10 Desember 2004

Peribahasa Berbahaya

Topik : Konsekuensi

Nats : [Jika seseorang] hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap mengikuti peraturan-Ku dengan berlaku setia—ialah orang benar, dan ia pasti hidup (Yehezkiel 18:9)
Bacaan : Yehezkiel 18:1-9

Peribahasa apa pun mengandung bahaya. Peribahasa adalah prinsip umum—bukan kebenaran mutlak—dan dapat disalahgunakan. Dikatakan, “Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga”, tetapi itu tergantung siapa yang mengatakannya dan apa alasannya. Itu ada benarnya. Tetapi bila orang mengutipnya untuk membenarkan kekacauan yang ia lakukan, maka peribahasa itu dapat digunakan sebagai alasan bahwa ia hanyalah korban dari tindakan orang lain.

Nabi Yehezkiel ingin membawa tawanan Ibrani di Babel untuk tak hanya kembali ke kampung halaman mereka, tetapi juga kepada Allah. Itu adalah tawaran sulit. Mereka merespons dengan berlindung di bawah sebuah peribahasa, “Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak- anaknya menjadi ngilu” (Yehezkiel 18:2).

Dengan peribahasa ini para tawanan menyalahkan pendahulu mereka atas penawanan yang mereka alami. “Anda tak mungkin serius minta kami bertobat,” protes mereka. “Ini salah orangtua ka-mi. Mereka makan buah mentah dan kami menanggung akibatnya.”

Maka Allah berbicara melalui Yehezkiel, “Kamu tidak akan mengucapkan kata sindiran ini [peribahasa] lagi di Israel” (ayat 3). Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati,” Allah berfirman (ayat 4). Namun, “[Jika seseorang] hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap mengikuti peraturan- Ku dengan berlaku setia—ialah orang benar, dan ia pasti hidup” (ayat 9).

Peribahasa adalah alat pembimbing yang baik. Peribahasa tak pernah dapat menjadi alasan perilaku buruk kita —Haddon Robinson



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA