Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mzm 74:1-23
Full Life: Mzm 74:1-23 - MENGAPA, YA ALLAH, KAUBUANG KAMI.
Nas : Mazm 74:1-23
Pemazmur berdoa agar hukuman Allah tidak untuk selamanya. Doa ini
mengingatkan kita bahwa kesabaran Allah tidak akan membiarkan ...
Nas : Mazm 74:1-23
Pemazmur berdoa agar hukuman Allah tidak untuk selamanya. Doa ini mengingatkan kita bahwa kesabaran Allah tidak akan membiarkan dosa terus-menerus; akhirnya kesusahan dan malapetaka akan datang.
Jerusalem -> Mzm 74:1-23
Jerusalem: Mzm 74:1-23 - Nyanyian ratapan karena Bait Suci yang rusak Setelah bait Allah musnah dan dicemarkan musuh, maka umat Allah membawakan ratapan ini. Dilukiskan bagaimana musuh membakar dan merusak Bait Suci sert...
Setelah bait Allah musnah dan dicemarkan musuh, maka umat Allah membawakan ratapan ini. Dilukiskan bagaimana musuh membakar dan merusak Bait Suci serta tempat-tempat ibadat lain, Maz 74:3-8. Umat ragu-ragu dan putus asa karena bencana itu dan Allah tidak lagi memberi petunjuk, Maz 74:9-11. namun umat berseru kepada Tuhan dengan mengingatkan kepadaNya segala sesuatu yang dahulu dikerjakanNya bagi umat, Maz 74:12-15. Kehormatan dan kemuliaan Tuhan sendiri yang dicemarkan, padahal Tuhan kuasa karena menciptakan segala sesuatunya, Maz 74:16-18. Selebihnya Tuhan telah mengikat perjanjian dan menjadikan Israel milikNya yang khusus, Maz 74:1-2,19-21. Maka Tuhan tidak dapat tidak menolong umatNya, Maz 74:22-23. Menurut tradisi Yahudi (Targum) mazmur ini mengenai zaman raja Antiokhus Epifanes (orang bebal dalam Maz 74:22). Memang mazmur ini juga dapat dihubungkan dengan dimusnahkannya bait Allah oleh tentara Babel, 2Ra 25:9; Yes 64:10. Antiokhus Epifanes sebenarnya hanya membakar gerbang-gerbang bait Allah, 1Ma 4:38; 2Ma 1:8, lalu mencemarkan tempat suci, 1Ma 1:21,59; 2Ma 6:5 Sejak masa itu suara nabi tidak terdengar lagi Maz 77:9; Rat 2:9; Yeh 7:26; bdk 1Ma 4:46; 9:27; 14:41.
Ende -> Mzm 74:1-23
Ende: Mzm 74:1-23 - -- Sesudah Bait-Allah dimusnahkan dan ditjemarkan maka umat Israil mengeluh dalam
lagu ratap ini karena bentjana itu. Dilukiskan bagaimana musuh2 merusak...
Sesudah Bait-Allah dimusnahkan dan ditjemarkan maka umat Israil mengeluh dalam lagu ratap ini karena bentjana itu. Dilukiskan bagaimana musuh2 merusak, membakar Rumah Sutji itu dan tempat2 lain pula (Maz 74:3-8). Umat ragu2 dan putus asa karenanja dan Allah tidak memberi suatu petundjuk (Maz 74:9-10). Tapi umat berseru kepada Jahwe dan menjerukan kepada semuanja jang telah diperbuat Allah bagi umatNja dahulukala (Maz 74:12-15), kepada kehormatan dan kemuliaanNja sendiri, jang ditjemarkan musuh2 itu, kepada kekuasaan Tuhan jang mentjiptakan se-gala2nja (Maz 74:17-18), lagi pula kepada perdjandjian jang telah membuat Israil mendjadi kepunjaan Jahwe (Maz 74:1-2,19-21). Demikianlah Jahwe se-olah2 wadjib menolong (Maz 74:22-23).
Ref. Silang FULL -> Mzm 74:3
· yang rusak: Yes 44:26; 52:9
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mzm 74:1-11
Matthew Henry: Mzm 74:1-11 - Keluh Kesah
Mazmur ini dengan sangat khusus menggambarkan kehancuran Yerusalem dan Bait Allah, oleh Nebukadnezar dan pasukan bangsa Kasdim, dan hampir tidak coc...
Mazmur ini dengan sangat khusus menggambarkan kehancuran Yerusalem dan Bait Allah, oleh Nebukadnezar dan pasukan bangsa Kasdim, dan hampir tidak cocok dikaitkan dengan peristiwa lainnya yang kita dapati dalam sejarah bangsa Yahudi. Oleh karena itu, para penafsir cenderung beranggapan bahwa mazmur ini mungkin ditulis oleh Daud atau Asaf, pada zaman Daud, yang mengandung nubuatan mengenai peristiwa mengenaskan tersebut (tetapi perkiraan ini kecil sekali kemungkinannya), atau ditulis oleh Asaf yang lain, yang hidup di zaman pembuangan, atau oleh Yeremia (sebab mazmur ini senada dengan kitab Ratapan yang ditulisnya), atau juga oleh seorang nabi lain, dan diserahkan kepada anak-anak Asaf (yang dipanggil dengan nama yang sama) setelah mereka kembali dari pembuangan itu, supaya mazmur ini dapat dipakai oleh khalayak dalam ibadah mereka. Bani Asaf merupakan keluarga penyanyi yang paling terkemuka di zaman Ezra (Ezra 2:41; 3:10; Neh. 11:17, 22; 12:35, 46). Keadaan mengenaskan umat Allah pada masa itu kini diungkapkan di hadapan Allah, dan diserahkan kepada-Nya. Sang nabi, atas nama umat Allah,
- I. Mengeluhkan kesengsaraan yang mereka derita, supaya mengobarkan hasrat mereka untuk berdoa (ay. 1-11).
- II. Menyerukan ucapan-ucapan penghiburan untuk meneguhkan iman mereka di dalam doa (ay. 12-17).
- III. Menutup mazmur itu dengan berbagai permintaan kepada Allah supaya Ia melepaskan mereka (ay. 18-23). Saat menyanyikan mazmur ini, kita harus tergugah oleh karena kesengsaraan gereja zaman dulu, sebab kita adalah anggota dari tubuh yang sama. Kita juga dapat menerapkan mazmur ini untuk menghadapi kesesakan atau kesengsaraan yang saat ini dialami oleh gereja Kristen di mana saja mereka berada.
- I. Ketidaksenangan Allah terhadap mereka, sebagai penyebab dan akar pahit dari segala bencana yang menimpa mereka. Mereka memandang jauh ke depan mengenai semua sarana yang menimbulkan kesesakan mereka itu. Mereka tahu bahwa semua sarana itu tidak akan mampu melawan mereka jika saja tidak diberi kuasa dari atas. Mereka mengarahkan mata mereka kepada Allah, yang dengan hikmat-Nya telah menyerahkan mereka ke dalam tangan orang-orang fasik dan bebal. Perhatikanlah betapa bebasnya mereka mengaduh kepada Allah (ay. 1). Kita tidak boleh berharap untuk bersikap terlalu bebas seperti itu, sebab Kristus sendiri hanya berseru demikian di kayu salib, Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Tetapi umat-Nya itu di sini berseru, Ya Allah! Mengapa Engkau meninggalkan kami selamanya? Di sini mereka berkata begitu karena didorong oleh pemahaman mereka sendiri yang dibungkus kegelapan dan rasa sedih yang mendalam. Jika tidak, pasti mereka berkata, Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! (Rm. 11:1). Umat Allah tidak boleh beranggapan bahwa mereka telah dibuang untuk seterusnya hanya karena mereka sedang dalam keadaan tertindas. Mereka tidak boleh berpikir bahwa Allah telah menolak mereka, hanya karena manusia menolak mereka, dan bahwa Dia telah membuang mereka untuk seterusnya, hanya karena Dia menjauh dari mereka untuk sementara waktu. Akan tetapi, jeritan pilu mereka itu menunjukkan bahwa mereka begitu takut dibuang Allah lebih daripada ketakutan akan hal lainnya. Karena itu mereka sangat menginginkan untuk diakui oleh-Nya, apa pun juga yang harus mereka derita akibat perbuatan manusia. Mereka sangat ingin mengetahui apakah gerangan yang membuat Dia sedemikian murka terhadap mereka: Mengapa menyala murka-Mu? Yakni, mengapakah murka-Mu itu menyala sebegitu dahsyatnya sampai-sampai kami semua dapat melihatnya berkobar dan bertanya-tanya, Apakah artinya murka yang hebat bernyala-nyala ini?(Ul. 29:24, bdk. ay. 20, di mana murka dan cemburu Tuhan dikatakan sedang menyala menghabisi para pendosa). Perhatikanlah apa yang mereka serukan kepada Allah untuk memohon pembelaan ketika mereka sedang ditempa dalam kesadaran mengenai murka-Nya itu.
- 1. Mereka menyerukan hubungan mereka dengan-Nya: “Kami ini domba gembalaan-Mu, domba yang telah Engkau pelihara di padang rumput, umat-Mu yang istimewa yang telah Engkau pisahkan bagi-Mu dan rancangkan bagi kemuliaan-Mu sendiri. Jika si serigala tidak mengindahkan si domba, hal itu tidaklah mengherankan, tetapi apakah pernah ada seorang gembala yang sedemikian murkanya terhadap gembalaannya sendiri? Ingatlah, kami adalah umat-Mu (ay. 2), dibentuk oleh-Mu dan bagi-Mu, dan diperuntukkan sebagai pujian-Mu. Kami adalah bangsa, atau suku bangsa milik-Mu sendiri, dan Engkau telah berkenan meninggikan kami di atas bangsa lain (Ul. 32:9). Dari kami Engkau telah menerima puji-pujian dan penyembahan lebih dari bangsa mana pun di sekeliling kami. Bukan hanya itu saja, walaupun harta warisan seorang manusia berada jauh-jauh, tetapi kami ini justeru menyerukan gunung Sion yang Engkau diami, yang telah menjadi tempat kediaman dan kesenangan-Mu, sebagai istana dan tanah-Mu.”
- 2. Mereka mengungkapkan hal-hal besar yang telah Allah lakukan bagi mereka dan juga pengorbanan besar yang telah Ia curahkan bagi mereka: ”Ini adalah umat-Musendiri, yang bukan saja telah Engkau ciptakan hanya dengan sepatah kata, tetapi juga yang Kauperoleh pada zaman purbakalamelalui berbagai mujizat belas kasihan ketika mereka pertama kali Engkau jadikan sebagai bangsa. Mereka adalah bangsa milik-Mu sendiri, yang Kautebussaat mereka masih menjadi budak belian dulu.” Allah menghancurkan Mesir untuk menebus mereka, memberikan manusia sebagai ganti mereka, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawa mereka(Yes. 43:3-4). “Kini, Tuhan, akankah Engkau meninggalkan umat yang telah Kautebus dengan begitu mahalnya itu, dan yang telah Engkau sayangi dengan amat sangat itu?” Dan, jika penebusan Israel dari Mesir saja sudah menjadi pendorong bagi mereka untuk terus berharap bahwa Dia tidak akan membuang mereka, maka terlebih lagi kita patut berharap bahwa Allah tidak akan mencampakkan siapa pun yang telah ditebus Kristus dengan darah-Nya sendiri. Sebaliknya, umat yang telah Ia tebus akan selamanya menjadi umat sumber pujian-Nya.
- 3. Mereka mengungkapkan keadaan mengenaskan yang sedang mereka alami (ay. 3): “Ringankanlah langkah-Mu. Yaitu, cepatlah datang untuk memulihkan kerusakan yang telah terjadi di tempat kudus-Mu, sebab jika tidak begitu, pastilah kerusakan itu akan berlangsung terus-menerus dan tidak lagi dapat diperbaiki.” Terkadang dikatakan bahwa pembalasan ilahi menimpa dengan tangan besi, tetapi datang dengan lambat, sehingga orang-orang yang menanti-nantikan hari Tuhan pun berseru, Tuhan, Ringankanlah langkah-Mu, ayunkan kaki-Mu, besarkanlah diri-Mu melalui karya pemeliharaan-Mu. Saat kerusakan di tempat kudus berlangsung lama, kita pun cenderung berpikir bahwa kerusakan itu akan berlangsung terus-menerus. Namun, pikiran itu hanyalah sebuah pencobaan. Sebab, Allah akan melakukan pembalasan bagi umat pilihan-Nya dengan cepat, sekalipun Ia terlihat begitu bersabar terhadap penindas dan penganiaya mereka.
- II. Mereka mengeluhkan mengenai kebengisan murka dan kekejaman musuh mereka, tetapi tidak berkeluh kesah sama sekali terhadap apa yang telah dilakukan para musuh itu terhadap kepentingan duniawi mereka. Di sini tidak terdapat keluhan mengenai pembakaran kota ataupun kerusakan negeri mereka, melainkan hanya keluhan tentang kerusakan di tempat kudus dan rumah ibadah mereka. Keprihatinan mengenai agama memang harus menggugah hati kita, lebih dari kepentingan duniawi apa pun. Kerusakan di rumah Allah haruslah membuat kita merasa lebih sedih daripada bila rumah kita sendiri yang dirusak. Sebab, tidak masalah apa yang menimpa kita dan keluarga kita di dunia ini, asalkan nama Allah tetap dikuduskan, kerajaan-Nya datang, dan kehendak-Nya jadi.
- 1. Sang pemazmur mengeluhkan mengenai kerusakan di tempat kudus, sebagaimana Daniel (Dan. 9:17). Bait Allah di Yerusalem merupakan tempat kediaman nama Allah, sehingga disebut juga sebagai tempat kudus (ay. 7). Dalam hal inilah para musuh telah berlaku fasik (ay. 3), sebab mereka memusnahkannya untuk menghina Allah dan melawan Dia.
- (1) Mereka mengaum di tempat pertemuan-Mu (ay. 4). Di tempat itu, di mana umat setia Allah melayani-Nya dengan khidmat dan penuh hormat, tanpa banyak menimbulkan suara, para musuh itu malah mengaum dalam kekacauan dan bertingkah sembarangan. Mereka menjadi angkuh karena merasa diri mereka sudah menguasai tempat kudus itu, yang tentangnya mereka telah banyak mendengar hal-hal yang menakjubkan.
- (2) Mereka mendirikan panji-panji mereka sebagai tanda. Mereka memasang panji-panji pasukan mereka di tempat kudus itu (yang merupakan benteng terkuat Israel, selama mereka setia melekat kepada Allah) sebagai tugu kemenangan mereka. Di tempat itu, di mana panji-panji hadirat Allah dulu ditegakkan, kini malah panji-panji musuh yang dinaikkan. Mereka menentang Allah dan kuasa-Nya dengan begitu congkak, dan kelakuan mereka itu begitu menusuk hati umat Allah.
- (3) Dengan angkuh mereka merusak ukir-ukiran di bait Allah. Mereka begitu membanggakan diri sendiri karena telah berhasil merusakkannya (ay. 5-6), padahal dulu, orang-orang yang dengan senang hati menggunakan tangan mereka untuk membangun bait itu menganggap pekerjaan mereka itu sebagai sebuah kehormatan besar, dan mereka menjadi kenamaan karena sumbangsih mereka itu. Jadi, sebagaimana para pekerja sebelumnya ditinggikan karena melayani kepentingan agama mereka, demikianlah para musuh itu kini dielu-elukan karena menghancurkannya. Oleh karena itu, beberapa orang mengartikannya demikian, Mereka mempertunjukkan diri sebagai orang yang mengayunkan tinggi-tinggi sebuah kapak kepada kayu-kayuan yang lebat. Sebab, mereka merusak ukir-ukiran di bait Allah tanpa pandang bulu, sebagaimana penebang kayu mengapak pepohonan di hutan. Begitu bencinya mereka terhadap tempat kudus itu, sampai-sampai ukiran yang paling indah pun dirusak begitu saja oleh para serdadu. Tidak ada rasa hormat sedikit pun terhadap karya tersebut, baik sebagai barang persembahan maupun sebagai karya seni yang cantik.
- (4) Mereka menyalakan tempat itu dengan api, dan dengan begitu menajiskan atau merusakannya sampai pada tanah (ay. 7). Bangsa Kasdim membakar rumah Allah, gedung yang begitu indah dan mahal itu (2 Taw. 36:19). Dan bangsa Romawi tidak membiarkan satu batu pun terletak di atas batu yang lain(Mat. 24:2), melainkan terus menghancurkannya sampai ke dasar-dasarnya, sampai Sion, bukit suci itu, digarap bagaikan sebidang tanah oleh Titus Vespasian.
- 2. Dia mengeluhkan kerusakan di tempat pertemuan Allah, yang merupakan tempat belajar para nabi dan telah digunakan bahkan sebelum masa pembuangan, dan terlebih lagi sesudahnya. Di sanalah firman Allah dibacakan dan dijelaskan, dan nama-Nya dipuji dan diserukan, tanpa mezbah atau korban persembahan. Para musuh membenci tempat ini juga (ay. 8): Baiklah kita menindas mereka semuanya, bukan hanya bait Allah, tetapi juga semua tempat penyembahan rohani dan sekalian para penyembahnya itu. Baiklah kita menindas mereka semuanya. Biarlah semuanya musnah dilalap api yang sama. Setelah bertekad melaksanakan niat busuk itu mereka pun membakar segala tempat pertemuan Allah di negeri dan memusnahkan segalanya. Begitu menyala-nyalanya kebencian mereka terhadap agama sampai-sampai semua tempat keagamaan diratakan dengan tanah, supaya para penyembah Allah tidak dapat lagi memuliakan Allah dan meneguhkan satu sama lainnya dengan bersekutu dalam perkumpulan yang khidmat.
- III. Hal terburuk dari segala bencana ini adalah mereka tidak punya peluang sama sekali untuk dipulihkan lagi. Mereka bahkan tidak bisa melihat bahwa bencana itu tidak akan pernah berakhir (ay. 9): “Kami melihat tanda musuh ditegakkan di tempat kudus, tetapi tanda-tanda kami tidak kami lihat, tidak ada satu pun tanda kehadiran Allah, atau petunjuk untuk mengharapkan kelepasan. Tidak ada lagi nabiyang dapat mengatakan kepada kami berapa lama lagi kesesakan ini akan terus berlangsung, dan kapankah akan tiba akhir dari kesulitan kami ini, sehingga paling tidak kami memiliki pengharapan yang dapat menguatkan kami dalam menanggung kesukaran ini.” Pada masa pembuangan di Babel mereka memiliki nabi-nabi dan mereka diberitahukan berapa lama penawanan itu akan berlangsung, tetapi saat ini adalah masa hari berkabut dan hari kegelapan (Yeh. 34:12), dan mereka tidak memiliki penghiburan sama sekali mengenai keadaan mereka. Allah berbicara sekali, bahkan dua kali, mengatakan firman yang baik dan menyejukkan, tetapi mereka tidak memperhatikan dan memahaminya. Perhatikanlah, mereka tidak mengeluh, “Kami tidak melihat pasukan kami, tidak ada yang dapat memimpin pasukan kami di medan perang atau pergi menyertai kami.” Sebaliknya, yang mereka keluhkan adalah, “tidak ada nabi yang dapat memberi tahu kami berapa lama lagi.” Hal ini membuat mereka berbantah dengan Allah, bahwa Ia menunda-nunda,
- 1. Untuk menyatakan kehormatan-Nya (ay. 10): Berapa lama lagi, lawan itu mencela, dan musuh menista nama-Mu terus-menerus? Ketika tempat kudus dirusak, keprihatinan utama kita haruslah tertuju kepada kemuliaan Allah, yaitu supaya kemuliaan Allah tidak dilecehkan dengan membiarkannya dinista oleh orang-orang yang menganiaya umat Allah karena Dia, karena mereka milik-Nya. Karena itulah, pertanyaan kita hendaknya bukan, “Berapa lama lagi kita mengalami kesesakan?,” melainkan “Berapa lama lagi Allah dinista?”
- 2. Untuk menyatakan kuasa-Nya (ay. 11): “Mengapa Engkau menarik kembali tangan-Mudan tidak mengacungkannya untuk menyelamatkan umat-Mu dan menghancurkan musuh-Mu? Keluarkanlah dia dari pada dada-Mu, dan jangan seperti orang yang bingung, seperti pahlawan yang tidak sanggup menolong, atau tidak mau menolong” (Yer. 14:9). Ketika kuasa musuh begitu mengancam, berlari ke dalam perlindungan kuasa Allah merupakan sebuah penghiburan.
Keluh Kesah (74:1-11)
Mazmur ini diberi judul Maschil(nyanyian pengajaran), yaitu mazmur untuk memberikan pengajaran, sebab mazmur ini ditulis pada masa kesesakan dan dimaksudkan untuk memberi pengajaran. Secara umum, isi pengajaran ini mengajar kita bahwa sudah merupakan hikmat dan kewajiban kita untuk melekatkan diri kepada Allah melalui doa yang sungguh-sungguh dan tekun pada saat kita berada di dalam kesesakan apa saja. Kita akan mendapati bahwa doa kita itu tidak akan sia-sia. Ada tiga hal yang dikeluhkan umat Allah di sini:SH: Mzm 74:1-23 - Mengadu kepada Tuhan. (Minggu, 09 Agustus 1998) Mengadu kepada Tuhan.
Kehancuran yang dialami umat Tuhan menjelang atau sesudah masa pembuangan teramat berat. Perbuatan musuh-musuh Israel sangat ke...
Mengadu kepada Tuhan.
Kehancuran yang dialami umat Tuhan menjelang atau sesudah masa pembuangan teramat berat. Perbuatan musuh-musuh Israel sangat kejam, sampai merusak tanah, membunuh para nabi Tuhan dan menista Nama Tuhan. Seolah-olah Tuhan berdiam diri, tidak melakukan apa-apa dan membiarkan umat-Nya terlantar. Dalam keterjepitan itu mereka berteriak berapa lama lagi Tuhan (ayat 10-11).
Dalam pergumulan hidup yang berat, tanpa sadar kita bersikap sama dengan Asaf. Mengeluh dan mengadu. Bila itu saja tentu dapat diterima. Tetapi bila menuduh Tuhan berdiam diri membiarkan kita sendiri dalam pergumulan itu, benarkah? Tatkala gereja dibakar dan kristen dianiaya, tidak sedikit dari orang Kristen yang berteriak dalam doa. Namun janganlah isi doa kita seolah mau menuduh Tuhan atau menjadi pahlawan bagi Tuhan dengan bertindak sebagai pembela nama dan kehormatan Tuhan. Benarkah sikap demikian? Siapakah kita sehingga kita mau menjadi penasehat Tuhan? Dalam pergumulan hidup bawalah dengan tulus seluruh pergumulan Anda tanpa mendikte Tuhan. Biarlah Allah akan bertindak sendiri sebagai pahlawan kita.
Belajar dari kisah Tuhan dalam sejarah. Doa Asaf tidak berhenti di situ. Asaf merenungkan ulang mengingat sejarah perbuatan Tuhan atas umat-Nya, dari Kejadian bahkan Keluaran seterusnya (ayat 12-17). Bukankah dalam sejarah Indonesia Kristen melihat jelas kisah perbuatan dahsyat Allah? Tepat seperti Musa dan Harun, dengan mengangkat hati kita pasrah kepada Tuhan, kita yakin bahwa Tuhan sendiri bertindak demi kehendak dan nama-Nya. Tuhan tahu apa yang harus Ia lakukan untuk Indonesia. Angkatlah hati kepada Tuhan agar perkara yang kita pasrahkan kepada-Nya, diurus dan diselesaikan-Nya. Jangan sekali-kali bertindak menurut batas budi dan daya kita sendiri!
Doa: Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga. Kuyakin bahwa hal-hal di bumiku ini sedang Kau urus agar merupakan wujud KerajaanMu.
SH: Mzm 74:1-23 - Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman (Senin, 22 Oktober 2001) Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman
Adakalanya untuk menghasilkan pertumbuhan iman yang mampu
menerobos cangkang-cangkang pembatasnya d...
Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman
Adakalanya untuk menghasilkan pertumbuhan iman yang mampu menerobos cangkang-cangkang pembatasnya dibutuhkan suatu proses perombakan yang radikal. Proses ini tidaklah terjadi secara otomatis, melainkan dikerjakan Tuhan dengan cara yang menggoncangkan. Inilah saatnya Tuhan menghancurkan keyakinan lama kita dan membentuknya kembali menjadi iman yang bertumbuh semakin sempurna.
Proses seperti inilah yang dialami bangsa Israel ketika mereka menyaksikan hancurnya Bait Allah, yang telah menyatu dengan kehidupan keagamaan dan sosial mereka. Bagi bangsa Israel, seluruh identitas dan pusat kehidupan mereka tergantung pada Bait Allah, sehingga dengan hancurnya Bait Allah hancurlah seluruh identitas, pegangan, pusat dan arah hidup mereka. Melalui proses seperti inilah Tuhan menuntun iman mereka hingga bertumbuh melampaui batasan-batasan pemahaman yang membelenggu mereka.
Bangsa Israel melantunkan nyanyian ratapan untuk mengungkapkan ketidakmengertian mereka mengapa Tuhan membiarkan Bait Allah dihancurkan (ayat 1, 10, 11). Namun melalui peristiwa ini mereka dituntun untuk: [1] keluar dari keterbatasan cangkang iman mereka. Melalui peristiwa ini mereka menyadari bahwa Tuhan tidaklah dibatasi, tersimpan, dan terikat oleh Bait Allah. Sebab Ia lebih besar dari Bait Allah.
Lenyapnya Bait Allah tidaklah berarti lenyapnya Tuhan di antara mereka; [2] memiliki fokus iman yang tepat, yakni iman yang tidak lagi berpusat pada Bait Allah di Yerusalem, melainkan kepada Tuhan (ayat 18, 22, 23) yang melampaui kemampuan kapak dan beliung untuk menghancurkan-Nya; [3] memahami bahwa Tuhan berkuasa menaklukkan kekacauan. Ia menaklukkan kekacauan pada masa yang lampau (ayat 13-17), dan hancurnya Bait Allah adalah sama seperti kekacauan pada masa yang lampau. Berdasarkan hal inilah mereka menemukan pengharapan bagi pemulihan Bait Allah dan pertolongan mereka (ayat 18-23).
Renungkan: Keadaan yang menggoyahkan Anda dapat menjadi sarana untuk menyelami kuasa Allah yang menaklukkan kekacauan, serta memiliki iman yang terarah pada fokus yang benar. Belajar menerima apa yang sedang Tuhan kerjakan dalam hidup Anda sebelum Anda belajar mengerti maksud-Nya adalah cara yang bijaksana.
SH: Mzm 74:1-23 - Allah membela umat-Nya (Kamis, 21 April 2005) Allah membela umat-Nya
Mazmur ini adalah suatu nyanyian ratapan atas Bait Allah yang
telah dihancurkan ketika Yerusalem diinvasi oleh bangsa Bab...
Allah membela umat-Nya
Mazmur ini adalah suatu nyanyian ratapan atas Bait Allah yang
telah dihancurkan ketika Yerusalem diinvasi oleh bangsa Babel
pada tahun 587 SM. Umat Allah telah dibawa ke pembuangan. Sion,
tempat mezbah Allah pernah ada dan yang merupakan lambang
kehadiran Allah sendiri telah menjadi celaan di antara
bangsa-bangsa kafir (ayat 3-9). Peristiwa penghancuran itu
rupanya sudah berlangsung lama, sementara Yerusalem dan Bait
Suci masih tetap menjadi reruntuhan, dan umat Tuhan belum
kembali dari pembuangan. Keadaan itu membuat peMazmur bertanya
"Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya?" (ayat 1a).
Sepertinya Allah telah melupakan umat-Nya sendiri (ayat 2,19)
dan mendiamkan serta membiarkan umat-Nya tertindas yang justru
membuat para musuh mencela dan menista Dia (ayat 9-11).
Dalam situasi yang tidak berpengharapan itu ternyata peMazmur tidak berpaling dari Allah. Ia percaya bahwa Allah yang disembahnya berkuasa atas alam semesta ini. (ayat 12-17). Oleh keyakinan itu ia mohon supaya Allah bangkit menolong umat-Nya. PeMazmur memberikan alasan bahwa perbuatan para musuh kepada mereka itu sebenarnya dilakukan kepada Allah sendiri. TUHANlah yang dicela dan dinista oleh para musuh (ayat 18,22-23). PeMazmur juga mengingatkan Allah akan perjanjian yang Allah telah ikat dengan umat-Nya. Atas dasar perjanjian itu peMazmur mohon supaya Allah bertindak menyelamatkan mereka (ayat 20-22).
Saat Gereja ditindas dan dianiaya oleh musuh-musuh Allah, ingatlah bahwa sesungguhnya Allah sendirilah yang dicela dan dinista oleh mereka. Ingat juga bahwa Allah kita adalah Allah Semesta Alam. Ia berdaulat atas semua kejadian di muka bumi ini. Panjatkan doa mohon pertolongan yang sama dengan yang dipanjatkan oleh si peMazmur. Keberanian doa kita juga didasarkan oleh ikatan perjanjian Tuhan dengan Gereja-Nya di dalam Tuhan Yesus.
Ingat: Kristus adalah kepala Gereja yang akan bertindak membela umat-Nya demi nama-Nya dan pada waktu-Nya.
SH: Mzm 74:1-23 - Kembalilah mengasihi kami! (Rabu, 28 Oktober 2009) Kembalilah mengasihi kami!
Tragis! Itulah kata yang cocok untuk mendeskripsikan kondisi saat
Yerusalem hancur dan awal pembuangan ke Babel. Bait...
Kembalilah mengasihi kami!
Tragis! Itulah kata yang cocok untuk mendeskripsikan kondisi saat
Yerusalem hancur dan awal pembuangan ke Babel. Bait Allah
dimusnahkan dan orang fasik bersorak-sorai. Umat Allah
mencemaskan kalau-kalau Allah sudah meninggalkan mereka (ayat
Pertama, Dia adalah Allah yang berdaulat atas umat-Nya. Maka kehancuran Bait Allah dan penistaan yang dilakukan musuh terhadap umat Tuhan bukan terjadi karena Allah tidak sanggup menolong. Sebaliknya Allah sedang menyatakan murka-Nya atas dosa mereka. Ia sedang memakai para musuh untuk menghukum umat-Nya. Itu sebabnya pemazmur menaikkan doa permohonannya agar Tuhan menyudahi murka dan penghukuman-Nya atas mereka (ayat 1-2, 10-11). Bukankah mereka sudah habis-habisan? Tiada lagi simbol Ilahi, bahkan nabi-nabi pun menghilang (ayat 9). Kiranya Tuhan kembali berbelas kasihan dan memulihkan mereka.
Kedua, pemazmur mengingat bahwa Allah berdaulat atas alam semesta. Karya-Nya diberlakukan untuk penyelamatan dan bukan untuk merusak (ayat 12). Tidak ada yang luput dari kemahakuasaan-Nya.
Ketiga, oleh karena itu pemazmur memohon dengan kembali meyakini
bahwa Tuhan tak akan terus menerus membiarkan mereka menderita.
Demi nama-Nya (ayat 1) dan karena kasih dan kesetiaan-Nya, Ia
akan kembali membela umat-Nya, merpati Allah (ayat 19; bnd.
Kita perlu belajar bersyukur dan tetap percaya kepada Tuhan, bahkan waktu murka-Nya dinyatakan kepada kita karena dosa-dosa kita. Murka dan hukuman-Nya bukan tanda Ia membenci kita, melainkan tanda kasih-Nya yang suci. Saatnya akan datang, Dia akan kembali membela, memulihkan, dan menyayangi kita lagi demi nama-Nya. Kalau saat itu belum datang, nantikan dengan iman!
SH: Mzm 74:1-23 - Tidak untuk selamanya (Minggu, 2 September 2012) Tidak untuk selamanya
Mazmur 74 adalah keluhan yang bersifat komunal. Keluhan umat adalah karena musuh yang telah menjajah dan menjarah negeri mereka...
Tidak untuk selamanya
Mazmur 74 adalah keluhan yang bersifat komunal. Keluhan umat adalah karena musuh yang telah menjajah dan menjarah negeri mereka (4-8). Penindasan itu begitu berat, sementara Tuhan sepertinya berdiam diri (9). Mereka merasa terbuang dari Tuhan (1), seperti burung merpati dalam cengkeraman binatang liar (19).
Bila konteks keluhan ini adalah pembuangan ke Babel, maka perasaan terbuang "untuk seterusnya" atau selama-lamanya sangat wajar (1, 3, 10, 19). Bagi Yehuda ini adalah pengalaman terjajah dan terbuang yang terberat sejak Bait Allah didirikan. Bagi generasi yang lahir pada masa pembuangan, pertanyaan mereka tentunya, apakah untuk seterusnya kami akan terjajah dan tertindas seperti ini?
Pemazmur mewakili umat memohon agar Tuhan kembali peduli kepada mereka. Bukankah Tuhan pada masa lampau telah membuktikan diri-Nya yang berkuasa atas semesta alam (12-17)? Bagaimana mungkin Allah yang sedemikian seperti tidak berdaya menghadapi para musuh umat-Nya? Kalau dahulu Allah sudah pernah menang menghadapi perbudakan Israel oleh Mesir. Bagaimana mungkin sekarang Allah seakan membiarkan para musuh yang 'menang'? Nama Tuhan dipertaruhkan bila umat-Nya terus menerus dilecehkan musuh (10, 18, 22). Bagian akhir mazmur ini adalah permohonan agar Tuhan segera menolong dan memulihkan mereka.
Dari perspektif Kristen, Kristus sudah menang tuntas di Golgota. Walaupun kemenangan yang sempurna baru kita nikmati pada kedatangan-Nya kedua kali, sekarang ini dan dalam berbagai kesempatan kita boleh mengalami kemenangan Tuhan atas berbagai musuh. Maka, bila kita sebagai umat-Nya mengalami berbagai penderitaan dan aniaya oleh karena iman kita kepada-Nya, jangan berhenti berharap. Ubahlah pertanyaan pemazmur dari "berapa lama lagi...?"(10) menjadi pernyataan, "tidak untuk selamanya!"
SH: Mzm 74:1-17 - Allah Rajaku (1) (Minggu, 17 Juli 2016) Allah Rajaku (1)
Ini adalah nyanyian ratapan umat Allah karena hancurnya Bait Allah oleh musuh (3-8) yang kemungkinan rusak pada zaman raja Antiokhus...
Allah Rajaku (1)
Ini adalah nyanyian ratapan umat Allah karena hancurnya Bait Allah oleh musuh (3-8) yang kemungkinan rusak pada zaman raja Antiokhus Epifanes atau ketika Bait Allah dihancurkan bangsa Babel (2Raj. 25:9; Yes. 64:10).
Akibat serangan musuh, Bait Allah menjadi hancur (3, 5, 6, 8) dan tempat kudus Allah dikuasai (4) serta dinajiskan (7). Kepedihan Asaf, sang penulis mazmur ini, semakin bertambah ketika ia sadar bahwa tidak ada lagi tanda-tanda Tuhan berfirman melalui perantaraan para nabi (9). Allah seakan-akan diam dan tidak berbuat apa-apa di tengah situasi yang menghancurkan bait-Nya (10-11). "Mengapa Allah diam saja menyaksikan umat-Nya ditindas dan Bait-Nya dihancurkan? Bukankah mudah bagi Tuhan untuk menyelamatkan mereka dan menghukum para musuh yang telah menghina tempat kudus Tuhan?" Menurut Asaf, inilah tanda murka Allah terhadap umat-Nya (1).
Menariknya, meski Allah tampak diam bagi umat-Nya, tetapi Asaf ingat bahwa Allah bukanlah Allah yang tidak mampu bertindak. Asaf ingat kemahakuasaan Allah yang telah terbukti di masa lampau (12-15). Asaf juga ingat kedaulatan Allah atas alam semesta (16-17). Ya, Asaf mengingat siapa Allah yang ia sembah, Allah Pencipta alam semesta, Allah yang adalah "Rajaku, " kata Asaf (12). Ini berarti Asaf mengenal Allah dengan sangat personal.
Dalam pergumulan melihat Bait Suci yang rusak, Asaf mungkin bingung ketika Allah tampaknya diam saja. Namun Asaf tidak kehilangan iman karena ia ingat Allah seperti apa yang ia sembah selama ini, yaitu Allah yang adalah "Rajaku". Oleh karena itu, bersama dengan umat, Asaf meminta Allah pun mengingat dan mempedulikan umat-Nya (2).
Belakangan ini, gereja Tuhan di berbagai tempat mengalami hambatan, penolakan, bahkan penganiayaan. Tidak sedikit tempat ibadah umat Allah didemo atau ditutup oleh massa. Dalam situasi apa pun, marilah kita tetap teguh beriman kepada Allah. Allah mampu dan akan bertindak menolong umat-Nya sesuai waktu dan kehendak-Nya. [MFS]
SH: Mzm 74:1-23 - Doa dengan Memberikan Alasan (Selasa, 19 November 2019) Doa dengan Memberikan Alasan
Allah yang kudus tidak akan "membebaskan orang yang bersalah dari hukuman" (Kel. 34:7). Umat Israel terus-menerus berdos...
Doa dengan Memberikan Alasan
Allah yang kudus tidak akan "membebaskan orang yang bersalah dari hukuman" (Kel. 34:7). Umat Israel terus-menerus berdosa dan memberontak kepada Allah. Namun, Ia akan menghukum mereka. Apa yang harus dilakukan ketika Allah sedang menghukum kita? Mazmur 74 mengajarkan apa yang perlu dilakukan.
Pemazmur memulai dengan pertanyaan mengapa Allah masih terus murka terhadap umat-Nya (1). Ia memohon supaya Allah kembali mengingat umat-Nya yang telah ditebus dan dijadikan milik-Nya (2). Alasannya adalah karena musuh telah menghancurkan dan menistakan tempat kudus Allah (4-7). Apalagi, Allah tidak lagi mengirimkan nabi-Nya sehingga umat tidak tahu berapa lama lagi Ia akan membiarkan nama-Nya dinistakan (9-10), padahal TUHAN adalah Allah yang Maha Dahsyat yang memiliki seluruh bumi (12-17). Karena itu, pemazmur menutup mazmur ini dengan memohon supaya Tuhan tidak membiarkan nama-Nya dinistakan (18, 22-23) dan jangan melupakan perjanjian serta umat-Nya (20-21).
Pemazmur juga memohon Tuhan untuk cepat bertindak menyelamatkan umat-Nya dengan memberikan beberapa alasan, yaitu: mereka yang dibuang adalah umat Tuhan yang telah ditebus oleh-Nya; mereka itu umat perjanjian-Nya; para musuh mereka telah menista nama dan tempat kudus Tuhan.
Beberapa alasan tersebut memperlihatkan pemazmur mengerti bahwa Tuhan adalah Allah yang Mahatahu dan Mahakuasa. Saat yang sama, Tuhan mau umat-Nya melakukan kewajibannya, termasuk bertekun dalam doa. Inilah alasan mengapa Tuhan perlu segera menolong umat-Nya.
Ketika Tuhan murka terhadap kita yang sering melakukan berbagai dosa, maka kita perlu bertobat dan memohon belas kasihan-Nya. Selain itu, kita perlu memberikan alasan mengapa Tuhan perlu secepatnya menolong agar kita mengerti apa yang perlu didoakan dan percaya bahwa kita telah berdoa dengan benar seturut kehendak-Nya.
Doa: Mampukan aku untuk mengerti apa yang aku doakan. [IT]
Utley -> Mzm 74:1-11
Utley: Mzm 74:1-11 - --NASKAH TERJEMAHAN BARU: Mazm 74:1-111 Nyanyian pengajaran Asaf. Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya? Mengapa menyala murka-Mu terhadap k...
NASKAH TERJEMAHAN BARU: Mazm 74:1-11
1 Nyanyian pengajaran Asaf. Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya? Mengapa menyala murka-Mu terhadap kambing domba gembalaan-Mu? 2 Ingatlah akan umat-Mu yang telah Kauperoleh pada zaman purbakala, yang Kautebus menjadi bangsa milik-Mu sendiri! Ingatlah akan gunung Sion yang Engkau diami. 3 Ringankanlah langkah-Mu ke tempat yang rusak terus-menerus; segala-galanya telah dimusnahkan musuh di tempat kudus. 4 Lawan-lawan-Mu mengaum di tempat pertemuan-Mu dan telah mendirikan panji-panji mereka sebagai tanda. 5 Kelihatannya seperti orang mengayunkan tinggi-tinggi sebuah kapak kepada kayu-kayuan yang lebat, 6 dan sekarang ukir-ukirannya seluruhnya dipalu mereka dengan kapak dan beliung; 7 mereka menyulut tempat kudus-Mu dengan api, mereka menajiskan tempat kediaman nama-Mu sampai pada tanah; 8 mereka berkata dalam hatinya: "Baiklah kita menindas mereka semuanya!" Mereka membakar segala tempat pertemuan Allah di negeri. 9 Tanda-tanda kami tidak kami lihat, tidak ada lagi nabi, dan tidak ada di antara kami yang mengetahui berapa lama lagi. 11 10 Berapa lama lagi, ya Allah, lawan itu mencela, dan musuh menista nama-Mu terus-menerus? 11 Mengapa Engkau menarik kembali tangan-Mu, menaruh tangan kanan-Mu di dada?
Mazm 74:1 Kekalahan dan pendudukan Tanah Perjanjian (oleh Asyur, Babel, dan Persia) itu begitu kmencengangkan bagi pemazmur hingga ia menanyakan pertanyaan yang dipikirkan oleh semua umat perjanjian. Mereka merasa diri mereka "istimewa" (lih. Kel 19:5-6), tapi lupa bahwa janji-janji Allah sifatnya tergantung pada kesetiaan ketaatan mereka (lih. Kel 19:5; Im 26; Ul 27; 28; 29; 30) Berkat dan perlindungan yang berlimpah dari Allah adalah bagian Allah, tetapi umat-Nya juga memiliki tanggung jawab (yaitu, ketaatan, lih. Ul 10:12-13).
Pemazmur menyajikan doanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan (NASB).
- 1. Mazm 74:1 - dua pertanyaan
- 2. Mazm 74:10 - satu pertanyaan
- 3. Mazm 74:11 - satu pertanyaan
□ "menyala murka-Mu" Ini secara harfiah adalah "lubang hidung-Mu membara." Ini adalah sebuah ungkapan antropomorfik (lihat Topik Khusus:\\See id_TOPIKUTLEY 00029\\ ALLAH DIGAMBARKAN SEBAGAI MANUSIA (BAHASA ANTHROPOMORPHIC)) dari penghakiman Allah (lihat Topik Khusus:\\See id_TOPIKUTLEY 00041\\ API).
Mazm 74:2 "Ingatlah" Ini adalah yang pertama dari tiga penggunaan istilah ini (BDB 269, KB 269, Qal IMPERATIVE, Mazm 74:2,18,22). Pemazmur meminta Tuhan untuk mengingat perjanjian-Nya (Mazm 74:20, "mempertimbangkan perjanjian," BDB 613, KB 661, Hiphil IMPERATIVE, lih. Mazm 106:45; Im 26:42).
Para pemimpin OT sering mendoakan doa ini. Mereka ingin Allah mengingat janji-janji-Nya dan melupakan dosa-dosa mereka! Pada intinya mereka berdoa agar karakter belas kasihan Allah mengabaikan pelanggaran perjanjian mereka. Ini sungguh menggambarkan lemahnya kinerja manusia sebagai cara untuk mendekati Tuhan! Namun demikian, ini juga menunjuk pada kebutuhan akan sebuah "perjanjian baru" (lih. Yer 31:31-34; Yeh 36:22-38.), berdasarkan kemurahan YHWH sebagai dasar penerimaan dan syukur sebagai panggilan kepada kehidupan yang saleh.
□ "yang telah Kauperoleh" ini adalah citra PL yang suatu menggunakan istilah komersial ("pembelian," BDB 888, KB 1111, Qal PERFECT) untuk menggambarkan perjanjian YHWH (lih. Kel 15:13,16; Ul 32:6). Mereka adalah milik-Nya karena pilihan-Nya dan tindakan-Nya sendiri, bukan prestasi mereka (lih. Ul 9:4-6).
□ "pada zaman purbakala" Frasa ini menjunjuk pada suatu tindakan Allah di masa lalu. Dalam Mazm 74:12-17 ini merujuk pada penciptaan; di sini merujuk pada Keluaran.
Dalam Mazmur ini tindakan Allah baik dalam penciptaan maupun Keluaran digabung. Sulitlah untuk secara lebih spesifik pada Ungkapan, KATA KERJA atau ayat yang mana, hal ini merujuk.
Keadaan umat perjanjian saat ini adalah tragis (Mazm 74:3). Pemazmur menyinggung tindakan penyelamatan/pembebasan oleh Allah di masa lalu (yaitu, bisa kekacauan mula-mula atau perbudakan Mesir).
□ "tebus" KATA KERJA ini (BDB 145, KB 169, Qal PERFECT) merupakan sebuah konsep sentral dalam (1) Keluaran (lih. Kel 6:6; 15:13) dan (2) tujuan teologis dari sistem pengorbanan di Israel. lihat Topik Khusus: TEBUSAN / MENEBUS.
□ "bangsa milik-Mu" Frasa ini tidak merujuk ke salah satu dari tiga belas suku dari Yakub, tetapi kepada mereka seluruhnya (lih. Yer 10:16; 51:19). Dalam Yes 63:17 "bangsa" berbentuk JAMAK tetapi juga merujuk pada benih Yakub / Israel dan janji-janji mula-mula kepada Abram (lih. Kej 12; 15; 17).
□ "gunung Sion" Lihat catatan di Mazm 2:6; 9:11; 20:2. lihat Topik Khusus: SION.
Mazm 74:3 Bentuk Hiphil IMPERATIVE ("mengangkat") adalah permohnan doa lain lagi yang meminta Tuhan untuk kembali ke lokasi dari Bait Suci tempat Ia berdiam sebelumnya (Mazm 74:2c, "Engkau diami," BDB 1014, KB 1496, Qal PERFECT).
Tempat kudus-Nya telah dikuasai, dirusak, dan diduduki oleh para penjajah kafir (Mazm 74:3-4).
□ "musuh" Perhatikan cara-cara yang berbeda untuk menandai para penjajah kafir ini.
- 1. musuh-musuh – Mazm 74:3,10,18
- 2. lawan-lawan – Mazm 74:4,10,23
- 3. orang-orang bodoh, Mazm 74:18,22
- 4. binatang liar, Mazm 74:19
Ada dua saran tentang latar belakang sejarah yang membangkitkan peratapan nasional ini.
- 1. invasi Neo-Babilonia 586 SM, yang membakar Bait Suci (lih. Mazm 137)
- 2. invasi Edom di 485 SM, yang menajiskan dan merusak Bait Suci.
Mazm 74:4-8 Perhatikan paralelisme yang nampak jelas yang menggunakan, "mereka…" (NASB). Ayat-ayat ini menggambarkan apa yang telah dilakukan oleh para penjajah kafir yang seharusnya menyebabkan YHWH bertindak atas nama Israel.
- 1. mereka telah merusak bait suci, Mazm 74:3a (lih. Rat 2:6)
- 2. mereka telah mengaum (yaitu, simbol kemenangan, lih. Rat 2:7) di bait suci, Mazm 74:4a
- 3. telah mendirikan panji-panji mereka sebagai tanda (yaitu, bendera, ukiran, altar), Mazm 74:4b
- 4. mereka menghancurkan karya seni tempat kediaman YHWH, Mazm 74:5-6
- 5. mereka menghancurkan bait suci dengan api, Mazm 74:7a (yaitu, 2Raj 25:9; 2Taw 36:19)
- 6. mereka menajiskan bait suci, Mazm 74:7b
- 7. mereka ingin menghancurkan warisan Allah seluruhnya, Mazm 74:8a
- 8. mereka membakar semua tempat-tempat kudus lokal yang bersifat YHWH, Mazm 74:8b
Mazm 74:4 "Lawan-lawan-Mu" Jika pembakaran bait suci yang disebutkan dalam Mazm 74:7 adalah sama dengan 2Raj 25:9, maka lawan ini adalah bangsa Babel (lih. Rat 2).
□ "mengaum di tempat pertemuan-Mu" Citra ini menjelaskan pendudukan bangsa kafir atas kawasan bait suci. KATA KERJA "mengaum" ini (BDB 980, KB 1367, Qal PERFECT) menunjukkan pemusnahan yang ganas dan berkemenangan atas tempat kediaman kudus Allah. KATA KERJA ini digunakan untuk singa, yang menggambarkan kerakusan dan kekuatan dari para penjajah kafir tersebut (lih. Yes 5:29; Yer 2:15).
Mazm 74:5-6 Dahood, di Alkitab Jangkar (Vol 17b, hal 202), mengatakan "Ayat Mazm 74:5,6 adalah yang paling kabur dan sulit dari seluruh Mazmur." Dalam konteks ini pasti menggambarkan apa yang dilakukan oleh para penjajah kafir tersebut terhadap bait suci sebelum mereka membakarnya. Ini menggambarkan kemarahan si penjajah terhadap tempat ibadah kudus YHWH. Mereka ingin untuk benar-benar mempermalukan Allah Israel.
Mazm 74:5 LXX memiliki baris pembuka yaitu "seakan memasuki pintu masuk di atas" (yaitu, pintu masuk bagian atas bait suci). Akar Ibraninya, הלע (BDB 750-751) dapat berarti
- 1. daun, dedaunan
- 2. Seluruh korban bakaran
- 3. pendakian, tangga
Dalam ayat ini saya menganggap itu merujuk pada sebuah pintu masuk ke bait suci atau wilayah bait suci.
Mazm 74:6 "palu… kapak" Kedua istilah ini (BDB 506 dan BDB 476) hanya muncul di sini dalam PL. Mazmur ini memiliki banyak istilah yang langka dan unik.
Citra dari "kapak" dan "beliung" ini mungkin mencerminkan deskripsi Yeremia akan tentara Babel (lih. Yer 46:22-23).
Mazm 74:8 "Baiklah kita menindas mereka semuanya!" Ada ketidakpastian di dalam Naskah Masoretiknya. Baris ini bisa merujuk kepada
- 1. pemusnahan secara kesluruhan dari umat perjanjian
- 2. penghancuran bait suci dan situs-situs ibadah lokal
Mazm 74:9-11 Umat perjanjian tidak mampu memahami apa yang nampak sebagai ketidak-hadiran dan diamnya YHWH. Dia telah memilih untuk tidak bertindak dan bahkan telah mengambil para pembicara profetik-Nya. Mereka memohon kepada-Nya untuk bertindak, untuk membela Nama dan bait suci dan umat-Nya!
Masalah ini memiliki beberapa aspek.
- 1. Jika penyerangnya adalah bangsa Babel maka YHWH berperang di pihak mereka.
- 2. Israel adalah obyek murka-Nya karena penyembahan berhala dan ketidaksetiaan mereka.
- 3. Namun demikian, YHWH memiliki suatu rencana penebusan kekal yang melibatkan keturunan Abraham (lihat Topik Khusus:\\See id_TOPIKUTLEY 00265\\ RENCANA PENEBUSAN KEKAL YHWH).
- 4. Dia akan menghakimi dan sekaligus membebaskan Israel!
Mazm 74:9 "nabi" Lihat paralelnya di Rat 2:9
TOPIK KHUSUS: Nubuatan PL
Mazm 74:10 YHWH menggunakan orang kafir untuk menghakimi umat-Nya tetapi mereka pada akhirnya akan dihakimi juga karena
- 1. caci maki mereka - BDB 357, KB 355, Piel IMPERFECT, lih. Mazm 74:18 (contoh lain: Zef 2:8,10)
- 2. mereka menghina Namanya - BDB 610, KB 658, Piel IMPERFECT
Bentuk IMPERFECT ini menggambarkan tindakan dan sikap yang sedang berlangsung.
□ "Berapa lama lagi" Ini adalah pertanyaan yang berulang dalam Mazmur-mazmur ini (Mazm 6:3; 13:1; 44:23-24; 79:5; 80:4; 85:5; 89:46; 90:13; 94:3). Informasi ini harus datang dari seorang imam atau nabi.
- 1. Bait suci telah dihancurkan (tidak ada imam-imam)
- 2. tidak ada nabi-nabi (Mazm 74:9)
Ini adalah pertanyaan yang ditanyakan oleh semua para pengikut setia yang menderita dalam sebuah dunia yang jatuh dan tidak sempurna. Dunianya mungkin saja jatuh, tapi Tuhan masih tetap memegang kendali (Mazm 74:12-17).
□ "Nama-Mu" lihat Topik Khusus: "NAMA" YHWH.
Mazm 74:11 kurangnya dukungan YHWH kepada Israel ini mengirimkan pesan yang salah kepada dunia (lih. Yeh 36:22-38). Dia harus bertindak untuk menunjukkan kepada dunia siapakah Diri-Nya dan maksud tujuan-Nya yang lebih agung (Mazm 59:13-15).
□ "Tangan kanan-Mu" Lihat Topik Khusus:\\See id_TOPIKUTLEY 00029\\ ALLAH DIGAMBARKAN SEBAGAI MANUSIA (BAHASA ANTHROPOMORPHIC)).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Mazmur (Pendahuluan Kitab) Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang...
Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang
Judul Ibrani untuk kitab Mazmur adalah _tehillim_, yang berarti "puji-pujian"; judul dalam Septuaginta (PL dalam bahasa Yunani, dikerjakan sekitar 200 SM) ialah _psalmoi_, yang berarti "nyanyian yang diiringi alat musik gesek atau petik".
Musik memainkan peranan penting dalam ibadah Israel (1Taw 15:16-22; bd.Mazm 149:1--150:6); mazmur-mazmur menjadi nyanyian pujian Israel. Berbeda dengan sebagian besar syair dan nyanyian di dunia Barat yang ditulis dengan sajak dan irama, syair dan nyanyian PL didasarkan pada kesejajaran pemikiran di mana baris(-baris) kedua (atau yang berikutnya) pada hakikatnya menyatakan ulang (kesejajaran sinonim), memperlihatkan kontras (kesejajaran antitetikal), atau secara progresif melengkapi baris yang pertama (kesejajaran sintetik). Ketiga bentuk kesejajaran ini dipakai dalam Mazmur. Mazmur terdini yang diketahui digubah oleh Musa pada abad ke-15 SM (Mazm 90:1-17); sedangkan yang paling akhir adalah dari abad ke-6 sampai ke-5 SM (mis. Mazm 137:1-9). Akan tetapi, sebagian besar dari mazmur ditulis pada abad ke-10 SM semasa zaman keemasan puisi Israel.
Judul-judul atau kalimat pembukaan pada permulaan sebagian besar mazmur (dalam Alkitab Indonesia menjadi bagian dari mazmur), sekalipun bukan bagian asli dan terilham dari mazmur, sudah berusia tua (sebelum Septuaginta) dan penting. Isi dari kalimat pembukaan itu berbeda-beda, meliputi kategori seperti
- (1) nama penulis (mis. Mazm 47:1-10, "Dari bani Korah"),
- (2) bentuk mazmur (mis. Mazm 32:1-11, "nyanyian pengajaran" [bah. Inggris "maskil"] syair hasil renungan atau bertujuan mengajar),
- (3) istilah-istilah musik (mis. Mazm 4:1-9, "Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi"),
- (4) catatan liturgis (mis. Mazm 45:1-18, "Nyanyian kasih" [versi Inggris NIV -- nyanyian pernikahan]), dan
- (5) catatan sejarah singkat (mis. Mazm 3:1-9, "Mazmur Daud ketika ia lari dari Absalom, anaknya").
Mengenai penulis mazmur-mazmur ini, kalimat pembukaan menyebutkan Daud selaku penggubah 73 mazmur, Asaf 12 (seorang Lewi yang berkarunia musik dan nubuat, lih. 1Taw 15:16-19; 2Taw 29:30), bani Korah 10 (keluarga dengan karunia musik), Salomo 2, dan masing-masing satu oleh Heman, Etan, dan Musa. Kecuali Musa, Daud, dan Salomo, semua penggubah lainnya adalah imam atau orang Lewi dengan karunia musik dan tanggung jawab dalam ibadah kudus pada masa pemerintahan Daud. Lima puluh mazmur tidak diketahui penggubahnya. Acuan-acuan alkitabiah dan sejarah memberi kesan bahwa Daud (bd. 1Taw 15:16-22), Hizkia (Ams 25:1; bd. 2Taw 29:25-30), dan Ezra (bd. Neh 10:39; Neh 11:22; Neh 12:27-36,45-47) terlibat pada waktu yang berlainan dalam memilih mazmur-mazmur untuk dipakai bersama di Yerusalem. Penyusunan kitab ini yang terakhir mungkin dilakukan pada masa Ezra dan Nehemia (450-400 SM).
Tujuan
Kitab Mazmur, sebagai doa dan pujian yang diilhamkan Roh, ditulis, secara umum, untuk mengungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan Allah.
- (1) Banyak yang ditulis sebagai doa kepada Allah, mengungkapkan
- (a) kepercayaan, kasih, penyembahan, ucapan syukur, pujian, dan kerinduan akan persekutuan erat;
- (b) kekecewaan, kesesakan mendalam, ketakutan, kekhawatiran, penghinaan dan seruan untuk pembebasan, kesembuhan, atau pembenaran.
- (2) Yang lain ditulis sebagai nyanyian yang mengungkapkan pujian, ucapan syukur, dan pemujaan kepada Allah dan hal-hal besar yang telah dilakukan-Nya.
- (3) Beberapa mazmur berisi bagian-bagian penting berhubungan dengan Mesias.
Survai
Selaku suatu kumpulan dari 150 mazmur, kitab ini meliput bermacam-macam pokok, termasuk penyataan tentang Allah, ciptaan, umat manusia, keselamatan, dosa dan kejahatan, keadilan dan kebenaran, penyembahan dan pujian, doa dan hukuman. Allah dipandang dengan beraneka ragam cara: sebuah benteng perlindungan, batu karang, perisai, gembala, tentara, pencipta, penguasa, hakim penebus, pemelihara, penyembuh, dan penuntut balas; Ia mengungkapkan kasih, kemarahan, dan belas kasihan, dan Ia ada di mana-mana, mengetahui segala sesuatu dan mahakuasa. Umat Allah juga dilukiskan dengan aneka cara: biji mata, domba, orang kudus, orang jujur dan benar yang diangkat-Nya dari sumur berlumpur, menempatkan kakinya pada batu karang, dan menaruh nyanyian baru di dalam mulut mereka. Allah mengarahkan langkah-langkah mereka, memuaskan kerinduan rohani mereka, mengampuni semua dosa mereka, menyembuhkan segala penyakit mereka dan menyediakan tempat tinggal kekal bagi mereka.
Salah satu cara yang bermanfaat untuk meninjau kitab ini ialah dengan berbagai kategori umum yang dipakai untuk menggolongkan mazmur-mazmur ini (dengan agak bertumpang-tindih).
- (1) _Nyanyian Haleluya atau pujian_ : mazmur-mazmur ini membesarkan nama, kemegahan, kebaikan, kebesaran, dan keselamatan Allah (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 21:1-13; Mazm 33:1--34:22; Mazm 103:1--106:48; Mazm 111:1--113:9; Mazm 115:1--117:2; Mazm 135:1-21; Mazm 145:1--150:6).
- (2) _Nyanyian Ucapan Syukur_ : Mazmur-mazmur ini mengakui pertolongan Allah dalam menyelamatkan dan membebaskan seseorang atau Israel selaku bangsa (mis. Mazm 18:1-50; Mazm 30:1-12; Mazm 34:1-22; Mazm 41:1-13; Mazm 66:1-20; Mazm 92:1-15; Mazm 100:1-5; Mazm 106:1-48; Mazm 116:1-19; Mazm 118:1-29; Mazm 124:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 136:1-26; Mazm 138:1-8).
- (3) _Mazmur Doa dan Permohonan_ : Tercakup mazmur-mazmur ratapan dan permohonan kepada Allah, kerinduan akan Allah, dan syafaat bagi umat Allah (mis. Mazm 3:1--6:10; Mazm 13:1-6; Mazm 43:1-5; Mazm 54:1-7; Mazm 67:1-7; Mazm 69:1--70:5; Mazm 79:1--80:19; Mazm 85:1--86:17; Mazm 88:1-52; Mazm 90:1-17; Mazm 102:1-28; Mazm 141:1--143:12).
- (4) _Mazmur Pengakuan Dosa_ : Berfokus pada pengakuan dosa (mis. Mazm 32:1-11; Mazm 38:1-22; Mazm 51:1-19; Mazm 130:1-8).
- (5) _Nanyian Sejarah Kudus_ : Mengisahkan kembali urusan Allah dengan Israel sebagai bangsa (mis. Mazm 78:1-72; Mazm 105:1--106:48; Mazm 108:1-13; Mazm 114:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 137:1-9).
- (6) _Mazmur Pemahkotaan Tuhan_ : Mazmur-mazmur ini dengan tegas menyatakan bahwa "Tuhan adalah Raja" (mis. Mazm 24:1-10; Mazm 47:1-9; Mazm 93:1-5; Mazm 96:1--99:1-99:9).
- (7) _Nyanyian Liturgis_ : Mazmur-mazmur ini digubah untuk perayaan atau kebaktian khusus (mis. Mazm 15:1-5; Mazm 24:1-10; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 113:1--118:29; keenam mazmur terakhir ini dipergunakan dalam perayaan Paskah setiap tahun).
- (8) _Mazmur Kepercayaan dan Pengabdian_ : Mazmur-mazmur ini mengungkapkan:
- (a) kepercayaan seseorang akan integritas Allah dan pertolongan kehadiran-Nya, dan
- (b) pengabdian hati kepada Allah (mis. Mazm 11:1-8; Mazm 16:1-11; Mazm 23:1-6; Mazm 27:1-14; Mazm 31:1--32:11; Mazm 40:1-17; Mazm 46:1-11; Mazm 56:1-13; Mazm 62:1--63:11; Mazm 91:1-16; Mazm 119:1-176; Mazm 130:1--131:3; Mazm 139:1-24).
- (9) _Nyanyian Ziarah_ : Juga disebut "Nyanyian-nyanyian Zion" atau "Nyanyian-nyanyian Pendakian" yang dinyanyikan oleh para peziarah sepanjang perjalanan mereka ke Yerusalem untuk perayaan Paskah, Pentakosta, atau Pondok Daun setiap tahun (mis. Mazm 43:1-5; Mazm 46:1-11; Mazm 48:1-14; Mazm 76:1-12; Mazm 84:1-12; Mazm 87:1-7; Mazm 120:1--134:3).
- (10) _Nyanyian Penciptaan_ : Mazmur-mazmur ini mengakui hasil perbuatan Allah di sorga dan di bumi (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 19:1-14; Mazm 29:1-11; Mazm 33:1-22; Mazm 65:1-13; Mazm 104:1-35).
- (11) _Mazmur-mazmur Hikmat dan Pendidikan_ : Mazmur-mazmur ini merenungkan cara-cara Allah dan mendidik kita mengenai kebenaran (mis. Mazm 1:1-6; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 73:1-28; Mazm 112:1-8; Mazm 119:1-176; Mazm 133:1-3).
- (12) _Mazmur Kerajaan atau Mesias_ : Mazmur-mazmur ini melukiskan beberapa pengalaman Raja Daud atau Raja Salomo yang mempunyai makna nubuat dan yang akhirnya digenapi dalam kedatangan Mesias, Yesus Kristus (mis. Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1--41:13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1--69:36; Mazm 72:1-20; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 110:1-7; Mazm 118:1-29).
- (13) _Mazmur Bernada Kutukan_ : Mazmur-mazmur ini mengundang kutukan atau hukuman Allah atas orang fasik (mis. Mazm 7:1-17; Mazm 35:1-28; Mazm 55:1-23; Mazm 58:1-11; Mazm 59:1-17; Mazm 69:1-36; Mazm 109:1-31; Mazm 137:1-9; Mazm 139:19-22). Karena banyak orang Kristen bingung oleh mazmur-mazmur ini, perlu diperhatikan bahwa mazmur kutukan ini digubah selaku ungkapan semangat demi nama Allah, keadilan, dan kebenaran-Nya, dan dari kebencian kuat terhadap kejahatan dan bukan karena perasaan dendam yang picik. Pada hakikatnya mazmur-mazmur ini berseru kepada Allah agar meninggikan orang benar dan merendahkan orang fasik.
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai kitab Mazmur ini.
- (1) Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang (Mazm 119:1-176), yang terpendek (Mazm 117:1-2) dan ayat tengah (Mazm 118:8).
- (2) Sebagai kitab nyanyian dan ibadah Ibrani, kerohaniannya yang dalam dan luas itu menjadikan kitab ini bagian PL yang paling digemari dan dibaca oleh orang percaya.
- (3) "_Haleluya_" (pujilah Tuhan), istilah Ibrani yang diakui secara universal di kalangan orang percaya, dipakai 28 kali dalam Alkitab, 24 di antaranya dalam kitab ini. Di dalam Mazm 150 pujian kepada Tuhan mencapai puncaknya dan menyampaikan pujian yang utuh dan sempurna kepada Tuhan.
- (4) Tidak ada kitab lain di Alkitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungan dengan Allah dan kehidupan ini. Nyanyian pujian dan pengabdian mengalir dari gunung-gunung tertinggi, dan seruan-seruan keputusasaannya timbul dari lembah-lembah terdalam.
- (5) Sekitar separuh mazmur mencakup doa iman di tengah kesengsaraan.
- (6) Inilah kitab yang paling banyak dikutip di PB.
- (7) Berisi banyak "pasal kesayangan" seperti pasal Mazm 1:1-6; Mazm 23:1-6; Mazm 24:1-10; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 84:1-12; Mazm 91:1-16; Mazm 103:1-22; Mazm 119:1-176; Mazm 121:1-8; Mazm 139:1-24; dan Mazm 150:1-6.
- (8) Mazmur 119 (Mazm 119:1-176) adalah unik dalam Alkitab karena
- (a) panjangnya (176 ayat),
- (b) kasihnya yang agung kepada Firman Allah, dan
- (c) susunan sastranya yang mencakup 22 stanza dengan masing-masing delapan ayat, dan setiap stanza mengawali setiap ayatnya dengan huruf yang sama, juga setiap stanza memakai huruf yang berturut-turut dari abjad Ibrani sebagai bantuan untuk mengingat (yaitu, suatu akrostik).
- (9) Ciri sastranya yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut paralelisme, mencakup irama pemikiran dan bukan irama sajak atau matra; ciri khas ini menjadikan beritanya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain tanpa terlalu banyak kesulitan.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Ada 186 kutipan dari kitab Mazmur dalam PB, jauh lebih banyak daripada kitab PL lainnya. Jelaslah bahwa mazmur-mazmur begitu meresap dalam hati Yesus dan penulis kitab PB lainnya dan bahwa Roh Kudus sering memakai mazmur di dalam ajaran Yesus dan ayat-ayat lain di mana Yesus menggenapi Alkitab selaku Mesias yang dinubuatkan. Misalnya, Mazm 110:1-7 yang singkat (7 ayat) dikutip lebih banyak dalam PB daripada pasal PL lainnya; mazmur ini berisi nubuat tentang Yesus sebagai Mesias, sebagai Anak Allah dan sebagai imam abadi menurut peraturan Melkisedek. Mazmur Mesias lainnya yang dikenakan kepada Yesus dalam PB adalah:Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1-17; Mazm 41:1-13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 69:1-36; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 109:1-31; dan Mazm 118:1-29. Mazmur ini dikenakan kepada
- (1) Yesus selaku nabi, imam, dan raja;
- (2) kedua kedatangan-Nya;
- (3) kedudukan sebagai Anak dan sifat-Nya;
- (4) penderitaan dan kematian-Nya yang mendamaikan; dan
- (5) kebangkitan-Nya. Ringkasnya, Mazmur termasuk kitab PL dengan nubuat paling terinci tentang Kristus dan tertanam sangat dalam di seluruh amanat para penulis PB.
Full Life: Mazmur (Garis Besar) Garis Besar
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!:...
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!: Mazmur 42-72
(Mazm 42:1-72:19)
III. Kitab 3 !!: Mazmur 73-89
(Mazm 73:1-89:52)
IV. Kitab 4 !!: Mazmur 90-106
(Mazm 90:1-106:48)
V. Kitab 5 !!: Mazmur 107-150
(Mazm 107:1-150:1-6)
Matthew Henry: Mazmur (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena beg...
- Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena begitu banyaknya terdapat hal-hal mengenai Kristus dan Injil-Nya, dan juga tentang Allah dan hukum-Nya di dalamnya, sehingga kitab ini disebut sebagai intisari atau ringkasan dari kedua Perjanjian. Sejarah Israel yang banyak tersedia bagi kita, memungkinkan kita untuk mengikuti dan mempelajarinya, dan di sana disajikan dan diajarkan kepada kita pengetahuan tentang Allah. Kitab Ayub membawa kita memasuki proses belajar mengajar, serta memberikan kita berbagai pemikiran dan debat berguna tentang Allah dan pemeliharaan-Nya. Tetapi, kitab ini membawa kita masuk ke dalam ruang mahakudus, menjauhkan kita dari pergaulan sehari-hari dengan sesama, dengan para politisi, ahli filsafat, atau para pembantah dunia ini, dan mengarahkan kita memasuki persekutuan dengan Allah, dengan menghibur jiwa kita dan membawanya beristirahat di dalam Dia, dengan mengangkat dan membuat hati kita berserah kepada-Nya. Dengan demikian kita dapat berada di atas gunung bersama Allah. Dan kalau sudah begini, kita sungguh tidak tahu apa yang menjadi keuntungan kita bila kita tidak berkata, “Betapa bahagianya berada di tempat ini.” Mari kita selidiki:
- I. Judul kitab ini.
- 1. Kitab ini disebut Mazmur. Judul ini yang dirujuk di dalam Lukas 24:44. Orang Ibrani menyebutnya Tehillim, yang dengan tepat menunjukkan Mazmur-mazmur Pujian, karena banyak di mazmur di dalam kitab tersebut yang bercorak seperti itu. Namun, Mazmur merupakan sebuah kata yang lebih umum maknanya, yang berarti semua gubahan apa saja yang punya susunan tertentu yang cocok untuk dinyanyikan, dan isinya bisa bersifat sejarah, pengajaran, permohonan, maupun puji-pujian. Meskipun bernyanyi itu selayaknya menyuarakan rasa sukacita, namun tujuan nyanyian lebih luas maksudnya. Nyanyian itu membantu kita untuk mengingat sesuatu, dan untuk mengungkapkan maupun menggairahkan semua perasaan lain seperti halnya perasaan sukacita ini. Imam-imam memiliki nyanyian ratapan maupun sukacita. Dengan demikian, menyanyikan mazmur sudah merupakan ibadah bagi kita dan maksudnya yang luas, karena kita bukan hanya diarahkan untuk memuji Allah, tetapi juga untuk mengajar dan menegur seorang akan yang lain di dalam mazmur, dan puji-pujian, dan nyanyian rohani (Kol. 3:16).
- 2. Kitab ini disebut Kitab Mazmur. Begitulah yang disebut oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 1:20. Kitab ini merupakan kumpulan mazmur-mazmur, yaitu semua mazmur yang diilhamkan secara ilahi. Meskipun mazmur-mazmur ini digubah dalam berbagai masa dan berbagai kesempatan, semuanya dikumpulkan bersama-sama di dalam kitab ini tanpa rujukan atau ketergantungan satu sama lain. Dengan demikian semua mazmur ini terpelihara dari kemungkinan tercecer atau hilang, dan siap digunakan bagi kebaktian jemaat. Lihatlah, betapa baiknya Tuan yang kita layani, betapa menyenangkannya jalan-jalan hikmat yang disediakan-Nya, sehingga saat kita diperintahkan untuk bernyanyi, yang cukup membuat kita menjadi sibuk, mulut kita pun dipenuhi-Nya dengan kata-kata dan tangan kita disediakan dengan nyanyian-nyanyian.
- II. Penulis kitab ini. Tidak diragukan lagi bahwa pada mulanya semua mazmur ini berasal dari Roh yang mulia. Mazmur adalah nyanyian rohani, firman yang diajarkan oleh Roh Kudus. Penulis sebagian besar mazmur ini adalah Daud, anak Isai, yang karena itu ia diberi gelar sebagai pemazmur yang disenangi di Israel (2Sam. 23:1). Beberapa mazmur yang tidak mencantumkan namanya di dalam judul, dengan jelas dianggap berasal dari dia di tempat lain dalam Alkitab, seperti Mazmur 2 (Kis. 4:25), Mazmur 96 dan 105 (1Taw. 16). Satu mazmur dinyatakan dengan jelas sebagai doa Musa (Mzm. 90). Beberapa mazmur diisyaratkan ditulis oleh Asaf (2Taw. 29:30), di mana dikatakan bahwa orang-orang Lewi menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan dengan kata-kata Daud dan Asaf. Di situ dikatakan bahwa Asaf adalah seorang pelihat atau nabi. Beberapa mazmur tampaknya ditulis kemudian pada masa yang jauh setelah itu, misalnya Mazmur 137, yang ditulis ketika masa pembuangan di Babel. Namun, dapat dipastikan bahwa sebagian besar mazmur ditulis oleh Daud sendiri, yang sangat mahir dalam hal puisi dan musik. Daud memang ditetapkan, memenuhi syarat, dan digerakkan untuk menegakkan ibadah bermazmur di dalam jemaat Allah, seperti halnya Musa dan Harun di zaman mereka, yang menegakkan ibadah korban. Ibadah yang ditegakkan oleh Musa dan Harun sudah digantikan, tetapi yang ditegakkan Daud tetap ada, dan akan tetap ada sampai akhir zaman, ketika ditelan oleh nyanyian-nyanyian kekekalan. Di sini Daud menjadi gambaran dari Kristus, yang adalah keturunannya, bukan keturunan Musa, karena Ia datang untuk mengambil alih korban sembelihan (keluarga Musa segera hilang dan punah setelah itu), selain juga untuk menegakkan dan mengabadikan sukacita dan pujian. Sebab keturunan Daud di dalam Kristus tidak akan pernah berakhir.
- III. Tujuan kitab ini. Maksud dan tujuannya jelas.
- 1. Untuk membantu apa yang telah dipraktikkan dalam agama alamiah dan untuk menyalakan perasaan saleh dalam jiwa manusia yang harus kita baktikan kepada Allah sebagai pencipta, pemilik, pengatur, dan pelindung kita. Kitab Ayub membantu membuktikan dasar-dasar mengenai kesempurnaan dan penyelenggaraan ilahi. Namun, kitab ini membantu kita untuk mengungkapkan dan membuktikan kepercayaan kita akan dasar-dasar yang kita yakini itu di dalam doa dan pujian, dalam pengakuan akan hasrat hati kita akan Dia, ketergantungan kita kepada-Nya, serta seluruh ibadah dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Di dalam bagian lain dalam Kitab Suci ditunjukkan bahwa Allah itu tak terbatas mengatasi manusia dan bahwa Dia itu Tuhan yang berdaulat di atas segalanya. Namun demikian, Kitab Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa kita yang seperti binatang menjalar di bumi ini boleh bergaul dengan Dia. Selain itu, kalau bukan karena salah kita sendiri, ada banyak cara di mana kita bisa tetap bersekutu dengan Dia dalam rupa-rupa keadaan hidup kita sebagai manusia.
- 2. Untuk mempromosikan dan memajukan keunggulan agama wahyu, dan dengan cara yang paling menyenangkan menganjurkannya kepada dunia. Sedikit saja, atau tidak ada hukum seremonial (yang hanya bersifat upacara saja) yang muncul di seluruh Kitab Mazmur. Meskipun korban sembelihan dan korban sajian tetap berlanjut selama berabad-abad, namun di sini kedua hal itu digambarkan sebagai hal yang tidak berkenan kepada Allah (Mzm. 40:7; 51:19), sebagai hal yang kurang bermakna, yang pada saatnya nanti akan lenyap. Namun, firman dan hukum Allah, khususnya bagian-bagian yang berbicara tentang akhlak dan kewajiban yang kekal, ada tertulis di sini untuk diagungkan dan dihormati, lebih daripada yang tertulis di mana pun juga. Dan Kristus yang menjadi puncak dan pusat agama wahyu, yang menjadi dasar, batu penjuru, dan batu utama dari bangunan yang dimuliakan itu, dibicarakan dengan jelas dalam kitab ini dalam bentuk pelambangan dan nubuat. Di sini dibicarakan semua penderitaan-Nya dan kemuliaan yang mengikutinya, serta kerajaan yang hendak dibangun-Nya di dunia ini. Di dalam kerajaan inilah kovenan Allah dengan Daud mengenai kerajaannya digenapi. Betapa tingginya nilai yang diberikan kitab ini terhadap firman Allah, terhadap segala ketetapan dan penghakiman-Nya, serta terhadap kovenan dan janji-janji agung dan mulia-Nya untuk menepati kovenan-Nya itu. Karena itu, betapa kitab ini sangat menganjurkan kita untuk menggunakan firman-Nya, ketetapan dan penghakiman-Nya serta kovenan dan janji-janji-Nya itu sebagai pedoman dan jangkar kita, serta sebagai warisan kita sampai selama-lamanya!
- IV. Manfaat kitab ini. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menanamkan terang ilahi ke dalam pemahaman kita. Namun, manfaat kitab ini terutama sangat unggul dalam menanamkan kehidupan dan kuasa ilahi, serta kehangatan yang kudus ke dalam perasaan kita. Tidak ada satu pun tulisan dalam Alkitab yang lebih bermanfaat dalam membantu ibadah renungan orang-orang kudus dibandingkan kitab ini. Manfaat tersebut telah dinikmati oleh jemaat segala zaman, sejak mazmur ini ditulis dan beberapa bagiannya dikirimkan kepada pemimpin biduan untuk keperluan kebaktian jemaat.
- 1. Mazmur ini bermanfaat untuk dinyanyikan. Untuk menyanyikan lagu himne dan nyanyian rohani, kita boleh mencari di luar mazmur-mazmur Daud, tetapi kita tidak perlu itu. Aturan persajakan dalam bahasa Ibrani tidak jelas, bahkan oleh orang-orang terpelajar sekalipun. Namun demikian, mazmur-mazmur ini seyogyanya dibawakan sesuai dengan aturan persajakan setiap bahasa, setidaknya supaya dapat dinyanyikan untuk mendidik jemaat. Menurut saya, sangatlah menghibur kita, bila kita menyanyikan mazmur Daud, karena kita mempersembahkan puji-pujian kepada Allah yang persis sama seperti yang dipersembahkan kepada-Nya pada masa Daud dan raja-raja Yehuda yang saleh lainnya. Begitu kaya dan indah gubahan puisi-puisi ilahi ini, sehingga tidak akan pernah menjemukan dan lekang karena waktu.
- 2. Kitab mazmur ini bermanfaat untuk dibacakan dan dinyatakan oleh para pelayan Kristus, karena mazmur ini mengandung kebenaran-kebenaran yang agung dan mulia, serta peraturan mengenai baik dan jahat. Tuhan kita Yesus menjelaskan mazmur-mazmur kepada murid-murid-Nya, mazmur-mazmur Injil, dan Ia membukakan pemahaman mereka (karena Ia memegang kunci Daud) untuk memahaminya (Luk. 24:44).
- 3. Mazmur ini bermanfaat untuk dibaca dan direnungkan oleh semua orang baik. Mazmur ini menjadi sumber melimpah yang darinya semua orang akan menimba air dengan kegirangan.
- (1) Pengalaman pemazmur sangat bermanfaat untuk membimbing, memperingatkan, dan menguatkan kita. Pemazmur sering memberi tahu kita tentang apa yang terjadi antara Allah dan jiwanya. Ia memberi tahu kita apa yang dapat kita harapkan dari Allah dan apa yang Ia harapkan serta kehendaki dari kita sehingga Ia berkenan kepada kita. Daud adalah orang yang memiliki hati Allah. Oleh karena itu, orang-orang yang sedikit banyak memiliki hati seperti Daud bolehlah berharap bahwa mereka juga diperbarui oleh anugerah Allah sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Banyak orang sangat merasa terhibur saat hati nurani mereka menyaksikan kebenaran mazmur-mazmur ini, sehingga dengan segenap hati mereka dapat berkata, “Amin” atas doa-doa dan puji-pujian Daud.
- (2) Bahkan ungkapan-ungkapan yang digunakan pemazmur juga sangat bermanfaat. Melalui ungkapan ini Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan doa-doa kita, sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa kepada Allah. Kapan saja kita mendekati Allah, dan juga saat kita kembali kepada Dia untuk pertama kalinya, kita dibimbing untuk membawa serta kata-kata penyesalan (Hos. 14:3), kata-kata ini, yang diajarkan oleh Roh Kudus. Jika kita membuat mazmur-mazmur Daud ini akrab dengan kita seperti yang seharusnya kita lakukan, maka saat kita menghampiri takhta anugerah, untuk maksud apa saja, untuk membuat pengakuan, permohonan, atau ucapan syukur, kita akan terbantu karenanya. Apa pun perasaan saleh yang bekerja di dalam diri kita, hasrat atau pengharapan, kepedihan atau sukacita yang kudus, kita akan menemukan di sana kata-kata yang tepat yang dapat kita ungkapkan, perkataan benar yang tidak dapat disalahkan. Akan sangat baik bila kita mengumpulkan dari Kitab Mazmur ini ungkapan-ungkapan peribadatan dan renungan yang paling sesuai dan paling menggerakkan hati, dan kemudian mengatur dan mengelompokkannya menurut beberapa topik doa, supaya lebih mudah bagi kita untuk menggunakannya. Bisa juga, sekali-sekali kita pilih mazmur tertentu yang berbeda-beda dan berdoa memakai mazmur pilihan itu. Ketika kita berdoa dengan cara ini, kita mencerna ayat-ayatnya dalam pikiran kita dan mempersembahkan hasil renungan itu kepada Allah. Cendekiawan Dr. Hammond (Theolog Inggris, 1605-1660), menulis dalam kata pengantar buku tafsirannya atas Kitab Mazmur (bagian 29) sebagai berikut, “Bahwa merenungkan beberapa bagian mazmur sampai hati kita dipengaruhi, digerakkan dan diteguhkan oleh hidup dan daya yang ada dalam ayat-ayat mazmur itu sungguh lebih baik daripada sekadar mengucapkannya mengikuti sang pemazmur itu, sebab dalam ibadah-ibadah, tidak ada yang harus dihindari selain daripada tindakan-tindakan pengulangan yang tidak membangkitkan perasaan apa-apa di dalam hati.” Seperti yang dinasihatkan oleh Augustinus (354-430, theolog dan filsuf Kristen – pen.), “Jika kita membangun roh kita dengan perasaan yang dikandung dalam mazmur, maka kita boleh yakin akan perkenanan Allah saat kita menggunakan perkataan yang dipakai dalam Mazmur itu.” Mazmur ini bukan hanya dapat membantu kita untuk merenung dan membangkitkan perasaan kita untuk menyembah, memuji dan memuliakan Allah, tetapi juga menjadi petunjuk bagi kita untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita, serta mengajar kita cara untuk jujur di jalan kita, sehingga pada akhirnya kita akan melihat keselamatan yang dari Allah (Mzm. 50:23). Kitab Mazmur ini bukan hanya sangat bermanfaat bagi jemaat Perjanjian Lama, tetapi lebih-lebih lagi bagi kita orang-orang Kristen, kitab mazmur ini lebih bermanfaat dibandingkan dengan jemaat yang hidup sebelum kedatangan Kristus. Karena sama seperti korban-korban Musa, demikian jugalah nyanyian-nyanyian Daud dibuat menjadi jelas dan terpahami oleh Injil Kristus yang membawa kita memasuki selubung itu. Demikianlah, dengan doa-doa dan puji-pujian Daud, semua doa Rasul Paulus dalam surat-suratnya, serta nyanyian-nyanyian baru dalam Kitab Wahyu, kita akan diperlengkapi untuk perbuatan baik ini, karena semua tulisan itu membuat manusia kepunyaan Allah itu sempurna.
- Mengenai pembagian kitab ini, kita tidak perlu sampai begitu cermat. Tidak ada (atau sangat jarang ada) hubungan antara satu mazmur dengan mazmur lainnya, juga tidak ada alasan tertentu dalam pengurutan mazmur yang satu sesudah yang lainnya seperti yang ada sekarang. Walaupun demikian, tampaknya mazmur yang ditempatkan pertama itu berasal dari masa kuno, karena mazmur yang kedua sekarang berasal dari zaman para rasul (Kis. 13:33). Salinan bahasa Latin kuno yang kasar (bukan klasik) menggabungkan pasal kesembilan dan kesepuluh. Semua penulis Katolik Roma mengikuti pembagian itu. Oleh karena itu pencantuman nomor pasal di seluruh Kitab Mazmur mereka selalu kurang satu dibandingkan salinan kita (yang bukan Katolik – pen.). Kita mencantumkan pasal 11, mereka pasal 10, kita menulis pasal 119, mereka mencantumkan pasal 118. Namun, mereka membagi pasal 147 menjadi dua pasal, sehingga jumlah seluruh pasal mencapai 150. Beberapa orang berusaha mengurangi jumlah pasal tersebut dengan mengelompokkannya di bawah beberapa judul yang sesuai menurut pokok masalah yang dibicarakan dalam mazmur-mazmur itu. Namun, sering didapati banyak keragaman pokok pembicaraan dalam satu mazmur yang sama, sehingga penggabungan tersebut tidak dapat dibuat dengan pasti. Namun, tujuh Mazmur penyesalan dosa dengan cara tertentu telah disatukan sebagai ibadah oleh banyak orang. Mazmur-mazmur tersebut adalah pasal 6, 32, 38, 51, 102, 130, dan 143. Kitab Mazmur dibagi menjadi lima kitab yang masing-masing diakhiri dengan kata Amin, ya Amin, atau Haleluya. Kitab pertama di akhiri oleh pasal 41, yang kedua oleh pasal 72, yang ketiga oleh pasal 89, yang keempat oleh pasal 106, dan yang kelima oleh pasal 150. Sebagian orang lagi membagi Kitab Mazmur ini menjadi tiga bagian besar yang masing-masing memuat lima puluh pasal. Sebagian lain lagi membagi menjadi enam puluh bagian, dua bagian untuk setiap hari, pagi dan petang, selama sebulan. Biarlah setiap orang Kristen yang baik membagi kitab ini untuk mereka masing-masing, sehingga mereka dapat meningkatkan pengenalan mereka akan isi dan maksud tulisan ini dengan cara yang paling baik dan sesuai. Dengan demikian, dalam setiap kesempatan apa saja mereka dapat menyanyikan mazmur ini di dalam roh dan dengan pengertian yang penuh.