
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 5:1--8:28; Mat 6:11
Full Life: Mat 5:1--8:28 - KHOTBAH DI BUKIT.
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di
Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan...
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang Kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Gal 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita (Rom 8:2-14; Gal 5:16-25). Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam Khotbah Kristus
(lihat cat. --> Mat 5:6).
[atau ref. Mat 5:6]

Full Life: Mat 6:11 - MAKANAN KAMI YANG SECUKUPNYA.
Nas : Mat 6:11
Doa juga harus berisi permohonan tentang kebutuhan pokok sehari-hari
(Fili 4:19;
lihat cat. --> Luk 11:3).
[ata...
BIS -> Mat 6:11
yang kami perlukan: atau untuk besok; atau untuk setiap hari.
Jerusalem: Mat 5:1--7:29 - -- Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (L...
Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (Luk 6:20-49) disajikan dengan bentuk yang berbeda-beda. Lukas meninggalkan apa yang kurang menarik perhatian sidang pembacanya, ialah segala sesuatu yang mengenai adat-istiadat dan hukum Yahudi, Mat 5:17-6:18. Sebaliknya Matius memasukkan ke dalam wejangan itu beberapa perkataan Yesus diucapkan di waktu dan tempat lain (bdk bagian-bagian yang sejalan dengan Lukas), dengan maksud menyusun sebuah piagam yang lebih lengkap. Dalam wejangan majemuk yang terbentuk dengan jalan tersebut ada lima pokok utama:
1) semangat manakah harus menjiwai anggota-anggota Kerajaan Allah, Mat 5:3-48.
2) dengan semangat manakah mereka harus "menggenapi" hukum dan adat-istiadat Yahudi,

Jerusalem: Mat 6:9-13 - -- Bapa kami yang disajikan oleh Matius memuat tujuh permohonan. Matius memang menyukai angka tujuh: dua kali tujuh keturunan dalam silsilah Yesus, Mat 1...
Bapa kami yang disajikan oleh Matius memuat tujuh permohonan. Matius memang menyukai angka tujuh: dua kali tujuh keturunan dalam silsilah Yesus, Mat 1:17; tujuh ucapan bahagia, Mat 5:3+; tujuh perumpamaan, Mat 13:3+; mengampuni tidak hanya tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh, Mat 18:22; tujuh kutuk yang dilontarkan kepada orang Farisi, Mat 23:13+; tujuh bagian dalam kitab Injil Matius (bdk pengantar). Barangkali dengan maksud mencapai tujuh permohonan, Matius menambah pada teks dasar (Luk 11:2-4) permohonan ketiga, bdk Mat 7:21; Mat 21:31; Mat 26:42, dan yang ketujuh, bdk "yang jahat", Mat 13:19,38.

Jerusalem: Mat 6:11 - pada hari ini makanan kami yang secukupnya Terjemahan ini lebih kurang tradisionil dan berusaha mengungkapkan maksud kata-kata Yunani yang sesungguhnya sukar dipahami. Ada macam-macam terjemaha...
Terjemahan ini lebih kurang tradisionil dan berusaha mengungkapkan maksud kata-kata Yunani yang sesungguhnya sukar dipahami. Ada macam-macam terjemahan lain, misalnya: apa yang perlu untuk kehidupan, atau: apa yang kita perlukan besok, dll. Rupanya sungguh maksudnya memohon kepada Allah, apa yang perlu untuk hidup jasmaniah, tetapi tidak lebih dari itu, bukan kekayaan atau kemewahan. Para pujangga Gereja suka mengetrapkan pada roti Ekaristi, Yoh 6:22+, dan pada roti firman Allah.
Ende -> Mat 6:11
Ende: Mat 6:11 - Redjeki Segalanja jang kita butuhkan tiap-tiap hari untuk kehidupan djasmani
maupun rohani.
Segalanja jang kita butuhkan tiap-tiap hari untuk kehidupan djasmani maupun rohani.
Ref. Silang FULL -> Mat 6:11

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 6:9-15
Matthew Henry: Mat 6:9-15 - Doa yang Benar: Doa Bapa Kami Doa yang Benar: Doa Bapa Kami (6:9-15)
Setelah Kristus mengecam apa yang tidak baik, Ia menunjukkan cara yang lebih baik, sebab Dialah yang berhak ...
Doa yang Benar: Doa Bapa Kami (6:9-15)
- Setelah Kristus mengecam apa yang tidak baik, Ia menunjukkan cara yang lebih baik, sebab Dialah yang berhak menegur untuk memberikan petunjuk. Karena kita tidak tahu apa yang seharusnya kita doakan, di sini Ia membantu kita mengatasi kelemahan kita dengan cara menaruh kata-kata di dalam mulut kita, karena itu berdoalah demikian (ay. 9). Begitu banyak kejahatan yang menyusup ke dalam kewajiban berdoa ini di antara orang-orang Yahudi, sehingga Kristus menganggap perlu untuk memberikan petunjuk baru perihal doa untuk menunjukkan kepada murid-murid-Nya seperti apa sebenarnya isi dan cara menaikkan doa mereka. Ia memberikannya dalam bentuk kata-kata yang sangat baik untuk digunakan sebagai sebuah patokan, ringkasan, atau isi dalam mendoakan beberapa hal tertentu. Ini bukan berarti bahwa kita terikat untuk hanya menggunakan bentuk ini, atau selalu menaikkan doa ini seolah-olah hal ini perlu untuk menguduskan doa-doa kita yang lain. Di sini kita diminta untuk berdoa mengikuti cara ini, kata-kata ini, atau tujuan ini. Dalam Injil Lukas, doa ini agak berbeda. Kita tidak mendapati bahwa doa ini digunakan para rasul. Dalam doa ini kita tidak diajar berdoa di dalam nama Kristus seperti yang diajarkan kemudian. Di sini kita diajar berdoa agar kerajaan-Nya datang, dan yang memang datang ketika Roh dicurahkan. Namun, tidak perlu diragukan lagi bahwa doa ini baik sekali untuk digunakan sebagai patokan, dan doa ini merupakan ikrar persekutuan orang kudus, serta digunakan gereja selama berabad-abad, setidaknya (menurut Dr. Whitby) sejak abad ketiga. Ini adalah doa Tuhan kita yang disusun dan ditetapkan oleh-Nya. Doa ini sangat ringkas namun sangat luas dan sangat membantu kita mengatasi kelemahan kita dalam berdoa. Isinya sangat berharga dan perlu, caranya mengandung pelajaran, dan pengungkapannya sangat ringkas. Doa pendek ini mengandung banyak makna, dan sungguh penting bagi kita untuk membiasakan diri dengan rasa dan maknanya, sebab doa ini cocok digunakan, hanya apabila digunakan dengan pengertian dan tanpa pengulangan sia-sia.
- Doa Bapa Kami (sama seperti setiap doa) merupakan surat yang dikirimkan dari bumi ke sorga. Di dalamnya, Pribadi yang menjadi tujuan dari isi surat tersebut adalah Bapa kita; tempatnya di sorga; isinya dalam bentuk sejumlah permintaan; penutupnya: karena Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan meterainya: Amin; dan kalau mau, kita boleh menambahkan tanggalnya juga, hari ini.
- Jelasnya, doa ini terdiri atas tiga bagian.
- I. Kata pengantar, Bapa kami yang di sorga. Sebelum menyampaikan maksud, dengan khidmat kita harus menyalami Dia yang memegang maksud kita, yaitu Bapa kita. Ini mengisyaratkan bahwa kita harus berdoa bukan saja sendirian dan bagi diri kita sendiri, melainkan juga dengan dan bagi orang lain, sebab kita saling bersaudara dan dipanggil untuk bersekutu satu dengan yang lain. Di sini diajarkan kepada siapa kita harus berdoa, yakni hanya kepada Allah, bukan kepada para orang kudus dan malaikat, sebab mereka tidak mengenal kita, tidak layak menerima penghormatan tinggi yang kita berikan melalui doa, dan juga tidak dapat memberikan apa yang kita harapkan. Kita diajarkan bagaimana berperilaku terhadap Allah dan panggilan apa yang harus kita berikan kepada-Nya, yang lebih menggambarkan kebaikan daripada kehebatan, supaya dengan berani kita dapat menghampiri takhta anugerah.
- . Kita harus menyapa-Nya sebagai Bapa kami, dan memanggil-Nya demikian. Dia adalah Bapa bagi seluruh umat manusia melalui penciptaan (Mal. 2:10; Kis. 17:28). Bagi orang-orang kudus, Dia menjadi Bapa yang khusus melalui pengangkatan dan kelahiran kembali (Ef. 1:5; Gal. 4:6), dan ini adalah hak istimewa yang tidak terkatakan nilainya. Demikianlah kita harus memandang-Nya dalam doa, memikirkan segala yang baik tentang diri-Nya, yang menguatkan dan bukannya menakutkan. Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi Allah atau bagi kita sendiri selain daripada memanggil-Nya Bapa. Dalam doa-doa-Nya, Kristus sangat sering menyebut Allah dengan Bapa. Jika Dia adalah Bapa kita, Dia akan berbelas kasihan kepada kita karena kelemahan dan kekurangan kita (Mzm. 103:13), Dia akan melindungi kita (Mal. 3:17), Dia akan membuat pekerjaan kita berhasil sekalipun pekerjaan kita banyak cacatnya, dan Dia tidak akan menahan apa pun yang baik bagi kita (Luk. 11:11-13). Kita boleh menghampiri-Nya dengan berani seperti terhadap seorang ayah, karena kita mempunyai seorang Pengantara pada Bapa, dan Roh yang mengangkat kita sebagai anak. Ketika kita bertobat dari dosa-dosa kita, kita harus memandang Allah sebagai Bapa, seperti yang dilakukan anak yang hilang itu (Luk. 15:18; Yer. 3:19). Saat kita datang memohon anugerah, damai, dan hak waris serta berkat sebagai anak, sungguh menguatkan bila kita datang kepada Allah bukan sebagai hakim yang belum diperdamaikan, yang membalaskan dendam, melainkan sebagai Bapa yang penuh kasih, murah hati, dan yang telah diperdamaikan melalui Kristus (Yer. 3:4).
- . Sebagai Bapa kita di sorga: baik di sorga maupun di mana saja, sebab sorga pun tidak cukup luas untuk menampung-Nya. Namun, sorga adalah tempat untuk menyatakan kemuliaan-Nya sebab di situlah letak takhta-Nya (Mzm. 103:19). Bagi orang percaya, sorga adalah takhta anugerah: ke sanalah kita harus mengarahkan doa kita, sebab sekarang Kristus Sang Pengantara itu ada di sorga (Ibr. 8:1). Sorga tidak terlihat dan merupakan dunia roh. Oleh sebab itu, percakapan kita dengan Allah dalam doa harus dilakukan dalam roh. Tempatnya tinggi di atas, oleh karena itu, dalam doa kita harus berada tinggi di atas dunia dan mengangkat hati kita (Mzm. 5:1). Sorga adalah tempat yang suci sepenuh-penuhnya, dan oleh sebab itu kita harus mengangkat tangan yang bersih, berusaha menguduskan nama-Nya, karena Dia-lah Yang Mahakudus dan tinggal di tempat suci itu (Im. 10:3). Dari sorga Allah memandang anak-anak manusia (Mzm. 33:13-14). Dalam doa, kita harus melihat mata-Nya yang memandang kita: dari situ Ia dapat melihat jelas semua kebutuhan, beban, dan keinginan, termasuk semua kelemahan kita. Demikian pula halnya dengan cakrawala kuasa dan kebesaran-Nya (Mzm. 150:1). Sebagai Bapa, Ia bukan saja mampu menolong dan melakukan hal-hal besar bagi kita, lebih dari yang kita minta atau bayangkan, tetapi juga memenuhi semua kebutuhan kita, sebab setiap pemberian yang baik berasal dari atas. Dia seorang Bapa, dan oleh karena itu kita boleh menghampirinya dengan berani, namun Dia juga seorang Bapa sorgawi, dan oleh sebab itu kita harus datang dengan penuh rasa hormat (Pkh. 5:1). Demikianlah semua doa kita harus sesuai dengan tujuan utama kita sebagai orang Kristen, yakni berada bersama Allah di sorga. Allah dan sorga, yang merupakan tujuan dari seluruh percakapan kita, harus diperhatikan secara khusus dalam setiap doa. Inilah pusat perhatian kita semua. Melalui doa, kita mengarah ke tempat yang akan kita tuju.
- II. Permohonan, ada enam jumlahnya. Tiga yang pertama lebih langsung berkaitan dengan Allah dan kehormatan-Nya, sedangkan tiga yang terakhir berkaitan dengan diri kita, baik yang bersifat sementara maupun yang rohani. Ini sama seperti dalam Sepuluh Perintah Allah, di mana empat permohonan pertama mengajarkan kewajiban kita terhadap Allah, dan enam yang terakhir mengajarkan kewajiban kita terhadap sesama. Cara berdoa yang diajarkan Kristus ini mengajar kita untuk terlebih dahulu mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, barulah sesudah itu kita boleh berharap bahwa semua yang lainnya akan ditambahkan.
- . Dikuduskanlah nama-Mu. Dalam Alkitab terjemahan lama diterjemahkan dengan Dimuliakanlah nama-Mu. Melalui kata-kata ini:
- (1) Kita memberikan kemuliaan bagi Allah. Ini boleh tidak diartikan sebagai suatu permohonan, tetapi suatu pemujaan, seperti dalam perkataan TUHAN itu Mahabesar, atau Dimuliakanlah TUHAN, sebab kekudusan Allah adalah kebesaran dan kemuliaan seluruh kesempurnaan-Nya. Kita harus mengawali doa-doa kita dengan memuji Allah, dan sudah sepantasnyalah Dia harus dilayani terlebih dahulu, dan bahwa kita harus memberikan kemuliaan bagi Allah sebelum berharap menerima belas kasihan dan anugerah dari-Nya. Biarlah Dia mendapatkan pujian atas kesempurnaan-Nya, baru kemudian kita menerima berkat dari situ.
- (2) Kita menetapkan tujuan kita. Yang harus kita jadikan sebagai tujuan yang benar, yang utama dan yang tertinggi dalam semua permohonan kita adalah agar Allah boleh dipermuliakan. Semua permintaan kita yang lain haruslah tunduk kepada ketentuan ini dan bersesuaian dengannya. "Bapa, muliakanlah nama-Mu dalam memberikan makanan secukupnya kepada saya dan dalam mengampuni kesalahan saya," dan seterusnya. Karena semua hal berasal dari-Nya dan melalui Dia, semuanya juga harus diberikan kepada Dia dan demi Dia. Dalam doa, pikiran dan perasaan kita harus terutama ditujukan bagi kemuliaan Allah. Orang Farisi menjadikan nama mereka sebagai tujuan utama dari doa-doa mereka (ay. 5, supaya mereka dilihat orang). Hal ini bertolak belakang dengan yang diajarkan kepada kita, yakni untuk menjadikan nama Allah sebagai tujuan utama kita. Biarlah semua permohonan kita berpusat pada dan diatur oleh hal ini. "Lakukan ini dan itu bagiku, demi kemuliaan nama-Mu, dan sejauh hal itu adalah untuk kemuliaan nama-Mu."
- (3) Kita rindu dan berdoa agar nama Allah, yaitu Allah sendiri, dalam segala sesuatu yang dipakai-Nya untuk menyatakan diri-Nya sendiri, dikuduskan dan dipermuliakan, baik oleh kita maupun orang lain, dan terutama oleh diri-Nya sendiri. "Bapa, biarlah nama-Mu dipermuliakan sebagai seorang Bapa, yakni Bapa sorgawi. Muliakanlah kebaikan dan kebesaran-Mu, keagungan dan belas kasihan-Mu. Dikuduskanlah nama-Mu, sebab nama itu kudus. Kita tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan nama kami yang telah tercemar ini, tetapi kita bertanya, "Tuhan, apakah yang akan Kaulakukan dengan nama-Mu yang besar itu?" Ketika kita berdoa agar nama Allah dipermuliakan:
- [1] Kita memohon apa yang merupakan keniscayaan, sebab Allah pasti menguduskan nama-Nya sendiri, entah kita menginginkannya atau tidak. Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa (Mzm. 46:11).
- [2] Kita meminta sesuatu yang kita yakini pasti dikabulkan, sebab ketika Juruselamat kita berdoa, "Bapa, muliakanlah nama-Mu," doa itu langsung dijawab, "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!"
- . Datanglah Kerajaan-Mu. Permohonan ini jelas berkaitan dengan ajaran yang disampaikan Kristus pada waktu itu, yang sebelumnya pernah dikhotbahkan Yohanes Pembaptis, dan yang belakangan dikhotbahkan para rasul yang diutus oleh-Nya -- Kerajaan Allah sudah dekat. Kerajaan Bapamu yang di sorga, kerajaan Mesias, telah dekat, berdoalah agar kerajaan itu segera datang. Perhatikanlah, kita harus mengubah perkataan yang kita dengar menjadi doa; hati kita harus memantulkan gema dari apa yang kita dengar itu. Ketika kita mendengar Kristus berjanji, "Ya, Aku datang segera," hati kita harus menjawab, "Amin, datanglah, Tuhan Yesus." Para pelayan Tuhan harus mendoakan firman Tuhan. Saat berkhotbah mengenai Kerajaan Allah sudah dekat, mereka harus berdoa, Bapa, datanglah Kerajaan-Mu. Kita harus mendoakan apa yang telah dijanjikan Allah, sebab janji-janji diberikan bukan untuk menggantikan, melainkan untuk mempercepat dan mendorong doa. Ketika penggenapan janji itu sudah hampir tiba, saat Kerajaan Sorga itu sudah dekat dan sudah di ambang pintu, kita harus semakin bersungguh-sungguh berdoa, datanglah Kerajaan-Mu. Sama seperti ketika Daniel tunduk untuk berdoa bagi pembebasan bangsa Israel, ketika ia tahu bahwa waktunya sudah dekat (Dan. 9:2; Luk. 19:11). Inilah doa harian orang Yahudi kepada Allah, biarlah Dia membuat Kerajaan-Nya memerintah, biarlah karya penebusan-Nya berjalan dengan baik, dan biarlah Mesias datang serta membebaskan umat-Nya. Dr. Whitby, dalam buku ex Vitringa: "Datanglah Kerajaan-Mu, biarlah Injil diberitakan kepada semua orang dan diterima semua orang; biarlah semua orang diajak untuk menerima peneguhan Allah dalam Firman yang diberikan-Nya mengenai Anak-Nya, dan mengakui Dia sebagai Juruselamat dan Penguasa mereka. Biarlah jemaat Injili semakin diperluas, kerajaan dunia diubahkan menjadi Kerajaan Kristus, dan semua orang menjadi warganya, serta menghidupi tabiat yang Injili."
- . Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Kita berdoa agar Kerajaan Allah segera datang, dan kita serta orang lain dapat dibawa untuk menaati semua hukum dan peraturan dari Kerajaan itu. Melalui hal ini, biarlah tampak bahwa kerajaan Kristus sudah hampir datang, biarlah kehendak-Nya yang jadi. Melalui ini, biarlah tampak bahwa kerajaan itu datang sebagai Kerajaan Sorga, biarlah kerajaan itu membawa serta sorga ke atas bumi. Jika kita memanggil-Nya Raja dan tidak melakukan kehendak-Nya, maka kita tidak lebih dari hanya menyebut-nyebut gelar-Nya saja. Karena itu, setelah berdoa agar Ia memerintah kita, kita berdoa agar dalam segala perkara kita diperintah oleh-Nya. Perhatikanlah:
- (1) Hal yang didoakan: jadilah kehendak-Mu. "Tuhan, lakukan apa saja yang menyenangkan hati-Mu terhadap aku dan milikku (1Sam. 3:18). Aku menyerahkan diri kepada-Mu, dan hatiku puas bahwa semua perkataan-Mu tentang diriku akan digenapi." Mengenai hal ini Kristus berdoa, "Bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." "Mampukan aku melakukan hal yang menyukakan hati-Mu. Beri aku anugerah yang diperlukan untuk mengetahui kehendak-Mu dan kerelaan untuk menaatinya. Biarlah kehendak-Mu saja yang sungguh-sungguh terjadi melalui aku dan orang lain, dan bukan kehendak kami, yang adalah kehendak daging atau pikiran. Janganlah kehendak manusia (1Ptr. 4:2), apalagi kehendak Iblis, yang terjadi (Yoh. 8:44), sehingga kami mendukakan Allah dalam segala hal yang kami lakukan -- ut nihil nostrum displiceat Deo, ataupun membenci apa saja yang diperbuat Allah -- ut nihil Dei displiceat nobis."
- (2) Pola agar kehendak-Nya terjadi, yaitu agar terjadi di bumi, di tempat di mana kita sedang menjalani ujian dan percobaan kita (di mana tugas kita harus diselesaikan, atau tidak akan pernah terselesaikan), seperti di sorga, tempat peristirahatan yang penuh dengan sukacita. Kita berdoa agar bumi bisa menjadi lebih serupa dengan sorga melalui ketaatan pada kehendak Allah karena merajalelanya kehendak Iblis, bumi telah begitu mirip dengan neraka, dan supaya para orang kudus lebih menyerupai malaikat kudus dalam hal pengabdian dan ketaatan. Kita ada di atas bumi, terpujilah Allah, dan belum di bawah bumi. Kita hanya berdoa bagi yang masih hidup, dan bukan bagi orang-orang mati yang turun ke tempat yang sunyi.
- . Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Supaya dapat menikmati kesejahteraan rohani, kita memiliki badan jasmani di dunia ini. Oleh sebab itulah, setelah berdoa bagi kemuliaan, kerajaan, dan kehendak Allah, kita juga berdoa bagi kebutuhan dan kenyamanan yang diperlukan dalam kehidupan sekarang ini, yang merupakan karunia Allah. Keperluan ini harus diminta dari-Nya. Ton arton epiousion -- Makanan untuk hari yang menjelang, untuk sepanjang sisa hidup kita. Makanan untuk masa mendatang, atau makanan untuk keberadaan dan penyambung hidup kita yang sesuai dengan keadaan kita di dunia (Ams. 30:8), makanan yang menjadi bagian kita dan keluarga kita, sesuai kedudukan dan lingkungan kita.
- Di sini, setiap perkataan mengandung pelajaran:
- (1) Kita meminta makanan, dan hal ini mengajarkan kita dua hal, yaitu ketenangan dan kesederhanaan. Kita meminta makanan, bukan yang lezat-lezat atau berlimpah ruah, tetapi yang sehat, meskipun rasanya mungkin tidak enak.
- (2) Kita meminta makanan kita, yang mengajarkan kita kejujuran dan kerajinan. Kita tidak meminta makanan yang menjadi hak orang lain, roti hasil tipuan (Ams. 20:17), ataupun makanan kemalasan (Ams. 31:27), melainkan makanan yang diperoleh dengan jujur.
- (3) Kita meminta makanan secukupnya, yang mengajarkan kita untuk tidak merasa khawatir akan hari besok (ay. 34), tetapi senantiasa mengandalkan pemeliharaan ilahi, seperti mereka yang hidup dari sehari ke sehari.
- (4) Kita memohon kepada Allah untuk memberikannya dan bukan menjual atau meminjamkannya kepada kita. Orang-orang yang paling hebat pun harus mengandalkan belas kasihan Allah untuk mendapatkan makanan secukupnya.
- (5) Kita berdoa, "Berikanlah kepada kami, bukan hanya kepadaku, tetapi juga kepada orang lain, sama seperti aku." Hal ini mengajar kita tentang kemurahan hati dan perhatian penuh belas kasihan bagi mereka yang miskin dan melarat. Hal ini juga mengisyaratkan agar kita berdoa bersama keluarga kita. Kita sekeluarga makan bersama, dan oleh karena itu juga perlu berdoa bersama.
- (6) Kita berdoa agar Allah memberi kita pada hari ini, yang mengajar kita untuk memperbarui kerinduan jiwa kita pada Allah, sama seperti kebutuhan jasmani kita juga diperbarui. Begitu tiba hari yang baru, kita harus berdoa kepada Bapa sorgawi kita, dan berpikir bahwa melewati satu hari tanpa doa, sama saja dengan melewatinya tanpa makanan.
- . Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Hal ini masih berkaitan dengan hal sebelumnya. Kata ampunilah mengisyaratkan bahwa kecuali dosa-dosa kita diampuni, kita tidak akan dapat hidup tenang atau menerima dukungan untuk hidup yang tenang itu. Makanan kami yang secukupnya hanya akan menjadikan kita domba-domba sembelihan jika dosa-dosa kita belum diampuni. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa kita harus berdoa meminta pengampunan setiap hari, sama seperti kita juga berdoa meminta makanan untuk setiap hari. Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya. Di sini kita melihat:
- (1) Sebuah permohonan, Bapa kami yang di sorga, ampunilah kami akan kesalahan kami, kesalahan kami kepada-Mu. Perhatikanlah:
- [1] Dosa-dosa kita adalah utang kita. Ada utang kewajiban kita sebagai ciptaan yang harus kita lunasi kepada Pencipta kita. Namun, kita tidak berdoa agar dibebaskan dari utang kewajiban itu, melainkan dari utang yang dapat mengakibatkan penghukuman. Karena gagal menaati kehendak Allah, kita menjadi terbuka bagi murka Allah, dan karena tidak mengindahkan ajaran hukum Taurat, kita wajib menerima hukumannya. Orang yang berutang dapat dituntut, begitu pula kita. Seorang pelanggar hukum berutang kepada hukum, begitu pula kita.
- [2] Setiap hari seharusnya kerinduan hati dan isi doa kita kepada Bapa sorgawi kita adalah memohon agar Ia mau mengampuni kita akan kesalahan kita, supaya kewajiban menerima hukuman dapat dibatalkan dan dihapuskan, supaya kita tidak turut dihukum, supaya kita dibebaskan dan menikmati kebebasan itu. Dalam memohonkan pengampunan bagi dosa-dosa kita, pembelaan yang harus kita andalkan adalah keyakinan penuh atas keadilan Allah terhadap dosa manusia melalui kematian Tuhan Yesus yang adalah Penanggung, atau lebih tepat, Jaminan kita atas tindakan kita, yang mengerjakan pembebasan kita itu.
- (2) Alasan kuat yang mendukung permohonan ini: seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Ini bukanlah permohonan untuk mendapatkan suatu keuntungan, melainkan untuk memperoleh suatu anugerah. Perhatikanlah, orang-orang yang datang kepada Allah, untuk memohon pengampunan atas dosa-dosa mereka kepada-Nya, haruslah mengampuni orang-orang yang menyakiti hati mereka. Jika tidak, mereka akan mengutuk diri mereka sendiri saat menaikkan Doa Bapa Kami itu. Tugas kita adalah mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Sama seperti utang uang, janganlah kita bersikap keras dan bengis dalam menagihnya dari orang-orang yang tidak mampu melunasinya, supaya kita tidak mencelakakan diri dan keluarga mereka. Yang dimaksudkan dalam ayat di sini adalah utang karena menyakiti. Orang-orang yang bersalah kepada kita adalah mereka yang berbuat jahat kepada kita, yang menampar pipi kita (5:39-40), dan menurut hukum yang berlaku, seharusnya dituntut. Kita harus bersabar, mengampuni, serta melupakan penghinaan yang ditimpakan kepada kita dan kesalahan yang diperbuat orang terhadap kita. Ini adalah persyaratan moral yang diperlukan untuk terciptanya pengampunan dan perdamaian. Sungguh membangkitkan pengharapan bila Allah mau mengampuni kita, dan bila dalam diri kita terdapat tabiat mulia untuk mengampuni orang lain, itu asalnya dari Allah. Tabiat mengampuni ini merupakan suatu kesempurnaan yang sangat menonjol dan sangat mendalam yang ada dalam diri Allah. Dengan membentuk kesediaan mengampuni dalam diri kita, ini menjadi bukti bahwa Ia telah mengampuni kita.
- . Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Permohonan ini diungkapkan,
- (1) Dalam bentuk negatif: Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Setelah berdoa agar dosa kita dihapuskan, sudah sepantasnyalah kalau kita berdoa agar tidak pernah kembali melakukan kebodohan, supaya kita jangan tergoda lagi. Ini bukan berarti seolah-olah Allah mencobai orang untuk berbuat dosa, tetapi: "Tuhan, jangan biarkan Iblis menyerang kami. Belenggulah singa yang mengaum itu, sebab ia tidak mudah terlihat dan pendengki. Tuhan, jangan biarkan kami sendiri (Mzm. 19:14), sebab kami sangat lemah. Tuhan, jangan menaruh batu sandungan dan jerat di depan kami, atau menempatkan kami dalam keadaan yang dapat membuat kami terjatuh." Kita harus berdoa melawan pencobaan, baik karena ketidaknyamanan maupun masalah yang bisa ditimbulkannya, dan bahaya yang mengancam kita jika dikuasai olehnya, maupun karena rasa bersalah dan dukacita yang mengikutinya.
- (2) Dalam bentuk positif: Tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat, apo tou ponērou -- dari si jahat, si Iblis, si pencoba itu. "Lindungilah kami, supaya kami tidak diserang olehnya atau dikalahkan oleh serangannya." Bisa juga dari yang jahat, yakni dosa, yang terburuk dari segala yang jahat, yang dibenci Allah dan yang digunakan Iblis untuk mencobai dan membinasakan manusia. "Tuhan, lepaskanlah kami dari kejahatan dunia, kebusukan yang masuk ke dunia melalui hawa nafsu; dari setiap keadaan jahat dunia ini; dari jahatnya maut; dari sengat maut, yaitu dosa. Lepaskanlah kami dari diri kami sendiri, dari hati kami yang jahat. Lepaskanlah kami dari orang-orang jahat, agar mereka tidak menjadi jerat bagi kami, dan kami tidak menjadi mangsa mereka."
- III. Kesimpulannya: Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin. Beberapa orang menghubungkan kata-kata ini dengan pujian Daud kepada Allah, "Ya TUHAN punya-Mu-lah kebesaran" (1Taw. 29:11). Ini adalah:
- . Suatu bentuk permohonan untuk melaksanakan permohonan-permohonan sebelumnya. Menjadi tugas kita untuk memohon kepada Allah dalam doa dan memenuhi mulut kita dengan pembelaan (Ayb. 23:4), dan bukan untuk menggerakkan hati Allah, melainkan untuk mempengaruhi diri kita sendiri. Untuk mendorong iman, membangkitkan ketekunan kita, dan untuk mengalami keduanya. Permohonan terbaik mengenai doa adalah doa-doa yang dinyatakan dan berasal dari Allah sendiri. Kita harus bergumul dengan Allah dengan kekuatan-Nya sendiri, baik sewaktu mengajukan permohonan maupun dalam mendesakkan permohonan kita itu. Di sini, permohonan itu mengacu khusus kepada ketiga permohonan pertama. "Bapa kami yang di sorga, datanglah Kerajaan-Mu, karena Engkaulah yang empunya Kerajaan; jadilah kehendak-Mu, karena Engkaulah yang empunya kuasa; dikuduskanlah nama-Mu, karena Engkaulah yang empunya kemuliaan." Mengenai keperluan kita sendiri, kata-kata berikut sungguh membesarkan hati: "Engkaulah yang empunya Kerajaan, Engkaulah yang memiliki pemerintahan atas dunia dan perlindungan atas orang-orang kudus, kehendak-Mu mengendalikannya." Allah memberi dan menyelamatkan seperti layaknya seorang raja. "Engkaulah yang empunya kuasa, untuk memelihara dan menopang kerajaan itu dan memperbaiki hubungan dengan umat-Mu." Engkaulah yang empunya kemuliaan, yang menjadi tujuan dari semua jawaban doa yang diberikan kepada dan dilakukan untuk orang-orang kudus; karena bagi-Nyalah puji-pujian mereka. Ini berbicara tentang penghiburan dan keyakinan kudus dalam doa.
- . Ini adalah suatu bentuk pujian dan pengucapan syukur. Cara memohon yang terbaik kepada Allah adalah dengan memberikan puji-pujian kepada-Nya. Ini adalah cara untuk mendapatkan belas kasihan selanjutnya, karena pujian ini melayakkan kita untuk menerima belas kasihan itu. Dalam semua perkataan kita kepada Allah, sudah selayaknya pujian mendapatkan bagian yang cukup, karena pujian sudah seharusnya menjadi bagian dari orang-orang kudus, yang harus diberikan kepada Allah bagi nama dan kepujian-Nya. Hal ini sungguh adil dan sudah sepantasnya. Kita memuji Allah dan memuliakan-Nya, bukan karena Ia membutuhkannya -- Dia dipuji-puji oleh beribu-ribu malaikat -- melainkan karena Dia memang layak menerimanya. Sudah menjadi kewajiban kita untuk memberi-Nya kemuliaan, karena ini sesuai dengan tujuan rancangan-Nya dalam menyatakan diri-Nya kepada kita. Puji-pujian adalah kegiatan dan kebahagiaan sorga, dan semua orang yang kelak akan masuk ke sorga, harus memulainya sekarang. Amatilah, betapa lengkapnya puji-pujian kepada Allah ini, Kerajaan, kuasa, dan kemuliaan, semuanya Engkaulah yang empunya. Perhatikanlah, sudah seharusnyalah kita memuji Allah dengan berlimpah. Orang kudus yang sejati tidak pernah berpikir bahwa ia mampu bicara kepada Allah dengan cukup hormat. Karena itu, puji-pujian haruslah berlimpah, dan ini adalah sampai selama-lamanya. Memberikan kemuliaan bagi Allah sampai selama-lamanya mengisyaratkan pengakuan kita terhadap Dia, yang berlaku untuk seterusnya, dan kita harus memiliki keinginan sungguh untuk melakukannya selama-lamanya, bersama para malaikat dan orang kudus di sorga (Mzm. 71:14).
- Terakhir, untuk semuanya ini kita diajar untuk membubuhkan kata Amin pada akhir doa, yang artinya "demikianlah adanya." Kata Amin dari Allah berarti suatu hibah atau pengabulan permintaan; Ia berfirman, maka jadilah seperti itu. Sedangkan kata Amin yang kita ucapkan hanyalah merupakan suatu keinginan yang ringkas, "kiranya jadilah demikian." Kita berkata Amin sebagai tanda agar keinginan dan keyakinan kita didengar. Amin menunjuk kepada setiap permohonan sebelumnya; jadi, sebagai bentuk belas kasihan Allah terhadap kelemahan kita, kita diajar untuk meringkas semuanya dalam satu perkataan, supaya dengan demikian kita merangkum segala ucapan kita yang telah berlalu. Sungguh baik untuk menutup kewajiban ibadah kita dengan kehangatan dan semangat, agar jiwa kita dapat menikmati manisnya hal itu. Sudah menjadi kebiasaan lama orang-orang baik untuk berkata Amin dengan jelas pada akhir doa. Kebiasaan ini patut dipuji, asal dilakukan dengan pengertian sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasul Paulus (1Kor. 14:16), dan dengan tulus, bersemangat, keluar dari hati, yang bisa tampak melalui ungkapan keinginan dan keyakinan.
- Kebanyakan permohonan dalam Doa Bapa Kami telah biasa digunakan orang Yahudi dalam ibadah atau perkataan mereka guna maksud yang sama. Namun, ketentuan dalam permohonan kelima yang berbunyi, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami, benar-benar baru bagi mereka. Itulah sebabnya Juruselamat kita menunjukkan di sini untuk alasan apa Ia menambahkan bagian tersebut. Itu dilakukan-Nya tanpa ada maksud untuk menyinggung sifat-sifat mudah tersinggung, suka berbantah, dan tabiat buruk orang-orang pada generasi itu, walaupun sebenarnya sifat-sifat ini bisa dipakai sebagai alasan penambahan itu. Sebaliknya, Kristus menambahkan bagian tersebut hanya karena hal tersebut memang perlu dan penting. Dengan mengampuni kita, Allah menaruh perkenan pada sikap kita yang mau mengampuni orang yang telah menyakiti kita. Oleh sebab itu, saat berdoa memohon pengampunan, kita harus menyebutkan bahwa kita memang sadar akan kewajiban kita itu, bukan saja untuk mengingatkan, melainkan juga untuk mengikat diri kita untuk melaksanakan kewajiban tersebut. Bacalah perumpamaan dalam pasal 18:23-35. Tabiat mementingkan diri sendiri bertolak belakang dengan hal ini, dan oleh karenanya hal itu ditanamkan di sini (ay. 14-15),
- . Dalam bentuk janji. Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Bukan seolah-olah ini satu-satunya persyaratan yang diperlukan, tetapi juga harus ada pertobatan, iman, dan ketaatan baru. Sama seperti bentuk-bentuk kemurahan hati lainnya haruslah dilakukan dalam kebenaran, kemurahan hati yang ini pun juga harus didasari oleh hal-hal tadi, yang membuktikan ketulusan tindakan kita. Orang yang mengalah kepada saudaranya menunjukkan bahwa ia bertobat terhadap Allah. Kata kesalahan di sini dimaksudkan sebagai pelanggaran, kesalahan dengan jalan melukai, pelanggaran terhadap tubuh, harta benda, atau nama baik. Kata pelanggaran adalah istilah penghalus untuk kata menyakiti, paraptōmata -- membuat tersandung, membuat tergelincir, menjatuhkan. Perhatikanlah, bila kita mau mengampuni orang lain, maka bukti yang baik yang bisa kita perlihatkan, dan yang juga bisa membantu kita dalam mengampuni, adalah bila kita mau menyebut sakit derita yang dilakukan terhadap kita itu dengan sebutan yang lebih lembut, yang memaafkan. Jangan menyebutnya sebagai pengkhianatan, melainkan pelanggaran. Jangan pula menyebutnya luka yang disengaja, tetapi suatu kelalaian ringan, mungkin itu hanyalah suatu kekhilafan saja (Kej. 43:12). Oleh sebab itu, lakukanlah itu dengan sebaik-baiknya. Kita harus mengampuni, sama seperti kita berharap diampuni, dan oleh karena itu kita bukan saja tidak boleh memendam kebencian atau merancang pembalasan, tetapi juga jangan mencela saudara kita karena luka-luka yang telah ditimbulkannya terhadap kita atau bersukacita karena kemalangan yang menimpanya. Kita harus siap membantunya dan berbuat baik kepadanya. Jika ia bertobat dan ingin berbaikan kembali, kita harus bersikap bebas dan akrab dengannya, seperti dahulu.
- . Dalam bentuk ancaman. "Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang yang telah menyakitimu, itu merupakan pertanda buruk bahwa kamu tidak memiliki persyaratan yang lain itu dan sama sekali tidak layak menerima pengampunan. Oleh sebab itu, Bapamu, yang kamu panggil Bapa, dan yang sebagai seorang Bapa menawarkan anugerah-Nya dengan persyaratan yang pantas, juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. Jika kemurahan hati yang lain dikerjakan dengan sungguh-sungguh, namun kamu sangat kurang dalam hal mengampuni, maka kamu tidak bisa berharap akan mendapat penghiburan melalui pengampunan; sebaliknya, rohmu akan menderita terus sampai kamu memenuhi kewajibanmu tadi." Perhatikanlah, orang-orang yang menerima belas kasihan Allah harus menunjukkan belas kasihan juga kepada saudara mereka. Kita juga tidak dapat berharap Ia akan mengulurkan tangan kemurahan-Nya kepada kita, kecuali kita menadahkan tangan yang suci, tanpa marah (1Tim. 2:8). Jika kita berdoa dalam kemarahan, sudah sepantasnya kita takut Allah juga akan menjawab dalam kemarahan. Telah dikatakan bahwa doa-doa yang dinaikkan dalam kemarahan, tertulis dengan empedu. Apa alasan Allah membebaskan kita dari utang kita sebesar sepuluh ribu talenta pada-Nya, jika kita tidak mau membebaskan saudara kita dari utangnya sebesar seratus dinar kepada kita? Kristus datang ke dunia sebagai Pendamai yang agung, bukan untuk memperdamaikan kita dengan Allah saja, melainkan juga satu dengan yang lain. Dalam hal ini kita harus patuh kepada-Nya. Sungguh sangat congkak dan berbahaya jika ada yang meremehkan apa yang di sini begitu ditekankan oleh Kristus. Nafsu manusia tidak boleh mengacaukan perkataan Allah.
SH: Mat 6:5-15 - Hubungan rahasia yang dikembangkan. (Selasa, 16 Januari 2001)
Hubungan rahasia yang dikembangkan. Kita perlu
mengembangkan hubungan kita dan Allah yang
'rahasia' itu dengan pergi ke kamar, menutup
pintu, dan ber...
Hubungan rahasia yang dikembangkan.
Kita perlu
mengembangkan hubungan kita dan Allah yang
'rahasia' itu dengan pergi ke kamar, menutup
pintu, dan berdoa kepada-Nya. Artinya kita perlu
menyediakan waktu dan tempat secara khusus untuk
berkomunikasi dengan Allah secara pribadi,
sehingga kita semakin mengenal-Nya secara pribadi
dan bukan sekadar mengenal tentang Dia. Di samping
itu kita pun perlu belajar prinsip doa yang benar
dan sikap-sikap yang harus kita miliki ketika kita
menghadap Dia dalam doa.
Perkataan Bapa kami yang di surga mengajarkan bahwa di dalam doa, Allah yang jauh dari manusia (di surga) menjadi dekat dengan umat-Nya (Bapa kami). Dikuduskanlah nama-Mu menyatakan bahwa kita mengakui Allah sebagaimana Ia telah menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang kudus. Kita mengekspresikan penghormatan kita kepada-Nya, mengakui Dia sebagai Allah yang hidup, aktif, dan berperan dalam hidup manusia. Datanglah kerajaan- Mu mengungkapkan pengakuan kita bahwa Allahlah Raja yang sah atas seluruh penciptaan dan merindukan pemerintahan-Nya secara penuh terealisasi dalam kehidupan kita dan dunia. Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga merupakan pernyataan bahwa kita tunduk dan taat kepada-Nya dalam segala hal. Kita tidak membedakan hal yang `suci' dan yang `sekuler'. Memohon Berikanlah kami... adalah pernyataan kepercayaan kita yang besar kepada Allah bahwa kita selalu dicukupkan dengan apa yang diberikan tiap hari tanpa keinginan untuk menumpuk harta bagi diri sendiri. Tiap hari yang baru kita lihat sebagai kesempatan untuk mengalami kebaikan Allah bagi kita. Permohonan Ampunilah kami. merupakan manifestasi dari merendahkan diri di hadapan Allah. Kita sadar akan kelemahan dan kegagalan kita namun kita pun bersukacita karena Allah tetap mengasihi kita. Kasih Allah yang mengampuni akan mendorong kita untuk berbelas kasihan kepada orang lain yang bersalah kepada kita. Ini merupakan kesempatan untuk mendemonstrasikan kemurahan Allah. Kita bersandar kepada Allah yang akan melepaskan kita dari pencobaan, jika kita tidak dengan sengaja mencari pencobaan ketika kita mengatakan Jauhkanlah kami....
Renungkan: Ketika kita mendatangi Allah dengan sikap seperti di atas, maka relasi dengan Allah akan semakin dalam dan bertumbuh.

SH: Mat 6:9-15 - Doa yang benar. (Senin, 10 Januari 2005) Doa yang benar.
Tuhan Yesus bukan hanya mengoreksi motivasi dan isi ibadah,
serta doa yang salah. Ia kini mengajar mereka bagaimana mereka
...
Doa yang benar.
Tuhan Yesus bukan hanya mengoreksi motivasi dan isi ibadah,
serta doa yang salah. Ia kini mengajar mereka bagaimana mereka
seharusnya berdoa. Berdoa itu berbicara langsung dengan Allah
secara hangat, sederhana, dan apa adanya. Dengan hangat kita
memanggil Allah, Bapa Surgawi kita sebab Tuhan Yesus, Putra-Nya
yang Tunggal telah lebih dulu memanggil kita untuk mengikut Dia
dan belajar dari Dia. Doa itu sederhana, tidak rumit dan
bertele-tele sebab bukan pertunjukan rohani, tetapi merupakan
perjumpaan hati dengan hati. Doa dalam hubungan riil
memungkinkan orang membuka hidupnya apa adanya di hadapan Allah.
Doa yang baik mendahulukan kepentingan Allah lalu menempatkan kepentingan kita di dalam wilayah kepentingan Allah. Inilah sifat isi doa yang Tuhan Yesus ajarkan. Tiga pokok penting menyangkut Allah (ayat 9-10) merangkul tiga pokok penting kebutuhan nyata kita (ayat 11-13). Doa yang dimulai dengan sapaan iman kepada Allah Bapa Surgawi, ditutup dengan pernyataan iman tentang kedaulatan Allah (ayat 13b). Tiga hal yang perlu kita utamakan dalam doa dan hidup kita adalah Nama, Kerajaan, dan kehendak Allah. Kita berdoa agar diri Allah dijunjung tinggi, pemerintahan-Nya terwujud, dan kehendak-Nya yang baik itu terjelma dalam dunia nyata ini di dalam dan melalui kita. Allah juga memperhatikan kebutuhan jasmani dan rohani kita. Karena itu, kita tidak perlu ragu memohon Allah memenuhi kebutuhan hidup kita dan kebutuhan kita akan pengampunan dan kemenangan dalam pencobaan.
Kita perlu berdoa menurut doa yang Tuhan Yesus ajarkan ini dengan segenap hati dan menjadikan kebenaran di dalamnya model bagi doa-doa kita. Hubungan kita dengan Allah tidak dapat dilepaskan dari keadaan hubungan kita dengan sesama, jadi penerimaan Allah akan doa kita pun terkait dengan penerimaan kita akan sesama kita.
Ingat: Hayati dan terapkan prinsip serta isi doa ini setiap kali Anda berdoa.

SH: Mat 6:9-13 - Doa yang benar. (Selasa, 6 Januari 1998) Doa yang benar. Doa Bapa Kami bukan sekadar hafalan. Tuhan Yesus mengajarkan doa ini agar nafas, semangat dan prinsip di dalamnya ditaati. Semua orang...
Doa yang benar.
Doa Bapa Kami bukan sekadar hafalan. Tuhan Yesus mengajarkan doa ini agar nafas, semangat dan prinsip di dalamnya ditaati. Semua orang yang berdoa harus sungguh menyadari siapa dirinya dan siapa Tuhan. Sebagai ciptaan berdosa, kita menggantungkan diri kepada sifat-sifat agung Allah. Sebagai orang yang telah diampuni dan diperdamaikan Kristus, kita mempercayakan diri penuh kepada-Nya. Di dalam tekad meninggikan Allah dan menyaksikan Kerajaan-Nya terwujud di bumi inilah seharusnya seluruh kebutuhan rohani dan jasmani kita kita pertaruhkan kepada Tuhan Allah.
Hidup Kristiani. Doa Bapa Kami memadukan: Pertama sikap tidak egois. Allah bukan milik dirinya sendiri, tetapi Allah dari semua orang beriman. Yang jadi bukanlah pemerintahan manusia, sebab Allah berdaulat penuh di surga dan di bumi. Kedua, arah hidup ke masa depan (ayat 9,10). Ketiga, kebutuhan manusia, seperti pengampunan dosa, bimbingan agar dijauhkan dari semua pencobaan yang menjatuhkan pada kejahatan, dan kebutuhan hidup sehari-hari.
Renungkan: Gereja dan orang beriman yang berdoa menempatkan diri di dalam arus tak terbendungkan dari pewujudan kehendak dan Kerajaan Allah.
Doa: Mampukan kami memenuhi seluruh elemen doa Bapa kami, ya Bapa dalam Kristus Yesus.
Topik Teologia -> Mat 6:11
Topik Teologia: Mat 6:11 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Tempat Umat Manusia Pada Urutan Penciptaan
Manusia Dalam Relasinya dengan Allah
Manusia Bergantung Pada ...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Tempat Umat Manusia Pada Urutan Penciptaan
- Manusia Dalam Relasinya dengan Allah
- Manusia Bergantung Pada Allah
- Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
TFTWMS -> Mat 6:5-15; Mat 6:9-13
TFTWMS: Mat 6:5-15 - Berdoa BERDOA (Matius 6:5-15)
Jangan Seperti Orang Munafik (6:5-8) 5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka meng...
BERDOA (Matius 6:5-15)
Jangan Seperti Orang Munafik (6:5-8) 5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. 7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. 8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
Selanjutnya Yesus berbicara tentang doa, cara benar dan cara salah dalam berdoa. Tidak salah untuk berdoa, tetapi berdoa seperti yang orang "munafik" lakukan adalah salah. Di sini kita tidak melihat adanya teguran ringan mengenai ibadah umum. Yesus hanya memberi peringatan terhadap sikap menyerah kepada godaan untuk memamerkan doa kita di hadapan orang lain.14
Ayat 5. Yesus memulai dengan mengatakan, "Dan apabila kamu berdoa." Ia berbicara kepada orang-orang Yahudi yang punya kebiasaan berdoa beberapa kali setiap hari. Doa menyertai korban di pagi dan sore hari, yang dipersembahkan pada jam ketiga (9:00 pagi) dan jam kesembilan (3:00 sore) (Ezra 9:5; Dan. 9:21; Luk. 1:10; Kisah 3:1).15Doa juga dipanjatkan pada jam keenam, yaitu, siang hari (Kisah 10:9). Oleh karena itu, sudah menjadi kebiasaan untuk berdoa tiga kali sehari (Maz. 55:17; Dan 6:10). Beberapa orang Kristen mula-mula melanjutkan terus praktik ini.16
Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa mereka jangan berdoa seperti orang munafik. Ia memberikan definisi "munafik" dalam Matius 23: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya" (23:2, 3). Alkitab NIV menulis "mereka tidak melakukan apa yang mereka khotbahkan." Yesus kemudian mengatakan bahwa para pemimpin Yahudi akan meletakkan ke atas umat itu beban berat yang mereka sendiri tidak mau "menyentuhnya"(23:4). Ia juga berbicara tentang motif munafik mereka: "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang" (23:5).
Tidak ada tempat lain kemunafikan bisa secara lebih jelas dilihat daripada ketika orang-orang Yahudi ini sedang berdoa. Orang-orang munafik, kata Yesus, suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Orang Yahudi sering berdoa sambil berdiri dan melihat ke atas, dengan tangan mereka direntangkan ke langit (1 Raja 8:22; Maz. 28:2; 63:4; 134:2; Luk. 18:11, 13). Menurut Robert H. Mounce, jika orang Yahudi berada di jalan ketika saat berdoa tiba, "selayaknya [ia] berhenti, berpaling ke arah bait suci, dan berdoa."17Mungkin orang-orang munafik akan merencanakan cara untuk berada di suatu tempat yang terlihat ketika jam doa tiba.
Orang-orang ini suka berdoa secara terbuka karena hal itu membangun reputasi mereka sebagai orang yang rohaniah. Mereka ingin dikenal sebagai "orang-orang yang saleh." Mereka mencari perhatian dan berusaha keras untuk berada dalam situasi yang akan membawa mereka kepada ketenaran (Luk. 18:9-14). Yesus berkata bahwa orang-orang seperti itu sudah mendapat upahnya. Pujian manusia adalah satu-satunya pembayaran yang mereka akan terima (lihat komentar tentang 6:2).
Ayat 6. Sebaliknya, Yesus membimbing para murid-Nya untuk berdoa dengan rendah hati kepada Allah secara tersembunyi. Kamar [dalam] (tameivon, tameion) mengacu kepada ruang penyimpanan di dalam rumah. Karena rumah sering dibuat dari batu bata lumpur, pencuri bisa melubangi dinding itu (6:19) dan menjarah rumah itu. Oleh karena itu, penting untuk memiliki kamar dalam dengan pintu yang bisa dikunci.18Mereka yang berdoa secara tersembunyi dari hati akan menerima upah dari Bapa mereka, yang mengawasi segala sesuatu yang dilakukan secara tersembunyi.
Yesus tidak sedang melarang doa umum dalam ibadah di sinagoga atau ibadah di bait suci, melainkan Ia sedang menegur doa yang mereka jadikan tontonan. Yesus berdoa baik secara pribadi dan juga di depan umum, dan Ia juga secara terbuka mengajarkan murid-murid-Nya cara berdoa (6:9-13).
Ayat 7. Yesus menyiratkan bahwa orang-orang munafik tidak hanya ingin dilihat sedang berdoa, tetapi mereka juga suka doa mereka didengar. Mereka menggunakan pengulangan tak bermakna dengan banyak kata (bertele-tele). Yesus tidak sedang mencela doa panjang. Setidaknya sekali, Ia sendiri pernah berdoa sepanjang malam (Luk. 6:12). Yang menjadi keprihatinan-Nya bukanlah doa yang panjang tetapi sikap orang yang berdoa. Doa harus jangan dilakukan untuk memamerkan kefasihan bicara atau tingkat pendidikan.
Yesus tidak sedang melarang murid-murid-Nya untuk mengulang doa. Di Taman Getsemani, pada malam pengkhianatan-Nya, Ia pada dasarnya mengucapkan doa yang sama sebanyak tiga kali (26:36-46). Alih-alih mencela pengulangan, Ia sedang menegur penggunaan kata-kata tak bermakna, yang berulang-ulang yang tidak berasal dari hati orang yang berdoa. Kata Yunani untuk "bertele-tele" atau pengulangan tak bermakna (battaloge÷w, battalogeō) berarti "obrolan sia-sia, tidak berguna." Meskipun Yesus mengulangi kata-kata-Nya, namun Ia lakukan secara pribadi dan tulus dalam doa-Nya. Ia memperingatkan para murid-Nya untuk jangan berpikir bahwa mereka harus membuat Allah terkesan dengan kata-kata mereka supaya Ia mendengarkan mereka. Pada abad pertama, beberapa rabi mengajarkan bahwa semakin lama doa itu, semakin besar kemungkinannya Allah akan mendengar dan menjawab doa itu.19
Yesus berkata orang yang tidak mengenal Allah percaya bahwa doa mereka akan dikabulkan karena banyaknya kata-kata doanya. Agama pagan sering menekankan ritual yang benar sementara mengabaikan sikap hati. Sebuah contoh tentang ketepatan mereka ditemukan dalam Keener: "Para hakim Romawi, membaca doa persis seperti yang telah diwariskan melalui tradisi; 'jika satu suku kata atau satu gerakan ritual dilakukan secara tidak benar, doa itu mungkin juga tidak sah.'"20Doa sering dipandang sebagai sarana memanipulasi para ilah. Mounce mengatakan bahwa bangsa-bangsa non-Yahudi "mengembangkan daftar panjang yang berisi nama-nama ilahi, dengan harapan bahwa dengan pengulangan mereka yang tanpa henti itu entah bagaimana akan memanggil nama ilah sejati dan mereka menerima apa yang diinginkan."21
Pengulangan dalam ritual pagan dapat ditemukan baik di dalam Perjanjian Lama dan Baru: "Mereka … memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: 'Ya Baal, jawablah kami!' (1 Raja 18:26), dan orang banyak di dalam teater di Efesus berteriak selama dua jam 'Besarlah Artemis dewi orang Efesus "(Kisah 19:34)."22
Ayat 8. Yesus tidak ingin para pengikut-Nya menjadi seperti mereka—yaitu, orang-orang yang tidak mengenal Allah (dan orang-orang munafik). Bagaimanapun, Allah Bapa sudah tahu segala sesuatu yang anak-anakNya butuhkan sebelum mereka meminta dari Dia dalam doa. Tujuan doa bukan untuk memberitahu atau memanipulasi Allah.23Anak-anakNya harus menghampiri Dia dengan hormat, pengabdian, dan ucapan syukur. Dalam doa, orang menunjukkan ketergantungannya pada Allah sebagai sang Pemberi atas setiap pemberian yang baik (7:7-11; lihat Yak. 1:17).

TFTWMS: Mat 6:9-13 - Doa Contoh Doa Contoh (Matius 6:9-13)
9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, 10 Datanglah Kerajaan-Mu, Jadilah kehenda...
Doa Contoh (Matius 6:9-13)
9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, 10 Datanglah Kerajaan-Mu, Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. 11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya 12 Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; 13 Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, Tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)
Sudah umum bagi para rabi Yahudi untuk mengajar para siswa mereka cara berdoa. Murid-murid Yesus pernah meminta, "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya" (Luk. 11:1). Dalam bagian khotbah Yesus ini, Ia mengajarkan murid-murid-Nya dasar-dasar berdoa kepada Allah.
Doa yang Yesus ajarkan kepada mereka (lihat Luk. 11:2-4) telah sering disebut "Doa Tuhan." Betapa akan jauh lebih tepat bagi kita untuk menyebutnya "Doa Para Murid"! Doa itu diberikan untuk kepentingan mereka dan itu bukan salah satu dari doa-doa pribadi Tuhan kita (lihat 26:36-46; Yoh. 17:1-26). Doa ini juga secara tepat sudah disebut sebagai "Doa Contoh," karena Yesus memberikan doa itu dalam sebuah garis besar yang mendasar tentang cara berdoa. Doa contoh ini singkat dan sederhana, namun mendalam.
Ayat 9. Yesus memulai doa itu dengan menyapa Allah sebagai Bapa kami yang di sorga. Ia tidak mengatakan, sebagaimana Ia juga bisa katakan, "Bapa-Ku." Ia berkata, "Bapa kami." Yesus adalah Anak Allah dalam cara yang unik (Yoh. 3:16), tetapi murid-murid-Nya adalah anak-anak rohani Allah (Yoh. 1:11-13). Adalah penting bahwa Ia memerintahkan para pengikut-Nya untuk menghampiri Allah dengan cara intim yang sama yang Ia lakukan. Paulus memberitahu saudara-saudara di Roma bahwa Allah telah mengirim Roh Anak-Nya ke dalam hati mereka dan mereka bisa "berseru 'ya Abba, ya Bapa!'"(Rom. 8:15). "Abba" adalah istilah bahasa Aram yang digunakan oleh anak-anak untuk menyapa ayahnya. Sapaan itu kurang dikenal dibandingkan "Daddy" tetapi lebih intim daripada "Bapa."
Konsep Allah sebagai Bapa ditemukan di dalam Perjanjian Lama, meskipun itu bukan tema yang menonjol (Kel. 4:22; Ula. 8:5; 14:1' 32:6; Maz. 2:7; 103:13; Yes. 63:16; 64:8; Yer. 3:4, 19; Hos. 11:1-4; Mal. 2:10). Menariknya, beberapa contoh tentang menyapa Allah sebagai Bapa dalam doa muncul dalam literatur Yahudi dari periode antar perjanjian lama dan baru.24Namun begitu, Yesuslah yang mempopulerkan gagasan tentang Allah sebagai Bapa selama pelayanan-Nya.
Yesus berkata bahwa nama Allah harus dikuduskan. Pemazmur menulis, "nama-Nya kudus dan dahsyat" (Maz. 111:9). Alkitab KJV memberikan ini, "Nama-Nya kudus dan terhormat." "Terhormat" bukanlah nama Allah, dan juga bukan gelar bagi Allah; kata itu merupakan keterangan sifat bagi nama-Nya. Namanya harus dihormati, dimuliakan, dan disegani (lihat Kel. 20:7).
"Dikuduskan" adalah terjemahan kuno atas aJgia¿zw (hagiazō), yang berarti "membuat suci." Sesungguhnya menguduskan nama Allah melibatkan tindakan menghormati, memuliakan, dan menaati Dia (5:16; 7:21; 1 Kor. 10:31). Istilah lain yang terkait dengan "dikuduskan" adalah "orang kudus," "menguduskan," dan "pengudusan." Allah itu kudus, dan anak-anak-Nya harus kudus juga (1 Pet. 1:15, 16).
Ayat 10. Setelah menyapa dan memuja Allah, Yesus berpaling kepada kerajaan-Nya, dengan mengatakan, "datanglah kerajaan-Mu." Pada waktu Yesus mengajarkan doa ini kepada para murid, kerajaan Allah itu masih berada di masa depan (3:2; 4:17; 10:7; Mrk. 9:1; Kisah 1:6-8). Doa ini bersifat antisipatif, melihat apa yang akan terjadi pada hari Pentakosta, seperti yang dicatat dalam Kisah 2. Pada hari itu, Petrus untuk pertama kalinya mengkhotbahkan Injil dalam kepenuhannya. Ia mengatakan bahwa Allah membangkitkan Yesus untuk duduk di atas takhta Daud, dan bahwa Ia berada di sorga pada saat itu, memerintah atas kerajaan Allah (Kisah 2:24-36). Yesus telah dijadikan "Tuhan dan Kristus" (Kisah 2:36), "Kristus" sebagai Mesias atau "yang diurapi Allah." Kerajaan itu telah datang (Kol. 1:13; Ibr. 12:28; Why. 1:9). Sekarang Kristus memerintah atas kerajaan itu, dan Ia akan memerintah atas kerajaan itu sampai Ia menyerahkan kerajaan itu kepada Allah Bapa (1 Kor. 15:24-26).
Dalam kaitan yang erat dengan kerajaan itu, Yesus mengajarkan, "jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga." Di sorga, ada kesesuaian yang sempurna terhadap kehendak Allah oleh kumpulan besar malaikat. Para pengikut Yesus diperintahkan untuk berdoa bagi ketundukan yang sama untuk memasuki hati manusia di bumi. Doa seperti itu meminta murid-murid itu untuk terlebih dulu menyerahkan hidup mereka sepenuhnya kepada kehendak Allah. Sikap rendah hati ini mungkin butuh pengorbanan besar. Harga tertingginya sudah dibayar oleh Yesus setelah mengucapkan kata-kata serupa di Getsemani: "Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Luk. 22:42).
Ayat 11. Yesus membuat perubahan cepat dari hal-hal rohani kepada kebutuhan jasmani. Ia berkata, " Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya." Kata Yunani yang diterjemahkan "hari ini" (e˙piou/sioß, epiousios) tidak muncul di tempat lain di dalam Kitab Suci (dengan pengecualian terhadap kisah yang paralel di Lukas 11:3). Istilah itu bisa berarti "cukup," "setiap hari," atau "untuk besok." Terlepas dari terjemahan tepatnya, doa ditujukan kepada Allah untuk menyediakan kebutuhan dasar seseorang. Alih-alih "hari ini," Lukas 11:3 menulis "setiap hari."
Di sebagian besar negara terbelakang, manusia masih bekerja sepanjang hari untuk upah yang hanya cukup menyediakan makanan untuk hari itu. Terlalu sering, kemakmuran tampaknya menyebabkan kurangnya ucapan syukur dan kurangnya ketergantungan pada Allah setiap hari (Ula. 6:10-12; 8:11-18). Ketika Allah menyediakan roti manna dari sorga untuk Israel, Ia memberi setiap orang hanya cukup untuk satu hari, dengan pengecualian hari persiapan yang Ia buat untuk hari Sabat (Kel. 16:12-31). Jika yang dikumpulkan adalah jatah yang lebih dari satu hari, maka roti manna itu akan rusak dan keesokan harinya penuh dengan cacing. Yakobus mengajarkan kita kebodohan tentang mengkhawatirkan hari esok, karena hari esok itu mungkin tidak pernah datang (Yak. 4:13-15; lihat Mat. 6:34).
Ayat 12. Menurut Yesus, kepedulian lain doa adalah pengampunan. Kata untuk utang (ojfei÷lhma, opheilēma) merupakan salah satu dari lima kata Yunani untuk "dosa" (lihat Luk. 11:4), dan itu digunakan hanya beberapa kali dalam Perjanjian Baru. Namun begitu, bentuk kata kerjanya digunakan lebih dari tiga puluh kali. Dalam bahasa Aram, yang merupakan bahasa umum Palestina di zaman Yesus, sudah menjadi kebiasaan untuk mengacukan dosa sebagai "utang" (hoba).25Ini adalah kata yang tepat untuk digunakan dalam menghampiri takhta kasih karunia Allah, karena kita semua adalah penghutang. Perumpamaan Yesus tentang hamba yang jahat (18:23-35) diberikan untuk mengingatkan kita tentang kebenaran ini. Pelajaran lain dari perumpamaan ini adalah bahwa mereka yang tidak mau mengampuni tidak akan diampuni oleh Allah. Yesus membuat jelas hal itu dalam doa contoh-Nya dan kemudian menjabarkan lebih lanjut tentang hal itu dalam 6:14, 15. Pengampunan kita dari Bapa tergantung pada kesediaan kita untuk mengampuni mereka yang berdosa terhadap kita, terlepas dari apakah mereka itu layak atau tidak mendapatkannya. Kita harus mengampuni mereka seperti Yesus mengampuni orang lain—bahkan mereka yang menyalibkan Dia (Luk. 23:34).
Ayat 13. Yesus menyimpulkan himbauan-Nya dengan mengatakan, "Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat." Kata Yunani untuk "pencobaan" "(peirasmo֧, peirasmos) dapat mengacu kepada "ujian" oleh Allah atau "godaan" oleh Iblis (lihat komentar tentang 4:1). Allah mengizinkan kita untuk dicobai, tetapi "Ia sendiri tidak mencobai siapa pun" (Yak. 1:13). Ketika Allah mengizinkan kita untuk dicobai, Ia memberi batasan pada apa yang Iblis bisa lakukan terhadap kita (Ayub 1, 2), dan Ia memberikan "jalan keluar" (1 Kor. 10:13).
Arti sebenarnya dari "janganlah membawa kami ke dalam pencobaan" sering diperdebatkan. Kita bertanya, "Apakah Allah membawa orang ke dalam pencobaan?" Namun begitu, haruslah diperhatikan bahwa Yesus "dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis" (4:1). Meski banyak dari apa yang terjadi di alam rohani tetap menjadi misteri bagi kita (Efe. 6:12), kita bisa yakin bahwa "Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan" (2 Pet. 2:9). Oleh karena itu, murid-murid Yesus harus berdoa agar mereka "tidak jatuh ke dalam pencobaan" (26:41) dan agar Allah membebaskan mereka dari yang "jahat" atau "si jahat" (NIV).
Naskah-naskah Yunani yang belakangan memasukkan doksologi ini, yang Alkitab NASB dan TB tempatkan di dalam tanda kurung: "[Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] Didache,tulisan Kristen dari abad kedua, memiliki akhir yang lebih pendek: "Karena Engkaulah yang empunya kuasa dan kemuliaan selama-lamanya."26Tema doksologi ("kerajaan," "kekuasaan," dan "kemuliaan") mencerminkan apa yang ditemukan dalam pembukaan doa itu (6:9, 10).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Khotbah Di Bukit 6:1-18
HIDUP DENGAN TULUS
Yesus telah memberitahu murid-murid-Nya, "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pad...
Matius: Khotbah Di Bukit 6:1-18
HIDUP DENGAN TULUS
Yesus telah memberitahu murid-murid-Nya, "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga" (5:20). Kata-kata-Nya yang tegas itu merupakan ringkasan atas semua hal yang akan mengikuti dalam Khotbah di Bukit.
Dalam bagian pertama khotbah-Nya, Matius 5:21-48, Yesus membingkai ajaran-Nya dengan lima perbedaan antara apa yang Ia katakan dan apa yang tradisi Yahudi katakan. Dalam 6:1-18, bagian kedua khotbah instruksi-Nya, Ia membahas pelbagai formalitas agama dan hati—dengan agama sejati sebagai kebalikan dari ritual lahiriah.
Setelah peringatan umum (6:1), Yesus menyajikan tiga ilustrasi utama: bersedekah (6:2-4), berdoa (6:5-15), dan berpuasa (6:16-18). Craig S. Keener mengatakan bahwa sudah umum bagi guru-guru Yahudi untuk menggunakan kumpulan tiga contoh dalam pengajaran mereka.1
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 207. Tobit 12:...
Catatan Akhir:
- 1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 207. Tobit 12:8 menyebutkan pemberian "sedekah", "doa," dan "puasa" bersama-sama, tetapi itu juga mencakup "kebenaran" sebagai bagian yang terpisah.
- 2 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 43.
- 3 Tobit 12:9 (NRSV).
- 4 Mishnah Shekalim 2.1; 6.1, 5.
- 5 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 98-99.
- 6 Ibid., 99.
- 7 Sirach 1:29.
- 8 Wilkins, 44.
- 9 Ceslas Spicq, Theological Lexicon of the New Testament, trans. and ed. James D. Ernest (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1994), 1:162-64.
- 10 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 102.
- 11 Mishnah Shekalim 5.6.
- 12 Talmud Baba Bathra 9b.
- 13 Ibid., 10b.
- 14 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 133.
- 15 Lihat Josephus Antiquities 14.4.3.
- 16 Didache 8.3.
- 17 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 54-55.
- 18 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 141, n. 22.
- 19 Seorang rabi mengatakan, "Setiap orang yang melipatgandakan doa didengar" (John Lightfoot, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew-1 Corinthians, vol. 2, Matthew-Mark [Oxford: Oxford University Press, 1859; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker, 1979], 145).
- 20 Keener, 213; citing John E. Stambaugh and David L. Balch, The New Testament in Its Social Environment, Library of Early Christianity, vol. 2 (Philadelphia: Westminster Press, 1986), 129.
- 21 Mounce, 55.
- 22 Wilkins, 44-45.
- 23 John R. W. Stott, The Message of The Sermon on the Mount (Matthew 5-7): Christian Counter Culture, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1978), 144.
- 24 Wisdom of Solomon 14:3; Sirach 23:1, 4.
- 25 Craig A. Evans, ed., The Bible Knowledge Background Commentary: Matthew-Luke, Bible Knowledge Series, vol. 1 (Colorado Springs, Colo.: Victor, 2003), 232.
- 26 Didache 8.2.
- 27 Janji "Aku … tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka" (Ibrani 8:12; 10:17) hanya berarti bahwa Allah tidak akan menghukum kita karena kesalahan kita. Lihat F. F. Bruce, The Epistle to the Hebrews, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 175.
- 28 Mishnah Yoma 8.1.
- 29 Mishnah Taanith 1,4-7; 2.9. Didache dari abad kedua menginstruksikan orang percaya dengan cara ini: "Tapi jangan biarkan [hari] puasamu bertepatan dengan [hari] puasa orang-orang munafik. Mereka berpuasa pada hari Senin dan Kamis, jadi engkau harus berpuasa pada hari Rabu dan Jumat" (Didache 8.1).
- 30 Daud "mandi dan berurap dan bertukar pakaian" hanya setelah periode puasanya berakhir (2 Sam. 12:20).
- 31 Keener, 228.
- 32 Praktik mengulang-ulang doa contoh, bagaimanapun, ditemukan pada awal abad kedua. Mungkin meniru praktik-praktik orang Yahudi, Didache menginstruksikan orang percaya untuk memanjatkan doa contoh tiga kali sehari. (Didache 8.2, 3.)
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) DOA CONTOH (Matius 6:9-13)
Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa, Ia memasukkan lima unsur yang menjadi bagian dari doa kita sekarang ini.
Pe...
DOA CONTOH (Matius 6:9-13)
Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa, Ia memasukkan lima unsur yang menjadi bagian dari doa kita sekarang ini.
Pertama, kita harus memberikan pujian kepada Bapa (6:9). Allah layak dipuji sebagai Pencipta, Penopang, dan Penebus kita. Kita harus memuji Dia atas sifat kasih, kekudusan, rahmat, dan anugrah-Nya (Wahyu 4:8-11).
Kedua, kita harus memberikan prioritas kepada kerajaan (6:10). Yesus telah membentuk kerajaan-Nya, gereja (16:18, 19; Kisah 2). Namun begitu, kita masih bisa berdoa untuk pertumbuhan kerajaan, untuk para misionaris kita, dan untuk setiap pengkhotbah dan guru yang dengan setia berusaha menyebarkan Firman Allah.
Ketiga, kita harus meminta penyediaan makanan (6:11). Tuhan sudah tahu hal-hal yang kita butuhkan (6:32), tapi kita harus menghampiri Dia dalam doa bagi pelbagai kebutuhan hidup yang mendasar—seperti, makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Kita harus berterima kasih kepada Dia atas apa yang telah dilakukan di masa lalu dan memohon agar Ia mau mendukung kita di masa depan.
Keempat, kita harus mencari pengampunan atas dosa (6:12). Meskipun orang Kristen telah diselamatkan dari dosa masa lalu, kami tetap saja jatuh gagal memenuhi harapan Allah. Kita perlu penyucian yang terus menerus dari darah Kristus dan harus meminta ampun dalam doa (1 Yoh. 1:7-10). Kita harus menunjukkan semangat pemaaf kepada orang lain jika kita mengharapkan Allah untuk mengampuni kita.
Kelima, kita harus meminta perlindungan dari kejahatan (6:13). Kita harus selalu waspada terhadap peperangan rohani yang berkecamuk di sekitar kita (Efe. 6:10-20) dan meminta perlindungan Allah terhadap pencobaan dan kekuatan melalui Roh Kudus untuk mengatasi pelbagai pencobaan yang kita hadapi.
David Stewart
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PENGULANG-ulangAN DOA CONTOH (Matius 6:9-13)
Doa contoh tidak pernah dimaksudkan untuk diucapkan berulang kali. Doa itu diberikan oleh Tuhan sebagai ...
PENGULANG-ulangAN DOA CONTOH (Matius 6:9-13)
Doa contoh tidak pernah dimaksudkan untuk diucapkan berulang kali. Doa itu diberikan oleh Tuhan sebagai contoh bagi murid-murid-Nya untuk mempelajari dasar-dasar doa (Luk. 11:1-4). Mengucapkan doa ini terus menerus akan melanggar apa yang Yesus sudah katakan tentang "pengulangan tanpa makna (bertele-tele, TB)" (6:7). Orang-orang Yahudi memiliki banyak doa hafalan yang diucapkan begitu sering sehingga doa-doa itu kehilangan maknanya. Mereka yang menggunakan buku-buku doa kelihatannya melakukan hal yang sama. Pada akhirnya mereka mungkin hanya membaca kata-kata atau mengucapkan kalimat-kalimat itu tanpa memahami arti sebenarnya doa-doa itu. Secara jujur, kita juga bisa melakukan hal yang sama ketika kita terus-menerus mengulangi kalimat-kalimat yang tidak dengan tulus dipanjatkan dari hati. Tidak ada di dalam Perjanjian Baru—dalam empat Injil, dalam Kisah Para Rasul, atau Surat-Surat Kiriman—kita menemukan umat Kristen mula-mula membaca kata-kata doa contoh dari Yesus.32Tentunya akan bermanfaat untuk mengingat kata-kata doa ini dan mengulanginya, seperti yang mungkin kita lakukan terhadap nas lain mana saja dalam Kitab Suci, atau merenungkan maknanya bagi kita sekarang ini. Namun begitu, Yesus tidak pernah memaksudkan doa ini untuk dipanjatkan secara berulang-ulang, ritualistik.
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi