Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rat 3:8
Full Life: Rat 3:8 - TAK DIDENGARKAN-NYA DOAKU.
Nas : Rat 3:8
Bagi orang fasik, salah satu akibat mengerikan dari hidup di dalam
dosa dan kebejatan ialah bahwa Allah tidak mau mendengar doa merek...
Nas : Rat 3:8
Bagi orang fasik, salah satu akibat mengerikan dari hidup di dalam dosa dan kebejatan ialah bahwa Allah tidak mau mendengar doa mereka (bd. ayat Rat 3:44; Mazm 18:42; Ams 1:28; Yer 7:16;
lihat art. BERDOA DENGAN EFEKTIF).
Jerusalem -> Rat 3:1-66
Jerusalem: Rat 3:1-66 - -- Ratapan ketiga ini agak berbeda dengan yang pertama dan yang kedua. Yerusalem baru disebut pada Rat 3:48. Ratapan ini mirip dengan beberapa mazmur yan...
Ratapan ketiga ini agak berbeda dengan yang pertama dan yang kedua. Yerusalem baru disebut pada Rat 3:48. Ratapan ini mirip dengan beberapa mazmur yang berupa ratapan: Lagu mulai dengan ratapan perorangan (di sini Rat 3:1-39), lalu diperluas menjadi ratapan umat (di sini Rat 3:40-47). Pikiran-pikiran cukup umum yang terungkap dalam Rat 3:22-39 serupa dengan pikiran-pikiran yang biasa dalam sastra kebijaksanaan.
Ende: Rat 3:1-66 - -- Lagu ini agak berbeda dengan lagu 1(Rat 1) dan 2(Rat 2).
Jerusjalem hampir tidak muntjul (Rat 3:48-51). Bagian pertama (Rat 3:1-24)
merupakan lagu rat...
Lagu ini agak berbeda dengan lagu 1(Rat 1) dan 2(Rat 2). Jerusjalem hampir tidak muntjul (Rat 3:48-51). Bagian pertama (Rat 3:1-24) merupakan lagu ratap perorangan. Bagian kedua (Rat 3:25-39) serupa dengan lagu kebidjaksanaan,jang mengadjar sikap mana harus diambil dalam kesukaran. Bagian ketiga (Rat 3:40-47) merupakan pengakuan dosa dan lagu ratap umum. Bagian keempat (Rat 3:48-66) mendjadi lagu ratap pribadi pula (Rat 3:48-58), tetapi lalu beralih kedalam ratap umum (Rat 3:59-63). Susunan itulah mendjadi sebabnja, maka beberapa ahli berpendapat, bahwa lagu ini aselinja adalah lagu-lagu ratap tersendiri dan jang baru kemudian digabung dengan lagu-lagu ratap atas Jerusjalem. Tetapi boleh diterima djuga, bahwa si pengarang mengambil beberapa lagu, jang lalu dipersatukan serta disadurkan djustru untuk meratapi Jerusjalem. Lagi pula penjadur itu sama sadja dengan pengarang lagu-lagu lain. Lagu ketiga merupakan suatu adjakan untuk umat, supaja pertjaja pada Jahwe kendati kemalangannja.
Pendjara digambarkan. Lambang kemalangan sadja?
Doa si penderita tidak didengarkan Allah.
Ref. Silang FULL -> Rat 3:8
Ref. Silang FULL: Rat 3:8 - minta tolong // didengarkan-Nya doaku · minta tolong: Mazm 5:3
· didengarkan-Nya doaku: Rat 3:44; Ul 1:45; Ul 1:45; Ayub 30:20; Ayub 30:20; Mazm 22:3
· minta tolong: Mazm 5:3
· didengarkan-Nya doaku: Rat 3:44; Ul 1:45; [Lihat FULL. Ul 1:45]; Ayub 30:20; [Lihat FULL. Ayub 30:20]; Mazm 22:3
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rat 3:1-20
Matthew Henry: Rat 3:1-20 - Penderitaan Sang Nabi Secara Pribadi
Maksud dari pasal ini sama dengan maksud dari dua pasal sebelumnya, tetapi penyusunannya agak berbeda. Kedua pasal sebelumnya tersusun dalam aya...
- Maksud dari pasal ini sama dengan maksud dari dua pasal sebelumnya, tetapi penyusunannya agak berbeda. Kedua pasal sebelumnya tersusun dalam ayat yang panjang-panjang, sementara pasal ini dalam ayat yang pendek-pendek, dalam irama yang berbeda. Kedua pasal sebelumnya ditulis menurut setiap abjad (dalam bahasa Ibrani – pen.), sementara pasal ini ditulis dengan diawali abjad yang sama sebanyak tiga kali, dan baru kemudian dilanjutkan dengan abjad berikutnya. Di sini ada,
- I. Keluhan yang menyedihkan tentang murka Allah dan buah-buah dari murka itu (ay. 1-20).
- II. Kata-kata penghiburan untuk umat Allah ketika mereka terjerat dalam masalah dan kesusahan (ay. 21-36).
- III. Kewajiban yang diperintahkan dalam keadaan yang menderita ini (ay. 37-41).
- IV. Keluhan diulangi kembali (ay. 42-54).
- V. Dorongan diberikan untuk berharap pada Allah, dan untuk terus menantikan keselamatan dari-Nya, dengan berseru pada keadilan-Nya terhadap para penganiaya jemaat (ay. 55-66). Sebagian orang menganggap bahwa semua perkataan ini diucapkan oleh sang nabi sendiri ketika ia dipenjara dan dianiaya. Tetapi tampaknya perkataan itu lebih tepatnya diucapkan mewakili jemaat yang pada saat itu sedang dalam pembuangan dan ditinggalkan. Dan dalam kehancuran-kehancurannya sang nabi secara khusus mengikutsertakan dirinya sendiri. Tetapi keluhan-keluhan itu agak lebih bersifat umum di sini daripada keluhan-keluhan dalam pasal sebelumnya, karena keluhan-keluhan di sini disesuaikan dengan keadaan orang perorangan dan juga masyarakat umum, dan diniatkan untuk lebih dipakai secara pribadi daripada dalam kumpulan jemaat. Sebagian orang berpendapat bahwa Yeremia membuat keluhan-keluhan ini bukan hanya sebagai pengantara bagi Israel, melainkan juga sebagai perlambang Kristus, yang oleh sementara orang dianggap sebagai Yeremia sang nabi yang menangis, karena Ia sering bersimbah air mata (Mat. 14:14) dan kepada-Nyalah banyak bacaan di sini dapat diterapkan.
Penderitaan Sang Nabi Secara Pribadi (3:1-20)
- Judul Mazmur 102 cocok juga untuk ditempatkan pada awal pasal ini, yaitu Doa seorang sengsara, pada waktu ia lemah lesu dan mencurahkan pengaduhannya ke hadapan TUHAN. Sebab keluhan di sini dicurahkan dengan penuh perasaan dan mengalir lancar. Marilah kita amati dengan lebih terperinci. Sang nabi mengeluh,
- 1. Bahwa Allah murka. Inilah yang melahirkan penderitaan dan yang membuat penderitaan itu pahit (ay. 1): Akulah orang, bukan sembarang orang, yang melihat sengsara, dan telah benar-benar merasakannya, disebabkan cambuk murka-Nya. Perhatikanlah, adakalanya Allah murka terhadap umat-Nya sendiri. Namun hal itu tidak boleh dikeluhkan sebagai pedang untuk menebas, melainkan hanya sebagai cambuk untuk menghajar. Bagi mereka cambuk itu adalah cambuk murka-Nya, sebuah hajaran yang, meskipun menyakitkan untuk saat ini, akan bermanfaat pada akhirnya. Dengan cambuk ini kita harus bersiap-siap untuk melihat sengsara, dan, jika kita dibuat melihat sengsara yang lebih daripada biasanya dengan cambuk itu, maka kita tidak boleh berkeberatan, sebab kita yakin bahwa murka-Nya wajar dan kesengsaraan itu ringan dan bercampur dengan belas kasihan.
- 2. Bahwa sang nabi kebingungan dan sepenuhnya berada dalam gelap. Kegelapan diartikan sebagai masalah dan kebingungan yang besar, tidak adanya penghiburan maupun bimbingan. Inilah masalah yang dialami si pengeluh (ay. 2): “Ia menghalau aku dengan tindakan pemeliharaan-Nya, dan dengan rantaian peristiwa yang tak dapat dimengerti, ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya, kegelapan yang aku takutkan, dan bukan terang yang aku harapkan.” Dan (ay. 6), Ia menempatkan aku di dalam gelap, gelap seperti kuburan, seperti orang yang sudah lama mati, yang sudah terlupakan, dan tidak ada orang yang tahu siapa atau apa mereka semasa hidup. Perhatikanlah, Israel kepunyaan Allah, meskipun anak-anak terang, adakalanya berjalan dalam kegelapan.
- 3. Bahwa Allah tampil melawan dia sebagai musuh, mengaku sebagai musuhnya. Allah selama ini berpihak padanya, tetapi sekarang tidak. “Sesungguhnya, aku dipukul-Nya (ay. 3), sejauh yang dapat aku lihat. Sebab aku dipukul-Nya berulang-ulang dengan tangan-Nya sepanjang hari. Aku kena hukum setiap pagi” (Mzm. 73:14). Dan, apabila tangan Allah terus-menerus memukul kita, kita tergoda untuk berpikir bahwa hati-Nya juga berbalik melawan kita. Allah pernah berfirman (Hos. 5:14), Aku ini seperti singa muda bagi kaum Yehuda, dan sekarang Ia telah menggenapi perkataan-Nya (ay. 10): “Laksana beruang Ia menghadang aku, mengejutkan aku dengan hukuman-hukuman-Nya, dan laksana singa dalam tempat persembunyian, sehingga ke mana saja aku pergi, aku terus-menerus takut diserang dan tidak pernah dapat berpikir bahwa aku sudah aman.” Bukankah orang menembakkan panah mereka kepada musuh-musuh mereka? Ia membidikkan panah-Nya, panah yang sudah ditetapkan untuk melawan para penganiaya jemaat, sekarang dibidikkan terhadap anak-anak jemaat (ay. 12). Ia telah menjadikan aku sasaran anak panah, yang dibidik-Nya, dan yang pasti akan mengenai sasaran. Kemudian Ia menyusupkan ke dalam hatiku segala anak panah dari tabung-Nya, memberiku luka yang mematikan, luka di dalam batin (ay. 13). Perhatikanlah, Allah memiliki banyak anak panah dalam tabung-Nya, dan anak-anak panah itu terbang dengan cepat dan menusuk dalam-dalam.
- 4. Bahwa sang nabi menjadi seperti orang yang sangat menderita baik dalam tubuh maupun pikiran. Pemerintahan Yahudi pada saat itu pantas dibandingkan dengan orang yang sudah tua dan keriput, yang untuknya tidak ada obat (ay. 4): “Ia menyusutkan dagingku dan kulitku. Daging dan kulitku menjadi usang dan layu, dan aku terlihat seperti orang yang sudah mau jatuh ke dalam kubur. Bahkan, tulang-tulangku dipatahkan-Nya, sehingga aku tidak mampu menolong diriku sendiri (ay. 15). Ia mengenyangkan aku dengan kepahitan, merasakan kepahitan dari malapetaka-malapetaka yang ditimpakan-Nya.” Allah dapat menjamah roh, dan dapat membuatnya begitu pahit sehingga dengannya Ia membuat pahit semua kenikmatan. Seperti, apabila perut sedang sakit, apa pun yang dimakan terasa tidak enak: “Ia memberi aku minum ipuh, dan dengan demikian memabukkan aku dengan merasakan penderitaan-penderitaanku, sehingga aku tidak tahu apa yang harus kukatakan atau kulakukan. Ia mencampurkan kerikil ke dalam rotiku, sehingga meremukkan gigi-gigiku dengannya (ay. 16), dan apa yang aku makan tidaklah nikmat atau bergizi. Ia menekan aku ke dalam debu, seperti yang dulu biasa dilakukan orang-orang yang berkabung, atau (seperti sebagian orang membacanya) Ia telah memberiku makan abu. Aku makan abu seperti roti” (Mzm. 102:10).
- 5. Bahwa sang nabi tidak mampu melihat adanya jalan untuk melarikan diri atau bebas (ay. 5): “Ia mendirikan tembok sekelilingku, seperti benteng-benteng dan senjata-senjata perang dibangun di sekeliling kota yang terkepung. Jalan yang dulu terbuka sekarang sudah tertutup: Ia mengelilingi aku dari segala arah dengan kesedihan dan kesusahan. Aku resah, dan gusar, dan melelahkan diriku sendiri dengan mencari jalan untuk melarikan diri, tetapi tidak dapat menemukannya (ay. 7). Ia menutup segala jalan ke luar bagiku.” Ketika Yerusalem dikepung, dikatakan bahwa ia dikepung dari segala jurusan (Luk. 19:43). “Aku dirantai. Dan sama seperti penjahat-penjahat ternama dibelenggu berlapis-lapis, dan dibebani dengan besi-besi, demikian pula Ia mengikat aku dengan rantai yang berat. Ia juga (ay. 9) merintangi jalan-jalanku dengan batu pahat, tidak hanya memagari jalanku dengan duri-duri (Hos. 2:5), tetapi juga menyumbatnya dengan tembok batu, yang tidak dapat ditembus, sehingga menjadikannya tidak terlalui. Aku berjalan ke sana kemari, ke kanan dan ke kiri, supaya bisa maju, namun tetap saja aku kembali lagi.” Sudah sepantasnya Allah membuat orang-orang yang berjalan di jalan-jalan dosa yang bengkok, yang melanggar hukum-hukum Allah, berjalan di jalan-jalan penderitaan yang bengkok, yang mengacaukan rancangan-rancangan mereka dan membuyarkan ukuran-ukuran mereka. Demikianlah dikatakan (ay. 11), “Ia membelokkan jalan-jalanku. Ia telah mengacaukan segala rencanaku, menghancurkan segala rancanganku, sehingga aku terpaksa menyerah dan hancur sendiri. Ia telah merobek-robek aku. Ia telah menerkam, lalu pergi (Hos. 5:14), dan telah membuat aku tertegun, telah mengambil dariku semua kawan dan semua penghiburan dalam jiwaku.”
- 6. Bahwa Allah menutup telinga bagi doa-doanya (ay. 8): “Walaupun aku memanggil-manggil dan berteriak minta tolong, dengan sungguh-sungguh, supaya didengar, namun tak didengarkan-Nya doaku dan tak dibiarkan-Nya doaku masuk kepada-Nya.” Telinga Allah biasanya terbuka bagi doa-doa umat-Nya, dan pintu rahmat-Nya terbuka bagi orang-orang yang mengetuknya. Tetapi sekarang keduanya tertutup, bahkan bagi orang yang memanggil-manggil dan berteriak. Demikianlah adakalanya Allah tampak murka bahkan terhadap doa-doa umat-Nya (Mzm. 80:5), dan sungguh menyedihkan keadaan orang yang bukan hanya tidak mendapat keuntungan berupa jawaban, melainkan juga penghiburan berupa penerimaan.
- 7. Bahwa tetangga-tetangganya menjadikan kesusahan-kesusahannya sebagai bahan tertawaan (ay. 14): Aku menjadi tertawaan bagi segenap bangsaku, bagi semua orang fasik di antara mereka, yang membuat diri mereka sendiri dan satu sama lain bergembira dengan hukuman-hukuman yang menimpa semua orang, dan khususnya dengan kesedihan-kesedihan Nabi Yeremia. Aku dijadikan sebagai nyanyian mereka, neginath mereka, atau alat musik yang dimainkan dengan tangan, rebana mereka (Ayb. 17:6), yang mereka mainkan, seperti Nero memainkan kecapinya ketika kota Roma terbakar.
- 8. Bahwa ia sudah mau putus asa mengharapkan kelegaan dan kelepasan: “Engkau tidak hanya sudah mengambil damai sejahtera dariku, tetapi juga telah menceraikan nyawaku dari kesejahteraan (ay. 17), sehingga kesejahteraan tidak hanya berada di luar jangkauanku, tetapi juga di luar pandanganku. Aku lupa akan kebahagiaan. Sudah begitu lama aku tidak merasakannya, dan begitu kecil kemungkinan aku akan kembali mendapatkannya, sehingga aku kehilangan gagasan tentangnya. Aku sudah begitu terbiasa dengan kesedihan dan perbudakan sehingga aku tidak tahu lagi apa artinya sukacita dan kebebasan. Aku bahkan telah menganggap semuanya lenyap, habis, hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada TUHAN (ay. 18). Aku tidak lagi dapat bersandar pada Allah sebagai penopangku, sebab aku tidak mendapati Dia mendorongku untuk melakukannya. Juga aku tidak dapat melihat Dia tampil bagiku, sehingga mengakhiri masalah-masalahku, sebab keadaannya tampak tak dapat diperbaiki, dan bahkan Allahku tampak bergeming.” Tanpa diragukan lagi kelemahannyalah yang membuat dia mengatakan ini (Mzm. 77:11, KJV), sebab pada Allah ada gunung batu yang kekal, dan Dia adalah harapan yang tak pernah mengecewakan bagi umat-Nya, apa pun yang dipikirkan mereka.
- 9. Kesedihan itu kembali lagi setiap kali ia mengingat masalah-masalahnya, dan renungan-renungannya sama-sama menyedihkan seperti pandangan-pandangannya ke depan (ay. 19-20). Adakah ia berusaha seperti Ayub (Ayb. 9:27), untuk melupakan keluh kesahnya? Malang nian! Itu tidak ada gunanya. Ia mengingat, dalam segala kesempatan, sengsara dan pengembaraan, ipuh dan racun. Betapa terenyuh ia berbicara tentang penderitaannya, sebab demikianlah ia menganggapnya, demikianlah beratnya penderitaannya ketika ia merenungkannya! Penderitaannya adalah kesengsaraan itu sendiri. Sengsaraku dan pelanggaranku (demikian sebagian orang membacanya), permasalahanku dan dosaku, yang mendatangkan permasalahanku itu atas diriku. Inilah ipuh dan racun di dalam sengsara dan pengembaraan. Dosalah yang membuat cawan penderitaan menjadi cawan yang pahit. Jiwaku selalu teringat akan hal itu. Para tawanan di Babel terus-menerus mengingat segala kesengsaraan saat Yerusalem dikepung, dan api serta kehancuran Yerusalem masih ada di pelupuk mata mereka, dan mereka menangis apabila mereka mengingat Sion. Bahkan, mereka tidak pernah bisa melupakan Yerusalem (Mzm. 137:1, 5). Jiwaku, karena selalu teringat akan hal itu, tertekan dalam diriku, tidak hanya tertekan akibat masalah itu, tetapi juga tertekan dalam kepahitan karena dosa. Perhatikanlah, sudah sepatutnya hati kita merendah di bawah pemeliharaan-pemeliharaan ilahi yang merendahkan, dan kembali lagi merendah dan bertobat karena dosa, setiap kali kita mengingat segala penderitaan dan kesengsaraan kita. Demikianlah kita bisa memperoleh kebaikan dari hajaran-hajaran yang dulu, dan mencegah hajaran-hajaran yang lebih jauh.
SH: Rat 3:1-20 - Bagaimana memandang hidup (Senin, 13 Desember 2010) Bagaimana memandang hidup
Saat melihat bagian yang kita baca hari ini, dalam stanza yang masing-masing terdiri dari tiga ayat (1-3, 4-6, dst.; bnd. "...
Bagaimana memandang hidup
Saat melihat bagian yang kita baca hari ini, dalam stanza yang masing-masing terdiri dari tiga ayat (1-3, 4-6, dst.; bnd. "Pengantar Kitab Ratapan") kita akan menemukan bahwa dari stanza ke stanza Yeremia membawa kita menghayati pergumulan yang bertubi-tubi, semakin lama semakin memilukan. Diawali dari kesulitan yang dilihat dan dialami secara eksternal (1-3), lalu mulai masuk ke dalam tubuh dan ditambah dengan pembatasan fisik (4-6), hingga isolasi fisik yang semakin meningkat (7-9).
Di ayat 10-12 Tuhan sendiri digambarkan begitu buas dan ganas serta menjadikan Yeremia sebagai mangsanya. Ayat 13-15 membawa Yeremia dari keadaan yang terpuruk dan mengerikan dalam kesendirian sekonyong-konyong juga menjadi tontonan dan ejekan umum; penderitaan fisik dan mentalnya kini ditambah dengan beban sosial pula. Klimaks penderitaan ini digambarkan dengan begitu grafis di ayat 16-18: gigi yang remuk akibat dijejali makan kerikil, kebahagiaan yang tak bisa diingat lagi akibat penderitaan yang sangat berat untuk waktu lama, hingga tampaknya berharap kepada Tuhan pun tak ada gunanya lagi.
Orang yang merasa masa depannya kelam akan terus mengenang keindahan masa lalunya. Orang yang tercambuk dengan kelamnya masa lalu akan memimpikan masa depan yang lebih baik. Namun ketika masa lalu dan masa depan sama kelamnya, maka hidup akan terasa seperti penjara di mana orang bahkan tidak bisa memalingkan muka dari kepedihan hidup. Ya, kata Yeremia, hidup bahkan terasa begitu pahit dan getir seperti empedu dan racun (bnd. ayat 19-20).
Yeremia menempatkan dirinya berempati mewakili bangsa Israel. Ia menunjukkan kepada kita bahwa jika kita hidup di hadapan Tuhan maka kesadaran tentang siapa kita di hadapan Tuhan akan bertumbuh. Tugas selanjutnya adalah menyodorkan kepekaan itu kepada sesama umat Tuhan sehingga mereka pun dapat menghadapi realitas pahit-manis kehidupan dengan jujur di hadapan Tuhan, apa adanya.
SH: Rat 3:1-20 - Penderitaan karena dosa (Minggu, 16 Maret 2014) Penderitaan karena dosa
Ratapan 3 yang panjang ini memuat pergumulan umat yang dipersonifikasi kepada satu orang saja. Ada penafsir yang setuju bahwa...
Penderitaan karena dosa
Ratapan 3 yang panjang ini memuat pergumulan umat yang dipersonifikasi kepada satu orang saja. Ada penafsir yang setuju bahwa si "aku" di sini ialah Nabi Yeremia. Kitab Nabi Yeremia memang mengungkapkan bagaimana Nabi Yeremia mengidentifikasikan dirinya dengan umat Allah yang sedang menerima murka Allah!
Bagian pertama Ratapan 3 berisikan keluhan karena tangan Tuhan yang menekan dirinya (1-20). Kita tidak menemukan urutan yang logis dalam pemaparan peratap akan apa yang Tuhan lakukan pada dirinya. Ini tidak mengherankan karena keluhan ini keluar dari hati yang tertekan. Apa yang dirasakan itulah yang diluapkan lewat puisi ratapan ini. Penderitaan peratap bagaikan sakit penyakit yang mendera tubuhnya (4, 15-16). Ia terpenjara dan tidak bisa pergi ke mana-mana (5-7, 9). Ia selalu ketakutan akan disergap musuh/binatang buas (10), rasa sakit di dalam hati (13), rasa malu karena menjadi bahan tertawaan orang lain (14, 18), dst. Singkat kata, seperti orang yang sedang demam, tidak ada yang bagian tubuh yang terasa nyaman, semua terasa sakit. Serba salah, duduk salah, berdiri salah, bahkan berbaring pun tidak nyaman! Semua hal ini membawa peratap pada keadaan terpojok, buntu, dan tidak berdaya (2, 6). Upaya memanggil Tuhan pun bagai asap yang lenyap dihembuskan angin (8).
Pergumulan peratap, yang mewakili pergumulan umat yang sedang menerima hukuman Tuhan, juga merupakan pergumulan anak-anak Tuhan yang menghadapi disiplin Tuhan karena bermain-main dengan dosa. Naikkan syukur kepada Allah, karena di dalam Kristus, ada kelepasan. Penebusan-Nya memastikan disiplin Allah tidak akan membinasakan. Ia mendisiplin kita seperti ayah yang sayang kepada anak-anak-Nya. Oleh karena itu, cepatlah bertobat dan bersedia dibentuk menjadi serupa Kristus!
SH: Rat 3:1-24 - Fokuslah pada Tuhan (Minggu, 26 November 2017) Fokuslah pada Tuhan
Secara keseluruhan syair lagu dalam pasal 3 ini agak berbeda dengan pasal satu dan dua. Di sini kata Yerusalem hampir tidak muncu...
Fokuslah pada Tuhan
Secara keseluruhan syair lagu dalam pasal 3 ini agak berbeda dengan pasal satu dan dua. Di sini kata Yerusalem hampir tidak muncul. Pasal tiga ini berisi ratapan yang sifatnya perorangan. Karena itu ayat 1 diawali dengan "Akulah orang yang melihat sengsara...." Sedangkan ayat 2 berbunyi, "Ia menghalau dan membawa aku...." Melalui ayat-ayat tersebut, Yeremia menyatakan apa yang dilihat, dialami, dan dirasakannya sebagai bagian dari umat yang menderita pada saat itu.
Yeremia mengatakan bahwa penderitaan yang dialami bangsa Israel membuat mereka lupa apa itu kebahagiaan (17). Berbagai ratapan tersebut menunjukkan betapa dahsyatnya penderitaan mereka di bawah penjajahan bangsa Babel. Semuanya terasa lama dan membuat hati sangat pedih. Bahkan mereka pun sempat mengalami krisis iman (18). Meskipun demikian, Yeremia berusaha tidak memfokuskan dirinya pada aniaya, cemoohan, dan penderitaan yang dirasakannya. Ia memilih mengarahkan hati dan pikirannya kepada Tuhan (21). Ia berusaha menggali dan membangkitkan kembali puing-puing iman yang masih ada dalam dirinya. Akhirnya ia menemukan janji Allah, yakni kasih setia Tuhan tak pernah berkesudahan, rahmat-Nya tidak akan ada habisnya dan selalu baru setiap pagi.
Yeremia yakin bahwa semua derita akan berlalu. Tuhan pasti memiliki rencana bagi umat-Nya. Dia telah memilih Israel sebagai kepunyaan-Nya. Keyakinan akan janji Tuhan inilah yang memampukannya tidak putus asa, namun hidup dalam pengharapan. Di tengah derita yang dialaminya, ia berusaha untuk tidak meragukan kasih setia Tuhan. Ia belajar percaya dan berharap hanya kepada Tuhan.
Sering kali kita lebih fokus pada penderitaan dan berbagai hal negatif yang muncul dalam hati dan pikiran kita. Saat ini, marilah kita memohon agar Tuhan mengampuni pelanggaran kita dan menolong kita untuk bisa fokus kepada-Nya. Percaya atas kasih dan janji-Nya untuk tidak melihat ke belakang karena kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. [MH]
SH: Rat 3:1-24 - Mengingat Kebaikan Tuhan (Minggu, 16 April 2023) Mengingat Kebaikan Tuhan
Kata-kata Nabi Yeremia belum habis untuk melukiskan penderitaan bangsa Yehuda. Kali ini ia mengarahkan pandangan ke balik pa...
Mengingat Kebaikan Tuhan
Kata-kata Nabi Yeremia belum habis untuk melukiskan penderitaan bangsa Yehuda. Kali ini ia mengarahkan pandangan ke balik panggung sejarah untuk melihat bahwa yang mengatur itu semua adalah Allah.
Hampir semua kalimat dari ayat 2 hingga ayat 16 memiliki kata Allah ("Ia") sebagai subjeknya. Ialah yang memerintahkan pengepungan atas Yerusalem sehingga kota itu terjebak dalam kegelapan dan kelaparan (2-6). Tak ada jalan keluar sebab musuh berjaga di luar; tak ada seorang pun yang sanggup melepaskan diri. Bahkan, Tuhan sendiri menutup telinga terhadap doa mereka (7-9). Akibatnya, umat Tuhan menjadi olok-olok dunia, sementara mereka sendiri menderita dalam kepahitan dan kesengsaraan (14-17).
Seperti anak bungsu yang mengenang kebaikan bapanya saat ia jatuh miskin (Luk. 15:11-24), di dalam penderitaan dan kesepian bangsa Yehuda, Yeremia hendak mengenang kebaikan Tuhan (22-24). Kasih setia-Nya tak berkesudahan. Kenangan itu membangkitkan harapan untuk kembali kepada Tuhan.
Kadang kita baru belajar menghargai sesuatu setelah kita mengalami kehilangan. Hal itu memang memalukan, tetapi begitulah kenyataannya.
Tentu, situasinya tidak selamanya selalu demikian. Kita tidak harus menunggu sampai ditimpa masalah untuk mengingat kebaikan Tuhan. Sesungguhnya, mengingat adalah pekerjaan yang mudah dilakukan-kapan pun dan di mana pun. Sesering kita mengingat kebaikan Tuhan, sesering itu pula kita dapat menaikkan syukur kepada-Nya: "Terima kasih atas kasih setia-Mu, Tuhan."
Bacaan hari ini menantang kita untuk selalu mengingat kebaikan Tuhan. Kenangan akan kasih-Nya mungkin tidak langsung membersihkan kita dari dosa, tetapi dapat menghindarkan kita dari kesombongan atau kebiasaan mengasihani diri sendiri.
Dapatkah Anda mengingat lima saja kebaikan Tuhan pada hari ini? Bagaimana kalau sepuluh, dua puluh, tiga puluh, dan seterusnya? Marilah kita menjadi umat yang terbiasa mengingat kebaikan Tuhan. [PHM]
Topik Teologia -> Rat 3:8
Topik Teologia: Rat 3:8 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan dan Manusia Dunia
Pemeliharaan Allah di Dalam Keberadaan Manusia
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan dan Manusia Dunia
- Pemeliharaan Allah di Dalam Keberadaan Manusia
- Pemeliharaan dan Penderitaan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Halangan-halangan pada Doa
- Ketidaktaatan Menghalangi Doa
TFTWMS -> Rat 3:2-13
TFTWMS: Rat 3:2-13 - Penyebab (di Mata Nabi Itu PENYEBAB (DI MATA NABI ITU) BAGI PENDERITAANNYA (Ratapan 3:2-13)
Ia menghalau dan membawa aku Ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya. Sesungguhn...
PENYEBAB (DI MATA NABI ITU) BAGI PENDERITAANNYA (Ratapan 3:2-13)
Ia menghalau dan membawa aku Ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya. Sesungguhnya, aku dipukul-Nya berulang-ulang Dengan tangan-Nya sepanjang hari. Ia menyusutkan dagingku dan kulitku, Tulang-tulangku dipatahkan-Nya. Ia mendirikan tembok sekelilingku, Mengelilingi aku dengan kesedihan dan kesusahan. Ia menempatkan aku di dalam gelap Seperti orang yang sudah lama mati. Ia menutup segala jalan ke luar bagiku, Ia mengikat aku dengan rantai yang berat. Walaupun aku memanggil-manggil dan berteriak minta tolong, Tak didengarkan-Nya doaku. Ia merintangi jalan-jalanku dengan batu pahat, Dan menjadikannya tidak terlalui. Laksana beruang Ia menghadang aku, Laksana singa dalam tempat persembunyian. Ia membelokkan jalan-jalanku, Merobek-robek aku dan membuat aku tertegun. Ia membidikkan panah-Nya, Menjadikan aku sasaran anak panah. Ia menyusupkan ke dalam hatiku Segala anak panah dari tabung-Nya (3:2-13).
Ketika nabi itu melihat keadaan yang mengkonfrontasi dia, ia menyadari jenis Allah yang ia layani.
• Allah yang marah—Kemalangan itu timbul disebabkan oleh "cambuk murka-Nya"3(3:1b). Penulis itu mengatakan bahwa ia telah melihat murka Allah. Pernyataan seperti yang dicatat dalam Yeremia 15:14, 17:4, 21:5, 25:7, dan 32:37 membuat sangat jelas kepada nabi itu bahwa Allah marah terhadap Yehuda. Hal itu menjelaskan mengapa Yeremia melihat pelbagai kesengsaraan ini. Meski pastinya mengerikan melihat bencana terjadi di sekitar kita, namun kita harus ingat bahwa orang—termasuk Allah— dapat marah namun tidak berbuat dosa (lihat Markus 3:5; Efesus 4:26).
• Allah yang menuntut—Nabi itu berkata, "Ia menghalau dan membawa aku ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya"4(3:2). Acuan kepada "kegelapan" menceritakan kisah tentang kegelisahan batin yang merupakan bagian dari kehidupan Yeremia dari hari ke hari. Ia menyampaikan pesan tentang teror dan ketakutan, penghakiman Yehovah atas Yehuda. Ia tidak mengerti secara jelas, tapi Allah akan mengutus dia—nyatanya, mendorong dia—ke luar untuk menyampaikan pesan lain tentang malapetaka, yang tidak akan dihormati oleh kaum itu (Yeremia 7:27, 28; 17:15-18; 18:18-23). Sungguh saat yang membingungkan ketika seorang pengkhotbah menyajikan kebenaran namun tidak dimengerti secara jelas, terutama ketika para pendengar bereaksi dengan rasa dendam ketimbang rasa hormat. (Lihat Kisah 2:39, 40; 10:34-48; 11:1-17; Galatia 2:11-18).
• Allah yang mengarahkan—"Sesungguhnya, aku dipukul-Nya5berulang-ulang dengan tangan-Nya sepanjang hari" (3:3). Seperti Bapa yang penuh kasih, Allah mengawasi Yeremia, mendengarkan keluhannya dan membuat tuntutan seperlunya untuk perkembangannya (lihat Yeremia 15:15-21; 20:7-13; 1 Petrus 1:6-9).
• Allah yang berat secara fisik—Allah telah membolehkan Yeremia untuk "menyusut"6(3:4). Ia tidak pernah menjanjikan Yeremia bahwa tugasnya akan mudah, tapi Ia berjanji untuk membebaskan nabi itu dan membuat dirinya setara dengan tugasnya (Yeremia 1:7-10, 17-19). Pertimbangkanlah kekerasan dari tekanan nubuat selama empat puluh tahun lebih di negara yang runtuh itu, di mana setiap hari pesannya ditolak. Mengatakan bahwa Yeremia menyusut, atau digunakan sepenuhnya, pastinya merupakan suatu liputan yang halus tentang saat-saat pencobaan yang ia alami.
• Allah yang menekankan penugasan—" Ia mendirikan tembok sekelilingku, mengelilingi aku dengan kesedihan dan kesusahan"7(3:5). Istilah ini, berdasarkan definisi, menyurvei pelayanan melelahkan yang Yeremia lakukan. Doa-doanya tampak sia-sia (Yeremia 11:11, 14; 14:11); Ia lelah dalam pelbagai upaya yang sia-sia (Yeremia 18:19-23). Meski lelah, ia dengan sabar bekerja di tengah-tengah kaum Yehuda yang tidak beriman (Yeremia 25:2-4; 38:14, 15; 40:1-6). Ironisnya, jika ia berhenti bicara untuk Tuhan, ia mulai bosan menyimpan pesan itu dalam dirinya (Yeremia 20:9). Sedikit kelegaan dapat ditemukan untuk pemberita pesan Allah yang berdedikasi ini!
• Allah yang mengisolasi—"Ia menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati" (3:6). Gambaran ini mengidentifikasi situasi di mana nasihat atau dorongan telah ditarik. Tangisan Yeremia, "Aku duduk sendirian" (15:17), menyampai- kan kesepian dan penderitaan karena penolakan. Perhatikanlah dalam nas itu bahwa, pada saat ini, ia menyalahkan Allah!
Pergumulan Serupa Yang Digambarkan Dalam Ratapan 3 & Yeremia 1-20
Ratapan
3:7—"Ia menutup segala jalan ke luar bagiku.…"
3: 8—"… tak didengarkan-Nya doaku."
3:14—"Aku menjadi tertawaan.…"
3:18—"Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada TUHAN."
3:27—"Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya."
3:30—"Biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya…. "
3:40—"Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN."
3:49—"Air mataku terus-menerus bercucuran, dengan tak henti-hentinya."
3:53—"Mereka melemparkan aku hidup-hidup dalam lobang…."
3:64—"Engkau akan mengadakan pembalasan terhadap mereka, ya TUHAN, menurut perbuatan tangan mereka."
Ratapan Yeremia
15:17—"… Aku duduk sendirian…."
7:16; 11:14; 14:11—"… janganlah sampaikan … doa untuk mereka …"
20:7c—"Aku telah menjadi tertawaan…."
15:18—"Mengapakah … lukaku … sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai?"
1:6 "Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda."
20:2—"Pasyhur memukul nabi Yeremia.…"
15:19—"Karena itu beginilah jawab TUHAN: "Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau.…"
9:1—"Sekiranya kepalaku penuh air, dan mataku jadi pancuran air mata, maka siang malam aku akan menangisi…. "
38:6—"Maka mereka mengambil Yeremia dan memasukkannya ke dalam perigi…." (18:20—"mereka telah menggali pelubang untuk aku.…")
20:11—"Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa.…"
• Allah yang mensyaratkan beban (3:7). Karena dikurung, nabi itu tidak melihat ada jalan keluar. Seperti orang yang dibelenggu dalam sel, ia merasakan belenggunya itu berat. Istilah yang digunakan di sini mengacu kepada apa yang memberatkan, menyusahkan, sulit, dan menyedihkan.8Istilah itu menunjukkan ide tentang mengenakan kuk, yang benar-benar telah Yeremia kenakan atas perintah Tuhan (Yeremia 27:2-8; 28:2-17).
• Allah yang melatih doa (3:8)—Pengakuan nabi itu adalah bahwa Allah "tak [mendengar] doaku" Jelas terlihat bahwa kasih Yeremia bagi kaum itu sering dinyatakan kepada Allah (lihat 7:16; 11:14; 14:11; 18:20). Karena memiliki ikatan emosional semacam itu dengan mereka, maka ia dalam bahaya mengikuti pola pikir dan perilaku mereka (lihat Yeremia 15:19). Allah tahu bahwa itu tidak boleh terjadi. Kelemahan dan kecenderungan kita adalah tunduk kepada pelbagai pencobaan yang bodoh. Ini menjelaskan mengapa, berabad-abad kemudian, para rasul memohon, "Tuhan, ajarlah kami berdoa" (Lukas 11:1-13). Ia tahu bagaimana kita harus berdoa. (Baca Lukas 18:1-14; Filipi 4:6, 7; 1 Tesalonika 5:17, 18; Yakobus 4:1-3).
• Allah yang menantang—"Ia merintangi9jalan-jalanku … dan menjadikannya tidak terlalui" (3:9). Pelajaran apakah yang terdapat di sini untuk Yeremia, dan untuk kita! Allah menghalangi nabi itu melakukan pernikahan, pertemuan sosial, dan bahkan perkabungan (Yeremia 16:1-9; lihat Matius 8:21, 22). Perkawinan, kematian, dan beberapa pertemuan sosial yang bodoh membuat beberapa orang menjauh dari Allah daripada berjalan ke arah Dia dan bersama Dia. Beberapa orang telah bergegas ke dalam pernikahan hanya untuk kehilangan jiwa mereka. Pernikahan berasal dari Allah dan dapat menjadi sangat baik (Amsal 19:14; Efesus 5:22-33), dan pergi ke rumah duka dalam beberapa kasus mungkin menjadi jalan yang lebih baik (Pengkhotbah 7:2-4). Apa yang tampak seperti kontradiksi dalam nas-nas ini malah menekankan bahwa manusia terlalu sering mengejar jalan yang salah. Itulah sebabnya kita membutuhkan Allah untuk menghalangi beberapa jalan kita, membatalkan beberapa keputusan kita, dan menolak beberapa keinginan kita. Ketika Ia melakukan hal itu, kita mungkin mengira bahwa Ia sedang memutarbalikkan, atau membelokkan, jalan kita (lihat Yeremia 10:23; Amsal 14:12; 1 Korintus 10:13; 1 Petrus 5:5-7; Mazmur 119:9-11, 105).
• Allah yang berkuasa untuk menyesuaikan—"… Ia membelokkan jalan-jalanku, … dan membuat aku tertegun"10(3:10, 11). Gagasan tentang kuasa digambarkan dalam beruang yang bersembunyi dan singa yang menyendiri, figur-figur yang menunjukkan gangguan tak terduga yang tidak dapat diabaikan yang masuk ke dalam kehidupan seseorang. Pekerjaan yang Allah tugaskan kepada Yeremia meninggalkan dia bersama emosi yang tercabik, terabaikan dan tertegun (Yeremia 9:1, 2; 15:10; 18:19-22; 20:7-9).
• Allah yang bekerja dalam batin—Nabi itu telah, secara kiasan, melihat panah Allah menyusup "ke dalam hati[nya]"11(3:12, 13). Ungkapan ini menunjukkan ketertarikan Allah yang mendalam terhadap jiwa dan roh kita (lihat 1 Tesalonika 5:23). Ia adalah Bapa roh kita (lihat Pengkhotbah 12:7; Ibrani 12:9). Namun begitu, sama seperti seorang anak yang mungkin bereaksi terhadap orang tua yang berusaha untuk membentuk karakternya, maka Yeremia juga menolak beberapa cara Allah untuk mendorong dia. Seperti yang belakangan ditunjukkan oleh pasal ini, pada akhirnya Yeremia memuji Allah, seperti seorang anak yang akhirnya mungkin memuji orang tuanya, karena membantu dia untuk tumbuh ke arah Dia dengan pengertian yang lebih luas (lihat 3:19-24).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul k...
Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:
- (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
- (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
- (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1--44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk
- (1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
- (2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
- (3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh. "Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini
atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survai
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
- (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
- (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
- (1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
- (2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
- (3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
- (4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
- (5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).
Full Life: Ratapan (Garis Besar) Garis Besar
I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22)
A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7)...
Garis Besar
- I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22) - A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7) - B. Penyebab Kebinasaan Kota Itu
(Rat 1:8-11) - C. Penderitaan Penduduk Kota Itu
(Rat 1:12-22) - II. Murka Allah dan Kesedihan Yerusalem
(Rat 2:1-22) - A. Murka Allah Terhadap Sion
(Rat 2:1-9) - B. Penderitaan Berat Penduduk Yerusalem
(Rat 2:10-17) - C. Permohonan Nabi akan Belas Kasihan
(Rat 2:18-22) - III.Umat Allah yang Tersiksa dan Harapan Mereka
(Rat 3:1-66) - A. Seruan Keputusasaan
(Rat 3:1-18) - B. Pengakuan Adanya Pengharapan
(Rat 3:19-39) - C. Panggilan untuk Bertobat
(Rat 3:40-42) - D. Penderitaan Sang Nabi
(Rat 3:43-54) - E. Doa Sang Nabi
(Rat 3:55-66) - IV. Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan Sion
(Rat 4:1-22) - A. Perbandingan Masa Lalu dan Masa Kini Sion
(Rat 4:1-12) - B. Penyebab Sion Dihancurkan
(Rat 4:13-20) - C. Hukuman bagi Edom dan Pemulihan Yehuda
(Rat 4:21-22) - V. Doa Memohon Pemulihan
(Rat 5:1-22) - A. Kebutuhan akan Pengampunan
(Rat 5:1-15) - B. Pengakuan Dosa
(Rat 5:16-18) - C. Permohonan untuk Pemulihan
(Rat 5:19-22)
Matthew Henry: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tert...
- Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tertawa, dan pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, maka alangkah baiknya jika kita membaca dan merenungkan pasal-pasal yang memilukan dari kitab ini, bukan hanya dengan rela hati, tetapi juga dengan harapan untuk membangun diri kita sendiri olehnya. Dan, supaya kita dapat melakukan ini, kita harus mempersiapkan diri kita supaya boleh turut bersedih dengan hati yang kudus dan ikut menangis bersama sang nabi yang menangis. Marilah kita renungkan,
- I. Judul kitab ini. Dalam bahasa Ibrani, kitab ini memiliki satu judul, tetapi disebut (seperti kitab-kitab Musa) berdasarkan kata yang pertama, Ecah GÇô Bagaimana. Tetapi para penafsir Yahudi menyebut judul tersebut, seperti orang-orang Yunani, dan kita mengikuti mereka, Kinoth GÇô Ratapan (-ratapan). Sama seperti kita mempunyai syair-syair atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan sukacita, demikian pula kita mempunyai sajak-sajak atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan ratapan. Sedemikian beragamnya cara-cara yang dipakai oleh sang Hikmat Tak Terbatas untuk bekerja pada diri kita dan menggugah perasaan-perasaan kita, supaya Ia bisa melembutkan hati kita dan menanamkan hati itu dengan kebenaran-kebenaran ilahi, seperti layaknya lilin meterai. Kami tidak hanya sudah meniup seruling bagimu, tetapi juga sudah menyanyikan kidung duka (Mat. 11:17).
- II. Penulis kitab ini. Penulisnya Yeremia sang nabi, yang di sini menjadi Yeremia sang penyair. Jadi ia nabi sekaligus penyair. Oleh karena itulah kitab ini pantas ditempatkan setelah kitab nubuatnya, dan seperti menjadi lampiran untuk nubuatnya itu. Dalam kitab nubuatnya kita sebagian besar mendapati nubuat-nubuat tentang kehancuran Yehuda dan Yerusalem, dan kemudian sejarah tentang keduanya, untuk menunjukkan betapa nubuat-nubuat itu digenapi dengan tepat, untuk meneguhkan iman kita. Sekarang dalam kitab ini kita mendapati ungkapan-ungkapan dukacita sang nabi atas peristiwa-peristiwa itu, untuk menunjukkan betapa ia sangat tulus dalam pernyataan-pernyataan yang sering kali dibuatnya bahwa ia tidak menginginkan hari celaka, tetapi bahwa, sebaliknya, penglihatan akan hari itu justru memenuhi dirinya dengan kepahitan. Ketika ia melihat malapetaka-malapetaka ini dari kejauhan, ia berharap sekiranya kepalanya penuh air dan matanya jadi pancuran air mata. Dan, ketika malapetaka-malapetaka itu datang, ia memperlihatkan bahwa ia tidak menutup-nutupi keinginan itu, dan bahwa ia sama sekali tidak membenci negerinya, yang merupakan kejahatan yang dituduhkan kepadanya oleh musuh-musuhnya. Negerinya sudah berlaku sangat jahat terhadapnya, dan kehancurannya merupakan bukti bahwa ia adalah nabi yang benar, dan sekaligus menjadi penghukuman terhadap mereka karena menganiaya dia yang dituduh sebagai nabi palsu. Bisa saja ia tergoda untuk bersorak-sorai atas kehancuran negeri itu, namun ia meratapinya dengan sedih. Dan dalam hal ini ia menunjukkan perangai yang lebih baik daripada perangai Yunus berkenaan dengan Niniwe.
- III. Terjadinya Ratapan-ratapan ini. Ratapan-ratapan ini timbul karena terjadinya kehancuran Yehuda dan Yerusalem oleh tentara Kasdim dan bubarnya pemerintahan Yahudi, baik masyarakat maupun jemaat, sebagai akibat kehancuran itu. Sebagian dari rabi-rabi beranggapan Ratapan-ratapan ini dituliskan Yeremia oleh karena kematian Yosia, yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 35:25. Tetapi, meskipun benar bahwa kematian Yosia itu membukakan pintu bagi semua malapetaka yang mengikutinya, namun Ratapan-ratapan ini tampak dituliskan ketika Yeremia melihat langsung, dan bukan ketika ia mendapat penglihatan tentang, malapetaka-malapetaka itu. Jadi ratapan ditulis ketika malapetaka-malapetaka itu sudah datang, dan bukan ketika masih jauh. Dan dalam ratapan-ratapan ini tidak ada ditujukan sesuatu tentang Yosia, dan pujian terhadapnya, seperti yang pasti harus ada bila ratapan-ratapan itu memang untuk dia. Tidak, pemakaman Yerusalemlah yang menjadi pokok bahasan sajak ini. Sebagian rabi lain berpendapat bahwa Ratapan-ratapan ini termuat dalam gulungan kitab yang ditulis Barukh dari mulut Yeremia, dan yang dibakar Yoyakim. Dan mereka mengemukakan bahwa pada awalnya dalam kitab ini hanya ada pasal 1, 2, dan 4, tetapi bahwa dalam pasal 3 dan 5 ada banyak perkataan seperti itu yang kemudian ditambahkan. Tetapi pendapat ini hanyalah angan-angan yang tidak berdasar. Gulungan kitab itu dengan tegas dikatakan sebagai pengulangan dan ringkasan dari khotbah-khotbah sang nabi (Yer. 36:2).
- IV. Penyusunan ini. Penyusunannya tidak hanya bersifat puitis, tetapi juga menurut urutan abjad, semuanya kecuali pasal 5, seperti halnya beberapa mazmur Daud. Setiap ayat dimulai dengan huruf dalam urutan abjad Ibrani, pertama alef, kedua beth, dst. Tetapi pasal 3 adalah abjad rangkap tiga, tiga ayat pertama dimulai dengan alef, tiga ayat berikutnya dimulai dengan beth, dst. Hal ini membantu ingatan (karena lagu-lagu pendek yang memilukan ini dimaksudkan untuk dihafal) dan penulisannya elok menurut penilaian pada waktu itu, dan karena itu tidak boleh dipandang rendah sekarang. Mereka mencermati bahwa dalam pasal 2, 3, dan 4, huruf pe ditempatkan sebelum ain, yang dalam semua abjad Ibrani seharusnya ditempatkan sesudahnya. Untuk alasan itu, Dr. Lightfoot menawarkan dugaan ini, bahwa huruf ain, yang merupakan huruf bilangan untuk Septuaginta (LXX; Alkitab terjemahan bahasa Yunani GÇô pen.), dengan ditaruh di tempat yang salah seperti itu, menjadi menakjubkan, untuk mengingatkan mereka akan tujuh puluh tahun yang pada akhirnya Allah akan memulihkan pembuangan mereka.
- V. Kegunaannya. Kegunaanya sangat besar, tidak diragukan lagi, bagi orang-orang Yahudi yang saleh dalam penderitaan-penderitaan mereka. Kitab ini melengkapi mereka dengan bahasa rohani untuk mengungkapkan kesedihan alami mereka, membantu melestarikan ingatan yang tetap segar akan Sion di antara mereka, dan anak-anak mereka yang tidak pernah melihatnya, ketika mereka berada di Babel. Hal ini bisa mengarahkan air mata mereka kepada saluran yang tepat (sebab di sini mereka diajar untuk berduka atas dosa dan berduka kepada Allah). Bersamaan dengan itu, kitab ini mendorong harapan-harapan mereka bahwa Allah masih akan kembali dan berbelas kasihan terhadap mereka. Dan kitab ini berguna bagi kita, untuk membuat kita tergerak dengan dukacita menurut kehendak Allah atas malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat Allah, seperti yang sepatutnya dirasakan oleh orang-orang yang merupakan anggota-anggota jemaat Allah yang giat, dan yang menetapkan hati untuk ambil bagian bersama jemaat.
Jerusalem: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk ...
RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk "lima gulungan" yaitu "megillot" yang dibacakan pada hari-hari Yahudi. Dalam Alkitab Yunani ddan Vulgata, kitab Ratapan menyusul kitab Yeremia dan diberi judul yang menunjukkan Yeremia sebagai pengarangnya. Tradisi yang menganggap Yeremia sebagai pengarang kitab Ratapan berlandaskan 2Taw 35;25 dan didukung isi sajak-sajak itu, yang memang bersesuaian dengan keadaan di zaman Yeremia. Namun tradisi ini tidak dapat dipertahankan. Yeremia, sejauh kita mengenalnya dari nubuat-nubuat yang pasti berasal dari padanya, tidak mungkin berkata, bahwa "nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu", Yer 2:9. Tidak mungkin juga, bahwa Yeremia memuji Zedekia, Yer 4:20, atau mengharapkan bantuan dari Mesir, Yer 4:17. Bakat Yeremia yang sangat spontan sulit disesuaikan dengan gaya kitab Ratapan yang bercirikan bahasa kaum terpelajar. Empat sajak pertama kitab Ratapan digubah menurut abjad. Artinya: masing-masing bait mulai dengan salah satu huruf menurut urutannya dalam abjad. Bait kelima berjumlah tepat 22 ayat, yaitu sesuai dengan jumlah huruf abjad Ibrani.
Bab 1, 2 dan 4 kitab Ratapan termasuk jenis sastera lagu-lagu pengubahan. Bab 3 adalah sebuah lagu ratapan perorangan. Bab 5 adalah lagu ratapan umum. (Bab ini dalam bahasa Latin berjudul "Doa Yeremia"). Kitab Ratapan agaknya digubah di Palestina, sesudah kota Yeremia jatuh ke dalam tangan Nebukadnezar, pada thn. 587. Kitab ini kiranya seorang pengarang saja, yang mengungkapkan, rasa duka- cita kota Yerusalem serta penduduknya, dengan kota-kota yang sangat memilukan hati. Walaupun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal hati yang mendalam. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan berharga untuk segala zaman. Orang-orang Yahudi melagukan kitab Ratapan pada hari puasa (besar), yang memperingati kehancuran Bait Suci. Liturgi Gereja katolik memanfaatkan kitab ini dalam Pekan Suci yaitu di masa renungan mengenai drama yang pernah berlangsung di gunung Kalvari.
BARUKH
Kitab Barukh termasuk kitab-kitab deuterokanonika, yang tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani (LXX) menempatkan kitab ini antara kitab Yeremia dan kitab Ratapan. Dalam terjemahan Latin, Vulgata, kitab Barukh menyusul kitab Ratapan. Menurut kata pendahuluan, Bar 1:1-14, kitab ini dikarang oleh Barukh, juru tulis nabi Yeremia, di Babel sesudah orang-orang Yahudi diangkat ke pembuangan Kitab ini dikirim ke kota Yerusalem untuk dibicarakan dalam upacara- upacara ibadat. Isi kitab Barukh terdiri atas: sebuah doa pengakuan dosa dan harapan Bar 1:15-3:8, sebuah sajak kebijaksanaan, Bar 3:9-4:4, di mana pengarang menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, dan sebuah nubuat, Bar 4:5- 5:9; dalam bagian terakhir ini Yerusalem dipribadikan dan berkata-kata kepada kaum buangan, sedangkan nabi memberi hati dengan mengingatkan zaman Mesias.
Kata pendahuluan kitab Barukh aslinya ditulis langsung dalam bahasa Yunani. Doa yang tercantum dalam Bar 1:15-3:8, yang mengembangkan doa yang terdapat dalam Dan 9:4-19, aslinya pasti dikarang dalam bahasa Ibrani. Mungkin sekali kedua bagian kitab Barukh berikut juga aslinya dikarang dalam bahasa yang sama. Seluruh kitab agaknya digubah di pertengahan abad ke-1 seb. Mas.
Dalam Alkitab Yunani (LXX) kitab Barukh dipisahkah dari kitab Surat Yeremia padahal Vulgata menyatukan Surat Yeremia dengan kitab Barukh, bab 6, dan memberi kepadanya judul tersendiri.
Surat Yeremia adalah suatu urauan yang menyerang pemujaan berhala. Dengan gaya bahasa yang dangkal pengarangnya menguraikan beberapa pokok yang sudah digarap dalam Yer 10:1-16 dan Yes 44:9-20. Pemujaan berhala yang diserang ialah yang lazim di negeri Babel di zaman agak belakangan. Surat Yeremia yang aslinya mungkin dikarang dalam bahasa Ibrani itu berasal dari zaman Yunani. Tetapi tanggal penyusunannya tidak dapat dipastikan lebih jauh. 2Mak 2:1-3 barangkali menyinggung tulisan itu.
Di Qumran ditemukan sebuah kepingan suatu naskah Yunani Surat Yeremia. Menurut ilmu paleografi kepingan itu berasal dari sekitar thn. 100 seb. Mas.
Nilai utama kumpulan tulisan-tulisan yang dihubungkan dengan Barukh itu ialah: ia memperkenalkan kepada kita kehidupan jemaat Yahudi di perantauan. Kita mendapat tahu, bahwa hidup keagamaan jemaat itu dipupuk oleh hubungan erat dengan kota Yerusalem oleh doa, rasa hormat keagamaan terhadap hukum Taurat, semangat balas dendam kepada musuh dan impian tentang zaman Mesias kelak. Bersama dengan kitab Ratapan tulisan-tulisan itu memberi kesaksian, bahwa diri Yeremia telah dikenang. Sebab kitab Ratapan dan kitab Barukh dihubungkan dengan Yeremia dan muridnya, Barukh. Diri Barukh masih lama dikenang juga. Sebab dalam abad ke-2 Mas. ada dua Apokalips yang dikatakan karangan Barukh, yang satu berbahasa Yunani dan yang lain berbahasa Siria (ada yang beberapa kepingan sebuah terjemahan Yunani).
Ende: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2
Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentatione...
RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2 Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentationes" dan nama Junani "Threnoi". Dalam Kitab sutji Hibrani kitab itu tidak mempunjai nama sendiri dan disebut dengan kata permulaan teksnja, jaitu "ekah"(Aduh), seperti djuga kelima kitab Musa dinamakan menurut kata permulaannja. Namun demikianlah orang2 Jahudipun mengenal nama jang lain, jakni "Qinot", jang artinja djuga "Lagu Ratap". Tetapi nama ini kiranja dari waktu belakangan.
Namun "Lagu Ratap" itu dipilih karena dan sesuai sepenuhnja dengan isi kelima lagu, jang dikumpulkan dalam kitab tersebut. Sebab memang adalah "Lagu2 dukatjita", paling tidak dalam garis besarnja. Dewasa ini orangmembedakan 'lagu2 perkabungan' dan "lagu2 ratap". Dalam lagu perkabungan dilagukan kematian seseorang dan lagu2 matjam ini termasuk dalam upatjara penguburan. Didalamnja kebadjikan2 orang jang mati dipudji dan disesalkan kepergianja, jang dipandang sebagai achir jang definitif. Didalamnja tidak diutjapkan doa dan tidak terdengar harapan akan hidup lain yang lebih baik. Karena itu lagu2 perkabungan itu sedikit sekali atau se-kali2 tidak bertjorak keigamaan. Mula2 dimasudkan untuk orang2 tertentu, tetapi kemudian lagu2 perkabungan itu dialihkan kepada keruntuhan sesuatu bangsa atau kota, jang dengan sendirinja lalu diperorangkan. Kitab Sutji memelihara beberapa lagu perkabungan dari Israil djaman kuno (II Sjem. 1,18-17;3,33-34;JS 23,1-14;Jr 22,18). Nabi2 kadang menggunakan djenis kesusasteraan ini sebagai sindiran terhadap bangsa2 asing (Amos 5,2; Js. 14,4- 21; Jr.23,1-2; Jehesk. 26,15-16). Lagu2 ratap, entah perseorangan entah kolektif, mempunja tjorak lain. Didalam dilagukan malapetaka pribadi atau kolektif (sakit, kekalahan dalam perang dan sebagainja), dan lagu2 tersebut merupakan suatu doa kepada Allah didalam kesesakan. Dalam doa tersebut dikemukakan segala alasan, untuk mendesak Tuhan kepada belaskasihan dan pertolongan. Djadi, lagu2 tersebut mempunjai tjorak keigamaan jang lebih kuat daripada lagu2 perkabungan. Malapetaka, jang menimpa diri si penjanji (atau masjarakat), dilukiskan sedikit banjak setjara pandjang dengan rumus2 jang lazim. Karena itu sering sulitlah menentukan, dalam kesesakan mana si penjanji berada. Kitab Sutji, chususnja kitab mazmur, memelihara sedjumlah lagu2 ratap jang individuil dan kolektif. Dalam kitab "Lagu2 Ratap", kedua sastera itu bertjampur-aduk. Djelaslah, bahwa 1.2.4 adalah lagu perkabungan jangsesungguhnja tentang kehantjuran Jerusjalem, tetapi toh bertjampur dengan motif lagu ratap dan bertjorak keigamaan. Lagu 3 dan 5 lebih mirip lagu ratap, jang kolektif dalam 5 dan individuil dalam 3, walaupun dalam lagu 3 pun objeknja adalah suatu kolektivitas.
Kelima lagu kitab itu dituang dalam bentuk jang chas. Sebab semuanja lebih
kurang mengambil abdjad Hibrani sebagai dasar, walaupun masing2 agak lain
bentuknja. Lagu 1-4 adalah apa jang disebut acrosticon. Artinja sandjak itu
dibuat menurut abdjad begitu rupa, sehingga tiap2 bagian dimulai dengan huruf
berikutnja dalam abdjad. Lagu pertama dan kedua bersesuai dalam hal ini,
bahwasanja tiap2 bait terdiri atas tiga baris, dimulai dengan huruf berikutnja
dari abdjad, tetapi baris kedua dan ketiga dalam tiap2 bait dimulai dengan huruf
apapun. Perbedaan ketjil antara kedua lagu itu ialah bahwa urutan huruf abdjad
tidaklah sama, jakni 'ain-pe dan pe-'ain. Lagu keempat sama susunannja dengan
lagu kedua, tetapi dalam lagu keempat tiap2 huruf abdjad hanja mendapat dua
baris. Dalam lagu ketiga alfabetisme didjalankan palingdjauh. Sebab dalam lagu
ketiga bukan hanja tiap2 bait sadja dimulai dengan huruf berikutnja, tetapi
tiap2 baitpun mengulang huruf jang sama sampai tiga kali sebagai permulaan tiap2
baris. Dalam Kitab Sutji, chususnja dalam kitab mazmur
(9.10.25.34.37.111.112.119.145), tetapi djuga dalam kitab2 lainnja (
Dalam Kitab Sutji Hibrani Lagu2 ratap tertera dalam apa jang disebut "megillot", atau lima gulungan; jaitu tulisan2 ketjil (Rut, Ester, Pengch. Md.Ag.,Lg.Rt),jang dibatjakan pada perajaan2 tertentu didalam synagoga. Lagu2 Ratap diuntukkan hari puasa, guna memperingati djatuhnja Jerusjalem, tanggal 9 Ab (Agustus). Alasan liturgis itu agaknja alasan satu2nja jang sesungguhnja,jang menentukan tempatnja sekarang didalam kanon. Daripadanja tidak dapat ditarik kesimpulan satupun berkenaan dengan kitab itu sendiri. Dalam terdjemahan Junani dan Latin oleh karenanja djuga mendapat tempat jang berlainan sama sekali, jaitu dipertalikan dengan kitab Jeremia. Perbedaan jang tak begitu penting ialah, bahwa dalam terdjemahan Junani kitab itu terpisah dari kitab Jeremia oleh kitab Baruch, sednagkan dalam terdjemahan Latin tempatnja segera sesudah kitab Jeremia dan diikuti kitab Baruch tetapi gandingan antara Lagu2 Ratap dan Jeremia adalah begitu eratnja. sehingga pengarang2 Kristen Kuno sering mengutipnja dengan nama Jeremia sebagai sebagian dari kitabnja. Ada puloa saksi2 lama, jang mengatakan, bahwa kitab itu pada orang2 Jahudi mula2 termasuk pula dalam kitab Jeremia atau se-tidak2nja sangat erat gandingannja dengannja. Tempatnja jangsekarang didalam Kitab Sutji Hibrani agaknja bukan jang paling kuno.
Lama orang menerima begitu sadja, bahwa Jeremia adalah pengarang kitab itu. Baru
dalam abad ke 18 orang mulai menjangsikannja, kesangsian itu achirnja mendjadi
umum. Dalam naskah2 terdjemahan Junani kitab itu dengan tegas disebut dengan
nama Jeremia, sebagaimana djuga halnja dalam naskah2 terdjemahan Latin. namun
demikian, djudul kitab tersebut, walaupun dari djaman kuno dansuatu terdjemahan
dari bahasa Hibrani, tidak aseli djuga dalam terdjemahan Junani. Terdjemahan2
Kuno lainnja tidak mengenal djudul itu dan djuga dalam teks Latin Vulgata
tidaklah terdapat dalam sebuah naskah dari djaman kuno. Pengarang2 kuno umumnja
mengikuti tradisi tersebut. Tetapi tradisi itu agaknja melulu berdasarkan suatu
tafsir Jahudi mengenai IITwr. 35,25, dalam mana disebutkan, bahwa Jeremia
mengarang sebuah lagu ratap pada waktu gugurnja josjijahu dalam pertempuran di
Megido. Orang mempertalikan Lag.Rt.4,20 denganitu dan demikian timbullah
anggapan, bahwa Lagu2 Ratap ditulis oleh nabi Jeremia. Dasar anggapan tersebut
adalah sangat sempit dan pastilah tidak tjukup untuk membuktikan,bahwa Jeremia
sungguh pengarang kitab itu. Anggapan itu memang dapat dipahami Sebab Lagu2
ratap adalah sedjalan seluruhnja dengan nubuat2 Jeremia; dan apabila orng mesti
mentjari nama untuk kumpulan ta-bernama dari lagu2 sematjam itu, maka nama
Jeremia adalah serasi. Tetapi betapapun djua mudah dimengerti, namun dengan itu
bukti belumlah diberikan, dan oleh karenanja djuga tidak sedikitlah keberatan,
jangdikemukakan terhadap tradisi jang ber-abad2 lamanja itu. Ditundjukkanlah,
bahwa Kitab Sutji Hibrani tidak mengatakan kitab itu dari Jeremia asalnja, hal
mana tentunja akan terdjadji apabila ahli2 Jahudi, jang telah memberikan
urutannja jang sekarang mengetahui barang sedikit tentang hal itu. Tetapi
argumen itu tidak membuktikan banjak. Sebab djika menurut aselinja Lagu2 ratap
itu adalah sematjam lampiran pada kitab Jeremia dan baru kemudian terpisah
daripadanja karena alasan2 praktis, maka kiranja akan dipahami pula, bahwa ahli2
itu tidak memandang ahli2 itu tidak memandang perlu untuk menjebutkan dengan
tegas, bahwa lagu2 itu dari Jeremia asalnja. Mereka dapat memandang hal itu
sudah dikenal umum. Selandjutnja dikemukakan pula bahasa, jang digunakan dalam
kitab itu. bahasanja betul memperlihatkan suatu kemiripan dengan bahasa Jeremia,
tetapi sebaliknja djuga perbedaan jangmenjook dengan bahasa nabi tersebut,
diiringi dengan suatu kesamaan dengan bahasa Jeheskiel, dan menggunakan bagian
kedua Jesaja. Tambahan pula ada kesamaan dengan kitab2 lainnja dari Kitab Sutji
(3,6: Mzm 143,2-3,15: Ijob 9,19;3,17:Mam 88,15,3,37:Mzm 33,9; 1,10: Ul 23,3).
Dikemukakan pula pertentangan dalam hal gagasan antara Jeremia dan Lg.Rt.(4,20,
jang menjebutkan Sedekia tidaklah sesuai dengan pandangan Jeremia tentang radja
tersebut.Jr.22,13-38'37,17-18;dan 4,17 sukarlah ditjotjokkan dengan
Djika bukan jeremia pengarang kitab itu, siapakah gerangan pengarangnja? Ada ahli, jang mengatakan lagu2 itu dikarang oleh pelbagai pengarang jang anonim. Kata mereka, kesemunja itu dsatukan karena lagu2 itu memperbintangkan tjema jang sama, bukan karena sama pengarangnja. Argumen2 jang dikemukakan, tidak begitu mejakinkan. Karena itu ahli lain berpegang teguh pada satu pengarang. Argumen2 jangdikemukaan oleh para pendukung pendapat tersebut pada hemat kami lebih kuat daripada argumen2 dari pendapat pertama, jang mengira harus menerima panjair tersendiri untuk tiap2 lagu. Hanja mengenai lagu 1 dan lagu 5 kiranja harus diterima, bahwa itu ditulis oleh pengarang lain. Adapun sebabnja maka lagu pertama dipisahkan dari lagu2 lainnja terutama ialah bahwa dalam lagu pertama digunakan urutan lain mengenai huruf Hibrani. Lagu kelima berlainan tjorakknja dengan jang lain2 begitu rupa, sehingga sukarlah berasal dari penjair jang sama. Sebab lagu kelima lebih merupakan suatu doa liturgis daripada lagu ratap.
Oleh karena semu lagu itu dan tjaranja tehme itu diperbintjangkan, haruslah semuanja itu terdjadi sebelum achir pembuangan, sebelum th. 538. Sebab lagu2 itu mengenai kehantjuran Jerusjalem dankebinasaan baitullah; dan didalam kitab itu tidak terdapat tanda satupun, bahwa hal itu sudah lama lampau. Selandjutnja orangpun sependapat, bahwa lagu2 itu dikarang tidak lama sesudah kedjadian2 itu, djadi tidak lama sesudah 587. Hanja untuk lagu pertama oleh beberapa ahli diadakan keketjualian, sedjauh mereka berpendapat, bahwa lagu tersebut ditjiptakan sebelum perebutan Jerusjalem dalam tahun 587. Dalam lagu tersebut betul disebutkan tentang pembuangan,tapi tidak tentang kehantjuran Jerusjalem. Karena itu kata mereka lagu itu ditulis setelah deportasi setjara besar2an jang pertama dalam tahun 598 dan sebelum 587. Djuga lagu ketiga oleh beberapa ahli hendak ditanggalkan pada tahun jang lain jaitu kemudian daripada lagu 2,4 dan 5. Lagu tersebut kata mereka sangat samar2 dan umum tjoraknja, sehingga agaknja tidak mengingat kedjadian2 konkrit. Lagipula sangat tergantung dari beberapa mazmur (3,9:Mzm 142,3;3,17.55.56: Mzm 88,7.10.15'3,37: Mzm 33,9. Lagu itu baru kemudian ditambahkan kepada kumpulan lagu2 ratap jangsudah ada (lih. keterangan 3,1).
Sukarlah menentukan dimana lagu2 itu dikarang. Beberapa ahli mengira di Babel, sedangkan ahli2 lain mentjari tempat-tinggal si penjair di Mesir (Jeremia). Tetapi lebih mungkinlah tanah asal-usulnja ialah Palestina, jaitu di Jerusjalem sendiri. Sebab disitulah ibadah tetap dilangsungkan ditempat baitullah jang hantjur itu (Jr 41,5). Agaknja di Jerusjalem segera dikenal pula suatu perajaan chusu sebagai peringatan kepada djatuhnja Kota dan hantjurnja baitulah (Zak.7,3;8,17). Lagu ratap serasi sekali dengan liturgi sematjam itu, sehingga Jerusjalem paling besar kemungkinannja sebagai tempat asal-usul lagu2 itu.
Isi keigamaan Lagu2 Ratap memberikan nilainja jang chas dan tetap kepada kitab itu. Tidak dapat tidak njanjian2 jang monoton itu mengingatkan kepada bentjana jang terbesar, jang pernah menimpa umat Allah jang lama. Pemandangan jang menjuedihkan itu dilukiskan dengan pandjang lebar dan kadang2 sampai perkara ketjil jang mengerikan. Tetapi lagu2 itu tidak hanja sampai kesia sadja. Keruntuhan tersebut bukanlah pekerdjaan takdir jang tak dapat dielakkan, jang setjara buta menjerbukan diri kepada bangsa itu. Latarbelakang drama jang mengerikan itu ialah dosa, ketidak-setiaan umat kepada Allahnja (1,5.14.18;3,42;4,6;5,16). Dosa itulah jang dihukum oleh keadilan Allah, karena Allah kan "tidak dengan ichlas hati merendahkan dan merundung" (3,33). Bentjana tersebut adalah suatu pemaklum, baik dari dosa maupun dari keadilan Allah. Ia telah menaruh sedjarah akan kegunaan sifat tersebut. Bukannja salah seorang jang besar, melainkan Allah sendiri memimpin balatentara, jang membasmi Jerusjalem (1,5.12.15;2,1-8.17.22;,3,2-16.38;4,11.16;5,16.21). Bukan pula sesuatu individu sadjalah, jang membangkitkan murka Allah dengan dosanja, melainkan adalah seluruh bangsa, jang berbuat dosa(3,34-36;5,7.16). Namun demikian, malapetaka itu tidaklah dimaksudkan se-mata2 sebagai hukuman, tetapi djuga sebagai djalan untuk bertobat (3,23.40.41;5,22); dan pertobatan itu sendiri adalah suatu kurnia dari Allah jang baik (3,25), milik-pusaka Israil jang tetap (3,24). Karena itu, asal sadja ada keinsjafan telah berbuat dosa dan ada sesal, maka selalu ada harapan pada Allah jang rahim, baik dan mahakuasa. Lahu2 Ratap bukanlah tjontoh bagi keputus-asaan existensialistis, melainkan tjontoh kepertjajaan jang penuh harapan danpengharapan jang pertjaja akanhari depan (3,26-31).
Djika dibatja setjara demikianlah, maka lagu2 ratap itu tetap mempunjai artinja, djuga didalam Perdjadjian Baru. Didalam literatur Katolik lagu2 itu digunakan dalam Pekan Sutji, pada perajaan peringatan wafat Penebus. Inilah bentjana jang terbesar didalam sedjarah dunia; dan memang ada alasan untuk melambungkan lagu dukatjita karena manifestasi jang terhebat dari dosa dan pengadilan. Tetapi karena Allah jang mengadili, maka didalam bentjana terdapatlah bibit kebangkitan dan kehidupan, pendekatan antara Allah dan manusia. Dan djustru karena itulah lagu2 ratap dengan kepertjajaannja penuh harapan itu serasi sekali dengan upatjara2 peringatan akan wafatnja Penebus, jang membawa kehidupan kita. MempelaiNja (Geredja) dapat menjanjikan lagu2 sedih itu sebagai pernjataan tjintakasihnja, tetapi djuga sebagai -permakluman dosa dan pengadilan , jang djuga dikenal oleh mempelai tersebut; namun suatu pengadilan jang merupakan djalan kekebangkitan, ke Paska. djuga mempelai Kristus harus melalui derita sebagai hukuman jang adil, untuk dapat bersukatjita dalam Kehidupan itu.
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 3:1-18
Jeritan Nabi Itu—Penderitannya
Dari lima pasal dalam kitab Ratapan, pasal 3 adalah yang paling rumit dal...
JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 3:1-18
Jeritan Nabi Itu—Penderitannya
Dari lima pasal dalam kitab Ratapan, pasal 3 adalah yang paling rumit dalam komposisi, dan nada spiritualnya adalah yang paling tinggi. Pasal itu sebagian besarnya dalam bentuk orang pertama. Pemikiran penulis itu secara dramatis terungkap dengan keyakinan yang bertumbuh kepada Sang Pencipta; pasal itu menggambarkan kedatangannya dari kekacauan dan konflik. Sebuah akrostik yang rumit, pasal ini berisi enam puluh enam ayat yang—dalam bahasa Ibrani—ditulis dalam triplet. Tiga baris dalam setiap triplet dimulai dengan huruf dalam abjad Ibrani (masing-masing 3 baris x 22 triplet = 66 baris). Pola unik ini, dibaca baik dalam bahasa Ibrani atau bahasa Inggris/Indonesia, adalah nomor dua setelah pesan penting kitab itu. Puisi itu menyajikan pemikiran mengenai Tuhan, penulis, dan pandangan penulis tentang kehidupan oleh karena keterikatannya dengan Allah. Anda dapat dengan mudah menemukan hubungan Anda dengan Allah di dalam pasal ini.
Masalah penafsiran teks dalam pasal 3 berkisar pada pertanyaan apakah ini merupakan ratapan individu atau apakah individu itu adalah personifikasi bangsa itu. Fakta bahwa penulis menekankan "Akulah orang yang …" dalam 3:1 memberikan bukti kepada gagasan bahwa ini adalah orang tertentu.1Ekspresi lain tampaknya berhubungan dengan individu dan pengalamannya: "Aku menjadi tertawaan" (3:14a); "Hal-hal inilah yang kuperhatikan" (3:21a); "Ya Tuhan, Engkau telah memperjuangkan perkaraku" (3:58a). Ungkapan-ungkapan seperti itu mengarahkan perhatian kita kepada individu. Kesimpulan ini nampaknya bahkan lebih masuk akal mengingat penggunaan "kami" dan "[kepada] kami" dalam 3:40-47. Dalam nas itu, individu itu menarik bangsa itu ke dalam permohonannya untuk tindakan kolektif.
Dengan asumsi bahwa Yeremia adalah penulis kitab Ratapan, kita melihat beberapa kesamaan yang mencolok di antara ungkapannya dalam pasal 3 dan pergumulan Yeremia yang terbuka dan jujur dalam Yeremia 1-20. Perhatikanlah persamaan dalam bagan di halaman berikutnya.
Oleh karena itu, dalam Ratapan 3, seperti dalam pasal-pasal awal Yeremia, kita menemukan jalinan kesadaran yang berkembang bahwa Allah itu adil, peduli, penuh kasih, dan mencukupi. Proses yang berkembang itu akan menjadi nyata ketika kita sekarang melihat lebih dekat kepada pasal 3.
Penderitaan dan keputusasaan nabi itu menimbulkan jenis dakwaan yang melawan Allah dalam 3:1-18. Ia melihat kondisinya, penyebab penderitaannya, dan harga hubungannya dengan Allah.
"Akulah orang yang melihat sengsara" (3:1a). Nabi itu secara singkat diidentifikasi sebagai orang yang telah melihat "kesusahan."2Istilah ini menunjuk kepada orang miskin dalam kesengsaraan, yang menderita karena frustrasi dan kemalangan. Perjuangan nabi itu—dan keterlibatan Tuhan dalam melaksanakan hal itu—diungkap dalam serangkaian kata ganti orang. Nabi itu diacukan dalam kata-kata "Aku" (6 kali), "[milik]ku" (14 kali), dan "[kepada]ku" (13 kali). Tuhan disebutkan dalam kata-kata "Ia" (20 kali) dan "[milik]-Nya" (4 kali) dalam 3:1-18.
Orang yang terharu oleh apa yang dikatakan telah Tuhan lakukan terhadap nabi itu mungkin akan kehilangan kunci penting untuk memahami keseluruhan pesan itu dalam pasal ini. Meski beberapa tuduhan dilontarkan oleh nabi itu, mengulangi tuduhan-tuduhan tersebut (tanpa mengubah maknanya) akan menunjukkan tentang Allah yang peduli, yang menghukum. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, dan Ia tahu disiplin apa yang nabi itu butuhkan bagi perkembangannya (lihat Ibrani 12:9-13; Yakobus 1:2-4; 1 Petrus 1:6-9).
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Belajar Dari Ratapan 3(Ratapan 3)
Penderitaan Dan Ucapan Syukur (Ratapan 3:1-18, 55-66)
Satu pesan dalam pasal 3 yang tidak boleh diabaikan adalah ...
Belajar Dari Ratapan 3(Ratapan 3)
Penderitaan Dan Ucapan Syukur (Ratapan 3:1-18, 55-66)
Satu pesan dalam pasal 3 yang tidak boleh diabaikan adalah presentasi nabi itu tentang apa yang Allah telah lakukan untuk dia (3:1-18), meski berakhir dengan ucapan syukur atas apa yang Allah telah lakukan untuk dia (3:55-66). Pandangan yang berubah itu muncul tidak begitu banyak dari perubahan pola Allah, tetapi dari pengertian yang lebih dalam yang nabi itu peroleh. Perubahan itu tidak dalam pemeliharaan atau kepedulian Allah. Allah menjanjikan dia pemeliharaan dan pembebasan-Nya dalam Yeremia 1:17-19, namun Yeremia tidak mengenali penggenapan janji itu selama sekitar dua puluh tahun (Lihat Yeremia 20:7-13.) Demikian juga, dalam pasal 3 nabi itu bergerak dari keluhan dan keraguan kepada keyakinan kepada Allah dan pengabdian kepada Dia.
Bagaimana pendapat Anda tentang Allah dan respons-Nya terhadap keadaan Anda? Apakah Anda lebih suka menjadi seperti nabi di awal pasal 3 atau di akhir pasal itu?15
Damai Sejahtera Kristus Kristus tidak ingin kita susah atau takut dalam hidup ini. Bacalah Yohanes 14:27: Ia memberi kita damai sejahtera. Ia sudah membuat pendamaian kita dengan Allah "oleh darah salib Kristus" (Kolose 1:20). Pendamaian ini diperoleh melalui iman (Roma 5:1, 2), pengakuan atas iman itu (Lukas 12:8, 9), pertobatan (Kisah 3:19; lihat 1 Petrus 3:10-12), dan baptisan (Kisah 2:37, 38).
TFTWMS: Ratapan (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Perhatikanlah penggunaan tentang "manusia" dalam 3:1, 27, 35, 39.
2 Ibr.: 'oni-"… kemiskinan … Rat. 1:3;...
Catatan Akhir:
- 1 Perhatikanlah penggunaan tentang "manusia" dalam 3:1, 27, 35, 39.
- 2 Ibr.: 'oni-"… kemiskinan … Rat. 1:3; 3:19 … Rat. 1:7 … Ams. 31:5 … Kel. 3:7; 4:31 … Ula. 26:7 … Maz. 9:14; 25:18; 31:8; 119:153; Rat. 1:9; 3:1 … frustrasi" (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 777).
- 3 Ibr.: 'ebrah-"meluap … Yes. 13:9 … Zep. 1:18 … berlebihan … ledakan amarahmu … amarah, murka yang meluap … Amos 1:11 … Yes. 9:18; Rat. 2: 2; Maz. 90: 9, 11 … Rat. 3:1" (Ibid., 720).
- 4 Ibr.: choshek-"… kegelapan yang luar biasa … kesusahan, Yes. 5:30; 9:1; 29:18 ([kiasan] tentang kebutaan), Yes. 42:7; 49:9; 58:10; 59:9; 60:2; Rat. 3:2; Mik. 7:8; Maz. 18:29 … ketakutan, teror, simbol tentang penghakiman, Amos 5:18, 20 … kebingungan, Ayub 5:14; 12:25; 19:8; kebingungan, Maz. 35:6 … ketidakjelasan, Pkh. 6:4" (Ibid., 365).
- 5 Ibr.: shub-lihat definisi yang diberikan dalam catatan kaki 20 dalam pelajaran "Penderitaan Dari Dosa."
- 6 Ibr.: balah-"… menjadi tua … Kej. 18:12 … usang … Neh. 9:21 … tulang (melalui penderitaan), Maz. 32:3; orang yang tertindas, Ayub 13:28 … Rat. 3:4 … gunakan sepenuhnya, Yes. 65:22" (Ibid., 115).
- 7 Ibr.: tela'ah-"… ragu-ragu … dengan kesulitan … menjadi lelah (usaha yang sia-sia) … Kej. 19:11 … tidak sabar … Ayub 4:2; pada malapetaka … Ayub 4:5 … lelah (yaitu secara keras mengerahkan) diri sendiri … Yer. 9:4; 20:9 … doa tanpa harapan … Yer. 6:11; 15: 6, selalu tentang kesabaran yang habis" (Ibid., 521).
- 8 Ibr.: kabed (Ibid., 457-58).
- 9 Ibr.: gadar-"memagari, menembok … Amos 9:11 … matikan … tentang hubungan Yahweh dengan manusia … Ayub 19:8 … Rat. 3:9 … menghalangi jalan hidup … Rat. 3:7" (Ibid., 154).
- 10 Ibr.: shamem-lihat definisi dalam catatan kaki 10 dalam pelajaran "Penderitaan Dari Dosa." Kata ini juga digunakan dalam 1:4, 13, 16; 4:5; 5:18.
- 11 Ibr.: kilyoth-" … ginjal … [secara harfiah], sebagai organ fisi … tentang manusia, hanya tentang puisi, seperti diciptakan oleh … Maz. 139:13; sebagai bagian yang paling sensitif dan vital, dalam bahasa kiasan tentang orang orang terluka oleh … panah, Ayub 16:13; Rat. 3:13 … [secara kiasan], sebagai kedudukan emosi dan kasih sayang … Maz. 16:7; 73:21 … dengan begitu, sebagai melibatkan karakter, objek pemeriksaan Allah … Yer. 11:20 … Yer. 17:10 … Maz. 26:2" (Brown, Sopir, Briggs, 480).
- 12 Ibr.: sechoq (Ibid., 966).
- 13 Ibr.: meror (Ibid., 600-1).
- 14 Ibr.: 'abad-"… menjadi runtuh, dihancurkan … Yer. 9:11 … Yer. 4:9 (yaitu, hilangnya keberanian) … Maz. 9:19; Ams. 10:28; 11:7; Yeh. 37:11 … Rat. 3:18 … tersesat … Yer. 50:6; Yeh. 34:4, 16" (Ibid., 1, 2).
- 15 Contoh besar lain tentang prinsip yang sama ini adalah Mazmur 73. Ayat 1 sampai 16 mengungkapkan keluhan pemazmur itu. Ia iri kepada orang jahat, yang tampaknya makmur dan bebas dari masalah "sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah" (ayat 17a). Lalu ia berfokus pada beberapa hal, pengamatan tentang akhir orang jahat, dan menutup Mazmur itu dengan pengakuan akan kepicikannya sendiri yang bodoh, dan penghormatan yang hangat kepada Allah, yang merupakan kekuatannya (ay. 17b-28).
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 9
BIS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke
tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan k
RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan kehancuran serta masa pembuangan sesudah itu.
Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Allah dan harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair ini digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung. Hari-hari khusus seperti itu diadakan setiap tahun untuk mengenang malapetaka yang menimpa bangsa itu pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Isi
- Penderitaan Yerusalem
Rat 1:1-22 - Hukuman kepada Yerusalem
Rat 2:1-22 - Hukuman dan harapan
Rat 3:1-66 - Yerusalem runtuh
Rat 4:1-22 - Doa mohon belas kasihan
Rat 5:1-22
Ajaran: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa
kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, se
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, sehingga anggota jemaat juga mengetahui bahwa Allah menghukum dunia karena dosa-dosa manusia.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yeremia.
Isi Kitab: Kitab Ratapan terbagi atas 5 pasal. Dan bersifat seruan hati dan getaran perasaan nabi Yeremia atas kehancuran Yerusalem.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ratapan
Pasal 1 (Rat 1:1-22).
Yeremia menangisi keadaan Yerusalem yang dihancurkan Bacalah pasal Rat 1:16-22. Apa sebab Yeremia menangis?
Pasal 2 (Rat 2:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menyatakan bahwa kerusakan dan kesukaran Yerusalem, merupakan pernyataan daripada murka Allah
Pendalaman
Apakah sebab Yerusalem dihukum Allah? (pasal Rat 2:14).
Pasal 3 (Rat 3:1-66).
Yeremia menunjukkan perasaannya dengan menangisi segala kesukaran dan penderitaan bangsanya
Pendalaman
Apakah yang dilakukan Yeremia ketika melihat keadaan bangsanya? (pasal Rat 3:49-51).
Pasal 4 (Rat 4:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menceritakan bahwa semua penderitaan dan kesukaran yang terjadi adalah akibat dari perbuatan-perbuatan dosa bangsa Israel
Pendalaman Apakah kesalahan bangsa Israel? (pasal Rat 4:6).
Pasal 5 (Rat 5:1-22).
Yeremia dalam tangisnya memohonkan doa pada Allah untuk memulihkan kembali keadaan bangsa Israel
Pendalaman
Bacalah pasal Rat 5:16-22.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Yeremia mengajarkan bahwa Yeremia merasakan kesedihan akan keadaan bangsanya, karena dosa-dosa mereka. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang Kristen mempunyai beban akan bangsanya yang belum mengenal Tuhan Yesus.
Kehancuran kota Yerusalem merupakan pernyataan penghukuman Allah atas dosa bangsa Israel. Dengan demikian berarti Allah juga pasti menghukum anak-anak-Nya yang berbuat dosa.
Dalam keadaan yang penuh penderitaan Yeremia berdoa untuk memohonkan pertolongan dari Allah. Demikian pulalah hendaknya setiap orang percaya memohon pertolongan Allah, ketika mengalami penderitaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ratapan?
- Apakah isi Kitab Ratapan?
- Mengapakah Kitab ini dikatakan sebagai Kitab Ratapan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan setelah mempelajari Kita Ratapan?
Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Kota yang sedang berduka
JUDULKitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How".
Kota yang sedang berduka
JUDUL
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula.
PENULIS
Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lihat Rat 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.
WAKTU
Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.
BENTUK
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" -- kecuali pasal Rat 5. Pasal Rat 1-4 merupakan puisi "akrostik", setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah.
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
2Ra 25:8-12 harus dibaca sebagai latar belakang kisah Kitab Ratapan. Pembuangan merupakan suatu kejadian yang luar biasa dalam sejarah kaum Yehuda, dan merupakan salah satu pengaruh terbesar dalam mengembangkan pengertian mereka tentang Allah. Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?", dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkano Kejayaan ... kesengsaraan Rat 3:18,19
o Kekayaan ... kemiskinan Rat 4:5
o Sukacita ... kedukaan Rat 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat 2:15,16
o Pengucilan. Rat 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat 3:21
Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal Rat 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Bagaimana penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Imbauan penulis kepada Allah
Imbauannya terdapat dalam: misalnya Rat 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.
Garis Besar Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) [1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7Kesunyian suasana duka
Rat 1:8-11Nasib kota yang penuh dosa
Rat 1:12-20Saat murka Allah yang besa
[1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7 | Kesunyian suasana duka |
Rat 1:8-11 | Nasib kota yang penuh dosa |
Rat 1:12-20 | Saat murka Allah yang besar |
Rat 1:21-22 | Doa untuk pembalasan |
[2] ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat 2:1-22
Rat 2:1-9 | Allah, perusak yang sedang murka |
Rat 2:10-13 | Keputusan orang yang tak berdaya |
Rat 2:14-17 | Penghinaan musuh |
Rat 2:18-22 | Permohonan pertolongan yang amat sangat |
[3] RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat 3:1-66
Rat 3:1-20 | Allah, penyebab penderitaan |
Rat 3:21-39 | Kepercayaan pada kebaikan Allah |
Rat 3:40-42 | Panggilan untuk bertobat |
Rat 3:43-54 | Akibat dosa |
Rat 3:55-60 | Kepercayaan pada keadilan Allah |
Rat 3:61-66 | Doa untuk pembalasan |
[4] YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat 4:1-22
Rat 4:1-12 | Kebesaran masa lalu, aib masa kini |
Rat 4:13-20 | Penghakiman atas para imam dan nabi |
Rat 4:21-22 | Pembalasan atas Edom |
[5] DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat 5:1-22
Rat 5:1-9 | Bangsa tertindas |
Rat 5:10-14 | Tidak ada pengecualian |
Rat 5:15-18 | Sakitnya berada dalam keputusasaan |
Rat 5:19-22 | Doa untuk pemulihan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi