
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yak 4:16
Full Life: Yak 4:16 - MEMEGAHKAN DIRI.
Nas : Yak 4:16
Mereka yang menentukan tujuan hidup dan berhasil mencapainya,
mempunyai kecenderungan untuk bermegah. Memegahkan diri didasarkan pad...
Nas : Yak 4:16
Mereka yang menentukan tujuan hidup dan berhasil mencapainya, mempunyai kecenderungan untuk bermegah. Memegahkan diri didasarkan pada anggapan salah bahwa apa saja yang kita capai, itu adalah usaha kita sendiri, bukan dengan pertolongan Allah dan orang lain. PB mendorong kita untuk bermegah di dalam kelemahan kita dan ketergantungan kita kepada Allah (2Kor 11:30; 12:5,9).
Ende -> Yak 4:16
Ende: Yak 4:16 - -- Hidup dan kerdja itu sendiri bukan dosa. Tetapi berlebih-lebihan membanggakan
hidup dan kerdja itulah jang dosa.
Hidup dan kerdja itu sendiri bukan dosa. Tetapi berlebih-lebihan membanggakan hidup dan kerdja itulah jang dosa.
Ref. Silang FULL -> Yak 4:16

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yak 4:11-17
Matthew Henry: Yak 4:11-17 - Peringatan terhadap Fitnah dan Kelancangan Peringatan terhadap Fitnah dan Kelancangan (4:11-17)
Dalam bagian pasal ini,
I. Kita diperingatkan terhadap dosa memfitnah: Saudara-saudarak...
Peringatan terhadap Fitnah dan Kelancangan (4:11-17)
- Dalam bagian pasal ini,
- I. Kita diperingatkan terhadap dosa memfitnah: Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! (ay. 11). Kata Yunani, katalaleite, berarti berbicara apa saja yang dapat menyakiti atau melukai orang lain. Kita tidak boleh membicarakan yang buruk-buruk, meskipun itu benar, kecuali kita dipanggil untuk itu, dan ada kepentingan untuk itu. Terlebih lagi kita tidak boleh menceritakan hal-hal buruk apabila itu salah, atau sepanjang pengetahuan kita mungkin salah. Bibir kita harus dibimbing oleh hukum kebaikan, seperti juga oleh kebenaran dan keadilan. Hal ini, yang dijadikan Salomo sebagai bagian penting dari tabiat istri yang cakap, bahwa ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya (Ams. 31:26), haruslah menjadi bagian dari tabiat setiap orang Kristen sejati. Janganlah kamu saling memfitnah,
- 1. Karena kamu semua bersaudara. Desakan yang disampaikan Rasul Yakobus di sini memiliki dasarnya. Karena orang-orang Kristen bersaudara, mereka tidak boleh mencemarkan atau menjelek-jelekkan satu sama lain. Kita dituntut supaya peka terhadap nama baik saudara-saudara kita. Apabila kita tidak bisa membicarakan apa yang baik, lebih baik kita menutup mulut daripada mengatakan yang buruk-buruk. Janganlah menjadi kesukaan kita untuk menyebarkan kesalahan-kesalahan orang lain, membocorkan hal-hal yang rahasia, hanya untuk menyingkapkannya di depan umum. Juga, jangan suka melebih-lebihkan kesalahan mereka yang sudah diketahui, melebihi apa yang sepantasnya diterima mereka. Dan yang paling buruk dari semuanya, janganlah suka mengarang-ngarang cerita palsu, dan menyebarkan gunjingan-gunjingan tentang orang lain yang sama sekali tidak benar. Bukankah semuanya ini akan menimbulkan kebencian dunia terhadap orang-orang yang terlibat dalam kepentingan-kepentingan yang sama seperti kita sendiri dan menghasut dunia untuk menganiaya mereka? Padahal dengan berbagi kepentingan yang sama, bukankah kita seharusnya berdiri atau jatuh bersama-sama dengan mereka? “Camkanlah ini, kamu semua bersaudara.”
- 2. Karena memfitnah berarti menghakimi hukum: Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya. Hukum Musa mengatakan, janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu (Im. 19:16). Hukum Kristus mengatakan, jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi (Mat. 7:1). Intisari dari kedua hukum itu adalah bahwa manusia harus mengasihi satu sama lain. Oleh karena itu, lidah yang memfitnah berarti menghina hukum Allah dan perintah Kristus, ketika ia menjelek-jelekkan sesamanya. Melanggar perintah-perintah Allah itu sama saja dengan mencela dan menghakimi perintah itu, seolah-olah perintah-Nya terlalu ketat dan terlalu mengekang kita. Orang-orang Kristen yang disurati Rasul Yakobus mudah mengatakan hal-hal yang sangat keras tentang satu sama lain, oleh karena perbedaan-perbedaan di antara mereka mengenai masalah-masalah se pele (seperti kebiasaan memakan daging dan menganggap penting hari-hari tertentu, seperti yang terlihat dari Roma 14): “Nah,” tegas Rasul Yakobus, “orang yang mencela dan mengutuk saudaranya karena tidak setuju dengan dia dalam hal-hal yang oleh hukum Allah dibiarkan begitu saja berarti mencela dan mengutuk hukum Allah itu, seolah-olah hukum-Nya telah berbuat jahat dengan membiarkannya begitu saja. Orang yang bertengkar dengan saudaranya dan mengecamnya karena apa saja yang tidak ditentukan dalam firman Allah, berarti merendahkan firman Allah, seolah-olah firman Allah bukan peraturan yang sempurna. Mari kita berhati-hati supaya tidak menghakimi hukum itu, sebab hukum Tuhan itu sempurna. Jika orang melanggar hukum, biarlah hukum itu menghakiminya. Jika ia tidak melanggarnya, janganlah kita menghakimi dia.” Memfitnah adalah kejahatan yang keji, karena dengan memfitnah itu berarti kita lupa akan tempat kita, bahwa kita harus menjadi pelaku hukum. Itu juga berarti kita menempatkan diri di atas hukum, seolah-olah kita menjadi hakim atasnya. Orang yang bersalah atas dosa yang diperingatkan di sini bukan penurut atau pelaku hukum, melainkan hakim atas hukum itu. Orang itu mengambil tugas dan tempat yang bukan miliknya, dan pasti ia akan menderita atas kelancangannya itu pada akhirnya. Orang yang suka menghakimi hukum pada umumnya paling gagal dalam menurutinya.
- 3. Karena Allah, Sang Pembuat Hukum, meletakkan sepenuhnya kuasa untuk menjatuhkan hukuman terakhir atas manusia pada diri-Nya sendiri: Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia? (ay. 12). Bukan berarti penguasa dan negara, melalui apa yang dikatakan di sini, tidak boleh membuat hukum. Tidak pula bahwa warga negara didorong untuk tidak mematuhi hukum-hukum manusia. Bukan begitu, tetapi maksudnya Allah tetap harus diakui sebagai Pemberi Hukum tertinggi, yang satu-satunya dapat memberi hukum kepada hati nurani, dan yang satu-satunya harus dipatuhi secara mutlak. Hak-Nya untuk membuat hukum tidak dapat diganggu gugat, karena Ia memiliki kuasa tak terhingga untuk menegakkannya. Dia berkuasa menyelamatkan dan membinasakan, yang tidak bisa dilakukan oleh siapa pun. Ia memiliki kuasa penuh untuk memberi upah kepada orang-orang yang menjalankan hukum-Nya, dan menghukum semua orang yang tidak mematuhinya. Ia dapat menyelamatkan jiwa, dan membuatnya bahagia untuk selama-lamanya. Ia juga bisa, setelah membunuh, mencampakkannya ke dalam neraka. Oleh karena itu, Ia harus ditakuti dan dipatuhi sebagai Sang Pemberi Hukum yang agung, dan segala penghakiman harus diserahkan kepada-Nya. Karena ada satu Pemberi Hukum, kita dapat menyimpulkan bahwa tak seorang pun, atau kumpulan manusia mana pun di dunia ini, boleh mengaku-ngaku membuat hukum yang secara langsung mengikat hati nurani. Sebab itu adalah hak istimewa Allah, yang tidak boleh dirampas. Seperti halnya Rasul Yakobus sudah memperingatkan kita sebelumnya supaya jangan menggurui, demikian pula di sini ia memperingatkan kita supaya jangan menghakimi. Janganlah kita mengatur saudara-saudara kita, janganlah kita mengecam dan menghukum mereka. Sudah cukup kita memiliki hukum Alah, yang merupakan peraturan bagi kita semua, dan karena itu kita tidak boleh membuat aturan-aturan lain. Janganlah kita dengan lancang menetapkan gagasan dan pendapat kita sendiri sebagai aturan bagi semua orang di sekeliling kita, karena hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim.
- II. Kita diperingatkan supaya tidak dengan lancang yakin akan kelanjutan hidup kita, dan supaya tidak membuat rencana-rencana atas dasar kelancangan itu dengan keyakinan bahwa kita akan berhasil (ay. 13-14). Rasul Yakobus, setelah menegur orang-orang yang menghakimi dan mencela hukum, sekarang menegur orang-orang yang tidak ambil peduli terhadap Pemeliharaan ilahi: Jadi sekarang, yaitu perkataan dari bahasa Yunani yang dapat diartikan, lihat sekarang, atau “Lihat, dan renungkanlah, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung.’ Renungkanlah sejenak cara berpikir dan berbicara seperti ini, tanyakan pada dirimu sendiri bagaimana mempertanggungjawabkannya.” Merenungkan dengan sungguh-sungguh perkataan dan perbuatan kita akan menunjukkan kepada kita banyak kejahatan yang, karena ketidaksengajaan, cenderung kita lakukan dan terus kita lakukan. Ada sebagian orang yang dulu, dan sekarang pun masih sangat banyak, berkata, kami akan berangkat ke kota anu, dan berbuat ini dan itu, untuk jangka waktu tertentu, tanpa dengan betul-betul peduli terhadap keputusan-keputusan Pemeliharaan ilahi. Perhatikanlah di sini,
- 1. Betapa mudahnya orang-orang duniawi yang memiliki berbagai macam rencana untuk mengabaikan Allah dalam rancangan mereka. Apabila hati orang terpatri pada pada hal-hal duniawi, maka hal-hal duniawi itu memiliki kuasa yang mengherankan sehingga hati dibuat asyik membayangkan impian-impiannya sendiri. Oleh karena itu, kita harus waspada terhadap niat atau keinginan untuk terus mengejar apa saja di dunia bawah sini.
- 2. Betapa kebahagiaan duniawi itu sebagian besarnya terdapat pada apa yang dijanjikan orang terlebih dulu pada diri mereka sendiri. Kepala mereka penuh dengan penglihatan-penglihatan yang indah, mengenai apa yang akan mereka lakukan, akan menjadi apa mereka, dan apa yang akan mereka nikmati di masa yang akan datang, padahal mereka tidak bisa pasti tentang waktunya atau tentang keuntungan apa saja yang sudah mereka janjikan pada diri sendiri. Oleh karena itu, perhatikanlah,
- 3. Betapa sia-sianya mencari kebaikan apa saja di masa depan tanpa persetujuan dari Allah Sang Pemelihara. Kami akan berangkat ke kota anu (kata mereka), mungkin ke Antiokhia, atau ke Damaskus, atau ke Aleksandria, yang pada saat itu merupakan kota-kota besar yang banyak dilalui. Tetapi bagaimana mereka bisa yakin, ketika berangkat, bahwa mereka akan sampai di kota-kota ini? Bisa saja ada suatu hal yang menghentikan jalan mereka, atau memanggil mereka untuk pergi ke tempat lain, atau membuat tali kehidupan terputus. Banyak orang yang memulai suatu perjalanan pada akhirnya pergi ke rumah mereka yang abadi, tanpa pernah mencapai tujuan perjalanan mereka itu. Tetapi, kalaupun misalnya mereka sampai di kota yang ingin mereka kunjungi, bagaimana mereka tahu bahwa mereka akan terus tinggal di sana? Bisa saja terjadi suatu hal yang membuat mereka harus kembali, atau memanggil mereka dari situ, dan mempersingkat masa tinggal mereka. Atau sekiranya mereka dapat tinggal tetap seperti yang mereka rencanakan, mereka tidak bisa yakin bahwa mereka dapat berjual beli di sana. Bisa saja mereka terbaring sakit selama di sana, atau tidak bertemu dengan orang-orang yang mereka harapkan untuk berjual beli dengan mereka. Bahkan, sekiranya mereka sampai di kota itu, dan terus tinggal di sana selama setahun, dan berjual beli, bisa saja mereka tidak mendapat untung. Mendapat untung di dunia ini merupakan suatu hal yang, kalaupun berhasil, tidak pasti, dan bisa saja mereka membuat penawaran yang lebih merugikan daripada menguntungkan. Kemudian, selain semua hal ini, kerapuhan, kesingkatan, dan ketidakpastian hidup haruslah menegur kesombongan dan keangkuhan yang lancang dari para pembuat rencana untuk masa depan itu: Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (ay. 14). Allah dengan bijak membiarkan kita dalam kegelapan mengenai peristiwa-peristiwa masa depan, dan bahkan tentang lamanya kehidupan itu sendiri. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, kita mungkin tahu apa yang berniat kita lakukan dan ingin menjadi apa kita, tetapi seribu satu hal bisa saja terjadi untuk menghalang-halangi kita. Kita tidak mempunyai kepastian akan hidup itu sendiri, karena hidup itu seperti uap, sesuatu yang kelihatan, tetapi tidak padat atau pasti, mudah terpencar dan lenyap. Kita bisa menetapkan jam dan menit terbit dan terbenamnya matahari esok hari, tetapi kita tidak bisa menetapkan waktu tertentu kapan uap terpencar. Seperti itulah hidup kita: Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Hidup itu lenyap jika menyangkut dunia ini, tetapi ada kehidupan yang akan terus berlangsung di dunia lain. Dan karena hidup di sini sedemikian tidak pasti, sudah sepatutnya kita semua mempersiapkan diri dan menyimpan bekal untuk hidup yang akan datang.
- III. Kita diajar untuk senantiasa menjaga perasaan bergantung pada kehendak Allah untuk kehidupan, dan untuk semua hal yang kita lakukan dan nikmati di dalamnya: Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (ay. 15). Rasul Yakobus, setelah menegur mereka atas apa yang salah, sekarang mengarahkan mereka bagaimana men jadi dan berbuat lebih baik: “Kamu harus mengatakannya di dalam hatimu sepanjang waktu, dan dengan lidahmu pada kesempatan-kesempatan yang cocok, terutama dalam doa-doa dan ibadah sehari-hari, bahwa jika Tuhan menghendaki, dan jika Ia mau mengakui dan memberkatimu, kamu mempunyai rencana ini dan itu untuk kamu selesaikan.” Ini harus dikatakan bukan dengan cara yang seenaknya, atau resmi, atau mengikuti kebiasaan, melainkan dengan benar-benar memikirkan apa yang kita katakan, sehingga kita hormat dan sungguh-sungguh dalam apa yang kita katakan. Sungguh baik mengatakan ini ketika berurusan dengan orang lain, tetapi kita mutlak dituntut untuk mengatakan ini kepada diri kita sendiri dalam segala sesuatu yang kita kerjakan. Syn Theō – dengan izin dan berkat Allah, diucapkan oleh orang-orang Yunani pada setiap awal usaha.
- 1. Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup. Kita harus ingat bahwa waktu kita tidak berada di tangan kita sendiri, tetapi bergantung pada Allah. Kita hidup selama Allah menentukannya, dan dalam keadaan-keadaan yang ditetapkan Allah, dan karena itu kita harus tunduk kepada-Nya, bahkan menyangkut hidup itu sendiri. Barulah kemudian,
- 2. Jika Tuhan menghendakinya, kami akan berbuat ini dan itu.
- Semua tindakan dan rancangan kita berada di bawah kendali Sorga. Kepala kita bisa saja penuh dengan berbagai pemikiran dan rencana. Kita bisa merencanakan ini dan itu bagi diri kita sendiri, atau keluarga kita, atau sahabat-sahabat kita. Tetapi adakalanya Allah Sang Pemelihara menghancurkan segala ukuran yang kita tetapkan, dan mengacaukan rancangan-rancangan kita. Oleh karena itu, baik keputusan-keputusan untuk bertindak maupun tindakan yang kita lakukan haruslah sepenuhnya diserahkan kepada Allah. Semua yang kita rancangkan dan kita lakukan haruslah dibuat dengan kebergantungan dan keberserahan kepada Allah.
- IV. Kita diminta untuk menghindari bualan yang sia-sia, dan untuk memandangnya bukan hanya sebagai suatu hal yang lemah, melainkan juga sangat jahat. Kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah (ay. 16). Mereka menjanjikan bagi diri mereka sendiri kehidupan dan kemakmuran, dan perkara-perkara besar di dunia, tanpa sedikit pun memberikan perhatian yang layak kepada Allah. Lalu mereka bermegah dengan semuanya ini. Begitulah sukacita orang-orang duniawi, memegahkan semua keberhasilan mereka, bahkan sering kali memegahkan rencana-rencana mereka sebelum mereka tahu apakah itu akan berhasil atau tidak. Begitu biasa orang bermegah dengan hal-hal yang atasnya mereka tidak berhak. Yang benar adalah bahwa mereka bermegah karena kesombongan dan kelancangan mereka sendiri! Kemegahan yang demikian (tegas Rasul Yakobus) adalah salah. Kemegahan seperti itu bodoh dan mencelakakan. Jika orang memegahkan hal-hal duniawi, dan rancangan yang mereka cita-citakan, padahal seharusnya mereka memperhatikan kewajiban-kewajiban sederhana yang ada di depan mata (yang diuraikan dalam ay. 8-10), maka itu adalah suatu hal yang sangat jahat. Itu dosa besar dalam pandangan Allah, dan akan membawa kekecewaan besar bagi diri mereka sendiri, serta menghancurkan mereka pada akhirnya. Jika kita bersukacita di dalam Allah bahwa waktu kita berada di tanganNya, bahwa semua peristiwa ada dalam genggaman-Nya, dan bahwa Ia adalah Allah yang mengikat perjanjian dengan kita, maka sukacita ini baik. Dengan begitu, hikmat, kuasa, dan pemeliharaan Allah akan membuat segala sesuatu bekerja bersama-sama demi kebaikan kita. Akan tetapi, jika kita bersukacita dalam keyakinan diri dan kesombongan kita yang sia-sia, maka sukacita ini salah. Ini merupakan suatu kejahatan yang harus berusaha dihindari oleh semua orang bijak dan baik.
- V. Kita diajar, dalam seluruh perilaku kita, untuk bertindak sesuai dengan apa yang kita yakini, dan entah kita berhadapan dengan Allah atau manusia, kita harus memastikan bahwa kita tidak pernah melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang kita sendiri ketahui (ay 17): Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. Dosa itu menjadi lebih berat. Itu berarti berdosa di depan saksi. Itu juga berarti memiliki saksi yang paling memberatkan melawan hati nurani sendiri. Cermatilah,
- 1. Hal ini berhubungan langsung dengan pelajaran sederhana yang mengatakan, jika Tuhan menghendakinya, kami akan berbuat ini dan itu. Mungkin mereka siap berkata, “Ini sungguh jelas sekali. Siapa yang tidak tahu bahwa kita semua ber gantung pada Allah yang Mahakuasa untuk hidup dan nafas dan segala sesuatu?” Maka dari itu ingatlah, jika memang kamu tahu ini, setiap kali kamu melakukan hal yang tidak sesuai dengan itu dan tidak bergantung kepada-Nya, bahwa jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa, maka dosanya itu lebih berat.
- 2. Kelalaian, seperti halnya pelanggaran, adalah dosa yang akan dihakimi. Orang yang tidak melakukan kebaikan yang dia ketahui harus dilakukannya, seperti juga orang yang melakukan kejahatan yang dia ketahui tidak boleh dilakukannya, akan dihukum. Oleh karena itu, marilah kita betul-betul memastikan bahwa hati nurani kita mendapat pengetahuan yang benar, maka barulah kita bisa mematuhinya senantiasa dengan setia. Sebab, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah. Tetapi jika kita berkata bahwa kita melihat, namun tidak bertindak sesuai dengan apa yang kita lihat, maka tetaplah dosa kita (Yoh. 9:41).
SH -> Yak 4:11-17; Yak 4:11-17
SH: Yak 4:11-17 - Lakukan yang baik! (Rabu, 8 Agustus 2007) Lakukan yang baik!
Hubungan baik dengan Allah seharusnya mewujud dalam hubungan yang
baik dengan sesama. Hubungan baik dengan sesama akan terliha...
Lakukan yang baik!
Hubungan baik dengan Allah seharusnya mewujud dalam hubungan yang
baik dengan sesama. Hubungan baik dengan sesama akan terlihat
melalui perlakuan terhadap sesama. Itu terlihat juga dari cara
berbicara dengan orang lain atau tentang orang lain. Maka
seharusnya orang tidak memburuk-burukkan nama sesamanya, juga
tidak menghakimi atau memfitnah sesama. Menempatkan diri sebagai
hakim atas sesama dapat dikatakan sebagai suatu kepongahan. Lebih
jauh Yakobus menuliskan bahwa orang yang memfitnah atau
menghakimi sesama berarti mencela atau menghakimi hukum (11).
Artinya menempatkan diri di atas hukum. Padahal hanya Tuhan yang
berada di atas hukum (12)! Maka menghakimi sesama berarti
mengambil porsi Tuhan.
Orang juga disebut pongah bila berani dengan mutlak mengatakan apa yang akan dilakukan esok hari, seolah-olah dia mahatahu dan bisa mengendalikan segala sesuatu. Dalam merencanakan sesuatu, seharusnya orang lebih memperlihatkan ketergantungannya pada Tuhan. Perencanaan memang perlu, tetapi jangan lupa juga untuk mencari kehendak Allah sebelum memutuskan sesuatu. Kiranya Allah menolong kita untuk tidak bersikap pongah dalam hal ini.
Yakobus tampaknya tahu bahwa memikirkan dan membicarakan perbuatan baik, jauh lebih mudah dibanding melakukannya. Sebab itu, ia mengingatkan pembacanya untuk hidup berdasarkan pengetahuan mereka tentang kebenaran. Bila orang tahu bahwa ia harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya, ia berdosa! Bagai dua sisi dalam satu keping mata uang, orang bukan hanya harus menghindari perbuatan salah, tetapi harus juga melakukan yang benar.
Rangkaian teguran dan petuah Yakobus ini masih dalam rangkaian agar orang Kristen hidup dengan wujud perbuatan yang mengagungkan Allah dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Tidak cukup bila kita tahu apa yang baik. Kita harus melakukannya juga!

SH: Yak 4:11-17 - Fitnah dan kesombongan demi kepujian diri sendiri. (Minggu, 10 Juni 2001)
Fitnah dan kesombongan demi kepujian diri sendiri.
Biasanya fitnah lahir karena kebencian. Maka seringkali
fitnah dikaitkan dengan membunuh dalam art...
Fitnah dan kesombongan demi kepujian diri sendiri.
Biasanya fitnah lahir karena kebencian. Maka seringkali
fitnah dikaitkan dengan membunuh dalam arti luas:
seperti membunuh kesempatan bekerja/berkarya bagi orang
lain, memutuskan tali persahabatan antar dua pihak,
menghancurkan profesi orang lain, dll. Oleh karena itu
Yakobus memberikan peringatan keras tentang fitnah.
Fitnah dilakukan dengan tujuan memegahkan diri sendiri dan selalu menempatkan diri sebagai orang yang tidak bercela. Dampak dari tindakan ini tidak hanya menciptakan keretakan atau kerenggangan hubungan dengan orang lain, tetapi juga memecahkan kesatuan jemaat (lih. 1Kor. 1:10-13). Lebih membahayakan lagi karena orang yang memfitnah menempatkan diri sebagai hakim dan menggantikan posisi Tuhan, satu-satunya Hakim Pembuat Hukum.
Hal lain lagi yang disoroti Yakobus dalam perikop ini adalah hal kesombongan. Tingkah laku para pedagang yang merasa puas dengan dirinya sendiri sehingga merasa sanggup melakukan apa saja sesukanya. Mereka tidak hanya melupakan sesamanya, tetapi juga melupakan Allah dalam perencanaan-perencanaan hidup. Mereka tidak mau Allah campur tangan dalam pengambilan keputusan. Kalaupun mereka mengatakan: "Jika Tuhan menghendaki!" itu bukan berarti mereka berserah penuh pada keputusan Allah. Mengapa? Karena itu hanya merupakan "mantera" yang mereka harapkan dapat menjamin keberuntungan dan kesuksesan mereka. Dengan kata lain peranan Allah hanya untuk mensahkan perbuatan-perbuatan buruk mereka! Kefanaan manusia itu seharusnya menyadarkan kita akan fakta bahwa kita tidak dapat berdiri sendiri, kita sepenuhnya bergantung kepada Allah.
Renungkan: Tidak seorang pun manusia berhak memfitnah dan menyombongkan diri di atas sesama, terlebih menolak keterlibatan Tuhan dalam rencana hidup.
Bacaan untuk Minggu Trinitas
Lagu: Kidung Jemaat 417
Galilah -> Yak 4:13-16
Galilah: Yak 4:13-16 - Dakwaan Kepada Para Pedagang Yakobus 4:13-16 Tema: Dakwaan Kepada Para Pedagang
Dengarkanlah, hai kalian yang kebiasaan berkata: “Hari ini atau besok kami berjalan ke kota anu...
Yakobus 4:13-16 Tema: Dakwaan Kepada Para Pedagang
Dengarkanlah, hai kalian yang kebiasaan berkata: “Hari ini atau besok kami berjalan ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang dan mendapat untung”, namun kalian belum tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah hidupmu ini? Sebab kalian adalah uap, yang kelihatan sebentar saja, lalu lenyap. Lebih baik kalian berkata: “kalau Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan melakukan ini dan itu”. Tetapi sekarang, kalian membual dalam kesombongan kalian. Semua pembualan seperti itu adalah jahat! Jadi orang yang sudah tahu bagaimana dia harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya, bagi dia itu dosa.
ay. 13 Ada banyak orang yang takut membuat rencana, atau selalu harus mengatakan “kalau Tuhan menghendaki” apabila ada yang direncanakan. Memang bagus kalau begitu, karena kita selalu mau mengingat bahwa Allah yang berdaulat, bukan kita. (Mat 26:36-46) Tetapi maksud dari ay. 13-17 ini bukanlah untuk orang percaya selalu berkata “kalau Tuhan menghendaki”, melainkan untuk para pedagang yang kaya, supaya jangan lupa bahwa mereka fana dan bahwa Allah yang mengatur hidup ini, bukan mereka. (Bandingkan dengan Lukas 12:13-21 dan 17-19)
Dengarkanlah – Frase age nyn, secara literal berarti mari sekarang, tetapi maknanya adalah Perhatikanlah! atau Dengarkanlah!237Jelas dia mulai membuka topik baru untuk menutupi Yak 4.
Kebiasaan berkata – Sifat terus menerus238 menunjukkan kebiasaan.
Jalan… tinggal… berdagang… mendapat upah… – Kata-kata ini semua bersifat indikatif,239 yang menyatakan fakta, yaitu orang ini sangat yakin bahwa semua rencananya akan terjadi sesuai rencananya.
ay. 14 Namun kalian tidak tahu– Ramalan mereka sombong, karena mereka bicara seolah-olah mereka tahu, padahal tidak.
Apa yang akan terjadi besok – Secara literal berbunyi Besok jenisnya apa. Apa yang akan terjadi cukup akurat. Yang penting adalah pengakuan bahwa manusia bersifat fana, sehingga kita tidak tahu apakah besok membawa untung atau rugi, suka atau duka, kehidupan atau kematian.
Apakah hidupmu ini? - TB menambahkan kata sifat arti, menjadi: Apakah arti hidupmu? Memang tidak salah, tetapi barangkali bahasa asli bersifat lebih umum. Pertanyaan ini dijawab dalam klausa-klausa berikut, yang menyangkut kefanaan, bukan soal arti.
Kalian adalah uap – Walaupun tidak ada kata seperti di teks asli, ini memang metafora. Pikiran ini sangat mirip dengan apa yang dikatakannya kepada orang-orang kaya di 1:10-11. (Lihat juga Maz 103:15-16)
ay. 15 Lebih baik – Kata anti di sini menunjukkan kontras antara perilaku mereka dan yang seharusnya mereka lakukan. Sebenarnya di TB adalah akurat, tetapi boleh juga diterjemahkan daripada itu.
Hidup…melakukan – Kata-kata ini masih bersifat indikatif, seperti yang dijelaskan di ay. 13, tetapi karena mereka mengaku bahwa Allah yang berdaulat, mereka boleh membuat rencana.
Hidup – Pengakuan ini adalah kesadaran yang paling mendasar mengenai kefanaan kita, yaitu kita tidak tahu berapa lama kita akan hidup. Itu semata-mata di tangan Tuhan.
Melakukan ini dan itu – Yaitu, membuat rencana apa saja.
ay. 16 Tetapi sekarang –Adalah terjemahan literal. Maknanya menyangkut kelakuan mereka secara nyata.
Membual – Bersifat terus menerus,240 menunjukkan kebiasaan.
Kesombongan – Kata alazoneia berarti kesombongan, tetapi juga berunsur berpura-pura, atau sombong tanpa dasar.241 Jadi maksudnya adalah mereka menipu diri dan menganggap diri lebih penting daripada kenyataan. Boleh dibandingkan dengan orang di 4:12.
Jahat – Kata poneros berarti jahat, jadi lebih tegas daripada salah di TB. Sifat terus menerus,242 menyatakan bahwa selalu begitu.
ay. 17 Sudah tahu – Sifat kata ini membawa arti pengetahuan yang seharusnya mengakibatkan sesuatu.243
Tidak melakukannya – Bersifat terus menerus, menyangkut gaya hidup.244
Dosa – Ayat 17 ini bicara mengenai dosa kelalaian. Kita sudah melihat banyak contoh akan dosa pelanggaran, yaitu kalau orang melanggar larangan dari Allah. Tetapi serius juga kalau orang melalaikan perintah Allah yang seharusnya dituruti. (Bandingkan dengan Mat 23:23, Luk 12:47, Rom 14:23) Dalam konteksnya, dosa kelalaian ini menyangkut pengakuan bahwa mereka bergantung kepada Allah dalam apapun yang mereka perbuat. (Yoh 15:1-11)
- Apakah ada yang bermegah di hati karena mereka bekerja keras sehingga mereka bebas berlaku sesuai kemauan mereka?
- Apakah ada yang, walaupun percaya, hidup seolah-olah mereka tidak perlu pertolongan Tuhan?
- Apakah saudara sadar bahwa dalam apapun juga yang saudara perbuat, saudara bergantung kepada Allah?
- Renungkan bagian yang bicara mengenai dosa kelalaian. Apakah ada yang perlu saudara akui?
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yakobus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-su...
Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya dialamatkan kepada suatu sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal. Salam "kepada kedua belas suku di perantauan" (Yak 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yak 2:19,21) menunjukkan bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina. Mungkin para penerima surat ini termasuk orang-orang pertama yang bertobat di Jerusalem dan, setelah Stefanus mati syahid terserak oleh penganiayaan (Kis 8:1) sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia dan lebih jauh lagi (Kis 11:19). Hal ini menerangkan
- (1) mengapa pembukaan surat ini menekankan hal menanggung dengan sukacita pencobaan yang menguji iman dan menuntut ketabahan (Yak 1:2-12),
- (2) pengetahuan pribadi Yakobus tentang orang percaya yang "terserak" itu, dan
- (3) nada yang berwibawa dari surat ini. Sebagai pemimpin gereja di Yerusalem, Yakobus sedang menulis surat kepada domba-dombanya yang berserakan.
Terkenalnya pengarang ditunjukkan oleh cara ia menyebut dirinya, yaitu hanya "Yakobus" (Yak 1:1). Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, pada umumnya dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam sidang di Yerusalem (Kis 15:13-21) dan gambaran mengenai dirinya di bagian lain dalam PB (mis. Kis 12:17; Kis 21:18; Gal 1:19; Gal 2:9,12; 1Kor 15:7) sangat cocok dengan apa yang diketahui mengenai penulis surat ini. Sangat mungkin Yakobus menulis surat ini pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini untuk penulisan surat ini ditunjukkan oleh berbagai faktor, seperti kenyataan bahwa Yakobus menyebutkan istilah Yunani synagoge untuk menunjuk tempat pertemuan orang Kristen (Yak 2:2). Menurut keterangan sejarawan Yahudi, Yosefus, Yakobus, saudara tiri Tuhan mati syahid di Yerusalem tahun 62 M.
Tujuan
Yakobus menulis
- (1) untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita berbagai pencobaan yang menguji iman mereka,
- (2) untuk memperbaiki berbagai pengertian yang salah mengenai sifat iman yang menyelamatkan, dan
- (3) untuk menasihatkan dan membina pembacanya mengenai hasil-hasil praktis iman mereka dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik.
Survai
Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya untuk menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat daripadanya (Yak 1:2-11); melawan godaan (Yak 1:12-18); menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar (Yak 1:19-27); serta menunjukkan iman yang aktif dan bukan pengakuan yang kosong (Yak 2:14-26). Yakobus dengan sungguh-sungguh mengingatkan tentang berdosanya lidah yang sukar dikendalikan (Yak 3:1-12; Yak 4:11-12), hikmat duniawi (Yak 3:13-16), kelakuan berdosa (Yak 4:1-10), kehidupan yang congkak (Yak 4:13-17) dan kekayaan yang mementingkan diri sendiri (Yak 5:1-6). Yakobus menutup dengan menekankan kesabaran, doa, dan memulihkan mereka yang sudah mundur (Yak 5:7-20).
Sepanjang kelima pasal ini, hubungan di antara iman yang benar dan kehidupan yang saleh ditekankan. Iman yang sejati adalah: - iman yang teruji (Yak 1:2-16), - aktif (Yak 1:19-27), - mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Yak 2:1-13), - menyatakan diri dalam perbuatan baik (Yak 2:14-26), - menguasai lidah dengan benar (Yak 3:1-12), - mencari hikmat Allah (Yak 3:13-18), - tunduk kepada Allah selaku hakim yang adil (Yak 4:1-12), - mempercayai Allah dalam kehidupan sehari-hari (Yak 4:13-17), - tidak mementingkan diri atau memuaskan keinginan sendiri (Yak 5:1-6), - sabar dalam penderitaan (Yak 5:7-12), dan - tekun dalam doa (Yak 5:13-20).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini kemungkinan besar merupakan kitab PB yang pertama-tama ditulis.
- (2) Walaupun hanya dua kali menyebut nama Kristus, surat ini lebih banyak berisi kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada Khotbah di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.
- (3) Dari 108 ayatnya, lebih daripada separuhnya adalah perintah.
- (4) Dalam banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB karena
- (a) penuh dengan hikmat ilahi dan instruksi praktis untuk menjalankan kehidupan Kristen yang sejati dan
- (b) ditulis dengan gaya penulisan yang tegas dan tepat, dengan perintah yang singkat dan analogi yang hidup.
- (5) Yakobus adalah pengamat cermat tentang cara bekerjanya alam dan tabiat manusia berdosa. Dia sering kali menarik pelajaran dari alam untuk menyingkapkan tabiat manusia berdosa (mis. Yak 3:1-12).
- (6) Surat ini lebih menekankan hubungan di antara iman dengan perbuatan daripada kitab PB lainnya (khususnya: Yak 2:14-16).
- (7) Yakobus sering kali disebut sebagai Amos PB, karena dia dengan bersemangat membahas persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.
Full Life: Yakobus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Yak 1:1)
I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya
(Yak 1:2-18)
A. Menerimanya Se...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Yak 1:1) - I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya
(Yak 1:2-18) - A. Menerimanya Sebagai Sarana Pertumbuhan
(Yak 1:2-4) - B. Memohon Hikmat untuk Mengatasinya
(Yak 1:5-8) - C. Bersukacita Dalam Tindakan Penyamarataannya
(Yak 1:9-12) - D. Mengetahui Bedanya Pengujian dan Pencobaan
(Yak 1:13-18) - II. Mendengarkan Firman Allah dan Melakukannya
(Yak 1:19-27) - III.Tidak Pilih Kasih dan Menunjukkannya
(Yak 2:1-13) - IV. Mengaku Beriman dan Membuktikannya
(Yak 2:14-26) - V. Menyadari Jebakan-Jebakan dan Mengelakkannya
(Yak 3:1-5:6) - A. Lidah yang Sukar Dikendalikan
(Yak 3:1-12) - B. Hikmat yang Tidak Rohani
(Yak 3:13-18) - C. Kelakuan Berdosa
(Yak 4:1-10) - D. Memfitnah Saudara Seiman
(Yak 4:11-12) - E. Hidup dengan Congkak
(Yak 4:13-17) - F. Kekayaan yang Mementingkan Diri Sendiri
(Yak 5:1-6) - VI. Kebajikan dan Kehidupan Kristen
(Yak 5:7-20) - A. Kesabaran dan Ketekunan
(Yak 5:7-11) - B. Kejujuran yang Polos
(Yak 5:12) - C. Doa Tak Berkeputusan untuk Orang Sakit
(Yak 5:13-18) - D. Memulihkan yang Terhilang
(Yak 5:19-20)
Matthew Henry: Yakobus (Pendahuluan Kitab)
Penulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, karena ia dihukum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup berhasil ditanamkan di antar...
- Penulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, karena ia dihukum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup berhasil ditanamkan di antara orang-orang Yahudi yang ada di perantauan, seperti yang tersirat di sini. Tetapi dia adalah Yakobus lain, anak Alfeus, yang merupakan saudara sepupu Kristus, dan salah seorang dari kedua belas rasul (Mat. 10:3). Ia disebut sebagai sokoguru jemaat (Gal. 2:9), dan surat ini adalah tulisannya tidak dapat dibantah, tanpa melonggarkan satu batu dasar dalam bangunan jemaat. Surat ini disebut sebagai surat umum, karena (seperti menurut sebagian orang) tidak ditujukan kepada seseorang atau jemaat tertentu, tetapi merupakan semacam surat yang kita sebut sebagai surat edaran. Sebagian orang lain lagi berpendapat bahwa surat itu disebut umum, atau am, untuk membedakannya dari surat-surat Ignatius, Barnabas, Polikarpus dan lain-lain yang dikenal orang pada zaman mula-mula, tetapi yang pada umumnya tidak diterima di dalam jemaat. Karena alasan itu, surat-surat tersebut tidak termasuk kanon Kitab Suci, seperti surat ini. Eusebius (sejarawan gereja abad ketiga – pen.) mengatakan bahwa surat ini “pada umumnya dibacakan di dalam jemaat-jemaat bersama surat-surat am yang lain” (Eccles. hlm. 53. Ed. Val. 1678). Yakobus, penulis kita, disebut orang benar, karena kesalehannya yang tinggi. Ia merupakan contoh terkemuka dari karunia-karunia yang ditekankannya kepada orang lain. Ia begitu sangat disegani karena keadilannya, kebersahajaannya, dan pengabdiannya sehingga Yosefus, seorang sejarawan Yahudi, mencatat sebagai salah satu penyebab kehancuran Yerusalem “bahwa Rasul Yakobus menjadi martir di sana.” Hal ini disebutkan dengan harapan bahwa kita akan memberikan perhatian lebih besar pada apa yang ditulis oleh orang yang begitu suci dan luhur ini. Waktu penulisan surat ini tidaklah pasti. Maksud dan tujuannya adalah untuk menegur orang-orang Kristen atas kemerosotan mereka yang besar baik dalam iman maupun perilaku, dan untuk mencegah penyebaran ajaran-ajaran yang menolak agama, yang mengancam kehancuran segala tindakan kesalehan. Juga menjadi niat khusus dari penulis surat ini untuk menggugah bangsa Yahudi supaya sadar akan kedahsyatan dan sudah mendekatnya penghakiman-penghakiman yang akan menimpa mereka. Serta untuk mendukung semua orang Kristen yang sungguh-sungguh di jalan kewajiban mereka, di bawah segala malapetaka dan penganiayaan yang mungkin akan mereka jumpai. Kebenaran-Kebenaran yang dipaparkan di sini sangatlah penting, dan perlu dijaga. Dan pedoman-pedoman untuk bertindak, seperti yang dinyatakan di sini, adalah sedemikian rupa sehingga harus dijalankan di zaman kita seperti juga di zaman-zaman sebelumnya.
Galilah: Yakobus (Garis Besar)
Bibliografi
Bird, Anthony. Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009.
Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Gree...
Bibliografi
Bird, Anthony. Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009.
Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Greek text, Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1982.
Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000.
Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament. Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985.
Loh, I.-J., & Hatton, H. A handbook on the Letter from James. New York: United Bible Societies. 1997.
Luther’s Works, Jil. 35, Word and Sacrament I (Philadelphia: Fortress, 1960)
MacArthur, John. The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997.
Moo, D. J. The letter of James. Pillar Commentary Series. Grand Rapids, MI; Leicester, England: Eerdmans; Apollos. 2000.
Moo, D. J. James: An Introduction and Commentary. (Tyndale) Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1985.
Newman Jr. Barclay M. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012.
Osborne, Grant. James, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008.
Richardson, Jr. Kurt A. New American Standard Commentary Jil 36, James, Broadman Press Nashville, Tennessee. 1997.
Robertson. A. T. Word Pictures of the New Testament, Broadman Press, Nashville, 1930.
Tasker, R. V. G. James, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester. 1983.
Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1965.
Zodhiates, Spiros. Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, AMG, 1993.
Apendiks
Pentingnya Bahasa Yunani
Sebagai bahasa sumber dari Perjanjian Baru, Bahasa Yunani penting dimengerti bagi seseorang yang ingin menangani Firman Tuhan dengan baik. Tidak berarti kita harus menjadi mampu membaca bahasa ini, tetapi sangat membantu kalau kita mengerti arti kata-kata dan juga tata bahasa yang menentukan arti dari kalimat, paragraf dan wacana. Bahasa ini bukan bahasa ajaib, atau luar biasa – Itu hanya bahasa – Jadi kita tidak mencari pengetahuan yang tersembunyi, melainkan hanya pengertian akan fungsinya bahasa ini dalam kaitannya dengan terjemahan-terjemahan yang ada pada kita. Diusulkan supaya Anda jarang membacakan kata Yunani dalam khotbah/pengajaran, kecuali menolong pengertian orang.
Ejaan yang Digunakan di Tafsiran ini
Huruf-huruf Yunani tidak selalu ada yang mirip dalam Bahasa Indonesia, sehingga ejaan yang dipakai di tafsiran ini berfokus pada ucapan yang mirip, bukan pada kesempurnaan. Jadi huruf η dan ε menjadi e saja dan huruf ο dan ω menjadi o saja. Huruf χ dieja kh dan tafsiran ini mengikuti kebiasaan modern untuk mengeja υ sebagai y, seperti dalam kata hyper, kecuali dipakai bersama huruf vokal lain.
Istilah- istilah tata bahasa ini terdapat di Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru.301 Biasanya ada penjelasan singkat sesudah istilah disebut, tetapi kalau saudara mau melihat logika yang mendasarinya, lihatlah lagi penjelasan berikut.
Person/Orang
Bahasa Yunani adalah bahasa yang sangat spesifik tentang pembicara dan pendengar – Ada dijelaskan juga gender daripada orang.
Singular/Tunggal
- 1. Aku/Saya
- 2. Kau/Kamu/Anda
- 3. Dia
Plural/Jamak
- 1. Kita/Kami
- 2. Kalian
- 3. Mereka
Tens
Tens menyangkut waktu dan sifat daripada kegiatan/peristiwa.
Past/Masa Lalu – Ada empat macam yang biasanya dipakai:
Aoris = Masa lalu yang sederhana yang menekankan apa yang terjadi. Mis: Kemarin dia belajar.
Imperfek = Menjelaskan sesuatu yang terus-menerus, atau sedang terjadi di masa lalu. Mis: Kemarin, sementara dia sedang belajar…
Perfek (Sempurna) = Menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi dan sudah selesai/berhasil dengan juga menyangkut apa akibat/dampak daripada peristiwa tersebut. Mis.: Dia sudah belajar (yaitu, sudah punya kualifikasi untuk melakukan pekerjaannya)
Pluperfek = Hampir sama dengan Perfek, tetapi akibat/dampak kurang pasti.
Present/Masa Kini = Sesuatu yang terus-menerus terjadi di masa kini. Mis: Dia sedang belajar.
Future/Masa Depan = Sesuatu yang terjadi di masa depan. Mis: Dia akan/mau belajar.
Suara
Suara Menjelaskan siapa/apa yang berlaku.
Aktif = Fokus ada pada pelaku. Mis: Saya mengasihi Yesus.
Pasif = Fokus ada pada penerima/penderita. Mis: Saya dikasihi oleh Yesus.
Medium = Suara ini mirip yang Aktif tetapi lebih menekankan kelakuan pelaku. Mis: Saya yang selalu mencuci piring!
Modus
Modus menjelaskan sifat daripada kata kerja.
Indikatif menyampaikan fakta-fakta dan apa yang akan terjadi. Mis: Saya akan makan.
Imperatif adalah perintah atau permintaan. Mis: Makan!
Subjunktif menyampaikan kemauan yang kemungkinan besar akan terjadi. Sering dipakai dengan kata hina(supaya) menyatakan tujuan. Mis: Saya memasak supaya kamu bisamakan.
Optatif (Jarang dipakai) sangat mirip Subjunktif tetapi lebih diragu-ragukan. Sering digunakan dalam pemberkatan. Mis: Saya berdoa, kiranya kamu bisa makan.
Infinitif adalah kata kerja yang bersifat seperti kata benda dan bicara secara umum saja. Mis: Makan, itu baik.
Partisip
Partisip adalah kata kerja yang bersifat kata sifat benda, yaitu nomor, gender dan kasus (tidak dijelaskan di sini) sama dengan subyeknya. Pada dasarnya Partisip adalah kata kerja dan bisa diterjemahkan demikian.
Artikel
Artikel tidak ada dalam Bahasa Indonesia, tetapi artinya mirip dengan ini/itu, di mana sesuatu yang tertentu dimaksudkan. Misalnya di Kis 2 disebut dua kali bahwa orang percaya memecahkan roti, tetapi yang di ayat 42 mempunyai artikel, yang menandai pemecahan roti yang tertentu (perjamuan kudus) dan yang di ayat 46, tanpa artikel, bicara secara umum saja (makan bersama di rumah). Ada banyak contoh lain, jadi hal ini cukup penting dimengerti.
Berikut ada beberapa kombinasi tens, modus, suara yang dipakai di Perjanjian Baru.
Present Aktif Indikatif
Mis: Dia sedang menulis surat.
Present Medium Indikatif
Mis: Dia yang menulis surat itu.
Present Aktif Partisip
Mis: Dia sedang menulis…
Present Pasif Indikatif
Mis: Surat itu sedang ditulis.
Present Aktif Subjunktif
Mis: Dia memberi kertas supaya kamu boleh menulis surat. (Menyangkut harapan)
Aoris Aktif Indikatif
Mis: Tadi dia menulis surat
Perfek Aktif Indikatif
Mis: Dia sudah menulis surat itu. (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Imperfek Aktif Indikatif
Mis: Kemarin, ketika dia sedang menulis surat…
Aoris Pasif Indikatif
Mis: Itu sudah ditulis
Perfek Pasif Indikatif
Mis: Ada tertulis… (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Present Aktif Imperatif
Mis: Tolong tuliskan terus surat-surat itu. (kebiasaan yang diharapkan)
Aoris Aktif Imperatif
Mis: Tulis surat itu! (Kegiatannya penting, atau urgen)
Footnote
1 1. Luther’s Works, Jil. 35, Word and Sacrament I (Philadelphia: Fortress, 1960), Hal. 395–397.
2 Grant Osborne, James, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008. Hal. 2387.
3 Aoris Imperatif.
4 Lihat contoh di Yak 2:1-7.
5 Contoh di 4:4, yang diterjemahkan “hai orang-orang yang tidak setia” oleh TB, secara literal berbunyi “Pezina!”
6 Loh, I.-J., & Hatton, H. A handbook on the Letter from James. New York: United Bible Societies. 1997. Hal 79.
7 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000, Jil 4, Hal. 406.
8 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 188.
9 Aoris Medium Imperatif
10 A. T. Robertson. Word Pictures of the New Testament, Broadman Press, Nashville, 1930. Lihat penelitian di 1:2.
11 Kurt A. Richardson, Jr. New American Standard Commentary Jil 36, James, Broadman Press Nashville, Tennessee. 1997. Hal. 58.
12 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 309.
13 Present Aktif Partisip.
14 Present Medium Indikatif.
15 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 392.
16 Present Aktif Imperatif.
17 Present Aktif Subjunktif.
18 Loh dan Hatton, Hal. 14.
19 Present Pasif Indikatif.
20 Loh dan Hatton, Hal. 15.
21 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 352.
22 Present Aktif Imperatif.
23 Present Aktif Partisip.
24 Ibid, Hal. 282.
25 Present Aktif Partisip.
26 Future Pasif Indikatif.
27 Present Aktif Imperative.
28 Present Medium Partisip.
29 Perfek Aktif Indikatif.
30 Moo, D. J. The letter of James. Grand Rapids, MI; Leicester, England: Eerdmans; Apollos. 2000. (Pillar) Hal. 62.
31 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 279.
32 Present Medium Imperatif.
33 Osborne, Hal. 2391.
34 Richardson, Hal. 68-69.
35 Robertson, penjelasan di 1:6.
36 Loh dan Hatton, Hal. 19-20.
37 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 374.
38 Present Medium Imperatif.
39 Richardson, Hal. 73.
40 Future Medium Indikatif.
41 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 323.
42 Ibid. Hal. 253.
43 Ibid. Hal. 252.
44 Present Aktif Indikatif.
45 Ibid, Hal. 119.
46 Ibid, Hal. 356.
47 John MacArthur, The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997. Hal. 1927.
48 Present Aktif Partisip.
49 Present Aktif Imperatif.
50 Present Aktif Indikatif.
51 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 164.
52 Tasker, R. V. G. James, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester. 1983. Hal. 46.
53 Present Pasif Indikatif.
54 Robertson. Lihat penelitian di 1:14.
55 Richardson, Hal. 83.
56 Present Pasif Imperatif.
57 MacArthur, Hal. 1927.
58 Present Aktif Indikatif
59 Present Aktif Partisip.
60 Loh dan Hatton. Hal. 36.
61 Osborne, Hal. 2392.
62 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 93.
63 Aoris Pasif Partisip.
64 Ibid, Hal. 68.
65 Kasus Datif sering menyangkut obyek tidak langsung dan penggunaan di ayat 18 disebut sebagai instrumental, yaitu menyangkut sarana. Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1965. Hal. 46.
66 Lihat Moo, di tafsiran Pillar, Davids, di tafsiran NIGT dan Richardson di tafsiran NAC. Ketiga tafsiran ini sangat berbobot.
67 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 277.
68 Perfek Aktif Imperatif.
69 Present Aktif Imperatif.
70 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 171.
71 Present Medium Indikatif.
72 Moo (Pillar), Hal. 83-84.
73 Aoris Medium Partisip. Attendant Circumstance Participle.
74 Suara Medium.
75 Aoris Medium Imperatif.
76 THEOLOGICAL DICTIONARY OF THE NEW TESTAMENTedited by Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich translated by Geoffrey W. Bromiley.William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids. Lihat kata prautes
77 Present Pasif Partisip.
78 Present Medium Imperatif.
79 Present Medium Partisip.
80 Present Aktif Indikatif.
81 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 220.
82 Aoris Aktif Indikatif.
83 Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Greek text, Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1982. Hal. 98.
84 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 283.
85 Imperfek Aktif Indikatif.
86 Aoris Medium Partisip.
87 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 199.
88 Present Aktif Partisip.
89 Present Aktif Partisip.
90 Ibid. Hal. 254.
91 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 166.
92 Present Aktif Infinitif.
93 Present Aktif Imperatif.
94 Moo, D. J. James: An Introduction and Commentary. (Tyndale) Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1985. Jil. 16, Hal. 91.
95 A. T. Robertson. Lihat penjelasan di 2:2.
96 Present Aktif Indikatif.
97 Richardson, Hal. 109.
98 Aoris Aktif Subjunktif.
99 Moo (Pillar), Hal. 103.
100 Loh dan Hatton, Hal. 61.
101 Ibid, Hal. 61-62.
102 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 343.
103 Ibid, Hal. 162.
104 Loh dan Hatton, Hal. 63.
105 Berdiribersifat Aoris Aktif Imperatif. Tegas!
106 Moo (Pillar), Hal. 103.
107 Davids, Hal. 110.
108 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 110.
109 Aoris Aktif Imperatif.
110 Aoris Medium Indikatif.
111 Aoris Medium Indikatif.
112 Present Aktif Partisip.
113 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 217.
114 Present Aktif Indikatif.
115 Present Aktif Indikatif.
116 Present Aktif Indikatif.
117 Loh dan Hatton. Hal. 71
118 Aoris Pasif Partisip.
119 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 377.
120 Present Aktif Indikatif.
121 Richardson, Hal. 119-120.
122 Present Aktif Indikatif.
123 Present Aktif Indikatif.
124 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 171.
125 Present Medium Indikatif.
126 Ibid, Hal. 142.
127 Present Pasif Partisip.
128 Aoris Aktif Subjunktif.
129 Ibid, Hal. 379.
130 Ibid, Hal. 338.
131 Perfek Aktif Indikatif.
132 Lihat penjelasan di Apendiks
133 Perfek Aktif Indikatif.
134 Present Aktif Imperatif.
135 Present Aktif Partisip.
136 Ditolak (TB), sebenarnya berarti diskualifikasidan menyangkut pelayanan, jadi dia tidak takut masuk neraka, melainkan takut didapati tidak melayani sesuai persyaratan, sehingga dia kehilangan upah.
137 Richardson, Hal. 125.
138 Aoris Aktif Partisip.
139 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 218.
140 Present Medium Indikatif.
141 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 289.
142 Present Aktif Subjunktif.
143 Present Aktif Subjunktif.
144 A. T. Robertson. Lihat penjelasan di 2:14.
145 Present Aktif Subjunktif.
146 Present Medium Imperatif.
147 Present Aktif Subjunktif.
148 Present Aktif Indikatif.
149 Future Aktif Indikatif.
150 Present Aktif Indikatif.
151 Aoris Aktif Imperatif.
152 Future Aktif Indikatif.
153 Moo (Pillar), Hal. 130.
154 Present Aktif Indikatif.
155 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 228.
156 Present Aktif Indikatif.
157 Osborne, Hal. 2394.
158 Present Aktif Indikatif.
159 Imperfek Aktif Indikatif.
160 Ibid, Hal. 2394-2395.
161 Present Aktif Indikatif.
162 Richardson, Hal. 143.
163 Present Medium Imperatif.
164 Robertson. Lihat penjelasan di 3:1.
165 Davids, Hal. 136.
166 Perfek Aktif Partisip.
167 Future Medium Indikatif.
168 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 255-256.
169 Present Aktif Indikatif.
170 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 260.
171 Tasker, Hal. 74-75.
172 Richardson, Hal. 153.
173 Present Aktif Partisip.
174 Present Aktif Partisip.
175 Ibid, Hal 153.
176 Present Pasif Partisip.
177 Moo (Pillar), Hal. 160.
178 Present Aktif Indikatif.
179 Robertson. Penjelasan di 3:11.
180 Robertson, Lihat 3:13.
181 Terjemahan-terjemahan tidak menggunakan istilah yang persis sama, tetapi di LXX memang kata-kata ini yang dipakai.
182 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 353.
183 Ibid, Hal. 167.
184 Aoris Aktif Imperatif.
185 Ibid, Hal. 105.
186 Loh dan Hatton, Hal. 121.
187 Moo, Hal. 170.
188 Present Aktif Indikatif.
189 Davids, Hal. 151.
190 Present Medium Imperatif.
191 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 218.
192 Ibid, Hal. 414.
193 Ibid, Hal. 40.
194 Loh dan Hatton, Hal. 126.
195 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 33.
196 Kittel, Hal. 243.
197 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 180.
198 Ibid, Hal. 215-216.
199 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 321.
200 MacArthur, Hal. 1932.
201 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 189.
202 Present Medium Partisip.
203 Ibid, Hal. 257.
204 Present Aktif Indikatif.
205 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 185.
206 Present Aktif Indikatif.
207 Richardson, Hal. 178.
208 Perfek Aktif Indikatif.
209 Moo (Pillar), Hal. 187.
210 Present Aktif Indikatif.
211 Present Pasif Indikatif.
212 Present Aktif Indikatif.
213 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 166.
214 Moo (Pillar), Hal. 190.
215 Present Aktif Indikatif.
216 Present Medium Indikatif.
217 Kata eleeo yang biasanya diterjemahkan rahmat/belas kasihan. Kharis menyangkut pemberian/anugerah/kasih karunia.
218 Lihat penjelasan di Apendiks
219 Aoris Pasif Imperatif.
220 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 56.
221 Aoris Aktif Imperatif.
222 Ibid, Hal. 398.
223 Future Medium Indikatif.
224 Aoris Aktif Imperatif.
225 Moo, Hal. 193.
226 Tasker, Hal. 93-94
227 Future Aktif Indikatif.
228 Richardson, Hal. 186.
229 Aoris Aktif Imperatif.
230 Aoris Pasif Imperatif.
231 Aoris Pasif Imperatif.
232 Future Aktif Indikatif.
233 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 219.
234 Ibid, Hal. 273.
235 Present Pasif Partisip.
236 Tasker, Hal. 101.
237 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 33-34.
238 Present Aktif Partisip.
239 Lihat penjelasan di Apendiks
240 Present Medium Indikatif.
241 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 42.
242 Present Aktif Indikatif.
243 Perfek Aktif Partisip.
244 Present Aktif Partisip.
245 Aoris Aktif Indikatif.
246 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 280.
247 Present Aktif Partisip.
248 Present Medium Partisip.
249 Loh dan Hatton, Hal. 166-167.
250 Lihat penjelasan di Apendiks
251 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 205.
252 Spiros Zodhiates, Th.D. The CompleteWord StudyDictionaryNew Testament, AMG, 1993. Lihat kata Idou.
253 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 71.
254 Lihat penjelasan di Apendiks
255 Perfek Aktif Indikatif.
256 Richardson, Hal. 211.
257 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 353.
258 Richardson, Hal. 212-213.
259 Robertson. Penjelasan di 5:6.
260 Present Medium Indikatif.
261 Aoris Aktif Imperatif.
262 Richardson, Hal. 218.
263 Present Medium Indikatif.
264 Present Aktif Partisip.
265 Robertson. Lihat penjelasan di 5:7.
266 Aoris Aktif Imperatif.
267 Perfek Aktif Indikatif.
268 Present Aktif Imperatif.
269 Perfek Aktif Indikatif.
270 Aoris Aktif Imperatif.
271 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 213.
272 Ibid, Hal. 252.
273 Ibid, Hal. 322.
274 Aliran pembahasan terdapat di: Anthony Bird, Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009. Hal 200.
275 Bird, Hal 202. Lihat juga Robertson, penjelasan di 5:12.
276 Present Aktif Imperatif.
277 Present Aktif Imperatif.
278 Present Aktif Indikatif.
279 Present Medium Imperatif.
280 Present Aktif Imperatif.
281 Osbourne, Hal. 2399.
282 Aoris Medium Imperatif.
283 Aoris Medium Imperatif.
284 Aoris Aktif Partisip.
285 Future Aktif Indikatif.
286 Future Aktif Indikatif.
287 Present Aktif Subjunktif.
288 Perfek Aktif Partisip.
289 Future Pasif Indikatif.
290 Present Medium Imperatif.
291 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 182.
292 Present Medium Imperatif.
293 Ibid, Hal. 201.
294 Aoris Pasif Subjunktif.
295 Present Medium Partisip.
296 Aoris Pasif Subjunktif.
297 Present Aktif Imperatif.
298 MacArthur, Hal. 1935.
299 Lihat penjelasan di Apendiks
300 Richardson, Hal. 198.
301 Barclay M. Newman Jr. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012. Hal. Ix-x.