Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 261 - 280 dari 297 ayat untuk (39-16) Dengan AND book:46 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.92) (1Kor 1:1) (sh: Ucapan syukur jemaat dan kesetiaan Allah (Jumat, 29 Agustus 2003))
Ucapan syukur jemaat dan kesetiaan Allah

Apakah sebenarnya yang membuat gereja dapat bertahan sepanjang zaman? Apakah resep bagi langgengnya persekutuan orang percaya?

Sebelum menyampaikan keprihatinannya menjawab persoalan jemaat, Paulus menyampaikan alasan mengapa ia merasa berhak menyampaikan kata pengajaran dan nasihat kepada jemaat (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">1,2). Bagian ini penting karena akan menjadi semacam 'dasar hukum' bagi semua yang akan dipaparkannya dalam seluruh suratnya. Tanpa peranannya sebagai rasul Kristus yang ditunjuk oleh Allah sendiri (Kis. 9:1- 19a), ia tidak mempunyai wewenang atau wibawa rohani apapun.

Paulus menekankan adanya hubungan yang khas di antara orang-orang percaya yang dipanggil untuk dikuduskan. Semuanya menjadi bersaudara, saling mendengar karena mereka semua mempunyai satu Bapa (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">3), dan ber-Tuhankan Yesus Kristus yang memiliki semua kuasa dari Allah Bapa. Kini landasan relasi antara Paulus dan Sostenes yang datang bersamanya dengan para pembacanya telah diletakkan. Keterikatan di antara mereka semua tercipta karena berada dalam satu rumah tangga rohani, dengan damai sejahtera melingkupinya.

Paulus mengingatkan jemaat bahwa sebagai orang yang berutang kepada Yesus Kristus, karena anugerah keselamatan kekal-Nya, ucapan syukur merupakan hal vital dan tidak boleh terputus dalam kehidupan jemaat. Imbauan Paulus ini didasarkan pada dua hal. [1] jemaat memiliki kemampuan untuk saling bersaksi tentang Kristus. [2], dalam masa penantian kedatangan Kristus kembali iman jemaat tidak akan terombang ambing sehingga jemaat dapat memelihara kehidupan yang bersih dan tidak tercela. Paulus yakin dan optimis karena kesetiaan Allah memungkinkan itu terjadi.

Renungkan: Apakah sumbangan kita untuk menjadikan jemaat yang di dalamnya kita tergabung, suatu persekutuan yang lestari?

(0.92) (1Kor 3:18) (sh: Jika ini adalah milikku, maka ... ? (Kamis, 4 September 2003))
Jika ini adalah milikku, maka ... ?

Biasanya, kita akan melanjutkannya dengan "... saya bebas melakukan apa saja dengannya dan kepadanya." Benar demikian? Apa yang Paulus katakan dalam bagian ini memberikan kepada kita suatu pengertian yang agak berbeda tentang arti kepemilikian atau memiliki sesuatu.

Dalam bagian ini, Paulus meringkaskan argumen-argumen terdahulunya demikian: mengapa bermegah pada manusia; mengapa memfavoritkan seorang pelayan dan berselisih sehingga ada perpecahan? Semuanya tidak perlu, karena segala sesuatu adalah milik-"mu", milik jemaat Korintus (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">21,22). Argumen seperti ini menarik, karena bagi sebagian orang, masalah hak milik justru menjadi sumber perpecahan dan perselisihan. Lalu apa arti kepemilikan seperti ini? Jemaat Korintus memiliki segala sesuatu, karena mereka adalah milik Kristus, Sang Pemilik segala sesuatu. Mereka memiliki segala sesuatu dalam Kristus, oleh kasih karunia Allah, demi statusnya sebagai bait Allah: sebagai tempat Roh Allah nyata dalam kehidupan jemaat, sehingga menjadi alternatif ilahi yang kontras dengan gaya hidup kota Korintus yang dekaden.

Memiliki segala sesuatu dalam Kristus bagi orang percaya berimplikasi dua hal. Pertama, karena di dalam Kristus kita memiliki segala sesuatu, maka kita hanya dapat bermegah dalam Tuhan dan tidak mengandalkan diri sendiri. Hidup Kristen yang memiliki segala sesuatu adalah hidup yang mencari hikmat Allah dan taat kepada kehendak-Nya dalam segala sesuatu. Kedua, memiliki segala sesuatu di dalam Kristus berarti sadar bahwa kita semua adalah milik Kristus; hamba Kristus. Sesama hamba Kristus kita tidak diperkenankan untuk saling menghakimi, karena hanya Tuhanlah satu-satunya hakim.

Renungkan: Jangan biarkan hidup Anda menjadi hidup yang melulu mengumpulkan barang milik, tetapi hidup kehambaan. Karena hanya dalam Yesus Kristus Anda sejati telah memiliki segala sesuatu.

(0.92) (1Kor 5:1) (sh: Berdukacitalah! (Minggu, 24 Agustus 1997))
Berdukacitalah!

Kondisi jemaat di Korintus sangat memprihatinkan! Ada di antara warga jemaat itu yang melakukan dosa memalukan yang bahkan orang kafir pun tidak melakukannya. Dosa yang dilakukan ialah zinah dengan ibu tiri sendiri. Para pelakunya memang menyebut diri orang Kristen dan anggota jemaat, tetapi pasti mereka tidak mengasihi Tuhan dan jemaat-Nya. Perbuatan yang merusak kesaksian dan melemahkan iman jemaat itu tentu tidak dilakukan orang yang sungguh mengasihi Tuhan. Paulus sangat terpukul oleh kebobrokan tersebut, namun jemaat Korintus sendiri malah berbangga (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">2). Mereka bangga karena menganggap bahwa sikap menerima orang-orang yang melakukan percabulan dalam persekutuan sebagai suatu kemajuan. Bangga akan dosa adalah suatu kemunduran. Seharusnya jemaat berdukacita dan bertindak!

Basmi Dosa! Bila dibiarkan, dosa akan seperti ragi yang berpengaruh cepat ke seluruh jemaat. Dosa bukan hanya membinasakan pelakunya tetapi seluruh jemaat juga akan tercemar. Mereka akan terbiasa dengan dosa sehingga akhirnya tidak takut lagi berbuat dosa. Karena itu dosa harus dibenci, orang yang berdosa harus didisiplin. Disiplin yang dijatuhkan kepada orang berdosa itu adalah bukti bahwa jemaat mengasihinya. Disiplin gerejawi dijalankan demi menjaga kekudusan warga jemaat secara pribadi dan seluruh jemaat. Tidak mudah memang menjalankan disiplin, terlebih masa kini, tetapi tindakan itu harus karena penting. Tuhan menghukum bukan untuk menghancurkan tetapi untuk memulihkan dan memurnikan orang yang dikasihi-Nya.

Renungkan: Hanya hidup yang tanpa ragi dosa yang bisa mengalami suasana pesta rohani dalam hadirat Allah yang kudus, murni, tanpa cela.

Doa: Tuhanku, tolong kami untuk saling memperhatikan dan mengasihi sedemikian rupa hingga kami berani menolak dosa sahabat kami dan membawa mereka balik kepadaMu.

(0.92) (1Kor 6:1) (sh: Menyelesaikan konflik internal (Senin, 8 September 2003))
Menyelesaikan konflik internal

Menyelaraskan ide dalam sebuah komunitas ternyata tidak mudah. Setiap orang akan berusaha mempertahankan pendapatnya bahkan dengan cara apa pun sehingga teman jadi lawan. Akibatnya pertentangan dan perselisihan terus menerus terjadi. Imbauan agar jemaat Tuhan saling mengasihi, saling merendahkan hati, saling tunduk dan hormat satu dengan lainnya, hanya angin lalu. Bahkan perselisihan ini bisa berujung di meja hijau karena saling menuduh dan saling merasa paling benar tidak terselesaikan.

Keadaan ini akhirnya membuat Paulus menegur jemaat yang menyelesaikan perselisihan di meja hijau atau pengadilan. Menurut Paulus, hal ini tidak akan terjadi seandainya masalah itu diselesaikan secara internal, seperti yang Tuhan Yesus ajarkan (lih. Mat. 18:15-17). Teguran Paulus ini didasarkan pada dua hal: [1] bahwa adanya masalah "perselisihan" dalam jemaat sebenarnya menunjukkan "kekalahan" karena jemaat Kristen tidak berhasil hidup dalam kasih dan pengampunan; [2] sikap merasa diri paling benar, membuat jemaat Kristen "rela" melakukan ketidakadilan dan merugikan orang lain. Teguran Paulus ini sebenarnya bukan mengajarkan jemaat untuk tidak percaya pada pengadilan dunia dan memberontak terhadap peraturan negara. Paulus menggarisbawahi bahwa saling mengampuni, menghargai, merendahkan diri, dan berlaku adil lebih baik daripada menyelesaikannya di meja pengadilan (bdk. Luk. 12:58).

Orang Kristen yang lebih memilih meja hijau dalam menyelesaikan masalah internal sebenarnya menunjukkan bahwa secara moral jemaat kalah. Ini merupakan tanda bahwa orang Kristen hanya bisa bicara tanpa dapat mengendalikan dirinya dan mengampuni saudaranya.

Renungkan: Perselisihan di antara orang Kristen hanya akan mendatangkan sikap tidak simpatik dan membuat orang semakin alergi terhadap kekristenan.

(0.92) (1Kor 7:1) (sh: Kewajiban dalam pernikahan (Rabu, 10 September 2003))
Kewajiban dalam pernikahan

Pergumulan orang tua, sekolah dan gereja menghadapi bahaya seks bebas di kalangan jemaat saat ini, haruslah disikapi dengan serius. Bahaya yang sama juga menjadi pergumulan Paulus ketika ia melayani jemaat Korintus. Kondisi ini merupakan sinyal bagi kita, orang Kristen di masa kini, bahwa bahaya percabulan selain telah melintasi zaman, dan melintasi usia, juga mengancam keharmonisan keluarga atau pasangan Kristen. Dan harus disadari bahwa orang Kristen tidak memiliki kekebalan terhadap godaannya.

Itu sebabnya Paulus begitu memperhatikan perihal ini: pertama, ia menasihatkan orang yang tidak menikah baik pria atau wanita, kalau merasa tidak dapat tahan terhadap godaan tersebut, sebaiknya ia menikah (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">2). Kedua, kepada para duda dan janda, bila tidak tahan, lebih baik menikah (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">8-9). Namun, tidak berarti orang yang sudah menikah aman dari gangguan itu. Ada godaan besar melanda pasangan Kristen yang salah mengerti makna seks dalam pernikahan. Ada anggapan bahwa seks itu dosa, sehingga hubungan seks suami isteri pun juga dosa. Akibatnya baik pihak suami maupun isteri saling menahan diri. Hati-hati, sebab Iblis memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan salah satu atau keduanya ke dalam dosa percabulan (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">5b). Untuk mereka, Paulus menasihatkan agar setiap pihak menyadari kewajibannya (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">3-4), dan hanya dengan kesepakatan bersama untuk alasan tertentu, dan untuk waktu terbatas mereka boleh tidak berhubungan (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">5a).

Nasihat Paulus ini memberikan pelajaran penting, yaitu bahwa pernikahan Kristen menjadi kudus bukan karena tidak berhubungan, bukan karena masing-masing pihak menjalankan kewajiban, tetapi karena kasih. Sehingga setiap pasangan Kristen mengerti bahwa pernikahan mereka diberkati Tuhan.

Renungkan: Setia pada kewajiban dalam pernikahan, menolong kita dan pasangan kita hidup kudus, terhindar dari dosa percabulan.

(0.92) (1Kor 7:17) (sh: Penampilan Kristen (Jumat, 12 September 2003))
Penampilan Kristen

Ada orang yang menjadi Kristen, lalu mengganti namanya atau menambahkan nama 'kristen' di samping nama aslinya. Ada pula yang mengganti kebiasaan berpakaiannya, mungkin biasa bersarung peci, sekarang berjas dasi. Tentu boleh-boleh saja hal itu dilakukan. Persoalannya, apakah itu perlu dan berguna? Bahkan yang lebih penting lagi: apakah dalam konteks tertentu tidak menjadi batu sandungan?

Contoh yang diungkapkan oleh Paulus adalah mengenai bersunat atau tidak bersunat. Orang-orang Yahudi menekankan sunat sebagai wajib hukumnya. Apakah orang Kristen harus bersunat? Atau sebaliknya tidak perlu bersunat (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">18). Bagaimana dengan hamba yang menjadi Kristen, perlukah ia menuntut pembebasan bagi dirinya dari tuannya (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">21)? Bagi Paulus, bersunat atau tidak bersunat, itu tidak penting. Tetapi menjadi hamba atau kemudian merdeka juga tidak penting (mungkin sama juga dalam perikop terdahulu, menikah atau tidak menikah). Yang penting adalah firman Tuhan dilakukan dalam hidup anak-anak-Nya (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">19).

Bagi Paulus, perubahan penampilan menjadi lebih 'kristen' itu tidak penting. Yang lebih penting adalah perubahan hidup Kristen itu sendiri. Kristen adalah orang yang dibebaskan dari dosa, untuk masuk dalam perhambaan kepada Kristus (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">22). Mungkin dengan tetap tinggal dalam status hamba, seorang anak Tuhan bisa memenangkan majikannya.

Di sini kita belajar bahwa Paulus fleksibel dalam hal menampilkan dirinya sebagai Kristen. Yang penting hidup Kristen harus bisa dilihat sebagai kesetiaan mengabdi kepada Kristus, supaya menjadi berkat bagi lingkungannya. Maka tetaplah hidup "seperti yang ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah" (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">17).

Renungkan: Mana yang lebih penting untuk ditampilkan: nama dan "asesoris" Kristen atau tingkah laku Kristen?

(0.92) (1Kor 9:1) (sh: Hak rasul dan pemberitaan Injil (Senin, 15 September 2003))
Hak rasul dan pemberitaan Injil

Pada masa perkembangan gereja saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa sering sekali kita mendengar rumor tak sedap tentang hamba Tuhan yang memasang tarif dalam pelayanannya. Kalau rumor itu benar, maka para hamba Tuhan harus meneladani Paulus dalam pelayanannya sebagai hamba Tuhan, yang tidak pamrih meskipun ia juga tidak menentang jemaat yang memberi dan hamba Tuhan yang menerima.

Jemaat Korintus menyangsikan kerasulan Paulus karena ia tidak mau menerima bayaran dari mereka. Pada masa itu, di dunia Yunani- Romawi, ada banyak guru agama dan filsuf yang menghidupi diri mereka sendiri dari menerima bayaran, tetapi ada juga yang menghidupi diri mereka tanpa menerima bayaran, khususnya para filsuf. Tindakan Paulus menolak bayaran berarti menolak tunduk pada si pembayar. Hal ini menyebabkan Paulus dihujat. Paulus membela dirinya dengan mengatakan bahwa kerasulannya itu terbukti dari buah-buah yang dilihat dan dinikmati oleh jemaat Korintus (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">1, 2). Lebih lanjut, sebagai seorang rasul, Paulus memiliki sejumlah hak sebagaimana rasul-rasul lainnya (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">4,5). Paulus menyatakan bahwa dirinya berhak menerima bayaran dari jemaat Korintus dengan berdasarkan: [1] pikiran logis manusia (ayat 6- 8); [2] firman Tuhan PL (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">9-10) yang intinya adalah setiap pelayan jemaat berhak mendapatkan upahnya dari jemaat yang bersangkutan (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">11-12a).

Namun, Paulus menolak upah mereka karena ia tidak mau menjadi batu sandungan dalam penginjilan. Mengapa? Karena: [1] bagi Paulus pemberitaan Injil adalah tugas; [2] Injil yang dia beritakan memiliki makna lebih penting daripada upah yang berhak diterimanya. Sikap Paulus tersebut semakin menjelaskan kepada kita bahwa upah yang paling penting bagi Paulus adalah upah kebebasan untuk tidak menerima upah demi Injil (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">18).

Renungkan: Seberapa jauh kita berani mengorbankan hak kita demi Injil dan jiwa-jiwa yang dimenangkan bagi Tuhan?

(0.92) (1Kor 12:12) (sh: Keragaman dalam satu tubuh (Selasa, 23 September 2003))
Keragaman dalam satu tubuh

"Bhineka Tunggal Ika." Semboyan ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari beragam agama, bahasa dan suku bangsa. Namun, keberagaman itu tidak berarti menutup kemungkinan untuk bekerja bersama-sama. Paulus memakai keragaman ini melalui kesatuan tubuh dengan banyak anggota, untuk menggambarkan kesatuan gereja Kristus.

Diakui bahwa tubuh kita terdiri dari bagian-bagian yang unik, khas, berbeda bentuk dan fungsinya (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">18). Peranan dan fungsi masing-masing anggota tubuh itu baru bisa dirasakan apabila ditempatkan dalam kesatuan tubuh. Di luar kesatuan itu masing- masing anggota tidak bisa berfungsi dan berperan sebagaimana mereka dibentuk. Kesatuan tubuh itu sedemikian solidnya sampai- sampai ketika gigi kita yang berlubang terasa nyeri maka kepala kita juga ikut pusing dan, pada akhirnya, seluruh anggota tubuh terganggu aktivitasnya (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">26)

Kiasan ini sebenarnya merupakan adaptasi Paulus dari kuil Asklepius di Korintus. Dalam kuil tersebut terdapat banyak sekali anggota- anggota tubuh -- secara terpisah. Paulus ingin menekankan kepada jemaat tentang kesatuan tubuh Kristus. Jemaat Kristen di Korintus adalah gambaran tentang keadaan tubuh Kristus yang sebenarnya. Melalui penjelasan tersebut Paulus mengarahkan bagaimana jemaat Tuhan seharusnya hidup.

Ada orang-orang yang diberikan fungsi khusus dalam rangka kesatuan jemaat. Tetapi tidak dapat dikatakan bahwa karunia yang satu lebih bernilai dibandingkan karunia lainnya, meskipun satu sama lainnya berbeda. Tetapi, Paulus mengingatkan bahwa mereka bisa berfungsi sebagai tubuh Kristus hanya bila mereka menyadari kebergantungan dan kesatuan dengan bagian tubuh lainnya.

Renungkan: Manfaatkanlah karunia-karunia khusus yang dianugerahkan oleh Kristus dalam kerjasama yang baik karena Dia yang kita layani.

(0.92) (1Kor 13:1) (sh: Yang terutama adalah kasih. (Minggu, 7 September 1997))
Yang terutama adalah kasih.

Kasih bukan saja salah satu dari ciri khas orang Kristen, tetapi jiwa dari jatidiri Kristen dan Kekristenan. Kasih mutlak untuk kualitas kehidupan di kalangan Gereja Kristen sendiri. Paulus menegaskan bahwa karunia yang paling utama yang harus dipraktekkan oleh setiap warga gereja untuk membangun tubuh Kristus adalah kasih (">1Kor. 12:31). Semua karunia sehebat apa pun, akan menjadi sia-sia (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">12:1" context="true">1), tidak berguna bagi orang lain (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">2), juga bagi diri sendiri (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">3) bila tidak dilakukan dalam kasih dan karena kasih. Pikirkan betapa ekstrim ajaran Paulus ini. Siapa dari kita yang tidak seperti jemaat Korintus, menganggap penting karunia berkomunikasi (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">1), karunia nubuat, hikmat, iman (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">2), atau karunia berkorban dalam pelayanan (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">3)? Semuanya itu penting bila berguna, dan berguna bila dilakukan dalam kasih dan digerakkan oleh kasih!

Aneka ragam kasih. Kasih akan berkaitan erat dan terwujud dalam beberapa sifat yang mencerminkan sifat Kristus sendiri. Sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri. Orang yang hanya mementingkan diri sendiri, tidak memiliki kasih. Orang yang dihidupkan Kristus dan hidup bagi Kristus, itulah yang akan memiliki kasih. Orang demikian tidak mencemburui kemajuan atau kemampuan orang lain, melainkan sambil memuji Tuhan justru mendorong kemajuan orang lain.

Yang abadi adalah kasih. Seperti orang Kristen di Korintus, kita pun cenderung menganggap penting hanya hal-hal yang berdampak langsung. Yang utama dan karena itu yang terpenting sebenarnya ialah yang dampaknya lama bahkan abadi. Jauh melebihi nubuat, kesembuhan ilahi, hikmat, bahasa roh, adalah dampak kasih. Bahkan bila dibandingkan dengan iman dan pengharapan sekali pun, ternyata kasihlah yang abadi. Itu sebabnya kasih harus kita kejar, agar selalu menjiwai sikap dan tindakan kita dalam hidup dan pelayanan.

Renungkan: Bukan kasih manusiawi yang harus jadi ciri hidup Kristen, tetapi kasih Kristus sendiri.

Doa: Sungguh aku kekurangan kasih. Penuhi aku dengan kasihMu, ya Tuhan Yesus.

(0.92) (1Kor 16:10) (sh: Senior memperhatikan junior (Minggu, 2 November 1997))
Senior memperhatikan junior

Hubungan Paulus dan Timotius seumpama hubungan pendeta atau pekerja jemaat yang sudah senior dengan para mahasiswa-mahasiswi teologi yang sedang praktek pelayanan dalam jemaat. Cukup sering terdengar keluhan dari para mahasiswa-mahasiswi tentang pengalaman mereka melayani itu. Kadang-kadang mereka tidak dianggap, dibiarkan saja, mungkin karena kemampuan mereka diragukan. Kadang-kadang pendeta sengaja cuti pada waktu musim praktek, sehingga mahasiswa-mahasiswi tersebut diberikan beban pelayanan yang melampaui tingkat kedewasaan dan keahlian mereka. Paulus tidak memperlakukan Timotius seperti itu. Ia melatih Timotius, mendoakan, memberi kesempatan untuk melayani bersama, dan meminta agar jemaat memberikan sikap dan kesempatan yang mendukung perkembangan Timotius.

Pelayanan Tim. Paulus menyadari bahwa dirinya bukan superman. Ia tidak serba bisa, juga tidak akan hidup selamanya. Itu sebabnya ia perlu melatih dan memberi kesempatan bagi Timotius (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">10), mengakui kontribusi pelayanan Apolos (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">12), dan digembirakan oleh kedatangan Stefanus (ayat Dengan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">17). Jika Anda bertanya-tanya apa rahasia kebesaran Paulus, jawabnya ialah: ia menyadari kekecilan dirinya dan karena itu membuka diri untuk bekerja sama dengan banyak rekan pelayanan dan memberi diri untuk pelayanan membina generasi muda.

Pelayanan yang mengena. Pernahkah Anda merasakan bahwa apa yang dilayankan Gereja kurang memberikan kemampuan iman bagi warganya dalam menghadapi kenyataan hidup sehari-hari? Apabila pelayanan Gereja hanya bergantung pada bentuk verbal (khotbah) saja sekitar 30 menit pada hari Minggu, maka wajar bila jangkauan pelayanan Gereja menjadi sangat terbatas. Selain berkhotbah, Paulus juga mengunjungi jemaat-jemaat, hidup bersama mereka, mengenal mereka secara akrab. Tidak heran bila surat-suratnya terasa sangat kontekstual dan mengena.

Renungkan: Di balik tiap keberhasilan pelayanan selalu ada orang-orang yang mendoakan, merintis, menindaklanjuti, dlsb.

(0.92) (1Kor 11:1) (full: MENJADI PENGIKUT KRISTUS. )

Nas : 1Kor 11:1

Orang percaya, seperti Paulus, dipanggil untuk mengikut teladan Kristus dan menjadi seorang yang seperti Kristus (bd. Rom 13:14; Gal 3:27). Apakah artinya menjadi serupa dengan Kristus?

  1. 1) Serupa dengan Kristus ialah, pertama-tama dan terpenting, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama (Mat 22:37-39; Luk 10:27). Kasih orang percaya kepada Allah mendorong dan mengarahkan kasihnya kepada orang lain (1Yoh 4:20-21), sebagaimana kasih Kristus kepada Allah selalu menjadi yang utama sedangkan kasih-Nya kepada orang lain didasarkan pada kasih-Nya kepada Sang Bapa (bd. Mat 22:37-39; Yoh 17:23-24).
  2. 2) Kasih Kristus kepada Bapa-Nya dinyatakan dalam perhatian-Nya terhadap kemuliaan Allah (Mat 6:9; Yoh 12:28; 17:4), terhadap kehendak-Nya (Mat 26:42; Yoh 4:34; Ibr 10:7-12), terhadap Firman-Nya (Mat 26:54; Yoh 8:28; Mat 17:14,17), dan terhadap dekatnya kehadiran-Nya (Luk 5:16; Yoh 17:21). Kita melihat kasih ini dalam kesetiaan-Nya kepada Allah (Ibr 3:2) dan kesediaan-Nya untuk melaksanakan kehendak Allah dengan mempersembahkan diri-Nya demi penebusan kita (Mat 26:42; Yoh 3:16-17; Ibr 10:4-9). Kasih Kristus kepada Bapa-Nya dinyatakan lebih lanjut dalam kasih-Nya akan kebenaran dan kebencian-Nya akan dosa

    (lihat cat. --> Ibr 1:9).

    [atau ref. Ibr 1:9]

  3. 3) Kasih Kristus kepada umat manusia dilihat dalam belas kasihan-Nya (Mat 9:36; 14:14; 15:32; 20:34; bd. Luk 15:11-24), dalam kebaikan hati-Nya (Mat 8:3,16-17; 9:22), air mata-Nya (Yoh 11:35), kerendahan hati-Nya (Mat 11:29), perbuatan-Nya yang baik (Kis 10:38), kelembutan-Nya (Mat 11:29), pengampunan-Nya (Luk 23:34), kesabaran-Nya (Luk 13:34) dan dalam rahmat-Nya (Mat 15:22-28; Yud 1:21). Dia juga menunjukkan kasih ketika Dia menegor dosa (Mat 16:23; Mr 9:19; 10:13-14), mengungkapkan kemarahan kepada orang yang kejam dan tak berperasaan atau tidak peka terhadap penderitaan dan kebutuhan orang lain

    (lihat cat. --> Mr 3:5),

    [atau ref. Mr 3:5]

    mengingatkan kita terhadap neraka (Mat 5:29-30; Luk 12:5) dan mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai suatu korban (Mat 26:38; Yoh 10:11,17-18; 13:1).
(0.91) (1Kor 1:20) (full: HIKMAT DUNIA INI. )

Nas : 1Kor 1:20

Hikmat dunia ini adalah suatu hikmat yang mengesampingkan Allah, menekankan kesanggupan manusia sendiri, menjadikan manusia kekuasaan tertinggi dan menolak untuk mengakui penyataan Allah dalam Yesus Kristus.

  1. 1) Hikmat ini disebut Allah sebagai kebodohan (1Kor 3:19-20), karena melaluinya manusia telah gagal untuk menemukan kebenaran dan mengenal Khaliknya (ayat 1Kor 1:21).
  2. 2) Orang percaya harus mengembangkan sikap yang mencela secara rohani hikmat manusia dan pandangan hidup yang sekular (lih. ayat 1Kor 1:18-31; 2:1-16; Kis 17:18; Rom 1:20-32;

    lihat cat. --> Kol 2:8;

    [atau ref. Kol 2:8]

    2Tes 2:10-12; 2Tim 3:1-9; 2Pet 2:1-3,7; Yud 1:4-19). Jangan sekali-kali menyesuaikan Injil dan berita salib dengan filsafat, ilmu pengetahuan, ataupun segala hal lain yang disebut hikmat manusia (1Kor 2:4-5; Gal 6:14).
(0.91) (1Kor 5:5) (full: ORANG ITU HARUS KITA SERAHKAN ... KEPADA IBLIS. )

Nas : 1Kor 5:5

Menyerahkan kepada Iblis berarti bahwa jemaat harus menyingkirkan pelaku kebejatan itu dari persekutuannya dan mengembalikannya ke kawasan Iblis. Perlakuan ini akan membuka orang itu kepada pengaruh yang merusak dari kejahatan dan roh-roh jahat (ayat 1Kor 5:7,13).

  1. 1) Disiplin ini memiliki dua tujuan:
    1. (a) bahwa dengan mengalami masalah-masalah dan penderitaan jasmani, pelanggar itu kiranya akan bertobat dan akhirnya diselamatkan (bd. Luk 15:11-24);
    2. (b) bahwa jemaat bisa "membuang ragi yang lama itu" (ayat 1Kor 5:7; yaitu, pengaruh yang berdosa), sehingga umat Allah akan menjadi roti yang baru, yaitu penuh "kemurnian dan kebenaran" (ayat 1Kor 5:8).
  2. 2) Tindakan yang sama dapat dilakukan gereja masa kini ketika mengusahakan keselamatan bagi orang yang telah meninggalkan kehidupan Kristen dan kembali kepada dunia (bd. 1Tim 1:20).
(0.91) (1Kor 7:11) (full: IA HARUS TETAP HIDUP TANPA SUAMI. )

Nas : 1Kor 7:11

Dalam ayat 1Kor 7:10 Paulus mengakui bahwa Allah ingin agar pernikahan itu bersifat langgeng. Akan tetapi, ia juga menyadari bahwa kadang kala suatu hubungan pernikahan dapat menjadi tak tertahankan lagi sehingga perceraian dari pasangan nikah diperlukan. Sebab itu, di sini Paulus tidak berbicara mengenai perceraian yang diizinkan oleh Allah karena alasan perzinaan

(lihat cat. --> Mat 19:9)

[atau ref. Mat 19:9]

atau salah seorang anggota pasangan itu meninggalkan yang lain

(lihat cat. --> 1Kor 7:15).

[atau ref. 1Kor 7:15]

Sebaliknya, Paulus sedang membicarakan perpisahan tanpa perceraian resmi. Mungkin yang dibicarakan ialah keadaan di mana seorang anggota pasangan itu berperilaku sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan jasmani atau rohani pasangan nikahnya atau anak-anaknya. Dalam keadaan semacam ini, barangkali terbaik jikalau seorang anggota pasangan itu meninggalkan rumahnya dan tetap tinggal tidak menikah. Tidak dapat dipikirkan bahwa Paulus akan menganjurkan seorang anggota pasangan tetap tinggal bersama dengan pasangannya yang terus-menerus melukai dan berlaku kasar terhadap pasangannya dan anak-anaknya.

(0.91) (1Kor 8:1) (full: DAGING PERSEMBAHAN BERHALA. )

Nas : 1Kor 8:1

Dalam pasal 1Kor 8:1-10:33 Paulus menangani pertanyaan jemaat Korintus mengenai daging persembahan berhala dan apakah dibenarkan untuk membeli atau makan daging itu dan ikut serta dalam pesta pora di kuil berhala (ayat 1Kor 8:10).

  1. 1) Dalam menangani pokok ini ia menyingkapkan suatu prinsip penting yang harus dipraktikkan oleh orang Kristen pada segala zaman. Prinsip ini berlaku untuk kegiatan yang diragukan, yang dapat mencobai beberapa orang percaya untuk berdosa dan membawa mereka kepada kehancuran rohani (ayat 1Kor 8:11). Roh Kudus, melalui Paulus, telah mengarahkan orang Kristen untuk selalu bertindak dengan kasih bagi orang percaya lain yang mungkin menuntut penyangkalan diri.
  2. 2) Penyangkalan diri berarti membatasi kebebasan diri dan menyingkirkan segala kegiatan yang meragukan agar tidak mengganggu pikiran atau melemahkan keyakinan tulus orang Kristen lain, yang mereka yakini didasarkan pada prinsip-prinsip alkitabiah. Lawan dari penyangkalan diri adalah mempertahankan hak pribadi untuk tetap terlibat dalam kegiatan yang meragukan, tindakan yang mungkin akan mengajak orang lain untuk ikut serta dan merugikan diri mereka sendiri (bd. Rom 14:1-15:3;

    lihat cat. --> Kis 15:29;

    lihat cat. --> 1Kor 9:19).

    [atau ref. Kis 15:29; 1Kor 9:19]

(0.91) (1Kor 14:26) (full: SEMUANYA ITU ... UNTUK MEMBANGUN. )

Nas : 1Kor 14:26

Maksud utama dari semua karunia rohani ialah untuk membangun jemaat dan individu (ayat 1Kor 14:3-4,12,17,26). "Membangun" (Yun. _oikodomeo_) berarti mengembangkan kehidupan rohani, kedewasaan, dan tabiat yang saleh dalam kehidupan orang percaya. Hal ini dikerjakan oleh Roh Kudus melalui karunia rohani agar orang percaya berangsur-angsur diubah secara rohani hingga mereka tidak menjadi serupa dengan dunia ini (Rom 12:2-8), melainkan dibangun dalam pengudusan, kasih bagi Allah, kepedulian terhadap orang lain, kemurnian hati, hati nurani yang baik, dan iman yang tulus ikhlas (lih. pasal 1Kor 13: Rom 8:13; 14:1-4,26; Gal 5:16-26; Ef 2:19-22; Ef 4:11-16; Kol 3:16; 1Tes 5:11; Yud 1:20;

lihat cat. --> 1Tim 1:5).

[atau ref. 1Tim 1:5]

(0.91) (1Kor 15:2) (full: ASAL KAMU TEGUH BERPEGANG ... KUBERITAKAN KEPADAMU. )

Nas : 1Kor 15:2

Orang percaya bukanlah orang yang hanya memiliki iman dalam Yesus Kristus. Sebaliknya, orang percaya adalah orang yang beriman pada Yesus Kristus sebagaimana Dia dinyatakan dalam berita yang sepenuhnya dari Injil (ayat 1Kor 15:1-4). Iman mereka pada Kristus selalu terikat pada Firman Allah dan ajaran para rasul (ayat 1Kor 15:1,3; 11:2,23; Rom 6:17; Gal 1:12). Karena alasan inilah, orang percaya dapat dilukiskan sebagai umat yang tunduk kepada Kristus dari Alkitab sebagai Tuhan dan Juruselamat dan hidup menurut Firman Allah. Mereka tunduk tanpa ragu-ragu kepada kekuasaan Firman Allah, berpegang teguh pada ajarannya, percaya pada janjinya, mengindahkan peringatannya dan menuruti perintahnya. Mereka adalah orang yang ditawan oleh Firman Allah, menggunakan Alkitab untuk menguji semua gagasan manusia dan tidak menerima apa pun yang bertentangan dengan Alkitab.

(0.91) (1Kor 15:8) (full: DAN YANG PALING AKHIR DARI SEMUANYA. )

Nas : 1Kor 15:8

Pernyataan Paulus "yang paling akhir dari semuanya" harus diterima secara mutlak. Paulus adalah yang paling akhir dari rasul-rasul dalam arti bahwa ia menerima suatu amanat khusus melalui suatu perjumpaan pribadi dengan Tuhan yang sudah bangkit itu untuk ikut serta meneguhkan kesaksian Kristus yang asli (bd. Kis 9:3-8; 22:6-11; 26:12-18). Para rasul PB adalah batu-batu yang mula-mula dan batu dasar dari gereja

(lihat cat. --> Ef 2:20;

[atau ref. Ef 2:20]

bd. Mat 16:18; Wahy 21:14). Oleh karena itu, jabatan rasuli PB adalah unik dan tak terulang lagi. Sebagai saksi dan utusan langsung dari Tuhan yang sudah bangkit itu, mereka meletakkan dasar jemaat Yesus Kristus, suatu dasar yang tidak pernah dapat ditambahkan atau diubah. Demikianlah, kedua belas rasul yang mula-mula ditambah Paulus tidak mempunyai pengganti.

(0.91) (1Kor 5:5) (jerusalem) Sering kali ayat ini diartikan begitu rupa sehingga berkata tentang "pengucilan" (ekskomunikasi). Hanya istilah itu tidak terdapat dalam Kitab Suci (kutuk yang disebut dalam Yos 6:17, dll; 1Ko 16:22+, tidak sama dengan pengucilan). Memanglah pengucilan sebagai hukuman dikenal dalam Perjanjian Lama, dalam agama Yahudi dan pada jemaat di Qumran. Dalam Perjanjian Baru terdapat beberapa contoh hukuman itu, tetapi alasan dan pelaksanaan hukuman itu tidak selalu sama. Ada kalanya orang yang bersalah itu untuk sementara waktu tidak boleh ikut serta dalam hidup jemaat, 1Ko 5:2,9-13; 2Te 3:6-14; Tit 3:10; bdk 1Yo 5:16-17; 2Yo 10; ada kalanya ia "diserahkan', 1Ko 5:5; 1Ti 1:20, kepada Iblis; ia tidak lagi didukung Gereja orang-orang kudus, sehingga terancam kekuasaan yang dibiarkan Allah dimiliki lawanNya, 2Te 2:4; bdk Ayu 1:6. Tetapi kalau halnya sudah sampai ke situ, pertobatan dan keselamatan akhir masih diharapkan juga, 1Ko 5:5; 2Te 3:15, dll. Ketertiban macam itu mengandaikan bahwa ada beberapa anggota jemaat yang berwenang, bdk Mat 18:15-18+.
(0.91) (1Kor 6:1) (jerusalem) Dalam bagian suratnya ini Paulus menegor orang-orang Korintus karena memamerkan perselisihan mereka di depan orang-orang luar, sedangkan seharusnya dengan berdamai mereka membereskan perkara-perkara mereka satu sama lain. Apa yang di sini dikatakan oleh Paulus sebagai ejekan kejam terhadap orang-orang Kristen di Korintus, jangan diartikan sebagai pegangan tetap. Pendapat Paulus yang tepat mengenai pejabat-pejabat negara yang tidak Kristen terdapat dalam Rom 13:1-7.


TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA