Teks -- 1 Tawarikh 6:18 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> 1Taw 1:1--9:44
Jerusalem: 1Taw 1:1--9:44 - -- Bab 1-9 hampir seluruhnya terdiri atas berbagai-bagai silsilah atau daftar keturunan. Daftar-daftar yang tercantum dalam Kej 1-12 berakhir dengan Abra...
Bab 1-9 hampir seluruhnya terdiri atas berbagai-bagai silsilah atau daftar keturunan. Daftar-daftar yang tercantum dalam Kej 1-12 berakhir dengan Abraham, dan daftar-daftar keturunan yang disajikan 1Tawarikh berakhir dengan raja Saul. Begitu disiapkan kisah mengenai Daud yang menjadi tokoh utama dalam kitab Tawarikh. baiklah dibandingkan silsilah Yesus yang disajikan Mat 1:1-17; Luk 3:23-38. Si Muwarikh memanfaatkan kitab Pentateukh dalam redaksinya yang terakhir dan lagi kitab-kitab sejarah yang sudah disusun sebelumnya. Ia menambah beberapa berita lain yang kiranya tepat. Berita-berita itu diangkatnya dari sumber-sumber lain yang tersedia baginya. Silsilah-silsilah yang disajikan si Muwarikh kemudian masih dilengkapi oleh orang-orang lain yang berhaluan sama,- Seperti seringkali halnya dengan silsilah-silsilah yang tercantum dalam Alkitab, demikianpun silsilah-silsilah yang tercantum dalam 1Tawarikh ini menunjuk hubungan kekeluargaan yang agak longgar dan bahkan hubungan antar tetangga saja. Nama-nama tempat dapat menjadi nama orang. Baik dalam naskah-naskah Ibrani maupun dalam terjemahan-terjemahan kuno ada banyak perbedaan nama. Tidak semua perbedaan dapat dicatat di sini.
Ende -> 1Taw 1:1--9:44; 1Taw 4:1--9:34
Ende: 1Taw 1:1--9:44 - -- Bagian pertama Kitab Tawarich terdiri atas suatu kumpulan silsilah2 jang
bermatjam-ragam. Bagian ini menudju ke Dawud dan menaruh perhatian chusus pad...
Bagian pertama Kitab Tawarich terdiri atas suatu kumpulan silsilah2 jang bermatjam-ragam. Bagian ini menudju ke Dawud dan menaruh perhatian chusus pada kaum Levita. Silsilah2 itu untuk sebagian diambil alih dari Kitab Sutji, untuk sebagian di-buat2 sadja, entah oleh si penjusun sendiri, entah oleh orang lain jang mendahuluinja, sehingga si penjusun menjalin sadja. Pada bangsa Jahudi sesudah pembuangan silsilah2 keluarga dan marga dianggap sangat penting. Nama2 jang terdapat dalam daftar2 itu tidak selalu nama2 orang tertentu, melainkan sering-kali djuga nama marga, keluarga, suku, bangsa, daerah atau kota. Kata "anak" atau "bapak","melahirkan" dan "memperanakkan" serta "kawin" tidak selalu mempunjai maknanja jang biasa, tetapi dapat berarti djuga "pendiri", "penguasa", "perebut", "bertjampur dengan suku bangsa atau marga lain" dan sebangsanja. Perlulah tiap2 kali nama2 diperiksa untuk menentukan maknanja jang konkrit. Apa jang dimaksudkan ialah seringkali hubungan2 tertentu, kadang2 hubungan tempat sadja, antara marga2 dan keluarga2 Israil satu sama lain atau dengan suku2 lain, jang lama-kelamaan diisap atau ditaklukkan oleh suku2 Israil. Dan hubungan2 sematjam itu tidak boleh dianggap sebagai selalu tjotjok dengan hasil ilmu bangsa.
Maksudnja si pengarang dengan daftar2 nama ialah: Menggabungkan Dawud dan keturunannja (al-Masih) dengan asal-usul umat Allah dan bangsa manusia seluruhnja. Dalam rentjana Allah Penjelamat semuanja menudju kesitu sebagai pusat dan penjelesaian sedjarah.
Ende: 1Taw 4:1--9:34 - -- Dalam fasal2 ini disadjikan nama marga2, keluarga2 dan suku2, jang
termasuk kedalam Israil. Bukan semua Jahudi aseli, tetapi djuga marga2 dan
keluarga...
Dalam fasal2 ini disadjikan nama marga2, keluarga2 dan suku2, jang termasuk kedalam Israil. Bukan semua Jahudi aseli, tetapi djuga marga2 dan keluarga2 asing, jang diisap oleh suku2 Israil. Dengan djalan ini mau dibuktikan, marga dan keluarga mana (sesudah pembuangan) termasuk kedalam umat Jahwe. Karena itu, bila mungkin, daftar nama diteruskan sampai kemasa pembuangan, chususnja mengenai marga2 dan keluarga2 Juda, Jerusjalem dan kaum Levita. Ketiga ini mendapat perhatian jang chusus.
Ref. Silang FULL -> 1Taw 6:18
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Taw 6:1-30
Matthew Henry: 1Taw 6:1-30 - Silsilah
Kendati Yusuf dan Yehuda berbagi di antara mereka kehormatan hak sulung yang telah hilang dari Ruben, namun Lewi adalah yang pertama dari semua suk...
- Kendati Yusuf dan Yehuda berbagi di antara mereka kehormatan hak sulung yang telah hilang dari Ruben, namun Lewi adalah yang pertama dari semua suku yang dimuliakan dan dibedakan dengan suatu kehormatan yang lebih berharga daripada hak kesulungan atau porsi ganda, yaitu keimaman. Suku Lewi dikhususkan Allah bagi diri-Nya. Suku Lewi adalah suku Musa, dan mungkin demi dialah maka Lewi mendapat perkenan ini. Tentang suku Lewi inilah kita membaca kisahnya di dalam pasal ini.
- 1. Silsilah mereka, bapak-bapak leluhur dari suku Lewi (ay. 1-3), garis keturunan para imam, dari mulai Harun hingga penawanan (ay. 4-15), dan beberapa lagi dari keluarga mereka (ay. 16-30).
- 2. Pekerjaan dan pelayanan dari orang-orang Lewi (ay. 31-48), dan dari para imam (ay. 49-53).
- 3. Kota-kota yang ditetapkan bagi mereka di tanah Kanaan (ay. 54-81).
Silsilah (6:1-30)
- Imam-imam dan orang-orang Lewi memiliki kepedulian daripada orang Israel lainnya untuk mencatat garis silsilah mereka dengan jelas dan sanggup untuk membuktikannya, karena semua kehormatan dan hak istimewa dari jabatan mereka bergantung pada keturunan mereka. Kita menemukan tentang mereka yang, kendati mungkin benar-benar anak imam, namun, karena mereka tidak dapat menemukan nama mereka dalam daftar silsilah mereka, atau menunjukkan catatan asli sebagai bukti asal keturunan mereka, maka mereka dinyatakan tidak tahir untuk jabatan imam, dan dilarang untuk makan dari persembahan maha kudus (Ezr. 2:62-63). Namun demikian, sangat sedikit yang dicatat di sini tentang silsilah dari suku yang suci ini.
- (1) Bapak-bapak leluhur yang pertama disebutkan di sini dua kali (ay. 1, 16). Gersom, Kehat, dan Merari, adalah tiga nama yang sering kita jumpai di dalam Kitab Bilangan, ketika kaum-kaum Lewi berbaris dan diberikan pembagian tugas. Harun, Musa, dan Miryam, yang lebih kita kenal namanya, dan tidak dapat kita lewatkan di sini tanpa mengingat bahwa Musa dan Harun inilah yang dihormati Allah untuk menjadi alat pembebasan dan pendudukan Israel di Kanaan. Juga, keduanya menjadi gambaran dari Dia yang akan datang, yaitu Musa sebagai seorang nabi dan Harun seorang imam. Penyebutan Nadab dan Abihu, kendati, tidak memiliki anak, tidak ada kesempatan untuk memasukkan mereka ke dalam silsilah, tidak dapat tidak selain mengingatkan kita tentang kengerian yang didatangkan keadilan Ilahi yang menjadikan mereka tugu peringatan, karena mereka mengadakan persembahan dengan api asing. Peristiwa ini mengajarkan kita untuk selalu gentar di hadapan Allah.
- (2) Garis keturunan Eleazar, penerus Harun, ditarik turun di sini hingga waktu penawanan (ay. 4-15). Silsilah dimulai dengan Eleazar, yang keluar dari rumah perbudakan di Mesir, dan berakhir dengan Yozadak, yang masuk ke dalam rumah perbudakan di Babel. Jadi, karena dosa-dosa mereka, mereka ditinggalkan di tempat di mana mereka ditemukan, yang dapat juga menyiratkan bahwa keimaman Lewi tidak menjadikan segala sesuatu sempurna, tetapi tetap harus ada untuk membawa suatu harapan yang lebih baik. Semua nama yang disebutkan di sini bukanlah imam besar. Sebab, di zaman hakim-hakim, jabatan tersebut, pada satu atau lain kesempatan, diserahkan kepada keluarga Itamar, yang darinya imam Eli berasal. Tetapi dalam diri imam Zadok jabatan itu dikembalikan kepada garis yang benar. Tentang Azarya dikatakan di sini (ay. 10), dialah yang memegang jabatan imam di Bait Suci yang didirikan Salomo di Yerusalem. Sepertinya inilah Azarya yang dengan berani menentang kesombongan Raja Uzia ketika raja melanggar jabatan imam (2Taw. 26:17-18), kendati leher menjadi taruhannya. Azarya melakukan tindakan berani ini layaknya seorang imam, layaknya orang yang sungguh-sungguh giat bagi Allahnya. Ia yang dengan berani mempertahankan dan membela jabatan imam, dan memagarinya terhadap hinaan yang kurang ajar ini, tepat untuk dikatakan yang melaksanakannya. Dan kehormatan ini diberikan kepadanya karena hal tersebut. Sedangkan Uria, salah satu dari penerusnya, karena dengan rendah bersekongkol dengan Raja Ahas, dalam membangun sebuah mezbah berhala bagi raja, diberi kehinaan dengan dikeluarkan dari silsilah keluarga Lewi, dan beberapa yang lainnya mungkin juga demikian. Tetapi beberapa penafsir menganggap bahwa catatan tentang Azarya ini seharusnya diperuntukkan bagi kakeknya yang memiliki nama yang sama (ay. 9), yang merupakan putra dari Ahimaas, dan dialah yang pertama kali menjadi imam di Bait Suci Salomo.
- (3) Beberapa orang lain dari kaum keluarga Lewi dibicarakan di sini. Salah satu bani Gersom (yaitu Libni) ditarik di sini sejauh Samuel, yang kehormatannya sebagai seorang nabi ditambahkan kepada kehormatan seorang Lewi. Salah satu dari bani Merari (yaitu Mahli) juga ditarik ke bawah untuk beberapa generasi (ay. 29-30).
SH: 1Taw 6:1-30 - Ibadah yang istimewa (Minggu, 27 Januari 2002) Ibadah yang istimewa
Silsilah suku Lewi ada di tengah-tengah deretan silsilah (ayat
2:1-9:1a). Ini menyatakan bahwa, selain lembaga kerajaan, ib...
Ibadah yang istimewa
Silsilah suku Lewi ada di tengah-tengah deretan silsilah (ayat 2:1-9:1a). Ini menyatakan bahwa, selain lembaga kerajaan, ibadah amat penting, seperti pada zaman Musa (Bil. 2).
Silsilah dimulai dengan keluarga imam besar (ayat 1-15). Keturunan Lewi disempitkan pada Kehat (ayat 2), Amram (ayat 3), Eleazar (ayat 4a), dan Pinehas (ayat 4b). Hanya Pinehas yang mewakili garis keturunan imam besar (ayat 4b-15). Ada 2 komentar yang diberikan. Pertama, Yohanan adalah imam di Bait Allah Salomo (ayat 10). Penyebutan Bait Salomo penting karena: [1] Polanya harus ditegakkan kembali setelah pembuangan, dan [2] Hanya keturunan ini yang sungguh-sungguh keturunan imam besar yang sejati. Kedua, Yozadak diangkut ke Babel (ayat 15). Yozadak adalah ayah Yosua. Yosua adalah imam besar dalam program pembangunan Zerubabel, dan ia menggantikan imam-imam Lewi sebelumnya. Penempatan Yozadak di akhir silsilah imam besar mengokohkan posisi Yosua.
Berikutnya didaftarkan tugas-tugas kaum Lewi (ayat 16-47). Ayat 16-30 mendaftarkan kaum Lewi yang biasa dalam 2 daftar yang sejajar: [1] Anak-anak dari generasi kedua (ayat 16-19a), [2] Penjabaran sampai 7 generasi (ayat 19b-30). Penyebutan Elkana (ayat 25) dan Samuel (ayat 27-28) menyoroti orang yang mengurapi Daud menjadi raja (ayat 1Sam. 16:12-13). Dalam 1Sam. 1:1, Elkana disebut sebagai orang Efraim. Namun, di sini jelas bahwa Elkana dan Samuel adalah keturunan Lewi yang tinggal di antara kaum Efraim. Penyebutan Samuel menunjukkan bahwa silsilah ini merentang sampai masa Daud. Jika ini benar, penugasan oleh Daud bagi kaum Lewi dianggap tetap berlaku untuk komunitas pascapembuangan.
Renungkan: Tempatkan ibadah kepada Allah sebagai pusat kehidupan Anda. Di sanalah harapan dan pemulihan mengalir.
SH: 1Taw 6:1-30 - Pusaka yang istimewa (Selasa, 29 Januari 2002) Pusaka yang istimewa
Setelah berbicara tentang keturunan imam-imam besar, penulis
Tawarikh menutup penjabaran silsilah kaum Lewi dengan mendafta...
Pusaka yang istimewa
Setelah berbicara tentang keturunan imam-imam besar, penulis Tawarikh menutup penjabaran silsilah kaum Lewi dengan mendaftarkan tempat-tempat kediaman yang dibagi-bagikan kepada bermacam-macam kaum Lewi (ayat 54-81). Penulis Tawarikh mendapatkan sumber daftarnya dari Yosua 21:4-39, dan membagi daftar tersebut ke dalam 3 bagian. Pertama-tama muncul daftar kediaman keturunan Harun (ayat 54-60). Setelah itu, 2 daftar yang sejajar muncul dalam ayat 61-65 dan 66-81. Keduanya berisi catatan tentang pembagian kepada bani Kehat (ayat 61,66-70), kepada bani Gerson (ayat 62,71-76), dan kepada bani Merari (ayat 63,77-81).
Penulis Tawarikh paling tidak memiliki 2 alasan untuk memasukkan detail-detail ini. Pertama, kebanyakan dari tempat-tempat yang disebutkan di sini berada di luar batas provinsi komunitas pascapembuangan di Yehuda. Penyebutan tempat-tempat tersebut mengungkapkan perhatian penulis Tawarikh terhadap perluasan wilayah dari komunitas yang sedang memulihkan dirinya itu. Penulis Tawarikh mendorong kaum Lewi agar tetap memiliki harapan tentang pemilikan kembali tanah mereka yang sebelumnya telah diambil dengan paksa oleh kekuatan-kekuatan asing.
Kedua, penulis Tawarikh juga memerintahkan semua suku untuk mengingat
kewajiban mereka kepada suku Lewi. Menurut peraturan Musa,
keturunan Lewi menerima bagian-bagian tanah yang berada di dalam
batas milik suku-suku lain (lih. Im. 25:32-34; Bil. 35:1-5;
Renungkan: Ada orang-orang yang dipanggil untuk menjadi hamba-hamba Tuhan seperti orang-orang Lewi. Keperluan hidup mereka bergantung dari anugerah Tuhan melalui jemaat-Nya. Perhatikanlah kesejahteraan hamba-hamba Tuhan di gereja Anda!
SH: 1Taw 6:1-30 - Pelayan Tuhan (Minggu 10 Agustus 2008) Pelayan Tuhan
Ketika masih kecil, saya beberapa kali mendengar komentar orang-orang
tua bahwa menjadi hamba Tuhan bukanlah profesi yang menjanji...
Pelayan Tuhan
Ketika masih kecil, saya beberapa kali mendengar komentar orang-orang tua bahwa menjadi hamba Tuhan bukanlah profesi yang menjanjikan masa depan yang cerah. Saya rasa orang tua saya pun dulu demikian berpikirnya. Namun hari ini saya adalah seorang yang melayani Tuhan secara penuh waktu, dan orang tua saya tidak malu untuk mengatakan bahwa anaknya adalah seorang hamba Tuhan. Anak-anak saya pun bangga memiliki ayah seorang yang mengabdikan dirinya untuk pekerjaan Tuhan. Bahkan, saya bersyukur untuk putri sulung saya yang sudah mempersembahkan dirinya untuk melayani Tuhan penuh waktu.
Setelah menyajikan silsilah dari berbagai suku Israel, yang semuanya tentu menimbulkan kebanggaan bagi masing-masing orang, penulis Tawarikh sekarang memfokuskan pasal 6 untuk menuturkan silsilah dari suku Lewi. Tuhan telah memilih suku Lewi secara khusus untuk melayani Dia di rumah Tuhan. Tiga anak Lewi yang menjadi tiga keluarga besar, Gerson, Kehat, dan Merari, masing-masing memiliki tugas di dalam pengelolaan rumah Tuhan (lih. Bil. 3).
Dari keluarga Kehat dipilih secara lebih khusus keluarga Harun untuk menjabat sebagai imam besar turun temurun. Harun adalah cucu Kehat dari Amran. Keluarga Harun memiliki posisi sentral dalam ibadah rumah Tuhan. Oleh karena itu silsilahnya dipaparkan terlebih dahulu (ayat 4-15). Setelah itu berturut-turut keluarga Gerson (ayat 20-21), Kehat (ayat 22-28), dan Merari (ayat 29-30).
Kebanggaan karena merupakan keturunan seorang hamba Tuhan atau karena ada anggota keluarga yang berprofesi hamba Tuhan seharusnya bukan menimbulkan kesombongan, melainkan dorongan untuk ikut terjun dalam pelayanan. Menjadi hamba Tuhan adalah panggilan dan pilihan Tuhan sesuai dengan anugerah-Nya. Bukan jabatan atau status yang diutamakan, tetapi pekerjaan yang dipercayakan Tuhan, yang harus disyukuri dan dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab.
SH: 1Taw 6:1-30 - Tinggalkan Jejak bagi Generasi Berikutnya! (Selasa, 1 Agustus 2023) Tinggalkan Jejak bagi Generasi Berikutnya!
Di dalam jalan hidup yang benar, orang percaya tak hanya memenuhi panggilan Tuhan bagi dirinya, tetapi jug...
Tinggalkan Jejak bagi Generasi Berikutnya!
Di dalam jalan hidup yang benar, orang percaya tak hanya memenuhi panggilan Tuhan bagi dirinya, tetapi juga meninggalkan jejak yang dapat diikuti oleh generasi selanjutnya.
Suku Lewi telah dipisahkan oleh Allah untuk melayani-Nya (lih. Bil. 3-4). Harun dan keturunannya telah ditetapkan untuk menjadi imam Allah secara turun-temurun. Orang-orang Lewi lainnya ditetapkan untuk menolong imam dalam tugas di Bait Allah dan mengajar umat Allah tentang firman-Nya.
Dalam silsilah suku Lewi, tersirat kisah-kisah keberhasilan maupun kegagalan. Misalnya, Nadab dan Abihu, anak-anak Harun (3). Mereka gagal dalam menaati Allah, kemudian dibakar oleh api (lih. Im. 10:1-2). Namun, ada juga Pinehas, cucu Harun (4). Ia bersikap patriotik dan setia kepada Allah di tengah penyembahan berhala orang Israel terhadap Baal Peor (lih. Bil. 25:7-9). Tujuan penulis dalam memasukkan nama-nama itu ke dalam silsilah adalah untuk menasihati pembaca agar mereka menaati Allah dalam seluruh aspek hidup mereka.
Demikian juga dengan Samuel dan keturunannya (28-30). Ia mendengarkan panggilan Tuhan sejak kecil dan setia sampai akhir hidupnya. Yoël, anaknya dan Heman, cucunya pun melayani Tuhan dengan setia (lih.6:33).
Kesetiaan iman menjadi tanggung jawab setiap pribadi di hadapan Allah. Nama-nama dalam silsilah dituliskan untuk mengingatkan generasi selanjutnya tentang bagaimana orang-orang yang pernah hidup sebelumnya menjalani kehidupan imannya, sehingga generasi selanjutnya itu dapat memetik kebenaran dari teladan yang ditinggalkan.
Dalam kehidupan orang percaya, kita menemukan adanya orang-orang yang taat kepada Allah dengan sepenuh hati, tetapi juga ada orang-orang yang gagal menaati Allah. Bahkan, dalam lingkup yang lebih kecil, yaitu keluarga, kita juga menemukan adanya orang tua yang sungguh-sungguh percaya kepada Allah, tetapi anak-anak mereka memberontak. Demikian juga sebaliknya. Nyatalah, hidup bagi Allah adalah dasar bagi kita untuk meninggalkan jejak yang dapat diikuti oleh generasi berikutnya. [PMS]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) Penulis : Ezra (?)
Tema : Sejarah "Penebusan" Israel
Tanggal Penulisan: 450-420 SM
Latar Belakang
Sejarah yang tercatat dalam ...
Penulis : Ezra (?)
Tema : Sejarah "Penebusan" Israel
Tanggal Penulisan: 450-420 SM
Latar Belakang
Sejarah yang tercatat dalam 1 dan 2 Tawarikh bersifat pra-pembuangan; akan tetapi, asal-usul dan sudut pandangan kitab-kitab ini bersifat pasca-pembuangan -- ditulis pada parohan kedua abad ke-5 SM, suatu waktu sesudah Ezra dan sejumlah besar orang Yahudi buangan dari Babel dan Persia kembali ke Palestina (457 SM). Penyerbuan dan pembinasaan Yerusalem oleh Raja Nebukadnezar (605-586 SM) bersama dengan pembuangan di Babel selama 70 tahun telah menghancurkan sebagian besar pengharapan dan cita-cita orang Yahudi sebagai umat perjanjian; oleh karena itu, para buangan yang kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali kota itu dan Bait Suci memerlukan landasan rohani, yaitu: sebuah jati-diri dengan sejarah penebusan yang lampau dan suatu pemahaman tentang sifat iman mereka kini dan harapan mereka akan masa depan sebagai umat perjanjian. 1 dan 2 Tawarikh ditulis untuk memenuhi kebutuhan ini.
Kedua kitab Tawarikh, Ezra, dan Nehemia, semua ditulis untuk orang Yahudi yang kembali ke Palestina dari pembuangan. Kitab-kitab ini sangat mirip satu dengan lainnya dalam gaya, bahasa, sudut pandang, dan maksud. Para sarjana pada umumnya beranggapan bahwa semua kitab ini adalah hasil karya satu orang penulis atau penyusun, yang menurut Talmud dan ahli kitab Yahudi dan Kristen yang paling kuno, adalah Ezra, imam dan ahli Taurat. Karena 1 dan 2 Tawarikh ditulis dari perspektif seorang imam dan mungkin juga pada masa hidup Ezra, dan karena ayat-ayat penutup 2 Tawarikh (1Taw 36:22-23) diulang kembali dalam Ezr 1:1-3, tradisi Talmud bahwa Ezra adalah "penulisnya" dikuatkan.
Penulis mencari keterangan dari banyak sumber tertulis ketika menulis kitab Tawarikh ini, termasuk beberapa kitab PL dan catatan non-kanonik mengenai para raja dan nabi (lih. 1Taw 29:29; 2Taw 9:29; 2Taw 12:15; 2Taw 20:34; 2Taw 32:32). Menurut kitab Apokrifa, 2 Makabe (2:13-15), Nehemia, selama menjadi gubernur, mendirikan sebuah perpustakaan di Yerusalem yang berisi banyak dokumen dari para raja dan nabi. Selaku pemimpin rohani, Ezra diberi hak untuk memakai semua dokumen yang tersedia dalam menyusun Tawarikh. Pandangan ini merupakan tradisi kuno dan mungkin menggambarkan dengan tepat cara Roh Kudus menuntun dan mengilhamkan penyusunan kedua kitab ini.
Tujuan
Tawarikh ditulis untuk menghubungkan orang-orang Yahudi buangan yang kembali dengan nenek moyang dan sejarah penebusan mereka. Dengan demikian, Tawarikh menggarisbawahi tiga pokok;
- (1) pentingnya pelestarian warisan kebangsaan dan rohani bagi orang Yahudi;
- (2) pentingnya hukum Taurat, bait suci, dan keimaman dalam hubungan mereka yang terus-menerus dengan Allah, jauh lebih penting dari kesetiaan kepada raja duniawi; dan
- (3) pengharapan ultima Israel dalam janji Allah akan seorang Mesias dari keturunan Daud untuk duduk di atas takhta selama-lamanya (1Taw 17:14).
Survai
Sekalipun asal-usul dan sudut pandangan 1 dan 2 Tawarikh itu bersifat pasca-pembuangan, kitab ini berisi pandangan sekilas sejarah PL dari Adam hingga ketetapan Koresy (sekitar 538 SM), ketika orang Yahudi diizinkan kembali ke negara mereka dari tempat pembuangan di Babel dan Persia. 1 Tawarikh disusun sekitar dua pokok pembahasan: sejarah keturunan Israel (pasal 1-9; 1Taw 1:1--9:44) dan masa pemerintahan Raja Daud (pasal 10-29; 1Taw 10:1--29:30).
- (1) Pasal 1-9 (1Taw 1:1--9:44) menelusuri sejarah penebusan Israel yang unik dari Adam hingga Abraham sampai Daud dan pembuangan di Babel. Suku Yehuda ditempatkan pertama di antara kedua belas anak Yakub karena rumah Daud, bait suci, dan Mesias semuanya berasal dari Yehuda. Daftar-daftar keturunan mengungkapkan bagaimana Allah memilih dan memelihara suatu kaum sisa untuk diri-Nya sejak awal sejarah manusia hingga awal zaman pasca-pembuangan. Perspektif keimaman kitab ini jelas karena keluarga imam dan suku Lewi memperoleh perhatian khusus.
- (2) Pasal 10-29 (1Taw 10:1--29:30) menceritakan masa pemerintahan Daud.
Para pahlawan Daud (pasal 11-12; 1Taw 11:1--12:40) dan kemenangan-
kemenangannya yang luar biasa (pasal 14, 18-20; 1Taw 14:1-17;
1Taw 18:1--20:8) dipuji. Juga, suku Lewi, para imam, dan pemusik
pada masa pemerintahannya disoroti (pasal 23-26; 1Taw 23:1--26:32).
Penulis menekankan bagaimana Daud membawa kembali tabut perjanjian
dan penetapan Yerusalem sebagai pusat ibadah Israel (pasal
13-16, 22, 28-29 ; 1Taw 13:1--16:43; 1Taw 22:1-19; 1Taw 28:1--29:30).
1 Tawarikh berbeda dengan 2 Samuel karena tidak menyebut dosa-dosa Daud yaitu perzinaan dan pembunuhan serta akibat-akibat tragis yang mengikutinya. Sebagai gantinya, 1 Tawarikh menyisipkan apa yang tidak disajikan 2 Samuel: persiapan Daud yang rajin dan teliti untuk pembangunan bait suci dan penetapan penyembahan Tuhan Allah. Di bawah pimpinan Roh Kudus, hal-hal yang tak dicantumkan dan yang ditambahkan dalam kitab ini direncanakan untuk memenuhi kebutuhan umat Allah dalam masyarakat pasca-pembuangan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai 1 Tawarikh.
- (1) Kitab ini kurang lebih mencakup kurun sejarah yang sama dengan 1 dan 2 Samuel.
- (2) Silsilah-silsilahnya (pasal 1-9; 1Taw 1:1--9:44) menjadi daftar terpanjang dan paling lengkap dalam Alkitab. Karena dalam susunan asli Ibrani kitab-kitab PL, 1 dan 2 Tawarikh terletak paling akhir. Letaknya daftar keturunan ini tepat untuk memberikan inspirasi dan isi kepada silsilah Mesias pada permulaan PB.
- (3) Kitab ini dengan jelas menguraikan kebangunan rohani dan pembaharuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari semua bentuk penyembahan ketika Daud membawa tabut perjanjian ke Yerusalem (pasal 15-16; 1Taw 15:1--16:43).
- (4) Kitab ini menekankan perjanjian Allah dengan Daud (pasal 17; 1Taw 17:1-27) sebagai pusat pengharapan Israel akan Mesias yang dijanjikan.
- (5) Pilihan atas peristiwa sejarahnya mencerminkan perspektif keimaman dari sang penulis yang diilhamkan mengenai penetapan kembali bait suci, hukum Taurat, dan keimaman dalam masyarakat Yerusalem pasca-pembuangan.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Daftar keturunan dari Adam hingga pembuangan Babel, termasuk raja-raja keturunan Daud dan keturunan mereka (pasal 3-4; 1Taw 3:1--4:43), memberikan data yang diperlukan bagi silsilah PB dari Yesus Mesias dalam Matius (Mat 1:1-17) dan Yesus, Anak Allah dalam Lukas (Luk 3:23-28). Gambaran mengenai Daud dalam 1 Tawarikh, duduk di takhta Tuhan dan memerintah kerajaannya (1Taw 17:14), melambangkan kedatangan Mesias, "Anak Daud", Yesus Kristus.
Keandalan Sejarah Tawarikh
Para pengritik yang tidak bertanggung jawab memandang Tawarikh sebagai sejarah isapan jempol atau yang diputarbalikkan, yang pada umumnya kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan Samuel dan Raja-Raja. Harus diakui bahwa Tawarikh merupakan sejarah yang sangat selektif; akan tetapi, tidak benar bahwa itu isapan jempol atau tidak dapat diandalkan. Memang benar Tawarikh menekankan sisi terang sejarah Yahudi; tidak benar bahwa kegagalan-kegagalannya disangkal (mis. 1Taw 21:30). Ketika tidak mencantumkan sejarah yang dicatat oleh Samuel dan Raja-Raja, penulis Tawarikh menganggap bahwa para pembacanya mempunyai pengetahuan tentang kedua kitab ini. Hukuman-hukuman kenabian dari Samuel dan Raja-Raja, serta pengharapan-pengharapan keimaman dari Tawarikh, keduanya benar dan sangat diperlukan. Banyak pernyataan sejarah yang hanya terdapat dalam 1 Tawarikh telah terbukti dapat diandalkan oleh penemuan-penemuan arkeologis; tidak ada yang tidak dapat dipertahankan. Juga, keahlian yang teliti telah memberikan penjelasan-penjelasan yang dapat diterima mengenai masalah angka-angka yang besar dalam Tawarikh. Tawarikh berdiri sebagai bagian penting yang dapat diandalkan dari keseluruhan catatan perjanjian yang lama yang diilhamkan oleh Allah.
Full Life: 1 Tawarikh (Garis Besar) Garis Besar
I. Silsilah-Silsilah: Adam Sampai Pemulihan
(1Taw 1:1-9:44)
A. Adam Sampai Abraham
(1Taw ...
Garis Besar
- I. Silsilah-Silsilah: Adam Sampai Pemulihan
(1Taw 1:1-9:44) - A. Adam Sampai Abraham
(1Taw 1:1-27) - B. Abraham Sampai Yakub
(1Taw 1:28-54) - C. Yakub Sampai Daud
(1Taw 2:1-55) - D. Daud Sampai Pembuangan di Babel
(1Taw 3:1-24) - E. Silsilah Dua Belas Suku
(1Taw 4:1-8:40) - F. Silsilah Kaum Sisa
(1Taw 9:1-34) - 1. Suku-Suku yang Kembali
(1Taw 9:1-9) - 2. Imam-Imam yang Kembali
(1Taw 9:10-13) - 3. Suku Lewi yang Kembali
(1Taw 9:14-34) - G. Silsilah Saul
(1Taw 9:35-44) - II. Daud: Makna Abadi Masa Pemerintahannya
(1Taw 10:1-29:30) - A. Kematian Saul dan Putra-Putranya
(1Taw 10:1-14) - B. Yerusalem Direbut, Pahlawan-Pahlawan Daud
(1Taw 11:1-12:40) - C. Mengembalikan Tabut, Memulihkan Penyembahan, dan Mendirikan Kerajaan
(1Taw 13:1-16:43) - D. Perjanjian Allah dengan Daud
(1Taw 17:1-27) - E. Kemenangan-Kemenangan Daud Dalam Peperangan
(1Taw 18:1-20:8) - F. Sensus Daud yang Berdosa
(1Taw 21:1-30) - G. Daud Mempersiapkan Pembangunan Bait Suci dengan Sangat Teliti
(1Taw 22:1-19) - H. Daud Mengatur Suku Lewi untuk Pelayanan di Bait Suci
(1Taw 23:1-26:32) - I. Penataan Pemerintahan oleh Daud
(1Taw 27:1-34) - J. Persiapan Daud yang Terakhir untuk Penggantian dan Bait Suci
(1Taw 28:1-29:20) - K. Salomo Dinobatkan Menjadi Raja dan Kematian Daud
(1Taw 29:21-30)
Matthew Henry: 1 Tawarikh (Pendahuluan Kitab)
Dalam perkara sehari-hari, pengulangan dipandang sebagai sesuatu yang tidak perlu dan membosankan, tetapi dalam perkara kudus, ada perintah demi pe...
- Dalam perkara sehari-hari, pengulangan dipandang sebagai sesuatu yang tidak perlu dan membosankan, tetapi dalam perkara kudus, ada perintah demi perintah dan ada baris demi baris. Bagiku, tutur sang rasul, menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat dan memberi kepastian kepadamu (Flp. 3:1). Kitab-kitab Tawarikh ini sebagian besar merupakan pengulangan, begitu pula halnya dengan sebagian besar isi kitab yang ditulis oleh penulis kedua dan ketiga dari empat penulis kitab Injil. Namun demikian, tidak ada pengulangan yang tidak berguna di sana maupun di sini, tidak ada perkataan yang bertele-tele atau sia-sia. Kita mungkin dengan cepat beranggapan, dari semua kitab yang ada di dalam Alkitab, kedua Kitab Tawarikh ini adalah yang paling dapat dilewatkan. Mungkin kita memang bisa bersikap demikian, tetapi kita akan sangat dirugikan apabila kita melewatkannya, karena ada banyak hal yang sangat berguna di dalam kitab ini, yang tidak kita jumpai di tempat lain. Dan perihal apa yang kita dapati di sini, yang sudah kita jumpai sebelumnya,
- 1. Semuanya itu sangat berguna bagi orang yang hidup di masa ketika kitab ini pertama kali diterbitkan, yakni sebelum seluruh kitab Perjanjian Lama selesai dikumpulkan, dan sebelum bagian-bagiannya selesai digabungkan bersama, karena kitab ini akan mengingatkan mereka kepada apa yang dengan lebih lengkap dikisahkan dalam kitab-kitab lain. Ikhtisar, rangkuman, dan acuan, semuanya berguna di dalam ilmu agama seperti halnya hukum. Sesuatu yang telah diucapkan sebelumnya, tidak diucapkan kembali dengan sia-sia.
- 2. Semuanya itu masih ada gunanya kini, agar dengan keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara sah dan diingat karena diajarkan berulang-ulang. Penulis kitab ini kemungkinan adalah Ezra, seorang ahli kitab yang mahir dalam Taurat Tuhan (Ezr. 7:6). Ada satu kisah isapan jempol mengenai penulis kitab apokrifa itu (Kitab 2 Esdras 14:21, dst.), yaitu bahwa oleh karena semua hukum telah habis dibakar, Ezra memperoleh ilham ilahi untuk kembali menuliskan semua hukum itu, yang kemungkinan berawal dari Kitab Tawarikh, tempat kita menjumpai nama-nama semua orang yang menjadi pokok kisah itu, meski tidak semua kisah yang sama diulang kembali. Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut sebagai perkataan hari-hari – catatan harian atau sejarah, karena, oleh tuntunan ilahi, dikumpulkan dari sejumlah catatan umum dan asli. Pengumpulan kitab ini dikerjakan setelah masa penawanan, namun demikian kitab ini terkadang masih mengandung bahasa aslinya, yang ditulis sebelum masa penawanan, seperti pada Kitab 2 Tawarikh 5:9, di situlah tempatnya sampai hari ini, yang tak ayal lagi dituliskan sebelum penghancuran Bait Allah. Kitab septuaginta menyebut buku ini Paraleipomenon – mengenai perkara-perkara yang tertinggal, atau terlewat, oleh para sejarawan sebelumnya, dan memang ada beberapa hal seperti ini terkandung di dalamnya. Kitab ini merupakan tempat di bagian akhir sebagai pengumpul, tempat penampung yang mengumpulkan apa yang tersisa supaya tidak ada yang hilang. Dalam kitab pertama ini, kita membaca,
- 1. Kumpulan silsilah kudus, mulai dari Adam hingga Daud, dan ini bukanlah apa yang disebut sang rasul sebagai silsilah yang tiada putus-putusnya, tetapi yang memiliki kegunaan dan akhirnya di dalam Kristus (ps. 1-9). Beragam kisah sejarah singkat, yang belum kita jumpai sebelumnya, disisipkan di sini.
- 2. Pengulangan sejarah perpindahan kerajaan dari Saul ke Daud, dan kejayaan pemerintahan Daud, beserta sejumlah besar tambahan (ps. 10-21).
- 3. Catatan asli yang berisi upaya Daud untuk menetapkan urusan-urusan tata pelayanan dan ibadah, dan persiapan yang dibuatnya untuk mendirikan Bait Allah (ps. 22-29). Inilah perkataan hari-hari, dari masa-masa dahulu kala, dari masa-masa yang terbaik, dari jemaat Perjanjian Lama. Pemerintahan raja-raja dan masa-masa kerajaan-kerajaan, serta kehidupan orang biasa, dihitung menurut hari. Kerap kali waktu yang singkat menghasilkan sesuatu yang luar biasa, namun demikian, segala waktu yang ada, tidak ada artinya dibandingkan dengan keabadian.
Jerusalem: 1 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja,...
KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja, masih ada sekelompok kitab-kitab sejarah lain dalam Perjanjian Lama. Bagian besar kitab-kitab ini mengulang sejarah yang termaktub dalam kitab-kitab sejarah yang dahulu, sedangkan sebagiannya melanjutkan sejarah itu. Termasuk ke dalam kelompok kitab-kitab sejarah yang lain itu kitab-kitab Tawarikh, kitab Ezra dan (menurut pendapat umum) kitab Nehemia. Kedua kitab Tawarikh aslinya hanya satu kitab saja. Kitab Ezra dan Nehemia tidak lain kecuali lanjutan dari kitab Tawarikh itu dan dikerjakan oleh pengarang yang sama. Sebab dalam kitab Ezra Nehemia tidak hanya ditemukan gaya bahasa dan gagasan-gagasan pokok yang sama, tetapi Ezr1 hanya mengulang akhir 2Taw 36. Ini cukup membuktikan, bahwa kitab Tawarikh dan kitab Ezra-Nehemia sejak awal mula dumaksudkan sebagai suatu kesatuan.
Maka Kitab-kitab Tawarikh (judul ini menterjemahkan judul Ibrani, dalam terjemahan Yunani, Septuaginta, dan dalam terjemahan Latin, Vulgata, diberi judul: Paralipomena, artinya: [kitab-kitab yang memuat] apa yang terlupa atau dilewatkan) adalah sebuah karya yang berasal dari agama Yahudi di zaman belakangan, dari zaman sesudah pembuangan. Di zaman itu bangsa Israel tidak lagi mempunyai kemerdekaan politik, namun menikmati semacam otonomi yang diakui oleh para penguasa di kawasan timur. Bangsa yahudi langsung dipimpin oleh para imam dan hidupnya diatur oleh hukum agamanya sendiri. Hidup kebangsan berpusatkan Bait Allah serta upacara-upacara ibadatnya. tetapi kehidupan yang bertumpu pada hukum agama dan upacara itu dijiwai kesalehan pribadi, ajaran hikmat, kenangan- kenangan akan kejayaan dan kesalahan di masa yang lampau serta kepercayaan pada janji-janji yang disampikan para nabi dahulu.
Pengarang kitab Tawarikh (dan Ezra-Nehemia) adalah seorang dari kaum Lewi diYerusalem dan berlatar-belakang suasana dan lingkungan tsb. Ia menyusun kitabnya agak lama sesudah zaman Ezra dan Nehemia, sebab dengan caranya sendiri ia dapat menggabungkan sumber-sumber yang mengenai kedua tokoh itu. Dengan paling tepat kiranya karyanya dapat ditanggalkan pada awal zaman Yunani, sebelum thn 300 seb. Mas. Kemudian kitab Tawarikh masih diperluas dengan beberapa tambahan yang disisipkan oleh satu atau beberapa orang: silsilah-silsilah yang termaktub dalam @1Taw 2-9 diperluas; ditambah beberapa daftar nama, seperti mungkin sekali daftar nama pendukung raja Daud, 1Taw 12, yang sudah tua usianya, dan lagi daftar-daftar para imam dan kaum Lewi, 1Taw 15; akhirnya disisipkan juga tambahan panjang, 1Taw 23:3-27:34, yang menyebut para pejabat serta petugas ibadat dan administrasi kerajaan Daud.
Bagian-bagian tambahan itu memang sejalan dengan pikiran dan selera si Muwarikh dan boleh jadi diambil dari dokumen-dokumen yang bermutu.
Pengarang kitab Tawarikh khususnya memberi perhatian kepada Bait Allah. Dalam kitabnya kaum rohaniawan berperan utama. Ke dalam kalangan kaum rohaniawan itu tidak hanya termasuk para imam dan kaum Lewi, seperti halnya dalam kitab Ulangan dan dalam bagian-bagian Pentateuk yang berasal dari kalangan para imam, tetapi juga pejabat dan petugas ibadat yang lebih rendah kedudukannya, seperti para penunggu pintu Bait Allah dan para penyanyi. Sejak zaman Tawarikh mereka disamakan dengan Kaum Lewi. Pengudusan para rohaniawan merangkum juga awam. Mereka juga ikut serta dalam persembahan korban penghapusan dosa yang nilainya dahulu dipulihkan dalam Tawarikh. Persekutuan suci itu tidak hanya merangkum orang-orang Yahudi melulu. Dengan melewati kerajaan Israel yang murtad dan yang sesedikit mungkin dibicarakan, si Muwarikh kembali kepada kedua belas suku sebagaimana dipersatukanoleh raja Daud. Dan dengan melewati masa sekarang ia menantikan saatnya semua bani Israel bersatu kembali. bahkan orang-orang bukan Yahudi turut didoakan dalam ibadat Bait Allah. "Israel" dalam pandangan si Muwarikh ialah seluruh umat yang setia, yang dengannya Allah pernah mengikat perjanjian. Dan dalam diri Daud, allah membaharui perjanjian dengan umatnya itu. Justru di zaman pemerintahan Daud itulah syarat-syarat bagi pemerintahan Allah, ialah teokrasi, menjadi tewujud dengan cara yang paling sempurna. Maka jemaat harus hidup sesuai dengan semangat Daud dan senantiasa berusaha memnaharui dirinya dengan kembali kepada adat-istiadat zaman itu, agar supaya Allah tetap merelai umatNya dan menepati janjiNya.
Dalam kisah sejarah panjang yang termaktub dalam kitab si Muwarikh, perhatian seluruhnya berpusatkan Bait Allah di Yerusalem serta ibadatnya, mulai dengan persiapan-persiapan di zaman Daud sampai dengan pemulihannya yang dikerjakan oleh jemaat Israel yang kembali dari pembuangan.
Cita-cita penyusun kitab Tawarikh itupun menentukan susunan karyanya. Bab-bab pertama, 1Taw 1-9 menyajikan sejumlah silsilah yang secara khusus mengenai suku Yehuda, keturunan Daud, suku Lewi dan penduduk kota Yerusalem. Bagian ini merupakan [endahuluan bagi kisah mengenai Daud yang merangkum bagian terakhir 1Taw (10-29). Pertikaian-pertikaian Daud dengan raja Saud dengan raja Saul tidak disinggung sama sekali. Demikianpun dosa Daud dengan Batsyeba dan hal- ihwal keluarga Daud serta pemberontak-pemberontak yang harus dihadapinya tidak sampai disebut-sebut. Sebaiknyam nubuat natan, 1Taw 17, ditonjolkan dan perhatian khusus diberikan kepada lembaga-lembaga keagamaan: Tabut Perjanjian yang dipindahkan ke Yerusalem dan pengaturan ibadat di sana, 1Taw 13, 15-16, serta persiapan-persiapan bagi pembangunan Bait Allah, 1Taw 21-29. Daud sendiri sudah merencanakan pembangunan itu, mengumpulkan bahan dan sampai dengan hal-hal kecil mengatur tugas para pejabat ibadat. Pelaksanaan rencana itu dipercayakan kepada putera Daud, Salomo. Bagian terbesar dari kisah tentang raja Salomo, 2Taw 1-9, mengenai pembangunan Bait Allah, doa yang diucapkan raja pada hari pentahbisan Bait Allah dan janji-janji Allah yang merupakan balasan atas usaha Salomo. Setelah sejarah sampai kepada perpecahan dalam umat Israel, pengarang Tawarikh hanya berbicara tentang kerajaan Yehuda dan keturunan Daud saja. Para raja dinilai olehnya sesuai dengan kesetiaan atau ketidaksetiaan mereka pada syarat-syarat perjanjian dan sesuai dengan caranya mereka mendekati atau menjauhi contoh dan teladan mereka ialah Daud, 2Taw 10-36. Sepanjang sejarah itu masa kemerosotan dan masa pembaharuan silih berganti. Pembaharuan yang paling mendalam diusahakan oleh raja Hizkia dan raja Yosia. Para raja fasik yang mengganti Yosia hanya mempercepat kehancuran. Namun demikian kitab Tawarikh ditutup dengan berita mengenai izin yang diberikan oleh raja Persia, Koresy, diberikan untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Lanjutan kisah kitab Tawarikh ditemukan dalam kitab Ezra dan Nehemia.
Dalam menyusun karyanya di Muwarikh memanfaatkan terutama kitab-kitab yang sekarang termasuk Kitab Suci. Kitab Kejadian dan Bilangan dipergunakan untuk menyusun silsilah-silsilah dalam bagian pertama 1Tawarikh. untuk sejarah selanjutnya terutama dipakai kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Hanya kitab-kitab itu dipergunakan dengan bebas sekali. Pengarang memilih bahan sesuai dengan pandangan dan maksudnya sendiri dan iapun menambah bahan atau menghilangkan apa yang dianggap tidak sesuai. Akan tetapi pengarang Tawarikh tidak pernah menyebut kitab-kitab yang dapat kita selidiki. Sebaliknya, ia menyebut sejumlah karya lain sebagai sumber-sumbernya yaitu: Kitab Raja-raja Isarel, 1Taw 9:1; Kitab Raja-raja Yehuda dan Israel, 2Taw 16:11; Tafsiran (midrasy) Kitab Raja-raja, 2Taw 24:17; iapun menyebut Riwayat Samuel, Pelihat, dan Riwayat nabi Natan serta Riwayat Gad, Pelihat, 1Taw 29:29 dan lagi disebarkan Riwayat Semaya, nabi itu, dan Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, 2Taw 13:22, dll. Semua tulisan itu tidak kita kenal dan isi serta hubungan tulisan-tulisan itu satu sama lain dan dengan kitab-kitab yang kita kenal, menjadi pokok perbedaan pendapat para ahli Kitab. Tulisan-tulisan itu barangkali memberi laporan tentang pemerintahan beberapa raja dalam sorotan nabi-nabi yang tampil di zaman mereka. Dapat disangsikan apakah pengarang Tawarik juga memanfaatkan tradisi lisan.
Oleh karena penyusun Tawarikh, mempunyai sumber-sumber yang tidak kita kenal dan yang mungkin dapat dipercayai, maka tidak perlu mengambil sikap yang pada pokoknya mencurigai segala yang oleh penyusun ditambahkan pada berita-berita yang tercantum dalam kitab-kitab yang kita kenal, yaitu yang tercantum dalam Alkitab sendiri. Tiap-tiap tambahan dan perubahan perlu diselidiki satu demi satu. Penyelidikan-penyelidikan yang terbaru dalam banyak hal membenarkan pengarang Tawarikh dan membelanya terhadap keraguan dan rasa curiga yang terdapat pada sejumlah besar ahli Kitab. Tetapi jelas pulalah, bahwa Tawarikh kadang-kadang memberi informasi yang tidak dapat disesuaikan dengan apa yang disajikan dalam Kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Pengarang juga kadang-kadang dengan sengaja merubah apa yang dikisahkan dalam kitab-kitab tsb. Sudah barang tentu cara kerja semacam itu tidak dapat dibenarkan pada seorang ahli ilmu sejarah modern yang wajib menceriterakan peristiwa-peristiwa sambil menjelaskan hubungan timbal-balik antara peristiwa-peristiwa itu. Namun mengingat tujuan pengarang Tawarikh, cara kerjanya dapat diterima. Sebab ia bukan ahli ilmu sejarah tetapi ahli ilmy ketuhanan. Dalam cahaya pengalaman-pengalaman masa yang lampau, khususnya pengalaman di zaman Daud, pengarang memikirkan manakah syarat- syarat bagi sebuah kerajaan idiil. Ia menggabungkan masa yang lampau, masa sekarang dan masa depan menjadi suatu sintesa: seluruh ibadah yang rapih teratur sebagaimana dilihatnya di zamannya sendiri dibuatnya berasal dari raja Daud: segala sesuatu yang dapat merugikan gambaran pahlawannya itu dihilangkan. Meskipun dalam kitabnya ada informasi yang kebenarannya dapat diperiksa, namun karya si Muwarikh lebih berharga sebagai suatu gambaran tentang keadilan dan pikiran di zamannya sendiri dari pada sbagai rekonstruksi historis dari masa yang lampau.
Memanglah si Muwarikh menulis karyanya guna orang-orang sezamannya. Ia mengingatkan kepada mereka, bahwa eksistensi bangsa tergantung pada kesetiaannya kepada Allah dan bahwa kesetiaan itu menyatakan diri dalam ketaatan kepada hukum Taurat dan dalam ibadat yang secara teratur dijalankan dengan dijiwai kesalehan sejati. Ia ingin, bahwa bangsanya menjadi sebuah jemaat yang kudus, sehingga baginya janji-janji yang diberikan kepada Daud digenapi. Orang-orang Yahudi saleh yang hidup di zaman Kristus dijiwai semangat si Muwarikh, walaupun ada kalanya dengan penyelewengan-penyelewengan yang tidak diinginkan pengarang Tawarikh. Ajaran Tawarikh memang berharga dan bermutu bagi segala zaman. Ia mengajar, bahwa hidup rohani perlu diutamakan dan bahwa Allah membimbing segala kejadian di dunia. Malahan ajarannya itu khususnya perlu direnungkan di masa kini. Sebab rasa-rasanya dewasa ini semangat keduniaan menangguhkan ditegakkannya Pemerintahan Allah untuk waktu yang tidak tentu.
Kitab Ezra dan Kitab Nehemia dalam Alkitab Ibrani dan Yunani (Septuaginta) hanya satu kitab saja. Kitab itu berjudul: Kitab Ezra. Septuaginta juga memuat sebuah kitab Ezra apokrip. Kitab itu ditempatkan sebelum kitab Ezra-Nehemia dan karenanya disebut kitab 1Ezra, sedangkan kitab Ezra-Nehemia kita disebut Kitab 2 Ezra. Di zaman Kristen barulah kitab Ezra yang satu itu dibagi menjadi dua kitab Ezra. Pembagian itu dituruti dalam terjemahan Latin, Vulgata, juga. Kitab 1 Ezra ialah kitab Ezra dan kitab 2 Ezra ialah Kitab Nehemi. Kitab Ezra yang apokrip itu dalam Vulgata disebut kitab 3 Ezra. Adat menyebutkan kitab-kitab itu menurut nama tokoh utamanya, yakni Ezra dan Nehemia, berasal dari zaman kemudian. Dalam terbitab tercetak Alkitab Ibrani kedua nama itu juga dipakai.
Kitab Erza-Nehemia merupakan lanjutan kitab tawarikh, sebagaimana dikatakan di muka. Sesudah lima puluh tahun pembuangan di Babel yang tidak tersinggung sama sekali, kitab Ezra-Nehemia menyambung kisah tawarikh dengan memberitahu tentang maklumat raja Koresy yang dalam thn 538 seb. Mas. mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem guna membangun Bait Allah. Orang-orang Yahudi yang kembali segera mulai membangun Bait Allah, tetapi pekerjaan itu terpaksa dihentikan akibat perlawanan dari pihak orang-orang Samaria. Pekerjaan baru diteruskan di zaman pemerintahan raja Darius I. Pembangunan Bait Allah diselesaikan pada thn 515 seb. mas. Usaha membangun tembok-tembok kota Yerusalem selama setengah abad berikut diperlambat juga oleh orang-orang Samaria, Ezra 1-6. Di zaman pemerintahan Artahsasta pulanglah ke Yerusalem Ezra disertai serombongan kaum buangan yang baru. Ezra itu adalah seorang pejabat-penulis dan ahli Kitab yang di istana raja Persia menangani urusan bangsa Yahudi. Ia diberi surat kuasa raja untuk mewajibkan jemaat Yahudi mematuhi hukum Taurat yang diakui sebagai hukum negara. Terpaksa Ezra bertindak keras terhadap orang-orang Yahudi yang telah menikah dengan perempuan bangsa lain, Ezra 7-10. Kemudian Nehemia yang menjabat juru minuman di istana raja Astahsasta meminta, supaya diutus ke Yerusalem untuk mendirikan tembok kota. Dalam waktu singkat pekerjaan itu selesai, kendati perlawanan para musuh; lalu kota dihuni kembali, Neh 1:1-7:72a. Dalam pada itu Nehemia diangkat menjadi bupati di Palestina. Adapun Ezra mengadakan pembacaan hukum Taurat secara meriah, lalu Hari raya Pondok Daun dirayakan. Pada kesempatan itu umat mengadakan pengakuan dosa umum dan berjanji akan melaksanakan hukum Taurat yang dibacakan, Neh 7:72a-10:40. Kemudian masih menyusul beberapa daftar nama orang, beberapa tindakan pelengkap yang diambil Nehemia dan peresmian tembok Yerusalem, Neh 11;1-13:3. Lalu Nehemia sebantar kembali ke Persia, tetapi untuk kedua kalinya diutus ke Palestina untuk membereskan kekacauan yang merambat dalam jemaat Yahudi, Neh 13:4-31.
Melihat ringkasan tsb. jelaslah sudah betapa penting kitab Ezra-Nehemia itu guna mengenal sejarah pemulihan bangsa Yahudi di zaman sesudah pembuangan. Bab-bab pertama kitab itu melengkapi keterangan-keterangan yang dapat diambil dari kitab Hagai, kitab Zakharia dan kitab Maleakhi. Tetapi kitab Ezra-Nehemia merupakan satu-satunya sumber mengenai karya Ezra dan Nehemia. Kitab Ezra-Nehemia dikarang sebelum Tawarikh disusun dan menggunakan serta mengutip secara harafiah beberapa dokumen yang sezaman dengan peristiwa-peristiwa, yakni: daftar-daftar orang yang pulang dari pembuangan, daftar-daftar penduduk Yerusalem, keputusan dan penetapan raja-raja Persia, dan khususnya laporan yang dibuat Ezra mengenai pelaksanaan tugasnya serta Riwayat Nehemia yang ditulisnya dengan tangan sendiri.
Meskipun sumbernya banyak, namun penafsiran kitab Ezra-Nehemia mengalami banyak kesulitan. Sebab dokumen-dokumen yang dipakai tersusun secara tidak keruan. Daftar nama para imigran sampai dua kali ditemukan, Ezra 2 dan Nehemiah 7. Dalam bagian kitab Ezra yang ditulis dengan bahasa Aram, Ezr 4:6-6:18, peristiwa- peristiwa yang terjadi di zaman raja Darius diceriterakan segera sesudah peristiwa di zaman raja Koresy dan Artahsasta, meskipun terjadi lima puluh tahun sesudahnya. Dokumen-dokumen yang berasal dari Ezra dan Nehemia sendiri diuraikan dahulu, lalu dicampur-adukkan dan dipersatukan kembali. Dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk jelas yang terdapat di dalamnya maka laporan Ezra dapat direkonstruksikan sbb: Ezr 7:1-8:36; Neh 7:72b-8:18; Ezr 9:1-10:44; Neh 9:1-37.
Tetapi dokumen Ezra itu oleh penyusun kitab diolah. Bagian-bagian tertentu menjadi pemberitahuan tentang Ezra seolah-olah dia itu seorang lain dari penulis; ditambahkan daftar nama orang-orang yang bersalah, Ezr 10; 18, 20-44, doa-doa yang terdapat dalam Ezr 9:6-15, dan Neh 9:6-37. Riwayat Nehemia terdapat dalam Neh 1-2; 3:33-7:5; 12:27-13:31. Penyusun kitab menyusupkan ke dalamnya sebuah dokumen tentang pembangunan tembok kota, Ezr 3:1-32; daftar nama orang-orang yang kembali dari pembuangan, Neh 7;6-72a, diambil dari Ezra 2. bab 10 adalah sebuah dokumen lain yang berasal dari arsip dan yang mengesahkan keputusan yang diambil jemaat di mana jabatan Nehemia yang kedua, Nehemia 13. Kerangka bab 11 merupakan buah pena penyusun kitab sendiri, tetapi ditambahkan daftar penduduk Yerusalem dan Yehuda serta, dalam bab 12, daftar nama para imam dan kaum Lewi.
Jelaskan bahwa si Muwarikh bermaksud menyusun kitabnya sedemikian rupa sehingga memberikan suatu gambaran menyeluruh tentang salah satu persoalan. Dalam Ezr 1-6 perhatian dipusatkan pada pembangunan Bait Allah di zaman raja Darius. Oleh karenanya pengarang mengumpulkan di situ berita-berita mengenai kaum buangan yang berturut-turut kembali; ia mengaburkan peranan Sesbazar guna menampilkan peranan Zerubabel dan mengumpulkan apa saja yang bernada melawan orang-orang Samaria. Dalam bagan-bagian kitab yang berikut pengarang menonjolkan Ezra dan Nehemia sebagai dua tokoh yang bekerja sama dalam menangani usaha yang sama.
Cara kerja yang sedemikian itu menghadapkan para ahli ilmu sejarah pada persoalan-persoalan yang sukar dipecahkan. Soal yang paling ruwet dan paling diperdebatkan ialah urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu. Menurut urutan yang dipaparkan dalam kitab Ezra-Nehemia sendiri, maka Ezra datang ke Yerusalem pada thn 458 seb. Mas., yaitu dalam tahun kerujuh pemerintah Artahsasta !, Ezr 7:8. Nehemia menyusulnya dalam thn 445, yaitu dalam tahun kedua puluh pemerintahan raja yang sama, Neh 2:1 Nehemia tinggal di Yerusalem selama dua belas tahun, Neh 13:6, jadi sampai thn. 433. Lalu ia kembali ke Persia untuk waktu yang tidak pasti lamanya. Kemudian ia datang lagi ke Yerusalem untuk kedua kalinya, masih juga di masa pemerintahan Artahsasta I, yang baru meninggal dunia dalam thn 424 seb. Mas. Urutan tradisionil ini tetap dipertahankan oleh sejumlah ahli Kitab yang ternama. hanya mereka membatasi lamanya tugas Ezra menjadi satu tahun saja, sesuai dengan petunjuk-petunjuk jelas yang terjumpai dalam kitab itu sendiri. Mereka berpendapat, bahwa Ezra kembali ke Persia sebelum Nehemia datang ke Yerusalem. Ahli-ahli lain membalikkan urutan tradisionil itu. Mereka berpendapat, bahwa karya Ezra mengandaikan, bahwa karya Nehemia sudah selesai waktu Ezra datang ke Yerusalem. Tanggal-tanggal yang dalam kitab Ezra-Nehemia dihubungkan dengan Ezra sebenarnya tidak mengenal masa pemerintahan Artahsatra I, sebagaimana halnya dengan maa jabatan Nehemia, tetapi masa pemerintahan Artahsasta II. Ezra baru datang ke Yerusalem dalam thn 398 seb. Mas. Dengan menyetujui pendapat, bahwa Ezra datang ke Yerusalem sesudah Nehemia tetapi dengan menolak pendapat, bahwa ada penggantian raja di Persia (yang sekali-kali tidak tersinggung dalam Ezra-Nehemia), beberapa ahli baru-baru in menempatkan kedatangan Ezra ke Yerusalem antara kedua masa jabatan Nehemia. Untuk mempertahankan pendapat itu mereka terpaksa merubah Ezr 7:8 begitu rupa, sehingga Ezra tidak datang ke Yerusalem dalam tahun ketujuh pemerintahan Artahsasta I, tetapi dalam tahun ketiga puluh tujuh pemerintahannya, jadi dalam thn 428 seb. Mas.
Masing-masing pendapat dapat mengemukakan bukti-bukti yang masuk akan, walaupun tidak satupun pendapat terluput dari kesulitan. Maka masalahnya tetap terbuka. Hanya satu hal yang pasti, yakni: Nehemia berkarya di Yerusalem antara thn 445 dan 433 seb. Mas.
Kalau ditanyakan, mana makna keagamaan kitab Ezra-Nehemia, maka masalah-masalah seperti yang di atas hanya merupakan masalah sampingan saja. Sesuai dengan maksud penyusun, maka kitab Ezra-Nehemia menyajikan sebuah sintesa, suatu gambaran menyeluruh, tetapi tidak menipu mengenai pemulihan bangsa Yahudi sesudah masa pembuangan. untuk memahami pemulihan itu, maka gagasan dan cita- cita yangmenjiwainya lebih penting dari pada urutan peristiwa-peristiwa yang tepat. Berkat politik liberal yang dianut wangsa Akhimedes dalam wilayah kekuasaannya, amak orang-orang Yahudi dapat kembali ke Tanah yang dijanjikan. Mereka dapat memulihkan ibadat, membangun kembali Bait Allah dan mendirikan tembok Yerusalem. Mereka dapat hidup bermasyarakat dengan dipimpin oleh orang- orang sebangsanya dan sesuai dengan hukum Musa. Tentu saja mereka harus setia pada raja Persia. Tetapi kesetiaan itu tidak menjadi soal bagi mereka. Sebab pemerintah pusat tidak mengganggu adat-istiadat mereka sendiri. Semuanya itu merupakan suatu kejadian yang penting sekali, sebab ini tidak lain kecuali lahirnya agama Yahudi yang disiapkan melalui renungan-renungan di masa pembuangan yang lama dan didorong oleh usaha beberapa tokoh yang tampil tepat pada waktunya.
Zerubabel membangun kembali Bait Allah. Tokoh ini oleh pengarang Ezra-Nehemia tidak dianggap sebagai semacam Mesias, seperti dipandang oleh nabi Hagai dan Zakharia, Hag 2:23; Za 6:12. Kemudian Ezra dan Nehemia menjadi perintais pemulihan tsb. Bapa agama yahudi yang sebenarnya ialah Ezra oleh karena tiga gagasan pokok yang ditanamkannya dalam umat Yahudi, yaitu: Mereka adalah suatu bangsa terpilih: Bait Allah menjadi pusatnya: hukum Taurat menjadi pengaturannya. Ezra bersikap keras yang tidak kenal kompromi dalam melaksanakan pembaharuan dan ia memupuk partikularisme yang dibebankan olehnya kepada bangsanya. Hanya sikap itu dapat dipahami juga mengingat imannya yang hangat serta tugasnya menjaga kemurnian masyarakat yang baru dipulihkan. Ezralah yang merupakan moyang para ahli Kitab dan peranannya dalam tradisi Yahudi semakin meningkat. Nehemia mengapdikan diri kepada cita-cita yang sama, tetapi karyanya di bidang lain. Di Yerusalem yang dibangun kembali olehnya lalu dihuni kembali, Nehemia menciptakan syarat-syarat hidup bernegara dan memberi bangsanya semangat kebangsaan. melalui riwayatnya yang lebih pribadi dari pada laporan Ezra kita mengenal kepribadian Nehemia sebagai seseorang yang halus perasaannya dan berperikemanusiaan, sebagai seseorang yang tidak segan mengorbankan diri yang bijaksana dan teliti serta mengandalkan Allah sambil sering berdoa kepadaNya. Lama sekali tokoh ini dikenang dan Bin Sirakh mengangkat lagu pujian mengenai "dia yang membangun kembali tembok-tembok yang roboh" (Sir 49:13).
Tidak mengherankan, bahwa penyusun Ezra-Nehemia melihat cita-cita dipuji-pujinya dalam kitab Tawarikh terwujud dalam jemaat yang berpusatkan Bait Allah dan dipimpin oleh hukum Taurat. Sudah barang tentu si Muwarikh insaf, bahwa perwujudan itu kurang sempurna, sehingga masih perlu juga orang menantikan sesuatu yang lain. Tetapi lebih dari pada dalam kitab Tawarikh, si Muwarikh dalam kitab Ezra-Nehemia terikat pada dikumen-dokumen yang dipergunakannya. Maka ia mempertahankan nada pertikularisme yang dibenarkan oleh keadaan konkrit dan yang terdapat dalam dokumen-dokumen itu. Sesuai dengan dokumen-dokumen itupun ia tidak berbicara mengenai pengharapan akan Mesias, kelak yang tidak disuarakan oleh dokumen-dokumen itu oleh karena penulis-penulis merasa setia terhadap raja- raja Persia.
Pengarang Ezra-Nehemia menyusun karyanya itu dipertengahan abad ke 3-4 seb. Mas. Masa itu kita sangat kurang mengenalnya. Tetapi justru di zaman itu Yerusalem diam-diam membangun dirinya serta memperdalam kerohaniannya dalam suasana terpencil.
Ende: 1 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) KITAB TAWARICH
PENDAHULUAN
Sebagai pengutji daftar kitab2 sutji tradisi Jahudi di Palestina -- menjimpang
dari tradisi Babel dan terdjemahan2 kuno, --...
KITAB TAWARICH
PENDAHULUAN
Sebagai pengutji daftar kitab2 sutji tradisi Jahudi di Palestina -- menjimpang dari tradisi Babel dan terdjemahan2 kuno, -- terteralah suatu kitab jang mempunyai tjorak chas dan tersendiri.
Kechasannya ialah, bahwa kitab tsb, merupakan sebangsa ulangan dari kitab2 sedjarah lainnya jang lebih kuno, terutama dari kitab2 Sjemuel danRadja2. Tetapi sebaliknya bukanlah suatu salinan atau sebangsa ichtisar daripadanya, melainkan adlah karya jang chas dan aseli seluruhnya. Malahan menurut aselinya satu karya besar. Betul, kini dibagi mendjadi dua kitab, teapi pembagian itu bukan dari si pengarang sendiri. Dalam hal ini terdjadilah jang sama pula dengan kita Sjemuel dan Radja2. Pembagian itu dari masa belakangan dan per-tama2 muntjul dalam terdjemahan Junani dan kemudian beralih keteks Hibrani itu sendiri.
Teks Hibrani memakai djudul, jang kira2 dapat diterdjemahkan sbb: "Kitab kedjadian2 hari2 itu", dalam mana "hari2 itu" lebih kurang artinya "Sedjarah". S. Hieronimus memberi nama jang lebih tepat: "Chronikon". Dimasanja nama itu tidak laku. Tetapi ketika nama itu dipakai lagi oleh Luther dalam terdjemahannja dalam bahasa Djerman, nama tsb. lalu mendjadi populer dan dapat bertahan hingga sekarang. Orang2 modern lebih suka menggunakan nama "Kitab Kronik". Meskipun terhadap nama tsb. dapat dikemukakan pula beberapa keberatan, namun dalam terdjeamhan kami ini nama tsb. kami pakai pula, jakni "Kitab Tawarich". Nama lain, jang melalui Latin berasal dari terdjemahan Junani dan lebih disukai Geredja Latin ialah: "Paralipomenon". Artinya jang tepat tidak begitu djelas. Sedjak sediakala orang menganggap, bahwa kata itu maknanya: "apa jang diliwati dalam kitab2 Sjemuel dan Radja2", berdasarkan kata Junani itu sendiri. Dan memang benar djuga, bahwa kitab tsb. muat berita2 jang tidak sedikit djumlahnya, jang satupun tidak terdapat didalam kitab2 lainnya, sehingga kitab ialah, apa kitab itu ditulis dengan maksud tsb. Tetapi kata "Paralipomenon" itu diberi tafsiran lain djuga dan menurut tafsiran itu kira2 maknanya: "Kitab2, jang diliwati dalam terdjemahan Junani jang pertama", karena isinja sudah tertjantum dalam kitab2 lainnya. Baru kemudian orang menterdjemahkan kitab tsb. Itu terdjadi dalam th. 157 seb. Mas.
Meskipun kitab Tawarich untuk sebagian sebenarnya merupakan ulangan dari pendahulu2nja, namun ditulis djuga suatu karya baru. si pengarang bermaksud mengisahkan sedjarah jang sama, tetapi dari segi lain sekali, dengan pejorotan jang lain dan dengan berpedoman asas2 jang lain pula. Bukannja untuk mengoreksi atau menggantikan jang tua2. Melainkan ia mau memberikan tjara pemandangan jang lain, dalil mana memberikan tafsiran jang lebih mendalam tentang sedjarah jang sama dari umat Allah itu. Sedjarah itu sendiri tetap sama djua, tetapi pengertian theologis tentang sedjarah itu diperdalam, bersandarkan perkembangan kemudian dan lebih landjut dari wahju, seperti jang dimaklumi si muwarich.
Berdasarkan suatu tradisi Jahudi hingga dewasa ini orang menjebut Esra sebagai penulis kitab Tawarich itu. Itupun karena kitab tsb. dahulu dan sekarang masih dilihat sebagai satu dengan kitab2 Esr-Neh. Bagaimana hubungan dan dan dingannja kedua kitab itu, akan dibitjarakan setjara ringkas dalam pendahuluan kitab Esr- Neh. Tjukuplah kiranja disini mentjatat, bahwa sekarang ini hanja sedikitlah jang masih mempertahankan Esra sebagai penulis kitab Tawarich. Tetapi sebaliknya tidak djuga menjebutkan nama lain, sehingga pengarangnja, sebagaimana halnja dengan kebanjakan pengarang Perdjandjian Lama, tetap tinggal didalam kabut anonimita. Watak serta kedudukannja dapat disimpulkan dari karya itu sendiri. Karena perhatiannja jang chusus terhadap baitullah dan liturgi, tempat diduduki para Levita, lebih2 para penjanji, maka lebih dari hanja mungkin sadja, pengarangnja mesti ditjari dikalangan rohaniwan Jerusjalem, bukannja dikalangan rohaniwan tinggi, para imam, melainkan lebih dikalangan pendjabat rendahan, jakni, chususnja para penjanji.
Berpangkal pada keterangan2 didalam kitab itu sendiri, - meskipun itu disana- sini tidak luput dari keragu-raguan, - orang toh agak dapat mengira-ngirakan masa si pengarang hidup dan bekerdja. Disebutnja radja Cyrus (538-539) dalam kitab itu (II 36, 22-23) dan keradjaan Parsi, pun kalau diterima, bahwa petikan itu diambil-alih dari kitab Esr-Neh, jang kira2 dapat diberi bertanggal sama; nama "dirham" (I,29,7) untuk mata uang jang ditjiptakan Darius I (521-486), jang arti aselinja tidak diketahui lagi oleh sipengarang; kata Parsi untuk puri (dalam teks tsb. dipakai untuk baitulah)(I 29,19); silsilah Dawud (I 3, 1-24), sampai angaktan keenam sesudah Zerubabel (538); bahasa kitab jang sangat dipengaruhi bahasa Aram; kenjataan bahwa kitab tsb. baru agak belakangan ditjantumkan dalam daftar kitab2 sutji orang2 Jahudi, dan itupun bukan tanpa tentangan; ketjaman pedas jang dilemparkan kepada orang2 Samaria, hal mana mengandaikan, bahwa mereka merupakan antjaman njata terhadap Jahudi; semua keterangan itu memberi alasan, untuk menempatkan terdjadinja kitab Tawarich djauh kebelakang, lama sesudah orang2 Jahudi kembali dapatlah dikirakan dengan kemungkinan jang besar, bahwa kitab Tawarich ditulis antara th. 300 dan 200 seb. Mas., dan pastilah tidak dapat diundur sampai sesudah th. 157, ketika kitab itu diterdjemahkan dalam bahasa Junani dan malahan tidak sampai sesudah kitab itu diterjemahkan dalam bahasa Junani dan malahan tidak sampai sesudah th. 180, karena Jesus Sirah rupa2nja sudah mengenal kitab Tawarich dengan menggunakannja didalam gambarnja mengenai Dawud (47,1-11)
Djadi si pengarang hidup lama sesudah pembuangan (539) dan oleh karenanja berada didalam masa terachir Perdjandjian Lama, hal mana sangat penting artinja untuk memahami kitabnja, serta asas2 jang mendjadi dasarnja. Kemerdekaan beragama di Israil sudah dipulihkan, tetapi sekali-kali tidak dibarengi dengan kemerdekaan politik. Juda adalah bagian dari keradjaan Parsi, Mesir dan Junani. Didalam baitullah jang sudah dibangun kembali itu liturgi dirajakan dengan semarak jang tjukup meriah. Satu2nja kewibawaan jang njata di Israil ialah imamagung dengan penasehat2nja. Tetapi keimaman itu tidak selalu sesuai dengan kesutjian djabatannja, dan sebaliknja para rohaniwan rendahan menonjolkan kebadjikannja. Dari itulah si pengarang mengemukakan ketjamannja jang halus terhadap para imam (II. 29,34;30,3), sedangkan para rohaniwan rendahan senantiasa dipudjinja. Bangsa Jahudi kembali dari pembuangan dengan membawa sertanja segala adjaran serta pengalaman dari masa lampaunja, jang ditjatat dalam kitab-kitab sutji atau disimpan dalam tradisi lisan. Sipengarang kitab Tawarich, orang jang dalam rasa keigamaannja, mentjamkan dan mengolah kesemuanja itu. Ia mengenal seluruh Kitab Sutji. Ia dipengaruhi kitab-kitab Musa serta perundang-undangan, baik jang lebih bertjorak rituil seperti Peng., Tj Dj., dan Lv. maupun Ul., jang lebih bertjorak moril. Ia mengenai nabi-nabi sebelum masa pembuangan, terutama Jeremia, Jeheskiel, nabinja masa pembuangan, dan lagi nabi-nabi, jang dengan charismanja memadjukan pemulihan itu. Tetapi dimasa charisma itu sudah padam. Iapun mengenai aliran lain ditengah-tengah bangsa Jahudi, jang memuntjulkan Jahudi, jang memuntjulkan kitab-kitab kebidjaksanaan dengan tjorak pribadinja, batiniah serta perseorangannja jang lebih ketara daripada perundang-undangan rituil dari masa jang lebih kuno. Kesemuanja itu diresapkan kedalam hatinja oleh sipengarang kitab Tawarich, dengan rasa keigamaannja jang mendalam serta imamnja jang teguh akan Allah dan perdjandjianNja dan ia mengumpulkan dalam dirinja segala kekajaan Israil dimasa lampau. Dan dengan pengetahuan ini, jang disertai dengan pengalamannja sendiri, ia lalu mengarahkan pandangannja jang luas kepada masa jang lampau, dimana ia menemukan segi-segi jang tak begitu terkenal. Berdasarkan masa lampu itu ia lalu berpaling kepada masa jang akan datang, kepada masa akan datang jang mulia, jang akan menjelesaikan sedjarah dan memenuhi djandji Allah. Tuhan sedjarah kan sudah bersabda.
Si muwarich menaruh gagasan-gagasannja sendiri pertama-tama atas tabiat bangsa Jahudi itu sendiri, bukannja dari sudut ethnologis, melainkan dari sudut keigamaan. Ia menerima begitu sadja, bahwa bangsa itu adalah umat pilihan Jahwe. Sedjak para bapa-bangsa bangsa itu telah dipanggil olehNja dan diperpautkan denganNja didalam suatu perdjandjian. Suatu perdjandjian jang mendjadikan berkah dari pihak Jahwe dan menuntut kesetiaan dari pihak bangsa itu. Kedua sagi itu bergantung satu sama lain. Namun ia memasukkan suatu perkembangan halus jang sangat penting. Djika dahulu umat Jahwe itu dipikirkan bukan hanja kategori- kategori keigamaan, tetapi djuga dalam kategori-kategori politik, sehingga kedaulatan politik agaknja mendjadi suatu sjarat mutlak bagi agama bangsa itu, maka sipenarang mempunjai gaasa-gagasannja sendiri perihal itu. Sedjarah jang dibimbing Jahwe, telah mengadjarkan jang lain dan pengalaman pribadi si muwarichpun dapat membenarkannja sadja. Djuga tanpa kedaulatan politik umat Allah itu menurut hakikatnja dapat ada dan terus ada sepenuhnja. Karena itu umat perdjandjian tidak lagi dilihatnja sebagai suatu kesatuan politik, tetapi lebih- lebih sebagai suatu persekutuan kultus, jang menghampiri Allah di dalam ibadah jang dikehendakiNja, untuk menikmati berkah2 perdjadjian itu dalam dan karena ibadah itu, sebagai balas djasa atas kesetiaannja. Para nabinja, tanpa menghukum hal2 jang lahiriah, sudah menitikberatkan hal2 jang rohaniah, perasaan hati, jang harus mengiringi ritus2 itu dan jang pada dirinja djauh lebih penting adanja. Inipun diterima si pengarang dan dapat diolahnja. Ia mengukuhi kurban dan ibadah lahiriah sebagai unsur hakiki bagi umat Allah, tetapi itu mesti dibarengi dengan rasa keigamaan jang benar, jang mendapat pernjatan halusnja dalam njanjian liturgis. Maka itu baginja para penjanji memainkan peranan jang se-kurang2nja sama penting di dalam ibadah seperti peranan para imam dengan kurban mereka. apabila kurban lahiriah dan perasaan hati itu bersesuaian, maka liturgi mendjadi suatu peristiwa keselamatan, dalam mana Allah dan manusia saling bertemu, dan perdjandjian itu terwudjudkan. Tetapi dengan menitikberatkan jang rohaniah itu, dengan sendirinjapun unsur pribadi dan perseorangan lebih tampil kedepan. Djalan pikiran kolektivistis sangat diperlemah oleh para nabi, chususnja oleh Jeheskiel, dan diperkembangkan kedjurusan pribadi, dan keuntungan sedjarah itupun diterima pula oleh si muwarich. Hal itu teristimewanja ternjata dalam adjaran pembalasan jang keras. baginja djelaslah, bahwa ketidaksetiaan pribadi kepada perdjandjian itu djuga dihukum setjara pribadi dengan kemutlakan jang tak terelakkan. Didalam kitabnja hal itu digambarkannja dengan tjara jang mejakinkan dengan mengemukakan tjontoh radja2. djuga mereka, jang mendjalankan banjak kebaikan, tetap adakalanja bersalah atau melupakan kedudukannja, toh dihukum djuga dengan tak kenal maaf.
Bahwasanja umat Allah per-tama2 adalah djemaah kultur, bukanlah hasil dari perkembangan sedjarah, melainkan termasuk inti-hakikatnja. Meski pengetahuan tentang it berkembang djua, namun kenjataan itu sendiri selalu adalah benar dan tetap benar djuga selamanja. Djemaah tsb. sudah sedjak permulaan mewudjudkan dirinja didalam sedjarah, tetaoi perwudjudan2 itu, oleh sebab unsur insaninja, tidaklah sempurna, dan dimasa si pengarangpun idam2an itu tidak tertjapai pula. Ia sendiri malahan mengharapkan perwudjudan jang lebih landjut dan lebih sempurna dimasa jang akan datang, dimasa akan datang dari umat Allah sebagai pengibadah Jahwe. Idam2an dimasa jang akan datang itu senantiasa terbajang didepan mata si muwarich dan itupun mendjadi pangkalnja pula. Djemaah kultus Israil, jang sudah ada sedjak permulaan, semakin menjempurnakan dirinja didalam rentetan pembaharuan2 jang terus-menerus sampai kepembaharuan Esr-Neh, bahkan lebih djauh lagi kemasa depan.
Djaminan bagi masa mulia jang akan datang itu ialah djandji Allah. Djandji itu diberika, ketika djemaah kultus Israil mendapat bentuk organisatorisnja didalam monarchi. Bukan tanpa pilihan serta lindungan Allah, maka Dawudlah jang mendirikan monarchi itu, meskipun bukannja Dawud serta pengganti2nja, melainkan Jahwe sendirilah radja jang sesungguhnja. Keradjaan Israil adalah keradjaan Allah. Radja2 hanjalah wakilNja jang kelihatan. Para nabi telah memperpautkan djandji lama perjandjian itu dengan Dawud serta keturunannja; dan gagasan ini diambil-alih si pengarang Tawarich dengan senang hati. Maka itu baginja perdjandjian Sinai itu mundur kelatarbelakang, sedang djandji kepada Dawud, jang dilihat sebagai suatu perdjandjian, baginja merupakan intipati segala sesuatu, dan keabadian wangsa Dawud itu baginja merupakan pembawa djemaah kultus Israil. Teapi dalam hal itupun sedjarah telah mengadjarkan pula, bahwa kategori2 politik bukanlah pendjelmaan jang sekadar dari maksud2 Jahwe. Didjaman si pengarang Tawarich wangsa Dawud tidak diperbintjangkan lagi. Mula2 keradjaan Allah betul diwudjudkan dalam bentuk2 politis, dan si muwarichpun sukar dapat melepaska dirinja seluruhnja daripadanja; tetapi sebaliknja ia sangat merasa, bahwa itu bukan merupakan inti-hakikatnja. Dawud serta keturunannja oleh karenanja baginja bukanlah melulu dan bukan per-tama2 radja politis, melainkan adalah pemimpin2 djemaah kultus itu, dalam mana djabatan liturgis didjalankan oleh keturunan2 jang dipanggil dan terpilih dari Levi dan Harun. Dan oleh karena dengan djalan itu djandji, jang diberikan kepada Dawud, sesungguhnja dilepaskan dari keradjaan politis, maka djandji tsb. dapat terus ada dan mewudjudkan dirinja semakin baik dan pula tanpa dilingkungi susunan kenegaraan. Apabila dahulu negara dan agama itu kira2 sama adanja, maka didalam pandangan si muwarich itu sesungguhnja otonomi kedua2nja sudah tertjakup.
Gagasan terachir, jangdjuga diwaris dari pada nabi, jang senantiasa terbajang didepan mata si penulis Tawarich, ialah gagasan universalistis. Ia tidak melahirkan gagasan itu dengan rumusan jang djelas, tetapi ia menjisipkannja dalam kitabnja. Keturunan Ibrahim dibawah pimpinan keturunan Dawud baginja adalah dan tetaplah satu2nja bangsa jang terpilih; dan terhadap kaum kafir, jang dimasanja merupakan antjaman pula, ia menaruh sedikit pengharapan jang positif. Tetapi bangsa jang terpilih itu terbuka dan tjakap pula untuk meleburkan orang2 luaran kedalam dirinja dan mengikut sertakan mereka dalam anugerah2 djemaah Jahwe. Ini tidak hanja berlaku bagi bagian Israil jang murtad, jang dimasanja diorganisir dalam bangsa Samaria, tetapi djuga bagi kaum kafir biasa. Didalam silsilah2 jang disadjikannja pada permulaan karyanja, sering kentaralah, bagaimana suku2 kafir diterima kedalam umat Jahwe, bagaimana kaum kafir dapat bergabung dengan umat Jahwe sebagai "penumpang" dan ambil bagian dalam ibadah umat. Tidak djarang didalam kitabnja disebutkan, bahwa orang2 perantau itu ambil bagian dalam perbuatan2 kultus besar (II,6,32-33;II 2,1-17) dan dibimbing oleh Jahwe (II 35,21-23).
Dengan landasan gagasan2 jang besar itu si muwarich menulis kembali dan mentafsirkan sedjarah bangsanja. Dengan sendirinja sedjarah tsb. tidak ditulis demi untuk sedjarah, kurangan daripada halnja dengan pengarang2 lainnja dari Perdjandjian Lama. Sedjarah ditulis untuk mengabdi gagasan2 tertentu. Pengarang2 jang dahulu telah mendjadikan peristiwa2 dan melihat Jahwe bekerdja di dalam peristiwa2 itu. Kesemuanja itu diakui si pengarang Tawarich, tetapi ia lebih2 hendak menundjukkan, bagaimana sedjarah itu memperlihatkan suatu arah, dan berkembang menudju tjita2 itu, jang terbajang didepan matanja dan jang sesungguhnja disimpulkan pula dari sedjarah itu sendiri. Dengan sadar sedjarah itu diabdikannja lagi kepada tjita2 itu, jang ditjiptakan Allah dan diwudjudkan oleh sedjarah. Realisasi itu djalannja sesunggunja sangat insani dan adalah suatu proses jang madjemuk dan berseluk-beluk, jang garis2nja tidak begitu djelas. Tetapi memperlihatkan garis2 itu adalah djustru jang dimaksudkan oleh si muwarich. Dan untuk menitikberatkan garis2 itu ia menjederhanakan peristiwa2 dan agak melalaikan kemadjemukan insani dan faktor2 insani, untuk lebih menjoroti jang ilahi. Sebaliknja ia mengakui dan menerima kenjataan, sebagaimana itu adanja, karena djalan pikirannja terlekat pada kenjataan historis itu, jang sungguhpun baginja per-tama2 adalah sedjarah keselamatan, tetapi untuk mendjadi sedjarah keselamatan toh harus tetap djua sedjarah jang benar adanja. Menurut pandangannja hal jang ketjil2 dan urut2an choronologis itu hanya djatuh nomor dua, dan ia tidak merasa terikat padanja. Sebaliknja, tentang hal itu ia menggunakan kebebasan2, jang oleh seorang ahli sedjarah modern, meski ahli sedjarah keselamatan sekaligus, tak dapat dimengerti. Tetapi si pengarang Tawarich tidak menundjukkan dirinja sebagai ahli sedjarah, bahkan tidak pula sebagai ahli sedjarah keigamaan. Ia adalah seorang ahli Tuhanan, jang berenung tentang sedjarah. Tetapi kebebasan2nja itu tidak sampai membudjuknja, untuk mengchajalkan sedjarah menurut konsepnja sendiri. Ia tidak melepaskan diri dari peristiwa2 jang njata, untuk menggantikannja dengan dongengan. Lebih dari siapapun djua ia sadar, bahwa teologinja tegak atau runtuh dengan peristiwa2 itu sendiri.
apabila kita mengingat pandangan si pengarang Tawarich, maka akan kita insafi pula, bahwa djawaban jang sangat pelik meski diberikan kepada pertanjaan mengenai nilai sedjarah kitan Tawarich itu. Dua keterlaluan harus dihindarkan, untuk berlaku adil terhadap si penulis. Keterlaluan jang pertama ialah: dengan begitu sadja dan sekaligus menolak segala kelurusan historis, ketjuali kalau pengamatan dari kesaksian lain itu mungkin diadakan. Dengan itu si penulis akan didjadikan seorang theolog jang spekulatif, padahal tidak demikian adanja dan mengingat keadaannja djuga tidak mungkin menjadi demikian. Keterlaluan jang lain ialah: menerima semuanja begitu sadja hal jang ketjil2, sebaaimana tertulis. Lalu si penulis didjadikan ahli sedjarah dari abad ke-20, padahal bukan demikian pula adanja dan djuga tidak mungkin mendjadi demikian. Kebenarannja lebih terletak di-tengah2. si penulis tahu, bahwa ia terikat pada djalannja sedjarah, tetapi tidak merasa bertanggungdjawab atas proses konkritnja, dalam mana peristiwa2 itu berlangsung, atau atas urut atas urut2an historis dari peristiwa2 itu. Baginja jang penting ialah garis2 besar dan peristiwa2 itu sendiri. Dari peristiwa2 itu ia memberikan tafsirannja sendiri, jang kadang2 dirumuskan setjara theoretis, tetapi sama, bahkan lebih sering diolahnja dan diungkapkannja dalam menjadjikan peristiwa2 itu, dalam urut2an penjusun kisahnja dan urut2an peristiwa itu satu sama lain, janglebih mentjerminkan pertimbangan2 theologis daripada historis. apabila mengenai hal2 serupa itu, maka djangalah kita menuntut dari si pengarang ketelitian, jang ia tidak pernah mau memberikannja, dan djangan mengukur dia dengan ukuran, jang tidak dipergunakan sendiri. Djanganlah ia dituduh membuat chajalan theologis, dimana ia tidak berchajal, tetapi menafsirkan kenjataan dengan dajaupaja, jang ada padanja, dan memberinja berbentuk. Banjak persoalan, jang dikemukakan orang, lalu akan lenjap, apabila kita menjelami pandangan si pengarang, jang dapat dipertanggungdjawabkan sepenuhnja.
Lalu kita dapat menerima, bahwa ia memprojektir kembali idam2an djemaah kultus Jahwe, jang didalam sedjarah itu, kemasa jang lampau, untuk menandaskan, bahwa umat Allah pada hakikatnja tak lain tak bukan itulah adanja. Maka ia dapat mempertalikan dengan Dawud serta masanja apa jang njatanja dalam sedjarah lainlah tempat dan masanja. Liturgi tidak dirajakan dan disusun dimasa Dawud seperti jang digambarkan si muwarich, namun demikian disitulah letaknja asal dan asas bagi perkembangan2 dikemudian hari. Apabila selandjutnja organisasi jang ideal dari djemaah kultus itu dipergandingkannja dengan beberapa radja, maka ia menjatakan dengan garis2 jang kentara, apa jang sesungguhnja ada didalamnja, meski tersembunji sekalipun. Apabila dari gambaran tentang Dawud dan Sulaiman didjauhkannja segala sesuatu, jang dapat memburukkan nama tokoh2 tsb., dan segala sesuatu jang menjangkut hidup perseorangannja, sehingga timbul suatu gambaran ideal,- jang sedjauh itu tidak mendjadi kenjataan dalam diri mereka, - maka si pengarang Tawarich mengetengahkan satu segi sadja dari tokoh2 tsb., jakni segi theologis, tempat jang sesungguhnja mereka duduki didalam rentjana keselamatan. Maka jang dilukiskannja bukannja radja jang njata didalam sedjarah, melainkan radja sebagaimana ia sesungguhnja ada didalam fungsinja. Radja2 jang saleh dibitjarakan dan dikisahkannja dengan pandjang-lebar, sebagai pembaharuan dan pemimpin djemaah kultus, meskipun mereka sesungguhnja sedikit banjak djuga mendjadi radja jang berhasil dalam bidang politik. Tetapi dengan menjadjikannja setjara demikian, si pengarang tidak menjangkal jang lain dapat diketahui para pembatjanja dari sumber lain, dan iapun tidak memburukkan bentuk gambaran mereka, tetapi menjoroti segi jang njata dari tokoh2 itu. Apabila setjara sistematis dalam keadaan2 tertentu nabi2 diketengahkan, mungkin ber-lebih2an atau lain daripada jang sesungguhnja terdjadi, maka dengan itu ia hendak hanja mengatakan, bahwa Jahwe dengan sesungguhnja telah bertjampurtangan didalam sedjarah, entah bagaimana itu terdjadinja in concreto. Keradjaan utara setjara sistematis didiamkan oleh si pengarang,k sesudah keradjaan itu murtad dari Jahwe. Bukannja karena keradjaan tsb. tidak penting lagi dan tidak lagi diberkati dan dibimbing Jahwe; tetapi si muwarich tahu, bahwa keradjaan tsb. achirnja tidak termasuk lagi djemaah Israil. dan dipandang dari sudut itu sungguh tidak penting adanja. Inilah jang dinjatakan; dan didalam keseluruhan sedjarah adalah ini suatu kebenaran, jang permulaannja terletak dalam perpisahan keradjaan kesepuluh sukubangsa itu. Melalui djalan jang sama djua dapat dimengertilah banjak hal lainnja, jang terdapat dalam kitab Tawarich dan jang merupakan suatu persoalan bagi manusia abad keduapuluh jang berhaluan hististoris itu.
Rasa historis si pengarang Tawarich tampak dalam kenjataan, bahwa ia mendasarkan kisahnja pada sumber2 jang berdokumentasi, kemana ia senantiasa menundjuk para pembatjanja. Inipun dilakukan oleh pengarang kitab Sjemuel dan Radja2; dan si muwarich mengambil-alihnja dari mereka. Tetapi ia melangkah lebih djauh dan menjebutkan sedjumlah besar sumber2, jang tidak terdapat didalam kitab2 lainnja. Ia memberi kesan, bahwa baginja tersedialah perpustakaan jang luas. Ia agaknja tidak takut historis dan pengawasan.
Sedjumlah besar djudul dikutip dalam kitabnja. Kisah Radja Dawud (I.27,24); Kitab radja2 Israil (I. 9,1;II. 20,34); Kisah radja2 Israil (II. 27,7;35,27;38,8,16,11;25,26;28,26;32,32); Hikajat Kitab radja2 (II. 24,27); Kisah Sjemuel, si pelihat (I. 29,29); Nubuat Ahia dari Sjilo (I. 9,20); Kisah Gad, si pelihat (I. 29,29); Penglihatan Jedo, si pelihat (II. 12,15); Hikayat nabi 'Ido (II. 13,12); Kisah Jehu bin Hanani (II. 20,34); Kisah 'Uzijahu jang ditulis oleh Jesaja (II. 26,22); Penglihatan Jesaja (II. 32,32); Kisah Hozai (II. 33,19); Lagu Ratap Jeremia (II. 35, 25). Apa jang presisnja dimaksudkan dengan djudul2 itu adalah djauh dari djelas. Bahkan tidak djelaslah apa itu sungguh mengenai beberapa dokumen tertulis atau mengenai kitab jang satu dan sama djua. Umumnja diterima, bahwa pastilah itu tidak mengenai kitab2 sutji kita (Sjamuel, Radja2), apabila disebutkannja kitab Radja2, kisah radja2 Israil dan Juda, teapi lebih mengenai sumber2, jang disebutkan didalam kitab2 itu sendiri djuga. Sebaliknja dokumen2 itu, djika sungguh dokumen2 adanja, sudah hilang semuanja. Tetapi ada pendapat lain, jang mengira dapat mempertahankan, bahwa djustru itu mengenai kitab2 sutji kita, Sjemuel dan Radja2. Kisah2 nabi tsb. kiranja menundjuk bagian kitab2 sutji kita, Sjemuel dan Radja2 dimana nabi2 tsb. memainkan peranan mereka. Tetapi tidak djarang terdjadilah, bahwa si pengarang mengatakan, telh menemukan berita tertentu didalam sumber itu, padahal didalam Sjemuel dan Radja2 tak terdapat djedjak satupun. Bahwasanja kutipan2 itu hanja soal bentuk kesusasteraan sadja, kiranja tidaklah mungkin, karena tidak dapat disangsikan djuga, bahwa si penulis menggunakan sumber2 jang banjak djumlahnja, sehingga karyanja untuk sebagian besar mirip sekumpulan dokumen, kendati tidak begitu djelas seperti Esr-Neh.
Bagaimanapun djuga pendapat orang tentang sumber2 jang dikutip si muwarich, namun pastilah sudah, bahwa ia menggunakan dengan leluasa kitab2 sutji jang kita kenal, jakni Sjemuel dan Radja2. Tidak djarang diturunkan hampir menurut huruf dan bahkan sedemikian rupa, hingga sukarlah diterima, bahwa itu hanja mengenai sumber bersama sadja. Didalam terdjemahan kami tiap2 kali kami tundjukkan ajat2 jang paralel dan didalam terdjemahan kami sendiri sedapat mungkin kami pelihara perbedaan maupun persamaannja. Perbedaan itu memang ada dan sering halus tjoraknja. Dalam memperbandingkan ke-dua2nja, dapatlah kita, dengan berpangkal pada gagasan2 besar si pengarang Tawarich serta maksudnja, amat sering menangkap sebab-musababnja perubahan2 itu, dan tidak perlulah mengandaikan adanja sumber bersama. Didalam memperbandingkan itu, kita dapat jduga merabakan rasa historis asasi si muwarich, dan kita mendapatkan dajaupaja pula, untuk mengetahui, bagaimana si penulis memperlakukan dan mengolah sumber2 lainnja.
Sebab disamping Sjemuel dan Radja2 itu, si penulis djuga menggunakan bahan2 lainnja. Mengenai silsilah2 itu ia bergatung dari teks2 kuno Perdjadjian Lama, jakni Kedjadian, pengungsian, Tjatjah Djiwa, dan Jesjua. Selanjutnja baginja tersedia pula dokumen2 silsilah jang bukan kitab sutji; itu disalinnja, tanpa kita ketahui asalnja. Pastilah sudah, bahwa bangsa2 rumpun2 Semit itu pada umunja dan bangsa Jahudi sesudah pembuangan pada chususnja sangat gemar akan silsilah mereka, jang sering agak di-buat2. Dapat pula dikirakan, bahwa si penulis Tawarich, dengan memakai bahan2 jang tersedia baginja, menjusun sendiri silsilah2 itu. Djuga daftar2 para levita, penjanji, pedjabat, jang banjak terdapat didalam kitabnja itu kiranja dikutip dari dokumen2 (arsip baitullah?) meskipun tidak mustahil pula, bahwa daftar2 itu kadang2 disusun si penulis Tawarich sendiri. Achirnja si Pengarang dapat menggunakan pula tradisi lisan, pun dari masa sebelum pembuangan dan jang dibawa pulang serta tjeritakan oleh orang2 jang pulang kenegerinja itu. Pada hakikatnja tradisi lisan sedemikian itu lebih sukar diperintji daripada dokumen2 tertulis.
Dengan adanja bahan jang bermacam-ragam itu dan dengan dibimbing asas2nja sendiri, si pengarang Tawarich menggubah suatu karya jang sama sekali baru. Karya tsb. menunjukkan kesatuan kedalam jang besar dalam hal djalan pikiran dan susunan umumnja. Karena itu tiada artinja, untuk bitjara tentara beberapa pengarang atau tentang redaksi jang ber-turut2. Banjaknja kedjanggalan didalam teks mengenai tatabahasa dan gajabahasa dan pemberitaan peristiwa2, jang kadang2 sukar ditjotjokkan satu sama lain, kesemuanja itu tjukup diterangkan oleh sumber2, jang dipakai si penulis tanpa banjak menghiraukan gandingannja satu sama lain dan keseimbangan antaranja. Meskipun boleh diperkirakan, bahwa belakangan disana sini disisipkan tambahan2, namun hal itu tidak dapat mengganggu kesatuan fundamental karya tsb.
Susunan karya itu lalu dalam garis besarnja agak terang dan harmonis. Pasal2 permulaan (I, 2 s/d 9) adalah sekumpulan silsilah dan nama2, jang tiadabanjak maknanja lagi bagi kita. Didalam daftar2 diberitakan ichtisar seluruh sedjarah mulai dari Adam sampai Dawud, dengan disana sini tjatatan anekdotis sadja. Bagan jang sama sudah digunakan pula dalam kitab Kedjadian (5-11) dan malahan dalam Perdjandjian Baru kita dapati pula dalam Indjil Mateus, jang dimulai dengan silsilah Kristus dan dalam Indjil Lukas (3,23-38), jang menempatkan sebuah silsilah, mulai dari Kristus naik sampai kepada Adam, sebelum hidup Kristus didepan umum. Didalam silsilah2 jang disadjikan si muwarich, kita diperkenalkan dengan bangsa terpilih, dalam mana para imam dan levita memainkan peranan jang amat penting, djustru karena djemaah kultus adanja. Daftar2 mana itu membawa kepada tokoh utama, jang mendjadi pusat seluruh kitab tsb., jakni Dawud.
Didalam pasal2 berikutnja (I, 10 s/d 29) dibitjarakan dengan pandjang-lebar tentang radja idam2an, Dawud, chususnja sebagai pendasar keradjaan theokratis, keradjaan Allah didunia serta djemaah kultus Jahwe. Sebagai wakil pemimpin Dawudlah jang memilih tempat bagi baitullah dna menjiapkan segala sesuatu untuk bangunan itu. Lagi ia mengorganisir peribadatan dengan segala segala sesuatu untuk bangunan itu. Lagi ia mengorganisir peribadatan dengan segala kemungkinannja. Puntjak bagian itu terletak dalam djandji Natan (17).
Bagian ketiga (II, 1s/d9) mengenai pelaksanaan rentjana itu oleh keturunan Dawud, Sulaiman, jang untuk itu mendapat kebidjaksanaan ilahi. Dengan dibangunnja dan ditahbiskannja baitullah itu, maka theokrasi mendapat pusatnja jang tetap dan djemaah itu mendapat susunannja jang lengkap. Berkah dan kesedjahteraan tidak tangguh lagi turunnja, malahan sudah dalam pemerintahan Sulaiman sendiri.
Kemudian dilukiskan sedjarah, keradjaan itu serta hal-ichwalnja, jang tiap-tiap kali mentjapai titik-puntjaknja didalam serentetan pembaharuan2 ibadat, jang dilaksanakan oleh radja2 jang terbaik dengan perkembangan jang semakin madju.
Baru dalam bagian keempat kitabnja (II, 10 s/d 27) datanglah keruntuhan karena terpetjahnja keradjaan mendjadi dua hal mana menjebabkan kesepuluh sukubangsa itu karena murtd lenjap dari perhatian. Beberapa radja Juda mengadakan tindakan2 pembaharuan, tetapi karena kesalahan2 mereka, mereka diserahkan kepada hukuman pembalasan menjeret djuga seluruh bangsa. Patut ditjatat, bahwa pemerintahan Rehabe'am (II. 1,10-12), Abia (13), Asa (14,16) dan Josjafat (17-20) sedjadjar djalannja. Mereka itu berdjasa bagi kultus dan baitullah, tetapi merekapun semua tidak berhasil mewudjudkan tjita2 itu. Kemudian datanglah keruntuhan besar dibawah pemerintahan Joram, Ahazjahu,'Ataljahu, jang pemerintahannja dilukiskan sangat singkat (II. 21-22). Setelah itu timbullah reaksi, jang disemangati oleh iman Jojada' dan dipimpin oleh muridnja, radja Joasj (23-24). Dibawh pemerintahan Amas-ja, 'Uzijahu dan Jotam masjarakat itu mengalami masa kesetengah2an (25-28).
Bagian kelima (II, 28 -36) chusus mengenai keruntuhan besar didalam pemerintahan Ahaz (28) dan pembaharuan besar dibawah pimpinan Hizkia (29-32), jangmeliputi segala lembaga jang penting dan mentjapai puntjaknja dalam perajaan Paska setjara meriah oleh segenap umat Jahwe. Ini berarti suatu kemadjuan jang besar dan njata bagi djemaah kultus itu. Kesalehan itu menjelamatkan radja dan rakjat dari Asjur jang datang menjerbu. Tetapi kemuliaan tsb. hanja berlangsung sebentar sadja. Dibawah Menasje dan Amon (33) masjarakat merosot menjadi kekafiran jang njaris lengkap, sehingga pemulihan tidak mungkin lagi. Usaha Josjijahu, jang sangat mirip Hizkia, betapapun baiklah maksudnja dan betapa tjemerlangnja lahirnja (34-35), tidak dapat menangkis mala-petaka itu. Dengan singkatan dilukiskannja achir tragis dibawah radja2 terachir, Jojakin dan Sedekia. Nada2 penutup, jang mungkin dikutip dari Esra-Nehemia, dalam mana dilukiskan suatu pembaharuan dan pemulihan lebih landjut, membuka harapan baru bagi masa jang akan datang seterusnja. Runtuhnja Juda tidak berarti ditariknja kembali djandji Jahwe dan bukan pula achir sedjarah.
Pesan tetap, jang disampaikan kitab Tawarich, terletak didalam gagasan2 besar, jang membimbing si pengarang. Ia pertjaja akan djandji Allah, jang diberikan kepada Dawud, dan pendapatnja tentang tjiri sebenarnja umat Allah sebagai djemaah kultus, menjadi penghantar sampai keambang pintu Perdjandjian Baru. si muwarich telah membangunkan pengharapan jang tak gojah akan masa jang akan datang, dan ia tidak diketjewakan. Seorang keturunan Dawud, Jesus Kristus, telah mendirikan djemaah kultus jang tetap, GeredjaNja, jang tetap hidup sampai achir djaman dan akan mentjapai kegenapan pada achir djaman itu. Nampak sadja keradjaan Allah sepandjang masa jang lama terikat pada bentuk-bentuk politis, tetapi sesungguhnja tidaklah demikian halnja, sebagaimana sudah dirasakan si pengarang Tawarich dan dirumuskan serta diwudjudkan oleh Jesus. Rentjana keselamatan Jahwe jang besar tentang umatNja, jang ditampirkan si pengarang dari sedjarah, tidak sia2 adanja, tetapi malahan mendjadi kenjataan jang belum pernah diduganja. Rentjama itu patut dihargakan dan mendesak manusia untuk bersjukur. si penulis Tawarich sungguh malahan meninggalkan peladjaran jang berharga kepada umat Kristen.
BIS: 1 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) I TAWARIKH
PENGANTAR
Buku I dan II Tawarikh sebagian besar berisi kejadian-kejadian yang telah
diceritakan dalam buku Samuel dan buku Raja-raja. Tet
I TAWARIKH
PENGANTAR
Buku I dan II Tawarikh sebagian besar berisi kejadian-kejadian yang telah diceritakan dalam buku Samuel dan buku Raja-raja. Tetapi di dalam buku Tawarikh kejadian-kejadian itu diceritakan dari segi pandangan lain. Sejarah kerajaan Israel dalam buku Tawarikh ditulis dengan dua maksud utama:
- 1. Untuk menunjukkan bahwa sekalipun kerajaan Israel dan Yehuda ditimpa kemalangan, namun Allah masih memegang janji-Nya kepada bangsa itu, dan melaksanakan rencana-Nya untuk umat-Nya melalui orang-orang yang tinggal di Yehuda. Penulis yakin mengenai hal itu karena ia ingat akan hal-hal besar yang telah dicapai oleh Daud dan Salomo, serta pembaruan-pembaruan yang diusahakan oleh Yosafat, Hizkia dan Yosia. Juga karena masih ada orang-orang yang tetap setia menyembah Allah.
- 2. Untuk menguraikan asal mula upacara ibadat di Rumah TUHAN di Yerusalem, terutama mengenai susunan jabatan imam dan orang-orang Lewi yang bertugas dalam upacara-upacara ibadat itu. Sekalipun Rumah TUHAN di Yerusalem itu dibangun oleh Salomo, namun di dalam buku Tawarikh ini Daud dikemukakan sebagai pendiri yang sesungguhnya dari Rumah TUHAN itu dan upacara-upacara ibadatnya.
Isi
- Silsilah dan nama-nama
1Taw 1:1-9:44 - Wafatnya Saul
1Taw 10:1-14 - Pemerintahan Daud
1Taw 11:1-29:30 - a. Kesukaran-kesukaran yang dialaminya dan hal-hal yang dicapainya
1Taw 11:1-22:1 - b. Persiapan untuk pembangunan Rumah TUHAN
1Taw 22:2-29:30
Ajaran: 1 Tawarikh (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab I dan II Tawarikh, Jemaat dapat mengetahui
perjalanan bangsa Israel sebagai umat Allah dalam rencana Tuhan
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab I dan II Tawarikh, Jemaat dapat mengetahui perjalanan bangsa Israel sebagai umat Allah dalam rencana Tuhan.
Pendahuluan
Penulis : Kitab I-II Tawarikh kemungkinan besar ditulis oleh Ezra.
Isi Kitab: Kitab I Tawarikh terdiri dari 29 pasal. Kitab II Tawarikh terdiri dari 36 pasal. Isi dari kedua Kitab ini khususnya ialah daftar nama- nama atau silsilah bangsa Israel, dan pengulangan sejarah kerajaan Daud. Namun untuk mengerti lebih jelas akan isi Kitab ini, lihatlah uraian berikut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Tawarikh
Pasal 1-9 (1Taw 1:1-9:44).
Daftar silsilah bangsa Israel
Bagian ini menjelaskan daftar silsilah-silsilah.
- Daftar silsilah Adam sampai kepada Abraham dan sampa kepada Esau. 1Taw 1:1-54.
- Daftar silsilah keturunan Yehuda. 1Taw 2:1-3:24.
- Daftar keturunan Simeon, Lewi, dan Benyamin. 1Taw 4:1-8:28.
- Daftar silsilah Saul. 1Taw 8:29-40.
- Daftar penduduk Yerusalem sesudah peperangan bangs Israel di Babel. 1Taw 9:1-44.
Pasal 10-29 (1Taw 10:1-29:30).
Riwayat Daud dan kerajaannya.
Isi pasal-pasal ini diawali dengan riwayat kematian raja Saul, yang kemudian dilanjutkan dengan riwayat raja Daud. Pada akhir pemerintahannya raja Daud memberi amanat kepada Salomo, anaknya, untuk membangun Bait Allah bagi umat Israel.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Taw 10:13-14. Apakah sebabnya raja Saul dihukum oleh Allah? Hal ini berarti apa bagi kita sekarang?
- Bacalah pasal 1Taw 11:1-3. Apakah tugas Daud menurut ayat-ayat ini?
- Bacalah pasal 1Taw 28:1-11. Apakah amanat pertama Daud kepada Salomo? (1Taw 28:9). Dan apakah amanat yang kedua? Bagaimanaka amanat-amanat ini diterapkan dalam hidup saudara?
- Bagaimanakah pemerintahan raja Salomo? (1Taw 29:20-25).
II. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab II Tawarikh
Pasal 1-9 (2Taw 1:1-9:31).
Riwayat tentang Salomo dan kerajaannya Pasal-pasal ini menjelaskan bagaimana setelah Salomo diresmikan menjadi raja bangsa Israel, dia mulai membangun Rumah Tuhan sebagaimana dipesan oleh Daud, kemudian Salomo mentahbiskan Rumah Tuhan yang telah didirikannya itu, dengan memberikan kurban persembahan yang berkenan kepada Tuhan. Dalam pemerintahan Salomo yang berkenan kepada Tuhan itu, dia menerima berkat kebesaran dan kemuliaan-Nya, akhir pasal 9; 2Taw 9:1-31 menyebutkan wafatnya Salomo.
Pendalaman
- Bacalah pasal 2Taw 1:7-13. Apakah isi permintaan Salomo kepada Tuhan? Dan apakah yang diterimanya? Bagaimana dengan isi permohonan doa kita pada Tuhan?
- Kejayaan kerajaan Salomo disebabkan karena hikmat yan ada padanya. Dari manakah datangnya hikmat Salomo? (2Taw 9:22). Apakah saudara mempunyai hikmat dari Allah?
Pasal 10-36 (2Taw 10:1-36:23).
Riwayat tentang raja-raja dalam kerajaan Yehuda Dalam pasal-pasal ini, dijelaskan tentang raja-raja kerajaan Yehuda yang kebanyakan dari mereka tidak mengindahkan Firman Tuhan. Akhirnya kerajaan Yehuda runtuh.
Pendalaman
Kebanyakan dari raja-raja kerajaan Yehuda setelah Salomo bersifat seperti yang terdapat dalam pasal 2Taw 36:11-16. Itulah sebabnya mereka dihukum oleh Allah. Sifat-sifat bagaimanakah yang diberkati Tuhan? (Banding sifat jelek pada pasal 2Taw 36:11-16).
III. Kesimpulan/penerapan
Keberhasilan hanya dapat diperoleh apabila berada di pihak Allah.
Allah tidak segan untuk melimpahkan berkat-berkatnya kepada orang yang percaya dan tulus hati.
Pertolongan yang sejati hanya ada pada Allah yang adalah sumber kekuasaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Apakah isi dari kitab I-II Tawarikh?
- Sebutkanlah pelajaran rohani yang saudara terima setelah pelajaran ini.
Intisari: 1 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) Sejarah kerohanian bangsa Israel
TENTANG APA I TAWARIKH? I Tawarikh merupakan buku sejarah yang khususnya menceritakan pemerintahan Raja Daud (1000-9
Sejarah kerohanian bangsa Israel
TENTANG APA I TAWARIKH?
I Tawarikh merupakan buku sejarah yang khususnya menceritakan pemerintahan Raja Daud (1000-961 SM). Pasal-pasal pembukaan (1Ta 1-9) merupakan ringkasan tentang sejarah mula-mula bangsa Israel dengan menuliskan silsilah keturunan yang dimulai dari Adam dan seterusnya. Kitab ini secara singkat juga menyebutkan kejatuhan Saul dan kenaikan Salomo. Tetapi, sisanya melulu bercerita mengenai Daud.
BAGAIMANA CARA PENULISAN I TAWARIKH?
I Tawarikh tidak ditulis oleh seorang penulis, tetapi oleh seorang penyusun tulisan yang dengan pandainya menggabungkan sejumlah tulisan yang terdahulu (lihat 1Ta 9:1; 29:29,30) untuk dijadikan suatu kesatuan sejarah. Tradisi Yahudi menegaskan bahwa si penyusun itu ialah Ezra.
Kitab ini merupakan bagian dari suatu karya yang terdiri dari empat jilid, yang termasuk didalamnya 2 Tawarikh, Ezra dan Nehemia.
Ada beberapa usul mengenai masa penyusunan kitab itu. Jika Ezra dianggap sebagai penyunting, maka kitab itu boleh jadi disusun dalam abad keempat sebelum Masehi.
MENGAPA I TAWARIKH DITULIS?
Kisah sejarah yang terdapat dalam I Tawarikh ditulis dengan suatu tujuan tertentu; tidak hanya mencatat fakta-fakta sejarah, tetapi juga mengemukakan arti dari apa yang terjadi. 1 Tawarikh merupakan kitab sejarah yang ditulis menurut pandangan Tuhan. Kitab ini ditulis pada waktu umat Allah hidup dalam lingkungan yang bersiifat sangat duniawi. Negeri mereka telah hancur karena perang, akibatnya banyak dari mereka yang runtuh imannya. Mereka tidak lagi dapat melihat campur tangan Allah dalam masalah-masalah mereka atau percaya bahwa Dia adalah Allah yang menepati apa yang telah dijanjikannya. I Tawarikh menjelaskan mengapa peristiwa sejarah berjalan sedemikian rupa dan mengapa masih mungkin menekuni iman.
APAKAH 1 TAWARIKH DAPAT DIPERCAYA?
Si penyusun seakan-akan memilih peristiwa sejarah untuk membuktikan argumentasinya, dan sebagai akibatnya banyak fakta sejarah bangsa Israel yang terlewatkan dan gambaran sejarah yang disusunnya agak berbeda dengan yang ditemukan dalam Samuel atau Raja-raja. Dari kisah-kisah yang dihilangkan terdapat kisah Elia dan peristiwa-peristiwa yang kurang berkenan dalam kehidupan Daud. Walaupun demikian, tidak dapat dikatakan bahwa I Tawarikh tidak akurat. Si penyusun tidak mengada-ada, ia semata-mata memakai apa yang ada untuk menarik pelajaran tertentu untuk masa itu. Sejarah masih ditulis dengan cara seperti itu. Sebenarnya, sukar untuk menulis sejarah tanpa memilih fakta yang dapat dibuktikan. dan itulah yang dilakukan oleh si Penyusun.
Pesan
I Tawarikh semata-mata berisi tentang hubungan bangsa Israel dengan Allah. Kitab itu menekankan hal-hal berikut:
1. Perlunya beribadaho Ibadah seharusnya dilaksanakan dengan:
o Penuh suka cita. Penyampaian rasa terima kasih kepada Allah banyak kita jumpai dalam kitab ini. 1Ta 13:8; 15:16; 16:4-36; 29:22
o Diwarnai dengan musik. Musik ditambahkan ke dalam suka cita dan pujian. 1Ta 13:8; 15:16,28; 25:3,6,7
o Benar. Mereka tidak terbawa arus suka cita dan tidak menyembah Allah semau mereka sendiri. Ibadah mereka dilakukan sesuai dengan hukum Allah. 1Ta 15:2,12-15; 16:1,40; 23:31; 24:19
o Murni. Baik penyucian maupun pengakuan dosa amat penting supaya ibadah kita menyenangkan hati Tuhan. 1Ta 15:12-15; 23:28
o Kerendahan hati. Doa-doa Daud menekankan betapa murahnya Allah dan tidak layaknya kita untuk menerima kemurahan-Nya. Daud merasa ia tidak layak di hadapan Allah. 1Ta 16:29,30; 17:16-27; 29:10-19
2. Perlunya ketaatan
o Saul digulingkan karena ketidaktaatan. 1Ta 10:13,14; 1Sa 28:3-25
o Uza dibunuh karena ketidaktaatan. 1Ta 13:9,10; 15:2
o Daud diberkati karena keinginan untuk mencari kehendak Allah dan menaatinya. 1Ta 14:2; 14:10,14; 17:1-27; 22:13
3. Perlunya percaya
Allah dapat dipercaya karena:
o Janji-janji-Nya menjadi kenyataan. 1Ta 11:2,3; 12:23; 17:26; 27:23
o Ia menentukan hasil peperangan. 1Ta 14:10-17; 18:13; 19:13
o Ia mengendalikan hari depan. 1Ta 17:9-14
4. Perlunya pelayanan
o yang terbaik bagi Allah 1Ta 13:7; 22:5
o yang menjadikan waspada terhadap godaan. 1Ta 21:1
o yang penuh pengorbanan. 1Ta 21:24
o yang sepenuh hati. 1Ta 28:9
o yang penuh keikhlasan 1Ta 28:9
Penerapan
1. Pesan untuk Gerejao Ibadah harus merupakan:
- suatu upacara yang menyenangkan.
- pernyataan terima kasih yang diwarnai dengan musik.
- perayaan yang penuh hormat.
- pemujaan dengan penuh kerendahan hati.
o Pelayanan harus:
- dengan motivasi yang benar.
- dengan roh yang benar.
- tidak dengan sikap acuh tak acuh.
- yang terbaik bagi Allah.
o Pembangunan harus:
- mencerminkan kebesaran Allah.
- tidak membatasi visi kita tentang Allah.
2. Pesan bagi orang Kristen
o Percaya kepada Allah dengan sepenuh hati.
o Taatilah Allah dengan sungguh-sungguh.
o Layanilah Allah dengan penuh suka cita.
3. Pesan bagi orang yang belum percaya
o Allah bekerja di balik semua yang terjadi di dunia ini.
o Allah tidak boleh dipandang enteng.
o Tidak boleh berlaku jahat terhadap umat Allah.
Tema-tema Kunci
1. Apa yang dapat kita pelajari tentang doa
Pelajarilah doa-doa Daud (1Ta 16:8-36; 17:16-27; 29:10-19). Dengan cara bagaimana doa-doa Daud itu memberikan kepada kita suatu pola bagi doa-doa kita sendiri?
2. Apa yang dapat kita pelajari tentang pelayanan
Mudah saja untuk menghilangkan daftar nama-nama yang ada, tetapi dengan berbuat demikian berarti kita akan kehilangan beberapa fakta penting. Lihatlah beberapa daftar nama itu (misalnya 1Ta 12:23-37; 25:1-8) dan catatlah apa yang dapat kita pelajari tentang pelayanan Kristen melalui cara orang-orang ini melayani Daud.
3. Apa yang dapat kita pelajari tentang kegagalan
Dosa Daud dengan mengadakan sensus menunjukkan kepada kita bahwa kita harus selalu waspada godaan. Pelajarilah insiden itu (1Ta 21:1-22) dan lihatlah bagaimana Daud telah melakukan suatu kesalahan; bagaimana Daud menanggung segala akibatnya; pelajaran apa yang didapat oleh Daud, dan apa reaksinya, serta bagaimana pada akhirnya segala sesuatu berjalan dengan baik.
4. Apa yang dapat kita pelajari mengenai pembangunan
Orang Kristen dewasa ini sangat menekankan masalah pembangunan. Pelajarilah penolakan Allah untuk mengizinkan Daud membangun Rumah Tuhan (1Ta 17:3-15) dan persiapan yang dilakukan oleh Daud untuk Rumah Tuhan (1Ta 22:2-19). Sebutkan bahaya yang menyangkut pembangunan dan prinsip-prinsip apa yang dapat diungkapkan dari masalah itu?
5. Apa yang dapat kita pelajari mengenai pemilihan
Tema utama dari 1 Tawarikh ialah bahwa Allah memilih Daud dan keluarganya untuk memerintah Israel di Yerusalem (1Ta 16:13; 28:4-6,10; 29:1). Mengapa fakta ini ditekankan di sini, dan apa tujuan praktis dari doktrin mengenai pemilihan?
6. Apa yang dapat kita pelajari mengenai memberi
Prinsip apa yang diajarkan berkenaan dengan memberi bagi pekerjaan Allah (1Ta 29:3-5)? Telusurilah pengajaran dalam Perjanjian Baru (1Ko 16:1,2; 2Korintus 8 dan 2Ko 9) dan tulislah prinsip-prinsip lain yang Anda temukan disitu.
Garis Besar Intisari: 1 Tawarikh (Pendahuluan Kitab) [1] SEJARAH KETURUNAN BANGSA ISRAEL 1Ta 1:1-9:44
1Ta 1:1-2:2Dari Adam sampai anak-anak Yakub
1Ta 2:3-4:23Keturunan Yehuda
1Ta 4:24-43Keturunan Si
[1] SEJARAH KETURUNAN BANGSA ISRAEL 1Ta 1:1-9:44
1Ta 1:1-2:2 | Dari Adam sampai anak-anak Yakub |
1Ta 2:3-4:23 | Keturunan Yehuda |
1Ta 4:24-43 | Keturunan Simeon |
1Ta 5:1-10 | Keturunan Ruben |
1Ta 5:11-22 | Keturunan Gad |
1Ta 5:23-26 | Pemimpin-pemimpin suku Manasye yang berdosa |
1Ta 6:1-53 | Keturuan Lewi |
1Ta 6:54-81 | Kota-kota bangsa Lewi |
1Ta 7:1-5 | Keturuan Isakhar |
1Ta 7:6-12 | Keturunan Benyamin |
1Ta 7:13 | Keturunan Naftali |
1Ta 7:14-19 | Keturunan Manasye |
1Ta 7:20-29 | Keturunan Efraim |
1Ta 7:30-40 | Keturunan Asher |
1Ta 8:1-40 | Keturunan Benyamin |
1Ta 9:1-44 | Penduduk pertama Yerusalem sesudah pembuangan |
[2] SEJARAH PEMERINTAHAN DAUD 1Ta 10:1-29:30
1Ta 10:1-14 | Hari-hari terakhir Saul |
1Ta 11:1-3 | Daud menjadi raja |
1Ta 11:4-9 | Daud menduduki Yerusalem |
1Ta 11:10-47 | Pejuang-pejuang Daud yang gagah perkasa |
1Ta 12:1-22 | Pendukung-pendukung Daud di Ziklag |
1Ta 12:23-40 | Pasukan Daud di Hebron |
1Ta 13:1-14 | Usaha yang gagal untuk memindahkan Tabut Perjanjian ke Yerusalem |
1Ta 14:1-17 | Daud-raja seluruh Israel |
1Ta 15:1-29 | Tabut perjanjian dibawa ke Yerusalem |
1Ta 16:1-43 | Rasa syukur di Yerusalem |
1Ta 17:1-27 | Permohonan Daud untuk membangun Rumah Tuhan ditolak |
1Ta 18:1-20:8 | Kemenangan-kemenangan pasukan Daud |
1Ta 21:1-22:1 | Daud mengadakan sensus dan hasilnya |
1Ta 22:2-23:1 | Persiapan untuk mendirikan Rumah Tuhan |
1Ta 23:2-26:32 | Daftar orang Lewi |
1Ta 27:1-34 | Daftar pejabat pemerintahan |
Kata-kata terakhir Daud:
1Ta 28:1-8 | kepada para pejabat |
1Ta 28:9-21 | kepada Salomo |
1Ta 29:1-9 | Kepada rakyatnya |
1Ta 29:10-19 | Kepada Allahnya |
1Ta 29:20-30 | Daud meninggal |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi