Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 2:16 - -- 2:16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku239 menjadi tempat berjualan240."
Di...
2:16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku239 menjadi tempat berjualan240."
Di pelataran Bait Suci Tuhan Yesus melawan penjualan binatang-binatang untuk dikorbankan, tetapi Dia tidak melawan sistem pengorbanan itu sendiri. Dia mendukung semua kegiatan Bait Allah yang diwajibkan dalam Firman Allah. Salah satu kegiatan itu adalah perkumpulan orang-orang bukan Yahudi yang mengasihi Allah. Mereka, sebagai orang bukan Yahudi, tidak dapat masuk ke pelataran yang lebih dekat pada Bait Allah, tetapi pelataran yang dipakai untuk menjual binatang dan menukar uang sebenarnya dikhususkan untuk mereka, supaya di situ mereka dapat menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.
Mungkin Zakharia 14:12, yang berbunyi "... Dan tidak akan ada lagi pedagang di rumah TUHAN semesta alam pada waktu itu", ada di hati Tuhan Yesus pada waktu itu.
2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
Hagelberg: Yoh 2:16 - -- 2:16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku239 menjadi tempat berjualan240."
Di...
2:16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku239 menjadi tempat berjualan240."
Di pelataran Bait Suci Tuhan Yesus melawan penjualan binatang-binatang untuk dikorbankan, tetapi Dia tidak melawan sistem pengorbanan itu sendiri. Dia mendukung semua kegiatan Bait Allah yang diwajibkan dalam Firman Allah. Salah satu kegiatan itu adalah perkumpulan orang-orang bukan Yahudi yang mengasihi Allah. Mereka, sebagai orang bukan Yahudi, tidak dapat masuk ke pelataran yang lebih dekat pada Bait Allah, tetapi pelataran yang dipakai untuk menjual binatang dan menukar uang sebenarnya dikhususkan untuk mereka, supaya di situ mereka dapat menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.
Mungkin Zakharia 14:12, yang berbunyi "... Dan tidak akan ada lagi pedagang di rumah TUHAN semesta alam pada waktu itu", ada di hati Tuhan Yesus pada waktu itu.
B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 2:12-22
Matthew Henry: Yoh 2:12-22 - Para Pedagang di Bait Suci Diusir; Kematian dan Kebangkitan Kristus Diberitahukan Para Pedagang di Bait Suci Diusir; Kematian dan Kebangkitan Kristus Diberitahukan (2:12-22)
Di sini kita melihat:
I. Kunjungan singkat Kristus ...
Para Pedagang di Bait Suci Diusir; Kematian dan Kebangkitan Kristus Diberitahukan (2:12-22)
- Di sini kita melihat:
- I. Kunjungan singkat Kristus ke Kapernaum (ay. 12). Kapernaum adalah kota yang luas dan padat penduduknya, jauhnya kira-kira satu hari perjalanan dari Kana. Kota ini disebut kota-Nya sendiri (Mat. 9:1), karena Ia menjadikannya sebagai pangkalan-Nya di wilayah Galilea, dan betapa sedikitnya istirahat yang didapat-Nya di sana! Kota ini merupakan tempat berkumpul orang banyak, dan karena itu Kristus memilihnya, agar ketenaran ajaran dan mujizat-mujizat-Nya bisa menyebar dari sana ke tempat-tempat yang lain.
- Perhatikanlah:
- . Teman seperjalanan yang menyertai-Nya ke sana: ibu-Nya, saudara-saudara-Nya, dan murid-murid-Nya. Ke mana pun Kristus pergi,
- (1) Ia tidak akan pergi sendiri, tetapi akan mengajak bersama-Nya orang-orang yang telah mempercayakan diri mereka ke dalam bimbingan-Nya, supaya Ia dapat mengajar mereka dan agar mereka bisa menyaksikan mujizat-mujizat-Nya.
- (2) Ia tidak bisa pergi sendiri, mereka pasti akan mengikuti-Nya, sebab mereka suka dengan manisnya ajaran-Nya atau anggur-Nya (6:26). Ibu-Nya tetap mengikuti-Nya, meskipun sebelumnya Kristus menyadarkannya bahwa dalam pelayanan-pelayanan-Nya Ia tidak boleh menghormatinya lebih daripada orang lain. Ibu-Nya mengikuti-Nya bukan untuk menjadi pengantara bagi-Nya, melainkan untuk belajar dari-Nya. Ikut pula dalam perjalanan ini saudara-saudara dan kerabat-kerabat-Nya, yang sebelumnya menghadiri pesta perkawinan bersama-Nya dan menjadi tergerak oleh mujizat di sana, dan juga murid-murid-Nya, yang mengikuti-Nya ke mana pun Ia pergi. Tampaknya orang banyak tersentuh oleh mujizat-mujizat Kristus pada waktu pertama lebih daripada sesudahnya, ketika mujizat-mujizat itu tampak tidak begitu mengherankan lagi karena sudah biasa disaksikan.
- . Lama tinggal-Nya di situ, yang pada kali ini hanya beberapa hari saja, karena Ia hanya ingin melihat-lihat kota itu saja terlebih dahulu sebelum tinggal agak lama nantinya. Kristus selalu berpindah-pindah tempat, Ia tidak ingin membatasi manfaat yang bisa diberikan-Nya hanya kepada satu tempat, karena banyak orang membutuhkan-Nya. Dengan demikian Ia hendak mengajar para pengikut-Nya agar mereka melihat diri mereka hanya sebagai pelancong di dunia ini, dan mengajar hamba-hamba-Nya agar mereka segera memanfaatkan peluang-peluang yang ada, dan pergi ke mana pun pekerjaan mereka membawa mereka. Kita tidak mendapati Kristus di rumah-rumah ibadah pada saat itu, Ia hanya mengajar sahabat-sahabat-Nya secara pribadi, dan dengan demikian Ia memulai pekerjaan-Nya secara bertahap. Sungguh baik bila hamba-hamba Tuhan yang masih muda membiasakan diri mendengarkan secara pribadi perkataan yang saleh dan membangun, sehingga dengan persiapan yang lebih baik dan perasaan hormat yang lebih besar mereka dapat memulai pekerjaan mereka di hadapan orang banyak. Ia tidak tinggal lama di Kapernaum, karena hari raya Paskah sudah dekat, dan Ia harus merayakannya di Yerusalem. Segala sesuatu itu indah pada waktunya. Yang kurang baik haruslah mengalah demi yang lebih baik, dan segala tempat kediaman Yakub harus mengalah demi pintu-pintu gerbang Sion.
- II. Paskah yang dirayakan-Nya di Yerusalem. Ini adalah Paskah pertama setelah pembaptisan-Nya, dan penulis Injil ini mencatat semua Paskah yang dirayakan-Nya sesudahnya, yang semuanya ada empat, dan Paskah keempat adalah ketika Ia dihukum dan menderita (tiga tahun setelah ini), dan sekarang baru setengah tahun berlalu sejak pembaptisan-Nya. Kristus, karena takluk kepada hukum Taurat, merayakan hari Paskah di Yerusalem (Kel. 23:17). Dengan demikian, Ia mengajar kita melalui teladan-Nya agar kita menjalankan ketetapan-ketetapan ilahi dengan ketat dan menghadiri perkumpulan-perkumpulan ibadah dengan rajin. Ia berangkat ke Yerusalem ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, supaya Ia bisa termasuk orang-orang pertama yang sampai di sana. Paskah ini disebut Paskah orang Yahudi, karena hari raya ini khusus dirayakan oleh umat Yahudi (Kristus adalah Paskah kita), namun tidak lama lagi Allah tidak akan mengakui perayaan ini sebagai perayaan-Nya. Kristus selalu merayakan Paskah di Yerusalem setiap tahun, sejak Ia berumur dua belas tahun, untuk mematuhi hukum Taurat. Akan tetapi, karena sekarang Ia telah memulai masa pelayanan-Nya kepada orang banyak, kita bisa mengharapkan sesuatu yang lebih dari-Nya dibandingkan dengan sebelumnya, dan di sini ada dua hal yang diberitahukan tentang apa yang diperbuat-Nya di sana:
- . Ia membersihkan Bait Suci (ay. 14-17).
- Perhatikanlah di sini:
- (1) Tempat pertama kita mendapatkan Kristus di Yerusalem adalah di Bait Suci, dan sepertinya Ia tidak muncul di hadapan orang banyak sebelum Ia datang ke sana, sebab kehadiran dan pengajaran-Nya di situ merupakan kemegahan rumah yang kemudian yang akan melebihi kemegahannya yang semula (Hag. 2:10). Sudah dinubuatkan (Mal. 3:1) bahwa "Aku akan menyuruh utusan-Ku," Yohanes Pembaptis. Ia tidak pernah mengajar di Bait Suci, tetapi Tuhan yang kamu cari, Ia dengan tiba-tiba akan masuk ke bait-Nya, secara tiba-tiba setelah kemunculan Yohanes Pembaptis. Dengan demikian, sekarang inilah saatnya, dan di Bait Sucilah Mesias harus dinantikan.
- (2) Pekerjaan pertama yang kita lihat dilakukan Kristus di Bait Suci adalah membersihkan tempat itu, sebab demikianlah yang sudah dinubuatkan di sana (Mal. 3:2-3): Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi. Sekaranglah tiba masa pembaharuan. Kristus datang untuk menjadi Sang Pembaharu agung, dan sama seperti cara membaharui yang dilakukan raja-raja Yehuda, Ia pertama-tama membersihkan apa yang salah (dan ini dulu merupakan pekerjaan pada hari raya Paskah juga, seperti pada masa Hizkia, 2Taw. 30:14-15, dan pada masa Yosia, 2Raj. 23:4, dst.), dan baru kemudian Ia mengajar mereka untuk berbuat kebaikan. Pertama buanglah ragi yang lama itu, kemudian barulah kita merayakan pesta. Dengan datang ke dunia, Kristus mempunyai rancangan untuk memperbaharui dunia, dan Ia mengharapkan agar semua orang yang datang kepada-Nya memperbaharui hati dan hidup mereka (Kej. 35:2). Dan hal ini telah diajarkan-Nya melalui pembersihan Bait Suci ini. Lihatlah di sini:
- [1] Apa itu kecemaran-kecemaran yang harus dibersihkan. Ia menemukan sebuah pasar di salah satu pelataran Bait Suci, yang disebut dengan pelataran bangsa-bangsa lain, di dalam gunung Bait Suci.
- Di sana:
- Pertama, ada penjual-penjual lembu, kambing domba dan merpati, untuk hewan persembahan. Pastilah hewan-hewan ini bukan untuk keperluan biasa, melainkan untuk memudahkan orang-orang yang datang dari luar Yerusalem, yang tidak bisa membawa-bawa hewan itu dengan nyaman sepanjang perjalanan (Ul. 14:24-26). Pasar ini mungkin dulu berada di dekat kolam Betesda (5:2), tetapi sekarang diperbolehkan masuk ke dalam Bait Suci oleh imam-imam kepala, supaya mereka bisa mendapat uang kotor darinya. Karena pastilah uang sewa untuk berdagang di situ, dan biaya untuk memeriksa hewan-hewan yang dijual di sana dan mengeluarkan sertifikat bahwa hewan-hewan itu tidak bercela, akan mendatangkan penghasilan yang sangat besar bagi mereka. Kecemaran-kecemaran besar di dalam gereja timbul karena cinta akan uang (1Tim. 6:5-10).
- Kedua, ada juga penukar-penukar uang, untuk memudahkan orang-orang yang setiap tahun harus membayar pajak persis setengah syikal, yang berbentuk uang logam, sebagai biaya untuk pelayanan di Bait Suci (Kel. 30:12), dan mereka juga pasti bisa mendapatkan keuntungan dari penukaran uang ini.
- [2] Apa cara yang ditempuh Tuhan kita untuk membersihkan kecemaran-kecemaran itu. Ia sudah melihat semuanya ini di Bait Suci sebelumnya, ketika Ia masih belum memulai pelayanan umum-Nya, tetapi Ia tidak pernah bangkit untuk mengusir mereka sampai sekarang, ketika Ia telah menampakkan jati diri-Nya sebagai seorang nabi di hadapan orang banyak. Ia tidak mengeluh kepada imam-imam kepala karena Ia tahu bahwa mereka sendiri memperbolehkan segala kecemaran itu.
- Tetapi, Ia sendiri:
- Pertama, mengusir kambing domba dan lembu, beserta para penjualnya, dari Bait Suci. Ia tidak pernah secara paksa menghalau orang masuk ke dalam Bait Suci. Paksaan hanya dipakai-Nya untuk mengusir orang-orang yang mencemarkan Bait Suci itu. Ia tidak menangkap kambing domba dan lembu untuk diri-Nya sendiri. Ia tidak merampas dan mengambil bagi diri-Nya sendiri, meskipun Ia melihat bahwa hewan-hewan itulah yang merupakan pelanggar-pelanggar yang sesungguhnya yang menerobos masuk ke tanah milik Bapa-Nya. Ia hanya mengusir semua hewan itu, beserta para pemiliknya. Ia membuat cambuk dari tali, yang mungkin sebelumnya dipakai oleh mereka untuk menggiring kambing domba dan lembu mereka, dan mengusir mereka semua dari Bait Suci, dari tempat di mana Kristus telah mengumpulkan mereka. Orang-orang berdosa menyiapkan cambuk yang akan dipakai untuk mengusir mereka sendiri dari Bait Allah. Ia tidak membuat cambuk untuk menghukum para pelanggar aturan (hukuman-Nya bagi mereka berbeda sifatnya), tetapi hanya untuk mengusir ternak-ternak itu. Tidak ada yang diinginkan-Nya selain daripada pembaharuan (Rm. 13:3-4; 2Kor. 10:8).
- Kedua, dihamburkan-Nya ke tanah uang penukar-penukar, to kerma -- uang kecil -- Nummorum Famulus. Dengan menghamburkan uang itu, Ia menunjukkan ketidaksukaan-Nya akan uang. Ia melemparkannya ke tanah, ke bumi, karena seperti begitulah uang itu adanya. Dengan membalikkan meja-meja itu, Ia menunjukkan ketidaksenangan-Nya terhadap orang-orang yang menjadikan agama sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan duniawi. Penukar-penukar uang di Bait Suci menajiskan tempat itu. Perhatikanlah, dalam mengerjakan pembaharuan, sungguh baik jika kita melaksanakannya secara menyeluruh dan tuntas. Ia mengusir mereka semua. Ia tidak hanya menghamburkan uang, tetapi juga, dengan membalikkan meja-meja, Ia membubarkan perdagangan itu sekaligus.
- Ketiga, kepada pedagang-pedagang merpati (hewan persembahan bagi kaum miskin) Ia berkata, "Ambil semuanya ini dari sini." Walaupun burung-burung merpati tidak begitu menyita banyak tempat, dan tidak begitu banyak membuat kegaduhan seperti kambing domba dan lembu, burung-burung itu tidak diperbolehkan berada di sana. Burung pipit dan burung layang-layang yang dengan pemeliharaan Allah (Mzm. 84:4) hinggap di Bait Suci tentu diperbolehkan, tetapi tidak demikian dengan burung merpati, yang dimanfaatkan bagi keuntungan manusia. Bait Allah tidak boleh dijadikan sarang burung merpati. Namun demikian, lihatlah hikmat Kristus dalam cinta-Nya yang membara ini. Sewaktu Ia mengusir kambing domba dan lembu, para pemiliknya bisa saja mengejar hewan-hewan itu, dan sewaktu Ia menghamburkan uang, para pedagang bisa saja mengumpulkannya kembali, tetapi jika Ia melepaskan burung-burung merpati, maka burung-burung itu akan terbang dan tidak bisa didapat lagi. Oleh karena itu, kepada pedagang-pedagang burung merpati Ia hanya berkata, "Ambillah semuanya ini dari sini." Perhatikanlah, kebijaksanaan haruslah selalu membimbing dan mengatur semangat kita yang membara, agar kita tidak berbuat sesuatu yang tidak patut kita perbuat, atau yang membahayakan orang lain.
- Keempat, Ia memberikan alasan yang baik kepada mereka atas perbuatan-Nya itu: jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan. Tindakan paksa untuk meluruskan harus disertai dengan alasan yang membenarkan.
- a. Inilah alasan mengapa mereka tidak boleh mencemarkan Bait Suci, karena itu adalah rumah Allah, dan tidak boleh dijadikan rumah untuk berjual beli. Berjual beli adalah hal yang baik jika dilakukan di pasar, tetapi tidak di Bait Suci. Dengan berbuat demikian, maka mereka,
- (a) Merampas apa yang dipersembahkan bagi kehormatan Allah. Ini merupakan tindakan pencemaran, perampokan terhadap Allah.
- (b) Merendahkan apa yang khidmat dan agung, dan membuatnya hina.
- (c) Mengganggu dan menghalangi ibadah yang seharusnya dijalankan dengan khidmat, sungguh-sungguh, dan khusyuk. Perbuatan mereka itu terutama menghina ibadah orang-orang asing karena mereka dipaksa berkumpul bersama kambing domba dan lembu, dan ibadah mereka pun menjadi terganggu karena kegaduhan pasar, sebab pasar ini berada di pelataran bagi bangsa-bangsa bukan-Yahudi.
- (d) Membuat kepentingan agama tunduk kepada kepentingan duniawi, sebab kekudusan tempat itu pasti membuat pasar ini ramai dan membuat barang dagangan mereka laris. Orang-orang yang menjadikan rumah Allah sebagai rumah dagang adalah mereka,
- [a] Yang pikirannya dipenuhi dengan perkara-perkara duniawi ketika mereka sedang beribadah, seperti yang digambarkan dalam Amos 8:5; Yehezkiel 33:31.
- [b] Yang memanfaatkan jabatan rohaninya untuk mendapatkan uang kotor, dan menjual karunia-karunia Roh Kudus (Kis. 8:18).
- b. Inilah alasan mengapa Ia harus membersihkannya, yaitu karena Bait Suci adalah Rumah Bapa-Nya. Dan,
- (a) Oleh karena itu, Ia mempunyai wewenang untuk membersihkannya, sebab Ia berlaku setia, sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya (Ibr. 3:5-6). Dengan memanggil Allah sebagai Bapa-Nya, Ia menunjukkan bahwa diri-Nya adalah Mesias, yang tentang Dia dikatakan, "Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, dan Aku akan menjadi Bapanya" (2Sam. 7:13-14).
- (b) Oleh sebab itu, Ia bersemangat untuk membersihkannya: "Ini rumah Bapa-Ku, dan karena itu Aku tidak tahan melihatnya dicemarkan, dan menyaksikan Dia tidak dihormati." Perhatikanlah, jika Allah adalah Bapa kita di sorga, dan karena itu kita ingin agar nama-Nya dikuduskan, pastilah kita bersedih melihat nama-Nya dicemarkan. Pembersihan Bait Suci oleh Kristus ini dengan demikian sudah selayaknya dipandang sebagai salah satu pekerjaan-Nya yang mengagumkan. Inter omnia signa quæ fecit Dominus, hoc mihi videtur esse mirabilius -- Dari semua pekerjaan mengagumkan yang diperbuat Kristus, bagi saya pekerjaan inilah yang tampak paling mengagumkan -- Hieron. Tindakan ini mengagumkan, mengingat,
- [a] Ia melakukannya tanpa bantuan seorang pun dari sahabat-sahabat-Nya. Dalam hal ini mungkin tidaklah sulit untuk memanas-manasi orang banyak, yang sangat menghormati Bait Suci, agar mereka melawan para pedagang ini yang sudah mencemarkan Bait Suci. Akan tetapi, Kristus tidak pernah menyetujui perbuatan apa pun yang rusuh dan tidak teratur. Ada satu hal yang perlu ditegakkan, dan lengan-Nya sendirilah yang akan menegakkannya.
- [b] Ia melakukannya tanpa perlawanan dari satu orang pun musuh-Nya, entah dari para pedagang itu sendiri ataupun dari imam-imam kepala yang memberi mereka izin, dan yang mempunyai posse templi -- kekuasaan di Bait Suci, kapan saja mereka memerintahkannya. Akan tetapi, kejahatan itu memang terlalu mencolok untuk dibenarkan. Suara hati para pendosa adalah sahabat terbaik bagi para pembaharu. Namun demikian, ini belum semuanya, dalam hal ini ada kekuasaan ilahi yang bekerja, kuasa atas roh-roh manusia, dan dalam tindakan mereka yang tidak melawan itu, nubuat Alkitab digenapi (Mal. 3:2-3), "Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya?"
- Kelima, inilah keterangan yang diberikan murid-murid-Nya tentang peristiwa ini (ay. 17): Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Pada mulanya mereka agak terkejut melihat Dia yang diperlihatkan kepada mereka sebagai Anak Domba Allah itu begitu marah seperti itu, dan Dia yang mereka percaya sebagai Raja Israel begitu merendahkan diri-Nya seperti itu sampai mau melakukan semuanya itu seorang diri. Akan tetapi, mereka teringat akan satu ayat Kitab Suci yang mengajar mereka untuk menyelaraskan perbuatan-Nya ini dengan kelemahlembutan Anak Domba Allah maupun dengan kemegahan Raja Israel, sebab Daud, ketika berbicara tentang Mesias, secara khusus memperhatikan cintanya untuk rumah Tuhan yang begitu hebat sehingga sampai menghanguskannya, membuatnya lupa diri (Mzm. 69:10).
- Perhatikanlah:
- . Murid-murid mulai mengerti maksud perbuatan Kristus dengan mengingat Kitab Suci: Maka teringatlah murid-murid-Nya sekarang bahwa ada tertulis. Perhatikanlah, firman Allah dan perbuatan Allah saling menjelaskan dan menggambarkan satu sama lainnya. Ayat-ayat Kitab Suci yang tidak terang kini menjadi jelas melalui penggenapannya dalam tindakan pemeliharaan Allah, dan pemeliharaan-pemeliharaan Allah yang sulit dipahami menjadi mudah dimengerti dengan membandingkannya dengan ayat-ayat Kitab Suci. Lihatlah betapa besar manfaatnya bagi murid-murid Kristus jika mereka selalu siap dan berpegang penuh pada Kitab Suci, dan selalu memenuhi ingatan mereka dengan kebenaran-kebenaran Kitab Suci, yang dengannya mereka akan diperlengkapi untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.
- . Ayat Alkitab yang teringat oleh mereka sangatlah tepat: cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku. Daud dalam hal ini merupakan gambaran Kristus, sebab ia cinta akan rumah Tuhan (Mzm. 132:2-3). Untuk rumah Tuhan ia berbuat dengan segenap kemampuannya (1Taw. 29:2). Bagian yang terkemudian dari ayat itu (Mzm. 69:10) diterapkan pada Kristus (Rm. 15:3), seperti halnya bagian yang terdahulunya diterapkan di sini. Segala hal-hal mulia yang terdapat pada orang-orang kudus Perjanjian Lama sungguh nyata di dalam Kristus, terutama cinta untuk rumah Tuhan ini, dan seperti halnya orang-orang kudus itu merupakan teladan bagi kita, demikian pula mereka adalah gambaran akan Dia.
- Perhatikanlah:
- (1) Yesus Kristus sangatlah cinta terhadap rumah Tuhan, yakni gereja-Nya. Ia mengasihinya dan selalu ingin memberikan kehormatan dan kesejahteraan kepadanya.
- (2) Cinta ini bahkan menghanguskan-Nya, membuat-Nya merendahkan diri-Nya, menguras tenaga-Nya, dan memperhadapkan diri-Nya di depan umum. Nyala cintaku menghabiskan aku (Mzm. 119:139). Cinta untuk rumah Tuhan membuat kita tidak boleh mementingkan pujian, kenyamanan, dan keamanan kita sendiri ketika semua itu bersaing dengan kewajiban dan pelayanan kita terhadap Kristus. Kadang-kadang cinta untuk rumah Tuhan juga sampai membawa jiwa kita, dalam melaksanakan kewajiban, begitu jauh dan begitu cepat sehingga tubuh kita tidak dapat mengimbanginya, dan membuat kita sama tulinya seperti Tuan kita di sini terhadap orang-orang yang berkata kepada-Nya, "Kuasailah diri-Mu." Keluhan-keluhan yang disampaikan-Nya di sini mungkin tampak sepele, dan kelihatannya bisa diabaikan begitu saja, namun begitulah cinta Kristus, sampai Ia tidak tahan bahkan dengan semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Si ibi ebrios inveniret quid faceret Dominus! (kata Augustinus) -- Seandainya Dia mendapati para pemabuk di Bait Suci itu, bayangkan betapa jauh lebih marahnya Dia!
- . Kristus, sesudah membersihkan Bait Suci dengan cara seperti itu, memberikan suatu tanda bagi mereka yang mendesak-Nya untuk membuktikan wewenang-Nya dalam berbuat demikian.
- Perhatikanlah di sini:
- (1) Permintaan mereka akan suatu tanda: Orang-orang Yahudi, yaitu orang banyak beserta para pemimpin mereka, menantang Yesus. Sebagai orang Yahudi, seharusnya mereka berpihak kepada-Nya dan membantu-Nya menjunjung tinggi kehormatan Bait Suci mereka. Namun, bukannya berbuat seperti itu, mereka malah menentang perbuatan-Nya. Perhatikanlah, orang yang ingin bersungguh-sungguh terlibat dalam pekerjaan pembaharuan haruslah sadar bahwa mereka akan menjumpai perlawanan. Ketika mereka tidak bisa menentang perbuatan itu sendiri, mereka mempertanyakan wewenang-Nya dalam berbuat demikian: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, untuk membuktikan bahwa Engkau berhak dan berwenang untuk bertindak demikian?" Membersihkan Bait Suci memang merupakan pekerjaan yang baik, tetapi apa urusan-Nya dengan perkara ini, Dia tidak punya jabatan apa-apa di sana? Mereka memandang tindakan pembersihan ini sebagai suatu tindakan hukum, jadi Ia harus membuktikan bahwa diri-Nya seorang nabi, ya, bahkan lebih dari pada nabi. Akan tetapi, bukankah perbuatan itu sendiri sudah merupakan tanda yang cukup? Kemampuan-Nya untuk mengusir begitu banyak orang dari tempat mereka, tanpa menimbulkan perlawanan, merupakan bukti akan wewenang-Nya. Ia yang diperlengkapi dengan kuasa ilahi sedemikian rupa pastilah diperlengkapi juga dengan wewenang ilahi. Ada apa dengan para penjual dan pembeli ini, sehingga mereka melarikan diri, sehingga mereka terdesak? Pastilah itu terjadi di hadapan Tuhan (Mzm. 114:5, 7), bukan di hadapan yang lain.
- (2) Jawaban Kristus terhadap permintaan ini (ay. 19). Ia tidak segera membuat mujizat untuk meyakinkan mereka, tetapi memberi mereka tanda mengenai sesuatu yang akan terjadi, yang kebenarannya akan terbukti apabila peristiwa itu sudah benar-benar terjadi, sesuai dengan Ulangan 18:21-22.
- Sekarang perhatikanlah:
- [1] Tanda yang diberikan-Nya kepada mereka adalah kematian dan kebangkitan-Nya sendiri. Ia merujuk mereka kepada apa yang akan menjadi,
- pertama, tanda-Nya yang terakhir. Jika mereka tidak bisa diyakinkan oleh apa yang mereka lihat dan dengar, biarlah mereka menunggu.
- Kedua, tanda agung yang membuktikan diri-Nya sebagai Mesias, sebab mengenai dia dinubuatkan bahwa ia akan diremukkan (Yes. 53:5), disingkirkan (Dan. 9:26), namun juga bahwa ia tidak akan melihat kebinasaan (Mzm. 16:10). Semua ini digenapi di dalam Yesus yang terpuji itu, dan oleh sebab itu sungguh Ia adalah Anak Allah, dan mempunyai wewenang di Bait Suci, rumah Bapa-Nya sendiri.
- [2] Ia menubuatkan kematian dan kebangkitan-Nya bukan dalam bahasa yang terang-terangan, seperti yang sering digunakan-Nya kepada murid-murid-Nya, melainkan dalam bahasa kiasan. Seperti halnya sesudah peristiwa itu, ketika Ia memberikannya sebagai tanda, Ia menyebutnya sebagai tanda Nabi Yunus, demikian pula di sini Ia berkata, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Dengan demikian, Ia berbicara dalam perumpamaan kepada mereka yang memang sudah tidak mau tahu, supaya mereka tidak mengerti (Mat. 13:13-14). Orang yang tidak mau melihat tidak akan melihat. Bahkan, bahasa kiasan yang digunakan di sini kemudian justru menjadi batu sandungan bagi mereka, sehingga nanti diajukan sebagai bukti untuk menentang-Nya ketika Ia diadili, untuk membuktikan bahwa Dia adalah seorang penghujat (Mat. 26:60-61). Seandainya mereka dengan rendah hati bertanya kepada-Nya apa maksud perkataan-Nya itu, maka Ia pasti akan memberi tahu mereka, dan perkataan itu akan menjadi bau kehidupan yang menghidupkan bagi mereka. Akan tetapi, mereka memang ingin membesar-besarkan masalah, dan kemudian perkataan ini terbukti menjadi bau kematian yang mematikan. Orang yang tidak mau diyakinkan pasti hatinya akan mengeras. Perkiraan ini diucapkan sedemikian rupa sehingga membuatnya akan benar-benar terlaksana.
- Pertama, Ia menubuatkan kematian-Nya sebagai akibat dari kebencian orang-orang Yahudi dalam perkataan ini, rombak Bait Allah ini, yang berarti, "Engkau akan merombaknya, Aku tahu engkau akan melakukannya. Dan Aku akan membiarkanmu merombaknya." Perhatikanlah, Kristus, bahkan pada permulaan pelayanan-Nya, sudah sadar sepenuhnya bahwa Ia akan mengalami segala penderitaan pada akhir pelayanan-Nya, namun demikian Ia tetap maju dengan riang hati. Sungguh baik jika kita sudah sedari awal sadar akan hal-hal terburuk yang akan menimpa kita.
- Kedua, Ia menubuatkan kebangkitan-Nya yang akan terjadi dengan kuasa-Nya sendiri: Dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali. Ada orang lain yang dibangkitkan, tetapi Kristus membangkitkan diri-Nya sendiri, mengembalikan hidup-Nya sendiri.
- [3] Ia memilih mengungkapkan hal ini dengan merombak dan mendirikan kembali Bait Allah,
- pertama, karena Ia pada waktu itu harus membenarkan diri-Nya dalam membersihkan Bait Allah, yang telah mereka cemarkan, seolah-olah Ia berkata, "Engkau yang mencemarkan Bait Allah yang satu pasti akan merombak Bait Allah yang lain, dan Aku akan membuktikan wewenang-Ku untuk membersihkan apa yang telah engkau cemarkan dengan mendirikan kembali apa yang telah engkau rombak." Mencemarkan Bait Suci berarti merombaknya, dan memperbaharuinya berarti mendirikannya kembali.
- Kedua, karena kematian Kristus sesungguhnya merupakan perombakan Bait Suci umat Yahudi, penyebab perombakan itu, dan kebangkitan-Nya merupakan pendirian kembali Bait Suci yang lain, yaitu gereja Injili (Za. 6:12). Kehancuran tempat dan bangsa Yahudi (11:48) merupakan kekayaan bagi dunia (Am. 9:11; Kis. 15:16).
- (3) Mereka berusaha mencari-cari kesalahan dalam jawaban-Nya ini: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini (ay. 20). Pekerjaan membangun Bait Allah selalu memakan waktu lama, dan Engkau berkata bahwa Engkau dapat menyelesaikannya sedemikian cepat?"
- Nah, dalam hal ini:
- [1] Mereka menunjukkan sedikit pengetahuan. Mereka bisa memberi tahu berapa lama Bait Allah itu dibangun. Menurut perhitungan Dr. Lightfoot, butuh waktu persis selama empat puluh enam tahun dari mulai pembangunan Bait Suci Zerubabel, pada tahun kedua zaman raja Koresh, sampai dengan tuntasnya pembangunan Bait Suci itu sehingga bisa digunakan untuk beribadah, pada tahun ketiga puluh dua zaman Raja Artahsasta. Demikian pula lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan Bait Suci ini, dari mulai Herodes, pada tahun kedelapan belas masa pemerintahannya, sampai pada masa itu, ketika orang-orang Yahudi berkata bahwa pembangunannya memakan waktu persis selama empat puluh enam tahun: ōkodomēthē -- Bait Allah ini telah dibangun.
- [2] Mereka menunjukkan lebih banyak ketidaktahuan,
- pertama, akan maksud perkataan Kristus. Perhatikanlah, orang sering kali terjerumus ke dalam kesalahan-kesalahan besar karena mereka memahami secara harfiah apa yang dikatakan Alkitab secara kiasan. Lihat saja betapa banyaknya kejahatan yang sudah diperbuat dengan menafsirkan perkataan Kristus, inilah tubuh-Ku, secara kedagingan!
- Kedua, akan kemahakuasaan Kristus, seolah-olah Ia tidak bisa berbuat melebihi orang lain. Seandainya saja mereka tahu bahwa Dia inilah yang membangun segala sesuatu dalam enam hari, maka mereka pasti tidak akan menganggapnya aneh bahwa Ia akan membangun Bait Allah dalam tiga hari.
- (4) Pembenaran atas jawaban Kristus terhadap tuduhan orang-orang itu. Kesulitan ini segera teratasi dengan menjelaskan apa yang dikatakan-Nya: Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri (ay. 21). Meskipun Kristus telah sungguh-sungguh memulihkan kehormatan Bait Suci itu, dengan membersihkannya, Ia ingin kita menyadari bahwa kesucian Bait Allah itu, yang begitu ingin dijaga-Nya, hanyalah merupakan bayangan, dan mengarahkan kita untuk memikirkan Bait Suci yang lain, yang wujudnya ialah Kristus (Ibr. 9:9; Kol. 2:17). Sebagian orang berpikir bahwa ketika Ia berkata, rombak Bait Allah ini, Ia menunjukkan jari-Nya ke tubuh-Nya sendiri, atau menepuk-nepuk dada-Nya. Bagaimanapun juga, sudah pasti bahwa yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Perhatikanlah, tubuh Kristus adalah Bait Allah yang sesungguhnya, sedangkan Bait Allah yang di Yerusalem hanyalah bayangan.
- [1] Seperti Bait Allah, tubuh-Nya pun dibangun langsung oleh perintah ilahi: "Engkau telah menyediakan tubuh bagiku" (Ibr. 10:5).
- [2] Seperti Bait Allah, tubuh-Nya pun adalah bait yang kudus, yang disebut dengan yang kudus itu.
- [3] Tubuh-Nya, seperti Bait Allah, merupakan tempat kediaman kemuliaan Allah. Di sanalah Firman yang kekal berdiam, shekinah yang sesungguhnya. Dialah Imanuel -- Allah beserta kita.
- [4] Bait Allah merupakan tempat dan sarana hubungan antara Allah dan umat Israel. Di sana Allah menyatakan diri-Nya kepada mereka, di sana mereka mempersembahkan diri dan ibadah mereka kepada-Nya. Dengan demikian, melalui Kristus Allah berbicara kepada kita, dan kita berbicara kepada-Nya. Umat yang beribadah memandang ke arah rumah itu (1Raj. 8:30, 35). Jadi, kita pun harus menyembah Allah dengan mata yang tertuju kepada Kristus.
- (5) Permenungan yang dibuat murid-murid dalam hal ini, jauh sesudah peristiwa itu, yang diselipkan di sini untuk menjelaskan kisahnya (ay. 22): Sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, beberapa tahun kemudian, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya. Kita sudah mendapati mereka (ay. 17) mengingat apa yang tertulis mengenai Dia sebelumnya, dan di sini kita mendapati mereka mengingat apa yang telah mereka dengar dari-Nya. Perhatikanlah, kenangan-kenangan para murid Kristus haruslah seperti perbendaharaan tuan rumah yang baik, yang penuh dengan harta baik yang baru maupun yang lama (Mat. 13:52).
- Sekarang perhatikanlah:
- [1] Kapan mereka mengingat perkataan itu: Sesudah Ia bangkit dari antara orang mati. Tampaknya pada waktu perkataan itu diucapkan mereka tidak mengerti sepenuhnya maksud Kristus, sebab mereka ketika itu hanyalah bayi dalam hal pengetahuan. Namun demikian, mereka menyimpan perkataan itu di dalam hati mereka, dan kemudian perkataan ini pun menjadi dapat dimengerti dan bermanfaat. Perhatikanlah, mendengarkan untuk masa yang kemudian (Yes. 42:23) adalah suatu hal yang baik. Orang yang masih muda dalam umur dan pekerjaan haruslah menyimpan kebenaran-kebenaran yang, entah maksudnya atau manfaatnya, tidak mereka mengerti dengan baik pada saat ini, sebab kebenaran-kebenaran itu akan berguna bagi mereka di kemudian hari, ketika mereka sudah mencapai kemahiran yang lebih tinggi. Dikatakan orang tentang para murid Pitagoras bahwa ajaran-ajaran Pitagoras tampak membeku di dalam otak mereka sampai mereka berumur empat puluh tahun, dan baru pada saat itulah ajaran-ajarannya mencair. Demikian pula dengan perkataan Kristus ini, yang bangkit kembali dalam kenangan-kenangan para murid-Nya setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Tetapi, mengapakah baru pada saat itu?
- Pertama, karena pada saat itulah Roh Kudus dicurahkan untuk mengingatkan mereka kembali akan apa yang telah dikatakan Kristus kepada mereka, dan untuk membuat mereka mudah dan siap menerimanya (14:26). Pada hari ketika Kristus bangkit dari antara orang mati, Ia membuka pikiran mereka (Luk. 24:45).
- Kedua, karena pada saat itulah perkataan Kristus ini digenapi. Ketika bait tubuh-Nya sudah dirombak dan didirikan kembali, yang terjadi pada hari ketiga, maka teringatlah mereka akan perkataan ini, di samping perkataan-perkataan lain yang serupa yang telah disampaikan Kristus. Perhatikanlah, mengamati penggenapan ayat Kitab Suci sangatlah membantu kita dalam mengerti arti ayat-ayat itu. Peristiwa yang terjadi akan menjelaskan nubuat tentangnya.
- [2] Apa manfaat yang mereka dapatkan dalam hal ini: Mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. Kepercayaan mereka akan semua ini dikuatkan dan mendapat dukungan serta kekuatan yang baru. Hati mereka memang lamban untuk percaya (Luk. 24:25), namun mereka yakin. Kitab Suci dan perkataan Kristus di sini dijadikan satu, bukan karena keduanya selalu sepakat dan persis sependapat satu dengan yang lain, melainkan karena keduanya menggambarkan dan memperkuat satu sama lain. Ketika murid-murid melihat apa yang telah mereka baca dalam Perjanjian Lama maupun yang telah mereka dengar dari mulut Kristus sendiri, yang digenapi dalam kematian dan kebangkitan-Nya, mereka semakin teguh dalam kepercayaan mereka akan Kitab Suci maupun perkataan Kristus.
SH: Yoh 2:12-25 - Pengganti yang baru (Selasa, 31 Desember 2013) Pengganti yang baru
Lazimnya, ketika orang hendak mengganti sesuatu, mereka berprinsip penggantinya harus lebih baik dari yang diganti. Karena itulah...
Pengganti yang baru
Lazimnya, ketika orang hendak mengganti sesuatu, mereka berprinsip penggantinya harus lebih baik dari yang diganti. Karena itulah, pengenalan akan apa yang hendak diganti maupun penggantinya sangat penting.
Nas yang kita baca ini pun secara simbolis berbicara tentang penggantian. Fokus utama nas ini sebenarnya tidak jatuh pada Bait Allah, tetapi pada sosok Yesus sendiri. Bait Suci Yerusalem beserta ibadah kurban, yang saat itu ditunjang oleh para pedagang hewan kurban dan penukar uang, akan diganti oleh tubuh Kristus sebagai Bait Allah (21).Di dalam nas ini, pertama-tama Yesus menegaskan kekudusan sekaligus mengembalikan aksesibilitas Bait Allah. Tindakan komersialisasi penyediaan hewan kurban itu mencemari kekudusan "rumah Bapa" (16), sekaligus mempersulit akses ke pelataran luar Bait Allah, khususnya bagi orang bukan Yahudi yang ingin mengenal Allah dan hendak beribadah di sana (bdk. Yes. 12:20). Kedua, Yesus menubuatkan kematian dan kebangkitan-Nya, sekaligus menyatakan tubuh-Nya sendiri sebagai Bait Allah yang baru. Mengapa demikian? Karena di dalam tubuh manusiawi Yesuslah terjadi manifestasi Allah yang unik di mana "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita" (1:14). Ketiga, para murid dan orang banyak memberi respons yang dikehendaki-Nya, yaitu percaya "kepada perkataannya" (22) dan "dalam nama-Nya" (23). Relasi dengan Yesus bahkan tetap terjadi, walaupun Yesus "tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, " atau tidak berkenalan secara langsung dengan mereka.
Di hari terakhir tahun 2013 ini, nas ini mengajak kita untuk merefleksikan kembali sikap ibadah kita kepada Yesus, Tuhan kita. Jangan sampai, seperti perdagangan kurban di Bait Allah, antusiasme beribadah kita justru menghalangi orang lain untuk berjumpa dengan Yesus, Sang Mesias. Percaya tak boleh membuat kita mendirikan pagar-pagar eksklusivisme, tetapi justru mendorong kita makin giat bersaksi tentang Sang Bait Allah yang baru itu, supaya makin banyak orang yang percaya di dalam nama-Nya.
SH: Yoh 2:13-25 - Bait Suci dan kesucian Allah. (Rabu, 30 Desember 1998) Bait Suci dan kesucian Allah.
Bait Suci sebagai pusat ibadah berubah menjadi pusat jual beli. Mulai dari jual beli ternak sampai penukaran uang. Mere...
Bait Suci dan kesucian Allah.
Bait Suci sebagai pusat ibadah berubah menjadi pusat jual beli. Mulai dari jual beli ternak sampai penukaran uang. Mereka menjadikan tempat suci itu sebagai sarang penyamun (bdk. 21:13">Mat. 21:13). Sekitar Bait Suci dianggap sebagai tempat yang paling tepat dan paling strategis untuk berbisnis. Kegiatan ini tidak saja mengotori tempat ibadah, tetapi mereka juga telah meremehkan kehadiran, kekuasaan bahkan kesucian Allah. Wadah kerohanian umat telah dikotori oleh intrik-intrik bisnis yang culas, serakah, dan kepentingan diri sendiri.
Kasih Allah memporak-porandakan. Kasih Allah membangkitkan kemarahan Tuhan Yesus terhadap orang-orang yang menajiskan diri di hadapan Allah dengan cara meremehkan Bait Suci. Tegas terhadap dosa adalah karakteristik orang-orang yang dipimpin Roh Kudus. Artinya, tidak sama sekali memberikan kesempatan pada dosa untuk mengotori rumah ibadah-Nya; apalagi meremehkan dan menodai kesucian-Nya. Diperlukan hikmat Ilahi untuk menentukan sikap yang jelas dan tegas tersebut.
Doa: Tuhan peliharakanlah kami dalam kesucian-Mu, agar kami memiliki keberanian menyatakan secara tegas segala bentuk godaan yang menyeret ke dalam dosa.
SH: Yoh 2:13-25 - Kesaksian stereo: perkataan dan perbuatan (Sabtu, 29 Desember 2001) Kesaksian stereo: perkataan dan perbuatan
Dalam teks hari ini kita melihat bagaimana Tuhan Yesus
bersaksi melalui perbuatan (ayat 14-15) dan perkata...
Kesaksian stereo: perkataan dan perbuatan
Dalam teks hari ini kita melihat bagaimana Tuhan Yesus bersaksi melalui perbuatan (ayat 14-15) dan perkataan (ayat 19). Tidak dapat dikatakan perbuatan Tuhan Yesus di Bait Allah merupakan tindakan pengacauan yang memancing kerusuhan. Mengapa? Karena tidak ada reaksi yang keras dari pedagang- pedagang itu sendiri, dan juga yang terpenting, tidak ada reaksi dari tentara Romawi yang berjaga-jaga di Yerusalem. Dengan perkataan lain, tindakan Yesus dapat dilihat sebagai perbuatan religius, bukan perbuatan politik yang memancing kerusuhan massa. Bagi murid-murid, tindakan Yesus merupakan tanda yang memiliki makna lebih dalam. Dalam Injil Yohanes, tanda-tanda berfungsi untuk memperkenalkan dan memperdalam iman. Bagi yang sudah percaya, tanda-tanda berfungsi untuk memperdalam iman. Bagi yang belum percaya, tanda-tanda berfungsi untuk memperkenalkan iman. Tanda-tanda adalah semua kesaksian Yesus dalam bentuk perkataan dan perbuatan. Benar bahwa peristiwa di Bait Allah ini tidak murid-murid pahami sebelum kebangkitan. Tetapi, setelah kebangkitan Yesus, mereka memahami perbuatan Yesus tersebut sebagai penggenapan nubuat PL (ayat 17, 22). Secara khusus, dalam ayat 22 dikatakan bahwa perbuatan Yesus di Bait Allah dan perkataan- Nya pada para pemimpin agama membuat iman murid-murid bertumbuh. Kitab suci dan perkataan Yesus yang disejajarkan merupakan sumber pertumbuhan iman. Sedikit pun tidak ada keraguan di antara para murid untuk menyetarakan otoritas perkataan Yesus dan Kitab Suci.
Orang banyak dikatakan percaya pada Yesus karena tanda-tanda yang dibuat-Nya. Berbeda dengan 1:35-51, ketika orang-orang datang kepada Yesus secara perorangan, maka dalam 2:23-25, orang- orang per-caya pada Yesus secara massal. Baik secara perorangan maupun secara massal, Yesus tetap mengenal mereka yang percaya pada-Nya (ayat 1:42, 47, 48). Kesemuanya ini menunjukkan kepada kita bahwa Yesus yang kita sembah mengenal kita lebih daripada kita mengenal diri sendiri.
Renungkan: Keselarasan perkataan dan perbuatan kita setiap hari, sebagai cerminan persekutuan kita dengan Yesus, adalah melodi yang indah di telinga orang-orang yang belum mengenal Kristus.
SH: Yoh 2:13-25 - Memurnikan agama (Sabtu, 31 Desember 2005) Memurnikan agama
Bila esensi beragama sejati adalah relasi yang diperbarui, dan relasi
kepada Allah dan sesama manusia ditandai dengan kasih d...
Memurnikan agama
Bila esensi beragama sejati adalah relasi yang diperbarui, dan relasi kepada Allah dan sesama manusia ditandai dengan kasih dan kepedulian maka perilaku umat beragama pun harus mengalami transformasi.
Perbuatan kontroversi Yesus mengacaukan pelataran Bait Allah, yang seharusnya dipakai untuk para peziarah Yahudi beribadah dengan khusuk, merupakan tanda bahwa pelayanan-Nya itu adalah membongkar akar kepalsuan beragama. Bait Allah adalah tempat untuk menyembah Allah Bapa (ayat 16), rumah doa (lih. Mat. 21:13). Namun, para pemimpin agama saat itu memanfaatkan Bait Allah untuk mencari keuntungan. Pelataran bait Allah yang telah menjadi ajang perlakuan tidak manusiawi itu harus dikembalikan pada fungsi semula. Kepada orang-orang Yahudi yang menentang-Nya (ayat 18). Ia menantang mereka untuk merombak Bait Allah karena Ia akan membangunnya kembali dalam tiga hari (ayat 19). Yang dimaksud pembangunan Bait Allah itu adalah tubuh-Nya sendiri (ayat 21). Secara simbolis Tuhan Yesus memproklamasikan kedatangan-Nya yang membawa pembaruan dalam kehidupan beragama yang paling mendasar, yakni relasi kepada Allah dalam ibadah dan doa. Diri-Nya adalah Bait Allah sempurna, saat kehadiran Allah nyata dan melalui-Nyalah semua orang dapat berelasi dengan benar kepada Allah Bapa. Jadi, dari dua peristiwa di nas ini, kita belajar tentang kehadiran Tuhan Yesus yang mentransformasi hidup sehari-hari dan ibadah.
Tugas gereja adalah menolong umat Tuhan beribadah dengan benar dan bukan memanfaatkan mereka untuk kepentingan orang tertentu. Gereja harus mewujudkan relasi kepada Allah dalam ibadah sehingga akan menolong orang lebih mengasihi dan peduli pada sesamanya.
Doaku: Tuhan, tolong aku menutup tahun ini dengan tekad memulai tahun baru secara benar, yaitu dengan sujud menyembah-Mu. Berikan petunjuk firman-Mu untuk membangun relasi kasih dan kepedulian kepada sesamaku.
SH: Yoh 2:13-25 - Bait Allah (Senin, 31 Desember 2007) Bait Allah
Penyalahgunaan Bait Allah menjadi sorotan Yesus dalam tindakan-Nya
saat itu. Bait Allah yang seharusnya menjadi tempat orang
ber...
Bait Allah
Penyalahgunaan Bait Allah menjadi sorotan Yesus dalam tindakan-Nya saat itu. Bait Allah yang seharusnya menjadi tempat orang beribadah kepada Allah menjadi ajang komersialisme, tempat mengeruk keuntungan pribadi.
Hari Paskah merupakan momen bagi keluarga Yahudi yang berada di perantauan untuk datang ke Yerusalem. Pada masa-masa itu Bait Allah dipenuhi orang. Namun pemimpin agama Yahudi justru makin memadatinya dengan mengizinkan pedagang hewan dan penukar uang berniaga di halaman Bait Allah. Menurut mereka, itu demi kenyamanan para pendatang, sehingga tidak perlu membawa hewan korban dari tempat jauh. Selain itu untuk mencari dana guna pemeliharaan Bait Allah. Padahal halaman Bait Allah adalah tempat beribadah bagi orang-orang nonYahudi. Namun para pemimpin agama Yahudi mengubah keheningan tempat ibadah menjadi hiruk pikuk pasar. Mereka tak peduli pada orang yang mengalami kesulitan untuk beribadah. Padahal tujuan orang datang ke Bait Allah adalah beribadah. Tak heran bila Yesus marah dan mengusir para pedagang dari situ (ayat 15-16)!
Tindakan Yesus mengundang pertanyaan orang-orang Yahudi mengenai
otoritas yang Dia miliki hingga berani bertindak demikian. Akan
tetapi, Yesus tidak mau memperlihatkan tanda ajaib seperti yang
mereka inginkan. Yesus menyatakan bahwa mukjizat akan terjadi
pada saat kebangkitan-Nya. Tubuh-Nya dikorbankan untuk membuka
jalan bagi kehadiran Allah di dalam hidup manusia. Selain
memperdamaikan Allah dengan manusia, melalui kematian dan
kebangkitan-Nya, Yesus juga memenuhi manusia dengan Roh Kudus dan
membuat manusia menjadi bait Allah yang hidup (band.
Di akhir tahun ini, marilah kita merenungkan 'sudahkah di sepanjang tahun ini, kita menjadikan tubuh kita sebagai bait, tempat Roh Kudus berdiam?' Ingat bahwa Roh Kuduslah pemilik tubuh kita. Maka seharusnya kita memperlakukan tubuh kita sesuai dengan kehendak Pemiliknya!
SH: Yoh 2:13-25 - Tanda Cinta (Senin, 30 Desember 2019) Tanda Cinta
Ada berapa banyak ekspresi cinta yang kita ketahui dalam relasi lawan jenis? Ada yang memberikan bunga, kalung, mobil, buku, dan lain seb...
Tanda Cinta
Ada berapa banyak ekspresi cinta yang kita ketahui dalam relasi lawan jenis? Ada yang memberikan bunga, kalung, mobil, buku, dan lain sebagainya. Semua ekspresi yang berbeda-beda itu memperlihatkan satu kesamaan, yaitu tindakan memberi.
Bacaan hari ini membahas tentang kemarahan Yesus di Bait Allah (13-16). Saat Yesus mengekspresikan amarah-Nya, para murid teringat kata-kata dari Perjanjian Lama: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku" (17). Dalam kondisi itu, manusia sulit melihat ekspresi cinta yang muncul karena Yesus mengasihi rumah Bapa-Nya. Mengapa? Pertama, manusia cenderung berpikir negatif jika tindakan itu merugikan mereka. Bisnis timbal-balik yang saling menguntungkan antara para pedagang dengan pemimpin agama menjadi lebih penting daripada ajaran Yesus. Kedua, rasa takut manusia sering kali muncul kalau berhadapan dengan otoritas dan kekuasaan. Hal itu terlihat dari sikap masyarakat Yahudi yang mempertanyakan otoritas Yesus yang melarang mereka berjualan di Bait Allah. Kedua hal ini yang membuat mereka tidak mampu melihat tanda cinta dari Yesus (18).
Yesus memberi jawaban, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali" (19). Hal ini menuai protes dari orang-orang Yahudi (20). Logika mereka tidak nyambung dengan kebenaran yang diutarakan Yesus. Perkataan ini terlalu tinggi maknanya bagi mereka.
Kelak para murid memahami makna perkataan ini, setelah Yesus dibangkitkan Allah dari antara orang mati (21-22). Kemudian, Yesus menyatakan beberapa tanda di sana dan banyak orang percaya kepada-Nya (23). Akan tetapi, Yesus tidak memercayakan diri-Nya kepada mereka. Sebab, Ia tahu apa motif jahat yang ada dalam hati mereka (24-25).
Tindakan Yesus yang mengubrak-abrik di Bait Allah memperlihatkan dua hal, yaitu menegur perilaku yang salah dan tidak benar dan mempertegas bahwa tempat kudus patut dihormati.
Doa: Tuhan, tolong kami menghormati tempat kudus-Mu dengan benar. [JS]
Utley -> Yoh 2:13-22
Utley: Yoh 2:13-22 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 2:13-2213 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 14 Dalam Bait Suci didapati-Nya p...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 2:13-22
13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. 15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. 16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." 17 Maka teringatlah murid-murid- Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." 18 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" 19 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." 20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" 21 Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. 22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara
orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Yoh 2:13 "Paskah" Hari Raya tahunan ini dijelaskan dalam Kel 12 dan Ul 16:1-6. Hari raya ini adalah satu-satunya cara yang kita miliki untuk menanggali pelayanan Yesus. Injil yang lain mengisyaratkan bahwa Yesus melayani hanya selama satu tahun. Namun Yohanes menyebutkan adalanya tiga Paskah: (1) Yoh 2:13,23; (2) Yoh 6:4 dan (3) Yoh 11:55; 12:1; 13:1; 18:28,39; 19:14. Ada kemungkinan juga bahkan yang keempat dalam Yoh 5:1. Kita tidak tahu berapa lama pelayanan Yesus di masyarakat berlaangsung, namun Injil Yohanes menyiratkan bahwa hal ini berlangsung selama tiga tahun dan mungkin empat atau bahkan lima. Yohanes mungkin telah menyusun Injilnya disekitar hari raya Yahudi (Paskah, Tabernakel, dan Hanukkah).
□ "Yesus berangkat ke Yerusalem" Orang Yahudi selalu berkata tentang Yerusalem dalam pengertian teologis seperti ini lebih daripada dalam pengertian geografis atau topografis.
Yoh 2:14 "dalam Bait Suci" Istana Herodes Agung (orang Edom yang memerintah Palestina dari tahun 37-4 S.M.) dibagi dalam tujuh halaman. Halaman di sebelah luar adalah Halaman dari Orang Bukan Yahudi, yakni tempat para pedagang mendirikan kedai-kedai mereka untuk melayani mereka yang ingin membawa korban persembahan dan membawa persembahan khusus.
□ "penukar-penukar uang" Ada dua keterangan akan diperlukannya orang-orang ini: (1) satu-satunya koin yang diterima di dalam Bait Suci adalah syikal. Berhubung syikal Yahudi sudah lama tidak beredar lagi, bait suci hanya menerima syikal dari Tirus dalam masa Yesus; atau (2) koin yang bergambarkan Kaisar Roma tidak bisa diterima. Tentu saja jasa ini memungut suatu bayaran!
□ "lembu, kambing domba dan merpati" Orang-orang yang berperjalanan dari tempat yang jauh perlu membeli binatang-binatang yang memenuhi syarat untuk korban. Namun demikian, keluarga dari Imam Besar mengendalikan kedai-kedai ini dan menetapkan harga luar biasa mahal bagi binatang-binatang tersebut. Juga kita ketahui bahwa jika orang membawa binatang miliknya sendiri, para imam akan berkata bahwa binatang-binatang ersebut tidak memenuhi syarat karena adanya suatu kecacatan di tubuhnya. Oleh karena itu, mereka harus membeli binatang-binatang dari para agen penjual tersebut.
Yoh 2:15 "Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci" Kemarahan Yesus dapat terlihat dengan jelas dalam hal ini. Kemarahan itu sendiri buanlah dosa! Pernyataan Paulus dalam Ef 4:26 barangkali berhubungan dengan tindakan ini. Pastilah ada sesuatu hal yang akan membuat kita marah.
Yoh 2:16 "Ambil semuanya ini dari sini" ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE, "ambil dan bawa hal-hal ini pergi dari sini!"
□ "‘jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.’" Ini adalah sebuah PRESENT IMPERATIVE dengan suatu NEGATIVE PARTICLE yang dimaksudkan untuk menghentikan suatu tindakan yang telah dalam proses. Injil yang lain mengutip Yes 56:7 dan Yer 7:11 di titik ini; namun demikian, dalam Yohanes nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama ini tidak disebutkan. Ini bisa saja merupakan siratan dari nbuatan keMesiasan dari Za 14:21ff.
Yoh 2:17 "teringalah murid-muridNya" Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa bahkan dalam kerangka pelayanan Yesus dan pertolongan Roh, orang-orang ini baru melihat kebenaran rohani dari tindakan Yesus dikemudian hari (lih. ay. Yoh 2:22; 12:16; 14:26).
□ "bahwa ada tertulis" inbi adalah sebuah PERFECT PASSIVE PERIPHRASTIC yang secara hurufiah berarti "sudah ada tertulis." Ini adalah cara yang khas untuk menegaskan ilham dari PL. Ini adalah kutipan dari Mazm 69:9. Mazmur ini, seperti Mazm 22, cocok dengan penyaliban Yesus. Kegaiahan Yesus akan Allah dan para penyembahNya yang benar akam membawa kepada kematianNya yang adalah kehendak Allah (lih. Yes 53:4,10; Luk 22:22; Kis 2:23; 3:18; 4:28).
- NASB "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
- NKJV "Tanda apakah Engkau tunjukkan kepada kami, berhubung Engkau melakukan hal-hal ini?"
- NRSV "Tada apakah yang dapat Engkau tunjukkan kepada kami untuk bisa melakukan hal ini?"
- TEV "Mujizat apa yang bisa Engkau kerjakan untuk menunjukkan kepada kami bahwa Engkau berhak melakukan hal ini?"
- NJB "Tanda apa yang dapat Engkau tunjukkan kepada kami bahwa Engkau harus bertindak demikian?"
Ini adalah pertanyaan pokok orang Yahudi mengenai Yesus. Orang Farisi mengkaim bahwa kuasaNya berasal dari iblis (lih. Yoh 8:48-49,52; 10:20). Mereka mengharapkan Mesias melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Ketika Ia tidak melakukan hal-hal khusus tersebut, mereka mulai curiga tentang Dia (lih. Mr 11:28; Luk 20:2).
Yoh 2:19 "‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali’" Kata Yunani untuk Bait Allah (hieron) dalam ayat Yoh 2:14 & 15 ini menunjuk pada wilayah Bait Allah, sementara istilah Bait Allah (naos) dalam ayat Yoh 2:19,20,21 menunjuk pada tempat kudus yang didalam itu sendiri. Telah ada banyak diskusi mengenai pernyataan ini. Secara nyata dalam Mat 26:60ff; Mr 14:57-59; Kis 6:14 ini adalah rujukan kepada penyaliban dan kebangkitan Yesus. Namun demikian dalam konteks ini, hal ini bagaimanapun juga harus dihubungkan dengan Bait Allah itu sendiri yang dihancurkan pada tahun 70 oleh Titus (lih. Mat 24:1-2). Kedua pernyataan ini berhubungan dengan kebenaran bahwa Yesus sedang menyusun suatu penyembahan rohani yang baru yang berfokus pada diriNya dan bukan Yudaisme kuno. (lih. Yoh 4:21-24).
Yoh 2:20 "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini" Herodes Agung mengembangkan dan mengganti gaya dari bait suci yang kedua (dari jaman Zerubabel, lih. Haggai) untuk mententeramkan orang Yahudi. Yosefus memberitahukan pada kita bahwa pembangunan tersebut dimulai pada tahun 20 atau 19 S.M. Jika ini benar, maka artinya, peristiwa tersebut terjadi disekitar tahun 27-28 M. Kita juga mengetahui bahwa pekerjaan tertus berlanjut di bait suci tersebut sampai tahun 64 M. Bait suci ini menjadi pengharapan besar orang Yahudi (lih. Yer 7).
Yoh 2:21 "Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri" Pada saat Yesus menguapkan kata-kata ini murid-murid tidak menyadari hal ini (lih. ay. Yoh 2:17).
Yesus tahu mengapa Ia datang. Tampaknya setidaknnya ada tiga maksud: (1) menyatakan Allah; (2) menjadi contoh kemanusiaan yang benar; dan (3) memberikan diriNya sebagai tebusan bagi banyak orang. Maksud yang terakhir inilah yang disampaikan oleh ayat ini (lih. Mr 10:45; Yoh 12:23,27; 13:1-3; 17:1).
Yoh 2:22 "barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya" Seringkali kata-kata dan tindakan Yesus lebih ditujukan untuk menjadi manfaat bagi murid-muridNya daripada kepada siapa kata-kata tersebut dikatakan. Mereka tidak selalu mengerti pada saat tersebut.
TFTWMS -> Yoh 2:16-17; Yoh 2:12-16
TFTWMS: Yoh 2:16-17 - Kita Melihat Pengertian Jati Diri-nya KITA MELIHAT PENGERTIAN JATI DIRI-NYA (Yohanes 2:16B, 17)
Melihat mobil yang penyok oleh troli belanjaan ketika saya berjalan ke areal parkir adalah ...
KITA MELIHAT PENGERTIAN JATI DIRI-NYA (Yohanes 2:16B, 17)
Melihat mobil yang penyok oleh troli belanjaan ketika saya berjalan ke areal parkir adalah satu hal; namun ketika mobil yang penyok itu mobil saya maka itu merupakan hal yang sama sekali berbeda! Melihat kaleng-kaleng bir dilemparkan ke dalam halaman rumah seseorang adalah satu hal; tetapi ketika halaman itu adalah halaman rumah saya maka itu merupakan hal yang sama sekali berbeda! Memang menjengkelkan ketika saya melihat bangku panjang di taman dirusak; tetapi jauh lebih menjengkelkan ketika kursi yang digores itu adalah milik saya! Ketika sesuatu itu bukan milik kita, maka kita punya sedikit kepedulian terhadapnya. Namun begitu, kita bersikap serius terhadap apa yang menimpa milik kita sendiri.
Ketika Yesus melihat cara bait Allah itu disalahgunakan, Ia menganggap hal itu sangat bersifat pribadi sekali. Yesus mengatakan hal itu sebagai "Rumah Bapa-Ku" (2:16). Bagi Dia bait suci itu lebih daripada bait suci orang Yahudi atau hanya bangunan umum lainnya di Yerusalem; bangunan itu adalah rumah Bapa-Nya. Yesus sangat terganggu oleh apa yang sedang berlangsung di situ sehingga murid-murid-Nya itu teringat satu nas dalam Mazmur 69: "Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku" (ay. 9). Kata "menghanguskan" mengandung gagasan "menelan" atau "memakan habis." Perusakan terhadap bait suci itu adalah, dalam istilah terkenal Amerika, "memakan Yesus hidup-hidup." Bagi Yesus bait suci ini lebih daripada sekedar tempat umum; bait suci itu adalah rumah Bapa-Nya!
Fakta bahwa Yesus menganggap secara pribadi apa yang menimpa bait suci itu adalah suatu indikasi lain tentang pengertian Yesus akan jati diri-Nya. Ketika Ia berseru, "rumah Bapa-Ku" kepada para pedagang itu, Ia juga sedang mengatakan dalam kata-kata itu, "Aku adalah Anak Allah." Inilah pernyataan yang Yohanes inginkan untuk kita percayai di akhir Injilnya (20:31).
Tanyakanlah diri Anda sendiri, "Seberapa besarkah saya merasa memiliki segala hal yang menjadi milik Allah?"; "Apakah saya memandang dunia ini sebagai ‘dunia Bapaku’?"; "Apakah saya membela gereja sebagai ‘gereja Bapaku’?"; "Apakah saya menganggap bisnis penyebaran injil sebagai ‘bisnis Bapaku’?" Di dalam bait suci itu Yesus menunjukkan bahwa seorang anak Allah tidak boleh bersikap acuh terhadap apa saja yang penting bagi Bapanya.
KITA MELIHAT PENGERTIAN MISI-NYA(Yohanes 2:18-22)
Tidak setiap orang merasa senang dengan gairah kasih yang Yesus perlihatkan di bait suci itu. Mereka bertanya-tanya, kuasa apakah yang Ia miliki untuk mengganggu rutinitas dan mengacaukan bisnis mereka? Oleh sebab itu mereka menanya Yesus, "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (2:18). Daripada mengadakan mujizat seperti yang mereka minta, Yesus malah memberitahu mereka bahwa jika mereka menghancurkan bait suci itu, Ia akan membangunnya kembali dalam tiga hari (2:19). Seraya mereka semua berdiri, dengan dikelilingi oleh tembok-tembok yang sangat besar yang dibangun dari batu-batu yang masing-masing beratnya berton-ton, pernyataan seperti itu kedengarannya seperti ocehan orang gila. Yohanes menjelaskan bahwa Yesus sedang berbicara tentang tubuh-Nya, yang akan "dihancurkan" di kayu salib dan "dibangkitkan" tiga hari kemudian oleh kuasa Allah (2:21).
Setelah Penyaliban dan Kebangkitan, murid-murid itu teringat kepada perkataan-Nya itu. Kebangkitan menjadi tanda yang paling agung dari semua tanda. Sebagai suatu tanda, kebangkitan itu memiliki hasil yang diinginkan ketika murid-murid itu "percaya" (2:22) kepada isi Kitab Suci dan kepada perkataan Yesus. Pada waktu itu, banyak kejadian di dalam kehidupan Yesus mulai masuk akal mereka.
TFTWMS: Yoh 2:12-16 - Kita Melihat Kemarahan-nya KITA MELIHAT KEMARAHAN-NYA (Yohanes 2:12-16A)
Kejadian ini terjadi pada waktu Paskah (2:13). Pesta Yahudi ini merupakan satu dari tiga pesta dimana ...
KITA MELIHAT KEMARAHAN-NYA (Yohanes 2:12-16A)
Kejadian ini terjadi pada waktu Paskah (2:13). Pesta Yahudi ini merupakan satu dari tiga pesta dimana setiap laki-laki Yahudi sangat diminta kehadirannya setiap tahun. Pesta ini untuk mengenang pembebasan Israel dari Mesir di zaman Musa dan berfungsi untuk mengingatkan bangsa Yahudi tentang bagaimana mereka terwujud. Populasi Yerusalem akan membengkak berlipat-ganda dari ukuran normalnya ketika para tamu Paskah datang ke kota itu. Kerumunan orang itu cenderung menghasut orang banyak; dan setelah bertahun-tahun berlalu, Paskah juga menjadi waktu ketika pengharapan akan datangnya Mesias dimunculkan. 1Orang-orang itu akan saling bertanya, "Akankah Mesias datang pada tahun ini?" Untuk alasan tertentu, membayangkan kedatangan Mesias lebih mudah dilakukan pada waktu Paskah.
Bait suci yang Yesus dapatkan ketika Ia tiba di Yerusalem sebenarnya merupakan bait suci yang ketiga dalam sejarah Israel. Menyusul bait suci yang didirikan oleh Salomo dan Zerubabel, bait suci yang ini dikenal sebagai Bait Suci Herodes, mengambil namanya dari Herodes yang Agung, yang bertanggung jawab atas pembangunannya. Ketika Yesus memasuki bait suci itu pada kesempatan ini, bait suci itu sedang dibangun sejak 46 tahun yang lalu (2:20) dan tidak akan selesai sampai 35 tahun kemudian, pada 64 M. Daerah bait suci itu sesungguhnya merupakan tempat yang luas yang terdiri dari pelbagai pelataran yang sangat luas dan tembok-tembok yang mengarah ke bait suci itu sendiri.2Setelah masuk ke dalam daerah bait suci, pelataran yang pertama adalah Pelataran Non-Yahudi. Siapa saja boleh masuk ke tempat ini. Selepas ini terdapat Pelataran Wanita, dimana orang Yahudi saja yang boleh masuk. Gerbang berikutnya mengarah kepada Pelataran Israel, dimana hanya kaum laki-laki Yahudi saja yang boleh masuk. Akhirnya, ada satu pelataran dimana hanya para imam Yahudi saja yang diperbolehkan masuk. Ini merupakan lokasi bangunan yang terlintas dalam pikiran kita pada umumnya ketika kita mengucapkan kata "bait suci."
Karena Pelataran Non-Yahudi merupakan tempat di dalam bait suci dimana setiap orang boleh masuk, maka tempat itu menjadi tempat dimana kaum pedagang dan para penukar uang mendirikan warung mereka. Para penyembah yang datang dari jauh biasanya perlu membeli binatang untuk korban, jadi disitu terjadi bisnis cepat dalam bentuk penjualan domba, burung merpati, dan sapi. Setiap laki-laki Yahudi yang berusia lebih dari dua puluh tahun diminta untuk membayar pajak bait suci, yang mana ini menciptakan peluang bisnis bagi para penukar uang di daerah bait suci itu. Semua kegiatan itu kemungkinan besar menimbulkan kegaduhan dan kekacauan yang cukup mengganggu di pelataran bait suci itu, namun pada waktu itu orang-orang itu sudah menerima semua itu sebagai hal yang wajar. Lalu Yesus datang.
Ketika Yesus masuk ke dalam bait suci itu, Ia melihat apa yang sedang berlangsung itu secara berbeda daripada setiap orang lain yang ada di situ. Yohanes menulis, Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan" (2:15, 16).
Ketika Matius, Markus, dan Lukas menceritakan kisah tentang pembersihan bait suci itu, mereka menunjukkan bahwa Yesus berkeberatan atas cara para pedagang yang menjadikan bait suci itu sebagai "sarang penyamun,"3yang menunjukkan bahwa Yesus marah terhadap bisnis yang curang. Namun begitu, Yohanes menunjukkan bahwa Yesus berkeberatan atas kehadiran bisnis apa saja di dalam bait suci itu. Bait suci dirancang sebagai rumah doa, tempat dimana semua orang dari segala bangsa dapat datang dan menyembah Allah. Apa yang Yesus lihat lebih terlihat seperti sebuah toserba atau pasar daripada tempat retreat rohani. Yesus tentunya merasa sangat terpukul, bahkan merasa ngeri, seraya Ia mengambil alih keadaan dan mengusir ke luar para pedagang dan binatang-binatang dari bait suci itu.
Baik Yesus dan Paulus mencela amarah sebagai cara hidup; 4tetapi Yesus, pada suatu kesempatan, pernah marah—dan sanggup marah tanpa berbuat dosa.5Apakah bedanya di antara dua jenis amarah ini? Yang satu tampaknya amarah yang timbul dari kepicikan, kegelisahan, atau kekecewaan manusia. Amarah yang saleh, pada sisi lainnya, adalah amarah yang timbul ketika manusia dilukai atau dijauhkan dari Allah oleh tindakan orang lain. Yesus melihat bahwa transaksi dalam bait suci itu sedang menjauhkan manusia dari Allah, dan hal itu tidak bisa ditoleransi!
Satu penerapan sederhana dari latar belakang di bait suci ini memiliki kaitan dengan cara kita memperlakukan saudara dan saudari kita ketika kita berkumpul untuk beribadah. Saya telah mengenal banyak orang, khususnya para doktor medis dan para pemilik bisnis, yang mengalami kesulitan beribadah karena umat mendesak mereka terus dengan pertanyaan tentang bisnis sebelum dan sesudah ibadah. Mereka ingin datang ke "rumah doa" tetapi hanya menemukan "rumah perdagang-an." Secara berkala, kita semua perlu diingatkan untuk meninggalkan bisnis di luar perhimpunan gereja sehingga setiap orang dapat beribadah tanpa halangan.
Dalam kehidupan kita, penerapan utama dari prilaku Yesus dalam bait suci itu timbul dengan cara menanyakan diri kita sendiri, "Apakah saya menjadi marah terhadap situasi yang akan membuat Yesus marah juga?" Godaannya adalah bahwa kita suka marah terhadap pelbagai masalah sedangkan masalah itu tidak membuat Yesus marah dan kita kemudian bersikap tenang saja terhadap pelbagai masalah seperti halnya masalah yang mendorong Yesus membersihkan bait suci itu. Amarah Yesus itu adalah pada tempatnya, positif, dan terfokus. Amarah itu selalu merupakan pertumbuhan dari kasih-Nya, yang mengarahkan Dia untuk bertindak demi kepentingan orang lain.
Kebanyakan dari kita memiliki persoalan amarah. Bagi beberapa orang hal itu merupakan keberadaan jenis amarah yang salah yang jauh terlalu banyak di dalam hidup kita. Bagi yang lainnya lagi hal itu merupakan keberadaan amarah yang saleh yang nyaris tidak ada. Sebagai contoh, apakah Anda merasa cukup marah tentang kemunduran moral dalam negeri kami, Amerika, dalam pemungutan suara yang lalu? Dalam pemilihan nasional Amerika pada 1990, 90 persen dari orang yang mengaku homoseks memberikan suaranya sementara orang-orang yang mengaku mengikut Yesus hanya 35 persen yang memberikan suaranya. Sikap apatisme seperti itu mencerminkan perlunya amarah yang saleh. Bagaimana dengan pengabaian terhadap anak-anak? Apakah keadaan mereka yang menyedihkan itu menghancurkan hati Anda dan membuat Anda cukup marah untuk melakukan sesuatu untuk menolong mereka? James Dobson baru-baru ini bicara tentang beberapa kecenderungan yang penuh harapan dalam budaya Amerika. Ia berkata bahwa ia mulai melihat beberapa anak muda yang sangat marah terhadap pengabaian yang sudah mereka alami di tangan orang tua yang egois sehingga mereka lebih anti perceraian daripada generasi sebelum mereka! Bagi mereka, amarah menyajikan tujuan yang positif.
Bagaimana tentang kuasa Iblis atas bangsa-bangsa? Ketika Anda mendengar tentang peperangan, penyakit, kelaparan, dan kekurangan, apakah hal itu membuat Anda cukup marah untuk menolong, baik dengan turun-tangan langsung atau dengan menyokong mereka yang dapat melakukan pertolongan? Dapatkah Anda berpangku tangan saja dan menonton Iblis berbuat sesuka hatinya terhadap dunia?
Semoga Allah menjadikan kita umat yang lebih pemarah—bukan umat yang lebih picik, lebih egois, atau lebih frustasi, melainkan umat yang lebih pemarah terhadap luka-luka dalam dunia. Semoga Ia membuat kita cukup marah untuk mengasihi!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) "CINTA UNTUK RUMAH-MU" (Yohanes 2:12-22)
Pelbagai kisah baru yang tragis sangat mengganggu kita dan meluas hingga ke dalam pelbagai bidang ...
"CINTA UNTUK RUMAH-MU" (Yohanes 2:12-22)
Pelbagai kisah baru yang tragis sangat mengganggu kita dan meluas hingga ke dalam pelbagai bidang lain dalam kehidupan kita. Kita terkejut ketika para pesohor favorit atau para pemimpin terhormat tiba-tiba saja dituduh menggunakan obat-obatan, melakukan kegiatan bisnis yang tidak etis, berkelakuan amoral, atau melakukan kekerasan rumah tangga. Kita mulai bertanya-tanya apakah kita benar-benar mengenal siapa saja yang kita kenal: pasangan kita, anak-anak kita, saudara atau saudari kita, atau bahkan diri kita sendiri! Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengalami pelbagai situasi yang berbeda dengan orang-orang yang kita ingin kenal dengan baik. Karena saya bekerja dengan banyak mahasiswa saya yang sedang pacaran, maka saya sering mengingatkan mereka tentang betapa pentingnya waktu pacaran yang cukup lama bagi mereka agar dapat melihat prilaku calon suami atau isteri yang potensial dalam pelbagai situasi kehidupan yang sangat beragam. Mereka perlu saling memperhatikan ketika kehidupan berjalan mulus dan tidak berjalan mulus. Mereka perlu saling memperhatikan ketika mereka sedang santai dan ketika mereka sedang kelelahan. Mereka perlu saling memperhatikan ketika mereka sukses dan ketika gagal melakukan sesuatu, sebab hanya dari memperhatikan prilaku seseorang dalam beragam latar belakang yang berbeda kita dapat mengetahui siapakah orang itu sebenarnya.
Teks pelajaran ini, Yohanes 2:12-22, membolehkan kita untuk memperhatikan Yesus dalam latar belakang yang lain. Kali ini tempatnya lebih besar, lebih mengancam, dan lebih bersifat pribadi daripada latar belakang pernikahan di Kana. Nas ini membawa kita ke bait suci di Yerusalem, pusat iman Yahudi dan tempat dimana Yesus nanti dijatuhi hukuman penyaliban. Memperhatikan dan mendengarkan Yesus dalam latar belakang yang bermusuhan ini membolehkan kita melihat sisi lain dari orang yang mengaku sebagai Anak Allah. Apa yang kita lihat dalam teks ini akan membolehkan kita semua mengenal Yesus lebih baik daripada yang pernah kita lakukan sebelumnya.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 2:12-22)
Ketika kita membaca Injil Yohanes, kita tahu bahwa Injil itu berakhir dalam kebangkitan sebelum kita bahkan memulai kisa...
KESIMPULAN (YOHANES 2:12-22)
Ketika kita membaca Injil Yohanes, kita tahu bahwa Injil itu berakhir dalam kebangkitan sebelum kita bahkan memulai kisah itu. Akibatnya, kita membaca keseluruhan Injil itu dengan semacan penglihatan yang murid-murid itu miliki hanya setelah Yesus bangkit dari antara orang mati. Ketika kita sekarang membaca Injil itu, maksud Roh Kudus adalah bahwa kita akan merespon dengan cara yang sama seperti yang murid-murid pernah lakukan dalam abad pertama: Kita mau percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah; dan percaya bahwa kita akan memiliki hidup dalam nama-Nya.
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Pemberian makan lima ribu orang secara mujizatiah (Yohanes 6:1-15) dan penyaliban Kristus terjadi pada waktu kegembiraan Paskah.
...
Catatan Akhir:
- 1 Pemberian makan lima ribu orang secara mujizatiah (Yohanes 6:1-15) dan penyaliban Kristus terjadi pada waktu kegembiraan Paskah.
- 2 Lihat dia gram bait suci di halaman 28.
- 3 Matius 21:13; Markus 11:17; Lukas 19:46.
- 4 Matius 5:21-24; Efesus 4:25-32.
- 5 Markus
- 3 :5; Ibrani 4:15.
Pengarang: Bruce Mclarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi