Daftar Isi
Selalu Siap Mendengar
Mana Suara Piccolo?
Risiko Penonton
Cincin Meterai
Orang yang Tak Layak
Hanya Seorang Utusan
Bahagia Tanpa
Alasan dan Risiko
Kebesaran Sejati
Sisingkan Lengan Baju
Perkenalan
Mary dan Allah
Hanya Pewarta
Terus Berlomba!
Mati untuk Hidup
Terangilah Dunia
Menggembalakan Domba Yesus
Bersinarlah!
Cukup Setiakah?
Jadilah Diri Sendiri
Setiap Senti Diri Saya
Panggilan Tak Terduga
Uang Receh?
Apakah Anda Letih?
Dipakai Allah
Menjala
Cahaya Kecil Saya
Membiarkan Lampu Menyala
Transmisi Digital
Menemukan Jalan Pulang
Menangani Kritik
Berikan Hati Anda
Hidup yang Diteladani
Tak Dikenal
Pemimpin yang Rendah Hati
Orang Tak Penting
Kaki Yudas
Siapa Menyiapkan Parasut?
Lebah Pejantan
Kebesaran Sejati
Apa Motivasi Kita?
Jangan Pernah Menyerah
Senang Sekaligus Sedih
Teruskan!
Rantai yang Tak Putus
"menambang Batu Bara"
Sahabat Para Pendosa
Memerhatikan Angin
Diperlukan Bantuan!
Yang Diperbuat Allah
Biar Dunia Mendengar
Teladan Kristiani
Melayani dan Bersekutu
“perut Sosial”
Siap Sedialah
Semut dan Gajah
Orang Kristiani Lubang Kelinci
Sarang Laba-laba
Pulang dan Ceritakanlah
Ambisi yang Setia
Pelajaran dari Lebah Madu
Teruskanlah
Tonsilitis Jones
Bekerja dengan Bijak
Monumen yang Hidup
Pengumpul Sampah
Tukang yang Jenius
Apa Guna Pohon Karet?
Menceritakan Kebenaran
Sukacita Karena Satu Orang
Menjangkau Anak Muda
Terlupakan di Dalam Hadiah
Kisah Dua Budak
Pemberian kepada Allah
Kasih Perlu Diungkapkan
Pengaruh Kita
Rekan Sekerja
Bersenang-senang
Bekerja Bagi Allah
Motivasi Utama
Ibadah Penuh Sukacita

Topik : Ibadah/Pelayanan

3 November 2002

Selalu Siap Mendengar

Nats : Dengarkanlah ini, hai bangsa yang tolol ... yang mempunyai telinga, tetapi tidak mendengar! (Yeremia 5:21)
Bacaan : Yeremia 5:20-25

Salah seorang anak laki-laki saya sangat mahir menutup telinganya terhadap hal yang tidak ingin ia dengar. Di gereja, pikirannya mengembara ke mana-mana. Ia bisa memberitahu Anda berapa jumlah lajur di langit-langit dan berapa banyak kursi di tempat paduan suara. Berulang kali saya mendengar omelan istri saya kepadanya, "Kau mendengarkan Ibu, kan?"

Kita juga sering bersalah karena menutup telinga terhadap hal yang tidak ingin kita dengar, sekalipun pesan itu berasal dari Allah. Dalam bukunya Christian Reflections (Refleksi Orang Kristiani), C. S. Lewis mengatakan bahwa seseorang yang hendak mengabaikan suara Allah akan mengikuti nasihat ini: "Hindari ketenangan, kesunyian, dan setiap lintasan pikiran yang mengembalikan kita pada arah dan tujuan kita. Pusatkan perhatian pada uang, seks, status, kesehatan, dan (terutama) keluhan Anda. Terus hidupkan radio. Hiduplah dalam keramaian."

Ketika kita melakukan kesalahan, saat itulah kita benar-benar perlu mendengarkan suara Allah. Namun, sering kali kita begitu keras kepala sehingga memutuskan untuk tidak mendengarkan-Nya. Nabi Yeremia mengecam orang-orang seperti ini, katanya, "Hai bangsa yang tolol ... yang mempunyai telinga, tetapi tidak mendengar ... bangsa ini mempunyai hati yang selalu melawan dan memberontak" (Yeremia 5: 21, 23).

Daripada menutup telinga terhadap suara Allah, bacalah Alkitab dan berdoalah kepada-Nya secara teratur. Luangkan waktu sejenak untuk merenungkan Allah beserta berkat-Nya yang melimpah. Itulah cara mendengarkan yang baik! —Dave Egner

17 November 2002

Mana Suara Piccolo?

Nats : Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini? (Yohanes 6:9)
Bacaan : Yohanes 6:1-14

Pada waktu-waktu tertentu kita mungkin merasa bahwa kita tidak berarti dan tidak berguna. Karena dikelilingi orang-orang yang memiliki talenta yang lebih besar dari kita, maka saat kita merasa lemah, kita cenderung menarik diri dan membiarkan orang lain mengerjakan suatu pekerjaan. Kita berpikir bahwa apa yang kita berikan tak akan banyak artinya.

Kita lupa pada kebenaran yang dinyatakan Tuhan saat Dia memanfaatkan lima roti dan dua ikan kecil untuk memberi makan begitu banyak orang (Yohanes 6:1-14). Kita masing-masing punya sesuatu yang penting yang dapat dipersembahkan kepada-Nya.

Sir Michael Costa sedang memimpin sebuah latihan orkestra yang memainkan berbagai macam alat musik secara serempak. Di tengah- tengah latihan, bersamaan dengan suara terompet yang nyaring, drum yang berdentum-dentum, dan biola yang mengalunkan melodi yang indah, si pemain piccolo [sejenis suling kecil] menggerutu pada dirinya sendiri, "Apa gunanya saya? Lebih baik saya berhenti bermain saja. Toh tak ada orang yang bisa mendengarkan saya." Begitulah, ia tetap menaruh piccolonya di sela mulutnya, tetapi ia tidak meniupnya. Sesaat kemudian, sang konduktor berteriak, "Berhenti! Berhenti! Suara piccolonya mana?" Ternyata suara piccolo tidak terdengar oleh orang terpenting dalam orkestra itu.

Sama halnya saat kita menggunakan segenap talenta kita bagi Tuhan. Entah talenta kita besar atau kecil, pertunjukan belumlah lengkap sebelum kita melakukan yang terbaik dengan apa yang kita miliki –Richard De Haan

16 Desember 2002

Risiko Penonton

Nats : Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajar (Ibrani 5:12)
Bacaan : Ibrani 5:5-15

Semua orang dapat berpartisipasi dalam olahraga, termasuk orang yang paling lemah sekalipun. Namun, hanya orang paling kuatlah yang dapat bertahan sebagai penonton. Menurut seorang ahli spesialis jantung, ketika Anda menjadi penonton dan bukan peserta olahraga, ada hal-hal yang meningkat dan menurun, yang semuanya buruk. Berat badan, tekanan darah, denyut jantung, kolesterol, dan kadar trigliserida meningkat. Sebaliknya, vitalitas, konsumsi oksigen, fleksibilitas, stamina, dan kekuatan tubuh menurun.

Menjadi penonton dalam arena kehidupan kristiani juga berisiko. Ada hal-hal yang meningkat dan menurun, tapi semuanya itu jugaburuk. Kritik, keputusaasaan, kekecewaan, dan kejenuhan, akan cenderung meningkat. Sebaliknya, kepekaan terhadap dosa dan kebutuhan sesama, serta kemampuan untuk menerima firman Allah, menurun. Tentu saja, ada saat-saat di mana kita bersukacita dan terharu ketika mendengarkan kesaksian seseorang mengenai pekerjaan Allah yang luar biasa dalam hidupnya. Namun itu tidak sebanding dengan bila kita mengalami sukacita itu sendiri. Tidak ada yang dapat menggantikan saat Anda mengalami bermacam pengalaman iman dan saat Anda menggunakan talenta yang diberikan Allah demi kepentingan orang lain.

Jika kita ingin menjadi dewasa dan bertumbuh semakin kuat sebagai pengikut Yesus Kristus, kita harus berani mempertaruhkan iman kita, dan hal itu berisiko. Namun ingatlah, risiko yang jauh lebih besar akan kita tanggung jika kita hanya menjadi penonton –Mart De Haan II

26 Desember 2002

Cincin Meterai

Nats : Aku akan mengambil engkau ... dan akan menjadikan engkau seperti cincin meterai; sebab engkaulah yang Kupilih (Hagai 2:24)
Bacaan : Hagai 2:21-24

Di beberapa kerajaan zaman dahulu, seorang raja yang ingin menandai atau mengamankan sebuah dokumen akan menyegelnya dengan menggunakan cincin meterainya. Ia menekankan cincinnya pada lilin yang lunak dan membiarkannya mengeras sehingga membentuk segel yang bertanda sama dengan cincin itu. Cincin meterai mewakili kemuliaan, kekuasaan, dan jaminan milik pribadi sang raja, sehingga benda itu menjadi sangat berharga.

Dalam Hagai 2:24, kita membaca bahwa Allah berkata Dia akan membuat Zerubabel "seperti cincin meterai". Pernyataan ini begitu luar biasa, karena sebelumnya Tuhan telah menyatakan penghakiman kepada kakeknya, Konya bin Yoyakim dan garis keturunannya (Yeremia 22:24- 30). Allah berkata bahwa meskipun seandainya Konya adalah cincin meterai, Dia akan tetap mencampakkannya.

Bertahun-tahun kemudian, Zerubabel memimpin sekumpulan orang Yahudi kembali ke Yerusalem setelah masa pembuangan di negeri Babel. Karena ketaatannya kepada Allah dan usahanya dalam membangun kembali Bait Suci, Tuhan memperlakukan Zerubabel sebagai cincin meterai yang berharga (Hagai 2:24).

Kita tahu bahwa Allah itu adil dan dosa memiliki konsekuensinya sendiri. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa Allah juga berbelas kasih dan Dia memberkati orang-orang yang melakukan apa yang diperintahkan-Nya.

Dengan menaati Tuhan, kita juga dapat mengalami sukacita karena menjadi seperti cincin meterai Allah yang berkenan bagi-Nya dan berguna bagi kehendak-Nya –Albert Lee

8 Januari 2003

Orang yang Tak Layak

Nats : ... mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia" (Markus 1:16,17)
Bacaan : Markus 1:16-20

Anak Allah tidak hanya dilahirkan di tempat yang tidak layak dan dengan orangtua yang kita anggap tidak layak, tetapi Dia juga memilih para pengikut-Nya di tempat yang tidak layak. Dia tidak mencari murid di sekolah-sekolah agama untuk mendapatkan murid yang terpelajar. Dia tidak mendekati para negarawan yang cakap dan para orator yang terkenal. Sebaliknya, Yesus pergi ke Danau Galilea dan memanggil empat nelayan biasa, yakni Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes. "Pilihan yang buruk," kata sebagian orang. "Orang-orang yang tidak terpelajar. Orang-orang yang keras. Apa mereka tahu bagaimana memulai suatu gerakan yang mendunia? Mereka bahkan takkan mampu mengendalikan orang banyak jika mereka harus melakukannya."

Kini, atas nama para nelayan di mana pun berada, saya katakan bahwa mereka sebenarnya memiliki banyak sifat positif. Mereka adalah orang- orang yang panjang akal, berani, dan sabar. Mereka adalah orang-orang yang membuat rencana dengan hati-hati dan selalu memelihara peralatan kerja mereka. Sifat seperti itu sangat membantu dalam melaksanakan Amanat Agung (Matius 28:19,20), tetapi saya rasa bukan karena itu Yesus memilih orang-orang tersebut. Saya yakin Dia ingin memperlihatkan bagaimana Allah dapat mengubah orang biasa menjadi "penjala manusia" (Markus 1:16,17).

Pekerjaan Allah sering kali dilakukan oleh orang-orang yang kita anggap tak layak dari tempat yang tak layak pula, yakni seperti Anda dan saya. Untuk mencapai keberhasilan, kita harus mengikuti Dia yang dapat menjadikan kita penjala manusia --David Egner

23 Januari 2003

Hanya Seorang Utusan

Nats : Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripadaku akan datang (Lukas 3:16)
Bacaan : Lukas 3:1-18

Dave Thomas, pendiri rumah makan Wendy's, pernah muncul dalam lebih dari 800 iklan televisi. Di situ ia memaparkan humor sederhana dan hamburger khasnya kepada pemirsa di seluruh dunia. Para penonton telah memandangnya sebagai orang yang bersahabat, lucu, bisa dipercaya, dan penuh perhatian. Namun meski tenar, Thomas selalu mengatakan bahwa ia hanyalah seorang "utusan, bukan pesan itu sendiri."

Ini pula yang harus kita ingat saat mewartakan Kristus kepada teman dan keluarga. Kita memang harus berusaha hidup konsisten dengan apa yang kita katakan, tetapi tujuan kita ialah memberi kesaksian tentang Yesus kepada sesama, bukan tentang diri kita sendiri. Rasul Paulus berkata: "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (2 Korintus 4:5).

Yohanes Pembaptis sadar bahwa ia berperan sebagai utusan bagi Kristus. Ketika orang banyak berkumpul untuk mendengarkan Yohanes berkhotbah, dan untuk dibaptis sebagai tanda pertobatan mereka, banyak orang bertanya-tanya apakah ia adalah Mesias yang dijanjikan. Namun Yohanes berkata kepada mereka, "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripadaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak" (Lukas 3:16).

Melalui perkataan dan perbuatan, kita dapat memberi kesaksian bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dan Tuhan. Ingatlah bahwa kita adalah utusan-Nya, dan Dia adalah pesan itu sendiri --David McCasland

24 Januari 2003

Bahagia Tanpa

Nats : Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan (1Timotius 6:9)
Bacaan : 1Timotius 6:6-11

Seorang filsuf Yunani kuno, yakni Socrates (469-399 S.M.), percaya bahwa jika Anda sungguh-sungguh bijak, Anda tidak akan terobsesi oleh kekayaan. Untuk mempraktikkan apa yang ia khotbahkan secara ekstrem itu, ia bahkan menolak untuk mengenakan sepatu.

Socrates suka mengunjungi pasar, tetapi ia hanya memandang beraneka ragam pakaian yang dipamerkan dengan penuh kekaguman. Saat seorang teman bertanya mengapa ia demikan terpesona, ia menjawab: "Saya suka pergi ke sana dan menyadari betapa saya bahagia meski tak memiliki banyak hal yang ada di sana."

Sikap di atas bertentangan dengan iklan yang terus-menerus menyerang mata dan telinga kita. Para pemasang iklan menghabiskan jutaan rupiah untuk mengatakan bahwa kita takkan bahagia bila tidak memiliki produk terbaru mereka.

Rasul Paulus menasihati anak rohaninya, Timotius, demikian, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah" (1 Timotius 6:6-8). Jika kita terpikat pada harta benda, Paulus memperingatkan, kita bisa melenceng dari iman dan frustrasi karena keinginan daging (ayat 9,10).

Marilah kita bertanya pada diri sendiri, "Hal-hal apakah yang meski tidak kumiliki tapi tidak mengurangi kebahagiaanku?" Jawaban atas pertanyaan ini akan mengungkapkan banyak tentang hubungan kita dengan Tuhan dan kepuasan kita terhadap Dia --Vernon Grounds

27 Januari 2003

Alasan dan Risiko

Nats : Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal (2Timotius 2:10)
Bacaan : 2Timotius 2:1-13

Saat itu seperti mimpi buruk saja rasanya. Sebuah truk tangki dengan muatan 2.500 galon gas propana terbakar saat diparkir di gudang penyimpanan bahan bakar. Jilatan Api menyambar-nyambar kira-kira 9 sampai 12 meter dari bagian belakang truk dan segera menjalar ke dok pengisian. Segera beberapa tangki di dekatnya juga terancam meledak.

Pada saat itu, setelah menolong sopir truk yang mengalami luka bakar cukup parah, si manajer gudang penyimpanan tersebut segera melompat masuk ke dalam truk dan mengendarai truk yang terbakar itu menjauh dari gudang. Tindakannya yang cepat dan berani ini berhasil menyelamatkan nyawa banyak orang.

Rasul Paulus juga mempertaruhkan nyawanya demi orang lain (2 Timotius 2:10). Ia dilempari batu dan dibiarkan mati (Kisah Para Rasul 14:19). Pada kesempatan lain ia dikeroyok, disesah, dan dipenjara (16:22,23). Tiga kali kapalnya kandas, dan beberapa kali ia dicambuk dan dipukul dengan tongkat (2 Korintus 11:23-28). Mengapa Paulus rela menanggung penderitaan semacam ini? Karena mengingat tentang api kekal dan kehidupan kekal, maka dengan senang hati ia menanggung risiko itu.

Apakah kita dapat memandang bahaya seperti cara pandang Paulus? Adakah kita memanfaatkan berbagai kesempatan untuk menyelamatkan banyak orang yang membutuhkan kabar baik tentang Kristus? Adakah kita memiliki tujuan yang sama seperti Paulus, yang rela menanggung segala perkara demi mereka yang terhilang? --Mart De Haan II

1 Februari 2003

Kebesaran Sejati

Nats : Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu (Markus 10:43)
Bacaan : Markus 10:35-45

Sebagian orang mungkin merasa bagaikan sebutir batu kerikil yang hilang di tengah jurang Grand Canyon yang mahaluas. Namun, seburuk apapun penilaian kita terhadap diri kita sendiri, kita tetap dapat sangat berguna bagi Allah

Dalam sebuah Perjamuan Kudus di awal tahun 1968, Martin Luther King Jr. mengutip sabda Yesus dalam Matius 10 tentang hal melayani. Lalu ia berkata, "Setiap orang bisa menjadi orang besar karena setiap orang bisa melayani. Anda tidak perlu menjadi seorang sarjana untuk melayani. Anda tidak harus pandai berkata-kata untuk bisa melayani. Anda pun tidak perlu mengenal Plato atau Aristoteles untuk bisa melayani .... Anda hanya membutuhkan hati yang penuh kasih karunia, jiwa yang digerakkan oleh kasih."

Ketika para murid Yesus berdebat untuk memperebutkan tempat terhormat di surga, Dia mengatakan kepada mereka: "Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Markus 10:43-45).

Saya jadi bertanya-tanya. Seperti itukah pengertian kita tentang kebesaran? Apakah kita melayani dengan senang hati, mengerjakan pekerjaan yang mungkin tidak diperhatikan? Apakah pelayanan kita lebih ditujukan untuk menyenangkan Tuhan daripada memperoleh pujian manusia? Jika kita bersedia menjadi pelayan, kita akan mendapatkan kebesaran yang sejati --Vernon Grounds

6 Februari 2003

Sisingkan Lengan Baju

Nats : Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku (Yakobus 2:18)
Bacaan : Yakobus 2:14-26

Saat Dave Thomas meninggal di awal tahun 2002, ia tidak hanya mewariskan ribuan restoran Wendy's-nya, tetapi juga mewariskan pengalaman dan kerja keras yang dihargai karena nilai-nilainya yang membumi.

Di antara nasihat-nasihat bijak yang ia jalani semasa hidupnya, wiraswastawan yang murah senyum ini memberi pandangan bagaimana seharusnya orang kristiani mengisi hidupnya. Thomas, yang di masa mudanya banyak dipengaruhi neneknya untuk mengenal Kristus, mengatakan bahwa umat percaya harus menjadi orang-orang kristiani yang mau "menyingsingkan lengan baju".

Dalam bukunya yang berjudul Well Done (Bagus Sekali!), Thomas berkata, "Orang kristiani yang mau menyingsingkan lengan bajunya adalah orang yang melihat kekristenan sebagai iman dan perbuatan. Mereka meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan Allah melalui doa, mempelajari Kitab Suci dengan khidmat, aktif di gereja, dan melayani sesamanya untuk mewartakan Kabar Baik." Ia lalu menyebut mereka sebagai "orang tak dikenal yang melakukan lebih banyak kebaikan daripada semua orang kristiani termasyhur".

Pernyataan itu lebih berisi daripada burger Wendy's yang berlapis tiga. Thomas tidak hanya sadar bahwa kerja keras diperlukan untuk menjalankan bisnis restorannya, tetapi juga penting untuk kehidupan rohani.

Dalam Yakobus 2:17, dapat kita baca bahwa iman tanpa perbuatan akan membuat iman kita mati. Marilah kita singsingkan lengan baju kita dan mulai bekerja. Ada banyak hal yang harus dikerjakan --Dave Branon

12 Maret 2003

Perkenalan

Nats : Sebab oleh karena pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia mempertaruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepadaku (Filipi 2:30)
Bacaan : Filipi 2:19-30

Saya pikir ada salah cetak ketika pada jadwal acara sebuah konferensi kristiani tertulis waktu untuk perkenalan akan berlangsung selama dua setengah jam. Namun ternyata jadwal itu benar. Dan bagi saya, sesi itulah yang paling berkesan di akhir minggu.

Bukannya memperkenalkan dirinya sendiri, menceritakan pekerjaannya, atau keluarganya, setiap orang justru memperkenalkan temannya. Ada yang memperkenalkan teman yang sudah lama dikenalnya, tetapi ada juga yang memperkenalkan teman yang baru ditemuinya semalam. Setiap perkenalan mengungkapkan hal-hal yang menguatkan, dengan penekanan khusus pada keunikan dan nilai setiap individu.

Rasul Paulus adalah seorang “penyampai perkenalan” yang hebat. Ia memuji rekan-rekannya dalam hal iman dan pelayanan. Surat-suratnya diakhiri dengan ucapan terima kasih kepada pria dan wanita yang sudah membantunya. Ia mengatakan dengan tegas bahwa Timotius adalah orang yang karakternya telah teruji, yang “sama seperti seorang anak menolong bapaknya” telah melayaninya dalam pelayanan Injil (Filipi 2:22). Ia juga memuji Epafroditus, yang nyaris mati karena pengabdiannya yang tak mementingkan diri sendiri kepada Kristus dan pelayanannya kepada orang lain (ayat 30).

Dalam dunia yang dipenuhi oleh keinginan untuk menjatuhkan, marilah kita semakin berusaha membangun orang lain dengan kata-kata kita kepada mereka dan perkataan kita tentang mereka. “Perkenalan” seperti itu bisa menjadi salah satu hal terpenting yang dapat kita lakukan setiap hari --David McCasland

17 Maret 2003

Mary dan Allah

Nats : Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23)
Bacaan : Kolose 3:22-4:6

Senyum cerah dan suara riangnya di pagi hari tampak tidak biasa bagi seorang pekerja toko diskon pada bagian pengecekan. Saya menatap tanda pengenalnya. Untuk memastikan bahwa saya tidak salah baca, saya kemudian mencoba untuk melihat lebih dekat. Di label namanya tertulis: MARY-N-GOD [Mary dan Allah]. Lalu saya bertanya apakah ia dan Tuhan bekerja bersama. “Oh, ya!” ujarnya tegas. “Dia bekerja bersama saya, berjalan bersama saya, dan berbicara dengan saya. Dan kami pun berbagi hidup yang luar biasa. Tanpa Dia, saya tidak dapat berbuat apa-apa.”

Mary adalah teladan Kristus yang menarik dan gambaran nyata dari Kolose 3:23, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia.” Meskipun tidak menjadi pusat perhatian, Mary, melalui sikap dan tindakannya, memberi kesaksian kepada ratusan orang setiap hari. Mimbar yang dipakai Mary adalah gerai pengecekan, dan senyumannya ibarat kalimat pembuka khotbah yang penuh kekuatan tentang perbedaan yang telah diperbuat Kristus dalam hidupnya. Jika ada yang bertanya, dengan senang hati ia akan mengatakan banyak hal kepada mereka.

Ketika saya menceritakan tentang Mary kepada istri saya, ia berkata, “Saya pikir ia mungkin orang yang kedudukannya terbelakang di dunia ini, tetapi ia akan menjadi orang terdepan di surga.” Saya sependapat dengannya.

Kita pun dapat menjadi saksi yang efektif apabila kita mengenal, mengasihi, dan berjalan bersama Kristus, seperti yang dilakukan Mary - -David McCasland

22 Maret 2003

Hanya Pewarta

Nats : Mereka yang tersebar itu menjelajah ke seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil (Kisah Para Rasul 8:4)
Bacaan : Kisah Para Rasul 7:5-8:8

Tokoh utama di film Up Close And Personal adalah seorang reporter berita TV yang mati saat berjuang mencari berita di medan perang. Setelah kematiannya, ia dikenang karena ucapannya, “Saya dulu berpikir bahwa melaporkan berita adalah suatu kebanggaan. Ternyata, saya di sini hanya untuk mengabarkan berita.”

Dalam Kisah Para Rasul 8, dikisahkan orang kristiani di Yerusalem tersebar hingga ke berbagai negeri untuk menghindari hukuman mati. Mereka mewartakan Injil ke mana pun mereka pergi (ayat 4). Saulus, salah satu penganiaya mereka, justru bertobat dan menjadi rasul. Menjelang akhir hidupnya, Saulus yang kemudian disebut Paulus, memutuskan untuk pergi ke Yerusalem, meski ia tahu di sana ia akan dihukum mati. Namun Paulus tak merasa gentar dan mengatakan bahwa tujuannya adalah “untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kisah Para Rasul 20:24).

Allah masih memanggil kita untuk mengabarkan Kabar Baik tentang Yesus kepada mereka yang belum mengenal Dia. Dalam bukunya yang berjudul The Conversion of the Church (Perubahan Gereja), Samuel Shoemaker menulis, “Jiwa manusia yang lapar adalah suatu permintaan. Dan pemenuhannya adalah kasih karunia Allah. Kita hanyalah penyalur.” Namun kita tidak bekerja sendiri atau hanya mengandalkan kekuatan manusia. Allah bekerja di dalam kita (Filipi 2:13).

Kesaksian kita bagi Kristus hendaklah dilakukan dengan kasih dan kerendahan hati, serta didorong oleh hasrat bagi kemuliaan Dia, bukan bagi kita. Kita hanyalah pewarta --Joanie Yoder

29 April 2003

Terus Berlomba!

Nats : Dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita (Ibrani 12:1)
Bacaan : Ibrani 12:1-3

Anda mungkin pernah mendengar cerita tentang John Stephen Akhwari, pelari maraton dari Tanzania yang paling akhir tiba di garis finis pada Olimpiade 1968 di Meksiko. Sebelumnya, tak pernah ada seorang pelari yang sampai di garis finis begitu terlambat.

Karena terluka dalam perjalanan, ia berjalan tertatih-tatih masuk stadion dengan kaki yang berdarah dan dibalut. Satu jam lebih telah berlalu ketika para pelari lain telah menyelesaikan perlombaan itu. Hanya sedikit penonton yang masih tinggal di tempat duduk ketika Akhwari akhirnya melintasi garis finis.

Ketika ditanya mengapa ia terus berlari walaupun kakinya terluka, Akhwari menjawab, “Negara saya tidak mengirim saya ke Meksiko hanya untuk memulai perlombaan. Mereka mengirim saya ke sini untuk menyelesaikan pertandingan.”

Sikap atlet itu seharusnya menjadi teladan bagi kita yang sedang bertumbuh. Ada “perlombaan yang diwajibkan bagi kita” (Ibrani 12:1), dan kita diharapkan terus berlomba sampai tiba di garis finis.

Tak ada yang terlalu tua untuk melayani Allah. Kita harus terus bertumbuh, menjadi dewasa, dan melayani sampai akhir hidup kita. Jika kita membuang percuma tahun-tahun terakhir kita, itu berarti kita merampas anugerah milik gereja, yang Allah berikan kepada kita untuk dibagikan. Ada pelayanan yang perlu diteruskan. Masih ada banyak hal yang perlu dilakukan.

Oleh karena itu, marilah kita terus berlomba “dengan tekun”. Marilah kita selesaikan pelayanan kita dengan keteguhan hati --David Roper

8 Mei 2003

Mati untuk Hidup

Nats : Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku (Lukas 9:23)
Bacaan : Lukas 9:18-26

Salib pada zaman Romawi dirancang untuk kematian. Hanya untuk itu. Lalu apa maksud Yesus ketika Dia me-ngatakan bahwa siapa pun yang ingin mengikut Dia harus "memikul salibnya setiap hari" (Lukas 9:23)? Perkataan-Nya itu tidak berarti bahwa kita semua harus disalibkan secara jasmani. "Salib" yang Dia maksud adalah tindakan mematikan keinginan hati kita dan sikap penyerahan diri tanpa syarat pada kehendak Allah.

Kematian yang dimaksud di sini adalah penyangkalan terhadap keinginan kita akan rumah yang lebih besar, anak-anak yang lebih penurut, dan teman-teman yang selalu siap membantu. Kita juga diharapkan mampu menanggung beban ketika disalahpahami, dipermalukan, dan kehilangan harga diri, termasuk untuk mampu menerima berbagai situasi yang tidak bisa diubah. Utusan Injil dan penyair Amy Carmichael rupanya mengenal dengan baik apa itu kesengsaraan dan penderitaan. Oleh sebab itu ia menulis, "Dalam penerimaan ada kedamaian."

Yesus mengatakan bahwa kita harus memikul salib setiap hari. Ketika bangun setiap hari, hendaknya kita dengan ceria serta berani memikul beban kita, karena ada hal lain yang juga diberikan "setiap hari". Hal lain itu ialah kasih karunia-Nya yang senantiasa cukup setiap hari, sebab justru dalam kelemahan kitalah kuasa-Nya menjadi sempurna (2Korintus 12:9). Dia tidak akan pernah meninggalkan ataupun membiarkan kita (Ibrani 13:5). Dia berjanji bahwa melalui kematian rohani kita, Dia akan membuat kita lebih hidup daripada sebelumnya (1Korintus 15:53-57).

Sudahkah Anda mati untuk hidup? --David Roper

9 Mei 2003

Terangilah Dunia

Nats : Kamu adalah terang dunia (Matius 5:14)
Bacaan : Efesus 5:8-14

Pada suatu malam, putri saya Julie bersama temannya mengendarai mobil dari kampus mereka menuju kota terdekat. Dalam perjalanan, mereka melewati daerah yang sangat gelap karena arus listrik sedang terputus. Rasanya begitu asing dan menakutkan mengendarai mobil melewati daerah yang gelap seperti itu.

Ketika mereka meninggalkan daerah itu, mereka melihat cahaya di depan mereka. Sinarnya bagaikan mercusuar. Dan saat sampai ke sumber cahaya itu, mereka terkejut bercampur senang saat mendapati bahwa satu-satunya cahaya dalam kegelapan itu berasal dari sebuah gereja. Sebuah rumah ibadah sedang menerangi dunia di sekitarnya.

Seperti itu pulalah seharusnya orang melihat kita sebagai orang kristiani. Dalam dunia yang gelap karena dosa, kita diharapkan dapat menjadi terang yang bercahaya dan mengundang orang-orang untuk datang mendekat. Yesus telah membawa kita keluar dari kegelapan, dan Dia mengatakan bahwa kita, para pengikut-Nya, adalah "terang dunia" (Matius 5:14). Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita hidup "sebagai anak-anak terang" (Efesus 5:8).

Ini adalah tantangan besar yang harus membuat kita memikirkan secara serius bagaimana kita hidup. Tanyakanlah pada diri Anda sendiri, "Sudahkah saya menjadi terang bagi hidup orang lain? Apakah hidup dan perkataan saya menuntun orang-orang keluar dari kegelapan dan datang kepada terang Yesus?"

Dunia ini gelap, tetapi kita memiliki terang. Sudahkah kita menerangi sekeliling kita? --Dave Branon

19 Mei 2003

Menggembalakan Domba Yesus

Nats : Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? ... "Gembalakanlah domba-domba-Ku" (Yohanes 21:17)
Bacaan : Yohanes 21:15-19

Apa yang membuat kita tetap bertahan melayani Tuhan di gereja dan komunitas kita saat terjadi situasi yang sukar? Kita mungkin peka terhadap kebutuhan orang lain, tetapi itu tidak cukup. Kita juga tidak boleh membiarkan diri dikendalikan oleh kebutuhan kita, yakni keinginan untuk dihargai dan dicintai orang lain. Hanya Allah yang dapat me-menuhi kebutuhan kita yang amat besar itu. Semakin kita mencoba memuaskan kebutuhan kita dengan cara apa pun, bahkan dengan pelayanan sekalipun, kita malah semakin tidak puas.

Bahkan kasih kepada umat Allah, yang adalah domba-domba-Nya, takkan membuat kita bertahan. Masalahnya, terkadang manusia kehilangan kasih dan tidak tahan uji. Kita bahkan bisa membuat mereka kecil hati.

Satu-satunya pendorong yang cukup bagi pelayanan kita adalah kasih kepada Tuhan dan kasih Kristus yang menguasai kita (2Korintus 5:14). Tak ada motivasi lain. Dalam buku My Utmost for His Highest, Oswald Chambers menulis, "Jika kita melayani demi manusia, kita akan mudah jatuh dan patah hati, ... tetapi jika motivasi kita untuk melayani Allah, kita akan selalu melayani sesama dengan penuh rasa syukur."

Dalam salah satu percakapan terakhirnya dengan Petrus, Yesus bertanya kepadanya, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Petrus menjawab, "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Lalu Yesus berkata, "Gembalakanlah domba-domba-Ku" (Yohanes 21:17) .

Apakah Anda termotivasi oleh kasih kepada Kristus? --David Roper

22 Mei 2003

Bersinarlah!

Nats : Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup (Yohanes 8:12)
Bacaan : Matius 5:14-16

Pengarang Anne Lamott pernah menulis bahwa orang-orang yang ia kagumi memiliki "tujuan, hati, keseimbangan pikiran, rasa syukur, sukacita .... Mereka mengikuti cahaya yang lebih terang, bukannya cahaya redup lilin dari diri mereka sendiri; mereka adalah bagian dari sesuatu yang indah."

Menurut pengalaman saya, orang-orang seperti itu tidak hanya religius. Mereka adalah para murid Kristus yang taat. Yesus menjelaskan mengapa para peng-ikut-Nya memancarkan sifat seperti itu. "Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mem-punyai terang hidup" (Yohanes 8:12). De-ngan mempercayai Yesus sebagai Juruselamat, kita dapat menyinari dunia. Yesus mengajarkan, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga" (Matius 5:16).

Bukan berarti kita harus selalu menunjukkan keceriaan semu. Banyak di antara kita tidak memiliki watak ceria. Namun, dengan kekuatan Roh Kudus kita dapat menjadi seperti jemaat kristiani yang disurati Paulus, "Kamu bercahaya di antara mereka" (Filipi 2:15). Dan seperti yang diucapkan Fransiskus Asisi, "Tuhan, jadikanlah daku pembawa damai, bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih, ... bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang."

Sama seperti bulan yang memantulkan sinar matahari, hendaklah kita yang percaya dan mengikut Sang Juruselamat dapat mencerminkan Dia, yang adalah terang dunia --Vernon Grounds

19 Juni 2003

Cukup Setiakah?

Nats : Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata, "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" (Yesaya 6:8)
Bacaan : Yesaya 6:8-13

Seorang misionaris muda di Amerika Tengah tergoda untuk menyerah. Ia menulis kepada teman-teman dan sanak saudaranya, "Pada siang hari saya berlayar dengan sebuah kapal ikan. Malamnya saya tidur di atas tumpukan kulit binatang di geladak kapal. Namun, orang-orang sepertinya tidak tertarik pada Injil yang saya sampaikan. Kadang- kadang iblis menggoda dan mematahkan semangat saat saya merasa seolah-olah gagal." Namun ia menambahkan, "Lalu saya bangkit dan bertekun kembali, karena saya ingat bahwa Allah tidak meminta pertanggungjawaban atas keberhasilan, tetapi kesetiaan kita."

Nabi Yesaya pun barangkali tergoda untuk menyerah karena mendapat tugas yang sulit. Tuhan mengatakan bahwa setelah ia menjalankan tugas, orang-orang akan mendengar, tetapi mereka tidak akan mengerti, melihat tetapi tidak akan tanggap (Yesaya 6:9). Hati mereka menjadi keras, telinga mereka tidak mendengar, dan mata mereka tertutup (ayat 10).

Bayangkan bila Anda menjadi Nabi Yesaya atau misionaris itu. Apakah Anda akan terus berusaha atau menyerah? Apakah Anda cukup setia, atau Anda pikir pekerjaan Anda harus terlihat berhasil agar Anda merasa puas dalam melayani Tuhan? Lihatlah, sang nabi dan misionaris di atas hanya melakukan dengan setia apa yang Tuhan perintahkan.

Mereka menyampaikan firman Allah dan yakin pada tujuan-Nya. Anda juga dapat menjadi pelayan yang setia seperti mereka. Lakukan saja yang terbaik dan biarkan Tuhan menentukan hasilnya --Albert Lee

22 Juni 2003

Jadilah Diri Sendiri

Nats : Mengobarkan karunia Allah yang ada padamu (2Timotius 1:6)
Bacaan : Efesus 4:1-16

Sebagian kelompok orang kristiani menuntut anggotanya untuk berbi- cara, bertindak, atau tampil seragam. Konsekuensinya, orang yang dinilai tidak memenuhi tuntutan itu bisa menjadi frustrasi. Dalam usaha untuk membuat mereka "serupa", kelompok itu menekan para anggotanya untuk mengeluarkan semua kekuatan dan karunia terbaik yang mereka miliki.

Ada sebuah cerita yang mengilustrasikan hal ini. Tersebutlah sebuah desa yang terletak di daerah yang dihuni oleh banyak burung kakaktua. Suatu hari hinggaplah seekor burung elang pada kusen jendela. Lalu sang pemilik rumah menangkapnya. Karena penduduk desa tersebut belum pernah melihat burung seperti itu, mereka pun memutuskan untuk memendekkan bulu sayap, memotong cakar, dan mengikir paruhnya supaya menyerupai burung-burung yang mereka kenal.

Sebagai pengikut Kristus, kita wajib meneladani Dia (1Korintus 11:1; 1 Yohanes 2:6). Saat kita semakin menyerupai Dia, apakah ini berarti kita semua akan bertingkah laku sama? Ya dan tidak. Ya, kita semakin menyerupai Yesus dalam bersikap terhadap orang lain dan bereaksi terhadap kenyataan. Tidak, karena kita masing-masing diberi karunia khusus dan minat, serta kemampuan untuk mengembangkan serta menggunakannya bagi kemuliaan-Nya (Efesus 4:7).

Jangan lakukan kesalahan dengan menekan sesama orang kristiani. Namun, terimalah saja perbedaan-perbedaan yang ada. Allah telah membuat mereka unik dan memberkati mereka untuk memenuhi tujuan-Nya. Mengubah elang menjadi kakaktua adalah suatu hal yang patut disesalkan --Dave Egner

30 Juni 2003

Setiap Senti Diri Saya

Nats : Sebab itu tabahkanlah hatimu, Saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku (Kisah 27:25)
Bacaan : Kisah 27:13-26

Beberapa saat sebelum Peter Doot me-ninggal di usia 92 tahun, ia berkata, "Tinggi saya 193 sentimeter, dan setiap senti diri saya adalah milik Allah." Saya telah mengenalnya selama 65 tahun, dan saya yakin yang dikatakannya benar.

Semasa muda, Peter meninggalkan pekerjaan dengan gaji besar supaya ia dapat melayani sebagai pengabar Injil untuk gerejanya. Ia telah meninggalkan kesan yang mendalam bagi ratusan jiwa, walaupun ia hanya mengenyam sedikit pendidikan formal. Saat saya berusia 19 tahun, ia menantang saya untuk menjadi saksi dan memberitakan Injil pada pertemuan-pertemuan di sudut jalan.

Apa yang membuat Peter begitu mengesankan? Cara hidupnya. Setiap orang dapat melihat jelas bahwa Allah adalah Tuannya.

Demikian juga dengan Rasul Paulus. Dalam Kisah Para Rasul 27, kita membaca bahwa ketika ia menjadi tahanan yang akan dibawa ke Roma, kapal yang membawanya terkena badai topan. Bahkan para kelasi kapal telah putus asa. Namun, ketika Paulus berbicara, setiap orang mendengarkan dan kembali memiliki harapan. Bahkan perwira dan prajurit Romawi mengikuti petunjuknya. Mengapa? Karena Paulus memang orang pilihan Tuhan yang menyampaikan kebenaran. Mereka mempunyai alasan yang baik untuk mempercayainya ketika ia berkata tentang "Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya," dan ketika ia berkata bahwa tidak seorang pun akan kehilangan nyawanya (ayat 22,23).

Marilah kita menyerahkan diri kepada Allah supaya kita pun dapat berkata, "Setiap senti diri saya adalah milik Tuhan" --Herb Vander Lugt

15 Agustus 2003

Panggilan Tak Terduga

Nats : Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat (1Korintus 1:27)
Bacaan : Hakim-hakim 6:11-16

Kita kerap mendengar orang mengatakan, "Saya hanya seorang ibu rumah tangga." "Saya hanya seorang tukang sapu." "Saya hanya seorang mahasiswa yang biasa-biasa saja."

Merendahkan diri di hadapan Allah bukanlah hal baru. Di zaman Perjanjian Lama, misalnya, ketika Allah mencari seseorang untuk mengalahkan bangsa Midian yang menyusahkan, Dia memilih Gideon, orang biasa, dengan memanggilnya "pahlawan yang gagah berani" (Hakim-hakim 6:12). Gideon menjawab, "Dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku" (ayat 15). Namun Allah tetap mengatakan, "Bukankah Aku mengutus engkau? . . . Akulah yang menyertai engkau" (ayat 14-16).

Gideon menjadi orang pilihan Allah, karena di mata-Nya tak seorang pun "tidak berarti". Tuhan hanya memberikan 300 orang untuk membantunya, bukan ribuan (7:1-7), supaya Allah sajalah yang akan menerima kemuliaan.

Rasul Paulus juga mengajarkan bahwa Allah memilih orang yang bodoh, lemah, tidak terpandang, dan yang hina bagi dunia. Dia mempermalukan orang yang berhikmat dan kuat "supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah" (1 Korintus 1:29).

Jika Anda merasa "tidak berarti", ingatlah panggilan Allah kepada Gideon. Tuhan juga ingin memakai Anda untuk melakukan perkara yang jauh lebih besar daripada yang pernah Anda pikirkan--Joanie Yoder

24 Agustus 2003

Uang Receh?

Nats : Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus (1Korintus 12:24)
Bacaan : 1Korintus 12:12-27

Sepasang suami-istri di Washington, DC, mengundang teman-teman mereka ke sebuah pesta. Karena acara itu diadakan untuk pengumpulan dana bagi aksi sosial, para tamu diminta membawa uang receh yang mereka miliki. Jadi, mereka membawa koin-koin yang ditemukan dalam kardus, stoples kue, kantong plastik, dan beberapa kaus kaki tua di rumah mereka. Semuanya berjumlah lebih dari 1.500 dolar.

Beberapa orang menemukan uang receh yang berserakan di rumah mereka senilai lebih dari 30 dolar. Namun sesungguhnya semua orang Amerika memiliki uang receh yang terabaikan senilai kurang lebih 7,7 miliar dolar. Dan para peneliti berkata bahwa hal yang sama terjadi di berbagai negara lain di dunia.

Bagi saya, hal itu menjadi ilustrasi yang indah bahwa sesungguhnya secara kolektif, sebagai satu keluarga besar, seluruh orang percaya dalam Kristus sangatlah kaya dan berharga. Alkitab acap kali menyebut gereja sebagai "tubuh Kristus" dan berkata bahwa "segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh" (1 Korintus 12:12).

Oleh karena itu, setiap orang adalah bagian yang penting dan berharga dari satu kesatuan. Kadang kala kita mungkin merasa tidak berarti, tidak diperlukan, dan bernilai rendah seperti uang receh. Namun sebagai bagian yang membentuk satu kesatuan, setiap diri kita diperlukan (ayat 15-22).

Setiap orang adalah pribadi yang unik. Sebagai orang kristiani kita juga merupakan bagian yang sangat penting dari tubuh Kristus, dan bernilai lebih tinggi dari yang kita ketahui --David McCasland

15 September 2003

Apakah Anda Letih?

Nats : Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati (2Korintus 4:1)
Bacaan : 2Korintus 4:1-10

Saya pernah membaca sebuah kisah tentang seorang pendeta dari gereja kecil di pedesaan Skotlandia. Ia telah dipaksa keluar oleh para penatua di gerejanya karena dianggap tidak menghasilkan buah dari pelayanannya. Desa tempat pendeta itu melayani merupakan tempat yang sulit. Penduduk desa itu bersikap dingin dan memusuhi kebenaran. Selama pelayanan sang pendeta di desa tersebut, tidak terjadi pertobatan maupun baptisan. Namun, pendeta itu mengingat kembali satu respons positif terhadap khotbahnya.

Suatu ketika piring persembahan diedarkan dalam kebaktian, dan seorang anak laki-laki meletakkan piring itu di lantai, lalu berdiri di atasnya. Saat diminta menjelaskan mengapa ia melakukan hal itu, anak itu menjawab bahwa ia berbuat demikian karena sangat tersentuh oleh kehidupan sang pendeta. Dan karena ia tak punya uang untuk dipersembahkan, ia ingin memberi diri sepenuhnya bagi Allah.

Anak kecil yang berdiri di atas piring persembahan itu adalah Bobby Moffat, orang yang pada tahun 1817 menjadi pelopor utusan Injil di Afrika Selatan. Ia dipakai Allah secara luar biasa untuk menjamah kehidupan banyak orang. Padahal semua ini dimulai dari gereja kecil tersebut dan kesetiaan pelayanan pendeta yang tidak dihargai itu.

Mungkin Anda tidak melihat buah pekerjaan Anda bagi Tuhan. Namun, tetaplah setia! Jangan menjadi tawar hati. Sebaliknya, mintalah supaya Allah menguatkan Anda dengan kuasa-Nya (2 Korintus 4:1,7). Dia akan memberikan tuaian sesuai dengan waktu dan jalan-Nya jika Anda tidak berputus asa (Galatia 6:9) --David Roper

26 September 2003

Dipakai Allah

Nats : Menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi (1Timotius 6:18)
Bacaan : 1Timotius 6:17-19

Penginjil Franklin Graham menulis, "Jika kita ingin menjadi tipe orang yang dapat dipakai Allah kapan pun, di mana pun, ke mana pun, kita harus memberikan diri, rumah, dapur, dan ruang tamu kita sebagai pos-pos terdepan bagi kerajaan Allah." Orang yang mempraktikkan pernyataan di atas sedang memenuhi tantangan Paulus untuk "menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi" (1 Timotius 6:18).

Beberapa tahun yang lalu, keluarga kami merasa bahwa Tuhan memberikan tantangan yang sama. Dengan percaya bahwa Allah ingin masuk lebih dalam lagi ke dalam kehidupan, kepemilikan, dan waktu kami, kami menerima tantangan itu di dalam doa.

Tak lama kemudian kami menangani seorang pecandu berat narkoba dan membuka rumah kami untuknya. Beberapa sanak keluarga bergabung dengan kami untuk membantu orang-orang yang rindu untuk datang kepada Kristus dan melepaskan diri dari narkoba. Akhirnya kami mendirikan sebuah pusat rehabilitasi kristiani, sebuah pelayanan yang masih berlangsung hingga saat ini. Untuk melengkapi kami dalam pelayanan ini, Allah menggunakan kesedihan yang pernah kami alami sendiri. Kesukaran membantu kami memahami orang lain, dan memampukan kami untuk membimbing mereka agar mempercayakan keselamatan dan kebutuhan sehari-hari mereka kepada Yesus.

Allah juga rindu memakai Anda, harta milik Anda, dan bahkan penderitaan Anda untuk memperlengkapi Anda dengan hidup yang kaya dalam memberi dan berbagi. Sudahkah Anda menerima tantangan-Nya? --Joanie Yoder

11 Oktober 2003

Menjala

Nats : Yesus berkata kepada mereka, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia" (Matius 4:19)
Bacaan : Matius 4:18-22

Seorang pemancing yang mahir mengayun-ayunkan tali pancing di atas kepalanya. Lalu ia melepaskan tali itu dan menurunkan umpan seperti lalat itu ke permukaan air, tepat di tempat yang ia inginkan. Apabila ia berhasil, seekor ikan rainbow trout [ikan air tawar] besar akan muncul ke permukaan, menyambar umpan, dan si pemancing akan menarik kail itu. Ya, sebuah pertempuran sedang berlangsung!

Itu tadi adalah salah satu cara menangkap ikan. Pemancing ikan halibut [ikan di bagian utara Laut Atlantik dan Pasifik] menggunakan metode yang berbeda. Mereka pergi ke samudra dan menurunkan kail yang telah diberi umpan besar, kadang-kadang sedalam 38 atau 45 meter. Bila salah satu ikan besar pipih itu menyambar umpan dan tersangkut kail, ia akan diseret ke permukaan.

Yesus berkata kepada Petrus dan Andreas untuk mengikuti Dia dan menjadi "penjala manusia" (Matius 4:18,19). Sebagai pengikut Kristus masa kini, kita pun sedang "menjala" orang-orang di dunia, menggunakan berbagai cara yang berbeda untuk menyebarkan kabar baik. Kita memberitakan kepada pria dan wanita, keluarga dan teman, tua dan muda, tentang dosa-dosa mereka, kasih Allah, serta tawaran keselamatan-Nya melalui iman dalam Yesus.

Apakah Anda sedang menjala manusia? Sudahkah Anda mencoba cara yang berbeda untuk memberitakan Kristus dan Injil kepada orang lain? Sudahkah Anda memberitakan kabar baik kepada tetangga dan masyarakat? Tetaplah mengikuti Yesus, dan Dia akan mengajarkan kepada Anda bagaimana caranya menjala manusia --Dave Egner

14 Oktober 2003

Cahaya Kecil Saya

Nats : Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga (Matius 5:16)
Bacaan : Matius 5:11-16

Garis pantai Danau Michigan (tak jauh dari tempat tinggal saya) ditandai dengan mercusuar-mercusuar yang dibangun untuk membantu para kapten kapal mengemudikan kapalnya menuju pelabuhan yang aman. Bangunan-bangunan itu memiliki ukuran, bentuk, dan warna yang bervariasi, tetapi masing-masing mempunyai daya tarik dan keindahan yang unik. Foto-foto mercusuar terpampang di dalam berbagai buku serta kalender, dan sebagian orang mengoleksi replika serta benda- benda lain yang berhubungan dengan mercusuar.

Namun tujuan dibangunnya mercusuar tidak hanya untuk dikagumi, melainkan untuk menyorotkan sinar yang akan menuntun para pelaut menuju tempat yang aman. Mercusuar sangat bermanfaat dan dihargai manakala orang dapat melihat terangnya, dan bukan bangunannya, di tengah kegelapan malam.

Ketika mengutus para murid-Nya, Yesus menyebut mereka "terang dunia" (Matius 5:14). Dia juga menunjukkan bahwa tugas mereka bukanlah menarik perhatian orang-orang untuk diri mereka sendiri, melainkan melakukan perbuatan yang baik sehingga orang-orang akan mengenal kebaikan Allah dan memuliakan-Nya. Yesus berkata bahwa seperti lampu yang berfungsi sebagai penerang, demikianlah hendaknya terang kita bercahaya (ayat 15,16). Kita menjadi sangat efektif ketika bersinar terang di tengah kegelapan, membimbing orang yang membutuhkan pelabuhan aman di dalam Kristus.

Agar terang menjadi efektif, terang itu harus bercahaya di tempat yang gelap --Julie Link

1 November 2003

Membiarkan Lampu Menyala

Nats : [Yohanes] datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh Dia semua orang menjadi percaya (Yohanes 1:7)
Bacaan : Yohanes 1:1-14

Suatu kali sebuah grup motel memasang iklan serial di radio yang diakhiri dengan kata-kata yang menenteramkan, "Kami akan membiarkan lampu tetap menyala bagi Anda." Ibu pun biasa mengatakan hal yang sama kepada saya.

Terkadang saya pulang larut malam dari kerja pabrik atau dari kampus. Apa pun alasannya atau pada jam berapa pun, saya selalu mendapati lampu beranda tetap menyala. Cahaya hangatnya seakan berkata, "Inilah tempatmu. Di sini ada seseorang yang mengasihimu. Kau sudah di rumah."

Yesus mengatakan bahwa kita, yang mengenal Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan, adalah terang dalam dunia yang digelapkan dosa (Matius 5:14-16). Kita adalah cerminan Kristus Sang "Terang yang sesungguhnya" (Yohanes 1:9).

Seperti Yohanes Pembaptis yang bersaksi tentang Terang itu dan memimpin orang-orang kepada Yesus (ayat 7), kita pun dapat seperti dia. Jalan ketaatan kita yang setia kepada-Nya adalah mercusuar kasih dan kebenaran Allah. Hidup dan ucapan kita menjadi cahaya hangat yang menembus dunia yang dingin dan gelap ini. Kita bagaikan lampu beranda di malam hari yang menarik orang-orang yang belum percaya kepada Yesus, meneguhkan mereka bahwa ada Pribadi yang mengasihi mereka dan menanti untuk menyambut kedatangan mereka di rumah.

Mungkin salah satu anggota keluarga Anda masih ada dalam kegelapan. Mungkin Anda prihatin terhadap kawan atau rekan kerja Anda. Jangan berhenti mendoakan mereka. Teruslah berusaha menarik perhatian mereka kepada Tuhan. Pastikan lampu tetap menyala bagi mereka --Dave Egner

5 November 2003

Transmisi Digital

Nats : Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yohanes 13:15)
Bacaan : Yohanes 13:1-17

Pada tahun 2000, sebuah film ditransmisikan secara digital melalui internet dari sebuah studio di Kalifornia untuk pemutaran perdana tingkat dunia di Atlanta, Georgia. Film itu ditransfer langsung dari studio ke layar bioskop, tanpa menggunakan rol film. Secara digital, impuls-impuls elektronis dipakai untuk menggantikan gulungan seluloid yang besar.

Di abad elektronis yang sering digambarkan sebagai "high-tech, low-touch" (teknologi tinggi, sedikit sentuhan) ini, baiklah kita mengingat bahwa Allah menggunakan jenis "transmisi digital" lain. Sebaliknya, Allah menggunakan metode teknologi "high-touch" (banyak sentuhan) untuk mengomunikasikan anugerah dan kasih-Nya.

Dalam bahasa Inggris, kata digital berasal dari kata digit, yang mengacu pada jari tangan kita. Ketika saya berpikir mengenai hidup dan pelayanan Yesus, saya ingat bagaimana Dia memakai tangan-Nya untuk memberi harapan dan kesembuhan. Dia menjamah yang sakit, menggendong anak-anak kecil, memecahkan roti bagi yang lapar, dan membiarkan tangan-Nya dipaku di kayu salib bagi dosa-dosa kita. Dalam Yohanes 13 kita membaca bahwa Yesus menunjukkan sikap rendah hati yang mengagumkan dengan membasuh kaki para murid-Nya dan berkata kepada mereka, "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu" (ayat 14).

Apabila kita merendahkan hati dan berserah kepada-Nya, Tuhan masih akan mentransmisikan Injil anugerah-Nya kepada sesama, melalui jamahan kasih manusiawi kita --David McCasland

15 November 2003

Menemukan Jalan Pulang

Nats : Kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia (Filipi 2:15)
Bacaan : Filipi 2:1-4,12-16

Penulis Anne Lamott mengisahkan seorang gadis kecil berusia 7 tahun yang tersesat di sebuah kota besar. Dengan cemas anak itu berlari mondar-mandir di beberapa ruas jalan, mencari tempat yang ia kenal. Seorang polisi melihatnya, menyadari kesulitan anak itu, dan menawarkan bantuan. Anak itu masuk ke mobil, dan sang polisi menjalankan mobilnya pelan-pelan menyusuri daerah itu. Tiba-tiba si anak menunjuk sebuah gereja dan minta turun dari mobil. Ia meyakinkan polisi itu, "Ini gereja saya. Saya selalu bisa menemukan jalan pulang dari sini."

Banyak orang berpikir gereja adalah lembaga kuno yang tak lagi relevan dengan dunia modern. Namun, saya yakin gereja yang setia mengajarkan Alkitab dan mewartakan kabar baik keselamatan melalui Kristus benar-benar memberi apa yang semua kita butuhkan untuk "menemukan jalan pulang".

Apabila gereja kita menjalankan fungsi yang diberikan Allah, maka para jemaatnya akan dengan rendah hati melayani dan memerhatikan satu sama lain, saling mendorong untuk mengikuti teladan Kristus (Filipi 2:1-11). Kelompok jemaat ini, lewat kata-kata dan hidupnya, juga menjadi penunjuk jalan bagi dunia yang tersesat menuju Yesus. Mereka melayani "seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan" (ayat 15,16).

Gereja yang mengajarkan kebenaran tentang Kristus tak hanya relevan, tetapi juga sangat dibutuhkan dalam dunia kita ini. Gereja ini dapat menolong orang-orang dari sepanjang zaman untuk menemukan jalan pulang ke rumah mereka --Vernon Grounds

16 November 2003

Menangani Kritik

Nats : Tetapi Tuhan mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan Tuhan berfirman kepadaku, "Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel" (Amos 7:15)
Bacaan : Amos 7:7-15

Saat kita bertumbuh dewasa, kadang-kadang kita menjadi terbiasa dengan cara kita sendiri sehingga tidak mau mengaku saat berbuat salah. lebih buruk lagi, jika tidak berhadapan langsung dengan orang lain, kita selalu mencela dan berusaha meremehkan pandangan-pandangan mereka.

Sebagai contoh, ada sebagian orang yang bila tidak sependapat dengan seorang pendeta, mereka tampaknya cepat sekali mengkritik motivasi pendeta itu dalam melakukan sesuatu. mereka bahkan menganggap pendeta itu hanya mencari bayaran.

Kecaman semacam ini pernah dialami Amos kira-kira tahun 750 SM. Saat itu Nabi Amos menyampaikan peringatan yang keras mengenai penghakiman Allah atas Israel. Oleh karena itu, wajar bila pesannya tidak disukai. Seorang imam di Betel bernama Amazia merasa terganggu dan menyuruh Amos kembali ke Yehuda. Amazia menuduh Amos sebagai nabi bayaran, yang berkhotbah hanya untuk mencari nafkah (ayat 7:12). Amos menanggapi pernyataan itu dengan berkata bahwa ia bernubuat semata-mata karena Allah memintanya untuk berbicara (ayat 15).

Jika kita adalah pengkhotbah atau pemimpin, kita harus melayani Tuhan dengan setia seperti yang Amos lakukan, bahkan sekalipun tugas itu tidak menyenangkan, tidak disukai, atau ditolak oleh jemaat kita. Dan jika kita adalah bagian dari jemaat, kita harus memastikan bahwa saat mendengar sesuatu yang tidak kita setujui, sebenarnya kita tidak menentang apa yang Tuhan inginkan untuk kita dengar dan lakukan.

Demikianlah cara menangani kritik --Albert Lee

21 November 2003

Berikan Hati Anda

Nats : Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani (Roma 9:3)
Bacaan : Roma 9:1-5

Felipe Garza berusia 15 tahun ketika mendonorkan jantungnya. Kekasihnya Donna Ashlock sakit keras dan perlu transplantasi jantung. Suatu hari Felipe mengatakan hal yang aneh kepada ibunya, "Aku akan mati, dan akan memberikan jantungku kepada kekasihku." Tiga minggu kemudian, ia meninggal secara tiba-tiba karena pembuluh darah di otaknya pecah. Dokter mengambil jantung Felipe dan mencangkokkannya pada tubuh Donna, untuk menyelamatkan nyawanya.

Cinta pemuda itu kepada kekasihnya menggambarkan harapan Paulus terhadap saudara-saudara sebangsanya kaum Yahudi. Ia pun mengatakan akan memberikan hidupnya agar orang lain memperoleh hidup. Yang dimaksudkan Paulus adalah kehidupan kekal. Ia mengatakan bahwa jika mungkin (walau ia tahu itu tidak mungkin), ia rela kehilangan keselamatan kekalnya jika itu dapat menyelamatkan orang-orang yang sangat ia kasihi (Roma 9:3).

Sekalipun Paulus ingin menyelamatkan orang-orang yang dikasihinya dari keterpisahan kekal dengan Kristus, ia tak dapat menanggung maut bagi orang-orang sebangsanya. Namun, ungkapan kasihnya mengingatkan kita akan tindakan Yesus Kristus. Dia benar-benar menanggung maut bagi kita. Dia bahkan mengurbankan hidup-Nya agar kita beroleh hidup.

Tuhan, kami tahu, kami tidak bisa mengurbankan nyawa untuk menyelamatkan orang lain. Namun dengan Roh-Mu, beri kami kasih untuk lebih mempedulikan kesejahteraan kekal orang lain daripada hanya mempedulikan kesenangan sementara bagi hidup kami sendiri. bagi-Mu dan mereka, kami memberikan hati kami --Mart De Haan

22 November 2003

Hidup yang Diteladani

Nats : Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: ... baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita (Roma 12:6)
Bacaan : Roma 12:3-8

Kematian C.S. Lewis pada tanggal 22 November 1963 tenggelam oleh berita pembunuhan Presiden John F. Kennedy pada hari yang sama. Meskipun peringatan kematian Lewis hampir tidak menjadi berita utama surat kabar, tetapi pengaruh yang kuat dari ahli teologi, guru, dan penulis Inggris ini masih terus berlangsung di seluruh dunia setelah 40 tahun kematiannya.

Bukunya terjual lebih dari 3 juta eksemplar setiap tahunnya. Dan karyanya yang paling terkenal, Mere Christianity, The Screwtape Letters, dan The Chronicles Of Narnia, telah dicetak ulang berkali-kali.

Saat dewasa, Lewis menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Ia mencurahkan pikiran serta imajinasinya yang tajam untuk bekerja melayani Allah. Sekalipun telah menjadi penulis dan pembicara terkenal, ia tetap hidup sederhana. Berikut ini komentar Michael Nelson tentangnya yang dimuat di International Herald Tribune, "Dua pertiga dari royalti bukunya disisihkan untuk amal. Ia tidak pernah bepergian ke luar negeri, bahkan ketika ketenaran membuatnya sering diundang berceramah di seluruh dunia."

Lewis memberi kita suatu pemberian yang tak ada bandingannya, yaitu pandangan yang segar dan kreatif tentang kondisi kemanusiaan kita yang berdosa dan kekuatan Injil Kristus yang tak berkesudahan. Ia melaksanakan perintah untuk melayani orang-orang percaya melalui apa pun yang telah diberikan Allah karena anugerah-Nya (Roma 12:4-6). Teladan hidupnya dapat memacu kita untuk menggunakan karunia yang diberikan Allah kepada kita bagi kemuliaan-Nya --David McCasland

19 Februari 2004

Tak Dikenal

Nats : Ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri (Roma 16:2)
Bacaan : Roma 16:1-16

James Deitz telah membuat berbagai lukisan pesawat terbang dan awaknya. Lukisannya begitu realistis sehingga tampak seperti foto. Banyak karyanya dipajang di berbagai galeri penerbangan di Amerika Serikat, termasuk Lembaga Smithsonian.

Salah satu lukisan Deitz yang ber-judul "Tak Dikenal", menggambarkan empat awak mekanik yang sedang memperbaiki sebuah pesawat pengebom. Mereka berada jauh di bawah geladak kapal induk pengangkut pesawat terbang, di tengah Samudera Pasifik pada Perang Dunia II. Keempat pria berwajah pucat dan serius yang berlumuran minyak itu sedang bekerja keras memperbaiki pesawat agar dapat kembali ke medan perang.

Mungkin kita pun sedang melakukan tugas tak terlihat dalam mendukung misi gereja untuk menyebarkan Injil dan menumbuhkan iman jemaat. Tanpa banyak sukarelawan, tak satu pun gereja atau lembaga misi dapat menjalankan pelayanannya secara efektif.

Saat Rasul Paulus mengakhiri suratnya kepada jemaat di Roma, ia menuliskan beberapa nama yang tak disebutkan di bagian lain Alkitab. Sebagai contoh, Paulus menyebut Febe dan mengatakan bahwa ia "memberikan bantuan kepada banyak orang" (ayat 16:2). Febe dan beberapa orang lain, telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan dan pelayanan gereja mula-mula.

Apakah Anda bekerja "di bawah geladak kapal"? Ingatlah, pelayanan Anda bagi Kristus sangat penting. Bahkan jika tak seorang pun menunjukkan penghargaan atas kerja keras Anda, yakinlah bahwa suatu hari nanti Tuhan sendiri akan memberikan penghargaan kepada Anda (Kolose 3:23,24) --Dave Egner

23 Februari 2004

Pemimpin yang Rendah Hati

Nats : Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus (Efesus 5:21)
Bacaan : 2 Tawarikh 10

Seorang pria yang bertemperamen lembut membaca buku tentang bagaimana menjadi orang yang tegas. Lalu ia memutuskan untuk mulai mempraktikkannya di rumah. Maka ia pun menerjang masuk ke rumah, menunjuk wajah istrinya, dan berkata, "Mulai sekarang saya adalah bos di sini, maka kamu harus menuruti kata-kata saya. Saya ingin kamu menyiapkan makanan enak dan air mandi buat saya. Kemudian, setelah saya selesai makan dan mandi, coba tebak siapa yang akan mendandani dan menyisir rambut saya." "Petugas penguburan," jawab istrinya.

Raja Rehabeam mencoba ketegasan yang serupa. Namun, hal itu justru membuat bangsa Israel berbalik melawannya.

Ketika ia naik takhta, rakyat memohon pengurangan beban pajak. Para penasihat yang lebih tua mendesaknya untuk memenuhi permintaan rakyat, namun teman-temannya yang masih muda menasihatinya agar bersikap lebih tegas daripada ayahnya. Karena ia menuruti nasihat teman-temannya, akibatnya sepuluh dari dua belas suku Israel memisahkan diri dan membentuk sebuah kerajaan baru (2Tawarikh 10:16,17).

Pemimpin yang baik tidak mengandalkan ketegasan yang mendominasi -- baik di rumah, di gereja, atau dalam pekerjaan. Sebaliknya, mereka menyeimbangkan ketegasan itu (yang sesungguhnya bukan sesuatu yang salah) dengan prinsip saling merendahkan diri (Efesus 5:21). Mereka mendengarkan dengan rasa hormat, mengakui kesalahan mereka, menunjukkan kesediaan untuk berubah, dan menggabungkan kelembutan dengan ketegasan. Itulah kepemimpinan yang rendah hati, dan itu manjur untuk dilakukan! --Herb Vander Lugt

29 Februari 2004

Orang Tak Penting

Nats : Anggota-anggota tubuh yang tampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan (1Korintus 12:22)
Bacaan : 1 Korintus 12:12-31

Seorang pengunjung dibawa berkeliling menyaksikan wilayah orang kusta di India. Pada tengah hari, gong makan siang dibunyikan. Orang-orang yang berada di situ berdatangan ke ruang makan. Tiba-tiba tawa keras memenuhi ruangan itu. Dua pria muda, yang satu menaiki punggung yang lain, berpura-pura menjadi kuda dan penunggangnya. Mereka berdua sangat menikmati kegembiraan itu.

Sementara menyaksikan peristiwa itu, sang pengunjung itu diberi tahu bahwa pria yang menggendong temannya adalah orang buta, dan pria yang digendong adalah orang lumpuh. Pria yang tidak dapat melihat itu menggunakan kakinya; pria yang tidak dapat berjalan menggunakan matanya. Mereka berdua saling menolong.

Dan mereka menemukan sukacita yang besar saat melakukannya.

Bayangkanlah ada sebuah gereja semacam itu, yang setiap anggota menggunakan kekuatannya untuk melengkapi kelemahan orang lain. Itulah yang seharusnya terjadi dalam setiap jemaat orang-orang percaya. Paulus menyamakan karunia rohani seumpama bagian-bagian yang berbeda dalam tubuh manusia. Mata melihat. Telinga mendengar. Tangan bekerja. Kaki menggerakkan tubuh ke depan. Semuanya merupakan bagian yang penting. Dan bila semua bagian melakukan fungsinya, seluruh tubuh memperoleh keuntungan.

Kita semua memiliki kelemahan, namun kita juga memiliki kelebihan. Kita semua berbeda, namun Allah telah memberi setiap kita paling sedikit satu karunia untuk digunakan bagi kepentingan gereja. Kita saling membutuhkan. Di dalam tubuh Kristus tidak ada orang yang tidak penting --Dennis De Haan

24 Maret 2004

Kaki Yudas

Nats : Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yohanes 13:15)
Bacaan : Yohanes 13:1-20

Saat membaca kisah Yesus yang membasuh kaki para murid-Nya, kita mungkin menganggap bahwa kita sudah mengerti alasan tindakan-Nya tersebut. Misalnya, karena Yohanes adalah seorang teman dekat-Nya. Atau karena Petrus dan Andreas telah sedemikian setia mengikuti Dia.

Setiap murid pasti memiliki sesuatu yang membuat Yesus menyayangi dia. Namun, mengapa Dia mau membasuh kaki Yudas? Yesus sadar bahwa dengan membasuh kaki Yudas, sebenarnya Dia telah merendahkan diri untuk melayani seseorang yang sebentar lagi akan melakukan pengkhianatan yang terburuk dalam sejarah.

Yesus melakukan tindakan paling rendah kepada seseorang yang memperlakukan Sang Pencipta semesta alam sebagai Pribadi yang dihargai tidak lebih dari tiga puluh keping perak. Dengan sengaja, Pribadi yang nama-Nya dihubungkan dengan pemberi kehidupan, membuat tangan-Nya kotor untuk melayani seseorang yang namanya berarti pengkhianatan dan kematian kekal.

Bukankah teladan yang diberikan Yesus mengajarkan kita suatu pelajaran yang istimewa tentang pelayanan? Bukankah hal itu mengingatkan kita bahwa kita tidak dipanggil untuk melayani orang-orang seperti kita saja, atau bahkan mereka yang memerhatikan kita? Kita dipanggil untuk melayani semua orang, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, orang yang ramah maupun yang tidak terlalu ramah.

Kapan terakhir kali Anda “membasuh kaki” seseorang seperti Yudas? —Dave Branon

21 April 2004

Siapa Menyiapkan Parasut?

Nats : Sebab, bagian orang yang tinggal di dekat barang-barang adalah sama seperti bagian orang yang pergi berperang; itu akan dibagi sama-sama (1 Samuel 30:24)
Bacaan : 1 Samuel 30:1-25

Charles Plumb sedang duduk di sebuah restoran ketika seorang pria menghampirinya dan berkata, “Anda Plumb, kan, yang menerbangkan pesawat jet tempur di Vietnam? Anda pernah berada di pesawat pengangkut Kitty Hawk sebelum Anda tertembak jatuh!” “Bagaimana Anda bisa tahu semuanya?” tanya Plumb. Pria yang ternyata berada satu kapal induk dengan Plumb itu menjawab, “Saya yang menyiapkan parasut Anda.” Kemudian ia menambahkan, “Tampaknya parasut itu berfungsi dengan baik.” “Memang,” sahut Plumb.

Malam itu Plumb membayangkan pria itu sedang berdiri di atas meja dalam perut kapal induk dan melipat parasut dengan hati-hati bagi orang-orang yang hidupnya mungkin bergantung pada parasut tersebut. Plumb merasa sedih dan menyesal saat ia berpikir, Berapa kali aku telah melewati pria ini tanpa mengucapkan selamat pagi, hanya karena aku seorang pilot pesawat jet dan ia seorang kelasi rendahan?

Kisah ini mengingatkan kita akan perkataan Daud dalam bacaan Alkitab hari ini. Dua ratus anak buah Daud yang sudah terlalu lelah untuk maju memerangi orang Amalek tinggal di perkemahan untuk menjaga perbekalan. Namun, ketika Daud kembali dari medan perang, ia tidak membedakan mereka dengan orang-orang yang berperang bersamanya. Ia berkata, “Bagian mereka adalah sama” (1 Samuel 30:24).

Dalam melayani Allah, tidak ada orang yang posisinya lebih tinggi atau rendah, tidak ada tugas yang mulia atau hina. Kita semua bergantung satu sama lain. Jangan pernah lupakan mereka yang menyiapkan parasut kita —Herbert Vander Lugt

29 April 2004

Lebah Pejantan

Nats : Ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna (2 Tesalonika 3:11)
Bacaan : 1 Timotius 5:8-16

Saat duduk memandangi sarang lebah, saya tertarik pada aktivitas sejumlah besar lebah yang tampak sangat sibuk. Mereka selalu mendengung, terbang keluar-masuk sarang, tetapi tidak melakukan pekerjaan yang berarti. Lebah-lebah yang tidak produktif ini disebut pejantan. Mereka adalah lebah jantan yang berukuran jauh lebih besar daripada lebah pekerja atau ratu lebah. Tugas mereka hanya membuahi ratu lebah dan lalu mati.

Sementara menunggu munculnya ratu lebah yang baru, para pejantan menghabiskan waktu mereka untuk berkunjung dari satu sarang ke sarang yang lain. Tetapi mereka tidak bekerja; mereka tidak membuat madu; mereka tidak membangun sarang; mereka bahkan tidak bisa menyengat. Tetapi mereka sangat berisik! Anda dapat mendengar mereka mendengung, tetapi itu hanyalah gertak sambal.

Sekilas tampaknya para pejantan memiliki hak istimewa, tetapi ketika musim gugur tiba dan jumlah madu berkurang, lebah-lebah pekerja akan membunuh para pejantan! Tidak ada seekor pun yang tersisa pada musim dingin. Waktu perhitungan telah tiba, dan mereka tidak memperoleh penghargaan dari lebah pekerja.

Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus memperingatkan tentang orang-orang yang giat dalam aktivitas-aktivitas yang keliru. Mereka berkunjung dari rumah ke rumah untuk mencampuri urusan orang lain, bukan untuk melayani malah membuat masalah (1 Timotius 5:13).

Janganlah menjadi lebah pejantan jika Anda ingin mendapat bagian dari harta surgawi yang disediakan bagi mereka yang setia —M.R. De Haan, M.D.

29 Mei 2004

Kebesaran Sejati

Nats : Pada keesokan harinya ketika mereka turun dari gunung itu, datanglah orang banyak berbondong-bondong menemui Yesus (Lukas 9:37)
Bacaan : Lukas 9:28,29,34-42

Pada peringatan 50 tahun pendakian bersejarah Gunung Everest yang dilakukan oleh Sir Edmund Hillary, seorang penyiar televisi mengatakan bahwa status Hillary sebagai pahlawan di Nepal terutama “tidak berkaitan dengan apa yang dilakukannya saat berdiri di puncak dunia itu, melainkan saat ia turun kembali dari puncak gunung tersebut”. Setelah menaklukkan gunung tertinggi di dunia bersama rekannya Tenzing Norgay pada tahun 1953, Edmund menghabiskan waktu selama lima dekade berikutnya untuk membantu mendirikan berbagai sekolah, rumah sakit, dan jembatan bagi masyarakat Sherpa.

Perbedaan ketika Edmund Hillary berada di gunung itu dan pelayanannya di Lembah Sherpa mengingatkan kita pada apa yang dialami Yesus ketika menampakkan kemuliaan-Nya di atas gunung (Lukas 9:28-36). Hal ini merupakan puncak berkat tatkala wajah Tuhan memancarkan sinar dan Bapa berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia” (ayat 35).

Namun, Yesus tidak tetap tinggal di atas gunung. Dia turun ke tengah-tengah banyak orang. Di situ Dia melepaskan seorang anak dari roh jahat. Dia memutuskan untuk pergi ke Yerusalem dan menggenapi misi-Nya, yaitu untuk mati di atas kayu salib bagi tebusan atas dosa-dosa kita.

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar” (Lukas 9: 48). Kehidupan Tuhan kita menunjukkan bahwa kebesaran sejati terletak di dalam tindakan melayani dengan kerendahan hati kepada Allah, dan juga kepada sesama yang membutuhkan —David McCasland

17 Juni 2004

Apa Motivasi Kita?

Nats : Karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita (1 Tesalonika 2:4)
Bacaan : 1 Tesalonika 2:3-9

Saya dan istri saya mendapat pemberitahuan bahwa kami telah memenangkan hadiah 1.000 dolar dalam bentuk uang tunai atau 250 dolar dalam bentuk kupon belanja. Ketika tiba di tempat pengambilan hadiah, kami diminta untuk terlebih dulu mengikuti suatu seminar selama 90 menit.

Dalam seminar itu, kami mendapat informasi bahwa kami dapat menerima paket liburan untuk 25 tahun mendatang dengan harga saat ini, yang berarti kami dapat menghemat sebesar 15.000 dolar. Tetapi untuk menikmatinya, kami diwajibkan membayar biaya keanggotaan sebesar 5.200 dolar. Kami menolak tawaran itu, tetapi kami tetap diberi beberapa kupon potongan harga, yang mungkin tak akan pernah kami gunakan.

Dari pengalaman tersebut, kami bertanya-tanya mengapa kami dapat bertahan dalam seminar yang ternyata berlangsung tiga jam itu. Apa yang telah memotivasi kami? Kami memang ingin bersikap sopan, tetapi harus diakui bahwa kami pun termotivasi oleh keserakahan.

Motivasi yang salah dapat juga menyelinap dalam pelayanan kita kepada Tuhan. Paulus menulis kepada jemaat di Tesalonika: “Sebab kamu masih ingat, Saudara-saudara; akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu” (1 Tesalonika 2:9). Paulus berhak menerima bantuan keuangan dari jemaat, tetapi ia tidak ingin dituduh memiliki motivasi yang tidak murni.

Apa yang memotivasi kita? Mari kita belajar dari teladan Paulus, sambil mengingat bahwa Allah menguji hati kita —Albert Lee

25 Juni 2004

Jangan Pernah Menyerah

Nats : Berdirilah teguh ... dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (1 Korintus 15:58)
Bacaan : Galatia 6:6-10

Seorang pengkhotbah yang mulai jenuh dalam pelayanan, mendapat sebuah mimpi. Ia melihat dirinya sedang memukul sebuah bongkahan besar batu granit dengan linggis. Tugasnya adalah memecahkan batu tersebut menjadi potongan-potongan kecil. Namun, sekeras apa pun usahanya, ia tidak sanggup memecah batu itu sepotong kecil pun. Karena lelah dan putus asa, akhirnya ia memutuskan untuk berhenti.

Tak lama kemudian datanglah seseorang dan berkata, “Bukankah Anda diperintahkan untuk melakukan pekerjaan ini? Kewajiban Anda adalah melakukan sebaik mungkin, apa pun yang terjadi.” Sang pengkhotbah, dengan kebulatan hati yang baru, mengayunkan linggisnya tinggi-tinggi dan memukul batu granit tersebut hingga pecah. Batu itu pecah berkeping-keping. Ia hampir menyerah, dan melewatkan satu pukulan yang menghancurkan.

Tuhan ingin agar kita tetap melakukan pekerjaan yang ditugaskan-Nya, entah seberapa besar kesulitannya. Sekalipun keberhasilan tampak jauh dan mustahil, kita harus tetap berdiri dengan teguh dan meyakini bahwa tetap ada upah berlimpah bagi orang yang tekun.

Apakah Anda merasa lelah dalam pelayanan bagi Allah? Apakah Anda pernah berkecil hati dan tergoda untuk “menyerah kalah”? Ingatlah akan mimpi sang pengkhotbah itu. Lebih baik Anda tenang dan mengingat janji Allah yang diucapkan Paulus, “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:9) —Richard De Haan

27 Juli 2004

Senang Sekaligus Sedih

Nats : Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; .... Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga (Matius 6:19,20)
Bacaan : Lukas 12:16-21

Ada sebuah legenda kuno tentang tiga pria berkuda yang sedang melintasi padang gurun pada suatu malam. Ketika mendekati sebuah dasar sungai yang kering, mereka mendengar sebuah suara yang memerintahkan mereka untuk turun, mengambil beberapa kerikil, memasukkannya ke dalam saku mereka, dan tidak melihatnya hingga keesokan paginya. Mereka dijanjikan bahwa jika mereka mematuhi perintah itu, mereka akan senang, tetapi juga sedih. Setelah mereka melakukan seperti yang diperintahkan, ketiga pria itu menunggangi kuda mereka dan melanjutkan perjalanan.

Ketika fajar mulai merekah, ketiga pria itu merogoh saku mereka untuk mengeluarkan kerikil-kerikil itu. Mereka terkejut sekali karena mendapati kerikil-kerikil itu telah berubah menjadi intan, batu delima, dan batu permata berharga lainnya. Kemudian mereka menyadari arti dari janji yang mengatakan bahwa mereka akan menjadi senang, tetapi juga sedih. Mereka gembira karena telah mengambil kerikil sebanyak yang mereka ambil, tetapi juga menyesal -- sangat menyesal -- karena tidak mengumpulkan lebih banyak lagi.

Saya bertanya-tanya apakah kita juga akan memiliki perasaan serupa ketika sampai di surga. Kita akan bahagia atas harta yang kita simpan di surga selagi di bumi, dan bersukacita atas penghargaan yang akan Kristus berikan kepada kita. Tetapi kita pun akan menyesal karena tidak berbuat lebih banyak untuk melayani-Nya.

Mari pergunakan kesempatan kita dengan baik sehingga kita akan lebih senang daripada sedih —Richard De Haan

30 Juli 2004

Teruskan!

Nats : Firman-Ku ... tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki (Yesaya 55:11)
Bacaan : Yesaya 55:6-13

Mereka mengenal baik Thomas Dotson di penjara Michigan. Mereka pastilah mengenalnya, karena ia menghabiskan waktu lebih dari satu dekade mendekam di balik jeruji penjara.

Tom memberikan kesaksian di perjamuan tahunan bagi para pendeta penjara di Muskegon, Michigan. Ia bersaksi bahwa ia tumbuh besar di dalam sebuah keluarga kristiani, tetapi ia kemudian memberontak dan menolak Injil. Istrinya, yang bernyanyi di perjamuan itu, tetap menyertainya kendati ia telah gagal berulang kali. Ada seorang pendeta penjara yang dengan setia mendampinginya, sehingga Tom berserah sepenuhnya kepada Yesus Kristus, dan hidupnya diubahkan.

Dotson mengimbau para pelayan Tuhan, katanya, “Teruskan pelayanan Anda terhadap orang-orang seperti saya, tak peduli betapa frustrasinya hal itu. Kami mungkin mengalami banyak kemunduran. Tetapi jangan menyerah. Ada kekuatan untuk berubah bahkan pada orang yang paling frustasi sekalipun, melalui pengurbanan Kristus, Pribadi yang benar-benar membebaskan kita.” Kemudian, sambil menatap pendeta penjara yang telah dengan sabar bersaksi kepadanya, Tom berkata dengan lembut, “Terima kasih karena tidak menyerah terhadap saya.”

Allah akan memberikan “pengampunan dengan limpahnya” kepada semua orang yang datang kepada-Nya (Yesaya 55:7). Firman-Nya yang penuh kuasa dapat membawa perubahan (ayat 11), membebaskan baik pria maupun wanita dari penjara dosa (Yohanes 8:32).

Apakah Anda hampir menyerah terhadap seseorang yang Anda pikir tidak akan pernah berubah? Jangan! Teruskan! —Dave Egner

7 Agustus 2004

Rantai yang Tak Putus

Nats : Apa yang telah engkau dengar dari padaku ... percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai (2Timotius 2:2)
Bacaan : 2Timotius 1:1-7; 2:1,2

Setiap pertama kali berjumpa dengan seorang kristiani, saya tertarik untuk mengetahui bagaimana ia mulai memercayai Yesus sebagai Juruselamatnya. Setiap orang memiliki kisah yang berbeda, tetapi mereka semua bersaksi bahwa mereka memahami kebenaran karena upaya orang lain -- orangtua, pendeta, guru Sekolah Minggu, para pembina kelompok Pendalaman Alkitab, teman, atau penulis. Seseorang secara tepat menyatakan bahwa tubuh Kristus bertumbuh melalui "kumpulan pengajar dalam rangkaian rantai yang tak putus".

Dalam bacaan Kitab Suci hari ini, kita belajar bahwa Timotius menjadi orang percaya karena pengaruh neneknya Lois, ibunya Eunike, dan pengajaran Paulus (2 Timotius 1:5; 2:2). Rasul Paulus meminta Timotius agar menjadi bagian dari rantai itu dan memercayakan kebenaran "kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain" (2:2).

"Orang-orang yang dapat dipercayai" yang dimaksudkan Paulus mungkin adalah para penatua gereja. Tetapi ia mengungkapkan sebuah prinsip yang berlaku bagi setiap orang percaya. Kita harus menerima kebenaran dari seseorang; dan sekarang kita memiliki hak istimewa yang mulia serta tugas serius untuk menyampaikan kebenaran itu kepada orang lain.

Anggaplah diri Anda adalah salah satu bagian dari "rantai hidup" yang membentang sejak zaman Yesus hingga saat ini. Kita harus menjaga ikatan rantai tersebut tetap kuat dengan cara memberitakan Yesus kepada orang lain, agar Injil dapat menjangkau generasi-generasi berikutnya --Herb Vander Lugt

8 Agustus 2004

"menambang Batu Bara"

Nats : Aku meminta perhatianmu terhadap Febe .... Sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri (Roma 16:1,2)
Bacaan : Roma 16:1-16

Winston Churchill tahu bahwa orang-orang yang bekerja di balik layar tidak selalu mendapatkan penghargaan yang layak mereka terima. Selama Perang Dunia II, banyak penambang batu bara Inggris ingin bergabung dengan tentara sukarela dan berjuang di barisan depan. Churchill mengakui patriotisme mereka, tetapi ia mengingatkan mereka akan pentingnya pekerjaan mereka untuk mendukung perang. "Sebagian orang harus tetap tinggal di pertambangan," ujarnya, "dan yang lainnya harus berada di tengah pasukan. Keduanya sama-sama dibutuhkan, dan ada penghargaan yang sama bagi keduanya."

Saat memberi gambaran mengenai apa yang akan ditanyakan anak-anak mereka di kemudian hari tentang kontribusi orangtua mereka dalam perang, Churchill berkata, "Ada yang akan berkata, 'Dulu Ayah adalah pilot pesawat tempur'; yang lain berkata, 'Ayah bekerja di divisi kapal selam'; ... dan saat tiba giliran Anda, Anda dapat berkata dengan kebanggaan dan hak yang sama, 'Kami menambang batu bara.'"

Paulus juga melihat pentingnya peran orang-orang yang bekerja di balik layar. Banyak ayat dalam Roma 16 dipersembahkan untuk menghormati teman-teman sepelayanan yang seiman, seperti Febe, Andronikus, dan Urbanus yang tidak begitu kita kenali. Pelayanan mereka sangat berguna bagi Paulus dan untuk menjangkau orang-orang bagi Kristus.

Kerja keras Anda bagi Tuhan mungkin tidak terlihat dan tidak mendapatkan sambutan meriah, namun hal itu sangat penting. Teruslah "menambang batu bara". Anda berharga bagi Tuhan --Dave Egner

1 September 2004

Sahabat Para Pendosa

Nats : Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat (Lukas 5:32)
Bacaan : Matius 9:9-13

Suatu hari, ketika Yesus makan malam, "datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia" (Matius 9:10). Para pemuka agama pada zaman itu marah melihat perbuatan-Nya. Mereka menyimpulkan bahwa Yesus adalah sahabat orang berdosa, dan memang itulah kenyataannya. "Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10).

Secara moral Yesus memang menjauhi pendosa dan tidak melibatkan diri dalam cara hidup mereka. Namun, Dia tidak memisahkan diri dari orang-orang yang berdosa. Dia menghabiskan waktu bersama mereka dan menjadi sahabat mereka.

Seperti Yesus, kita memang harus berelasi dengan semua orang dari segala lapisan masyarakat dalam aktivitas kita sehari-hari. Tertullian, seorang penulis berkebangsaan Romawi pada awal abad ketiga, menggambarkan hubungan antara orang kristiani dengan orang nonkristiani pada zamannya demikian, "Kami hidup di antara kalian, menyantap makanan yang sama, mengenakan pakaian yang sama.... Kami tinggal di dunia ini bersama kalian, kami tidak mengasingkan diri dari pertemuan umum, pasar, tempat pemandian umum, fasilitas umum, bengkel kerja, ataupun tempat penginapan.... Kami mengolah tanah bersama kalian, kami bekerja sama dengan kalian dalam urusan bisnis."

Kita pun harus mencari orang yang tersesat seperti yang dilakukan Yesus, dan itu bukanlah hal yang sulit. Alangkah baiknya jika kita selalu bertanya kepada diri sendiri, "Berapa banyak sahabat saya yang tersesat?" --David Roper

5 Oktober 2004

Memerhatikan Angin

Nats : Siapa senantiasa memerhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai (Pengkhotbah 11:4)
Bacaan : Kisah Para Rasul 8:26-34

Ketika hendak memberitakan Yesus kepada orang lain, saya kadang-kadang bersikap seperti petani yang berhati-hati, yang memerhatikan cuaca dan menanti hari yang sempurna untuk menanami ladangnya. Tetapi akhirnya, musim pun berlalu dan ia tidak menabur apa-apa. Kesempatan itu lenyap; tuaian pun hilang (Pengkhotbah 11:4).

Saya ragu-ragu dan bertanya-tanya, "Apakah orang ini siap untuk mendengarkan Injil? Apakah ini saatnya untuk berbicara?" Anda tidak akan pernah bisa mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang lain. Beberapa orang mungkin hidup dalam kegelapan dan merindukan seseorang untuk menuntun mereka ke dalam terang.

Sida-sida Etiopia yang berada di atas kereta kebesaran sepertinya memiliki segalanya (Kisah Para Rasul 8:27). Ia memiliki nama baik, kekayaan, dan kekuasaan. Namun, di dalam hatinya ia merasa hampa dan mencari-cari. Ia sedang membaca janji Yesaya akan Juruselamat yang menderita dan berusaha untuk memahaminya. Tepat pada saat itulah, Filipus mengambil kesempatan untuk memberitakan Yesus kepadanya (ayat 35).

Saya memiliki teman yang sering menuntun orang kepada Yesus. Suatu kali saya bertanya kepadanya bagaimana ia tahu bahwa mereka siap untuk menerima Injil. "Mudah," jawabnya. "Saya bertanya kepada mereka."

Maka saya harus berhenti mengkhawatirkan angin dan awan, dan mulai bertindak, yakni menaburkan benih ke mana pun saya pergi, tanpa memedulikan cuaca. Anda tidak akan pernah tahu --David Roper

12 Oktober 2004

Diperlukan Bantuan!

Nats : Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Matius 16:24)
Bacaan : 2Timotius 2:1-13

Barangkali iklan paling efektif yang pernah ditulis adalah iklan di sebuah surat kabar di London pada awal abad kedua puluh. Iklan itu mengatakan demikian: "Diperlukan para pria untuk menempuh perjalanan berbahaya. Upah rendah, cuaca amat dingin, gelap gulita selama berbulan-bulan, bahaya selalu menghadang. Diragukan untuk kembali dengan selamat." Kata-kata dalam iklan tersebut ditulis oleh Sir Ernest Shackleton. Ia adalah penjelajah Kutub Selatan yang terkenal.

Mengomentari tanggapan luar biasa yang diperolehnya, Shackleton berkata demikian, "Seakan-akan semua pria di Inggris berketetapan untuk pergi bersama kami."

Kata-kata Shackleton mengingatkan saya akan ucapan Yesus di dalam Matius 16:24, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." Tuhan memanggil orang-orang untuk pergi bersama dengan Dia di dalam sebuah perjalanan berbahaya, yakni jalan salib. Dia melontarkan panggilan itu setelah memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia akan pergi ke Yerusalem untuk menderita dan dibunuh.

Selama berabad-abad, ribuan orang telah menanggapi perkataan Yesus dengan meninggalkan segalanya untuk mengikuti Dia. Namun tidak seperti ekspedisi Shackleton yang sudah berakhir, pekerjaan Tuhan masih berlanjut dan untuk itu masih diperlukan sukarelawan. Dia terus memanggil orang-orang yang bersedia melayani Dia tanpa memandang harganya.

Apakah Anda sudah menjawab panggilan-Nya? --Richard De Haan

15 November 2004

Yang Diperbuat Allah

Nats : Ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari surga itu tidak pernah aku tidak taat (Kisah Para Rasul 26:19)
Bacaan : Kisah Para Rasul 26:6-23

Pada sebuah acara debat di Boston College, seorang mahasiswa kristiani, William Craig Lane, secara meyakinkan menyampaikan argumentasi sejarah untuk membuktikan kebenaran kebangkitan Yesus. Menurut Kisah Para Rasul 26, Paulus pun pernah melakukan hal ini. Lalu Lane menceritakan pertobatannya.

Sewaktu kecil, ia tak pernah ke gereja. Namun ketika remaja, ia mulai terganggu dengan berbagai pertanyaan tentang kematian dan makna kehidupan. Lalu ia mulai ke gereja, tetapi khotbah-khotbah di gereja tak menjawab pertanyaannya. Apa yang ia lihat dari teman sekelasnya yang rajin ke gereja membuatnya menyimpulkan bahwa kebanyakan orang kristiani memiliki kehidupan yang palsu. Ia pun menjadi orang kesepian yang gusar. Suatu hari, seorang gadis yang selalu ceria, mengatakan bahwa ia bersukacita karena ia memiliki Yesus dalam hidupnya. Gadis itu meyakinkan Lane bahwa Yesus pun rindu tinggal dalam dirinya.

Selama 6 bulan Lane mencari jawaban akan kebutuhan jiwanya dan membaca Alkitab Perjanjian Baru. “Akhirnya saya tak tahan lagi, sehingga saya berseru kepada Allah,” katanya. “Saya melontarkan semua kepahitan dan kegusaran dalam diri saya. Lalu saya merasakan suatu embusan sukacita yang luar biasa, dan sejak saat itu Allah menjadi pribadi yang hidup dalam diri saya—pribadi yang tidak pernah meninggalkan saya.”

Kita perlu menceritakan alasan memercayai Yesus kepada orang lain, sesuai firman Allah. Namun kita pun perlu menceritakan apa yang telah diperbuat Allah bagi kita secara pribadi —Herb Vander Lugt

20 November 2004

Biar Dunia Mendengar

Nats : Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk (Markus 16:15)
Bacaan : Kisah Para Rasul 1:1-8

Fritz Kreisler (1875-1962), seorang pemain biola dunia yang ternama, mendapat banyak uang melalui berbagai konser dan komposisi yang dibuatnya. Akan tetapi, ia banyak menyumbangkan uangnya. Akibatnya, ketika dalam suatu perjalanan ia menemukan sebuah biola yang sangat indah, uangnya tidak cukup untuk membeli.

Setelah mengumpulkan cukup uang, ia kembali kepada si penjual untuk membeli alat musik yang indah itu. Namun, ia sangat terkejut ketika mendapati bahwa biola tersebut telah dibeli seorang kolektor. Kemudian, Kreisler berangkat ke rumah pemilik baru biola itu dan mengatakan bahwa ia ingin membeli biola tersebut. Sang kolektor mengatakan bahwa biola tersebut adalah harta berharga baginya, dan ia tidak bermaksud menjualnya.

Merasa kecewa, Kreisler hendak meninggalkan rumah itu. Tetapi mendadak ia mendapat sebuah ide. “Bolehkah saya memainkan biola itu sebelum disimpan dalam kesunyian?” tanyanya. Ia diperbolehkan untuk memainkannya. Pemusik andal tersebut memainkan musik yang sangat indah sehingga menyentuh perasaan sang kolektor. “Saya tidak berhak menyimpan biola itu bagi diri saya sendiri,” katanya. “Biola ini milik Anda, Pak Kreisler. Bawalah, dan biarlah semua orang mendengarkan alunan musik darinya.”

Bagi para pendosa yang telah diselamatkan oleh kasih karunia, Injil bagaikan harmoni surga yang memesona. Kita tidak berhak menyimpannya bagi diri kita sendiri. Yesus memerintahkan agar kita memberitakannya kepada dunia sehingga semua orang dapat mendengarnya —Vernon Grounds

22 November 2004

Teladan Kristiani

Nats : Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga (Matius 5:16)
Bacaan : Matius 5:13-16

Seorang pengusaha menyerahkan hati kepada Yesus ketika mengikuti kebaktian penginjilan oleh Billy Graham. Ketika ia mengatakan hal itu kepada rekan bisnisnya, seorang kristiani, rekannya tersebut sangat gembira. Namun, orang yang baru percaya itu tidak tahu bahwa kawannya itu orang kristiani. Ia berkata, “Kau tahu, kamulah yang membuat saya tidak mau menjadi kristiani selama bertahun-tahun. Saya selalu berpikir bahwa meskipun kamu bukan orang kristiani, kamu dapat hidup saleh. Maka saya berpikir bahwa saya tidak perlu menjadi orang kristiani.”

Saya dan seorang teman melakukan urusan bisnis di sebuah bank lokal. Ia ingin menukar selembar uang 100 dolar. Sang kasir keliru memberinya enam lembar 20 dolar. Saat teman saya menyadari kekeliruan itu, ia kembali dan pelan-pelan memberi tahu sang kasir tentang kekekeliruan itu. Kasir itu berkata, “Terima kasih banyak. Jika Anda tidak kembali, pasti saya harus mengganti uang yang hilang karena kekeliruan itu. Untung Anda orang jujur.” Teman saya menjawab, “Saya jujur karena saya adalah pengikut Yesus Kristus. Mengembalikan uang ini kepada Anda adalah sesuatu yang diinginkan Yesus untuk saya lakukan.”

Hidup orang-orang kristiani harus menjadi teladan bagi sesamanya. Namun, penting juga bagi kita untuk menyatakan Sang Sumber kekuatan dan kehidupan yang memampukan kita untuk “tampil beda”. Yesus berkata, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Matius 5:16) —Haddon Robinson

12 Desember 2004

Melayani dan Bersekutu

Nats : Marta sibuk sekali melayani (Lukas 10:40)
Bacaan : Lukas 10:38-42

Pada saat Marta melayani Yesus seorang diri, saudaranya Maria justru duduk di dekat kaki Tuhan sambil mende-ngarkan-Nya dan belajar. Charles H. Spurgeon (1834–1892) yakin bahwa kesalahan Marta bukan karena pelayanannya, melainkan karena ia mengizinkan pelayanannya mengacaukan perhatiannya dari Yesus. Spurgeon percaya bahwa kita seharusnya menjadi seperti Marta, tetapi juga sekaligus menjadi seperti Maria. Ia menulis, “Kita harus rajin melayani, sekaligus rajin bersekutu dengan-Nya. Untuk itu kita membutuhkan kasih karunia yang besar. Kita lebih mudah melayani daripada ber-sekutu dengan Tuhan.”

Saya pernah bertemu dengan se-orang ibu muda yang memiliki anugerah untuk melakukan keduanya. Ia haus akan Allah dan firman-Nya, tetapi mau tidak mau kesibukan kehidupan keluarganya setiap hari akan menenggelamkan dirinya. Kemudian ia punya ide. Di setiap ruangan, ia menaruh kertas dan pensil pada tempat yang tinggi, yang jauh dari jangkauan anak-anak. Sementara ia melayani Tuhan di tengah tanggung jawab rumah tangganya, ia tetap membuka diri kepada Allah. Setiap kali terlintas sebuah ayat Alkitab dalam benak-nya, atau sesuatu yang patut diakui, dikoreksi, atau didoakan, ia cepat-cepat mencatatnya di kertas terdekat. Pada malam harinya, setelah anak- anak tidur, ia mengumpulkan kertas-kertas itu dan mendoa-kannya di atas Alkitabnya yang terbuka.

Wanita ini menemukan sebuah cara untuk menjadi seperti Marta, dan juga sekaligus menjadi seperti Maria. Semoga kita pun menemukan cara untuk melayani Allah sekaligus bersekutu dengan-Nya —Joanie Yoder

15 Januari 2005

“perut Sosial”

Nats : Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan (Mazmur 119:1)
Bacaan : Yehezkiel 2:1-3:4

Semut madu bertahan hidup pada masa sulit dengan bergantung pada anggota-anggota tertentu dalam kelompok mereka yang dikenal sebagai “wadah madu”. Mereka mengisap begitu banyak madu, sehingga tubuh mereka akan menggembung sampai mirip buah beri yang bulat kecil. Akibatnya mereka hampir-hampir tidak bisa bergerak. Apabila makanan dan air mulai jarang didapat, semut-semut ini kemudian bertindak sebagai “perut sosial” dan menopang hidup seluruh koloni dengan menyediakan apa yang telah mereka simpan di dalam tubuh mereka sendiri.

Serupa dengan itu, pembawa pesan Allah harus memenuhi hati dan pikirannya dengan kebenaran Kitab Suci. Hanya jika ia setia dalam menerapkan firman Allah bagi hidupnya sendiri, maka ia dapat secara jujur memberikan dorongan dan nasihat yang berarti kepada orang lain.

Tuhan memerintahkan Nabi Yehezkiel untuk memakan gulungan kitab yang berisi pesan penuh “ratapan, keluh kesah, dan rintihan” (Yehezkiel 2:10). Karena ia taat kepada Tuhan dan menerapkan pelajaran itu untuk hatinya sendiri terlebih dahulu, ia dapat dengan berani menyampaikan pesan yang memberi hidup kepada semua yang bersedia mendengarnya.

Sebagai orang percaya, kita juga harus mengembangkan “perut sosial” dengan mencerna kebenaran Alkitab serta mengizinkan Roh Allah untuk menjadikannya sebagai bagian dari hidup kita. Kemudian, dengan dipenuhi firman Allah, kita akan dapat berbicara secara efektif kepada orang lain yang memerlukan makanan rohani —Mart De Haan

18 Januari 2005

Siap Sedialah

Nats : Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab ... tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah l (1 Petrus 3:15)
Bacaan : Matius 4:18-20

Para pemancing kadang memberkati seorang kepada yang lain: “Semoga tali pancing Anda senantiasa meregang,” maksudnya, “Semoga selalu ada ikan trout terpancing di tali Anda.”

Namun, ketika semakin tua, harus saya akui bahwa kini tali yang meregang kurang berarti bagi saya dibandingkan dahulu. Saya juga memperoleh banyak kesenangan dari proses memancing itu sendiri seperti halnya menangkap ikan.

Ketika memancing, saya punya lebih banyak waktu untuk berjalan di tepi sungai, menikmati kesunyian, dan mencari tempat-tempat ikan yang mungkin dipancing. Tapi ketika berusaha keras untuk menangkap ikan, saya justru tidak mendapatkan banyak ikan dan kesenangan.

Yesus memanggil kita untuk “memancing” manusia, bukan “menangkap” manusia (Matius 4:19). Untuk itu saya pergi ke tempat ikan, berjalan di antara mereka, mempelajari habitatnya, dan mempelajari sifat mereka. Kemudian saya menarik tali pancing dan melihat kalau-kalau ada yang terpancing. Lebih banyak kesenangan dalam usaha yang mudah itu, dan saya memperoleh hasil yang lebih baik.

Karena itu, saya ingin “memancing” orang, mencari kesempatan untuk berbicara tentang Yesus, melempar tali di sana-sini, dan menyerahkan hasilnya kepada Allah. Itu lebih menenangkan saya dan si ikan—orang- orang yang mungkin dihantui kecanggungan saya.

Kini saya memberkati rekan-rekan pemancing saya, “Kiranya Anda menjaga tali pancing Anda tetap di air.” Atau, seperti kata pemancing lain, “Siap sedialah” (1 Petrus 3:15) —David Roper

28 Januari 2005

Semut dan Gajah

Nats : Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah (1 Korintus 15:34)
Bacaan : Amsal 6:6-11

Gajah laut menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk tidur. Majalah Science News melaporkan, “Gajah laut jantan berukuran 4,8 meter, diukur dari hidungnya yang menyerupai belalai sampai ke bagian sirip. Dan berat mereka sekitar 3 ton. Kadang-kadang, seekor gajah laut akan menggunakan sirip depannya—yang sangat kecil bagi makhluk raksasa ini—untuk menggaruk dirinya atau mengais pasir pelindung matahari pada tubuhnya.” Selain itu binatang raksasa ini pada dasarnya tak bergerak.

Selanjutnya artikel itu menyatakan bahwa hal itu dikarenakan mereka tidak makan selama di darat pada musim berkembang biak, mereka tidur hampir sepanjang waktu. Selain menggaruk-garuk, bergulingan di lumpur, atau berguling-guling, binatang berat ini jarang bergerak.

Sebaliknya, semut kecil tampaknya tidak merasa lelah sewaktu mereka mulai melakukan pekerjaan secara tekun, yaitu menyimpan makanan untuk koloninya. Penulis kitab Amsal memuji kerajinan semut, mengutip keaktifan mereka sebagai contoh bagi orang yang mau hidup secara bijaksana.

Ada pelajaran rohani di sini. Orang-orang kristiani yang pola pelayanannya seperti semut, menyelesaikan segala sesuatu bagi Tuhan. Tetapi lainnya, seperti gajah laut, jarang bergerak. Mereka tampaknya hampir tidak hidup secara rohani, seolah-olah mereka menghemat energi untuk beberapa usaha yang sangat besar nantinya. Tetapi sekaranglah waktunya untuk sibuk bagi Kristus, meskipun talenta kita mungkin tampak tidak berarti.

Tirulah semut, bukan gajah laut —Dave Egner

10 Maret 2005

Orang Kristiani Lubang Kelinci

Nats : Yesus ... berkata, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini aku harus menumpang di rumahmu" (Lukas 19:5)
Bacaan : Lukas 19:1-10

Kelinci adalah makhluk pemalu yang melompat keluar dari lubang mereka tiap pagi. Mereka berusaha menghindari segala sesuatu (kecuali kelinci lain), makan, dan melompat kembali ke dalam lubangnya di sore hari. "Ha, kita telah melewati satu hari lagi," ujar mereka jika dapat berbicara.

Orang kristiani lubang kelinci mirip dengan itu. Di kantor, mereka makan siang bersama orang kristiani lainnya dan berhubungan secara istimewa dengan orang percaya lainnya di gereja. Mereka tidak mau berbaur dengan orang-orang yang belum percaya dan menolak hadir di pesta yang mereka adakan. Tak heran jika orang-orang yang belum percaya menganggap orang kristiani hidup dalam pembenaran terhadap diri sendiri.

Namun, Yesus tidak demikian. Kenyataannya, Dia mengundang diri-Nya sendiri untuk datang ke rumah Zakheus, seorang pemungut cukai yang jahat. Pergaulan-Nya dengan orang-orang hina membuat Dia dijuluki "Sahabat pemungut cukai dan orang berdosa" (Matius 11:19). Dia bergaul dengan orang-orang semacam itu karena sadar Dia tak dapat menolong mereka bila tidak menjadi Sahabat mereka. Yesus tak pernah mengatakan sesuatu yang tidak perlu Dia katakan, dan Dia pun tidak tertawa karena mendengar kisah-kisah yang tak senonoh. Dia dihormati banyak orang karena Dia memerhatikan mereka.

Yesus telah memperlengkapi kita dengan Roh Kudus dan meyakinkan kita bahwa Dia akan menyertai sehingga kita dapat meneladani hidup-Nya. Berjaga-jagalah agar Anda tidak menjadi orang kristiani lubang kelinci —HVL

3 April 2005

Sarang Laba-laba

Nats : Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? (Roma 10:14)
Bacaan : Roma 10:11-17

Alkisah, seorang pelukis diberi tugas untuk menggambarkan sebuah gereja yang tidak terawat. Akan tetapi, bukannya melukis puing-puing tua yang hampir roboh, ia justru melukis sebuah bangunan megah yang berdesain modern. Dari jendela-jendelanya dapat terlihat sebuah kotak yang penuh hiasan untuk mengumpulkan persembahan dari para jemaatnya. Di atasnya tergantung sebuah papan bertuliskan "Untuk Misi". Akan tetapi, yang menyedihkan adalah kotak tersebut diselimuti oleh sarang laba-laba.

Gereja atau pribadi yang hati dan hidupnya tidak terlibat dalam pengabaran Injil sedunia, saat ini sedang berjalan menuju kehancuran. Kita barangkali terlibat di dalam "kegiatan kristiani" yang meluap-luap, namun energi kita akan salah arah apabila program Allah yang utama bagi zaman ini telantar.

Allah telah merancang penginjilan dunia sedemikian rupa sehingga setiap orang percaya terlibat secara aktif. Kita semua perlu meminta "kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu" (Matius 9:38).

Sebagian orang juga akan dipanggil secara khusus oleh-Nya untuk menjadi pengabar Injil, karena jika tidak, "bagaimana mereka mendengar?" (Roma 10:14).

Sementara itu, orang lain akan menjadi pemberi dan pengutus, karena "bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus?" (ayat 15).

Jangan sampai misi dunia diselimuti oleh sarang laba-laba karena sikap kita yang kurang peduli —PRVG

6 April 2005

Pulang dan Ceritakanlah

Nats : Pulanglah ke rumahmu dan ceritakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu (Lukas 8:39)
Bacaan : Lukas 8:26-39

Dua pria muda telah berteman sejak kecil. Pria yang satu kristiani, yang lainnya bukan. Pria yang kedua sebentar lagi akan berlayar jauh, dan yang kristiani terdorong untuk berbicara kepadanya mengenai Kristus sebelum ia pergi. "Saya akan melakukannya dalam perjalanan ke dermaga," ia berjanji kepada dirinya sendiri. Namun saat mereka sampai di dermaga, ia masih belum melakukannya.

Ia naik ke atas kapal untuk mengucapkan selamat tinggal, dan berpikir, "Saat kita membawa bagasi ke kamarnya, saya akan berbicara kepadanya." Namun kuli mengambil semua bagasi dan koper, sehingga mereka tidak mengunjungi kabin. Akhirnya ia berkata kepada dirinya sendiri, "Saya akan bersaksi kepadanya di suatu tempat sepi sebelum kapal berangkat."

Namun, tiba-tiba terdengar pemberitahuan bahwa semua pengunjung harus turun dari kapal. Dua bulan kemudian terdengar kabar bahwa sang pria telah meninggal di luar negeri.

Dalam Injil Lukas, kita membaca tentang seorang pria yang dirasuki banyak setan dan telah disembuhkan secara luar biasa oleh Yesus. Dengan penuh syukur kepada Tuhan ia ingin tinggal bersama-Nya untuk menyembah-Nya (8:38). Namun Yesus berkata, "Pulanglah ke rumahmu dan ceritakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu" (ayat 39).

Apakah Anda bersedia menerapkan perkataan Yesus di dalam hidup Anda dan bercerita kepada seseorang tentang anugerah serta keselamatan-Nya? Anda dapat memulai hal itu dari rumah. Janganlah menunda-nunda. Ceritakanlah Yesus kepada seseorang, saat ini juga! —MRD

8 April 2005

Ambisi yang Setia

Nats : Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus (Galatia 6:14)
Bacaan : Galatia 6:12-18

Pada akhir abad ke-19, seorang mantan mahasiswa Universitas Oxford menjadi Kanselir Inggris. Salah seorang teman sekelasnya menjadi Sekretaris Luar Negeri Inggris. Orang ketiga memperoleh reputasi internasional sebagai pengarang. Sedangkan orang keempat, Temple Gairdner, barangkali merupakan siswa yang paling berbakat di antara teman-teman sekelasnya, akan tetapi ia justru tidak menjadi orang yang tenar dan berpengaruh. Mengapa demikian? Karena ia telah menerima Yesus sebagai Juruselamatnya dan hidup sebagai misionaris di daerah yang terpencil dan berbahaya.

Sebenarnya Gairdner bisa saja menjadi orang yang terkenal seperti teman-temannya. Akan tetapi, pada saat memutuskan untuk menjadi seorang misionaris, ia menulis surat kepada saudara perempuannya, "Saya merasakan suatu ambisi yang sangat sulit untuk dipadamkan. Apabila menilik latar belakang keluarga dan pendidikan seseorang yang tinggi, ambisi untuk menjadi terkenal dan ternama memang tampak wajar. Sangat sulit untuk melepaskan diri dari semua itu dan mau meninggal tanpa dikenal."

Kita mungkin tidak diminta untuk berkorban seperti itu. Namun apakah kita bersedia melayani Sang Juruselamat dengan ketaatan penuh? Untuk melayani Dia dengan setia kita harus mengesampingkan kepentingan kita sendiri, seperti yang dilakukan Paulus: "Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus" (Galatia 6:14).

Kita tidak perlu menjadi terkenal. Namun, kita perlu setia ke mana pun Allah memanggil kita —VCG

19 April 2005

Pelajaran dari Lebah Madu

Nats : Biarlah itu dikatakan orang-orang yang ditebus Tuhan (Mazmur 107:2)
Bacaan : 2Raja-raja 7:1-11

Beberapa tahun lalu saya memasang sarang madu untuk memberi makan sekelompok lebah yang bersarang tak jauh dari situ. Mula-mula saya menangkap seekor lebah di sebuah cangkir, lalu menaruhnya di atas sarang madu, dan menanti si lebah menemukan harta karun itu. Setelah kenyang dan puas, si lebah langsung terbang lagi ke sarangnya. Sesaat kemudian ia kembali bersama selusin lebah lainnya. Kelompok ini kemudian membawa lebih banyak lebah lagi. Akhirnya sarang madu itu tertutup segerombolan lebah dan tak lama kemudian telah membawa semua madu ke sarang mereka.

Itu adalah sebuah pelajaran penting bagi kita! Apakah kita akan menceritakan Pribadi yang telah kita temukan kepada orang lain? Kristus telah memercayakan kepada kita pemberitaan "kabar baik" itu. Apakah kita, yang telah menemukan madu di dalam Sang Batu Karang—Kristus Yesus—justru kurang perhatian terhadap orang lain daripada lebah itu?

Keempat orang kusta yang duduk di muka gerbang Samaria, setelah menemukan makanan di perkemahan tentara Aram yang telah melarikan diri pada waktu malam, meneruskan kabar baik tersebut. Mereka berkata satu sama lain, "Tidak patut yang kita lakukan ini. Hari ini ialah hari kabar baik, tetapi kita ini tinggal diam saja ... marilah kita pergi menghadap untuk memberitahukan hal itu ke istana raja" (2 Raja-raja 7:9).

Keliru jika seorang anak Allah yang mengetahui kabar baik Injil tidak meneruskannya kepada orang lain. Marilah bercerita tentang Kristus kepada seorang jiwa yang lapar hari ini —MRD

21 April 2005

Teruskanlah

Nats : Sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini (Mazmur 71:18)
Bacaan : Mazmur 71:12-18

Menjadi tua tidak berarti menjadi tidak berguna. Menjadi tua dapat berarti bertumbuh, menjadi dewasa, mengabdi, melayani, mengambil risiko, menikmati diri sendiri hingga akhir hidup kita. "Orang-orang tua perlu menjadi penjelajah," kata pengarang T.S. Eliot. Salah seorang teman saya berkata, "Bersenang-senanglah selama Anda masih hidup."

Menyia-nyiakan waktu pada masa tua kita berarti merampas tahun-tahun terbaik yang mungkin terjadi dalam hidup kita. Hal itu juga menghalangi anugerah yang diberikan Allah untuk memperkaya gereja-Nya. Masih ada pelayanan yang perlu dilakukan dan kemenangan untuk diraih.

Sebagian orang tua mungkin tidak memiliki energi atau kecenderungan untuk memimpin, namun mereka adalah aset yang tak ternilai bagi generasi pemimpin berikutnya. Seseorang bertanya kepada John Wesley apa yang akan dilakukannya jika ia tahu hidupnya tak lama lagi. Ia menjawab, "Saya ingin melakukan regenerasi kepada orang-orang muda hingga waktu itu tiba, yaitu ketika saya dipanggil untuk menyerahkan roh saya kembali kepada Dia yang memberikannya."

Sang pemazmur juga rindu mewariskan pemahamannya tentang Tuhan kepada orang lain, dan ia berdoa, "Sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini" (Mazmur 71:18).

Kita pun harus tetap terbuka untuk dipakai Allah untuk memperkaya hidup orang lain. Mungkin manfaat diri kita yang terbesar adalah untuk mewariskan pemahaman kita tentang Allah kepada orang lain —DHR

27 Mei 2005

Tonsilitis Jones

Nats : Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen (Kisah Para Rasul 11:26)
Bacaan : Kisah Para Rasul 11:19-26

Seorang psikolog mengamati bahwa anak-anak sering mengalami gangguan psikologis sepanjang hidupnya karena nama mereka. Hal itu mungkin benar dalam kasus anak laki-laki kecil yang saya baca. Orangtuanya menamainya Tonsilitis Jones (tonsilitis: penyakit amandel). Hal itu menyebabkan ia mengalami kesulitan di sekolah dan juga ketika ia mendaftarkan diri di angkatan laut.

Dari pengalaman pribadi saya, saya menyadari bahwa nama kita memiliki pengaruh tertentu terhadap apa yang kita rasakan mengenai diri kita sendiri dan cara kita berperilaku. Karena ayah saya adalah seorang pengkhotbah terkenal bernama De Haan, maka saya merasa orang-orang menaruh harapan yang lebih tinggi terhadap saya daripada terhadap teman-teman sebaya saya. Namun nama keluarga itu juga menjadi alat pengingat yang sangat bermanfaat akan banyaknya nilai positif yang membimbing perilaku saya.

Menurut bacaan Alkitab kita pada hari ini, para murid Tuhan Yesus di Antiokhia untuk pertama kalinya disebut Kristen. Ini adalah nama yang tidak mungkin disempurnakan lagi karena nama itu sudah mengidentifikasikan orang percaya sebagai pengikut Kristus. Dan betapa mulianya menyandang nama yang menghubungkan kita dengan Putra Allah, Sang Penyelamat, dan Penebus kita! Kesadaran akan hal ini harus membentuk perilaku hidup kita sedemikian rupa sehingga kita semakin konsisten dengan tutur kata dan perbuatan Yesus sendiri.

Apabila kita ingin disebut Kristen, marilah kita hidup sesuai dengan nama kita! —RWD

15 Juni 2005

Bekerja dengan Bijak

Nats : Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang (Yohanes 9:4)
Bacaan : Yohanes 9:1-11

Pada sebuah potret di tembok rumah saya, terlihat sebuah garu berkarat yang tersandar di sebuah tiang di sebuah kebun sayuran yang ditumbuhi ilalang dengan lebat. Saya mengambil foto itu beberapa bulan setelah ayah mertua saya meninggal dan tak ada seorang pun yang merawat kebun yang biasanya terpelihara dengan baik. Suatu sore, ia menyandarkan garunya di sebuah tiang, berjalan masuk rumah, dan tak pernah keluar lagi.

Potret itu mengatakan kepada saya dua hal mengenai pekerjaan: Pertama, saya harus melakukannya selagi masih bisa. Kedua, saya harus tetap terfokus pada pekerjaan itu dan tidak membuatnya lebih penting daripada yang sebenarnya. Karena waktu hidup saya terbatas, saya butuh hikmat dari Allah agar dapat memanfaatkan setiap waktu seperti yang seharusnya.

Ketika Yesus menyembuhkan seorang lelaki yang buta sejak lahir, Dia berkata kepada murid-murid-Nya, "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia" (Yohanes 9:4,5).

Saat Yesus mengerjakan "kebun" milik Bapa-Nya di bumi, Dia menunjukkan bagaimana bekerja dengan bijaksana, yaitu dengan menyeimbangkan antara kerja dan istirahat. Ia tidak pernah menganggap produktivitas lebih penting daripada doa, dan Dia tidak pernah terlalu sibuk dengan sebuah program sehingga tak sempat menolong sesama yang membutuhkan.

Tuhan, berilah kami hikmat untuk bekerja dengan setia selama hari masih siang —DCM

20 Juli 2005

Monumen yang Hidup

Nats : Kamu adalah surat Kristus, ... ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia (2Korintus 3:3)
Bacaan : 2Korintus 3:1-6

Saya telah melihat beberapa laporan terkini mengenai usaha menghilangkan monumen-monumen yang mencantumkan Sepuluh Perintah Allah dari tempat-tempat umum di AS. Hal ini patut disesalkan karena monumen-monumen itu merupakan peringatan atas kebenaran, dan kebenaran meninggikan derajat bangsa (Amsal 14:34). Saya percaya bahwa pemindahan tugu-tugu peringatan ini mencerminkan dasar moral kita yang mulai runtuh.

Bagaimanapun, ada satu monumen kebenaran kekal, yang tak dapat dihilangkan, yaitu kebenaran Kristus yang dituliskan di hati manusia oleh Roh Allah (2Korintus 3:3).

Orang-orang yang menyimpan perintah Allah di dalam hati mereka akan mengasihi Allah dengan segenap akal budi, jiwa, dan kekuatan mereka. Mereka menunjukkan kasih ini kepada dunia melalui sikap penuh hormat terhadap orangtua, kesetiaan dalam kehidupan pernikahan, dan integritas di dalam pekerjaan mereka. Mereka menghargai kehidupan umat manusia dan memperlakukan orang lain dengan bermartabat dan penuh hormat. Mereka tidak mengatakan hal-hal buruk mengenai orang lain, tak peduli berapa banyak hal buruk yang telah dilakukan orang lain terhadap mereka. Mereka merasa puas dengan Allah serta dengan apa yang diberikan-Nya bagi mereka, dan mereka tak menginginkan hal lain. Inilah tanda-tanda lahiriah bahwa hukum Allah hidup, tertulis di dalam hati kita dengan Roh dari Allah yang hidup (ayat 3).

Anda dan saya adalah monumen anugerah Allah yang hidup. Kita harus berdiri tegak. Dunia mengamati kita DHR

24 Juli 2005

Pengumpul Sampah

Nats : Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain (1Petrus 5:5)
Bacaan : 1Petrus 5:1-6

Saya pernah berkhotbah di sebuah gereja yang menunjukkan kasih dan keramahan. Hal itu merupakan suatu hak istimewa bagi saya. Di gereja tersebut, saya terkesan oleh kemauan jemaat untuk ikut menyingsingkan lengan baju dan bekerja. Pada hari Minggu ketika saya berkhotbah, ada tiga kebaktian yang sudah dijadwalkan. Para wanita dari gereja tersebut menghidangkan banyak makanan pada sela-sela setiap pertemuan bagi para tamu yang telah menempuh perjalanan jauh.

Usai makan malam, setelah kebanyakan orang sudah pulang ke rumah masing-masing, saya memerhatikan pasangan yang berpenampilan terhormat membersihkan meja dan menimbun piring kertas ke dalam tas plastik besar. Ketika saya melontarkan pujian atas perbuatan yang mereka lakukan, mereka dengan jujur berkata, Oh, kami adalah pengumpul sampah. Kami secara sukarela membersihkan gereja setiap kali setelah kebaktian. Kami menganggap ini sebagai pelayanan.

Sungguh menyenangkan mengetahui bahwa pasangan ini tidak saja bersedia melayani Tuhan, namun mereka juga dengan rendah hati melakukan sesuatu yang mungkin dianggap sebagai pekerjaan yang merendahkan martabat.

Sebagian anggota tubuh Kristus dipanggil untuk melayani di tempat yang terkemuka; yang lainnya dipanggil untuk bekerja diam-diam di balik layar. Entah apa yang diminta Allah untuk kita lakukan, mari kita berkeinginan untuk melakukannya dengan melayani satu sama lain melalui kasih, menyadari bahwa pada akhirnya kita melayani Tuhan RWD

16 Agustus 2005

Tukang yang Jenius

Nats : Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, ... pemberita-pemberita Injil ... untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan (Efesus 4:11,12)
Bacaan : Efesus 4:11-16

Ayah mertua saya, Pete, adalah seorang yang jenius. Ia memang tidak mengembangkan teori ilmiah seperti Einstein. Ia jenius sebagai tukang. Coba tanyakan kepadanya tentang pemanas ruangan yang bermasalah atau bak cuci piring yang tersumbat. Ia akan dapat menentukan permasalahannya secara intuitif dan menemukan solusinya. Pada saat ipar-ipar saya datang berkunjung, maka pertemuan mereka bagaikan sebuah acara perbaikan rumah yang ditayangkan di TV. Saya kerap membuat catatan. Dengan memerhatikan Pete, saya menjadi diperlengkapi untuk melakukan perbaikan sendiri.

Di gereja, ada para pemimpin rohani yang tugasnya memperlengkapi kita bagi pelayanan. Dalam surat Paulus kepada jemaat Efesus, ia menulis tentang usaha memperlengkapi orang-orang untuk melayani (Efesus 4:11,12). Kata yang digunakan untuk memperlengkapi di sini adalah seperti kata untuk menggambarkan murid-murid Yesus yang sedang memperbaiki jaring mereka saat Yesus memanggil mereka ke dalam pelayanan (Markus 1:16-20). Selama tiga tahun, Yesus memperbaiki lubang pada jaring pelayanan mereka sehingga mereka dapat menjadi penjala manusia yang efektif (ayat 17).

Apabila Anda tidak tahu bagaimana caranya menemukan dan terlibat di dalam sebuah pelayanan, perhatikanlah orang-orang yang dapat menunjukkan kepada Anda bagaimana hal itu dilakukan. Perhatikan cara mereka menggunakan Alkitab, berdoa, dan bekerja dengan orang-orang. Anda akan segera menemukan bahwa Tuhan menggunakan Anda lebih efektif dalam hidup orang lain. Anda hanya perlu diperlengkapi HDF

5 Oktober 2005

Apa Guna Pohon Karet?

Nats : Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan (1 Korintus 12:4,5)
Bacaan : 1Korintus 12:4-11

Dalam salah satu penjelajahannya menuju Dunia Baru, Christopher Columbus menemukan sebuah pohon yang sangat aneh. Pohon ini memiliki buah bulat yang membal seperti bola. Nama Indiannya adalah caoutchouc-”kayu yang menangis”.

Pohon ini diberi nama demikian karena mengeluarkan getah yang menyerupai air mata. Akhirnya, para penemu pohon tersebut menemukan bahwa getah ini bisa dipanen dan dibiarkan mengeras untuk menghapus (rub out) tulisan pensil. Dari sinilah didapatkan nama “rubber” [karet].

Pada tahun 1830-an ditemukan bahwa karet tahan terhadap suhu yang sangat rendah apabila kandungan belerangnya dibersihkan. Oleh karena itu, ketika mobil ditemukan, permintaan karet menjadi tinggi. Di kemudian hari ditemukan bahwa getah pohon karet ini dapat digunakan untuk membuat sarung tangan bedah bagi para dokter. Ada begitu banyak kegunaan dari pohon karet yang masih harus ditemukan.

Demikian pula halnya ketika kita merenungkan karunia rohani yang diajarkan di dalam Alkitab, kita barangkali akan menemukan bahwa kita memiliki lebih dari satu karunia. Jika kita memulai jenis pelayanan yang baru, barangkali kita akan dapat menemukan bahwa kita memiliki kemampuan lain yang sebelumnya tidak kita ketahui.

Apa pun karunia rohani Anda, semuanya itu berasal dari Tuhan (1 Korintus 12:4-6). Pelayanan baru apa yang ingin Anda coba? Anda mungkin akan menemukan karunia rohani baru yang tidak pernah Anda ketahui sebelumnya -HDF

14 Oktober 2005

Menceritakan Kebenaran

Nats : Bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan (2 Korintus 4:5)
Bacaan : 2Korintus 4:3-7

Ketika Anda memikirkan istilah penginjilan, gambaran apa yang terlintas dalam pikiran Anda? Stadion besar yang penuh manusia? Buku kecil dengan serangkaian diagram? Seorang kristiani yang mengenakan pin bergambar ikan? Orang beriman yang taat, yang sedang berdebat dengan penyembah berhala? Seorang wiraniaga yang sedang meyakinkan orang yang enggan untuk “mencoba Yesus”?

Bagi sebagian dari kita, penginjilan adalah kata dengan 11 huruf yang dihindari. Walaupun kita berpikir ini merupakan gagasan yang bagus untuk orang lain, kita yakin ini bukan untuk kita. Kita tidak cocok untuk menjadi “penjual”, ataupun cukup mahir untuk berdebat dengan orang nonkristiani.

Tetapi penginjilan sebenarnya tidak sama seperti menjadi “pedagang keliling” yang menipu orang untuk membeli apa yang tidak mereka butuhkan. Penginjilan bukanlah aktivitas seperti mencengkeram kerah baju seseorang, kemudian memaksakan iman yang tidak bisa masuk lebih dalam dari saku bajunya. Alangkah seramnya dakwaan ungkapan ini, “Anda bisa mengenali orang-orang yang telah diinjili olehnya dengan melihat penampilan mereka yang tampak murung.”

Penginjilan adalah menceritakan kepada orang lain apa yang kita ketahui mengenai Yesus. “Bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan” (2 Korintus 4:5). Tidak ada tipu muslihat. Tidak ada penipuan. Katakan kebenaran, kebenaran yang sesungguhnya, bukan yang lain, hanya kebenaran-dengan kasih. Lalu serahkan hasilnya kepada Allah -HWR

1 November 2005

Sukacita Karena Satu Orang

Nats : Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat (Lukas 15:10)
Bacaan : Lukas 15:1-10

Banyak orang kristiani dengan mudahnya mengikuti suatu pandangan keliru yang menyatakan bahwa kesaksian mereka kepada satu orang tidak akan mempunyai arti apa-apa. Akan tetapi, tentu saja apa yang kita baca dalam Injil tidak mendukung hal itu. Meskipun pelayanan umum yang dilakukan oleh Yesus hanya berlangsung sampai kurang lebih tiga tahun, Dia tidak pernah terlalu sibuk untuk menjalin relasi dengan setiap orang, secara pribadi.

Memang benar, Yesus telah berkhotbah di hadapan banyak orang di Yudea, memberi makan 5.000 orang yang berkumpul di dekat Danau Galilea, dan melayani banyak sekali orang di Kapernaum. Akan tetapi, Dia tidak pernah mengabaikan betapa berharganya satu jiwa!

Dalam memberikan kesaksian pribadi, kita akan dikuatkan saat membaca percakapan Yesus dengan seseorang yang bernama Nikodemus pada suatu malam (Yohanes 3); pertemuan-Nya dengan seorang wanita di sebuah sumur di Samaria (Yohanes 4); dan ketertarikan-Nya secara pribadi terhadap seorang pria bernama Zakheus, yang memanjat pohon ara supaya dapat melihat Tuhan dengan jelas (Lukas 19). Betapa terkejutnya Zakheus ketika Yesus memanggilnya dari antara orang banyak dan berkata, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu” (ayat 5).

Jika Anda pernah tergoda untuk mengecilkan arti kesaksian Anda pribadi kepada satu jiwa, maka ingatlah teladan yang telah diberikan Yesus. Alkitab mengatakan bahwa surga bersukacita karena ada satu orang berdosa yang bertobat -RWD

19 November 2005

Menjangkau Anak Muda

Nats : Lalu Ia [Yesus] memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka (Markus 10:16)
Bacaan : Markus 10:13-16

Darmeisha tidak menyukai Suzanne, seorang anak perempuan yang menjadi tetangganya. Tetapi ia masih berulang kali mengetuk pintu rumahnya. Ia adalah seorang anak berumur 8 tahun yang kurang bahagia, yang tampaknya suka mengejek orang. Sebagian besar percakapan mereka diakhiri dengan ucapan Suzanne untuk menyuruhnya pulang.

Suzanne tidak menyukai Darmeisha, tetapi ia tahu gadis kecil itu mempunyai alasan mengapa ia bersikap seperti itu. Ia hidup dalam kemiskinan, tidak mempunyai ayah selama hidupnya, dan diabaikan oleh ibunya. Karena itu Suzanne meminta agar Tuhan menolong Darmeisha yang dikasihinya. Ia mulai menyapanya dengan senyuman dan menunjukkan ketertarikan terhadap hidup Darmeisha. Perlahan-lahan Darmeisha menyambut ramah dan mereka pun berteman.

Kini, keduanya itu berumur 13 tahun, dan mereka melakukan pendalaman Alkitab bersama. Mereka berbicara mengenai apa artinya mengikut Yesus, karena Darmeisha telah memberikan hidupnya kepada Dia.

Yesus meluangkan waktu untuk anak-anak. Dia “marah” ketika para murid menghalangi mereka datang kepada-Nya. Dia berkata, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka” (Markus 10:13,14). Dia bahkan mengatakan bahwa kita harus menyambut kerajaan-Nya seperti anak kecil (ayat 15).

Survei Barna pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 85 persen orang kristiani memulai hubungan mereka dengan Yesus sebelum berusia 14 tahun. Karena itu, luangkan waktu untuk anak-anak. Jangkaulah anak-anak -AMC

7 Desember 2005

Terlupakan di Dalam Hadiah

Nats : Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16)
Bacaan : Yohanes 3:13-21

Di budaya Barat, masa Natal merupakan saat untuk memberikan hadiah secara besar-besaran. Sebuah toko serbaada yang terkenal di dunia, setiap tahunnya menerbitkan sebuah katalog hadiah-hadiah yang mewah. Salah satu dari hadiah yang mewah itu adalah zeppelin senilai 10 juta dolar. Zeppelin adalah sebuah balon udara yang memiliki panjang 69 meter dan lebar 15 meter. Balon udara tersebut sanggup terbang selama 24 jam tanpa melakukan pengisian ulang bahan bakar.

Hadiah seperti itu memang tampak mewah bukan main-terutama apabila kita membandingkannya dengan palungan sederhana di mana Allah mengirimkan hadiah, yaitu Putra-Nya. Kerap kali, ketika kita saling bertukar hadiah, hadiah dari Allah itu pun menjadi terlupakan.

Kita dapat menghindari kealpaan ini dengan mengingat untuk memberikan sesuatu dari hati. Kita dapat diilhami oleh kasih dan rasa syukur, tidak hanya kepada orang-orang terkasih, tetapi juga terutama untuk Sang Pemberi Agung dari semua hadiah yang baik, yaitu Bapa surgawi kita.

Bahkan hadiah yang paling kecil dan paling murah pun dapat mengembalikan ingatan kita kepada kota Betlehem. Di kota kecil itulah Allah memberikan hadiah kasih-Nya yang tak ternilai kepada dunia, yaitu Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus (Yohanes 3:16). Bersama dengan setiap hadiah yang kita terima dan yang kita berikan, kita dapat mengucapakan kata-kata ini dari dalam hati, “Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!” (2 Korintus 9:15) -VCG

20 Desember 2005

Kisah Dua Budak

Nats : Paulus, hamba Kristus Yesus, … dipanggil menjadi rasul (Roma 1:1)
Bacaan : Kisah 1:1-9,17,18

Spartakus bukan sekadar tokoh film yang melegenda, ia juga seorang tokoh sejarah. Para sejarawan mengatakan bahwa ia mungkin seorang prajurit Roma yang kabur, lalu ditangkap kembali, kemudian dijual dalam sistem perbudakan sebagai seorang gladiator.

Semasa di sekolah gladiator di Capua, Spartakus memimpin sebuah pemberontakan. Aksi pembelotan ini menarik perhatian sejumlah besar budak, yang berkembang menjadi sekitar 70.000 budak. Mulanya, pasukan budak Spartakus mengalami kemenangan-kemenangan yang spektakuler. Namun akhirnya mereka kalah, dan para pemberontak yang tertangkap disalibkan di sepanjang jalan ke Roma.

Pengalaman Rasul Paulus sangat berbeda dengan Spartakus. Saulus dari Tarsus (dikenal juga sebagai Paulus) dilahirkan sebagai orang bebas, namun ditetapkan menjadi “budak”. Kisah Para Rasul 9 mencatat hari yang sudah ditetapkan saat Saulus harus berhadapan muka dengan muka dengan Sang Juru Selamat yang ingin ia lawan. Sejak saat itu, ia melayani Yesus dengan sepenuh hati.

Spartakus dipaksa untuk melayani seorang majikan Roma. Namun Paulus, sebagai respons atas anugerah Allah, bersedia menjadi “budak” bagi Yesus Kristus.

Di dalam hati orang percaya berkecamuk peperangan rohani antara dosa dan kebenaran. Kita dapat menaati sang majikan dosa, atau kita berkata ya kepada Allah Sang Pemberi anugerah yang telah membebaskan kita (Roma 6:16; Yohanes 8:34). Kebebasan terbesar kita terletak dalam pelayanan kepada Dia yang menciptakan dan menebus kita -HDF

22 Desember 2005

Pemberian kepada Allah

Nats : Aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1)
Bacaan : Roma 12:1-8

Di dalam kitab Roma 12:1, Rasul Paulus menerapkan kebenaran yang telah ditulisnya kepada para pengikut Yesus di Roma. Ia mengatakan agar kita mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup. Ia juga mengimbau kita agar menjauhkan tubuh kita dari dosa dan menghindari keburukan dunia dengan memperbarui pikiran kita (ayat 2).

Kita sudah sering diberi tahu untuk memberikan hati atau hidup kita kepada Kristus. Jadi, mengapa kali ini Paulus menyoroti tubuh kita?

Jika kita akan melaksanakan kehendak Allah, maka tubuh kitalah yang akan digunakan. Setiap pendeta memiliki jemaat yang berkata, “Saya tidak akan menghadiri kebaktian pada hari Minggu yang akan datang; kami akan pergi piknik ke danau. Namun, saya akan hadir di dalam roh.” Sayangnya, “roh” yang ia maksudkan itu tidak akan menyumbangkan apa pun terhadap atmosfir pujian dan penyembahan.

Kita pun mempersembahkan tubuh kita kepada Allah sebagai tanggapan terhadap kasih-Nya. Tubuh merupakan hadiah yang layak bagi Allah.

Renungkanlah nilai tangan manusia. Ahli bedah Dr. Paul Brand berkata tentang operasi tangan, “Saya belum pernah mendengar tentang satu operasi pun yang dilakukan untuk membuat sebuah tangan yang normal menjadi lebih baik. Tangan itu indah.”

Pada perayaan Natal kali ini, berikanlah kepada Allah sesuatu yang indah. Persembahkanlah kepada-Nya tidak hanya hati Anda, namun juga tangan, tubuh, jiwa, pikiran-keberadaan Anda seluruhnya! -HWR

26 Desember 2005

Kasih Perlu Diungkapkan

Nats : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Imamat 19:18)
Bacaan : Matius 22:34-40

Agaknya kita kurang memahami perintah untuk mengasihi. Kita mungkin mengakui iman kita kurang kuat, namun kita jarang mengakui bahwa kita kurang mengasihi. Mungkin kita merasa mengasihi sama seperti orang lain, dan mungkin sedikit lebih banyak.

Lagi pula, kita peka terhadap penderitaan orang lain. Hati kita tersentuh oleh istri-istri yang dipukuli dan anak-anak yang disiksa saat membaca tentang hal itu di surat kabar. Kita menggeliat gelisah di depan TV saat melihat anak-anak kecil menangis kelaparan atau duduk dalam keputusasaan yang hening melampaui tangisan.

Namun jauh di dalam hati, kita tahu bahwa kepedulian yang sejati bukan sekadar perasaan, tetapi diwujudkan dalam tindakan. Kepedulian, seperti uap air atau listrik, tidak berarti banyak kecuali ada sesuatu yang terjadi sebagai akibatnya. Kasih tanpa perbuatan adalah sia-sia, sama seperti bakat yang tidak ditunjukkan lewat cara-cara yang kreatif adalah kesia-siaan. Keduanya harus diekspresikan, jika tidak, keduanya tidak lebih baik daripada sebuah mitos.

Karena kita tidak dapat melakukan semuanya, kita kerap kali tidak melakukan apa-apa. Jika Anda ingin menjadi orang yang penuh kasih, janganlah mulai dengan menanggung kebutuhan seisi dunia. Mulailah dengan memerhatikan satu orang dan berkembanglah dari situ.

Anda tidak dapat melakukan semuanya, namun Anda dapat melakukan sesuatu. Apa yang dapat Anda lakukan, Anda perlu lakukan. Hari ini, putuskanlah bahwa di dalam kuasa dan anugerah Allah, Anda akan melakukannya -HWR

4 Januari 2006

Pengaruh Kita

Nats : Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin (Yakobus 1:6)
Bacaan : Yakobus 1:1-8

Adoniram Judson (1788-1850) dikaruniai otak yang cerdas. Ia belajar membaca pada usia 3 tahun, dapat menerjemahkan bahasa Yunani pada usia 12 tahun, dan mendaftar di Brown University saat berusia 16 tahun. Di sana ia berteman dengan Jacob Eames, seorang pria yang menolak mukjizat-mukjizat Alkitab. Saat Judson lulus sebagai lulusan terbaik pada tahun 1807, ia telah begitu dipengaruhi oleh Eames sampai-sampai ia menyangkal iman kristianinya.

Suatu malam, saat Judson sedang menginap di sebuah penginapan desa, ia merasa terganggu oleh erangan seorang pria di kamar sebelah. Keesokan paginya ia bertanya kepada pemilik penginapan tentang pria yang sakit itu. Ia diberi tahu bahwa pria tersebut telah meninggal dan namanya adalah Jacob Eames.

Peristiwa kebetulan yang mengejutkan, yaitu bahwa ia berada di dekat temannya pada saat detik-detik kematiannya, membuat Judson heran. Ia merasa terdorong untuk mencari jiwanya sendiri dan memohon pengampunan Allah atas penyangkalan imannya. Sejak saat itu, ia mulai hidup bagi Tuhan. Allah memimpinnya untuk memelopori pekerjaan misi di Birma. Pada akhir hidupnya, Adoniram dapat melihat kembali pelayanannya yang telah merintis lusinan gereja dan memengaruhi ribuan orang untuk menjadi orang-orang percaya.

Pengaruh apakah yang kita berikan kepada orang lain? Apakah hidup kita mendorong orang lain untuk memercayai Sang Juru Selamat, atau apakah kita justru membuat orang lain menjadi bimbang? --HDF

27 Januari 2006

Rekan Sekerja

Nats : Kami adalah kawan sekerja untuk Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah (1Korintus 3:9)
Bacaan : Keluaran 17:1-6

Ketika tiba saatnya bagi Musa untuk memukul batu di padang pasir untuk memperoleh air bagi orang-orang Israel yang kehausan, ia hanya memiliki peran yang sangat kecil hanya memukul batu. Siapa pun di antara orang Israel dapat melakukannya. Hal yang utama adalah apa yang sedang dikerjakan Allah di inti bumi untuk menyediakan aliran air yang melimpah.

Namun, keduanya bekerja bersama: Musa di hadapan orang-orang; Allah di kedalaman bumi yang tersembunyi. Musa dan Allah merupakan rekan sekerja.

Selalu ada dua pihak dalam setiap pekerjaan yang berbuah banyak: para pekerja yang memiliki kesediaan hati dan Allah yang setia. Bagian manusia adalah melakukan apa pun yang diperintahkan Allah kepada kita memukul batu. Tugas Allah adalah mengalirkan air itu.

Apakah Musa dibebani oleh kekhawatiran sewaktu ia mendekati batu itu, berpikir bahwa ia mungkin gagal? Saya meragukan hal itu. Ia hanya perlu mengikuti Tuhan dalam ketaatan. Allah telah berjanji untuk melakukan semua hal lainnya. Dan Musa telah melihat Allah melakukan mukjizat-mukjizat besar sebelumnya.

Apakah Anda mengkhawatirkan tugas yang telah diberikan Allah hari ini? Apakah Anda percaya bahwa segala sesuatunya bergantung kepada Anda? Pukul saja batu itu. Allah sedang bekerja secara tersembunyi untuk menumpahkan aliran air bagi setiap pria, wanita, dan anak-anak. Dan ketika air hidup mulai mengalir, muliakanlah Dia.

Lakukan saja bagian Anda dan Dia akan melakukan bagian-Nya --DHR

12 Maret 2006

Bersenang-senang

Nats : Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai .... Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita (Mazmur 126:2,3)
Bacaan : Mazmur 126

Cucu keponakan saya, istrinya, dan anak perempuan mereka melayani sebagai misionaris di New Guinea. Ia menutup surat yang dikirimnya dengan kalimat ini: "Bersenang-senanglah melayani Dia".

Yang dimaksudkannya dengan kata bersenang-senang adalah bergembira, bukan sesuatu yang sifatnya hura-hura. Betapa menyenangkan bisa menjadi alat di tangan Allah -- memimpin orang datang kepada Juru Selamat, menghibur orang yang sakit dan berduka, membawa perubahan pada pernikahan yang bermasalah, dan melakukan kebaikan dalam nama Yesus.

Saya yakin penulis Mazmur 126 pun akan setuju. Keenam ayat tersebut memancarkan roh sukacita dan kegembiraan, dari awal hingga akhir. Mazmur tersebut diawali dengan sebuah peringatan tentang waktu ketika Allah "memulihkan keadaan Sion" (ayat 1). Secara ajaib Allah melepaskan umat-Nya dari situasi suram (kita tidak tahu situasi apa tepatnya). Seperti mimpi yang jadi kenyataan -- dan umat-Nya dipenuhi dengan sukacita yang terpancar melalui tawa riang dan nyanyian sepenuh hati mereka. Itu adalah sebuah kebangkitan kembali!

Setelah berdoa memohon pemulihan baru, sang pemazmur mengungkapkan janji bagi orang-orang yang melayani Allah: "Orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai" (ayat 5).

Panenan rohani yang berlimpah-limpah akan menciptakan tawa dan nyanyian. Ya, melayani Tuhan memang sungguh menyenangkan! --HVL

28 Maret 2006

Bekerja Bagi Allah

Nats : Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar (Mazmur 92:15)
Bacaan : Mazmur 92

Sebuah ungkapan mengatakan bahwa: "Jika masa tua tidak menjadi pikiran, maka masa tua tidak menjadi masalah."

John Kelley dahulu pasti memegang pepatah tersebut. Kelley yang meninggal tahun 2004 dalam usia 96 tahun, telah mengikuti 58 kali lari Maraton Boston (42 kilometer setiap kalinya) -- termasuk yang terakhir pada tahun 1992 ketika ia berumur 84 tahun.

Penampilan Kelley yang tak terlupakan merupakan teladan bagi kita agar kita tetap aktif selama kita masih mampu. Begitu banyak orang yang berusia paruh baya yang mulai mengistirahatkan tubuhnya. Orang kristiani juga sering meninggalkan pelayanan kepada Yesus dengan cara yang sama.

Kita masing-masing memiliki tanggung jawab kepada Allah selama Dia memberi kita kekuatan tubuh dan mental, untuk bekerja sepenuh hati "seperti untuk Tuhan" (Kolose 3:23). Kita tidak pernah dipanggil untuk meninggalkan kehidupan dan berlayar pulang ke surga.

Sang pemazmur mengatakan bahwa orang benar "pada masa tua pun mereka masih berbuah" (Mazmur 92:15). Bagi orang yang masih kuat secara fisik, itu artinya mereka harus terus melayani secara aktif. Bagi mereka yang tidak dapat lagi bekerja, hal itu berarti mereka sebaiknya aktif dalam doa dan dalam pelayanan yang tenang.

Pastikanlah bahwa masa tua tidak menghentikan kita untuk senantiasa menghasilkan buah. Kita perlu terus bergerak untuk Allah --JDB

15 April 2006

Motivasi Utama

Nats : ... hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik (Kolose 1:10)
Bacaan : 2Timotius 2:1-13

Seorang anak yang duduk di bangku kelas satu tersenyum dengan rasa puas sewaktu menyerahkan hasil tes ejaannya kepada saya. Gurunya memberi tulisan besar di kertas tesnya "100% -- bagus!" Anak itu berkata, "Saya akan menunjukkan hasil tes ini kepada Ayah dan Ibu karena saya tahu ini pasti akan membuat mereka senang." Saya melihat ia pulang dengan naik bus, tak sabar lagi untuk segera melihat bagaimana orangtuanya meluapkan rasa gembira atas prestasi yang telah dicapai oleh anak mereka. Hasrat untuk membuat ayah dan ibunya merasa gembira jelas merupakan satu faktor penting yang memotivasinya dalam kehidupan.

Dalam 2 Timotius 2:3, Paulus menguraikan gambaran tentang seorang prajurit yang melayani dengan penuh pengabdian demi menyenangkan komandannya. Melalui gambaran tersebut, Paulus ingin agar Timotius mengetahui alasan utamanya dalam melayani Allah, bahkan dalam suatu kondisi yang sulit sekalipun. Pengabdian sepenuh hati yang ditandai dengan kerja keras dan perhatian terhadap ketetapan Allah, membawa kemuliaan terbesar bagi Tuhan apabila pengabdian itu berasal dari hati yang berserah dan penuh kasih.

Dalam kemanusiaan-Nya, Juru Selamat kita berharap agar kematian keji dan keberadaan-Nya yang akan menjadi korban dosa bagi manusia dapat berlalu dari-Nya. Akan tetapi, Dia berdoa, "Jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi" (Lukas 22:42). Motivasi utama yang dimiliki Yesus adalah hasrat untuk menyenangkan Bapa-Nya. Hal inilah yang seharusnya menjadi semangat kita juga --HVL

18 April 2006

Ibadah Penuh Sukacita

Nats : Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! (Mazmur 100:2)
Bacaan : Efesus 6:5-9

Ketika saya masih kecil, semangat Ayah dalam berkebun tidak pernah menular ke saya. Selama beberapa kali musim panas, ia menanami kebun kecilnya di desa. Hal itu memberikan terapi fisik dan relaksasi baginya, serta satu meja penuh hasil kebun untuk keluarga dan teman-teman.

Waktu itu, sebuah bajak yang didorong dengan tangan dipakai untuk menggemburkan dan membalik tanah. Oleh karenanya, melakukan pembajakan untuk pertama kali akan terasa sulit. Saya ingat ketika suatu hari membantu Ayah memasukkan alat pengolah tanahnya ke dalam kotaknya dan pergi bersamanya ke kebun. Begitu kami sampai, ia mempersiapkan alur pertamanya untuk dibajak, sementara saya mengambil keranjang makan siang dan memilih kursi yang nyaman di bawah naungan sebuah pohon apel.

Saya sama sekali tidak curiga sewaktu memerhatikan Ayah mengikatkan tali pada kedua pegangan alat pengolah tanah itu dan membentuk tali kekang. Dan tidak lama kemudian seorang anak laki-laki yang ogah-ogahan, sudah berada di depan bajak. Ayah mendorong alat itu dan saya menariknya -- sambil mengomel. Alur demi alur dibajak -- terus-menerus. Alangkah sengsaranya saya menjalankan tugas itu!

Kadang kala ketika diminta untuk melayani Tuhan dengan cara khusus, kita menerima permintaan itu dengan enggan. Namun, kita tetap melakukannya karena alasan kewajiban. Saat hal itu terjadi, kita perlu berdoa untuk mendapatkan kerelaan yang penuh semangat supaya kita dapat "beribadah kepada Tuhan dengan sukacita" (Mazmur 100:2) --PRV



TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA