Pasal
10 dari Kitab Yohanes berbicara tentang Yesus sebagai Gembala yang baik.
Secara historis, Kitab Yohanes ditulis oleh rasul Yohanes, salah satu murid Yesus, sekitar tahun 90-100 Masehi. Yohanes adalah salah satu dari dua belas rasul yang dipilih langsung oleh Yesus. Kitab ini ditulis di pulau Patmos saat Yohanes dalam pengasingan.
Dalam konteks budaya, pada saat itu, masyarakat Yahudi sangat menghormati peran gembala dalam menjaga dan melindungi kawanan domba. Gembala dianggap sebagai figur yang penuh perhatian, pengasih, dan penuh tanggung jawab terhadap domba-dombanya.
Secara literatur, Kitab Yohanes memiliki gaya tulisan yang khas dengan banyak penggunaan simbol dan perumpamaan. Yohanes menggunakan bahasa metaforis dan alegoris untuk menyampaikan pesan teologisnya.
Dalam ayat-ayat sebelumnya, terutama di pasal
9, Yesus menyembuhkan seorang buta sejak lahir. Peristiwa ini menimbulkan perdebatan di antara orang-orang Farisi dan pemimpin agama Yahudi mengenai identitas Yesus. Mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan.
Dalam pasal
10, Yesus menggunakan perumpamaan gembala dan domba untuk menggambarkan hubungan-Nya dengan umat-Nya. Ia mengatakan bahwa Dia adalah Gembala yang baik yang mengenal domba-domba-Nya dan memberikan hidup-Nya bagi mereka. Yesus juga mengungkapkan bahwa Dia adalah satu-satunya jalan untuk mencapai keselamatan dan hidup yang kekal.
Secara teologis, pasal ini menekankan pentingnya hubungan personal antara Yesus dan umat-Nya. Yesus sebagai Gembala yang baik siap untuk melindungi, membimbing, dan memberikan hidup-Nya bagi domba-domba-Nya. Pasal ini juga menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam Alkitab dan bahwa hanya melalui-Nya kita dapat mencapai keselamatan dan hidup yang kekal.
Dengan demikian, pasal
10 dari Kitab Yohanes memberikan gambaran tentang hubungan Yesus dengan umat-Nya dan pentingnya iman kepada-Nya sebagai satu-satunya jalan menuju keselamatan.