Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 2 Tahun 1994 > 
GEREJA DALAM ERA POST MODERNISME 
Penulis: Charles Christano479
 GEREJA DAN MISINYA

Dengan jelas Alkitab mengajar bahwa gereja diciptakan Allah bukan tanpa maksud atau tujuan. Gereja (umat Allah) diciptakan Tuhan, di samping demi untuk kepentingan warganya juga untuk mereka yang bukan menjadi warganya! Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mengungkapkan kebenaran tadi secara gamblang.

Perjanjian Allah dengan Abram menyatakan:

"Dan karena engkau aku akan memberkati semua bangsa di bumi." (Kej 12:3 BIS)

Sementara itu teguran Tuhan atas umat Israel dan Yehuda:

"Sebab kebun anggur Tuhan yang Mahakuasa adalah umat Israel, dan orang-orang Yehuda adalah pohon anggur yang ditanam-Nya. Dari mereka Ia mengharapkan keadilan, tetapi hanya ada kelaliman. Ia harapkan mereka menegakkan kebenaran, tetapi hanya ada jeritan minta keadilan." (Yes 5:7 BIS)

Dan lagi "revisi" dari Yesus berbunyi:

"Aku pohon anggur yang sejati... dan kalian cabang-cabangnya. Orang yang tetap bersatu dengan Aku dan Aku dengan dia, akan berbuah banyak; sebab tanpa Aku, kalian tak dapat berbuat apa-apa... Bukan kalian yang memilih Aku. Akulah yang memilih kalian, dan menyuruh kalian pergi untuk berbuah banyak -- buah-buah yang tak dapat binasa." (Yoh 15:1, 5, 16 BIS)

Rasul Petrus mengingatkan orang-orang percaya:

"Tetapi kalian adalah bangsa yang terpilih, imam-imam yang melayani raja, bangsa yang kudus, khusus untuk Allah, umat Allah sendiri. Allah memilih kalian dan memanggil kalian... dengan maksud supaya kalian menyebarkan berita tentang perbuatan-perbuatan-Nya yang luar biasa." (1 Pet 2:9 BIS)

Lebih jauh lagi rasul Paulus dengan indah memberi petunjuk:

"Saya ini bukan hamba siapa pun; saya bebas. Meskipun begitu, saya sudah menjadikan diri saya ini hamba kepada semua orang. Saya lakukan ini supaya saya bisa memenangkan sebanyak mungkin orang untuk Kristus. "(1 Kor 9:19)

 ERA POST MODERNISME (POS-MO)

Istilah pos-mo akhir-akhir ini makin santer terdengar. Kurang ada manfaatnya untuk memperdebatkan apakah kita sekarang sudah memasuki era pos-mo atau belum. Tetapi yang jauh lebih penting bagi kita adalah menyadari bahwa zaman kita bukan lagi seperti zaman dekade 80-an. Pada era teknologi (tinggi) elektronika dengan sistem serat optik, telepon seluler dan faksimili; dengan makin padatnya ruang angkasa planet bumi ini diarungi oleh berbagai macam satelit komunikasi, jelas tidak dapat lagi disangkal akan adanya suatu kenyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Untuk sekedar memahami berbagai macam perubahan yang cukup besar dan drastis, marilah kita perhatikan apa yang dinyatakan oleh Thomas Wang dalam "AD 2000 and Beyond Magazine", edisi Mei - Agustus 1990

"Orang-orang Eropa Timur berkata bahwa sementara rakyat Polandia membutuhkan 10 tahun untuk mendapatkan kemerdekaan mereka, Hongaria membutuhkan 10 bulan, Jerman Timur dalam 10 minggu, Republik Ceko dalam 10 hari, dan Rumania dalam 10 jam. Tetapi siapa yang sebenarnya membuat segala perubahan yang dahsyat tadi terjadi? Siapa lagi kalau bukan Tuhan? Siapa lagi yang mampu melakukannya?"

Tentu Allah dapat berbuat sesuatu perubahan tanpa manusia atau kelembagaan manusia, kalau Dia menghendakinya. Tetapi biasanya Allah memakai agen, dan perlu dicatat bahwa agen(agen) perubahan tidak selalu orang Kristen! Baik sejarah sekuler maupun Alkitab banyak bersaksi tentang kebenaran tadi! (bandingkan dengan Hak 3:12; 1Raj 11:14; Yes 5:26; 7:18; 10:5,6; Yer 5:15; 6:22; 51:20; Luk 19:43; Kis 9:15; 1 Kor 1:27)

 SITUASI ERA POS-MO

Adalah usaha menjaring angin untuk mengadakan rincian sedetil mungkin dalam hal apa saja yang sedang dan akan kian meningkat pada era pos-mo.

Barangkali kita harus membatasi perubahan berikut dengan kerangka yang agak umum tetapi toh masih memadai.

"Ingatlah ini: pada hari-hari terakhir akan ada banyak kesusahan. Manusia akan mementingkan dirinya sendiri bersifat mata duitan, sombong dan suka membual. Mereka suka menghina orang, memberontak terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih, dan membenci hal-hal rohani. Mereka tidak mengasihi sesama, tidak suka memberi ampun, mereka suka memburuk-burukkan nama orang lain, suka memakai kekerasan, mereka kejam, dan tidak menyukai kebaikan, mereka suka mengkhianat, angkuh dan tidak berpikir panjang. Mereka lebih suka pada kesenangan dunia daripada menuruti Allah. Meskipun secara lahir, mereka taat menjalankan kewajiban agama, namun menolak inti dari agama itu sendiri, jauhilah orang-orang semacam itu. Ada di antara mereka yang sudah menyusup ke rumah-rumah, lalu memikat wanita-wanita lemah yang punya banyak sekali dosa dan dikuasai oleh macam-macam keinginan. Wanita-wanita itu terus-menerus minta diajar, tetapi tidak pernah dapat mengenal ajaran yang benar dari Allah." (2Tim 3:1-7 BIS)

"Kristus Yesus akan datang lagi untuk mengadili orang-orang yang hidup dan yang mati; oleh sebab itu saya minta dengan sangat kepadamu di hadapan Allah dan Kristus Yesus: hendaklah engkau mengabarkan berita dari Allah itu, dan terus mendesak supaya orang mendengarnya, apakah mereka mau atau tidak. Hendaklah engkau meyakinkan orang, menunjukkan kesalahan, dan memberi dorongan kepada mereka. Ajarlah orang dengan sesabar mungkin. Sebab akan sampai waktunya orang tidak mau lagi menerima ajaran yang benar. Sebaliknya, mereka akan menuruti keinginan mereka sendiri, dan mengumpulkan guru guna diajarkan hal-hal yang enak didengar di telinga mereka. Mereka akan menutup telinga terhadap yang benar, tetapi akan memasang telinga terhadap cerita-cerita dongeng. Meskipun demikian, engkau harus menguasai dirimu dalam keadaan bagaimanapun juga. Tabahlah dalam penderitaan, laksanakanlah tugasmu sebagai pemberita Kabar Baik itu dan jalankanlah dengan sebaik baiknya kewajibanmu sebagai pelayan Allah." (2Tim 4:1-5 BIS)

 SATU PADUKAN DIRI, LAKSANAKANLAH MISI ALLAH

Kita harus bertobat dari semangat sektarian dan primordial yang tidak pernah dikehendaki Tuhan. Gereja sebagai Tubuh Kristus tidak dapat dan tidak boleh tercabik-cabik. Kita perlu memahami dan menghayati kesatuan dalam kepelbagian kita.

Betapa gereja di mana-mana menjadi diperlemah dan dipermiskin oleh sikap kita yang picik dan mau benar sendiri! Perhatikan bagaimana Paulus mendoakan gereja Efesus;

"Oleh sebab itulah saya berlutut di hadapan Bapa. Dari Dialah setiap keluarga di surga dan di bumi menerima sifatnya yang khusus. Saya berdoa semoga Allah yang Mahamurah berkenan untuk menguatkan batinmu dengan RohNya. Semoga karena kalian percaya kepada Kristus, Kristus tinggal di dalam hatimu, dan hidupmu didasarkan dan dikuasai oleh kasih. Saya berdoa semoga bersama-sama dengan semua umat Allah, kalian dapat menyelami betapa luasnya dan panjangnya serta tingginya dan dalamnya kasih Kristus, yang dengan akal manusia tidak dapat dipahami sedalam-dalamnya. Semoga kalian mengenal kasih Kristus itu, sehingga kalian penuh dengan kepribadian Allah yang sempurna." (Ef 3:14-19 BIS)

Tubuh Kristus sudah terlalu lama dicabik-cabik oleh berbagai pengelompokan. "Main-line denominations" dengan "free churches", presbiterial dengan konsegrasional, ekumenikal dengan evengelikal. Kharismatik dengan non kharismatik, Pentakosta dengan neo pentakosta dan lain sebagainya.

"Mungkinkah dua orang bepergian bersama-sama tanpa berunding terlebih dulu?" (Am 3:3)

Kita sudah lama berperang, dan peperangan yang kita alami akan terus menjadi kian seru dan kian kejam. Bagaimana mungkin kita dapat berperang secara efektif apabila kita masih saling curiga dan bertentangan di antara kita sendiri?

Gereja merupakan satu-satunya lembaga yang didirikan bukan semata-mata hanya untuk kepentingan para anggotanya! Apabila gereja sudah tidak berguna untuk masyarakat dimana dia berada, jangan heran apabila Tuhan akan (terpaksa) memakai alat(alat)-Nya yang lain!

Gereja tidak mungkin lagi menutup mata dari berbagai masalah riil yang berkecamuk di sekitarnya. Dan jangan kita menipu diri kita sendiri. Memang benar: "Apa untungnya bagi seseorang, kalau seluruh dunia ini menjadi miliknya, tetapi ia kehilangan hidupnya?" (Mrk 8:36 BIS). Tetapi kita semua tahu bahwa perut yang lapar tidak bisa dikenyangkan oleh khotbah yang betapapun baiknya. ketelanjangan dan kemiskinan, juga kebodohan tidak mungkin diselesaikan dengan berbagai seminar dan konvensi pendeta. Janganlah kita lupa bahwa setelah orang bertobat dan diselamatkan, semua masih harus tinggal dan hidup di dunia nyata ini dengan berbagai masalahnya yang kian komplek.

Kalau kita mau jujur, kita harus merasa malu karena Alkitab secara konsisten menegur kita dengan keras! "Celakalah kamu, kamu yang memutarbalikkan keadilan dan memperkosa hak orang! Kamu membenci orang yang menentang ketidakadilan dan yang berbicara benar dalam pengadilan. Kamu menindas orang miskin dan gandumnya kamu rampas... Aku tahu betapa besar kejahatanmu dan betapa banyak dosamu. Kamu menindas orang baik; kamu menerima uang sogok dan membiarkan orang miskin diperlakukan tidak adil di pengadilan. Karena perbuatanmu itu, maka orang-orang bijaksana merasa lebih baik diam saja pada masa yang jahat seperti itu... Aku benci dan muak melihat perayaan-perayaan agamamu! Kalau kamu membawa korban...aku tidak akan menerimanya... Hentikan nyanyian-nyanyianmu yang membisingkan itu; aku tak mau mendengarkan permainan kecapimu. Lebih baik, berusahalah supaya keadilan mengalir seperti air, dan kejujuran seperti sungai yang tak pernah kering." (Am 5:7,10-13,21-24 BIS)

"Apakah yang harus kita persembahkan kepada Tuhan, Allah di sorga, apabila kita datang untuk beribadat kepadaNya? ... Apakah Tuhan akan senang kalau kita membawa kepadaNya beribu-ribu domba atau berlimpah-limpah minyak zaitun? Haruskah kita mempersembahkan kepadaNya anak sulung kita ... ? Tidak! Tuhan telah menyatakan kepada kita apa yang baik. Yang dituntutNya dari kita ialah supaya kita berlaku adil, selalu mengamalkan cinta kasih, dan dengan rendah hati hidup bersatu dengan Allah kita." (Mi 6:6- 8 BIS)

"Celakalah kalian guru-guru agama dan orang-orang Farisi! Kalian tukang berpura-pura. Rempah-rempah seperti selasih, adas manis, dan jintan pun kalian beri sepersepuluhnya kepada Tuhan. Padahal hal-hal yang terpenting dalam hukum-hukum agama, seperti misalnya: keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan, tidak kalian hiraukan. Padahal itulah yang seharusnya kalian lakukan, tanpa melalaikan yang lain-lainnya juga. Kalian pemimpin-pemimpin yang buta! Lalat dalam minumanmu kalian saring, padahal unta kalian telan!" (Mat 23:23-24 BIS)

Apakah kita merasa gelisah dengan teguran-teguran di atas? Apakah kita khawatir bahwa kita sebagai gereja mulai melakukan apa yang semestinya bukan menjadi urusan kita? Kita perlu menyimak apa yang dengan tegas dinyatakan oleh Petrus dalam khotbahnya di Kisah Para Rasul 10:38:

"Kalian tahu bahwa Allah sudah memilih Yesus orang Nazaret itu dan memberikan kepada-Nya Roh Allah dan kuasa. Kalian tahu juga bahwa Yesus itu pergi ke mana-mana untuk berbuat baik; Ia menyembuhkan semua orang yang dikuasai oleh Iblis; sebab Allah menyertai Dia."

Bagaimana gereja Tuhan bisa berbuat lain daripada Tuhan gerejanya? Bagaimana seandainya kita semua mau dengan kejujuran dan dengan kerendahan hati memahami Amanat Agung yang penting itu bukan saja dari Injil Sinopsis tetapi juga dari Injil Yohanes?

"Seperti Bapa sudah mengutus Aku ke dunia, begitu juga Aku mengutus mereka ke dunia." (Yoh 17:18 BIS)

"Salam sejahtera bagimu. Seperti Bapa mengutus Aku, begitu juga Aku mengutus kalian." (Yoh 20:21 BIS)

Sebagai gereja dan sebagai hamba-hamba Tuhan kita harus mengalami pertobatan dan pembaharuan. Kita harus bersatu padu. Bersatu padu bukan hanya demi untuk persatuan itu sendiri. Tetapi kita membutuhkan persatuan bahkan harus bersatu padu agar pelayanan dan kesaksian kita menjadi lebih efektif dan efisien!

Bukan tujuan kami untuk menutup mata terhadap perbedaan perbedaan yang ada, bahkan yang pasti akan tetap ada pada kita. Memang masing-masing kita unik, sebagaimana ibu jari tidak sama dengan kelingking, mata tidak sama dengan telinga, tangan bukanlah kaki. Tetapi marilah kita belajar untuk menerima satu dengan yang lain, menghargai orang lain, dan mensyukuri perbedaan yang ada. Memang, kita bukan hanya menekankan dan mengutamakan kesamaan-kesamaan yang ada saja, kita bahkan tidak boleh meremehkan perbedaan-perbedaan yang ada. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa pada diri kita sendiri-sendiri, secara terpisah-pisah (apa lagi saling berlawanan), bukan saja menjadikan kita tidak lengkap bahkan telah membuat kita kurang mampu dan kurang berdaya untuk menjawab berbagai tantangan masyarakat pos-mo.

Untuk itu, marilah kita menjadi lebih dewasa. Bila perlu kita harus setuju untuk tidak setuju dalam beberapa hal. Sementara itu, ketidaksetujuan kita jangan sampai melumpuhkan kita untuk dapat bergandengan tangan dan merapatkan barisan untuk melakukan misi Allah yang telah dipercayakan kepada gereja-Nya.

 MEMBANGUN JEJARING KERJA (NET WORKING)

Kalau segala lembaga yang sudah canggih saja merasa saling membutuhkan untuk mempunyai jalinan kerja yang makin baik, bagi gereja kita masalah yang satu ini tidak dapat dan tidak mungkin kita hindari lagi.

Justru karena kita menyadari bahwa kita mempunyai perbedaan dan kekhasan masing-masing, marilah kita membuka jalinan hubungan kerja kita untuk membuka net working.

Kita membutuhkan orang-orang tertentu yang khusus diserahi tugas dan dipercayai untuk selalu mengadakan kontak dengan gereja apapun dan yang berada di manapun. Informasi dari berbagai masalah, sospolekbudhamkanas, analisis dan strategi untuk mencoba menjawabnya harus dapat disebarluaskan dengan baik, cepat, aman dan merata.

Bukan hanya itu. Kita masing-masing (secara denominasi) membutuhkan daftar personalia dengan biodata masing-masing sebagai khazanah narasumber dan sekaligus "aset bersama" untuk memaksimalkan pelayanan dan kesaksian kita agar kita menjadi lebih bijaksana dalam mempersiapkan peningkatan SDM kita. Jangan sampai kita melakukan pemborosan dengan melakukan program yang sama secara tumpang tindih. Duplikasi sebaiknya dieliminir sejauh mungkin.

Catatan khusus: dalam konteks urbanisasi dan pemacuan serta penggalakan sektor industrialisasi, memang dapat dipahami "demam" misi Kota Besar. Tugas ini akan kian besar dan berat karena menghadapi proses sekularisasi dan individualisasi. Berkembangnya dan bertumbuhnya metropolis dan megapolis jelas akan memaksa gereja menyusun strategi dan program yang sesuai.

Tetapi jangan sampai kita menjadi kelewat ekstrim. Bagaimanapun juga tempat dan peranan daerah-daerah (kecil, terpencil, dan terbelakang) akan tetap ada. Dan mereka pun bukan tanpa masalah. Justru dalam era komunikasi elektronika global, tidak mustahil masyarakat itulah yang paling kurang siap dalam menghadapi perubahan-perubahan yang begitu cepat dalam skala yang besar dan komplek.

Oleh karena itu jangan sampai gereja-gereja kota besar menjadi egoistis dengan merekrut semua potensi-potensi yang baik agar pindah ke kota besar sehingga tidak menyisakan apapun atau siapapun orang-orang terbaik di udik!

Masih dalam konteks itulah, arus informasi dengan segala implikasinya perlu disalurkan juga ke desa-desa dan daerah terpencil!

 PROGRAM BERSAMA

Di mana mungkin, kita perlu - bukan hanya apabila sudah terjepit dan terpaksa - mengadakan program bersama. Kita membutuhkan program pengkaderan, pelatihan, evaluasi, dan konsolidasi bersama. Dan program-program tadi sebaiknya diadakan bagi semua aras dan jajaran, bagi anak-anak, remaja, pemuda, wanita, pria. Bahkan ada program khusus yang lebih bersifat kategorial.

Agar lebih realistis, sebaiknya program-program tadi diselenggarakan dalam skala regional bahkan jikalau kebutuhan memang mendesak, dapat dilaksanakan secara lokal lewat lembaga-lembaga yang disetujui bersama (misalnya: Badan Kerjasama Antar Gereja).

Di tengah-tengah berkembangnya kebutuhan tenaga-tenaga hamba-hamba Tuhan yang "qualified" yang dirasakan makin mendesak, jangan kita lupa akan kebutuhan peran serta para sarjana Kristiani di segala bidang untuk ikut menanggulangi tantangan pos-mo. Bukan hanya mereka yang harus kita perhatikan dan layani. Bagaimana pula dengan tempat dan peranan kaum perempuan, termasuk juga perempuan karir? Kita harus mewaspadai bahaya-bahaya, baik yang potensial maupun yang aktual, yang kian mengancam dan menggerogoti kekurangterikatan dan kekurangpengabdian (less committed and less dedicated) para pakar dan inteligensia Kristiani dan wanita karir dalam hidup pelayanan di tengah-tengah masyarakat, bahkan juga di gereja.

Kelompok yang terakhir tadi (para intelegensia dan wanita karir) menjadi demikian karena mimbar-mimbar kita pada umumnya kurang dapat memenuhi kebutuhan mereka, sehingga waktu "senggang" mereka yang main sempit tidak akan diprioritaskan lagi dalam kehidupan bergereja (gereja bukan lagi "their second home"). Sebaliknya, mereka akan kian tersedot dalam berbagai kelembagaan lainnya (bukannya hal itu tidak ada gunanya! Di situpun mereka harus dapat fungsional sebagai garam dan terang dunia!).

Jangan kita menutup mata pula terhadap erosi iman yang mereka alami. Pada gilirannya keutuhan, kerukunan, dan kebahagiaan rumah tangga (justru pada keluarga para tokoh Kristiani di masyarakat yang rupanya rentan dan rawan) menjadi kian rapuh.

Sudah makin jelas bahwa tugas yang monumental dan kolosal ini tidak pernah mungkin dapat dihadapi dan ditanggulangi oleh kelompok manapun juga. Dan Tuhan gereja memang tidak pernah mengharapkan demikian.

Ingat, kita dipilih, dipanggil, dan dipersiapkan bukan agar kita menjadi keranjingan untuk membangun kerajaan kita masing-masing!

"Aku, Tuhan, memanggil dan menugaskan mengaku untuk menjalankan keadilan. Engkau kubimbing dan ku pelihara untuk menjadi perjanjian bagi umat manusia, dan cahaya bagi semua bangsa. Untuk membuka mata orang buta, dan membebaskan orang dari kegelapan penjara. Akulah Tuhan, itulah nama-Ku; keagungan-Ku tidak Kuberikan kepada siapapun; kemasyhuran-Ku tidak Kuserahkan kepada patung." (Yes 42:6-8 BIS)

 LALU APA DAN BAGAIMANA?

Agar kita mempunyai lebih banyak waktu untuk mengkaji lebih jauh, maka "paper" yang sudah berkepanjangan ini sebaiknya perlu diakhiri. Tetapi akhir dari "paper" yang hanya bersifat pemacu dan perangsang ini justru harus menjadi awal dari tugas panggilan kita bersama.

Mari, bersatulah gereja-gereja Tuhan! Bersatulah lembaga-lembaga Kristiani, terutama Seminari dan Sekolah Tinggi Teologia.

"Tetapi sekarang, karena kalian sudah bersatu dengan Kristus Yesus, kalian yang dahulu jauh, telah didekatkan oleh kematian Kristus. Sebab Kristus sendiri adalah pendamai kita. Ia mempersatukan orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi menjadi satu bangsa. Tembok pemisah antara mereka, yaitu permusuhan, sudah dihancurkan oleh Kristus dengan mengorbankan diri-Nya sendiri... Oleh kematian-Nya disalib, Kristus mempersatukan dua bangsa itu, dan mendamaikan mereka dengan Allah, sehingga lenyaplah permusuhan itu... Sebab itu, kalian bukan lagi termasuk orang asing atau orang luar. Kalian sekarang adalah sama-sama warga umat Allah. Kalian adalah anggota-anggota keluarga Allah. Kalian pun dibangun di atas dasar yang diletakkan oleh rasul-rasul dan nabi-nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu yang terutama, kalian juga sedang dibangun bersama orang-orang lain menjadi sebuah rumah untuk Allah; di situ Allah tinggal dengan RohNya." (Ef 2:13-22 BIS)

"Alangkah baiknya dan senangnya, kalau umat Allah hidup rukun! Itu seperti minyak wangi berharga yang dituangkan ke atas kepala Harun, lalu turun ke leher bajunya. Atau seperti embun di Gunung Hermon, yang turun ke bukit-bukit Sion. Di sanalah Tuhan menurunkan berkat-Nya, kehidupan untuk selama-lamanya." (Mazmur 133:1-3 BIS)



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA