Topik : Informasi Umum

5 Oktober 2005

Apa Guna Pohon Karet?

Nats : Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan (1 Korintus 12:4,5)
Bacaan : 1Korintus 12:4-11

Dalam salah satu penjelajahannya menuju Dunia Baru, Christopher Columbus menemukan sebuah pohon yang sangat aneh. Pohon ini memiliki buah bulat yang membal seperti bola. Nama Indiannya adalah caoutchouc-”kayu yang menangis”.

Pohon ini diberi nama demikian karena mengeluarkan getah yang menyerupai air mata. Akhirnya, para penemu pohon tersebut menemukan bahwa getah ini bisa dipanen dan dibiarkan mengeras untuk menghapus (rub out) tulisan pensil. Dari sinilah didapatkan nama “rubber” [karet].

Pada tahun 1830-an ditemukan bahwa karet tahan terhadap suhu yang sangat rendah apabila kandungan belerangnya dibersihkan. Oleh karena itu, ketika mobil ditemukan, permintaan karet menjadi tinggi. Di kemudian hari ditemukan bahwa getah pohon karet ini dapat digunakan untuk membuat sarung tangan bedah bagi para dokter. Ada begitu banyak kegunaan dari pohon karet yang masih harus ditemukan.

Demikian pula halnya ketika kita merenungkan karunia rohani yang diajarkan di dalam Alkitab, kita barangkali akan menemukan bahwa kita memiliki lebih dari satu karunia. Jika kita memulai jenis pelayanan yang baru, barangkali kita akan dapat menemukan bahwa kita memiliki kemampuan lain yang sebelumnya tidak kita ketahui.

Apa pun karunia rohani Anda, semuanya itu berasal dari Tuhan (1 Korintus 12:4-6). Pelayanan baru apa yang ingin Anda coba? Anda mungkin akan menemukan karunia rohani baru yang tidak pernah Anda ketahui sebelumnya -HDF

27 Oktober 2005

Kredo Anak

Nats : Jangan mengingini (Roma 7:7)
Bacaan : Kisah 20:32-38

Elisa Morgan, ketua Mothers Of Pre-Schoolers International, membagikan wawasannya mengenai cara pandang anak terhadap dunia:

Kredo Anak

Jika aku menginginkannya,
itu punyaku.

Jika aku memberikannya kepadamu
tetapi kemudian aku berubah pikiran,
maka itu punyaku.

Jika aku bisa mengambilnya darimu,
maka itu punyaku.

Jika aku memilikinya beberapa saat
yang lalu,
maka itu punyaku.

Jika itu punyaku, maka tidak akan
menjadi milik orang lain, siapa pun,
apa pun yang terjadi.

Jika kita membangun sesuatu bersama,
semua bagian-bagiannya milikku.

Jika hal itu kelihatannya seperti milikku,
maka itu adalah milikku.

Siapa pun yang pernah mengenal seorang anak akan tahu bahwa kredo itu benar. Kita melihat sifat ini ada dalam diri anak-anak, tetapi kita akan membencinya jika sifat ini dimiliki orang dewasa. Sifat ini disebut tamak.

Rasul Paulus, yang menjalani kehidupan rohani semu sebelum menjadi pengikut Yesus, bergelut dengan dosa tersebut (Roma 7:7). Sesudah mempelajari hukum Taurat Musa, ia jadi tahu betul apa itu ketamakan. Tetapi Allah melalui kasih karunia-Nya mengubah Paulus. Ia tidak lagi menjadi orang yang tamak dan iri hati, Paulus akhirnya menjadi orang yang sangat murah hati (Kisah Para Rasul 20:33-35). Dan kemurahan hati bisa menjadi alat uji yang sahih apakah kita secara rohani masih kanak-kanak atau tidak.

Apakah Anda mengizinkan Tuhan Yesus Kristus menciptakan hati baru yang murah hati di dalam diri Anda? Atau Anda masih mengikuti “Kredo Anak”? -HWR

31 Oktober 2005

Manusia Labu

Nats : Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7)
Bacaan : 2Korintus 9:6-15

Di Colorado Springs, orang-orang memanggil Nick Venetucci “Manusia Labu”. Selama 50 tahun setiap musim gugur, ia mengundang ribuan anak sekolah untuk mengunjungi tanah pertaniannya di sepanjang pinggir Sungai Monument Creek, untuk memetik sebuah labu gratis, dan membawanya pulang. Nick suka berjalan-jalan di sepanjang ladangnya bersama anak-anak, membantu mereka menemukan labu “yang tepat”.

Suatu kali di sekolah dasar setempat, yang diberi nama Venetucci untuk menghormati si Manusia Labu, sang kepala sekolah berkata, “Ia mengajarkan anak-anak definisi kemurahan hati. Ia memberi, memberi, memberi, dan tidak pernah mengharapkan balasan kembali.” Ketika Nick meninggal pada usia 93 tahun, masyarakat menyebutnya sebagai pahlawan karena semangat kebaikan dan ketulusan hatinya.

Nick Venetucci membagikan buah dari hasil pekerjaannya karena ia memang menginginkannya. Alkitab mendorong kita semua untuk memberi dengan cara seperti ini: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (2 Korintus 9:7,8).

Kasih karunia berasal dari Allah; pemberian berasal dari hati kita. Manfaatnya menyebar kepada lebih banyak orang daripada yang bisa kita bayangkan. Manusia Labu menunjukkan kepada kita bagaimana cara melakukannya -DCM

11 Juli 2007

Keterbatasan Kita

Nats : Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar (1Korintus 2:3)
Bacaan : Matius 25:24-28

Suzanne Bloch, seorang imigran dari Jerman, sering bermain musik bersama Albert Einstein dan para ilmuwan terkemuka lain. Ia berkata bahwa Einstein adalah pemain biola yang hebat, tetapi ia sering membuat jengkel para pemusik lainnya karena tak bisa mengikuti ketukan irama. "Einstein tak bisa menghitung ketukan," kata Bloch menjelaskan. Ya! Einstein bisa merancang teori-teori revolusioner tentang alam semesta, tetapi ia bermasalah dalam menghitung irama. Namun, meski memiliki keterbatasan, Einstein tetap seorang pemusik yang antusias.

Apakah kadang-kadang kita meratapi berbagai keterbatasan kita? Kita semua mempunyai kemampuan, tetapi kita kadang juga terhambat oleh ketidakmampuan. Dari situ, kita bisa saja tergoda untuk menggunakan keterbatasan kita sebagai alasan untuk tidak melakukan beberapa hal, yang sebenarnya bisa kita lakukan jika Allah telah memampukan kita. Jika kita tidak berbakat untuk berbicara di depan umum atau menyanyi di paduan suara, bukan berarti kita boleh berdiam diri saja dan tidak melakukan apa-apa untuk pelayanan.

Saat kita menyadari bahwa kita semua mempunyai keterbatasan, marilah kita berusaha mencari pimpinan Allah untuk dapat menggunakan talenta kita. Kita pasti dapat berdoa. Kita pasti dapat menunjukkan kebaikan kepada orang lain. Kita dapat mengunjungi orang-orang yang kesepian, sakit, dan berusia lanjut. Kita dapat dengan sederhana dan mengena menceritakan betapa berartinya Yesus bagi hidup kita. Paulus berkata, "Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut anugerah yang diberikan kepada kita" (Roma 12:6) --VCG

20 Agustus 2007

Mentalitas Konsumen

Nats : Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah (1Korintus 3:14)
Bacaan : 1Korintus 3:5-15

Saya memiliki kegemaran membaca dan juga suka membeli buku. Akan tetapi, saya tidak suka apabila pihak penerbit menganggap saya sebagai "konsumen". Kata consume dapat bermakna "menghilangkan sama sekali" atau "membuang-buang". Definisi ini mengingatkan kita akan kebakaran hutan yang melahap berhektar-hektar tanaman, kemudian meninggalkan sisa pepohonan dan rumah yang hangus. Pada saat kita membaca buku, kita tidak mengonsumsi buku dalam artian seperti itu, karena buku tersebut tidak akan habis setelah kita baca. Yang terjadi sebenarnya sangatlah berlawanan. Buku menjadi bagian dari diri kita dan mengubah kita.

Hal ini terutama berlaku bagi Alkitab. Apabila kata-kata dari Kitab Suci tinggal di dalam diri kita, kata-kata tersebut akan menjaga kita dari dosa yang menghancurkan (Mazmur 119:11). Yesus mengatakan bahwa apabila firman-Nya tinggal dalam kita, maka kita akan berbuah banyak (Yohanes 15:5-8). Dengan kata lain, kita akan menjadi pembuat, bukan konsumen; pemberi, bukan penerima.

Rasul Paulus menunjuk orang kristiani sebagai "kawan sekerja Allah" (1 Korintus 3:9), yaitu orang-orang yang akan mendirikan bangunan yang tidak dapat "dikonsumsi" habis ketika melewati api penghakiman Allah (ayat 13-15). Selanjutnya, ia mendorong para pembaca untuk menggunakan berbagai karunia yang dapat membangun jemaat (14:12).

Sebagai orang kristiani, kiranya kita dikenal, bukan karena barang-barang yang kita konsumsi, melainkan karena buah-buah baik yang kita hasilkan --JAL

16 Juli 2008

Kalap!

Nats : Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! (Mazmur 46:11)
Bacaan : 2Raja-raja 6:14-18

Ketika berjalan memasuki kantor, Eddy menyenggol ujung meja seorang teman yang memang posisi mejanya agak miring. Karena kesakitan, Eddy menjadi marah. Dalam kondisi marah, ia kemudian menjadi kalap dan menyalahkan temannya yang tidak menyusun meja dengan benar. Sikap kalap membuatnya tidak tenang, over reaktif, sehingga ia tak dapat melihat apa yang sesungguhnya terjadi dengan mata jernih.

Bujang Elisa juga bersikap kalap ketika mendapati dirinya dan Elisa, tuannya, dikepung oleh pasukan raja Aram. Sikap reaktif membuatnya panik dan ketakutan, bahkan mengeluarkan kalimat putus asa (ayat 15). Hal itu menghalanginya untuk melihat bahwa pertolongan Tuhan ada di sekelilingnya (ayat 17). Sebaliknya, Elisa memiliki kepercayaan yang besar kepada Allah yang dapat diandalkan. Dengan begitu ia dapat bersikap tenang, bahkan dapat berdoa meski ia ada dalam situasi yang sama dengan bujangnya.

Kalap membuat hati kita bergejolak dan tidak dapat berpikir jernih. Dalam kondisi demikian, sangat mungkin kita mengambil tindakan yang salah. Lalu apa yang harus kita lakukan agar tidak kalap, meskipun tekanan datang tanpa dapat diduga? Pemazmur membukakan sebuah sikap yang indah, yaitu "diam". Diam dan tenang di hadapan Allah akan menolong kita untuk tidak bersikap kalap dalam menghadapi tekanan.

Doa bukan sekadar waktu untuk berbicara dengan Tuhan. Doa juga merupakan waktu untuk menenangkan diri di hadapan-Nya dan melihat Dia berkarya melalui keadaan yang sulit sekalipun. Hari ini, bila situasi hidup menekan Anda, ambillah pilihan untuk berdoa -RY

11 September 2008

Doa Syafaat

Nats : Maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu (Kejadian 19:29)
Bacaan : Kejadian 18:23-33

Dalam sebuah pengadilan, peran seorang advokat atau pengacara sangat penting. Pembelaannya di depan hakim akan menentukan nasib sang terdakwa. Bayangkanlah cerita Alkitab hari ini dengan situasi sebuah pengadilan. Kota Sodom dan Gomora duduk di kursi terdakwa; Allah sebagai Hakim; jaksa penuntut diperankan oleh banyak orang yang berkeluh-kesah tentang kedua kota itu; dan Abraham tampil membela pihak tertuduh dengan argumentasinya yang gigih.

Dengan "keberanian" yang mengagumkan, Abraham melakukan "tawar-menawar" dengan Tuhan tentang jadi atau tidaknya Dia menjatuhkan hukuman atas Sodom dan Gomora. "Kesepakatan" antara Tuhan dengan Abraham akhirnya diperoleh. Hukuman terhadap Sodom dan Gomora tetap dilaksanakan. Namun, perhatikanlah bahwa Allah menyatakan kemurahan-Nya kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dan, Allah pun menjalankan misi penyelamatan atas Lot dan keluarganya. Mengapa? Karena Dia "ingat kepada Abraham"! Peristiwa ini sungguh menggetarkan hati. Allah mengingat Lot karena doa yang dinaikkan Abraham.

Sebuah lagu pop rohani berkata: "Bila kau rasa sepi dan hatimu pun sedih, ingatlah seorang mendoakanmu." Doa syafaat adalah seruan permohonan kepada Tuhan atas nama pihak lain. Tuhan memedulikan doa semacam ini. Abraham berseru kepada Tuhan atas nama Lot, dan Lot pun diselamatkan. Tuhan ingat seruan Abraham. Kita pasti pernah, atau bahkan sedang diberkati karena seseorang mendoakan kita. Namun, sebaliknya, biarlah ada seseorang yang juga diberkati karena Allah ingat akan doa-doa kita untuknya -PAD



TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA