Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 3 No. 1 Tahun 1988 > 
ROH KUDUS, KESEMBUHAN ILAHI DAN BAHASA ROH 
Penulis: Ev. Ivone

Sejak pertengahan abad ke-20 kesembuhan ilahi dan bahasa roh menimbulkan banyak pertentangan di kalangan orang-orang Kristen berhubung dengan adanya golongan yang mengatakan bahwa kita bisa mengalami kesembuhan-kesembuhan yang luar biasa seperti pada zaman Tuhan Yesus dan Rasul-rasul, karena Roh Kudus masih tetap memberikan karunia-karunia-Nya dan mengerjakan mujizat-mujizat. Begitu juga bahasa Roh diberikan kepada setiap orang yang dibaptis dengan Roh Kudus. Di pihak lain ada yang mengatakan bahwa karunia-karunia itu berhenti pada zaman Rasul-rasul.

Sebenarnya di antara kedua pendapat ini manakah yang benar? Apakah yang harus kita percayai? Melalui makalah ini penulis hendak berusaha memberikan suatu pandangan yang obyektif, yang Alkitabiah.

 ROH KUDUS DAN KESEMBUHAN ILAHI

Bila membicarakan kesembuhan ilahi di sini, yang penulis maksud adalah kesembuhan yang terjadi secara luar biasa, di luar ilmu pengobatan, baik kesembuhan itu diterima secara langsung dari Tuhan ataupun melalui doa orang lain.

Dalam pelayanan Yesus ketika Ia masih hidup di dunia ini kita bisa melihat betapa Ia banyak menyembuhkan orang. Bahkan ketika Ia mengutus keduabelas rasul-Nya untuk memberitakan tentang Kerajaan Sorga yang sudah dekat, Ia memerintahkan: "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan" (Matius 10:7-8a). Namun salahlah kita kalau berdasarkan ini kita lalu berpendapat bahwa menyembuhkan orang merupakan tujuan utama dari Tuhan Yesus, tujuan utama dari penginjilan pada zaman kita ini.

Tujuan utama dari Tuhan Yesus adalah mengajar dan memberitakan Injil. Kalau Ia banyak menyembuhkan orang, ini adalah karena Ia berbelas kasihan kepada mereka, dan juga menjadi tanda bahwa Dialah Mesias yang dijanjikan itu. Menjawab pertanyaan Yohanes Pembaptis apakah Dialah Mesias itu? Yesus berkata: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu danger dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik" (Matius 11:4-5). Mengapa Yesus menjawab dengan menunjuk kepada semua pekerjaan baik yang Ia lakukan itu? Karena Yohanes Pembaptis tahu dari nubuat nabi Yesaya bahwa itulah ciri-ciri dari Mesias (Yesaya 35: 5-6). Begitu juga Rasul Yohanes menyebut pekerjaan Yesus itu sebagai "tanda" (sign) (Yoh. 20:30), yaitu tanda bahwa Yesuslah Mesias, yang datang dari Allah. Seandainya Yesus datang hanya untuk menyembuhkan orang, Dia tidak akan menyingkir ke kota lain ketika orang banyak mencari Dia untuk minta disembuhkan (Markus 1:38), dan Ia juga tidak akan melarang orang kusta yang sudah Ia sembuhkan itu untuk menceritakan hal ini (Markus 1:44). Yesus juga tidak menyembuhkan semua orang. Dari antara sekian banyak orang yang sakit di serambi-serambi Betesda, hanya satu orang yang Ia sembuhkan (Yoh. 5:3-8), pengemis di Gerbang Indah harus menunggu Petrus dan Yohanes yang menyembuhkannya (Kis. 3:1-8).

Setelah Yesus naik ke Sorga, Roh Kudus dicurahkan ke atas murid-murid-Nya pada hari Pentakosta. Dan jadilah mereka saksi-saksi Kristus yang gagah berani, yang mengadakan banyak mujizat dan tanda (Kis 2:43; 5:12) dan Tuhan memang menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat (Kis. 14:3c). Jadi sekarang Roh Kudus yang bekerja selalu murid-murid Yesus untuk menunjukkan bahwa berita Injil itu benar.

Rasul Paulus juga berkata dalam 1 Korintus 12:7-11:

"Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya."

dan selanjutnya dalam 1 Korintus 12:28-30 ia berkata:

"Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?"

Dari ayat-ayat di atas kita dapat menarik beberapa kesimpulan:

1. Roh Kudus memang memberikan karunia-karunia kepada manusia seperti yang dikehendaki-Nya. Jadi Roh Kudus yang berdaulat penuh. Ada tidaknya suatu karunia pada seseorang tidak menunjukkan ataupun menjamin taraf kerohaniannya; oleh karena itu tidaklah menjadi alasan untuk berbangga ataupun bersedih. Bahkan jemaat Korintus yang berlimpah-limpah dengan karunia Roh Kudus masih ditegur oleh Rasul Paulus sebagai "manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus" (I Kor. 3:1).

2. Tidak ada disebutkan bahwa Roh Kudus memberikan karunia-karunia itu hanya pada zaman Rasul-rasul saja. Oleh karena itu pendapat yang mengatakan bahwa pelayanan Roh Kudus dalam hal ini sudah berhenti, tidak berdasar dari Alkitab. Kalau kita mengakui bahwa karunia berkata-kata dengan hikmat, karunia iman, karunia untuk membeda-bedakan roh, karunia untuk melayani, karunia untuk memimpin, dst. masih tetap diberikan kepada Jemaat, mengapa kita harus mengecualikan karunia untuk menyembuhkan, karunia untuk mengadakan mujizat, karunia untuk berbahasa roh? Padahal semuanya disebutkan bersama-sama. Janganlah kita tertutup untuk pekerjaan Roh Kudus hanya karena kita tidak biasa atau karena logika manusia tidak dapat menerimanya, karena bukankah penolakan kita berarti kita memadamkan Roh dan kehidupan Gereja menjadi terancam juga?

3. Karunia-karunia itu diberikan Roh Kudus untuk kepentingan bersama, untuk pertumbuhan dan pembangunan Jemaat (1 Kor. 12:7; 14:5, 12); bukan untuk kesenangan atau kebanggaan perorangan. Jadi dapat kita simpulkan bahwa dalam hal kesembuhan ilahi; terhadap orang di luar Kristus ia berfungsi sebagai tanda bahwa berita Injil itu benar dan bahwa Yesus adalah benar-benar Tuhan dan Juruselamat; dan terhadap Jemaat ia berguna untuk membangun iman dan kerohanian mereka.

4. Karunia-karunia itu dibagikan: jadi tidak ada orang yang mempunyai semua karunia, dan juga bukan keharusan bahwa salah satu karunia harus dimiliki oleh semua orang. Sebagaimana tubuh itu membutuhkan banyak anggota dengan fungsi masing-masing, demikian juga Jemaat membutuhkan anggota-anggota yang bekerja sama dengan karunia masing-masing supaya ia dapat menjadi Tubuh Kristus yang sehat.

5. Ada karunia-karunia yang menarik perhatian, spektakuler, ada yang tidak. Namun semua karunia itu sama pentingnya (bnd. 1 Kor. 12:21-27).

 APAKAH ORANG PASTI DISEMBUHKAN?

Setelah menarik kesimpulan bahwa Roh Kudus tidak menghentikan pemberian karuniaNya, apakah kita lalu harus menganggap bahwa setiap orang pasti bisa memperoleh kesembuhan ilahi?

Kalau kita melihat kembali pelayanan Tuhan Yesus dalam hal kesembuhan ternyata:

1. Yesus menuntut supaya orang itu percaya bahwa Dia sanggup menyembuhkan, misalnya ketika Ia menyembuhkan anak Yairus (Markus 5:36-42); ketika Ia menyembuhkan 2 orang buta (Matius 9:28). Bahkan ketika Ia menyembuhkan anak yang dirasuk setan, Ia menuntut supaya ayahnya percaya akan kesanggupan/kemampuan Yesus (Markus 9:23). Dan Matius mencatat bahwa Yesus tidak dapat berbuat banyak mujizat di Nazaret karena mereka tidak percaya (Matius 13:58).

2. Yesus menyembuhkan menurut kehendakNya sendiri. Misalnya ketika Ia menyembuhkan orang lumpuh di kolam Betesda (Yoh. 5:6-9); ketika Ia membebaskan orang yang kerasukan roh jahat (Markus 1:23-25; Matius 8:28-32); dan ketika Ia membangkitkan anak muda di Nain (Lukas 7:12-15).

Jadi kita lihat di sini bahwa kepercayaan kepada Tuhan untuk menyembuhkan memang perlu, tetapi kita tidak dapat memaksa Tuhan. Tuhan tetap berdaulat, dan Ia yang tahu apa yang sebaiknya bagi kita (Rom. 8:28). Tuhan memang tidak menginginkan supaya kita sengsara, tetapi ada kalanya Ia harus mengijinkannya "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:6).

Rasul Paulus yang mendapat karunia untuk menyembuhkan yang begitu besar sehingga bahkan saputangan atau kain yang pernah dipakainya bila diletakkan atas orang sakit maka orang itu kemudian sembuh (Kis 19:11-12), tidak berdaya menyembuhkan rekan-rekannya (1 Tim. 5:23; 2 Tim. 4:20).

Yakobus mengajarkan bahwa bila ada di antara anggota jemaat yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat untuk mendoakan raja; dan bahwa jemaat harus saling mendoakan supaya sembuh. Memang ilmu kedokteran semakin banyak menemukan penyakit-penyakit yang bersifat psychosomatis. Bahkan kanker pun diperkirakan banyak disebabkan oleh keadaan jiwa seseorang. Nah, bilamana sesuatu penyakit disebabkan oleh keadaan jiwa yang sakit, yang hubungannya dengan Allah atau pun hubungannya dengan manusia rusak; maka bila ada pengampunan dan hubungan itu pulih kembali, penyakitnya pun hilang. Ada seorang wanita yang bertahun-tahun menderita lumpuh dan tidak sembuh walaupun didoakan. Setelah diselidiki ternyata wanita ini memendam sakit hati terhadap saudaranya dan bertahun-tahun mereka tidak saling bertemu. Sesudah masalah ini dibereskan, mereka berdamai dan saling mengampuni, maka secara tiba-tiba wanita itu sudah dapat berjalan kembali.

Demikianlah kita dapat menyimpulkan bahwa kesembuhan ilahi dapat saja terjadi di tiap zaman karena Allah kita adalah Allah yang Mahabesar dan Mahakuasa. Dan dalam menghadapi penyakit kita harus introspeksi dulu apakah hubungan kita dengan Tuhan dan sesama kita beres, dan apakah kita mempunyai kepercayaan yang benar terhadap Allah kita. Bila semuanya benar, maka dapatlah kita berdoa untuk kesembuhan. Namun kita harus tunduk kepada keputusan Tuhan, karena mungkin saja Ia menjawab "tidak" demi kebaikan kita, atau mungkin juga Ia menjawab "ya" melalui ilmu kedokteran dan pengobatan.

 BAHASA ROH

"Glossolalia" atau berbicara dalam bahasa lidah yang dahulunya terbatas pada Gereja Pantekosta, sejak pertengahan abad ke-20 sudah memasuki Gereja Protestan bahkan juga Gereja Katolik. Oleh karena itulah bahasa lidah sekarang ini banyak dibicarakan orang.

Apakah sebenarnya bahasa lidah itu?

Dalam Kisah Para Rasul diceritakan bahwa pada hari Pentakosta, ketika murid-murid Yesus berkumpul di suatu tempat, tiba-tiba mereka dipenuhi Roh Kudus dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain. Bahasa-bahasa lain itu ternyata adalah bahasa manusia, bahasa dari orang-orang Yahudi yang datang dari berbagai-bagai tempat di dunia dan yang pada waktu itu berada di Yerusalem (Kis 2:1-11). Hal yang serupa terjadi ketika Roh Kudus turun ke atas Kornelius beserta sanak saudara dan sahabat-sahabatnya (Kis 10:45-46), dan ketika di Efesus Rasul Paulus menumpangkan tangan atas bekas murid-murid Yohanes Pembaptis (Kis 19:5-6).

Tetapi ketika Rasul Paulus berbicara mengenai bahasa lidah atau bahasa roh dalam 1 Korintus 12-14, rupanya bahasa ini lain dengan yang di atas karena ia berkata: "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia" (1 Kor. 14:2).

Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa bahasa lidah atau bahasa roh itu ada 2 macam:

1. Bahasa yang tidak dikenal dan tidak pernah dipelajari oleh si pembicara, tetapi adalah bahasa manusia yang dapat dimengerti oleh orang lain yang mengenal bahasa itu.

2. Bahasa yang tidak dimengerti, baik oleh si pembicara maupun oleh orang lain. Michael Green dalam bukunya "I Believe in the Holy Spirit" melukiskannya sebagai "curahan perasaan hati yang terdalam, yang diutarakan Roh Kudus dalam doa, pujian, atau nyanyian."

Apakah bahasa roh adalah tanda seseorang dipenuhi Roh Kudus?

Berdasarkan kejadian-kejadian yang diceritakan dalam Kisah Para Rasul 2; 10; 19 tersebut di atas, ada yang berargumentasi bahwa orang yang dibaptis atau dipenuhi Roh Kudus harus mempunyai tanda berbahasa lidah. Namun kalau kita selidiki Kisah Para Rasul, ternyata ada sembilan pembicaraan lain mengenai orang yang dipenuhi Roh Kudus tetapi tidak ada disebut-sebut mengenai bahasa lidah (4:8; 4:31; 6:3; 6:5; 7:55; 9:17; 11:24; 13:9; 13:52). Begitu juga Rasul Paulus berkata: "Dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh." Dan dalam pasal yang sama ia membicarakan tentang karunia-karunia Roh yang dibagi-bagikan untuk kepentingan jemaat, dan tidak semua orang memiliki karunia yang sama.

Jadi kita tidak dapat mengatakan bahwa bahasa roh adalah tanda dari orang yang dibaptis dengan Roh, atau yang penuh dengan Roh. Bahkan bila berdasarkan 3 kejadian dalam Kisah Para Rasul itu dituntut bahwa setiap orang yang dipenuhi Roh Kudus berbahasa roh, mengapa tidak dituntut bahwa bahasa itu harus dimengerti manusia? Karena kalau kita perhatikan, bahasa lidah mereka adalah bahasa yang bisa dimengerti manusia, yang diketahui berisi pujian kepada Allah, dan nubuat. Padahal yang dimaksud dengan tanda bahasa lidah pada umumnya adalah bahasa yang tidak dimengerti seorang pun.

Rasul Paulus menyebut bahasa roh yang tidak dimengerti seorang pun itu sebagai karunia dari Roh Kudus untuk berkata-kata dengan Allah, yang berguna untuk membangun dirinya sendiri (1 Korintus 14:2-4). Di 1 Kor. 12:30 sudah kita lihat bahwa karunia untuk berkata-kata dalam bahasa roh ini tidak dimiliki oleh semua orang percaya. Ia juga tidak menganjurkan supaya semua orang mencari karunia bahasa roh, karena karunia saja tanpa disertai kasih adalah tidak berguna. "Kasih itu tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap" (1 Kor. 13:8). Oleh karena itu, jika mencari karunia, usahakanlah memperoleh karunia yang berguna untuk membangun Jemaat (1 Kor. 14:12). Itu pula sebabnya karunia untuk bernubuat lebih berguna daripada karunia berbahasa roh, karena nubuat itu berguna untuk membangun Jemaat sedangkan bahasa roh hanya berguna untuk membangun diri sendiri, kecuali kalau diterjemahkan.

 SIKAP YANG BENAR BERKENAAN DENGAN GLOSSOLALIA

1. Alkitab jelas menyebutkan bahwa bahasa roh ini adalah salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus, oleh karena itu janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh (1 Kor 14:39); dan jangan pula terlalu cepat menyebutnya dari setan, karena dengan berbuat demikian kita berada dalam bahaya menghujat Roh Kudus.

2. Bahasa roh bukanlah karunia yang terutama, oleh karena itu jangan dibesar-besarkan. Ingatlah bahwa dalam agama Budha dan agama-agama mistik lainnya juga ada penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh manusia.

3. Bila berdoa sendiri pakailah bahasa roh itu sebebasnya, karena ini memang berguna untuk membangun diri sendiri.

4. Dalam pertemuan Jemaat, berdiamlah diri, kecuali kalau ada orang yang bisa menafsirkan bahasa roh itu (1 Kor. 14:28).

5. Jika ada yang menafsirkan maka bahasa roh itu dapat berguna untuk membangun Jemaat, namun hendaklah dilakukan dengan tertib: seorang demi seorang, dan sebanyak-banyaknya 3 orang dalam 1 session (1 Kor. 14:27).

 KESIMPULAN

Karunia-karunia Roh Kudus memang masih tetap diberikan kepada Gereja, dan kita tidak usah heran bila mendengar tentang mujizat dan kesembuhan ilahi. Namun kita harus waspada, karena dalam zaman akhir ini akan muncul Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu yang akan mengadakan banyak tanda dahsyat dan mujizat-mujizat sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga (Matius 24:24).

Selain itu kita harus ingat bahwa Alkitab memberitakan tentang Allah, yang memberikan karunia-karunia itu, dan bukan memusatkan perhatian pada karunia-karunia itu sendiri. Apapun karunianya, yang diutamakan adalah kemuliaan Allah dan pembangunan Gereja.

Ev. Ivone mendapatkan gelar B. Th. dari Singapore Bible College, dan M. Th. dari International Bible Institute and Seminary. Beliau melayani sebagai Penginjil part time di GKA Trinitas Surabaya; dosen pada Institut Kristen Bethany.

 DAFTAR PUSTAKA

Erickson, Millard J. Christian Theology. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1987.

Fee, Gordon D. The First Epistle to the Corinthians., Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1987.

James, Maynard. I Belive In the Holy Ghost London: Oliphants 1969.

Koole, J.L. De Boodschap der Genezing J.H. Kok N.V. Kampen, 1955.

Pache, Rene. The Person and Work of the Holy Spirit. Chicago: Moody Press, 1980.

Tenney, Merrill C. (gen. ed.). The Zondervan Pictorial Encyclopedia of the Bible. Vols. III, IV. Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1976.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA