Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Mzm 26:1-12
Jerusalem: Mzm 26:1-12 - Doa mohon dibenarkan oleh TUHAN Ratapan orang yang tidak bersalah ini berdekatan dengan Maz 7 dan Maz 17. Dalam deritanya pemazmur minta tolong pada Allah, justru oleh karena tidak b...
Ratapan orang yang tidak bersalah ini berdekatan dengan Maz 7 dan Maz 17. Dalam deritanya pemazmur minta tolong pada Allah, justru oleh karena tidak bersalah, bdk 1Ra 8:32. Pertolongan itu kiranya menyatakan bahwa pendoa seorang yang suci dan benar, bdk Maz 18:21-28; 59:4; Ayu 31:6. Sesudah seruannya kepada Tuhan, Maz 26:1, pendoa mengemukakan ketidaksalahannya, Maz 26:2-8, yang kiranya mendorong Tuhan untuk bertindak, Maz 26:9-11. Maz 26:12 sudah mendahulukan hasil doa itu dan berupa nazar.
Ende -> Mzm 26:1-12
Ende: Mzm 26:1-12 - -- Mazmur ini adalah lagu ratap seseorang jang tak bersalah, namun menderita. Ia
minta pada Allah, dengan bersandar pada kesutjiannja, agar ditolong oleh...
Mazmur ini adalah lagu ratap seseorang jang tak bersalah, namun menderita. Ia minta pada Allah, dengan bersandar pada kesutjiannja, agar ditolong olehNja. Mungkin lagu ini menjertai kurban sjukur.
Ref. Silang FULL -> Mzm 26:2
Ref. Silang FULL: Mzm 26:2 - Ujilah // dan hatiku · Ujilah: Mazm 66:10
· dan hatiku: Ul 6:6; Ul 6:6; Mazm 7:10; Mazm 7:10; Yer 11:20; 20:12; Yeh 11:5
· Ujilah: Mazm 66:10
· dan hatiku: Ul 6:6; [Lihat FULL. Ul 6:6]; Mazm 7:10; [Lihat FULL. Mazm 7:10]; Yer 11:20; 20:12; Yeh 11:5
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mzm 26:1-5
Matthew Henry: Mzm 26:1-5 - Seruan-seruan yang Saleh
Di dalam mazmur ini Daud yang saleh dengan sungguh hati memberi dirinya sendiri untuk diuji, bukan oleh Allah dan negerinya, tetapi oleh Allah dan h...
Di dalam mazmur ini Daud yang saleh dengan sungguh hati memberi dirinya sendiri untuk diuji, bukan oleh Allah dan negerinya, tetapi oleh Allah dan hati nuraninya sendiri. Kepada Allah dan hati nuraninya sendiri ia menyerukan supaya ketulusan hatinya diselidiki (ay. 1-2). Ia menyatakan bukti ketulusan hatinya itu, bahwa,
- I. Perhatiannya selalu tertuju kepada Allah dan anugerah-Nya (ay. 3).
- II. Kebenciannya yang mendalam terhadap dosa dan orang fasik (ay. 4-5).
- III. Kegemarannya yang tulus dan ketaatannya terhadap ketetapan-ketetapan Allah (ay. 6-8). Setelah dapat membuktikan ketulusan hatinya,
- 1. Dia pun mencela malapetaka yang akan menimpa orang-orang jahat (ay. 9-10).
- 2. Dia berserah diri di bawah belas kasihan dan anugerah Allah, dengan tekad untuk selalu menjaga teguh ketulusan hatinya dan pengharapannya di dalam Allah (ay. 11-12).
- I. Dia memohon keadilan Allah (ay. 1): “Berilah keadilan kepadaku, ya Allah! Jadilah Hakim antara aku dan para penuduhku, antara si penganiaya dengan si tahanan yang malang ini. Bawalah aku keluar dari perkara ini dengan cara terhormat dan permalukanlah orang-orang yang telah mengajukan tuduhan palsu melawanku itu.” Saul, yang merupakan hakim tertinggi di Israel, kini menjadi lawannya, sehingga dalam pertentangan melawan dia, Daud tidak bisa meminta pembelaan dari siapa pun kecuali dari Allah saja. Mengenai segala kesalahannya terhadap Allah, Daud berdoa meminta belas kasihan Allah, Tuhan, janganlah beperkara dengan hamba-Mu ini( 143:2), pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat( 25:7). Akan tetapi, mengenai segala kesalahannya terhadap Saul, ia memohon keadilan Allah dan meminta Allah menjadi hakimnya ( 43:1). Atau begini: dia tidak bisa membenarkan dirinya sendiri melawan tuduhan-tuduhan dosa. Dia mengakui bahwa pelanggarannya besar dan dia pasti sudah celaka seandainya saja Allah yang Mahapengampun mengampuninya. Akan tetapi, dia dapat membenarkan dirinya sendiri melawan tuduhan bahwa dia munafik, dan karena itu dia merasa beralasan untuk berharap bahwa dia adalah salah satu dari orang-orang yang layak menanti-nantikan kebaikan Allah, berdasarkan ketentuan kovenan anugerah. Begitulah, Ayub yang saleh itu sering kali mengakui bahwa dia telah berdosa, namun ia tetap bersikukuh untuk mempertahankan ketulusan hatinya. Perhatikanlah, orang-orang yang kena fitnah bolehlah merasa terhibur bahwa ada Allah yang adil, yang cepat atau lambat pasti akan membela ketidakbersalahan mereka. Hal ini juga memberi penghiburan bagi semua orang yang tulus dalam beragama, sebab Allah sendiri akan menjadi saksi atas ketulusan mereka itu.
- II. Dia berserah kepada pengujian saksama dari Allah (ay. 2): Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku, seperti emas yang diuji kelayakan kadarnya. Allah mengenal perangai asli masing-masing manusia, sebab Dia mengetahui pikiran dan maksud hati mereka dan tidak ada yang bisa disembunyikan dari-Nya. Daud berdoa, Tuhan, ujilah aku. Doanya ini mengartikan bahwa dia senang Allah sungguh mengenalnya, dan dia benar-benar ingin agar Allah membukakan siapa dirinya yang sebenarnya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi seluruh dunia. Begitu tulusnya dia dalam pengabdiannya kepada Allah dan dalam kesetiaannya terhadap sang raja (tetapi dia dituduh hanya berpura-pura saja) sampai rasanya dia ingin memiliki jendela di hatinya agar setiap orang dapat mengintip ke dalam sana.
- III. Dengan sepenuh hati dia membela ketulusannya (ay. 1): “Aku telah hidup dalam ketulusan. Perilakuku sejalan dengan pengakuanku, dan keduanya bersesuaian tak terpisahkan.” Percuma saja kita membual mengenai ketulusan kita kalau kita tidak menunjukkan bahwa oleh anugerah Allah kita benar-benar telah hidup dalam ketulusan. Percuma saja jika perilaku kita di dunia ini tidak seperti apa adanya dan tulus dalam kesalehan. Di sini dia mengemukakan beberapa bukti ketulusannya, yang mendorongnya untuk mempercayai Tuhan sebagai Hakimnya yang adil, yang akan melindungi dan membela perkaranya yang benar. Dia pun sangat yakin bahwa nama baiknya akan pulih (dengan tidak ragu-ragu), dan bahwa orang-orang yang bersekongkol untuk menghempaskan dia dari kedudukannya yang tinggi, mengguncangkan imannya dan mencemarkan nama baiknya serta mencegahnya naik takhta, tidak akan berhasil ( 62:5). Orang-orang yang tulus dalam beragama dapat percaya kepada Allah bahwa mereka tidak akan tergelincir, yaitu, mereka tidak akan murtad dari agama mereka.
- 1. Dia selalu mengarahkan pandangannya kepada Allah dan anugerah-Nya (ay. 3).
- (1) Dia menjadikan kebaikan Allah sebagai tujuan dan kebaikan utama yang dicarinya: Mataku tertuju pada kasih setia-Mu. Inilah yang akan menjadi bukti kuat dari ketulusan kita, yaitu jika apa yang kita perbuat dalam beragama didasari oleh kasih kepada Allah dan iman bahwa Dia adalah sahabat dan pelindung yang terbaik. Bukti kuat lainnya lagi adalah bahwa hati kita penuh dengan rasa terima kasih atas kebaikan Allah yang istimewa kepada kita, yang telah kita nikmati sepanjang hidup kita. Jika menempatkan kasih setia Allah sebagai sebuah pola yang harus kita ikuti, dengan rajin berbuat baik, dalam kebaikan-Nya (1 Ptr. 3:13), dan jika kita mau melakukan hal ini sebagai kewajiban kita serta bersikap waspada untuk tidak melakukan apa pun yang bisa membuat kita kehilangan segala kebaikan Allah dan tetap hidup dalam kasih-Nya, maka semuanya ini bukan saja akan menjadi bukti kuat mengenai ketulusan kita, tetapi juga akan menjaga kita untuk tetap tekun dalam semuanya itu.
- (2) Daud menguasai dirinya dengan firman Allah sebagai pedoman hidupnya: “Aku hidup dalam kebenaran-Mu, yaitu sesuai dengan hukum-Mu, sebab hukum-Mu adalah kebenaran.” Perhatikanlah, hanya orang-orang yang hidup dalam kebenaran Allah dan hukum-hukum-Nya yang berdasarkan kebenaran itu sajalah yang boleh mengharapkan berkat dari kasih setia Allah. Sebagian orang memahami perkataan ini sebagai ketaatan Daud dalam meneladani Allah dalam hal kebenaran dan kesetiaan, seperti halnya ia meneladani-Nya dalam hal kebaikan dan kasih setia. Siapa yang mengikuti Allah sebagai anak-anak terkasih, dia pasti hidup benar.
- 2. Daud tidak terlibat dengan segala pekerjaan kegelapan yang sia-sia, juga dengan orang-orang yang melakukan semua pekerjaan itu (ay. 4-5). Dengan ini, tampaklah bahwa dia benar-benar setia kepada rajanya, sebab dia tidak pernah berurusan dengan orang-orang yang tidak senang dengan pemerintahan raja, yaitu orang-orang dursila yang menghina dia (1 Sam. 10:27). Dia bukanlah salah satu di antara komplotan mereka, juga tidak pernah bergabung dalam tipu muslihat mereka. Dia tidak pernah mengutuk sang raja, bahkan tidak juga di dalam hatinya. Ini juga merupakan bukti kesetiaannya terhadap Allah, yaitu bahwa dia tidak pernah terkait dengan siapa pun yang ia anggap tidak peduli terhadap agama, atau yang terang-terangan memusuhi atau berpura-pura memihak kepentingan agama. Perhatikanlah, kehati-hatian dalam menghindari pergaulan buruk merupakan bukti kuat ketulusan kita, sekaligus juga menjadi sarana yang amat baik untuk menjaga kita dari pengaruh buruknya.
- Kini perhatikanlah di sini:
- (1) Tekad kuatnya itu berkaitan dengan kehati-hatian yang telah ia jalankan selama ini mengenai perkara tersebut, dan yang akan tetap ia laksanakan untuk seterusnya: “Aku tidak duduk dengan mereka, dan dengan mereka aku tidak bergaul.” Perhatikanlah, segala perbuatan baik kita selama hidup kita membuktikan ketulusan kita bila semua perbuatan itu disertai dengan tekad di dalam kekuatan Allah untuk terus menjalankannya sampai pada kesudahannya, dan tidak pernah mundur. Hati kita akan tenang bila kita bertekad untuk terus melakukan perbuatan baik kita itu.
- (2) Daud bukan saja menolak untuk bergaul dengan orang fasik, tetapi juga dengan para penipu yang begitu mendewa-dewakan kesenangan dan pesta pora dan tak pernah bersungguh-sungguh dengan kehidupan mereka. Dibandingkan dengan orang fasik, pergaulan dengan para penipu mungkin lebih berbahaya bagi orang baik-baik, karena dia tidak akan begitu siap menjaga diri supaya tidak tertular dengan kesia-siaan mereka yang tidak tampak. Sebaliknya, mungkin lebih mudah bagi seorang baik-baik untuk menjaga diri supaya tidak tertular oleh seorang fasik yang kejahatannya langsung kelihatan.
- (3) Pergaulan dengan orang-orang munafik juga sama membahayakannya dan harus diwaspadai supaya tidak mencemari hikmat dan kesalehan. Orang-orang yang berbuat jahat menjerat korbannya dengan persahabatan palsu. Saat mereka berkata manis kepadamu, janganlah percaya kepada mereka.
- (4) Meskipun terkadang dia tidak bisa menghindar dari orang-orang jahat di sekelilingnya, namun dia tidak mau bergaul dengan mereka. Dia tidak sudi memilih mereka sebagai temannya ataupun mencari-cari kesempatan untuk mengenal dan bergaul dengan mereka. Dia bisa saja beramah-tamah dengan mereka, namun dia tidak akan sengaja bergaul dengan mereka. Atau, jika dia kebetulan ada bersama-sama dengan mereka, dia tidak akan duduk-duduk dengan mereka, tidak akan berlama-lama di dekat mereka. Dia hanya berada di sekitar mereka seperlunya saja. Dia tidak akan sepaham dengan perkataan maupun perbuatan mereka, sebagaimana mereka yang duduk dalam kumpulan orang pencemooh( 1:1). Dia tidak akan duduk membuat rencana bersama mereka mengenai cara atau sarana dalam melakukan kejahatan, ataupun duduk bersama mereka untuk menghakimi angkatan yang benar.
- (5) Bukan hanya dalam tindakan kita harus menghindari pergaulan dengan orang jahat, tetapi juga dalam tekad dan perasaan kita harus membencinya. Di sini Daud bukan saja berkata, “Aku telah menghindari semua itu,” tetapi juga, “Aku bencisemua itu” ( 139:21).
- (6) Perkumpulan orang yang berbuat jahat, komplotan atau persekongkolan mereka, menjadi sebuah hal yang secara khusus dibenci oleh orang-orang benar. Aku membenci ecclesiam malignantium – jemaat orang-orang jahat, begitulah yang dikatakan dalam bahasa Latin sehari-hari. Sebagaimana orang-orang benar saat bersatu menjadi lebih baik lagi dan dimampukan untuk berbuat lebih banyak kebaikan, demikian pula dengan orang-orang jahat, bila bergabung, mereka pun menjadi lebih jahat lagi dan melakukan lebih banyak kejahatan. Di dalam semuanya ini Daud melambangkan Kristus. Sekalipun menerima para pendosa dan makan bersama dengan mereka untuk mengarahkan mereka supaya berbuat baik, Kristus tetap kudus, tidak ternoda atau tercemar, dan tetap terpisah dari pada pendosa, terutama dari kaum Farisi, orang-orang munafik itu. Daud juga merupakan teladan bagi orang-orang Kristen, yaitu saat mereka menyatukan diri mereka kepada Kristus, untuk memberi diri supaya diselamatkan dari angkatan yang jahat ini (Kis. 2:40).
Seruan-seruan yang Saleh (26:1-5)
Ada kemungkinan Daud menggoreskan mazmur ini saat dia sedang dikejar-kejar oleh Saul dan para pengikutnya. Orang-orang ini menutup-nutupi murka mereka yang tidak adil dengan menggambar-gambarkan Daud sebagai seorang yang jahat. Mereka menuduhnya melakukan banyak kejahatan dan pelanggaran berat dan mencemarkan namanya supaya dapat menangkap dia. Walaupun bisa menjadi pelindung, ketidakbersalahan itu sendiri tidaklah dapat menjamin nama seseorang untuk terhindar dari serangan fitnah. Di sini Daud merupakan pelambang bagi Kristus, yang dijadikan cela oleh manusia dan yang memberitahukan semua pengikut-Nya bahwa mereka pun nantinya akan menghadapi banyak sekali tuduhan palsu yang jahat. Kini lihatlah apa yang dilakukan Daud dalam perkara ini.SH: Mzm 26:1-12 - Tantangan kehidupan dan persekutuan dengan Tuhan (Selasa, 20 Maret 2001) Tantangan kehidupan dan persekutuan dengan Tuhan
Kehidupan seorang yang mempunyai hubungan yang dekat
dengan Allah adalah kehidupan yang penuh kekua...
Tantangan kehidupan dan persekutuan dengan Tuhan
Kehidupan seorang yang mempunyai hubungan yang dekat dengan Allah adalah kehidupan yang penuh kekuatan dan dinamika yang tinggi. Kesulitan, tantangan, dan penindasan akan datang silih berganti menerjang kehidupannya. Pada waktu badai datang, ia mungkin akan terhempas dan ditenggelamkan olehnya. Namun tidak lama berselang ia akan muncul mengatasi badai itu dengan kekuatan yang baru bahkan dari mulutnya akan keluar puji-pujian yang indah kepada Allah.
Ini bukan suatu teori namun kenyataan yang sudah dialami oleh Daud. Baru saja ia meratap agar ia tidak dibiarkan hancur bersama orang-orang berdosa (9-10), namun segera dilanjutkan dengan ungkapan yang menyatakan kondisinya telah berubah dan kini ia akan memuji-muji Tuhan (12). Mengapa bisa demikian? Sebab Daud mempunyai keyakinan besar dalam doa. Keyakinan Daud yang besar akan doa berdasarkan pada pengenalannya akan Allah dan juga bergantung kepada keyakinannya bahwa ia hidup dalam persekutuan yang erat dengan Allah. Bagi Daud persekutuan yang erat dengan Allah tidak harus dimanifestasikan melalui tindakan supranatural melainkan harus selalu terpancar dari tindakannya dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Berikut manifestasi orang yang akrab dengan Allah: Krisis apa pun tidak akan menggoyahkan kepercayaannya kepada Allah (1b). Ia rindu untuk mempunyai kehidupan yang transparan, tidak ada tipu daya dan kelicikan dalam dirinya, sehingga ia rela untuk diuji oleh Allah (2). Kasih setia Allah selalu menjadi bahan perenungannya dan sumber kekuatan (3). Segala perbuatan dan keputusannya berdasarkan kebenaran Allah (3). Ia tidak memilih jalan yang diambil oleh orang fasik dan tidak mau menikmati hasilnya juga (4-5). Ia selalu menjaga kekudusan hidupnya (6). Menyaksikan imannya dan kasih setia Allah kepada orang lain selalu ia lakukan dengan berbagai cara mulai dari pujian, percakapan, dan tindakan (7). Ia selalu mengidentifikasikan dirinya dengan umat Allah yang lain dan bersekutu dengan mereka (8).
Renungkan: Banyak Kristen yang mengenal Allah dan mempunyai keyakinan doa yang besar namun ketika menghadapi krisis tidak mempunyai kekuatan dan dinamika hidup seperti Daud. Karena itu milikilah persekutuan yang indah dengan Tuhan yang terpancar melalui 8 manifestasi yang Daud ungkapkan.
SH: Mzm 26:1-12 - Bila orang benar difitnah (Rabu, 26 Februari 2003) Bila orang benar difitnah
Mazmur ini dilatarbelakangi oleh peristiwa pengadilan suci,
sebagaimana berlaku pada zaman raja-raja. Jika seseorang d...
Bila orang benar difitnah
Mazmur ini dilatarbelakangi oleh peristiwa pengadilan suci, sebagaimana berlaku pada zaman raja-raja. Jika seseorang dituduh bahwa ia telah melakukan kesalahan yang besar dan tak dapat ia buktikan bahwa tuduhan itu tidak beralasan, maka orang itu naik banding kepada Tuhan sebagai Hakim tertinggi. Si tertuduh wajib mengangkat sumpah dengan mengutuk dirinya sendiri jika ternyata tuduhan tersebut benar. Selanjutnya ia harus pergi ke Bait Suci dan mengulang sumpahnya di situ dan Tuhan sendiri bertindak mengadili hamba-Nya dan menyatakan dia bersalah atau tidak, sesuai dengan kenyataan yang diketahui Tuhan sendiri.Pemazmur yang menjadi terdakwa, berpaling kepada Tuhan untuk meminta pembelaan bagi dirinya (ayat 1). Baginya Tuhan adalah sumber keadilan yang akan dapat menyatakan benar tidaknya dirinya (ayat 2). Pemazmur meyakini diri tidak bercela karena selalu berpedomankan Tuhan (ayat 3), menjauhi pergaulan dengan orang- orang tidak benar (ayat 4-5), ataupun melakukan perbuatan- perbuatan yang jahat (ayat 9-10), dan hidup dalam ketulusan (ayat 11). Pemazmur memelihara kehidupan ibadah yang baik (ayat 6), menyatakan perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib (ayat 7), dan selalu mencari perkenanan dalam hadirat-Nya (ayat 8). Hati nurani si pemazmur menyatakan dirinya bersih sehingga ia berani menyatakan kedekatannya dengan Tuhan di tengah jemaat (ayat 12).
Adakah pembelaan yang lebih meyakinkan selain pembelaan Tuhan kepada anak-anak-Nya? Adakah bukti yang lebih meyakinkan daripada kesaksian hidup yang tidak bercela? Itu semua yang diyakini si pemazmur. Tuhan adalah pembelanya, dan kesaksian hidupnya adalah bukti dirinya benar.
Renungkan: Apakah Anda sudah menyatakan diri sebagai orang yang sudah dibenarkan? Bila belum, bagaimana berharap Tuhan akan menyatakan Anda benar?
SH: Mzm 26:1-12 - Hidup dalam kebenaran (Sabtu, 3 Mei 2008) Hidup dalam kebenaran
Pengadilan adalah tempat keadilan ditegakkan. Di pengadilan, orang
yang benar dibuktikan tidak bersalah, sebaliknya orang ...
Hidup dalam kebenaran
Pengadilan adalah tempat keadilan ditegakkan. Di pengadilan, orang yang benar dibuktikan tidak bersalah, sebaliknya orang yang salah dinyatakan kesalahannya dan dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
Mazmur ini mungkin ditulis saat pemazmur menghadapi pengadilan
dengan tuduhan dosa tertentu, yang setimpal dengan hukuman mati
(ayat 9). Tidak ada penjelasan mengenai dosa apa yang dia
lakukan. Akan tetapi, pemazmur mengklaim diri tidak bersalah.
Dua kali ia menggunakan kata "hidup dalam ketulusan" (ayat
Bukan hanya hati, pemazmur juga siap diuji kehidupannya secara faktual. Pemazmur mengajukan fakta positif dan negatif untuk menyatakan bahwa ia tidak bersalah. Fakta positif adalah bahwa ia hidup dalam kebenaran (ayat 3), dan setia beribadah di dalam rumah Tuhan (ayat 6-8). Kalau di dalam hatinya ada kepalsuan, pasti Tuhan tidak akan berkenan menerima ibadahnya. Berjalan mengelilingi mezbah sebagai tanda tak bersalah (ayat 6), mungkin bermakna mencari keadilan pada Tuhan (band. 1Raj. 8:31-32). Secara negatif, pemazmur menegaskan sikapnya yang tidak ikut-ikutan orang yang berbuat jahat. Ia bahkan menyatakan sikap menentang perbuatan tangan mereka (ayat 4-5).
Kenyataan bahwa pengadilan di dunia ini, termasuk yang ada di negara tercinta kita ini, tidak sungguh-sungguh menegakkan keadilan, tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk tidak mempertahankan hidup dalam kebenaran. Kita tetap harus mengasihi Tuhan dan melaksanakan firman-Nya serta menolak ikut-ikutan berbuat dosa. Justru kita harus menjadi teladan dalam hal hidup benar dan tidak kompromi dengan kejahatan, agar kita lantang bersuara ketika melawan kejahatan.
SH: Mzm 26:1-12 - Ujian kebenaran (Minggu, 7 Agustus 2011) Ujian kebenaran
Dalam Hukum Taurat ada peraturan mengenai seorang istri yang dituduh tidak setia oleh suaminya (Bil. 5:11-31; lihat juga Ul. 22:13-19...
Ujian kebenaran
Dalam Hukum Taurat ada peraturan mengenai seorang istri yang dituduh tidak setia oleh suaminya (Bil. 5:11-31; lihat juga Ul. 22:13-19). Wanita itu harus menjalani ritual tertentu untuk membuktikan kesuciannya. Peraturan itu dibuat untuk melindungi istri dari perlakuan sewenang-wenang suaminya.
Pemazmur menghadapi fitnah keji mengenai karakter dirinya, yang mengundang anggapan bahwa ia tidak pantas disebut sebagai anak Tuhan. Pemazmur juga diragukan kelayakannya untuk boleh masuk ke rumah Tuhan dan beribadah di sana, padahal ia rindu beribadah di tempat kudus itu (8).
Maka pemazmur kemudian membela dirinya. Ia menolak tuduhan para musuh karena sesungguhnya ia memang tidak bergaul dengan orang berdosa atau ikut-ikutan dengan mereka, bahkan ia juga menolak sama sekali perbuatan mereka (4-5). Pemazmur juga tidak mau disamakan dengan para pendosa (9-10). Justru pemazmur menyatakan dirinya sebagai pelaku kebenaran yang memiliki tekad untuk terus memuji nama Tuhan (11-12).
Oleh karena itu pemazmur mengadukan perkaranya kepada Tuhan, hakim yang adil. Dia siap diuji oleh Tuhan sendiri kalau memang ada dosa yang menyebabkan dirinya tak berkenan di hadapan hadirat Tuhan. Ia siap melakukan ritual pembuktian diri tak bersalah kalau memang diperlukan (6).
Beranikah kita mengklaim diri benar, seperti yang dilakukan oleh pemazmur? Tentu bukan dengan kesombongan, melainkan dengan kerendahan hati karena sadar bahwa kebenaran kita adalah anugerah Allah. Memang seharusnya kita berani bersikap demikian karena kalau tidak, berarti kita sedang menyangkali karya Kristus yang telah menebus kita dari dosa. Atau jangan-jangan kita memang belum mengalami anugerah keselamatan itu? Kalau memang sudah, tunjukkan buah pertobatan kita dengan memiliki hidup yang berbeda dari dunia berdosa!
SH: Mzm 26:1-12 - Hidup Berintegritas (Minggu, 12 Juli 2015) Hidup Berintegritas
Seorang teolog bernama C.S. Lewis pernah berkata, "Integritas adalah melakukan hal yang benar, meskipun tidak ada yang mengawasi....
Hidup Berintegritas
Seorang teolog bernama C.S. Lewis pernah berkata, "Integritas adalah melakukan hal yang benar, meskipun tidak ada yang mengawasi." Terkait dengan integritas, pada Mazmur 26 ini Daud menilai dirinya telah hidup dalam integritas. Hal ini dapat kita pahami dari frase "aku telah hidup dalam ketulusan" di ayat 1 (I have walked in my integrity).
Pernyataan Daud bukan untuk memperlihatkan dirinya sombong melainkan didasarkan pada fakta bahwa ia telah menjalani hidup bermoral (4-5) dan berkomitmen dalam beribadah (6-8). Daud berkomitmen, apapun yang terjadi dalam hidupnya, ia akan tetap menjaga hidup yang berintegritas. Hal ini terlihat pada ayat 1 Daud berkata, "…aku telah hidup dalam ketulusan…" dan pada ayat 11, "…aku (akan; will) hidup dalam ketulusan…".
Meski demikian, Daud menyadari bahwa integritasnya tidak sempurna, walau ia rindu untuk menjalani hidup benar di hadapan Tuhan. Daud sadar bahwa ia masih mungkin untuk jatuh ke dalam dosa. Karena itu, ia meminta Allah untuk menilainya (1). Karena Allah adalah Hakim yang adil, Allah pasti mampu menilai integritasnya dengan tepat dan benar. Daud juga memohon belas kasihan Tuhan untuk menyelamatkannya (11b) karena ia menyadari betapa rentan hidupnya, meski ia berusaha hidup berintegritas.
Bagaimanakah Daud membangun integritasnya? Integritas Daud dibangun bukan dari kemampuan kepemimpinan, prestasi, atau karakternya. Ia membangunnya di dalam Tuhan (1), di dalam kasih setia dan kebenaran Tuhan (3). Ini artinya, integritas Daud bukan didasarkan pada kemampuan dirinya, melainkan pada kasih dan kebenaran Tuhan. Hal ini menjadi penghiburan sekaligus dorongan bagi kita. Dalam kondisi bangsa yang terpuruk seperti sekarang ini, anak-anak Tuhan terpanggil untuk menjadi teladan dalam integritas hidup, yang berdasarkan kasih dan kebenaran Tuhan.
SH: Mzm 26:1-12 - Iman dan Integritas Hidup (Selasa, 7 Agustus 2018) Iman dan Integritas Hidup
Ada perbedaan yang cukup mencolok antara orang sombong dengan orang jujur. Keangkuhan berangkat dari keinginan pribadi untu...
Iman dan Integritas Hidup
Ada perbedaan yang cukup mencolok antara orang sombong dengan orang jujur. Keangkuhan berangkat dari keinginan pribadi untuk mendapatkan hormat atau sanjungan dari orang lain. Sedangkan kejujuran berangkat dari ketulusan dan kelurusan hati tanpa ada motivasi mencari keuntungan. Motivasi utama dari kejujuran adalah cinta akan kebenaran dan kerinduan agar kebenaran itu diungkapkan dengan nyata.
Mazmur 26 bukanlah mazmur yang ditulis dengan motivasi kesombongan. Daud menuliskan mazmur ini dari kesadaran bahwa ia membutuhkan pembebasan dan belas kasihan Tuhan (11). Kesadaran akan anugerah ini membawanya kepada cinta dan kerinduan akan rumah Tuhan (8) serta komitmen untuk hidup dalam ketulusan dan iman tanpa keraguan (1). Daud tidak merasa dirinya suci dan saleh seolah-olah ia tidak pernah melakukan dosa. Sebaliknya, ia menyandarkan diri kepada pengampunan dan karya Allah dalam membentuk dan menuntunnya (1-7, 11). Sebab, Daud menyadari bahwa Allah adalah Allah yang Mahatahu. Karena itu, ia membuka dirinya untuk diuji dan diselidiki oleh Allah (1-3). Dia menegaskan bagaimana dirinya menjauhi pergaulan dan perkumpulan orang-orang yang berbuat jahat dengan cara menceritakan kemuliaan Allah (4-7). Ia mengakhiri mazmurnya dengan menegaskan kerinduan hatinya akan rumah Tuhan (8-12).
Ketika Allah berkarya dalam diri manusia, Ia bukan hanya memberikan status yang baru kepada mereka (Yoh. 1:12). Ia juga memberikan kepada mereka cara pandang yang baru (2Kor. 5:16) dan selera hidup yang baru (Mzm. 26:3-8). Allah menginginkan setiap umat-Nya hidup dalam kekudusan (1Tes. 4:3). Kerinduan ini masih berlaku sampai hari ini.
Integritas orang Kristen tidak dibangun atas keberhasilan dan kemampuan manusia, melainkan semata-mata oleh karya Allah dalam iman. Marilah kita menghidupi iman dengan berkomitmen kepada kebenaran dan kekudusan demi kemuliaan Allah.
Doa: Tuhan, mampukan kami untuk hidup dalam kesadaran bahwa kami bekerja untuk kemuliaan-Mu. [IBS]
Utley -> Mzm 26:1-7
Utley: Mzm 26:1-7 - --NASKAH NASB (UPDATED): Mazm 26:1-71 Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya de...
NASKAH NASB (UPDATED): Mazm 26:1-7
1 Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu. 2 Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. 3 Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu. dan aku hidup dalam kebenaran-Mu. 4 Aku tidak duduk dengan penipu. dan dengan orang munafik aku tidak bergaul; 5 aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat, dan dengan orang fasik aku tidak duduk. 6 Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah. lalu berjalan mengelilingi mezbah-Mu, ya TUHAN, 7 sambil memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring, dan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.
Mazm 26:1-7 Bait ini menegaskan keinginan pemazmur untuk dibela oleh YHWH. Dia telah dituduh melakukan beberapa kejahatan, mungkin penyembahan berhala.
- 1. Berilah keadilan - BDB 1047, KB1022, Qal IMPERATIVE, lih. Mazm 7:8; 17:2-3; 35:24; 43:1, YHWH menguji umat-Nya, lih. Yer 11:20; 12:3; 20:12; lihat Topik Khusus pada Mazm 11:4b
- 2. Ujilah aku - BDB 103, KB 119, Qal IMPERATIVE, lih. Mazm 139:23
- 3. Selidikilah batinku - BDB 650, KB 707, Piel IMPERATIVE, lih. Mazm 7:9, batin (har. "ginjal") dan hati adalah ungkapan untuk seluruh pribadi (yaitu, pikiran, motif, tindakan)
Penulis kemudian mendaftar alasan mengapa ia harus dibenarkan.
- 1. Aku telah hidup dalam ketulusan - BDB 229, KB 246, Qal PERFECT, lih. Mazm 26:3b Mazm 26:11a; Ayub 4:6; Mazm 7:8; 25:21; 41:12; 78:72; 101:2; Ams 2:7; 19:1; 20:7; 28:6
- 2. kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu - perhatikan dua KATA KERJA nya.
- a. percaya - BDB 105, KB 120, Qal PERFECT, lih. Mazm 13:5; 52:8, ini adalah kondisi yang menetap
- b. tanpa keraguan - BDB 588, KB 609, Qal IMPERFECT yang merupakan kebutuhan yang sedang berlangsung (lih. Ibr 10:23), citra serupa ada di Mazm 5:8; 18:36.
- 3. Aku hidup dalam kebenaran-Mu - BDB 229, KB 246, Hithpael PERFECT dengan waw, kebenaran di sini berarti kesetiaan, bukan pengakuan iman
- 4. Aku tidak duduk dengan penipu - BDB 442, KB 444, Qal PERFECT, lih. Mazm 1:1 (ini dapat merujuk kepada penyembahan berhala, lih. NIDOTTE, vol. 4, hal. 54)
- 5. dengan orang munafik aku tidak bergaul - BDB 97, KB 112, Qal IMPERFECT
- 6. aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat - BDB 971, KB 1338, Qal PERFECT, lih. Mazm 31:6; 139:21
- 7. dengan orang fasik aku tidak duduk - BDB 442, KB 444, Qal IMPERFECT
- 8. Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah - BDB 934, KB 1220, Qal IMPERFECT, lih. Mazm 73:13; Nomor 8 Mazm 9 adalah ritual tindakan yang dilakukan dalam acara-acara ibadah nasional (lih. Ul 21:6.)
- 9. Aku akan berjalan mengelilingi mezbah-Mu - BDB 685, KB 738, Poel COHORTATIVE, hal ini menunjuk pada beberapa jenis tarian atau barisan ritual, lih. Yos 6:3-15; Mazm 43:3-4; 48:12
- 10. Aku akan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib. (lihat Topik Khusus pada Mazm 9:1)
- 11. nyanyian syukur dengan nyaring - BDB 1033, KB 1570, Hiphil INFINITIVE CONSTRUCT
- 12. memperdengarkan - 707 BDB, KB 765, Piel CONSTRUCT INFINITIVE, lih. Mazm 9:1; 40:5; 75:1
Perhatikan variasi antara PERFECT dan IMPERFECT nya. Ingat waktu bukan bagian dari KATA KERJA Ibrani, hanya tindakan selesai atau yang sedang berlangsung.
Perhatikan bagaimana lawan dari para pengikut setia ditandai.
- 1. penipu (yaitu, penyembah berhala, tidak berharga, BDB 996, lihat Topik Khusus pada Mazm 24:4)
- 2. orang munafik (yaitu, orang-orang berpura-pura, BDB 761, KB 824, Niphal PARTICIPLE)
- 3. perkumpulan orang yang berbuat jahat (BDB 949, KB 1269, Hiphil PARTICIPLE)
- 4. fasik (BDB 957.
Juga, semua tindakan positif pemazmur bisa dipahami sebagai tidak dilakukan oleh lawan-lawannya. Dia tidak bersalah dan meminta pembenaran. Mereka bersalah dan layak menerima kutukan.
Daftar istilah deskriptif untuk lawan-lawannya (lih. Mazm 1:5; 5:10; 15:2-5) diperluas dalam bait berikutnya.
- 5. orang-orang berdosa (BDB 308)
- 6. para penumpah darah (BDB 60 CONSTRUCT BDB 196, lih. Mazm 5:6; 55:23; 139:19)
- 7. orang yang pada tangannya melekat perbuatan mesum, (BDB 273, lih. Mazm 37:7), AB menyarankan ini merujuk kepada berhala (hal. 163)
- 8. menawarkan suap (BDB 1005), lih. Kel 23:8; Ul 16:19; Mazm 15:5
Orang bertanya-tanya siapakah orang-orang ini. Apakah mereka umat perjanjian yang hidup tanpa iman atau orang- orang non-perjanjian yang tanpa terang? Allah menolong kita, mereka tampaknya adalah orang-orang yang memiliki terang, kebenaran, dan wahyu tetapi memilih untuk menolaknya!
Mazm 26:3 "kasih setia-Mu" Lihat Topik Khusus pada Mazm 5:7.
Mazm 26:5 "perkumpulan orang yang berbuat jahat" Kata "perkumpulan" (qahal, BDB 874) adalah latar belakang PL untuk sebutan PB terhadap gereja, ekklesia (lit. "yang dipanggil keluar," yaitu, gereja) yang digunakan dalam LXX untuk menerjemahkan qahal.
Idenya adalah bahwa ada dua jenis perkumpulan (lih. Mat 7:13-14)
- 1. umat Allah yang setia - Mazm 22:22,25; 35:18; 40:9,10; 89:5; 107:32; 149:1
- 2. para pelaku kejahatan (yakni, penyembah berhala, lih. Mazm 31:6)
Topik Teologia -> Mzm 26:2
Topik Teologia: Mzm 26:2 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
Bagian dari Tubuh Manusia sebagai Aspek Moral Kemanusiaan
...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Hidup Sesuai dengan Iman adalah Bukti Iman
- Maz 26:1-12 1Te 1:3,6-7 2Te 1:11 1Ti 2:15 1Ti 4:12 2Ti 2:22 2Ti 3:10,14 Tit 2:1-2 Tit 3:8 Yak 2:14-26 Wah 2:19
- Permohonan untuk Penginsafan akan Dosa
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Mazmur (Pendahuluan Kitab) Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang...
Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang
Judul Ibrani untuk kitab Mazmur adalah _tehillim_, yang berarti "puji-pujian"; judul dalam Septuaginta (PL dalam bahasa Yunani, dikerjakan sekitar 200 SM) ialah _psalmoi_, yang berarti "nyanyian yang diiringi alat musik gesek atau petik".
Musik memainkan peranan penting dalam ibadah Israel (1Taw 15:16-22; bd.Mazm 149:1--150:6); mazmur-mazmur menjadi nyanyian pujian Israel. Berbeda dengan sebagian besar syair dan nyanyian di dunia Barat yang ditulis dengan sajak dan irama, syair dan nyanyian PL didasarkan pada kesejajaran pemikiran di mana baris(-baris) kedua (atau yang berikutnya) pada hakikatnya menyatakan ulang (kesejajaran sinonim), memperlihatkan kontras (kesejajaran antitetikal), atau secara progresif melengkapi baris yang pertama (kesejajaran sintetik). Ketiga bentuk kesejajaran ini dipakai dalam Mazmur. Mazmur terdini yang diketahui digubah oleh Musa pada abad ke-15 SM (Mazm 90:1-17); sedangkan yang paling akhir adalah dari abad ke-6 sampai ke-5 SM (mis. Mazm 137:1-9). Akan tetapi, sebagian besar dari mazmur ditulis pada abad ke-10 SM semasa zaman keemasan puisi Israel.
Judul-judul atau kalimat pembukaan pada permulaan sebagian besar mazmur (dalam Alkitab Indonesia menjadi bagian dari mazmur), sekalipun bukan bagian asli dan terilham dari mazmur, sudah berusia tua (sebelum Septuaginta) dan penting. Isi dari kalimat pembukaan itu berbeda-beda, meliputi kategori seperti
- (1) nama penulis (mis. Mazm 47:1-10, "Dari bani Korah"),
- (2) bentuk mazmur (mis. Mazm 32:1-11, "nyanyian pengajaran" [bah. Inggris "maskil"] syair hasil renungan atau bertujuan mengajar),
- (3) istilah-istilah musik (mis. Mazm 4:1-9, "Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi"),
- (4) catatan liturgis (mis. Mazm 45:1-18, "Nyanyian kasih" [versi Inggris NIV -- nyanyian pernikahan]), dan
- (5) catatan sejarah singkat (mis. Mazm 3:1-9, "Mazmur Daud ketika ia lari dari Absalom, anaknya").
Mengenai penulis mazmur-mazmur ini, kalimat pembukaan menyebutkan Daud selaku penggubah 73 mazmur, Asaf 12 (seorang Lewi yang berkarunia musik dan nubuat, lih. 1Taw 15:16-19; 2Taw 29:30), bani Korah 10 (keluarga dengan karunia musik), Salomo 2, dan masing-masing satu oleh Heman, Etan, dan Musa. Kecuali Musa, Daud, dan Salomo, semua penggubah lainnya adalah imam atau orang Lewi dengan karunia musik dan tanggung jawab dalam ibadah kudus pada masa pemerintahan Daud. Lima puluh mazmur tidak diketahui penggubahnya. Acuan-acuan alkitabiah dan sejarah memberi kesan bahwa Daud (bd. 1Taw 15:16-22), Hizkia (Ams 25:1; bd. 2Taw 29:25-30), dan Ezra (bd. Neh 10:39; Neh 11:22; Neh 12:27-36,45-47) terlibat pada waktu yang berlainan dalam memilih mazmur-mazmur untuk dipakai bersama di Yerusalem. Penyusunan kitab ini yang terakhir mungkin dilakukan pada masa Ezra dan Nehemia (450-400 SM).
Tujuan
Kitab Mazmur, sebagai doa dan pujian yang diilhamkan Roh, ditulis, secara umum, untuk mengungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan Allah.
- (1) Banyak yang ditulis sebagai doa kepada Allah, mengungkapkan
- (a) kepercayaan, kasih, penyembahan, ucapan syukur, pujian, dan kerinduan akan persekutuan erat;
- (b) kekecewaan, kesesakan mendalam, ketakutan, kekhawatiran, penghinaan dan seruan untuk pembebasan, kesembuhan, atau pembenaran.
- (2) Yang lain ditulis sebagai nyanyian yang mengungkapkan pujian, ucapan syukur, dan pemujaan kepada Allah dan hal-hal besar yang telah dilakukan-Nya.
- (3) Beberapa mazmur berisi bagian-bagian penting berhubungan dengan Mesias.
Survai
Selaku suatu kumpulan dari 150 mazmur, kitab ini meliput bermacam-macam pokok, termasuk penyataan tentang Allah, ciptaan, umat manusia, keselamatan, dosa dan kejahatan, keadilan dan kebenaran, penyembahan dan pujian, doa dan hukuman. Allah dipandang dengan beraneka ragam cara: sebuah benteng perlindungan, batu karang, perisai, gembala, tentara, pencipta, penguasa, hakim penebus, pemelihara, penyembuh, dan penuntut balas; Ia mengungkapkan kasih, kemarahan, dan belas kasihan, dan Ia ada di mana-mana, mengetahui segala sesuatu dan mahakuasa. Umat Allah juga dilukiskan dengan aneka cara: biji mata, domba, orang kudus, orang jujur dan benar yang diangkat-Nya dari sumur berlumpur, menempatkan kakinya pada batu karang, dan menaruh nyanyian baru di dalam mulut mereka. Allah mengarahkan langkah-langkah mereka, memuaskan kerinduan rohani mereka, mengampuni semua dosa mereka, menyembuhkan segala penyakit mereka dan menyediakan tempat tinggal kekal bagi mereka.
Salah satu cara yang bermanfaat untuk meninjau kitab ini ialah dengan berbagai kategori umum yang dipakai untuk menggolongkan mazmur-mazmur ini (dengan agak bertumpang-tindih).
- (1) _Nyanyian Haleluya atau pujian_ : mazmur-mazmur ini membesarkan nama, kemegahan, kebaikan, kebesaran, dan keselamatan Allah (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 21:1-13; Mazm 33:1--34:22; Mazm 103:1--106:48; Mazm 111:1--113:9; Mazm 115:1--117:2; Mazm 135:1-21; Mazm 145:1--150:6).
- (2) _Nyanyian Ucapan Syukur_ : Mazmur-mazmur ini mengakui pertolongan Allah dalam menyelamatkan dan membebaskan seseorang atau Israel selaku bangsa (mis. Mazm 18:1-50; Mazm 30:1-12; Mazm 34:1-22; Mazm 41:1-13; Mazm 66:1-20; Mazm 92:1-15; Mazm 100:1-5; Mazm 106:1-48; Mazm 116:1-19; Mazm 118:1-29; Mazm 124:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 136:1-26; Mazm 138:1-8).
- (3) _Mazmur Doa dan Permohonan_ : Tercakup mazmur-mazmur ratapan dan permohonan kepada Allah, kerinduan akan Allah, dan syafaat bagi umat Allah (mis. Mazm 3:1--6:10; Mazm 13:1-6; Mazm 43:1-5; Mazm 54:1-7; Mazm 67:1-7; Mazm 69:1--70:5; Mazm 79:1--80:19; Mazm 85:1--86:17; Mazm 88:1-52; Mazm 90:1-17; Mazm 102:1-28; Mazm 141:1--143:12).
- (4) _Mazmur Pengakuan Dosa_ : Berfokus pada pengakuan dosa (mis. Mazm 32:1-11; Mazm 38:1-22; Mazm 51:1-19; Mazm 130:1-8).
- (5) _Nanyian Sejarah Kudus_ : Mengisahkan kembali urusan Allah dengan Israel sebagai bangsa (mis. Mazm 78:1-72; Mazm 105:1--106:48; Mazm 108:1-13; Mazm 114:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 137:1-9).
- (6) _Mazmur Pemahkotaan Tuhan_ : Mazmur-mazmur ini dengan tegas menyatakan bahwa "Tuhan adalah Raja" (mis. Mazm 24:1-10; Mazm 47:1-9; Mazm 93:1-5; Mazm 96:1--99:1-99:9).
- (7) _Nyanyian Liturgis_ : Mazmur-mazmur ini digubah untuk perayaan atau kebaktian khusus (mis. Mazm 15:1-5; Mazm 24:1-10; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 113:1--118:29; keenam mazmur terakhir ini dipergunakan dalam perayaan Paskah setiap tahun).
- (8) _Mazmur Kepercayaan dan Pengabdian_ : Mazmur-mazmur ini mengungkapkan:
- (a) kepercayaan seseorang akan integritas Allah dan pertolongan kehadiran-Nya, dan
- (b) pengabdian hati kepada Allah (mis. Mazm 11:1-8; Mazm 16:1-11; Mazm 23:1-6; Mazm 27:1-14; Mazm 31:1--32:11; Mazm 40:1-17; Mazm 46:1-11; Mazm 56:1-13; Mazm 62:1--63:11; Mazm 91:1-16; Mazm 119:1-176; Mazm 130:1--131:3; Mazm 139:1-24).
- (9) _Nyanyian Ziarah_ : Juga disebut "Nyanyian-nyanyian Zion" atau "Nyanyian-nyanyian Pendakian" yang dinyanyikan oleh para peziarah sepanjang perjalanan mereka ke Yerusalem untuk perayaan Paskah, Pentakosta, atau Pondok Daun setiap tahun (mis. Mazm 43:1-5; Mazm 46:1-11; Mazm 48:1-14; Mazm 76:1-12; Mazm 84:1-12; Mazm 87:1-7; Mazm 120:1--134:3).
- (10) _Nyanyian Penciptaan_ : Mazmur-mazmur ini mengakui hasil perbuatan Allah di sorga dan di bumi (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 19:1-14; Mazm 29:1-11; Mazm 33:1-22; Mazm 65:1-13; Mazm 104:1-35).
- (11) _Mazmur-mazmur Hikmat dan Pendidikan_ : Mazmur-mazmur ini merenungkan cara-cara Allah dan mendidik kita mengenai kebenaran (mis. Mazm 1:1-6; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 73:1-28; Mazm 112:1-8; Mazm 119:1-176; Mazm 133:1-3).
- (12) _Mazmur Kerajaan atau Mesias_ : Mazmur-mazmur ini melukiskan beberapa pengalaman Raja Daud atau Raja Salomo yang mempunyai makna nubuat dan yang akhirnya digenapi dalam kedatangan Mesias, Yesus Kristus (mis. Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1--41:13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1--69:36; Mazm 72:1-20; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 110:1-7; Mazm 118:1-29).
- (13) _Mazmur Bernada Kutukan_ : Mazmur-mazmur ini mengundang kutukan atau hukuman Allah atas orang fasik (mis. Mazm 7:1-17; Mazm 35:1-28; Mazm 55:1-23; Mazm 58:1-11; Mazm 59:1-17; Mazm 69:1-36; Mazm 109:1-31; Mazm 137:1-9; Mazm 139:19-22). Karena banyak orang Kristen bingung oleh mazmur-mazmur ini, perlu diperhatikan bahwa mazmur kutukan ini digubah selaku ungkapan semangat demi nama Allah, keadilan, dan kebenaran-Nya, dan dari kebencian kuat terhadap kejahatan dan bukan karena perasaan dendam yang picik. Pada hakikatnya mazmur-mazmur ini berseru kepada Allah agar meninggikan orang benar dan merendahkan orang fasik.
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai kitab Mazmur ini.
- (1) Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang (Mazm 119:1-176), yang terpendek (Mazm 117:1-2) dan ayat tengah (Mazm 118:8).
- (2) Sebagai kitab nyanyian dan ibadah Ibrani, kerohaniannya yang dalam dan luas itu menjadikan kitab ini bagian PL yang paling digemari dan dibaca oleh orang percaya.
- (3) "_Haleluya_" (pujilah Tuhan), istilah Ibrani yang diakui secara universal di kalangan orang percaya, dipakai 28 kali dalam Alkitab, 24 di antaranya dalam kitab ini. Di dalam Mazm 150 pujian kepada Tuhan mencapai puncaknya dan menyampaikan pujian yang utuh dan sempurna kepada Tuhan.
- (4) Tidak ada kitab lain di Alkitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungan dengan Allah dan kehidupan ini. Nyanyian pujian dan pengabdian mengalir dari gunung-gunung tertinggi, dan seruan-seruan keputusasaannya timbul dari lembah-lembah terdalam.
- (5) Sekitar separuh mazmur mencakup doa iman di tengah kesengsaraan.
- (6) Inilah kitab yang paling banyak dikutip di PB.
- (7) Berisi banyak "pasal kesayangan" seperti pasal Mazm 1:1-6; Mazm 23:1-6; Mazm 24:1-10; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 84:1-12; Mazm 91:1-16; Mazm 103:1-22; Mazm 119:1-176; Mazm 121:1-8; Mazm 139:1-24; dan Mazm 150:1-6.
- (8) Mazmur 119 (Mazm 119:1-176) adalah unik dalam Alkitab karena
- (a) panjangnya (176 ayat),
- (b) kasihnya yang agung kepada Firman Allah, dan
- (c) susunan sastranya yang mencakup 22 stanza dengan masing-masing delapan ayat, dan setiap stanza mengawali setiap ayatnya dengan huruf yang sama, juga setiap stanza memakai huruf yang berturut-turut dari abjad Ibrani sebagai bantuan untuk mengingat (yaitu, suatu akrostik).
- (9) Ciri sastranya yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut paralelisme, mencakup irama pemikiran dan bukan irama sajak atau matra; ciri khas ini menjadikan beritanya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain tanpa terlalu banyak kesulitan.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Ada 186 kutipan dari kitab Mazmur dalam PB, jauh lebih banyak daripada kitab PL lainnya. Jelaslah bahwa mazmur-mazmur begitu meresap dalam hati Yesus dan penulis kitab PB lainnya dan bahwa Roh Kudus sering memakai mazmur di dalam ajaran Yesus dan ayat-ayat lain di mana Yesus menggenapi Alkitab selaku Mesias yang dinubuatkan. Misalnya, Mazm 110:1-7 yang singkat (7 ayat) dikutip lebih banyak dalam PB daripada pasal PL lainnya; mazmur ini berisi nubuat tentang Yesus sebagai Mesias, sebagai Anak Allah dan sebagai imam abadi menurut peraturan Melkisedek. Mazmur Mesias lainnya yang dikenakan kepada Yesus dalam PB adalah:Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1-17; Mazm 41:1-13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 69:1-36; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 109:1-31; dan Mazm 118:1-29. Mazmur ini dikenakan kepada
- (1) Yesus selaku nabi, imam, dan raja;
- (2) kedua kedatangan-Nya;
- (3) kedudukan sebagai Anak dan sifat-Nya;
- (4) penderitaan dan kematian-Nya yang mendamaikan; dan
- (5) kebangkitan-Nya. Ringkasnya, Mazmur termasuk kitab PL dengan nubuat paling terinci tentang Kristus dan tertanam sangat dalam di seluruh amanat para penulis PB.
Full Life: Mazmur (Garis Besar) Garis Besar
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!:...
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!: Mazmur 42-72
(Mazm 42:1-72:19)
III. Kitab 3 !!: Mazmur 73-89
(Mazm 73:1-89:52)
IV. Kitab 4 !!: Mazmur 90-106
(Mazm 90:1-106:48)
V. Kitab 5 !!: Mazmur 107-150
(Mazm 107:1-150:1-6)
Matthew Henry: Mazmur (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena beg...
- Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena begitu banyaknya terdapat hal-hal mengenai Kristus dan Injil-Nya, dan juga tentang Allah dan hukum-Nya di dalamnya, sehingga kitab ini disebut sebagai intisari atau ringkasan dari kedua Perjanjian. Sejarah Israel yang banyak tersedia bagi kita, memungkinkan kita untuk mengikuti dan mempelajarinya, dan di sana disajikan dan diajarkan kepada kita pengetahuan tentang Allah. Kitab Ayub membawa kita memasuki proses belajar mengajar, serta memberikan kita berbagai pemikiran dan debat berguna tentang Allah dan pemeliharaan-Nya. Tetapi, kitab ini membawa kita masuk ke dalam ruang mahakudus, menjauhkan kita dari pergaulan sehari-hari dengan sesama, dengan para politisi, ahli filsafat, atau para pembantah dunia ini, dan mengarahkan kita memasuki persekutuan dengan Allah, dengan menghibur jiwa kita dan membawanya beristirahat di dalam Dia, dengan mengangkat dan membuat hati kita berserah kepada-Nya. Dengan demikian kita dapat berada di atas gunung bersama Allah. Dan kalau sudah begini, kita sungguh tidak tahu apa yang menjadi keuntungan kita bila kita tidak berkata, “Betapa bahagianya berada di tempat ini.” Mari kita selidiki:
- I. Judul kitab ini.
- 1. Kitab ini disebut Mazmur. Judul ini yang dirujuk di dalam Lukas 24:44. Orang Ibrani menyebutnya Tehillim, yang dengan tepat menunjukkan Mazmur-mazmur Pujian, karena banyak di mazmur di dalam kitab tersebut yang bercorak seperti itu. Namun, Mazmur merupakan sebuah kata yang lebih umum maknanya, yang berarti semua gubahan apa saja yang punya susunan tertentu yang cocok untuk dinyanyikan, dan isinya bisa bersifat sejarah, pengajaran, permohonan, maupun puji-pujian. Meskipun bernyanyi itu selayaknya menyuarakan rasa sukacita, namun tujuan nyanyian lebih luas maksudnya. Nyanyian itu membantu kita untuk mengingat sesuatu, dan untuk mengungkapkan maupun menggairahkan semua perasaan lain seperti halnya perasaan sukacita ini. Imam-imam memiliki nyanyian ratapan maupun sukacita. Dengan demikian, menyanyikan mazmur sudah merupakan ibadah bagi kita dan maksudnya yang luas, karena kita bukan hanya diarahkan untuk memuji Allah, tetapi juga untuk mengajar dan menegur seorang akan yang lain di dalam mazmur, dan puji-pujian, dan nyanyian rohani (Kol. 3:16).
- 2. Kitab ini disebut Kitab Mazmur. Begitulah yang disebut oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 1:20. Kitab ini merupakan kumpulan mazmur-mazmur, yaitu semua mazmur yang diilhamkan secara ilahi. Meskipun mazmur-mazmur ini digubah dalam berbagai masa dan berbagai kesempatan, semuanya dikumpulkan bersama-sama di dalam kitab ini tanpa rujukan atau ketergantungan satu sama lain. Dengan demikian semua mazmur ini terpelihara dari kemungkinan tercecer atau hilang, dan siap digunakan bagi kebaktian jemaat. Lihatlah, betapa baiknya Tuan yang kita layani, betapa menyenangkannya jalan-jalan hikmat yang disediakan-Nya, sehingga saat kita diperintahkan untuk bernyanyi, yang cukup membuat kita menjadi sibuk, mulut kita pun dipenuhi-Nya dengan kata-kata dan tangan kita disediakan dengan nyanyian-nyanyian.
- II. Penulis kitab ini. Tidak diragukan lagi bahwa pada mulanya semua mazmur ini berasal dari Roh yang mulia. Mazmur adalah nyanyian rohani, firman yang diajarkan oleh Roh Kudus. Penulis sebagian besar mazmur ini adalah Daud, anak Isai, yang karena itu ia diberi gelar sebagai pemazmur yang disenangi di Israel (2Sam. 23:1). Beberapa mazmur yang tidak mencantumkan namanya di dalam judul, dengan jelas dianggap berasal dari dia di tempat lain dalam Alkitab, seperti Mazmur 2 (Kis. 4:25), Mazmur 96 dan 105 (1Taw. 16). Satu mazmur dinyatakan dengan jelas sebagai doa Musa (Mzm. 90). Beberapa mazmur diisyaratkan ditulis oleh Asaf (2Taw. 29:30), di mana dikatakan bahwa orang-orang Lewi menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan dengan kata-kata Daud dan Asaf. Di situ dikatakan bahwa Asaf adalah seorang pelihat atau nabi. Beberapa mazmur tampaknya ditulis kemudian pada masa yang jauh setelah itu, misalnya Mazmur 137, yang ditulis ketika masa pembuangan di Babel. Namun, dapat dipastikan bahwa sebagian besar mazmur ditulis oleh Daud sendiri, yang sangat mahir dalam hal puisi dan musik. Daud memang ditetapkan, memenuhi syarat, dan digerakkan untuk menegakkan ibadah bermazmur di dalam jemaat Allah, seperti halnya Musa dan Harun di zaman mereka, yang menegakkan ibadah korban. Ibadah yang ditegakkan oleh Musa dan Harun sudah digantikan, tetapi yang ditegakkan Daud tetap ada, dan akan tetap ada sampai akhir zaman, ketika ditelan oleh nyanyian-nyanyian kekekalan. Di sini Daud menjadi gambaran dari Kristus, yang adalah keturunannya, bukan keturunan Musa, karena Ia datang untuk mengambil alih korban sembelihan (keluarga Musa segera hilang dan punah setelah itu), selain juga untuk menegakkan dan mengabadikan sukacita dan pujian. Sebab keturunan Daud di dalam Kristus tidak akan pernah berakhir.
- III. Tujuan kitab ini. Maksud dan tujuannya jelas.
- 1. Untuk membantu apa yang telah dipraktikkan dalam agama alamiah dan untuk menyalakan perasaan saleh dalam jiwa manusia yang harus kita baktikan kepada Allah sebagai pencipta, pemilik, pengatur, dan pelindung kita. Kitab Ayub membantu membuktikan dasar-dasar mengenai kesempurnaan dan penyelenggaraan ilahi. Namun, kitab ini membantu kita untuk mengungkapkan dan membuktikan kepercayaan kita akan dasar-dasar yang kita yakini itu di dalam doa dan pujian, dalam pengakuan akan hasrat hati kita akan Dia, ketergantungan kita kepada-Nya, serta seluruh ibadah dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Di dalam bagian lain dalam Kitab Suci ditunjukkan bahwa Allah itu tak terbatas mengatasi manusia dan bahwa Dia itu Tuhan yang berdaulat di atas segalanya. Namun demikian, Kitab Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa kita yang seperti binatang menjalar di bumi ini boleh bergaul dengan Dia. Selain itu, kalau bukan karena salah kita sendiri, ada banyak cara di mana kita bisa tetap bersekutu dengan Dia dalam rupa-rupa keadaan hidup kita sebagai manusia.
- 2. Untuk mempromosikan dan memajukan keunggulan agama wahyu, dan dengan cara yang paling menyenangkan menganjurkannya kepada dunia. Sedikit saja, atau tidak ada hukum seremonial (yang hanya bersifat upacara saja) yang muncul di seluruh Kitab Mazmur. Meskipun korban sembelihan dan korban sajian tetap berlanjut selama berabad-abad, namun di sini kedua hal itu digambarkan sebagai hal yang tidak berkenan kepada Allah (Mzm. 40:7; 51:19), sebagai hal yang kurang bermakna, yang pada saatnya nanti akan lenyap. Namun, firman dan hukum Allah, khususnya bagian-bagian yang berbicara tentang akhlak dan kewajiban yang kekal, ada tertulis di sini untuk diagungkan dan dihormati, lebih daripada yang tertulis di mana pun juga. Dan Kristus yang menjadi puncak dan pusat agama wahyu, yang menjadi dasar, batu penjuru, dan batu utama dari bangunan yang dimuliakan itu, dibicarakan dengan jelas dalam kitab ini dalam bentuk pelambangan dan nubuat. Di sini dibicarakan semua penderitaan-Nya dan kemuliaan yang mengikutinya, serta kerajaan yang hendak dibangun-Nya di dunia ini. Di dalam kerajaan inilah kovenan Allah dengan Daud mengenai kerajaannya digenapi. Betapa tingginya nilai yang diberikan kitab ini terhadap firman Allah, terhadap segala ketetapan dan penghakiman-Nya, serta terhadap kovenan dan janji-janji agung dan mulia-Nya untuk menepati kovenan-Nya itu. Karena itu, betapa kitab ini sangat menganjurkan kita untuk menggunakan firman-Nya, ketetapan dan penghakiman-Nya serta kovenan dan janji-janji-Nya itu sebagai pedoman dan jangkar kita, serta sebagai warisan kita sampai selama-lamanya!
- IV. Manfaat kitab ini. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menanamkan terang ilahi ke dalam pemahaman kita. Namun, manfaat kitab ini terutama sangat unggul dalam menanamkan kehidupan dan kuasa ilahi, serta kehangatan yang kudus ke dalam perasaan kita. Tidak ada satu pun tulisan dalam Alkitab yang lebih bermanfaat dalam membantu ibadah renungan orang-orang kudus dibandingkan kitab ini. Manfaat tersebut telah dinikmati oleh jemaat segala zaman, sejak mazmur ini ditulis dan beberapa bagiannya dikirimkan kepada pemimpin biduan untuk keperluan kebaktian jemaat.
- 1. Mazmur ini bermanfaat untuk dinyanyikan. Untuk menyanyikan lagu himne dan nyanyian rohani, kita boleh mencari di luar mazmur-mazmur Daud, tetapi kita tidak perlu itu. Aturan persajakan dalam bahasa Ibrani tidak jelas, bahkan oleh orang-orang terpelajar sekalipun. Namun demikian, mazmur-mazmur ini seyogyanya dibawakan sesuai dengan aturan persajakan setiap bahasa, setidaknya supaya dapat dinyanyikan untuk mendidik jemaat. Menurut saya, sangatlah menghibur kita, bila kita menyanyikan mazmur Daud, karena kita mempersembahkan puji-pujian kepada Allah yang persis sama seperti yang dipersembahkan kepada-Nya pada masa Daud dan raja-raja Yehuda yang saleh lainnya. Begitu kaya dan indah gubahan puisi-puisi ilahi ini, sehingga tidak akan pernah menjemukan dan lekang karena waktu.
- 2. Kitab mazmur ini bermanfaat untuk dibacakan dan dinyatakan oleh para pelayan Kristus, karena mazmur ini mengandung kebenaran-kebenaran yang agung dan mulia, serta peraturan mengenai baik dan jahat. Tuhan kita Yesus menjelaskan mazmur-mazmur kepada murid-murid-Nya, mazmur-mazmur Injil, dan Ia membukakan pemahaman mereka (karena Ia memegang kunci Daud) untuk memahaminya (Luk. 24:44).
- 3. Mazmur ini bermanfaat untuk dibaca dan direnungkan oleh semua orang baik. Mazmur ini menjadi sumber melimpah yang darinya semua orang akan menimba air dengan kegirangan.
- (1) Pengalaman pemazmur sangat bermanfaat untuk membimbing, memperingatkan, dan menguatkan kita. Pemazmur sering memberi tahu kita tentang apa yang terjadi antara Allah dan jiwanya. Ia memberi tahu kita apa yang dapat kita harapkan dari Allah dan apa yang Ia harapkan serta kehendaki dari kita sehingga Ia berkenan kepada kita. Daud adalah orang yang memiliki hati Allah. Oleh karena itu, orang-orang yang sedikit banyak memiliki hati seperti Daud bolehlah berharap bahwa mereka juga diperbarui oleh anugerah Allah sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Banyak orang sangat merasa terhibur saat hati nurani mereka menyaksikan kebenaran mazmur-mazmur ini, sehingga dengan segenap hati mereka dapat berkata, “Amin” atas doa-doa dan puji-pujian Daud.
- (2) Bahkan ungkapan-ungkapan yang digunakan pemazmur juga sangat bermanfaat. Melalui ungkapan ini Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan doa-doa kita, sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa kepada Allah. Kapan saja kita mendekati Allah, dan juga saat kita kembali kepada Dia untuk pertama kalinya, kita dibimbing untuk membawa serta kata-kata penyesalan (Hos. 14:3), kata-kata ini, yang diajarkan oleh Roh Kudus. Jika kita membuat mazmur-mazmur Daud ini akrab dengan kita seperti yang seharusnya kita lakukan, maka saat kita menghampiri takhta anugerah, untuk maksud apa saja, untuk membuat pengakuan, permohonan, atau ucapan syukur, kita akan terbantu karenanya. Apa pun perasaan saleh yang bekerja di dalam diri kita, hasrat atau pengharapan, kepedihan atau sukacita yang kudus, kita akan menemukan di sana kata-kata yang tepat yang dapat kita ungkapkan, perkataan benar yang tidak dapat disalahkan. Akan sangat baik bila kita mengumpulkan dari Kitab Mazmur ini ungkapan-ungkapan peribadatan dan renungan yang paling sesuai dan paling menggerakkan hati, dan kemudian mengatur dan mengelompokkannya menurut beberapa topik doa, supaya lebih mudah bagi kita untuk menggunakannya. Bisa juga, sekali-sekali kita pilih mazmur tertentu yang berbeda-beda dan berdoa memakai mazmur pilihan itu. Ketika kita berdoa dengan cara ini, kita mencerna ayat-ayatnya dalam pikiran kita dan mempersembahkan hasil renungan itu kepada Allah. Cendekiawan Dr. Hammond (Theolog Inggris, 1605-1660), menulis dalam kata pengantar buku tafsirannya atas Kitab Mazmur (bagian 29) sebagai berikut, “Bahwa merenungkan beberapa bagian mazmur sampai hati kita dipengaruhi, digerakkan dan diteguhkan oleh hidup dan daya yang ada dalam ayat-ayat mazmur itu sungguh lebih baik daripada sekadar mengucapkannya mengikuti sang pemazmur itu, sebab dalam ibadah-ibadah, tidak ada yang harus dihindari selain daripada tindakan-tindakan pengulangan yang tidak membangkitkan perasaan apa-apa di dalam hati.” Seperti yang dinasihatkan oleh Augustinus (354-430, theolog dan filsuf Kristen – pen.), “Jika kita membangun roh kita dengan perasaan yang dikandung dalam mazmur, maka kita boleh yakin akan perkenanan Allah saat kita menggunakan perkataan yang dipakai dalam Mazmur itu.” Mazmur ini bukan hanya dapat membantu kita untuk merenung dan membangkitkan perasaan kita untuk menyembah, memuji dan memuliakan Allah, tetapi juga menjadi petunjuk bagi kita untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita, serta mengajar kita cara untuk jujur di jalan kita, sehingga pada akhirnya kita akan melihat keselamatan yang dari Allah (Mzm. 50:23). Kitab Mazmur ini bukan hanya sangat bermanfaat bagi jemaat Perjanjian Lama, tetapi lebih-lebih lagi bagi kita orang-orang Kristen, kitab mazmur ini lebih bermanfaat dibandingkan dengan jemaat yang hidup sebelum kedatangan Kristus. Karena sama seperti korban-korban Musa, demikian jugalah nyanyian-nyanyian Daud dibuat menjadi jelas dan terpahami oleh Injil Kristus yang membawa kita memasuki selubung itu. Demikianlah, dengan doa-doa dan puji-pujian Daud, semua doa Rasul Paulus dalam surat-suratnya, serta nyanyian-nyanyian baru dalam Kitab Wahyu, kita akan diperlengkapi untuk perbuatan baik ini, karena semua tulisan itu membuat manusia kepunyaan Allah itu sempurna.
- Mengenai pembagian kitab ini, kita tidak perlu sampai begitu cermat. Tidak ada (atau sangat jarang ada) hubungan antara satu mazmur dengan mazmur lainnya, juga tidak ada alasan tertentu dalam pengurutan mazmur yang satu sesudah yang lainnya seperti yang ada sekarang. Walaupun demikian, tampaknya mazmur yang ditempatkan pertama itu berasal dari masa kuno, karena mazmur yang kedua sekarang berasal dari zaman para rasul (Kis. 13:33). Salinan bahasa Latin kuno yang kasar (bukan klasik) menggabungkan pasal kesembilan dan kesepuluh. Semua penulis Katolik Roma mengikuti pembagian itu. Oleh karena itu pencantuman nomor pasal di seluruh Kitab Mazmur mereka selalu kurang satu dibandingkan salinan kita (yang bukan Katolik – pen.). Kita mencantumkan pasal 11, mereka pasal 10, kita menulis pasal 119, mereka mencantumkan pasal 118. Namun, mereka membagi pasal 147 menjadi dua pasal, sehingga jumlah seluruh pasal mencapai 150. Beberapa orang berusaha mengurangi jumlah pasal tersebut dengan mengelompokkannya di bawah beberapa judul yang sesuai menurut pokok masalah yang dibicarakan dalam mazmur-mazmur itu. Namun, sering didapati banyak keragaman pokok pembicaraan dalam satu mazmur yang sama, sehingga penggabungan tersebut tidak dapat dibuat dengan pasti. Namun, tujuh Mazmur penyesalan dosa dengan cara tertentu telah disatukan sebagai ibadah oleh banyak orang. Mazmur-mazmur tersebut adalah pasal 6, 32, 38, 51, 102, 130, dan 143. Kitab Mazmur dibagi menjadi lima kitab yang masing-masing diakhiri dengan kata Amin, ya Amin, atau Haleluya. Kitab pertama di akhiri oleh pasal 41, yang kedua oleh pasal 72, yang ketiga oleh pasal 89, yang keempat oleh pasal 106, dan yang kelima oleh pasal 150. Sebagian orang lagi membagi Kitab Mazmur ini menjadi tiga bagian besar yang masing-masing memuat lima puluh pasal. Sebagian lain lagi membagi menjadi enam puluh bagian, dua bagian untuk setiap hari, pagi dan petang, selama sebulan. Biarlah setiap orang Kristen yang baik membagi kitab ini untuk mereka masing-masing, sehingga mereka dapat meningkatkan pengenalan mereka akan isi dan maksud tulisan ini dengan cara yang paling baik dan sesuai. Dengan demikian, dalam setiap kesempatan apa saja mereka dapat menyanyikan mazmur ini di dalam roh dan dengan pengertian yang penuh.