Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 103 ayat untuk greek:105 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.25) (Mzm 105:23) (sh: Pemeliharaan Allah (Selasa, 30 Maret 1999))
Pemeliharaan Allah

Ketika berada di Mesir, sebagai bangsa perantau, Israel dipelihara dan diberkati Tuhan. Allah menjadikan Israel bangsa yang besar dan memiliki kekuatan yang lebih dari kekuatan lawannya. Sudah pasti keadaan ini menimbulkan kekuatiran dan iri hati bangsa Mesir. Agar terbebas dari desakan, karena semakin merambahnya orang-orang Israel, Mesir melancarkan tekanan dan penindasan. Meskipun bangsa Israel harus berada dalam tekanan dan penindasan selama sekian ratus tahun, Allah tetap mengendalikan keadaan. Terbukti ketika Allah mengutus hamba-Nya, Musa. Selama berada dalam kendali dan pemeliharaan Allah dan umat meresponi pemeliharaan Allah tersebut, maka selama itu pula umat terjamin keamanan dan keselamatannya.

Rahasia yang besar. Tujuan Allah menyelamatkan Israel bukanlah untuk mengajarkan umat-Nya santai dan tidak berbuat apa-apa, atau bukan juga mengajarkan mereka untuk menyalahgunakan kebebasan mereka. Ada rencana agung yang telah Tuhan persiapkan di balik penyelamatan-Nya terhadap bangsa Israel. Allah merencanakan agar umat "memelihara ketentuan dan kehendak-Nya" dalam kehidupan mereka. Seperti halnya bangsa Israel, Allah pun memiliki rencana dalam hidup kita. Agar terlibat dalam rencana agung Allah itu, hendaklah kita hidup dalam ketetapan dan kehendak Allah.

(0.22) (2Taw 32:31) (full: UNTUK MENCOBAINYA. )

Nas : 2Taw 32:31

Kisah mengenai urusan Hizkia dengan utusan-utusan Babel terdapat dalam 2Raj 29:12-19 dan pasal Yes 39:1-8. Allah kadang-kadang menarik tanda-tanda kedekatan dan perkenan-Nya supaya menguji hati dan keteguhan kepercayaan hamba-hamba pilihan-Nya. Allah dapat juga menguji kemurnian pengabdian orang percaya supaya melatih mereka dalam kerendahan hati dan mempersiapkan mereka untuk tugas atau tanggung jawab yang lebih besar.

  1. 1) Beberapa cara Allah menguji umat-Nya ialah dengan
    1. (a) keadaan buruk yang tak kunjung berakhir, seperti Yusuf di Mesir (Kej 39:1-40:23),
    2. (b) penderitaan jasmaniah atau emosional, seperti Ayub (Ayub 1:1-2:13),
    3. (c) penundaan penggenapan janji-janji Allah, seperti Abraham dan Sara (pasal Kej 15:1-21:34) dan mimpi-mimpi Yusuf (Kej 37:1-36; 42:6; bd. Mazm 105:17-19),
    4. (d) ujian ketaatan yang sulit, seperti Abraham dengan Ishak (Kej 22:1-24) atau Raja Saul (1Sam 15:1-35), dan
    5. (e) musim-musim kekeringan atau kegelapan rohani yang dialami sebagian besar umat Allah pada waktu tertentu dalam kehidupan ini.
  2. 2) Belajar untuk mempercayai Allah dan tetap setia di tengah-tengah pengalaman yang berat menghasilkan buah iman teguh yang matang, watak teruji, ketaatan dewasa, dan perkenan Allah (bd. 2Kor 12:7-10). Di tengah-tengah ujian yang berat, Ayub menyatakan, "Karena Ia tahu jalan hidupku, seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas" (Ayub 23:10; bd. Za 13:9). Diuji oleh Allah belum tentu menjadi tanda bahwa Ia tidak berkenan atau menghukum kita, tetapi mungkin menjadi tanda dari maksud-Nya yang lebih besar bagi orang yang hatinya sedang diuji oleh-Nya.
(0.22) (Mzm 33:1) (jerusalem: Puji-pujian kepada Allah Israel) Jumlah ayat kidung pujian ini genap jumlah huruf (220 dalam abjad Ibrani bdk Maz 103+; Maz 33:9-10. Jalan pikiran lagu ini kurang berurutan. Sesudah pembukaan yang berupa ajakan dan memuji firman Tuhan serta karya ciptaanNya pada umumnya, Maz 33:1-6, kidung ini meluhurkan Allah Pencipta, Maz 33:6-9, serta penyelenggaraanNya yang tahu segala sesuatunya, Maz 33:10-19, sehingga orang dapat mengandalkan Tuhan, Maz 33:20-22.
(0.22) (Am 5:4) (jerusalem: Carilah Aku) Berziarah ke tempat-tempat kudus dapat dikatakan "mencari Allah", bdk Ams 5:5; Ula 12:5; 2Ta 1:5. tetapi nabi Amos menegaskan bahwa "mencari Allah" yang sebenarnya berarti: mengusahakan yang baik dan menjauhkan yang jahat, Ams 5:14. Itulah yang membawa orang ke hidup sejati, Ams 5:4,6. Dalam nas-nas lain dari Perjanjian Lama ungkapan "mencari Allah" berarti: meminta petunjuk Tuhan (Ibraninya: darasy) dengan mengajukan pertanyaan 1Sa 14:41+, melalui seorang "abdi Allah", Kej 25:22; Kel 18:15; 1Sa 9:9; 1Ra 22:8, ataupun dengan "mencari firman", 1Ra 22:5; bdk Ams 14:5, baik dalam sebuah kitab, Yes 34:16, maupun dengan perantaraan seorang nabi, 1Ra 22:7. Ada sebuah ungkapan lain (yang biasanya memakai kata kerja Ibrani biqqesy) yang berkata tentang: "mencari wajah Tuhan", artinya: kehadiranNya, Hos 5:15; 2Sa 21:1 (Ibrani): 1Ta 16:11(=Maz 105:4); Maz 24:6; 27:8+. Agaknya dengan arti yang sama ungkapan itu dipakai dalam Zef 1:6; Hos 3:5; 5:6; Kel 33:7+, dll. Tetapi kedua ungkapan tsb hampir sama artinya: Orang mencari wajah Tuhan untuk mengetahui apa yang dikehendaki Tuhan dan kehadiran Allah kerap kali menjadi nyata melalui petunjuk yang diberiNya. Adapun "mencari Allah" itu dalam Perjanjian Lama merupakan perbuatan keagamaan yang dasari. Dalam Perjanjian Baru terdapat ungkapan yang sama artinya, yaitu: mencari Kerajaan Allah, Mat 6:33.
(0.22) (Kis 7:38) (jerusalem: sidang jemaah) Kata Yunani "Ekklesia" ini menjadi Gereja dalam peristilahan kita, bdk Kis 5:11+; Mat 16:18+. Dalam Ula 4:10; bdk Kis 18:16; 4:10; 23:29, kata itu berarti: jemaat di gurun yang sedang berkumpul, bdk Kel 12:16; Ima 23:3; Bil 29:1. Gereja, ialah umat orang-orang kudus yang baru, Kis 9:13+, menjadi pewaris umat yang lama itu
(0.22) (Kel 13:17) (sh: Dulu tiang awan dan tiap api, sekarang? (Senin, 18 April 2005))
Dulu tiang awan dan tiap api, sekarang?


Setiap orang yang berpergian biasanya selalu mencari jarak yang terdekat untuk sampai pada tujuan. Selain menghemat bahan bakar juga menghemat waktu. Namun, tidak demikian dengan pimpinan Tuhan atas bangsa Israel. Tuhan tidak menuntun bangsa Israel untuk pergi ke Kanaan melalui jalan yang paling dekat, tetapi justru melalui jalan yang berputar melewati padang gurun (ayat 18).

Tuhan memimpin bangsa Israel melalui padang gurun bukan semata-mata untuk menghindari peperangan di awal perjalanan yang dapat menyebabkan Israel menyesal ke luar dari Mesir lalu berniat untuk kembali ke sana (ayat 17b). Tuhan berkehendak melatih iman mereka untuk menerima kepemimpinan-Nya. Iman itu sudah ditunjukkan dengan kesediaan mereka keluar dari Mesir sambil membawa serta tulang-tulang Yusuf, nenek moyang mereka, agar dikuburkan di tanah perjanjian (ayat 19; Kej. 50:24-25). Jadi, mereka sudah memercayai janji Allah. Sekarang mereka belajar memercayai cara Allah memimpin mereka. Apakah cara Allah itu? Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir, Tuhan dengan jelas menyatakan pimpinan-Nya dengan berjalan di depan bangsa Israel. Pada siang hari Tuhan memimpin dalam tiang awan dan dalam tiang api untuk menerangi mereka pada malam hari (ayat 21-22). Pimpinan Tuhan ini tidak hanya dinyatakan pada awal perjalanan mereka, tetapi secara konsisten Tuhan memimpin langkah-langkah mereka menuju ke Tanah Kanaan.

Hari ini Tuhan memimpin Gereja dalam perjalanan mengarungi padang gurun dunia ini. Tuhan memimpin orang Kristen bukan melalui tiang awan atau tiang api, namun melalui firman Tuhan. Alkitab adalah firman Tuhan. PeMazmur menulis "Firman-Mu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Maz. 119:105). Oleh karena itu untuk mengetahui pimpinan Tuhan dalam hidup Anda, baca dan pelajari Alkitab.

Renungkan: Pimpinan Tuhan jelas dan tegas, nyata dalam firman-Nya. Itu sebabnya anak-anak Tuhan harus membaca dan merenungkannya.

(0.22) (2Raj 14:1) (sh: Ceroboh & sombong membawa petaka (Selasa, 28 Juni 2005))
Ceroboh & sombong membawa petaka


Apakah musuh terganas yang mengintai seseorang di balik keberhasilannya? Jawabnya adalah kecerobohan dan kesombongan.

Takhta kerajaan Yehuda yang Allah berikan kepada Amazia di usianya yang ke-25 sungguh merupakan anugerah yang mulia. Apalagi Alkitab mencatat bahwa ia melakukan apa yang benar di mata Allah (ayat 1-3). Oleh karena itu, Allah memberinya kemenangan melawan Edom serta menghadiahkan kota Sela sehingga kegembiraan Yehuda menjadi lengkap (ayat 7). Ketegasannya untuk menyingkirkan pegawai-pegawai yang telah membunuh ayahnya patut diacungi jempol, apalagi hal ini dilakukan setelah kerajaannya kokoh. Kebijakan ini dapat mencegah kemungkinan terjadinya pemberontakan (ayat 5-6). Sayangnya, dia tidak sekaligus menjauhkan bukit-bukit pengorbanan sehingga bangsa Yehuda tetap mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit pengorbanan (ayat 4).

Namun, siapa yang dapat menduga kesuksesan yang Allah berikan ini jutru membuat Amazia tergelincir dalam kecerobohan dan kesombongan. Kesalahan kedua yang dilakukan oleh Amazia adalah mengirim tantangan kepada Kerajaan Israel. Apa gunanya mengadu kekuatan? Sesuatu yang sebenarnya tidak boleh terjadi antar saudara kandung (ayat 8). Peringatan Tuhan melalui jawaban Yoas itu sama sekali tak dapat meredakan kesombongannya (ayat 9-11). Akhirnya bukan hanya Amazia yang harus membayar kekalahan ini, namun juga Yerusalem dengan Bait Allah serta seluruh Yehuda (ayat 12-14).

Kecerobohan dan kesombongan selalu menyebabkan umat Allah menderita. Keduanya bagaikan pintu terbuka yang di baliknya telah menunggu suatu petaka. Cara untuk menghindarinya ialah dengan mempertajam kepekaan mendengar firman-Nya bagi hidup kita.

Renungkan: Firman-Nya adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzm. 119:105)

(0.22) (1Taw 16:7) (sh: Allah hadir (Minggu, 10 Februari 2002))
Allah hadir

Sesudah menegaskan pengkhususan tugas penyelenggaraan ibadah hanya kepada orang Lewi, Daud sendiri memimpin arak-arakan dan puji-pujian tersebut lalu memberikan berkat. Kini kita membaca mazmur yang ditujukan kepada Yahwe yang isinya jelas didasarkan atas Mazmur 105, 95, dan 106. Secara samar terlihat kesatuan fungsi raja dan imam bahkan juga nabi yang akan digenapi secara sempurna oleh Yesus Kristus.

Mazmur Daud ini mengajar kita beberapa prinsip penting dalam ibadah yang menyenangkan hati Tuhan. Kala beribadah, memang kita bersyukur, berdoa, bernyanyi, dan bermazmur sebagaimana diungkapkan dalam panggilan untuk beribadah (ayat 8-13). Tetapi, inti dari ibadah adalah keyakinan bahwa Allah ada dan hadir dan berkenan didapati oleh mereka yang mencari dan meninggikan Dia.

Allah adalah Allah perjanjian yang setia kepada janji-janji-Nya. Tema utama mazmur ini adalah penggenapan janji Allah menjadikan Israel umat-Nya, memberi mereka tanah perjanjian, membuat mereka suatu umat yang di dalam dirinya tanda-tanda kehadiran Allah terbaca dengan jelas (ayat 14-27). Kedatangan tabut perjanjian adalah salah satu penggenapan puncak dari janji Allah. Adalah kewajiban umat Allah untuk tidak melupakan hal tersebut. Mengingat-ingat kesetiaan Allah dan penggenapan janji-janji-Nya adalah inti dari penyembahan.

Ibadah yang benar akan melahirkan semangat kesaksian. Umat yang menyembah Tuhan dan menyadari bahwa kemuliaan Allah tidak terbatas akan terdorong oleh kerinduan untuk mengajak segenap bangsa, bahasa, dan ciptaan untuk mengakui kemuliaan Allah itu (ayat 28-34).

Renungkan: Kita seringkali gagal menyembah Tuhan dengan benar dan bersaksi bagi-Nya. Namun, Ia hadir dan akan mengerjakan maksud-maksud-Nya sampai kita sungguh menjadi penyembah dan saksi bagi-Nya.

(0.22) (Mzm 105:1) (sh: Kebaikan Allah yang berlimpah (Kamis, 20 Oktober 2005))
Kebaikan Allah yang berlimpah

Mazmur sejarah ini unik karena tidak menyebut-nyebut sama sekali Daud dan keturunannya sebagai raja Israel. Mazmur ini ditulis pada permulaan masa sesudah pembuangan, ketika kerajaan Israel sudah hancur, tetapi umat Allah diizinkan oleh penjajah mereka kembali ke Tanah Perjanjian. Ada perasaan ketidakpastian dari umat, apakah Allah akan memimpin mereka pulang ke negeri mereka?

Pemazmur mengajak umat yang berada di persimpangan jalan itu untuk mengarahkan hati, pikiran, dan ibadah mereka kepada Allah. Dengan menggunakan berbagai kata kerja yang mengungkapkan aspek-aspek ibadah, seperti bersyukur, mengingat, bermegah, mencari, dst. (ayat 1-5), pemazmur ingin menggugah hati umat kepada perbuatan-perbuatan Allah pada masa lampau dalam hidup mereka. Betapa Allah telah menyatakan anugerah-Nya tak henti-hentinya kepada mereka sejak permulaan sejarah bangsa mereka (ayat 16-45), bahkan sejak cikal bakal mereka, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub (ayat 7-15). Satu hal yang ditekankan berulang adalah dalam setiap tahapan sejarah hidup umat, Allah terus memberkati, melindungi, dan menyertai mereka (ayat 12-15).

Sejak awal, Allah telah mengikatkan diri-Nya dengan perjanjian kekal kepada umat-Nya melalui Abraham, bahwa merekalah pewaris Tanah Kanaan (ayat 7-11). Perjanjian itu menempatkan Israel bukan hanya sebagai umat pilihan, tetapi juga yang diurapi (ayat 15), yaitu yang diutus untuk menjadi agen Allah menyatakan keselamatan bagi bangsa-bangsa. Itu sebabnya, salah satu aspek ibadah adalah memperkenal-kan Allah dan perbuatan baik-Nya kepada mereka (ayat 1b).

Melalui penyembahan yang benar, kita diingatkan akan kebaikan dan kemurahan-Nya atas hidup kita. Kita akan di-mampukan untuk menyerahkan seluruh hidup kita kepada tangan Allah yang berkuasa. Tangan yang berlubang paku itulah yang akan terus menopang hidup kita.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.22) (Mzm 105:16) (sh: Kebaikan Allah adalah dasar harapan (Jumat, 21 Oktober 2005))
Kebaikan Allah adalah dasar harapan

Orang yang sedang menderita membutuhkan pengharapan agar mampu melewati kesulitan itu. Israel membutuhkan pengharapan. Hal itu ditawarkan pemazmur dengan cara menengok kepada sejarah kehidupan mereka.

Israel diajak melihat bagaimana Allah memimpin dan memelihara nenek moyang mereka. Cara Allah sungguh ajaib dan tidak terduga. Allah memakai seorang pemuda, Yusuf yang lemah dan tak berpengalaman, namun yang bersandar penuh kepada-Nya untuk menyelamatkan satu keluarga besar (ayat 16-22). Pemuda ini harus mulai dari bawah, mengalami berbagai penderitaan sebelum Tuhan dapat memakainya. Ini sekaligus gambaran akan penggemblengan umat Tuhan sebelum dapat dipakai menjadi alat anugerah-Nya.

Lain lagi cara Allah menyelamatkan umat-Nya dari per-budakan Mesir. Ia mendemonstrasikan kemahakuasaan-Nya dengan menghantam Mesir memakai beragam tulah (ayat 26-36). Kuasa-Nya tidak tertandingi para ilah Mesir. Firaun dan rakyat Mesir harus tunduk kepada Allah dan memberkati Israel dengan kekayaan yang limpah (ayat 37). Kasih dan panjang sabar Ia tunjukkan ketika Ia memimpin perjalanan mereka di padang gurun menuju Tanah Perjanjian (ayat 39-45). Kesetiaan dan kemurahan-Nya melimpahi hidup mereka.

Penderitaan dapat menjadi cara Allah mengajar umat-Nya bersandar kepada-Nya. Dengan mengingat kasih karunia dan perbuatan-Nya pada masa lampau, kita diajak menaruh masa depan kita kepada-Nya. Karena Dia adalah Allah yang tidak berubah, kemarin, hari ini, dan selama-lamanya pengharapan kita tidak sia-sia. Mungkin hidup tidak akan menjadi lebih mudah; malahan persoalan semakin bertubi-tubi menimpa anak Tuhan. Namun, kasih dan setia-Nya akan terus menopang kita karena kita milik-Nya.

Doa: Tuhan, saat mata kami terbelalak oleh kompleksnya masalah hidup ini, ingatkan kami bahwa Engkau dulu telah menolong kami. Kami percaya, Engkau tetap akan menopang kami selamanya.

(0.22) (Ibr 9:11) (sh: Kuasa Darah-Nya mengubah arah hidup kita. (Minggu, 30 April 2000))
Kuasa Darah-Nya mengubah arah hidup kita.

Di dalam seluruh Alkitab, darah mempunyai makna yang unik. Darah dicurahkan untuk    menyediakan kulit binatang yang menutupi ketelanjangan Adam dan    Hawa. Darah dicurahkan untuk korban persembahan seperti yang    ditetapkan Hukum Taurat. Darah sangat bermakna, sehingga bangsa    Israel dilarang untuk makan atau pun minum darah (lih. Im.    17:11). Darah tidak hanya sebagai lambang kehidupan, namun    dicurahkan dalam persembahan korban.

Darah di dalam persembahan korban Perjanjian Lama merupakan    lambang persembahan korban utama yang akan datang kelak. Darah    yang memungkinkan bangsa Israel menghampiri hadirat Allah,    merupakan lambang yang jelas dari darah yang dicurahkan di bukit    Kalvari. Darah Kristus merupakan sumber dan janji atas penebusan    kekal yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada kita. Selain itu    darah Kristus juga menyucikan hati nurani kita (ayat 14). Semua    kesalahan, rasa malu dan semua cela yang disebabkan karena dosa    terhapus sudah oleh karena pengampunan-Nya yang dicurahkan    bersama tercurahnya darah Anak Domba Allah. Di dalam darah-Nya    kita akan mendengar: "Aku akan menaruh belas kasihan terhadap    kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka"    (8:12).

Ketika kita mendapatkan pengampunan karena iman, hati nurani    juga dibersihkan dan disucikan. Dengan demikian kita dapat hidup    beribadah kepada Dia, Allah yang hidup. Tanpa penyucian dari    darah domba Allah, manusia adalah seperti sebuah mainan mobil    dengan baterei yang kemudinya sudah dipatok, agar jalannya terus    berputar-putar. Demikian jugalah kita sebelum darah-Nya    menyucikan kita. Dosa sudah mematok arah hidup kita sehingga    kita mau tidak mau mengikuti kemana dosa membawa kita.

Renungkan: Darah Kristus pun memampukan kita untuk mengubah    arah hidup kita, sehingga kita mulai berjalan menuju kepada    kebenaran-Nya.

   Bacaan untuk Minggu Paskah 2:    Kisah Para Rasul 2:42-47    I Petrus 1:3-9    Yohanes 20:19-31    Mazmur 105:1-7

   Lagu: Kidung Jemaat 208

(0.22) (Why 1:9) (sh: Seperti demikianlah Dia! (Minggu, 14 Desember 2003))
Seperti demikianlah Dia!

Nas ini bukan ulasan mode terkini dari penampilan Oknum Surgawi yang agak nyentrik dan sangar. Fokus utamanya bukanlah berbagai detil atribut yang tampak dalam penglihatan ini, tetapi kepada Dia yang berfirman itu.

Penampakan sosok dalam penglihatan Yohanes ini mengingatkan kita pada penampakan tokoh-tokoh dalam penglihatan Daniel dan Yehezkiel (ayat 12-15. Mis. “jubahnya ... dan dada... berlilitkan ikat pinggang dari emas” bdk. Dan. 10:5; “kepala dan rambut... putih,” bdk. Dan. 7:9 dst.; lih. cat. kaki pada Alkitab Anda). Sang tokoh dalam penglihatan Yohanes ini lebih dari sekadar utusan Allah. Dia adalah sosok seperti “Anak Manusia” sekaligus “Yang Lanjut Usianya”. Tujuh kaki dian dari emas dalam PL dinyalakan di kemah suci (juga bait Allah) di hadapan Allah (Kel. 27:21; Im. 24:2-4). Dia yang serupa Anak Manusia (ayat 13) itu adalah Kristus, Tuhan sendiri. Ia memegang pedang yang adalah firman-Nya, yang akan digunakan-Nya untuk menghakimi (ayat 2:16; 19:15). Ia hidup, dan “memegang segala kunci maut dan kerajaan maut” (ayat 18). Karena itu, Ia layak ditakuti dengan amat sangat (ayat 17).

Akan tetapi, firman-Nya kepada Yohanes “Jangan takut!” Kristus di dalam kuasa dan keagungan-Nya hadir tidak untuk menakut-nakuti Yohanes dan saudara-saudarinya yang dalam kesusahan dan yang tetap bertekun (ayat 9), dulu dan sekarang. Dia memperingatkan, tetapi juga menghibur dan meneguhkan kita.

Renungkan: Ia akan datang, dan Ia berkuasa! Biarkan ini menjadi penghiburan Anda dalam perjuangan Anda untuk bertekun hari ini.

(0.19) (Kej 1:26) (full: BERFIRMANLAH ALLAH, "BAIKLAH KITA". )

Nas : Kej 1:26

Ungkapan ini mengandung suatu implikasi awal mengenai Allah tritunggal. Penggunaan bentuk jamak "kita" menunjukkan adanya kejamakan di dalam diri Allah (bd. Mazm 2:7; Yes 48:16). Penyataan mengenai ketritunggalan Allah baru menjadi jelas dalam PB

(lihat cat. --> Mat 3:17;

lihat cat. --> Mr 1:11).

[atau ref. Mat 3:17; Mr 1:11]

(0.19) (Yos 1:8) (full: KITAB TAURAT. )

Nas : Yos 1:8

Frasa ini mengacu kepada kelima kitab pertama dalam Alkitab yang mencatat firman, perintah, dan penyataan Allah kepada Musa (bd. Ul 31:9-12,24-26). Yosua harus setia kepada firman Allah dengan membicarakannya (bd. Ul 6:7), merenungkannya (bd. Mazm 1:2; 119:97), dan menaatinya sepenuh (bd. Ezr 7:10; Yak 1:22-25)

(0.19) (2Kor 10:5) (full: MENAWAN SEGALA PIKIRAN. )

Nas : 2Kor 10:5

Peperangan orang Kristen meliputi tindakan menyesuaikan segala pikiran kita dengan kehendak Kristus; kegagalan untuk melakukan hal itu akan menyebabkan kebejatan dan kematian rohani (Rom 6:16,23; 8:13). Pakailah empat langkah berikut ini untuk menaklukkan pikiran saudara kepada ketuhanan Kristus.

  1. 1) Sadarlah bahwa Allah mengetahui setiap pikiran dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari hadapan-Nya (Mazm 94:11; 139:2,4,23-24). Kita harus memberi pertanggungjawaban kepada Allah bagi pikiran, perkataan, dan perbuatan kita (2Kor 5:10; Pengkh 12:14; Mat 12:35-37; Rom 14:12).
  2. 2) Sadarlah bahwa pikiran kita merupakan medan pertempuran. Beberapa buah pikiran berasal dari kita sendiri, sedangkan lainnya datang secara langsung dari musuh kita. Menawan setiap pikiran menuntut peperangan melawan baik tabiat berdosa kita maupun kuasa roh-roh jahat (Ef 6:12-13; bd. Mat 4:3-11). Tolaklah dan lawanlah dengan gigih pikiran yang jahat dan yang tidak rohani dalam nama Tuhan Yesus Kristus (Fili 4:8). Ingatlah bahwa sebagai orang percaya, kita mengalahkan musuh kita oleh darah Anak Domba, oleh perkataan kesaksian kita, dan dengan terus-menerus mengatakan "Tidak!" kepada Iblis, pencobaan, dan dosa (Tit 2:11-12; Yak 4:7; Wahy 12:11; bd. Mat 4:3-11).
  3. 3) Bersikaplah tegas dalam memusatkan pikiran pada Kristus dan perkara sorgawi lebih daripada perkara duniawi (Fili 3:19; Kol 3:2), sebab pikiran yang dikendalikan oleh Roh itu adalah hidup dan damai sejahtera (Rom 8:6-7). Penuhilah pikiranmu dengan Firman Allah (Mazm 1:1-3; Mazm 19:8-15; 119:1-176) dan dengan perkara yang mulia, yang baik dan yang patut dipuji (Fili 4:8).
  4. 4) Berhati-hatilah selalu akan apa yang dilihat oleh matamu dan apa yang didengar oleh telingamu. Tolaklah dengan tegas untuk mengizinkan
    1. (a) matamu menjadi alat penyalur hawa nafsu (Ayub 31:1; 1Yoh 2:16), atau untuk
    2. (b) meletakkan hal-hal yang tidak patut dan jahat di depan matamu, baik itu berbentuk buku, majalah, gambar, siaran televisi, atau dalam kehidupan sehari-hari (Mazm 101:3; Yes 33:14-15; Rom 13:14).
(0.19) (Kel 7:14) (jerusalem: Berfirmanlah) Dengan ini mulailah kisah tentang apa yang lazimnya disebut sebagai "kesepuluh tulah Mesir" (Kel 6:8-13 merupakan semacam pendahuluan). Istilah "tulah" itu sebenarnya kurang tepat, kecuali untuk tulah yang kesepuluh. Kesembilan tulah lain lebih-lebih berupa keajaiban atau "tanda mujizat" yang disebut juga dalam Kel 4; 7:9. Dalam bab 4 dan Kel 7:9 "tanda mujizat" itu mesti membuktikan kepada orang Israel dan kepada Firaun bahwa Musa diutus Allah. Begitu pula "tanda-tanda mujizat" di negeri Mesir itu membuktikan kepada Firaun bahwa Tuhan adalah berkuasa. Kesembilan tulah pertama berbeda dengan yang kesepuluh oleh karena ceritera-ceriteranya tersusun secara sama dengan memakai kata-kata dan istilah yang sama juga. Seluruh kisah mengenai sembilan tulah itu berakhir dengan memberitahukan bahwa Firaun secara mutlak menolak izin kepada orang Israel untuk berangkat. Musa tidak lagi akan menghadapinya, Kel 10:28-29. Terpaksa orang Israel diam-diam melarikan diri. Lalu kisah dilanjutkan dengan ceritera tentang orang Israel yang dikejar orang Mesir dan secara ajaib menyeberang Laut Teberau, Kel 14. Inilah tradisi mengenai keluaran berupa pelarian. Aslinya tradisi ini tidak tahu-menahu tentang tulah yang kesepuluh. Sebab dalam ceritera mengenai tulah yang kesepuluh itu orang Israel diusir dari negeri Mesir, Kel 12:31-33; bdk Kel 4:21; 5:23; 11:1. Masih tersedia tradisi-tradisi lain tentang "tanda-tanda mujizat" yang dikerjakan Musa itu. Maz 78:43-51; 105:27-36, yang kemudian masih diperkembangkan dalam Wis 11:14-20; 16-18. Sama seperti nas-nas lain itu demikianpun kisah Kel 7:14-10:29 merupakan sebuah karya seni sastera yang memanfaatkan tradisi-tradisi yang tersedia. Tulah yang ketiga dan yang keenam berasal dari tradisi Para Imam, sedangkan sukar dipastikan apakah ceritera tentang tulah-tulah lain berasal dari tradisi Yahwista atau dari tradisi Elohista. Tidak ada gunanya sama sekali berusaha menjelaskan tanda-tanda mujizat itu berdasarkan ilmu perbintangan atau ilmu-ilmu lain. Di lain pihak ceritera-ceritera itu memanfaatkan gejala-gejala alam yang terjadi di negeri Mesir (air sungai Nil yang menjadi merah/darah, katak-katak, gelap gulita akibat angin dari padang pasir), tetapi tidak terjadi di Palestina; gejala-gejala alam (belalang) yang terjadi baik di Mesir maupun di Palestina: gejala-gejala (hujan es) yang terjadi di Palestina, tetapi jarang sekali di Mesir. Maksud tanda-tanda mujizat itu yang sebenarnya ialah: menyatakan kepada orang Israel dan kepada Firaun kekuasaan Tuhan.
(0.19) (Mzm 105:16) (sh: Pujian dan ketaatan (ayat 2) (Senin, 22 April 2002))
Pujian dan ketaatan (ayat 2)

Kebesaran hikmat, kuasa, dan kasih Allah jauh melampaui baik pertimbangan manusia memahaminya maupun kelayakan manusia menerimanya. Kisah bagaimana Yusuf menjadi besar, menjadi penyelamat keluarganya dan bahkan dunia waktu itu, adalah bukti tentang kebesaran Allah tersebut (ayat 16-22). Kisah Yusuf ini lebih tepat disarikan sebagai kisah Allah membentuk dan menyiapkannya menjadi orang yang berperanan besar dalam sejarah umat dan dunia waktu itu melalui berbagai penderitaan dan ujian yang harus Yusuf lalui.

Untuk Israel pada umumnya, kisah terbesar dan terpenting bagi mereka sebagai umat adalah kisah Keluaran (ayat 26-38). Seperti halnya kisah Yusuf, kisah Keluaran pun bisa dilihat dari sisi manusia atau dari sisi Allah. Dari sisi manusia, hanya sedikit unsur heroik dapat kita jumpai baik dari tokoh para pemimpinnya maupun dari perilaku seluruh umat. Di balik latar depan kelemahan manusia itu, tampak jelas kasih, kesetiaan, hikmat, dan kuasa Allah yang mematahkan kekuatan perbudakan Mesir atas Israel, mempermalukan kepercayaan kafir Mesir kepada dewa-dewi mereka, memimpin, memelihara, dan mengajar Israel secara melimpah mulai dari keluar dari Mesir sampai mereka memasuki tanah perjanjian (ayat 26-42).

Yang indah dari kisah Keluaran bukan saja bahwa Allah mengalahkan rintangan-rintangan yang harus Israel alami, juga bukan saja Allah memelihara mereka dengan makanan dan minuman. Yang indah dan paling penting dari semua kejadian dalam kisah Keluaran itu adalah bahwa Allah sendiri hadir menyertai umat-Nya (ayat 39). Walau hal tersebut hanya disebut dalam satu ayat, maksud pemazmur jelas adalah menunjukkan seluruh penyertaan Allah sejak dari awal mereka keluar dari Mesir sampai mereka masuk ke Kanaan. Kehadiran Allah adalah konsep yang sangat penting dalam kehidupan umat Allah. Melalui kehadiran-Nya, agama atau iman tidak merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi konkret. Kehadiran-Nya tidak saja menjamin pemeliharaan atas kebutuhan, tetapi lebih dari itu menunjukkan bahwa Allah perjanjian sungguh adalah Allah dalam relasi dengan umat-Nya.

Renungkan: Tidak cukup hanya menghitung berkat Allah dalam hidup ini. Penting untuk hidup ibadah kita, mengenali dan merindukan kehadiran Allah secara nyata.

(0.19) (Mzm 106:1) (sh: Kemurahan kekal Allah (ayat 1) (Selasa, 23 April 2002))
Kemurahan kekal Allah (ayat 1)

Meski mazmur ini sekilas terlihat sama dengan mazmur sebelumnya, namun ada perbedaan mencolok: Mazmur 105 menegaskan tentang kebesaran Allah, mazmur ini memaparkan kegagalan umat Allah untuk mengingat perjanjian Allah. Akibatnya mazmur ini juga menegaskan keajaiban kasih karunia Allah yang dengan sabar mengatasi dosa dan pemberontakan umat-Nya. Hanya sebab kasih Allah yang tanpa batas, kisah Israel tak putus di tengah jalan.

Mazmur ini diawali oleh kebenaran teologis hakiki tentang Allah, manusia, dan prinsip kehidupan iman. Hal utama dalam hidup orang beriman adalah memuji dan memuliakan Allah. Pengakuan iman dan undangan untuk meninggikan Allah mengawali mazmur ini (ayat 1). Allah baik dan kasih-Nya kekal, karena itu Ia patut dipuji selamanya. Tetapi, pemazmur menyadari tidak seorang pun sungguh tahu mengingat dan mengutarakan syukur atas semua kebaikan Allah (ayat 2). Kegagalan ini menjelaskan mengapa umat kehilangan sukacita dan kebahagiaan. Kebahagiaan hanya terdapat di dalam hidup orang-orang yang tahu meresponi Allah dalam hidup yang adil dan benar (ayat 3).

Dalam Mazmur ini, permohonan berkat (ayat 4-5) mendahului pengakuan dosa (ayat 6-12). Dengan meminta berkat, pemazmur berpegang pada janji-janji Allah yang pernah dilanggarnya, menyatakan kerinduannya untuk kembali berpegang pada janji-janji Allah. Pengakuan dosa yang benar selalu membuat orang keluar dari keakuannya. Pemazmur tidak saja mengakui dosanya sendiri, tetapi menempatkan diri dalam pemberontakan nenek moyangnya sebelumnya. Bertobat berarti mengakui bahwa kita adalah bagian dari rantai sikap tidak tahu bersyukur, tidak mengingat perbuatan-perbuatan besar Allah, dan akibatnya melakukan pemberontakan terhadap Allah (ayat 6-7). Tetapi, pertobatan juga berarti mengakui dan mensyukuri bahwa Allah tidak berubah. Meski umat-Nya bebal dan memberontak, Dia setia kepada diri-Nya dan pad janji-janji-Nya (ayat 8). Seluruh kisah perjalanan Israel sejak dari Laut Merah seterusnya adalah kisah pemberontakan demi pemberontakan melawan rencana dan hukum Allah, tetapi juga adalah kisah kesetiaan dan kemurahhatian Allah yang tak pernah berubah (ayat 8 dst.).

Renungkan: Berkat terbesar adalah hidup serasi dengan Allah.

(0.19) (Yes 29:1) (sh: Allah melawan umat-Nya sendiri! (Minggu, 22 November 1998))
Allah melawan umat-Nya sendiri!

Bila Anda seorang guru, apa tindakan Anda bila murid-murid yang diajar ternyata tidak mau diajar, padahal segala daya upaya telah Anda lakukan! Marah, kecewa atau frustrasi? Hal ini tidak berbeda jauh dengan pengalaman Yesaya. Pesan-pesan Tuhan yang dinubuatkannya sama sekali tidak digubris umat. Bahkan mereka bertindak seolah nubuatan itu seperti hembusan angin yang datang dan pergi dalam sekejap. Mereka mendengar namun tidak melakukan apa-apa. Mereka mengetahui kesalahan mereka, tetapi mereka tidak berubah! Yang lebih menyedihkan lagi ialah fakta bahwa ibadah mereka tidak di arahkan kepada Tuhan. Penuh kepura-puraan dan kemunafikan. Lebih mengutamakan penampilan daripada kesungguhan hati.

Tak ada toleransi di pihak Allah. Sudah tidak ada lagi belas kasihan dan toleransi Tuhan melihat seluruh umat-Nya, mulai dari raja, nabi, panglima, hingga rakyat biasa yang telah kedapatan melanggar hukum dan ketetapan-Nya. Hukuman segera ditetapkan dan umat harus menanggung segala konsekuensinya. Ariel (Sion, bdk. ayat 8) akan berubah menjadi kota perapian (ayat 2), penduduk merintih takut dan mengerang kesakitan (ayat 4), seluruh indera tubuh penduduknya Tuhan lumpuhkan (ayat 9-12). Semuanya lumpuh total. Kengerian mewarnai seluruh sendi-sendi kehidupan umat. Allah Pengasih dan Penyayang bagi Israel berubah menjadi Allah Penghukum!

Bertindak benar dalam terang firman. Hidup dalam kepalsuan sama saja dengan membangun karakter iman di atas pasir. Hidup dalam ibadah palsu, berpura-pura taat, sama saja dengan hidup dalam gelap. Semuanya ini bertentangan dengan sifat dan makna firman Tuhan yang memberi terang, memimpin pada jalan kebenaran bukan kesesatan (bdk. Mzm. 105:110). Jika kita ingin luput dari bahaya penghukuman ini, kita harus membawa hati, pikiran, pujian, kehendak, dalam setiap ibadah kita. Dan setiap umat Tuhan yang mengaku telah mendengar firman dituntut untuk hidup benar menurut firman. Siapa yang mempermainkan firman akan menanggung hukuman dari Dia yang berfirman.

Renungkan: "Firman-Nya menyegarkan jiwaku", ungkap pemazmur. Mendengarkan, mengerti firman Tuhan dan menerapkannya dengan kesungguhan, semakin memimpin kita hidup dalam kebenaran.

Doa: Tuhan, tolong ku taat penuh pada Firman-Mu

(0.16) (Rm 1:18) (full: MURKA ALLAH. )

Nas : Rom 1:18

Murka (Yun. _orge_) Allah adalah ungkapan tentang kebenaran dan kasih-Nya

(lihat art. SIFAT-SIFAT KHAS ALLAH).

Itu adalah kemarahan pribadi dan reaksi Allah yang tetap terhadap segala dosa (Yeh 7:8-9; Ef 5:6; Wahy 19:15), yang dibangkitkan oleh kelakuan jahat orang-orang (Kel 4:14; Bil 12:1-9; 2Sam 6:6-7) dan bangsa-bangsa (Yes 10:5; 13:3; Yer 50:13; Yeh 30:15) dan oleh ketidaksetiaan umat Allah (Bil 25:3; 32:10-13; Ul 29:24-28).

  1. 1) Pada masa lampau, murka Allah dan kebencian-Nya terhadap dosa dinyatakan dalam air bah (pasal Kej 6:1-8:22), bencana kelaparan dan wabah (Yeh 6:11 dst), pemusnahan (Ul 29:22-23), perserakan (Rat 4:16) dan pembakaran negeri (Yes 9:18-19).
  2. 2) Pada masa sekarang murka Allah dinyatakan dalam membiarkan orang jahat terjerumus dalam kefasikan dan nafsu-nafsu jahat

    (lihat cat. --> Rom 1:24)

    [atau ref. Rom 1:24]

    dan dalam mendatangkan kehancuran dan kematian atas semua yang tidak taat kepada-Nya (Rom 1:18-3:20; 6:23; Yeh 18:4; Ef 2:3).
  3. 3) Pada masa depan murka Allah akan berupa siksaan besar bagi orang fasik dalam dunia ini (Mat 24:21; Wahy 5:1-19:21) dan hari penghakiman bagi semua orang dan bangsa (Yeh 7:19; Dan 8:19) -- "hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman" (Zef 1:15), hari penghukuman atas orang yang tidak benar (Rom 2:5; Mat 3:7; Luk 3:17; Ef 5:6; Kol 3:6; Wahy 11:18; 14:8-10; 19:15). Pada akhirnya, murka Allah mengakibatkan hukuman kekal bagi mereka yang tidak mau bertobat

    (lihat cat. --> Mat 10:28).

    [atau ref. Mat 10:28]

  4. 4) Murka Allah bukanlah usaha-Nya terakhir terhadap umat manusia karena Dia telah menyediakan jalan keluarnya. Seorang dapat bertobat dari dosanya dan berbalik dengan iman kepada Yesus Kristus (Rom 5:8; Yoh 3:36; 1Tes 1:10; 5:9;

    lihat art. KATA-KATA ALKITABIAH UNTUK KESELAMATAN).

  5. 5) Orang percaya yang dipersatukan dengan Kristus harus terlibat dalam murka Allah terhadap dosa, bukan dalam bentuk balas dendam, tetapi dengan kasih akan kebenaran dan kebencian akan kejahatan

    (lihat cat. --> Ibr 1:9).

    [atau ref. Ibr 1:9]

    PB mengakui adanya kemarahan yang kudus yang membenci apa yang dibenci Allah, suatu kemarahan yang nyata dalam Yesus sendiri (Mr 3:5; Yoh 2:12-17; Ibr 1:9;

    lihat cat. --> Luk 19:45),

    [atau ref. Luk 19:45]

    dalam Paulus (Kis 17:16) dan dalam umat yang benar (2Pet 2:7-8;

    lihat cat. --> Wahy 2:6).

    [atau ref. Wahy 2:6]



TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA