Teks -- Yohanes 12:3 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yoh 12:3
Full Life: Yoh 12:3 - MARIA ... MEMINYAKI KAKI YESUS.
Nas : Yoh 12:3
Tindakan Maria ini merupakan suatu pengorbanan besar, karena minyak
narwastu murni itu sangat mahal harganya. Maria sadar bahwa kese...
Nas : Yoh 12:3
Tindakan Maria ini merupakan suatu pengorbanan besar, karena minyak narwastu murni itu sangat mahal harganya. Maria sadar bahwa kesempatan untuk mengungkapkan pengabdian kepada Yesus segera akan berakhir, karena itu dia memanfaatkan kesempatan yang tersedia. Iman dan pengabdiannya kepada Tuhan merupakan teladan tertinggi dari apa yang diinginkan Allah dari orang percaya. Oleh karena itu Yesus menyatakan bahwa perbuatan kasih itu akan disebut di mana saja Injil diberitakan
(lihat cat. --> Mat 26:13).
[atau ref. Mat 26:13]
Ende -> Yoh 12:3
Sebenarnja 325 gr.
Ref. Silang FULL -> Yoh 12:3
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 12:3 - -- 12:3 Maka Maria mengambil setengah kati885 minyak886 narwastu murni887 yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya;...
12:3 Maka Maria mengambil setengah kati885 minyak886 narwastu murni887 yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Mereka berbaring di situ (sesuai dengan kebiasaan mereka), sehingga kaki mereka mudah didekati oleh orang. Maria meminyaki kaki Yesus, sesuai dengan sikapnya yang terlihat dalam Lukas 10. Dia tidak memikirkan harga minyak itu, dan dia tidak memikirkan kesan seorang perempuan yang membiarkan rambutnya turun untuk menyeka kaki Tuhan Yesus.888
Biasanya kepala diminyaki, bukan kaki. Tampaknya Maria meminyaki kaki Yesus, dan bukan kepala-Nya, karena kerendahan hati di depan Tuhanya, yang dia kasihi.
Hagelberg: Yoh 12:1-11 - -- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
Pasal 12 merupakan pasal peralihan. Kematian Tuhan Yesus disebutkan berkali-kali dalam pasal ini. Perisitiwa dan perk...
2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
Pasal 12 merupakan pasal peralihan. Kematian Tuhan Yesus disebutkan berkali-kali dalam pasal ini. Perisitiwa dan perkataan pasal ini menuju pada salib, yaitu kemuliaan Tuhan Yesus.
Morris878 dan Carson879 membahas peristiwa pengurapan Tuhan Yesus yang diceritakan dalam Injil Matius pasal 26:6-13; Injil Markus pasal 14:3-9; Injil Lukas pasal 7:36-50; dan Injil Yohanes pasal 12:1-11. Baik Morris maupun Carson setuju bahwa Matius, Markus, dan Yohanes membahas peristiwa yang sama dengan perincian yang sesuai dengan tema-tema yang ditekankan oleh masing-masing penulis.880 Mereka juga berkata bahwa Lukas 7:36-50 membahas peristiwa yang lain.
Perbandingan antara Matius pasal 26:6-13 dan Markus pasal 14:3-9 mudah. Dua perikop tersebut menceritakan peristiwa yang sama, dan menekankan tema-tema yang sama.
Tampaknya peristiwa yang dicatat dalam Lukas pasal 7:36-50 bukanlah sama dengan yang diceritakan oleh Matius dan Markus. Lukas menceritakan sesuatu yang terjadi lebih awal, dan di Galilea, bukan di Betania. Rupanya kedua peristiwa terjadi di rumah yang dimiliki oleh orang yang bernama "Simon", tetapi nama itu sangat lazim di kalangan orang Yahudi. Simon yang diceritakan dalam Injil Lukas adalah seorang Farisi yang perlu ditegur, sedangkan Simon yang diceritakan dalam Injil Markus disebutkan "Simon si kusta". Perempuan yang mengurapi Tuhan Yesus dalam Injil Lukas adalah perempuan "yang terkenal sebagai seorang berdosa". Pengampunannya merupakan salah satu pokok peristiwa itu dalam Injil Lukas, tetapi pengampunan tidak dikmukakan dalam Injil Markus.
Tampaknya pengurapan yang diceritakan oleh Markus (dan Matius) adalah sama dengan pengurapan yang diceritakan oleh Yohanes, tetapi Yohanes menyebutkan perincian-perincian yang lain karena tujuan dan tema yang dia tekankan tidak sama dengan Markus. Misalnya, Markus dan Matius menceritakan bahwa kepala Tuhan Yesus diurapi, karena mereka menekankan bahwa Tuhan Yesus adalah raja yang diurapi, sedangkan Yohanes menceritakan bahwa kaki Tuhan Yesus diurapi, karena kerendahan hati Maria. Dengan demikian, sikap Maria jauh berbeda dari sekap murid-murid-Nya yang tidak siap membasuh kaki Tuhan Yesus dalam pasal 13. Tampaknya banyak minyak dipakai (lihat penjelasan di bawah), lebih dari apa yang diperlukan untuk mengurapi kepala Tuhan Yesus. Walaupun Markus dan Matius menceritakan bahwa kepala Tuhan Yesus diurapi, mereka juga mencatat bahwa Tuhan Yesus berkata bahwa tubuh-Nya diurapi (Matius 26:12 dan Markus 14:8), bukan kepada saja.
Dalam Injil Yohanes pengurapan itu jelas terjadi sebelum mereka masuk kota Yerusalem disongsong dengan daun-daun palem, tetapi dalam Injil Matius dan Injil Markus pengurapan diceritakan sesudah Tuhan Yesus dielu-elukan di Yerusalem. Namun kita harus ingat bahwa dalam Injil Sinoptik urutan perikop tidak selalu mengikuti urutan waktu. Kesimpulannya adalah bahwa Matius, Markus, dan Yohanes menceritakan peristiwa pengurapan yang sama, tetapi perincian masing-masing sesuai dengan tema masing-masing.
Hagelberg: Yoh 12:3 - -- 12:3 Maka Maria mengambil setengah kati885 minyak886 narwastu murni887 yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya;...
12:3 Maka Maria mengambil setengah kati885 minyak886 narwastu murni887 yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Mereka berbaring di situ (sesuai dengan kebiasaan mereka), sehingga kaki mereka mudah didekati oleh orang. Maria meminyaki kaki Yesus, sesuai dengan sikapnya yang terlihat dalam Lukas 10. Dia tidak memikirkan harga minyak itu, dan dia tidak memikirkan kesan seorang perempuan yang membiarkan rambutnya turun untuk menyeka kaki Tuhan Yesus.888
Biasanya kepala diminyaki, bukan kaki. Tampaknya Maria meminyaki kaki Yesus, dan bukan kepala-Nya, karena kerendahan hati di depan Tuhanya, yang dia kasihi.
C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
Hagelberg: Yoh 11:1--12:50 - -- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 12:1-11
Matthew Henry: Yoh 12:1-11 - Maria Mengurapi Kaki Kristus; Kemunafikan Yudas; Kemarahan Imam-imam Kepala
Kisah yang kita dapati di akhir pasal sebelumnya sangatlah menyedihkan, yaitu tentang penghinaan yang dilontarkan terhadap Tuhan kita Yesus Kristu...
- Kisah yang kita dapati di akhir pasal sebelumnya sangatlah menyedihkan, yaitu tentang penghinaan yang dilontarkan terhadap Tuhan kita Yesus Kristus. Ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi mendakwa-Nya sebagai pengkhianat terhadap agama mereka. Mereka menderanya dengan segala macam cacian hinaan sedapat mereka. Tetapi kisah dalam pasal ini menyeimbangkan keadaan itu dengan menceritakan tentang penghormatan yang diberikan kepada Sang Penebus, kendati dengan semua celaan yang dilontarkan kepada Dia itu. Demikianlah kedua keadaan itu dipertentangkan satu sama lain. Marilah kita lihat penghormatan apa yang dicurahkan ke atas kepala Tuhan Yesus, bahkan ketika Dia sedang direndahkan sedemikian rupa.
- I. Maria memberikan penghormatan kepada-Nya dengan mengurapi kaki-Nya pada saat makan malam di Betania (ay. 1-11)
- II. Rakyat jelata memberikan penghormatan kepada-Nya melalui seruan sukacita mereka, saat Ia memasuki kota Yerusalem dengan menunggangi seekor keledai (ay. 12-19).
- III. Orang-orang Yunani memberikan penghormatan mereka dengan mencari Dia karena sangat rindu untuk menemui-Nya (ay. 20-26).
- IV. Allah Bapa menghormati-Nya melalui sebuah suara dari sorga yang menyatakan kesaksian tentang Dia (ay. 27-36).
- V. Kristus juga dihormati oleh nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, yang telah menubuatkan ketidakpercayaan orang-orang yang telah mendengar berita tentang Dia (ay. 37-41).
- VI. Dia mendapatkan kehormatan dari beberapa pemimpin besar yang bersaksi untuk Dia melalui hati nurani mereka, sekalipun mereka tidak berani mengakui hal itu (ay. 42--43).
- VII. Dia menyatakan kehormatan-Nya sendiri dengan mengumandangkan amanat ilahi yang diterima-Nya dan dengan menegaskan tugas yang diemban-Nya di dunia ini (ay. 44-50).
Maria Mengurapi Kaki Kristus; Kemunafikan Yudas; Kemarahan Imam-imam Kepala (12:1-11)
- Dalam ayat-ayat di atas diceritakan mengenai:
- I. Kunjungan bersahabat yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap kawan-kawan-Nya di Betania (ay. 1). Enam hari sebelum Paskah, Dia keluar dari wilayah-Nya untuk mampir ke Betania, sebuah kota yang menurut perhitungan para ahli, begitu dekat letaknya dengan Yerusalem sampai rasanya tidak ada bedanya bagi Dia untuk berada dalam lingkaran kematian. Dia singgah di sana, di rumah kawan-Nya Lazarus, yang baru saja dibangkitkan-Nya dari kematian. Kedatangan-Nya ke Betania dapat dianggap:
- . Sebagai pengantar untuk hari Paskah yang hendak Ia rayakan.
- Paskah ini dijadikan acuan waktu dalam menggambarkan waktu kedatangan-Nya, yaitu enam hari sebelum Paskah. Sebelum hari Paskah tiba, orang-orang saleh memang biasanya meluangkan waktu untuk mempersiapkan diri mereka dalam menyambut hari yang penuh khidmat itu. Demikian pula yang diperbuat Tuhan Yesus supaya Ia dapat menggenapkan seluruh kehendak Allah. Melalui teladan-Nya itu, Ia telah mengajari kita supaya mempersiapkan diri untuk menyambut Paskah Injil dengan khidmat. Marilah kita dengarkan suara yang berseru-seru, Persiapkanlah jalan bagi Tuhan.
- . Sebagai tanda kesukarelaan-Nya untuk menampakkan diri di hadapan murka para musuh-Nya. Kini ketika saat-Nya telah tiba, Ia mendekat ke dalam jangkauan mereka dan menyerahkan diri-Nya kepada mereka secara sukarela, meskipun Dia telah membuktikan bahwa Ia bisa saja meloloskan diri dengan mudah dari semua jebakan mereka.
- Perhatikan:
- (1) Tuhan kita Yesus menanggung penderitaan-Nya secara sukarela. Nyawa-Nya tidaklah direnggut dengan paksa dari Dia, melainkan diserahkan-Nya sendiri. Sungguh, Aku datang. Sebagaimana kekuatan para penganiaya-Nya tidak mampu mengalahkan Dia, begitu pula kelicikan mereka tidaklah mampu mengecoh-Nya. Dia mati karena dia bersedia untuk mati.
- (2) Memang ada saatnya kita diperbolehkan untuk berusaha melindungi dan menyelamatkan diri, tetapi ada saatnya pula kita dipanggil untuk mempertaruhkan nyawa kita demi kepentingan Allah, sebagaimana Rasul Paulus, ketika ia pergi sebagai tawanan Roh ke Yerusalem.
- . Sebagai pernyataan kebaikan hati-Nya terhadap kawan-kawan-Nya di Betania, yang begitu Ia sayangi. Juga, karena sebentar lagi Ia akan dipisahkan dari mereka. Kunjungan itu merupakan kunjungan perpisahan. Dia datang untuk berpamitan dengan mereka, dan untuk memberikan kata-kata penghiburan supaya mereka siap dalam menghadapi hari pencobaan yang kini tengah mendekat. Perhatikan, meskipun Kristus pergi dari umat-Nya untuk sementara waktu, Ia akan menunjukkan kepada mereka bahwa Ia pergi dalam kasih, bukan dalam kemarahan. Di sini, Betania digambarkan sebagai tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Mujizat yang dilakukan di sana membuat tempat itu menjadi masyhur dan dihormati orang-orang. Kristus datang ke sana untuk melihat seberapa jauh orang-orang sudah membuat kemajuan setelah menyaksikan mujizat tersebut. Sebab, di mana saja Kristus melakukan mujizat dan memperlihatkan tanda-tanda kebaikan-Nya, Ia akan selalu terus memperhatikan tempat itu, untuk melihat apakah tujuan pekerjaan-Nya di sana telah tercapai. Di mana pun Ia menabur secara berkelimpahan, Ia akan selalu mengawasi apakah benih-benih itu kemudian tumbuh dan muncul kembali atau tidak.
- II. Sambutan baik yang ditunjukkan oleh kawan-kawan-Nya di sana: Di situ diadakan perjamuan untuk Dia (ay. 2), sebuah perjamuan besar, sebuah pesta. Patut dipertanyakan apakah perjamuan itu sama dengan yang dicatat dalam Matius 26:6 dan seterusnya, yaitu yang diadakan di rumah Simon. Kebanyakan penafsir Injil mengira demikian, sebab inti cerita dan banyak keadaan dari kedua kisah itu bersesuaian. Akan tetapi, pesta itu dikatakan berlangsung dua hari sebelum Paskah, sedangkan yang ini dilakukan enam hari sebelumnya. Lagi pula, tidak mungkin kalau Marta melayani di tempat yang bukan rumahnya sendiri. Karena itulah, saya cenderung setuju dengan pendapat Dr. Lightfoot, yaitu bahwa kedua pesta itu berbeda: yang dicatat dalam Matius terjadi pada hari ketiga di minggu Paskah, sedangkan yang diceritakan di sini terjadi pada hari ketujuh di minggu sebelumnya, yang merupakan hari Sabat orang Yahudi, semalam sebelum Ia masuk ke Yerusalem dengan menunggang keledai. Yang pertama disebutkan tadi diadakan di rumah Simon, sedangkan yang kini diceritakan diselenggarakan di rumah Lazarus. Kedua perjamuan ini adalah penyambutan bagi Kristus yang dilakukan dengan paling khidmat dan terang-terangan, dan mungkin saja Maria menunjukkan rasa hormatnya di kedua kesempatan itu. Minyak narwastu yang tersisa setelah ia memakai setengah katinya (ay. 3) untuk mengurapi Yesus dalam kesempatan pertama, dia habiskan semuanya pada kali kedua ini, seperti yang dicatat dalam Markus 14:3. Marilah kita menyimak kisah penyambutan ini.
- . Mereka mengadakan perjamuan malam bagi Dia, sebab bagi mereka, makan malam adalah hidangan yang terbaik. Mereka mengadakan perjamuan tersebut sebagai tanda penghormatan dan rasa syukur mereka, sebab pesta biasanya diadakan sebagai tanda persahabatan. Juga, supaya mereka memperoleh kesempatan untuk bisa leluasa bercengkerama dengan-Nya, sebab pesta biasanya diadakan demi kebersamaan. Secara tidak langsung mungkin untuk menunjuk ke perjamuan-perjamuan yang diadakan untuk menyambut-Nya sewaktu Dia menjelma menjadi manusia, Kristus berjanji bahwa Ia akan makan bersama-sama dengan orang-orang yang mau membukakan pintu hati mereka bagi-Nya (Why. 3:20).
- . Marta melayani. Ia sendirilah yang menunggui meja, sebagai tanda penghormatan yang besar kepada Sang Guru. Meskipun Marta adalah seorang yang terpandang, dia tidak segan-segan melayani, ketika Kristus duduk makan. Kita pun harus begitu. Saat kita harus merendahkan diri demi kemuliaan Kristus, hendaknya kita tidak menganggap bentuk pelayanan apa pun sebagai sebuah hal yang remeh atau terlalu rendah untuk dilakukan. Sebelumnya, Kristus telah menegur Marta karena terlalu sibuk melayani. Akan tetapi, teguran itu tidak membuatnya berhenti melayani, sebagaimana beberapa orang tertentu yang cepat sekali marah dan tidak mau lagi melakukan hal yang sama setelah mereka ditegur mengenai hal itu. Tidak begitu dengan Marta. Dia tetap saja melayani, namun bukan di tempat yang jauh-jauh, melainkan di sekitar tempat di mana ia masih bisa mendengar perkataan Kristus yang penuh rahmat, sebagaimana pelayan-pelayan Salomo yang menurut Ratu Syeba, amat beruntung karena mereka dapat terus berdekatan dengan Salomo untuk mendengarkan hikmatnya. Lebih baik menjadi seorang pelayan di meja Kristus daripada menjadi seorang tamu di meja raja.
- . Lazarus merupakan salah seorang yang turut makan. Hal itu membuktikan kebenaran dalam kebangkitannya, sebagaimana yang didapati dalam kebangkitan Kristus sendiri, yaitu ada orang-orang yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia (Kis. 10:41). Lazarus tidak mengasingkan diri ke padang gurun setelah ia dibangkitkan, dan bukannya seakan-akan karena sudah mengunjungi dunia lain, maka dia harus jadi pertapa sesudah kebangkitannya itu. Tidak begitu. Dia tetap saja bergaul dengan orang-orang, seperti yang dilakukan orang lainnya. Dia turut makan, sebagai tugu peringatan akan mujizat yang telah dibuat Kristus. Orang-orang yang telah dibangkitkan oleh Kristus ke dalam kehidupan rohani akan diberikan tempat bersama-sama dengan Dia (Ef. 2:5-6).
- III. Penghormatan khusus yang ditunjukkan Maria terhadap-Nya, lebih dari yang lainnya, yaitu dengan mengurapi kaki Kristus dengan minyak yang harum (ay. 3). Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, yang selama ini mungkin sengaja ia simpan untuk keperluannya sendiri. Akan tetapi, kematian dan kebangkitan kakak lelakinya membuatnya tidak lagi mementingkan pemakaian barang-barang seperti itu bagi dirinya sendiri, dan dengan minyak inilah dia mengurapi kaki Yesus. Lalu, untuk lebih menyembah Kristus dan merendahkan dirinya sendiri, ia pun menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Tindakannya itu disaksikan oleh semua orang yang hadir di sana pada saat itu, sebab bau minyak semerbak di seluruh rumah itu (Ams. 27:16).
- . Jelas sekali Maria memaksudkan hal ini sebagai tanda kasihnya terhadap Kristus, yang telah menunjukkan kasih-Nya terhadap dia dan keluarganya. Karena itulah, dia pun rela memberikan apa yang ia miliki. Nah, melalui tindakannya itu, Maria menunjukkan bahwa kasihnya terhadap Kristus itu merupakan
- (1) Kasih yang murah hati. Demi melayani Kristus dengan sebaik-baiknya, Maria rela mengorbankan hartanya, bahkan begitu tulus mencari-cari kesempatan untuk melakukan hal itu, padahal kebanyakan orang justru lebih sering menghindar dari perbuatan tersebut. Jika dia memiliki sesuatu yang lebih berharga dari benda-benda lainnya, maka pastilah ia akan menyerahkannya demi menghormati Kristus. Perhatikan, orang-orang yang benar-benar mengasihi Kristus lebih dari dunia ini pasti bersedia menyerahkan segala yang terbaik dari yang mereka miliki bagi Dia.
- (2) Kasih yang rendah hati. Maria tidak hanya mencurahkan minyak narwastu miliknya itu bagi Kristus, tetapi juga menuangkan minyak itu dengan tangannya sendiri, padahal dia bisa saja menyuruh salah seorang pelayannya untuk melakukan itu. Bukan itu saja, dia juga tidak mengurapi kepala Kristus, seperti yang lazim dilakukan, melainkan kaki-Nya. Kasih yang sejati tidak akan segan memberikan atau melakukan apa pun, untuk menghormati Kristus. Bila teringat akan apa yang telah dilakukan dan dikorbankan oleh Kristus bagi kita, maka kita amatlah tidak tahu berterima kasih jika menganggap sebuah tindakan terlalu susah untuk dilakukan, atau terlalu hina untuk dikerjakan, sementara kita tahu bahwa dengan tindakan itu Kristus dapat dipermuliakan.
- (3) Kasih yang memercayai. Ada iman di balik kasih yang ditunjukkan Maria itu, yaitu iman bahwa Yesus adalah Mesias, Sang Kristus, Yang Diurapi, yang, sebagai Imam dan Raja, juga diurapi sebagaimana Harun dan Daud. Perhatikan, Yang Diurapi Allah harus menjadi Yang Diurapi bagi kita. Bukankah Allah telah mengurapi-Nya dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Nya? Marilah kita juga mengurapi-Nya dengan kasih sayang yang melebihi rasa kasih kita terhadap hal-hal lainnya. Dengan mengakui Kristus sebagai Raja kita, kita juga harus mengikuti rencana Allah, mengangkat Dia yang telah Allah urapi sebagai Pemimpin kita (Hos. 1:11).
- . Bau minyak yang semerbak di seluruh rumah itu menunjukkan pada kita,
- (1) Bahwa orang-orang yang menyambut Kristus dalam hati dan rumah mereka membawa bau yang amat harum masuk ke dalam hati dan rumah mereka itu. Kehadiran Kristus membawa serta wangi-wangian yang menyukakan hati.
- (2) Penghormatan yang diberikan kepada Kristus merupakan penghiburan bagi semua kawan dan pengikut-Nya. Penghormatan itu adalah persembahan yang berupa bau yang manis bagi Alah dan orang-orang saleh.
- IV. Ketidaksenangan Yudas terhadap pemujaan atau tanda penghormatan Maria terhadap Kristus tersebut (ay. 4-5).
- Perhatikanlah di sini:
- . Orang yang bersungut-sungut atas tindakan Maria tadi adalah Yudas, seorang dari murid-murid Yesus. Akan tetapi, itu bukan sifat seluruh murid-Nya. Ia hanyalah salah seorang dari bilangan mereka. Memang tidak aneh bila orang-orang yang paling jahat menyamar di balik pengakuan iman mereka yang terbaik. Banyak orang berpura-pura mengaku mengenal Kristus, padahal mereka sama sekali tidak mengasihi-Nya. Yudas adalah seorang rasul, seorang pengkhotbah Injil, tetapi ia malah berkeberatan dan mencela perbuatan yang menunjukkan kasih sayang dan pengabdian yang tulus seperti yang dilakukan Maria tadi. Perhatikan, menyedihkan sekali jika kehidupan agama dan semangat yang kudus malah dicerca dan ditolak oleh orang-orang yang justru seharusnya mendorong dan menyokong semuanya itu. Tetapi, dia memang orang yang akan segera menyerahkan Kristus. Perhatikan, kasih yang telah mendingin terhadap Kristus dan kebencian tersembunyi terhadap kesalehan yang tulus, bila muncul dalam diri penganut agama, maka ini menjadi pertanda buruk akan terjadinya kemurtadan. Orang-orang munafik yang biasanya tidak mudah tergelincir karena godaan-godaan duniawi, justru lebih mudah jatuh oleh karena godaan-godaan yang lebih besar daripada itu.
- . Kedok yang dipakai Yudas untuk menutupi ketidaksenangannya itu (ay. 5): "Mengapa minyak narwastu ini, yang seharusnya dipakai untuk perbuatan saleh, tidak dijual saja seharga tiga ratus dinar" (yaitu setara dengan gaji seorang pekerja selama 300 hari), "dan uangnya diberikan kepada orang miskin?"
- (1) Di sini terdapat kebusukan yang begitu terselubung rapi, sebab Iblis pun dapat menyamar sebagai malaikat terang.
- (2) Di sini juga terdapat hikmat duniawi yang mencela semangat saleh sebagai kesembronoan dan keborosan. Orang-orang yang suka meninggikan diri sendiri dengan nilai-nilai duniawi mereka dan merendahkan kesalehan orang lain, berarti memiliki roh Yudas dalam diri mereka, lebih besar daripada yang mereka kira.
- (3) Di sini, rasa amal terhadap orang miskin dijadikan alasan untuk menentang kesalehan yang ditujukan kepada Kristus dan dijadikan kedok untuk menyembunyikan ketamakan. Banyak orang mencari-cari alasan untuk tidak memberikan sedekah dengan berpura-pura sedang mengumpulkan harta mereka dulu untuk bersedekah nanti. Padahal, awan-awan saja rela mencurahkan butir-butir hujan yang terkandung di dalamnya sampai habis. Yudas bertanya, Mengapa uangnya tidak diberikan kepada orang-orang miskin saja? Jawabannya mudah saja, sebab minyak narwastu itu lebih layak dicurahkan bagi Tuhan Yesus. Perhatikan, kita tidak boleh gegabah menghakimi tindakan orang lain sebagai tindakan yang tidak layak diterima hanya karena mereka melakukannya dengan cara yang berbeda dan bukan dengan cara yang kita setujui. Kalau kita melakukan demikian, ini seolah-olah setiap perbuatan yang tidak sesuai dengan perasaan dan ukuran kita itu memang buruk dan tidak layak. Orang-orang yang sombong memang cenderung menganggap remeh orang lain yang tidak menghiraukan saran mereka.
- . Kemunafikan Yudas tercium dan terbongkar di sini (ay. 6). Inilah pendapat sang penulis Injil yang diilhami oleh Dia yang menyelidiki hati manusia: Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, seperti yang pura-pura ia lakukan, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
- (1) Keberatan Yudas itu tidak didasari oleh kepeduliannya untuk beramal: Bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin. Dia tidak memiliki belas kasihan terhadap mereka, sama sekali tidak peduli kepada mereka: baginya, orang-orang miskin hanyalah sekedar alat untuk mendapatkan keinginannya, dengan cara berpura-pura memperhatikan mereka. Begitu pulalah, beberapa orang berjuang keras demi kekuasaan gereja, sementara yang lainnya demi mempertahankan kemurnian gereja, padahal boleh jadi hal itu terjadi bukan karena mereka memperhatikan nasib gereja. Mereka tidak peduli kepentingan gereja mau tenggelam atau hanyut. Mereka hanya memperalat semua itu demi keuntungan diri sendiri. Simeon dan Lewi berpura-pura mengagungkan sunat, tetapi bukan karena mereka memperhatikan meterai kovenan, sebagaimana Yehu tidak memperhatikan Tuhan semesta alam saat ia berkata, lihat bagaimana giatku untuk Tuhan.
- (2) Keberatan Yudas itu justru muncul karena ketamakannya.
- Kenyataannya adalah, dia lebih menginginkan minyak narwastu yang dipersembahkan untuk Guru-nya itu supaya dijual saja, lalu uangnya dapat dimasukkan ke dalam kas yang ia pegang, dan setelah itu ia tahu apa yang akan dilakukannya.
- Perhatikanlah:
- [1] Yudas adalah bendahara dalam rumah tangga Kristus, sehingga beberapa orang beranggapan bahwa karena itulah dia dipanggil Iskariot, yang berarti si pemegang kas (secara harfiah: pembawa kantong).
- Pertama, lihatlah bagaimana keadaan Yesus dan para murid-Nya dalam menjalani kehidupan mereka saat itu. Begitu sederhananya hidup mereka. Mereka tidak memiliki peternakan ataupun harta benda, lumbung ataupun gudang, melainkan hanya sebuah kantong, atau, seperti yang diartikan sebagian orang, sebuah kotak atau peti. Mereka menggunakannya sebagai tempat untuk menyimpan uang dalam jumlah yang secukupnya saja untuk kepentingan mereka, dan bila ada kelebihan, memberikannya kepada orang-orang miskin. Benda itulah yang mereka bawa-bawa ke mana pun mereka pergi. Omnia mea mecum porto -- Aku membawa seluruh hartaku bersamaku. Kantong ini diisi dari pemberian-pemberian orang-orang saleh, dan Sang Guru beserta para murid-Nya memiliki semuanya bersama-sama. Biarlah hal ini mengurangi penghargaan kita akan kekayaan duniawi dan mematikan diri kita terhadap hal-hal atau tata cara lahiriah, dan membuat kita rela untuk hidup dengan sederhana ataupun menderita, bila hal ini memang menjadi bagian kita, sebab Guru kita pun mengalaminya juga. Demi kita, dia rela jadi miskin.
- Kedua, lihatlah siapa yang menjadi bendahara bagi uang mereka yang jumlahnya sedikit itu. Yudas, dialah orang yang memegang uang kas itu. Tugasnya adalah menerima dan mengeluarkan uang, dan kita tidak mendapati bahwa dia memberikan laporan belanja yang dia lakukan. Yudas ditunjuk untuk melakukan tugas itu, karena:
- . Dia yang terendah dan terkecil di antara semua murid lainnya. Bukan Petrus atau Yohanes yang dijadikan bendahara (sekalipun jabatan itu memerlukan kepercayaan dan mendatangkan keuntungan), melainkan Yudas, yang terendah di antara mereka. Perhatikan, pekerjaan-pekerjaan duniawi itu menyimpang dari dan juga mengganggu pelayanan Injil (1Kor. 6:4). Para pelayan utama dalam kerajaan Kristus menolak untuk mengurusi hal-hal yang berkenaan dengan pendapatan (Kis. 6:2).
- . Atau, bisa juga karena dia memang menginginkan jabatan itu. Hatinya terpaut dengan pekerjaan menangani uang, dan karena itu kas itu diserahkan kepadanya
- (1) Sebagai sebuah kebaikan untuk menyenangkan hatinya, dan dengan begitu mewajibkannya untuk bersikap setia terhadap Guru-nya. Biasanya, rakyat membenci pemerintah karena keinginan mereka diabaikan. Tetapi Yudas tidak memiliki alasan untuk mengeluh seperti itu. Kantong dia pilih, dan kantong pula yang didapatnya. Atau juga,
- (2) Sebagai penghakiman atasnya, untuk menghukumnya atas kejahatannya yang tersembunyi. Apa yang dipercayakan ke dalam tangannya akan menjadi jebakan yang menjeratnya. Perhatikan, kecenderungan kuat untuk melakukan sebuah dosa, yang bersumber dari dalam diri sendiri, sering dihukum dengan godaan-godaan kuat dari luar untuk melakukan dosa itu. Tidak ada alasan yang kuat bagi kita untuk menggemari uang atau membangga-banggakannya, sebab sehebat-hebatnya diri kita, kita ini hanyalah bendahara atasnya saja. Saat itu, yang menjadi pemegang uang kas adalah Yudas, seorang dengan sifat yang jahat, yang dilahirkan untuk digantung (maaf atas ungkapan ini). Orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya [diterjemahkan dari TB, Ams. 1:32; KJV: kemakmuran orang bebal membinasakan mereka -- pen.].
- [2] Sebagai orang yang dipercaya memegang uang kas, Yudas adalah seorang pencuri, artinya, dia memiliki sifat yang suka mencuri. Kecintaan terhadap uang sudah dianggap sebagai pencurian, sebagaimana kemarahan dan balas dendam dianggap sebagai pembunuhan. Atau mungkin, dia benar-benar telah menyalahgunakan uang Gurunya itu dan memakai apa yang seharusnya dimiliki bersama untuk kepentingannya sendiri. Malah, menurut dugaan sebagian orang, saat itu pun dia sedang berusaha mengisi kantongnya sendiri, lalu kabur dan meninggalkan Gurunya, sebab ia sudah sering mendengar-Nya berkata-kata mengenai banyak masalah yang akan segera melanda, yang sama sekali tidak ingin ia hadapi. Perhatikan, orang-orang yang dipercaya mengelola uang untuk kepentingan umum harus memiliki prinsip keadilan dan kejujuran yang teguh, supaya tangan mereka tidak ternoda. Ada sebagian orang yang iseng mencurangi pemerintah, gereja, atau negara, dan jika kecurangan tadi melibatkan pencurian, maka dosa pencurian dan hukuman bagi pencurinya itu tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Merampok masyarakat merupakan dosa besar, karena kepentingan masyarakat lebih utama daripada perseorangan. Setelah mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepadanya, tidak lama kemudian Yudas mengkhianati Gurunya sendiri.
- V. Pembelaan Kristus terhadap tindakan Maria itu (ay. 7-8): Biarkanlah dia. Di sini Ia menegaskan penerimaan-Nya terhadap kebaikan Maria (meskipun Kristus telah mematikan diri terhadap segala kesenangan lahiriah, namun, oleh karena itu adalah tanda maksud baik dari Maria, maka Dia pun memperlihatkan kesenangan hati-Nya terhadap maksud baiknya itu). Ia tidak ingin Maria diganggu oleh karena tindakannya itu: Maafkanlah dia, begitulah kalimat Yesus tadi dapat diartikan. "Maklumilah dia kali ini saja. Jika ini suatu kekeliruan, maka ini adalah kekeliruan yang terjadi karena kasihnya." Perhatikan, Kristus tidak akan membiarkan seorang pun mencela atau membuat tawar hati orang yang bermaksud menyenangkan hati-Nya dengan tulus, meskipun tindakan mereka itu mungkin tidak begitu bijaksana (Rm. 14:3). Meskipun kita tidak akan melakukan apa yang mereka lakukan, biarkanlah mereka.
- Untuk membenarkan Maria:
- . Kristus mengemukakan alasan bagus dari tindakan Maria tadi, yang tidak disadari oleh orang-orang yang mencelanya: dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Atau, Dia melakukannya untuk memperingati pengurapan jasad-Ku, begitulah pendapat Dr. Hammond. "Engkau tentunya tidak segan-segan membiarkan minyak dipakai untuk mengurapi mayat teman-temanmu, atau mengusulkan supaya minyaknya dijual saja dan diberikan kepada orang-orang miskin. Nah, pengurapan ini dimaksudkan untuk tujuan seperti itu, atau setidaknya bisa diartikan demikian, sebab hari penguburan-Ku sudah hampir tiba, dan sekarang dia telah mengurapi tubuh yang sudah seperti mayat."
- Perhatikan:
- (1) Tuhan kita Yesus banyak dan sering memikirkan kematian dan penguburan diri-Nya sendiri. Kta pun sebaiknya begitu.
- (2) Rancangan ilahi sering kali memberikan kesempatan yang begitu baik bagi orang-orang Kristen yang taat, demikian pula Roh anugerah sering kali menyentuh hati mereka sedemikian dalamnya sampai-sampai mereka tidak tahan untuk mengungkapkan sukacita kudus yang bahkan jauh lebih mengena dan lebih menakjubkan dari yang bisa mereka bayangkan sebelumnya.
- (3) Anugerah Kristus selalu memberi pujian kepada perkataan saleh dan tindakan dari orang-orang benar. Anugerah itu bukan saja menjadikan sesuatu yang terbaik dari kekeliruan itu, tetapi juga membuat yang baik menjadi paling baik.
- . Kristus mengemukakan sebuah jawaban yang memuaskan untuk menanggapi keberatan yang diajukan Yudas tadi (ay. 8).
- (1) Sudah diatur dalam kerajaan Sang Pemelihara bahwa orang-orang miskin selalu ada pada kita, yaitu mereka yang layak menerima derma (Ul. 15:11). Orang-orang yang demikian ini akan selalu ada selama kebodohan dan kesukaran masih ada di dunia yang bobrok ini.
- (2) Kerajaan anugerah sudah mengatur bahwa Gereja tidak akan selalu memiliki hadirat Yesus Kristus secara lahiriah: "Aku tidak akan selalu ada pada kamu, melainkan hanya sesaat saja." Perhatikan, saat dua kewajiban datang secara bersamaan, kita membutuhkan hikmat untuk mengetahui yang mana yang harus didahulukan, dan semua itu tergantung dari keadaan di sekeliling kita. Kesempatan harus dimanfaatkan, dan yang harus didahulukan adalah kesempatan yang kelihatannya tidak akan berlangsung lama, serta cepat sekali melayang pergi. Kewajiban yang dapat dilakukan kapan saja harus ditunda demi untuk menuntaskan kewajiban lainnya yang hanya dapat dilakukan saat ini juga.
- VI. Perhatian khalayak umum terhadap keberadaan Kristus pada perjamuan di Betania tersebut (ay. 9): Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana, sebab Ia menjadi buah bibir di seluruh kota, sehingga mereka datang berbondong-bondong ke sana. Lebih-lebih karena sebelumnya Ia tampak menarik diri, dan kini tampil lagi bagaikan mentari yang kembali muncul dari balik awan kelam.
- . Mereka datang untuk melihat Kristus, yang nama-Nya sangat dipermuliakan dan diagungkan oleh karena mujizat yang Ia lakukan saat membangkitkan Lazarus beberapa waktu sebelumnya. Mereka datang bukan untuk mendengarkan-Nya, tetapi sekadar ingin memuaskan rasa penasaran mereka saja dengan melihat-Nya di Betania, karena mereka khawatir bahwa Ia tidak akan menampakkan diri lagi di depan umum pada hari Paskah itu, seperti yang dulu sering Ia lakukan. Mereka tidak datang untuk menangkap atau memata-matai-Nya, meskipun pemerintah sudah menyatakan-Nya sebagai buronan, melainkan untuk melihat-Nya dan menunjukkan rasa hormat mereka kepada-Nya. Perhatikan, Kristus tetap akan dipermuliakan melalui kasih yang ditunjukkan oleh sebagian orang, sekalipun musuh-musuh-Nya terus berusaha untuk memfitnah-Nya. Setiap kali orang banyak mengetahui keberadaan Kristus, mereka akan datang kepada-Nya. Perhatikan, di mana ada seorang raja, di sana ada pula singgasana. Di mana pun Kristus berada, bangsa-bangsa akan datang kepada-Nya (Luk. 17:37).
- . Mereka datang untuk melihat sebuah pemandangan yang pastinya sangat menarik untuk disaksikan, yaitu melihat Lazarus dan Kristus bersama-sama. Beberapa datang untuk meneguhkan iman mereka terhadap Kristus, mungkin supaya dapat mendengarkan kisah itu langsung dari mulut Lazarus. Beberapa lainnya datang semata-mata untuk memuaskan rasa penasaran mereka, supaya mereka dapat berkoar-koar bahwa mereka telah melihat seorang manusia yang telah mati dan hidup kembali. Demikianlah Lazarus hanya menjadi semacam tontonan di hari raya itu, bagi mereka yang senang menghabiskan waktu mereka dengan bergunjing dan mendengarkan hal-hal baru, seperti orang-orang Atena. Mungkin juga beberapa orang datang untuk menanyai Lazarus mengenai keadaan orang mati, untuk mendengar berita dari dunia lain. Bahkan kita sendiri pun mungkin rela membuang-buang waktu sejam untuk bercakap-cakap dengan Lazarus. Akan tetapi, jika ada orang datang dengan tujuan seperti itu, Lazarus mungkin hanya bungkam dan tidak menceritakan perjalanannya itu kepada mereka. Setidaknya, Alkitab tidak mengatakan apa-apa mengenai itu, dan kita tidak seharusnya berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh dari apa yang telah tertulis. Tetapi Tuhan kita Yesus ada di sana, dan Ia yang lebih layak ditanyai dibandingkan dengan Lazarus. Jika kita tidak mau mendengarkan Musa dan para nabi lain, serta Kristus dan para rasul, jika kita tidak mengindahkan apa yang mereka katakan kepada kita mengenai dunia yang lain itu, kita juga tidak akan menjadi yakin sekalipun Lazarus telah bangkit dari antara orang mati. Kita sudah memiliki nubuatan yang lebih meyakinkan.
- VII. Angkara murka para imam kepala melihat kemajuan pesat yang dicapai oleh Tuhan kita Yesus, dan rencana mereka untuk menghancurkannya (ay. 10-11): Mereka bermufakat (atau bersekongkol) mencari cara untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dialah (yaitu karena apa yang telah diperbuat baginya, dan bukan karena apa yang telah ia katakan atau perbuat), banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.
- Perhatikanlah di sini:
- . Betapa sia-sianya segala usaha yang telah mereka tempuh untuk melawan Kristus sejauh itu. Mereka telah mengupayakan segala cara untuk memisahkan orang-orang dari-Nya dan menghasut mereka supaya melawan Dia. Namun, tetap saja banyak orang Yahudi, yang merupakan tetangga mereka sendiri, bawahan mereka, pengagum mereka, malah begitu terpukau dengan bukti kuat dari mujizat-mujizat Kristus sampai meninggalkan kepentingan para imam dan tidak lagi memihak mereka. Orang-orang itu tidak lagi patuh terhadap kekuasaan mereka yang semena-mena, tetapi percaya kepada Yesus. Dan semuanya ini terjadi oleh karena Lazarus. Kebangkitan Lazarus menghidupkan kembali iman mereka dan meyakinkan mereka bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Mesias yang memiliki kehidupan dalam diri-Nya sendiri, dan berkuasa memberikan kehidupan itu. Mujizat tersebut meneguhkan kepercayaan mereka terhadap mujizat-mujizat-Nya yang lain, yang telah mereka dengar diperbuat-Nya di Galilea. Jika membangkitkan orang mati saja Ia sanggup, adakah hal lain yang mustahil Ia lakukan?
- . Betapa konyol dan tidak masuk akalnya kesepakatan yang mereka buat itu, yaitu bahwa Lazarus harus dibunuh. Inilah contoh dari luapan amarah yang begitu keji. Mereka bagaikan lembu hutan kena jaring, murka dan buas serta membabi-buta. Hal itu menandakan bahwa mereka tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun.
- Sebab:
- (1) Jika saja mereka takut akan Allah, tidak mungkin mereka hendak melakukan tindakan yang menentang-Nya seperti itu. Allah menghendaki supaya Lazarus hidup kembali melalui sebuah mujizat, tetapi mereka justru menginginkan dia mati melalui sebuah kejahatan. Mereka berseru, Enyahkan orang ini! Ia tidak layak hidup!, padahal Allah baru saja mengirimnya kembali ke atas muka bumi ini dan dengan begitu menunjukkan bahwa dia memang layak hidup. Jadi, tindakan mereka itu tidak lain dari menentang Allah. Mereka ingin membunuh Lazarus dan menantang kuasa ilahi untuk membangkitkannya lagi, seolah-olah mereka mampu bersaing dengan Allah dan sanggup berseteru dengan Raja di atas segala raja. Siapa yang empunya kunci maut dan kuburan, Allah ataukah mereka? O cæca malitia! Christus qui suscitare potuit mortuum, non possit occisum -- Kefasikan yang buta mengira Kristus, yang sanggup membangkitkan orang yang telah mati secara alamiah, tidak sanggup membangkitkan orang yang mati dibunuh! (Agustinus dalam loc). Lazarus menjadi sasaran kebencian mereka yang menyala-nyala itu, karena Allah telah meninggikannya melalui tanda kasih-Nya yang istimewa, seolah-olah mereka kini tersinggung karena kematian dan neraka sudah mencemari komplotan mereka, sehingga mereka pun bertekad untuk menindak keras semua orang yang meninggalkan kelompok mereka. Rasanya wajar jika orang kini berpikir bahwa seharusnya mereka justru sepakat untuk mencari cara supaya dapat bergaul akrab dengan Lazarus dan keluarganya, supaya melalui pengantaraan keluarga itu, mereka dapat diperdamaikan dengan Kristus yang telah mereka aniaya. Tetapi, ilah zaman ini telah membutakan pikiran mereka.
- (2) Jika saja mereka menghormati manusia, mereka tidak akan bertindak tidak adil sedemikian terhadap Lazarus, seorang yang tidak bersalah dan tidak bisa dikenai tuduhan kejahatan apa pun. Jadi, belenggu apa lagi yang bisa cukup kuat untuk mengikat orang-orang seperti ini, yang begitu mudahnya memutuskan tali keadilan, sekalipun begitu kudus, dan melanggar hukum umum yang bahkan alam sendiri pun telah mengajarkannya? Namun, mereka berpikir bahwa kekuasaan mereka yang semena-mena dan pandangan-pandangan takhayul yang mereka miliki sudah cukup bagi mereka, seperti yang terjadi dalam gereja tertentu, dan ini bukan saja disalahgunakan untuk membenarkan, melainkan juga untuk mentahbiskan dan mengagungkan para bajingan busuk.
SH: Yoh 12:1-11 - Pelayanan yang tertuju kepada diri sendiri (Rabu, 24 Februari 1999) Pelayanan yang tertuju kepada diri sendiri
Pada masa itu tidak semua orang dapat menggunakan minyak wangi
apalagi membelinya. Selain mahal, bias...
Pelayanan yang tertuju kepada diri sendiri
Pada masa itu tidak semua orang dapat menggunakan minyak wangi apalagi membelinya. Selain mahal, biasanya minyak itu hanya digunakan untuk mengurapi kepala raja. Namun Maria menggunakannya untuk membasuh kaki Yesus. Perbuatan Maria ini tentunya menimbulkan pertanyaan banyak orang yang hadir saat itu, terutama Yudas Iskariot. Yudas lebih mempertimbangkan keuntungan yang akan didapat bila minyak narwastu itu dijual demi kepentingan orang miskin. Murnikah keinginan Yudas? Sayang sekali, sebab motivasinya hanyalah untuk menumpuk keuntungan. Pelayanan Yudas lebih tertuju kepada kepentingan diri sendiri.
Pelayanan yang tertuju kepada Tuhan. Maria memahami bahwa perbuatannya ini pasti mengundang pertentangan. Namun tujuannya hanya satu yaitu melayani Yesus. Maria tidak mempedulikan reaksi negatif Yudas terhadap perbuatannya, dia tetap melayani Yesus. Maria dan Yudas sama-sama melayani Tuhan. Pelayanan yang satu tertuju kepada Tuhan, yang satu tertuju kepada dirinya sendiri. Bagaimana dengan pelayanan kita?
Doa: Murnikanlah pelayanan kami Tuhan, agar tertuju hanya untuk kemuliaan-Mu.
SH: Yoh 12:1-8 - Persiapan penguburan Yesus (Selasa, 5 Maret 2002) Persiapan penguburan Yesus
Walau tahu bahwa pemimpin Yahudi dan kroni-kroninya merencanakan
pembunuhan terhadap diri-Nya, Yesus tetap kembali ke...
Persiapan penguburan Yesus
Walau tahu bahwa pemimpin Yahudi dan kroni-kroninya merencanakan pembunuhan terhadap diri-Nya, Yesus tetap kembali ke Yerusalem enam hari sebelum hari Paskah. Sebelum sampai di Yerusalem, Ia singgah dahulu di rumah sahabat-sahabat-Nya di Betania, kakak beradik Lazarus, Maria dan Marta. Pesta yang diselenggarakan di Betania (ayat 2) adalah pesta ucapan syukur atas kebangkitan Lazarus dari kematian. Kota Betania dan nama Lazarus ditegaskan sampai dua kali. Hal ini menegaskan bahwa penampilan Lazarus dan peristiwa spektakuler itu sungguh menggemparkan kota Betania.
Marta seperti biasa sangat bersemangat untuk mempersiapkan segala sesuatunya supaya pesta itu terlaksana dengan baik. Dua tokoh yang menjadi pusat perhatian adalah Maria dan Yudas. Kontras di antara keduanya sangat menonjol. Bertentangan dengan peraturan orang Yahudi, Maria duduk di kaki Yesus. Itu menandakan bahwa ia memposisikan dirinya sebagai murid Yesus dan Yesus menerimanya. Lalu Maria mengungkapkan kasihnya kepada Yesus melalui persembahan minyak yang mahal yang dipakainya untuk mengurapi kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Sungguh suatu tanda syukur dan pengagungan kepada Yesus. Perbuatannya itu disebut Yohanes sebagai pengurapan, diartikan oleh Yesus sebagai persiapan bagi penguburan-Nya. Mungkin sekali Maria sendiri tidak menyadari bahwa perbuatannya itu diartikan Yesus sebagai persiapan penguburan-Nya.
Tokoh kedua adalah Yudas. Yudas memandang bahwa pengurapan minyak wangi yang mahal merupakan pemborosan (ayat 5). Yudas sesungguhnya selama ini tidak pernah peduli terhadap orang-orang miskin. Kali ini ia ingin seolah-olah menunjukkan simpatinya terhadap orang-orang miskin. Ia mengritik perbuatan Maria. Tetapi, sebagaimana sikap dan tindakan Kayafas dan Maria mengungkapkan motif mereka yang sesungguhnya, reaksi Yudas ini pun membongkar keserakahan dan kepentingannya sendiri. Yudas sering mencuri uang kas yang dipegangnya (ayat 6). Ini membuat semakin nyata betapa besar pengorbanan kasih Maria.
Renungkan: Iman sejati betapa pun kecilnya akan terungkap dalam perbuatan kasih. Adakah pengorbanan kita terhadap Yesus yang terlalu besar?
SH: Yoh 12:1-11 - Persiapan menjelang ajal (Minggu, 26 Februari 2006) Persiapan menjelang ajal
Mungkin kita pernah menerima firasat buruk atau melihat perilaku
janggal dari orang terdekat kita yang akan meninggal...
Persiapan menjelang ajal
Mungkin kita pernah menerima firasat buruk atau melihat perilaku janggal dari orang terdekat kita yang akan meninggal. Biasanya hal ini kita kenang kembali setelah orang terdekat kita itu meninggal dunia. Tidak jarang muncul perasaan menyesal belum bisa menyenangkan hati orang terdekat kita itu sebelum ia meninggal.
Tuhan Yesus sengaja mendatangi Betania, kota tempat tinggal Lazarus, yang menerima mukjizat-Nya (lih. ps. 11). Ia datang untuk mengikuti perjamuan makan yang diadakan oleh keluarga Lazaraus (Yoh. 12:1). Jamuan makan itu menegangkan sebab Yesus dan Lazarus hadir (ayat 2). Pada saat itu, Dialah sosok yang paling kontroversial dan menyedot perhatian orang banyak (ayat 9). Dia dimusuhi oleh imam-imam kepala yang merupakan salah satu kelompok penting pemimpin agama Yahudi. Mereka ingin mencari-cari kesalahan Yesus yang dapat membawa-Nya pada hukuman. Mereka bahkan berencana membunuh Lazarus karena ia adalah bukti kuasa Yesus atas kematian (ayat 10-11).
Di tengah suasana itu, Maria, saudara Lazarus, muncul dan menuangkan minyak narwastu (ayat 3). Perbuatan Maria ini langsung menimbulkan komentar Yudas Iskariot. Catatan penulis kitab Yohanes pada ayat 6, tentang korupsi yang Yudas lakukan seolah-olah ingin memberikan keterangan jawaban Yesus pada ayat 7-8. Padahal bukan itu maksud Yesus ketika Ia mengatakan: "Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu." Tak seorang pun yang mengerti makna perkataan Yesus itu bahwa Dia sedang membicarakan kematian-Nya sendiri. Yesus menangkap makna di balik tindakan Maria itu sebagai persiapan-Nya menghadapi kematian-Nya di kayu salib (ayat 3,7).
Bagi kebanyakan orang, kematian sangat menakutkan. Namun, bagi orang percaya, kematian berarti rest in peace, waktu istirahat yang panjang dalam damai Kristus.
Renungkan: Setiap kita akan mati. Yang penting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri menghadapi kematian.
SH: Yoh 12:1-11 - Maria bukan Yudas (Senin, 25 Februari 2008) Maria bukan Yudas
Yudas tergolong murid Yesus, tetapi Yudas ternyata tidak percaya
kepada Yesus. Ia tidak menunjukkan perilaku pengikut yang
...
Maria bukan Yudas
Yudas tergolong murid Yesus, tetapi Yudas ternyata tidak percaya kepada Yesus. Ia tidak menunjukkan perilaku pengikut yang benar-benar menerima Yesus, yang melayani Dia (seperti Marta dan Lazarus), membuat banyak orang lain percaya kepada Yesus (seperti Lazarus), dan bahkan ikut berperan untuk mempersiapkan kematian-Nya (seperti Maria). Yudas mencoba menipu dengan berpura-pura membela 'kebaikan' (ayat 4-6). Ia tidak lebih baik dari para pemimpin Yahudi yang kini juga menargetkan Lazarus (ayat 10).
Semua hal ini kembali menunjukkan kepada kita bahwa murid Yesus sejati menampakkan kesejatiannya melalui tindakan nyata, bukan sekadar pembelaan prinsip yang 'baik'. Tindakan-tindakan Marta, Lazarus, dan Maria menunjukkan kesesuaian dengan rencana yang hendak diwujudkan Allah melalui Yesus. Sebagai murid-murid Yesus, kita pun ditantang untuk menunjukkan kesehatian kita dengan rencana Allah, seperti yang diteladankan Maria. Pergumulan, rasa syukur, relasi, dan penundukan diri Maria sebagai murid Yesus membuahkan tindakan yang bersesuaian dan tepat dengan rencana Tuhan, dan bahkan dihargai-Nya. Jauh berbeda dari tindakan Yudas yang katanya demi prinsip yang 'baik' padahal didasari kepentingan egosentris.
Kita dipanggil untuk meneladani ketiga orang ini, khususnya Maria. Sebagai murid, tindakan kita seharusnya bukan sekadar demi membela prinsip 'benar', melainkan dilandaskan oleh kebenaran firman, relasi yang hidup dengan Tuhan, ketaatan, dan penyertaan kuasa Roh Kudus. Agar peka seperti Maria, kita perlu sungguh-sungguh belajar firman Tuhan dengan rendah hati. Jangan berhenti sebatas pengertian, melainkan dengan hati menerima kehendak-Nya lalu dengan taat dan semangat mewujudkannya dalam tindakan nyata. Tuhan dipermuliakan dan sesama diberkati. Dengan sikap seperti ini, kita akan dijauhkan dari godaan untuk memanipulasi hal baik untuk kepentingan sendiri semata-mata.
SH: Yoh 12:1-11 - Layani Tuhan atau orang miskin? (Selasa, 4 Februari 2014) Layani Tuhan atau orang miskin?
Di masa kini, idiom "cari makan" biasanya tidak lagi bermakna harfiah, yaitu mencari-cari makanan, entah dengan berbu...
Layani Tuhan atau orang miskin?
Di masa kini, idiom "cari makan" biasanya tidak lagi bermakna harfiah, yaitu mencari-cari makanan, entah dengan berburu, memetik, atau mencabut. Jika seseorang sedang "cari makan, " biasanya berarti ia sedang melaksanakan pekerjaan yang bisa ia lakukan dan dapat menghasilkan uang. Bahkan seringkali mereka yang berprofesi sebagai petani atau pemburu tidak langsung memakan hasil tani atau buruan mereka. Hasilnya biasanya dijual, baru uang hasil penjualannya untuk membeli makanan, misalnya. Karena itu, tidak masuk akal jika kita meminta seseorang memilih, pekerjaan atau "cari makan", karena keduanya biasanya bermakna (hampir) sama.
Hal yang sama mestinya juga berlaku bagi dua pilihan yang jadi judul renungan ini. Kata-kata Yudas (5) mengesankan tindakan Maria meminyaki kaki Yesus (3) merupakan pemborosan yang tidak perlu. Sepintas lalu, tidak ada hasil konkret yang bisa diperoleh dari tindakan Maria itu. Sementara jika minyak narwastu itu dijual, pasti banyak orang miskin yang bisa dibantu dengan uang hasil penjualannya. Narasi Injil Yohanes memberikan dua alasan mengapa usul Yudas ini pantas ditolak. Yang pertama, Yudas ternyata korup dan tidak benar-benar peduli dengan nasib orang miskin (6). Yang kedua, yang lebih penting, tindakan Maria ini sebenarnya persiapan bagi hari kematian Yesus (7-8). Ungkapan syukur Maria yang penuh perendahan diri ini menjadi teladan bagi kita, murid-murid-Nya, dalam hal kesigapan memuliakan Tuhan.
Ada bahaya jika kita dengan mudah menafsirkan "pemuliaan" Tuhan sebagai upaya pembangunan gedung megah, pengupayaan perabot gereja mewah, dll. Ini tindakan "sambil menyelam minum air": upaya "memuliakan" Tuhan, entah tulus atau tidak, sambil mengagungkan kelompok/diri sendiri. Ini justru kebalikan dari tindakan Maria. Di dalam konteks sekarang, seringkali justru tindakan melayani orang miskinlah yang paling dekat dengan tindakan Maria di atas: kita memuliakan Tuhan atas hidup itu, sambil dengan tulus hati merendahkan diri di hadapan-Nya. Beranikah kita melakukannya?
SH: Yoh 12:1-8 - Tuluslah, Jangan Munafik! (Rabu, 10 Maret 2021) Tuluslah, Jangan Munafik!
Munafik atau tulus? Dua hal yang sangat berbeda dan saling bertentangan. Salah satunya bisa saja muncul dalam setiap perkat...
Tuluslah, Jangan Munafik!
Munafik atau tulus? Dua hal yang sangat berbeda dan saling bertentangan. Salah satunya bisa saja muncul dalam setiap perkataan, sikap, dan tindakan kita.
Keluarga Lazarus mengadakan perjamuan bagi Yesus, dan dalam perjamuan itu Yesus begitu dihormati dan dikasihi oleh Maria, Marta, dan Lazarus. Salah satu bentuk penghormatannya adalah ketika Maria mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal (2-3). Walaupun tindakan itu mendapat protes dari Yudas (4-5), Yesus mengizinkan Maria sembari menyatakan tentang kematian-Nya yang makin dekat (7-8).
Pembacaan ini menampilkan figur yang tulus dan figur yang munafik. Ketulusan itu dicerminkan oleh tindakan Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal, seharga 300 dinar. Nilai yang sangat besar pada waktu itu, dan juga saat ini jika nilainya dikonversi. Pada saat yang sama, muncullah Yudas yang terheran-heran dan mempermasalahkan apa yang dilakukan oleh Maria. Secara spontan ia merespons bau semerbak narwastu itu dengan bersikap seolah-olah peduli terhadap orang miskin. Yudas sangat menyayangkan hal itu. Namun, penulis Injil Yohanes mencatat siapa sesungguhnya Yudas-seorang pencuri uang kas. Ia menggunakan orang miskin hanya untuk maksud tersembunyi sesuai dengan karakter dan kebiasaannya. Hal itu terbukti nyata pada akhir hidupnya ketika ia menjual Yesus seharga 30 keping uang perak, jauh lebih rendah dari apa yang dipersembahkan oleh Maria.
Ketulusan akan bermuara pada tindakan pengorbanan, sementara kemunafikan hanya menghasilkan tindakan yang mencari keuntungan dan kenyamanan diri sendiri. Ketulusan Maria mengajar kita-sebagai murid Kristus-untuk berkorban dan merelakan milik kita kepada Kristus untuk memuliakan-Nya. Mari kita perhatikan dengan saksama pikiran, tutur kata, motivasi, dan tindakan keseharian kita. Apakah semuanya telah dibangun di atas dasar ketulusan atau kemunafikan? Berlakulah tulus dan jangan munafik. [MKD]
Utley -> Yoh 12:1-8
Utley: Yoh 12:1-8 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 12:1-81 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang ...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 12:1-8
1 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. 2 Di situ diadakan perjamuan (oleh mereka) untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. 3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. 4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid- murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: 5 "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" 6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. 7 Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. 8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."
Yoh 12:1 "enam hari sebelum Paskah" ini adalah suatu rangkaian kronologis yang berbeda dari Mat 26:2. Harus diingat bahwa fokus utama dari kitab-kitab Injil adalah bukan kronologi namun perwakilan tindakan Yesus yang mencerminkan kebenaran tentang pribadi dan karyaNya.
Yoh 12:2 "(oleh mereka)" ini tampaknya menunjuk pada penduduk kota Betania, yang menjamu makan malam bagi Yesus dam murid-muridNya sebagai kehormatan dari membangkitkan Lazarus. Namun demikian, dalam Mat 26:6, hal ini bertempat di rumah Simon si Kusta.
Yoh 12:3 "kati" Ini adalah istilah Latin yang merujuk pada pound Romawi yang sama dengan 12 ounce. Minyak yang mahal ini mungkin adalah mas kawin dari Maria. Banyak wanita-wanita yang tidak menikah memakai minyak wangi jenis ini dalam tabung-tabung di leher mereka.
- NASB "setengah kati minyak wangi narwastu murni yang mahal"
- NKJV "setengah kati minyak narwastu murni yang sangat mahal"
- NRSV "setengah kati minyak wangi mahal dari narwastu murni"
- TEV "setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya"
- NJB "setengah kati minyak olesan narwastu murni yang sangaat mahal"
Ada banyak dugaan atas arti kata sifat: (1) murni; (2) cair; atau (3) suatu nama tempat. Minyak wangi itu sendiri berasal dari akar wangi dari Himalaya yang sangat mahal harganya.
□ "meminyaki kaki Yesus" Catatan Injil lain dari peristiwa yang sama ini berbicara tentang perempuan yang meminyaki kepalaNya. Nampaknya Maria meminyaki keseluruhan tubuhNya, dimulai dari kepalaNya dan terus sampai ke kakiNya. Alasan mengapa kaki Yesus tidak terselimuti adalah karena Ia sedang bersandar setengah berbaring pada siku kiriNya di suatu meja rendah. Ini adalah satu dari double entendres Yohanes. Minyak tersebut digunakan untuk mempersiapkan mayat untuk penguburan (lih. Yoh 19:40). Maria mungkin telah lebih memahami berita Yesus mengenai kematianNya yang semakin mendekat daipada murid-murid Yesus sendiri (lih. ay. Yoh 12:7). Lihat topik khusus: pengurapan pada Yoh 11:2.
Yoh 12:4 "Yudas Iskariot" istilah "Iskariot" memiliki dua kemungkinan etimologi: (1) suatu kota di Yudea (Keriot lih. Yos 15:25), atau (2) istilah bagi "pisau pembunuh." Dari semua penulis Injil, Yohanes memiliki pernyataan yang paling keras tentang Yudas (lih. ay. Yoh 12:6). Lihat catatan lengkap pada Yoh 18:1.
□ "menyerahkan/mengkhianati" Istilah ini tidak biasanya memiliki konotasi seperti ini. Secara hurufiah berarti "menyerahkan" atau "menyampaikan" dalam suatu pengertian kehakiman atau untuk mempercayakan sesuatu kepada yang lain.
Yoh 12:5 "tiga ratus dinar" Satu dinar adalah upah sehari dari seorang prajurit atau pekerja; oleh karena itu, minyak ini harganya setara dengan upah hampir satu tahun bekerja.
- NASB NKJV "kas/peti"
- NRSV "dompet umum"
- TEV "tas uang"
- NJB "dana umum"
Kata ini berarti "kotak kecil." Aslinya ini dugunakan oleh pemusik untuk membawa ujung alat tiup mereka.
□ "ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya" istilah Yunani nya ialah "membawa." Istilah ini digunakan dalam dua pengertian: (1) ia membawa kotak tersebut, namun (2) juga mengeluarkan dan membawa isi kotak tersebut. Pernyataan ini mungkin dimasukkan untuk menunjukkan bahwa kepedulian Yudas kepada orang miskin dalam ay. Yoh 12:5 sesungguh-sungguhnya adalah hanyalah suatu alasan untuk bisa mendapatkan lebih banyak bagi dirinya sendiri.
Yoh 12:7 Ini adalah ayat yang aneh. Ayat ini secara nyata menghubungkan tindakan kemurahan dan kesetiaan ini kepada suatu prosedur serupa yang dilakukan pada penguburan seseorang (lih. Yoh 19:40). Ini adalah satu lagi tindakan profetik Yohanes.
Yoh 12:8 "Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu" Ini berhubungan denan Ul 15:4,11. Ini bukanlah suatu keterangan yang merendahkan mengenai orang miskin namun suatu penekanan akan hadirat Mesias. PL adalah suatu tulisan yang unik di antara tulisan-tulisan kuno timur dekat mengnai hak-hak bagi orang miskin serta perhatian pada orang miskin.
TFTWMS -> Yoh 12:1-8
TFTWMS: Yoh 12:1-8 - Bagaimanakahanda Mengatakan Kepada Allah Aku Mengasihi-mu BAGAIMANAKAHANDA MENGATAKAN KEPADA ALLAH "AKU MENGASIHI-MU" (Yohanes 12:1-8)
Bagaimanakah Anda mengatakan kepada seseorang "aku menga...
BAGAIMANAKAHANDA MENGATAKAN KEPADA ALLAH "AKU MENGASIHI-MU" (Yohanes 12:1-8)
Bagaimanakah Anda mengatakan kepada seseorang "aku mengasihimu"? Kita semua bergumul dengan bagaimana menyampaikan kasih kita untuk orang lain. Orang tua saya memberitahu saya bahwa pada waktu saya berusia lima tahun saya sangat mencintai gadis kecil bernama Kate, yang waktu itu ikut dalam sekolah Minggu saya. Suatu malam ketika kami sedang pulang dari gereja dengan mengendarai mobil, saya bersandar di kursi depan dan bertanya kepada ayah saya, "Apakah yang ayah lakukan saat ayah jatuh cinta?" Jawabannya sederhana dan masuk akal anak laki-laki remaja. "Nak," ia berkata, "Ayah rasa kamu sebaiknya membelikan gadis itu sebuah cincin." Belakangan dalam minggu itu orang tua saya membawa saya ke sebuah toko, dan kami melakukan apa yang kami rencanakan: Saya membelikan Kate cincin main-mainan dan begitu saya bertemu dia saya langsung memberikannya kepada dia.
Bagaimanakah Anda mengatakan "aku mengasihimu" kepada seseorang? Saya pernah bertanya kepada murid-murid perguruan tinggi dalam kelas Alkitab Rabu malam saya tentang bagaimana mereka memandang cinta yang diungkapkan. Hanya satu minggu sebelumnya ada satu pasangan yang telah bertunangan untuk kawin. Mereka berbagi kisah mereka tentang bagaimana si prianya itu datang melamar untuk kawin, dengan datang tanpa diduga-duga dan mengenakan pakaiannya yang terbaik, ketika si wanitanya itu sedang berkumpul bersama sekumpulan besar anak gadis. Di situ, di hadapan setiap orang, si pria memegang tangan di wanita itu, berlutut di hadapan dia, dan meminta si wanita itu bersedia kawin dengan dia! (Sudah tentu, si wanita itu menjawab, "Ya!")
Beberapa siswa perguruan tinggi pernah menerima pelbagai kartu dan surat khusus yang mengungkapkan cinta seseorang kepada mereka. Seorang gadis teringat sesuatu yang pernah ia lihat yang dilakukan oleh ayahnya untuk menunjukkan cintanya kepada isterinya kapan saja si isteri itu sedang mengalami minggu yang luar biasa sulitnya. Tanpa mengatakan apa-apa, si ayah akan dengan diam-diam membersihkan rumah, dengan demikian meringankan sebagian beban kesibukan isterinya. Siswa yang lain berkisah tentang cara ibunya yang selalu menuliskan kata-kata yang manis pada pisang yang ia taruh di dalam tempat makan siang anak perempuannya. Seorang anak muda bercerita tentang bagaimana neneknya sudah membuat dan menjual pekerjaan tangannya agar dapat mengirimkan uang kepada dia pada perjalanan misi musim panas, dan siswa yang lainnya menceritakan bagaimana ayahnya pernah menjual senapannya yang sangat berharga untuk membelikan anak perempuannya buku-buku pelajaran perguruan tinggi untuk satu semester.
Banyaknya cara mengatakan "Aku mencintaimu" adalah sebanyak orang yang mengatakannya, namun yang lebih penting, bagaimana Anda mengatakan "Aku mengasihi-Mu" kepada Allah? Ini merupakan pertanyaan penting dan yang saya percaya telah dijawab oleh Maria dalam teks kita, 12:1-8.
PEMBERIAN MARIA
Pelbagai kejadian di dalam kisah kita ini bermula enam hari sebelum Hari Raya Paskah Yahudi. Dengan demikian, pelbagai kejadian ini ditempatkan dalam minggu terakhir kehidupan Yesus. Kesemua empat Injil menunjukkan bahwa Yesus telah meninggalkan Galilea untuk terakhir kalinya dan mengarah ke selatan menuju Yerusalem. Pada poin ini Ia sudah melewati Yerikho, dimana Ia pernah bertemu Zakeus (Lukas 19:1-10). Setiap orang tahu bahwa perjalanan ini berbahaya (11:8), dan Yesus sadar bahwa Ia sedang pergi ke Yerusalem untuk mati.
Yesus tiba di Betania, kampung halaman Maria, Marta, dan Lazarus. Pada kesempatan ini Ia menghadiri makan malam yang diadakan untuk menghormati Dia.1Kita diberitahu bahwa di antara para tamu terdapat Lazarus. Bayangkanlah daftar tamu untuk makan malam ini. Para tamu itu termasuk "Lazarus si orang mati" dan "Simon si orang kusta." Mungkin, "Yakobus si orang buta" atau "Yosua si orang lumpuh" ikut hadir juga. Setiap orang dalam makan malam itu kemungkinan besar punya kisah untuk diceritakan tentang bagaimana Yesus sudah merubah hidupnya. Marta, kakak perempuan Lazarus yang pekerja keras, sedang melayani tamu-tamu itu.
Pada suatu ketika dalam makan malam itu, Maria datang kepada Yesus. Kita ingat dia sebagai kakak perempuan Lazarus yang lebih emosional dan pernah tersungkur di kaki Yesus dan menangis ketika Yesus kembali ke Betania setelah kematian adiknya. Bagi dia Yesus adalah teman yang baik, guru yang menakjubkan, dan penyembuh yang mengagumkan—orang yang telah mengubah kepedihannya yang paling dalam menjadi sukacitanya yang paling besar. Perasaannya kepada Yesus pada malam itu tidak dapat diungkapkan dalam kata-kata. Yesus itu begitu agung, begitu kudus, begitu dekat—dan Ia akan pergi ke Yerusalem untuk mati! Dengan semua itu dalam hatinya, Maria lalu mengurapi Juruselamat itu.
Yohanes mencatat, "Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu" (12:3) Narwastu merupakan minyak wangi yang mahal yang didatangkan dari India utara. Kemungkinan besar minyak itu ditutup dalam buli-buli pualam putih, batu pualam yang warnanya nyaris bening. Supaya minyak wangi itu dapat dikeluarkan, leher buli-buli itu harus dipecahkan, sehingga keseluruhan isinya harus digunakan semuanya. Yohanes mencatat bahwa buli-buli itu berisi sekitar setengah kati narwastu, yang Maria tuangkan ke atas kaki Yesus. Biasanya, minyak wangi ini digunakan untuk mengurapi kepala beberapa tamu pada kesempatan istimewa. Sebaliknya, Maria menuang semua minyak wangi itu ke atas kaki Yesus dan menyeka kaki-Nya dengan rambutnya. Itu merupakan pemberian yang indah yang diberikan oleh seseorang yang ingin sekali mengatakan kepada Yesus "Aku mengasihi-Mu." Ada beberapa sifat dari pemberian Maria itu yang membuat pemberian itu istimewa. Pertama, pemberian itu sangat mewah. Yudas keberatan terhadap tindakan Maria itu, dengan mengatakan bahwa minyak wangi itu bisa dijual dengan harga yang sama dengan upah setahun pekerja biasa (12:4, 5). Meskipun jumlah uang sulit untuk diterjemahkan dari satu waktu ke waktu lainnya atau dari satu budaya ke budaya lainnya, namun setiap orang dapat memahami pentingnya gaji satu tahun! Pemberian yang mewah ini tidak masuk akal orang yang memiliki hati sedingin hati Yudas.
Kedua, pemberian Maria diberikan tanpa memikirkan diri sendiri. Kadang-kadang, ketika kita memberi hadiah, kita lebih banyak berpikir tentang diri kita sendiri daripada tentang orang yang menerima pemberian kita. Kita bertanya-tanya, "Akankah pemberian ini cukup?"; "Akankah mereka menyukainya?"; "Pikiran apakah yang mereka miliki tentang saya?" Namun begitu, segala hal tentang Maria menunjukkan bahwa tidak satupun dari pelbagai pertimbangan itu ada dalam pikirannya. Ia hanya peduli dengan Yesus dan dengan sikap betapa besar kasihnya untuk "Guru itu." Rambutnya yang ia biarkan jatuh terurai merupakan petunjuk betapa sedikitnya Maria berpikir tentang dirinya sendiri. Kaum perempuan Yahudi di zaman itu tidak biasanya melakukan hal seperti itu, namun Maria tampaknya bersikap "Memangnya aku pikirin? Yang paling penting adalah Yesus." Ketiga, pemberian Maria dibungkus dalam kerendahan hati. Yang Maria urapi bukanlah kepala Yesus, tetapi kaki-Nya. Yang dipakai untuk menyeka bukanlah handuk, namun rambutnya sebagai gantinya. Bagi Maria, harga diri bukanlah persoalan. Yang paling penting adalah mengungkapkan kasihnya untuk Yesus.
Akhirnya, pemberian Maria itu sesungguhnya adalah hatinya, bukan hanya setengah kati minyak wangi narwastu. Kadang-kadang kita memberi bunga, cincin, pakaian, atau uang kepada seseorang yang kita cintai. Dalam setiap kasus, benda yang kita berikan melambangkan sesuatu yang lebih besar daripada pemberian itu sendiri; pemberian itu melambangkan cinta yang sedang kita coba ungkapkan. Itulah yang terjadi pada minyak wangi Maria. Minyak wangi itu merupakan cara harum untuk mengatakan kepada Yesus dan kepada setiap orang bahwa ia mengasihi teman istimewanya yang dari Nazaret itu.
PEMBERIAN KITA
Bagaimanakah cara kita di zaman sekarang memberi pemberian seperti pemberian Maria itu? Bagaimanakah kita mengatakan "Aku mengasihimu" kepada Allah? Jenis pemberian seperti apakah yang pantas bagi hubungan yang seperti itu? Kitab Suci penuh dengan gagasan pemberian yang menakjubkan. Sebagai permulaan, kita dapat memberi hati kita.
Bagaimanapun juga, perintah yang terutama, menurut Yesus, adalah ""Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu" (Matius 22:37). Pengalaman hidup sejati Robertson McQuilken, seorang guru Alkitab yang isterinya menderita penyakit Alzheimer, membimbing kita kepada apa arti memberi hati kita kepada Allah.
McQuilken menulis, Dewan seminari mengatur adanya satu orang yang tinggal di rumah kami sehingga saya dapat pergi ke kantor setiap hari. Selama masa dua tahun itu, menjaga Muriel untuk tetap di rumah menjadi bertambah sulit. Begitu saya pergi, ia akan segera menyusul saya. Bersama saya ia bahagia; tanpa saya, ia merasa tertekan, kadang-kadang sangat takut. Perjalanan ke sekolah sekitar satu setengah kilometer pulang pergi. Ia biasanya akan berjalan sebanyak 10 kali sehari.
Kadang-kadang di malam hari, ketika saya membantu dia membuka pakaiannya, saya dapatkan kakinya berdarah. Ketika saya beritahu dokter keluarga kami, ia menahan emosinya. Ia hanya berkata, "Begitulah cinta." Lalu, setelah beberapa saat, "Saya punya teori bahwa sifat-sifat yang dikembangkan selama bertahun-tahun muncul pada saat-saat seperti ini." Saya ingin mengasihi Allah seperti itu— ingin sekali dekat dengan Dia di sepanjang waktu.2
Salah satu cara paling nyata untuk mengatakan "Aku mengasihi-Mu" kepada Allah adalah dengan memberitahu Dia. Kita melakukan hal ini dalam doa pribadi dan ketika kita berkumpul bersama dalam ibadah. Pemazmur mengajarkan kita cara untuk mengungkapkan hal ini kepada Tuhan. Kita meniru pemazmur ini: "Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya" (Mazmur 145:1, 2).
Pada waktu Operasi Badai Gurun, ketika Amerika Serikat berperang melawan Irak, seorang penerbang muda bernama Scott Speicher terbunuh dalam konflik itu, meninggalkan seorang isteri dan dua anak yang masih kecil. Beberapa minggu setelah kematiannya, pelbagai barang miliknya diserahkan kepada isterinya. Di antara barang-barang itu ada sepucuk surat yang ditulis sehari sebelum kematiannya, yang tidak sempat ia poskan. Di dalam surat itu ia menulis sesuatu bagi setiap anak-anaknya, dan surat itu diakhiri dengan kalimat berikut ini untuk isterinya: "Engkau merupakan kebanggaan dan sukacita hidupku. Jika aku mati, berusahalah untuk mencintai [orang lain] lagi."3Kadang-kadang mengutarakan cinta kita dapat menjadi pemberian yang paling bernilai!
Mencintai orang lain menunjukkan kasih kita untuk Allah. Mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri merupakan gagasan yang diperkenalkan dalam Perjanjian Lama dan pernah dikutip oleh Yesus sebagai perintah terutama yang kedua.4Sebagaimana seorang suami menyampaikan cintanya untuk isterinya dengan cara mengasihi anak-anak mereka, kita menyampaikan kasih kita untuk Allah dengan mengasihi sesama kita. Kita mengatakan "Aku mengasihi-Mu" kepada Allah dengan cara saling mengasihi.
Kitab Suci juga menyatakan bahwa kita dapat mengungkapkan kasih kita untuk Allah dengan berbicara tentang Dia kepada orang lain. Cara ini disebut "pengakuan." Yesus berkata, Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga (Matius 10:32, 33).
Ketika kita memberitahu orang lain tentang kasih kita untuk Allah, itu merupakan cara lain untuk mengatakan kepada Allah "Aku mengasihi-Mu."
Mungkin cara yang paling sulit untuk mengatakan "Aku mengasihi-Mu" kepada Allah—dan sesuatu yang tidak dapat kita hindari jika kita benar-benar ingin mengasihi Tuhan—adalah menaati Dia belaka. Yohanes menulis, "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat" (1 Yohanes 5:3). Kadang-kadang hal ini merupakan hal yang benar-benar tidak mau manusia dengar, tetapi kita harus menaati Dia untuk menyukakan Dia.
Kesulitan kita terhadap sifat ketaatan yang jelas dan praktis itu terlihat dalam kisah berikut tentang seorang suami dan isterinya. Suami itu sakit parah, sehingga suatu hari isterinya pergi ke dokter untuk memberitahu kondisi suaminya. Ketika mereka berbicara empat mata, dokter itu memberitahu isteri itu, "Suamimu tidak lama lagi akan mati—kecuali ia mulai memperoleh makanan masakan rumah tangga yang sehat dan bergizi tiga kali setiap hari. Selain itu, untuk mengurangi tekanan jiwa dalam hidupnya, ia membutuhkan engkau untuk selalu bersikap manis dan menyenangkan. Akhirnya, oleh sebab daya tahan tubuhnya terhadap kuman menurun, ia perlu rumah yang selalu bersih dan rapi." Ketika isteri itu pulang menemui suaminya, si suami ingin sekali mendengar apa yang telah dokter katakan. "Kata dokter," lapor si isteri itu, "engkau tidak lama lagi akan mati!" Kasih kepada Allah adalah lebih daripada sekedar mengatakan kita mengasihi Allah; kasih itu melibatkan ketaatan kepada Dia, sebagaimana orang tua yang pengasih, pasangan, atau anak-anak melibatkan lebih daripada sekedar mengucapkan kata-kata kasih.
Ini merupakan sedikit dari banyak cara dimana kita dapat mengatakan "Aku mengasihi-Mu" kepada Allah. Tahukah Anda bagaimana Allah berkata "Aku mengasihimu" kepada kita?
PEMBERIAN ALLAH
Setelah Maria selesai mengurapi kaki Yesus dan Yesus pergi setelah makan malam, lalu Yesus menuju Yerusalem. Ia tahu kemana Ia sedang pergi dan apa yang sedang Ia lakukan. Ia sadar bahwa ini merupakan perjalanan-Nya yang terakhir dan para pemimpin Yahudi itu berniat membunuh Dia. Kematian-Nya tidak dapat dianggap sebagai suatu kecelakaan. Sebelumnya Ia telah berkata, Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya daripada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku (Yohanes 10:17, 18).
Dengan sukarela, Yesus meninggalkan Betania untuk memberi dunia pemberian yang paling mulia dan berharga yang pernah kita terima! Dalam beberapa hari lagi, Yesus akan mati di kayu salib bagi dosa dunia. Meskipun pemberian Maria itu sangat menakjubkan, namun pemberian itu tidak ada artinya dibandingkan dengan pemberian yang sangat besar berupa nyawa manusia di kayu salib!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 12:1-8)
Setelah kematian-Nya, jasad Yesus kemudian diletakkan dalam sebuah kubur, dimana tiga hari kemudian Ia bangkit dari kubur...
KESIMPULAN (YOHANES 12:1-8)
Setelah kematian-Nya, jasad Yesus kemudian diletakkan dalam sebuah kubur, dimana tiga hari kemudian Ia bangkit dari kubur itu. Paulus meringkas pentingnya segala peristiwa ini ketika ia menulis bahwa Yesus "telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita" (Roma 4:25). Dalam banyak cara—tetapi khususnya dalam kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus—Allah berkata kepada kita masing-masing, "Aku mengasihimu." Injil Yohanes sebelumnya pernah membuat kaitan ini, ketika Yohanes melaporkan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16).
Apakah Anda mengasihi Allah? Jika ya, bagaimanakah Anda menyampaikan kasih itu sekarang? Anda mungkin perlu mengungkapkan kasih Anda itu dengan berpaling dari dosa dan dibaptis ke dalam Kristus (Kisah 2:38). Anda mungkin perlu mengungkapkan kasih Anda dengan kembali lagi ke iman yang pernah Anda pilih, tetapi yang sekarang Anda menyimpang jauh darinya. Anda mungkin perlu mengungkapkan kasih Anda itu dengan sekedar berkata "Aku mengasihi-Mu" kepada Allah. Maria telah membuka jalan. Akankah Anda berkata "Aku mengasihi-Mu" kepada Tuhan sekarang ini?
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Matius 26:6 dan Markus 14:3 menempatkan kejadian ini di rumah Simon si orang kusta.
2 Robertson McQuilken, "Repaying a Fou...
Catatan Akhir:
- 1 Matius 26:6 dan Markus 14:3 menempatkan kejadian ini di rumah Simon si orang kusta.
- 2 Robertson McQuilken, "Repaying a Four-Year Debt," Leadership (Summer 1993): 43.
- 3 Jerry D. Twentier, The Positive Power of Praising People (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1994), n.p.
- 4 Imamat 19:18; Matius 22:39.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi