Teks -- Yohanes 18:15 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 18:15 - -- 18:15 Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana1223 ...
18:15 Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana1223 Imam Besar,
Dalam Injil Matius 26:56 dan Markus 14:50 kita membaca bahwa murid-murid-Nya melarikan diri. Namun di sini kita membaca bahwa kedua murid ini mengikuti Dia. Ini bukan kontradiksi. Mereka semua melarikan diri, tetapi setelah lari, Petrus mengambil keputusan untuk tidak balik ke Betania, tetapi mengikuti rombongan itu dari jauh, tersembunyi dalam kegelapan malam itu. Petrus ditemani oleh seorang murid lain.
Identitas dari seorang murid lain samar-samar, namun bunyinya mirip Yohanes yang rendah hati, sesuai dengan, tetapi tidak sama dengan, ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tidak ada kepastian bahwa murid ini adalah Yohanes sendiri, tetapi kita menduga demikian.1224
Apakah mungkin Yohanes, ataupun murid Tuhan Yesus yang lain, dapat mengenal Imam Besar dengan begitu akrab sehingga ia dapat masuk ke dalam halaman istana Iman Besar pada malam hari? Pada zaman ini barangkali tidak ada seorang nelayan muda dari propinsi yang mengenal seorang perdana menteri di ibu kota negara, tetapi masih kurang jelas bahwa jarak sosial zaman ini berlaku 2000 tahun yang lalu di tanah Israel. Dalam budaya Yahudi ketrampilan dihargai. Seorang rabi mengajar dan berkhotbah, tetapi dia juga kerja dengan tangan, seperti Rasul Paulus yang menjahit tenda. Pemimpin agama Yahudi tidak menganggap Yohanes hina karena dia nelayan, dan keluarga Yohanes cukup kaya untuk mengangkat orang-orang upahan (menurut Markus 1:19-20), jadi apa yang diceritakan dalam ayat ini tidak mustahil dalam budaya mereka. Juga tidak mustahil bahwa murid lain itu adalah Yohanes sendiri.1225
Hagelberg: Yoh 18:15-18 - -- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
Perhatian kita dialihkan dari keadaan Tuhan Yesus kepada murid-Nya yang paling nekad, Simon Petrus. Apa...
Hagelberg: Yoh 18:15 - -- 18:15 Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana1223 ...
18:15 Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana1223 Imam Besar,
Dalam Injil Matius 26:56 dan Markus 14:50 kita membaca bahwa murid-murid-Nya melarikan diri. Namun di sini kita membaca bahwa kedua murid ini mengikuti Dia. Ini bukan kontradiksi. Mereka semua melarikan diri, tetapi setelah lari, Petrus mengambil keputusan untuk tidak balik ke Betania, tetapi mengikuti rombongan itu dari jauh, tersembunyi dalam kegelapan malam itu. Petrus ditemani oleh seorang murid lain.
Identitas dari seorang murid lain samar-samar, namun bunyinya mirip Yohanes yang rendah hati, sesuai dengan, tetapi tidak sama dengan, ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tidak ada kepastian bahwa murid ini adalah Yohanes sendiri, tetapi kita menduga demikian.1224
Apakah mungkin Yohanes, ataupun murid Tuhan Yesus yang lain, dapat mengenal Imam Besar dengan begitu akrab sehingga ia dapat masuk ke dalam halaman istana Iman Besar pada malam hari? Pada zaman ini barangkali tidak ada seorang nelayan muda dari propinsi yang mengenal seorang perdana menteri di ibu kota negara, tetapi masih kurang jelas bahwa jarak sosial zaman ini berlaku 2000 tahun yang lalu di tanah Israel. Dalam budaya Yahudi ketrampilan dihargai. Seorang rabi mengajar dan berkhotbah, tetapi dia juga kerja dengan tangan, seperti Rasul Paulus yang menjahit tenda. Pemimpin agama Yahudi tidak menganggap Yohanes hina karena dia nelayan, dan keluarga Yohanes cukup kaya untuk mengangkat orang-orang upahan (menurut Markus 1:19-20), jadi apa yang diceritakan dalam ayat ini tidak mustahil dalam budaya mereka. Juga tidak mustahil bahwa murid lain itu adalah Yohanes sendiri.1225
E. Pemeriksaan, Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
Hagelberg: Yoh 13:1--20:31 - -- IV. PENYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
Usaha untuk memberi tanda dan firman supaya orang banyak percaya kepada-Nya telah b...
IV. PENYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
Usaha untuk memberi tanda dan firman supaya orang banyak percaya kepada-Nya telah berakhir. Dia meninggalkan orang banyak, dan Dia memperhatikan murid-murid-Nya. Tema kematian-Nya semakin jelas dalam perkataan-Nya kepada mereka.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 18:13-27
Matthew Henry: Yoh 18:13-27 - Kristus di hadapan Hanas dan Kayafas; Penyangkalan Petrus; Kristus Didakwa Kristus di hadapan Hanas dan Kayafas; Penyangkalan Petrus; Kristus Didakwa (18:13-27)
Di sini kita temukan catatan perihal dakwaan yang ditimpakan ...
Kristus di hadapan Hanas dan Kayafas; Penyangkalan Petrus; Kristus Didakwa (18:13-27)
- Di sini kita temukan catatan perihal dakwaan yang ditimpakan kepada Kristus di hadapan Imam Besar, dan sejumlah peristiwa yang menyertainya, yang tidak disinggung oleh penulis Injil lainnya. Bersama dengan perikop-perikop lainnya dijalin juga peristiwa penyangkalan Petrus, yang telah dituturkan secara lengkap oleh penulis Injil. Kejahatan yang didakwakan kepada-Nya berkaitan dengan masalah agama. Para hakim majelis pengadilan agama itu berupaya supaya penanganan perkara ini dapat langsung berada di bawah tanggung jawab mereka. Baik orang Yahudi maupun orang bukan-Yahudi menangkap Dia, sehingga kedua belah pihak pun memeriksa dan menghukum Dia, karena Ia memang mati bagi dosa keduanya. Marilah kita melihat kisah ini secara berurutan.
- I. Setelah menangkap Kristus, mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas. Sebelum menghadapkan Dia di depan pengadilan agama, mereka telah menanti-nantikan Dia di tempat tinggal Kayafas (ay. 13).
- . Mereka membawa-Nya, membawa Dia dengan penuh kemenangan, sebagai piala kemenangan mereka. Mereka membawa-Nya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian, dan melalui pintu gerbang Domba yang dibicarakan di dalam Nehemia 3:1. Karena melalui pintu gerbang itulah mereka berangkat dari Bukit Zaitun dan masuk ke Yerusalem. Mereka bergegas membawa Dia dengan kekerasan, seolah-olah Ia adalah penjahat yang terbejat dan terkejam. Kita telah dibawa pergi oleh nafsu kita yang menggebu-gebu tak tertahankan, dibawa pergi sebagai tawanan oleh Iblis atas kehendaknya. Karena itu, supaya kita dapat diselamatkan, Kristus pun dibawa pergi, dibawa sebagai tawanan oleh anak-anak buah dan alat-alat Iblis.
- . Mereka membawa-Nya kepada para pemimpin yang menyuruh mereka. Saat itu waktu telah menjelang tengah malam, dan seharusnya orang memasukkan Dia ke dalam tahanan (Im. 24:12). Seharusnya mereka memasukkan Dia terlebih dahulu ke rumah tahanan, sampai tiba saat yang sesuai untuk menggelar sebuah pengadilan. Namun, yang terjadi adalah, mereka membawa-Nya dengan tergesa-gesa, bukan untuk memperoleh keadilan damai seperti yang diharapkan, tetapi kepada para hakim untuk dijatuhi hukuman. Peradilan dilakukan dengan sangat kejam, sebagian karena mereka merasa ketakutan akan adanya upaya penyelamatan. Karena itu, mereka bukan saja tidak mau membuang waktu, tetapi juga menciptakan ketakutan dan kengerian. Sebagian juga karena mereka sangat haus akan darah Kristus, seperti rajawali yang menyambar mangsanya.
- . Mula-mula mereka membawa-Nya kepada Hanas. Mungkin rumahnya terletak di tengah perjalanan yang memang harus dilewati, jadi sangat baik bagi mereka untuk singgah sebentar dan beristirahat. Selain itu, di sana juga mereka dibayar atas jasa mereka itu, seperti yang dikirakan sebagian orang. Saya kira, Hanas itu seorang yang sudah berusia lanjut dan lemah, sehingga tidak dapat hadir di persidangan bersama rekan-rekannya pada malam itu. Namun, ia sangat ingin melihat mangsanya. Karena itu mereka membawa tahanan ini ke hadapannya untuk memuaskan hatinya dengan kepastian keberhasilan mereka, sehingga mereka dapat menerima berkatnya dan orang yang sudah renta ini dapat tidur lebih nyenyak. Sungguh menyedihkan melihat orang yang sudah begitu tua dan sakit-sakitan, yang sudah tidak bisa berbuat dosa seperti pada masa mudanya namun mau juga turut bergirang dengan mereka yang berbuat dosa. Dr. Lightfoot [theolog Inggris abad ketujuh belas dari Universitas Cambridge -- ed.] berpendapat bahwa Hanas tidak hadir dalam persidangan malam itu karena ia harus hadir pagi-pagi sekali pada keesokan harinya di Bait Allah untuk memeriksa apakah korban-korban yang harus dipersembahkan pada hari itu benar-benar tidak bercela. Jika demikian halnya, tentunya ada arti penting di dalamnya, yaitu bahwa Kristus, Sang Korban Agung itu diperhadapkan kepadanya dan dikembalikan dalam keadaan terikat, disahkan dan siap untuk dipersembahkan di atas mezbah.
- . Hanas adalah ayah mertua Kayafas, Imam Besar pada tahun itu. Hubungan kekeluargaan melalui perkawinan yang terdapat di antara mereka itu merupakan alasan mengapa Kayafas memerintahkan untuk menunjukkan sedikit rasa hormat itu kepada Hanas, untuk memberinya kesempatan menjadi orang pertama yang melihat tahanan itu. Atau juga ini merupakan alasan mengapa Hanas menyetujui tindakan Kayafas dalam persoalan yang memang sangat didambakannya itu. Perhatikanlah, untuk banyak orang, persahabatan dan persekutuan mereka dengan orang jahat sungguh menegaskan jalan mereka yang jahat.
- II. Hanas tidak menahan rombongan itu terlampau lama. Seperti halnya dengan banyak orang yang berkeinginan untuk mempercepat dakwaan terhadap Dia, ia pun mengirim Kristus dalam keadaan terbelenggu kepada Kayafas. Ia dikirim ke rumah Kayafas, yang ditetapkan sebagai tempat pertemuan Mahkamah Agama untuk menangani perkara ini, atau Ia dikirim ke suatu tempat di dalam Bait Allah di mana Imam Besar biasanya menjalankan Mahkamah Agama. Hal ini disebutkan dalam ayat 24. Namun, para penerjemah Alkitab menunjukkan di dalam catatan pinggir bahwa hal itu harus terjadi di sini, dan karena itu kita membaca di sini, maka Hanas mengirim Dia.
- Perhatikanlah di sini:
- . Kuasa Kayafas dinyatakan (ay. 13). Dia yang pada tahun itu menjadi Imam Besar. Sebenarnya jabatan Imam Besar adalah jabatan seumur hidup. Namun, karena kelicikan orang-orang yang melakukan jual beli jabatan keagamaan dengan pemerintah, banyak perubahan yang terjadi pada masa itu sehingga jabatan itu menjadi mirip dengan jabatan tahunan. Hal ini sungguh menjadi pertanda bahwa era jabatan Imam Besar segera akan berakhir. Namun, masih juga mereka saling merendahkan satu sama lain. Kayafas menjadi Imam Besar pada tahun yang sama ketika Sang Mesias akan dihabisi. Hal ini menunjukkan,
- (1) Bahwa sesuai dengan kemahatahuan Allah, jika ada perbuatan jahat yang akan dilakukan oleh seorang Imam Besar, maka penyelenggaraan ilahi mengatur sedemikian rupa hingga ada seorang jahat yang akan memegang jabatan itu untuk melaksanakan kejahatan tersebut.
- (2) Bahwa ketika Allah ingin menunjukkan betapa rusaknya hati seorang yang jahat, Ia akan menempatkan orang itu pada jabatan yang berkuasa, tempat yang penuh pencobaan dan peluang untuk menyalahgunakan kekuasaan. Itulah kehancuran Kayafas yang menjadi Imam Besar pada tahun itu, bahwa ia menjadi pemimpin kejahatan yang akan menjatuhkan hukuman mati bagi Kristus. Banyak keberhasilan membuat orang kehilangan nama baik. Ia tidak akan kehilangan kehormatan itu seandainya ia tidak pernah terpilih untuk jabatan yang disukainya itu.
- . Kebencian Kayafas diungkapkan (ay. 14) dengan mengulang apa yang pernah ia katakan beberapa waktu sebelumnya, bahwa tak peduli benar atau keliru, bersalah atau tidak bersalah, adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa, yang dicatat dalam pasal 11:50. Hal itu dicantumkan di sini untuk menunjukkan:
- (1) Betapa jahatnya orang ini. Inilah sang Kayafas yang memerintah diri sendiri dan jemaat dengan aturan-aturan kebijakan yang bertentangan dengan peraturan keadilan.
- (2) Betapa buruknya perlakuan yang dihadapi Kristus dalam pengadilan, ketika perkara-Nya telah diputuskan sebelum sidang digelar. Bahkan apa yang akan mereka lakukan terhadap-Nya pun telah diputuskan, Ia harus mati. Maka, pengadilan terhadap diri-Nya hanyalah lelucon belaka. Demikianlah musuh-musuh Injil Kristus telah memutuskan bahwa baik benar ataupun salah, mereka akan menghantam Injil itu habis-habisan.
- (3) Perkataan Kayafas itu menjadi kesaksian atas ketidakbersalahan Tuhan Yesus. Dari mulut salah seorang musuh-Nya yang terjahat, terungkap pengakuan bahwa Ia akan dijadikan korban demi kebaikan seluruh bangsa. Bukan sekadar bahwa Ia harus mati, tetapi dikatakan lebih berguna.
- . Persetujuan Hanas terhadap penganiayaan Kristus. Ia menjadikan dirinya sebagai orang yang turut mengambil bagian dalam kesalahan ini,
- (1) Bersama para perwira pasukan dan penjaga-penjaga Bait Allah yang tanpa dasar hukum atau belas kasihan telah membelenggu Yesus. Ia menyetujui hal itu dengan membiarkan Yesus tetap terikat ketika seharusnya ia melepaskan ikatan itu, karena Yesus tidak dinyatakan bersalah dalam kejahatan apa pun, juga tidak berusaha melarikan diri. Jika kita tidak melakukan apa yang sebenarnya dapat kita lakukan untuk membatalkan apa yang salah dilakukan orang, maka kita menjadi pembantu pelaku kejahatan itu ex post facto -- secara retroaktif (terlibat setelah peristiwa itu terjadi). Para prajurit yang kasar itu masih lebih dapat dimaafkan dalam tindakan mengikat Dia daripada Hanas, yang seharusnya lebih tahu tetapi tetap membiarkan Yesus dalam keadaan terikat.
- (2) Bersama imam kepala dan Mahkamah Agama yang telah menghukum Kristus dan menganiaya Dia sampai mati. Hanas memang tidak hadir bersama mereka, namun dia sungguh mengharapkan keberhasilan mereka, dan turut mengambil bagian dalam perbuatan mereka yang jahat.
- III. Di istana Kayafas, Simon Petrus mulai menyangkal Gurunya (ay. 15-18).
- . Dengan susah payah Petrus berhasil masuk ke halaman tempat pengadilan itu diselenggarakan, seperti yang dicatat dalam ayat 15-16.
- Di sini kita dapat mengamati:
- (1) Kebaikan hati Petrus kepada Kristus, yang (meskipun akhirnya terbukti bukan kebaikan hati) dapat dilihat dalam dua hal:
- [1] Bahwa ia mengikuti Yesus ketika Ia dibawa pergi. Meskipun pada mulanya ia melarikan diri bersama murid-murid lainnya, ia kemudian berusaha sedikit memberanikan diri dan tetap mengikuti Dia dari jarak tertentu. Ia teringat akan janji yang pernah ia buat untuk tetap tinggal bersama-Nya, berapa pun harga yang harus dibayar. Mereka yang telah mengikuti Kristus di saat-saat ketika Dia dihormati dan ikut menikmati penghormatan itu pada saat banyak orang bersorak "Hosana" bagi Dia, seharusnya juga tetap mengikuti Dia di saat-saat ketika Dia dihina dan turut mengambil bagian bersama-Nya dalam semua penghinaan ini. Mereka yang sungguh-sungguh mengasihi dan menghormati Kristus akan mengikuti Dia dalam segala keadaan dari awal sampai akhir.
- [2] Ketika ia tidak dapat masuk ke tempat Yesus yang sedang dikelilingi musuh-musuh-Nya, ia tinggal di luar dekat pintu, berusaha sedekat mungkin dengan-Nya serta menunggu kesempatan untuk dapat lebih mendekat. Demikianlah, bila menghadapi perlawanan saat mengiringi Kristus, kita harus menunjukkan kesetiaan atas janji kita. Walaupun begitu, kebaikan hati Petrus untuk terus mengikuti Kristus ini pun bukanlah kebaikan yang sebenarnya, karena ia tidak memiliki cukup kekuatan dan keberanian untuk tetap setia. Seperti yang terbukti, ia malah masuk perangkap. Bahkan tindakannya untuk mengikuti Kristus ini, kalau kita pertimbangkan dari semua segi, pantas untuk disalahkan, karena Kristus, yang mengenal dia lebih baik daripada dia mengenal dirinya sendiri, telah menyampaikan kepadanya (13:36), "Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang." Kristus juga telah mengatakan kepadanya berulang kali bahwa ia akan menyangkali Kristus. Selain itu, belum lama berselang ia sendiri sudah menyaksikan kelemahan dirinya dalam hal meninggalkan Dia. Perhatikanlah, kita harus berhati-hati agar tidak mencobai Allah dengan menghadapi kesulitan yang melampaui kekuatan kita dan berusaha terlampau jauh dalam menempuh jalan penderitaan. Apabila panggilan kita cukup jelas untuk mengorbankan diri, kita dapat berharap bahwa Allah akan memampukan kita untuk menghormati Dia dalam penderitaan itu. Namun, seandainya tidak demikian, maka kita patut merasa khawatir bahwa Allah akan membiarkan kita mempermalukan diri kita sendiri.
- (2) Kebaikan hati murid yang lain (yang pergi bersama Petrus) terhadap Petrus juga terbukti bukan kebaikan yang sesungguhnya. Berulang kali Rasul Yohanes berbicara dalam Injil ini tentang dirinya sendiri dengan menggunakan istilah murid yang lain. Karena itu, banyak penafsir tergerak untuk menafsirkan bahwa murid lain yang ditulis di sini adalah Yohanes. Ada banyak dugaan yang dikemukakan para penafsir ini bagaimana Yohanes bisa begitu dikenal oleh Imam Besar. Propter generis nobilitatem -- terlahir dari keluarga terhormat, kata Jerome [bapa gereja abad keempat, dalam Epitaph Marcel -- ed.], seolah-olah ia terlahir sebagai pria terhormat yang lebih baik daripada Yakobus, saudaranya, padahal keduanya adalah anak-anak Zebedeus, seorang nelayan. Adapula yang mengatakan bahwa ia telah menjual hartanya kepada Imam Besar. Yang lain lagi mengatakan bahwa ia menyediakan kebutuhan ikan bagi keluarga Imam Besar ini. Kedua pendapat ini sangat mustahil. Kalau saya sendiri, saya tidak melihat alasan untuk berpendapat bahwa murid yang lain ini adalah Yohanes atau salah satu dari kedua belas murid. Boleh jadi orang itu adalah domba Kristus yang lain, yang tidak terhitung dalam kelompok kedua belas murid, seperti yang tertulis dalam Alkitab bahasa Aram, unus ex discipulis aliis -- salah seorang dari murid-murid yang lain yang percaya kepada Kristus, namun tinggal di Yerusalem dan tetap tinggal di sana. Mungkin orang itu adalah Yusuf orang Arimatea atau Nikodemus yang dikenal oleh Imam Besar tetapi yang tidak ia ketahui sebagai murid-murid Kristus. Perhatikanlah, sama seperti ada banyak orang yang tampak seperti murid padahal bukan, demikian pula ada banyak orang yang memang murid, namun tampaknya bukan. Ada banyak orang baik yang bersembunyi di dalam istana-istana, bahkan di istana Nero sekalipun, serta juga di dalam kerumunan orang. Kita tidak boleh menyimpulkan seseorang sebagai musuh Kristus hanya karena ia kenal dan bergaul dengan musuh-musuh-Nya.
- Sekarang:
- [1] Murid yang lain ini, siapa pun dia, menunjukkan rasa hormat kepada Petrus dengan memasukkan dia ke dalam istana Imam Besar. Bukan sekadar untuk memuaskan rasa ingin tahu dan kasih sayangnya, tetapi juga untuk memberi kesempatan agar dia dapat berguna bagi Gurunya dalam persidangan ini, bila keadaan memungkinkan. Mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Kristus dan jalan-jalan-Nya, meskipun harus banyak menahan diri dan diliputi perasaan was-was dan putus asa, namun jika memiliki iman yang tulus, mereka akan menemukan jalan yang merupakan panggilan bagi mereka dan mereka akan siap untuk melakukan perbuatan baik sebagai seorang murid. Boleh jadi Petrus pernah memperkenalkan murid ini untuk bercakap-cakap dengan Kristus, dan kini murid tersebut pun membalas kebaikan hati Petrus dan tidak malu untuk mengakui dia, meskipun saat ini tampaknya keadaan Petrus sungguh mengenaskan.
- [2] Namun, kebaikan ini terbukti tidaklah membawa kebaikan, sebaliknya malah membawa bencana. Sebab dengan membiarkan Petrus masuk ke dalam halaman istana Imam Besar, ia membiarkan Petrus masuk ke dalam pencobaan, dan akibatnya sungguh buruk. Perhatikanlah, kebaikan hati para sahabat kita sering kali justru terbukti menjadi perangkap bagi kita, dan ini terjadi bila kebaikan itu dilandasi dengan rasa sayang yang salah arah.
- . Setelah berhasil masuk, Petrus langsung diserang dan dikalahkan oleh pencobaan (ay. 17).
- Amatilah hal-hal berikut ini:
- (1) Betapa remehnya serangan yang dilancarkan. Serangan itu dilakukan melalui seorang hamba perempuan dungu yang hanya diberi tanggung jawab sederhana untuk menjaga pintu. Perempuan ini menantang Petrus dengan mengajukan pertanyaan yang dilontarkan asal-asalan, "Bukankah engkau juga murid orang itu?" Mungkin ia merasa curiga dengan penampilan Petrus yang takut-takut dan masuk dengan hati-hati. Sering kali kita perlu menjaga alasan yang baik jika mempunyai niat hati yang baik, sehingga dapat menampilkan wajah yang baik pula. Cukup beralasan bagi Petrus untuk takut seandainya yang mengancam itu Malkhus dan berkata, "Inilah dia yang memotong telingaku, untuk itu aku akan memenggal kepalanya." Namun, bila itu hanya seorang hamba perempuan yang sekadar bertanya, Bukankah engkau juga murid orang itu?, seharusnya Petrus dapat menjawab tanpa takut-takut, Memangnya kenapa kalau aku memang murid-Nya? Seandainya para hamba itu mempermalukan dia dan memperolok-oloknya karena Yesus, maka pasti dia tidak akan dapat menanggungnya, karena orang-orang yang hanya sanggup menanggung sedikit bagi Kristus tidak akan dapat menanggung beban ini. Ini ibarat orang yang merasa lelah hanya karena berlari dengan orang yang berjalan kaki.
- (2) Betapa cepatnya ia menyerah pada pencobaan. Tanpa berpikir panjang lagi, ia langsung menjawab, bukan. Kalau saja ia memiliki keberanian seekor singa, mungkin ia akan berkata, "Menjadi kehormatanku bahwa aku memang murid-Nya." Atau jika ia cukup cerdik seperti seekor ular, ia akan diam saja pada saat itu, karena waktu itu adalah waktu yang jahat. Tetapi yang ia pedulikan hanyalah keselamatan dirinya. Ia berpikir bahwa ia tidak dapat melindungi diri selain dengan menyangkal secara tegas, bukan. Dia bukan saja menyangkal, tetapi bahkan meremehkan dan mencela kata-kata perempuan itu.
- (3) Ia masuk lebih jauh lagi ke dalam pencobaan itu. Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah berdiri berdiang di situ, dan Petrus juga berdiri berdiang bersama-sama mereka (ay. 18).
- [1] Lihatlah bagaimana hamba-hamba ini lebih banyak menyenangkan diri mereka sendiri. Suhu udara begitu dingin pada malam itu, sehingga mereka memasang api arang untuk menghangatkan diri mereka sendiri, bukan untuk tuan-tuan mereka (tuan-tuan mereka sedang begitu bersemangat menyiksa Kristus sehingga melupakan suhu yang dingin itu). Mereka juga tidak peduli apa jadinya dengan Kristus. Yang mereka pedulikan hanyalah duduk dan menghangatkan diri sendiri (Am. 6:6).
- [2] Lihatlah bagaimana Petrus berkumpul bersama mereka dan menjadi salah seorang di antara mereka. Ia berdiri berdiang di situ.
- Pertama, ini adalah kesalahan yang cukup buruk sebab ia tidak menyertai Gurunya dan memperlihatkan diri bagi-Nya di bagian ujung gedung itu, tempat Yesus saat itu sedang diperiksa. Jika Gurunya memanggil, setidaknya ia dapat tampil sebagai saksi bagi Yesus menentang kesaksian para saksi dusta yang bersumpah melawan Kristus. Ia dapat memberikan kesaksian dengan cermat tentang apa yang telah terjadi dan ia juga dapat mengaitkannya dengan murid-murid lain yang tidak dapat masuk untuk mengikuti jalannya pengadilan. Tentunya ia sudah melihat contoh yang diberikan oleh Gurunya bagaimana harus membawa diri ketika datang gilirannya untuk menderita seperti ini. Namun, hati nurani atau rasa ingin tahunya tidak mampu membawanya masuk ke ruang pengadilan itu. Sebaliknya, Ia hanya duduk berdiang saja, seolah seperti Gallio, ia sama sekali tidak menghiraukan hal itu. Namun, kita juga punya alasan untuk menduga bahwa saat itu hatinya dipenuhi oleh kesedihan dan keprihatinan mendalam yang tidak tertahankan lagi. Hanya saja, ia tidak memiliki keberanian untuk mengakuinya. Tuhan, janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.
- Kedua, yang lebih buruk lagi adalah, ia bergabung dengan orang-orang yang menjadi musuh Gurunya: Petrus berdiri berdiang bersama-sama mereka. Menghangatkan badan sungguh merupakan alasan yang buruk bahwa ia harus bergabung bersama mereka. Hal-hal kecil dapat menarik orang ke dalam kumpulan yang jahat, dan umumnya mereka ditarik oleh kesukaan akan sepercik api kesenangan kecil. Jika semangat dan gairah Petrus terhadap Gurunya tidak membeku, tetapi tetap penuh semangat membara seperti beberapa jam sebelumnya, ia tidak akan sempat berdiang menghangatkan diri seperti sekarang. Petrus dapat dipersalahkan dalam banyak hal:
- . Karena ia bergaul dengan orang-orang jahat ini dan tetap bersama-sama dengan mereka. Tidak diragukan bahwa mereka sangat menikmati tugas malam ini, sambil mengolok-olok Kristus, mengejek kata-kata yang diucapkan-Nya, perbuatan yang telah dilakukan-Nya, dan merayakan kemenangan atas-Nya. Kesenangan seperti apa yang dapat dinikmati Petrus dari keadaan seperti ini? Jika ia mengucapkan kata-kata seperti yang mereka katakan atau dengan diam-diam memberikan persetujuan, berarti ia telah melibatkan dirinya di dalam dosa. Jika tidak, sebenarnya ia tengah membahayakan dirinya sendiri. Jika Petrus tidak mempunyai cukup keberanian untuk tampil secara terbuka bagi Gurunya, setidaknya ia masih dapat melakukan banyak kegiatan lain, seperti misalnya menyingkir ke sebuah sudut dan diam-diam menangisi penderitaan Gurunya serta dosanya sendiri karena mencampakkan Dia. Jika ia tidak mampu berbuat baik, setidaknya ia dapat menjauhi perbuatan yang dapat menyakiti orang lain. Lebih baik bersembunyi daripada muncul tanpa tujuan atau maksud jahat.
- . Karena ia memang ingin disangka sebagai salah seorang dari mereka, supaya tidak dicurigai sebagai seorang murid Kristus. Benarkah ini Petrus? Betapa berlawanannya keadaan ini dengan doa dari setiap orang yang saleh, Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa. Saul yang juga termasuk golongan nabi tidak terlampau menggelikan seperti Daud yang berada di tengah orang Filistin. Orang-orang yang mengejek nasib orang pencemooh sudah semestinya takut untuk duduk dalam kumpulan pencemooh. Sungguh berbahaya untuk berdiang bersama orang-orang yang dapat membakar diri kita (Mzm. 141:4).
- IV. Petrus, sahabat Kristus, mulai menyangkal Dia. Imam Besar, musuh-Nya, mulai mendakwa Dia, atau lebih tepatnya mendesak Dia untuk mendakwa diri sendiri (ay. 19-21). Tampaknya upaya pertama adalah membuktikan bahwa Dia seorang penyesat dan Guru yang mengajarkan pengajaran sesat. Itulah yang ingin dituturkan oleh penulis Injil ini. Ketika mereka gagal membuktikan tuduhan ini, mereka mendakwa Dia dengan tuduhan penghujatan, yang dicatat oleh para penulis Injil lainnya, dan karena itu tidak disinggung di sini.
- Perhatikanlah:
- . Pokok-pokok tuduhan yang diajukan atas Kristus (ay. 19), yaitu tentang murid-murid-Nya dan ajaran-Nya.
- Perhatikanlah:
- (1) Ketidaklaziman jalannya pemeriksaan. Jalan pemeriksaan itu bertentangan dengan tata peraturan keadilan. Mereka membelenggu Dia layaknya seorang penjahat, dan sekarang ketika Ia menjadi tahanan mereka, mereka tidak menemukan kesalahan apa pun yang dapat dituduhkan ke atas-Nya. Tidak ada surat dakwaan, tidak ada jaksa penuntut. Sebaliknya, sang hakim sendiri bertindak sebagai penuntut, dan tahanan itu sendiri harus menjadi saksi bagi dirinya sendiri. Berlawanan dengan semua akal sehat dan keadilan, Ia dijadikan pendakwa terhadap diri-Nya sendiri.
- (2) Tujuan yang ingin dicapai. Maka mulailah Imam Besar (oun -- karena itu, yang tampaknya merujuk pada ay. 14), karena telah memutuskan bahwa Kristus harus dikorbankan untuk memuaskan kebencian mereka dengan dalih demi kebaikan seluruh bangsa, menanyai Kristus dengan pertanyaan-pertanyaan menyelidik yang dapat mengancam kehidupan-Nya. Imam Besar memeriksa Dia,
- [1] Menyangkut murid-murid-Nya, sehingga ia dapat menuduh Dia melakukan penghasutan dan menetapkan Dia sebagai orang yang berbahaya bagi pemerintahan Romawi dan juga jemaat Yahudi. Ia bertanya kepada Yesus siapa murid-murid-Nya -- berapa jumlah mereka -- dari daerah mana -- siapa nama-nama mereka dan sifat-sifat mereka. Semua pertanyaan ini secara tidak langsung hendak menyatakan bahwa murid-murid-Nya itu dirancang untuk menjadi prajurit-prajurit, dan pada saatnya nanti akan menjadi kelompok yang membahayakan. Ada yang menduga bahwa pertanyaan-pertanyaan Imam Besar tentang murid-murid-Nya adalah, "Sekarang mereka menjadi apa? Di manakah mereka? Mengapa mereka tidak muncul?" Mereka hendak mempermalukan Dia dengan menunjukkan sikap pengecut murid-murid-Nya yang sekarang meninggalkan Dia, dan dengan demikian menambah penderitaan-Nya. Ada yang penting dalam hal ini, yaitu bahwa panggilan dan pengakuan Kristus atas murid-murid-Nya merupakan hal pertama yang dituduhkan terhadap Dia, karena bagi merekalah, Ia menguduskan diri dan menderita.
- [2] Perihal ajaran-Nya, supaya mereka dapat mendakwa Dia dengan tuduhan penyesatan, dan mengganjar-Nya dengan hukuman berdasarkan hukum mengenai nabi-nabi palsu (Ul. 13:9-10). Perkara semacam ini hanya dapat diperiksa di pengadilan tersebut (Ul. 17:12). Karena itu, seorang nabi tidak boleh dibunuh selain di Yerusalem, tempat pengadilan itu diadakan. Mereka tidak dapat membuktikan adanya penyesatan dalam ajaran-Nya, tetapi mereka berharap dapat mendesak-desak Dia dan mengorek sesuatu dari-Nya untuk dapat memutarbalikkan prasangka terhadap Dia dan menyatakan bahwa Dia berdosa di dalam suatu perkataan-Nya (Yes. 29:21). Mereka tidak berkata apa-apa perihal mujizat-mujizat-Nya, karena mereka yakin, mereka tidak dapat membantah hal itu. Ia telah banyak berbuat baik melalui mujizat-mujizat itu, sekaligus membuktikan bahwa pengajaran-Nya tidak dapat dibantah lagi. Jadi, ketika musuh-musuh Kristus dengan giat berbantah mengenai kebenaran-Nya, dengan sengaja pula mereka menutup mata terhadap bukti-bukti yang ada mengenai kebenaran itu, dan tidak mau memperhatikannya.
- . Pembelaan Kristus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pemeriksaan ini.
- (1) Tentang murid-murid-Nya, Ia tidak berkata apa pun, karena pertanyaan ini tidak berkaitan dengan pokok persoalan yang dituduhkan. Jika pengajaran-Nya memang sehat dan baik, maka murid-murid yang Ia ajar akan mengikuti apa yang diperbuat dan diperbolehkan oleh Guru mereka sendiri. Jika Kayafas, dengan mempertanyakan murid-murid ini, berniat menjerat dan membawa mereka ke dalam masalah, maka betapa baiknya Kristus itu bagi mereka, karena Ia tidak mengatakan apa pun tentang mereka. Kristus memang telah berkata, "Biarkanlah mereka ini pergi." Seandainya Imam Besar bermaksud mengejek Dia dengan kepengecutan mereka, maka tidak heran jika Ia tidak berkata apa-apa tentang hal itu, karena:
- Karena itu, Ia tidak akan berkata apa pun untuk menghukum mereka, dan juga tidak dapat mengatakan apa pun untuk membenarkan mereka.
- (2) Tentang pengajaran-Nya, Ia tidak berbicara apa-apa secara khusus tentang pokok persoalan ini, tetapi secara umum Ia mengaitkan diri-Nya dengan orang-orang yang telah mendengarkan Dia. Ajaran-Nya terbuka bukan hanya di hadapan Allah, tetapi juga dinyatakan di dalam hati nurani orang-orang yang mendengarkan-Nya itu (ay. 20-21).
- [1] Diam-diam Ia menuduh para hakim yang mengadili-Nya telah bertindak melawan hukum. Dia memang tidak berbicara buruk tentang para pemimpin bangsa itu, atau berkata kepada para penguasa tersebut, kamu fasik. Sebaliknya, Ia menyerukan tata aturan hukum yang berlaku dalam pengadilan mereka sendiri, apakah mereka telah berlaku adil sesuai hukum tersebut. Sungguhkah kamu memberi keputusan yang adil, hai para penguasa? (Mzm. 58:2). Jadi di sini Ia bertanya, Mengapakah engkau menanyai Aku? Ini menunjukkan adanya dua kejanggalan dalam jalannya pengadilan itu.
- Pertama, "Mengapa sekarang engkau menanyai Aku tentang pengajaran-Ku, sementara engkau telah menyatakannya sesat?" Mereka telah mengeluarkan perintah pengadilan untuk mengucilkan setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias (9:22), telah mengeluarkan pernyataan untuk menahan Dia, dan bagaimana mungkin sekarang mereka bertanya seperti apa pengajaran-Nya itu? Demikianlah, Ia telah dinyatakan bersalah tanpa dimintai keterangan, seperti halnya yang terjadi dengan ajaran dan perkara-Nya.
- Kedua, "Mengapa sekarang engkau menanyai Aku? Haruskah Aku mendakwa diri-Ku sendiri, jika kamu tidak memiliki bukti melawan Aku?"
- [2] Ia menegaskan dan membuktikan bahwa Ia jujur dan terbuka dalam menyampaikan ajaran-Nya di depan umum. Kejahatan yang hendak dituduhkan oleh Majelis Agama adalah penyebaran ajaran-ajaran berbahaya secara diam-diam dan rahasia (Ul. 13:6). Karena itu, Kristus membersihkan diri sepenuh-penuhnya dari semua tuduhan mengenai hal ini.
- Pertama, mengenai cara Ia mengajar. Ia berbicara secara terbuka, parrēsia -- dengan kebebasan dan keterusterangan dalam berbicara. Ia tidak menyampaikan hal-hal yang tidak jelas dan bermakna ganda, seperti ramalan-ramalan yang diberikan orang di kuil Apollo. Orang-orang yang ingin merusak kebenaran dan menyebarkan pemikiran-pemikiran yang rusak biasanya berusaha melaksanakan maksudnya itu dengan perkataan yang tidak jelas, menyebarkan keraguan-raguan, membuat kesulitan, dan menyatakan omong kosong. Sebaliknya, Kristus mengungkapkan diri sepenuhnya, dengan berkata, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya. Teguran-teguran-Nya bersifat bebas dan berani, sementara kesaksian-kesaksian-Nya menyatakan kebobrokan zaman itu.
- Kedua, mengenai orang-orang yang diajar-Nya. Ia berbicara kepada dunia, kepada semua yang mempunyai telinga untuk mendengar, dan yang mau mendengarkan Dia, kaya atau miskin, terpelajar atau tidak terpelajar, Yahudi atau bukan Yahudi, sahabat atau musuh. Ajaran-Nya tidak kenal takut akan kecaman masyarakat luas. Ia juga tidak pernah segan-segan membagikan pengetahuan itu kepada siapa saja (seperti yang biasa dilakukan oleh para penemu langka). Sebaliknya, ia menyampaikannya dengan bebas, seperti bebasnya matahari memberikan sinarnya.
- Ketiga, tentang tempat Ia mengajar. Ketika berada di desa-desa dan kampung-kampung, Ia biasa mengajar di tempat-tempat ibadat, yaitu tempat-tempat pertemuan untuk beribadah, dan pada pertemuan hari Sabat. Ketika berada di Yerusalem, Ia mengajarkan ajaran yang sama di Bait Allah pada saat hari-hari raya resmi keagamaan, ketika orang-orang Yahudi dari segenap penjuru negeri datang berhimpun di sana. Meskipun Ia juga sering mengajar di rumah-rumah pribadi, di atas gunung-gunung, dan di tepi pantai, untuk menunjukkan bahwa firman dan ibadah penyembahan-Nya tidak dibatasi hanya di Bait-bait Suci dan tempat-tempat ibadat, namun demikian apa yang diajarkan-Nya untuk tiap-tiap orang secara pribadi sama saja dengan apa yang disampaikan-Nya di depan orang banyak. Perhatikanlah, para pelayan Kristus tidak perlu merasa malu menyampaikan ajaran Kristus secara langsung, jelas dan apa adanya di tengah-tengah perhimpunan besar, karena ajaran itu membawa serta bersamanya kekuatan dan keindahannya sendiri. Merupakan keinginan para pelayan Kristus yang setia agar seluruh dunia mendengar ajaran Kristus yang mereka sampaikan. Hikmat berseru nyaring di tempat-tempat terbuka (Ams. 1:21; 8:3; 9:3).
- Keempat, tentang ajaran itu sendiri. Ia tidak pernah sembunyi-sembunyi membicarakan sesuatu yang berlawanan dengan yang Ia katakan di depan umum. Yang dilakukan-Nya hanyalah mengulangi dan menjelaskan apa yang telah disampaikan-Nya, Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. Tidak sedikit pun Ia merasa ragu atas kebenaran ajaran-Nya itu, dan Ia tidak mereka-reka yang jahat di dalamnya. Ia tidak perlu mencari tempat bersembunyi, karena Ia tidak takut terhadap apa pun. Ia juga tidak pernah mengatakan hal-hal yang membuat-Nya harus merasa malu. Apa yang Ia bicarakan secara pribadi dengan murid-murid-Nya, Ia perintahkan untuk mereka beritakan dari atas atap rumah (Mat. 10:27). Allah berkata mengenai diri-Nya sendiri (Yes. 45:19), Tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi. Perintah-Nya bukanlah suatu rahasia (Ul. 30:11, TL). Dan kebenaran iman juga berbicara seperti itu (Rm. 10:6). Veritas nihil metuit nisi abscondi -- kebenaran tidak takut apa pun selain pembungkaman [maksudnya, kebenaran harus diungkapkan -- pen.]. -- Tertullian.
- [3] Ia menunjuk kepada orang-orang yang telah mendengarkan Dia dan menginginkan agar mereka dapat diperiksa untuk mengetahui pengajaran apa yang telah Ia ajarkan, apakah berbahaya seperti yang disangka, "Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka. Beberapa orang yang dimaksudkan-Nya mungkin berada di dalam gedung pengadilan itu, atau mungkin juga dibangunkan dari tidur mereka dan disuruh pergi ke sana." Yang Ia maksudkan di sini bukanlah sahabat-sahabat dan para pengikut-Nya, yang bisa dianggap pasti akan berbicara demi kepentingan-Nya, tetapi tanyailah mereka yang berhati jujur dan bersikap tidak memihak, tanyailah pejabat-pejabatmu sendiri. Sebagian di antara mereka mengira Ia menunjuk kepada mereka ketika Ia berkata, Sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan. Mereka ini mengira Ia menunjuk pada laporan yang mereka buat tentang ajaran-Nya (7:46), Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu! Tidak, kalian bahkan boleh bertanya kepada orang-orang yang duduk di kursi pengadilan ini. Mungkin beberapa di antara mereka tersebut pernah mendengar Dia mengajar dan dibuat terdiam seribu bahasa oleh Dia. Perhatikanlah, ajaran Kristus dapat menyentuh hati semua orang yang mengetahuinya. Kebenaran dan dalih yang ada di dalamnya sedemikian kuatnya sehingga mereka yang hendak menghakimi secara tidak adil pun tidak bisa berbuat apa-apa selain memberikan kesaksian tentang kebenaran ajaran-Nya itu.
- V. Sementara para hakim sedang memeriksa Kristus, seorang penjaga yang berdiri di situ berlaku tidak pantas terhadap-Nya (ay. 22-23).
- . Perbuatan salah seorang penjaga itu sungguh sangat menghina. Meskipun Kristus berbicara dengan begitu tenang disertai bukti yang meyakinkan, orang yang kurang ajar ini menampar muka-Nya, mungkin di sisi kepala atau wajah-Nya, sambil berkata, Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar? Seolah-olah Kristus telah berlaku kasar terhadap pengadilan ini.
- (1) Ia menampar Kristus, edōke rhapisma -- ia memberikan pukulan kepada-Nya. Ada yang mengartikan ini sebagai pukulan yang dilakukan dengan sebuah tongkat pemukul atau tongkat jabatan, yang berasal dari kata rhabdos, yaitu tongkat yang melambangkan jabatan yang disandangnya. Sekarang digenapilah Kitab Suci (Yes. 50:6), Aku memberikan pipiku, eis rhapismata (begitulah terjemahan dalam Septuaginta) untuk kata pukulan (tamparan), kata yang digunakan di sini. Mikha 4:14 juga digenapi, dengan tongkat mereka memukul pipi orang yang memerintah Israel [Dalam teks Matthew Henry dan KJV, ayat ini disebutkan ada pada Mi. 5:1 -- pen.]. Juga di dalam perlambang yang ada di dalam jawaban Ayub (Ayb. 16:10), Mereka menampar pipiku dengan cercaan. Sungguh sangat tidak adil untuk memukul orang yang berkata benar dan tidak berbuat salah. Sungguh kurang ajar bila seorang hamba rendah seperti ini menampar seorang yang sedang menyampaikan pertanggungjawabannya. Sungguh pengecut untuk menampar orang yang tangan-Nya terbelenggu, dan sungguh biadab untuk menampar seorang tahanan di depan sidang pengadilan. Di sini terjadi pelanggaran tata tertib sidang pengadilan. Damai dihancurkan di hadapan wajah pengadilan, dan para hakim pun menyetujuinya. Rasa malu pada wajah ini adalah milik kita, tetapi Kristus mengambilnya untuk diri-Nya sendiri, "Akulah yang menanggung kutuk itu, rasa malu itu."
- (2) Ia menegur Kristus dengan sangat angkuh, Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar? Seolah-olah Yesus yang terpuji itu tidak layak berbicara kepada tuannya, atau tidak cukup bijaksana untuk mengetahui cara berbicara kepada Imam Besar. Bagaikan seorang tahanan yang kasar dan bebal, Kristus harus dikendalikan oleh penjaga itu dan diajarkan cara berperilaku. Beberapa penulis kuno beranggapan bahwa penjaga ini adalah Malkhus, yang berutang budi kepada Kristus atas kesembuhan telinganya dan kepalanya yang selamat, namun balasan yang jahat inilah yang diberikan kepada-Nya. Namun, siapa pun orang itu, ia melakukannya untuk menyenangkan hati dan menjilat Imam Besar, karena apa yang ia katakan menyiratkan rasa cemburu atas martabat Imam Besar. Para pemimpin yang lalim tidak akan kekurangan pelayan-pelayan jahat, yang siap mendera orang-orang yang dianiaya tuan-tuan mereka. Ada seorang penerus jabatan Imam Besar yang menyuruh orang yang berdiri di dekat Paulus untuk menampar mulut Paulus (Kis. 23:2). Ada yang berpendapat bahwa penjaga ini merasa dituduh oleh Kristus ketika Ia menunjuk pada orang-orang yang pernah mendengarkan pengajaran-Nya, seolah-olah Kristus menyuruh dia untuk bersaksi. Mungkin ia adalah salah seorang dari penjaga-penjaga yang telah memberikan laporan yang baik tentang Dia (7:46), dan supaya jangan disangka sebagai seorang yang berteman dengan Kristus secara sembunyi-sembunyi, ia pun menunjukkan dirinya sebagai seorang musuh besar-Nya.
- . Kristus menerima penghinaan ini tanpa perlawanan dan dengan kesabaran yang luar biasa (ay. 23). "Jikalau kata-Ku itu salah, dalam kata-kata yang baru Aku ucapkan, tunjukkanlah salahnya. Hormatilah sidang pengadilan ini, biarkan mereka menghakimi perkara itu, merekalah hakim-hakim yang berwenang untuk itu. Tetapi, jikalau perkataan-Ku itu benar, dan memang itulah kenyataannya, mengapakah engkau menampar Aku?" Kristus bisa saja membalas orang itu dengan mujizat penuh murka, dapat membuatnya menjadi bisu dan mati, atau membuat tangannya yang teracung kepada-Nya menjadi layu dan lemah. Tetapi hari itu adalah hari kesabaran dan penderitaan-Nya, dan Kristus menjawab dia dengan hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Kristus hendak mengajar kita supaya tidak membalas dendam sendiri, tidak membalas caci maki dengan caci maki, tetapi menanggung segala luka dengan ketulusan seekor burung merpati. Bahkan terlebih lagi, dengan kecerdikan seekor ular, seperti Juruselamat kita, kita menunjukkan ketidakadilan mereka dan membela perkara tentang perbuatan mereka itu di hadapan pejabat-pejabat hukum pemerintah. Kristus tidak memberikan pipi yang lain, dan karena itu aturan dalam Matius 5:39 itu tidak boleh dipahami secara harfiah. Dapat saja seseorang memberikan pipinya yang lain, tetapi masih dipenuhi kebencian di dalam hatinya. Namun, dengan membandingkan perintah Kristus dengan teladan yang ditunjukkan-Nya, kita dapat belajar:
- (1) Bahwa dalam perkara-perkara seperti itu kita tidak boleh membalas dendam sendiri dan menjadi hakim atas perkara kita sendiri. Lebih baik kita menerima daripada memberi kesempatan bagi tamparan kedua, yang dapat menimbulkan pertengkaran. Kita boleh mempertahankan diri, tetapi tidak boleh membalas sendiri. Pejabat hukum pemerintahlah (jika dipandang perlu untuk menjaga keamanan masyarakat dan mencegah serta membuat ngeri para pelaku kejahatan) yang berhak mengadakan pembalasan (Rm. 13:4).
- (2) Rasa sakit hati atas luka yang ditimbulkan pada diri kita harus selalu dijaga agar ada dalam batas-batas yang wajar, jangan berlebihan. Seperti yang dilakukan Kristus di sini, ketika Ia menderita, Ia memberi penjelasan, tetapi Ia tidak mengancam. Dengan adil Ia berbantah dengan orang yang menyakiti-Nya. Begitu jugalah hendaknya kita berlaku.
- (3) Ketika dipanggil untuk menderita, kita harus menyesuaikan diri dengan ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh penderitaan itu, dengan kesabaran. Saat satu penghinaan datang, hendaknya kita bersiap diri untuk menerima penghinaan yang lain, dan memanfaatkan hal itu menjadi sesuatu yang baik.
- VI. Sementara para penjaga menganiaya dan mempermainkan Kristus, Petrus justru terus menyangkali Dia (ay. 25-27). Sungguh sebuah kisah yang menyedihkan, dan bukan penderitaan yang paling ringan bagi Kristus.
- . Petrus mengulangi dosa penyangkalan itu untuk kedua kalinya (ay. 25). Sementara ia masih berdiri berdiang bersama-sama penjaga-penjaga itu seperti salah seorang dari mereka, orang-orang itu bertanya kepadanya, "Bukankah engkau juga seorang murid-Nya? Mau apa engkau di sini bersama-sama kami?" Mungkin ia juga mendengar bahwa Kristus diperiksa berkenaan dengan murid-murid-Nya, dan karena itu ia takut ditangkap atau setidaknya ditampar seperti Gurunya jika mengaku. Jadi, dengan ringan ia menyangkali hal itu dan berkata, "Bukan."
- (1) Itu adalah kebodohan terbesar yang dilakukan Petrus karena menjerumuskan diri ke dalam pencobaan dengan cara terus berkumpul bersama-sama mereka yang sebenarnya tidak cocok dengannya dan tidak memiliki urusan apa pun dengan dirinya. Ia tetap tinggal di sana untuk berdiang menghangatkan diri. Tetapi, orang-orang yang berdiang bersama pelaku kejahatan biasanya akan menjadi dingin terhadap orang-orang yang baik dan hal-hal yang baik. Mereka yang menyukai kehangatan Iblis akan berada dalam bahaya menghadapi api Iblis. Petrus seharusnya berdiri di dekat Gurunya di dalam ruang pengadilan, dan memperoleh kehangatan yang lebih baik daripada di sini. Dekat api kasih Gurunya, yang tidak dapat dipadamkan oleh air yang banyak (Kid. 8:6-7). Di sana ia dapat menghangatkan diri dengan semangat kepada Gurunya dan dengan amarah terhadap para penganiaya-Nya. Namun, yang dilakukannya malah berdiang menghangatkan diri bersama para penjaga itu daripada memanas terhadap mereka. Tetapi bagaimana seorang (seorang murid) saja dapat menjadi panas? (Pkh. 4:11).
- (2) Alangkah malangnya Petrus, saat diserang sekali lagi oleh pencobaan. Tidak ada yang dapat diharapkan lagi, karena ini adalah tempatnya, ini adalah waktunya, untuk pencobaan. Ketika hakim bertanya kepada Kristus mengenai murid-murid-Nya, mungkin penjaga-penjaga itu merasa tergerak dan menantang Petrus sebagai salah seorang murid-Nya, "Coba, apa jawabmu?"
- Lihatlah di sini:
- [1] Kelicikan si penggoda untuk menghabisi orang yang dilihatnya sedang jatuh. Ia lebih mengerahkan kekuatan yang lebih besar lagi terhadap orang itu. Sekarang bukan lagi seorang hamba perempuan penjaga pintu yang menegur Petrus, tetapi semua penjaga. Perhatikanlah, menyerah pada satu pencobaan akan mengundang pencobaan lain, dan yang ini mungkin lebih kuat lagi. Iblis akan melipatgandakan serangannya saat kita memberinya kesempatan.
- [2] Bahaya pertemanan yang jahat. Umumnya kita selalu berusaha membuktikan diri kita supaya bisa diterima oleh orang-orang yang kita pilih untuk berteman atau berhubungan. Kita menghargai kata-kata mereka yang baik untuk menilai diri kita sendiri, dan ingin tampak benar dalam pendapat mereka. Ketika memilih orang-orang kita, pada saat yang sama kita juga memilih seperti apa pujian yang kita inginkan bagi diri kita sendiri, dan dengan begitu kita mengendalikan diri kita sesuai dengan ketentuan ini. Karena itu, penting sekali bagi kita untuk membuat pilihan pertama yang baik, dan tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak dapat kita senangkan tanpa membuat Allah tidak senang.
- (3) Ini adalah kelemahan Petrus yang terbesar, bahkan kejahatannya yang terbesar, bahwa dia menyerah pada pencobaan itu dan berkata, "Aku bukan salah satu dari murid-murid-Nya." Ia begitu malu dengan sesuatu yang sebenarnya menjadi kehormatannya sendiri, dan takut menderita karenanya, padahal ini bisa lebih mendatangkan kehormatan baginya lagi. Lihatlah bagaimana takut kepada orang mendatangkan jerat. Ketika Kristus dikagumi, dipedulikan, dan diperlakukan dengan hormat, Petrus menyenangkan diri dengan hal itu dan mungkin juga membanggakan diri bahwa dia adalah murid Kristus, dan dengan demikian turut berbagi penghormatan yang diberikan kepada Gurunya. Begitulah, banyak orang suka dengan agama Kristen ketika nama baik agama sedang tenar, namun mereka akan malu bila agama dicela. Kita harus menerima agama Kristen baik pada waktu senang maupun pada waktu susah.
- . Petrus mengulangi dosa itu untuk ketiga kalinya (ay. 26-27).
- Di sini ia diserang oleh salah satu penjaga, seorang kerabat Malkhus, yang ketika mendengar Petrus menyangkal sebagai murid Kristus, sangat ingin memastikan dustanya dan bertanya, "Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia? Lihatlah telinga sanak keluargaku itu." Lalu Petrus menyangkal lagi, seolah-olah ia tidak tahu apa-apa tentang Kristus, tentang taman, dan tentang semua perkara ini.
- (1) Serangan pencobaan ketiga ini lebih dekat dibanding dengan yang terdahulu. Pada pencobaan sebelumnya, hubungannya dengan Kristus baru sekadar dicurigai, di sini hubungan itu dibuktikan oleh seorang yang melihatnya bersama Yesus dan melihatnya menghunus pedang untuk mempertahankan diri. Perhatikanlah, orang-orang yang mengira bahwa berbuat dosa dapat menolong mereka keluar dari kesulitan, hanyalah semakin menjerat dan mempermalukan diri sendiri. Beranilah menghadapi tantangan, karena kebenaran akan muncul. Persoalan yang berusaha kita sembunyikan dengan ucapan dusta akan segera terungkap, karena burung di udara mungkin akan menyampaikan ucapanmu. Hubungan keluarga penjaga itu dengan Malkhus disebutkan di sini, karena keadaan ini semakin menakutkan bagi Petrus. "Sekarang," pikirnya, "habislah aku, semuanya sudah tamat, tidak diperlukan kesaksian atau penuntut lagi." Sedapat mungkin, janganlah kita bermusuhan dengan siapa pun, karena akan tiba saatnya orang itu atau sanak keluarganya akan berkuasa atas kita. Orang yang membutuhkan sahabat, janganlah membuat musuh. Namun, amatilah, meskipun di sini sudah cukup banyak bukti melawan Petrus dan cukup banyak bantahan terhadap sangkalannya untuk mendakwa dia, ia tetap berhasil meloloskan diri. Tidak ada yang menyakiti dia, ataupun berusaha melakukannya. Perhatikanlah, kita sering jatuh ke dalam dosa karena ketakutan yang tidak berdasar, dan seharusnya tidak demikian. Dengan sedikit hikmat dan kebulatan hati tidak ada yang akan terjadi.
- (2) Penyerahannya pada pencobaan itu tidaklah lebih baik daripada yang sebelumnya: Ia menyangkalnya pula.
- Lihatlah di sini:
- [1] Natur dosa pada umumnya: hatinya menjadi tegar karena tipu daya dosa (Ibr. 3:13). Sungguh sangat mengherankan kalau Petrus dengan beraninya langsung saja berdusta dengan begitu yakinnya ketika orang berhasil membuktikan siapa dirinya. Tetapi begitulah, permulaan dosa adalah seperti membuka jalan air. Begitu pagar roboh, orang akan mudah berubah dari jahat menjadi semakin jahat.
- [2] Natur dosa dusta pada khususnya. Dosa ini sangat subur atau berbuah sifatnya, dan karena itu terhitung sangat parah ukuran dosanya. Satu dusta akan memerlukan dusta yang lain untuk mendukungnya, dan begitu seterusnya. Begitulah aturan dalam kebijakan Iblis Male facta male factis tegere, ne perpluant -- menutup dosa dengan dosa, untuk menghindari pelacakan.
- (3) Petunjuk yang diberikan kepada Petrus untuk menyadarkan hati nuraninya sangat tepat waktunya dan membahagiakan: Ketika itu berkokoklah ayam. Dan penyebutan mengenai kokok ayam ini menyatakan segalanya mengenai pertobatannya. Hal ini juga dicatat oleh penulis-penulis Injil lainnya. Kejadian ini membawa dirinya kembali kepada dirinya sendiri, dengan mengembalikan perkataan Kristus ke dalam ingatannya.
- Perhatikanlah di sini:
- [1] Kepedulian Kristus kepada orang-orang yang menjadi milik-Nya walaupun mereka telah melakukan banyak kebodohan. Apabila mereka jatuh, tidaklah sampai tergeletak.
- [2] Keuntungan memiliki pengingat yang setia di dekat kita, yang walaupun tidak dapat mengatakan sesuatu melebihi yang telah kita ketahui, namun dapat mengingatkan kita mengenai sesuatu yang telah kita ketahui tetapi telah kita lupakan. Kokok ayam jantan kepada orang lain hanyalah suatu kebetulan belaka dan tidak memiliki makna apa-apa. Namun bagi Petrus, kokok ayam itu merupakan suara Allah dan memiliki kecenderungan yang baik untuk menyadarkan hati nuraninya dengan cara mengingatkan dia akan perkataan Kristus.
SH: Yoh 18:15-27 - Penyangkalan Petrus (Selasa, 11 April 2006) Penyangkalan Petrus
Kisah murid Yesus pada perikop ini merupakan suatu ironi. Saat Sang
Guru sedang menyatakan kebenaran (ayat 20-21), si murid ju...
Penyangkalan Petrus
Kisah murid Yesus pada perikop ini merupakan suatu ironi. Saat Sang Guru sedang menyatakan kebenaran (ayat 20-21), si murid justru sedang berbohong (ayat 17). Ketika Yesus sedang mengalami siksa tamparan karena ketidakbersalahan-Nya (ayat 22-23), Petrus justru sedang menutupi dosanya dengan penyangkalan ganda (ayat 25-27).
Petrus bisa masuk ke halaman istana imam besar Hanas setelah ditolong seorang murid Yesus yang kenal imam besar tersebut. Kita tidak mengetahui siapa murid yang mengenal imam besar Hanas karena penulis Injil Yohanes tidak mengidentifikasikan murid ini. Penafsir Alkitab pun tidak sepakat siapakah dia.
Keberanian Petrus pupus seketika karena pertanyaan penuh curiga dari gadis penjaga pintu gerbang (ayat 17). Penyangkalan pertama disusul oleh dua penyangkalan berikutnya. Sulit untuk memastikan apakah percakapan Yesus dengan imam besar Hanas menyelingi kisah penyangkalan Petrus. Tudingan terhadap Petrus bahwa ia adalah pengikut Yesus, makin lama makin berbahaya, setelah seseorang melihat Petrus ada di taman itu ketika Yesus ditangkap. Akibatnya Petrus tidak bisa mengelak selain berbohong. Nubuat Yesus yang Ia ucapkan pada Yoh. 13:38 tergenapi. Apa yang terjadi terhadap diri Petrus, khususnya setelah ia menyadari penyangkalannya itu, kita tidak tahu sebab penulis Injil Yohanes tidak menuliskannya.
Sebenarnya, kita tidak berbeda dengan Petrus. Saat sedikit goncangan angin penderitaan menerpa, kita mudah menyangkal Yesus dengan cara mengompromikan iman kita terhadap situasi dan kondisi kita. Karena itu, kita harus belajar rendah hati dan tidak mengucapkan sesumbar (lihat pasal 13:37). Dengan bersandar penuh pada Roh Kudus, kita akan didorong untuk setia dan dimampukan untuk bersaksi.
Doaku: Ampuni aku Tuhan karena aku tidak setia, sama seperti Petrus. Tolong aku mengandalkan Roh-Mu agar menjadi murid-Mu yang setia.
SH: Yoh 18:12-27 - Masuk ke dalam rencana Allah (Selasa, 26 Maret 2002) Masuk ke dalam rencana Allah
Yohanes tidak saja melukiskan bagaimana Yesus berangsur-angsur
mengalami penderitaan dan penghinaan. Ia juga menega...
Masuk ke dalam rencana Allah
Yohanes tidak saja melukiskan bagaimana Yesus berangsur-angsur mengalami penderitaan dan penghinaan. Ia juga menegaskan bahwa semua yang Yesus alami terjadi sesuai dengan kehendak Allah di surga demi tergenapinya rencana-Nya di bumi ini. Dalam bagian ini, Yesus dibawa menghadap pengadilan dua imam besar: Kayafas yang merekayasa untuk membunuh Yesus dan Hanas mertuanya (ayat 12-13). Kemungkinan besar mereka berkumpul di tempat yang sama dan dalam kesempatan berturutan Yesus dibawa menghadap kedua orang itu. Dengan menegaskan nasihat Kayafas, Yohanes tidak saja mengemukakan kegelapan hati pemimpin agama waktu itu, tetapi juga bahwa secara tidak langsung Kayafas telah menubuatkan prinsip penggantian yang Yesus kerjakan melalui kematian-Nya (ayat 14). Yang jahat dalam maksud manusia telah menjadi sumber keselamatan dari Allah bagi orang-orang yang dikasihi-Nya.
Tanpa maksud membanding-banding, Yohanes melukiskan kisah penyangkalan Petrus. Sang murid yang tak mau disebut namanya dan yang tampaknya lebih banyak diam dibandingkan Petrus justru adalah yang memiliki keberanian untuk mengikuti Yesus sampai ruang dalam proses persidangan (ayat 15). Sementara Petrus, yang rupanya menghindari ruang persidangan itu supaya tidak berjumpa dengan para pengawal atau pembesar yang mungkin bisa menjeratnya pada penyangkalan, justru terjerat ke dalam rentetan penyangkalan hanya oleh pertanyaan seorang anak perempuan. Suatu pelajaran penting dapat kita petik dari kisah ini. Jika ingin berani dan setia mengikuti Yesus, kita tidak boleh mengikut Yesus sambil mengambil jarak. Ikutilah Dia dengan sepenuh hati dan sedekat mungkin. Kelak kita akan mengerti bahwa mengambil risiko menderita bersamanya adalah jalan terbaik agar iman dan kesetiaan kita teruji dan mendewasa.
Renungkan: Dalam sejarah gereja dikenal moto: darah martir membuka jalan bagi peluasan misi Injil. Akhir-akhir ini banyak Kristen dan Gereja di Indonesia yang menderita aniaya. Bagaimana sebaiknya pola pikir kita? Memikirkan bagaimana mencari perlindungan dan keamanan? Atau melihat keajaiban Allah yang memurnikan iman kita dan membuka jalan bagi penggenapan rencana-Nya lebih luas melalui semua peristiwa itu?
SH: Yoh 18:12-27 - Sama saja dengan Petrus (Selasa, 18 Maret 2008) Sama saja dengan Petrus
Suatu kontras sedang dipaparkan Yohanes dalam kisah ini, meski
kisahnya sama: Yesus dikonfrontir Hanas dan Petrus dikonf...
Sama saja dengan Petrus
Suatu kontras sedang dipaparkan Yohanes dalam kisah ini, meski kisahnya sama: Yesus dikonfrontir Hanas dan Petrus dikonfrontir beberapa orang di halaman istana Imam Besar (ayat 15).
Ketika menghadapi pertanyaan dari Imam Besar mengenai murid-murid-Nya, Yesus tidak memberi jawaban. Ia melindungi murid-murid-Nya (ayat 19). Dalam perikop sebelumnya, kita melihat bagaimana Yesus menghadapi orang-orang yang akan menangkap Dia. Tanpa rasa takut. Walau sedang menghadapi momen yang membahayakan hidup-Nya, Yesus tidak melakukan apapun yang membahayakan murid-murid-Nya. Ia berusaha agar penangkapan-Nya tidak berisiko terhadap keselamatan murid-murid-Nya (ayat 8-9). Namun bagaimana sikap sang murid sendiri terhadap Gurunya?
Ketika Yesus berdiri tegak menghadapi para penanya dan tidak menyangkal satu hal pun, Petrus gemetar ketakutan di depan orang-orang yang menanyai dia. Ia menyangkal semua hal yang disebutkan orang-orang itu. Petrus yang beberapa waktu sebelumnya berkata bahwa ia akan mati bagi Yesus (Yoh. 13:37), saat itu menyangkal hubungannya dengan Dia (ayat 17, 25-26). Ia takut akan akibat yang terjadi bila orang mengetahui kedekatannya dengan Yesus. Terpisah dari Yesus, Petrus menghadapi pencobaan dan tidak dapat bertahan. Sebagai murid, seharusnya Petrus bersaksi tentang Yesus, Gurunya.
Banyak orang mencemooh Petrus karena penyangkalannya. Namun mari kita mengingat-ingat, kita yang menyandang sebutan pengikut Kristus juga sering menyangkal Dia di hadapan orang lain. Mungkin tidak secara langsung, tetapi seberapa sering kita hanya tutup mulut ketika seharusnya menyuarakan kebenaran-Nya? Berapa banyak kesempatan, saat kita harus bersaksi tentang iman kita pada Kristus, tetapi kita memilih untuk diam? Sesungguhnya kita tidak berbeda dari Petrus. Karena itu, marilah kita belajar setia, belajar untuk tidak mengompromikan iman, belajar untuk tidak menjual iman karena kepentingan dan ambisi pribadi.
SH: Yoh 18:12-27 - Tetap setia atau menyangkal Tuhan? (Senin, 14 April 2014) Tetap setia atau menyangkal Tuhan?
Dalam perikop ini, penulis memaparkan dua adegan yang berbeda, tetapi dijalin menjadi satu. Satu berlatar di dalam...
Tetap setia atau menyangkal Tuhan?
Dalam perikop ini, penulis memaparkan dua adegan yang berbeda, tetapi dijalin menjadi satu. Satu berlatar di dalam gedung dan yang lain di luar gedung.
Dalam adegan pertama, para prajurit menangkap dan membawa Yesus menghadap mantan Imam Besar, yang adalah mertua Kayafas. Dialah Hanas, yang secara tidak langsung pernah menubuatkan kematian Yesus (14). Hanas menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan ajaran-Nya. Menyangkut ajaran-Nya, Yesus mengatakan bahwa ajaran-Nya secara terbuka telah disampaikan di hadapan publik. Hanas dapat menanyai para pendengar-Nya mengenai kebenaran ajaran-Nya itu. Namun, Hanas tidak melakukannya. Ia malah membiarkan Yesus diperlakukan secara kasar oleh seorang penjaga. Menyangkut murid-murid-Nya, Yesus memilih diam karena melindungi mereka.
Namun, bagaimana dengan Petrus dalam adegan kedua? Petrus menyangkal Yesus, Gurunya, dan berbohong demi keselamatan diri sendiri. Padahal ia pernah sesumbar, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak" (Mat. 26:33) dan "Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu" (Yoh. 13:37). Paling sedikit ada tiga penyebab kegagalan Petrus. Pertama, ia membawa diri ke dalam pencobaan yang tidak dapat dia hadapi yaitu di tempat musuh Yesus, padahal Yesus telah meminta murid-murid-Nya untuk pergi (Yoh. 18:8). Kedua, ia tidak berjaga-jaga di dalam doa. Ia terlalu mengandalkan kekuatan sendiri daripada mengandalkan Allah sehingga gagal dalam ujian iman. Ketiga, ia takut menghadapi konsekuensi bahwa ikut Yesus kadang harus menderita. Ia menyangka bahwa mengikut Yesus itu mudah dan akan mendapatkan posisi yang tinggi dalam Kerajaan Allah. Maka ketika menyaksikan Yesus ditangkap, ia tidak siap mengalami nasib yang sama.
Mengikut Tuhan memang tidak mudah, dan kadang harus pikul salib. Namun, ingatlah akan pengurbanan Kristus yang telah dinyatakan di kayu salib. Hal ini harus mendorong kita untuk tetap setia mengikuti Dia sampai akhir hidup kita.
SH: Yoh 18:12-27 - Berbicara dengan Bijaksana (Senin, 29 Maret 2021) Berbicara dengan Bijaksana
Ada ungkapan yang berbunyi "mulutmu harimaumu". Ungkapan itu ingin menunjukkan bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita...
Berbicara dengan Bijaksana
Ada ungkapan yang berbunyi "mulutmu harimaumu". Ungkapan itu ingin menunjukkan bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita memiliki kekuatan, seperti harimau yang kuat. Kata-kata kita bisa menyerang orang lain atau berbalik menyerang diri kita sendiri; bahkan membuat orang sedih, terluka, dan putus asa. Kata-kata juga bisa menentukan hidup mati seseorang. Salah bicara pada saat yang tidak tepat, bisa jadi jabatan, atau bahkan nyawa, melayang.
Oleh karena itu, orang harus sangat berhati-hati dengan kata-kata yang diucapkannya. Perkataan yang bijaksana akan sangat bermanfaat, dan pada saat yang sama dapat menunjukkan kualitas atau karakter seseorang.
Dalam perikop ini, kita melihat perbedaan antara Yesus dan Petrus dalam berkata-kata. Di depan Hanas, Yesus berkata-kata dengan diplomatis. Dia tidak menyangkal atau mengiyakan, tetapi mengajak lawan bicaranya untuk melihat kebenaran yang ada, yang sebenarnya telah nyata di hadapan mereka (19-23). Yesus tidak merasa takut sebab Dia tidak melakukan kesalahan. Dia juga tidak merasa takut terhadap konsekuensi atas perbuatan-Nya. Namun, Dia tidak mau terjebak dalam perdebatan dengan seseorang yang sudah jelas dan pasti menolak diri-Nya. Yesus berbicara dengan bijaksana.
Sementara itu, Petrus dipenuhi ketakutan sehingga berkata-kata dengan kurang bijaksana. Demi melindungi diri dan kepentingannya sendiri, Petrus menyangkal Yesus (17, 25-27). Tentu Petrus takut kalau orang tahu bahwa dia adalah murid Yesus. Bisa jadi dia harus turut dalam penghakiman dan penghukuman yang diterima oleh Yesus. Dalam ketakutan, Petrus tidak berpikir mengenai kesetiaan atau pengakuan. Dia hanya berpikir untuk melindungi dirinya sendiri.
Marilah kita berkata-kata dengan bijaksana! Dengan perkataan yang bijaksana, kita tidak dapat dipersalahkan dan juga tidak akan menyakiti orang lain. Tentu saja, untuk bisa berkata-kata dengan bijaksana, kita harus hidup lurus dan bersih seperti Yesus, sehingga tidak sibuk melindungi kepentingan diri sendiri saja. [KRS]
SH: Yoh 18:1-27 - Pemimpin sejati (Rabu, 31 Maret 1999) Pemimpin sejati
Kristus bukan tipe pemimpin yang egois, karena di saat yang
mengancam diri-Nya, Ia tidak berusaha menyelamatkan diri-Nya
se...
Pemimpin sejati
Kristus bukan tipe pemimpin yang egois, karena di saat yang mengancam diri-Nya, Ia tidak berusaha menyelamatkan diri-Nya sendiri. Justru di saat seperti itu, Kristus malah memperkenalkan diri, menampilkan diri ke depan untuk melindungi murid-murid-Nya (ay. 8). "Kalau Aku yang kamu cari, biarlah mereka pergi". Inilah salah satu bentuk kepribadian agung yang dimiliki Yesus. Ia mengorbankan diri-Nya demi keselamatan orang lain. Adakah kita menemukan pemimpin-pemimpin seperti Yesus di tengah-tengah bangsa dan gereja kita? Atau paling tidak pernahkah kita menemukan jiwa dan semangat Yesus di tengah-tengah bangsa dan gereja saat ini?
Membela Kristus dengan pedang. Demi menunjukkan bahwa para murid tidak menerima begitu saja perlakuan orang-orang kepada Yesus, sebuah pedang diayunkan Petrus, sebagai bakti kepada Yesus. Demi menunjukkan kepada orang-orang, bahwa walaupun kecil dan lemah, para pengikut Kristus tidak pasrah tetapi berbuat sesuatu. Sebuah bukti, bahwa murid-murid Yesus bukanlah penonton yang tak memiliki kekuatan apa-apa, melihat Gurunya ditangkap dan diseret orang. Namun untuk semua itu Tuhan Yesus mengatakan: "sarungkanlah pedangmu!"
Renungkan: Yesus Kristus tidak pernah menginginkan kita membela kebenaran dengan kekerasan.
SH: Yoh 18:1-38 - Baca Gali Alkitab 7 (Selasa, 15 April 2014) Baca Gali Alkitab 7
Apa saja yang Anda baca?
1. Mengapa Yudas mengetahui tempat di mana ia dapat menemui Yesus? (3)
2. Apa yang dikatakan ayat 4 me...
Baca Gali Alkitab 7
1. Mengapa Yudas mengetahui tempat di mana ia dapat menemui Yesus? (3)
2. Apa yang dikatakan ayat 4 mengenai Yesus Kristus
3. Menurut Anda, mengapakah Petrus memutus telinga hamba Imam Besar (10)?
4. Cawan apakah yang harus diminum Yesus (11)?
5. Apa yang dikatakan ayat 22 dan 28 mengenai pemuka Yahudi?
6. Apa yang dikatakan ayat 39-40 mengenai permintaan orang Yahudi terhadap Pilatus?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa penahanan itu berlangsung di taman saat malam hari dan bukan ketika Yesus berada di Bait Allah saat siang hari?
2. Menurut Anda, bagaimana perasaan murid-murid saat prajurit dan penjaga-penjaga bait Allah datang ke taman itu?
3. Dari ayat 4, 8, dan 11, apa yang kita pelajari tentang Yesus?
4. Dari ayat 10 dan 17, apa yang kita pelajari tentang Petrus?
5. Mengapa orang Yahudi membawa Yesus kepada Pilatus, yang merupakan perwakilan pemerintah Roma? (28-31)
6. Apa yang kita pelajari tentang kerajaan Yesus dari ayat 36-37?
Apa respons Anda?
1. Bagaimanakah keputusan Yesus untuk meminum cawan yang diberikan Bapa kepada-Nya, menolong kita untuk taat kepada Allah?
2. Dalam hal-hal apa saja Anda sedang bergumul dengan masalah ketaatan?
Pokok Doa:
Agar umat Tuhan belajar ketaatan sepenuhnya dari Yesus, meski banyak rintangan yang harus dihadapi.
Utley -> Yoh 18:15-18
Utley: Yoh 18:15-18 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 18:15-1815 Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama den...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 18:15-18
15 Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar, 16 tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk. 17 Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: "Bukankah engkau juga murid orang itu?" Jawab Petrus: "Bukan!" 18 Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka.
Yoh 18:15 "Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus" Ada banyak diskusi mengenai identitas murid yang lain ini: (1) teori tradisionalnya adalah bahwa itu ialah Rasul Yohanes karena frasa yang sama yang digunakan untuk dirinya dalam Yoh 20:2,3,4,8. Juga, kemungkinan hubungan yang lain adalah dengan Yoh 19:25, yang menyebutkan nama ibu Yohanes, yang kemungkinan adalah saudara dari Maria, yang lebih lanjut berarti dia adalah orang Lewi dan oleh karenanya merupakan seorang imam (lih. kesaksian Polikarpus). (2) ini mungkin merupakan pengikut lokal yang tak disebutkan namanya seperti Nikodemus atau Yusuf dari Arimatea karena hubungan mereka dengan imam besar dan keluarganya (lih. ay. Yoh 18:15-16).
□ "Murid itu mengenal Imam Besar" Ini adalah suatu istilah yang kuat untuk "kenalan" dan sepertinya berarti "kawan dekat" (lih. Luk 2:44; 23:49). Dalam Yohanes ini mungkin berhubungan dengan usaha pemancingannya yang telah melibatkankan keluarganya yang secara tetap membawa ikan ke Yerusalem.
Yoh 18:17 "Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: ‘Bukankah engkau juga murid orang itu?’" bentuk ketatabahasaan ini, seperti ay. Yoh 18:25, mengharapkan jawaban "tidak." Ini menunjukkan penghinaan terhadap mereka yang terlibat dengan tidak menggunakan nama Yesus. Ia mungkin menanyakan hal ini karena (1) hubungan Petrus dengan Yohanes atau (2) logat Galilea Petrus.
□ "Bukan" Petrus mungkin telah bersiap untuk mati bagi Yesus, namun ia tidak siap untuk menjawab secara jujur pertanyaan dari seorang hamba perempuan! Dalam Injil Sinoptik tiga penyangkalan ini ditempatkan secara bersama-sama, namun dalam Yohanes hal ini dipisahkan oleh interogasi Hanas terhadap Yesus. (lih. ay. Yoh 18:24).
Yoh 18:18 Kisah ini diceritakan dengan sedemikian rinci. Baik ayat Yoh 18:18 maupun 25 memiliki dua PERIPHRASTIC IMPERFECT.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi