Topik : Istirahat/Rekreasi

18 November 2002

Interlude

Nats : Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" (Markus 6:31)
Bacaan : Markus 6:30-34

Allah menuliskan irama hidup kita. Dan tugas kita adalah mengikuti arahannya dalam menyenandungkan, menyelaraskan, memadukan, dan menyanyikan sebuah irama.

Melayani Tuhan, seperti halnya menyanyi, dapat membangkitkan semangat dan membanggakan. Namun, seperti halnya ketika musik interlude [nada sela di tengah-tengah lagu, biasanya penyanyi berhenti menyanyi] mengalun, saat kita disisihkan karena sakit, digantikan orang lain, atau pensiun, kita bisa frustasi dan kecewa. Ketika Allah berkata, "Mari ... beristirahatlah" (Markus 6:31), kita mungkin tidak ingin berhenti. Kita menganggap seakan-akan pertunjukan kita sudah selesai dan kita sudah sampai pada akhir lagu kita.

Jika kita membiarkan diri tenggelam dalam kesedihan karena ketidakaktifan, maka kita hanya akan memusatkan perhatian pada kekurangan kita. Untuk itu, kita perlu mengingatkan diri kita sendiri bahwa Tuhan barangkali menggunakan waktu istirahat kita untuk membuat musik kita lebih baik.

Sang Konduktor Agung menghitung waktu dengan tepat. Dia memiliki begitu banyak aransemen musik yang tidak kita ketahui. Jika mata kita tetap tertuju kepada-Nya, maka di saat yang tepat Dia akan memampukan kita untuk kembali bernyanyi.

Selain itu kita dapat menikmati waktu istirahat kita. Itu adalah kesempatan untuk menenangkan jiwa dan mempersiapkan langkah kita selanjutnya. Istirahat bukanlah suatu kesalahan atau penelantaran, melainkan satu bagian penting dari simfoni yang Allah tuliskan di awal hidup kita dan Dia melatih kita setiap hari.

Sang Konduktor tahu yang terbaik. Nantikanlah Dia –David Roper

30 Mei 2003

Istirahat

Nats : Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya (Mazmur 23:3)
Bacaan : Mazmur 23

Menurut survei yang dilakukan sebuah perusahaan asuransi, satu dari setiap enam pekerja di AS merasa terlalu sibuk untuk mengambil seluruh hari libur yang dimilikinya. Meski penelitian menunjukkan bahwa libur selama satu minggu setiap tahun dapat menurunkan stres dan risiko serangan jantung secara dramatis, banyak orang justru memilih untuk tetap bekerja.

Liburan baik bagi tubuh dan jiwa. Namun, banyak orang tidak dapat menikmati waktu luang yang bebas dari pekerjaan dan tanggung jawab sehari-hari. Lalu apa yang dapat kita lakukan ketika kita harus tinggal dalam situasi yang menyita perhatian kita?

Mazmur 23 melukiskan gambaran kata-kata yang indah tentang gembala yang baik, domba-domba yang aman, serta sebuah pemandangan yang damai tentang padang rumput dan air yang tenang. Namun, Tuhanlah, sang Gembala kita, yang memberi tempat istirahat, bukan rumput hijau atau-pun air mengalir. "Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya" (ayat 3).

Peristirahatan adalah sebuah tempat yang damai, di mana jiwa kita menemukan Allah. Di sana kehadiran orang-orang yang menentang kita maupun lembah kematian yang kelam tidak dapat menjauhkan kita dari apa yang disebut penulis himne Cleland McAfee sebagai "tempat peristirahatan yang tenang, dekat di hati Allah". Melalui doa dan perenungan akan firman-Nya, kita dapat berhubungan erat dengan Dia. Dalam hadirat Tuhan, kita dapat mengalami istirahat dan pembaruan yang sangat kita butuhkan --David McCasland

27 Februari 2005

Pencipta Kita

Nats : Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1)
Bacaan : Kejadian 1

Bab pertama Alkitab membahas tentang persoalan hidup yang paling mendasar. Bagian ini menyatakan bahwa Allah mengadakan segala sesuatu. Hal ini seharusnya memengaruhi cara kita menjalani hidup.

Penulis kitab Kejadian membuat pernyataan radikal bahwa ada satu Allah. Tentunya kebenaran ini bertentangan tajam dengan politeisme dan penyembahan berhala pada zaman kuno. Gambaran masing-masing hari penciptaan mencela berbagai dewa yang dipuja oleh para penyembah berhala di zaman Musa, dan menyatakan bahwa semua itu bukanlah allah sama sekali. Mereka hanyalah ciptaan satu-satunya Allah tunggal yang benar dan hidup.

Pada hari yang pertama, dewa terang dan kegelapan disingkirkan; hari kedua, dewa laut dan langit; hari ketiga, dewa bumi dan tumbuh- tumbuhan; pada hari keempat, dewa matahari, bulan, dan bintang; hari kelima dan keenam, dewa binatang. Dan kemudian akhirnya, manusia. Meskipun semua orang dikaruniai oleh citra ilahi, mereka sebenarnya hanyalah makhluk ciptaan dan tidak boleh dipuja.

Penjelasan ini kemudian mendasari perjanjian bangsa Israel dengan Allah. Misalnya, mengapa Sepuluh Perintah Allah melarang penyembahan terhadap allah-allah yang lain? Karena hanya Allah yang menciptakan langit dan bumi. Mengapa pembunuhan tidak dapat dibenarkan? Karena manusia telah diciptakan serupa dengan gambar Allah.

Marilah kita menjadikan pengenalan terhadap Allah yang benar dan hidup menjadi tujuan kita —Haddon Robinson

30 Oktober 2005

Marilah Beristirahat

Nats : Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika (Markus 6:31)
Bacaan : Lukas 9:1-10

Menurut kisah yang diceritakan turun- temurun, ketika Rasul Yohanes menjadi mandor di Efesus, ia memiliki hobi menerbangkan merpati. Alkisah, seorang penatua melewati rumahnya ketika ia pulang dari berburu dan melihat Yohanes sedang bermain dengan salah satu burung merpatinya. Dengan lembut penatua ini menegurnya karena ia menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia.

Kemudian Yohanes melihat busur pemburu itu dan mengatakan bahwa talinya kendur. “Ya,” jawab penatua itu, “saya selalu mengendurkan tali busur saya ketika tidak digunakan. Jika tetap dibiarkan kencang, tali ini akan kehilangan daya pegasnya dan bisa menggagalkan perburuan saya.”

Yohanes menjawab, “Saya pun sekarang sedang mengendurkan busur pikiran saya supaya saya bisa lebih baik meluncurkan panah kebenaran Ilahi.”

Kita tidak bisa melakukan pekerjaan secara maksimal apabila syaraf kita tegang dan merasa lesu karena mengalami tekanan terus-menerus. Ketika murid-murid Yesus kembali dari misi pengajaran yang melelahkan, Tuhan tahu bahwa mereka butuh beristirahat. Maka Dia mengajak mereka bersama-Nya mencari tempat yang tenang di mana mereka bisa segar kembali (Markus 6:31).

Hobi, liburan, dan rekreasi yang sehat adalah hal yang sangat vital untuk hidup kudus yang seimbang. Kita akan kehilangan efektivitas apabila terus-menerus mengusahakan disiplin ketat sehingga kita selalu tegang. Jika kita tampaknya tidak bisa santai, Yesus mungkin mengundang kita untuk beristirahat-ke “tempat yang sunyi … dan beristirahat” -DJD

5 April 2006

Selalu Terjaga

Nats : Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman (Mazmur 4:9)
Bacaan : Mazmur 121

Seorang ibu dan putrinya yang berusia 4 tahun akan tidur. Si anak takut gelap. Saat lampu dimatikan, anak ini memerhatikan bulan yang sinarnya menembus masuk lewat jendela. "Bu," tanyanya, "Apakah itu lampu Allah?" "Betul, Nak," sahut ibunya. Ia lalu bertanya lagi, "Apakah Dia akan mematikan lampu-Nya dan tidur juga?" "Oh tidak, Dia tidak pernah tidur, Nak." Setelah diam beberapa saat, anak ini berkata, "Asalkan Allah tidak tidur, aku tidak takut." Karena menyadari bahwa Allah akan selalu menjaganya, anak itu pun segera tidur dengan nyenyak.

Sebagai orang kristiani, dengan penuh keyakinan kita dapat menyerahkan diri sepanjang hari kepada Allah kita yang setia. Dia betul-betul sadar bahwa kita takut berada dalam kegelapan, tetapi juga frustrasi di dalam terang. Kita dapat yakin bahwa Dia senantiasa melindungi. Mata-Nya yang penuh kasih dan tangan-Nya yang melindungi senantiasa melingkupi kita.

Barangkali saat ini Anda sedang kesepian karena menderita sakit atau kehilangan orang yang Anda kasihi. Dalam situasi demikian, bayang-bayang malam memperbesar kegelisahan Anda dibandingkan sebelumnya. Keraguan meningkat dan rasa takut menyesakkan jiwa Anda, sehingga Anda tidak dapat beristirahat dengan semestinya.

Percayalah kepada Bapa surgawi sehingga sama seperti pemazmur Anda dapat berkata, "Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman" (Mazmur 4:9). Ingat, Allah selalu terjaga --PRV

11 Maret 2007

Beristirahat

Nats : Allah ... berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu (Kej. 2:2)
Bacaan : Kejadian 2:1-3

Kita hidup di tengah dunia yang berorientasi pada tindakan, dan sepertinya inilah saat-saat paling sulit untuk menyederhanakan hidup! Bukankah tampaknya selalu ada pekerjaan yang harus dilakukan dan tak ada waktu istirahat? Jawablah pertanyaan berikut ini dengan jujur untuk menentukan apakah Anda butuh istirahat atau tidak: Apakah saya tertekan ketika mengerjakan berbagai aktivitas normal setiap hari? Sulitkah menemukan sukacita di dalamnya? Apakah saya beristirahat sesuai kebutuhan tubuh saya? Apakah saya bangun dalam keadaan letih?

Dalam proses penciptaan, Allah membangun suatu pola kerja dan istirahat yang dapat dicontoh orang kristiani. Selama enam hari Allah bekerja untuk mengatur dunia kita. Namun, pada hari ketujuh, setelah menyelesaikan semua aktivitas kreatif-Nya, Dia beristirahat. Allah memperlihatkan bahwa istirahat itu tepat dan benar adanya.

Yesus menunjukkan pentingnya istirahat saat Dia duduk dengan tubuh letih di samping sumur setelah berjalan jauh (Yoh. 4:6), dan ketika Dia tidur di buritan kapal dengan kepala beralaskan sebuah tilam (Mrk. 4:38). Dia juga beristirahat ketika Dia dan para murid pergi meninggalkan kerumunan orang (Mrk. 6:31,32).

Jika Tuhan saja beristirahat dari karya penciptaan-Nya dan dari pelayanan-Nya di muka bumi ini, maka kita pun membutuhkan istirahat dari pekerjaan kita. Saat-saat istirahat dapat menyegarkan diri kita kembali untuk siap menghadapi saat-saat pelayanan. Aturlah waktu untuk "memperlambat" gerak hidup Anda minggu ini --MW

Jika tubuh, roh, dan jiwa kita
Mau berfungsi dengan sehat,
Perlu waktu memperbarui semua --
Waktu bersantai, beristirahat. --D. De Haan

29 Maret 2007

Tempat yang Tenang

Nats : Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang (Mzm. 23:2)
Bacaan : Mazmur 23:1-6

Kantor kami adalah tempat yang sibuk. Segalanya terkadang seolah seperti bergerak dengan tingkat kecepatan yang berbahaya. Kesibukan ini meliputi rapat, pertemuan-pertemuan di koridor, dan munculnya setumpuk e-mail.

Di tengah kesibukan yang tinggi ini, saya kadang kala merasa perlu untuk lari dari semua itu untuk mengurangi tekanan. Tanggapan saya? Mencari sebuah tempat yang sunyi. Ketika saya tidak mempunyai janji pertemuan saat makan siang, saya pergi untuk menyepi di mobil saya. Saya mengambil makan siang dan duduk di mobil. Di situ saya dapat membaca, mendengarkan musik, berpikir, berdoa -- dan merasa segar kembali.

Saya rasa inilah esensi dari apa yang ditunjukkan pemazmur dalam Mazmur 23:2. Ia melihat Gembala yang Baik membawanya ke "air yang tenang", yakni air tempat ia dapat beristirahat. Itu menggambarkan sebuah tempat yang tenang, suatu bentuk pengasingan diri dari berbagai tekanan hidup, tempat Anda dapat beristirahat di hadirat Sang Gembala hati Anda dan dikuatkan untuk menyongsong apa yang ada di hadapan Anda. Yesus pun menyepi ke tempat yang sunyi untuk berdoa dan bersekutu dengan Bapa-Nya (Mrk. 1:35).

Kita semua membutuhkan istirahat dalam hidup, tidak hanya karena dinamika kehidupan yang tak tertahankan, tetapi karena kita tergantung pada sumber yang dimiliki Tuhan. Di tengah zaman yang bergerak cepat, penting bagi kita untuk menemukan sebuah tempat yang sunyi, "tempat untuk beristirahat, dekat di hati Allah". Di mana tempat istirahat Anda? --WEC

Ada tempat aman sentosa,
Dekat hati Tuhan,
Di mana dosa tak menyiksa,
Dekat hati Tuhan. --McAfee

30 Maret 2007

Malam

Nats : Setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Menjelang malam, Ia sendirian di situ (Mat. 14:23)
Bacaan : Efesus 5:6-17

Malam adalah salah satu waktu favorit saya. Itulah saatnya untuk mengingat kembali apa yang telah berlalu pada hari itu, melakukan berbagai pemeriksaan, dan merenungkan berbagai peristiwa hari itu -- entah peristiwa baik atau buruk. Apabila cuaca sedang baik, saya dan istri akan berjalan-jalan ke luar, atau kadang kala kami hanya membuat secerek kopi dan berbincang-bincang tentang hari yang kami lewati dan apa yang telah kami lakukan. Itulah saatnya untuk melakukan pertimbangan dan evaluasi dengan cermat, bersyukur, dan berdoa.

Tuhan kita juga melakukan hal serupa selama pelayanan-Nya di dunia. Di akhir hari yang melelahkan dan membutuhkan banyak perhatian-Nya, Dia naik ke atas gunung selama beberapa saat untuk berefleksi dan berdoa di hadapan Bapa-Nya (Mat. 14:23).

Nilai dari tindakan saat teduh di hadapan Bapa surgawi dan refleksi diri secara cermat terhadap bagaimana kita telah menjalankan kehidupan selama ini, memiliki signifikansi yang besar. Barangkali ini merupakan tujuan Rasul Paulus saat menantang kita untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya (Ef. 5:16). Ia ingin memastikan bahwa kita akan memanfaatkan waktu yang diberikan Allah dengan sebaik-baiknya untuk hidup dan melayani.

Manakala hari akan berakhir, luangkan waktu sejenak untuk berefleksi diri. Di tengah ketenangan malam, di hadapan Allah, kita dapat memperoleh cara pandang yang lebih akurat tentang kehidupan dan cara menjalaninya --WEC

Aku datang dari dunia perselisihan,
Dengan beban, cobaan, dan derita
Ke tempat indah, tenang, dan aman
Bertemu Yesus muka dengan muka. --Brandt



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA