Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 5416 ayat untuk sudah ditebus,jangan berbuat dosa lagi (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.28) (1Yoh 3:1) (sh: Anak-anak Allah (Kamis, 4 Desember 2003))
Anak-anak Allah

Manusia yang percaya pada Yesus mendapat status dan posisi baru. Sekarang mereka tidak disebut musuh Allah, melainkan anak-anak Allah. Status baru ini terjadi semata-mata karena kasih Allah yang besar (ayat 1). Apa akibat status baru ini? Pertama, dunia tidak mengenal kita (ayat 1). Jika orang-orang yang percaya kepada Kristus (gereja) mengalami penderitaan di dunia, kita tidak perlu heran, karena dunia tidak pernah menerima Yesus Kristus sebagai Anak Allah sehingga mereka juga menolak kita, para pengikut Yesus. Namun, penderitaan dan penganiayaan yang orang-orang Kristen alami justru merupakan bukti nyata bahwa kita adalah benar anak-anak Allah.

Kedua, menjadi seperti Kristus (ayat 2). Setiap orang yang percaya pada Yesus akan menjadi seperti Yesus. Jadi seperti nyatanya Yesus, demikianlah nyatanya orang percaya menjadi anak-anak Allah.

Ketiga, hidup suci (ayat 3). Menjadi anak-anak Allah merupakan dorongan bagi orang percaya untuk hidup seperti Yesus. Pergumulan dan persoalan hidup, seharusnya membuat kita bergantung sepenuhnya kepada Yesus. Hal ini tentu semakin membentuk orang percaya menjadi serupa dengan Yesus. Inilah hidup suci yaitu hidup yang tidak pernah lari dari pergumulan dan persoalan hidup.

Keempat,tidak ada dosa (ayat 6). Di dalam Yesus tidak ada dosa. Sehingga setiap orang yang percaya pada Yesus pun demikian. Lebih tegas dikatakan dalam ayat 9 bahwa setiap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa. Ayat 8 dan 10 juga mengutarakan hal yang senada. Sebaliknya, berbuat dosa menjadi bukti bahwa ia tidak berada dalam Yesus. Namun, bagi anak-anak Allah kemungkinan untuk berbuat dosa dan tidak berbuat dosa sangat terbuka. Sampai Yesus datang kedua kali, maka anak-anak Allah hidup di dalam ketegangan di antara dua kemungkinan tersebut.

Renungkan: Jika kita berbuat dosa berarti persekutuan dengan Allah sedang terganggu, segera bertobat!

(0.28) (Rm 8:29) (jerusalem: gambaran AnakNya) Dalam penciptaan pertama Kristus adalah gambaran Allah, Kol 1:15+; bdk Ibr 1:3. Tetapi Kristus sudah datang untuk melalui penciptaan baru, 2Ko 5:17+, mengembalikan kepada bangsa manusia semarak gambaran Allah yang dinodai oleh dosa, Kej 1:26; 3:22-24; Rom 5:12+. Kristus berbuat demikian dengan menerakan pada manusia gambaran yang paling bagus, ialah gambaran Anak Allah (Rom 8:29 ini), yang memulihkan "manusia baru", sehingga mendapat penilaian tepat di bidang kesusilaan, Kol 3:10+, dan kembali memperoleh hak atas kemuliaan yang dihilangkan oleh dosa, Rom 3:23. Kemuliaan itu adalah milik khusus Kristus sebagai gambaran Allah, 2Ko 4:4, tetapi semakin meresap ke dalam orang Kristen, 2Ko 3:18, sampai akhirnya juga tubuhnya akan mengenakannya, menjadi serupa dengan manusia "sorgawi", 1Ko 15:49.
(0.28) (Kej 3:6) (full: PEREMPUAN ITU MELIHAT ... LALU IA MENGAMBIL. )

Nas : Kej 3:6

Lihat cat. --> Mat 4:1-11,

[atau ref. Mat 4:1-11]

mengenai cara mengatasi pencobaan.

(0.28) (Gal 5:13) (sh: Kasih, hukum, dan kebebasan (Kamis, 16 Juni 2005))
Kasih, hukum, dan kebebasan


Kebebasan tanpa norma sama sekali bukan kebebasan melainkan bencana. Banyak orang Kristen salah memahami dan salah memaknai kemerdekaan yang sejati. Seakan-akan bebas dari dosa berarti bebas untuk berbuat dosa. Mengapa bisa timbul salah pengertian seperti ini?

Kesalahan pertama adalah karena tidak mengerti fungsi hukum Taurat secara tuntas. Karena keselamatan adalah anugerah dan bukan diperoleh dengan menaati hukum Taurat, banyak orang merasa ajaran-ajaran etika di hukum Taurat pun tidak perlu diberlakukan. Akibatnya mereka merasa sah saja melanggar hukum Taurat. Padahal hukum Taurat mengajarkan jalan-jalan yang benar untuk dilakukan anak-anak Tuhan. Tuhan Yesus sudah merangkum hukum Taurat menjadi hukum kasih (ayat 14). Kesalahan kedua adalah karena salah mengerti maksud Tuhan menyelamatkan orang berdosa. Seseorang diselamatkan agar menjalani hidup dalam kasih. Jadi, anak-anak Tuhan dimerdekakan dari perbudakan dosa dan dari kutuk hukum Taurat supaya dapat mempraktikkan kasih ilahi kepada sesamanya. Bagaimana cara mempraktikkan hukum kasih itu dan tidak terjerat kepada keingingan-keingingan daging? Hanya satu cara, yaitu dengan menyerahkan hidup kita dipimpin oleh Roh. Kita harus melawan setiap keinginan daging yang masih mau menguasai kita dengan cara membiarkan Roh Tuhan memimpin hidup kita (ayat 16-18).

Orang yang belum diselamatkan berbuat dosa karena memang dibelenggu oleh kuasa dosa. Namun, anak-anak Tuhan hidup mempraktikkan keadilan, kebenaran, dan kekudusan sebagai pernyataan kasih mereka kepada Kristus dan kepada sesama. Bukti kasih mereka kepada Kristus adalah berupa kerelaan diatur dan dipimpin oleh Roh. Bukti kasih mereka kepada sesama adalah menjadi berkat dan teladan hidup beriman bagi sesama.

Renungkan: Hanya di dalam kasih karunia kita dimampukan mengasihi dengan tulus.

(0.28) (Flm 1:8) (sh: Paulus mengatasi permasalahan Filemon dan Onesimus (Selasa, 6 Juli 1999))
Paulus mengatasi permasalahan Filemon dan Onesimus

Pendekatan Paulus terhadap Filemon bukan dengan otoritas/wibawa rasulinya, melainkan dengan menyebut dirinya seorang hukuman karena Kristus dan Filemon sebagai rekan sekerjanya. Paulus mengutamakan kerendahan hati dan kehangatan kasih dalam menasihati saudara seimannya. Paulus juga tidak bermaksud memerintah, karena itu ia mengajukan permintaan kepada Filemon untuk menerima Onesimus kembali sebagai saudara yang kekasih. Pendekatan seperti inilah yang menjadi jembatan terjalinnya persaudaraan kasih.

Cara pandang Paulus. Paulus memiliki cara pandang Allah terhadap seorang berdosa yang bertobat. Paulus tidak lagi mengasingkan Onesimus sebagai orang yang tidak berguna, tetapi sejak Onesimus menyesali perbuatannya dan bertobat, ia menerimanya sepenuh hati sebagai saudara kekasih. Cara pandang inilah yang Paulus harapkan dari Filemon yang belum dapat menerima hambanya, Onesimus. Tanpa sadar, seringkali kita memiliki cara pandang yang menghakimi orang lain, yang sesungguhnya telah bertobat, namun karena tak kuasa menerima penolakan kita, maka kembali ke jalannya yang salah.

Renungkan: Cara pandang Anda terhadap saudara seiman yang pernah berbuat dosa dan kemudian bertobat akan menentukan sikap

(0.28) (Ul 28:15) (sh: Dahsyatnya hukuman Allah atas dosa (Minggu, 11 Juli 2004))
Dahsyatnya hukuman Allah atas dosa

Allah adil. Orang yang bermain dengan dosa dan mengkhianati perjanjian dengan-Nya harus menanggung akibatnya. Tidak ada yang luput dari hukuman Allah. Hukuman ini diuraikan dalam tiga bagian besar, yaitu 15-46,47-57,58-68. Sedangkan kutuk di bagian ini disusun sbb.: Pemaklumatan kutuk (ayat 15-19), dilanjutkan dengan penjabaran kutukan yang akan menimpa Israel yang makin lama makin berat dan dahsyat (ayat 20-44). Ditutup dengan kesimpulan (ayat 45-46; band. 15). Kutuk yang dijabarkan di ayat 20-44 meliputi: Pertama, berbagai malapetaka alam yang akan menimpa bangsa Israel (ayat 20-24). Kedua, kumpulan kutukan yang disusun secara bertolakbelakang (ayat 25-37): berupa kekalahan dan kematian akibat peperangan dengan musuh (ayat 25-26 dan 32-37), yang menimbulkan berbagai sakit penyakit dan membawa kepada kegilaan (ayat 27-31). Ketiga, kutukan terhadap segala usaha agraris bangsa Israel yang mengakibatkan kegagalan panen dan bahkan berhutang kepada orang asing (ayat 38-44). Semua kutuk ini merupakan hukuman yang akan menimpa bangsa Israel diakibatkan oleh pelanggaran perjanjian bangsa Israel dengan Tuhan.

Syukur kepada Allah. Kita yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak lagi harus menanggung kutukan dosa. Dia sudah menanggungnya di kayu salib. Bila kita mengkhianati Dia lagi, itu sama saja dengan tidak menghormati karya-Nya di kayu salib.

Camkanlah: Saat kita sengaja bermain dengan dosa, Yesus seakan mengalami lagi siksa kayu salib!

(0.28) (Hos 13:1) (sh: Penimbunan dosa berakibat fatal (Selasa, 16 November 2004))
Penimbunan dosa berakibat fatal

Dosa yang sama dan dilakukan berulangkali, tapi tidak diakui dan dibereskan akan membuahkan penghukuman. Itulah Israel.

Tudingan Hosea terhadap dosa Israel yang berpaling kepada ilah lain sepertinya tidak membuat Israel kunjung menyesal dan bertobat. Sehingga akhirnya, hukuman pun tidak mungkin lagi dihindarkan. Pasal menjelang akhir dari kitab Hosea ini sepertinya merupakan pukulan terakhir atas semua perbuatan dosa Israel. Dosa terbesar Israel adalah menyembah berhala (ayat 1-2) sehingga mereka harus mati (ayat 1) dan lenyap tak berbekas (ayat 3). Kesalahan Israel yang lainnya lagi ialah tidak tahu berterima kasih atas segala berkat dari Allah yang sudah mereka nikmati pada masa lampau (ayat 4-6). Oleh karena itu, penghukuman Allah diibaratkan laksana binatang buas yang memangsa korban-korbannya (ayat 7-8).

Apa yang dilakukan Israel? Mereka malahan bersandar kepada pemimpin politik untuk keselamatan mereka (ayat 10-11), padahal raja tidak mampu menyelamatkan mereka dari pembinasaan Allah (ayat 9). Puncak kemarahan Allah atas kekerasan hati Israel telah tiba (ayat 12-13). Ibarat bayi yang sudah waktunya lahir, namun menolak untuk "keluar". Israel dengan bodohnya bertahan di dalam dosa-dosanya (ayat 13:14-14:1). Semua uraian mengenai dosa Israel tersebut memperjelas keadilan Allah untuk menghukum Israel dengan membinasakan mereka.

Israel memiliki kesempatan berkali-kali untuk bertobat. Allah mengutus bukan hanya Hosea, melainkan banyak nabi lainnya. Seandainya Israel mau mengakui dosa, mohon ampun dan bertobat, tentu penghukuman tidak perlu dijatuhkan sefatal itu. Pada saat ini, hanya pukulan keras saja yang mampu menghancurkan hati yang congkak. Dan hanya hukuman keras saja yang bisa menundukkan hati yang bebal. Peristiwa Israel merupakan peringatan bagi kita. Jangan menyepelekan teguran Allah sebab itu akan membuat hati kita keras.

Renungkan: Kadang, cuma satu jalan yang bisa Allah lakukan terhadap hati yang keras dan bebal. Tentu Anda tidak ingin mengalami dihancurkan Allah, bukan?

(0.28) (Rm 6:16) (full: DOSA YANG MEMIMPIN KAMU KEPADA KEMATIAN. )

Nas : Rom 6:16

Paulus dengan sungguh-sungguh mengingatkan orang percaya yang merasa dapat berbuat dosa seenaknya karena mereka di bawah kasih karunia. Jikalau orang percaya memberikan diri kepada dosa, mereka akan sesungguhnya menjadi hamba dosa (bd. Luk 16:13; Yoh 8:34), yang mengakibatkan "kematian" (bd. ayat Rom 6:23). "Kematian" di sini berarti "kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya" (2Tes 1:9), lawan dari "hidup kekal" (bd. ayat Rom 6:23).

(0.28) (1Tim 5:20) (full: KAUTEGOR DI DEPAN SEMUA ORANG. )

Nas : 1Tim 5:20

Firman Allah memberi berbagai prinsip dan pedoman berkaitan dengan pelaksanaan disiplin terhadap penatua atau gembala (ayat 1Tim 5:20-22). Karena para penatua yang saleh perlu sekali bagi gereja, tindakan-tindakan berikut harus diambil bila seorang gembala atau pekerja gereja berbuat dosa dan dosa itu telah dibuktikan (ayat 1Tim 5:19).

  1. 1) Seorang penatua tidak boleh menutupi atau berdiam diri tentang dosa yang dilakukan penatua lain. Penatua yang bersalah itu harus "ditegor" dan didisiplin. Dosanya harus disingkapkan "di depan semua orang", supaya penatua yang lain "takut" dan tidak mau berbuat dosa.
  2. 2) Paulus mengingatkan bahwa tindakan disiplin harus dilaksanakan tanpa pilih kasih atau tanpa memihak sebab sekali kelak semua akan berdiri "di hadapan Allah, Yesus Kristus, dan malaikat-malaikat pilihan" (ayat 1Tim 5:21).
(0.27) (Mat 18:15) (full: APABILA SAUDARAMU BERBUAT DOSA. )

Nas : Mat 18:15

Dalam ayat Mat 18:15-17 Yesus menguraikan cara mendisiplinkan atau menerima kembali seorang saudara Kristen yang berbuat dosa kepada seorang anggota lain di dalam gereja. Mengabaikan ajaran Kristus ini berarti berkompromi secara rohani dan akhirnya mengakibatkan kehancuran kepada gereja sebagai umat Allah yang kudus (bd. 1Pet 2:9;

lihat cat. --> Mat 5:13).

[atau ref. Mat 5:13]

  1. 1) Tujuan disiplin gerejani ialah melindungi nama baik Allah (Mat 6:9; Rom 2:23-24), menjaga kemurnian moral dan integritas ajaran gereja (1Kor 5:6-7; 2Yoh 1:7-11), serta berusaha untuk menyelamatkan anggota yang tidak patuh dan mengembalikan mereka kepada jalan yang benar (1Kor 5:5; Yak 5:19-20).
  2. 2) Anggota yang berdosa itu harus lebih dahulu dihadapi dan ditegor di bawah empat mata. Apabila ia mau mendengarkan, maka ia harus diampuni (ayat Mat 18:15). Apabila ia tidak mau mendengarkan saudara seimannya (ayat Mat 18:15-16), dan setelah itu satu atau dua anggota lain (ayat Mat 18:16), akhirnya masih tidak mau mendengarkan jemaat, maka ia harus dianggap sebagai "seorang yang tidak mengenal Allah", yaitu, seseorang yang bukan anggota Kerajaan Allah, terpisah dari Kristus dan hidup di luar kasih karunia (ayat Mat 18:17; bd. Gal 5:4). Ia tidak berhak menjadi anggota gereja dan harus dikucilkan dari persekutuan gereja.
  3. 3) Kebiasaan untuk menjaga kemurnian gereja ini bukan saja dilaksanakan dalam hal dosa dan kedursilaan, tetapi juga dalam hal ajaran yang sesat dan ketidaksetiaan terhadap iman PB yang asli dan mendasar

    (lihat cat. --> Gal 1:9 dan

    lihat cat. --> Yud 1:3;

    [atau ref. Gal 1:9; Yud 1:3]

    lihat art. GURU-GURU PALSU, dan

    lihat art. PENILIK JEMAAT DAN KEWAJIBANNYA).

  4. 4) Disiplin gerejani harus dilaksanakan dengan rendah hati, kasih, penyesalan, dan pemeriksaan diri

    (lihat cat. --> Mat 23:37;

    [atau ref. Mat 23:37]

    2Kor 2:6-7; Gal 6:1).
  5. 5) Dosa di dalam gereja yang melibatkan kebejatan seksual harus ditangani berdasarkan 1Kor 5:1-5 dan 2Kor 2:6-11. Bentuk-bentuk dosa yang berat ini menuntut penyesalan dan perkabungan dari seluruh jemaat (1Kor 5:2), hukuman yang setimpal bagi pelanggar itu (2Kor 2:6) dan pengucilan dari gereja (1Kor 5:2,13). Kemudian hari, setelah masa pertobatan yang nyata, orang itu dapat diampuni, menerima pernyataan kasih lagi dan diterima kembali dalam persekutuan (2Kor 2:6-8).
  6. 6) Dosa seorang penatua, setelah ditangani di bawah empat mata, juga harus diumumkan kepada jemaat, dan dikenakan tindakan disiplin di depan umum, yaitu, "ditegur di depan semua orang agar yang lain itu pun takut" (Gal 2:11-18;

    lihat cat. --> 1Tim 5:20;

    [atau ref. 1Tim 5:19-20]

    lihat art. SYARAT-SYARAT MORAL PENILIK JEMAAT).

  7. 7) Para pemimpin gereja dan para gembala jemaat lokal sebaiknya mengingat bahwa mereka ditugaskan untuk menjaga seluruh kawanan domba Allah

    (lihat art. PENILIK JEMAAT DAN KEWAJIBANNYA).

    Tuhan akan meminta pertanggungjawaban pribadi dari mereka atas "darah semua orang" (Kis 20:26) yang terhilang karena para pemimpin gagal mengembalikan, mendisiplinkan, atau mengucilkan mereka sesuai dengan maksud dan kehendak Allah (bd. Yeh 3:20-21; Kis 20:26-27;

    lihat cat. --> Yeh 3:18).

    [atau ref. Yeh 3:18]

(0.27) (Hos 10:11) (ende)

Dahulu (digurun) Israil patuh kepada Jahwe, sebab belum harus berbuat banjak dan lagi dipelihara dengan baik2, seperti sapi muda jang menarik pengeretan ringan, sementara dapat makan se-puas2nja.

Kemudian Jahwe membebankan tuntutan2 lebih berat pada Israil (kuk), seperti sapi dewasa harus membadjak dsb. Sesungguhnja kesemuanja itu dibebankan akan kebaikan bagi Israil.

(0.27) (Rat 1:5) (full: MEMBUATNYA MERANA ... BANYAK PELANGGARANNYA. )

Nas : Rat 1:5

Musibah penderitaan, kerusakan, dan kehilangan dihubungkan dengan dosa bangsa itu (ayat Rat 1:8-9,14,18,20,22). Merekalah yang mendatangkan hukuman atas diri mereka sendiri. Terus-menerus berbuat dosa senantiasa mengakibatkan hukuman dari Allah (Rom 6:23).

(0.27) (Rm 6:10) (ende: Mati terhadap dosa)

Maksud ungkapan ini, sedjadjar dengan Rom 6:7, ialah: dibebaskan dari dosa semata-mata, Jesus hanja dapat dikuasai oleh dosa dalam arti, bahwa Ia dalam hidupNja sebagai manusia dibumi menderita segala akibat dosa manusia, chususnja dalam sengsara dan kematianNja, tetapi sesudah kebangkitanNja Ia bebas dari segala akibat dosa itu dan hidup setjara rohani dalam kemuliaan Allah.

Demikian manusia dalam permandian mendapat bagian dalam kematian dan kebangkitan Jesus, sehingga ia bebas dari perhambaan dosa, tetapi sebab itu pula harus hidup setjara rohani bagi Allah dan tidak mau mengabdi kepada dosa lagi.

(0.27) (2Sam 15:6) (full: ABSALOM MENCURI HATI ORANG-ORANG ISRAEL. )

Nas : 2Sam 15:6

Absalom berkomplot selama empat tahun untuk merebut takhta dari ayahnya, dan rakyat makin banyak yang berbalik melawan Daud (ayat 2Sam 15:1-15). Keberhasilan Absalom menunjukkan bahwa Daud, karena dosa dan kegagalannya mengatur rumah tangga sendiri, kurang dihormati lagi oleh rakyatnya. Kemampuan untuk memimpin, yang dahulu didasarkan pada kesetiaan yang tekun kepada Allah, kini sudah memudar karena dosa dan reputasinya yang tercemar.

(0.27) (Rm 2:25) (ende: Ada manfaatnja)

Sunat itu dimaksudkan sebagai meterai jang mensahkan "perdjandjian" Allah dengan kaum Israel, lagipun sebagai bukti, bahwa mereka termasuk kaum terpilih. Tanda itu pula harus senantiasa memperingatkan mereka, bahwa mereka berwajib tetap setia akan "djandjian" itu. Tetapi kalau mereka sudah tidak setia lagi, maka tanda sunat tak ada nilainja.

Orang-orang Jahudi beranggapan atau berlagak seolah-olah djandji-djandji Allah kepada para leluhur, dengan sendirinja mendjamin keselamatan Keradjaan Allah bagi mereka dan tak mungkin dosa-dosa mereka membatalkannja. Salah-paham itu disini disentuh sadja, tetapi akan dibitjarakan lebih landjut dalam bab 9-11 (Rom 9-11) nanti.

(0.27) (Rm 6:12) (full: HENDAKLAH DOSA JANGAN BERKUASA LAGI. )

Nas : Rom 6:12

Karena dosa sudah dikalahkan, saudara harus senantiasa menentang usahanya untuk berkuasa kembali. Karena dosa berusaha memerintah terutama melalui keinginan-keinginan tubuh, maka keinginan ini harus dilawan dengan iman kepada Kristus

(lihat cat. --> Rom 6:15 berikut).

[atau ref. Rom 6:15]

Kita dapat melakukan hal itu dengan menyangkal keinginan jahat tubuh kita (ayat Rom 6:12), menolak untuk menyerahkan anggota tubuh kepada dosa (ayat Rom 6:13), dan mempersembahkan tubuh dan seluruh kepribadian kita sebagai hamba kepada Allah dan kebenaran (ayat Rom 6:13-19).

(0.27) (2Taw 36:1) (sh: Pembuangan, upeti, dan pengganti (Senin, 15 Juli 2002))
Pembuangan, upeti, dan pengganti

Masing-masing catatan mengenai trio raja terakhir Yerusalem sebelum Zedekia ini memperlihatkan terjadinya ketiga peristiwa ini kepada diri mereka. Hukuman Allah kepada Israel mulai diberlakukan. Meskipun demikian, Yoyakim serta Yoyakhin pun ditunjukkan tetap saja berbuat apa yang jahat di mata Tuhan (ayat 5,9). Akibatnya, ketiga raja tersebut sama-sama mengalami pembuangan. Mereka juga sama-sama dipaksa membayar upeti, sehingga harus membiarkan bait Allah dijarah. Bahkan mereka juga diturunkan, lalu digantikan oleh orang yang diangkat oleh bangsa asing.

Ringkasnya catatan penulis Tawarikh tentang ketiga raja ini mengarahkan pembacanya ke satu hal penting: tidak ada hal yang dapat diteladani dari ketiga raja tersebut. Tindakan-tindakan mereka hanya mengulang dosa-dosa raja-raja jahat sebelum mereka. Sangat kontras, misalnya, dengan catatan penulis Tawarikh mengenai Yosia dan reformasinya yang belum lama kita gali. Catatan tentang Yoahas yang hanya memerintah selama tiga bulan (ayat 1) menunjukkan tidak banyak yang dapat dilakukannya ketika kerajaannya berada di bawah penghukuman dan disiplin Tuhan.

Kisah mengenai Yoyakim dan Yoyakhin sekali lagi menunjukkan bahwa dwitunggal lembaga kerajaan dan bait Allah tanpa kesungguhan untuk mencari Allah, tidak akan membawa kesejahteraan dan kejayaan bagi Yehuda. Melakukan apa yang jahat justru akan mendatangkan nasib yang sebaliknya: penistaan dan kesengsaraan. Ini terjadi tidak hanya melalui pembelengguan raja, seperti yang dialami Yoyakim, tetapi juga penjarahan bait Allah. Pada masa itu, tindakan ini merupakan tanda takluknya suatu bangsa secara menyeluruh, baik secara militer maupun keagamaan. Sebenarnya apa yang dialami Yoyakim ini masih akan terjadi di masa yang akan datang pada zaman raja Zedekia, dalam bentuk yang lebih buruk.

Renungkan: Kesimpulan terakhir dari segala sesuatu yang dikerjakan tanpa penyertaan Allah adalah keterpurukan dan ratapan. Kepemimpinan Kristen harus sungguh-sungguh berusaha agar ini tidak terjadi pada komunitas Kristen sekarang.

(0.27) (Ams 6:20) (sh: Sikapi serius masalah perzinahan (Selasa, 25 November 2003))
Sikapi serius masalah perzinahan

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia memang mudah tergoda dalam dosa perzinahan. Ketika melakukan perzinahan ini manusia seringkali tidak berpikir panjang terhadap dampak dari perbuatan tersebut. Padahal baik fisik maupun mental, orang tersebut akan mengalami kehancuran. Belum lagi cemoohan masyarakat di sekitarnya.Jujur harus kita akui bahwa untuk melawan godaan tersebut, kita sendiri tidak memiliki kesanggupan, karena kedagingan kita yang lemah. Oleh karena itu Amsal menasihatkan agar kita memelihara hikmat dan menyimpannya dalam hati. Hikmat akan memimpin dan menjaga langkah kita serta melindungi dari godaan perzinahan. Betapapun dahsyat dan manisnya godaan di sekeliling kita, apabila hikmat yang memimpin pikiran dan hati kita, maka segala pikiran dan pertimbangan yang tak berakal budi, tidak akan mendominasi kehidupan kita.Firman Tuhan memperingatkan kita untuk menyikapi serius masalah perzinahan. Firman Tuhan adalah pelita yang memancarkan cahaya (ayat 23) agar kita dapat melihat dengan jelas dan tidak terantuk. Ketahuilah bahwa orang yang berzinah adalah orang yang bodoh. Meskipun ia melihat dengan jelas rambu peringatan, ia tetap memilih untuk mengabaikannya. Firman Tuhan menyimpulkan bahwa, “Siapa melakukan zinah tidak berakal budi; orang yang berbuat demikian merusak diri” (ayat 32).

Berzinah adalah dosa yang tidak hanya menghancurkan diri kita sendiri, tetapi juga keluarga kita, anak-anak kita, dan orang di sekitar kita. Apakah Anda rela mengorbankan kebahagiaan, keharmonisan keluarga Anda hanya karena Anda tidak mampu melawan godaan dan tidak sanggup mengendalikan keinginan diri sendiri?

Renungkan: Orang Kristen harus mengetahui bahwa perzinahan mendatangkan kenikmatan sesaat, yang menghasilkan kehancuran mental setiap orang yang melakukannya.

(0.27) (Yes 65:12) (full: MENENTUKAN KAMU BAGI PEDANG. )

Nas : Yes 65:12

Mereka di antara umat Allah yang menolak untuk mendengarkan Allah dan berbuat dosa terus ditentukan untuk dibantai, menderita lapar, dan dibinasakan.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA