Latar belakang dari pasal
7 dari Kitab Kisah Para Rasul terletak dalam konteks historis, budaya, literatur, dan teologisnya. Pasal ini berisi pidato Stefanus, seorang diakon gereja perdana yang diadili oleh Mahkamah Agama Yahudi karena tuduhan penistaan terhadap hukum Musa dan Bait Suci.
Dalam ayat-ayat sebelumnya, terutama pada pasal
6, kita melihat bahwa gereja perdana mengalami pertumbuhan yang pesat. Namun, terdapat ketegangan antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani dan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani dalam pelayanan gereja. Untuk mengatasi masalah ini, tujuh orang diakon dipilih, termasuk Stefanus, untuk mengurus pelayanan sosial dan memastikan keadilan dalam gereja.
Stefanus adalah seorang pria yang penuh iman dan penuh Roh Kudus. Ia melakukan mujizat dan memberitakan Injil dengan kuasa yang besar. Namun, hal ini menimbulkan kegelisahan di kalangan orang-orang Yahudi yang tidak setuju dengan ajaran Kristen.
Dalam pidatonya di pasal
7, Stefanus menguraikan sejarah keselamatan dari Abraham hingga kedatangan Yesus Kristus. Ia menunjukkan bagaimana Allah bekerja dalam sejarah Israel dan bagaimana bangsa itu sering kali menolak dan memberontak terhadap Allah. Pidato Stefanus ini mengungkapkan kebenaran yang tidak nyaman bagi para pemimpin Yahudi, sehingga mereka marah dan memutuskan untuk membunuhnya.
Secara teologis, pasal
7 menunjukkan bahwa Allah bekerja melalui sejarah dan memilih orang-orang tertentu untuk memenuhi rencana-Nya. Pidato Stefanus juga menegaskan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dan bahwa orang-orang Yahudi telah menolak-Nya, seperti halnya leluhur mereka telah menolak para nabi sebelumnya.
Dengan demikian, latar belakang pasal
7 dari Kitab Kisah Para Rasul mencakup konteks historis, budaya, literatur, dan teologisnya. Ayat-ayat sebelumnya menunjukkan pertumbuhan gereja perdana dan pemilihan Stefanus sebagai diakon. Pidato Stefanus dalam pasal
7 mengungkapkan sejarah keselamatan dan menegaskan kebenaran ajaran Kristen, yang akhirnya menyebabkan kemartiran Stefanus.