Teks -- 2 Petrus 1:20 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 2Ptr 1:20
Full Life: 2Ptr 1:20 - NUBUAT-NUBUAT DALAM KITAB SUCI.
Nas : 2Pet 1:20
Tidak ada satu pun nubuat dalam Alkitab yang dihasilkan oleh
penalaran atau gagasan penulisnya sendiri, melainkan datang dari Roh K...
Nas : 2Pet 1:20
Tidak ada satu pun nubuat dalam Alkitab yang dihasilkan oleh penalaran atau gagasan penulisnya sendiri, melainkan datang dari Roh Kudus.
Ref. Silang FULL -> 2Ptr 1:20
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 2Ptr 1:19-21
Matthew Henry: 2Ptr 1:19-21 - Pengilhaman Kitab Suci Pengilhaman Kitab Suci (1:19-21)
Dengan menggunakan kata-kata di atas Rasul Petrus menjelaskan alasan lain untuk membuktikan kebenaran dan kenyataa...
Pengilhaman Kitab Suci (1:19-21)
- Dengan menggunakan kata-kata di atas Rasul Petrus menjelaskan alasan lain untuk membuktikan kebenaran dan kenyataan Injil, dan menyatakan bahwa bukti kedua ini lebih kuat dan lebih meyakinkan daripada sebelumnya dan lebih tidak dapat disanggah bahwa pengajaran mengenai kuasa dan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kita bukanlah dongeng atau rancangan licik manusia, melainkan rancangan yang penuh hikmat dan indah dari Allah yang kudus dan murah hati. Sebab hal ini telah dinubuatkan oleh nabi-nabi dan para penulis Perjanjian Lama, yang berbicara dan menulis di bawah pengaruh dan sesuai pengarahan Roh Allah. Perhatikanlah di sini,
- I. Gambaran yang diberikan mengenai firman di dalam Perjanjian Lama: firman itu disebut sebagai nubuat yang lebih pasti (ay. 19, KJV).
- 1. Firman itu merupakan pernyataan nubuatan mengenai kuasa dan kedatangan, keilahian dan penjelmaan, dari Juruselamat kita, yang kita dapati di dalam Perjanjian Lama. Di dalamnya dinubuatkan bahwa keturunan perempuan itu akan meremukkan kepala ular. Kuasa-Nya untuk menghancurkan Iblis dan pekerjaan-pekerjaannya, dan kelahiran-Nya oleh seorang perempuan dinubuatkan di sana. Dan Nama Allah yang agung dan dahsyat dalam Perjanjian Lama, Yehova (sebagaimana dibaca oleh sejumlah orang), menunjukkan bahwa hanya Dialah yang adalah Dia, dan Nama Allah itu (Kel. 3:14) diterjemahkan oleh banyak orang sebagai Aku Adalah Aku, dan dengan demikian nama-nama tersebut dipahami sebagai menunjuk kepada penjelmaan Allah dengan tujuan untuk mendatangkan penebusan dan keselamatan bagi umat-Nya, yang akan datang. Tetapi Perjanjian Baru merupakan sejarah tentang apa yang telah dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama. Semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes (Mat. 11:13). Dan para pemberita Injil dan rasul-rasul telah menulis sejarah mengenai apa yang sebelumnya disampaikan sebagai nubuat. Sekarang penggenapan Perjanjian Lama oleh Perjanjian Baru serta kesesuaian antara Perjanjian Baru dengan Perjanjian Lama memperlihatkan bukti sepenuhnya dari kebenaran kedua perjanjian itu. Bacalah Perjanjian Lama sebagai sebuah nubuat tentang Kristus, dan dengan ketekunan dan rasa syukur gunakanlah Perjanjian Baru sebagai penjelasan terperinci yang terbaik mengenai yang lama.
- 2. Perjanjian Lama merupakan perkataan nubuat yang lebih pasti (ay. 19, KJV). Hal ini benar demikian bagi orang-orang Yahudi yang menerimanya sebagai firman Allah. Para nabi berikutnya menegaskan apa yang telah disampaikan oleh nabi-nabi yang telah mendahului mereka, dan nubuat-nubuat ini telah ditulis melalui perintah yang jelas kepada mereka, dan dipelihara oleh pemeliharaan khusus, dan banyak di antaranya telah digenapi oleh penyelenggaraan yang indah dari Allah, dan oleh karena itulah nubuat-nubuat itu menjadi lebih pasti bagi orang-orang yang selama ini telah menerima dan membaca kitab suci daripada laporan Rasul Petrus mengenai suara yang datang dari sorga. Musa dan para nabi lebih kuat pengaruhnya untuk meyakinkan mereka bahkan daripada mujizat-mujizat sendiri (Luk. 16:31). Betapa teguh dan pastinya iman kita seharusnya, yang telah memiliki firman yang begitu teguh dan pasti sebagai tumpuan! Semua nubuat-nubuat Perjanjian Lama menjadi lebih pasti dan meyakinkan bagi kita yang telah memiliki sejarah tentang penggenapannya dengan semua perincian ketepatan dan waktunya.
- II. Dorongan Rasul Petrus kepada kita supaya menyelidiki kitab suci. Dia memberi tahu kita, alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya. Yakni, berusaha agar akal budi kita memahami maknanya, dan hati kita mempercayai kebenaran, dari firman yang pasti ini. Ya, kita harus mencondongkan diri kita kepada firman, supaya kita dapat dicetak dan dibentuk olehnya. Firman itu merupakan pengajaran yang ke dalamnya kita harus dibentuk (Rm. 6:17), kegenapan segala kepandaian dan kebenaran (Rm. 2:20) yang dengannya kita harus mengatur pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan kita, perkataan-perkataan dan pengakuan-pengakuan kita, seluruh kehidupan dan perilaku kita. Jika kita menuruti firman Allah sedemikian rupa seperti ini, maka keadaan kita pasti sejahtera dalam semua hal, dalam apa yang berkenan kepada Allah dan menguntungkan diri kita sendiri. Dan ini tidak lain selain menaruh perhatian semestinya terhadap semua firman Allah. Namun, supaya dapat memberikan perhatian kepada firman, Rasul Petrus menyarankan beberapa hal khusus bagi mereka yang ingin menuruti kitab suci untuk setiap maksud yang baik. Yaitu,
- 1. Mereka harus memegang dan menggunakan kitab suci sebagai terang yang telah dikirim Allah ke dalam dunia ini dan menempatkannya di sana, untuk menghalau kegelapan yang menyelimuti seluruh muka bumi ini. Firman itu adalah pelita bagi kaki orang-orang yang menggunakannya dengan benar. Terang ini menemukan jalan di mana seharusnya orang berjalan. Terang ini adalah sarana yang dengannya kita dapat mengenal jalan kehidupan.
- 2. Mereka harus mengakui kegelapan mereka sendiri. Dunia ini merupakan tempat kesalahan dan kebodohan, dan setiap orang di dunia ini pada dasarnya tidak memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memperoleh kehidupan kekal.
- 3. Jika ada orang yang pernah dibuat menjadi bijaksana hingga memperoleh keselamatan, maka itu karena terang dari firman Allah yang menerangi hati mereka. Gagasan alamiah tentang Allah tidaklah cukup bagi manusia yang telah jatuh di dalam dosa, yang sehebat-hebatnya sebenarnya hanya tahu teramat sedikit tentang Allah, dan karena itu mutlak perlu mengetahui jauh lebih banyak tentang Allah, lebih daripada yang diketahui Adam ketika ia masih belum mengenal dosa.
- 4. Ketika terang kitab suci disoroti oleh Roh Kudus Allah ke dalam akal budi yang buta dan pengertian yang gelap, maka datanglah fajar hari kerohanian dan terbitlah hari yang cemerlang di dalam jiwa itu. Pencerahan pikiran yang ada di dalam kegelapan itu sama seperti fajar dini hari yang berangsur merekah dan tampak, lalu menyebar dan membaur ke seluruh jiwa, sampai terang itu menjadi rembang tengah hari (Ams. 4:18). Pencerahan itu adalah pengetahuan yang berkembang. Orang-orang yang dicerahkan seperti ini tidak pernah berpikir bahwa mereka sudah cukup mengetahui, sampai mereka menjadi tahu ketika mereka dikenal orang. Memberikan perhatian kepada terang ini perlu menjadi perhatian dan kewajiban semua orang. Dan semua yang menjalankan kebenaran datang kepada terang ini, sementara para pelaku kejahatan menjauhinya.
- III. Rasul Petrus menegaskan satu hal penting yang perlu bagi kita untuk dapat memberikan perhatian kepada firman dan menjadi baik olehnya, yakni kita harus tahu bahwa semua nubuat itu berasal dari Allah. Nah, kebenaran penting ini tidak saja dia tegaskan, tetapi juga membuktikannya,
- 1. Amatilah, tidak ada nubuat dari kitab suci yang berasal dari tafsiran menurut kehendak sendiri (atau pendapat seseorang itu sendiri, atau suatu penjelasan dari pikirannya sendiri), melainkan merupakan penyingkapan atau pewahyuan dari pikiran Allah. Inilah perbedaan antara nabi-nabi Tuhan dan nabi-nabi palsu yang telah ada di dalam dunia ini. Nabi-nabi Tuhan tidak berbicara dan juga tidak melakukan sesuatu dari pikiran mereka sendiri, sebagaimana Musa, pemimpin mereka, mengatakannya dengan jelas (Bil. 16:28), aku diutus TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri (juga dalam menyampaikan ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan). Sebaliknya, nabi-nabi palsu hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut TUHAN (Yer. 23:16). Para nabi dan penulis kitab suci menyatakan dan menulis apa yang ada di dalam pikiran Allah. Dan walaupun, ketika berada di bawah pengaruh dan tuntunan Roh, mereka bisa saja dianggap memang bersedia untuk mengungkapkan dan mencatat pikiran Allah itu, namun hal itu terjadi karena Allah yang menginginkan mereka mengatakan dan menulis pikiran-Nya itu. Tetapi, meskipun kitab suci bukanlah pencurahan pikiran dari pendapat atau keinginan manusia sendiri, tetapi merupakan penyingkapan pikiran dan kehendak Allah, namun setiap orang harus mau menyelidikinya sampai memahami arti dan maksud dari penyingkapan itu.
- 2. Kebenaran penting ini bahwa Kitab Suci berasal dari Allah
- (bahwa apa yang terkandung di dalamnya adalah pikiran Allah dan bukan pikiran manusia) harus diketahui dan diakui oleh semua orang yang mau memberikan perhatian kepada firman nubuat yang pasti itu. Bahwa kitab suci itu merupakan firman Allah tidak saja merupakan sebuah pokok iman Kristen yang sejati, melainkan juga merupakan sebuah pokok penyelidikan atau pengkajian. Sebagaimana orang tidak mau percaya begitu saja bahwa seseorang benar-benar merupakan sahabat sejatinya, dan ingin memastikannya dengan mengamati tanda-tanda dan tabiat yang pantas dan khas dari sahabatnya itu, maka begitu jugalah orang Kristen mengenal Kitab Suci itu benar-benar sebagai firman Allah dengan dan saat mengamati semua tanda dan ciri bahwa memang kitab itu terilhami secara ilahi. Ia mengecap rasa manis, merasakan suatu kuasa, dan melihat kemuliaan di dalamnya sebagai sunggguh-sungguh ilahi.
- 3. Keilahian kitab suci itu harus sudah diketahui dan diakui terlebih dahulu, sebelum orang dapat menggunakannya dan mengambil manfaatnya, dan sebelum mereka mencurahkan perhatian kepadanya. Supaya pikiran kita tidak terganggu oleh tulisan-tulisan lain, sehingga kita bisa memusatkan pikiran secara khusus pada Kitab Suci ini sebagai satu-satunya peraturan yang pasti dan tidak mengandung kesalahan, maka kita perlu meyakinkan diri sepenuhnya bahwa Kitab Suci diilhamkan secara ilahi dan mengandung apa yang benar-benar merupakan pikiran dan kehendak Allah.
- IV. Melihat betapa mutlak pentingnya orang diyakinkan sepenuhnya mengenai asal usul keilahian Kitab Suci, maka Rasul Petrus (ay. 21) memberitahukan kepada kita bagaimana Perjanjian Lama itu disusun, dan itu
- 1. Dengan pernyataan yang memakai kata ingkar: nubuat itu tidak datang karena kehendak manusia. Segala sesuatu yang dicatat itu sendiri dan yang kemudian membentuk beberapa bagian dari Perjanjian Lama, tidaklah berasal dari pendapat-pendapat manusia, juga bukan kehendak salah seorang dari nabi-nabi atau para penulis kitab suci yang menjadi aturan atau alasan mengapa semua itu ditulis yang kemudian menjadi kanon kitab suci.
- 2. Dengan pernyataan positif: Orang-orang kudus milik Allah berbicara ketika mereka digerakkan oleh Roh Kudus. Amatilah,
- (1) Mereka adalah orang-orang kudus milik Allah yang dipakai untuk mengerjakan kitab yang kita terima sebagai firman Allah. Seandainya Bileam dan Kayafas, dan orang-orang lainnya yang tiada memiliki kekudusan sama sekali, karena suatu hal tertentu memiliki sesuatu dari Roh nubuat, maka orang-orang seperti itu tidak akan dipakai untuk menulis bagian mana pun dari kitab suci untuk digunakan oleh jemaat Allah. Semua penulis kitab suci adalah orang-orang kudus milik Allah.
- (2) Orang-orang kudus ini digerakkan oleh Roh Kudus di dalam apa yang mereka sampaikan sebagai pikiran dan kehendak Allah. Roh Kudus merupakan Sang Pelaku Agung, sedangkan orang-orang kudus hanyalah alat-alat belaka.
- [1] Roh Kudus mengilhami dan mendiktekan kepada mereka apa yang harus mereka sampaikan dari pikiran Allah.
- [2] Dengan penuh kuasa Dia menggairahkan dan menggunakan mereka secara berhasil guna untuk mengatakan (dan juga menulis) apa yang telah Dia taruh di dalam mulut mereka.
- [3] Dengan sangat bijaksana dan berhati-hati Ia menolong dan mengarahkan mereka untuk menyampaikan apa yang telah mereka terima dari-Nya, supaya firman itu benar-benar dapat terlindungi dari setiap kesalahan yang paling kecil sekalipun ketika mereka menyatakan apa yang mereka ungkapkan. Karena itu semua firman dalam Kitab Suci itu harus kita terima sebagai firman dari Roh Kudus. Segala kejelasan dan kesederhanaan, semua kuasa dan kebajikan, semua keanggunan dan kepantasan, dari setiap firman dan pengungkapannya haruslah kita terima sebagai berasal dari Allah. Oleh karena itu, gabungkanlah iman dengan apa yang Anda temukan di dalam kitab suci. Hargailah dan hormatilah Alkitab Anda sebagai kitab yang ditulis oleh orang-orang kudus, diilhamkan, dipengaruhi, dan dibantu oleh Roh Kudus.
SH: 2Ptr 1:12-21 - Masih tidak percaya? (Selasa 22 Juli 2008) Masih tidak percaya?
Meski tahu bahwa masa hidupnya tidak lama lagi, Petrus tetap
memerhatikan orang-orang yang telah dia layani. Melihat situas...
Masih tidak percaya?
Meski tahu bahwa masa hidupnya tidak lama lagi, Petrus tetap memerhatikan orang-orang yang telah dia layani. Melihat situasi dan kondisi mereka, Petrus berkesimpulan bahwa mereka tetap harus diingatkan (ayat 12), didorong (ayat 13-14), dan diberitahu ulang mengenai kebenaran dasar yang telah dia ajarkan pada mereka (ayat 15).
Mengapa Petrus merasa perlu melakukan semua itu? Karena mereka mulai meninggalkan kebenaran. Guru-guru palsu dan para pengejek berusaha menarik mereka dari damai sejahtera dan penyerahan pada Kristus. Maka Petrus mengingatkan bahwa mereka telah ambil bagian dalam keilahian Kristus. Itulah yang akan memampukan mereka menghadapi segala sesuatu yang berusaha merebut mereka dari Kristus. Setelah mengalami kelahiran kembali, mereka harus melangkah ke arah kedewasaan rohani dan memiliki hidup yang berbuah. Mereka juga harus menggunakan Alkitab sebagai cermin untuk mengevaluasi perjalanan iman mereka.
Mengapa Petrus punya keyakinan yang begitu mendalam pada Yesus? Sebab
ia telah mendengar sendiri suara Allah yang menyatakan
perkenan-Nya atas Yesus, saat Ia dimuliakan di atas gunung (
Kita memang tidak punya pengalaman menakjubkan seperti Petrus. Namun itu bukan alasan untuk membenarkan ketidakpercayaan kita. Sebab kita memiliki kesaksian nabi dalam Alkitab. Semua nubuat mengenai kelahiran, hidup, pelayanan, kematian, dan kebangkitan Yesus, telah terbukti. Jadi tidak ada alasan untuk tidak percaya bahwa Tuhan Yesus suatu hari kelak akan datang dalam kemuliaan.
SH: 2Ptr 1:16-21 - Berani mengatakan karena menyaksikan (Selasa, 17 Oktober 2000) Berani mengatakan karena menyaksikan
Menurut ilmu jiwa perkembangan anak, anak usia batita sampai
balita belum dapat membedakan antara hitam dan...
Berani mengatakan karena menyaksikan
Menurut ilmu jiwa perkembangan anak, anak usia batita sampai balita belum dapat membedakan antara hitam dan putih, salah dan benar. Artinya, bila mereka melakukan kesalahan maka hal itu dapat dimengerti.
Perkembangan praktik hukum di Indonesia nampaknya memiliki kecenderungan sama seperti anak usia batita - balita. Buktinya, pada beberapa kasus tertentu, yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan. Keputusan tersebut selalu diambil berdasarkan pemaparan bukti oleh saksi. Ada indikasi dalam praktik hukum di Indonesia yaitu bahwa kesaksian seorang saksi tidak lagi memiliki peranan penting tetapi hanya sekadar formalitas yang mengikuti aturan prosedur saja. Artinya, kesaksian bukan lagi ajang untuk mendengar fakta yang menentukan langkah pengambilan keputusan.
Untungnya, jemaat Tuhan saat itu tidak bertindak seperti anak usia batita-balita. Mereka membutuhkan kesaksian sebagai hal yang paling menentukan untuk diterima atau tidaknya sebuah pemberitaan. Dan kesaksian tersebut harus dikisahkan oleh seseorang yang menyaksikan peristiwa tersebut dengan mata kepalanya sendiri. Petrus tahu bahwa jemaat Tuhan menuntut pembuktian untuk fakta yang dipaparkannya tentang Yesus Kristus. Sebab itu Petrus menyebut dirinya bersama dengan rasul lainnya sebagai saksi hidup terhadap perbuatan ajaib dan mulia Yesus Kristus. Pernyataan ini didukung oleh keberadaan Petrus sebagai murid yang terlibat dalam perjalanan pelayanan Yesus Kristus selama + 3 tahun. Dalam kesaksian ini, Petrus memaparkan bahwa ada dua tiang pancang yang mampu meneguhkan dan mengokohkan kehidupan rohani jemaat Tuhan. Pertama, setiap orang yang berjalan bersama Kristus dan mempercayakan seluruh hidupnya pada pemeliharaan-Nya, niscaya akan menyaksikan dan mengalami hidup dengan Tuhan secara nyata. Kedua, pengalaman-pengalaman yang dialami Petrus dan rasul lainnya merupakan penggenapan firman Allah. Firman itu sendiri adalah wahyu Illahi. Jadi dengan mempercayakan diri seutuhnya kepada kesaksian Alkitab akan Kristus, hidup jemaat Tuhan mengarah pada keteguhan dan kekokohan.
Renungkan: Jangan mudah terpengaruh pada ajaran yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Sebaliknya, percaya dan teguhlah berpegang pada ajaran Kristus, karena telah terbukti kebenarannya.
SH: 2Ptr 1:16-21 - Dasar untuk percaya (Senin, 5 Desember 2011) Dasar untuk percaya
Kadang waktu kita mendengarkan khotbah kita segera merasakan bahwa si pengkhotbah tidak sungguh-sungguh meyakini yang ia khotbahk...
Dasar untuk percaya
Kadang waktu kita mendengarkan khotbah kita segera merasakan bahwa si pengkhotbah tidak sungguh-sungguh meyakini yang ia khotbahkan. Isi khotbahnya mungkin sangat baik, sistematis dan "alkitabiah". Namun, tidak ada rohnya. Tidak keluar dari hati yang mengasihi Allah dan mengasihi jemaat. Khotbah tersebut mungkin mencerahkan intelektual jemaat, tetapi tidak membangun kerohanian mereka.
Petrus ketika menyampaikan nasihatnya, bukan keluar semata-mata dari kecerdasan berpikirnya. Bagi yang menguasai bahasa Yunani Koine, tahu bahwa bahasa Yunani surat 2 Petrus ini bukan yang terbaik. Yang menjadi pegangan Petrus adalah dia sebagai saksi mata Kristus dalam pemuliaan-Nya (17-18; Mat. 17:1-8). Pemuliaan Tuhan Yesus membuka pemahaman Petrus akan siapa Dia. Pertama, Dia adalah Anak Allah yang kepada-Nya, Allah Bapa berkenan. Berarti ajaran mengenai Tuhan Yesus akan datang kembali sebagai Raja adalah benar (16). Pengharapan orang Kristen tidak sia-sia. Kedua, di pemuliaan Tuhan Yesus, Petrus melihat dua tokoh besar Perjanjian Lama, Musa yang mewakili Hukum Taurat dan Elia yang mewakili nabi-nabi bercakap-cakap dengan Tuhan Yesus. Artinya, Perjanjian Lama memang menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai penggenap nubuat dan janji Mesianik (19). Bagi Petrus, Perjanjian Lama adalah firman Allah yang sejajar dengan Perjanjian Baru. Keduanya menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat manusia. Maka, untuk mengerti dengan benar ajaran kebenaran, umat Tuhan harus membaca Perjanjian Lama. Ingat, pada waktu Petrus menulis surat ini, Perjanjian Baru belum ada atau lengkap seperti sekarang ini.
Hari ini kita bersyukur memiliki Alkitab lengkap. Petunjuk penting mengenai Tuhan Yesus dapat kita temukan melalui membaca dan merenungkannya. Lebih daripada itu, kita harus mengalami Tuhan Yesus dalam hidup kita secara pribadi agar kita dapat menyaksikan-Nya kepada orang lain. Kita adalah saksi-saksi Kristus melalui perkataan, perbuatan, dan sikap kita!
SH: 2Ptr 1:16-21 - Cintailah Injil Elok (Sabtu, 6 November 2021) Cintailah Injil Elok
Kini, hoaks (berita bohong) dikenal di mana-mana. Hoaks menolak kenyataan dan tidak dapat dipercaya, berbeda dari fakta (kebenar...
Cintailah Injil Elok
Kini, hoaks (berita bohong) dikenal di mana-mana. Hoaks menolak kenyataan dan tidak dapat dipercaya, berbeda dari fakta (kebenaran) yang pasti memiliki saksi mata dan bukti.
Perkataan bahwa Yesus tidak akan datang kedua kali adalah hoaks yang disebarkan para pengajar sesat. "Dongeng-dongeng isapan jempol manusia", kata Simon Petrus (16).
Pengharapan akan kedatangan Yesus kedua kali bukan tak beralasan. Petrus menegaskan bahwa diri-Nya adalah saksi mata dari kebesaran Yesus (16). Kuasa dan kedatangan Yesus bukanlah hoaks. Petrus masih mengingat pengajaran dan mukjizat yang dilakukan Yesus di depan dirinya, murid-murid lain, dan orang banyak. Petrus tahu persis peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya. Bahkan, Petrus menyaksikan bagaimana Yesus dimuliakan Allah Bapa sebagai Anak-Nya (17, 18).
Petrus menilai bahwa hal ini makin dibuktikan dengan Kitab Suci. Apabila jemaat memerhatikan firman Allah, hati mereka akan menjadi terang (19). Sebaliknya, hoaks muncul karena orang menafsirkan nubuat dengan kehendak sendiri (20). Surat ini merupakan upaya Petrus untuk menguatkan iman dan pengharapan jemaat, bahwa Kristus akan datang kedua kali sesuai janji-Nya.
Petrus meyakinkan bahwa para nabi tak pernah menyebarkan hoaks. Bagaimana mungkin mereka bisa menubuatkan kebenaran? Inilah yang dikatakan Petrus bahwa mereka memberitakan nubuat oleh dorongan Roh Kudus dan berbicara atas nama Allah (21). Dalam bimbingan Roh Allah, nabi Perjanjian Lama telah menubuatkan peristiwa kehidupan Yesus, lalu Petrus dan para murid menyaksikan semua peristiwa itu digenapi.
Tak ada cara lain untuk mengatasi kesesatan, selain kembali kepada firman Tuhan. Dengan tekun mempelajari dan memerhatikan firman Allah, kita tak gampang termakan oleh hoaks yang menyesatkan. Firman Allah tertulis yaitu Alkitab bukan hanya karangan dari zaman dahulu, melainkan kisah para saksi mata tentang kebesaran Tuhan Yesus Kristus.
Cintailah Injil elok! Belajar, bertanya, dan berdiskusi tentang firman-Nya sehingga iman kita tak gampang dibelokkan, tetapi makin diteguhkan dalam pengharapan. [MKD]
Baca Gali Alkitab 1
Sebuah ajaran bisa datang dari mana saja. Terlebih lagi, pada zaman teknologi informasi seperti saat ini. Siapa saja, dari profesi dan kalangan mana pun, dapat menyebarkan pandangannya secara terbuka dan bebas. Kalau begitu, bagaimana kita bisa membedakan mana ajaran yang benar dan mana kabar bohong belaka.
Di tengah situasi seperti itulah, Rasul Petrus membela pengajarannya. Apa yang diterima jemaat dari para rasul bukanlah sembarang ajaran, melainkan kesaksian orang pertama tentang Tuhan. Melalui suratnya, ia memberi nasihat agar jemaat sanggup membedakan mana kehendak Allah dan mana kehendak manusia.
Apa saja yang Anda baca?
1. Mengapa pemberitaan Injil dari Rasul Petrus dan rasul-rasul lainnya dapat dipercaya? (16)
2. Rasul Petrus mengaku sebagai seorang saksi mata. Apa yang ia saksikan? (17-18)
3. Apa dampak dari kesaksian itu bagi Rasul Petrus dan jemaat?
4. Hal penting apa yang harus diketahui oleh jemaat? (20-21)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa yang selama ini Anda terima melalui pembacaan Alkitab?
2. Apa yang perlu Anda lakukan untuk menjadi seorang Kristen yang teguh hatinya?
3. Mengapa ajaran-ajaran teologis yang salah tentang Alkitab bisa muncul?
Apa respons Anda?
1. Ketika orang lain meragukan pesan Injil, apa yang dapat Anda katakan atau lakukan untuk bertahan sebagai orang beriman?
2. Ketika seorang teman menawarkan penjelasan yang tidak biasa tentang sebuah ayat Alkitab, apa yang akan Anda lakukan untuk memelihara iman Anda maupun teman Anda?
Pokok Doa:
Bersyukur atas Injil yang telah Tuhan anugerahkan, dan mohon bimbingan-Nya untuk memahami firman sesuai kehendak-Nya.
Utley -> 2Ptr 1:19-21
Utley: 2Ptr 1:19-21 - --NASKAH NASB (UPDATED): 2Pet 1:19-2119 Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau ...
NASKAH NASB (UPDATED): 2Pet 1:19-21
19 Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. 20 Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, 21 sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
2Pet 1:19 "firman yang telah disampaikan oleh para nabi" Ini merujuk ke (1) naskah PL (yaitu, ay. 2Pet 1:17) atau (2) saksi Kerasulan PB (lih. ay. 2Pet 1:12; 1Yoh 1:1-5).
□ "makin diteguhkan" Wahyu PL Allah dikonfirmasi di dalam wahyu PB. PL sangatlah penting bagi pemahaman penuh dari PB (lih. Mr 1:1-3).
Seluruh paragraf ini terkait dengan Kedatangan Kedua yang tertunda, yang mulai diragukan oleh beberapa orang. Petrus ingin meyakinkan para pembacanya dengan
- 1. pengalamannya sendiri akan zaman baru (yaitu, pemuliaan Yesus)
- 2. penggenapan nubuatan dalam kehidupan, ajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus
Zaman yang baru telah tiba dan akan disempurnakan (yakni sebagai pelita yang bercahaya, sebagai Venus-bintng timur yang terbit naik). Lihat. F. F. Bruce, Jawaban atas Pertanyaan, hal 130.
□ "pelita yang bercahaya di tempat yang gelap" Ini merupakan singgungan untuk Mazm 119:105 dan mungkin Ams 6:23. Allah telah menyediakan bagi manusia yang jatuh semua informasi yang mereka butuhkan untuk menanggapi-Nya dengan iman (yaitu, wahyu, inspirasi, dan penyinaran). Perwahyuan Diri Allah melalui PL dan secara luar biasa melalui Kristus, yang dicatat dan dijelaskan oleh para penulis NT, sepenuhnya telah memadai (walaupun tidak lengkap). Wahyu ini (PL dan PB) adalah seperti cahaya yang bersinar dalam kegelapan dosa dan pemberontakan manusia dan malaikat. Tetapi satu hari nanti cahaya terang yang jauh lebih baik (yaitu, sebuah pertemuan tatap muka dengan Kristus) akan menerangi setiap hati dan pikiran orang percaya. Sasaran dari wahyu bukanlah informasi, tetapi keselamatan (yaitu, persekutuan intim, dipulihkan).
Para guru palsu mengklaim memiliki wahyu khusus dari ketuhanan, tetapi Petrus menegaskan bahwa Yesus adalah wahyu diri Allh yang penuh dan lengkap.
□ "bintang timur" ini harfiahnya adalah "pembawa cahaya" atau "bintang fajar/matahari" (lih. Wahy 2:28; 22:16). Dari istilah Yunani ini kita mendapatkan kata "fosfor." Aspek cahaya yang bersinar memiliki beberapa konotasi PL.
- 1. terkait dengan istilah Ibrani helel, diterjemahkan sebagai "bintang fajar" (Lucifer dalam bahasa Latin, lih. Yes 14:12), biasanya merujuk pada planet Venus.
- 2. terkait dengan Mesias yang datang dalam Bil 24:17 (yaitu, "bintang yang akan terbit dari Yakub") dan Mal 4:2 (yaitu, "Matahari kebenaran akan terbit").
- 3. terkait dengan orang-orang kudus yang dibangkitkan di Dan 12:3 (yaitu, "akan bersinar terang seperti kecerahan hamparan surga").
- 4. terkait dengan Mesias kerajaan yang menjelma dalam Wahy 22:16 (yaitu, "yaitu keturunan Daud bintang fajar yang mulia").
□ "terbit bersinar di dalam hatimu" Dalam konteks hal ini menunjuk pada perjumpaan eksistensial dengan Allah yang diakibatkan oleh wahyu diri-Nya dalam Kitab Suci (PL), Yesus (inkarnasi), dan tulisan-tulisan Kerasulan (PB). Pada suatu titik tertentu manusia yang jatuh memiliki saat terbukanya pemahaman. Kebenaran Allah masuk menembus kesadaran kita. Proses pemahaman dan keyakinan ini dibimbing oleh Roh Kudus (lih. Yoh 6:44,65).
Kekristenan dimulai sebagai pertemuan dan respon iman seorang individu kepada Allah di dalam Kristus. Ini menimbulkan pengalaman bersama akan kasih keluarga dan pelayanan keluarga (lih. 1Kor 12:7). Lihat Topik Khusus: Hati pada Mr 2:6.
2Pet 1:20 "Kitab Suci" Ini adalah salah satu dari beberapa ayat dalam PB yang berbicara tentang perwahyuan-diri Allah dalam tulisan-tulisan PL dan PB (yaitu, Alkitab).
- 1. Mat 5:17-19
- 2. 1Kor 2:9-13
- 3. 1Tes 2:13
- 4. 2Tim 3:16
- 5. 1Pet 1:23-25
- 6. 2Pet 1:20-21
- 7. 2Pet 3:15-16
Hakikat dari semuanya ini adalah bahwa Kitab Suci berasal dari Allah dan merupakan bagian dari Allah, bukan manusia.
Allah mengilhami para penulis (lih. 2Pet 1:20-21) dan tulisan-tulisan mereka (lih. 2Tim 3:16).
□ "ditafsirkan menurut kehendak sendiri" Frasa ini secara pasti mengungkapkan ketegangan yang ada yang disebabkan oleh guru-guru palsu dalam gereja-gereja. Ada kemungkinan bahwa mereka mengutip Kitab Suci dan kemudian menempatkan olahan mereka sendiri di atasnya (yang juga lazim di saat ini).
Dalam konteks sulit untuk mengetahui apakah kalimat ini merujuk kepada (1) para penulis PL atau (2) guru-guru palsu kontemporer. Jika pilihan pertama, maka ini berbicara kepada konsep teologis dari inspirasi (lih.2Tim 3:16). Ayat berikut tampaknya mengkonfirmasi penafsiran ini. Jika pilihan yang kedua, maka ini berbicara tentang konsep teologis dari pencahayaan/penerangan (yaitu, bahwa Roh menuntun orang percaya dalam menafsirkan Alkitab).
Haruslah dinyatakan bahwa konsep evanjelikal "imamat orang percaya" biasanya dipahami sebagai kemampuan yang diberikan oleh Roh untuk menafsirkan Alkitab bagi diri sendiri. Namun demikian, secara alkitabiah, frasa ini menunjuk kepada gereja sebagai pel;aku dari pencapaian yang Amanat Agung, Lih. 1Pet 2:5,9; Wahy 1:6. Perhatikan dalam PL (lih. Kel 19:6) dan PB kalimat "imamat orang percaya" adalah JAMAK (yaitu, kebersamaan), bukan bersifat individu.
2Pet 1:21 "oleh dorongan Roh Kudus, orang-orang" Ini harfiahnya adalah "dibawa," yang merupakan sebuah PRESENT PASSIVE PARTICIPLE. Ini menambahkan penekanan pada kebenaran bahwa Alkitab adalah berita Tuhan, bukan berita manusia! Memang benar bahwa Alkitab ditulis menggunakan kata-kata manusia, tetapi manusia itu secara unik dibimbing oleh Roh. Alkitab bukanlah kebenaran yang lengkap, karena tidak ada manusia dapat memahami tingkat realitas setinggi itu, melainkan merupakan kebenaran yang dapat dipercaya, memadai tentang Tuhan, tentang dosa, tentang keselamatan, tentang hidup saleh, dan tentang kekekalan.
Metode yang tepat dari inspirasi bervariasi.
- 1.theophanies
- 2.Urim dan Thummin/undi
- 3.mimpi
- 4.visi
- 5.masuk ke manusia
- 6.malaikat
- 7.tindakan simbolis
- 8.peristiwa dan interpretasi khusus
Pertanyaannya tetap (1) apakah Allah memberikan isinya sementara si manusia penulis bentuknya atau (2) apakah Allah memberikan keduanya?
Topik Teologia -> 2Ptr 1:20
Topik Teologia: 2Ptr 1:20 - -- Wahyu Allah
Wahyu Melalui Kitab Suci
Maz 1:1-3 Maz 19:7-11 Maz 119:1-4 Maz 119:13-16 Maz 119:27,29-32 Maz 119:57 Maz 119:75 Maz 119...
- Wahyu Allah
- Wahyu Melalui Kitab Suci
- Maz 1:1-3 Maz 19:7-11 Maz 119:1-4 Maz 119:13-16 Maz 119:27,29-32 Maz 119:57 Maz 119:75 Maz 119:89-93,96 Maz 119:105 Maz 119:137-138 Maz 119:151-152 Maz 119:160 Maz 119:161-168 Yes 30:8 Dan 9:2 Mat 22:43-44 Luk 24:27 Luk 24:44-45 Yoh 5:39-40,46 Yoh 10:34-35 Kis 1:16 Kis 17:2-3 Kis 18:28 Kis 28:23,25-27 Rom 1:1-3 Rom 15:4 1Ko 15:1-4 Gal 3:22 2Ti 3:15-17 Ibr 3:7-11 Ibr 10:15-17 Yak 2:8 2Pe 1:19-21
- Wahyu Khusus
TFTWMS -> 2Ptr 1:19-21
TFTWMS: 2Ptr 1:19-21 - Otoritas Dan Pengilhaman Kitab Suci OTORITAS DAN PENGILHAMAN KITAB SUCI (2 Petrus 1:19-21)
19 Jadi kita memiliki kata nubuatan yang dibuat lebih meyakinan, yang alangkah baiknya kalau k...
OTORITAS DAN PENGILHAMAN KITAB SUCI (2 Petrus 1:19-21)
19 Jadi kita memiliki kata nubuatan yang dibuat lebih meyakinan, yang alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit di dalam hatimu. 20 Tapi pertama-tama ketahuilah ini, bahwa tidak ada nubuatan Kitab Suci yang merupakan masalah penafsiran sendiri, 21 karena tidak ada nubuatan yang pernah dibuat oleh kehendak manusia, tetapi manusia yang digerakkan oleh Roh Kudus bicara dari Allah (NASB).
Pemikiran Petrus beralih dari insiden tertentu yang bersifat khusus bagi kesaksian yang mendukung keilahian Yesus, kepada komentar umum tentang sifat Kitab Suci. Dalam prosesnya, ia membuat salah satu pernyataan yang paling jelas di dalam Alkitab tentang sifat pesannya sendiri. Orang Kristen percaya bahwa Alkitab tidak sama dengan semua kitab lain sebagai pesan dari Allah. Mereka menegaskan bahwa otoritas dan kehadiran Allah terdapat di dalam halaman-halamannya, sehingga itu cukup untuk memberikan arahan dalam hal semua masalah agama dan moral. Orang yang tidak percaya akan meminta orang Kristen memberikan alasan bagi keyakinan ini. Pendapat bahwa Alkitab berasal dari Allah, karena Alkitab berkata begitu tidak akan cukup untuk membangun otentisitas dan otoritasnya di hadapan sebagian besar orang yang tidak percaya. Namun begitu, apa yang Alkitab katakan tentang dirinya sendiri adalah titik awal yang sangat penting.
Ayat 19. Terjemahan bahasa Inggris mencerminkan dua cara bahasa Yunani dari ayat ini bisa dipahami: (1) Pengertiannya mungkin adalah bahwa para pembaca Petrus dapat menempatkan seluruh kayakinan yang lebih besar dalam kata nubuatan karena kesaksian yang Allah berikan kepada Anak di gunung itu membuat [kata itu] lebih meyakinan. Alkitab NASB memahami ini sebagai arti perkataan Petrus. (2) Alternatifnya, rasul itu mungkin bermaksud untuk mengatakan bahwa "kata nubuatan"— yang beberapa pembaca Petrus akan sudah pahami sebagai kesaksian yang lebih pasti bagi Kristus daripada laporannya dari gunung itu—menyatakan Yesus sebagai Anak Allah. Alkitab KJV menerjemahkannya, "Kita juga punya kata nubuatan yang lebih meyakinkan."10Jika itu arti perkataan Petrus, "kata nubuatan yang lebih meyakinan" mensyaratkan bahwa para pembaca memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada kesaksian apostolik.
Penafsiran yang mana saja adalah mungkin. Namun begitu, karena rasul itu sedang diserang oleh guru-guru palsu yang menuduh dia menciptakan "dongeng-dongeng isapan jempol manusia" (1:16), Petrus mungkin menyatakan bahwa Kitab Suci mendukung kesaksian yang ia berikan kepada para pembacanya. Alkitab KJV mungkin benar, meski sebagian besar terjemahan dan komentari sejalan dengan Alkitab NASB. Bagi mereka yang tidak bersedia untuk mempercayai laporan Petrus tentang kesaksian Allah kepada Kristus di atas gunung itu, "kata nubuatan" yang lebih pasti membuat jelas bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Bagaimanapun cara orang memahami kalimat itu, ada alasan yang cukup bagi orang Kristen untuk memperhatikan "kata nubuatan" itu. Yang Petrus maksudkan dengan "kata nubuatan" adalah semua isi Perjanjian Lama, bukan literatur nubuatan saja. Dari waktu ketika Yohanes Pembaptis mulai berkhotbah, kehidupan dan kematian, ajaran dan perbuatan Yesus, dipahami sebagai penggenapan pelbagai nubuatan Perjanjian Lama. Yesus adalah Mesias yang dijanjikan; Ia meresmikan kerajaan Allah yang dijanjikan. Acuan Injil Matius kepada Perjanjian Lama untuk mendapatkan penerangan bagi hampir setiap aspek kehidupan dan pelayanan Yesus adalah terkenal. Ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid setelah kebang-kitan, Ia meyakinkan mereka, "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur" (Lukas 24:44). Khotbah Petrus di awal kitab Kisah diisi dengan banyak acuan kepada Perjanjian Lama. Dalam 1 Petrus, rasul itu membuat acuan berulang-ulang kepada "kata nubuatan" itu (1:24, 25; 2:4-10, 22-25; 3:10-12, 20-22; 4:18; 5:5).
Kepada guru-guru palsu yang meremehkan injil, dan kepada orang-orang yang cenderung mendengarkan mereka, Petrus mengingatkan, "Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya" "kata nubuatan" itu. Rasul itu sedang melakukan pemanasan sebelum melakukan serangan frontal secara penuh yang ia akan lakukan terhadap guru-guru palsu itu. Secara teori, lebih baik mengevaluasi kebenaran dari apa yang seseorang katakan semata-mata atas dasar nilai intrinsiknya. Namun begitu, itu bukan cara yang biasanya terjadi. Pertama, kita mengevaluasi seseorang, lalu kita mengevaluasi apa yang ia katakan melalui saringan orang macam apakah ia itu menurut penilaian kita. Rasul Petrus mengerti bahwa jika ia mau memiliki pengaruh pada komunitas Kristen yang ia sapa, ia pertama-tama harus membangun kredibilitas sendiri. Ia melakukan itu dengan mengacukan pelbagai peristiwa yang ia alami saat perubahan wujud Kristus. Selain itu, ia mengklaim bahwa kesaksian Allah sendiri dalam Kitab Suci meneguhkan kebenaran dari apa yang ia katakan.
Bahkan orang-orang yang mungkin mengabaikan kesaksian Petrus sebagai "dongeng-dongeng isapan jempol manusia," akan "memperhatikan" nubuatan-nubuatan lama. Kitab Suci adalah pelita yang bercahaya di tempat yang gelap. Kata yang diterjemahkan "tempat yang gelap" (aujcmhro/ß, auchmēros) adalah satu dari beberapa kata dalam surat ini yang hanya muncul di sini di dalam Perjanjian Baru. Ini adalah kata yang menarik. "Pelita" itu bercahaya tidak di tempat yang gelap sama sekali, tetapi di tempat yang suram, kotor, tertutup kabut kotor. "Tempat yang gelap" adalah dunia di mana Petrus dan para pembacanya hidup. Itu adalah dunia di mana orang-orang percaya melanjutkan hidup. Dalam dunia yang kelam itu, Firman Allah adalah seperti "pelita yang bercahaya." Pasal terpanjang di Alkitab, Mazmur 119, dikhususkan untuk memuji kemuliaan Taurat. Seperti Petrus, bagi pemazmur, Firman Allah adalah lampu yang menerangi jalan. "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. " (Mazmur 119:105).
Bahasa 2 Petrus yang penuh bunga dan hiasan muncul di bagian depan seraya Petrus mengantisipasi waktu ketika dunia yang gelap ini, yang dihiasi dengan kesulitan oleh Kitab Suci, akan lenyap ketika fajar menyingsing dan bintang timur terbit di dalam hatimu . Gambarannya adalah tentang jaga malam yang panjang yang diakhiri oleh tanda-tanda datangnya fajar. Mungkin pikiran Petrus diilhami oleh pemazmur: "Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih daripada pengawal mengharapkan pagi, lebih daripada pengawal mengharapkan pagi" (Mazmur 130:5, 6).
Ada kesepakatan umum bahwa Bilangan 24:17, "[sebuah] bintang [akan] terbit dari Yakub," mengilhami frasa "bintang timur terbit." Baik orang Kristen maupun Yahudi telah memahami Bilangan 24:17 sebagai nubuatan mesianik. Dalam sebuah nas tentang kedatangan kembali Tuhan, kita tak akan menduga Petrus akan menambahkan bahwa bintang timur ini akan terbit "di dalam hatimu." Ia mungkin hanya bermaksud bahwa hati orang-orang percaya akan gembira ketika harapan dan impian mereka akan terwujud dalam terbitnya zaman baru. Belakangan dalam surat ini, rasul itu berurusan dengan peristiwa yang sama berupa akhir zaman dan penghakiman. "Hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap," katanya (3:10). Bagi orang percaya hari itu akan menjadi hari sukacita dan terang. Terbitnya fajar menyiratkan kehidupan baru, bebas dari penderitaan dan dosa.
Ayat 20. Dengan mengingat bahwa orang percaya "memperhatikan" "kata nubuatan," rasul itu lalu melanjutkan penjelasan mengapa Firman itu memiliki otoritas. Yang pertama-tama penting bagi orang-orang percaya adalah mengetahui bahwa tidak ada nubuatan Kitab Suci yang merupakan masalah penafsiran sendiri. Arti ayat itu bergantung pada kata benda yang diterjemahkan "penafsiran" (e˙pi÷lusiß, epilusis). Kata itu hanya muncul di sini di dalam Perjanjian Baru dalam bentuk ini. Kata kerja serumpun kata itu memiliki arti "menjelaskan" atau "menafsirkan" dalam Markus 4:34; oleh karena itu, "penafsiran "adalah terjemahan yang baik dari kata benda itu. Namun begitu, nas itu tetap tidak jelas. "Penafsiran" biasanya adalah langkah kedua dalam komunikasi. Seorang pembicara atau penulis membuat pernyataan; pendengar atau pembaca menafsirkannya. Di manakah "penafsiran" masuk ke dalam gambaran itu ketika Kitab Suci dicatat? Ada dua cara yang memungkinkan untuk memahami nas itu.
Pertama, yang mungkin Petrus maksudkan adalah bahwa ketika para nabi menuliskan kata-kata Kitab Suci, mereka tidak dibiarkan sendirian, mungkin ketika mereka menafsirkan sebuah mimpi atau keadaan penuh sukacita yang subjektif sebagai pesan Allah. Nubuatan dalam Kitab Suci adalah lebih daripada tafsiran seseorang atas suatu peristiwa tersendiri. Allah terlibat secara langsung. Ia memastikan kata-kata para nabi yang dicatat dalam Kitab Suci adalah benar. Pikiran itu mirip dengan penegasan Paulus, "Segala tulisan … diilhamkan [oleh] Allah" (2 Tim. 3:16). Kemungkinan kedua adalah bahwa yang ada di dalam pikiran Petrus adalah tafsiran aneh atas Kitab Suci yang diketengahkan oleh guru-guru palsu itu. Ia mungkin telah mengatakan bahwa menafsirkan Kitab Suci adalah fungsi gereja secara keseluruhan. Tafsiran perorangan atas Kitab Suci tidaklah memiliki kuasa.Ketika tafsiran pribadi berbeda dengan tafsiran gereja, tafsiran pribadi adalah salah. Alkitab bukan untuk tafsiran pribadi.11
Penafsiran pertama, tanpa diragukan lagi, adalah yang benar. "Kata nubuatan" yang sama adalah subyek ayat 19 dan 20. Rasul itu memberitahu orang-orang percaya untuk memperhatikan Kitab Suci, dan kemudian ia mengatakan alasannya kepada mereka. Kitab Suci berisi firman dari Allah, bukan dari khayalan para nabi. "Penafsiran" yang dipermasalahkan ini adalah tentang nabi itu ketika ia menulis Kitab Suci, bukan tentang pembaca ketika ia bertanya apa artinya itu.
Tidaklah mengejutkan bahwa penafsiran yang terakhir disukai oleh gereja-gereja yang dipimpin oleh pendeta berpangkat yang sangat berkuasa. Argumentasinya adalah bahwa gereja memberikan Alkitab kepada dunia dan hanya gereja yang pantas untuk menafsirkannya. Penafsiran pribadi adalah terlalu berbahaya. Alkitab KJV menyumbangkan pemahaman ini atas nas itu ketika menulis, "Tidak ada nubuatan kitab suci yang berasal dari penafsiran pribadi." Meski terjemahan itu bukan yang terbaik, namun ada hal penting yang harus diselamatkan darinya. Penafsiran secara kelompok bersama banyak orang lain adalah lebih disukai dibandingkan renungan pribadi tentang makna Alkitab.
Karena setiap orang Kristen adalah imam (1 Petrus 2:5; Wahyu 1:6), masing-masing orang harus menerima tanggung jawab untuk membaca, menafsirkan, dan mengajarkan pesan yang diungkapkan di dalam Kitab Suci. Namun begitu, ketika orang itu mendapatkan dirinya menafsirkan Kitab Suci sedemikian rupa sehingga menuntut penolakan atas prinsip-prinsip dasar gereja, ketika ia mendapatkan dirinya hampir sendirian dalam penafsirannya, ia sepatutnya mendengarkan suara-suara dari orang-orang percaya yang matang secara rohani. Ia harus mengevaluasi kembali penafsirannya berdasarkan instruksi yang ia terima dari orang lain.
Ayat 21. Andaikan masih ada kesalahpahaman, rasul itu lalu menjelaskan lagi. Ia ingin para pembacanya mengetahui apa yang bukan termasuk nubuatan; lalu ia ingin mereka tahu apa yang bukan itu. Karena tidak ada nubuatan yang pernah dibuat oleh kehendak manusia, tetapi manusia yang digerakkan oleh Roh Kudus bicara dari Allah. Pada titik ini, yang merisaukan Petrus bukan penafsiran Kitab Suci, tetapi asal-usulnya. Implikasi penegasan Petrus memiliki jangkauan yang jauh. Meski di sini kita tidak punya ruang untuk mempertimbangkan secara panjang lebar yang mana saja dari mereka itu, namun satu atau dua ulasan bisalah diterima. Pertama, "nubuatan" yang sedang dibahas, seperti yang telah kita lihat, adalah keseluruhan Perjanjian Lama. Ekstrapolasi tertentu diperlukan jika kita ingin menempatkan Perjanjian Baru di bawah rubrik yang sama. Namun begitu, ekstrapolasi seperti itu tidak di luar batas. Paulus dan para kontributor lainnya untuk Perjanjian Baru memiliki pengertian bahwa mereka juga dibimbing oleh Roh Kudus (1 Korintus 2:13; 1 Tesalonika 1:5).
Kedua, karena Alkitab adalah hasil dari orang-orang yang "bicara dari Allah," "digerakkan oleh Roh Kudus," maka akibatnya Kitab Suci dapat dipercaya. Meski para penulis Alkitab menggunakan konvensi bahasa yang normal untuk menyampaikan pesan mereka, Kitab Suci tidak keliru dalam menyajikan data sejarah, instruksi agama, atau peraturan moral. Selanjutnya, masih ada banyak hal yang harus ditetapkan tentang apa yang tercakup dalam kata "salah." Tidak ada bukti bahwa Roh Kudus telah melindungi penyalinan dan penyampaian Alkitab dari kesalahan. Buktinya malah sebaliknya. Kita harus membolehkan bagi adanya kemungkinan, kadang-kadang kenyataan, bahwa kesalahan telah terjadi dalam proses penyampaian firman Allah.
Selanjutnya, terjemahan bukanlah proses yang tanpa salah. Jika tidak demikian, kita tidak akan butuh pelbagai terjemahan Alkitab. Satu terjemahan yang terilham akan cukup. Para penerjemah diminta menggunakan penilaian terbaik mereka ketika mereka menafsirkan dan menerjemahkan bahasa aslinya. Kita harus mengakui adanya kesalahan dalam penerjemahan. Meski hal ini dapat meresahkan, terutama ketika orang baru untuk pertama kalinya menghadapi hal itu, kita bisa terhibur oleh kenyataan bahwa ribuan naskah Alkitab telah dilestarikan. Kita berhutang budi kepada para sarjana yang telah menghabiskan waktu hidup mereka untuk memilah-milah dan mengevaluasi naskah-naskah itu di mana mereka berbeda. Meski pelbagai terjemahan tidak diilhami sebagaimana tulisan asli diilhami, namun kita bisa yakin bahwa perawatan yang paling teliti telah dilakukan terhadap penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Kita memang harus berhati-hati, tetapi kita bisa merasa yakin bahwa kita memiliki akses kepada pesan yang melalui itu Allah memanggil orang-orang untuk memakai nama-Nya dan mengajar mereka tentang cara hidup.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M
Latar Belakang
Ketika memberikan sal...
Penulis : Petrus
Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M
Latar Belakang
Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai penulis surat ini; kemudian (2Pet 3:1) dia mengatakan bahwa surat ini merupakan suratnya yang kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang menulis kepada orang percaya yang sama di Asia Kecil yang telah menerima suratnya yang pertama (1Pet 1:1). Karena Petrus, seperti halnya Paulus, dihukum mati oleh keputusan yang dibuat oleh kaisar Nero yang jahat (yang kemudian wafat pada bulan Juni, 68 M), adalah sangat mungkin bahwa Petrus menulis surat ini di antara tahun 66-68 M, tidak lama sebelum ia mati syahid di Roma (2Pet 1:13-15).
Beberapa sarjana zaman dahulu dan sekarang, yang mengabaikan beberapa persamaan mencolok dari 1 Petrus dan 2 Petrus dan sebaliknya menekankan perbedaan di antara kedua surat itu, telah beranggapan bahwa Petrus bukanlah penulis surat ini. Akan tetapi, perbedaan isi surat, kosakata, penekanan, dan gaya penulisan dari kedua surat ini dapat diterangkan dengan memadai oleh berbedanya situasi Petrus dan penerima suratnya ketika menerima kedua surat itu.
- (1) Situasi semula para penerima surat telah berubah dari penganiayaan serius yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya menjadi serangan serius dari dalam oleh para guru palsu yang mengancam landasan kebenaran gereja.
- (2) Situasi yang dihadapi Petrus juga sudah berbeda. Jikalau sebelumnya dia mempunyai seorang penulis yang ahli seperti Silas ketika menulis suratnya yang pertama (1Pet 5:12), kelihatannya Silas tidak ada ketika Petrus menulis surat yang kedua itu. Petrus mungkin memakai bahasa Yunani ala Galilea yang kasar atau mengandalkan juru tulis yang tidak sepandai Silas.
Tujuan
Petrus menulis surat ini
- (1) untuk menasihati orang percaya agar mereka dengan tekun mengejar kesalehan dan pengenalan yang benar akan Kristus, dan
- (2) untuk membeberkan dan menolak tindakan yang berakal busuk dari para nabi dan guru palsu di kalangan gereja di Asia Kecil yang sedang meruntuhkan kebenaran rasuli.
Petrus meringkaskan maksudnya dalam 2Pet 3:17-18 ketika dia menasihati orang percaya yang sejati
- (1) untuk waspada supaya mereka tidak "terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum" (2Pet 3:17), dan
- (2) untuk "bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2Pet 3:18).
Survai
Surat yang singkat ini sungguh-sungguh mendorong orang percaya agar mempertahankan kehidupan dan kesalehan melalui pengenalan yang benar akan Kristus. Pasal pertama menekankan pentingnya pertumbuhan Kristen. Setelah mulai dengan iman, orang percaya harus dengan tekun mengejar keunggulan moral, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara, dan kasih akan semua orang, yang akan menghasilkan iman dewasa dan pengenalan yang benar akan Tuhan Yesus (2Pet 1:3-11).
Pasal berikut dengan sungguh-sungguh mengingatkan mereka tentang para nabi dan guru palsu yang muncul di kalangan gereja. Petrus mengecam guru-guru palsu itu sebagai orang yang tidak mengenal hukum (2Pet 2:1,3; 2Pet 3:17) yang menuruti keinginan jahat dari hawa nafsu (2Pet 2:2,7,10,13-14,18-19), yang serakah (2Pet 2:3,14-15), congkak (2Pet 2:18) dan keras kepala (2Pet 2:10), dan menghina pemerintahan Allah (2Pet 2:10-12). Petrus berusaha untuk melindungi orang percaya sejati terhadap pengajaran sesat yang membinasakan itu (2Pet 2:1) dengan menyingkapkan maksud dan kelakuan mereka yang jahat.
Dalam pasal 3 (2Pet 3:1-18), Petrus membuktikan salahnya keragu-raguan guru-guru ini terhadap kedatangan Tuhan (2Pet 3:3-4). Sebagaimana angkatan Nuh dengan keliru mencemoohkan pikiran tentang hukuman banjir besar dari Allah, para pencemooh ini juga buta rohani tentang janji-janji kedatangan Kristus. Tetapi dengan tindakan menentukan yang sama dengan hukuman air bah tersebut (2Pet 3:5-6), Kristus akan kembali dan menghanguskan bumi ini dengan api (2Pet 3:7-12) lalu menciptakan tatanan baru yang benar (2Pet 3:13). Mengingat semuanya ini, orang percaya harus hidup kudus dan saleh pada zaman ini (2Pet 3:11,14).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini berisi pernyataan yang paling kuat dalam Alkitab mengenai pengilhaman, keterandalan, dan kekuasaan Kitab Suci (2Pet 1:19-21).
- (2) Pasal dua dan surat Yudas sangat mirip dalam pengecaman guru palsu. Mungkin Yudas, yang kemudian menghadapi persoalan yang sama dengan guru-guru palsu, menggunakan bagian-bagian dari ajaran Petrus yang diilhami untuk mengatakan hal yang sama (Lihat "PENDAHULUAN SURAT YUDAS" 08261).
- (3) Pasal tiga merupakan salah satu pasal PB yang agung tentang kedatangan Kristus yang kedua.
- (4) Petrus secara tidak langsung menunjuk kepada tulisan Paulus sebagai Firman Allah dengan menyebutkannya dalam hubungan dengan "tulisan-tulisan yang lain" (2Pet 3:15-16).
Full Life: 2 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(2Pet 1:1-2)
I. Pujian Atas Pengenalan yang Benar
(2Pet 1:2-21)
A. Kuasa Pengenalan ...
Garis Besar
- Salam Kristen
(2Pet 1:1-2) - I. Pujian Atas Pengenalan yang Benar
(2Pet 1:2-21) - A. Kuasa Pengenalan Akan Allah yang Mengubah Hidup
(2Pet 1:2-4) - B. Sifat Progresif Pertumbuhan Kristen
(2Pet 1:5-11) - C. Kesaksian Rasul Terhadap Firman Kebenaran
(2Pet 1:12-21) - 1. Motivasinya
(2Pet 1:12-15) - 2. Metodenya
(2Pet 1:16-21) - a. Saksi Mata dari Firman yang Dinubuatkan
(2Pet 1:16-19) - b. Pengilhaman Kitab Suci yang Dinubuatkan
(2Pet 1:20-21) - II. Kecaman Terhadap Guru-Guru Palsu
(2Pet 2:1-22) - A. Yang Dapat Diharapkan dari Guru Palsu
(2Pet 2:1-3) - B. Yang Dapat Mereka Harapkan dari Allah
(2Pet 2:4-10) - C. Beberapa Ciri Guru-Guru Palsu
(2Pet 2:10-19) - D. Bahaya-Bahaya Kemunduran dari Kebenaran
(2Pet 2:20-22) - III.Kepastian Kedatangan Tuhan
(2Pet 3:1-18) - A. Penyangkalan Kedatangan-Nya
(2Pet 3:1-7) - B. Kepastian Kedatangan-Nya
(2Pet 3:8-10) - C. Hidup Menantikan Kedatangan-Nya
(2Pet 3:11-18) - Ucapan Berkat
(2Pet 3:18)
Matthew Henry: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dampak jelas bahwa penulis surat kerasulan ini adalah penulis yang sama dengan penulis surat sebelumnya. Apa pun perbedaan yang dipahami oleh beber...
- Dampak jelas bahwa penulis surat kerasulan ini adalah penulis yang sama dengan penulis surat sebelumnya. Apa pun perbedaan yang dipahami oleh beberapa cendekiawan Alkitab dalam hal gaya penulisan yang dianggap berbeda dari surat sebelumnya, hal itu tidak menjadi alasan cukup untuk menyatakan bahwa surat tersebut ditulis oleh Simon yang menggantikan Rasul Yakobus di dalam jemaat Yerusalem. Sebab, orang yang menulis surat kerasulan ini sendiri menyebut dirinya sebagai Simon Petrus, hamba dan rasul ( 2 Petrus 1:1), dan menyatakan bahwa ia adalah salah seorang dari tiga orang rasul yang hadir ketika Kristus dimuliakan ( 2 Petrus 1:18), dan menyatakan dengan tegas bahwa sebelumnya ia telah menulis sepucuk surat kerasulan kepada mereka ( 2 Petrus 3:1). Rancangan dari surat kerasulan yang kedua ini sama dengan surat yang sebelumnya, sebagaimana terbukti dengan jelas di dalam ayat pertama dari pasal yang ketiga, dan dari ayat itu dapat diamati bahwa dalam perkara-perkara Allah, kita perlu petunjuk demi petunjuk dan kalimat demi kalimat, supaya kita bisa mengingatnya. Dan apa yang ada dalam surat inilah yang merupakan perkara-perkara yang harus dicatat dengan cermat dan harus sering kita ingat kembali.
Jerusalem: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT KEDUA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang dan waktu ia menulis
Keaslian daripada surat ini djauh lebih banjak dipersoalkan dari pada surat-
su...
SURAT KEDUA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang dan waktu ia menulis
Keaslian daripada surat ini djauh lebih banjak dipersoalkan dari pada surat- surat lainnja dalam Perdjandjian Baru. Sepintas lalu, pertentangan ini seperti tak ada alasannja. Surat dibuka dengan utjapan selamat dari ,Simon Petrus, abdi dan rasul Jesus Kristus". Pengarang menjatakan dirinja penjaksi mata terhadap peristiwa Kristus berubah rupa digunung Tabor (1:16-18), suatu pernjataan tak langsung tetapi djelas dimaksudkan Petrus (Mk. 9:2). Dan dalam 3:1 penulis menegaskan babwa inilah "surat kedua jang kutulis untuk kamu", suatu penegasan, jang menurut konteks, hanja dapat dikenakan kepada surat I Petr.
Kalau bukan Petrus, siapakah pengarang sebenarnja? Kemungkinan adanja seorang pengarang lain disarankan oleh mereka jang berpendapat bahwa surat ini ditulis kemudian dari masa rasul-rasul. Pada tempat pertama, terang-terangan bahwa dikalangan Para pembatja terdapat orang-orang jang mulai bimbang akan kedatangan-kedua dari Kristus (3:3). Dikalangan orang kristen purba ada hidup suatu kejakinan bahwa kerobohan Jerusalem dan achirat dunia itu berhubungan erat (Mt. 24:2). Tak akan ada keragu-raguan mengenai kedatangan Kristus kedua, andaikata hal itu tak dituturkan djustru berdampingan dengan kerobohan Jerusalem. Ini menundjukkan bahwa sekurang-kurangnja sudah beberapa tahun lewat sedjak robohnja kota Jerusalem pada tahun 70. Tetapi Petrus sudah wafat sebelum peristiwa itu terdjadi.
Penulis menampik kritik itu dengan menundjukkan tak pastinja kedatangan-kedua Kristus (3:8-10). Akan tetapi penulis dari surat pertama Petrus merasa tak perlu memperkatakan soal itu. Untuk dia, seperti djuga untuk banjak orang kristen purba "achirat dari segala sesuatu itu sudah dekat" (I Petr. 4:7,17). Penulis surat II Petr. ternjata hidup pada periode jang lebih kemudian.
Tambahan pula, dalam II Petr 3:4 "bapa-bapa" kepada siapa ia alamatkan suratnja "sudah tidur njenjak" atau mati. Ini dapat dikenakan kepada generasi pertama dari orang kristen purba, dan telah dibuat djauh lebih dahulu daripada achir masa rasul-rasul. Serupa dengan itu ialah penjebutan nabi-nabi dan"rasul- rasulmu" (jakni mereka jang telah mengabarkan Indjil kepada para pembatja) jang kedua-duanja adalah manusia-manusia penghuni masa jang sudah lampau (3:2). Dalam 3:15-16 Pengarang berbitjara tentang "segala surat" St. Paulus. Ini menundjukkan bahwa sekurang-kurangnja sebagian besar daripada surat-surat jang kita kenal sekarang ini telah ditulis dan dipandang sebagai Kitab Kudus. Dan rupanja tertulis sezaman dengan Kitab-Kitab Kudus jang diwahjukan sebelum kematian rasul tsb.
Achirnja, menilik masa penulisannja, surat ini seakan-akan banjak bergantung kepada surat Judas.
Djika surat Judas ditulis sesudah tahun 70 (dan rupanja demikian), maka rasul Petrus tak pernah sudah dapat menulis surat ini.
Sebab-sebab mengapa orang berpendapat bahwa surat kedua Petrus ini ditulis kemudian, dan bukan oleh Petrus sendiri, banjak sedikitnja diperteguh oleh perbandingan gajabahasanja dengan Surat Pertama Petrus. Kedua surat itu sudah terang tidak berasal dari tangan jang sama. Sekalipun penggunaan djurutulis- djurutulis jang berlainan bisa membatalkan dugaan ini, toh tak dapat ia merobah dugaan akan adanja pengarang jang berbeda.
Bagaimana sekalipun berlainan pendapat orang tentang penulis surat ini, namun kesimpulan jang dapat kita ambil ialah surat ini ditulis beberapa waktu setelah- tahun 70, oleh seorang djurutulis jang dengan tepat dan teliti menuliskan buah pikiran gurunja.
Pembatja dan peristiwa
Djika Petrus sendirilah penulis surat ini, maka pembatja-pembatjanja terdiri dari umat beriman jang disebut dalam Surat Pertama Petrus (I Petr. 1:1), karena ia menegaskan bahwa kini buat kedua kalinja ia bersurat kepada mereka (3:1). Tetapi andaikata penulisnja bukan Petrus, maka akan tak djelas siapakah pembatja-pembatjanja, selain daripada bahwa pembatja-pembatja itu orang kristen (1:1), dan Peristiwa dan maksud surat ini djuga tidak dapat menentukan umat untuk siapa surat itu ditulis. Penulis mengadjak pembatjanja untuk menilai tinggi imannja, akan memiliki kebadjikan-kebadjikan, dan menghindarkan dosa serta adjaran-adjaran sesat. Nasehat jang achir ini agak penting, karena disini disinggung adjaran daripada beberapa pengadiar palsu, jang oleh adjaran dan kehidupan dan hidupnja jang tak susila, menjebabkan banjak orang kristen "mengikuti perbuatan mereka jang sesat", dan memperkosa "djalan kebenaran" (2:2). Meradjalelanja bahaja ini, jang rupanja tjukup umum dimasa ini memberi kesempatan istimewa untuk menulis surat ini. Tidak ada tanda-tanda jang menundjukkan tempat, dimana surat itu ditulis.
Gaja bahasa
Surat ini dibuka dengan suatu salam dan beberapa utjapan pribadi pengarang (1:16-18; 3:1,15). Bagaimanapun djuga, ada kemungkinan bahwa pengarang mempergunahan bentuk surat, dengan maksud membentangkan buah pikirannja tentang beberapa soal besar jang dihadapi umat beriman masa itu. Surat ini -- menilik bentuknja -- berupa suatu kotbah. Ini diperkuat lagi oleh penutup kotbah itu jang tak dikenakan kepada suatu pribadi tertentu. (3:17-18).
Adjaran didalamnja
Karena ditulis djauh kemudian, isi surat ini mengemukakan adjaran Kristus dan
misterinja setjara lebih bagus dan mendalam. Disini setjara singkat kita
sebutkan beberapa misteri: Dahulunja terselubung dalam dosa dan kesesatan (
Inilah Penjelamat itu, jang sudah memberi bantuan kepada manusia untuk mengambil bahagian dalam djandjian ilahinja (1:4; 3:4,9,13), dan dalam wudjud ilahi itu sendiri (1:4). Jang terpenting antara anugerah-anugerah ilahi ini ialah iman (1:1), jang berlandaskan pengetahuan akan Kristus (1:2), jang semakin bertambah djua berkat latihan kebadjikan (1:5-8; 3:18). Orang harus tekun berusaha dalam hal ini (1:10; 3:18,14,17) supaja ia bisa mentjapai keselamatan abadi disurga (1:11). Pada pihak lain, berdosa (2:2,10) dan menjangkali Kristus (2:1) ahan membawa orang kepada siksa kekal (2:3,9,17). Siksa kekal ini telah dialami oleh para machluk jang durhaka (2:4) dan orang-orang djahat dimasa lampau (2:5-91).
Salah satu motip terkuat jang mendorong manusia untuk hidup baik ialah kepastian tentang kedatangan jang kedua Kristus (1:16; 3:11-14). Sekalipun beberapa orang bimbang akan hal itu (3:3) namun penjaksian rasul (1:16-18) dan sabda nabi (1:19) merupakan djaminan jang tjukup. Kitab Kudus, diwahjukan oleh Roh Kudus dan tentang kedatangan jang kedua Kristus (1:16; 3:11-14). Sekalipun beberapa orang bimbang akan hal itu (3:3) namun penjaksian rasul (1:16-18) dan sabda nabi (1:19) merupakan djaminan jang tjukup. Kitab Kudus, diwahjukan oleh Roh Kudus dan berisikan sabda Allah sendiri, tidak dapat berdusta (1:20-21). Ketakpastian kedatangan jang kedua Kristus itu (3:10) tidak berarti bahwa itu tidak benar. Tambahan lagi, tjorak dugaan manusia itu lain daripada dugaan Allah (5:8). Tjukuplah halau orang kristen merenungkan kemuliaan hari itu (5:10-13).
TFTWMS: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) Pengilhaman (2 Petrus 1:20, 21)
Ada banyak pertanyaan sulit untuk diatasi ketika orang percaya menegaskan bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah. Bagaim...
Pengilhaman (2 Petrus 1:20, 21)
Ada banyak pertanyaan sulit untuk diatasi ketika orang percaya menegaskan bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah. Bagaimanakah pengilhaman bekerja? Apakah Roh Kudus mengambil alih pikiran seseorang dan mendiktekan pesan melalui dia? Apakah penulis itu merupakan alat mekanik yang digunakan oleh Roh? Bagaimanakah kenangan, kosakata, dan pengalaman yang dimiliki penulis masuk ke dalam gambaran itu?
John Stott memiliki pembahasan yang menarik tentang subjek itu.12Ia menunjukkan bahwa tidak ada pernyataan hebat tentang iman Kristen yang bebas dari kesulitan. Misteri menyelimuti semua doktrin gereja. Bukan hal yang ringan untuk mengatakan bahwa Allah berdaulat di alam semesta, Ia adalah Pencipta, atau Ia adalah Juruselamat. Kita mengalami kesulitan untuk memahami kemahatahuan-Nya. Tidak mudah untuk memahami bagaimana Allah dapat menjadi Bapa yang pengasih kepada ciptaan-Nya dan pada saat yang sama Hakim bagi umat manusia. Orang Kristen mengaku beriman tanpa memahami semua jalan Allah. Apakah mereka harus menunggu sampai setiap pertanyaan yang mereka tanyakan dijawab secara tuntas, tidak seorang pun akan pernah percaya apa saja. Kita cukup tahu untuk percaya. Orang Kristen tidak menunggu sampai tidak ada pertanyaan lagi sebelum mereka berkomitmen kepada Yesus dari Nazaret.
Menjadi orang Kristen adalah sama dengan melakukan penghakiman global tentang pribadi Yesus. Karena mengenal Dia sebagai Tuhan, kita menempatkan kepercayaan kita ke dalam Dia. Kita percaya kepada apa yang telah Ia ungkapkan kepada kita tentang Allah. Dalam hal penting apa saja, kita percaya tanpa mengetahui semua jawabannya. Iman kita terhadap Alkitab, dalam hal ini, seperti iman kita terhadap hal-hal lainnya. Kita menegaskan bahwa Kitab Suci terilham. Pelbagai pertanyaan tentang apa artinya pengilhaman bukannya tanpa kesulitan. Namun begitu, kita menegaskan bahwa Alkitab mutlak benar. Alkitab dapat dipercaya.Meski ditulis oleh manusia, itu adalah wahyu yang Allah telah berikan tentang diri-Nya. Alkitab bersaksi tentang Anak-Nya Yesus Kristus. Tanpa mengetahui semua misteri perwahyuan, dengan tidak ragu-ragu kita menegaskan bahwa Alkitab diilhami oleh Allah.
TFTWMS: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) 2 Petrus: Kata Pengantar
Pembacaan yang cermat atas surat pertama Petrus, disusul dengan pembacaan surat yang kedua, akan menunjukkan bahwa kedua su...
2 Petrus: Kata Pengantar
Pembacaan yang cermat atas surat pertama Petrus, disusul dengan pembacaan surat yang kedua, akan menunjukkan bahwa kedua surat itu adalah dokumen yang sangat berbeda. Dengan mengenyampingkan latar belakang Yunaninya, orang yang membaca terjemahan bahasa Indonesia/Inggris yang baik atas dua surat itu pasti melihat adanya perbedaan dalam kepentingan, isi, kosakata, gaya retoris, dan kepedulian teologis. Perbedaan-perbedaan itu begitu banyaknya sehingga banyak orang menyimpulkan bahwa kedua dokumen itu tidak bisa ditulis oleh penulis yang sama. Jika rasul Petrus menulis surat yang pertama, begitulah alur pikirannya, maka ia tidak bisa menulis surat yang kedua.
Pertanyaan tentang kepengarangan 2 Petrus meminimalkan pelbagai perhatian awal lainnya. Banyak pakar yang membahas surat itu telah menyimpulkan bahwa sekelompok orang Kristen yang sangat bersemangat, yang dihadapkan dengan pelbagai ajaran sesat, menulis 2 Petrus dan melekatkan nama rasul itu pada tulisan itu. Dengan nama Petrus pada surat itu, mereka mengira pelbagai ajaran dalam surat itu akan membantu mereka mematikan ajaran sesat itu.
PENTINGNYA PERTANYAAN TENTANG KEPENGARANGAN
Meski para pembaca bahasa Indonesia/Inggris dapat melihat perbedaan yang jelas dalam dua dokumen itu, perbedaan itu bahkan semakin lebih jelas ketika orang membaca versi Yunaninya. Pertama Petrus berisi banyak kalimat yang jelas yang ditulis dalam bentuk prosa Yunani yang sangat baik. Kedua Petrus diisi dengan pelbagai ungkapan yang muluk-muluk, kata-kata yang tidak biasa, dan kalimat-kalimat yang rumit. Kadang-kadang kalimat-kalimat itu cenderung menyatu dengan satu sama lain ketimbang muncul sebagai akhir yang tepat. Perbedaan dalam gaya penulisan ini mungkin merupakan alasan utama bagi kesimpulan banyak orang bahwa surat-surat itu ditulis oleh orang yang berbeda. Tidak salah untuk mengatakan bahwa di dalam Perjanjian Baru tidak ada kitab yang keasliannya ditantang secara lebih keras selain surat 2 Petrus. Seorang pakar Perjanjian Baru menulis, "Tidak satu pun dari Surat-surat Kiriman Umum itu, maupun kitab mana saja dari seluruh Perjanjian Baru untuk hal itu, telah diperdebatkan dengan lebih sengit mengenai kepengarangan dan kedudukannya di awal kemunculan agama Kristen dibandingkan dengan surat kiriman yang kedua ini yang dikaitkan kepada Petrus."1
Terlepas dari pelbagai perbedaan mereka itu, 2 Petrus membuat pengakuan eksplisit yang sama bahwa ia ditulis oleh rasul itu seperti halnya pengakuan 1 Petrus. Penulis surat yang kedua, melebihi yang pertama, secara sadar mendasarkan hak-haknya untuk didengarkan berdasarkan siapa dirinya dan hubungan pribadinya dengan Tuhan. Jika kita diminta untuk menilai salah satu dari dua surat itu sebagai penipuan yang saleh, maka akan lebih mudah untuk menjelaskan penulis surat yang pertama sebagai klaim palsu dibandingkan dengan surat yang kedua. Selain mengaku dalam ayat pembukaan bahwa ia adalah Petrus, penulis surat yang pertama tidak bicara apa-apa tentang pelbagai peristiwa yang dicatat dalam kitab-kitab Injil di mana baik Petrus maupun Yesus menjadi pusat perhatian. Kenyataan tidak begitu dalam 2 Petrus.
Penulis 2 Petrus secara eksplisit mengidentifikasi dirinya sebagai "Simon [atau Simeon] Petrus," sedangkan penulis surat yang pertama hanya menulis "Petrus." Dalam kedua surat itu penulis itu digambarkan sebagai "rasul Yesus Kristus"; tetapi dalam surat yang kedua, dalam gaya Paulus, istilah "hamba" ditambahkan. Dalam susunan yang singkat penulis 2 Petrus menyinggung dua peristiwa terpisah yang dicatat dalam kitab-kitab Injil di mana Petrus dan Yesus adalah pemeran utamanya. Dibandingkan surat yang pertama, surat yang kedua memiliki kejelasan bahwa penulis itu secara sadar mengetengahkan dirinya kepada para pembacanya sebagai rasul yang menemani Yesus di sepanjang pelayanan-Nya. Haknya untuk didengarkan didasarkan pada pengakuannya itu. Ketika bukti internal lain dalam surat itu adalah kriteria untuk membuat kesimpulan, 2 Petrus setidaknya memiliki pengakuan tentang keotentikan itu seba-nyak yang diakui oleh surat yang pertama.
Pertanyaan tentang kepengarangan 2 Petrus telah menerima lebih banyak perhatian dibandingkan hal-hal lain yang kepadanya para pakar Perjanjian Baru yang kritis telah mengalihkan perhatian mereka. Tidak cukup untuk menyatakan, "Surat Petrus yang kedua pastilah ditulis oleh rasul itu karena ayat pembukaan surat itu berkata demikian. Karena ini adalah dokumen terilham, maka pengakuan bahwa surat itu ditulis oleh rasul itu pastilah benar." Para kritikus Perjanjian Baru akan menyebut itu sebagai penalaran yang berputar-putar. Ketika seseorang ditanya, "Bagaimana Anda tahu bahwa pengakuan surat itu ditulis oleh rasul Petrus adalah benar?" dan orang itu menjawab, "Karena itu diilhamkan," maka ia menghindari masalah ini. Ketika ditanya, "Bagaimana Anda tahu bahwa surat itu terilham?" Ia menjawab, "Karena surat itu ditulis oleh rasul Petrus." Inti masalahnya adalah apakah pengakuan yang dibuat dalam ayat pembukaan itu benar atau tidak. Jika benar, maka dasarnya kuat bahwa surat itu diberikan oleh pengilhaman Allah dan cocok bagi bimbingan gereja Tuhan. Jika pengakuan dalam pembukaan itu tidak benar, dan pakar Perjanjian Baru ingin menerima surat itu sebagai benar dan berkuasa bagi gereja, maka ia harus berpaling kepada definisi pengilhaman, otoritas, dan kebenaran tertentu yang penuh khayalan. Untuk alasan ini, pertanyaan tentang kepengarangan 2 Petrus adalah sangat penting.
KEBERATAN TERHADAP KEPENGARANGAN PETRUS
Pelajar Perjanjian Baru harus memahami bukti dan alasan yang telah menyebabkan para kritikus menolak pengakuan bahwa 2 Petrus ditulis oleh rasul Yesus yang memiliki nama itu. Para kritikus menolak pengakuan itu bukan karena mereka adalah orang-orang yang tidak jujur. Mereka akan tiba pada kesimpulan yang mereka percaya dituntun oleh bukti itu. Mereka yang memiliki pendapat yang berlawanan harus menangani bukti itu.
Kritikan dimulai dengan pernyataan bahwa 1 dan 2 Petrus tidak bisa ditulis oleh penulis yang sama. Jika Petrus menulis salah satu dari surat itu, penalarannya adalah, ia tidak menulis yang satunya lagi. Mereka mendasarkan pernyataan itu pada beberapa faktor. Pertama, gaya sastra dua surat itu jauh berbeda. Pertama Petrus ditulis dalam prosa Yunani yang baik. Kedua Petrus ditulis dalam prosa Yunani yang tidak begitu buruk (tergantung pada definisi buruk seseorang) karena bahasanya yang kaku, dibuat-buat, dan berlebihan. Ungkapan seperti "janji-janji[-Nya] yang berharga dan yang sangat besar" (1:4), "kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal" (1:11), "sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu" (1:19), dan "binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui" (2:12) menggambarkan bahasa yang muluk-muluk yang terlihat jelas di dalam surat itu. Pertama Petrus, sebaliknya, jauh lebih tenang.
Selain itu, kepedulian 2 Petrus, berbeda dari kepedulian surat yang pertama.
"Harapan" adalah hal penting dalam 1 Petrus, baik sebagai kata maupun sebagai konsep. Pertama Petrus membantu para pembaca menangani penganiayaan dan penderitaan dengan meyakinkan mereka bahwa kemuliaan Allah akan diungkapkan pada akhir zaman. Ketika Tuhan datang kembali, orang-orang Kristen akan dibenarkan. Penghakiman Allah menunggu orang-orang yang menganiaya mereka. Meski 2 Petrus tidak begitu diam tentang kedatangan kembali Tuhan, namun penulis itu tampaknya memperkenalkan hal itu, tidak terlalu banyak untuk menghibur dan meyakinkan para pembacanya, melainkan untuk membantu mereka memahami mengapa Allah menunda kedatangan-Nya. Jika "harapan" adalah kata kunci untuk 1 Petrus, "pengetahuan" adalah kata kunci untuk surat ini. Selanjutnya, dalam 1 Petrus ada penekanan yang kuat pada salib, kebangkitan, kenaikan, baptisan, dan doa. Semua penekanan itu tidak hadir dalam 2 Petrus.
Meski ada beberapa acuan pribadi dalam 2 Petrus, namun para kritikus berpendapat bahwa penulis itu menempatkan pelbagai acuan itu di sana untuk menyamarkan dengan halus upaya untuk mendukung pengakuan bahwa ia adalah rasul Petrus. Acuan pribadi dalam 2 Petrus adalah sebagai berikut: (1) Penulis menggunakan bentuk lama nama Petrus, Simeon, ketimbang Simon yang lebih umum (1:1).2(2) Penulis itu mengacukan percakapan antara Yesus dan Petrus yang dicatat dalam Yohanes 21:18, 19. Di sana Tuhan memberitahu rasul itu tentang kematiannya yang akan datang (1:14). (3) Penulis itu mengingatkan pelbagai peristiwa yang terjadi dalam perubahan wujud. Dalam 2 Petrus ia mengatakan bahwa "kehormatan dan kemuliaan" diucapkan kepada Yesus di "gunung yang kudus" (1:16-18). (4) Ia membuat acuan sambil lalu kepada surat sebelumnya (3:1). (5) Dalam satu-satunya acuan eksternal kepada surat-surat Paulus dalam Perjanjian Baru, penulis itu mengatakan bahwa Paulus menulis "hal-hal yang sukar dimengerti" (3:15, 16). Acuan untuk surat-surat Paulus layak mendapatkan perhatian khusus. Para kritikus berpendapat bahwa Petrus tidak mungkin sudah mengenal baik surat-surat Paulus; tetapi jika benar, ia tentunya tidak akan menempatkan surat-surat itu dalam kategori yang sama dengan "tulisan-tulisan yang lain" (3:16).
Ada hubungan yang jelas antara sastra 2 Petrus dan Yudas. Sebagian besar orang berpendapat bahwa 2 Petrus bergantung pada kitab Yudas, ketimbang sebaliknya. Jika itu benar, ini menunjukkan bahwa 2 Petrus muncul belakangan, karena itu surat itu tidak mungkin ditulis sebelum kematian rasul itu di pertengahan tahun 60an. Hubungan antara sastra 2 Petrus dan Yudas adalah kompleks. Kita nanti akan menangani pertanyaan-pertanyaan tentang hubungan itu dalam kata pendahuluan ini.
Setelah tiba pada kesimpulan bahwa 1 dan 2 Petrus tidak bisa ditulis oleh penulis yang sama, beberapa sarjana Perjanjian Baru telah terdorong untuk meneliti bukti eksternal, bukti sejarah dari sumber-sumber sekuler serta sumber-sumber Kristen mula-mula yang berkaitan dengan kepengarangan surat-surat itu. Tujuan 2 Petrus, seperti Yudas, dalam lingkup yang luas, adalah untuk membantah dan melemahkan guru-guru palsu yang telah menyerbu gereja. Dikatakan bahwa jenis guru yang terlihat jelas dalam 2 Petrus tidak muncul di dalam gereja hingga awal abad kedua. Karena itu, 2 Petrus ditulis oleh ulama-ulama gereja yang saleh (begitulah dikatakan) yang ingin menghancurkan pengaruh guru-guru ini. Mereka tahu bahwa surat yang menyandang nama Petrus akan memiliki bobot yang lebih berat daripada surat yang menyandang nama guru mereka sendiri. Penalarannya adalah bahwa pengarang atau para pengarang 2 Petrus bermaksud untuk mengetengahkan apa yang mereka yakini akan Petrus sudah tulis seandainya rasul itu hadir di sana.
Ada kesaksian yang cukup banyak dari para penulis gereja mula-mula yang mengaitkan rasul Petrus dengan surat yang pertama. Ada bukti yang kurang banyak yang mengaitkan Petrus dengan surat yang kedua. Meski beberapa orang menolak kesimpulan bahwa Petrus menulis surat yang mana saja, tapi ada kesepakatan umum bahwa bukti bagi rasul itu menulis 1 Petrus adalah lebih kuat daripada bukti bahwa ia menulis surat yang kedua. Untuk itu, banyak kritikus percaya bahwa 1 Petrus benar-benar ditulis oleh rasul Petrus, tetapi 2 Petrus ditulis oleh orang lain.
Dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentang sumber-sumber abad kedua dan ketiga yang terkait dengan kepengarangan kedua surat itu untuk secara benar menilai bukti itu. Untuk itu, kita mengacukan orang-orang yang tertarik dengan hal-hal itu kepada komentari-komentari yang kritis.3
Tujuan kita di sini adalah untuk menjelaskan mengapa beberapa kritikus menyimpulkan bahwa jika 1 Petrus ditulis oleh rasul Petrus, maka 2 Petrus tidak. Argumentasinya adalah bahwa 1 dan 2 Petrus hampir tidak bisa ditulis oleh penulis yang sama. Para penulis artikel-artikel populer tentang Alkitab seperti yang kadang-kadang ditemukan dalam koran atau majalah-majalah yang memuat peristiwa terbaru bersandar pada para kritikus Alkitab liberal untuk informasi mereka. Karena itu, pelbagai pernyataan tegas dalam pers populer sering dibuat untuk mempengaruhi bahwa 2 Petrus tidak ditulis oleh rasul Petrus. Sudah bisa ditebak bahwa orang Kristen yang belum menghabiskan seumur hidupnya dalam pengetahuan Alkitab bertanya-tanya mengapakah pernyataan-pernyataan seperti itu dibuat.
ALASAN BAGI KEPENGARANGAN PETRUS
Untuk setiap keberatan yang para pakar ajukan dalam mempertanyakan kepengarangan Petrus bagi 2 Petrus, pakar-pakar lainnya telah menawarkan pelbagai respon. Misalnya, mungkinkah perbedaan antara gaya penulisan dua surat itu dijelaskan berdasarkan dasar lain ketimbang teori dua penulis? Ada beberapa alasan yang bagus mengapa siswa atas dua surat itu sepatutnya memberikan pertimbangan yang wajar terhadap pengakuan masing-masing surat itu yang mengaku ditulis oleh rasul itu.
Untuk tingkatan tertentu, perbedaan dalam kosa kata dan gaya dapat dijelaskan berdasarkan banyaknya kebutuhan yang berbeda yang dibahas dalam dua surat itu. Namun, itu tampaknya tidak cukup untuk menjelaskan tingkat perbedaan itu. Pertimbangan yang lebih signifikan diusulkan oleh Jerome pada abad kelima. Jerome adalah seorang sarjana yang cermat. Karyanya yang sangat banyak telah mencetuskan penerbitan Vulgata Latin, terjemahan Alkitab yang menjadi penguasa tertinggi di Eropa selama hampir seribu tahun. Jerome berpendapat bahwa perbedaan sastra antara 1 dan 2 Petrus dapat dijelaskan jika Petrus menggunakan juru tulis yang berbeda untuk membantu dia dalam menuliskan surat-surat itu.
Seorang juru tulis, seorang amanuensis, di dunia kuno adalah lebih daripada seorang sekretaris yang mencatat imla kata demi kata. Ia membantu kliennya dengan kalimat dan pilihan kata-kata yang tepat. Menjelang akhir 1 Petrus, rasul itu menyebut Silas, tampaknya juru tulis yang membantu dia menuliskan surat itu (1 Petrus 5:12). Paulus juga tampaknya sudah memiliki kebiasaan rutin mempekerjakan seorang juru tulis. Di Roma, juru tulis itu, seorang Kristen bernama Tertius, menyisipkan komentarnya sendiri ke dalam surat Paulus (Roma 16:22). Jika Petrus menggunakan Silas sebagai seorang juru tulis ketika ia menulis 1 Petrus tetapi menggunakan orang lain ketika ia menulis surat yang kedua, hal itu bisa menjelaskan perbedaan yang cukup banyak dalam kosa kata dan gaya.
Seperti yang dapat dilihat oleh pembaca yang cermat, ketika dibandingkan dengan 1 Petrus, 2 Petrus memiliki perhatian yang berbeda, tapi hal itu tidak begitu sulit untuk dijelaskan. Kedua surat itu ditulis untuk tujuan yang jauh berbeda. Ketika menyapa orang-orang percaya yang menderita karena iman mereka, tepat bagi Petrus untuk menyinggung penderitaan Kristus dan kemuliaan yang menunggu ketika Kristus dinyatakan dalam kemuliaan. Di sisi lain, ketika subyeknya adalah guru-guru palsu yang kehidupan mesumnya dan doktrin-doktrinnya yang memalukan mengancam untuk mengompromikan Kristus dan komunitas Kristen, penulis itu butuh alat dan taktik yang berbeda. Dengan mengingat tujuan 2 Petrus, tidaklah heran bahwa penulis itu tidak membuat acuan kepada salib, inkarnasi, baptisan, doa, atau karya penebusan Kristus. Perbedaan dalam materi pelajaran antara dua surat itu tidak menuntut kesimpulan bahwa mereka ditulis oleh dua penulis yang berlainan.
Mungkin pernyataan paling lemah yang para kritikus lontarkan untuk menyangkal Petrus sebagai penulis surat ini terletak pada penilaian terhadap pelbagai pendapat pribadi dalam surat kiriman itu. Perlu dicatat bahwa beberapa orang telah mempertanyakan kepengarangan Petrus atas surat yang pertama dengan menegaskan bahwa rasul itu tidak akan sudah menyurati orang-orang percaya tanpa menyinggung pelbagai pengalamannya. Hubungan pribadinya dengan Tuhan tentunya bisa menambah kekuatan dan daya tarik terhadap surat yang pertama itu. Sungguh ironis bahwa sementara beberapa orang membantah Petrus sebagai penulis 1 Petrus karena surat itu mengandung sedikit kenangan pribadi Tuhan, beberapa orang yang lain menyangkal Petrus sebagai penulis 2 Petrus karena surat itu mengandung lebih banyak kenangan itu. Orang tidak dapat memiliki keduanya. Seharusnya sudah bisa diduga bahwa rasul Petrus yang digambarkan dalam kitab-kitab Injil membuat acuan kepada pelbagai peristiwa yang ia ingat. Sungguh tidak masuk akal menolak keaslian 2 Petrus karena penulis itu mengacukan pelbagai peristiwa seperti halnya perubahan wujud (1:17, 18).
Petrus membuat komentar yang menarik perhatian ketika ia mengacukan surat-surat Paulus dan mengidentifikasi mereka sebagai "Kitab Suci" (3:16; NASB). Namun begitu, baik Petrus dan Paulus tampaknya pernah di Roma pada pertengahan 60an dan belakangan martir di sana dalam dekade itu. Sulit untuk percaya bahwa kedua rasul itu menjadi tahanan di kota yang sama dan tidak saling menyadari kehadiran satu sama lain. Petrus mungkin telah membaca kitab Roma. Kemungkinan juga ia mengetahui keberadaan surat-surat lain yang ditulis oleh Paulus. Jika 2 Petrus ditulis setelah 1 Petrus, maka acuan penulis itu kepada surat-surat Paulus dapatlah dimengerti.
Petrus, seperti Paulus, sadar akan karya dan bimbingan Roh Kudus dalam kehidupan para rasul. Tentu saja, kanon Perjanjian Baru seperti itu berlum terwujud pada pertengahan abad pertama. Petrus tidak bicara tentang kanon. Ia hanya mengatakan bahwa beberapa orang telah mendistorsi surat-surat Paulus seperti yang mereka lakukan terhadap Kitab-kitab Suci lainnya. Itu tampaknya menjadi sebuah pernyataan khas bersama sikap hormat yang rasul itu miliki terhadap pekerjaan satu sama lain.
Jika bisa ditetapkan bahwa guru-guru palsu yang dijelaskan dalam 2 Petrus tidak muncul di tempat itu sampai pertengahan abad kedua, itu akan menjadi argumentasi yang menentukan bahwa surat itu tidak ditulis oleh rasul Petrus. Namun begitu, bukti untuk membuat klaim seperti itu tidak ditemukan. Para sejarawan tahu sedikit tentang perkembangan doktrin dalam gereja antara tahun 40 dan 100. Selanjutnya, gambaran tentang guru-guru palsu dalam 2 Petrus menyediakan sedikit informasi tentang apa yang sebenarnya mereka ajarkan. Hubungan sastra antara 2 Petrus dan Yudas juga sulit untuk ditentukan. Kecenderungan ilmu pengetahuan sekarang ini adalah menyatakan bahwa kitab Yudas ditulis lebih dulu, lalu diikuti oleh 2 Petrus. Para pakar yang lebih tua cenderung berpendapat bahwa 2 Petrus ditulis lebih dulu. Ketika orang berupaya memberi tanggal penulisan 2 Petrus dengan cara mengidentifikasi guru-guru palsu yang Petrus hadapi atau dengan menganalisa hubungan sastra antara 2 Petrus dan Yudas, data tersebut tidak meyakinkan.
Memang benar bahwa 2 Petrus memiliki lebih banyak masalah untuk bisa diterima dalam kanon itu dibandingkan dengan sebagian besar dokumen Perjanjian Baru lainnya. Pada pertengahan abad keempat, sejarawan gereja Eusebius menunjukkan bahwa ada pelbagai pertanyaan dalam beberapa kalangan gereja tentang apakah 2 Petrus itu asli.4Bagaimanapun, pernah ada penjelasan yang masuk akal yang dapat menjelaskan alasan kitab itu diterima belakangan. Banyak kitab palsu beredar di kalangan orang-orang percaya di abad kedua dan ketiga. Beberapa dari mereka itu masih ada hingga kini. Pada kenyataannya, beberapa kitab palsu menyandang nama Petrus; contohnya adalah Apokalipse Petrus yang berasal dari awal abad kedua. Dengan alasan yang baik, gereja sangat berhati-hati ketika menyajikan dokumen yang mengaku ditulis oleh rasul itu.5Yang menarik adalah meski 2 Petrus tidak sering dikutip dalam pelbagai sumber awal, tapi kitab itu juga tidak dibahas dan ditolak seperti beberapa karya lain yang dikaitkan dengan Petrus.
Ketika bukti telah disusun dan dievaluasi, dari perspektif sejarah yang murni, bukti internal dan eksternal tidaklah meyakinkan. Namun begitu, perlu dicatat bahwa tidak ada alasan yang kuat untuk menolak 2 Petrus sebagai surat yang dihasilkan oleh rasul yang menemani Yesus selama pelayanan-Nya. Ada dua faktor yang menambah kepercayaan kepada klaim bahwa surat itu benar-benar karya Petrus. Pertama, klaim eksplisit yang dibuat di ayat pembukaan surat itu, bersama dengan pelbagai acuan yang Petrus buat kepada pelbagai peristiwa yang ia saksikan ketika menemani Yesus, menawarkan pelbagai alasan yang substantif untuk menerima surat itu sebagai asli. Kedua, gereja mula-mula pada akhirnya menerima 2 Petrus sebagai bagian dari Perjanjian Baru yang didasarkan pada penilaian kolektif umat Kristen bahwa surat itu asli.
Implikasi apa sajakah yang timbul jika 2 Petrus dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru berdasarkan pada keyakinan yang salah bahwa itu ditulis oleh rasul Petrus? Beberapa orang menalar bahwa hal itu tidak akan membuat banyak perbedaan. Mereka berpendapat seperti ini: Gereja selama berabad-abad telah menemukan 2 Petrus sebagai bermanfaat. Selanjutnya, penulis surat itu tidak benar-benar berniat untuk tidak jujur ketika mereka melekatkan nama Petrus pada surat itu. Mereka menaruh perhatian terhadap kesejahteraan gereja. Lebih lanjut lagi, mereka benar-benar percaya bahwa jika Petrus hadir maka ia akan menggunakan wewenangnya secara penuh untuk menentang guru-guru palsu yang dikenal mereka. Mereka percaya bahwa mereka sedang mewakili Petrus secara akurat. Oleh sebab itu, jika ada kerusakan apa saja yang timbul karena menempatkan nama Petrus pada surat itu, kerusakan itu tidak terlalu penting.
Ketika menilai integritas para penulis kuno ini mereka yang menalar seperti di atas tampaknya memberi kelonggaran yang tidak akan mereka berikan terhadap para penulis moderen. Jika seorang penulis kuno dengan sengaja menempatkan nama Petrus pada surat ini dan mendukung klaimnya dengan membuat pernyataan pribadi seolah-olah ia adalah rasul Petrus, dengan ukuran apa saja sulit untuk menilai dia sebagai orang yang jujur dan pribadi yang berintegritas. Rasanya tidak konsisten untuk mengikuti sosok Tuhan yang menuntut sifat-sifat ini dan menerima 2 Petrus, karena percaya bahwa kitab itu didasarkan pada klaim yang tidak jujur. Jika 2 Petrus tidak ditulis oleh rasul Petrus, kitab itu membuat klaim palsu. Orang Kristen harus jangan menolerir keberadaan kitab itu di dalam kanon. Para kritikus menjadi kurang tulus ketika mereka menyimpulkan bahwa surat itu tidak ditulis oleh rasul Petrus; tetapi bagaimanapun itu adalah dokumen yang penting, bahkan terilham, untuk mengatur gereja Kristus.
Tanpa ragu-ragu, kita menerima 2 Petrus sebagai karya otentik rasul Petrus. Selanjutnya, kita percaya bahwa ia menulis di bawah bimbingan Roh Kudus. Kita mengakui bahwa dalam kadar tertentu ini adalah pernyataan iman. Pelbagai pertanyaan yang diajukan tentang keaslian dokumen itu butuh pertimbangan yang cermat; namun begitu, pertanyaan-pertanyaan itu tidak meminta orang untuk menolak klaim eksplisit terhadap kepengarangan yang dibuat dalam ayat pembukaan surat itu. Meski kita memiliki rasa hormat tertentu bagi mereka yang menyimpulkan bahwa surat itu palsu dan ingin mengeluarkan kitab itu dari Perjanjian Baru, sulit untuk melihat konsistensi orang-orang yang menyimpulkan kitab itu sebagai palsu namun begitu ingin memaafkan penipuan secara sadar oleh penulis itu.
PENDENGAR, TANGGAL, DAN TEMPAT PENULISAN
Pertanyaan penting tentang tujuan 2 Petrus berkaitan dengan cara kita memahami 3:1. Petrus menulis, "Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu" (3:1a). Petrus mungkin telah menulis beberapa surat kepada orang-orang Kristen. Tidak otomatis benar bahwa "surat pertama," yang tersirat dalam ayat ini, mengacu kepada surat yang kita sebut 1 Petrus. Rasul itu mungkin saja menyebut surat tertentu yang tidak kita kenal kepada para pendengar yang sama sekali berbeda dari yang dibahas dalam 1 Petrus. Kedua Petrus mungkin saja adalah suratnya yang kedua kepada pendengar itu, bukan pendengar dari 1 Petrus. Tidak diragukan lagi para rasul menulis banyak hal yang tidak dilestarikan di dalam Perjanjian Baru. Paulus, misalnya, mengacukan surat sebelumnya yang ia telah tulis kepada jemaat di Korintus (1 Korintus 5:9) dan kepada surat yang sudah ia kirimkan kepada jemaat Laodikia (Kolose 4:16).
Petrus tidak berkata banyak tentang surat yang sudah ia tulis sebelumnya, tapi ia memberikan petunjuk. Ia berkata bahwa ini adalah surat yang kedua "aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan" (3:1b).
Peringatan-peringatan apakah yang ada di dalam pikiran rasul itu? Dalam surat yang kedua, ia pernah mengingatkan mereka dengan mengingat kembali pelbagai peristiwa di mana ia dan Yesus pernah berinteraksi secara pribadi (1:14, 17). Selanjutnya, ia pernah mengingatkan mereka tentang perlunya bertekun dalam ajaran Kristus di hadapan guru-guru palsu yang telah menyerbu gereja-gereja. Pertama Petrus adalah surat yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan 2 Petrus. Apapun bentuk pengingat itu dalam 1 Petrus semuanya itu diarahkan kepada salib dan kedatangan kembali Tuhan. Masalah dalam 1 Petrus adalah penganiayaan orang-orang percaya dari luar, sedangkan masalah dalam 2 Petrus adalah ancaman guru-guru palsu dari dalam. Dalam 2 Petrus, penulis itu tampaknya sudah mengetahui langsung pelbagai masalah para pembacanya. Dalam 1 Petrus, penulis itu mungkin bergantung pada laporan yang ia telah dengar. Sama sekali tidak pasti kapan Petrus menyebut ini "suratnya yang kedua" sehingga yang ia maksudkan adalah bahwa ia telah menulis 1 Petrus kepada pendengar yang sama.
Pembaca sekarang ini perlu mempertimbangkan kemungkinan bahwa surat yang sebelumnya rasul itu tulis kepada pendengar utama 2 Petrus adalah surat tertentu selain 1 Petrus. Namun begitu, sudut pandang yang berlaku di kalangan komentari adalah bahwa 2 Petrus ditujukan kepada pendengar yang sama seperti 1 Petrus, dan surat itu ditulis beberapa tahun kemudian setelah 1 Petrus. Penalarannya seperti ini: Jika surat yang pertama yang berada di balik pernyataan dalam 2 Petrus 3:1 adalah 1 Petrus, maka pendengar yang 2 Petrus sapa adalah gereja-gereja di provinsi Asia yang rasul itu singgung dalam 1 Petrus 1:1. Jika itu benar, mungkin beberapa tahun telah berlalu sejak penulisan 1 Petrus. Selanjutnya, rasul itu telah menyadari adanya guru-guru palsu yang telah menyerbu gereja-gereja. Karena mengetahui guru-guru palsu itu sedang merusak unsur-unsur penting pesan injil, maka Petrus menyapa mereka dengan kekhawatiran yang jauh berbeda dari yang terlihat di dalam surat yang pertama.
Masalah dengan penalaran ini adalah bahwa perbedaan-perbedaan di dalam dua surat itu tidak banyak dibahas. Pembaca moderen tidak bisa mendapatkan bantuan dari 1 Petrus dalam usahanya untuk memahami kepedulian dan dorongan dalam 2 Petrus. Di sisi lain, jika 2 Petrus 3:1 mengacu kepada surat tertentu selain 1 Petrus, maka pertimbangan-pertimbangan lain harus dikemukakan untuk mengidentifikasi pendengar surat yang kedua.
Jika surat sebelumnya yang diacukan dalam 2 Petrus 3:1 bukan 1 Petrus, maka tidak ada kepastian tentang urutan penulisan surat yang kita sebut 1 dan 2 Petrus. Ada kemungkinan bahwa 2 Petrus ditulis sebelum 1 Petrus. Mengapa, kemudian, mereka disusun dalam susunan seperti yang kita miliki sekarang ini? Jika 2 Petrus ditulis lebih dulu, mengapakah orang-orang yang menyusun kitab-kitab kanon tidak menempatkan mereka dalam urutan yang terbalik? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini tidak sesulit seperti yang mungkin terlihat pada awalnya.
Jelas terlihat bahwa surat-surat Paulus disusun dengan dua prinsip dalam pikiran. Pertama, surat-surat yang ditujukan kepada gereja-gereja didahulukan, kemudian surat-surat yang ditujukan kepada individu-individu. Setelah itu, surat-surat itu disusun dari yang terpanjang sampai yang terpendek. Jelas terlihat bahwa mereka tidak diatur dalam urutan kronologis penulisan mereka. Itulah sebabnya Filemon, yang secara logis sejajar dengan Efesus dan Kolose, muncul setelah Timotius dan Titus dalam susunan kanon.
Surat-surat Kiriman Umum disusun berdasarkan penulisnya,6tetapi ketika ada lebih dari satu surat oleh penulis yang sama, masuk akal untuk percaya bahwa mereka juga disusun dari yang terpanjang sampai yang terpendek. Tentu saja, hanya Yohanes dan Petrus yang menulis lebih dari satu Surat Kiriman Umum; tetapi dalam setiap kasus, dengan mengikuti pola surat-surat Paulus, surat-surat itu disusun dari yang terpanjang sampai yang terpendek. Oleh sebab itu, susunan dua surat Petrus itu tidak secara otomatis sebuah implikasi bahwa 1 Petrus ditulis sebelum 2 Petrus. Pertama Petrus muncul lebih dulu karena surat itu lebih panjang daripada 2 Petrus.
Ada beberapa petunjuk bahwa 2 Petrus ditulis sebelum 1 Petrus. Sebagai contoh, keadaan saling bergantung antara 2 Petrus dan Yudas menunjukkan kemungkinan bahwa 2 Petrus ditulis terutama, mungkin secara eksklusif, kepada pendengar Kristen Yahudi. Baik 2 Petrus maupun Yudas mengacukan peristiwa-peristiwa yang orang kira akan menarik orang-orang Kristen Yahudi. Kedua Petrus mengarahkan para pembaca kepada para malaikat yang Allah tidak sayangkan, kepada Nuh, dan Lot (2:4-8). Kedua Petrus membuat acuan lebih lanjut kepada para malaikat yang takut melontarkan dakwaan penghakiman (2:11). Jika Petrus menulis suratnya yang kedua ketika ia masih di Yudea, sebelum ia melakukan perjalanan ke Roma, tetapi beberapa waktu setelah sidang di Yerusalem (Kisah 15),7itu akan menjelaskan mengapa ia mengacukan pelbagai insiden yang sudah dikenal baik oleh orang-orang Kristen Yahudi. Selanjutnya, kemungkinan besar pelbagai cerita tentang Petrus dan Yesus akan sudah beredar di kalangan gereja-gereja di Siria yang lebih luas, Galilea dan belahan utara, dibandingkan dalam lingkungan yang didominasi orang-orang non-Yahudi. Itu akan menjelaskan mengapa Petrus dalam 2 Petrus menyinggung pelbagai acuan kepada pelbagai insiden seperti halnya nubuatan kematiannya (1:14) dan perubahan wujud Yesus (1:17, 18).
Mungkin keberatan paling signifikan terhadap 2 Petrus sebagai surat yang ditulis untuk orang-orang Yahudi adalah bahwa surat kiriman itu menggunakan bahasa Yunani Helenistik yang akan lebih dikenal baik di kalangan para pembaca non-Yahudi. Asumsinya adalah bahwa kaum Kristen Yahudi Helenistik tidak akan merasa nyaman sebagaimana mereka dengan konsep-konsep Helenistik zaman itu. Komentari-komentari yang kritis mengutip kesamaan antara bahasa Yunani 2 Petrus, Philo (orang Yahudi dari Aleksandria yang hidup sezaman dengan Kristus), dan sastra Yunani lainnya dari sekitar periode yang sama.8Sudah umum untuk menduga bahwa Petrus sepertinya tidak akan menggunakan bahasa seperti itu, atau bahwa ia tidak akan menggunakan bahasa seperti itu jika pendengarnya terdiri dari orang-orang Kristen Yahudi.
Namun begitu, ketika kita memperhitungkan kemungkinan bahwa Petrus bisa saja telah menggunakan juru tulis yang terbiasa dengan pemikiran Yunani Helenistik, maka bahasa 2 Petrus hampir tidak menuntut tanggal di pertengahan 60an atau setelahnya. Selain itu, ada bukti bahwa orang-orang Yahudi yang tinggal di Siria/Palestina yang lebih luas secara keseluruhan sudah terbiasa dengan idiom dan pemikiran dunia berbahasa Yunani.9Jika rasul Petrus adalah penulis surat ini, seperti yang kita yakini, menempatkan surat itu pada pertengahan 60an tidak memberikan penjelasan bagi bahasa Helenistik yang ia gunakan. Apakah 2 Petrus berasal dari akhir 40an atau pertengahan 60an, dan apakah surat itu ditulis dari Yudea atau Roma, orang tidak mengharapkan seorang nelayan Galilea banyak menggunakan bahasa Helenistik.
Argumentasi itu sering dikemukakan sehingga guru-guru palsu yang disinggung dalam 2 Petrus mencerminkan periode yang belakangan dalam sejarah gereja. Argumentasi itu menghadapi kesulitan berdasarkan dua pertimbangan. (1) Kedua Petrus sangat sedikit bicara tentang apa yang sebenarnya diajarkan oleh guru-guru palsu yang sedang dihadapi. Mereka memang cabul; itu cukup jelas (2:14). Mereka tampaknya hanya sedikit punya rasa hormat terhadap penguasa rohani (2:10b, 11). Mereka itu serakah dan eksploitatif. Pernyataan Petrus tentang kedatangan kembali Tuhan tampaknya dimaksudkan untuk membantah klaim yang dibuat oleh guru-guru palsu itu. Apa yang penting adalah bahwa tidak ada petunjuk adanya dualisme dan tidak ada petunjuk penyangkalan apapun bahwa Yesus sudah menjadi manusia, yang mana kedua unsur itu merupakan dalil penting Gnostikisme. Pengakuan bahwa guru-guru dalam latar belakang 2 Petrus berasal dari akhir abad pertama atau kedua tidak dapat ditegakkan.
(2) Sejarawan tidak tahu banyak tentang perkembangan doktrin dalam gereja antara tahun 40 dan 150. Pada abad kedua, gereja di beberapa daerah terancam oleh Gnostikisme, tetapi tidak pasti sama sekali di mana ajaran ini berawal atau bagaimana ajaran itu menyusup ke dalam gereja. Tidak mungkin menetapkan tanggal 2 Petrus pada pertengahan 60an karena bertentangan dengan akhir 40an yang didasarkan pada pengetahuan kita tentang guru-guru itu dan ajaran-ajaran yang ditemukan dalam surat itu. Mereka yang ingin memberi 2 Petrus tanggal abad kedua, dan karenanya menyangkal kepengarangan rasulinya, sering berpendapat bahwa guru-guru yang ditemukan dalam surat itu mencerminkan perkembangan yang belakangan di dalam gereja. Sumber daya tidak memadai untuk membenarkan pendapat itu. Untuk itu, mereka yang berpendapat bahwa surat itu ditulis oleh rasul Petrus pada pertengahan 60an bukan pada akhir 40an tidak dapat mempertahankan dalil bahwa guru-guru dalam surat itu menuntut pemberian tanggal dua dekade kemudian.
Keberatan serius untuk memberi tanggal 2 Petrus di akhir 40an adalah bahwa penulis itu mengenal baik beberapa surat Paulus (3:15, 16). Apakah mungkin Petrus akan sudah mengenal surat-surat Paulus seawal tahun 40an, apalagi bahwa ia akan sudah dengan baik membandingkan mereka dengan "Kitab Suci" lainnya? Pertama, kita mengulas bahwa tidak jelas bahwa Petrus memiliki pengetahuan langsung tentang surat-surat Paulus yang mana saja dari pernyataan di 2 Petrus 3:15, 16. Ia hanya tahu bahwa surat-surat itu ada, bahwa surat-surat itu mengandung beberapa hal yang sulit dimengerti, dan bahwa guru-guru palsu mengeksploitasi kesulitan itu untuk keuntungan mereka sendiri. Pada akhir 40an Petrus mungkin sudah mengetahui bahwa Paulus telah menulis beberapa surat. Jika kitab Galatia sudah ditulis sesaat sebelum sidang Yerusalem di Kisah 15, Petrus tentunya sudah mengenal baik kitab itu. Selain itu, hampir tidak bisa dibayangkan bahwa Petrus mengacukan surat-surat lain yang tidak dikenal yang ditulis oleh Paulus. Acuan kepada surat-surat Paulus dalam 2 Petrus bukanlah masalah yang tidak dapat diatasi untuk memberi 2 Petrus tanggal di akhir 40an.
Untuk sementara, kita berpendapat bahwa 2 Petrus, Yudas, dan Yakobus adalah surat-surat yang bertanggal dari periode awal dalam kehidupan gereja, semuanya itu di akhir tahun 40an. Selanjutnya, kita menyarankan bahwa surat-surat itu berasal dari orang Kristen Yahudi, lingkungan Siria/Palestina. Oleh sebab itu, 2 Petrus ditulis sebelum 1 Petrus. Yudas, Yakobus, dan 2 Petrus ditulis oleh para pemimpin gereja di Yerusalem untuk orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen yang tersebar di seluruh Palestina yang lebih luas.
Kisah perubahan hidup Paulus menjelaskan bahwa di masa awal orang-orang Yahudi di Damsyik telah menjadi orang percaya. Sangat mungkin orang-orang Yahudi di kota-kota dan desa-desa lain di seluruh wilayah itu telah memeluk Kristus satu dekade setelah perubahan hidup Paulus. Beberapa guru yang rupanya menyusup ke dalam pelbagai komunitas Kristen Yahudi ini ingin membelokkan kebebasan Kristen ke arah antinomianisme. Mereka tampaknya telah menegaskan kemandirian mereka dari penguasa gereja Yerusalem. Mungkin mereka meminta dukungan Paulus. Baik Judas maupun 2 Petrus ditulis untuk para pendengar yang sama untuk menghadapi guru-guru palsu itu. Karena itu, semua tiga surat itu, Yakobus, Yudas, dan 2 Petrus, bertanggal dari akhir 40an.
GURU-GURU PALSU DALAM 2 PETRUS
Para komentator umumnya mempertahankan bahwa guru-guru palsu yang dihadapi dalam 2 Petrus adalah para pendukung bentuk Gnostikisme primitif tertentu.10 Namun begitu, sulit dipastikan bahwa guru-guru itu adalah kaum Gnostik. Gnostikisme adalah sistem dualistik. Kaum Gnostik menyatakan bahwa semua eksistensi dapat dibagi ke dalam jasmani dan rohani. Rohani adalah baik; jasmani adalah jahat. Oleh karena itu, Anak Allah, karena Ia sepenuhnya baik, tidak mungkin sudah menjadi daging dan darah. Mereka menyangkal bahwa Yesus, setidaknya selama pelayanan-Nya, berada dalam daging (2 Yohanes 7). Tidak ada indikasi bahwa guru-guru palsu dalam 2 Petrus adalah dualistik. Ajaran dualistik dapat dicirikan sebagai "menyangkal Tuhan yang sudah membeli mereka" (2 Petrus 2:1), tetapi kaum Gnostik bukan satu-satunya orang yang menyangkal Allah.11
Ketika kita sudah membaca dengan cermat 2 Petrus, ada sedikit yang kita dapat katakan dengan yakin tentang guru-guru palsu yang rasul Petrus hadapi. Perhatikanlah bahwa yang Petrus lakukan adalah menghadapi guru-guru itu; pada umumnya, ia tidak membantah ajaran mereka. Para pakar cenderung memasukkan secara sembarangan ke dalam surat itu pelbagai ajaran Gnostik yang mereka sangka berada di balik konfrontasi itu. Setelah melakukannya, mereka menafsirkan surat itu berdasarkan pada apa yang telah mereka bayangkan ke dalam surat itu. Aman untuk mengatakan bahwa guru-guru itu memang cabul dan mendukung injil tanpa hukum (2:19). Mereka tampaknya menyangkal penuh keilahian penuh Yesus (2:1). Karena Yesus tidak sepenuhnya ilahi, mereka mere-mehkan "janji tentang kedatangan-Nya" (3:4). Mereka menganggap pengetahuan mereka lebih tinggi daripada pengetahuan para pemimpin di gereja Yerusalem. Kira-kira begitu saja yang dapat kita katakan tentang ajaran guru-guru yang menjadi latar belakang ajaran 2 Petrus itu.
HUBUNGAN ANTARA 2 PETRUS DAN YUDAS
Kesamaan antara penjelasan Petrus tentang "guru-guru palsu di tengah-tengah umat Allah" (2 Petrus 2:1) dan gambaran Yudas tentang "orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka" (Yudas 4) adalah menyolok. Tidak di luar dugaan bahwa guru-guru yang memiliki sifat yang sama membuat susah gereja-gereja yang Petrus dan Yudas kenal. Apa yang tak terduga adalah rincian tentang kesamaan bahasa. Petrus dan Yudas menggunakan argumentasi yang sama, contoh yang sama untuk penggambaran, dan pilihan yang sama untuk kata-kata yang tidak biasa dan kombinasi kata. Petrus menalar bahwa jika Allah tidak menyayangi para malaikat, jika Ia tidak menyayangi dunia di zaman Nuh, jika Ia tidak menyayangi Sodom dan Gomora, maka Ia juga tidak akan menyayangi orang-orang cabul yang telah menyusup ke dalam gereja-gereja (2 Petrus 2:4-9). Yudas menalar dengan cara yang sama. Contoh dari dia adalah bangsa Israel ketika mereka datang dari Mesir, para malaikat, dan Sodom dan Gomora. Ketika bahasa Yunani kedua surat itu diletakkan bersebelahan satu sama lain, pelbagai kesamaannya begitu banyak sehingga banyak orang percaya harus ada semacam jenis hubungan sastra antara kedua surat itu. (Lihat tabel di halaman 23 dalam edisi berikutnya.)
Petrus dan Yudas menulis di bawah pengilhaman Roh Kudus. Beberapa orang mengaitkan pelbagai kesamaan antara Yudas dan Petrus kepada pengilhaman umum mereka. Namun begitu, penjelasan itu menimbulkan lebih banyak masalah daripada memecahkannya. Bagaimana Roh Kudus menggerakkan orang-orang untuk menuliskan pesan Allah (2 Petrus 1:21) tidak pernah dijelaskan di dalam Alkitab. Meski kita tidak dapat menjelaskan mekanisme interaksi antara pikiran manusia dan Roh Kudus dalam menghasilkan Kitab Suci, yang ini adalah jelas: Roh Kudus tidak mengendalikan pikiran penulis dan mendikte melalui dia. Jika itu yang terjadi, kita akan mengantisipasi semua dokumen Alkitab memiliki gaya penulisan, kosakata, dan kepedulian yang sama.
Entah bagaimana Roh Allah bekerja melalui dan dengan sarana individu-individu yang menulis Alkitab untuk menghasilkan pesan yang Allah inginkan. Setiap penulis mempertahankan ingatan dan kosa katanya sendiri. Masing-masing membahas situasi kehidupan yang menantang dia. Roh Kudus tidak menghasilkan pakta-pakta teoritis tentang hubungan Allah-manusia. Ia menghasilkan karya-karya sastra yang diambil dari kehidupan orang-orang yang nyata dalam lingkungan sejarah yang konkrit. Yudas dan Petrus adalah masing-masing individu yang tidak berubah ketika mereka menulis di bawah pengilhaman Roh Kudus. Jadi kita tidak bisa menolak pelbagai kesamaan bahasa antara Yudas dan 2 Petrus dengan pandangan bahwa keduanya diilhamkan.
Mengatakan bahwa ada hubungan sastra Yudas dan 2 Petrus artinya Yudas menggunakan 2 Petrus untuk banyak gambarannya tentang guru-guru palsu, Petrus menggunakan Yudas, atau keduanya menggunakan sumber yang sama. Meski ada kemungkinan yang perlu dipertimbangkan, gagasan bahwa Petrus dan Yudas menggunakan sumber ketiga menimbulkan komplikasi yang tidak perlu. Mustahil untuk membuktikan atau menyangkal keberadaan sumber itu. Tidak satupun dari dua surat itu yang bisa dijelaskan dengan baik dengan mendalilkan sumber yang tidak diketahui. Cara terbaik adalah dengan menangani apa yang kita miliki, 2 Petrus dan Yudas, dan mengenyampingkan pencarian sumber umum. Jika Petrus dan Yudas tidak menggunakan sumber ketiga, maka pelbagai kesamaan bahasa antara dua dokumen itu mengharuskan salah satu dari mereka menggunakan dokumen yang lain. Pertanyaannya kemudian adalah, surat manakah yang ada lebih dahulu? Yang muncul pertama?
Pelbagai komentari yang lebih tua cenderung berpendapat bahwa Yudas menggunakan 2 Petrus untuk suratnya. Pelbagai komentari yang belakangan sama-sama sepakat bahwa Yudas ditulis lebih dulu. Alasan yang dibuat untuk kelebihduluan Yudas adalah kuat. Pertama, bahwa Yudas adalah dokumen yang lebih pendek mungkin menjadi alasan bahwa surat itu ditulis lebih dulu. Memang lebih masuk akal untuk menduga bahwa Petrus akan sudah memasukkan beberapa kata-kata Yudas ke dalam surat yang lebih panjang, daripada menduga bahwa Yudas akan mencari-cari bagian 2 Petrus untuk digunakan sendiri. Selanjutnya, jika Yudas memiliki 2 Petrus di tangannya, orang bertanya-tanya mengapa ia tidak mengirimkan seluruh surat itu, seperti yang Petrus sudah tulis. Ia bisa menambahkan pesan pribadi apa saja dalam surat yang terpisah. Di luar pertimbangan ini, ketika para ahli bahasa mempertimbangkan kehalusan dalam cara masing-masing penulis menyatakan dirinya sendiri, mereka cenderung menyimpulkan bahwa lebih mungkin Petrus menggunakan Yudas daripada sebaliknya. Pada akhirnya, apakah Yudas atau 2 Petrus yang pertama muncul hampir tidak penting bagi penafsiran masing-masing surat itu. Namun begitu, ada kalanya sebuah kalimat atau ungkapan dalam 2 Petrus akan lebih masuk akal jika dibaca dalam terang pernyataan yang serupa yang dibuat dalam Yudas.
KESIMPULAN
Meski tidak mungkin untuk menggambarkan dengan tepat keadaan di bawah mana 2 Petrus ditulis, namun yang berikut ini menjelaskan dengan baik data itu. Selama periode ketika misi Paulus kepada orang-orang non-Yahudi masih dalam tahap awal, gereja membuat terobosan ke dalam pelbagai komunitas Yahudi di seluruh Palestina dan Siria. Selama hari-hari awal itu, orang-orang Yahudi Kristen dan orang-orang Yahudi non-Kristen mungkin terus beribadah di sinagoga-sinagoga yang sama, meski orang-orang Kristen akan juga berhimpun pada hari Minggu untuk berkomuni dan menyembah Yesus sebagai Kristus. Petrus dan Yudas mungkin telah meresikokan dirinya keluar dari Yerusalem dalam dekade pertama setelah penyaliban Yesus. Mungkin saja, kemungkinan besar berdasarkan perhitungan kita, mereka itu adalah alat dalam perubahan hidup orang-orang Yahudi di seluruh Yudea dan Galilea dan bahkan ke utara menuju Damsyik dan seterusnya.
Sekitar satu dekade, mungkin karena salah memahami acuan Paulus kepada kebebasan dan kasih karunia, beberapa guru ingin mengabaikan tuntutan bahwa para pengikut Kristus harus hidup saleh. Mereka menyusup ke dalam gereja dan mendapatkan pengikut. Baik Yudas dan Petrus tahu bahwa ajaran seperti itu berisiko mengompromikan pesan orang Kristen sehingga tidak bisa lagi dikenali. Masing-masing dari mereka, pertama Yudas, lalu Petrus, menyurati gereja-gereja di mana mereka memiliki pengaruh dan berusaha untuk menghilangkan dampak yang guru-guru ini miliki. Yakobus menulis suratnya mendekati periode waktu yang sama dan untuk pendengar yang sama. Seperti Yudas dan Petrus, Yakobus khawatir perbuatan baik diabaikan ketika orang Kristen belajar arti iman. Yakobus menegaskan bahwa iman dan perbuatan jalan seiring. Setelah Petrus menulis karya yang kita sebut 2 Petrus, ia melakukan perjalanan dan berkhotbah kepada orang -orang Yahudi dan non-Yahudi di tempat-tempat lain, Asia Kecil dan Korintus adalah salah satunya. Akhirnya ia datang ke Roma. Dari Roma, bertahun-tahun setelah ia menulis 2 Petrus, ia menulis surat yang sekarang kita kenal sebagai 1 Petrus.
GARIS BESAR
I. SALAM: KEPADA MEREKA YANG SEIMAN (1:1, 2)
II. PENGETAHUAN SEJATI KRISTUS (1:3-21)
- A. Hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan dan kesalehan (1:3-9)
- B. Jalan masuk ke dalam kerajaan kekal (1:10, 11)
- C. Sebagai pengingat (1:12-15)
- D. "Saksi mata kebesaran-Nya" (1:16-18)
- E. Otoritas dan pengilhaman Kitab Suci (1:19-21)
III. GURU-GURU PALSU (2:1-22)
- A. Peringatan terhadap guru-guru palsu (2:1-3)
- B. Kepastian penghakiman Allah (2:4-10a)
- C. Karakter guru-guru palsu (2:10b-16)
- D. Menjanjikan kebebasan tapi menjadi budak kebinasaan (2:17-22)
IV. KEDATANGAN KRISTUS YANG KEDUA (3:1-16)
- A. "Menghidupkan pengertian yang murni " (3:1, 2)
- B. "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya?" (3:3-7)
- C. "Hari Tuhan" (3:8-10)
- D. Hidup kudus dengan mengingat hari Tuhan (3:11-13)
- E. Seruan untuk bertekun (3:14-16)
V. NASIHAT TERAKHIR (3:17, 18)
PENERAPAN
Pengetahuan dan Iman
Pada sebuah plakat di dekat pusat kampus Duke University tertulis kata-kata ini: "Tujuan Duke University adalah menyatakan iman dalam kesatuan abadi pengetahuan dan agama yang dinyatakan dalam ajaran dan karakter Yesus Kristus, Anak Allah."
Ada kecenderungan pada sisi orang-orang moderen untuk menempatkan iman dalam satu wadah kedap udara dan pengetahuan, khususnya jenis pengetahuan yang para ilmuwan klaim, di wadah lain. Plakat di kampus Duke itu adalah pengingat bahwa itu tidak selalu begitu. Kata "universitas" dan "universe [Ind.: alam semesta]" menunjukkan bahwa ada kesatuan mendasar bagi semua pengetahuan. Kita mungkin tidak menemukan tempat di mana kesatuan ada, tetapi mengekspresikan iman kepada Allah adalah mengakui bahwa semua pengetahuan bersumber di dalam Dia. Jika pengetahuan menemukan sumbernya di dalam Allah, maka alam semesta masuk akal. Allah akan konsisten dengan diri-Nya.
Dalam suratnya yang kedua, Petrus tidak merinci tentang ajaran-ajaran tertentu dari guru-guru palsu yang ia hadapi. Namun begitu, pelbagai acuan umum kepada pengetahuan di bagian awal surat itu meninggalkan kesan bahwa lawan-lawannya membuat klaim kepada pengetahuan yang melampaui pengetahuan Petrus dan rasul-rasul lainnya. Petrus tidak akan takut ribut ketika pengetahuan adalah masalahnya. Ia meneguhkan nilai tertinggi pengetahuan. Lebih lanjut, ia mengklaim bahwa pengetahuan yang ia terima dari Kristus bernilai paling tinggi. Rasul itu menggabungkan pengetahuan dengan etika dan moralitas berstandar tinggi. Pengetahuan bagi orang Kristen adalah "kesatuan abadi pengetahuan dan agama yang dinyatakan dalam ajaran dan karakter Yes us Kristus, Anak Allah. "
Catatan Akhir:
- 1 Everett F. Harrison, Introduction to the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 386.
- 2 Beberapa teks kuno berbunyi "Simon" dalam 1:1 dan yang lainnya menulis "Simeon," namun bukti untuk bacaan "Simeon" tampaknya lebih kuat. Ketika mengacu kepada Petrus, ejaan "Simeon" hanya muncul di sini dan dalam Kisah 15:14. 5
- 3 Presentasi yang baik tentang bukti eksternal untuk 1 Petrus dapat ditemukan J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), xxxi-xxxiv. For 2 Peter see Charles Bigg, Epistles of St. Peter and St. Jude, International Critical Commentary (Edinburgh: T. & T. Clark, 1902), 199-210.
- 4 Eusebius Ecclesiastical History 3.3.1, 4; 3.25.3. Eusebius sendiri tampaknya memiliki keraguan tentang keaslian surat itu.
- 5 Lihat Donald Guthrie, New Testament Introduction (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1970), 671-84. Guthrie berpendapat bahwa meski itu merupakan praktik umum dalam periode Perjanjian Baru untuk menulis sebuah dokumen dan mengaitkannya kepada orang terkenal terkenal, namun tidak umum untuk menjadikan dokumen seperti itu dalam bentuk surat.
- 6 Tidak jelas mengapa Yakobus datang lebih dulu dan Yudas terakhir.
- 7 Kisah 15: 7 adalah acuan terakhir kepada Petrus di Yerusalem.
- 8 Sebagai contoh, lihat Richard J. Bauckham, Jude, 2 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 50 (Waco, Tex.: Word Books, 1983), 135-51.
- 9 Di antara literatur yang sangat banyak tentang masalah itu, lihat Martin Hengel, Judaism and Hellenism (Philadelphia: Fortress Press, 1974), 1:58-106.
- 10 Gnostisisme adalah bidah yang rumit yang membuat terobosan ke dalam banyak gereja pada abad kedua. Bentuk primitif doktrin itu muncul dalam pelbagai surat Yohanes dan mungkin dalam kitab Kolose dan Surat-surat Penggembalaan.
- 11 Kontroversi Arian beberapa abad kemudian membantah keilahian penuh Tuhan.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 2 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Richard J. Bauckham menolak kepengarangan Petrus atas 2 Petrus, tetapi ia mengakui bahwa penulis itu "mungkin lebih langsung ...
Catatan Akhir:
- 1 Richard J. Bauckham menolak kepengarangan Petrus atas 2 Petrus, tetapi ia mengakui bahwa penulis itu "mungkin lebih langsung tergantung pada literatur Helenistik Yahudi, yang sudah mengadopsi terminologi agama dan filsafat Yunani.…" (Richard J. Bauckham, Jude, 2 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 50 [Waco, Tex.: Word Books, 1983], 180. Lihat Bauckham untuk contoh bahasa Petrus dalam sumber-sumber Helenistik Yahudi dan pagan.)
- 2 F. W. Mattox dan John McRay menemukan judul buku mereka dalam ayat ini. (F. W. Mattox and John McRay, The Eternal Kingdom: A History of the Church of Christ [Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., 1961].)
- 3 Fred B. Craddock, Preaching (Nashville: Abingdon Press, 1985), 159-63. Craddock juga menulis, "Ada fiksi yang tersebar di tengah-tengah para pengkhotbah bahwa hal yang familiar tidak punya daya tarik, tanpa kuasa, dan tanpa daya nubuatan" (p. 45).
- 4 Alkitab KJV mengikuti bacaan dalam ayat ini yang sangat sedikit memiliki dukungan tekstual, meski lebih mudah untuk dipahami. Bunyinya, "Aku tidak akan lalai untuk menempatkan kamu selalu dalam kenangan."
- 5 Lihat Michael Green, The Second Epistle General of Peter and the General Epistle of Jude, rev. ed., Tyndale New Testament Commentaries, vol. 18 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 89.
- 6 Kata Yunaninya adalah e¶xodoß (exodos), yang secara harfiah berarti "pergi ke luar."
- 7 Eusebius Ecclesiastical History 3.39.15.
- 8 Ibid., 2.15.2.
- 9 Susunan kata dari frasa itu dalam Matius tidak sama seperti dalam 2 Petrus. Tata bahasa Inggris tidak mengakomodasi perbedaan susunan kata Yunani. Dengan demikian terjemahannya, "Inikah Anak yang Kukasihi, kepadanyalah aku berkenan," muncul sama dalam terjemahan bahasa Inggris.
- 10 Alkitab NEB memiliki bacaan ini dalam catatan tepi: "Dan dalam pesan para nabi kita memiliki sesuatu yang masih lebih pasti."
- 11 Sambil lalu, kita mungkin mencatat bahwa ada orang-orang yang mengutip ayat ini untuk menyatakan bahwa orang harus tidak boleh sama sekali menafsirkan Kitab Suci. Kitab Suci harus dipahami sebagaimana adanya, jangan ditafsirkan, atau begitulah yang ia katakan. Argumentasi seperti itu sama sekali meleset dari maksud Petrus. Setiap kali kata-kata adalahmedium, apakah itu Kitab Suci atau percakapan santai, orang yang menerima kata-kata itu mau tidak mau harus menafsirkannya. Orang tidak bisa hanya menyerap kata-kata dari Alkitab sebagaimana adanya tanpa menafsirkannya.
- 12 John Stott, The Contemporary Christian (Leicester, U.K.: Inter-Varsity Press, 1992), 178 -79.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG KEDUA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Kedua ini ditujukan kepada seluruh umat Kristen yang mula-mula.
Surat ini ditulis terutama untuk
SURAT PETRUS YANG KEDUA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Kedua ini ditujukan kepada seluruh umat Kristen yang mula-mula. Surat ini ditulis terutama untuk menentang pekerjaan guru-guru yang mengajarkan hal-hal yang salah, dan juga untuk memberantas perbuatan-perbuatan tak patut yang dihasilkan oleh ajaran guru-guru itu. Supaya tidak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran itu, orang Kristen harus berpegang kepada ajaran yang benar tentang Allah dan tentang Yesus Kristus -- yaitu ajaran yang disampaikan oleh orang-orang yang telah menyaksikan dan mendengar sendiri Yesus mengajar.
Yang terutama dirisaukan dalam surat ini ialah orang-orang yang mengajar bahwa Kristus tidak akan datang lagi untuk kedua kalinya. Surat ini menerangkan bahwa kedatangan Kristus itu nampaknya lambat karena Allah "tidak mau seorang pun binasa. Ia ingin supaya semua orang bertobat dari dosa-dosanya".
Isi
- Pendahuluan
2Pet 1:1-2 - Panggilan Allah kepada orang Kristen
2Pet 1:3-21 - Guru-guru palsu
2Pet 2:1-22 - Kedatangan Kristus untuk kedua kali
2Pet 3:1-18
Ajaran: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab II Petrus, orang Kristen mengerti ajaran-ajaran
utama dalam Kitab II Petrus dan akhirnya menerapkan di dalam
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab II Petrus, orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab II Petrus dan akhirnya menerapkan di dalam kehidupannya.
Pendahuluan
Penulis : Kitab II Petrus ditulis oleh penulis yang sama dari Kitab I Petrus.
Tahun : Pada tahun 66 sesudah Masehi.
Penerima :
Isi Kitab: Isi Kitab II Petrus memperingatkan para pembacanya (orang-orang Kristen) untuk bertumbuh di dalam imannya. Di mana pertumbuhan iman dapat berjalan terus, walaupun ada pengajar-pengajar palsu yang datang, pengejek- pengejek menyerang, karena Allah telah menganugerahkan kuasa Ilahi bagi orang Kristen yang melawannya.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab II Petrus
Pasal 1 (2Pet 1:1-21). Pengajaran tentang Kuasa Allah tersedia bagi setiap orang Kristen untuk bertumbuh di dalam imannya.
Pasal 2 (2Pet 2:1-22). Pengajaran peringatan untuk orang Kristen agar sadar akan adanya penghalang-penghalang dari guru-guru palsu.
Pasal 3 (2Pet 3:1-18). Pengajaran tentang menghadapi atau melawan para pengejek yang berusaha menghancurkan pengharapan orang-orang Kristen.
Pendalaman
- Bacalah pasal 2Pet 1:3-9. _Tanyakan_: Apakah yang menyebabkan seseorang lupa bahwa dosanya sudah diampuni?
- Bacalah pasal 2Pet 2:1-3. _Tanyakan_: Apakah yang disangkal oleh nabi-nabi palsu? Apakah yang tersedia bagi nabi-nabi palsu itu?
- Bacalah pasal 2Pet 3:8-13. _Tanyakan_: Apakah yang tidak boleh dilupakan oleh orang Kristen dalam menghadapi para pengejek?
II. Penutup
Pentingnya surat ini, karena orang-orang Kristen cepat lupa apa yang sudah diajarkan; yaitu perintah-perintah Tuhan Yesus (2Petrus 1:12-15; 3:1-2).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab II Petrus?
- Apakah pusat pengajaran dari Kitab II Petrus?
- Apakah yang menghalangi pertumbuhan iman orang-orang Kristen?
- Bagaimanakah orang Kristen menghadapi penghalang-penghalan imannya?
Intisari: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) Berpegang teguhlah pada imanmu!
MENGAPA PETRUS MENULIS? Pendapat bahwa gereja-gereja dalam Perjanjian Baru tidak mempunyai masalah merupakan suatu ke
Berpegang teguhlah pada imanmu!
MENGAPA PETRUS MENULIS?
Pendapat bahwa gereja-gereja dalam Perjanjian Baru tidak mempunyai masalah merupakan suatu kekeliruan. Para pembaca dari surat ini sedang berada dalam bahaya yang nyata.
1. Mereka harus meneruskan apa yang telah mereka mulai dan tidak menyerah kepada godaan untuk berdiam diri. Terdapat kesempatan luas untuk bertumbuh.
2. Di daerah tempat mereka berada sedang berkembang banyak ajaran palsu yang jahat. Para pengajar memaksakan ajaran tersebut mengatakan bahwa mereka adalah Kristen, tetapi cara hidup mereka jauh menyimpang dari hal-hal yang diajarkan oleh Yesus. Seakan-akan mereka mengatakan bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan istimewa yang memperbolehkan mereka tidak menaati peraturan. Oleh karena itu, mereka mendukung perbuatan seksual secara liar dan melakukannya atas nama Kristus! Mereka sudah kehilangan rasa malu, dan tidak lagi peduli siapa yang mereka seret bersama mereka. Karena pada waktu itu cara hidup begitu bebas, maka ajaran ini menarik banyak orang yang tidak sungguh-sungguh ingin meninggalkan cara hidup mereka yang lama.
3. Kelompok lain adalah mereka yang menjadi sangat sinis tentang janji kedatangan Yesus kembali. Tahun-tahun telah berlalu dan tidak terjadi apa- apa, oleh karena itu mereka mulai meragukan apakah benar hal itu akan terjadi.
Semua keadaan itu sangat mengganggu jemaat Kristen yang masih muda, dan Petrus menulis untuk meluruskan beberapa masalah di samping untuk mendorong mereka agar tetap percaya kepada Tuhan.
SIAPA PEMBACANYA?
Kita tidak tahu - sebab nama mereka tidak disebutkan dalam surat ini. Ada kemungkinan mereka itu adalah kelompok yang sama dengan penerima surat pertama, tetapi kita tidak pasti. Rupanya Petrus menulis surat ini karena merasa bahwa ajalnya sudah dekat. Ia mengatakan bahwa tidak lama lagi ia akan meninggalkan mereka dan kondisi ini adalah salah satu alasan mengapa ia ingin menuliskan sesuatu di atas kertas selagi ia masih bisa melakukannya.
BEBERAPA MASALAH YANG BELUM TERSELESAIKAN.
II Petrus merupakan sepucuk surat yang lain daripada yang lain, karena ditulis dalam bahasa yang paling tidak biasa dan berbunga-bunga dalam Perjanjian Baru. Hal ini mungkin merupakan cara Petrus untuk mengungkapkan apa yang ingin disampaikan atau mungkin hasil karya sekretarisnya pada waktu itu. Hal aneh lainnya ialah jika kita membaca pasal dua kemudian kita melihat surat Yudas, kita akan menemukan banyak persamaan. Kita tidak tahu siapa di antara keduanya yang memakai hasil tulisan rekannya. Petrus mungkin menyadur tulisan temannya -- atau Yudas yang mengambil hasil pemikiran Petrus! Masalah ini tetap tak terpecahkan.
Pesan
1. Anda perlu maju terus. Dalam haIo lebih mengetahui. 2Pe 1:5-7
o lebih membuktikan. 2Pe 1:8-11
o lebih bertumbuh. 2Pe 3:11, 12, 18
2. Yesus bukanlah mitos.
Bukti dari para saksi mata. 2Pe 1:16-18
Jawaban bagi guru-guru palsu. 2Pe 2:1; 3:1-2
3. Allah telah melakukannya.
Ia telah menghukum orang jahat di masa lampau. 2Pe 2:4-8
la akan membebaskan mereka yang mengasihi Dia. 2Pe 2:9
la akan menghakimi para pendosa. 2Pe 2:9-10
4. Jangan berlaku tidak sabar.
Yesus sungguh berjanji akan datang kembali. 2Pe 3:2
Allah dulu telah pernah menghancurkan dunia. 2Pe 3:5-6
Dunia yang sekarang ini akan dihancurkan, 2Pe 3:7, 10, 11
Allah melihat waktu dengan cara yang berbeda. 2Pe 3:8
Lebih lama menanti, lebih banyak Kristen! 2Pe 3:9 Kita memiliki hari depan yang cemerlang. 2Pe 3:13
Penerapan
II Petrus mengajukan beberapa pertanyaan...
1. Apakah Anda bertumbuh sebagai seorang Kristen?o Masihkah bergairah membuktikan janji-janji-Nya?
o menambah imanmu?
o dan tidak hanya menghabiskan waktu?
2. Apakah Anda penuh percaya diri?
o Anda memiliki
- Firman Allah
- pengalaman yang bertumbuh
- bukti-bukti dari saksi mata
- sekilas gambaran masa depan
3. Apakah Anda berjaga-jaga?
o Dapatkah Anda
- mengenali ajaran palsu?
- menghindari kekeliruan yang membahayakan?
- mengingat kebenaran?
- menjaga tingkah laku Anda?
4. Apakah Anda tetap berpegang teguh?
o Walaupun sudah melakukan kesalahan?
o Walaupun dicaci maki?
o Mengingat masa lalu Anda?
o Mengingat masa depan Anda?
o Karena Anda banyak mendapatkan dan banyak kehilangan?
Tema-tema Kunci
1. Alkitab.
Sungguh menakjubkan betapa banyak Petrus menunjuk kepada apa yang kita ketahui saat ini sebagai Alkitab dalam pengajarannya. Ia mengatakan bahwa pengajarannya lebih nyata daripada apa yang telah dilihatnya sendiri. Apa yang Anda temukan tentang:
o kehidupan dan pengajaran Yesus (2Pe 1:4, 8, 17; 2:1, 20; 3:2, 9, 10, 18)
o pengajaran para rasul 2Pe 1:12-18; 2:21; 3:2,15-16)
2. Bukti para saksI mata.
Seperti halnya dengan beberapa penulis Perjanjian Baru lainnya, Petrus dapat mengatakan bahwa berita tentang Yesus itu benar karena ia pernah bersama-sama dengan Dia dan melihat sendiri apa yang dilakukan-Nya. Ia juga melihat betapa pentingnya memberitahukan semua ini kepada banyak orang sebelum ia meninggal. Injil Markus banyak mengambil kesaksian Petrus. Menurut Anda mengapa Petrus memilih kisah tentang saat mereka melihat Yesus dipermuliakan? (2Pe 1:17-18). Bagaimana menurut Anda kisah ini berkaitan dengan 'kuasa kedatangan kembali Tuhan kita Yesus Kristus? (2Pe 1:16).
3. Kekeliruan.
Tidak ada tempat dalam pikiran Petrus untuk ajaran sesat atau untuk pertanyaan bodoh yang mempersoalkan firman Allah. Tidak ada ampun bagi orang yang menyebut diri Kristen bila mereka memutarbalikkan apa yang telah mereka ketahui mengenai Kristus dan kehidupan Kristen. Bagaimana Petrus mengambarkan guruguru palsu? Apa risiko yang akan menimpa mereka? Bagaimana hal itu berlaku bagi kita kini?
4. Akhir zaman.
Tidak ada keraguan dalam pikiran Petrus tentang kedatangan Kristus kembali dan tentang akhir zaman. Walaupun tertunda, hal itu pasti terjadi. Apa yang dapat kita pelajari dari surat ini:
O tentang akhir zaman serta apa yang akan terjadi? Bagaimana hal ini mempengaruhi cara hidup kita?
Garis Besar Intisari: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] 'SALAM, KAWAN-KAWAN...' 2Pe 1:1-2
[2] 'MAJU TERUS!' 2Pe 1:3-11
2Pe 1:3-4Kita memili janji janji Allah
2Pe 1:5-8Perhitungan rohani
2Pe
[1] 'SALAM, KAWAN-KAWAN...' 2Pe 1:1-2
[2] 'MAJU TERUS!' 2Pe 1:3-11
2Pe 1:3-4 | Kita memili janji janji Allah |
2Pe 1:5-8 | Perhitungan rohani |
2Pe 1:9 | Orang yang tidak maju |
2Pe 1:10-11 | Pertahankan hidup |
[3] 'SAYA MERASA PRIHATIN...' 2Pe 1:12-15
2Pe 1:12-14 | Saya mungkin tidak lama lagi bersamamu |
2Pe 1:15 | Ada sesuatu untukmu jika saya telah tiada |
[4] 'KITA MELIHATNYA TERJADI!' 2Pe 1:16-18
2Pe 1:16 | Dengan mata kita sendiri |
2Pe 1:17, 18 | Kita pasti berada di sana |
[5] 'FIRMAN ALLAH DIBERIKAN OLEH ALLAH SENDIRI' 2Pe 1:19-21
2Pe 1:19 | Cahaya dalam kegelapan |
2Pe 1:20-21 | Bukan sekadar tulisan manusia |
[6] 'HATI-HATI TERHADAP KEPALSUAN!' 2Pe 2:1-3
2Pe 2:1-2 | Guru-guru palsu |
2Pe 2:3 | Memeras kamu |
[7] 'ALLAH AKAN MENGHAKIMI' 2Pe 2:4-10
2Pe 2:4-8 | Dia telah melakukannya |
2Pe 2:9-10 | Dia akan melakukannya lagi |
[8] 'TIDAK DAPAT LEBIH BURUK LAGI' 2Pe 2:11-22
2Pe 2:11-16 | Perbuatan amoral yang terang terangan! |
2Pe 2:17-22 | Lebih baik jika mereka belum pernah mendengar! |
[9] 'TUHAN AKAN DATANG KEMBALI 2Pe 3:1-10
2Pe 3:1-4 | Beberapa meragukannya |
2Pe 3:5-7 | Hal itu telah pernah terjadi |
2Pe 3:8-10 | Allah sungguh-sungguh sabar |
[10] 'PIKIRKAN APA ARTI SEBENARNYA' 2Pe 3:11-13
2Pe 3:11-12 | Untuk kehidupan sehari-hari |
2Pe 3:13 | Suatu dunia baru akan tiba! |
[11] 'OLEH KARENA ITU, SEBAGAI KESIMPULAN...' 2Pe 3:14-18
2Pe 3:14 | Gunakanlah kesempatanmu |
2Pe 3:15-17 | Paulus juga menulis mengenai hal ini |
2Pe 3:18 | Bertumbuhlah terus! |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi