Topik : Hikmat/Pemikiran

7 Februari 2003

Bijakkah Lidah Anda?

Nats : Lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan (Amsal 12:18)
Bacaan : Amsal 12:17-25

Orang yang suka berbicara diperkirakan melontarkan 30.000 kata setiap hari! Pertanyaannya adalah, bagaimana perkataan kita, entah banyak maupun sedikit, mempengaruhi sesama kita?

Seorang filsuf Yunani meminta pelayannya memasakkan hidangan paling lezat. Pelayan yang bijak menyuguhkan hidangan berupa daging lidah dan berkata, "Ini adalah hidangan terlezat di antara semua hidangan lain, karena hidangan ini mengingatkan kita agar menggunakan lidah untuk memberkati dan mengungkapkan sukacita, menghalau kesedihan, mengenyahkan keputusasaan, dan menyebarluaskan keceriaan."

Lalu ia minta hidangan yang paling tidak enak. Lagi-lagi si pelayan menyuguhkan daging lidah sembari berkata, "Ini adalah hidangan yang paling tidak enak, karena mengingatkan kita bahwa kita bisa menggunakan lidah untuk menyumpahi, dan meremukkan hati, menghancurkan reputasi, menciptakan pertikaian, serta membuat keluarga dan bangsa berperang."

Untuk memahami maksud kata-kata si pelayan itu, kita tidak perlu makan daging lidah terlebih dulu. Kita mungkin sering kali telah "menelan perkataan kita sendiri" sebelum kita belajar untuk menghindari perkataan yang ingin kita tarik kembali.

Salomo menulis: "Lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan" (Amsal 12:18). Ayat ini menegaskan dan menyemangati sesama kita. Kata kunci dari ayat tersebut bukanlah lidah melainkan bijak. Lidah tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, hanya si pemiliknyalah yang mampu mengontrolnya.

Jika Anda ingin lidah Anda membangun sesama dan tidak menjatuhkan, mintalah Allah membuat Anda bijak --Joanie Yoder

20 Juni 2003

Yang Sungguh Kita Butuhkan

Nats : Berbahagialah orang yang mendapat hikmat .... Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya (Amsal 3:13,18)
Bacaan : Amsal 3:13-26

Seorang filsuf memberi komentar pedas terhadap seorang filsuf lain, bahwa ia adalah "pemikir terhebat, tetapi orang yang paling picik". Kita memang mengagumi orang-orang yang kemampuan otaknya sangat pandai, tetapi kita pasti tidak ingin pernyataan tersebut ditujukan kepada kita.

Lebih baik menjadi orang yang biasa saja, tetapi oleh kasih karunia Allah dapat mencerminkan sifat Kristus. Akan jauh lebih baik bila kita tidak menjadi orang yang sangat pandai tetapi picik secara rohani.

Kepandaian dan pengetahuan adalah karunia yang berasal dari Allah, dan kita dapat mengaguminya. Namun, kita harus tetap ingat bahwa kebaikan hati dan kesalehan lebih diperlukan daripada kepandaian otak, dan kasih merupakan karunia yang paling pantas mendapat pujian (1Korintus 13:13).

Meskipun kita menghargai teman-teman yang diberkati dengan pikiran yang tajam, kita tahu bahwa kebijaksanaan dari Tuhanlah yang sesungguhnya kita butuhkan. Dalam Amsal 2-3, kita diminta untuk mencari hikmat seperti mencari harta terpendam, dan me-nyadari bahwa hal ini lebih berharga daripada perak, emas, atau permata (2:4; 3:14,15).

Hikmat disebut "pohon kehidupan", yang merupakan simbol dari berkat yang diberikan bagi setiap orang yang memiliki hubungan yang benar dengan Allah (3:18). Orang yang bijaksana dapat menempuh hidupnya dengan penuh keyakinan, karena dijamin oleh perkenan Allah (ayat 26). Hikmat. Inilah yang sebenarnya paling kita butuhkan --Vernon Grounds

29 Agustus 2003

Jengkel Itu Sia-sia

Nats : Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90:12)
Bacaan : Mazmur 90:10-17

Dengan semakin bertambahnya usia kita, hidup tampak semakin singkat. Penulis Victor Hugo mengatakan, "Hidup itu singkat, dan kita membuatnya semakin singkat dengan menyia-nyiakan waktu." Dan, tidak ada contoh yang lebih menyedihkan tentang waktu yang disia-siakan daripada hidup yang penuh dengan kejengkelan. Seperti seorang wanita Amerika yang impiannya untuk mengelilingi Inggris dengan kereta api menjadi kenyataan. Namun saat menaiki kereta api itu, ia jengkel dengan jendela dan temperatur, mengeluhkan tempat duduknya, sibuk merapikan bawaannya, dan seterusnya. Tak heran bila ia terkejut saat tiba-tiba sampai di tujuan. Dengan sangat menyesal ia berkata kepada penjemputnya, "Jika saya tahu bahwa saya akan tiba begitu cepat, saya tidak akan menghabiskan waktu dengan jengkel terhadap begitu banyak hal."

Perhatian kita sangat mudah teralih oleh masalah-masalah yang ternyata tidak ada artinya pada akhir kehidupan--tetangga yang menjengkelkan, anggaran yang ketat, tanda-tanda penuaan, orang-orang yang lebih kaya daripada kita. Musa menyadari pendeknya hidup ini dan ia pun berdoa, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" (Mazmur 90:12).

Daripada jengkel karena banyak hal, dalamilah firman Allah dan terapkan dalam hidup Anda. Berjuanglah untuk bertumbuh dalam hikmat Allah setiap hari. Tetaplah memusatkan perhatian pada nilai-nilai yang abadi. Jadikan hal itu sebagai tujuan Anda, yakni bahwa suatu hari nanti Anda menyambut Sang Juruselamat dengan hati berhikmat, bukan dengan hati yang jengkel--Joanie Yoder

31 Maret 2005

Berlaku Bijaksana

Nats : Daud maju berperang ke mana juga Saul menyuruhnya dan dia berlaku bijaksana .... Hal ini dipandang baik oleh seluruh rakyat (1Samuel 18:5)
Bacaan : 1Samuel 18:1-5

Sebanyak empat kali di dalam 1 Samuel 18, penulis kitab ini mengatakan bahwa Daud "berlaku bijaksana" (lihat ayat 5,14,15,30). Kenyataannya, "Daud bersikap lebih bijaksana dari semua pegawai Saul, sehingga namanya menjadi sangat masyhur" (ayat 30).

Frasa "sangat masyhur" menggambarkan sebuah penghormatan yang tidak biasa. Daud sangat dihormati oleh semua orang, akan tetapi yang lebih tepat, ia sangat dihormati di kalangan pegawai Saul yang sangat terpesona oleh karakter Daud yang berwibawa.

Ketika orang kristiani mulai mengenal Yesus dengan menaati perintah-Nya, mereka akan mulai menampakkan kualitas karakter yang akan membedakan mereka dari orang-orang lain. Karena hikmat yang murni adalah hidup seperti Kristus. Hal ini lebih dari sekadar kepintaran biasa; ini adalah perilaku yang tidak biasa.

Yakobus berkata, "Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik" (3:17).

Pengalaman Daud di masa lalu dapat juga menjadi pengalaman kita pada masa kini. Janji Allah kepadanya juga merupakan janji Allah kepada orang-orang percaya pada zaman ini. Ia berkata demikian, "Aku hendak mengajar [agar engkau berlaku bijaksana] dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh" (Mazmur 32:8).

Apakah kita saat ini tengah belajar untuk berlaku bijaksana? —DHR

18 Maret 2006

Pemikiran yang Penuh Doa

Nats : Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? (Mazmur 8:5)
Bacaan : Mazmur 8

Agustinus merupakan salah seorang pemikir kristiani yang paling hebat sepanjang masa. Yang menarik, ia berdoa dengan khusuk dan efektif ketika sedang serius memikirkan sesuatu. Ia mungkin dijuluki "pemikir yang berdoa". Kerap kali Agustinus mulai menyusun sebuah dalil dan mengakhirinya dengan doa. Kutipan berikut ini adalah salah satu contoh yang diambil dari Confessions, salah satu karya teologinya:

"Betapa terlambat kudatang untuk mengasihi Engkau, Yang Terindah dari dulu dan sekarang; terlambat kudatang untuk mengasihi-Mu .... Engkau telah memanggilku; ya, Engkau bahkan telah membuka telingaku. Cahaya-Mu menyinari aku dan mencelikkan mataku."

Ini bukanlah suatu renungan yang hampa dari seorang teolog gadungan atau filsuf yang hanya mampu memaparkan teori. Akan tetapi, ini adalah pemikiran dari seseorang yang memiliki kehidupan doa yang tulus.

Berpikir sambil berdoa bukanlah suatu hal yang aneh bagi Agustinus. Daud pernah merenungkan keindahan ciptaan sehingga ia menjadi terdorong untuk menyembah Sang Pencipta: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?" (Mazmur 8:4,5).

Pada saat kita menjalani kehidupan, pemikiran terdalam, perasaan, dan doa kita dapat saling bertautan. Ketika kita sedang melihat keindahan alam, atau bahkan sedang menyelesaikan sebuah masalah, maka saat seperti itu dapat menjadi kesempatan untuk berpikir sambil berdoa --HDF

23 Mei 2006

Selamat Datang Kritik

Nats : Orang bodoh menolak didikan ayahnya, tetapi siapa mengindahkan teguran adalah bijak (Amsal 15:5)
Bacaan : Amsal 9:1-10

Peneliti kanker Dr. Robert Good adalah sosok pekerja keras yang secara cerdas dapat memunculkan ide-ide baru. Menurut artikel yang saya baca tentang beliau, ia memiliki kemampuan untuk menggunakan semua informasi yang pernah ia peroleh.

Meskipun demikian saya sangat terkesan dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa ia bersedia mengakui kesalahan yang terjadi dalam berbagai teorinya dan meninggalkannya lebih cepat dari siapa pun dalam penelitian medis. Salah seorang rekannya berkata, "Dr. Good tidak pernah ‘menikahi’ hipotesa-hipotesanya, jadi ia juga tidak merasakan sakitnya ‘perceraian’ apabila salah satu hipotesanya terbukti salah."

Amsal 9 sangat menghargakan kesediaan untuk menghadapi kesalahan dan mengakuinya. Renungan hari ini menggambarkan "orang bijak" sebagai orang yang mau belajar dari kesalahannya. Apabila ia ditantang, ia menahan diri untuk tidak meninggikan punggungnya seperti layaknya kucing jantan yang terancam. Sebaliknya, ia menerima setiap nasihat dengan baik dan bahkan itu menjadi sarana penting baginya untuk menambah pengetahuan (ayat 9). Di pihak lain, apabila seorang "pencemooh" dikecam, ia menanggapinya dengan kemarahan dan kebencian (ayat 8). Karena rasa egonya terlalu besar, ia tidak mau mendengar apabila kesalahannya dikemukakan.

Kita perlu mengikuti jalan yang penuh hikmat dengan memerhatikan kata-kata yang menegur kita. Untuk sungguh-sungguh menjadi bijak, kita harus ingat bahwa adakalanya kita juga melakukan hal yang bodoh --MRD

10 Juli 2006

Tidak Cukup dengan Otak

Nats : Salomo melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti Tuhan (1Raja-raja 11:6)
Bacaan : 1Raja-raja 11:1-13

Mengapa orang pandai melakukan hal-hal yang bodoh? Berulang kali saya mendengar kisah sedih tentang orang dengan IQ tinggi yang tidak memiliki kearifan moral, sehingga mereka mengalami akibat yang tragis. Hal ini tampak jelas bahwa otak yang cerdas tidak cukup untuk mencegah seseorang untuk membuat pilihan yang buruk.

Hal ini berlawanan dengan keyakinan yang dipegang oleh sebagian orang bahwa pendidikan yang lebih baik dapat memecahkan masalah ketidakberesan di tengah masyarakat. Alasannya, "Jika kita mendidik orang tentang bahaya terhadap ..., mereka tidak akan melakukan hal ‘itu’ sehingga akan menjauhkannya dari berbagai akibat yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan."

Akan tetapi, pengalaman dan Alkitab menyatakan hal yang berbeda kepada kita. Kenyataannya, orang paling pandai yang pernah ada pun bisa bertindak bodoh ketika membuat pilihan yang buruk.

Raja Salomo, raja Israel pada zaman dahulu, penulis banyak kitab Amsal, menulis, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan" (4:23) dan "Hikmat tinggal di dalam hati orang yang berpengertian" (14:33). Meskipun mengetahui hubungan antara hati dan hikmat, sang raja tidak menaati Allah dengan menikahi wanita asing yang "mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain" (1Raja-raja 11:4). Akibatnya, Tuhan berfirman, "Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu" (ayat 11).

Kecakapan untuk membuat keputusan yang baik menuntut adanya hati yang dipersembahkan kepada Allah --JAL

16 April 2007

Ini Lebih Baik

Nats : Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga daripada mendapat perak (Amsal 16:16)
Bacaan : Amsal 16:16-32

Orang di seluruh dunia selalu mencari yang lebih baik, entah itu dalam membeli buah di pasar atau memilih tempat tinggal. Kita menguji, merenungkan, membandingkan, dan akhirnya membuat pilihan berdasarkan apa yang kita yakini sebagai yang lebih baik. Saya tidak dapat membayangkan ada orang yang berkata, "Saya pilih yang ini, karena saya yakin ini lebih buruk."

Kitab Amsal berisi perbandingan-perbandingan yang mengarahkan kita pada jalan yang benar di dalam hidup. Karena tujuan kitab itu adalah memberikan kepada pembacanya pengetahuan dan hikmat atas dasar sikap takut akan Tuhan (Amsal 1:2,7), maka tidak mengejutkan apabila terdapat pernyataan, "Hal ini lebih baik daripada hal itu."

Dalam kitab Amsal pasal 16, kita membaca bahwa lebih baik memperoleh hikmat daripada emas atau perak (ayat 16); lebih baik rendah hati di antara orang miskin daripada sombong di antara orang kaya (ayat 19); lebih baik bersikap sabar daripada memimpin kota (ayat 32). Sebagian orang memiliki kemampuan untuk bijaksana sekaligus kaya. Namun, saat dihadapkan dengan pilihan di antara kedua hal itu, Amsal mengatakan bahwa hikmat adalah pilihan yang lebih baik.

Ketika kita membaca kitab Amsal, marilah kita mencari tanda-tanda yang berkata, "Ini lebih baik!" Saat firman Allah membentuk pikiran kita dan menuntun pilihan-pilihan kita, kita akan menemukan bahwa jalan-Nya selalu lebih baik --DCM


Bukan yang kita miliki, tetapi yang kita gunakan,
Bukan yang kita lihat, tetapi yang kita tentukan
Itulah yang dapat merusak atau menyenangkan
Seluruh kebahagiaan insan. --Anon.

1 Mei 2007

World Wide Web

Nats : Dan aku melihat bahwa hikmat melebihi kebodohan, seperti terang melebihi kegelapan (Pengkhotbah 2:13)
Bacaan : Amsal 4:5-13

Brewster Kahle memiliki visi besar terhadap internet. Ia memimpikan adanya akses universal terhadap semua pengetahuan manusia. Sebagai pustakawan digital dan direktur sekaligus salah satu pencetus Internet Archive, Kahle percaya bahwa masih banyak cara untuk menggunakan potensi internet yang luar biasa guna mengubah dan memperbaiki dunia kita. "Saya ingin," ujarnya, "membangun perpustakaan yang megah ... Saat ini secara teknis kita dapat bermimpi untuk membuat Perpustakaan Alexandria." Ia merujuk pada sebuah ruangan yang sangat luas dan penuh ribuan naskah pada zaman Mesir kuno sehingga disebut rumah segala pengetahuan di dunia.

Namun, pengetahuan berbeda dengan hikmat. Raja Salomo adalah orang yang berakal luas (1Raja 4:29-34). Di masa-masa yang baik, ia mempergunakan kapasitas yang diberikan Allah untuk mengumpulkan informasi serta wawasan dari setiap sudut kehidupan. Sebaliknya, saat Salomo lengah, ia menunjukkan bahwa segala pengetahuan di dunia tidak dapat mencegah seseorang kehilangan tujuan hidup (Pengkhotbah 1:16-18). Walaupun berpengetahuan luas, Salomo menikah dengan banyak perempuan asing. Pada masa tuanya, ia mendirikan altar bagi ilah-ilah istrinya (1Raja 11:1-11). Kebodohannya itu membawanya pada kehancuran.

Hikmat adalah penerapan pengetahuan. Jangan sampai Anda terjerat dalam jaringan pengetahuan tanpa memiliki hikmat sejati yang berasal dari sikap takut akan Tuhan (Amsal 1:7; 9:10) --MRD II


Hidup di dekat Yesus setiap hari
Itulah hikmat yang sejati;
Menempuh jalan yang dipimpin-Nya
Itulah hikmat yang sesungguhnya. --Anon.

29 Mei 2007

Mencari Permata Langka

Nats : Berbahagialah orang yang mendapat hikmat ... karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas (Amsal 3:13,14)
Bacaan : Amsal 2:1-21

Tatkala Betty Goldstein dari Staten Island, New York, dirawat di rumah sakit, suaminya, Ron membungkus cincin berlian 3,5 karat dengan sebuah saputangan untuk disimpan supaya aman. Namun suatu ketika, Ron Goldstein yang berusia 63 tahun ini tanpa sengaja melemparkan saputangan itu ke tempat sampah. Ketika menyadari kesalahannya itu, ia buru-buru keluar untuk mengambilnya lagi. Akan tetapi, ia hanya mendapati truk sampah yang telah mengangkut semua sampah rumah sakit. Lalu, ia menghubungi dinas kebersihan di kota itu dan mendapatkan izin untuk mengikuti truk itu ke tempat pembuangan akhir. Para pekerja mulai menyortir ratusan kantong sampah dan menemukan cincin itu sejam kemudian.

Penulis kitab Amsal mendorong kita untuk bertekun dalam mencari sesuatu yang jauh lebih berharga, yaitu hikmat. Di pasal 2, seorang ayah mendorong anaknya melakukan apa pun untuk mendapatkan pengetahuan dan hikmat. Pencarian hikmat yang tak mudah ini sebenarnya merupakan pencarian akan Allah sendiri (ayat 3-5). Sebenarnya, kebahagiaan batin muncul saat manusia mendapatkan hikmat itu (3:13). Seorang ayah mengarahkan anaknya untuk terus bertekun dalam mencari permata langka ini karena hikmat tak akan ditemukan orang yang mencari dengan cara biasa-biasa saja. Hikmat ditemukan dan dinikmati hanya oleh mereka yang bertekun, bersungguh-sungguh, dan berketetapan mencarinya.

Mari kita curahkan seluruh keberadaan kita untuk mencari permata hikmat yang langka tersebut --MW


Lebih berharga daripada permata yang langka
Itulah hikmat tak ternilai dari surga;
Dengan emas murni pun tak dapat dibandingkan
Karena ia penuh kasih dan kebenaran. --D. De Haan

29 Agustus 2007

Kebun Binatang Serangga

Nats : Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas (Amsal 30:25)
Bacaan : Amsal 30:24-28

Kebun binatang serangga di Philadelphia, yang berisi lebih dari 100.000 serangga hidup, menghibur 75.000 pengunjung setiap tahun. Pendiri dan pemilik insektarium itu berkata, "Saya masih menyimpan sejuta serangga lagi. Ia menunjuk berbagai kardus, kaleng roti, dan kotak lain yang menggunung dari lantai sampai langit-langit. Berbagai wadah itu berisi serangga mati dari seluruh penjuru bumi. Film, hologram, mikroskop, dan permainan tentang serangga dapat memukau orang-orang segala umur. Bahkan, ada timbangan berat badan berbentuk kumbang kecil, kunang-kunang, dan serangga lain.

Dalam Amsal 30, seorang yang bijak bernama Agur juga memaparkan serangga dan makhluk kecil lainnya. Ia menyatakan bahwa makhluk itu kecil, tetapi sangat bijak.

Perhatikanlah semut. Meskipun lemah, Penciptanya mengajarinya menggunakan segala kekuatan mereka untuk mempersiapkan masa depan. Perhatikanlah belalang. Meskipun tidak memiliki raja, tetapi ketika jumlahnya berlipat ganda, Allah mengajari mereka berbaris dan bergerak dalam kesatuan. Perhatikanlah laba-laba. Meskipun mereka juga makhluk yang tidak penting, tetapi dengan kemampuan yang Allah berikan, laba-laba dapat mencapai tempat yang tinggi.

Apakah Anda terkadang merasa kecil dan tidak penting seperti seekor serangga? Ketika Anda merasa seperti itu, ingatlah Allah bahkan meletakkan hikmat dan kebesaran-Nya pada hal-hal yang paling remeh. Karena "dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2 Korintus 12:9) --MRD II

22 September 2007

Menyimpang dari Hikmat

Nats : Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat (1Raja 3:9)
Bacaan : 1Raja 3:4-15

Jika Allah mau memberikan semua keinginan Anda, maka apa yang akan Anda minta? Ketika Salomo diberi pilihan tersebut, ia meminta hikmat untuk dapat membedakan baik dan jahat agar dapat memimpin umat Allah dengan baik (1 Raja-raja 3:9). "Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian," firman Allah kepada Salomo, "Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu." Tuhan bahkan berjanji untuk memberinya "kekayaan maupun kemuliaan" (ayat 11-13). Sampai hari ini Salomo dikenang karena hikmat besar yang Allah karuniakan kepadanya.

Salomo mengawali pemerintahannya dengan mengabdi pada hikmat Allah dan memiliki ambisi mendalam untuk membangun Bait Allah yang sangat indah demi memuliakan Allah. Namun, sesuatu terjadi dalam perjalanan hidupnya. Hasratnya untuk hidup dengan hikmat Allah digantikan oleh daya tarik kekayaan dan kedudukan yang telah Allah berikan kepadanya. Pernikahannya dengan perempuan asing yang menyembah berhala akhirnya menguasai dirinya -- dan akhirnya bangsanya juga -- menuju penyembahan berhala.

Pelajaran yang bisa dipetik di sini sangat jelas. Mengasihi Kristus dan hikmat-Nya harus senantiasa menjadi tujuan utama bagi kita yang ingin hidup untuk menyenangkan Allah di sepanjang hidup ini. Komitmen untuk setia pada kekayaan hikmat Allah akan memampukan kita menghindari penyimpangan yang telah menghancurkan Salomo.

Jaga hati Anda agar selaras dengan hikmat Allah dan taati suara-Nya. Itu cara menyelesaikan kehidupan ini dengan baik --JMS

5 Maret 2008

Tidak Berkubang

Nats : Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan (Roma 6:22)
Bacaan : Roma 6:15-23

Suatu hari, Philip Yancey, penulis kristiani ternama, didatangi seorang pria yang menyatakan ingin menceraikan istrinya dan menikahi perempuan lain. Ia bertanya, "Maukah Allah mengampuni dosa yang akan saya lakukan ini? Bukankah Allah Mahakasih?" Yancey mengingatkan, jika seseorang sengaja hidup dalam dosa, bisa jadi ia lupa kembali ke jalan Tuhan. Namun, nasihat itu tak digubris. Rencananya tetap dijalankan. Ternyata benar, pria itu tak lagi mau kembali. Ia tidak hanya jatuh dalam dosa, tetapi juga memilih hidup dalam dosa.

Ini serupa dengan cerita tentang babi dan kucing. Pria itu memilih menjadi seperti babi, yang bila dimasukkan ke kubangan, ia betah berkubang di situ. Ia tak memilih sikap seperti seekor kucing, yang bila jatuh ke kubangan, ia akan segera berupaya keluar.

Seperti Yancey, Paulus pun mengingatkan kita supaya berhati-hati. Setelah menerima kasih karunia Tuhan, kita harus berjaga-jaga agar jangan diperalat lagi untuk menjadi hamba dosa, sebab kita sudah dimerdekakan! Kuasa Kristus memampukan kita untuk menang atas dosa.

Mari kita jagai hidup agar tidak menyerah pada perbuatan dosa. Sebaliknya, hendaklah kita menjadi hamba kebenaran (Roma 6:18). Artinya, tiap hari dan tiap saat kita berupaya menaati kebenaran firman yang membawa kita kepada pengudusan. Ya, orang percaya masih bisa jatuh ke dalam dosa. Godaan dan cobaan masih akan terus kita jumpai. Namun, jika kita jatuh, segeralah bangkit kembali. Jangan betah berlama-lama hidup dalam dosa. Jangan biarkan dosa menguasai kita -JTI

4 April 2008

Gembalakanlah

Nats : Kata Yesus kepadanya, "Gembalakanlah domba-dombaku" (Yohanes 21:16)
Bacaan : Yohanes 21:15-17

Singapura terkenal sebagai negeri "kecil" yang sibuk. Biasanya, orang-orang di sana berjalan kaki sangat cepat, tidak menengok kanan kiri; seolah-olah dikejar sesuatu. Grasah-grusuh. Tak heran kalau ada humor, katanya untuk menemukan orang Indonesia di Singapura itu mudah; kalau jalannya santai, alon-alon waton kelakon, dia pasti orang Indonesia.

Kesibukan memang belum tentu buruk, tetapi hati-hati jangan sampai kesibukan membuat kita tak punya waktu untuk hal-hal yang justru penting. Pendeta, majelis, aktivis gereja, bisa terjebak kesibukan sehingga malah tidak memiliki waktu pribadi bersama Tuhan. Orangtua yang berkarier "demi anak" bisa sangat sibuk sehingga malah tak punya waktu bersama anak. Suami yang sibuk bekerja demi membahagiakan istri, malah tidak punya waktu untuk bersama istrinya. Kesibukan justru mengaburkan tujuan awal dari aktivitas yang dilakukan.

Kesibukan bisa menghambat kebahagiaan, bahkan menghambat kita melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan. Sebab tanpa disadari kita mengabaikan banyak orang karena sibuk. Saat Yesus berkata hingga tiga kali dalam bacaan kita, "Gembalakanlah domba-dombaku", Dia memberi kita tanggung jawab penggembalaan. Yakni untuk peduli, melindungi, memelihara, menghibur, mengobati yang terluka, mencari yang hilang.

Mari lihat kembali laju hidup ini. Lambatkan sedikit lajunya bila terlalu cepat, supaya kita bisa melihat kepenatan dan kesakitan orang yang dicambuk kehidupan, serta dapat melakukan sesuatu bagi mereka. Dengan kepedulian, semoga kita dapat memberi kesejukan, dan kekuatan baru -MNT

5 April 2008

Terlambat!

Nats : Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu hari maupun saatnya (Matius 25:13)
Bacaan : Matius 25:1-13

Suatu kali, Washington Post mengingatkan tentang insiden tragis yang dialami kapal Titanic. Di ruang kendali, petugas sedang sibuk menjalankan tugasnya. Telepon berdering. Satu menit berlalu. Pada menit kedua, si petugas tak mau diganggu karena terlalu sibuk. Menit ketiga pun berlalu sangat cepat. Setelah si petugas selesai dengan tugasnya, barulah ia mengangkat telepon yang pesannya berbunyi, "Ini tempat pengintai pada haluan kapal. Gunung es persis di depan! Putar haluan!" Dengan cepat si petugas ke ruang kendali, tetapi terlambat! "Kebanggaan segala lautan" itu menabrak gunung es dan menewaskan 1.600 jiwa.

Andai si petugas menanggapi telepon itu, mungkin film Titanic tak perlu dibuat. Tiga kesempatan dilewatkan dan ketika hendak menanggapi panggilan itu, ia sudah terlambat! Hal yang sama kerap dilakukan banyak anak Tuhan saat mendengar suaraNya. Kebanyakan dari kita sebenarnya sudah mendengar jelas apa yang menjadi peringatan dan kehendak Tuhan, tetapi kerap kali kita meremehkan semuanya itu.

Bila kesempatan itu ternyata merupakan yang terakhir, maka jika kita tidak serius menanggapinya, bisa-bisa kita pun akan "tenggelam". Firman Allah mengingatkan kita agar selalu berjaga-jaga. Jika tidak demikian, bisa-bisa kita mengabaikan kesempatan yang Tuhan berikan -- kesempatan untuk bertobat, untuk melakukan kehendakNya, untuk melayani-Nya, atau yang lain. Perbedaan nyata antara lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana dalam bacaan kita adalah bahwa yang bijaksana selalu berjaga-jaga (ayat 4), sementara yang bodoh terlambat menjaga minyaknya (ayat 3,10). Jangan terlambat! -PK

3 September 2008

Bukan Bahan Gosip

Nats : Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu (Yohanes 8:7)
Bacaan : Yohanes 8:1-11

Dalam buku Connecting, Larry Crabb menceritakan kisah berikut. Dalam sebuah acara retret bagi kaum muda bermasalah, seorang gadis berdiri untuk menuturkan pergumulannya. Dengan bibir bergetar dan air mata meleleh membasahi pipi, ia mengaku, "Saya telah menjadi pelacur selama tiga tahun terakhir ini. Saya sangat menyesal."

Saat gadis itu masih berdiri dengan gamang, ayahnya berjalan menghampiri, lalu memeluknya dan berkata, "Saat aku melihatmu, aku tidak melihat seorang pelacur di dalam dirimu. Kamu sudah dibasuh oleh darah Kristus. Kini aku melihat putriku yang cantik."

Kisah ini bukan hanya kisah keluarga yang menyentuh, melainkan juga memuat pelajaran yang patut diterapkan dalam kehidupan bergereja, khususnya saat menyikapi anggota jemaat bermasalah. Bagaimana tanggapan kita bila tahu ada saudara seiman yang jatuh ke dalam dosa? Tak jarang kejadian itu malah menjadi ajang penghakiman dan bahan gosip.

Tanggapan itu sangat ganjil kalau kita menyadari bahwa gereja adalah keluarga Allah. Orang yang jatuh ke dalam dosa bukan penyakit yang perlu disingkiri, melainkan saudara yang harus diperhatikan dan ditolong. Seperti ayah gadis tadi, kita dapat belajar untuk tidak berfokus pada kesalahan yang diperbuat, tetapi pada realitas kita sebagai orang yang telah ditebus oleh Kristus dan pemulihan yang tersedia di dalam anugerah-Nya. Sikap semacam ini mengandung daya pemulihan yang manjur untuk membangkitkan kembali mereka yang jatuh. Itulah yang dilakukan Yesus terhadap perempuan -ARS

9 September 2008

Tuli Rohani

Nats : Siapakah yang buta selain dari hamba-Ku, dan yang tuli seperti utusan yang Kusuruh? Siapakah yang buta seperti suruhan-Ku dan yang tuli seperti hamba TUHAN? (Yesaya 42:19)
Bacaan : Yesaya 42:18-25

Doof indie atau tuli gaya Hindia merupakan sikap kaum pribumi yang banyak dikritik oleh para menir Belanda pada zaman penjajahan dulu. Kaum pribumi yang bekerja sebagai pembantu para menir itu sering berpura-pura tidak mendengar perintah tuannya. Kalau dimarahi, mereka berkilah, "Maaf saya tidak dengar, Tuan." Namun, apabila tuannya adalah Tuhan semesta alam, ceritanya bisa lain.

Yesaya 42 berisi teguran Tuhan kepada umat-Nya. Awalnya, Israel punya julukan hebat: hamba Tuhan. Namun, sang nabi menyindirnya sebagai hamba Tuhan yang buta dan tuli. Bahkan satu-satunya bangsa yang buta dan tuli: "Siapakah yang buta selain dari hamba-Ku, dan yang tuli seperti utusan yang Kusuruh?" (ayat 19). Bermata, tetapi tidak melihat. Bertelinga, tetapi tidak mendengar. Intinya, nabi menohok dengan mengatakan si hamba Tuhan ini berindra, namun indranya tak berfungsi. Mendengar itu bukan sekadar untuk menangkap bunyi yang datang, melainkan juga untuk menyimak dan memahami. Begitu juga terhadap perintah Tuhan (ayat 23). Bila sungguh-sungguh mendengarkan, kita akan tahu maksud Tuhan; baik dalam peristiwa-peristiwa yang sudah berlalu, maupun peristiwa yang sekarang. Dan menjadikan itu sebagai modal untuk mengantisipasi apa yang akan datang.

Dunia ini begitu bising dengan suara, teori, pendapat, serta gagasan kita sendiri tentang banyak hal. Mungkin itu sebabnya kita sedikit mendengarkan suara Tuhan. Kini, sediakan diri untuk berdiam, mendengarkan, dan melihat realitas hidup. Lalu bersiaplah untuk mendengarkan dengan telinga yang peka menangkap suara dan kehendak-Nya -DKL

29 September 2008

Coba Periksa!

Nats : Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah mengetahuinya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan" (Markus 6:38)
Bacaan : Markus 6:30-44

Mukjizat lima roti dan dua ikan diawali dengan belas kasihan Yesus (ayat 34). Namun rupanya Yesus tidak bermaksud bekerja sendirian. Ia meminta partisipasi dari pihak orang banyak. Sabda-Nya, "Berapa banyak roti yang ada padamu?" Bahkan tidak hanya bertanya, Dia juga menekankan perlunya partisipasi itu. Mari perhatikan sabda lanjutan-Nya, "Cobalah periksa!" Dan, akhirnya dari hasil pemeriksaan itu, mereka mendapatkan lima roti dan dua ikan.

Mukjizat Tuhan tidak dilakukan di dalam kehampaan. Yesus meminta kita untuk mengambil bagian. Apabila kita mengelak dengan mengatakan bahwa kita tidak memiliki apa pun, Yesus akan "masuk" lebih dalam dan Dia akan berkata, "Coba periksa dulu ... periksa ... periksa ... apa yang ada padamu!" Dan bila kita sudah menemukannya, bawalah itu kepada-Nya. Dia akan "mengambilnya ... menengadah ke langit, mengucapkan berkat atas apa yang kita bawa, dan memberkatinya", kemudian menggunakan hal itu demi menjadi berkat yang lebih berarti bagi hidup orang-orang lain di sekitar kita.

Kita belajar satu hal penting dari kisah lima roti dua ikan yang menjadi makanan untuk lima ribu orang dan bersisa dua belas bakul. Mukjizat Tuhan dimulai dengan belas kasihan Tuhan yang berpadu dengan keterlibatan dari umat yang bersedia.

Adakah Anda bersedia dipakai menjadi saluran mukjizat Tuhan? Periksalah apa yang ada pada Anda dan bawalah itu kepada Yesus agar diberkati dan dipakai-Nya. Dia tidak pernah meminta apa yang Anda tidak punya. Dia meminta apa yang Anda punya. Anda mengatakan bahwa Anda tidak punya apa-apa? Cobalah periksa dulu! -DKL



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA