Teks -- Galatia 5:1-26 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Gal 5:4 - HIDUP DI LUAR KASIH KARUNIA.
Nas : Gal 5:4
Beberapa anggota jemaat di Galatia telah mengganti iman mereka
kepada Kristus dengan iman kepada upacara-upacara legalistik dari huku...
Nas : Gal 5:4
Beberapa anggota jemaat di Galatia telah mengganti iman mereka kepada Kristus dengan iman kepada upacara-upacara legalistik dari hukum Taurat (Gal 1:6-7; 5:3). Paulus menyatakan bahwa mereka sudah berada di luar kasih karunia. Hidup di luar kasih karunia berarti terasing dari Kristus (bd. Yoh 15:4-6) dan meninggalkan prinsip kasih karunia Allah yang membawa hidup dan keselamatan. Hal ini berarti hubungan dengan Kristus ditiadakan dan tidak lagi tinggal "di dalam Kristus"
(lihat cat. --> Yoh 15:6;
[atau ref. Yoh 15:6]
lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).
Full Life: Gal 5:6 - IMAN YANG BEKERJA OLEH KASIH.
Nas : Gal 5:6
Alkitab mengajarkan bahwa seseorang diselamatkan oleh iman
(Gal 2:15-16; Rom 3:22; Ef 2:8-9).
1) Dalam bagian ini Paulus mendefi...
Nas : Gal 5:6
Alkitab mengajarkan bahwa seseorang diselamatkan oleh iman (Gal 2:15-16; Rom 3:22; Ef 2:8-9).
- 1) Dalam bagian ini Paulus mendefinisikan sifat tepat dari iman itu. Iman yang menyelamatkan adalah iman yang hidup kepada Juruselamat yang hidup, iman yang begitu vital sehingga mau tidak mau akan menyatakan diri di dalam perbuatan kasih.
- 2) Iman yang tidak sungguh-sungguh mengasihi dan menaati Kristus (bd.
1Yoh 2:3; 5:3), menunjukkan perhatian yang besar terhadap pekerjaan
kerajaan Allah (bd. Mat 12:28), dan dengan aktif menolak dosa dan
dunia (ayat Gal 5:16-17), tidak dapat memenuhi syarat sebagai iman
yang meyelamatkan (bd. Yak 2:14-16;
lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).
Full Life: Gal 5:7 - MENGHALANG-HALANGI ... TIDAK MENURUTI KEBENARAN LAGI?
Nas : Gal 5:7
Ajaran palsu akan berbentuk penyangkalan kebenaran inti iman Kristen
(lihat cat. --> Gal 1:9),
[atau ref. Gal...
Nas : Gal 5:7
Ajaran palsu akan berbentuk penyangkalan kebenaran inti iman Kristen
(lihat cat. --> Gal 1:9),
[atau ref. Gal 1:9]
atau menyatakan bahwa di samping apa yang dinyatakan PB masih diperlukan sesuatu lain untuk menjadi seorang Kristen yang utuh (bd. Gal 1:6; Gal 2:16; Gal 5:2,6).
- 1) Semua pengajaran Kristen harus melalui ujian kebenaran rasuli, yaitu
apakah ajaran itu sesuai dengan berita asli yang disampaikan Kristus dan
para rasul sebagaimana terdapat dalam PB? (bd. Gal 1:11-12;
Gal 2:1-2,7-9;
lihat cat. --> Ef 2:20).
[atau ref. Ef 2:20]
Kita harus bertanya: apakah ajaran itu kurang daripada ajaran rasuli? Apakah ajaran itu menambahkan sesuatu yang tidak alkitabiah kepada kebenaran sedangkan mengakui ajaran rasuli? - 2) Kita sama sekali tidak boleh menguji ajaran hanya dengan perasaan, pengalaman, hasil, mukjizat, atau apa yang dikatakan oleh orang lain. PB merupakan patokan kebenaran yang mutlak.
- 3) Kita harus berhati-hati terhadap semua ajaran yang mengatakan bahwa Firman Allah tidak lagi memadai sehingga gereja memerlukan kesarjanaan, ilmu pengetahuan, filsafat, psikologi atau penyataan-penyataan baru untuk mencapai kedewasaan di dalam Kristus.
Full Life: Gal 5:13 - DIPANGGIL UNTUK MERDEKA.
Nas : Gal 5:13
Lihat cat. --> 2Kor 3:17
[atau ref. 2Kor 3:17]
mengenai kebebasan Kristen.
Full Life: Gal 5:17 - ROH ... KEINGINAN DAGING.
Nas : Gal 5:17
Perselisihan rohani di dalam orang percaya melibatkan seluruh orang
itu; yang diperjuangkan adalah apakah mereka akan menyerah pada
...
Nas : Gal 5:17
Perselisihan rohani di dalam orang percaya melibatkan seluruh orang itu; yang diperjuangkan adalah apakah mereka akan menyerah pada kecenderungan keinginan daging dan sekali lagi tunduk kepada penguasaan dosa atau apakah mereka akan menyerah kepada tuntutan Roh dan tinggal di bawah kekuasaan Kristus (ayat Gal 5:16; Rom 8:4-14). Medan perang itu berada di dalam orang Kristen itu sendiri dan pertempuran itu harus berlangsung sepanjang hidup mereka di dunia ini jikalau mereka kelak akan memerintah bersama Kristus (Rom 7:7-25; 2Tim 2:12; Wahy 12:11;
lihat cat. --> Ef 6:11).
[atau ref. Ef 6:11]
Full Life: Gal 5:19 - PERBUATAN DAGING.
Nas : Gal 5:19
Untuk ulasan mengenai berbagai perbuatan daging
lihat art. PERBUATAN-PERBUATAN DOSA DAN BUAH ROH).
Nas : Gal 5:19
Untuk ulasan mengenai berbagai perbuatan daging
lihat art. PERBUATAN-PERBUATAN DOSA DAN BUAH ROH).
Full Life: Gal 5:21 - TIDAK AKAN MENDAPAT BAGIAN DALAM KERAJAAN ALLAH.
Nas : Gal 5:21
Walaupun Paulus mengatakan bahwa seseorang tidak mungkin mewarisi
Kerajaan Allah dengan menaati hukum Taurat (Gal 2:16; 5:4), dia ju...
Nas : Gal 5:21
Walaupun Paulus mengatakan bahwa seseorang tidak mungkin mewarisi Kerajaan Allah dengan menaati hukum Taurat (Gal 2:16; 5:4), dia juga mengajarkan bahwa ada kemungkinan seseorang menghalangi dirinya masuk Kerajaan Allah dengan melakukan perbuatan jahat
(lihat cat. --> 1Kor 6:9;
[atau ref. 1Kor 6:9]
bd. Mat 25:41-46; Ef 5:7-11).
Full Life: Gal 5:22-23 - BUAH ROH.
Nas : Gal 5:22-23
Untuk ulasan tentang berbagai aspek dari buah Roh,
lihat art. PERBUATAN-PERBUATAN DOSA DAN BUAH ROH).
Nas : Gal 5:22-23
Untuk ulasan tentang berbagai aspek dari buah Roh,
lihat art. PERBUATAN-PERBUATAN DOSA DAN BUAH ROH).
Jerusalem: Gal 5:1 - -- Dengan kembali kepada sunat, orang melepaskan kemerdekaan yang dikurniakan melalui kepercayaan kepada Kristus, bdk Rom 6:15+. Dalam hal itu hukum Taur...
Dengan kembali kepada sunat, orang melepaskan kemerdekaan yang dikurniakan melalui kepercayaan kepada Kristus, bdk Rom 6:15+. Dalam hal itu hukum Taurat dan iman tidak dapat berdamai, Gal 5;2-6. Ada sejumlah naskah dan terjemahan yang menghubungkan Gal 5:1 dengan Gal 4:31:...anak perempuan merdeka dengan kemerdekaan yang dengan itu Kristus memerdekakan kita.
Jerusalem: Gal 5:5 - kebenaran yang kita harapkan Terjemahan lain: apa yang diharapkan oleh kebenaran.
Terjemahan lain: apa yang diharapkan oleh kebenaran.
Jerusalem: Gal 5:6 - oleh kasih Pokok pangkal hidup baru ialah iman, Gal 4:5; 5:5. Tetapi oleh Roh Kudus iman itu digabungkan dengan pengharapan, Gal 5:5, dan dengan kasih, Gal 5:6,1...
Pokok pangkal hidup baru ialah iman, Gal 4:5; 5:5. Tetapi oleh Roh Kudus iman itu digabungkan dengan pengharapan, Gal 5:5, dan dengan kasih, Gal 5:6,13-14; bdk Rom 5:5+; 1Ko 13:13+. Dengan mengamalkan kasih orang menyatakan imannya hidup, bdk 1Yo 3:23-24.
Jerusalem: Gal 5:7 - berlomba Ini suatu perbandingan yang disukai Paulus, bdk Gal 2:2; 1Ko 9:24-26; Fili 2:16; 3:12-14; 2Ti 4:7; Ibr 12:1.
Ini suatu perbandingan yang disukai Paulus, bdk Gal 2:2; 1Ko 9:24-26; Fili 2:16; 3:12-14; 2Ti 4:7; Ibr 12:1.
Jerusalem: Gal 5:10 - Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu Terjemahan lain: aku yakin tentang kamu bahwa dalam Tuhan...
Terjemahan lain: aku yakin tentang kamu bahwa dalam Tuhan...
Jerusalem: Gal 5:11 - jikalau aku masih memberitakan sunat Seperti kiranya dibuat oleh para lawan Paulus; bdk Gal 1:10; 2:3+.
Seperti kiranya dibuat oleh para lawan Paulus; bdk Gal 1:10; 2:3+.
Jerusalem: Gal 5:12 - mengebirikan Ini kiranya menyindir pengebirian sebagaimana dilakukan bagi ibadat kepada dewi Kibel. Caci maki yang serupa terdapat dalam Fili 3:2.
Ini kiranya menyindir pengebirian sebagaimana dilakukan bagi ibadat kepada dewi Kibel. Caci maki yang serupa terdapat dalam Fili 3:2.
Jerusalem: Gal 5:13-25 - -- Hidup baru orang yang percaya digenapi dalam kasih, Gal 5:6; Rom 13:8; 1Ko 13:1+. Kasih itulah "hukum baru", bdk Rom 7:7+, dan menghasilkan buah Roh K...
Jerusalem: Gal 5:14 - sesamamu manusia Sesama manusia tidak lagi, seperti dalam Ima 19:18, hanya orang sebangsa, tetapi semua anak dari keluarga umat manusia, bdk Luk 10:29-37. Mereka semua...
Sesama manusia tidak lagi, seperti dalam Ima 19:18, hanya orang sebangsa, tetapi semua anak dari keluarga umat manusia, bdk Luk 10:29-37. Mereka semua disamakan dengan Kristus, Mat 25:40,45. Juga menurut Paulus hukum kedua tidak dapat tidak mengandung hukum pertama.
Jerusalem: Gal 5:16-25 - -- Ayat-ayat ini dengan jelas memperlihatkan bagaimana kedua prinsip perbuatan, yaitu "daging" dan "Roh", berlawanan satu sama lain, bdk Rom 5:5+; Rom 7...
Ayat-ayat ini dengan jelas memperlihatkan bagaimana kedua prinsip perbuatan, yaitu "daging" dan "Roh", berlawanan satu sama lain, bdk Rom 5:5+; Rom 7:5+. Orang Kristen yang dipimpin oleh Roh, Gal 5:18,25; Rom 8:14, memang secara wajar hidup menurut Roh itu, Gal 5:22-23, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang berasal dari "keinginan daging", Gal 5:16,24. Perbuatan "daging" itu bukanlah "kedagingan" oleh karena berpangkal pada "tubuh".
Jerusalem: Gal 5:20 - roh-pemecah Terjemahan Latin (Vlg) dan sejumlah naskah menambah (Gal 5:21) pembunuhan. Bdk Rom 1:29.
Sejumlah naskah menambah: kemurnian
Jerusalem: Gal 5:23 - hal-hal itu Orang beriman yang bersatu dengan Kristus tidak lagi mempunyai suatu hukum yang hanya menyuruh dari luar saja. Orang beriman menepati "Hukum Roh", Gal...
Orang beriman yang bersatu dengan Kristus tidak lagi mempunyai suatu hukum yang hanya menyuruh dari luar saja. Orang beriman menepati "Hukum Roh", Gal 5:18,23,25; 6:2; Rom 6:15; 8:2-4; Fili 1:9-10; bdk Yak 1:25; 2:8.
Aslinja: "untuk kebebasan".
memang suatu kuk berat, suatu beban jang tak terpikul.
Ende: Gal 5:5 - Kami menunggukan harapan kebenaran Harapan ini ialah penjelesaian kebenaran
dalam kemuliaan abadi.
Harapan ini ialah penjelesaian kebenaran dalam kemuliaan abadi.
Ende: Gal 5:7 - Berlari Istilah bahasa olah raga ini memaksudkan disini: giat berusaha untuk
merebut hadiah kebenaran, jaitu penjelesaian kebenaran.
Istilah bahasa olah raga ini memaksudkan disini: giat berusaha untuk merebut hadiah kebenaran, jaitu penjelesaian kebenaran.
disini berarti pengaruh djahat, seperti dalam Mat 16:6.
Ende: Gal 5:10 - Tidak berbeda Mereka pada dasarnja tentu sepaham dengan Paulus, lebih-lebih
kalau mereka membatja surat ini.
Mereka pada dasarnja tentu sepaham dengan Paulus, lebih-lebih kalau mereka membatja surat ini.
Ende: Gal 5:11 - -- Rupanja pengandjur-pengandjur palsu itu mengetengahkan djuga, bahwa Paulus
sendiri membenarkan hal sunat. Barangkali mereka mengingatkan pendengar-pen...
Rupanja pengandjur-pengandjur palsu itu mengetengahkan djuga, bahwa Paulus sendiri membenarkan hal sunat. Barangkali mereka mengingatkan pendengar-pendengarnja akan tindakan Paulus terhadap Timoteus, jang diberitakan dalam Kis 16:1-3.
Ende: Gal 5:13 - Landasan bagi tjinta-diri landasan dalam arti pokok bagi dorongan napsu,
untuk bertindak sewenang-wenang. Kebebasan itu dibatas dan harus dipimpin oleh
hukum tjinta-kasih.
landasan dalam arti pokok bagi dorongan napsu, untuk bertindak sewenang-wenang. Kebebasan itu dibatas dan harus dipimpin oleh hukum tjinta-kasih.
aslinja "bagi daging".
Ende: Gal 5:15 - -- Gaja kalimat ini jang agak berlebih-lebihan bunjinja, menundjukkan betapa
hebatnja pertjektjokan antara pengikut saudara-saudara palsu dan golongan-go...
Gaja kalimat ini jang agak berlebih-lebihan bunjinja, menundjukkan betapa hebatnja pertjektjokan antara pengikut saudara-saudara palsu dan golongan-golongan jang menolak andjuran-andjuran mereka.
Ende: Gal 5:16 - Menurut Roh Roh dalam fasal ini umumnja berarti: tjita-tjita rohani jang
dihidupkan oleh Roh Kudus dalam hati kita.
Roh dalam fasal ini umumnja berarti: tjita-tjita rohani jang dihidupkan oleh Roh Kudus dalam hati kita.
Bdl. Rom 7:14-23.
tak perlu dipaksa dengan antjaman-antjaman.
Ende: Gal 5:24 - Milik Kristus Barangkali lebih tepat: masuk Kristus, termasuk tubuh Kristus,
atau: ada dalam Kristus.
Barangkali lebih tepat: masuk Kristus, termasuk tubuh Kristus, atau: ada dalam Kristus.
Ende: Gal 5:26 - -- Mulai ajat ini selandjutnja dalam bab berikut Paulus memberi nasehat-nasehat
dan peringatan-peringatan atau ketentuan-ketentuan jang berkenan dengan
k...
Mulai ajat ini selandjutnja dalam bab berikut Paulus memberi nasehat-nasehat dan peringatan-peringatan atau ketentuan-ketentuan jang berkenan dengan kedjadian-kedjadian atau keadaan chusus dalam umat-umat Galatia, jang latar-belakangnja tidak kita ketahui. Sebab itu maksud Paulus jang sebenarnja sering kabur. Namun terkandung didalamnja andjuran-andjuran dan adjakan-adjakan jang tjukup umum dan bernilai bagi kita djuga, kalau kita merenungkannja.
Ref. Silang FULL: Gal 5:1 - telah memerdekakan // berdirilah teguh // kuk perhambaan · telah memerdekakan: Gal 5:13; Yoh 8:32; Gal 2:4; Rom 7:4; Rom 7:4
· berdirilah teguh: 1Kor 16:13; 1Kor 16:13
· kuk perhambaan: ...
· telah memerdekakan: Gal 5:13; Yoh 8:32; Gal 2:4; Rom 7:4; [Lihat FULL. Rom 7:4]
· berdirilah teguh: 1Kor 16:13; [Lihat FULL. 1Kor 16:13]
· menyunatkan dirimu: Gal 5:3,6,11,12; Kis 15:1
Ref. Silang FULL: Gal 5:4 - hukum Taurat // kasih karunia · hukum Taurat: Rom 3:28; Rom 3:28
· kasih karunia: Ibr 12:15; 2Pet 3:17
· kita harapkan: Rom 8:23,24
Ref. Silang FULL: Gal 5:6 - Kristus Yesus // sesuatu arti // oleh kasih · Kristus Yesus: Rom 16:3; Rom 16:3
· sesuatu arti: 1Kor 7:19; 1Kor 7:19
· oleh kasih: 1Tes 1:3; Yak 2:22
Ref. Silang FULL: Gal 5:7 - kamu berlomba // menghalang-halangi kamu · kamu berlomba: 1Kor 9:24; 1Kor 9:24
· menghalang-halangi kamu: Gal 3:1
Ref. Silang FULL: Gal 5:10 - aku yakin // mempunyai pendirian // yang mengacaukan · aku yakin: 2Kor 2:3; 2Kor 2:3
· mempunyai pendirian: Fili 3:15
· yang mengacaukan: Gal 5:12; Gal 1:7
Ref. Silang FULL: Gal 5:11 - masih dianiaya // batu sandungan · masih dianiaya: Gal 4:29; 6:12
· batu sandungan: Luk 2:34; Luk 2:34
· masih dianiaya: Gal 4:29; 6:12
Ref. Silang FULL: Gal 5:13 - untuk merdeka // dalam dosa // yang lain · untuk merdeka: Gal 5:1; Gal 5:1
· dalam dosa: Gal 5:24; Gal 5:24; 1Kor 8:9; 1Pet 2:16
· yang lain: 1Kor 9:19; 2Kor 4:5; Ef 5:21...
Ref. Silang FULL: Gal 5:16 - oleh Roh // keinginan daging · oleh Roh: Gal 5:18,25; Rom 8:2,4-6,9,14; 2Kor 5:17; 2Kor 5:17
· keinginan daging: Gal 5:24; Gal 5:24
· oleh Roh: Gal 5:18,25; Rom 8:2,4-6,9,14; 2Kor 5:17; [Lihat FULL. 2Kor 5:17]
Ref. Silang FULL: Gal 5:17 - keinginan daging // kamu kehendaki · keinginan daging: Rom 8:5-8
· kamu kehendaki: Rom 7:15-23
· keinginan daging: Rom 8:5-8
· kamu kehendaki: Rom 7:15-23
Ref. Silang FULL: Gal 5:18 - oleh Roh // hukum Taurat · oleh Roh: Gal 5:16; Gal 5:16
· hukum Taurat: Rom 2:12; Rom 2:12; 1Tim 1:9
Ref. Silang FULL: Gal 5:21 - dan sebagainya // Kerajaan Allah · dan sebagainya: Mat 15:19; Rom 13:13
· Kerajaan Allah: Mat 25:34; Mat 25:34
Ref. Silang FULL: Gal 5:22 - Tetapi buah // ialah: kasih // damai sejahtera · Tetapi buah: Mat 7:16-20; Ef 5:9
· ialah: kasih: Kol 3:12-15
· damai sejahtera: Mal 2:6
Ref. Silang FULL: Gal 5:23 - penguasaan diri // ada hukum · penguasaan diri: Kis 24:25; Kis 24:25
· ada hukum: Gal 5:18
Ref. Silang FULL: Gal 5:24 - menyalibkan daging // dan keinginannya · menyalibkan daging: Gal 5:13,16-21; Rom 6:6; Rom 6:6; Rom 7:5,18; 8:3-5,8,9,12,13; 13:14; Gal 6:8; Kol 2:11
· dan keinginannya: Gal 5...
· menyalibkan daging: Gal 5:13,16-21; Rom 6:6; [Lihat FULL. Rom 6:6]; Rom 7:5,18; 8:3-5,8,9,12,13; 13:14; Gal 6:8; Kol 2:11
· dan keinginannya: Gal 5:16,17
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Gal 5:1-12; Gal 5:13-26
Matthew Henry: Gal 5:1-12 - Nasihat dan Ajakan untuk Berdiri Teguh
Pada pasal ini Rasul Paulus membuat penerapan dari semua penjelasan yang sudah disampaikannya sebelumnya. Dia memulainya dengan sebuah peringatan...
- Pada pasal ini Rasul Paulus membuat penerapan dari semua penjelasan yang sudah disampaikannya sebelumnya. Dia memulainya dengan sebuah peringatan umum, atau nasihat (ay. 1), yang kemudian dia perkuat dengan beberapa pertimbangan (ay. 2-12). Dia lalu mendesak mereka supaya hidup sehari-hari dalam kesalehan yang sungguh-sungguh, yang akan menjadi penangkal terbaik menghadapi perangkap guru-guru palsu itu, khususnya,
- I. Supaya mereka jangan bersitegang satu sama lain (ay. 13-15).
- II. Supaya mereka mau berjuang melawan dosa. Dia menunjukkan,
- 1. Bahwa di dalam diri setiap orang ada pergumulan antara daging dengan roh (ay. 17).
- 2. Bahwa tugas dan kepentingan kita, dalam pergumulan ini, adalah memihak kepada sisi yang lebih baik (ay. 16, 18).
- 3. Dia menyebutkan perbuatan-perbuatan daging, yang harus diwaspadai dan dimatikan, dan buah-buah Roh, yang harus dihasilkan dan dipelihara. Dia memperlihatkan alangkah pentingnya mereka menjadi seperti itu (ay. 19-24). Dan lalu dia menutup pasal ini dengan sebuah peringatan terhadap kesombongan dan kedengkian.
Nasihat dan Ajakan untuk Berdiri Teguh (5:1-12)
- Pada bagian terdahulu pasal ini Rasul Paulus memperingatkan orang-orang Galatia supaya mewaspadai guru-guru yang masih berpegang pada ajaran agama Yahudi, yang berusaha membawa mereka kembali kepada perhambaan hukum Taurat. Dia sudah menentang mereka sebelumnya, dan sudah banyak menunjukkan betapa bertentangannya pandangan-pandangan dan jiwa guru-guru ini dengan jiwa Injil. Dan sekarang bagian ini seolah-olah adalah kesimpulan umum atau penerapan dari seluruh penjelasannya itu. Tampak dari hal-hal yang telah dikatakannya bahwa kita dapat dibenarkan hanya oleh iman di dalam Yesus Kristus, dan bukan karena melakukan hukum Taurat, dan bahwa hukum Musa tidak lagi berlaku, dan orang-orang Kristen pun tidak harus tunduk kepadanya. Oleh karena itu dia menginginkan supaya mereka berdiri teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan, karena supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Di sini perhatikanlah,
- 1. Di bawah Injil kita dibebaskan, kita dibawa ke dalam keadaan merdeka, di mana di dalamnya kita dibebaskan dari kuk hukum yang menekankan pada upacara, dan dari kutuk hukum moral. Dengan demikian kita tidak lagi terikat pada ketaatan terhadap yang satu, ataupun terikat pada kekakuan yang lain, yang mengutuk semua orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis di dalamnya (3:10).
- 2. Kita berhutang kepada Yesus Kristus atas kemerdekaan ini. Dialah yang telah memerdekakan kita. Dengan jasa-Nya Dia telah memenuhi tuntutan hukum yang telah dilanggar. Dan dengan wewenang-Nya sebagai seorang raja Dia telah membebaskan kita dari kewajiban melakukan ketetapan-ketetapan lahiriah yang dibebankan kepada bangsa Yahudi itu. Dan,
- 3. Oleh karena itu tugas kita adalah berdiri teguh dalam kemerdekaan ini, dengan tidak henti-hentinya dan dengan setia mengikuti Injil dan kemerdekaannya, dan tidak membiarkan diri kita, atas pertimbangan apa pun, kembali dikenakan kuk perhambaan, ataupun terbujuk untuk kembali kepada hukum Musa. Ini adalah peringatan atau nasihat umum, yang dalam ayat-ayat selanjutnya diperkuat oleh Rasul Paulus dengan beberapa alasan atau pernyataan. Seperti,
- I. Bahwa ketundukan mereka pada sunat, dan ketergantungan mereka pada perbuatan-perbuatan menurut hukum supaya dibenarkan, sepenuhnya bertentangan dengan iman mereka sebagai orang Kristen, dan menghilangkan semua keuntungan mereka yang diperoleh melalui Yesus Kristus (ay. 2-4). Dan di sini kita dapat mengamati,
- 1. Dengan sangat bersungguh-sungguh Rasul Paulus menegaskan dan menyatakan hal ini: Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu (ay. 2), dan dia mengulanginya (ay. 3), Sekali lagi aku katakan. Seperti yang pernah dia katakan, “Aku, yang telah membuktikan diri sebagai seorang rasul Kristus, dan telah menerima wewenang dan perintah dari Dia, sungguh-sungguh menyatakan, dan aku siap mempertaruhkan kehormatan dan nama baikku untuk itu, bahwa jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu, dst.” Dalam perkataannya itu dia menunjukkan bahwa apa yang sekarang dia katakan bukan hanya sangat penting, namun juga pasti dapat diandalkan. Dia sama sekali tidak mengajarkan sunat (seperti yang mungkin dilaporkan beberapa orang), malah sebaliknya ia memandang sangat penting agar mereka tidak tunduk kepada sunat.
- 2. Hal yang dia nyatakan dengan sangat sungguh-sungguh, dan dengan sangat yakin, adalah bahwa jikalau mereka menyunatkan diri mereka, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagi mereka, dst. Janganlah kita mengira bahwa hanya sunat saja yang sedang dibicarakan Rasul Paulus di sini, atau bahwa dia bermaksud mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang disunat yang dapat memperoleh manfaat apa pun dari Kristus. Semua orang kudus Perjanjian Lama pernah disunat, dan dia sendiri pun pernah menyetujui penyunatan Timotius. Tetapi harus dipahami bahwa dia sedang berbicara tentang sunat dalam pengertian guru-guru agama Yahudi ketika mewajibkannya, yang mengajarkan bahwa jikalau mereka tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, mereka tidak dapat diselamatkan (Kis. 15:1). Bahwa inilah maksud Rasul Paulus yang tampak dari ayat 4, di mana dia menyatakan hal yang sama dengan mereka yang mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat, atau mencari pembenaran dengan melakukan hukum Taurat. Nah, dalam hal ini, jika mereka tunduk kepada sunat dalam pengertian ini, dia menyatakan bahwa Kristus sama sekali tidak akan berguna bagi mereka, bahwa mereka wajib melakukan seluruh hukum Taurat, bahwa mereka lepas dari Kristus, dan bahwa mereka hidup di luar kasih karunia. Dari semua ungkapan ini tampak bahwa dengan cara demikian mereka meninggalkan cara pembenaran yang sudah ditetapkan oleh Allah. Ya, benar, mereka menempatkan diri mereka sendiri menjadi tidak mungkin dibenarkan dalam pandangan-Nya, karena mereka menjadi orang-orang yang berutang untuk melakukan seluruh hukum Taurat, yang menuntut ketaatan yang tidak mampu mereka lakukan, dan menyatakan kutuk terhadap orang-orang yang gagal melakukannya, dan oleh karena itu hanya dapat menghukum, tetapi tidak dapat membenarkan mereka. Dan, sebagai akibatnya, karena mereka sudah memberontak dari Kristus, dan membangun harapan-harapan mereka berdasarkan hukum Taurat, maka Kristus sama sekali tidak akan berguna bagi mereka dan tidak berpengaruh apa-apa terhadap mereka. Jadi, karena dengan disunat mereka melepaskan Kekristenan mereka, maka mereka memisahkan diri mereka sendiri dari semua keuntungan yang diberikan Kristus. Dan oleh karena itu ada alasan kuat mengapa mereka harus teguh berpegang kepada ajaran yang sudah pernah mereka terima, dan tidak membiarkan diri dikenakan kuk perhambaan. Perhatikanlah,
- (1) Walaupun Yesus Kristus sanggup menyelamatkan dengan sempurna, namun ada banyak orang yang tidak akan menerima keuntungan apa pun dari-Nya.
- (2) Semua orang yang mencari pembenaran dengan jalan melakukan hukum Taurat, membuat Kristus tidak berguna bagi diri mereka. Dengan membangun harapan-harapan mereka berdasarkan perbuatan-perbuatan menurut hukum Taurat, mereka kehilangan semua harapan mereka dari Kristus. Sebab, Dia tidak akan menjadi Juruselamat bagi siapa pun yang tidak mau mengakui dan bergantung kepada Dia sebagai Juruselamat satu-satunya.
- II. Untuk mengajak mereka supaya berdiri teguh di dalam ajaran dan kemerdekaan dari Injil, Rasul Paulus memberi mereka teladannya sendiri, dan teladan orang-orang Yahudi lain yang telah memeluk agama Kristen. Dan dia memberi tahu mereka apa yang menjadi harapan mereka, yaitu, bahwa oleh Roh, dan karena iman, mereka menantikan kebenaran yang mereka harapkan. Walaupun mereka dilahirkan sebagai orang Yahudi, dan dibesarkan di bawah hukum Taurat, namun oleh Roh Kudus mereka menjadi mengenal Kristus. Karena itu mereka telah melepaskan semua ketergantungan pada perbuatan-perbuatan menurut hukum Taurat, dan mencari pembenaran dan keselamatan hanya oleh iman di dalam Dia. Dan oleh karena itu pula pastilah benar-benar bodoh jika orang-orang yang tidak pernah berada di bawah hukum Taurat malah membiarkan diri mereka sendiri dibuat tunduk kepadanya, dan mendirikan harapan mereka di atas perbuatan-perbuatan menurut hukum tersebut. Di sini kita dapat mengamati,
- 1. Apa yang dinantikan oleh orang-orang Kristen, yaitu harapan akan kebenaran, yang terutama harus kita pahami sebagai kebahagiaan dari dunia lain. Ini disebut sebagai harapan orang-orang Kristen, karena inilah yang mereka harap-harapkan, yang mereka inginkan dan kejar di atas segalanya. Dan disebut sebagai harapan akan kebenaran, karena harapan mereka akan hal itu didirikan di atas kebenaran, bukan kebenaran mereka sendiri, melainkan kebenaran Yesus Tuhan kita. Karena, walaupun hidup dalam kebenaran adalah jalan menuju kebahagiaan ini, namun kebenaran Kristus sajalah yang telah mendapatkannya untuk kita, dan dengan dasar inilah kita dapat berharap untuk memilikinya.
- 2. Bagaimana mereka berharap dapat mempertahankan kebahagiaan ini, yaitu, dengan iman, di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Bukan dengan mengerjakan hukum Taurat, atau apa pun yang dapat mereka lakukan supaya layak mendapatkannya, melainkan hanya dengan iman, menerima dan bergantung kepada Dia sebagai Tuhan kebenaran kita. Hanya dengan cara ini sajalah mereka berharap untuk mendapatkan hak atas kebahagiaan itu di dunia sini atau memilikinya nanti. Dan,
- 3. Dari mana mereka menantikan harapan akan kebenaran, yaitu oleh Roh. Dalam hal ini mereka bertindak di bawah bimbingan dan pengaruh Roh Kudus. Di bawah pimpinan-Nya, dan dengan pertolongan-Nya, mereka diyakinkan dan dimampukan untuk percaya kepada Kristus, dan mencari harapan akan kebenaran melalui Dia. Ketika Rasul Paulus menggambarkan perkara orang-orang Kristen demikian, tersirat bahwa jika mereka berharap supaya dibenarkan dan diselamatkan dengan cara lain mana pun mereka akan mengalami kekecewaan. Oleh karena itu sangat perlu bagi mereka untuk tetap setia kepada ajaran Injil yang telah mereka terima.
- III. Dia memberikan penjelasan berdasarkan sifat dan rancangan ketetapan Kristen, yang adalah untuk menghapuskan perbedaan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi, dan untuk menetapkan iman di dalam Kristus sebagai jalan untuk diterima oleh Allah. Rasul Paulus memberi tahu mereka (ay. 6) bahwa di dalam Kristus Yesus, atau di bawah masa penyelenggaraan Injil, hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti. Walaupun, selama masa penyelenggaraan hukum Taurat berlaku, ada perbedaan yang dibuat antara orang Yahudi dan orang Yunani, antara yang disunat dan yang tidak disunat, dan yang disebut pertama yang menerima hak-hak istimewa jemaat Allah, sedangkan yang lainnya tidak, namun tidak demikian halnya dalam masa penyelenggaraan Injil. Karena, Kristus, yang adalah kegenapan hukum Taurat, sudah datang, maka sekarang tidak ada bedanya lagi, baik di sini maupun di sana nanti, apakah seseorang disunat atau tidak. Seseorang tidak lebih baik karena disunat ataupun lebih buruk karena tidak disunat. Disunat maupun tidak disunat tidak membuat dia lebih baik di mata Allah. Dan oleh karena itu, sama seperti halnya guru-guru yang masih berpegang pada ajaran agama Yahudi sangat keterlaluan dalam mewajibkan sunat kepada mereka, dan mengharuskan mereka mematuhi hukum Musa, demikian pula mereka pastilah sangat tidak bijaksana jika sampai mau tunduk kepada guru-guru itu dalam hal ini. Namun, walaupun dia meyakinkan mereka bahwa baik disunat maupun tidak disunat tidak akan membantu mereka diterima oleh Allah, namun dia memberi tahu mereka apa yang dapat membantu mereka, yaitu iman yang bekerja oleh kasih. Artinya, iman di dalam Kristus yang membuktikan kesejatian dan kesungguhannya dengan cara menunjukkan kasih yang tulus kepada Allah dan sesama kita. Jika mereka memiliki iman seperti ini, tidak masalah apakah mereka disunat atau tidak, tetapi tanpa iman tersebut tidak ada yang akan membantu mereka. Perhatikanlah,
- 1. Tidak ada hak istimewa ataupun pengakuan iman lahiriah yang akan membuat kita diterima oleh Allah, selain iman yang tulus di dalam Tuhan kita Yesus.
- 2. Iman, jika sungguh-sungguh, adalah anugerah yang bekerja, yang bekerja melalui kasih, yaitu kasih kepada Allah dan kepada saudara-saudara kita. Dan iman, yang bekerja melalui kasih seperti ini, adalah segala-galanya dalam Kekristenan kita.
- IV. Untuk memulihkan mereka dari kemerosotan rohani mereka, dan mengajak mereka untuk lebih teguh di masa depan, Rasul Paulus mengingatkan mereka bagaimana keadaan mereka yang baik pada awalnya, dan meminta mereka mempertimbangkan penyebab mereka begitu banyak berubah dari keadaan yang dahulu itu (ay. 7).
- 1. Dia memberi tahu mereka bahwa dahulu mereka berlomba dengan baik. Pada saat mereka baru mulai menjadi orang Kristen, mereka berperilaku sangat terpuji. Mereka siap sedia menyambut agama Kristen, dan bersemangat dalam berjalan di jalannya dan mengerjakannya. Seperti halnya dalam baptisan mereka, mereka mengabdi kepada Allah, dan telah menyatakan diri mereka sebagai murid-murid Kristus, demikian pula perilaku mereka sesuai dengan sifat dan pengakuan mereka. Perhatikanlah,
- (1) Hidup seorang Kristen adalah sebuah perlombaan, di mana dia harus berlari, dan bertahan, jika dia mau memperoleh hadiah.
- (2) Tidaklah cukup kita berlari dalam perlombaan ini, dengan mengaku sebagai orang Kristen, melainkan kita harus berlari dengan baik, dengan cara hidup sesuai dengan pengakuan itu. Demikianlah yang pernah dilakukan orang-orang Kristen ini untuk sementara waktu, tetapi mereka telah dihalangi dalam kemajuan mereka, dan dihalau keluar dari jalan atau setidaknya dibuat goyah dan bimbang. Oleh karena itu,
- 2. Dia bertanya kepada mereka, dan meminta mereka bertanya kepada diri mereka sendiri, Siapakah yang menghalang-halangi kamu? Bagaimana mungkin mereka sampai tidak bertahan di jalan di mana mereka sudah mulai berlari dengan sangat baik? Rasul Paulus sangat mengetahui bagaimana mereka pada masa lalu, dan apa itu yang telah menghalangi mereka, namun dia ingin supaya mereka mengajukan pertanyaan itu kepada diri mereka sendiri. Dia ingin mereka sungguh-sungguh mempertimbangkan apakah mereka memiliki alasan yang bagus untuk mendengarkan orang-orang yang mengganggu mereka itu, dan apakah hal yang mereka tawarkan cukup untuk membenarkan tingkah laku mereka saat ini. Perhatikanlah,
- (1) Banyak orang yang memulai dengan cukup baik dalam agama, dan berlari dengan baik untuk sementara waktu, yaitu berlari dalam batas-batas yang ditentukan untuk perlombaan tersebut, dan juga berlari dengan penuh semangat dan cekatan. Namun dengan berbagai cara kemajuan mereka terhalang, atau mereka menyimpang keluar dari jalan.
- (2) Orang-orang yang sudah berlari dengan baik, namun sekarang mulai keluar dari jalan atau letih di jalan, perlu memeriksa apa yang menghalangi mereka. Orang-orang yang baru menerima Kristus harus siap sedia menantikan bahwa Iblis pasti akan meletakkan batu-batu sandungan di jalan mereka, dan melakukan apa pun yang bisa dia lakukan untuk mengalihkan mereka dari jalan yang sedang mereka tempuh. Namun, kapan pun mereka menyadari diri mereka mungkin akan menyimpang dari jalan itu, mereka harus mempertimbangkan baik-baik siapa yang menghalangi mereka. Siapa pun itu yang menghalangi orang-orang Kristen ini, Rasul Paulus memberi tahu mereka bahwa dengan mendengarkan orang-orang itu mereka akan dihalangi dari menuruti kebenaran, dan dengan demikian terancam akan kehilangan manfaat dari hal-hal yang telah mereka lakukan dalam agama. Injil yang telah dia ajarkan kepada mereka, dan yang telah mereka terima dan akui, dia jamin sebagai kebenaran. Hanya di dalam Injil itulah jalan yang benar untuk mendapatkan pembenaran dan keselamatan dapat selengkapnya ditemukan. Dan supaya mereka dapat menikmati keuntungan darinya, mereka harus menaatinya, erat berpegang kepadanya, dan terus membangun hidup dan harapan mereka sesuai dengan bimbingannya. Oleh karena itu jika mereka membiarkan diri mereka dijauhkan dari Injil, mereka sudah pasti bersalah karena benar-benar lemah dan bodoh. Perhatikanlah,
- [1] Kebenaran bukan hanya harus dipercaya, melainkan juga harus ditaati, harus diterima bukan hanya tuntunannya saja, melainkan juga kasih dan kuasanya.
- [2] Orang-orang yang tidak menaati kebenaran itu dengan benar, tidak berpegang teguh kepadanya.
- [3] Kita menaati kebenaran karena alasan yang sama dengan alasan kita menyambutnya. Oleh karena itu jika orang-orang yang sudah mulai berlari dengan baik dalam perlombaan Kristen, membiarkan diri mereka dihalangi, bukan bertekun di dalamnya, itu adalah perbuatan yang sangat tidak masuk akal.
- V. Rasul Paulus memberikan alasan mengapa mereka harus bertekun di dalam iman dan kemerdekaan Injil, dan melawan ajakan yang menjauhkan mereka dari Injil (ay. 8): Ajakan untuk tidak menurutinya lagi, kata Rasul Paulus, bukan datang dari Dia, yang memanggil kamu. Pendapat atau ajakan yang dibicarakan Rasul Paulus di sini sudah pasti mengenai perlunya mereka disunat dan menuruti hukum Musa, atau mengenai mereka mencampurkan perbuatan-perbuatan menurut hukum Taurat dengan iman di dalam Kristus dalam usaha mendapatkan pembenaran. Inilah yang guru-guru agama Yahudi itu berusaha wajibkan kepada mereka, dan mereka terlalu mudah jatuh ke dalamnya. Untuk meyakinkan mereka tentang kebodohan mereka dalam hal ini, dia memberi tahu mereka bahwa ajakan ini tidak datang dari Dia yang telah memanggil mereka, yaitu Allah. Dengan wewenang-Nya Injil telah diberitakan kepada mereka dan mereka telah dipanggil masuk ke dalam persekutuan-Nya. Ajakan dari guru-guru palsu itu juga tidak berasal dari Rasul Paulus sendiri, yang telah dipakai sebagai alat untuk memanggil mereka. Ajakan itu tidak mungkin datang dari Allah, karena bertentangan dengan jalan pembenaran dan keselamatan yang telah Dia tetapkan. Mereka pun tidak mungkin telah menerimanya dari Rasul Paulus sendiri, karena apapun yang dikarang-karang oleh sebagian orang, dia sejak semula sudah menjadi penentang dan bukan pemberita sunat. Dan, kalaupun dia pernah menyerah demi perdamaian, namun dia tidak pernah menekankan manfaatnya kepada orang Kristen, apalagi sampai mewajibkannya kepada mereka sebagai hal yang diperlukan untuk keselamatan. Jadi karena ajakan ini tidak datang dari Dia yang telah memanggil mereka, dia membiarkan mereka menilai dari mana timbulnya ajakan tersebut. Dia cukup menyiratkan bahwa ajakan itu tidak berasal dari siapa-siapa selain dari Iblis dan antek-anteknya, yang dengan cara ini berusaha keras menjatuhkan iman mereka dan menghalangi kemajuan Injil. Oleh karena itu orang-orang Galatia itu mempunyai cukup alasan untuk menolaknya, dan tetap berdiri teguh dalam kebenaran yang telah mereka terima sebelumnya. Perhatikanlah,
- 1. Untuk menilai dengan benar ajakan-ajakan yang berbeda dalam hal agama yang ada di antara orang-orang Kristen, kita perlu menyelidiki apakah ajakan-ajakan itu datang dari Dia yang memanggil kita, apakah didasarkan pada wewenang Kristus dan rasul-rasulnya atau tidak.
- 2. Jika, berdasarkan penyelidikan, ajakan-ajakan itu tampak tidak memiliki dasar tersebut, betapapun giatnya orang lain memaksakannya kepada kita, kita sama sekali tidak boleh menurutinya, melainkan harus menolaknya.
- VI. Adanya bahaya penyebaran infeksi ini, dan pengaruh buruk yang bisa saja dimilikinya terhadap orang lain, adalah alasan lebih jauh yang disampaikan Rasul Paulus supaya mereka tidak menuruti guru-guru palsu mereka dalam hal yang hendak mereka wajibkan kepada mereka. Mungkin saja bahwa, untuk meringankan kesalahan mereka, mereka siap mengatakan bahwa hanya sedikit saja guru-guru seperti itu di antara mereka yang berusaha menarik mereka ke dalam kepercayaan dan perbuatan ini. Atau, bahwa mereka menuruti guru-guru itu dalam hal-hal sepele saja, bahwa walaupun mereka mau disunat, dan menuruti sedikit upacara peraturan dan hukum Yahudi, namun mereka sama sekali tidak pernah meninggalkan Kekristenan mereka dan beralih ke agama Yahudi. Atau, andaikata ketaatan mereka sejauh itu memang sesalah yang dia gambarkan, namun mungkin mereka berkata lebih jauh bahwa hanya sedikit saja di antara mereka yang melakukannya, dan karenanya dia tidak perlu begitu khawatir mengenai hal itu. Nah, untuk menyingkirkan kepura-puraan semacam ini, dan untuk meyakinkan mereka bahwa ada bahaya yang lebih besar di dalamnya daripada yang mereka sadari, dia memberi tahu mereka (ay. 9) bahwa sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan. Seluruh adonan Kekristenan dapat dicemarkan dan dirusakkan oleh satu pandangan mendasar yang salah seperti itu, atau bahwa seluruh adonan masyarakat Kristen dapat tertular oleh satu anggotanya. Oleh karena itu mereka benar-benar tidak boleh menyerah dalam satu hal ini. Atau, jika ada yang telah melakukannya, maka mereka harus berusaha keras dengan segala cara yang pantas untuk membersihkan infeksi itu dari antara mereka. Perhatikanlah, sangatlah berbahaya bagi jemaat-jemaat Kristen jika mereka sampai mendukung orang-orang di antara mereka yang memeluk kesalahan-kesalahan yang merusak, terutama yang bertekad untuk menyebarluaskannya. Inilah masalahnya di sini. Ajaran yang dengan giat disebarluaskan oleh guru-guru palsu, dan yang telah menarik beberapa orang di dalam jemaat-jemaat ini, adalah perlawanan terhadap Kekristenan itu sendiri, seperti yang sudah ditunjukkan sebelumnya oleh Rasul Paulus. Walaupun jumlah orang yang terlibat mungkin hanya sedikit, namun ajarannya bisa mendatangkan kerusakan yang mematikan bagi kodrat manusia bila orang sampai terpengaruh olehnya. Oleh karena itu dia tidak mau membiarkan mereka tenang-tenang saja dan tidak peduli, tetapi mengingatkan mereka bahwa sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan. Jika dituruti, pengaruh buruknya bisa segera menyebar lebih jauh dan lebih luas. Dan, jika mereka membiarkan diri mereka diwajibkan dalam hal ini, maka segera saja kebenaran dan kemerdekaan Injil akan hancur.
- VII. Agar supaya orang-orang Galatia itu lebih memperhatikan hal-hal yang telah dia katakan, Rasul Paulus menyatakan harapan-harapannya mengenai mereka (ay. 10). Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, katanya, bahwa kamu tidak mempunyai pendirian lain dari pada pendirian ini. Dia memiliki banyak kekhawatiran dan keraguan tentang mereka (yang merupakan alasannya begitu terus terang dan bebas dengan mereka). Namun demikian, dia berharap supaya melalui berkat Allah atas hal-hal yang telah dia tulis, mereka dapat diyakinkan untuk berpikiran sama dengan dia, dan mengakui dan mematuhi kebenaran dan kemerdekaan Injil yang telah dia beritakan kepada mereka, dan yang sekarang sedang dia usahakan supaya mereka semakin kuat di dalamnya. Dalam hal ini dia mengajar kita bahwa kita harus mengharapkan yang terbaik bahkan dari orang-orang yang mengenai mereka kita memiliki alasan untuk mengkhawatirkan yang terburuk sekalipun. Supaya mereka tidak terlalu tersinggung oleh teguran yang telah dia berikan karena ketidakteguhan mereka dalam iman, dia lebih menyalahkan orang lain daripada mereka. Karena itu dia menambahkan, Tetapi barangsiapa yang mengacaukan kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapa pun juga dia. Dia memahami bahwa ada orang yang mengacaukan mereka dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus (seperti Gal. 1:7). Dan mungkin dia menunjuk kepada satu orang tertentu yang lebih sibuk dan giat daripada yang lain, dan merupakan alat utama kekacauan yang ada di antara mereka. Dan orang-orang seperti inilah yang lebih dia salahkan atas penyimpangan atau ketidakgigihan jemaat Galatia itu. Ini memberi kita kesempatan untuk mempelajari bahwa, dalam menegur dosa dan kesalahan, kita harus selalu membedakan antara pemimpin dan yang dipimpin, antara yang bertekad menyeret orang lain ke dalam dosa dan yang diseret oleh mereka. Jadi Rasul Paulus melunakkan dan meringankan kesalahan orang-orang Kristen ini, bahkan ketika sedang menegur mereka, supaya lebih bisa mengajak mereka untuk kembali dan berdiri teguh dalam kemerdekaan yang dengannya Kristus telah membebaskan mereka. Tetapi mengenai orang atau orang-orang yang telah mengacaukan mereka, siapa pun itu, dia menyatakan mereka akan menanggung hukumannya. Dia tidak ragu bahwa Allah akan berurusan dengan mereka sesuai dengan pembelotan mereka, dan karena kemarahan-Nya yang adil terhadap mereka, sebagai musuh-musuh Kristus dan gereja-Nya. Dia mengharapkan supaya mereka mengebirikan saja dirinya (KJV: supaya mereka dipisahkan). Bukan dipisahkan dari Kristus dan seluruh harapan akan keselamatan oleh-Nya, melainkan dipisahkan oleh hukuman dari gereja, yang harus bersaksi melawan guru-guru yang merusak kemurnian Injil. Orang-orang, baik para hamba Tuhan maupun yang lainnya, yang bertekad meruntuhkan iman Injil dan mengganggu kedamaian orang-orang Kristen, dengan cara demikian benar-benar kehilangan hak-hak istimewa persekutuan Kristen dan pantas untuk dipisahkan dari persekutuan itu.
- VIII. Untuk meyakinkan orang-orang Kristen ini supaya tidak mendengarkan guru-guru mereka yang masih berpegang pada ajaran agama Yahudi itu, dan untuk memulihkan mereka dari pengaruh buruk orang-orang itu, dia menggambarkan guru-guru itu sebagai orang-orang yang telah menggunakan cara-cara yang sangat hina dan licik untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Ini karena mereka menjelek-jelekkan dia, supaya mereka bisa lebih mudah mencapai tujuan-tujuan mereka. Apa yang mereka usahakan adalah untuk membuat orang-orang Kristen tunduk kepada sunat, dan mencampurkan agama Yahudi dengan Kekristenan. Dan, supaya lebih berhasil mencapai tujuan ini, mereka menyebarluaskan kabar di antara jemaat Galatia bahwa Paulus sendiri adalah seorang pemberita ajaran sunat. Karena dari perkataannya (ay. 11): Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, tampak jelas bahwa mereka telah melaporkan dia berbuat demikian. Dan mereka telah memanfaatkan ini sebagai alasan untuk membujuk orang-orang Galatia supaya tunduk kepada sunat. Mungkin mereka mendasarkan laporan ini pada penyunatan yang sudah dilakukannya pada Timotius (Kis. 16:3). Tetapi, walaupun untuk alasan-alasan yang bagus dia telah mengalah kepada sunat dalam peristiwa itu, namun bahwa dia adalah seorang pemberita sunat, terutama dalam pengertian yang mereka maksudkan dalam mewajibkan sunat, dia sepenuhnya menyangkal. Untuk membuktikan ketidakadilan tuduhan atas dirinya itu, dia memberikan alasan-alasan yang, jika mereka mau mempertimbangkannya, pasti akan dapat meyakinkan mereka.
- 1. Seandainya dia mau memberitakan sunat, dia bisa saja menghindari penganiayaan. Seandainya aku memberitakan sunat, katanya, mengapakah aku masih dianiaya juga? Itu adalah bukti nyata, dan mereka pasti menyadari itu, bahwa dia dibenci dan dianiaya oleh orang-orang Yahudi. Namun alasan apakah yang dapat diberikan atas perilaku mereka ini terhadap dia, jika dia telah begitu jauh mereka gambarkan sebagai orang yang memberitakan sunat dan ketaatan kepada hukum Musa sebagai hal yang diperlukan untuk keselamatan? Ini adalah pokok besar yang mereka perjuangkan. Dan, seandainya dia telah setuju dengan mereka dalam hal ini, bukannya menjadi sasaran kemarahan mereka, dia mungkin sudah mereka terima dengan senang hati. Oleh karena itu ketika dia menderita aniaya dari mereka, ini adalah bukti yang jelas bahwa dia tidak sejalan dengan mereka, bahwa dia sama sekali tidak memberitakan ajaran yang dituduhkan kepadanya, bahwa, daripada melakukan itu, dia mau membiarkan dirinya menghadapi berbagai bahaya besar.
- 2. Seandainya dia menyerah kepada orang-orang Yahudi dalam hal ini, maka salib bukan batu sandungan lagi. Mereka tidak akan begitu menentang ajaran Kristen seperti yang telah mereka lakukan, pun dia dan yang lainnya tidak akan mengalami begitu banyak penderitaan karenanya seperti yang telah mereka alami. Dia memberi tahu kita (1Kor. 1:23) bahwa pemberitaan salib Kristus (atau ajaran pembenaran dan keselamatan hanya oleh iman di dalam Kristus yang disalibkan) untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan. Hal yang paling mengganggu perasaan mereka terhadap Kekristenan adalah, bahwa dengan demikian sunat dan seluruh kerangka penyelenggaraan hukum dikesampingkan, sebagai tidak berlaku lagi. Ini membuat mereka berteriak menentang hal tersebut, dan mendorong mereka untuk menentang dan menganiaya para pengikutnya. Nah, seandainya Paulus dan yang lainnya dapat menyerah kepada pandangan bahwa sunat masih harus dipelihara, dan ketaatan pada hukum Musa digabungkan dengan iman dalam Kristus karena diperlukan untuk keselamatan, maka serangan mereka akan benar-benar dihentikan. Dan Rasul Paulus dan yang lainnya bisa saja menghindari penderitaan yang mereka alami karenanya. Tetapi walaupun orang lain, dan khususnya orang-orang yang sangat gencar memfitnah dia sebagai pemberita ajaran ini, dapat dengan mudah menerima ajaran tersebut, namun dia tidak dapat seperti itu. Dia lebih memilih untuk membahayakan kenyamanan dan nama baiknya, bahkan hidupnya sendiri, daripada memutarbalikkan kebenaran dan melepaskan kemerdekaan Injil. Itulah sebabnya orang-orang Yahudi tetap merasa sangat terganggu oleh Kekristenan, dan oleh dia sebagai pemberitanya. Demikianlah Rasul Paulus membersihkan dirinya dari kecaman tidak adil yang dilemparkan musuh-musuhnya kepadanya. Dan pada saat yang sama dia menunjukkan betapa rendahnya perilaku orang-orang yang memperlakukan dia dengan cara yang menghancurkan seperti itu, dan betapa banyak alasan yang dia miliki untuk berharap supaya mereka dipisahkan dari jemaat.
Matthew Henry: Gal 5:13-26 - Desakan untuk Hidup dalam Kesalehan; Perbuatan Daging dan Roh; Buah-buah Roh Desakan untuk Hidup dalam Kesalehan; Perbuatan Daging dan Roh; Buah-buah Roh (5:13-26)
Pada bagian terakhir pasal ini Rasul Paulus mulai menasihati...
Desakan untuk Hidup dalam Kesalehan; Perbuatan Daging dan Roh; Buah-buah Roh (5:13-26)
- Pada bagian terakhir pasal ini Rasul Paulus mulai menasihati orang-orang Kristen ini supaya sungguh-sungguh hidup dalam kesalehan, sebagai penangkal terbaik terhadap perangkap guru-guru palsu. Terutama ada dua hal yang dia tekankan kepada mereka:
- I. Bahwa mereka jangan bersitegang satu sama lain, melainkan saling mengasihi. Dia memberi tahu mereka (ay. 13) bahwa mereka telah dipanggil untuk merdeka, dan dia ingin supaya mereka berdiri teguh dalam kemerdekaan yang dengannya Kristus telah memerdekakan mereka. Walaupun begitu dia menghendaki mereka sangat berhati-hati, supaya mereka tidak mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa. Mereka tidak boleh mengambil kesempatan dari situ untuk menuruti keinginan hati dalam kesenangan-kesenangan dan perbuatan-perbuatan buruk apa pun, dan khususnya yang dapat menciptakan kesenjangan dan kebencian, dan menjadi dasar pertengkaran dan pertikaian di antara mereka. Tetapi, sebaliknya, dia ingin mereka melayani seorang akan yang lain oleh kasih, memelihara kasih sayang satu sama lain. Walaupun mungkin ada perbedaan-perbedaan kecil di antara mereka, kasih sayang itu akan mencondongkan hati mereka kepada segala pelayanan dengan rasa hormat dan kebaikan kepada satu sama lain yang diwajibkan agama Kristen kepada mereka. Perhatikanlah,
- 1. Kemerdekaan yang kita nikmati sebagai orang Kristen bukanlah kemerdekaan yang tidak bermoral. Walaupun Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat, namun Dia belum membebaskan kita dari kewajibannya. Injil adalah ajaran yang sesuai dengan ibadah kita (1Tim. 6:3, KJV: ajaran yang sesuai dengan kesalehan), dan sama sekali tidak mengizinkan dosa sedikit pun sehingga memberi kita kewajiban terbesar untuk menghindari dan menaklukkan dosa.
- 2. Walaupun kita harus berdiri teguh di dalam kemerdekaan Kristen kita, namun kita seharusnya tidak menuntut hal itu sampai melanggar kemurahan hati kristiani. Kita tidak boleh menggunakannya sebagai alasan untuk bersitegang dan bertikai dengan saudara-saudara Kristen kita, yang mungkin memiliki pikiran yang berbeda dengan kita. Sebaliknya kita harus selalu memelihara sikap terhadap satu sama lain yang mencondongkan hati kita untuk saling melayani dengan kasih. Untuk hal inilah Rasul Paulus berusaha keras meyakinkan orang-orang Kristen ini, dan ada dua pertimbangan yang dia sampaikan kepada mereka untuk tujuan ini:
- (1) Bahwa seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” (ay. 14). Kasih adalah ringkasan dari seluruh hukum Taurat. Seperti halnya kasih kepada Allah mencakup semua kewajiban dari loh batu pertama, demikian pula kasih kepada sesama kita mencakup semua kewajiban dari loh batu kedua. Rasul Paulus memberi perhatian khusus pada yang terakhir di sini, karena dia membicarakan perilaku mereka satu terhadap yang lain. Dan, ketika dia menggunakan ini sebagai alasan untuk mengajak mereka saling mengasihi, dia mengisyaratkan bahwa ini akan menjadi bukti yang bagus akan ketulusan mereka dalam ibadah mereka dan ini juga cara yang paling mungkin untuk menghilangkan pertikaian-pertikaian dan perpecahan-perpecahan yang ada di antara mereka. Akan tampak bahwa kita sungguh-sungguh murid-murid Kristus jika kita memiliki kasih satu sama lain (Yoh. 13:35). Dan, bilamana sikap ini dipertahankan, jika tidak sepenuhnya memadamkan perselisihan-perselisihan tidak pantas yang ada di antara orang-orang Kristen, namun setidaknya akan banyak mendamaikan mereka sehingga perselisihan-perselisihan itu tidak sampai mengakibatkan kehancuran.
- (2) Perbuatan menyedihkan dan berbahaya dari perilaku yang sebaliknya (ay. 15): Tetapi, katanya, jika bukannya melayani satu sama lain dalam kasih, dan dengan demikian memenuhi hukum Allah, malahan sebaliknya kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan. Jika, bukannya bertindak sebagaimana layaknya manusia dan orang Kristen, mereka justru berkelakuan lebih menyerupai binatang buas, dengan mencabik dan mengoyak-ngoyak satu sama lain, maka tidak ada yang dapat mereka harapkan sebagai akibatnya, selain bahwa mereka akan membinasakan satu sama lain. Dan oleh karena itu mereka memiliki alasan paling kuat untuk tidak menuruti kehendak hati sendiri untuk saling bertengkar dan bermusuhan. Perhatikanlah, saling bersitegang di antara saudara, jika tetap dilakukan, kemungkinan besar akan terbukti menghancurkan semua orang. Orang-orang yang terus menelan satu sama lain akhirnya akan membinasakan satu sama lain. Jemaat-jemaat Kristen tidak dapat dihancurkan kecuali oleh tangannya sendiri. Jika orang-orang Kristen, yang seharusnya saling menolong dan memberikan sukacita, malah menjadi seperti binatang buas, saling menggigit dan menelan, maka apa lagi yang dapat diharapkan selain bahwa Allah Sang Pengasih akan menyangkal anugerah-Nya untuk mereka, dan Roh kasih akan meninggalkan mereka, dan roh jahat, yang mencoba menghancurkan mereka semua, akan menang?
- II. Bahwa mereka semua harus berjuang melawan dosa. Jemaat akan berbahagia jika orang-orang Kristen mau membiarkan semua pertengkaran mereka dikalahkan oleh perjuangan melawan dosa, bahkan pertengkaran melawan dosa sekalipun. Demikian pula jika, daripada saling menggigit dan menelan karena perbedaan pendapat mereka, mereka semua mau bertekad melawan dosa di dalam diri mereka dan di tempat di mana mereka hidup. Inilah hal yang paling perlu kita perhatikan untuk kita perangi, dan yang di atas segala hal lainnya harus kita lawan dan tindas. Untuk membangkitkan orang-orang Kristen melawan dosa, dan untuk membantu mereka dalam hal ini, Rasul Paulus menunjukkan:
- 1. Bahwa di dalam diri setiap orang ada pergumulan antara daging dan roh (ay. 17): Keinginan (perjuangan dan pergumulan dengan kekuatan dan tenaga) daging (bagian diri kita yang rusak dan duniawi) berlawanan dengan keinginan Roh. Daging melawan semua dorongan kehendak Roh, dan menolak segala sesuatu yang rohani. Di sisi lain, roh (bagian diri kita yang sudah diperbarui) berjuang melawan daging, dan menentang kehendak dan keinginannya. Dan karena itulah kita setiap kali tidak melakukan apa yang kita kehendaki. Seperti halnya dasar anugerah di dalam diri kita tidak akan membiarkan kita melakukan segala kejahatan yang didorong oleh sifat cemar kita, demikian pula kita tidak dapat melakukan seluruh hal baik yang ingin kita lakukan, karena perlawanan yang kita hadapi dari dasar yang cemar dan duniawi. Dalam diri manusia duniawi pun ada semacam pergumulan (tuduhan hati nuraninya dan kecemaran hatinya sendiri berjuang melawan satu sama lain. Tuduhan-tuduhan hati nuraninya akan menekan kecemaran-kecemarannya, dan kecemaran-kecemarannya membungkam tuduhan-tuduhan itu). Demikian pula dalam diri orang yang sudah diperbarui, di mana ada semacam dasar yang baik, ada pergumulan antara sifat lama dan sifat baru, antara sisa-sisa dosa dan awal-awal anugerah. Dan orang-orang Kristen harus sadar bahwa mereka pasti akan mengalami hal ini selama mereka hidup di dunia ini.
- 2. Kewajiban dan kepentingan kita dalam pergumulan ini adalah berpihak kepada sisi yang lebih baik, berpihak kepada tuduhan-tuduhan hati nurani kita melawan kecemaran kita dan berpihak kepada anugerah kita melawan hawa-hawa nafsu kita. Hal ini Rasul Paulus gambarkan sebagai kewajiban kita, dan dia menunjukkan kepada kita cara-cara yang paling jitu untuk berhasil di dalamnya. Jika ditanyakan, arah mana yang harus kita ambil supaya kepentingan yang lebih baik bisa mendapatkan yang lebih baik, maka dia memberi kita satu aturan umum ini, yang, jika dilakukan dengan sepenuh hati, akan menjadi obat paling kuat untuk melawan melazimnya kecemaran. Dan aturan itu adalah berjalan di dalam Roh (ay. 16): Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Yang dimaksud dengan Roh di sini adalah Roh Kudus sendiri, yang berkenan merendahkan diri untuk berdiam di dalam hati orang-orang yang telah Dia perbarui dan kuduskan, untuk membimbing dan menolong mereka dalam melakukan kewajiban mereka. Atau, dasar penuh anugerah itu, yang Dia tanamkan di dalam jiwa umat-Nya dan yang dengan kuat melawan daging, karena dasar cemar yang masih ada di dalam diri mereka benar-benar melawannya. Karena itu tugas yang dinasihatkan kepada kita di sini adalah supaya kita menetapkan hati untuk bertindak di bawah bimbingan dan pengaruh Roh yang mulia itu, dan menyelaraskan diri dengan dorongan-dorongan dan kecenderungan sifat baru di dalam diri kita. Dan, jika ini menjadi perhatian utama kita dalam kebiasaan dan tujuan hidup kita, kita bisa mengandalkan bahwa, walaupun kita mungkin tidak dibebaskan dari segala hasutan dan perlawanan dari sifat cemar kita, kita akan dijaga supaya tidak mengikuti keinginan-keinginannya. Dengan demikian walaupun itu tetap ada di dalam diri kita, namun tidak akan menguasai kita. Perhatikanlah, penangkal terbaik racun dosa adalah berjalan di dalam Roh, banyak terlibat dalam hal-hal yang rohani, memikirkan hal-hal tentang jiwa, yang adalah bagian rohani manusia, lebih daripada tentang tubuh, yang adalah bagian duniawinya. Juga mempercayakan diri kita kepada tuntunan firman, yang di dalamnya Roh Kudus memberitahukan kehendak Allah mengenai kita, dan dalam menjalankan tugas kita bertindak dengan bergantung pada pertolongan dan pengaruh-Nya. Dan, seperti halnya ini akan menjadi cara terbaik untuk menjaga mereka dari memenuhi keinginan-keinginan daging, demikian pula ini akan menjadi bukti yang baik bahwa mereka adalah benar-benar orang Kristen. Karena itu Rasul Paulus mengatakan (ay. 18), Jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. Seolah-olah dia berkata, “Kamu harus sadar bahwa pasti akan ada pergumulan antara daging dan roh selama kamu ada di dunia ini, bahwa daging akan memiliki keinginan yang bertentangan dengan roh seperti halnya roh bertentangan dengan daging. Namun jika, dalam kecondongan dan tujuan hidup kamu, kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, yakni jika kamu bertindak di bawah pimpinan dan pemerintahan dari Roh Kudus dan dari sifat dan watak rohani yang Dia kerjakan di dalam dirimu, dan juga jika kamu menjadikan firman Allah sebagai peraturanmu dan anugerah Allah sebagai pegangan dasarmu, maka akan jelas bahwa kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tidak di bawah kuasa penghukuman hukum Taurat, walaupun kamu masih berada di bawah kuasa pemerintahannya. Karena, demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, dan semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (Rm. 8:1-14).
- 3. Rasul Paulus memerinci perbuatan daging, yang harus diwaspadai dan dimatikan, dan buah-buah Roh, yang harus dihargai dan dihasilkan (ay. 19 dst.). Dan dengan menyebutkan perincian dia menggambarkan lebih lanjut apa yang menjadi alasannya di sini.
- (1) Dia memulai dengan perbuatan daging, yang, selain banyak, juga nyata. Tidak dapat disangkal bahwa hal-hal yang dia bicarakan di sini adalah perbuatan daging, atau hasil perbuatan dari sifat yang cemar dan rusak. Kebanyakan dari perbuatan-perbuatan itu dinyatakan salah oleh tuntunan alam sendiri, dan semuanya dinyatakan salah oleh tuntunan Injil. Perincian yang dia sebutkan bermacam-macam. Beberapa di antaranya adalah dosa melawan perintah ketujuh, seperti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, yang artinya bukan hanya tindakan kotor dosa-dosa ini saja, melainkan segala macam pikiran, perkataan, dan perbuatan yang cenderung mengarah kepada pelanggaran besar. Sebagian merupakan dosa melawan perintah pertama dan kedua, seperti penyembahan berhala, dan sihir. Yang lainnya adalah dosa terhadap sesama kita, dan bertentangan dengan hukum utama tentang kasih persaudaraan, seperti perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, yang sangat sering menyebabkan percideraan, roh pemecah, kedengkian, dan terkadang sampai terjadi pembunuhan (KJV), bukan hanya terhadap nama baik dan reputasi namun bahkan juga hidup sesama kita manusia. Yang lainnya adalah dosa-dosa terhadap diri kita sendiri, seperti kemabukan dan pesta pora. Dan dia menutup daftar ini dengan perkataan dan sebagainya, dan memberikan peringatan jelas untuk semua orang supaya mewaspadai hal-hal tersebut, selagi mereka berharap dapat melihat wajah Allah dengan senang. Mengenai hal-hal ini dan sebagainya, katanya, kuperingatkan kamu, seperti yang telah kubuat dahulu, bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, betapapun mereka menyanjung diri dengan harapan-harapan yang sia-sia, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Ini adalah dosa-dosa yang pasti akan membuat manusia tidak dapat masuk ke dalam sorga. Dunia roh tidak pernah bisa terasa nyaman bagi orang-orang yang membenamkan diri di dalam kecemaran daging. Allah yang benar dan kudus pun tidak akan pernah menerima orang-orang seperti itu ke dalam perkenanan dan hadirat-Nya, kecuali mereka disucikan dan dikuduskan, dan dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita (1Kor. 6:11).
- (2) Dia menyebutkan secara rinci buah-buah Roh, atau sifat yang telah diperbarui, yang sudah seharusnya kita hasilkan sebagai orang Kristen (ay. 22-23). Dan di sini kita bisa mengamati bahwa seperti halnya dosa disebut perbuatan daging, karena daging, atau sifat rusak, adalah dasar yang menggerakkan dan menarik orang kepada dosa, demikian pula anugerah dikatakan sebagai buah Roh, karena sepenuhnya berasal dari Roh Kudus, seperti buah berasal dari akar. Sebelumnya Rasul Paulus telah menyebutkan sebagian besar perbuatan daging yang tidak hanya menyakiti manusia sendiri melainkan cenderung membuat mereka saling menyakiti. Demikian pula di sini dia memberi perhatian khusus kepada sebagian besar buah-buah Roh yang cenderung membuat orang-orang Kristen serasi satu sama lain, dan merasa damai dengan diri sendiri. Dan ini sangat sesuai dengan peringatan atau nasihat yang telah dia berikan sebelumnya (ay. 13), bahwa mereka tidak boleh mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Secara khusus dia menasihatkan supaya kita memiliki kasih, terutama kepada Allah, dan kepada satu sama lain untuk memuliakan Dia, dan juga sukacita, yang bisa dipahami sebagai rasa gembira dalam bergaul dengan teman-teman kita, atau lebih tepat kebahagiaan yang tetap di dalam Allah. Secara khusus ia juga menasihati kita untuk memiliki damai sejahtera, dengan Allah dan hati nurani kita sendiri, atau sifat dan perilaku yang menyukai perdamaian dengan orang lain, serta juga kesabaran, kesabaran menunda kemarahan, dan kepuasan menanggung luka. Juga, untuk memiliki kemurahan, sifat yang sangat baik hati, dan terutama kepada orang-orang yang lebih rendah dari kita, yang mendorong kita untuk baik dan sopan, dan tenang ketika ada yang bersikap buruk atau salah kepada kita, serta kebaikan (kebaikan hati, kedermawanan), yang tampak dalam kesiapan untuk melakukan kebaikan kepada semua orang selagi kita memiliki kesempatan. Juga untuk memiliki kesetiaan, ketaatan, keadilan, dan kejujuran, dalam hal yang kita akui dan janjikan kepada orang lain, serta kelemahlembutan, yang digunakan untuk menguasai perasaan-perasaan dan kemarahan-kemarahan kita, supaya tidak mudah dihasut, dan bilamana kita dihasut, kita segera menjadi tenang. Juga, penguasaan diri, dalam hal makanan dan minuman, dan kenikmatan-kenikmatan hidup lainnya, supaya tidak berlebihan dan melampaui batas dalam menggunakan hal-hal tersebut. Mengenai hal-hal ini, atau orang-orang yang di dalam diri mereka buah-buah Roh ini ditemukan, Rasul Paulus mengatakan, tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu, yang mengutuk dan menghukum hal-hal itu. Benar, karena itu tampaklah bahwa mereka tidak berada di bawah hukum Taurat, melainkan di bawah anugerah. Buah-buah Roh ini, dalam diri siapa pun ditemukan, jelas menunjukkan bahwa orang tersebut dipimpin Roh, dan sebagai akibatnya mereka tidak di bawah hukum Taurat, seperti pada ayat 18. Dan seperti halnya, dengan memerinci perbuatan-perbuatan daging dan buah-buah Roh ini, Rasul Paulus menunjukkan kepada kita apa yang harus kita hindari dan lawan dan apa yang harus kita hargai dan usahakan, demikian pula (ay. 24) dia memberi tahu kita bahwa inilah yang menjadi kepedulian dan usaha yang sesungguhnya dari semua orang Kristen sejati. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, kata Rasul Paulus (orang yang benar-benar Kristen, bukan hanya dalam penampilan dan pengakuan, melainkan dalam kesungguhan dan kebenaran), ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Seperti halnya dalam baptisan mereka, mereka diharuskan untuk ini (karena, dengan dibaptis dalam Kristus, mereka telah dibaptis dalam kematian-Nya, Rm. 6:3), demikian pula mereka sekarang sungguh-sungguh mengabdikan diri mereka dalam hal ini. Dan, demi menyelaraskan diri dengan Tuhan dan Pemimpin mereka itu, mereka berusaha keras untuk mati bagi dosa, sebagaimana Dia telah mati karenanya. Mereka belum mencapai kemenangan penuh atas dosa. Mereka masih memiliki daging selain Roh di dalam diri mereka, dan daging itu memiliki kesenangan-kesenangan dan keinginan-keinginan, yang tetap memberi mereka gangguan yang tidak sedikit. Namun karena sekarang dosa tidak berkuasa lagi di dalam tubuh mereka yang fana, sehingga mereka tidak lagi menuruti keinginannya (Rm. 6:12), mereka berusaha meruntuhkan dan menghancurkannya secara menyeluruh, dan berusaha membuatnya mati secara memalukan dan tercela walaupun kematiannya itu lama dan pelan, supaya dosa itu mati dalam kematian yang sama memalukan dan tercela seperti yang Tuhan kita Yesus jalani untuk kepentingan kita. Perhatikanlah, jika kita harus membuktikan diri kita sebagai milik Kristus, sedemikian rupa hingga dipersatukan dan menyatu dengan Dia dan mencurahkan perhatian kepada-Nya, maka kita harus senantiasa peduli dan berusaha untuk menyalibkan daging dengan kesenangan-kesenangan dan keinginan-keinginannya yang cemar. Kristus tidak akan pernah mengakui sebagai milik-Nya orang-orang yang menyerahkan diri mereka menjadi hamba dosa. Namun walaupun Rasul Paulus di sini hanya menyebutkan penyaliban daging beserta kesenangan-kesenangan dan keinginan-keinginannya, sebagai kewajiban dan watak orang Kristen sejati, namun, sudah pasti, tersirat bahwa, di sisi lain, kita harus memperlihatkan buah-buah Roh yang baru saja dia perinci sebelumnya. Ini adalah tugas kita juga, dan tidak kalah penting untuk membuktikan ketulusan kita dalam beragama. Tidaklah cukup jika kita hanya berhenti berbuat jahat, melainkan kita juga harus belajar berbuat baik. Kekristenan kita mengharuskan kita bukan hanya untuk mati bagi dosa, melainkan juga harus hidup untuk kebenaran. Bukan hanya melawan perbuatan daging, melainkan juga menghasilkan buah-buah Roh. Oleh karena itu jika kita mau memperlihatkan bahwa kita memang benar-benar milik Kristus, ini harus menjadi kepedulian dan usaha kita yang sungguh-sungguh di samping kewajiban-kewajiban yang lain. Bahwa tujuan Rasul Paulus adalah menggambarkan kedua hal ini sebagai tugas kita, dan perlu untuk mendukung watak kita sebagai orang Kristen, bisa disimpulkan dari pernyataan berikutnya (ay. 25), ketika dia menambahkan, Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. Artinya, “Jika kita mengaku telah menerima Roh Kristus, atau bahwa kita diperbarui dalam Roh Kristus, atau bahwa kita diperbarui dalam roh pikiran kita, dan dilengkapi dengan asas hidup rohani, marilah kita menunjukkannya dengan buah-buah Roh yang layak dalam hidup kita.” Dia telah memberi tahu kita sebelumnya bahwa Roh Kristus adalah hak istimewa yang dilimpahkan kepada semua anak Allah (4:6). “Nah,” katanya, “jika kita mengaku berasal dari bilangan ini, dan sebagai orang yang demikian telah memperoleh hak istimewa ini, marilah kita menunjukkannya dengan perilaku dan kelakuan yang sesuai dengan hal itu. Marilah kita membuktikan asas-asas kita yang baik dengan perbuatan-perbuatan baik.” Perilaku kita akan selalu sesuai dengan asas yang membimbing dan mengatur kita. Seperti halnya mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging, demikian pula mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh (Rm. 8:5). Oleh karena itu jika kita mau menunjukkan bahwa kita adalah milik Kristus, dan bahwa kita memiliki sifat-sifat Roh-Nya, maka itu haruslah dengan cara tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Kita harus bertekad sepenuh hati untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging, dan berjalan dalam hidup baru.
- 4. Rasul Paulus menutup pasal ini dengan sebuah peringatan terhadap kesombongan dan kedengkian (ay. 26). Sebelumnya dia telah menasehati orang-orang Kristen ini supaya melayani seorang akan yang lain oleh kasih (ay. 13), dan mengingatkan mereka apa akibatnya jika, bukannya melakukan itu, mereka justru saling menggigit dan saling menelan (ay. 15). Sekarang, sebagai cara untuk mengajak mereka melakukan yang satu dan menjaga mereka dari yang lain dari hal-hal ini, di sini dia memperingatkan mereka supaya tidak menginginkan kemuliaan sia-sia, atau mengharapkan penghargaan dan tepuk tangan yang tidak semestinya dari manusia. Karena, jika keinginan ini dituruti, pasti akan membuat mereka saling menggusarkan dan mendengki. Selama perilaku ini berkuasa di antara orang-orang Kristen, mereka akan mudah meremehkan dan merendahkan orang-orang yang mereka anggap lebih rendah daripada mereka. Mereka akan menjadi kesal jika tidak mendapatkan penghormatan yang mereka pikir berhak mereka dapatkan dari orang-orang itu. Dan mereka juga akan cenderung dengki kepada orang-orang yang dapat membuat ketenaran mereka berkurang. Dan demikianlah maka timbul pertengkaran-pertengkaran dan pertikaian-pertikaian yang, karena tidak sesuai dengan kasih yang harus dipelihara oleh orang-orang Kristen satu sama lain, maka sangat merugikan bagi kehormatan dan kepentingan agama itu sendiri. Oleh karena itu tentu saja Rasul Paulus ingin kita mewaspadai hal ini. Perhatikanlah,
- (1) Kemuliaan yang berasal dari manusia adalah kemuliaan yang sia-sia, yang, bukannya diingini, melainkan kita harus mati terhadapnya.
- (2) Penghargaan yang tidak semestinya terhadap pujian dan tepuk tangan manusia merupakan alasan kuat terjadinya perselisihan dan pertikaian menyedihkan yang timbul di antara orang-orang Kristen.
SH: Gal 5:1-12 - Tetap merdeka atau menjadi hamba? (Rabu, 15 Juni 2005) Tetap merdeka atau menjadi hamba?
Apa daya tarik ajaran yang menjadikan usaha menaati hukum Taurat
sebagai jalan keselamatan yang membuat orang ...
Tetap merdeka atau menjadi hamba?
Apa daya tarik ajaran yang menjadikan usaha menaati hukum Taurat
sebagai jalan keselamatan yang membuat orang berpaling dari
Injil anugerah? Jawabannya: Gengsi. Menerima anugerah berarti
mengaku tidak berdaya. Sebaliknya dengan melakukan Taurat
berarti bisa membanggakan diri telah mengerjakan keselamatan
untuk diri sendiri!
Paulus menghimbau jemaat Galatia untuk kembali setia kepada ajaran Injil sejati dan menolak injil palsu yang mau memperhamba diri mereka pada Taurat (ayat 1). Orang yang kembali kepada hukum Taurat akan menerima konsekuensi sbb. Pertama, ia ada dalam bahaya di luar keselamatan karena menolak karya Kristus di salib (ayat 2,4). Baginya Kristus tidak dapat menyelamatkan dirinya. Hanya ia sendiri yang dapat menyelamatkan diri melalui menaati hukum Taurat. Kedua, hukum Taurat menjadi alat pendakwa dirinya karena keselamatannya bergantung penuh kepada kemampuannya menaati secara sempurna hukum tersebut (ayat 3-4). Jemaat Galatia sudah memiliki anugerah keselamatan itu, maka mereka seharusnya tidak membiarkan diri disesatkan (ayat 6-9). Namun, Paulus yakin bahwa jemaat Galatia tidak akan murtad. Sebaliknya, mereka akan berjuang melawan penyesat-penyesat itu. Penyesat-penyesat itu harus dibasmi karena kalau tidak mereka akan merusak keharmonisan gereja. Paulus yakin mereka akan dihukum Tuhan (ayat 10).
Gereja harus berani bertindak tegas terhadap orang-orang yang memaksakan berbagai peraturan sebagai syarat untuk diselamatkan. Kalau hal ini dibiarkan akan menimbulkan kekacauan. Akan ada orang-orang yang menyombongkan diri oleh karena mereka sudah taat melakukan peraturan-peraturan tersebut. Sebaliknya juga akan banyak orang merasa bersalah dan berdosa karena tidak dapat dengan sempurna melakukannya.
Camkan: Setiap ajaran yang menekankan perbuatan menambahi atau bahkan menggantikan kasih karunia hanya akan membuahkan kesombongan dan perpecahan dalam gereja!
SH: Gal 5:1-15 - Tetap dalam kemerdekaan (Rabu, 31 Agustus 2011) Tetap dalam kemerdekaan
Seorang tukang sayur memikul dagangannya berjalan menuju pasar di kota. Sebuah mobil bak terbuka berhenti di sampingnya. Sopi...
Tetap dalam kemerdekaan
Seorang tukang sayur memikul dagangannya berjalan menuju pasar di kota. Sebuah mobil bak terbuka berhenti di sampingnya. Sopirnya mempersilakan tukang sayur itu naik ke bak belakang supaya tidak usah berjalan menuju pasar. Namun anehnya, sementara mobil melaju menuju kota, si tukang sayur berdiri di bak mobil dengan masih memikul barang dagangannya. Ilustrasi ini merupakan gambaran mengenai seseorang yang sudah dimerdekakan dari dosa oleh Kristus, tetapi masih memikul dosanya sendiri, seolah-olah ia belum dimerdekakan. Memang ilustrasi tersebut tidak terlalu tepat untuk menjelaskan perikop hari ini.
Perikop hari ini lebih serius daripada apa yang digambarkan oleh ilustrasi di atas. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa kalau orang sudah tahu bahwa keselamatan itu terjadi oleh karena iman kepada Kristus, lalu ia sudah mengalami kemerdekaan dari dosa oleh Kristus, tetapi kemudian ia berpaling dari Kristus lalu menghambakan diri lagi pada penegakan tuntutan Taurat, misalnya dengan menyunatkan dirinya, maka itu berarti orang tersebut tidak menganggap karya Kristus berguna dan berkuasa! Itu artinya dia menolak anugerah Tuhan dan memilih mengerjakan sendiri keselamatannya. Paulus juga menegur keras para pemimpin atau orang yang berpengaruh di gereja Galatia, yang ikut mengeruhkan suasana dengan ajaran dan ajakan mereka yang mengacau (10b). Paulus sendiri tetap konsisten dengan ajaran tersebut.
Ayat 13-15 ditujukan kepada orang-orang yang tidak goyah oleh ajaran sesat, tetapi yang salah mengerti akan kemerdekaan dalam Kristus. Mereka menyangka, merdeka berarti hidup tanpa aturan. Padahal Taurat adalah aturan menjalani hidup bagi orang yang sudah dimerdekakan oleh Kristus, yaitu saling mengasihi (14). Jadi yang terikat Taurat sebagai tuntutan untuk selamat dan yang menyangka Taurat tidak ada gunanya lagi, sama-sama salah. Kristus memerdekakan kita dari tuntutan Taurat agar kita dengan kasih melakukan Taurat untuk memuliakan Tuhan dan memberkati sesama.
SH: Gal 5:1-15 - Merdeka dalam Kasih (Selasa, 17 September 2019) Merdeka dalam Kasih
Bangsa yang merdeka memiliki kedaulatan atas dirinya sendiri. Mereka berhak menentukan arah kebijakan dan segala aktivitasnya. Na...
Merdeka dalam Kasih
Bangsa yang merdeka memiliki kedaulatan atas dirinya sendiri. Mereka berhak menentukan arah kebijakan dan segala aktivitasnya. Namun, sebuah bangsa tidak pernah hidup terisolasi dari bangsa yang lain. Kemerdekaan suatu bangsa selalu berhubungan dengan relasinya dengan bangsa lain. Kemerdekaan tidak lantas membuat suatu bangsa bisa sesuka hati bertindak, apalagi jika tindakan tersebut membahayakan bangsa lain dan kelangsungan hidup di seluruh muka bumi.
Demikian pula kiranya kemerdekaan Kristen. Rasul Paulus menyebutkan bahwa hasil dari karya Kristus adalah kemerdekaan. Kemerdekaan itu berarti bahwa tindakan orang percaya tidak diikat oleh berbagai peraturan. Namun, kemerdekaan dari peraturan itu bukan berarti kita, sebagai orang percaya, dapat menjalani hidup dengan sesuka hati. Kemerdekaan dari Kristus bukan kesempatan untuk berbuat dosa, tetapi harus mengasihi orang lain seperti mengasihi diri sendiri (13-14).
Inilah yang menjadi pedoman kita dalam bertindak. Tanpa diikat peraturan, kemerdekaan menuntun kita bertindak secara tepat dalam relasi dengan Tuhan dan sesama.
Kiranya, prinsip kemerdekaan ini terus-menerus menjadi landasan bagi kita dalam menjalani kehidupan pada saat ini. Di tengah dunia yang semakin egois dan apatis, orang Kristen memiliki kemerdekaan untuk tetap memilih mengasihi orang lain. Di tengah pergaulan yang sarat kepentingan, kita memiliki kemerdekaan untuk tetap bertindak tulus. Di tengah hunjaman kebencian, orang Kristen tetap memiliki kemerdekaan untuk mengasihi dan mengampuni. Di tengah masyarakat yang terkotak-kotak berdasarkan agama, orang Kristen memiliki kemerdekaan untuk tetap menjalin relasi yang baik dengan umat beragama lain. Kemerdekaan itu menjadi suluh bagi kita untuk menjalani cara hidup yang tidak serupa dengan dunia ini (Rm. 12:1-2).
Doa: Tuhan, tolonglah kami menghayati karunia kemerdekaan yang berasal dari-Mu dengan mengasihi sesama seperti kami mengasihi diri sendiri. [THIE]
SH: Gal 5:13-18 - Kasih, hukum, dan kebebasan (Kamis, 16 Juni 2005) Kasih, hukum, dan kebebasan
Kebebasan tanpa norma sama sekali bukan kebebasan melainkan
bencana. Banyak orang Kristen salah memahami dan salah m...
Kasih, hukum, dan kebebasan
Kebebasan tanpa norma sama sekali bukan kebebasan melainkan
bencana. Banyak orang Kristen salah memahami dan salah memaknai
kemerdekaan yang sejati. Seakan-akan bebas dari dosa berarti
bebas untuk berbuat dosa. Mengapa bisa timbul salah pengertian
seperti ini?
Kesalahan pertama adalah karena tidak mengerti fungsi hukum Taurat secara tuntas. Karena keselamatan adalah anugerah dan bukan diperoleh dengan menaati hukum Taurat, banyak orang merasa ajaran-ajaran etika di hukum Taurat pun tidak perlu diberlakukan. Akibatnya mereka merasa sah saja melanggar hukum Taurat. Padahal hukum Taurat mengajarkan jalan-jalan yang benar untuk dilakukan anak-anak Tuhan. Tuhan Yesus sudah merangkum hukum Taurat menjadi hukum kasih (ayat 14). Kesalahan kedua adalah karena salah mengerti maksud Tuhan menyelamatkan orang berdosa. Seseorang diselamatkan agar menjalani hidup dalam kasih. Jadi, anak-anak Tuhan dimerdekakan dari perbudakan dosa dan dari kutuk hukum Taurat supaya dapat mempraktikkan kasih ilahi kepada sesamanya. Bagaimana cara mempraktikkan hukum kasih itu dan tidak terjerat kepada keingingan-keingingan daging? Hanya satu cara, yaitu dengan menyerahkan hidup kita dipimpin oleh Roh. Kita harus melawan setiap keinginan daging yang masih mau menguasai kita dengan cara membiarkan Roh Tuhan memimpin hidup kita (ayat 16-18).
Orang yang belum diselamatkan berbuat dosa karena memang dibelenggu oleh kuasa dosa. Namun, anak-anak Tuhan hidup mempraktikkan keadilan, kebenaran, dan kekudusan sebagai pernyataan kasih mereka kepada Kristus dan kepada sesama. Bukti kasih mereka kepada Kristus adalah berupa kerelaan diatur dan dipimpin oleh Roh. Bukti kasih mereka kepada sesama adalah menjadi berkat dan teladan hidup beriman bagi sesama.
Renungkan: Hanya di dalam kasih karunia kita dimampukan mengasihi dengan tulus.
SH: Gal 5:16-26 - Antidot (Kamis, 1 September 2011) Antidot
Antidot adalah obat penawar racun (bisa) atau penangkal penyakit. Dalam pandangan Paulus, orang Galatia bagai sedang menderita penyakit karen...
Antidot
Antidot adalah obat penawar racun (bisa) atau penangkal penyakit. Dalam pandangan Paulus, orang Galatia bagai sedang menderita penyakit karena ada konflik di internal komunitas mereka (15).
Sebelumnya, yaitu dalam Galatia 5:13, Paulus telah menekankan bahwa manusia dimerdekakan oleh Kristus bukan untuk hidup dalam dosa, melainkan untuk saling melayani berdasarkan kasih. Lalu mengapa konflik ini dapat terjadi? Karena ada peperangan antara kedagingan dan keinginan Roh di dalam diri orang-orang Galatia, yang sayangnya sering berakhir dengan kemenangan di pihak kedagingan (17). Sebab itu Paulus menyediakan antidot bagi keegoisan dan perselisihan itu, yaitu "hidup oleh Roh" (16, 25) dan dipimpin oleh Roh" (18, 25). Orang yang hidup dalam kedagingan tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (21).
Hidup oleh Roh tidak sama dengan hidup di bawah hukum Taurat. Hidup oleh Roh bermakna kemerdekaan sedangkan hidup di bawah hukum Taurat berarti terikat belenggu.
Hidup oleh Roh adalah anugerah hidup baru dari Roh Kudus. Hidup oleh Roh adalah prasyarat untuk dapat dipimpin oleh Roh. Orang yang hidup oleh Roh akan mengenali suara Roh dan mampu taat pada pimpinan-Nya.
Kepatuhan seseorang pada kepemimpinan Roh dalam hidupnya merupakan antidot bagi segala penyakit kedagingan yang Paulus daftarkan dalam perikop ini (19-21). Bila orang percaya kepada Kristus dan menaklukkan diri di bawah kepemimpinan Roh Kudus maka ia akan mengalami sebuah perubahan radikal dan akan menghasilkan buah Roh (22-23). Hidup menurut Roh akan termanifestasi dalam kerukunan dan keharmonisan di antara orang-orang seiman (25-26).
Ini memperlihatkan kepada kita bahwa tunduknya seseorang pada pimpinan dan arahan Roh akan terlihat dalam sikap hidup kesehariannya, yang menunjukkan ketaatannya pada kehendak Allah. Dan salah satunya akan terlihat dalam sikap serta kerukunan seseorang dengan saudara-saudara seiman.
SH: Gal 5:16-26 - Hidup yang Dipimpin oleh Roh Kudus (Rabu, 18 September 2019) Hidup yang Dipimpin oleh Roh Kudus
Tanaman yang dirawat dan dipelihara dengan baik akan menghasilkan buah yang baik juga. Prinsip yang sama juga berl...
Hidup yang Dipimpin oleh Roh Kudus
Tanaman yang dirawat dan dipelihara dengan baik akan menghasilkan buah yang baik juga. Prinsip yang sama juga berlaku pada kehidupan rohani kita. Ketika kita menjaga kehidupan rohani dengan benar, kehidupan kita pun akan berbuah. Buah yang dihasilkannya pun akan menyenangkan Allah dan manusia.
Pada nas hari ini, Paulus mencoba menjelaskan ajaran penting ini. Paulus menegur jemaat Galatia agar mereka tidak lagi hidup dalam hawa nafsu kedagingan. Paulus menuntut agar mereka hidup di bawah pimpinan Roh Kudus. Sebab ketika hidup dalam kedagingan, jemaat Galatia hanya akan menghasilkan berbagai perbuatan dosa yang tidak berkenan kepada Allah. Namun, jika mau hidup dipimpin oleh Roh, maka hidup mereka akan menghasilkan buah Roh (22-23).
Ketika jemaat Galatia memilih hidup dalam Kristus, mereka harus bersedia meninggalkan hawa nafsu kedagingan. Mereka mesti bersedia hidup dipimpin oleh Roh Kudus (24-25). Mereka tidak bisa memilih untuk tetap percaya kepada Kristus, tetapi hidup berkubang dalam dosa. Pilihan mereka hanya dua, yaitu hidup dalam kedagingan dan menuai kebinasaan atau hidup dipimpin oleh Roh Kudus serta menghasilkan buah Roh dalam hidupnya. Dalam hal ini, Paulus mendorong mereka agar hidup dipimpin oleh Roh supaya mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Nas ini juga berlaku bagi kita saat ini. Setelah percaya kepada Kristus, kita tidak bisa lagi hidup dalam dosa. Kita harus hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Itu artinya kita punya kerinduan untuk mendengar dan memelihara firman-Nya setiap hari. Kita bersedia untuk selalu menaatinya dan peka membedakan antara hasrat pribadi dan kehendak Tuhan.
Ketika hidup dipimpin oleh Roh, maka firman-Nya akan memenuhi pikiran kita. Semua tindakan kita bukan lagi dikendalikan oleh hawa nafsu, tetapi didorong oleh kasih Kristus semata.
Doa: Tuhan, tolong kami agar tetap hidup dipimpin oleh Roh Kudus. [ST]
SH: Gal 5:19-26 - Kemerdekaan dalam pimpinan Roh (Jumat, 17 Juni 2005) Kemerdekaan dalam pimpinan Roh
Ada paradoks besar dalam kehidupan Kristen. Kemerdekaan sejati
hanya bisa dialami oleh orang yang sepenuhnya meny...
Kemerdekaan dalam pimpinan Roh
Ada paradoks besar dalam kehidupan Kristen. Kemerdekaan sejati
hanya bisa dialami oleh orang yang sepenuhnya menyerahkan diri
dipimpin oleh Roh Kudus. Orang yang merasa diri bebas melakukan
apa saja, termasuk berbuat dosa, sebenarnya masih diperbudak
dosa!
Di nas ini, Paulus mengontraskan hidup yang dikendalikan daging dan hidup yang dipimpin oleh Roh. Orang yang dikendalikan daging adalah orang yang mengikuti hasrat dan hawa nafsu dosa serta keinginan-keinginan duniawi yang bersifat merusak, seperti yang didaftarkan Paulus pada ayat 19-21. Orang-orang yang melakukannya pasti bukan anggota kerajaan Allah (ayat 21b). Sebaliknya orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh akan membuahkan sifat-sifat ilahi seperti yang dicantumkan Paulus pada ayat 22-23. Bagaimana kita dapat memiliki kehidupan yang dipimpin oleh Roh? Yaitu, dengan menyerahkan diri menjadi milik Kristus. Menjadi milik Kristus berarti menyerahkan kendali diri pada pimpinan Roh. Hal itu berarti juga menyangkal diri, hawa nafsu kedagingan, dan hal-hal duniawi (ayat 24). Orang Kristen harus secara aktif dan terus menerus menyangkal diri, supaya Roh Kudus senantiasa aktif dan tak henti-henti memimpin hidup orang percaya (ayat 25).
Latihlah diri Anda untuk menyangkal diri setiap hari atas setiap sifat kedagingan yang masih mengganggu kekudusan hidup Anda. Caranya adalah dengan menerapkan dan mengembangkan sifat-sifat ilahi yang sudah dikaruniakan Roh Kudus kepada Anda. Usaha Anda hanya akan berhasil bila Anda memelihara hubungan pribadi yang dekat dan intens dengan Tuhan melalui saat teduh. Jadikan gereja sebagai sarana untuk bertumbuh dalam kekudusan dengan mempraktikkan saling menolong dan saling meneguhkan antarsaudara seiman.
Camkan: Tak seorang pun, termasuk Anda sendiri, yang berhak mengatur hidup Anda, kecuali Dia yang adalah pemilik dan penebus hidup Anda.
Utley: Gal 4:21--5:1 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 4:21-5:121 Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat? 22 ...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 4:21-5:1
21 Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat? 22 Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? 23 Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji. 24 Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar — 25 Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab — dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. 26 Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita. 27 Karena ada tertulis: "BERSUKACITALAH, HAI SI MANDUL YANG TIDAK PERNAH MELAHIRKAN! BERGEMBIRA DAN BERSORAK-SORAILAH, HAI ENGKAU YANG TIDAK PERNAH MENDERITA SAKIT BERSALIN! SEBAB YANG DITINGGALKAN SUAMINYA AKAN MEMPUNYAI LEBIH BANYAK ANAK DARI PADA YANG BERSUAMI." 28 Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji. 29 Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini. 30 Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "USIRLAH HAMBA PEREMPUAN ITU BESERTA ANAKNYA, SEBAB ANAK HAMBA PEREMPUAN ITU TIDAK AKAN MENJADI AHLI WARIS BERSAMA-SAMA DENGAN ANAK PEREMPUAN MERDEKA ITU." 31 Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka. Gal 5:1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
Gal 4:21 "Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat?" Paulus menggunakan penulisan Musa untuk memerangi kesalahan yang berdasarkan atas Musa. Ayat ini menyimpulkan pemikiran dari ayat Gal 4:7. Ayat Gal 4:8-20 adalah satu lagi seruan pribadi dan emosional oleh Paulus. Konsep "keanakan" dan "ahli waris" dalam Gal 4:7 dan "benih" dalam Gal 3:15-18 adalah pendahulu untuk tipologi ini.
Gal 4:22 "Abraham mempunyai dua anak" Abraham memiliki lebih dari dua anak laki-laki, tapi yang dibicarakan di sini dikontraskan: anak pertamanya, Ismael, yang dicatat dalam Kej 16, dan anak keduanya, Ishak, yang dicatat dalam Kej 21. Inti dari tipologi ini adalah bahwa yang satu dilahirkan secara alami oleh seorang gadis budak dan yang lainnya dilahirkan dengan cara adi kodrati sesuai dengan janji Allah oleh seorang wanita merdeka, istrinya. Penekanan diseluruh konteks ini adalah, seperti dalam ay. Gal 4:23, pada janji Allah dibandingkan dengan usaha manusia.
Gal 4:23-24 Orang-orang Yahudi akan setuju dengan tipologi Paulus sampai ayat Gal 4:23, di mana ia mengatakan bahwa dalam pengertian usaha manusia, orang-orang Yahudi benar-benar merupakan keturunan Ismael, sementara Gereja adalah keturunan Sarah yang sejati dari "janji."
Gal 4:24 "suatu kiasan" Ini bukan "kiasan (alegori)" seperti yang digunakan oleh Philo, Klemens atau Origenes, melainkan tipologi. Paulus melihat situasi saat ini sebagai beranalogi dengan dua anak-anak Abraham; yang satu oleh adat social, yang satu lagi oleh janji Illahi. Yang satu sesuai dengan kebenaran karya (Ismail), yang lain dengan kasih karunia yang gratis (Ishak)! Bagi Paulus, Taurat tidak bisa menyelamatkan, tetapi telah menjadi pidana mati pada manusia yang berdosa (lih. Kol 2:14). Hanya di dalam Kristuslah keselamatan sejati bisa ditemukan. Inti iman PL tidak ditemukan dalam Hukum Musa tetapi iman Abraham.
Gal 4:25 "Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab" Ada dua cara menafsirkan "adalah" di sini: (1) "itu mewakili" atau (2) ada beberapa jenis hubungan etimologis populer antara Hagar dan Gunung Sinai. Nama "Hagar" sangat mirip bunyi ucapannya seperti istilah Ibrani untuk "batu" (metonymy untuk gunung). Kebanyakan komentator memilih opsi # 1. Hagar mewakili Hukum Musa yang diberikan di Gunung Sinai dan, dengan demikian, Yudaisme.
Arabia adalah sebutan geografis yang jauh lebih luas di zaman Paulus dari zaman sekarang ini.
□ "ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak- anaknya" Metafora ini di sini adalah antara sistem Yudaisme saat ini yang berpusat di Yerusalem dan kota eskatologis, yang akan datang, Yerusalem Baru. Kota ini, tidak dibuat dengan tangan, ada secara abadi di surga (lih. Ibr 11:10; 12:22; 13:14 dan Wahy 21:2,10).
Perhatikan bahwa Paulus membuat Yerusalem di atas berlaku untuk Gereja. Tulisan-tulisan apostolik NT mengubah fokus dari PL (Yahudi vs Yunani) kepada orang percaya vs tidak percaya. PB mengorientasikan ulang janji-janji geografis PL dari Palestina ke surga (Yerusalem duniawi vs Yerusalem surgawi). Perubahan mendasar dari fokus inilah yang memungkinkan kitab Wahyu merujuk pada (1) orang percaya, bukan orang Yahudi atau (2) sebuah kerajaan yang universal, bukan kerajaan Yahudi.
Gal 4:26 "merdeka" Kemerdekaan di sini menunjuk pada orang percaya sebagai dilepaskan dari kewajiban baik Yudaisme (yaitu, bebas dari kutuk, lih. Gal 3:13) dan kekafiran (stoicheia). Kemerdekaan tidak berhubungan dengan orang percaya menjadi memimpin-diri sendiri, namun
- 1. kita bebas untuk melayani Allah (lih. Rom 6)
- 2. kita bebas dari tirani yang mengerikan dari diri yang jatuh
Dengan kata lain, orang percaya bebas "untuk melayani" dan bebas dari "diri." Ini adalah kebebasan ganda! Kita secara sukarela bersedia melayani Bapa dan keluarga sebagai putra dan putri, bukan budak dan pelayan!
Gal 4:27 Ini adalah sebuah kutipan dari Yes 54:1. Dalam konteks ini merujuk pada pemulihan kota Yerusalem setelah pembuangan Babel. Yerusalem Baru disebutkan secara khusus dalam pasal Yes 65; 66. Paulus memproyeksikan pemahaman eskatologis ini ke dalam tipologi nya.
Gal 4:28 Orang percaya dalam gereja-gereja Galatia adalah keturunan sejati Abraham oleh iman (lih. Rom 2:28-29).
Gal 4:29 Paulus mengaitkan semua pengikut sejati Yesus dengan keturunan sejati Ishak melalui janji Allah. Meskipun PL tidak secara khusus menyebutkan penganiayaan (yaitu, tradisi Yahudi), namun PL menyebutkan sikap angkuh Hagar terhadap Sarah yang tak punya anak (lih. Kej 16:4-5), serta juga penganiayaan Sarah atas Hagar (lih. Kej 16:6). Para rabi menafsirkan Kej 21:9 sebagai Ismael yang mengejek Sarah dan anaknya. Naskah Ibraninya sendiri berbunyi "bermain" atau "tertawa" (BDB 850, KB 1019). Kemungkinan Paulus sedang merujuk pada permusuhan di kemudian hari antara orang Yahudi dan bukan Yahudi.
Frasa terakhir dari ay. Gal 4:29, "demikian juga sekarang ini," menyiratkan bahwa keturunan fisik (yaitu, anak-anak dari Perjanjian Musa) dari Abraham masih menganiaya anak-anak rohani (yaitu, anak-anak iman) dari Abraham. Ada konflik di antara ke dua gunung ini!
Gal 4:30 "Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "USIRLAH HAMBA PEREMPUAN ITU BESERTA ANAKNYA," Ini adalah sebuah kutipan dari Kej 21:10 (mengutip Sarah, Peil IMPERATIVE, BDB 176, KB 204). KATA KERJA Yunaninya
adalah AORIST ACTIVE IMPERATIVE yang berarti untuk "mengusir gadis budak" dan dalam konteks Galatia berarti "menendang keluar Yudais!"
Kitab Suci dipersonifikasikan (lih. Yoh 7:42; Rom 9:17; Gal 3:8;\\, Yak 2:23; 4:5). Ini mungkin merupakan suatu cara metaforis untuk merujuk pada Bapa atau Roh yang berbicara, yang akan menjadi cara untuk menunjuk pada "inspirasi" (lih. Mat 5:17-19).
Gal 4:31 "Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka" Ini adalah ringkasan dari argument tersebut. Kita yang percaya pada Yesus Kristus adalah ahli waris penuh dari janji Abraham dan bukan hanya mereka yang berasal dari ras Israel, atau Israel alami. Kebenaran yang sama ini diungkapkan dalam Rom 9; 10; 11.
Utley: Gal 5:1 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:11 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi ...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:1
1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
Gal 5:1 "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka" Frasa pertama dari Gal 5:1 ini mungkin harus bersama dengan Gal 4:21-31 atau memulai sebuah paragraf baru (NKJV, TEV, NJB). Ini mungkin adalah suatu permainan pada "wanita merdeka," Gal 4:30,31; "kemerdekaan," Gal 5:1, dan "merdeka," Gal 5:1. Tujuan dari Injil adalah untuk memerdekakan orang- orang dari kutuk Hukum Taurat sehingga mereka bisa secara sukarela dan tepat menanggapi Allah dengan cara yang serupa dengan janji Allah kepada Abraham. Oleh karena itu, orang beriman bebas untuk tidak melakukan dosa dan bebas untuk hidup bagi Allah (lih. Gal 2:4 dan Rom 6, khus. ay. Gal 5:11).
KATA BENDAnya "kebebasan" ditaruh di depan dan bentuk KATA KERJA nya yang berasal dari akar yang sama digunakan ("dibebaskan," AORIST INDICATIVE ACTIVE) untuk menekankan konsepnya!
□ "Kristus telah memerdekakan kita" Orang Kristen adalah benar-benar bebas di dalam Kristus (lih. Yoh 8:32,36; 2Kor 3:17). Seperti yang dikatakan dengan baik oleh Martin Luther, "Seorang Kristen adalah seorang tuan yang paling bebas dari semua, tidak tunduk pada siapapun. Seorang Kristen adalah hamba yang paling penurut dari semua, tunduk pada semua." Orang percaya bebas dari Kejatuhan, bebas dari tirani diri, bebas lagi untuk melayani Tuhan dan orang lain!
- NASB "Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan"
- NKJV "Karena itu berdirilah teguh dalam kebebasan dengan mana Kristus telah memerdekakan kita, dan jangan terlibat lagi dengan kuk perbudakan"
- TEV "Lalu berdirilah, sebagai manusia bebas, dan jangan biarkan dirimu menjadi budak lagi"
- NRSV, JB "oleh karena itu, berdirilah teguh dan menolaklah untuk tunduk kembali kepada kuk perbudakan"
Paulus mengeluarkan dua peringatan dalam terang kebebasan sejati orang percaya dalam Kristus:
- 1. agar mereka bertekun (lih. Rom 5:2 dan 1Kor 16:13; lihat Topik Khusus pada Gal 3:4)
- 2. agar mereka berhenti berputar kembali ke berbagai bentuk legalisme atau usaha sendiri
Kedua hal ini PRESENT IMPERATIVE, namun demikian, yang kedua memiliki NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan yang sudah dalam proses.
Sebuah paralel yang baik bagi "kuk perbudakan" dapat ditemukan dalam Kis 15:10. Yesus juga memiliki sebuah kuk tapi kuknya ringan (lih. Mat 11:29-30). Para Rabi menggunakan "kuk" sebagai suatu metafora untuk ketentuan Hukum. "Hukum Kristus" benar-benar berbeda dengan hukum Yudaisme atau prestasi manusia (lih. Yak 1:25; 2:8,12).
Utley: Gal 5:2-12 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:2-122 Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan bergun...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:2-12
2 Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. 3 Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. 4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. 5 Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. 6 Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih. 7 Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi? 8 Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang memanggil kamu. 9 Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan. 10 Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu tidak mempunyai pendirian lain dari pada pendirian ini. Tetapi barangsiapa yang mengacaukan kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapapun juga dia. 11 Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi. 12 Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya!
- NASB "Lihat, Aku, Paulus, berkata kepadamu"
- NKJV "Sesungguhnya aku, Paulus, berkata kepadamu"
- NRSV "Dengar! Aku, Paulus, sedang memberitahu kamu"
- TEV "Dengar! Aku, Paulus, memberitahumu hal ini"
- NJB "Ini Aku, Paulus, yang memberitahumu hal ini"
Ini adalah BENTUK IMPERATIVE dari "lihatlah" dengan KATA GANTI ORANG (egō) yang kuat. "Aku, Paulus" menunjukkan penekanan otoritatif dari pernyataan Paulus. Paulus, Rasul bagi bangsa-bangsa lain, sedang memberikan informasi penyataan!
- NASB "bahwa jika kamu menerima sunat"
- NKJV "bahwa jika kamu menjadi bersunat"
- NRSV "bahwa jika kamu membiarkan dirimu disunat"
- TEV, NJB "jikalau kamu menyunatkan dirimu"
Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL yang maknanya potensial. Ini menunjukkan bahwa orang-orang Kristen Galatia belum disunat tetapi cenderung untuk tunduk pada persyaratan baru untuk memperoleh keselamatan (atau setidaknya kesempurnaan, lih. Gal 3:1) yang diberikan oleh kaum Yudais. Namun sunat bukanlah masalah mendasarnya (lih. ay. Gal 5:6; 1Kor 7:18-19). Sunat hanyalah satu aspek dari keseluruhan sistem Yahudi kebenaran karya. Paulus menyunat Timotius dalam Kis 16:3 agar dia bisa melayani orang-orang Yahudi. Tetapi Paulus menegaskan bahwa sunat yang benar adalah dari hati (lih. Ul 10:16; Yer 4:4), bukan tubuh (lih. Rom 2:28-29; Kol 2:11). Masalahnya bukanlah sunat tapi bagaimana seseorang dibawa kepada status yang benar dengan Allah (lih. ay. Gal 5:4).
□ "Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu" Paulus sedang membedakan dua cara untuk bisa benar dengan Allah: (1) usaha manusia dan (2) kasih karunia gratis. Tema dari keseluruhan paragraf adalah bahwa dua cara ini bersifat saling meniadakan: memilih usaha manusia berarti meniadakan kasih karunia gratis, memilih kasih karunia gratis berarti mengecualikan usaha manusia. Seseorang tidak bisa mencampurkan mereka sebagai dasar keselamatan sebagaimana ditunjukkan secara dalam Gal 3:1-5.
Gal 5:3 "ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat" Jika seseorang memilih cara usaha manusia, maka ia harus patuh secara sempurna kepada Hukum sejak dari usia tanggung jawab moral (bar-mitzvah, usia 13 untuk anak laki- laki, bath-mitzvah, usia 12 untuk perempuan) sampai mati (lih. Ul 27:26; Gal 3:10; Yak 2:10). Alkitab menegaskan bahwa berhubung belum ada yang pernah melakukan hal ini (kecuali Yesus), maka semua orang berada dalam kategori pelanggar hukum, orang-orang berdosa (Rom lih. Gal 3:9-18,22-23;\\).
Gal 5:4 "mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat" Tema teologis dari pasal Gal 3; 4 adalah bahwa penerimaan kita oleh Allah semata-mata didasarkan pada karakter-Nya, pemberdayaan oleh Roh, dan karya dari Mesias-Nya. Ini adalah esensi dari Injil Paulus yang baru dan radikal, yaitu pembenaran oleh kasih karunia melalui iman (lih. Rom 4; 5; 6; 7; 8).
- NASB "Kamu lepas dari Kristus"
- NKJV "Kamu telah menjadi terasing dari Kristus"
- NRSV "Kamu… telah memotong dirimu dari Kristus"
- TEV "telah memotong dirimu dari Kristus"
- NJB "Kamu telah memisahkan diri dari Kristus"
KATA KERJA Yunani ini (suatu AORIST PASSIVE INDICATIVE dari katargeō) diterjemahkan dalam banyak cara: (1) untuk membuat tidak berguna, (2) untuk membuat tidak berdaya; (3) untuk membuat tidak produktif, (4) tidak menguntungkan; (5) kosong; (6 ) membatalkan; (7) membuat batal dan tidak berlaku; (8) mengakhiri; (9) memusnahkan, atau (10) memutuskan dari. Ini digunakan oleh Paulus lebih dari dua puluh kali. Lihat Topik Khusus pada Gal 3:17. Seorang dapat melihat beberapa pengertiannya dari Gal 3:17 (menghapuskan) Gal 5:11 (membatalkan). Jika seseorang mencoba untuk menjadi benar dengan Allah melalui usaha manusia, ia memotong dirinya dari kebenaran kasih karunia sebagai sarana keselamatan (lih. Gal 5:12):
- 1. dalam keselamatan awal (ketika orang Galatia pertama kali menerima Injil)
- 2. dalam kehidupan yang berorientasi bekerja (ketika orang Galatia berpikir mengenai sekarang mengejar Hukum Musa)
- NASB, NKJV,
- NJB "kamu hidup di luar kasih karunia"
- NRSV "kamu telah jatuh jauh dari kasih karunia"
- TEV "kamu berada di luar kasih karunia Allah"
Mereka yang mencari Tuhan dengan kinerja manusia telah kehilangan pendekatan kasih karunia gratis yang ditemukan dalam karya paripurna Mesias yang disalibkan. Konteks ini tidak berurusan terutama dengan pertanyaan teologis modern tentang kemungkinan mereka yang telah memiliki keselamatan dan sekarang kehilangan keselamatan tersebut, tapi bagaimana manusia menemukan keselamatan. Namun demikian, perhatikan bahwa keselamatan melibatkan sebuah respon awal dan yang berkelanjutan. Ini adalah suatu titik dan suatu proses, baik yang melibatkan kasih karunia dan iman. Keduanya adalah penting (lih. ay. Gal 5:7).
Paulus berurusan dalam surat ini dengan legalisme yang terhubung dengan keselamatan. Saat ini kebanyakan legalisme dalam gereja berhubungan dengan kehidupan Kristen (lih. Gal 3:1-3). Kebanyakan orang Kristen legalistik mirip dengan "saudara yang lemah" dari Rom 14:1-15:13. Mereka tidak mampu menerima kebebasan dan pembebasan Injil. Mereka tidak mempercayai kinerja mereka untuk keselamatan, tetapi takut jika mereka entah bagaimana akan menyinggung Tuhan. Namun demikian, sikap ini, menghasilkan kritik yang menghakimi orang percaya lainnya. Gangguan persekutuan ini terjadi di gereja Galatia dan masih terjadi di gereja-gereja di zaman kita.
Pada titik ini dalam diskusi tentang suatu keselamatan yang sepenuhnya gratis, tetapi menuntut biaya-segalanya, saya ingin menyebutkan tiga Topik Khusus. Yang pertama berkaitan dengan keselamatan sebagai proses dan yang kedua berurusan dengan keselamatan sebagai hubungan sampai kepada akhir kehidupan, dan ketiga isu teologis kemurtadan. Lihat Topik Khusus: Bentuk Kata Kerja Yunani yang Digunakan untuk Keselamatan di 1Tes 5:9.
Gal 5:5 "Sebab oleh Roh, dan karena iman" Frasa ini menunjukkan dua kualifikasi yang diperlukan (yaitu, perjanjian) yang terlibat dalam keselamatan kita:
- 1. tarikan / rayuan Roh Kudus (lih. Yoh 6:44,65; 16:7-13)
- 2. respon manusia (lih. Mr 1:15, Kis 3:16,19; 20:21)
Frasa-frasa ini ditempatkan di muka dalam kalimat Yunani untuk penekanan.
□ "kita menantikan kebenaran yang kita harapkan" "Pengharapan" sering digunakan dalam PB untuk Kedatangan Kedua. Kedatangan Kedua adalah waktu ketika orang percaya akan sepenuhnya diselamatkan. PB menjelaskan keselamatan kita sebagai
- 1. suatu tindakan selesai
- 2. suatu status keberadaan
- 3. suatu proses
- 4. sebagai suatu penyempurnaan di masa depan
Keempat atribut keselamatan ini adalah gratis bukan saling meniadakan. Kita diselamatkan, telah diselamatkan, sedang diselamatkan, dan akan diselamatkan. Aspek keselamatan masa depan memerlukan pemuliaan orang percaya pada Kedatangan Kedua (lih. 1Yoh 3:2). Bagian-bagian lain yang menggambarkan peristiwa keselamatan di masa depan mencakup Rom 8:23; Fili 3:21 dan Kol 3:3,4. Lihat Topik Khusus: Bentuk Kata kerja Yunani yang Digunakan untuk Keselamatan di 1Tes 5:9.
□ "Kebenaran" Lihat Topik Khusus pada Gal 2:21.
Gal 5:6 Ayat ini merangkum tema dari kitab Galatia: kita benar dengan Allah melalui iman, bukan dengan ritual manusia atau kinerja – termasuk sunat, hukum makanan, dan / atau hidup bermoral.
Frasa penutup ini telah dipahami baik dalam pengertian PASSIVE atau MIDDLE (Barbara dan Timotius Friberg, Perjanjian Baru Yunani Analitis, hal 584; Harold K. Moulton [ed], Leksikon Yunani Analitis Revisi, hal 139). Katolik Romawi telah sebagian besar menafsirkannya sebagai PASSIVE yang berarti bahwa kasih adalah produk dari iman. Namun demikian, sebagian besar Protestan telah memahaminya dalam pengertian yang berarti cinta MIDDLE bahwa isu-isu keluar dari iman (lih. 1Tes 1:3). Istilah ini digunakan secara teratur dalam PB sebagai MIDDLE (lih. Rom 7:5, 2Kor 1:6; Ef 3:20; 1Tes 2:13, dan 2Tes 2:7). Iman adalah yang terutama.
Ini adalah jawaban Paulus terhadap guru-guru palsu mengenai gaya hidup orang kafir yang diterima secara bebas di dalam Kristus. Kasih yang dimotivasi Roh lah (setelah keselamatan) yang menetapkan standar perilaku bagi orang percaya dan memberikan kemampuan pada mereka untuk mematuhinya. Ini adalah perjanjian yang baru, hati yang baru dan pikiran baru (lih. Yer 31:33; Yeh 36:26-27).
Gal 5:7 "siapa" KATA GANTI TUNGGAL yang digunakan untuk seorang guru palsu juga ditemukan dalam ay. Gal 5:7 dan dua kali dalam ay. Gal 5:10. Namun demikian, bentuk JAMAK nya muncul dalam ay. Gal 5:12. Ini mungkin sebuah penggunaan kolektif dari bentuk TUNGGAL tersebut. Tetapi karena Gal 3:1, penggunaan TUNGGAL dapat menyiratkan
- 1. Pimpinan komplotan lokal yang beralih ke titik pandang Yudais dan sekarang menarik gereja di arah itu
- 2. pemimpin tamu yang meyakinkan dari Yudais
- NASB "Dahulu kamu berlari dengan baik, siapa yang menghalangimu dari mentaati kebenaran"
- NKJV "Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi"
- NRSV "ahulu kamu berlari dengan baik; siapa yang mencegahmu dari mematuhi kebenaran"
- TEV "Dahulu kamu melakukannya dengan baik! Siapa yang membuatmu berhenti mematuhi kebenaran"
- NJB "Dahulu kamu memulai perlombaanmu dengan baik: siapa yang membuatmu kurang bersemangat untuk menaati kebenaran"
"Dahulu kamu berlomba dengan baik" adalah sebuah IMPERFECT ACTIVE INDICATIVE. Ini berarti bahwa untuk suatu jangka waktu tertentu gereja-gereja di Galatia telah hidup dengan baik dalam kedewasaan Kristen. Paulus sering menggunakan metafora atletik. Ia terutama menyukai "berlari" (lih. Gal 2:2; 1Kor 9:24-26; Fili 2:16; 3:12-14; 2Tim 4:7).
KATA KERJA yang "menghalangi" atau "mencegah" (AORIST ACTIVE INDICATIVE) umumnya memiliki konotasi militer dan atletik. Dalam pengertian militer, kata itu berarti tindakan menghancurkan sebuah jalan dalam menghadapi musuh yang mendekat. Dalam pengertian atletik, itu berarti tindakan satu pelari memotong di depan orang lain, sehingga menyebabkan mereka berdua kehilangan perlombaan.
Paulus sedang terlibat dalam suatu permainan kata antara "menaati kebenaran" dalam ay. Gal 5:2, dan "bujukan" dalam ay. Gal 5:8. Ini tidak berarti bahwa jemaat Galatia tidak bertanggung jawab secara pribadi, tetapi bahwa mereka telah dipengaruhi.
Paulus menggunakan "mematuhi kebenaran" sebagai cara untuk mengekspresikan "mentaati Injil." Lihat Topik Khusus: Kebenaran dalam Tulisan-tulisan Paulus pada Gal 2:5.
Gal 5:8 "Dia, yang memanggil kamu" Seringkali pendahulu-pendahulu KATA GANTI nya bersifat rancu. Seperti dalam Gal 1:6, frasa ini selalu digunakan untuk pilihan pemilihan dari Allah Bapa. Lihat catatan di 1Tes 2:12.
Gal 5:9 "Sedikit ragi" Ragi adalah sebuah pepatah PB umum dalam Alkitab, sering digunakan dalam arti negatif (Mat 16:6, Mr 8:15, 1Kor 5:6, meskipun tidak selalu demikian (lih. Mat 13:33). Di sini metafora ini mungkin menggarisbawahi kekuatan meresap doktrin kebenaran karya (lih. Mat 16:6).
Gal 5:10 "aku yakin tentang kamu" Ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE INDICATIVE yang menyiratkan bahwa Paulus telah, di masa lalu, dan masih terus memiliki, kepercayaan pada orang-orang Kristen Galatia (lih. 2Kor 2:3; 2Tes 3:4; Fil ay. Gal 5:21).
□ "bahwa kamu tidak mempunyai pendirian lain" Lihat catatan pada Gal 4:12.
- NASB "Tetapi barangsiapa yang mengacaukan kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapapun juga dia."
- NKJV "tapi siapa yang menyulitkanmu akan menanggung penghakimannya, siapa pun dia"
- NRSV "Tapi siapa pun yang membingungkan kamu akan membayar dendanya"
- TEV "dan bahwa orang yang menyusahkanmu, siapa pun dia, akan dihukum oleh Allah"
NJB "dan siapa saja yang menyulitkanmu di masa depan akan dihukum, tidak peduli siapa dia" Orang-orang percaya bertanggung jawab di hadapan Allah, tetapi mereka dapat dipengaruhi. (Lih. Gal 1:7; Kis 15:24). Tingkat keparahan hukuman bagi mereka yang menyesatkan orang percaya baru Allah dapat dilihat dalam Mat 18:6-7.
Gal 5:11 "jikalau aku masih memberitakan sunat," Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL yang dianggap benar dari sudut pandang penulis atau untuk tujuan sastranya (penggunaan ini menunjukkan bahwa konstruksi ini tidak selalu benar sesuai dengan realitas). Paulus menggunakan konstruksi ketatabahasaan yang agak tidak umum untuk mengatakan "karena mereka masih menuduh saya mengkhotbahkan sunat," yang mungkin merupakan sebuah rujukan untuk
- 1. Penyunatan Timotius olehnya (lih. Kis 16:3) dan keengganannya untuk menyunat Titus (lih. Gal 2:2-5)
- 2. Pernyataan Paulus dalam 1Kor 7:18-19
Apapun latar belakangnya, Paulus menyatakan bahwa kaum Yudais tidak konsisten, karena jika ia mengkhotbahkan sunat mereka seharusnya telah secara antusias menerima dia, tapi berhubung mereka menganiaya dia, itu adalah bukti yang baik bahwa dia tidak menganjurkan sunat bagi bangsa-bangsa lain.
□ "salib bukan batu sandungan lagi" "batu sandungan" atau "hambatan" [skandalon] berarti "sebuah tongkat perangkap berumpan yang digunakan untuk menangkap hewan" (lih. Rom 9:33; 1Kor 1:23). Salib adalah suatu pelanggaran bagi kaum Yudais salib karena memberikan secara gratis sesuatu yang mereka dapatkan dengan bekerja begitu keras (lih. Rom 10:2-5).
□ "bukan… lagi." Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE INDICATIVE. Lihat Topik Khusus pada Gal 3:17.
- NASB "Ku harap bahwa orang-orang yang mengganggumu bahkan akan merusak diri mereka sendiri"
- NKJV "Ku harap bahwa mereka yang menyulitkanmu bahkan akan memutuskan diri mereka sendiri"
- NRSV "Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya"
- TEV "Ku harap bahwa orang-orang yang menjengkelkanmu akan terus melakukannya; biarkan mereka pergi dan mengebiri diri mereka sendiri"
- NJB "Beritahu orang-orang yang mengganggumu Saya ingin melihat pisaunya meleset"
"Merusak" digunakan dalam arti "pengebirian." Telah diketahui dari sejarah bahwa pemujaan terhadap Cybele, yang ada di provinsi Galatia, mengebiri semua imam mereka (kasim). Paulus sedang membuat sebuah hiperbola sarkastis tentang sunat (seperti Fili 3:2, dimana ia menyebut mereka "anjing-anjing").
Utley: Gal 5:13-15 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:13-1513 Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu s...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:13-15
13 Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. 14 Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" 15 Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.
Gal 5:13 "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka" Ini memulai tahap baru dari argumen. Istilah "saudara-sauara" biasanya menandai perubahan dari pokok bahasan. Apabila ay. Gal 5:1-12 telah berurusan dengan penyimpangan dari legalisme, ay. Gal 5:13-15 berurusan dengan penyimpangan dari antinomianisme. Kita tidak boleh menggunakan kebebasan kita sebagai surat ijin untuk memanjakan nafsu dosa dari sifat manusia yang jatuh (lih. Rom 14:01-15:13).
- NASB "hanya janganlah mengubah kebebasanmu menjadi kesempatan bagi daging"
- NKJV "hanya janganlah menggunakan kemerdekaan sebagai kesempatan bagi daging"
- NRSV "hanya janganlah menggunakan kebebasanmu sebagai kesempatan untuk memanjakan diri"
- TEV "Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa,"
- NJB "tetapi berhati-hatilah, atau kemerdekaan ini akan membuka pintu bagi pemanjaan diri"
"Kesempatan" adalah sebuah istilah militer untuk suatu area panggung serangan militer (lih. Rom 6:1-14). Beberapa terjemahan Inggris menerjemahkan "daging" dengan frasa "alam yang rendah." Penggambaran yang terakhir ini setuju dengan penggunaan Paulus tentang "daging" (lihat Topik Khusus pada Gal 1:16) dalam konteks ini sebagai kecenderungan alami manusia yang telah terputar menuju pada diri sendiri sejak kejatuhan, yang dicatat dalam Kej 3. Polarisasi yang sama antara sifat Adam dan kehidupan yang dipimpin Roh ini dinyatakan dalam Rom 8:1-11.
□ "melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih" KATA KERJA ini adalah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Sebelumnya Paulus menegaskan bahwa mereka tidak boleh menjadi budak dari legalisme, tetapi ia sekarang mengimbanginya dengan perintah bahwa mereka harus saling menjadi budak terhadap satu sama lain dalam kasih (lih. ay. Gal 5:6; Yoh 13:34-35; Ef 5:21; Fili 2:3-4). Keseluruhan konteks ini bersifat komunal (gereja), bukan individu (lih. Gordon D. Fee, Eksegesis Kearah Mana? hal. 154-172). Interpretasi barat modern telah sangat dipengaruhi oleh individualisme. Alkitab adalah terutama buku kebersamaan.
- NASB "Sebab seluruh Hukum Taurat digenapi dalam satu kata ini"
- NKJV "Sebab seluruh hukum Taurat digenapi dalam satu kata ini"
- NRSV "Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam sebuah firman tunggal ini"
- TEV "Sebab seluruh Hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini"
- NJB "Berhubung seluruh hukum Taurat adalah diringkas dalam satu firman tunggal ini"
Kebenaran yang sama ini diungkapkan dalam Rom 13:8, Yak 2:8. Ini adalah "hukum" sebagai kehendak Allah yang dinyatakan (lih. Mat 5:17-20), bukan sebuah system keselamatan kebenaran karya. Masih ada fungsi yang tepat bagi PL dalam keKristenan! Ini adalah kutipan dari Im 19:18 dari Septuaginta. Ini mungkin berfungsi sebagai sebuah ringkasan kerabbian mengenai tujuan hukum Taurat. Ini juga digunakan oleh Yesus dalam cara yang sangat mirip dalam Mat 5:43-48; 22:39 dan dalam Mr 12:29-31, Luk 10:25-28. Ini adalah KATA KERJA PERFECT TENSE, yang menekankan suatu puncak dari tindakan masa lalu yang menjadi status atau kondisi yang berkelanjutan. Hal ini dapat dipahami sebagai (1) ringkasan hukum atau (2) suatu penggenapan hukum.
Gal 5:15 Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang diasumsikan benar dari perspektif penulis atau untuk tujuan sastranya. Ayat ini menggunakan citra kekerasan yang menggambarkan hewan liar yang aling memangsa satu sama lain, yang adalah gambaran dari realitas yang mengerikan dari apa yang diakibatkan para guru palsu di gereja-gereja di Galatia. Penafsiran ini diperkuat oleh pernyataan yang sama kuatnya dalam ay. Gal 5:26. Ini adalah masalah kelompok, bukan sebuah fokus pada individu.
Utley: Gal 5:16-24 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:16-2416 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. 17 Sebab keinginan daging berl...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:16-24
16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. 17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging — karena keduanya bertentangan — sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. 18 Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. 19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri,
percideraan, roh pemecah, 21kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 22Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. 24Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Gal 5:16 "hiduplah oleh Roh," Sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE, Paulus mendesak Galatia untuk menjalani suatu kehidupan secara adikodrati dan terus dikendalikan oleh Roh Allah (lih. Ef 4:1,17; 5:2,15-18) . Suatu ide utama dalam Galatia adalah bahwa Roh adalah Dia yang membawa keselamatan awal. Jadi, ayat ini berarti bahwa apa yang dimulai oleh Roh (lih. Gal 3:3), juga merupakan apa yang disempurnakan oleh Roh (lih. Rom 8:16-25). Istilah yang terkait "hukum Roh," Rom 8:1 dan tersirat dalam ayat Gal 5:18, adalah persis sama dengan "hukum Kristus" dalam 1Kor 9:21 dan Yak 1:25; 2:8,12. Hukum kasih melayani orang lain serta diri sendiri (lih. Fili 2:1-4).
□ "maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging" Penolakan terkuat yang memungkinkan dalam bahasa Yunani Koine memanfaatkan DOUBLE NEGATIVE dengan sebuah AORIST SUBJUNCTIVE, yang berarti "tidak pernah dalam kondisi apapun." Ini ditemukan dalam ayat ini, yang diikuti dengan Kata Yunani yang sangat kuat untuk "memuaskan." Kehidupan Kristen dan keselamatan kekal berasal dari hal adi kodrati. Orang percaya tidak hanya dipanggil untuk diselamatkan – tetapi dipanggil untuk keserupaan dengan Kristus (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:19; Ef 1:4). Kontras antara "daging" dan "roh" adalah umum dalam Paulus (lih. Rom 8:1-11). "Daging" [sarx] digunakan dalam dua pengertian oleh Paulus: (1) tubuh fisik, dan (2) sifat jatuh, berdosa, keAdaman umat manusia. Di sini jelas # 2. Lihat Topik Khusus: Daging (sarx) di Gal 1:16.
Gal 5:17 Kontras antara dua cara hidup ini juga ditemukan dalam Rom 8:1-11. Paulus menyajikan ke dua cara yang seharusnya untuk diselamatkan: (1) usaha manusia, dan (2) kasih karuniagratis Allah dalam Kristus. Kemudian ada dua cara untuk menjalani hidup yang saleh: (1) usaha manusia (yang dipengaruhi oleh Kejatuhan) dan (2) kekuasaan Allah yang bebas dalam Roh. Kaum Yudais menegaskan usaha manusia baik dalam keselamatan dan kehidupan Kristen, tetapi Paulus menegaskan penyediaan adi kodrati Allah di dalam keduanya.
Gal 5:18 "Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang diasumsikan benar dari perspektif penulis atau untuk tujuan sastranya. Mereka yang dipimpin oleh Roh tidak tunduk pada hukum (lih. Rom 6:14; 7:4,6). Ini tidak berarti bahwa orang Kristen tidak akan berdosa (lih. Rom 7 dan 1Yoh 2:1), melainkan bahwa hidup mereka tidak ditandai dengan pemberontakan (lih. 1Yoh 3:6,9).
□ "kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat" Tidak ARTICLE yang mendahului "hukum" dalam naskah Yunaninya, jadi kata ini bisa memiliki konotasi yang lebih luas dari sekedar hukum Yahudi. Di sini, hukum memiliki pengertian sebagai suatu cara hidup yang digunakan untuk mendekati Tuhan. Di sini sekali lagi adalah kontras di antara dua cara untuk menyenangkan atau diterima Allah: usaha sendiri dan kasih karunia gratis Allah.
Gal 5:19 "Perbuatan daging telah nyata" Banyak komentator melihat beberapa kategori yang berbeda dalam daftar dosa ini. Namun demikian, ada kesatuan di sini terutama berdasarkan pada ekses-ekses penyembah kafir. Orang mengungkapkan diri sejati mereka dalam tindakan dan motif mereka (lih. Mat 7:16,20; 12:33). Hasil dari Kejatuhan terlihat dalam pilihan gaya hidup kita.
KJV menambahkan istilah "perzinahan" pada daftar ini. Ini hanya didukung oleh naskah Yunani D, Codex Bezea, yang berasal dari abad keenam M. Ini juga dimasukkan ke dalam beberapa naskah Latin kuno dan Vulgata.
Untuk "daging" lihat Topik Khusus pada Gal 1:16.
- NASB "amoralitas, kenajisan"
- NKJV "percabulan, kecemaran"
- NRSV "percabulan, kecemaran"
- TEV "tidak bermoral, kotor"
- NJB "percabulan, ketidaksenonohan yang kotor"
Istilah Yunani yang pertama ini [porneia] aslinya berarti "pelacur," tapi ini digunakan untuk amoralitas seksual pada umumnya (lih. 1Kor 6:9). Kita mendapatkan istilah "pornografi" dari kata Yunani ini. Istilah yang kedua [akatharsia], "kenajisan," juga merupakan istilah yang umum untuk amoralitas seksual, meskipun awalnya digunakan dalam PL dalam arti kenajisan seremonial atau kekotoran moral. Paulus memaksudkan arti yang terakhir.
- NASB "hawa nafsu"
- NKJV, NRSV "tak bermoral"
- TEV "dan tindakan tidak senonoh"
- NJB "ketidakbertanggungjawaban seksual"
Ini menyiratkan suatu pemameran keinginan seksual di depan publik (lih. 2Kor 12:21). Aktivitas seksual semacam ini tidak mengenal batas atau hambatan sosial. Penyembahan kafir ditandai oleh aktivitas seksual (seperti juga beberapa guru palsu Gnostik di kemudian hari, lih. 1Tim 1:10; 2Tim 3:6; Tit 3:3).
Gal 5:20 "penyembahan berhala," Ini menunjuk pada ibadah kepada apa pun yang menggantikan Allah (lih. 1Kor 10:14; Ef 5:5; Kol 3:5; 1Pet 4:3). Ini terutama terkait dengan tindakan ibadah kepada patung atau benda mati.
□ "sihir" Ini adalah istilah Yunani pharmakia dari mana kata "farmasi" berasal. Sihir mungkin menunjuk pada praktek penggunaan obat untuk menginduksi suatu pengalaman religius. Ini kemudian digunakan untuk praktek magis jenis apapun.
- NASB "perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah"
- NKJV "kebencian, perselisihan, kecemburuan, ledakan amarah, ambisi egois, perselisihan, bidat"
- NRSV "permusuhan, perselisihan, iri hati, kemarahan, pertengkaran, perselisihan, faksi-faksi"
- TEV "Orang menjadi musuh dan mereka bertempur, mereka menjadi cemburu, marah, dan ambisius"
- NJB "pertikaian dan percekcokan, iri hati, pemarah dan pertengkaran; ketidaksepakatan, faksi"
Litani ini menggambarkan sikap dan tindakan orang-orang yang marah, jatuh, egois. Ingat Gal 5:15,26.
□ "perseteruan," Kata ini (echthra) menggambarkan kondisi yang bersifat memusuhi orang.
□ "perselisihan" Ini berarti "berjuang untuk hadiah."
□ "iri hati" Kata ini (zēlos) bisa memiliki konotasi positif atau negatif, tetapi dalam konteks ini berarti "mementingkan diri sendiri."
□ "amarah" Istilah Yunani ini (thumos) berarti "ledakan amarah secara tiba-tiba dan tak terkendali."
□ "kepentingan diri sendiri" Ini menyiratkan konflik yang didasarkan pada pencarian keuntungan diri sendiri atau ambisi yang tidak mengenal batas.
□ "percideraan, roh pemecah" Kedua istilah ini adalah bersama-sama. Keduanya menggambarkan sebuah divisi dogmatis yang bersifat memecahbelah di dalam suatu kelompok yang lebih besar, sesuatu yang mirip dengan partai politik (lih. 1Tim 5:15). Ini digunakan untuk menggambarkan gereja-gereja, seperti Gereja Korintus (lih. 1Kor 1:10-13; 11:19; 2Kor 12:20).
Gal 5:21 "kedengkian" Sebuah peribahasa Stoa yang umum dari zaman itu mengatakan "iri hati adalah berduka atas kemakmuran orang lain."
Beberapa naskah kuno Yunani yang lebih tua menambahkan kata "pembunuhan" setelah kata "iri hati." Ini disertakan dalam naskah A, C, D, G, K, dan P, namun tidak termasuk dalam P46, א, dan B. Hal ini juga dikecualikan dalam tulisan-tulisan bidat awal Marcion dan para bapa gereja mula-mula, Ireneus, Klemens dari Alexandria, Origenes, Chrysostom, Jerome, dan Agustinus. Para juru tulis mungkin telah ,menambahkannyadari Rom 1:29.
□ "kemabukan, pesta pora" Kedua kata terakhir ini menggambarkan pesta pora mabuk yang berhubungan dengan penyembahan kafir (lih. 1Kor 6:9).
□ "dan sebagainya" Frasa ini menunjukkan bahwa daftar ini tidak lengkap, tetapi merupakan perwakilan (lih. 1Kor 6:9-10; Ef 5:5). Sebagai suatu peringatan, ini mungkin telah mengingatkan jemaat Galatia akan khotbah Paulus pada kesempatan sebelumnya. Ayat ini, seiring dengan 1Yoh 5:16, adalah sumber dari pembedaan Katolik Romawi antara dosa berat dan ringan. Namun demikian, penafsiran ini sangat meragukan, mengingat ketumpang- tindihan definisi dari istilah-istilah ini, serta juga fakta bahwa dosa-dosa ini bahkan dilakukan oleh orang Kristen. Ayat-ayat ini memperingatkan bahwa meskipun orang Kristen dapat berdosa di bidang-bidang ini dan masih bisa diselamatkan, jika hidup mereka ditandai atau didominasi oleh dosa-dosa ini, mereka belum benar-benar menjadi ciptaan baru dalam Kristus (1Yoh 3:6,9).
□ "Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." Pilihan gaya hidup seseorang mengungkapkan hatinya. Mereka yang benar-benar ditebus masih bergumul dengan dosa, tetapi hidup mereka tidak ditandai oleh dosa (lih. 1Yoh 3:6,9). Ini bukan berarti bahwa dosa-dosa ini tidak dapat diampuni atau bahwa orang Kristen sejati tidak melakukan dosa-dosa ini, namun bahwa pada seorang percaya sejati proses keserupaan dengan Kristus telah dimulai. Roh, yang menarik orang percaya kepada Kristus, sekarang membentuk Kristus di dalam mereka (lih. Gal 4:19, Yoh 16:8-13). Yesus bersikap sangat jelas tentang gaya hidup orang percaya dalam Mat 7, "dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka" dan Yoh 15.
"Kerajaan Allah" adalah pokok dari khotbah Yesus yang pertama dan terakhir dan sebagian besar dari perumpamaan-Nya. Pemerintahan Allah dalam hati manusia sekarang akan suatu hari nanti disempurnakan atas seluruh bumi (lih. Mat 6:10; 1Kor 6:9-10; Ef 5:5).
Gal 5:22 "Tetapi buah Roh ialah" Paulus menggambarkan usaha manusia sebagai perbuatan daging, namun ia menggambarkan kehidupan Kristen sebagai "buah" (lih. Yoh 15) atau produk dari Roh. Ia dengan demikian membedakan agama yang berfokus-manusia dan agama yang berfokus-adikodrati. Secara jelas, buah Roh dan karunia-karunia Roh adalah berbeda. Sementara karunia rohani diberikan kepada setiap orang percaya pada saat keselamatan (lih. 1Kor 12:7,11), buah ini adalah satu lagi metafora untuk menggambarkan motif, sikap dan gaya hidup Yesus Kristus. Sebagai hadiahnya adalah distribusi dari pelayanan-pelayanan yang berbeda dari Kristus di antara tubuh Kristus, buah ini adalah sikap kolektif dari Kristus dalam melakukan karunia-karunia ini. Sangat mungkinlah untuk memiliki karunia yang efektif dan tidak memiliki suatu sikap serupa Kristus. Oleh karena itu, kedewasaan yang serupa Kristus, yang dibawa oleh buah Roh, memberikan kemuliaan utama bagi Allah melalui berbagai ragam karunia Roh. Kedua hal ini dibawa oleh pemenuhan dengan Roh (lih. Ef 5:18).
Juga menarik untuk dicatat bahwa buah berbentuk TUNGGAL dalam ayat ini. Penggunaan bentuk TUNGGAL ini dapat dipahami dalam dua cara: (1) kasih adalah buah dari Roh, yang digambarkan oleh berbagai istilah yang mengikuti, atau (2) itu adalah sebuah tunggal kolektif seperti "biji."
□ "kasih" Bentuk Yunani untuk kasih ini, agapē, digunakan dalam suatu cara yang unik oleh Gereja awal untuk kasih Allah yang memberi diri. KATA BENDA ini tidak sering digunakan dalam bahasa Yunani klasik. Gereja menanamkannya dengan arti baru untuk menggambarkan kasih Allah yang khusus. Kasih di sini secara teologis beranalog dengan hesed(BDB 338), perjanjian kesetiaan dan kasih Allah, dalam PL.
□ "sukacita" Sukacita adalah sikap hidup yang bergembira dalam keberadaan kita di dalam Kristus terlepas dari keadaan (lih. Rom 14:17; 1Tes 1:6; 5:16; Yud 1:24).
□ "damai sejahtera" Perdamaian bisa berarti
- 1. rasa kesejahteraan kita karena hubungan kita dengan Kristus
- 2. pandangan dunia baru kita yang berdasarkan atas wahyu Allah yang tidak bergantung pada keadaan
- 3. ketenangan dalam hubungan kita dengan orang lain, terutama orang percaya (lih. Yoh 14:27; Rom 5:1; Fili 4:7)
Perdamaian dengan Allah membawa perdamaian di dalam dan di luar (yaitu, saudara dan saudari seperjanjian).
□ "kesabaran" Kesabaran adalah pantas bahkan dalam menghadapi provokasi. Ini adalah suatu karakteristik dari Allah Bapa (lih. Rom 2:4; 9:22; 1Tim 1:18; 1Pet 3:20). Sebagaimana Allah telah bersabar dengan kita, kita harus bersabar dengan orang lain (lih. Ef 4:2-3), khususnya orang percaya (lih. Gal 6:10).
□ "kemurahan, kebaikan" "Kebaikan" tidak hanya menggambarkan kehidupan Yesus, tetapi kuk-Nya (lih. Mat 11:30). Bersama-sama, kedua istilah ini menggambarkan sikap positif, terbuka dan menerima terhadap orang lain, terutama orang-orang percaya (lih. Gal 6:10).
□ "kesetiaan" Pistis digunakan dalam pengertian Perjanjian Lamanya yaitu kesetiaan dan kepercayaan. Ini biasanya digunakan untuk Allah (lih. Rom 3:3). Di sini ini menjelaskan hubungan baru orang percaya dengan orang lain, terutama orang-orang percaya.
Gal 5:23 "kelemah lembutan" Kadang-kadang diterjemahkan sebagai "kelembuthatian," praotes dicirikan oleh roh berserah. Ini adalah sebuah metafora yang diambil dari hewan peliharaan. Kelemah lembutan tidak termasuk dalam daftar kebajikan Yunani atau Stoa, karena orang Yunani melihatnya sebagai kelemahan. Ini adalah khas Kristen (lih. 1Kor 4:21; 2Kor 10:1; Ef 4:2; Kol 3:12; 1Tim 6:11; 2Tim 2:25; Tit 3:2). Ini digunakan baik untuk Musa (lih. Bil 12:3) dan Yesus (lih. Mat 11:29; 21:5).
□ "penguasaan diri" Batu penutup dari daftar ini, pengendalian diri, mencirikan kedewasaan Kristus (lih. Kis 24:25; Tit 1:8; 2Pet 1:6). Istilah ini digunakan dalam 1Kor 7:9 untuk pengendalian dorongan seksual kita dan yang mungkin disinggung di sini karena daftar pelanggaran seksual dari ibadah kafir.
□ "Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu" Ada sebuah hukum batin yang baru dalam kehidupan orang percaya yang menunjukkan kehadirannya dengan hidup kudus (lih. Rom 6:19; Yak 1:25; 2:8,12). Inilah persisnya tujuan dari perjanjian baru (lih. Yer 31:31-34 dan Yeh 36:22-32). Kseserupaan dengan Kristus adalah tujuan Allah bagi setiap orang Kristen (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:19; Ef 1:4).
Gal 5:24 "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging" Ini adalah AORIST ACTIVE INDICATIVE yang berbicara tentang tindakan selesai pada masa lalu. Bagian ini, dan lain-lain yang menyiratkan kesatuan mistis, dapat ditafsirkan di dalam kategori-kategori teologis (lih. Rom 6:6). Di sepanjang kitab Galatia, khususnya Gal 2:20, "menyalibkan" digunakan untuk mencirikan hubungan kita dengan Hukum. Setelah kami menerima tawaran anugerah Allah yang gratis dalam Kristus sebagai satu-satunya cara keselamatan kita, kita secara tegas menutup diri dari kejahatan sifat jatuh kita dan sistem dunia yang jatuh. Keputusan pribadi kita untuk memutuskan diri kita sendiri ini adalah metafora alkitabiah dari "penyaliban" seperti yang terlihat dalam Gal 2:20; 5:24; 6:14.
Ini sering dicirikan sebagai "kematian terhadap diri sendiri." Allah telah membuat kita secara pribadi (lih. Mazm 139) untuk melayani-Nya dan bukan diri melayani diri kita sendiri (lih. Rom 6). Kehidupan baru di dalam Kristus ini berarti kematian bagi gaya hidup jatuh, egois dari manusia pemberontak (lih. Gal 2:20; Rom 6:11; 2Kor 5:14-15; 1Yoh 3:16).
Untuk "Daging" lihat Topik Khusus pada Gal 1:16.
□ "Dengan segala hawa nafsu dan keinginannya" Orang-orang Yunani mengidentifikasi tubuh sebagai sumber dosa karena tidak memiliki pewahyuan adikodrati tentang penciptaan dan kejatuhan manusia (lih. Kej 1; 2; 3). Oleh karena itu, mereka menyalahkan tubuh fisik yang secara moral adalah netral sebagai sumber kejahatan. Orang percaya mengerti dari Paulus bahwa secara moral tubuh adalah netral (lih. Rom 4:1; 9:3; 1Kor 10:18). Yesus memiliki sebuah tubuh manusia yang nyata (lih. Yoh 1:14; Rom 1:3; 9:5). Kebaikan atau kejahatannya tergantung pada bagaimana kita menggunakannya, untuk Allah atau untuk kejahatan. Setelah kita menjadi orang percaya, kita arus menyerahkan kecenderungan kejatuhan, egois kita kepada kuasa Roh Kudus (lih. Rom 7 dan 1Yoh 2:1).
Utley: Gal 5:25-26 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:25-2625 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 26 dan janganlah kita gila hormat, jangan...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:25-26
25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
Gal 5:25 "Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga oleh Roh" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang diasumsikan benar dari perspektif penulis atau untuk tujuan sastranya. Ini merangkum seluruh bagian ini (lih. ay. Gal 5:16; Rom 8:1-11). Berhubung orang percaya telah diberi karunia gratis, mereka harus hidup sepantasnya (lih. Ef 4:1,17; 5:2,15-21).
Gal 5:26 Hal ini berparalel dengan ay. Gal 5:15 dan menunjukkan konsekuensi mengerikan dari ajaran palsu dari Yudais di antara gereja-gereja di Galatia dan tidak adanya kendali Roh Kudus dalam sikap-sikap mengganggu dalam jemaat.
Galilah: Gal 5:1-12 - Kemerdekaan Di Dalam Kristus Galatia 5:1-12 Sub Tema: Kemerdekaan Di Dalam Kristus
Untuk kemerdekaanlah Kristus sudah memerdekakan kita, Jadi berdiri teguh dan jangan lagi membe...
Galatia 5:1-12 Sub Tema: Kemerdekaan Di Dalam Kristus
Untuk kemerdekaanlah Kristus sudah memerdekakan kita, Jadi berdiri teguh dan jangan lagi memberi dirimu dibebankan dengan kuk perbudakan. Perhatikanlah, saya, Paulus, berkata kepada kalian, bahwa kalau kalian disunat, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagi kalian. Sekali lagi saya tegaskan bahwa setiap orang yang disunat, wajib melakukan seluruh Hukum Taurat. Kalian yang mencari pembenaran melalui Hukum Taurat, sudah terpisah dari Kristus dan sudah mengasingkan diri dari anugerah. Karena melalui Roh dan oleh iman, kita menunggu-nunggu pengharapan akan kebenaran, Karena di dalam Kristus Yesus, bersunat ataupun tidak bersunat sama sekali tidak berarti, melainkan hanya iman yang bekerja melalui kasih. Dulu kalian berlomba dengan baik, siapa yang merintangi, sehingga kalian tidak mentaati kebenaran? Pengaruh ini bukan dari Dia yang sedang memanggil kalian! Sedikit ragi mengkhamirkan seluruh adonan. Saya yakin kepada kalian di dalam Tuhan, bahwa kalian sama sekali tidak akan berpendapat lain, tetapi orang yang membingungkan kalian, tentu akan menanggung hukuman, siapapun juga dia. Nah, mengapa sampai saya masih dianiaya saudara-saudara, kalau saya tetap memberitakan sunat? Memang, kalau begitu, hilanglah masalah bahwa salib menjadi batu sandungan. Harap mereka yang menghasut kalian, mengebiri juga diri-sendiri!
ay. 1 Untuk kemerdekaanlah Kristus sudah memerdekakan kita – Paulus bicara sedikit ironis di sini, di mana dia rupanya bertanya-tanya di hati mengapa sampai orang yang dimerdekakan mau hidup seolah-olah dia masih budak. Apa tujuan Kristus dalam memerdekakan kita? Supaya kita hidup merdeka! Walaupun dalam alkitab-alkitab modern ada tulisan Pasal 5 dan sering kali ada judul juga, di teks asli tentu tidak ada. Jadi paling alami kalau kita mengaitkan bagian ini kepada apa yang baru dikatakan di atas. Memang tidak ada kata penghubung dalam bahasa Yunani, tetapi secara tematis, isinya sangat cocok.
Jadi berdiri teguh – Perintah ini berbau militer, menggambarkan orang berdiri teguh/kuat dan sering digunakan untuk menekan supaya orang berpegang terus kepada apa yang sudah menjadi milik mereka di dalam Kristus. Lihat 1 Kor 16:13, Filipi 1:27, 4:1, 1 Tes 3:8, 2 Tes 2:15.244 Sifat terus menerus245 mendorong supaya selalu begitu.
Dan jangan lagi memberi dirimu dibebankan dengan kuk perbudakan – Perintah ini bersifat pasif,246 yang biasanya menyangkut kerelaan orang. Jadi mereka diperintahkan untuk jangan membiarkan diri dibebankan. Kata enekho (dibebankan), kalau berbentuk pasif membawa arti dibebankan,dikuasai,atauterjerat.247 Pada masa Paulus, Hukum Taurat digambarkan sebagai kuk di antara orang Yahudi, tetapi tidak secara negatif.248 Walaupun demikian orang percaya pada abad pertama mulai menggunakan istilah ini secara negatif (Kis 15:10). Mungkin mereka begitu karena perkataan Kristus di Mat 11:29-30.249 Perbudakan tentu menyangkut beban Hukum Taurat yang sering muncul di atas, apalagi kalau kita ingat bahwa tidak lagi ada pengampunan dalam sistem tersebut.
ay. 2 Perhatikanlah, saya, Paulus, berkata kepada kalian – Klausa ini cukup tegas: Paulus mulai dengan ungkapan (Ide – Lihat/Perhatikanlah) yang menuntut perhatian mereka, lalu dia menggunakan kata ganti orang yang menekankan saya (ego), lalu menggunakan namanya. Berdasarkan semuanya ini, kebanyakan ahli Alkitab menyimpulkan bahwa dia bicara dalam otoritasnya sebagai rasul. Tetapi juga ada yang berpikir dia mengingatkan mereka bahwa dia teman lama mereka – Paulus, yang membawa Injil kepada mereka. Memang Paulus sudah mengingatkan mereka pada perasaan awal mereka kepada dia (4:12-20), tetapi mungkin di ayat ini otoritasnya yang menonjol, karena keseriusan dari perkataan berikutnya.
Bahwa kalau kalian disunat – Bentuk dari klause ini menyatakan bahwa mereka belum disunat, tetapi ada kemungkinan hal itu akan terjadi.250 Memang Paulus tidak ada masalah kalau orang Yahudi disunat, karena dia berani melakukannya pada Timotius (Kis 16:3). Masalah di Galatia adalah mereka diajar bahwa mereka perlu melakukannya supaya menjadi selamat – Di situ Paulus membantah dengan tegas – Secara jasmani sunat sama sekali tidak ada arti (Gal 5:6), tetapi kepercayaan yang mendasarinya sangat berarti.
Kristus sama sekali tidak akan berguna bagi kalian – Tidak akan berguna bersifat masa depan,251 jadi harus ditanyakan apakah maksudnya masa dekat, ketika disunat, atau jauh ke depan di penghakiman terakhir? Mungkin berdasarkan keseriusan bahasa Paulus di bagian ini, kita harus menyimpulkan bahwa maksudnya penghakiman terakhir, di mana orang yang berusaha membenarkan diri dinyatakan tidak benar. Kata ofeleo berarti berguna,bermanfaat,berfaeda, jadi mereka tidak dapat untung sama sekali, kalau tidak datang kepada Allah menurut jalan satu-satunya yang Dia sediakan.
ay. 3 Sekali lagi saya tegaskan – Kata martyromaiboleh berarti bersaksi, tetapi sering dimengerti secara legal, di mana orang harus memberi kesaksian di hadapan seorang hakim. Itu sebabnya Paulus sering menggunakan kata ini untuk mengatakan kebenaran dengan sangat serius – Memperingati,menegaskan,menyatakan. Lihat Kis 20:26, 12.252
Bahwa setiap orang yang disunat, wajib melakukanseluruh Hukum Taurat – Sifat dari kata disunat hanya menyangkut masa kini,253 sehingga tidak bicara mengenai sunat secara umum, melainkan pada desakan untuk mereka menerima sunat pada waktu itu. Kata ofeiletes (wajib), secara literal berarti orang yang berhutang, tetapi kalau menyangkut tugas, menggambarkan ikatan di mana dia harus melakukannya. Lihat juga Yak 2:10. Yakobus mau menegaskan keseriusan dari dosa, ketika dia bicara seluruhnya, tetapi maksud Paulus lain di sini. Seluruh pembahasan Paulus ini menyatakan dua pilihan yang ada bagi manusia: a. Membenarkan diri melalui ketaatan kepada Hukum Taurat dan b. Memberi diri dibenarkan hanya melalui iman saja kepada Kristus. Jadi di sini Paulus bicara mengenai sistem yang akan dipilih; perbuatan, atau iman. Kalau orang memilih sistem perbuatan, dia harus 100% taat, karena tidak lagi ada sistem pengorbanan.
ay. 4 Kalian yang mencari pembenaran melalui Hukum Taurat – Kata hostis (yang) di sini, dipakai dalam konteks di mana tidak jelas siapa-siapa di antara pendengar yang dimaksudkan. Jadi dalam konteks ini Paulus tidak menuduh bahwa mereka semua mencari pembenaran dalam Hukum Taurat, melainkan hanya kepada orang yang memang sedang tertarik ke situ.254 Kata mencari tidak ada di teks asli, tetapi memang itu yang dimaksudkan Paulus. Dia sudah menyatakan dengan jelas bahwa Hukum Taurat tidak membenarkan di 3:11, jadi ini menyangkut usaha atau harapan bahwa mereka akan dibenarkan.255
Sudah terpisah dari Kristus – Kata katargeo berarti dijadikan tidak berguna, ditiadakan atau dilepaskan dari ikatan/kontrol.256 Mungkin di sini penggunaannya di Roma 7:2 yang paling tepat di mana orang dibuat bebas, atau dilepaskan dari kuasa Hukum Taurat. Di sini kebalikan yang dimaksudkan, yaitu orang yang mencari pembenaran dalam Hukum Taurat terlepas/terpisah dari Kristus. Jadi Paulus dengan lebih tajam lagi mengembangkan kedua pilihan di ayat tadi – Keselamatan adalah seratus persen oleh iman. Sifat kata ini menyangkut masa lampau dan bentuknya pasif,257 yaitu sesuatu yang sudah terjadi kepada mereka. Jadi dengan sudah memilih ‘jalan keselamatan’ yang satu, yang lain tidak tersedia.
Dan sudah mengasingkan diri dari anugerah – Kata ekpipto secara literal berarti jatuh ke luaratau jatuh dari, menggambarkan orang yang jatuh dari pendiriannya. Sifat masa lampau lagi bicara mengenai sesuatu yang sudah terjadi, tetapi karena kata ini bersifat aktif, menyangkut suatu pilihan yang orang ini ambil. Mereka sudah memilih untuk mengasingkan diri dari anugerah. Kata kharis (anugerah/kasih karunia) sungguh sangat indah artinya berkaitan dengan keselamatan karena menggambarkan kebaikan Allah kepada manusia, yang menyelamatkan tanpa imbalan sedikitpun. Kata ini di sini boleh ditafsirkan berarti jalan keselamatan atau juga ditafsirkan bahwa anugerah identik dengan Kristus tadi. Memang beda tipis, tetapi mungkin jalan keselamatan yang hanya oleh anugerah yang dimaksudkan.
Satu pertanyaan yang sering muncul berkaitan dengan ayat ini dan ayat yang mirip di surat lain adalah, apakah orang yang sudah menjadi selamat, bisa kehilangan keselamatan tersebut. Memang di sini bukan tempat untuk pembahasan panjang mengenai soal ini, yang sudah berabad-abad dibahas oleh orang percaya. Kalau mau membaca penjelasan yang sangat menolong, lihat Moody Handbook of Theology, yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.258 Secara singkat saja, Firman Tuhan mengajar bahwa apabila orang menjadi percaya, mereka sudah memiliki hidup yang kekal (Yoh 6:38-40, 10:27-29), bahwa mereka sudah dikenal dari semula dan keselamatan mereka menyangkut masa depan yang sudah pasti (Rom 8:28-39), bahwa kehadiran Roh Kudus di dalam orang percaya adalah garansi/jaminan bahwa mereka akan masuk surga (Efe 1:13-14, 2 Kor 1:21-22). Ingat juga bahwa jaminan itu diberi dengan pengetahuan lengkap mengenai setiap dosa dan kegagalan kita. Allah juga berjanji untuk memberi disiplin kepada orang percaya yang mulai menoleh, sehingga mereka tidak hilang (1 Kor 11:31-32) dan bahwa disiplin tersebut menyatakan bahwa kita benar-benar anak-anak Allah (Ib 12:3-13). Berdasarkan semuanya itu, memang jelas bahwa keselamatan tidak bisa hilang. Kalau begitu, apa maksudnya bagian-bagian yang mengatakan bahwa keselamatan adalah untuk orang yang bertekun? (Mat 10:22, Yoh 8:31-32, Kol 1:22-23) Hal ini dijelaskan di Ibrani 3:14 yang menggambarkan ketabahan kita sebagai akibat dari peristiwa di mana kita telah beroleh bagian dalam Kristus. Hal ini sangat jelas dalam bahasa Yunani di mana kata beroleh bersifat perfek, yaitu sesuatu yang tuntas terjadi di masa lalu, dan dampaknya nampak, yaitu ketabahan. Kalau begitu, bagaimana dengan ayat-ayat yang bicara seolah-olah keselamatan bisa hilang? (Yoh 15:6, Ib 6:7-8 dll.) Alasan satu-satunya yang masuk akal adalah karena orang-orang yang dibicarakan, walaupun tampil seperti orang percaya, sebenarnya tidak pernah benar-benar percaya. Jelas di Perjanjian Baru bahwa ada di dalam gereja orang yang belum percaya. (Gal 2:4, 2 Kor 11:15, 26 dll.) Bagian yang paling jelas menggambarkan situasi ini terdapat di Matius 7:21-23, di mana orang memanggil Kristus Tuhan, Tuhan, dan melakukan banyak pelayanan yang mengesankan, tetapi kata Kristus: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Lihat juga 1 Yoh 2:19, 3:9-10, 5:18. Jadi dalam ay. 4 ini Paulus berkata bahwa, kalau ada yang dari antara mereka orang yang telah memilih jalan lain daripada Kristus, dia tidak selamat, walaupun dulunya mungkin dianggap sebagai saudara.
ay. 5 Karena melalui Roh dan oleh iman – Di ay. 5 dan 6 Paulus memberikan kesimpulan yang padat mengenai ayat-ayat tadi. Dia kembali kepada tema Roh, yang muncul terus di Gal 3 dan 4 dan yang akan sangat nampak di bagian berikut, dan tema iman yang sudah banyak muncul di Gal 3, tetapi sesudah ayat ini hanya akan disebut 2 kali lagi. Maksud dari penggunaan kata-kata ini di sini adalah untuk meringkas bahwa kita menjadi selamat oleh iman saja, bukan melalui Hukum Taurat dan oleh karena itu Roh Kudus memberi pengharapan kepada kita. Lihat Rom 5:1-5
Kita menunggu-nunggu pengharapan akan kebenaran – Kata kita di sini menunjukkan perubahan dari ayat-ayat tadi di mana Paulus menggunakan kata ganti kalian/kamu. Kata apekdekhomai berarti menunggu-nunggu/sangat menantikan.259 Setiap kali Paulus menggunakan kata ini, tujuannya adalah bicara masa terakhir. Lihat Rom 8:19, 23, 25, 1 Kor 1:7, Fili 3:20.260 Yang menarik adalah mengapa sampai dia bisa berkata bahwa kita sudah dibenarkan (Rom 3:23-24, 5:1, 5:9, 1 Kor 6:11), tetapi masih menunggu kesalehan, atau kebenaran? Sebenarnya keselamatan kita menyangkut masa lalu, masa kini dan masa depan – Kita sudah selamat, sedang diselamatkan dan menunggu keselamatan – Jadi pembenaran kita tidak terjadi berulang-ulang, melainkan terjadi pada saat kita percaya dan terus berdampak di dalam hidup kita di dunia ini, lalu akan dinyatakan di masa depan pada hari penghakiman261 – Hari itulah dan pernyataan itulah yang kita tunggu dengan penuh pengharapan. Kata dikaiosyne berarti kesalehan,ataukebenaran. TB lebih jelas di sini dengan ‘yang kita harapkan’, tetapi literalnya seperti di atas. Topik pengharapan biasanya muncul di surat-surat Paulus, tetapi baru kali ini di surat Galatia.
ay. 6 Karena di dalam Kristus Yesus – Tema penting ini juga disinggung di ringkasan Paulus ini. Lihat lagi 2:17, 3:14, 26-29.
Bersunat ataupun tidak bersunat sama sekali tidakberarti– Kata iskhyo berarti kuat/mampu secara literal, tetapi kalau secara legal membawa arti berarti/berlaku.262 Jadi di sini, dalam konteks keselamatan oleh iman, mungkin tidak berarti yang paling cocok.
Melainkan hanya iman yang bekerja melalui kasih – Kata alla (melainkan) lagi, menunjukkan kontras yang tegas. Kata energeo berarti bekerja/berfungsi tetapi juga boleh berarti mengakibatkan.263 Jadi tujuan di sini bukan untuk memutuskan mana yang lebih dulu muncul, kasih atau iman, melainkan untuk menyatakan bahwa iman tentu menyatakan dirinya melalui kasih. Jelas kalau kita simpulkan bahwa orang yang sudah percaya dan didiami oleh Roh, menunjukkan buah Roh yang terutama, yaitu kasih. Di sini Paulus mulai mirip Yakobus sedikit, karena menekankan bahwa iman harus dilihat dalam apa yang orang lakukan. (Yak 2:18) Lihat juga 1 Yoh 3:14-15, 17-18.
ay. 7 Dulu kalian berlomba dengan baik – Kata trekho, secara literal berarti berlari, tetapi Paulus suka menggunakannya secara figuratif menyangkut pelayanan dan pertumbuhan rohani.264 Lihat 2:2, 1 (“beroleh kemajuan”), dan juga perlombaan di Kis 20:24, 1 Kor 9:24, Filipi 2:16, dll. Kata ini bersifat terus menerus di masa lampau,265 menyatakan bahwa mereka dulu sedang bertumbuh sehat dalam iman sebelum dihalangi.
Siapa yang merintangi – Kata egkopto dulu menggambarkan orang merusakkan jalan supaya orang lain tidak bisa lewat, tetapi lama kelamaan mulai dipakai mengenai halangan/rintangan. Kalau dalam konteks perlombaan, boleh juga menggambarkan seorang atlit yang memotong jalan orang lain.266 Sifat Aoris267 bicara masa lampau secara umum, menyangkut penyesatan yang mulai membuat mereka ragu-ragu dengan Injil anugerah.
Sehingga kalian tidak mentaati kebenaran? – Menarik bahwa kalangan sunat menganggap bahwa mereka mendorong saudara-saudara ini supaya taat kepada kebenaran, tetapi Paulus dengan jelas mengatakan bahwa dengan menambah pada Injil yang benar, orang merusakkannya dan berdosa terhadap Dia yang merencanakannya. Kata peitho biasanya berarti pengaruh, tetapi di sini ketaatan yang dimaksudkan, mungkin juga dengan unsur karena orang lain mendesak.268 Kata ini juga dipakai sebagai kiasan dengan kata peismone (pengaruh) di ayat berikut dan dalam bentuk perfek di ay. 10. Peitho ini bersifat masa kini,269 jadi apa yang dilakukan dulu untuk memotong jalan mereka, berdampak sekarang sehingga mereka mulai dipengaruhi sehingga tidak taat.
ay. 8 Pengaruh ini bukan dari Dia yang sedang memanggil kalian!– Kata kaleo (memanggil) bersifat terus menerus di masa kini,270 walaupun di 1:6 kata ini bersifat lampau. Ada beberapa tempat lain panggilan kita disebut di masa kini, Rom 9:11, 12, 5:24. Panggilan-Nya memegang dan tidak akan melepaskan kita.
ay. 9 Sedikit ragi mengkhamirkan seluruh adonan – Ayat ini adalah pepatah yang sering digunakan. (6) Walaupun ragi sering dikaitkan dengan hal negatif, tidak selalu begitu (Mat 13:33). Pada masa itu, setiap kali mereka membuat roti, ada sedikit dari adonan yang disimpan, dan bagian itu dimasukkan ke dalam adonan baru untuk mengkhamirkannya. Ragi di sini boleh berarti ajaran dari kalangan sunat, atau juga orang-orang dari kalangan tersebut. Mungkin lebih baik ditafsirkan bahwa orang-orangnya yang Paulus maksudkan, karena di bagian ini fokusnya begitu.
ay. 10 Saya yakin kepada kalian di dalam Tuhan – Kata peitho (yakin) dipakai lagi di sini, jadi kiasan yang mulai di ay. 7 berakhir di sini dan kalau kita mengikuti maknanya kita lihat bahwa ketaatan mereka dipengaruhi oleh pengaruh buruk, yang bukan dari Allah, tetapi Paulus masih yakin pada mereka,bahwa mereka akan tetap kuat. Sifat dari kata peitho menggambarkan keyakinan penuh.271 Kata saya(ego) ada tekanan karena posisinya di kalimat, jadi Paulus mau menegaskan hal ini dan juga bahwa keyakinannya sebenarnya karena dia tahu bahwa Tuhanlah yang akan meneguhkan jemaat-jemaat ini. (Fili 1:6)
Bahwa kalian sama sekali tidak akan berpendapat lain – Klausa ini tentu menyangkut Injil kasih karunia. Kata froneo berarti berpikir/berpendapat dan sifatnya masa depan, jadi walaupun mereka agak tersandung, Paulus yakin bahwa mereka tidak akan terus seperti itu.
Tetapi orang yang membingungkan kalian tentu akan menanggung hukuman – Kata tarasso berarti menggoncangkan,mengacaukan,atau membingungkan,272 jadi kebingungan yang mereka alami, tentu menggoncangkan hati mereka. Kata menanggung (bastazo) di sini bersifat masa depan dan dianggap sebagai sesuatu yang pasti.273 Memang jelas di Firman Tuhan bahwa orang yang berani menghancurkan Tubuh Kristus akan menanggung hukuman (2 Kor 11:15).
Siapapun juga dia – Mungkin Paulus belum mengenal siapa yang menggoncangkan mereka, atau mungkin dia menduga, tapi belum yakin. Tentu orang Galatia tahu.
ay. 11 Nah, mengapa sampai saya masih dianiaya saudara-saudara, kalau saya tetap memberitakan sunat? – Isi ayat ini muncul tiba-tiba bagi kita yang di luar dari situasi. Rasanya tidak terkait dengan ayat-ayat lain di sini. Kemungkinan besar kalangan sunat membujuk mereka dengan mengatakan bahwa Paulus pun masih mengajar bahwa orang harus disunat. Ingat bahwa penginjilan pada orang ‘kafir’ masih sangat baru di sejarah gereja, sehingga ada kemungkinan bahwa orang-orang tersebut memang percaya apa yang mereka katakan, karena tidak masuk akal kalau Paulus yang dulunya seorang Farisi, tidak lagi percaya akan hal yang begitu mendasar bagi orang Yahudi. Kalau membaca Kis 21:17-26, kita melihat dengan jelas hati Paulus, Yakobus dan juga orang percaya di Yerusalem pada waktu itu. Ingat bahwa situasi di Galatia terjadi 10-15 tahun sebelumnya.
Memang, kalau begitu, hilanglah masalah bahwa salib menjadi batu sandungan – Dalam konteks surat Galatia ini, jalan keselamatan melalui salib berlawanan dengan jalan keselamatan melalui Hukum Taurat, sehingga lebih baik kita mengerti bahwa orang tersandung karena harus seratus persen bergantung kepada Kristus untuk keselamatan dan tidak sedikitpun pada perbuatanmereka.274 Bandingkan Gal 5:2-4 dengan 2:21, 3:1-6, 5:5. Tafsiran ini lebih masuk akal karena kalangan sunat tidak tersinggung dengan Kristus, atau penyalibannya. Yang membuat mereka mogok adalah keselamatan hanya melalui iman saja – Sola Fide.
ay. 12 Harap mereka yang menghasut kalian – Kata ofelon (harap) juga ada unsur hasrat, di mana Paulus begitu terganggu dengan mereka sehingga mereka melalukan hal ini. Kata anastatoo boleh berarti mengganggu/menyinggung tetapi biasanya menyangkut suatu perkataan yang membuat orang mengamuk.275 Jadi menghasut(TB) bagus di sini. Kata ini bersifat terus menerus di masa kini, menyangkut keadaan yang sedang dialami.
Mengebiri juga diri-sendiri! – Kata apokopto berarti penggal/potong/kebiri276 dan dalam konteks ini Paulus tentu bicara sarkastis, seolah-olah mereka, kalau mau menjadi lebih benar lagi, seharusnya memotong semuanya dan bukan hanya kulit khitan. Walaupun rasanya tajam, memang gaya itu biasa pada masa Paulus ini. Ada beberapa agama pada waktu itu di mana imam-imam mengebiri diri sendiri, tetapi bukan itu yang dimaksudkan.277
- Apakah saudara menikmati kemerdekaanmu dalam Kristus, atau kurang bersukacita di dalamnya, karena masih merasakan perbudakan?
- Apakah ketika belajar bagian ini saudara rasa bahwa dasar keselamatan Anda tidak jelas?
- Apakah ada rasa frustrasi dengan tubuh jasmanimu dan rindu untuk menerima yang baru, yang tidak lagi bergumul dengan dosa?
- Apakah ada orang yang mempengaruhi saudara sehingga sukacita dan kebebasanmu dalam Kristus dipadamkan?
Galilah: Gal 5:13-15 - Merdeka supaya bisa Saling Mengasihi Garis Besar
Galatia 5:13–6:10 Penerapan dari Injil yang Benar
Galatia 5:13-15 Merdeka supaya bisa Saling Mengasihi
Gala...
Garis Besar
- Galatia 5:13–6:10 Penerapan dari Injil yang Benar
- Galatia 5:13-15 Merdeka supaya bisa Saling Mengasihi
- Galatia 5:16-26 Merdeka supaya bisa Hidup oleh Roh
- Galatia 6:1-10 Merdeka supaya bisa Berbuat Baik
Galatia 5:13–6:10 Tema:Penerapan dari Injil yang Benar
Galatia 5:13-15 Sub Tema: Merdeka supaya bisa Saling Mengasihi
Jadi kalian dipanggil supaya menjadi merdeka saudara-saudara, hanya jangan menggunakan kemerdekaanmu sebagai peluang untuk kedaginganmu, melainkan layanilah satu sama lain melalui kasih. Sebab seluruh Hukum Taurat terpenuhi dalam satu perkataan, yaitu “kasihilah tetanggamu seperti dirimu sendiri”. Tetapi kalau kalian saling menggigit dan makan, awas, supaya kalian tidak saling menghancurkan.
ay. 13 Jadi kalian dipanggil supaya menjadi merdekasaudara-saudara – Tidak terlalu perlu kata penghubung jadi (gar) di sini,278 karena kemungkinan besar tidak dimaksudkan untuk mengikat secara erat pada ay. 12. Sebenarnya ikatannya ada pada ay. 1, karena Paulus mau kembali kepada kemerdekaan/kebebasan (eleutheria) yang kita nikmati di dalam Kristus dan memberi semacam kejelasan mengenai kebebasan tersebut di mata Allah. Dia melakukan hal itu karena sering kali manusia mengerti kebebasan sebagai otonomi, di mana orang lain tidak boleh mengatur kita. Akan tetapi kebebasan kita di dalam Kristus TIDAK dimaksudkan begitu, melainkan untuk membawa kita kembali kepada hubungan yang seharusnya dengan Pencipta kita, di bawah otoritasnya. Lihat juga pikiran yang sama di Roma 5 dan 6, di mana Paulus menggambarkan anugerah yang tak terbatas, lalu dengan tegas berkata bahwa anugerah tersebut bukan alasan untuk kita terus saja berdosa. Ada masalah besar kalau orang tidak peduli mengenai dosa! Kata kaleo (dipanggil) boleh menyangkut panggilan pada pelayanan(Gal 1:15, Rom 1:1, 1) dan juga panggilan Allah kepada kita sehingga kita diselamatkan (Gal 1:6, Rom 1:6, 7, 8:28, 29, dll.). Di sini tentu arti yang kedua yang dimaksudkan. Menarik membandingkannya dengan ay. 1, di mana ditegaskan bahwa mereka tidak boleh memperbudak diri lagi pada Hukum Taurat, sedangkan di sini ditegaskan bahwa mereka tidak boleh memperbudak diri lagi pada dosa.
Hanya jangan menggunakan kemerdekaanmu sebagai peluang untuk kedaginganmu – Kata monos berarti hanya/sendiri dan di sini dipakai untuk membuat kontras dengan logika manusia, yang menganggap bahwa kebebasan mengakibatkan/mengizinkan dosa. Kata aforme berarti pangkalan/markas tetapi juga peluang,alasan.279 Jadi maksudnya adalah bahwa anugerah Allah bukanlah alasan untuk mereka tidak peduli mengenai dosa. Kata sarks boleh berarti daging secara fisik (1 Kor 15:39), daging dalam arti manusia yang fana (Gal 1:16) dan juga kedagingan dalam arti kelemahan manusia dalam dosa. (Rom 7:13-25) Di sini tentu arti yang ketiga yang dimaksudkan, yaitu keinginan yang masih ada pada kita untuk berbuat dosa. Arti ini tentu figuratif, jadi tidak menyangkut darah dan daging kita, melainkan kecenderunganhati kita. Dalam bagian berikut Paulus akan menguraikan topik ini dan membandingkan keinginan kedagingan dengan buah Roh.
Melainkan layanilah satu sama lain melalui kasih – Ada kiasan di sini yang tidak kelihatan dalam bahasa Indonesia. Kata melayani diterjemahkan dari kata kerja douleuo, yang secara literal berarti melayani seperti budak. Jadi Paulus berkata bahwa kita menjadi merdeka supaya kita memperbudak diri dalam saling melayani, bukanlah untuk berdosa. Perintah ini bersifat terus menerus,280 menyangkut gaya hidup yang diharapkan. Kata dia (melalui) boleh juga diterjemahkan dalam di ayat ini. Kata benda agape sangat langka dalam bahasa Yunani sebelum Perjanjian Lama diterjemahkan, tetapi pada dasarnya kata ini menggambarkan kasih yang memberi/berkorban, yaitu bukan perasaan yang memuaskan diri. Kata ini banyak dipakai di Perjanjian Baru dalam konteks kasih Allah dan kasih di antara orang percaya. Kasih Allah menjadi patokan bagi kasih yang wajib kita tunjukkan kepada sesama. Lihat Efe 5:2, 25. Jadi pelayanan kita kepada sesama orang percaya, bukan perbudakan yang mematahkan semangat kita, melainkan desakan untuk kita melayani seperti Kristus, dengan penuh kasih dan sukacita. Lihat Mat 20:28, Fili 2:1-11, Ib 12:2.
ay. 14 Sebab seluruh Hukum Taurat terpenuhi dalam satu perkataan – Sampai saat ini, apabila Paulus menyebut Hukum Taurat (nomos), kesannya negatif, tetapi di sini tidak begitu. Kata pleroo berarti memenuhi/menggenapi/menyelesaikan dan sifatnya perfek, yaitu sesuatu yang secara tuntas sudah terjadi, yang berdampak sekarang. Yang sangat menarik di ayat ini adalah Paulus mengatakan bahwa kalau mereka saling mengasihi, mereka memenuhi seluruh Hukum Taurat – Jadi, sama seperti kita lihat di Yakobus, Paulus tidak meniadakan Hukum Taurat, tetapi hanya menjelaskan perannya dalam keselamatan. Ada yang menganggap bahwa kata pleroo membawa arti mencakup di sini, dan memang boleh begitu, tetapi itu bukan penggunaan biasa untuk kata ini. Sebenarnya, kalau kita membandingkannya dengan Roma 13:8-10, Paulus menggunakan kata pleroo dalam arti memenuhi,kegenapan, dan kata anakefalaioo dalam arti mencakup (tersimpul TB). Menarik juga bahwa di situ kasihadalah pemenuhan dari Hukum Taurat: “…barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, iasudahmemenuhihukum Taurat.” (Rom 13:8b) 281 Kata logos berarti kata/perkataan, tetapi juga dipakai sehari-hari di antara orang Yahudi untuk membicarakan perintah-perintah di Perjanjian Lama.282
Yaitu “kasihilah tetanggamu seperti dirimu sendiri” – Kasihilahbersifat masa depan,283 tetapi kalau kutipan dari Perjanjian Lama, bentuk ini sering merupakan perintah: Kamu akan…Kata plesion secara literal berarti tetangga, tetapi sering juga menyangkut sesama manusia. Dalam Roma 13 tadi kita melihat bahwa ay. 8 menyangkut sesama orang percaya, sedangkan ay. 10 bicara lebih umum, menyangkut semua manusia. Bicara lebih luas lagi, kita diperintahkan untuk mengasihi musuh pun dan dengan demikian mengasihi seperti Allah mengasihi kita! (Mat 5:43-48)
ay. 15 Tetapi kalau kalian saling menggigit dan makan – Di ayat ini Paulus baru membukakan mengapa dia mulai berbicara seperti ini di ay. 13, yaitu karena rupanya ada pertengkaran di antara mereka, mungkin diakibatkan oleh kalangan sunat. Kata menggigit (dakno) dan makan/melahap/merobek-robek (katesthio) bersifat terus menerus di masa kini,284 menggambarkan situasi yang mungkin sedang terjadi. Dikatakan mungkin karena penggunaan kata kalau, tetapi di bagian berikut, banyak dari sifat kedagingan menyangkut hubungan satu sama lain, jadi kemungkinan besar Paulus menggambarkan situasi yang nyata. Kedua kata disebut di atas menggambarkan cara binatang buas berkelahi tanpa kasihan, sampai salah satu terluka atau mati.285 Yang sangat disayangkan adalah hal seperti ini sering meledak di dalam TubuhNya dan sifat yang sama ditunjukkan oleh saudara-saudara di dalam Kristus, yang menggigit dan merobek-robek orang yang seharusnya dikasihi dan dilayani. Mengapa sampai kita masih belum belajar?
Awas, supaya kalian tidak saling menghancurkan – Kata blepo biasanya berarti melihat, tetapi kalau dalam bentuk perintah/peringatan, artinya awas! Perintah ini bersifat terus menerus,286 jadi menyangkut sesuatu yang harus diwaspadai terus. Kata analoo secara literal berarti dihabiskan atau dibakar habis, tetapi kalau berbentuk pasif287, menyangkut hubungan kelompok, kata ini membawa arti dihancurkan.288 Jadi orang yang mulai bertengkar secara tajam, sering kali tidak memikirkan akibatnya, yaitu bahwa pertengkaran seperti itu makin lama, makin panas, sehingga hubungan dengan sesama memang dirusakkan dan kata-kata yang dipakai untuk saling menikam, tidak pernah terlupa.
- Apakah saudara lebih suka berdalih daripada mengaku, kalau berdosa? Kebebasan yang Allah beri bukanlah alasan untuk kita terus saja berdosa.
- Dalam hal apa saudara sedang bergumul dengan kedaginganmu?
- Dalam hal-hal apa saudara sedang memberi diri untuk melayani orang lain?
- Apakah saudara sedang bertumbuh dalam hal mengasihi seperti saudara dikasihi?
- Apakah saudara menggigit dan merobek-robek orang lain? Ini menyangkut perkataan yang melukai dan juga fitnah dan gosip yang menghancurkan dari belakang.
Galilah: Gal 5:16-26 - Merdeka supaya bisa Hidup oleh Roh Galatia 5:16-26 Sub Tema: Merdeka supaya bisa Hidup oleh Roh
Tetapi saya berkata, hiduplah oleh Roh dan kalian tidak mungkin memuaskan keinginan ked...
Galatia 5:16-26 Sub Tema: Merdeka supaya bisa Hidup oleh Roh
Tetapi saya berkata, hiduplah oleh Roh dan kalian tidak mungkin memuaskan keinginan kedagingan. Karena kedagingan merindukan apa yang berlawanan dengan Roh dan Roh merindukan apa yang berlawanan dengan kedagingan, sebab Roh dan kedagingan berlawanan satu sama lain, sehingga apa yang kalian kehendaki, tidak bisa kalian lakukan. Tetapi kalau kalian dibimbing oleh Roh, Kalian tidak di bawah Hukum Taurat Nah, perbuatan daging adalah nyata yaitu percabulan, kecemaran, tunasusila, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, ledakan amarah, cita-cita egois, pemecahan, partai-partai kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan hal-hal seperti ini. Saya memperingati, sama seperti dulu saya memperingati, bahwaorang-orang yang melakukan hal-hal seperti itu, tidak akan mewarisi Kerajaan Allah! Tetapi buah Roh adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kebajikan, kebaikan hati, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, Tidak ada hukum yang melarang hal-hal seperti itu, Dan orang-orang yang dimiliki Kristus [Yesus], sudah menyalibkan kedagingan, termasuk hawa nafsunya, dan kerinduan-kerinduannya. Kalau kita hidup oleh Roh, marilah kita mengikuti jejak-jejak Roh. Jangan kita menjadi tinggi hati, sehingga kita saling menggusarkan dan cemburu satu sama lain.
ay. 16 Tetapi saya berkata – Ungkapan ini biasanya menjadi tanda bahwa bagian berikutnya mengembangkan suatu poin yang dibicarakan tadi. Dalam konteks ini, jelas bahwa ay. 13-15 yang dimaksudkan karena adanya kata sarks (kedagingan) yang mengaitkannya.
Hiduplah oleh Roh – Perintah peripateiti sebenarnya berarti berjalanlah. Paulus menggunakan kata ini 30an kali dalam Perjanjian Baru,289 tetapi maknanya menyangkut gaya hidup seseorang. Sifat terus menerus mendesak supaya kita selalu demikian. Oleh Roh di sini terdapat dari sifat datif290 yang ada pada kata pneuma (Roh). Ada banyak pembahasan mengenai maksudnya, tetapi yang paling masuk akal adalah “dative of means” yang berarti datif yang membawa arti sarana.291 Dengan demikian kita lihat bahwa kita harus terus bergantung kepada Roh Kudus sebagai saranahidup rohani kita. Poin yang penting ini menjadi kunci untuk bagian berikutnya sampai Gal 6:10. Seperti kita lihat di pembahasan mengenai 3:6, pikiran Paulus berakar dalam dua nubuatan di Perjanjian Lama yang sangat mendasar bagi Perjanjian Baru:
Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN:Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN!Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingatdosa mereka." (Yeremia 31:33-34)
Tetapi yang di Yehezkiel paling jelas mengungkapkan maksud Paulus di bagian ini:
Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. (Yehezkiel 36:25-27)
Jadi kesimpulannya adalah Roh Kudus sudah diberikan kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus. Roh tersebut berupaya membentuk kita sesuai dengan FirmanNya, sehingga jalan perubahan bagi kita bukanlah untuk memaksa diri berubah supaya Allah senang, melainkan untuk menyerahkan diri terus kepada bimbingan Roh Kudus di dalam FirmanNya (Istilahnya penuh dengan Roh Kudus), percaya pada kesanggupan Dia untuk mengubahkan kita dan dalam keyakinan dan kekuatan itu, kita menolak dosa dan berjuang untuk menuruti Tuhan kita. Lihat juga Efe 4:17-32, Fili 2:12-13, Kol 3:1-17.
Dan kalian tidak mungkin memuaskan keinginan kedagingan – Frase ou me secara literal berarti tidak-tidak dan membawa arti tidak mungkin/sekali-kali tidak. Kalau frase ini digunakan bersama imbuhan yang ada pada kata memuaskan ini,292 itu merupakan cara yang paling kuat dalam bahasa Yunani untuk berkata tidak mungkin.293 Kata teleo yang diterjemahkan memuaskan adalah menarik karena biasanya berarti melengkapi, ataumenyempurnakan, tetapi dalam konteks ini membawa arti memberi apa yang dirindukan, yaitu memuaskan. Keinginan,kerinduan daging,kedagingan menggambarkan hawa nafsu orang yang rindu apa yang berlawanan dengan kehendak Allah. Jadi ayat ini bukan janji bahwa orang percaya bisa hidup sempurna (Gal 5:17, Rom 7:7-25, Yak 3:3), melainkan bahwa Roh Kudus selalu akan membimbing kita kepada kekudusan dan seperti kita akan lihat di bawah, tanda bahwa orang penuh dengan Roh adalah kehidupan moralnya, bukanlah pelayanannya atau karunia-karunianya. Hal ini sangat jelas di 1 Kor 13:1-3 dan Mat 7:21-23.
ay. 17 Karena kedagingan merindukan apa yang berlawanan dengan Roh dan Roh merindukan apa yang berlawanan dengan kedagingan – Kata kerja epithymeo berarti merindukan,atau menginginkan, yaitu keinginan yang kuat. Sifatnya terus menerus,294 jadi sama seperti kita perhatikan tadi, kedagingan merindukan terus apa yang berlawanan dengan Roh dan sebaliknya. Kata ini tidak dipakai lagi menyangkut Roh: Secara literal berbunyi: Karena kedagingan merindukan apa yang berlawanan dengan Roh dan Roh… yang berlawanan dengan kedagingan – Bahasa seperti ini sangat biasa dalam bahasa Yunani, tetapi dalam Bahasa Indonesia perlu adanya kata kerja lagi supaya jelas. Kata penghubung gar (karena) di muka mengaitkannya dengan ayat tadi sehingga kita melihat bahwa orang yang dikuasai oleh Roh tidak memuaskan kerinduan kedagingannya, karena kedagingan itu berlawanandengan Roh.
Sebab Roh dan kedagingan berlawanan satu sama lain – Klausa ini mencakup arti daripada yang tadinya. Kata berlawanan (antikeimai) bersifat terus menerus juga.295
Sehingga apa saja yang kalian kehendaki, tidak bebas kalian lakukan – Ada banyak pembahasan mengenai klausa ini, mungkin karena artinya bersifat umum dan tidak terlalu menentukan apa yang dikehendaki. Kata hina (sehingga) menandai bagian ini sebagai akibat dari berlawanan tadi, jadi oleh karena Roh berlawanan dengan kedagingan, kehendak kita ditarik di antaranya. Kata ean (apa saja) bersifat umum dan menyangkut apa yang orang kehendaki secara umum. Jadi, secara umum, dalam memutuskan apa yang seseorang mau lakukan, kedagingan dan Roh mempengaruhi sehingga orang ditarik oleh yang satu atau yang lain. Kata bebas tidak ada di teks asli, tetapi diperlukan supaya maknanya jelas. Kalau diterjemahkan menurut makna, berbunyi begini: Sehingga kalian tidak bebas melakukan apa saja yang kalian mau… Sangat jelas bahwa Paulus bicara mengenai keadaan orang percaya, jadi tidak usah kita heran kalau kita bergumul dengan kedagingan kita. Di Roma 7:21 Paulus berkata: Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Kata poieo (lakukan) bersifat terus menerus,296 menunjukkan keadaan terus.
ay. 18 Tetapi kalau kalian dibimbing oleh Roh – Kata agoberarti membimbing/memimpin dan sifatnya terus menerus,297 jadi maksudnya bukan bahwa orang dibimbing dalam hal ini, atau hal itu, melainkan bahwa dia dipimpin terus dalam hidupnya, dan secara khusus, dipimpin untuk melawan kedagingannya. Frase memberi dirimu (TB) tidak ada di teks asli karena ayat ini bukan dorongan untuk orang memberi diri dipimpin, melainkan kenyataan yang kelihatan yang menandai orang yang percaya.
Frase dipimpin oleh Roh kalau di surat Roma adalah identik dengan orang percaya dan kalau ditafsirkan begitu di sini, sangat masuk akal bahasanya, karena perubahan status orang sehingga mereka bukan lagi di bawah Hukum Taurat, hanya terjadi karena mereka percaya. (3:25-26) Tanda bahwa mereka percaya adalah Roh yang sedang membentuk mereka. Lihat juga ay. 21 dan 9 (Berbuat dosa bersifat terus menerus, jadi lebih baik diterjemahkan terus saja berdosa). Perhatikan kesamaan dengan Roma:
Rom 8:12-15 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapibukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapijika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebabkamu tidak menerima roh perbudakanyang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapikamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (TB)
Kalian tidak di bawah Hukum Taurat – Saudara-saudara dari Galatia ini tidak hidup di bawa Hukum Taurat sebelum mereka percaya, melainkan di bawah dewa-dewi yang disebut di Gal 4:8 dan pengaturannya di Gal 4:9. Tetapi tidak dikatakan bahwa mereka mau kembali kepada kepercayaan lama. Walaupun kata nomosboleh diterjemahkan Hukum atau Hukum Taurat, kemungkinan besar Hukum Taurat yang ada di pikiran Paulus, karena kalangan sunat mengajak mereka untuk hidup dibawanya.
ay. 19 Nah, perbuatan daging adalah nyata, yaitu – Kata faneros berarti nyata, yaitu sesuatu yang hampir tidak perlu didaftarkan. Orang Galatia ini diingatkan mengenai kehidupan lama mereka.298 Kata hostis (yaitu) tidak spesifik, jadi Paulus tidak membuat daftar yang lengkap. Hal ini juga jelas di akhir, karena dia berkata dan hal-hal seperti ini. Menarik memperhatikan pengaturan dari daftaran dosa ini: 1-3 menyangkut hawa nafsu, 4-5 menyangkut penyembahan, 6-13 bicara mengenai masalah antara orang dan 14-15 menyangkut gaya hidup yang berlebihan. Jadi seperti kita perhatikan di ay. 15, rupanya ada perselisihan yang sedang terjadi di antara mereka.299
Lihat juga daftaran sifat/kelakuan di: (Buruk) Rom 1:29-31, 1 Kor 5:9-11, 6:9-10, Efe 4:31, 5:3-5, Kol 3:5, 1 Tim 1:9-10, 6:4-5, 2 Tim 3:2-4, Tit 1:7, 1 Pet 4:3, Wah 21:8, 22:15. (Baik) Efe 6:14-17, Fili 4:8, Kol 3:12, 1 Tim 3:2-3, 6:11, Tit 1:7-8, Yak 3:17, 2 Pet 1:5-8.300
Percabulan – Kata porneia adalah kata umum untuk dosa seksual dalam bentuk apapun. Budaya di bawah pengaruh Yunani dan Roma mempunyai toleransi besar untuk kelakuan seksual, jadi pengajaran ini memang menyangkut penyesuaian bagi orang Galatia.301
Kecemaran – Kata akatharsia secara literal berarti tidak bersih/tercemar, dan pada awalnya digunakan untuk bicara isi kuburan. Kalau Paulus menggunakan kata ini, biasanya berkaitan dengan dosa amoral yang mencemarkan.302
Tunasusila – Kata aselgeia berarti kelakuan seksual yang sangat berlebihan.303
ay. 20 Penyembahan berhala – Kata eidololatria adalah kata buatan dari eidolon (berhala) dan latreia(penyembahan/pelayanan), menggambarkan orang yang melayani dan menyembah berhala.
Sihir – Kata farmakeia adalah menarik, karena menyangkut penggunaan narkoba – Apotek dalam bahasa Inggris adalah farmasi(Pharmacy). Kata ini menjadi kata halus untuk penyihiran, karena pada masa itu orang menggunakan narkoba dalam upaya mengutuk orang dan buat ilmu sihir.304 Jadi di sini artinya tentu sihir – Sangat dilarang – Orang yang bermain dengan ilmu hitam tentu tidak dikuasai Roh Kudus.
Perseteruan – Kata ekhthra adalah kata umum yang mencakup segala macam kelakuan yang memperlakukan orang lain sebagai musuh. Kata ini bersifat jamak, jadi membawa arti berulang-ulang.
Perselisihan – Kata eris berarti bertengkar mulut/perselisihan. Mungkin kata ini yang dicerminkan di ay. 15 tadi.
Kecemburuan – Kata zelos ini sangat sulit dibedakan dengan kata fthronos (kedengkian) di ay. 21, karena biasanya artinya sama. Mungkin karena kata ini bersifat tunggal, sedangkan yang di bawah bersifat jamak, zelos ini menyangkut kecemburuan secara umum.
Ledakan amarah – Kata thymostidak hanya menggambarkan amarah secara umum, tetapi amarah yang meledak-ledak. Sifatnya jamak juga. Orang baik kadang-kadang menjadi marah, tetapi kalau dia ditandai oleh amarah dan sering ‘emosi’, bukan Roh Kudus yang menguasainya.
Cita-cita egois – Kata eritheia menggambarkan orang yang mau mengemukakan diri, secara khusus dengan mengalahkan orang lain. Kata ini juga jamak, menyangkut gaya hidup. Aristoteles menggunakan kata ini waktu bicara mengenai persaingan egois yang terjadi di dalam partai-partai politik.305 Lihat juga Yak 3:13-18.
Pemecahan – Kata dikhostasia secara literal berarti berdiri sendiri dan dengan demikian kata ini juga dipakai mengenai kecenderungan untuk tidak setujudan tidak menghargai kesatuan. Kata ini sangat mirip dengan kata berikut, tetapi mungkin dikhostasiaini menyangkut kecenderungan dan yang berikut menyangkut kenyataan bahwa ada partai-partai yang terbentuk.306 Sifatnya jamak, sama seperti yang lain.
Partai-partai – Kata hairesis, lama kelamaan dipakai untuk membicarakan ajaran sesat (heresy – Bs Inggris), tetapi artinya lebih luas, sehingga di sini maksudnya kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.307 Kemungkinan besar ada juga unsur ajaran yang tidak sehat yang dipersoalkan. Hal ini jelas sudah terjadi menyangkut peran Hukum Taurat.
Kedua kata terakhir ini, pemecahan dan partai-partai, tidak muncul di daftaran-daftaran dosa lain di Perjanjian Baru, sehingga menjadi satu tanda lagi bahwa orang Galatia bergumul dengan sifat-sifat tersebut.308
ay. 21 Kedengkian – Seperti kita lihat di ayat tadi, kata fthronos sangat mirip dengan kata zelos, tetapi oleh karena sifatnya jamak di sini, sedangkan zelos tadi bersifat tunggal, lebih baik kita menyimpulkan bahwa kedengkian di sini adalah wujud-wujud dari kedengkian yang meluap-luap dari hati yang bersaing.
Kemabukan –Katamethe sudah jelas artinya. Sifatnya jamak, menyangkut kebiasaan.
Pesta pora – Kata komos ini selalu digunakan bersama kata methe tadi di Perjanjian Baru (Rom 13:13, 1 Pet 4:3), sehingga kita perlu mengaitkan dua-duanya dengan kelakuan di budaya Yunani/Roma, di mana kebiasaan berpestapora dan mabuk dianggap sebagai puncak dari budaya.309
Dan hal-hal seperti ini – Daftaran ini tidak dimaksudkan sebagai daftaran dosa yang lengkap, tetapi hanya contoh yang secara khusus Paulus pikirkan berhubungan dengan jemaat-jemaat di Galatia.
Saya memperingati, sama seperti dulu saya memperingati – Kata prolego secara literal berarti berkata sebelumnya, tetapi sering membawa arti memperingatkan dulu. Pertama kali kita melihat prolego di ayat ini sifatnya terus menerus/sedang di masa kini,310 lalu yang kedua (kata proeipon, yang sama saja artinya dengan prolego) bersifat lampau.311 Jadi dia mau menegaskan kepada mereka sesuatu yang sudah dia katakan pada waktu pertama kali dia memuridkan mereka.
Bahwa orang-orang yang melakukan hal-hal seperti itu – Kata melakukan (prasso) bersifat terus menerus, menyangkut kebiasaan.312 Orang ini dikuasai terus oleh kedagingannya.
Tidak akan mewarisi Kerajaan Allah! – Kata mewarisi(kleronomeo) sering digunakan di surat ini, dan menyangkut status orang percaya sebagai anak Allah. Warisan ini adalah bagian kita di surga. Sifat dari kata ini adalah masa depan secara pasti, yaitu menyatakan fakta.313 Jadi seperti beberapa kali kita perhatikan, semua orang percaya akan gagal kadang-kadang, tetapi kalau orang menyebut diri sebagai orang percaya, sedangkan kelakuan mereka tidak berubah, hal itu menjadi tanda bahwa mereka belum didiami Roh Kudus, yaitu belum percaya. Lihat Rom 8:9, 14, 1 Kor 6:9-11, Efe 5:5. Hati-hati dalam mengajar kebenaran ini, karena orang percaya kadang-kadang mengalami kemunduran, ataupun membiarkan hati nurani mereka menjadi tebal. Ayat ini paling cocok diarahkan kepada orang yang sejak ‘mengaku percaya’, tetap sama saja. Obatnya adalah Injil, supaya mereka didiami Roh Kudus, bukanlah paksaan supaya mereka berubah. Lihat juga pembahasan di ay. 4 – Ayat ini tidak mengajar keselamatan oleh perbuatan baik, ataupun keselamatan yang terpelihara melalui perbuatan baik. Sangat bertentangan dengan pengajaran tadi kalau begitu. Perbuatan di sini adalah bukti bahwa adanya Roh Kudus di dalam diri orang tersebut.
ay. 22 Tetapi buah Roh adalah: - Tidak jelas apakah Paulus mau menekankan perbedaan antara akibat dari fokus kepada kedagingan, dibanding dengan Roh, dengan menggunakan istilah erga (pekerjaan - jamak) dan karpos (buah - tunggal). Erga boleh menyangkut perbuatan baik (Efe 2:10) dan karpos boleh menggambarkan buah/akibat dari dosa (Rom 6:21).314 Kemungkinan besar Paulus sengaja membedakan antara kedagingan yang mengerjakankejahatan dan Roh yang mempengaruhi kita sehingga sifat-sifatNya timbul di dalam hidup kita.315
Kata buahdi sini bersifat tunggal, tetapi mungkin tidak terlalu berarti karena Paulus biasanya menggunakan bentuk tunggalnya.316 Di sini didaftarkan 9 buah Roh, yang sekali lagi tidak lengkap. Buah-buah ini agak sulit dikelompokkan seperti yang dibuat dengan perbuatan kedagingan, tetapi menarik memperhatikan bahwa fokus daripada kebanyakan dari sifat-sifat ini adalah hubungan dengan sesama orang percaya.
Kasih – Yang pertama, dan yang paling mulia (1 Kor 13:13, Kol 3:12) adalah kata agape. Lihat penjelasan di ay. 13. Konteks dari ayat ini, yang menekankan terus bahwa ada masalah dalam kesatuan dan persekutuan mereka, membuat jelas bahwa kasih di sini adalah kasih kepada sesama, bukan kasih kepada Tuhan.
Sukacita – Kata khara adalah perasaan yang dikerjakan Roh Kudus (1 Tes 1:6), meresponi kasih Allah kepada kita melalui Kristus (1 Pet 1:8-9). Sukacita ini tidak tergantung pada keenakan hidup kita (2 Kor 7:4).
Damai sejahtera – Kata eirene boleh menyangkut damai orang percaya dengan Allah, karena dosa kita diampuni sehingga kita bukan lagi seteruNya. Lihat Rom 5:1, Efe 2:17, Gal 1:3, 6:16. Tetapi kata ini juga boleh menggambarkan damai di antara orang. Lihat Rom 14:19, Efe 2:14, 15. Sama seperti kita perhatikan berkaitan dengan Kasih tadi, kemungkinan besar damai di antara orang percaya yang dimaksudkan di sini.317
Kesabaran – Kata makrothymia ini adalah kata buatan dari makros (panjang/lama) dan thymos (gairah/amarah – kata yang persis sama diterjemahkan ledakan amarah di ay. 20) sehingga artinya lama baru menjadi marah/kesal.318 Kata ini sering digunakan untuk membicarakan kesabaran Allah/Kristus kepada manusia. Lihat di Rom 2:4, 9:22, 20, 1 Tim 1:16, 2 Pet 3:15. Kita sering diperintahkan menunjukkannya satu sama lain. Lihat 2 Kor 6:6, Gal 5:22, Efe 4:2, Kol 3:12, 2 Tim 3:10, 4:2.319
Di Matius 18:21-35 kesabaran Allah menjadi patokan untuk kesabaran manusia. Lihat secara khusus ungkapan ‘sabarlah dahulu’ (makrothymeo – Kata kerja dari makrothymia) di Matius 5:26 dan 5:29.320 Jadi walaupun kata ini boleh menyangkut kesabaran di dalam pencobaan, di sini artinya tentu kesabaran dengan orang lain – Panjang Sabar!
Kebajikan – Kata khrestotes berarti kebajikan/kemurahan hati dan sekali lagi, kita melihat bahwa kata ini digunakan mengenai kebaikan Allah kepada kita (Rom 2:4). Kata ini sangat mirip dengan kebaikan hati nanti, tetapi mungkin yang ini menyangkut kerelaan praktis untuk orang membantu orang lain.321
Kebaikan hati – Kata agathos berarti kebaikan dan berkaitan dengan khrestotes tadi, kemungkinan besar menyangkut kebaikan hati secara umum.
Kesetiaan – Kata pistis boleh berarti iman, tetapi sering juga menyangkut kesetiaan,kejujurandanterpercaya.322 Jadi karena kebanyakan sifat berkaitan dengan hubungan di antara orang percaya, kemungkinan besar maksudnya terpercaya dalam apa yang dilakukan. Kalau orang ini berkata bahwa dia akan melakukan sesuatu, dia tentu melakukannya.
ay. 23 Kelemahlembutan – Kata prautes berarti rendah hati/lemah lembut/jinak.323 Kata ini tidak berarti lemah, tetapi menggambarkan orang yang tidak menyalahgunakan kekuatan yang ada pada mereka. Kristus adalah contoh utama dari kelemahlembutan di mana Dia, walaupun kuasaNya tak terbatas, masih sangat lemah-lembut dengan orang. Lihat Mat 11:29, 1. Kita juga lihat bahwa Kristus bisa bicara sangat tajam dengan orang, kalau itu perlu. Lihat Mat 23. Jadi kita perlu menyimpulkan bahwa orang yang digambarkan ini menunjukkan kelemahlembutan, bukan karena dia lemah atau takut, melainkan karena kasih Allah dan kerendahan hati yang ada padanya.
Penguasaan diri – Kata egkrateiaberarti pengendalian,penguasaan diri yang kemungkinan besar berkaitan dengan dosa seksual.324 Orang ini, walaupun mungkin tergoda, tidak jatuh, karena Roh Kudus menguatkan hatinya terhadap godaan seksual.
Tidak ada hukum yang melarang hal-hal seperti itu – Walaupun Paulus bicara secara umum saja di klausa ini, dia tentu memikirkan sikap mereka terhadap Hukum Taurat. Jadi maksudnya, kalau mereka dipimpin oleh Roh, Dia tidak akan membawa mereka kepada kejahatan.325
ay. 24 Dan orang-orang yang dimiliki Kristus [Yesus], sudah menyalibkan kedagingan – Dalam ketiga ayat terakhir ini Paulus kembali menyimpulkan apa yang baru dikatakannya dari ay. 16. Hoi tou Khristou secara literal berarti orang-orang dari Kristus, yaitu mereka yang sudah menjadi milikNya. Dia sudah menyatakan dengan sangat jelas bahwa orang yang mau menjadi milik Kristus hanya perlu percaya. Baca lagi 3:23-29. Frase sudah menyalibkan kedagingan adalah menarik karena bicara masa lampau,326 yang tentu menyangkut penyaliban Kristus, tetapi sifatnya aktif, yang berarti mereka sendiri yang membuatnya. Walaupun Paulus bisa menggunakan istilah menanggalkan (Efe 4:22) atau matikanlah (Kol 3:5), dia memilih istilah yang menekankan bahwa hal ini pun adalah akibat dari kesatuan mereka dengan Kristus.327 Kata Yesus ada dalam tanda kurung karena tidak ada dalam semua naskah.328 Memang artinya sama.
Termasuk hawa nafsunya – Kata syn berarti termasuk/beserta. Tidak ada kata segala di teks asli, tetapi maksudnya akurat – Setiap aspek dari kedagingan kita, sebagaimana digambarkan di 19-21, sudah hilang kuasanya karena kita ikut disalibkan dengan Kristus Yesus. Lihat Rom 6:1-14. Kata pathema menggambarkan emosi dalam yang kuat, gairah dan keinginan seksual.329 Kata ini bersifat jamak, jadi literalnya nafsu-nafsunya.
Dan kerinduan-kerinduannya – Kata epithymia dipakai di ay. 16 dan kata kerjanya ada di ay. 17, menyangkut keinginan/kerinduan dari kedagingan. Arti dari hawa nafsu dan kerinduan tidak berbeda jauh.330
ay. 25 Kalau kita hidup oleh Roh – Seperti kita lihat di ay. 16, hidup oleh Roh di sana, sebenarnya berbunyi berjalanlah oleh Roh. Ayat ini menggunakan kata lain (zao) yang secara literal berarti hidup oleh Roh. Jadi maksudnya tidak sama. Hidup oleh Roh menyangkut hidup yang baruyang ada pada kita karena kita percaya Kristus dan dibaharui oleh Roh Kudus dan juga mencakup apa yang baru ditegaskan Paulus dari ay. 16.331 Paulus sering menggunakan status/posisi kita sebagai batu loncatan untuk menegaskan perintah Allah kepada kita.
Marilah kita mengikuti jejak-jejak Roh – Perintah ini332 terikat pada kata kalau tadi, di mana Paulus menganjurkan supaya orang percaya hidup berpadanan dengan kenyataan. Kalau begini…hiduplah seperti itu! Kata stoikheo berarti mengikuti jejak, atau mengikuti barisan, dalam arti tetap sejalan. Jadi maksudnya, kita yang hidup oleh Roh seharusnya tetap sejalan dengan Dia. Dan kita akan melihat di ayat berikut bahwa hal itu menyangkut kehidupan moral kita. Jadi sama seperti kita lihat di atas, Paulus menantang kembali supaya moralitas mereka berpadanan dengan pengakuan mereka.
ay. 26 Jangan kita menjadi tinggi hati – Kata kenodoksos hanya di pakai satu kali di Perjanjian Baru dan menggambarkan orang yang bermegah dalam hal-hal yang kosong/tidak berarti.333 Bentuk perintah sama dengan marilah kita mengikuti tadi. Kesombongan ini menjadi akar dari kedua kelakuan berikutnya.
Sehingga kita saling menggusarkan dan cemburu satu sama lain – Kata prokaleoberarti memanggil ke luar dalam arti mengajak orang berkelahi atau mengganggu sampai mereka membalas.334 Jadi agak seperti menyakiti tetapi fokus ada pada dampak di mana korban tersandung menjadi marah dan membalas. Kata fthroneo berarti cemburu. Kata ini dipakai di ay. 21 (kedengkian). Jadi Paulus tegaskan sekali lagi bahwa ketidakbersatuan yang mereka alami bukanlah dari Allah dan tidak berkenan kepadaNya. Masalah ini bersumber dari kedagingan dan kesombongan mereka. Tentu mereka merasakan teguran ini!
- Apakah kesatuan saudara dengan Kristus sudah mengubahkan pandangan hidup saudara?
- Apakah saudara sudah merasakan keinginan kedagingan dan keinginan Roh berlawanan di dalam dirimu? Yang mana yang biasanya menang?
- Perbuatan kedagingan mana yang paling saudara gumuli?
- Buah Roh mana yang masih belum mantap dalam kehidupan saudara?
- Apakah perjuangan saudara melawan kedagingan dibuat dalam kekuatan Roh dan melalui FirmanNya, atau dalam kekuatan sendiri?
- Apakah saudara sudah menyerah, atau tidak pernah berubah? Kalau begitu saudara perlu bicara dengan orang yang bisa membimbing.
- Apakah gaya hidup saudara menyatakan bahwa saudara didiami Roh Kudus?
Topik Teologia: Gal 5:1 - -- Keselamatan
Kematian Yesus Membebaskan, Menebus, dan Menyelamatkan
Ayu 19:25 Maz 111:9 Yes 59:20 Luk 2:38 Luk 4:18-19 Rom 3...
- Keselamatan
- Kematian Yesus Membebaskan, Menebus, dan Menyelamatkan
- Ayu 19:25 Maz 111:9 Yes 59:20 Luk 2:38 Luk 4:18-19 Rom 3:23-24 Rom 8:2 1Ko 1:30 Gal 1:3-4 Gal 3:13-14 Gal 4:4-5 Gal 5:1 Efe 1:7 Kol 1:13-14 1Te 1:10 Tit 2:13-14 Ibr 9:11-12 1Pe 1:18-19 Wah 14:3
- Peringatan untuk Bertekun
- 1Ta 16:11 Ayu 17:9 Yeh 18:24 Hos 12:7 Mik 6:8 Mat 10:22 Mar 4:3-8 Luk 22:31-32 Yoh 8:31-32 Yoh 15:4-10,14 Kis 11:23 Kis 13:43 Kis 14:21-22 Rom 2:6-8 1Ko 10:12-13 1Ko 15:1-2,58 1Ko 16:13 2Ko 13:5 Gal 5:1-4 Gal 6:9 Efe 6:13,16,18 Fili 1:27 Fili 3:12-16 Fili 4:1 Kol 1:22-23 Kol 2:5-7 1Te 5:21 2Te 2:15-17 1Ti 6:11-12 2Ti 2:12 2Ti 3:14 2Ti 4:7-8 Ibr 2:1 Ibr 3:14 Ibr 4:14 Ibr 6:4-6,11-12 Ibr 10:23,35-36 Ibr 11:27 Ibr 12:1-13 Yak 1:2-4 Yak 1:12 Yak 5:10-11 1Pe 1:5-7 2Pe 1:10-11 2Pe 3:17 Yud 1:21 Wah 2:10 Wah 2:17 Wah 3:5 Wah 3:11-12 Wah 3:21 Wah 14:12 Wah 16:15 Wah 21:7 Wah 22:11
- Pengudusan
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha Berdiri Teguh Melawan Kejahatan dan Dosa
Topik Teologia: Gal 5:2 - -- Keselamatan
Allah Memanggil Manusia untuk Dimerdekakan
Gal 5:2-4,8,13
Pembenaran adalah Bukan dari Sunat
...
- Keselamatan
- Allah Memanggil Manusia untuk Dimerdekakan
- Pembenaran adalah Bukan dari Sunat
- Peringatan untuk Bertekun
- 1Ta 16:11 Ayu 17:9 Yeh 18:24 Hos 12:7 Mik 6:8 Mat 10:22 Mar 4:3-8 Luk 22:31-32 Yoh 8:31-32 Yoh 15:4-10,14 Kis 11:23 Kis 13:43 Kis 14:21-22 Rom 2:6-8 1Ko 10:12-13 1Ko 15:1-2,58 1Ko 16:13 2Ko 13:5 Gal 5:1-4 Gal 6:9 Efe 6:13,16,18 Fili 1:27 Fili 3:12-16 Fili 4:1 Kol 1:22-23 Kol 2:5-7 1Te 5:21 2Te 2:15-17 1Ti 6:11-12 2Ti 2:12 2Ti 3:14 2Ti 4:7-8 Ibr 2:1 Ibr 3:14 Ibr 4:14 Ibr 6:4-6,11-12 Ibr 10:23,35-36 Ibr 11:27 Ibr 12:1-13 Yak 1:2-4 Yak 1:12 Yak 5:10-11 1Pe 1:5-7 2Pe 1:10-11 2Pe 3:17 Yud 1:21 Wah 2:10 Wah 2:17 Wah 3:5 Wah 3:11-12 Wah 3:21 Wah 14:12 Wah 16:15 Wah 21:7 Wah 22:11
Topik Teologia: Gal 5:3 - -- Keselamatan
Allah Memanggil Manusia untuk Dimerdekakan
Gal 5:2-4,8,13
Peringatan untuk Bertekun
1Ta 16:11 Ayu 17:9 Ye...
- Keselamatan
- Allah Memanggil Manusia untuk Dimerdekakan
- Peringatan untuk Bertekun
- 1Ta 16:11 Ayu 17:9 Yeh 18:24 Hos 12:7 Mik 6:8 Mat 10:22 Mar 4:3-8 Luk 22:31-32 Yoh 8:31-32 Yoh 15:4-10,14 Kis 11:23 Kis 13:43 Kis 14:21-22 Rom 2:6-8 1Ko 10:12-13 1Ko 15:1-2,58 1Ko 16:13 2Ko 13:5 Gal 5:1-4 Gal 6:9 Efe 6:13,16,18 Fili 1:27 Fili 3:12-16 Fili 4:1 Kol 1:22-23 Kol 2:5-7 1Te 5:21 2Te 2:15-17 1Ti 6:11-12 2Ti 2:12 2Ti 3:14 2Ti 4:7-8 Ibr 2:1 Ibr 3:14 Ibr 4:14 Ibr 6:4-6,11-12 Ibr 10:23,35-36 Ibr 11:27 Ibr 12:1-13 Yak 1:2-4 Yak 1:12 Yak 5:10-11 1Pe 1:5-7 2Pe 1:10-11 2Pe 3:17 Yud 1:21 Wah 2:10 Wah 2:17 Wah 3:5 Wah 3:11-12 Wah 3:21 Wah 14:12 Wah 16:15 Wah 21:7 Wah 22:11
Topik Teologia: Gal 5:4 - -- Keselamatan
Allah Memanggil Manusia untuk Dimerdekakan
Gal 5:2-4,8,13
Keselamatan adalah oleh Iman, Bukan Perbuatan...
- Keselamatan
- Allah Memanggil Manusia untuk Dimerdekakan
- Keselamatan adalah oleh Iman, Bukan Perbuatan
- Yoh 5:24 Kis 13:38-39 Rom 3:21-26,28,30 Rom 5:1 Rom 8:3 Rom 10:3-4 Gal 2:14-21 Gal 3:1-29 Gal 5:4-6 Fili 3:8-9
- Pembenaran
- Peringatan untuk Bertekun
- 1Ta 16:11 Ayu 17:9 Yeh 18:24 Hos 12:7 Mik 6:8 Mat 10:22 Mar 4:3-8 Luk 22:31-32 Yoh 8:31-32 Yoh 15:4-10,14 Kis 11:23 Kis 13:43 Kis 14:21-22 Rom 2:6-8 1Ko 10:12-13 1Ko 15:1-2,58 1Ko 16:13 2Ko 13:5 Gal 5:1-4 Gal 6:9 Efe 6:13,16,18 Fili 1:27 Fili 3:12-16 Fili 4:1 Kol 1:22-23 Kol 2:5-7 1Te 5:21 2Te 2:15-17 1Ti 6:11-12 2Ti 2:12 2Ti 3:14 2Ti 4:7-8 Ibr 2:1 Ibr 3:14 Ibr 4:14 Ibr 6:4-6,11-12 Ibr 10:23,35-36 Ibr 11:27 Ibr 12:1-13 Yak 1:2-4 Yak 1:12 Yak 5:10-11 1Pe 1:5-7 2Pe 1:10-11 2Pe 3:17 Yud 1:21 Wah 2:10 Wah 2:17 Wah 3:5 Wah 3:11-12 Wah 3:21 Wah 14:12 Wah 16:15 Wah 21:7 Wah 22:11
Topik Teologia: Gal 5:5 - -- Keselamatan
Keselamatan adalah oleh Iman, Bukan Perbuatan
Yoh 5:24 Kis 13:38-39 Rom 3:21-26,28,30 Rom 5:1 Rom 8:3 Rom 10:3-4 Ga...
- Keselamatan
- Keselamatan adalah oleh Iman, Bukan Perbuatan
- Yoh 5:24 Kis 13:38-39 Rom 3:21-26,28,30 Rom 5:1 Rom 8:3 Rom 10:3-4 Gal 2:14-21 Gal 3:1-29 Gal 5:4-6 Fili 3:8-9
- Pembenaran adalah di dalam Kristus
- Yes 53:11 Kis 13:38-39 Rom 3:21-26 Rom 4:24-25 Rom 5:1-2,9,16-21 Rom 8:1-2 Rom 10:3-4 1Ko 6:11 1Ko 15:17 2Ko 1:21,24 Gal 2:16-21 Gal 3:8,11-14,21-25 Gal 5:4-6 Fili 3:7-10
- Hidup Kekal adalah Pengharapan Orang-orang Percaya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Pengharapan Orang Percaya Terhadap Kebenaran
- Menantikan Kristus
Topik Teologia: Gal 5:6 - -- Keselamatan
Keselamatan adalah oleh Iman, Bukan Perbuatan
Yoh 5:24 Kis 13:38-39 Rom 3:21-26,28,30 Rom 5:1 Rom 8:3 Rom 10:3-4 Ga...
- Keselamatan
- Keselamatan adalah oleh Iman, Bukan Perbuatan
- Yoh 5:24 Kis 13:38-39 Rom 3:21-26,28,30 Rom 5:1 Rom 8:3 Rom 10:3-4 Gal 2:14-21 Gal 3:1-29 Gal 5:4-6 Fili 3:8-9
- Pembenaran
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
Topik Teologia: Gal 5:7 - -- Pengudusan
Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
Hambatan Pengudusan
Kemerosotan Iman Menghalangi Pengudusan
Ayu 34:26-27 ...
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kemerosotan Iman Menghalangi Pengudusan
Topik Teologia: Gal 5:8 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Nama-nama, Gelar-gelar Deskriptif dan Kiasan-kiasan untuk Allah
Dia yang Memanggil
...
- Allah yang Berpribadi
- Keselamatan
- Panggilan
- Natur Panggilan
- Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
- Allah Memanggil Manusia untuk Dimerdekakan
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kemerosotan Iman Menghalangi Pengudusan
Topik Teologia: Gal 5:10 - -- Pengudusan
Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
Pengudusan dan Anak
Kita Diperbarui di dalam Kristus
Kita Memiliki K...
- Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Gereja
- Misi, Pelayanan dan Aktivitas Gereja
Topik Teologia: Gal 5:13 - -- Roh Kudus
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Buah Roh
Kasih
Gal 5:22 Maz 69:17 Yoh 3:16 Yoh 13:34-35 Yoh 17:26 ...
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Mereka Mengekspresikan Kasih
- Ima 19:18 1Sa 20:17 Ams 10:12 Ams 21:21 Kid 8:6-7 Hos 12:7 Yoh 13:34-35 Rom 12:9-10 1Ko 13:1-8,13 1Ko 16:14 Gal 5:13-14 Kol 2:2 Kol 3:14 1Te 1:3 1Ti 1:5 2Ti 2:22 1Pe 4:8 1Yo 2:10 1Yo 3:18 1Yo 4:7
- Flesh sebagai Natur yang Sudah Jatuh
- Keselamatan
- Panggilan
- Natur Panggilan
- Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
- Allah Memanggil Manusia untuk Dimerdekakan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Natur yang Berdosa Menghalangi Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha Saling Mendukung dalam Kasih
Topik Teologia: Gal 5:14 - -- Roh Kudus
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Buah Roh
Kasih
Gal 5:22 Maz 69:17 Yoh 3:16 Yoh 13:34-35 Yoh 17:26 ...
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
- Mereka Mengekspresikan Kasih
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha Saling Mendukung dalam Kasih
Topik Teologia: Gal 5:15 - -- Dosa
Dosa-dosa Terhadap Sesama
Dosa-dosa Kebencian
Perkelahian dan Percideraan
Kej 13:5-9 Ams 3:29-30 Ams 15:18 Ams 1...
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Kebencian
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Perselisihan di Antara Orang Percaya
Topik Teologia: Gal 5:16 - -- Roh Kudus
Sifat Ilahi Roh Kudus
Roh yang Disamakan dengan Allah
Keilahian Roh di dalam Keberadaan Diri-Nya
Roh yang Dise...
- Roh Kudus
- Sifat Ilahi Roh Kudus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Kehidupan Kerajaan di Dalam Gereja
- Dosa
- Deskripsi tentang Dosa-dosa dan Pendosa
- Karakter Para Pendosa
- Para Pendosa Dikendalikan Hasrat Jahat
- Pengudusan
- Roh Kudus Membebaskan Orang Percaya dari Penguasaan Dosa
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Menaklukkan Kedagingan
- Natur yang Berdosa Menghalangi Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
Topik Teologia: Gal 5:17 - -- Roh Kudus
Roh yang Disebut Roh
Bil 11:17,25 1Ta 12:18 Yes 32:15 Yeh 2:2 Yeh 8:3 Mar 1:12 Yoh 7:39 Kis 11:28 Kis 20:22 Kis 2...
- Roh Kudus
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Kedagingan Manusia (Human Flesh)
- Flesh sebagai Natur yang Sudah Jatuh
- Dosa
- Deskripsi tentang Dosa-dosa dan Pendosa
- Karakter Para Pendosa
- Para Pendosa Dikendalikan Hasrat Jahat
- Pengudusan
- Roh Kudus Membebaskan Orang Percaya dari Penguasaan Dosa
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Menaklukkan Kedagingan
- Natur yang Berdosa Menghalangi Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
Topik Teologia: Gal 5:18 - -- Roh Kudus
Roh yang Disebut Roh
Bil 11:17,25 1Ta 12:18 Yes 32:15 Yeh 2:2 Yeh 8:3 Mar 1:12 Yoh 7:39 Kis 11:28 Kis 20:22 Kis 2...
- Roh Kudus
- Pengudusan
- Roh Kudus Membebaskan Orang Percaya dari Penguasaan Dosa
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Menaklukkan Kedagingan
- Natur yang Berdosa Menghalangi Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
Topik Teologia: Gal 5:19 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Kehidupan Kerajaan di Dalam Gereja
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Kedagingan Manusia (Human Flesh)
- Flesh sebagai Natur yang Sudah Jatuh
- Dosa
- Pelaku Okultis / Sihir akan Dihakimi
- Ima 20:27 Yos 13:22 1Sa 15:23 2Ra 17:16-20 2Ra 21:1-2,5-6 Yes 2:6,9 Yeh 13:9 Yeh 21:29 Mik 3:11-12 Mik 5:11 Nah 3:4-5 Mal 3:5 Gal 5:19-21 Wah 9:20-21 Wah 18:2 Wah 21:8 Wah 22:14-15
- Amarah
- Kej 49:5-7 Maz 37:8 Maz 106:33 Ams 12:16 Ams 14:17 Ams 15:1 Ams 16:32 Ams 19:11,19 Ams 21:14 Ams 22:3 Ams 22:24-25 Ams 27:4 Ams 29:22 Pengk 7:9 Yes 14:5-6 Amo 1:11 Mat 5:22 Yoh 7:23 2Ko 12:20 Gal 5:19-20 Efe 4:26-27,31 Efe 6:4 Kol 3:8 1Ti 2:8 Tit 1:7 Yak 1:19-20
- Imoralitas Seksual
- Dosa-dosa Roh
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Menaklukkan Kedagingan
- Natur yang Berdosa Menghalangi Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
- Eskatologi
- Ini adalah Keterpisahan dari Si Jahat
Topik Teologia: Gal 5:20 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Kehidupan Kerajaan di Dalam Gereja
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Kedagingan Manusia (Human Flesh)
- Flesh sebagai Natur yang Sudah Jatuh
- Dosa
- Pelaku Okultis / Sihir akan Dihakimi
- Ima 20:27 Yos 13:22 1Sa 15:23 2Ra 17:16-20 2Ra 21:1-2,5-6 Yes 2:6,9 Yeh 13:9 Yeh 21:29 Mik 3:11-12 Mik 5:11 Nah 3:4-5 Mal 3:5 Gal 5:19-21 Wah 9:20-21 Wah 18:2 Wah 21:8 Wah 22:14-15
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Menaklukkan Kedagingan
- Natur yang Berdosa Menghalangi Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
- Eskatologi
- Ini adalah Keterpisahan dari Si Jahat
Topik Teologia: Gal 5:21 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Kehidupan Kerajaan di Dalam Gereja
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Kedagingan Manusia (Human Flesh)
- Flesh sebagai Natur yang Sudah Jatuh
- Dosa
- Pelaku Okultis / Sihir akan Dihakimi
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Menaklukkan Kedagingan
- Natur yang Berdosa Menghalangi Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
- Eskatologi
- Ini adalah Keterpisahan dari Si Jahat
Topik Teologia: Gal 5:22 - -- Roh Kudus
Kasih
Rom 15:30 Gal 5:22
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Keselamatan
Roh Kudus dan Buah-...
- Keselamatan
- Roh Kudus dan Buah-Nya
- Roh Kudus adalah Sumber dari Iman yang Menyelamatkan
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
Topik Teologia: Gal 5:23 - -- Roh Kudus
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Keselamatan
Keselamatan Secara Umum
Keselamatan Menyediakan Faedah bagi Orang-o...
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan Menyediakan Faedah bagi Orang-orang Percaya
- Roh Kudus dan Buah-Nya
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Bukti akan Iman yang Murni
- Mempertunjukkan Buah Roh Kudus adalah Bukti dari Iman
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
Topik Teologia: Gal 5:24 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Kehidupan Kerajaan di Dalam Gereja
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan Menyediakan Faedah bagi Orang-orang Percaya
- Roh Kudus dan Buah-Nya
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Natur yang Berdosa Menghalangi Pengudusan
Topik Teologia: Gal 5:25 - -- Roh Kudus
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Pelayanan Roh
Roh Menuntun Orang-orang Percaya
Kis 8:29 Kis 10:19-...
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
- Pelayanan Roh
- Roh Menuntun Orang-orang Percaya
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan Menyediakan Faedah bagi Orang-orang Percaya
- Roh Kudus dan Buah-Nya
- Pengudusan
- Roh Kudus Menyesuaikan Orang Percaya dengan Rupa Kristus
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
Topik Teologia: Gal 5:26 - -- Dosa
Iri Hati dan Cemburu
Bil 11:28-30 Bil 12:2 Ayu 5:2 Maz 37:1 Maz 73:2 Maz 106:16 Ams 3:31 Ams 14:30 Ams 23:17 Ams 24:1,19 A...
- Dosa
- Iri Hati dan Cemburu
TFTWMS -> Gal 5:1; Gal 5:2-6; Gal 5:7-9; Gal 5:10-12; Gal 5:13-15; Gal 5:16-26; Gal 5:16-18; Gal 5:19-21; Gal 5:22-23; Gal 5:24-25; Gal 5:26
TFTWMS: Gal 5:1 - Penerapan Kiasan Tentang Hagar Dan Sara PENERAPAN KIASAN TENTANG HAGAR DAN SARA (Galatia 5:1)
1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah t...
PENERAPAN KIASAN TENTANG HAGAR DAN SARA (Galatia 5:1)
1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
Ayat 1. Kemungkinan besar, ayat ini milik bagian akhir pasal 4. Beberapa Alkitab versi bahasa Inggris (NEB; REB; NRSV) dan beberapa edisi Perjanjian Baru Yunani standar mendukung ide ini dengan memasukkan ayat itu dalam paragraf sebelumnya setelah 4:31 dan memulai 5:2 sebagai paragraf baru.
Paragraf-paragraf, penggalan-penggalan kalimat, dan tanda baca jarang digunakan dalam naskah-naskah awal Yunani. Sebaliknya, teks itu semata mengalir tanpa gangguan dalam baris huruf-huruf besar dari satu baris ke baris lainnya. Kata yang berdiri sendiri sering kali dipenggal di tengahnya di ujung suatu baris dan, tanpa tanda hubung, berlanjut di awal baris berikutnya. Pembagian paragraf dan akhir kalimat diserahkan pada diskresi para editor dan para penerjemah modern.
Ayat 1 bukan hanya merupakan kesimpulan yang logis bagi paragraf sebelumnya dalam pasal 4, tetapi tata bahasanya juga menunjukkan bahwa ini adalah ringkasan alegori Paulus. Kata Yunani dio (dio) dalam 4:31 diterjemahkan "Jadi" atau "Oleh karena itu" (NIV). Rasul itu melanjutkan, Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Urutan kata dalam bahasa Yunani memberikan penekanan khusus pada kata "merdeka" (eΔleuqeri÷a, eleutheria). Dalam teks aslinya, eleutheria berbentuk dative case, yang kita pahami sebagai ungkapan kebermanfaatan. "Supaya merdeka Kristus telah memerdekakan kita!"
Di dunia kuno, kemerdekaan adalah konsep yang menyemangati dan menguatkan bangsa Yunani. Mereka langsung siap bertempur demi kemerdekaan mereka sendiri; mereka akan siap mati daripada menanggung perbudakan. Kota-kota di Galatia Selatan sudah sepenuhnya di-Yunanikan; mereka sudah terbiasa dengan bahasa dan budaya Yunani kontemporer. Orang-orang Galatia itu bukan hanya sudah di-Yunanikan, tapi Paulus sendiri juga sudah dibesarkan di kota pendidikan Tarsus, yang berdekatan dengan Kilikia. Ia mengenal baik literatur dan pemikiran orang-orang yang, sejak zaman Alexander Agung, telah berada di bawah pengaruh orang-orang Yunani yang dinamis dan energik. (Lihat Pelajaran 1: Penyebaran Helenisme.)
Paulus, bagaimanapun, sedang mengacu kepada kekuatan dunia yang jauh lebih besar daripada Helenisasi. Ia bicara tentang kebebasan pikiran dan hati dari beban rasa bersalah dan kuasa dosa. Rasul itu mengajarkan tentang kemerdekaan yang hanya diketahui oleh orang-orang yang telah mengalami kuasa Roh yang menetap dalam hidup mereka. Kemerdekaan ini tidak memberikan visi untuk menaklukkan dunia (seperti yang Alexander lakukan), namun visi tentang bagaimana orang dapat menaklukkan dirinya. Paulus bicara tentang kemerdekaan untuk dilahirkan kembali kepada kehidupan iman yang pasti, iman dan harapan yang melampaui dunia ini. Orang yang mencapai kemerdekaan ini masuk dengan iman ke dalam alam sorgawi yang indah namun tidak terlihat.
"Supaya merdeka!" Keuntungan dan manfaat lebih besar apakah yang dapat diperoleh selain daripada ini? Kristus telah menganugerahi kita manfaat untuk menjadi anak-anak Allah. Bagaimana mungkin orang waras dalam menghadapi pilihan itu, memilih hidup sia-sia dalam perbudakan daripada kemerdekaan mulia sebagai anak-anak Allah?
Paulus menuntaskan penerapannya dengan mengatakan, Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. "Kuk perhambaan" adalah hukum Taurat. Secara kiasan, Hagar berada dalam perhambaan dengan anak-anaknya, "Yerusalem yang sekarang." Rasul itu sedang menggunakan Yerusalem lahiriah untuk melambangkan Israel, anak-anak Abraham menurut daging, yang berbeda dengan "Yerusalem sorgawi" (4:24-26). Pesan tegasnya adalah "Merdekalah!" Artinya, "Tetap merdeka!"
"Kuk" hukum Taurat telah diletakkan ke atas Israel oleh Musa di Gunung Sinai.
Berkenaan dengan orang-orang bukan Yahudi yang percaya kepada Kristus, hukum Taurat adalah sumber pertikaian. Perdebatan tentang perlunya orang-orang bukan Yahudi menaati hukum itu telah menyebabkan digelarnya sidang para rasul dan para penatua di Yerusalem. Itu adalah "kuk" yang, dalam bahasa Petrus, "tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri" (Kisah 15:10). Istilah "kuk" digunakan sebagai kiasan dalam ayat 1 dan Kisah 15:10. Penggunaan ini juga ditemukan dalam Perjanjian Lama dan dalam Yudaisme yang belakangan.
Kata Yunani untuk "kuk" adalah zugo֧ (zugos), suatu konsep harfiah tentang sebuah balok atau papan. Dalam LXX, kata itu sering kali menandakan kuk binatang beban ("kuk lembu"). Kata itu juga menandakan timbangan atau neraca di mana barang-barang ditimbang untuk menentukan harga wajar mereka (Ima. 19:36; Dan. 5:27).
Dalam pengertian kiasannya, zugos sering muncul untuk melambangkan perbudakan atau ketundukan yang terpaksa kepada penguasa (misalnya kekuatan asing seperti Mesir; Ima. 26:13). Ketika Salomo meninggal dan digantikan oleh Rehabeam, anaknya, sepuluh suku Israel di utara menuntut raja baru, "Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, maka sekarang ringankanlah pekerjaan yang sukar yang dibebankan ayahmu dan tanggungan yang berat yang dipikulkannya kepada kami, supaya kami menjadi hambamu" (1 Raja 12:4). Latar belakang permintaan ini berkaitan dengan pajak yang sangat tinggi dan kerja keras yang dibutuhkan untuk proyek-proyek bangunan besar Salomo (lihat 1 Sam. 8:10-18).
Gagasan tentang berada di bawah kuk jenis apa saja biasanya dianggap memiliki konotasi negatif. Dalam ayat 1, itu dimaksudkan agar terlihat sangat kontras dengan kemerdekaan yang Paulus sedang desak ke atas saudara-saudaranya di Galatia, yang imannya sedang ditumbangkan oleh guru-guru Yudaisme. Meski konsep kuk pada umumnya dikaitkan dengan kondisi perbudakan yang tidak diinginkan, namun dalam Kitab Suci hal itu tidak selalu benar. Misalnya, dalam konteks mencari Allah dan menantikan keselamatan-Nya, Yeremia menulis, "Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya. Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri kalau TUHAN membebankannya" (Rat. 3:27, 28).
Meski pengalaman langsung itu merupakan beban penderitaan, namun konteksnya menyiratkan bahwa bahkan penderitaan pun dapat menjadi berkat.1Dalam undangan Tuhan kepada pemuridan Kristen dalam Matius 11:28-30, sisi negatifnya tidak mudah terlihat. Ia berkata, Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.
Kuk yang harus dipikul oleh orang-orang yang Yesus undang memberi ketenangan dan kedamaian kepada mereka yang mau menerimanya. Di tempat lain, Yesus secara terus terang memperingatkan bahwa mengikut Dia akan melibatkan penderitaan dan penganiayaan.
Gambaran tentang kuk sering digunakan di kalangan orang Yahudi untuk mengikatkan diri sendiri kepada instruksi seorang rabi. Bahasa Yesus pasti telah didengar sebagai cara untuk membedakan pengajaran dan cara-Nya dari cara para rabi. Cara mereka keras dan berat. Cara Yesus mudah dan ringan. Paulus membuat pernyataan yang sama dalam 5:1. Kemerdekaan terdapat di dalam injil, namun kuk perhambaan datang bersama hukum Taurat. Paradoks injil adalah mengikatkan diri kepada kehendak Allah dan ke-Tuhanan Yesus adalah satu-satunya cara untuk menemukan kemerdekaan yang sungguh-sungguh. Ini adalah kebenaran yang sama yang diajarkan oleh Kristus dalam Matius 11:28-30.
Dalam buku apokrifa Sirach (Ecclesiasticus) ditemukan konsep yang nyaris mirip dengan kata-kata Yesus dalam Matius 11:28-30 yang mana hikmat (dipersonifikasikan sebagai perempuan) menyampaikan undangan yang mirip untuk datang, memikul kuknya, dan belajar dari dia:
Marilah ke sisiku, kamu yang tidak berpendidikan, dan menginaplah di rumah pengajaran; Berapa lamakah kamu akan kekurangan makanan hikmat, berapa lamakah kamu akan menahan rasa haus yang sedemikian kering? Aku membuka mulutku dan bicara tentang dia: dapatkanlah, tanpa biaya, hikmat untuk dirimu sendiri. Serahkanlah lehermu kepada kuknya, agar pikiranmu dapat menerima ajarannya.
Karena ia dekat dengan mereka yang mencari dia, dan orang yang sungguh-sungguh akan menemukan dia.2
Sering dikatakan bahwa undangan Yesus dalam Matius 11:28-30 dibentuk dalam undangan seorang rabi untuk masuk ke rumah-Nya dan menerima Dia sebagai Guru. Meski Yesus menugaskan murid-murid-Nya untuk jangan menerima gelar kehormatan semacam itu, meniru ambisi dan kemegahan sia-sia dari para ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Mat. 23:1-8), namun Yesus sendiri sering disebut sebagai "Rabi." Ia disebut "Guru" atau "Rabi" oleh Petrus (Mrk. 9:5; 11:21), Andreas dan murid lain dari Yohanes Pembaptis (Yoh. 1:38, 40), Natanael (Yoh. 1:49), Nikodemus (Yoh. 3:1, 2), dan oleh murid-murid-Nya pada umumnya (Yoh. 4:31; 9:2; 11:8). Ia disapa dengan cara yang sama oleh orang-orang Yahudi yang bukan dari antara murid-murid terdekat-Nya (Yoh. 6:24, 25). Yohanes Pembaptis juga disebut "Rabi" oleh murid-muridnya (Yoh. 3:25, 26). Tidak ada ketidakkonsistenan dalam Yesus menerima bentuk sapaan ini, karena Ia dipanggil oleh Allah untuk misi-Nya (Yoh. 3:17). Ia benar-benar "Guru."
Kata "Rabi," yang berasal dari istilah bahasa Ibrani,3secara benar diterjemahkan sebagai "tuanku." Kita dapat dengan mudah memahami mengapa Yesus ingin murid-murid-Nya—yang memiliki rencana ambisius mereka sendiri untuk kerajaan itu— berfungsi hanya sebagai saudara-saudara (Mat. 20:20-28; Yoh. 13:12-17). Yesus juga disebut sebagai "Rabuni," sebuah bentuk "Rabi" yang diintensifkan, yang secara harfiah berarti "Tuhanku" atau "Tuanku" (Mrk. 10:51; Yoh. 20:16). Yohanes 20:16 mendefinisian "Rabuni" sebagai "Guru." "Rabbi" sudah umum digunakan, tapi bentuk sapaan itulah yang membuat orang tergoda untuk menganggap diri mereka berbeda, meninggikan diri sendiri di atas orang lain.
Mengenai undangan "rabi" Yesus dalam Matius 11: 28-30, perlu dicatat bahwa rabi-rabi besar lebih daripada sekedar mengindoktrinasi murid-murid mereka (meski doktrin itu memang penting dan rinci). Meski rabi-rabi di zaman Yesus membuka sekolah di sinagoga-sinagoga dan di tempat lain, namun rabi-rabi yang hebat akan juga mengundang murid-murid mereka ke rumah mereka. Dengan cara ini, para siswa diizinkan untuk mengamati cara hidup orang yang berfungsi sebagai kepala rumah tangga, selain mendengar ajaran rabi. Para rabi memahami dengan baik kekuatan panutan bagi proses pemuridan. Kemungkinan Saul muda dari Tarsus adalah pengikut dari ajaran seperti itu di kaki Raban Gamaliel si Penatua (Kisah 22:3). ("Raban" adalah bahasa Aram untuk "guru kita," sebuah gelar yang bahkan lebih mulia daripada "Rabi.") Yesus memimpin dalam cara intim yang sama ini saat Ia hidup bersama murid-murid-Nya, seperti saat Ia melakukan Perjamuan Tuhan. Meski Ia sendiri tidak memiliki pendidikan rabi secara formal seperti (Yoh. 7:14, 15), wajar jika Ia akan menyesuaikan diri-Nya dengan cara pengajaran yang umum pada zaman-Nya.
Selain pelbagai pemikiran ini, tujuan dan maksud dari kiasan kuk harus juga dibahas. Dalam arti harfiahnya, kuk itu, yang diletakkan di atas leher binatang beban, adalah untuk membantu binatang itu mengerjakan suatu tugas. Tanpa kuk, binatang itu tidak dapat menarik bajak, garu, gerobak, atau apa saja. Penekanan dalam Matius 11:28-30 tampaknya terdapat pada perbedaan antara kuk "enak" dan beban "ringan" milik Yesus dibandingkan dengan "beban berat" para ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Mat. 23:1-4). Kuk yang enak adalah kuk yang menyenangkan yang berbeda dengan kuk hukum Taurat yang menindas, terutama yang ditafsirkan oleh para ahli-ahli agama pada masa itu. Kuk harfiah dapat berupa kayu tebangan yang kasar yang akan menggesek-gesek leher sapi sehingga menimbulkan rasa sakit, atau dapat juga dilengkapi dengan ban leher dari kulit yang empuk sehingga dapat mengurangi kekasarannya.
Mengenai kuk hukum Taurat, Karl Heinrich Rengstorf menulis bahwa ungkapan-ungkapan seperti "kuk perintah-perintah" dan "kuk Yang Kudus" "semuanya mengungkapkan gagasan pengabdian kepada kehendak Allah." Ia mengatakan bahwa kuk ini "tidak terasa sebagai beban,"tapi "suatu hak istimewa."4Namun begitu, gambaran ini pada dasarnya berkaitan dengan ucapan-ucapan para rabi. Gambaran itu tampaknya tidak mencerminkan bagaimana perasaan orang awam, itu juga bukan pandangan yang tentangnya Yesus sedang bicarakan. Pastinya itu bukan sikap terhadap hukum Taurat yang disampaikan oleh Paulus dalam konteks gereja Galatia, juga bukan pandangan Petrus dalam Kisah 15:10.
Tentu saja, sama seperti Yesus menggunakan kiasan kuk, konsep-konsep seperti pelayanan, tanggung jawab, kewajiban untuk mematuhi perintah-perintah, dan ketundukan kepada kehendak-Nya tidak dapat dihilangkan. Bagaimanapun, semua ini semata melekat dalam konsep sebuah kuk. Bagi orang yang tidak punya pengalaman tentang kuk yang kepadanya ia dipanggil, paradoks itu tetap ada. Menerima kuk Yesus membutuhkan langkah iman. Namun begitu, jika ia dapat mengatasi keragu-raguannya yang awal dan mengambil langkah ini, ia akan menemukan bahwa Yesus telah mengatakan kebenaran ketika ia menerima tantangan Tuhan untuk "belajar dari-Ku" (Mat. 11:29). Seiring imannya yang meningkat, ia memang akan menemukan ketenangan bagi jiwanya. Sebab kehidupan yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan penciptaan yang Mahakuasa telah menjamin juga (dengan kematian dan kebangkitan-Nya) hasil kehidup- an orang perccaya. Jadi, keyakinan kepada fakta ini akan membuat pikirannya tenang meski semua hantu kematian dan kehancuran yang sedang datang mendekat tampaknya mengancam masa depannya.
Apa yang membuat kuk Tuhan "enak" adalah kerelaan orang percaya untuk tunduk (Rom. 6:17) dan karunia Roh Kudus, yang menguatkan dia untuk hidup dalam bidang rohani (Gal. 5:16-18).
TFTWMS: Gal 5:2-6 - Hukum Taurat Versus Kristus Hukum Taurat Versus Kristus (Galatia 5:2-6)
2 Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak...
Hukum Taurat Versus Kristus (Galatia 5:2-6)
2 Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. 3 Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. 4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. 5 Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. 6 Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.
Masalah sunat adalah sangat penting. Masalah itu berhubungan langsung dengan hubungan orang Kristen dengan perjanjian lama dan baru. Karena alasan ini, Paulus bicara dengan keras menentang praktik orang-orang Kristen bukan Yahudi.
Ayat 2. Rasul itu dengan kuat menegaskan, Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. Ini bukan kali pertama "sunat"5(peritomh, peritomē) disebutkan dalam surat itu; Paulus memperkenalkan masalah itu dalam 2:3 tentang Titus, rekan kerjanya yang bukan orang Yahudi.
Alasan Paulus tidak dapat begitu saja mengabaikan pengikatan sunat kepada orang-orang Galatia yang bukan Yahudi adalah bahwa sunat adalah "tanda perjanjian" yang pertama antara Allah dan Abraham dan keturunannya (Kej. 17:10-13) dan kemudian dimasukkan ke dalam perjanjian lama di Gunung Sinai.6Begitu pentingnya sunat itu bagi orang Yahudi sehingga mereka berulang kali diacukan di dalam Perjanjian Baru sebagai "orang bersunat,"7sebutan yang membedakan mereka dari bangsa-bangsa lain yang disebut "tidak bersunat"8(Gal. 2:7-9).
Paulus memberitahu gereja di Galatia bahwa jika mereka melakukan sunat, "Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu." Ia mengajarkan bahwa siapa pun yang menerima sunat sebagai syarat untuk menjadi orang Kristen orang itu sedang kehilangan hubungannya dengan Kristus dan manfaat dari berada di dalam Kristus. Hubungan antara sunat dan perjanjian lama begitu kuat sehingga setiap orang yang menerima sunat mengakhiri hubungannya dengan Kristus itu sendiri. Ajaran ini menekankan bahwa kedua perjanjian itu tidak dapat dicampur atau bercampur aduk. Orang harus memilih antara hukum Taurat (atau prinsip memperoleh kebenaran seseorang) dan injil kasih karunia di dalam Yesus Kristus.
Ayat 3. Paulus ingin menghindari kemungkinan apa saja untuk disalahpahami, sehingga ia dengan tegas mengulangi dirinya sendiri: Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. Jenis pengulangan yang sama ini muncul dalam 1:9. Dalam kedua kasus tersebut, pengulangan tersebut menunjukkan bahwa pernyataan Paulus itu melibatkan hal yang penting.
Yesus berkata, "Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi" (Mat. 5:18). Kitab Suci Perjanjian Lama bersaksi tentang Kristus (Yoh. 5:39). Yesus memperingatkan orang-orang yang tidak mau datang kepada Dia namun berkeras untuk mengikut Musa, "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku" (Yoh. 5:45, 46).
Hukum Taurat—dengan semua kesaksian, tuntunan, ramalan, penghiburan, peringatan, kewajiban, dan kuasa penghukumannya—masih ada bersama kita sebagai acuan dan penjelasan tentang perjanjian lama. Namun begitu, syukur kepada Allah, orang Kristen yang hidup dalam Roh tidak berada di bawah hukum Taurat (Rom. 8:1-4). Pelajaran yang diajarkan kepada kita oleh "penuntun" (paidagwgo÷ß, paidagōgos) yang lama masih harus diingat; "Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun" (Gal. 3:25). Paulus telah meminta mereka yang ingin berada di bawah hukum Taurat untuk mendengarkan apa yang dikatakan hukum Taurat (4:21). Ia meringkas peran hukum Taurat melalui sebuah kiasan (4:22-30), dengan menyimpulkan bahwa orang Kristen bukan anak hukum Taurat (4:31). Di sini rasul Paulus menerapkan prinsip: Jika orang percaya berkeras bertindak seperti anak hukum Taurat, dengan menerima sunat sebagai persyaratan untuk keselamatan, ia akan kehilangan keselamatan itu sendiri yang Kristus telah sediakan untuk semua orang yang menerima Dia dengan kasih karunia melalui iman.
Perjanjian Lama itu sendiri bersaksi tentang datangnya perjanjian baru. Mungkin nas yang paling menonjol adalah Yeremia 31:31-34, di mana Allah berjanji bahwa "perjanjian baru" itu "bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka … sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." Paulus membuat klaim khusus tentang Allah yang telah membuat dia dan rasul-rasul lainnya "menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan" (2 Kor. 3:6). Musa dianggap sebagai pelayan atau pengantara perjanjian lama, yang tidak dapat memberikan pengampunan dan Roh Kudus. Ini adalah "pelayanan yang memimpin kepada kematian" dan "yang memimpin kepada penghukuman" (2 Kor. 3:7-9). Penulis Ibrani menulis, "Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa" (Ibr. 10:4).
Setelah mengutip nubuat Yeremia tentang perjanjian baru yang akan datang, penulis Surat Ibrani menyatakan bahwa Allah "menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang" dan menambahkan bahwa "apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya" (Ibr. 8:13). Perjanjian lama memberikan kesaksian atas kepergiannya sendiri, digantikan oleh kehendak Allah untuk umat-Nya, Israel rohani. Orang-orang ini tidak lain adalah anak-anak perjanjian baru dari kasih karunia dan pengampunan berdasarkan darah Yesus (Ibr. 10:9, 10). Apa yang penting bagi orang Kristen adalah sunat rohani, sunat hati (Rom. 2:28, 29), yang terjadi pada baptisan seseorang (Kol. 2:9-13). Dalam tindakan iman yang berserah diri ini, orang-orang yang bertobat menerima kasih karunia yang dianugerahkan oleh Allah melalui pengampunan-Nya atas dosa dan karunia berupa Roh-Nya yang menetap (Kisah 2:38; 22:16).
Ayat 4. Rasul Paulus memperingatkan gereja Galatia tentang pelbagai konsekuensi mengerikan bagi mereka yang mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat. Pertama, ia berkata, Kamu lepas dari Kristus. Para penerjemah telah berjuang keras untuk mencari cara terbaik dalam mengungkapkan kata kerja katarge÷w (katargeō). Meski Alkitab NASB menggunakan kata "lepas," terjemahan lainnya mencakup "melepaskan dirimu sendiri" (NRSV), "mengasingkan diri" (NIV), dan "mengucilkan" (NKJV). Pelbagai terjemahan ini memberi pengertian dasar kata itu, tapi memang membantu untuk mempertimbangkan arti kamusnya dan cara penggunaannya dalam berbagai konteks. Kamus Walter Bauer memiliki definisi ini:
- 1. menyebabkan sesuatu menjadi tidak produktif, menghabiskan, membuang, seperti pohon "menghabiskan" sumber daya tanah (Luk. 13:7);
- 2. menyebabkan sesuatu kehilangan kekuatannya atau keefektifannya, tidak berlaku, sebagaimana hukum Taurat tidak dapat "meniadakan" janji Allah kepada Abraham (Gal. 3:17);
- 3. menyebabkan sesuatu berhenti berwujud, lenyap, terhapus, tersisih, seperti Paulus "meninggalkan" cara kekanak-kanakan ketika ia mencapai kedewasaa (1 Kor. 13:11);
- 4. menyebabkan pelepasan seseorang dari suatu kewajiban (orang tidak ada lagi hubungannya dengan), atau (dalam bentuk pasif) dibebaskan. Seorang perempuan "dibebaskan" dari ikatan pernikahan saat suaminya meninggal dunia. Orang Kristen "telah dibebaskan" dari hukum Taurat (Rom. 7:2, 6).9
Sehubungan dengan gagasan "dibebaskan" dari hubungan dengan orang lain, Paulus menyatakan, "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah" (2:19). Ini tidak berarti bahwa Paulus tidak lagi berwujud saat ia berpaling kepada Kristus; sebaliknya, ia telah dibebaskan dari hubungan dengan hukum Taurat yang mengikat dan memperbudak yang selama ini telah mengendalikan sikapnya dan tindakannya. Dalam Alkitab, "kematian" tidak pernah menunjukkan berhentinya eksistensi; itu hanya menandakan berakhirnya suatu hubungan.
Bentuk perfect tense kata kerja "terlepas" dalam bahasa Yunani memberi pengertian keadaan keterpisahan, suatu kondisi di mana seseorang hilang sepenuhnya. Meski Alkitab NCV tidak memberikan terjemahan teks itu secara harfiah, namun teks itu menangkap esensi pesan Paulus dengan kata-kata ini: "Jika engka mencoba untuk dibuat benar dengan Allah melalui hukum Taurat, hidupmu dengan Kristus berakhir." Mengenai konsekuensi kedua, Paulus menyatakan, Engkau telah jatuh dari kasih karunia (NASB). "Jatuh" berasal dari kata kerja Yunani ejkpi÷ptw (ekpiptō), yang secara harfiah berarti "jatuh" dari suatu tempat.10Kata itu digunakan secara kiasan untuk perubahan dari kondisi yang menguntungkan kepada kondisi yang lebih buruk, yaitu, "kehilangan."11Rasul Paulus berkata bahwa siapa saja mencoba untuk membenarkan dirinya dengan hukum Taurat adalah dalam kondisi rugi, karena sudah "jatuh dari kasih karunia." Lagipula, keselamatan hanya dimungkinkan oleh kasih karunia.12
Orang yang menganut doktrin palsu tentang "sekali diselamatkan, selalu diselamatkan" (atau "kemustahilan murtad") mungkin berpendapat bahwa orang-orang semacam itu tidak pernah benar-benar diselamatkan. Namun begitu, orang tidak dapat jatuh dari kasih karunia jika ia tidak pernah berada dalam kasih karunia. Bahasa itu menunjukkan bahwa orang dapat diselamatkan dan lalu kehilangan keselamatannya.
Sebenarnya, banyak peringatan tentang bahaya kemurtadan ditujukan kepada orang-orang Kristen dalam Perjanjian Baru. Petrus menasihati para pembacanya, "Waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan [ekpiptō] peganganmu yang teguh" (2 Pet. 3:17). Yudas menulis tentang mereka yang "menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka," dan mengingatkan para pembacanya "bahwa memang Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari tanah Mesir, namun sekali lagi membinasakan mereka yang tidak percaya" (Yudas 4, 5). Ini adalah fakta bahwa seseorang dapat diselamatkan dan bahkan kemudian, setelah menjadi bagian dari Roh Kudus, kehilangan kasih karunia Allah sehingga menjadi "tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga [ia] bertobat" (Ibr. 6:4-6).
Ayat 5. Dalam membahas hukum Taurat, sunat, kebebasan, dan perbudakan, Paulus mengetengahkan masalah Roh Kudus. Kita menemukan beberapa acuan kepada Roh dalam dua pasal sebelumnya.13Ia mengatakan, Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Dalam teks Yunani, kata ganti orang "kita" (hJmei√ß, hēmeis) adalah tegas. Paulus sedang membedakan dirinya dan orang Kristen lainnya yang setia dengan orang-orang percaya yang mengharapkan untuk memperoleh kebenaran dengan mematuhi hukum Taurat. Ia mengatakan sesuatu seperti ini: "Karena kita, sebagai murid-murid yang setia, dengan tak sabar menantikan kebenar- an yang untuknya kita berharap melalui Roh untuk menerimanya atas dasar iman, bukan atas dasar hukum Taurat."
Ungkapan "melalui Roh" dan "dengan iman" muncul di awal kalimat itu dengan maksud untuk menekankan kedua hal itu. Ini menunjukkan bahwa kedua ungkapan tersebut terlihat sangat berbeda dengan lawan mereka dalam surat Galatia.14"Melalui Roh" dan "oleh iman" dikontraskan dengan "perbuatan daging" (yang dengannya usaha manusia dapat tercapai) dan "oleh karena melakukan hukum Taurat."15
Apakah yang dimaksud Paulus dengan ungkapan "melalui Roh"? Apakah ia sedang mengacu kepada kebenaran yang diberikan sebagai karunia Roh? Apakah ia sedang menyinggung kuasa Roh yang menetap, kuasa spiritual yang menghidupkan kehidupan orang Kristen? Ungkapan itu dapat mencakup kedua gagasan ini dan bahkan lebih. Tentu saja, Paulus mengesampingkan kebenaran apa saja atas dasar pencapaian manusia belaka. Lagi pula, ia telah berkata di tempat lain bahwa "karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya" (Flp. 2:13). Karena "kebenaran," "pengudusan," dan "penebusan" berasal dari Allah melalui Kristus, maka orang Kristen harus "bermegah dalam Tuhan" dan bukan dalam dirinya sendiri (1 Kor. 1:30, 31; NKJV).
Bagian akhir ayat 5 mengatakan bahwa orang Kristen yang setia "menantikan kebenaran yang kita harapkan." Kata kerja Yunani ajpekde÷comai (apekdechomai) berarti "menunggu dengan tidak sabar" (NIV; REB). Alkitab NCV mengatakan bahwa "kita menunggu dengan tidak sabar pengharapan ini." Ketika Paulus mengacu kepada "pengharapan itu," yang ia maksudkan bukan pengharapan dalam pengertiannya yang subyektif, pengharapan di dalam pikiran kita yang membangkitkan emosi kita. Sebaliknya, yang ia maksudkan adalah pengharapan dalam pengertian yang obyektif, hal yang diharapkan; ia sedang bicara tentang objek pengharapan kita—dalam kasus ini, "kebenaran" itu sendiri, kebenaran yang diwujudkan secara jelas.
Kita tidak harus menantikan pengharapan dalam pengertiannya yang subjektif, karena kita sedang mengalami pengharapan itu sekarang ini. Kita dapat mengklaim kebenaran yang diperhitungkan bahkan sekarang ini. Ini kita terima dengan iman kepada janji-janji Allah. Paulus menyurati gereja Roma, Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya (Rom. 8:29, 30).
Jelasnya, kita belum mampu melihat pemuliaan itu; tapi dalam pikiran Allah kita yang kekal, hal itu sudah menjadi kenyataan. Jika kita mempercayai Dia, meski kita tidak dapat melihatnya dengan mata alamiah kita, itu masih merupakan realitas tertinggi yang sangat kita nantikan "dengan iman." Kemuliaan masa depan kita sama pastinya dengan realitas yang diucapkan oleh Allah tentang pembenaran kita sekarang ini.
Ayat 6. Paulus memulai ayat ini dengan frasa di dalam Kristus Yesus (NASB). Dalam konteks surat Galatia, dan surat-surat Paulus lainnya, "di dalam Kristus" berarti "di bawah peraturan Kristus." Karena hukum Taurat sudah digantikan oleh injil kasih karunia melalui iman, pelbagai perbedaan yang berkaitan dengan hubungan perjanjian sebelumnya telah lenyap. Perbedaan dalam hal etnis dan status ekonomi tidak ada artinya di mata Allah (3:23-29). Dalam Efesus 1:3-14, ungkapan-ungkapan "di dalam Kristus," "di dalam Dia," dan "di dalam Dia, yang dikasihi-Nya" muncul berulang-ulang. Efesus 1:3 berkata bahwa Allah "dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga" dan Efesus 1:10 menyatakan bahwa Allah telah mempersatukan "di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi" (huruf miring ditambahkan). Makna Paulus adalah jelas. Semua berkat rohani terdapat "di dalam Kristus," di dalam tubuh-Nya, gereja (Efe. 1:22, 23).
Paulus menjelaskan bahwa "di dalam Kristus Yesus" hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti. "Tidak mempunyai sesuatu arti" berasal dari kata Yunani ijscu÷w (ischuō), yang merupakan istilah hukum yang bersifat teknis yang berarti "sah" atau "berlaku."16Alkitab NIV menerjemahkan kata itu sebagai "memiliki nilai apa saja." Paulus sedang mengatakan bahwa "sunat" dan "tidak bersunat" tidak ada artinya bagi orang-orang Galatia dalam kaitannya dengan bidang kehidupan rohani di dalam Kristus.
Dengan "sunat" dan "tidak disunat," yang Paulus maksudkan biasanya lebih daripada keterlibatan operasi pembedahan. Kedua kata itu sering digunakan untuk dua kategori orang yang dicirikan oleh pelaksanaan atau penghilangan ritual ini, yaitu orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Namun begitu, dalam konteks ini, ia sedang memikirkan ritual itu sendiri. Paulus tidak dapat mengabaikan masalah ini. Ia menolak praktik itu dalam kasus Titus (orang bukan Yahudi), "agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada[saudara-saudara itu]" (2:5). Bagi orang Kristen, sunat itu sendiri memiliki nilai netral. Ketika Paulus membawa Timotius (seorang Yahudi) ke dalam rombongannya, ia beranggapan bahwa sebaiknya ia menyunat dia—tetapi hanya sebagai konsesi kepada orang Yahudi yang ia sedang coba untuk menangkan bagi Kristus (Kisah 16:1-3). Pertimbangan penuh kasih dalam tindakan ini mencirikan inti injil. Sebaliknya, apa yang guru-guru Yudaisme sedang ajarkan adalah bahwa sunat adalah syarat untuk keselamatan. Inilah alasan Paulus menulis menyurati gereja Galatia. Meski sunat memang diwajibkan berdasarkan hukum Taurat, namun sunat tidak dapat lagi diajarkan sebagai syarat untuk keselamatan (5:1-4). Sunat milik dispensasi sebelumnya. Di zaman injil, sunat adalah hal asing bagi sifat kehidupan rohani di dalam Kristus.17
Alih-alih sunat, apa yang Allah minta dari orang Kristen adalah iman yang bekerja oleh kasih. Kata "iman" (pi÷stiß, pistis) memiliki berbagai makna tergantung pada konteks kata itu digunakan.
Itu bisa merupakan penerimaan intelektual atas sesuatu sebagai benar atau faktual, apakah objek penerimaan seperti itu diinginkan (seperti halnya iman orang Kristen yang penuh harapan; Ibr. 11:1) atau tidak diinginkan (seperti iman roh-roh jahat yang gemetar ketakutan; Yak. 2:19). Kedua contoh ini menggambarkan keyakinan yang subjektif.
"Iman" dapat mengacu kepada iman yang sedemikian (atau, secara dapat dipertukarkan, kesetiaan) seperti yang terlibat dalam ungkapan bahasa Yunani seperti pi÷stiß Cristou√ (pistis Christou). Bergantung pada konteksnya, ungkapan ini dapat berarti "kesetiaan Kristus" atau "iman kepada Kristus" dari sisi orang percaya (lihat 2:16; 3:22; Rom. 3:26).
Kata itu kadang-kadang mengacu kepada "iman," yaitu, isi dari apa yang orang Kristen percayai. Dalam penggunaan ini, "iman" adalah wahyu dari semua yang tercakup di dalam pesan injil yang menyelamatkan. Itu berarti injil itu sendiri, seperti dalam nasihat Yudas kepada kita untuk "tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yudas 3).18
Dalam 5:6, "iman" adalah kualitas subyektif dari kepercayaan atau keyakinan orang percaya. Meski melibatkan unsur pengharapan (seperti dalam Ibr. 11:1), kecuali itu menghasilkan tindakan, iman itu tidak akan banyak gunanya untuk zaman sekarang atau untuk dunia yang akan datang. Iman itu harus menjadi iman yang "bekerja," "yang mengekspresikan dirinya melalui kasih" (NIV). "Bekerja" berasal dari kata Yunani enjerge÷w (energeō), yang terkait tidak hanya secara etimologis tetapi juga secara konsep- tual kepada istilah bahasa Inggris "energy (tenaga)" dan "energize (memberi energi)." Bahasa itu mengingatkan kepada pernyataan Yakobus bahwa "iman tanpa perbuatan adalah mati" (Yak. 2:26). Ia memperingatkan, "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri" (Yak. 1:22). Pelbagai kebajikan dalam 2 Petrus 1:5-11 disajikan sebagai serangkaian kualitas pertumbuhan dan perkembangan rohani yang merentang dari tahapan yang paling mendasar sampai tahapan yang paling matang.
Iman Kristen harus terus-menerus aktif. Apa yang penting di hadapan Allah adalah "iman yang bekerja oleh kasih." Yesus sangat jelas mengenai fakta bahwa kasih dan ketaatan kepada perintah-perintah-Nya pastinya tidak dapat dipisahkan (Yoh. 14:15-24; 15:10-17). Banyak motif untuk berbuat baik dapat membatalkan nilainya bagi pelakunya. Semangat bersaing, keinginan untuk kemegahan diri, upaya untuk pembenaran diri, atau keinginan untuk menyusahkan seseorang (Flp. 1:15-18) tidak akan menghasilkan kebaikan yang bernilai bagi pelakunya. Kebenaran ini jelas digambarkan oleh Paulus, yang menyatakan, "Dan sekalipun aku … menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku" (1 Kor. 13:3).
Dengan frasa "iman yang bekerja oleh kasih," yang Paulus maksudkan adalah iman yang memotivasi atau memampukan seseorang untuk melakukan perbuatan yang penuh kasih. Karena perbuatan seperti itu mengungkapkan iman, maka jelas terlihat bahwa rasul itu sedang mengacu kepada jenis kasih yang dikenal sebagai ajga÷ph (agapē). Ini adalah kekuatan pendorong yang berasal dari iman Kristen dan menghasilkan cara hidup yang saleh. Kita telah belajar untuk mengasihi dari Allah, yang telah mengungkapkan kasih-Nya yang besar bagi umat manusia dan menyentuh hati kita dengan menunjukkan kepada kita manifestasi kasih yang paling tinggi di salib Golgota. Ia telah mengajar kita dan memampukan kita untuk mengasihi. Yohanes menulis, "Dengan ini kita mengenal kasih, seba Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Dan kitapun sepatutnya menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita" (1 Yoh. 3:16; NKJV). Ia juga menulis kata-kata ini: "Dalam hal ini adalah kasih, bukan bahwa kita mengasihi Allah,tetapi bahwa Dia mengasihi kita dan mengutus Anak-Nya untuk menjadi pendamaian bagi dosa-dosa kita"(1 Yoh. 4:10); "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (1 Yoh. 4:19). Semua nas ini menggunakan kata benda agapē dan/atau kata kerja ajgapa÷w (agapaō) yang berkaitan. Konsep dasar dari kedua kata itu adalah tentang tindakan dermawan atas nama orang yang kepada siapa tindakan itu diarahkan.
TFTWMS: Gal 5:7-9 - Kesalahan Gereja Galatia Kesalahan Gereja Galatia (Galatia 5:7-9)
7 Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebe...
Kesalahan Gereja Galatia (Galatia 5:7-9)
7 Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi? 8 Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang memanggil kamu.
Karena orang Kristen Yahudi telah dibebaskan dari beban hukum lama, maka Paulus mendesak para pembacanya untuk tidak membiarkan diri mereka diikat oleh hukum lama itu.
Ayat 7. Pernyataan dahulu kamu berlomba dengan baik adalah komentari Paulus di awal perlombaan rohani umat Kristen Galatia (lihat 4:9, 15). Ia sering menggunakan metafora atletik untuk memotivasi orang-orang Kristen untuk memiliki kesetiaan dan daya tahan. Ia sangat menyadari adanya kecintaan kepada pelbagai perlombaan besar olahraga yang menjadi ciri budaya Yunani. Empat Permainan besar Panhelenik diselenggarakan secara teratur di Olympia, Delphi, Isthmia, dan Nemea. Selain itu, Panathenaea tahunan yang terkenal di Atena dan pelbagai festival lokal lainnya di seluruh Yunani merupakan unsur-unsur penting kebudayaan Yunani.
Pelbagai peristiwa tersebut mungkin saja telah memberi Paulus kesempatan untuk membiayai dirinya sendiri secara finansial. Selama tinggalnya di Korintus pada perjalanan misi yang kedua, ia menemukan pekerjaan sebagai pekerja kulit,19mungkin pembuat tenda (skhnopoio÷ß, skēnopoios; Kisah 18:1-3). Produknya mungkin dijual kepada orang-orang yang datang sebagai peserta dan penonton Pertandingan Isthmia yang terletak di dekat situ, di mana Korintus adalah penyelenggaranya. Selagi menjajakan jualannya di sana, kemungkinan besar di pasar, Paulus tentu akan sudah mendengar banyak pembicaraan tentang perlombaan itu. Bahkan juga memungkinkan bahwa ia sendiri ikut menonton perlombaan-perlombaan itu. Bagaimanapun, ia menggunakan metafora yang berasal dari permainan-permainan itu, seperti yang ditemukan dalam 1 Korintus 9:24-27: "turut berlari," "hadiah," "mengambil bagian dalam pertandingan," "mahkota [kemenangan]," "memukul," "aku melatih tubuhku," dan "ditolak."20
Dalam surat-surat itu, Paulus menggunakan berbagai bentuk kata "berlari" (tre÷cw, trechō) dalam arti kiasan sebanyak sepuluh kali; dan sembilan darinya menggambarkan orang Kristen sebagai pesaing dalam pertandingan atletik.21Kata itu muncul di awal surat ini, di mana Paulus memberikan gambaran singkat otobiografinya dalam acuan kepada kunjungannya ke Jerusalem. Di sana ia telah menyerahkan injil yang ia beritakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi kepada beberapa pemimpin gereja. Ia menulis, "Dalam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpandang—,supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha" (2:2).
Ungkapan "berlomba dengan baik" di 5:7 mengacu kepada masa lalu yang belum lama dari gereja-gereja Galatia itu. Paulus sedang membedakan hal ini dengan situasi mereka saat itu dan pelbagai akibat mengerikan yang akan timbul jika gereja Galatia itu melanjutkan langkah mereka waktu itu. Mereka akan "lepas dari Kristus" (5:4).
Paulus menanya gereja Galatia, Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi? Dengan membertimbangkan keterangan waktu kata kerjanya, terjemahan yang lebih harfiah dari pertanyaan itu akan berupa "Siapakah yang sudah menahan kamu untuk melanjutkan menaati kebenaran?" Alkitab NIV mempertahankan hubungan dengan metafora seorang pelari dalam pertandingan.
Dengan memainkan arti etimologis kata kerja "menghalang-halangi" (ejgko÷ptw, enkoptō), Alkitab itu menerjemahkan pertanyaan itu sebagai "Siapa yang mengganggu kamu untuk menjauhkan kamu dari menaati kebenaran?" (huruf miring ditambahkan). Ini memunculkan gambaran tentang seorang pelari yang berlari sangat dekat dengan pelari lain sehingga hal itu menyebabkan ia tersandung atau ke luar lintasan, menggagalkan dia untuk melanjutkan perlombaan.
Gagasan tentang pelari yang keluar lintasan atau keluar jalurnya dalam perlombaan zaman dulu adalah sama relevannya dengan zaman kini. Penerapan rohaninya terhadap apa yang gereja Galatia sedang izinkan untuk terjadi terhadap mereka adalah sangat pas. Maksud Paulus adalah jelas: Siapa saja yang telah memulai hidup barunya dari kemerdekaan di dalam Kristus dan kemudian membolehkan dirinya dibelenggu dengan aturan-aturan hukum Musa adalah orang yang sedang mendiskualifikasikan dirinya dari perlombaan yang untuk itu orang Kristen dipanggil untuk mengikutinya. Dalam bahasa metafora lain yang digunakan dalam ayat-ayat pembukaan pasal ini, penganut Taurat telah terjerat dalam "kuk perhambaan" dan "ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat" (5:1, 3). Ia, pada kenyataannya, telah "lepas dari Kristus" dan "jatuh dari kasih karunia" (5:4; NASB).
Mengenai "siapa" yang telah menahan mereka untuk melanjutkan langkah ketaatan mereka, pertanyaannya hanya bersifat retoris. Dalam terang konteks itu, Paulus pasti sedang bicara tentang guru-guru Yudaisme. Mereka telah membujuk umat Kristen di Galatia bahwa ketaatan kepada injil tidak cukup—bahwa mereka juga harus menaati persyaratan tertentu dari hukum Musa untuk dapat dibenarkan di hadapan Allah.
Komentar Paulus mengenai "kebenaran" itu (ajlh÷qeia, alētheia) menyiratkan perbedaan yang tajam antara hukum Taurat dan injil sebagai dasar iman dan praktik orang Kristen. Oleh karena itu, "kebenaran itu" berfungsi sebagai sinonim untuk "injil" dalam konteks ini. Apa saja yang diucapkan oleh Allah adalah benar; Firman-Nya adalah kebenaran, terlepas dari dispensasi mana firman itu telah diucapkan (Yoh. 17:17). Namun begitu, Perjanjian Barulah yang harus dimintai nasihat jika kita ingin memahami peran dan tujuan tepat hukum Taurat sekarang ini (1 Tim. 1:6-11), dan di sini perbedaan antara hukum Taurat dan injil ( "kebenaran itu") tidak dapat lebih jelas lagi.
Seperti Yohanes, penulis Catatan Injil yang keempat, nyatakan, "Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang22oleh Yesus Kristus" (Yoh. 1:17). Yohanes menarik perbedaan yang tajam antara dua perjanjian itu. Implikasinya adalah bahwa, sesuatu yang baru—sesuatu yang tidak ada di bumi sebelumnya—telah datang ke dalam dunia bersama Yesus Kristus. Yesus telah membawa apa yang Yohanes kenali sebagai "penuh kasih karunia dan kebenaran" (Yoh. 1:14). Ini sangat berbeda dengan hukum Musa yang diberikan di Gunung Sinai.
Hukum Taurat, menurut penjelasan penulis Ibrani, berisi "bayangan saja dari keselamatan yang akan datang" (Ibr. 10:1). Mengenai berbagai aspek hukum Taurat, Paulus juga menyatakan, "Semuanya ini adalah bayangan dari hal-hal yang harus datang; wujudnya, bagaimanapun, terdapat di dalam Kristus" (Kol. 2:17; NIV). Gambaran ini dimaksudkan untuk menyampaikan gagasan bahwa benda materi yang solid, dengan adanya cahaya terang, memberikan bayangan pada dinding atau tanah. Bayangan itu bukan materi, sangat halus, tidak memiliki massa atau substansi yang nyata. Namun begitu, karena hal itu sesuai dengan bentuk objek yang dibicarakan, bayangan itu mungkin dapat memberikan petunjuk tertentu mengenai bentuk objek itu.
Dalam cara yang sama, hukum Taurat meramalkan, bahkan jika kadang-kadang tak jelas, banyak aspek penting dari pelbagai realitas spiritual yang adalah injil Kristus. Sebagai contoh, bait suci adalah bayangan dari bait suci yang sebenarnya (nyata), dalam kaitannya dengan gereja dan orang Kristen yang di dalam mana Roh Allah menetap (1 Kor. 3:16, 17; 6:19, 20). Batu-batu bait suci meramalkan batu-batu hidup yang membentuk rumah rohani Allah (1 Pet. 2:4, 5). Pada zaman hukum Taurat, ular tembaga dibentuk untuk menyembuhkan (dengan iman) gigitan beracun dari ular tedung sewaktu pengembaraan di padang gurun. Objek itu meramalkan Kristus yang disalibkan yang (juga dengan iman) menyembuhkan orang percaya dari luka mematikan oleh sengat Iblis dan memberikan hidup yang kekal (Yoh. 3:14, 15). Domba korban adalah bayangan "Anak Domba Allah" yang sebenarnya (nyata) (Yoh. 1:29). Terlepas dari semua kesaksian yang berharga terhadap injil, hukum Taurat tidak pernah dimaksudkan untuk memberi manusia jalan keselamatan dan pengampunan dosa yang sempurna (Yoh. 5:39, 40).
Ayat 8. Ajakan ini, kata Paulus, tidak datang dari Dia, yang memanggil kamu (NASB). "Ajakan" yang dimaksud sepertinya adalah keyakinan yang sepele bahwa saudara-saudara ini perlu menerima sunat dan melaksanakan syarat tertentu dari hukum Taurat agar diterima Allah (Kisah 15:1, 5). Bagaimanapun, perbuatan mereka itu seolah-olah tidak menolak Kristus—tidak juga guru-guru Yudaisme itu, dalam hal ini. Namun begitu, orang-orang Kristen Galatia itu telah diyakinkan bahwa iman baru yang melalui itu mereka telah memperoleh keselamatan mereka adalah tidak dimaksudkan untuk menggantikan agama kuno orang Yahudi.
Mungkin orang-orang Galatia itu tidak seperti orang-orang Atena, yang mencoba untuk "selamat" dengan menghormati setiap dewa. Dalam konteks pagan mereka, mereka telah mendirikan objek-objek ibadah dan mezbah-mezbah untuk para ilah yang tak terhitung jumlahnya. Karena takut menghilangkan salah satu ilah yang mungkin penting atau pendendam, mereka bahkan membangun mezbah-mezbah untuk "allah yang tidak dikenal." Paulus telah melihat satu mezbah seperti itu ketika ia sedang berjalan-jalan di kota itu (Kisah 17:23). Namun, ia mengatakan bahwa "ajakan ini" bahwa hukum Taurat harus ditaati selain injil adalah bukan dari Allah. Itu, pada kenyataannya, adalah dari Iblis. Orang-orang Kristen penganut hukum Taurat ini tidak sedang membuat diri mereka "selamat"; mereka malah sedang mempertaruhkan nasib kekal mereka (lihat Gal. 1:6-9; 3:10; 5:2-4).
Ayat 9. Rasul Paulus memperingatkan, Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh [gumpalan] adonan. Kata-kata "adonan" telah ditambahkan oleh para penerjemah NASB untuk membuat pernyataan ini lebih bermakna bagi para pembaca modern, yang mungkin tidak pernah memanggang roti atau menguleni "ragi"(zu÷mh, zumē) ke dalam adonan. Kata Yunani untuk "gumpalan" (fu÷rama, phurama) sebenarnya dapat mengacu kepada "bahan apa saja yang dicampur dengan air dan diuleni."23Ketika kata itu digunakan untuk "gumpalan" tanah liat dalam Roma 9:21, semua kemunculan lain kata itu di dalam Perjanjian Baru melibatkan adonan.24
Paulus menggunakan metafora yang sama dalam 1 Korintus 5:6, dengan mengacu kepada toleransi jahat oleh gereja itu atas kasus terkenal tentang percabulan (pornei÷a, porneia, "percabulan"). Korintus adalah kota yang sangat jahat, seperti kebanyakan kota-kota pelabuhan di zaman kita. Hal itu terbukti dari 1 Korintus 5:1, 2, 6 bahwa gereja itu tidak terganggu oleh dosa seperti itu di tengah-tengah mereka dan faktanya malah bangga dan bermegah akan hal itu. Tampaknya, mereka menalar bahwa kasih karunia Allah begitu besar sehingga itu akan terus menutupi dosa-dosa yang tetap dilakukan seperti itu. Rasul Paulus memerintahkan mereka, baik untuk kepentingan orang berdosa itu sendiri dan untuk kelangsungan integritas rohani jemaat itu, "orang itu harus [mereka] serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan"(1 Kor 5:5). Dengan cara ini, ia bermaksud untuk mengeluarkan orang itu dari persekutuan mereka dengan tujuan untuk mempengaruhi pertobatannya dan untuk mencegah jemaat agar tidak menyimpulkan bahwa perilaku mesum seperti itu tidak apa-apa.
Gambaran tentang ragi sebagai pengaruh negatif atau destruktif hadir di dalam Alkitab sedini Keluaran 12:14-20.25Itu merupakan pepatah di dalam literatur sekuler dan juga dalam penggunaan rabi Yahudi. Dalam Galatia 5:9, "ragi" itu juga digambarkan sebagai pengaruh yang merusak. Itu mengacu kepada ajaran yang salah dari guru-guru Yudaisme, yang menyelewengkan injil Kristus (1:7) dengan mengikatkan ajaran-ajaran hukum Taurat kepada gereja-gereja Galatia. Hal itu tidak hanya menjadi ancaman bagi mereka, tetapi juga menjadi ancaman bagi gereja-gereja di segala zaman dan di setiap tempat di mana kesalahan ini diajarkan.
TFTWMS: Gal 5:10-12 - Respons Rasul Paulus Respons Rasul Paulus (Galatia 5:10-12)
10 Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu tidak mempunyai pendirian lain dari pada pendirian ini. Teta...
Respons Rasul Paulus (Galatia 5:10-12)
10 Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu tidak mempunyai pendirian lain dari pada pendirian ini. Tetapi barangsiapa yang mengacaukan kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapapun juga dia. 11 Dan lagi aku ini, saudara- saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi. 12Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya!
Ayat 10. Menyusul nasib suram yang Paulus ungkapkan bagi gereja Galatia kecuali mereka meninggalkan jalan mereka yang memberontak, ayat 10 muncul sebagai kelegaan yang menyegarkan. Paulus menguatkan mereka dengan mengatakan, Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu tidak mempunyai pendirian lain dari pada pendirian ini. Paulus belum menyerah terhadap mereka tetapi masih memiliki keyakinan bahwa mereka akan bertobat dan kembali kepada kasih awal mereka. Meski begitu, kepercayaan diri rasul itu adalah "dalam Tuhan." Dengan mengingat sikap plin-plan yang terkenal dari gereja Galatia itu, hal ini sungguh dapat dimengerti.
Paulus tahu bahwa kesalahan besar itu tidak sepenuhnya kesalahan mereka tetapi kesalahan guru-guru Yudaisme itu. Terbelah di antara kecemasannya yang penuh gairah di satu sisi dan imannya kepada Tuhannya di sisi lain, yang terakhir menang dan menggerakkan dia untuk mengekspresikan keyakinannya kepada mereka. Ia percaya bahwa mereka dapat dibujuk untuk kembali tidak hanya kepada kasih mereka sebelumnya untuk dia tetapi juga kepada keyakinan mereka sebelumnya tentang kebenaran injil.
Meski ungkapan keyakinan oleh Paulus ini bersifat diplomatis dan secara psikologis bijaksana, namun itu tampaknya mewakili lebih banyak lagi. Keyakinannya itu tidak hanya dihitung sebagai sarana untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan, melainkan suatu cerminan dari spiritualitas dan integritas yang mendalam yang mencirikan rasul besar ini. Adalah kemenangan dari iman dan kasih itu yang terus-menerus memotivasi dan mengendalikan hidupnya.
Pada saat ini, Paulus melesakkan/memalu baji di antara saudara-saudaranya yang kekasih ini yang ia telah lahirkan ke dalam Kristus (4:19) dan orang-orang yang telah menuntun mereka ke dalam kesalahan yang sangat fatal: Tetapi barangsiapa yang mengacaukan kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapapun juga dia. Secara hati-hati, di sini Paulus tidak menyebut nama. Sebaliknya, ia menangani secara anonim orang-orang yang berusaha merongrong otoritasnya dan yang mau menjauhkan anak-anak rohaninya dari dia untuk menjadikan mereka pengikut orang-orang itu sendiri. Kemarahannya, yang juga terlihat dalam pasal-pasal sebelumnya dari surat itu, dapat sepenuhnya dimengerti. Ayah pengasih manakah, ketika melihat seseorang mencoba untuk menyakiti anak-anaknya atau mengasingkan mereka dari dia, tidak akan bereaksi dengan marah dan mencoba untuk melindungi anak-anaknya?
Ayat 11. Rasul Paulus bertanya, Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Mengapakah ia melontarkan pertanyaan yang tiba-tiba ini? Lawan-lawannya mungkin telah membuat tuduhan palsu bahwa ia masih memberitakan sunat untuk menyiratkan bahwa ia tidak konsisten dalam apa yang ia ajarkan dan apa yang ia praktikkan. Menurut Kenneth L. Boles, "Kata 'jika' (ei) sering digunakan ketika si pembicara tidak menerima pernyataan itu sebagai faktual, tetapi mengakui bahwa orang lain menganggap hal itu telah terjadi (seperti ketika Yesus berkata, 'Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul... ')."26
Dengan frasa "jikalau aku masih memberitakan sunat," Paulus mengakui bahwa ia sebelumnya pernah memberitakan sunat. Bahkan, sebagai orang Farisi dan mantan siswa rabi (Kisah 22:3; 23:6; 26:5), ia pernah siap menangkapi dan mendukung kematian setiap "kesesatan" apa saja yang tidak setia kepada iman ortodoks nenek moyangnya (Kisah 9:1, 2; 26:10). Andaikan ia terus memberitakan perlunya ritual ini, orang-orang Yahudi yang tidak percaya itu tidak akan sudah memiliki alasan untuk menganiaya dirinya. Selanjutnya, orang-orang percaya Yahudi itu tidak akan sudah memiliki alasan untuk menentang dia.27Begitu juga, guru-guru Yudaisme itu tidak akan sudah menganggap perlu untuk merusak pekerjaannya di Galatia atau di mana saja.
Paulus tidak sedang memberitakan sunat. Faktanya, memberitakan sunat adalah sesuatu yang secara mutlak tidak akan ia dukung di gereja-gereja yang ia dirikan (lihat 2:3; Kisah 15:1, 2). Sunat masalah yang sangat penting sehingga mencetuskan digelarnya sidang para rasul dan para penatua di Yerusalem. Jika ia benar-benar masih memberitakan sunat, maka mengapa ia masih dianiaya? Bagi pertanyaan ini tidak akan ada jawaban yang masuk akal. Jika surat ini ditulis sesaat sebelum sidang Yerusalem, maka hanya perjalanan misi pertama Paulus yang sudah ia lakukan. Selama waktu ini, ia dan Barnabas mengalami penganiayaan yang sengit (Kisah 13:50; 14:5, 6); ia bahkan pernah sekali dilempari batu dan dibiarkan sekarat (Kisah 14:19). Penganiayaan yang jauh lebih banyak masih menanti dia.
Jika ia benar-benar masih memberitakan sunat, Paulus berkata, kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi. Alkitab NRSV menerjemahkan, "Dalam hal itu kehinaan salib telah dihapus."28Rasul itu tampaknya sedang menyajikan pesan tentang sunat (hukum Taurat) dan pesan tentang salib (injil) sebagai masing-masing bersifat eksklusif. Alkitab NLT mengatakan, "Jika aku tidak lagi memberitakan keselamatan melalui salib Kristus, maka tidak ada orang yang akan tersinggung."
Konsep "batu sandungan" (atau "kehinaan") sudah berakar kuat di dalam Alkitab. Konsep itu berasal dari kata benda Yunani ska÷ndalon (skandalon) dan kata kerja skandali÷zw (skandalizō) yang berkaitan, yang darinya kata-kata bahasa Indonesia "skandal" dan "menjadi skandal" berasal. Istilah-istilah ini mengandung gagasan menyandung seseorang, menyebabkan ia jatuh. Istilah skandalon kadang-kadang digunakan dalam Alkitab LXX untuk menerjemahkan kata Ibrani lovk=m! (mikshol), yang juga berarti "batu sandungan."29Sebagai contoh, kata itu digunakan dalam Imamat 19:14, di mana Allah memerintahkan orang Israel untuk "di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan," dan dalam Mazmur 119:165, yang mengatakan bahwa "pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka."
Dalam 5:11, "batu sandungan" yang dibicarakan adalah "salib" Kristus. Paulus belakangan menyurati gereja Korintus, Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.… Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan (1 Kor. 1:18-23; huruf miring ditambahkan).
Nas ini menunjukkan bahwa baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi tidak dapat memahami bagaimana penjahat yang dihukum dan dieksekusi secara resmi akan dapat menyelamatkan manusia. Kebanyakan orang menganggap gagasan ini sebagai menggelikan. Pemberitaan tentang salib juga mencakup kebangkitan tubuh, yang sangat konyol bagi orang-orang Yunani. Hal ini terlihat dari reaksi para filsuf Atena yang mendengar Paulus berkhotbah di Areopagus (Kisah 17:32). Mungkin, setiap orang Yunani yang berpendidikan akan tiba pada kesimpulan yang sama. Orang Yahudi tahu pernyataan Musa dalam Ulangan 21:23, yang dikutip oleh Paulus dalam Galatia 3:13: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"30Betapa suatu "batu sandungan"! Tidak mengherankan bahwa orang-orang Yahudi tersandung pemberitaan tentang salib.
Ayat 12. Dengan menggunakan bahasa yang tegas, Paulus berkata tentang guru-guru Yudaisme itu, Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya! Kata Yunani untuk "mengebirikan" adalah ajpoko÷ptw (apokoptō), yang secara harfiah berarti "memotong" atau "mengerat." Bagaimanakah kata ini seharusnya dipahami?
Dalam Perjanjian Lama, istilah "memotong" sering mengacu kepada orang yang dipisahkan dari manusia atau dari dunia orang hidup, yang menandakan hukuman mati. Itu dapat menggambarkan kehancuran sebuah kota atau bahkan seluruh kaum. Namun begitu, sebuah kata Yunani yang sepenuhnya berbeda digunakan untuk kata ini dalam LXX (ajpo÷llumi, apollumi, atau ajpollu÷w, apolluō). Kata yang Paulus gunakan dalam 5:12 (apokoptō) adalah relatif jarang digunakan dalam LXX. Ketika kata itu muncul, itu sering berkonotasi pemotongan bagian tubuh, seperti ibu jari, jempol kaki, atau tangan (Ula. 25:12; Hakim 1:6, 7). Satu kali kata itu digunakan untuk memotong pakaian laki-laki guna mempermalukan dia (2 Sam. 10:4, 5), dan satu kali kata itu mengacu kepada pekerjaan petani pohon anggur yang memangkas pohon anggurnya (Yes. 18:5). Kemunculan paling relevan kata ini dalam LXX untuk memahami maknanya di sini adalah Ulangan 23:1, di mana kata itu mengacu kepada laki-laki yang menjadi kasim.31
Dalam terang latar belakang ini, jelas terlihat bahwa Paulus tidak sedang bicara secara kiasan tapi ia benar-benar ingin guru-guru Yudaisme itu "mengebiri diri mereka." Bahasa ini mirip dengan apa yang ia tulis tentang guru-guru Yudaisme dalam Filipi 3:2, 3 "Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, karena kitalah orang-orang bersunat [sejati], yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah" (penekanan ditambahkan). Meski kata "sejati" tidak terdapat dalam teks aslinya, terjemahan ini patut dipuji dan tidak ofensif, sebab menangkap dengan sangat baik permainan kata dalam teks Yunani.32Kata yang diterjemahkan "penyunat-penyunat palsu" (katatomh÷, katatomē) secara lebih harfiahnya berarti "mutilasi" ("potong"), sementara kata yang diterjemahkan "penyunat-penyunat sejati" (peritomh÷, peritomē) secara harfiah berarti "sunat" ("memotong keliling").
Meski para pembaca modern mungkin saja menemukan ayat-ayat ini tidak menyenangkan, namun bahasa itu dengan sangat jelas mengungkapkan kebencian mendalam Paulus terhadap orang-orang yang tidak hanya akan memutilasi daging saudara-saudara nya yang bukan Yahudi dengan menuntut mereka disunat, tetapi juga akan melakukan hal yang jauh lebih buruk dengan memutilasi injil yang murni (lihat 1:6, 7). Dengan mengingat konsekuensi serius dari tindakan guru-guru Yudaisme itu, Paulus secara tegas memutuskan bahwa sudah bukan waktunya lagi untuk bersikap manis, melainkan harus mengejutkan para pembacanya dengan dampak penuh dari kebenaran itu.
TFTWMS: Gal 5:13-15 - Dipanggil Untuk Merdeka "Dipanggil Untuk Merdeka" (Galatia 5:13-15)
13 Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu memperguna...
"Dipanggil Untuk Merdeka" (Galatia 5:13-15)
13 Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. 14 Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" 15 Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.
Ayat 13. Paulus menulis, Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Kata sambung "untuk" (ga÷r, gar) memperkenalkan alasan untuk apa yang ia katakan dalam ayat sebelumnya. Di sana ia mengharapkan adanya kutukan ke atas guru-guru Yahudi yang berusaha menjauhkan gereja Galatia dari kemerdekaan yang baru mereka temukan di dalam Kristus ke dalam perhambaan di bawah hukum Taurat.
Tema "kemerdekaan" sesuai dengan alegori tentang dua perjanjian dalam pasal 4. Dalam teks itu, Hagar, gadis budak, melambangkan perjanjian Sinai (hukum Taurat), sedangkan Sara merupakan perjanjian sorgawi (injil). Berbicara tentang perjanjian sorgawi, Paulus berkata, "Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita"(4:26). Ia menyimpulkan, digunakan dua kali dalam jarak yang sangat dekat. Itu memiliki dua prefiks yang berbeda, kata (kata, "bawah" atau "lawan") dan peri (peri, "keliling"). Istilah-istilah ini digunakan dalam kaitannya dengan organ laki-laki.
Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka; Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan (4:31; 5:1).
Jelas terlihat dari keseluruhan pasal 4 dan 5 bahwa ini adalah pembebasan dari hukum Taurat. Guru-guru Yudaisme itu tidak punya hak untuk mengikatkan hukum Taurat kepada gereja-gereja di Galatia atau kepada jemaat-jemaat lain dari umat Allah.
Paulus menegaskan bahwa gereja Galatia telah "dipanggil" untuk merdeka. Oleh karena itu, mereka harus tetap merdeka. Budak kadang-kadang memiliki pilihan untuk bebas (Kel. 21:1-6; 1 Kor. 7:21-23). Selama masa pemerintahan Augustus, begitu banyak budak dibebaskan sehingga ia merasa perlu membuat aturan untuk mengekang kecenderungan ini di dalam kerajaan itu.
Orang-orang di dunia kuno menjadi budak dalam banyak cara: (1) melalui penangkapan dalam perang; (2) melalui penculikan atau pembajakan; (3) melalui pembelian, terutama untuk budak yang memiliki bakat atau kemampuan khusus; dan (4) oleh karena ditinggalkan (ditelantarkan) sewaktu bayi dan kemudian diambil dan dipelihara sebagai budak rumah tangga. (5) Anak-anak yang lahir dari budak perempuan secara otomatis menjadi milik tuan ibu mereka; mereka adalah budak yang "lahir di rumah."33(6) Beberapa orang yang dihukum di pengadilan atas kejahatan yang dilakukan dijadikan budak negara dan digunakan untuk kerja paksa. (7) Melalui keputusan mereka sendiri, manusia kadang-kadang rela melakukan tugas yang merendahkan dirinya atau bahkan berbahaya (bahkan bekerja sebagai gladiator) jika bayarannya tepat.34
Budak dapat juga dibebaskan dalam berbagai cara, cara-cara ini dijabarkan dalam kumpulan hukum Roma yang rumit yang disebut Lex Aelia Sentia.35Sebagian besar hukum ini berkaitan dengan berbagai macam pelepasan oleh pemilik budak, suatu proses yang dijelaskan oleh Thomas Wiedemann dalam kata-kata ini:
Seorang budak dikatakan dilepaskan [dibebaskan], ketika pemiliknya memegang kepala budak itu atau bagian lain tertentu dari tubuhnya dan mengatakan "Saya ingin orang ini bebas" dan menjauhkan tangannya dari budak itu [secara harfiah, "membiarkan ia lepas dari tangannya"].36
Cara menarik tentang pembebasan budak di antara orang-orang Yunani kuno adalah berupa ritus pelepasan yang sakral, penjualan fiktif seorang budak kepada sebuah kuil pagan. Di tempat suci Apollo di Delphi, pengunjung zaman kini bahkan dapat melihat prasasti terukir pada dinding poligonal penahan kuil itu, ada dokumentasi penjualan budak-budak seperti itu. Orang-orang ini sepertinya resmi menjadi budak dewa itu, tetapi untuk semua tujuan praktis mereka dianggap bebas.37
Orang mungkin berharap bahwa penyebaran agama Kristen akan sering menghasilkan pembebasan budak oleh tuan-tuan Kristen yang menjadi peka terhadap fakta bahwa, di mata Allah, sesungguhnya tidak ada "hamba atau orang merdeka" (3:28). Ternyata, pada abad-abad awal Kristen tidak banyak yang dilakukan untuk mempercepat penghapusan perbudakan.
Tidak ada bukti Alkitab yang menunjukkan bahwa orang-orang Kristen di abad pertama Masehi pernah mengambil bagian dalam mempromosikan gerakan untuk penghapusan atau mereformasi pemerintah. Sebaliknya, para budak diperintahkan untuk tunduk kepada tuan mereka dan orang Kristen diperintahkan untuk tunduk kepada penguasa mereka seolah-olah mereka itu melayani Kristus itu sendiri (Efe. 6:5-8; Kol. 3:22-24). Para tuan dinasihati untuk memperlakukan para budak mereka dengan keadilan dan perhatian (Efe. 6:9; Kol. 4:1). Di mana sikap berubah, harmoni dan kasih dapat terwujud bahkan di antara golongan sosial yang tidak sederajat di dalam Kristus. Pada taraf inilah Roh Allah akan memiliki efek-Nya (1 Tim. 6:1, 2).38Dalam konteks ini, Paulus sedang mendesak orang-orang Kristen Galatia untuk mempertahankan kebebasan rohani mereka dalam Kristus dan tidak kembali kepada "kuk perhambaan" (5:1). Ia memperingatkan mereka, Janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Ia sangat menyadari betapa dapat berbahayanya kebebasan yang dinamis itu terutama dalam budaya Yunani kuno. Ia tahu tentang kecenderungan manusia daging yang ingin mengubah kemerdekaan menjadi lisensi untuk berbuat dosa. Pelbagai sentimen di sini adalah sama dengan yang Paulus nyatakan kepada gereja di Roma. Segera setelah bermegah atas ketersediaan kasih karunia yang berlimpah dari Allah, ia bertanya, "Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak!" (Rom. 6:1, 2a, lihat Yudas 4). Dengan pertanyaan-pertanyaan retoris, ia ingin menjelaskan bahwa keselamatan oleh kasih karunia Allah melalui iman manusia melarang orang Kristen untuk hidup secara mesum.
Jenis agama Kristen "percaya saja" tidak dapat menyukakan Allah (lihat Yak. 2:19). Banyak perintah yang Yesus berikan melalui para rasul-Nya mengenai ketaatan, pelayanan, dan pengorbanan harus diperhatikan. Nasihat ini secara elok menjabarkan bagi kita arti sebenarnya kasih karunia, iman, dan kasih. Pada inti hukum Taurat, serta injil, terdapat ajga÷ph (agapē) kasih.39
Ayat 14. Dari semua sifat rohani yang harus dikembangkan oleh anak Allah, sifat tertinggi adalah jenis kasih yang rasul itu tulis. Ia berkata, Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"40Seperti dalam 5:13, kata "sebab" (ga÷r, gar) yang pertama dalam ayat ini memberikan alasan untuk apa yang segera mendahuluinya. Gereja Galatia harus jangan menggunakan kemerdekaan mereka sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa, melainkan "melalui kasih melayani satu sama lain" (5:13; NASB). Ini memang benar karena kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
Ketika seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus tentang perintah paling utama di dalam hukum Taurat, Ia menjawab, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat. 22:37-39).
Meski di sini Paulus mengatakan bahwa seluruh hukum Taurat digenapi ketika orang melaksanakan perintah yang kedua ini, ia tentunya tidak sedang bertentangan dengan Yesus. Sebaliknya, ia sedang mengutip sebuah perintah yang lebih relevan dengan situasi saat itu. Perintah untuk mengasihi sesama membuka masalah besar lain tentang gereja Galatia itu—yaitu hubungan antar peribadi (Gal. 5:15).
Hukum Taurat memberikan sedikit kekuatan untuk mereformasi kehidupan. Hal yang ideal memang telah diucapkan di dalam hukum Taurat, dalam dua perintah kasih yang utama yang dikutip oleh Yesus (Ima. 19:18; Ula. 6:5). Namun begitu, injillah (perjanjian baru) yang memberi kekuatan, karena "kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita" (Rom. 5:5; lihat Tit. 3:4-6; 1 Pet. 1:22, 23). Itulah sebabnya mengapa di sini Paulus berfokus pada perintah kasih yang utama itu, karena dalam kebajikan Kristen inilah saudara-saudara Galatianya itu sangat kurang.
Ayat 15. Paulus menyuarakan peringatan ini: Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan. Ini adalah indikasi jelas yang pertama bahwa ada masalah antar pribadi yang serius di antara saudara-saudara di dalam gereja-gereja itu. Bahasa yang digunakan di sini untuk menggambarkan potensi kerusakan perilaku mereka terhadap satu sama lain menunjukkan bahwa masalah ini sangat serius. Pembaca mungkin akan terkejut ketika menemukan begitu parahnya masalah yang diperkenalkan dengan sangat terlambat di akhir surat itu. Meski bahasa itu bersifat kiasan, namun begitu bahasa itu tetap sangat keras dan mencolok.
Kata Yunani yang diterjemahkan "menggigit"(da÷knw, daknō) hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru, tapi kata itu muncul beberapa kali dalam LXX. Sebagian besar contoh ini mengacu kepada gigitan ular.41Kata itu juga muncul sekali untuk mengunyah makanan (Mik. 3:5) dan sekali untuk para kreditur yang, secara kiasan, "menggigit" para debitur mereka (Hab. 2:7; KJV; ASV).
"Menelan" (katesqi÷w, katesthiō) secara harfiah "memakan" atau "mencaplok" (Mat. 13:4; Mrk. 4:4; Luk. 8:5). Kata itu juga digunakan secara kiasan untuk penelanan dan penghancuran (Mrk. 12:40; Luk. 20:47). Dalam Wahyu, gambarannya adalah kekerasan; kadang-kadang seseorang atau sesuatu ditelan oleh api atau oleh naga (Why. 11:5; 12:4; 20:9).
Kata Yunani yang diterjemahkan "membinasakan," ajnali÷skw (analiskō), menggambarkan kehancuran total. Kata itu hanya muncul di sini (secara kiasan) dan dalam Lukas 9:54, dalam mengacukan api yang menghanguskan dari langit. Bahasa dalam teks terakhir mengingatkan kepada 2 Raja-Raja 1:1-12, di mana Elia memanggil api dari langit dan 102 orang utusan raja fasik Ahazia dibinasakan.
Hingga saat ini, fokus peringatan Paulus adalah kesalahan doktrin yang umum dan pemasoknya (guru-guru Yudaisme). Dalam tegurannya terhadap kesalahan dan aktivitas mereka, ia juga telah mengecam orang-orang Galatia karena mereka menerima doktrin itu, menyebut mereka "bodoh" (3:1, 3). Mereka melupakan tanda-tanda mujizatiah yang telah menyertai pemberitannya (3:5) dan pelbagai konsekuensi yang pastinya akan timbul kecuali mereka berpaling dari jalan mereka sekarang ini. Ia bahkan telah mempe-ringatkan mereka terhadap penyalahgunaan kemerdekaan mereka yang baru di dalam Kristus (5:13). Namun, ia tidak pernah menyimpang jauh dari tema utamanya tentang perhambaan di bawah hukum Taurat versus kebebasan di dalam Kristus.
Sudahkah ketegangan ini berkembang menjadi pihak-pihak yang masing-masing membela dan menyerang guru-guru Yudaisme itu? Sudahkah sikap mereka menyimpang ke dalam sifat legalisme yang suka menghakimi, ketimbang sifat murah hati dan berkasih karunia? Apakah itu mungkin merupakan godaan kuno tentang ingin menjadi pribadi yang dikultuskan yang belakangan akan berkembang di Korintus? Kita mungkin tidak pernah tahu, tetapi jelas bahwa penyebab tertentu atau penyebab-penyebab perpecahan telah muncul, menghancurkan kasih dan mengganggu persekutuan di dalam gereja-gereja tersebut. Bagaimanapun, waktunya telah tiba bagi Paulus untuk mengakhiri bagian doktrin dari surat ini dan memulai penerapan praktisnya. Ini adalah pola yang ia ikuti dalam pelbagai tulisannya.
TFTWMS: Gal 5:16-26 - Hidup Oleh Roh HIDUP OLEH ROH (Galatia 5:16-26)
Untuk menerapkan ajarannya, Paulus memperkenalkan beberapa perangkat sastra yang penting yang kemudian disebut "...
HIDUP OLEH ROH (Galatia 5:16-26)
Untuk menerapkan ajarannya, Paulus memperkenalkan beberapa perangkat sastra yang penting yang kemudian disebut "daftar perbuatan jahat" dan "daftar kebajikan." Daftar ini menarik garis perbedaan yang radikal antara sikap dan tindakan duniawi dan rohani. Bagi Paulus, tidak ada yang sepenting membuat perbedaan ini. Di sini dibuat sebuah perdebatan tajam antara pikiran dunia yang sombong, egois, tidak mengasihi dan pikiran Roh.
TFTWMS: Gal 5:16-18 - Roh Versus Daging Roh Versus Daging (Galatia 5:16-18)
16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. 17 Sebab keinginan daging b...
Roh Versus Daging (Galatia 5:16-18)
16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. 17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging—karena keduanya bertentangan—sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. 18 Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
Ayat 16. Paulus sudah memperingatkan gereja Galatia tentang merubah "kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa" (5:13). Sekarang ia memerintahkan mereka, Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Dengan tunduk pada kehendak Roh Kudus, saudara-saudara itu akan terhindar dari keinginan berbuat dosa.
Meski manusia adalah makhluk berdosa, namun awalnya ia diciptakan menurut gambar Allah, yang adalah roh (Kej. 1:27; Yoh. 4:24). Manusia masih memiliki dalam dirinya sifat ilahiat Penciptanya (Yak. 3:9).42Setelah dibentuk menurut gambar Allah, manusia pada dasarnya adalah makhluk rohani. Namun begitu, selama ia mendiami bumi, ia adalah makhluk daging dan roh. Karena Allah telah memberikan Roh-Nya sendiri kepada orang Kristen (Kisah 2:38), kita dapat menang atas daging. Dengan kasih karunia Allah, kita dapat menang dalam pertempuran sehari-hari antara daging dan roh.
Penilaian ini sesuai dengan apa yang Paulus tulis kepada orang-orang kudus di Roma:
Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus (Roma 8:8, 9).
"Roh," "Roh Allah," dan "Roh Kristus" semuanya satu dan sama dalam ayat-ayat ini. Sangat penting bagi orang Kristen untuk mengetahui bahwa kita memiliki Roh Allah—dan bahkan yang lebih penting lagi, kita belajar hidup oleh Roh. Orang Kristen harus menyesuaikan pemikiran, tingkah laku, dan keseluruhan cara hidupnya dengan pimpinan Roh Kudus (lihat Gal. 5:25).
Istilah "hidup" (peripate/w, peripateō) dalam frasa "hidup oleh Roh" secara harfiah berarti "memulai." Hal ini sering digunakan secara kiasan dalam Perjanjian Baru dengan konotasi "berperilaku," "menjalankan kehidupan," atau "hidup."43Oleh karena itu, "hidup oleh Roh" adalah untuk "berperilaku" dengan cara yang selaras dengan "pikiran Roh" (Rom. 8:27). Mereka yang mengikuti jalan Roh dikaruniai metode yang efektif untuk melawan godaan dan mengatasi dosa. Paulus menyurati gereja Roma, "Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup" (Rom. 8:13).
Ayat 17. Rasul itu memaparkan peperangan rohani yang berkecamuk: Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging—karena keduanya bertentangan—sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Kata-kata ini ditulis kepada orang Kristen, yang harus terus-menerus berperang melawan keinginan berbuat dosa.
Kitab Suci membuat jelas bahwa ciptaan fisik ini bersifat sementara. Petrus menyatakan bahwa "langit dan bumi yang sekarang disimpan untuk api" (2 Pet. 3:7; NASB). Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa "langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap" (2 Pet 3:10). Dalam terang sifat sementara dunia kita, apakah tidak terlihat bodoh untuk menaruh harapan kita pada hal-hal duniawi?
Yohanes, pada usia lanjut, menulis kata-kata ini kepada anak-anak rohaninya di Efesus hampir dua ribu tahun yang lalu:
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia—keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup— bukan berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap, dan keinginannya; tetapi orang yang melakukan kehendak Allah hidup selama-lamanya (1Yoh 2:15-17; NKJV).
Yohanes sedang tidak bicara tentang benda-benda material seperti itu, melainkan tentang sikap manusia dan hubungannya dengan mereka. Jika kita membolehkan apa saja di dalam dunia ini menjadi lebih penting dan sangat diperlukan bagi kita daripada masalah rohani, maka kita sedang mengasihi dunia. Jika kita membolehkan benda-benda atau kesenangan duniawi mengalihkan perhatian dan memikat kita, mengaburkan persepsi dan penghargaan kita terhadap nilai-nilai rohani, maka kita sedang mengasihi dunia. Jika reputasi kita di mata manusia lebih penting bagi kita daripada pendirian kita di mata Allah (karakter sejati kita), maka Iblis akan berhasil menipu kita.
Pada akhir ayat 17, Paulus menambahkan kata-kata ini: Sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Kalimat ini telah dipahami setidaknya dalam dua cara. Pertama, "apa yang kamu kehendaki" dapat ditafsirkan secara positif sebagai kebaikan yang orang Kristen ingin lakukan. Namun begitu, ia gagal karena ada tarikan "daging" dari dalam. Dalam hal ini, bahasa itu akan serupa dengan perjuangan batin untuk berbuat baik seperti yang Paulus bicarakan dalam Roma 7:14-23. Sebaliknya, "apa yang kamu kehendaki" mungkin setara dengan "keinginan daging" dalam ayat sebelumnya. Jika ini benar, kalimat itu menekankan bahwa kemenangan orang Kristen atas dorongan untuk berbuat kejahatan dimungkinkan melalui kuasa Roh yang menetap. Itu berfungsi sebagai pengingat bahwa mereka yang berdedikasi untuk hidup oleh Roh harus jangan menyerah kepada keinginan berdosa mereka tetapi kepada bimbingan Roh.
Ayat 18. Melanjutkan temanya tentang hidup oleh Roh dan hidup sebagai anak Allah, Paulus menulis, Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. Ia sekali lagi menekankan emansipasi orang percaya dari kuk perhambaan (5:1).
Israel pernah hidup "di bawah hukum Taurat," dimulai di Gunung Sinai. Terlepas dari semua perjuangan mereka untuk menyukakan Allah dan semua darah korban yang dicurahkan di dasar mezbah, umat itu masih terikat dengan dosa. Hingga kedatangan Penebus yang dijanjikan, tidak ada kemerdekaan; kemenangan penuh atas dosa tidak dapat dicapai di bawah perjanjian itu. Mereka adalah anak-anak perbudakan (4:25) yang hanya dapat mengharapkan kedatangan Mesias. Sekarang, saat itu telah tiba (4:4).
Alih-alih berada di bawah hukum Taurat, orang Kristen "dipimpin oleh Roh." Meski begitu, kita tetap berjuang dengan ketaatan yang penuh; masih ada pertempuran pribadi untuk mengatasi diri sendiri. Namun begitu, perang besar telah dimenangkan oleh Kristus dan darah yang Ia tumpahkan di kayu salib. Terpujilah Allah bahwa Yesus telah menumpahkan darah-Nya yang berharga, mengalahkan kematian, naik ke sorga, dan mencurahkan Roh Kudus-Nya! Hidup di dalam Dia, kita dapat, dengan kasih karunia-Nya, berpartisipasi dalam kemenangan atas Iblis dan dosa.
TFTWMS: Gal 5:19-21 - Perbuatan Daging "Perbuatan Daging" (Galatia 5:19-21)
19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20 penyembahan berhala, sih...
"Perbuatan Daging" (Galatia 5:19-21)
19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu-seperti yang telah kubuat dahulu-bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Ayat 19. Bagian ini merupakan apa yang beberapa orang cap sebagai "daftar perbuatan jahat" atau "katalog kejahatan." Daftar seperti itu biasa ditemukan di dalam Kitab Suci. Daftar dalam konteks ini dimulai dengan jenis pembukaan: Perbuatan daging telah nyata. Paulus menulis bahwa ia sedang mendiskusikan perbuatan-perbuatan yang dapat dilihat; "perbuatan-perbuatan" atau "pekerjaan-pekerjaan" (KJV) itu adalah "jelas." Kata Yunani fanero/ß (phaneros) dapat juga diterjemahkan sebagai "terlihat," "jelas," "jelas terlihat."44Meski kata "daging" (sa/rx, sarx) memiliki banyak konotasi dalam Kitab Suci, di sini kata itu menandakan cara "alami" yang manusia berdosa pikirkan dan lakukan. Ini sangat kontras dengan sifat-sifat yang mencirikan orang-orang yang dilahirkan dari Roh (5:22, 23). "Perbuatan daging" adalah apa yang secara alami dilakukan oleh manusia duniawi, yang berdosa. Dosa-dosa ini, yang sering dinyatakan secara fisik, sebenarnya berasal di dalam pikiran (atau hati).
Paulus sedang menunjukkan bahwa kejahatan-kejahatan yang tidak rohani (5:19-21) dan kebajikan-kebajikan rohani (5:22, 23) dapat dilihat. Ketika Yesus bicara tentang nabi-nabi palsu, Ia membandingkannya dengan semak duri yang tidak mampu menghasilkan buah anggur (buah yang baik). Ia menyimpulkan dengan kata-kata ini: "Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka" (Mat. 7:15-20; lihat Luk. 6:43-45). Juga, Yohanes Pembaptis, saat ia meminta orang-orang untuk merubah hidup mereka dalam persiapan bagi kedatangan kerajaan Mesias, memberitakan bahwa mereka harus "menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan." Mereka harus menunjukkan dengan perilaku mereka bahwa mereka sedang membuat perubahan seperti itu. (Mat. 3:7, 8). Yesus membandingkan pemuridan dengan cahaya yang bersinar di dunia dan sebuah kota di atas sebuah bukit yang tidak dapat disembunyikan. Ia memperingatkan para pengikut-Nya, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat. 5:16). Paulus juga bicara tentang perilaku itu, dengan mengatakan, "Dosa beberapa orang menyolok, … Demikianpun perbuatan baik itu segera nyata dan kalau tidak demikian, ia tidak dapat terus tinggal tersembunyi"(1 Tim. 5:24, 25). Dalam pengertian inilah Paulus bicara tentang "perbuatan daging" dan "buah Roh".
"Perbuatan daging" dalam 5:19-21 dapat dikelompokkan menjadi empat kategori.45(1) Tiga pertama melibatkan dosa seksual: "percabulan, kecemaran, hawa nafsu." (2) Dua berikutnya berkaitan dengan dosa ritual pagan: "penyembahan berhala, sihir." (3) Delapan lagi adalah dosa mengenai hubungan antar pribadi: "perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian."46(4)
Dua dosa terakhir berhubungan dengan hidup berfoya-foya: "kemabukan, pesta pora." 1. Dosa Seksual (5:19b)
Tiga dosa pertama dalam daftar ini tampaknya terkait dengan seksualitas. Daftar kejahatan itu diawali dengan kata kemesuman (NASB), yang telah menjadi eufemisme untuk mengacukan perilaku tidak senonoh secara seksual atau "percabulan." Kata Yunani pornei/a (porneia) adalah istilah umum yang mencakup berbagai kategori dosa seksual tertentu, termasuk perzinahan, seks pranikah, pelacuran, inses, dan hubungan homoseksual dan lesbian. Dalam maksud dan tujuan Allah, hubungan seks dibatasi pada satu laki-laki dan satu wanita, suami dan istrinya. Itu diberikan kepada mereka untuk memperbanyak umat manusia dan juga sebagai berkat dari kebersamaan yang intim.47
Menurut Kitab Suci, satu-satunya aktivitas seksual yang dapat diterima dan berkenan kepada Allah adalah yang terjadi antara suami dan istri. Pernyataan ini tidak mendukung kesepakatan orang banyak dalam suasana permisif di mana kita hidup saat ini. Namun begitu, perhatian kita bukan mengenai apa yang mungkin disepakati oleh orang-orang di zaman apa saja, melainkan mengenai apa yang Allah setujui.
Yang kedua dari "perbuatan daging" yang Paulus sebut adalah kecemaran (ajkaqarsi/a, akatharsia). Istilah ini secara harfiah berarti "kenajisan," namun dalam konteks ini jelas tidak ada hubungannya dengan adanya kotoran atau kebersihan fisik. Sebaliknya, itu digunakan secara kiasan untuk mengacukan kerusakan moral, kenajisan, atau motif tidak murni. Kata itu terutama secara khusus digunakan untuk dosa-dosa seksual (2 Kor. 12:21; Efe. 5:3; Kol. 3:5), termasuk pelbagai kejahatan yang tidak wajar (Rom. 1:24).
Paulus menyimpulkan kelompok dosa ini dengan hawa nafsu (ajse/lgeia, aselgeia). Kata Yunani ini dapat juga didefinisikan sebagai "ketidaksenonohan," "tidak bermoral," "pesta pora," dan "perbuatan jahat." Ini biasanya mengacu kepada ekses seksual dan terjadi dalam kaitannya dengan istilah-istilah seperti koi/th (koitē, "hubungan seksual")48dan porneia ( "kemesuman" atau "percabulan"). Seperti kata Inggris "license [Ind.: mengumbar hawa nafsu]," tidak adanya atau pengabaian atas batasan-batasan moral tampaknya terlibat di sini, terutama dalam masalah seksual. Idenya adalah tentang memberi diri sepenuhnya kepada hawa nafsu. Dalam Perjanjian Baru, kata itu digunakan dalam beberapa nas, yang semuanya menunjukkan kecenderungan ke arah pencabulan.49
2. Dosa Ritual Pagan (5:20a, b)
Ayat 20. Berikutnya pada daftar perbuatan jahat adalah penyembahan berhala, sebuah istilah yang sangat akrab di dalam Kitab Suci sehingga seharusnya tidak perlu banyak penjelasan. Namun demikian, sebuah survei tentang aspek-aspek tertentu dari praktik umum di dunia kuno ini mungkin dapat membantu. Mengapa penyembahan berhala ada di antara orang-orang kafir?
Orang-orang kafir menyembah berbagai ilah karena manusia memiliki kebutuhan bawaan untuk Allah. Budaya-budaya yang belum mengenal Allah yang benar dan hidup secara naluriah telah menciptakan atau membayangkan keberadaan allah-allah. Manusia butuh sesuatu untuk disembah, seseorang yang dapat diandalkan.50Dalam pidato Paulus kepada Areopagus, ia mengatakan bahwa mencari Allah adalah alasan utama manusia ditempatkan di planet ini: "Supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing" (Kisah 17:27). Rasul itu juga menyatakan, "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih" (Rom. 1:20).
Karena Allah itu murni bersifat rohani (Yoh. 4:24) dan manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kej. 1:27), maka manusia pada dasarnya adalah makhluk rohani. Ia hanya mengenakan tubuh fisik sebagai tambahan. Dengan fakta ini, baik Paulus dan Petrus menyebut tubuh fisik itu sebagai "tenda" (2 Kor. 5:1, 4; 2 Pet. 1:13; NIV). Karena hakikat manusia berasal dari Allah, maka wajar bila manusia punya kerinduan mendasar terhadap Bapa rohaninya. Agustinus berkata, "Engkau membuat kami untuk diri-Mu sendiri dan hati kami tidak menemukan kedamaian sampai beristirahat di dalam Engkau."51
Meski sering lemah, salah arah, atau tidak dikenal, pencarian untuk Bapa ini masih ada. Paulus, dengan mengambil petunjuk dari beberapa penyair Yunani tertentu, menyiratkan gagasan ini dalam pidatonya di Areopagus. Ia mengutip dari sebuah puisi didaktik tentang Zeus, ayah para dewa Yunani, yang tidak asing lagi bagi pendengarnya. Namun begitu, ia menerapkan bahasa itu kepada Allah yang benar dan hidup: "'Sebab di dalam Dia kita hidup dan bergerak. Seperti dikatakan para penyairmu, 'Kita ini adalah keturunan Allah'" (Kisah 17:28; NIV).52
Sejarah manusia mengandung bukti yang tak terbantahkan tentang dorongan bawaan manusia secara alami ini untuk mencari atau menciptakan ilah-ilah. Para arkeolog, para antropolog, dan para paleontolog terus saja menemukan di seluruh dunia berbagai patung dari metal, kayu, dan batu—yang semuanya kita sebut "berhala." Patung-patung itu tidak selalu disembah; terkadang mereka hanya merupakan bentuk-bentuk yang dapat dilihat yang melambangkan ilah-ilah yang nyata bagi masyarakat. Di dunia kuno Yunani, ada sejumlah patung dan mezbah (seperti "barang-barang pujaan" yang Paulus lihat di Atena; Kisah 17:23). Dua di antaranya sangat penting dan pasti disembah sebagai berhala. (1) Patung besar Atena yang megah yang berdiri di atas Akropolis di Atena. Ketopong kepala dan tombak emasnya yang berkilauan terlihat oleh para pelaut saat mereka mendekati pelabuhan Piraeus, pelabuhan Atena. (2) Yang bahkan lebih indah lagi adalah Zeus raksasa, yang kepalanya—meski ia digambarkan duduk di kuilnya di Olympia—tetap menjulang ke langit. Yang terakhir ini dapat dimengerti dimasukkan ke antara tujuh keajaiban dunia kuno.
Di atas dan di luar patung itu, bagi kebanyakan orang, terdapat konsep tentang sosok allah atau pahlawan yang dipuja atau disembah. Lucian dari Samosata (sekitar tahun 115 M.), seorang penulis dialog satir, pernah magang sebagai pematung dan tahu betul bagaimana patung semacam itu muncul. Dalam salah satu tulisannya, ia menujukan ejekannya kepada kebodohan orang-orang yang dapat digerakkan untuk menghormati patung semacam itu—bahkan patung Zeus yang hebat di Olympia. Terlepas dari semua eksteriornya yang berbalut emas dan gading yang mengagumkan, semua itu diikat bersama pada bagian dalamnya dengan jaringan palang, baut, papan, paku, dan pasak.53
Pandangan yang sama pedasnya tapi tidak kurang lucunya tentang kebodohan penyembahan berhala muncul dalam Yesaya 44:9-20. Sikap yang dianut oleh Yesaya (Yes. 44) dan oleh Paulus (Kisah 17) merupakan ciri khas orang Yahudi yang setia. Itu adalah apa yang tepatnya Allah harapkan dari Israel ketika Ia memberi mereka hukum Taurat di Gunung Sinai (Kel. 20:3-6) dan dengan sungguh-sungguh mengulanginya (Ula. 5:7-10) saat mereka bersiap untuk menyeberangi Sungai Yordan untuk mengambil alih kepemilikan tanah Kanaan. Dalam kedua contoh tersebut, perintah yang disertai dengan penekanan dan peringatan paling banyak adalah yang berkaitan dengan penyembahan berhala.54Yosua, saat memberikan nasihat terakhirnya kepada Israel, jelas merasa perlu untuk memperingatkan umat itu terhadap larangan untuk melayani dewa- dewa asing (Yos. 24:20-24). Meski sudah ia ingatkan, namun selama periode sejarah Israel yang merentang dari masa hakim-hakim hingga raja-raja yang terakhir, tidak ada dosa lain yang lebih umum, berbahaya, dan merusak selain penyembahan berhala. Dosa ini merupakan salah satu alasan utama mengapa baik Israel maupun Yehuda akhirnya dibawa ke pengasingan—Israel ke Asyur dan Yehuda ke Babel. Hukuman Allah akhirnya mencapai hasil yang diinginkan; setelah periode penawanan, Israel pada prinsipnya tidak lagi menyembah berhala.
Selama periode antar perjanjian, dikarenakan penganiayaan oleh Antiokhus IV Epifanes, orang-orang Yahudi tergoda untuk berkompromi dengan orang-orang Seleukus untuk menyelamatkan nyawa mereka. Ini termasuk meninggalkan hukum Taurat dan menerima penyembahan dewa-dewa palsu. Namun, Makabis bangkit melawan penindas mereka dan mengusir mereka (167-164 S. M.). Sedikit sekali bukti, jika ada, penyembahan berhala ditemukan di antara orang Yahudi pada abad pertama Kristen dan saat kemunculan Yohanes Pembaptis dan Yesus.
Mengapakah penyembahan berhala sangat menggoda umat Allah di dalam Perjanjian Lama? Ada apakah di dalam penyembahan berhala pada zaman Alkitab yang menurut Israel sangat menarik sehingga mereka dapat berpaling dari Allah dan hukum-Nya? Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, kekuatan penyembahan berhala yang mencengkeram dunia pagan tidak banyak kaitannya dengan bentuk lahiriah atau patung dewa yang dilambangkannya. Sebagian besar para dewa zaman kuno dikaitkan dengan kekuatan tertentu yang dianggap sebagai supernatural.55Kebanyakan orang di dunia kuno bergantung pada kekuatan alam untuk kelangsungan hidup mereka. Ancaman kelaparan dan perang selalu ada. Tetangga-tetangga Israel percaya bahwa jika petir Zeus tidak disertai hujan dari langit, jika Demeter tidak menumbuhkan gandum dan buah-buah lain di bumi, atau jika Atena tidak melindungi kota tersebut, maka hasilnya akan berupa kematian. Ada anggapan bahwa dewa atau dewi yang baik harus ditenangkan, atau bencana pasti terjadi. Pelbagai keyakinan ini mempengaruhi Israel.
Rasul itu mencantumkan dosa ritual kedua kaum pagan, sihir. Kata itu berasal dari farmakei/a (pharmakeia) dan mengingatkan kita kepada kata-kata bahasa Inggris "pharmacy [Ind.: farmasi]," "pharmacist [Ind.: apoteker]," dan "pharmaceutical [Ind.: yang berhubungan dengan farmasi]." Kata kerja Yunani yang terkait farmakeu/w (pharmakeuō) berarti "mengatur obat atau obat-obatan," "menggunakan mantra," "melakukan sihir," atau "mengobati orang, memberi dia obat beracun atau obat kelengar."56Dua istilah terkait lainnya muncul di dalam Perjanjian Baru. Kata fa/rmakoß (pharmakos) mengacu kepada "tukang sihir, orang yang melakukan magi atau sihir"; dan fa/rmakon (pharmakon) menandakan "sihir," "magik," atau "ramuan ajaib."57Meski beberapa dari istilah-istilah ini dapat mengacu kepada obat yang bermanfaat, namun kelompok kata itu memiliki konotasi negatif, termasuk konsep seperti sihir, santet, magik, dan racun. Leon Morris berpendapat bahwa, karena pengetahuan medis di dunia kuno terbatas, "istilah itu akhirnya digunakan tidak hanya untuk obat yang memiliki nilai terapi tetapi juga untuk cara-cara penyembuhan secara magis dan kemudian untuk magik apa saja (bdk. Why. 9:21; 18:23)."58
Tidak ada toleransi yang ditawarkan di dalam Perjanjian Lama terhadap para penyihir atau tukang tenung. Musa memberi nasihat, "Seorang ahli sihir perempuan janganlah engkau biarkan hidup" (Kel. 22:18). Ia juga mengatakan, Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN (Ula. 18:10-12a).
3. Kafasikan Dalam Hubungan Antar Pribadi (5:20c-21a)
Berikutnya, Paulus menyebut perseteruan sebagai perbuatan daging dalam hubungan antar pribadi manusia. Bentuk plural kata ini [Ing.: enmities]59berasal dari kata e¡cqra (echthra), yang mengandung gagasan "permusuhan" atau "kebencian." Kata itu terkait dengan kata ejcqro/ß (echthros), yang berarti "musuh" atau "orang yang dibenci." Implikasi negatif dari kedua kata Yunani itu tidak dapat ditolak.
Dalam beberapa nas, istilah-istilah ini mengidentifikasi reaksi hati yang jahat. Roma 8:7 mengatakan bahwa "keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah." Dengan cara yang sama, Yakobus 4:4 menyatakan bahwa "persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah," Iblis, sebagai "musuh" Allah, menabur lalang di ladang Tuhan untuk menggagalkan kemajuan dan keberhasilan kerajaan Kristus di dunia (Mat. 13:37-39). Maut adalah "musuh" terakhir Kristus dalam misi penebusan-Nya untuk menyelamatkan orang yang sesat (1 Kor. 15:25, 26).
Perseteruan yang terlibat di sini berkaitan dengan perasaan atau tindakan yang, atas dasar alasan apa saja, mungkin timbul pada tingkat antar pribadi. Permusuhan seperti itu dapat muncul karena persaingan, iri hati, dengki, kebencian, menderita penganiayaan, atau mungkin tidak lebih dari sikap antipati atau ketidaksukaan alami.
Dimulai dengan "perseteruan," J. B. Lightfoot berpendapat bahwa ia mengamati adanya urutan yang meningkat, yang bertambah intensif dengan setiap kata itu dan mencapai puncaknya dengan "pembunuhan" (5:21; KJV).60Namun begitu, tidak semua komentator setuju dengan pendapat itu. Satu argumen yang kuat yang menentang hal itu adalah bahwa kata Yunani untuk "pembunuhan" (fo÷noi, phonoi) tidak muncul di dalam naskah-naskah yang terbaik.61
Perselisihan adalah hal berikutnya dalam daftar itu. Kata Yunani e¡riß (eris) juga dapat diterjemahkan "keributan" (NIV) atau "pertengkaran" (NLT). Untuk definisi ini, kamus Bauer menambahkan gagasan tentang "persaingan," "pertentangan," dan "pertengkaran."62Dalam pemikiran orang Yunani, "perselisihan" dipersonifikasikan dan diilahkan dalam diri dewi Eris, yang "pengaruhnya yang ganas menimbulkan perang dan kehancuran."63Keinginan Paulus adalah menjauhkan perselisihan dan pertengkaran dari gereja (lihat 1 Kor. 1:11; 3:3); ia ingin saudara-saudara itu hidup dalam damai dan harmonis, sesuai dengan keinginan dan doa Yesus (Yoh. 17:20-23).
Setelah "perselisihan" muncul iri hati (zhvloß, zēlos). Istilah Yunani itu, yang berada di balik kata bahasa Inggris "zeal [Ind.: giat]," mengandung gagasan tentang hasrat yang menyala-nyala. Kata itu dapat mengacu kepada "ketertarikan positif yang intens atas [sesuatu], giat, semangat." Di sisi lain, kata itu kadang-kadang menunjukkan "perasaan negatif yang intens atas prestasi orang lain atau kesuksesan, cemburu, iri hati."64Dalam konteks ini, "iri hati" digunakan dalam pengertian yang terakhir, diarahkan oleh keinginan yang egois dan kedagingan dalam hati manusia.
Tentu saja, ketika digunakan untuk menggambarkan Allah (Kel. 20:5; Ula. 4:24; 5:9; 6:14, 15), istilah "cemburu" mengandung konotasi positif. Musa menulis, "Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu" (Kel. 34:14). Kecemburuan Allah muncul dari kasih-Nya. Kecemburuan-Nya selalu berkaitan dengan tindakan untuk memberkati manusia, sedangkan kecemburuan manusia duniawi dapat dan sering bersifat merusak.
Cemburu manusia rohani mungkin juga muncul dari kasih, seperti halnya dalam kasus Paulus. Ia menuliskan kata-kata ini kepada saudara-saudaranya yang kekasih di Korintus:
Sebab aku cemburu [zhlo/w, zēloō] kepada kamu dengan cemburu [zēlos] ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus (2 Kor. 11:2).
Sama seperti cemburu Allah selalu untuk mencari kebaikan umat-Nya, begitu juga dengan keinginan Paulus. Itu jelas berasal dari Roh Allah, yang sedang bekerja dalam diri Paulus untuk menggagalkan tujuan jahat iblis.
Namun begitu, ketika cemburu (atau iri hati) berasal dari hati orang yang tidak rohani, perasaan itu dapat menjadi jahat dalam maksud maupun akibatnya.65Seseorang mungkin memiliki sifat, bakat, atau kepemilikan yang orang lain inginkan untuk keuntungan dirinya. Hal itu menimbulkan kebencian dan dendam.
Perbuatan jahat berikutnya dalam daftar itu adalah amarah, yang berasal dari terjemahan bentuk jamak qumo֧ (thumos). Terjemahan harfiahnya akan berupa "amarah" atau "murka," tapi terjemahan semacam itu tampaknya tidak tepat dalam bahasa Inggris. Alkitab NASB telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mempertahankan pengertian kata majemuk itu sambil menyesuaikannya dengan bahasa Inggris. Alkitab NIV menghadirkan standar yang sama dengan terjemahan "sangat gusar".
Thumos sering dipasangkan dengan ojrgh (orgē, "marah" atau "murka") dalam Perjanjian Baru. Perbedaan antara dua istilah itu adalah bahwa orgē menunjukkan "lebih tentang kebiasaan pikiran yang permanen dan tetap," sedangkan thumos adalah "lebih tentang keributan yang bergolak, perasaan bergejolak yang mendidih." Perasaan itu "lebih bergairah, dan pada saat yang sama lebih bersifat sementara."66
Kepentingan diri sendiri diterjemahkan dari bentuk plural lain, yang bentuk tunggalnya adalah ejriqei÷a (eritheia). Kata ini rupanya berasal dari e¡riqoß (erithos), yang awalnya menandakan "pekerja harian." Kata kerja yang setara, ejriqeu÷w (eritheuō), berarti "disewa untuk bekerja harian." Tampaknya eritheia menjadi gambaran tentang cara, sikap, atau watak pekerja harian. Perkembangan istilah ini bagi profesi yang kelihatannya terhormat adalah tidak jelas. Friedrich Büchsel berpendapat bahwa itu terjadi karena kelompok aristokrat yang suka mencemooh curiga terhadap pekerja harian yang terlalu khawatir tentang upah dan siap bekerja hanya untuk keuntungan. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa eritheia akhirnya menunjukkan sikap mereka yang mencari kepentingannya sendiri dan para pelacur—"mereka yang, dengan merendahkan diri mereka sendiri dan kepentingan mereka, sibuk dan aktif dalam kepentingan mereka sendiri, mencari upah atau keuntungan mereka sendiri."67Kata itu muncul dengan melibatkan persaingan dan mencoba untuk mendapatkan keuntungan pribadi atas orang lain. Pada abad keempat S. M., Aristoteles menggunakan kata itu untuk "mengejar secara egois jabatan politik dengan cara-cara yang tidak jujur."68
Terlepas apakah sikap seperti itu mencirikan satu orang Kristen, sebuah kelompok di dalam jemaat lokal, atau sejumlah gereja yang bergaul bersama (seperti di Galatia), dampaknya akan selalu merugikan kedamaian dan keharmonisan umat Allah. Satu-satunya perbedaan di antara pelbagai skenario ini akan berupa tingkatan dampaknya. Sungguh suatu hal yang tragis bagi orang-orang Kristen untuk bersaing dan mencoba untuk membuat satu sama lain terlihat lebih rendah.
Terjemahan Alkitab NASB "pertikaian" tampaknya tidak tepat. Menurut bukti linguistik, penekanan kata eritheia tampaknya lebih pada sikap yang menyebabkan ketidakharmonisan dan pertikaian ketimbang pada tindakan itu sendiri. Dalam nas-nas lain, di mana kata itu muncul sebagai bentuk tunggal, Alkitab NASB menerjemahkannya sebagai "ambisi yang egois" (Flp. 1:17; Yak. 3:14, 16). Alkitab REB menerjemahkan kata itu sebagai "ambisi yang egois" dalam konteks ini, sedangkan Alkitab ESV menulis "persaingan." Terlepas dari terjemahan tepatnya, setiap sikap atau tindakan apa saja pada sisi orang Kristen yang menunjukkan adanya keinginan egois untuk mempromosikan dirinya sendiri dan menjadi menonjol dengan mengorbankan orang lain pasti akan memicu timbulnya kebencian dan perpecahan. Ini sangat bertentangan dengan semangat Kristus (Flp. 2:5-8).
Kata percideraan melambangkan bentuk jamak dari dicostasi÷a (dichostasia), dan ada sedikit keraguan mengenai maknanya. Kata itu diterjemahkan "pertengkaran" atau "pertentangan" dalam pelbagai versi lain juga (NRSV; NIV; NKJV; REB; ESV). Kata itu hanya ditemukan di sini dan dalam Roma 16:17 dalam Perjanjian Baru dan sekali dalam Apokrifa Perjanjian Lama Yunani (1 Makabe 3:29). Kata itu juga dapat diungkapkan sebagai "perselisihan," "perpecahan," "pertikaian," atau bahkan "hasutan." Kata itu memiliki arti "pertengkaran yang bias dan menentang." Dalam Roma 16:17, kata itu mengacu kepada orang-orang yang "menimbulkan pertentangan" atau "menyebabkan perpecahan" (NKJV). Begitu seriusnya dosa ini sehingga orang yang melakukan itu harus "dihindari" (NKJV); mereka harus tunduk kepada disiplin gereja dan dikeluarkan dari persekutuan orang-orang kudus (dengan kata lain, "dikucilkan").69
Setelah "percideraan" muncullah roh pemecah. Teks Yunaninya memiliki bentuk jamak dari kata ai¢resiß (hairesis), yang darinya muncul kata bahasa Inggris "heresy [Ind.: bid'ah]." Kata kerja yang terkait adalah aiJre÷omai (haireomai), yang berarti "memilih" atau "lebih suka." Oleh karena itu, hairesis menunjukkan hasil dari membuat pilihan seperti itu. Dalam pengertian negatifnya, kata itu mengungkapkan bahwa sebuah perpecahan, hingga tingkat tertentu, sudah ada. Begitulah kata itu digunakan dalam 1 Korintus 11:19, di mana kita diberitahu bahwa "perpecahan" terdapat di dalam gereja itu. Dalam 2 Petrus 2:1, hairesis disertai dengan satu modifier untuk mengungkapkan bahaya di depan mata dari guru-guru palsu tertentu yang akan memperkenalkan "pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka." Tindakan Petrus yang memadukan kata sifat "membinasakan" dengan hairesis menunjukkan bahwa istilah yang terakhir itu tidak selalu negatif.70
Paulus kadang-kadang menggunakan kata itu dengan cara yang relatif netral ketika ia membahas "sekte-sekte" Yahudi pada zamannya. Ini termasuk orang-orang Farisi, Saduki, dan Eseni. Sebenarnya, dalam pembelaannya di hadapan Raja Agripa, Paulus dengan bebas mengakui bahwa sebelumnya ia "telah hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama[nya]" (Kisah 26:5). Namun begitu, ketika ia dituduh di hadapan Felix sebagai "seorang tokoh dari sekte orang Nasrani" (Kisah 24:5; huruf miring ditambahkan), ia tidak mau menerima istilah itu seperti yang diterapkan kepada dia oleh pengacara bernama Tertulus. Paulus menjelaskan, "Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi" (Kisah 24:14; huruf miring ditambahkan). Dengan pandangannya yang agung tentang gereja sebagai umat pilihan Allah, umat Israel yang baru, ia tidak mau menerima gagasan tersebut (atau bahkan meninggalkan kesan) bahwa manifestasi duniawi dari kerajaan sorgawi Allah ini tidak lebih daripada kelompok lain yang bersaing dalam agama Yudaisme yang terpecah.
Dari beberapa contoh ini, tampaknya kata hairesis itu mungkin telah diterapkan oleh orang-orang Yahudi di zaman Paulus kepada berbagai kelompok-kelompok keagamaan mereka (dengan konsep yang berbeda tentang agama mereka) dalam pengertian tidak ofensif dan secara sosial dapat diterima oleh mereka. Bagi Paulus, bagaimanapun, penggunaan hairesis dalam mengacukan gereja Allah mengandung konotasi negatif. Ia menganggapnya sebagai istilah yang tidak tepat untuk komunitas kekasih milik Allah.
"Perpecahan" adalah perbuatan daging yang secara diametris bertentangan dengan sikap dan tindakan yang mencirikan hidup orang Kristen dalam Roh. Di kemudian hari, kata tersebut mengembangkan arti utama "kesalahan doktrin," yang diungkapkan oleh kata bahasa Inggris "heresy [Ind.: bidah]."
Ayat 21. Seperti banyak perbuatan jahat dalam daftar ini, kedengkian berasal dari kata jamak Yunani. Bentuk tunggal kata itu adalah fqo/noß (phthonos), yang artinya mirip dengan zēlos ("iri hati") dalam 5:20. Namun, phthonos sering mengekspresikan sikap kepentingan diri sendiri sampai ke tingkat yang sedemikian rupa sehingga sikap itu berusaha untuk menyakiti orang lain. Oleh karena itu, beberapa kamus mendefinisikan istilah itu sebagai "dendam." Tampaknya, sifat yang berbahaya secara jelas melekat pada kata itu.
Efek berbahaya dari dengki dapat diilustrasikan dengan nas-nas dari Perjanjian Lama seperti Ayub 5:2. Perjanjian Baru menyajikan kesaksian lebih lanjut tentang sifat jahat dengki ini. Selain penggunaannya dalam 5:19-21, "dengki" ( phthonos ) juga muncul dalam tiga daftar perbuatan jahat lainnya dari surat-surat Paulus (Rom. 1:29; 1 Tim. 6:4; Tit. 3:3).71Sisi berbahaya dari kata itu jelas terlihat dari motif saudara-saudara tertentu untuk memberitakan injil di Roma, di mana Paulus berada di bawah tahanan rumah:
Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki [phthonos] dan perselisihan, … Mereka ini memberitakan Kristus karena … kepentingan sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas, sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara (Flp. 1:15-17).
Contoh yang paling pedih adalah yang melibatkan para pemimpin Yahudi, yang, karena "kedengkian" mereka ( phthonos ), menyerahkan Yesus kepada Pilatus untuk disalibkan (Mat. 27:17, 18; Mrk. 15:10). Meski Yesus "diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya" (Kisah 2:23a), ini tidak mengurangi sifat keji dari kejahatan orang-orang yang dengan penuh semangat menginginkan penyaliban Yesus. Mengapakah mereka menyerahkan Anak Allah yang suci dan penuh kasih? Karena dengki! Tidak ada yang dapat secara lebih jelas menggambarkan betapa jahatnya sifat dengki ini.
4. Kehidupan Yang Kacau (5:21b, c)
Kemabukan juga adalah terjemahan dari kata yang jamak dalam teks itu. Bentuk kamus kata itu adalah me/qh (methē), dan kata itu muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru hanya dalam Lukas 21:34 dan Roma 13:13.
Di kalangan orang-orang Yunani kuno, anggur biasanya tidak diminum dalam "kekuatan penuh" atau "tanpa campuran" (a¡kratoß, akratos). Hal itu didokumentasikan dengan baik bahwa minuman yang lazim di meja orang-orang Yunani biasanya terdiri dari tiga bagian air untuk satu bagian anggur. Dalam literatur mereka, berbagai peringatan muncul untuk jangan menggunakan takaran anggur yang lebih tinggi karena mengingat bahaya mabuk. Satu kemunculan anggur murni dalam Perjanjian Baru tidak ada hubungannya dengan sukacita atau perayaan, melainkan dengan murka Allah: Anggur itu "disediakan tanpa campuran [akratos] dalam cawan murka-Nya; dan [pemberontak] akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba" (Why. 14:10).
Dalam budaya Amerika, kemungkinan besar berasal dari keyakinan Calvinis para leluhur yang Puritan, lapisan besar penduduk hampir selalu menentang penjualan dan minum minuman beralkohol. Antara 1919 dan 1933, perlawanan ini mengakibatkan diberlakukannya undang-undang yang melarang pembuatan, pengiriman, dan penjual- an minuman beralkohol (kecuali untuk tujuan pengobatan dan agama). Undang-undang ini disahkan dalam periode yang sekarang dikenal sebagai "Era Prohibisi/Larangan." Segera setelah itu, bagaimanapun, jelas terlihat bahwa undang-undang semata tidak dapat memperbaiki penyakit sosial dan pribadi yang diupayakan untuk disembuhkan oleh para pembuat undang-undang itu, belakangan hukum yang tidak dapat diterapkan itu dicabut.
Yesus dan para rasul-Nya tidak pernah melarang minum anggur atau minuman berfermentasi lainnya. Paulus, pada kenyataannya, menganjurkan Timotius untuk menggunakan anggur sebagai obat: "Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah" (1 Tim. 5:23). Nasihat Paulus kepada Timotius diberikan untuk alasan yang sangat baik, sebab air di sekitar Mediterania tidak murni dan memang dapat menyebabkan masalah pada perut.72Mencampur air ini dengan sedikit anggur (25 persen) mengerjakan tujuan ganda yaitu memurnikan air dan mencairkan anggur untuk menurunkan risiko kecanduan terhadap kandungan alkohol. Jelas terlihat bahwa Paulus peduli dengan penyembuhan masalah perut Timotius. Seperti tulisan-tulisan sekuler Yunani kuno, Perjanjian Baru memperingatkan terhadap pelbagai ekses anggur (seperti dalam kasus penatua dan diaken; 1 Tim. 3:3, 8; Tit. 1:7). Namun begitu, abstain yang ketat terhadap anggur tidak di manapun ditemukan di dalam Perjanjian Baru, kecuali dalam nas-nas yang berkaitan dengan Yohanes Pembaptis dan nazar orang nazir.73Apa yang dilarang sebagai perbuatan daging bukan penggunaan anggur itu sendiri, tapi penyalahgunaannya yang menimbulkan kemabukan.
Pertimbangan lain mengenai minum anggur ada kaitannya dengan memberikan batu sandungan kepada hati nurani orang lain. Dalam konteks kebebasan pribadi dalam Kristus, Paulus menginstruksikan, Jangan rusak pekerjaan Allah demi makanan. Semua makanan adalah halal, tetapi salahlah orang yang makan apa saja membuat orang lain tersandung! Lebih baik tidak makan daging atau minum anggur atau melakukan apa saja lainnya yang akan membuat jatuh saudara atau saudarimu (Rom. 14:20, 21; NIV).
Pada kesempatan lain, rasul itu juga menulis, Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat (1 Kor. 10:31-33).
Menimbulkan batu sandungan lewat perilaku apa saja yang dapat menyebabkan seseorang jatuh ke dalam dosa adalah bukan perkara kecil bagi orang percaya (1 Kor. 8:1-13). Sangat mungkin untuk terlibat dalam praktik yang secara inheren dapat diterima namun begitu, karena situasi tertentu, dapat bersifat merusak secara rohani untuk orang lain. Dalam situasi ini, terlibat dalam kegiatan seperti itu merupakan dosa besar melawan Tuhan dan menggagalkan tujuan utama-Nya untuk datang ke dalam dunia!
Pesta pora berasal dari bentuk jamak dari kata kwvmoß (kōmos), sebuah istilah yang juga dapat diterjemahkan "berpesta berlebihan," "pesta pora," atau "pesta gila-gilaan." Bentuk jamaknya dibuat jelas oleh terjemahan "pesta pora" (NKJV) dan "pesta gila-gilaan" (NIV). Kata ini muncul dua kali lagi di dalam Perjanjian Baru, dalam Roma 13:13 dan 1 Petrus 4:3 di mana kata itu juga dikaitkan dengan "kemabukan" dan "hawa nafsu." Kata komos mungkin awalnya mengacu kepada suatu kelompok orang yang bersukacita yang belum tentu mabuk atau mengacau. Kamus Bauer mengatakan bahwa istilah itu digunakan untuk "prosesi pesta untuk menghormati Dionysus" (dewa anggur) dan "kemudian makanan atau perjamuan yang penuh sukacita."74Namun begitu, ketika malam semakin larut, pesta seperti itu sering merosot menjadi mabuk-mabukan dan pesta pora. Di tengah malam, orang-orang yang mabuk itu, "dengan karangan bunga di kepala mereka, dan obor di tangan mereka, dengan teriakan dan nyanyian … [akan] melewati rumah-rumah pelacur, atau jika tidak berkeliaran melewati jalan-jalan, dengan kata-kata cercaan dan umpatan tanpa sebab kepada setiap orang yang mereka [jumpai]."75William M. Ramsay berkata bahwa, di kalangan orang-orang Yunani, "Komos, Kesukariaan, dijadikan dewa, dan ritualnya dilakukan secara cukup sistematis, namun [diramu] dengan segala kecerdikan dan kreativitas pikiran Yunani, yang memberikan kesenangan baru dan keragaman yang terus-menerus kepada kesukariaan itu."76
Ringkasan Dan Peringatan (5:21d)
Katalog ini hanya menyajikan lingkup dosa. Paulus membuat jelas hal ini dengan menyimpulkan daftarnya itu dengan kalimat dan sebagainya. Berbagai perbuatan daging disebutkan dalam Perjanjian Baru, baik dalam surat-surat Paulus77dan dalam tulisan-tulisan penulis terilham lainnya.78
Daftar-daftar seperti itu bukan khas Perjanjian Baru. Daftar seperti itu cukup umum di kalangan orang Yahudi dan kaum moralis kafir yang berusaha melakukan kebajikan di dunia yang rusak secara etika. Daftar Paulus dalam 5:19-21 dibuat untuk orang Kristen, dengan menyebutkan kebutuhan khusus saudara-saudara Galatia.79
Paulus mengawali pernyataannya berikutnya dengan frasa terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu—seperti yang telah kubuat dahulu. Kata Yunani yang diterjemahkan "kuperingatkan" adalah dari prole/gw (prolegō), yang berarti "mengatakan terlebih dahulu" atau "memberitahu terlebih dahulu." Dalam kedua konteks itu, pesannya itu mengandung peringatan yang serius. Ia sedang menegur mereka untuk menghindari perbuatan jahat dari daging (melalui suratnya), sama seperti yang ia telah ajarkan kepada mereka sebelumnya (ketika ia berada di tengah-tengah mereka).
Meski kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus adalah inti pesan Paulus (1 Kor. 15:3, 4), rasul itu pastinya sudah juga menginstruksikan gereja Galatia tentang moralitas dasar untuk memimpin mereka kepada pertobatan. Lebih lanjut, ia dan Barnabas melakukan kunjungan kembali kepada jemaat-jemaat ini dalam perjalanan mereka kembali ke Antiokhia di Siria. Di setiap tempat, mereka "menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara" (Kisah 14:22). Paulus memberikan instruksi moral sebagaimana dibutuhkan, memberitahu mereka terlebih dahulu tentang apa yang diharapkan—tidak hanya tentang penganiayaan dan resiko pemuridan, tetapi juga tentang bagaimana berperilaku sebagai anak-anak Allah. Dalam melakukan hal itu, ia mengatakan kepada mereka tentang konsekuensi yang mengerikan dari ketidaktaatan dan ketidaksetiaan.
Pesan berulang dari Paulus adalah bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dari semua konsekuensi yang dapat menimpa orang yang tidak setia, yang satu ini pasti yang terbu- ruk. Orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat sedang kehilangan semua kemuliaan sorga dan kehidupan kekal di hadapan Allah dan umat-Nya yang ditebus.
TFTWMS: Gal 5:22-23 - Buah Roh "Buah Roh" (Galatia 5:22, 23)
22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kel...
"Buah Roh" (Galatia 5:22, 23)
22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Karena tema bagian surat ini kepada gereja Galatia adalah hidup orang Kristen dalam Roh, maka gambaran terperinci tentang buah Roh merupakan kesimpulan yang tepat untuk pasal 5.
Ayat 22, 23. Tetapi (de÷, de) berfungsi sebagai kebalikan dan membedakan apa yang sudah datang sebelumnya dengan apa yang datang setelahnya. Dalam beberapa contoh, de menunjukkan sedikit atau bahkan tidak berbeda sama sekali dan diberikan dengan kata sambung "dan." Karena di sini terjadi perbedaan yang signifikan, "tetapi" adalah terjemahan yang tepat. Paulus bergeser dari peringatan tentang "perbuatan-perbuatan daging" (5:19) kepada mempromosikan buah Roh (o karpo«ß touv pneu/matoß, ho karpos tou pneumatos). Alih-alih kejahatan, ia mulai membahas kebajikan.
Pohon menghasilkan buah menurut jenisnya.80Sejak jatuhnya Adam dan Hawa, manusia telah melakukan "perbuatan-perbuatan daging" yang bersifat duniawi dan tidak rohani. Menjelang awal sejarah Alkitab, Allah mengamati semua kejahatan manusia dan melihat bahwa "segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata." Ia bahkan menyesal bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu "memilukan hati-Nya" (Kej. 6:5, 6). Allah berkata, "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging" (Kej. 6:3).
Roh Kudus Allah semata-mata tidak tahan melihat kemuliaan mahkota ciptaan-Nya, yang diciptakan menurut gambar-Nya, menggelinding ke bawah, semakin dalam dan lebih dalam lagi ke dalam jurang dosa. Ia merasa pilu melihat manusia terus-menerus menyerah kepada hawa nafsunya sendiri yang bejad dan meninggalkan status yang Allah kehendaki—kemuliaan yang untuknya ia dari awalnya sudah dibentuk.81
Dalam Kejadian 6:3, kita punya pernyataan pertama dalam Kitab Suci mengenai adanya perseteruan antara ranah "daging" (רשׂבּ, baśar; sa÷rx, sarx) dan ranah "Roh" (חוּר, ruach; pneuvma, pneuma).
Ketegangan ini dapat dilihat dalam Galatia 5. Itu hadir tidak hanya dalam perbandingan Paulus tentang "perbuatan daging" dengan "buah Roh" (5:19-23), tetapi juga dalam pernyataan pembukaannya dalam 5:17: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging— karena keduanya bertentangan."
"Buah Roh" mengacu kepada sifat-sifat pemberian Allah yang dianugerahkan ke atas mereka yang taat kepada injil. Ketika orang mendengar kabar baik tentang Yesus, mereka merasakan dalamnya keberdosaan diri mereka dan besarnya kasih Allah. Allah menunjukkan kasih ini dengan mengutus Anak-Nya sendiri untuk dikorbankan di kayu salib untuk menjadi perwujudan dosa, sehingga orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus "dibenarkan oleh Allah di dalam Dia" (2 Kor. 5:21; NASB). Setelah menyadari apa yang terjadi pada hari itu, ketika klimaks dari seluruh sejarah manusia tercapai, para pendengar injil digerakkan menuju iman. Mereka kemudian menyerah kepada perintah yang sama yang Petrus pernah berikan kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada pesannya pada hari Pentakosta: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus" (Kisah 2:38). "Bertobat" adalah "mengubah arah kehidupan seseorang"; orang harus tunduk pada kehendak Allah, menerima Yesus sebagai Allah atas hidupnya. Kata "dibaptis" (bapti÷zw, baptizō) secara harfiah berarti "dibenamkan." Baptisan adalah penguburan di dalam air di mana dosa-dosa orang percaya yang bertobat telah disucikan oleh darah Kristus yang menyelamatkan.82
Selain pengampunan dosa, orang yang mematuhi injil juga dijanjikan karunia menetapnya Roh itu sendiri. Menurut Kisah Para Rasul 2:39, para calon penerima tidak terbatas pada orang-orang Yahudi dan "orang-orang Yahudi yang saleh" (Kisah 2:5) yang hadir pada hari Pentakosta, tetapi juga termasuk "anak-anak" mereka dan "semua orang yang masih jauh." Roh yang menetap diberikan kepada setiap orang yang taat kepada injil, baik Yahudi maupun bukan Yahudi.83
Sebagai bejana tanah liat semata, kita tidak dapat memahami misteri Roh Allah dan bagaimana Ia beroperasi. Apa yang diajarkan Kitab Suci (terlepas apakah kita dapat memahaminya atau tidak) adalah benar: Roh Kudus Allah kita menetap di dalam tubuh orang Kristen sebagai karunia yang dianugerahkan oleh Allah. Ini tidak dapat dibantah.
Selanjutnya, tidak dapat dipungkiri bahwa siapa pun yang percaya dan menaati Allah, yang menyerahkan kehendaknya sendiri kepada Bapa, akan mengalami transformasi yang dihasilkan dari menjadi anak Allah (3:26-29). Ia akan semakin bertumbuh menjadi sosok Yesus, Anak Allah. Dengan cara ini, ia akan mewujudkan sifat-sifat ini yang Paulus sebut "buah Roh": kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
1. Kasih (ajga/ph, agapē) membuka daftar kebajikan yang terkenal ini.84Itu adalah salah satu dari empat jenis kasih yang diidentifikasi dalam bahasa Yunani. Faktanya, agapē adalah bentuk tertinggi dari kasih, yang berasal dari Allah sendiri. Yohanes menggunakan kata benda ini, bersama dengan kata kerja yang terkait ajgapa÷w (agapaō), beberapa kali ketika ia menulis, "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.… Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita" (1Yoh. 4:16-19).
Agapē harus melampaui kasih sayang semata bagi orang-orang yang dikasihi. Ia berusaha untuk berbuat demi kepentingan terbaik orang lain, bahkan para musuh. Yesus mengajar murid-muridNya, Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna (Mat. 5:43-48).
Allah bertindak untuk kepentingan semua orang, bahkan para musuh-Nya ("orang yang tidak benar"). Anak-anaknya diminta untuk melakukan hal yang sama. Dalam upaya untuk mempromosikan kesatuan dalam gereja yang terpecah, Paulus menggambarkan untuk gereja Korintus sifat kasih agapē yang tidak mementingkan diri sendiri:
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan (1 Kor. 13:4-8a).
Selain itu, kasih agapē itu dermawan dan punya belas kasihan. Karakteristik kasih ini dimodelkan oleh Tuhan Yesus, yang tergerak oleh belas kasihan saat Ia melayani orang lain (Mat. 9:36; 14:14; 15:32; 20:34). Selanjutnya, kasih agapē harus selalu murni, seperti yang Petrus nasihatkan kepada para pembacanya:
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal (1 Pet. 1:22, 23).
Kasih ini adalah produk dari kelahiran baru, atau dalam bahasa Paulus, "buah Roh." Sebenarnya, kasih ini adalah yang paling agung dan paling mulia dari semua atribut rohani yang Allah telah sediakan bagi anak-anak-Nya. Kasih ini sangat jauh lebih agung daripada pelbagai karunia karismatik yang sifatnya sementara yang Paulus bahas dalam surat Korintus. Kasih ini bahkan lebih unggul daripada iman dan pengharapan (1 Kor. 13:13).
2. Buah Roh berikutnya adalah sukacita joy (cara/, chara). Boleh jadi konsep sukacita sebagai sifat penting kedewasaan orang Kristen kadang kala diabaikan. Bahkan di dalam Perjanjian Lama, sukacita adalah ciri khas umat Allah. Lalu, seberapa banyak lagikah umat perjanjian baru-Nya harus mengalami sukacita, setelah menerima penebusan yang terdapat di dalam Kristus!
Chara adalah kata benda yang mengekspresikan ide tentang sukacita, kegembiraan, atau kebahagiaan. Bentuk kata kerjanya yang berkaitan adalah cai/rw (chairō), yang berarti "bersukacita" atau "menjadi senang." Tiga kata Yunani utama lainnya yang mengungkapkan perasaan sukacita baik dalam LXX maupun Perjanjian Baru adalah ἀγσλλίασις (agalliasis) yang berarti "sukacita atau kebahagiaan yang ekstrim"; μακαρισμός (maka- rismos), yang menunjukkan "kebahagiaan" atau "berkat"; dan εὐφροσύνη (euphrosunē), yang berarti "sukacita" atau "kegembiraan." Kosakata bahasa Ibrani yang mengekspresikan ide-ide atau perasaan ini adalah banyak sekali. Sebenarnya, beberapa kata Ibrani dapat diterjemahkan dengan kata Yunani yang sama dalam LXX.
Sukacita harus menjadi karakteristik hakiki orang Kristen, yang merupakan warga negara dalam kerajaan Allah. Ketika beberapa saudara Paulus di gereja Roma mengalami perselisihan mengenai makanan halal/haram dan hari-hari suci khusus, ia mengajar mereka bahwa "kerajaan Allah bukan masalah tentang makan dan minum, tetapi tentang kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus" (Rom. 14:17; NIV). Ia kemudian menyurati gereja Filipi yang kekasih, dengan menekankan "sukacita." Ia berulang kali menasihati mereka untuk "bersukacita dalam Tuhan" dan dengan mesra menyebut mereka sebagai "sukacita[nya] dan mahkota[nya]" (Flp. 3:1; 4:1, 4). Meski Paulus tidak menggunakan kata khusus untuk "sukacita," pelbagi tulisannya kadang-kadang akan meledak ke dalam kegirangan. Misalnya, ketika merenungkan sifat ilahiat Allah dan injil keselamatan-Nya, rasul Paulus berseru, "O, alangkah dalamnya kekaya-an, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!" (Rom. 11:33).
Sukacita seperti itu di dalam Allah adalah respons alami anak Allah yang dari hatinya telah menyebut Yesus sebagai Penebusnya dan telah diberkati dengan karunia Roh Kudus. Sukacita dapat dipertahankan oleh seorang Kristen bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun. Prinsip ini diilustrasikan oleh Paulus dan Silas dalam perjalanan misi kedua. Setelah mereka dipukuli dengan tongkat, dua duta besar untuk Kristus itu mendapatkan diri mereka berada di dalam penjara Filipi. Meski kaki mereka diikat dalam belenggu dan punggung mereka sakit karena pemukulan yang mereka alami beberapa jam sebelumnya, orang-orang ini "menyanyikan puji-pujian kepada Allah" di tengah malam (Kisah 16:22-25). Rasa sakit fisik mereka cukup berat, tapi sukacita tidak dapat diusir dari hati mereka. Mereka setia mengabdikan diri untuk menjalankan nasihat Yesus Kristus, yang untuk tujuan-Nya mereka telah secara ilahiat dipanggil.
Paulus dan Silas menjadi contoh yang mengagumkan bagi kita semua. Keteguhan hati memenuhi hati para duta besar untuk Kristus ini. Ini tidak diragukan lagi merupakan sumber sukacita seperti itu, bahkan saat mereka sedang mengalami rasa sakit dan penderitaan. Seperti banyak penginjil yang telah belajar dari pengalaman, tidak ada sukacita yang lebih besar daripada melayani sebagai alat yang rendah milik Kristus dalam membawa satu jiwa yang berharga agar ia menegal keselamatan melalui Kristus.
Hal ini, pada kenyataannya, sukacita Yesus itu sendiri, "yang demi sukacita [chara] yang diletakkan di hadapan Dia memikul salib, dengan mengabaikan rasa malunya, dan telah menduduki tempat duduk-Nya di sebelah kanan takhta Allah …"(Ibr. 12:2; NRSV).
3. Setelah "kasih" dan "sukacita" muncul damai sejahtera (eijrh/nh, eirēnē). Kerajaan Allah, seperti yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, harus ditandai dengan "damai sejahtera." Kabar baik, damai sejahtera, dan keselamatan terjalin bersama dalam Yesaya 52:7:
Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit Kedatangan pembawa berita, Yang mengabarkan berita damai Dan memberitakan kabar baik, Yang mengabarkan berita selamat Dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu Raja!"
Yesaya mengacukan Mesias yang datang itu sebagai "Raja Damai" (Yes. 9:6)
Ketika Juruselamat lahir, para malaikat Allah menyampaikan kabar gembira kepada beberapa gembala yang sedang menjaga ternak mereka di malam hari. Sejumlah besar bala tentara sorga muncul, "memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya'" (Luk. 2:13, 14). Teks Yunaninya secara harfiah mengatakan "di antara orang-orang yang berniat baik" (ejn ajnqrw/poiß eujdoki/aß, en anthrōpois eudokias). Bagi orang-orang yang memiliki niat baik, di sana tidak dapat ada sukacita atau damai sejahtera yang lebih besar. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, Ia akan menawarkan pendamaian dengan Allah. Namun begitu, orang-orang jahat hanya dapat merespons karunia agung ini dengan perasaan sebal, penolakan, dan kebencian. Reaksi yang berbeda ini terhadap Kristus berfungsi sebagai latar belakang pernyataan-Nya dalam Matius 10:34-36:
Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai [eirēnē] di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Bagi orang Kristen yang setia, Kristus membawa kedamaian batin. Ketika Yesus sedang mempersiapkan murid-murid-Nya bagi fakta bahwa Ia akan meninggalkan mereka dan kembali kepada Bapa, Ia meyakinkan mereka bahwa mereka tidak akan ditinggalkan seorang diri; Allah akan memberi mereka Penolong atau Penghibur yang lain. Ia juga bicara tentang sifat damai sejahtera yang akan Ia berikan kepada mereka: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (Yoh. 14:27). Damai sejahtera yang Yesus berikan adalah damai sejahtera yang didasarkan pada kepercayaan kepada Dia dan Firman-Nya. Damai sejahtera adalah tempat jiwa mendapat kelegaan (Mat. 11:28-30).
Petrus mengumumkan kepada keluarga Kornelius bagaimana Allah telah menyampaikan firman-Nya "kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang" (Kisah 10:36). Ia kemudian menyampaikan injil kepada orang-orang bukan Yahudi ini sehingga mereka juga dapat memiliki kesempatan untuk menikmati kedamaian ini dengan Allah (Kisah 10:37-48). Mereka yang sudah percaya kepada Kristus dan telah dipersatukan dengan Dia dalam baptisan—apakah orang Yahudi atau bukan Yahudi—memiliki damai sejahtera dengan Allah dan dengan satu sama lain (Gal. 3:26-29). Paulus juga menjelaskan hal ini dalam Efesus 2:14-19. Konsep Kristen tentang "damai sejahtera" adalah sangat penting sehingga hal itu mempengaruhi ungkapan-ungkapan di dalam surat-surat Paulus (lihat Gal. 1:3). "Damai sejahtera" adalah salah satu salam yang paling agung yang dapat kita berikan kepada satu sama lain.
Setelah bicara menentang perbuatan-perbuatan daging (5:16-21), Paulus segera beralih kepada sifat positif yang harus dikembangkan orang Kristen dalam kehidupan mereka melalui bimbingan Roh Kudus. Setelah menyebutkan kebajikan kasih, sukacita, dan damai sejahtera, ia melanjutkan daftarnya itu.
4. Buah Roh juga mencakup kesabaran (makroqumi/a, makrothumia). Bagian pertama dari kata majemuk ini adalah makro/ß (makros), yang dapat mengacu kepada "waktu yang relatif lama" atau "berada relatif jauh, sangat jauh."85Bagian kedua berasal dari kata benda qumo÷ß (thumos), yang artinya merentang dari "keinginan besar" atau "kerinduan yang menggelora" hingga "marah," "murka," dan bahkan "amuk."86Itu mengungkapkan keadaan pikiran atau temperamen. Ketika kedua kata itu awalnya digabungkan, mereka mungkin memberikan pengertian "lambat untuk marah" (lihat Kel. 34:6; Amsal 19:11; LXX). Seiring waktu, kata-kata cenderung memiliki nuansa makna yang berbeda. Kamus Bauer mendefinisikan makrothumia sebagai "pengendalian diri, kesabaran" atau "ketabahan, daya tahan."87Kata itu memiliki konotasi kemampuan tertentu untuk menunggu dalam waktu yang lama, untuk bertekun ketika penantian itu sulit dan menguji kesabaran seseorang. Alkitab KJV menulis "panjang sabar," yang mempertahankan unsur waktu yang terkandung di dalam kata Yunani itu. Kesabaran adalah buah rohani yang menyukakan Allah dan memberkati orang lain.88Itu juga merupakan sifat Roh Kudus, sifat Allah sendiri, dan sifat Putra-Nya, Yesus Kristus.89
Kata kerja makroqume÷w (makrothumeō) yang terkait menyampaikan gagasan tentang "berpikir panjang " atau "tidak mudah marah." Ini menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan keadaan pikiran yang mencirikan ketenangan dan pengendalian diri, bahkan ketika menunggu sesuatu yang melibatkan tekanan atau ketegangan. Ketegangan—apakah berupa ancaman, bahaya, atau kepedulian yang mendalam—menguji kemampuan ini. Orang yang memiliki makrothumia dianugerahi dengan kekuatan emosional dan stabilitas untuk bertahan sampai lebih daripada tingkatan biasa (lihat Ibr. 6:13-15; Yak. 5:7, 8).
Dua kelompok lain untuk kata "kesabaran" ditemukan dalam Perjanjian Baru. Satu kelompok mencakup ajnoch/ (anochē), dengan konsep "kesabaran," "pengampunan," atau "toleransi" Kata itu hanya muncul dua kali dalam Perjanjian Baru, dalam Roma 2:4 dan 3:25. Kedua kemunculan kata itu menggambarkan sifat Allah. Namun begitu, bentuk kata kerjanya, ajne/cw (anechō), yang muncul lima belas kali di dalam Perjanjian Baru, banyak berhubungan dengan orang Kristen. Arti kata itu adalah "bertahan," "bersabar dengan," "menanggung," "mentolerir," atau "memikul."90
Kelompok lain kata itu termasuk kata benda uJpomonh (hupomonē). Kata itu terdiri dari dua kata Yunani: preposisi uJpo (hupo, "di bawah," "di kolong", atau "bawah") dan kata kerja me÷nw (menō, "tinggal" atau "tetap"). Pemikiran yang dihasilkan adalah "tetap teguh di bawah" keadaan sulit. Istilah itu membangkitkan gambaran tentang ketekunan, terus bertahan di bawah tekanan saat memikul beban berat—seperti tokoh mitologis kuno Atlas yang memikul beban dunia yang luar biasa beratnya di pundaknya. Kata kerja uJpome÷nw (hupomenō) yang terkait berarti "berdiri teguh," "berdiri kokoh," "bertahan."91
Kesabaran Kristen dimotivasi oleh kasih (1 Kor. 13:4) dan pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali (1 Tes. 1:2, 3). Itu didasarkan pada model Yesus, yang dengan sabar "memikul salib" dan "rasa malu"nya untuk kita sebelum ditinggikan "di sebelah kanan takhta Allah" (Ibr. 12:2). Penulis Ibrani menasihati para pembacanya, "Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa" (Ibr. 12:3). Paulus menawarkan kepastian ini: "jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia" (2 Tim. 2:12a).
5. Berikutnya pada daftar kebajikan ini adalah kemurahan (crhsto/thß, chrēstotēs), yang juga dapat didefinisikan sebagai "kejujuran," "kebaikan," dan "kemurahan hati."92
Kata benda ini muncul dalam Perjanjian Baru hanya delapan kali, dan semua kemunculannya itu adalah dalam surat-surat Paulus. Empat darinya berhubungan dengan "kebaikan" Allah, yang telah membuka pintu pertobatan dan keselamatan bagi umat manusia.93Empat lainnya menyebutkan suatu ciri karakter yang semua orang Kristen harus miliki, meniru kemurahan Allah.94
Chrēstotēs dan kata-kata yang serumpun menyiratkan watak lembut yang menaruh belas kasihan terhadap orang lain. Karena memiliki hati yang baik, orang Kristen akan mau bermurah hati dan membantu mereka yang kekurangan. Ceslas Spicq menulis, "Orang Kristen adalah lembut dan murah hati dalam hubungan persaudaraan, berusaha untuk berguna, penuh perhatian, dapat membantu, dermawan, selalu dengan cara yang menyenangkan, bahkan dengan senyum."95
Kemurahan, bersama dengan kesabaran, dimasukkan dalam definisi Paulus tentang "kasih" dalam 1 Korintus 13:4. Di tempat lain, ia menulis, "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran" (Kol. 3:12).
6. Setelah "kemurahan" (chrestotes) muncul kebaikan (ajgaqwsu/nh, agathōsunē). Apakah bedanya antara dua kata ini? Pertanyaan ini sulit untuk dijawab karena agathosunē tidak muncul dalam literatur klasik Yunani, yang sering digunakan untuk menetapkan makna kata-kata.96
Agathosunē hanya muncul empat kali dalam Perjanjian Baru, dan semua ini ditemukan dalam tulisan-tulisan Paulus. Pertama, itu muncul di sini sebagai bagian dari buah Roh. Rasul Paulus menasihati bahwa saudara-saudara di Roma "Saudara-saudaraku, aku sendiri memang yakin tentang kamu, bahwa kamu juga telah penuh dengan kebaikan dan dengan segala pengetahuan dan sanggup untuk saling menasihati" (Rom. 15:14). Dalam Efesus 5:9, "kebaikan" dicantumkan sebagai "buah Terang." Doa Paulus dalam 2 Tesalonika 1:11 adalah bahwa Allah akan menganggap saudara-saudara itu layak menerima panggilan mereka dan "dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu. "
Meski kata itu jarang muncul di dalam Perjanjian Baru, agathosunē digunakan beberapa kali dalam LXX, di mana kata itu menerjemahkan kata Ibrani בוֹט (tob) dan kata-kata yang serumpun dengannya. Istilah-istilah ini mengacu kepada apa yang "baik," "menyenangkan," atau yang "diinginkan."97Kata sifat ajgaqo/ß (agathos, "baik") yang terkait sering muncul dalam Perjanjian Baru dan LXX.
Dalam upaya untuk menjelaskan sifat unik kebaikan, Lightfoot mengatakan bahwa chrēstotēs adalah "watak yang baik," sedangkan agathosunē adalah "prinsip yang energik."98Dengan kata lain, "kemurahan" adalah sifat batin, baik hati yang menghendaki apa yang baik untuk sesama, sementara "kebaikan" adalah ekspresi lahiriah dari apa yang pada akhirnya merupakan kepentingan terbaik bagi sesama (terlepas apakah itu mungkin terlihat seperti itu atau tidak). Sementara orang mungkin mempertanyakan perbedaan ini, hal itu juga digambarkan oleh Trench, yang menulis, "Seseorang mungkin saja menampilkan [agathosunē]nya, semangatnya untuk kebaikan dan kebenaran, dalam menegur, mengoreksi, menghukum." Ia mengacu kepada Kristus yang mengusir para pedagang ke luar bait suci (Mat. 21:12, 13) dan kemudian mencela ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Mat. 23). Perbuatan marah secara benar ini, bagaimanapun, tidak akan digambarkan sebagai chrēstotēs. Sebaliknya, kebajikan itu ditampilkan dalam sikap Yesus yang bersikap ramah terhadap perempuan yang bertobat (Luk. 7:37-50).99Trench bagaimanapun tidak mendukung "kebaikan yang tidak ada batasannya, tidak ada ketajaman di dalamnya, tidak ada kemarahan secara benar terhadap dosa, atau kemauan untuk menghukum dosa."100"Kebaikan" pada akhirnya dan semata-mata ditentukan oleh apa yang Allah lihat sebagai baik.
7. Kesetiaan (pi/stiß, pistis) adalah yang berikutnya di antara buah Roh. Dalam penggunaannya yang paling umum di dalam Perjanjian Baru, arti kata ini hanyalah "iman," "kepercayaan," atau "keyakinan." Namun begitu, dalam banyak kasus, kata itu muncul dengan pengertian tentang apa yang membangkitkan keyakinan—yaitu, "keandalan" dan "sifat layak dipercaya." Makna ini telah dipengaruhi oleh LXX, yang menggunakan pistis untuk menerjemahkan kata Ibrani הנוּמא ('emunah). Ini adalah kasus dalam Mazmur 36:5b, yang bicara tentang Allah, "setia-Mu sampai ke awan." Demikian pula, Amsal 12:22 mengatakan, "Bibir dusta adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi mereka yang berbuat dengan setia adalah kesukaan-Nya" (NRSV).
Mazmur 36:5, bersama dengan nas-nas lain yang banyak, menekankan bahwa kita selalu dapat bergantung pada Allah. Ia "tidak berdusta" (Tit. 1:2). Firman-Nya dapat diandalkan sepenuhnya; kita dapat bergantung pada apa saja yang Ia katakan. Allah membenci kebohongan, tapi Ia senang kepada orang-orang yang mengabdi kepada kebenaran dan kata-katanya dapat dipercaya. Dalam Amsal 12:22, semua pendusta diperingatkan bahwa mereka berada di bawah penghukuman yang pasti dan tak terelakkan kecuali jika mereka bertobat, sedangkan mereka yang jujur dan setia dapat merasa nyaman dengan kenyataan bahwa Allah tersenyum kepada mereka dengan perasaan senang.
Kata pistis memiliki makna yang luas, seperti yang terlihat dalam kamus Yunani dan pelbagai Kitab Suci versi Inggris. Definisi ini mencakup "iman," "keyakinan," "kepercayaan," "kesetiaan," "seperangkat iman atau kepercayaan (injil)," "doktrin," "keyakinan," "bukti," "jaminan," "kesetiaan," dan "janji kesetiaan." Terlepas dari banyaknya kemungkinan artinya, satu-satunya yang sesuai dengan konteks daftar kebajikan Paulus dalam 5:22 adalah "kesetiaan."
Pistis harus dipahami sebagai aspek moral atau etika karakter orang Kristen. Itu adalah bagian dari karakternya karena ia adalah orang yang, dalam memberikan dirinya kepada Allah dalam iman dan ketaatan, diberkati dengan Roh kekudusan yang menetap yang telah dijanjikan Allah kepada orang percaya (Kisah 2:38, 39; 5:30-32). Seperti semua kata-kata lain yang tercantum di antara buah Roh, "kesetiaan" adalah sifat dari Roh itu sendiri yang diberikan oleh Allah. Sebagai suatu kebajikan, pistis sering dikaitkan dengan kata-kata lainnya yang memiliki sifat yang serupa,101terutama agapē.102
8. Setelah "kesetiaan," kebajikan berikutnya adalah kehalusan (5:23; πραΰτης, prautēs; NASB). Sementara sebagian besar versi bahasa Inggris menulis "kehalusan," terjemahan lain yang memungkinkan mencakup "kerendahan hati" (GNT) dan "kelemahlembutan" (KJV; ASV). Meski terjemahan ini mencerminkan beberapa aspek dari kata prautēs, namun yang paling disukai adalah istilah "kelemahlembutan"— dengan konotasinya yang lebih tua, yang lebih baik.
Bahasa berkembang seiring berjalannya waktu, dan kata-kata individual berubah dan kehilangan aspek-aspek tertentu dari makna awalnya. Sayangnya, kata bahasa Indonesia/Inggris "lemah lembut" secara bertahap akhirnya dikaitkan dengan konsep "kelemahan," sebuah ide yang cukup asing bagi makna prautēs. Sekarang ini, ketika orang-orang duniawi mendengar seseorang digambarkan sebagai "lemah lembut," mereka membayangkan sosok yang pemalu, pengecut, penakut. Oleh karena itu, kita dapat mengerti mengapa para penerjemah Alkitab modern telah memutuskan untuk menghindari kata tersebut. Mereka yang tumbuh bersama KJV mengenal baik istilah "kelemahlembutan," yang secara sangat jelas mengungkapkan ide utama yang terkandung dalam kata asli Yunani prautēs. Arti khas istilah itu bukan hanya kerendahan hati, tapi kerendahan hati di hadapan perlawanan atau tekanan.
Musa berfungsi sebagai ilustrasi yang sangat baik tentang kebajikan ini, karena ia digambarkan sebagai "seorang yang sangat rendah hati ['lembut'; KJV; ASV], lebih daripada setiap manusia mana saja di atas muka bumi" (Bil. 12:3; NASB). Untuk memahami makna yang lebih lengkap tentang gambaran ini, kita perlu mempertimbangkan konteksnya. Adik perempuan Musa, Miriam, dan saudaranya, Harun, bangkit melawan dia dan mengecam dia karena "perempuan Kush" yang telah dinikahi bertahun-tahun sebelumnya. Selain itu, Miriam dan Harun sedang mengklaim bahwa, karena Allah juga telah bicara melalui mereka, maka mereka merasa sederajat dengan dia dan Musa bersalah karena meninggikan dirinya di atas mereka (lihat Bil. 12:1, 2). Kitab Suci sama sekali tidak bicara tentang respons Musa untuk membela diri—tetapi Allah sendiri turun dalam bentuk tiang awan yang menakjubkan ("kemuliaan Shekinah" kehadiran-Nya) dan secara pribadi membela Musa, menghajar Miriam dengan kusta (Bil. 12:4-10). Setelah ini, sebagai bukti lebih lanjut tentang kelemahlembutannya, Musa memperhatikan permohonan Harun atas nama saudari mereka dan memohon kepada Allah untuk mengampuni dan menyembuhkan dia. Allah menanggapi dengan baik permohonan Musa itu, setelah secara terbuka mempermalukan Miriam (Bil. 12:11-15).
Kebajikan kelemahlembutan ditunjukkan oleh Musa pada beberapa kesempatan lain. Misalnya, ketika Allah marah atas ketidaktaatan dan ketidaksetiaan Israel, Ia berencana untuk menghancurkan mereka semua dan menjadikan Musa sebagai bangsa yang besar. Musa, meski ia sendiri sudah sekali lagi diserang, memohon kemurahan hati Allah. Ia bahkan menawarkan nyawanya sendiri kepada Allah atas nama orang-orang yang memberontak itu. Mungkin di sinilah Musa dipandang paling unik untuk menjadi bayangan Yesus sebagai Juruselamat dalam kesediaannya untuk menyerahkan nyawanya bagi saudara-saudaranya (Kel. 32:6-14, 31, 32; lihat Ula. 18:15-19).
Kata "lemah lembut" (πραΰς, praus) yang terkait digunakan dalam Perjanjian Baru mengenai Yesus. Saat Ia memberikan Khotbah di Bukit, Ia menyatakan, "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan mewarisi bumi" (Mat. 5:5; KJV; NKJV; ASV). Dalam undangan agung-Nya, Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai "lemah lembut dan rendah hati" (Mat. 11:29; KJV; ASV). Selain kehalusan, istilah tersebut menyiratkan gagasan tentang kekuasaan di bawah kendali. Dengan mengutip terutama dari Zakharia 9:9, Matius menggambarkan peristiwa masuk penuh kemenangan dalam kata-kata ini:
"Katakanlah kepada puteri Sion: 'Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ramah ["lemah lembut"; KJV; ASV], dan mengendarai seekor keledai, Bahkan seekor keledai beban yang muda'" (Mat. 21:5).
Yesus, Mesias yang penuh kuasa, naik keledai ke dalam Yerusalem untuk bersiap mati di kayu salib sebagai Hamba Yang Menderita.
Unsur ketegangan atau tekanan di dalam mana "lemah lembut" (prautēs) menghadapi perlawanan atau antagonisme adalah tidak selalu jelas, tapi kadang-kadang jelas. Petrus mendesak istri-istri Kristen untuk memiliki "roh yang lemah lembut dan tenteram" terhadap suami mereka, bahkan "jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman" (1 Pet. 3:1, 4; KJV; ASV). Selanjutnya, Paulus menghadapi beberapa orang yang sombong di Korintus, dengan bertanya apakah ia harus datang kepada mereka "dengan cambuk atau dengan kasih dan dengan hati yang lemah lembut?" (1 Kor. 4:21; KJV). Dengan adanya unsur perlawanan di dalam pikiran, rasul itu juga mendesak Timotius untuk "ramah terhadap semua orang, cakap mengajar, sabar, dengan lemah lembut mengoreksi mereka" (2 Tim. 2:24, 25; ASV).
9. Buah Roh yang terakhir adalah penguasaan diri (ejgkra/teia, enkrateia). Kata ini dibentuk pada akar kata Yunani kra/toß (kratos), yang berarti "tenaga," "kekuatan," atau "kekuasaan." Itu tercermin dalam kata-kata bahasa Indonesia seperti "demokrasi," "otokrasi," dan "teokrasi." Dengan awalan yang ditambahkan, enkrateia mengacu kepada "penguasaan diri." Penguasaan diri memang tenaga, kekuatan (kratos) dalam diri manusia (ejn, en).
Kata enkrateia jarang digunakan dalam Perjanjian Baru. Selain kemunculan dalam 5:23, bentuk kata bendanya muncul dalam dua nas lainnya. Dalam Kisah Para Rasul 24:25, Paulus bicara dengan Felix tentang "kebenaran, penguasaan diri dan penghakiman yang akan datang," yang menyebabkan gubernur Yudea itu menjadi "takut." Paulus tidak hanya menyebutkan hal-hal ini; ia "mendiskusikan" hal-hal itu. Dengan mengingat gaya hidup yang khas dari wakil Kaisar yang penuh kuasa itu—dalam kasus ini Nero yang keji—Paulus tidak diragukan lagi memiliki banyak hal untuk disampaikan mengenai topik-topik ini. Ia tidak akan meninggalkan hati nurani orang kafir yang licik ini tanpa cedera. Penguasaan diri umumnya bukan salah satu kebajikan utama bagi para pejabat tinggi Romawi. Meski nama "Felix" berarti "bahagia," ini mungkin menjadi salah satu hari paling menyedihkan dalam kehidupan gubernur itu.
Juga, dalam 2 Petrus 1:5-7, Petrus mendesak orang-orang Kristen untuk terus menuju pertumbuhan rohani, menambahkan pelbagai kebajikan kepada dasar "iman." Ini mencakup "keunggulan moral," "pengetahuan," "pengendalian diri," "ketekunan," "kesalehan," "kasih persaudaraan," dan "kasih." Meski Petrus tidak memberikan daftar perbuatan jahat yang rinci, ia mendahului daftar ini dengan sebuah kiasan kepada transformasi paling menakjubkan yang pernah ditawarkan kepada umat manusia. Karena "Janji-janji yang berharga … kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia" (2 Pet. 1:4). Kelepasan ini hanya mungkin melalui dua salib: (1) salib Yesus, yang menebus manusia dan dengan demikian mengubah kehendaknya sehingga ia merespons dengan mengangkat salib itu (2) salibnya sendiri, mati terhadap semua "perbuatan daging" di dalam mana ia pernah hidup sebelum ia mengenal Yesus Kristus.103
Kata enkrateia cenderung dikaitkan dengan penguasaan diri dalam ranah seksualitas. Meski kita sudah menguras habis beberapa kemunculan kata benda itu dalam Perjanjian Baru, namun Paulus juga menggunakan kata kerja dan kata sifat yang terkait. Kata kerja ejgkrateu/omai (enkrateuomai, "melakukan penguasaan diri") muncul dua kali. Dalam 1 Korintus 7:8, 9, di mana Paulus membahas masalah perkawinan dan perceraian, ia menulis, "Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku. Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri [enkrateuomai], baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu."104Di sini Paulus menggunakan "penguasaan diri" yang berkaitan dengan gairah seksual.
Kemunculan lain kata kerja itu adalah dalam 1 Korintus 9:25, di mana Paulus mengacukan pendisiplinan diri dalam pelatihan untuk kompetisi atletik. Ia menulis, "Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya [enkrateuomai] dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi." Ilustrasi ini mengandung makna khusus ketika kita menyadari bahwa Korintus adalah kota tuan rumah dan sponsor Pertandingan Isthmus. Itu merupakan salah satu pusat perlombaan besar Panhelenik seperti yang digelar di Olympia, Delphi, dan Nemea, situs-situs yang masih dapat dikunjungi sekarang ini. Paulus tidak hanya sedang bicara tentang kompetisi itu sendiri. Lebih khususnya, ia sedang mengacu kepada pelatihan yang dilakukan untuk mempersiapkan para atlet untuk perlombaan mereka. Dalam kasus Pertandingan Olimpiade, para peserta dikumpulkan untuk pelatihan khusus dan diberitahu tentang aturan berkompetisi di Elis (ibu kota negara mereka di barat laut Peloponnesus), sehingga tampilan mereka nanti bisa lebih luar biasa.
Pertunjukan ini jauh melebihi kontes atletik belaka. Mereka ditampilkan sebagai persembahan para atlet kepada para dewa yang untuk kehormatan dewa-dewa itu pertandingan itu diadakan. Di Olympia, sebuah bukit berhutan yang tinggi, Gunung Kronion, menjulang di sisi utara stadion di mana, mereka percaya, duduk bapak dewa, Zeus, yang untuk kehormatan dirinya pelbagai perlombaan itu dipersembahkan sebagai ibadah. Paulus menerapkan konsep ini kepada kehidupan orang Kristen, yang untuknya penguasaan diri dan disiplin adalah sangat penting seraya ia memberikan seluruh miliknya untuk Allah sejati yang esa.
Kata sifat lainnya egjkrath/ß (enkratēs), yang berarti "menguasai diri," muncul dalam Titus 1: 8.105Seorang "penilik" (penatua) harus "suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri" (enkratēs). Ia harus mampu menjaga "emosi, gejolak, [dan] keinginan[nya] di bawah kendali."106Kekuatan batiniah seperti itu sangat penting untuk memberikan contoh kepada orang lain untuk diikuti, serta untuk menangani perbedaan pendapat di dalam jemaat lokal.
Ketika Paulus mengatakan bahwa tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu, ia sedang mengacu kepada seluruh daftar kebajikan itu, "buah Roh." Apakah arti pernyataan singkat ini? F. F. Bruce berpendapat bahwa kebajikan ini "berada dalam lingkup yang dengannya hukum tidak ada hubungannya. Hukum mungkin saja menentukan bentuk-bentuk perilaku tertentu dan melarang beberapa perilaku lainnya, tapi kasih, sukacita, damai sejahtera dan sisanya tidak dapat secara legal dipaksakan."107Ia melanjutkan untuk mengutip S. H. Hooke, yang menulis, Pohon anggur tidak menghasilkan buah anggur melalui Undang-undang Parlemen; buah anggur adalah buah dari kehidupan pohon anggur itu sendiri; jadi perilaku yang sesuai dengan standar Kerajaan tidak dihasilkan oleh permintaan siapa saja, tidak juga permintaan Allah, tetapi itu adalah buah dari sifat ilahi yang Allah berikan sebagai hasil dari apa yang Ia telah lakukan di dalam dan oleh Kristus.108
Ilustrasinya tentang pohon anggur mengena inti dari apa yang Paulus sedang katakan. Buah Roh tidak dapat diundangkan, seperti katanya, "oleh permintaan siapa saja, tidak juga permintaan Allah." Sepintas ini mungkin terlihat menghujat, tetapi secara jelas hal itu memang benar. Hal ini dibuktikan oleh konteks surat Galatia itu, yang membedakan hukum Musa dengan injil Kristus. Pada hari Pentakosta, fajar era baru merekah, dan manifestasi Roh muncul dalam cara yang sama sekali berbeda. Mereka yang percaya kepada injil, berbalik dari dosa, dan diselamkan ke dalam Kristus untuk menerima pribadi Roh Kudus yang menetap dalam dirinya (Kisah 2:37, 38). Mereka diberi kuasa untuk mengalahkan dosa dengan cara yang belum pernah tersedia bagi mereka yang hidup di bawah hukum Taurat (Rom. 8:1-4, 12, 13; Yoh. 7:37-39).109
Dalam nada yang sama, R. Alan Cole percaya bahwa penggunaan "buah" "menyiratkan bahwa semua sifat rohani ini, dan banyak lagi, merupakan produk spontan kehadiran Roh Kristus di dalam hati orang Kristen."110Kiasan tentang menghasilkan buah adalah kiasan kuno, cocok bagi kaum pertanian seperti Israel. Meski kata Yunani untuk "buah" (karpos) dapat menandakan buah jenis apa saja, namun kata itu paling sering digunakan dalam Kitab Suci untuk produk pohon anggur dan pohon buah-buahan. Yesus sendiri berkata bahwa pohon anggur atau pohon (seseorang) dapat dikenali dari buah (perbuatan) yang ia hasilkan (Mat. 7:16-18).111
Kehadiran buah Roh dalam kehidupan gereja Galatia akan berfungsi sebagai bukti tentang vitalitas rohani mereka. Penting diketahui bahwa Paulus tidak menjadikan pelbagai karunia mujizatiah dari Roh sebagai indikator kedewasaan Kristen mereka, meski karunia itu terdapat di dalam gereja-gereja Galatia.112
TFTWMS: Gal 5:24-25 - Kemenangan Roh Atas Daging Kemenangan Roh Atas Daging (Galatia 5:24, 25)
24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan ke...
Kemenangan Roh Atas Daging (Galatia 5:24, 25)
24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. 25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.
Ayat 24. Setelah menyelesaikan daftar kebajikan yang harus terlihat dalam kehidupan seorang Kristen, Paulus mengungkapkan bagaimana orang dapat meninggalkan dosa dan berjalan (hidup) dengan cara yang menyukakan Allah. Ia mengatakan Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Tentu saja, hal ini tidak dicapai melalui kekuatan manusia.
Kata Yunani yang diterjemahkan "daging" (sarx) adalah kata dengan banyak makna,113tapi di sini kata itu pada dasarnya berkonotasi sifat manusia dalam keadaannya yang berdosa. Sarx adalah manusia dengan "nafsu dan keinginan"nya. Itu adalah manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah dan masih memiliki "percikan" ilahi dalam dirinya sendiri, tapi bingung, buta, dan frustrasi di dunia yang jahat sekarang ini. Manusia ditantang untuk menjangkau dan "meraba-raba" seperti yang orang buta lakukan dalam mereka mencari dukungan atau batu sandungan; tapi kita harus menjangkau Allah. Dalam khotbah Paulus di Atena, ia mengungkapkan keinginan Allah agar orang-orang "mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada" (Kisah 17:27, 28a).114
Ketika Paulus bicara tentang "daging" dalam 5:24, ia mengacu kepada seluruh daftar "perbuatan daging" yang disebutkan dalam 5:19-21. Pelbagai acuan Paulus sebelumnya kepada daging telah muncul beberapa kali dalam pasal ini:
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa [daging; NASB], melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih (5:13; huruf miring ditambahkan).
Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging—karena keduanya bertentangan—sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (5:16, 17; huruf miring ditambahkan).
Ia telah memperingatkan gereja Galatia lebih dari sekali bahwa menyerah kepada keinginan daging akan menghilangkan warisan mereka dalam kerajaan Allah (5:21).
Ayat 24, lalu, adalah pengingat tentang apa yang Paulus telah beritakan kepada gereja-gereja ini sebelumnya. Sentralitas salib adalah inti pesannya di mana pun ia memberitakan injil (1 Kor. 1:18, 22, 23; 2:2). "Kata salib" harus jangan tetap berada di ranah penderitaan yang mengerikan dan memalukan yang Yesus pikul bagi kita di masa lalu. Sebaliknya, salib memiliki banyak konsekuensi—tidak hanya pada awalnya untuk orang percaya, tetapi juga untuk sisa hidupnya. Pada kenyataannya, ada sebuah salib bagi setiap orang Kristen, penyaliban "perbuatan-perbuatan daging" itu sendiri yang Paulus cantumkan dalam 5:19-21. Allah sendiri mengatakan, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" (Luk. 9:23).115
Ayat 25. Orang-orang Kristen di Galatia telah mati terhadap dosa ketika mereka bersatu dengan Kristus dengan mengenakan Dia dalam baptisan (3:26, 27; lihat Rom. 6:3-7). Pada waktu itulah mereka telah menerima pengampunan dosa mereka dan karunia Roh yang menetap (lihat Kisah 2:38, 39; Tit. 3:5, 6). Oleh karena itu, Paulus memerintahkan mereka Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. "Jika" (eij, ei) menunjukkan bahwa kondisi klausa pertama dianggap benar.116
Alkitab NIV menerjemahkan ayat itu seperti ini: "Karena kita hidup oleh Roh, baiklah kita tetap sejalan dengan Roh" (huruf miring ditambahkan).
Kata kerja "berjalan" atau "sejalan" (NIV) diterjemahkan dari stoice÷w (stoicheō), yang berbeda dari kata untuk "berjalan" (peripateō) yang digunakan dalam 5:16—meski dua kata itu secara kasar sama. Sementara peripateō digunakan lebih untuk berjalan sebagai individu, stoicheō menunjukkan berjalan dalam hubungannya dengan orang lain. Terkait dengan stoivcoß (stoichos, "baris"), stoicheō aslinya berarti "berbaris" atau "berada dalam barisan." Kata itu akhirnya memiliki konotasi figuratif "sepakat." Paulus ingin gereja Galatia memeriksa kehidupan mereka dan memastikan hidup mereka selaras dengan Roh, menghasilkan buah Roh (lihat Rom. 8:5, 6). Keinginannya untuk mereka adalah bahwa mereka akan membolehkan Roh Kudus mengarahkan semua tindakan mereka.
TFTWMS: Gal 5:26 - Nasihat Rasul Paulus Untuk Saudara-saudara Nasihat Rasul Paulus Untuk Saudara-Saudara (Galatia 5:26)
26 Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
A...
Nasihat Rasul Paulus Untuk Saudara-Saudara (Galatia 5:26)
26 Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
Ayat 26. Pasal 5 berakhir dengan nasihat ini: Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki. Banyak versi bahasa Inggris menerjemahkan "Marilah kita jangan menjadi" dalam cara yang mirip dengan NASB (lihat ASV; NKJV; NRSV; NIV; ESV' NLT; CJB). Akar kata kerja dalam kasus ini adalah gi/nomai (ginomai), sebuah kata yang sangat umum yang mampu menampung banyak sekali konotasi yang berbeda. Mungkin arti yang paling umum adalah "menjadi," "terjadi," atau "timbul." Namun begitu, kata itu mungkin saja bersifat ganda sebagai kata kerja keberadaan, seperti "menjadi" atau "eksis." Beberapa versi memberikan pengertian itu terhadap kata kerja itu (lihat KJV; NEB; REB, NJB; NCV; CEV; GNT).
Penting diketahui bahwa kata sebenarnya dalam teks Yunani adalah ginw/meqa (ginōmetha), yang merupakan subjunktif kata kerja ginomai. Itu bukan aorist, yang akan mengungkapkan tindakan pada titik tertentu, yaitu, tindakan yang dinyatakan sebagai satu titik dalam waktu (.). Sebaliknya, sebagai present, itu mengungkapkan tindakan yang linear atau terus-menerus (). Untuk alasan ini, perintah negatif itu harus jangan dipahami sebagai sesuatu yang saudara-saudara itu tidak mulai untuk melakukannya, melainkan protasisnya (klausa jika) adalah suatu kenyataan" (James A. Brooks and Carlton L. Winbery, Syntax of New Testament Greek, typeset ed. [Lanham, Md.: University Press of America, 1988], 182). sebagai jenis perilaku yang mereka harus berhenti lakukan (lihat komentar tentang 5:15).
Bagian pertama dari ayat 26 mengatakan, "Janganlah kita gila hormat."117
"Menantang" berasal dari kata Yunani prokale÷w (prokaleō), yang muncul hanya dalam ayat ini dalam Perjanjian Baru. Istilah itu secara harfiah berarti "memanggil seseorang untuk maju." Kata itu sering digunakan dalam literatur Yunani dengan konotasi bermusuhan yang "memprovokasi."118Di sini, beberapa versi menulis "memprovokasi", yang secara jelas mengandung permusuhan (KJV; NKJV; ASV; RSV; NIV; ESV; CJB). Prokaleō menyiratkan "pertempuran atau persaingan."119
Seperti ditulis sebelumnya, pelbagai perbuatan jahat yang Paulus cantumkan dalam 5:9-21 adalah tidak komprehensif, melainkan bersifat mewakili. Ungkapan "dan hal-hal yang demikian" dalam 5:21 mencakup pelbagai perbuatan jahat lainnya yang sifatnya serupa. Masing-masing dari tiga pola perilaku yang rasul itu tambahkan dalam 5:26—"gila hormat," "saling menantang," dan "saling mendengki"—secara jelas memiliki tempat di antara "perbuatan-perbuatan daging." Faktanya, "dengki" adalah dari kata kerja fqone/w (phthoneō), yang kata bendanya phthonos yang terkait muncul untuk "kedengkian" dalam 5:21. Hal ini menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan daging yang Paulus sebutkan tidak sekedar hipotetis; mereka itu merupakan masalah nyata yang mengancam perdamaian gereja-gereja di Galatia.
Nasihat untuk gereja Galatia ini agar menghentikan perilaku buruk mereka menimbulkan pertanyaan apakah guru-guru Yudaisme itu masih berada di tengah-tengah mereka atau tidak. Para komentator bervariasi dalam pendapat mereka. Warren W. Wiersbe menduga bahwa guru-guru Yudaisme itu masih ada di antara mereka: "Guru-guru Yudaisme itu ingin sekali mendapat pujian dan 'kemuliaan yang sia-sia,' dan ini menimbulkan persaingan dan perpecahan. Buah tidak pernah dapat tumbuh di dalam suasana semacam itu."120Cole mempertimbangkan pilihan lain. Salah satu kemungkinan adalah bahwa "mereka yang tidak jatuh ke dalam kesalahan guru-guru Yudaisme kini memegahkan diri atas kekuatan rohani mereka yang unggul." Jika demikian, hal ini mungkin telah membuat orang-orang yang tunduk kepada guru-guru Yudaisme itu merasa cemburu atau penuh kedengkian. Ide lain adalah bahwa di sana hanya ada "perebutan kekuasaan di dalam gereja itu." Dalam hal ini, tidak perlu untuk melihat adanya acuan kepada kontroversi Yudaisme.121
Hal apakah yang mungkin memotivasi orang Kristen untuk menjadi "sombong, saling memprovokasi, saling mendengki" (NKJV)? Bruce mengusulkan bahwa masalah di dalam gereja-gereja Galatia itu disebabkan oleh "perdebatan teologis."122Meski ini mungkin benar, namun kita tidak memiliki cukup informasi untuk memastikannya.
Walter Schmithals berspekulasi bahwa "pneumatik Gnostik" secara jelas digambarkan oleh bahasa dari 5:26.123Meski gambaran tentang bualan kosong (keno÷doxoß, kenodoxos) dapat berlaku untuk orang Gnostik, namun tidak ada alasan untuk membuat kaitan ini di sini. Bruce menjelaskan, Siapa saja yang mengenal baik kehidupan gereja.… tahu bahwa kecenderungan-kecenderungan yang Paulus lawan dalam peringatannya ini—kesombongan rohani, saling provokasi dan kedengkian—dapat muncul di tengah-tengah orang Kristen yang paling awam, yang sungguh tidak bersalah atas gnostikisme atau ekstasi.124
Beberapa sarjana tampak bersemangat untuk menemukan kecenderungan Gnostik dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru; tetapi mereka yang telah melakukan studi secara menyeluruh di lapangan, seperti Bruce, ragu-ragu untuk menerima kesimpulan secara terburu-buru seperti itu. Hal ini umumnya diakui bahwa, meski unsur-unsur komponen Gnostikisme hadir dalam lingkungan umum para penulis terilham, namun unsur-unsur itu belum mulai menyatu menjadi berbagai sistem mereka selama abad pertama Masehi. Oleh karena itu, adalah bijaksana untuk bicara tidak lebih daripada sebuah "Gnostikisme yang baru jadi." Pada abad kedua dan ketiga Masehi, Gnostikisme berkembang sepenuhnya dan mengancam eksistensi gereja.125
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Galatia (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menu...
Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menulis surat ini (Gal 1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada jemaat-jemaat di Galatia" (Gal 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) di mana ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama (Kis 13:1--14:28). Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem (Kis 15:1-41).
Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41). Persoalan utama itu meliputi dua pertanyaan:
- (1) Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya syarat untuk selamat?
- (2) Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?
Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan surat pertama rasul Paulus.
Tujuan
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini
- (1) untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan
- (2) menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat PL.
Survai
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa
- (1) Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);
- (2) berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem (bd. Gal 1:9; Gal 2:2-10); dan
- (3) beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada hukum (bd. Gal 5:1,13,16,19-21).
Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.
- (1) Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus, wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus, dan Yohanes (pasal 1-2; Gal 1:1--2:21).
- (2) Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena kasih karunia oleh iman kepada Kristus (pasal 3-4; Gal 3:1--4:31).
- (3) Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus yang sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi dan kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain. Kebebasan Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum Kristus (pasal 5-6; Gal 5:1--6:18).
Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kis 15:1-2,5), dan di semua wilayah yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik (Gal 1:7), penghalang (Gal 5:7), dan orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus (Gal 6:12). Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin menyenangkan manusia (Gal 1:10), saudara-saudara palsu (Gal 2:4), saudara-saudara yang bersunat (Gal 2:12), dan manipulator (Gal 3:1).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri unik menandai surat ini:
- (1) Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Gal 1:6; Gal 3:1; Gal 4:19-20).
- (2) Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai kehidupan Paulus.
- (3) Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada beberapa jemaat (akan tetapi Lihat "PENDAHULUAN SURAT EFESUS" 08197).
- (4) Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal 5:19-21).
Full Life: Galatia (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Gal 1:1-10)
A. Salam
(Gal 1:1-5)
B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan I...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Gal 1:1-10) - A. Salam
(Gal 1:1-5) - B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan Injil Kasih Karunia
(Gal 1:6-10) - I. Paulus Membela Kekuasaan Injil dan Panggilannya (Pribadi)
(Gal 1:11-2:21) - A. Injil itu Dinyatakan Kepadanya oleh Kristus
(Gal 1:11-24) - B. Injil itu Diakui dan Disahkan Yakobus, Petrus, dan Yohanes
(Gal 2:1-10) - C. Injil itu Dipertahankan Dalam Sengketa dengan Petrus
(Gal 2:11-21) - II. Paulus Membela Berita Injilnya (Ajaran)
(Gal 3:1-4:31) - A. Roh dan Hidup Baru Diterima oleh Iman dan Bukan oleh Perbuatan Baik
(Gal 3:1-14) - B. Keselamatan Tersedia Karena Janji dan Bukan Hukum Taurat
(Gal 3:15-24) - C. Mereka yang Percaya Kristus Adalah Anak dan Bukan Hamba
(Gal 3:25-4:7) - D. Himbauan untuk Memikirkan Kembali Tindakan Mereka
(Gal 4:8-20) - E. Mereka yang Percaya Hukum Adalah Hamba dan Bukan Anak
(Gal 4:21-31) - III.Paulus Membela Kebebasan Injilnya (Praktis)
(Gal 5:1-6:10) - A. Kebebasan Kristen Berkaitan dengan Keselamatan oleh Kasih Karunia
(Gal 5:1-12) - 1. Memelihara Kebebasan Kristen
(Gal 5:1) - 2. Akibat Menyerah Kepada Sunat di Bawah Hukum Taurat
(Gal 5:2-12) - B. Kebebasan Kristen Jangan Dijadikan Alasan untuk Memperturutkan
Tabiat Berdosa
(Gal 5:13-26) - 1. Perintah Kasih
(Gal 5:13-15) - 2. Hidup oleh Roh, Bukan oleh Tabiat Berdosa
(Gal 5:16-26) - C. Kebebasan Kristen Harus Diungkapkan Melalui Hukum Kristus
(Gal 6:1-10) - 1. Saling Menanggung Beban
(Gal 6:1-5) - 2. Menolong Pelayan Firman Allah
(Gal 6:6) - 3. Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik
(Gal 6:7-10) - Penutup
(Gal 6:11-18)
Matthew Henry: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di sua...
- Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di suatu negeri atau provinsi, karena Galatia itu sebuah provinsi. Besar kemungkinan bahwa jemaat-jemaat di Galatia ini pertama kali bertobat dan memeluk iman Kristen melalui pelayanan Paulus. Atau, kalau bukan dia yang menanam jemaat, paling tidak ia sudah terlibat menyirami jemaat-jemaat ini, seperti yang tampak jelas dari surat ini sendiri, dan juga dari Kisah Para Rasul 18:23. Dalam Kisah Para Rasul itu, kita mendapati Paulus menjelajahi seluruh negeri Galatia dan kemudian Frigia, untuk meneguhkan hati semua murid. Selama ia berada bersama mereka, mereka menunjukkan penghormatan dan kasih sayang mereka yang teramat besar baik terhadap dia pribadi maupun pelayanannya. Akan tetapi, tidak lama setelah ia tidak lagi bersama mereka, beberapa pengajar yang masih berpegang pada agama Yahudi menyusup di antara mereka. Dengan kepintaran dan hasutan mereka, jemaat-jemaat di Galatia segera saja merendahkan pribadi Paulus dan pelayanannya. Yang menjadi tujuan utama dari para pengajar palsu ini adalah menjauhkan mereka dari kebenaran di dalam Yesus, terutama yang berkenaan dengan ajaran agung tentang pembenaran, yang jelas-jelas mereka selewengkan. Mereka menegaskan pentingnya paduan antara pelaksanaan hukum Musa dan iman di dalam Kristus untuk mendapat pembenaran. Dan, untuk mencapai tujuan ini dengan lebih baik, mereka berbuat semampu mereka untuk merendahkan tabiat dan nama baik Rasul Paulus, dan meninggikan nama baik mereka sendiri di atas kehancuran namanya. Mereka menggambarkan dia sebagai orang yang, kalaupun diakui sebagai rasul, jauh lebih rendah daripada rasul-rasul lain, dan khususnya sebagai orang yang tidak layak mendapat penghormatan seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Ada kemungkinan mereka sendiri mengaku-ngaku sebagai para pengikut rasul-rasul yang disebut terakhir ini. Dan dalam kedua usaha tersebut, mereka luar biasa berhasil. Inilah latar belakang Paulus menulis surat ini. Di dalamnya ia mengungkapkan keprihatinannya yang besar bahwa mereka sudah begitu cepat membiarkan diri dilencengkan dari iman Injil. Di situ juga ia membela tabiat dan wewenangnya sendiri sebagai rasul melawan tuduhan-tuduhan para musuhnya. Ia menunjukkan bahwa baik mandat maupun ajarannya bersifat ilahi, dan bahwa sedikit pun dia, dilihat dari segi mana saja, tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5). Kemudian ia menegaskan dan mempertahankan ajaran Injil yang agung tentang pembenaran oleh iman tanpa menjalankan hukum Taurat, dan mengatasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul dalam pikiran jemaat mengenai ajaran itu. Dan, setelah mengokohkan ajaran yang penting ini, ia menasihati mereka untuk berdiri teguh di dalam kemerdekaan yang dengannya Kristus sudah membebaskan mereka, memperingatkan mereka agar berhati-hati terhadap penyalahgunaan kemerdekaan ini, dan memberi mereka sejumlah nasihat dan petunjuk yang sangat perlu. Lalu ia menutup surat ini dengan memberi mereka penjelasan yang adil tentang para pengajar palsu yang sudah menjerat mereka, dan pada sisi lain, tentang tabiat dan perilakunya sendiri. Dalam kesemuanya ini, yang menjadi maksud dan tujuannya yang utama adalah mengembalikan mereka yang sudah disesatkan, memantapkan mereka yang mungkin goyah, dan meneguhkan siapa saja di antara mereka yang tetap mempertahankan kesetiaan dan kelurusan hati mereka.
Galilah: Galatia (Garis Besar)
Bibliografi
Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976.
Bruce, F....
Bibliografi
Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976.
Bruce, F.F. The Epistle to the Galatians: a commentary on the Greek text. Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans Pub. Co. 1982.
De Witt Burton, Ernest. The International Critical Commentary Series, Galatians, T & T Clarke, Edinburgh. 1971.
Carr, G. L. Song of Solomon: an introduction and commentary, Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1984.
Cole, R. Alan. Galatians, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester, 1983.
Dana H.E. & Mantey J.R. A Manual Grammar of the Greek New Testament, Prentice Hall, New Jersey, 1957.
Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: Revised and Expanded. Literatur SAAT. Malang. 2008, 2014.
Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000.
Gathercole, Simon, J. Galatians, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008.
George, T. Galatians. Nashville: Broadman & Holman Publishers. 1994.
Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985.
MacArthur, John. F. Galatians, Moody, Grand Rapids, 1987.
MacArthur, John. The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997.
Metzger, Bruce M. A Textual Commentary on the Greek New Testament, United Bible Societies, New York. 1994.
Moo, Douglas. Galatians, Baker, Grand Rapids. 2013.
Newman Jr. Barclay M. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012.
Robertson, A. T. Word Pictures in the New Testament. Nashville, TN: Broadman Press. 1933.
Shelley, Bruce. Church History in Plain Language, Thomas Nelson Publishers. 2008.
Silva, M. (Ed.). New International Dictionary of New Testament Theology and Exegesis. Grand Rapids, MI: Zondervan. 2014.
Wallace, Daniel, B. Greek Grammar Beyond the Basics, Zondervan, Grand Rapids, 1996.
Wenham, J W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1993
Zodhiates, Spiros. Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, © By AMG International, Inc. Revised edition, 1993.
Apendiks
Pentingnya Bahasa Yunani
Sebagai bahasa sumber dari Perjanjian Baru, Bahasa Yunani penting dimengerti bagi seseorang yang ingin menangani Firman Tuhan dengan baik. Tidak berarti kita harus menjadi mampu membaca bahasa ini, tetapi sangat membantu kalau kita mengerti arti kata-kata dan juga tata bahasa yang menentukan arti dari kalimat, paragraf dan wacana. Bahasa ini bukan bahasa ajaib, atau luar biasa – Itu hanya bahasa – Jadi kita tidak mencari pengetahuan yang tersembunyi, melainkan hanya pengertian akan fungsinya bahasa ini dalam kaitannya dengan terjemahan-terjemahan yang ada pada kita. Diusulkan supaya Anda jarang membacakan kata Yunani dalam khotbah/pengajaran, kecuali menolong pengertian orang.
Ejaan yang Digunakan di Tafsiran ini
Huruf-huruf Yunani tidak selalu ada yang mirip dalam Bahasa Indonesia, sehingga ejaan yang dipakai di tafsiran ini berfokus pada ucapan yang mirip, bukan pada kesempurnaan. Jadi huruf η dan ε menjadi e saja dan huruf ο dan ω menjadi o saja. Huruf χ dieja kh dan tafsiran ini mengikuti kebiasaan modern untuk mengeja υ sebagai y, seperti dalam kata hyper, kecuali dipakai bersama huruf vokal lain.
Istilah-Istilah Tata Bahasa
Istilah- istilah tata bahasa ini terdapat di Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru.395 Biasanya ada penjelasan singkat sesudah istilah disebut, tetapi kalau saudara mau melihat logika yang mendasarinya, lihatlah lagi penjelasan berikut.
Person/Orang
Bahasa Yunani adalah bahasa yang sangat spesifik tentang pembicara dan pendengar – Ada dijelaskan juga gender daripada orang.
Singular/Tunggal
- 1. Aku/Saya
- 2. Kau/Kamu/Anda
- 3. Dia
Plural/Jamak
- 1. Kita/Kami
- 2. Kalian
- 3. Mereka
Tense
Tense menyangkut waktu dan sifat daripada kegiatan/peristiwa.
Past/Masa Lalu – Ada empat macam yang biasanya dipakai:
Aorist = Masa lalu yang sederhana yang menekankan apa yang terjadi. Mis: Kemarin dia belajar.
Imperfek = Menjelaskan sesuatu yang terus-menerus, atau sedang terjadi di masa lalu. Mis: Kemarin, sementara dia sedang belajar…
Perfek (Sempurna) = Menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi dan sudah selesai/berhasil dengan juga menyangkut apa akibat/dampak daripada peristiwa tersebut. Mis.: Dia sudah belajar (yaitu, sudah punya kualifikasi untuk melakukan pekerjaannya)
Pluperfek = Hampir sama dengan Perfek, tetapi akibat/dampak kurang pasti.
Present/Masa Kini = Sesuatu yang terus-menerus terjadi di masa kini. Mis: Dia sedang belajar.
Future/Masa Depan = Sesuatu yang terjadi di masa depan. Mis: Dia akan/mau belajar.
Suara
Suara Menjelaskan siapa/apa yang berlaku.
Aktif = Fokus ada pada pelaku. Mis: Saya mengasihi Yesus.
Pasif = Fokus ada pada penerima/penderita. Mis: Saya dikasihi oleh Yesus.
Medium = Suara ini mirip yang Aktif tetapi lebih menekankan kelakuan pelaku. Mis: Saya yang selalu mencuci piring!
Modus
Modus menjelaskan sifat daripada kata kerja.
Indikatif menyampaikan fakta-fakta dan apa yang akan terjadi. Mis: Saya akan makan.
Imperatif adalah perintah atau permintaan. Mis: Makan!
Subjunktif menyampaikan kemauan yang kemungkinan besar akan terjadi. Sering dipakai dengan kata hina(supaya) menyatakan tujuan. Mis: Saya memasak supaya kamu bisamakan.
Optatif (Jarang dipakai) sangat mirip Subjunktif tetapi lebih diragu-ragukan. Sering digunakan dalam pemberkatan. Mis: Saya berdoa, kiranya kamu bisa makan.
Infinitif adalah kata kerja yang bersifat seperti kata benda dan bicara secara umum saja. Mis: Makan, itu baik.
Partisip
Partisip adalah kata kerja yang bersifat kata sifat benda, yaitu nomor, gender dan case (tidak dijelaskan di sini) sama dengan subyeknya. Pada dasarnya Partisip adalah kata kerja dan bisa diterjemahkan demikian.
Artikel
Artikel tidak ada dalam Bahasa Indonesia, tetapi artinya mirip dengan ini/itu, di mana sesuatu yang tertentu dimaksudkan. Misalnya di Kis 2 disebut dua kali bahwa orang percaya memecahkan roti, tetapi yang di ayat 42 mempunyai artikel, yang menandai pemecahan roti yang tertentu (perjamuan kudus) dan yang di ayat 46, tanpa artikel, bicara secara umum saja (makan bersama di rumah). Ada banyak contoh lain, jadi hal ini cukup penting dimengerti.
Berikut ada beberapa kombinasi tense, modus, suara yang dipakai di Perjanjian Baru.
Present Aktif Indikatif
Mis: Dia sedang menulis surat.
Present Medium Indikatif
Mis: Dia yang menulis surat itu.
Present Aktif Partisip
Mis: Dia sedang menulis…
Present Pasif Indikatif
Mis: Surat itu sedang ditulis.
Present Aktif Subjunktif
Mis: Dia memberi kertas supaya kamu boleh menulis surat. (Menyangkut harapan)
Aorist Aktif Indikatif
Mis: Tadi dia menulis surat
Perfek Aktif Indikatif
Mis: Dia sudah menulis surat itu. (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Imperfek Aktif Indikatif
Mis: Kemarin, ketika dia sedang menulis surat…
Aorist Pasif Indikatif
Mis: Itu sudah ditulis
Perfek Pasif Indikatif
Mis: Ada tertulis… (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Present Aktif Imperatif
Mis: Tolong tuliskan terus surat-surat itu. (kebiasaan yang diharapkan)
Aorist Aktif Imperatif
Mis: Tulis surat itu! (Kegiatannya penting, atau urgen)
Footnote
1 George, T. Galatians. Nashville: Broadman & Holman Publishers. 1994. Jilid. 30, Hal. 77–78
2 Douglas Moo, Galatians, Baker, Grand Rapids. 2013. Pendahuluan.
3 Moo. Kindle Lokasi 517-521.
4 Moo. Kindle Lokasi 1072-1076.
5 R. Alan Cole, Galatians, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester, 1983. Hal. 29.
6 Cole, Hal. 29.
7 George, Hal. 80.
8 Aorist Aktif Partisip.
9 A. T. Robertson, Word Pictures of the New Testament, ESword. Gal 1:1.
10 Spiros Zodhiates, Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, © By AMG International, Inc. Revised edition, 1993. Lihat kata nekros.
11 George. Hal. 85.
12 Nubuatan-nubuatan tersebut sangat mirip dengan istilah-istilah yang Paulus gunakan di sini, kalau LXX, PL terjemahan Bahasa Yunani, dilihat.
13 Lihat penjelasan di apendiks.
14 Aorist Medium Subjunktif.
15 Mounce, Lokasi Kindle 2019.
16 Bruce, Hal. 80.
17 Present Aktif Indikatif.
18 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000. Lihat kata metatithemi.
19 Present Medium Indikatif.
20 Moo, Kindle lokasi. 2209.
21 Aorist Aktif Partisip.
22 George. Hal. 94-95.
23 Present Aktif.
24 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata tarasso.
25 Ibid. Lihat kata metastrefo.
26 George. Penjelasan pada Gal 1:7
27 H.E. Dana & J.R. Mantey. A Manual Grammar of the Greek New Testament, Prentice Hall, New Jersey, 1957. Lihat kata alla di halaman 240.
28 Present Medium Subjunktif.
29 Present Aktif Imperatif.
30 Present Medium Indikatif.
31 Cole. Hal. 44.
32 Present Aktif Indikatif.
33 Imperfek Aktif Indikatif dan Imperfek Medium Indikatif.
34 Wallace, Daniel, B. Greek Grammar Beyond the Basics, Zondervan, Grand Rapids, 1996. Hal 695.
35 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata gnorizo.
36 Present Aktif Indikatif.
37 Present Aktif Indikatif.
38 Ibid. Lihat kata apokalypsis.
39 Aorist Aktif Indikatif.
40 Ibid, N. F. Lihat kata anastrofe.
41 Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976. Hal. 19.
42 Imperfek Aktif Indikatif.
43 Imperfek Aktif Indikatif.
44 Imperfek Aktif Indikatif.
45 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Hal. 185–186.
46 Ibid, N. F. Lihat kata perissoteros.
47 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata aforizo.
48 Aorist Aktif Partisip.
49 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. kata eudokeo
50 Moo. Kindle Lokasi 2934-2935.
51 Present Medium Subjunktif.
52 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata euthos.
53 Ibid. Lihat kata prosanatithemi.
54 MacArthur, Hal 1651
55 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata historeo.
56 Yohanes 5:2, 19:13, 19:17, 19:20, dan 20:16
57 Present Aktif Indikatif
58 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata idou.
59 Bruce, Hal. 102.
60 Imperfek Aktif Indikatif.
61 Imperfek Aktif Indikatif.
62 Imperfek Aktif Indikatif.
63 Gathercole, Simon, J. ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008. P2246.
64 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata anatithemi.
65 Ibid. Lihat kata dokeo.
66 Present Aktif Subjunktif.
67 Aorist Aktif Indikatif.
68 Aorist Pasif Infinitif.
69 Robertson, lihat penjelasan di Gal 2:4.
70 Aorist Aktif Indikatif.
71 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata diameno
72 Perfek Pasif Indikatif.
73 Lihat penjelasan di Apendiks.
74 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata apostole.
75 Ibid. Kata stylos.
76 Gathercole. P2247.
77 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata anthistemi.
78 Ibid. Kata kataginosko.
79 Lihat di Apendiks
80 Bruce, Hal. 129.
81 Perfek Pasif Partisip
82 Imperfek Aktif Indikatif
83 Imperfek Aktif Indikatif
84 Moo. Kindle Lokasi 3920.
85 Imperfek Aktif Indikatif
86 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata orthopodeo.
87 Moo, Kindle lokasi,4117.
88 Present Aktif
89 Di versi NIV (Bahasa Inggris) bagian ini ada dalam tanda kutip.
90 Moo. Kindle Lokasi 4266.
91 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata oida.
92 Perfek Aktif Partisip
93 George. Jil. 30, hal. 190.
94 Moo. Kindle Lokasi 4532.
95 Perfek Pasif Indikatif
96 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata atheteo.
97 Ibid. Lihat kata dorean.
98 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata anoetos.
99 Ibid. Lihat kata baskaino.
100 Perfek Pasif Partisip
101 Ibid. Lihat kata prografo.
102 Robertson. Lihat penjelasan di 3:1.
103 Aorist Aktif Indikatif
104 Moo, Kindle lokasi 4953
105 Lihat instrumental use of the Dative Case di The Elements of New Testament Greek, J. W. Wenham, Cambridge University Press, Cambridge. 1993, Hal. 46.
106 Present Medium Indikatif
107 George. Jil. 30, Hal. 213.
108 Moo. Kindle Lokasi 5011.
109 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata epikhoregio.
110 Present, Aktif Partisip
111 1 Makabe 2: 45-64 – Diterjemahkan oleh penulis
112 Lihat: Moo. Kindle Lokasi 5110. George. Jil. 30, Hal. 217–218.
113 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata logizomai.
114 Present Aktif Imperatif
115 Bruce, Hal. 155.
116 Moo. Kindle Lokasi 5212.
117 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata proeidon.
118 Present Aktif Indikatif
119 Moo, Kindle lokasi 5374.
120 Bruce Shelley, Church History in Plain Language, Thomas Nelson Publishers. 2008. Hal. 32.
121 Present Pasif Indikatif
122 George. Hal. 230.
123 Ibid. Hal. 235.
124 Present Aktif Indikatif
125 Present Aktif Indikatif
126 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata emmeno.
127 Present Aktif Indikatif
128 Present Pasif Indikatif
129 Datif
130 George, Hal. 234.
131 George. Hal. 238
132 Cole. Hal. 99.
133 Cole. Hal. 99.
134 Lihat penjelasan di Apendiks.
135 George. Hal. 244.
136 Moo. Kindle Lokasi 6176.
137 George. Hal. 244.
138 Bruce. Hal. 170
139 Moo. Kindle Lokasi 6198.
140 George. Hal. 248.
141 Perfek Pasif Partisip
142 Terdapat di MacArthur, John. F. Galatians, Moody, Grand Rapids, 1987. Halaman 85. Ada yang mengatakan bahwa Paulus hanya mengutip dari LXX yang agak keliru di ayat ini, tetapi tidak usah kita menyimpulkan begitu, karena penjelasan dari pengulangan perjanjian cukup masuk akal.
143 Lihat di situs: creation.com Maaf, ada dalam bahasa Inggris saja.
144 Present Aktif Indikatif
145 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata akuroo dan katargeo.
146 Aoris Aktif Infinitif
147 Ibid. Lihat kata kleronomia.
148 Perfek Medium Indikatif
149 Lihat penjelasan di Apendiks
150 Moo. Kindle Lokasi 6221.
151 Moo. Kindle Lokasi 6372.
152 Cole. Hal. 105.
153 Dari Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal. 76.
154 Moo. Kindle Lokasi 6551.
155 Bruce, F. F. Hal. 180
156 Cole. Hal. 106.
157 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata sugkleio.
158 Aoris Pasif Subjunktif.
159 Ibid. Lihat kata froreo.
160 Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985. Hal. 754.
161 Moo. Kindle Lokasi 6590.
162 NKJV, NAS, NIV
163 Penjelasan ini terdapat dari Pdt. Mike Riccardi MDiv, Th.M, dari Grace Community Church, C.A. Sangat membantu!
164 George. Hal. 267.
165 Hina + Subjunktif.
166 Cole. Hal. 108.
167 Bruce, F. F. Hal. 183–184.
168 Ibid. Hal. 183–184
169 Aoris Medium Indikatif
170 Bruce, F. F. Hal. 187.
171 Present Aktif Indikatif
172 Terjemahan PL dalam bahasa Yunani
173 Bruce, F. F. Hal. 189.
174 Present Aktif Indikatif
175 Bruce, F. F. Hal. 192.
176 Moo. Kindle Lokasi 7004.
177 Silva, M. (Ed.). New International Dictionary of New Testament Theology and Exegesis. Grand Rapids, MI: Zondervan. 2014.Edisi 2, Jil. 3, hal. 383)
178 Bruce, F. F. Hal. 192.
179 Bruce, F. F. Hal. 192.
180 Ibid. Hal. 192.
181 Moo. Kindle Lokasi 7113.
182 Perifrastik Pluperfek – Menyangkut cara tidak langsung bicara mengenai sesuatu yang sudah berlalu.
183 Ayat ini disebut protoevangelium oleh para ahli Alkitab, yang berarti ‘Injil Pertama’.
184 George. Hal. 302.
185 Bruce, F. F. Hal. 197
186 Moo. Kindle Lokasi 7275.
187 https://en.wikipedia.org/wiki/Augustus
188 Present Aktif Indikatif
189 Moo. Kindle Lokasi 7313.
190 Bruce, F. F. Hal. 199.
191 Ernest De Witt Burton, The International Critical Commentary Series, Galatians, T & T Clarke, Edinburgh. 1971. Hal. 224.
192 Moo. Kindle Lokasi 7356.
193 Perfek Pasif Partisip
194 Aoris Aktif Indikatif
195 Moo. Kindle Lokasi 7456.
196 Bruce, F. F. Hal. 202.
197 George. Hal. 313.
198 Aoris Aktif Partisip
199 Aoris Pasif Partisip
200 Present Aktif Indikatif
201 Present Aktif Infinitif dan Present Aktif Indikatif
202 Mounce, Kindle Lokasi 7552-7553.
203 Present Medium Indikatif
204 Present Pasif Indikatif
205 Moo. Kindle Lokasi 7560.
206 Ibid. Kindle Lokasi 7560.
207 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata deomai.
208 Present Medium Imperatif
209 Gathercole. Hal. 2252.
210 Perfek Aktif Indikatif
211 Bruce, F. F. Hal. 209.
212 George. Hal. 324.
213 Moo. Kindle Lokasi 7679.
214 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata makarismos.
215 Ernest De Witt Burton. Hal. 245.
216 Perfek Aktif Indikatif
217 Bruce, F. F. Hal. 211.
218 Ibid. Hal. 211.
219 Bruce, Moo dan Burton, antara lain, semua rasa begitu maknanya.
220 Ada naskah-naskah yang menggunakan kata teknia, yang berarti anak kecil, tetapi tekna dianggap asli karena dipakai secara lebih luas dan juga karena lebih sesuai dengan kebiasaan Paulus.
221 Ernest De Witt Burton, Hal. 248.
222 Moo. Kindle Lokasi 7804.
223 Imperfek Aktif Indikatif
224 Moo. Kindle Lokasi 7822.
225 Carr, G. L. Song of Solomon: an introduction and commentary, Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1984. Jil. 19, Hal. 23.
226 Robertson. Lihat penjelasan di 4:24.
227 Ernest De Witt Burton, Hal. 256.
228 Present Aktif Imperatif
229 Present Aktif Partisip
230 Moo. Kindle Lokasi 7976.
231 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata akouo.
232 Bruce, F. F. Hal. 220.
233 Present Aktif Indikatif
234 Moo. Kindle Lokasi 8264.
235 Aoris Pasif Imperatif
236 Present Aktif Partisip
237 Aoris Aktif Imperatif
238 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata eremos.
239 Moo. Kindle Lokasi 8264.
240 Moo. Kindle Lokasi 8344.
241 Robertson. Lihat penjelasan di 4:29.
242 Cole, Hal. 185.
243 Aoris Aktif Imperatif
244 Moo. Kindle Lokasi 8594.
245 Present Aktif Imperatif
246 Present Pasif Imperatif
247 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata enekho.
248 Bruce, F. F. Hal. 226.
249 Moo. Kindle Lokasi 8594.
250 Ean (Kalau) + Subjunktif (disunat). Lihat: Black, D. A. It’s still Greek To Me, Baker, Grand Rapids, 1998. Hal. 145.
251 Future Aktif Indikatif
252 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata martyromai.
253 Present Pasif Partisip
254 Wallace, Hal. 344.
255 Ibid, Hal. 535.
256 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata katargeo.
257 Aoris Pasif Indikatif
258 Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: Revised and Expanded. Buku 1. Literatur SAAT. 2008, 2014. Malang. “Jaminan Kekal," Hal. 385-386.
259 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata apekdekhomai.
260 Moo. Kindle Lokasi 8771.
261 Cole, Hal. 193.
262 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata iskhyo.
263 Ibid. Lihat kata energeo.
264 Ibid. Lihat kata trekho.
265 Imperfek Aktif Indikatif
266 Bruce, Hal. 234.
267 Aoris Aktif Indikatif
268 Moo. Kindle Lokasi 8925.
269 Present Pasif Infinitif
270 Present Aktif Partisip
271 Perfek Aktif Indikatif
272 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata tarasso.
273 Future Aktif Indikatif
274 Moo. Kindle Lokasi 9036.
275 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata anastatoo.
276 Ibid. Lihat kata apokopto.
277 Moo. Kindle Lokasi 9048.
278 Moo. Kindle Lokasi 9144.
279 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata aforme.
280 Present Aktif Imperatif
281 Silva, Hal. 790.
282 Bruce, F. F. Hal. 241.
283 Future Aktif Indikatif
284 Present Aktif Indikatif
285 Bruce, F. F. Hal. 242.
286 Present Aktif Imperatif
287 Kata ini bersifat Aoris Pasif Subjunktif, tetapi supaya lebih mudah dimengerti, bentuk aktif dipakai. Lihat juga TB, yang memakai bentuk aktif.
288 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata analoo.
289 Moo. Kindle Lokasi 9435.
290 Kasus Datif menyangkut obyek tidak langsung dan biasanya membawa arti kepada/oleh/melalui. Lihat Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge Press, Cambridge, 1965. Hal. 9.
291 Wallace. Hal. 162, 165-166.
292 Aoris Aktif Subjunktif
293 Wallace. 1996. Hal. 468-469.
294 Present Aktif Indikatif
295 Present Medium Indikatif
296 Present Aktif Subjunktif
297 Present Pasif Indikatif
298 Moo. Kindle Lokasi 9564.
299 Ibid. Kindle Lokasi 9574.
300 Dikutip langsung dari Moo, hal. 9555.
301 Bruce, F. F. Hal. 247.
302 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 137.
303 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata aselgeia.
304 Ibid. Lihat kata farmakeia.
305 Moo. Kindle Lokasi 9625.
306 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 137.
307 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata hairesis.
308 Moo. Kindle Lokasi 9637.
309 Bruce, F. F. Hal. 250.
310 Present Aktif Indikatif
311 Aoris Aktif Indikatif
312 Present Aktif Partisip
313 Future Aktif Indikatif
314 Moo. Kindle Lokasi 9707.
315 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 139.
316 Moo. Kindle Lokasi 9707.
317 Moo. Kindle Lokasi 9740.
318 Silva, Hal. 210.
319 Moo. Kindle Lokasi 9740.
320 Silva, Hal. 210.
321 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 140.
322 Ibid. Hal 140.
323 Bruce, F. F. Hal. 254.
324 Ibid. Hal. 254.
325 Moo. Kindle Lokasi 9792.
326 Aoris Aktif Indikatif
327 Cole, Hal. 223.
328 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, United Bible Societies, New York. 1994. Hal. 529.
329 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata pathema.
330 Cole, Hal. 223.
331 Moo. Kindle Lokasi 9908.
332 Present Aktif Subjunktif – Bentuk ini sering digunakan sebagai perintah, secara khusus dimana orang mau berkata marilah kita. Lihat penjelasan Hortatory Subjunctive di Wallace, Hal. 464-465.
333 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata kenodoksos.
334 Ibid. Lihat kata prokaleo.
335 Moo. Kindle Lokasi 9964.
336 Artinya begitu kalau artikel tidak dipakai. Lihat penjelasan di Apendiks.
337 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata prolambano.
338 Ibid. Lihat kata katartizo.
339 Present Aktif Imperatif
340 Moo. Kindle Lokasi 10005.
341 Present Aktif Partisip
342 Moo. Kindle Lokasi 10014.
343 Present Aktif Imperatif
344 Future Aktif Indikatif
345 MacArthur, Hal. 1799
346 Present Aktif Indikatif
347 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 148.
348 Present Aktif Indikatif
349 Present Aktif Imperatif
350 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata eis.
351 Moo. Kindle Lokasi 10164.
352 Ibid. Kindle Lokasi 10164.
353 Bruce, F. F. Hal. 263.
354 Present Pasif Partisip
355 Present Aktif Partisip
356 Present Pasif Imperatif
357 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 151.
358 Moo. Kindle Lokasi 10252.
359 George, Hal. 423.
360 Future Aktif Indikatif
361 Present Aktif Subjunktif
362 Moo. Kindle Lokasi 10262.
363 Present Aktif Partisip
364 Future Aktif Indikatif
365 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata egkakeo.
366 Present Aktif Subjunktif
367 Wallace. Hal. 632-633.
368 Cole, Hal. 231.
369 Present Medium Subjunktif – Seperti kita lihat di atas, tetapi suara medium, yang menekankan peran pelaku.
370 Aoris Aktif Imperatif
371 Bruce, F. F. Hal. 268.
372 Moo. Kindle Lokasi 10458.
373 Ibid, Kindle Lokasi 10407.
374 Bruce, Hal. 261
375 Moo, Kindle Lokasi 10476.
376 Bruce, Hal. 268.
377 Moo, Kindle Lokasi 10494.
378 Present Pasif Subjunktif
379 Present Pasif Partisip
380 Ibid, Kindle lokasi 10528.
381 Present Aktif Indikatif
382 Bruce, Hal. 270.
383 Present Medium Infinitif
384 Ibid, Hal. 271.
385 Gathercole. Hal. 2256.
386 Perfek Pasif Indikatif
387 Kata eimi (adalah) yang sifatnya Present Aktif Indikatif, tetapi sulit diterjemahkan.
388 Kata canon dalam bahasa Inggris, dipakai untuk menjelaskan prinsip-prinsip/cara-cara di mana kitab-kitab suci dikumpulkan di dalam Alkitab.
389 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 158.
390 Future Aktif Indikatif
391 Bruce, Hal. 275.
392 Moo, Kindle Lokasi 10769.
393 Ibid, Kindle Lokasi 10788.
394 Ibid, Kindle Lokasi 10796. Lihat juga Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal
395 Barclay M. Newman Jr. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012. Hal. Ix-x.
Galilah: Galatia (Pendahuluan Kitab)
GALILAH
Surat Galatia
Simon Pyatt M.Th
Galilah – Tafsiran Galatia
Oleh: Simon Pyatt
Copyright © 2014 - 2019 Simon M C Pyatt
Diterbit...
GALILAH
Surat Galatia
Simon Pyatt M.Th
Galilah – Tafsiran Galatia
Oleh: Simon Pyatt
Copyright © 2014 - 2019 Simon M C Pyatt
Diterbitkan oleh:
Nulisbuku
www.nulisbuku.com
Penyunting: Michael J. Wewengkang S.Th; MAPC
Desain Sampul: Nulisbuku
Soli Deo Gloria!
Pendahuluan Umum
Bahan ini dimaksudkan untuk membantu orang dalam mempersiapkan pelajaran/khotbah ataupun dalam usaha penerjemahan Firman Tuhan. Tidak dimaksudkan untuk dibacakan saja kepada jemaat, karena bahan ini adalah bahan penelitian, bukan sebuah pelajaran/khotbah.
Terjemahan Alkitab yang dipakai dalam seri Galilah ini, adalah terjemahan literal yang dibuat langsung dari versi bahasa Yunani Nestle Aland. Tujuannya bukan untuk mengganti versi-versi Bahasa Indonesia, ataupun untuk mengutamakan terjemahan literal. Terjemahan literal ini dimaksudkan untuk membantu orang melihat ciri-ciri khas bahasa Yunani, supaya lebih mudah diteliti.
Kalau kita ingin menangani ayat apa saja dari Firman Tuhan dengan baik, harus ada lima macam sudut pandang yang dipikirkan:
- Konteks di dalam Alkitab
- Konteks Sejarah
- Konteks di dalam Penulisan
- Pengertian Arti kata dan Tata Bahasa
- Penerapan Praktis
Konteks dalam Alkitab menyangkut peran ayat yang diteliti di dalam keseluruhan dari wahyu Allah. Jadi sebelum orang menyimpulkan sesuatu, penafsirannya harus dicek dengan bagian-bagian lain di Alkitab yang terkait dengan topik itu. Di buku pedoman ini akan sering dibaca referensi silang, supaya saudara dapat mengerti dan menerapkan dengan baik setiap bagian yang diteliti. Harap saudara mencari lebih banyak referensi.
Kalau kita ingin mengerti dengan benar apa yang dimaksudkan penulis, kita harus mengerti Konteks Sejarah. Langkah ini adalah melakukan penelitian pada budaya setempat, penanggalan kitab, dan peristiwa sejarah yang mungkin berdampak, juga apa yang diketahui mengenai penulis dan tokoh-tokoh di dalam kitab tersebut. Di buku pedoman ini, sering akan ada referensi pada sejarah dan budaya.
Sering kali, salah paham terjadi apabila orang hanya mendengar sebagian dari perkataan orang dan tidak mendengar keseluruhan dari wacananya. Hal ini bukan hanya mengakibatkan banyak salah paham, tetapi bahkan doktrin yang keliru.
Dalam hal penafsiran Firman Tuhan. Setiap ayat di Alkitab harus dimengerti menurut Konteks di dalam Penulisan. Sebelum bagian Firman Tuhan diteliti di buku ini, selalu akan ada garis besar, tema dan sub tema, hal ini untuk menjaga supaya tidak mungkin lari dari konteks.
Pengertian Arti Kata dan Tata Bahasa juga sangat penting. Setiap bahasa mempunyai tata bahasa, muatan kata dan kiasan-kiasan yang cukup unik dan indah. Jadi kalau kita ingin menerjemahkan ataupun mengerti suatu ayat, kita perlu mengerti struktur dan maksud dari bahasa sumber itu. Oleh karena itu, bahan ini menjelaskan muatan kata, arti kiasan dan juga secara sederhana menjelaskan tata bahasa. Kalau orang mau belajar lebih dalam mengenai tata bahasa Yunani, ada bagian Apendiks di belakang yang menyediakan penjelasan.
Allah tidak hanya menghendaki gerejanya mengerti Firmannya, Dia ingin supaya Firman itu mengubahkan kita. Oleh karena itu pengajaran Firman Tuhan harus ada Penerapan Praktis yang mengalir dengan alami dan tepat dari bagian yang dipelajari. Penerapan-penerapan di pedoman ini ditandai dengan lambang panah. Ini tidak dimaksudkan menjadi keharusan, melainkan usulan saja dan dorongan untuk saudara memikirkan penerapannya bagi jemaat.
Galilah!
Galilah: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Pendahuluan Galatia
Sangat jelas bahwa penulis dari surat Galatia ini adalah Paulus sendiri. Kita tidak perlu kembali melihat siapkah dia dari Fi...
Pendahuluan Galatia
Sangat jelas bahwa penulis dari surat Galatia ini adalah Paulus sendiri. Kita tidak perlu kembali melihat siapkah dia dari Firman Tuhan karena dia sangat terkenal. Ada satu penulis dari abad yang kedua yang menulis apa yang pernah dia dengar mengenai rasul ini:
Dia adalah orang yang cukup kecil badanya, yang kepalanya botak dan kakinya bengkok. Dia kuat secara fisik, alis matanya bertemu di tengah dan hidungnya bengkok. Dia penuh keramahan, yaitu, satu saat dia kelihatan seperti manusia, tetapi saat lain tampil seperti malaikat.1
Kata Galatia mempunyai dua arti pada waktu Paulus menulis suratnya, yaitu provinsi Galatia dan etnis Galatia. Kemungkinan besar yang dimaksudkan Paulus di surat ini adalah Provinsi Galatia, yang dia kunjungi dua kali dalam Perjalanan Misi pertamanya. Gereja-gereja yang ditanam di sana termasuk Antiokhia di Pisidia (Kis 13:14-50), Ikonium (Kis 13:51-14:7), Listra (Kis 14:8-19) dan Derbe (Kis 14:20-21). Memang masuk akal melihat beberapa gereja ini karena surat Galatia adalah surat satu-satunya di mana Paulus berkata bahwa dia menulis kepada beberapa gereja di satu provinsi.(Gal 1:2)2 Tidak ada bukti sedikitpun bahwa Paulus menanam gereja di bagian Galatia etnis yang terletak agak ke utara.
Kemungkinan besar Paulus menulis surat ini sebelum Sidang Besar yang diadakan di Yerusalem (Kis 15), karena kalau orang Galatia mengalami tekanan dari partai sunat dan Paulus ditugaskan membawa surat hasil Sidang, mengapa surat itu tidak dikutip sedikitpun dalam surat ini? Itu sebabnya lebih baik kita simpulkan bahwa Paulus menulis sesudah dia pulang dari Perjalanan Misi yang pertama sebelum dia diutus ke Yerusalem. (48 Masehi)3 Kalau begitu, sangat masuk akal juga mengapa dia katakan bahwa mereka “begitu lekas berbalik” karena pengaruh dari partai sunat – Memang cepat!
Tema dari surat Galatia adalah keselamatan yang diperoleh hanya melalui iman saja, bukan hasil perbuatan baik. Kita harus mengingat bahwa penjangkauan di antara orang non-Yahudi masih cukup baru bagi gereja mula-mula ini. Jadi tentu saja ada proses di mana gereja yang dari mulanya mengalir dari agama Yahudi, harus membahas peranan Hukum Taurat dalam kehidupan mereka sebagai orang percaya. Oleh ilham Allah, kesimpulan yang Paulus tulis adalah, Hukum Taurat tidak menyelamatkan, atau tidak membenarkan. Fungsinya Hukum Taurat adalah untuk menyoroti dosa. Sebenarnya fungsinya sama di Perjanjian Lama, tetapi orang yang berdosa pada masa tersebut, boleh membawa korban ke bait Allah untuk dipersembahkan menebus dosa mereka. Jadi pada masa Perjanjian Lama pun, terlihat bahwa iman yang menyelamatkan. Masalanya adalah dengan Kristus memberi diri menjadi Korban Penebusan satu kali untuk selama-lamanya, sistem pengorbanan di Bait Allah menjadi usang, sehingga Allah tidak lagi menerima korban tebusan. Jadi kalau orang berusaha kembali kepada ketetapan-ketetapan Perjanjian Lama sebagai dasar pembenaran, maka mereka hanya menemukan Hukum Taurat tanpa sistem pengorbanan, sehingga hanya menjadi nyata bahwa mereka orang berdosa dan tidak ada jalan keselamatan.4 (Ibr 8:6-13) Sebagai penerapan dari tema besar ini, dari Gal 5 Paulus mulai bicara mengenai kebebasan kita di dalam Kristus dan pelayanan Roh Kudus di dalam orang percaya, menurut pengertian yang terdapat di nubuatan-nubuatan yang sangat jelas mengenai Perjanjian Baru, yaitu Yeremia 31:31-34 dan Yehezkiel 36:25-27, yang menyatakan bahwa Roh Kuduslah yang menjadi kekuatan dan dorongan di dalam diri orang percaya, sehingga dia hidup berkenan kepada Allah. Dari segi gaya, surat ini sering disebut sebagai draf daripada surat Roma, karena begitu mirip isinya.5
Ada yang menganggap bahwa Paulus bertentangan dengan Yakobus di surat ini, tetapi kalau menggali lebih dalam mengenai hubungan mereka dan maksud penulisan, ternyata mereka teman, yang sangat setuju mengenai jalan keselamatan. Di Gal 1:19 kita lihat bahwa Paulus mengenal Yakobus, lalu di Gal 2:9-10 Paulus memberi kesempatan untuk para sokoguru jemaat memberi masukan pada Injil yang dia sampaikan. Tentu kalau Yakobus tidak setuju mengenai keselamatan oleh iman saja, dia pasti protes. Tetapi yang kita lihat di sana adalah persetujuan, persekutuan, bahkan pengutusan dan tambahan yang mereka usulkan hanya menyangkut pelayanan kepada orang miskin saja. Ada salah paham mengenai Gal 2:12, seolah-olah Yakobus mengutus orang untuk memata-matai kebebasan orang percaya di Antiokhia, tetapi bukan itu yang dicatat di sana. Petrus hanya mengantisipasi apa yang akan terjadi ketika kabar ini sampai di telinga partai sunat di Yerusalem, yang juga berselisih pendapat dengan Petrus waktu dia kembali dari pelayanannya kepada Kornelius. (Kis 11:2-3) Kita juga lihat di surat hasil Sidang Yerusalem, yang menurut ahli-ahli bahasa, ditulis oleh Yakobus, berbunyi begini:
Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami,yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. (Kis 15:24)
Kita juga perlu memperhatikan bahwa maksud Paulus dengan menggunakan kata dibenarkan (dikaioo), berbeda daripada Yakobus, yang menulis sebelumnya. Pada waktu itu, kata tersebut paling sering membawa pengertian dibukti benar, tetapi Paulus menggunakannya menurut pengertian yang lain, di mana itu boleh berarti dibuat benar. Jadi ketika Paulus menggunakan kata ini di surat Galatia, maksudnya adalah orang berdosa dibuat benar dengan cara percaya saja dalam Kristus. Tetapi Yakobus berkata bahwa Abraham, 30 tahun sesudah dia dibuat benar,(Kej 15:6, Rom 4:1-5) dibukti sebagai orang benar ketika dia siap mengorbankan Ishak. (Kej 22, Yak 2:21-23) Jadi sebenarnya tidak ada pertentangan sedikitpun antara mereka, dalam hal pembenaran. Sama juga kalau kita meneliti pikiran mereka mengenai peran dari Hukum Taurat. Kalau Paulus bicara mengenai peran Hukum, itu berkaitan dengan keselamatan, di mana Hukum tersebut tidak menjadi jalan keselamatan, melainkan menyatakan dosa sehingga orang berseru kepada Sang Penebus. Kalau Yakobus bicara mengenai Hukum Taurat, itu menyangkut orang yang sudah percaya, di mana Hukum tersebut menyatakan dosa yang masih ada pada mereka supaya mereka bisa mengaku dan mengalami perubahan, dan dengan demikian itu boleh disebut sebagai “Hukum yang Memerdekakan”. (Yak 1:25, 2:12) Kalau kita memperhatikan perkataan Paulus di 2 Tim 3:16, ternyata dia setuju juga. Yang sangat indah di surat ini adalah kita melihat hati dan pengalaman Paulus, dicatat langsung oleh dia dalam Gal 1 dan 2, yang memperkaya wawasan kita mengenai rasul ini.
Jerusalem: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas
mendjeladjah Siprus, la...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas mendjeladjah Siprus, lalu menjeberang ke Asia-Ketjil, mendarat di Perge, di Pamfilia, lalu mula-mula pergi keutara sampai ke Antiochia di Pisidia, kemudian ketimur dan mendirikan umat-umat di Ikonium, Listra dan Derbe, tiga kota besar didaerah Likaonia. Likaonia dewasa ini merupakan bagian selatan dari propinsi Romawi, jang disebut "Propimi Galatia".
Pada perdjalanan kedua, (Kis.Ras. 15:36-18:22) Paulus dan Silas memilih djalan darat, dan melalui Siria dan Silisia mereka datang ke Likaonia pula, lalu mengundjungi umat-umat disitu jang berkembang pesat dan "meneguhkan iman" umat- umat itu.
Dari Likaonia Paulus bermaksud berdjalan ke Barat, tetapi Lukas mentjatat: mereka "ditjegah oleh Roh Kudus, lalu pergi keutara dan melintasi Frigia dan daerah Galatia". Demikian tjatatan Lukas jang sangat pendek. Tetapi Paulus tidak "melintasi" begitu sadja, tanpa mengadjar dan mendirikan umat-umat. Bdl. Kis. Ras. 18:23. Tentu pada kundjungan itu terdjadi apa jang kita batja dalam surat "kepada umat-umat Galatia" ini 4:13-15.
Jang dimaksudkan Lukas dengan "daerah Galatia", tentu bagian utara dari propinsi Galatia asli, jang sebelum didjadjah oleh orang Romawi merupakan satu keradjaan berdaulat. Penduduknja adalah imigran dari Eropah-Barat, Daerah Galia, jang sekarang masuk negeri Perantjis. Sesampai di Asia-Ketjil mereka masuk tentara seorang radja disitu, dan sesudah perang, karena djasanja jang istimewa, mereka diberi sebagian dari wilajah radja itu, untuk didjadikan keradjaan berdaulat bagi mereka sendiri.
Ada buktinja tjukup bahwa dengan "umat-umat Galatia" dalam djudul surat ini dimaksudkan Galatia jang asli itu, jaitu bagian utara dari propinsi Romawi jang disebut Galatia.
Umat-umat itu dikundjungi Paulus djuga pada perdjalanannja jang ketiga (Kis. Ras. 18:23). Setelah "diteguhkannja iman" umat-umat disitu ia pergi kearah barat, lalu menetap dua tiga tahun lamanja di Efesus, pusat penting untuk pemakluman Indjil dan pemimpinan segala umat di Asia-Ketjil, Achaja dan Masedonia.
Rupanja di Efesus Paulus mendapat kabar, bahwa umat-umat di Galatia didatangi pengadjar-pengadjar dari Palestina, jang mengadjarkan bahwa orang-orang bukan Jahudi jang bertobat wadjib disunat dan mengikuti hukum dan adat-istiadat Jahudi, kalau mau diselamatkan. Paulus djengkel dan gelisah dan segera menulis surat ini. Pada kundjungan jang pertama dari Paulus, umat-umat disitu menjambut Indjil dengan gembira dan belum ada kesulitan-kesulitan. Tetapi pada kundjungannja jang kedua, Paulus sudah terpaksa memperingatkan mereka, supaja waspada terhadap pengadjar-pengadjar palsu. Lih. 1:9. Dan jang dichawatirkan pada kundjungan jang kedua mendjadi kenjataan. Saudara-saudara palsu itu bukan sadja mengandjurkan persunatan dan penganutan hukum taurat, melainkan djuga mempersalahkan adjaran Paulus dan menandaskan bahwa ia bukan rasul sedjati dan "Indjil" nja tidak benar. Dan dari isi dan suasana tulisan Paulus kini kita mendapat kesan, bahwa sudah ada anggota-anggota jang pertjaja akan adjaran- adjaran dan pefitnahan pengadjar-pengadjar Jahudi tersebut,serta menganut mereka. Kita mengerti bahwa harena kabar itu Paulus sangat tjemas malah gelisah, kalau-kalau umat-umat tertjinta itu tersesat dari kebenaran Indjil dan didjauhkan dari Paulus dan Kristus. Lagi pula beban orang jang telah bertobat terlalu diberatkan, tanpa faedah sedikitpun, kalau mereka mengikuti andjuran- andjuran orang-orang Jahudi itu, dan tentu pertobatan orang-orang jang belum masuk umat sangat disukarkan. Ketjemasan dan kegelisahan Paulus tampak sekali dalam surat. Tak ada suratnja jang lain, jang begitu hebat gajanja. Tetapi jang tampak njata sekali pula ialah, bahwa kegelisahan dan kedjengkelan Rasul, djuga kalau ia membela diri, bukan karena ia merasa tersinggung kehormatannja, melainkan semata-mata berpokok pada tjinta kerasulan jang mesra kepada umat Kristus jang tertjinta, jang terantjam kesetiaannja dan kemurnian imannja. pembelaan kewibawaan untuk mempertahankan pengaruh kerasulannja memang menondjol dalam seluruh surat, tetapi, terdapat didalamnja djuga adjaran-adjaran pokok dan pengertian-pengertian keagamaan jang penting sekali, mengenai hakekat dan sjarat-sjarat keselamatan, dalam Kristus. Adjaran-adjaran itu didalam surat ini tegas dan tepat, tetapi ringkas, jang kemudian diuraikan dengan pandjang lebar sebagai atjara pokok dalam surat kepada umat Roma.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) PASAL 5
HIDUP ORANG KRISTEN (BAGIAN 1)
Pasal 5 dimulai dengan penerapan singkat tentang kiasan Hagar dan Sara di ayat 1. Setelah penerapan ini, mun...
PASAL 5
HIDUP ORANG KRISTEN (BAGIAN 1)
Pasal 5 dimulai dengan penerapan singkat tentang kiasan Hagar dan Sara di ayat 1. Setelah penerapan ini, muncul sebuah bagian baru, 5:2-6:10, yang menggambarkan hidup orang Kristen. Hidup itu menggambarkan makna kemerdekaan di dalam Kristus (5:2-15) dan hidup oleh Roh (5:16-26). "Perbuatan-perbuatan daging" dikontraskan dengan "buah Roh" dalam 5:19-26.
TFTWMS: Galatia (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat Mat. 5:10-12; Rom. 5:3-5; 2 Kor. 1:3-7; Ibr. 10:32-36; 12:1-11; Yak. 1:2-4; 5:10, 11.
2 Sirach 51:23-26 (NAB).
3 Kata Ib...
Catatan Akhir:
- 1 Lihat Mat. 5:10-12; Rom. 5:3-5; 2 Kor. 1:3-7; Ibr. 10:32-36; 12:1-11; Yak. 1:2-4; 5:10, 11.
- 2 Sirach 51:23-26 (NAB).
- 3 Kata Ibrani untuk "tuan" atau "master" adalah br (rab), sedangkan kata untuk "tuanku" atau "masterku" adalah yBr~ (rabbi).
- 4 Karl Heinrich Rengstorf, "zugo֧," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 2:900-1.
- 5 Bentuk kata kerja dari kata ini secara harfiah berarti "memotong sekeliling" (William D. Mounce, ed., Mounce's Complete Expository Dictionary of Old & New Testament Words [Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2006], 111).
- 6 Lihat Ima. 12:1-3; Luk. 1:59; 2:21; Yoh. 7:22, 23; Fil. 3:4, 5.
- 7 Orang Kristen Yahudi dikenal sebagai "orang bersunat" dalam 2:12, Kolose 4:11, dan Titus 1:10 dan "orang percaya dari golongan bersunat" dalam Kisah Para Rasul 10:45.
- 8 Kata Yunani yang diterjemahkan "tidak bersunat" ( ajkrobusti÷a, akrobustia) secara harfiah berarti "kulup." Istilah "sunat" ( peritomh, peritomē) sering muncul di dalam Alkitab Yunani, tetapi istilah medis secara teknis untuk kebalikan prosedur ini ( ejpispa÷w, epispaō , "menjadi tidak bersunat") muncul di dalam Perjanjian Baru hanya dalam 1 Korintus 7:18. Dalam LXX, istilah itu tidak pernah muncul dengan makna ini.
- 9 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 525-26.
- 10 Lihat Kisah 12:7; 27:32; Yak. 1:11; 1 Pet. 1:24.
- 11 Bauer, 308.
- 12 Lihat Efe. 2:8-10; 2 Tim. 1:8, 9; Tit. 3:4-7.
- 13 Lihat Gal. 3:2, 3, 5, 13, 14; 4:6, 29.
- 14 R. Alan Cole, The Epistle of Paul to the Galatians, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1965), 142-43.
- 15 Gal. 2:16; 3:2, 3, 5, 10; lihat 4:29.
- 16 Bauer,
- 17 Lihat Rom. 2:28, 29; Fil. 3:2-9; Kol. 2:11, 12.
- 18 Lihat 1 Tim. 3:9; 6:10; 2 Tim. 3:8.
- 19 Alkitab CEB berkata "mereka semua bekerja dengan kulit."
- 20 Kecurangan dalam pertandingan sungguh tidak disukai. Kenyataannya, di pintu masuk ke dalam stadion di Olympia di sana pada beberapa tumpuan didirikan serangkaian apa yang disebut "Zanes," patung-patung perunggu dewa Zeus (yang darinya bentuk jamak "Zanes" berasal dan yang untuk kehormatan itu perlombaan itu diadakan). Pada tumpuan setiap patung itu nama peserta lomba yang bermain curang diukir-untuk mempermalukan dia selamanya. Meski patung-patung perunggu Zane telah lama hilang, namun tumpuan patung itu tetap berdiri di tempatnya sampai hari ini.
- 21 Lihat 2:2; 5:7; Rom. 9:16; 1 Kor. 9:24, 26; Fil. 2:16. Kemunculan lainnya adalah dalam 2 Tesalonika 3:1, dalam nasihat singkat untuk berdoa "supaya firman Allah dapat berlari ['menyebar dengan cepat'; NASB] dan dimuliakan" (ASV).
- 22 Teks Yunaninya tertulisi ejge÷neto (egeneto), yang secara harfiah berarti "berkembang menjadi."
- 23 Joseph Henry Thayer, A Greek-English Lexicon of the New Testament (Cincinnati: American Book Co., 1889; reprint, Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1962), 660.
- 24 Lihat Gal. 5:9; Rom. 11:16; 1 Kor. 5:6, 7.
- 25 "Ragi" digunakan sekali dalam pengertian yang positif di dalam Alkitab. Yesus mengetengahkan perumpamaan ini: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya" (Mat. 13:33).
- 26 Kenneth L. Boles, Galatians & Ephesians, The College Press NIV Commentary (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1993), 131-32.
- 27 Ketika Petrus kembali ke Yerusalem setelah membuka pintu iman bagi orang bukan Yahudi di Kaisarea, "Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka!" (Kisah 11:2, 3; NKJV). Andaikan Paulus telah memberitakan sunat, mengubah orang-orang bukan Yahudi menjadi mualaf Yahudi, orang-orang Yahudi yang percaya tidak akan memiliki alasan untuk mengeluh.
- 28 "Telah dihapuskan" berasal dari kata Yunani katargeō (seperti dalam 5:4).
- 29 Kata itu juga digunakan untuk menerjemahkan kata Ibrani lainnya, termasuk vq}om (moqesh), sebuah "perangkap."
- 30 Meski Paulus bisa saja mengganti kata "salib" ( stauro÷ß, stauros), ia mempertahankan kata "pohon" atau "tiang" (xu÷lon, xulon) dari LXX. Dengan demikian, ia mempertahankan hubungan dekat antara penyaliban Yesus dan kutukan yang ditemukan dalam hukum Taurat. Alkitab ESV dan KJV menulis "pohon" dalam Kisah Para Rasul 5:30; 10:39; 13:29; 1 Petrus 2:24. Alkitab CJB menggunakan "tiang" dalam masing-masing ayat-ayat ini.
- 31 Lihat KJV; NRSV; GNT; NLT; [Ula. 23:2]; NJB; NJPSV.
- 32 Permainan kata ini adalah bentuk pengulangan yang disebut "paronomasia," yang didefinisikan sebagai "pengulangan kata yang sama atau kata dasar yang berdekatan" (F. Blass and A. Debrunner, A Greek Grammar of the New Testament and Other Early Christian Literature, trans. and rev. Robert W. Funk [Chicago: University of Chicago Press, 1961], 258 [no. 488.1]). Permainan kata adalah hal umum dalam tulisan-tulisan Paulus dan menambahkan penekanan pada pesannya, terutama dalam antitesis. Dalam Filipi 3:2, 3, akar tomh (tomē), yang menandakan "pemotongan,"
- 33 Kata Yunani untuk "lahir di rumah" adalah oikogenhß÷ (oikogenēs). Jenis budak ini dihargai lebih tinggi daripada yang diperoleh dari luar rumah tangga.
- 34 Thomas Wiedemann, Greek and Roman Slavery (Baltimore: John Hopkins University Press, 1981), 6-8.
- 35 Ibid., 23.
- 36 Ibid., 50.
- 37 Ibid., 46-47.
- 38 Tentu saja, Paulus lebih menyukai kebebasan bagi semua orang; tetapi, seperti dalam kasus Onesimus, budak yang melarikan diri, ia mengikuti hukum pada waktu itu dan memulangkan murid yang dikasihi itu kepada tuannya (Filem. 10-16). Yesus tidak pernah menghendaki umat-Nya memecahkan masalah dengan kekerasan. Ia memberitahu Petrus, "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang" (Mat. 26:52).
- 39 Lihat Mat. 7:12; 22:36-40; Rom. 12:9, 10; Yak. 2:8.
- 40 Lihat 5:22; 1 Kor. 12:31-13:13; Kol. 3:12-14.
- 41 Kej. 49:17; Bil. 21:6-9; Ula. 8:15; Pkh. 10:8, 11; Yer. 8:17; Amos 5:19; 9:3.
- 42 Perfect tense dari kata kerja Yunani dalam Yakobus 3:9 mengungkapkan fakta tentang tindakan penciptaan Allah di masa lalu serta hasil yang terus eksis. Alkitab NASB menekankan aspek masa lalu dari kata kerja itu dengan terjemahan "manusia, yang telah dibuat dalam keserupaan dengan Allah" (huruf miring ditambahkan). Hasil abadi dari ciptaan Allah secara lebih jelas terlihat dalam terjemahan NRSV: "mereka yang dibuat dalam keserupaaan dengan Allah" (huruf miring ditambahkan).
- 43 Bauer, 803.
- 44 Ibid., 1047.
- 45 Kategori-kategori ini tersirat dari tanda baca dalam beberapa versi (NIV; NEB; REB).
- 46 Alkitab KJV dimulai dengan "perzinahan" dan setelah "dengki" terdapat "pembunuhan." Ini seharusnya tidak disertakan dalam daftar itu karena mereka muncul hanya dalam beberapa naskah yang belakangan. (E. H. Perowne, The Epistle to the Galatians, The Cambridge Bible for Schools and Colleges [Cambridge: University Press, 1900], 67.)
- 47 Lihat Kej. 1:27, 28; 2:18-24; Mat. 19:3-9; Rom. 7:2, 3; 1 Kor. 7:1-5; Ibr. 13:4.
- 48 Kata koitē secara teknis berarti "tempat tidur" (Ibr. 13:4), namun kata itu juga digunakan sebagai eufemisme untuk aktivitas seksual yang terkait dengan tempat tidur.
- 49 Lihat Mrk. 7:22; Rom. 13:13; 2 Kor. 12:21; Efe. 4:19; 1 Pet. 4:3; 2 Pet. 2:7, 18; Yudas 4.
- 50 Bahkan ateis yang paling berkomitmen, jika ia jujur dan terinformasi, tidak dapat menyangkal bukti obyektif untuk fenomena ini; sebab itu adalah fakta yang dapat diamati di seluruh dunia di sepanjang sejarah manusia.
- 51 Agustinus Confessions 1.1.
- 52 Para penyair yang dikutip di sini adalah Epimenides orang Kreta (sekitar 600 S. M.) dalam karyanya Cretica; Aratus dari Soli (sekitar 315-240 S. M.) , dari provinsi asli Paulus sendiri dari Kilikia, dalam karyanya Phaenomena; dan Cleanthes (331-233 S. M.) di didaktiknya Hymn to Zeus .
- 53 Lucian The Dream (or The Cock) 24.
- 54 Lihat Ula. 4:15-19, 23-28; 6:4, 13-15; 7:3-6, 25, 26.
- 55 Misalnya, di Fenisia, orang-orang menganggap Baal dan Astarte memiliki kekuasaan atas kesuburan bumi. Ibu dewi Cybele orang Frigia, atau dewi Artemis orang Efesus, diyakini memberikan kesuburan dalam melahirkan anak. Poseidon dianggap sebagai dewa laut (dan karena itu menjadi dewa para pelaut) dan gempa bumi. Dionysus adalah dewa anggur dan inspirasi puisi. Ares adalah dewa perang. Apollo menyampaikan nubuat ilahi di istananya di Delphi di Yunani dan di Cumae di Italia. Athena adalah dewi seni dan kebijaksanaan dan pelindung kota itu-tidak hanya kota Atena, tetapi juga kota-kota lainnya. Demeter adalah dewi gandum. Di atas semua itu adalah Zeus, ayah dan penguasa yang perkasa dari para dewa, dewa langit dan cuaca. Ia juga dianggap sebagai pelindung yang dermawan bagi anak yatim, orang asing, dan janda. Hermes dihormati sebagai bocah utusan dari Zeus (lihat Kisah 14:12).
- 56 Henry George Liddell and Robert Scott, A Greek-English Lexicon, 9th ed., rev. and aug. with supplement, rev. Henry Stuart Jones and Roderick McKenzie (Oxford: Clarendon Press, 1968), 1917.
- 57 Barclay M. Newman, A Concise Greek-English Dictionary of the New Testament (London: United Bible Societies, 1971), 192.
- 58 Leon Morris, Galatians: Paul's Charter of Christian Freedom (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1996), 171.
- 59 Selain kata Yunani untuk "permusuhan," pelbagai istilah berikut ini di dalam daftar ini adalah juga berbentuk jamak dalam bahasa Yunani: "amarah," "perseteruan," "perselisihan," "roh pemecah," "kedengkian," "kemabukan," dan "pesta pora."
- 60 J. B. Lightfoot, The Epistle of St. Paul to the Galatians, Classic Commentary Library (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1957), 211.
- 61 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2nd ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 529.
- 62 Bauer, 392.
- 63 F. F. Bruce, The Epistle to the Galatians, The New International Greek Testament Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 248.
- 64 Bauer, 427.
- 65 Lihat Kisah 5:17, 18; 13:45; Rom. 13:13; 1 Kor. 3:3; 2 Kor. 12:20; Yak. 3:14, 16.
- 66 Richard Chenevix Trench, Synonyms of the New Testament (Marshallton, Del.: The National Foundation for Christian Education, n.d.), 123-24.
- 67 Friedrich Büchsel, " ejriqei÷a," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 2:660-61.
- 68 Bauer, 392; Aristotle Politics 5.3.
- 69 Kata kerja "menghindari" adalah dari bentuk present imperative ejkkli÷nw (ekklinō), yang menunjukkan tindakan terus-menerus atau berulang-ulang. Ini berarti "menjauh dari," "terus-meenrus menghindar," mungkin sampai waktu pelanggar itu harus mengakhiri perilaku fasik tersebut.
- 70 Misalnya, dalam bahasa Yunani sekuler hairesis digunakan untuk sekolah-sekolah filsafat yang berbeda, yang karena itu orang sulit mengharapkan tingkat kebulatan suara yang signifikan. Terjemahan lain yang memungkinkan untuk kata itu mencakup "dogma," "cara berpikir," dan "kecenderungan" (Bauer, 28).
- 71 Paulus juga menggunakan "mendengki" dari kata kerja fqone/w (phthoneō) dalam 5:26.
- 72 "Pemurnian air pada zaman itu tidak seperti yang diinginkan. Air di Efesus tampaknya sudah menyebabkan gangguan pencernaan Timotius. Sedikit anggur akan menenangkan perutnya(James E. Smith, Exhortation Epistles, Teacher's Commentary [N.p.: By the author, 2011], 116-17).
- 73 Lihat Bil. 6:1-4; Hakim 13:2-5; Mat. 11:18; Luk. 1:15; 7:33.
- 74 Bauer, 580.
- 75 Trench, 212.
- 76 William M. Ramsay, A Historical Commentary on St. Paul's Epistle to the Galatians, Limited Classical Reprint Library (N.p.: G. P. Putnams Sons, 1900; reprint, Minneapolis: Klock & Klock Christian Publishers, 1978), 453.
- 77 Lihat Rom. 1:29-31; 13:13; 1 Kor. 5:10, 11; 6:9, 10; 2 Kor. 12:20; Efe. 4:31; 5:3-5; Kol. 3:5-8; 1 Tim. 1:9, 10; 6:4, 5; 2 Tim. 3:2-4; Tit. 1:7; 3:3.
- 78 Lihat Mat. 15:19; Mrk. 7:21, 22; 1 Pet. 2:1; 4:3, 15; Why. 9:21; 21:8; 22:15.
- 79 Cole, 160-61; James D. G. Dunn, The Theology of Paul the Apostle (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1998), 662-65.
- 80 Lihat Mat. 3:7-10; 7:15-20; Efe. 5:6-12; Fil. 1:9-11; Ibr. 12:11; Yak. 3:17, 18.
- 81 Lihat Yoh. 4:24; Rom. 8:20-23; 1 Kor. 15:42-53; 2 Kor. 5:1-5; Fil. 3:20, 21.
- 82 Lihat Mat. 26:28; Kisah 8:38, 39; 22:16; Rom. 6:4, 5; Kol. 2:12; Why. 1:5.
- 83 Lihat Rom. 8:9-11; 1 Kor. 3:16; 6:19; 2 Kor. 6:16, 17; Efe. 2:11-18.
- 84 Untuk informasi lebih lanjut, lihat Penerapan: Empat Kasih pada pelajaran ini.
- 85 Bauer, 613.
- 86 Ibid., 461.
- 87 Ibid., 612.
- 88 Lihat 2 Kor. 6:6; 2 Tim. 3:10; 4:2; Ibr. 6:12; Yak. 5:10.
- 89 Lihat Rom. 2:4; 9:22; 1 Tim. 1:16; 1 Pet. 3:20; 2 Pet. 3:9, 15.
- 90 Lihat Mat. 17:17; Mrk. 9:19; Luk. 9:41; Kisah 18:14; 1 Kor. 4:12; 2 Kor. 11:1, 4, 19, 20; Efe. 4:2; Kol. 3:13; 2 Tes. 1:4; 2 Tim. 4:3; Ibr. 13:22.
- 91 Bauer, 1039.
- 92 Ibid., 1090.
- 93 Lihat Rom. 2:4; 11:22; Efe. 2:7; Tit. 3:4.
- 94 Lihat Gal. 5:22; Rom. 3:12; 2 Kor. 6:6; Kol. 3:12.
- 95 Ceslas Spicq, Theological Lexicon of the New Testament, trans. and ed. James D. Ernest (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1994), 3:515.
- 96 Trench, 217.
- 97 Ludwig Koehler and Walter Baumgartner, The Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, study ed., trans. and ed. M. E. J. Richardson (Boston: Brill, 2001), 1:370.
- 98 Lightfoot, 213.
- 99 Trench, 219.
- 100 Ibid., 220.
- 101 Lihat Efe. 6:23; 1 Tim. 2:15; 4:12; 6:11; 2 Tim. 2:22; 3:10; Tit. 2:2.
- 102 Bauer, 820. (Lihat 1 Tes. 3:6; 5:8; 1 Tim. 1:14; 2 Tim. 1:13; Filem. 5.)
- 103 Lihat Mat. 10:38; 16:24; Rom. 8:12, 13; Gal. 2:20; 5:24; 6:14.
- 104 Para penerjemah NASB telah menambahkan kata-kata "dengan gairah" demi kejelasan. Beberapa penafsir telah menyatakan pendapat bahwa kata " hangus" mengacu kepada hukuman kekal dalam api neraka. Namun begitu, penafsiran ini mengabaikan sifat seksual dari keseluruhan konteks itu. Paulus tidak mengutuk perkawinan. Sebaliknya, ia sepenuhnya menyadari bahwa, secara umum, bagi kebanyakan orang menikah itu baik (1 Kor. 7:1, 2).
- 105 Pelbagai istilah negatif yang terkait juga muncul dalam Perjanjian Baru, termasuk kata benda ajkrasi/a (akrasia) dalam Matius 23:25 dan 1 Korintus 7:5, serta kata sifat ajkrath/ß (akratēs) dalam 2 Timotius 3:3. Kata-kata ini mengungkapkan konsep "mencari kesenangan sendiri," "kurangnya disiplin," dan "kurangnya penguasaan diri."
- 106 Bauer, 274.
- 107 Bruce, 255.
- 108 S. H. Hooke, The Siege Perilous (London: SCM Press, 1956), 264. (Lihat Yoh. 15:1-5; 2 Pet. 1:2-4.)
- 109 Buah rohani adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan seorang Kristen. Meski begitu, haruslah diperhatikan bahwa semua sifat buah Roh itu diperintahkan dalam Kitab Suci.
- 110 Cole, 167.
- 111 Ibid.
- 112 Lihat Mat. 7:22, 23; 1 Kor. 13:1-3; Gal. 3:5.
- 113 Dalam berbagai konteks, sarx dapat menunjukkan tubuh fisik atau penampilan seseorang, silsilah atau keturunan ras, kondisi kesehatan, dan lain sebagainya. Secara umum, itu bisa saja mengacu kepada hampir semua aspek kehidupan duniawi manusia. Perlu ditekankan bahwa sarx tidak selalu buruk. Prolog injil Yohanes mengatakan bahwa "Firman itu telah menjadi manusia [sarx], dan diam di antara kita" (Yoh. 1:14a). Alih-alih "daging," Alkitab NLT menulis "manusia" (Lihat Ibr. 2:14; 1 Yoh. 4:2, 3.)
- 114 Karena kita tahu bahwa Allah tidak menghendaki siapa saja sesat (1 Tim. 2:4; 2 Pet. 3:9), maka tampaknya semua manusia dianugerahi dengan tanggung jawab moral bawaan untuk mengamati pelbagai kesaksian Allah dalam karya-karya penciptaan dan untuk mencari Dia (lihat Rom. 1:18-21; 2:14, 15). Meski dinyatakan bahwa Allah telah mengizinkan generasi-generasi sebelumnya untuk menempuh jalan mereka sendiri (Kisah 14:16), dengan kedatangan injil, hari baru telah tiba. Paulus, berdiri "di atas Areopagus" di Atena, mengatakan, "Kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, … Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati" (Kisah 17:22, 29-31).
- 115 Lihat Rom. 8:12, 13; 12:1, 2; Gal. 2:20.
- 116 Bahasa Yunani memiliki empat tingkatan klausa bersyarat. Yang pertama biasanya diungkapkan oleh ei dengan sebuah kata kerja dalam indicative mood, yang mana "pembicara itu berasumsi bahwa kondisi yang dinyatakan dalam
- 117 Apa yang kita hadapi dalam 5:26 adalah perintah negatif atau larangan. William Douglas Chamberlain menemukan contoh yang baik tentang hal ini dalam Matius 6:19, di mana Yesus berkata, "Janganlah kamu mengumpulkan Μὴ θησαυρίζετε , Mē thēsaurize harta di bumi." Chamberlain menerjemahkan larangan itu sebagai "Behenti mengumpulkan harta"dan kemudian menulis, "maksud perintah Yesus adalah bahwa manusia sudah sedang mengumpulkan harta di bumi, bukan di sorga, dan Ia mau mereka berhenti melakukan itu. (William Douglas Chamberlain, An Exegetical Grammar of the Greek New Testament [Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1941], 86).
- 118 Bauer, 871.
- 119 Robert L. Johnson, The Letter of Paul to the Galatians, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 163.
- 120 Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary: New Testament, vol. 1 (Colorado Springs, Colo.: Victor, 2001), 720.
- 121 Cole, 170.
- 122 Bruce, 257.
- 123 Walter Schmithals, Paul and the Gnostics, trans. John E. Steely (Nashville: Abingdon Press, 1972), 49.
- 124 Bruce, 258.
- 125 Peter Toon, "Gnosticism," in The New International Dictionary of the Bible, pictorial ed., ed. J. D. Douglas and Merrill C. Tenney (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1987), 393.
- 126 Lihat Yoh. 14:15, 21; 15:10; 1 Yoh. 2:3-6; 3:16-24; 5:2, 3; 2 Yoh. 6.
- 127 Everett Ferguson, The Church of Christ: A Biblical Ecclesiology for Today (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1996), 390.
- 128 Lihat 4:8-11; Mrk. 7:18, 19; 2 Kor. 8:7-9; Kol. 2:16, 17; 1 Tim. 4:1-5; Ibr. 9:8-14.
- 129 Lihat Mat. 28:18-20; Mrk. 16:15, 16; Luk. 24:45-47; Kol. 1:21-23.
- 130 Lihat Ibr. 10:4-14; 13:20; Yudas 3; Why. 14:6.
- 131 Lihat Yes. 44:1-3; Yeh. 39:29; Yoel 2:28, 29; Zak. 12:10.
- 132 Lihat Kisah 2:16-39; 5:32; 11:15-18; 1 Kor. 3:16; 6:19; Gal. 3:2, 3; 4:6; Tit. 3:4-7.
- 133 Beberapa klarifikasi penting harus dibuat mengenai nas ini: (1) Kata "titik" telah secara benar ditambahkan oleh para penerjemah, secara akurat mengungkapkan makna teks aslinya. (2) Kata kerja "telah menjadi" menyiratkan hasil yang yang langgeng. (3) "Semua" menyampaikan pengertian bahwa para pelanggar yang bersalah hanya atas satu pelanggaran saja tetap bersalah melanggar hukum yang bersangkutan.
- 134 Iman juga berfungsi sebagai sarana pembenaran untuk umat Allah perjanjian lama, seperti yang Ibrani 11 jelaskan (lihat Rom. 3:21-26).
- 135 Istilah "pornografi" berasal dari dua kata Yunani, po÷rnh (pornē) dan grafh (graphē). Kata pornē mengacu kepada "pelacur." Sementara kata graphē biasanya berarti "Kitab Suci" atau "tulisan" dalam Alkitab, dalam bahasa Yunani di luar Alkitab kata itu juga menunjukkan sebuah "lukisan" atau "gambar". "Pornografi," kemudian, adalah gambaran tentang gambar-gambar seksual, baik yang disampaikan dalam bentuk gambar atau tulisan, yang berkaitan dengan percabulan.
- 136 Istilah "penilik" ( ejpi÷skopoß, episkopos) dalam 1 Timotius 3:1 mencerminkan bahwa para penatua memiliki otoritas, seperti juga perintah dalam Ibrani 13:17. Juga, kata Yunani lain untuk "otoritas" ( ejpitagh, epitagē, secara harfiah "perintah") muncul dalam Titus 2:15 berkenaan dengan seorang penginjil.
- 137 Lihat Mat. 28: 18-20; Yoh. 16:12, 13; Kisah 1: 8; Ibr. 2:3, 4.
- 138 Beberapa nas bicara tentang penghakiman Allah atas dunia (Rom. 2:2, 5; 3:6; 1 Kor. 5:13; 1 Pet. 1:17), sedangkan yang lainnya secara jelas memasukkan Yesus ke dalam peran ini (Mat. 25:31-46; 2 Kor. 5:10; 2 Tim. 4:1). Beberapa orang mungkin melihat kontradiksi di sini, namun solusinya dapat ditemukan dalam nas-nas seperti Roma 2:16: "Allah akan menghakimi rahasia manusia melalui Yesus Kristus " (lihat Kisah 17:31; NASB).
- 139 Dalam Mazmur 95, Allah, melalui Daud, menyinggung peristirahatan lain.
- 140 Namun begitu, tiga kata kunci yang diterjemahkan "kasih" dalam Perjanjian Baru bukanlah satu-satunya kata yang mengungkapkan konsep kasih. Misalnya, ejpipoqew (epipotheō) dan kerabatnya yang mengandung kelembutan dan kasih sayang yang dalam (Fil. 1:8; 4:1; 2 Tim. 1:4).
- 141 Lihatlah Yer. 4:30; 22:20, 22; Rat. 1:19; Yeh. 16:33, 36, 37; 23: 5, 9, 22; Hos. 2:5, 7, 10, 12, 13.
- 142 G. Abbott-Smith, A Manual Greek Lexicon of the New Testament, 3rd ed. (Edinburgh: T. & T. Clark, 1937), 65.
- 143 Kata lain tentang kasih, filo/storgoß ( philostorgos), adalah gabungan antara philia dan storgē. Kata itu muncul sekali dalam Perjanjian Baru, dalam Roma 12:10, di mana NKJV menerjemahkannya " kasih sayang yang ramah." Beragam bentuk kata ini muncul dalam LXX.
- 144 Nigel Turner, Christian Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1981), 261.
- 145 David Stewart, A Commentary on Philippians (Searcy, Ark.: Stewart Publications, 2006), 535-36.
- 146 Jalan sebenarnya "Via Dolorosa" ("Jalan Kesengsaraan") tidak diketahui. Jalan tradisional yang ditempuh oleh para peziarah dari lokasi Benteng Antonia ke Gereja Makam Suci memang meragukan. Alih-alih Benteng Antonia, kemungkinan besar Pilatus tinggal di istana Herodes yang Agung saat ia mengunjungi Yerusalem dan bahwa Praetorium (Kej. 27:27; Mrk. 15:16; Yoh. 18:28, 33 19: 9) terletak di daerah itu di sisi barat kota itu.
- 147 Keinginan Daud dihargai dan disetujui oleh Allah. Tuhan telah menyertai dia dalam semua perangnya untuk mendirikan bangsa itu, pertama di Yehuda dan kemudian di Israel. Namun begitu, bait suci-"rumah Allah"-menjadi "rumah doa" (Yes. 56:7; Mat. 21:13); dan itu ditahbiskan secara ilahi sehingga injil "Raja Damai" harus berawal dari Yerusalem untuk membawa damai sejahtera bagi semua bangsa (Yes. 2:1-4; Luk. 24:46, 47; Kisah 1:4-8). Hanya Yesus
- 148 John Emerich Edward Dalberg-Acton, quoted in John Bartlett, Familiar Quotations, 16th ed., ed. Justin Kaplan (Boston: Little, Brown and Co., 1992), 521.
- 149 Quintus Curtius History of Alexander 4.2.1-4.4.21; Josephus Antiquities 11.8.3-4.
- 150 Contoh Paulus dalam 2:1-5 berhubungan dengan sunat Titus. Ia benar-benar menolak penyunatan orang bukan Yahudi ini "agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada" orang-orang Galatia (2:5).
- 151 Suzēteō juga dapat diterjemahkan sebagai "perdebatan." Tampaknya para penerjemah pada umumnya lebih menyukai kata "berargumentasi" daripada "berdebat" dalam konteks di mana ada sedikit kesopanan.
Pengarang: Jack McKinney
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 346
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Pembenaran Oleh Hukum Taurat? (Galatia 5:2-4)
Kitab Galatia harus jangan dianggap sebagai risalah umum mengenai apa yang disebut "legalisme,&quo...
Pembenaran Oleh Hukum Taurat? (Galatia 5:2-4)
Kitab Galatia harus jangan dianggap sebagai risalah umum mengenai apa yang disebut "legalisme," tapi sebaliknya sebagai respons yang penuh semangat terhadap kesalahan yang sangat serius, yang berisi penghukuman karena berusaha mendapatkan pembenaran dengan cara tunduk kepada sunat dan syarat-syarat lain hukum Musa. Halhal ini sedang diminta dari umat Kristen Galatia oleh guru-guru Yudaisme. Pesan mereka, kata Paulus, sama sekali bukan injil. Sebaliknya, itu adalah penyimpangan injil Kristus (1:6-9).
Bukti internal surat tersebut menunjukkan bahwa Paulus sedang berurusan dengan ajaran-ajaran konkret hukum Musa, terutama sunat (5:2; 6:13). Sebelumnya dalam surat itu, ia menggunakan teladan Titus, rekan kerjanya yang setia. Saudara ini tidak "dipaksa untuk menyunatkan dirinya," bahkan meski "ia adalah seorang Yunani" (2:3). Paulus juga mengutip peristiwa ketika Petrus mengunjungi Antiokhia di Siria. Setelah orang-orang Kristen Yahudi lainnya datang, Petrus menarik diri dari meja persekutuan dengan orang Kristen bukan Yahudi (2:12). Paulus menegur dia karena kemunafikan ini: "Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?" (2:14; huruf miring ditambahkan). Selanjutnya, Paulus menyebut tentang memelihara "hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun" yang terkait dengan mematuhi Hukum Taurat (4:10).
Namun begitu, tidak ada bukti yang muncul yang menyiratkan bahwa gereja Galatia punya kepedulian apa saja tentang prinsip umum tentang menaati aturan. Tampaknya tidak mungkin bahwa mereka, seperti bangsa bukan Yahudi yang tidak terpelajar secara Alkitabiah, akan cenderung merepotkan diri mereka sendiri tentang masalah abstrak semacam itu. Hal ini berbeda dengan obsesi banyak penafsir modern dengan ide tentang mentalitas legalistik, upayakan caramu sendiri untuk menuju sorga (berusaha untuk memperoleh kebenaran berdasarkan usaha sendiri).
Acuan kepada hukum Taurat, Kitab Suci, dan perjanjian-perjanjian itu dijalin bersama menjadi surat ini. Situasi sejarah yang Paulus singgung dalam gereja-gereja Galatia itu ada kaitannya dengan pemasukan unsur-unsur yang tidak ada kaitannya dengan injil sehingga hal itu memalsukan injil dan mengubahnya menjadi sesuatu yang tidak pernah ia maksudkan. Injil dan hukum Taurat tidak dapat digabungkan secara harmonis sama seperti minyak dan air tidak bisa dicampur. Masing-masing memainkan peran uniknya sendiri dalam maksud abadi Allah, dan sangat penting bahwa kita memahami perbedaan antara keduanya. Hukum Taurat, meski bersaksi tentang Mesias yang memberi kehidupan, ia sendiri tidak dapat memberikan kehidupan (Yoh. 5:39). Justru sebaliknya, hukum Taurat "memimpin kepada kematian" dan "penghu-kuman" (2 Kor. 3:7, 9). Injil, di sisi lain, adalah "pelayanan Roh" dan "kebenaran" (2 Kor. 3:8, 9). Injil tidak hanya membawa karunia dan pelbagai kuasa Roh, tetapi juga menganugerahkan menetapnya Roh itu sendiri. Hukum Taurat, meski mulia dan baik, tidak pernah dapat mengomunikasikan karunia sorgawi ini, yang tanpanya hati manusia pasti tetap tandus, tidak berbuah, dan kehilangan kehidupan Allah (Gal. 3:2, 3; lihat Efe. 4:18).
Mematuhi Firman Allah (Galatia 5:2-4)
Setelah Paulus menampilkan daftar peraturan yang cukup banyak yang dimaksudkan untuk mengatur perhimpunan gereja Korintus, ia membuat pernyataan penting ini: "Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan" (1 Kor. 14:37). Dalam menerapkan nas-nas tersebut, tentu saja, kita harus menggunakan penilaian manusia untuk mencari prinsip-prinsip yang lebih dalam yang terlibat. Meski demikian, kita harus sangat berhati-hati dengan frasa dan slogan yang mudah diingat yang cenderung membebaskan kita dari rasa tanggung jawab untuk mematuhi Firman Allah. Ketika kita mendekati Kitab Suci dengan sikap yang lemah, kita berdiri di ambang antinomianisme (ajnomi÷a, anomia, "pelanggaran hukum").
Memang sudah melekat dalam sifat perjanjian baru bahwa, setelah menjadi "taat dari hati" (Rom. 6:17), orang Kristen akan mengalami perubahan yang sedemikian sehingga ketaatan menjadi keinginannya. Yesus bergumul dalam Getsemani dengan kengerian tentang apa yang Ia, oleh kehendak Allah, ditakdirkan untuk menderita. Ia akhirnya menyerah kepada kehendak Bapa, mengucapkan kata-kata "Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Luk. 22:42). Dengan cara yang sama, orang Kristen juga harus mematikan kehendaknya dan melewati "bentuk pengajaran" itu yang kepadanya ia menyerahkan dirinya sendiri—yaitu, kematian rohani, penguburan, dan kebangkitan yang merupakan inti injil (Rom. 6:1-6, 17).
Ketaatan lahiriah dan yang dapat terlihat dalam baptisan ini adalah peristiwa tunggal yang mempengaruhi orang percaya yang bertobat masuk ke dalam kerajaan Allah (3:26, 27; Yoh. 3: 5); tapi juga jauh lebih banyak lagi. Dengan menyerahkan nyawanya kepada Kristus dalam ketaatan yang sukarela, orang dibangkitkan dari penyelaman (atau penguburan) ini bersama Kristus untuk "berjalan dalam hidup yang baru" (Rom. 6:4). Ia tidak akan lagi memikirkan pelbagai tuntutan hukum yang terhadapnya harus ia tunduk. Sebaliknya, ia dilahirkan kembali untuk hidup dengan ketaatan kepada Tuhannya. Ia tidak lagi dalam hati memberontak karena harus taat. Ia telah disucikan dari kesombongan dan pemberontakan bawaannya yang disengaja oleh kasih karunia Dia yang, di dalam tubuh-Nya sendiri, menanggung hukumannya di kayu salib. Ia mulai merespons kasih Allah yang murah hati dengan pelayanan apa saja yang mampu ia berikan. Bagi orang yang telah merasakan kasih pengorbanan yang indah ini, melayani Kristus bukan lagi masalah menjalankan peraturan. Sebaliknya, itu adalah masalah kerelaan untuk berlutut kepada Mesias yang berdaulat, Anak Allah yang hidup. Ia ingin melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Allah dan Juruselamatnya.126Bagi orang yang telah datang untuk mengenal Tuhan Yesus, keinginan Raja yang rahim ini sekarang akan menjadi perintahnya (kerelaan hamba itu). Inilah transformasi kehidupan yang secara batiniah membentuk dan secara lahiriah memberi kesaksian kepada "hidup baru" ini yang Paulus acukan dan yang kepadanya ia sendiri telah benar-benar berkomitmen sepenuhnya.
Orang yang bicara tentang "legalisme" pasti sangat yakin bahwa ia tahu apa itu "legalisme." Meski konsep itu ada di dalam Kitab Suci, namun itu bukan istilah Alkitab. Siswa Alkitab harus berhati-hati untuk menggunakan bahasa yang secara akurat mewakili apa yang Firman Allah katakan.
Everett Ferguson mendefinisikan "kebebasan Kristen" sebagai "penyeimbang antara legalisme (mengikat apa yang Allah lepas) dan lisensi (melepas apa yang Allah ikat)."127Perbedaan ini sangat penting sekali. Sisi ekstrem mana pun dari keduanya adalah tak lain hanya doktrin manusia. Kedua sisi ekstrem itu mengabaikan kewajiban serius manusia untuk menghormati Firman Allah.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Di dalam Kristus …Dan Gereja-Nya (Galatia 5:6)
Semua berkat rohani ditemukan "di dalam Kristus," yaitu di dalam tubuh-Nya, yaitu gereja (...
Di dalam Kristus …Dan Gereja-Nya (Galatia 5:6)
Semua berkat rohani ditemukan "di dalam Kristus," yaitu di dalam tubuh-Nya, yaitu gereja (Efe. 1: 3, 22, 23). Sangat menyedihkan bahwa begitu banyak "orang percaya" pada zaman kita akan dengan mudahnya menerima bagian pertama dari pernyataan ini, dengan sukarela mengakui bahwa semua berkat rohani ada di dalam Kristus, namun tidak mau menerima bagian keduanya atau jika mau hanya menerimanya secara teori. Jumlah orang yang semakin banyak yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan yang mengakui iman mereka kepada Dia akan menerima "gereja itu" hanya dalam pengertian tubuh rohani orang-orang percaya yang besar, yang tidak terlihat. Mereka tidak memiliki keinginan untuk mengikatkan diri mereka kepada tubuh atau jemaat lokal orang percaya yang nyata, yang terlihat. Mereka menganggap tidak perlu untuk berpartisipasi dalam persekutuan, saling membangun, pengajaran, disiplin, ibadah, atau pelayanan.
Orang-orang seperti itu, meski mungkin secara tidak sengaja, adalah "orang-orang Kristen" dalam nama saja, menolak gereja Tuhan. Karena mencoba untuk membenarkan diri mereka sendiri, beberapa orang mengatakan bahwa mereka hanya menolak "agama yang terorganisir"; namun sebenarnya mereka menolak tubuh Kristus seperti yang Yesus maksudkan untuk dibangun. Bagi mereka yang benar-benar memahami kehendak Allah, jelas terlihat dari amanat Tuhan kepada para rasul-Nya bahwa mereka harus "[men]jadikan semua bangsa murid-[Nya]," "membaptis mereka" dan "mengajar mereka melakukan segala sesuatu" yang Ia telah perintahkan (Mat. 28:19, 20). Ini sangat penting. Ketika Petrus dan rasul-rasul lainnya memberitakan pelajaran injil yang pertama pada hari Pentakosta, "hari kelahiran" gereja tersebut, "mereka yang telah menerima firman-Nya telah dibaptis; dan pada hari itu ditambahkan sekitar tiga ribu jiwa" yang "bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kisah 2:41, 42).
Inilah awal komunitas orang-orang percaya yang muncul dari satu tempat ke tempat lain di mana injil diberitakan dan ditaati. Selanjutnya, mereka akhirnya disebut "gereja-gereja" (ejkklhsi÷ai, ekklēsiai), yang pada dasarnya berarti "perhimpunan-perhimpunan" atau "jemaat-jemaat." Ini adalah kelompok-kelompok lokal yang datang bersama-sama untuk menyembah dan mempraktikkan kehidupan iman bersama yang tentang itu mereka telah pelajari. Dengan bertemu bersama, mereka terus belajar apa yang sesuai dengan "ajaran para rasul" (Kisah 2:42; lihat Mat. 28:20).
Salah satu sebutan paling umum bagi para pengikut Kristus dan ajaran-Nya ini adalah "murid-murid." Istilah "murid" ((maqhth÷ß, mathētōs) berarti "pelajar" atau "orang magang." Hal ini mengacu kepada orang yang mengikut Yesus untuk mempelajari ajaran-Nya dan cara hidupnya. Setiap murid Yesus harus belajar menjalani kehidupan seorang Kristen dan mengabdi kepada Guru dan Tuhannya. Ruang kelasnya, juga laboratoriumnya, adalah gereja.
Jika orang-orang Kristen di abad pertama tidak mengikuti contoh ini dan menjadi anggota jemaat-jemaat setempat yang nyata, maka kita tidak akan memiliki surat-surat Perjanjian Baru.Hampir tidak mungkin bagi Paulus dan para penulis terilham lainnya untuk menuliskan surat-surat yang kita miliki, yang ditujukan kepada para penerimanya berdasarkan nama mereka. Ini termasuk teks kita saat ini, surat kepada gereja-gereja di provinsi Galatia Romawi. Surat ini, seperti begitu banyaknya surat lain yang Paulus tulis, berisi lebih banyak fakta-fakta dasar tentang injil Kristus. Itu juga mencakup nasihat, peringatan, dan pembinaan. Semua ini dirancang untuk menginstruksikan dan mengatur hampir semua aspek kehidupan mereka, baik tertutup maupun terbuka.
Beberapa pengkhotbah dan guru sekarang ini meremehkan Firman Allah, dengan mengetengahkan bahwa Perjanjian Baru tidak pernah dimaksudkan sebagai kitab perintah dan pengajaran bagi semua orang Kristen untuk sepanjang zaman. Mereka berpendapat bahwa semua ini hanyalah "surat cinta" yang ditujukan kepada gereja-gereja individual, hanya berurusan dengan situasi khusus mereka. Menurut guru-guru ini, para penulis yang diilhami itu tidak tahu bahwa mereka sedang menulis "Kitab Suci" yang berotoritas yang dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku orang Kristen di sepanjang zaman.
Meski surat-surat Perjanjian Baru sering dikirimkan kepada jemaat-jemaat tertentu untuk menghadapi keadaan tertentu, namun memang benar juga bahwa surat-surat itu dianggap berwibawa dan dimaksudkan untuk disebarluaskan. Paulus menulis surat kepada jemaat di Kolose, "Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara kamu, usahakanlah, supaya dibacakan juga di jemaat Laodikia dan supaya surat yang untuk Laodikia dibacakan juga kepadamu" (Kol. 4:16). Selanjutnya, Petrus mengulas, … Paulus, … menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini [mengenai kedatangan kedua] … sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain (2 Pet. 3:15, 16).
Beberapa kebenaran penting ditemukan dalam nas ini. (1) Petrus menganggap surat-surat Paulus sebagai terilham, hasil dari "hikmat" ilahi. (2) Ia juga menempatkan tulisan-tulisan ini bersama dengan "tulisan-tulisan yang lain." (3) Petrus menganggap surat-surat Paulus sebagai berkuasa bagi khalayak luas, seperti yang ia tuliskan kepada orang-orang Kristen "yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia" (1 Pet. 1:1; lihat 2 Pet. 3:1, 2). (4) Petrus tidak hanya tahu bahwa surat-suratnya sedang diedarkan di sebagian besar Asia Kecil, namun ia juga menyiratkan bahwa surat-surat Paulus telah beredar di wilayah yang sama. Dengan kata lain, peredaran dan pengumpulan tulisan-tulisan Perjanjian Baru sudah terjadi sejak dini. (5) Petrus memberi peringatan keras kepada mereka yang akan "mendistorsi" atau "memutarbalikkan" Kitab Suci, karena praktik ini mengarah kepada "kehancuran."
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Membedakan Dua Perjanjian (Galatia 5:7)
Paulus memberitahu orang-orang Kristen di Galatia dalam 5:7 bahwa mereka telah "berlomba dengan baik&quo...
Membedakan Dua Perjanjian (Galatia 5:7)
Paulus memberitahu orang-orang Kristen di Galatia dalam 5:7 bahwa mereka telah "berlomba dengan baik" dalam perlombaan rohani mereka dalam injil Kristus namun telah "dihalang-halangi" oleh guru-guru Yudaisme. Ia melanjutkan penekanan kepada orang-orang Kristen baru ini bahwa hukum Taurat dan injil tidak bercampur. Keduanya tidak cocok. Orang Kristen harus membuat pilihan: Musa atau Kristus, Sinai atau Golgota. Mencoba jenis campuran apa saja antara injil dan hukum Taurat sebagai alat pembenaran adalah perbuatan yang mustahil. Pada zaman kita sendiri, banyak pencari Allah yang berniat baik tidak pernah diajarkan untuk membuat perbedaan penting antara dua perjanjian itu. Perjanjian hukum Taurat yang memperbudak diberikan melalui Musa kepada bangsa Israel di Sinai. Sebaliknya, perjanjian kasih karunia yang memerdekakan mengalir dari luka-luka Yesus saat Ia menderita dan mati di kayu salib di Golgota.
Kelompok-kelompok agama yang berniat baik namun keliru terus saja mengikatkan doktrin hukum Musa kepada para pengikut mereka. Misalnya, mereka mungkin saja memeras sepersepuluh dari pendapatan anggota mereka (persepuluhan), mensyaratkan berpantang makanan tertentu, atau berkeras merayakan hari Sabat. Namun begitu, persyaratan semacam itu tidak memiliki tempat dalam perjanjian baru; persyaratan itu telah dihilangkan.128
Ketika orang mencoba untuk mengajar orang lain tentang perbedaan antara hukum Musa dan injil Kristus, ia mungkin akan mendengar berbagai tanggapan. Beberapa orang berkata, "Saya setia kepada Allah. Saya mematuhi Sepuluh Perintah Allah." Pemikiran ini salah karena tidak ada orang yang mampu mematuhi Hukum dengan sempurna dan oleh karena itu menjadi orang benar melalui kebaikannya sendiri. Yang lain mungkin menjawab, "Perjanjian Lama juga adalah Firman Allah." Pernyataan ini mutlak benar. Namun begitu, Perjanjian Lama adalah firman Allah kepada umat perjanjian lama-Nya, umat Israel, yang telah dibebaskan dari perbudakan di Mesir (Kel. 19:1-6). Itu tidak pernah diberikan sebagai perjanjian bagi semua bangsa, dan perjanjian itu tidak dapat menghapus dosa. Perjanjian baru harus diberitakan kepada setiap bangsa,129memberikan semua manusia kabar baik keselamatan dari Allah melalui kematian Anak-Nya, Yesus Kristus. Kabar baik ini, "injil," adalah Firman Allah untuk zaman kita sekarang ini. Ini adalah "injil kekal," dan tidak akan pernah ada injil lain.130
Surat kepada gereja Galatia menantang orang Kristen di setiap generasi untuk mengenali kecukupan dari percaya kepada kematian Yesus bagi penebusan dosa. Kita harus tunduk kepada Dia sebagai Tuhan dalam ketaatan yang setia yang sedemikian rupa seperti yang disiratkan oleh istilah "Ketuhanan" (Mat. 7:21). Bergantung pada apa saja selain injil ini adalah ketidaktaatan dan kehilangan semua berkat yang melekat dalam berada "di dalam Kristus."
"Kebenaran" (Galatia 5:7)
Seseorang boleh saja berbicara tentang kebenaran dalam banyak bidang yang berbeda. Salah satu contohnya adalah ranah hukum. Di ruang sidang, tujuannya berhubungan dengan memastikan fakta-fakta. Saksi dipanggil untuk menyampaikan informasi mengenai kasus yang sedang disidangkan. Di pengadilan Amerika, ia berjanji untuk "mengatakan kebenaran, seluruh kebenaran, dan tidak lain kecuali kebenaran." Ia membuktikan kebenaran kesaksian yang akan ia diberikan, yang berlawanan dengan apa yang salah.
Pilatus, yang menangani tugas sangat berat untuk menjatuhkan hukuman ke atas Yesus, bertanya dengan putus asa, "Apa itu kebenaran?" (Yoh. 18:38). Ia menyadari bahwa orang-orang Yahudi telah menyerahkan Yesus kepada dia oleh karena rasa iri mereka. Ia yakin bahwa Tuhan itu tidak bersalah, tapi ia hampir tidak dapat melupakan apa yang baru saja Yesus akui kepada dia. Pilatus telah bertanya kepada Yesus, "Jadi Engkau adalah raja?" Jawaban Tuhan datang dengan segera dan dengan tegas, "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; …" (Yoh. 18:37). Kebenaran yang dimaksud itu adalah bahwa Yesus Kristus adalah Mesias.
Pernyataan Yesus ini kepada Pilatus tampaknya menjadi latar belakang bagi acuan Paulus kepada "Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus" dalam 1 Timotius 6:13. "Kebenaran" itu adalah "ikrar yang benar" yang dihimbau untuk dibuat oleh setiap orang yang datang kepada Kristus—yaitu, bahwa Yesus adalah Raja, Mesias yang dijanjikan dan Anak Allah yang hidup (lihat Matius 16:16; 11:27; Kisah 8:37).
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Carilah Kebenaran (Galatia 5:11)
Bagi banyak orang yang membaca kitab Galatia saat ini, tindakan sunat fisik sepertinya tidak memiliki akibat. Dalam ...
Carilah Kebenaran (Galatia 5:11)
Bagi banyak orang yang membaca kitab Galatia saat ini, tindakan sunat fisik sepertinya tidak memiliki akibat. Dalam maksud abadi Allah untuk menebus ras manusia yang berdosa, operasi fisik, ritual ini, adalah masalah kecil. Bagaimanakah mungkin umat pilihan Allah itu—yang selama ini merindukan Mesias mereka yang dijanjikan (Luk 2:25)—dapat tersandung dengan sangat parah oleh karena tidak melakukan perbuatan yang bagi kita tampaknya suatu tindakan fisik yang tidak penting?
Mereka tersandung oleh karena sudut pandang mereka yang unik. Sunat sudah menjadi perintah Allah selama satu setengah milenium di bawah hukum Taurat (Ima. 12:1-3). Sunat sudah menjadi tanda perjanjian-Nya dengan Abraham, leluhur mereka yang terhormat, setidaknya selama 430 tahun sebelum waktu itu (lihat komentar tentang 3:17). Tampaknya, penyunatan dilakukan oleh Israel selama perbudakan mereka di Mesir tapi bukan selama pengembaraan mereka di padang gurun. Untuk alasan ini, kaum laki-laki dan anak-anak laki-laki yang lahir di padang gurun disunat di Gilgal setelah menyeberangi Sungai Yordan. Mereka menjalani prosedur ini sebelum penaklukan Kanaan (Yos. 5:2-9). Pentingnya sejarah sunat bagi orang-orang Yahudi setidaknya dapat membantu kita memahami mengapa beberapa orang Kristen Yahudi mengikatkan ritus itu kepada bangsa-bangsa lain—meski mereka salah dalam melakukan itu.
Mereka tersandung karena Yesus bukan jenis Mesias yang mereka harapkan. Terlepas dari pelbagai nubuat yang meramalkan penderitaan-Nya (Maz. 22; Yes. 53), orang-orang Yahudi mengantisipasi seorang raja politik. Mereka menginginkan seorang pembalas yang akan membentuk bala tentara, membuang kuk pemerintah Romawi, dan membenarkan Israel di mata bangsa-bangsa. Ketika Yesus tidak memenuhi harapan mereka, mereka menyalibkan Dia, sehingga hal itu menjadi sarana tindakan penebusan oleh Allah yang telah ditetapkan sebelumnya dan yang utama (Kisah 2:22-24). Ini menggenapi Kitab Suci yang mengatakan bahwa Yesus akan "dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan" (Yes. 53:3a). Kecuali di kalangan "yang tersisa" yang sudah diketahui lebih dulu (Roma 11:1-5), Kristus yang disalibkan itu menjadi "batu sandungan" bagi Israel.
Mereka tersandung karena mereka tidak terbuka bagi kebenaran. Kita harus jangan pernah menerima doktrin atau tradisi hanya karena "Begitulah selama ini." Sebaliknya, kita harus terus-menerus mencari kebenaran. Ini adalah kewajiban moral kita terhadap Allah.
Mereka tersandung karena kebiasaan dapat memberikan rasa aman yang palsu. Seperti orang Israel zaman dulu, kita juga dapat menjadi mangsa kebutaan dan penipuan dari semua orang yang "tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka" (2 Tes. 2:10). Meski nas itu terutama berkaitan dengan orang-orang yang "suka kejahatan" (2 Tes. 2:12), nas itu juga menyiratkan unsur sikap apatis terhadap kebenaran.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Dimerdekakan Untuk Melayani (Galatia 5:13)
Terang orang Kristen dapat bersinar paling cemerlang melalui praktik pelayanan penuh kasih yang rendah hat...
Dimerdekakan Untuk Melayani (Galatia 5:13)
Terang orang Kristen dapat bersinar paling cemerlang melalui praktik pelayanan penuh kasih yang rendah hati. Hanya bicara tentang keajaiban kasih karunia Allah adalah tidak cukup. Dalam memberi kita karunia Roh-Nya yang menetap, maksud Allah adalah bahwa kasih karunia ini dapat menjadi nyata dalam hidup kita dalam "buah Roh". Buah ini berasal dari transformasi yang ditimbulkan oleh Roh dalam sikap dan tindakan kita ketika kita memanfaatkan sifat spiritual Allah itu sendiri.
Petrus pernah bicara tentang janji-janji hebat yang Allah telah berikan kepada kita "supaya olehnya [kita] boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia" (2 Pet. 1:4; huruf miring ditambahkan). Proses rohani ini di tempat lain diperlihatkan dalam istilah ini: Kita harus "[mengenakan] Tuhan Yesus Kristus" dan "janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya" (Rom. 13:14). Siapa saja yang telah menjadi orang Kristen seharusnya telah "menanggalkan manusia lama serta kelakuannya" dan "mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya" (Kol. 3:9, 10).
Paulus bersikap jelas tentang hal hebat ini yang Allah maksudkan—dan oleh kasih karunia-Nya terlaksana—dalam mengutus Anak-Nya. Yesus melakukan bagi kita apa yang tidak dapat kita lakukan untuk diri kita sendiri. Melalui pengorbanan-Nya, "tuntutan hukum Taurat" telah "digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh" (Rom. 8:4). Karena hidup menurut roh ini sekarang sudah dimungkinkan oleh karunia Roh-Nya, maka kita harus meresponsnya secara serius.
Hidup dalam Roh akan selalu menjadi perjuangan, seperti yang Paulus jelaskan dalam 5:16-26. Dengan melibatkan Roh Allah di dalam diri kita, kita dapat mengalami kemajuan dalam "mematikan perbuatan-perbuatan tubuh" (Rom. 8:13). Pujilah Allah sebab Ia telah memberi kita kemenangan melalui darah Yesus dan karunia Roh Kudus-Nya, yang memampukan kita untuk hidup bersama Dia.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Kedatangan Roh (Galatia 5:16)
Salah satu berkat besar dalam hidup di zaman perjanjian baru adalah bahwa kita dapat memandang ke belakang dan melihat ...
Kedatangan Roh (Galatia 5:16)
Salah satu berkat besar dalam hidup di zaman perjanjian baru adalah bahwa kita dapat memandang ke belakang dan melihat bagaimana Allah membuat janji-janji dalam perjanjian lama dan kemudian menepati janji-Nya dengan memenuhi janji-janji itu. Yang menonjol di antaranya adalah pengiriman Mesias (Anak-Nya, Yesus dari Nazaret), yang misinya adalah untuk menebus orang yang sesat. Yesus datang untuk memberi kita pengharapan akan sorga, dan juga cara bertahan hidup yang praktis bahkan di dalam tubuh ini yang "bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa" (Rom. 7:14).
Dalam Roma 7:24, Paulus mengajukan pertanyaan putus asa dari orang-orang yang belum ditebus: "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" Bagi Paulus sendiri, ini hanya sebuah pertanyaan retoris; ia tahu dengan baik jawabannya. Dalam ayat berikutnya, ia berseru, "Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita" (Rom. 7:25a). Allah mendatangkan kemenangan atas dosa dengan kematian dan kebangkitan Anak-Nya dan kemudian pencurahan Roh Kudus. Ia telah menjanjikan Roh melalui para nabi131dan menggenapi firman-Nya setelah genap waktunya.132
Yohanes mengumumkan bahwa Kristus datang ke dunia ini "supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu" (1Yoh. 3:8b). Misi Yesus adalah untuk mengalahkan dosa dan pelbagai konsekuensi yang mengerikan. Petrus menjelaskan bahwa, melalui janji-janji Allah yang luar biasa, kita "boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia" (2 Pet. 1:4). Melalui salib Kristus dan Roh Kudus yang menetap, kita dapat melepaskan diri dari kebobrokan akibat pemerintahan jahat Iblis. Paulus menulis, "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Rom. 8:18).
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Peperangan Besar (Galatia 5:17)
Mari kita lihat apa yang Paulus sedang bicarakan di Galatia 5:17. Perlawanan antara daging dan Roh tidak kurang darip...
Peperangan Besar (Galatia 5:17)
Mari kita lihat apa yang Paulus sedang bicarakan di Galatia 5:17. Perlawanan antara daging dan Roh tidak kurang daripada perang paling besar, paling berbahaya yang pernah terjadi di bumi. Aspek paling berbahaya dari perang itu adalah bahwa kebanyakan orang bahkan tidak menyadari bahwa perang itu sedang dilancarkan!
Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Uni Soviet berada di ambang perang yang menakutkan (dalam apa yang sekarang kita sebut "perang dingin"). Kedua kekuatan super nuklir ini saling menatap dengan gugup satu sama lain dari seberang lautan. Sedikit saja yang mereka sepakati kecuali tentang akibat perang, bahwa seandainya salah satu pihak harus meluncurkan nuklir yang mematikan, itu akan menjadi "kehancuran yang pasti bagi kedua belah pihak." Ancaman dari bencana nuklir itu telah memudar, tapi beberapa ketakutan baru telah muncul.
Apa pun yang berlabel "Kristen" sedang diserang di dunia kita saat ini. Kekristenan sedang menyusut di hadapan gelombang yang menenggelamkan dari pluralisme, sekularisme, kemesuman yang merajalela, dan ateisme. Meski begitu, tetap benar bahwa "kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa" (Amsal 14:34).
Perang mengerikan di mana kita masing-masing terlibat adalah perang yang melibatkan konsekuensi kekal. Itu adalah konflik pribadi yang tak henti-hentinya antara keadaan sementara manusia selama persinggahannya dalam daging dan kemungkinan- nya untuk tetap hidup dalam pertempuran ini. Roh saja yang dapat membawa dia kepada sayap rajawali menuju alam kekal yang untuknya ia, dalam maksud Allah, awalnya diciptakan (2 Kor. 5:4, 5). Ini adalah perang yang benar-benar penting. Tujuan kekal kita sepenuhnya bergantung pada hasilnya.
Transformasi Rohani (Galatia 5:17)
Siapakah di antara kita yang akan bertindak secara berbeda jika kita berada dalam posisi Adam dan Hawa? Tidak sulit untuk memahami mengapa dan bagaimana mereka begitu mudah tertipu, terutama karena mereka belum mengalami dosa. Namun begitu, mereka diminta bertanggung jawab atas tindakan mereka dan diusir dari Eden.
Allah tidak diragukan lagi mengharapkan lebih dari kita yang telah diberkati tidak hanya dengan karunia Roh Kudus tetapi juga dengan pencerahan yang tersedia bagi kita di dalam Kitab Suci yang terilham. Tidakkah kita akan dihakimi jauh lebih berat jika kita mengabaikan peringatan Roh Kudus terhadap keduniawian? Seiring semakin sekulernya budaya, kita harus menahan godaan untuk menyesuaikan diri dengan dunia (Rom. 12:1, 2). Kita harus ingat bahwa dunia ini bersifat sementara namun sorga abadi (2 Kor. 4:16-18).
Keinginan Kita (Galatia 5:17)
Hati kita yang sebenarnya tidak begitu banyak diungkapkan oleh apa yang kita lakukan melainkan dengan apa yang kita benar-benar ingin lakukan—bahkan ketika kita mungkin tidak memiliki kekuatan pikiran atau tubuh untuk melaksanakan keinginan itu. Seseorang mungkin saja melakukan pekerjaan-pekerjaan ketaatan tapi setiap menitnya membenci hal itu. Demikian juga, seseorang mungkin saja ingin sekali (bahkan dengan air mata) untuk melakukan bagi Tuhannya pelayanan yang mulia dan penuh kasih yang tidak mampu ia lakukan.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) "Kamu Tidak Berada Di Bawah Hukum Taurat" (Galatia 5:18)
Ketika Paulus menantikan kemenangan terakhir kebangkitan tubuh orang Kristen, ia m...
"Kamu Tidak Berada Di Bawah Hukum Taurat" (Galatia 5:18)
Ketika Paulus menantikan kemenangan terakhir kebangkitan tubuh orang Kristen, ia menyurati gereja Korintus, … maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (1 Kor. 15:54-57).
Kemenangan terakhir atas dosa dan maut adalah sepenuhnya karunia dari kasih karunia Allah yang murah hati.
Allah telah membuat kasih karunia-Nya tersedia berdasarkan sebuah revolusi yang luar biasa secara prinsip dalam hal bagaimana manusia dapat mendekati Dia. Prinsip untuk mencoba mendapatkan "kebenaran" di hadapan Allah dengan ketaatan tanpa cela terhadap perjanjian sebelumnya dari hukum Taurat telah diganti. Sebaliknya, kita sekarang menerima dengan iman keputusan Allah yang berdaulat untuk menyuruh Anak-Nya yang kekasih dan tidak berdosa mati menggantikan kita. Melalui kebenaran-Nya, kita dapat dianggap benar di mata Allah. Kebenaran ini sesuai dengan perjanjian kasih karunia-Nya yang baru, yang dijanjikan ratusan tahun sebelum peristiwa itu (Yer. 31:31-34) dan diberlakukan dalam penumpahan darah Yesus di kayu salib (Luk. 22:20; Ibr. 9:11-15).
Menurut sifat hukum, ketika orang melanggar satu peraturan Allah, ia menjadi pelanggar—bahkan jika ia mematuhi setiap peraturan lainnya. Sebagai pelanggar hukum, ia tunduk kepada hukuman yang sesuai yang ditetapkan oleh sistem hukum yang bersangkutan. Seperti yang Yakobus katakan, "Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya" (Yak. 2:10).133
Di pengadilan, pertanyaan tentang ketidakbersalahan atau rasa bersalah tidak memiliki jalan tengah, entah itu pelanggaran ringan atau kejahatan berat. Setelah semua pihak telah didengar, pertanyaan yang diajukan kepada dewan juri adalah "Bagaimana Anda menilai terdakwa?" Jawabannya adalah "tidak bersalah" atau "bersalah".
Sesuai dengan tuntutan hukum Taurat, "semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk." Hukum Taurat itu sendiri menuntut ketaatan yang sempurna: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat" (3:10; lihat Ula. 27:26). Tidak ada satu orang pun (selain dari Yesus sendiri) yang sanggup mematuhi semua Hukum Taurat.
Pelajaran dari Hukum Taurat harus menjadi jelas bagi siapa saja yang mengenal dua perjanjian di dalam Kitab Suci. Mencoba untuk mendapatkan keselamatan melalui perjanjian lama akan menjadi tindakan usaha sendiri yang benar-benar tanpa harapan; tidak ada orang yang dapat diselamatkan dengan mematuhi hukum Taurat secara sempurna. Perjanjian kasih karunia melalui iman kepada Yesus berbeda. Setiap orang percaya yang tulus dapat menerima keselamatan, pembenaran, dan penebusan sebagai hadiah cuma-cuma dari Allah. Iman, bukan perbuatan (ketaatan yang sempurna), adalah satu-satunya cara manusia dapat mengambil bagian dalam kemuliaan Allah ketika dispensasi ini mencapai puncak akhirnya "pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi" (1 Tes. 4:16, 17).
Mengapakah orang mau menganut prinsip-prinsip perjanjian yang hanya dirancang sebagai suatu persiapan dan bersifat sementara untuk memimpin manusia kepada Kristus, tapi yang tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi jalan menuju keselamatan? Periode penuntun telah berlalu (3:23-25). Hari yang cemerlang dari masa pemerintahan Mesias telah tiba—hari ketika "manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat" (Rom. 3:28).134
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) "Kecemaran" (Galatia 5:19)
Istilah "kecemaran" dalam Galatia 5:19 mencakup semua perkataan tentang seks yang tak langsung dan cab...
"Kecemaran" (Galatia 5:19)
Istilah "kecemaran" dalam Galatia 5:19 mencakup semua perkataan tentang seks yang tak langsung dan cabul yang disebarkan oleh media masa zaman kini sebagai "hiburan." Yesus berkata, "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya" (Mat. 5:28). Bagi mereka yang ingin hidup dengan Roh, kata-kata Yesus menghapus "hiburan" semacam itu dari pikiran.
Meski beberapa psikolog dan "otoritas" lainnya mungkin saja menolak adanya hubungan antara pornografi135dan kejahatan yang terkait dengan seks, namun bukti-bukti terus saja membentuk hubungan itu. Pornografi telah diperlihatkan sebagai suatu kecanduan besar. Pikiran kotor seperti itu telah dipromosikan oleh para pedagang yang tidak bermoral yang barang dagangannya telah tumbuh menjadi industri besar, mengeruk triliunan rupiah setiap tahunnya. Dengan memikat naluri mesum manusia, pornografi merusak integritas moral orang muda dan orang tua, mendorong mereka kepada setiap bentuk ketidakwajaran dan penyimpangan yang dapat dibayangkan. Bahkan jika kesenangan itu berhenti dengan hanya melihat gambar-gambar cabul—yang biasanya tidak terjadi—tidak ada orang Kristen yang serius yang mungkin dapat menyangkal bahwa istilah "kecemaran" secara jelas mengutuk epidemi sekarang ini.
Terlepas apakah gambar-gambar itu ditayangkan di layar bioskop, layar televisi, monitor komputer, atau halaman buku, kecabulan ini mengotori pikiran, mendorong manusia untuk melakukan pelbagai tindakan terlarang, dan menimbulkan kerusakan besar terhadap sifat alami, respons manusia yang diberikan oleh Allah yang disimpan untuk ranjang perkawinan.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Penyembahan berhala (Galatia 5:20)
Banyak orang yang hidup di dalam dunia modern, canggih sekarang ini akan menganggap penyembahan berhala dari perio...
Penyembahan berhala (Galatia 5:20)
Banyak orang yang hidup di dalam dunia modern, canggih sekarang ini akan menganggap penyembahan berhala dari periode Yunani-Romawi sebagai primitif dan kekanak-kanakan. Namun begitu, bisakah terjadi bahwa di zaman sekarang kita dihadapkan dan dicobai oleh berhala-berhala? Adakah fenomena yang sebanding dengan penyembahan berhala kuno dalam situasi kita saat ini?
Paulus menasihati saudara-saudara di Efesus untuk "jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih" (Efe. 5:1) dan kemudian menambahkan sebuah tantangan yang mengejutkan:
Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. … Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah (Efe 5:3-5; huruf miring ditambahkan).
Begitu pula, Paulus menyurati gereja Kolose tentang keadaan mereka yang telah mengalami kematian rohani dan kebangkitan bersama Kristus. Ia mendesak mereka untuk tetap di jalan kekudusan mereka. Mereka harus melakukan ini dengan mematikan apa yang masih tersisa dari dosa di dalam daging mereka: "Karena itu matikanlah anggota-anggota tubuhmu yang ada di dunia, yaitu percabulan, kenajisan … dan ketamakan, yang merupakan penyembahan berhala"(Kolose 3:5; NKJV; huruf miring ditambahkan).
Dapatkah ketamakan benar-benar menjadi sangat buruk sehingga dapat menyingkirkan orang, bahkan orang Kristen, dari sorga? Mereka yang ingin "kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan" (1 Tim. 6:9). Meski kekayaan harus dinikmati sebagai berkat dari Allah, godaan yang melekat adalah menjadi sombong dan percaya kepada kekayaan daripada kepada Allah (1 Tim. 6:17). Dalam hal ini, ketamakan disamakan dengan penyembahan berhala. Apa pun yang merebut tempat Allah dalam kasih sayang dan pengabdian kita, atau apa saja yang kita biarkan untuk menjadi dasar kepercayaan diri kita, telah menjadi berhala bagi kita.
Kata-kata Yesus kepada ahli Taurat muda yang kaya yang datang kepada Dia karena ingin menjadi murid-Nya tampaknya kasar: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku" (Mrk. 10:21b). Ayat berikutnya menunjukkan hasil yang tragis: "Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya" (Mrk. 10:22). Mengapakah Tuhan menaruh hambatan yang sangat besar pada jalan pencari kebenaran yang bermaksud baik ini?
Yesus, yang "menaruh kasih padanya" (Mrk 10: 21a), melihat penghalang yang sudah ada di sana. Ia tahu keterikatan kuat pemuda itu dengan kekayaannya. Tidak diragukan lagi, orang itu tulus dan jujur. Sebelum bertemu dengan Tuhan, ia tidak memiliki firasat bahwa ia adalah seorang penyembah berhala. Meski begitu, kepercayaan dirinya adalah kepada kekayaannya, dan membuat penemuan yang traumatis ini terlalu berat bagi dia. Yesus telah menyatakan dalam Khotbah di Bukit, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat. 6:24).
Kita harus memeriksa diri kita sendiri dalam terang pertemuan yang menyentuh ini. Meski Yesus lebih mengasihi kita daripada nyawa-Nya sendiri, namun Ia tidak dapat mengkompromikan kebenaran yang sangat penting mengenai hubungan kita dengan hal-hal duniawi dan Allah. Penyembahan berhala adalah penghalang antara Allah dan manusia. Ketika harta menguasai pemiliknya dan pemiliknya menjadi budak harta, ia tidak dapat lagi menjadi hamba Allah.
Ada sisi positif dari cerita ini. Murid-murid, yang secara jelas terganggu oleh kata-kata Yesus, bertanya, "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" (Mrk. 10:26). Yesus menjawab, "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah" (Mrk. 10:27). Oleh karena itu, harapan diulurkan kepada semua orang.
Dua nas yang ditulis oleh Paulus patut mendapat perhatian khusus sehubungan dengan penyembahan berhala di dalam Perjanjian Baru:
Karena banyak orang hidup, yang tentang mereka aku sudah sering beritahu kamu, dan sekarang memberitahu kamu bahkan dengan menangis, bahwa mereka adalah musuh salib Kristus: yang akhirnya adalah kebinasaan, yang tuhannya adalah perut mereka, dan yang kemuliaannya adalah aib mereka—yang pikirannya tertuju kepada perkara-perkara duniawi (Flp. 3:18, 19; NKJV).
Sekarang aku desak kamu, saudara-saudara, tandailah mereka yang menyebabkan perpecahan dan pelanggaran, yang bertentangan dengan doktrin yang kamu pelajari, dan hindarilah mereka. Karena orang-orang seperti itu tidak melayani Tuhan kita Yesus Kristus, tetapi perut mereka sendiri, dan dengan kata-kata yang lembut dan ucapan yang menyanjung menipu hati orang-orang awam (Rom. 16:17, 18; NKJV).
Orang-orang dalam nas ini tanpa diragukan lagi memiliki pengaruh dalam gereja; namun begitu Paulus menganggap mereka sebagai penyembah berhala. Tujuan mereka adalah keuntungan duniawi daripada melayani kepentingan Kristus. Mereka ingin memuaskan selera fisik mereka ("perut mereka"). Dengan menggunakan bahasa 2 Timotius 3:4, mereka "lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." Mereka membolehkan hawa nafsu untuk merebut posisi yang secara eksklusif milik Allah.
Suatu bangsa bisa menjadi penyembah berhala dengan bersandar pada kekuatannya sendiri dan melupakan penyediaan Allah. Kita tidak boleh menganggap penyembahan berhala telah menjadi barang masa lalu. Sepasti Iblis itu sendiri tetap aktif sekarang ini, musuh bebuyutan itu hanya mengubah bentuk berhala yang dengannya ia menghadapi kita. Mereka mungkin tidak terlihat seperti berhala, tapi mereka adalah berhala. Penyembahan berhala dan Iblis sama-sama belum lenyap sekarang ini.
Godaan Perseteruan (Galatia 5:20)
Kata "antipati" menunjukkan "perasaan menentang." Kadang-kadang sikap negatif terhadap seseorang dapat melawan penjelasan. Kita sekedar tidak menyukai orang tersebut dan percaya bahwa kita tidak dapat mengubah perasaan itu. Tuhan kita sendiri memahami kecenderungan manusia terhadap kesukaan pribadi. Misalnya, Ia memiliki hubungan khusus dengan Maria, Marta, dan Lazarus (Yoh. 11:3, 5). Selanjutnya, Ia memiliki hubungan yang dekat dengan Yohanes, "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh. 19:26; lihat 20:2). Kita tahu bahwa Yesus selalu memperlihatkan jenis kasih agapē yang penuh kebaikan kepada semua orang; namun karena Ia merasakan kasih persahabatan, secara emosional tertarik kepada orang-orang tertentu yang sangat disayanginya, kemungkinan besar Ia juga bersikap antipati terhadap orang lain tertentu. Bagaimanapun, kita harus ingat bahwa Ia "telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa" (Ibr. 4:15).
Terekspos kepada godaan, bahkan ketika itu mencengkeram kita, belumlah berdosa. Kita perlu belajar dari Tuhan kita untuk peduli kepada sesama kita. Kita diperintahkan untuk mengasihi (ajgapa/w, agapaō), terlepas apakah kita menyukainya atau tidak. Sepasti kita dapat belajar mengasihi—menginginkan dan melakukan apa yang menjadi kepentingan terbaik orang lain—kita juga dapat memilih untuk tidak membiarkan perasaan yang tidak baik itu membengkak menjadi permusuhan atau kebencian. Yohanes memperingatkan, "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya" (1Yoh. 3:15). Murid yang dikasihi itu melanjutkan, Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. (1Yoh 4:20, 21).
Mengatasi Perselisihan Lewat Kepemimpinan Yang Melayani (Galatia 5:20)
Pada suatu konferensi yang dirancang khusus untuk para pelayan, para penatua, dan para diaken, pertanyaan ini diajukan: "Apakah yang kita lihat sebagai masalah yang menonjol mengenai model kepemimpinan yang harus diatasi dalam abad dua puluh satu?" Salah satu jawaban yang paling mengejutkan, dan yang mendapat dukungan umum, adalah "mengejar pemikiran sendiri yang dilakukan oleh para pemimpin gereja." Sikap seperti itu sangat berlawanan dengan apa yang Tuhan kita inginkan dan dengan teladan yang Ia sudah berikan. Yesus "datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mat. 20:28). Pernyataan ini disampaikan kepada anak-anak Zebedeus yang terlalu ambisius, yang tampaknya telah mencontohkan persoalan yang sedang dibahas. (Lihat juga kasus Diotrefes dalam 3 Yoh. 9, 10.)
Seorang penatua pernah berkata kepada suatu jemaat, "Salah satu penyebab utama perpecahan di dalam gereja adalah para anggota yang menolak untuk mematuhi otoritas para penatua." Maksud itu dapat dimengerti sepenuhnya, namun pernyataan semacam itu dapat menjadi petunjuk tentang adanya masalah lain. Kata "otoritas" (ejxousi/a, exousia), meski kata itu memang digunakan dalam kaitannya dengan para rasul, tidak pernah muncul dalam Perjanjian Baru yang berkaitan dengan para penatua atau para penginjil.136Mengapa? Mungkin untuk alasan yang diberikan dalam Matius 20:25, 26, di mana Yesus berkata kepada murid-murid itu, "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu" (huruf miring ditambahkan). Contoh orang bukan Yahudi adalah kebalikan dari contoh kepemimpinan yang Yesus berikan kepada murid-muridNya (lihat 1 Pet. 5:1-4).
Siapa saja yang memberitakan injil Allah harus mewartakannya dengan kuasa. Namun begitu, itu bukan kuasanya sendiri, melainkan milik Allah sendiri. Banyak konflik gereja disebabkan oleh perilaku para pengkhotbah dan/atau para penatua yang gagal memahami model kepemimpinan yang melayani. Semua kuasa telah diberikan kepada Tuhan Yesus (Mat. 28:18-20), dan ia mendelegasikan kuasa itu kepada para rasul-Nya untuk pergi ke seluruh dunia dan melengkapkan wahyu yang baru saja Ia mulai nyatakan kepada mereka.137Bahkan para rasul itu tidak boleh melakukan pelayanan mereka dengan kuasa yang sombong, seolah-olah mereka penguasa dan ingin berkuasa. Sebaliknya, mereka harus memiliki semangat yang rendah hati, tunduk seperti yang dimiliki oleh Tuan mereka, Yesus, yang datang untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya bagi keselamatan dunia.
Mempromosikan Kesatuan (Galatia 5:20)
Kesatuan adalah masalah yang sangat penting bagi hati Tuhan kita. Dalam Yohanes 17, Ia terlebih dahulu berdoa untuk kesatuan Dua Belas rasul dan kemudian untuk kesatuan orang-orang yang akan percaya kepada Dia melalui pemberitaan mereka. Bagaimanapun, Yesus telah datang ke dunia untuk tujuan utama membawa manusia bersama-sama ke dalam sebuah komunitas yang diselamatkan. Paulus menjelaskan, Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu (Efe. 2:14-16).
Pencapaian ini meminta Dia tidak kurang daripada darah nyawa-Nya ketika Ia menanggung penderitaan salib. Dalam peristiwa yang mengerikan itu, Ia menjadi lambang dosa seluruh umat manusia (2 Kor. 5:21). Seberapa lebih jauh lagikah Ia dapat mengungkapkan apa yang ada di hati Allah? Seperti yang akhirnya Petrus sadari, "Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya" (Kisah 10:34, 35).
Meski begitu, kita masih berjuang untuk memahami dan mempraktikkan pelajaran mendasar tentang Allah kita ini. Manusia terkadang bergumul dengan prasangka etnis dan perasaan superioritas rasial—meski kita tidak akan pernah mau mengaitkan diri kita dengan orang-orang yang mengklaim status seperti "ras unggul." Kata-kata Paulus berikut ini menyisipkan semua pertimbangan seperti itu:
Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.
Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (3:26-29; huruf miring ditambahkan).
Apa saja yang mengganggu dan memecah kesatuan anak-anak Allah adalah setan dan tidak dapat ditolerir di tengah-tengah kita. Sikap memihak, atau "memandang orang," sama sekali asing bagi hati Allah. Ketika konflik mengganggu kedamaian, gereja harus berkumpul dalam perhimpunan dan menangani masalah itu. Ketika sikap tertentu mengganggu kedamaian tubuh Tuhan, ketika beberapa orang tidak mau didamaikan setelah hubungan mereka terputus, ketika perilaku memalukan yang merendahkan nama Allah dan Anak-Nya, Yesus Kristus telah terjadi—situasi ini harus mendapat perhatian.
Di Korintus, masalahnya adalah "percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya" (1 Kor. 5:1). Saudara-saudara itu saling menuntut satu sama lain di pengadilan untuk memastikan kasus mereka diadili (1 Kor. 6:6). Dalam kasus pertama, Paulus memerintahkan saudara-saudara ini, "Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu" (1 Kor. 5:13). Pada kasus kedua, ia berkata, "Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?" (Lihat 1 Kor. 6:7).
Paulus sadar sepenuhnya bahwa beberapa perbedaan tidak dapat dihindari. Bahkan semua ini, ia menyiratkan, dapat dibuat untuk melayani tujuan Allah dan menjelaskan siapa murid yang sebenarnya (1 Kor. 11:18, 19). Namun demikian, bila kejahatan semacam itu dilakukan terhadap tubuh Kristus oleh salah satu anggotanya, perilaku orang itu adalah sangat tercela sehingga dosanya harus dinyatakan. Selanjutnya, dosa itu harus dihukum dengan mengucilkan dia dari persekutuan di dalam tubuh Tuhan (1 Kor. 5:11; 2 Kor. 2:6). Inilah yang Paulus katakan dalam Roma 16:17 tentang orang-orang yang menimbulkan perpecahan di dalam tubuh.
Paulus tidak merinci alasan-(alasan) atau cara-cara yang dengan itu seseorang menimbulkan "perpecahan" dan "rintangan" (menimbulkan sandungan), kecuali bahwa hal itu "bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima" (Rom. 16:17). Semua tindakan semacam itu adalah "perbuatan-perbuatan daging," yang orang Kristen harus hindari (Gal. 5:19-21). Perbuatan itu sangat berlawanan dengan hidup dalam Roh. Gereja Allah, di dalam mana orang Kristen memperoleh kewarganegaraan (Flp. 3:20), adalah kumpulan anak-anak Allah yang telah dipanggil untuk memperlakukan diri mereka sendiri—bahkan dalam dunia jahat saat ini di mana mereka sekarang hidup—sebagai warganegara dari alam rohani yang lebih tinggi, "kerajaan Allah" (Gal. 5:21). Mereka harus hidup sebagai "orang-orang kudus," atau "kaum yang kudus"; karena mereka sudah kudus. Gereja, apakah yang kita maksudkan satu jemaat di wilayah tertentu atau keseluruhan gereja di seluruh dunia, adalah tubuh Kristus, manifestasi duniawi dari kerajaan kekal Allah. Adalah tujuan Allah bahwa gereja harus dibuktikan melalui kehidupan kudus para anggotanya, sehingga dunia yang berdosa tidak bisa tidak melihat perbedaannya. Kita harus bersinar seperti terang dalam kegelapan—cahaya yang tidak hanya memancarkan keindahan kehidupan Kristus tapi juga mengungkapkan kejahatan, kekejaman, dan kebobrokan di dalam dunia (Mat. 5:14-16; 2 Kor. 4:6; Efe. 5:8-11).
Kita harus dengan sungguh-sungguh mencoba untuk mempraktikkan kesatuan yang Yesus doakan dalam Yohanes 17:21: "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Tujuan doa ini adalah bahwa murid-murid-Nya, di sepanjang abad-abad yang tersisa dari umur dunia ini, harus disempurnakan dalam jenis kesatuan yang sama yang Yesus miliki dengan Bapa. Kesuksesan kita untuk menjangkau orang lain dengan injil Kristus yang menyelamatkan bergantung pada kesatuan semacam itu.
Doa Yesus itu harus menyadarkan kita betapa jahat dan merusaknya perpecahan itu sebenarnya. "Ada pembuat onar di setiap gereja," seseorang mungkin berkata. Paulus tidak memberi kelonggaran seperti itu. Justru sebaliknya, ia berkata, pada dasarnya, "Bersihkan rumah! Singkirkan orang seperti itu sebelum kanker menyebar dan menginfeksi seluruh tubuh rohani di mana Anda menjadi anggotanya dan menggagalkan tujuan ilahinya di dunia." Perselisihan tidak dapat ditolerir dalam tubuh rohani Tuhan kita. Tubuh itu merupakan miniatur alam sorgawi yang dirancang untuk menunjukkan kemuliaan-Nya di dalam dunia kegelapan yang sesat dan frustrasi ini.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Menangani Alkoholisme (Galatia 5:21)
Aspek fisik dan psikologis terlibat dalam kebiasaan mabuk dan kecanduan alkohol. Banyak orang yang hanya melihat...
Menangani Alkoholisme (Galatia 5:21)
Aspek fisik dan psikologis terlibat dalam kebiasaan mabuk dan kecanduan alkohol. Banyak orang yang hanya melihat perilaku lahiriah seorang pemabuk menganggap lucu hal itu. Namun begitu, tidak ada yang lucu tentang orang yang sangat kehilangan kendali atas dirinya sendiri sehingga bertindak dalam cara yang sedemikian rupa. Beberapa orang bahkan menganggap hiburan apa yang Salomo katakan tentang hal itu dalam Amsal 23:29-35 (NIV):
Siapakah yang mengaduh? Siapakah yang berdukacita? Siapakah yang bertikai? Siapakah yang mengeluh? Siapakah yang memar sia-sia? Siapakah yang merah matanya? Mereka yang berlama-lama menikmati anggur, mereka yang mengecap cawan anggur oplosan. Jangan tatap anggur ketika warnanya memerah, ketika berkilau di dalam cawan, ketika turun ke tenggorokan dengan lembutnya, Pada akhirnya memagut seperti ular, dan meracuni seperti ular berbisa. Matamu akan melihat hal-hal yang aneh, dan pikiranmu akan membayangkan hal-hal yang kacau. Engkau akan seperti orang yang tidur di atas ombak lautan, berbaring di atas tiang kapal.
"Mereka memukuli aku," katamu, "namun aku tidak merasa sakit! Mereka memukuli aku, tetapi aku tidak merasakannya! Kapankah aku akan siuman sehingga aku dapat menemukan minuman lagi?"
Orang yang dapat membaca kata-kata ini dan tidak melihat tragedi yang memotivasi kata-kata itu mungkin tidak pernah berkabung atas orang yang dicintai yang telah kecanduan alkohol. Seorang pecandu alkohol hampir terlihat seperti kerasukan roh jahat; ia sudah sangat meracuni tubuhnya sehingga keseimbangan kimiawinya yang normal rusak. Ia secara fisik dan mental dapat terikat pada zat ini. Mungkin ia dulu mencoba zat itu hanya sekedar untuk merasakan kegembiraan sesaat, tapi sekarang ia benar-benar diperbudak. Betapa suatu gambaran yang luar biasa yang Salomo lukiskan ketika ia menggambarkan akibat dari pilihan itu! Ia menggambarkan kesengsaraan fisik, ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri secara sosial, dan mengkompromikan tampilan fisik. Selain itu, ia bicara tentang hilangnya waktu yang berharga, penglihatan yang jelas, keseimbangan, dan respon alami seseorang terhadap rasa sakit (tanda yang Allah berikan bahwa ada sesuatu yang salah secara fisik dan membutuhkan perhatian segera). Lalu muncullah tragedi kecanduan yang hina itu: celaka yang tak dapat diatasi dan hanya dapat "ditolong" dengan berpaling lagi kepada minuman lain yang sama.
Ketika kita berusaha untuk mempertahankan kasih dan pengertian bagi seorang pecandu alkohol, kita harus tidak membolehkan situasi tersebut mendorong kita untuk mengubah atau menyelewengkan ajaran jelas Kitab Suci. Di sini kita harus kembali kepada konteksnya di mana pembahasan tentang kemabukan ini ditampilkan: apa yang Paulus sebut "perbuatan-perbuatan daging" (5:19-21). Terlepas dari perlunya mengasihi anggota keluarga atau teman pecandu alkohol, kita harus jangan berani mengabaikan peringatan Paulus. Ketika ia mengakhiri daftar kejahatan ini, ia menyatakan bahwa "barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (5:21).
Penghakiman terakhir, tentu saja, adalah milik Allah dan Kristus-Nya, kepada siapa Ia telah menyerahkan tugas penghakiman terakhir atas dunia.138Lebih lanjut, kata-kata ini (5:19-21) telah sampai kepada kita melalui pena terilham dari orang yang "telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru" oleh Allah (2 Tim. 1:11). Paulus melayani dalam peran sebagai duta besar Kristus, memanggil umat manusia untuk "didamaikan dengan Allah" (2 Kor. 5:20; lihat Efe. 6:20). Karena Allah sedang bicara melalui dia, kita tidak boleh menyerah kepada godaan untuk mengubah makna kata-katanya.
Betapa pun kita sangat mengasihi anggota keluarga atau teman yang kecanduan alkohol, kemabukan adalah perbuatan daging, dosa yang dapat mencegah orang untuk masuk ke sorga! Kita tidak ingin menghukum siapa saja, itu juga bukan keinginan Allah (2 Pet. 3:9). Meski demikian, si pecandu alkohol itu, seperti orang lain yang melakukan pelbagai kejahatan yang tercantum di sini, bertanggung jawab atas dosanya sendiri. Ia perlu didamaikan dengan Allah. Terlalu sering, para orang tua, ketika melihat orang yang mereka kasihi memberontak melawan kehendak Tuhan, hanya mengubah teologi mereka karena mereka tidak tahan melihat anak mereka sebagai orang murtad yang berada dalam bahaya penghukuman kekal. Tuhan sendiri memiliki sesuatu untuk dikatakan tentang masalah ini dalam Matius 10:37: "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku." Allah tidak mau menerima tempat kedua dalam prioritas kasih sayang dari setiap orang Kristen. Tidak peduli betapa besarnya kita mengasihi orang yang kita cintai yang sesat, kita tidak boleh mencintai dia lebih daripada Tuhan. Kita harus melakukan segalanya dengan kekuatan kita untuk menyelamatkan dan merebut dia kembali—tanpa mengorbankan atau mengubah apa yang Allah sendiri telah ungkapkan di dalam Firman yang terilham. Kita menyadari bahwa, berdasarkan pesan ini, Kristus akan mengumumkan penghakiman terakhir pada hari kiamat (Yoh. 12:48).
Dosa Pesta Pora (Galatia 5:21)
Meski sedikit, jika ada, di zaman kini yang mau berpartisipasi dalam prosesi yang mabuk, kacau untuk menghormati Dionysus, namun banyak yang mungkin masih bersalah atas dosa "pesta pora" (kōmos).Terkadang orang menunjukkan kurangnya kendali yang hingar-bingar yang terkait dengan acara olahraga yang menegangkan. Beberapa anak muda pulang dari pertandingan sepak bola internasional dengan gigi yang copot dan mata legam karena perilaku yang tidak terkendali dan tidak sopan. Beberapa bahkan harus menginap di penjara. Media-media berita telah melaporkan kejadian di mana para penggemar olahraga, dalam kegembiraan atau kemarahan, sangat kehilangan kendali diri sehingga mereka bergegas turun dari bangku penonton dan benar-benar menginjak-injak orang sampai mati.
Siapa saja dapat berperilaku liar dan tak terkendali. Beberapa tahun yang lalu, sewaktu pertandingan sepak bola perguruan tinggi, seorang pemain yang terkenal suka menyakiti lawan-lawannya menciderai dengan serius pemain utama tim lawannya. Seorang Kristen bereaksi terhadap permainan kasar ini dengan berteriak, "Bunuh dia! Bunuh dia!" Dengan kata-kata ceroboh ini, ia secara tidak sengaja merayakan cidera yang menimpa korban itu oleh perilaku buruk itu!
Kita semua sadar akan kekuatan dan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh psikologi gerombolan orang, apa pun kejadiannya (lihat Kisah 19:28-34). Pengendalian diri dan ketenangan adalah kebajikan rohani; dan ketiadaan kedua hal itu, bahkan yang terkait dengan ucapan kita, berpotensi menyakiti orang lain.
Dalam kasus ini, beberapa pendengar tidak menghargai orang Kristen ini dan juga orang lain yang bergabung dengan dia dalam merayakan cidera pemain itu. Saya harus akui bahwa reaksi saya sendiri terhadap situasi itu kurang rohaniah sebab saya dengan marah meneriaki dia tentang tindakannya yang liar itu. Apakah perilaku ini sama sekali tidak memiliki unsur "pesta pora" (kōmos)?
Peringatan Tentang Dikeluarkan Dari Kerajaan (Galatia 5:21)
Paulus memperingatkan orang-orang Kristen di Galatia bahwa mereka yang mempraktikkan perbuatan-perbuatan daging (ketimbang mengikuti arahan Roh) "tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (5:21). Para pelanggar ini akan kehilangan warisan kekal yang Allah telah siapkan bagi mereka yang mengasihi dan menaati Dia.
Prinsip ini dapat diilustrasikan dengan contoh bangsa Israel dalam Perjanjian Lama. Bangsa itu mengerang di bawah kuk perbudakan Mesir, tapi Allah secara ajaib membebaskan mereka dari penindasan bangsa Mesir. Ia menjanjikan mereka tanah air yang indah untuk mereka miliki—negeri Kanaan, suatu negeri "yang berlimpah-limpah susu dan madunya" (Kel. 3:8). Janji apakah yang dapat lebih berharga bagi orang-orang yang lahir dalam perbudakan ini, yang menjadi budak selama berabad-abad di bawah mandor yang keras, dan yang dengan tulus hati mengharapkan berakhirnya kerja keras mereka dan keamanan di bawah bayang-bayang sayap perlindungan Allah?
Apakah yang terjadi dalam perjalanan mereka menuju tempat perhentian yang dijanjikan itu? Orang-orang Israel itu bergabung dalam rengekan, keluhan, dan sungut-sungut yang terus-menerus. Mereka memprovokasi Tuhan melalui ketidakpercayaan dan pemberontakan mereka. Meminjam bahasa Mazmur 95:10, 11, penulis surat Ibrani menjelaskan bahwa pada akhirnya Allah tiba di akhir kesabaran-Nya terhadap bangsa Israel:
"Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, Dan berkata: 'Selalu mereka sesat hati, Dan mereka tidak mengenal jalan-Ku'; Sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku:
'Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku'" (Ibrani 3:10, 11).
Apakah yang dikatakan oleh episode tragis ini kepada kita di zaman kini, sebagai umat Israel rohani? Jawaban terhadap pertanyaan ini diberikan dalam Ibrani 3:12: "Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup." Penulis itu selanjutnya memperingatkan agar kita tidak "menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa," dengan meniru ketidaktaatan dan ketidakpercayaan Israel (Ibr. 3:13, 18, 19).
Tempat perhentian terjanji yang ia katakan bukanlah tanah Kanaan harfiah: "Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata-kata kemudian tentang suatu hari lain" (Ibr. 4:8).139Semua orang Israel yang memberontak mati selama empat puluh tahun perjalanan mereka di padang gurun. Setelah itu, Yosua memimpin generasi baru orang Israel ke tanah Kanaan. Dikata-kan bahwa "TUHAN mengaruniakan kepada mereka keamanan ke segala penjuru, tepat seperti yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka" (Yos. 21:44a). Namun begitu, yang penulis itu maksudkan adalah tempat perhentian sorgawi, yang jauh lebih mulia. Ia berkata, "Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya"(Ibr. 4: 9, 10).
Paulus tiba pada peringatan terakhirnya untuk orang-orang yang ia sapa. Awalnya, itu diberikan kepada orang-orang Kristen Yahudi pada zamannya sendiri, namun begitu itu berlaku bagi semua orang percaya di setiap generasi: "Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga" (Ibr. 4:11).
Tempat perhentian terakhir yang ia bicarakan adalah tempat perhentian sorgawi bersama Allah di sorga. Umat Tuhan di segala zaman, setelah diperbudak kepada dosa namun sekarang telah ditebus, akan dapat menyeberangi sungai Yordan kematian mereka, meletakkan beban hidup mereka, dan menemukan tempat perhentian sejati itu. Meski Allah memang telah menyiapkan tempat perhentian yang indah ini bagi kita (Ibr. 11:10), namun kita belum tiba di sana. Seorang Kristen tua pernah didesak untuk santai saja dan jangan bekerja terlalu keras. Atas saran itu, ia menjawab, "Sorga adalah tempat untuk beristirahat; bumi adalah tempat untuk bekerja." Ia benar. Selang waktu antara penebusan kita dan tibanya ajal kita adalah waktu kita untuk memperhatikan peringatan yang sungguh-sungguh dari penulis itu.
Contoh dari Ibrani ini, dengan gambarannya yang terlihat jelas, pada dasarnya memiliki pesan yang sama yang Paulus sedang bagikan dengan saudara-saudara di Galatia. Dalam Ibrani, gambarannya adalah tentang Tanah Perjanjian (Kanaan Sorgawi), sedangkan dalam Galatia adalah tentang "kerajaan Allah." Dalam Ibrani, masalahnya adalah tentang timbulnya kelelahan dalam iman dan bahaya jatuh (kemurtadan); dalam Galatia, masalah yang terlibat, antara lain, dosa moral dan sikap yang juga dapat menyebabkan orang Kristen kehilangan warisan mereka.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Empat Kasih (Galatia 5:22)
Ada empat kata "kasih" dalam bahasa Yunani Koine: ajga÷ph (agapē), fili/a (philia), storgh÷ (storgē), dan e...
Empat Kasih (Galatia 5:22)
Ada empat kata "kasih" dalam bahasa Yunani Koine: ajga÷ph (agapē), fili/a (philia), storgh÷ (storgē), dan e¡rwß (erōs). Tiga di antaranya muncul di dalam Perjanjian Baru.140
Bagaimanakah kata-kata ini digunakan di dalam Alkitab dan di dalam literatur Yunani kuno?
Erōs tidak digunakan sama sekali dalam Perjanjian Baru, baik dalam bentuk kata kerjanya atau kata bendanya. Istilah ini terkait dengan kata Indonesia "erotis." Dalam bahasa Yunani, kata itu berkonotasi gairah cinta, tapi tidak selalu dengan makna hawa nafsu. Misalnya, itu dapat mengacu kepada "keinginan yang berkobar-kobar" dari seorang budak untuk dibebaskan. Meski demikian, dalam banyak kasus, istilah tersebut memiliki konotasi seksual.
Di antara orang-orang Yunani sekuler kuno, sebuah kosa kata yang ekstensif dikembangkan dalam kaitannya dengan erōs. Sebaliknya, kosakata erotis dalam LXX sangat dibatasi. Beberapa nas menggunakan kata "kekasih" " (ejrasth÷ß, erastēs) dalam arti yang paling utama tentang seorang kekasih.141Terminologi maksiat ini sering merupakan kiasan bagi penyembahan berhala dan aliansi Israel dengan bangsa asing. Tidak adanya sama sekali kata erōs kata di dalam Perjanjian Baru adalah suatu perbedaan yang dramatis dengan penekanan pada erotika sekarang ini dalam budaya Barat. Ini menunjukkan betapa berbedanya konsep kasih Perjanjian Baru dari konsep kita sendiri.
Storgē. Baik kata benda storgē atau kata kerjanya yang terkait storge/w (storgeō) tidak ditemukan di dalam Perjanjian Baru, meski ada satu kata sifat yang terkait yang muncul. Kata ini adalah a¡storgoß (astorgos), yang berarti "tanpa kasih sayang alami." Awalan a- (menambahkan arti "non-" atau "tanpa") digabung dengan akar kata storgē, yang dengan sendirinya berkaitan dengan "kasih sayang keluarga" atau "kasih keluarga."142Oleh karena itu, kata sifat astorgos memiliki konotasi "tanpa kasih, tidak punya kasih sayang alami untuk kerabat." Bentuk kata sifat astorgos yang sifatnya meniadakan muncul di dalam Perjanjian Baru dalam daftar kejahatan yang Paulus buat dalam Roma 1:31 dan di tempat lain dalam 2 Timotius 3:3. Alkitab NASB menerjemahkan kata itu sebagai "tidak mengasihi" di kedua nas itu.
Tidak adanya kasih sayang alami ini disinggung oleh Tuhan kita di dalam Markus 7. Ia bercerita tentang beberapa orang pada zaman-Nya yang dengan agamis mengucapkan kata "Korban" sebagai pembenaran untuk mengabaikan tugas mereka terhadap orang tua mereka. Yesus mengatakan bahwa mereka "[me]nyatakan [firman Allah] tidak berlaku demi adat istiadat yang [mereka] ikuti" (Mrk. 7:11-13).
Philia. Akar kata dari kata ini muncul dalam istilah bahasa Inggris/Indonesia yang sama seperti filosofi ("kasih kebijaksanaan"), filantropi ("kasih manusia"), dan Fildadelfia ("kasih persaudaraan"). Ini adalah kata yang menunjukkan kasih sayang atau jenis kasih persahabatan. Itu adalah jenis kasih yang menarik emosi kita. Kita melihat sesuatu yang menarik dalam objek kasih kita. Benda itu mungkin orang yang mengagumkan, pemandangan yang indah, aktivitas yang menyenangkan, atau nyaris apa saja yang lainnya.
Menyukai secara salah dapat menjadi dosa. Yesus berkata bahwa orang-orang munafik "suka [file/w, phileō] mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang" (Mat. 6:5). Kristus juga memperingatkan, Barangsiapa mengasihi [phileō] bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku (Mat 10:37, 38).
Nas ini bicara kepada dunia kita sekarang ini. Kita hidup ketika banyak dari mereka yang sangat kita cintai, mungkin anak-anak kita, dalam bahaya meninggalkan iman dan mengikuti ajaran sesat. Dalam kasus seperti itu, kita tidak boleh menyerah kepada godaan untuk membenarkan mereka dengan mengubah teologi kita sendiri. Sesungguhnya, kita harus sangat mengasihi Yesus.
Memang sangat bagus memiliki teman sejati (fi/loß, philos). Kita senang dapat bersama-sama; kita menyukai teman kita dan senang disukai oleh mereka. Itu adalah philia, dan tidak ada yang salah dengan itu. Abraham bahkan disebut "sahabat Allah" (Yakobus 2:23). Lazarus, dalam cara khusus, adalah "sahabat" Yesus (Yoh. 11:11). Ketika Yohanes menulis, "Salam dari sahabat-sahabatmu" (3 Yoh. 1:14), ia sedang bicara tentang saudara-saudaranya yang terkasih di gereja itu. Saat bicara kepada Dua Belas rasul, Yesus berkata, "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu" (Yoh. 15:14).
Kita tidak dapat meragukan bahwa murid-murid itu mengasihi Yesus secara mendalam, apakah kita sedang bicara tentang phileō atau agapaō. Kedua kata kerja ini digunakan dalam percakapan yang mengesankan antara Petrus dan Yesus dalam Yohanes 21:15-17. Para ilmuwan tidak sepakat mengenai arti dua kata itu dalam konteks itu. Beberapa berpendapat bahwa penggunaan agapaō pada satu kesempatan oleh Yohanes dan penggunaan phileo pada kesempatan lain tidak menggambarkan apa-apa selain daripada variasi gaya untuk menghindari kemonotonan. Yang lain melihat adanya makna yang lebih mendalam dalam gonta-ganti kata-kata itu. Petrus sebelumnya membanggakan diri atas ketabahannya yang superior dan kemudian gagal total dengan menyangkal Tuhannya sebanyak tiga kali. Pada kesempatan ini, ia tidak mau membuat klaim yang berani tentang kasihnya yang diberikan (agapaō) untuk Yesus; ia hanya dapat menyatakan kasih sayangnya (phileo) untuk Dia.143
Apapē. Kita kini tiba pada kata dalam Galatia 5:22, yang Paulus tempatkan pertama dalam daftarnya tentang "buah Roh." Meski dalam banyak kasus kata-kata Yunani ini untuk "kasih" mungkin tumpang tindih dalam artinya dan karena itu dianggap sebagai sinonim, namun masing-masing berbeda dalam hal-hal tertentu dari yang lainnya dan memiliki rasa khasnya sendiri. Seperti yang digunakan di dalam Perjanjian Baru, agapē menunjukkan karakteristik kasih yang paling luhur. Nigel Turner menulis, Dalam Yunani Kristen kata benda agapē dan kata kerja agapaō menunjukkan kasih sayang Kristen yang tepat, kasih orang yang setia kepada Allah dan manusia, dan kasih Allah untuk kita dan untuk Kristus, serta kasih Kristus untuk kita. Jadi itu adalah kompatibilitas yang sempurna tentang Allah dan manusia—kasih karunia yang supernatural.144Allah telah "mencurahkan" kasih-Nya ke dalam hati orang-orang kudus-Nya ( "orang-orang yang kudus"), sehingga itu adalah pemberian yang diterima melalui kasih karunia (Rom. 5:5).
Kasih ini harus jangan dipahami sebagai kasih yang hanya dirasakan, dan kita bahkan mungkin mempertanyakan apakah "kasih sayang" perlu atau tidak disertakan dalam maknanya. Orang Kristen tidak memiliki hak prerogatif untuk membatasi jenis kasih ini kepada orang-orang yang dengan siapa ia memiliki ketertarikan tertentu atau orang yang ia pilih untuk ia sukai. Allah mengasihi dan memberkati semua umat manusia, baik yang baik dan yang jahat. Mereka yang mengikut Kristus diperintahkan untuk mengasihi secara aktif dengan cara yang sama (Mat. 5:43-48).
Agapē , yang tanpa pamrih berbuat untuk kepentingan terbaik orang lain, berasal dari Bapa (1 Yoh. 4:16, 19). Kasih kita, untuk menjadi seperti kasih Allah, harus menjadi kasih yang dewasa, kasih yang lengkap. Kasih itu tidak dapat lagi ditandai dengan keinginan suka dan tidak suka yang umum bagi manusia yang tidak rohani, duniawi. Kasih yang lengkap ini harus menjadi tujuan setiap orang Kristen yang ingin menjadi seperti Bapa sorgawinya.
Kasih Yesus (Galatia 5:22)
Kata-kata dan perbuatan Yesus memenuhi kata agapē dengan rentang arti yang tak akan pernah muncul dalam pikiran para pakar kamus dari dunia pra-Kristen. Jenis kasih apakah yang Yesus perlihatkan? Memotivasi Dia untuk melakukan apakah kasih itu?
Ia dengan berani menghadapi musuh-musuh-Nya. Kasih Kristus tidak selalu menyenangkan. Kadang-kadang kasih itu menyinggung orang. Pada kesempatan lain, kasih itu bahkan mengecam, seperti ketika Yesus secara pedas mengucapkan serangkaian celaka ke atas para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dengan mengatakan, "Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?" (Mat. 23:33). Apakah kita mendengar perasaan kasih di dalam kata-kata itu? Tuhan menegur orang-orang ini, tetapi apakah kita meragukan bahwa Ia mengasihi mereka? Ia sedang berusaha untuk membuat mereka bertobat, untuk menghindari harus menghukum mereka pada hari kiamat, ketika Ia akan "dengan adil menghakimi dunia" (Kisah 17:31; lihat 2 Pet. 3:9). Ia mengasihi mereka secara mendalam, sehingga Ia harus menghadapi mereka dengan kebenaran.
Ia dengan setia melaksanakan misi-Nya. Yesus mengetahui realitas mengenai dari apa Ia sedang menyelamatkan kita, dan Ia juga mengetahui dengan baik kemuliaan megah mengenai untuk apa Ia sedang menyelamatkan kita ketika Ia datang untuk memenuhi misi-Nya. Ia mengerti arti keselamatan dan kebinasaan, dan itulah sebabnya Ia menanggung siksaan dari kunjungan duniawi-Nya. Secara mendesak, Ia menyeru manusia sesat untuk kembali kepada Bapa yang pengasih.
Siapakah di antara kita yang pernah hampir menunjukkan agapē seperti itu? Kita sangat peduli dengan kesejahteraan pribadi kita sendiri sehingga sedikit yang luput dari kenyamanan rumah kita sendiri. Sementara itu, jutaan orang tersandung seperti orang buta dalam kegelapan, mencoba untuk memahami keberadaan yang tanpa kasih.
Ia dengan taat menanggung hukuman yang patut kita terima. Tidak ada orang yang pernah mengasihi seperti Tuhan Yesus mengasihi atau menunjukkan kasih seperti itu seperti yang Ia tunjukan. Dari dua belas kali kata "neraka" (gehenna) muncul di dalam Perjanjian Baru, Yesus sendiri menggunakannya sebelas kali; dan Yakobus saudara-Nya menggunakan sekali (Yak. 3:6). Yesus memahami arti istilah yang menakutkan ini, yang menandakan keadaan terhukum selama-lamanya. Untuk alasan ini, Ia mengeluarkan tetesan besar keringat ketika Ia bergumul dalam penderitaan dengan kehendak-Nya sendiri di Getsemani; Ia menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Bapa, memilih untuk menanggung penyiksaan keji di kayu salib. Oleh karena nerakalah Ia menanggung penderitaan di Golgota yang menyiksa dan memalukan itu. Itulah alasan Ia menjadi kutuk, lambang dosa sesungguhnya, untuk dunia kita yang sesat ini. Itulah sebabnya, dalam kesengsaraan, Ia mengalami kesendirian yang galau ketika bahkan Bapa-Nya yang pengasih memalingkan wajah-Nya dari Dia. Bukankah ini bukti utama kasih ilahi? Kitab Suci mengungkapkan bahwa skema penebusan dari Allah, yang sudah direncanakan "sebelum dunia dijadikan" (1 Pet. 1:20;. lihat Kisah 2:23, 24), timbul dari kasih-Nya yang besar (lihat Yoh. 3:16). Yesus menjelaskan, Karena begitu besar kasih [agapaō] Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai [agapaō] kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat (Yoh. 3:16-19).
Kesimpulan. Ketika dihadapkan dengan pesan kasih Allah yang diperlihatkan dalam Kristus, manusia akan merespon sesuai dengan kondisi utama hati mereka. Mereka yang karakter hatinya berintegritas dan mengasihi kebenaran akan bergetar dengan spiritualitas pesan ini. Oleh karena kejujuran dan integritas mereka, mereka percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan. Orang-orang berdosa tidak suka hatinya yang jahat diterangi dan mereka menolak karena mereka mencintai dunia. Pilihannya bersifat moral, dan konsekuensinya akan berupa hidup kekal atau hukuman kekal (lihat Yoh. 3:36).
Kita harus merasa kasihan kepada mereka yang tidak pernah datang untuk mengenal Kristus. Kecuali kita menyadari urgensi misi Kristus dan mengabdikan hidup kita untuk misi itu, banyak orang tidak akan pernah mengenal Kristus. Jika kita semua— sebagai anggota tubuh-Nya dengan segenap bakat dan kemampuan yang Allah telah berikan—mengabdikan diri kita untuk misi ini dengan rasa kemendesakan, maka banyak orang dapat datang untuk mengenal Kristus. Ini adalah tanggung jawab kita untuk mencerminkan kasih Yesus dan memastikan dunia mendengar Allah dan Juruselamat kita.
Mempertahankan Sukacita (Galatia 5:22)
Dalam komentarnya tentang surat Filipi, David Stewart menulis, "Di sepanjang surat Filipi, rasul itu terus-menerus mendesak para pembacanya untuk bersukacita. Nasihat ini mencapai klimaksnya dalam perintah ini: 'Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!' (Flp. 4:4)." Lalu Stewart menyajikan secara singkat tapi bermanfaat bagian tentang hal-hal yang dapat merampok sukacita orang Kristen. Di antaranya, ia menyebutkan pelbagai masalah, orang-orang, dan harta benda.145Kadang-kadang semua tiga hal ini—serta yang lainnya—dapat bergabung menjadi satu peristiwa atau keadaan. Kita harus waspada terhadap faktor-faktor yang mungkin membelokkan kita dari sukacita kita. Kita harus berfokus kepada Allah dan kuasa-Nya yang membebaskan ketimbang kepada hambatan di depan kita.
Mengejar Damai Sejahtera (Galatia 5:22)
Betapa berharganya kata yang indah ini "damai sejahtera" (eirēnē). Bukankah mengherankan bahwa, selama berabad-abad, para ibu dan para bapak telah memandang dengan penuh kasih pada seorang bayi perempuan cantik yang baru lahir dan menamai dia "Irene," yang berasal dari kata Yunani untuk "damai sejahtera"? Sangat menarik bahwa penulis Kristen mula-mula Irenaeus (sekitar 130-200 M.) mendapatkan namanya dari kata Yunani eirēnē. Selanjutnya, kata sifat bahasa Inggris "irenic" berasal dari kata ini. Kita mungkin bicara tentang pemandangan yang irenic (Ind.: damai).
Kedamaian sudah selalu menjadi sesuatu yang berharga bagi orang-orang yang berpikiran benar, terutama bagi mereka yang telah mengalami perang apa saja. Kedamaian adalah antitesis dari perang. Kehancuran besar yang ditimbulkan oleh pertempuran adalah pemandangan yang serius. Tumpukan puing-puing sering teronggok di tempat bangunan-bangunan megah pernah menjulang ke langit. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan adalah jumlah manusia yang tewas atau cedera. Beberapa yang selamat pulang ke rumah dengan kecacatan yang mengubah hidup. Penderitaan mereka menjadi saksi bagi sifat brutal perang.
Meski kedamaian adalah kebalikan dari perang, namun perang tidak terbatas pada konsep konflik bersenjata secara harfiah. Di berbagai belahan dunia, konflik suku, "perang di ruang tangga," dan para geng mengancam nyawa manusia. Hubungan yang tidak bersahabat sudah lazim muncul di tempat kerja, di dalam keluarga, dan bahkan di antara orang-orang Kristen.
Damai sejahtera Kristus yang sangat mahal dapat mengubah dunia kita dari kemarahan dan kebencian menjadi dunia yang lebih indah yang luar biasa; tapi bahkan ketika orang-orang Kristen terlibat, kehidupan tidak selalu menjadi seperti itu. Kepada orang-orang Kristenlah penulis Ibrani menulis, "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan" (Ibr. 12:14). Kedamaian tidak datang secara alami kepada kita. Kita harus melakukan upaya nyata untuk "hidup dengan Roh" bukannya menyakiti satu sama lain (Gal. 5:15, 16).
Yesus datang sebagai "Raja Damai." Dalam perannya sebagai Jurudamai, Ia menyediakan umat manusia cara untuk didamaikan dengan Allah kita yang kudus. Yesus, "yang tidak mengenal dosa" telah dibuat "menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2 Kor. 5:21). Mereka yang merespons injil dalam iman yang taat "hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus" (Rom. 5:1). Kristus menambahkan mereka kepada tubuh-Nya yang esa, memanggil mereka kepada damai sejahtera satu sama lain (Efe. 2:14-22). Jika kita berada dalam hubungan perjanjian ini, kita dapat memiliki "damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal." Damai sejahtera inilah yang "akan memelihara hati dan pikiran [kita] dalam Kristus Yesus" (Flp. 4:7). Damai sejahtera ini, ketenangan keyakinan kepada Allah ini, adalah buah Roh yang tentang itu Paulus tulis dalam Galatia 5:22.
Banyak orang tidak menyambut Kristus dan injil-Nya untuk alasan sederhana bahwa hati mereka jahat. Mereka lebih menyukai kegelapan dari cara hidup mereka sendiri yang jahat (Yoh. 3:19-21; Rom. 1:18-32). Tragisnya, banyak yang masih membenci Dia, meski Ia telah menyerahkan nyawa-Nya bagi mereka. Kegelapan itu terus turun, dengan berani dan dengan agresif menyerang iman itu di pelbagai universitas, di media, dan di dalam pelbagai pemerintah. Itu tepat seperti yang nabi ini katakan:
Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak Sebab tidak dapat tetap tenang, Dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur.
"Tiada damai bagi orang-orang fasik itu," firman Allahku. (Yes. 57:20, 21).
Daya Tahan Kesabaran Yesus (Galatia 5:22)
Yesus memahami pergumulan kita, karena Ia pernah hidup sebagai salah satu dari kita (Ibr. 2:17, 18; 4:15). Kesabaran-Nya kadang-kadang tidak diragukan lagi didorong hingga ke tepi batasannya. Selama tiga tahun pelayanan-Nya, Ia menyerahkan diri-Nya untuk mengajarkan kebenaran Allah dan menyembuhkan orang-orang yang menderita penyakit dan kerasukan roh-roh jahat. Namun demikian, banyak orang yang merespons perbuatan-Nya yang luar biasa itu dengan tidak berterima kasih dan tidak percaya. Ia mengatakan celaka ke atas Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum karena orang-orang dari kota-kota ini—di mana ia mengadakan banyak mujizat—tidak bertobat (Mat. 11:20-24). Satu contoh yang menunjukkan bagaimana orang-orang itu menjengkelkan Yesus adalah insiden anak "epilepsi" yang dibawa kepada murid-murid-Nya dalam Markus 9. Mereka tidak dapat mengusir roh jahat dari anak itu, dan ahli-ahli Taurat mengambil kesempatan itu untuk mendiskreditkan mereka dan Yesus. Sebelum menyembuhkan anak itu, Yesus berseru, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" (Mrk. 9:19).
Meski ada perlawanan, Yesus tetap bertahan dalam pelayanan-Nya, yang memuncak dalam pengorbanan-Nya di kayu salib bagi kita. Contoh daya tahan kesabaran-Nya itu diilustrasikan secara paling baik oleh peristiwa ini. Menurut Injil Yohanes, Yesus dibawa ke Golgota, tempat penyaliban, "memikul salib-Nya sendiri" (Yoh. 19:17).146Ia tampaknya memikul salib itu sejauh yang Ia sanggup, setelah dibuat sangat lemah oleh penyambukan yang tanpa ampun. Akhirnya, beban balok salib itu pastinya menjadi terlalu berat untuk dipikul, dan Ia jatuh di bawah bobot salib itu. Tiga injil lainnya menceritakan bahwa Simon, seorang laki-laki dari Kirene, dipaksa melayani untuk memikul salib itu di sepanjang sisa perjalanan ke Golgota (Mat. 27:32; Mrk. 15:21; Luk. 23:26).
Sosok Yesus macam apakah yang disiratkan oleh Kitab Suci? Ia kelelahan karena kurang tidur, punggungnya berdarah karena cambukan, dan mahkota duri itu secara menyakitkan menusuk alis-Nya. Ketika Ia berjalan dengan susah payah melalui jalan-jalan sempit kota itu dengan beban-Nya yang berat, Ia tidak diragukan lagi gemetaran, terguncang karena dipermalukan, diejek, dan ditampar. Ia menanggung ejekan dan teriakan yang mencela, tidak hanya dari para prajurit Romawi, tetapi juga dari imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Semua ini Ia tanggung, meski sebagai Ilah Ia tentu dapat memanggil pasukan malaikat sorgawi untuk datang membantu Dia dan mengakhiri semuanya (Mat. 26:53).
Yesus terus bertahan, bahkan ketika paku dilesakkan menembus pergelangan tangan dan kaki-Nya. Ia menahan cemoohan dari para pemimpin Yahudi, orang-orang yang lewat, dan para penjahat yang disalibkan bersama Dia. Ia memikul beban dosa dunia ketika Ia terpisah dari Bapa sogawi-Nya (Mat. 27:39-46). Sesungguhnya, perbuatan itu menunjukkan kekuasaan dan pengendalian diri yang kuat dari sang Tuan. Hal itu juga memberikan contoh tentang ketabahan yang sabar dan penguasaan diri yang dunia belum pernah lihat sebelumnya dan tidak akan pernah lihat lagi.
Setiap orang Kristen harus bersemangat untuk meniru Kristus, dalam hal ini berusaha meniru bagaimana Ia bertahan pada saat pencobaan-Nya yang paling berat. Kita harus melatih kesabaran, ketabahan, dan ketekunan. Kita harus melakukan ini dengan mengingat kedatangan Yesus yang kedua dan hidup yang kekal (Yak. 5:7, 8).
Dampak Kebaikan (Galatia 5:22)
Ketika kita melihat kata "kebaikan," kata itu mungkin mengingatkan kita kepada sosok orang-orang tertentu yang kita kenal. Senyum ramah mereka telah memenuhi diri kita dengan perasaan tenang yang hangat dan ucapan syukur karena kepedulian mereka kepada kita pada waktu kita butuh bantuan fisik atau emosi. Mungkin kita hanya butuh seseorang untuk memahami dan menghibur kita ketika kita sedang menghadapi perlawanan, atau ketika kita merasa tertekan, kekurangan, atau kesepian. Siapakah yang kadang-kadang belum pernah mengalami saat-saat suram dalam kehidupan ketika tampaknya tidak ada apa-apa kecuali awan gelap di cakrawala? Mungkin saja itu adalah kehilangan pekerjaan, masalah keluarga, utang yang menumpuk, atau hubungan yang tak dapat didamaikan. Mungkin saja itu adalah pindah ke tempat baru di mana kita tahu tidak ada orang dan tidak ada tempat untuk dimintai bantuan. Lalu muncul wajah yang ramah dengan kesediaan yang penuh semangat untuk membantu kita dengan cara apa pun yang kita butuhkan. Betapa itu melegakan jiwa! Akankah kita pernah melupakan kebaikan seperti itu yang pernah diberikan kepada kita?
Pada satu kesempatan, lebih dari enam puluh tahun yang lalu, saya baru saja diterima untuk belajar di "Ruperto Carola Universität" tua yang terkenal (Universitas Heidelberg di Jerman). Saya merasa terintimidasi sebagai orang muda di negeri asing, terutama di negeri yang belum terlalu lama pernah menjadi musuh paling berbahaya yang Amerika pernah hadapi (Jerman Nazi). Saat berjalan-jalan di kota Heidelberg sendirian, untuk melihat situs-situsnya yang mengagumkan, saya didekati oleh seorang asing. Seorang pemuda perlente berhenti untuk berbicara kepada saya dan bertanya apakah saya bersedia untuk menjadikan dia penunjuk jalan saya untuk berkeliling kota. Ini, tentu saja, saya terima dengan senang hati. Sikapnya itu sungguh dapat dicontoh dan sopan, dan saya tidak pernah melupakan kebaikannya.
Yesus mengatakan perumpamaan dalam Lukas 10 yang memberi kita wawasan mengenai kebaikan ideal Allah. Bagi orang-orang Yahudi yang mendengarkan Yesus, kisah-Nya itu akan sudah menimbulkan pertanyaan ini: Bagaimana bisa seorang Samaria bertindak lebih baik dibandingkan orang-orang Yahudi teladan? Itu adalah kisah yang mengejutkan yang mengajarkan kita banyak hal tentang kebaikan.
Dalam cerita ini, seorang laki-laki tergeletak di pinggir jalan, terluka dan menderita, setelah dilucuti, dipukuli, dan ditinggalkan "setengah mati" (Luk. 10:30). "Kebetulan," pertama-tama datanglah seorang imam dan kemudian seorang Lewi. Kisah itu secara jelas menyatakan bahwa kedua orang itu melihat orang yang malang itu tapi kemudian melewatinya "dari seberang jalan" (Luk. 10:31, 32). Sebagai umat pilihan Allah, orang-orang Yahudi ini disebut sebagai "terang bagi bangsa-bangsa" (Yes. 42:6-8; lihat 49:6), suatu contoh bagaimana semua bangsa (bukan Yahudi) harus hidup dalam pelayanan kepada Pencipta mereka. Israel harus menjadi bangsa yang dua hukumnya yang paling utama berfokus pada mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia (Luk. 10:25-28). Dengan melaksanakan perintah kedua inilah bangsa-bangsa bukan Yahudi akan datang untuk mengenal Dia yang merupakan objek perintah pertama. Imam itu dan orang Lewi itu adalah contoh utama dari umat Allah sendiri, namun mereka tidak memiliki hati Allah yang sesungguhnya. Betapa beda reaksi orang Samaria itu:
Ketika ia melihat orang [yang terluka] itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya (Luk. 10:33b, 34).
Ia tidak hanya membayar dengan uangnya sendiri biaya menginap korban itu, tetapi ia juga berjanji untuk membayar apa pun yang masih diperlukan untuk perawatan orang itu sekembalinya dia nanti (Luk. 10:35). Betapa perilaku yang dapat dicontoh— dan contoh itu ada pada pihak orang Samaria yang dibenci! Dengan kebaikannya, ia terbukti menjadi "sesama" bagi orang yang terluka itu (Luk. 10:36, 37).
Apa yang Allah ingin lihat pada umat-Nya adalah praktik kebaikan. Hal itu tidak cukup dengan merasa senang dengan perbuatan baik yang kita pernah alami dari orang lain atau bahkan tersentuh oleh besarnya kebaikan Allah bagi kita. Sifat ini harus dipraktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita harus jangan membolehkan kelelahan, kejengkelan, dan ketegangan sehari-hari membuat kita keras dan tidak peduli. Sebaliknya, dalam setiap keadaan kita harus mencerminkan kebaikan Allah sambil kita hidup oleh Roh. Sikap dan tindakan baik kita pastinya akan mempengaruhi orang lain untuk Kristus (lihat Mat. 5:14-16; 1 Pet. 2:12).
Orang Yang Baik (Galatia 5:22)
"Baik" (agathos) adalah istilah yang jarang digunakan sehubungan dengan manusia, bahkan termasuk Yesus sendiri. Dalam satu contoh, seseorang menyebut Dia sebagai "Guru yang Baik." Jawaban Yesus pada kesempatan itu adalah "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja" (Mrk. 10:17, 18). Kemungkinan, Tuhan sedang menguji orang itu untuk melihat apakah orang itu mengetahui identitas Yesus yang sebenarnya.
Beberapa manusia disebut sebagai "baik." Ketika Yesus, atas permintaan murid-murid-Nya, sedang mengarahkan mereka cara berdoa, Ia mengucapkan kata-kata yang agak mengejutkan "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya"? (Luk. 11:13; huruf miring ditambahkan). Meski banyak benda dan sifat disebut "baik" dalam Perjanjian Baru (seperti, "buah yang baik," "perbuatan baik," dan "hati nurani yang baik"), sedikit orang yang digambarkan sebagai "baik" (agathos).
Salah satu dari mereka yang disebut "baik" adalah Barnabas (Kisah 11:22, 24).
Menjadi lebih akrab dengan orang ini mungkin merupakan cara terbaik untuk mendapatkan wawasan tentang buah Roh yang disebut "kebaikan" (agathosune). Hidupnya ditandai dengan kemurahan hati, keberanian, kasih, dan keyakinan kepada orang lain. Barnabas menonjol dalam gereja mula-mula—bukan karena kehebatan pidatonya atau surat-suratnya, tetapi karena kebaikan dalam hidupnya yang dihasilkan dari Roh dan imannya.
Pentingnya Iman (Galatia 5:22)
Kata pistis ("kesetiaan"), yang memiliki rentang arti yang luas di dalam Perjanjian Baru, umumnya diterjemahkan sebagai "iman." Pentingnya iman harus ditekankan. Kepercayaan kepada Allah dan kepercayaan kepada Yesus sebagai Kristus adalah penting bagi keselamatan kita. Mari kita perhatikan nas-nas berikut ini:
"Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah" (Yoh. 3:18).
"Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya" (Yoh. 3:36).
"Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu" (Yoh. 8:24).
"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibr. 11:6).
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Kehalusan Yesus (Galatia 5:23)
Sehubungan dengan "buah Roh," tidak ada yang dapat melampaui atau bahkan dibandingkan dengan contoh dari Yes...
Kehalusan Yesus (Galatia 5:23)
Sehubungan dengan "buah Roh," tidak ada yang dapat melampaui atau bahkan dibandingkan dengan contoh dari Yesus sendiri. Dalam kaitan dengan "kelembutan" (prautēs), Ia secara jelas menunjukkan sifat kelemahlembutan, kerendahan hati, dan menahan diri ketika Ia menderita dan mati bagi kita. Penulis kitab Ibrani menggunakan Yesus sebagai model untuk ditiru oleh semua orang Kristen. Dengan menyinggung penyaliban Tuhan, ia menulis, "Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa" (Ibr. 12:3). Demikian pula, Petrus juga meninggikan Yesus sebagai pola untuk kita ikuti: "Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil" (1 Pet. 2:23).
Kehalusan dan kelemahlembutan Yesus secara mengagumkan diperlihatkan ketika para imam dan para prajurit meludahi Dia dan memukul Dia dengan tinju mereka, ketika cemeti Romawi merobek punggung-Nya, dan ketika orang banyak berteriak, "Salibkan Dia! Salibkan Dia!" (Yoh. 19:6). Sifat-sifat ini lebih lanjut diperlihatkan ketika orang-orang melewati tiga orang yang dipakukan pada salib mereka. Ketika orang-orang terhukum itu menggeliat kesakitan, para imam, para ahli Taurat, dan para tua-tua yang kejam itu meresponsnya dengan ejekan dan cemoohan (Mat. 27:42, 43a). Bagaimanakah Yesus merespons? Ia berdoa, "Bapa, ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat"( Luk. 23:34; ASV).
Ini adalah kelemahlembutan yang paling luhur dari Ilah yang menjelma! Semoga Allah mengajarkan kita kelemahlembutan ini, agar kita boleh menunjukkan sesuatu dari kemuliaan yang muncul pada saat waktu yang singkat itu untuk memberi kita pandangan sekilas tentang diri-Nya sendiri dan alam kekal Roh. Kita harus meniru kelemahlembutan Kristus di dunia ini sehingga orang-orang di sekitar kita boleh datang untuk mengenal Allah dan betapa besar Ia mengasihi mereka (Yoh. 1:14, 18; 3:16, 17).
Kehalusan Daud, Bagian 1 (Galatia 5:23)
Seberapa tinggikah kedudukan "kehalusan" ("kelemahlembutan"; KJV; ASV) dalam penilaian orang Yahudi dalam Perjanjian Lama? Di kalangan orang-orang Yunani kuno sifat itu tampaknya mendapat sedikit kehormatan. Di mata mereka, sifat itu hampir sama dengan "kelemahan," sebagaimana juga halnya di kalangan orang-orang duniawi di zaman kita sendiri.
Daud tidak diragukan lagi adalah salah satu tokoh terkuat dan paling berani dalam Perjanjian Lama. Sebuah acuan kepada Daud dalam Mazmur 132 (131; LXX) membantu kita untuk menekankan ide kekuatan di hadapan konflik. Mazmur itu memulai, Ingatlah, ya TUHAN, kepada Daud Dan segala penderitaannya, [prautēs, "kelemahlembutan"; LXX]; Bagaimana ia telah bersumpah kepada TUHAN, Telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari Yakub:
"Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, "Tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, Sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur Atau membiarkan kelopak mataku terlelap, Sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, Kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub" (Maz. 132:1-5).
Apa yang menjadi perhatian terutama kita di sini adalah baris kedua, di mana LXX mengganti "kelemahlembutan" (prautēs) dengan "penderitaan" dalam teks Ibrani (seperti yang diterjemahkan di sini dalam NASB). Yang mana saja dari kata itu adalah terjemahan yang memungkinkan dari bahasa Ibrani aslinya.
Penderitaan Mazmur 132 adalah beban yang Daud letakkan ke atas dirinya sendiri atas nama rumah Tuhan, tempat perhentian yang dengan tulus sangat ia rindukan untuk ia bangun bagi Allah. Tema yang dominan ini dalam mazmur itu jelas terlihat bagi pembaca yang cermat.
Mazmur itu tidak dikaitkan kepada Daud. Ia dikutip secara singkat, dan baik ia maupun dinastinya sering diacukan dalam mazmur itu. Namun begitu, rumah Allah, di mana umat-Nya datang bersama-sama untuk beribadah di hadapan tabut kehadiran-Nya, adalah fokus utamanya. Meski takhta Allah dianggap berada di sorga, namun tumpuan-Nya dipahami berada di bumi, dan lebih khusus lagi di dalam bait-Nya (1 Taw. 28:2; Maz. 132:7). Di atas semua itu, kita harus ingat situasi sejarah dan peran tabut itu dalam cerita di balik mazmur itu.
Mazmur itu sendiri adalah doa permohonan yang diucapkan para peziarah pada zaman yang belakangan. Mereka menyanyi ketika mereka mendekati ibu kota negara mereka dan kota Daud, tempat yang Allah sendiri telah pilih untuk disembah. Mazmur itu adalah salah satu dari lima belas "Nyanyian Ziarah" (Maz. 120-134) yang merupakan himne yang dinyanyikan (atau dibacakan) oleh para peziarah ketika mereka mendekati Yerusalem menjelang akhir perjalanan mereka.
Orang tidak dapat melebih-lebihkan pentingnya tabut itu bagi latar belakang mazmur ini. Mazmur itu, pada kenyataannya, satu-satunya dari kelompok ini yang bahkan menyebutkan tabut. Kisah pencobaan berat dan kesedihan Daud dalam keterkaitannya adalah kunci bagi pemahaman mazmur itu. Pertama, ada tahun-tahun penantian sampai tabut itu dapat ditemukan (Maz. 132:6). Kedua, sukacita Daud tiba-tiba berubah menjadi kemarahan, kesedihan, dan ketakutan atas kematian Uza, yang niatnya dalam menyentuh tabut itu hanya agar tabut itu tidak jatuh dari gerobak pengangkutnya (2 Sam. 6:1-11). Akhirnya, reaksi Mikhal istri Daud adalah pencobaan yang berat. Ia sangat mempermalukan Daud atas apa yang ia anggap perilaku yang memalukan (melompat-lompat dan menari-nari) sehingga konflik itu menghancurkan perkawinan mereka (2 Sam. 6:16-23).
Fokus utama dari Mazmur 132 adalah kerinduan Daud untuk membangun sebuah tempat suci permanen yang layak bagi Tuhannya yang kekasih. Dalam konteks inilah penggunaan prautēs, "kehalusan," muncul dalam ayat pertama. Meski hal itu secara jelas dinyatakan bahwa Daud adalah seorang yang berkenan di hati Allah (1 Sam. 13:14), objek mulia keinginannya itu ditolak dan diserahkan kepada orang lain. Pada tataran fisik, objek itu diserahkan kepada Salomo, anaknya karena Daud adalah orang yang menumpahkan darah dan orang perang (1 Taw. 22:6-10; 28:3).147Pada tataran rohani yang jauh, peran itu milik Kristus.
Bagaimanakah Israel Perjanjian Lama menghargai sifat lemah lembut? Dari semua tokoh Perjanjian Lama, Daud mungkin adalah pahlawan yang paling dicintai dan dipuja dari semua pahlawan. Nama "Daud" sebenarnya berarti "yang kekasih." Tentu saja, ia adalah pahlawan militer dalam arti istilah yang sering kita gunakan sekarang ini. Mazmur ini menunjukkan bahwa ia juga sangat dihormati oleh orang-orang Yahudi lama setelah zamannya atas sifat kelemahlembutan. Ini adalah kebajikan yang sama yang Paulus masukkan dalam "buah Roh" dalam Galatia 5:23.
Salah satu kesaksian terbaik bagi kebenaran Kitab Suci adalah bahwa kesaksian itu tidak menyajikan tokoh yang tanpa cacat dalam ceritanya, kecuali satu yang adalah Allah dalam daging, Mesias yang dijanjikan dan Juruselamat, Yesus dari Nazaret. Daud memiliki banyak sifat yang mengagumkan; dan dari semua "pertanda" tentang Tuhan, Daud adalah raja yang paling baik menggenapi peran itu. Diakui, ia adalah bayangan yang tidak sempurna untuk Tuhan; namun begitu, di atas semua kekurangannya yang banyak itu, siapakah dapat mempertanyakan ketulusan gairahnya untuk menjalankan keadilan dan kekudusan? Berani seperti singa dan tidak pernah goyah dalam iman, ia berperang untuk Allah. Ketika ditegur karena dosanya—seringkali dosa yang mengerikan—ia merasa hancur dalam pengakuan dan pertobatan. Siapa lagikah dalam seluruh isi Kitab Suci yang membumbung ke puncak sorga dalam memuji Allah atau terjun ke dalam dunia orang mati dalam penyesalan yang mendalam karena dosanya seperti yang Daud lakukan dalam mazmurnya? Kita tidak boleh lupa bahwa Daud adalah seo-rang nabi dan mazmurnya adalah Kitab Suci yang terilham (Luk. 24:44, 45; Kisah 2:25-36).
Mazmur 132 menyajikan bukti nyata bahwa orang-orang Yahudi yang belakangan sangat menghargai kualitas kelemahlembutan ini. Itu adalah salah satu sifat mulia yang mereka kagumi dalam diri Daud. Kelemahlembutannya itu bukan kelemahan, tapi kehalusan dalam menghadapi perlawanan yang sengit. Prautēs, "kelemahlembutan" atau "kehalusan," ini adalah satu buah yang dihasilkan dalam kehidupan orang-orang yang dipimpin oleh Roh.
Kehalusan Daud, Bagian 2 (Galatia 5:23)
Sifat kehalusan atau kelemahlembutan juga secara berulang kali digambarkan dalam kehidupan Daud saat ia berinteraksi dengan orang lain. Berikut ini adalah beberapa contohnya. yang dapat menggenapi banyak pertanda dalam tulisan Daud dan pelbagai nubuat tentang Daud dan takhta yang kekal. (Lihat Yes. 9:6, 7; Yer 23:5, 6; 30:9; 33:14-16; Yeh. 34:23, 24; 37:24, 25; Hos. 3:5; 5:2; Mat. 1:1; 2:1-6; Luk. 1:30-33; Kisah 2:25-36).
Saudara-saudaranya. Daud mengalami banyak penderitaan, bahkan dari keluarganya sendiri. Ketika saudara-saudaranya yang lebih tua bertugas "secara mulia" dalam pasukan Saul, Daud, sebagai anak bungsu Isai, harus menggembalakan ternak ayahnya. Isai menyuruh Daud membawakan bekal bagi saudara-saudaranya itu, tapi mereka secara tidak adil menuduh dia ingin pergi keluar dan menonton kegemparan pertempuran (1 Sam. 17:28-30). Ia tidak bereaksi berlebihan terhadap kecaman yang pedas itu atau membolehkan kecaman itu menghalangi dia untuk dengan setia melayani Tuhan.
Raja Saul. Belakangan, selagi Daud bekerja sebagai musisi raja, Saul dua kali mencoba untuk menyematkan dia ke dinding dengan tombaknya (1 Sam. 18:10, 11; 19:9, 10). Masih belakangan, Saul sedang menyisir wilayah padang gurun Gedi dengan pasukannya untuk menangkap dan membunuh Daud. Saul kebetulan memasuki gua di mana Daud dan beberapa anak buahnya sedang bersembunyi di dalamnya. Orang-orang Daud mendesak dia untuk menggunakan kesempatan ini untuk membunuh penganiayanya (1 Sam. 24:1-7).
Mungkin tidak di tempat lain kita dapat melihat dengan sangat jelas semangat kelembutan Daud yang indah selain daripada penolakannya terhadap nasihat rekan-rekannya yang tampaknya masuk akal untuk membunuh Saul. Apalagi, Saul sudah ditolak oleh Allah, dan sekarang Daud adalah orang yang diurapi Tuhan. Daud tahu, tapi ia bersedia untuk menunggu waktu dan cara yang tepat bagi dia untuk menerima kekuasaan raja, ia hanya ingin melakukan kehendak Allah: "Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN" (1 Sam. 24:6). Hati nurani Daud bahkan terganggu oleh fakta bahwa "ia telah memotong punca Saul" (1 Sam. 24:5). Ketundukan adalah karakteristik lain dari orang yang benar-benar lemah lembut.
Absalom. Kelemahlembutan Daud juga secara jelas diperlihatkan ketika anaknya tercinta Absalom berkomplot melawan dia untuk merebut takhtanya (2 Sam. 15:10-12). Daud terpaksa melarikan diri dari Yerusalem untuk menyelamatkan nyawanya dan seisi rumahnya (2 Sam. 15:13-18). Ia melakukan ini dalam kerendahan hati, menyerahkan masa depannya di tangan Tuhan (2 Sam. 15:25, 26). Saat ia melarikan diri, Simei, seorang dari rumah tangga Saul, keluar dan mengutuki dia; namun raja Daud tidak membalas (2 Sam. 16:5-14). Setelah memasuki Yerusalem dan menguasai takhta, Absalom melanjutkan untuk mempermalukan Daud ayahnya dengan tidur dengan para selirnya, yang Daud tinggalkan untuk mengurus istana (2 Sam. 16:20-23). Meski Absalom berusaha untuk membunuh ayahnya (2 Sam. 17), namun Daud ingin menyelamatkan nyawa anaknya. Ia memerintahkan tiga komandannya, "Perlakukanlah Absalom, orang muda itu dengan lunak karena aku" (2 Sam. 18:5). Namun demikian, salah satu dari orang-orang ini, Yoab, membunuh Absalom (2 Sam. 18:14, 15).
Daud, abdi Allah, disebutkan dalam Ibrani 11 sebagai orang beriman yang menaati Allah dan patuh kepada Dia. Ia memperlihatkan kehalusan, atau kelemahlembutan, di hadapan pencobaan yang besar.
Pengendalian Diri (Galatia 5:23)
Kata Yunani untuk "pengendalian diri," ejgkra/teia (enkrateia), dibentuk dari akar kata kra/toß (kratos), yang berarti "kekuasaan," "kekuatan," "kepenguasaan," atau "kendali." Kratos telah mempengaruhi akhir kata-kata bahasa Inggris/Indonesia seperti "demokrasi," "otokrasi," dan "teokrasi." Bagian pertama dari masing-masing kata-kata ini juga berasal dari bahasa Yunani. (1) "Demokrasi" mengacu kepada "pemerintahan oleh rakyat" karena dhvmoß (dēmos) berarti "rakyat." (2) "Otokrasi" menunjuk kepada "pemerintahan sendiri," karena aujto/ß (autos) berarti "sendiri." Istilah "otokrasi" menandakan pemerintahan mutlak oleh raja atau penguasa lalim. (3) "Teokrasi" berarti "pemerintahan oleh Allah," karena kata "Allah" atau "allah" adalah qeo/ß (theos). Contoh paling akrab untuk teokrasi adalah pemerintahan Allah atas Israel di Perjanjian Lama, di mana semua otoritas—yudikatif, legislatif, politik, sosial, dan agama—milik Allah mereka, Yahweh.
Meski pemerintahan Allah memang mutlak, Ia bagaimanapun tidak lalim, tapi sebaliknya merupakan lambang sebenarnya bagi kebenaran, kebaikan, dan kasih setia. Pernah dikatakan, "Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan yang absolut sepenuhnya korup."148Ini semua terlalu benar dalam ranah manusia biasa; namun begitu, itu tidak pernah terjadi pada pemerintahan Allah. Keinginan-Nya adalah untuk memberkati manusia, yang Ia bentuk menurut gambar-Nya. Umat manusia, dalam adegan paling awal dari drama tragis keberadaannya di bumi, menolak kedaulatan Allah yang penuh kasih. Yang membuat ia menderita, ia secara parah mencemari gambaran itu dan jatuh di bawah pemerintahan lalim "penguasa dunia ini" (Yoh. 12:31; NIV), musuh dari semua yang baik dan suci.
Kisah zaman dulu tentang orang tua purba kita ini bukan sekedar sejarah kuno, juga bukan kisah aneh yang diberitahukan kepada anak-anak untuk mengesankan mereka dengan pelbagai akibat yang menakutkan oleh karena tidak mematuhi orang tua mereka. Sebaliknya, itu adalah sejarah setiap orang yang berlangsung terus. Hati manusia yang cacat dari segala zaman, tua atau muda, cepat atau lambat memberontak terhadap siapa saja yang akan berani membatasi kebebasannya dan mencoba untuk mengendalikan dia. Sayangnya, ini juga mencakup Pencipta dan Bapa sorgawi kita yang selalu mengasihi.
Manusia ingin mengukir gambarnya sendiri, merebut peran Dia yang memberi kehidupan! Allah dengan bergairah ingin memeluknya dan menariknya ke dalam persekutuan intim sifat ilahi-Nya sendiri yang telah dirancang sejak awal (2 Pet. 1:2-4). Tekad berani manusia untuk menempuh jalannya sendiri hanya menimbulkan penderitaan, kesengsaraan, dan bencana. Dahulu sekali, Yeremia menulis, "Aku tahu, ya TUHAN, jalan manusia tidak dalam kausan sendiri, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya" (Yer. 10:23; NKJV). Itu mirip dengan balita, yang untuk melihat pemandangan yang lebih baik dari lembah yang indah di bawahnya, akan dengan serampangan bergegas menuju tepi jurang gunung jika tidak ditahan oleh orang tua.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan orang dewasa yang sebenarnya rasional namun menjadi bodoh karena tidak mengenal Allah. Ia telah diberkati dengan beberapa-hal yang disebut "kemauan," kehendak. Ia, seperti yang kita katakan, adalah "agen moral yang bebas" yang baginya adalah wajar untuk membuat keputusan tentang apa yang tampaknya baik bagi dia menurut pengertiannya. Tanpa kendali yang tepat, batasan diri, dan bimbingan ilahi, maka tragedi Eden, yang melukai "manusia duniawi," hanya akan terus terulang kembali. Lagi-lagi, manusia meraih kembali buah terlarang; apalagi, buah itu menarik dan lezat. Buah itu akan, jika ia percaya kepada kebohongan Iblis, membuat dia bijaksana, seperti Allah (Kej. 3:5, 6; lihat Yak. 1:13-15; 1 Yoh. 2:15-17). Yesus menanggapi orang-orang Yahudi yang menentang Dia, "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran…" (Yoh. 8:44).
Alih-alih membawa kebebasan, kurangnya pengendalian diri menghasilkan perbudakan kepada dosa. Hukuman kekal adalah nasib orang-orang yang bodoh, keras kepala, dan sombong yang tidak bertobat dan berbalik kepada Yesus Kristus dalam ketaatan. Menanggapi kemesuman pada zamannya, Petrus menuliskan kata-kata ini yang menghukum:
… Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman, terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah (2 Pet. 2:9, 10a).
Mari kita memikirkan kemesuman dan kebejatan yang mengelilingi kita di zaman kita sendiri. Beberapa orang yang menuntut toleransi bagi gaya hidup menyimpang mereka menyatakan bahwa kebajikan tersebut tidak toleran. Sesungguhnya, "hari-hari ini adalah jahat" (Efe. 5:16).
Sebagai makhluk yang "hidup dan bergerak dan memiliki keberadaan kita" di dalam dunia (Kisah 17:28; NIV), kita sering merasa sulit untuk tidak berpikir seperti cara dunia. Yesus, ketika Ia berdoa, berkata tentang murid-murid-Nya, "Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia" (Yoh. 17:16; lihat Flp. 3:20, 21).
Ketika kita melihat kembali melalui sejarah, kita menemukan orang-orang "hebat" yang oleh kekuatan senjata dan tekad belaka menaklukkan kerajaan-kerajaan yang luas dan merubuhkan kota-kota berkubu. Kita teringat Alexander yang Agung, yang memperluas kedaulatannya ke arah timur sejauh sungai-sungai India. Tantangannya yang terbesar adalah, mungkin, kota Tirus, yang sebagian berada sebuah pulau lepas pantai dan sebagian lagi di daratan Fenesia. Alexander dengan mudah mengalahkan kota tua yang di daratan. Namun, karena tidak memiliki kapal yang tersedia pada saat itu, ia harus mencari cara lain untuk menaklukkan kota baru di pulau itu. Ia akhirnya memecahkan masalah itu dengan membangun jalan lintas dari daratan ke benteng pulau itu. Pekerjaan monumental ini disambut dengan perlawanan hebat dari orang-orang di pulau itu, dan Alexander hampir meninggalkan misi itu. Akhirnya, 120 kapal datang untuk mendukung dia; kemudian ia menyelesaikan jalan lintas itu, menyerbu benteng itu, dan merubuhkannya. Perlu waktu tujuh bulan bagi dia untuk menyelesaikan prestasi ini.149
Pasukannya pastinya sudah mengeluh dalam melaksanakan tugas yang memalukan dan melelahkan ini, namun semua orang yang mengenal baik tindakan hebat Alexander kemungkinan akan mengelompokkan tugas ini sebagai salah satu prestasi militer terbesarnya. Kita tidak meragukan bahwa Alexander dari Makedonia itu adalah alat Allah yang menakjubkan dan kuat untuk mempersiapkan dunia bagi kedatangan Kristus, terutama untuk menyebarkan bahasa dan kebudayaan Yunani di seluruh negeri di timur Mediterania. Ini menghasilkan media bahasa di mana Perjanjian Lama akan diterjemahkan (LXX) dan Perjanjian Baru akan ditulis. Namun, mengenai kekalahannya dari pusat perdagangan Tirus di Mediterania, kata-kata Salomo cocok: "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota" (Amsal 16:32).
Kita tidak dapat berbuat lain selain mengagumi prestasi terkenal Alexander itu sebagai salah satu komandan militer paling hebat di dunia. Ia mencontohkan kualitas kepemimpinan yang menginspirasi seperti itu sehingga ribuan orang mau mempertaruhkan hidup mereka untuk mengikut dia, apa pun rintangannya. Meski begitu, pada bagian paling puncak karirnya, ia akhirnya gagal karena kurangnya pengendalian diri. Terkenal dalam perang, namun ia gagal total dalam kedamaian. Menyerahkan dirinya kepada kemesuman, alkoholisme, dan amarah tak terkendali yang berlebihan, ia akhirnya membunuh temannya tersayang, menghancurkan kesehatannya, dan mati sebagai orang muda pada sekitar usia tiga puluh dua tahun. Ia dulu dan kini masih dianggap sebagai orang "hebat." Berdasarkan keberaniannya dalam pertempuran, ia memimpin pasukannya menuju kemenangan atas pelbagai negeri yang jauh lebih besar daripada negerinya sendiri. Namun begitu, pada detik kebenaran, Alexander gagal menempuh ujian yang paling penting dan mengungkapkan ketidakmampuannya untuk menaklukkan dan mengatur rohnya sendiri.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) "Saling Menantang" (Galatia 5:26)
Paulus menyimpulkan bagian ini dengan mengatakan, "Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita sa...
"Saling Menantang" (Galatia 5:26)
Paulus menyimpulkan bagian ini dengan mengatakan, "Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang …" (5:26). Seorang Kristen harus jangan mencoba untuk memprovokasi atau menghasut orang lain. Namun begitu, ini tidak mengesampingkan semua konflik atau kontroversi. Kadang-kadang, demi kebenaran, kita perlu terlibat dalam perdebatan. Misalnya, Yudas mengatakan "tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yudas 3). "Tetap berjuang" berasal dari ejpagwni/zomai (epagōnizomai), suatu istilah atletik yang intensif yang mengacu untuk bersaing dengan sekuat tenaga. Ketika itu adalah masalah iman kita, atau injil itu sendiri, kita tidak boleh begitu "baik" sehingga mengira berdebat adalah sesuatu yang orang Kristen harus jangan lakukan.150
Kita mungkin juga mempertimbangkan contoh dari Stefanus, ketika ia dihadapkan dengan orang-orang tertentu dari "jemaat orang Libertini." Setelah mendengar pemberitaan Stafanus, mereka "bersoal jawab" (suzhte/w, suzēteō) dengan dia. "Tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara" (Kisah 6:9, 10). Kata kerja suzēteō, yang diterjemahkan "bersoal jawab,"151digunakan untuk lawan-lawan Stefanus; mereka sedang berdebat dengan dia. Tidak diragukan lagi, kata-kata mereka penuh dengan kebencian dan tipu daya (Kisah 6:11, 12). Stefanus tidak ragu-ragu untuk merespons serangan mereka dengan kebenaran Firman Allah. Ia berani dan memiliki pendirian, namun kata-katanya diucapkan dari kasih untuk jiwa yang sesat. Ketika mereka merajam dia sampai mati, martir Kristen pertama itu mengucapkan kata-kata penuh belas kasihan ini: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kisah 7:60a).
Mungkin tidak ada di tempat lain di dalam Kitab Suci kita akan menemukan pelajaran yang lebih penting bagi orang Kristen yang mendapatkan dirinya terlibat dalam kontroversi dengan lawan untuk kepentingan Tuhan dan kebenaran injil. Kita semua tahu tentang pelbagai "perdebatan" di mana calon-calon juara berita injil itu secara meyakinkan sudah mengalahkan lawan-lawan mereka—dan dengan begitu menetapkan musuh-musuh bagi kepentingan Kristus. Kita juga mengetahui pelbagai perdebatan, banyak yang masih di cetak hari ini, yang mengakibatkan pemenangan sejumlah besar orang kepada iman, tidak hanya melalui penyajian pesannya yang kuat tetapi juga oleh semangat si penyaji yang benar-benar peduli dan penuh kasih.
Diakui, diskusi yang bersemangat, bergairah tentang apa saja yang seseorang yakini dengan cukup kuat untuk rela mati bagi keyakinan itu mengandung kekuatan besar di dalam keyakinan itu sendiri—kekuatan untuk menghancurkan dan menyelamatkan. Kemungkinan besar itu adalah salah satu tugas paling sulit yang akan pernah dilakukan oleh murid yang setia.
Injil tidak dapat diberitakan tanpa menimbulkan perlawanan. Sudah menjadi hal yang alami bahwa kejahatan membenci kebenaran. Mengapa Kain membunuh Habel? Mengapa, ketika Allah mengutus Anak-Nya sendiri, orang yang paling benar dan penuh kasih yang pernah hidup di bumi, umat-Nya sendiri membunuh Dia? Mengapa mereka melenyapkan Dia dari bumi? Rasul Yohanes menjawab pertanyaan tersebut dengan kata-kata ini:
Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah (Yoh 3: 19-21).
BIS: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang
bukan Y
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah provinsi Roma di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Allah, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.
Surat Paulus Kepada Jemaat-jemaat di Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran salah itu, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus mulai dengan mengatakan bahwa ia berhak disebut rasul Yesus Kristus. Dengan tegas Paulus mengatakan bahwa panggilannya untuk menjadi rasul berasal dari Allah, bukan dari manusia. Juga bahwa tugasnya ditujukan terutama sekali kepada orang bukan Yahudi (pasal 1-2 Gal 1:1-2:21). Setelah itu Paulus membentangkan pendiriannya bahwa hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Allah (pasal 3-4 Gal 3:1-4:31). Di dalam pasal-pasal terakhir buku ini (pasal 5-6 Gal 5:1-6:18), Paulus menunjukkan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen karena ia percaya kepada Kristus, akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan Kristen.
Isi
- Pendahuluan
Gal 1:1-10 - Hak Paulus sebagai rasul
Gal 1:11-2:21 - Kabar Baik tentang rahmat Allah
Gal 3:1-4:31 - Kebebasan dan kewajiban orang Kristen
Gal 5:1-6:10 - Penutup
Gal 6:11-18
Ajaran: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah
hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 49 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Galatia. (Dan juga setiap orang Kristen/jemaat Kristen di seluruh dunia). Keadaan mereka sedang dibingungkan oleh orang-orang yang menjelek-jelekkan dan memfitnah Rasul Paulus; mereka juga mengajarkan Injil lain (ajaran sesat).
Isi Kitab: Kitab Galatia terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian Rasul Paulus, bahwa orang-orang Kristen hidup oleh iman, bukan oleh hukum, serta buah kehidupan Kristen timbul dari Roh, bukan dari daging.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Galatia
Pasal 1 (Gal 1:1-10).
Pengajaran tentang Injil yang benar
Dalam nats ini Rasul Paulus mengatakan bahwa hanya ada satu Injil di dunia ini, yaitu Injil Yesus Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 1:8-9. _Tanyakan_: Apa akibatnya bagi orang yang memberitakan Injil yang tidak benar?
Pasal 1-2 (Gal 1:11-2:21).
Pengajaran tentang riwayat hidup Rasul Paulus dan kerasulannya Dalam bagian ini, Rasul Paulus menceritakan siapa dirinya sebelum menjadi Rasul dan sesudah menjadi Rasul.
Pasal 3-4 (Gal 3:1-4:31).
Pengajaran tentang arti Injil Kristus yang benar
Dalam pasal-pasal ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan atas janji Allah kepada Abraham sebagai Bapa orang beriman dalam arti menjadi anak-anak Allah karena penebusan Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 3:6. _Tanyakan_: Mengapa Abraham dibenarkan Allah?
- Bacalah pasal Gal 3:26-27. _Tanyakan_: Apakah yang menjadikan orang-orang Kristen anak-anak Allah?
Pasal 5-6 (Gal 5:1-6:18).
Pengajaran tentang orang-orang Kristen hidup dalam kemerdekaan dari hukum Taurat
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa bila Yesus Kristus sudah membebaskan orang percaya dari Hukum Taurat, mengapa harus memberikan diri hidup di dalam perhambaan Hukum Taurat lagi.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 5:1-6,13-26. _Tanyakan_: Apakah yang terpenting bagi seorang Kristen? (lihat ayat 6; Gal 5:6). Bagaimanakah orang Kristen mempergunakan kemerdekaannya? (ayat 13-15; Gal 5:13-15). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah daging? (Gal 5:19-21). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah Roh? (Gal 5:22).
- Bacalah pasal Gal 6:11. _Tanyakan_: Apakah yang dihasilkan perbuatan manusia? Bagaimanakah perintah Allah tentang sikap orang Kriste terhadap sesamanya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Galatia ini, jelaslah kita lihat bahwa orang Kristen tidak berada di bawah Hukum Taurat lagi. Orang Kristen sudah merdeka dari perhambaan Hukum Taurat, sebab Injil Yesus Kristus lebih berkuasa daripada Hukum Taurat. Tetapi walaupun demikian orang Kristen tidaklah boleh mempergunakan kemerdekaannya itu dengan sembarangan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab Galatia?
- Apakah isi pengajaran Kitab Galatia?
- Apakah arti kemerdekaan bagi orang Kristen?
- Mengapakah orang Kristen tidak berada di bawah perhambaan hukum Taurat?
Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia
Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.
Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia telah menyimpang dari pengertian yang benar tentang iman Kristen (Gal 1:6). Mereka dibingungkan oleh orang Kristen keturunan Yahudi yang ingin membebani mereka dengan kebiasaan sunat dan dengan menaati hukum-hukum Yahudi lainnya (Gal 3:1) yang mengatakan bahwa hanya dengan jalan ini mereka dapat menikmati hubungan istimewa dengan Allah. Paulus sangat yakin jika mereka bersandar pada hukum Yahudi dalam hubungan mereka dengan Allah, berarti mereka menyangkal inti Injil, yaitu bahwa hubungan Allah dengan manusia bergantung pada iman, bukan pada perbuatan. Dalam surat ini Paulus menjelaskan hubungannya dengan gereja di Yerusalem. Ia juga menerangkan tentang sifat kebebasan Kristen yang timbul apabila orang Kristen beriman terhadap Kristus dan bukan mencoba untuk menyenangkan Allah melalui ketaatan kepada hukum Taurat.
PENULIS DAN PEMBACANYA.
1. Penulis: Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus (Gal 1:1), berisi inti ajaran tentang iman. Argumentasinya yang kuat mengungkapkan kepribadiannya dan menunjukkan bahwa ia adalah seorang pengkhotbah dan orang yang tidak takut untuk berpendirian. Surat ini memberikan kepada kita gambaran rinci mengenai kehidupannya yang tidak disebut dalam tulisannya yang lain.
2. Pembacanya: Paulus telah berkhotbah kepada pembacanya (Gal 1:8, 9; 4:13) dan mereka menikmati hubungan yang akrab (Gal 4:15). Beberapa orang mengatakan bahwa ia menulis kepada orang Kristen di Galatia Utara (Asia Kecil) yang berbangsa Gaul, yang dikunjungi oleh Paulus dalam perjalanan misionarisnya yang kedua. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa ia menulis untuk orang di propinsi Galatia Selatan yang dikuasai orang Romawi (termasuk Antiokhia, Ikonum, Derbe dan Listra) yang telah dikunjungi oleh Paulus pada perjalanan misionarisnya yang pertama.
WAKTU PENULISAN.
Kapan surat ini ditulis tergantung pada kepada siapa surat ini ditulis. Kebanyakan orang percaya bahwa surat ini ditulis untuk Galatia Selatan dan ini berarti bahwa surat ini ditulis pada sekitar tahun 48 M. Jika surat ini untuk Galatia Utara maka ditulis lebih belakang, tetapi ini masih termasuk dalam surat-surat yang paling awal dalam Perjanjian Baru.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Surat ini merupakan surat perjuangan. Paulus menolak untuk berkompromi, ia menulis dalam bahasa yang keras untuk mendukung tema utamanya dengan memakai berbagai argumentasi yang berbeda.
2. Surat ini merupakan surat kasih, karena ditulis dengan penuh perhatian dan kekuatiran dari seorang gembala yang besar.
3. Surat ini singkat, dianggap 'sebuah garis besar' dari surat Roma yang pesannya sama, namun dikembangkan lebih luas dan ditujukan bagi situasi yang tidak terlalu buruk.
4. Surat ini merupakan surat yang memberi kesan yang dalam dan berisi ajaran-ajaran yang mudah diingat, misalnya Gal 2:20; 5:1, 5:22, 23; 6:14.
Pesan
1. Hukum Taurat merupakan jalan buntu.Keprihatinan utama Paulus ialah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak mungkin
dibenarkan di hadapan Allah melalui perbuatan baik atau menaati hukum Taurat.
Hukum Taurat:
o Tidak membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16
o Bertentangan dengan cara Kristus. Gal 2:19;5:4
o Tidak dapat memberikan Roh Kudus. Gal 3:2, 5; 5:18
o Hanya menghasilkan kutuk. Gal 3:10-14
o Merupakan interupsi sementara dalam rencana jangka panjang Allah. Gal 3:17
o Mempunyai suatu maksud. Gal 3:21-29
o Membebankan tuntutan kepada manusia. Gal 5:3
o Mudah diringkas. Gal 5:14
2. Iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
Tujuan utama Kristus adalah untuk membuat supaya iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
o Iman membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16; 3:11
o Kristen harus terus melatih iman. Gal 2:20;3:3
o Roh Kudus datang melalui iman. Gal 3:2, 5,14
o Sejarah panjang dari iman. Gal 3:6-9
o Akibat kedatangan iman. Gal 3:22-26
o Cara iman memperlihatkan dirinya. Gal 5:6
o Kristen membentuk'kekeluargaan dalam iman'. Gal 6:10
3. Yesus berarti kemerdekaan.
o Yesus membawa kemerdekaan dari penindasan hukum Taurat. Gal 3:1-4:7
o Tradisi besar kemerdekaan. Gal 4:21-31
o Kemerdekaan perlu dijaga. Gal 5:1
o Cara yang benar dan salah untuk menyatakan kemerdekaan. Gal 5:13-6:10
Penerapan
Masalah sunat bukan lagi menjadi bahan perdebatan yang hangat dewasa ini, tetapi pesan Paulus masih relevan:
1. Bagi orang Kristen legalls.
Banyak orang masih berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk dapat dibenarkan di hadapan Allah bergantung kepada berapa banyak peraturan yang ditaatinya dan seberapa terhormatnya dia. Paulus menunjukkan bahwa yang penting adalah iman, bukan perbuatan.
2. Bagi orang Kristen yang prinsip hidupnya kendur.
Kemerdekaan yang dibawa oleh Kristus tidak berarti bahwa seorang Kristen boleh bertindak semaunya. Hidupnya tidak boleh didasari oleh keinginan untuk memuaskan diri sendiri dan hawa nafsunya. Ia mempunyai tanggung jawab baru untuk menyatakan buah Roh di dalam sifat, tingkah laku dan hubungan-hubungannya dengan orang lain.
Surat ini juga mengajar kepada kita tentang dua masalah penting lainnya:
1. Tentang doktrin Kristen.
Gereja tidak mempunyai wewenang untuk mempercayai apa saja yang disukainya atau secara bebas menentukan doktrinnya sendiri. Kebenaran Kristen sudah diungkapkan oleh Allah dan tidak dapat diganggu gugat. Paulus menekankan bahwa mempercayai sesuatu yang berbeda dengan apa yang telah Allah ungkapkan itu berbahaya, karena hal itu bukan saja tidak benar tetapi juga akan membawa kepada penghukuman. Kebenaran itu sudah diatur oleh para rasul dan juga dalam Galatia, Paulus menekankan mengenai wewenang kerasulannya.
2. Tentang kesatuan Alkitab.
Banyak orang percaya bahwa hanya terdapat sedikit hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan mereka berbicara tentang dua Allah dengan dua tuntutan berbeda terhadap manusia. Paulus menunjukkan bahwa Allah hanya satu dan terdapat suatu kesatuan dalam seluruh isi Alkitab.
Tema-tema Kunci
Selain satu pesan utama Paulus, terdapat pemikiran-pemikiran lainnya.
1. Daging.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa cara yang berbeda. Sebutkan! Gal 1:16; 2:20; 3:3; 4:23, 29; 5:13, 16, 17, 19, 24; 6:8, 12, 13.
2. Perhambaan.
Demikianlah Paulus menggambarkan keadaan manusia sebelum mereka menjadi Kristen. Apa masalahnya sekarang? Gal 4:8; 2:4.
3. Salib.
Untuk kebanyakan orang salib merupakan gangguan (Gal 5:11; 6:12) tetapi untuk Paulus salib merupakan alasan untuk bermegah (Gal 6:14). Apalagi hal lainnya yang ditulisnya tentang kematian Yesus?
4. Anak Allah.
Ini merupakan gambaran dari seorang Kristen yang paling disukainya. Panggilan itu merupakan kebalikan dari menjadi seorang hamba. Bagaimana Paulus menggambarkan hak-hak istimewa menjadi seorang anak Allah? Gal 3:7, 26; 4:5, 6, 22.
5. Roh Kudus.
Galatia penuh dengan referensi tentang Roh Kudus. Carilah dalam ayat-ayat di bawah ini dan kelompokkan ayat-ayat itu di bawah tema-tema pokok dalam ajaran Paulus mengenai Roh Kudus.
Tema-tema itu adalah: menerima Roh; menghasilkan buah-buah Roh; berjalan dan hidup dalam Roh. Gal 3:2, 3, 5, 14; 4:6; 5:16, 17, 18, 22, 25; 6:1, 8, 18.
Garis Besar Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) [1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2Rasul dan para pembacanya
Gal 1:3-5Salam Paulus
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJ
[1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2 | Rasul dan para pembacanya |
Gal 1:3-5 | Salam Paulus |
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJUANNYA Gal 1:6-10
Gal 1:6 | Keprihatinannya |
Gal 1:7-9 | Keyakinannya |
Gal 1:10 | Motivasinya |
[3] PAULUS MENERANGKAN KESAKSIANNYA DENGAN SINGKAT Gal 1:11-2:21
Gal 1:11-12 | Sumber ajarannya |
Gal 1:13-17 | Kisah panggilannya |
Gal 1:18-2:10 | Hubungannya dengan Yerusalem |
Gal 2:11-14 | Perdebatannya dengan Petrus |
Gal 2:15-21 | Pengertiannya tentang Injil |
[4] PAULUS MENGEMBANGKAN ARGUMENTASINYA Gal 3:1-4:31
Gal 3:1-5 | Pengalaman orang Galatia |
Gal 3:6-9 | Contoh dari Abraham |
Gal 3:10-14 | Kutuk hukum Taurat |
Gal 3:15-18 | Keuntungan dari janji hukum Taurat |
Gal 3:19-29 | Maksud hukum Taurat |
Gal 4:1-11 | Sifat Keanakan |
Gal 4:12-20 | Imbauan pribadi |
Gal 4:21-31 | Dua macam 'anak' |
[5] PAULUS MENJELASKAN TENTANG KEMERDEKAAN KRISTEN Gal 5:1-6:10
Gal 5:1 | Jangan mau lagi diperhamba |
Gal 5:2-6 | Bebas dari sunat |
Gal 5:7-12 | Imbauan pribadi lainnya Bagaimana menggunakan kemerdekaan: kasih |
Gal 5:16-21 | Apa yang bukan kemerdekaan |
Gal 5:22-24 | Apa kemerdekaan itu |
Gal 5:25-6:10 | Kemerdekaan dan hubungan hubungan kita |
[6] PAULUS MENANDATANGANI SURATNYA
Gal 6:11-15 | Paulus menggarisbawahi pokok ajarannya |
Gal 6:16-18 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi