
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus


kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Neh 6:15
Full Life: Neh 6:15 - MAKA SELESAILAH TEMBOK ITU.
Nas : Neh 6:15
Tembok itu selesai dibangun
(1) karena Allah menyertai umat-Nya (Neh 2:20; 4:15,20);
(2) karena mereka memiliki Nehemia, p...
Nas : Neh 6:15
Tembok itu selesai dibangun
- (1) karena Allah menyertai umat-Nya (Neh 2:20; 4:15,20);
- (2) karena mereka memiliki Nehemia, pemimpin yang berani, berabdi, dan bertekun yang sepenuhnya tergantung kepada Allah selaku perlindungan dan sumber kekuatannya (ayat Neh 6:3,9; 5:14-19); dan
- (3) karena umat-Nya bekerja dengan sepenuh hati (Neh 4:6), mengikuti pemimpin mereka dan berani mencurahkan tenaga mereka demi penyelesaian pekerjaan itu.
Jerusalem -> Neh 6:15
Jerusalem: Neh 6:15 - tanggal dua puluh lima bulan Elul Ialah pada awal bulan Oktober th 445 seb Mas.
Ialah pada awal bulan Oktober th 445 seb Mas.
Ende -> Neh 6:1--7:3; Neh 6:15-16
Ende: Neh 6:1--7:3 - -- Fasal ini menerangkan fasal 4(Neh 4). Dalam fasal 6(Neh 6)
ini dihimpun beberapa peristiwa jang ada sangkut-pautnja dengan persekongkolan
musuh, baik ...

Ende: Neh 6:15-16 - -- Ajat2 ini lebih baik ditaruh sesudah Neh 7:3, sebab bertjorak penutup.
Pembangunan selesai 2 Okt. 445.
Ajat2 ini lebih baik ditaruh sesudah Neh 7:3, sebab bertjorak penutup.
Pembangunan selesai 2 Okt. 445.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Neh 6:15-19
Matthew Henry: Neh 6:15-19 - Tembok Kota Selesai Dibangun Tembok Kota Selesai Dibangun (6:15-19)
Pada perikop ini Nehemia sedang menyelesaikan pembangunan tembok Yerusalem, namun masih juga ia menghadapi ke...
Tembok Kota Selesai Dibangun (6:15-19)
- Pada perikop ini Nehemia sedang menyelesaikan pembangunan tembok Yerusalem, namun masih juga ia menghadapi kesulitan yang ditimbulkan oleh para musuhnya.
- [1] Tobia, dan musuh-musuh orang Yahudi lainnya, malu menyaksikan tembok yang telah selesai dibangun, kendati dengan semua upaya mereka untuk menghalanginya. Tembok itu mulai dan selesai dibangun dalam waktu lima puluh dua hari, namun kita memiliki alasan untuk meyakini bahwa mereka beristirahat pada hari-hari Sabat (ay. 15). Banyak orang yang dipekerjakan, dan ada tempat bagi mereka semua. Apa yang mereka kerjakan, dikerjakan dengan riang hati, dan mereka memusatkan perhatian pada pekerjaan mereka karena mereka mencintainya. Ancaman para musuh mereka, yang dimaksudkan untuk melemahkan mereka, ada kemungkinan justru menggugah mereka untuk meneruskan pekerjaan mereka dengan lebih bersemangat, supaya mereka dapat menyelesaikannya sebelum para musuh datang. Demikianlah dari yang makan keluar makanan. Lihatlah betapa banyak pekerjaan yang dapat dilakukan dalam waktu singkat apabila kita mau mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus. Ketika para musuh mendengar bahwa tembok itu telah selesai dibangun padahal mereka menyangka pembangunannya belum dimulai dengan baik, dan ketika mereka tidak merasa ragu akan dapat menghentikannya, mereka sangat kehilangan muka (ay. 16).
- I. Mereka sangat malu akan kepercayaan diri mereka bahwa mereka akan menghentikan pekerjaan itu. Mereka menjadi putus asa karena kekecewaan itu.
- II. Mereka iri akan kesejahteraan dan keberhasilan orang-orang Yahudi, sedih menyaksikan tembok-tembok Yerusalem selesai dibangun, sementara raja-raja Persia mungkin tidak mengizinkan mereka untuk membentengi kota-kota Samaria. Ketika Kain iri kepada adiknya, mukanya muram (Kej. 4:5)
- III. Hilang sudah harapan mereka untuk mencelakakan orang-orang Yahudi seperti yang mereka rancangkan, untuk menjatuhkan orang-orang Yahudi, dan memangsa mereka. Dan baguslah mereka merasa demikian, karena mereka telah sadar, melalui keberhasilan yang luar biasa ini, bahwa pekerjaan itu dilaksanakan dengan bantuan Allah. Bahkan orang-orang kafir ini masih mempunyai akal sehat,
- I. Untuk melihat penyelenggaraan Allah yang istimewa atas perkara-perkara jemaat ketika perkara-perkara itu berhasil secara luar biasa. Berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!” Itu adalah perbuatan-Nya (Mzm. 126:2). Allah berperang bagi bangsa Israel dan bekerja bersama mereka.
- II. Untuk percaya bahwa pekerjaan Allah akan sempurna. Ketika mereka menyadari bahwa pekerjaan itu dilaksanakan dengan bantuan Allah, mereka tidak mengharapkan yang lain selain bahwa pekerjaan itu akan berlanjut dan berhasil.
- III. Untuk menyimpulkan bahwa, apabila pekerjaan itu berasal dari Allah, maka tidak ada gunanya mencoba untuk menentangnya. Pekerjaan itu sudah pasti akan berhasil dan menang.
- [2] Terlepas dari hal ini, Nehemia merasa kesal melihat beberapa orang dari bangsanya sendiri berkhianat dengan berkirim surat dengan Tobia dan melayani kepentingannya. Tidak diragukan lagi bahwa hal itu membuat Nehemia sangat sedih dan berkecil hati.
- 1. Bahkan dari antara para pemuka Yehuda ada yang tidak begitu memiliki rasa hormat dan kesadaran akan kebaikan negeri mereka, hingga mereka berkirim surat dengan Tobia (ay. 17). Mereka menulis dengan begitu bebas dan akrab layaknya teman kepada Tobia, dan menyambut surat-surat yang ia tulis untuk mereka. Adakah para pemuka melakukan hal yang sedemikian hina? Adakah para pemuka Yehuda melakukan hal yang sedemikian fasik? Kelihatannya para pembesar tidak selalu bijaksana, tidak selalu jujur.
- 2. Banyak orang di Yehuda mengadakan persekongkolan penuh namun rahasia dengan Tobia untuk memajukan kepentingan negerinya, meskipun hal itu pasti akan menghancurkan negeri mereka sendiri. Mereka mempunyai ikatan sumpah dengan dia, bukan sebagai pemimpin mereka, melainkan sebagai kawan dan sekutu mereka, karena baik dia maupun anak laki-lakinya telah menikah dengan anak-anak perempuan Israel (ay. 18). Lihatlah kejahatan dari menikahi orang kafir. Untuk satu orang kafir yang bertobat melalui pernikahan itu, sepuluh orang Yahudi disesatkan. Begitu mereka menjadi saudara dengan Tobia, mereka segera memiliki ikatan sumpah dengannya. Cinta yang berdosa membawa kepada ikatan yang berdosa.
- 3. Mereka dengan lancang membujuk Nehemia sendiri untuk berkawan dengan Tobia: “Juga mereka sebut-sebut segala kebaikan Tobia di mukaku, dengan menggambarkannya sebagai seorang yang cerdas dan layak kukenal, seorang pria yang jujur dan dapat kupercaya.” Kita memang tidak boleh berbicara buruk tentang siapa pun, namun juga kita tidak boleh berbicara baik tentang orang yang buruk. Orang yang mengabaikan hukum memuji orang fasik (Ams. 28:4).
- 4. Mereka begitu berkhianat hingga memberitahukan rencana-rencana Nehemia kepada Tobia. Mereka menyampaikan kata-kata Nehemia kepadanya, memutarbalikkan kata-kata itu, tidak diragukan lagi, dan menafsirkannya dengan keliru. Hal ini memberi Tobia alasan untuk mengirimkan surat untuk menakut-nakuti Nehemia, dan dengan demikian menjauhkannya dari pekerjaannya dan mengecilkan hatinya dalam pekerjaan itu. Demikianlah mereka senantiasa bermaksud jahat terhadap Nehemia, namun Allah senantiasa bermaksud baik terhadapnya.
SH -> Neh 6:1-19; Neh 6:1-19
SH: Neh 6:1-19 - Hambatan = hadiah dari Allah? (Selasa, 12 September 2006) Hambatan = hadiah dari Allah?
Kita sering menyikapi hambatan secara negatif, sehingga melemahkan
iman, serta memadamkan semangat pelayanan. Hamba...
Hambatan = hadiah dari Allah?
Kita sering menyikapi hambatan secara negatif, sehingga melemahkan
iman, serta memadamkan semangat pelayanan. Hambatan akan selalu
ada selama kita berjuang menegakkan kebenaran. Namun kita bisa
belajar dari Nehemia bagaimana cara menyikapi hambatan secara
positif.
Dengan berbagai cara Sanbalat dan kawan-kawan terus berusaha menggagalkan pembangunan tembok Yerusalem. Kali ini Nehemia yang diteror. Mereka berupaya menjebak dan mencelakakan Nehemia dengan mengundangnya berunding. Akan tetapi, usaha ini gagal karena Nehemia menolak undangan tersebut (1-4). Pada surat yang kedua mereka memasukkan isu politik dengan harapan Nehemia menjadi gentar sehingga mau memenuhi undangan mereka (5-7). Ini pun tidak berhasil (8). Sebagai usaha terakhir, mereka mencoba memanfaatkan Semaya (10-13), nabi orang Yahudi, untuk menjebak Nehemia.
Beberapa peristiwa sejarah membuktikan kepada kita bahwa kejatuhan seorang pemimpin hampir sering kali disebabkan oleh pengkhianatan teman sendiri atau "orang dalam." Sekali lagi, upaya musuh Nehemia gagal total dan justru dipermalukan, karena Tuhan sendirilah yang menjaga pekerjaan anak-Nya (15-16). Nehemia terus berdoa dalam menghadapi semua hambatan di atas (14). Sehingga Tuhan memimpin dan melindungi Nehemia dengan kepekaannya untuk mengetahui pengkhianatan Semaya dan beberapa pemuka di Yehuda (17-19).
Dari pembangunan tembok Yerusalem ini, kita belajar tentang keteguhan, ketabahan, kesetiaan, dan kepasrahan dari orang-orang yang bertekad mewujudkan rencana Tuhan. Tuhan akan memberkati tekad dan semangat itu sehingga mereka mampu maju terus walaupun dihambat.
Renungkan: Sekaranglah saatnya bagi kita untuk tidak lagi memandang negatif setiap hambatan yang terjadi dalam hidup ini. Hambatan-hambatan tersebut sebenarnya adalah pembentukan Allah atas penggemblengan umat-Nya!

SH: Neh 6:1-19 - Tantangan dan jalan keluar. (Minggu, 19 November 2000) Tantangan dan jalan keluar.
Seringkali pekerjaan Allah yang indah dan luar biasa diawali dengan
kerja keras dan penuh tantangan, bukan perte...
Tantangan dan jalan keluar.
Seringkali pekerjaan Allah yang indah dan luar biasa diawali dengan
kerja keras dan penuh tantangan, bukan pertentangan. Hal ini
wajar, karena Iblis tidak pernah tinggal diam dan membiarkan
karya Allah yang luar biasa terjadi atas kehidupan anak-anak-Nya.
Iblis berusaha menghambat dan melemahkan semangat, namun bagi
Kristen yang tekun dan bersandar pada kekuatan Tuhan pasti akan
diberkati dan dijadikan berhasil.
Pembangunan kembali tembok Yerusalem yang telah mencapai hasil yang sangat mengagumkan nyaris gagal karena niat jahat Sanbalat dan Tobia. Berbagai cara mereka pakai: mulai dari mengolok-olok, membujuk, mengancam, melontarkan fitnah, hingga cara 'rohani' yang tidak rohani sama sekali yaitu memakai nabi palsu untuk mengucapkan nubuat palsu. Semua cara itu dimaksudkan untuk menggagalkan misi Nehemia. Namun sejauh itu Nehemia tetap sanggup melewati masa krisis itu karena pimpinan Tuhan. Hal-hal lain yang memampukan Nehemia menepis semua niat jahat musuhnya: pertama, Nehemia sadar bahwa yang sedang dikerjakannya adalah pekerjaan besar dari Allah sendiri (3). Konsentrasi Nehemia terfokus pada karya Tuhan dalam proses pemulihan umat Allah yang besar itu. Kedua, Nehemia mengabaikan berita palsu dan tetap konsisten pada kemurnian hati. Nehemia sama sekali tidak mempedulikan desas- desus yang diciptakan oleh lawannya. Ia tetap terus bekerja. Ketiga, kesadaran akan peranannya di hadapan Allah (11). Sekalipun nabi yang meminta, Nehemia peka dan jauh lebih taat pada ketetapan Allah daripada mendengar persekongkolan kotor nabi- nabi palsu itu. Akhirnya pekerjaan itu selesai dengan begitu fantastik dan mengagumkan (15). Mengapa? Karena pekerjaan itu dilaksanakan bersama Allah.
Renungkan: Ketika kita perlu menjalankan sebuah misi pelayanan, kita dapat meneladani Nehemia dalam kesetiaan dan ketekunannya.
Bacaan untuk Minggu ke-23 sesudah Pentakosta
Lagu: Kidung Jemaat 446
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Nehemia (Pendahuluan Kitab) Penulis : Ezra dan Nehemia (?)
Tema : Pembangunan Kembali Tembok Yerusalem
Tanggal Penulisan: Sekitar 430-420 SM
Latar Belakang...
Penulis : Ezra dan Nehemia (?)
Tema : Pembangunan Kembali Tembok Yerusalem
Tanggal Penulisan: Sekitar 430-420 SM
Latar Belakang
Sejarah PL diakhiri dengan kitab Nehemia, ketika orang buangan Yahudi diizinkan kembali ke negeri mereka setelah pembuangan di Babel dan Persia. Bersama dengan kitab Ezra (dengannya kitab Nehemia membentuk satu kitab dalam PL Ibrani; Lihat "PENDAHULUAN EZRA" 08061), kitab ini mencatat sejarah dari tiga rombongan yang kembali ke Yerusalem. Ezra meliput peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan dua rombongan pertama (538 SM; 457 SM), dan Nehemia mencatat aneka peristiwa selama kembalinya rombongan ketiga (444 SM). Sedangkan fokus kitab Ezra adalah pembangunan kembali Bait Suci, maka fokus kitab Nehemia adalah pembangunan kembali tembok Yerusalem. Kedua kitab menekankan pentingnya pemulihan rohani dan komitmen kepada Allah dan Firman-Nya.
Nehemia, yang hidup sezaman dengan Ezra, melayani sebagai juru minuman Artahsasta I (raja Persia) ketika ia menerima kabar bahwa orang buangan yang kembali ke Yehuda dari Babel dan Persia sedang dalam kesulitan dan tembok Yerusalem masih berupa puing. Setelah mendoakan keadaan Yerusalem, Nehemia diberi kuasa oleh Raja Artahsasta untuk pergi ke Yerusalem sebagai gubernur dan membangun kembali tembok-tembok kota. Selaku pemimpin yang diilhami, ia mengerahkan orang-orang sebangsanya untuk membangun kembali seluruh tembok kota dalam 52 hari saja sekalipun terjadi pertentangan yang gigih. Nehemia menjadi gubernur selama 12 tahun; setelah kembali beberapa waktu ke Persia, ia menjadi gubernur Yehuda untuk masa bakti kedua (bd. Neh 2:1; Neh 13:6-7).
Imam Ezra membantu Nehemia dalam memajukan kebangunan dan pembaharuan rohani di antara kaum sisa yang kembali; mungkin Nehemia membantu Ezra menulis kitab ini. Kesesuaian kitab Nehemia dengan sejarah diperkuat oleh aneka dokumen kuno yang ditemukan pada tahun 1903 dan disebut Elephantine Papyri, yang menyebut nama Sanbalat (Neh 2:19), Yohanan (Neh 12:23), dan penggantian Nehemia sebagai gubernur sekitar tahun 410 SM.
Tujuan
Kitab ini ditulis
- (1) untuk melengkapi catatan sejarah pascapembuangan yang diawali dalam kitab Ezra, dan
- (2) untuk menunjukkan apa yang dilakukan Allah demi kaum sisa melalui kepemimpinan yang saleh dari Nehemia dan Ezra selama tahap ketiga dari pemulihan pascapembuangan.
Survai
pasal 1-7 (Neh 1:1--7:73) mencatat peranan Nehemia sebagai gubernur dan pemimpin dalam membangun kembali tembok Yerusalem. Pasal 1 (Neh 1:1-11) menyatakan dalamnya kerohanian Nehemia sebagai orang yang mengandalkan doa. Sementara melayani raja Persia, ia menerima berita mengenai keadaan Yerusalem yang menyedihkan dan mulai menaikkan doa syafaat secara sungguh-sungguh kepada Allah memohon Dia turun tangan demi kota dan penduduknya. Pasal 2 (Neh 2:1-20) menguraikan bagaimana Allah menggerakkan Artahsasta untuk mengangkat Nehemia menjadi gubernur Yerusalem dan tibanya Nehemia di sana. Pasal 3-7 (Neh 3:1--7:1) mengisahkan kepemimpinan Nehemia yang tegas, bijaksana, dan tabah dalam mengerahkan penduduk Yerusalem untuk membangun kembali temboknya yang hancur hanya dalam 52 hari sekalipun terjadi perlawanan berat dari dalam dan dari luar kota itu.
Bagian kedua kitab ini menguraikan
- (1) pemulihan rohani umat di Yerusalem di bawah pimpinan imam Ezra (pasal 8-10; Neh 8:1--10:39), dan
- (2) beberapa persoalan nasional yang ditangani Nehemia (pasal 11-13; Neh 11:1--13:31). Hal yang utama dalam pembaharuan rohani itu ialah pembacaan Hukum Allah di hadapan umum, pertobatan dari dosa, dan suatu tekad baru oleh kaum sisa untuk mengingat dan memelihara perjanjian mereka dengan Allah. Pasal terakhir mencatat beberapa pembaharuan yang dilaksanakan Nehemia sepanjang masa bakti kedua sebagai gubernur Yerusalem (pasal 3; Neh 3:1-32).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Nehemia.
- (1) Kitab ini mencatat peristiwa-peristiwa terakhir dalam sejarah PL orang Yahudi sebelum tiba masa intertestamental.
- (2) Kitab ini memberikan latar belakang sejarah bagi Maleakhi, kitab PL terakhir, karena Nehemia dan Maleakhi hidup sezaman.
- (3) Nehemia adalah contoh yang bagus di Alkitab dari seorang pemimpin saleh dalam pemerintahan: orang bijaksana, berprinsip, berani, integritas tak tercela, iman yang kokoh, belas kasihan bagi yang tertindas, dan sangat berbakat besar dalam kepemimpinan dan organisasi. Sepanjang masa baktinya selaku gubernur, Nehemia tetap jujur, rendah hati, bebas dari keserakahan, mengorbankan diri, dan tidak tercela dalam kedudukan atau kuasanya.
- (4) Nehemia adalah salah satu contoh PL terkemuka dari seorang pemimpin yang mengandalkan doa (bd. juga Daniel). Tidak kurang dari 11 kali dikisahkan bagaimana ia memanjatkan doa atau doa syafaat kepada Allah (mis. Neh 1:4-11; Neh 2:4; Neh 4:4,9; Neh 5:19; Neh 6:9,14; Neh 13:14,22,29,31). Ia seorang yang melaksanakan tugas-tugas yang tampaknya mustahil karena ketergantungannya yang mutlak kepada Allah.
- (5) Kitab ini dengan jelas menggambarkan bahwa doa, pengorbanan, kerja keras, serta kegigihan bekerja sama dalam mewujudkan visi yang diberi oleh Allah.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab ini mencatat penyelesaian semua langkah dasar dalam memulihkan Yudaisme pascapembuangan yang diperlukan bagi kedatangan Kristus pada permulaan zaman PB: Yerusalem dan bait suci dibangun kembali, hukum telah dipulihkan, perjanjian dibaharui, dan keturunan Daud tetap terpelihara. Secara lahiriah, segala sesuatu siap untuk menerima kedatangan Mesias (bd. Dan 9:25). Zaman Nehemia berakhir dengan harapan kenabian bahwa Tuhan akan segera datang ke bait-Nya (bd. Mal 3:1). PB mulai dengan penggenapan penantian dan pengharapan pascapembuangan ini.
Full Life: Nehemia (Garis Besar) Garis Besar
I. Membangun Kembali Tembok Yerusalem: Dipimpin oleh Nehemia
(Neh 1:1-7:73)
A. Syafaat Nehemia bagi Yerus...
Garis Besar
- I. Membangun Kembali Tembok Yerusalem: Dipimpin oleh Nehemia
(Neh 1:1-7:73) - A. Syafaat Nehemia bagi Yerusalem
(Neh 1:1-2:8) - 1. Pokok Syafaatnya
(Neh 1:1-4) - 2. Isi Syafaatnya Dengan Allah
(Neh 1:5-11) - 3. Hasil Syafaatnya Dengan Raja Artahsasta
(Neh 2:1-8) - B. Nehemia Berangkat ke Yerusalem Sebagai Gubernur
(Neh 2:9-20) - C. Nehemia Memimpin Pembangunan Kembali Tembok Yerusalem
(Neh 3:1-7:4) - 1. Para Pembangun
(Neh 3:1-32) - 2. Para Penentang
(Neh 4:1-6:14) - a. Ejekan
(Neh 4:1-6) - b. Komplotan
(Neh 4:7-23) - c. Pemerasan
(Neh 5:1-19) - d. Kompromi
(Neh 6:1-4) - e. Fitnahan
(Neh 6:5-9) - f. Pengkhianatan
(Neh 6:10-14) - 3. Penyelesaian
(Neh 6:15-7:4) - D. Nehemia Mencatat Kaum yang sisa
(Neh 7:5-8:1) - II. Membangkitkan Umat di Yerusalem: Dipimpin oleh Ezra
(Neh 8:2-10:39) - A. Pembacaan Firman Allah di Depan Umum
dan Peringatan Hari Raya Pondok Daun (Neh 8:1-18) - B. Berpuasa, Mengingat Kembali Dosa-Dosa Masa Lampau,
dan Pengakuannya di Depan Umum (Neh 9:1-37) - C. Mengikat Perjanjian Ketaatan
(Neh 9:38-10:39) - III.Pembentukan Kembali Bangsa Itu: Dipimpin oleh Nehemia
(Neh 11:1-13:31) - A. Pembagian Kembali Kaum Sisa
(Neh 11:1-12:26) - B. Penahbisan Tembok-Tembok
(Neh 12:27-47) - C. Pembaharuan-Pembaharuan Selama Masa Kepemimpinan Kedua Nehemia
(Neh 13:1-31)
Matthew Henry: Nehemia (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini melanjutkan sejarah orang-orang buangan, yaitu orang-orang Yahudi yang malang, yang baru-baru ini kembali dari Babel ke negeri mereka sen...
- Kitab ini melanjutkan sejarah orang-orang buangan, yaitu orang-orang Yahudi yang malang, yang baru-baru ini kembali dari Babel ke negeri mereka sendiri. Pada waktu ini tidak hanya kerajaan Persia berkembang pesat dalam kemegahan dan kekuasaan yang besar, tetapi juga Yunani dan Roma mulai menjadi dua negeri yang sangat hebat dan diperhitungkan. Tentang perkara-perkara yang terjadi pada kedua pemerintahan yang agung dan perkasa tersebut, kita memiliki catatan sejarah asli yang masih ada. Tetapi sejarah suci yang penuh dengan ilham ilahi hanya memberi perhatian terhadap pemerintahan bangsa Yahudi saja, dan tidak menyebut bangsa-bangsa lain kecuali kalau ada hubungannya dengan Israel milik Allah. Sebab bagian TUHAN adalah umat-Nya. Mereka adalah hartaNya yang istimewa, dan, dibandingkan dengan mereka, semua bangsa lain di dunia hanyalah sekam saja. Menurut anggapan saya, meskipun Ezra sang ahli kitab maupun Nehemia sang gubernur daerah tidak pernah mengenakan sebuah mahkota, namun mereka memimpin sebuah pasukan, menaklukkan suatu negeri, atau termasyhur karena kebijaksanaan atau kepandaian berbicara mereka. Namun keduanya, sebagai orang-orang yang saleh dan tekun berdoa, dan sangat berjasa di zaman mereka kepada jemaah Allah dan kepentingan-kepentingan agama, sesungguhnya adalah orang-orang yang lebih besar dan lebih terhormat, bukan hanya daripada penguasa atau kepala negara Roma, melainkan juga daripada Xenofon, atau Demosthenes, atau Plato sendiri, yang hidup di zaman yang sama, tokoh-tokoh cemerlang dari Yunani. Peran Nehemia dalam membuat bangsa Israel bisa menetap dengan tenang kita dapati penjelasan lengkapnya dalam kitab ini, yang berisi ulasan atau riwayat hidupnya sendiri. Di dalamnya dia menuliskan bukan hanya pekerjaan-pekerjaan tangannya, melainkan juga apa yang berkecamuk di dalam hatinya, dalam mengurus perkara-perkara masyarakat. Ia menyisipkan ke dalam cerita itu banyak renungan dan seruan yang penuh kesalehan, yang menyingkapkan bahwa di dalam lubuk hatinya tersimpan kesalehan yang sungguh-sungguh, dan yang menjadi ciri khas tulisannya. Selama dua belas tahun, dari tahun yang kedua puluh (ay. Nehemia :1) sampai tahun yang ketiga puluh dua dari pemerintahannya (13:6), dia menjadi gubernur Yehuda, di bawah Artahsasta raja Persia, yang oleh Dr. Lightfoot dianggap sebagai orang yang sama dengan orang yang telah memberikan perintah kepada Ezra. Kitab ini menceritakan,
- 1. Kepedulian Nehemia terhadap Yerusalem dan perintah yang didapatnya dari sang raja untuk pergi ke sana (ps. 1-2).
- 2. Pekerjaannya membangun tembok Yerusalem kendati menghadapi perlawanan (ps. 3-4).
- 3. Tindakannya dalam mengatasi masalah-masalah rakyat (ps. 5).
- 4. Selesainya pembangunan tembok yang dikerjakannya (ps. 6).
- 5. Penghitungan yang dilakukannya atas rakyat (ps. 7).
- 6. Panggilan yang diadakannya kepada rakyat untuk melakukan upacara pembacaan hukum Taurat, berpuasa, berdoa, dan memperbaharui kovenan mereka (ps. 8-10).
- 7. Perhatian yang diberikannya untuk memadati kembali kota suci dan membuat suku yang kudus itu menetap dengan tenang (ps. 11-12).
- 8. Semangatnya dalam memperbaiki berbagai penyimpangan (ps. 13). Sebagian orang menyebut kitab ini sebagai kitab kedua dari Ezra, bukan karena dia adalah penulisnya, melainkan karena kitab ini merupakan kelanjutan dari sejarah kitab sebelumnya, yang berkaitan dengan kitab ini (##ay. Nehemia :1). Ini adalah kitab sejarah yang terakhir, sebagaimana Maleakhi adalah kitab nubuatan yang terakhir, dari Perjanjian Lama.
Jerusalem: Nehemia (Pendahuluan Kitab) KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja,...
KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja, masih ada sekelompok kitab-kitab sejarah lain dalam Perjanjian Lama. Bagian besar kitab-kitab ini mengulang sejarah yang termaktub dalam kitab-kitab sejarah yang dahulu, sedangkan sebagiannya melanjutkan sejarah itu. Termasuk ke dalam kelompok kitab-kitab sejarah yang lain itu kitab-kitab Tawarikh, kitab Ezra dan (menurut pendapat umum) kitab Nehemia. Kedua kitab Tawarikh aslinya hanya satu kitab saja. Kitab Ezra dan Nehemia tidak lain kecuali lanjutan dari kitab Tawarikh itu dan dikerjakan oleh pengarang yang sama. Sebab dalam kitab Ezra Nehemia tidak hanya ditemukan gaya bahasa dan gagasan-gagasan pokok yang sama, tetapi Ezr1 hanya mengulang akhir 2Taw 36. Ini cukup membuktikan, bahwa kitab Tawarikh dan kitab Ezra-Nehemia sejak awal mula dumaksudkan sebagai suatu kesatuan.
Maka Kitab-kitab Tawarikh (judul ini menterjemahkan judul Ibrani, dalam terjemahan Yunani, Septuaginta, dan dalam terjemahan Latin, Vulgata, diberi judul: Paralipomena, artinya: [kitab-kitab yang memuat] apa yang terlupa atau dilewatkan) adalah sebuah karya yang berasal dari agama Yahudi di zaman belakangan, dari zaman sesudah pembuangan. Di zaman itu bangsa Israel tidak lagi mempunyai kemerdekaan politik, namun menikmati semacam otonomi yang diakui oleh para penguasa di kawasan timur. Bangsa yahudi langsung dipimpin oleh para imam dan hidupnya diatur oleh hukum agamanya sendiri. Hidup kebangsan berpusatkan Bait Allah serta upacara-upacara ibadatnya. tetapi kehidupan yang bertumpu pada hukum agama dan upacara itu dijiwai kesalehan pribadi, ajaran hikmat, kenangan- kenangan akan kejayaan dan kesalahan di masa yang lampau serta kepercayaan pada janji-janji yang disampikan para nabi dahulu.
Pengarang kitab Tawarikh (dan Ezra-Nehemia) adalah seorang dari kaum Lewi diYerusalem dan berlatar-belakang suasana dan lingkungan tsb. Ia menyusun kitabnya agak lama sesudah zaman Ezra dan Nehemia, sebab dengan caranya sendiri ia dapat menggabungkan sumber-sumber yang mengenai kedua tokoh itu. Dengan paling tepat kiranya karyanya dapat ditanggalkan pada awal zaman Yunani, sebelum thn 300 seb. Mas. Kemudian kitab Tawarikh masih diperluas dengan beberapa tambahan yang disisipkan oleh satu atau beberapa orang: silsilah-silsilah yang termaktub dalam @1Taw 2-9 diperluas; ditambah beberapa daftar nama, seperti mungkin sekali daftar nama pendukung raja Daud, 1Taw 12, yang sudah tua usianya, dan lagi daftar-daftar para imam dan kaum Lewi, 1Taw 15; akhirnya disisipkan juga tambahan panjang, 1Taw 23:3-27:34, yang menyebut para pejabat serta petugas ibadat dan administrasi kerajaan Daud.
Bagian-bagian tambahan itu memang sejalan dengan pikiran dan selera si Muwarikh dan boleh jadi diambil dari dokumen-dokumen yang bermutu.
Pengarang kitab Tawarikh khususnya memberi perhatian kepada Bait Allah. Dalam kitabnya kaum rohaniawan berperan utama. Ke dalam kalangan kaum rohaniawan itu tidak hanya termasuk para imam dan kaum Lewi, seperti halnya dalam kitab Ulangan dan dalam bagian-bagian Pentateuk yang berasal dari kalangan para imam, tetapi juga pejabat dan petugas ibadat yang lebih rendah kedudukannya, seperti para penunggu pintu Bait Allah dan para penyanyi. Sejak zaman Tawarikh mereka disamakan dengan Kaum Lewi. Pengudusan para rohaniawan merangkum juga awam. Mereka juga ikut serta dalam persembahan korban penghapusan dosa yang nilainya dahulu dipulihkan dalam Tawarikh. Persekutuan suci itu tidak hanya merangkum orang-orang Yahudi melulu. Dengan melewati kerajaan Israel yang murtad dan yang sesedikit mungkin dibicarakan, si Muwarikh kembali kepada kedua belas suku sebagaimana dipersatukanoleh raja Daud. Dan dengan melewati masa sekarang ia menantikan saatnya semua bani Israel bersatu kembali. bahkan orang-orang bukan Yahudi turut didoakan dalam ibadat Bait Allah. "Israel" dalam pandangan si Muwarikh ialah seluruh umat yang setia, yang dengannya Allah pernah mengikat perjanjian. Dan dalam diri Daud, allah membaharui perjanjian dengan umatnya itu. Justru di zaman pemerintahan Daud itulah syarat-syarat bagi pemerintahan Allah, ialah teokrasi, menjadi tewujud dengan cara yang paling sempurna. Maka jemaat harus hidup sesuai dengan semangat Daud dan senantiasa berusaha memnaharui dirinya dengan kembali kepada adat-istiadat zaman itu, agar supaya Allah tetap merelai umatNya dan menepati janjiNya.
Dalam kisah sejarah panjang yang termaktub dalam kitab si Muwarikh, perhatian seluruhnya berpusatkan Bait Allah di Yerusalem serta ibadatnya, mulai dengan persiapan-persiapan di zaman Daud sampai dengan pemulihannya yang dikerjakan oleh jemaat Israel yang kembali dari pembuangan.
Cita-cita penyusun kitab Tawarikh itupun menentukan susunan karyanya. Bab-bab pertama, 1Taw 1-9 menyajikan sejumlah silsilah yang secara khusus mengenai suku Yehuda, keturunan Daud, suku Lewi dan penduduk kota Yerusalem. Bagian ini merupakan [endahuluan bagi kisah mengenai Daud yang merangkum bagian terakhir 1Taw (10-29). Pertikaian-pertikaian Daud dengan raja Saud dengan raja Saul tidak disinggung sama sekali. Demikianpun dosa Daud dengan Batsyeba dan hal- ihwal keluarga Daud serta pemberontak-pemberontak yang harus dihadapinya tidak sampai disebut-sebut. Sebaiknyam nubuat natan, 1Taw 17, ditonjolkan dan perhatian khusus diberikan kepada lembaga-lembaga keagamaan: Tabut Perjanjian yang dipindahkan ke Yerusalem dan pengaturan ibadat di sana, 1Taw 13, 15-16, serta persiapan-persiapan bagi pembangunan Bait Allah, 1Taw 21-29. Daud sendiri sudah merencanakan pembangunan itu, mengumpulkan bahan dan sampai dengan hal-hal kecil mengatur tugas para pejabat ibadat. Pelaksanaan rencana itu dipercayakan kepada putera Daud, Salomo. Bagian terbesar dari kisah tentang raja Salomo, 2Taw 1-9, mengenai pembangunan Bait Allah, doa yang diucapkan raja pada hari pentahbisan Bait Allah dan janji-janji Allah yang merupakan balasan atas usaha Salomo. Setelah sejarah sampai kepada perpecahan dalam umat Israel, pengarang Tawarikh hanya berbicara tentang kerajaan Yehuda dan keturunan Daud saja. Para raja dinilai olehnya sesuai dengan kesetiaan atau ketidaksetiaan mereka pada syarat-syarat perjanjian dan sesuai dengan caranya mereka mendekati atau menjauhi contoh dan teladan mereka ialah Daud, 2Taw 10-36. Sepanjang sejarah itu masa kemerosotan dan masa pembaharuan silih berganti. Pembaharuan yang paling mendalam diusahakan oleh raja Hizkia dan raja Yosia. Para raja fasik yang mengganti Yosia hanya mempercepat kehancuran. Namun demikian kitab Tawarikh ditutup dengan berita mengenai izin yang diberikan oleh raja Persia, Koresy, diberikan untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Lanjutan kisah kitab Tawarikh ditemukan dalam kitab Ezra dan Nehemia.
Dalam menyusun karyanya di Muwarikh memanfaatkan terutama kitab-kitab yang sekarang termasuk Kitab Suci. Kitab Kejadian dan Bilangan dipergunakan untuk menyusun silsilah-silsilah dalam bagian pertama 1Tawarikh. untuk sejarah selanjutnya terutama dipakai kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Hanya kitab-kitab itu dipergunakan dengan bebas sekali. Pengarang memilih bahan sesuai dengan pandangan dan maksudnya sendiri dan iapun menambah bahan atau menghilangkan apa yang dianggap tidak sesuai. Akan tetapi pengarang Tawarikh tidak pernah menyebut kitab-kitab yang dapat kita selidiki. Sebaliknya, ia menyebut sejumlah karya lain sebagai sumber-sumbernya yaitu: Kitab Raja-raja Isarel, 1Taw 9:1; Kitab Raja-raja Yehuda dan Israel, 2Taw 16:11; Tafsiran (midrasy) Kitab Raja-raja, 2Taw 24:17; iapun menyebut Riwayat Samuel, Pelihat, dan Riwayat nabi Natan serta Riwayat Gad, Pelihat, 1Taw 29:29 dan lagi disebarkan Riwayat Semaya, nabi itu, dan Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, 2Taw 13:22, dll. Semua tulisan itu tidak kita kenal dan isi serta hubungan tulisan-tulisan itu satu sama lain dan dengan kitab-kitab yang kita kenal, menjadi pokok perbedaan pendapat para ahli Kitab. Tulisan-tulisan itu barangkali memberi laporan tentang pemerintahan beberapa raja dalam sorotan nabi-nabi yang tampil di zaman mereka. Dapat disangsikan apakah pengarang Tawarik juga memanfaatkan tradisi lisan.
Oleh karena penyusun Tawarikh, mempunyai sumber-sumber yang tidak kita kenal dan yang mungkin dapat dipercayai, maka tidak perlu mengambil sikap yang pada pokoknya mencurigai segala yang oleh penyusun ditambahkan pada berita-berita yang tercantum dalam kitab-kitab yang kita kenal, yaitu yang tercantum dalam Alkitab sendiri. Tiap-tiap tambahan dan perubahan perlu diselidiki satu demi satu. Penyelidikan-penyelidikan yang terbaru dalam banyak hal membenarkan pengarang Tawarikh dan membelanya terhadap keraguan dan rasa curiga yang terdapat pada sejumlah besar ahli Kitab. Tetapi jelas pulalah, bahwa Tawarikh kadang-kadang memberi informasi yang tidak dapat disesuaikan dengan apa yang disajikan dalam Kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Pengarang juga kadang-kadang dengan sengaja merubah apa yang dikisahkan dalam kitab-kitab tsb. Sudah barang tentu cara kerja semacam itu tidak dapat dibenarkan pada seorang ahli ilmu sejarah modern yang wajib menceriterakan peristiwa-peristiwa sambil menjelaskan hubungan timbal-balik antara peristiwa-peristiwa itu. Namun mengingat tujuan pengarang Tawarikh, cara kerjanya dapat diterima. Sebab ia bukan ahli ilmu sejarah tetapi ahli ilmy ketuhanan. Dalam cahaya pengalaman-pengalaman masa yang lampau, khususnya pengalaman di zaman Daud, pengarang memikirkan manakah syarat- syarat bagi sebuah kerajaan idiil. Ia menggabungkan masa yang lampau, masa sekarang dan masa depan menjadi suatu sintesa: seluruh ibadah yang rapih teratur sebagaimana dilihatnya di zamannya sendiri dibuatnya berasal dari raja Daud: segala sesuatu yang dapat merugikan gambaran pahlawannya itu dihilangkan. Meskipun dalam kitabnya ada informasi yang kebenarannya dapat diperiksa, namun karya si Muwarikh lebih berharga sebagai suatu gambaran tentang keadilan dan pikiran di zamannya sendiri dari pada sbagai rekonstruksi historis dari masa yang lampau.
Memanglah si Muwarikh menulis karyanya guna orang-orang sezamannya. Ia mengingatkan kepada mereka, bahwa eksistensi bangsa tergantung pada kesetiaannya kepada Allah dan bahwa kesetiaan itu menyatakan diri dalam ketaatan kepada hukum Taurat dan dalam ibadat yang secara teratur dijalankan dengan dijiwai kesalehan sejati. Ia ingin, bahwa bangsanya menjadi sebuah jemaat yang kudus, sehingga baginya janji-janji yang diberikan kepada Daud digenapi. Orang-orang Yahudi saleh yang hidup di zaman Kristus dijiwai semangat si Muwarikh, walaupun ada kalanya dengan penyelewengan-penyelewengan yang tidak diinginkan pengarang Tawarikh. Ajaran Tawarikh memang berharga dan bermutu bagi segala zaman. Ia mengajar, bahwa hidup rohani perlu diutamakan dan bahwa Allah membimbing segala kejadian di dunia. Malahan ajarannya itu khususnya perlu direnungkan di masa kini. Sebab rasa-rasanya dewasa ini semangat keduniaan menangguhkan ditegakkannya Pemerintahan Allah untuk waktu yang tidak tentu.
Kitab Ezra dan Kitab Nehemia dalam Alkitab Ibrani dan Yunani (Septuaginta) hanya satu kitab saja. Kitab itu berjudul: Kitab Ezra. Septuaginta juga memuat sebuah kitab Ezra apokrip. Kitab itu ditempatkan sebelum kitab Ezra-Nehemia dan karenanya disebut kitab 1Ezra, sedangkan kitab Ezra-Nehemia kita disebut Kitab 2 Ezra. Di zaman Kristen barulah kitab Ezra yang satu itu dibagi menjadi dua kitab Ezra. Pembagian itu dituruti dalam terjemahan Latin, Vulgata, juga. Kitab 1 Ezra ialah kitab Ezra dan kitab 2 Ezra ialah Kitab Nehemi. Kitab Ezra yang apokrip itu dalam Vulgata disebut kitab 3 Ezra. Adat menyebutkan kitab-kitab itu menurut nama tokoh utamanya, yakni Ezra dan Nehemia, berasal dari zaman kemudian. Dalam terbitab tercetak Alkitab Ibrani kedua nama itu juga dipakai.
Kitab Erza-Nehemia merupakan lanjutan kitab tawarikh, sebagaimana dikatakan di muka. Sesudah lima puluh tahun pembuangan di Babel yang tidak tersinggung sama sekali, kitab Ezra-Nehemia menyambung kisah tawarikh dengan memberitahu tentang maklumat raja Koresy yang dalam thn 538 seb. Mas. mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem guna membangun Bait Allah. Orang-orang Yahudi yang kembali segera mulai membangun Bait Allah, tetapi pekerjaan itu terpaksa dihentikan akibat perlawanan dari pihak orang-orang Samaria. Pekerjaan baru diteruskan di zaman pemerintahan raja Darius I. Pembangunan Bait Allah diselesaikan pada thn 515 seb. mas. Usaha membangun tembok-tembok kota Yerusalem selama setengah abad berikut diperlambat juga oleh orang-orang Samaria, Ezra 1-6. Di zaman pemerintahan Artahsasta pulanglah ke Yerusalem Ezra disertai serombongan kaum buangan yang baru. Ezra itu adalah seorang pejabat-penulis dan ahli Kitab yang di istana raja Persia menangani urusan bangsa Yahudi. Ia diberi surat kuasa raja untuk mewajibkan jemaat Yahudi mematuhi hukum Taurat yang diakui sebagai hukum negara. Terpaksa Ezra bertindak keras terhadap orang-orang Yahudi yang telah menikah dengan perempuan bangsa lain, Ezra 7-10. Kemudian Nehemia yang menjabat juru minuman di istana raja Astahsasta meminta, supaya diutus ke Yerusalem untuk mendirikan tembok kota. Dalam waktu singkat pekerjaan itu selesai, kendati perlawanan para musuh; lalu kota dihuni kembali, Neh 1:1-7:72a. Dalam pada itu Nehemia diangkat menjadi bupati di Palestina. Adapun Ezra mengadakan pembacaan hukum Taurat secara meriah, lalu Hari raya Pondok Daun dirayakan. Pada kesempatan itu umat mengadakan pengakuan dosa umum dan berjanji akan melaksanakan hukum Taurat yang dibacakan, Neh 7:72a-10:40. Kemudian masih menyusul beberapa daftar nama orang, beberapa tindakan pelengkap yang diambil Nehemia dan peresmian tembok Yerusalem, Neh 11;1-13:3. Lalu Nehemia sebantar kembali ke Persia, tetapi untuk kedua kalinya diutus ke Palestina untuk membereskan kekacauan yang merambat dalam jemaat Yahudi, Neh 13:4-31.
Melihat ringkasan tsb. jelaslah sudah betapa penting kitab Ezra-Nehemia itu guna mengenal sejarah pemulihan bangsa Yahudi di zaman sesudah pembuangan. Bab-bab pertama kitab itu melengkapi keterangan-keterangan yang dapat diambil dari kitab Hagai, kitab Zakharia dan kitab Maleakhi. Tetapi kitab Ezra-Nehemia merupakan satu-satunya sumber mengenai karya Ezra dan Nehemia. Kitab Ezra-Nehemia dikarang sebelum Tawarikh disusun dan menggunakan serta mengutip secara harafiah beberapa dokumen yang sezaman dengan peristiwa-peristiwa, yakni: daftar-daftar orang yang pulang dari pembuangan, daftar-daftar penduduk Yerusalem, keputusan dan penetapan raja-raja Persia, dan khususnya laporan yang dibuat Ezra mengenai pelaksanaan tugasnya serta Riwayat Nehemia yang ditulisnya dengan tangan sendiri.
Meskipun sumbernya banyak, namun penafsiran kitab Ezra-Nehemia mengalami banyak kesulitan. Sebab dokumen-dokumen yang dipakai tersusun secara tidak keruan. Daftar nama para imigran sampai dua kali ditemukan, Ezra 2 dan Nehemiah 7. Dalam bagian kitab Ezra yang ditulis dengan bahasa Aram, Ezr 4:6-6:18, peristiwa- peristiwa yang terjadi di zaman raja Darius diceriterakan segera sesudah peristiwa di zaman raja Koresy dan Artahsasta, meskipun terjadi lima puluh tahun sesudahnya. Dokumen-dokumen yang berasal dari Ezra dan Nehemia sendiri diuraikan dahulu, lalu dicampur-adukkan dan dipersatukan kembali. Dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk jelas yang terdapat di dalamnya maka laporan Ezra dapat direkonstruksikan sbb: Ezr 7:1-8:36; Neh 7:72b-8:18; Ezr 9:1-10:44; Neh 9:1-37.
Tetapi dokumen Ezra itu oleh penyusun kitab diolah. Bagian-bagian tertentu menjadi pemberitahuan tentang Ezra seolah-olah dia itu seorang lain dari penulis; ditambahkan daftar nama orang-orang yang bersalah, Ezr 10; 18, 20-44, doa-doa yang terdapat dalam Ezr 9:6-15, dan Neh 9:6-37. Riwayat Nehemia terdapat dalam Neh 1-2; 3:33-7:5; 12:27-13:31. Penyusun kitab menyusupkan ke dalamnya sebuah dokumen tentang pembangunan tembok kota, Ezr 3:1-32; daftar nama orang-orang yang kembali dari pembuangan, Neh 7;6-72a, diambil dari Ezra 2. bab 10 adalah sebuah dokumen lain yang berasal dari arsip dan yang mengesahkan keputusan yang diambil jemaat di mana jabatan Nehemia yang kedua, Nehemia 13. Kerangka bab 11 merupakan buah pena penyusun kitab sendiri, tetapi ditambahkan daftar penduduk Yerusalem dan Yehuda serta, dalam bab 12, daftar nama para imam dan kaum Lewi.
Jelaskan bahwa si Muwarikh bermaksud menyusun kitabnya sedemikian rupa sehingga memberikan suatu gambaran menyeluruh tentang salah satu persoalan. Dalam Ezr 1-6 perhatian dipusatkan pada pembangunan Bait Allah di zaman raja Darius. Oleh karenanya pengarang mengumpulkan di situ berita-berita mengenai kaum buangan yang berturut-turut kembali; ia mengaburkan peranan Sesbazar guna menampilkan peranan Zerubabel dan mengumpulkan apa saja yang bernada melawan orang-orang Samaria. Dalam bagan-bagian kitab yang berikut pengarang menonjolkan Ezra dan Nehemia sebagai dua tokoh yang bekerja sama dalam menangani usaha yang sama.
Cara kerja yang sedemikian itu menghadapkan para ahli ilmu sejarah pada persoalan-persoalan yang sukar dipecahkan. Soal yang paling ruwet dan paling diperdebatkan ialah urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu. Menurut urutan yang dipaparkan dalam kitab Ezra-Nehemia sendiri, maka Ezra datang ke Yerusalem pada thn 458 seb. Mas., yaitu dalam tahun kerujuh pemerintah Artahsasta !, Ezr 7:8. Nehemia menyusulnya dalam thn 445, yaitu dalam tahun kedua puluh pemerintahan raja yang sama, Neh 2:1 Nehemia tinggal di Yerusalem selama dua belas tahun, Neh 13:6, jadi sampai thn. 433. Lalu ia kembali ke Persia untuk waktu yang tidak pasti lamanya. Kemudian ia datang lagi ke Yerusalem untuk kedua kalinya, masih juga di masa pemerintahan Artahsasta I, yang baru meninggal dunia dalam thn 424 seb. Mas. Urutan tradisionil ini tetap dipertahankan oleh sejumlah ahli Kitab yang ternama. hanya mereka membatasi lamanya tugas Ezra menjadi satu tahun saja, sesuai dengan petunjuk-petunjuk jelas yang terjumpai dalam kitab itu sendiri. Mereka berpendapat, bahwa Ezra kembali ke Persia sebelum Nehemia datang ke Yerusalem. Ahli-ahli lain membalikkan urutan tradisionil itu. Mereka berpendapat, bahwa karya Ezra mengandaikan, bahwa karya Nehemia sudah selesai waktu Ezra datang ke Yerusalem. Tanggal-tanggal yang dalam kitab Ezra-Nehemia dihubungkan dengan Ezra sebenarnya tidak mengenal masa pemerintahan Artahsatra I, sebagaimana halnya dengan maa jabatan Nehemia, tetapi masa pemerintahan Artahsasta II. Ezra baru datang ke Yerusalem dalam thn 398 seb. Mas. Dengan menyetujui pendapat, bahwa Ezra datang ke Yerusalem sesudah Nehemia tetapi dengan menolak pendapat, bahwa ada penggantian raja di Persia (yang sekali-kali tidak tersinggung dalam Ezra-Nehemia), beberapa ahli baru-baru in menempatkan kedatangan Ezra ke Yerusalem antara kedua masa jabatan Nehemia. Untuk mempertahankan pendapat itu mereka terpaksa merubah Ezr 7:8 begitu rupa, sehingga Ezra tidak datang ke Yerusalem dalam tahun ketujuh pemerintahan Artahsasta I, tetapi dalam tahun ketiga puluh tujuh pemerintahannya, jadi dalam thn 428 seb. Mas.
Masing-masing pendapat dapat mengemukakan bukti-bukti yang masuk akan, walaupun tidak satupun pendapat terluput dari kesulitan. Maka masalahnya tetap terbuka. Hanya satu hal yang pasti, yakni: Nehemia berkarya di Yerusalem antara thn 445 dan 433 seb. Mas.
Kalau ditanyakan, mana makna keagamaan kitab Ezra-Nehemia, maka masalah-masalah seperti yang di atas hanya merupakan masalah sampingan saja. Sesuai dengan maksud penyusun, maka kitab Ezra-Nehemia menyajikan sebuah sintesa, suatu gambaran menyeluruh, tetapi tidak menipu mengenai pemulihan bangsa Yahudi sesudah masa pembuangan. untuk memahami pemulihan itu, maka gagasan dan cita- cita yangmenjiwainya lebih penting dari pada urutan peristiwa-peristiwa yang tepat. Berkat politik liberal yang dianut wangsa Akhimedes dalam wilayah kekuasaannya, amak orang-orang Yahudi dapat kembali ke Tanah yang dijanjikan. Mereka dapat memulihkan ibadat, membangun kembali Bait Allah dan mendirikan tembok Yerusalem. Mereka dapat hidup bermasyarakat dengan dipimpin oleh orang- orang sebangsanya dan sesuai dengan hukum Musa. Tentu saja mereka harus setia pada raja Persia. Tetapi kesetiaan itu tidak menjadi soal bagi mereka. Sebab pemerintah pusat tidak mengganggu adat-istiadat mereka sendiri. Semuanya itu merupakan suatu kejadian yang penting sekali, sebab ini tidak lain kecuali lahirnya agama Yahudi yang disiapkan melalui renungan-renungan di masa pembuangan yang lama dan didorong oleh usaha beberapa tokoh yang tampil tepat pada waktunya.
Zerubabel membangun kembali Bait Allah. Tokoh ini oleh pengarang Ezra-Nehemia tidak dianggap sebagai semacam Mesias, seperti dipandang oleh nabi Hagai dan Zakharia, Hag 2:23; Za 6:12. Kemudian Ezra dan Nehemia menjadi perintais pemulihan tsb. Bapa agama yahudi yang sebenarnya ialah Ezra oleh karena tiga gagasan pokok yang ditanamkannya dalam umat Yahudi, yaitu: Mereka adalah suatu bangsa terpilih: Bait Allah menjadi pusatnya: hukum Taurat menjadi pengaturannya. Ezra bersikap keras yang tidak kenal kompromi dalam melaksanakan pembaharuan dan ia memupuk partikularisme yang dibebankan olehnya kepada bangsanya. Hanya sikap itu dapat dipahami juga mengingat imannya yang hangat serta tugasnya menjaga kemurnian masyarakat yang baru dipulihkan. Ezralah yang merupakan moyang para ahli Kitab dan peranannya dalam tradisi Yahudi semakin meningkat. Nehemia mengapdikan diri kepada cita-cita yang sama, tetapi karyanya di bidang lain. Di Yerusalem yang dibangun kembali olehnya lalu dihuni kembali, Nehemia menciptakan syarat-syarat hidup bernegara dan memberi bangsanya semangat kebangsaan. melalui riwayatnya yang lebih pribadi dari pada laporan Ezra kita mengenal kepribadian Nehemia sebagai seseorang yang halus perasaannya dan berperikemanusiaan, sebagai seseorang yang tidak segan mengorbankan diri yang bijaksana dan teliti serta mengandalkan Allah sambil sering berdoa kepadaNya. Lama sekali tokoh ini dikenang dan Bin Sirakh mengangkat lagu pujian mengenai "dia yang membangun kembali tembok-tembok yang roboh" (Sir 49:13).
Tidak mengherankan, bahwa penyusun Ezra-Nehemia melihat cita-cita dipuji-pujinya dalam kitab Tawarikh terwujud dalam jemaat yang berpusatkan Bait Allah dan dipimpin oleh hukum Taurat. Sudah barang tentu si Muwarikh insaf, bahwa perwujudan itu kurang sempurna, sehingga masih perlu juga orang menantikan sesuatu yang lain. Tetapi lebih dari pada dalam kitab Tawarikh, si Muwarikh dalam kitab Ezra-Nehemia terikat pada dikumen-dokumen yang dipergunakannya. Maka ia mempertahankan nada pertikularisme yang dibenarkan oleh keadaan konkrit dan yang terdapat dalam dokumen-dokumen itu. Sesuai dengan dokumen-dokumen itupun ia tidak berbicara mengenai pengharapan akan Mesias, kelak yang tidak disuarakan oleh dokumen-dokumen itu oleh karena penulis-penulis merasa setia terhadap raja- raja Persia.
Pengarang Ezra-Nehemia menyusun karyanya itu dipertengahan abad ke 3-4 seb. Mas. Masa itu kita sangat kurang mengenalnya. Tetapi justru di zaman itu Yerusalem diam-diam membangun dirinya serta memperdalam kerohaniannya dalam suasana terpencil.
Ende: Nehemia (Pendahuluan Kitab) KITAB ESRA-NEHEMIA
PENDAHULUAN
Kitab Esra-Nehemia menurut aselinja hanjalan sat karya sadja. Sebagaimana halnja
dengan pelbagai kitab lainnja, barulah...
KITAB ESRA-NEHEMIA
PENDAHULUAN
Kitab Esra-Nehemia menurut aselinja hanjalan sat karya sadja. Sebagaimana halnja dengan pelbagai kitab lainnja, barulah agak keterbelakangan dibagi mendjadi dua kita, rupa2nja karena alasan2 praktis dan bersandarkan Neh 1,1. baru dalam abad kelimabelas ses.Mas. pembagian muntjul dalam naskah2 Hibrani, sedangkan dalam terdjemahan2 kuno pembagian ini sudah diadakan terlebih dahulu.
Nama "Esra-Nehemia", jang sekarang ini lazim, bukanlah nama satu2nja. Di dalam terdjemahan2 kuno bahasa Junani kitab ini dinamakan "Kitab Esdras jang kedua". Sebab didahului oleh kitab jang tidak termasuk Kitab Sutji dengan itu terdiri atas beberapa bagian jang dipetik dari kitab "Esra-Nehemia" ditambah dengan suatu petikan agak pandjang, jang tidak ketahuan asal-usulnja. Karena kitab jang bukan Kitab Sutji itu mendapat banjak penghargaan didjaman kuno, maka buasanja ditjetak pada achir terdjemahan Latin dan terbitan2 Vulgata. Didalam Geredja Latin kitab2 Esra-Nehemia sudah dibagi djadi dua; dahulu disebut "Liber Esdras primus" dan "Liber Esdras secundus".
S.Hieronimus membuat terdjemahan Latin baru, dan karena ia ingin supaja kesatuan aseli itu diterima umum kembali, maka kitab2 itu dinamakannja: "Liber Ezrae et Nehemiae".
Ketika terdjemahan didjadikan resmi didalam Vulgata, maka orang kembali lagi kepembagian maupun nama Latin jang lama, dn kita2 itu dinamakan lagi: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Esdrae secuntus". Didalam daftar resmi Kitab Sutji jang disusun Konsisli Trente, namanja mendjadi: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Esdrea secundu, qui dicitur Nehemiae". Tetapi didalam tjetakan2 Vulgata dipilihlah nama: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Nehemiae, qui et Esdrae secundus dicitur".
Kitab Esra-Nehemia adalah kelandjutan dari kitab Tawarich, bahkan permulaannja mengulang penutup kitab Tawarich (Esr 1,1-3= II Taw.36,22-23). Kedua kitab itu bergandingan satu sama lain, bukan hanja mengenai isinja, sebab Esra-Nehemia melandjutkan kisah Tawarich, tetapi djuga mengeni bentuknja. Tjara mengarang dan menjusunnjapun sama seluruhnja. Makanja tidak sedikitlah ahli, jang berpendapat, bahwa kedua kitab tsb. sesungguhnja menurut aselinja merupakan satu keseluruhan jang berlangsung terus dan disusun oleh pengarang jang satu dan sama djua.
Bahwasanja Esra Nehemia dan Tawarich sungguh erat gandingannja, haruslah diterima, tetapi sebaliknja didalam tradisi tiada keterangan2 jang tjukup djelas, untuk memastikan, bahwa kitab itu dahulu sungguh pernah merupakan satu keseluruhan. Sedjauh dapat diselidiki, senantiasa terpisahlah kitab2 itu.
Isi kitab Esra-Nehemia adalah kisah fragmentaris tentang suatu masa pendek di dalam sedjarah Isjrail. Adapun jang dikisahkannja hanjalah pemulihan bangsa Jahudi sehabis pembuangan, dimulai dengan kembalinja dari Babel dalam tahun 539/538 dan berachir dengan masa kedua djabatan adipati Nehemia kira2 tahun 424. Djadi, kisah itu meliputi masa seabad lebih sedikit, sedangkan laporannja mengenai tahun 515-445 pun sangat singkat. Keterangan2 tambahan tentang masa itu terdapat dalam tulisan2 nabi2 Hagai dan Zakaria (+-520), dan Maleachi (+-430) dan dalam bagian terachir kitab Jesaja (pasal 56-66). Selandjutnja tersedia pula sumber2 di luar Kitab Sutji, jang menjoroti masa tsb., jakni sedjumlah naskah dari sebuah koloni Jahudu di Mesir, "Elephatine", jang diketemukan di Mesir sedjak th. 1898. Latar belakang sedjarah profan dari kitab Esra-Nehemia ialah sedjarah keradjaan Parsi, jang menggantikan keradjaan Babel. Sebab sesudah Juda diangkat kepembuangan (587) runtuhlah Babel dalam tempoh seumur hidup manusia. Dengan bantuan orang2 Media, Babel telah melenjapkan keradjaan Asjur (612) dan wilajahnja dibagi antara kedua pemenang itu. Tetapi didalam lingkungan keradjaan Media dengan ibukotanja Ekbatana, keradjaan taklukan Anzan mendapat perkembangan jang pesat. Lebih2 hal ini terdjadi dibawah pimpinan jang arif dari Cyrus, orang Parisi jang kemudian diberi bergelar "jang agung" (585-529). Keradjaan kerdil Anzan itu mendjadi keradjaan raksasa Parsi, menurut negeri asal-usul wangsa, jang kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. asal-usul wangsa, jang kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. 555 Dyrus memberontak lawan Astiage, tuannja di Ekbatana. Dengan direbutnja ibukota itu Cyrus mendjadi radja Media, jang untuk selandjutnja djuga disebut Parsi.
Karena maksud Cyrus seterusnja se-kali2 tidak disembunjikan, maka keradjaan2 dikelilingnja mengadakan persekutuan lawan dia. Adapun jang masuk dalam persekuruan itu ialah Croesus dari Lidia, Nabonides dari Babel, Amasi dari Mesir dan malahan Sparta jang djauh letaknja itu. Pertama2 Curus menjerbu Lidia, jang karena ditinggalkan sekutu2nja lalu direbutnja dan didjadikannja djadjahan dari keradjaan Parsi. Hingga tahun 540 Cyrus sibuk dengan suku2 ditumur, jang berturut2 ditaklukkannja. Kemudian ia berbelok ke selatan, ke Babel. Nabonides, radja jang memerintah disana, sangat tidak populer dan agak gila-agama, sehingga pemerintahan dipegang oleh puteranja, Belsjazar. Babel ternjata amat lemah, sehingga bukan tandingannja bagi Cyrus jang ulung itu. Dalam th 539 ibukotanja direbut tanpa perlawanan sedikitpun. Si pemegang bertindak amat lemah-lembut, sehingga ia tanpa banjak kesulitan dapat menggabungkan Babel kedalam keradjaannja. Dengan sendirinja semua negeri taklukan Babelpun djatuh kedalam genggaman Cyrus. Termasuk pula Palestina jang lalu mendjadi propinsi dan diperintah oleh pedjabat2 PLarsi. Keradjaan Cyrus meluas dari India sampai ke Mesir.
Dalam th. 529 Cyrus gugur dan digantikan oleh Kambises (529-522). Sesudah kekatjauan2 biasa pada pergantian tachta, Kambises lalu melandjutkan politik ekspansi Cyrus. Dalam th. 525 saingannja jang berat, jakni Mesir ditaklukkan. Suatu perlawatan lawan Libia di Afrika Utara dan lawan Etiopia disabelah selatan Mesir menemui kegagalan. Karena kerusuhan2 di Asia sendiri, maka Kambises pulang ber-gegas2, tetapi tewas ditengah perdjalan dengan tjara jang agak aneh. Para kepala keluarga bangsawan memilih seorang anggota lain dari wangsa Cyrus mendjadi penggantinja, jakni Darios I (522-485). Kerusuhan2 jang timbul dimana2 didalam keradjaan, ditumpas dalam tempo tudjuh tahun. Darios lalu mereorganisir keradjaannja, dengan membaginja djadi duapuluh satrapia. Akan kepala satrapia2 itu diangkatnja anggota2 keluarga keradjaan, jang diawasi dengan tadjamnja oleh pemerintah pusat. Satrapia2 itu meruapakan kesatuan2 administratif dan militer, jang tidak menghapus jang lama tapi mengkoodinirnja. Satrapia dibagi atas beberapa propinsi, dan para satrap lebih mirip pangeran2 daripada pendjabat pemerintahan.
Satrapia jang kelima dengan pusatnja di Damsjik, meliputi Palestina, Syriah, Fenesia dan Cyprus. Untuk keperluan2 militer dan administratif Darios menjuruh buat djaringan djalan2 dan mentjiptakan uang kesatuan untuk seluruh keradjaan jakni daricos (dirham). Dalam th 490 Darios mengadakan perlawatan lawan negeri jang ketjil diseberang laut, jakni Junani jang ada dibawah pimpinan Atena. Alasan untuk peperangan itu ialah bahwasanja orang Junani menjokong pemberontakan2 di Asia ketjil, dimana penduduk Junani jang sudah ditundukkan Parsi mentjoba peroleh kembali kebebasannja. Tetapi balatentara Parsi dipukul hebat didekat Maraton berkat siasat perang baru jang dilakukan Junani. Ditengah kesibukan persiapan besar2an untuk ekspedisi pembalasan mangkatlah Darios. Ini menjebabkan petjahnja pemberontakan2 baru. Penggantinja, Xerxes I (486-465), menumpas pemberontakan2 itu dengan kekedjaman jang tidak lazim bagi wangsanja.
Karena propokasi Junani jang haus perang dan karena tekanan panglima2nja maka Xerxes mengadakan perlawatan lawan Atena. Mula2 djalannja amat gemilang. Dalam th. 480 Atena diduduki, tetapi dua hari kemudian armada Parsi dipukul hebat didekat Salamis. Balatentara dan armada mulai mundur, tetapi dalam th. 472 armada Parsi dimusnahkan didekat Samos. Sesudah itu pasukan2 Parsi tidak dapat bertahan lagi. Perang masih dilandjutkan beberapa tahun lamanja, tetapi Junaji tidak terhampiri lagi oleh Parsi. Dasar bagi kebesaran Junani dan bagi kehantjuran Parsi sudah mulai diletakkan.
Dalam th. 465 Xerxes dibunuh dan digantikan oleh Artaxerxes I (465-423). Perebutan tachta kali ini berlangsung lama sekali dan amat sengitnja. Pemberontakan jang paling berbahaja datangnja dari Mesir, jang mendapat dukungan Junani. Satrap dari Syriah berhasil menundukkan negeri itu; tetapi sesudah itu ia sendiri memberontak dan berkuasa penuh. Ketika Artaxerxes mangkat, putera dan penggantinja dibunuh, tetapi si pembunuh jang menggantikannja mengalami nasib jang sama.
Pembunuhnja, jakni Darios II dapat bertahan (423-404). Tetapi ia adalah radja jang lemah, sehingga keradjaannja sebenarnja diperintah oleh Parisatides, permaisurinja jang litjin dan kedjam. Dalam pemerintahan putera Darios Artaxerxes OO (404-358) merontaklah satrap Cyrus jang muda, putera Parisatides, dengan mendapat sokongan ibunja. Pasukan Cyrus, jang terdiri pula atas suatu kesatuan Junani, berhasil merembes sampai kedjantung keradjaan Parsi, sebelum ia dialahkan.
Pengalaman2 Artaxerxes I dan Artaxerxes II menundjukkan betapa besarnja bahaja jang bisa datang dari pihak para satrap; hal mana ternjata sudah, ketika semua satrap dibarat memberontak lawan Artaxerxes, dengan mendapat dukungan Mesir jang sudah merdeka lagi dalam th. 404. Dengan timbulnja revolusi di Mesir, maka para satrap berdiri sendirian, sehingga Artaxerxes berhasil menundukkan mereka, lebih dengan siasat daripada dengan pertempuran.
Untuk memahami kitab Esra-Nehemia dengan tepat tidak perlulah pengetahuan tentang garis-besarnja keadaan bangsa Jahudi diwaktu muntjulnja keradjaan Parsi. Lebih tepat lagi: keadaan rakjat Juda. Sebab rakjat dari keradjaan utara tidak ada lagi. Golongan jang diangkut Asjur kepembuangan hampir seluruhnja sudah dilebur kedalam penduduk setempat. Sisanjapun sudah bertjampur dengan bangsa2 kafir, jang dipindahkan Asjur kedaerah Sjomron. Daripadanja terdjadilah bangsa tjampuran, jakni orang2 Samaria, jang dalam kitab Esra-Nehemia memainkan peranan jang amat penting sebagai lawan2 orang2 Jahudi jang kembali dari pembuangan.
Keadaan rakjat keradjaan selatan lama adalah djauh lebih baik. Lapisan2 atas sadja jang diangkut ke Babel (587,586,582) sedang lapisan2 bawah tinggal dinegeri itu dibawah pemerintahan pendjabat2 Babel. Bangsa2 kafir tidak dipindahkan ke Juda, sehingga Juda mendjadi tanah jang sedikit penduduknja dan lengang. Tetapi pelbagai kelompok dari bangsa2 kafir dikelilinginja memasuki tanah itu; boleh djadi dengan dukungan pedjabat2 Babel, jang oleh karenanja diperkuat kedudukannja. Orang2 asing itu berhasil memperoleh kedudukan jang agak kuat dan makmur. Ketika Babel mendjadi djadjahan Parsi, maka dengan sendirinjapun Juda mengalami nasib jang serupa. Dalam bidang keigamaan muntjul kembali syncretime lama, tetapi disamping itu Jahwe dipudja pula dan ibadah2nja dirajakan lagi seperti sediakala ditempat bait Sulaiman dahulu. Kaum buangan di Babel mula2 sangat sulit penghidupannja, entah sebagai buruh rodi entah sebagai petani ketjil jang setengah bebas. Sesudah mangkatnja Nebukadnezar keadaan mereka ber-angsur2 bertambah baik; hal mana ternjata pula dengan pengampunan radja Jojakin oleh pengganti Nebukadnezar, Evil-Merodak. Selaras dengan petundjuk nabi Jeremia, orang2 Jahudi menjesuaikan diri dengan keadaan mereka, dan tak lama kemudian mendjadi kelompok jang sedikit banjak makmur. Meskipun diadakan hubungan dengan penduduk kafir setempat, terutama dalam bidang ekonomis, namun kelompok2 Jahudi itu memelihara tjorak tersendiri jang agak memetjilkan dirinja. Ini a.l. berkat faktor2 keigamaan, jang mengadakan pemisahan antara orang Jahudi dengan orang kafir. ini muda dimengerti, djustru karena lapisan2 atas dengan sedjumlah imam dan levitalah jang diangkut, djadi djustru pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat diangkut, djadi djustru pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat dirajakan dengan semaraknja janglazim, karena intipati ibadahnja, jakni kurban, tidak mungkin diadakan. Tepat sebelum pembuangan itu mulai berlakukah hukum deuteronomis, jang hanja membolehkan kurban2 dibitullah Jerusjalem. Oleh karenanja perhatian dimasa pembuangan itu lebih ditudjukan kepada per-undang2an keigamaan serta tradisi2 dari masa sebelum pembuangan. Undang2 serta tradirisi2 itu dikumpulkan, diatur dan disusun dengan amat radjinnja. Daripadanja muntjullah kumpulan undang2 serta tradisi2, jang merupakan persiapan bagi Pentateuch sekarang ini. Bergandingan dengan itu pula muntjullah suatu lapisan baru dari pemimpin2 keigamaan, jakni para ahli kitab dan ulama. Keimaman kehilangan fungsinja jang chas, maka dengan sendirinja golongan tsb. menghasilkan banjak ahli kitab, lebih2 karena sedjak sediakala para imam itupun dipandang sebagai ahli Taurat dan pembela tradisi. Pengaruh terbesar atas hidup keigamaan kaum buangan datangnja lebih2 dari kalangan profetisme dimasa itu. Terutama nabi Jeheskiel, jang boleh djadi sudah tampil kemuka di Juda, sebelum ia pergi kepembuangan Babel, dan tokoh , jang meniggalkan sebagian besar dari djilid kedua kitab Jesja sebagai warisan, Nabi2 tsb. degan lingkungan tjarik2nja meng-hidup2kan pengharapan Israil, penharapan akan pemulihan setelah masa pendek penindasann dan pemurnian, sebagaimana jang dilihat dalam wahju oleh Jesaja dan Jeremia.
Pengharapan itu memandang mutjulnja Cyrus sebagai permulaan pemenuhannja. Bagi para nabi dan kaum buangan itu Cyrus merupakan alat pilihan Jahwe, untuk menepati djandjiNja. Dialah jang dipanggil Allah, untuk menebus umatNja, terangnja sisa ketjil dari rakjat, jang akan mendjadi permulaan dari umat Allah jang baru, sesuai dengan apa jang dilihat Jeremia dan Jesaja didalam penglihatan2nja (Jes 45,1;44,28). Bukan hanja orang2 Jahudi, tetapi bangsa2 lainnjapun, jang tertindas dan diangkut kepembuangan itu, memandang Cyrus sebagai pembebas mereka.
Ketika Cyrus menanamkan pemerintahannja di Babel, ia sungguh tidak mengetjewakan. Kalau orang2 Asjur dan Babel selau mendjalankan politik radikal dengan penindasan kedjam dan adikara, jang tidak menghiraukan perasaan2 nasional serta keigamaan, maka Cyrus dan djuga pengganti2 nja, kendati kurangan sedikit, menempuh djalan lain samasekali. Cyrus toleran sekali, dan dimana mungkin dari segi politik, ia menghormat perasaan2 nasional serta keigamaan dari bangsa2 jang ditakkllukkannja. Cyrus menghargai, bahkan menghormati para dewa bangsa2 lain dan membiarkan mereka memelihara ibadah masing2 serta pendjabat2nja, malahan tahu memberikan sokongan besar kepadanja, dan tidak meng-usik2 undang2 serta adat-istiadat mereka. Ia hanja minta kesetiaan politik; dan apabila kesetiaan itu terpelihara, maka orang2 asingpun boleh masuk istana dan memperoleh kedudukan2 jang tertinggi dan pangkat jang berpengaruh dan mendapat tugas jang penting.
Didalam suasana ini sangat dapat dimengerti, bahwa Cyrus memperkenankan kaula Jahudi pulang kenegerinja, untuk menjelenggarakan lagi ibadah mereka kepada Ilah mereka, Jahwe, didalam baitNja sendiri dan melandjutkannja dengan meriah. Dapat dimengerti pula, bahwa ia mengidjinkan mereka hidup menurut adat-istiadat mereka dan membentuk masjarakat mereka, bahkan dengan sebangsa otonomi sipil. Namun mereka termasuk dan harus tetap termasuk dalam propinsi Parsi dan membajar padjak mereka, tetapi selebihnja, dari pihak Cyrus sendiri, mereka boleh menempuh tjara hidup mereka sendiri.
Bahwasanja pedjabat2 Parsi dan orang2 jang berpengaruh di Palestina tidak selalu bersikap semurah hati radja mereka, tidak mengurangkan sedikitpun dalam kemurahan hati radja itu sendiri.
Kitab Esra-Nehemia mendjandjikan kisah fragmentaris tentang kembalinja kaum buangan didalam pemerintahan Cyrus dant tentang pembentukan masjrakat didjamannja dan didjaman para penggantinja. Menurut pandangan kitab itu pemulihan tadi berlangsung dalam tiga fase, jang djuga merupakan pembagian besar dari buku itu senriri. Bagian pertama (Esr 1-6) mendjandjikan ichtisar kembalinja mereka, jang terdjadi ber-angsur2 dan berkelompok2. Sesudah itu dilukiskanlah pemulihan ibadah di Jerusalem, jang mentjapai puntjaknja dalam pembangunan serta pentahbisan baitullah dengan perajaan Paska didalam rumah sutji jang dipulihkan itu. Masa jang berlangsung dari th.538 hingga 515 itu dipengaruhi oleh tiga tokoh. Perintis jang pertama ialah Sjesjbasar, seorang bangsawan Jahudi, jang rupa2nja berpangkat penting diistana keradjaan Parsi. Dialah jang merintis. Tetapi djauh melebihi dia ialah penggantinja, Zerubabel, seorang keturunan dari radja pudjaan, Dawud. Didalam pekerdjaannja ia didampingi oleh seorang keturunan dari Harun, jakni imam Jesjua' dan nabi2 Hagai dan Zakarja. Dalam pemerintahan Darios I permulaan pertama diselesaikan.
Puluhan tahun berlalu, hingga Esra, imam dan ahli kitab, tampil kedepan (Esr7- 10). Atas perintahArtaxerxes ia melaksanakan pembaharuan keigamaan dan mengorganisir segenap masjarakat sesuai dengan Taurat Jahwe seluruhnja. Leba tjapai itu dengan bertindak tegas terhadap perkawinan tjampuran.
Bagian ketiga menampilkan tokoh mulia Nehemia, seorang pendjabat tinggi dalam pemerintahan Artaxerxes I, jang diutusnja sebagai adipati ke Juda dan terutama mengorganisir hidup kemasjarakatan (Neh 1-13). Dengan persetudjuan radjanja ia membangun kembali tembok2 Jerusjalem dalam tempo jang singkat kendati tentangn hebat dari dalam maupun luar, dan ia menempatkan orang2 Jahudi sebagi penduduk kota itu. Keadaan2 sosial buruk, jang sudah mendarah-daging dan merintangi pekerdjaan2 pembangunan kembali disehatkan. Menurut susunan kitab itu sendiri, Nehemia bekerdja sama dengan Esra beberapa waktu lamanja. Adipati itu dipanggil kembali keistana atau pergi atas kemauannja sendiri untuk memberikan laporan, tetapi beberapa waktu kemudian ia diangkat lagi mendjadi adipati. Ia melandjutkan pekerdjaan itu, chususnja dengan mereorganisir ibadan dan lagi, menurut garis pekerdjaan Esra, dengan mengusahakan kemurnian bangsa dengan giatnja. Kegiatan Nehemia jang menghasilkan keadaan jang mulia itu berlangsung dari th.445 sampai th. 424.
Penjusun terachir kitab Esra-Nehemia, jang bukan saksi-mata dari peristiwa2 jang disadjikan, mengambil bahannja dari sedjumlah dokumen2 kuno. Bahwasanja karya itu tidak langsung ditulis tangan satu, kiranja djelaslah dari kenjataan jang agak aneh, bahwasanja kitab itu ditulis dalam dua bahasa, bahkan kesatuan2 tertentu ditulis dalam bahasa Hiberani, tetapi dua kutipan jang agak pandjang dalam bahasa Aram (Esr 4,8-6,18;7,12-26). Namun masih ada beberapa tanda lainnja jang menundjukkan dengan djelasnja, bahwa sedjumlah dokumen dikutip begitu sadja tanpa gubahan atau perubahan, sehingga kitab itu tidak banjak bedanja denan suatu kumpulan dokumen2, jang di-ganding2kan oleh sipenghimpun. Hanja bagian2 ketjil sadjalah, jang dari tangan penghimpun itu sendiri.
Kitab Nehemia dimulai dengan anakdjudul "Surat peringatan Nehemia" (1,1). Dalam sebagian besar kitab itu ia tampil sebagai pembitjara, jang memberikan laporan tentang usahan serta kegiatannja di Jerusalem (1,1-7,72; 11,1-.20.25; 12,27- 43;13,4-31). Sudah barang tentulah, disini kita bersua dengan tulisan Nehemia sendiri. Ini bukannja sebangsa laporan dari tindakan2nja sebagai adipati Parsi kepada pemberi tugas itu, tetapi lebih2 sebangsa pengakuan kepada Jahwe, tentang apa jang diperbuat Nehemia bagi Jahwe serta umat Nja, diluar djabatannja sebagai adaipati. Tetapi sipenjusun kitab menjisipkan beberapa kalimatnja sendiri (12,28-30.33-36.41-42) dan menambahkan pada surat peringatan Nehemia itu beberapa daftarm jang dikutipnja dari dokumen2 lainnja, untuk sebagian mungkin berasal dari arsip baitullah Jerusalem (Neh 3,1-32;11,3-19.21-24.25b-36;12,1- 9.10-11.12-26). Daftar orang2 jang dahulu kembali dari pembuangan (Neh 7,6-72) agaknja termasuk surat peringatan itu, meskipun Nehemia sendiri mengutipnja dari sumber lain, jang digubahnja seperlunja. Namun demikian, ada pula ahli2, jang kendati Neh 7,5b. toh berpendapat, bahwa wrang lainlah jang menjisipkan daftar itu. Dalam perkiraan ini kiranja aneh djuga, bahwa si penjusun kitab memasukkan daftar itu sampai dua kali (Esr 2,1-70). Pun laporan resmi dari pembaharuan perdjandjian dalam Neh 10, jang dalam susunan kitab itu dihubungkan dengan tampilnja Esra, kiranja termasuk surat peringatan Nehemia itu pula. Hanja 10,2- 28 dikutip si pengarang kitab dari sumber lain, mengingat kesukaannja akan nama2 dan daftar2.
Sama djelasnja dengan surat peringatan Nehemia itu nampakaalah sebuah dokumen serupa atas nama Esra (Esr 7,27-9,15). Esra sendiri jang angkat bitjara dan memberikan laporan tentang tugasnja di Jerusalem dan tindakannja disana. Bukan tidak mustahil, bahwa ini laporan resmi Esra kepada pemerintah Parsi dan kepada djemaah Jahudi di Babel. Kiranja termasuk dokumen ini pula penetapan Araxerxes jang disusun dalam bahasa Aram (Esr 7,12-26). Lebih sulitlah menentukan apa bagian berikut ini (Esr 10.1-17.18-44) dikutip pula laporan tadi. Disini bukan Esra sendiri lagi, jang angkat bitjra, tetapi orang lainlah jang bertjerita tentang Esra. Namun banjak ahli tjondong kepada pendapat, bahwa ini hanja mengenai saduran ketjil dari laporan si penjusun kitab dalam gubahannja. Pendahuluan, jang mengichtisarkan dokumen2 itu, teranglah dari tangan si penjusun sendiri.
Agak anehlah, bahwa dalam kitab Nehemia (8-9) tokoh Esra tampil lagi, dengan memutuskan sedjenak tjerita tentang kegiatan Nehemia. Inilah salah satu soal jang tersulit dalam seluruh kitab itu. Meskipun tidak begitu pasti, namun dapatlah diterima dengan alasan tjukup, bahwa pasal2 tsb. menurut aselinja termasuk laporan Esra itu. Imbuhan dari tangan si penjusun kitab ialah 9,3-5, karena ia hendak menitikberatkan peranan levita, seperti dilakukannja pula ditempat lain, dan djuga mazmur jang agak pandjang itu, 9,6-37. Mazmur ini tentulah dari waktu belakangan, tetapi tidak dapat ditentukan lebih ladjut waktunja. Djika Neh. 8-9 sungguh berasal dari Esra, maka si penjusun kitab Esra- Nehemia telah memperuraikan dokumen aselinja dan menjadurkannja dalam karyanja sendiri. Laporan Esra itu dalam bentuk aselinja tersusun sbb: Esr 7,1-8,36; Neh 7,72-8,18;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-2. Demikianlah kentara pula urut2an chronologis dari peristiwa2 itu, hal mana agak berbeda dari urut2an jang rupa2nja dikirakan kitab itu sendiri. Pentingnja hal ini kemudian akan kentara.
Lebih sulit lagi mendjawab pertanjaan, darimana berita2 dalam bagian pertama kitab itu (Esr 1-6) dikutib. Permulaannja (Esr 1,2-4) adalah gubahan dari berita dalam Esra 6,3-5. entah oleh si penulis sendiri, entah oleh pendahulu2nja atau tradisi. Berita, bahwa Cyrus djuga menjerahkan kembali perabot ibadah (Esr1,7-8) mungkinlah dikutib dari Esr 5,14-16, sedang daftar berikutnja (Esr 1,9-11) aselinja dari sumber Aram, jang diberikan terdjemahannja disini. Daftar dari orang2 jang kembali dari pembuangan dalam Esr 2,1-70 sangat boleh djadi berasal dari surat peringatan Nehemia (Neh 7,6-72) jang tentunja disana-sini digubah sedikit. Ataukah kedua dokumen itu dengan sedikit gubahan bersumber pada dokumen sama jang lebih tua?
Dalam Esr 4,8-6,18 si penjusun kitab mengutip beberapa dokumen Aram, jakni: suatu tuduhan musuh2 kaum Jahudi pada Artaxerxes (4,8-16) djawaban radja atas surat itu (4,17-22), suatu laporan pendjabat2 Parsi kepada Darios (5,6-17) dengan keputusan berikut dari Darios (6,3-15) dan dalam keputusan itu dikutip pula penetapan Cyrus (6,3-5). Dokumen2 tsb. mengenai pelbagai kedjadian, jang terdjadi dalam waktu jang berlainan. Kesemuanja itu mau melukiskan apa jang dikisahkan si pengarang sendiri dalam 3,1-4,5 tentang kesulitan2 pembangunan baitullah, meskipun dokumen2 terachir itu mengenai pembangunan tembok Jerusjalem, jang selesai dimasa Nehemia.
Urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu ialah sbb.: Esr5,1-6,18;4,6;4,7;4,8- 23. Bagian pertama (5,1-6,18) adalah landjutan dari 4,5 dan mengenai pembangunan baitullah serta penjelesaiannja. Ajat 4,5 diulang dalam 4,24 jang diselipkan oleh si pengarang sendiri dan kemudian diterdjemahkan dalam bahasa Aram. Bagian kedua (4,6-23) mengenai tentangan jang dialami pada pembangunan tembok Jerusjalem, dan kisah ini dilandjutkan kitab Nehemia. Karena kombinasi jang aneh ini, mungkinlah, si penjusun mendapati dokumen2 itu sebagai suatu kumpulan, jang diambil-alih begitu sadja dlam kitabnja. Mungkin djuglah penutup aselinja ditinggalkan dan diganti dengan beritanja sendiri tentang perajaan Paska pertama dalam tahun 515 (Esr 6,19-22), jang ditulis dengan bahasa Hibrani.
Susunan jang agak ber-belit2 dari kitab Esra-Nehemia jang dilukiskan diatas itu, menimbulkan pertanjaan tentang benar-tidaknja berita2 itu. Bahwasanja kedjadia2 itu sungguh terdjadi, haruslah diterima. Tetapi urut-urutan sesungguhnja dari kedjadian2 itu menurut waktunja adalah soal jang tak terpetjahkan, jang sudah lama diselidiki para ahli, tanpa memperoleh kepastian jang tetap. Si penjusun sendiri tidak mengatur dokumen2nja menurut asas chronologis, melainkan menurut asas jang berlainan sama sekali. Ia menjusun bahan2nja dikeliling dua peristiwa utama, jang hendak dilukiskannja, jakni pembangunan baitullah dan pembangunan tembok Jerusjalem dengan ichtisar tentang garis besarnja keadaan umat Jahwe jang dipulihkan itu. Dengan melintasi segala kesulitan, si penulils achirnja sampai kepenutup jang membahagiakan, berkat kegiatan Esra dan Nehemia.
Bukan hanja keinginan-athu penjelidik sedjarah sdja, tetapi djuga pentingnja perkara itu sendiri telah mendorong para ahli, untuk merekonstruir sebaik mungkin urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu. Kesulitan utama ialah soal: siapakah jang per-tama2 telah datang di Jerusjalem, Esra ataukah Nehemia, dan bila mereka itu telah datang disana. Kitab itu sendiri memberi kesan, bahwa Esralah jang per-tama2 datang disana dan bahwa Esra serta Nehemia bekerdja sama beberapa waktu lamanja. Inipun pendapat, jang lama diterima begitu sadja, kendati kesulitan2 jang bergandingan dengannja.
Rengrengan chronologis jang diterima ialah sbb.: Orang2 Jahudi kembali dalam th.538. Sjesjbasar dan Zerubabel membangun kembali baitullah dan memulihkan ibadah. Ini selesai dalam th.515. Kemudian datanglah Esra dalam tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes I, jakni dalam tahun 458, dan ia menjelenggarakan pembaharuan keigamaan. Dalam tahun keduapuluh pemerintahan Artaxerxes I, jakni dalam tahun 445, datanglah Nehemia sebagai adipati ke Jerusjalem dan membangun kembali temboknja. Kemudian Esra dan Nehemia bekerdja sama beberapa waktu lamanja, untuk mengorganisir masjarakat lebih landjut. Lalu pergi, tetapi untuk kedua kalinja ia mendjabat adipati sesudah th. 443.
Karena kesulitan2 jang bergandingan dengan rengrengan itu, maka belakangan orang mentjoba tundjukkan, bahwa Nehemia bekerdja di Jerusjalem sebelum Esra. Tahun2 tinggalnja Nehemia tetap sama, tetapi tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes, waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes, waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes II, jang th.398. Djadi agak lama sesudah masa Nehemia. Pendapat ini hingga kini masih banjak penganutnja.
Kami mengikuti suatu hypotese, jang mempunjai kemungkinan, tetapi tidak dapat memperoleh kepastian djua, jang mentjoba kombinir kedua pendapat itu. Nehemia dari satu pihak mendahului Esra, tetapi dari pihak lain djuga menjusulnja. Masanja pertama mendjadi adipati mendahului Esra, tetapi masanja kedua djatuh sesudahnja. Esra tampil diwaktu berselang. Keberatan besar terhadap hypotese ini ialah, bahwa tahun Esra 7,8 harus dikoreksi, dari "tahun ketudjuh" mendjadi "tahun keduapuluh tudjuh", tanpa dapat memberikan alasan bagi koreksi ini.
Menurut hypotese terachir ini kedjadian2 diatur seperti berikut,-tetapi dengan itu teks sendiripun mesti dibatja djuga dalam urut-urutan tertentu: Dalam tahun 538 Cyrus mengidjinkan orang2 Jahudi kembali ke Palestina dibawah pimpinan seorang "pengholu" Juda, jang bernama Sjesjbasar (Esr1,1-2.72). Dimulai lagi dengan ibadah dan pembangunan kembali baitullah dimulai pula (Esr3,1-13). Karena tentangan penduduk kota dan karena hilangnja semangat dikalangan Jahudi pekerdjaan itu dihentikan (Esr 4,,1-5.24). Sesudah th.529 Zerubabel memulai lagi pekerdjaan itu, dengan dukungan nabi2 Hagai dan Zakaria dan denan persetudjuan radja Parsi Darios. Pekerdjaan itu berhasil dan selesai, hingga dalam th.515 baitullah itu dapat ditahbiskan dan perajaan Paska dapat dilangsungkan (Esr 5,1- 6,22). Dari tahun 515-445 hanja diberikan beberapa berita singkat sadja. Orang2 Samaria mengadakan persekongkolan lawan usaha membangun kembali tembok Jerusjalem didalam pemerintahan Xerxes (486) dan berhasil dengan dilarangnja pembangunan itu oleh Artaxerxes I antara th.465 dan 445 (Esr 4,6-23).
Dalam th.445 Nehemia pergi ke Jerusjalem atas titah radja Artaxerxes I dan membangun kembali temboknja, kendati tentangan hebat dari lawan2 lama, jang mendapat sokongan dari beberapa orang Jahudi sendiri. Nehemia meramaikan kota itu dan mengorganisir masjarakatnja (Neh 1,1-4.17;6,1-7,72a;12,27-42;5). Dalam th. 433 Nehemia kembali ke Parsi.
Kemudian Artaxerxes I mengutus imam dan ahli-kitab Esra ke Jerusjalem, dan ia bekerdja disana tidak begitu lama (426-427?). Setjara tegas Esra mentjoba sehatkan masjarakat dalam bidang keigamaan dan lebih2 bertindak terhadap perkawinan tjampuran (Esr 7,1-8,36;Neh 7,72b-8,18;3;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-37). Pembaharuan ini mendapat hasil jang tetap dan Esra kembali lagi ke Parsi.
Sebelum th.424 Nehemia sudah kembali di Jerusjalem sebagai adipati, sehingga
achirnja masjarakat Jahudi diorganisir sesuai denan Taurat (
Mengenai si penjusun kitab Esra-Nehemia dan waktu terdjadinja kitab itu sukarklah menjebutkan nama atau tahun jang tepat. Karena kitab itu sangat erat hubungannja denan kitab Tawarich, kiranjja kitab itu terdjadi pula diwaktu dan dilingkungan jang sama, kendati bersandarkan dokumen2 jang lebih kuno. Lingkungan itu nampak besar minatnja kepada ibadah dan baitullah, kepada daftar2 nama dan silsilah para imam dan levita. Si penulis hendaknja ditjari djuga dikalangan rohaniwan di Jerusjalem, chususnja dikalangan levita. Pastilah kitab itu dalam bentuknja jang definitif, disusun sesudah th.300. Kadang2 ada jang mengundurkan sampai ke th.250 kebawah. Kiranja lebih baik dikatakan setjara umum, bahwa kitab itu disusun antara th.300 dan 200, tanpa memberikan perintjian lebih landjut.
Sebagai kitab keigamaan maka kitab Esra-Nehemiapun bersandarkan pendapat2 keigamaan tertentu dan bermaksud menjampaikan suatu wedjangan keigamaan kepada para pembatjanja. Pada galibnja kesemuanja itu segaris dengan latarbelakang keigamaan kitab Tawarich. Sebab kitab itu memberikan penutup sedjarah, jang disadjikan penulis dalam kitab Tawarich dari sudut tertentu. Esra-Nehemia membentangkan suatu perwudjudan dari theokrasi, kemana seluruh sedjarah itu ditudjukan. Si penjusun tahu sungguh2, bahwa perwudjudan itu bukan jang terachir dan paling sempurna, tetapi gagasan itu tidak begitu menondjol kemuka. A.l. itu terbawa djuga, karena si penjusun mengambil-alih dan menghimpun dokumen2nja tanpa banjak perubahan. Pengharapan djelas akan masa jang akan datang, pengharapan akan Al Masih, oleh karenanja hanja sedikitlah terdapat didalamnja. Disana sini hanja muntjul dilatarbelakang kisah itu. Kitab itu betul menjinggung dan mengandaikan Israil baru dari keduabelas suku bangsa, tetapi dalam kisah itu sendiri hanja Juda dan Binjaminlah jang ikut dalam pembangunan itu. Selandjutnja pembangunan itu tidak dipandang sebagai idam2an jang tertinggi, melainkan masih sebagai suatu masa penindasan dan pengharapan (Neh 9,36-37;Esr 10,2).
Namun demikian, pembangunan kembali itu adalah suatu pemenuhan djandji Allah dan hasil dari kesetiaanNja akan rahmat serta perdjandjian (Esr 1,1; Neh 9,32). Jahwe adalah penguasa sedjarah, jang membimbing dan menguasai segala sesuatu, pun pula radja2 dan bangsa2 asing (Esr 1,1;7,6.27-28). Sebelum pembuangan Jahwe telah mendjandjikan bahwa suatu sisa ketjil akan terpelihara sebagai bibit bagi umat Allah jang baru. Orang2 buangan jang kembali itu sadr, bahwa mereka itulah sisanja (Esr 9,8.13), jang direnggut dari kebinasaan, untuk mendjadi kelandjutan resmi dari Israil jang terpilih (Esr 10,2; Neh 9,8), jang sungguhpun binasa karena dosanja sendiri, tetapi tidak samasekali ditolak (Esr 9,13; Neh 1,9). Kembali mereka dipandang sebagai pengungsian jang baru, jang diwudjudkan dan diselesaikan oleh Jahwe. KeradjaannNja mendapat bentuknj jang baru didalam djemaah jang baru, jang diorganisir sesuai dengan TauratNa dan jang hidup untuk berbakti kepadaNja didalam baitullah jang dipulihkan, kediamanNja di-tengah2 umatnja. Umat itu adalah benih jang sutji dan masjarakat jang disendirikan, jang orang kafir atau setengah kafir tidak dapat mendjadi anggotanja. Anasir asing didjauhkan dan dikutjilkan karenanja. (Esr 9,1-15; Neh 13,23-30; Esr 4,3).
Dipandang sepintas lalu, gagasan universalistis tidak diperbintjangkan dalam kitab Esra-Nehemia. Disini nampaklah Israil lebih kuat lagi sebagai umat Jahwe satu2nja. Hanja beberapa djedjak sadja dari gagasan itu terdapat didalamnja, jakni bahwasanja orang2 kafir, tidak samasekali diketjualikan dari anugerah2 Jahwe. Kaum buangan berdoa untuk radja mereka jang kafir itu dan untuk kesedjahreaan keradjaannja. Dari sebangsa bentji terhadap orang2 asing hanja sedikit sadjalah terdapat didalamnja. Hanja dalam Neh 9 gagasan ini agak tampak. Kesadaran, bahwa Israil itu bangsa jang terpilih, toh menundjukkan suatu segi, jang membuat pengertian "Keradjaan Allah" mendapat tjorak jang lebih rohani. Sebelum masa pembuangan - lepas dari para nabi, dimasa itupun terdapat pula gagasan2 lainnja,- keradjaan Allah itu terlekat pada kedaulatan nasional dibawah pemerintahan wangsa Dawud jang bertjorak kenegaraan itu se-kali2 bukan sjarat mutlak lagi adanja. Betul Zerubabel menggandingkan masjarakat sesudah pembuangan itu dengan Dawud, tapi bukan lagi sebagai radja dalam arti politik.
Orang Jahudi tanpa banjak tentangan menerima kenjataan, bahwa mereka bergantung dari keradjaan Parsi dan mau mendjadi kaula jang taat-setia, meskipun mereka merasa dirinja sebagai satu2nja umat pilihan Jahwe dan warga keradjaanNja.
Betul partikularisme masih kuat, tetapi menundjukkan tjorak lain, jang dapat tumbuh dan berkembang lebih landjut mendjadi universalisme. Djustru dimasa itu ditengah bangsa Jahudi terdapatlah aliran2 unbersalistis, meskipun aliran2 itu tidak tampil kedepan didalam kitab Esra-Nehemia. Tetapi pada asasnja ikatan2 nasional dari keradjaan Allah sudah terlepaskan.
Dipandang didalam keseluruhan sedjarah-keselamatan maka masa jang diperbintjangkan dalam kitab Esra-Nehemia itu menduduki tempatnja sendiri. Sebab dari masjarakat Jahudi seperti jang tumbuh sesudah pembuangan itu datanglah fase terachir sedjarah keselamatan. Baitullah jang dibangun dimasa itu dimasuki Kristus dan telah menjaksikan kemuliaanNja, hal mana membuat bangunan sederhana itu melebihi baitullah bangunan Sulaiman. Jesus dari Nasaret mendjadi besar didalam suasana, jang berasal dari masa Esra-Nehemia, denan sudut2nja jang baik, tapi djuga dengan sudut2nja jang kurang baik. Kendati kesemuanja itu, maka dari "sisa", jang kembali dari pembuangan itu, sungguh telah berkembanglah umat Allah jang baru, walaupun melalui djalan jang agak berlainan dengan jang dibajangkan kitab Esra-Nehemia.
BIS: Nehemia (Pendahuluan Kitab) NEHEMIA
PENGANTAR
Buku Nehemia dapat dibagi dalam tiga bagian:
(1) Kisah perbaikan tembok-tembok Yerusalem di bawah pimpinan Nehemia yang
NEHEMIA
PENGANTAR
Buku Nehemia dapat dibagi dalam tiga bagian:
- (1) Kisah perbaikan tembok-tembok Yerusalem di bawah pimpinan Nehemia yang diangkat menjadi gubernur Yehuda oleh raja Persia. Nehemia juga menjalankan bermacam-macam perubahan dalam bidang sosial dan agama.
- (2) Pembacaan Hukum Allah yang dilakukan oleh Ezra secara khidmat, dan pengakuan dosa oleh umat Israel.
- (3) Kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan Nehemia sebagai gubernur Yehuda.
Bagian yang menarik dalam buku ini ialah kisah yang menunjukkan betapa Nehemia bergantung kepada Allah dan betapa sering ia berdoa kepada-Nya.
Isi
- Nehemia kembali ke Yerusalem
Neh 1:1-2:20 - Tembok-tembok Yerusalem diperbaiki
Neh 3:1-7:73 - Hukum TUHAN dibacakan dan perjanjian dengan Allah diperbaharui
Neh 8:1-10:39 - Kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan Nehemia
Neh 11:1-13:31
Ajaran: Nehemia (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat dengan mengenal Kitab Nehemia, memperoleh pengertian
tentang cara hidup yang berhasil, karena contoh kehidupan Nehemia
Tujuan
Supaya anggota jemaat dengan mengenal Kitab Nehemia, memperoleh pengertian tentang cara hidup yang berhasil, karena contoh kehidupan Nehemia yang berhasil, melalui perjuangan dan kerja keras serta penyerahan diri kepada Allah.
Pendahuluan
Penulis : Nehemia.
Isi Kitab: Kitab ini terbagi atas 13 pasal. Isinya merupakan kelanjutan dari Kitab Ezra, yaitu pemulihan pemerintahan bangsa Israel, setelah kembali dari pembuangan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Nehemia
Pasal 1-11 (Neh 1:1-11:36).
Keamanan kota Yerusalem dilaksanakan
Nehemia mendengar keadaan kota Yerusalem yang rusak berat. Langkah pertama yang diambilnya ialah pembangunan kembali tembok Yerusalem. Dalam melaksanakan kembali tembok ini, Nehemia lebih dahulu berpuasa dan meminta bantuan dari raja, kemudian Nehemia memeriksa kembali tembok-tembok yang sudah runtuh. Dalam pembangunan ini, Nehemia menghadapi ancaman-ancaman dan tantangan, tetapi Nehemia menanggapinya dengan berdoa dan penjagaan serta memberikan teladan-teladan yang baik kepada penguasa- penguasa, akhirnya pembangunan tembok selesai, dan ditempatkan penjaga- penjaga. Langkah kedua, Nehemia menambah jumlah penduduk di kota Yerusalem dengan orang-orang yang baik di hadapan Tuhan, yaitu mereka yang mau mendengar Kitab Taurat, mereka yang mengaku dosa dan suka berdoa, mereka yang membuat perjanjian dengan Allah.
Pendalaman
- Bacalah pasal Neh 1:1-4. Apakah bukti beban Nehemia atas bangsanya?
- Bagaimanakah kegiatan pembangunan tembok Yerusalem walaupun mendapat ancaman? (Neh 4:11-16,22-23).
- Bacalah pasal Neh 9:1-3; 11:1-2. Orang-orang yang bagaimanakah yang tinggal di Yerusalem?
Pasal 12-13 (Neh 12:1-13:31).
Keamanan hidup rohani umat Allah dilaksanakan Pasal-pasal ini menjelaskan bahwa setelah tembok kota Yerusalem selesai dibangun, Nehemia mulai mengadakan pembangunan rohani umat Allah. Hal ini dimulai dari kehidupan rohani para imam, karena para imanlah yang memegang peranan penting dalam hidup rohani umat Allah.
Pendalaman
- Apakah dasar tindakan Nehemia? (Neh 13:1-3).
- Apakah yang diperbuat imam Elyasib? (Neh 13:4-9).
- Apakah yang terjadi dengan orang-orang Lewi yan seharusnya melayani umat Allah? (Neh 13:10-11).
- Apakah hubungan perbuatan dosa dengan kehancuran kot Yerusalem? (Neh 13:17-18).
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Nehemia memberikan pengajaran untuk memperoleh kemenangan dari tantangan yang berat melalui penyerahan, kepercayaan kepada kuasa Allah dan disertai dengan usaha yang sungguh.
Untuk menjadi pemimpin yang baik, seseorang haruslah mempunyai sifat seperti Nehemia, yakni rajin berdoa, bersemangat dan mempunyai penyerahan kepada Allah.
Melalui kehidupan Nehemia, kita mengetahui bahwa Allah mau dan bisa memakai siapa saja yang berbeban kepada pekerjaan-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Nehemia?
- Berita apakah yang diterima oleh Nehemia?
- Bagaimanakah sikap Nehemia menerima berita itu?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari Kita Nehemia?
Intisari: Nehemia (Pendahuluan Kitab) Pembangunan kembali tembok Yerusalem
LATAR BELAKANG SEJARAHSetelah kematian Salomo, kerajaan Israel terpecah menjadi dua -- kerajaan utara dan selata
Pembangunan kembali tembok Yerusalem
LATAR BELAKANG SEJARAH
Setelah kematian Salomo, kerajaan Israel terpecah menjadi dua -- kerajaan utara dan selatan. Ibukota kerajaan utara ialah Samaria, dan dalam tahun 722 SM kota itu direbut oleh bangsa Asyur dan banyak rakyatnya dijadikan tawanan. Hal yang hampir sama terjadi juga terhadap kerajaan selatan, Yehuda, ketika Yerusalem direbut oleh bangsa Babel pada tahun 586 SM. Dalam tahun 539 SM bangsa Babel sendiri dikalahkan oleh bangsa Persia -- dan raja Persia mendorong sebagian orang Yahudi untuk kembali ke tanah air mereka. Kira-kira 50.000 orang kembali dan memulai tugas untuk membangun kembali Rumah Tuhan, tetapi kemudian mereka menjadi kecil hati dan hanya mampu membangun fondasinya saja. Sejarah selanjutnya agak ruwet, tetapi rupanya kira-kira enam belas tahun kemudian Allah mengirimkan dua orang nabi, Hagai dan Zakharia, untuk menggugah semangat rakyat. Mereka sudah menempati rumah mereka masing-masing, tetapi mengabaikan pembangunan kembali Rumah Tuhan. Sebagai akibatnya, pekerjaan pembangunan dimulai lagi dan kali ini Rumah Tuhan dapat diselesaikan. Dalam tahun 486 SM serombongan lagi orang Yahudi kembali ke Yerusalem di bawah pimpinan Ezra. Ezra berusaha sebaik mungkin untuk membangun semangat bangsanya dan mengangkat moral serta kehidupan rohani mereka, tetapi ia banyak menemui kekecewaan. Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 445 SM Allah berbicara kepada seorang lain, yaitu Nehemia dan menugaskannya untuk secara khusus menekuni pembangunan kembali tembok kota yang sudah hancur itu. Beberapa orang menempatkan kisah kembalinya Ezra sesudah Nehemia, tetapi keterangan tersebut tidak meyakinkan.
SIAPAKAH NEHEMIA?
Sebagai pengurus minuman raja, Nehemia mencicipi lebih dahulu anggur yang akan disajikan kepada raja untuk membuktikan bahwa minuman itu tidak mengandung racun. Hanya orang yang paling dipercaya dapat menduduki posisi tertinggi ini dalam istana raja Persia. Namun demikian, hati Nehemia lebih cenderung untuk melakukan tugas yang Allah bebankan kepadanya. Ia digambarkan sebagai seorang pengusaha yang hidupnya penuh diwarnai doa. Nehemia tidak melupakan bangsanya sendiri. Ia bersedia meninggalkan kehidupan mewah dalam istana dan pergi ke Yerusalem untuk membangun kembali kota itu. Ketika pada akhirnya ia pergi ke Yerusalem, ia bertugas sebagai gubernur sipil dengan kuasa dari raja Persia.
Pesan
Nehemia merupakan gambaran seorang pekerja yang ideal bagi Allah. Kuncinya ialah doa dan kerja. Ia tidak saja berdoa dan bekerja sendiri, tetapi ia menganjurkan para pengikutnya untuk melakukan hal yang sama.
1. Berdoalah dalam segala situasi kehidupano Ia berdoa waktu ia mendengar mengenai keadaan Yerusalem. Neh 1:4-11
o Ia berdoa waktu ia menghadap Raja Artahsasta untuk memohon izin pergi ke Yerusalem. Neh 2:4
o Ia berdoa di hadapan penentangnya. Neh 4:4,9
o Ia berdoa waktu difitnah. Neh 6:8,9
o Ia berdoa pada waktu pekerjaan perbaikan tembok telah selesai. Neh 13:14
2. Kerja dan doa berjalan bersama-sama
o Ia melakukan penyelidikan terlebih dahulu untuk memastikan apa yang terjadi. Neh 2:11-16
o Ia mengatur tenaga kerja, sehingga setiap orang tahu apa yang diharapkan dari mereka. Neh 3:1-32
o Ia memberi teladan kepada orang lain untuk bekerja. Neh 2:17,18; 4:6,23
o Ia menyadari kesucian pekerjaan yang Allah bebankan kepadanya. Neh 6:3
Penerapan
1. Anda harus berbeban bagi bangsa Anda
Ketika Nehemia menerima kabar mengenai keadaan yang tragis di kota Yerusalem yang hancur, ia merasa sangat terharu.
2. Siap untuk bertindak
Sebelum mengambil tindakan apa-apa, Nehemia berdoa. Pertama-tama ia mencari pimpinan Tuhan, setelah ia menerimanya ia segera bertindak.
3. Siap untuk menghadapi tentangan
Bekerja untuk Allah tidak pernah tanpa tantangan. Nehemia mendapati bahwa ia mempunyai musuh, baik di dalam maupun di luar kota Yerusalem. Tetapi ia membuktikan bahwa selalu ada kemungkinan untuk menang atas segala tentangan itu.
4. Hati-hati terhadap bahaya kemunduran
Nehemia mengumpulkan rakyat untuk mendengarkan firman Allah dan ternyata mereka memberi tanggapan positif. Tetapi ketika ia kembali ke kota Yerusalem setelah ditinggalkannya selama dua belas tahun, ia mendapati bahwa rakyat telah melupakan Allah dan bahwa diperlukan suatu reformasi lebih lanjut.
Tema-tema Kunci
Nehemia dengan jelas dianggap sebagai seorang pekerja Allah yang ideal -- "seorang patriot yang berani, tidak mengenal takut, penuh semangat dan berinisiatif, seorang pendoa dan pekerja keras dan seorang yang takut kepada Allah dan yang selalu mencari berkat-Nya". Kehidupannya ditandai dengan keseimbangan yang sehat antara berdoa dan kerja keras. Pelajarilah dalam kitab ini hal-hal yang berhubungan dengan kedua unsur ini. Bandingkan penemuan Anda dengan studi yang serupa mengenai kehidupan Paulus.
1. Patriotisme
Patriotisme itu sendiri tidak salah. Paulus mempunyai beban berat bagi bangsanya (Rom 10:1). Kristus mendorong murid-murid-Nya untuk memberikan kepada Kaisar apa yang menjadi haknya (Mat 22:21). Nehemia menaruh perhatian yang besar terhadap rakyatnya (Neh 1:3-11). Patriotisme sejati adalah rasa prihatin terhadap keadaan bangsa. Bagaimana umat Kristen dewasa ini dapat mempengaruhi sikap bangsanya?
2. Doa
Nehemia berdoa setiap saat dan dalam segala keadaan (Neh 1:4; 2:4; 4:4; 5:19; 6:9,14; 13:14, 22,29,31). Bandingkan ini dengan perintah Paulus kepada orang-orang di Filipi 4:6,7. Apa tujuan doa?
3. Dedikasi
Nehemia menerima tugas yang diberikan oleh Allah dengan sungguh-sungguh -- ia sangat teliti. Ia bertekad untuk menyelidiki perkara yang sebenarnya (Neh 2:12). Ia tahu akan kesucian pekerjaannya (Neh 6:3). Ia menjadi teladan bagi orang lain untuk bekerja seperti dia (Neh 2:17,18; 4:6,23). Buatlah daftar tugas-tugas yang harus dilaksanakan di gereja Anda atau dalam kelompok Anda, dan rencanakan penyelesaiannya.
4. Ketekunan
Nehemia tidak undur menghadapi tentangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ia diejek dan dicaci, karena bergantung kepada Allah (Neh 2:19,20). Ia tidak bersedia mengalihkan perhatiannya dari tugas yang sedang dihadapinya (Neh 6:2,3). Carilah keterangan mengenai mereka yang menderita bagi Kristus di bawah rezim yang kejam, dan pakailah hal ini untuk merangsang doa yang teratur. Pikirkan juga situasi Anda sendiri sehubungan dengan tantangan yang Anda hadapi.
Garis Besar Intisari: Nehemia (Pendahuluan Kitab) [1] BERITA BURUK TENTANG YERUSALEM Neh 1:1-4
[2] DOA NEHEMIA Neh 1:5-11
Neh 1:5Permohonan untuk kesetiaan janji Allah
Neh 1:6,7Penyesalan atas
[1] BERITA BURUK TENTANG YERUSALEM Neh 1:1-4
[2] DOA NEHEMIA Neh 1:5-11
Neh 1:5 | Permohonan untuk kesetiaan janji Allah |
Neh 1:6,7 | Penyesalan atas dosa bangsa Israel |
Neh 1:8-10 | Kenangan akan kemurahan Allah yang tak kunjung padam |
Neh 1:11 | Seruan mohon pertolongan dalam kesesakan |
[3] NEHEMIA MENDAPAT KUASA Neh 2:1-10
Neh 2:1-5 | Ia mengajukan permohonan kepada raja |
Neh 2:6 | -9 Raja memberikan restunya |
Neh 2:10 | Tanda-tanda awal tantangan |
[4] NEHEMIA DI YERUSALEM Neh 2:11-20
Neh 2:11-16 | Nehemia memeriksa tembok Yerusalem |
Neh 2:17-20 | Nehemia mencari dukungan rakyat untuk tugas perbaikan tembok kota |
[5] PEMBANGUNAN TEMBOK-TEMBOK KOTA Neh 3:1-6:19
Neh 3:1-32 | Pembagian kerja |
Neh 4:1-23 | Tantangan terhadap pembangunan |
Neh 5:1-6:14 | Perselisihan di dalam |
Neh 6:15-19 | Tugas selesai |
[6] ORANG-ORANG BUANGAN YANG KEMBALI DENGAN ZERUBABEL Neh 7:1-73
[7] EZRA MEMBACAKAN HUKUM Neh 8:1-18
[8] PEMBARUAN PERJANJIAN Neh 9:1-10:39
Neh 9:1-38 | Pengakuan dosa |
Neh 10:1-39 | Persetujuan terhadap perjanjian |
[9] RAKYAT YANG TERLIBAT Neh 11:1-12:26
Neh 11:1-24 | Penduduk Yerusalem |
Neh 11:25-36 | Daftar desa-desa |
Neh 12:1-26 | Para imam dan bangsa Lewi |
[10] PERESMIAN TEMBOK KOTA DAN URUSAN ADMINISTRASI Neh 12:27-13:31
Neh 12:27-43 | Peresmian tembok kota |
Neh 12:44-47 | Organisasi orang-orang Lewi |
Neh 13:1-31 | Perbaikan-perbaikan selanjutnya yang diadakan oleh Nehemia |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi