Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Flm 1:2
Full Life: Flm 1:2 - KEPADA JEMAAT DI RUMAHMU.
Nas : Filem 1:2
Rupanya rumah Filemon dipakai sebagai tempat berbakti orang percaya
di Kolose. Gereja dalam rumah sudah umum pada zaman PB (bd. Rom...
Nas : Filem 1:2
Rupanya rumah Filemon dipakai sebagai tempat berbakti orang percaya di Kolose. Gereja dalam rumah sudah umum pada zaman PB (bd. Rom 16:5; 1Kor 16:19; Kol 4:15). Baru pada abad ketiga disebut tentang gedung gereja yang terpisah dari rumah tinggal.
Jerusalem -> Flm 1:2
Jerusalem: Flm 1:2 - saudara perempuan kita Var: kekasih kita. Var lain: saudara perempuan
kita yang terkasih.
Var: kekasih kita. Var lain: saudara perempuan kita yang terkasih.
Ende -> Flm 1:2
diduga adalah isteri Pilemon dan "Archipos" puteranja.
Ref. Silang FULL -> Flm 1:2
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Flm 1:1-7
Matthew Henry: Flm 1:1-7 - Salam Kerasulan; Ucapan Syukur atas Nama Filemon
Dalam surat ini kita mendapati,
I. Bagian pengantar (ay. 1-7).
II. Inti dan isi suratnya (ay. 8-21). Lalu penutup (ay. 22, sampai seles...
- Dalam surat ini kita mendapati,
Salam Kerasulan; Ucapan Syukur atas Nama Filemon (1:1-7)
- I. Dalam dua ayat pertama dari bagian pengantar kita mendapati siapa yang menulis dan kepada siapa surat itu ditulis, dengan beberapa keterangan dan sebutan tambahan, yang sedikit banyak menyiratkan tujuan surat ini ditulis.
- 1. Orang yang menulis: Paulus, tokoh utamanya, yang menyebut dirinya sebagai seorang hukuman karena Kristus Yesus, yaitu demi Yesus Kristus. Menjadi seorang tahanan semata bukanlah suatu penghiburan atau kehormatan. Tetapi menjadi tahanan seperti Paulus, yaitu karena iman dan pemberitaan Injil, ini merupakan kemuliaan yang sesungguhnya, dan sepantasnya menggugah Filemon untuk memperhatikan permintaan yang diajukan oleh seorang tahanan seperti itu. Sebuah permohonan dari orang yang menderita bagi Kristus dan Injil-Nya pasti akan diperhatikan dengan lembut oleh seorang percaya dan hamba Kristus, terutama jika diperkuat juga dengan persetujuan Timotius, seorang yang terkemuka dalam jemaat, yang terkadang dipanggil oleh Paulus sebagai anaknya yang sah di dalam iman, tetapi yang sekarang, karena sudah bertambah umur, dipanggil sebagai saudaranya. Apa yang dapat ditolak dari dua pemohon seperti itu? Paulus tidak menganggap remeh melayani seorang petobat yang miskin. Ia malah berusaha memperoleh semua bantuan tambahan yang bisa diperolehnya dalam menjalankan pelayanan itu.
- 2. Kepada siapa surat itu ditulis: kepada Filemon dan Apfia, dan selain mereka Arkhipus, dan jemaat di rumah Filemon. Filemon, tuan dari Onesimus, adalah tokoh utama yang kepadanya surat ini ditulis. Ia seorang kepala keluarga yang padanya ada wewenang dan kuasa untuk memasukkan atau mengeluarkan, dan orang yang memiliki Onesimus. Oleh sebab itu, dengan dialah urusan itu terutama diadakan. Kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami. Filemon adalah seorang yang baik, dan mungkin seorang hamba Tuhan, dan karena kedua hal itu dikasihi Paulus. Suka akan orang-orang yang baik adalah satu sifat dari seorang hamba Tuhan yang baik (Tit. 1:8), dan rasa suka seperti itu harus ada terutama terhadap orang-orang yang bekerja bersama mereka dalam pekerjaan Injil, dan yang setia di dalamnya. Panggilan umum sebagai orang Kristen menyatukan semua orang Kristen bersama-sama. Tetapi apabila padanya ditambahkan panggilan khusus sebagai hamba Tuhan, maka penyatuan itu akan lebih penuh kasih mesra lagi. Paulus, yang telah menduduki kedudukan tertinggi dalam pelayanan, tidak hanya menyebut Timotius, seorang penginjil, sebagai saudaranya, tetapi juga Filemon, seorang hamba Tuhan biasa, sebagai teman sekerjanya yang terkasih. Ini merupakan contoh kerendahan hati, perendahan diri, dan perhatian yang penuh kasih sayang, dari mereka yang bahkan berkedudukan tertinggi dalam jemaat, terhadap orang lain yang bekerja dalam panggilan sorgawi istimewa yang sama. Bersama Filemon, nama Apfia disebutkan. Mungkin Apfia ini adalah teman dekatnya. Dan, karena ikut berkepentingan dalam masalah rumah tangga itu, Rasul Paulus mengalihkan perhatian kepadanya juga. Apfia adalah pihak yang dilanggar dan dirugikan oleh Onesimus, dan karena itu layak diperhatikan dalam surat yang meminta pendamaian dan pengampunan. Keadilan dan kebijaksanaan mengarahkan Paulus untuk menunjukkan perhatian ini kepada Apfia, yang mungkin bisa membantu memenuhi tujuan-tujuan yang baik dari tulisannya ini. Apfia disebutkan sebelum Arkhipus, karena Apfia adalah orang yang lebih berkepentingan dalam perkara itu. Rasul Paulus dengan baik menghubungkan masalah rumah tangga antara suami dan istri, yang mempunyai kepentingan sama, dan yang perasaan serta tindakannya harus bersesuaian. Inilah pihak-pihak utama yang kepada mereka surat ini ditulis. Pihak-pihak lain yang tidak begitu utama adalah Arkhipus dan jemaat di rumah Filemon. Arkhipus adalah seorang hamba Tuhan di jemaat Kolose, teman Filemon, dan mungkin rekan gembalanya. Paulus mungkin menganggap Arkhipus sebagai orang yang akan dimintai pendapat oleh Filemon, dan yang mungkin dapat membantu terjadinya pendamaian dan pengampunan itu. Oleh karena itu, Paulus menganggapnya pantas untuk menyebutkan Arkhipus dalam suratnya, dengan menambahkan sebutan teman seperjuangan. Sebelumnya Paulus menyebut Filemon sebagai teman sekerja- nya. Hamba-hamba Tuhan harus melihat diri mereka sendiri sebagai pekerja dan prajurit, yang karena itu harus berjerih payah dan tahan menghadapi kesulitan. Mereka harus berjaga-jaga, dan mengamankan tempat penjagaan mereka. Mereka harus melihat satu sama lain sebagai teman sekerja dan teman seperjuangan, yang harus berdiri bersama-sama, dan menguatkan tangan dan hati satu sama lain dalam pekerjaan apa saja di dalam tugas dan panggilan mereka yang kudus. Mereka perlu memastikan bahwa mereka diperlengkapi dengan senjata-senjata rohani, dan keahlian untuk menggunakannya. Sebagai teman sekerja mereka harus melayani firman, sakramen, dan hal-hal yang berkaitan dengan disiplin. Dan mereka harus menjaga jiwa-jiwa sebagai orang yang harus memberi pertanggungjawaban untuk mereka. Dan, sebagai teman seperjuangan, mereka harus berjuang untuk Tuhan, dan tidak boleh memusingkan diri dengan soal-soal penghidupan mereka, tetapi berusaha menyenangkan Dia yang telah memilih mereka menjadi prajurit (2Tim. 2:4). Selain mereka ini, disebutkan juga dan kepada jemaat di rumahmu, seluruh keluarganya, di mana ibadah kepada Allah diadakan, sehingga seolah-olah ia mempunyai jemaat di dalam rumahnya. Amatilah,
- (1) Dari antara keluarga yang mungkin secara umum sangat saleh dan taat bisa saja ada salah seorang atau lebih yang tidak saleh dan fasik. Hal ini memperbesar dosa Onesimus, bahwa dalam keluarga Filemon seharusnya ia bisa dan sudah belajar lebih baik. Ada kemungkinan bahwa ia melakukan suatu pelanggaran secara sembunyi-sembunyi, yang kemudian terungkap setelah dia kabur. Hati manusia tidak ada yang tahu, kecuali bagi Allah, sebelum tindakan yang terang-terangan mengungkapkannya.
- (2) Satu hamba yang jahat ini tidak menghalangi rumah Filemon untuk disebut dan dianggap sebagai jemaat, karena ibadah dan ketertiban yang dijaga di dalamnya. Dan demikianlah seharusnya semua keluarga, yaitu untuk menjadi tempat memupuk agama, perkumpulan di mana nama Allah diserukan, firman-Nya dibaca, hari-hari sabat-Nya dijalankan, dan anggota-anggota keluarga diajari pengetahuan tentang Dia dan kewajiban mereka terhadap-Nya. Jika ini diabaikan, maka yang akan terjadi adalah kebodohan dan segala kerusakan. Keluarga yang fasik adalah tempat memupuk neraka, sebagaimana keluarga yang baik adalah tempat memupuk sorga.
- (3) Kepala keluarga dan anggota keluarga lain mungkin menganggap bahwa menjadi baik secara pribadi atau bersama-sama saja tidak cukup, tetapi juga mereka harus berbaik hati kepada orang-orang lain. Demikianlah di sini dengan rumah Filemon yang merupakan sebuah jemaat. Dan Paulus, karena suatu kepentingan yang mungkin dimiliki oleh semua pihak dalam perkara Onesimus ini, mengajak mereka semua supaya mereka dan juga Filemon sendiri mau mengasihani dia kembali. Juga, supaya dengan cara dan kedudukan masing-masing, semuanya kiranya dapat mendukung, dan bukan menghalangi, pendamaian yang diinginkan dan diusahakan. Sungguh kita ingin apabila semua dalam keluarga saling menyayangi, untuk memajukan kesejahteraan mereka sendiri, dan untuk kebaikan dan kepentingan bersama. Karena itulah mungkin Paulus di sini menulis suratnya dengan begitu umum, supaya semua bisa lebih siap mengakui dan menerima si petobat yang malang ini, dan berlaku baik terhadapnya. Setelah tulisan ini, selanjutnya ada
- II. Salam Rasul Paulus kepada orang-orang yang dia sebut (ay. 3): Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Inilah tanda dalam setiap surat. Begitulah yang ditulis Rasul Paulus. Ia selalu memberikan salam hangat kepada semua temannya, dan berharap yang terbaik untuk mereka. Bukan emas, atau perak, atau barang duniawi lain sebagai yang pertama atau utama, melainkan kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah di dalam Kristus. Paulus sendiri tidak dapat memberikannya kepada mereka, tetapi ia meminta kepada Dia yang dapat memberikannya. Kasih karunia, perkenanan yang cuma-cuma dan kehendak baik dari Allah, sumber dari semua berkat. Dan damai sejahtera, semua kebaikan, sebagai buah dan dampak dari kasih karunia. Menyertai kamu, yaitu diberikan kepadamu, tetap ada padamu, dan kamu merasakannya dan terhibur karenanya. Dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudus juga termasuk di dalamnya, meskipun tidak disebutkan, sebab semua tindakan yang dilakukan terhadap segala makhluk ciptaan Tritunggal berasal dari Bapa, sebagai Bapa kita di dalam Kristus, yang pertama-tama bertindak sebagai penopang kehidupan; dan dari Kristus, perkenanan dan kehendak baik-Nya sebagai Allah, dan buah-buah dari perkenanan dan kehendak baik itu melalui Kristus sebagai Pengantara, Allah-manusia. Di dalam Dia yang dikasihilah kita diterima, dan melalui Dia kita mendapat kedamaian dan semua kebaikan. Dialah, bersama Bapa dan Roh, yang harus kita harapkan dan kita puji untuk segala sesuatu, dan kita akui bukan hanya sebagai Yesus dan Kristus, melainkan juga sebagai Tuhan. Dalam 13, berkat Rasul Paulus disampaikan secara lengkap: Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. Cermatilah, berkat-berkat rohani adalah yang pertama-tama dan yang terutama harus dicari untuk diri kita sendiri dan orang lain. Perkenanan Allah dan pendamaian dengan-Nya dengan sendirinya merupakan kebaikan yang paling baik dan paling diinginkan. Hal ini juga merupakan penyebab dari semua kebaikan lain, dan yang mempermanis setiap rahmat, dan dapat membuat kita bahagia sekalipun berkekurangan dalam barang-barang duniawi. Sekalipun tidak ada lembu sapi dalam kandang, dan hasil pohon zaitun mengecewakan, namun orang-orang seperti itu dapat bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan mereka (Hab. 3:17-18). Banyak orang berkata: “Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?” Tetapi jika cahaya wajah Allah menyinari, maka ini akan menaruh rasa sukacita dan kegembiraan di dalam hati melebihi segala kelimpahan duniawi (Mzm. 4:7-8). Dan dalam 26, TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. Di sinilah secara ringkas terdapat semua kebaikan, dan dari satu sumber inilah, yaitu Allah Bapa, Anak, dan Roh, semua kebaikan itu datang. Setelah salam dari Rasul Paulus kepada Filemon ini, dan kepada teman-teman serta keluarganya, untuk lebih memuluskan permintaannya kepada Filemon,
- III. Rasul Paulus mengungkapkan kasih sayangnya seutuhnya kepada Filemon, dengan mengucap syukur dan berdoa kepada Allah atas namanya, dan sangat bersukacita atas banyak kebaikan pada diri Filemon yang ia tahu dan dengar (ay. 4-7). Ucapan syukur dan doa Rasul Paulus untuk Filemon dikemukakan di sini, yaitu untuk siapa, dalam keadaan apa, dan apa perkaranya, yang melalui semuanya ini Rasul Paulus mengetahui banyak kebaikan yang diterima Filemon.
- 1. Berikut ini kita melihat kepada siapa puji-pujian dan doa-doa Paulus bagi Filemon dipersembahkan: Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam doaku (ay. 4). Perhatikanlah,
- (1) Allah adalah pencipta semua kebaikan yang ada pada siapa saja, atau yang dilakukan oleh mereka. Dari pada-Ku engkau mendapat buah (Hos. 14:8). Oleh sebab itulah segala pujian hanya bagi Dia. Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya, baik itu apa yang dipersembahkan maupun kehendak dan hati untuk melakukannya. Oleh karena itu (kata Daud), ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu (1Taw. 29:13-14).
- (2) Merupakan hak istimewa orang-orang baik bahwa puji-pujian dan doa-doa mereka sampai kepada Allah sebagai Allah mereka: ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu, kata Daud. Dan aku mengucap syukur kepada Allahku, kata Paulus.
- (3) Doa-doa dan puji-pujian kita harus dipersembahkan kepada Allah, bukan hanya bagi diri sendiri, melainkan juga bagi orang lain. Menyampaikan permohonan secara pribadi tidak boleh dilakukan dengan jiwa mementingkan diri sendiri, dengan hanya memikirkan urusan-urusan kita, tetapi orang lain juga harus kita ingat. Kita harus tersentuh dengan sukacita dan ucapan syukur atas kebaikan apa saja yang ada pada mereka, atau dilakukan oleh mereka, atau dianugerahkan kepada mereka, sejauh itu kita ketahui, dan mengusahakan apa yang mereka butuhkan. Ini merupakan bagian penting yang harus ada dalam persekutuan orang-orang kudus. Paulus, dalam ucapan syukur dan doa pribadinya, sering kali mengingat teman-temannya secara khusus: Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam doaku. Kadang-kadang ia menyebutkan nama, atau paling tidak mengingat mereka secara khusus dalam pikirannya. Dan Allah tahu siapa yang dimaksudkan, meskipun namanya tidak disebutkan. Ini adalah sarana untuk menerapkan kasih dan mendapatkan kebaikan bagi orang lain. Berjuanglah denganku, dengan doa-doamu kepada Allah untukku, pinta Rasul Paulus. Dan apa yang dia inginkan bagi dirinya sendiri pasti ia lakukan juga bagi orang lain. Demikian pula seharusnya kita semua. Hendaklah kamu saling mendoakan, anjur Yakobus (Yak. 5:16).
- 2. Dalam keadaan apa: Setiap kali aku mengingat engkau. Setiap kali, biasanya, bukan hanya satu dua kali, tetapi sering. Demikianlah kita harus sering-sering mengingat teman-teman kita seiman, sebagaimana mereka mungkin membutuhkannya, mengingat mereka di dalam pikiran dan hati kita di hadapan Allah kita.
- 3. Apa isi pujian dan doanya, dalam hubungannya dengan Filemon.
- (1) Isi pujiannya.
- [1] Rasul Paulus bersyukur kepada Allah atas apa yang didengarnya tentang kasih Filemon kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus harus dikasihi sebagai Allah melebihi segala-galanya, sebagaimana yang dituntut oleh kesempurnaan ilahi-Nya, dan dalam hubungannya dengan kita, yaitu Dia sebagai Tuhan, Tuhan kita, Pencipta kita, Penebus, dan Juruselamat yang telah mengasihi kita dan menyerahkan diri-Nya bagi kita. Paulus bersyukur kepada Allah atas apa yang didengarnya tentang ini, tentang tanda-tanda dan ungkapan-ungkapannya dalam diri Filemon.
- [2] Dan juga atas iman Filemon kepada Kristus. Kasih kepada Kristus, dan iman kepada Dia, adalah anugerah-anugerah kristiani yang utama, yang untuk itu ada banyak alasan untuk memuji Allah, apabila Ia memberkati siapa saja dengan anugerah-anugerah itu, seperti dalam Roma 1:8, aku mengucap syukur kepada Allahku sebab telah tersiar kabar tentang imanmu di seluruh dunia. Dan, ketika merujuk kepada jemaat di Kolose (Kol. 1:3-4), kami selalu mengucap syukur kepada Allah, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus. Ini adalah anugerah yang menyelamatkan, dan merupakan dasar ajaran kehidupan kristiani dan semua perbuatan baik.
- [3] Rasul Paulus juga memuji Allah atas kasih Filemon kepada semua orang kudus. Kedua hal ini harus berjalan bersama-sama. Sebab barangsiapa yang mengasihi Dia yang melahirkan, harus dan akan mengasihi juga dia yang lahir dari pada-Nya. Rasul Paulus menggabungkan kedua kasih ini dalam Kolose 1:3-4, kami selalu mengucap syukur kepada Allah, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus. Mereka ini menampakkan gambar Kristus, yang akan dikasihi oleh setiap orang Kristen. Perasaan dan sikap terhadap hal-hal yang tidak penting tidak akan membuat perbedaan dalam cinta akan kebenaran, meskipun perbedaan dalam tingkatan-tingkatan kasih bergantung pada seberapa banyak gambar Kristus itu dicerna masing-masing orang. Perbedaan-perbedaan lahiriah belaka tidak menjadi masalah di sini. Paulus menyebut seorang hamba yang malang yang bertobat sebagai buah hatinya. Kita harus mengasihi, seperti Allah, semua orang kudus. Paulus bersyukur kepada Allah atas kebaikan yang bukan hanya ada di dalam jemaat-jemaat, melainkan juga dalam orang-orang tertentu yang ditulisi surat olehnya, meskipun hal ini juga diketahuinya hanya dari laporan orang: Mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan tentang imanmu kepada Tuhan Yesus. Inilah yang dicari tahu olehnya tentang teman-temannya, yaitu kebenaran, pertumbuhan, dan berbuahnya setiap anugerah yang ada pada mereka, iman mereka kepada Kristus, kasih kepada-Nya dan kepada semua orang kudus. Kasih kepada orang kudus, jika tulus, akan menjadi kasih yang umum kepada semua orang kudus. Tetapi iman dan kasih, meskipun merupakan hal yang tersembunyi di dalam hati, diketahui melalui dampak-dampaknya. Oleh sebab itu,
- (2) Rasul Paulus menggabungkan doa dengan puji-pujian, supaya buah-buah dari iman dan kasih Filemon semakin terlihat lagi, sehingga penyampaian iman dan kasih itu akan mendesak orang lain untuk mengakui semua kebaikan yang ada pada dirinya dan keluarganya terhadap Kristus Yesus. Supaya terang mereka bercahaya di depan orang, sehingga orang lain, karena melihat perbuatan mereka, dapat tergugah untuk meneladani mereka, dan memuliakan Bapa mereka yang di sorga. Perbuatan-perbuatan baik harus dilakukan bukan karena kesombongan ingin dilihat orang, melainkan supaya orang melihatnya dan memberikan kemuliaan kepada Allah dan kebaikan bagi sesama.
- 4. Paulus menambahkan satu alasan lagi, baik untuk doanya maupun puji-pujiannya (ay. 7): “Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku. Kebaikan yang telah engkau lakukan dan masih engkau lakukan adalah sesuatu yang memberikan sukacita dan penghiburan berlimpah bagiku dan bagi orang lain. Oleh karena itulah kami ingin supaya engkau terus berkelimpahan dalam buah-buah yang baik seperti itu, bagi kehormatan Allah dan nama baik agama. Pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah” (2Kor. 9:12).
SH: Flm 1:1-7 - Perhatian Paulus (Senin, 5 Juli 1999) Perhatian Paulus
Paulus adalah seorang bapa rohani yang sangat memperhatikan
anak-anak rohaninya. Isi doa Paulus memperlihatkan bahwa Paulus
...
Perhatian Paulus
Paulus adalah seorang bapa rohani yang sangat memperhatikan anak-anak rohaninya. Isi doa Paulus memperlihatkan bahwa Paulus sangat memperhatikan kehidupan Filemon sebagai pelayan jemaat. Walaupun sebagian besar hidupnya ia lalui di penjara, hal itu tidak menjadi halangan baginya untuk mengetahui perkembangan masing-masing orang atau jemaat yang dilayaninya. Tak satu pun dari mereka yang lepas dari perhatian dan pergumulan doanya. Perhatian seperti inilah yang seharusnya dimiliki oleh seorang pelayan Tuhan terhadap jemaat yang dilayaninya.
Hamba yang "turba". Ucapan syukur Paulus mengungkapkan keajaiban kasih Kristus yang menciptakan iman dan kasih yang aktif dalam diri Filemon. Hal ini tampak dalam aktifitas Filemon. Ia tidak hanya memberikan pengajaran, tetapi juga rela menghampiri jemaat yang membutuhkan penghiburan. Filemon adalah hamba Allah yang rela "turba" (turun ke bawah) untuk menyapa dan mengalirkan kasih Allah dalam dirinya kepada orang-orang yang membutuhkan. Banyak pelayan Tuhan beranggapan bahwa jemaat Tuhan cukup dipuaskan melalui berbagai pengajaran (khotbah, dlsb.). Namun sesungguhnya mereka mengharapkan seorang pemimpin gereja yang rela "turba", memberikan penghiburan dan kekuatan melalui sapaan akrab dalam keseharian.
SH: Flm 1:1-7 - Berbagi hidup! (Sabtu, 9 Desember 2006) Berbagi hidup!
Kata-kata dapat diungkapkan untuk sekadar berkomunikasi tanpa
sungguh-sungguh ada keterlibatan hati dan perasaan. Dalam
pers...
Berbagi hidup!
Kata-kata dapat diungkapkan untuk sekadar berkomunikasi tanpa sungguh-sungguh ada keterlibatan hati dan perasaan. Dalam persekutuan, komunikasi tidak hanya tukar menukar informasi, melainkan juga berbagi hati, perasaan, dan kasih. Inilah hakikat persekutuan Kristen.
Paulus, walaupun rasul dan pemimpin rohani untuk Filemon (8) dan Arkhipus (Kol. 4:17), menyapa mereka sebagai rekan kerja dan rekan seperjuangan. Sapaan Paulus bukan petunjuk, nasihat, ataupun perintah. Sapaan Paulus adalah berkat (Flp. 1:3), ucapan syukur (4), dan doa (6) bagi mereka. Kata-kata Paulus menyatakan isi hatinya yang hangat penuh dengan kepedulian terhadap mereka. Relasi intimnya dengan Filemon dan kawan-kawannya membuat Paulus ikut bersyukur melihat pertumbuhan kasih mereka kepada saudara-saudara seiman serta kedewasaan iman mereka terhadap Tuhan Yesus. Sesungguhnya dalam rasa syukur Paulus itu terkandung harapan agar Filemon terus semakin bertumbuh dalam pengetahuan iman yang benar yang pada akhirnya mendorong perwujudan kasih sejati dalam tindakan terhadap sesama orang kudus. Jelas sekali Paulus sedang mempersiapkan Filemon untuk menyatakan kasihnya terhadap satu saudara seiman, yang akan nyata pada perikop selanjutnya.
Hakikat persekutuan Kristen adalah berbagi hidup. Sama seperti Paulus berbagi hidupnya sebagai bapak rohani kepada Filemon, kita dipanggil untuk saling berbagi hidup dengan saudara seiman kita. Berbagi hidup berarti berbagi dalam mendoakan, menasihati, dan meneladankan hidup yang terus-menerus diperbarui oleh Tuhan Yesus. Dengan demikian, berbagi hidup akan mendorong iman kita semakin diteguhkan kepada Kristus dan agar kasih kita semakin ditumbuhkan kepada sesama.
Renungkan: Berbagi hidup untuk kepentingan pertumbuhan iman sesama, adalah bukti kita sudah menerima hidup Kristus.
SH: Flm 1:1-7 - Persahabatan dalam Kristus (Rabu, 26 Juli 2017) Persahabatan dalam Kristus
Dapatkah seseorang mengucap syukur ketika dirinya meringkuk dalam penjara? Bagi kebanyakan orang hal itu mustahil, namun P...
Persahabatan dalam Kristus
Dapatkah seseorang mengucap syukur ketika dirinya meringkuk dalam penjara? Bagi kebanyakan orang hal itu mustahil, namun Paulus sanggup melakukannya dengan sukacita. Di satu sisi, ia menyadari bahwa dirinya dipenjara karena nama Kristus. Di sisi lain, Paulus menyadari bahwa dalam Kristuslah ia mendapatkan persaudaraan abadi yang melampaui batas suku, etnis, bahasa, dan budaya. Ia bergembira atas iman Filemon kepada Yesus dan kasihnya terhadap jemaat Allah (4-5). Inilah sumber syukur Paulus kepada Allah.
Rasa syukur yang dirasakan dan diungkapkan Paulus terbilang unik. Sebab perasaan syukur itu muncul saat Paulus mengingat para sahabat dan rekan sekerja dalam Kristus telah berjerih lelah melayani jemaat, bertekun dalam iman, dan rela menderita demi Injil Kristus. Memang rasa syukur semacam ini sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Lantas, apakah yang menjadi sumber rasa syukur kita? Karena hal-hal baik yang terjadi pada diri kita? Mampukah kita mengucap syukur karena alasan yang sama seperti Paulus?
Sudah saatnya kita menyadari bahwa persekutuan, persaudaraan, persahabatan abadi dalam Kristus sangat mungkin terjadi (lih. Yoh. 15:14; Ibr. 13:1; Rm. 12:10; 1Yoh. 1:3 dst). Karena setiap orang percaya telah diikat dan disatukan dalam Tuhan, iman, dan baptisan yang sama, yaitu Allah Tritunggal. Sepatutnya hal ini menjadi sumber syukur dan semangat kita untuk tetap berkarya bagi Kristus di dunia ini. Selain itu, fakta bahwa persaudaraan dalam Kristus seharusnya menjadi suatu penghiburan yang melegakan jiwa. Sebab setiap anak-anak Allah dipanggil bukan hanya saling mengasihi, tetapi juga saling menguatkan satu sama lainnya (lih. Ibr. 10:24; 1Yoh. 4:11; Gal. 6:2).
Rasa syukur Paulus semestinya menjalar juga dalam diri kita. Sebagai saudara seiman, hendaknya kita mendoakan mereka. Ketika kita mengingat mereka dalam doa, kiranya kita dapat berkata seperti ucapan Paulus bahwa "Aku mengucap syukur kepada Allah, setiap kali aku mengingat mereka dalam doa!" [LL]
SH: Flm 1:1-7 - Kasih dengan Bukti (Minggu, 1 Mei 2022) Kasih dengan Bukti
Siapa bilang mengasihi itu gampang? Mengasihi bukan perkara mudah karena tidak cukup dengan niat atau kata-kata belaka. Jadi, baga...
Kasih dengan Bukti
Siapa bilang mengasihi itu gampang? Mengasihi bukan perkara mudah karena tidak cukup dengan niat atau kata-kata belaka. Jadi, bagaimana bisa mengasihi dengan ketulusan yang keluar dari iman?
Surat Rasul Paulus kepada Filemon mengutarakan perlunya mengasihi dengan tindakan. Paulus memuji Filemon-seorang pemimpin jemaat-karena iman dan kasihnya yang dibagikan secara nyata di antara jemaat Tuhan (4-7).
Pengenalan akan Allah yang benar mengubah kehidupan seseorang. Pemahaman identitas sejati sebagai makhluk yang dicipta seturut gambar dan rupa Allah membuat seorang percaya hidup dalam iman yang bertumbuh makin serupa dengan Kristus. Inilah pemahaman Rasul Paulus ketika ia menguraikan kesannya tentang Filemon-seorang pemimpin yang melayani-yang menjadi saksi iman kepada Kristus dengan cara membagikan kasihnya kepada orang kudus, serta yang menghadirkan iman dalam Kristus Yesus secara efektif (4-5). Perilaku ini tumbuh dari relasi yang sehat dengan Tuhan Yesus (6).
Pengenalan akan Allah yang sejati akan mengubah cara kita memandang sesama dan mendorong kita untuk berusaha keras memperkenalkan Kristus kepada mereka. Tujuannya adalah supaya mereka juga mengalami perubahan kualitas hidup di dalam Allah yang sejati. Rasul Paulus memberikan bukti iman yang hadir dalam perbuatan sehari-hari melalui kesaksian kasih yang dilakukan oleh Filemon. Kasih yang sejati adalah kasih yang keluar dari iman yang benar, iman kepada satu-satunya Allah yang benar.
Bagaimana caranya agar kita dapat mengasihi dengan benar? Kita harus menilik hati kita: "Adakah aku memiliki persekutuan yang hidup dengan Tuhan? Adakah aku mengizinkan Tuhan untuk menghadirkan pengetahuan yang benar? Sudahkah aku menghadirkan kasih yang memberikan sukacita dan kekuatan bagi orang-orang di sekitarku sehingga mereka akan datang kepada Kristus?"
Berdoalah supaya kita dapat mengasihi bukan dengan perkataan atau niat saja, tetapi juga dengan iman dan bukti nyata. [IBS]
Topik Teologia -> Flm 1:2
Topik Teologia: Flm 1:2 - -- Gereja
Natur Gereja
Gereja adalah Lokal
Sebutan Khusus Gereja Rumah
Rumah Filemon
File 1:1-2
- Gereja
- Natur Gereja
- Gereja adalah Lokal
- Sebutan Khusus Gereja Rumah
- Rumah Filemon
TFTWMS -> Flm 1:1-3
TFTWMS: Flm 1:1-3 - Salam Salam(Filemon 1:1-3)
Salam, baik dalam surat-surat kuno atau dalam e-mail moderen, sering menetapkan rumusan yang dengannya penulis dengan lemah lem...
Salam(Filemon 1:1-3)
Salam, baik dalam surat-surat kuno atau dalam e-mail moderen, sering menetapkan rumusan yang dengannya penulis dengan lemah lembut memulai pesannya. Akibatnya, salam itu kadang-kadang dibaca dengan terburu-buru atau dilewati seluruhnya karena pembaca ingin segera melanjutkan ke substansi surat itu. Pembacaan yang ceroboh seharusnya tidak boleh dilakukan terhadap pembukaan surat kepada Filemon. Sesungguhnya, dinamika sosial dan intensitas emosi surat itu diungkapkan dalam ayat-ayat pembukaan.
1 Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, Kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami 2 dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu: 3 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
Ayat 1. Paulus adalah kata pertama yang muncul dalam teks Yunani dan Inggris. Sebelumnya dikenal sebagai "Saulus dari Tarsus" (lihat Kisah 13:9; 21:39), "rasul bagi bangsa non-Yahudi" ini adalah seorang misionaris Kristen yang menulis setidaknya tiga belas surat yang terdapat di dalam Perjanjian Baru. Pada beberapa kesempatan ia mendiktekan surat-suratnya (Rom. 16:22), sementara pada kesempatan lain ia menulis komentar akhir untuk menunjukkan keaslian surat itu (Kol. 4:18; 2 Tes 3:17). Kepada Filemon, ia mungkin telah menulis seluruh surat itu dengan tanganya sendiri atau hanya tulisan yang berisi jaminan dalam ayat 19.
Paulus memperkenalkan dirinya sebagai seorang hukuman, istilah yang ia ulang di ayat 9. Sebelumnya ia pernah menyurati para pengecamnya di Korintus bahwa ia "lebih sering di dalam penjara" dibandingkan mereka (2 Kor. 11:23). Menjadi orang hukuman telah sering Paulus alami, dan empat tahun terakhir hidupnya yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 23-28 dihabiskan sebagai orang hukuman. Sebagai warga negara Romawi, Paulus berhak menerima perlakuan yang lebih baik di penjara daripada yang akan sudah diterima oleh orang non-Romawi (Kisah 16:35-39; 22:25-29).
Meski Paulus telah dipenjarakan oleh pemerintah Romawi, namun dalam pikirannya ia benar-benar dipenjarakan karena Kristus Yesus. Ia menganggap dirinya "disalibkan dengan Kristus" (Gal. 2:19) dan percaya bahwa ia dan Timotius telah menjadi "hamba-hamba Kristus Yesus" (Flp. 1:1). Ketika diperingatkan oleh nabi Agabus bahwa orang Yahudi di Yerusalem akan mengikat dan menyerahkan dia kepada bangsa-bangsa lain, Paulus telah berkata kepada para pendukungnya, "Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus" (Kisah 21:13).
"Kristus Yesus" adalah salah satu cara favorit Paulus dalam menyapa Tuhannya. "Yesus," yang berarti "Tuhan menyelamatkan" (Mat 1:21), adalah nama yang diberikan kepada Anak Allah pada saat kelahiran-Nya. "Kristus" ("Mesias" dalam bahasa Ibrani) berarti "yang diurapi "dan adalah peran yang dinubuatkan yang Yesus genapi (Mat. 16:16). Meski sekarang ini dua nama, "Kristus" dan "Yesus," digunakan bersama-sama atau saling bergantian, namun "Yesus" adalah nama-Nya, dan "Kristus" adalah gelar-Nya. Paulus bicara tentang Dia dalam berbagai kesempatan sebagai "Kristus," "Yesus," "Kristus Yesus," dan "Yesus Kristus."
Meski kata-kata yang muncul dalam salam itu mungkin penting, namun yang bahkan yang lebih penting lagi adalah kata yang tidak muncul: kata "rasul." Pada berbagai kesempatan Paulus memulai surat-suratnya dengan memperkenalkan dirinya sebagai "Paulus, seorang rasul."1Pada kesempatan ini, ia tidak melakukan hal itu. Meski pada awalnya hal ini mungkin terlihat aneh, namun pembaca segera menghargai apa yang Paulus lakukan dengan menggambarkan dirinya sebagai "seorang hukuman" dan bukan "seorang rasul." Ia memiliki dorongan rekonsiliasi yang lembut, dan ia berhati-hati agar apa yang ia katakan sama sekali tidak bisa dipahami sebagai bersifat otoriter, manipulatif, atau mengendalikan (ay. 14). "Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus," bukan "Paulus, rasul Kristus Yesus," adalah cara yang lebih baik untuk memulai tugas seperti itu. Ia bertekad bahwa ketika Filemon melakukan hal yang benar, supaya "yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela[nya]" (ay. 14).
Pengirim sejawat surat ini adalah Timotius saudara kita. Sejak awal perjalanan misi Paulus yang kedua (Kisah 16:1), Timotius sudah menjadi rekan sejawat dan pelajar yang ia percaya. Dalam Surat Penjara yang lain, Paulus menulis berikut ini tentang keyakinannya terhadap Timotius:
Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius kepadamu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu. Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus. Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya … (Flp. 2:19-23).
Meskipun Timotius dicantumkan bersama Paulus dalam salam ini, namun segera jelas bahwa penulis surat itu adalah Paulus dan bukan Timotius. Dimulai pada ayat 4, Paulus menulis dalam bentuk orang pertama tunggal ("Aku" dan "ku") daripada dalam bentuk orang pertama jamak ("kami"). "Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus" (ay. 9) adalah penulis utama surat itu.
Penerima pertama surat itu adalah Filemon yang kekasih, teman sekerja kami. Ia pasti anggota gereja di Kolose sebab Onesimus, budaknya, dibicarakan dalam surat kepada jemaat Kolose sebagai "seorang dari antaramu" (Kolose 4:9). Selain itu, segala sesuatu yang Perjanjian Baru katakan tentang Filemon terkandung dalam surat yang menyandang namanya. Ia adalah pemilik budak Kristen yang menjadikan rumahnya sebagai tempat berhimpun jemaat Kolose. Pada suatu ketika, ia dipengaruhi oleh khotbah Paulus—baik secara langsung di Efesus atau tidak langsung melalui Epafras— dan akhirnya menjadi orang Kristen (lihat ayat 19). Paulus menyapa dia dengan lemah lembut ("saudara kita … yang kekasih") dan penuh hormat ("teman sekerja").
Ayat 2. Apfia saudara perempuan kita adalah orang kedua yang disapa. Apa yang bisa diketahui tentang dirinya secara pasti adalah bahwa ia adalah seorang Kristen perempuan di Kolose. Tidak pasti apakah ia itu adalah istri atau saudara perempuan Filemon. Mengenai penyebutan dia ini, Theodore dari Mopsuestia (350-428 Masehi) mengulas, "Paul menyampaikan salam yang sama kepada Filemon dan Apfia. Ia ingin menunjukkan bahwa dengan demikian sama sekali tidak ada perbedaan iman atau kekuatan iman antara kaum laki-laki pria dan kaum perempuan."2
Orang ketiga dan yang terakhir yang tercantum dalam daftar penerima surat itu adalah Arkhipus teman seperjuangan kita. Sebagai anggota lain dari gereja di Kolose, ia mungkin terkait dengan Filemon dan Apfia. Paulus merasa nyaman dalam menggunakan gambaran militer untuk menggambarkan kehidupan dan pelayanan orang Kristen (Efe. 6:10-17). Mengatakan "teman seperjuangan" adalah cara untuk menunjukkan bahwa seseorang melayani dengan gagah berani, berkorban, dan setia.
Penerima terakhir adalah: jemaat di rumahmu. Paulus tidak hanya melibatkan Apfia dan Arkhipus ke dalam apa yang bisa terlihat seperti masalah pribadi antara Paulus dan Filemon, tetapi ia juga mengalamatkan surat "pribadi" ini kepada seluruh jemaat.
Ayat 3. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu adalah ucapan khas Paulus dalam surat-suratnya. "Kasih karunia" adalah pemberian cuma-cuma dari Allah yang membawa keselamatan (Efe. 2:8), dan "damai sejahtera" adalah gambaran tentang hubungan baru yang orang Kristen miliki dengan Allah melalui Kristus (Roma 5:1).
Yang secara khusus menarik di sini adalah "Tuhan" sebagai gelar Yesus Kristus. Dalam surat kepada jemaat Kolose yang terkait erat,3Paulus membahas hubungan tuan dan budak. Pada kesempatan itu, ia menggunakan kata benda Yunani untuk "Tuhan" (ku/rioß, kurios) yang berarti "tuan atas seorang budak" dan "Tuhan Kristus":
Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.…. Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga. a (Kol. 3:22-4:1, penekanan ditambahkan).
Seraya Paulus bersiap untuk mulai memohon kepada tuan pemilik budak atas nama budaknya, adalah tepat dan mungkin tampak jelas bahwa ia memulainya dengan mengingatkan bahwa baik budak dan tuan berada di bawah kuasa "Tuhan Yesus Kristus."
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Filemon (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Perdamaian
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Paulus menulis "surat penjara" ini (ayat Fil...
Penulis : Paulus
Tema : Perdamaian
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Paulus menulis "surat penjara" ini (ayat File 1:1,9) sebagai surat pribadi kepada seorang bernama Filemon, kemungkinan besar sementara masa penahanan yang pertama di Roma (Kis 28:16-31). Nama-nama sama yang disebut dalam Filemon (ayat File 1:1-2,10,23-24) dan Kolose (Kol 4:9-10,12,14,17) menunjukkan bahwa Filemon tinggal di Kolose, dan kedua surat ini ditulis dan diantarkan pada waktu yang sama.
Filemon menjadi pemilik hamba (ayat File 1:16) dan anggota gereja di Kolose (bd. ayat File 1:1-2 dengan Kol 4:17), mungkin ia bertobat dibawah pelayanan Paulus (ayat File 1:19). Onesimus menjadi hamba Filemon yang telah lari ke Roma; di situ dia kenal Paulus, yang membawa dia kepada Kristus. Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara mereka (ayat File 1:9-13). Sekarang dengan segan Paulus mengirim Onesimus kembali kepada Filemon, ditemani oleh Tikhikus, teman sekerja Paulus, bersama dengan surat ini (bd. Kol 4:7-9).
Tujuan
Paulus menyurati Filemon untuk mengurus persoalan khusus tentang hambanya Onesimus yang telah melarikan diri. Menurut hukum Romawi, hamba yang melarikan diri dapat dihukum mati. Paulus menjadi perantara untuk Onesimus dengan Filemon dan memohon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah sebagai orang percaya dan sahabat Paulus, dengan kasih yang sama sebagaimana dia akan menerima Paulus sendiri.
Survai
Permohonan Paulus adalah sebagai berikut:
- (1) Dia memohon dengan sangat supaya Filemon, sebagai saudara dalam Kristus (ayat File 1:8-9,20-21) menerima Onesimus kembali, bukan sebagai hamba tetapi sebagai saudara dalam Kristus (ayat File 1:15-16).
- (2) Paulus menyatakan bahwa Onesimus (yang artinya "berguna") yang dahulu "tidak berguna", tetapi sekarang "berguna" bagi Paulus dan Filemon (ayat File 1:10-12).
- (3) Paulus ingin Onesimus dapat tinggal di Roma, tetapi sebaliknya mengirimnya kembali kepada tuan yang memilikinya (ayat File 1:13-14).
- (4) Paulus menawarkan diri sebagai pengganti untuk hutang Onesimus dan mengingatkan Filemon tentang hutang budinya kepada Paulus (ayat File 1:17-19). Surat ditutup dengan salam dari beberapa teman sekerja di Roma (ayat File 1:23-24) dan pengucapan syukur (ayat File 1:25).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini adalah yang terpendek di antara surat-surat Paulus.
- (2) Lebih dari lain bagian PB, surat ini menjelaskan bagaimana Paulus dan gereja mula-mula menghadapi persoalan perbudakan Roma. Daripada menyerang langsung atau menimbulkan pemberontakan bersenjata, Paulus mengemukakan prinsip Kristen yang menyingkirkan kekerasan dari perbudakan Roma dan akhirnya menghapuskannya sama sekali antara orang Kristen.
- (3) Surat ini memberikan pengertian unik ke dalam kehidupan Paulus, karena dia begitu erat manunggal dengan seorang hamba sehingga Onesimus disebut "buah hatiku" (ayat File 1:12).
Full Life: Filemon (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(File 1:1-3)
I. Penghargaan Terhadap Filemon
(File 1:4-7)
A. Pokok Doa Syukur
...
Garis Besar
- Salam Kristen
(File 1:1-3) - I. Penghargaan Terhadap Filemon
(File 1:4-7) - A. Pokok Doa Syukur
(File 1:4-6) - B. Saat Kegembiraan Besar
(File 1:7) - II. Permohonan untuk Onesimus
(File 1:8-21) - A. Permohonan Bukan Perintah
(File 1:8-11) - B. Alasan Mengirim Onesimus Kembali
(File 1:12-16) - C. Permohonan Bersifat Penggantian
(File 1:17-19) - D. Tanggapan Positif Diharapkan dari Filemon
(File 1:20-21) - Hal-hal Terakhir
(File 1:22-25) - A. Harapan untuk Segera Mengunjungi
(File 1:22) - B. Salam dari Sahabat Paulus
(File 1:23-24) - C. Pengucapan Berkat
(File 1:25)
Matthew Henry: Filemon (Pendahuluan Kitab)
Surat kepada Filemon ini ditempatkan terakhir di antara surat-surat dengan nama Paulus, mungkin karena surat ini paling pendek, dan isi uraiannya ...
- Surat kepada Filemon ini ditempatkan terakhir di antara surat-surat dengan nama Paulus, mungkin karena surat ini paling pendek, dan isi uraiannya khas dan berbeda dari semua surat yang lain. Namun demikian Roh Allah, yang menggubahnya, melihat bahwa surat dengan jenis ini akan banyak memberi pelajaran dan sangat berguna bagi jemaat-jemaat. Surat ini ditulis pada kesempatan berikut: Filemon, salah seorang yang penting dan mungkin seorang hamba Tuhan di jemaat Kolose, sebuah kota di Frigia, memiliki seorang hamba bernama Onesimus. Onesimus ini kabur dari Filemon, setelah mencuri barang-barangnya. Dan dalam pelariannya, Onesimus sampai di Roma, di mana Paulus sedang menjadi tahanan karena Injil. Dan, oleh pemeliharaan Allah Onesimus mendengar khotbah Paulus, dan kemudian oleh berkat Allah, ia dipertobatkan oleh Paulus. Sesudah itu selama beberapa waktu ia melayani Rasul Paulus yang sedang dalam penjara. Ia mungkin akan lebih berguna lagi bagi Paulus saat itu, tetapi mengingat ia adalah hamba orang lain, Paulus tidak ingin, tanpa persetujuan tuannya, menahan Onesimus berlama-lama, tetapi mengirim dia kembali dengan surat pujian ini, yang di dalamnya Rasul Paulus sungguh-sungguh meminta supaya Onesimus diampuni dan diterima dengan baik. Sebelum masuk pada tafsiran, ada baiknya kita perhatikan hal-hal umum berikut dalam surat ini dan apa saja yang berhubungan dengannya, yaitu,
- I. Kebaikan dan belas kasihan Allah terhadap orang berdosa yang malang dan sedang berkeliaran, dengan membawa orang itu oleh pemeliharaan-Nya kepada sarana keselamatan, dan membuat sarana itu berhasil mempertobatkannya. Demikianlah Allah telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Dia; dan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Dia (Yes. 65:1).
- II. Kasih sayang yang besar dan mesra antara seorang petobat sejati dan orang yang dipakai Allah sebagai alat pertobatannya. Paulus menganggap si pelarian yang malang ini sebagai anaknya di dalam iman, dan menyebutnya sebagai buah hatinya sendiri. Onesimus sendiri siap melayani Paulus di penjara, dan dengan senang hati akan terus melakukannya, seandainya tidak ada kewajiban lain yang harus dia lakukan. Akan tetapi, sebagai hamba orang lain, ia harus kembali dan menyerahkan diri kepada tuannya, dan siap menuruti perintahnya.
- III. Jiwa yang lembut dan baik dari Rasul Paulus yang terberkati ini. Dengan begitu sungguh-sungguh ia memberi perhatian pada hamba yang malang itu! Karena melalui pemberitaannya Onesimus sudah diperdamaikan dengan Allah, maka Paulus mengusahakan pendamaian antara dia dan tuannya. Betapa memelas surat yang ditulisnya di sini atas nama Onesimus! Hampir tidak ada alasan yang terlupakan untuk dipakai bagi keperluan ini. Dan semua alasan diajukan dengan begitu rupa sehingga, seandainya yang diminta adalah kebaikan terbesar bagi dirinya sendiri, maka sudah tidak ada lagi alasan lain yang dapat dipakainya.
- IV. Pemeliharaan Allah yang luar biasa dalam melestarikan tulisan singkat seperti ini, yang barangkali dianggap tidak begitu berarti bagi jemaat, karena ini bukan saja surat kepada orang tertentu (seperti surat kepada Timotius, Titus, Gayus, dan ibu yang terpilih), melainkan juga surat mengenai masalah pribadi, yaitu supaya hamba malang yang melarikan diri diterima kembali dalam kebaikan keluarga tuannya yang sudah dirugikan. Apa yang bersangkut paut dengan masalah keselamatan semua orang di sini? Walaupun begitu, ada perhatian ilahi yang khusus atas surat ini, karena surat itu diberikan (seperti tulisan-tulisan suci lain) oleh ilham Allah, dan dalam cara tertentu, seperti tulisan-tulisan itu, bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Allah akan memberikan bukti dari anugerah-Nya yang kaya dan cuma-cuma untuk mendorong dan menghibur orang-orang berdosa yang paling hina dan paling keji, jika mereka mencari Dia untuk mendapat belas kasihan dan pengampunan. Ini juga untuk mengajar hamba-hamba Tuhan dan orang lain supaya tidak memandang rendah siapa saja, apalagi sampai menghakimi mereka menyangkut nasib kekal mereka, seolah-olah mereka sudah sepenuhnya tercampakkan. Sebaliknya, kita harus berusaha supaya mereka bertobat, berharap agar mereka diselamatkan. Ini juga untuk mengajar bagaimana kita harus bersikap terhadap mereka. Harus ada sukacita di bumi, seperti ada sukacita di sorga, atas satu orang berdosa yang bertobat. Orang-orang seperti itu kini harus dikasihi, dibantu, dan diteguhkan dalam kebaikan, dan terus didorong di dalamnya. Dan mengenai keperluan-keperluan lahiriah mereka, penghiburan dan kesejahteraan mereka haruslah kita usahakan dan kita dukung sebaik mungkin. Dan pada pihak mereka, mereka harus rendah hati dan bersyukur, dengan mengakui Allah dan sarana-sarana yang dipakai-Nya dalam membawa kebaikan yang telah mereka terima. Mereka harus siap membalas semuanya itu, memperbaiki semampu mereka sekiranya ada yang dirugikan, dan hidup penuh syukur dan ketaatan. Untuk tujuan-tujuan itulah surat ini mungkin ditulis dan dilestarikan. Dan mungkin,
- V. Ada sesuatu yang lebih lagi dalam semua ini. Setidak-tidaknya secara tersirat, surat ini dapat diterapkan pada kepengantaraan Kristus bagi orang-orang berdosa yang malang. Kita, seperti Onesimus, adalah orang-orang yang durhaka dan tidak mau melayani Allah, dan telah melanggar hak-hak-Nya. Yesus Kristus menemukan kita, dan dengan anugerah-Nya mengerjakan perubahan dalam diri kita, dan menjadi pengantara antara kita dan Bapa, supaya kita mendapat perkenanan-Nya dan diterima dalam keluarga-Nya lagi, dan supaya pelanggaran-pelanggaran di masa lalu diampuni. Dan kita yakin bahwa Bapa selalu mendengar Dia. Tidak ada alasan untuk meragukan bahwa Paulus berhasil membuat Filemon mengampuni dan menerima Onesimus. Dan ada lebih banyak alasan lagi untuk yakin bahwa kepengantaraan Kristus dengan Bapa berhasil membuat Bapa menerima semua orang yang perkaranya dibawa dan dibela Kristus di hadapan-Nya. Dari pengamatan umum ini, sekarang kita sampai pada surat itu sendiri.
Jerusalem: Filemon (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Filemon (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA PILEMON
KATA PENGANTAR
Isi surat pendek ini sangat sederhana dan tertindjau sepintas lalu, perkara
remeh sadja, bersifat pri...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA PILEMON
KATA PENGANTAR
Isi surat pendek ini sangat sederhana dan tertindjau sepintas lalu, perkara remeh sadja, bersifat pribadi pula, sehingga dapat mengherankan, bahwa ia diterima masuk Kitab Kudus. Tetapi kalau ditindjau lebih dalam ia bukan remeh dan bukan pula bernilai pribadi sadja. Seorang budak belian, bernama Onesimus, pernah tjurang terhadap madjikannja, bernama Pilemon, dan melarikan diri lalu bertemu dengan Paulus di Roma. Disitu ia dipermandikan Paulus dan tinggal beberapa lama melajaninja. Pilemon adalah seorang terkemuka di Kolose, dipermandikan oleh Paulus, rupanja di Efesus, kemudian rumahnja di Kolose mendjadi satu pusat perkumpulan umat.
Pada kesempatan Paulus mengutus Tichikus untuk menghantar "surat kepada umat Kolose" kepada umat tersebut, ia bermaksud mengirim Onesimus bersama dengan dia kembali kepada madjikannja jang sah itu. Bdl. Kol. 4:9.
Paulus mengirimkan surat ini bagi Pilemon. Isinja pembelaan terhadap Onesimus dan dorongan halus, supaja ia mengampuninja dan menerimanja dengan baik sebagai saudara.
Memang didalam surat ini tidak diuraikan suatu adjaran besar, namun seluruh surat dengan isi dan suasananja merupakan satu pengadjaran jang tepat sekali bagi tiap-tiap orang beriman. Ia setjara berwudjud mentjerminkan perasaan persaudaraan dan sikap tjinta-kasih, jang harus mendjiwai tiap-tiap orang jang sungguh-sungguh berminat mewudjudkan tjita-tjita Indjil jang tertinggi. Paulus jang berdjiwa besar dalam segala-galanja, disinipun menundjukkan kebesaran djiwa, dalam hormat dan tjinta-kasihnja jang mesra terhadap seorang jang berkedudukan budak-belian, tetapi bermartabat agung sebagai anak Allah dan saudara dalam Kristus. Surat ini mendjadi suatu tjontoh klasik, bagaimana tjinta-kasih Kristus harus diwudjudkan terhadap tiap-tiap "saudara Kristus", jang terketjil sekalipun, bagaimana harus dia dipandang dan diperlakukan sebagai saudara sedjati, semartabat dan sederadjat. Paulus menuntut perasaan dan tjinta- kasih jang demikian dari Pilemon. Ia harus menerima Onesimus sebagai saudara tertjinta, jang terhapus salahnja, dan jang dahulu sebagai budak, baru sekarang bernilai besar sebagai saudara baginja.
Tetapi tjinta-kasih Paulus pada hakekatnja ataskodrati semata-mata dan diimbangi dengan kebidjaksanaan. la samar-samar berharap supaja Pilemon memberi kebebasan kepada Onesimus, malah menjuruhnja kembali kepada Paulus, tetapi ia tidak menuntut hal itu.
Pandangan dan sikap Paulus terhadap bal perbudakan sudah kita tahu dari
TFTWMS: Filemon (Pendahuluan Kitab) Filemon: Kata Pengantar
Hampir tersembunyi di dalam Perjanjian Baru di akhir pelbagai tulisan oleh rasul Paulus terdapat surat pendek kepada Filemo...
Filemon: Kata Pengantar
Hampir tersembunyi di dalam Perjanjian Baru di akhir pelbagai tulisan oleh rasul Paulus terdapat surat pendek kepada Filemon. Karena hanya berisi dua puluh lima ayat pendek, Kitab Filemon dengan mudahnya terlewatkan dan sering diabaikan. Surat pendek ini tidak berisi pembahasan doktrin yang penting dan bahkan tidak berisi satu ayat hapalan klasik. Mungkin pertanyaan yang paling sering diajukan tentang Filemon adalah "Mengapakah surat itu terdapat di dalam Alkitab?" Bagaimanapun, kitab itu terus menjadi bagian penting Kitab Suci sekarang ini, sebab kitab itu secara cerdas memberikan pola persuasi Kristen dan menunjukkan dampak dramatis yang iman Kristen harus miliki tentang cara pengikut Yesus memperlakukan satu sama lainnya.
Banyak pertanyaan dibiarkan tidak terjawab dalam surat ini. Hubungan apakah yang terjalin antara Filemon, Apfia, dan Arkhipus? Bagaimanakah Onesimus menjadi budak? Apakah Onesimus melarikan diri dengan tidak berniat untuk pulang kembali, atau apakah ia sekedar mencari pertolongan Paulus? Bagaimanakah ia bisa berjumpa dengan Paulus? Bentuk hubungan pribadi apakah yang terjalin antara Filemon dan Onesimus? Singkatnya, ada banyak hal yang kita tidak tahu tentang latar belakang surat ini.
Namun begitu, unsur-unsur penting dari kisah yang menarik ini adalah jelas. Filemon adalah pemilik budak yang telah diubah hidupnya oleh pemberitaan Paulus. Onesimus, seorang budak milik Filemon, pergi ke Roma di mana ia berjumpa dengan Paulus dan juga telah diubah hidupnya. Paulus, yang pada waktu itu di penjara, mengirim pulang Onesimus kepada Filemon untuk didamaikan dengan pemiliknya. Saat ia pulang, Onesimus membawa surat yang Paulus telah tulis kepada Filemon untuk memperlakukan Onesimus sebagai seorang saudara dalam Tuhan.
Rasul Paulus, pemilik budak, dan budak itu sendiri berada dalam situasi yang baru dan sulit. Hubungan mereka dengan Yesus dan, akibatnya, dengan satu sama lain meminta mereka semua untuk mendekati masalah rumit ini dengan rasa kemanusiaan yang mendalam dan saling menghormati satu sama lain. Itulah tantangan yang dihadapi rasul Paulus ketika ia menyurati Filemon. Kita dapat bersyukur bahwa masalah perbudakan telah lenyap di sebagian besar dunia saat ini, namun perjuangan untuk memperlakukan sesama Kristen sebagai saudara dan saudari yang sesungguhnya tetap menjadi tantangan bagi pengikut Kristus. Selama hal ini benar, dua puluh lima ayat surat Paulus kepada Filemon itu akan terus melayani tujuan yang sangat penting bagi gereja.
PENGARANGNYA
Dalam kata pertama surat ini, penulis memperkenalkan dirinya sebagai "Paulus." Pada saat menulis ia surat itu adalah "seorang hukuman karena Kristus Yesus" (ay. 1) serta "Paulus, yang sudah menjadi tua" (ay. 9). Setiap petunjuk dalam surat itu menunjuk kepada kesimpulan bahwa surat itu ditulis oleh Rasul Paulus sewaktu ia berada di penjara selama tahun-tahun terakhir hidupnya. Meski beberapa orang (seperti Ferdinand Baur dan Sekolah Tübingen abad kesembilan belas) telah menantang pandangan ini, "sekarang ini keaslian Surat kepada Filemon itu hampir secara universal diakui, karena tidak ada alasan serius untuk mempertanyakannya."1
Seorang pengirim sejawat, "Timotius saudara kita" (ay. 1), juga disebut. Timotius adalah asisten muda Paulus yang sering bepergian dengan rasul itu, sering berfungsi sebagai utusannya. Ia disebut sebagai pengirim sejawat dalam enam dari surat-surat Paulus (2 Korintus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, dan Filemon). "Pengirim sejawat" mungkin istilah yang lebih akurat untuk menggambarkan Timotius daripada "penulis sejawat" karena otoritas di balik surat itu berasal dari Paulus. Dimulai pada ayat 4, Paulus menggunakan kata ganti orang pertama tunggal ("Aku" dan "ku") bukan kata ganti jamak ("kami"). Meski Timotius dicantumkan bersama Paulus dalam sapaan itu, tetapi yang Filemon dengar ketika surat ini dibacakan adalah "suara" Paulus.
PENERIMANYA
Surat itu ditujukan kepada "Filemon yang kekasih, teman sekerja kami dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu" (ay. 1, 2). Setiap unsur dalam sapaan ini mengandung perhatian khusus.
Filemon. Kita kenal hanya melalui surat Perjanjian Baru yang menyandang namanya, Filemon adalah pemilik budak yang telah menjadi orang Kristen melalui pelayanan Paulus. Tidak diragukan lagi ia adalah anggota gereja di Kolose dan orang yang kaya (pemilik budak yang menampung gereja di rumahnya). Paulus menggambarkan dia dalam pelbagai ungkapan penuh kasih: "[saudara] yang kekasih" (ay. 1), "saudara" (ay. 7, 20), dan "teman seiman" (ay. 17). Tidak pasti apakah Paulus telah mengajar dia secara langsung atau tidak langsung, mungkin melalui pekerjaan Epafras (Kol. 1:7). Apapun kasusnya, Paulus dengan berani mengingatkan Filemon, ""engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri"(ay. 19). Seiring waktu, Filemon akhirnya dikenal sebagai "rekan sekerja" Paulus dalam Kerajaan Allah (ay. 1). Ungkapan ini muncul lagi di ayat 24, untuk menggambarkan Epafras, Markus, Aristarkhus, Demas, dan Lukas. Penggunaan istilah itu menunjukkan bahwa Paulus menganggap Filemon rekan sekerja dalam misi Allah. Apakah ini berarti bahwa pada titik tertentu mereka bekerja berdampingan atau sekedar bahwa mereka itu bekerja di tempat yang berbeda untuk tujuan akhir yang sama, kita tidak bisa pastikan.
Apfia. Paulus menggambarkan perempuan Kristen ini hanya sebagai "saudara perempuan kita" (ay. 2). Ia mungkin istri atau saudara perempuan Filemon. Yang manapun, ia pasti anggota perempuan yang berpengaruh dalam rumah tangga Filemon.
Arkhipus. Laki-laki ini diidentifikasi sebagai "teman seperjuangan kita [Paulus dan Timotius]" (ay. 2), suatu ungkapan yang Paulus terapkan kepada Epafroditus di Filipi 2:25. Dalam Kolose 4:17 Paulus menulis petunjuk misterius berikut ini untuk Arkhipus: "Dan sampaikanlah kepada Arkhipus: Perhatikanlah, supaya pelayanan yang kauterima dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya." Ia mungkin adalah saudara Filemon dan Apfia atau anak mereka.
Jemaat di rumahmu. Jemaat-jemaat di zaman sekarang biasanya berhimpun di gedung-gedung yang dikhususkan untuk tujuan khusus itu. Namun begitu, pada abad pertama, jemaat-jemaat sering berhimpun di rumah-rumah (Kisah 2:46; 5:42). Dalam kasus-kasus seperti itu, seorang Kristen yang memiliki rumah yang cukup besar untuk menampung jemaat akan berfungsi sebagai tuan rumah bagi jemaat itu. Priska dan Akwila (Rom. 16:3-5; 1 Kor. 16:19) dan Nimfa (Kol. 4:15) adalah contoh-contoh tentang hal ini. Sapaan Paulus dalam surat kepada Filemon adalah satu-satunya contoh dalam pelbagai tulisannya di mana ia menyebut tentang jemaat-rumah dalam salam surat itu.
"Mu" dalam ayat 2 berbentuk tunggal dan mungkin mengacu kepada Filemon (orang pertama yang dicantumkan dan fokus utama surat ini). Namun begitu, bahasa itu membuka kemungkinan bahwa bisa saja yang dimaksudkan adalah Arkhipus (nama terakhir yang dicantumkan sebelum kata ganti orang). Yang lebih penting adalah pertanyaan tentang seberapa harfiahkah Paulus menghendaki bagian sapaan ini harus dipahami. Filemon sering dianggap sebagai surat pribadi.
Menurut pandangan F. F. Bruce, mengajukan pertanyaan pribadi di hadapan seluruh jemaat akan bersifat manipulatif dan menekan. Bruce menegaskan, "Surat itu adalah surat pribadi, ditujukan untuk Filemon saja."2Namun begitu, beberapa orang lain menganggap tekanan positif yang sama dari para anggota jemaat sudah dengan tepatnya menjadi apa yang rasul Paulus maksudkan.3Yang dibahas di sini bukan hanya anggota-anggota lain di dalam rumah tangga Filemon (Apfia dan Arkhipus), tetapi seluruh jemaat yang berhimpun di rumah Filemon diundang juga. Mereka harus bersama-sama mempertimbangkan implikasi iman bersama mereka mengenai masalah sulit tentang bagaimana budak Kristen dan pemilik budak Kristen harus saling memperlakukan satu sama lain dalam nama Kristus.
Keterlibatan seluruh anggota jemaat dalam apa yang pada awalnya tampak sebagai masalah pribadi mungkin menjadi aspek paling luar biasa dari surat kepada Filemon ini. Iman Kristen bersifat pribadi, tetapi tidak rahasia. Filemon akan sudah mempelajari hal ini ketika surat Paulus kepada dia dibacakan di gereja Kolose! Surat kepada Filemon itu, waktu itu, adalah surat pribadi yang bersifat terbuka.
FILEMON DAN KOLOSE
Surat-surat Paulus kepada Filemon dan kepada jemaat di Kolose tampaknya telah ditulis pada saat yang sama kepada orang-orang di kota yang sama dan telah disampaikan oleh kurir yang sama. Beberapa nama sama-sama dimiliki oleh dua surat itu:
s
Orang |
Kolose |
Filemon |
Epafras |
ay. 23 |
|
Onesimus |
ay. 10 |
|
Aristarkhus |
ay. 24 |
|
Markus |
ay. 24 |
|
Lukas |
ay. 24 |
|
Demas |
ay. 24 |
Hubungan terkuat antara dua surat itu ditemukan dalam Kolose 4:7-9:
Semua hal ihwalku akan diberitahukan kepada kamu oleh Tikhikus, saudara kita yang kekasih, hamba yang setia dan kawan pelayan dalam Tuhan. Ia kusuruh kepadamu dengan maksud, supaya kamu tahu akan hal ihwal kami dan supaya ia menghibur hatimu. Ia kusuruh bersama-sama dengan Onesimus, saudara kita yang setia dan yang kekasih, seorang dari antaramu. Mereka akan memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang terjadi di sini. (Penekanan ditambahkan.)
Secara keseluruhan, bukti itu tampaknya menunjukkan bahwa Tikhikus dan Onesimus diutus bersamaan oleh Paulus ke Kolose dengan membawa dua surat, satu ditujukan kepada seluruh anggota jemaat dan surat lain yang lebih khusus ditujukan kepada Filemon, seorang anggota jemaat di Kolose.
TANGGAL DAN TEMPAT PENULISANNYA
Surat kepada Filemon dan kepada jemaat di Efesus, Filipi, dan Kolose sudah lama dinamakan "Surat Penjara." Bahwa Paulus berada dalam penjara ketika ia menulis Filemon tidaklah diragukan lagi oleh karena bukti internal yang sangat banyak (ay. 1, 9, 10, 13, 23). Pandangan tradisional menyatakan bahwa kesemua empat Surat Penjara itu ditulis oleh Paulus dari Roma selama pemenjaraannya yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul 28:30, 31. Jika benar begitu, maka surat kepada Filemon itu ditulis sekitar tahun 60-62 Masehi sewaktu Paulus berada di bawah tahanan rumah di Roma, menunggu naik bandingnya kepada Kaisar.
Karena jarak dari Roma ke Kolose lebih dari seribu kilometer, banyak penafsir meragukan bahwa Onesimus bisa melakukan perjalanan yang sedemikian jauh. Sebagai pengganti Roma, mereka menyarankan Kaisarea atau Efesus. Pemenjaraan Paulus di Kaisarea dicatat dalam Kisah Para Rasul 23:31-27:1 dan berlangsung sekitar tahun 57 sampai 59 Masehi. Pemenjaraan di Efesus tidak secara khusus disebut dalam Perjanjian Baru, tetapi mungkin terjadi sekitar tahun 52-54 Masehi.
Onesimus perlu waktu perjalanan kurang dari satu minggu untuk mencapai Ephesus, sementara untuk pergi ke Kaisarea ia akan perlu waktu sedikit lebih lama. Sementara perjalanan ke Roma akan perlu waktu lebih lama lagi dan jumlah uang yang cukup banyak. Roma, karena ukurannya, akan juga menghadirkan tantangan yang jauh lebih besar bagi Onesimus dalam mencari Paulus setelah ia tiba di sana. Namun begitu, ukuran kota dan lamanya perjalanan ke Roma mungkin merupakan alasan bagi Onesimus untuk pergi ke sana. Jarak Roma cukup jauh dari Kolose dan menawarkan kerahasiaan jati diri yang sangat dicari oleh budak yang melarikan diri.
Meski bukti yang sah dapat diberikan baik untuk Efesus atau Kaesarea sebagai tempat Paulus menulis suratnya kepada Filemon, namun komentari ini ditulis dari sudut pandang bahwa surat itu dikirim di awal tahun 60an Masehi dari Roma. Penafsiran surat kepada Filemon ini tidak terlalu bergantung pada tanggal penulisannya atau tempat Paulus dipenjara pada saat surat itu ditulis. Apakah Onesimus ditemukan oleh Paulus di Roma, Kaisarea, atau Efesus tidaklah berdampak besar pada pesan kuat bahwa Onesimus diserahkan kepada pemiliknya ketika ia kembali ke Kolose di sekitar pertengahan abad pertama.
PERBUDAKAN DI ABAD PERTAMA
Kekaisaran Romawi abad pertama adalah budaya budak. Di kota-kota besar zaman itu, jumlah budak lebih dari sepertiga dari total populasi. Seseorang menjadi budak oleh karena salah satu dari beberapa hal ini: (1) kekalahan dalam perang, (2) ditangkap oleh bajak laut, (3) menjual diri sendiri untuk membayar hutang, (4) dihukum oleh pengadilan karena hutang, (5) anak yang tidak diinginkan yang dibiarkan untuk mati, atau (6) anak yang lahir dari seorang ibu budak.4Sebagian besar budak di abad pertama lahir ke dalam perbudakan. Banyak yang berayahkan seorang tuan budak dan lahir dari seorang ibu budak.
Kualitas hidup seorang budak tergantung pada perlakukan yang diberikan oleh pemilik budak. Di bawah hukum Romawi, budak dianggap sebagai manusia tetapi bukan sebagai "orang yang sah." Secara hukum, budak tidak memiliki pernikahan, keluarga, atau warisan. Mereka tidak bisa mewakili dirinya sendiri di pengadilan dan mendapat penghakiman yang lebih berat daripada pemiliknya untuk perbuatan kriminal.5
Perbudakan bisa menjadi kondisi yang mengerikan dalam keadaan tertentu. Namun begitu, banyak budak yang diperlakukan dengan baik, dan banyak yang memiliki kesempatan untuk diberi kebebasan pada usia tiga puluh tahun. Pada abad pertama Kekaisaran Romawi, perbudakan tidak dianggap sangat merendahkan; itu hanya dipandang sebagai bagian penting dari budaya dan ekonomi. Umumnya, sulit untuk membedakan antara budak dan non-budak di pasar karena kedua kelompok itu sering melakukan pekerjaan yang sama. Biasanya, budak tidak secara fisik atau intelek- tual lebih rendah daripada tuan mereka. Banyak yang berpendidikan baik, dan sejumlah besar menjabat sebagai guru. Dalam beberapa kasus, budak-budak itu adalah pemilik budak itu sendiri.
Perjanjian Baru menunjukkan bahwa di gereja mula-mula terdapat budak maupun pemilik budak (Efe. 6:5-9; Kol. 3:22-4:1). Budak diperintahkan untuk jujur dan bekerja keras, sementara tuan mereka diajarkan untuk bersikap adil, baik, dan tidak memihak. Budak dan pemiliknya harus mengakui Tuhan sebagai tuan atas semua orang (Kol. 4:1). Perbudakan itu sendiri tidak secara langsung dikecam dalam Perjanjian Baru, tetapi injil Kristus memulai perubahan yang akhirnya menghancurkan lembaga perbudakan di banyak wilayah di dunia. Michael R. Weed mengulas, "Gereja mula-mula hanya bisa membuat perdamaian sementara dengan dunia yang penuh dengan perbudakan dan ketidakadilan sambil memberitakan injil kebebasan dan kesetaraan."6Ketegangan antara praktik perbudakan dan seruan persaudaraan Kristen berfungsi sebagai latar belakang langsung bagi surat Paulus kepada Filemon.
GARIS BESAR SINGKAT
I. Salam (ay. 1-3)
II. Ucapan Syukur dan Doa (ay. 4-7)
III. Permohonan Paulus kepada Onesimus (ay. 8-20) IV. Penutup (ay. 21-25)
Catatan Akhir:
- 1 Joseph A. Fitzmyer, The Letter to Philemon, The Anchor Bible, vol. 34c (New York: Doubleday, 2000), 8.
- 2 F. F. Bruce, The Epistles to the Colossians, to Philemon, and to the Ephesians, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1984), 206.
- 3 Mereka yang percaya bahwa surat itu ditujukan untuk seluruh jemaat termasuk Fitzmyer; Markus Barth and Helmut Blanke, The Letter to Philemon: A New Translation with Notes and Commentary, The Eerdmans Critical Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 2000); James D. G. Dunn, The Epistles to the Colossians and to Philemon: A Commentary on the Greek Text, The New International Greek Testament Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1996); and Norman R. Petersen, "Philemon," in The HarperCollins Bible Commentary, ed. James Luther Mays (San Francisco, Calif.: Harper San Francisco, 2000), 1146-48.
- 4 Barth and Blanke, 5-8.
- 5 S. S. Bartchy, "Slavery," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 4:544.
- 6 Michael R. Weed, The Letters of Paul to the Ephesians, the Colossians, and Philemon, The Living Word Commentary, vol. 11 (Abilene, Tex.: ACU Press, 1971), 12.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Filemon (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN(Filemon 1:1-3)
"Dua Surat Datang Minggu Ini"
Banyak surat dalam Perjanjian Baru dibaca pertama kali dalam perhimpunan ibadah gere...
PENERAPAN(Filemon 1:1-3)
"Dua Surat Datang Minggu Ini"
Banyak surat dalam Perjanjian Baru dibaca pertama kali dalam perhimpunan ibadah gereja (Kol. 4:16). Dengan mengingat itu, bayangkanlah hari Minggu di gereja Kolose saat Tikhikus dan Onesimus tiba bersama dua surat dari Paulus. Yang pertama adalah surat umum untuk seluruh gereja, sedangkan surat kedua langsung ditujukan kepada Filemon, orang Kristen yang di rumahnya gereja itu secara rutin berhimpun.
Budak dan tuan pemilik budak sama-sama berkumpul pada malam itu ketika gereja berhimpun untuk beribadah. Oleh sebab kepulangan Onesimus yang mengejutkan, seorang budak yang sudah lama tidak hadir pasti telah menjadi sumber gosip di gereja kecil itu, maka ketegangan tampak terlihat jelas seraya orang-orang itu mulai berdatangan di rumah Filemon. Ketika semua orang sudah datang, Filemon berdiri dan dengan gerakan tangannya ia menenangkan jemaat. Ia memberitahu perhimpunan itu bahwa Tikhikus baru saja tiba dari Roma dengan berita tentang rasul Paulus yang terkasih, dan ia menyerahkan jalannya pertemuan itu kepada dia.
Tikhikus memulai dengan laporan tentang bagaimana pekerjaan Paulus berlangsung; kesehatannya baik, semangatnya kuat, dan keadaan hidupnya bisa ditoleransi. Kemudian, setelah kata pengantar yang singkat itu, ia mengeluarkan surat pertama dari dua surat yang ia bawa. Ia mulai membaca. Seluruh gereja itu tentunya tersenyum atas rasa hormat yang diberikan kepada mereka oleh rasul Paulus yang mulia itu. Kurang dari sepuluh tahun sebelumnya, masih belum ada satu orang Kristen di Kolose; tapi itu sebelum Paulus menghabiskan waktu tiga tahun berkhotbah dan mengajar di kota besar Efesus, hanya beberapa hari perjalanan dari kampung halaman mereka di Lembah Lycus. Ketika manusia bolak-balik ke Efesus untuk berbisnis, injil itu tampaknya menyebar ke seluruh pedesaan. Sebuah gereja didirikan di dekat Laodikia, dan kemudian suatu hari seorang laki-laki bernama Epafras tiba di Kolose menceritakan tentang Tuhan Yesus Kristus. Tak lama kemudian, terbentuklah beberapa orang Kristen di Kolose, dan mereka mulai berhimpun di rumah Filemon setiap Hari Tuhan. Beberapa anggota jemaat Kolose pernah bertemu Paulus di Efesus, tetapi Paulus sendiri belum bisa datang ke kota mereka. Namun demikian, orang-orang Kristen ini merasa seolah-olah mereka sudah mengenal dia dengan baik, dan mereka semua tersenyum ketika ia menyalami mereka dalam suratnya.
Untuk selama tiga puluh menit berikutnya, jemaat itu mendengarkan dengan saksama setiap kata yang Tikhikus baca dari surat Paulus itu. Ia mengingatkan mereka tentang keagungan Kristus dan bagaimana tidak ada hal lain di seluruh dunia yang bisa dibandingkan dengan Dia. Seraya ia terus membaca, semua kebingungan rohani yang baru-baru ini orang-orang itu gumuli tampaknya menguap. Pandangan yang jelas tentang Yesus memiliki efek tersebut. Namun begitu, tidak lama setelah Paulus mengangkat mereka kepada tingkat baru persekutuan dengan Tuhan lalu ia, seperti yang biasa dikatakan oleh seorang pemberita injil, "berhenti berkhotbah dan mulai mengungkit masalahnya!"
Situasinya canggung ketika Paulus membahas masalah suami dan istri, dan kemudian orangtua dan anak-anak. Namun begitu, saat yang paling tidak nyaman muncul ketika pembaca menyuarakan kata-kata Paulus tentang budak dan tuan mereka. Bagi gereja di Kolose, ini bukan sekedar diskusi abstrak tentang penyakit sosial; ini adalah kehidupan mereka. Majikan dan budak duduk mengelilingi ruangan itu. Mereka tidak bisa dibedakan oleh ras mereka, pakaian mereka, atau gaya mereka, namun setiap orang tahu yang mana budak dan yang mana tuan pemilik budak. Itulah yang terjadi pada hari Minggu mana saja, tapi hari Minggu ini kesadaran itu lebih tajam daripada biasanya. Onesimus telah kembali setelah ketidakhadirannya yang lama dan tanpa pamit, dan semua orang sedang menunggu untuk melihat bagaimana Filemon akan menangani dia.
Kata-kata Paulus tentang perbudakan bukanlah tentang lembaga sosial atau apa yang pemerintah Romawi seharusnya lakukan. Sebaliknya, kata-kata itu adalah kata-kata praktis tentang bagaimana hubungan setiap orang Kristen dengan Kristus mengubah cara ia berhubungan dengan orang lain. Bayangkanlah seluruh gereja menatap tanah dan jantung mereka berdetak lebih cepat ketika surat Paulus menyinggung masalah sensitif perbudakan. Ia bicara tentang pelayanan kepada Tuhan, upah, konsekuensi, dan keadilan. Untungnya, bagian yang sulit itu segera berakhir. Semua orang bernapas lebih lega ketika Tikhikus membaca tentang doa dan mengakhiri dengan salam pribadi dari Paulus.
Meski begitu, yang "terburuk," mungkin telah belum muncul. Tak lama setelah ia menyimpulkan dengan "Kasih karunia menyertai kamu," Tikhikus mungkin mengambil potongan perkamen lainnya dan mulai membaca lagi. Para pembaca itu menyadari bahwa Paulus belum selesai dengan permasalahan di dalam gereja Kolose. "Filemon," tulisnya, menyapa orang yang di rumahnya mereka sedang berhimpun. Kemudian ia menyebut Apfia dan Arkhipus, dua anggota lain dari rumah tangga Filemon. Para anggota gereja itu mulai merasa seolah-olah mereka sedang membaca surat pribadi seseorang atau mendengarkan percakapan pribadi seseorang.
Nama terakhir yang tercantum dalam daftar penerima surat itu bukan orang; melainkan "jemaat di rumahmu." Semuanya tercakup: muda dan tua, budak dan orang merdeka, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan. Karena setiap orang diundang untuk bergabung bersama-sama dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi, maka pada hari itu gereja merasa lebih seperti sebuah keluarga daripada sebelumnya. Pada saat Tikhikus selesai dengan surat kedua, pembicaraan tentang menjadi saudara dan saudari seiman dan berbagi dalam persekutuan Kristen menjadi kenyataan. Tuan pemilik budak itu disinggung tentang masalah budaknya yang melarikan diri, dan seluruh jemaat diminta untuk membantu dalam hal itu. Setiap orang Kristen yang mendengarkan surat kepada Filemon pada hari itu menyadari bahwa iman Kristen, meski sangat pribadi, bukanlah masalah pribadi. Gereja itu memang sebuah keluarga—dan, dengan demikian, para anggotanya berkewajiban untuk menghadapi bersama-sama pelbagai tantangan terhadap iman mereka.
Ini Bukan Sekadar Tentang Anda!
Stanley Hauerwas dan William H. Willimon menceritakan kisah indah yang menggambarkan salah satu cara ketegangan pribadi antara Filemon dan Onesimus bisa disejajarkan dalam keadaan gereja zaman kini. Tom, seorang suami yang patah hati yang menikahi Sue seorang pecandu alkohol, satu hari memberitahu penginjilnya bahwa istrinya mabuk lagi. Selama bertahun-tahun Tom sudah berkali-kali memaafkan isterinya, tapi kali ini ia tidak punya kekuatan atau keinginan untuk mencoba lagi. Harapan dan kesabarannya telah hilang.
Alice, anggota dari pasangan kelas Alkitab, memanggil penginjil itu keesokan harinya untuk membahas Sue yang mabuk, Tom yang putus asa, dan hancurnya perkawinan pasangan itu. Setelah beberapa menit percakapan yang mengesalkan itu, Alice memberitahu penginjil itu bahwa sesuatu tentang situasi ini mengganggu dia. Ketika ditanya sesuatu itu apa, Alice menjawab, "yang mengganggu saya adalah bahwa ia diharapkan untuk menanggung semua ini sendirian." Ia melanjutkan dengan menyarankan bahwa kelas Alkitab harus bersikeras membantu pasangan itu: "Kita harus memberitahu Tom bahwa kita ingin membantu dia. Kita bisa mengurus makanan mereka. Kita bisa membantu mengurus anak-anak mereka. Itu tidak masalah. Selain itu, rumah sakit baru saja memulai program baru untuk para pecandu alkohol.… Saya katakan bahwa kita tanggung setengahnya.…"4Hauerwas dan Willimon tidak salah dalam berkomentar, "Tidak ada satu pun yang injil minta dari kita—kasih sayang, menepati janji, melahirkan anak, penyembuhan—diharapkan dari kita seorang diri. Kita hadir sebagai keluarga, sebagai koloni yang memampukan orang-orang biasa seperti Tom menjadi orang-orang kudus."5
Individualisme adalah salah satu ancaman budaya terbesar bagi gereja hari ini. "Itu bukan urusanmu" sering terdengar di bibir orang-orang Kristen ketika seseorang dalam keluarga gereja menanya mereka tentang suatu masalah atau menantang mereka tentang perilaku tertentu yang dipertanyakan. "Aku tidak menyakiti orang lain" dan "Ini adalah hidupku" adalah dua ungkapan lain dari semangat yang sama ini. Karena pernyataan ini umumnya diterima dalam budaya kita, orang Kristen kadang-kadang lupa bahwa mereka menentang iman Kristen.
Gereja adalah bukan suatu sekte agama yang mengontrol, tapi keluarga yang mendorong, kadang-kadang menantang, dan selalu mengasihi. Ketika seorang Kristen jatuh ke dalam dosa atau tergelincir ke dalam keputusasaan, saudara-saudara dan saudari-saudari dalam Kristus yang peduli melakukan apa pun yang harus dilakukan untuk membantu dia mengatasi masalah tersebut. Surat kepada Filemon mengingatkan orang Kristen sekarang ini bahwa …
Pernikahan Anda bukan hanya tentang Anda! Persoalan Anda bukan hanya tentang Anda! Sikap salah Anda bukan hanya tentang Anda! Masalah hutang Anda bukan hanya tentang Anda! Godaan Anda bukan hanya tentang Anda! Keserakahan Anda bukan hanya tentang Anda! Kehamilan Anda bukan hanya tentang Anda! Perilaku Anda di tempat kerja bukan hanya tentang Anda! Kebohongan Anda bukan hanya tentang Anda! Luka Anda bukan hanya tentang Anda! Kematian Anda bukan hanya tentang Anda!
TFTWMS: Filemon (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat Rom. 1:1; 1 Cor. 1:1; 2 Kor. 1:1; Gal. 1:1; 1 Tim. 1:1; 2 Tim. 1:1; Tit. 1:1.
2 Theodore of Mopsuestia, quoted in Peter Go...
Catatan Akhir:
- 1 Lihat Rom. 1:1; 1 Cor. 1:1; 2 Kor. 1:1; Gal. 1:1; 1 Tim. 1:1; 2 Tim. 1:1; Tit. 1:1.
- 2 Theodore of Mopsuestia, quoted in Peter Gorday and Thomas C. Oden, eds., Colossians, 1-2 Thessalonians, 1-2 Timotius, Titus, Philemon , Ancient Christian Commentary on Scripture (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 2000), 311.
- 3 Surat Kolose itu mungkin dibaca bersama dengan surat kepada Filemon pada hari Minggu yang sama kepada gereja yang sama juga.
- 4 Disadur dari Stanley Hauerwas and William H. Willimon, Resident Aliens: Life in the Christian Colony (Nashville: Abingdon Press, 1989), 135.
- 5 Ibid., 136.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Filemon (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA FILEMON
PENGANTAR
Filemon adalah seorang Kristen terkemuka yang rupanya menjadi anggota jemaat di
Kolose. Ia memiliki seorang ha
SURAT PAULUS KEPADA FILEMON
PENGANTAR
Filemon adalah seorang Kristen terkemuka yang rupanya menjadi anggota jemaat di Kolose. Ia memiliki seorang hamba yang bernama Onesimus. Hamba itu telah lari dari Filemon, tuannya itu, kemudian entah bagaimana telah berkenalan dengan Paulus ketika Paulus berada di dalam penjara. Dengan bimbingan Paulus, Onesimus menjadi orang Kristen.
Surat Paulus Kepada Filemon ini merupakan permohonan Paulus supaya Filemon mau berdamai dengan Onesimus, hambanya itu, yang sedang disuruh pulang oleh Paulus. Paulus minta supaya Filemon sudi menerima kembali Onesimus bukan hanya sebagai hamba yang sudah dimaafkan, tetapi juga sebagai sesama orang Kristen.
Isi
- Pendahuluan
Filemon 1:1-3 - Kasih dan iman Filemon
Filemon 1:4-7 - Permintaan untuk Onesimus
Filemon 1:8-22 - Penutup
Filemon 1:23-25
Ajaran: Filemon (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti isi pengajaran dalam Kitab Filemon, dan
mempraktekkannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti isi pengajaran dalam Kitab Filemon, dan mempraktekkannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 dari kota Roma.
Penerima : Filemon di kota Kolose. (Dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Filemon terbagi atas 1 pasal. Di dalam Kitab ini kita dapat melihat ajaran Rasul Paulus tentang cara hidup orang Kristen dalam menghadapi orang lain yang bersalah dan mau bertobat.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Filemon
Pokok pengajaran Kitab Filemon
Dalam Kitab ini Rasul Paulus menulis surat kepada Filemon yang menjadi sahabatnya di kota Kolose. Filemon nampaknya seorang ningrat. Di sini diceritakan tentang pembantu (hamba) dari Filemon yang bernama Onesimus, yang melarikan diri dengan mencuri uang dari tuannya. Tetapi di Roma Onesimus bertobat karena penginjilan Rasul Paulus, sehingga ia sadar bahwa ia harus memperbaiki kesalahannya terhadap majikannya, Filemon. Hal itulah yang menyebabkan Rasul Paulus menulis surat ini, agar Filemon dapat menerima kembali Onesimus dengan tidak menghukumnya, tetapi menerimanya sebagai saudara dalam Kristus. Dan sebaliknya Onesimus sebagai orang Kristen, haruslah menjadi seorang pembantu (hamba) yang bekerja dengan baik terhadap majikannya.
Pendalaman
- Bacalah ayat 4-5 (File 1:4-5). Apakah yang menyebabkan Rasul Paulus mengucapkan syukur ketika mengingat Filemon?
- Bacalah ayat 16 (File 1:16). Seorang ningrat seperti Filemon diminta oleh Rasul Paulus untuk menerima pembantunya (hambanya) sebagai apa? Bagaimanakah dengan sikap saudara terhadap pembantu rumah tangga anda?
II. Kesimpulan
Surat Filemon ini dibuat dalam suasana kekeluargaan. Hal ini memberikan kepada kita arti dan pengertian yang mendalam tentang rencana Allah bagi setiap orang Kristen, baik ia sebagai majikan atau ia sebagai pekerja (buruh).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab Filemon?
- Apakah pusat pengajaran Kitab Filemon?
- Bagaimanakah sikap saudara terhadap orang yang bersalah kepada saudara tetapi akhirnya orang itu mau bertobat?
Intisari: Filemon (Pendahuluan Kitab) Kedewasaan dan perbudakan
DUA PUCUK SURAT DAN EMPAT ORANG.Ketika Tikhikus dikirim oleh Paulus ke Kolose, ia membawa tiga hal bersamanya: surat untuk
Kedewasaan dan perbudakan
DUA PUCUK SURAT DAN EMPAT ORANG.
Ketika Tikhikus dikirim oleh Paulus ke Kolose, ia membawa tiga hal bersamanya: surat untuk orang Kolose; Onesimus, seorang budak yang melarikan diri dari majikannya, Filemon yang tinggal di Kolose; dan sepucuk surat kepada Filemon dari Paulus.
GEREJA DI KOLOSE.
Kota Kolose terletak di pedalaman kira-kira 100 mil dari pelabuhan Efesus. Gereja di Kolose mungkin dimulai sebagai akibat khotbah Paulus di Efesus. Lukas menuliskan bahwa pada masa itu 'semua yang tinggal di propinsi Asia telah mendengar firman Tuhan' (Kis 19:10). Namun demikian, Paulus sendiri tidak pernah pergi ke sana (Kol 2:1). Kemungkinan terbesar gereja itu di mulai karena Epafras (Kol 1:7) yang rupanya datang dari Kolose (Kol 4:12).
Epafras ada bersama dengan Paulus pada waktu Paulus menulis surat-surat ini, sehingga ia mendapat informasi tentang keadaan di gereja Kolose darinya.
WAKTU PENULISAN.
Dua surat ini ditulis dari penjara (Kol 4:10 dan (File 1), tetapi waktu penulisan tergantung pada tempat Paulus dipenjarakan. Efesus, salah satu kemungkinan. Letak kota itu cukup dekat sehingga masuk akal untuk dapat ditempuh oleh pelarian seperti Onesimus. Paulus tampaknya menyatakan bahwa ia pernah di penjara di Efesus (1Kor 15:32). Roma merupakan kemungkinan lain, tetapi mungkinkah seorang budak melarikan diri ke Roma, langsung masuk ke mulut singa. Pula, melawan anggapan bahwa surat ini ditulis di Roma, adalah fakta bahwa ketika ia sedang berada dalam penjara, ia berharap untuk dilepaskan dan pergi ke barat, ke Spanyol, bukan ke timur, yaitu ke Kolose (File 1:22). Jika surat-surat ini ditulis di Efesus, maka tahun penulisan adalah 55-6 M, pada waktu perjalanan penginjilan Paulus yang ketiga (Kis 19); jika ditulis di Roma, maka waktu penulisan ialah sekitar tahun 63 M.
MENGAPA SURAT-SURAT INI DITULIS?
Kedua surat ini sebenarnya ditujukan kepada seluruh gereja (Kol 1:2, File 1:2). Bahkan kita dapat menyebutnya 'surat Kolose satu dan dua'! 1. Paulus menulis surat Kolose sebab ada ajaran sesat yang diajarkan dan harus diperbaikinya. Kita tidak begitu tahu ajaran apa itu, tetapi mereka mempunyai pendapat yang aneh tentang kedewasaan Kristen, mereka memikirkan adanya syarat-syarat berupa pantangan-pantangan makan, hari-hari suci dan bahkan penyembahan kepada para malaikat (Kol. 2:16-23). 2. Onesimus, rupa-rupanya adalah seorang budak yang tidak berguna yang pada akhirnya melarikan diri (mungkin karena ia telah mencuri sesuatu, File 1:18). Ia bertemu Paulus di penjara. Ia menjadi seorang Kristen, mungkin Paulus yang membawanya kepada Kristus (Flm. 10). Saat itulah, untuk pertama kali dalam kehidupannya ia benar-benar hidup baru sesuai dengan arti namanya, "Onesimus', 'Berguna'!
Ia benar-benar menjadi orang yang berguna, Paulus mengirimkannya kembali ke majikannya dengan sepucuk surat. Ia memang memerlukan surat itu: seorang budak yang melarikan diri dapat dimeteraikan dengan huruf 'P' yang berarti 'Pelarian'... ia dapat disalibkan. Apa yang diharapkan oleh Paulus adalah perdamaian kedua bersaudara itu.
Pesan
1. Ada kesalahan yang harus diperbaiki.Jemaat Kristen di Kolose tidak mengerti tentang Keallahan Kristus, oleh
karenanya mereka tidak mengerti bahwa segala sesuatu yang mereka perlukan dapat
ditemukan di dalam Yesus.
Paulus menunjukkan kesalahan mereka:
o Secara doktrin... pasal 1 dan 2
o Secara praktis... pasal 3 dan 4
2. Kedewasaan harus dicari.
o Kedewasaan mulai dari adanya pandangan terhadap kekekalan. Kol 3:1-4
o Kedewasaan mempunyai aspek negatif dan positif:
- hal yang negatif, matikan Kol 3:5-7, tanggalkan. Kol 3:8-9
- haI yang positif, pakailah. Kol 3:10-14
o Kedewasaan mempunyai dua wasit yang dapat dipercaya:
- damai sejahtera Kristus. Kol 3:15
- perkataan Kristus. Kol 3:15-17
3. Kedewasaan berhubungan dengan dunia nyata.
Jemaat Kolose berpendapat bahwa kedewasaan adalah ketaatan pada agama. Paulus
menghubungkannya dengan hubungan-hubungan:
o Suami dan istri. Kol 3:18-19
o Anak-anak dan orang-tua. Kol 3:20-21
o Hamba dan majikan. Kol 3:22-25
4. Kekristenan berhubungan dengan akar, bukan dengan buah.
Seringkali dikatakan bahwa sebenarnya Alkitab mendorong perbudakan. Hal itu
tidak benar. Tetapi, perhatikan bagaimana Kristus menangani masalah perbudakan:
o Tidak dengan menimbulkan revolusi politik yang dapat mengakibatkan kematian
dan penderitaan banyak orang, tetapi dengan membuat perubahan secara pribadi
sehingga Filemon, pemilik budak, dan Onesimus sebagai budak, menjadi -
- pengikut Yesus
- bersaudara di dalam Kristus
- sahabat, bukan musuh
o Revolusi mengubah keadaan di luar,tetapi tidak keadaan di dalam; keselamatan
mengubah segalanya!
5. Kekristenan mengutamakan kerendahan hati, bukan kekuasaan.
Paulus adalah seorang rasul, oleh karena itu mengapa ia tidak memerintahkan saja
Filemon mengampuni Onesimus?
o Paulus harus bertindak sebagai seorang saudara (Flm. 9), sebab ia mengharapkan
bahwa Filemon juga bertindak sebagai seorang saudara.
o Keangkuhan adalah dosa yang ada di balik sebutan majikan pada seseorang dan
pada orang lain sebagai budak. Kekerasan mengakibatkan kekerasan yang makin
keras, keangkuhan mendorong timbulnya keangkuhan yang makin angkuh.
Kerendahan hati merupakan kebajikan paling rumit: pada saat Anda sadar Anda
sudah memilikinya,... Anda telah kehilangan dia!
Penerapan
Kedewasaan
1. Kedewasaan adalah tema utama dalam surat Kolose.
Perhatikan ayat kunci, Kol 1:28 'Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan (kedewasaan) di dalam Kristus'.
o Cakupannya adalah menyeluruh: setiap Kristen harus menuju kepada kedewasaan.
o Sumbernya adalah Kristus, Paulus menyatakan kepada Kristen tentang Kristus, dengan harapan agar mereka mengikuti teladan Kristus.
o Buktinya tampak dalam hubungan sosial: Kristen yang dewasa akan mempunyai hubungan yang baik dengan suami atau istri, dengan anak-anak dan dengan majikan atau karyawannya.
2. Sikap dewasa adalah yang Paulus harapkan pada Filemon.
Kristen dewasa tidak berperilaku seperti orang lain. Seperti Kristus mengampuni Filemon, ia juga harus mengampuni Onesimus; tetapi hal ini mungkin akan merupakan kejutan bagi kawan-kawannya!
Tema-tema Kunci
1. Kata 'semua'.
Pemakaian kata 'semua' yang diulang berkali-kali oleh Paulus merupakan suatu peringatan tentang apa yang ditekankannya mengenai kedewasaan, Kristen yang sepenuh hati. Kata Yunani tersebut diterjemahkan dalam beberapa istilah: selalu, semua orang kudus, seluruh dunia, berkenan kepada-Nya dalam segala hal, setiap perbuatan baik, segala sesuatu. Kata ini muncul sebanyak 38 kali. Telitilah di mana kata-kata itu ditulis dan pelajarilah maknanya dalam pengertian kita tentang siapa Kristus itu, apa yang Kristus telah lakukan dan bagaimana kita harus berperilaku.
2. Peran kita dalam mencapai kedewasaan.
Paulus memakai tiga kata 'perintah yang sangat mendesak' atau untuk menjelaskan apa yang harus kita lakukan untuk menjadi dewasa:
o 'Buanglah' Kol 3:8-9
o 'Kenakanlah' Kol 3:12
Kata 'buanglah' dan 'kenakanlah' dipakai dalam bahasa Yunani yang berarti menanggalkan baju kotor pada malam hari dan mengenakan baju bersih pada pagi hari. Pelajarilah Kol 3:1-14 dengan saksama. Mengapa saya berdosa? Mengapa saya terus melakukan dosa? Bagaimana saya dapat berhenti berdosa?
3. Peran Kristus dalam keselamatan kita.
Untuk memungkinkan kita melakukan peran kita menjadi dewasa, Kristus telah terlebih dahulu mengawali peranannya dalam menyelamatkan kita. Carilah enam langkah dalam penyelamatan kita dalam Kol 2:13-15.
4. Pohon oak yang besar dari bijinya yang kecil.
Filemon merupakan surat pribadi yang sangat pendek, hanya 335 kata Yunani dalam naskah aslinya. Mengapa surat itu dimasukkan ke dalam Alkitab? Ya, oleh karena Tuhan menginginkannya dalam Alkitab! Tetapi, ada alasan manusiawi lainnya yang menarik. Ada kemungkinan Onesimus akan mengakhiri hidupnya bukan sebagai seorang budak, bahkan bukan pula hanya sebagai seorang bebas, tetapi sebagai seorang uskup di Efesus. Pada permulaan abad kedua seorang Kristen yang terkenal bernama Ignatius menulis surat kepada gereja di Efesus dan menyebut nama Uskup Onesimus, bahkan menuliskan juga arti namanya, 'Berguna'! Dari seorang budak pelarian menjadi uskup! Carilah dalam Alkitab dan pelajarilah kehidupan orang-orang lain yang telah dibawa oleh Tuhan dari keadaan tidak dikenal menjadi terkenal... Gideon? Daud? Petrus? Yang lainnya?
Garis Besar Intisari: Filemon (Pendahuluan Kitab) FILEMON
[1] PEMBUKAAN File 1:1-7
File 1:1-3Salam
File 1:4-7Terima kasih, Filemon
[2] BUDAK YANG MELARIKAN DIRI File 1:8-22
File 1:8-14O
FILEMON
[1] PEMBUKAAN File 1:1-7
File 1:1-3 | Salam |
File 1:4-7 | Terima kasih, Filemon |
[2] BUDAK YANG MELARIKAN DIRI File 1:8-22
File 1:8-14 | Onesimus yang baru: berguna bagi saya |
File 1:15-20 | Tolonglah, terimalah ia kembali |
File 1:21-22 | Dan bersiaplah untuk menyambut saya |
[3] SALAM DAN KASIH KARUNIA File 23-25
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi