Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Mzm 30:1-12
Jerusalem: Mzm 30:1-12 - Nyanyian syukur karena selamat dari bahaya Seorang yang (rupanya) sembuh dari sakit parah mengucapkan syukur kepada Tuhan. Dua kali dikatakan bagaimana sakitnya dan bagaimana penderita minta to...
Seorang yang (rupanya) sembuh dari sakit parah mengucapkan syukur kepada Tuhan. Dua kali dikatakan bagaimana sakitnya dan bagaimana penderita minta tolong, Maz 30:2-6,7-12. Barangkali penyanyi ini mengiringi korban syukur yang dipersembahkan orang yang sembuh dari penyakit, Maz 30:5,12. Dalam judul, Maz 29:1, dikatakan bahwa mazmur ini dipakai dalam perayaan ulang tahun pentahbisan bait Allah.
Ende -> Mzm 30:1-12; Mzm 30:8
Ende: Mzm 30:1-12 - -- Seorang jang sembuh dari penjakitnja jang keras mengutjap sjukur dengan lagu
ini. Dua kali dikatakan bagaimana ia sakit, lalu bermohon dan disembuhkan...
Seorang jang sembuh dari penjakitnja jang keras mengutjap sjukur dengan lagu ini. Dua kali dikatakan bagaimana ia sakit, lalu bermohon dan disembuhkan (Maz 30:1-5,6-12). Barangkali lagu inipun adalah pengiringan kurban sjukur, jang dipersembahkan orang jang sembuh dari sakit (Maz 30:4,12). Menurut kepalanja dipergunakan dalam ibadat untuk ulang tahun pentahbisan Bait-Allah.
Ende: Mzm 30:8 - -- Artinja: Apakah gunanja kematian seseorang bagi Jahwe. Orang mati (debu) kan
tiada sanggup lagi memulihkanNja menurut anggapan Hibrani jang kuno.
Artinja: Apakah gunanja kematian seseorang bagi Jahwe. Orang mati (debu) kan tiada sanggup lagi memulihkanNja menurut anggapan Hibrani jang kuno.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mzm 30:6-12
Matthew Henry: Mzm 30:6-12 - Doa dan Pujian Doa dan Pujian (30:7-13)
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati kisah tentang tiga keadaan yang dialami oleh Daud secara berturut-turut dan bagaimana tan...
Doa dan Pujian (30:7-13)
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati kisah tentang tiga keadaan yang dialami oleh Daud secara berturut-turut dan bagaimana tanggapan hatinya terhadap Allah dalam setiap keadaan itu, yaitu apa yang dia katakan dan lakukan, dan bagaimana hatinya tergugah. Dalam keadaan yang pertama kita bisa melihat bagaimana kita cenderung bersikap, sementara di kedua keadaan lainnya kita dapat melihat bagaimana kita seharusnya bersikap.- I. Dia telah begitu lama mengalami kesenangan, lalu kemudian merasa aman-aman saja dan terlalu meyakini bahwa semuanya itu akan berlangsung selamanya (ay. 7-8): “Dalam kesenanganku, sewaktu tubuhku sehat dan Allah telah melepaskanku dari segala musuhku, aku berkata: “Aku takkan goyah untuk selama-lamanya! Tidak pernah sekalipun aku berpikir bahwa tubuhku akan melemah dan pemerintahanku akan terguncang. Juga tidak pernah terlintas di benakku mengenai bahaya apa pun yang dapat menghadang.” Kemenangan-kemenangan-Nya atas para penentangnya begitu telak, dan kepentingannya begitu tertanam di hati orang-orangnya, pikirannya teguh dan tubuhnya gagah perkasa, sehingga dia mengira bahwa kejayaannya akan terus berdiri sekokoh gunung. Akan tetapi, semua itu tidak diakuinya sebagai akibat dari hikmat atau kegagahannya sendiri, melainkan karena kebaikan ilahi. TUHAN, oleh karena Engkau berkenan, Engkau telah menempatkan aku di atas gunung yang kokoh(ay. 8). Dia tidak menganggap keberhasilannya itu sebagai sorganya (sebagaimana yang biasa dilakukan orang duniawi, yang menjadikan kejayaan sebagai kebahagiaan mereka), melainkan hanya gunungnya. Gunung itu masih menjejak tanah, hanya dinaikkan sedikit lebih tinggi dari ketinggian biasa. Kejayaan itu, pikirnya, akan terus berlangsung baginya oleh karena perkenan Allah. Mungkin dia membayangkan bahwa setelah mengalami banyak kesukaran pada masa mudanya, dia telah selesai menjalani semua itu dan kini tidak ada lagi kesukaran yang tersisa. Atau, dia berpikir bahwa Allah, setelah menunjukkan kepadanya begitu banyak tanda-tanda kebaikan-Nya, tidak akan pernah lagi murka kepadanya. Perhatikanlah,
- 1. Ketika segala sesuatu berjalan dengan lancar, kita cenderung suka mengimpikan bahwa semua itu akan terus berlangsung dan tidak sebaliknya. Besok akan sama seperti hari ini. Seolah-olah kita berpikir bahwa hanya karena suatu hari cuaca cerah, maka keadaan akan tetap seperti itu. Padahal, tidak ada yang lebih pasti daripada bahwa keadaan itu akan berubah.
- 2. Saat semua pengharapan kita mengecewakan, maka kita harus merenungkan semuanya dengan merasa malu akan keyakinan kita itu sebagai suatu kebodohan kita. Seperti inilah yang dilakukan Daud di sini. Dengan begitu kita hendaknya menjadi lebih bijaksana di kemudian hari dan bergembira di dalam kejayaan kita seolah-olah kita tidak bergembira, sebab masa keemasan pun akan selalu memudar.
- II. Tiba-tiba saja dia jatuh ke dalam kesukaran, lalu ia pun berdoa kepada Allah dan memohon dengan sangat supaya diberikan kelegaan dan pertolongan.
- 1. Gunungnya berguncang dan begitu pun dirinya. Terbuktilah bahwa saat merasa diri aman-aman saja, justru keadaannya sangatlah rentan: “Ketika Engkau menyembunyikan wajah-Mu, aku terkejut, dalam pikiranku, tubuhku dan keadaanku.” Dalam setiap perubahan keadaannya itu, pandangannya masih saja melekat kepada Allah. Dan, sebagaimana ia mengakui bahwa semua kejayaannya disebabkan oleh kebaikan Allah, begitu pun di dalam kesusahannya dia mengakui bahwa penyebabnya adalah karena Allah sedang menyembunyikan wajah-Nya. Ketika Allah menyembunyikan wajah-Nya, orang benar pun terkejut, sekalipun tidak ada bencana lain yang menimpa dia. Saat matahari terbenam malam pastilah datang, dan bulan beserta bintang-bintang tidak mampu membuat malam malam menjadi siang.
- 2. Saat gunungnya berguncang dia pun mengarahkan pandangannya ke atas bukit-bukit. Doa merupakan obat bagi segala rasa sakit, dan hal itu dipakai Daud secara tepat. Adakah seorang yang menderita? Adakah yang sedang dilanda masalah? Baiklah ia berdoa. Sekalipun Allah menyembunyikan wajah-Nya terhadap dia, dia tetap saja berdoa. Jika Allah berpaling dari kita dalam hikmat dan keadilan-Nya, bodoh dan tidak adil sekali jika kita pun berpaling dari-Nya. Tidak. Biarlah kita belajar untuk berdoa di dalam kekelaman (ay. 9): Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru! Sepertinya, semakin Allah menarik diri, semakin gencar pula doa yang dia panjatkan. Di sini kita mendapati segala sesuatu yang dicatatkan Daud, yaitu,
- (1) Apa yang dia kemukakan (ay. 10).
- [1] Bahwa Allah tidak akan diuntungkan dengan kematiannya: Apakah untungnya kalau darahku tertumpah? Kalimat itu menyiratkan bahwa dia rela mati jika kematiannya dapat menjadi pelayanan yang berarti bagi Allah atau bagi negerinya (Flp. 2:17). Akan tetapi, dia tidak melihat ada gunanya bila dia mati di ranjangnya karena sakit penyakit, tidak seperti jika ia mati dengan lebih terhormat. “Tuhan,” ujarnya, “akankah Engkau menjual salah satu dari umat-Mu dengan cuma-cuma dan tidak mengambil keuntungan apa-apa dari penjualan itu?” ( 44:13). Bukan hanya itu,
- [2] Bahwa, sehubungan dengan kehormatan-Nya, Allah tampaknya akan menjadi orang yang rugi jika dia mati: Dapatkah debu bersyukur kepada-Mu? Roh yang telah disucikan, yang kembali kepada Allah, akan memuji-Nya, akan terus memuji-Nya. Akan tetapi, debu yang kembali ke tanah, tidak akan memuji-Nya ataupun memberitakan kesetiaan-Nya. Pelayanan di rumah Allah tidak dapat dilakukan oleh debu, sebab debu tidak bisa memuji Dia. Tidak ada yang dapat dipakai atau dikerjakan di dalam kubur, sebab tempat itu adalah negeri kesunyian. Janji-janji dari kovenan Allah tidak dapat digenapi kepada debu. “Tuhan,” kata Daud, “jika aku mati sekarang, apa jadinya janji yang telah Engkau ikrarkan kepadaku? Siapa yang akan memberitakan kebenaran janji-Mu itu?” Dasar doa yang paling baik adalah kebenaran yang diambil dari kehormatan Allah. Jadi, kita sudah bersikap benar jika kita meminta kehidupan ketika kita dapat melihat bahwa dengan kehidupan itu kita bisa hidup dan memuji-Nya.
- (2) Apa yang ia doakan (ay. 11). Dia berdoa meminta belas kasihan untuk diampuni (Kasihanilah aku, TUHAN) dan anugerah untuk mendapat pertolongan pada waktu dibutuhkan – Tuhan, jadilah penolongku! Kita pun dapat menghampiri takhta anugerah dengan penuh keberanian untuk meminta kedua hal tersebut (Ibr. 4:16).
- III. Pada waktu yang tepat, Allah pun menyelamatkannya dari segala kesukaran dan memulihkan kejayaannya. Doa-doanya dijawab dan ratapannya telah diubahkan menjadi tari-tarian (ay. 12). Murka Allah hanya berlangsung sesaat saja dan tangisan Daud hanya berlangsung semalam saja. Kain kabung yang dikenakannya dengan penuh kerendahan hati untuk memohonkan pemeliharaan ilahi, kini terlepas. Dukacitanya telah diangkat, ketakutannya diredakan, dan penghiburannya kembali. Kini dia berikatpinggangkan kesukaan, dan sukacita menjadi perhiasan dan kekuatan yang terus melekat padanya, sebagaimana sabuk terikat di pinggang seseorang. Daud tiba-tiba terperosok ke dalam kesukaran dari puncak kejayaannya, sama sekali tanpa diduganya, dan ini mengajarkan kita untuk bersukacita seolah-olah kita tidak bersukacita karena kita tidak tahu seberapa dekat kesukaran mengintai kita. Demikian pula, pemulihannya ke dalam keadaannya yang jaya dengan tiba-tiba mengajari kita untuk menangis seolah-olah kita tidak menangis, sebab kita tidak tahu seberapa cepat badai itu akan menjadi reda dan sesegera apa hardikan angin ganas mereda menjadi angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Tetapi bagaimanakah pikirannya saat dia mengalami perubahan yang menyenangkan dalam perkaranya itu? Apa yang kini ia katakan? Dia pun memberitahukannya kepada kita (ay. 13).
- 1. Keluhan-keluhannya berubah menjadi puji-pujian. Dia yakin bahwa Allah memasangkan ikat pinggang sukacita kepadanya sampai pada kesudahannya supaya dia menjadi pemazmur yang disenangi di Israel (2 Sam. 23:1), supaya kemuliaannya menyatakan pujian kepada Allah, yaitu lidahnya (sebab lidah kita adalah kemuliaan kita, dan ini hanya terjadi bila lidah itu digunakan untuk memuji Allah) atau jiwanya, sebab itulah kemuliaan yang kita miliki melebihi makhluk lainnya, dan harus digunakan untuk memuji Tuhan, dan dengan jiwa kitalah kita harus menyenandungkan irama yang manis ketika menyanyikan mazmur. Orang-orang yang telah diselamatkan dari lobang kubur yang hening tidak boleh berdiam diri di negeri orang-orang yang hidup, melainkan harus terus memuji Allah dengan lantang dan terang-terangan.
- 2. Puji-pujian ini sepertinya akan terus berlangsung untuk selamanya: Untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu. Hal ini menyiratkan tekadnya yang kuat bahwa dia akan terus memantapkan hati sampai ajalnya untuk terus memuji Allah. Ini juga menunjukkan pengharapannya yang tulus agar dia tidak pernah kehabisan alasan untuk terus memuji dan bahwa dia sebentar lagi akan berada di tempat di mana puji-pujian itu berlangsung selamanya. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Demikianlah kita harus belajar untuk menyesuaikan diri kita di dalam bermacam-macam keadaan yang diizinkan Allah untuk menimpa diri kita, baik itu keadaan berkekurangan maupun berkelimpahan, keadaan untuk bernyanyi tentang belas kasihan maupun tentang penghakiman. Untuk semua keadaan ini kita harus bernyanyi memuji Allah.
SH: Mzm 30:1-12 - Sukacita juga menderita (Sabtu, 24 Maret 2001) Sukacita juga menderita
Dalam tradisi Yahudi, mazmur ini digunakan pada hari
raya Pentahbisan Bait Allah (1 bdk. Yoh. 10:22) dimana
pada hari itu o...
Sukacita juga menderita
Dalam tradisi Yahudi, mazmur ini digunakan pada hari raya Pentahbisan Bait Allah (1 bdk. Yoh. 10:22) dimana pada hari itu orang Yahudi memperingati pentahbisan ulang Bait Allah setelah dihancurkan oleh musuh-musuh mereka pada abad ke-2 s.M. Berarti mazmur ini penting bagi Kristen secara komunitas. Namun yang harus diperhatikan adalah walaupun mazmur ucapan syukur ini dinyanyikan secara bersama oleh umat Allah, mazmur ini bersumber dari pengalaman pribadi Daud. Karena itu untuk mendapatkan makna yang dalam dari mazmur ini bagi kehidupan Kristen secara komunitas, kita perlu merenungkannya.
Mazmur ini ditulis oleh Daud pada masa tuanya, ketika ia selesai menghitung seluruh pasukannya dan kemudian Allah menghukumnya (2Sam. 24). Dalam mazmur ini memang ada indikasi bahwa Daud telah mengalami penderitaan yang berat baik secara pribadi maupun bersama seluruh rakyatnya (2-6) justru setelah menikmati keamanan dan kesenangan dalam kehidupannya (7). Berkat yang ia nikmati menghasilkan rasa aman dan percaya diri yang terlalu besar. Ia mulai menyombongkan dirinya maka Allah menghukumnya sehingga membuatnya tersadar. Peristiwa ini menyatakan bahwa ketika seseorang mengalami kelimpahan berkat Tuhan di satu bidang kehidupannya, biasanya ia diuji di bidang lainnya. Kesukacitaan dalam pengharapan perlu dibarengi dengan pengalaman akan penderitaan agar tidak menyebabkan dosa dalam kehidupan seseorang. Ketika menyadari kesalahannya (8b), Daud segera bertobat, maka pengampunan dan pemulihan dari Allah segera dialaminya (6, 12). Pertobatan sejati yang diikuti pemulihan akan membuahkan puji-pujian kepada Allah (5-6, 13).
Renungkan: Kehidupan gereja Tuhan di Indonesia di satu sisi memang mengalami berkat yang berkelimpahan secara luar biasa, namun di saat yang sama gereja juga mengalami beberapa penderitaan seperti pengrusakan dan pengeboman gereja-gereja akhir-akhir ini. Kita perlu merenungkan dan merefleksikan peristiwa-peristiwa itu dalam terang mazmur kita hari ini. Ini perlu dilakukan agar kita dapat mengambil tindakan yang tepat, agar pada akhirnya kita dapat tetap memuji dan memuliakan Allah, bahkan mengajak semua orang untuk memuji-Nya.
SH: Mzm 30:1-12 - Dibebaskan dari keangkuhan diri (Jumat, 23 Mei 2003) Dibebaskan dari keangkuhan diri
Manusia adalah makhluk sosial, butuh berinteraksi dengan pihak
lain dalam hubungan berarti dan saling membutuhka...
Dibebaskan dari keangkuhan diri
Manusia adalah makhluk sosial, butuh berinteraksi dengan pihak lain dalam hubungan berarti dan saling membutuhkan. Lebih dari itu, Alkitab memperlihatkan bahwa manusia adalah makhluk rohani. Manusia membutuhkan Allah lebih dari segala kebutuhan lainnya.
Nas ini tidak hanya menunjukkan bahwa manusia sepantasnya membutuhkan dan merindukan kehadiran dan hubungan dengan Allah, pencipta-Nya. Manusia, dalam hal ini sang pemazmur, butuh untuk diselamatkan dari akibat maut keyakinan dan kepuasan akan diri tanpa mengandalkan Allah. "Aku OK-OK saja sendirian dari dulu sampai sekarang", demikian seru pemazmur (ayat 6). Kakinya memijak gunung yang kokoh. Seruan ini keluar dari mulut pemazmur tanpa pikir panjang, karena pemazmur bersaksi bagaimana kemudian ia menemukan dirinya dalam bahaya. Kehadiran Allah menjadi tersembunyi karena pemazmur lupa bahwa Allahlah yang menempatkan dirinya di gunung kokoh tersebut (ayat 7). Perkenan Allah sajalah yang membuatnya selamat. Pada akhirnya, Allah tetap menyelamatkan pemazmur, dan pemazmur dengan sepantasnya memuliakan nama Allah karena perbuatan-Nya. Keyakinan diri pemazmur yang takabur membawanya kepada bahaya, dan Allah berinisiatif menyelamatkannya dari bahaya tersebut.
Pengantar mazmur ini menyatakan bahwa mazmur ini dipakai untuk penahbisan Bait Allah (ayat 1). Pemakaian ini memberikan kesimpulan kepada kita, bahwa ibadah kepada Allah adalah tempat di mana pemazmur dan umat Israel dapat berseru dalam doa permohonan (ayat 3,9-11) dan pujian kepada Allah (ayat 2,13). Kedua hal ini adalah kunci agar umat tidak bersandar kepada diri, dan terus bergantung pada Allah.
Renungkan: Doa dan puji-pujian sejati hanya akan keluar dari mulut setiap orang yang sungguh-sungguh menyerahkan hidupnya untuk bersandar kepada Tuhan.
SH: Mzm 30:1-12 - Ucapan syukur yang tulus (Rabu, 7 Mei 2008) Ucapan syukur yang tulus
Kapan ucapan syukur sungguh-sungguh muncul di hati orang percaya
secara tulus? Bukan hanya pada saat ia merasakan perto...
Ucapan syukur yang tulus
Kapan ucapan syukur sungguh-sungguh muncul di hati orang percaya secara tulus? Bukan hanya pada saat ia merasakan pertolongan Tuhan pada waktunya. Tetapi lebih lagi pada saat ia merasa tidak butuh pertolongan Tuhan, ternyata kemudian keadaan berbalik menjadi kacau, dan ternyata Tuhan siap dan masih mau menolong dirinya.
Inilah yang terjadi. Pemazmur pernah merasa diri aman. Karena percaya bahwa Tuhan berkenan kepadanya, pemazmur menjadi sombong, merasa tidak akan ada apa-apa yang bisa menggoyah hidupnya (ayat 7-8a). Ia lupa Tuhan! Maka Tuhan sepertinya tidak hadir lagi dalam hidupnya (ayat 8b).
Kemudian kesulitan datang, pemazmur merasa sendirian dan ketakutan. Bayangkan, situasinya bagaikan seseorang sedang meregang nyawa karena hampir direnggut oleh maut dalam rawa hisap. Ia berteriak-teriak tanpa daya. Dalam keadaan kepepet, baru pemazmur ingat lagi kepada Tuhan dan berseru minta tolong kepada-Nya (ayat 11). Berbagai alasan diungkapkan agar Tuhan menolongnya, namun alasan utama adalah ia takut mati (ayat 10)! Tiba-tiba tangan Tuhan terulur meraih dan mengangkatnya (ayat 4).
Tidak heran perasaan sukacita pemazmur diekspresikan dengan tari-tarian kegembiraan yang meluap-luap (ayat 12) seraya mengajak semua anak Tuhan mensyukuri kebaikan-Nya (ayat 5). Memang Tuhan pernah marah karena pemazmur mengkhianati-Nya, tetapi kemurahan-Nya jauh melampaui kemurkaan-Nya (ayat 6).
Kita semua adalah orang-orang yang pernah mengalami kengerian maut
dalam lumpur rawa dosa. Oleh kasih karunia-Nya, Kristus telah
mati untuk menebus kebinasaan kita dan memberikan kita hidup
sejati, bahkan ketika kita masih menjadi musuh Allah (
SH: Mzm 30:1-12 - Belajar bersyukur (Minggu, 4 September 2011) Belajar bersyukur
Pengalaman hidup anak Tuhan tidak selalu berjalan baik dan mulus. Perjalanan itu bisa diumpamakan menaiki wahana halilintar di Duni...
Belajar bersyukur
Pengalaman hidup anak Tuhan tidak selalu berjalan baik dan mulus. Perjalanan itu bisa diumpamakan menaiki wahana halilintar di Dunia Fantasi, salah satu arena permainan di Jakarta. Jalannya naik turun, kecepatan berubah-ubah. Ada saat kepala di bawah, lalu di samping, dst. Perut serasa dikocok-kocok. Tak jarang ada penumpang yang kemudian muntah-muntah. Satu hal yang pasti dijamin oleh pemilik wahana tersebut, kereta yang memuat penumpang terikat erat dengan mesinnya sehingga dipastikan aman, demikian juga penumpangnya.
Pengalaman yang dicatat oleh mazmur ini memang dominan syukur dan pujian (2, 5-6, 12). Syukur dan pujian itu terjadi karena pengalaman ditolong atau dibebaskan dari gonjang-ganjing kehidupan. Dengan kata lain, sebelum jalannya aman dan tentram, ada pengalaman hidup yang berat, menimbulkan ketar-ketir di hati serta keluhan dan permohonan belas kasih agar dilepaskan dari situasi seperti ini.
Di satu sisi pemazmur meyakini perlindungan Tuhan memberi rasa aman dan sentosa (7-8a). Di sisi lain, perubahan begitu cepat terjadi, bahkan pemazmur merasakan hal tersebut disengaja oleh Tuhan (8b). Namun, pemazmur tidak mempermasalahkan hal itu. Yang penting, ia tahu bahwa dahulu Tuhan pernah menolong dirinya keluar dari kemelut hidup. Sekarang ia meminta dengan iman agar Tuhan sekali lagi menolong dia, melepaskannya dari masalah agar dapat memuji-muji Tuhan lagi.
Mazmur ini mengingatkan kita bahwa Tuhan itu baik. Ia pasti menolong kita tepat pada waktunya. Namun, Dia baik juga dalam hal menggoncang kehidupan kita tatkala kita terlena dengan rasa aman dan nyaman sehingga melupakan realitas dosa di dunia ini. Tujuan Tuhan mengoyang hidup kita adalah agar kita ingat bahwa kita membutuhkan Tuhan senantiasa dalam hidup kita sehingga kita belajar bersandar pada-Nya. Jadi mari bersama pemazmur, kita bersyukur kepada Tuhan.
SH: Mzm 30:1-12 - Alasan untuk Bersyukur (Minggu, 9 Agustus 2015) Alasan untuk Bersyukur
Bersyukur adalah hal yang lazim kita lakukan sebagai anak-anak Tuhan. Namun seringkali syukur kita lebih berorientasi pada ber...
Alasan untuk Bersyukur
Bersyukur adalah hal yang lazim kita lakukan sebagai anak-anak Tuhan. Namun seringkali syukur kita lebih berorientasi pada berkat atau kesenangan. Bila dalam keadaan yang sulit, terjepit, dan gagal, biasanya sulit bagi kita untuk bersyukur. Mungkin karena kita berpikir, "Apa yang mau disyukuri di tengah kondisi sulit seperti ini?"
Mazmur ini sangat kental dengan ucapan syukur Daud kepada Tuhan (ay. 1 … Aku akan memuji…; ay. 4 … Nyanyikanlah mazmur… persembahkan syukur…; ay. 12 … jiwaku menyanyikan mazmur… aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu). Mengapa Daud bersyukur kepada Tuhan? Pertama, karena meski hidupnya susah, tetapi Tuhan setia (1-3). Kesetiaan Tuhan dirasakan oleh Daud di tengah kesusahannya karena musuh-musuhnya, dalam kesesakannya, dalam dukacitanya. Kedua, karena meski sesaat Tuhan murka, tetapi seumur hidup Tuhan murah hati (5). Daud tahu rasanya dimurkai Tuhan karena dosanya, tetapi bagi Daud murka itu tidaklah sebanding dengan kemurahan hati yang telah Tuhan nyatakan di dalam hidupnya. Ia telah menyaksikan bahwa murka Tuhan itu hanya sesaat, dibandingkan kemurahan Tuhan di sepanjang umurnya. Ketiga, karena meski pernah sombong, tetapi Tuhan mau menolong (6-11). Dalam kesenangannya, Daud pernah jatuh dalam dosa kesombongan. Ia berpikir bahwa dengan kekuatannya, ia tidak akan goyah. Namun Tuhan menegur kesombongannya dan menyadarkan Daud bahwa kekuatannya adalah karena pertolongan Tuhan semata. Karena Tuhanlah yang mengubah ratapnya menjadi tarian, perkabungannya menjadi sukacita.
Dalam kesusahan, dalam keberdosaan, dan dalam kejatuhan, Daud tetap dapat menemukan alasan untuk bersyukur kepada Tuhan. Hari ini, masih bisakah kita menemukan alasan untuk bersyukur kepada Tuhan, meski di tengah kesulitan?
SH: Mzm 30:1-12 - Tuhan, Allah Penyembuhku (Sabtu, 11 Agustus 2018) Tuhan, Allah Penyembuhku
Saat masih kecil, hal yang paling menakutkan dan tidak mengenakkan saya adalah ketika jatuh sakit. Saat itu saya kehilangan ...
Tuhan, Allah Penyembuhku
Saat masih kecil, hal yang paling menakutkan dan tidak mengenakkan saya adalah ketika jatuh sakit. Saat itu saya kehilangan semangat dan kebebasan karena harus terus-menerus berbaring di tempat tidur.
Dalam Mazmur ini kita tahu bahwa Daud pernah mengalami penyakit berat yang hampir merenggut nyawanya. Tetapi di saat yang sama, Mazmur ini juga mengungkapkan rasa syukur Daud karena TUHAN telah menyembuhkannya. Itu sebabnya Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memberikan judul untuk Mazmur ini "Nyanyian syukur karena selamat dari bahaya."
Fokus Daud tidak lagi ditujukan kepada penyakitnya, tetapi kepada TUHAN. Hal itu ia ungkapkan dengan mengatakan, "Engkau telah menarik aku ke atas" (2), "Engkau telah menyembuhkan aku" (3), "Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku" (4).
Daud sadar betul siapa yang telah menyembuhkannya. Karena itu, ia membangun komitmen dalam dirinya untuk memuji TUHAN dan juga mengajak umat-Nya untuk menaikkan nyanyian pujian bagi TUHAN (4). Seorang raja yang paling berkuasa tidak berdaya tatkala penyakit datang menyerangnya. Namun, TUHAN telah menjadi penolong yang menyembuhkan.
Penyakit memang bisa datang kapan saja dan tidak pilih kasih. Setiap orang bisa dibuatnya tidak berdaya. Yang kuat menjadi lemah seketika, yang kaya menjadi miskin dalam sekejap, dan lainnya. Dalam keadaan demikian ke manakah kita mencari pertolongan? Melalui pengalaman hidupnya, Daud meyakinkan kita bahwa satu-satunya penolong hanyalah Tuhan. Allah bukan hanya memberikan kesembuhan, tetapi juga mengobarkan kembali semangat yang telah padam dan memberikan harapan baru. Daud berkata, "Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita...."
Doa: Tuhan, aku yakin bahwa Engkau sanggup menyembuhkanku. Lakukanlah jika itu untuk kemuliaan nama-Mu. [IVT]
Baca Gali Alkitab 6
Setujukah Anda bahwa untuk tetap tegar dan kukuh dalam menghadapi problema dan kemelut kehidupan di negara kita yang makin lama makin sulit bukanlah hal yang gampang? Tantangan demi tantangan terus melanda, baik secara nyata maupun terselubung. Jika orang percaya tidak mawas diri, maka kita akan tergilas dengan mudah. Karena itu, kita perlu membekali diri agar mampu menghadapi setiap problema dan akhirnya keluar sebagai pemenang.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang membuat Daud optimis dan tidak takut (1-3, 5-6)?
2. Mengapa keyakinan itu dapat membuat Daud tegar (1)?
3. Apa yang diminta oleh Daud (4)?
4. Selain keyakinan dan kerinduan, apa yang membangun optimisme Daud (7-13)?
5. Sebutkan isi doa Daud (9, 11-12)?
6. Apakah keyakinan, kerinduan, dan doa Daud hanya berguna untuk dirinya (14)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Bagaimana caranya menghilangkan rasa takut?
2. Apa yang menjadi kerinduan Anda dalam hidup ini?
3. Apa pemikiran Anda tentang Tuhan?
Apa respons Anda?
1. Saat Anda salah jalan dan jatuh dalam dosa yang menyakiti hati Tuhan, apa yang Anda lakukan?
2. Ketika permohonan doa Anda dikabulkan oleh Tuhan, syukur seperti apa yang Anda lakukan untuk Allah?
Pokok Doa:
Agar setiap orang percaya belajar menantikan Tuhan dengan ketekunan dan kesungguhan.
Utley -> Mzm 30:6-9
Utley: Mzm 30:6-9 - --NASKAH NASB (UPDATED): Mazm 30:6-96(30-7)Dalam kesenanganku aku berkata: "Aku takkan goyah untuk selama-lamanya!" 7(30-8)TUHAN, oleh karena Engkau ber...
NASKAH NASB (UPDATED): Mazm 30:6-9
6(30-7)Dalam kesenanganku aku berkata: "Aku takkan goyah untuk selama-lamanya!" 7(30-8)TUHAN, oleh karena Engkau berkenan, Engkau telah menempatkan aku di atas gunung yang kokoh. ketika Engkau menyembunyikan wajah-Mu, aku terkejut. 8(30-9)Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru, dan kepada Tuhanku aku memohon: 9(30-10)"Apakah untungnya kalau darahku tertumpah, kalau aku turun ke dalam lobang kubur. Dapatkah debu bersyukur kepada-Mu dan memberitakan kesetiaan-Mu?
3. Apakah dosa yang mendatangkan maut menunjuk pada kematian jasmani atau kematian kekal? Penggunaan Yohanes akan zōē dalam konteks ini mengisyaratkan kontrasnya menunjuk pada kematian kekal. Mungkinkah Allah memanggil pulang (kematian jasmani) anak-anak yang berdosa? Implikasi dari konteks ini adalah bahwa (1) doa dari sesama orang percaya dan (2) pertobatan pribadi dari si pelanggar digabungkan untuk memulihkan orang-orang percaya, namun jika mereka terus dalam gaya hidup yang membawa celaan pada masyarakat yang percaya, maka hasilnya mungkin akan berupa keberangkatan jasmani yang lebih cepat atau "sebelum waktunya" dari kehidupan ini. (lih. Ketika Kritik Bertanya Oleh Norman Geisler dan Thomas Howe, hal. 541)
Mazm 30:6-9 Bait ini tampaknya mencerminkan penggenapan janji perjanjian dari Im 26 dan Ul 28. YHWH ingin memakmurkan umat-Nya untuk menunjukkan kepada dunia karakter-Nya. Pemazmur, sebagai seorang pengikut yang setia, sedang menegaskan apa yang YHWH lakukan untuknya.
- 1. memakmurkan dia
- 2. memberinya stabilitas (yaitu, "Aku takkan goyah")
- 3. membuatnya kuat (misalnya, sosok gunung; LXX memiliki "keagunganku")
- 4. menjawab doa-doanya
- 5. melindunginya dari kematian sehingga ia bisa memuji kesetiaan YHWH (BDB 54)
Terjemahan AB (hal. 182) melihat bait ini sebagai peringatan terhadap dosa terlalu percaya diri. Buku Pegangan UBS (hal. 282) melihatnya sebagai pengalaman tidak pantas di masa lalu. Namun demikian, saya lebih memilih keyakinan Im 26 dan Ul 28. Buku Pegangan menegaskan bahwa Mazmur ini, sebagaimana Mazm 29, adalah sebuah pola kiastik. Jika ini benar maka bagian tengah dari Kiasme pastilah kebenaran utamanya. Tapi perhatikan bahwa tengahnya akan berupa ayat Mazm 30:6, yang baik Buku Pegangan UBS dan AB mengatakan merupakan pengalaman yang tidak pantas. Anda tidak dapat memiliki keduanya!
Mazm 30:7b Tidaklah pasti bagaimana ay. Mazm 30:7b cocok dengan ay. Mazm 30:7a,c. Kedua KATA KERJA ini (PERFECT) menggambarkan kondisi yang menetap.
- 1. Engkau menyembunyikan wajah-Mu - BDB 711, KB 771, Hiphil PERFECT, "wajah," merujuk pada kehadiran pribadi, ia merasa YHWH telah meninggalkan dia, tidak tersedia, tidak mendengar doa-doanya.
- 2. Aku (BDB 224, KB 243, Qal PERFECT) terkejut - BDB 96, KB 111, Niphal PARTICIPLE. Istilah ini berarti "terganggu," "kecewa," atau "takut," lih. Ayub 4:5; 23:15; Mazm 6:4; 83:18; 90:7; 104:29; Yes 13:8; 21:3; Yer 51:32; Yeh 26:18.
The JPSOA melihat ay. Mazm 30:7b berbeda dengan ay. Mazm 30:8, YHWH membuat pemazmur "ada di atas gunung yang kokoh," tetapi jika / ketika Dia menyembunyikan wajah-Nya, itu membawa "kengerian." Oleh karena itu, ia memanggil YHWH dalam doa (ay. Mazm 30:8). Kemakmuran saja, bahkan kemakmuran perjanjianpun (lih. Im 26, Ul 28) tidaklah cukup! Kita perlu Tuhan! Kita perlu untuk merasakan kehadiran dan kesenangan-Nya! Kita diciptakan (lih. Kej 1:26-27; 3:8) untuk bersekutu dengan Allah. Tidak ada, tidak ada yang lain yang bisa memenuhi kebutuhan ini!
Mazm 30:9 Ada dua pertanyaan retoris yang, dalam konteks, mengharapkan jawaban "tidak".
□ "Debu" Ini (BDB 779) adalah ekspresi kiasan untuk kematian (lih. Mazm 22:15,19, Yes 26:19; 29:4) atau Sheol
/ liang kubur. Manusia terbuat dari tanah liat / debu (lih. Kej 2:7) dan menjadi debulah kita akan kembali pada saat kematian (lih. Kej 3:19).
□ "Dapatkah debu bersyukur kepada-Mu?" Dalam PL kematian adalah suatu keberadaan yang sadar, tapi diam (lih. Mazm 6:5; 88:11-12; 115:7; Pengkh 9:10; Yes 38:18-19).
□ "Kesetiaan-Mu" Ini adalah "amin" (BDB 54), lihat Topik Khusus pada Mazm 12:1.
YHWH adalah setia (BDB 54) dan loyal (BDB 338) pada perjanjian-Nya. Dia adalah Satu-satunya yang tidak berubah (lih. Mal 3:6; Mazm 102:27, Yak 1:17; juga catat Ibr 13:8). Pengharapan kita, sebagai pengikut setia, adalah dalam karakter belas kasih YHWH yang tidak berubah.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Mazmur (Pendahuluan Kitab) Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang...
Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang
Judul Ibrani untuk kitab Mazmur adalah _tehillim_, yang berarti "puji-pujian"; judul dalam Septuaginta (PL dalam bahasa Yunani, dikerjakan sekitar 200 SM) ialah _psalmoi_, yang berarti "nyanyian yang diiringi alat musik gesek atau petik".
Musik memainkan peranan penting dalam ibadah Israel (1Taw 15:16-22; bd.Mazm 149:1--150:6); mazmur-mazmur menjadi nyanyian pujian Israel. Berbeda dengan sebagian besar syair dan nyanyian di dunia Barat yang ditulis dengan sajak dan irama, syair dan nyanyian PL didasarkan pada kesejajaran pemikiran di mana baris(-baris) kedua (atau yang berikutnya) pada hakikatnya menyatakan ulang (kesejajaran sinonim), memperlihatkan kontras (kesejajaran antitetikal), atau secara progresif melengkapi baris yang pertama (kesejajaran sintetik). Ketiga bentuk kesejajaran ini dipakai dalam Mazmur. Mazmur terdini yang diketahui digubah oleh Musa pada abad ke-15 SM (Mazm 90:1-17); sedangkan yang paling akhir adalah dari abad ke-6 sampai ke-5 SM (mis. Mazm 137:1-9). Akan tetapi, sebagian besar dari mazmur ditulis pada abad ke-10 SM semasa zaman keemasan puisi Israel.
Judul-judul atau kalimat pembukaan pada permulaan sebagian besar mazmur (dalam Alkitab Indonesia menjadi bagian dari mazmur), sekalipun bukan bagian asli dan terilham dari mazmur, sudah berusia tua (sebelum Septuaginta) dan penting. Isi dari kalimat pembukaan itu berbeda-beda, meliputi kategori seperti
- (1) nama penulis (mis. Mazm 47:1-10, "Dari bani Korah"),
- (2) bentuk mazmur (mis. Mazm 32:1-11, "nyanyian pengajaran" [bah. Inggris "maskil"] syair hasil renungan atau bertujuan mengajar),
- (3) istilah-istilah musik (mis. Mazm 4:1-9, "Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi"),
- (4) catatan liturgis (mis. Mazm 45:1-18, "Nyanyian kasih" [versi Inggris NIV -- nyanyian pernikahan]), dan
- (5) catatan sejarah singkat (mis. Mazm 3:1-9, "Mazmur Daud ketika ia lari dari Absalom, anaknya").
Mengenai penulis mazmur-mazmur ini, kalimat pembukaan menyebutkan Daud selaku penggubah 73 mazmur, Asaf 12 (seorang Lewi yang berkarunia musik dan nubuat, lih. 1Taw 15:16-19; 2Taw 29:30), bani Korah 10 (keluarga dengan karunia musik), Salomo 2, dan masing-masing satu oleh Heman, Etan, dan Musa. Kecuali Musa, Daud, dan Salomo, semua penggubah lainnya adalah imam atau orang Lewi dengan karunia musik dan tanggung jawab dalam ibadah kudus pada masa pemerintahan Daud. Lima puluh mazmur tidak diketahui penggubahnya. Acuan-acuan alkitabiah dan sejarah memberi kesan bahwa Daud (bd. 1Taw 15:16-22), Hizkia (Ams 25:1; bd. 2Taw 29:25-30), dan Ezra (bd. Neh 10:39; Neh 11:22; Neh 12:27-36,45-47) terlibat pada waktu yang berlainan dalam memilih mazmur-mazmur untuk dipakai bersama di Yerusalem. Penyusunan kitab ini yang terakhir mungkin dilakukan pada masa Ezra dan Nehemia (450-400 SM).
Tujuan
Kitab Mazmur, sebagai doa dan pujian yang diilhamkan Roh, ditulis, secara umum, untuk mengungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan Allah.
- (1) Banyak yang ditulis sebagai doa kepada Allah, mengungkapkan
- (a) kepercayaan, kasih, penyembahan, ucapan syukur, pujian, dan kerinduan akan persekutuan erat;
- (b) kekecewaan, kesesakan mendalam, ketakutan, kekhawatiran, penghinaan dan seruan untuk pembebasan, kesembuhan, atau pembenaran.
- (2) Yang lain ditulis sebagai nyanyian yang mengungkapkan pujian, ucapan syukur, dan pemujaan kepada Allah dan hal-hal besar yang telah dilakukan-Nya.
- (3) Beberapa mazmur berisi bagian-bagian penting berhubungan dengan Mesias.
Survai
Selaku suatu kumpulan dari 150 mazmur, kitab ini meliput bermacam-macam pokok, termasuk penyataan tentang Allah, ciptaan, umat manusia, keselamatan, dosa dan kejahatan, keadilan dan kebenaran, penyembahan dan pujian, doa dan hukuman. Allah dipandang dengan beraneka ragam cara: sebuah benteng perlindungan, batu karang, perisai, gembala, tentara, pencipta, penguasa, hakim penebus, pemelihara, penyembuh, dan penuntut balas; Ia mengungkapkan kasih, kemarahan, dan belas kasihan, dan Ia ada di mana-mana, mengetahui segala sesuatu dan mahakuasa. Umat Allah juga dilukiskan dengan aneka cara: biji mata, domba, orang kudus, orang jujur dan benar yang diangkat-Nya dari sumur berlumpur, menempatkan kakinya pada batu karang, dan menaruh nyanyian baru di dalam mulut mereka. Allah mengarahkan langkah-langkah mereka, memuaskan kerinduan rohani mereka, mengampuni semua dosa mereka, menyembuhkan segala penyakit mereka dan menyediakan tempat tinggal kekal bagi mereka.
Salah satu cara yang bermanfaat untuk meninjau kitab ini ialah dengan berbagai kategori umum yang dipakai untuk menggolongkan mazmur-mazmur ini (dengan agak bertumpang-tindih).
- (1) _Nyanyian Haleluya atau pujian_ : mazmur-mazmur ini membesarkan nama, kemegahan, kebaikan, kebesaran, dan keselamatan Allah (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 21:1-13; Mazm 33:1--34:22; Mazm 103:1--106:48; Mazm 111:1--113:9; Mazm 115:1--117:2; Mazm 135:1-21; Mazm 145:1--150:6).
- (2) _Nyanyian Ucapan Syukur_ : Mazmur-mazmur ini mengakui pertolongan Allah dalam menyelamatkan dan membebaskan seseorang atau Israel selaku bangsa (mis. Mazm 18:1-50; Mazm 30:1-12; Mazm 34:1-22; Mazm 41:1-13; Mazm 66:1-20; Mazm 92:1-15; Mazm 100:1-5; Mazm 106:1-48; Mazm 116:1-19; Mazm 118:1-29; Mazm 124:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 136:1-26; Mazm 138:1-8).
- (3) _Mazmur Doa dan Permohonan_ : Tercakup mazmur-mazmur ratapan dan permohonan kepada Allah, kerinduan akan Allah, dan syafaat bagi umat Allah (mis. Mazm 3:1--6:10; Mazm 13:1-6; Mazm 43:1-5; Mazm 54:1-7; Mazm 67:1-7; Mazm 69:1--70:5; Mazm 79:1--80:19; Mazm 85:1--86:17; Mazm 88:1-52; Mazm 90:1-17; Mazm 102:1-28; Mazm 141:1--143:12).
- (4) _Mazmur Pengakuan Dosa_ : Berfokus pada pengakuan dosa (mis. Mazm 32:1-11; Mazm 38:1-22; Mazm 51:1-19; Mazm 130:1-8).
- (5) _Nanyian Sejarah Kudus_ : Mengisahkan kembali urusan Allah dengan Israel sebagai bangsa (mis. Mazm 78:1-72; Mazm 105:1--106:48; Mazm 108:1-13; Mazm 114:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 137:1-9).
- (6) _Mazmur Pemahkotaan Tuhan_ : Mazmur-mazmur ini dengan tegas menyatakan bahwa "Tuhan adalah Raja" (mis. Mazm 24:1-10; Mazm 47:1-9; Mazm 93:1-5; Mazm 96:1--99:1-99:9).
- (7) _Nyanyian Liturgis_ : Mazmur-mazmur ini digubah untuk perayaan atau kebaktian khusus (mis. Mazm 15:1-5; Mazm 24:1-10; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 113:1--118:29; keenam mazmur terakhir ini dipergunakan dalam perayaan Paskah setiap tahun).
- (8) _Mazmur Kepercayaan dan Pengabdian_ : Mazmur-mazmur ini mengungkapkan:
- (a) kepercayaan seseorang akan integritas Allah dan pertolongan kehadiran-Nya, dan
- (b) pengabdian hati kepada Allah (mis. Mazm 11:1-8; Mazm 16:1-11; Mazm 23:1-6; Mazm 27:1-14; Mazm 31:1--32:11; Mazm 40:1-17; Mazm 46:1-11; Mazm 56:1-13; Mazm 62:1--63:11; Mazm 91:1-16; Mazm 119:1-176; Mazm 130:1--131:3; Mazm 139:1-24).
- (9) _Nyanyian Ziarah_ : Juga disebut "Nyanyian-nyanyian Zion" atau "Nyanyian-nyanyian Pendakian" yang dinyanyikan oleh para peziarah sepanjang perjalanan mereka ke Yerusalem untuk perayaan Paskah, Pentakosta, atau Pondok Daun setiap tahun (mis. Mazm 43:1-5; Mazm 46:1-11; Mazm 48:1-14; Mazm 76:1-12; Mazm 84:1-12; Mazm 87:1-7; Mazm 120:1--134:3).
- (10) _Nyanyian Penciptaan_ : Mazmur-mazmur ini mengakui hasil perbuatan Allah di sorga dan di bumi (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 19:1-14; Mazm 29:1-11; Mazm 33:1-22; Mazm 65:1-13; Mazm 104:1-35).
- (11) _Mazmur-mazmur Hikmat dan Pendidikan_ : Mazmur-mazmur ini merenungkan cara-cara Allah dan mendidik kita mengenai kebenaran (mis. Mazm 1:1-6; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 73:1-28; Mazm 112:1-8; Mazm 119:1-176; Mazm 133:1-3).
- (12) _Mazmur Kerajaan atau Mesias_ : Mazmur-mazmur ini melukiskan beberapa pengalaman Raja Daud atau Raja Salomo yang mempunyai makna nubuat dan yang akhirnya digenapi dalam kedatangan Mesias, Yesus Kristus (mis. Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1--41:13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1--69:36; Mazm 72:1-20; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 110:1-7; Mazm 118:1-29).
- (13) _Mazmur Bernada Kutukan_ : Mazmur-mazmur ini mengundang kutukan atau hukuman Allah atas orang fasik (mis. Mazm 7:1-17; Mazm 35:1-28; Mazm 55:1-23; Mazm 58:1-11; Mazm 59:1-17; Mazm 69:1-36; Mazm 109:1-31; Mazm 137:1-9; Mazm 139:19-22). Karena banyak orang Kristen bingung oleh mazmur-mazmur ini, perlu diperhatikan bahwa mazmur kutukan ini digubah selaku ungkapan semangat demi nama Allah, keadilan, dan kebenaran-Nya, dan dari kebencian kuat terhadap kejahatan dan bukan karena perasaan dendam yang picik. Pada hakikatnya mazmur-mazmur ini berseru kepada Allah agar meninggikan orang benar dan merendahkan orang fasik.
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai kitab Mazmur ini.
- (1) Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang (Mazm 119:1-176), yang terpendek (Mazm 117:1-2) dan ayat tengah (Mazm 118:8).
- (2) Sebagai kitab nyanyian dan ibadah Ibrani, kerohaniannya yang dalam dan luas itu menjadikan kitab ini bagian PL yang paling digemari dan dibaca oleh orang percaya.
- (3) "_Haleluya_" (pujilah Tuhan), istilah Ibrani yang diakui secara universal di kalangan orang percaya, dipakai 28 kali dalam Alkitab, 24 di antaranya dalam kitab ini. Di dalam Mazm 150 pujian kepada Tuhan mencapai puncaknya dan menyampaikan pujian yang utuh dan sempurna kepada Tuhan.
- (4) Tidak ada kitab lain di Alkitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungan dengan Allah dan kehidupan ini. Nyanyian pujian dan pengabdian mengalir dari gunung-gunung tertinggi, dan seruan-seruan keputusasaannya timbul dari lembah-lembah terdalam.
- (5) Sekitar separuh mazmur mencakup doa iman di tengah kesengsaraan.
- (6) Inilah kitab yang paling banyak dikutip di PB.
- (7) Berisi banyak "pasal kesayangan" seperti pasal Mazm 1:1-6; Mazm 23:1-6; Mazm 24:1-10; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 84:1-12; Mazm 91:1-16; Mazm 103:1-22; Mazm 119:1-176; Mazm 121:1-8; Mazm 139:1-24; dan Mazm 150:1-6.
- (8) Mazmur 119 (Mazm 119:1-176) adalah unik dalam Alkitab karena
- (a) panjangnya (176 ayat),
- (b) kasihnya yang agung kepada Firman Allah, dan
- (c) susunan sastranya yang mencakup 22 stanza dengan masing-masing delapan ayat, dan setiap stanza mengawali setiap ayatnya dengan huruf yang sama, juga setiap stanza memakai huruf yang berturut-turut dari abjad Ibrani sebagai bantuan untuk mengingat (yaitu, suatu akrostik).
- (9) Ciri sastranya yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut paralelisme, mencakup irama pemikiran dan bukan irama sajak atau matra; ciri khas ini menjadikan beritanya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain tanpa terlalu banyak kesulitan.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Ada 186 kutipan dari kitab Mazmur dalam PB, jauh lebih banyak daripada kitab PL lainnya. Jelaslah bahwa mazmur-mazmur begitu meresap dalam hati Yesus dan penulis kitab PB lainnya dan bahwa Roh Kudus sering memakai mazmur di dalam ajaran Yesus dan ayat-ayat lain di mana Yesus menggenapi Alkitab selaku Mesias yang dinubuatkan. Misalnya, Mazm 110:1-7 yang singkat (7 ayat) dikutip lebih banyak dalam PB daripada pasal PL lainnya; mazmur ini berisi nubuat tentang Yesus sebagai Mesias, sebagai Anak Allah dan sebagai imam abadi menurut peraturan Melkisedek. Mazmur Mesias lainnya yang dikenakan kepada Yesus dalam PB adalah:Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1-17; Mazm 41:1-13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 69:1-36; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 109:1-31; dan Mazm 118:1-29. Mazmur ini dikenakan kepada
- (1) Yesus selaku nabi, imam, dan raja;
- (2) kedua kedatangan-Nya;
- (3) kedudukan sebagai Anak dan sifat-Nya;
- (4) penderitaan dan kematian-Nya yang mendamaikan; dan
- (5) kebangkitan-Nya. Ringkasnya, Mazmur termasuk kitab PL dengan nubuat paling terinci tentang Kristus dan tertanam sangat dalam di seluruh amanat para penulis PB.
Full Life: Mazmur (Garis Besar) Garis Besar
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!:...
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!: Mazmur 42-72
(Mazm 42:1-72:19)
III. Kitab 3 !!: Mazmur 73-89
(Mazm 73:1-89:52)
IV. Kitab 4 !!: Mazmur 90-106
(Mazm 90:1-106:48)
V. Kitab 5 !!: Mazmur 107-150
(Mazm 107:1-150:1-6)
Matthew Henry: Mazmur (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena beg...
- Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena begitu banyaknya terdapat hal-hal mengenai Kristus dan Injil-Nya, dan juga tentang Allah dan hukum-Nya di dalamnya, sehingga kitab ini disebut sebagai intisari atau ringkasan dari kedua Perjanjian. Sejarah Israel yang banyak tersedia bagi kita, memungkinkan kita untuk mengikuti dan mempelajarinya, dan di sana disajikan dan diajarkan kepada kita pengetahuan tentang Allah. Kitab Ayub membawa kita memasuki proses belajar mengajar, serta memberikan kita berbagai pemikiran dan debat berguna tentang Allah dan pemeliharaan-Nya. Tetapi, kitab ini membawa kita masuk ke dalam ruang mahakudus, menjauhkan kita dari pergaulan sehari-hari dengan sesama, dengan para politisi, ahli filsafat, atau para pembantah dunia ini, dan mengarahkan kita memasuki persekutuan dengan Allah, dengan menghibur jiwa kita dan membawanya beristirahat di dalam Dia, dengan mengangkat dan membuat hati kita berserah kepada-Nya. Dengan demikian kita dapat berada di atas gunung bersama Allah. Dan kalau sudah begini, kita sungguh tidak tahu apa yang menjadi keuntungan kita bila kita tidak berkata, “Betapa bahagianya berada di tempat ini.” Mari kita selidiki:
- I. Judul kitab ini.
- 1. Kitab ini disebut Mazmur. Judul ini yang dirujuk di dalam Lukas 24:44. Orang Ibrani menyebutnya Tehillim, yang dengan tepat menunjukkan Mazmur-mazmur Pujian, karena banyak di mazmur di dalam kitab tersebut yang bercorak seperti itu. Namun, Mazmur merupakan sebuah kata yang lebih umum maknanya, yang berarti semua gubahan apa saja yang punya susunan tertentu yang cocok untuk dinyanyikan, dan isinya bisa bersifat sejarah, pengajaran, permohonan, maupun puji-pujian. Meskipun bernyanyi itu selayaknya menyuarakan rasa sukacita, namun tujuan nyanyian lebih luas maksudnya. Nyanyian itu membantu kita untuk mengingat sesuatu, dan untuk mengungkapkan maupun menggairahkan semua perasaan lain seperti halnya perasaan sukacita ini. Imam-imam memiliki nyanyian ratapan maupun sukacita. Dengan demikian, menyanyikan mazmur sudah merupakan ibadah bagi kita dan maksudnya yang luas, karena kita bukan hanya diarahkan untuk memuji Allah, tetapi juga untuk mengajar dan menegur seorang akan yang lain di dalam mazmur, dan puji-pujian, dan nyanyian rohani (Kol. 3:16).
- 2. Kitab ini disebut Kitab Mazmur. Begitulah yang disebut oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 1:20. Kitab ini merupakan kumpulan mazmur-mazmur, yaitu semua mazmur yang diilhamkan secara ilahi. Meskipun mazmur-mazmur ini digubah dalam berbagai masa dan berbagai kesempatan, semuanya dikumpulkan bersama-sama di dalam kitab ini tanpa rujukan atau ketergantungan satu sama lain. Dengan demikian semua mazmur ini terpelihara dari kemungkinan tercecer atau hilang, dan siap digunakan bagi kebaktian jemaat. Lihatlah, betapa baiknya Tuan yang kita layani, betapa menyenangkannya jalan-jalan hikmat yang disediakan-Nya, sehingga saat kita diperintahkan untuk bernyanyi, yang cukup membuat kita menjadi sibuk, mulut kita pun dipenuhi-Nya dengan kata-kata dan tangan kita disediakan dengan nyanyian-nyanyian.
- II. Penulis kitab ini. Tidak diragukan lagi bahwa pada mulanya semua mazmur ini berasal dari Roh yang mulia. Mazmur adalah nyanyian rohani, firman yang diajarkan oleh Roh Kudus. Penulis sebagian besar mazmur ini adalah Daud, anak Isai, yang karena itu ia diberi gelar sebagai pemazmur yang disenangi di Israel (2Sam. 23:1). Beberapa mazmur yang tidak mencantumkan namanya di dalam judul, dengan jelas dianggap berasal dari dia di tempat lain dalam Alkitab, seperti Mazmur 2 (Kis. 4:25), Mazmur 96 dan 105 (1Taw. 16). Satu mazmur dinyatakan dengan jelas sebagai doa Musa (Mzm. 90). Beberapa mazmur diisyaratkan ditulis oleh Asaf (2Taw. 29:30), di mana dikatakan bahwa orang-orang Lewi menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan dengan kata-kata Daud dan Asaf. Di situ dikatakan bahwa Asaf adalah seorang pelihat atau nabi. Beberapa mazmur tampaknya ditulis kemudian pada masa yang jauh setelah itu, misalnya Mazmur 137, yang ditulis ketika masa pembuangan di Babel. Namun, dapat dipastikan bahwa sebagian besar mazmur ditulis oleh Daud sendiri, yang sangat mahir dalam hal puisi dan musik. Daud memang ditetapkan, memenuhi syarat, dan digerakkan untuk menegakkan ibadah bermazmur di dalam jemaat Allah, seperti halnya Musa dan Harun di zaman mereka, yang menegakkan ibadah korban. Ibadah yang ditegakkan oleh Musa dan Harun sudah digantikan, tetapi yang ditegakkan Daud tetap ada, dan akan tetap ada sampai akhir zaman, ketika ditelan oleh nyanyian-nyanyian kekekalan. Di sini Daud menjadi gambaran dari Kristus, yang adalah keturunannya, bukan keturunan Musa, karena Ia datang untuk mengambil alih korban sembelihan (keluarga Musa segera hilang dan punah setelah itu), selain juga untuk menegakkan dan mengabadikan sukacita dan pujian. Sebab keturunan Daud di dalam Kristus tidak akan pernah berakhir.
- III. Tujuan kitab ini. Maksud dan tujuannya jelas.
- 1. Untuk membantu apa yang telah dipraktikkan dalam agama alamiah dan untuk menyalakan perasaan saleh dalam jiwa manusia yang harus kita baktikan kepada Allah sebagai pencipta, pemilik, pengatur, dan pelindung kita. Kitab Ayub membantu membuktikan dasar-dasar mengenai kesempurnaan dan penyelenggaraan ilahi. Namun, kitab ini membantu kita untuk mengungkapkan dan membuktikan kepercayaan kita akan dasar-dasar yang kita yakini itu di dalam doa dan pujian, dalam pengakuan akan hasrat hati kita akan Dia, ketergantungan kita kepada-Nya, serta seluruh ibadah dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Di dalam bagian lain dalam Kitab Suci ditunjukkan bahwa Allah itu tak terbatas mengatasi manusia dan bahwa Dia itu Tuhan yang berdaulat di atas segalanya. Namun demikian, Kitab Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa kita yang seperti binatang menjalar di bumi ini boleh bergaul dengan Dia. Selain itu, kalau bukan karena salah kita sendiri, ada banyak cara di mana kita bisa tetap bersekutu dengan Dia dalam rupa-rupa keadaan hidup kita sebagai manusia.
- 2. Untuk mempromosikan dan memajukan keunggulan agama wahyu, dan dengan cara yang paling menyenangkan menganjurkannya kepada dunia. Sedikit saja, atau tidak ada hukum seremonial (yang hanya bersifat upacara saja) yang muncul di seluruh Kitab Mazmur. Meskipun korban sembelihan dan korban sajian tetap berlanjut selama berabad-abad, namun di sini kedua hal itu digambarkan sebagai hal yang tidak berkenan kepada Allah (Mzm. 40:7; 51:19), sebagai hal yang kurang bermakna, yang pada saatnya nanti akan lenyap. Namun, firman dan hukum Allah, khususnya bagian-bagian yang berbicara tentang akhlak dan kewajiban yang kekal, ada tertulis di sini untuk diagungkan dan dihormati, lebih daripada yang tertulis di mana pun juga. Dan Kristus yang menjadi puncak dan pusat agama wahyu, yang menjadi dasar, batu penjuru, dan batu utama dari bangunan yang dimuliakan itu, dibicarakan dengan jelas dalam kitab ini dalam bentuk pelambangan dan nubuat. Di sini dibicarakan semua penderitaan-Nya dan kemuliaan yang mengikutinya, serta kerajaan yang hendak dibangun-Nya di dunia ini. Di dalam kerajaan inilah kovenan Allah dengan Daud mengenai kerajaannya digenapi. Betapa tingginya nilai yang diberikan kitab ini terhadap firman Allah, terhadap segala ketetapan dan penghakiman-Nya, serta terhadap kovenan dan janji-janji agung dan mulia-Nya untuk menepati kovenan-Nya itu. Karena itu, betapa kitab ini sangat menganjurkan kita untuk menggunakan firman-Nya, ketetapan dan penghakiman-Nya serta kovenan dan janji-janji-Nya itu sebagai pedoman dan jangkar kita, serta sebagai warisan kita sampai selama-lamanya!
- IV. Manfaat kitab ini. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menanamkan terang ilahi ke dalam pemahaman kita. Namun, manfaat kitab ini terutama sangat unggul dalam menanamkan kehidupan dan kuasa ilahi, serta kehangatan yang kudus ke dalam perasaan kita. Tidak ada satu pun tulisan dalam Alkitab yang lebih bermanfaat dalam membantu ibadah renungan orang-orang kudus dibandingkan kitab ini. Manfaat tersebut telah dinikmati oleh jemaat segala zaman, sejak mazmur ini ditulis dan beberapa bagiannya dikirimkan kepada pemimpin biduan untuk keperluan kebaktian jemaat.
- 1. Mazmur ini bermanfaat untuk dinyanyikan. Untuk menyanyikan lagu himne dan nyanyian rohani, kita boleh mencari di luar mazmur-mazmur Daud, tetapi kita tidak perlu itu. Aturan persajakan dalam bahasa Ibrani tidak jelas, bahkan oleh orang-orang terpelajar sekalipun. Namun demikian, mazmur-mazmur ini seyogyanya dibawakan sesuai dengan aturan persajakan setiap bahasa, setidaknya supaya dapat dinyanyikan untuk mendidik jemaat. Menurut saya, sangatlah menghibur kita, bila kita menyanyikan mazmur Daud, karena kita mempersembahkan puji-pujian kepada Allah yang persis sama seperti yang dipersembahkan kepada-Nya pada masa Daud dan raja-raja Yehuda yang saleh lainnya. Begitu kaya dan indah gubahan puisi-puisi ilahi ini, sehingga tidak akan pernah menjemukan dan lekang karena waktu.
- 2. Kitab mazmur ini bermanfaat untuk dibacakan dan dinyatakan oleh para pelayan Kristus, karena mazmur ini mengandung kebenaran-kebenaran yang agung dan mulia, serta peraturan mengenai baik dan jahat. Tuhan kita Yesus menjelaskan mazmur-mazmur kepada murid-murid-Nya, mazmur-mazmur Injil, dan Ia membukakan pemahaman mereka (karena Ia memegang kunci Daud) untuk memahaminya (Luk. 24:44).
- 3. Mazmur ini bermanfaat untuk dibaca dan direnungkan oleh semua orang baik. Mazmur ini menjadi sumber melimpah yang darinya semua orang akan menimba air dengan kegirangan.
- (1) Pengalaman pemazmur sangat bermanfaat untuk membimbing, memperingatkan, dan menguatkan kita. Pemazmur sering memberi tahu kita tentang apa yang terjadi antara Allah dan jiwanya. Ia memberi tahu kita apa yang dapat kita harapkan dari Allah dan apa yang Ia harapkan serta kehendaki dari kita sehingga Ia berkenan kepada kita. Daud adalah orang yang memiliki hati Allah. Oleh karena itu, orang-orang yang sedikit banyak memiliki hati seperti Daud bolehlah berharap bahwa mereka juga diperbarui oleh anugerah Allah sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Banyak orang sangat merasa terhibur saat hati nurani mereka menyaksikan kebenaran mazmur-mazmur ini, sehingga dengan segenap hati mereka dapat berkata, “Amin” atas doa-doa dan puji-pujian Daud.
- (2) Bahkan ungkapan-ungkapan yang digunakan pemazmur juga sangat bermanfaat. Melalui ungkapan ini Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan doa-doa kita, sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa kepada Allah. Kapan saja kita mendekati Allah, dan juga saat kita kembali kepada Dia untuk pertama kalinya, kita dibimbing untuk membawa serta kata-kata penyesalan (Hos. 14:3), kata-kata ini, yang diajarkan oleh Roh Kudus. Jika kita membuat mazmur-mazmur Daud ini akrab dengan kita seperti yang seharusnya kita lakukan, maka saat kita menghampiri takhta anugerah, untuk maksud apa saja, untuk membuat pengakuan, permohonan, atau ucapan syukur, kita akan terbantu karenanya. Apa pun perasaan saleh yang bekerja di dalam diri kita, hasrat atau pengharapan, kepedihan atau sukacita yang kudus, kita akan menemukan di sana kata-kata yang tepat yang dapat kita ungkapkan, perkataan benar yang tidak dapat disalahkan. Akan sangat baik bila kita mengumpulkan dari Kitab Mazmur ini ungkapan-ungkapan peribadatan dan renungan yang paling sesuai dan paling menggerakkan hati, dan kemudian mengatur dan mengelompokkannya menurut beberapa topik doa, supaya lebih mudah bagi kita untuk menggunakannya. Bisa juga, sekali-sekali kita pilih mazmur tertentu yang berbeda-beda dan berdoa memakai mazmur pilihan itu. Ketika kita berdoa dengan cara ini, kita mencerna ayat-ayatnya dalam pikiran kita dan mempersembahkan hasil renungan itu kepada Allah. Cendekiawan Dr. Hammond (Theolog Inggris, 1605-1660), menulis dalam kata pengantar buku tafsirannya atas Kitab Mazmur (bagian 29) sebagai berikut, “Bahwa merenungkan beberapa bagian mazmur sampai hati kita dipengaruhi, digerakkan dan diteguhkan oleh hidup dan daya yang ada dalam ayat-ayat mazmur itu sungguh lebih baik daripada sekadar mengucapkannya mengikuti sang pemazmur itu, sebab dalam ibadah-ibadah, tidak ada yang harus dihindari selain daripada tindakan-tindakan pengulangan yang tidak membangkitkan perasaan apa-apa di dalam hati.” Seperti yang dinasihatkan oleh Augustinus (354-430, theolog dan filsuf Kristen – pen.), “Jika kita membangun roh kita dengan perasaan yang dikandung dalam mazmur, maka kita boleh yakin akan perkenanan Allah saat kita menggunakan perkataan yang dipakai dalam Mazmur itu.” Mazmur ini bukan hanya dapat membantu kita untuk merenung dan membangkitkan perasaan kita untuk menyembah, memuji dan memuliakan Allah, tetapi juga menjadi petunjuk bagi kita untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita, serta mengajar kita cara untuk jujur di jalan kita, sehingga pada akhirnya kita akan melihat keselamatan yang dari Allah (Mzm. 50:23). Kitab Mazmur ini bukan hanya sangat bermanfaat bagi jemaat Perjanjian Lama, tetapi lebih-lebih lagi bagi kita orang-orang Kristen, kitab mazmur ini lebih bermanfaat dibandingkan dengan jemaat yang hidup sebelum kedatangan Kristus. Karena sama seperti korban-korban Musa, demikian jugalah nyanyian-nyanyian Daud dibuat menjadi jelas dan terpahami oleh Injil Kristus yang membawa kita memasuki selubung itu. Demikianlah, dengan doa-doa dan puji-pujian Daud, semua doa Rasul Paulus dalam surat-suratnya, serta nyanyian-nyanyian baru dalam Kitab Wahyu, kita akan diperlengkapi untuk perbuatan baik ini, karena semua tulisan itu membuat manusia kepunyaan Allah itu sempurna.
- Mengenai pembagian kitab ini, kita tidak perlu sampai begitu cermat. Tidak ada (atau sangat jarang ada) hubungan antara satu mazmur dengan mazmur lainnya, juga tidak ada alasan tertentu dalam pengurutan mazmur yang satu sesudah yang lainnya seperti yang ada sekarang. Walaupun demikian, tampaknya mazmur yang ditempatkan pertama itu berasal dari masa kuno, karena mazmur yang kedua sekarang berasal dari zaman para rasul (Kis. 13:33). Salinan bahasa Latin kuno yang kasar (bukan klasik) menggabungkan pasal kesembilan dan kesepuluh. Semua penulis Katolik Roma mengikuti pembagian itu. Oleh karena itu pencantuman nomor pasal di seluruh Kitab Mazmur mereka selalu kurang satu dibandingkan salinan kita (yang bukan Katolik – pen.). Kita mencantumkan pasal 11, mereka pasal 10, kita menulis pasal 119, mereka mencantumkan pasal 118. Namun, mereka membagi pasal 147 menjadi dua pasal, sehingga jumlah seluruh pasal mencapai 150. Beberapa orang berusaha mengurangi jumlah pasal tersebut dengan mengelompokkannya di bawah beberapa judul yang sesuai menurut pokok masalah yang dibicarakan dalam mazmur-mazmur itu. Namun, sering didapati banyak keragaman pokok pembicaraan dalam satu mazmur yang sama, sehingga penggabungan tersebut tidak dapat dibuat dengan pasti. Namun, tujuh Mazmur penyesalan dosa dengan cara tertentu telah disatukan sebagai ibadah oleh banyak orang. Mazmur-mazmur tersebut adalah pasal 6, 32, 38, 51, 102, 130, dan 143. Kitab Mazmur dibagi menjadi lima kitab yang masing-masing diakhiri dengan kata Amin, ya Amin, atau Haleluya. Kitab pertama di akhiri oleh pasal 41, yang kedua oleh pasal 72, yang ketiga oleh pasal 89, yang keempat oleh pasal 106, dan yang kelima oleh pasal 150. Sebagian orang lagi membagi Kitab Mazmur ini menjadi tiga bagian besar yang masing-masing memuat lima puluh pasal. Sebagian lain lagi membagi menjadi enam puluh bagian, dua bagian untuk setiap hari, pagi dan petang, selama sebulan. Biarlah setiap orang Kristen yang baik membagi kitab ini untuk mereka masing-masing, sehingga mereka dapat meningkatkan pengenalan mereka akan isi dan maksud tulisan ini dengan cara yang paling baik dan sesuai. Dengan demikian, dalam setiap kesempatan apa saja mereka dapat menyanyikan mazmur ini di dalam roh dan dengan pengertian yang penuh.