Teks -- Wahyu 1:4 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 1:4
Full Life: Why 1:4 - KEPADA KETUJUH JEMAAT.
Nas : Wahy 1:4
Kitab Wahyu dialamatkan kepada tujuh jemaat di Asia (yang berlokasi
di sekitar daerah Turki barat yang sekarang). Setiap jemaat tert...
Nas : Wahy 1:4
Kitab Wahyu dialamatkan kepada tujuh jemaat di Asia (yang berlokasi di sekitar daerah Turki barat yang sekarang). Setiap jemaat tertentu terdiri atas berbagai kumpulan jemaat. Barangkali jemaat-jemaat ini telah dipilih karena mereka mewakili keseluruhan jemaat pada masa itu, karena kata "tujuh" bermakna suatu keseluruhan yang lengkap. Apa yang telah difirmankan kepada mereka dimaksudkan untuk segenap jemaat. Dengan kata lain, "tujuh jemaat" itu mewakili semua jemaat sepanjang zaman gereja ini. Bisa jadi "tujuh roh" itu mewakili kesempurnaan dan pelayanan Roh Kudus kepada jemaat (bd. Wahy 4:5; 5:6; Yes 11:2-3).
Jerusalem: Why 1:4-8 - -- Alamat (surat) ini mengingatkan berbagai nas Kitab Suci. Nas-nas itu mengenai kedatangan dan pelantikan Raja Mesias. Bersama dengan umat Allah Raja it...
Alamat (surat) ini mengingatkan berbagai nas Kitab Suci. Nas-nas itu mengenai kedatangan dan pelantikan Raja Mesias. Bersama dengan umat Allah Raja itu akan meraja berdasarkan janji-janji yang dahulu diberikan Allah kepada Daud. Ini sebuah pikiran pokok kitab Wahyu.
Jerusalem: Why 1:4 - dari Dia, yang ada... Ungkapan ini digemari Wahyu, Wah 1:8; 4:8; 11:17; 16:5. Dalam karangan-karangan Yahudi terdapat ungkapan-ungkapan yang serupa. Di dalamnya terurai nam...
Ungkapan ini digemari Wahyu, Wah 1:8; 4:8; 11:17; 16:5. Dalam karangan-karangan Yahudi terdapat ungkapan-ungkapan yang serupa. Di dalamnya terurai nama Allah, Yahwe, yang diwahyukan kepada Musa, Kel 3:14.
Ende -> Why 1:4
Ende: Why 1:4 - Kepada tudjuh geredja di Asia Angka "tudjuh". Segala angka dalam karangan
ini bersifat lambang "Tudjuh" digunakan untuk sekelompok terbatas tetapi bulat.
Ketudjuh umat jang ditegur...
Angka "tudjuh". Segala angka dalam karangan ini bersifat lambang "Tudjuh" digunakan untuk sekelompok terbatas tetapi bulat.
Ketudjuh umat jang ditegur mewakili semua umat dipropinsi Asia, malah menurut maksud Roh Kudus tentu seluruh geredja Kristus dan untuk segala abad. Dan memang amanat-amanat tjukup tepat bagi kitapun djuga.
Ref. Silang FULL -> Why 1:4
Ref. Silang FULL: Why 1:4 - ketujuh jemaat // menyertai kamu // akan datang // ketujuh roh · ketujuh jemaat: Wahy 1:11,20
· menyertai kamu: Rom 1:7; Rom 1:7
· akan datang: Wahy 1:8; Wahy 4:8; 11:17; 16:5
· ketujuh...
· ketujuh jemaat: Wahy 1:11,20
· menyertai kamu: Rom 1:7; [Lihat FULL. Rom 1:7]
· akan datang: Wahy 1:8; Wahy 4:8; 11:17; 16:5
· ketujuh roh: Yes 11:2; Wahy 3:1; 4:5; 5:6
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 1:4 - -- 1:4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil:76 Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia,77 yang ada dan yang sudah ada...
1:4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil:76 Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia,77 yang ada dan yang sudah ada dan yang datang,78 dan dari ketujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya
Menurut salam tersebut, kitab ini ditujukan kepada ketujuh jemaat setempat yang terletak di suatu Propinsi Kerajaan Roma yang bernama "Asia". Kitab ini dikirimkan sebagai surat kepada tujuh jemaat harfiah, yang lokasinya masing-masing disebutkan dalam pasal 1:11. Memang ada penafsir yang berkata bahwa ketujuh jemaat itu melambangkan tujuh zaman Sejarah Gereja, tetapi kalau tafsiran tersebut diselidiki, ternyata keadaan ketujuh jemaat itu tidak sesuai dengan tujuh tahap sejarah gereja yang mereka kemukakan. Di samping itu, tidak ada petunjuk dalam Kitab Wahyu yang menjelaskan bahwa ketujuh jemaat tersebut tidak bersifat harfiah. Tetapi dengan sangat jelas yang dimaksudkan adalah ketujuh jemaat setempat yang terletak di Asia Kecil.
Ada jemaat di wilayah Propinsi Asia, misalnya jemaat di Kolose, Troas, dan Hieropolis, yang tidak disebut sebagai penerima Kitab Wahyu. Alasan Tuhan Yesus untuk memilih ketujuh jemaat tersebut tidak jelas. Mungkin Yohanes mempunyai pertanggungjawaban atas ketujuh jemaat tersebut. Mungkin juga "kebetulan" ada utusan dari ketujuh jemaat yang mengunjungi Yohanes di Pulau Patmos. Saat ini sulit sekali bagi kita untuk menentukan secara pasti, mengapa Yohanes hanya menyajikan ketujuh jemaat tersebut. Tetapi barangkali angka tujuh menunjuk pada kesempurnaan79, dipilih karena tujuh jemaat tersebut mewakili semua jemaat Kristus sepanjang zaman ini. Sepanjang zaman ini ada jemaat-jemaat seperti ketujuh jemaat tersebut.
Beberapa pembukaan surat Rasul Paulus80 juga dibuka dengan kata seperti kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.81
Selain salam "kasih karunia", berkat damai sejahtera juga diucapkan. Salam "kasih karunia" merupakan kebiasaan orang-orang Yunani, sedangkan salam damai sejahtera biasa dipergunakan oleh orang-orang Ibrani. (Orang Ibrani mengucapkan "Shalom", dan orang Arab memakai kata yang hampir sama "Salaam".)
Berkat kasih karunia dan damai sejahtera berasal dari Dia... dan dari ketujuh Roh... dan dari Yesus Kristus.... Seperti juga dalam 2 Korintus 13:14, Allah yang Tritunggal adalah sumber berkat yang diucapkan Rasul Yohanes.
Sebutan yang ada dan yang sudah ada dan yang datang menunjuk pada nama Allah dalam Perjanjian Lama. Dalam Septuaginta,82 nama Allah83 yang disebut dalam Keluaran 3:14 diterjemahkan "Aku adalah Dia yang ada." Dalam Targum Yerusalem,84 nas yang sama diterjemahkan "Aku adalah Dia yang ada dan yang akan ada", dan di tempat lain nama yang sama diterjemahkan, "Aku adalah Dia yang ada, dan yang sudah ada, dan yang akan ada."85 Dalam nas ini, "yang akan ada" diganti dengan yang datang. Singkatnya, sebutan ini mengingatkan para pembaca pada Nama Allah dalam Keluaran 3:14.
Oleh karena naskah kuno dalam bahasa Yunani tidak membedakan antara huruf besar (Roh) dan huruf kecil (roh), maka ada dua kemungkinan. Pertama, sebutan ketujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya menunjuk pada tujuh makhluk surgawi. Kedua, sebutan tersebut menunjuk kepada Roh Allah yang sempurna. Para pembaca harus memilih antara dua kemungkinan ini berdasarkan konteks nas ini.
Dalam konteks Kitab Wahyu tujuh roh (dalam huruf kecil) atau Roh (dalam huruf besar) juga disebutkan empat kali, yaitu dalam pasal ini dan dalam pasal 3:1, 4:5 dan 5:6. Walaupun seringkali dikatakan bahwa keempat makhluk, kedua puluh empat tua-tua itu, dan malaikat yang jumlahnya berlaksa-laksa dan beribu-ribu menyembah Tuhan, tetapi tidak dicatat bahwa tujuh roh/Roh itu menyembah Tuhan. Mungkin tujuh roh/Roh tersebut tidak menyembah Dia karena Roh Allah tidak menyembah Tuhan. Maka kemungkinan yang dimaksudkan dalam nas ini adalah Roh Allah, dan angka tujuh dipakai untuk menegaskan kesempurnaan-Nya, sesuai dengan Yesaya 11:2.
Tafsiran tersebut dikuatkan dengan adanya Allah Bapa dan Yesus secara sejajar dalam ayat yang sama.86 Juga, kalau yang dimaksudkan ada roh suci atau malaikat, sangat aneh, karena tujuh roh/Roh itu merupakan sumber berkat kasih karunia dan damai sejahtera. Malaikat suci merupakan saluran berkat kasih karunia dan damai sejahtera, tetapi bukanlah sumbernya! Barangkali yang dimaksudkan di sini adalah Roh Kudus.
Hagelberg: Why 1:4-8 - -- 2. Salam (1:4-8)
Biasanya pembukaan surat Yunani singkat dan sederhana, tetapi dalam bagian ini pembukaan surat dipergunakan untuk menjadi sarana sala...
2. Salam (1:4-8)
Biasanya pembukaan surat Yunani singkat dan sederhana, tetapi dalam bagian ini pembukaan surat dipergunakan untuk menjadi sarana salam yang penuh dengan arti, dan layak dipelajari dengan saksama.
Hagelberg: Why 1:4 - -- 1:4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil:76 Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia,77 yang ada dan yang sudah ada...
1:4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil:76 Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia,77 yang ada dan yang sudah ada dan yang datang,78 dan dari ketujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya
Menurut salam tersebut, kitab ini ditujukan kepada ketujuh jemaat setempat yang terletak di suatu Propinsi Kerajaan Roma yang bernama "Asia". Kitab ini dikirimkan sebagai surat kepada tujuh jemaat harfiah, yang lokasinya masing-masing disebutkan dalam pasal 1:11. Memang ada penafsir yang berkata bahwa ketujuh jemaat itu melambangkan tujuh zaman Sejarah Gereja, tetapi kalau tafsiran tersebut diselidiki, ternyata keadaan ketujuh jemaat itu tidak sesuai dengan tujuh tahap sejarah gereja yang mereka kemukakan. Di samping itu, tidak ada petunjuk dalam Kitab Wahyu yang menjelaskan bahwa ketujuh jemaat tersebut tidak bersifat harfiah. Tetapi dengan sangat jelas yang dimaksudkan adalah ketujuh jemaat setempat yang terletak di Asia Kecil.
Ada jemaat di wilayah Propinsi Asia, misalnya jemaat di Kolose, Troas, dan Hieropolis, yang tidak disebut sebagai penerima Kitab Wahyu. Alasan Tuhan Yesus untuk memilih ketujuh jemaat tersebut tidak jelas. Mungkin Yohanes mempunyai pertanggungjawaban atas ketujuh jemaat tersebut. Mungkin juga "kebetulan" ada utusan dari ketujuh jemaat yang mengunjungi Yohanes di Pulau Patmos. Saat ini sulit sekali bagi kita untuk menentukan secara pasti, mengapa Yohanes hanya menyajikan ketujuh jemaat tersebut. Tetapi barangkali angka tujuh menunjuk pada kesempurnaan79, dipilih karena tujuh jemaat tersebut mewakili semua jemaat Kristus sepanjang zaman ini. Sepanjang zaman ini ada jemaat-jemaat seperti ketujuh jemaat tersebut.
Beberapa pembukaan surat Rasul Paulus80 juga dibuka dengan kata seperti kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.81
Selain salam "kasih karunia", berkat damai sejahtera juga diucapkan. Salam "kasih karunia" merupakan kebiasaan orang-orang Yunani, sedangkan salam damai sejahtera biasa dipergunakan oleh orang-orang Ibrani. (Orang Ibrani mengucapkan "Shalom", dan orang Arab memakai kata yang hampir sama "Salaam".)
Berkat kasih karunia dan damai sejahtera berasal dari Dia... dan dari ketujuh Roh... dan dari Yesus Kristus.... Seperti juga dalam 2 Korintus 13:14, Allah yang Tritunggal adalah sumber berkat yang diucapkan Rasul Yohanes.
Sebutan yang ada dan yang sudah ada dan yang datang menunjuk pada nama Allah dalam Perjanjian Lama. Dalam Septuaginta,82 nama Allah83 yang disebut dalam Keluaran 3:14 diterjemahkan "Aku adalah Dia yang ada." Dalam Targum Yerusalem,84 nas yang sama diterjemahkan "Aku adalah Dia yang ada dan yang akan ada", dan di tempat lain nama yang sama diterjemahkan, "Aku adalah Dia yang ada, dan yang sudah ada, dan yang akan ada."85 Dalam nas ini, "yang akan ada" diganti dengan yang datang. Singkatnya, sebutan ini mengingatkan para pembaca pada Nama Allah dalam Keluaran 3:14.
Oleh karena naskah kuno dalam bahasa Yunani tidak membedakan antara huruf besar (Roh) dan huruf kecil (roh), maka ada dua kemungkinan. Pertama, sebutan ketujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya menunjuk pada tujuh makhluk surgawi. Kedua, sebutan tersebut menunjuk kepada Roh Allah yang sempurna. Para pembaca harus memilih antara dua kemungkinan ini berdasarkan konteks nas ini.
Dalam konteks Kitab Wahyu tujuh roh (dalam huruf kecil) atau Roh (dalam huruf besar) juga disebutkan empat kali, yaitu dalam pasal ini dan dalam pasal 3:1, 4:5 dan 5:6. Walaupun seringkali dikatakan bahwa keempat makhluk, kedua puluh empat tua-tua itu, dan malaikat yang jumlahnya berlaksa-laksa dan beribu-ribu menyembah Tuhan, tetapi tidak dicatat bahwa tujuh roh/Roh itu menyembah Tuhan. Mungkin tujuh roh/Roh tersebut tidak menyembah Dia karena Roh Allah tidak menyembah Tuhan. Maka kemungkinan yang dimaksudkan dalam nas ini adalah Roh Allah, dan angka tujuh dipakai untuk menegaskan kesempurnaan-Nya, sesuai dengan Yesaya 11:2.
Tafsiran tersebut dikuatkan dengan adanya Allah Bapa dan Yesus secara sejajar dalam ayat yang sama.86 Juga, kalau yang dimaksudkan ada roh suci atau malaikat, sangat aneh, karena tujuh roh/Roh itu merupakan sumber berkat kasih karunia dan damai sejahtera. Malaikat suci merupakan saluran berkat kasih karunia dan damai sejahtera, tetapi bukanlah sumbernya! Barangkali yang dimaksudkan di sini adalah Roh Kudus.
Hagelberg: Why 1:1-8 - -- A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
Tidak mungkin Yohanes secara langsung menceritakan penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus. Para pembaca harus diberitahu m...
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
Tidak mungkin Yohanes secara langsung menceritakan penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus. Para pembaca harus diberitahu mengenai identitas dan keadaan penulis Kitab Wahyu. Juga salam kepada para pembaca mula-mula disampaikan oleh Yohanes.
Hagelberg: Why 1:1-20 - -- I. Bagian Pertama : \"...apa yang telah kaulihat...\" (1:1-20)
Bagian ini merupakan dasar seluruh Kitab Wahyu, karena di dalam bagian ini terdapat pen...
I. Bagian Pertama : \"...apa yang telah kaulihat...\" (1:1-20)
Bagian ini merupakan dasar seluruh Kitab Wahyu, karena di dalam bagian ini terdapat penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus sendiri.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 1:3-8
Matthew Henry: Why 1:3-8 - Berkat Kerasulan Berkat Kerasulan (1:3-8)
Di sini kita mendapati berkat kerasulan bagi orang-orang yang harus memberi perhatian yang pantas kepada wahyu ilahi ini...
Berkat Kerasulan (1:3-8)
- Di sini kita mendapati berkat kerasulan bagi orang-orang yang harus memberi perhatian yang pantas kepada wahyu ilahi ini.
- I. Secara lebih umum, kepada semua orang yang membaca atau mendengar kata-kata nubuatan ini. Suatu hak istimewa yang penuh berkat jika kita dapat menikmati sabda-sabda Allah. Suatu hal yang penuh berkat jika kita dapat mempelajari Kitab Suci. Suatu hak istimewa jika kita tidak hanya dapat membaca sendiri Kitab Suci, tetapi juga mendengarnya dibacakan oleh orang lain. Tidak cukup bagi keterberkatan kita bahwa kita membaca dan mendengarkan Kitab Suci, tetapi kita juga harus menuruti apa yang tertulis di dalamnya.
- II. Berkat kerasulan diucapkan secara lebih istimewa dan khusus kepada ketujuh jemaat di Asia (ay. 4). Ketujuh jemaat ini disebut dalam ayat 11, dan pesan-pesan tersendiri dikirimkan kepada tiap-tiap dari mereka.
- 1. Apa berkat itu. Kasih karunia, yaitu, kehendak baik Allah terhadap kita dan pekerjaan baik-Nya dalam diri kita. Dan damai sejahtera, yaitu, bukti yang manis dan jaminan dari kasih karunia ini.
- 2. Dari mana berkat ini akan datang. Dalam nama Allah, dalam nama Tritunggal secara keseluruhan.
- (1) Bapa disebutkan pertama-tama: Allah Bapa, yang ada, dan yang sudah ada, dan yang akan datang, kekal, tidak berubah.
- (2) Roh Kudus, yang disebut sebagai ketujuh roh, Roh Allah yang tak terbatas dan sempurna, yang di dalam-Nya ada keragaman karunia dan tindakan. Roh itu ada di hadapan takhta-Nya. Sebab, sama seperti Allah menjadikan, demikian pula Ia mengatur, segala sesuatu oleh Roh-Nya.
- (3) Tuhan Yesus Kristus. Cermatilah penjelasan khusus yang kita dapati di sini tentang Kristus (ay. 5). Saksi yang setia. Pada kesaksian-Nya kita dapat bergantung dengan aman, sebab Dia adalah Saksi yang setia, tidak bisa tertipu dan tidak bisa menipu kita. Yang pertama bangkit atau yang sulung dari antara orang mati. Penguasa atas raja-raja di bumi. Oleh Dia kekuasaan mereka dibatasi. Oleh Dia rancangan-rancangan mereka diatasi, dan kepada Dia mereka bertanggung jawab. Sahabat agung bagi jemaat dan umat-Nya. Ia telah mengasihi mereka. Pertama, Ia telah melepaskan mereka dari dosa mereka oleh darah-Nya. Dosa meninggalkan noda pada jiwa. Tidak ada yang dapat menghilangkan noda ini selain darah Kristus. Dan, daripada noda itu tidak dibasuh, Kristus rela menumpahkan darah-Nya sendiri. Kedua, Ia telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya. Setelah membenarkan dan menguduskan mereka, Ia membuat mereka menjadi raja-raja bagi Bapa-Nya. Sebagai raja-raja, mereka mengalahkan dunia. Ia telah membuat mereka menjadi imam-imam, membukakan jalan masuk bagi mereka kepada Allah. Untuk kehormatan-kehormatan dan kebaikan-kebaikan yang luhur ini mereka wajib mengakui bahwa punya Dialah kekuasan dan kemuliaan untuk selama-lamanya. Ia akan menjadi Hakim atas dunia (ay. 7). Kitab ini, Kitab Wahyu, dimulai dan diakhiri dengan nubuatan tentang kedatangan Tuhan Yesus Kristus untuk kali kedua. Yohanes berbicara seolah-olah ia melihat hari itu: “Lihatlah, Ia datang, sepasti seperti engkau melihat-Nya dengan kedua matamu sendiri. Ia datang dengan awan-awan, yang merupakan kereta dan pondok-Nya. Setiap mata akan melihat Dia, mata umat-Nya, mata musuh-musuh-Nya, setiap mata, matamu dan mataku.” Ia akan datang, yang akan membuat ngeri orang-orang yang telah menikam-Nya dan yang tidak bertobat, dan akan membuat ngeri semua orang yang telah melukai dan menyalibkan Dia kembali dengan kemurtadan mereka dari-Nya, dan yang akan membuat terkejut bangsa-bangsa kafir. Gambaran tentang Kristus ini disahkan dan diteguhkan oleh diri-Nya sendiri (ay. 8). Dia adalah Yang Awal dan Yang Akhir. Segala sesuatu berasal dari Dia dan untuk Dia. Dia adalah Yang Mahakuasa. Dia tetap sama, kekal dan tak berubah.
SH: Why 1:4-8 - Yesus Kristus adalah Tuhan (Senin, 12 Desember 2011) Yesus Kristus adalah Tuhan
Pernahkah Anda diperhadapkan dengan pilihan sulit yang berkaitan dengan iman Anda kepada Tuhan Yesus? Apakah Anda bersedia...
Yesus Kristus adalah Tuhan
Pernahkah Anda diperhadapkan dengan pilihan sulit yang berkaitan dengan iman Anda kepada Tuhan Yesus? Apakah Anda bersedia untuk membayar harga atau menanggung resiko seberat apa pun demi mempertahankan iman kepada Tuhan?
Ketika kitab ini ditulis, gereja perdana berada dalam situasi yang sulit. Domitian, Kaisar Romawi waktu itu, memerintahkan seluruh penduduk dalam wilayah pemerintahannya untuk menyembah dan mengakui Kaisar sebagai Tuhan. Orang-orang Kristen tidak mau menaatinya, karena hanya Kristuslah Tuhan dan hanya Dia yang layak disembah. Akibatnya, mereka mengalami tekanan dan penganiayaan bahkan tidak sedikit yang mati martir karena iman mereka. Melihat kenyataan yang demikian banyak yang mulai meragukan pribadi dan kuasa Tuhan Yesus.
Apakah Allah membiarkan mereka? Apakah Yesus tidak peduli dengan penderitaan mereka? Lewat wahyu kepada Yohanes, Yesus mau mendorong orang percaya agar dalam penderitaan seberat apa pun, mereka tetap mengalami anugerah dan damai sejahtera-Nya yang memberi kekuatan dan penghiburan (4). Firman-Nya mengingatkan mereka agar tetap setia kepada Yesus, karena Dia adalah Tuhan yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas kaisar dan penguasa di bumi (5). Dia adalah Allah yang Mahakuasa (8), seluruh alam semesta dan bangsa-bangsa ada di dalam kuasa-Nya. Dia akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya (7) dan membawa orang percaya bersama-sama dengan Dia selama-lamanya (bdk. 1Tes. 4:17).
Bisa terjadi bahwa karena iman kepada Tuhan Yesus, Anda harus kehilangan pekerjaan, atau ditinggalkan teman-teman. Anda dibenci, diejek, dihina, dianiaya, bahkan diancam untuk dibunuh. Di tengah pergumulan dan penderitaan seberat apa pun, Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan Anda. Mari layani Dia dengan setia karena kita tahu bahwa tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada di dalam Kristus Yesus Tuhan kita (bdk. Rm. 8:39).
SH: Why 1:4-8 - Salam dari Siapa? (Kamis, 8 September 2022) Salam dari Siapa?
Ada kata-kata yang kerap kita ucapkan, "Titip salam, ya!" Kata-kata itu terucap ketika kita tahu seseorang akan bertemu dengan oran...
Salam dari Siapa?
Ada kata-kata yang kerap kita ucapkan, "Titip salam, ya!" Kata-kata itu terucap ketika kita tahu seseorang akan bertemu dengan orang yang kita kenal, apalagi yang kita kasihi; kadang kita menitipkan salam kita untuk orang tersebut. Namun, apa sebenarnya salam itu?
Arti harfiah dari salam adalah damai. Hal itu berarti, kalau orang menyampaikan salam kepada orang lain, dia mengharapkan orang itu berada dalam kondisi damai. Dalam Kitab Wahyu ini, yang berupa surat kepada tujuh jemaat, Yohanes pun menyampaikan salam yang berisi harapan supaya jemaat selalu berada dalam kasih karunia dan damai sejahtera (4). Namun, kasih karunia dan damai sejahtera seperti apa dan dari siapa?
Yohanes menyebutkan bahwa kasih karunia dan damai sejahtera yang dia harapkan berasal dari Allah. Bahkan, Allah itu dia gambarkan sebagai yang sudah ada dan yang akan datang (4, 8). Yohanes masih menambahkan bahwa kasih karunia dan damai sejahtera itu juga berasal dari ketujuh roh di hadapan takhta-Nya dan dari Yesus Kristus (5). Karena itu, yang patut dimuliakan hanyalah Tuhan. Yohanes menggambarkan Tuhan sebagai yang mengasihi dan yang melepaskan kita dari dosa (5), serta membuat jemaat menjadi suatu kerajaan dan imam (6). Dia juga adalah yang akan datang kembali (7), serta yang mahakuasa (8).
Dari semua perkataan Yohanes itu, kita belajar untuk mengharapkan yang terbaik bagi orang yang kita beri salam. Bukan sekadar bunga bibir atau basa-basi, salam kita merupakan doa kita bagi orang yang kita beri salam. Selain itu, hal ini menunjukkan tindakan kita memuliakan Tuhan yang bisa mengaruniakan "salam" itu.
Itu bukan berarti salam kita yang membuat orang itu menjadi damai, baik, dan sejahtera. Namun, semua karena ada Dia, Tuhan, yang mengaruniakannya. Salam bisa mendatangkan kedamaian bukan karena kita yang berbaik hati, namun karena Tuhan yang berkuasa memberikannya. Jadi, ketika kita menyampaikan salam, salam dari siapakah yang kita harap kita ucapkan? Salam kita pribadi saja, ataukah salam dari Tuhan sendiri? [KRS]
SH: Why 1:1-8 - Pesan penting di masa gawat (Senin, 21 Oktober 2002) Pesan penting di masa gawat
Di tengah badai aniaya yang melanda umat-Nya, Tuhan Yesus memberikan wahyu kepada hamba-Nya, Yohanes untuk menghibur dan ...
Pesan penting di masa gawat
Di tengah badai aniaya yang melanda umat-Nya, Tuhan Yesus memberikan wahyu kepada hamba-Nya, Yohanes untuk menghibur dan meneguhkan mereka. Dengan setia Yohanes bersaksi tentang wahyu yang telah diterimanya. Ia menuliskannya bagi ‘hamba-hamba Kristus’ (ayat 1) yang sedang menjalani masa uji dalam rangka pemurnian menjelang pemuliaan. Bagi “ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya” disebut berbahagia atau terberkati. Maksudnya jelas, menekuni dan mengamalkan Kitab Wahyu akan mendatangkan berkat bagi orang percaya dan jemaat, yakni ketangguhan menjalani masa uji yang penuh penderitaan, dan kemuliaan surgawi sebagai orang-orang yang menang.
Penghiburan dan peneguhan yang Tuhan Yesus sampaikan kepada umat-Nya, bertitik tolak dari hubungan antara Allah dengan umat-Nya, dengan mengedepankan kedaulatan karya-Nya. Kasih karunia, yang menjadi pokok keselamatan kita, dikatakan ‘menyertai kamu’ (ayat 4). Ungkapan ini menyiratkan kebenaran mendasar dalam keselamatan kita, bahwa sekali kita berada dalam kasih karunia Allah, selamanya kita berada dalam kasih karunia tersebut. Damai sejahtera, yang berarti kedamaian dan kesentosaan jiwa karena kepastian telah diperolehnya demai dengan Allah, juga dikatakan beserta umat-Nya. Itu berarti, bagi orang-orang yang berada dalam kasih karunia Allah, damai sejahtera hadir, dan di saat-saat topan kesengsaraan mengamuk, kedua hal itu menjadi bekal sekaligus titik berangkat pengharapan.
Pendeknya, dengan ‘kasih karunia dan damai sejahtera’ bagi umat-Nya, Allah bersama-sama dengan umat-Nya dalam menghadapi masa uji yang paling berat sekalipun. Ya, Allah mengasihi umat-Nya dan tidak membiarkan mereka berjuang sendirian. Allah sendiri tampil sebagai titik tekan penghiburan dan peneguhan itu.
Renungkan: Jaminan kemenangan bagi orang percaya yang sedang mengalami pergumulan mahadahsyat akan dikuatkan dan diteguhkan dengan pernyataan Tuhan Allah yang kekal berdaulat, Pencipta dan Penggenap sejarah umat manusia.
SH: Why 1:1-8 - Hai Yohanes, mengapa Wahyu? (Sabtu, 13 Desember 2003) Hai Yohanes, mengapa Wahyu?
Mengapa bukan kitab pengajaran doktrin akhir zaman yang
sistematis dengan poin-poin yang lugas, dibantu peta waktu y...
Hai Yohanes, mengapa Wahyu?
Mengapa bukan kitab pengajaran doktrin akhir zaman yang sistematis dengan poin-poin yang lugas, dibantu peta waktu yang lengkap detil kronologisnya (bila perlu ditambah sisipan CD software interaktif yang lebih user-friendly)? Mengapa kitab Wahyu ada dalam bentuk seperti yang kita temukan sekarang? Alasan utamanya sederhana saja: Allah di dalam Kristus yang membuatnya seperti demikian; Ia memilih untuk mengaruniakan-Nya dalam bentuk seperti ini (ayat 1). Lalu apa maksudnya? Atau yang lebih penting, apa maksud-Nya?
Kitab Wahyu bukanlah bahan kursus tertulis jarak jauh bagi Kristen yang kebetulan punya waktu luang lebih dan tertarik (bila bukan terobsesi) dengan hal-hal akhir/eskatologi. Yohanes mencatatnya, dan Kristus mengaruniakannya bagi jemaat Kristen yang sedang menderita yaitu Kristen yang terperangah menyaksikan (dan mengalami!) kuasa dunia yang jahat dan dahsyat! Intipati dari apa yang ada di dalam kitab Wahyu telah digemakan pada ayat-ayat yang kita baca sekarang. Kitab ini ditulis agar Kristen mengetahui hal-hal yang akan segera terjadi (ayat 1); sebab, apa yang akan terjadi itu adalah penghiburan bagi mereka (ayat 3). Jati diri Yesus, Tuhan mereka pun menjadi penghiburan dan teladan bagi mereka. Kristus adalah Sang Saksi yang setia dan terus mengasihi kita (ayat 5). Kuasa-Nya yang dahsyat telah nyata dari karya-Nya menyelamatkan Kristen dari dosa (ayat 5), dan akan terus nyata melalui segala sesuatu yang ia sedang dan akan kerjakan selanjutnya (ayat 7-8).
Mengapa Allah kini mengaruniakan Anda kesempatan untuk membaca, menggali, dan merenungkan kitab Wahyu? Agar iman Anda makin teguh, hati Anda makin berserah, dan karya kesaksian Anda makin nyata dalam dunia. Semua ini adalah demi Tuhan kita, yang bagi-Nya “kemuliaan dan kuasa sampai selama-lama-Nya” (ayat 6).
Renungkan: Taatilah Tuhan dalam segala sesuatu, karena hanya dalam ketaatan berita kitab Wahyu menjadi kabar bahagia bagi kita.
Utley -> Why 1:4-7
Utley: Why 1:4-7 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 1:4-74 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, ...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 1:4-7
4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, 5 dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya-- 6 dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin. 7 Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.
Wahy 1:4 "kepada ketujuh jemaat" Tepatnya tidak pasti mengapa ditujukan hanya kepada tujuh jemaat itu. Ada beberapa teori:
- 1. Beberapa telah menegaskan bahwa ini adalah jemaat-jemaat dimana Yohanes memiliki hubungan pelayanan khusus
- 2. Yang lain telah menegaskan bahwa mereka membentuk sebuah rute pos di Provinsi Romawi Asia
- 3. Angka tujuh memiliki makna besar bagi orang Yahudi, khususnya dalam penulisan apokaliptik antar- alkitabiah.
Itu adalah angka kesempurnaan dari penggunaannya dalam Kej 1. Oleh karena itu, mungkin digunakan dalam kedua arti harfiah-Yohanes melakukan memang menulis surat kepada beberapa jemaat yang membentuk rute Romawi pos di Asia Kecil dan secara simbolis sebagai cara untuk mengacu pada semua jemaat dari segala masa
"di Asia" mengacu pada ujung barat negara modern Turki, yang sebagian besar negara lama Frigia, yang menjadi provinsi Romawi dari" Asia Kecil. "
□ "Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu" Ini adalah bentuk salam tradisional yang begitu sering terlihat dalam tulisan-tulisan Paulus. Banyak orang menegaskan bahwa orang-orang Kristen mengubah salam tradisional penulisan Yunani dari "charein" (lih.Yak 1:1) menjadi salam Kristen yang terdengar mirip charis, yang berarti "kasih karunia". "Damai sejahtera" mengacu pada istilah Ibrani "shalom", olek karenanya menggabungkan salam Yunani dan Ibrani untuk berhubungan dengan kedua kelompok di dalam jemaat. Namun, ini hanyalah spekulasi
□ "dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang" Ini jelas merupakan sebutan untuk Allah yang perjanjian-Nya tidak pernah berubah (lih. Mazm 102:7; Mal 3:6; Yak 1:17). Bentuk gramatikalnya adalah canggung dalam bahasa Yunani tetapi mungkin mencerminkan latar belakang bahasa Aram. Frasa literalnya adalah "dari Dia yang adalah, dari Dia Yang sudah ada, dan satu-satunya yang akan datang" (lih. Wahy 4:8). frasa ini mencerminkan sebutan dalam perjanjian PL "I Am" (YHWH, lih. Kel 3:14). Frase ini digunakan bagi Allah Bapa dalam ay. 4,8, dan Yesus Kristus dalam ay. 17,18 (lih.Ibr 13:8). Pengalihan tujuan dari sebutan YHWH kepada Yesus adalah salah satu cara penulis PB menegaskan ke Ilahi-an Yesus.
Tiga Frase dari Allah sebagai masa lalu, sekarang, dan masa depan dimodifikasi di Wahy 11:17; 16:05 yang merupakan Kedatangan Kedua pada akhir sangkakala, untuk mengadili masa sekarang dan masa lalu karena masa depan (akhir zaman) telah tiba.
Perhatikan kemungkinan bentuk Trinitarian dari ay. 4 (jika "ketujuh Roh" mewakili Roh Kudus, yang mungkin saja bukan). Istilah "trinitas" bukan kata yang Alkitabiah, namun konsep esensi tunggal ilahi, tetapi tentu ketiga Pribadi ilahi yang kekal, aktif dalam karya penebusan. Lihat Topik Khusus di Wahy 22:17
□ "Dan dari ketujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya" Lihat Topik Khusus di bawah ini.
Wahy 1:5 "dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia" Ini adalah yang pertama dari tiga frasa yang menggambarkan Yesus sebagai Mesias. Ayat-ayat pembukaan ini paralel dengan 20:6-21. Setia memiliki konotasi PL orang yang setia, benar, dan dapat diandalkan (lih. Yes 55:3-5). Sebagai Firman Allah tertulis (Alkitab) dapat dipercaya, begitu juga wahyu akhir-Nya, Firman yang Hidup, Yesus (lih. Wahy 3:14). Injil adalah berita untuk dipercayai, pribadi untuk diterima, dan suatu teladan kehidupan untuk dihidupi seseorang.
□ "Yang pertama bangkit dari antara orang mati"
"Dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini" frasa ini, seperti yang sebelumnya, adalah kiasan untuk Mazm 89:27 (lih. Mazm 72:11; Yes. 48:23), yang berbicara tentang Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan. Hal ini juga mencerminkan reaksi Yohanes terhadap (1) penyembahan kaisar di provinsi timur Kekaisaran Romawi atau (2) penggunaan ungkapan kerajaan Mesopotamia "Raja segala raja" (lih. wahyu 11:15; 17:14; 19 : 16).
□ "Bagi Dia, yang mengasihi kita" Ini adalah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE, yang berarti "Yesus terus menerus mengasihi kita." Penegasan ini sangat penting dalam kelemahan dan kegagalan lima diantara ketujuh jemaat (lih.pasal Wahy 2; 3).
"Dan yang telah melepaskan kita dari dosa-dosa kita" Ini adalah AORIST ACTIVE PARTICIPLE. Versi Vulgata dan Koptik, serta beberapa manuskrip Yunani yang sangat kecil, dan KJV memiliki kata "dibasuh" (lou) yang diucapkan persis seperti kata "dilepaskan" (lu). Para ahli Taurat kuno menghasilkan naskah PB oleh satu orang membaca naskah dengan suara yang keras sedangkan yang lain menuliskannya. Istilah "dilepaskan" (dengan tambahan) muncul dalam manuskrip Yunani kuno P18, א*, א2, A, dan C, sedangkan "dibasuh" hanya ditemukan di naskah uncial kemudian, P (abad keenam) Mazm 046, serta di beberapa naskah kemudian yang sangat kecil (menjalankan skrip Yunani). Oleh karena itu, "dilepaskan" atau "dibebaskan" adalah pilihan membaca. The UBS4 menulis "dilepaskan" a "tertentu" rating. Lihat Lampiran Dua: Kritik Tekstual.
□ "Oleh darah-Nya" Ini merupakan kiasan yang jelas untuk korban (lih. Im 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7), mengganti penebusan Yesus Kristus (lih. Wahy 5:9; 7:14; 12:11, Mr 10:45; 2Kor 5:21; Yes 52:13-53:12). Entah bagaimana dalam misteri Allah, keadilan-Nya dan rahmat-Nya bagi semua manusia yang telah jatuh bertemu dalam kematian Yesus sebagai pengganti (lih.Ibr 9:11-28).
Wahy 1:6 "Dia yang telah membuat kita" Ini adalah AORIST ACTIVE INDICATIVE. Ketika Yesus telah melepaskan kita dari dosa-dosa kita (ay. 5), Dia juga telah menjadikan kita kerajaan imam untuk mewakili-Nya!
- NASB "suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah"
- NKJV "raja-raja dan imam-imam bagi Allah"
- NRSV "suatu kerajaan, menjadi imam-imam yang melayani Allah"
- TEV, NJB "suatu Kerajaan imam untuk melayani Allah"
Ini merupakan kiasan istilah PL yang digunakan Israel dalam Kel 19:6 dan Yes 61:6 di mana bangsa tersebut dianggap sebagai kerajaan imam-imam. Allah memilih Abraham untuk memilih Israel untuk memilih dunia yang hilang (lih. Kej 3:15; 12:3). Israel dimaksudkan sebagai saksi bagi bangsa-bangsa tetapi mereka gagal dalam tugas penginjilan yang diberikan (lih.Yeh 36:22-38). Oleh karena itu, Allah memilih gereja untuk menjangkau dunia (lih. Mat 28:19-20; Luk 24:47, Kis 1:8). Ungkapan yang sama yang digunakan untuk Israel sekarang digunakan untuk jemaat (lih. Gal 3:29; 6:16, Fil Wahy 3:3; 1Pet 2:5,9; Wahy 1:6; 5:10; 20:6). Penting untuk diperhatikan bersama, penekanan Alkitab untuk "keimamatan orang percaya". Kekristenan Barat terlalu menekankan tempat dan peran individu dan kurang menekankan corporality Alkitab. Metafora PB untuk tubuh Kristus (lih. 1Kor 12) adalah metafora yang sama. Judul Perjanjian Lama tidak pernah dimaksudkan sebagai alasan bagi orang percaya untuk menyatakan kebebasan individual mereka. Penekanan ini dikembangkan dari sejarah perjuangan antara Martin Luther dan Gereja Katolik pada zamannya. Fokus konteks ini adalah penginjilan (lih.ay. 7), melibatkan setiap orang percaya, berusaha untuk menjangkau setiap setiap yang terhilang dan manusia yang membutuhkan yang diciptakan menurut gambar Allah untuk siapa Kristus telah mati(lih.Yoh 3:16; 1Tim 2:4; 2Pet 3:09; 1Yoh 2:2; 4:14).
"bagi Dialah kemuliaan dan kuasa" Istilah "Kemuliaan" adalah istilah komersial PL (menggunakan neraca untuk pembelian) yang berarti "menjadi berat"; dimana yang berat (misalnya, emas) adalah yang berharga. Istilah ini digunakan untuk kemuliaan Allah, keagungan, kekudusan, dari Awan Kemuliaan Shekinah dalam Keluaran. Kemuliaan sering dianggap berasal dari Allah Bapa dalam PB (lih. Rom 11:36; 16:27, Ef 3:21; Fil. Ef 4:20; 1Tim 1:17; 2Tim 4:18; 1Pet 4:11; 5:11; 2Pet 3:18, YudasWahy 2:5, Wahy 1:6; 5:13; 7:12). Lihat Topik Khusus: kemuliaan di Wahy 15:08.
Istilah "Kuasa" yang ditujukan kepada Allah Bapa, secara teologis mirip subordinasi Anak (lih.Yoh 17). Yesus adalah agen Bapa dalam segala hal, tetapi tujuannya adalah Kemuliaan akhir dari Bapa (lih. 1Kor 15:27-28).
□ "Amin" adalah bentuk istilah Ibrani Perjanjian Lama untuk "iman" (lih.Hab 2:4). Etimologi aslinya adalah "harus tegas atau yakin". Namun, konotasinya diubah menjadi yang harus ditegaskan (lih. 2Kor 1:20). Digunakan secara metafora untuk seseorang yang setia, tulus hati, teguh, dapat dipercaya (gelar bagi Yesus dalam Wahy 3:14, lih. 2Kor 1:20).
Wahy 1:7 "Lihatlah, ia datang dengan awan-awan" Mungkin Ayat ini adalah seruan oleh malaikat di ay. 1. Merupakan referensi yang jelas untuk Kedatangan Kristus yang Kedua kali.
"dan setiap mata akan melihat Dia" Tampaknya ini menyiratkan tubuh, fisik, dapat dilihat, kedatangan kembali Kristus yang universal, bukan pengangkatan rahasia bagi orang percaya. Menurut pendapat saya Alkitab tidak pernah mengajarkan pengangkatan rahasia atau yang akan datang. Ayat-ayat dalam Injil (lih. Mat 24:37-44; Luk 17:22-37) yang sering digunakan untuk mendukung pengangkatan rahasia, secara kontekstual berhubungan dengan perbandingan pada zaman Nuh. Pada zaman Nuh yang diambil dihancurkan! Hati-hati terhadap bukti- tulisan bagian kecil dari Kitab Suci diluar dari pengaturan asli yang diinspirasikan dan menggunakannya untuk mendukung sistem eskatologis teologis presuppositional Anda!
□ "juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia" Merupakan kiasan untuk Za 12:10,12 (lih. Yoh 19:37). Ini adalah contoh yang baik bagaimana Yohanes mengolah kembali naskah-naskah Perjanjian Lama-nya agar sesuai dengan situasi Romawi (sejenis reinterpretasi Yahudi yang disebut pesher). Naskah Zakharia adalah musim semi-board untuk aplikasi Yohanes yang baru. Dalam Zakharia, naskah tersebut merujuk kepada penduduk Yerusalem yang berduka atas "dia yang ditusuk", tapi di sini Yohanes menggunakannya untuk pemimpin Roma dan Yahudi yang menyalibkan Kristus (lih.Yoh 19:37). Kata ganti "mereka" dalam naskah Ibrani Masoret diubah menjadi "semua suku bangsa di bumi" (lih. Mat 24:30, frasa ini bukan dari Septuagint). Begitu juga dengan "berkabung," dalam konteks kutipan Zakharia sering ditafsirkan berkaitan dengan Rom 11, di mana orang-orang Yahudi bertobat dan percaya Yesus adalah Mesias. Namun, dalam Wahy 1:7 ratapan bukanlah untuk pertobatan, tetapi karena penghakiman Allah telah jatuh pada orang- orang kafir dari segala suku (lih. Mat 24:30). Konteks Zakharia menyinggung penghakiman bangsa-bangsa pada akhir zaman dengan menyebutkan "dataran Megiddo," dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon (lih. Za 12:11; 2Taw 35:22 dan Mazm 2; Wahy 16:16), tempat pertempuran akhir zaman antara Allah dan umatNya dan setan dan orang-orangnya, bangsa-bangsa yang tidak percaya.
□ "Ya. Amin." Ini adalah kata Yunani untuk menegaskan (nai) dan kata Ibrani untuk penegasan (amin) diletakkan berdampingan untuk ditegaskan (lih. Wahy 22:20).
Topik Teologia -> Why 1:4
Topik Teologia: Why 1:4 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Dia yang Ada, yang Sudah Ada, dan yang Akan Datang
Wah 1:4 Wah 1:8
G...
- Yesus Kristus
- Eskatologi
- Surga
- Aktivitas di Surga
- Melayani Allah dan Kristus
TFTWMS -> Why 1:4-5
TFTWMS: Why 1:4-5 - Berapa Lamakah Sebelum Engkau Memberi Kami Jaminan? "BERAPA LAMAKAH SEBELUM ENGKAU MEMBERI KAMI JAMINAN?"(Wahyu 1:4, 5)
Di dalam surat-surat pada zaman itu itu, salam muncul setelah itu. Yoha...
"BERAPA LAMAKAH SEBELUM ENGKAU MEMBERI KAMI JAMINAN?"(Wahyu 1:4, 5)
Di dalam surat-surat pada zaman itu itu, salam muncul setelah itu. Yohanes menulis, "Kasih karunia dan damai sejahtera" (ay. 4b).20"Kasih karunia" adalah kebaikan Allah yang manusia tidak layak terima. "Damai sejahtera" adalah hasil karya Allah di dalam hidup kita. Pembaca Yohanes tidak diragukan lagi rindu untuk diyakinkan dengan kasih karunia Allah, dan hati mereka menginginkan sekali damai sejahtera-Nya.
Karena itu, Yohanes menambahkan bahwa salam ini datang "dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang,21dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya,22dan dari Yesus Kristus" (ay. 4c, 5a). Ungkapan ini tidak biasa, tetapi Yohanes berbicara tentang ke-Allahan—Bapa, Anak, dan Roh Kudus: (1) Dalam konteks, "Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang" pastilah Bapa, Allah yang kekal.23(2) "Ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya" pasti mengacu kepada Roh Kudus.24Karena hanya ada "satu Roh" (Efesus 4:4), maka "tujuh" di sini pasti digunakan dengan makna simbolis tentang "kesempurnaan" atau "kelengkapan yang sakral."25Ungkapan "ketujuh Roh" (atau "Roh lipat tujuh" seperti dikatakan catatan kaki NIV) mungkin mengacu kepada kemampuan sempurna Roh Kudus untuk melakukan kehendak Allah. (3) Daftar "Trinitas" itu dituntaskan dengan nama Anak: "Yesus Kristus."
Ungkapan yang Yohanes gunakan untuk menggambarkan Allah Bapa akan sudah memiliki implikasi yang kuat bagi para pembacanya. Ketika Allah memberitahu Musa untuk membebaskan umat-Nya, Musa keberatan: "Tetapi apabila … mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya?—apakah yang harus kujawab kepada mereka?" (Keluaran 3:13). Berfirmanlah Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU.… Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu" (Keluaran 3:14). Ungkapan yang diterjemahkan "Dia, yang ada"di Wahyu 1:4 adalah bentuk Yunani dari Akulah Aku dari [Keluaran] 3:14."26
Para pembaca yang mengenal baik Perjanjian Lama tidak bisa mendengar sebutan Allah di dalam kitab Wahyu 1 itu tanpa diingatkan tentang semua yang terlibat di dalam pembebasan Israel oleh Allah. Mereka akan ingat bahwa Allah telah memampukan Musa dan Harun untuk melakukan tanda-tanda luar biasa untuk membuktikan kepada Firaun bahwa mereka datang dari Allah. Mereka akan ingat sepuluh tulah yang telah membuat Mesir yang perkasa bertekuk lutut—dimulai dengan air berubah menjadi darah.
Umat Kristen yang tertindas akan merasa yakin bahwa Allah yang tidak bisa digentarkan oleh Firaun tidak akan bisa juga digentarkan oleh Kaisar. Allah yang telah membebaskan umat-Nya di masa lalu dapat membebaskan umat-Nya di zaman mereka, karena Allah masih memegang kendali. Anda dan saya harus juga merasa yakin bahwa Allah dapat membebaskan kita dari masalah kita. Allah kita adalah Allah "yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang"!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "Ketika Semua Biduan Allah Tiba Di Rumah"
Agama Kristen Yang Berjaya
Sebuah renungan1berdasarkan nas-nas pilihan dari kitab Wahyu, Lagu : ...
"Ketika Semua Biduan Allah Tiba Di Rumah"
Agama Kristen Yang Berjaya
Sebuah renungan1berdasarkan nas-nas pilihan dari kitab Wahyu, Lagu : Pilihan pemimpin pujian, Pembacaan Alkitab : Efesus 5:19; Kolose 3:16. Doa.
Pemimpin Renungan: Ungkapan ibadah telah bervariasi di sepanjang zaman: Para patriakh membangun mezbah mereka di seluruh negeri; orang Yahudi melakukan perjalanan menuju bait suci di Yerusalem; orang Kristen berhimpun dalam nama Yesus. Namun begitu, ada satu ungkapan ibadah yang tidak berubah: umat Allah sudah selalu menyanyikan pujian kepada Bapa mereka. Eugene Peterson menulis, Terdapat lagu-lagu di mana saja di dalam Kitab Suci. Umat Allah menyanyi. Mereka mengungkapkan keriangan dalam menyadari kebesaran Allah dan belas kasihan Kristus, keutuhan realitas dan kemampuan yang baru mereka temukan untuk berpartisipasi di dalamnya. Lagu-lagu berkembang biak "Musa menyanyi. Miriam menyanyi. Deborah menyanyi. Daud menyanyi. Maria menyanyi. Malaikat menyanyi. Yesus dan murid-muridnya menyanyi. Paulus dan Silas menyanyi. Ketika orang-orang beriman menyadari siapa Allah sebenarnya dan apa yang Ia perbuat, mereka menyanyi. Lagu-lagu itu tak tertahankan.2
Dalam pelayanan ibadah hari ini, kita akan memiliki kesempatan untuk menyatukan suara kita dengan mereka yang telah memuji Allah di setiap zaman. Lagu yang menekankan menyanyi, seperti "Haleluyah, Puji Tuhan" atau "Kepada Allah B'ri Puji." Doa.
Pemimpin Renungan: Banyak dari lagu-lagu yang kita nyanyikan sekarang ini mendapat inspirasi dari Kitab Wahyu. Banyak sarjana percaya bahwa Perjanjian Baru mengandung penggalan-penggalan pujian Kristen mula-mula (seperti Efesus 5:14; 1 Timotius 3:16; dan 2 Timotius 2:11-13), tetapi di dalam Perjanjian Baru tidak ada kitab lain yang dipenuhi dengan pujian selain kitab Wahyu. Kitab itu memiliki tujuh bagian utama, dan masing-masing bagian berisi satu atau lebih pujian yang meringkas tema bagian tersebut. Marilah kita melihat kepada satu nas di dalam satu bagian yang menceritakan sukacita umat Allah setelah Allah meninggikan mereka dan menghukum musuh-musuh mereka.
Pembacaan Alkitab : Wahyu 19:4-8.
Pemimpin Renungan : Mark Black menunjukkan,
Tidak banyak bagian Kitab Suci yang telah menginspirasi lagu-lagu yang lebih langgeng daripada yang Kitab Wahyu lakukan. Di antara yang lebih dikenal adalah "Worthy Art Thou," "Holy, Holy, Holy," "On Zion's Glorious Summit," "All Hail the Power of Jesus' Name," "Crown Him With Many Crowns," dan "Hallelujah Chorus" dari Messiah karya Handel. Semangat ibadah yang memayungi kitab Wahyu telah dengan jelas menjadi inspirasi bagi beberapa penggubah lagu Kristen terhebat.3
Untuk menggambarkan apa yang saudara Black sedang bicarakan, kita akan mendengarkan beberapa nas dari kitab Wahyu dan kemudian menyanyikan lagu-lagu yang diinspirasikan oleh nas-nas itu. Kita akan mulai dengan adegan takhta di pasal 4.
Pembacaan Alkitab : Wahyu 4:8-11. Lagu : "Suci, Suci, Suci."4
Pemimpin Renungan: Bagaimanakah Anda mencirikan pujian yang dinyanyikan oleh mereka yang berada di sekitar takhta itu? Jenis lagu apakah pujian itu? Perasaan apakah yang pujian itu ungkapkan? Simpanlah pertanyaan-pertanyaan ini di dalam hati Anda seraya kita membuka pasal 5, yang memperkenalkan Kristus sebagai Pribadi-satu-satunya Pribadi-yang layak untuk membuka gulungan kitab bermeterai tujuh.
Pembacaan Alkitab : Wahyu 5:9-14.
Lagu : "Berilah Hormat Nama-Nya."
Pemimpin Renungan:? Bagaimanakah kesan Anda tentang lagu-lagu yang dinyanyikan di sekitar takhta itu?5Akankah Anda tidak setuju bahwa lagu-lagu itu memiliki beberapa kesamaan?
(1) Semuanya adalah lagu pujian. Allah dimuliakan.
(2) Lagu-lagu itu memuji Bapa dan Anak. Di dalam Perjanjian Baru, sebagian besar doa ditujukan kepada Bapa, tetapi lagu-lagu sering diarahkan kepada Bapa dan Anak.
(3) Lagu-lagu itu positif. Jika Anda tidak tahu apa-apa tentang Kitab Wahyu, Anda tahu bahwa kitab itu ditulis selama masa penganiayaan besar. Tentunya akan mudah bagi orang Kristen waktu itu untuk berkecil hati; namun setiap lagu mengungkapkan penghargaan, keyakinan diri, dan harapan-penghargaan atas apa yang Allah telah lakukan, keyakinan kepada kemampuan Allah untuk membuat segalanya berjalan baik, dan berharap untuk hari esok yang lebih baik.
Marilah kita sekarang beralih ke pasal 14, di mana orang-orang yang selamat bergabung ke dalam paduan suara. Perhatikanlah kalau-kalau Anda mengenali tiga karakter di dalam nas ini.
Pembacaan Alkitab : Wahyu 14:1-4. Lagu : "Terpujilah Allah." Doa.
Pemimpin Renungan: Telah dikatakan bahwa, dari berbagai ungkapan ibadah Kristen, hanya bernyanyi yang tetap ada di sorga. Kita tidak butuh Perjamuan Tuhan untuk mengingatkan kita tentang Yesus, karena Ia akan ada bersama kita. Di dalam dunia rohani, persembahan materi akan dikesampingkan. Kita tidak perlu khotbah, sebab firman Allah akan keluar dari bibir-Nya sendiri. Doa akan tidak perlu, karena kita akan dapat berbicara dengan Allah secara muka dengan muka. Namun begitu, menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan tampaknya akan berlanjut terus.6Selanjutnya juga dikatakan bahwa jika kita ingin mempersiapkan diri kita bagi tempat yang dipersiapkan itu (Yohanes 14:3), kita harus dari sekarang belajar untuk suka menyanyikan puji-pujian untuk Dia. Mari kita angkat suara kita!
Pembacaan Alkitab : Wahyu 1:5b-7.
Lagu : "Hormat Mahabesar Tuhan" atau "Nyawa-Ku Diberikan Bagimu."
Pemimpin Renungan: Pujian-pujian hebat lainnya ditemukan di pasal 7, 11, 12, 15, 16, dan 18-dan lagu-lagi hebat lainnya telah didasarkan pada teks kitab Wahyu, tapi kita harus mulai mengakhiri kebaktian kita. Sebuah lagu lama mengungkapkan apa yang sejauh ini saya coba katakan. Lagu itu disebut "Ketika Semua Biduan Allah Tiba Di Rumah":7
Betapa lagu menyenangkan di kota yang sangat terang Akan dihembuskan di bawah kubah sorga yang benderang, Bagaimana kaum tertebus akan melantunkan lagu-lagu riang untuk memuji Dia, Ketika semua biduan Allah tiba di rumah.
Ketika kita menyanyi di bumi sini, lagu-lagu sedih atau riang, Inilah pendahuluan bagi pengangkatan yang akan datang; Tapi sukacita kita tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan di atas sana, Ketika semua biduan Allah tiba di rumah.
Setelah mengalahkan dosa, "haleluya amin" Akan terdengar di negeri seberang lautan yang berbuih Setiap hati akan berseri-seri dan setiap wajah akan cerah, Ketika semua biduan Allah tiba di rumah.
Betapa menakjubkan nantinya berdiri di sekitar takhta itu dan memuji Allah dan Anak Domba!
Lagu: "Ketika Semua Biduan Allah Tiba Di Rumah (When All Of God's Singers Get Home)"
Pemimpin Renungan: Apakah Anda salah seorang dari "biduan Allah"? Apakah Anda senang menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan? Siapkah Anda pergi ke sorga? Saya harap Anda siap!8
Lagu Penutup : Pilihan pemimpin pujian. Doa Penutup.
Catatan Akhir:
- 1 Kita menemukan begitu banyak materi ibadah di dalam kitab Wahyu sehingga tampaknya tidak pantas untuk tidak menggunakan beberapa dari materi itu dalam ibadah sesungguhnya. Renungan ini menggambarkan satu cara dalam menggunakan materi itu.
- 2 Eugene H. Peterson, Reversed Thunder (San Francisco: HarperCollins Publishers, 1988), 66.
- 3 Mark C. Black, "The Songs in Revelation," Harding University Lectures (1992): 168.
- 4 Jika Anda tidak mengenal lagu-lagu yang tercantum di sini, gantilah dengan lagu-lagu yang mengekspresikan gagasan yang sama.
- 5 Jika Anda menggunakan renungan ini dalam suasana kelas, Anda mungkin ingin meminta anggota kelas untuk merespon secara lisan pertanyaan-pertanyaan ini. Anda kemudian dapat menggunakan pokok pikiran yang menyusul sebagai ringkasan.
- 6 Disadur dari David Roper, "The Day Christ Came (Again)" and Other Sermons (Dallas: Christian Publishing Co., 1965), 179.
- 7 Luther G. Presley, "When All of God's Singers Get Home," © 1937, Stamps-Baxter Music/PMI. All rights reserved. Used by permission of Brentwood-Benson Music Publishing, Inc.
- 8 Jika materi ini digunakan dalam pelayanan ibadah, ini adalah tempat yang baik untuk memberitahu orang-orang cara untuk diselamatkan dan waktu yang baik untuk menawarkan undangan. Juga, jika ini digunakan dalam ibadah hari Minggu, Anda tentu perlu menyertakan perayaan Perjamuan Tuhan di dalam ibadah itu.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "Berapa Lama Lagikah, Ya Penguasa!"
WAHYU 1:1-8
Tidak ada kisah yang lebih menghibur orang Yahudi selain daripada kisah bagaimana Allah m...
"Berapa Lama Lagikah, Ya Penguasa!"
Tidak ada kisah yang lebih menghibur orang Yahudi selain daripada kisah bagaimana Allah membawa nenek moyang mereka keluar dari Mesir "dengan tangan yang kuat" (Keluaran 32:11). Ketika bangsa Israel ditindas oleh bangsa Mesir, mereka berseru kepada Allah. Allah "mendengar seruan mereka" (Keluaran 3:7; KJV) dan tergerak hati-Nya. Demikianlah, suatu hari di padang gurun, Musa berdiri di depan semak yang terbakar dan mendengar kata-kata yang menakjubkan ini:
Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.… Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, … Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka" (Keluaran 3:6-9).
Ketika saya mempelajari kata-kata pembukaan kitab Wahyu, saya dikejutkan oleh kesamaan antara penindasan bangsa Israel di bawah Firaun dan nasib umat Kristen di bawah kaisar Domitianus. Respon Allah terhadap seruan putus asa orang Israel itu sangat mirip dengan respon-Nya terhadap doa sungguh-sungguh orang Kristen yang teraniaya.
Umat Kristen minta kelepasan kepada Allah. Di pasal 6 kita membaca tentang "jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah" (6:9). Mereka berseru dengan suara nyaring: "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami…" (6:10)? Permohonan sepenuh hati itu bercampur dengan "doa semua orang kudus" (8:3, lihat juga 5:8; 8:4), yang sedang dalam "kesusahan" (1:9). Umat Kristen itu tentunya bertanya-tanya: "Berapa lama lagikah sebelum Allah campur tangan?" Kitab Wahyu adalah jawaban Allah terhadap pertanyaan mereka, baik diminta atau tidak diminta. Allah telah memberikan pesan penghiburan kepada Musa di padang gurun, sekarang Ia memberikan kata-kata penghiburan kepada Yohanes di pulau Patmos.
Di dalam pelajaran ini, kita akan mempelajari delapan ayat pertama kitab Wahyu. Sekilas, ayat-ayat ini tampaknya hanya memperkenalkan kitab itu, dan kita mungkin tergoda untuk bergegas meninggalkannya—terutama karena kita sebelumnya telah berkomentar banyak dari frase-frase itu.1Namun begitu, setelah direnungkan, kita melihat bahwa nas ini menetapkan karakter pelajaran kita.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Saya Menyukai Kitab Wahyu!
Agama Kristen Yang Berjaya
Wahyu
Saya tahu waktu itu saya sedang dalam masalah. Suatu Minggu pagi, pengumuman dibuat bah...
Saya Menyukai Kitab Wahyu!
Agama Kristen Yang Berjaya
Wahyu
Saya tahu waktu itu saya sedang dalam masalah. Suatu Minggu pagi, pengumuman dibuat bahwa saya akan memulai pelajaran Kitab Wahyu pada Rabu malam berikutnya. Setelah kebaktian, saya didekati oleh salah satu mahasiswi favorit saya. Ia mengerutkan hidungnya dan berkata, "Saya tidak berminat dengan pelajaran itu!"
Teman saya itu tidak sendirian. Banyak orang "tidak berminat dengan" Kitab Wahyu. Ketika saya masih kecil, mereka yang mengajar kelas dewasa sering diajarkan ayat demi ayat seluruh isi Perjanjian Baru-sampai mereka tiba di Kitab Wahyu. Setelah mereka berjuang keras melewati pasal 3 kitab itu, sebagian besar menyerah dan mulai kembali dengan pasal pertama kitab Matius. Frank Pack yakin bahwa kitab Wahyu "mungkin adalah kitab yang paling jarang dibaca dari semua kitab Perjanjian Baru"1-meskipun faktanya adalah bahwa kitab itu satu-satunya kitab di dalam Alkitab dengan berkat yang melekat bagi orang yang membaca dan mempelajarinya (1:3).
MENGAPA ORANG LAIN TIDAK SUKA KITAB WAHYU-DAN SAYA SUKA
Beberapa alasan mungkin dapat diberikan mengapa kitab Wahyu bukan kitab favorit di kalangan orang Kristen.
(1) Orang dibuat bingung olehnya. Tidak seperti kitab-kitab lain di Perjanjian Baru2, sebagian besar ajaran kitab Wahyu tidak langsung terlihat untuk diambil dan diterapkan oleh para pembaca. Selanjutnya, ajaran itu penuh dengan kata-kata asing dan gambaran yang tidak biasa. Marilah kita akui: Kitab Wahyu adalah kitab yang aneh.
(2) Beberapa orang merasa terpukul olehnya. Kitab itu telah menjadi ajang bermain kaum sensasionalis dan rencana pertempuran kaum yang tidak puas dan gila. Para penginjil TV tanpa ragu menyatakan bagaimana nubuatan-nubuatan kitab itu meramalkan berita utama terbaru. Para pemimpin agama yang eksentrik menyemburkan nas-nas dari kitab Wahyu, dan ayat-ayatnya yang militan menjadi teriakan perang mereka. Banyak orang dijauhkan oleh tindakan yang keterlaluan ini.
(3) Kebanyakan terintimidasi olehnya. Apakah Salomo sedang memikirkan komentari kitab Wahyu ketika ia menulis, ""membuat banyak buku tak akan ada akhirnya" (Pengkhotbah 12:12; KJV)? Banyaknya interpretasi telah meyakinkan para pembaca bahwa "Anda dapat membuat kitab Wahyu mengatakan apa saja yang Anda ingin katakan" dan bahwa pada dasarnya tidak mungkin memahami pesannya.
Tidak semua orang menyukai kitab itu-tetapi saya suka. Kitab Wahyu adalah salah satu bagian Alkitab kesukaan saya.
Ketika saya masih kecil, kitab itu berbicara kepada imajinasi saya. Saya menghadiri seminar Alkitab musim panas pada usia tiga belas atau empat belas tahun. Para peserta diharuskan memiliki perenungan pribadi setiap hari. Masing-masing peserta harus menemukan tempat terpencil di mana ia bisa membaca Alkitab, berdoa, atau merenungkan Firman Allah dan dunia. Saya tidak pernah membaca Kitab Wahyu sebelumnya, jadi saya memutuskan bahwa kitab itu akan menjadi proyek saya untuk seminggu itu. Saya menemukan bahwa saya menyukai kitab itu! Saya tidak tahu apa artinya, tapi saya menyukainya! Gambaran yang sangat hidup menggugah diri saya. Dalam pikiran saya, saya bisa melihat kaleidoskop rohani yang berisi warna-warna yang hidup, bentuk-bentuk yang menakjubkan, dan gerakan yang hiruk pikuk.
Ketika saya masih muda, kitab itu berbicara kepada pikiran saya. Di Abilene Christian University (waktu itu College), salah satu program kesukaan saya adalah kitab "Wahyu" yang diajar oleh Frank Pack. Saya merekam pelajaran dari Kitab Wahyu itu dan mendengarkannya sampai pasal-pasalnya menjadi jalan yang sering dilalui dan menjadi wilayah yang dikenal baik. Di bawah bimbingan saudara Pack, saya melihat kitab itu terbuka untuk saya. Saya menemukan kenikmatan dalam mengungkap pelbagai kompleksitas kalimatnya. (Saya selalu menyukai kata teka-teki.3)
Dalam empat puluh tahun terakhir, kitab Wahyu telah berbicara kepada hati dan jiwa saya. Saya melanjutkan kajian saya terhadap kitab itu, mengajarkannya di setiap jemaat di mana saya telah berkhotbah. Saya juga mengajarkannya selama delapan tahun di Sekolah Khotbah Macquarie di Sydney, Australia. Saya menjadi semakin lebih sadar tentang konflik antara kebaikan dan kejahatan, baik di dunia dan di dalam jiwa saya sendiri. Beberapa pokok pikiran menjadi lebih menarik bagi saya daripada pesan kitab Wahyu: Jika kita tinggal bersama Allah, kemenangan adalah pasti! Saya butuh pesan itu! Kemungkinan besar Anda juga butuh.
APA YANG BISA-DAN TIDAK BISA SAYA CAPAI
Saya ingin melakukan untuk Anda apa yang saudara Pack sudah lakukan untuk saya: membawa Anda kepada perjalanan yang mengasyikkan ke seluruh Kitab Wahyu. Saya ingin menunjukkan kepada Anda pendekatan yang logis, masuk akal kepada kitab Wahyu yang membuat kitab itu dapat dimengerti dan menyenangkan untuk dipelajari. Tidak lama setelah saya lulus dari Abilene Christian College, saya mengajarkan kitab Wahyu di gereja Kristus Village di daerah Greater Oklahoma City. Suatu hari saya menerima surat melalui pos. Sebagian isinya berbunyi:
Tujuan surat ini adalah untuk memberitahu Anda betapa sangat besarnya saya menikmati pelajaran Sekolah Alkitab Minggu pagi tentang kitab Wahyu. Saya tidak ingat pernah menikmati serangkaian kelas [Alkitab] sebesar saya menikmati kelas ini."Saya pernah mempelajari kitab Wahyu dua atau tiga kali sebelumnya, tapi dengan jujur saya dapat katakan bahwa ini adalah kali pertama saya bahkan pernah mulai memiliki kilauan pemahaman dan pengertian. Anda memiliki pendekatan yang sedemikian praktis dan (yang lebih penting) dapat dipercaya terhadap kitab itu sehingga saya bahkan dapat membuat pernyataan yang sangat tidak biasa bahwa sepertinya saya sekarang bahkan menyukai kitab Wahyu.4
Ketika nanti kita selesai dengan pelajaran ini, jika Anda dapat dengan jujur berkata bahwa Anda "sekarang sepertinya menyukai kitab Wahyu," Saya akan senang. Jika Anda merasa cukup nyaman dengan kitab itu untuk membagi pesannya yang berisi harapan dengan orang lain, sukacita saya akan meluap.
Saya harus memperingatkan Anda bahwa saya tidak akan memuaskan keingintahuan Anda tentang setiap rincian di dalam kitab ini. Saya pribadi berpikir bahwa bagian "menyenangkan" dari mempelajari kitab Wahyu adalah mencoba untuk mencari tahu mengapa Roh Kudus menggunakan gambaran yang Ia gunakan, jadi saya akan beritahu Anda apa yang saya pikir sebagai arti simbol-simbol itu. Apakah Anda setuju atau tidak dengan kesimpulan saya tentang rincian-rincian itu secara relatif tidaklah penting. Pesan kitab ini tidak terletak pada pentingnya setiap "hal-hal kecil," tapi pada dampak keseluruhan dari penglihatan yang dicatat itu. Seperti yang saudara Pack katakan, ""pelajaran-pelajaran utama yang luar biasa itu dapat dipahami bahkan jika semua rinciannya mungkin tidak jelas bagi Anda."5
Mengenai teks kitab Wahyu, kita bisa bersikap dogmatik hanya dalam dua bidang: (1) Jika teks itu sendiri memberikan penjelasan yang sederhana dan jelas tentang satu simbol, kita bisa bersikap dogmatik tentang penafsiran itu. Misalnya, karena Yesus berkata bahwa "ketujuh kaki dian [dari 1:12] adalah ketujuh jemaat" (1:20), maka tidak ada orang yang berhak untuk mengatakan bahwa simbol tujuh kaki dian di 1:12 itu memiliki arti lain. (2) Jika seseorang menafsirkan sebuah ayat di dalam kitab Wahyu dengan cara yang menentang ajaran jelas di tempat lain di dalam Alkitab, kita dapat (dan akan) secara dogmatik dan secara tegas mengatakan, "Penafsiran itu salah!" Lain daripada itu, kita harus menjalankan kesalehan Kristen. "Biarlah orang yang tidak memiliki spekulasi favorit melemparkan batu pertama."6
KESIMPULAN
Saya harap saya telah merangsang minat Anda. Anda kemungkinan besar tidak perlu mengetahui dan memahami kitab Wahyu untuk mendapatkan sorga, tapi saya bisa menjanjikan Anda ini: Jika Anda mengabaikan kitab itu"
"Anda akan kehilangan berkat yang dijanjikan oleh Yesus (1:3).
"Anda akan kehilangan kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang Yesus. (Ia adalah inti bagi setiap bagian kitab ini.)
"Anda akan kehilangan klimaks Alkitab. (Enam puluh lima kitab lainnya mengarah ke kitab ini.)
"Anda akan kehilangan instruksi yang dapat membantu Anda memahami kehidupan. (Meski kenyataan mungkin terlihat sebaliknya, namun Allah tetap memegang kendali.)
"Anda akan kehilangan dorongan yang dapat membantu Anda bertahan hidup pada saat-saat sulit. (Allah akan membuat segala sesuatunya menjadi baik.)
"Anda akan tetap tidak mampu untuk membantu mereka yang terperosok di rawa liar spekulasi yang sekarang ini berlimpah tentang Kitab Wahyu.
"Anda akan membuat diri Anda rentan terhadap spekulasi itu-spekulasi yang dapat mengganggu gereja, spekulasi yang telah menyebabkan banyak orang Kristen murtad.
Ketika saya mengajar kelas Rabu malam saya, salah satu tantangan saya adalah menciptakan penghargaan untuk Kitab Wahyu di hati teman saya yang berkata, "Saya tidak berminat terhadap pelajaran itu." Lalu, ketika saya menyiapkan pelajaran tertulis ini, salah satu tantangan saya adalah meningkatkan penghargaan Anda untuk kitab itu. Earl Palmer mengatakan bahwa Kitab Wahyu bukan hanya "kitab yang sulit dipahami; kitab itu juga sulit untuk dihentikan pembacaannya."7Sebelum pelajaran kita dimulai, saya berdoa semoga Anda akan setuju.
Pertanyaan Untuk Tinjauan & Diskusi
- 1. Mengapakah beberapa orang ragu-ragu untuk mempelajari Kitab Wahyu? Apakah Anda ragu-ragu? Jika ya, mengapa?
- 2. Doktrin-doktrin liar dan mustahil apakah yang Anda pernah dengar yang orang-orang itu nyatakan ditemukan di dalam Kitab Wahyu?
- 3. Dalam tiga cara apakah penulis pelajaran ini mengatakan bahwa kitab itu berbicara kepada dia?
- 4. Apakah perlu memahami segala sesuatu tentang kitab itu untuk diberkati olehnya? Pada sisi lainnya, apakah perlu memahami beberapa hal tentang kitab itu untuk diberkati olehnya?
- 5. Apakah kita harus memahami segala sesuatu di dalam Kitab Wahyu secara sama untuk menjalin persekutuan dengan satu sama lainnya?
- 6. Dalam dua bidang apakah kita dapat bersikap dogmatik tentang kitab itu?
- 7. Cantumkanlah beberapa alasan untuk mempelajari kitab Wahyu. Apakah yang Anda harapkan untuk Anda peroleh dari pelajaran ini?
Catatan Untuk Guru & Pengkhotbah
Pada akhir sebagian besar pelajaran dalam seri ini, saya akan menyertakan catatan untuk membantu Anda dalam mengajarkan dan mengkhotbahkan dari Kitab Wahyu.
Dimulai dengan pelajaran "Berapa Lama, Ya Tuhan?" (pelajaran terakhir di dalam edisi ini), saya telah mencoba sesuatu yang jarang dilakukan: menghadirkan rangkaian khotbah ekspositori yang meliput sepenuhnya teks kitab itu. Saya akan mencoba menangani secara memadai teks Alkitab itu baik di dalam pelbagai pelajaran ini, di dalam pelbagai catatan kaki, atau artikel-artikel tambahan-tapi tujuan saya bukan untuk menambah ribuan komentari tentang kitab Wahyu. Sebaliknya, tujuan saya adalah untuk menunjukkan kemungkinan khotbah di dalam kitab ini.
Saya berencana memberikan perhatian khusus terhadap penerapan teks itu kepada zaman kini. James Strauss, yang mengomentari sebuah khotbah ekspositori dari kitab Wahyu, menulis, "Tidak perlu melampirkan penerapan. Relevansi telah ada di seluruh [kitab itu]. Penerapan itu sudah tertenun menjadi kain."8Tantangan saya adalah membantu Anda melihat relevansinya kepada pelbagai tantangan zaman kini, relevansi yang (dengan menggunakan kata-kata Strauss) "telah tertenun menjadi kain [itu sendiri]" dari teks kitab Wahyu.
Pelajaran-pelajaran ini dapat digunakan dalam suasana kelas; pendekatan homiletik seharusnya bisa membantu dalam menerapkan teks itu untuk para siswa Anda. Saya berharap banyak orang akan termotivasi untuk menyajikan pelajaran-pelajaran itu sebagai khotbah. Beberapa orang mungkin ingin menggunakan semua khotbah itu; yang lainnya mungkin hanya ingin menggunakan pelajaran-pelajaran pilihan; tetapi harap gunakan mereka.
Sebuah fitur unik dari seri ini adalah bahwa ilustrasi-ilustrasi khusus dari teks itu telah disiapkan oleh seorang seniman hebat, Brian Watt. Saya bekerja dengan Brian selama beberapa minggu ketika ia mengerjakan pelbagai ilustrasi ini. Anda mungkin ingin memperbesar dan/atau memperbanyak ilustrasi ini untuk meningkatkan pelajaran atau khotbah Anda. (Jika Anda memiliki overhead projector, buatlah transparansi atas pelbagai ilustrasi ini dan tambahkan warna.) Kami telah memasukkan sebanyak mungkin ilustrasi ini di dalam edisi itu selama tempat mengizinkan. Pada akhirnya, kita bisa mencetak sebuah buku yang pada dasarnya tidak berisi apa-apa selain teks kitab Wahyu dan gambar-gambar buatan Brian.
Namun begitu, mari kita membuat prioritas: Pertama, Anda perlu memahami Kitab Wahyu secara keseluruhan dan merasa nyaman dengan isinya. Seraya kita mendekati pelajaran kita, biarlah saya memberi Anda beberapa penjelasan untuk membantu pelajaran pribadi Anda atas materi ini.
Kebanyakan acuan terhadap kitab Wahyu-seperti "(1:2)"-tidak akan menyertakan kata "Wahyu." Karena itu, jika Anda menemukan acuan tanpa menyebut nama kitabnya di dalam konteksnya, itu pastinya merupakan acuan kepada Kitab Wahyu.
Saya akan menggunakan New American Standard Bible (NASB) untuk teks saya, tapi saya kadang-kadang akan perlihatkan ketika teks King James Version (KJV) sangat berbeda sekali. Saya juga akan merujuk kepada pelbagai terjemahan lainnya dari waktu ke waktu, seperti Amplified Bible (AB), American Standard Version (ASV), Contemporary English Version (CEV), New Century Version (NCV), New English Bible (NEB), New International Version (NIV), New King James Version (NKJV), New Revised Standard Version (NRSV), Revised English Bible (REB), Revised Standard Version (RSV), dan Simple English Bible (SEB). Ketika versi-versi lain digunakan, nama mereka akan diidentifikasi. Saya kadang-kadang mungkin menyebutkan beberapa parafrase, seperti Living Bible (LB) atau New Living Translation (NLT), namun perlu diingat bahwa semua ini adalah parafrase dan bukan terjemahan.
Saya kadang-kadang menyebutkan beberapa sumber tambahan di catatan kaki dan di dalam catatan untuk guru dan pengkhotbah. Meskipun beberapa dari Anda tidak memiliki akses kepada materi itu, saya menyebutkan mereka untuk kepentingan orang-orang yang dapat menemukan materi itu. Materi tambahan ini tidak penting bagi pemahaman Anda atas pelajaran-pelajaran itu; jadi jika Anda tidak bisa mendapatkan materi itu, jangan khawatir. (Saya yakin Anda mengerti bahwa baik saya maupun kantor Truth for Today tidak dapat memasok Anda dengan semua materi itu.)
Saya ingin menyampaikan penghargaan kepada semua orang yang telah memasok saya dengan pelbagai sumber yang berguna. Beberapa individu telah mempercayakan kepada saya pelbagai komentari berharga Kitab Wahyu milik mereka; Perpustakaan Harding University secara dermawan mengizinkan saya untuk jangka panjang menggunakan buku-buku klasik yang sudah lama tidak lagi dicetak; toko buku Harding University dan toko-toko buku lainnya membantu saya mencari buku-buku yang sulit ditemukan. Kontribusi yang paling bermanfaat datang ketika Jack W. Hall menyumbangkan seluruh perpustakaannya kepada Truth for Today World Mission, termasuk lebih dari seratus buku tentang kitab Wahyu dan catatannya yang sangat banyak tentang kitab itu. Saudara Hall tidak dapat memenuhi impian seumur hidupnya untuk menulis sebuah buku tentang kitab Wahyu, tetapi kesarjanaannya telah memberkati seri ini dan akan terus tercermin selama bertahun-tahun di dalam tulisan-tulisan orang lain yang memiliki akses kepada perpustakaan Truth for Today.
Semoga Allah memberkati Anda dalam mempelajari Kitab Wahyu-dan semoga Ia memberkati Anda ketika Anda berbagi hasil pelajaran Anda dengan orang lain!
David Roper
Pemikiran Tentang Kitab Wahyu
Ada cerita bahwa ketika Guy N. Woods masih seorang penginjil muda, ia membaca sebuah komentari kitab Wahyu dan memutuskan, "Penulis ini benar sekali!" Lalu ia membaca sebuah komentari dengan pendekatan yang berbeda dan menyimpulkan, "Orang ini benar sekali!" Setelah membaca komentari ketiga, ia menyatakan, "Tidak, ini adalah penulis yang membuat kitab ini bisa dipahami dengan lebih baik." Lalu ia membaca lagi beberapa komentari. Pada titik itu, Woods dilaporkan berkata, "Saya pikir Anda tidak harus memahami Kitab Wahyu untuk bisa masuk sorga" dan meninggalkan kitab itu. Saya tidak tahu apakah cerita itu benar atau tidak, tapi saya tahu bahwa hari ini banyak orang memiliki sikap serupa. Saya berharap keseluruhan seri pelajaran kita akan membuat Anda merasa berbeda.
David Roper ""di zaman modern sejumlah komentari tentang [kitab Wahyu] telah ditulis dengan begitu beragamnya sehingga membuat pembaca bertanya-tanya apakah mereka membahas kitab yang sama. "
The Revelation of St. John the Divine, G. B. Cairn
Literatur Apokaliptik
"[Apokalipse] secara harfiah berarti, 'mengungkapkan.' Bayangkanlah sebuah panci berisi rebusan makanan di atas kompor. Seseorang masuk ke dalam rumah dan mencium aroma semerbak berasal dari dapur. Aroma yang mengundang selera. Ia menebak beberapa bumbu [di dalam masakan itu]. Ia menanya orang lain di rumah itu apa isi panci itu dan memperoleh jawaban yang berbeda. Juru masaknya tampaknya tidak berada di sekitar situ. Akhirnya setiap orang bergegas ke dapur. Salah satu kumpulan orang itu membuka tutup panci itu; mereka semua berkerumun dekat panci itu dan mengintip isinya. Setelah terbuka, rebusan itu dengan semua bumbunya terlihat jelas oleh mata: Apokalipse! Apa yang tadinya diduga sekarang diketahui secara terinci dan menjadi makanan untuk hidangan yang menarik selera."
Reversed Thunder Eugene H. Peterson ""Ditulis pada hari-hari penuh kesulitan, bentuk ekspresi ini [literatur apokaliptik] selalu mengetengahkan waktu kini sebagai waktu penganiayaan dan penderitaan besar, tetapi, dalam perbedaan yang menakjubkan, masa depan sebagai waktu pembebasan dan kemenangan. Ini diharapkan datang melalui campur tangan Allah dalam urusan manusia, dengan mendatangkan penghakiman ke atas kekuasaan yang lalim dan mendirikan pemerintahan-Nya sendiri. Pada hari-hari kesulitan ekstrim seperti itu", manusia cenderung meragukan dan berkompromi, dan dalam beberapa kasus menjadi murtad. Tujuan dari pelbagai tulisan ini adalah untuk menekankan kebaikan kesetiaan dan merangsang iman dengan menunjukkan secara jelas penggulingan kejahatan tertentu dan kemenangan akhir bagi kepentingan benar Allah."
Worthy Is the Lamb Ray Summers Bahasa simbolik yang digunakan di dalam bahasa apokaliptik memiliki tujuan ganda. (1) Bahasa itu mengungkapkan pesan kepada orang yang sudah menjadi anggota yang memahami arti simbol-simbol itu. Simbol-simbol itu mungkin berfungsi sebagai semacam kode. Sebagai persamaan, bayangkanlah bahwa di wilayah tertentu yang dicabik perang, pesan ini disampaikan: "Saya mendapat surat itu Susie pada jam 8:00 pagi ini." Mereka "yang tahu" mengerti bahwa arti pesan itu adalah "Saya mendapat persetujuan untuk Operasi 'S.' Kita bergerak pada jam 8:00 malam ini." (2) Bahasa itu menyembunyikan pesannya dari orang yang belum menjadi anggota. Pada ilustrasi yang diberikan di atas, pesan tersebut tidak akan berarti apa-apa bagi mereka yang tidak mengenal baik kode itu.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik literatur apokaliptik.
(1) Literatur apokaliptik berakar pada situasi sejarah zamannya. "Mengabaikan situasi sejarahnya adalah mengabaikan bagian utama dalam penafsiran tekateki."9
(2) Dalam literatur apokaliptik, masa depan dinubuatkan-tapi dalam istilah umum, tidak khusus.
(3) Dalam literatur apokaliptik, pesan itu disajikan melalui pelbagai penglihatan.
(4) Literatur apokaliptik mengandung penggunaan simbol yang sangat banyak- karena "penulis itu dihadapkan dengan tugas melihat hal yang tak terlihat, menggambarkan hal yang tak dapat digambarkan, dan mengungkapkan hal yang tak dapat diungkapkan."10
(5) Literatur apokaliptik berusaha memperoleh efek yang dramatis.
[Simbol-simbol] itu dilebih-lebihkan "untuk tujuan efek dramatis. Arti suatu figur harus dipahami dengan melihatnya dalam perspektif yang luas secara keseluruhan dan bukan dengan mencoba untuk menentukan arti setiap rincian secara terinci. Orang harus jangan menjadi sangat tertarik pada aktornya sehingga lupa kepada cerita dan maknanya.11
Ingatlah karakteristik ini ketika Anda mempelajari Kitab Wahyu.
David Roper
Catatan Akhir:
- 1 Frank Pack, Revelation, Part 1 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 5.
- 2 Saya tidak sedang menyarankan bahwa semua ajaran lain di dalam kitab-kitab lain Perjanjian Baru mudah dipahami; tetapi dalam sebagian besar kitab selain kitab Wahyu, pesan-pesan intinya diberikan dalam bahasa yang jelas, sederhana.
- 3 Saya tidak sedang menyarankan bahwa alasan terbaik untuk mempelajari kitab Wahyu adalah dengan "memecahkan kode." Saya sekedar sedang mengatakan jalan yang saya tempuh untuk sampai ke pemahaman saya sekarang ini.
- 4 Jane Hart, Oklahoma City, kepada David Roper, Oklahoma City, 28 July 1960. (Penekanan oleh dia.)
- 5 Pack, 4.
- 6 C. F. Wishart, The Book of Day (New York: Oxford Press, 1935), vii.
- 7 Earl F. Palmer, 1, 2, 3 John & Revelation, The Communicator's Commentary Series, vol. 12 (Dallas: Word Publishing, 1982), 93.
- 8 James Strauss, The Seer, the Saviour, and the Saved, rev. ed., Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press, 1979), 379.
- 9 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 17
- 10 Ibid., 20.
- 11 Ibid., 26.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Tujuh Fakta Kitab Wahyu Yang Anda Harus Ketahui
Agama Kristen Yang Berjaya
Mengenai pelajaran kita tentang Kitab Wahyu, kita bisa mengambil salah sa...
Tujuh Fakta Kitab Wahyu Yang Anda Harus Ketahui
Agama Kristen Yang Berjaya
Mengenai pelajaran kita tentang Kitab Wahyu, kita bisa mengambil salah satu dari dua pendekatan: (1) Kita bisa segera mulai mempelajari teksnya. Kemudian, saya bisa memberitahu Anda apa yang perlu Anda ketahui tentang kitab itu sambil jalan. (2) Saya bisa mulai dengan memberitahu Anda banyak hal tentang apa yang perlu Anda ketahui. Kemudian, ketika kita mempelajari teksnya, Anda akan lebih siap untuk memahami dan menghargai teks itu. Kedua metode itu memiliki kelebihan dan kekurangan, tapi saya telah memutuskan memilih cara yang kedua karena saya ingin perjalanan Anda menelusuri kitab Wahyu menjadi perjalanan yang sedapat mungkin bebas dari bencana.
Dalam enam pelajaran pertama dari seri ini, saya akan membagi informasi yang Anda perlukan untuk memahami Kitab Wahyu. Dalam sajian ini, saya ingin menunjukkan tujuh fakta yang Anda harus ketahui sebagai latar belakang.
1. PENGARANGNYA Di dalam salinan Alkitab KJV milik saya, judul yang diberikan untuk kitab ini adalah "Wahyu Santo Yohanes Yang Ilahiyat."1Namun begitu, kata-kata pertama di kitab Wahyu memberitahu kita bahwa kitab itu bukan wahyu Yohanes, melainkan "Wahyu Yesus Kristus." Yohanes hanyalah saksi dan sekretaris Yesus: "[Yesus] "oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.
"[yang] bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya" (1:1, 2).
2. PENULISNYA
Penulis kitab Wahyu kemungkinan adalah rasul Yohanes sendiri.2Ia mengidentifikasi dirinya sebagai "Yohanes hamba" Yesus (1:1; NASB). Ia sangat terkenal sehingga mengira semua orang akan mengenal dia dengan sebutan sederhana "Yohanes." Di dalam Perjanjian Baru, satu-satunya Yohanes yang menonjol adalah rasul Yohanes.3
Sejak hari-hari awal gereja, penulisan Kitab Wahyu telah dikaitkan kepada rasul Yohanes. Para pemimpin gereja mula-mula yang menyebut dia sebagai penulis mencakup Papias (sekitar 135 M.), Justin Martyr (sekitar 150 M.), dan Irenaeus (sekitar 185 M.). Menurut para penulis mula-mula ini, rasul Yohanes pindah ke Efesus sekitar waktu penghancuran Yerusalem (70 M.) dan merupakan seorang pemimpin Kristen terkemuka di Asia Kecil selama dua puluh lima tahun berikutnya. Sewaktu di sana, ia dibuang ke pulau Patmos, tempat ia menerima Wahyu dari Yesus.
Banyak kesamaan dapat ditemukan antara kitab Wahyu dengan pelbagai tulisan lain rasul Yohanes. Hanya Yohanes yang mengacukan Yesus sebagai logos ("Firman", Yohanes 1:1, 14; 1 Yohanes 1:1; Wahyu 19:13). Salah satu cara kesukaan Yohanes dalam mengacukan Yesus adalah "Anak Domba Allah" (Yohanes 1:29, 36); Kitab Wahyu menyebut Yesus "Anak Domba" sebanyak dua puluh dua kali. Yohanes adalah satu-satunya penulis Kisah Injil yang menyebutkan bahwa lambung Yesus ditusuk (Yohanes 19:34), fakta yang juga diberikan di dalam kitab Wahyu (1:7).4
Beberapa orang menantang pandangan bahwa kitab Wahyu ditulis oleh rasul Yohanes, terutama dikarenakan adanya perbedaan gaya antara tulisan-tulisannya yang lain dan Kitab Wahyu. Kita diberitahu bahwa gaya penulisan kitab Wahyu adalah lebih kaku, dan ini ditafsirkan oleh sebagian orang sebagai bukti bahwa kitab itu tidak ditulis oleh rasul itu. Namun begitu, perbedaan dalam gaya bisa memiliki penjelasan lain.
Sebagai contoh, isinya berbeda: Mencatat penglihatan dan simbol tidaklah sama dengan menghasilkan kisah kehidupan Yesus yang ditelusuri atau menulis surat.
Juga, pengalamannya berbeda: Sebagian besar isi kitab Wahyu tampaknya ditulis saat Yohanes sedang melihat penglihatan dan mendengar suara. Mengenai keadaan emosinya, Yohanes berkata, "menangislah aku dengan amat sedihnya" (5:4). Keadaan pikiran seperti itu akan mempengaruhi cara Yohanes menyatakan dirinya sendiri.
Selanjutnya, kemungkinan besar ada perbedaan dalam prosedur. Seperti Paulus5dan Petrus,6Yohanes kemungkinan besar menuliskan isi Catatan Injil dan surat-suratnya itu dengan bantuan orang lain-orang yang mengetahui gaya penulisan dan bahasa Yunani dengan lebih baik daripada dia.7Pada sisi lainnya, Yohanes sepertinya menuliskan pelbagai penglihatan Wahyu itu dengan tangannya sendiri (1:11, 19; 2:1, 8, 12, 18; 3:1, 7, 12, 14; 10:4; 14:13; 19:9; 21:5).8Maka logikanya, gayanya itu akan berbeda.
Kita juga harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa rancangannya berbeda. Para pakar telah mengamati bahwa meskipun gaya kitab Wahyu itu mungkin saja kaku di beberapa tempat, tapi jarang tidak jelas. Austin Farrer berkomentar, "Kami sering bertanya-tanya bagaimana ia bisa menuliskan apa yang ia tulis, tapi jarang sekali bertanya-tanya apa maksudnya."9Leon Morris menekankan pokok pikiran ini:
"jika memang benar Yohanes dari waktu ke waktu melanggar aturan tata bahasa, [namun] pada kesempatan lain ia mengikuti aturan yang sama itu. Dengan kata lain, tampaknya seolah-olah bahasa Yunaninya yang aneh itu ditulis untuk suatu tujuan, dan bukan karena ketidaktahuan atas bentuk [tata bahasa] yang benar.10
Dengan kata lain, Roh Kudus mungkin telah membimbing rasul Yohanes untuk menulis seperti yang ia tulis untuk memperoleh efek tertentu.11
Kesimpulan saya adalah bahwa kita memiliki banyak alasan untuk percaya bahwa kata-kata itu ditulis oleh rasul Yohanes-dan tidak ada alasan kuat untuk percaya bahwa yang menulis adalah Yohanes lain tertentu yang tidak dikenal.12
3. TANGGALNYA
Kitab Wahyu kemungkinan besar ditulis sekitar tahun 94-96 M., pada masa pemerintahan Domitianus. Kitab itu jelas ditulis pada masa penganiayaan yang sengit terhadap gereja (2:13; 6:9; 12:17; 13:7), dan sebagian besar percaya bahwa kitab itu ditulis waktu penganiayaan oleh pemerintah Romawi.13Karena hanya dua raja Romawi-Nero dan Domitianus-yang terlibat dalam penganiayaan yang merajalela atas orang Kristen pada bagian akhir abad pertama,14maka kitab Wahyu itu kemungkinan besar ditulis pada masa pemerintahan satu raja atau yang lainnya.15
Menurut tradisi tak terilham, kitab ini ditulis pada bagian akhir pemerintahan Domitianus (81-96 M.). Irenaeus, yang menulis sekitar tahun 185 M., mengatakan bahwa "penglihatan apokaliptik" kitab Wahyu "terlihat belum terlalu lama, tetapi hampir di zaman kita, menjelang akhir pemerintahan Domitianus."16Para pemimpin gereja mula-mula lainnya (seperti Eusebius) juga percaya bahwa kitab Wahyu itu ditulis di penghujung 90 M. selama pemerintahan Domitianus.
Beberapa orang percaya bahwa kitab Wahyu ditulis pada akhir masa pemerintahan Nero (54-68 M.), namun bukti yang ditemukan dalam kajian saya mendukung pandangan tradisional. Misalnya, sifat penganiayaan yang tersebar ke seluruh kerajaan (3:10) adalah lebih khas penganiayaan oleh Domitianus daripada Nero. Juga, kondisi ketujuh jemaat tampaknya sangat lebih sesuai dengan akhir tahun 90an daripada tahun 60an. Pada tahun 60an, gereja di Efesus tampaknya tengah berkembang (lihat Kisah 19 dan 20; Kitab Efesus), tetapi waktu kitab Wahyu itu ditulis, jemaat di Efesus telah meninggalkan kasihnya yang mula-mula dan terancam punah (2: 4, 5). Oleh karena itu, di dalam pelajaran ini saya akan menggunakan penghujung tahun 90an Masehi sebagai tanggal kemungkinan besar penulisan itu dilakukan. 17
4. LOKASINYA
Yohanes berada di Pulau Patmos saat ia menerima wahyu. Ia dibuang ke "pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus" (1:9). Patmos adalah "pulau karang kecil (sekitar 6.5 x 13 km luasnya), di Laut Aegea sekitar 80 km barat daya Efesus, di lepas pantai Turki moderen.18Pulau itu kemungkinan berfungsi sebagai tempat pembuangan tahanan Romawi."19Menurut Sir William Ramsay, pembuangan "diawali dengan pencambukan, dan ditandai dengan belenggu yang tak pernah lepas, pakaian yang tak memadai, makanan yang tidak cukup, tidur di atas tanah tanpa alas, penjara yang gelap, bekerja di bawah cambukan para pengawas militer."20
5. PENDENGARNYA
Kitab Wahyu ditulis kepada tujuh jemaat yang ada pada waktu itu-dan kepada semua orang Kristen di setiap zaman. Kitab Wahyu itu secara khusus ditujukan kepada "ketujuh jemaat yang di Asia Kecil" (1:4). "Ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia" (1:11).21Istilah "Asia" tidak mengacu kepada benua Asia, tetapi kepada provinsi Asia Romawi yang terletak di pantai timur Laut Aegea (sekarang ini pantai barat Turki). Lebih dari tujuh gereja terletak di provinsi itu,22tetapi tujuh jemaat itu rupanya dipilih sebagai jemaat-jemaat yang khas di zaman itu (dan di zaman kita).
Meskipun Kitab Wahyu itu secara khusus ditujukan hanya kepada tujuh gereja, kitab itu-seperti kitab-kitab lain Perjanjian Baru yang ditujukan kepada para pendengar khusus-ditujukan untuk pendengar yang lebih luas. Setiap surat di dalam pasal 2 dan 3 mencakup pesan ini: "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat" (2:7). Periksalah sisi kepala Anda. Apakah Anda memiliki setidaknya satu telinga? Jika punya, Kitab Wahyu itu ditulis untuk Anda!
6. SIFATNYA
Menurut pasal 1, kitab Wahyu adalah bagian literatur apokaliptik, bagian nubuatan, dan bagian surat kiriman:
(1) Pertama dan terpenting, kitab ini merupakan literatur apokaliptik. Kitab ini dimulai dengan kalimat: "Inilah wahyu Yesus Kristus""(1:1). Kata "Wahyu" adalah terjemahan kata Yunani apokalupsis Dalam beberapa terjemahan, kitab ini diberi judul "Apokalipse."Literatur apokaliptik adalah jenis karangan khusus yang banyak memiliki simbol-simbol yang aneh.
(2) Kitab itu disebut juga nubuatan: "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini" (1:3; lihat juga 22:7, 10, 18, 19). Para nabi adalah juru bicara terilham Allah, yang peduli terhadap "pemberitaan firman Allah apa saja-apakah berupa perintah, instruksi, sejarah atau prediksi."23
(3) Gaya kitab ini adalah gaya epistle, atau surat kiriman. Setelah pernyataan pembuka, kitab itu kembali kepada salam khas sebuah surat kiriman: "Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang,"" (1:4).
Kemungkinan besar Anda pernah mendengar tentang nubuatan dan surat, tapi Anda mungkin belum terbiasa dengan istilah "literatur apokaliptik," jadi mari kita luangkan waktu sesaat untuk membahasnya. Dari "tujuh fakta yang Anda harus ketahui tentang kitab Wahyu," kemungkinan besar fakta ini adalah yang paling penting.
Anda perlu mengenal baik kata "apokaliptik."24(Kata ini diucapkan "a-pok-a-LIPtik." Penekanannya pada suku kata keempat, "LIP.") Sekarang ini, "apokalipse" sinonim dengan malapetaka dan kehancuran, tetapi kata Yunani apokalupsis tidak memiliki konotasi itu. Apokalupsis hanya berarti "pengungkapan" atau "wahyu."25
Apokalupsis pada dasarnya mengacu kepada apa saja yang tidak dikenal di masa lalu tapi sekarang ini telah diungkapkan (lihat Galatia 1:12; 2:2 2626). Digunakan dalam pengertian teknis, istilah "apokaliptik" diterapkan untuk jenis khusus literatur yang menjamur selama dua abad terakhir S.M. dan abad pertama Masehi. Salah satu ciri aliran ini adalah bahwa pesan disampaikan melalui simbol-simbol yang aneh dan menakjubkan.27Dalam literatur apokaliptik, simbol-simbol itu tidak hanya meningkatkan pesan; mereka adalah pesan itu sendiri.
Sebagian besar simbol itu bukan simbol biasa yang berkaitan dengan dunia yang kita kenal. Sebaliknya, banyak dari simbol itu merupakan penampakan aneh yang kita akan lihat hanya dalam mimpi buruk. Hal ini membuat pendekatan apokaliptik terlihat aneh bagi orang zaman kini. Majalah kita tidak ditulis dalam bahasa apokaliptik; buku-buku kita tidak ditulis dalam bahasa apokaliptik; surat kabar kita tidak ditulis dalam bahasa apokaliptik. Oleh karena itu, kita bisa menjadi bingung ketika kita didorong masuk ke dalam dunia di mana sebilah pedang keluar dari mulut seorang manusia, di mana para penunggang kuda yang flamboyan mencongklang kuda mereka melintasi lanskap, dan di mana seekor naga begitu besarnya sehingga ekornya merontokkan bintang-bintang dari langit!
Namun begitu, bagi para pembaca aslinya, pendekatan apokaliptik tidak dianggap aneh atau tidak biasa. Di dalam Perjanjian Lama, bahasa apokaliptik dapat ditemukan sebagian di kitab Yehezkiel dan banyak terdapat di kitab Daniel, dan bahasa itu bertaburan di sana-sini di dalam Yesaya, Joel, Zakharia, dan kitab-kitab lain Perjanjian Lama. Selanjutnya, periode antara Perjanjian-Perjanjian Lama dan Baru- empat ratus tahun antara Maleakhi dan Matius-berlimpah dengan tulisan-tulisan apokaliptik yang tak terilham. Ray Summers mengatakan, Ketika apokaliptis Yohanes yang Kristen mengetengahkan kepada rekan-rekannya yang menderita tentang harapan kehancuran Roma dan menangnya kepentingan Allah, ia sedang mengikuti jalan umum yang melewati banyak tonggak sejarah masa lalu yang familiar. Dalam menggunakan gambaran apokaliptik dengan penuh keyakinan untuk solusi kesulitannya, ia bergerak dalam suasana yang seluruhnya benar-benar menyenangkan bagi banyak orang Kristen, karena mereka mengenal baik gambaran seperti itu dari agama Yahudi yang terbawa ke dalam agama mereka.
Tanggapan Anda terhadap hal ini mungkin "Baiklah, jadi mereka banyak menulis dengan cara ini, tapi mengapa mereka melakukan itu? Mengapa mereka tidak sekedar mengatakan apa yang mereka harus katakan dalam bahasa Indonesia-atau Yunani- yang jelas atau bahasa apa saja yang mereka ucapkan?" Beberapa faktor terlibat dalam penggunaan pendekatan apokaliptik. Para penulis berusaha melakukan hal yang mus- tahil: menceritakan campur tangan Allah dalam urusan manusia. Mereka "terus mencoba menggambarkan hal yang tak tergambarkan, mengatakan hal yang tak bisa dikatakan, melukiskan hal yang tak dapat dilukiskan."28Selanjutnya, karena bahasa apokaliptik merupakan cara berkomunikasi yang familiar, maka gambaran-gambaran yang fantastis itu membantu komunikasi ketimbang menghambatnya.
Kemungkinan besar faktor yang paling penting adalah iklim politik dan agama yang menghasilkan jenis tulisan ini. Tanah di mana literatur apokaliptik tumbuh adalah masa-masa sulit: Penawanan Babel adalah latar belakang untuk kitab Yehezkiel dan Daniel. Penindasan oleh bangsa Siria menimbulkan penulisan literatur apokaliptik non-kanon29selama periode antara kedua Perjanjian. Penganiayaan Romawi atas umat Kristen di bawah Nero dan Domitianus menciptakan latar belakang Kitab Wahyu. Banyak komentator percaya bahwa bahasa simbolik di dalam "jejak-jejak pada masa sulit"30ini memiliki tujuan ganda: (1) mengungkapkan pesan kepada anggota yang memahami arti dari simbol-simbol itu dan (2) menyembunyikan pesan itu dari orang yang bukan anggota.31
Pertimbangkanlah pesan Kitab Wahyu: Kitab itu meyakinkan orang Kristen abad pertama bahwa para penindas mereka, Kerajaan Romawi, pada akhirnya akan runtuh. Bagaimana jika pejabat Romawi bisa memahami isi pesan tersebut? Pertama, Yohanes akan kesulitan untuk mengirim salinan kitab itu keluar dari Patmos (1:11) karena waktu itu (dan sekarang) praktik umumnya adalah memantau korespondensi orang-orang yang dipenjara. Kedua, penguasa Romawi tidak akan membiarkan pesan itu beredar luas; mereka akan sudah sedapat mungkin menyita setiap salinan kitab itu. Di tempat ketiga, dokumen seperti itu bisa digunakan sebagai bukti untuk membuktikan bahwa orang Kristen yang diadili bersalah melakukan penghasutan. Karena seperti itu, jika salinan kitab Wahyu itu jatuh ke tangan para pejabat Romawi, maka saya bisa membayangkan mereka memeriksa sepintas naskah itu dan mengabaikannya sebagai "omong kosong lain lagi dari orang Kristen."32
Banyak lagi yang bisa dikatakan tentang literatur apokaliptik. Untuk saat ini, garisbawahilah pemikiran ini di dalam pikiran Anda: Dalam literatur apokaliptik, pesan disampaikan melalui simbol.
7. KEDIMENGERTIANNYA
Allah mengharapkan kita untuk memahami kitab Wahyu-setidaknya pesan dasarnya. Seraya Daniel mendekati akhir dari wahyu yang diberikan kepada dia, ia diberitahu, "Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan meteraikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman;""(Daniel 12:4; huruf miring oleh saya). Karena penggenapan atas banyak nubuatan Daniel itu masih jauh di masa depan,33maka mereka yang hidup di zaman nabi itu tidak mengharapkan untuk memahami kitab ini (lihat Daniel 8:27). Sebaliknya, Yohanes diperintahkan, "Jangan memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini, sebab waktunya sudah dekat" (Wahyu 22:10; huruf miring oleh saya). Penggenapan Kitab Wahyu akan segera terjadi (1:1, 3), dan mereka yang membacanya diharapkan untuk memahaminya (lihat 13:18).
Ini tidak berarti bahwa kita dapat memahami segala sesuatu di dalam kitab ini. Di dalam pasal 10, ketujuh guruh berbicara. Yohanes mengatakan bahwa ia akan menuliskan apa yang mereka katakan, ketika ia "mendengar suatu suara dari sorga berkata:
`Meteraikanlah apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu dan janganlah engkau menuliskannya'" (Wahyu 10:4; huruf miring oleh saya). Mungkin nas ini dimasukkan ke dalam kitab ini untuk mengesankan kepada pikiran kita bahwa masih ada beberapa hal yang kita tidak tahu dan tidak akan pernah tahu (lihat Ulangan 29:29).
Namun demikian, kita dapat memahami beberapa hal di dalam Kitab Wahyu, dan Allah mengharapkan kita untuk memahami hal-hal itu. Kitab ini dimaksudkan untuk menjadi "wahyu," bukan "penyembunyian." Jika kita tidak dapat memahami ajaran-ajaran utama di dalam kitab itu, kita tidak bisa menerima berkat yang dijanjikan kepada mereka yang "mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya" (1:3). Tantangan kita di dalam pelajaran ini adalah menemukan pelajaran-pelajaran yang Allah ingin kita pelajari.
KESIMPULAN
Beberapa tahun yang lalu, seorang muda Kristen terus mendesak saya untuk mengajar kelas Wahyu. Ia terus menerus mengatakan kepada saya betapa inginnya dia mempelajari kitab tersebut. Saya akhirnya setuju dan kelas dimulai. Beberapa minggu belajar, ia mendatangi saya dengan kerut di wajahnya. Suaranya penuh kekecewaan, katanya, "Pelajaran itu memang sulit, bukan?"
Kitab Wahyu tidak menyerahkan harta berharganya kepada orang-orang yang mendekati dia setengah hati. Anda mungkin bisa mendengarkan separuh/setengah tidur di dalam kelas Alkitab tertentu dan masih bisa pulang dengan mengetahui sesuatu yang bernilai, tetapi tidak di kelas Kitab Wahyu. Jika Anda ingin mendapatkan keuntungan dari pelajaran ini, Anda harus siap melakukan usaha tertentu. Saya mengatakan ini bukan untuk mencegah Anda mempelajari Kitab Wahyu, melainkan untuk mendorong Anda bertekad melakukan upaya yang diperlukan untuk diberkati oleh kitab yang luar biasa ini. Jika Anda melakukannya, Anda akan selalu senang karena Anda melakukannya!
Pertanyaan Untuk Tinjauan & Diskusi
- 1. Siapakahkah Pengarang sebenarnya kitab itu (seperti yang dinyatakan di dalam 1:1)? Dengan kata lain, wahyu siapakah itu?
- 2. Siapakah yang menulis kitab Wahyu itu (1:1)?
- 3. Cantumkanlah beberapa alasan yang memungkinkan bagi perbedaan dalam gaya antara Kitab Wahyu dan tulisan-tulisan lain rasul Yohanes.
- 4. Tanggal berapakah yang pelajaran itu usulkan bagi penulisan kitab Wahyu?
- 5. Siapakah raja Romawi pada waktu itu?
- 6. Di manakah Yohanes berada ketika ia menerima wahyu?
- 7. Kepada siapakah kitab itu ditujukan?
- 8. Yang terutama, jenis literatur apakah Kitab Wahyu itu (seperti yang dinyatakan di dalam 1:1)?
- 9. Di dalam literatur apokaliptik, melalui apakah pesan itu disampaikan?
- 10. Jenis situasi sosial apakah yang biasanya bertanggung jawab bagi sastra apokaliptik?
- 11. Telah dikemukakan bahwa literatur apokaliptik memiliki tujuan ganda. Apa sajakah tujuan ganda ini?
- 12. Apakah Allah mengharapkan kita memahami Kitab Wahyu? Apakah ini berarti bahwa kita bisa (atau perlu) memahami segala sesuatu di kitab itu?
Catatan Untuk Guru & Pengkhotbah
Dari waktu ke waktu, gambar ilustrasi akan disisipkan ke dalam teks pelajaran. Anda mungkin ingin memperbesar gambar-gambar ini dan menduplikasi mereka pada selembar kertas yang lebar, atau pada papan tulis, digunakan sebagai alat bantu peraga.
Sebagian besar materi ini juga dapat ditampilkan dalam bentuk garis besar untuk ditambahkan kepada pelajaran Anda. Sebagai contoh, berikut ini adalah tabel yang saya gunakan ketika saya membahas pelbagai alasan yang memungkinkan bagi perbedaan gaya antara kitab Wahyu dan tulisan-tulisan lain oleh rasul Yohanes.
Mengapa Berbeda Dalam Gaya?
Perbedaan Dalam Isi- Pelbagai penglihatan, simbol-simbol Perbedaan Dalam Pengalaman- Keadaan emosi yang bergetar; Kitab Wahyu mungkin ditulis "di tempat kejadian"
Perbedaan Dalam Prosedur- Tulisan-tulisan lainnya: Yohanes mungkin menggu- n-kan seorang penulis.
Kitab Wahyu: Yohanes mungkin menulis sendiri kitab ini.
Perbedaan Dalam Rancangan? Perbedaan dalam gaya ini mungkin saja disengaja.
Berikut ini adalah beberapa informasi yang dapat ditulis pada sebuah poster untuk memperkenalkan fakta bahwa kitab Wahyu adalah, yang pertama dan terutama, sebuah literatur apokaliptik:
Sifat Kitab Wahyu
Sastra apokaliptik- Ajaran simbolik tentang masa depan, Nubuatan- Ajaran terilham kepada masa kini, Surat kiriman- Surat yang ditujukan kepada suatu pendengar khusus, menjadikannya bersifat pribadi
Seraya Anda mempelajari materi ini, tanyakan terus pertanyaan ini kepada diri Anda: "Bagaimana saya bisa menaruh informasi ini dalam bentuk bagan sehingga para siswa saya dapat memahaminya dengan lebih baik" Seperti yang saya nyatakan di awal pelajaran ini, saya lebih suka meluangkan waktu untuk meletakkan dasar yang kuat sebelum saya memulai dengan teks kitab Wahyu ini. Cara ini berjalan baik di kelas; cara itu bisa jadi tidak dapat berjalan baik jika Anda berniat untuk mengkhotbahkan serangkaian khotbah tentang kitab Wahyu.
Jika Anda ingin menggunakan materi ini dalam khotbah, Anda mungkin ingin menyajikan materi pengantar yang paling penting dalam satu sampai tiga pelajaran. Anda kemudian dapat meliput sebagian besar dari sisa materi latar belakang itu sambil Anda mengkhotbahkan teks itu. Misalnya, ketika Anda mengkhotbahkan pasal 1, Anda dapat meliput siapakah Pengarang sebenarnya kitab itu, siapakah penulisnya, kepada siapakah kitab itu ditujukan, dan informasi pengantar lainnya.
" Kitab yang luar biasa ini [Wahyu] memang sulit dimengerti "dan juga mustahil dilupakan . "
1, 2, 3 John & Revelation Earl F. Palmer
Pertanyaan Tentang Penganonan Kitab Wahyu
Dari waktu Kitab Wahyu mulai beredar di antara gereja-gereja, kitab itu diakui sebagai kitab otentik dari pena rasul Yohanes. Kitab ini dimasukkan ke dalam koleksi awal kitab-kitab terilham Perjanjian Baru. Teofilus memasukkannya ke dalam kanon34sekitar 165 M. Kanon Muratorian (sekitar 170) mengacukan kitab itu. Kebanyakan, jika tidak semua, para pemimpin gereja mula-mula mengutip dari kitab itu. Beginilah Earl Palmer mengulas, "Kitab Wahyu ini diteguhkan oleh lebih banyak sumber di gereja kuno dibandingkan dengan kitab Perjanjian Baru lainnya. Bukti paling kuno yang kita miliki dari gereja mula-mula menunjukkan dukungan yang berbasis luas untuk Kitab Wahyu dan keyakinan kepada kitab itu sebagai bagian dari kanon.35
Beberapa waktu kemudian, beberapa penulis mengecam dan bahkan menolak kitab itu karena alasan pribadi (misalnya, beberapa orang merasakan simbolisme itu menyedihkan) dan karena alasan gaya. Namun begitu, secara keseluruhan, gereja mula-mula menerima kitab itu tanpa pertanyaan sebagai Firman Allah yang terilham.
Anda tidak dapat membaca kitab Wahyu tanpa terkesan oleh fakta bahwa penulis itu menulis dengan penuh otoritas (1:1-3; 22:18, 19), tidak mengherankan bahwa kitab itu akan diterima. Kitab itu diterima oleh gereja mula-mula, dan kitab itu diterima oleh mereka yang mengenal rasul Yohanes sebagai kitab yang ditulis oleh dia. Fakta-fakta ini memberikan bukti bahwa kitab itu memang "Wahyu Yesus Kristus" yang dicatat untuk kita oleh Yohanes, murid yang dikasihi.
Catatan Akhir:
- 1 NKJV menulis "Wahyu Yesus Kristus."
- 2 Jika orang yang Anda ajar belum mengenal baik rasul Yohanes, Anda mungkin perlu waktu beberapa menit untuk meninjau kehidupan rasul itu
- 3 Yohanes kemungkinan besar adalah nama yang umum pada waktu itu seperti halnya sekarang, tetapi hanya dua Yohanes orang Kristen yang disebut di dalam Perjanjian Baru: Rasul Yohanes (pertama kali disebut di Matius 4:21) dan Yohanes Markus (lihat Kisah 12:12).
- 4 Pelbagai kesamaan lainnya dapat ditunjukkan: Bandingkanlah Wahyu 1:1 dengan Yohanes 17:7, 8 (lihat juga Yohanes 5:19, 20; 7:16). Bandingkanlah Yohanes 7:37/Wahyu 22:17, Yohanes 10:18/Wahyu 2:27; Yohanes 20:12/Wahyu 3:4; Yohanes 21:24/ Wahyu 22:8.
- 5 Yang Paulus lakukan adalah mendiktekan surat-suratnya itu kepada seorang penulis (Roma 16:22). Ketika ia sesekali menulis dengan tangannya sendiri, ia memberitahukan hal itu (Galatia 6:11).
- 6 Petrus menggunakan Silas untuk menuliskan surat kirimannya yang pertama (1 Petrus 5:12).
- 7 Istilah teknis bagi para penulis surat ini adalah "amanuensis." Istilah lain yang dikenal dengan lebih baik mencakup "sekretaris," "juru tulis," dan "asisten sastra."
- 8 Semua ini, tentu saja, dilakukan di bawah bimbingan Roh Kudus, sehingga hasil akhirnya adalah tepat seperti apa yang Allah inginkan.
- 9 Austin Farrer, The Revelation of St. John the Divine (London: Oxford University Press, 1964), 50.
- 10 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 31.
- 11 Pemberitahuan tentang "kesalahan" dan "kekeliruan" dalam tata bahasa adalah tidak tepat ketika yang dibahas adalah sebuah tulisan terilham. "Aturan-aturan" tata bahasa adalah buatan manusia, bukan diilhami oleh Allah. Para editor bebas menunjukkan kesalahan tata bahasa dalam tulisan-tulisan saya, tapi kita harus lambat untuk melakukan hal itu dalam tulisan-tulisan Roh Kudus.
- 12 Tentu saja, menjawab pertanyaan "Yohanes yang mana?" tidaklah penting untuk manfaat yang kita peroleh dari pesan Yesus. Kita tidak yakin siapa yang menulis Kitab Ibrani, tapi hal itu tidak mengurangi dampak dari ajarannya.
- 13 Sebagaimana kita akan lihat di dalam pelajaran-pelajaran berikutnya, banyak "petunjuk" di dalam Kitab Wahyu menunjuk kepada Kerajaan Romawi.
- 14 Lihat survei tentang sejarah Kerajaan Romawi di dalam pelajaran "Tanda-Tanda Penting Dan Simbol-Simbol Yang Mengejutkan" di halaman 52 di dalam edisi ini.
- 15 Beberapa orang percaya bahwa kitab Wahyu ditulis pada masa pemerintahan Vespasianus (69-79 M.) dan bahwa kitab itu mengacukan penganiayaan oleh pendahulu Vespasianus, Nero, dan penganiayaan oleh putra Vespasianus, Domitianus. Sudut pandang ini sebagian besar didasarkan pada "penjelasan" samar-samar Yohanes tentang tujuh kepala binatang laut (13:1; 17:9-11). Setiap penafsiran 17:9-11 memiliki kesulitannya sendiri. (Lihat pelajaran "Penjelasan, Spekulasi, dan Penerangan" dalam edisi "Wahyu, 8" yang akan datang dari Truth for Today). Nas itu merupakan nas yang meragukan untuk dijadikan dasar bagi kesimpulan apa saja .
- 16 Irenaeus Against Heresies 5,30.
- 17 Perlu dipahami bahwa meskipun waktu tepat penulisan itu dapat mempengaruhi penafsiran tentang satu atau dua rincian tertentu, namun itu tidak mempengaruhi pesan keseluruhan kitab itu bagi orang Kristen di abad pertama atau untuk orang Kristen hari ini.
- 18 Lihat peta di halaman 23 di dalam pelajaran ini.
- 19 Robert Mounce, notes on the Book of Revelation, The NIV Study Bible, gen. ed. Kenneth Barker (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1985), 1926.
- 20 W. M. Ramsay, The Letter to the Seven Churches of Asia, William N. Ramsay Library, vol. 10 (N.p., 1904; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 85. Kemungkinan besar Yohanes sudah sangat tua ketika ia menulis kitab ini; kita tidak tahu apakah ia dipaksa atau tidak untuk bekerja di ladang tambang di pulau Patmos.
- 21 Lihat peta di halaman 23 di dalam pelajaran ini untuk lokasi tujuh kota di mana jemaat-jemaat itu berhimpun.
- 22 Di antara jemaat-jemaat lain di provinsi Asia itu adalah jemaat yang berhimpun di Troas, Kolose, dan Laodikia (Kisah 20:6, 7; Kolose 1:2; 4:16).
- 23 Mounce, 1926.
- 24 Jangan kacaukan ini dengan kata "Apokrifa," yang berarti "tersembunyi." "Apokrifa" adalah sebutan yang diberikan kepada beragam dokumen tak terilham yang dihasilkan sekitar 200 S.M.-100 M.
- 25 Kata itu menggabungkan kata Yunani untuk "tutup" dan "dari" atau "menjauh, dengan demikian secara harfiah berarti "mengungkapkan."
- 26 Untuk contoh-contoh lainnya, lihat Roma 2:5; 16:25; 1 Korintus 14:6; Efesus 3:3; 1 Petrus 1:7, 13; 4:13.
- 27 Istilah "simbol" didefinisikan dan dijelaskan di dalam pelajaran "Inilah Naga-Naga Itu!" di halaman 39 di dalam edisi ini.
- 28 William Barclay, The Revelation of John, vol. 1, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 4.
- 29 Lihat artikel tambahan "Pertanyaan Tentang Penganonan Kitab Wahyu" di halaman 22 di dalam pelajaran ini.
- 30 Edward A. McDowell, The Meaning and Message of the Book of Revelation (Nashville: Broadman Press, 1951), 7.
- 31 Jika siswa Anda sudah familiar dengan tujuan pelbagai perumpamaan Yesus, Anda bisa menarik persamaan di sini. Kita sering mengatakan bahwa Yesus berbicara dalam perumpamaan untuk menyederhanakan pesan-Nya, yaitu, untuk mengungkapkan pesan-Nya. Meskipun ini benar, Ia juga mengatakan bahwa Ia berbicara dalam perumpamaan untuk menyembunyikan pesan-Nya dari orang-orang yang tidak siap untuk menerimanya (lihat Matius 13:10-17).
- 32 Suatu pengecualian yang jelas terlihat bagi tujuan "penyembunyian" Apokalipse ditemukan di pasal 17. "Babel besar" diidentifikasi sebagai "kota besar yang memerintah atas raja-raja di bumi" (ay. 18), sebuah kota yang terletak di "tujuh gunung" (ay. 9)-suatu acuan yang jelas kepada kota Roma. Mungkin Tuhan memilih kejelasan bukannya kehalusan pada simbolisme khusus itu karena maksudnya sangat penting sekali. Lihat komentar tentang 17:9, 18 di dalam pelajaran "Ketika Babel Mencoba Memikat Anda" di dalam edisi "Wahyu, 8" yang akan datang dari Truth for Today
- 33 Misalnya, salah satu peristiwa di masa depan yang diramalkan oleh Daniel adalah pembentukan gereja/kerajaan.
- 34 Kata "kanon" berasal dari kata Latin untuk "standar" atau "aturan" dan digunakan untuk mengacukan kitab-kitab yang telah diterima sebagai Kitab Suci terilham. Kanon tidak ditentukan oleh dewan buatan manusia, tetapi kitab-kitab yang tercakup pada umumnya diterima oleh gereja mula-mula atas dasar hubungan kitab-kitab itu dengan seorang rasul, isi rohani mereka, daya imbauan universal mereka kepada gereja Kristus, dan inspirasi ilahi mereka.
- 35 Earl F. Palmer, 1, 2, 3 John & Revelation, The Communicator's Commentary Series, vol. 12 (Dallas: Word Publishing, 1982),
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "Awal Yang Baik Menyelesaikan Separuh Pekerjaan"
Agama Kristen Yang Berjaya
Wahyu
Filsuf Aristoteles (384-322 S.M.) menulis pepatah "...
"Awal Yang Baik Menyelesaikan Separuh Pekerjaan"
Agama Kristen Yang Berjaya
Wahyu
Filsuf Aristoteles (384-322 S.M.) menulis pepatah "Awal yang baik menyelesaikan separuh pekerjaan."1Kata-kata itu memang benar mengenai banyak tugas di dalam kehidupan; perkataan itu bahkan dua kali benar mengenai pelajaran kitab Wahyu. Saya diberitahu bahwa ketika sebuah roket ditembakkan, penyimpangan beberapa derajat pada titik keberangkatan dapat menimbulkan perbedaan ratusan kilometer di mana roket itu mendarat. Mulailah mempelajari Kitab Wahyu dengan benar, maka Anda akan tiba pada sasaran. Mulailah dari posisi yang salah, maka Anda akan tiba pada beberapa spekulasi aneh.
Pelajaran ini adalah tentang pendekatan yang kita akan ambil dalam pelajaran kitab Wahyu. Tidak ada latar belakang pelajaran yang lebih penting daripada yang satu ini. Pendekatan yang diambil seseorang terhadap kitab itu akan mempengaruhi penafsirannya atas hampir setiap rincian di dalam kitab itu. Sangat penting bahwa kita memulainya dengan benar.
Mereka yang percaya bahwa Alkitab diilhamkan secara verbal mengambil empat pendekatan terhadap kitab Wahyu.2Terdapat variasi dan kombinasi yang tak terhitung jumlahnya. Tetapi hanya ada empat pendekatan utama. Para komentator mengacaukan masalah itu dengan menciptakan nama-nama baru untuk variasi mereka, tetapi kebanyakan pendekatan-jika tidak semuanya-dapat dikelompokkan ke dalam empat judul utama. Saya akan menyurvei empat pendekatan itu secara berurutan, menunjukkan kekuatan dan kelemahan mereka. Kemudian, sebelum kita akhiri, saya akan menjelaskan pendekatan yang akan kita gunakan dalam seri ini.
Ketika kita meneliti masing-masing pendekatan itu, kita harus ingat dua kunci penting untuk menafsirkan kitab Wahyu:
(1) Kitab itu dulunya pasti memiliki arti ketika ditulis. Yesus mengungkapkan "apa yang harus segera terjadi" (Why 1:1). Yohanes berkata, ""sebab waktunya [yang kitab itu bicarakan] sudah dekat" (1:3). Kitab ini ditulis untuk orang Kristen yang menderita, untuk memberi mereka penghiburan dan mendorong mereka agar setia. Oleh karena itu, dalam pelajaran kita, kita akan sering bertanya, "Jika kitab Wahyu ditafsirkan menurut pendekatan ini, arti apakah yang wahyu itu miliki bagi orang-orang Kristen yang teraniaya di abad pertama?"
(2) Kitab itu sekarang pasti memiliki arti. Kitab itu juga memiliki pesan yang universal dan permanen untuk segala zaman: Sebuah berkat diucapkan kepada orang "yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya" (1:3). Setiap orang yang "tertelinga" didesak untuk "mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat" (2:7). Pada penutupan kitab itu, sebuah peringatan khusus diberikan kepada "setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini" (22:18). Jadi, dalam setiap segmen pelajaran kita, kita juga harus bertanya, "Jika kitab Wahyu ditafsirkan menurut pendekatan ini, arti apakah yang wahyu itu miliki bagi kita yang hidup sekarang ini?"
PENDEKATAN FUTURIS
Definisi Pendekatan Ini
Pendekatan futuris adalah pandangan bahwa sebagian besar isi Kitab Wahyu menceritakan pelbagai peristiwa yang ada di masa depan yang jauh ketika kitab itu ditulis.3Secara khusus, pendekatan ini mengatakan bahwa sebagian besar isi kitab ini adalah tentang pelbagai peristiwa yang terjadi sesaat sebelum kedatangan Kristus yang kedua.4Pandangan ini juga kadang-kadang disebut pandangan "eskatologis."5
Pandangan futuris memiliki variasi, tapi pandangan yang menguasai panggung selama bertahun-tahun adalah premilenialisme. "Pre" berarti "sebelum," dan "millenium" mengacu kepada masa seribu tahun. Istilah itu mengacu kepada keyakinan bahwa Yesus akan kembali sebelum (pre) pemerintahan seribu-tahun (milenium)-Nya. Secara khusus, sebagian besar kaum premilenialis percaya bahwa Yesus akan kembali ke bumi dan memerintah di kota Yerusalem selama seribu tahun.6Menurut pandangan ini, setelah seribu tahun itu akan datang penghakiman umum, di dalam mana orang-orang akan ditetapkan masuk ke sorga atau neraka.7
Kita terutama prihatin dengan bagaimana pendekatan ini mempengaruhi penafsiran kitab Wahyu. Di antara mereka sendiri kaum premilenialis tidak sepakat mengenai banyak rincian, tapi (dengan beberapa variasi) sebagian besar mengikuti garis besar umum Kitab Wahyu yang digambarkan pada bagan di bagian bawah ini. (Perhatikanlah bahwa saya telah menarik garis diagonal pada bagan itu untuk menolaknya-untuk menunjukkan bahwa bagan itu salah.) Disusul dengan tinjauan atas bagan itu. Berilah perhatian khusus kepada paragraf yang dicetak miring, yang meringkas pendekatan kaum premilenialis terhadap Kitab Wahyu.
Pasal 1-3 Pengangkatan Pemerintahan Era Gereja & Tribulasi (7 tahun)
Yesus Di Bumi (1.000 tahun) Kekekalan Garis Besar Kitab Wahyu Yang Diusulkan Oleh Banyak Orang Premilenialis sepanjang seri ini untuk mengacu kepada kedatangan terakhir Kristus, ketika orang yang setia akan diupahi dan orang jahat akan dihukum.
"Penolakan Orang Yahudi." Sebagian besar orang premilenialis mengajarkan bahwa Yesus datang untuk mendirikan kerajaan duniawi, tetapi Ia tidak bisa melakukannya karena orang Yahudi sebagai suatu bangsa menolak Dia. Dengan demikian mereka percaya bahwa rencana kerajaan Yesus ditunda. Garis horizontal tebal warna hitam yang terdapat pada bagan itu (menurut pandangan ini) melambangkan rencana nubuatan dan tujuan Allah.
"Era Gereja." Mereka percaya bahwa karena Yesus tidak bisa mendirikan kerajaan-Nya, Ia mendirikan gereja sebagai tindakan sementara sampai kerajaan itu bisa didirikan (biasanya, kaum premilenialis membedakan gereja dan kerajaan). Garis melengkung di sekitar "Era Gereja" pada bagan itu menunjukkan gagasan bahwa rencana dan tujuan nubuatan Allah terkendala untuk sementara.
Pasal 1-3: Kaum premilenialis percaya bahwa pasal 1 sampai 3 kitab Wahyu berkisah tentang masa hampir dua ribu tahun gereja itu sudah terwujud.8
"Penerimaan Orang Yahudi." Pada titik tertentu, mereka meramalkan, orang Yahudi secara keseluruhan akan menerima Yesus sebagai Mesias, dan "hitungan mundur nubuatan" Allah akan dilanjutkan.
"Pengangkatan & Tribulasi (7 tahun)." Mereka percaya bahwa penerimaan orang Yahudi akan mendatangkan periode tujuh tahun. Bagi orang percaya, inilah waktu bagi Pengangkatan,9yang akan mulai ketika orang beriman terangkat ke dalam awan untuk bertemu Yesus. Setelah orang beriman berangkat, kata mereka, masa tujuh tahun Tribulasi [Kesengsaraan Besar] akan dimulai di bumi. Mereka mengharapkan Yesus dan para pengikut-Nya melayang-layang di udara ketika kekacauan menguasai bumi di bawah.
Pasal 4-19: Mereka percaya bahwa pasal 4 sampai 19 kitab Wahyu memberikan rincian tentang periode tujuh tahun ini, dengan sebagian besar bagian itu (pasal 6 sampai 19) mengisahkan Tribulasi.
"Pemerintahan Yesus Di Bumi (1,000 tahun)." Pada akhir tujuh tahun itu, kaum premilenialis mengatakan, Yesus akan turun ke bumi, mengalahkan musuh-musuh-Nya, dan mendirikan kerajaan duniawi. Mereka mengharapkan Dia untuk memerintah di atas takhta duniawi di kota Yerusalem selama seribu tahun.
"Sedikit waktu." Mereka percaya bahwa masa seribu tahun akan diikuti oleh periode waktu singkat yang selama waktu itu Iblis akan diizinkan untuk mengerahkan pasukan prajurit yang perkasa. Pada akhir "sedikit waktu" itu, Yesus akan mengalahkan Iblis dan kekuatan jahat dalam suatu pertempuran besar.
"Penghakiman." Menurut kaum premilenialis, pertempuran antara Yesus dan Iblis akan disusul dengan Hari Penghakiman.
Pasal 20: Mereka percaya bahwa pasal 20 kitab Wahyu menceritakan tentang pemerintahan seribu tahun, "sedikit waktu," dan Hari Penghakiman.
"Kekekalan." Hari Penghakiman akan diikuti oleh kekekalan, dengan orang-orang benar di sorga dan orang-orang fasik di neraka.
Pasal 21; 22: Mereka percaya bahwa pasal 21 dan 22 kitab Wahyu menceritakan tentang sorga, di mana orang benar akan hidup selamanya.
Mereka yang akrab dengan ajaran Alkitab akan melihat banyak kesalahan di dalam skenario ini. Namun begitu, untuk sementara ini kepedulian kita adalah pada beberapa kekurangan dalam pendekatan ini. Pikirkanlah ini: Apa yang sudah kita singgung mengajarkan bahwa tiga pasal mencakup waktu hampir dua ribu tahun, bahwa enam belas pasal memberikan rincian tentang periode tujuh tahun saja, dan bahwa waktu seribu tahun tersebut diselesaikan dalam waktu kurang dari satu pasal! Bagi sebagian besar orang premilenialis, Kitab Wahyu pada dasarnya adalah kitab tentang kondisi kacau di bumi selama tujuh tahun Tribulasi.
Selama bertahun-tahun, Scofield Reference Bible telah menjadi sarana utama penyebaran pandangan futuris.10Salah satu penanganan yang lebih populer atas pandangan futuris ini adalah berupa buku berjudul The Late Great Planet Earth oleh Hal Lindsey.11
"Kekuatan" Pendekatan Ini
Futurisme sangat dipenuhi permasalahan sehingga saya menempatkan kata "kekuatan" dalam tanda kutip. Ini merupakan pendekatan yang populer; pendekatan ini menarik orang yang ingin tahu yang senang sekali mencari berita utama hari ini di dalam nas-nas yang tak jelas di dalam Alkitab. Pendekatan ini juga memiliki pesan untuk zaman kini: Seperti diberitakan oleh sebagian besar penginjil dispensasional, pesannya adalah "Bertobatlah! Yesus akan datang segera!" Kaum futuris percaya bahwa kekuatan pendekatan mereka terletak pada fakta bahwa mereka (dalam perkataan mereka) "memahami kitab Wahyu secara harfiah." Memang benar bahwa mereka memahami bagian-bagian tersendiri kitab ini secara lebih harfiah daripada yang dilakukan oleh banyak dari kita; contoh utamanya adalah "seribu tahun "di Wahyu 20. Namun begitu, saya akan mengajukan sejumlah pertanyaan: Apakah itu merupakan tanda kekuatan ketika seseorang menafsirkan bahasa simbolik secara harfiah, atau apakah itu tanda bahwa keterampilan penafsirannya lemah? Sekali lagi, apakah itu merupakan tanda kekuatan ketika seseorang merasa perlu untuk mendasarkan keyakinan teologisnya pada gambaran simbolik, atau apakah itu tanda bahwa keyakinannya lemah?
Ingatlah selalu bahwa salah satu ciri literatur apokaliptik adalah bahwa literatur itu mengajar melalui simbol-simbol. Kunci untuk menafsirkan bahasa kiasan apa saja, termasuk bahasa simbolik, adalah jangan memperlakukannya "secara harfiah," tetapi sebaliknya memperlakukannya secara alami-dengan kata lain, memperlakukannya sebagai bahasa kiasan. Yesus berkata, "Akulah pintu" (Yohanes 10:9), tetapi kita tidak mengartikan pernyataan-Nya itu secara harfiah. Artinya, kita tidak percaya bahwa Yesus menempel pada rangka pintu. Sebaliknya, kita mengartikan kata-kata-Nya itu secara alami. Kita menyadari bahwa Yesus menggunakan bahasa kiasan untuk menekankan bahwa Ia adalah satu-satunya jalan masuk ke dalam keselamatan.
Kelemahan Pendekatan Ini
Satu kelemahan futurisme adalah pandangan yang tidak seimbang atas Kitab Wahyu. Kita harus meragukan pendekatan apa saja yang menyatakan bahwa sebagian besar kitab Wahyu ditulis untuk memberitahu kita tentang periode tujuh tahun.
Kelemahan lainnya adalah ketergantungan pada apa yang Bruce Metzger sebut "literalisme kayu."12Teks itu sendiri sering menjelaskan arti dari simbol-simbol itu (1:20 4:5; 5:6, 8; 12:3, 9; 17:9, 12, 15, 18; 19:8; 20:14), dengan menggarisbawahi pokok pikiran ini bahwa banyak, jika tidak semua, isi kitab itu harus jangan dipahami secara harfiah.
Kelemahan utama adalah bahwa pendekatan ini tidak konsisten dengan pernyataan yang dibuat oleh Yohanes bahwa peristiwa-peristiwa yang dinubuatkan akan segera menjadi kenyataan: "Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi" (1:1). Kata "harus" adalah terjemahan dari kata dei, sebuah kata kerja Yunani impersonal yang melibatkan suatu keharusan moral."13Yesus menggunakan kata ini ketika Ia menunjukkan bahwa "Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan" (Matius 16:21; huruf miring oleh saya). Juga, kata Yunani yang diterjemahkan "segera" berarti "cepat" atau "tak lama lagi." Paulus menggunakan kata yang sama ketika ia memberitahu Timotius, "Berusahalah supaya segera datang kepadaku" (2 Timotius 4:9; huruf miring oleh saya). Kitab Wahyu tidak secara khusus ditulis untuk memberitahukan pelbagai peristiwa seribu tahun di masa depan.
Kelemahan yang signifikan adalah bahwa penafsiran ini akan memiliki sedikit atau tidak ada pesan sama sekali bagi orang Kristen abad pertama yang teraniaya. Bayangkanlah bahwa Anda sangat menderita sekali dan seorang teman berkata, "Saya paham bahwa Anda sedang terluka, dan saya ingin Anda tahu bahwa ribuan tahun dari sekarang, Allah akan membuat segalanya menjadi baik!" Akankah hal itu mendatangkan kenyamanan, atau Anda mungkin tergoda untuk menjawab, "Itu bagus, tapi sekarang saya butuh bantuan"?
Kelemahan fatal pendekatan ini adalah bahwa ajaran utamanya bertentangan dengan ajaran Alkitab. Sebagai contoh, pendekatan ini meremehkan gereja Tuhan kita yang dibeli dengan darah-Nya (Kisah 20:28). Menurut banyak orang premilenialis, jika saja Yesus tidak digagalkan oleh orang Yahudi, Ia akan sudah mendirikan kerajaan-Nya di bumi selama "kedatangan pertama"-Nya dan gereja tidak akan pernah ada.14Ini tidak bisa benar, karena gereja adalah bagian penting dari tujuan kekal Allah (Efesus 3:10, 11, 21).
Tujuan seri ini bukan untuk membantah premilenialisme,15tetapi banyak spekulasi tentang kitab Wahyu memiliki premis premilenial. Untuk alasan itu-dan karena pendekatan futuris adalah salah satu pendekatan yang lebih populer terhadap kitab itu-saya akan sekali-kali menunjukkan di dalam pelajaran kita beberapa kelemahan penafsiran premilenial.
PENDEKATAN SEJARAH-BERLANJUT
Definisi Pendekatan ini
Pendekatan sejarah-berlanjut adalah pandangan bahwa Kitab Wahyu memberikan rincian cetak biru sejarah (terutama sejarah gereja) dari abad pertama sampai akhir dunia.
Mereka yang menganut pandangan ini menganggap kitab Wahyu sebagai gambar simbolik tentang pelbagai peristiwa gereja dari Pentakosta sampai akhir zaman. Mereka "mengira melihat di dalam kitab itu pembahasan khusus tentang pelbagai pertempuran yang sebenarnya (Pertempuran Tours), pelbagai pergerakan (kemunculan Mohamedianisme, Reformasi Protestan), pelbagai individu (Napoleon, Paus, Hitler), atau pelbagai peristiwa (Dekrit Toleransi oleh Konstantin).16
Pendekatan ini disebut juga pandangan kronologis, pendekatan garis besar sejarah, dan metode penafsiran historis (atau historisist).17
Pendekatan sejarah-berlanjut pernah populer di kalangan kaum Protestan. Sampai beberapa dekade yang lalu, pandangan ini dianut oleh sebagian besar komentator Protestan. Perhatian khusus diberikan kepada Gereja Katolik Roma pada umumnya dan kepada Paus pada khususnya. Tindakan yang punya pengaruh atas pendekatan ini mencakup para penulis komentari seperti Albert Barnes dan Adam Clarke.18John T. Hinds sebagian besar mengikuti pendekatan Barnes dalam komentarinya tentang kitab Wahyu, yang merupakan bagian dari seri terkenal Gospel Advocate tentang komentari Perjanjian Baru.19
Kekuatan Pendekatan Ini
Alur pemikiran ini pernah memiliki daya tarik khusus bagi mereka yang menentang agama Katolik. Memang menakjubkan melihat bagaimana para komentator sudah dengan kreatif membuat jadwal waktu yang menyejajarkan sejarah Eropa Barat dengan pelbagai penglihatan kitab Wahyu. Salah satu kekuatan pendekatan ini adalah bahwa ia memiliki pesan untuk hari ini: "Seluruh sejarah berada di bawah kendali Allah." Secara umum, keyakinan ini tidak memiliki bahaya yang melekat seperti yang disajikan oleh futurisme.
Kelemahan Pendekatan ini
Salah satu kelemahannya adalah bahwa pandangan ini sebagian besar bersifat spekulatif dan subyektif. Begitu para komentator melewati beberapa abad pertama dari sejarah gereja, pelbagai penafsiran menjadi sangat variatif.20Seorang penulis percaya bahwa penglihatan tertentu mengacu kepada Martin Luther dan Reformasi, sementara yang lainnya mengidentifikasi itu sebagai penemuan mesin cetak.
Kelemahan lain yang terkait adalah bahwa para komentator sudah secara subyektif berfokus pada pelbagai peristiwa di Eropa Barat, dengan mengabaikan sebagian besar tempat-tempat lain di mana Injil sudah masuk. Sesungguhnya, Allah menaruh perhatian terhadap seluruh dunia.
Sebuah kelemahan yang disayangkan adalah bahwa metodologi yang digunakan oleh sebagian besar komentator sejarah-berlanjut telah memberikan kontribusi kepada sikap banyak orang yang menjadi penentu bagi waktu kedatangan Yesus yang kedua. Mereka umumnya beranggapan bahwa "satu hari = satu tahun" (sebuah asumsi yang tidak dibenarkan mengenai Kitab Wahyu).21Sebagian besar orang yang telah mencoba mengatur waktu sebenarnya kedatangan Kristus telah menggunakan konsep "satu hari = satu tahun." Kegagalan Yesus untuk datang lagi sesuai dengan jadwal waktu mereka telah menunjukkan mereka sebagai nabi palsu. Tidak ada manusia yang dapat mengetahui waktu Kedatangan Kedua (Matius 24:36; 1 Tesalonika 5:4; 2 Petrus 3:10; Wahyu 3:3; 16:15).
Kelemahan yang serius adalah bahwa, menurut pendekatan sejarah-berlanjut, sebagian besar isi kitab Wahyu menceritakan pelbagai peristiwa yang terjadi jauh dari abad pertama. Yohanes berkata di 1:1 bahwa kitab itu memberitahukan tentang "apa yang harus segera terjadi," dan di 1:3 ia menyatakan, ""waktunya sudah dekat."
Kelemahan lainnya adalah bahwa pendekatan ini pada umumnya memandang pelbagai penglihatan itu sebagai bersifat kronologis, dengan satu peristiwa mengikuti peristiwa lainnya sampai akhir zaman. Pandangan ini menyajikan masalah pada berbagai titik di dalam kitab Wahyu. Misalnya, di pertengahan kitab itu, pasal 12 menggambarkan kelahiran Yesus.22
Kelemahan yang mengesankan adalah bahwa, jika penafsiran ini benar, Kitab Wahyu itu akan punya sedikit penghiburan bagi orang Kristen yang teraniaya di abad pertama. Kitab ini akan sudah menjadi teka-teki tak terpecahkan bagi mereka. Bahkan jika mereka mampu menafsirkan nubuatan tentang sejarah masa depan, kitab itu masih akan sedikit memiliki manfaat langsung. Bayangkan Anda memberitahu seorang Kristen, dalam perjalanannya untuk dipenggal, "Gereja akan murtad, tapi mereka yang setia pada akhirnya akan menang." Apakah berita seperti itu memberi dia kekuatan untuk menghadapi para algojonya?
Kelemahan fatal pendekatan ini-kekurangan yang membuat pendekatan ini kehilangan daya tariknya yang yang hampir universal-adalah bahwa kita tidak tahu berapa lama waktu akan berlalu sebelum Kristus datang kembali. Kebanyakan komentator penganut sejarah-berlanjut menempatkan pelbagai peristiwa akhir kitab itu di zaman mereka sendiri; jika tidak, banyak penglihatan yang tidak dapat dijelaskan. Ini berarti bahwa jadwal waktu mereka harus terus-menerus direvisi seraya pelbagai peristiwa baru dan penting terjadi di dalam sejarah. Pikirkanlah hal itu: Bagaimana jika Kristus tidak datang selama empat ribu tahun lagi? Itu akan berarti bahwa hanya sekitar sepertiga isi kitab Wahyu yang telah digenapi, dan kita pada dasarnya tidak tahu apa-apa tentang dua pertiga isi kitab itu!
Saya menghargai kenyataan bahwa mereka yang menganut pandangan ini merasa prihatin terhadap pelbagai kesalahan Katolikisme, tetapi Alkitab berisi nas-nas yang lebih baik untuk mengekspos kesalahan-kesalahan itu. Tujuan utama kitab Wahyu adalah bukan "untuk memperlengkapi kita dengan senjata bagi perang gerejawi,"23melainkan untuk menghibur orang Kristen yang menderita.
PENDEKATAN PRETERIS
Definisi Pendekatan Ini
Pendekatan ketiga umumnya disebut pendekatan preteris. "Preteris" berasal dari kata Latin yang berarti "melampaui" atau "lewat."24Mengenai Kitab Wahyu pendekatan preteris berpandangan bahwa sebagian besar (jika tidak semua) isi kitab itu menceritakan apa yang terjadi di abad-abad awal gereja-dengan kata lain, di masa lalu kita.
Bentuk ekstrem pendekatan preteris mengajarkan bahwa kitab Wahyu berbicara secara eksklusif tentang pelbagai peristiwa yang sudah terjadi di masa lalu pada saat penulisan (atau setidaknya terjadi tak lama setelah itu): kedatangan Mesias, pendirian gereja, dan kehancuran Yerusalem, misalnya. Menurut pandangan ini, kitab Wahyu adalah tinjauan ulang atas penggenapan maksud Allah dalam Kristus. Oleh karena itu pendekatan ini disebut juga pendekatan tinjau-ulang. Foy E. Wallace Jr. adalah pendukung kuat pandangan ini.25Pendekatan ini memiliki beberapa kekuatan, tetapi mengapakah Allah mau menggunakan metode aneh seperti itu (simbolisme apokaliptik) hanya untuk meninjau ulang informasi yang dikenal baik oleh kebanyakan orang Kristen?
Beberapa kesimpulan pendekatan ini telah dimanfaatkan oleh mereka yang menganjurkan "teori 70 Masehi."26Doktrin salah ini telah mengganggu gereja di banyak belahan dunia.
Pernyataan berikutnya lebih diarahkan kepada pendekatan preteris klasik, yang juga disebut pandangan sejarah kontemporer. Pendekatan preteris yang dimodifikasi digunakan oleh J. W. Roberts dalam komentarnya tentang kitab Wahyu.27
Kekuatan Pendekatan ini
Satu kekuatan pendekatan ini adalah bahwa pendekatan itu berakar kuat di dalam situasi sejarah abad pertama. Pemahaman kita tentang sebagian besar kitab di dalam Alkitab meningkat ketika kita mengetahui sesuatu tentang sejarah zaman di mana kitab-kitab itu ditulis. Kekuatan lain pendekatan ini adalah bahwa ia memiliki pesan yang kuat bagi orang Kristen di abad pertama: "Kerajaan Romawi mungkin terlihat tak terkalahkan, tapi Allah masih memegang kendali. Pada akhirnya, Roma akan dihancurkan dan Anda akan dibenarkan!"
Kelemahan Pendekatan Ini
Dalam artian yang sempit, pandangan kaum preteris berkata bahwa segala sesuatu di dalam Kitab Wahyu digenapi pada zaman Kerajaan Romawi. Hal ini akan membuat kitab Wahyu sedikit lebih daripada "sebuah traktat yang ditulis untuk abad pertama."28Dua kelemahan jelas terlihat di dalam pandangan seperti itu. Pertama, kitab Wahyu hanya akan memiliki pesan terbatas untuk zaman kini.
Kedua, pandangan seperti itu mengabaikan ajaran yang jelas di dalam kitab itu tentang "masalah akhirat." Tidak seperti pendekatan futuris, pendekatan preteris terhadap kitab Wahyu tidak melanggar nas-nas yang jelas di tempat lain. Pendekatan preteris juga tidak memiliki kelemahan yang melekat seperti halnya pendekatan sejarah-berlanjut: Pendekatan itu harus direvisi dari waktu ke waktu. Jadi banyak hal tentang pandangan itu yang dapat dipuji, tapi perlu beberapa modifikasi supaya bermanfaat bagi pembaca zaman kini.29
PENDEKATAN SIMBOLIS
Definisi Pendekatan Ini
Pendekatan simbolis telah disebut dengan banyak nama, seperti pendekatan filosofi sejarah, metode dramatis, pandangan idealis, sistem prinsip nubuatan, sekolah rohani, konsep kekal. Saya menggunakan "pendekatan simbolis" karena istilah itu yang digunakan saat pertama kali saya mendengar tentang pendekatan itu. Kebanyakan penulis mengacukan pendekatan ini baik sebagai pandangan simbolis atau sekolah filsafat sejarah.
Pendekatan simbolis adalah pandangan bahwa Kitab Wahyu berbicara secara simbolis tentang konflik antara kebaikan dan kejahatan di setiap zaman, konflik yang mana kebaikan pada akhirnya akan menang. Pendekatan ini secara relatif tidak peduli dengan latar belakang sejarah kitab Wahyu dan membuat sedikit atau tidak sama sekali upaya untuk mengidentifikasi pelbagai peristiwa, orang, atau tempat di dalam kitab itu. Pendekatan ini menekankan bahwa dorongan secara keseluruhan atas pelbagai penglihatan itu adalah lebih penting daripada rinciannya.
Pada dasarnya ini adalah pendekatan yang saya pelajari di bawah Frank Pack di Abilene Christian College pada tahun 1956, pendekatan yang menyebabkan saya menyukai kitab Wahyu. Teks kami adalah More Than Conquerors oleh William Hendriksen.30Pendekatan Hendriksen adalah pendekatan simbolis yang dimodifikasi31yang tidak sepenuhnya mengabaikan latar belakang sejarah.32Ini adalah pendekatan yang sama yang menyebabkan salah seorang siswa saya menulis, "sepertinya saya sekarang bahkan menyukai kitab Wahyu."
Kekuatan Pendekatan Ini
Pendekatan simbolis adalah pendekatan "yang paling kecil bahayanya"dari semua metode penafsiran: Pendekatan ini menghindari spekulasi liar dari beberapa pandangan lain. Selanjutnya, karena pendekatan ini berkonsentrasi pada prinsip yang tidak terikat waktu, maka itu adalah pendekatan yang paling praktis dari semua pendekatan. Apakah orang mengetahui atau tidak latar belakang sejarah kitab Wahyu, kitab itu memiliki pesan-pesan penting untuk abad pertama dan juga zaman kini: "Tuhan memerintah! Kuatlah di dalam Tuhan! Kepentingan-Nya akan menang!"
Kelemahan Pendekatan Ini
Kelemahan utama pendekatan simbolis klasik adalah kurangnya penekanan pada keadaan rohani dan politik ketika kitab Wahyu itu ditulis. Kita memang tidak perlu mengenal baik latar belakang sejarah kitab itu untuk diberkati oleh ajarannya yang fundamental; tetapi ketika orang membaca dan mempelajari kitab Wahyu, sulit untuk menghindari kesimpulan bahwa kitab itu berisi pelbagai acuan kepada sejarah tertentu. Misalnya, pelacur di pasal 17 diidentifikasi sebagai "kota besar, yang memerintah atas raja-raja bumi" (ayat 18) dan yang duduk di tujuh gunung (ayat 9). Hal ini tampaknya merupakan acuan yang jelas kepada Roma, yang dibangun di atas tujuh bukit. Oleh karena itu, beberapa modifikasi atas pendekatan simbolis tampaknya perlu dilakukan.
Kelihatannya, Frank Pack tiba pada kesimpulan yang sama. Ketika saya ikut kelas kitab Wahyunya pada tahun 1956, kami berkonsentrasi pada pendekatan simbolis. Ketika ia menulis komentari Kitab Wahyu sembilan tahun kemudian, ia menekankan keyakinannya bahwa "kitab itu berakar kuat pada zamannya sendiri" dan mengatakan bahwa ia punya pandangan yang sama dengan kaum preteris "perlunya memahami kitab itu dengan latar belakang abad pertama."33
PENDEKATAN "PILIHLAH DENGAN BIJAK"
Saya belum menambahkan pendekatan kelima. Sebaliknya, saya sedang membuat usulan terakhir bahwa karena masing-masing pendekatan utama memiliki kekuatan dan kelemahannya, maka prosedur terbaik adalah memilih aspek terbaik dari beberapa pendekatan itu. Komentator saat ini, seperti Leon Morris,34telah mengikuti prosedur ini.35Sebuah ilustrasi yang baik dari prosedur ini dapat ditemukan di salah satu komentari favorit saya, Worthy Is the Lamb karya Ray Summers. Summers itu pada dasarnya adalah orang preteris; tetapi ia melihat kebutuhan bagi penerapan untuk zaman kini, jadi ia menggunakan unsur-unsur pendekatan simbolis untuk menambahkan pengaruh zaman sekarang. Ia menyebut pendekatan kombinasinya "metode latar belakang sejarah."36Itu bisa juga disebut "pandangan PRETERIS/simbolik" (dengan kata lain, pendekatannya lebih menekankan preteris daripada simbolik).
Pendekatan apakah yang akan kita gunakan dalam pelajaran kita? Saya percaya bahwa pendekatan simbolik memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada semua orang, terlepas dari di mana mereka tinggal atau apa latar belakang pendidikan yang mereka miliki. Meskipun demikian, saya berpikir bahwa pengetahuan tertentu tentang latar belakang sejarah dapat membantu pengertian kita tentang kitab itu. Oleh karena itu, saya menyarankan kombinasi ini: "pandangan SIMBOLIK/preteris" (dengan kata lain, dengan penekanan lebih pada simbolik daripada preteris).
Seraya Anda mempelajari terus Kitab Wahyu, Anda mungkin mau mengembangkan cara Anda sendiri dalam menangani kitab itu. Ketika Anda melakukan hal itu, saya menyarankan Anda untuk sangat bergantung pada pendekatan simbolis dan preteris, dan Anda harus menghindari pendekatan futuris, dan Anda mengenali bahaya penetapan waktu seperti yang digunakan oleh pendekatan sejarah berlanjut.
Jika Anda menginginkan judul untuk "pendekatan pilih dengan bijak" yang kedengarannya lebih ilmiah, Anda bisa menggunakan istilah-istilah seperti "eklektik" atau "sinkretis," tapi saya lebih suka menganggap ini hanya sebagai upaya tulus untuk mentaati tantangan 2 Timotius 2:15: "perlakukanlah secara akurat firman kebenaran" (NASB).
KESIMPULAN
Jika Anda pernah mencoba untuk membahas Kitab Wahyu dengan seorang teman, Anda mungkin pernah punya pengalaman yang membuat frustrasi karena tidak dapat berkomunikasi sepenuhnya. Itu bisa terjadi ketika masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda untuk kitab ini. Situasi itu mirip dengan dua orang yang berdebat tentang bagaimana mengeja kata "cat" ketika seseorang memakai kamus Inggris dan yang lainnya kamus Jerman. Sebelum dua orang bisa membahas Kitab Wahyu secara menguntungkan, pertanyaan tentang pendekatan harus diselesaikan. Pelajaran ini bisa jadi membanjiri diri Anda. (Ketika saya mempresentasikan pelajaran ini kepada kelas Alkitab Rabu malam saya, seorang Kristen baru mengatakan kepada saya, "David, saya tidak bisa mengikuti Anda!") Bacalah lagi dan lagi sampai Anda memahami mengapa kita pada prinsipnya akan menggunakan pendekatan simbolik.
Ulasan terakhir perlu dilakukan tentang pelbagai pendekatan yang telah kita pelajari: Secara cukup mengagumkan, kesimpulan dasar dari semua empat pendekatan itu adalah sama: "Setelah segalanya dikatakan dan dilakukan, jika kita tetap setia kepada Allah, kita akan menang." Berpeganglah pada kebenaran itu dengan segenap kekuatan Anda!
PERTANYAAN UNTUK TINJAUAN & DISKUSI
- 1. Apakah dua kunci penting untuk menafsirkan kitab Wahyu, seperti yang diberikan dalam bagian pertama pelajaran ini?
- 2. Menurut pelajaran itu, berapa banyakkah pendekatan dasar terhadap Kitab Wahyu?
- 3. Pendekatan apakah yang pertama kali kita pelajari? Definisikanlah itu.
- 4. Variasi apakah dari pendekatan ini yang sudah menjadi paling populer selama bertahun-tahun? Definisikanlah kata itu.
- 5. Cantumkanlah beberapa "kekuatan" dan kelemahan pendekatan pertama.
- 6. Apakah nama pendekatan kedua yang kita pelajari? Definisikanlah itu.
- 7. Cantumkanlah beberapa kekuatan dan kelemahan pendekatan kedua.
- 8. Apakah nama pendekatan ketiga yang kita belajar? Definisikanlah itu.
- 9. Cantumkanlah beberapa kekuatan dan kelemahan pendekatan ketiga.
- 10. Apakah nama pendekatan keempat yang kita pelajari? Definisikanlah itu.
- 11. Apa sajakah nama-nama lain bagi pendekatan keempat?
- 12. Cantumkanlah beberapa kekuatan dan kelemahan pendekatan keempat.
- 13. Apakah pendekatan keempat lebih peduli dengan rincian atau dengan gambar secara keseluruhan?
- 14. Kombinasi pendekatan apakah yang akan kita gunakan dalam seri ini?
Catatan Akhir:
- 1 Aristotle Politics v. 4.
- 2 Mereka yang tidak percaya kitab Wahyu diilhami oleh Allah memiliki pendekatan sendiri terhadap kitab itu: Sebagian besar akan menjadikannya sebagai gambaran pelbagai masalah di abad pertama tanpa implikasi di luar waktu itu. Beberapa menyatakan bahwa kitab Wahyu ditulis pada abad belakangan oleh seorang penulis tak dikenal. Karena sebagian besar pembaca Truth for Today percaya kepada pengilhaman verbal, maka kita hanya akan membahas empat pendekatan yang digunakan oleh orang percaya.
- 3 Kenyataannya, kaum futuris mengajarkan bahwa bahkan sekarang ini sebagian besar isi kitab Wahyu menceritakan kejadian yang masih di masa depan.
- 4 Orang merasa bingung dengan istilah "Kedatangan Kedua" karena kitab Wahyu sering mengacukan "kedatangan" Kristus untuk menghukum sementara manusia dan bangsa-bangsa di dalam kehidupan ini. Mereka lebih suka istilah "kedatangan terakhir Kristus." Namun begitu, istilah "Kedatangan Kedua" hampir secara universal diterima untuk mengacukan kesempatan yang dibicarakan di dalam Kisah 1:11. Karena itu, saya akan menggunakannya di
- 5 Seraya saya membahas setiap pendekatan, saya akan memberi daftar beberapa judul alternatif. Ini untuk membantu mereka yang mungkin telah menemukan istilah-istilah ini dalam pembacaan mereka. "Eskatologi" adalah "pelajaran tentang masalah akhirat." Pendekatan futuris kadang-kadang disebut pandangan "eskatologis" karena mengatakan bahwa sebagian besar kitab Wahyu berkaitan dengan kejadian di akhir zaman ini.
- 6 Variasi premilenialisme ini disebut "dispensasionalisme." Kebanyakan orang premilenialis saat ini adalah dispensasionalis. Untuk lebih jauh tentang "dispensasionalisme," lihat pelajaran "Memerintah Bersama Kristus" edisi "Wahyu, 10" yang akan datang oleh Truth for Today.
- 7 Beberapa orang premilenialis mengajarkan bahwa penghakiman terakhir hanya untuk orang jahat.
- 8 Beberapa orang premilenialis mengajarkan bahwa ketujuh jemaat mewakili tujuh usia gereja. Kaum premilenialis yang lain mengakui bahwa ketujuh jemaat itu sebenarnya ada pada waktu kitab Wahyu ditulis-dan bahwa mereka itu adalah lambang bagi gereja waktu itu dan sekarang.
- 9 Kata "raptur/pengangkatan" berasal dari bahasa Latin dan mengacu kepada keadaan sedang "diangkat." Kaum premilenialis menggunakan istilah itu sebagai kata benda dan kata kerja: Mereka mengatakan bahwa Yesus akan "mengangkat" umat-Nya (menangkap mereka di atas) dan bahwa mereka akan bersama Dia di Pengangkatan itu.
- 10 C. I. Scofield, The Holy Bible: Scofield Reference Edition (New York: Oxford, 1917; new edition, 1967). Seraya saya membahas masing-masing pendekatan, saya akan menyantumkan beberapa sumber yang menggunakan pendekatan itu. Ini untuk membantu mereka yang mungkin memiliki akses kepada tulisan-tulisan lain tentang kitab Wahyu- untuk membantu mengidentifikasi pendekatan yang digunakan.
- 11 Hal Lindsey, The Late Great Planet Earth (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1970).
- 12 Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 11.
- 13 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 32.
- 14 Ini juga menyiratkan bahwa Yesus tidak akan mati di kayu salib-tapi kita tidak bisa diselamatkan tanpa darah Yesus!
- 15 Informasi tambahan tentang masalah premilenialisme akan diberikan dalam edisi "Wahyu, 10" yang akan datang oleh Truth for Today. Juga, lihat pelajaran oleh Owen Olbricht on "The Millennium, A Thousand-Year Reign," in the "Last Things" issue of Truth for Today (December 1996): 20-24.
- 16 J. W. Roberts, The Revelation to John (The Apocalypse), The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1974), 19.
- 17 Pendekatan ini harus jangan dikacaukan dengan pandangan filsafat sejarah atau pandangan sejarah kontemporer, yang merupakan sebutan alternatif bagi pendekatan-pendekatan yang dibahas belakangan di dalam pelajaran ini.
- 18 Albert Barnes, Notes, Explanatory and Practical, on the Book of Revelation (London: Knight & Son, 1852); Adam Clarke, The New Testament , vol. 2, Romans to the Revelations (Nashville: Abingdon Press, n.d.).
- 19 John T. Hinds, A Commentary on the Book of Revelation, New Testament Commentaries (Nashville: N.p., 1937; reprint, Nashville: Gospel Advocate Co., 1973).
- 20 Meskipun pendekatan ini sebagian besar digunakan oleh orang Protestan, beberapa komentari Katolik sudah juga menggunakannya untuk "membuktikan" bahwa Reformasi Protestan adalah sang "Binatang" di kitab Wahyu!
- 21 Konsep "satu hari = satu tahun" dapat ditemukan di beberapa nas, tapi tidak di dalam literatur nubuatan. (Lihat, misalnya, Yesaya 7:8; Yeremia 29:10; Daniel 9:24; Matius 20:19.) Di dalam kitab Wahyu sama sekali tidak ada yang menunjukkan bahwa konsep ini diterapkan untuk kitab tersebut. (Jika "satu hari = satu tahun," maka Wahyu 20:4 akan berarti bahwa Kristus akan memerintah 360.000 tahun!) Selanjutnya, di dalam literatur apokaliptik pada umumnya sama sekali tidak ada yang menunjukkan bahwa konsep seperti itu harus digunakan di dalam Kitab Wahyu. Penggunaan umum angka-angka di dalam literatur apokaliptik akan dibahas pada pelajaran berikutnya di dalam edisi ini.
- 22 Lihat komentar tentang pasal 12 di halaman 73 di dalam edisi ini.
- 23 Summers, 38.
- 24 Saya tidak bisa memberitahu Anda mengapa di sini para pakar menggunakan istilah Latin ketika pada pendekatan lain mereka tidak menggunakan istilah itu; yang demikian itu merupakan keanehan kepakaran.
- 25 Foy E. Wallace Jr., The Book of Revelation (Fort Worth, Tex.: Foy E. Wallace Jr. Publications, 1966).
- 26 Inti "teori 70 M." adalah bahwa Kedatangan Kedua terjadi pada tahun 70 M., ketika Yerusalem dihancurkan. Sebuah diskusi tentang doktrin palsu ini muncul di bukunya W. Terry Varner, Studies in Biblical Eschatology, vol. 1 (Marietta, Ohio: Therefore Stand Publications, 1981).
- 27 Roberts, 16.
- 28 Harold Hazelip, The Lord Reigns: A Survey of the Book of Revelation (Abilene, Tex.: Herald of Truth, n.d.), iv.
- 29 Kebanyakan orang yang mengaku sebagai preteris telah memodifikasi pendekatan mereka terhadap Kitab Wahyu sampai batas tertentu. Misalnya, sebagian besar percaya bahwa beberapa pasal terakhir kitab itu membicarakan Hari Penghakiman dan kekekalan. Sejauh itu, mereka bukan preteris yang "ketat."
- 30 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954).
- 31 Untuk bukti bahwa Hendriksen adalah penganut sekolah simbolis, lihatlah Proposisi 6 di halaman 56 bukunya.
- 32 Judul pasal 6 buku Hendriksen dibuka dengan "The Apocalypse Rooted in Contemporaneous Circumstances."
- 33 Frank Pack, Revelation, Part 1 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 16.
- 34 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987).
- 35 Seperti yang telah disebutkan, Hendriksen, Pack, dan Roberts menggabungkan fitur-fitur dari beberapa pendekatan.
- 36 Summers, 45. Istilah lain yang digunakan untuk pendekatan yang sama adalah "nubuatan sejarah."
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!"
Agama Kristen Yang Berjaya
Wahyu
Ketika manusia mulai menggambar peta dunia, sebagian besar bumi m...
"Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!"
Agama Kristen Yang Berjaya
Wahyu
Ketika manusia mulai menggambar peta dunia, sebagian besar bumi masih belum diselidiki. Bagi para pembuat peta mula-mula ini, wilayah-wilayah yang tidak dikenal ini adalah terlarang dan berbahaya, penuh dengan pelbagai makhluk mitos yang mengancam. Saya ingat melihat gambar peta kuno dengan panah yang menunjuk ke suatu wilayah asing dan tulisan ini: "Di sinilah keberadaan naga-naga itu!"1
Bagi banyak orang, Kitab Wahyu adalah wilayah yang tidak dikenal dan dipandang dengan rasa takut dan gentar seperti yang dirasakan oleh para pembuat peta mula-mula. Para penjelajah penakut sekarang ini bahkan dapat dengan jujur mengatakan, "Di sinilah keberadaan naga-naga itu!" karena di jantung kitab Wahyu itu kita baca tentang "seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh" (Why 12:3). Selain naga itu, pelbagai makhluk aneh dan eksotis lainnya berkeliaran di sekitar kitab itu: makhluk bersayap yang punya mata di depan dan di belakang (4:6-8), belalang dengan ekor seperti kalajengking (9:3-11), binatang yang menakutkan dengan tujuh kepala (13:1, 2), dan tiga roh najis yang terlihat seperti katak (16:13, 14)! Makhluk-makhluk aneh ini-plus pelbagai gambaran menakutkan lainnya di dalam kitab itu-dapat membuat pemandangan kitab Wahyu terlihat menyeramkan bagi pelintas yang ketakutan.
Tujuan pelajaran ini dan yang berikutnya adalah membantu Anda merasa lebih nyaman dengan gambaran yang belum Anda kenal baik ini. Kita akan melihat simbol-simbol itu pada umumnya dan simbol-simbol di dalam kitab Wahyu pada khususnya.
APAKAH SIMBOL ITU?
"Simbol" adalah bentuk kata benda dari kata majemuk Yunani yang menggabungkan sun2("dengan") dan ballo ("membuang"). "Simbol" secara harfiah berarti "apa yang dilemparkan dengan." Kata "simbol "mengacu kepada dua konsep-yang satu nyata dan yang satu lagi tidak nyata-"dibuang bersama" untuk mengungkapkan suatu konsep.3Kamus mendefinisikan simbol sebagai "sesuatu yang melambangkan sesuatu yang lain berdasarkan hubungan, kemiripan, atau konvensi, khususnya obyek materi yang digunakan untuk melambangkan sesuatu yang tak terlihat."4
Manusia berhubungan dengan pelbagai simbol secara terus menerus. Ketika kita melihat sebuah botol bergambar tengkorak dan tulang bersilang di atasnya, kita tahu botol itu berisi racun-jadi kita meletakkannya di tempat yang tak bisa dijangkau anak-anak. Gambar tengkorak dan tulang bersilang itu bukan gambar racun; sebaliknya, mereka itu adalah simbol racun. Editorial kartun di AS sering menampilkan seekor gajah dan keledai.5Gajah melambangkan partai politik Republik, sementara keledai melambangkan partai Demokrat.
Kitab Wahyu penuh dengan simbol dari setiap bidang kehidupan. Jika kita ingin memahami kitab Wahyu, kita harus paham bahwa simbol-simbol ini "melambangkan sesuatu yang lain berdasarkan hubungan atau kemiripan." Obyek-obyek yang terlihat akan digunakan untuk melambangkan kebenaran yang tak terlihat.
Tidak segala sesuatu di dalam kitab Wahyu bersifat simbolis. Ketika 1:4 menyebut Yohanes, ini mengacu kepada orang sungguhan bernama Yohanes, bukan "konsep yang tak terlihat." Acuan kepada Allah, Kristus, dan Roh Kudus (1:1, 4, 5) bicara tentang anggota ke-Allahan, bukan kebenaran tertentu yang tersembunyi yang harus kita temukan. Jadi, kitab Wahyu adalah campuran bahasa kiasan dan harfiah. Karena kitab itu adalah literatur apokaliptik, maka bahasa kiasan menonjol di dalam kitab ini.
BAGAIMANA KITA TAHU APA YANG SIMBOL ITU MAKSUDKAN?
Para pembaca pertama kitab Wahyu "menghormati tulisan apokaliptik dan memahami beberapa aturan batin yang harus diikuti ketika seseorang membaca kitab semacam itu."6Izinkan saya berbagi beberapa pemikiran tentang "aturan-aturan" itu:
Mungkin prinsip paling penting yang harus diperhatikan adalah: Pahamilah bahwa Kitab Wahyu menyampaikan pesannya melalui simbol-simbol, dan tafsirkanlah sesuai dengan itu. Ini berarti bahwa karena sebagian besar dari apa yang kita baca di dalam kitab Wahyu adalah simbolis, maka "kita harus membalik aturan biasa penafsiran ketika menghampiri simbol."7
Biasanya kata-kata dari setiap nas Kitab Suci harus dipahami dalam artinya yang jelas dan alami, kecuali ada alasan tertentu untuk mengartikannya secara kiasan.8
Praduga itu selalu mendukung arti harfiah; jika orang mengartikan sebaliknya, ia harus menunjukkan penyebabnya. Ini tidak terjadi di dalam kitab Wahyu. Di dalam kitab ini, yang disajikan dalam bentuk gambar, orang harus berasumsi bahwa simbol-simbol itu harus dipahami secara kiasan kecuali ada alasan yang baik untuk menganggap mereka sebagai harfiah.9
Sebuah ungkapan yang digunakan ketika saya masih kecil adalah "Maksud teks itu seperti yang ia katakan dan mengatakan apa yang dimaksudkan." Filosofi itu berfungsi baik bagi bahasa harfiah-dan sebagian besar Alkitab ditulis dalam bahasa harfiah-tapi tidak cocok bagi bahasa kiasan. Bahasa simbolis tidak "memaksudkan apa yang ia katakan dan mengatakan apa yang dimaksudkan."
Ketika kita memahami bahwa "simbol harus dipahami secara kiasan," maka kita siap bagi tantangan menemukan arti kiasan. Bagaimanakah kita bisa melakukannya? Terkadang, teks itu sendiri membantu kita dengan menjelaskan simbol itu.10Misalnya, kita diberitahu bahwa tujuh kaki dian di pasal 1 melambangkan tujuh jemaat di Asia (1:12, 20) dan bahwa cawan emas berisi ukupan adalah doa orang-orang kudus (5:8).
Kadang-kadang konteksnya membantu. Misalnya, di dalam pasal 1, konteksnya memberitahu kita bahwa "tujuh Roh" di ayat 4 adalah Roh Kudus.11
Sekali lagi, kita kadang-kadang dibantu oleh pengetahuan tentang cara simbol-simbol tertentu digunakan di dalam literatur apokaliptik pada umumnya. Misalnya, dalam literatur seperti itu, tanduk menunjukkan kekuasaan.
Suatu cara penting yang dapat membantu kita adalah mengenal baik latar belakang sejarah. William Hendriksen mencatat bahwa kitab Wahyu "dengan pasti berakar pada pelbagai peristiwa dan keadaan kontemporer dan harus ditafsirkan secara harmonis dengan hal-hal itu."12Dalam pelajaran berikutnya, saya akan memberikan survei singkat mengenai sejarah Kerajaan Romawi untuk mempercepat pelajaran Anda tentang latar belakang sejarah.
Salah satu cara paling penting yang dapat membantu kita adalah dengan mengetahui Perjanjian Lama. Lebih dari empat ratus acuan Perjanjian Lama muncul di dalam Kitab Wahyu. Dalam pelajaran berikutnya, saya akan menyantumkan banyak acuan Perjanjian Lama dan tempat mereka ditemukan di dalam kitab Wahyu.
Begitu kita punya tempat untuk memulai penafsiran kita, maka prinsip-prinsip dasar hermeneutika (penafsiran Alkitab) harus diterapkan. Mengenai bahasa kiasan, kita harus mengikuti dua prinsip dasar. Yang pertama adalah menyelaraskan kiasan itu dengan apa yang diacukannya. Hal ini dilakukan dengan melihat karakteristik kiasan itu dan karakteristik orang atau benda yang diacukannya, dan kemudian mencatat kesamaan mereka. Misalnya, di Lukas 13:32, Yesus menyebut Herodes rubah. Ketika karakteristik rubah diperbandingkan dengan Herodes, tampak jelas bahwa Yesus sedang mengacukan kelicikan dan kecerdikan Herodes. Meskipun demikian, di Wahyu 1, jemaat lokal disebut kaki dian. Ketika kita mempertimbangkan fungsi kaki dian pada zaman itu dan tantangan yang diberikan kepada orang Kristen untuk menjadi terang bagi dunia yang dalam kegelapan (Matius 5:14; Filipi 2:15, 16), artinya tampak jelas: Gereja punya tanggung jawab menjunjung tinggi cahaya Kebenaran.13
Prinsip dasar kedua mengenai bahasa kiasan adalah menghindari penekanan yang terlalu jauh atas kiasan itu. Seseorang berkata, "Jangan mencari arti dari hal-hal sepele." Bahasa kiasan pada umumnya digunakan untuk mengekspresikan satu gagasan; biasanya, kita bersikap tidak adil terhadap bahasa kiasan jika kita bersikeras bahwa setiap rincian adalah penting. Misalnya, umat Allah disebut domba (Yohanes 10:16), tetapi ini tidak berarti bahwa orang Kristen ditutupi dengan wol dan makan rumput. Prinsip akal sehat ini secara khusus diperlukan mengenai kitab Wahyu. Ray Summers menekankan bahwa "banyak rincian untuk efek dramatis dan tidak untuk menambah arti terperinci suatu nas. Rincian penglihatan mungkin saja memiliki makna, tetapi dalam kebanyakan kasus mereka digunakan hanya untuk mengisi pemandangan."14
Mari kita tarik satu persamaan: Bayangkanlah Anda sedang menonton parade. Sebuah kendaraan pawai15bergerak cepat. Kendaraan itu ditutupi dengan pelbagai bunga dan diberi label "Semangat Kemajuan." Akankah Anda menanyakan arti dari setiap bunga mawar, bunga melati, dan bunga anggrek-atau tidak akankah Anda lebih baik memandang setiap bunga itu sebagai sekedar berkontribusi terhadap keseluruhan tema "Semangat Kemajuan"? Begitupun juga, saat kita mempelajari kitab Wahyu, kita harus mencari pesan secara keseluruhan dan tidak menjadi terlalu asyik di dalam pelbagai rincian.
Ketika kita mempelajari masing-masing penglihatan, Anda perlu menempuh tiga langkah: (1) Lihatlah kepada "gambaran besarnya"-pesan utama; (2) bergeraklah untuk memeriksa rinciannya untuk melihat apakah rincian-rincian itu menambahkan sesuatu kepada pesan itu, (3) kemudian bergerak balik untuk melihat "gambaran besar itu" lagi, jangan sampai Anda kehilangan gambaran itu.16
Selain peraturan-peraturan khusus hermeneutika (metode penafsiran) untuk bahasa kiasan, banyak prinsip-prinsip umum hermeneutika berlaku juga untuk mempelajari kitab Wahyu.17Berikut ini adalah beberapa prinsip yang mungkin ingin Anda ingat:
Jangan pernah mendasarkan sebuah doktrin utama pada nas yang tak jelas. Ajaran apa saja yang pada prinsipnya didasarkan pada nas simbolis di dalam kitab Wahyu haruslah dicurigai. Contoh pelanggaran atas prinsip ini adalah teori bahwa Yesus akan memerintah selama seribu tahun harfiah di Yerusalem duniawi.
Jangan pernah menafsirkan satu nas kiasan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan ajaran yang jelas di tempat lain. Contoh pelanggaran atas prinsip ini adalah ajaran oleh Saksi-Saksi Yehova bahwa hanya 144.000 orang yang akan masuk sorga, sedangkan sisa dari umat beriman itu akan hidup di bumi yang dipulihkan. Ini melanggar 1 Petrus 1:3-5 dan ayat-ayat lain yang mengajarkan bahwa semua orang beriman akan masuk sorga. Bahasa kiasan dapat menambah keindahan bahasa literal, tetapi tidak dapat mengajarkan hal berbeda. Tidak ada doktrin yang ditemukan di dalam kitab Wahyu yang tidak ditemukan di tempat lain di dalam Perjanjian Baru. Jadi, semua ajaran di kitab Wahyu harus selaras dengan ajaran yang jelas yang ditemukan di tempat lain di dalam Perjanjian Baru.
Satu prinsip umum lainnya punya makna khusus bagi pelajaran kitab Wahyu: Pahamilah bahwa arti bahasa kiasan dapat berubah. Satu simbol dapat memiliki satu arti dalam satu konteks dan berarti sesuatu yang lain dalam konteks lain. Misalnya, ketika umat disebut sebagai domba (Yesaya 53:6; 1 Petrus 2:25), apa yang ada di dalam pikiran para penulis terilham pada umumnya adalah sifat-sifat domba yang kurang diinginkan. Di sisi lain, ketika Yesus diperbandingkan dengan domba (Yesaya 53:7, Kisah 8:32; lihat juga Yohanes 1:29; Wahyu 5:6), yang ada di dalam pikiran para penulis itu adalah sifat-sifat domba yang lebih diinginkan.
Beberapa sistem penafsiran didasarkan pada dugaan bahwa suatu simbol selalu punya makna yang sama, terlepas di mana ia ditemukan dan terlepas dari konteksnya; tetapi ini merupakan dugaan yang salah. Seperti yang kita akan lihat di dalam pelajaran berikutnya, ketika membandingkan pelbagai acuan Perjanjian Lama dengan padanannya di dalam kitab Wahyu, kita harus mencari "perbedaannya"-sebuah perubahan yang menunjukkan bahwa ada juga "perbedaannya" dalam maknanya. Seraya kita mempelajari teks itu, kita akan melihat bahwa kadang-kadang simbol-simbol yang serupa digunakan untuk menggambarkan suatu perbandingan atau perbedaan. Contohnya adalah tujuh kaki dian di pasal 1 (gereja) dan tujuh lampu pasal 4 (Roh Kudus). Contoh lainnya adalah dua perempuan di pasal 12 dan 17 (yang suci dan yang pelacur).
Prinsip-prinsip lain penafsiran bisa dicatat, tetapi yang ini cukup untuk saat ini. Kita harus sadar bahwa kadang-kadang semua saran yang diberikan akan membantu sedikit saja. Kadang-kadang, kita harus mengakui bahwa kita tidak tahu arti dari simbol tertentu. Ketika hal ini terjadi, Hugo McCord akan mengingatkan kita bahwa "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita" (Ulangan 29:29), bahwa kita harus berhati-hati untuk tidak melampaui atau menambah Firman Allah (1 Korintus 4:6; Wahyu 22:18, 19), dan pendapat itu harus jangan pernah diizinkan untuk mengganggu keharmonisan umat Allah (Amsal 6:19; Roma 14:19, 22; Ibrani 13:1).18
APA SAJAKAH JENIS-JENIS SIMBOL YANG BERBEDA ITU?
Banyak jenis simbol digunakan di dalam Kitab Wahyu, tetapi ada empat yang menonjol: (1) angka yang digunakan secara simbolis, (2) simbolisme dari Perjanjian Lama, (3) simbol-simbol yang didasarkan pada latar belakang sejarah, dan (4) simbol-simbol yang unik bagi kitab Wahyu. Untuk menggambarkan bagaimana simbol dapat dipahami, kita akan mempelajari kategori pertama dari pelbagai kategori di dalam pelajaran ini. Dalam pelajaran berikutnya, kita akan membahas tiga kategori lainnya.
Simbolisme kitab Wahyu yang paling penting mungkin adalah penggunaan angka-angka oleh kitab itu. Summers membuat komentar ini:
Pada zaman itu, ketika bahasa masih primitif dan kosakata sedikit, satu kata Ibrani terkadang dipaksa melakukan tugas untuk sejumlah arti yang beragam. Di bawah kondisi seperti itu manusia secara alami menggunakan angka seperti kita menggunakan kata-kata. Angka-angka itu merupakan simbol dari kebenaran moral atau spiritual. Satu angka tertentu akan menyiratkan suatu konsep tertentu."Angka-angka seperti itu "tidak dapat dibaca dengan ketepatan literal seperti yang kita gunakan ketika menafsirkan rumus matematika.19
(Sebagai suatu gambaran tentang bagaimana angka bisa memiliki makna simbolis, pertimbangkanlah bagaimana beberapa orang menganggap angka "tiga belas" sebagai angka sial.20)
Seandainya Anda harus meliput seluruh Kitab Wahyu dan menandai semua angka dengan tinta merah, maka halaman-halaman itu akan terlihat seperti terserang penyakit campak yang buruk.21Ketika saya mengajar kitab Wahyu, saya membagikan daftar angka-angka yang berbeda yang ditemukan di dalam kitab itu. Para siswa itu biasanya terlihat kewalahan. Saya kemudian cepat-cepat melenyapkan beberapa kebingungan itu dengan menunjukkan bahwa sebagian besar simbol angka itu berasal hanya dari tiga angka: "tiga," "empat," dan "sepuluh":
"Tiga" dianggap oleh banyak orang sebagai angka Ilah. Beberapa orang berspekulasi bahwa konsep ini ada hubungannya dengan kasih antara ayah, ibu, dan anak. Mungkin ini juga merupakan kilauan awal konsep "Trinitas":22Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Homer Hailey berkata, "Dengan mengingat penggunaannya di seluruh Kitab Suci, [angka] tiga tampaknya telah menjadi `simbol bagi keseluruhan yang lengkap dan teratur.'"23
"Empat," angka penting kedua, dianggap sebagai "angka kosmik"24-angka penciptaan. Mungkin ini disebabkan oleh empat arah mata angin: utara, selatan, timur, dan barat. Di dalam Kitab Wahyu, angka "empat" sering mengacu kepada seluruh umat manusia.
Sebelum pindah ke angka "sepuluh," marilah kita mempertimbangkan kombinasi angka tiga dan empat, dimulai dengan angka "tujuh" (tiga ditambah empat25). Bahkan pembaca biasa kitab Wahyu akan dikejutkan dengan seringnya angka "tujuh" muncul; angka itu muncul lebih daripada lima puluh kali di dalam kitab itu.26"Angka "Tujuh"-"angka yang paling sakral bagi orang Ibrani"27-melambangkan kesempurnaan. (Ilah plus alam semesta adalah sama dengan semua yang ada.)
Kombinasi lainnya adalah "dua belas" (tiga kali empat). "Dua belas" sering digunakan di dalam Kitab Suci: dua belas suku Israel, dua belas rasul, dan sebagainya. "Dua belas" dan kelipatan dua belas (seperti "144") sering ditemukan di dalam Kitab Wahyu. Karena dua belas juga menggabungkan angka-angka untuk Ilah dan penciptaan (semua yang ada), maka angka itu mengandung gagasan kesempurnaan. Dalam pemikiran orang Ibrani, angka itu secara umum terkait dengan kesempurnaan agama.
Kita sekarang siap untuk angka penting ketiga di dalam kitab Wahyu: "sepuluh." "Sepuluh" juga merupakan angka yang menandakan kesempurnaan, kepenuhan, atau kekuatan-mungkin berasal dari kenyataan bahwa manusia memiliki sepuluh jari.28
Karena "sepuluh" itu erat berhubungan dengan umat manusia, angka itu secara khusus mengandung gagasan kesempurnaan manusia. Ketika "sepuluh" dikali sepuluh (untuk menghasilkan 100 atau 1.000),29angka itu bahkan memiliki makna yang lebih besar. Yang juga terkait dengan angka "sepuluh" adalah angka "lima" (setengah dari sepuluh). Sebagaimana jumlah jari pada satu tangan saja, angka "lima" menyiratkan kekuatan atau daya tahan yang terbatas.
Sebuah tambahan angka utama-"satu"-haruslah disinggung secara singkat. Angka "satu" bisa mengandung gagasan kesatuan (lihat 17:13), tetapi di dalam kitab Wahyu, angka itu sebagian besar digunakan dalam frase "satu jam," menunjukkan sesuatu yang berdiri sendiri dan dengan demikian relatif lemah. ("Satu jam" menunjukkan periode waktu yang relatif singkat yang akan berlalu dengan cepat.) Yang paling penting bagi pelajaran kita adalah penggandaan angka satu untuk menjadi dua. "Dua" adalah angka penguatan (lihat Pengkhotbah 4:9-11; Ulangan 17:6, 19:15; Lukas 10:1). Kita akan membaca tentang dua saksi (11:3) dan juga akan melihat angka-angka lain diperkuat dengan cara dikalikan dengan angka dua.
Sebagian besar sisa angka-angka lain di dalam kitab Wahyu hanyalah kombinasi angka-angka yang sudah dibahas. Namun begitu, sebelum saya memberi Anda daftar lengkap itu, kita perlu kembali kepada angka yang paling penting-"tujuh"-dan pertimbangkanlah beberapa turunan dari angka ini.30Sebagai contoh, mari kita lihat angka "enam." Enam adalah tujuh kurang satu; karena "tujuh" menandakan kesempurnaan, maka "enam" menunjukkan ketidaksempurnaan atau jahat.31Karena enam itu hampir tujuh, maka "enam" juga menyiratkan penipuan. Pada akhirnya, "enam" digunakan untuk meramalkan bencana. Ingatlah hal ini ketika kita sampai pada angka "666" yang terkenal di 13:18.
Angka turunan tujuh yang paling menarik di kitab Wahyu adalah angka "3½" (setengah dari tujuh). Karena "tujuh" berarti kesempurnaan, maka "3½" menyiratkan ketidaksempurnaan. Seperti kita akan lihat, di kitab Wahyu angka itu pada umumnya dikaitkan dengan pencobaan, kesulitan, dan pengujian (menandakan hari yang lebih baik di depan). Kitab Wahyu memakai beberapa cara mengekspresikan "3½". Misalnya, "42 bulan" dan "1.260 hari" adalah cara lain untuk mengatakan "3 ½ tahun." Yang secara khusus menarik adalah frase "satu masa dan dua masa dan setengah masa." Di dalam Wahyu 12, "seribu dua ratus enam puluh hari" (ayat 6) digunakan secara bergantian dengan "satu masa dan dua masa dan setengah masa" (ay. 14).32"Satu masa dan dua masa dan setengah" hanyalah cara lain untuk mengatakan "3½ tahun." Di halaman 50 Anda akan menemukan daftar sebagian besar angka yang digunakan di dalam kitab Wahyu.33Cermatilah bagaimana angka-angka ini berhubungan dengan angka satu, tiga, empat, dan/atau sepuluh. Anda mungkin ingin meletakkan daftar ini di tempat Anda bisa melihatnya ketika Anda membaca kitab Wahyu.
Selain angka-angka bulat ini, beberapa angka pecahan digunakan di dalam kitab Wahyu. Secara umum, arti angka-angka ini adalah "sebagian tapi bukan keseluruhan" (⅟10 = sebagian kecil, ⅟4 = beberapa, ⅟3 = bagian penting34). Karena sebagian besar, jika tidak semua, pecahan ini terkait dengan penghakiman Allah, Jim McGuiggan berpendapat bahwa angka pecahan yang digunakan di dalam kitab Wahyu berbicara tentang "pembayaran sebagian," yang menyiratkan bahwa "sisanya dibayar belakangan."35
Sebelum saya menutup bagian ini, saya perlu mengeluarkan dua peringatan tentang menafsirkan angka-angka di dalam Kitab Wahyu:
(1) Jangan biarkan imajinasi Anda berkembang liar. Bruce Metzger memperingatkan, "Kitab Wahyu adalah unik terutama dalam memikat imajinasi kita-namun begitu, bukan imajinasi yang tak terkendali, tapi imajinasi yang disiplin."36Makna-makna simbolis yang diusulkan adalah hasil pemeriksaan atas penggunaan angka-angka ini di dalam Perjanjian Lama dan pelbagai tulisan Yahudi lainnya-khususnya literatur apokaliptik. Konsep-konsep ini tidak diciptakan untuk Kitab Wahyu; mereka itu bukan hasil imajinasi tak terkendali seseorang yang ingin memaksakan penafsirannya sendiri atas kitab itu.
(2) Pahamilah bahwa menggunakan angka-angka secara simbolis di dalam literatur apokaliptika adalah tidak sama dengan numerologi okultisme,37yang meru- pakan "kajian tentang arti gaib angka-angka dan dugaan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia."38J. B. Segal memperhatikan "Statistik Alkitab, seperti halnya perhitungan Piramida Besar Mesir, memiliki daya tarik yang mematikan bagi orang yang aneh dan nyentrik-bahkan bagi orang bijak pada saat mereka kurang waspada."39Numerologi okultisme di masa lalu (dan sekarang) digunakan oleh orang yang percaya kepada takhayul sebagai sarana untuk meramalkan masa depan. Praktik ini digolongkan bersama astrologi dan pelbagai praktik lain meramal nasib,40yang dikutuk di dalam Alkitab (Ulangan 18:9-13; Yesaya 47:8-15). Simbolisme yang sederhana, benar yang disajikan di dalam bagian ini adalah jauh dari kesimpulan kaum numerologis okultisme yang tak terkendali dan tidak berdasar Dengan menyadur beberapa kata dari Paulus, izinkan saya mengetengahkan nasihat ini: "Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran" (Lihat 2 Timotius 2:23.)
KESIMPULAN
Kalau-kalau Anda akan tumbang karena informasi yang berlebihan, izinkan saya dengan segera memberikan beberapa kata dorongan:
(1) Jangan khawatir tentang semua rincian di dalam pelajaran ini dan yang berikutnya. Setelah Anda merasa dapat memahami maksud umum yang sedang diutarakan, jawablah pertanyaan-pertanyaan di akhir setiap pelajaran. Ketika Anda melakukannya, garisbawahilah jawaban-jawaban di dalam teks pelajaran itu sendiri. Cara itu akan menekankan fakta-fakta penting yang perlu Anda ingat, informasi yang akan membantu Anda ketika kita sampai kepada teks kitab Wahyu.
(2) Berpeganglah pada fakta ini: Terlepas apakah Anda pernah atau tidak pernah memahami dengan baik kitab Wahyu, dengan bantuan Allah, Anda dapat menemukan kebenaran yang Allah maksudkan untuk kita pelajari. Seperti yang Robert Mounce tunjukkan, ""kebenaran mendasar kitab Wahyu "tersedia untuk siapa saja yang mau membaca keseluruhan pesan kitab itu dan yang menolak godaan untuk dipikat secara berlebihan kepada pelbagai rinciannya."41
Angka-Angka Simbolis Yang Digunakan Di Dalam Kitab Wahyu
1 = satu unit (hanya satu)
2 (1 + 1) = diperkuat
3 = angka ilahi
3½ (setengah dari 7) = ketidaksempurnaan (42 bulan; 1.260 hari; "satu masa dan dua masa dan setengah masa" = 3½ tahun waktu pencobaan, menyiratkan harapan untuk masa depan)
4 = angka penciptaan (angka kosmik, kemanusiaan)
5 (setengah dari 10) = kekuatan terbatas
6 (7 -1) = ketidaksempurnaan (kejahatan, penipuan, kegagalan akhir)
7 (3 + 4) = kesempurnaan (kelengkapan yang sakral)
10 = kesempurnaan manusia (kepenuhan atau kekuatan)
12 (3 x 4) = kesempurnaan agama
24 (2 x 12) = kesempurnaan agama diintensifkan
40 (4 x 10) = kesempurnaan pada tingkat manusia
42 (lihat 3½)
144 (12 x 12) = kesempurnaan atas kesempurnaan agama
666 (lihat 6) = ketidaksempurnaan, kejahatan, penipuan, dan kegagalan besar
1.000 (10 x 10 x 10) = kesempurnaan atas kesempurnaan atas kesempurnaan
1.260 (lihat 3½)
1.600 (4 x 4 x 10 x 10) = totalitas pada tingkat manusia
7.000 (7 x 1.000) = kesempurnaan besar
12.000 (12 x 1.000) = kesempurnaan besar
144.000 (144 x 1.000) = kesempurnaan besar
200.000.000 (2 x 10an yang banyak) = kekuatan tak terkalahkan
1.000.000.000 dan lebih = tak terhitung, di luar pemahaman manusia
Pertanyaan Untuk Tinjauan & Diskusi
- 1. Apakah simbol-simbol di dalam kitab Wahyu menakutkan Anda?
- 2. Apakah perlu memahami setiap rincian di dalam kitab Wahyu untuk memahami pesan dasarnya?
- 3. Apa arti kata "simbol"? Dapatkah Anda memikirkan contoh simbol apa saja selain yang diberikan di dalam pelajaran ini?
- 4. Menurut pelajaran ini, prinsip paling penting apakah yang Anda harus amati untuk memahami kitab Wahyu?
- 5. Dua prinsip khusus apakah yang diberikan untuk menafsirkan bahasa kiasan? Diskusikanlah prinsip-prinsip itu.
- 6. Apakah setiap rincian di dalam suatu penglihatan memiliki arti? Apa tujuan dari banyaknya rincian?
- 7. Tiga prinsip umum penafsiran Alkitab apakah yang diberikan di dalam pelajaran ini? Diskusikanlah prinsip-prinsip itu.
- 8. Apakah yang harus kita lakukan ketika tidak mungkin untuk memastikan arti simbol tertentu?
- 9. Empat jenis simbol apakah yang paling menonjol di dalam kitab Wahyu?
- 10. Pada zaman Alkitab, apakah angka-angka selalu digunakan dalam arti harfiah mereka?
- 11. Menurut pelajaran ini, sebagian besar angka di dalam kitab Wahyu berasal dari tiga angka apakah?
- 12. Angka-angka dasar apakah yang dikatakan menandakan kesempurnaan?
- 13. Apakah arti simbolis angka "666" yang disarankan di dalam pembelajaran ini?
- 14. Apakah arti simbolis angka "1.000"?
- 15. Arti simbolis apakah yang dapat dilihat pada angka "144.000"?
Daya Tarik Kitab Wahyu
"Kitab-kitab Alkitab diarahkan kepada pelbagai pancaindera manusia yang berbeda; yaitu, kitab Roma untuk menalar, kitab Mazmur untuk perasaan, dll. Dalam cara yang sama kitab Wahyu ditujukan kepada imajinasi [manusia]. "
Worthy Is the Lamb Ray Summers "Di kitab-kitab lain Perjanjian Baru kebenaran disampaikan kepada pikiran, tetapi di dalam kitab Wahyu kebenaran dikomunikasikan kepada mata."
Revelation: An Introduction and Commentary Homer Hailey
Catatan Akhir:
- 1 "Di sinilah keberadaan naga-naga itu" adalah cara kuno untuk mengatakan "Ini adalah para naga itu."
- 2 Sun diucapkan "sun."
- 3 Ini mirip dengan kata "perumpamaan," yang secara harfiah berarti "yang dilempar ke pinggir."
- 4 American Heritage Electronic Dictionary, 3d ed. (1992), s.v. "symbol."
- 5 Gantilah dengan ilustrasi yang memiliki arti di tempat tinggal Anda. "Paman Sam," simbol bagi Amerika Serikat, diakui di banyak belahan dunia.
- 6 Earl F. Palmer, 1, 2, 3 John & Revelation, The Communicator's Commentary Series, vol. 12 (Dallas: Word Publishing, 1982), 102.
- 7 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 15.
- 8 Inilah aturan umumnya: Suatu nas harus diartikan secara harfiah kecuali nas itu berisi hal yang mustahil atau tak masuk akal, kecuali nas itu berisi kontradiksi atau inkonsistensi, kecuali nas itu berisi kesimpulan yang mesum, kecuali konteksnya menuntut penggunaan bahasa kiasan, kecuali penulis terilham mengatakan bahwa bahasa kiasan digunakan, atau kecuali akal sehat memberitahu kita bahwa bahasa kiasan sedang digunakan.
- 9 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 48.
- 10 Bagaimanapun, kadang-kadang, "penjelasan" itu sulit, atau lebih sulit untuk dipahami daripada simbol aslinya (13:18; 17:9, 10).
- 11 Lihat catatan tentang 1:4, 5 di dalam pelajaran "Berapa Lama Lagikah, Ya Penguasa?" di halaman 80 di dalam edisi ini.
- 12 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 58. (Penekanan oleh dia.)
- 13 Penerapan yang memungkinkan adalah bahwa gereja Tuhan harus jangan menyembunyikan terangnya bahkan dalam menghadapi penganiayaan.
- 14 Summers, 50.
- 15 "Kendaraan pawai" adalah kendaraan yang dikendarai dalam suatu parade yang berfungsi sebagai anjungan bagi suatu pameran atau adegan yang didekorasi.
- 16 Saya kadang-kadang akan mengulangi tiga langkah ini di dalam suatu pelajaran-khususnya pada pelajaran-pelajaran awal-untuk mencoba menetapkan pola ini di dalam pikiran Anda.
- 17 Jika Anda tinggal di tempat di mana Anda memiliki akses kepada bahan-bahan pelajaran, mempelajari prinsip-prinsip dasar hermeneutik akan berguna. Sebuah pelajaran klasik tua adalah Hermeneutics by D. R. Dungan (N.p.; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.).
- 18 Hugo McCord, The Royal Route of Revelation (Nashville: 20th Century Christian, 1976), 8.
- 19 Summers, 21.
- 20 Beberapa bangunan tinggi tidak memiliki lantai yang dinamai sebagai "lantai tiga belas." Sebaliknya, mereka melompat dari "lantai dua belas" ke "lantai empat belas." Satu teori tentang bagaimana angka "tiga belas" menjadi angka yang dianggap sial adalah bahwa Yudas merupakan tamu ketiga belas pada Perjamuan Terakhir.
- 21 Campak adalah penyakit masa kecil yang memenuhi wajah dan tubuh dengan bintik-bintik merah.
- 22 "Trinitas" adalah istilah Latin yang berarti "tiga dalam satu." Itu bukan kata yang terdapat din dalam Alkitab; tapi kata itu mengungkapkan konsep Alkitab.
- 23 Homer Hailey, Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 43.
- 24 Summers, 22.
- 25 Di dalam kitab Wahyu, suatu daftar yang berisi tujuh hal sering terdiri dari satu kelompok yang berisi tiga hal ditambah satu kelompok lagi yang berisi empat hal (atau sebaliknya).
- 26 "Tujuh" adalah angka yang muncul di seluruh Alkitab (dimulai dengan tujuh hari penciptaan).
- 27 Summers, 23.
- 28 Ini mungkin merupakan awal sistem desimal. Sebuah contoh familiar tentang penggunaan angka "sepuluh" oleh Alkitab adalah Sepuluh Perintah Allah.
- 29 Sebuah empat persegi yang sempurna (semua sisinya sama) merupakan simbol lain lagi kesempurnaan (lihat 21:16). Dengan demikian angka "sepuluh" lipat tiga (10 x 10 x 10, atau 1.000) secara khusus merupakan simbol yang sangat kuat tentang kelengkapan atau kesempurnaan.
- 30 Satu angka yang berkaitan dengan angka tujuh namun tidak ditemukan pada daftar yang diberikan belakangan adalah urutan "kedelapan" yang digunakan di dalam 17:11. Angka ini tidak dicantumkan karena nas itu mengatakan bahwa "kedelapan "namun demikian satu dari ketujuh itu"-dengan kata lain, angka itu dalam cara tertentu sudah termasuk sebagai bagian dari tujuh kepala binatang itu. Karena itu "kedelapan" tampaknya tidak memiliki arti simbolis terlepas dari apa pun arti angka "tujuh" di dalam nas itu (lihat catatan pada 17:11 di dalam pelajaran "Penjelasan, Spekulasi, dan Pencerahan" di dalam edisi "Wahyu, 8" dari Truth for Today).
- 31 Bagi banyak orang Yahudi pada zaman itu, angka "enam" memiliki konotasi yang sama yang angka "tiga belas" miliki untuk banyak orang di zaman kini. (Enam sayap makhluk hidup di pasal 4 dan 5 mengetengahkan sesuatu yang menantang di sini. Enam sayap itu mungkin harus dianggap sebagai tiga pasang sayap.)
- 32 Istilah "kali" jelas mengacu kepada jumlah jamak minimal: dua kali.
- 33 Praktik kami adalah menggunakan Alkitab NASB untuk bahan ekspositoris yang dipersiapkan untuk Truth for Today-dan itulah yang terjadi dalam pelajaran Kitab Wahyu kita. Alkitab NASB memodernisasi ukuran berat dan pengukuran zaman kuno. Dalam sebagian besar kitab Alkitab, hal itu sangat membantu, tapi dalam kitab Wahyu, praktik itu menghancurkan simbolisme angka di dalam beberapa ayat. Misalnya, di dalam Alkitab NASB lebar, panjang, dan tinggi Kota Suci dikatakan 1.500 mil (21:16)-dan Anda tidak akan menemukan angka 1.500 di dalam daftar yang diberikan. Di dalam Alkitab KJV, NKJV, ASV, RSV, dan pelbagai terjemahan lainnya, Anda akan melihat bahwa pengukuran itu sebenarnya adalah dua 12.000 panjang (harfiahnya, stadia)-dan angka 12.000 ada di dalam daftar kita.
- 34 Konsep lain berupa ⅓ adalah bahwa membagi apa saja menjadi tiga bagian adalah melemahkan bagian itu.
- 35 McGuiggan, 163. Sudah hal biasa, ketika kita membeli secara kredit, kita diminta untuk membayar persekot "sepersepuluh," "seperempat," atau "sepertiga."
- 36 Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 11. (Emphasis his.)
- 37 Kata "numerologi" secara harafiah berarti "pelajaran tentang angka" dan karenanya kata itu sendiri tidaklah buruk. Bagaimanapun, karena kata itu sudah teridentifikasi di dalam pikiran sebagian besar orang dengan penggunaan angka-angka gaib, maka kemungkinan besar akan lebih baik menghindari istilah itu dalam mengacukan penggunaan secara simbolis angka-angka di dalam kitab Wahyu.
- 38 American Heritage Electronic Dictionary, 3d ed. (1992), s.v. "numerology." Pelbagai diskusi dalam upaya untuk menemukan arti mistis atau gaib di dalam angka-angka di seluruh Alkitab dapat ditemukan di dalam buku-buku ini: volume ini: Earl F. Palmer, 1, 2, 3 John & Revelation, The Communicator's Commentary Series, vol. 12 (Dallas: Word Publishing, 1982), 108-9, dan John J. Davis, Biblical Numerology (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1968), 125-49. Pada akhir diskusi panjang itu, Davis mengatakan, "Setelah menganalisa secara cermat pelbagai klaim dan metode yang diusulkan oleh para pendukung angka-angka Alkitab, kesimpulan kami adalah bahwa seluruh sistem itu harus ditolak sebagai metode penafsiran yang sah" (halaman 148).
- 39 J. B. Segal, "Numerals in the Old Testament," Journal of Semitic Studies (Spring 1965) 10:2.
- 40 Grolier Multimedia Encyclopedia (1995), s.v. "fortune-telling," by Benjamin Walker.
- 41 Robert Mounce, notes on the Book of Revelation, The NIV Study Bible, gen. ed. Kenneth Barker (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1985), 1924.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Tanda-Tanda Penting Dan Simbol-Simbol Mengejutkan
Agama Kristen Yang Berjaya
Di dalam pelajaran kita sebelumnya, kita mengakui bahwa orang dibuat ta...
Tanda-Tanda Penting Dan Simbol-Simbol Mengejutkan
Agama Kristen Yang Berjaya
Di dalam pelajaran kita sebelumnya, kita mengakui bahwa orang dibuat takut oleh simbolisme di dalam Kitab Wahyu. Jika kita mendengarkan dengan seksama kata-kata pembukaan kitab itu, kita tidak perlu heran dengan gambarannya: "Wahyu Yesus Kristus, yang Allah berikan kepada dia, "dan ia mengirim dan menandai wahyu itu oleh malaikatnya kepada Yohanes hambanya" (1:1; KJV; huruf miring oleh saya). Pertama, kata "Wahyu" diterjemahkan dari apokalupsis, dan literatur apokaliptik penuh dengan simbol. Selanjutnya, kata "menandai" memberi kita petunjuk tentang apa yang disimpan.1"Menandai" diterjemahkan dari kata Yunani untuk "tanda" dan secara harfiah berarti "menunjukkan dengan suatu tanda."2W. E. Vine menulis bahwa kata itu digunakan di dalam Wahyu 1:1, "di mana gagasannya mungkin adalah tentang mengungkapkan dengan tanda-tanda."3Untuk menekankan kemungkinan ini, ketika memperkenalkan Kitab Wahyu, para guru Alkitab sering menuliskan kata "menandai" seperti ini pada papan tulis: "me-NANDA-i."
Masalah kita adalah bahwa tanda-tanda dan simbol-simbol ini, meskipun dikenal baik oleh para pembaca di abad pertama, tidak dikenal baik oleh kita. Tujuan pelajaran sebelumnya dan sekarang ini adalah membantu kita untuk merasa lebih nyaman dengan simbolisme. Di dalam pelajaran sebelumnya, kita membahas simbol-simbol pada umumnya dan membuat beberapa saran untuk menafsirannya. Kita juga mengamati bahwa empat jenis simbol utama ditemukan di dalam Kitab Wahyu. Kita A. Swanson (Minneapolis, Minn.: Bethany House Publishers, 1984), 1043.
telah membahas yang pertama dari empat jenis ini: angka-angka digunakan secara simbolis. Di dalam pelajaran ini, kita akan menyurvei tiga jenis simbol lainnya.
SIMBOLISME DARI PERJANJIAN LAMA
Kitab Wahyu berisi lebih dari empat ratus acuan kepada Perjanjian Lama.4 Sebagian besar acuan ini adalah kepada pelbagai tokoh atau peristiwa Perjanjian Lama. Bagi orang Kristen mula-mula yang mengenal baik Perjanjian Lama, sekedar menyebut satu tokoh atau suatu peristiwa akan membangkitkan respon mental, yang pada gilirannya akan memberikan petunjuk tentang pentingnya penggunaannya di dalam kitab Wahyu. Daftar yang berisi sebagian acuan ini, yang diatur secara kronologis, menyusul. Daftar itu akan meningkatkan pelajaran kitab Wahyu Anda jika Anda sudah mengenal baik pelbagai kisah ini.
Penciptaan Dan Kejatuhan Manusia
Langit pertama dan bumi (Kej. 1:1; Why. 21:1)
Eden/Firdaus (Kej. 2:8; 3:23; Why. 2:7)
Pohon kehidupan (Kej. 2:9; 3:22-24; Why. 2:7; 22:2)
Janji pertama tentang Mesias (Kej. 3:15; Why. 12:7-11)
Para Patriakh (Kej. 10:1; 12:1; Why. 4:4)
Pelangi (Kej. 9:11-17; Why. 4:3; 10:1)
Sodom (Kej. 18:16-33; 19:1-29; Why. 11:8)
Dua belas suku (Kej. 35:22-26; Why. 7:4-8; 21:12)
Janji kepada Yehuda (Kej 49:10; Why. 5:5)
Yehuda digambarkan sebagai singa (Kej. 49:9)
Musa Dan Keluaran
Mesir (Kel. 1:1, 13, 14; Why. 11:8)
Sepuluh Tulah (Kel. 7:14-25; 8:1-32; 9:1-35; 10:1-29; 11:1-10; 12:1-32; Why. 8:7-13; 9:1-21; 11:6; 15:1-8; 16:1-21; 22:18)
Anak Domba Paskah (Kel. 12:21-27; Why. 5:6)
Nyanyian Kemenangan Musa (Kel. 15:1-19; Why. 15:3, 4) Padang Gurun (Kel. 16:1; Why. 12:6, 14)
Manna Dari Allah (Kel. 16:31, 35; Why. 2:17)
Gunung Sinai (gempa bumi, kilat, petir; Kel. 19:16-20; Why. 4:5) Kemah Suci (lihat juga acuan kepada bait suci) (Kel. 25:9; Why. 21:3) Tabut Perjanjian (Kel. 25:10; Bil. 10:33; Why. 11:19)
Kaki Dian (Kel. 25:31; Why. 1:12, 20; 2:1; 4:5) Mezbah (Kel. 27:1; Why. 6:9; 8:5)
Ukupan (Kel. 30:1; Why. 5:8; 8:3, 4)
Kitab Kehidupan (Kel. 32:33, lihat juga Maz. 69:28; Mal. 3:16; Why. 3:5; 20:12, 15; 21:27)
Bileam (Bil. 22:5, lihat juga 2 Pet. 2:15; Why. 2:14)
Hakim-Hakim
Lembah Megido (Hak. 5:19; 2 Taw. 35:22-24;. Why. 16:16)
Daud Dan Kerajaan Bersatu
Yerusalem Dipilih (2 Sam. 5:5-9; Why. 3:12; 21:2, 10)
Mesias akan datang melalui Daud (2 Sam. 7:8-17; Why. 5:5; 22:16)
Bait Suci (lihat juga acuan kepada Kemah Suci; 1 Raja 6:1-38; Why. 3:12; 11:19; 15:5, 8; 16:1)
Kecapi di dalam ibadah bait suci (1 Raja 10:12; 1 Taw 25:6;. Why. 5:8; 14:2; 15:2)
Para Nabi Dan Kerajaan Terpecah
Elia (1 Raja 17:1; lihat juga Yak. 5:17, 18;. Why. 11:6)
Izebel (1 Raja 16:31; Why. 2:20)
Selain pelbagai acuan kepada pelbagai peristiwa dan tokoh, beberapa acuan Perjanjian Lama di dalam kitab Wahyu mengandung simbolisme yang dipinjam dari segmen apokaliptik Perjanjian Lama. Berikut ini adalah daftar beberapa acuan, yang juga diatur secara kronologis. (Di dalam acuan-acuan ini, Anda akan menemukan beberapa makhluk aneh tertentu yang disebut di awal pelajaran sebelumnya.) Bahkan jika Anda tidak sepenuhnya memahami acuan aslinya, Anda akan merasa terbantu dalam membandingkan kata-kata di dalam Perjanjian Lama dengan kata-kata di dalam Kitab Wahyu.
Para Nabi Dan Kerajaan Terbagi
Yesaya
Keempat makhluk (Yes. 6:1-7; lihat juga Yeh. 1:4-25;. 10:1-22; Why. 4:6-9)
Kejatuhan Babel (Yes 13:1-22; lihat juga nabi-nabi lain Perjanjian Lama; Why. 16:19; 17:5; 18:2)
Kunci Daud (Yes. 22:22; Why. 3:7)
Pengirikan Anggur (Yes. 63:3; Why. 14:14-20)
Langit baru dan bumi baru (Yes. 65:17-25; 66:22-24; Why. 21:1-27; 22:1-5)
Yoel
Belalang-belalang (Yoel 2:1-27; Why. 9:3-10)
Para Nabi Dan Penawanan
Yehezkiel
Gambaran tentang Mesias dan Allah (Yeh. 1:4, 26-28; 43:2; Why. 1:12-16; 4:2, 3, 5)
Makan gulungan kitab (Yeh. 2:7-10; 3:1-4; Why. 10:8-11)
Gog dan Magog (Yeh. 38:2; 39:1, 6; lihat juga Kej. 10:2; Why. 20:8)
Undangan kepada burung (Yeh. 39:17-20; Why. 19:17, 18)
Sungai air kehidupan dengan pohon-pohon di sepanjang tepinya (Yeh. 47:1-12; Why. 22:1-3)
Kota yang menakjubkan (Yeh. 48:30-35; Why. 21:12, 13, 16)
Daniel
Gambaran tentang Mesias dan Allah (Dan. 7:1-10, 13, 14; 10:5, 6; Why. 1:12-16; 4:2, 3, 5)
Binatang-binatang (Dan. 7:1-8; Why. 13:1, 2)
Kitab yang akan dibuka (Dan. 7:10; Why. 20:11-15)
Para Nabi Dan Kepulangan Dari Penawanan
Zakharia
Tongkat pengukur (Zak. 2:1-5; lihat juga Yeh. 40:3; Why. 11:1, 2; 21:15)
Dua saksi-pohon zaitun dan kaki dian (Zak. 4:1-14; Why. 11:3, 4)
Ketika Anda membandingkan acuan Perjanjian Lama dengan acuan kitab Wahyu yang sesuai, carilah "perbedaannya." Acuan kitab Wahyu akan sering memiliki satu atau lebih rincian yang bervariasi dari acuan Perjanjian Lama yang sesuai. Ini bisa membuat Anda tahu bahwa kitab Wahyu tidak sedang secara tepat mengacu kepada hal yang sama yang dikatakan oleh Perjanjian Lama, melainkan kepada konsep yang serupa atau terkait. Misalnya, Wahyu 7:4-8 memiliki daftar tentang dua belas suku. Jika Anda gagal menyadari adanya perbedaan, Anda akan menduga bahwa daftar ini mengacu kepada Yahudi harfiah. Namun begitu, bila Anda membandingkan daftar itu dengan daftar Perjanjian Lama (seperti yang ada di dalam Kejadian 35:22-26), Anda akan melihat bahwa daftar ini salah: Lewi termasuk di dalam dua belas suku itu, suku Dan tidak ada, dan seterusnya. Dengan demikian Anda segera tahu bahwa Yohanes tidak sedang mengacu kepada Israel insani.5
SIMBOL-SIMBOL BERDASARKAN LATAR BELAKANG SEJARAH
Memiliki latar belakang sejarah yang benar untuk mempelajari kitab Wahyu mencakup pengetahuan tentang karakteristik kota-kota di mana tujuh jemaat di Asia itu berada, memahami kesalahan doktrin yang menjalar ke dalam gereja itu, dan bahkan punya beberapa pengetahuan tentang bangsa-bangsa yang di luar Kerajaan Romawi (seperti Partia). Kita bisa mendiskusikan sebagian besarnya sambil kita mempelajari teks itu. Yang sangat penting adalah informasi latar belakang tentang Kerajaan Romawi dan bagaimana hal itu berhubungan dengan agama Kristen. Survei berikut ini tentang Kerajaan Romawi semoga bisa membantu.
Sejarah Awal
Menurut tradisi tak terilham, Romulus dan Remus mendirikan Roma pada 753 S. M. Kota itu dibangun di atas tujuh bukit. Pada 509 S. M., bangsa Romawi mengusir seorang raja penindas dan mendirikan negara republik.
Julius Kaisar (49-44 S.M.)
Julius Kaisar memulai sebagai politisi, tapi ternyata ia menjadi seorang militer yang jenius. Pada 49 S.M., ia menundukkan Senat Romawi dengan kekuatan militer dan menyatakan dirinya diktator, mendirikan dinasti Julio-Claudian.6Ia dipuji karena memulai Kerajaan Romawi. Pada akhirnya, "Kaisar" menjadi gelar umum raja Romawi.7
Julius Kaisar diakui sebagai manusia setengah dewa, dan kuil-kuil didedikasikan untuk dia. Ia menolak mahkota, tapi banyak yang takut bahwa suatu hari nanti ia akan menjadikan dirinya raja. Pada tanggal 15 Maret 44 S.M., ia dibunuh oleh Brutus, Cassius, dan beberapa komplotan lainnya.
Kaisar Augustus (27 S. M.-14 M.)8
Oktavianus adalah keponakan Julius Kaisar, yang mengadopsi dia dan menjadikan dia ahli warisnya. Ketika Julius Kaisar mati, kerajaan itu jatuh ke dalam perang saudara. Setelah banyak pertempuran, Oktavianus menjadi kaisar pertama Roma. Pada 27 S. M., ia menyatakan pemulihan pemerintahan republik Roma, dan Senat memberi dia gelar Augustus ("yang mulia"). Ia menjadi kepala negara yang sebenarnya, dengan Senat sebagai badan penasihat.
Pemerintahan Augustus menyiapkan jalan bagi agama Kristen ketika Kerajaan Romawi tanpa disadari berkontribusi terhadap "kegenapan waktu" (Galatia 4:4). Beberapa dari persiapan ini mencakup pembentukan Pax Romana (kedamaian Romawi), penyebaran bahasa Yunani (Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani koine9), dan pembangunan jaringan jalan secara besar-besaran yang menghasilkan transportasi dan komunikasi ke seluruh kerajaan. Augustus memerintah ketika Yesus lahir (Lukas 2:1).
Kaisar Tiberius (14-37 M.)
Tiberius adalah anak tiri dan anak mantu Augustus. Ketika Augustus mati, Tiberius menjadi kaisar. Ia memerintah selama pelayanan pribadi dan kematian Yesus (Lukas 3:1). Ia masih berkuasa saat gereja didirikan.
Gayus Kaligula (37-41 M.)
Kaligula, anak dari keponakan Tiberius, menjadi kaisar berikutnya. Setelah beberapa tahun, sebagai akibat dari penyakit yang parah, ia menjadi orang yang kurang waras. (Ia dikenal sebagai "kaisar gila.") Ia memulai beberapa penganiayaan agama, terutama terhadap orang Yahudi. Ketika kekejamannya diperluas kepada orang-orang di sekitar dia, para pejabatnya sendiri membunuh dia. Ia tidak disebut di dalam Perjanjian Baru.
Kaisar Klaudius (41-54 M.)
Klaudius adalah keponakan Tiberius dan paman Kaligula. Setelah Kaligula dibunuh, Klaudius diangkat sebagai kaisar oleh para pengawal kekaisaran. Selama masa pemerintahan Klaudius, Roma menjadi pusat perdagangan dunia, dengan barang-barang dari Mesir, Afrika Utara, Sisilia, Spanyol, Siprus, Inggris, Yunani, negara-negara Balkan, dan tempat lain masuk membanjiri negeri itu.
Klaudius disebut dua kali di dalam Perjanjian Baru (Kisah 11:28; 18:2). Ketika ia mengusir kaum Yahudi dari Roma (Kisah 18:2), ia mungkin mengusir juga umat Kristen; tetapi ia tidak menargetkan orang Kristen untuk dianiaya. Ia diracuni oleh istri keempatnya (dan keponakan perempuannya), yang ingin kerajaan itu jatuh ke tangan anaknya, Nero.
Nero (54-68 Masehi)
Nero adalah keponakan Kaligula dan anak angkat Klaudius. Selama bagian pertama pemerintahannya, para penasihatnya adalah orang-orang yang baik. Ia adalah Kaisar kepada siapa Paulus di dalam Kisah 25:10-12 naik banding. Sekitar waktu Paulus dibebaskan dari pemenjaraannya yang pertama,10pesaing-pesaing yang egois dan penuh perhitungan menguasai Nero-dan pemerintahannya dengan cepat merosot. Pada tahun 64, ketika Nero dituduh memulai kebakaran yang melanda Roma, ia menjadikan umat Kristen kambing hitamnya. Jadi dimulailah penganiayaan khusus pertama atas umat Kristen oleh pemerintah Romawi.11
Banyak orang Roma tidak percaya kepada Nero. Pada tahun 68, tentara Roma di Spanyol memberontak dan mengangkat pemimpin mereka, Galba, sebagai kaisar. Nero kabur. Ketika ia dikalahkan, ia bunuh diri. Dengan begitu berakhirlah dinasti Julio-Claudian. Anehnya, Nero tetap memiliki tempat khusus di hati beberapa orang Romawi. Sebuah legenda yang disebut "mitos Nero redivivus" muncul, menegaskan bahwa suatu hari nanti Nero akan datang lagi.12
"Tahun Empat Kaisar" (68-69 M.)
Setelah kematian Nero timbullah periode kekacauan. Empat kaisar memerintah dengan cepat secara berurutan, masing-masing didukung oleh segmen tentara Romawi. Banyak penulis mengacukan tiga kaisar yang pertama sebagai sekadar "penuntut" atau "tukang pura-pura": Galba (Juni 68-Januari 69), Otho (Januari-Maret 69), dan Vitellius (April-Desember 69). (Dimulai dengan orang-orang ini, tidak ada satu pun kaisar-kasira lainnya disebut namanya di dalam Alkitab.) Keempat adalah Vespasianus, yang telah dikirim oleh Nero ke Palestina pada 67 Masehi untuk memadamkan pemberontakan orang Yahudi. Vespasianus meninggalkan anaknya Titus untuk bertanggung jawab atas tentara Romawi di Palestina dan ia sendiri kembali ke Roma.
Flavius Vespasianus (69-79 M.)
Vespasianus diteguhkan sebagai kaisar oleh Senat pada bulan Desember 69 M. Untuk mencegah terulangnya perang saudara, ia menunjuk anaknya Titus sebagai penggantinya, sehingga terbentuklah dinasti Flavianus.
Titus (79-81 AD)
Titus paling dikenal sebagai orang Romawi yang menghancurkan Yerusalem pada tahun 70. Gerbang lengkung Titus di Roma memperingati peristiwa ini. Titus juga dikenal karena menyelesaikan pembangunan Koliseum terkenal di Roma, yang dimulai oleh ayahnya. Sebuah bencana alam besar selama pemerintahannya adalah letusan Gunung Vesuvius, yang menghancurkan Pompeii dan kota-kota terdekatnya. Titus mati karena demam pada 81 M.13
Domitianus (81-96 M.)
Titus digantikan oleh adiknya, Domitianus.14Oleh karena ambisinya yang berlebihan, Domitianus tidak diberi peranan aktif di dalam pemerintahan baik oleh ayah atau kakaknya. Dalam beberapa hal, Domitianus adalah kaisar yang efektif. Selama pemerintahannya, batas-batas Kerajaan Romawi membentang dari Kepulauan Inggris hingga padang pasir Afrika, dari Samudra Atlantik hingga Sungai Efrat.15
Domitianus dengan penuh semnagat memulihkan praktik kuno, termasuk penyembahan kaisar. Tidak banyak kaisar yang menganggap serius penyembahan kaisar, tapi Domitianus benar-benar serius. Ia menggelarkan dirinya sendiri "Tuhan dan Allah" dan mendirikan patung-patungnya di seluruh kerajaan. Ia membentuk lembaga-lembaga resmi yang tugasnya memaksa semua orang untuk melakukan penghormatan kepada patung kaisar.16
Sekali setahun setiap orang harus muncul di hadapan hakim-hakim dari Domitianus untuk mengatakan Kaisar kurios, Kaisar adalah Tuhan, dan sebagai kesaksian, membakar sejumput dupa bagi kedewaan Kaisar. Setelah tes kesetiaan ini, sebuah sertifikat tertulis yang berlaku selama satu tahun dikeluarkan.17
Di mata Domitianus, penyembahan kaisar ada kaitannya dengan kesetiaan kepada tahta dan dengan demikian kepada kerajaan. Menolak mengakui dia sebagai dewa adalah sama dengan pengkhianatan.
Saat orang Kristen menolak menyembah Domitianus,18ia memulai penganiayaan gereja secara terorganisir di seluruh kerajaan. Hukuman umumnya adalah penyiksaan, kematian (umumnya dengan pancung), pengasingan, dan penyitaan properti. Juga termasuk hukuman yang sangat efektif berupa tidak lagi diakui sebagai warga negara yang memilik hak dan hak-hak istimewa.
Menjelang akhir pemerintahannya, Domitianus menjadi paranoid. Tidak ada orang di sekitarnya yang aman. Istri dan dua pengawalnya bersekongkol melawan dia; pada September 96 M., ia ditikam oleh seorang pembunuh. Ingatan tentang dia dikutuk oleh Senat, dan namanya dihapus dari pelbagai monumen umum. Ini mengakhiri dinasti Flavianus.
Sejarah Selanjutnya-Dan Kejatuhan Kerajaan
Domitianus digantikan oleh "lima kaisar baik": Nerva, Trajan, Hadrian, Antonius Pius, dan Marcus Aurelius. Selama pemerintahan mereka, kemakmuran di kerajaan itu mencapai puncaknya, tapi pemerintahan mereka juga disebut "awal dari akhir" untuk Roma:
Di bawah Hadrian kebijakan menarik diri dimulai; maka Roma tidak pernah lagi bersikap agresif tetapi selalu defensif terhadap kaum barbar yang gelisah. Tanda-tanda kelemahan yang tidak bisa salah dan kebusukan terjadi di bawah Antonius Pius dan Marcus Aurelius. Periode ini, periode terbaik dan terindah di dalam pemerintahan kerajaan Roma[wi], adalah awal dari akhir.19
Pemerintahan Marcus Aurelius mengakhiri Pax Romana, dan perang seratus tahun menyusul. Militer menempatkan kaisar di atas takhta dan menurunkan mereka sesuka mereka. Pada tahun 313, Konstantin mengeluarkan Dekrit Milan, yang menjadikan agama Kristen sebagai agama sah. Setelah kematian Konstantin, periode gangguan lain terjadi. Roma dan kerajaan Barat akhirnya runtuh pada 576 M., meskipun kerajaan Timur-Kerajaan Bizantium-selamat hingga seribu tahun lagi.
Kekaisaran Romawi telah disebut sebagai "pencapaian politik termegah yang pernah dicapai": "Penaklukan Alexander Agung, Charlemagne dan Napoleon tampak kecil dibandingkan dengan struktur tahan lama yang dibesarkan oleh Julius dan penerusnya, Augustus."20Siapakah yang tahu berapa lama Kerajaan Romawi itu mungkin bisa bertahan seandainya tidak memutuskan untuk memilih Allah sebagai lawannya?21
SIMBOL-SIMBOL UNIK BAGI KITAB WAHYU
Beberapa simbol di dalam Kitab Wahyu adalah unik. Mereka tidak ditemukan di dalam Perjanjian Lama, di dalam literatur apokaliptik lain, atau di dalam pelbagai catatan sejarah masa itu. Pelbagai contohnya termasuk naga merah ganas yang disebut di awal pelajaran sebelumnya dan perempuan yang berdiri di hadapan naga itu (pasal 12). Daripada membuat daftar simbol-simbol unik ini, kita akan membahas masing-masing simbol itu ketika kita tiba pada simbol itu di dalam teksnya. Beberapa dari simbol-simbol ini dijelaskan oleh teks itu (lihat 12:9). Sisanya harus kita tafsirkan sesuai dengan konteks langsungnya dan pesan keseluruhan kitab Wahyu.
KESIMPULAN
Ini melengkapkan pelajaran kita tentang empat jenis simbol utama di dalam Kitab Wahyu: (1) angka-angka digunakan secara simbolis, (2) simbolisme dari Perjanjian Lama, (3) simbol-simbol didasarkan pada latar belakang sejarah, dan (4) simbol-simbol unik bagi kitab Wahyu.
Saya sudah singgung sebelumnya bahwa jenis-jenis simbol lainnya ditemukan di dalam kitab itu. Misalnya, pelbagai warna digunakan secara simbolis:
Putih adalah warna paling umum yang ditemukan di dalam literatur apokaliptik dan melambangkan kemenangan."Merah sering muncul, menunjukkan perang atau konflik. Hitam menunjukkan kurangnya sesuatu, kurangnya makanan karena kelaparan, atau kurangnya kesehatan karena penyakit sampar atau wabah.22
Kita juga akan menemukan beberapa simbolisme Perjanjian Baru di dalam Kitab Wahyu. Pada waktu kitab Wahyu ditulis, beberapa kitab Perjanjian Baru telah beredar selama beberapa dekade. Konsep tentang Yesus sebagai "anak domba yang tak bercacat" (1 Petrus 1:19) dan gereja sebagai benih rohani Abraham (Galatia 3:7) akan sudah dikenal baik oleh kebanyakan orang Kristen.23Kita bisa membahas jenis-jenis gambaran lainnya ketika kita meenjumpai mereka di dalam teks itu. Untuk saat ini, cukuplah bagi Anda untuk mengenal dengan baik empat jenis simbol utama itu.
Sekali lagi, saya mendorong Anda untuk tidak kewalahan oleh banyaknya rincian di dalam pelajaran ini! Sebaliknya, seraya Anda menelusuri pertanyaan-pertanyaan yang menysul, kembalilah kepada teks pelajaran itu dan garisbawahilah jawaban-jawabannya. Hal itu akan menegaskan beberapa fakta yang lebih penting yang perlu Anda ingat.
Apakah Anda masih bersama saya? Apakah Anda masih berkomitmen untuk mempelajari-dan memahami-Kitab Wahyu? Jika ya, janganlah patah semangat. Angkat kepala Anda; Anda melakukan yang baik! Kita masih punya satu pelajaran pendahuluan lagi, setelah itu kita akan berada di dalam teks kitab Wahyu!
Pertanyaan Untuk Tinjauan & Diskusi
- 1. Apa sajakah empat jenis simbol utama?
- 2. Pelajaran ini menyarankan bahwa ketika Anda membandingkan acuan Perjanjian Lama dengan acuan yang sesuai di dalam kitab Wahyu, Anda harus mencari "perubahan." Apakah yang penulis maksudkan dengan "perubahan," dan menandakan apakah perubahan itu?
- 3. Siapakah yang mendirikan Kerajaan Romawi?
- 4. Siapakah raja pertama Romawi?
- 5. Kepada Kaisar manakah Paulus naik banding?
- 6. Kaisar manakah yang pertama kali memprakarsai penganiayaan khusus terhadap orang Kristen?
- 7. Mitos apakah yang muncul setelah Nero meninggal?
- 8. Raja manakah yang menghancurkan Yerusalem (sebelum ia menjadi raja)?
- 9. Bencana alam penting apakah yang terjadi pada masa pemerintahan Titus?
- 10. Kaisar manakah yang pertama kali memulai penganiayaan terhadap orang Kristen secara terorganisir dan meluas ke seluruh kerajaan?
- 11. Tes sederhana apakah (yang dikaitkan dengan Domitianus) yang digunakan untuk menemukan apakah seseorang itu orang Kristen atau bukan? (Lihat catatan kaki untuk jawabannya)
- 12. Pelajaran ini menyantumkan lima cara hukuman bagi orang Kristen. Sebutkanlah cara-cara itu.
Metode Simbolis
"Metode ini [simbolis] "mengakui adanya tangan Allah di dalam sejarah. Ia tidak meninggalkan dunia kepada caranya sendiri tapi masih berhubungan dengan manusia atas dasar prinsip-prinsip yang konsisten dengan karakter-Nya.
""metode ini mengakui bahwa tujuan ke arah mana semua sejarah bergerak adalah kemenangan sempurna kepentingan Allah di tengah-tengah urusan manusia. Segala maksud dan rencana-Nya tidak akan gagal tetapi akan menang melalui prajurit yang disebut 'Raja di atas segala raja' dan yang berjuang dengan pedang yang keluar dari mulutnya (19:11-21)."
Worthy Is the Lamb Ray Summers
Mengapa Roma Menganiaya Umat Kristen
Agama-agama non-Romawi dikategorikan sebagai berizin atau tak berizin. Para anggota agama tak berizin dapat dihukum oleh hukum, tetapi pemerintah Romawi pada umumnya bersikap toleran terhadap agama-agama ini selama mereka tidak mengganggu ketenangan negara atau merusak moral masyarakat. Namun demikian, hukum-hukum tentang agama tak berizin tetap dipertahankan di dalam kitab undang-undang kalau-kalau mereka dibutuhkan. (Unsur-unsur moral yang asli telah hilang dari agama negara, dan agama resmi semata-mata telah menjadi bentuk politik dan militer untuk kesejahteraan negara, bukan keselamatan individu. Banyak orang Roma memeluk beberapa agama.)
Agama Kristen adalah agama yang tak berizin. Agama ini mendapat sedikit perhatian dari Roma di awal sejarahnya karena dianggap sebuah cabang dari Yudaisme, yang merupakan agama berizin. Namun begitu, dari zaman Nero agama Kristen menjadi tersangka.
Konflik antara Roma dan agama Kristen tak terelakkan karena beberapa alasan. Pertama, keduanya merupakan kerajaan yang mendunia. Kedua, mereka muncul di tempat itu dalam beberapa tahun satu sama lain. Ketiga, keduanya meminta kesetiaan penuh dari semua manusia. Yesus berkata bahwa Ia tidak datang "untuk membawa damai di atas bumi; "tetapi pedang" (Matius 10:34). Kebenaran agama Kristen selalu konflik dengan kesalahan. Kita sudah bisa duga bahwa Iblis akan menggunakan segala cara yang ia miliki untuk melawan Kristus-dan senjata kuat apakah yang ia sudah bisa gunakan pada abad pertama selain Kerajaan Romawi?
Dua Saksi Yang Dianiaya (11:3-12)
Dari semua agama tak beizin yang ada, agama Kristen dipilih untuk dihukum. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan alasan mengapa hal itu terjadi:
(1) Agama Kristen banyak mengatakan tentang "kerajaan," dan kebanyakan orang tidak memahami perbedaan antara kerajaan rohani dan kerajaan sementara.
(2) Pandangan eskatologis orang Kristen terdengar revolusioner. Para pengkhotbah Kristen berbicara tentang kehancuran segala sesuatu.
(3) Kemunculan agama Kristen yang tampaknya tiba-tiba dengan penganut yang begitu banyak membuat para pemimpin pemerintahan resah.
(4) Agama Kristen tidak toleran. Tidak seperti kebanyakan agama, orang tidak bisa menjadi orang Kristen dan menjadi hal lain apa saja. Untuk menjadi orang Kristen, orang harus melepaskan apa saja yang dahulunya ia anggap sakral.
(5) Agama Kristen bersifat eksklusif. Umat Kristen sering berhimpun di malam hari yang beberapa orang anggap sebagai "perhimpunan rahasia." Ajaran dan praktik Kristen diputar balik (kadang-kadang secara sengaja) dan ditafsirkan sebagai kefasikan dan pesta pora. Orang-orang Kristen difitnah berkelahi karena mabuk, inses, membunuh anak-anak, dan kanibalisme.
(6) Dari sudut pandang pemerintah, umat Kristen itu keras kepala. Bangsa Romawi hanya ingin orang Kristen menaruh sejumput dupa di atas mezbah kaisar. Dari sudut pandang mereka, yang mereka minta tidaklah banyak.
(7) Umat Kristen dianggap ateis karena mereka mengatakan bahwa ilah-ilah agama lain bukan ilah sama sekali. Seiring berjalannya waktu, orang Kristen disalahkan atas terjadinya setiap bencana. Para pembela Kristen menyatakan bahwa bencana telah terjadi sebelum agama Kristen berdiri. Selain itu, ketika bencana melanda, orang Kristen adalah umat yang paling rela berkorban dan menolong. Mengarahkan perhatian kepada fakta-fakta tersebut tidak memecahkan masalah, sebab prasangka buruk jarang mendengarkan alasan.24
Mengapa Roma Jatuh
Ray Summers mengaitkan jatuhnya Roma kepada tiga perbuatan: ""itu merupakan fakta yang sudah diketahui bahwa Kerajaan Roma jatuh melalui kombinasi tiga perbuatan: bencana alam, keborokan internal, dan invasi dari luar."25
Edward Gibbon, penulis The Decline and Fall of the Roman Empire, percaya bahwa kebobrokan internal merupakan faktor penentu dan menyantumkan lima alasan bagi kejatuhan Roma:
• Peningkatan perceraian yang cepat; meremehkan martabat dan kesucian rumah tangga, yang merupakan dasar masyarakat manusia.
• Pajak yang semakin tinggi dan pengeluaran uang publik untuk roti gratis dan sirkus untuk rakyat.
• Kegilaan terhadap kesenangan; olahraga setiap tahun semakin lebih menarik dan lebih brutal.
• Pembangunan persenjataan raksasa ketika musuh sebenarnya ada di dalam: kebobrokan moral rakyat.
• Kebusukan agama-agama-iman memudar menjadi sekadar formalitas- kehilangan sentuhan dengan kehidupan dan tidak berdaya untuk memperingatkan dan menuntun rakyat.26
Kerajaan Romawi Sekitar 100 Masehi
Lima Alasan Gibbon itu dapat dianggap sebagai subpoin di bawah perbuatan kedua yang disinggung oleh Summers.
Ingatlah faktor-faktor ini ketika kita melanjutkan pelajaran kitab Wahyu kita. Dari waktu ke waktu kita akan berjumpa dengan mereka di dalam simbolisme kitab itu.
Saingan Roma: Partia
Di dalam Kisah Para Rasul 2, ketika Lukas mencatat bangsa-bangsa yang hadir untuk hari Pentakosta, ia memasukkan Partia (ay. 9). Partia adalah negara kecil, sekitar 482 km panjang dan 193 km lebar, yang terletak sebelah tenggara Laut Kaspia di tempat yang sekarang ini adalah Iran utara dan Turkmenistan selatan. Wilayah ini subur tetapi berpegunungan.
Pada waktu kitab Wahyu ditulis, Partia telah mengambil alih banyak dari Kerajaan Persia kuno dan memerintah di wilayah yang membentang dari Sungai Eufrat di barat ke Afganistan di timur. Ini merupakan satu-satunya kekuatan militer penting yang berada di perbatasan Kerajaan Romawi, dan selama ratusan tahun hal itu menjadi duri bagi pihak Roma.
Beberapa gambaran di dalam Kitab Wahyu mungkin berhubungan dengan bangsa Partia. Misalnya, pengendara dengan busur dan mahkota di 6:2 mengingatkan koin Persia/Partia yang menggambarkan penunggang kuda dengan busur di tangannya dan mahkota di kepalanya. "Prajurit-prajurit Partia merupakan pasukan berkuda dan pemanah yang terampil, dan taktik mereka dalam membalas kembali tembakan panah kepada musuh mereka sewaktu dalam pertempuran sungguhan atau latihan memunculkan ungkapan `tembakan Partia,' yang berarti menyampaikan pesan terakhir."27
Mungkin kiasan paling jelas terhadap Partia ditemukan di dalam pasal 9 dan 16: Pasal 9 berbicara tentang "Sungai besar Efrat," di mana eempat malaikat dilepas untuk menghukum umat manusia; para malaikat itu belakangan diidentifikasi sebagai "tentara dan pasukan berkuda" (ayat 14-16). Pasal 16 kembali menyebut "sungai besar, Eufrat," bersama dengan "raja-raja dari sebelah timur" (ayat 12).
Implikasinya adalah bahwa raja-raja ini akan digunakan oleh Allah untuk mencapai maksud-Nya.
Penunggang Kuda Dengan Busur Dan Mahkota (6:2)
Sebuah insiden dari sejarah Romawi menggambarkan apa arti Partia dan Sungai Efrat bagi Kerajaan Romawi. Bersama dengan Julius Kaisar28dan Pompey yang Agung, Marcus Licinius Crassus membentuk apa yang disebut "Tiga Serangkai Pertama." Bertekad untuk menyaingi Kaisar dalam ketenaran dan kekayaan, Crassus memutuskan untuk menundukkan Partia. Pada 53 S. M. ia maju menyeberangi Efrat. Dalam pertempuran di Carrhae, 20.000 prajurit Roma mati, 10.000 orang ditangkap, panji Romawi hilang, dan Crassus sendiri terbunuh. Pasukan Partia kemudian menyeberangi Efrat dan menghancurkan Siria Utara. Bahkan bayangan tentang "raja-raja dari timur" melancarkan serangan menyeberangi "Sungai besar Efrat" membuat menggigil tulang belakang seorang komandan Romawi.
Sejak Dinasti Partia ditaklukkan oleh bangsa Sassaniyah pada 224 Masehi, bangsa Partia tidak secara harfiah bertanggung jawab atas penggulingan akhir Kerajaan Romawi. Oleh karena itu, gambaran Partia di dalam kitab Wahyu tidak boleh diartikan harfiah. Sebaliknya, itu melambangkan kekuatan yang digunakan oleh Allah untuk menghancurkan Kerajaan Romawi-mungkin pasukan militer.29Invasi dari luar merupakan faktor penting dalam jatuhnya kerajaan Roma.30
Kota Roma
""Roma membuat orang-orang dan ide-ide dari seluruh Mediterania terpikat kepada dia, sampai hampir seribu tahun sejak permulaannya ia telah menggabungkan setiap masyarakat beradab lainnya dari Inggris hingga Arabia. Roma adalah kosmopolitan dan semua dunia adalah Romawi. Namun begitu, keluasan yang sama ini menghancurkan keunikan kota itu, dan strategi sentralitas yang telah mendikte pertumbuhannya lenyap dengan dibukanya [Sungai] Danube dan Rhine, meninggalkan Roma di Abad Pertengahan sebagai kota yang sedikit lebih baik daripada sebuah kota provinsi Italia."
The New Bible Dictionary, J. D. Douglas, ed.
Catatan Akhir:
- 1 "menandakan" merupakan terjemahan harfiah atas kata Yunani yang digunakan. Alkitab NASB menulis "dikomunikasikan" ketimbang "menandai," tapi menuliskan catatan pinggir ini: " Atau, menandai."
- 2 Bagster's Analytical Greek Lexicon (1971), s.v. "signify."
- 3 W. E. Vine, The Expanded Vine's Expository Dictionary of New Testament Words, ed. John R. Kohelngerger III with James
- 4 Kitab Wahyu berisi ratusan acuan Perjanjian Lama, tetapi tidak ada kutipan langsung. Satu sumber yang baik untuk kajian lebih lanjut tentang akar Perjanjian Lama bagi Kitab Wahyu adalah Ferrell Jenkins, The Old Testament in the Book of Revelation (Marion, Ind.: Cogdill Foundation Publications, 1972).
- 5 Untuk komentar lebih lanjut tentang Wahyu 7:4-8, lihat pelajaran "Keheningan Di Tengah-Tengah Badai" di dalam edisi "Wahyu, 4" yang akan datang oleh Truth for Today.
- 6 Ada beberapa pertanyaan mengenai apakah Julius itu "kaisar pertama" atau bukan. Ray Summers mengatakan, "Dalam pengertian populer kaisar pertama Romawi adalah Julius Kaisar; dalam hukum konstitusional yang ketat, orang pertama yang berkuasa atas kerajaan itu sebagai suatu bentuk pemerintahan yang mapan adalah Augustus"(Worthy Is the Lamb [Nashville: Broadman Press, 1951], 81). Henry Swete mengatakan bahwa meskipun Julius Kaisar "mengklaim" jabatan "praenomen Imperatoris," ia "adalah seorang Diktator ketimbang Imperator dalam pengertian yang belakangan" (The Apocalypse of St. John [Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.], 220).
- 7 Para penulis sekuler kadang-kadang menggunakan "Kaisar" untuk mengacukan tokoh-tokoh yang lebih rendah, tetapi Alkitab menggunakan kata itu hanya tentang kaisar.
- 8 Beberapa orang memberi tanggal awal pemerintahan Oktavianus pada 31 S. M.
- 9 Koine berarti "umum." Bahasa Yunani Koine adalah bahasa orang kebanyakan di jalan.
- 10 Lihat halaman 20 dan 21 edisi "Acts, 11" oleh Truth for Today (Juli 1996).
- 11 Ini bukan penganiayaan di seluruh kerajaan, tetapi menjadi preseden bagi penganiayaan yang kemudian.
- 12 Kita akan singgung mitos ini secara singkat dalam kaitannya dengan pelajaran kita tentang Wahyu 13.
- 13 Beberapa orang curiga bahwa ia diracun oleh saudaranya, Domitianus.
- 14 Ringkasan pemerintahan Domitianus diberikan di dalam William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 139-41.
- 15 Lihat peta Kerajaan Romawi di halaman 66 di dalam pelajaran ini.
- 16 Sebuah lembaga resmi yang dikenal sebagai praefectus urbi bertanggung jawab untuk menegakkan ibadah di tiap kota. Deputi dari masing-masing kota terdiri dari concilia yang berkuasa, yang bertanggung jawab untuk membangun patung-patung kaisar dan mezbah untuk menyembah dia, dan untuk meningkatkan agama negara dengan segala cara yang diperlukan.
- 17 Hugo McCord, The Royal Route of Revelation (Nashville: 20th Century Christian, 1976), 13. Tindakan menempatkan sejumput dupa di atas mezbah menjadi tes untuk menentukan apakah seseorang itu orang Kristen atau bukan (orang Kristen yang setia tidak akan mau melakukannya). Domitianus dianggap orang yang menciptakan alat uji ini.
- 18 Untuk memahami mengapa mereka tidak mau, lihat 1 Korintus 8:5, 6; Efesus 5:4, 5; Kisah 4:12. Jemaat-jemaat akan keluar dari persekutuan dengan Kristen yang menaruh sejumput dupa ke dalam api itu.
- 19 S. Angus, "Roman Empire," The International Standard Bible Encyclopedia, gen. ed. James Orr (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1960), 4:2598-99.
- 20 Ibid., 4:2598.
- 21 Ingatlah latar belakang sejarah ini di dalam pikiran Anda seraya kita menelusuri kitab ini. Jika Anda ingin berpikir ke depan untuk beberapa contoh simbolisme sejarah, bandingkanlah Domitianus dengan binatang laut di 13:1-10 (lihat juga ay. 14, 15). Bandingkanlah keberhasilan komersial selama pemerintahan Klaudius dengan daftar di 18:11-13. Letakkanlah seluruh daftar nama kaisar itu bersama pelbagai pernyataan berkode di 17:10, 11. 34
- 22 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 25.
- 23 William Hendriksen menyantumkan beberapa nas Perjanjian Baru yang tercermin di dalam Kitab di dalam More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 61.
- 24 Sebagian besar materi ini disadur dari S. Angus, S. Angus, "Roman Empire and Christianity," in International Standard Bible Encyclopedia, ed. James Orr (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1960) 4:2598-611. For further study on this subject, see Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 87-88.
- 25 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 43.
- 26 Dikutip dari Paul Lee Tan, Encyclopedia of 7,700 Illustrations: Signs of the Times (Rockville, Md.: Assurance Publishers, 1979), 250.
- 27 Grolier Multimedia Encyclopedia (1995), s.v. "Partia," by Richard N. Frye.
- 28 Lihat acuan kepada Julius Kaisar di dalam "Tanda-Tanda Penting Dan Simbol-Simbol Mengejutkan" di halaman 56 di dalam pelajaran ini.
- 29 Lihat catatan tentang 9:14-16 di dalam edisi akan datang dalam seri Kitab Wahyu.
- 30 Lihat artikel tentang "Mengapa Roma Jatuh" di halaman 68 di dalam pelajaran ini.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "Terima Kasih Allah, Kami Menang!"
Agama Kristen Yang Berjaya
etiap kitab Perjanjian Baru memiliki perspektifnya sendiri. Kitab Para Rasul...
"Terima Kasih Allah, Kami Menang!"
Agama Kristen Yang Berjaya
etiap kitab Perjanjian Baru memiliki perspektifnya sendiri. Kitab Para Rasul menggambarkan agama Kristen yang aktif. Kitab Filipi memberitahu kita tentang sukacita agama Kristen. Kitab Yakobus dipadati dengan praktik-praktik agama Kristen. Tema Kitab Wahyu adalah agama Kristen yang menang/berjaya!
Nikao, bentuk kata kerja dari kata Yunani untuk "kemenangan," ditemukan tujuh belas kali di dalam dua puluh dua pasal kitab Wahyu. Nikao umumnya diterjemahkan sebagai "mengatasi," "menaklukkan," atau "[menjadi] menang" Di pasal 5 Yesus digambarkan sebagai Pihak yang "telah menang" (ayat 5). Alkitab Contemporary English Version menulis Ia "telah memenangkan kejayaan." Kita baca di dalam 6:2 bahwa Ia "maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan"; yaitu, "Ia telah memenangkan beberapa kejayaan, dan Ia pergi keluar untuk memenangkan lebih banyak lagi" (CEV). Di pasal 12 kita diberitahu bahwa orang Kristen "mengalahkan dia [Iblis] oleh darah Anak Domba" (ay. 11). Alkitab CEV menulis "kaum kita mengalahkan Iblis." Di pasal 15 Yohanes menggambarkan gereja berdiri penuh kemenangan di hadapan Allah: "Dan aku melihat "orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu"" (ay. 2; huruf miring oleh saya). Seseorang pernah berkata bahwa pesan kitab Wahyu adalah "Kami menang! Terima kasih Allah, kami menang!"
Di dalam pelajaran latar belakang terakhir ini, kita ingin membahas pesan kemenangan itu dan bagaimana Kitab Wahyu mengembangkannya.
PESAN DIBAHAS Pesan Tiga-Bagian
Pesan kemenangan di dalam Kitab Wahyu memiliki tiga bagian:
- (1) konflik antara kebaikan dan kejahatan,
- (2) kekalahan kebaikan yang tampak,1
- (3) kemenangan kebaikan yang menentukan.
Sebagai ilustrasi tentang pesan lipat tiga ini, lihatlah kisah dua saksi di pasal 11. Pertama, kita melihat konflik antara kebaikan dan kejahatan ketika dua saksi memberitakan pesan Allah (ay. 3-6).
Dua Saksi (11:3)
Ketika binatang yang muncul dari jurang maut itu memerangi dua saksi itu, kebaikan tampaknya kalah:
Dan "binatang yang muncul dari jurang maut, akan memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka. Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan "Dan orang-orang dari segala bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, melihat mayat mereka tiga setengah hari lamanya dan orang-orang itu tidak memperbolehkan mayat mereka dikuburkan. Dan mereka yang diam di atas bumi bergembira dan bersukacita atas mereka itu "(ay. 7-10).
Akhirnya, kita melihat kemenangan puncak kebaikan:
Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut. Dan orang-orang itu mendengar suatu suara yang nyaring dari sorga berkata kepada mereka: 'Naiklah ke mari!' Lalu naiklah mereka ke langit, diselubungi awan, disaksikan oleh musuh-musuh mereka. Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat", dan tujuh ribu orang mati .…
Pentingnya pesan tiga-bagian ini untuk orang Kristen abad pertama tidak bisa dilebih-lebihkan. Keperkasaan luar biasa tentara Roma dibariskan untuk melawan mereka. Orang Kristen "ada dalam bahaya maut sepanjang hari"; mereka telah "dianggap sebagai domba-domba sembelihan" (Roma 8:36). Kekalahan memalukan tampaknya sudah di depan mata; kematian agama Kristen tampaknya tak terelakkan. Umat Allah sangat perlu mendengar pesan bahwa tidak peduli bagaimana situasinya yang mungkin kelihatan, Allah masih memegang kendali. Pada akhirnya, jika mereka tetap setia, mereka akan berada di pihak yang menang!.
Pesan itu masih diperlukan sekarang ini. Belum lama ini, kebebasan beragama kembali dibatasi di negara Eropa Timur tertentu. Umat Kristen di sana telah berjuang keras menghadapi keadaan ini. Mereka memprotes, "Kami berdoa dengan giat kepada Allah tentang hal ini. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?" Mereka perlu memahami bahwa dalam hidup ini, kekuatan jahat kadang-kadang tampaknya menang-tapi pada akhirnya, kekuatan baiklah yang akan Berjaya!
Pesan kitab Wahyu itu bahkan dibutuhkan di negara di mana kita menikmati kebebasan beragama. Ketika standar moral merosot, ketika kekerasan meningkat, dan seperti yang kita lihat nilai-nilai dasar masyarakat kita memburuk, kita mungkin merasa sesak. Jika kita tidak menjaga diri kita terhadap keputusasaan, kita dapat merasakan keinginan untuk menyerah dan mengalah. Betapa pentingnya menyadari bahwa kemenangan apa saja oleh kejahatan hanyalah tampaknya saja dan tidak bertahan lama! Pada akhirnya, kebaikan akan berjaya!
Seorang yang saya kenal memiliki pendekatan yang tidak biasa terhadap bacaan yang berisi misteri: Pertama kali yang ia baca adalah akhir buku itu untuk mengetahui bagaimana misteri itu terkuak. Kebanyakan dari kita tidak ingin mengetahui bagaimana akhir cerita sebuah buku. "Jangan beritahu saya akhir ceritanya," kita memohon orang-orang yang telah membaca buku tersebut. Sebaliknya, mengenai konflik antara kebaikan dan kejahatan, kita sungguh ingin tahu "bagaimana akhir ceritanya"-dan demikianlah Allah memasukkan kitab terakhir di dalam Kitab Suci. Seorang pria lain yang saya kenal berkata sambil tersenyum, "Saya sudah melihat bagian belakang isi Alkitab, dan coba tebak? Kita menang! "
Pesan Yang Berulang
Untuk memastikan kita tidak kehilangan pesan kemenangan di dalam kitab Wahyu, Roh Kudus mengulangnya berkali-kali-setidaknya tujuh kali.
Dahulu, banyak orang mencoba menafsirkan pelbagai adegan di dalam Kitab Wahyu sebagai bersifat kronologis. Orang-orang ini dipaksa bergumul keras dengan bagian-bagian kitab itu yang tidak mengikuti urutan yang kronologis. Misalnya, di pasal 12 seorang perempuan "berselubungkan matahari" (ayat 1) "melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi" (ayat 5). Acuan kepada menggembalakan semua bangsa "dengan gada besi" adalah dari Mazmur 2, sebuah mazmur Mesianik yang sering diterapkan kepada Yesus oleh para penulis Perjanjian Baru (Kisah 13:33; Ibrani 1:5; 5:5). Nas di dalam 12:5 tampaknya menjadi acuan yang jelas kepada kelahiran Yesus; tetapi jika kitab Wahyu itu bersifat kronologis, mengapa kita membaca tentang kelahiran Yesus di tengah-tengah kitab itu?
Selanjutnya, kitab itu tampaknya sering melompat maju dan mundur dari waktu ke waktu. Contohnya adalah cara kitab ini menangani kota jahat Babel. Jatuhnya Babel diumumkan di pasal 14 seolah-olah kejadian itu telah terjadi di masa lalu, tetapi sebenarnya Babel itu tidak diperkenalkan sampai pasal 18. Contoh pentingnya adalah bahwa kitab itu tampaknya berkali-kali menggambarkan kesimpulan sejarah itu. R. C. H. Lenski mengulas bahwa "kitab Wahyu mencapai akhir dunia di tujuh tempat yang berbeda: 6:12-17; 7:9-17; 11:18; 14:4-20; 16:17-21; 19:11-21; 20:7-15."2
Bagaimanakah kita bisa menjelaskan pendekatan kitab Wahyu yang majumundur, sana-sini itu? Penjelasan terbaik tampaknya adalah bahwa "Kitab itu melihat kepada periode dan peristiwa yang sama di bawah aspek yang berbeda di dalam bagian-bagiannya yang berbeda."3William Hendriksen menyatakan bahwa kitab Wahyu memiliki tujuh bagian, di mana "bagian-bagian itu berjalan sejajar" dan bahwa "masing-masing bagian itu mencakup keseluruhan dispensasi [Kristen] dari kedatangan pertama sampai kedatangan kedua Kristus."4
Kitab Wahyu bisa dianggap sebagai rangkaian lembah dan pegunungan, dengan gunung tertinggi (dan termegah) berada di akhir perjalanan. Seraya kita menelusuri kitab itu, sebagian besar waktu kita akan berada di lembah itu, berjuang melawan pelbagai cobaan dan kesulitan. Namun begitu, dari waktu ke waktu, kita akan diizinkan berdiri di puncak gunung, di mana kita bisa melihat sekilas kemuliaan yang akan menjadi milik kita. Demikianlah kita disemangati untuk maju terus.
Di dalam setiap bagian kita memiliki pesan utama yang sama: (1) konflik antara kebaikan dan kejahatan, (2) kebaikan kelihatannya kalah, dan (3) kemenangan puncak kebaikan.
Pesan Terpadu
Meskipun Kitab Wahyu terdiri dari beberapa bagian, hal ini harus jangan dianggap sebagai bagian-bagian yang terisolasi. Sekilas, kitab Wahyu tampaknya diisi oleh jajaran adegan yang membingungkan yang tidak berkaitan; tetapi ketika Anda mempelajari terus, Anda akan menemukan kesatuan dan keharmonisan yang luar biasa pada pesan kitab itu.
Satu cara kesatuan ini dicapai adalah dengan tema-tema yang dikembangkan yang sejalan dengan kemajuan kitab itu. Pertimbangkanlah, misalnya, tema orang-orang kudus (para martir) di bawah mezbah. Orang-orang kudus ini diperkenalkan di dalam 6:9-11, di mana mereka berseru minta dibalaskan darah mereka. "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa""(ay. 10)? Di dalam 8:3-5, sesosok malaikat menambahkan dupa kepada doa orang-orang kudus dan kemudian melemparkan api dari mezbah itu ke bumi; pembalasan itu telah dimulai. Di dalam 14:7-20, sesosok malaikat datang dari mezbah itu dan memerintahkan sabit tajam (pembalasan) diayunkan masuk ke bumi; lalu darah mulai mengalir. Akhirnya, di dalam 16:5-7, suara dari mezbah itu setuju dengan hukuman atas mereka yang membunuh orang-orang kudus: "Hal itu wajar bagi mereka!" (Lihat ayat 6.)
Seperti yang akan kita lihat di dalam dua edisi berikutnya, banyak tema kitab Wahyu diperkenalkan di dalam surat kepada tujuh gereja di pasal 2 dan 3.
PESAN DIKEMBANGKAN
Dengan mengingat pesan kemenangan lipat tiga di dalam kitab Wahyu itu, marilah kita ringkas kitab itu dan kemudian menelusurinya dengan cepat.
Garis Besar Sederhana
Banyak komentator sepakat bahwa kitab itu sendiri secara alami terbagi menjadi dua bagian yang lebih kurang setara ukurannya dengan sebelas pasal di setiap bagiannya.5
Pasal 12 tampaknya merupakan titik pembagi yang jelas karena (seperti yang disebut sebelumnya) pasal ini tampaknya untuk memulai kembali cerita dengan kisah kelahiran Yesus.
Di sisi lain, kita tidak menemukan kesepakatan tentang bagaimana membagi dua bagian utama itu. Beberapa tumpuk materi harus dipertimbangkan: surat-surat kepada tujuh gereja (2, 3), kitab dengan tujuh meterai (4-7), tujuh sangkakala (8-11), dan tujuh cawan murka (15; 16). Inilah cara bagian ini dapat dimasukkan ke dalam sebuah garis besar:
I. Kristus di tengah-tengah tujuh gereja (1-3).
II. Kitab dengan tujuh meterai (4-7).
III. Bunyi tujuh sangkakala (8-11).
IV. Pengenalan musuh-musuh gereja (12-14). V. Tujuh cawan murka (15; 16).
VI. Penghancuran sebagian besar musuh gereja (17-19).
VII. Penghancuran naga, disusul dengan langit dan bumi yang baru (20-22).
Saya menyukai garis besar ini untuk beberapa alasan. Pertama, itu sederhana. Juga, itu memiliki tujuh pembagian, dan tujuh adalah angka penting di dalam kitab itu. Tiga pembagian ditemukan pada paruh pertama kitab itu dan empat pembagian pada paruh kedua kitab tersebut. Tujuh hal dibagi menjadi dua group yang terdiri dari tiga dan empat hal merupakan karakteristik kitab Wahyu. Setiap pembagian termasuk "kunjungan ke puncak gunung" untuk menyemangati pembaca. Saya sarankan Anda untuk mengingat garis besar itu. Setelah Anda bisa mengingatnya, Anda kemudian bisa menyocokkan bagian-bagian berbeda kitab itu di bawah poin-poin utamanya.
Ringkasan Singkat
Izinkan saya sekarang membawa Anda melakukan wisata cepat ke Kitab Wahyu. Buatlah catatan khusus tentang bagaimana pesan lipat tiga itu diulang berkali-kali:
I. Kristus berada di tengah-tengah tujuh gereja (1-3). Di dalam pasal 1 kita melihat Kristus berjalan di tengah-tengah kaki dian, yang diidentifikasi sebagai tujuh gereja. Pasal 2 dan 3 adalah surat kepada tujuh gereja itu. Ketika kita membaca surat-surat itu, kita melihat adanya konflik yang jelas antara kebaikan dan kejahatan-dan kejahatan tampaknya menang (2:10, 13). Yesus, bagaimanapun, memberikan janji yang luar biasa kepada mereka yang tetap setia (2:7, 11, 17): Ia akan kembali (3:3) untuk menghukum orang fasik (2:16) dan mengupahi orang yang setia (3:12)!
II. Kitab dengan tujuh meterai (4-7). Adegan takhta di pasal 4 dan 5 mendirikan panggung bagi sisa isi kitab itu. Allah, bukan Roma, yang memegang kendali! Ketika meterai dibuka, empat meterai yang pertama (empat pengendara) mengungkapkan konflik antara kebaikan dan kejahatan (6:1-8). Ketika meterai yang kelima dibuka, kita melihat di bawah mezbah terdapat para martir yang darahnya belum dibalaskan (6:9-11); kejahatan tampaknya menang. Lalu bencana besar terjadi (6:12-17)-tapi para hamba Allah dilindungi dengan meterai (7:1-8). Akhirnya, mereka digambarkan berada di sorga (7:9-17). Kebaikan menang!
III. Bunyi tujuh sangkakala (8-11). Enam sangkakala pertama memberitakan wabah yang menimpa bumi (8:2-9:21). Lalu kita diberi tahu apa yang mendorong dunia menganiaya orang-orang kudus: Firman, dengan pesannya yang pahit (10:1-11). Inti bagian ini adalah kisah tentang dua orang saksi (11:1-13), di mana (sebagaimana telah disebutkan) kita melihat konflik, kekalahan tampaknya terjadi, dan kemenangan puncak. Bagian ini ditutup dengan kemenangan (11:14-19).
IV. Pengenalan musuh-musuh gereja (12-14) Pasal 12 memperkenalkan naga merah yang besar, yang diidentifikasi sebagai Iblis (ay. 9). Ketika Iblis tidak bisa menghancurkan Yesus, ia memerangi umat Allah (di sinilah konflik dengan kejahatan; ay. 17). Di dalam pasal 13 kita diperkenalkan kepada dua rekan kerja Iblis: Binatang dari dalam laut (ayat 1-10) dan binatang dari dalam bumi (ayat 11-18).6Binatang yang pertama memerangi orang-orang kudus dan mengalahkan mereka (ay. 7). "Mengalahkan" adalah terjemahan kata Yunani yang artinya "punya kemenangan"; di sinilah kebaikan itu tampaknya kalah. Sebelum kita menjadi putus asa, pasal 14 membawa kita ke puncak gunung untuk serangkaian penglihatan tentang kemenangan kebaikan dan hukuman bagi kejahatan!
V. Tujuh cawan murka (15; 16). Setelah memperkenalkan musuh-musuh rohani kita, kitab Wahyu kembali kepada refrain "tujuh" yang diulang-ulang dengan tujuh cawan murka. Bagian ini bergerak langsung ke bagian ketiga pesan itu: kemenangan akhir orang benar (15:2-4) dan penghukuman orang fasik (15:1, 5-8; 16:1-21). Sebuah suara yang keras menyatakan, "Sudah selesai" (16:17).
VI. Penghancuran sebagian besar musuh gereja (17-19). Musuh keempat diperkenalkan: Babel Besar (17:5)7Pelacur yang menyolok itu "mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi"" (17:6; lihat juga 18:24). Konflik telah terjadi, dan kebaikan tampaknya telah dikalahkan-tapi tiga rekan kerja Iblis jatuh dalam urut-urutan yang cepat, dalam susunan yang terbalik yang di dalam mana mereka diperkenalkan. Pertama, kehancuran Babel Besar digambarkan (18:1-19:4). Kemudian, ketika Yesus datang sebagai hakim dan pembela, dua binatang itu (binatang itu dan nabi palsu) "dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang" (19:20).
VII. Penghancuran naga, disusul dengan langit dan bumi yang baru (20-22). Tujuan pasal 20 bukan untuk memberitahukan tentang pemerintahan seribu tahun, tetapi untuk menggambarkan penggulingan naga merah besar. Kita membaca tentang konflik dan kekalahan yang tampak jelas: Yohanes melihat "jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah" (ayat 4). Namun begitu, adegan itu mencakup kemenangan: "Dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya" (ay. 10). Kitab Wahyu kemudian ditutup dengan gambaran penghakiman (20:11-15) dan penglihatan megah tentang sorga (21:1-22:15). Kekuatan kebaikan telah menang!
KESIMPULAN
Pelajaran ini mengomplitkan pelajaran kita tentang latar belakang. Sekarang apa pendapat Anda tentang Kitab Wahyu? Saya harap Anda berpikir, "Kitab itu mungkin sulit dipahami, tetapi tidak mustahil." Sebuah dunia yang berbeda berada antara "sulit" dan mustahil"-perbedaan antara "Mengapa saya bahkan harus mencoba?"dan "Saya bisa melakukannya jika saya benar-benar ingin!"
Saya harap Anda ingin memahami Kitab Wahyu dan ingin juga diberkati oleh pelbagai kebenarannya. Johnny Ramsey pernah ditantang untuk memberikan ringkasan singkat kitab Wahyu. Ia sudah sering membaca dan mempelajari kitab itu; ia telah mengajarkan dan menulis tentang kitab itu; tetapi ia menghampiri kitab Wahyu seperti baru pertama kalinya. Belakangan ia melaporkan, "Pelajaran paling mengagumkan yang baru saja saya pelajari lagi di dalam pelajaran ini adalah bahwa Allah masih berkuasa di dalam urusan manusia dan bahwa takdir saya berada di tangannya."8
Banyak pelajaran hebat dari Kitab Wahyu menanti kita. Saya sangat menantikan pelajaran teks kita. Saya harap begitu juga halnya dengan Anda!
Pertanyaan Untuk Tinjauan & Diskusi
- 1. Apakah tema Kitab Wahyu?
- 2. Apa sajakah pesan lipat tiga kitab itu?
- 3. Menurut pelajaran itu, berapa kalikah pesan lipat tiga ini diberikan di dalam kitab Wahyu?
- 4. Apakah menurut Anda pesan itu masih diperlukan di negara tempat Anda tinggal? Mengapa?
- 5. Cobalah menduplikasi garis besar kitab Wahyu yang diberikan di dalam pelajaran itu.
- 6. Fakta apakah yang Anda anggap paling penting yang Anda telah pelajari sejauh ini tentang kitab Wahyu?
- 7. Hal apakah yang Anda telah pelajari yang akan membantu Anda secara pribadi?
- 8. Hal apakah yang Anda harapkan untuk dipelajari di dalam pelajaran tekstual yang akan datang?
Tema Kemenangan
"Apakah Anda ingin mengetahui tema kitab ini? Biarkanlah kitab itu sendiri yang bicara. Temanya dinyatakan secara paling mulia dan paling lengkap di 17:14: "Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.'"
More Than Conquerors William Hendriksen
Kemenangan Yang Sudah Diperoleh
"Seorang atlit pemburu yang hebat memperlihatkan ruang piala kepada seorang teman. Temannya itu melihat ekor singa, menempel dan menggantung di dinding, dan bertanya, `Mengapa kamu tidak punya kepala singanya?' Pemburu hebat itu menjawab, 'Waktu singa itu kutemukan, kepalanya sudah dipenggal orang lain.' Kemenangan adalah milik kita! Kepala setan telah dipenggal."
Unpublished lecture notes on Revelation Eddie Cloer
Catatan Akhir:
- 1 Gagasan tentang "kekalahan kebaikan tampak jelas" dapat juga dinyatakan sebagai "kemenangan kejahatan tampak jelas."
- 2 R. C. H. Lenski, The Interpretation of St. John's Revelation (Minneapolis, Minn.: Augsburg Publishing House, 1963), 24.
- 3 Frank Pack, Revelation, Part 1 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 17.
- 4 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 25.
- 5 Beberapa orang berpendapat bahwa bagian pertama berkonsentrasi pada pertempuran permukaan antara kebaikan dan kejahatan (gereja vs. dunia), sedangkan bagian kedua lebih peduli dengan pertempuran di bawah permukaan (Kristus vs. Iblis).
- 6 Binatang dari dalam laut ini kemudian hanya disebut "binatang" (14:9), sedangkan binatang dari dalam bumi diidentifikasi sebagai nabi palsu (16:13). Untuk saat ini, anggap saja mereka itu sebagai kekuatan yang menentang agama Kristen.
- 7 Tampaknya hanya ada sedikit pertanyaan bahwa ini adalah kota Roma (17:9, 15, 18).
- 8 Johnny Ramsey, "The Book of Revelation-A Summary," Studies in the Revelation: The Third Annual Denton Lectures (1984): 37.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 1:1-8)
Kita telah meninjau beberapa persamaan antara pembebasan oleh Allah atas bangsa Israel yang diperbudak dan umat Kristen yang...
KESIMPULAN (Wahyu 1:1-8)
Kita telah meninjau beberapa persamaan antara pembebasan oleh Allah atas bangsa Israel yang diperbudak dan umat Kristen yang teraniaya. Banyak hal lainnya bisa dicantumkan.47Bahkan sebagaimana Allah mengutus Musa dan Harun untuk menghadap Firaun, kita akan membaca tentang "dua saksi" yang "mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya" (11:3, 6). Bahkan sebagaimana Allah peduli kepada orang Israel di padang gurun (Keluaran 3:18), kita akan membaca juga tentang "tempat yang dipersiapkan Allah" untuk gereja. Kitab Wahyu menyebut tempat ini "padang gurun," di sana umat Allah akan diberi makan (12:6) dan dipelihara (12:14). Sebagaimana orang Israel berjalan menuju suatu negeri yang "berlimpah-limpah susu dan madunya" (Keluaran 3:17), kita juga sedang berjalan menuju ke sebuah kota yang memiliki "sungai air kehidupan" dan daratan yang memiliki "pohon-pohon kehidupan" (22:1, 2)—tempat di mana Allah "akan menghapus segala air mata … [dan] tidak akan ada lagi perkabungan"(21:4)!
Namun begitu, pada saat ini, saya ingin menekankan penghiburan yang delapan ayat pertama kitab Wahyu dapat berikan kepada kita—jika kita percaya kepada segala kebenaran yang ditemukan di sana. Dua anak laki-laki kecil sedang mendiskusikan fenomena matahari yang terbit di timur dan terbenam di barat. Salah satu dari mereka berkata, "Ayah saya mengatakan bahwa matahari itu sebenarnya tidak bergerak sama sekali. Yang bergerak adalah bumi, dan matahari itu kelihatannya seolah-olah bergerak." Anak laki-laki yang lain memikirkan hal itu sejenak dan kemudian berkata, "Aku lebih percaya kepada penglihatanku." Anak yang pertama menjawab dengan tenang tapi tegas, "Aku akan mempercayai ayahku." Jika Anda dan saya hidup di abad pertama dan kita menerima bukti berdasarkan yang kita lihat, kita mungkin menyimpulkan bahwa agama Kristen kena kutuk. Terima kasih Allah, banyak orang Kristen percaya kepada Bapa mereka daripada kepada penglihatan mereka. Bapa mereka telah mengatakan bahwa mereka akan menang jika mereka tetap setia. Mereka berpegang teguh kepada janji itu, dan mereka berjaya. Semoga Allah membantu kita untuk percaya dan untuk setia kepada Dia!48
Pertanyaan Untuk Tinjauan & Diskusi
- 1. Apakan pentingnya kalimat "yang harus segera terjadi" di ayat 1 dan ungkapan "waktunya sudah dekat" di ayat 3?
- 2. Seberapa pentingkah pembacaan Firman pada abad pertama? Apakah masih penting di zaman kini? Mengapa?
- 3. Apakah yang kitab Wahyu maksudkan dengan istilah "Asia"? Di manakah itu terletak? Cobalah untuk menemukannya di peta.
- 4. Menurut pelajaran itu, siapakah yang dilambangkan oleh ketujuh Roh yang disebut di ayat 4? Apakah pentingnya angka "tujuh" di dalam kalimat ini?
- 5. Ayat 8 menyebutkan "Alfa dan Omega." Apakah yang dimaksud dengan alfa dan omega? Apakah yang dimaksud dengan istilah-istilah tersebut bila diterapkan kepada Tuhan?
- 6. Di dalam pelajaran itu, banyak perbandingan dibuat antara kitab Keluaran dan kepedulian Allah bagi orang Kristen yang teraniaya. Berapa banyak perbandingankah yang bisa Anda pikirkan?
- 7. Pelajaran apa sajakah yang Anda pelajari di dalam pelajaran ini yang membantu Anda secara pribadi? Apa sajakah itu?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Pelajaran ini adalah awal dari inti pelajaran kita: serangkaian khotbah ekspositori yang sepenuhnya mencakup Kitab Wahyu.
Sehubungan dengan pelajaran pertama tentang 1:1-8 ini, Anda mungkin mau mengembangkan sebuah bagan yang membandingkan respon Allah terhadap seruan orang Israel di Mesir dengan kepedulian Allah terhadap orang Kristen yang teraniaya di abad pertama. Bagan itu bisa dimulai seperti ini:
Bangsa Israel |
Umat Kristen Abad Pertama |
Budak di Mesir |
Dianiaya bangsa Romawi |
Berseru kepada Allah |
Berseru kepada Allah |
Allah mendengar |
Allah mendengar |
Allah bicara kepada Musa |
Allah bicara kepada Yohanes |
Padang gurun |
Patmos |
Malaikat |
Malaikat |
Semak terbakar |
Tuhan yang dimuliakan |
Allah menjanjikan pembebasan |
Allah menjanjikan pembebasan |
Anda dapat melanjutkan perbandingan itu sejauh diinginkan. Anda bahkan dapat menambahkan kolom ketiga berjudul "Orang Kristen Sekarang" untuk menunjukkan bahwa Allah masih mendengarkan kita dan merespon ketika kita menderita.
Anda mungkin mau membuat poster kecil untuk menunjukkan kepada para siswa seperti apakah alfa dan omega itu:
Alfa = α (huruf kecil) atau Α (huruf besar)
Omega = ω (huruf kecil) atau Ω (huruf besar)
Jika Anda lebih menyukai pendekatan yang lebih tradisional untuk ayat 1 sampai 8, inilah garis besar berisi tiga poin: (1) Alamat surat (ayat 1-3); Salam (ayat 4-7), (3) Meterai (ay. 8). Boleh jadi Anda menyukai judul Peterson: "Kata Terakhir Pada Kitab Suci."49Anda bisa mengusulkan bahwa kitab Wahyu itu adalah seperti sebuah naskah yang diterima melalui surat bersama surat pengantar. Pada amplop itu "ditulis" isi paket itu (ayat 1-3). Anda membuka amplop itu dan membaca surat pengantarnya (ayat 4-7), yang bercerita tentang janji-janji yang terkandung di dalam naskah itu. Di bagian bawah surat pengantar itu terdapat segel notaris,50menjamin keaslian surat itu (ayat 8).
Bagian yang lebih kecil di 1:1-8 dapat menyediakan tempat awal untuk khotbah: Misalnya, ayat 3 bisa menjadi dasar bagi pelajaran tentang pentingnya mempelajari dan menaati Alkitab.
Di dalam The Gates of New Life, James Stewart memasukkan pelajaran tekstual dari Wahyu 1:5, 6 tentang "Apa Arti Kristus Bagi Saya." Poin-poin-Nya adalah (1) Ia "mengasihi kita" (2) Ia "melepaskan kita dari dosa oleh darah-Nya" (3) Ia "telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah" (4) "Bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya."
Gambaran tentang Yesus di ayat 5 sampai 8 dapat digunakan dalam suatu pelajaran yang penuh arti tentang Yesus. Dalam komentar tentang ayat 7, saya memasukkan enam frase yang dapat digunakan, dimulai dengan "Ia Yang Setia." Jay Lockhart menggunakan awal pasal 1 dalam pelajaran tentang "Siapakah Yesus?" di dalam edisi Truth for Today Maret 1988.
Banyak pelajaran tentang "tujuh ucapan bahagia di dalam Kitab Wahyu" telah dikhotbahkan, dimulai dengan ucapan bahagia di 1:3. Yang lainnya ditemukan di 14:13; 16:15; 19:9; 20:6; 22:7, 14. Kata "bahagia" berasal dari kata Latin untuk "senang." Kata itu digunakan untuk mengacu kepada ayat-ayat yang dimulai dengan kata "diberkati" (seperti Matius 5:3-11), Kata Yunani yang diterjemahkan "bahagia" adalah makarios, yang berarti "senang"—tapi itu "berarti lebih dari sekedar `senang.' Kata itu menggambarkan lingkungan positif tempat Allah menempatkan seseorang ."51
Rencana Keselamatan Allah Di Dalam Kitab Wahyu
Kitab Wahyu ditulis untuk menyemangati orang Kristen, bukan untuk memberitahukan cara orang menjadi Kristen. Namun demikian, prinsip-prinsip dasar merespon Tuhan terdapat di dalam kitab itu dan dapat digunakan ketika Anda menyemangati orang untuk bersiap bagi kedatangan Yesus.
Inti Injil adalah kematian Yesus, dan ini ditekankan di seluruh kitab Wahyu. Ia "mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya" (1:5b).
Dengan darah-Nya Ia telah membeli "[orang-orang] dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa" untuk Allah (5:9 b). (Lihat juga 7:14; 11:8; 12:11.)
Apakah kita ini orang Kristen atau non-Kristen, respon yang harus kita buat kepada Tuhan bisa diringkas dengan kata-kata "percaya dan patuh." Di kitab Wahyu umat Allah digambarkan sebagai kaum "yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus"(12:17b). Yang menang adalah mereka "yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus" (14:12, lihat juga 2:13, 19).
Di dalam kitab Wahyu, syarat-syarat keselamatan bagi orang berdosa non-Kristen adalah tersirat ketimbang tersurat. Semua orang—apakah orang Kristen yang bersalah atau orang non-Kristen yang berdosa—perlu bertobat (2:5, 16, 21, 22; 3:3, 19; 9:20, 21; 16:9, 11). Kristus akan mengakui nama-nama orang yang setia (3:5), yang berkaitan dengan janji-Nya tentang pengakuan kita terhadap Dia (Matius 10:32, 33). Ketika kita melihat pelbagai acuan kepada pembasuhan jubah kita dengan darah Anak Domba (7:14; 22:14), kita diingatkan tentang Kisah 22:16b: "Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!" (Huruf miring oleh saya.)
Tentu saja, penekanan di dalam kitab Wahyu adalah ini: Begitu Anda telah dibaptis, setialah kepada Tuhan—apapun yang terjadi. "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan" (2:10b; lihat juga 2:13; 17:14).
Ketika Anda mendorong orang lain untuk mengikut Tuhan, Anda dapat berbagi dengan mereka undangan menakjubkan yang diberikan di dalam Kitab Wahyu:
"Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (3:20).
Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma! (22:17; lihat juga 2:7, 11, 17, 26-28; 3:5, 12, 21).
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Beberapa dari komentar itu akan diulang karena mereka dibutuhkan di dalam pelajaran itu dan karena kita belajar melalui pengulanga...
Catatan Akhir:
- 1 Beberapa dari komentar itu akan diulang karena mereka dibutuhkan di dalam pelajaran itu dan karena kita belajar melalui pengulangan.
- 2 Robert Mounce, notes on the Book of Revelation, The NIV Study Bible, gen. ed. Kenneth Barker (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1985), 1926.
- 3 Beberapa penulis telah menyarankan bahwa Yohanes meminjam sumber penyembah berhala (Babel, Yunani, Romawi, dan mitologi Yahudi), namun Yohanes menekankan bahwa kitab itu datang dari Allah.
- 4 Kata Yunani yang diterjemahkan "hamba-hamba" berarti "budak." Kata itu menunjukkan bahwa kita bukan milik kita sendiri, bahwa kita telah dibeli dengan suatu harga (1 Korintus 6:19, 20).
- 5 Pasal 22 ayat 6 juga menulis " [hal-hal] apa yang harus segera terjadi."
- 6 Alkitab CEV menerjemahkan frase ini sebagai "apa yang harus segera terjadi" (The Holy Bible: Contemporary English Version [Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1995]), dan Peterson menulis "apa yang segera terjadi" (Eugene H. Peterson, The Message: New Testament With Psalms and Proverbs [Colorado Springs, Colo.: NavPress Publishing Group, 1995], 609).
- 7 Lihat juga 22:8. Di sepanjang hidupnya, Yohanes adalah seorang Saksi yang setia tentang Firman Allah. Namun begitu, di ayat 2 frase "firman Allah" dan "kesaksian Yesus Kristus" mengacu kepada "segala hal yang ia lihat" dan dengar di pulau Patmos.
- 8 "Ia" di sini berbentuk tunggal, dan "mereka" berbentuk jamak. Satu orang membacakan, tapi banyak orang mendengarkan. Alkitab CEV menulis "setiap orang yang membacakan nubuatan ini kepada orang-orang lain."
- 9 Pembacaan umum Firman adalah bagian dari ibadah sinagoge (Lukas 4:16, Kisah 13:15) dan menjadi bagian penting ibadah Kristen.
- 10 Mendengar yang dimaksud di 1:3 tidak berarti sekedar mendengar suara atau kata-kata. Melainkan, melibatkan sikap mendengarkan Firman dengan penuh semangat, siap untuk menaati (lihat Kisah 10:33). Penerimaan Firman adalah sama pentingnya dengan penyajian Firman (lihat Perumpamaan Penabur di dalam Matius 13 dan Lukas 8).
- 11 Kata "memperhatikan" ("menjaga" di dalam KJV) adalah dari kata Yunani yang dapat berarti "mengawasi, menjaga dan melindungi." Kita memang punya tanggung jawab untuk melindungi Kitab Wahyu (22:18, 19). Dalam konteks ini, bagaimanapun, arti dari kata tersebut tampaknya "mengamati atau menaati."
- 12 Sebagian besar dari kita secara otomatis menganggap nubuatan sebagai "ramalan masa depan." Namun begitu, perhatikanlah bahwa "kata-kata nubuat[ini]" itu harus ditaati. Yang Anda taati bukanlah ramalan; sebaliknya Anda menaati perintah. Meskipun kitab Wahyu berisi pelbagai ramalan tentang masa depan, istilah "nubuatan" pada dasarnya berkaitan dengan "pesan terilham" yang berisi perintah untuk ditaati (bandingkan 22:7 dan 22:12).
- 13 Sebagian besar perintah eksplisit terdapat di bagian pertama dan terakhir kitab ini (lihat 2:5, 16, 25; 3:2, 3, 11, 18, 19; 11:11), tetapi perintah 2:10 ("Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita!"; "Hendaklah setia sampai mati" ) tersirat di seluruh isi kitab ini.
- 14 Kepastian bahwa "waktunya sudah dekat" ditemukan juga di dalam 22:10.
- 15 Harold Hazelip, The Lord Reigns: A Survey of the Book of Revelation (Abilene, Tex.: Herald of Truth, n.d.), 4. (Emphasis mine.)
- 16 Lihat peta di halaman 66 di dalam edisi ini.
- 17 Lihat pelajaran "The Challenge of the Occult" in the "Acts, 8" issue of Truth for Today (April 1996).
- 18 Edward A. McDowell, The Meaning and Message of the Book of Revelation (Nashville: Broadman Press, 1951), 5.
- 19 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 85.
- 20 Ini merupakan salam normal para penulis terilham. Lihatlah pembukaan surat-surat dari Paulus dan Petrus. Lihat juga 2 Yohanes 3.
- 21 Pada pelajaran kedua di dalam edisi ini, saya menyebutkan bahwa tata bahasa teks Yunani kitab Wahyu adalah tidak umum di beberapa tempat. Ini merupakan salah satu tempat tersebut. Teks aslinya secara harfiah menulis "(Yang) Sekarang, (Yang) Dahulu, dan (Yang) Nanti." Seperti yang disebutkan sebelumnya, tata bahasa itu mungkin tidak umum, tetapi efektif!
- 22 Ungkapan "di depan takhta" berarti "siap melakukan kehendak-Nya."
- 23 Istilah itu kadang-kadang diterapkan kepada Yesus; tetapi karena Yesus dicantumkan di dalam ayat 5, maka di sini istilah itu harus diterapkan kepada Bapa.
- 24 Beberapa orang percaya bahwa ungkapan itu hanya mengacu kepada tujuh makhluk spiritual (mungkin para malaikat) yang menunggu untuk melakukan perintah Allah. Hal ini mungkin saja, tetapi konteks langsungnya-plus konteks kitab itu-mendukung kesimpulan bahwa ini adalah Roh Kudus: (1) roh-roh yang inferior biasanya tidak dikelompokkan dengan Bapa dan Anak. (2) Jika istilah "tujuh Roh" (yang juga muncul di 3:1; 4:5; dan 5:6) tidak mengacu kepada Roh Kudus, maka kitab Wahyu punya sedikit atau tidak punya sama sekali untuk berbicara tentang Roh Kudus.
- 25 Beberapa orang melihat adanya acuan kepada atribut lipattujuh Roh itu di dalam Yesaya 11:2 atau kepada tujuh mata Allah di dalam Zakharia 4:6, 10.
- 26 J. W. Roberts, The Revelation to John (The Apocalypse), The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1974), 29.
- 27 Suatu persamaan dapat ditarik antara Musa dan Kristus, keduanya adalah setia dalam bersaksi (memberikan bukti) mengenai Firman.
- 28 Ketika Yesus meminta orang Kristen untuk "setia sampai mati" (2:10), Ia tidak meminta mereka untuk melakukan apa saja yang Ia sendiri tidak mau lakukan.
- 29 Istilah "anak sulung" berasal dari ajaran Perjanjian Lama mengenai keunggulan anak sulung (misalnya, lihat Ulangan 21:15-17). Di dalam Kolose 1:18, istilah "sulung" terkait dengan "keunggulan" (KJV; NASB menulis "kedudukan utama"). Istilah "anak sulung" tidak menyiratkan bahwa Yesus adalah makhluk ciptaan, seperti yang diklaim oleh Saksi-Saksi Yehovah.
- 30 Beberapa orang menyatakan bahwa sekarang ini Yesus tidak sedang memerintah, tetapi Alkitab mengajarkan bahwa Ia sedang memerintah (1 Korintus 15:24-28). Mereka keberatan, "Jika Kristus sekarang memerintah, mengapakah keadaan dunia begitu mengerikan?" Jika kondisi dunia membuktikan bahwa Yesus tidak sedang memerintah, itu juga membuktikan bahwa tidak ada satu Oknum di dalam ke-Allahan sedang memerintah-tidak juga Bapa! Sebuah diskusi tentang pertanyaan ini muncul di Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 35-37.
- 31 Di dalam bahasa Yunani, tenses [keterangan waktu] lebih berkaitan dengan tindakan daripada dengan waktu.
- 32 Banyak naskah kuno menulis "mencuci" ketimbang "melepaskan" (lihat KJV dan NKJV). Kata Yunani untuk "lepas" (louo) adalah mirip dengan kata Yunani untuk "cuci" (luo). Pasal 7 ayat 14 menggunakan kata Yunani untuk "mencuci."
- 33 Aorist Tense bahasa Yunani ini mirip dengan bentuk past tense bahasa Inggris, tapi sekali lagi penekanannya adalah pada tindakan (lihat catatan kaki 31).
- 34 Beberapa orang telah menafsirkan perkataan "menjadi" sebagai berarti bahwa Yesus akan menjadikan kita sebuah kerajaan di masa depan. Namun begitu, perkataan "menjadi" ditulis miring di dalam Alkitab NASB, menunjukkan bahwa perkataan itu ditambahkan oleh penerjemah. Teks aslinya secara harfiah terbaca, "Ia menjadikan kita sebuah kerajaan." Kerajaan itu tidak di masa depan; kerajaan itu telah didirikan (lihat Kolose 1:13).
- 35 Banyak naskah kuno menulis "raja-raja" ketimbang "kerajaan" (lihat KJV dan NKJV). Pada dasarnya artinya adalah sama.
- 36 Untuk pemikiran tentang bagaimana kita memerintah bersama Yesus, lihat komentar tentang 5:10 di dalam pelajaran "Anak Domba Itu Layak" di dalam edisi "Wahyu, 3" dari Truth for Today.
- 37 Ini membungkam klaim Saksi-Saksi Yehovah bahwa Yesus sudah kembali dengan diam-diam dan tak terlihat pada tahun 1914.
- 38 Lihat Yohanes 19:32-37.
- 39 Roberts, 31. Roberts said this because of the comprehensive nature of the promise: "every eye," "all the tribes of the earth."
- 40 Di dalam kitab Wahyu, penghuni bumi adalah orang non-Kristen.
- 41 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 68.
- 42 Beberapa orang menyatakan bahwa tidak Kedatangan Kedua selain daripada kedatangan penghakiman sementara, tetapi ini bertentangan dengan ajaran Perjanjian Baru tentang Kedatangan Kedua. Sebagai contoh, kita harus mengambil bagian Perjamuan Tuhan sampai Ia datang lagi (1 Korintus 11:26). Jika Kedatangan Kedua sudah terjadi, kita seharusnya tidak lagi mengambil bagian Perjamuan Tuhan. Adakah yang berani mengajarkan bahwa kita seharusnya tidak lagi mengambil bagian Perjamuan Tuhan?
- 43 Yohanes lebih dulu menggunakan bentuk penegasan bahasa Yunani dan kemudian bentuk bahasa Ibrani. Lihat catatan tentang kata "Amin" dalam kaitannya dengan catatan tentang 3:14 di edisi Truth for Today yang akan datang.
- 44 Disadur dari Nehemia 5:13; KJV.
- 45 Juga, fakta bahwa ayat-ayat yang langsung sebelum dan setelah ayat 8 berbicara tentang Yesus akan mendukung pandangan bahwa Yesuslah yang berbicara di ayat 8.
- 46 Keduanya adalah bagian dari ke-Allahan (lihat Kolose 2:9). Apa yang Satu anggota kerjakan, dapat dikatakan dikerjakan oleh dua anggota Lainnya.
- 47 Lihat bagian tentang "Musa dan Keluaran" di halaman 53 di dalam edisi ini. Beberapa yang lainnya bisa ditambahkan. Misalnya, perhatikanlah suara seperti sangkakala yang digunakan untuk mendapatkan perhatian di Gunung Sinai (Keluaran 19:16, 19) dan di Patmos (Wahyu 1:10). Sekali lagi, bisalah dicatat bahwa, seperti Domitianus, Firaun disembah sebagai dewa, dan bahwa kisah Keluaran itu memiliki seorang nabi palsu (Bileam) sebagaimana drama Kitab Wahyu bercerita tentang nabi palsu.
- 48 Jika pelajaran ini digunakan sebagai sebuah khotbah, Anda mungkin ingin kembali ke perkataan di dalam ayat 5: Ia "mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya." Janji-janji itu hanya untuk mereka yang dibasuh oleh darah itu-dan bahwa orang harus dibaptis supaya dosa-dosanya dibasuh oleh darah itu (Kisah 22:16).
- 49 Peterson, 609.
- 50 Anda dapat menggunakan segel/meterai asli apa saja yang diakui di tempat Anda.
- 51 Mounce, 1926. Pelbagai pelajaran tentang ucapan bahagia di kitab Wahyu muncul pada 1992 Harding University lectureship book Vision of Victory: The Book of Revelation, and D. T. Niles, As Seeing the Invisible: A Study of the Book of Revelation (New York: Harper & Brothers, Publishers, 1961), 60-61.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi