mendahului firman Allah dan memaksa untuk mempunyai seorang raja sekarang juga ketika Samuel sudah tua. Mereka telah memiliki seorang nabi yang menghakimi atas mereka dan yang mempunyai hubungan langsung dengan sorga, dan dengan ini semua, mereka sudah menjadi bangsa yang besar dan beroleh sukacita melampaui segala bangsa lain, karena tidak ada yang mempunyai Allah yang demikian dekat kepada mereka seperti yang mereka miliki (Ul. 4:7). Akan tetapi, ini tidak memuaskan mereka. Mereka harus mempunyai seorang raja yang memerintah atas mereka dengan segenap kemegahan dan kekuasaan yang lahiriah, seperti pada segala bangsa-bangsa lain. Seorang nabi miskin berjubah usang, tidak peduli betapa pun cakapnya nabi itu di dalam memahami penglihatan-penglihatan Sang Maha Kuasa, terlihat hina di depan mata orang-orang yang menghakimi menurut apa yang tampak. Sebaliknya, seorang raja berjubah kebesaran berwarna ungu, yang dikawal para pengawal serta pejabatnya, akan tampak megah, dan inilah yang harus mereka miliki. Mereka memahami bahwa sia-sia saja membujuk Samuel untuk menerima tampuk pimpinan dan kehormatan sebagai seorang raja, sehingga oleh sebab itu, Samuel harus mengangkat seorang raja bagi mereka. Para tua-tua Israel tidak berkata, “Berikanlah kepada kami seorang raja yang bijaksana dan baik hati, dan yang akan memerintah dengan lebih baik daripada anak-anak laki-lakimu,” tetapi, “Berikanlah kepada kami seorang raja,” siapa pun orangnya, yang penting orangnya hebat. Demikianlah dengan bodohnya mereka mencampakkan sendiri belas kasih yang mereka miliki. Dengan dalih memajukan harga diri bangsa mereka di hadapan bangsa-bangsa lain, mereka betul-betul menghempaskan diri mereka dari kedudukan yang tinggi dan menajiskan mahkota mereka laksana debu (KJV: dengan melemparkannya ke dalam lumpur).
- II. Kekesalan Samuel terhadap permohonan ini (ay. 6). Mari kita menyaksikan bagaimana Samuel menanggapi permohonan tersebut.
- 1. Tindakan para tua-tua Israel itu mengiris hatinya. Mungkin ia dibuat terkejut olehnya karena ia tidak pernah memperkirakan rancangan mereka itu sebelumnya, dan ini membuat hatinya semakin sedih. Permohonan itu mengesalkan Samuel bukan waktu mereka mengolok-oloknya karena kelemahan dirinya yang sudah tua dan karena kejahatan anak-anaknya, Samuel dapat menanggung dengan sabar segala kecaman terhadap dirinya dan keluarga, tetapi itu mengesalkan Samuel, waktu mereka berkata, Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami, yang berarti mengecam Allah dan kemuliaan-Nya.
- 2. Tindakan para tua-tua Israel itu membuat Samuel berlutut. Dia tidak memberi jawab kepada mereka langsung pada saat itu, melainkan mengambil waktu untuk mempertimbangkan apa yang mereka ajukan dan berdoa kepada Tuhan memohon petunjuk. Ia menghamparkan perkara itu di hadapan-Nya dan menyerahkan semuanya kepada-Nya, sehingga dirinya pun lega. Samuel adalah seseorang yang giat bertekun di dalam doa, sehingga kita diajak untuk menyatakan dalam segala hal keinginan kita kepada Allah (Flp. 4:6). Ketika ada sesuatu mengusik kita, kita berkepentingan dan berkewajiban menghamparkan perkara kita di hadapan Allah. Ia mengizinkan kita untuk bebas menemui Dia dengan rendah hati.
- III. Petunjuk yang diberikan Allah kepada Samuel mengenai perkara ini. Orang yang di tengah permasalahannya mencari Allah akan menemukan bahwa Dia dekat dan siap mengarahkan mereka. Allah menyampaikan kepada Samuel,
- 1. Firman yang akan meredakan kekesalannya. Samuel sangat terusik dengan permohonan mereka itu. Susah hatinya ketika melihat jabatan kenabiannya sedemikian direndahkan dan segala perbuatan baik yang telah dikerjakannya bagi Israel dicampakkan begitu saja tanpa rasa terima kasih. Akan tetapi, Allah berfirman kepadanya bahwa ia tidak boleh terlalu memikirkannya atau menerimanya dengan perasaan aneh.
- (1) Samuel tidak boleh terlalu memikirkannya, bahwa mereka merendahkan dirinya, karena apa yang mereka lakukan itu sama saja dengan meremehkan Allah sendiri: “Bukan engkau saja yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak. Aku turut merasakan penghinaan ini bersama engkau” (ay. 7). Ingatlah, apabila Allah juga turut berbagi dalam penghinaan yang ditimpakan kepada kita, maka kita pasti akan mampu menanggung semua itu dengan sabar. Kita tidak perlu memikirkan yang buruk tentang diri kita sendiri apabila oleh karena Dialah kita menanggung cela (Mzm. 69:8), tetapi sebaliknya, kita bersukacita dan memperhitungkannya sebagai suatu kehormatan (Kol. 1:24). Samuel tidak boleh mengeluh apabila mereka sudah bosan dengan kepemimpinannya, meskipun sudah dijalankannya dengan betapa adil dan lemah lembutnya, karena sesungguhnya mereka sudah bosan dengan kepemimpinan Allah. Inilah yang sesungguhnya tidak disukai mereka: Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa (Mzm. 47:9) di seluruh dunia, tetapi pemerintahan Israel dari sejak semula sampai saat ini, dengan cara yang lebih istimewa dari segala pemerintahan yang ada, selalu bersifat Theokrasi, yakni sebuah pemerintahan yang berada di bawah pimpinan Allah. Hakim-hakim Israel mendapat panggilan dan amanat langsung dari Allah, dan segala perkara bangsa itu berada di bawah tuntunan-Nya secara istimewa. Hukum dan peraturan beserta pelaksanaan pemerintahannya, semuanya dilaksanakan menurut demikianlah Firman Tuhan. Orang Israel bosan dengan cara ini, meski itulah yang menjadi kehormatan dan andalan mereka di atas segala apa pun selama mereka tetap berada bersama Allah. Mereka jelas akan lebih terbuka untuk ditimpa malapetaka apabila mereka menimbulkan kemarahan Allah dengan dosa, dan mereka menemukan bahwa mereka tidak dapat dengan mudahnya melakukan pelanggaran seperti halnya bangsa-bangsa lain. Mungkin inilah alasan sesungguhnya di balik kehendak mereka untuk berada setara dengan bangsa-bangsa lain di dalam kedudukannya di hadapan Allah.
- (2) Samuel tidak perlu merasa aneh atau terkejut dengan masalah ini, karena begitulah yang selalu diperbuat orang Israel: Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar Mesir sampai hari ini, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu (ay. 8). Orang Israel pada mulanya sangat hormat dan patuh terhadap Samuel, sampai-sampai ia mulai berharap bahwa mereka akan disembuhkan dari perangai lama mereka yang tegar tengkuk. Akan tetapi, ia menemukan bahwa dirinya sendiri tertipu oleh mereka, dan ia tidak boleh terkejut akan hal itu. Mereka sudah sedari dulu bertindak kasar terhadap pemimpin-pemimpin mereka. Lihat saja apa yang diperbuat mereka terhadap Musa dan Harun. Bahkan, mereka telah meninggalkan Aku dan beribadah kepada allah lain. Kedahsyatan kejahatan mereka ini, yakni mencintai allah-allah baru, membuat kejahatan mencintai pemimpin-pemimpin baru ini tampak kecil. Samuel seharusnya sadar, bahwa kapan saja mereka akan bertindak tidak setia, karena mereka memang disebut pemberontak sejak dari kandungan (Yes. 48:8). Itulah tingkah langkah mereka dari sejak masa muda mereka (Yer. 22:21).
- 2. Allah menyampaikan kepada Samuel firman yang akan menjadi jawaban atas tuntutan mereka. Samuel tidak akan pernah tahu apa yang harus dikatakannya apabila Allah tidak memberinya petunjuk. Andai kata ia menentang gerakan para tua-tua Israel itu, maka tindakannya seolah-olah akan memperlihatkan kesukaan yang lebih besar terhadap jabatan dan kekuasaan daripada yang selayaknya diperlihatkan seorang nabi, serta memperlihatkan tindakannya yang memanjakan anak-anak laki-lakinya. Andaikata ia tunduk pada gerakan itu, maka tindakannya seolah-olah akan terlihat seperti pengkhianatan terhadap amanatnya sebagai hakim, sehingga ia pun menjadi terlibat dengan semua hal buruk yang dibawa oleh perubahan itu. Harun berdosa dengan mengabulkan permintaan orang Israel ketika mereka berkata, Buatlah untuk kami allah. Maka dari itu, Samuel tidak berani menuruti permintaan mereka pada waktu mereka berkata, Angkatlah seorang raja atas kami, tetapi ia, dengan penuh keyakinan, memberi mereka jawaban yang diberikan Allah bagi mereka.
- (1) Samuel harus berkata kepada mereka bahwa mereka akan mempunyai seorang raja. Dengarlah permintaan mereka (ay. 7), dan sekali lagi (ay. 9). Ini bukan berarti bahwa Allah berkenan dengan permohonan mereka, melainkan, seperti halnya Allah terkadang menghajar kita dalam kasih, demikian pula halnya pada kali lain Allah mengabulkan permohonan kita dalam amarah, dan inilah yang dilakukan-Nya pada kesempatan ini. Ketika orang Israel berkata, Berilah kepada kami seorang raja dan pemuka-pemuka, Dia memberikan mereka seorang raja dalam murka-Nya (lih. Hos. 13:10-11), sembari Ia memberikan burung puyuh kepada mereka (Mzm. 106:15; Mzm. 78:26-29). Allah memerintahkan Samuel untuk memenuhi keinginan mereka dalam perkara ini,
- [1] Agar mereka dihajar oleh tongkat mereka sendiri, dan dapat merasakan perbedaan antara pemerintahan-Nya dan pemerintahan seorang raja. Biarlah mereka tahu rasa (lih. 2Taw. 12:8). Dalam waktu singkat, tampaklah betapa keadaan mereka di bawah pemerintahan Raja Saul dalam segala hal lebih buruk daripada ketika mereka berada di bawah pimpinan Samuel.
- [2] Untuk mencegah sesuatu yang lebih buruk terjadi. Andai kata permohonan mereka tidak dikabulkan, mereka bisa saja memberontak terhadap Samuel atau beramai-ramai memberontak terhadap agama mereka dan mengakui allah-allah bangsa lain, supaya mereka bisa mempunyai raja-raja seperti bangsa-bangsa lain itu. Supaya hal itu tidak terjadi, biarlah mereka mempunyai seorang raja.
- [3] Allah tahu bagaimana membawa kemuliaan bagi diri-Nya sendiri dari keadaan itu, dan bagaimana menjalankan rancangan-Nya sendiri yang bijaksana bahkan melalui rencana-rencana pikiran mereka yang bodoh.
- (2) Namun demikian, Samuel harus mengatakan kepada mereka, sebagai bahan pertimbangan, bahwa pada waktu mereka mempunyai seorang raja, mereka akan segera merasa muak dengannya, dan, ketika mereka menyesali pilihan mereka, semuanya sudah terlambat. Inilah yang Samuel harus peringatkan kepada mereka dengan sungguh-sungguh (ay. 9), bahwa, apabila mereka mempunyai seorang raja yang memerintah atas mereka, seperti raja-raja dari timur memerintah atas rakyatnya, maka mereka akan menemukan bahwa kuk yang harus dipikul amat berat. Mereka hanya menatap kemegahan atau kegemerlapan seorang raja, dan berpikir bahwa semua itu akan membuat bangsa mereka besar dan terhormat di mata bangsa-bangsa lain, dan akan mendatangkan kengerian kepada seteru-seteru mereka. Tetapi Samuel harus memperingatkan mereka untuk mempertimbangkan bagaimana mereka akan menanggung harga dari kemegahan itu, dan bagaimana mereka akan tahan terhadap kuasa semena-mena seperti yang dimiliki raja-raja bangsa lain. Perhatikanlah, orang yang menetapkan hatinya dengan berlebihan atas segala sesuatu di dunia ini, demi meredakan hawa nafsunya, harus mempertimbangkan keburukan serta kebaikan yang menyertainya, dan menimbang yang satu di atas yang lain masak-masak di dalam pikiran mereka. Orang yang tunduk kepada pemerintahan dunia dan kedagingan telah diberitahu dengan jelas, betapa semuanya itu adalah tuan yang kejam, dan betapa kuasa dosa itu sangat keji dan semena-mena. Namun demikian, mereka hendak menukar pemerintahan Allah demi semuanya itu.
- IV. Penyampaian segala pikiran Allah kepada mereka oleh Samuel dengan penuh setia (ay. 10). Samuel menyampaikan segala firman TUHAN kepada bangsa itu, betapa pun itu membuat dirinya kesal, karena ia mengartikan permohonan mereka itu sebagai sebuah penolakan terhadap dirinya dan membandingkannya sebagai tindakan mengabdi terhadap allah-allah lain. Ia kesal, karena harus mengabulkan permohonan mereka andaikan mereka tetap bersikeras akan hal itu. Namun demikian, segala pertimbangan yang telah disampaikan Allah mewajibkan Samuel untuk menyampaikan kepada mereka sejumlah dampak tertentu yang akan terjadi akibat pilihan itu, sehingga apabila masih ada sedikit akal sehat di dalam diri mereka, itu bisa saja membuat mereka mempertimbangkan segala sesuatunya kembali demi kebaikan mereka sendiri, dan mereka pun akan mengurungkan niat itu dan memohon terus berada di bawah pemerintahan Allah seperti sebelumnya. Dengan saksama dan dengan sangat terperinci, di hadapan orang Israel Samuel membentangkan bukan apa yang umumnya menjadi hak seorang raja, melainkan apa yang menjadi perilaku raja yang akan memerintah atas mereka (KJV), menurut apa yang biasanya terjadi pada bangsa-bangsa lain (ay. 11). Samuel tidak berbicara (seperti dijelaskan Uskup Patrick) mengenai hak seorang raja yang adil dan benar, karena hak itu sudah dijelaskan di dalam bagian dari hukum Musa mengenai tanggung jawab seorang raja. Sebaliknya, Samuel berbicara mengenai hak raja sebagaimana yang dimiliki oleh raja-raja pada bangsa-bangsa lain. Inilah yang menjadi perilaku raja, artinya, “demikianlah ia harus menyokong kehormatannya dengan harga berupa segala sesuatu yang sangat engkau sayangi, dan demikianlah ia akan menyalahgunakan kekuasaannya, layaknya orang-orang yang berkuasa cenderung berbuat seperti itu. Dan, karena bala tentara ada di tangannya, mau tidak mau, engkau harus tunduk terhadapnya.”
- 1. Apabila mereka hendak mempunyai seorang raja seperti yang dimiliki bangsa-bangsa lain, biarlah mereka mempertimbangkan, bahwa
- (1) Raja itu harus mempunyai serombongan pengiring yang besar, barisan pembantu yang akan menantikannya, sejumlah pengurus yang akan merawat kereta dan kudanya, para pahlawan untuk berkuda bersamanya, dan tentara pejalan kaki yang berlari di depan keretanya. Inilah yang menjadi kemegahan utama para pemimpin bangsa serta kemuliaan sia-sia para orang besar, yaitu untuk mempunyai begitu banyak abdi. Dari manakah sang raja itu akan memperoleh semua ini? “Sudah tentu, raja itu akan mengambil anak-anakmu laki-laki, yang terlahir sebagai orang bebas, mengenyam pendidikan tentang kebebasan, dan yang kini ada pada engkau untuk engkau mintai bantuan, dan anak-anakmu laki-laki itu akan ... dipekerjakannya” (ay. 11). Mereka harus menantikannya dan siap sedia terhadap panggilannya. Orang yang sudah terbiasa bekerja bagi orangtua mereka dan bagi diri mereka sendiri, kini harus bekerja bagi raja itu, membajak ladangnya dan mengerjakan penuaian baginya (ay. 12), dan juga harus menganggap hal itu sebagai kehormatan bagi mereka (ay. 16). Hal ini akan membawa perubahan besar-besaran.
- (2) Raja itu harus menyuguhkan hidangan yang mewah. Ia tidak akan berpuas hati apabila hanya bersantap korban persembahan bersama tetangganya, seperti yang biasa dilakukan Samuel (9:13), tetapi di hadapannya harus terhidang aneka santapan lezat, daging giling, penganan manis, dan saus sedap, dan siapakah yang harus mempersiapkan ini semua baginya? “Sudah tentu, raja itu akan mengambil anak-anakmu perempuan, yang paling cemerlang dan cakap, yang engkau harapkan akan lebih suka mengurusi rumah dan meja santapan mereka sendiri. Dan, tidak peduli apakah engkau rela atau tidak, mereka harus menjadi juru campur rempah-rempah, juru masak, juru makanan, serta apa pun itu bagi raja itu.”
- (3) “Raja itu harus mempunyai bala tentara yang siap sedia sebagai para penjaga dan pengawal. Dan anak-anak laki-lakimu, bukannya menjadi para tua-tua di kota-kotamu dan hidup dengan tenteram dan hormat di rumah-rumah mereka, harus menjadi kepala pasukan seribu dan kepala pasukan lima puluh, dan harus menerima perintah menurut apa yang dipandang baik oleh sang penguasa.”
- (4) “Engkau akan mendapati, bahwa raja itu akan mempunyai banyak orang kesukaannya, yang, setelah dimuliakan dan diangkat menjadi orang terhormat, akan diberi kekayaan olehnya. Ia akan memberikan mereka daerah dan tempat tinggal yang layak dengan segala kemuliaan. Dan bagaimana lagi raja itu dapat melakukan semuanya itu kecuali dari milik warisanmu? (ay. 14). Ladangmu dan kebun anggurmu, yang diwariskan kepadamu dari nenek moyangmu, dan yang engkau harap akan engkau wariskan kepada keturunanmu, akan diambilnya, bahkan yang paling baik dari semua itu. Terlebih lagi, ia tidak hanya akan mengambil semua itu bagi dirinya sendiri (engkau mungkin bisa lebih mengerti apabila inilah yang terjadi), tetapi semua itu akan diberikannya kepada pegawai-pegawainya, yang akan menjadi tuan atasmu dan yang akan memerintah atas jerih lelahmu. Bagaimana, apakah engkau suka dengan semua hal itu?”
- (5) “Raja itu harus memperoleh pendapatan yang besar untuk memelihara kemegahan dan kekuasaannya, dan dari manakah ia akan memperolehnya selain dari dirimu? Ia akan mengambil sepersepuluh dari hasil kebunmu (ay. 15) dan dari ternakmu (ay. 17). Padahal persepuluhan pertama dan persepuluhan ganda yang telah ditetapkan hukum Allah untuk mendukung jemaat-Nya, engkau pikir sudah cukup memberatkanmu sehingga engkau bersungut-sungut untuk memenuhinya. Akan tetapi, apabila engkau mempunyai seorang raja, harus ada persepuluhan lain yang berasal dari harta bendamu, yang akan ditarik dengan lebih keras lagi demi menyokong kemuliaan kerajaan. Pertimbangkan harga yang harus dibayar untuk memperoleh kemegahan tersebut, dan pikirkan apakah itu setimpal.”
- 2. Semua ini akan menjadi sumber kesedihan mereka, dan,
- (1) Mereka tidak akan mempunyai siapa pun selain Allah sebagai tempat untuk berkeluh kesah. Sekali waktu mereka mengeluh kepada sang raja, dan mendapat jawaban, menurut perilaku raja tersebut, tanggunganmu memang berat, tetapi aku akan menambah tanggungan kamu (1Raj. 12:11).
- (2) Pada waktu mereka mengeluh kepada Allah, Ia tidak akan menjawab mereka (ay. 18). Sepatutnyalah mereka tidak berharap bahwa Tuhan akan menjawab mereka, karena selain selama ini mereka telah menjadi tuli terhadap panggilan dan peringatan-Nya, perkara ini secara khusus mereka datangkan kepada diri mereka sendiri dengan menolak Dia dan dengan tidak mempercayai firman-Nya tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari terkait hal itu. Perhatikanlah, ketika kita membawa diri kita sendiri masuk ke dalam masalah oleh pelbagai keinginan serta rancangan kita di luar ketetapan-Nya, maka kita sesungguhnya telah kehilangan penghiburan dari doa dan kebaikan dari pertolongan Allah. Dan jika Allah tidak mau mengasihani kita, maka terpaksalah kita harus mencari penghiburan dalam tangan kita sendiri, dan itu sama saja dengan petaka bagi kita.
- V. Kebebalan orang Israel dengan tuntutan mereka (ay. 19-20). Orang menyangka, penjelasan tentang segala macam akibat ini, yang berasal dari Allah sendiri yang tidak bisa menipu dengan firman-Nya dan tidak bisa tertipu dalam pengetahuan-Nya, pasti akan mampu meyakinkan orang Israel untuk membatalkan tuntutan mereka itu. Akan tetapi, hati mereka sudah tetap pada perkara itu, entah itu benar atau salah, baik atau jahat: “Harus ada raja atas kami, apa pun penjelasan yang disampaikan Allah atau Samuel. Kita harus mempunyai seorang raja, apa pun harganya, dan apa pun masalah yang kita datangkan kepada diri kita sendiri ataupun anak-anak kita oleh karenanya.” Saksikan kebodohan mereka.
- 1. Mereka menjadi tuli terhadap penjelasan yang masuk akal serta menjadi buta bagi kepentingan mereka. Mereka tidak dapat menjawab sejumlah alasan yang disampaikan Samuel yang menentang tindakan mereka, pun tidak dapat menyangkal kebenaran perkataannya itu, tetapi mereka malah menjadi semakin sengit dan semakin kasar dalam mengajukan tuntutan mereka. Sebelumnya, mereka berkata, “Kami mohon, angkatlah seorang raja,” tetapi kini mereka menuntut, “Harus ada raja atas kami. Ya, kami harus mempunyai seorang raja, karena kami akan mempunyai seorang raja, dan kami tidak sudi menerima selain daripada itu.” Saksikan kejanggalan dari hawa nafsu yang tidak terkendali, dan bagaimana hal itu merampok akal sehat dari dalam diri manusia.
- 2. Mereka tidak bisa bersabar menantikan waktu Allah. Allah telah menunjukkan kepada mereka di dalam hukum-Nya bahwa, pada waktunya nanti, Israel akan mempunyai seorang raja (Ul. 17:14-15). Mungkin mereka sedikit banyak merasa waktunya sudah dekat, tetapi mereka terburu-buru dalam bertindak: “Kami, pada hari yang kami tentukan sendiri, akan mempunyai raja ini untuk memerintah atas kami.” Andaikan mereka dapat menunggu sepuluh atau dua belas tahun lagi, mereka akan mempunyai Daud, seorang raja yang diberikan Allah di dalam anugerah-Nya, sehingga segala kekacauan yang menyertai pengangkatan Saul ini tidak perlu terjadi. Keputusan yang mendadak dan keinginan yang menggebu-gebu akan berujung kepada pertobatan yang lama dan perlahan-lahan.
- 3. Tujuan mereka untuk mempunyai seorang raja tidak lagi hanya, seperti sebelumnya, agar mereka menjadi setara dengan segala bangsa-bangsa lain, dan sama-sama mempunyai seorang raja yang sampai sejauh ini telah diangkat Allah atas mereka, tetapi agar mereka mempunyai seseorang yang akan menghakimi mereka, dan memimpin di depan mereka ketika mereka maju ke medan perang, dan bertempur bagi mereka. Orang-orang bodoh dan dungu! Bagaimana mungkin mereka mengharapkan suatu peperangan yang berlangsung lebih baik bagi mereka melebihi perang yang terakhir kali, yang dituntaskan melalui doa Samuel dan guntur Allah? (7:10). Apakah kemenangan sampai sejauh ini sudah menjadi sesuatu yang terlalu pasti bagi mereka? Dan apakah, karena itu, mereka ingin mencoba berperang dengan ketidakpastian yang setara dengan bangsa-bangsa lain? Mereka seolah-olah sudah muak dengan keuntungan yang mereka miliki. Lihat apa yang terjadi? Raja pertama mereka tewas di dalam perang, sementara tidak ada satu pun hakim-hakim tewas dengan cara demikian. Begitu pula dengan Yosia, salah satu raja terakhir dan terbaik yang pernah mereka miliki.
- VI. Pembubaran orang Israel dengan sebuah jawaban bahwa mereka segera akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.
- 1. Samuel menyampaikan segala perkataan bangsa itu di telinga Tuhan (ay. 21, KJV). Allah sesungguhnya sudah mengetahui semuanya itu dengan sempurna meskipun tanpa laporan dari Samuel, tetapi demikianlah Samuel menjalankan perannya dengan setia sebagai seorang nabi antara Allah dan Israel. Ia mengembalikan segala jawaban kepada Dia yang telah mengutus dirinya, dan demikian ia menantikan Allah untuk memperoleh petunjuk lebih lanjut. Allah memahami sepenuhnya segala perkara yang menjadi kepedulian maupun keraguan kita, tetapi Allah menghendaki untuk mengetahuinya langsung dari kita. Penyampaian segala perkataan bangsa itu oleh Samuel di telinga Tuhan menunjukkan, bahwa hal itu dilakukannya secara pribadi, karena orang Israel tidak merasa terbeban untuk turut bersamanya di dalam doa kepada Allah untuk memohon petunjuk dalam perkara ini. Hal ini juga menyiratkan keintiman kudus yang Allah hadirkan bagi umat-Nya melalui kasih karunia-Nya: umat-Nya itu berbicara di telinga Tuhan, seperti seseorang yang berbisik di telinga sahabatnya. Di dalam persekutuan mereka dengan Allah, ada makanan yang tidak dikenal dunia (Yoh. 4:32).
- 2. Allah memberi petunjuk bahwa bangsa Israel akan mempunyai seorang raja, karena mereka dengan bebalnya begitu menginginkan hal itu (ay. 22): “Angkatlah seorang raja bagi mereka, dan lihatlah apakah mereka akan mendapatkan yang terbaik darinya, dan biar mereka tahu rasa jika kemegahan dan kuasa yang begitu didamba-dambakan ada di tengah pemerintahan mereka itu berubah menjadi tulah dan beban bagi mereka sendiri.” Sebab itu Ia membiarkan mereka dalam kedegilan hati mereka. Samuel menyampaikan firman Allah ini kepada orang Israel, dan kemudian menyuruh mereka pulang untuk saat ini, masing-masing ke kotanya, karena perkara penunjukkan raja ini harus diserahkan kepada Allah, dan tidak ada lagi yang dapat mereka kerjakan. Ketika Allah menetapkan bahwa saatnya sudah tiba untuk menyampaikan keputusan itu kepada Samuel, mereka akan mendengar lebih lanjut dari Samuel. Untuk saat ini, biarlah mereka menjadi tenang dan menantikan kelanjutannya.
SH: 1Sam 7:15--8:22 - Bergantung pada manusia. (Jumat, 28 November 1997) Bergantung pada manusia.
Ketika Samuel lanjut usia, timbul gagasan mengangkat seorang raja di antara umat Israel. Tiga alasannya: menjadi sama sepert...
Bergantung pada manusia.
Ketika Samuel lanjut usia, timbul gagasan mengangkat seorang raja di antara umat Israel. Tiga alasannya: menjadi sama seperti bangsa-bangsa lain, memusatkan kekuasaan pada satu orang ketimbang tunduk di bawah pimpinan wilayah, dan ada seorang pemimpin militer (ayat 20). Pemicu gagasan ini adalah terulangnya kembali lembaran hitam sejarah keluarga Eli dalam keluarga Samuel (ayat 3). Di balik itu adalah sikap menolak kepemimpinan Allah yang selalu dapat mereka alami meski tidak terlihat. Penolakan itu tidak lain adalah puncak penyelewengan yang sudah sejak dulu berkembang (ayat 8).
Bergantung pada Tuhan. Samuel membaca permintaan itu sebagai penolakan terhadap kepemimpinannya. Meski kecewa, ia membawa hal itu ke hadirat Tuhan; memohon bimbingan dan petunjuk dari-Nya (ayat 6). Sikap ini mencerminkan ketergantungannya kepada Tuhan. Selama kepemimpinannya Samuel selalu bersandar pada Tuhan (ayat 15-17). Sekalipun dikecewakan, Samuel tetap bergantung pada Tuhan.
Renungkan: Sampai kapan pun penolakan banyak orang atas kepemimpinan Tuhan akan terjadi. Hanya janganlah kegagalan kepemimpinan kita yang memicu hal tersebut.
Doa: Untuk keluarga para hamba Tuhan.
SH: 1Sam 8:1-22 - Ketika menghadapi masalah (Rabu, 18 Juni 2008) Ketika menghadapi masalah
Sering dalam hidup ini kita diperhadapkan pada masalah yang menekan
dan menghimpit kita. Tekanan ini tentu saja mempen...
Ketika menghadapi masalah
Sering dalam hidup ini kita diperhadapkan pada masalah yang menekan dan menghimpit kita. Tekanan ini tentu saja mempengaruhi hidup kita, dan mendesak kita untuk mengambil pilihan-pilihan yang ditawarkan dunia. Bukan tidak mungkin kita mengambil pilihan yang salah, yang akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
Pada zaman hakim-hakim memimpin mereka, Israel mengalami keamanan dan kemerdekaan. Namun begitu seorang hakim mati, terjadilah kekosongan kepemimpinan. Akibatnya, mereka kembali dikuasai musuh. Saat itu, Samuel sudah tua, sebentar lagi pensiun. Anak-anaknya tidak bisa diharapkan menggantikan dia (ayat 3). Israel menyadari bahwa tanpa dipimpin seorang raja, sebagaimana yang dimiliki bangsa-bangsa lain, mereka rentan untuk dijadikan bulan-bulanan musuh-musuh mereka. Maka mereka meminta raja untuk menggantikan Samuel menjadi hakim atas mereka (ayat 5-6). Mereka lupa bahwa kekalahan yang dialami Israel bukan karena tidak ada kepemimpinan politik yang bersistem, melainkan karena dosa-dosa mereka. Mereka lupa bahwa Allah adalah Raja, pemimpin sejati mereka. Sudah berulang kali Allah terbukti dapat diandalkan. Maka pilihan keliru, menolak Allah sebagai Raja dan menggantikan Dia dengan manusia, mengandung konsekuensi yang besar. Samuel menguraikan harga mahal yang harus mereka bayar kepada raja (ayat 10-18). Walau demikian, bangsa Israel bersikeras untuk mengambil jalannya sendiri.
Tekanan hidup seharusnya menjadikan kita lebih dekat dan bersandar pada Bapa. Kita seharusnya minta petunjuk Tuhan lebih dulu dalam menghadapi masalah. Jangan hanya mengandalkan kemauan dan pikiran kita saja. Sebab pilihan kita belum tentu sesuai dengan kehendak dan rancangan Allah. Oleh karena itu, libatkan Allah ketika kita menghadapi setiap kesukaran. Ingatlah bahwa Tuhan mau campur tangan dan tidak akan tinggal diam dalam setiap masalah yang dihadapi anak-anak-Nya.
SH: 1Sam 8:1-22 - Allah yang ditolak (Senin, 5 Mei 2014) Allah yang ditolak
Pasal 8-10 merupakan transisi dari masa hakim-hakim kepada masa kerajaan. Peristiwanya dimulai ketika Samuel telah tua dan anak-an...
Allah yang ditolak
Pasal 8-10 merupakan transisi dari masa hakim-hakim kepada masa kerajaan. Peristiwanya dimulai ketika Samuel telah tua dan anak-anaknya terlihat tidak bisa diandalkan kerena kebejatan moral mereka (1-3). Penolakan bangsa Israel atas kepemimpinan anak-anak Samuel serta permintaan mereka akan seorang raja ‘seperti bangsa-bangsa lain’ didasarkan dua alasan. Pertama, bagi mereka kepemimpinan ala hakim-hakim tidak bisa menjamin mereka aman dari musuh. Sebaliknya musuh mereka, bangsa Filistin sebagai sebuah kerajaan, memiliki kekuatan politik dan militer yang terus menerus sebagai momok buat Israel yang tidak memiliki kedua unsur tersebut. Kedua, pada dasarnya kekhawatiran bangsa Israel disebabkan mereka lebih menaruh kepercayaan pada kekuatan yang kelihatan ketimbang kekuatan yang hanya dapat dilihat melalui kacamata iman. Maka, Tuhan menilai bahwa permintaan bangsa Israel akan seorang raja pada dasarnya adalah suatu bentuk penolakan terhadap diri-Nya (7-9).
Namun Allah membiarkan bangsa Israel mengambil pilihannya. Sepertinya bangsa Israel merasa menang karena Allah membiarkan mereka. Namun, sesungguhnya sesuatu yang mengerikan sedang terjadi di tengah bangsa itu. Sebenarnya yang terjadi ialah justru bangsa itulah yang sedang dijauhkan dari anugerah Allah. Hal itu terungkap dari peringatan Allah tentang kesulitan yang akan dihadapi bangsa Israel dengan raja baru mereka, dan apabila bangsa itu menangis mencari Tuhan, maka Tuhan pun akan tidak peduli lagi (10-18). Betapa mengerikannya hal ini, bukan? Namun agaknya sudah menjadi ciri dari orang berdosa untuk selalu ingin mengambil jalannya sendiri, terpisah dari Allah, sehingga walaupun konsekuensi mengerikan sedang menunggu mereka, jalan tersebut tetap akan mereka tempuh (19-20).
Bagaimana dengan kita sendiri? Ketika kesulitan hidup menghadang, kepada siapakah pertama-tama kita berpaling? Hal-hal yang kelihatan yang menjadi pegangan orang dunia, seperti uang, koneksi, kekuasaan, dst.? Atau Tuhan?
SH: 1Sam 8:1-22 - Tetap Jernih Melihat (Sabtu, 10 Agustus 2019) Tetap Jernih Melihat
Tetap melihat dengan mata jernih itu gampang-gampang susah. Gampang, ketika kita punya niat dan konsistensi. Susah, ketika niat ...
Tetap Jernih Melihat
Tetap melihat dengan mata jernih itu gampang-gampang susah. Gampang, ketika kita punya niat dan konsistensi. Susah, ketika niat dan upaya kita untuk konsisten digoyahkan oleh rintangan yang kita alami.
Seiring perjalanan waktu, Samuel menjadi tua. Ia digantikan oleh kedua anaknya, yakni Yoel dan Abia. Mereka menjadi hakim di Bersyeba. Namun sayang, keduanya tidak hidup seperti ayah mereka. Keduanya lebih senang mengejar laba, menerima suap, dan memutarbalikkan keadilan. Terhadap hal ini, bangsa Israel menjadi sangat kecewa. Oleh sebab itu, berkumpullah tua-tua Israel menghadap Samuel. Mereka meminta Samuel mengangkat raja atas mereka.
Permintaan tersebut sangat mengesalkan hati Samuel. Ia kemudian berdoa kepada Allah untuk meminta petunjuk. Setelah itu, Samuel memberi pertimbangan-pertimbangan kepada bangsa Israel seandainya mereka mempunyai seorang raja (10-18). Situasi akan sangat berbeda dibanding jika mereka tetap hanya mempunyai hakim. Namun, mereka tetap mendesak Samuel untuk mengangkat raja atas mereka. Mereka menjadi tidak bisa berpikir jernih lagi hanya karena persoalan kelakukan buruk hakim baru pengganti Samuel.
Mestinya, mereka berpikir tentang mengganti orangnya, bukan mengganti struktur atau sistem pemerintahan yang ada. Sistem yang sebenarnya sudah baik karena dalam sistem tersebut tidak ada orang yang dituankan dan tidak ada orang yang dijadikan hamba. Semua sama di hadapan Allah. Kedudukan hakim hanyalah wakil Allah untuk membimbing umat hidup dalam jalan-Nya.
Belajar dari kisah tersebut, marilah kita berhati-hati terhadap persoalan yang sedang kita hadapi. Kalut dan kusutnya persoalan dapat mengaburkan jernihnya kebenaran. Jangan sampai persoalan tersebut membuat kita gelap mata dan tidak bisa melihat segala sesuatunya secara jernih! Tetaplah tenang, lihatlah segala sesuatu secara jernih dan jadilah bijaksana!
Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk senantiasa melihat dengan jernih sesuai jernihnya kebenaran-Mu. [MH]
Baca Gali Alkitab 6
Samuel kecil belum pernah mendengarkan suara Allah sebelumnya. Allah memanggilnya malam itu. Ia terbangun karena mendengar suara Allah hingga tiga kali dan mengira itu adalah suara Imam Eli yang memanggil.
Akhirnya Samuel mengerti itu adalah suara Allah. Ia sudah ditentukan menjadi penyuara Allah di tengah umat-Nya. Itulah awal dari banyak perkara besar di depan yang akan dilakukan Samuel.
Berikut ini adalah apa yang terjadi pada malam perdana Samuel mendengar firman-Nya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apakah yang menjadi konteks saat itu? (1)
2. Bagaimana kisah Samuel mendengar suara Allah memanggil dan mengira itu adalah Eli? Bagaimana Samuel kemudian tahu itu adalah suara Allah? (2-10)
3. Apakah firman Allah kepada Samuel? (11-14)
4. Apakah Samuel menyembunyikan firman Allah itu dari Imam Eli? (15-18)
5. Apa yang dilakukan Allah untuk memberitahukan Israel bahwa Samuel adalah nabi-Nya? (3:19-4:1a)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Bagaimanakah proses Allah memanggil seorang hamba-Nya?
2. Apakah Samuel sungguh seorang hamba Allah?
3. Apa yang membedakan antara Samuel, Imam Eli, dan anak-anaknya sebagai hamba Allah?
4. Apakah yang akan dilakukan Allah jika hamba-Nya meremehkan jabatan yang telah dipercayakan-Nya?
Apa respons Anda?
1. Bagaimana sikap Anda biasanya saat mendengarkan firman Tuhan?
2. Pada saat Anda mendengar teguran dari Allah, apakah respons Anda?
Pokok Doa:
Berilah hikmat dan makrifat-Mu untuk mengerti maksud-Mu dan menerapkannya dalam hidup keseharian.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan ...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Keduanya diberi nama menurut nabi Samuel, tokoh yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin rohani Israel yang tangguh dan yang dipakai Allah untuk mengatur kerajaan teokratis. 1 Samuel meliputi hampir seratus tahun sejarah Israel -- dari kelahiran Samuel hingga wafatnya Saul (sekitar 1105-1010 SM) -- dan merupakan mata rantai sejarah yang utama di antara masa para hakim dengan raja Israel yang pertama. 2 Samuel terutama membahas raja Daud sedangkan 1 Samuel meliput tiga peralihan utama dalam kepemimpinan nasional: dari Eli ke Samuel, dari Samuel ke Saul, dan dari Saul ke Daud.
Masalah kepenulisan mencakup 1 dan 2 Samuel sebagai satu karya tunggal. Karena sebagian 1 Samuel dan seluruh 2 Samuel ditulis setelah kematiannya, Samuel hanya menjadi salah satu penulis penyumbang (bd. 1Sam 10:25). Karya terakhir ditulis oleh seorang sejarahwan dan nabi yang terilham yang memakai beberapa sumber, termasuk catatan-catatan Samuel (bd. 2Sam 1:18; 1Taw 27:24; 1Taw 29:29); identitas sejarahwan terilham ini tidak kita kenal. Kemungkinan besar kitab ini diselesaikan tidak lama sesudah tahun 930 SM, karena 1 Samuel tampaknya menunjuk kepada pecahnya kerajaan (1Sam 27:6) dan 2 Samuel berakhir dengan hari-hari terakhir Daud.
Tujuan
1 Samuel menguraikan titik peralihan yang kritis dalam sejarah Israel dari kepemimpinan para hakim kepada pemerintahan seorang raja. Kitab ini menyatakan ketegangan di antara pengharapan bangsa itu akan seorang raja (seorang pemimpin yang lalim, "seperti pada segala bangsa-bangsa lain," 1Sam 8:5) dan pola teokratis Allah, dengan Allah sebagai Raja mereka. Kitab ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan Saul dan pelanggarannya terhadap tuntutan-tuntutan teokratis jabatannya membuat Allah menolak dan menggantikannya sebagai raja.
Survai
Isi 1 Samuel berfokus pada tiga pemimpin penting nasional: Samuel, Saul, dan Daud.
- (1) Samuel adalah hakim terakhir dan yang pertama memegang jabatan nabi (sekalipun dia bukan nabi yang pertama, bd. Ul 34:10; Hak 4:4). Sebagai seorang yang amat saleh dan berkarunia nubuat, Samuel
- (a) dengan bijaksana memimpin Israel kepada kebangunan ibadah yang sejati (pasal 7; 1Sam 7:1-17),
- (b) meletakkan landasan yang memberikan para nabi kedudukan yang layak di Israel (1Sam 19:20; bd. Kis 3:24; Kis 13:20; Ibr 11:32), dan
- (c) dengan jelas mendirikan kerajaan itu sebagai suatu kerajaan teokratis (1Sam 15:1,12,28; 1Sam 16:1). Pentingnya Samuel sebagai pemimpin rohani umat Allah selama masa perubahan besar dalam sejarah Israel digolongkan sebagai nomor dua setelah pentingnya Musa pada masa keluaran.
- (2) Saul menjadi raja pertama Israel karena bangsa itu menuntut seorang raja "seperti pada segala bangsa-bangsa lain" (1Sam 8:5,20). Saul dengan cepat menunjukkan bahwa secara rohani ia tidak cocok untuk memangku jabatan teokratis itu; karena itu dia kemudian ditolak oleh Allah (pasal 13, 15; 1Sam 13:1-22; 1Sam 15:1-35).
- (3) Daud, pilihan berikutnya untuk mewakili Allah sebagai raja, diurapi oleh Samuel (pasal 16; 1Sam 16:1-23). Daud menolak untuk merebut takhta Saul dengan kekerasan atau pemberontakan melainkan menyerahkan kenaikan pangkatnya kepada Allah. Sebagian besar pasal 19-30 (1Sam 19:1--30:31) menguraikan baik pelarian Daud dari Saul yang iri secara membabi buta maupun kesabaran Daud dalam menantikan Allah untuk bertindak pada waktu yang ditentukan-Nya. Kitab ini diakhiri dengan kematian Saul yang menyedihkan (pasal 31; 1Sam 31:1-13).
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai 1 Samuel.
- (1) Kitab ini dengan jelas menyajikan standar-standar kudus Allah bagi kerajaan Israel. Para raja Israel harus menjadi pemimpin yang tunduk kepada Allah selaku Raja sesungguhnya atas bangsa itu, menaati hukum-hukum-Nya dan membiarkan dirinya dibimbing dan ditegur oleh penyataan-Nya melalui para nabi.
- (2) Kitab ini mencatat dasar bagi permulaan pentingnya jabatan nabi di Israel sebagai sederajat secara rohani dengan jabatan imam. Kitab ini memuat beberapa rujukan pertama dalam PL kepada sekelompok nabi (1Sam 10:5; 1Sam 19:18-24).
- (3) Pertama Samuel menekankan pentingnya doa dan kuasanya (1Sam 1:10-28; 1Sam 2:1-10; 1Sam 7:5-10; 1Sam 8:5-6; 1Sam 9:15; 1Sam 12:19-23), Firman Allah (1Sam 1:23; 1Sam 9:27; 1Sam 15:1,10,23), dan Roh nubuat (1Sam 2:27-36; 1Sam 3:20; 1Sam 10:6,10; 1Sam 19:20-24; 1Sam 28:6).
- (4) Kitab ini berisi informasi biografis yang kaya dan wawasan mengenai tiga pemimpin penting Israel -- Samuel (pasal 1-7; 1Sam 1:1--7:17), Saul (pasal 8-31; 1Sam 8:1--31:13), dan Daud (pasal 16-31; 1Sam 16:1--31:13).
- (5) Kitab ini penuh dengan kisah-kisah Alkitab yang terkenal, misalnya Allah berbicara kepada Samuel muda (pasal 3; 1Sam 3:1-21), Daud dan Goliat (pasal 17; 1Sam 17:1-58), Daud dan Yonatan (pasal 18-20; 1Sam 18:1--20:43), iri hati dan ketakutan Saul akan Daud (pasal 18-30; 1Sam 18:1--30:31), dan Saul serta perempuan pemanggil arwah di En-Dor (pasal 28; 1Sam 28:1-25).
- (6) Kitab ini merupakan sumber dari istilah-istilah yang sering kali dipakai: "Ikabod" yang artinya "tanpa kemuliaan," karena "telah lenyap kemuliaan dari Israel" (1Sam 4:21); "Eben-Haezer" yang artinya "batu pertolongan," karena "Sampai di sini Tuhan menolong kita" (1Sam 7:12); dan "Hidup raja!" (1Sam 10:24). Kitab ini juga merupakan kitab PL pertama yang memakai istilah "Tuhan semesta alam" (mis. 1Sam 1:3).
Penggenapan dalam Perjanjian Baru
1 Samuel mencatat dua lambang kenabian tentang pelayanan Yesus sebagai nabi, imam, dan raja.
- (1) Sebagai nabi dan imam yang menjadi wakil utama Allah kepada Israel, Samuel melambangkan pelayanan Yesus yang sebagai nabi dan imam menjadi wakil terutama Allah kepada Israel.
- (2) Daud -- lahir di Betlehem, seorang gembala dan raja yang diurapi Allah dan yang mengabdi kepada maksud-maksud Allah bagi angkatannya (Kis 13:36) -- menjadi lambang utama PL dan pendahulu raja Mesias Israel. PB menyebut Yesus Kristus sebagai "Anak Daud" (mis. Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 21:9), "keturunan Daud" (Rom 1:3), dan "tunas, yaitu keturunan Daud" (Wahy 22:16).
Full Life: 1 Samuel (Garis Besar) Garis Besar
I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22)
A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menja...
Garis Besar
- I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22) - A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin
(1Sam 1:1-2:11) - 1. Kesusahan dan Permohonan Hana
(1Sam 1:1-18) - 2. Putra Hana yang Menjadi Nabi
(1Sam 1:19-28) - 3. Nyanyian Hana yang Bersifat Nubuat
(1Sam 2:1-11) - B. Keburukan Kepemimpinan yang Lama
(1Sam 2:12-36) - C. Peralihan dari Eli ke Samuel
(1Sam 3:1-6:21) - 1. Panggilan Samuel Sebagai Nabi
(1Sam 3:1-21) - 2. Hukuman atas Keluarga dan Pelayanan Eli
(1Sam 4:1-22) - 3. Tabut Dirampas dan Dikembalikan
(1Sam 5:1-6:21) - D. Kebangunan Rohani di Bawah Pimpinan Samuel
(1Sam 7:1-17) - E. Israel Menuntut Seorang Raja
(1Sam 8:1-22) - 1. Israel Menolak Putra-Putra Samuel Sebagai Pemimpin
(1Sam 8:1-5) - 2. Israel Menolak Allah sebagai Raja
(1Sam 8:6-22) - II. Saul: Raja Pertama Israel
(1Sam 9:1-15:35) - A. Peralihan dari Samuel ke Saul
(1Sam 9:1-12:25) - 1. Pemilihan Saul
(1Sam 9:1-27) - 2. Samuel Mengurapi Saul
(1Sam 10:1-27) - 3. Kemenangan Saul atas Orang Amon
(1Sam 11:1-11) - 4. Samuel Membaharui Jabatan Raja di Gilgal
(1Sam 11:12-15) - 5. Amanat Perpisahan Samuel
(1Sam 12:1-25) - B. Pemerintahan-Saul yang Mula-Mula
(1Sam 13:1-15:35) - 1. Peperangan dan Kebodohan Saul
(1Sam 13:1-14:52) - 2. Ketidaktaatan dan Penolakan Saul
(1Sam 15:1-35) - III.Daud: Penantian Orang yang Diurapi
(1Sam 16:1-31:13) - A. Samuel Mengurapi Daud
(1Sam 16:1-13) - B. Allah Mengangkat Roh-Nya dari Saul
(1Sam 16:14-23) - C. Daud Bertempur Melawan Goliat
(1Sam 17:1-58) - D. Daud di Istana Saul
(1Sam 18:1-19:17) - 1. Daud dan Yonatan
(1Sam 18:1-4) - 2. Daud Melayani Saul
(1Sam 18:5-16) - 3. Daud Menikahi Mikhal
(1Sam 18:17-28) - 4. Saul Takut akan Daud dan Berusaha Membunuhnya
(1Sam 18:29-19:17) - E. Daud Dalam Pengasingan
(1Sam 19:18-31:13) - 1. Daud dengan Samuel
(1Sam 19:18-24) - 2. Daud Dilindungi Yonatan
(1Sam 20:1-42) - 3. Daud Dibantu Imam Ahimelekh
(1Sam 21:1-9) - 4. Daud di Gat
(1Sam 21:10-15) - 5. Sejumlah Orang Buangan Berpihak Kepada Daud
(1Sam 22:1-26:25) - 6. Daud Bersembunyi di Filistia
(1Sam 27:1-30:31) - 7. Kematian Saul
(1Sam 31:1-13)
Matthew Henry: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua k...
- Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua kitab ini terjadi pada masa hidupnya, sampai pasal kedua puluh lima dari kitab pertama, di mana kita mendapati catatan mengenai kematiannya), tetapi karena kitab pertama berisi catatan lengkap tentang dirinya, kelahiran dan masa kecilnya, hidup dan kepemimpinannya. Kisah selebihnya dalam dua kitab yang diberi namanya itu mengandung sejarah pemerintahan Saul dan Daud, yang diurapi olehnya. Kemudian, oleh karena sejarah kedua raja tersebut mengisi sebagian besar dua kitab ini, Alkitab Vulgata Latin menamainya sebagai Kitab Satu dan Dua Raja-raja, dan dua kitab yang mengikutinya sebagai Tiga dan Empat Raja-raja, yang di dalam judul dalam Alkitab berbahasa Inggris diberi keterangan sebagai berikut: disebut juga Kitab Satu Raja-raja, dst. Alkitab Septuaginta menyebut kitab ini sebagai Kitab Satu dan Dua Kerajaan. Meski sia-sia saja memperdebatkan perbedaan nama ini, tidak ada alasan untuk menyimpang dari prinsip kebenaran yang tertulis dalam bahasa Ibrani. Kedua kitab ini, selain mengandung riwayat dua hakim yang terakhir, Eli dan Samuel, yang bukanlah para prajurit perang seperti hakim-hakim lain, tetapi adalah para imam dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pelengkap Kitab Hakim-hakim, juga mengandung riwayat dua raja pertama, yaitu Saul dan Daud, dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pembuka riwayat raja-raja. Kedua Kitab Samuel ini mengandung sebagian besar sejarah kudus bangsa Israel, yang kadang-kadang dirujuk dalam Perjanjian Baru, dan kerap kali disebutkan dalam judul-judul mazmur Daud, yang apabila ditempatkan menurut urutannya, akan terlihat jelas terdapat di dalam kedua kitab ini. Tidaklah jelas siapa penulis kedia kitab ini. Ada kemungkinan Samuel yang menulis riwayat yang terjadi pada masa hidupnya, dan setelah dia, beberapa nabi yang ada bersama Daud, Natan kemungkinan termasuk di dalamnya, melanjutkan penulisannya. Kitab 1 Samuel mengisahkan kepada kita catatan lengkap dari kejatuhan imam Eli dan kemunculan Samuel serta kepemimpinannya yang luhur (ps. 1-8), mengenai pengunduran diri Samuel dari pemerintahan Israel serta kemunculan Saul dan kepemimpinannya yang buruk (ps. 9-15), pemilihan Daud, pergumulannya dengan Saul, kehancuran Saul pada akhirnya, dan terbukanya jalan menuju takhta bagi Daud (ps. 16-31). Semua ini dituliskan untuk menjadi pelajaran bagi kita.
Ende: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan
dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi...
SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi maupun gaja-bahasanja, meskipun pelbagai bagiannja mempunjai tjoraknja sendiri. Tradisi Hibrani kuno djuga selalu memandangnja sebagai suatu kesatuan. Didalam terdjemahan Junani (k.l. th. 250 sebelum Mas.) kitab tadi dibagi djadi dua bagian jang hampir sama tebalnja, dan agaknja melulu karena alasan2 praktis. Baru dalam abad ke-15 Mas. pembagian itu dimasukkan kedalam naskah Hibrani.
Tambahan pula terdjemahan Junani mempertalikan erat2 kitab Sjemuel itu dengan kedua Radja2. Keseluruhannja dinamakan: "Kitab2 keradjaan2" atau "pemerintahan2", dan di-bagi2" djadi empat djilid tersendiri. Ini diikuti oleh terdjemahan Latin (Vulgata), meskipun Hironimus sendiri mengenal nama Hibraninja dan memakainja sebagai djudul kedua. Tetapi nama "keradjaan2" diubahnja djadi nama jang lebih tepat, jakni Radja2. Hingga sekarang tradisi ini masih diikuti, sehingga kitab2 itu dikutip sebagai: I dan II Radja2 (=I dan II Sjemuel, menurut tradisi Hibrani) dan III dan IV Radja2 (=I dan II Radja 2 menurut kebiasaan umum Hibrani. Terdjemahan2 modern pada umumnja mengikuti kebiasaan Hibrani, hal mana diikuti pula dalam terdjemahan ini.
Nama "kitab2 Sjemuel" ini lebih menurut tradisi daripada tepat. Betul, beberapa lama adalah pendapat Jahudi, jang berdasarkan salah tafsir dari I Twr. 29,29, bahwasanja Sjemuel mendjadi pengarangnja. Tetapi hal ini tidak dapat diterima bagi suatu kitab, jang untuk sebagian besar mentjeritakan kedjadian2 jang terdjadi lama sesudah Sjemuel meninggal. Sjemuelpun bukan tokoh terpenting didalam kitab ini, sehingga kitab tadi boleh diberi namanja, sebagaimana halnja dengan kitab Josjua. Dawud djauh lebih penting didalam kitab ini. Boleh djadi nama Sjemuel dipakai, karena nama Daud sudah dibubuhkan selaku pengarang pada kitab Masmur, sedangkan nama Sjaul, radja jang sudah ditolak itu, tidak dapat digunakan untuk djudul bagi sebuah kitab jang sutji.
Tjeritera kitab Sjemuel muat laporan fragmentaris mengenai periodos, jang berlangsung dari djaman para Hakim -- Sjemuel sendiri diutarakan sebagai jang terachir dari para Hakim, -- sampai dengan achir hidup Dawud, jang kematiannja baru ditjeriterakan dalam I Radja2 (1-2). Kemarian Dawud serta penggantiannja oleh Sulaiman djatuh kira2 dalam tahun 970 seb. Mas. Berdasarkan keterangan2 dari kitab itu sendiri, maka lahirnja Sjemuel pada awal kitab itu, pada masa keimaman 'Eli, djatuh kira2 dalam th. 1070 seb Mas. Dengan demikian kitab Sjemuel melingkupi l.k. satu abad dari sedjarah Israil.
Sedjarah politik dalam abad, jang merupakan latarbelakang kitab Sjemuel itu, agak katjau, namun amat penting djuga bagi perkembangan umat Allah. Daripada kekatjauan besar didjaman para Hakim, waktu suku2 Israil berpidjak tetap ditanah Kanaan masing2 suku berdiri sendiri dengan tiada kesatuan sedikitpun, selain keasatuan keigaman, berkembanglah didjaman jang baru itu suatu negara kesatuan dibawah pimpinan seorang radja. Perubahan susunan pemerintahan ini, jang dari segi kenegaraan merupakan suatu kemadjuan jang njata, terdjadi karena pengaruh pelbagai faktor dari luar. Faktor jang terutama ialah antjaman dahsjat dari pihak orang2 Felesjet, jang malaham membahayakan hidup Israil. Adapun orang-2 Felesjet itu suatu bangsa jang berasal dari Asia Depan. Setelah beberapa kali gagal usahanja untuk menetap dinegeri Mesir, bangsa itu berhasil berpidjak tetap dipantai Palestina, (nama Palestina berasal dari nama orang2 "Felesjet") dimana mereka mendirikan sedjumlah kota kerajaan jang tjukup kuat. Dari Pantai mereka masuk kepedalaman, dimana tak dapat tidak mereka berbentrok dengan suku2 Israil, jang baru menduduki tanah itu, dan itupun belum seluruhnja. Dengan banjak susah pajah suku2 jang masih primitif itu dapat bertahan terhadap orang2 Felesjet jang gagah perkasa dan diorganisir dengan baik itu. Kitab Sjemuel mulai dengan masa perang mati2an itu sedang hebat2nja. Orang2 Felesjet sudah djauh masuknja dan sudah menduduki sebagian besar dari tanah itu dan menaklukkan penduduknja. Terhadap bahaja itu suku Israil membutuhkan persatuan jang kokoh dibawah pimpinan pemerintahan pusat. Dimasa itu pula bangsa2 tetangga Israil jaitu Edom, Moab dan Aram mendirikikan keradjaan2 nasional dan mendapat kekuatan jang tak terkenal hingga itu dari organisasi pemerintahan jang baru. Tidak mengherankan, kalau Israil dipengaruhi djuga oleh tjontoh2 itu (I Sjem.8,5.19.20), meskipun kejakinan keigamannja ikut menentukan susunan keradjaan itu. Israilpun mengorganisir negerinja djadi suatu keradjaan.
Gagasan jang sungguh baru itu diwujudkan setjara lambat-laun, kendati djalannja tjukup tjepat djuga. Dan itupun tidak berdjalan tanpa oposisi, lebih-lebih dari kalangan2 keigaman, jang berdasarkan pendapat keigaman mereka, sukar menerima keradjaan itu. Langkah pertama diambil karena tekanan dari pihak orang2 'Amon, jang memusuhi mereka. Sebagaimana dahulu halnja dengan para Hakim, demikianpun sekarang seorang petani muda dihinggapi langsung oleh roh Allah, untuk menjelamatkan bangsanja. Kalau dulu para Hakim setelah memperoleh kemenangan, segera kembali lagi kepekerdjaannja, dan persatuan sementara dari suku lenjap lagi, maka kali ini Sjaul diproklamir sebagai radja setjara definitif oleh Rakjat, bahkan dengan persetudjuan pihak oposisi, jang diwakili oleh Sjemuel dan jang tidak dapat mentjegah perkembangan itu lagi.
Usaha jang pertama itu menemui kegagalan. Sungguhpun Sjaul berhasil memukul mundur orang2 Felesjet beberapa waktu lamanja dan memperoleh kemenangan2 jang gemilang dalam perang-tanding jang perwira dan dalam pertempuran2 umum, namun ia se-kali2 tidak berhasil mematahkan kekuasaan mereka atau sedikit2nja membatasinja. Lagi pula oposisi dari kalangan2 keigaman bertambah kuat. Achirnja didalam pertempuran jang hebat dipegunungan Gilboa' Israil menderita kekalahan dan Sjaul serta putera2-nja menemui adjalnja. Keadaan politik Israil pada achir pemerintahan Sjaul tidak banjak bedanja dengan keadaan waktu ia mulai tampil kemuka (I Sjem.31).
Namun demikian, Israil tidak mau melepaskan lagi gagasan keradjaan. Suku2 di Utara memaklumkan Isjabaal, putera Sjaul, mendjadi radja, sedangkan Juda menerima seorang pemimpin gerombolan jang populer, jaitu Dawud, sebagai radjanja. (II Sjem. 2,1-10) Kedua keradjaan itu bermusuhan. Tetapi setelah Isjabaal dilikwidir, Dawud berhasil mendapat pengakuan dari semua suku. Persatuan dibawah satu radja dipulihkan. Tetapi tetapla monarchi-rangkap, dan antar ke-dua2nja tiada ikatan dalam jang sesungguhnja.
Kali ini keradjaan berhasil. Dawud tampak sebagai orang jang saleh, sehingga ia berhasil merebut hati pihak oposisi dari kalangan keigaman, untuk menerima kenjataan itu. Ia adalah seorang politikus jang tjerdik, jang tahu membatasi persaingan antar-suku. Ia membuat ibu-kota politik jang baru di Jerusjalem, jang djuga dijadikannja pusat keigamaan jang terpenting; hal mana sudah semestinjalah didalam suasana, dimana negara dan agama dipertalikan dengan amat eratnja. Kantong2 terachir penduduk aseli Kena'an, jang sedikit banjak berdiri sendiri2, diasimilasikan dengan bangsa Israil oleh Dawud. Dengan membentuk angkatan perang jang tetap, jang dapat digunakan sebagai inti didalam mobilisasi umum, Dawud melengkapi keradjaannja dengan alat pertahanan jang kuat, jang disegani pula diluarnegeri. A.l. berkat alat pertahanan jang kuat itu Dawud mentjatat hasil2 jang gemilang dalam politik luarnegerinja. Orang2 Felesjet ditundukkan secara definitif dan sebagian dari wilajah diduduki Dawud, sehingga peranan mereka digantikan samasekali oleh orang2 bani Israil. Sedjumlah negeri tetangga ditaklukkannja dan wilajahnja sendiri sangat diperluas karenanja, sehingga keradjaannja tidak hanja luas, tetapi djuga dikelilingi dengan serentetan negeri2 taklukan, jang melindungi wilajah keradjaannja sendiri. Dibawah pimpinan Dawud Israil mendjadi keradjaan nasional, jang djuga termasjhur didunia internasional. sungguh suatu masa kedjajaan, jang tidak pernah ditjapai lagi sesudah itu. Perkembangan dimungkinkan pula, karena negara2 besar pada waktu itu tidak dapat mengembangkan kekuasaannja. Asjur baru sadja muntjul dan belum merentjanakan perebutan kekuasaan dinegeri2 jang djauh. Mesir terlalu lemah dedalam dan terlalu terbagi, untuk dapat menuntuk hak-haknja jang kuno atas Palestina. Demikianlah Israil karena kearifan Dawud dan karena keadaan2 politik jang menguntungkan, mendjadi keradjaan jang kuat.
Tetapi mendjelang achir hidup Dawud, mulai kelihatanlah kelemahan2nja kedalam. Tjatjat jang terbesar terletak dalam persaingan antara Juda, suku dari Dawud, dan suku2 lainja. Dawud tidak pernah membuat kedua bagian keradjaan mendjadi suatu kesatuan jang kokoh. Keradjaannja tetap berbentuk monarchi rangkap. Kesatuannja hanja bersandar pada diri radja, dan oleh karena itu sangat bergantung dari ketjakapan dan populernja orang jang mendjadi radja. Dan kepopuleran Dawud diutara mengalami kemunduran dimasa pemerintahannja. Pemberontakan Absjalom mendapat pengikut2nja terutama dari suku2 diluar Juda (II Sjem.15), sedang Dawud hanja didukung oleh suku Juda dan daerah-daerah Transjordania (II Sjem. 17). Betul, Dawud berhasil menindas pemberontakan Absjalom serta kelandjutannja dalam pemberontakan seorang-orang dari suku Binjamin, tetapi api itu tidak pernah padam lagi. Sesudah kematian Sulaiman kesatuan Israil petjah setjara definitif, dan mendjadi dua keradjaan jang berdiri sendiri dan sering bermusuhan, tetapi benihnja sudah terdapat dalam masa kegemilangan Dawud (II Sjem.20,1; I Rdj. 12,16).
Latar belakang sedjarah ini lebih tersirat daripada tersurat dalam kitab Sjemuel. Kitab ini tidak begitu memperhatikan hal-ihwal keradjaan, melainkan perbuatan2 orang2 tertentu. Betul, tokoh2 itu memainkan peranan politik jang menentukan, namun lebih dilihat sebagai oknum daripada sebagai tokoh2 kenegaraan. Ada tiga tokoh, jang minta seluruh perhatian dan bahan2 tjeritera dikumpulkan sekitar ketiga tokoh itu, jaitu Sjemuel, Sjaul dan Dawud. Tetapi djelaslah, bahwa Dawud merupakan tokoh jang utama, sedang Sjemuel dan Sjaul dipakai sebagai persiapan dan pendahuluan, dan chususnja Sjaul djuga sebagai kontras terhadap tokoh jang utama. Djelas pula, bahwa kitab ini terbagi atas tiga rangkaian tjerita2 disekitar ketiga tokoh ini; dibubuhi pula dengan tambahan2 mengenai tokoh utama jang menghentikan djalannja tjerita, sampai itu disambung lagi dalam kitab I Radja2.
Bagian pertama (I Sjem 1-7) menjadjikan beberapa keterangan tentang diri Sjemuel. Sebagai akibat dari doa jang dikabulkan, ia dilahirkan dari wanita jang mandul dimasa imam-agung 'Eli. Akan tanda sjukur, maka kanak2 itu dibaktikan kepada ibadah Jahwe dikuilNja di Sjilo, dimana terdapat peti perdjandjian. Disana ia mendapat panggilan sebagai nabi dan memaklumkan kebiasaan keturunan 'Eli, jang anak-anaknja melanggar peraturan2 Jahwe. Hukuman itu dilaksanakan didalam perang dengan orang2 Felesjet. Orang2 Felesjet mengalahkan Israil,d an merampas peti perdjandjian dan menewaskan kedua anak 'Eli. 'Eli sendiri mati mendadak karena ketjelakaan. Kemudian hal-ihwal peti perdjandjian di-tengah2 orang2 Felesjet ditjeritakan. Karena malapetaka, jang rupa2nja ditimpakan atas diri mereka karena peti perdjandjian itu, terpaksalah orang2 Felesjet mengembalikannja ketanahnja jang aseli, jaitu Israil. Jahwe senantiasa nampak lebih kuat daripada dewa2 Felesjet. Achirnja peti perdjandjian itu sampai ke Kirjat-je'arim, kerena Silo agaknja sudah dihantjurkan. Baru kemudian (II Sjem.6) kisah mengenai peti perdjandjian itu dilandjutkan. Bagian pertama ditutup dengan ichtisar tentang kegiatan Sjemuel.
Bagian kedua (ISjem 8-15) dipusatkan pada tokoh Sjaul. Pada achir hidupnja Sjemuel dengan berat hati meluluskan tuntunan rakjat untuk seorang radja. Dengan diam2 ia mengurapi seorang anak petani, jaitu Sjaul, djadi radja Israil jang akan datang. Sjaul bertindak tegas lawan orang2 'Amon. Sesudah itu ia diakui dengan resmi oelh seluruh rakjat sebagai radja jang umum. Sjemuel mengundurkan diri. Dengan hasil jang gemilang Sjaul dengan putera mahkotanja, Jonatan, memerangi orang2 Felesjet. Tetapi Sjaul berlaku kurang setimbang, dan kadang2 terlalu tegas. Berhubung dengan tindakannja terhadap orang2 'Amalek serta radjanja dan ke-sewenang2annja, maka ia berbentrok dengan Sjemuel, bahkan dengan Jahwe sendiri. Ia ditolak sebagai radja.
Bagian ketiga (I Sjem. 16 - II Sjem.1) menjadjikan serentetan tjerita tentang muntjulnja Dawud dan binasanja Sjaul. Dengan diam2 Dawud diurapi Sjemuel djadi radja jang akan menggantikan Sjaul. Dawud bekerdja pada Saul sebagai biduan, tetapi djuga tampil sebagai pemimpin pertempuran jang tjakap dan pedjuang jang berani. Mula2 ia diperlakukan baik2 oleh Sjaul.Tetapi hasil2nja jang gemilang dalam pertempuran dan bertambah populernja menimbulkan tjemburu dan tjuriga pada Sjaul, jang lalu memandangnja sebagai saingan berat bagi tachtanja. Beberapa kali ia, setjara lansung atau tak langsung, mentjoba melenjapkan Dawud, sementara ia sendiri dihinggapi kemurungan, jang makin lama makin mendjadi penjakit. Pertjobaan2nja tidak berhasil. Achirnja Dawud terpaksa melarikan diri, dengan bantuan sahabat karibnja, putera-mahkota Jonatan sendiri. Dawud lolos kegurun, dimana ia mengembara sebagai pemimpin gerombolan. Tetapi disanapun ia di-tjari2 djuga oleh Sjaul, kendati Dawud menundjukkan djuga, bahwa ia tahu menghormati orang urapan Jahwe, dan tidak mau menewaskannja. Terpaksa Dawud menggabungkan diri dengan musuh kawakan Israil, jakni orang2 Felesjet. Tetapi dengan ketjerdikannja jang luarbiasa Dawud pandai bersiasat, untuk tidak melakukan sesuatu jang merugikan kaum sebangsanja dan tidak menguntungkan bagi orang2 Felesjet. Waktu peperangan berketjamuk lagi antara orang2 Felesjet dengan Israil, tjuriga pemimpin2 Felesjet menghalangi, Dawud menepati kewadjibannja sebagai sekutu untuk bertempur bersama2 dengan radja Felesjet lawan bangsanja sendiri. Ketika Dawud berada ditempat lain, terdjadilah pertempuran hebat digunung Gilboa', dan Israil menderita kekalahan. Jonatan dan putera2 Sjaul lainnja gugur, sedang radja membunuh diri. Hukuman atas Sjaul sudah terlaksana dan djalan ketachta terbuka bagi Dawud.
Bagian jang keempat dan terachir (II Sjem.2-20) se-mata2 mengenai Dawud dan keluarganja. Dawud jang sudah popuker dimasa penerintahan Sjauld an mempunjai banjak pengikut di Juda, diakui sebagai radja oleh suku Juda. Ia menetap di Hebron. Berkat kegiatan panglima Abner, maka putera Sjaul mendjadi radja atas bagian terbesar dari Israil. Tetapi kekuatan Isjba'al makin lama makin ter- petjah2 dan pasukannja menderita kekalahan jang hebat di Gibe'on. Karena perselisihan dengan Abner maka kedudukannja sangat terdjepit. Abner mengadakan perundingan dengan Dawud dan mendapat dukungan dari hampir seluruh wilajah Isjba'al. Abner dibunuh oleh Joab, panglima dari Dawud, dengan alasan jang tjurang. Alasannja ialah bela darah, karena Abner telah menewaskan seorang saudara Joab didalam pertempuran. Hampir pada waktu jang sama Isja'baal dibunuh dengan tjara jang kotor. Sedjenak kedudukan Dawud terantjam. Tetapi dengan mendjauhkan diri dengan terang2an dari kedua pembunuhan itu, ia berhasil mendapat dukungan terus dari pengikut2nja dikalangan suku2 Israil. Disanapun ia diakui sebagai radja.
Dawud merebut Jerusjalem dari tangan penduduk aseli dan memindahkan kedudukannja kesana. Peti perdjandjian dipindahkan ke ibukota jang baru. Hal ini mendatangkan berkah Jahwe kepadaNja dalam bentuk nubuat jang mulia oelh Natan, nabi Dawud, tentang abadinja keturunannja. Selintas-pintas lalu diutarakan ekspedisi2 Dawud. Hasilnja ialah diusirnja orang2 Flesjet dan perluasan wilajahnja. Beberapa bangsa tetangga ditaklukkan.
Pasal2 terachir dari bagian keempat ini muat kisah jang pandjang-lebar tentang drama jang terdjadi didalam keluarga Dawud. Kebesaran djiwanja dilukiskan dengan beberapa tjontoh. Tetapi sebaliknja, didalam rangka perang dengan orang2 'Amon, dikisahkan djuga, bagaimana Dawud berdjinah dengan isteri dari salah seorang perwiranja jang setiawan, jaitu Uria. Untuk menjembunjikan djinahnja dan untuk tetap memiliki Batsjeba', maka dengan tjara jang litjik ia menjuruh lenjapkan orang jang mendjadi perintang bagi pelampiasan hawa-nafsunja. Teguran2 nabi Natan menginsjafkan Dawud, sehingga ia bertobat dan bersedia menerima hukuman apapun dari tangan Jahwe. Batsjeba' kemudian melahirkan baginja Sulaiman, jang akan menggantikan dia sebagai radja.
Pelaksanaan hukuman itu terdjadi didalam keluargnja sendiri. Putera sulungnja, Amnon, memperkosa adik tirinja, Tamar. Sikap Dawud agak lemah terhadap kedjahatan ini. Absjalom, puteranja jang lain, membalas dendam sendiri atas adik kandungnja. Amnon dibunuh olehnja. Sesudah itu Absjalom melarikan diri terhadap murka bapaknja. Tetapi beberapa waktu kemudia radja Dawud, atas desakan panglima Joap, mengidjinkan Absalom kembali ke Jerusalem, meskipun ia tidak segera dimaafkan olehnja. Sekali lagi Joab bertjampur tangan. Meskipun alasan2 Joab dalam perkara ini tidak begitu djelas, namun ia berhasil memperdamaikan radja dengan puteranja.
Adapun Absalom mulai bersiasat. Teranglah ia berusaha merebut tachta kerajan. Dawud sgaknja kurang awas. Achirnja Absalom mempermaklumkan dirinja sebagai radja di Hebron, ibukota lama Dawud. Perebutan kekuasaan ini berhasil, karena pemerintahan Dawud agaknja diterima dengan tiada sukahati oleh suku2 diluar Juda, sehingga Absjalom mendapat dukungan kuat dari mereka. Dawud terpaksa lari dari Jerusjalem, hal mana ditjeritakan dengan pandjang lebar. Absjalom menduduki ibukota. Karena siasat salah seorang sahabat Dawud, pengedjaran ditunda, sehingga Dawud mendapat kesmepatan untuk mengerahkan pasukan jang besar didaerah Transjordania. Didalam pertempuran berikutnja Absajlom dan pengikut2nja menderita kekalahan. Absjalom sendiri dibunuh oleh Joab, ketika ia melarikan diri. Dukatjita Dawud waktu menerima kabar itu mengharukan, tetapi tidak pada tempatnja menurut Joab. Kembalinja Dawud ke Jerusjalem ditjeritakan sedjadjar dengan larinja dari sana. Karena pertikaian antara suku Juda dengan suku2 lainnja, maka pemberontakan berketjamuk lagi sedjenak. Joab, jang karena membunuh Absjalom kena murka radja, berhasil menindas pemberontakan itu, tetapi menggunakan kesempatan itu djuga untuk melenjapkan bekas-panglima dari Absjalom, jang ditundjuk Dawud untuk menggantikan Joab sendiri, dan untuk memaksakan dirinja kepada Dawud.
Pasal2 terachir (II Sjem. 21-24) terdiri atas beberapa tambahan, jang mengenai riwajat hidup Dawud, jang tidak mendapat tempatnja dalam kitab itu sendiri dan mungkin berasal dari sumber lain. Ditjeritakan bagaimana keturunan Sjaul ditumpas, hal mana dipandang hukuman atas ingkar sumpah Sjaul. Berikutlah ichtisar tentang pertempuran2 dengan kaum Felesjet dan dua sadjak jang ditaruh dalam mulut Dawud. Kemudian disusul dengan serentetan perbuatan2 kepahlawanan dari anggota2 pasukan pilihan Dawud dengan daftar nama pasukan pilihan itu. Achirnja suatu kisah tentang tjatjah-djiwa, jang diadakah Dawud tapi dihukum dengan wabah sampar. Sebuah mesbah didirikan oleh radja sebagai tanda sjukur atas berhentinja malapetaka itu, jaitu ditempat jang kemudian didirikan Bait Allah.
Namun kesemuanja itu didalam kitab Sjemuel tidak merupakan tjerita jang harmonis djalannja dan baik susunannja. Lebih tepat dikatakan suatu kumpulan tjerita2 jang tjoraknja berlainan dan berasal dari pelbagai sumber. Kitab Sjemuel tidak merupakan keseluruhan jang bulat, melainkan suatu kumpulan tjeritapendek2. Terutama dalam kitab jang pertama tjerita2 ini bertjorak sangat populer dan mirip dongengan rakjat. Beberapa dari antaranja menundjukkan pelbagai tradisi, jang sebagian bertentangan satu sama lain. Maka itu didalam kitab Sjemuel terdapat tidak sedikit tjerita jang sukar untuk diselaraskan, ataupun tjerita- rangkap tentang kedjadian jang satu dan sama djua, jang disampaikan dalam pelbagai bentuk dan oleh karenanja ditjeritakan dua kali. Si penghimpun sering mengambil tjerita2 tanpa banjak perubahan. Terdjemahan kami, entah dalam petundjuk2 ditepi halaman entah didalam tjatatan2 dibawah, kadang2 menundjukkan ketidak-selarasan itu, tetapi tidak semuanja disebutkan. Kisah pandjang tentang keluarga Dawud didalam kitab jang kedua merupakan kesatuan jang lebih besar, dan sudah barang tentu ditulis oleh orang, jang menjaksikan sendiri peristiwa2 itu. Si penghimpun tjerita2 dalam kitab Sjemuel hanja disana-sini sadja mentjoba selaraskan tjerita2 itu, dan djuga disana-sini sadja mengemukakan gagasan2nja sendiri serta tafsiran dari peristiwa2 itu dan mengolah sedikit-banjak bahan2 itu menurut pandangannja sendiri.
Kalau orang mengindahkan tjorak chas kitab ini, dengan sendirinja akan timbul pertanjaan mengenai kebenaran historisnja. singkatnja dapat dikatakan begini. Kebenaran historisnja pada umumnja dan dalam garis besarnja harus diterima, mengingat sangat kunonja bahan2 itu. Sebaliknja tjorak populer dari banjak tjeritanja itu adalah sedemikian rupa, hingga orang tidak dapat memperoleh kepastian sampai hal jang ketjil2, karena kesemuanja itu lebih dipakai sebagai hiasan dan pengungkapan daripada sebagai laporan saksama dari kedjadian2 jang njata, jang ditjeritakan dan lagi pengetahuan jang tepat tentang tokoh2, jang tampil kedepan. Tetapi mengenai hal jang ketjil2 tersendiri tidak dapat diperoleh kepastian jang besar. Itu tergantung dari tjorak chas tjerita2 itu sendiri.
Mengenai pertanjaan, bilamana kitab itu disusun, harus diberi djawaban jang agak berbelit. Sebab sebagaimana halnja dengan banjak kitab Perdjandjian Lama, kitab Sjemuelpun tidak terdjadi sekali djadi. Dapat dan harus diterima, bahwa kitab ini menurut keadaannja sekarang, telah terdjadi dari sedjumlah tjerita2 tersendiri, jang sudah dikumpulkan dalam kumpulan2 ketjil dan sudah tertulis pula. Daripadanjalah achirnja kitab jang sekarang ini disusun. Kadang2 sukarlah menentukan, bagian2 mana sudah ada sebagai kumpulan tersendiri; tetapi bahwasanja kumpulan2 itu ada sukarlah disangsikan. Lebih sukar lagi menentukan, bilamana kumpulan2 tjerita itu mendapat bentuk tertulisnja jang pertama; tetapi sudah teranglah, bahwa beberapa dari antaranya dari djaman kuno dan ditulis tak beberapa lama sesudah terdjadinja peristiwa2 itu sendiri. Dengan lebih saksama dapatlah ditetapkan, bila kitab ini mendapat bentuknja jang sekarang, lepas dari beberapa tambahan ketjil jang disisipkan sesudah kitab ini seluruhnja ada. Menurut pendapat umum para ahli, kitab ini sudah pasti disusun sebelum dynasti Dawud lenjap setjara definitif tahun 587 seb. Mas., karena penjusun kitab ini tidak mengetahui sedikitpun tentang kedjadian itu. Sebaliknja, kitab ini tentulah disusun sesudah perpisahan antara Juda dengan suku2 lainnja, kerena perpisahan itu ber-ulang2 diandaikan. Djadi kitab ini sebagai keseluruhan disusun sesudah perpisahan jang terdjadi pada kematian Sulaiman dalam tahun 931 seb. Mas. Karena didalam kitab ini, lebih2 didalam fasal2 jang ditambahkan oleh si penghimpun sendiri, terdjalin gagasan2 jang menundjukkan pembaharuan agama oleh Josjijahu dan kalangan2 dari kitab 'Ulangtutur, tentulah kitab ini disusun tak berapa lama sebelum pembuangan, djadi sekitar 580 seb.Mas.
Nama para pengarang dari tiap2 bagian maupun dari keseluruhan tidak dapat disebutkan dengan kepastian. Dan melihat terdjadinja kitab ini, maka lebih tepatlah orang berbitjara tentang penghimpun daripada pengarang kitab ini. Mana jang terdjadi bagian pribadi si penghimpun jang terachir, sukarlah ditentukan lebih landjut.
Tjorak keigaman kitab itu djelas. Kitab ini menjadjikan sedjarah bukannja demi untuk sedjarah, tetapi dari sudut keigamaan dan dengan maksud keigamaan, dan lebih memberikan tafsiran tentang sedjarah daripada laporan terperintji dari peristiwa2 politik. Gagasan pokok keigamaan jang mendjadi dasar karja itu seluruhnja ialah terpilihnja Israil. Israil adalah umat Allah, jang karena perdjadjian dengan Jahwe dipilih untuk merupakan keradjaanNja didunia. Kitab ini memberikan suatu kesan dari hal-ihwal keradjaan itu serta kesulitan2nja, hingga keradjaan itu mendapatkan perwudjudannja sementara didalam keradjaan Dawud. Pilihan ini dengan sjarat2nja serta tuntutan2nja dikonkretisir dalam tokoh2 tertentu. Nasib rakjat dan manusia bergantung dari tuntutan2nja. Semua tokoh penting dalam kitab ini dipandang dari sudut itu. 'Eli dan keturunannja adalah imam pilihan Jahwe. Tetapi karena ketidaksetiaan keturunannja akan perintah2 Allah, mereka disingkirkan dan dihukum. Akan gantinja dipilihlah imam-agung lain jang "setiawan". Sjemuel dilahirkan setjara adjaib dan dipilih langsung oleh Jahwe sendiri serta dipanggil mendjadi nabiNja dan pemimpin umatNja. Tetapi anak2 Sjemuel pun tidak setia djuga, sehingga pilihan itu tidak dilandjutkan dalam diri mereka. Sjaul dipanggil dimasa jang amat sulit, untuk mewujudkan keradjaan Jahwe didalam bentuk jang baru, jaitu bentuk keradjaan. Ia adalah radja pilihan, tetapi bukan radja jang berdiri sendiri, jang dapat menentukan sendiri apa jang hendak dilakukannja. Sebaliknja ia hanja mendjadi wakil dari radja Israil jang sesungguhnja, jaitu Jahwe. Sjaul tidak tetap setia. Ia mengutamakan kehendak rakjat diatas kehendak Jahwe, se-akan2 ia radja dan atas kerelaan rakjat, bukannja atas kerelaan Jahwe. Dari sebab itu ia disingkirkan dan Jahwe mentjari penggantinja, jang akan tetap setia kepada kedudukannja sebagai radja thokratis. Dalam diri radja Dawud terwudjud pula keradjaan Allah, meskipun dalam bentuk sementara Dawud adalah seorang manusia, jang berdosa berat, tetapi radja itu tidak pernah lupa, bahwa ia hanja wakil dari Jahwe, jang harus mendengarkan suaraNja, untuk sungguh2 mendjadi radja Israil. Karena pengakuan dari pihak Dawud ini, maka sekali lagi pilihan Jahwe mendjadi kenjataan. Keturunan Dawud seluruhnja dipilih untuk mendjadi wakil dari Allah pada umatNja. Pandangan2 djauh jang besar dimasa jang datang dibukakan; pandangan2 itu menudju keperwudjudan jang terachir dan sempurna dari Keradjaan Allah didunia. Seluruh Perdjadjian Baru penuh dengan penghargaan jang dipertalikan pada keturunan Dawud, untuk menundjukkan bagaimana kesemuanja itu terpenuhi dalam Jesus Kristus, Putera Dawud.
Disamping gagasan jang fundamentil dan mendjadi alas kesemuanja itu, kitab Sjemuel ini sungguh amat kaja akan gagasan2 keigamaan jang luhur, jang djuga terdapat ditempat lain didalam Perdjandjian Lama, dalam bentuk ini atau bentuk itu.
Djika orang ingin menilaikan kitab Sjemuel, djuga sebagai orang Kristen, maka haruslah kitab itu dibatja dengan semangat, jang mendjadi sikap hati si pengarang kitab itu, jaitu dengan sikap hati keigamaan. Betul, kitab Sjemuel penuh dengan tjerita2 jang tegang dan kadang2 menggunakan seni-tjerita jang djitu. Tetapi apabila orang berhenti disitu sadja, maka kitab ini tidak dibatja sebagai sebagian dari Kitab Sutji. Kitab ini mempunjai maksud jang lain djuga, jaitu mampu menjampaikan kabar keigamaan, warta bahwa Allah memanggil dan memilih manusia, dan bahwa manusia harus menjesuaikan diri dengan panggilan serta pilihan itu, dengan mendengarkan suara Allah se-setia2nja. Kalau tidak, manusia akan disingkirkan. Hanja kalau dibatja setjara demikian, maka kitab ini adalah Kitab Sutji sesungguhnja dan tidak diturunkan sebagai batjaan hiburan. Dan djika dibatja demikian sebagai Kitab Sutji, dengan hati jang pertjaja dan terbuka bagi Sabda Allah, maka kitab ini mempunjai nilainja jang tetap dan nilai kekristenan. Didalamnja manusia mendapatkan Allah jang berbitjara dan berbuat, jang memilih dan mengemukakan tuntunan2Nja djustru kepada orang2 pilihanNja.
BIS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim
kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan
I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan nasional di Israel itu khususnya berkisar pada tiga orang: Nabi Samuel, Raja Saul, dan Raja Daud. Pengalaman-pengalaman Daud di masa mudanya sebelum ia menjabat raja, terjalin erat dengan kisah Samuel dan Saul.
Pokok buku ini, sama seperti kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa orang akan berhasil kalau setia kepada Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam 1Sam 2:30 ketika TUHAN berkata kepada Imam Eli, "Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang menghina Aku akan Kuhina."
Dalam buku ini kita melihat perasaan yang berbeda-beda mengenai pembentukan kerajaan Israel. Memang TUHAN sendiri sudah dianggap raja di Israel, tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat, Ia memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim mereka (1Sam 2:7-10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh rakyat, kaya maupun miskin.
Isi
- Samuel sebagai pemimpin Israel
1Sam 1:1-7:17 - Saul menjadi raja
1Sam 8:1-10:27 - Tahun-tahun pertama pemerintahan Saul
1Sam 11:1-15:35 - Daud dan Saul
1Sam 16:1-30:31 - Wafatnya Saul dan putra-putranya
1Sam 31:1-13
Ajaran: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti
bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melak
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melaksanakan perintah dan kehendak Allah.
Pendahuluan
Penulis : Samuel.
Isi Kitab: Kitab I Samuel terdiri dari 31 pasal. Kitab I Samuel menceritakan tentang tiga tokoh utama dari bangsa Israel: nabi Samuel, raja Saul, dan raja Daud.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Samuel
Pasal 1-8 (1Sam 1:1-8:22).
Kehidupan Samuel Samuel bekerja dengan penuh usaha membangun kehidupan baik dan ketaatan agama bangsa Israel. Kemudian Samuel memegang jabatan hakim. Ia berhasil mengalahkan bangsa Filistin dan mempersatukan bangsa Israel (pasal 5-7; 1Sam 5:1-7:17).
Pada waktu Samuel sudah menjadi tua, bangsa Israel ingin memiliki seorang raja, karena itu ia melakukan perintah Tuhan untuk melantik seorang raja, yakni Saul (pasal 8; 1Sam 8:1-22).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 1:20,26-28. Apakah arti nama Samuel? Dan apakah teladan yang baik dari Ibu Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 3:19-20; 8:15. Bagaimanakah kehidupan rohani Samuel? Berapa lamakah ia menjadi hakim atas orang Israel?
- Bacalah pasal 1Sam 8:19-22. Atas kehendak siapakah orang Israel meminta seorang raja?
Pasal 9-15 (1Sam 9:1-15:35).
Kehidupan raja Saul Raja Saul memulai pemerintahannya dengan berhasil, tetapi pada akhirnya menjadi tidak taat pada Firman Tuhan. Hal ini membuat Tuhan akhirnya menolak dia sebagai raja.
Pendalaman
- Siapakah yang mengurapi Saul? (1Sam 10:1).
- Bacalah pasal 1Sam 15:10-11. Apakah yang menjadi kesalahan Saul? Bagaimanakah dengan kelakuan saudara?
Pasal 16-31 (1Sam 16:1-31:13).
Kehidupan Raja Daud Setelah Saul ditolak, maka Allah memilih Daud sebagai Raja, menggantikan Saul.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 16:11-13. Apakah pekerjaan Daud? Dan apakah yang terjadi setelah Daud diurapi oleh Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 17:45-50. Mengapakah Daud merasa tersinggung dan marah terhada orang Filistin?
- Bacalah pasal 1Sam 18:6-9. Mengapakah Saul membenci Daud? Apakah saudara sering iri hati juga?
- Bacalah pasal 1Sam 31:1-4. Bagaimanakah kematian Saul? Mengapakah ia melakukan hal itu?
II. Kesimpulan/penerapan
Keberhasilan Samuel di dalam pelayanan merupakan hasil dari kesetiaan pada panggilan, suka berdoa dan tidak kompromi dengan dosa.
Saul memulai pemerintahannya dengan rendah hati, sabar, tetapi diakhiri dengan kesombongan dan menolak Firman Allah. Ini adalah penyebab kegagalannya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah tokoh-tokoh penting dalam I Samuel? Dan bagaimanakah sifat mereka masing-masing?
- Apakah sebabnya Allah menolak Saul?
- Apakah kesan yang saudara peroleh dari kehidupan Saul?
Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANGPada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab
Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANG
Pada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab kedua melulu bercerita mengenai raja Daud, maka yang pertama mengisahkan ketiga orang tokoh yang hidupnya saling berkaitan satu sama lain yaitu Samuel, Saul dan Daud. Riwayat yang diceritakan tidak utuh; siapapun yang mengumpulkan seluruh kisah itu tentu mengambilnya dari beberapa sumber. Hal itu tidak menjadi masalah asal kita ingat bahwa bagi para penulis kuno arti suatu kejadian lebih penting daripada ketepatan waktu. Kitab Samuel bukan hanya semata-mata sebagai sejarah, tetapi merupakan cerita tentang bagaimana Allah menangani umat-Nya. Dalam pada itu riwayat yang diceritakan sungguh-sungguh terjadi. Bahkan, pahlawan bangsa seperti Daud digambarkan sebagai orang yang bermasalah dan seorang manusia biasa.
"KAMI MENGINGINKAN SEORANG RAJA"
Kitab Hakim-hakim menyimpulkan bahwa anarki merajalela di Israel pada masa itu, karena "Israel tidak mempunyai raja" (Hak 21:25). Samuel, hakim terakhir, walauoun terkenal tetapi pengaruhnya hanya setempat dan terbatas. Umat Israel memerlukan seorang pemimpin bangsa. Oleh karena itu, permohonan mereka untuk mendapat seorang raja bukanlah semata-mata sebagai suatu kecaman terhadap kepemimpinan Samuel, tetapi menunjukkan betapa manusiawinya pengharapan mereka. Pada kenyataannya hanya Allah yang dapat memimpin mereka untuk memperoleh kemenangan; kekalahan-kekalahan mereka tidak disebabkan karena mereka tidak mempunyai seorang raja, tetapi oleh karena mereka telah melupakan perjanjian dengan Allah (1Sa 10:18,19; 12:6-15). Mereka telah mengikuti cara-cara penyembahan orang kafir. Gagasan mengenai pembentukan kerajaan itu sendiri tidak salah, tetapi mereka menginginkan seorang raja seperti bangsa-bangsa kafir yang ada di sekitar mereka. Samuel memperingatkan mereka bahwa raja-raja mempunyai potensi untuk kebaikan dan kejahatan, seperti yang akan mereka lihat sendiri di kemudian hari.
BANGSA FILISTIN
Oleh karena bangsa Israel tidak membinasakan orang Filistin ketika mereka menduduki Kanaan, maka negara tetangga Israel ini terus menerus menjadi ancaman bagi keamanan mereka. Kita membaca mengenai bangsa Amori, Amalek dan Amon, tetapi kebanyakan mengenai bangsa Filistin. Bangsa-bangsa ini tinggal di lima kota pantai yaitu Asdod, Gat, Ekron, Gaza dan Askelon, dan mereka mengurung Israel (1Sa 13:19-21). Saul dan Yonatan memulai suatu revolusi, tetapi raja Daudlah yang akhirnya menumpas bangsa Filistin dan yang lainnya secara tuntas.
Pesan
1. Samuel, seorang hamba Tuhano Samuel adalah jawaban dari doa, dan dedikasi ibunya yang saleh memberikan kepadanya permulaan kehidupan yang terbaik. Ini mungkin berarti bahwa ia harus hidup sebagai seorang Nazir, walaupun biasanya hal ini berarti disumpah sementara dan tidak seumur hidup. 1Sa 1:10,11,27,28; 2:26; Bil 6:1-21.
o Pada waktu suara Tuhan tidak terdengar di Israel. Samuel menonjol sebagai seorang yang kepadanya Tuhan menampakkan diri dan yang mempunyai karunia sebagai peramal -- ia dapat melihat apa yang tidak tampak oleh orang lain. 1Sa 3:1-10, 19-21; 9:9.
o Samuel ternyata seorang hamba Allah yang jujur dan dapat dipercaya. Ia tidak mau melakukan sesuatu yang dapat menguntungkan dirinya, tidak seperti anak-anaknya. Reaksinya terhadap kemunduran Saul menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan Allah. 1Sa 9:6; 12:3-5; 15:11,35.
2. Saul, raja yang gagal
o Saul adalah seorang raja yang memulai pemerintahannya dengan baik dan penuh pengharapan yang besar. Dia diurapi sebagai tanda bahwa Allah telah memilihnya dan ia pun rendah hati, berjiwa besar dan penuh kuasa roh serta dapat mengambil keputusan besar pada saat-saat kritis. 1Sa 10:1, 10:22; 11:6, 12, 13.
o Namun demikian, kita dapat melihat kemundurannya yang berangsur-angsur pada saat ia mulai menangani berbagai masalah seorang diri, mengucapkan sumpah dengan gegabah dan tidak taat kepada perintah-perintah Allah. Anaknya, Yonatan, mempermalukannya dengan kebangsawanannya yang sederhana. Sebaliknya, Saul menjadi cemburu, getir dan tertekan dan ia menghabiskan waktu dan tenaganya untuk memburu Daud.
o Dalam keputusasaannya mencari bimbingan, ia jatuh ke dalam spiritualisme yang sebelumnya dilarang olehnya dan akhirnya ia menjadi salah satu kasus bunuh diri yang langka dalam Alkitab. 1Sa 13:8-14; 14:24; 15:9-29; 16:14; 18:8-12; 28:6, 7; 31:4.
3. Daud, pilihan Tuhan
o Sebagai orang yang dipilih Allah untuk menggantikan Saul, Daud adalah seorang yang lurus hati dan yang kesetiaannya besar. Tidak mengherankan jika Yonatan tertarik untuk bersahabat dengannya. Daud yang dalam pekerjaannya diurapi oleh Roh secara istimewa dapat membentuk rakyat jelata menjadi suatu kekuatan tempur yang efektif atau melawan seorang raksasa seorang diri. Ia menunggu saat Allah akan menuntut balas baginya, dan ia dengan setia memohon pimpinan-Nya dan percaya bahwa Allah akan meluputkannya dari bahaya. Ia seorang pemimpin besar yang akan menjadi seorang raja Israel yang terbesar. 1Sa 16:7,13,18; 17:26,34-37, 45-51; 18:1-4; 22:5-15; 23:2,4,9-12; 24:12; 30:6-8, 23-25.
o Daud juga tidak terlepas dari sifat-sifat manusiawi. Ia juga dapat menjadi marah dan tergoda untuk melakukan tindakan yang gegabah dan ia juga dapat berdusta. Perlakuan Allah kepadanya sama dengan apa yang dilakukan kepada kita, yaitu dengan penuh kasih. 1Sa 25:32-34; 27:10-12.
Penerapan
1. Allah menjawab doa
Kitab ini menceritakan bahwa Allah menjawab doa yang sungguh-sungguh, baik doa pribadi orang yang berada dalam kesusahan maupun doa syafaat para pemimpin untuk bangsa mereka. Berdoa merupakan pelayanan yang harus kita lakukan atas nama orang lain. Dalam menjawab doa, Allah memberikan dan melakukan apa yang secara manusiawi tidak mungkin dilakukan.
2. Allah memelihara milik-Nya
Tanpa memandang ketidaktaatan umat-Nya, Allah berjanji untuk melaksanakan misi penyelamatan-Nya dan membela kehormatan-Nya. Jika perlu, Dia dapat melakukannya tanpa bantuan manusia sama sekali. Pada kesempatan lain Dia memberikan kepada umat-Nya pemimpin-pemimpin yang akan membawa mereka pada kemenangan. Jika kita berada dalam kehendak Allah, keberhasilan tidak tergantung pada kekuatan atau keahlian manusia. Dia dapat mengambil yang terlemah dan memakai mereka bagi kemuliaan-Nya jika mereka mempercayai Dia.
3. Kita harus benar di hadapan Allah
Allah memilih dan memakai mereka yang hatinya benar di hadapan-Nya. Dia memberi karunia, kuasa dan berkat bagi mereka yang melayani-Nya. Dia juga dapat menghakimi dan mempermalukan mereka yang tidak taat kepada-Nya. Oleh karena itu, suatu permulaan yang baik bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di masa datang. Kita perlu benar di hadapan-Nya, taat dan percaya, jika kita ingin mengalami berkat-Nya secara berkesinambungan.
Tema-tema Kunci
1. Doa dan pujian
Kitab ini banyak bercerita tentang doa dan pujian. Khususnya, kita melihat bagaimana orang pilihan Allah mencari pimpinan-Nya sebelum mengambil keputusan-keputusan besar. Lihat 1Sa 1:10-18; 2:1-10; 7:5,6,12; 8:6,21; 12:18,19,23; 15:11; 22:15; 23:2-4, 9-12; 30:7,8.
2. Syarat-syarat pengabdian
Ada beberapa persyaratan pokok yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin mengenal berkat-berkat Allah. Lihat 1Sa 2:30; 7:3,4; 12:14,15,20-25; 15:22,23,26; 16:7; 26:23. Bandingkanlah dengan ketakhayulan orang Israel yang menganggap bahwa mereka dapat memanipulasi Allah untuk melakukan sesuatu bagi mereka (1Sa 4:1-11). Camkanlah bahwa mereka mempunyai reputasi, tetapi tidak mempunyai kuasa.
3. Karunia roh
Seperti halnya dalam kitab Hakim-hakim, kita melihat bahwa Allah secara khusus mengaruniakan kuasa roh kepada mereka yang melayani Dia. Apabila Roh Allah turun atas mereka, mereka dapat melakukan apa yang pada umumnya tidak dapat mereka lakukan sebelumnya. Lihat 1Sa 10:6,7,9-13; 11:6; 6:13 (Bandingkan 1Sa 19:23,24 Allah seakan-akan mengendalikannya, tetapi tidak memberikan kuasa kepada Saul). Pada saat yang sama kita mendapat bukti bahwa hal ini tidak perlu terjadi secara permanen, juga tidak berarti bahwa mereka seterusnya hidup dalam kekudusan. Tidak ada yang dapat menggantikan hubungan yang berkesinambungan dengan Allah.
Garis Besar Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) [1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11Doa Hana dikabulkan
1Sa 2:12-3:21Penghakiman atas keluarga Eli
1Sa 4:1-6:21Tabut Perjanjian hilang da
[1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11 | Doa Hana dikabulkan |
1Sa 2:12-3:21 | Penghakiman atas keluarga Eli |
1Sa 4:1-6:21 | Tabut Perjanjian hilang dan ditemukan |
1Sa 7:1-17 | Ebenhaezer: Allah telah menolong kita |
[2] SAMUEL DAN SAUL 1Sa 8:1-15:35
1Sa 8:1-22 | Israel meminta seorang raja |
1Sa 9:1-11:15 | Saul dipilih dan diteguhkan |
1Sa 12:1-2 | 5 Samuel menyerah |
1Sa 13:1-15:35 | Saul gagal memenuhi persyaratan |
[3] SAUL DAN DAUD 1Sa 16:1-31:13
1Sa 16:1-23 | Daud dipilih: Saul menolak |
1Sa 17:1-18:30 | Daud memperoleh kemenangan: Saul cemburu |
1Sa 19:1-26:25 | Orang pilihan Allah menjadi buronan |
1Sa 27:1-12 | Daud mendua hati |
1Sa 28:1-25 | Saul putus ada |
1Sa 29:1-30:31 | Daud mengalahkan orang Amalek |
1Sa 31:1-13 | Saul bunuh diri |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi