Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 12 No. 2 Tahun 1997 >  STATUS WANITA MENURUT ALKITAB > 
II. PANDANGAN PERJANJIAN BARU 

Penyelidikan status wanita menurut pandangan Kitab Perjanjian Baru dibatasi menurut kitab Galatia 3:28 saja. Pembahasannya mencakup frase demi frase, yaitu frase "dalam hal ini", "tidak ada... atau", "laki-laki atau perempuan" dan "kamu semua satu di dalam Yesus Kristus".

Frase awal dalam ayat 28 "dalam hal ini," sebenarnya tidak ada dalam teks aslinya. Demikian juga ketika kita membandingkan dengan beberapa terjemahan yang lain, seperti King James Version, Revised Standard Version dan New International Version, ayat 28 dimulai langsung dengan perkataan "tidak ada" ("there is nothing"). LAI memang sengaja menambahkannya untuk memperlihatkan bahwa ayat ini ada kaitannya dengan ayat-ayat sebelumnya yaitu melalui iman kepada Yesus Kristus kita semua tanpa pengecualian akan disebut anak-anak Allah (lihat ay 26, 27).

Dalam ayat ini, frase "tidak ada .... atau ...." (there is neither.... nor ....) diulang tiga kali, kecuali kata "atau" di antara "laki-laki" dan "perempuan" seharusnya dalam bahasa Yunani adalah "dan". Bait ketiga dari ungkapan Paulus merupakan pernyataan yang paling keras di antara dua pernyataan sebelumnya, karena bukan hanya menyangkut masalah perbedaan sosial saja melainkan juga masalah perbedaan biologis. Arti kata "dan" di sini menunjukkan kesederajatan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan yaitu sama-sama mempunyai hak untuk menjadi milik Kristus dan menjadi anak-anak Allah.1184

Pengertian "kamu semua satu di dalam Kristus Yesus" merupakan status baru yang diterima anak-anak Allah sebagai pernyataan ciptaan baru dalam Kristus (Gal 6:15b) sehingga setiap perbedaan ras, sosial dan jenis kelamin disatukan dalam satu iman dan baptisan menjadi satu tubuh Kristus yang utuh (1Kor 12:13; Kol 3:11).1185 Paulus tidak menyangkal adanya perbedaan itu secara lahiriah (pria dan wanita), tetapi dia menghendaki perbedaan itu tidak menjadi penghalang sebagian umat-Nya untuk datang menyembah dan melayani-Nya. Jadi kesimpulannya, kita yang telah berada di dalam Yesus Kristus dan telah menikmati relasi yang baik dengan Allah tidak lagi harus membedakan ras, sosial dan jenis kelamin. Manusia dari semua bangsa, golongan, pria maupun wanita adalah sederajat di hadapan-Nya. Hanya oleh anugerah dan iman kepada Kristus Yesus, semua umat manusia akan diterima dan dijadikan anak-anak Allah, tanpa pengecualian (diskriminasi atau favoritisme berdasarkan bangsa, golongan atau jenis kelamin).

Kita dapat membuktikan bagaimana Paulus sungguh-sungguh telah mengizinkan prinsip "tidak ada laki-laki dan perempuan" ini berlaku dalam pelayanan dan kehidupannya sehari-hari. Misalnya, menyangkut penghargaan Paulus kepada wanita-wanita di Filipi yang telah bekerja sama dengannya dalam memberitakan Injil (Fil 4:3), pengakuannya terhadap wanita yang berdoa dan bernubuat di dalam gereja (1Kor 11:10), dan terteranya nama-nama wanita di dalam beberapa suratnya (1 Kor 16:19; 22 Tim 4:19; Rm 16:1-16).

Paulus telah meneladani kehidupan serta pelayanan Tuhan Yesus yang telah lebih dahulu menggenapi konsep persamaan status antara wanita dan pria. Yesus lahir dari seorang wanita (Gal 4:4), sehingga martabat wanita yang rusak akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa dikembalikan.1186 Hal yang sama ditunjukkan melalui sikap Yesus terhadap wanita sewaktu perjalanan kelilingNya dari kota ke kota. Ia telah bertemu dan berbicara dengan beberapa wanita seperti pada wanita Samaria di sumur Yakub yang akhirnya menjadi saksi bagi banyak orang, khususnya di kota Samaria itu (Yoh 4:1-42). Tatkala seorang wanita yang tertangkap sedang berzinah dihadapkan kepadaNya, dengan lemah lembut Ia berkata kepadanya dan tidak menghukumnya (Yoh 8:1-11). Pada kesempatan lain, Tuhan Yesus mengizinkan seorang pelacur mendatangiNya ketika Ia sedang makan untuk membasahi kaki-Nya dengan air matanya, menyeka dengan rambutnya dan mencium kaki-Nya (Luk 7:36-50). Contoh yang lain adalah tatkala Ia memberi kehormatan kepada Maria Magdalena untuk menjadi saksi pertama kebangkitan-Nya (Yoh 20:10).

Selama kehidupan-Nya, Tuhan Yesus telah memperlihatkan sikap yang terbuka terhadap kaum wanita sama seperti kepada kaum pria. Yesus Kristus telah menjadi titik pertemuan "ciptaan lama" (ketika manusia jatuh dalam dosa) dan "ciptaan baru" sehingga hubungan pria dan wanita benar-benar dipulihkan kembali.1187



TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA