Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 10 No. 2 Tahun 1995 > 
TEGURAN YESUS KEPADA PETRUS: SUATU TINJAUAN 
Penulis: Kalvin Surya737

Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis, Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mat 16:23 bdk. Mrk 8:33).

Salah satu dari sekian banyak mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus selama di dunia adalah mengusir Iblis (Mat 8:28-34, Mrk 5:1-20, Luk 8:26-39). Selain itu, kuasa-Nya atas Iblis juga dibuktikan melalui kemenanganNya pada waktu Iblis mencobaiNya di padang gurun (Mat 4:1-11). Pada setiap peristiwa yang dikisahkan di atas, Alkitab mencatat dengan jelas bahwa Yesus secara langsung berhadapan dengan roh jahat.

Ada kesulitan memahami Mat 16:23 (bdk. Mrk 8:33). Menurut Alkitab, pada saat itu Yesus secara langsung berhadapan dengan Petrus. Oleh karena Petrus berupaya untuk menghalangi jalan Yesus menuju salib, Ia menegurnya keras dengan sebutan "Iblis."

Sejumlah pertanyaan muncul: Apakah pada waktu itu Yesus berhadapan dengan Iblis yang mengambil rupa Petrus, seperti pada waktu Iblis mencobai Hawa dalam rupa seekor ular? Atau pada waktu itu Yesus sekedar menegur Petrus dengan keras karena perkataan Petrus tidak sesuai dengan kehendak Allah? Apakah pada waktu itu Yesus melihat Petrus sedang dikuasai Iblis sehingga Ia harus menghardik si Iblis keluar? Mungkinkah kesalahan Petrus adalah tanggung jawab Iblis sebagai sumber kejahatan?

Melalui analisis teks dan perbandingan beberapa tafsiran, penulis berusaha menjawab apa yang dimaksudkan oleh teks pada waktu Yesus menegur Petrus dengan sebutan "Iblis."

 ALTERNATIF JAWABAN

1. Teguran Yesus terhadap Tindakan Petrus

Di dalam Alkitab. Iblis selalu dilihat sebagai suatu oknum yang memiliki berbagai macam sebutan. Di antara sekian banyak sebutan yang ditujukan kepadanya adalah si jahat (1Yoh 5:19) dan si penggoda (1Tes 3:5). Sebutan ini mengindikasikan bahwa hal-hal yang jahat berasal dari Iblis. Lagi pula, Iblis sendirilah yang menggoda dan menipu manusia.

Secara konteks keseluruhan perikop, kisah itu dimulai dengan pemberitahuan Yesus tentang penderitaan-Nya kepada para murid. Reaksi pertama yang muncul berasal dari Petrus. Baginya Yesus tidak boleh menderita. Karena itu Petrus menarik dan menegur Yesus. Reaksi Yesus sangat keras. Ia berpaling dan menegurnya.

Sampai di sini, ada kesan bahwa teguran Yesus kepada Petrus dengan kata "Iblis" merupakan penyamaan tindakan Petrus dengan tindakan Iblis sebagai penggoda. Tindakan Petrus dinilai persis sama dengan tindakan si penggoda - pada waktu Yesus dicobai di padang gurun -- yang berupaya mengalihkan perhatian Yesus dari salib yang merupakan tujuan misi-Nya di dunia.738

Tindakan Petrus yang tidak sejalan dengan kehendak Allah itulah yang ditegur Yesus. Bagi seorang murid yang telah hidup bersama dengan Gurunya selama tiga tahun. Petrus seharusnya mengerti dengan jelas ajaran dan pergumulan Gurunya. Terlebih lagi, bukankah pengakuan Petrus yang spektakuler tentang siapakah Yesus (Mat 16:16) memberikan bukti bahwa Petrus mengerti siapakah Gurunya? Apa yang terjadi justru sebaliknya. Pengakuan yang diucapkannya tidak memampukan dan menolongnya untuk secara jelas dan pasti memahami tujuan kedatangan Gurunya di dunia.739

Banyak penafsir berpendapat bahwa pada dasarnya sebelum kematian dan kebangkitan Yesus, murid-murid Yesus mengerti dan memalami Gurunya sebagai seorang mesias yang akan menyelamatkan bangsa Yahudi dari penjajahan Roma dan mendirikan kerajaan yang kokoh selamanya di dunia. Murid-murid memahami Mesias dalam kebutuhan mereka akan kelepasan dan keselamatan dari penjajah dan bukan dalam pengertian seperti yang diharapkan Yesus. Jadi, teguran Yesus kepada Petrus dengan tajam menunjukkan kesalahan yang telah dilakukannya. Kesalahan itu bersumber dari pengenalan dan pengertian yang salah tentang pribadi dan misi Gurunya.

2. Teguran Yesus terhadap tindakan dan pribadi Petrus

Anggapan bahwa teguran Yesus kepada Petrus adalah menegur tindakan dan bukan pribadinya sulit diterima. Apakah Yesus sedemikian kasar? Bukankah Ia kasih dan sabar? Bukankah selama pelayanan-Nya Ia begitu mempedulikan orang berdosa? Apa yang Yesus lakukan terhadap Petrus sama dengan yang telah dilakukan-Nya kepada Iblis ketika Ia dicobai. Ketika dicobai, Yesus tidak hanya menghardik tindakan Iblis, tetapi juga pribadi Iblis yang secara sengaja mencobai Allah. Yesus tidak sekedar menegur tindakan Petrus tetapi juga kepicikan Petrus. Tindakan tidak mungkin dilepaskan dari pribadi yang melakukannya, demikian pula sebaliknya.740

Apakah dalam bagian ini Yesus menyamakan pribadi Petrus dengan pribadi Iblis? Sebelum kisah ini, Matius mencatat pengakuan agung Petrus tentang siapakah Yesus bahwa Ia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat 16:16). Iblis juga pernah memberikan kesaksian tentang siapakah Yesus bahwa Yesus adalah Anak Allah yang Mahatinggi (Luk 8:28). Tetapi respon yang diberikan Yesus terhadap kedua pengakuan itu sangat berbeda. Dalam kasus pengakuan Petrus, Yesus menyatakan bahwa pengakuan itu bukan semata berasal dari Petrus tetapi kemampuan Petrus mengucapkan pengakuan itu berasal dari penyataan Bapa di Sorga (Mat 16:17). Sedangkan dalam kasus Iblis. Yesus menolak kesaksian Iblis sekalipun kesaksiannya benar. Hal ini terjadi karena bagi Yesus, Allah yang kudus tidak pernah memerlukan kesaksian Iblis yang najis.

Pengakuan Petrus merupakan ungkapan keyakinannya yang benar tentang Yesus, sedangkan penolakannya atas penderitaan Yesus mencerminkan kepribadiannya yang tidak menyukai penderitaan.741

3. Teguran Yesus terhadap kehidupan rohani Petrus

Perjalanan kehidupan rohani seseorang tidak selamanya berada pada tingkat atas. Ada masanya ia berada pada tingkat yang paling bawah. Tindakan Petrus dalam kisah ini seolah mengindikasikan bahwa kehidupan rohaninya berada pada tingkat yang paling bawah sekalipun baru saja ia mengungkapkan kemesiasan Yesus. Dalam kondisi kerohanian demikianlah Petrus mencegah Yesus untuk melakukan misi-Nya. Hal ini mengingatkan kita kepada peristiwa ketika Yesus mengajaknya berdoa di taman Getsemani dan penyangkalannya terhadap Yesus.

Pendapat bahwa dalam kasus ini Yesus menegur kehidupan rohani Petrus sulit untuk diterima. Dalam kasus lain -- ketika kerohanian Petrus sedang lemah - Yesus tidak pernah menegur secara keras dan tajam, apalagi dengan sebutan Iblis. Pada waktu di Getsemani. Yesus justru memberikan nasihat dan peringatan. Malahan ketika Petrus menyangkal Yesus, Alkitab mencatat bahwa Yesus hanya memandang Petrus (Luk 22:61). Ironis sekali kalau membandingkan tindakan Yesus yang seolah tidak ada nilai kepastiannya. Terhadap tindakan penyangkalan yang sangat serius. Ia hanya memandang Petrus sedangkan terhadap tindakan mencegah Yesus menjalani penderitaan. Ia menegur dengan sebutan "Iblis."

Orang percaya yang kehidupan rohaninya sehat tidak berarti tidak mungkin gagal. Jelas dalam kisah ini Yesus bukan menegur kehidupan rohani Petrus.

4. Teguran Yesus terhadap iblis yang memperdaya Petrus

Setelah gagal mencobai Yesus. Iblis mundur dan menunggu waktu yang baik (Luk 4:13). Kata menunggu waktu yang baik mengandung pengertian bahwa Iblis suatu kali pasti akan melakukan pembalasan terhadap Yesus dan akan terus menerus mencari kesempatan lagi. Sulit mengetahui secara pasti kapan waktu si Iblis akan melakukan pembalasan. Iblis tahu dengan jelas perihal misi kedatangan Yesus sehingga Ia berusaha menggagalkannya. Iblis juga tahu sepak terjang manusia sekalipun ia tetap memiliki keterbatasan pengetahuan.742

Apakah pada waktu itu Yesus berhadapan dengan Iblis yang mengambil rupa Petrus seperti pada waktu ia mencobai Hawa dalam rupa seekor ular? Kej 3:1-7 memang tidak secara eksplisit menjelaskan bahwa Iblis mengambil rupa seekor ular. Kata ular dalam bahasa Ibrani: nachash memiliki arti to hiss (mendesis). Arti yang lain: to shine (bersinar). kata bendanya the shining one. Jika dibandingkan dengan Why 12:9 dan 20:2 dapat disimpulkan bahwa ular itu identik dengan Iblis. Dalam 2Kor 11:3 Paulus mengingatkan supaya waspada terhadap kelicikan ular yang telah memperdaya Hawa. Dalam konteks ini, Paulus mengidentikkan ular dengan Iblis.743

Dibandingkan dengan kasus ini. agaknya sulit untuk mendapatkan bukti bahwa Iblis mengambil rupa Petrus untuk mencobai Yesus, sekalipun kemungkinan itu tidak tertutup. Alkitab tidak pernah mencatat bahwa Iblis mengambil rupa manusia dalam mencobai. Alkitab memberikan bukti bagaimana Iblis memakai dan merasuki jiwa manusia tanpa mengubah rupa manusia meskipun dalam kasus tertentu ada orang yang kerasukan Iblis berpenampilan seperti seorang 'gembel' dan tidak terawat).

Apakah pada waktu itu Yesus melihat Iblis sedang merasuki Petrus sehingga Ia merasa perlu untuk menghardik keluar Iblis yang ada dalam diri Petrus? Pertanyaan ini menimbulkan kesulitan oleh karena akan memancing perdebatan yang lebih lanjut tentang apakah orang percaya dapat dirasuk Iblis. Satu-satunya jawaban yang tepat yang dijelaskan Alkitab adalah bahwa iblis tidak pernah dapat merasuki orang percaya, tetapi Iblis dapat memperdaya orang percaya.744 Namun ini tidak berarti bahwa orang percaya otomatis mati rasa dan tidak dapat lagi dicobai Iblis. Sebaliknya orang percaya menjadi sasaran Iblis yang paling utama.745 Dengan kata lain masih terbuka kemungkinan Iblis mencobai dan memperdayai orang percaya. Bahkan Yesus yang adalah Anak Allah juga masih dicobai Iblis. Perbedaannya adalah Ia tidak pernah berbuat dosa (Ibr 4:15).

Istilah yang digunakan Yesus ketika mengusir Iblis di padang gurun dan istilah yang dipakai terhadap Petrus memiliki perbedaan arti. Kata hupage satana dan hupage opiso mou, satana yang berarti "enyahlah Iblis" dan "enyahlah Iblis dari hadapanku." Kata hupage, satana memiliki pengertian "pergilah" (depart) tetapi kata hupage opiso mou, satana memiliki pengertian "ambillah tempat di belakangku dan jadilah pengikut, bukan pemimpin" (take thy place behind me and be follower, not leader).746

Dengan demikian, sekalipun perkataan itu ditujukan kepada Petrus, namun kekerasan amarah Yesus itu timbul karena kesadaran-Nya terhadap pendekatan Iblis yang terselubung kepada Petrus. Itulah sebabnya dengan tegas Ia menegur sumber perkataan itu. Menurut Hendrikseh. Yesus mengakui bahwa Iblis memakai Petrus sebagai alatnya dan menempatkannya sebagai penggoda Yesus. Tujuannya adalah mengalihkan perhatian Yesus supaya memperoleh mahkota tanpa melalui jalan salib. Oleh karena itu, ketika Yesus berkata kepada Petrus, kalimatnya ditujukan kepada Iblis yang membuat Petrus berpikir tidak selaras dengan apa yang dipikirkan Allah.747

Apakah itu berarti Yesus melemparkan tanggung jawab kepada Iblis sebagai sumber kejahatan? Pertanyaan ini terlalu naif sebab memberikan indikasi bahwa dosa dan kelemahan manusia bukan tanggung jawab manusia melainkan tanggung jawab Iblis. Alkitab sama sekali tidak pernah mengajarkan hal ini. Setiap dosa yang dilakukan manusia dipertanggungjawabkannya secara pribadi di hadapan Allah. Lebih lanjut dalam Injil Matius dituliskan "engkau suatu batu sandungan bagiku" sedangkan dalam Injil Markus tidak ada penambahan apapun. Matius memberikan penjelasan maksud Yesus dengan menambahkan kata tersebut. Kata skandalon bukan berarti "serangan bagiku" (offensive to me) tetapi "pencobaan untuk menggangguku" (a temptation to me to offend) atau untuk melakukan yang salah.748 Yang kemudian dilanjutkan dengan kata "engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia" atau dengan perkataan lain Yesus mengatakan bahwa pikiran Petrus bukanlah pikiran Allah. Kata pikiran phroneo menyatakan keseluruhan perintah dari akal budi dan kehendak bukan suatu pemikiran sederhana yang muncul secara temporal.749 Ketika Yesus menghubungkan kata phroneo dengan kata "Allah" pengertiannya menjadi keseluruhan dan totalitas akal budi, keberadaan dan kehendak manusia sejalan dengan Allah sebagai pusat dari kehidupannya.750 Dapat disimpulkan dalam konteks kisah ini, Yesus tidak hendak memberikan penekanan kepada keberdosaan Petrus melainkan kepada Petrus yang bertindak dan berpikiran tidak seperti Allah. Dalam keadaan demikian, Yesus dapat melihat bahwa dibalik semua itu ada Iblis yang memperdaya Petrus dan membuatnya tidak mampu memikirkan seperti apa yang Allah pikirkan.751

 KESIMPULAN

Dari ke empat alternatif jawaban di atas. penulis menganggap memilih jawaban ke empat sebagai jawaban yang paling dapat menjelaskan arti perkataan dalam Mat 16:23, dengan pertimbangan: analisis dan penjelasan lebih dapat diterima karena alternatif keempat melihat Alkitab secara keseluruhan dan sebagai satu kesatuan. Tambahan pula, alur pikirnya sistematis dan mengantisipasi pertanyaan yang mungkin akan muncul.

 IMPLIKASI PRAKTIS

1. Sekalipun orang percaya tidak dapat dirasuk oleh Iblis tetapi dapat terperdaya. Itu sebabnya orang percaya harus berhati-hati. Jangan menganggap diri kuat dan mampu sehingga mengabaikan persekutuan dengan Tuhan. Orang percaya amat memerlukan dan tidak dapat melepaskan diri dari Tuhan (bdk. 1Ptr 5:8-10).

2. Iblis bisa memakai sarana apa saja dalam melancarkan serangannya dan untuk mencapai tujuannya. Dalam hal menjatuhkan manusia -- teristimewa memperdaya orang percaya - Iblis memakai oknum atau sarana tertentu yang sudah tidak asing lagi bagi manusia, semua upaya yang dilakukan berjalan sangat mulus dan terkesan rapi (bdk. pula dengan kasus Hawa dan ular, Ayub dan sahabat-sahabatnya).

3. Orang percaya memerlukan kepekaan rohani dan hikmat Allah dalam membedakan suara Allah dan bujuk rayu Iblis. Tidak jarang Iblis berbicara dalam konteks yang sangat rohani tetapi semuanya hanya untuk memperdaya (bdk. pencobaan Yesus di padang gurun, Iblis mengutip kata-kata Alkitab).



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA