Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mzm 73:1-28
Full Life: Mzm 73:1-28 - ALLAH ITU BAIK BAGI MEREKA
Nas : Mazm 73:1-28
(versi Inggris NIV -- Allah itu baik bagi Israel). Mazmur ini
membahas masalah yang menggelisahkan: sekalipun Allah berdaulat da...
Nas : Mazm 73:1-28
(versi Inggris NIV -- Allah itu baik bagi Israel). Mazmur ini membahas masalah yang menggelisahkan: sekalipun Allah berdaulat dan adil, orang fasik sering kali makmur (ayat Mazm 73:3-12) sedangkan orang yang melayani Allah tampaknya lebih menderita (ayat Mazm 73:13-14). Pemazmur yang melayani Allah dengan setia (ayat Mazm 73:1,13) telah tawar hati ketika ia membandingkan penderitaannya dengan ketenteraman dan kebahagiaan yang dialami banyak orang fasik (ayat Mazm 73:2-3). Akan tetapi, keyakinannya kepada Allah dan jalan-jalan-Nya dipulihkan tatkala Allah menyatakan akhir yang menyedihkan dari orang fasik dan berkat sesungguhnya dari orang benar (ayat Mazm 73:16-28)
Jerusalem -> Mzm 73:1-28
Jerusalem: Mzm 73:1-28 - Pergumulan dan pengharapan Orang berhikmat yang menciptakan sajak inti bergumul dengan masalah kesejahteraan orang fasik, kiranya orang fasik yang tidak beragama Yahudi, sama se...
Orang berhikmat yang menciptakan sajak inti bergumul dengan masalah kesejahteraan orang fasik, kiranya orang fasik yang tidak beragama Yahudi, sama seperti Maz 37+ dan Maz 49+. Mula-mula disajikan semacam kesimpulan umum, Maz 73:1. Kemudian dibentangkan masalahnya; pemazmur dahulu tertusuk hatinya, bimbang dan ragu-ragu sampai hampir murtad, karena menyaksikan kemujuran orang fasik yang tidak dapat dimengerti mengingat keadilan Allah, Maz 73:2-16. Tetapi berkat bimbingan Tuhan pemazmur akhirnya dapat mengatasi persoalannya: kesejahteraan orang fasik memang semu saja oleh karena sementara dan berkesudahan dalam kematian. Sebaliknya, orang benar terlindung dekat pada Allah, Maz 73:17-26. Kiranya pesajak belum melihat bagaimana halnya terujud. Ia belum jelas mengharapkan bahwa hidup akan diteruskan setelah orang meninggal.
Ende -> Mzm 73:1-28
Ende: Mzm 73:1-28 - -- Lagu kebidjaksanaan ini membitjarakan soal kesedjahteraan kaum pendjahat, jang
bertentangan rupanja dengan keadilan Jahwe (Lih. Maz 37:1-40; 49:1-20)....
Lagu kebidjaksanaan ini membitjarakan soal kesedjahteraan kaum pendjahat, jang bertentangan rupanja dengan keadilan Jahwe (Lih. Maz 37:1-40; 49:1-20). Pengarang mulai dengan suatu asas jang merupakan kesimpulan pikirannja (Maz 73:1). lalu ia mentjeritakan bagaimana ia sendiri amat bimbang dan ragu2, hingga hampir murtad daripada Allah karena keadaan kaum pendjahat jang makmur itu. Soal itu betul mendjadi tekanan berat bagi djiwanja (Maz 73:2-16). Achirnja, berkat anugerah Tuhan, ia berhasil memetjahkan soalnja: kaum pendjahat tentu akan binasa, mati, maka njatalah kesedjahteraannja semu2 belaka. tetapi si djudjur akan tetap berhubungan dengan Allah, malahan sesudah mati, dan inilah kebahagiaan tertinggi dan jang mentjukupi sama sekali (Maz 73:17-26). Semuanja itu sekali diichtisarkan dalam ajat2 27-28 (Maz 73:27-28).
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mzm 73:1-14
Matthew Henry: Mzm 73:1-14 - Kebaikan Allah kepada Umat-Nya; Kemujuran yang Tidak Dikuduskan
Mazmur ini, dan juga kesepuluh mazmur berikutnya, mengusung nama Asaf dalam judulnya. Jika dia adalah penulis mazmur-mazmur itu (sebagaimana yang di...
Mazmur ini, dan juga kesepuluh mazmur berikutnya, mengusung nama Asaf dalam judulnya. Jika dia adalah penulis mazmur-mazmur itu (sebagaimana yang dipikirkan banyak orang), maka tepatlah untuk menyebutnya sebagai mazmur-mazmur Asaf. Jika ia hanyalah si pemimpin biduan, yang kepadanya mazmur-mazmur itu disampaikan, maka penafsiran tambahan kita benar, yang menyebut mazmur-mazmur tersebut sebagai mazmur yang ditujukan bagi Asaf. Mungkin saja ia yang menuliskannya, sebab kita mendapati kalimat kata-kata Daud dan Asaf, pelihat itu, yang dipakai untuk memuji Allah pada masa Hizkia (2 Taw. 29:30). Sekalipun Roh nubuatan dikaruniakan melalui nyanyian-nyanyian kudus terutama kepada Daud, yang karenanya disebut sebagai “pemazmur termanis di Israel,” Allah juga mengaruniakan Roh nubuatan tersebut ke atas orang-orang di sekelilingnya. Mazmur ini memang berguna sekali, sebab menceritakan kepada kita mengenai pergumulan yang dialami oleh sang pemazmur dalam melawan godaan kuat untuk mencemburui kemujuran orang-orang fasik. Ia memulai kisahnya ini dengan sebuah azas yang kudus, yang ia pegang teguh, dan yang menolongnya untuk tetap teguh membela pendiriannya (ay. 1). Kemudian ia memberi tahu kita,
- I. Bagaimana ia terjerat dalam godaan (ay. 2-14).
- II. Bagaimana ia terlepas dari godaan itu dan memenangkan pertarungan terhadap godaan itu (ay. 15-20).
- III. Bagaimana ia dibentuk menjadi lebih baik setelah berhasil melalui godaan tersebut (ay. 21-23). Jika, ketika kita menyanyikan mazmur ini, kita memperkuat diri kita melawan godaan dalam hidup ini, maka tidak sia-sialah kita menggunakan mazmur ini. Pengalaman orang lain harus menjadi pelajaran bagi kita.
- I. Pertama-tama ia mengetengahkan keyakinan yang ia pegang teguh dan tidak ingin ia lepaskan ketika ia bergumul dengan godaan itu (ay. 1). Ayub, ketika dia masuk ke dalam cobaan seperti ini, berpegang pada keyakinannya mengenai kemahatahuan Allah: masa ditentukan oleh Yang Mahasuci(Ayb. 24:1, tl). Dasar kepercayaan Yeremia adalah keadilan Allah: Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau!(Yer. 12:1). Dasar kepercayaan Habakuk adalah kekudusan Allah: Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan(Hab. 1:13). Di sini, yang menjadi dasar kepercayaan sang pemazmur adalah kebaikan Allah. Hal-hal tersebut merupakan kebenaran yang tidak dapat tergoyahkan dan harus kita pegang teguh dalam kehidupan ini, bahkan sampai kita mati nanti. Meskipun kita mungkin tidak dapat mengaitkan semua karya Pemeliharaan ilahi dengan kebenaran tersebut, kita tetap harus mempercayai bahwa keduanya sebenarnya berkesesuaian. Perhatikanlah, pikiran-pikiran yang luhur mengenai Allah akan membentengi kita dari serbuan godaan Iblis. Sesungguhnya Allah itu baik. Pikiran-pikiran tentang pemeliharaan Allah terus berkecamuk di benaknya, tetapi kalimat ini akhirnya menenangkannya: “Melalui semua ini, Allah itu baik, baik bagi orang Israel, bagi orang yang bersih hatinya.”
- Perhatikanlah:
- 1. Orang-orang yang bersih hatinya, yang disucikan oleh darah Kristus dan dimurnikan dari segala kenajisan dosa, dan yang berbakti demi kemuliaan Allah dengan sepenuh hati mereka dapat dikatakan sebagai bangsa Israel kepunyaan Allah. Hati yang jujur adalah hati yang bersih. Kebersihan hati merupakan kebenaran yang terletak di dalam batin.
- 2. Allah, yang baik terhadap semua orang, baik kepada umat dan gereja-Nya dengan cara yang istimewa, seperti yang ditunjukkan-Nya terhadap bangsa Israel di zaman dulu. Allah begitu baik kepada bangsa Israel dengan memimpin mereka keluar dari Mesir dan membawa mereka masuk di dalam kovenan dengan-Nya. Ia memberikan hukum-hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya kepada mereka dan mencukupi mereka dengan berbagai pemeliharaan-Nya. Dia juga baik terhadap semua orang yang berhati bersih dengan cara yang serupa. Dan, apa pun yang terjadi, kita tidak boleh berpikiran sebaliknya.
- II. Lalu ia menceritakan guncangan yang menerpa imannya mengenai kebaikan Allah yang istimewa terhadap Israel, oleh karena godaan kuat untuk merasa iri terhadap kemujuran orang fasik. Karena itulah ia juga tergoda untuk beranggapan bahwa ternyata orang-orang Israel itu tidak lebih bahagia daripada orang lainnya, dan bahwa Allah itu tidak lebih baik kepada mereka daripada kepada orang lainnya.
- 1. Dia menceritakan keluputannya dari serangan godaan tersebut sebagai peristiwa yang hampir saja membuatnya tergelincir (ay. 2): “Tetapi aku, meskipun aku benar-benar dipuaskan oleh kebaikan Allah terhadap Israel, sedikit lagi maka kakiku terpeleset(si penggoda itu hampir saja berhasil meremukkan tumitku), nyaris aku tergelincir(aku hampir saja meninggalkan agamaku dan berhenti mengharapkan berkat darinya), sebab aku cemburu kepada pembual-pembual.”
- Perhatikanlah:
- (1) Iman orang-orang percaya yang paling teguh pun terkadang dapat diguncangkan sampai-sampai hampir terempas. Ada badai kencang yang akan melanda jangkar-jangkar yang paling kuat terpancang.
- (2) Orang-orang yang tidak akan pernah hancur terkadang hampir mengalami kehancuran itu sendiri, dan merasa seakan-akan telah hancur. Banyak jiwa-jiwa yang berharga, yang akan hidup selama-lamanya, sekali waktu pernah menjumpai ambang kehancuran dalam hidup mereka. Mereka hampir dan dekat sekali dengan kebinasaan, hanya berjarak selangkah saja dari kemurtadan yang mematikan, akan tetapi direnggut kembali bagaikan puntung dari kebakaran. Kenyataan seperti ini akan selamanya mengagungkan kekayaan kasih karunia ilahi di antara bangsa-bangsa dari orang-orang yang diselamatkan itu. Nah,
- 2. Marilah kita memperhatikan bagaimana godaan itu menyerang sang pemazmur, bagaimana dan dengan apa dia digoda.
- (1) Dia mengamati bahwa orang fasik yang bebal terkadang mendapatkan kemakmuran lahiriah yang besar. Dengan sedihnya, dia melihat kemujuran orang-orang fasik(ay. 3). Orang fasik memang betul-betul bebal karena bertindak melawan akal sehat dan kepentingan mereka sendiri. Akan tetapi, orang-orang justru bisa melihat kemakmuran atau kemujuran mereka.
- [1] Kelihatannya mereka hanya kebagian sedikit kesusahan dan bencana dalam hidup ini (ay. 5): Mereka tidak mengalami kesusahan manusia, bahkan yang dialami oleh orang-orang yang baik dan bijaksana. Mereka tidak kena tulah seperti orang lain, melainkan seolah-olah melalui hak istimewa tertentu dikecualikan dari kepedihan yang biasanya menimpa kebanyakan orang. Jika mereka sampai mengalami sedikit masalah, maka masalah mereka itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan masalah yang dihadapi oleh orang lain yang tidak sebejat mereka. Justru orang-orang yang kurang berdosalah yang tampaknya harus lebih banyak menderita daripada mereka.
- [2] Mereka sepertinya mendapatkan banyak sekali kesenangan di dalam hidup ini. Mereka hidup dengan nyaman dan bermandikan kenikmatan, sehingga kesalahan mereka menyolok karena kegemukan, (ay. 7). Lihatlah apa yang menjadi dampak buruk dari kenikmatan berlebih itu. Mengecap kenikmatan dalam jumlah yang tepat memang menyegarkan mata, tetapi orang-orang yang mendewa-dewakan kenikmatan lahiriah akan diperbudak olehnya. Rasa nikmat itu justru menjadi siksaan bagi mereka, sebab semakin dipuaskan, rasa nikmat itu justru terus menuntut lebih lagi. Dan orang-orang yang memiliki hati meluap-luap dengan sangkaanmemang bisa sebanyak-banyaknya mengenyangkan perut mereka, lebih dari yang dapat mereka pikirkan atau yang sanggup mereka kendalikan. Setidaknya, mereka memiliki lebih banyak daripada yang didambakan orang-orang yang berhati sederhana, lemah lembut dan tidak sombong. Akan tetapi, mereka tetap saja tidak merasa puas dengan apa yang mereka miliki. Ada banyak orang yang menggenggam banyak hal dari kehidupan ini, namun tidak memiliki sedikit pun kehidupan lain di dalam hati mereka. Mereka tidak saleh dan hidup tanpa rasa takut dan tanpa penyembahan akan Allah. Namun, mereka maju dan berhasil di dunia ini. Mereka bukan saja kaya, tetapi juga terus menambah harta benda(ay. 12). Mereka dipandang sebagai orang yang berhasil. Sementara orang-orang lain bersusah payah mempertahankan apa yang mereka miliki, mereka malah terus mendapatkan lebih banyak lagi, lebih banyak kehormatan, kuasa, kenikmatan, karena harta mereka yang terus bertambah. Mereka orang yang paling berhasil di zamannya, demikianlah yang diartikan oleh sebagian orang.
- [3] Nasib mereka sepertinya berakhir dengan penuh kedamaian. Hal inilah yang disebutkan pertama-tama, sebagai hal yang paling mengherankan dari semuanya, sebab mati dalam damai selalu dianggap sebagai hak istimewa bagi orang-orang saleh ( 37:37). Akan tetapi, dipandang dari penampakan luar, hal itu justru sering kali menjadi nasib orang-orang fasik (ay. 4): Sebab kesakitan tidak ada pada mereka. Nyawa mereka tidak direnggut melalui sebuah kematian yang menyeramkan. Mereka bebal, tetapi tidak mati sebagaimana orang bebal layak mati, sebab tangan mereka tidak terikat dan kaki mereka tidak dirantai(2 Sam. 3:33-34). Nyawa mereka tidak diambil sebelum waktunya, seperti buah yang terjatuh dari pohonnya sebelum matang, melainkan dibiarkan menggantung di sana sampai mereka berjatuhan sendiri karena usia tua. Mereka tidak mati karena menderita suatu penyakit yang mematikan: tidak ada kesakitan, tidak ada penderitaan, dalam kematian mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka sampai ajal menjelang, sehingga mereka jarang sekali dapat merasakan kematian itu. Mereka adalah orang-orang yang mati dengan masih penuh tenaga, dengan sangat tenang dan sentosa, tidak termasuk yang mati dengan sakit hati, dengan tidak pernah merasakan kenikmatan(Ayb. 21:23, 25). Bukan itu saja, mereka bahkan tidak merasakan tekanan hati nurani ketika menghadapi maut. Mereka tidak juga menjadi takut karena ingat akan dosa-dosa mereka atau pikiran mengenai kesengsaraan yang menanti mereka, melainkan mati dengan penuh rasa aman. Kita tidak dapat menghakimi keadaan manusia seperti apa di seberang kematian sana hanya dengan melihat cara kematian mereka ataupun keadaan jiwa mereka ketika mereka sedang sekarat. Manusia bisa saja mati seperti domba, tetapi kebagian tempat bersama kambing-kambing.
- (2) Ia mengamati bahwa mereka menyalahgunakan kemujuran lahiriah mereka itu dan semakin menjadi-jadi di dalam kejahatan mereka, sehingga ia pun semakin tergoda untuk merasa marah karenanya. Seandainya saja kemujuran itu menjadikan mereka lebih baik, tidak membuat mereka semakin kurang ajar terhadap Allah dan semakin menindas manusia lain, mungkin dia tidak akan seresah itu. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya.
- [1] Kemujuran itu membuat mereka angkuh dan tinggi hati. Oleh karena mereka hidup dengan nyaman, mereka pun berkalungkan kecongkakan(ay. 6). Kepada semua orang yang melihat mereka, mereka bersikap congkak karena kemujuran mereka itu, bagaikan orang yang memamerkan perhiasannya. Kecongkakan Israel menjadi saksi terhadap dirinya sendiri(Hos. 5:5; Yes. 3:9). Kecongkakan melekat pada rantaiatau kalung mereka, begitulah Dr. Hammond mengartikannya. Bukan berarti memakai rantai atau kalung itu membahayakan, tetapi jika kesombongan melekat di sana dan bila benda itu dipakai untuk memanjakan pikiran yang sia-sia, maka fungsinya tidak lagi hanya sekedar sebagai perhiasan. Pakaian atau perhiasan yang kita kenakan (meskipun kita memiliki aturan mengenai hal itu, 1Tim. 2:9) tidaklah sepenting dasar pemikiran dan tujuan pemakaiannya. Dan, sebagaimana kesombongan para pendosa tampak dalam pakaian mereka, hal itu juga nyata dalam perkataan mereka: Mereka bicara dengan tinggi hati(ay. 8). Mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa (2Ptr. 2:18), meninggikan diri dan meremehkan semua orang di sekeliling mereka. Mereka membual, didorong oleh kesombongan yang memenuhi hati mereka.
- [2] Kemujuran itu membuat mereka semakin merajalela dalam menindas sesama (ay. 6): mereka berpakaian kekerasan. Semua yang telah mereka dapat melalui kecurangan dan penindasan, mereka pertahankan dan tingkatkan dengan cara jahat yang serupa. Mereka tidak peduli kerugian yang mereka akibatkan bagi orang lain ataupun kekerasan yang mereka pakai demi memperkaya dan membesarkan diri mereka sendiri. Mereka bejat, seperti orang-orang raksasa, para pendosa di dunia purbakala, ketika bumi telah penuh dengan kekerasan(Kej. 6:11, 13). Mereka tidak peduli kejahatan apa yang mereka lakukan, supaya mereka tetap berbuat jahat atau demi kepentingan mereka sendiri. Hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. Mereka menindas dan membenarkan tindakan mereka itu. Orang-orang yang begitu lantang membicarakan dosa juga mengatai-ngatai dengan jahatnya. Mereka bejat, artinya, mereka larut dalam kenikmatan dan segala hal yang mewah (begitulah yang ditafsirkan sebagian orang), lalu kemudian mereka mencemooh dan berkata-kata keji. Mereka tidak peduli siapa yang mereka sakiti dengan panah fitnah mereka yang penuh racun itu, sebab dari tempat tinggi mereka menggaungkan penindasan.
- [3] Kemujuran itu membuat mereka semakin bertingkah laku kurang ajar terhadap Allah dan manusia (ay. 9): Mereka membuka mulut melawan langit, menghina Allah dan kehormatan-Nya, menentang-Nya dan menentang kuasa serta keadilan-Nya. Mereka tidak sanggup menggapai langit dengan tangan mereka untuk mengguncangkan takhta Allah, sebab kalau saja mereka dapat, mereka pasti akan melakukannya. Sebagai gantinya, mereka menunjukkan niat jahat mereka dengan membuka mulut melawan langit. Lidah merekajuga membual di bumi, dan dengan semena-mena mereka mencelakakan semua orang yang merintangi jalan mereka. Kebesaran atau kebaikan seseorang tidak akan melindunginya dari serangan lidah yang berbisa. Mereka memegahkan diri dan bersukaria dalam berbantah dengan semua umat manusia. Mereka pengacau negeri, sebab mereka tidak takut akan Allah dan tidak mengindahkan sesama manusia.
- [4] Dalam segala hal tersebut mereka begitu tidak percaya dan tidak mengenal Allah. Mereka pastilah begitu jahatnya sampai-sampai telah terlatih untuk berkata (ay. 11), Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi? Mereka begitu tidak menghendaki pengenalan akan Allah, yang telah memberi mereka segala hal baik yang mereka miliki dan pastinya berkenan mengajari mereka untuk memanfaatkan hal-hal baik itu dengan bijaksana. Mereka tidak sudi mempercayai bahwa Allah melihat mereka, bahwa Ia memperhatikan kejahatan mereka dan bahwa Ia akan menuntut pertanggungjawaban mereka. Seolah-olah karena Dia itu Yang Mahatinggi maka Dia tidak dapat atau tidak akan melihat mereka (Ayb. 22:12-13). Padahal, justru karena Ia Yang Mahatinggi-lah, maka Ia mampu dan akan mengawasi semua anak-anak manusia beserta seluruh perbuatan dan perkataan mereka, juga pikiran mereka. Pertanyaan adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi? adalah sebuah penghinaan yang amat sangat terhadap Allah yang memiliki pengetahuan tidak terbatas, yang daripada-Nyalah semua pengetahuan itu bersumber. Karena itulah Ia layak berkata (ay. 12), sesungguhnya, itulah orang-orang fasik.
- (3) Sang pemazmur mengamati bahwa sementara orang-orang fasik terus berjaya di dalam kejahatan mereka dan menjadi semakin bejat oleh karena kemujuran mereka itu, orang-orang benar justru berada dalam kesesakan hebat, terutama dirinya sendiri. Hal ini semakin memperbesar godaan untuk berbantah dengan Sang Pemelihara.
- [1] Dia memandang ke luar dan menyaksikan betapa banyaknya umat Allah yang dilanda kebingungan (ay. 10): “Begitu lancangnya orang-orang fasik itu sampai-sampai orang-orang berbalik kepada mereka. Mereka sama tertegunnya, sama tercengangnya seperti aku. Mereka juga kehabisan kata-kata seperti aku, malah rasanya air berlimpah-limpah tercurah kepada mereka. Mereka bukan saja terpaksa harus meminum cawan kesusahan itu, melainkan juga harus mereguk habis semua isinya. Tidak setetes cairan pahit pun yang dibiarkan lolos dari tegukan mereka. Air itu menimpa mereka dengan bertubi-tubi, sehingga sisa endapan pun harus mereka minum. Seperti yang dilakukan Daud ( 119:136), mereka mencucurkan deraian air mata saat mendengar orang-orang fasik menghujat Allah dan berkata-kata sembarangan.” Itulah air berlimpah-limpah yang menimpa mereka.
- [2] Dia melihat ke dalam dan masih juga terus-menerus merasakan kegeramam Sang Pemelihara, sementara orang-orang fasik menyeringai senang (ay. 14): “Inilah bagianku,” katanya, “Sepanjang hari aku kena tulahdengan kesusahan demi kesusahan, dan kena hukum setiap pagi, saat fajar menjelang.” Kesusahannya amat berat – dia dihukum dan kena tulah. Dan hal itu terjadi berulang-ulang, setiap pagiselalu begitu, terus berlangsung tanpa henti, sepanjang hari. Inilah yang dianggapnya berat, yakni bahwa ketika orang-orang yang menghujat bergelimang kemakmuran, dia yang memuji Allah malah harus menanggung kesusahan yang sedemikian berat. Dia berkeluh kesah mengenai kesusahannya itu dengan sepenuh hati. Tidak ada yang bisa mengalahkan kuatnya perasaan, kecuali iman.
- (4) Semua kejadian itu memicu godaan yang amat kuat untuk meninggalkan kepercayaannya.
- [1] Sebagian orang yang memperhatikan kemujuran orang-orang fasik, terutama bila dibandingkan dengan kesusahan orang-orang benar, tentunya tergoda untuk menentang pemeliharaan ilahi dan beranggapan bahwa Allah telah mencampakkan bumi ini. Begitulah bagaimana beberapa orang menafsirkan ayat 11 tadi. Bahkan di antara orang-orang yang mengakui Allah pun ada yang masih saja berkata, “Bagaimana Allah tahu? Tentunya segala hal diatur oleh keberuntungan semata dan bukan ditentukan oleh Allah yang mahamelihat.” Ada orang-orang kafir yang membalas pernyataan tadi dengan bertanya, Quis putet esse deos? – Siapa yang akan percaya bahwa ilah-ilah itu ada?
- [2] Sekalipun kaki sang pemazmur tidak sampai benar-benar tergelincir dengan mempertanyakan kemahatahuan Allah, tetapi ia sempat tergoda untuk mempertanyakan faedah agama atau kepercayaan, dan berkata (ay. 13), “Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku tanda tak bersalah.” Itu tidak menghasilkan apa-apa. Lihatlah di sini makna kesalehan itu, yakni membersihkan hati kita sebagai hal yang terutama, melalui pertobatan dan pemulihan, lalu kemudian membasuh tangan kita tanda tak bersalah melalui pembaruan yang menyeluruh dalam hidup kita. Tentu saja perbuatan seperti itu, yakni melayani Allah dan mengikuti segala ketetapan-Nya, tidaklah sia-sia. Akan tetapi, orang-orang benar terkadang dicobai untuk berkata, “Semua ini sia-sia saja,” dan “Agama tidak akan menghasilkan apa-apa,” sebab mereka melihat orang-orang fasik berjaya. Namun, akan tampak jelas saat akhirnya orang-orang yang suci hatinya, mereka yang berbahagia itu, melihat Allah (Mat. 5:8), maka mereka pun tidak lagi akan berkata bahwa mereka telah mempertahankan kesucian hati dengan sia-sia belaka.
Kebaikan Allah kepada Umat-Nya; Kemujuran yang Tidak Dikuduskan (73:1-14)
Mazmur ini diawali dengan kalimat yang agak tidak terduga: Akan tetapi baiklah Allah bagi orang Israel (sebagaimana yang dapat diartikan dari teks aslinya). Dia telah berpikir-pikir mengenai kemujuran orang fasik. Ketika dia sedang merenungkan hal itu, kemarahannya tersulut, dan akhirnya dia berbicara menegur dirinya sendiri karena apa yang telah ia pikirkan itu. “Bagaimanapun juga, Allah tetap baik.” Sekalipun orang fasik menerima banyak kebaikan dari pemeliharaan-Nya yang melimpah, kita tetap harus mengakui bahwa Allah itu baik, dengan cara yang istimewa, terhadap bangsa Israel. Mereka mendapatkan kebaikan dari Dia, yang tidak didapat oleh bangsa lainnya. Sang pemazmur merancangkan kisah mengenai godaan yang menderanya, yaitu merasa iri terhadap kemujuran orang fasik, suatu godaan yang biasa menerpa dan telah mencobai banyak orang kudus. Dalam kisahnya ini,SH: Mzm 73:1-20 - Pergelutan iman. (Jumat, 07 Agustus 1998) Pergelutan iman.
Hidup orang percaya tak luput dari pergumulan. Rasa iri dan tak puas melihat keberhasilan orang fasik, sering mengganggu kita bukan?...
Pergelutan iman.
Hidup orang percaya tak luput dari pergumulan. Rasa iri dan tak puas melihat keberhasilan orang fasik, sering mengganggu kita bukan? Lebih-lebih melihat mereka yang bangga, beruntung dalam kejahatan. Pergumulan Asaf inilah yang kita baca hari ini. Hampir saja ia runtuh iman (ayat 2), tergoda meninggalkan cara hidup yang bersih (ayat 13). Mengapa godaan semacam itu dapat terjadi? Karena, konsep bahwa beriman berarti hidup bahagia tanpa masalah adalah konsep iman kekanak-kanakan. Dalam konsep iman yang lebih dewasa, kita menyadari bahwa hidup dalam dunia ini penuh masalah, namun kita mampu menjalaninya bersama Tuhan.
Tuhan memberi jalan keluar. Dalam pergumulan iman ada banyak alternatif yang dapat dilakukan. Asaf memilih mencari wajah Tuhan (ayat 17). Di dalam kedekatan akan Allah, Asaf beroleh cahaya ilahi yang menyibakkan realita apa adanya dan memberinya kejelasan dan ketenangan (ayat 17-20). Tampaklah padanya jalan orang-orang fasik adalah jalan kehancuran dan kebinasaan (ayat 18-19). Dalam hidup ini kita tidak hanya membutuhkan mata fisik, tapi juga mata hati yang dicerahkan Roh Kudus. Pergumulan tak perlu menggelapkan, membuat kita gelisah, takut, iri.
Renungkan: Dalam hadirat-Nya, pergumulan hidup yang berat menjadi alat Tuhan mendewasakan kita.
SH: Mzm 73:1-28 - Fokus dan orientasi hidup yang tertuju pada kekekalan (Minggu, 21 Oktober 2001) Fokus dan orientasi hidup yang tertuju pada kekekalan
Mazmur ini merupakan pengajaran berharga bagi Kristen agar
memiliki orientasi hidup yang tert...
Fokus dan orientasi hidup yang tertuju pada kekekalan
Mazmur ini merupakan pengajaran berharga bagi Kristen agar memiliki orientasi hidup yang tertuju pada kekekalan. Mazmur ini digali dari kehidupan seseorang yang memiliki hati yang tulus dan bersih (ayat 1), namun nyaris tergelincir dan terpeleset oleh keirihatian terhadap kelimpahan dan kesenangan hidup orang fasik (ayat 2-3, 4-12).
Mazmur ini adalah pelajaran dari krisis iman yang dihadapinya. Ia menyadari bahwa Allah itu baik bagi mereka yang tulus dan bersih hatinya (ayat 1), tetapi ia tidak dapat mengerti mengapa Allah seakan-akan memberkati orang fasik, sedangkan dirinya harus mengalami banyak kesukaran. Ia sedikit pun tidak ingin menyangkali kesetiaannya kepada Tuhan, namun ia melihat bahwa semua upayanya untuk mempertahankan hati yang bersih merupakan kesia-siaan (ayat 13, 15, 16). Fokus dan orientasi hidup yang tidak benar membuatnya merasa bahwa kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya belum cukup dibandingkan kemujuran dan kesuksesan orang fasik.
Namun pada puncak krisisnya, ia menemukan fokus dan orientasi hidup yang tepat. Ia menyadari bahwa dalam perspektif kekekalan, akhir hidup orang fasik adalah sia-sia (ayat 17-19), sehingga ia menyadari bahwa keberhasilan sementara di bumi bukanlah kebutuhannya yang utama. Kebutuhannya yang terutama adalah Tuhan sendiri, warisan yang tidak akan pernah diambil daripadanya (ayat 25-26). Melalui pembaharuan orientasi hidup yang tertuju pada kekekalan ini, pemazmur menantang kita untuk memiliki iman yang dewasa di tengah dunia yang penuh luka, iri hati, dan kejahatan.
Renungkan: Milikilah orientasi hidup dan cara pandang pemazmur agar dapat menghadapi pergumulan hidup dari kacamata kekekalan.
PA 7 Mazmur 72
Tuhan sebagai Raja yang Ilahi adalah sumber dari segala keadilan dan kebenaran, dan seorang raja hanya dapat memiliki sifat-sifat seperti ini jikalau menerimanya dari Tuhan (ayat 1). Jabatan untuk menjadi seorang raja ini dipahami oleh bangsa Israel sebagai suatu panggilan ilahi yang bertujuan untuk memperhatikan mereka yang miskin, lemah, dan tertindas (ayat 4). Selain itu seorang raja memegang peranan sebagai titik pusat dari kehidupan sosial umat Tuhan, yang mewakili rakyatnya untuk mewarisi panggilan Allah kepada Abraham, untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain (ayat 17).
Pertanyaan-pertanyaan pengarah:
1. Apakah tanggung jawab raja terhadap mereka yang tidak berdaya dalam masyarakat (ayat 4, 12-14)?
2. Bagaimanakah bangsa Israel melihat keterkaitan antara kehadiran seorang raja dengan tanah perjanjian yang diberikan kepada mereka? Seperti apakah peranannya digambarkan? Bagaimana dampaknya terhadap kesuburan tanah (ayat 6, 16)?
3. Peranan seorang raja bagi bangsa Israel sangatlah penting karena padanya terletak harapan dan berbagai kemungkinan masa depan mereka. Di dalam pengharapannya, bangsa Israel menantikan hadirnya Sang Mesias yang menjadi raja ideal mereka. Bagaimanakah gambaran tentang raja ideal yang diharapkan? Berapa lamakah masa pemerintahannya (ayat 5-7)? Seluas apakah wilayah kekuasaannya (ayat 8)? Bagaimana kekuasaan dan pengaruhnya atas bangsa-bangsa (ayat 8-11)?
4. Bagaimanakah ayat 17 ini berkaitan dengan janji Allah kepada Abraham (Kej. 12:3)? Bagaiamanakah hal ini berkaitan dengan Injil Kristus (Gal. 3:10)? Di dalam diri siapakah pengharapan ini digenapi?
5. Dalam hal apakah 'Mesias yang memberikan keadilan, menolong,
melepaskan, mengasihi, menyelamatkan, serta menebus mereka yang
tertindas, miskin, dan 'lemah' menjadi penting bagi Anda (ayat
6. Bagaimakah sikap Anda terhadap mereka yang tertindas, miskin, dan lemah? Bagaimana berita tentang Mesias yang terkandung dalam mazmur ini dapat Anda aplikasikan bagi mereka?
SH: Mzm 73:1-28 - Allah tetap baik (Rabu, 20 April 2005) Allah tetap baik
Pernah mengalami listrik di rumah padam? Kalau itu terjadi
berkali-kali, menjengkelkan bukan? Bagi kita, PLN tidak
profesi...
Allah tetap baik
Pernah mengalami listrik di rumah padam? Kalau itu terjadi
berkali-kali, menjengkelkan bukan? Bagi kita, PLN tidak
profesional. Namun, kadang kala pemadaman itu sengaja dilakukan
PLN untuk menghindarkan kecelakaan yang lebih besar. Misalnya
ketika terjadi kebakaran di perumahan penduduk yang padat.
Contoh di atas menggambarkan betapa terbatasnya pemahaman kita tentang sesuatu. Demikian juga dengan si peMazmur sebelum ia menuliskan Mazmur ini. Mula-mula peMazmur meyakini Tuhan itu baik (ayat 1), tetapi kemudian ia melihat bahwa hidup orang-orang fasik lebih mujur, lebih sehat, dan lebih makmur (ayat 3-5). Padahal mereka sombong, berbuat jahat, dan bahkan takabur menghujat Allah (ayat 6-11). Jadi peMazmur merasa sia-sia mempertahankan hati yang bersih (ayat 13) karena hidupnya malah seperti dihukum dan hampir hancur (ayat 14). Di sisi lain ia merasa bahwa mengikuti jalan hidup orang fasik adalah suatu pengkhianatan iman (ayat 15).
Tuhan tidak membiarkan peMazmur dalam kebimbangan terus menerus. Tatkala peMazmur mendekatkan diri kepada-Nya (ayat 17), ia melihat bahwa pada akhirnya orang fasik akan dihancurkan (ayat 18-20). Oleh karena itu, walaupun sekarang peMazmur masih mengalami dukacita karena pergumulan itu (ayat 21-22), ia memercayakan diri sepenuh-Nya kepada Tuhan. Ia yakin pada waktu-Nya Tuhan akan menyelamatkannya (ayat 23-27). Lebih daripada itu peMazmur bertekad untuk memahsyurkan perbuatan baik Tuhan (ayat 28).
Allah tetap setia dan mengasihi kita walaupun Ia mengizinkan kita menderita sementara orang fasik sepertinya menikmati hidup. Itu hanya masalah waktu. Bagi orang fasik itu adalah kesempatan dalam kesabaran Allah untuk bertobat sebelum dihancurkan. Bagi kita itu adalah kesempatan menyaksikan iman sejati yang tetap percaya bahwa Allah baik!
Renungkan: Bergumul dan bergumul terus demi kebenaran. Pastikan bahwa kita ada di pihak kemenangan Allah, bukan di pihak lawan-lawan-Nya.
SH: Mzm 73:1-14 - Jangan keliru memahami Allah (Senin, 26 Oktober 2009) Jangan keliru memahami Allah
Bagaimana perasaan Anda bila melihat orang yang tidak mengenal Tuhan,
bahkan menghujat nama-Nya, memiliki hidup mak...
Jangan keliru memahami Allah
Bagaimana perasaan Anda bila melihat orang yang tidak mengenal Tuhan, bahkan menghujat nama-Nya, memiliki hidup makmur dan berjaya, sementara anak-anak Tuhan hidup terhina seolah kena kutuk?
Pada perikop ini, pemazmur mengungkapkan kegalauan hatinya karena apa
yang ia yakini tentang Allahnya berbeda jauh dengan apa yang ia
alami. Dia tahu Tuhan baik kepada anak-anak-Nya yang hidup tulus,
tetapi apa balasannya? Ternyata kebersihan hati dan perilaku
salehnya tidak mendapatkan balasan kebaikan, malah sepertinya ia
sedang dihukum Tuhan (ayat 13-14). Sementara mereka yang tidak
mengenal Tuhan terlihat diberkati dengan begitu limpah (ayat
Pemazmur mengakui bahwa ia hampir saja menyangkali Tuhan karena kecemburuannya terhadap keberuntungan orang berdosa (ayat 2-3). Apa sebenarnya kekeliruan pemazmur sehingga hampir jatuh? Pemazmur mengukur Tuhan dengan memakai ukuran dunia. Bahwa kalau ia melakukan berbagai hal yang baik maka Tuhan wajib memberkatinya. Ini sama sekali keliru. Berbuat baik adalah kewajiban manusia ciptaan Tuhan. Jadi kalau berbuat baik lalu mengharapkan upah, kita akan terjebak dengan cara-cara dunia. Bukankah orang fasik juga berupaya keras untuk mendapatkan berkat dengan cara mereka sendiri. Mereka mencuri, merampas, menfitnah demi keuntungan sendiri, dan mereka mendapatkan apa yang mereka cari, yaitu berkat! Syukur pemazmur segera disadarkan dari cara berpikir yang keliru dan fatal ini.
Di perikop berikut, pemazmur memaparkan dengan gamblang bahwa Tuhan tetap setia dan adil. Kalau Anda sedang mengalami apa yang pemazmur alami dan rasakan, jangan buru-buru mengambil kesimpulan bahwa Tuhan tidak baik atau tidak berdaulat.
SH: Mzm 73:1-28 - Percaya keadilan Allah (Minggu, 26 Agustus 2012) Percaya keadilan Allah
Ada penafsir yang menggolongkan mazmur ini sebagai mazmur hikmat karena mempertanyakan atau memperbandingkan orang fasik denga...
Percaya keadilan Allah
Ada penafsir yang menggolongkan mazmur ini sebagai mazmur hikmat karena mempertanyakan atau memperbandingkan orang fasik dengan orang benar layaknya nasihat-nasihat di kitab Amsal. Akan tetapi, satu perbedaan yang penting adalah sifat personal dari mazmur ini. Pertanyaan mengenai orang fasik dan orang benar muncul dari pengalaman pribadi dan bukan sekadar pengamatan secara umum. Pemazmur mengalami dirinya yang hidup saleh, seolah-olah kena tulah, sedangkan orang fasik di sekelilingnya sepertinya diberkati Tuhan. Sulit bagi pemazmur untuk memahami hal tersebut dengan akal sehatnya, maupun dengan karakter Allah yang adil, yang dikenalnya lewat hukum Taurat.
Pemazmur baru menemukan jawabannya ketika ia berpaling kepada Allah (17-20). Saat beribadah di rumah Tuhan, ia baru melihat bahwa keadilan Allah itu nyata. Orang-orang fasik yang terlihat mujur sebenarnya rapuh dan rawan kehancuran, walaupun mereka sendiri tidak menyadarinya. Pemazmur juga mengakui kebodohannya, yang tidak bisa melihat melampaui inderanya yang terbatas. Namun, ia juga bersyukur karena Tuhan tetap menuntunnya di masa-masa sulit seperti itu. Ia meyakini kembali bahwa hanya Allah sumber pengharapannya. Maka ia boleh mendekatkan diri dan terus berpaut kepada-Nya.
Kalau umat Perjanjian Lama bisa dikuatkan oleh Mazmur 73 ini apalagi kita, umat Perjanjian Baru. Keadilan Allah sudah ditegakkan oleh Yesus melalui kematian-Nya. Kalau sampai saat ini, kita menyaksikan bahkan mengalami ketidakadilan, tetaplah percaya bahwa karya salib Kristus tidak sia-sia. Dia akan menegakkan keadilan, entah sekarang, atau kelak pada kedatangan-Nya yang kedua. Bila belum sekarang, terimalah itu sebagai kesempatan buat mereka yang jahat bertobat, dan buat kita yang benar, mengabarkan Injil kepada mereka!
SH: Mzm 73:1-20 - Grafik Kehidupan (Minggu, 3 Juli 2016) Grafik Kehidupan
Seperti apakah grafik perjalanan kehidupan kita selama ini?
Mazmur 73 ini memaparkan satu grafik kehidupan yang sangat dinamis. Ada...
Grafik Kehidupan
Seperti apakah grafik perjalanan kehidupan kita selama ini?
Mazmur 73 ini memaparkan satu grafik kehidupan yang sangat dinamis. Ada 3 titik simpul kecil di sepanjang mazmur ini, yang ditandai dengan kata "sesungguhnya". Titik simpul ke-1 (2-12) adalah puncak pergumulan pemazmur (12). Kata Ibrani yang dipakai "hinneh" (behold) artinya "lihatlah, sesungguhnya". Hidup orang fasik penuh kemujuran, sedangkan aku yang berusaha hidup tulus dan bersih hati justru kena tulah sepanjang hari. Pemazmur merasa cemburu dan sakit hati melihat kehidupan para pembual dan orang fasik yang nyaman, sehat, mapan sehingga dapat menyombongkan diri, bahkan melawan TUHAN. Simpul ke-2 (13-15) kata"hinneh" (sesungguhnya 15b) kembali muncul diawali dengan kata sia-sia (13). Perhatikan, grafik kehidupan pemazmur pada simpul ke-2 ini mencapai titik nadir, ia amat menderita dalam pergumulan batin ini.
Pada simpul ke-3 (16-20) pemazmur mengalami pencerahan ketika ia masuk dalam hadirat Tuhan. Terjadi perubahan kata "sesungguhnya" yang digunakan bukan lagi "hinneh" tetapi "ak", surely yang berarti "pasti, tentu, sesungguhnya". Inilah titik balik iman pemazmur. Ia sampai pada satu pengertian bahwa cara pandang Allah terhadap kekinian hidup didasarkan pada perspektif kekekalan. Ia menyadari bahwa Allah tidak membiarkan orang fasik dan para pembual bersenang-senang dalam kejahatannya. Akhirnya, Allah menjatuhkan hukuman dan membinasakan mereka dalam sekejap. Itu sebabnya pemazmur memproklamasi imannya secara gamblang: "sesungguhnya ALLAH itu baik bagi mereka yang tulus dan bersih hati (1)".
Sekalipun situasi hidup kita tidak seperti yang kita harapkan, kita berduka dan kecewa melihat keberhasilan orang-orang yang hidup dalam kejahatan, percayalah bahwa Allah tidak tinggal diam. Lihatlah kebaikan dan keadilan TUHAN dalam perspektif kekekalan. DIA tetap baik bagi kita! [SC]
SH: Mzm 73:1-28 - Melihat dari Perspektif Allah (Senin, 18 November 2019) Melihat dari Perspektif Allah
Dari zaman dahulu sampai sekarang, banyak orang benar yang merasa iri kepada orang fasik. Kelihatannya hidup mereka jau...
Melihat dari Perspektif Allah
Dari zaman dahulu sampai sekarang, banyak orang benar yang merasa iri kepada orang fasik. Kelihatannya hidup mereka jauh lebih baik dari kehidupan orang benar. Mereka hidup dalam kemewahan, kebal hukum, dan juga disanjung dan dipuja. Seolah-olah Allah "menutup mata" terhadap kefasikan mereka. Hal ini yang dirasakan oleh pemazmur.
Kata "sesungguhnya" muncul 3x dalam bahasa Ibrani, yaitu ayat 1, 13, dan 18, yang menggambarkan perjalanan pergumulan Si Pemazmur. "Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya" (1). Namun, pemazmur merasa "sesungguhnya" sia-sia ia mempertahankan hati yang bersih (13). Ternyata orang fasik hidup dengan mujur, tanpa kesakitan (3-5), dan tidak kena tulah setiap hari (14).
Ketika pemazmur datang ke Bait Allah, pada akhirnya ia menyadari "sesungguhnya" Tuhan menaruh orang-orang fasik tersebut di tempat-tempat licin (18). Mereka akan dijatuhkan Tuhan dan binasa dalam sekejap mata (19). Itu sebabnya, pemazmur bersyukur bahwa selama pergumulannya ia terus berada di dekat Tuhan, walaupun ia dalam kebingungan (21-23). Tuhan terus memegang tangannya, menuntun, dan meneguhkan kembali imannya yang sempat goyah (23-26).
Awalnya pemazmur merasa cemburu kepada orang fasik yang hidupnya makmur dan tanpa rasa sakit. Beda halnya dengan hidup orang benar yang penuh dengan kesulitan. Tetapi, ketika pemazmur terus berada di dekat Tuhan dan belajar melihat dari perspektif Tuhan, akhirnya ia mengerti bahwa mereka yang fasik akan dibinasakan dan dihancurkan oleh Tuhan.
Kita hidup di dunia yang sudah jatuh dalam dosa dan penuh dengan ketidakadilan. Kita harus mengerti bahwa kita hanya melihat dunia dari sudut pandang yang bersifat sementara. Memang hidup orang fasik sepertinya sangat senang. Meski demikian, kita perlu belajar melihat dunia dari sisi Allah dan melihat betapa hidup orang fasik sedang berjalan menuju kehancuran dan kebinasaan.
Doa: Mampukan aku melihat segala sesuatu dari perspektif-Mu, Tuhan. [IT]
Utley -> Mzm 73:10-14
Utley: Mzm 73:10-14 - --NASKAH TERJEMAHAN BARU: Mazm 73:10-1410 Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah. 11 Dan mer...
NASKAH TERJEMAHAN BARU: Mazm 73:10-14
10 Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah. 11 Dan mereka berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?" 12 Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! 13 Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. 14 Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
Mazm 73:10 Ayat ini tidak pasti di dalam Naskah Masoretiknya. Aliran konteksnya menyiratkan bahwa
- 1. orang-orang fasik telah memberi dampak negative kepada umat perjanjian lainnya (Tradisi Katolik CCD berpikir Mazm 73:10 adalah sebuah kutipan dari orang-orang Israel yang fasik)
- 2. orang fasik mengkonsumsi setiap hal yang baik yang mereka bisa
- 3. para pengikut orang fasik mempercayai semua yang mereka katakan (NIDOTTE, vol. 2, hal. 1065)
Pada dasarnya ini adalah dilema si pemazmur. Dia melihat umat perjanjian yang sombong dan menghujat, menerima semua manfaat dan kelimpahan perjanjian! Inilah sebabnya mengapa ia menayakan pertanyaan dari Mazm 73:13! Konsep "jika... maka" dari perjanjian Musa (yaitu, Im 26; Ul 27; 28; 29; 30) tampaknya tidak berlaku. Dunia tampaknya menjadi "terbalik."
Terjemahan AB, diikuti oleh Alkitab NET, menyarankan sebuah perbaikan pada baris pertama. Mereka mengubah "ia akan membawa kembali umat-Nya" (MT) menjadi "mereka akan kenyang dengan makanan," yang tampaknya merupakan sebuah paralel yang lebih baik untuk baris berikutnya.
Mazm 73:11 "Bagaimana Allah tahu akan hal itu" Orang-orang fasik menunjukkan kesombongan dan hujat secara terbuka terhadap YHWH (lih. Mazm 73:9).
Studi Alkitab Yahudi memiliki sebuah kutipan yang menarik (hal. 1362).
"Tidak ada ateisme di zaman kuno, yang ada hanyalah gagasan bahwa Tuhan tidak memiliki pengetahuan dan kekuasaan" (Mazm 10:4,11,13; 94:7).
Pernyataan kurangnya pengetahuan masa depan ini telah muncul kembali dalam teologia modern "Teisme Terbuka." Saya secara pribadi berpikir teologia ini telah mengambil sebuah teknik sastra PL (yaitu, Allah bertanya, Kej 3:9) dan menggunakannya sebagai kisi-kisi untuk menyaring semua naskah Alkitab. Ini adalah sebuah bentuk dari "Progressive Teisme" yang dimodifikasi dari Alfred North Whitehead.
□ "Yang Maha Tinggi" Ini adalah gelar bahasa Ibrani Elyon (lihat Topik Khusus:\\See id_TOPIKUTLEY 00197\\ NAMA TUHAN). Kata ini digunakan dalam Kej 14 (yaitu, sebutan Melkisedek untuk KeTuhanan) empat kali dan dua puluh satu kali dalam Kitab Mazmur, tetapi hanya enam kali di semua kitab PL selebihnya.
Mazm 73:13 "Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih" Ini mencerminkan keraguan si pemazmur tentang kebaikan dan keadilan Allah dicampur dengan suatu sikap "malangnya saya". Ini hampir mencerminkan sikap "apa untungnya bagi saya" dari Ayub 1:6-12.
Ini secara teologis mirip dengan tuduhan setan terhadap Ayub bahwa ia hanya melayani Allah karena berkat dan perlindungan Allah (yaitu, beriman demi kenikmatan).
Konsep "Dua jalan" dari PL tampaknya telah dibalik! Inilah yang harus diingat oleh "pengikut yang setia" bahwa kita hidup di dunia yang jatuh. Ini bukanlah dunia seperti yang dimaksudkan Allah. Tujuan dari PL adalah untuk menunjukkan kepada umat manusia pemberontakan dan dosa mereka (lih. Gal 3)!
Kesalehan dan kesetiaan membawa cela dan penolakan di dalam dunia yang jatuh (lih. Mat 5:10-16), tetapi ada suatu hari yang baru yang datang (lih. Yer 31:31-34; Yeh 36:22-38).
□ "Sama-sekali" Penggunaan kata KATA KETERANGAN dari kata "keraguan" (BDB 36) di Mazm 73:13 ini, menjadi penegasan dalam Mazm 73:18! Pemazmur tidak hidup benar dengan sia-sia dan orang fasik akan menuai apa yang telah mereka tabur (lih. Ayub 34:11; Mazm 28:4; 62:12; Ams 24:12; Pengkh 12:14; Yer 17:10; 32:19, untuk daftar lengkap dari naskah PB nya lih. Gal 6:7 online).
□ "membasuh tanganku, tanda tak bersalah" Terjemahan ini sangat mungkin, berdasarkan atas
- 1. Pengantar Nasakah Masoretik terhadap Mazm 73
- 2. Citra ke-Lewi-an ini
- 3. Istilah pengorbanan "bagian" dalam Mazm 73:26
Si penulis mungkin adalah seorang Lewi atau imam. Mencuci tangan adalah bagian dari ritual Bait Suci.
Namun demikian, ungkapan ini memiliki konotasi yang lebih luas yaitu tentang "hidup secara saleh" (lih. Ul 21:6; Mazm 26:6); juga perhatikan ungkapan dalam Kej 20:5.
Mazm 73:14 Ada sebuah paralel antara "sepanjang hari" dan "setiap pagi," yang keduanya merupakan ungkapan untuk suatu jangka waktu yang panjang (yaitu, seumur hidup). Si pemazmur sedang mengklaim suatu kehidupan kesetiaan.
Bentuk kata PASSIVE dari kalimat "aku kena tulah" ini (BDB 224, KB 243, Qal IMPERFECT yang dikombinasikan dengan BDB 619, KB 668, Qal PASSIVE PARTICIPLE) menyiratkan bahwa tidak hanya Allah telah mengizinkan atau mengabaikan tindakan dan motif orang fasik, tetapi telah melakukan terhadap pemazmur yang setia apa yang seharusnya dilakukan bagi, mitra-mitra perjanjian yang tidak setia, menghujat, dan sombong! Ini adalah misteri dari peristiwa-peristiwa di suatu dunia yang jatuh. Ini bukanlah dunia seperti yang dimaksudkan oleh Allah. Hal-hal yang tidak berasal dari Allah terjadi. Dalam PL, untuk mendukung monoteisme, hanyalah ada satu kausalitas (lih. Pengkh 7:14; Yes 45:7; Am 3:6) tetapi dari perwahyuan yang lebih lanjut kita tahu bahwa ini bukanlah yang terjadi. Allah telah membiarkan umat ciptaan-Nya yang terkasih menuai konsekuensi yang mengerikan dari Kej 3. Kabar baiknya adalah:
- 1. Dia akan memperbaikinya pada akhirnya (yaitu, Zaman Baru)
- 2. Dia ada bersama kita di tengah-tengah hal tersebut (lih. Mazm 23)
Topik Teologia -> Mzm 73:11
Topik Teologia: Mzm 73:11 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan dan Kejahatan
Penghukuman Temporal Atas Orang-orang Fasik
Peme...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan dan Kejahatan
- Penghukuman Temporal Atas Orang-orang Fasik
- Pemeliharaan-Nya Menghantarkan Ketenangan
- Dosa
- Dosa Menyebabkan Kebencian Akan Kebenaran
- 2Ta 36:15-16 Ayu 15:25-26 Ayu 15:35 Ayu 24:13-17 Maz 10:2-11 Maz 50:16-17 Maz 52:9 Maz 58:4-6 Maz 64:6 Maz 73:1-17 Ams 10:23 Yes 3:9 Yes 32:6-7 Yes 48:4,8 Yes 65:11-12 Yer 16:12 Yer 18:12 Yer 44:16-18 Dan 9:13 Hos 5:4 Zak 7:11-12 Mat 5:11-12 Mat 13:14-15 Kis 7:51 Rom 2:4-5
- Para Pendosa Menghujat
- Dosa-dosa Terhadap Allah
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Mazmur (Pendahuluan Kitab) Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang...
Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang
Judul Ibrani untuk kitab Mazmur adalah _tehillim_, yang berarti "puji-pujian"; judul dalam Septuaginta (PL dalam bahasa Yunani, dikerjakan sekitar 200 SM) ialah _psalmoi_, yang berarti "nyanyian yang diiringi alat musik gesek atau petik".
Musik memainkan peranan penting dalam ibadah Israel (1Taw 15:16-22; bd.Mazm 149:1--150:6); mazmur-mazmur menjadi nyanyian pujian Israel. Berbeda dengan sebagian besar syair dan nyanyian di dunia Barat yang ditulis dengan sajak dan irama, syair dan nyanyian PL didasarkan pada kesejajaran pemikiran di mana baris(-baris) kedua (atau yang berikutnya) pada hakikatnya menyatakan ulang (kesejajaran sinonim), memperlihatkan kontras (kesejajaran antitetikal), atau secara progresif melengkapi baris yang pertama (kesejajaran sintetik). Ketiga bentuk kesejajaran ini dipakai dalam Mazmur. Mazmur terdini yang diketahui digubah oleh Musa pada abad ke-15 SM (Mazm 90:1-17); sedangkan yang paling akhir adalah dari abad ke-6 sampai ke-5 SM (mis. Mazm 137:1-9). Akan tetapi, sebagian besar dari mazmur ditulis pada abad ke-10 SM semasa zaman keemasan puisi Israel.
Judul-judul atau kalimat pembukaan pada permulaan sebagian besar mazmur (dalam Alkitab Indonesia menjadi bagian dari mazmur), sekalipun bukan bagian asli dan terilham dari mazmur, sudah berusia tua (sebelum Septuaginta) dan penting. Isi dari kalimat pembukaan itu berbeda-beda, meliputi kategori seperti
- (1) nama penulis (mis. Mazm 47:1-10, "Dari bani Korah"),
- (2) bentuk mazmur (mis. Mazm 32:1-11, "nyanyian pengajaran" [bah. Inggris "maskil"] syair hasil renungan atau bertujuan mengajar),
- (3) istilah-istilah musik (mis. Mazm 4:1-9, "Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi"),
- (4) catatan liturgis (mis. Mazm 45:1-18, "Nyanyian kasih" [versi Inggris NIV -- nyanyian pernikahan]), dan
- (5) catatan sejarah singkat (mis. Mazm 3:1-9, "Mazmur Daud ketika ia lari dari Absalom, anaknya").
Mengenai penulis mazmur-mazmur ini, kalimat pembukaan menyebutkan Daud selaku penggubah 73 mazmur, Asaf 12 (seorang Lewi yang berkarunia musik dan nubuat, lih. 1Taw 15:16-19; 2Taw 29:30), bani Korah 10 (keluarga dengan karunia musik), Salomo 2, dan masing-masing satu oleh Heman, Etan, dan Musa. Kecuali Musa, Daud, dan Salomo, semua penggubah lainnya adalah imam atau orang Lewi dengan karunia musik dan tanggung jawab dalam ibadah kudus pada masa pemerintahan Daud. Lima puluh mazmur tidak diketahui penggubahnya. Acuan-acuan alkitabiah dan sejarah memberi kesan bahwa Daud (bd. 1Taw 15:16-22), Hizkia (Ams 25:1; bd. 2Taw 29:25-30), dan Ezra (bd. Neh 10:39; Neh 11:22; Neh 12:27-36,45-47) terlibat pada waktu yang berlainan dalam memilih mazmur-mazmur untuk dipakai bersama di Yerusalem. Penyusunan kitab ini yang terakhir mungkin dilakukan pada masa Ezra dan Nehemia (450-400 SM).
Tujuan
Kitab Mazmur, sebagai doa dan pujian yang diilhamkan Roh, ditulis, secara umum, untuk mengungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan Allah.
- (1) Banyak yang ditulis sebagai doa kepada Allah, mengungkapkan
- (a) kepercayaan, kasih, penyembahan, ucapan syukur, pujian, dan kerinduan akan persekutuan erat;
- (b) kekecewaan, kesesakan mendalam, ketakutan, kekhawatiran, penghinaan dan seruan untuk pembebasan, kesembuhan, atau pembenaran.
- (2) Yang lain ditulis sebagai nyanyian yang mengungkapkan pujian, ucapan syukur, dan pemujaan kepada Allah dan hal-hal besar yang telah dilakukan-Nya.
- (3) Beberapa mazmur berisi bagian-bagian penting berhubungan dengan Mesias.
Survai
Selaku suatu kumpulan dari 150 mazmur, kitab ini meliput bermacam-macam pokok, termasuk penyataan tentang Allah, ciptaan, umat manusia, keselamatan, dosa dan kejahatan, keadilan dan kebenaran, penyembahan dan pujian, doa dan hukuman. Allah dipandang dengan beraneka ragam cara: sebuah benteng perlindungan, batu karang, perisai, gembala, tentara, pencipta, penguasa, hakim penebus, pemelihara, penyembuh, dan penuntut balas; Ia mengungkapkan kasih, kemarahan, dan belas kasihan, dan Ia ada di mana-mana, mengetahui segala sesuatu dan mahakuasa. Umat Allah juga dilukiskan dengan aneka cara: biji mata, domba, orang kudus, orang jujur dan benar yang diangkat-Nya dari sumur berlumpur, menempatkan kakinya pada batu karang, dan menaruh nyanyian baru di dalam mulut mereka. Allah mengarahkan langkah-langkah mereka, memuaskan kerinduan rohani mereka, mengampuni semua dosa mereka, menyembuhkan segala penyakit mereka dan menyediakan tempat tinggal kekal bagi mereka.
Salah satu cara yang bermanfaat untuk meninjau kitab ini ialah dengan berbagai kategori umum yang dipakai untuk menggolongkan mazmur-mazmur ini (dengan agak bertumpang-tindih).
- (1) _Nyanyian Haleluya atau pujian_ : mazmur-mazmur ini membesarkan nama, kemegahan, kebaikan, kebesaran, dan keselamatan Allah (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 21:1-13; Mazm 33:1--34:22; Mazm 103:1--106:48; Mazm 111:1--113:9; Mazm 115:1--117:2; Mazm 135:1-21; Mazm 145:1--150:6).
- (2) _Nyanyian Ucapan Syukur_ : Mazmur-mazmur ini mengakui pertolongan Allah dalam menyelamatkan dan membebaskan seseorang atau Israel selaku bangsa (mis. Mazm 18:1-50; Mazm 30:1-12; Mazm 34:1-22; Mazm 41:1-13; Mazm 66:1-20; Mazm 92:1-15; Mazm 100:1-5; Mazm 106:1-48; Mazm 116:1-19; Mazm 118:1-29; Mazm 124:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 136:1-26; Mazm 138:1-8).
- (3) _Mazmur Doa dan Permohonan_ : Tercakup mazmur-mazmur ratapan dan permohonan kepada Allah, kerinduan akan Allah, dan syafaat bagi umat Allah (mis. Mazm 3:1--6:10; Mazm 13:1-6; Mazm 43:1-5; Mazm 54:1-7; Mazm 67:1-7; Mazm 69:1--70:5; Mazm 79:1--80:19; Mazm 85:1--86:17; Mazm 88:1-52; Mazm 90:1-17; Mazm 102:1-28; Mazm 141:1--143:12).
- (4) _Mazmur Pengakuan Dosa_ : Berfokus pada pengakuan dosa (mis. Mazm 32:1-11; Mazm 38:1-22; Mazm 51:1-19; Mazm 130:1-8).
- (5) _Nanyian Sejarah Kudus_ : Mengisahkan kembali urusan Allah dengan Israel sebagai bangsa (mis. Mazm 78:1-72; Mazm 105:1--106:48; Mazm 108:1-13; Mazm 114:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 137:1-9).
- (6) _Mazmur Pemahkotaan Tuhan_ : Mazmur-mazmur ini dengan tegas menyatakan bahwa "Tuhan adalah Raja" (mis. Mazm 24:1-10; Mazm 47:1-9; Mazm 93:1-5; Mazm 96:1--99:1-99:9).
- (7) _Nyanyian Liturgis_ : Mazmur-mazmur ini digubah untuk perayaan atau kebaktian khusus (mis. Mazm 15:1-5; Mazm 24:1-10; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 113:1--118:29; keenam mazmur terakhir ini dipergunakan dalam perayaan Paskah setiap tahun).
- (8) _Mazmur Kepercayaan dan Pengabdian_ : Mazmur-mazmur ini mengungkapkan:
- (a) kepercayaan seseorang akan integritas Allah dan pertolongan kehadiran-Nya, dan
- (b) pengabdian hati kepada Allah (mis. Mazm 11:1-8; Mazm 16:1-11; Mazm 23:1-6; Mazm 27:1-14; Mazm 31:1--32:11; Mazm 40:1-17; Mazm 46:1-11; Mazm 56:1-13; Mazm 62:1--63:11; Mazm 91:1-16; Mazm 119:1-176; Mazm 130:1--131:3; Mazm 139:1-24).
- (9) _Nyanyian Ziarah_ : Juga disebut "Nyanyian-nyanyian Zion" atau "Nyanyian-nyanyian Pendakian" yang dinyanyikan oleh para peziarah sepanjang perjalanan mereka ke Yerusalem untuk perayaan Paskah, Pentakosta, atau Pondok Daun setiap tahun (mis. Mazm 43:1-5; Mazm 46:1-11; Mazm 48:1-14; Mazm 76:1-12; Mazm 84:1-12; Mazm 87:1-7; Mazm 120:1--134:3).
- (10) _Nyanyian Penciptaan_ : Mazmur-mazmur ini mengakui hasil perbuatan Allah di sorga dan di bumi (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 19:1-14; Mazm 29:1-11; Mazm 33:1-22; Mazm 65:1-13; Mazm 104:1-35).
- (11) _Mazmur-mazmur Hikmat dan Pendidikan_ : Mazmur-mazmur ini merenungkan cara-cara Allah dan mendidik kita mengenai kebenaran (mis. Mazm 1:1-6; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 73:1-28; Mazm 112:1-8; Mazm 119:1-176; Mazm 133:1-3).
- (12) _Mazmur Kerajaan atau Mesias_ : Mazmur-mazmur ini melukiskan beberapa pengalaman Raja Daud atau Raja Salomo yang mempunyai makna nubuat dan yang akhirnya digenapi dalam kedatangan Mesias, Yesus Kristus (mis. Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1--41:13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1--69:36; Mazm 72:1-20; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 110:1-7; Mazm 118:1-29).
- (13) _Mazmur Bernada Kutukan_ : Mazmur-mazmur ini mengundang kutukan atau hukuman Allah atas orang fasik (mis. Mazm 7:1-17; Mazm 35:1-28; Mazm 55:1-23; Mazm 58:1-11; Mazm 59:1-17; Mazm 69:1-36; Mazm 109:1-31; Mazm 137:1-9; Mazm 139:19-22). Karena banyak orang Kristen bingung oleh mazmur-mazmur ini, perlu diperhatikan bahwa mazmur kutukan ini digubah selaku ungkapan semangat demi nama Allah, keadilan, dan kebenaran-Nya, dan dari kebencian kuat terhadap kejahatan dan bukan karena perasaan dendam yang picik. Pada hakikatnya mazmur-mazmur ini berseru kepada Allah agar meninggikan orang benar dan merendahkan orang fasik.
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai kitab Mazmur ini.
- (1) Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang (Mazm 119:1-176), yang terpendek (Mazm 117:1-2) dan ayat tengah (Mazm 118:8).
- (2) Sebagai kitab nyanyian dan ibadah Ibrani, kerohaniannya yang dalam dan luas itu menjadikan kitab ini bagian PL yang paling digemari dan dibaca oleh orang percaya.
- (3) "_Haleluya_" (pujilah Tuhan), istilah Ibrani yang diakui secara universal di kalangan orang percaya, dipakai 28 kali dalam Alkitab, 24 di antaranya dalam kitab ini. Di dalam Mazm 150 pujian kepada Tuhan mencapai puncaknya dan menyampaikan pujian yang utuh dan sempurna kepada Tuhan.
- (4) Tidak ada kitab lain di Alkitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungan dengan Allah dan kehidupan ini. Nyanyian pujian dan pengabdian mengalir dari gunung-gunung tertinggi, dan seruan-seruan keputusasaannya timbul dari lembah-lembah terdalam.
- (5) Sekitar separuh mazmur mencakup doa iman di tengah kesengsaraan.
- (6) Inilah kitab yang paling banyak dikutip di PB.
- (7) Berisi banyak "pasal kesayangan" seperti pasal Mazm 1:1-6; Mazm 23:1-6; Mazm 24:1-10; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 84:1-12; Mazm 91:1-16; Mazm 103:1-22; Mazm 119:1-176; Mazm 121:1-8; Mazm 139:1-24; dan Mazm 150:1-6.
- (8) Mazmur 119 (Mazm 119:1-176) adalah unik dalam Alkitab karena
- (a) panjangnya (176 ayat),
- (b) kasihnya yang agung kepada Firman Allah, dan
- (c) susunan sastranya yang mencakup 22 stanza dengan masing-masing delapan ayat, dan setiap stanza mengawali setiap ayatnya dengan huruf yang sama, juga setiap stanza memakai huruf yang berturut-turut dari abjad Ibrani sebagai bantuan untuk mengingat (yaitu, suatu akrostik).
- (9) Ciri sastranya yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut paralelisme, mencakup irama pemikiran dan bukan irama sajak atau matra; ciri khas ini menjadikan beritanya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain tanpa terlalu banyak kesulitan.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Ada 186 kutipan dari kitab Mazmur dalam PB, jauh lebih banyak daripada kitab PL lainnya. Jelaslah bahwa mazmur-mazmur begitu meresap dalam hati Yesus dan penulis kitab PB lainnya dan bahwa Roh Kudus sering memakai mazmur di dalam ajaran Yesus dan ayat-ayat lain di mana Yesus menggenapi Alkitab selaku Mesias yang dinubuatkan. Misalnya, Mazm 110:1-7 yang singkat (7 ayat) dikutip lebih banyak dalam PB daripada pasal PL lainnya; mazmur ini berisi nubuat tentang Yesus sebagai Mesias, sebagai Anak Allah dan sebagai imam abadi menurut peraturan Melkisedek. Mazmur Mesias lainnya yang dikenakan kepada Yesus dalam PB adalah:Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1-17; Mazm 41:1-13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 69:1-36; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 109:1-31; dan Mazm 118:1-29. Mazmur ini dikenakan kepada
- (1) Yesus selaku nabi, imam, dan raja;
- (2) kedua kedatangan-Nya;
- (3) kedudukan sebagai Anak dan sifat-Nya;
- (4) penderitaan dan kematian-Nya yang mendamaikan; dan
- (5) kebangkitan-Nya. Ringkasnya, Mazmur termasuk kitab PL dengan nubuat paling terinci tentang Kristus dan tertanam sangat dalam di seluruh amanat para penulis PB.
Full Life: Mazmur (Garis Besar) Garis Besar
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!:...
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!: Mazmur 42-72
(Mazm 42:1-72:19)
III. Kitab 3 !!: Mazmur 73-89
(Mazm 73:1-89:52)
IV. Kitab 4 !!: Mazmur 90-106
(Mazm 90:1-106:48)
V. Kitab 5 !!: Mazmur 107-150
(Mazm 107:1-150:1-6)
Matthew Henry: Mazmur (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena beg...
- Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena begitu banyaknya terdapat hal-hal mengenai Kristus dan Injil-Nya, dan juga tentang Allah dan hukum-Nya di dalamnya, sehingga kitab ini disebut sebagai intisari atau ringkasan dari kedua Perjanjian. Sejarah Israel yang banyak tersedia bagi kita, memungkinkan kita untuk mengikuti dan mempelajarinya, dan di sana disajikan dan diajarkan kepada kita pengetahuan tentang Allah. Kitab Ayub membawa kita memasuki proses belajar mengajar, serta memberikan kita berbagai pemikiran dan debat berguna tentang Allah dan pemeliharaan-Nya. Tetapi, kitab ini membawa kita masuk ke dalam ruang mahakudus, menjauhkan kita dari pergaulan sehari-hari dengan sesama, dengan para politisi, ahli filsafat, atau para pembantah dunia ini, dan mengarahkan kita memasuki persekutuan dengan Allah, dengan menghibur jiwa kita dan membawanya beristirahat di dalam Dia, dengan mengangkat dan membuat hati kita berserah kepada-Nya. Dengan demikian kita dapat berada di atas gunung bersama Allah. Dan kalau sudah begini, kita sungguh tidak tahu apa yang menjadi keuntungan kita bila kita tidak berkata, “Betapa bahagianya berada di tempat ini.” Mari kita selidiki:
- I. Judul kitab ini.
- 1. Kitab ini disebut Mazmur. Judul ini yang dirujuk di dalam Lukas 24:44. Orang Ibrani menyebutnya Tehillim, yang dengan tepat menunjukkan Mazmur-mazmur Pujian, karena banyak di mazmur di dalam kitab tersebut yang bercorak seperti itu. Namun, Mazmur merupakan sebuah kata yang lebih umum maknanya, yang berarti semua gubahan apa saja yang punya susunan tertentu yang cocok untuk dinyanyikan, dan isinya bisa bersifat sejarah, pengajaran, permohonan, maupun puji-pujian. Meskipun bernyanyi itu selayaknya menyuarakan rasa sukacita, namun tujuan nyanyian lebih luas maksudnya. Nyanyian itu membantu kita untuk mengingat sesuatu, dan untuk mengungkapkan maupun menggairahkan semua perasaan lain seperti halnya perasaan sukacita ini. Imam-imam memiliki nyanyian ratapan maupun sukacita. Dengan demikian, menyanyikan mazmur sudah merupakan ibadah bagi kita dan maksudnya yang luas, karena kita bukan hanya diarahkan untuk memuji Allah, tetapi juga untuk mengajar dan menegur seorang akan yang lain di dalam mazmur, dan puji-pujian, dan nyanyian rohani (Kol. 3:16).
- 2. Kitab ini disebut Kitab Mazmur. Begitulah yang disebut oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 1:20. Kitab ini merupakan kumpulan mazmur-mazmur, yaitu semua mazmur yang diilhamkan secara ilahi. Meskipun mazmur-mazmur ini digubah dalam berbagai masa dan berbagai kesempatan, semuanya dikumpulkan bersama-sama di dalam kitab ini tanpa rujukan atau ketergantungan satu sama lain. Dengan demikian semua mazmur ini terpelihara dari kemungkinan tercecer atau hilang, dan siap digunakan bagi kebaktian jemaat. Lihatlah, betapa baiknya Tuan yang kita layani, betapa menyenangkannya jalan-jalan hikmat yang disediakan-Nya, sehingga saat kita diperintahkan untuk bernyanyi, yang cukup membuat kita menjadi sibuk, mulut kita pun dipenuhi-Nya dengan kata-kata dan tangan kita disediakan dengan nyanyian-nyanyian.
- II. Penulis kitab ini. Tidak diragukan lagi bahwa pada mulanya semua mazmur ini berasal dari Roh yang mulia. Mazmur adalah nyanyian rohani, firman yang diajarkan oleh Roh Kudus. Penulis sebagian besar mazmur ini adalah Daud, anak Isai, yang karena itu ia diberi gelar sebagai pemazmur yang disenangi di Israel (2Sam. 23:1). Beberapa mazmur yang tidak mencantumkan namanya di dalam judul, dengan jelas dianggap berasal dari dia di tempat lain dalam Alkitab, seperti Mazmur 2 (Kis. 4:25), Mazmur 96 dan 105 (1Taw. 16). Satu mazmur dinyatakan dengan jelas sebagai doa Musa (Mzm. 90). Beberapa mazmur diisyaratkan ditulis oleh Asaf (2Taw. 29:30), di mana dikatakan bahwa orang-orang Lewi menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan dengan kata-kata Daud dan Asaf. Di situ dikatakan bahwa Asaf adalah seorang pelihat atau nabi. Beberapa mazmur tampaknya ditulis kemudian pada masa yang jauh setelah itu, misalnya Mazmur 137, yang ditulis ketika masa pembuangan di Babel. Namun, dapat dipastikan bahwa sebagian besar mazmur ditulis oleh Daud sendiri, yang sangat mahir dalam hal puisi dan musik. Daud memang ditetapkan, memenuhi syarat, dan digerakkan untuk menegakkan ibadah bermazmur di dalam jemaat Allah, seperti halnya Musa dan Harun di zaman mereka, yang menegakkan ibadah korban. Ibadah yang ditegakkan oleh Musa dan Harun sudah digantikan, tetapi yang ditegakkan Daud tetap ada, dan akan tetap ada sampai akhir zaman, ketika ditelan oleh nyanyian-nyanyian kekekalan. Di sini Daud menjadi gambaran dari Kristus, yang adalah keturunannya, bukan keturunan Musa, karena Ia datang untuk mengambil alih korban sembelihan (keluarga Musa segera hilang dan punah setelah itu), selain juga untuk menegakkan dan mengabadikan sukacita dan pujian. Sebab keturunan Daud di dalam Kristus tidak akan pernah berakhir.
- III. Tujuan kitab ini. Maksud dan tujuannya jelas.
- 1. Untuk membantu apa yang telah dipraktikkan dalam agama alamiah dan untuk menyalakan perasaan saleh dalam jiwa manusia yang harus kita baktikan kepada Allah sebagai pencipta, pemilik, pengatur, dan pelindung kita. Kitab Ayub membantu membuktikan dasar-dasar mengenai kesempurnaan dan penyelenggaraan ilahi. Namun, kitab ini membantu kita untuk mengungkapkan dan membuktikan kepercayaan kita akan dasar-dasar yang kita yakini itu di dalam doa dan pujian, dalam pengakuan akan hasrat hati kita akan Dia, ketergantungan kita kepada-Nya, serta seluruh ibadah dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Di dalam bagian lain dalam Kitab Suci ditunjukkan bahwa Allah itu tak terbatas mengatasi manusia dan bahwa Dia itu Tuhan yang berdaulat di atas segalanya. Namun demikian, Kitab Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa kita yang seperti binatang menjalar di bumi ini boleh bergaul dengan Dia. Selain itu, kalau bukan karena salah kita sendiri, ada banyak cara di mana kita bisa tetap bersekutu dengan Dia dalam rupa-rupa keadaan hidup kita sebagai manusia.
- 2. Untuk mempromosikan dan memajukan keunggulan agama wahyu, dan dengan cara yang paling menyenangkan menganjurkannya kepada dunia. Sedikit saja, atau tidak ada hukum seremonial (yang hanya bersifat upacara saja) yang muncul di seluruh Kitab Mazmur. Meskipun korban sembelihan dan korban sajian tetap berlanjut selama berabad-abad, namun di sini kedua hal itu digambarkan sebagai hal yang tidak berkenan kepada Allah (Mzm. 40:7; 51:19), sebagai hal yang kurang bermakna, yang pada saatnya nanti akan lenyap. Namun, firman dan hukum Allah, khususnya bagian-bagian yang berbicara tentang akhlak dan kewajiban yang kekal, ada tertulis di sini untuk diagungkan dan dihormati, lebih daripada yang tertulis di mana pun juga. Dan Kristus yang menjadi puncak dan pusat agama wahyu, yang menjadi dasar, batu penjuru, dan batu utama dari bangunan yang dimuliakan itu, dibicarakan dengan jelas dalam kitab ini dalam bentuk pelambangan dan nubuat. Di sini dibicarakan semua penderitaan-Nya dan kemuliaan yang mengikutinya, serta kerajaan yang hendak dibangun-Nya di dunia ini. Di dalam kerajaan inilah kovenan Allah dengan Daud mengenai kerajaannya digenapi. Betapa tingginya nilai yang diberikan kitab ini terhadap firman Allah, terhadap segala ketetapan dan penghakiman-Nya, serta terhadap kovenan dan janji-janji agung dan mulia-Nya untuk menepati kovenan-Nya itu. Karena itu, betapa kitab ini sangat menganjurkan kita untuk menggunakan firman-Nya, ketetapan dan penghakiman-Nya serta kovenan dan janji-janji-Nya itu sebagai pedoman dan jangkar kita, serta sebagai warisan kita sampai selama-lamanya!
- IV. Manfaat kitab ini. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menanamkan terang ilahi ke dalam pemahaman kita. Namun, manfaat kitab ini terutama sangat unggul dalam menanamkan kehidupan dan kuasa ilahi, serta kehangatan yang kudus ke dalam perasaan kita. Tidak ada satu pun tulisan dalam Alkitab yang lebih bermanfaat dalam membantu ibadah renungan orang-orang kudus dibandingkan kitab ini. Manfaat tersebut telah dinikmati oleh jemaat segala zaman, sejak mazmur ini ditulis dan beberapa bagiannya dikirimkan kepada pemimpin biduan untuk keperluan kebaktian jemaat.
- 1. Mazmur ini bermanfaat untuk dinyanyikan. Untuk menyanyikan lagu himne dan nyanyian rohani, kita boleh mencari di luar mazmur-mazmur Daud, tetapi kita tidak perlu itu. Aturan persajakan dalam bahasa Ibrani tidak jelas, bahkan oleh orang-orang terpelajar sekalipun. Namun demikian, mazmur-mazmur ini seyogyanya dibawakan sesuai dengan aturan persajakan setiap bahasa, setidaknya supaya dapat dinyanyikan untuk mendidik jemaat. Menurut saya, sangatlah menghibur kita, bila kita menyanyikan mazmur Daud, karena kita mempersembahkan puji-pujian kepada Allah yang persis sama seperti yang dipersembahkan kepada-Nya pada masa Daud dan raja-raja Yehuda yang saleh lainnya. Begitu kaya dan indah gubahan puisi-puisi ilahi ini, sehingga tidak akan pernah menjemukan dan lekang karena waktu.
- 2. Kitab mazmur ini bermanfaat untuk dibacakan dan dinyatakan oleh para pelayan Kristus, karena mazmur ini mengandung kebenaran-kebenaran yang agung dan mulia, serta peraturan mengenai baik dan jahat. Tuhan kita Yesus menjelaskan mazmur-mazmur kepada murid-murid-Nya, mazmur-mazmur Injil, dan Ia membukakan pemahaman mereka (karena Ia memegang kunci Daud) untuk memahaminya (Luk. 24:44).
- 3. Mazmur ini bermanfaat untuk dibaca dan direnungkan oleh semua orang baik. Mazmur ini menjadi sumber melimpah yang darinya semua orang akan menimba air dengan kegirangan.
- (1) Pengalaman pemazmur sangat bermanfaat untuk membimbing, memperingatkan, dan menguatkan kita. Pemazmur sering memberi tahu kita tentang apa yang terjadi antara Allah dan jiwanya. Ia memberi tahu kita apa yang dapat kita harapkan dari Allah dan apa yang Ia harapkan serta kehendaki dari kita sehingga Ia berkenan kepada kita. Daud adalah orang yang memiliki hati Allah. Oleh karena itu, orang-orang yang sedikit banyak memiliki hati seperti Daud bolehlah berharap bahwa mereka juga diperbarui oleh anugerah Allah sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Banyak orang sangat merasa terhibur saat hati nurani mereka menyaksikan kebenaran mazmur-mazmur ini, sehingga dengan segenap hati mereka dapat berkata, “Amin” atas doa-doa dan puji-pujian Daud.
- (2) Bahkan ungkapan-ungkapan yang digunakan pemazmur juga sangat bermanfaat. Melalui ungkapan ini Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan doa-doa kita, sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa kepada Allah. Kapan saja kita mendekati Allah, dan juga saat kita kembali kepada Dia untuk pertama kalinya, kita dibimbing untuk membawa serta kata-kata penyesalan (Hos. 14:3), kata-kata ini, yang diajarkan oleh Roh Kudus. Jika kita membuat mazmur-mazmur Daud ini akrab dengan kita seperti yang seharusnya kita lakukan, maka saat kita menghampiri takhta anugerah, untuk maksud apa saja, untuk membuat pengakuan, permohonan, atau ucapan syukur, kita akan terbantu karenanya. Apa pun perasaan saleh yang bekerja di dalam diri kita, hasrat atau pengharapan, kepedihan atau sukacita yang kudus, kita akan menemukan di sana kata-kata yang tepat yang dapat kita ungkapkan, perkataan benar yang tidak dapat disalahkan. Akan sangat baik bila kita mengumpulkan dari Kitab Mazmur ini ungkapan-ungkapan peribadatan dan renungan yang paling sesuai dan paling menggerakkan hati, dan kemudian mengatur dan mengelompokkannya menurut beberapa topik doa, supaya lebih mudah bagi kita untuk menggunakannya. Bisa juga, sekali-sekali kita pilih mazmur tertentu yang berbeda-beda dan berdoa memakai mazmur pilihan itu. Ketika kita berdoa dengan cara ini, kita mencerna ayat-ayatnya dalam pikiran kita dan mempersembahkan hasil renungan itu kepada Allah. Cendekiawan Dr. Hammond (Theolog Inggris, 1605-1660), menulis dalam kata pengantar buku tafsirannya atas Kitab Mazmur (bagian 29) sebagai berikut, “Bahwa merenungkan beberapa bagian mazmur sampai hati kita dipengaruhi, digerakkan dan diteguhkan oleh hidup dan daya yang ada dalam ayat-ayat mazmur itu sungguh lebih baik daripada sekadar mengucapkannya mengikuti sang pemazmur itu, sebab dalam ibadah-ibadah, tidak ada yang harus dihindari selain daripada tindakan-tindakan pengulangan yang tidak membangkitkan perasaan apa-apa di dalam hati.” Seperti yang dinasihatkan oleh Augustinus (354-430, theolog dan filsuf Kristen – pen.), “Jika kita membangun roh kita dengan perasaan yang dikandung dalam mazmur, maka kita boleh yakin akan perkenanan Allah saat kita menggunakan perkataan yang dipakai dalam Mazmur itu.” Mazmur ini bukan hanya dapat membantu kita untuk merenung dan membangkitkan perasaan kita untuk menyembah, memuji dan memuliakan Allah, tetapi juga menjadi petunjuk bagi kita untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita, serta mengajar kita cara untuk jujur di jalan kita, sehingga pada akhirnya kita akan melihat keselamatan yang dari Allah (Mzm. 50:23). Kitab Mazmur ini bukan hanya sangat bermanfaat bagi jemaat Perjanjian Lama, tetapi lebih-lebih lagi bagi kita orang-orang Kristen, kitab mazmur ini lebih bermanfaat dibandingkan dengan jemaat yang hidup sebelum kedatangan Kristus. Karena sama seperti korban-korban Musa, demikian jugalah nyanyian-nyanyian Daud dibuat menjadi jelas dan terpahami oleh Injil Kristus yang membawa kita memasuki selubung itu. Demikianlah, dengan doa-doa dan puji-pujian Daud, semua doa Rasul Paulus dalam surat-suratnya, serta nyanyian-nyanyian baru dalam Kitab Wahyu, kita akan diperlengkapi untuk perbuatan baik ini, karena semua tulisan itu membuat manusia kepunyaan Allah itu sempurna.
- Mengenai pembagian kitab ini, kita tidak perlu sampai begitu cermat. Tidak ada (atau sangat jarang ada) hubungan antara satu mazmur dengan mazmur lainnya, juga tidak ada alasan tertentu dalam pengurutan mazmur yang satu sesudah yang lainnya seperti yang ada sekarang. Walaupun demikian, tampaknya mazmur yang ditempatkan pertama itu berasal dari masa kuno, karena mazmur yang kedua sekarang berasal dari zaman para rasul (Kis. 13:33). Salinan bahasa Latin kuno yang kasar (bukan klasik) menggabungkan pasal kesembilan dan kesepuluh. Semua penulis Katolik Roma mengikuti pembagian itu. Oleh karena itu pencantuman nomor pasal di seluruh Kitab Mazmur mereka selalu kurang satu dibandingkan salinan kita (yang bukan Katolik – pen.). Kita mencantumkan pasal 11, mereka pasal 10, kita menulis pasal 119, mereka mencantumkan pasal 118. Namun, mereka membagi pasal 147 menjadi dua pasal, sehingga jumlah seluruh pasal mencapai 150. Beberapa orang berusaha mengurangi jumlah pasal tersebut dengan mengelompokkannya di bawah beberapa judul yang sesuai menurut pokok masalah yang dibicarakan dalam mazmur-mazmur itu. Namun, sering didapati banyak keragaman pokok pembicaraan dalam satu mazmur yang sama, sehingga penggabungan tersebut tidak dapat dibuat dengan pasti. Namun, tujuh Mazmur penyesalan dosa dengan cara tertentu telah disatukan sebagai ibadah oleh banyak orang. Mazmur-mazmur tersebut adalah pasal 6, 32, 38, 51, 102, 130, dan 143. Kitab Mazmur dibagi menjadi lima kitab yang masing-masing diakhiri dengan kata Amin, ya Amin, atau Haleluya. Kitab pertama di akhiri oleh pasal 41, yang kedua oleh pasal 72, yang ketiga oleh pasal 89, yang keempat oleh pasal 106, dan yang kelima oleh pasal 150. Sebagian orang lagi membagi Kitab Mazmur ini menjadi tiga bagian besar yang masing-masing memuat lima puluh pasal. Sebagian lain lagi membagi menjadi enam puluh bagian, dua bagian untuk setiap hari, pagi dan petang, selama sebulan. Biarlah setiap orang Kristen yang baik membagi kitab ini untuk mereka masing-masing, sehingga mereka dapat meningkatkan pengenalan mereka akan isi dan maksud tulisan ini dengan cara yang paling baik dan sesuai. Dengan demikian, dalam setiap kesempatan apa saja mereka dapat menyanyikan mazmur ini di dalam roh dan dengan pengertian yang penuh.