
Teks -- Wahyu 13:18 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 13:18
Full Life: Why 13:18 - BILANGANNYA IALAH ENAM RATUS ENAM PULUH ENAM.
Nas : Wahy 13:18
Sekalipun antikristus itu disebut "binatang" dalam seluruh kitab
Wahyu, bilangannya ialah 666. Banyak penafsir percaya bahwa angka...
Nas : Wahy 13:18
Sekalipun antikristus itu disebut "binatang" dalam seluruh kitab Wahyu, bilangannya ialah 666. Banyak penafsir percaya bahwa angka enam merupakan angka manusia dalam Alkitab dan angka tiga merupakan angka bagi Allah. Oleh karena itu, tiga angka enam yang berjajar itu barangkali melambangkan seorang manusia yang telah menjadikan dirinya sendiri allah. Seperti para kaisar Roma dan banyak orang lain sebelum dan sesudah mereka, ia percaya bahwa ia adalah allah
(lihat cat. --> Wahy 13:8;
[atau ref. Wahy 13:8]
2Tes 2:4).
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.

Jerusalem: Why 12:1--14:20 - -- Bab 12-14 Bagian ini melanjutkan penggambaran persiapan akhir dunia. Dengan cara dan gambar-gambar lain bagian ini melukiskan perjuangan yang kini ber...
Bab 12-14 Bagian ini melanjutkan penggambaran persiapan akhir dunia. Dengan cara dan gambar-gambar lain bagian ini melukiskan perjuangan yang kini berlangsung antara Naga dan Anak Domba. Bab 12 mencampurkan unsur-unsur dari dua penglihatan yang berbeda, yaitu: perjuangan Naga melawan Perempuan serta keturunannya, Wah 12:1-6 dan Wah 12:13-17; perjuangan Mikhael melawan Naga, Wah 12:7-12.

Jerusalem: Why 13:18 - enam ratus enam puluh enam Baik dalam tulisan Yunani maupun dalam tulisan Ibrani huruf-huruf juga dipakai sebagai angka, yang nilainya sesuai dengan tempat huruf dalam abjad. Bi...
Baik dalam tulisan Yunani maupun dalam tulisan Ibrani huruf-huruf juga dipakai sebagai angka, yang nilainya sesuai dengan tempat huruf dalam abjad. Bilangan sebuah nama ialah huruf-huruf angka yang dijumlah. Di sini angka 666 menurut abjad Ibrani menjadi Nero dan menurut abjad Ibrani menjadi "Kaisar-allah".
Ref. Silang FULL -> Why 13:18
Ref. Silang FULL: Why 13:18 - ialah hikmat // adalah bilangan · ialah hikmat: Wahy 17:9
· adalah bilangan: Wahy 15:2; 21:17
· ialah hikmat: Wahy 17:9
· adalah bilangan: Wahy 15:2; 21:17

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 13:18 - -- 13:18 Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan ...
13:18 Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.
Mungkin ada ratusan tafsiran tentang maksud dan arti dari bilangan 666. Seratus tahun setelah Kitab Wahyu ditulis, Irenius, murid dari Polikarpus, murid Yohanes, hanya dapat mengajukan tiga kemungkinan.486 Walaupun zaman ini sulit dipahami, tetapi tampaknya orang-orang kudus yang berhikmat pada akhir zaman tentu akan mengerti artinya. Satu tafsiran yang menarik diuraikan oleh Beasley-Murray.487 Ternyata kalau nama Yunani Kaisar Nero ditulis dalam huruf Ibrani, bilangannya 666, dan kalau nama Latin Kaisar Nero ditulis dalam huruf Ibrani, bilangannya 616. (Bilangan 616 adalah ragam bacaan dalam Codex Ephraemi Rescriptus dari abad kelima.)
Rupanya kita belum dapat (dan belum perlu) mengetahui identitas binatang itu. Tetapi kita dapat memahami bahwa pemakaian bilangan 666 adalah sesuai dengan gaya Kitab Wahyu, karena bilangan 666 tetap tidak mencapai kesempurnaan sebagaimana bilangan 777. Beasley-Murray488 mencatat bahwa bilangan nama Yesus dalam bahasa Yunani adalah 888. Kalau bilangan 888 dibandingkan dengan bilangan Anti-Kristus, maka kontras antara yang benar dan yang palsu ditonjolkan.
Tambahan Kedelapan: 144.000 orang (14:1-5)
Kisah tentang Iblis, Anti-Kristus, dan Nabi Palsu dalam pasal 13 memang berat dan ngeri untuk dibaca. Namun dalam pasal 14 perhatian kita tidak lagi dipusatkan pada tokoh kejahatan, tetapi pada Kristus dan mereka yang memuji Dia. Kita, pembaca, dihibur dan dikuatkan karena Raja kita pasti menang, dan Dia beserta dengan umat-Nya yang setia dalam segala kesusahan.

Hagelberg: Why 13:18 - -- 13:18 Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan ...
13:18 Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.
Mungkin ada ratusan tafsiran tentang maksud dan arti dari bilangan 666. Seratus tahun setelah Kitab Wahyu ditulis, Irenius, murid dari Polikarpus, murid Yohanes, hanya dapat mengajukan tiga kemungkinan.486 Walaupun zaman ini sulit dipahami, tetapi tampaknya orang-orang kudus yang berhikmat pada akhir zaman tentu akan mengerti artinya. Satu tafsiran yang menarik diuraikan oleh Beasley-Murray.487 Ternyata kalau nama Yunani Kaisar Nero ditulis dalam huruf Ibrani, bilangannya 666, dan kalau nama Latin Kaisar Nero ditulis dalam huruf Ibrani, bilangannya 616. (Bilangan 616 adalah ragam bacaan dalam Codex Ephraemi Rescriptus dari abad kelima.)
Rupanya kita belum dapat (dan belum perlu) mengetahui identitas binatang itu. Tetapi kita dapat memahami bahwa pemakaian bilangan 666 adalah sesuai dengan gaya Kitab Wahyu, karena bilangan 666 tetap tidak mencapai kesempurnaan sebagaimana bilangan 777. Beasley-Murray488 mencatat bahwa bilangan nama Yesus dalam bahasa Yunani adalah 888. Kalau bilangan 888 dibandingkan dengan bilangan Anti-Kristus, maka kontras antara yang benar dan yang palsu ditonjolkan.
Tambahan Kedelapan: 144.000 orang (14:1-5)
Kisah tentang Iblis, Anti-Kristus, dan Nabi Palsu dalam pasal 13 memang berat dan ngeri untuk dibaca. Namun dalam pasal 14 perhatian kita tidak lagi dipusatkan pada tokoh kejahatan, tetapi pada Kristus dan mereka yang memuji Dia. Kita, pembaca, dihibur dan dikuatkan karena Raja kita pasti menang, dan Dia beserta dengan umat-Nya yang setia dalam segala kesusahan.

Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |

Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
Wycliffe -> Why 13:18
Wycliffe: Why 13:18 - bilangan binatang // binatang yang muncul dari bumi, // binatang yang; muncul dari laut 18. Ayat penutup pasal ini, yaitu ayat yang menyingkapkan bilangan binatang tersebut sebagai 666 telah menimbulkan banyak penafsiran dan banyak tulisa...
18. Ayat penutup pasal ini, yaitu ayat yang menyingkapkan bilangan binatang tersebut sebagai 666 telah menimbulkan banyak penafsiran dan banyak tulisan. Berjilid-jilid buku telah ditulis untuk membahas satu ayat ini. Luther salah ketika berpikir bahwa angka ini merupakan pernyataan kronologis. Dengan menambahkan 666 kepada tahun 1000 menghasilkan baginya tahun 1666, pada tahun mana tidak terjadi hal penting yang sudah dinubuatkan. Banyak orang telah berusaha untuk mengidentifikasi orang ini dengan cara mencari orang yang jumlah angka namanya adalah 666. Angka nama ini dapat dilakukan untuk bahasa Ibrani. Yunani dan Latin. Jadi, menurut perhitungan semacam ini ada yang beranggapan bahwa 666 ialah seorang kaisar Romawi abad pertama, Nero; yang lain menafsirkannya sebagai Lateinos, yang artinya "Si Latin." Saya beranggapan bahwa kita hanya perlu mengetahui bahwa angka enam adalah angka manusia yang jatuh dan karenanya berarti ketidaklengkapan, dan bahwa 666 merupakan tritunggal 6. Bahkan di dalam nas ini terdapat tritunggal setan - Iblis, binatang yang muncul dari bumi, (Anti Kristus, ay. 11) dan binatang yang; muncul dari laut (nabi palsu, ay. 1). (Pembahasan tentang berbagai penafsiran mengenai kedua binatang ini dapat dilihat dalam tulisan Charles Maitland, The Apastles' School of Prophetic Interpretation . hlm. 329).
Torrance dengan tepat mengatakan, "Tidakkah kita melihat dewasa ini bahwa patung didirikan di negara demi negara dengan kekuatan propaganda dan kebohongan? ... Belumkah kita mendengar suara yang parau dari binatang yang berteriak dan berseru di radio, dan membaca bualan-bualan dan ancaman-ancamannya di halaman-halaman Pers dunia? ... Yang dapat dilakukan tanpa Yesus Kristus hanyalah memberikan rencana baru kepada orang yang belum percaya, memberikan bentuk yang halus dan tidak kentara kepada kejahatan, keangkuhan dan pementingan diri umat manusia ... . Setiap saat kejahatan tersembunyi di dunia membangun patungnya dan menanamkan kesannya pada pribadi dan pikiran serta perbuatan umat manusia" (op,cit., hlm. 86-89).
Perhatikan bahwa kedua pemimpin dunia ini disebut binatang. Ahli filsafat Rusia. Nicholas Berdyaev, ketika mentis tentang kebinatangan manusia modern mengatakan. "Gerakan menuju kemanusiaan yang super dan manusia super, menuju kekuatan-kekuatan luar biasa, terlalu sering tidak berarti lain daripada membinatangkan manusia. Anti-humanisme modern merupakan aliran kebinatangan. Pandangan ini memakai Nietzsche sebagai pembenaran atas dehumanisasi dan perlakuan terhadap manusia seperti terhadap binatang... Kekejaman seperti binatang terhadap manusia merupakan ciri zaman kita, dan hal ini lebih mengejutkan karena muncul pada saat manusia mencapai puncak pengembangan dirinya, di mana pemahaman modern mengenai belas kasihan. tampaknya, telah memustahilkan berbagai bentuk kekejaman kuno. Aliran kebinatangan sangat berbeda dengan barbarisme kuno yang wajar dan masuk akal. Di sini aneka naluri yang atavistis dan barbar disaring melalui prisma peradaban sehingga memiliki sifat patologis. Aliran kebinatangan merupakan sebuah gejala dunia manusia, tetapi dunia yang sudah beradab" (The Fate of Man in the Modern World, hlm. 26-29. Pembahasan lengkap mengenai pasal ini terdapat di dalam buku saya, This Atomic Age and the Word of' God, hlm. 193-221).

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 13:11-18
Matthew Henry: Why 13:11-18 - Binatang yang Keluar dari dalam Bumi Binatang yang Keluar dari dalam Bumi (13:11-18)
I. Bentuk dan rupa dari binatang kedua: ia bertanduk dua sama seperti anak domba, tetapi be...
Binatang yang Keluar dari dalam Bumi (13:11-18)
- I. Bentuk dan rupa dari binatang kedua: ia bertanduk dua sama seperti anak domba, tetapi berbicara seperti seekor naga. Semua penafsir setuju bahwa ini pastilah seorang penyamar ulung, yang berpura-pura dengan alasan agama hendak menipu jiwa-jiwa manusia.
- II. Kuasa yang dijalankannya (ay. 12) untuk menarik manusia supaya tidak menyembah Allah yang benar dan beralih menyembah yang kodratnya bukan Allah.
- III. Cara-cara yang dipakai binatang kedua ini untuk menjalankan rencana-rencananya. Tanda-tanda dahsyat yang bohong, mujizat-mujizat palsu, dipakai untuk menipu orang. Ia berpura-pura menurunkan api dari sorga. Terkadang Allah mengizinkan musuh-musuh-Nya melakukan perkara-perkara yang tampaknya sangat ajaib, dan dengannya orang-orang yang tidak hati-hati akan disesatkan. Orang-orang yang tertipu memiliki tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, dan juga mempunyai nama binatang itu atau bilangan namanya. Secara terang-terangan mereka mengakui diri tunduk pada binatang itu.
- IV. Kita punyai di sini bilangan binatang itu, yang diberikan kepada kita dengan cara yang cukup untuk dipahami oleh hikmat dan pengertian manusia: bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya adalah 666. Hanya ini yang kita ketahui, Allah sudah menulis Mene Tekel di atas semua musuh-Nya. Ia telah menghitung jumlah hari-hari mereka, dan mereka akan habis, tetapi kerajaan-Nya akan berlangsung sampai selama-lamanya.
SH -> Why 13:1-18; Why 13:1-18
SH: Why 13:1-18 - Kuasa tipu daya (Rabu, 23 November 2005) Kuasa tipu daya
Tujuan utama hidup manusia adalah menyembah dan melakukan kehendak
Allah. Manusia gagal memenuhi panggilan tersebut, sebaliknya ...
Kuasa tipu daya
Tujuan utama hidup manusia adalah menyembah dan melakukan kehendak Allah. Manusia gagal memenuhi panggilan tersebut, sebaliknya menjadikan diri sendiri tuan atas hidup dan melakukan hasrat dosa semata. Manusia melawan Allah akibat manusia pertama menyambut bujuk rayu Iblis. Hanya orang yang mengizinkan Yesus memperbarui dan mengubah kehidupan mereka yang sanggup memenuhi tujuan ilahi tersebut.
Wahyu menelanjangi usaha Iblis meningkatkan pengaruh agar manusia
terus berontak melawan Allah. Iblis memakai 2 cara. Pertama,
melalui binatang buas lambang kekuasaan yang mengendalikan
kehidupan puncak (tahkta) dan memakai pengaruh-pengaruh religi
(hujat dan tidak mati, lih. ayat 1-7). Kedua, melalui binatang
buas yang bertanduk seolah nabi bagi binatang pertama (ayat
Lebih bahaya daripada aniaya adalah tipu daya Iblis. Sebagian besar
penduduk bumi menyembah (ayat 14), membangun berbagai penyembahan
berhala (ayat 14b), dan akhirnya dimeterai sebagai milik Iblis
(ayat 16-17). "Tritunggal" laknat berhasil menipu manusia. Naga
atau ular tua (ayat 15), memberi kuasa agar binatang buas (ayat
Camkan: Persekongkolan Iblis itu tidak lebih hanya 666, bukan 777. Iblis tidak mungkin mencapai kesempurnaan dan kepenuhan Allah dalam Yesus Kristus.

SH: Why 13:1-18 - Binatang-binatang yang mengerikan. (Jumat, 8 November 2002)
Binatang-binatang yang mengerikan.
Dalam upaya memerangi umat Allah, sang naga menggunakan berbagai
cara. Wahyu 13 menuturkan skenario besa...
Binatang-binatang yang mengerikan.
Dalam upaya memerangi umat Allah, sang naga menggunakan berbagai
cara. Wahyu 13 menuturkan skenario besarnya, yakni dengan
memperalat negara dan agama. Kelihatannya hal itu sangat kena-
mengena dengan keadaan umat manusia pula.Di tengah kekacauan
bangsa-bangsa (laut), keluarlah sosok binatang yang sangat kuat
lagi mengerikan. Berkepala tujuh yang bertuliskan nama-nama
hujat dengan tanduk sepuluh, bermahkota, dan bersosok mirip
macan tutul, beruang, dan singa. Tak pelak lagi kekuasaan
politik dan para penguasanyalah yang sedang digambarkan di sini.
Di zaman Yohanes, ini menunjuk kepada Kekaisaran Romawi,
terutama dengan raja-rajanya yang antikristen. Iblis berada di
balik kekuasaan politik dan para penguasanya, sehingga mereka
berani meninggikan diri di hadapan Allah (Domitianus menuntut
diakui sebagai Tuhan dan disembah sebagai Allah), menuntut
penyembahan rakyat, dan menganiaya para pengikut setia Kristus.
Bukan hanya itu, Iblis juga bekerja dalam lingkup yang kelihatan lebih halus, yakni wilayah rohani. Binatang ganjil keluar dari dalam bumi, dengan dua tanduk seperti anak domba dan berbicara laksana sang naga. Ia menjadi pelaksana kuasa binatang yang pertama dan dengan itu ia mengajak seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang yang pertama. Melalui pengaruhnya yang sangat luar biasa, ia menyebabkan hampir semua orang menerima tanda sang binatang pertama di dahi mereka. Orang-orang itu menyediakan diri menjadi pengikut dan penyembah kekuasaan politik bersifat tirani dan memusuhi Allah. Namun demikian, penglihatan yang seram ini diimbangi dengan ungkapan bahwa bilangan binatang itu enam ratus enam puluh enam adalah suatu kiasan tentang penolakan dan pemberontakan manusia kepada Allah yang sempurna dan kegagalan tuntutannya untuk menjadi sama dengan Allah.
Renungkan:
Negara maupun agama bisa berperan sebagai sarana anugerah umum
demi mengekang penyebarluasan dosa tetapi juga bisa menjadi alat
Iblis untuk melawan Kristus dan umat-Nya.
Utley -> Why 13:11-18
Utley: Why 13:11-18 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 13:11-1811 Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia be...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 13:11-18
11 Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga. 12 Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh. 13 Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. 14 Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu. 15 Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh. 16 Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, 17 dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. 18 Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.
Wahy 13:11 "Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi" Ini merupakan acuan kepada Dan 7:17. Banyak yang mengasumsikan bahwa kedua binatang adalah parodi dari dua saksi Allah dalam Wahy 11:13-14, sementara yang lain beranggapan bahwa naga dan dua binatang adalah parodi dari Trinitas.
Sebagai binatang dari laut adalah sebuah kiasan untuk Leviathan (lih.Ayub 41:1-34), master kekacauan berair kuno, sehingga binatang dari tanah merupakan kiasan untuk Behemoth (lih.Ayub 40:15-24), rakasa tanah yang sesuai (ini sama sekali tidak mengacu pada dinosaurus, tetapi untuk mitologi timur kuno).
Binatang ini adalah simbol dari kejahatan (kekacauan) dan pemberontakan dalam penciptaan Allah (lih.Mazm 74:12-14; Ayub 3:8; Yes 51:9-11; Am 9:3). Kadang-kadang Leviathan disebut Rahab (yang bengkok, yaitu ular, lihat Yes 51:9). Di tempat lain Rahab adalah nama untuk Mesir (Nil, yaitu, memutar sungai, lih. Mazm 87:4; Yes 30:7 dan mungkin Yeh 32, khususnya ay. 2-3).
□ "bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga" Penyebutan anak domba adalah parodi jelas tentang Kristus (lih.Wahy 5:6). suara dan / atau pesan Nya mengungkap karakternya yang sejati. Kemudian dalam Wahyu makhluk yang kedua selalu disebut sebagai nabi palsu (lih.Wahy 16:13; 19:20; 20:10). Dia tidak mencari kemuliaan untuk dirinya sendiri, tetapi merekrut dunia untuk menyembah binatang (lih.ay. 12). Ini adalah parodi dari karya Roh Kudus (lih.Yoh 14; 15; 16) dalam mempromosikan Kristus. Jadi kita memiliki trinitas yang tidak kudus: Setan sebagai parodi Allah Bapa; binatang laut sebagai parodi Allah Anak, dan binatang tanah sebagai parodi Allah Roh.
Wahy 13:13 "Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat" ini adalah PRESENT TENSE VERB yang berarti ia terus mengadakan keajaiban. Diharapkan bahwa guru-guru palsu akhir zaman akan dapat melakukan hal yang ajaib dan bahkan memimpin umat pilihan ke penyesatan, jika itu mungkin (lih.Mat 24:24. Mr 13:22; 2Tes 2:9-11 ; Didache Wahy 16:3,4). Mujizat tidak otomatis adalah tanda-tanda Allah (lih.Kel 7:8-13). Ini adalah satu lagi parodi pelayanan Kristus.
□ "bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang" Ini mirip dengan Elia dalam 1Raj 18:38, yang mungkin merupakan sumber keterangan dua saksi yang ditemukan di Wahy 11:5. Mungkin merujuk kepada api yang turun sebagai penghakiman Allah dalam Yeh 38:22 atau Yeh 39:6. Hal ini mungkin parodi lainnya : (1) dari dua saksi; (2) dari tindakan Allah di PL; atau (3) Pentakosta dalam Kis 2.
Wahy 13:14 "yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu" Kata "luka" (pl_ge, lihWahy 13:3,12,14) Biasanya diterjemahkan "wabah" di Wahyu (lih.9: 18,20; Wahy 11:6; 15:1,6,8; 16:9,21; 18:4,8; 21:9; 22:18). Catatan kaki yang NRSV miliki untuk ay. 3 "wabah kematian nya," untuk ay. 12 "wabah kematian," dan untuk ay. 14 "yang telah menerima wabah dari pedang" Maksud teologis. terjemahan ini adalah untuk menunjukkan bahwa Antikristus bukanlah manusia, namun sistem dunia. Istilah ini dapat digunakan secara metafora dari sebuah "pukulan nasib" atau wabah (lih.Arndt dan Gingrich, hal 674), tetapi makna dasarnya adalah pukulan atau luka.
Ungkapan atas frasa "dan yang tetap hidup" menunjukkan bahwa "wabah" bukanlah terjemahan yang terbaik dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan binatang itu. Gagasan anti- Kristus akhir zaman, Antikristus memimpin bangsa dalam pemberontakan diramalkan dalam Perjanjian Lama di Yeh 38; 39; Za 14; Dan 7:21-27; 9:24-27; 11:36-39 dan dalam literatur apokaliptik intertestamental, Sibylline Oracles, buku III, IV Esdras 5.4,6 dan Apokalips Barukh XL, dan di NT, 2Tes 2:3,8-9.
Wahy 13:15 "Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu" Di tempat lain binatang ini dari tanah disebut nabi palsu (lih.Wahy 16:13; 19:20; 20:10). Mungkin ini adalah metafora dari penyuntikan hidup (misalnya, bahasa Ibrani ruah = nafas) ke dalam gerakan (lih.Yeh 37).
Wahy 13:16 "diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya" Sebagai orang-orang kudus yang dimeteraikan kepada Allah dalam Wahy 7:3, di sini si jahat meniru tindakan Allah dengan membuat tanda sendiri. Kata Yunani berarti sebuah merek hewan atau cap pada dokumen pemerintah. Karena tempat dari tanda, beberapa berpikir bahwa hal ini merupakan penyimpangan dari kemunafikan Yahudi (lih.Ul 6:8). Yang lain menganggap bahwa yang berkaitan dengan budaya Romawi abad pertama, di mana budak dicap dengan nama pemiliknya atau tentara ditato untuk menghormati mereka.
Wahy 13:17 Tanda dari binatang itu terkait dengan pembelian makanan, dan mungkin pekerjaan. Umat Tuhan tidak dilindungi dari penderitaan ekonomi ini.
Wahy 13:17-18 "bilangan namanya" Bahasa kuno yang menggunakan huruf-huruf abjad mereka untuk juga berdiri atas bilangan. Sebagai konsonan Ibrani nama Yesus, inkarnasi Allah, ditambahkan hingga 888 (lih.Sibylline Oracles, 1,324), sehingga nama binatang itu, inkarnasi akhir zaman Iblis ditambahkan hingga 666. Enam merupakan kurang dari angka sempurna 7 (lih.Kej 1, tujuh hari penciptaan); diulang tiga kali ini membentuk superlatif Ibrani (lih.Yes 6:3; Yer 7:4).
Mungkin juga bahwa sejak enam adalah bilangan manusia, mungkin mengacu pada personifikasi setiap orang dari trinitas yang tidak kudus-naga (setan), binatang laut (Antikristus) dan binatang tanah (nabi palsu). Sepertinya bagi saya, binatang yang pertama adalah personifikasi dari sistem politik anti-Tuhan dan makhluk yang kedua adalah personifikasi dari sistem agama anti-Tuhan. Kita sedang bergerak menuju pelacur besar di pasal Wahy 17, lambang sistem dunia anti-Allah dari Dan 7. Apakah itu Babel kuno, Roma abad pertama, atau kerajaan dunia akhir-waktu komposit, itu menunjukkan bahwa sejarah manusia bergerak menuju konflik utama antara "dewa di dunia ini" (lih.2Kor 4:4) dan kaki tangan nya versus penciptaan Allah dan Mesias-Nya (lih.Mazm 2).
Wahy 13:18 "bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam" Manuskrip Yunani papirus P115 dan manuskrip uncial Yunani Codex C (abad keenam) memiliki 616. Naskah papyrus dari abad ketiga atau keempat disebut papirus Oxyrhynchus. Beberapa (Bruce Metzger, A Textual commentary on the Greek New Testament, hal 750) mengatakan bahwa 666 mencerminkan Neron Caesar, bentuk Yunani, yang ditulis dalam bahasa Ibrani, bentuk Latin dari Caesar Nero akan sama dengan 616.
WAWASAN KONTEKSTUAL TERHADAP Wahy 14:1-20
A. Ada kemungkinan bahwa pasal Wahy 14 adalah tanggapan terhadap penyajian kejahatan yang luar biasa dari pasal Wahy 12; 13. Saya yakin bahwa para pembaca bertanya-tanya apa yang akan terjadi pada orang-orang kudus selama penganiayaan akhir zaman yang mengerikan.
B. Beberapa telah melihat struktur literatur lain dari "tujuh" dalam ay. 6-20. Ada serangkaian tujuh malaikat, tetapi struktur ini tidak tampak teologis yang signifikan.
TFTWMS -> Why 13:16-18; Why 13:18
TFTWMS: Why 13:16-18 - Ia Menjanjikan Apa Yang Ia Tidak Dapat Berikan IA MENJANJIKAN APA YANG IA TIDAK DAPAT BERIKAN (Wahyu 13:16-18)
Teks kita ditutup dengan nas tentang "tanda" kontroversial binatang itu. Ba...
IA MENJANJIKAN APA YANG IA TIDAK DAPAT BERIKAN (Wahyu 13:16-18)
Teks kita ditutup dengan nas tentang "tanda" kontroversial binatang itu. Bagian ini berawal dengan, "Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya" (ay. 16 ).
Pada masa itu, para budak dan orang lain kadang-kadang menerima tanda sungguhan pada tangan atau dahi mereka.40
Jika Anda pernah berjalan menyusuri jalan utama sebuah kota Romawi pada zaman ketika Kitab Wahyu ditulis, Anda mungkin melihat seorang laki-laki dengan cap putih di dahi atau telapak tangannya berjalan ke arah Anda. Huruf atau angka yang dibakar pada dagingnya akan sudah mengidentifikasi dirinya sebagai budak dari orang atau pemuja dewa yang capnya ia kenakan.41
Yang ada di dalam pikiran Paulus kemungkinan adalah praktik ini ketika ia berbicara tentang tanda pada tubuhnya "tanda-tanda milik Yesus" (Galatia 6:17)— mengacu kepada bekas luka yang diterimanya sementara melayani sang Tuan (2 Korintus 11:23-25).42
Binatang Darat Menandai Manusia (13:16)
Beberapa orang menganggap "tanda" di 13:16, 17 sebagai semacam tanda literal. Saya memiliki brosur kartun berjudul "Sang Binatang." Di sepanjang brosur itu para pengikut binatang itu digambarkan dengan angka "666" yang secara jelas dicat atau ditato pada dahi mereka. Karena "tanda" itu berkaitan dengan pembelian dan penjualan (ay. 17), beberapa orang mengidentifikasi "tanda" itu sebagai simbol yang digunakan dalam perdagangan: nomor [rekening] bank, kode-kode bar di supermarket,43nomor jaminan sosial, dan sejenisnya. (Selama Perang Dunia II, beberapa orang di Amerika yakin bahwa kupon rangsum adalah "tanda dari binatang itu.")
Tak satu pun dari penafsiran ini akan sudah memiliki arti apa pun bagi umat Kristen mula-mula44Dalam konteksnya, "tanda" binatang itu adalah rekanan—dan tiruan— "meterai" Allah yang kita pelajari di pasal 7: (1) Meterai Allah dilekatkan pada 144.000 orang, angka simbolik yang menunjukkan "semua orang setia"; tidak satu orang pun dilupakan. Meski begitu, tanda binatang itu dilekatkan pada "semua orang, baik kecil maupun besar, dan kaya dan miskin, dan orang-orang merdeka dan budak"; tidak satu pun penghuni bumi luput. (2) 144.000 orang dimeteraikan "di dahi mereka" (7:3), dan para pengikut binatang itu "diberi tanda pada tangan kanan mereka, atau di dahi mereka." (3) Meterai itu menunjukkan bahwa orang yang diselamatkan itu milik Allah , bahwa mereka dilindungi oleh Allah, dan bahwa mereka memanfaatkan pandangan Allah—terutama sikapnya terhadap penderitaan.45Tanda itu dilekatkan pada para penghuni bumi sebagai milik binatang, sebagai orang-orang yang berada di bawah perlindungannya, dan sebagai orang-orang yang menerima karakternya.46Ketika kita belajar tentang meterai itu, kita menekankan bahwa meterai itu bukan sungguhan— dan begitu juga halnya dengan tanda itu.
Meterai memiliki banyak tujuan di zaman Alkitab, namun di pasal 7 tujuan yang ditekankan adalah perlindungan. Meski begitu, ketika orang menerima tanda binatang, hal itu menyiratkan bahwa binatang itu akan menyediakan kebutuhan mereka dan melindungi mereka. Namun begitu, Iblis selalu menjanjikan apa yang ia tidak bisa berikan.
Meski begitu, pada awalnya binatang itu seolah-olah memenuhi segala janjinya: "Dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu [binatang laut] atau bilangan namanya" (ay. 17). "Tanda" itu diidentifikasi sebagai "nama binatang itu atau bilangan namanya." Nanti kita akan membahas "bilangan itu" di dalam pelajaran itu. Ingatlah bahwa pada zaman itu, nama orang melambangkan segala hal tentang diri orang itu. "Ditandai" dengan nama binatang itu adalah menjadi seperti binatang itu.
Fakta pentingnya adalah tidak ada orang yang bisa membeli atau menjual kecuali mereka yang memiliki "tanda itu." Beberapa orang mengira hal ini mengacu kepada dokumen-dokumen hukum yang diperlukan oleh warga negara untuk melakukan perdagangan. Arkeologi "telah mengungkapkan sisa-sisa sertifikat yang [para penyembah patung] terima sebagai bukti telah mempersembahkan ibadah kepada kaisar."47Merrill C. Tenney memberikan wawasan ini:
Di bawah beragam kaisar, dimulai dengan Tiberius, semua dokumen bisnis harus dimeteraikan oleh cap pemerintah, yang tanpanya transaksi akan tidak sah. Sanksi diterapkan oleh penguasa daerah, kadang-kadang oleh kaum imam dari berbagai kota, yang menyuburkan penyembahan kepada Kaisar yang memerintah.48
Para sarjana lain beranggapan bahwa boikot itu lebih bersifat umum: Mungkin, ketika seorang Kristen tidak mau sujud kepada patung itu, kabar menyebar, dan pedagang menolak berurusan dengan dia. Mungkin orang Kristen yang berhati-hati menjauhkan diri dari serikat dagang yang terkait erat dengan ilah-ilah pagan. Dengan cara apa pun boikot ekonomi itu akan dilakukan,4913:17 menorehkan masa depan yang suram bagi umat Kristen dan keluarga mereka.
Jadi kita masuk ke ayat 18, yang dimulai dengan, "Yang penting di sini ialah hikmat." Alkitab NIV menulis "ini memerlukan hikmat" Informasi akan segera disampaikan kepada mereka yang cukup bijaksana untuk memahaminya—informasi yang akan menempatkan perspektif yang berbeda atas hal-hal itu. Salah satu definisi hikmat Alkitabiah adalah "lihatlah berbagai hal seperti Allah melihat mereka."
Pada awal pelajaran sebelumnya, saya menunjukkan bahwa setelah masing-masing binatang itu diperkenalkan, Roh Kudus memberikan kata dorongan singkat. Kata penghiburan setelah pengenalan binatang laut ditemukan di 13:9, 10, sementara pesan dorongan setelah gambaran binatang darat ditemukan di ayat 18: "Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam."
Ayat ini dianggap sebagai salah satu yang paling membingungkan di dalam Kitab Wahyu, bahkan di dalam seluruh Alkitab. Salah satu penafsiran yang paling populer atas nas ini adalah dengan menganggapnya sebagai sebuah teka-teki yang disajikan oleh Yohanes: menggunakan angka 666 untuk menyimpulkan nama orang tertentu melalui suatu proses yang disebut gematria.50Ini merupakan proses yang rumit—begitu rumitnya sehingga kita akan memiliki pelajaran terpisah tentang hal itu.51Untuk saat ini, cukuplah dikatakan bahwa saya sejalan dengan Martin Franzmann, yang mengatakan bahwa jika Yohanes benar-benar melemparkan teka-teki, "tidak satu pun dari pelbagai upaya modern untuk memecahkan kriptogram itu bisa meyakinkan sepenuhnya."52Pertimbangkanlah pokok-pokok pikiran ini:
(1) Tidak ada di tempat lain di dalam kitab Wahyu angka-angka diperlakukan sebagai teka-teki. Lalu, mengapakah angka "666" harus diperlakukan seperti itu di sini? Di tempat lain di dalam kitab ini, angka-angka diperlakukan sebagai simbolik. Lalu, mengapakah kita tidak memperlakukan angka "666" itu sebagai simbolik? "Wahyu adalah kitab simbol; itu bukan kitab teka-teki!"53
(2) Tujuan keseluruhan kitab Wahyu adalah untuk menghibur, tapi penghiburan apakah yang akan terdapat di sana bila ada teka-teki, bahkan jika teka-teki itu bisa dipecahkan dengan menyimpulkan nama seseorang? Yohanes tidak sedang main-main. Tujuannya bukan untuk mengacaukan, tetapi untuk menghibur; bukan untuk membingungkan, tapi untuk menenangkan; bukan untuk menyajikan teka-teki, tetapi untuk memberikan dorongan.
Konteks itu memberikan dua petunjuk untuk fakta bahwa tujuan ayat 18 adalah untuk mendorong umat Kristen. Petunjuk pertama adalah bahwa bilangan itu adalah "bilangan seorang manusia." Di tempat lain dalam kitab Wahyu, ungkapan yang sama diterjemahkan dengan kata "manusia" (21:17).54Ungkapan ini digunakan untuk mengacukan "umat manusia pada umumnya" di Galatia 1:11; 3:15; dan teks-teks lainnya. Yohanes tidak bermaksud, "Itu adalah bilangan orang tertentu"; maksudnya, "Itu adalah bilangan yang dengan tepatnya menandakan manusia."55Dengan kata lain, bilangan binatang itu bukanlah bilangan sosok dewa atau bahkan manusia super. Itu hanyalah bilangan manusia. Tidak ada orang atau sekelompok orang, terlepas betapa berkuasannya mereka mungkin, tahan melawan Allah yang Mahaperkasa! (Lihat 2 Tawarikh 20:6.)
Petunjuk kedua adalah angka yang ditujukan kepada binatang itu: "666." Untuk menafsirkan angka ini, mulailah dengan arti simbolik mendasar angka "enam." Dalam materi pengantar kita tentang angka-angka,56kita melihat bahwa karena angka enam kurang dari tujuh dan "tujuh" menandakan kesempurnaan, maka "enam" menandakan ketidaksempurnaan atau jahat. Sekali lagi, karena angka enam hampir tujuh, mengatakan "enam" juga menyiratkan penipuan.
Ketika mengajar kelas tentang kitab Wahyu, saya kadang-kadang menggunakan demonstrasi visual: Secara terbuka saya menghitung tujuh koin ke tangan saya. Lalu saya beritahukan para pendengar saya bahwa saya akan meletakkan tangan saya di punggung dan saya akan membuang satu koin atau tidak membuang sama sekali. Saya meletakkan tangan saya di belakang punggung, dan kemudian meletakkannya di depan, membiarkan kelas saya melihat koin-koin itu. Koin-koin itu selalu saya gerakkan perlahan-lahan sehingga sulit bagi mereka untuk mengatakan berapa banyak koin yang saya miliki, dan saya menantang mereka untuk menebak apakah saya memiliki enam atau tujuh koin di tangan saya. Saya melakukan ini beberapa kali, kadang-kadang dengan enam koin dan kadang-kadang dengan tujuh koin. Karena pada sebagian besar kesempatan para siswa saya salah menebak, ini menunjukkan bagaimana enam bisa menipu—kelihatannya sama seperti tujuh.
Pada akhirnya, angka "enam" digunakan untuk meramalkan kegagalan—karena, tidak peduli betapa kuatnya ia mungkin ingin menjadi "tujuh," "enam" akan selalu menjadi "enam" (Jika harga suatu barang diatur secara kaku seharga tujuh sen, enam sen tidak bisa membeli barang itu.)
Sekarang, gabungkanlah konsep yang menyatu dalam angka "enam." Secara Alkitabiah, mengulang sesuatu sebanyak tiga kali adalah untuk meningkatkan sesuatu itu kepada kekuasaan tertinggi. "Enam" tiga kali melambangkan kejahatan dan penipuan, tapi "di sini ialah hikmat": Itu juga merupakan lambang kegagalan! Pada akhirnya, "666" melambangkan "kegagalan atas kegagalan atas kegagalan."57
Angka itu mengumumkan dengan nada jelas bahwa Iblis menjanjikan apa yang ia tidak pernah bisa berikan! Nabi palsu itu boleh jadi memiliki penampilan Anak Domba, dan ia mungkin dapat membagikan tanda-tanda sebagaimana Anak Domba memberikan meterai-Nya. Namun begitu, pada akhirnya ia bukan Anak Domba. Pada akhirnya, tandanya itu sekedar tanda. Pada akhirnya, orang-orang yang mengikuti dia akan masuk ke dalam kekekalan tanpa perlindungan!
Meterai Allah ada pada milik-Nya, Amanlah semua domba-Nya; Si jahat mungkin melecehkan, Tapi Allah pasti akan tetap menjaganya.
Tidak begitu, bagi mereka yang tidak percaya Kepada Anak Allah yang kudus;
Mereka akan punya tanda pada tangan dan kepala, Tapi dari Si Jahat asalnya.
Malam tergelap dunia akan tiba, Tak ada sinar harapan bisa menerobos; Larilah sekarang kepada Dia—Ia ingin menjadi Tempat perlindungan Allah untuk Anda.58
Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah [di]sesat[kan]" (Yakobus 1:16)!

TFTWMS: Why 13:18 - Jumlahnya Tidak Cocok JUMLAHNYA TIDAK COCOK (WAHYU 13:18)
Yohanes mengatakan bahwa nabi palsu akan menyebabkan semua orang "diberi tanda pada tangan kanannya atau pad...
JUMLAHNYA TIDAK COCOK (WAHYU 13:18)
Yohanes mengatakan bahwa nabi palsu akan menyebabkan semua orang "diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya" dan ia akan menetapkan "tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya" (13:16b, 17; huruf miring oleh saya). Rasul itu kemudian menambahkan, "Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam"(ay. 18; huruf miring oleh saya).
Menurut William Barclay, "ayat ini menguras kecerdikan lebih banyak daripada ayat lain mana saja di dalam Alkitab."1Robert Mulholland mengatakan, "Orang menduga bahwa mungkin ada lebih 666 solusi bagi teka-teki angka itu, beberapanya cerdik, yang lainnya pandai, dan banyak yang tidak dapat dipercaya."2
Untuk membuah masalah ini bahkan lebih membingungkan, dalam beberapa naskah ditemukan pembacaan yang berlainan: 616. Apakah arti penting angka 666— atau 616? Dalam pelajaran itu ini kita akan menyurvei beberapa saran yang telah dibuat dan akan mengusulkan makna yang sehat, masuk akal untuk angka itu.
BEBERAPA PENAFSIRAN YANG TIDAK BIASA
Para komentator yang menganut pendekatan sejarah berlanjut terhadap kitab Wahyu3telah mencoba untuk menjadikan angka itu suatu periode dalam waktu: periode penting yang membentang tepat 666 tahun. Penafsiran mereka atas interval ini memasukkan kaum kafir, Katholikisme, dan Muhamadanisme. Di antara banyak keberatan terhadap pandangan ini adalah fakta bahwa manusia telah menganut masing-masing sistem kepercayaan ini lebih dari 666 tahun.4
Satu gagasan yang tidak biasa adalah bawah angka itu melambangkan "Mesias Iblis" Kesimpulan ini dicapai dengan menggunakan bentuk berikut untuk menuliskan angka "666":
χ ξ ς
Yang pertama dari tiga simbol itu adalah huruf Yunani "chi," yang dapat berarti "600." (Saya akan menjelaskan hal ini sebentar lagi.) Yang kedua adalah huruf "xi," yang dapat berarti "60." Yang ketiga adalah "sigma" yang dapat berarti "6." Dengan begitu tiga huruf Yunani itu berjumlah 666. Mereka yang menggunakan pendekatan imajinatif ini menunjukkan bahwa "chi" adalah huruf pertama dalam bahasa Yunani untuk "Kristus," dan "sigma" adalah huruf terakhir dari kata itu.5Di antara kedua huruf itu adalah "xi," yang (kata mereka) tampak seperti ular melingkar. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa angka itu menggambarkan Kristus (Mesias) pada sisi luarnya dan ular (Iblis) pada sisi dalamnya: dengan demikian, Mesias Iblis. Di antara banyak sekali keberatan yang bisa ditujukan kepada konsep ini adalah ini: Dalam teks Yunani, 666 tidak ditulis χξς (chi-xi-sigma), melainkan ε,ξακοσιοι ε,ξηκοντα ε,ξ (hexakosioi hexekonta hex—enam ratus enam puluh enam).
PENDEKATAN POPULER
Satu konsep yang lebih masuk akal—dan konsep yang dianjurkan oleh banyak komentator—adalah bahwa 666 melambangkan nama atau gelar orang tertentu. Mereka yang menggunakan pendekatan ini meyakinkan kita bahwa kedua ungkapan "bilangan namanya" dan "bilangan seorang manusia" (13:17, 18) tidak meninggalkan keraguan bahwa yang ada dalam pikiran Roh Kudus adalah manusia tertentu. (Karena absennya kata sandang tak tentu, maka kalimat kedua dapat diterjemahkan, "Bilangan itu adalah bilangan manusia [atau umat manusia]."6)
Pendekatan ini didasarkan pada sebuah aplikasi angka kuno yang disebut gematria: "penggunaan huruf-huruf sebuah kata sehingga melalui penggabungan nilai-nilai dari huruf-huruf itu terungkaplah sebuah nama, atau keterkaitan yang cerdas pelbagai gagasan."7Di zaman Yohanes, orang tidak menggunakan angka arab (1, 2, 3.…). Bangsa Romawi menggunakan angka Romawi, sedangkan bangsa Yunani dan Ibrani memberikan nilai angka tetap untuk setiap huruf dari masing-masing alfabet mereka. Dalam alfabet Yunani, "alpha" bisa berarti 1, "beta" berarti 2, "gamma" berarti 3, dan seterusnya.8Untuk membayangkan seperti apakah hal ini dalam bahasa Inggris atau Indonesia, anggaplah "A" berarti 1 , "B" berarti 2, "C" berarti 3, dan seterusnya. Hal ini mungkin tampak aneh bagi Anda, tetapi jika Anda pernah menggunakan angka Romawi,9Anda sudah akrab dengan sebuah sistem di mana huruf melambangkan angka: "I" sama dengan 1, "V" sama dengan 5, "X" sama dengan 10, dan seterusnya.
Dengan menggunakan gematria, Sibylline Oracles10menunjukkan bahwa kata Yunani untuk "Yesus" (Ιεσους) dapat dibuat sama dengan 888:
Ι ("iota") = 10
ε ("eta") = 8
σ ("sigma") = 200
ο ("omicron") = 70
υ ("Upsilon") = 400
σ ("sigma"11) = 200
Total = 888
Orang Yunani pada umumnya menggunakan gematria sebagai permainan. Seorang pemain merubah sebuah nama menjadi bilangan,12lalu memberikan bilangan itu kepada seluruh pemain lainnya, dan kemudian menantang mereka untuk mencari tahu apakah nama aslinya. Misalnya, dengan menggunakan sistem A-B-C yang disebut di atas, nama "David" akan berjumlah 40 (D = 4, A = 1, V = 22, I = 9, D = 4). Seorang pemain akan diberi angka "40" dan ditantang untuk menebak nama aslinya.
Jebakan permainan ini adalah bahwa meskipun mudah untuk mengubah sebuah nama menjadi sebuah bilangan (seperti "David" = 40), namun sulit untuk mengubah kembali bilangan hasilnya itu menjadi nama asli. Dengan menggunakan pengaturan ABC, bilangan "Linda" (12 + 9 + 14 + 4 + 1) juga sama dengan 40, seperti halnya dengan nama-nama lainnya. Karena bilangan mana saja yang diusulkan bisa memiliki banyak "jawaban yang benar," maka satu-satunya cara seorang peserta bisa tahu ia "menang" adalah ketika si pembuat teka-teki berkata, "Benar!" Jika kita ingin memainkan permainan ini, satu-satunya cara kita bisa tahu dengan pasti apa nama aslinya adalah jika rasul itu, pada intinya, menambahkan catatan seperti "Lihat halaman 60 untuk jawaban yang benar."
Namun demikian, banyak komentator yakin bahwa waktu itu Yohanes menggunakan gematria—bahwa ia sedang melemparkan sebuah teka-teki kepada para pembacanya. Dengan demikian, untuk beberapa halaman, saya akan mengikuti gagasan itu dan memainkan permainan angka. Sebelum saya selesai, seperti Paulus, saya mungkin tampak "berkata seperti orang gila" (2 Korintus 11:23; KJV). Bersabarlah dengan kebodohan saya; saya memiliki tujuan yang serius.
Catatan pertama yang kita miliki tentang gematria yang berkaitan dengan Wahyu 13:18 adalah dalam pelbagai tulisan Irenaeus, sekitar tahun 185.13Irenaeus menyebut tiga nama atau gelar yang jumlah nilainya 666.
Salah satunya adalah kata Yunani yang tidak lagi punya arti apa-apa bagi kita:
Euanthas. Mungkin itu adalah nama seseorang yang terkenal pada zamannya.
Yang lainnya adalah istilah Yunani Lateinos, yang dapat berarti "orang Latin" atau "barang Latin" (kadang-kadang diterjemahkan untuk berarti "kerajaan Latin" atau "kekaisaran Latin").14(Untuk menyederhanakan penjelasan saya, dari titik ini seterusnya, saya akan memberikan padanan bahasa Inggris untuk huruf Yunani atau Ibrani.)
L = 30 a = 1 t = 300 e = 5 i = 10 n = 50 o = 70 s = 200
Total = 666 Contohnya yang ketiga adalah Teitan (yang mungkin merupakan ejaan alternatif untuk "Titus," salah satu kaisar Romawi):15
T = 300 e = 5 i = 10 t = 300 a = 1 n = 050 Total = 666
Irenaeus menolak untuk memutuskan di antara tiga orang itu, dengan mengatakan, "Jika penulis itu ingin kita mengetahui nama itu, ia akan sudah menuliskan nama itu dengan lengkap."16
Beberapa kemungkinan lainnya pernah diketengahkan, namun dalam tahun-tahun terakhir, kandidat yang paling populer untuk "kriptogram" ini adalah Nero yang terkenal kejahatannya. Tidak sedikit komentator yang secara tegas menyatakan bahwa angka 666 mengacu kepada Nero. Untuk membuat nama Nero sama dengan 666, maka perlu menambahkan gelar "Caesar"nya, menggunakan variasi namanya, dan kemudian ubah nama dan gelarnya ke bahasa Ibrani. Inilah hasilnya:
N ("nun") = 50 e = 017 r ("resh") = 200 o ("waw") = 6 n ("nun") = 50
K ("kaph") = 100 a = 0 i = 0 s ("Samekh") = 60 e = 0 r ("resh") = 200 Total = 666
Mereka yang menganut pandangan ini percaya bahwa faktor penentunya adalah ketika "n" ("nun") yang terakhir pada kata "Neron"dibuang, jumlah huruf-huruf itu menjadi 616, sesuai dengan pembacaan alternatif atas teks itu. Anda dapat merasakan adanya spekulasi di dalam perkataan mereka ketika mereka bertanya, "Nama lain apakah yang jumlahnya bisa 666 dan 616?"
Saya tidak punya keinginan untuk bertengkar dengan mereka yang yakin bahwa 666 (atau 616) adalah angka/nama Nero. Kesimpulan ini tidak merugikan teks itu, tidak bertentangan dengan nas-nas lainnya, dan cocok dengan konteksnya.18Namun begitu, selain keraguan yang saya miliki terhadap pendekatan itu secara keseluruhan, saya punya masalah khusus dengan asumsi itu: (1) Mengapakah perlu mengubah ejaan kata- kata, menambahkan gelar, atau membuat pelbagai perubahan lain? (2) Mengapakah menggunakan bahasa Ibrani bukan Yunani?19G. B. Caird berkata, "Yohanes menulis dalam bahasa Yunani dan tidak bisa mengandalkan pengetahuan para pembacanya apalagi tentang abjad Ibrani."20(3) Yang paling penting, jika penafsiran ini sejelas seperti anggapan beberapa ahli, mengapakah tidak satu pun penafsir kuno kitab Wahyu mengetahui solusi ini? "Irenaeus, misalnya … mengetengahkan sejumlah pandangan tentang apa arti angka 666, tapi ia bahkan tidak memasukkan Nero di antara pelbagai kemungkinannya, apalagi menganggap dia sebagai calon kemungkinan."21
Ada banyak "solusi" lain untuk "teka-teki itu": Seorang penulis membuat huruf depan nama-nama kaisar (dalam bahasa Yunani) dari Julius Caesar hingga Vespasianus berjumlah 666.22Yang lainnya bersikeras bahwa Yohanes sedang menghitung nilai angka dari gelar kerajaan yang terdapat pada koin uang Domitianus saat itu.23
Mereka yang percaya bahwa tujuan utama kitab Wahyu adalah untuk meramalkan kemurtadan punya kecenderungan kepada solusi yang mengarah kepada Kepausan Roma.24Kabarnya, ungkapan vicarius filii dei ("mewakili Anak Allah") ditulis dalam bahasa sandi dalam huruf-huruf bertakhtakan permata pada mahkota paus yang digunakan dalam upacara penobatannya. Ketika huruf-huruf dalam kalimat ini diperlakukan sebagai angka-angka Romawi, jumlah mereka adalah 666.25
Ketika Alexander Campbell mendebat John B. Purcell, seorang uskup Katolik, pada tahun 1837, Campbell menunjukkan bahwa, dalam bahasa Yunani, ungkapan "Kerajaan Latin"26cocok dengan 666, yang ia tegaskan hanya bisa mengacu kepada gereja Katholik.27Purcell, yang tampaknya kehabisan imajinasi dan kreativitas, tidak bisa memberikan alternatif apa pun yang realistis.28
Sampai di sini, Anda mungkin sudah memperoleh kesan bahwa, dengan kecerdikan tertentu, angka itu dapat dibuat sesuai dengan hampir siapa saja dan apa saja.29Selama Perang Dunia II, seseorang "menemukan" bahwa angka "666" mengacu kepada Adolf Hitler dengan membuat A = 101, B = 102, C = 103 , dan seterusnya:30
H = 107 i = 108 t =119 l = 111 e = 104 r = 117 Total = 666
Hugo McCord menulis bahwa "seorang siswa menemukan bahwa nilai huruf-huruf 'Brother Carl H. McCord' adalah sama dengan angka 666." McCord kemudian menambahkan catatan humoris ini: "Tanda binatang [baca: nilai] yang diberikan kepada siswa itu adalah 'F.'"31
Katalog yang berisi penjahat sungguhan atau dugaan yang nama-namanya sudah dipaksakan untuk sama dengan 666 tidak ada habisnya. Inilah daftar singkatnya: Plato, sebagian besar kaisar (dengan penekanan khusus pada mereka yang paling bertanggung jawab atas penganiayaan terhadap orang Kristen), setiap paus, beberapa uskup dan uskup agung, Muhamad dan para pemimpin Muslim, sebagian besar para reformator Protestan,32Napoleon Bonaparte, Oliver Cromwell, Hideki Tojo, dan Benito Mussolini (selain Hitler), Joseph Stalin, Karl Marx, Ronald Reagan, dan Henry Kissinger.33Selain orang, sebagian orang yakin bahwa angka itu mengacu kepada Pasar Bersama Eropa, sebuah komputer raksasa di Belgia, atau ancaman lain yang dibayangkan. Salah satu contoh yang lebih dibuat-buat yang saya temukan adalah proses di mana 666 digandakan sehingga angkanya bisa melambangkan Ku Klux Klan dan dua pemimpinnya.
Ketika saya ikut kelas kitab Wahyu di bawah Frank Pack, ia membagi empat "aturan" yang sedikit lucu untuk menominasikan calon-calon kita sendiri untuk menerima penghargaan "666":
- 1. Jika nama sebenarnya tidak cocok, tambahkan gelarnya.
- 2. Jika tidak cocok dalam bahasa Yunani, cobalah bahasa Ibrani atau Latin.
- 3. Jangan terpaku pada ejaan—atau tentang menggunakan semua huruf.
- 4. Jika sulit dicocok-cocokkan, ciptakanlah sebuah nama.34
Jika Anda masih tidak yakin bahwa angka tersebut dapat dibuat sesuai dengan hampir semua orang (atau apa saja), izinkan saya "melawak" untuk sejenak: Banyak anak kecil di AS menikmati acara televisi yang menampilkan dinosaurus ungu besar bernama "Barney." Karena anak-anak itu menonton Barney berulang-ulang, orang dewasa bosan dengan tokoh itu dan membuat lelucon yang merendahkannya. Baru-baru ini saya menerima pesan berikut ini melalui Internet:
- 1. Mulailah dengan kata-kata yang diberikan: CUTE PURPLE DINOSAUR (Dinosaurus Ungu Yang Mungil)
- 2. Ubahlah semua huruf U dengan V (seperti tulisan bahasa Latin): CVTE PVRPLE DINOSAVR
- 3. Ambillah semua angka Romawinya: C, V, V, L, D, I, V
- 4. Ubahlah huruf-huruf itu menjadi nilai Arab: 100, 5, 5, 50, 500, 1; 5
- 5. Jumlahkan angka-angka itu: 666
Kebetulan? Saya kira tidak. Di sana Anda membuktikannya—bukti positif bahwa Barney adalah Binatang itu.35
Izinkan saya dengan cepat menjelaskan bahwa apa yang saya sedang lakukan sejauh ini dikenal dengan istilah Latin reductio ad absurdum: menyangkal suatu dalil dengan memperkecilnya menjadi kemustahilan. Sebuah prinsip yang terkait adalah pepatah "Apa yang membuktikan terlalu banyak tidak membuktikan apa-apa." William Hendriksen benar ketika ia menulis, "Upaya untuk tiba pada suatu penafsiran dengan menambahkan nilai-nilai angka dalam [sebuah] nama tidak menghasilkan apa-apa meskipun upaya itu menghasilkan apa saja."36Alan Johnson menulis, Ketidaksepakatan dan kebingungan semata yang diciptakan selama bertahun-tahun oleh metode gematria seharusnya sudah dari dahulu memperingatkan gereja bahwa itu berada di jalur yang salah.… Jika Yohanes sedang memberi pencerahan kepada kaum percaya sehingga mereka bisa mematahkan tipuan binatang itu serta membedakan binatang itu dan para pengikutnya dengan Anak Domba dan para pengikut-Nya (14:1 dst.), ia secara jelas telah gagal—yaitu, jika ia menginginkan kita untuk memainkan permainan gematria.37
PENDEKATAN YANG KONSISTEN
Dalam suatu pembahasan tentang gematria di dalam Encyclopedia Standard International Bible, William Smith menulis, "Hanya ada satu contoh yang jelas di dalam Kitab Suci, bilangan binatang yang merupakan bilangan seorang manusia, enam ratus enam puluh enam [Wahyu 13:18]."38Apakah Anda terperangah bahwa banyak orang percaya (seperti yang Smith nyatakan) bahwa sebelum 13:18, semua angka di dalam kitab Wahyu harus ditafsirkan secara simbolik, dan setelah 13:18, semua angka harus ditafsirkan secara simbolik juga, tetapi dalam satu ayat itu Roh Kudus memutuskan untuk memainkan permainan gematria? Baldinger menunjukkan bahwa "tidak ada tempat lain di dalam Kitab Wahyu penulis menggunakan satu angka yang artinya harus ditemukan lewat proses matematis seperti itu; di tempat lain mana saja angka-angka itu harus dipahami secara simbolik."39Pertanyaan jelasnya adalah: Agar konsisten, tidakkah angka "666" harus juga dipahami secara simbolik?
Makna simbolik apakah yang "666" miliki? Kita sudah membicarakan hal ini dalam pelajaran sebelumnya, tapi peninjauan kembali di sini tentunya cocok: Kita menekankan bahwa karena enam adalah tujuh kurang satu dan karena "tujuh" menandakan kesempurnaan, maka "enam" melambangkan ketidaksempurnaan atau jahat. Kata Yunani untuk "enam" adalah hex, sebuah kata yang akhirnya berarti "mantra jahat, kutukan." Bagi banyak orang Yahudi, angka "enam" memiliki konotasi yang sama dengan angka "tiga belas" bagi beberapa orang di zaman kini. Sekali lagi, karena enam hampir mendekati tujuh, maka mengatakan "enam" menyiratkan penipuan. Pada akhirnya, "enam" meramalkan bencana. Semua konsep ini menyatu dalam makna simbolik angka "enam."
Dengan mengintensifkan konsep-konsep itu lewat pengulangan, kita tiba pada bilangan "666." Mulholland mengulas, "Ada tiga serangkai dalam penglihatan itu: Kudus, Kudus, Kudus (4:8); celaka, celaka, celakalah (8:13), dan enam, enam, enam (13:18.… Oleh karena itu, sifat Binatang itu adalah 'ketidaksempurnaan (6 tiga kali) yang sempurna' (rangkap tiga)."40Baldinger mengatakannya dengan singkat: "Enam! Enam! Enam! Kedengarannya seperti pernyataan serius tentang azab yang menakutkan."41
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
Wycliffe: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN WAHYU
Catatan: Pada awal dari tafsiran singkat atas kitab terakhir yang tak kunjung habis dari kanon Perjanjian Baru ini, sesuatu hal ten...
PENDAHULUAN WAHYU
Catatan: Pada awal dari tafsiran singkat atas kitab terakhir yang tak kunjung habis dari kanon Perjanjian Baru ini, sesuatu hal tentang dua ciri yang akan dipakai sepanjang tafsiran ini tampaknya layak dikemukakan. Pertama-tama, secara proporsional tempat yang lebih banyak diberikan untuk membahas masalah-masalah pendahuluan daripada yang secara normal dilakukan dalam buku tafsiran kitab ini yang singkat maupun yang lebih lengkap. Hal ini dilakukan sebab penafsir percaya bahwa suatu penelaahan terhadap Kitab Wahyu ini memerlukan pembahasan pendahuluan yang lebih banyak dibandingkan kitab lainnya dalam Alkitab. Semakin baik pembaca telah memahami berbagai prinsip penafsiran yang fundamental, semakin siap pula dia akan mampu memahami ayat-ayat yang diakui sulit untuk dipahami tersebut. Kedua, di dalam bagian ini terangkum cukup banyak bahan pembahasan dari berbagai tafsiran yang lebih penting atas Kitab Wahyu yang telah diterbitkan sepanjang abad yang terakhir, beberapa di antaranya berupa pernyataan-pernyataan yang sangat singkat dan tajam dari para pakar terkenal gereja Kristen tentang pokok-pokok yang dibahas dalam kitab ini.
Mengenai Kitab Wahyu ada hal yang nyaris bersifat paradoks. Kitab ini memiliki tingkat kesukaran yang sudah diakui umum, sekalipun demikian, sepanjang zaman kitab ini bagaikan sebuah magnet yang mampu menyedot perhatian orang Kristen dari berbagai aliran teologi, kaum awam, para pendeta maupun para guru besar untuk mempelajarinya. R. H. Charles benar ketika mengawali Lecturs on the Apocalypse (Ceramah tentang Kitab Wahyu) dengan pernyataan sebagai berikut. "Sejak masa yang paling dini dari gereja. secara universal kitab ini sudah diakui sebagai kitab yang paling sulit dipahami dalam Alkitab" (hlm. 1). Calvin menolak untuk menulis sebuah tafsiran tentang Kitab Wahyu dan hampir tidak memperhatikannya di dalam semua karya tulisnya yang cukup banyak. Selama bertahun-tahun Luther mengabaikan pesan yang disampaikan kitab ini. Pada saat yang bersamaan, kitab ini telah mendorong sejumlah orang untuk meneliti secara sangat teliti nubuat-nubuat di dalamnya, dan untuk terus-menerus membacanya kembali dalam rangka mempertimbangkan kembali tema-temanya dan memperoleh pemahaman baru tentang apa yang diwahyukan di sini. Satu kesaksian pun cukup, yaitu yang dikemukakan oleh penafsir Alkitab yang secara umum diakui paling unggul dalam perempat pertama abad ini, G. Campbell Morgan. "Tidak ada kitab dalam Alkitab yang pernah saya baca begitu sering, tidak ada kitab yang terhadapnya saya lebih sabar dan terus-menerus memberikan perhatian ... Tidak ada kitab lain dalam Alkitab yang lebih ingin saya baca pada saat-saat saya tertekan dibandingkan dengan kitab ini, dengan segenap rahasia dan rincian-rinciannya yang tidak saya pahami" (Westminster Bible Record, Jilid 3 [1912] hlm. 105, 109).
Kedudukan Penting Kitab Ini. (1) Alkitab Perjanjian Baru tentu tidak akan lengkap, dan tentu para pembacanya sedikit banyak akan merasa tertekan, seandainya kitab ini tidak tercantum di dalam Kanon. Kitab ini bukan hanya kitab terakhir dalam Kanon, tetapi juga merupakan penutup yang diperlukan dari penyataan Allah kepada manusia. Kebenaran ini diungkapkan secara cemerlang oleh T. D. Bernard di dalam ceramah Bampton untuk tahun 1864 yang berjudul The Progress of Doctrine in the New Testament, (Perkembangan Doktrin dalam Perjanjian Baru). "Saya tidak tahu bagaimana seseorang, waktu menutup Surat-surat, dapat berharap untuk melihat sejarah Gereja selanjutnya berbeda secara hakiki dengan keadaan saat itu. Di dalam tulisan-tulisan tersebut kita tampaknya, seakan-akan, tidak akan menyaksikan badai-badai yang menjernihkan suasana, namun akan merasakan seluruh suasana yang sarat dengan berbagai unsur penderitaan dan kematian yang akan datang. Setiap saat kekuatan gelap tampil dengan lebih jelas. Kekuatan-kekuatan tersebut dihadapi, namun tidak hilang ... Kata-kata terakhir Paulus dalam suratnya yang kedua kepada Timotius, dan kata-kata Petrus dalam suratnya yang kedua, serta surat-surat Yohanes dam Yudas, sudah menyiratkan suatu masa di mama berbagai kecenderungan dari sejarah tersebut telah secara khusus menampilkan diri; dan di dalam hal ini tulisan-tulisan tersebut merupakan pendahuluan dan bagian dari Kitab Wahyu."
"Demikianlah kita sampai ke kitab ini dengan berbagai kebutuhan yang akan disediakan di dalamnya: kita sampai ke kitab ini sebagai orang, yang bukan hanya secara pribadi berada di dalam Kristus dan yang mengetahui apa yang secara perseorangan mereka miliki di dalam Dia, tetapi yang juga, selaku anggota-anggota tubuh-Nya, ikut dalam kehidupan bersama, yang dalam kesempurnaannya mereka akan dijadikan sempurna, dan dalam kemuliaannya Tuhan mereka akan dimuliakan. Kita menantikan kesempurnaan dan kemuliaan ini dengan sia-sia di antara berbagai kekacauan dunia dan bentuk kejahatan yang senantiasa aktif dan berubah-ubah. Apakah makna dari suasana yang ribut ini? Apakah yang menjadi masalahnya? Bagaimana kemungkinannya realisasi dari hal-hal yang kita inginkan? Terhadap pikiran seperti ini, dan terhadap berbagai kebutuhan lain yang terkait dengannya, ajaran Allah yang terakhir ini diarahkan, sesuai dengan sistem doktrin progresif yang berusaha saya lukiskan di dalam mana setiap tahap perkembangan terjadi sesuai dengan urutan alamiah karena akibat dari apa yang telah ada sebelumnya."
(2) Di antara semua kitab di dalam Alkitab, kitab ini dapat dikatakan merupakan satu-satunya kitab mengenai akhir zaman. Dan rupanya sepanjang tiga puluh tahun terakhir ini, dunia Barat, termasuk para negarawan, ilmuwan, ahli ekonomi dan para penulis esei, secara sadar maupun tidak mengakui hal ini. Ini kelihatan khususnya dalam pemakaian istilah apocalypse. Istilah ini telah memperoleh anti zaman pergolakan, keadaan dunia yang sarat dengan akibat-akibat menakutkan, dilepasnya sejumlah besar kekuatan yang berada di luar kemampuan manusia untuk mengendalikannya. Penulis buku tafsiran Wahyu dalam serial Moffatt Commentary, Martin Kiddle, mengacu kepada "relevansi yang menyolok" dari amanat kitab ini "dengan gereja zaman kita. Hal ini merupakan satu bukti lagi dari peranan ilahi dan makna abadi dari semua penglihatan Yohanes. Manakala dunia berada di dalam krisis, manakala Negara mengangkat diri dan menuntut kesetiaan yang menurut paham kristiani tidak mungkin diberikan tanpa mengkhianati jiwa mereka sendiri, manakala Gereja terancam dihancurkan, dan iman menjadi pudar serta hati menjadi dingin, maka Kitab Wahyu akan menasihati dan memberikan dorongan, mengangkat dan membangkitkan semangat semua orang yang memperhatikan amanatnya" (hlm. xlix).
(3) Kitab ini terutama merupakan kitab tentang satu dunia, dan dapat dipastikan bahwa saat ini, di tengah-tengah abad kedua puluh ini, kita mendekati keadaan dunia yang menyatu. Di dalam kitab ini kita sering kali menjumpai istilah seperti banyak bangsa dan kaum, dan bahasa dan raja" (10:11; 11:9; 17:15) yang menunjukkan cakupan universal dari penglihatan. Ketika raja-raja dikemukakan, maka mereka adalah "raja-raja di seluruh dunia" (16:14, 17:2, 18; 18:9; 19:19). Tentang iblis dikatakan bahwa dia adalah "yang menyesatkan seluruh dunia" (12:9). Semua bangsa di dunia melakukan perzinahan dengan pelacur itu (18:3, 23). Boikot ekonomi yang dilaksanakan oleh binatang itu meliputi seluruh umat manusia (13:16, 17). Sesungguhnya, binatang dari laut telah memberikan kepadanya "kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa" (13:7); dan tentang dia dikatakan bahwa "semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya" (13:8). Merupakan fakta yang sangat penting bahwa ketika saatnya tiba bagi Kristus untuk menduduki kedudukan-Nya yang sah sebagai Raja segala raja dan Tuan atas segala tuan, pemerintahan dunia disebut dengan memakai bentuk tunggal "pemerintahan atas dunia" (11:15).
(4) Kitab ini terutama ditujukan untuk masa yang sukar, masa di mana kegelapan makin kelam, ketakutan menyebar ke seluruh umat manusia dan kekuatan-kekuatan besar, yang tidak bertuhan dan jahat, tampil di atas panggung sejarah (sebagaimana munculnya mereka di dalam kitab ini). Namun di dalam kitab ini juga terdapat penghiburan dan dorongan: Allah mengetahui segala sesuatu sejak awal, bahkan juga kesengsaraan umat-Nya. Bagaimanapun juga, akhir dari seluruh pertikaian, penganiayaan, penyiksaan dan kematian sebagai martir ini ditentukan oleh Kristus yang akhirnya akan menang. Dosa dan Iblis serta segenap pasukannya akan dimusnahkan secara abadi; dan semua orang percaya akan bersama-sama dengan Anak Allah dalam kemuliaan untuk selama-lamanya.
(5) Bahkan, seandainya semua ini tidak benar, seperti yang terutama tampak pada zaman kita, kita hendaknya tidak melupakan bahwa kitab ini merupakan satu-satunya kitab di dalam Alkitab yang mengucapkan berkat atas mereka yang membaca, mendengar serta menaati kata-katanya, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya" (1:3, 22:7).
(6) Akhirnya, di dalam kitab inilah beberapa tema terbesar dari wahyu ilahi diungkapkan ujungnya. Di dalam kitab ini semua nubuat mengenai Kristus sebagai Raja segala raja disingkapkan secara lengkap, dan tampak sedang terjadi. Di dalam kitab ini istilah-istilah seperti tabernakel, bait suci, firdaus, Babel, dan lain-lain memperoleh makna yang sepenuhnya rohani. Di dalam kitab ini semua janji mengenai hidup dalam kemuliaan terpusat dalam gambaran maha indah mengenai Kota yang Kudus. Di dalam kitab ini dikisahkan kehancuran akhir dari Iblis, Antikristus, para nabi palsu dan semua musuh Allah. Di dalam kitab ini para raja pemberontak dalam Mazmur 2 ternyata tunduk di bawah kaki Anak Domba Allah.
Penulis. Sepanjang sejarah. keaslian buku ini telah diragukan. Di dalam buku tafsiran ini tidak disediakan tempat untuk mengemukakan dan mengulas berbagai alasan yang menentang kepenulisan Yohanes, tetapi kita harus memperhatikan berbagai fakta yang menunjukkan bahwa Rasul Yohanes merupakan penulis kitab ini. (1) Di dalam kitab ini nama penulis disebutkan sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8). (2) Sudah sejak pertengahan pertama abad kedua, terdapat keyakinan Gereja bahwa Yohaneslah penulis kitab ini. Yustinus Martir dengan terus terang mengatakan, "Dan bersama dengan kita seorang yang bernama Yohanes, salah satu dari Rasul Kristus, yang di dalam wahyu kepadanya ... (Dialogue with Trypho the Jew, ps. 81). Sejarawan besar Eusebius berkali-kali menyebutkan kitab ini ditulis oleh Yohanes (Ecclesiastical History III, xxiv, xxxix); demikian pula Tertulian (Contra Marcion, 3:14-24).
(3) Apa pun gramatika dari kitab ini, terdapat banyak kesamaan kosakata kitab ini dengan Injil Yohanes. "Salah satu mata rantai penting yang menghubungkan kedua kitab ini," kata Gloag, "ialah pemakaian istilah Logos untuk Yesus Kristus. Istilah ini tidak diragukan lagi berasal dari Yohanes: istilah ini tidak pernah dipakai di dalam kitab lainnya di dalam Alkitab, tetapi dipakai dalam Kitab Wahyu. 'Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan namanya ialah: Firman Allah' (Why. 19:13). 'Demikian pula istilah "Anak Domba," yang bukan sekadar sebagai lambang dari Kristus, melainkan Kristus sendiri, merupakan gaya yang khas Yohanes; sebagaimana di dalam Injil dikatakan. "Lihatlah, Anak Domba Allah," dan dalam Kitab Wahyu, "Di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih" (5:6). Memang benar bahwa istilah Yunani yang dipakai berbeda, di dalam Injil yang dipakai adalah istilah ho amnos sedangkan di dalam Kitab Wahyu istilahnya ialah to arnion; tetapi pengertian bahwa Yesus Kristus adalah Anak Domba merupakan maksud dari kedua istilah tersebut. Istilah alethinos dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu, sembilan kali dalam Injil Keempat. empat kali di dalam surat Yohanes dim hanya satu kali di dalam surat-surat Paulus. Demikian pula istilah nikos yang sering dipakai dalam surat Yohanes, sering kali muncul dalam Kitab Wahyu, misalnya di bagian akhir dari surat kepada Tujuh Jemaat dan di bagian lainnya sepanjang kitab ini, 'Barangsiapa menang (nitros), ia akan memperoleh semuanya ini' (21:7). Kata kerja skenoo hanya dijumpai di dalam tulisan-tulisan Yohanes, dipakai dalam Injil dengan arti Shekinah, yaitu Logos yang diam di antara manusia (1:14). dipakai empat kali di dalam Kitab Wahyu dengan arti Allah, 'Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam (skenoo) bersama-sama dengan mereka' (21:3)" (P. J. Gloag, Introducation to the Johannine writings, hlm. 306, 307).
Tanggal Penulisan. Terdapat dua pandangan berbeda tentang saat kitab ini ditulis. Beberapa penafsir menyebutkan bahwa kitab ini sudah ditulis sejak masa pemerintahan Nero, yaitu dalam dasa warsa ketujuh abad pertama. Tetapi banyak alasan yang menyebabkan tanggal ini tampaknya terlalu dini. Pendapat yang disepakati gereja mula-mula ialah bahwa Rasul Yohanes diasingkan ke Pulau Patmos oleh kaisar Domitian (tahun 81 hingga 95 M), sedang beberapa penulis menempatkan pengasingan Yohanes pada tahun keempat belas dari pemerintahan kaisar ini, yaitu tahun 95 M. (Untuk bukti yang agak dini tentang pandangan ini lihat, misalnya: Revere F. Weidner. Annotations on the Revelation of St. John the Divine, hlm. xiv-xvii).
Kitab Wahyu dengan jelas menunjukkan bahwa kitab ini ditulis di tengah-tengah penganiayaan besar. Penganiayaan yang diperintahkan oleh Nero hanya terbatas di kota Roma saja, tetapi penganiayaan yang diperintahkan oleh Domitian menjangkau wilayah-wilayah yang lain dari kekuasaan Roma. Domitian mengasingkan orang ke berbagai tempat pengasingan, Nero tidak melakukan hal itu. Selanjutnya. ketujuh jemaat di Asia dalam surat ini menunjukkan suatu perkembangan yang sudah lama, keadaan mana nyaris tidak mungkin sudah ada pada tahun 65 M. Kemudian, kita tidak memiliki bukti apa pun bahwa Rasul Yohanes memiliki kewenangan tertentu atas jemaat-jemaat di Asia sebelum Yerusalem dihancurkan. Pandangan ini dianut oleh para penulis seperti Lange, Alford, Elliott, Godet. Lee, Milligan. dan lain-lain.
Judul kitab ini. Istilah Wahyu merupakan terjemahan dari bahasa Latin revelatio (yang berasal dari kata revelare, "menyingkapkan atau membuka sesuatu yang sebelumnya tertutup"). Judul ini diberikan untuk kitab terakhir dalam Vulgata Latin. Judul bahasa Yunani ialah Apocalypse, yang diambil langsung dari kata pertama dalam naskah Yunani. Apocalypsis. Bentuk kata benda ini tidak dijumpai dalam sastra Yunani lainnya, tetapi sebagai kata kerja kata ini sering kali dipakai di dalam kitab-kitab Injil dan surat-surat, dengan berbagai arti, terutama berkaitan dengan suatu bentuk penyataan ilahi kepada manusia (misalnya tentang Anak Manusia di Lukas 17:30). Kata kerja ini dipakai oleh Paulus untuk mengacu kepada peristiwa akan datang yang sama (Rm. 8:18; I Kor. 1:7; II Tes. 1:7), dan sering kali dalam I Petrus (1:7, 13; 4:13, 5:1). Di dalam terjemahan Yunani dari kitab Daniel istilah ini sering kali dijumpai mengacu kepada penyingkapan rahasia atas penafsiran mimpi, atau wahyu dari Allah (lih. Dan. 2:19, 22, 28, 29, 30, 47; 10:1; 11:35).
Tema. Kitab Wahyu merupakan kitab nubuat. Dalam penyingkapannya tentang masa depan, yang terutama ditekankan adalah berbagai usaha di seluruh dunia yang dilakukan berulang-ulang dan makin hari makin hebat oleh tokoh-tokoh dan bangsa-bangsa di dunia, yang diberi tenaga dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan jahat di bawah pimpinan Iblis, untuk menentang dan mencegah pelaksanaan rencana Kristus yang telah dinyatakan yakni mendirikan pemerintahan-Nya sebagai Raja atas seluruh bumi. Kitab ini menjelaskan bahwa pertikaian tersebut pasti akan berakhir dengan kehancuran menyeluruh dari kekuatan-kekuatan jahat yang ada itu serta pendirian kerajaan Kristus yang abadi. Pertikaian yang sudah berlangsung sejak dahulu kala ini, pertikaian mana bahkan melibatkan surga terdiri atas berbagai rencana dari pihak lawan-lawan Kristus untuk mengalahkan Raja atas segala raja tersebut. Setiap rencana berakhir dengan kegagalan, kegagalan mana diikuti dengan hukuman ilahi yang mengerikan. Pertikaian yang berkepanjangan tersebut berakhir pada penghakiman terakhir dari Takhta Putih, tampilnya Yerusalem Baru, dan awal dari keabadian.
Kitab Penglihatan. Kitab Wahyu, melebihi kitab lainnya dalam Alkitab, merupakan catatan tentang apa yang diwahyukan kepada penulisnya dalam bentuk penglihatan. Kita semua mengetahui betapa sulitnya memberikan laporan tentang apa yang telah kita lihat, khususnya apabila yang dilihat adalah sesuatu yang menggetarkan. Bagaimana seseorang dapat melukiskan dengan memadai kemegahan dari matahari terbenam atau kemegahan dari pegunungan Alpen? Berbagai kata kerja Yunani yang berbeda yang berarti "melihat," "lihatlah," atau "mengetahui" dipakai 140 kali di dalam kitab ini, berawal dengan "apa yang engkau lihat, tuliskanlah ... " (1:11). Yohanes langsung mengatakan. "Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling tampaklah ... " (ay. 12). Pada awal pasal 4, sebuah suara dari surga terdengar berbicara kepada Yohanes, "Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini" (4:1). Sejak saat itu, terdapat banyak sekali paragraf hingga akhir dari kitab ini yang diawali dengan istilah, "Maka aku melihat."
Kitab ini bukan hanya berisi serangkaian penglihatan, tetapi juga sarat dengan bahasa lambang, dan lambang-lambang tersebut harus dipelajari dengan teliti. Ini terutama berlaku untuk angka. Pertama-tama, angka tujuh dipakai secara berulang-ulang. Di dalam kaitan dengan lambang angka di dalam kitab ini, disisipkan di sini ringkasan singkat dan komprehensif dari Moorehead dan Weidner. "Angka (7) ini dipakai bukan hanya untuk menunjukkan obyek sejumlah itu," kata Moorehead, tetapi sebagian besar ikut serta dalam seluruh rencana kitab ini. Tujuh merupakan angka yang melambangkan kelengkapan, kesempurnaan, dan kegenapan dispensasional. Semua pembaca tahu bahwa terdapat empat perangkat tujuh yang meliputi bagian yang cukup besar dari kitab ini. Terdapat tujuh surat kepada tujuh jemaat (ps. 2, 3). Penglihatan tentang tujuh meterai yang mencakup 6-8:1 (dengan sebuah episode di antara meterai yang keenam dan meterai yang ketujuh). Penglihatan tentang tujuh sangkakala 8:2-11:16 (dengan episode di antara sangkakala keenam dengan sangkakala ketujuh, 10-11:13). Penglihatan tentang tujuh cawan, 15:5-16. Jadi hampir setengah dari kitab ini dipakai untuk membahas empat rangkaian tujuh ini ... Angka tujuh berperan dalam bagian-bagian di mana angka tersebut tidak disebutkan secara langsung. Pada 5:12 dipanjatkan pujian kepada Anak Domba yang memiliki tujuh sifat: kawanan berjubah putih pada 7:12 menyembah Allah dengan jumlah sifat yang sama. Pasal 14:1-20 terdiri dari tujuh bagian, yaitu: Anak Domba dengan kawanan-Nya yang mulia di bukit Sion; Injil yang abadi; kejatuhan Babel; ancaman serius terhadap semua bentuk persekutuan dengan Binatang itu; nasib bahagia dari orang-orang yang mati di dalam Tuhan sesudah itu; masa menuai anggur yang baik. Di samping itu, di dalam pasal ini disebutkan adanya enam malaikat, dan satu yang mirip Anak Manusia. Tempat terhormat diberikan kepada Anak Manusia di masing-masing sisi-Nya terdapat tiga orang malaikat, dengan Dia di tengah, mengatur semua gerakan yang ada. Puncak dari rangkaian ini terdapat di dalam angka empat, di mana Dia duduk di atas Awan putih. "Ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya" (1:4) mengungkapkan kesempurnaan tak terbatas dari Roh Kudus. "Tujuh binatang" yang ada di tangan kanan Kristus (1:16) berarti kewenangan mutlak yang dimiliki oleh-Nya atas semua gereja. Anak Domba memiliki "tujuh tanduk dan tujuh mata" (5:6), yang merupakan lambang dari kekuatan tak terbatas, intelegensi tertinggi, dan kemahatahuan sempurna yang dengannya Dia dibekali" (William G. Moorehead, Studies in the Book of Revelation. hlm. 30-32).
"Setengah dari tujuh yang dipakai dalam Perjanjian Lama," kata Weidner, "berarti masa penganiayaan. Angka ini muncul di dalam berbagai bentuk, baik di dalam Perjanjian Lama maupun di dalam Perjanjian Baru. Musibah kelaparan pada zaman Elia berlangsung selama tiga setengah tahun (I Raj. 17:1; Luk. 4:25; Yak. 5:17); periode yang sama ialah "satu masa dan dua masa dan setengah masa" dari Daniel 7:25 dan 12:7 serta "pertengahan tujuh masa" yang disebutkan pada Daniel 9:27. Periode yang sama ini muncul kembali di dalam Kitab Wahyu dengan bentuk empat puluh dua bulan (11:2; 13:5), atau 1260 hari (11:3; 12:6) atau "satu masa dan dua masa dan setengah masa" (12:14). Dua orang saksi pada 11:9, 11 tergeletak mati sepanjang tiga setengah hari. Angka pecahan ini dengan demikian merupakan lambang yang sangat penting dan telah ditafsirkan sebagai berarti perjanjian yang atau penderitaan atau malapetaka ... Sepuluh merupakan lambang kesempurnaan mutlak dan perkembangan lengkap, yang mengacu kepada Allah atau kepada dunia. Sepuluh merupakan "tanda tangan" dari kesatuan yang lengkap dan sempurna. Sepuluh merupakan jumlah dari perintah Tuhan; tempat Yang Mahakudus merupakan sebuah kubus dengan masing-masing sisi berukuran sepuluh hasta: sepuluh kali sepuluh, atau 100 merupakan jumlah kawanan domba Allah (Luk. 15:4, 7); dan kubus dari sepuluh, atau 1000, merupakan kurun waktu pemerintahan orang-orang kudus (20:4). Angkatan kesepuluh artinya "untuk selama-lamanya" (bdg. Ul. 23:3 dengan Neh. 13:1). Sepuluh juga merupakan angka kelengkapan duniawi, lambang kekuasaan sempurna. Sepuluh tulah atas Mesir melambangkan pencurahan dari murka Allah yang lengkap; binatang keempat di dalam kitab Daniel memiliki sepuluh tanduk (Dan. 7:7, 24); Naga Merah dari Kitab Wahyu memiliki sepuluh tanduk (12:3) sebagaimana halnya binatang Antikristus yang pertama (13:1).
"Dua belas merupakan angka yang menekankan kerajaan Allah, "tanda tangan" Allah (tiga) dikalikan "tanda tangan" dunia (empat). Lee beranggapan bahwa jika tujuh merupakan angka yang suci dalam Alkitab, maka dua belas merupakan angka Umat Perjanjian yang di tengah-tengah mereka Allah tinggal, dan dengan siapa Dia telah mengikat hubungan Perjanjian. Dua belas merupakan jumlah suku Israel: terdapat kelompok imam yang terdiri dari dua kelompok masing-masing beranggotakan dua belas orang; empat kali dua belas kota orang Lewi; dua belas merupakan jumlah Rasul: dua kali dua belas merupakan jumlah Penatua yang mewakili Gereja yang Ditebus: perempuan pada 12:1 memiliki mahkota dengan dua betas bintang di kepalanya; Yerusalem Baru memiliki dua belas gerbang (21:12), tembok kota memiliki dua belas dasar (21:14), dan pohon kehidupan menghasilkan dua belas jenis buah (22:2)" (Weidner, op. cit., hlm. xxxix, x1).
Mengenai perlambangan warna, putih terutama merupakan lambang ketidaksalahan, kemurnian dan kebenaran, juga usia rohani, kedewasaan dan kesempurnaan; hitam melambangkan bencana kelaparan, kesusahan, penderitaan; merah darah mungkin, seperti darah itu sendiri, melambangkan peperangan. pembunuhan, atau kematian sebagai kurban; ungu adalah warna kerajaan atau kemudahan yang menggembirakan; kuning pucat adalah warna kehidupan yang memudar dan kerajaan maut (6:8). (Lihat pembahasan bagus mengenai lambang warna di dalam tulisan John Peter Lange, The Revelation of St. John, hlm. 16-18).
Kosakata. Di dalam naskah Yunani dari Kitab Wahyu terdapat 916 kata yang berbeda; 416 di antaranya juga dijumpai di dalam Injil yang keempat, 98 hanya dipakai satu kali saja di dalam bagian Perjanjian Baru lainnya: sedangkan 108 kala tidak dijumpai di bagian Perjanjian Baru mana pun. Di dalam kitab ini terdapat banyak istilah yang berbicara tentang otoritas. Misalnya, istilah yang diterjemahkan menjadi takhta muncul 44 kali: raja, kerajaan, pemerintahan 37 kali; otoritas dan kuasa 40 kali. Kata-kata yang diterjemahkan menjadi lihat, tampak, dan sebagainya muncul hampir 150 kali. Kata yang artinya menulis dan hasil tulisan, yaitu, kitab, dijumpai 60 kali.
Pemakaian Perjanjian Lama dalam Kitab Wahyu. Kitab terakhir Bari Alkitab ini merupakan, katakanlah, paduan yang menarik dari berbagai tema Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Di bagian lampiran dari Greek New Testament karangan Westcott dan Hort (hlm. 184-188) diperkirakan bahwa di antara 404 buah ayat dalam kitab ini, terdapat 265 ayat yang berisi kalimat-kalimat yang mengandung sekitar 550 acuan kepada berbagai nats Perjanjian Lama; 13 kepada Kejadian, 27 kepada Keluaran, 79 kepada Yesaya 53 kepada Daniel, dan seterusnya. Banyak penafsir akan setuju dengan pernyataan profesor Briggs almarhum bahwa "khotbah eskatologis oleh Yesus (Mat. 24:25; Mrk. 13; Luk. 21) merupakan. bagi pikiran kita, kunci untuk memahami Kitab Wahyu. Kitab ini merupakan kitab yang ditulis seseorang Yahudi yang kental pemahamannya tentang nubuat Perjanjian Lama, di bawah tuntunan perkataan Yesus dan ilham dari Allah. Kitab ini merupakan puncak dari nubuat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru."
Pemasukan bahan Perjanjian Lama yang cukup banyak ini terlihat di bagian-bagian yang besar, di berbagai ayat dan frasa. Jadi gambaran mengenai Babel di pasal 18 banyak persamaannya dengan Yeremia 51. Kedua binatang di pasal 13, dengan sepuluh tanduknya yang melambangkan sepuluh raja, bersumber langsung pada penglihatan-penglihatan dalam Daniel 7, 8. Penglihatan mengenai dua pohon zaitun dan dua kandil (ps. 11) merupakan penyusunan kembali dari penglihatan Zakharia (ps. 4). Berbagai periode di dalam kitab ini bersumber pada Daniel seperti satu masa, dua masa dan setengah masa (12:14 dari Dan. 12:7). Banyak hukuman sangkakala menunjukkan persamaan yang menakjubkan dengan sepuluh tulah atas Mesir. kenyataan mana akan kita bahas lebih terinci lagi pada bagian tafsiran. Bahkan di pasal pertama, ayat 6 mengacu kepada Keluaran 19:6; ayat 7 kepada Daniel 7:13 dan Zakharia 12:10, 12; ayat 14 terdiri atas dua nas yang diambil dari Daniel 7:9, 13; 10:5. Ayat 15 bersumber pada Daniel 10:6; Yehezkiel 1:24; ayat 16 dari Yesaya 11:4; 49:2; ayat 17 dari Yesaya 44:6; 48:12; dan ayat 18 dari Yesaya 38:10. Banyak gelar untuk Tuhan yang dipakai dalam kitab ini pada mulanya terdapat di dalam Perjanjian Lama: "Yang Mahakuasa" dari 1:8. dan seterusnya, di Kejadian 17:1; "Alfa dan Omega" seperti di atas. (Pembahasan yang bagus mengenai pokok ini dijumpai dalam buku Merrill C. Tenney, Interpreting Revelation, hlm. 101-116).
Hubungan Kitab Wahyu dengan Khotbah Tentang Akhir Zaman di Bukit Zaitun. Bahwa ada banyak alur berpikir di dalam Kitab Wahyu yang menunjukkan kemiripan yang kuat dengan khotbah mengenai akhir zaman di bukit zaitun dari Tuhan kita akan disetujui semua orang. Saya rasa beberapa penafsir telah menekankan kemiripan ini terlalu jauh sehingga telah memaksakan Kitab Wahyu ke dalam sebuah kerangka yang diciptakan dari tiga bagian dari Khotbah di Bukit Zaitun. Rangkaian peristiwa di dalam khotbah itu secara kronologis dapat dibagi menjadi tiga periode (196) pra-penganiayaan, penganiayaan dan pasca-penganiayaan. Sulit untuk membuat garis besar yang sama tentang Kitab Wahyu. Sekalipun demikian, terdapat banyak nas yang sejalan, khususnya yang melukiskan adanya kekacauan jasmaniah dan ekonomi yang harus terjadi menjelang akhir zaman, misalnya: Lukas 21:9-11. Peperangan, kelaparan, wabah sampar dan berbagai gempa bumi muncul di dalam empat penghukuman pertama dari meterai-meterai, peperangan sering kali dijumpai sejak 16:12 hingga akhir pasal 19, dan gempa bumi di 16:18 dan 18:8. Pokok tentang mati sebagai martir seperti dalam Lukas 21:12-16 seringkali disisipkan. seperti di 6:9-11; 11:7-10; 13:7, 15; 16:6; 17:6; 18:24. Kesengsaraan Besar disebutkan di 7:14. Kristus-kristus palsu dan nabi-nabi palsu tampak dalam bentuk mereka yang terakhir dalam pasal 13. Kekacauan di angkasa dari Lukas 21:25-28 terdapat di 6:12-14 dst. Kedatangan Anak Manusia diumumkan di 1:7 dan digenapi ketika Firman Allah turun dari surga pada saat perang Armagedon. (Bab yang membahas hal ini terdapat di dalam tulisan saya. A Treasury of Books for Bible Study, hlm. 235-242. Beberapa tahun yang lalu Henry W. Frost menulis sebuah buku yang membahas pokok ini, Matthew Twenty Four and the Revelation, New York 1924).
Prinsip Penantian. Sepanjang kitab ini, penulis berkali-kali menggunakan cara yang dikenal dengan nama prolepsis: maksudnya, di bagian awal dari kitab ini penulis memakai frasa yang kemudian muncul kembali, dan yang pada umumnya merupakan perkembangan lebih lanjut. Jadi sebagai contoh, di awal kitab Yesus disebut sebagai "Saksi yang setia" (1:5). dan muncul kembali pada 3:14, 17:6; 20:4. Pada mulanya gelar yang diberikan kepada-Nya ialah "yang berkuasa atas raja-raja bumi ini" (1:5). Tetapi pada saat kita mendekati akhir zaman, ketika mana beberapa hak istimewa dari gelar ini harus dimanfaatkan, kita menemukan bahwa Dia kembali disebut demikian (17:14; 19:16). Diumumkan di awal kitab (1:6) bahwa Kristus telah menjadikan kita raja dan imam; tetapi hal tersebut muncul kembali pada akhir kitab (20:6). Demikian pula gelar "Alfa dan Omega." dijumpai di bagian awal (1:8). dan di bagian akhir (21:6; 22:13), hal mana juga berlaku untuk gelar "Yang Mahakuasa" (1:8; 19:6, 15; 21:22). Perintah untuk menyimpan kata-kata nubuat ini diberikan di bagian awal, tetapi juga kita jumpai berkali-kali di akhir kitab ini (22:7, 10. 18).
Janji-janji yang diberikan kepada orang-orang percaya dalam ketujuh jemaat dari pasal 2 dan 3 muncul kembali dengan pengulangan yang menakjubkan pada saat berbagai pergumulan besar di atas bumi ini sudah berlalu, dan anak-anak Allah berada dalam kemuliaan kebangkitan di Yerusalem Baru. Dengan demikian, janji mengenai "pohon kehidupan" (2:7) dijumpai kembali di bagian paling akhir dari kitab ini (22:2, 14). Pelepasan dari kematian kedua dijanjikan kepada orang-orang yang setia di Smirna (2:11), dan janji tersebut diucapkan kembali pada saat Penghakiman Terakhir (20:6. 14). "Roh" memberitakan. di dalam surat yang keempat, bahwa Kristus akan memerintah bangsa-bangsa dengan "tongkat besi" (2:27); dan hal ini pula dikatakan akan dilakukan oleh-Nya pada saat perang di Armagedon (19:15). Janji tentang "bintang fajar" kepada mereka yang setia (2:28) muncul kembali di 22:16. Ide tentang berjalan bersama Kristus "dengan jubah putih" disajikan bukan hanya kepada orang yang setia di Sardis dan di Laodikea saja. tetapi kepada semua orang percaya pada akhir zaman (3:4, 5, 18; 19:14). "Kitab kehidupan" (3:5) muncul empat kali, berawal dari masa penganiayaan (13:8; 17:8; 20:12, 15; 21:17). Kepada Filadelfia diberikan empat buah janji (3:12), masing-masing janji tersebut muncul kembali pada akhir kitab ini, "Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru dalam Bait Suci Allah-Ku ... dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka (22:4). dan nama kota Allah-Ku. Yerusalem baru... . dan nama-Ku yang baru" (21:2, 10). Akhirnya, janji kepada mereka yang menang dari Laodikea bahwa mereka akan duduk bersama dengan Kristus di takhta-Nya muncul kembali pada awal gambaran mengenai Yerusalem Baru (20:4).
Pergantian Pemandangan Di Surga dengan Pemandangan di Bumi. Sebuah faktor pokok di dalam kitab ini, yang sering kali diabaikan oleh para penafsir, sangat membantu untuk memahami pasal-pasal ini jika faktor itu dikenali. Maksudnya, banyak pemandangan di dalam kitab ini berada di surga, sedangkan semua penghukuman terjadi di bumi; dan pemandangan di surga senantiasa mendahului berbagai kejadian di bumi yang terkait dengannya. Jadi, pesan kepada tujuh jemaat didahului dengan penglihatan mengenai Tuhan yang telah naik ke surga. Pembukaan enam meterai di pasal 6 didahului dengan penglihatan tentang Anak Domba di surga, satu-satunya yang layak untuk membuka kitab kehidupan (ps. 4. 5). Hukuman-hukuman yang menyertai peniupan tujuh sangkakala didahului oleh pemandangan di surga mulai dari 7:1 hingga 8:5. Rangkaian peristiwa yang mengerikan dalam pasal 11, 12 dan 13 kembali didahului oleh pemandangan di surga di mana Yohanes memperoleh perintah-perintah. Berbagai bencana yang menyertai tujuh malapetaka (ps. 15, 16) didahului oleh sejumlah pernyataan dari para malaikat dan penglihatan tentang "Bait Suci . .. di sorga." Dan. sesudah penghukuman terakhir dalam pasal 20, kitab ini diakhiri dengan penglihatan tentang rumah surgawi dari orang-orang yang tertebus.
Saya senantiasa merasa bahwa ada dua kebenaran besar yang dapat digali dari kenyataan ini. Pertama, apa saja yang akan terjadi di atas muka bumi ini, sekalipun tidak dikenal dan tidak diduga oleh manusia. diketahui sepenuhnya oleh mereka yang berada di surga - Tuhan yang sudah naik, para malaikat, dua puluh empat penatua, makhluk-makhluk yang hidup, dan lainnya. Kedua, apa yang akan terjadi di atas muka bumi ini terjadi dalam kendali penuh dari surga, sehingga kita dapat mengatakan dengan aman. bersumber pada kitab ini, maupun kitab nubuat lainnya dalam Alkitab, bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini hanyalah menggenapi Firman Allah. Prinsip ini secara menonjol dikemukakan di dalam pemberitaan pembukaan mengenai para raja di bumi yang berkumpul untuk berperang melawan Anak Domba. Sekalipun kita membaca tentang adanya sepuluh raja yang dikuasai Iblis, sehingga memiliki satu pikiran dan menyerahkan kekuasaan dan kewenangan mereka kepada binatang itu (17:12, 13); tetapi tetap Allahlah yang "menerangi hati mereka untuk melakukan kehendak-Nya dengan seia sekata dan untuk memberikan pemerintahan mereka kepada binatang itu, sampai segala Firman Allah telah digenapi" (17:17).
Kitab Penghakiman. Sejak awal hingga nyaris akhir dari kitab ini, kita harus senantiasa ingat bahwa Kitab Wahyu merupakan kitab tentang penghakiman, sehingga, kitab ini membahas penghancuran. kekacauan. kematian. penderitaan dan penganiayaan. Penggambaran tentang Tuhan Yesus sebagai akan mengirim pesan-pesan kepada berbagai jemaat sudah mengandung sejumlah faktor yang tidak diragukan lagi mengandung unsur penghakiman - mata yang "bagaikan nyala api," kaki yang "mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian," yang dari mulut-Nya "keluar sebilah pedang tajam bermata dua." Nas-nas berikut secara khusus membahas pokok penghakiman tersebut: 6:16. 17; 11:17, 18; 14:7, 10; 16:5, 7; 18:8, 10, 20; 19:2 dan 20:11-15.
Termasuk dalam Kanon. Gereja Barat sudah sejak dulu percaya bahwa Kitab Wahyu harus dimasukkan dalam kitab-kitab kanon Perjanjian Baru, dan bahwa kitab ini harus dibaca di hadapan jemaat dalam gereja. Tetapi, gereja Timur rupanya enggan untuk menganut pandangan yang sama dan tidak menyetujui bahwa Kitab Wahyu termasuk dalam kanon hingga ahad keempat. Kanon Muratoria, yang dikumpulkan sekitar tahun 200 M, mencantumkan kitab ini dalam daftarnya. Pada pertengahan abad ketiga, Uskup Alexandria, menerima kitab ini sebagai kanonik. Vulgata Siria tidak mencantumkan kitab ini. Konsili ketiga di Cartago (397) menerima kitab ini sebagai kanonik, dan seluruh kitab ini terdapat dalam naskah yang mula-mula, yaitu Kodeks Sinaitikus, Kodeks Vatikanus, dam Kodeks Alexandrinus. Luther melakukan kesalahan besar ketika menempatkan kitab ini, bersama surat Yakobus, Yudas dan Ibrani dalam lampiran. Selama berabad-abad Gereja Protestan secara umum serta Gereja Barat dan Gereja timur telah setuju bahwa kitab ini merupakan karya kanonik. (Pokok ini secara lengkap dibahas dengan sangat mendalam di dalam karya Ned B. Stonehouse, The Apocalypse in the Ancient Church, Goes, Holland, 1929).
Empat Aliran Penafsiran Utama. Kitab Wahyu merupakan satu-satunya kitab dalam Alkitab yang untuk penafsirannya telah berkembang empat buah sistem dasar yang berbeda. Sistem penafsiran yang dianut seseorang akan sangat mempengaruhi pemahaman orang itu mengenai apa yang diajarkan oleh kitab ini.
(1) Skema Penafsiran Rohani. Sejak zaman Agustinus, selalu ada sarjana Alkitab yang bersikukuh bahwa tujuan penulisan kitab ini bukan membina gereja mengenai masa depan, bukan untuk menubuatkan berbagai peristiwa tertentu, tetapi sekadar untuk mengajarkan sejumlah prinsip rohani yang mendasar. Pandangan ini dikemukakan berulang-ulang oleh Milligan (W. Milligan. Lectures on the Apocalypse), walaupun kadang-kadang dia menentang keyakinannya sendiri. Di satu tempat beliau mengatakan, Kitab Wahyu membahas dengan cara yang amat berbeda dan tegas soal kedatangan Tuhan yang kedua kali." Gloag dengan gigih berpandangan sama, "Kitab ini dimaksudkan untuk mengajarkan sejarah rohani Gereja Kristus. untuk mengingatkan kita akan berbagai bahaya rohani yang ada di sekeliling kita, untuk memberitahu kita tentang berbagai pencobaan rohani yang dapat kita alami untuk melukiskan pertikaian dengan kejahatan, dan untuk menghibur kita dengan kepastian akan kemenangan Kristus atas segala kuasa kegelapan." Harus diakui bahwa semua ini benar. Kitab ini memang mengajarkan prinsip-prinsip rohani; kitab ini memberikan pesan yang menghibur di dalam jaminan tentang kemenangan Kristus. Tetapi seluruh isi kitab ini bertentangan dengan pandangan bahwa pesan tersebut tidak menyingkapkan masa depan yang sudah dinubuatkan. Kitab ini sendiri mengakui bahwa isinya merupakan nubuat asli. "Kejahatan," sebagaimana dikatakan oleh Moorehead, "senantiasa berusaha untuk berkonsentrasi dalam diri seseorang atau dalam sebuah sistem; demikian pula kebenaran. Kitab Wahyu menunjukkan kepada kita kejahatan yang terpusat pada binatang itu dan pada nabi palsu." Pastilah kedatangan Kristus kembali dibahas dalam kitab ini, dan peristiwa tersebut merupakan nubuat tentang peristiwa yang masih akan terjadi; demikian pula halnya dengan kebangkitan orang percaya serta penghakiman Takhta Putih. (Pandangan ini dianut oleh sebagian besar penafsir dari aliran Reformed, Peters dan lain-lain).
(2) Skema Penafsiran Preteris. Sistem penafsiran Kitab Wahyu yang ini menandaskan bahwa penulis hanya melukiskan berbagai peristiwa yang terjadi di bumi di kerajaan Roma pada zamannya Baja, khususnya menjelang akhir abad pertama. Pandangan ini pada dasarnya dikembangkan pada abad ketujuh belas oleh sarjana Jesuit, Alcazar, di dalam usahanya untuk menanggapi argumentasi yang dikemukakan oleh para pembaharu (reformer), yang bersikukuh bahwa kitab ini menubuatkan kebinasaan dan kehancuran dari Gereja Katolik Roma, khususnya dalam dua pasal yang membahas tentang Babel. Pandangan Alcazar ini telah dianut oleh berbagai penafsir modern - Mozes Stuart, A. S. Peake, Moffatt, Sir William Ramsay, Simcox, dan lain-lain. Mereka beranggapan bahwa pemimpin dengan luka mematikan yang disembuhkan ialah Nero, dan bahwa binatang dalam pasal 13 adalah Domitian. Harus diakui bahwa pandangan preteris ini harus dipakai dalam menafsirkan surat kepada tujuh jemaat. Tetapi beranggapan bahwa seluruh kitab ini hanya mengacu kepada berbagai peristiwa dari abad pertama sesungguhnya berarti menyangkal sifat nubuatnya, dan memaksa banyak pernyataan di dalamnya ke dalam sebuah pola yang terlalu sempit. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Milligan, "Seluruh nada kitab ini mengarah kepada kesimpulan yang bertentangan. Kitab ini demikian banyak membahas apa yang masih harus terjadi hingga akhir zaman. hingga saat penggenapan penuh dari pergumulan Gereja, yaitu saat kemenangan mutlaknya, dan saat perhentiannya tercapai dengan sempurna. Kitab Wahyu dengan khas menunjukkan bahwa yang dibahas olehnya adalah sejarah gereja hingga gereja memasuki perhentian surgawinya" (op.cit, hlm. 41).
(3) Skema Penafsiran Historis. Di dalam sejarah penafsiran Kitab Wahyu, mungkin ada lebih banyak nama besar yang terkait dengan skema penafsiran ini dibandingkan dengan skema yang lain, dengan perkecualian skema futuris. Menurut pandangan ini, Kitab Wahyu, khususnya berbagai nubuat tentang meterai, sangkakala dan cawan. mengemukakan berbagai peristiwa tertentu di dalam sejarah dunia yang berkaitan dengan kesejahteraan gereja sejak abad pertama hingga masa modern ini. Karya terbesar berdasarkan teori ini adalah penafsiran empat jilid oleh Elliott (E. B. Elliott, Horae Apocalypticae), yang dapat dianggap sebagai ilustrasi dari skema penafsiran ini. Elliott mengatakan bahwa penghukuman sangkakala meliputi masa dari tahun 395 hingga 1453, bahwa sangkakala pertama mengacu kepada penyerbuan bangsa Got, sangkakala ketiga kepada penyerbuan bangsa Hun di bawah pimpinan Atila. sedangkan sangkakala kelima mengacu kepada penyerbuan pasukan Muslim ke Barat pada abad keenam dan ketujuh, dan seterusnya. Ilustrasi yang lain, dari Mede, di dalam karyanya yang terkenal, mengatakan bahwa meterai keenam menubuatkan dikalahkannya kekafiran oleh kaisar Konstantinus, cawan kedua mengacu kepada Luther, cawan ketiga kepada berbagai peristiwa di masa pemerintahan ratu Elizabeth I, dan seterusnya. Banyak penganut skema penafsiran ini bersikukuh bahwa gempa bumi pada 11:19 mengacu kepada Revolusi Perancis; penafsir lainnya menemukan Napoleon Bonaparte di dalam Kitab Wahyu, dan lain-lain.
Terlepas dari semua keberatan terhadap skema penafsiran ini, harus diakui bahwa skema ini tidak memberikan sebuah prinsip atau kriteria dasar melalui mana kita bisa menentukan dengan tepat peristiwa historis mana yang dimaksudkan di dalam nas tertentu. Hal ini telah mengakibatkan kekacauan dan pertentangan besar di kalangan penganut pandangan ini.
Milligan di dalam kecaman yang kuat terhadap skema penafsiran ini mengatakan. "Kita memang mengakui bahwa peristiwa-peristiwa yang dijumpai di dalam kitab ini sebagaimana dikemukakan oleh penafsir historis tentu akan mengandung pelajaran dan penghiburan bagi orang-orang Kristen mula-mula jika peristiwa-peristiwa itu dipahami dengan benar-benar. Kesulitan utamanya terletak pada kenyataan bahwa pemahaman semacam itu mustahil dicapai ... Di samping tidak berguna bagi orang yang pertama kali menerima kitab ini, berbagai penglihatan dalam Kitab Wahyu ini, jika skema penafsiran ini dipakai, akan juga tidak berguna bagi sebagian besar Tubuh Kristus, bahkan sesudah semua peristiwa ini terjadi, dan penggenapannya hanya diketahui oleh segelintir penyelidik yang cakap. Orang percaya yang miskin dan tidak terpelajar selama ini senantiasa mengetahui, dan mungkin akan senantiasa mengetahui sedikit saja tentang berbagai peristiwa historis yang disebutkan di sini. Mungkinkah merupakan bagian dari Rencana Ilahi untuk membuat pemahaman tentang pewahyuan yang secara begitu sungguh-sungguh diserahkan kepada kita tergantung pada pengetahuan mengenai sejarah gereja dan politik dunia selama sekian ratus tahun? Gagasan itu saja sudah muskil. Gagasan ini tidak konsisten dengan janji pertama di dalam kitab ini, 'Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini!' ... Pemilihan peristiwa sejarah yang dianut skema ini sangat acak, dan tidak bisa disebut cocok dengan tingkat sifat pentingnya yang dibuktikan kebenarannya oleh peristiwa-peristiwa itu sendiri di dalam perjalanan sejarah" (op.cit, hlm. 131).
(4) Skema Penafsiran Futuris. Hampir tidak diragukan lagi bahwa Kitab Wahyu adalah kitab nubuat. Menyangkal kenyataan ini berarti menyangkal gaya penulisan, tema, dan berbagai peristiwa mendatang yang disebutkan dalam kitab ini. Jelas kedatangan Kristus yang kedua kali, konflik-Nya yang terakhir dengan kekuatan jahat, Kerajaan Seribu Tahun, penghakiman terakhir, merupakan peristiwa-peristiwa yang masih akan terjadi. Skema penafsiran futuris menandaskan bahwa, sebagian besar, penglihatan di dalam kitab ini akan digenapi menjelang dan ketika mencapai akhir zaman. Pandangan futuris dahulu pernah didefinisikan secara cemerlang sebagai skema yang "memandang kepada penggenapan dari semua nubuat ini, bukan di dalam upacara-upacara dan berbagai ajaran sesat di dalam gereja mula-mula, juga bukan di dalam rangkaian panjang abad-abad sejak pemberitaan Injil yang pertama hingga saat ini, namun di dalam serangkaian peristiwa yang akan mendahului, menyertai serta mengikuti Kedatangan kedua kali Tuhan dan Juruselamat kita" (Lecture on the Apocalypse, hlm. 68).
Aneh bahwa Gloag (pada tahun 1891) mengatakan, "Sistem ini tidak memiliki banyak pendukung" (op.cit, hlm. 372). Kenyataannya ialah skema ini memiliki banyak pendukung, di antaranya terdapat beberapa penafsir Alkitab yang terkemuka pada zaman modern dan juga beberapa peneliti nubuat yang dikenal luas. Di antara mereka terdapat Todd, Benjamin Wills Newton, Seiss, William Kelly, Peters, dan praktis semua penulis yang menulis di dalam rangka the Plymouth Brethren, misalnya S. P. Tregelles, Nathaniel West, A. C. Gaebelein, Scofield, Moorhead, Walter Scott, Alford dan lain-lain. Tafsiran bagus Theodor Zahn (yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris) menganut pandangan futuris, dan Zahn dikenal sebagai pakar Perjanjian Baru konservatif paling hebat pada penutupan abad kesembilan belas. Simcox yang tidak menganut pandangan ini dengan jujur mengakui "sejak zaman Tertulian dan Hipolitus - belum lagi Yustinus dan Irencus - kita terus-menerus menantikan rangkaian peristiwa yang akan mendahului penghakiman terakhir" (G. A. Simcox, The Revelation of St. John the Divine dalam CBSC, hlm. xliv).
Tentu saja terdapat futurisme ekstrem yang harus ditolak dengan tegas. Beberapa penganut futuris melangkah demikian jauh sehingga mengatakan bahwa ketujuh jemaat di Asia akan ditata dan didirikan ulang pada akhir zaman ini ketika mana nubuat tentang mereka akan digenapi - pandangan ini sepenuhnya tidak perlu dan tidak masuk akal.
Keberatan yang sering kali terdengar bahwa aneh kalau di dalam Perjanjian Baru terdapat sebuah kitab yang sebagian besar membahas hal-hal yang berkenaan dengan akhir zaman, tidak akan bertahan kalau orang melihat lagi faktor mendasar mengenai semua nubuat jangka panjang yang pokok dalam Alkitab, yaitu semuanya menunjuk pada akhir zaman untuk penggenapannya. Bukankah ini berlaku untuk nubuat pertama dalam Alkitab - Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kej. 3:15). Bukankah ini adalah nubuat tentang kemenangan Mesias yang masih dinantikan penggenapannya? Nubuat yang luas dari Yakub dalam Kejadian 49 mengacu kepada zaman akhir. Berkali-kali di dalam kitab Daniel kita diberi tahu bahwa nubuatan yang tercantum di dalam kitab tersebut mengacu kepada "kesudahan" (7:26; 9:26, 27; 11:13, 27; 12:8, 13). Bukankah khotbah Tuhan Yesus di bukit Zaitun secara langsung menunjuk kepada akhir zaman, dan kepada kedatangan kedua kali Kristus yang masih pada masa yang akan datang? (Mat. 24:3, 14; juga berbagai perumpamaan-Nya yang bersifat nubuat, misalnya: Mat. 13:39, 40). Demikian pula halnya ketika Paulus berbicara kepada jemaat Tesalonika tentang manusia berdosa; kisah Petrus tentang kesesatan pada akhir zaman; nubuat eskatologis terkenal Paulus dalam II Timotius 3, dan keseluruhan bagian nubuat dalam pasal terkenal yang membahas kebangkitan, I Korintus 15. Semua ini harus memakai penafsiran futuristis. Bukan tidak masuk akal apabila Alkitab diakhiri dengan sebuah kitab nubuat yang sebagian besar darinya akan digenapi pada penggenapan besar terakhir zaman ini - akhir dari permusuhan terhadap Allah, dan awal dari zaman keadilan itu yang dirindukan oleh semua orang benar.
Tentu saja masing-masing skema penafsiran mengandung kebenaran di dalamnya. Tiga pasal pertama harus ditafsirkan secara historis. Terdapat sejumlah besar prinsip rohani yang dikemukakan dalam berbagai penghukuman, janji, nubuat dan kemenangan Mesias di dalam kitab ini. Sekalipun demikian, sebagian besar Kitab Wahyu akan ditafsirkan secara paling tepat apabila yang dipakai adalah skema futuristis.
Kitab Wahyu dan Sastra Apokaliptik. Pada saat pemberian nubuat yang sesungguhnya berakhir dalam Perjanjian Lama dengan kitab Maleakhi, sekitar tahun 400 SM, di dalam persemakmuran Yahudi berkembang sebuah bentuk sastra yang sebagiannya disebut sebagai apokaliptik. Sastra ini ditulis dengan memakai bahasa perlambang. Sebagian besar sastra ini ditulis pada masa penganiayaan khususnya pada zaman pemerintahan Antiokhus Epifanes pada abad kedua, dan juga pada abad pertama era ini ketika umat Yahudi mulai menyaksikan bagaimana kota kudus mereka dihancurkan. Sastra apokaliptik pada hakikatnya bersifat eskatologis. Yang menjadi pusat perhatian sastra ini adalah peristiwa-peristiwa yang akan datang ketika musuh-musuh Israel, dan juga musuh-musuh Tuhan, akan dihancurkan dan Israel sendiri akan dipulihkan ke dalam kemuliaannya yang semula.
Kitab Wahyu dalam Perjanjian Baru secara keseluruhan sangat jelas berbeda dengan sastra apokaliptik sebelumnya. Sebagaimana dikemukakan oleh George Ladd: (1) penulis menyebut kitab yang ditulisnya sebagai nubuat (1:3; 22:7 dst.). karena itu kitab ini merupakan hasil dari roh nubuat. (2) Yohanes tidak memakai nama seorang nabi Israel yang lebih dikenal. tetapi mempergunakan namanya sendiri. (3) Yohanes tidak menyelidiki kembali sejarah dengan kedok nubuat, tetapi melihat sendiri pada masa depan secara nubuat. (4) Kitab tulisan Yohanes ini, sekalipun dipenuhi dengan nas-nas yang gelap dan tidak menyenangkan, tidak mengandung pesimisme, seperti pada sastra apokaliptik pada umumnya, melainkan bernada optimis, sebab sang pelihat senantiasa mengulangi kebenaran besar bahwa Kristus akan mengalahkan semua musuh-Nya, dan bahwa semua kerajaan di dunia ini akan tunduk di bawah pemerintahan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus: (5) Akhirnya, Kitab Wahyu menekankan pada para pembacanya tuntutan etika yang berat. Di sini terasa ada urgensi moral. Keselamatan bukanlah sesuatu yang secara otomatis dianugerahkan, melainkan hal yang akan diberikan kepada orang-orang yang membawa tanda-tanda anak-anak Allah sejati (G. E. Ladd, "Apocalyptic, Apocalypse" dalam Baker's Dictionary of Theology, hlm. 50-54).
Telaah Berkesinambungan Diperlukan untuk Memahami Kitab Ini. Karena simbolismenya, karena banyaknya nas dan tema-tema Perjanjian Lama di dalamnya, karena aneka ragam skema penafsiran yang telah dikembangkan tentang kitab ini selama berabad-abad, dan karena kedalaman serta keluasan dari pokok-pokok yang diungkapkan dalam kitab ini, saya yakin bahwa Kitab Wahyu, lebih daripada kitab-kitab lainnya dalam Alkitab. hanya dapat dimengerti oleh mereka yang mempelajarinya secara berkesinambungan dan cermat. Profesor William Milligan secara menantang telah mengingatkan kita bahwa, "Kitab ini ada di situ, dan kitab ini harus disingkirkan dari Perjanjian Baru, atau Gereja harus terus berjuang untuk memahaminya hingga berhasil. Perhatikan - Pertama, bahwa kita mulai dengan anggapan itu - anggapan yang tidak akan disangkal oleh mereka yang kepadanya kitab ini ditulis - bahwa wahyu kepada rasul Yohanes ini merupakan bagian dari Firman Allah. Pertimbangan ini menyelesaikan semua persoalan. Kenyataan sederhana bahwa sebuah kitab telah dianugerahkan oleh Yang Mahakuasa kepada manusia membuat manusia harus berusaha sungguh-sungguh untuk memahaminya. Mungkin sulit untuk melakukan hal itu. Kita mungkin berkali-kali gagal. Yang tidak kurang dari itu ialah usaha keras yang diperlukan; mempergunakan segala sarana yang dapat dimanfaatkan, dan memperhatikan, apabila kita masih merasa di dalam gelap, tanda-tanda pertama munculnya terang. Tidak ada yang lebih pasti daripada kenyataan bahwa kitab ini memang dimaksudkan untuk dipahami sehingga Penebus yang mulia itu telah memberikannya kepada hamba-Nya Yohanes melalui pewahyuan" (Lectures on the Apoealypse, hlm. 4).
Banyak peneliti, baik sebelum maupun sesudah Lange telah mengungkapkan pengharapan yang sama dengan yang diungkapkan olehnya pada tahun 1870, "tidak diragukan lagi bahwa pada masa yang akan datang kedudukan penting dan pengaruh dari kitab ini akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kekacauan dan kesuraman zaman, dengan meningkatnya bahaya terhadap iman yang benar dan bersahaja" (Revelation, hlm. 63).
Garis Besar Kitab Ini. Berbagai skema telah diusulkan sebagai garis besar dari kedua puluh dua pasal kitab ini, beberapa di antaranya cukup fantastis. Menurut hemat saya, skema-skema yang berusaha untuk membuat garis besar berdasarkan tujuh kali angka tujuh dalam kitab ini terlalu dipaksakan dan dibuat-buat. Misalnya, garis besar yang diajukan oleh B. B. Warfield: tujuh jemaat (1:1-3:22); tujuh meterai (4:1-8:1); tujuh sangkakala (8:2-11:19); tujuh tokoh misterius (12:1-14:20); tujuh cawan (15:1-16:21): tujuh macam hukuman terhadap pelacur (17:1-19:1) dan tujuh sangkakala (19:11-22:5). Semua orang akan setuju bahwa empat dari pembagian di atas tidak dapat dielakkan: tujuh jemaat, kitab dengan tujuh meterai, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan penghakiman. Tetapi konsep tujuh tidak disebutkan dalam bagian yang lain. Setelah saya mempelajari kitab ini selama bertahun-tahun, akhirnya terbuka kepada saya sebuah garis besar. yang, menurut hemat saya, tidak dibuat-buat namun tetap mudah untuk diingat. Selain dari bagian pendahuluan (1:1-8) dan penutup (22:6-21) kitab ini secara logika dapat dibagi sebagai berikut:
Wycliffe: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR WAHYU
I. Surat kepada tujuh jemaat di Asia (1:9-3:22).
II. Kitab bermeterai tujuh dan peristiwa di bumi yang diumumkan olehnya (...
GARIS BESAR WAHYU
- I. Surat kepada tujuh jemaat di Asia (1:9-3:22).
- II. Kitab bermeterai tujuh dan peristiwa di bumi yang diumumkan olehnya (4:1-6:17).
- III. Rangkaian penghukuman yang dikumandangkan oleh tujuh sangkakala (7:1-9:21).
- IV. Masa paling gelap dalam sejarah dunia (10:1-13:18).
- V. Tujuh cawan penghukuman (14:1-16:21).
- VI. Babel dan Armagedon (17:1-19:21).
- VII. Kerajaan Seribu Tahun: Penghakiman Terakhir; Yerusalem Kekekalan (20:1-22:5).
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENIPU ULUNG
WAHYU 13:11-18
Cara Iblis dalam upayanya untuk menghancurkan umat Kristen adalah dengan intimidasi. Cara lainnya adalah dengan penipuan...
PENIPU ULUNG
Cara Iblis dalam upayanya untuk menghancurkan umat Kristen adalah dengan intimidasi. Cara lainnya adalah dengan penipuan. Di pasal 12 naga merah itu diidentifikasi sebagai "Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia" (ay. 9; huruf miring oleh saya).1Di Taman Eden, Iblis (si ular) menipu Hawa (Kejadian 3:13), dan sejak itu ia sudah terus menipu umat manusia. Paulus menulis, "Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya" (2 Korintus 11:3). Alkitab terus menerus memperingatkan umat Kristen, "Jangan tertipu" (1 Korintus 6:9; 15:33; Galatia 6:7; Yakobus 1:16; lihat Ulangan 11:16).
Pelajaran kita sebelumnya adalah tentang intimidasi oleh agen naga: binatang laut (13:1-10). Pelajaran ini adalah tentang penipuan oleh agen naga: binatang darat (13:11-18). Ayat 14 menyatakan bahwa binatang yang kedua ini "menyesatkan mereka yang diam di bumi."2Teks kita akan mengungkapkan beberapa cara yang dengannya Iblis mencoba untuk menipu kita. Itu juga akan meyakinkan kita tentang ketidakmampuannya untuk melakukan hal itu—selama hati kita tetap tertuju pada Tuhan.
IA TERLIHAT TIDAK SEBAGAIMANA ADANYA (Wahyu 13:11, 12, 14-17)
Yohanes berkata, "Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi"3(ay. 11a). Mungkin Yohanes melihat sesuatu seperti ini:4Pada saat naga itu menyambut binatang laut, tanah di dekatnya mulai bergetar. Rekahan muncul di bumi, dan debu memenuhi udara. Di sebuah lapangan, permukaan tanah melengkung dan menonjol. Sesuatu sedang berjuang untuk menuju permukaan, sesuatu yang kuat dan penuh kuasa. Jenis monster apakah yang akan meledak dari tanah?
Penampilannya
Ketika makhluk itu akhirnya muncul dalam pandangan, secara mengejutkan ia tampak tidak berbahaya, bahkan tidak bersalah: "dan bertanduk dua sama seperti anak domba" (ay. 11b). Tidak ada rincian lain yang diberikan, tapi kita mungkin perlu membayangkan tampilan umumnya yang seperti anak domba.5Makna simbolik tanduk adalah kekuatan, tapi itu bahkan tidak mengalihkan perhatian kita dari tampilan tak berbahaya binatang itu—karena ini adalah "tanduk seperti anak domba," dua tombol kecil yang hampir tidak terlihat di balik bulu wol.6
Namun begitu, ketika binatang itu membuka mulutnya, tampak jelas bahwa penampilannya itu menipu: "Dan ia berbicara seperti seekor naga" (ay. 11c; huruf miring oleh saya). Yesus memperingatkan murid-murid-Nya tentang serigala berbulu domba (Matius 7:15); sekarang Yohanes memperingatkan para pembacanya mengenai naga yang menyamar sebagai domba.
Karena ia "berbicara seperti seekor naga," beberapa orang menganggap anak domba palsu itu meraung. Dugaan saya adalah bahwa ia mendesis—seperti "si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan" (Wahyu 12:9).7Dalam bayangan saya, saya mendengar ucapan halus yang persuasif dari seorang seniman penipu yang agamis.
Saya menggunakan istilah"seniman penipu yang agamis" karena di tempat lain di kitab Wahyu binatang darat itu disebut "nabi palsu" (16:13; 19:20; 20:10), keahliannya adalah agama. Fungsi utamanya adalah membujuk manusia untuk menyembah binatang, pertama kali dikatakan bahwa mereka berasal dari laut (Daniel 7:3); lalu dikatakan bahwa mereka berasal dari bumi (Daniel 7:17); "laut" dan "bumi" digunakan secara bergantian di dalam penglihatan Daniel. binatang pertama (ay. 12). Kita mencap binatang pertama itu "kekuatan politik anti-Kristen." Kita bisa mencap binatang kedua "kekuatan agama anti-Kristen."
Untuk sebagian dari kita yang dibesarkan di mana gereja dan negara selalu dipisahkan,8gagasan Iblis mendaftarkan kekuatan politik dan kekuatan agama untuk bekerja secara berdampingan mungkin terlihat aneh. Di sisi lain, ini tidak akan terlihat aneh bagi beberapa orang yang mempelajari pelajaran ini. Di seluruh dunia, banyak sistem politik dan sistem agama telah bergabung untuk mempertahankan status quo.
Karakteristik utama binatang darat adalah bahwa ia tidak terlihat sebagaimana adanya. Apa saja yang palsu sangat menipu ketika ia sangat mirip dengan apa yang ia tiru. Dengan demikian makhluk ini memiliki tampilan luar Anak Domba. Kenyataannya, ia adalah antitesis dari Anak Domba itu. Tidak ada yang tidak berbahaya atau tanpa salah tentang dia:
(1) "Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya"9(ay. 12a). Karena binatang yang pertama itu telah diberi kuasa naga itu (13:2, 4), "atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa" (13:7), maka ini adalah kekuasaan yang paling mengesankan!
(2) Secara khusus, binatang kedua memiliki kuasa untuk membuat "seluruh bumi dan semua penghuninya10menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh"11(ay. 12b). Ini mencakup tindakan "menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung12untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu" (ay. 14b). Ia memaksa manusia untuk menyembah binatang itu (ay. 12) dan juga "menyembah patung binatang itu" (ay. 15b).
(3) Akhirnya, ia punya kuasa untuk menghukum setiap orang yang menolak menyembah binatang itu dan patungnya. Salah satu cara adalah melalui tekanan ekonomi. Mereka yang menyembah patung itu "diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya" (ay. 16b), dan dinyatakan "tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu" (ay. 17a). "Jika orang-orang dilarang membeli dan menjual, mereka [menjadi] orang buangan, tidak dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat."13Mereka yang menolak untuk mengikuti kepemimpinannya sering dimiskinkan ke dalam perbudakan atau kelaparan.14
Nabi palsu itu juga memiliki kekuatan untuk "[membunuh] semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu" (ay. 15b).15Kita diingatkan tentang tiga orang Ibrani muda yang dilemparkan ke dalam tungku api karena mereka menolak tunduk di hadapan patung Nebukadnezar (Daniel 3).
Siapa Dia Dahulu (Dan Sekarang)
Siapakah binatang ini? Jika kita benar dalam mengidentifikasi binatang pertama sebagai Kerajaan Romawi,16maka di zaman Yohanes binatang kedua itu melambangkan pelbagai organisasi yang bertanggung jawab dalam memaksakan penyembahan kaisar. Bruce Metzger menulis, Dimulai dengan Julius Caesar, para kaisar Romawi telah diilahkan, yaitu, diberi kedudukan dan penyembahan yang diterima oleh ilah, para kaisar sebelumnya [diberi gelar itu] setelah kematian mereka, tetapi para kaisar yang belakangan bahkan [diberi gelar itu] pada masa hidup mereka.… Kaisar Domitianus menuntut rakyat menyapa dia sebagai "tuhan dan ilah kami." Pada sebagian besar kota yang Yohanes surati kuil-kuil didirikan bagi 'ilah-ilah" ini—olok-olok atas kediaman sorgawi milik Allah sejati yang esa.
Meskipun kebijakan untuk mempromosikan pemujaan kaisar ini pada akhirnya datang dari kaisar sendiri, pelaksanaannya terletak di tangan para pejabat setempat. Para bawahan politis ini dapat dengan tepatnya dilambangkan oleh binatang kedua ….17
Ray Summers mengetengahkan satu organisasi tertentu:
Semua karakteristik [tentang binatang darat] ini tampaknya mengidentifikasikan binatang kedua sebagai "Komune" atau "Konsilia" yang didirikan di Asia Kecil untuk menegakkan agama negara. Ini merupakan lembaga resmi yang mengatur agama negara dan tugasnya adalah memaksa semua orang untuk melakukan penghormatan kepada patung kaisar.18
Tugas nabi palsu adalah mempromosikan "praktik penyembahan kaisar bersama dengan para imamnya, kuil-kuilnya, patung-patung dewi Romanya dan kaisar yang berkuasa yang di hadapannya warga negara diminta berdoa dan mempersembahkan kemenyan dan ibadah secara tetap berkala."19Dalam sebuah surat kepada Kaisar Trajan, Pliny (gubernur Bitinia) menulis, Sebuah dokumen anonim datang dengan banyak nama. Saya membebaskan orang-orang yang mengatakan mereka bukan atau tidak pernah menjadi orang Kristen, dan yang di hadapan saya memohon kepada ilah-ilah itu dan meletakkan air anggur dan kemenyan di depan patung tuanku, dan secara khusus mengutuk Kristus, yang saya dengar tidak ada orang Kristen sejati akan melakukannya.20
Dua binatang dari kitab Wahyu itu memberi tekanan yang sangat berat ke atas umat Kristen.
Mereka yang menolak untuk membakar kemenyan bagi patung kerajaan secara politik dicabut kewarganegaraannya, secara sosial dikucilkan dan secara komersial diboikot. Jika sanksi sosial dan ekonomi gagal mencapai tujuannya, pelbagai metode yang lebih tegas digunakan. Mereka diasingkan sampai mati di pegunungan atau di pulau-pulau di tengah laut; mereka dilemparkan kepada binatang buas, dipakukan ke kayu salib, disiksa dengan cara apa saja yang bisa dibayangkan oleh pikiran yang dikuasai Iblis. Jadi, penguasa sipil dan keagamaan kerajaan itu bersatu dalam upaya bersama untuk menghancurkan para pengikut orang Nazaret, untuk memusnahkan gereja.21
Pahamilah bahwa, sejauh menyangkut Roma, ini punya tujuan di luar pemuasan ego para kaisar yang tak terpuaskan: "Pemujaan kaisar menyediakan ikatan batin yang sangat rekat yang … tidak dimiliki dan dibutuhkan kerajaan."22Pahamilah juga bahwa, di dalam benak para pejabat Romawi, apa yang mereka minta itu bukannya tidak masuk akal. Kita bisa membayangkan permohonan yang dibuat: "Lihatlah apa yang Roma telah perbuat untuk kalian; lihatlah kedamaian dan kemakmuran yang kalian nikmati; pernahkah kalian mengenal seorang dermawan yang lebih hebat selain kaisar? Tentunya kalian bisa memberi dia penyembahan resmi ini sebagai ucapan syukur sederhana."23Terus terang, mereka yang bertanggung jawab dibuat bingung oleh umat Kristen yang terus menerus menolak menyembah patung-patung itu.
Manusia di zaman kini (bahkan beberapa yang menyebut diri mereka "Kristen") mungkin tidak melihat ada yang salah dalam membungkuk di hadapan sebuah patung, tetapi bagi Yohanes, ini merupakan penghujatan terberat. Di dalam Kitab Wahyu, menyembah binatang dan patungnya adalah sifat pasti kaum kafir (14:9, 11; 16:2; 19:20; 20:4; lihat juga 15:2).24Tuhan ingin semua orang berbalik "dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar" (1 Tesalonika 1:9).25
Setelah mengidentifikasi binatang darat itu sebagai lembaga yang memaksakan penyembahan kaisar, apakah kita harus percaya bahwa teks kita tidak memiliki makna untuk kita sekarang ini? Sebagian besar dari kita tidak diharuskan sujud di hadapan patung para pemimpin negara kita, kita tidak dihukum mati jika menolak mengatakan, "Pemimpin kami adalah ilah kami!" Namun begitu, ingat, ayat 9 membuat jelas bahwa pesan pasal 13 memiliki penerapan untuk setiap zaman: "Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" Satu penerapan yang jelas adalah terhadap bangsa-bangsa di mana gereja dan negara bekerja sama untuk menindas kebebasan beragama. Albert Baldinger berpendapat bahwa "sementara binatang darat Yohanes pada prinsipnya adalah penyembahan Kaisar, namun [binatang] itu juga melambangkan agama lain apa saja yang dikendalikan oleh dan dilacurkan kepada negara untuk pelbagai tujuan politik."26Para pemimpin politik pada umumnya telah belajar bahwa lebih menguntungkan memperalat agama untuk tujuan mereka sendiri daripada mencoba menghancurkannya.
Namun begitu, arti simbolismenya tidak habis di situ. Karunia khusus yang binatang darat itu dahulu—dan kini—miliki adalah kemampuannya untuk menipu, menuntun manusia ke dalam ibadah palsu. Seperti Homer Hailey katakan, binatang darat itu "tercermin dalam semua bentuk ibadah palsu yang mengikuti, termasuk kepausan dan banyak sistem lain dari agama palsu."27
Perjanjian Baru banyak bicara tentang guru-guru palsu yang akan muncul. Yesus memperingatkan bahwa "Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang" (Matius 24:11; lihat juga Matius 7:15; 24:24; Markus 13:22). Petrus memperingatkan bahwa "di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, …" (2 Petrus 2:1). Yohanes berbicara tentang "orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu" (1 Yohanes 2:26). Semangat binatang yang kedua masih hidup di dalam diri guru-guru palsu yang menipu jutaan orang di seluruh dunia.
Apakah guru-guru palsu mudah dikenali? Tidak. Memang benar bahwa para agen Iblis terlihat tidak seperti apa adanya mereka. Ketika Paulus menulis tentang orang-orang yang mengaku menjadi "rasul-rasul Kristus," ia memberitahu para pembacanya untuk tidak heran, "sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka" (2 Korintus 11:14, 15a).
Guru-guru palsu sering memberi kesan pertama yang baik. Satu kelompok agama menyebut dirinya "Kristen" meskipun menyangkal ke-Anakan Yesus yang unik. Dalam beberapa tahun terakhir, organisasi ini telah menghabiskan jutaan dolar untuk iklan televisi yang mempromosikan dirinya sebagai berorientasi keluarga. Iklan ini membuat kesan yang baik pada mereka yang peduli tentang kerusakan rumah tangga.
Jika nabi-nabi palsu dapat mengenakan kesalehan imitasi, bagaimana bisa kita terhindar dari tidak tertipu oleh mereka? Yohanes berkata, "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia" (1 Yohanes 4:1; huruf miring oleh saya). Bagaimanakah menguji mereka? Dengan Firman. Kita harus menguji ajaran mereka dengan Firman—semua ajaran mereka, bukan hanya ajaran yang mereka munculkan di hadapan orang yang tidak curiga. Juga, kita harus menguji kehidupan mereka dengan Firman. Janganlah kita menjadi anak-anak yang naif "… yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan" (Efesus 4:14). Paulus berkata, … supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! Sebab … dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya (Roma 16:17, 18).
Orang-orang Berea dipuji karena mereka membandingkan ajaran Paulus dengan Firman Allah (Kisah 17:11). Guru-guru kebenaran tidak pernah merasa terhina oleh penyelidikan seperti itu. Saya telah sering menganjurkan para pendengar saya, "Jangan pernah percaya apa pun yang saya katakan hanya karena saya mengatakannya." Semua pengajaran harus dibandingkan dengan Firman.
"Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah [di]sesat[kan]" (Yakobus 1:16)!
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 13:11-18)
Dalam pelajaran ini kita telah bicara tentang penipuan agama. Memang sedih melihat orang tertipu. Paulus berkata, "J...
KESIMPULAN (Wahyu 13:11-18)
Dalam pelajaran ini kita telah bicara tentang penipuan agama. Memang sedih melihat orang tertipu. Paulus berkata, "Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga!" (2 Tesalonika 2:3a). Yang lebih menyedihkan adalah melihat orang-orang yang menipu diri mereka sendiri. Yakobus 1:26 bicara tentang orang yang "menipu dirinya sendiri," sementara 1 Yohanes 1:8 bicara tentang "menipu diri kita sendiri." (Lihat juga Amsal 14:12.)
Paulus mengakui bahwa, sebelum ia menjadi orang Kristen, Iblis sudah berhasil menipu dia:
Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat [ditipu; NASB], menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci. Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita (Titus 3:3-6; huruf miring oleh saya).
Jika selama ini Anda telah ditipu oleh Iblis, Anda perlu menentukan untuk tidak menelan kebohongan Iblis lagi. Anda perlu membuka mata Anda dan membangunkan pikiran Anda. Anda perlu bertekad untuk menguji dengan Firman Allah setiap gagasan dan konsep. Anda harus memutuskan untuk menaati Tuhan—dan Anda perlu melakukannya sekarang!59
Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi
- 1. Di pasal 13 siapakah agen naga yang melakukan intimidasi? Siapakah agen naga yang melakukan penipuan?
- 2. Dalam hal apakah penampilan binatang darat itu menipu?
- 3. Disebut apakah binatang darat itu di tempat lain di dalam kitab Wahyu?
- 4. Seberapa besarkah kuasa yang binatang darat itu miliki?
- 5. Menurut pelajaran ini, melambangkan apakah binatang darat itu bagi umat Kristen yang teraniaya?
- 6. Alkitab mengutuk keras penyembahan dan penghormatan berhala dan patung-patung kecil. Mengapa Anda pikir hal itu benar?
- 7. Apakah Iblis masih mencoba untuk menipu kita di zaman kini? Pelajaran ini menguraikan beberapa metodenya. Dapatkah Anda memikirkan cara-cara lainnya?
- 8. Di zaman Yohanes, apakah binatang darat itu seolah-olah dapat mengadakan mukizat? Apakah kemampuan untuk mengadakan mujizat (atau untuk membuat seseorang seolah-olah dapat mengadakan mujizat) merupakan bukti bahwa orang itu direstui oleh Allah?
- 9. Ujian apakah yang harus diterapkan kepada semua orang yang mengaku mengajarkan Firman?
- 10. Apakah "tanda binatang" itu adalah tanda literal yang ditempelkan pada manusia? Bandingkanlah tanda binatang itu dengan meterai Anak Domba.
- 11. Di dalam Kitab Wahyu, apakah arti simbolik arti angka "enam"? Apakah artinya ketika angka itu diulang tiga kali?
- 12. Pernahkah Iblis pernah menipu Anda? Pelajaran apakah yang Anda peroleh dari pengalaman itu?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Gunakanlah tabel dari pelajaran sebelumnya (halaman 17) yang merangkum siapakah yang dilambangkan oleh binatang kedua di zaman gereja mula-mula dan apa yang ia lambangkan di zaman kini.
Anda mungkin ingin menggunakan demonstrasi visual tujuh koin. Anda juga mungkin ingin membuat tabel sederhana yang membedakan meterai Tuhan dan tanda binatang itu.
Pelajaran ini bisa secara sederhana diberi judul "Nabi Palsu." Berikut ini adalah garis besar singkat, yang disadur dari Merrill C. Tenney: (1) Pribadinya, (2) Kuasanya, (3) Bagiannya.60Berikut ini adalah garis besar lain, yang disadur dari Charles Ryrie: (1) Penampilannya, (2) Tujuannya, (3) Kuasanya, (4) Penderitaannya.61
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat 20:10. Fakta bahwa Iblis adalah penipu ditekankan di dalam pelajaran "Kenalilah Musuh Anda," dalam "Wahyu, 6....
Catatan Akhir:
- 1 Lihat 20:10. Fakta bahwa Iblis adalah penipu ditekankan di dalam pelajaran "Kenalilah Musuh Anda," dalam "Wahyu, 6."
- 2 Lihat juga 19:20.
- 3 Jika ada arti apa saja dalam fakta bahwa binatang itu keluar dari bumi, mungkin artinya adalah bahwa asalnya dari bumi ini, bukan dari sorga. (Lihat Yohanes 3:31; Yakobus 3:15.) Mungkin ada sedikit makna dalam fakta bahwa binatang pertama muncul dari laut sedangkan yang kedua muncul dari bumi. Dalam penglihatan Daniel tentang
- 4 Kita tidak tahu bagaimana sesosok makhluk "keluar dari bumi" dalam suatu penglihatan. Pintu masuk binatang darat mungkin saja kurang dramatis-atau lebih dramatis-daripada yang saya bayangkan. Saya mendorong Anda untuk mencoba "melihat" apa yang Yohanes lihat-sehingga dampak penglihatan itu ke atas Anda akan serupa dengan dampak yang Yohanes peroleh.
- 5 Karena begitu sedikit rincian yang diberikan, Brian Watts dan saya harus menggunakan imajinasi kami. Saya berharap bahwa gambaran Brian atas binatang darat itu (ditemukan nanti di dalam pelajaran ini) mempertahankan cita rasa teks itu.
- 6 Juga, binatang ini hanya memiliki dua tanduk, berlawanan dengan sepuluh tanduk untuk naga itu (12:3) dan sepuluh tanduk untuk binatang laut (13:1).
- 7 Untuk menunjukkan hal ini, saya meminta Brian untuk memberikan lidah dan ekor ular kepada binatang darat itu. Ekornya adalah ekor ular beludak, ular yang sangat saya takuti ketika saya tumbuh dewasa.
- 8 Setelah menderita di bawah penindasan agama di negara asal mereka, nenek moyang kita berusaha mencegah campur tangan negara dalam pelaksanaan agama. Dengan demikian amandemen pertama Konstitusi Amerika berbunyi, "Kongres harus jangan membuat hukum yang menghormati keberadaan suatu agama, atau melarang kebebasan pelaksanaannya.…"
- 9 "Di depan matanya" menunjukkan keinginan untuk melaksanakan perintah binatang itu. Ketika seorang nabi berada "di hadapan" Allah, ia siap untuk melakukan kehendak Tuhan.
- 10 Dalam kitab Wahyu, "mereka yang diam di bumi" mengacu kepada orang tak percaya, orang non-Kristen.
- 11 "Luka parahnya telah sembuh" adalah tanda khusus binatang itu (13:3, 12, 14). Untuk pelbagai penafsiran yang memungkinkan tentang luka ini, lihat pelajaran sebelumnya.
- 12 Kata Yunani yang diterjemahkan "patung" adalah eikon, kata yang darinya kita mendapatkan "ikon."
- 13 M. Robert Mulholland Jr., Revelation: Holy Living in an Unholy World, Francis Asbury Press Commentary (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, 1990), 236.
- 14 Lihat catatan tentang penunggang kuda hitam dalam pelajaran "Gemuruh Derap Kaki Kuda," dalam "Wahyu, 3."
- 15 Hukuman mati bisa saja dijatuhkan kepada setiap orang Kristen yang menolak menyembah patung kaisar. Namun begitu, sejarah mengungkapkan bahwa (seperti yang selalu terjadi dengan hukum) di beberapa tempat hukum itu tidak ditegakkan seketat di tempat lain; sehingga tidak semua orang Kristen yang setia mati, meskipun mereka ikut menderita hampir tanpa kecuali.
- 16 Lihat catatan tentang apa yang binatang laut itu lambangkan di zaman Yohanes dalam pelajaran "Lihat, Dengar, dan Simak."
- 17 Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 75.
- 18 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 178. Summers gave as a source E. G. Hardy, Christianity and the Roman Government (New York: Macmillan Co., 1925). Informasi lengkap tentang berbagai dewan yang mempromosikan peyembahan Kaisar dan kerajaan diberikan dalam Sir William Ramsay, The Letters to the Seven Churches (New York: Hodder and Stoughton, 1904).
- 19 Frank Pack, Revelation, Part 2, The Living Word Series (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 11.
- 20 Pliny Epistulae 96, trans. R. H. Bainton. Quoted in Roland H. Bainton, Christendom, vol. 1 (New York: Harper & Row, 1966), 57. Sudat ini ditulis sekitar This 111-13 Masehi.
- 21 Albert H. Baldinger, Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 68.
- 22 Martin H. Franzmann, The Revelation to John (St. Louis, Mo.: Concordia Publishing House, 1976), 96.
- 23 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 98.
- 24 Menurut ayat 4, menyembah binatang (kaisar) adalah sama dengan menyembah naga (Iblis). Saya punya teman-teman yang marah ketika surat kabar melaporkan adanya "pemujaan Iblis" dalam komunitas kami. Apa yang mereka tidak sadari adalah bahwa untuk setiap orang yang berhasil tertangkap sedang melaksanakan paganisme, ada ribuan orang yang "menyembah Iblis" dengan menempatkan prioritas lain di atas pelayanan kepada Tuhan Allah.
- 25 Untuk informasi lebih lanjut tentang penyembahan berhala, lihat Roma 1:21-23, 25; 1 Yohanes 5:21.
- 26 Baldinger, 69.
- 27 Homer Hailey, Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 293.
- 28 Ketika kita mempelajari 11:3-14, kita menyimpulkan bahwa mujizat yang disebut itu adalah lambang pertolongan Tuhan dan kehadiran-Nya secara umum. Namun begitu, memang benar bahwa selama abad pertama, para juru bicara terilham Allah bisa mengadakan mujizat (Markus 16:17-20). Mujizat-mujizat ini meneguhkan Firman yang diberitakan (Ibrani 2:3, 4). Sekarang ini, catatan tentang mujizat-mujizat itu memberi capaian/tujuan yang sama (Yohanes 20:30, 31).
- 29 Dalam teks ini, nabi palsu itu hanya mampu menipu para penghuni bumi, orang-orang tidak percaya yang hatinya berfokus di bumi ini. Dengan kata lain, ia hanya bisa menipu orang yang mudah ditipu, namun begitu nas-nas yang lain memperingatkan orang Kristen agar jangan tertipu-yang menunjukkan bahwa, jika pikiran orang Kristen tertuju kepada bumi ini, maka ia juga bisa ditipu oleh Iblis.
- 30 "Ketika seorang pembesar Romawi dan gubernur provinsi dalam hirarki agama bertemu untuk mendedikasikan patung baru seorang Kaisar di kuil, di sana akan ada tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban yang diadakan untuk mengesankan orang banyak" (Edward Myers, After These Things I Saw: A Study of Revelation [Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1997], 241).
- 31 Adela Yarbro Collins, The Apocalypse (Wilmington, Del.: Michael Glazier, 1979), 96.
- 32 Pertama Korintus 13 mengajarkan bahwa pelbagai kemampuan mujizatiah harus berakhir ketika "yang sempurna" tiba (ay. 10). Dalam bahasa aslinya, "yang sempurna" berbentuk netral dan tampaknya mengacu kepada wahyu "yang sempurna" atau "lengkap" dari Allah (lihat Yakobus 1:25). Karena Wahyu adalah kitab terakhir yang ditulis, kitab ini mengomplitkan Perjanjian Baru. Tentu saja, butuh beberapa waktu bagi berbagai kitab yang membentuk Perjanjian Baru itu untuk beredar dan kemudian dikumpulkan bersama. Apa yang kita ketahui tentang kegiatan mujizatiah di gereja mula-mula menegaskan kesimpulan bahwa mujizat-mujizat itu berakhir ketika Perjanjian Baru sudah lengkap. Hanya para rasul yang bisa melimpahkan kemampuan untuk mengadakan mujizat. Sejak kematian para rasul dan orang-orang yang kepada siapa para rasul itu pernah menumpangkan tangan mereka, tak seorang pun di bumi ini pernah diberikan kemampuan untuk mengadakan mujizat sejati.
- 33 Pelajaran "'Antikristus' & Wahyu" dalam "Wahyu, 6" memiliki beberapa informasi tentang "manusia durhaka" dari 2 Tesalonika 2:8.
- 34 Untuk latar belakang informasi tentang ilmu sihir di zaman Alkitab, lihat pelajaran "Conversion of a Magician" dalam edisi "Acts" dari Truth for Today.
- 35 Phineas Taylor Barnum (1810-91) adalah seorang pemain sandiwara Amerika yang flamboyan, mungkin paling dikenal karena perannya dalam Barnum dan Bailey Circus.
- 36 Pernyataan saya harus jangan diartikan untuk menyiratkan bahwa semua orang yang percaya kepada penyembuhan mujizatiah sekarang ini adalah penipu. Saya punya banyak teman di pergerakan karismatik yang saya percaya jujur dan tulus-keliru secara tulus, tapi tulus. Sebaliknya, saya tidak bisa mengerti bagaimana orang-orang yang mementaskan "pertunjukan penyembuhan" akbar yang penuh dengan tipuan itu bisa menjadi apa saja selain penipuan dan pemalsu. Jika ini dianggap menghakimi, saya mohon pengampunan Allah.
- 37 Sebastian Brant (c. 1458-1521), The Ship of Fools (1494); dikutip dalam John Bartlett, Bartlett's Familiar Quotations, 16th ed., gen. ed. Justin Kaplan (Boston: Little, Brown and Co., 1992), 135.
- 38 Saya memiliki berkas informasi yang tebal tentang kain kafan ini, yang konon telah membungkus tubuh Yesus di dalam kubur setelah penyaliban-Nya. Tidak ada bukti bahwa klaim itu benar: (1) Pelbagai upaya untuk memberi tanggal kafan itu menunjukkan bahwa asal-usulnya adalah belakangan setelah zaman Perjanjian Baru. (Sejarahnya tidak diketahui sebelum 1171 di Konstantinopel [sekarang Istanbul].) (2) Menurut Catatan Injil, Yesus tidak dibungkus dengan jenis kain kafan ini. (3) Tidak ada cara untuk membuktikan bahwa gambar itu adalah gambar Yesus. (Ia bukan satu-satunya orang yang dianiaya pada masa itu.) Ada alasan untuk percaya bahwa Allah tidak akan mengizinkan pelestarian suatu peninggalan yang dapat digunakan sebagai obyek pemujaan.
- 39 Ketika sebuah patung tampaknya menangis atau berdarah, ada beberapa penjelasan yang mungkin, mulai dari keringat alami suatu objek yang lebih dingin daripada udara di sekitarnya hingga penipuan mentah-mentah.
- 40 Catatan kuno secara khusus menyebut budak-budak yang melawan dan para prajurit yang kalah sebagai orang-orang yang dicap.
- 41 Merrill C. Tenney, Proclaiming the New Testament: The Book of Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 68.
- 42 Beberapa orang berpendapat bahwa latar belakang "tanda" itu bukanlah pemberian cap pada para budak, tetapi gambar pada koin uang atau perangko yang ditempelkan pada dokumen.
- 43 "Kode bar," atau "kode produk universal," adalah serangkaian garis vertikal yang lebarnya beragam yang dicetak pada suatu paket produk dan "dibaca" oleh perangkat elektronik di sebuah toko. "Kode" itu memberikan nama produk, biaya, dan informasi lainnya tentang barang itu.
- 44 Pandangan lain yang bisa disebutkan harus juga ditolak. Salah satu penafsiran yang lebih aneh adalah penafsiran kaum Advent Hari Ketujuh, yang menyatakan ibadah pada hari pertama (Minggu) adalah "tanda binatang."
- 45 Lihat komentar tentang 144.000 orang yang dahinya dimeteraikan dalam pelajaran "Ketenangan Di Tengah Badai," dalam "Wahyu, 4."
- 46 Ditandai di dahi menunjukkan bahwa pikiran mereka terpengaruh; ditandai di tangan menunjukkan bahwa tindakan mereka terpengaruh.
- 47 Komentari Pack, 11. W. B. West Jr. memuat kata-kata dalam sertifikat itu (Revelation Through First Century Glasses, ed. Bob Prichard [Nashville: Gospel Advocate Co., 1997], 95).
- 48 Tenney, 66.
- 49 Beberapa penulis juga beranggapan bahwa orang Kristen akan enggan menggunakan koin-koin yang ada saat itu karena koin-koin itu memuat gambar kaisar dengan gelar-gelar ilahinya. Hal ini juga akan mempengaruhi mereka secara ekonomi.
- 50 Kaum premilenialis tidak menggunakan pendekatan ini karena mereka tidak ingin mengidentifikasi binatang itu sebagai orang siapa saja yang hidup pada zaman Yohanes, melainkan sebagai makhluk super yang akan muncul di masa depan. Pendekatan khas premilenialis adalah "Tidak ada yang tahu apa arti ayat ini-tetapi artinya akan dibuat jelas ketika Binatang itu muncul." Pendekatan ini harus ditolak karena bertentangan dengan keseluruhan rencana dan tujuan Kitab Wahyu.
- 51 Lihat pelajaran "Jumlahnya Tidak Cocok!" dalam "Wahyu, 7."
- 52 Franzmann, 98.
- 53 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 273.
- 54 Di 21:17 Alkitab KJV memberikan terjemahan harfiah: "ukuran manusia." Alkitab NASB menulis "pengukuran manusia."
- 55 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 205. Beberapa orang menyatakan bahwa "enam" adalah bilangan manusia karena manusia diciptakan pada hari keenam.
- 56 Lihat pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" dalam "Wahyu, 1."
- 57 Hendriksen, 182.
- 58 ini disadur dari sebuah puisi anonim yang dicantumkan dalam John J. Van Gorder, ABC's of the Revelation (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1952), 120.
- 59 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, jelaskanlah dengan jelas apa yang para pendengar perlu lakukan untuk mematuhi Tuhan.
- 60 Tenney, 68-70.
- 61 Charles Caldwell Ryrie, Revelation (Chicago: Moody Press, 1968), 82-87.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 13:18)
Apakah arti semua ini bagi umat Kristen mula-mula? Sama seperti Kerajaan Romawi yang mungkin penuh ancaman, para pejabat yan...
KESIMPULAN (Wahyu 13:18)
Apakah arti semua ini bagi umat Kristen mula-mula? Sama seperti Kerajaan Romawi yang mungkin penuh ancaman, para pejabat yang memaksakan penyembahan kaisar itu adalah wakil-wakil dari suatu sistem yang ditakdirkan gagal. Penerapan yang sama dapat dibuat sekarang ini: Siapa pun dan apa pun yang menentang Tuhan pada akhirnya akan gagal. Allah telah menjamin hal itu, tidak sekali tetapi tiga kali! Jadi Homer Hailey menulis, … bilangan binatang itu, enam-enam-enam, melambangkan kegagalan penuh dan menyeluruh atas semua sistem manusia dan pelbagai upaya yang menentang Allah dan Kristus-Nya—semuanya ditakdirkan mengalami kekalahan dan kegagalan pamungkas dan tuntas. Penjelasan ini selaras dengan tema dan tujuan kitab Wahyu.42
Inilah penghiburannya; inilah kekuatannya; "di sini adalah hikmat" (13:18a).
Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi
- 1. Pernahkah Anda mendengar gagsan aneh tentang bilangan "666"?
- 2. Diskusikanlah pelbagai pendekatan "tidak biasa" yang disinggung di awal pelajaran ini dan beberapa persoalan yang terkait dengan masing-masing pendekatan itu.
- 3. Mengapakah orang-orang di zaman Yohanes menetapkan nilai angka kepada huruf-huruf?
- 4. Dengan menggunakan A = 1, B = 2, C = 3, dan seterusnya, ubahlah nama Anda sendiri menjadi sebuah bilangan. Beritahukanlah bilangan Anda itu kepada seluruh kelas. Apakah ada nama lain mana saja di dalam kelas itu yang sama dengan bilangan Anda?
- 5. Pelajaran ini menunjukkan bahwa memang mudah untuk mengubah sebuah nama menjadi sebuah bilangan, tetapi sulit untuk mengubah bilangan menjadi nama tertentu yang dimaksudkan. Mengapakah bisa begitu?
- 6. Apakah solusi paling populer bagi apa yang banyak orang anggap "teka-teki Yohanes"?
- 7. Solusi lain apakah yang telah diusulkan?
- 8. Dapatkah Anda memberikan nama-nama, kata-kata, gelar-gelar lain, atau pelbagai kombinasi semua itu yang jumlahnya 666? (Ingat empat "aturan" dari Frank Pack.)
- 9. Apakah makna simbolik angka "enam"? Apakah maknanya jika angka tersebut diulang tiga kali?
- 10. Tafsirkanlah bilangan "666" secara simbolik, pesan apakah yang diberikan kepada umat Kristen abad pertama? Pesan apakah yang diberikan untuk kita di zaman kini?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Albert Baldinger menyebut pelajarannya tentang Wahyu 13:18 "Aritmatika Wahyu."
Pentingnya Angka "6''
Angka "enam" itu sendiri membangunkan perasaan takut dalam dada orang Yahudi yang merasakan arti angka-angka itu. Angka enam berada di bawah angka keramat "tujuh." Angka "enam" dianggap menandakan ketidakmampuan untuk mencapai titik sakral dan tanpa daya gagal mencapai angka [tujuh] itu. Bagi orang Yahudi, ada azab pada angka "enam," bahkan ketika angka itu berdiri sendiri. Lipatkanlah angka itu tiga kali, maka angka itu melambangkan potensi kejahatan yang sedemikian rupa yang tidak bisa ada bandingannya, kengerian nasib yang sedemikian rupa sehingga tidak ada yang bisa lebih buruk.
Disadur dari Revelation
William Milliga
"666&"
"Tujuan keseluruhan … agama Kristen adalah untuk menghapus 'enam ratus enam puluh enam' dari batu-tulis kehidupan dan menggantinya dengan … tujuh ratus tujuh puluh tujuh."
Preaching From Revelation Albert H. Baldinger
Tetap Saja "6"
Ilmu pengetahuan bisa mengamati dan bereksperimen, tapi dengan semua penelitiannya itu ia tidak mencapai kebenaran mutlak. Jumlahnya hanya mencapai "6." Manusia boleh saja menyempurnakan dirinya sendiri melalui pendidikan, dan mereformasi dirinya dengan moralitas, tetapi semua upayanya itu hanya mencapai jumlah "6"—ia tidak memiliki perubahan dan sentuhan ilahi.
Semua upaya manusia untuk meningkatkan sifat manusia bernilai 6.
Disadur dari Windows Into the Future
Myer Pearlman
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 1...
Catatan Akhir:
- 1 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 100.
- 2 M. Robert Mulholland Jr., Revelation: Holy Living in an Unholy World, Francis Asbury Press Commentary (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, 1990), 238.
- 3 Untuk menyegarkan ingatan Anda tentang pendekatan sejarah berkelanjutan terhadap kitab Wahyu, lihat pelajaran "Awal Yang Baik Menyelesaikan Separuh Pekerjaan" dalam "Wahyu, 1."
- 4 Untuk keberatan lain terhadap pendekatan ini, lihat pelajaran yang diacukan di dalam catatan kaki sebelumnya.
- 5 Orang lain yang menganut pandangan ini percaya bahwa "sigma" melambangkan huruf pertama dalam kata Yunani untuk "juru penyelamat."
- 6 Lihat komentar tentang 13:18.
- 7 William Taylor Smith, "Number," in The International Standard Bible Encyclopedia, ed. James Orr (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1960), 4:2162.
- 8 Pada dasarnya, "alpha" (α) hingga "iota" (ι) bermakna 1 sampai 10, kemudian "kappa" (κ) adalah 20, "lambda" (λ) adalah 30, "mu" (μ) adalah 40 , dan seterusnya. "Rho" (ρ) adalah 100, "sigma" (σ, bentuk "s" di tengah sebuah kata) adalah 200, "tau" (τ) adalah 300 dan seterusnya. Pengecualian terhadap pengaturan ini adalah bahwa bentuk "sigma" yang digunakan di akhir kata-kata (ς) disisipkan ke dalam daftar itu untuk berfungsi sebagai angka 6 dan simbol-simbol khusus digunakan untuk angka 90 dan 900.
- 9 Bahkan sekarang ini tanggal kadang-kadang ditulis dengan angka Romawi, dan beberapa jam menggunakan angka Romawi.
- 10 Sibylline Oracles adalah kumpulan tulisan-tulisan apokaliptik (tak terilham), ditulis pada zaman Kerajaan Romawi untuk meniru ramalan-ramalan Yunani kuno.
- 11 Meskipun ς adalah bentuk "sigma" yang digunakan di akhir sebuah kata, namun dalam Sibylline Oracles "sigma" (σ) tengah itu diulang semaunya di sini. Huruf ς, yang seharusnya sudah digunakan, bernilai "6."
- 12 Contoh yang disebutkan oleh banyak komentator adalah tulisan ceker ayam pada dinding di reruntuhan Pompeii yang berbunyi, "Aku mencintai dia yang bilangannya 545." Jadi, penulis itu mengungkapkan cintanya kepada individu tertentu, sementara pada saat yang sama menyembunyikan namanya dari orang-orang yang tidak tahu siapa sebenarnya perempuan itu.
- 13 Irenaeus (sekitar 140-202 Masehi), seorang murid Polikarpus, adalah seorang pemimpin di gereja di Smirna. Untuk informasi tentang Polikarpus dan gereja di Smirna, lihat pelajaran "Gereja Miskin Yang Kaya," dalam "Wahyu, 2." Acuan Irenaeus kepada "666" terdapat di dalam karyanya Against Heresies (5.30.3). Against Heresies adalah penjelasan tentang, dan jawaban kepada, sekte-sekte Gnostik. Untuk pembahasan Gnostikisme, lihat pelajaran "Gereja Yang Hatinya Bermasalah," dalam "Wahyu, 2."
- 14 Beberapa orang mengartikan ini Kerajaan Romawi, karena bangsa Roma berbicara Latin. Yang lainnya mengartikan sebagai acuan kepada seorang raja awal Latium, ketimbang seorang kaisar Roma. Beberapa orang menerapkan ini kepada ajaran Katholik, terlepas dari fakta bahwa arti seperti itu tidak akan terlintas dalam pikiran Irenaeus.
- 15 Untuk informasi tentang Titus, lihat pelajaran "Tanda-Tanda Penting Dan Simbol-Simbol Mengejutkan," dalam "Wahyu, 1." [Kaisar] Titus sendiri menganiaya orang Yahudi, tetapi saudaranya Domitianus menganiaya umat Kristen. Beberapa orang beranggapan bahwa "Titus" bisa jadi merupakan nama keluarga.
- 16 Dikutip dalam Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 175.
- 17 Alfabet Ibrani tidak memiliki huruf hidup. Dengan demikian sebagian besar huruf hidup akan disajikan setara dengan nol. Nilai "0" adalah pengecualian karena dibentuk dengan menempatkan suatu tanda di atas "waw," yang sama dengan 6.
- 18 Penafsiran ini bisa sejalan dengan gagasan bahwa binatang pertama adalah "Nero yang hidup kembali"-yaitu, Domitianus.
- 19 Beberapa orang menjawab pertanyaan ini dengan menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Ibrani akan membuat lebih sulit bagi para pejabat Romawi untuk menguraikan maknanya, karena mereka mengerti bahasa Yunani, tapi tidak bahasa Ibrani.
- 20 G. B. Caird, A Commentary on the Revelation of St. John the Divine (New York: Harper & Row, 1966), 175.
- 21 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 38-39.
- 22 Penulis ini mencapai ini dengan memasukkan Galba, tapi mengeluarkan Otho dan Vitellius-tanpa alasan yang jelas selain untuk membuat daftar itu "cocok." Untuk daftar kaisar Romawi, lihat pelajaran "Tanda-Tanda Penting Dan Simbol-Simbol Mengejutkan," dalam "Wahyu, 1."
- 23 Penulis itu mencapai ini dengan mengambil gelar lengkap Domitianus, mengubahnya ke dalam bahasa Yunani, dan kemudian menyingkat lima dari kata-kata itu-terlepas dari fakta bahwa bentuk gelar ini tidak muncul pada satu koin pun.
- 24 Solusi ini mengartikan istilah-istilah seperti "Manusia Latin" sebagai ramalan tentang kepausan.
- 25 Surat-surat yang tidak memiliki padanan angka Romawi diabaikan, dan "u" diperlakukan sebagai "v." Permainan yang sama telah dimainkan dengan abjad Yunani dengan menggunakan frase theos eimi epi gaies ("Akulah Allah di bumi").
- 26 Dalam bahasa Yunani, istilah itu akan berupa e Latine Basileia. Dua huruf "e" yang pertama adalah "eta" (η), yang bernilai 8. Sementara "e" lainnya adalah "epsilon" (ε), yang bernilai nilai 5.
- 27 Permainan yang sama dapat dimainkan dengan kata-kata ekklesia Italika, yang berarti "Gereja Italia." Jika Anda ingin menjumlahkan ini, Anda perlu tahu bahwa "e" setelah "lambda" (λ) adalah "eta" ( η) yang bernilai 8, sementara "e" yang lain adalah "epsilon" (ε) yang masing-masing bernilai 5.
- 28 Lihat A Debate on the Roman Catholic Religion (Nashville: McQuiddy Printing Co., 1914), 287-88.
- 29 Seseorang menemukan bahwa ungkapan "murka Allah" (orge theou) berjumlah 666. Yang lainnya muncul dengan istilah arnoume, yang juga berjumlah 666. Pendapat pencetusnya adalah bahwa ini mungkin bentuk dari kata Yunani untuk "Saya menyangkal," dan dengan demikian mungkin melambangkan penolakan nama Kristus.
- 30 Tentu saja, mengapa Yohanes akan sudah menggunakan bahasa Inggris untuk teka-teki itu tidaklah dijelaskan, juga tidak dijelaskan alasan mengapa "A" harus sama 101 bukannya 1.
- 31 Dalam penilaian angka, "F" adalah singkatan untuk "gagal." Ingatlah bahwa McCord menulisnya secara bergurau.
- 32 Katholik memainkan juga permainan itu.
- 33 Harusnya sudah sangat jelas bahwa sebagian besar dari semua ini adalah sangat tidak mungkin. Jika "666" sungguh melambangkan individu tertentu, itu lebih mungkin untuk seseorang pada periode waktu umum para pembaca Yohanes.
- 34 Frank Pack, catatan kelas yang tidak diterbitkan, Spring 1956.
- 35 Penulis tidak dikenal, diterima melalui internet, 7 Maret 1998.
- 36 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 273. (Huruf miring oleh dia.)
- 37 Alan Johnson, Revelation, The Expositor's Bible Commentary, gen. ed. Frank E. Gaebelein (Grand Rapids, Mich.: Regency Reference Library, Zondervan Publishing House, 1981), 12:534.
- 38 Smith, 2162.
- 39 Albert H. Baldinger, Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 74.
- 40 Mulholland, 239.
- 41 Baldinger, 75.
- 42 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 299.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi