Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 221 - 240 dari 616 ayat untuk suci [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.28) (1Taw 28:1) (sh: Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci (Minggu, 24 Februari 2002))
Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci

Salomo ditunjuk sebagai penerus Daud untuk membangun Bait Suci. Hal ini menegaskan kembali janji Allah kepada Daud (ayat 1Taw. 17; lih. juga 2Sam. 7). Pertama, takhta Daud akan tetap selama-lamanya (ayat 17:14), kerajaan Daud akan kokoh seterusnya (ayat 28:7a). Kedua, Salomo menjadi anak perjanjian. "Aku telah memilih dia menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi bapanya." Bahasa yang mirip dipakai dalam perjanjian yang diadakan antara Yahweh dengan Israel (lihat Yer. 31:33; Yeh.l 36:28). Syarat yang diberikan adalah ". jika ia bertekun melakukan segala perintah dan peraturan-Ku .." (ayat 28:7b). Ketiga, Salomolah yang akan membangun rumah bagi Tuhan.

Bagaimana tindakan Daud dalam penugasan Salomo ini? Pertama, ia memperkenalkan Salomo kepada para pemimpin Israel, bawahan-bawahan Daud, sekaligus menyatakan bahwa Salomo adalah orang pilihan Allah. Tujuannya adalah agar mereka mengakui dan mendukung Salomo (ayat 2-7). Kedua, ia "menahbiskan" Salomo di depan jemaat agar Salomo sadar akan tugas dan tanggung jawabnya di hadapan Allah, juga di hadapan umat Allah (ayat 8).

Ketiga, ia menasihati Salomo agar setia kepada Allah dan menjalankan tugas pendirian rumah-Nya dengan benar (ayat 9-10). Ia juga meneguhkan Salomo agar bersandar penuh kepada Allah (ayat 20-21). Keempat, Daud telah menyediakan segala keperluan pembangunan itu terlebih dahulu. Sekarang ia menyerahkannya ke tangan Salomo untuk dipakai dalam pembangunan bait Suci tersebut (ayat 11-19).

Renungkan: Mengemban tugas suci merupakan pilihan dan panggilan Allah, bukan inisiatif sendiri. Bila Anda merasa terpanggil untuk melayani Dia, yakinkanlah bahwa itu bukan karena Anda merasa melainkan karena sadar akan anugerah dan kedaulatan-Nya.

(0.26) (Yeh 40:17) (sh: Pelataran luar dan dalam Bait Suci baru (Rabu, 21 November 2001))
Pelataran luar dan dalam Bait Suci baru

Dari pintu gerbang timur, malaikat mengajak Yehezkiel masuk ke pelataran luar, untuk melihat 30 kamar yang digunakan umat yang datang untuk beribadah (ayat 17). Lebar pelataran luar, diukur dari pintu gerbang luar (bawah) sampai pintu gerbang pelataran dalam, adalah 100 hasta (ayat 19).

Dari situ, Yehezkiel dibawa ke pintu gerbang utara (ayat 20-23). Deskripsi pintu gerbang utara sama dengan yang di timur, hanya dengan penjelasan tambahan bahwa ada 7 anak tangga dari luar kompleks Bait Suci menuju pintu gerbang itu (ayat 22). Sesudah itu, Yehezkiel dibawa ke pintu gerbang selatan (ayat 24-27), yang deskripsinya sama dengan pintu gerbang utara dan timur. Jadi, ada 3 pintu gerbang untuk masuk ke dalam Bait Suci, yakni di tembok timur, utara, dan selatan. Tembok barat tidak memiliki pintu gerbang.

Pelataran luar dipisahkan dari pelataran dalam oleh bilik-bilik dan tiga pintu gerbang, yang posisinya berhadapan dan segaris dengan ketiga pintu gerbang tembok luar. Yehezkiel diajak masuk ke pelataran dalam melalui pintu gerbang dalam sebelah selatan (ayat 28-31). Ukuran pintu gerbang pelataran dalam sama dengan pintu-pintu gerbang sebelumnya. Hanya, pelataran dalam lebih tinggi 8 anak tangga dari pelataran luar (ayat 31). Kemudian, Yehezkiel menuju pintu gerbang dalam sebelah timur (ayat 32-34), dan pintu gerbang dalam sebelah utara (ayat 35-37). Semua pintu gerbang ini sama deskripsinya.

Untuk masuk dari luar kompleks Bait Suci ke pelataran luar, orang harus menaiki 7 anak tangga, dan dari pelataran luar ke pelataran dalam, orang harus naik lagi 8 anak tangga. Hal ini menunjukkan suatu progresi, semakin dekat ke pusat kompleks Bait Suci, yakni Tempat Kudus dan Mahakudus, letaknya semakin tinggi. Tindakan menghampiri Allah digambarkan sebagai suatu tindakan ke atas. Bila kita beribadah kepada Allah, kita menghadap Allah yang di atas, bukan yang sejajar.

Renungkan: Dalam ibadah, kesadaran akan kekudusan dan kemuliaan Allah seringkali amat kurang. Kita merendahkan Allah setara dengan manusia, dan tidak menyembah Dia dengan khidmat. Ingatlah untuk menengadahkan hati kepada-Nya karena Dialah junjungan kita.

(0.26) (Yeh 44:9) (sh: Menjaga dan memelihara kekudusan Bait Suci (Rabu, 28 November 2001))
Menjaga dan memelihara kekudusan Bait Suci

Ayat 9 menegaskan bahwa teguran dan peraturan-peraturan yang dijabarkan di sini berasal dari Tuhan sendiri. Tuhan mengambil langkah pertama untuk menjamin bahw a kekudusan Bait Suci serta ibadah di dalamnya terpelihara. Ia melarang semua orang asing untuk masuk ke dalam tempat kudus. Sebagai respons terhadap pelanggaran yang diurakan dalam ay. 7-8, Yehezkiel mengukuhkan kembali peraturan Musa tentang siapa yang boleh atau tidak boleh menghampiri tempat kudus (bdk. Kel. 12:43-51).

Sebagai langkah kedua untuk menjaga kekudusan Bait Suci, Tuhan menugaskan kembali orang Lewi sebagai penjaga pintu Bait Suci (ayat 11, 14). Dosa mereka di masa prapembuangan tidak diabaikan, dan mereka harus menanggung hukumannya (ayat 10, 12). Hukuman itu bukan berupa "penurunan status", melainkan "menanggung malu dan noda". Ayat 13 mengingatkan mbali pada pembatasan tugas orang Lewi sebagaimana ditetapkan oleh Taurat Musa, yakni membantu para imam (Harun dan keturunannya) dalam pelayanan di Kemah Suci. Jadi, setelah mereka dihukum karena dosa dan pelanggarannya, oleh anugerah Allah mereka dikembalikan pada fungsinya semula. Kemurahan anugerah Allah ini akan menimbulkan rasa malu pada mereka agar mereka jangan sombong.

Selanjutnya, Yehezkiel menguraikan tugas-tugas para imam, yakni orang Lewi dari bani Zadok, keturunan Harun. Kesetiaan mereka pada Tuhan di masa prapembuangan, ketika seluruh Israel termasuk orang Lewi "sesat dari Tuhan", terus diingat (ayat 15). Kesetiaan ini pun bukan dimaksudkan untuk menyombongkan diri, walaupun mereka dianugerahi dengan tugas utama dan hak- hak istimewa sebagai imam yang mempersembahkan kurban di hadapan Tuhan. Hanya mereka yang boleh masuk ke tempat kudus dan menghampiri Allah (ayat 15, 16). Tetapi, hak istimewa ini juga menuntut dari mereka tanggung jawab yang lebih besar dan standar kesucian hidup yang lebih tinggi (ayat 17-31).

Renungkan: Allah yang Maha Pengasih tidak mengabaikan dosa, tetapi di dalam Kristus Ia mengampuni mereka yang bertobat dan mengakui dosanya (ayat 1Yoh. 1:8-10). Kemurahan dan anugerah Allah yang begitu besar hendaknya membuat kita rendah hati di hadapan-Nya.

(0.26) (Yeh 45:1) (sh: Pelaksanaan ibadah: Persembahan khusus (Kamis, 29 November 2001))
Pelaksanaan ibadah: Persembahan khusus

Guna kelangsungan ibadah di Bait Suci yang baru, umat Israel harus memberikan dua persembahan khusus (ayat 1, 13). Yang pertama adalah sebidang tanah, yang dikhususkan untuk Bait Suci dan kediaman para pelayannya, yakni imam-imam dan orang Lewi (ayat 1-5). Bait Suci terletak di pusat, dikelilingi oleh kediaman imam-imam (ayat 2-4). Di luarnya tempat kediaman orang Lewi (ayat 5). Seluruh wilayah Bait Suci ini merupakan wilayah yang kudus; kudus dalam arti "dikhususkan bagi Tuhan". Berbatasan dengan wilayah kudus adalah wilayah kota dan tanah milik raja (ayat 6, 7). Penempatan kedua wilayah ini menekankan motif kekudusan: harus ada jarak antara kedua wilayah tersebut dengan Bait Suci (bdk. Yeh. 43:8). Manusia berdosa tidak boleh sembarangan mendekati tempat atau menjamah benda-benda yang kudus (bdk. Yeh. 44:9, 10; Kel. 3:5; 19:10-13). Akan tetapi, Kristus melalui kematian-Nya di salib memperdamaikan manusia berdosa dengan Allah, sehingga "oleh darah Yesus kita sekarang dapat masuk ke tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri" (Ibr. 10:19-20).

Allah yang kudus memanggil umat-Nya untuk menjadi umat yang kudus. Dalam amanat para nabi, respons terhadap panggilan tersebut diwujudkan dalam menerapkan keadilan sosial-ekonomi (ayat 9-12). Ibadah umat Allah tidaklah terpisah dari perilaku sosial-ekonomi yang adil, benar, dan jujur. Segala praktik perampasan, kekerasan, aniaya, dan kecurangan takaran serta timbangan, yang merajalela di masa pra pembuangan, harus dihentikan.

Persembahan khusus kedua berupa bahan-bahan untuk persembahan korban di Bait Suci (ayat 13-15; bdk. Im. 1-5). Korban-korban tersebut berfungsi untuk pendamaian bagi umat. Semua bahan tersebut disalurkan melalui raja (ayat 16, 17). Dengan demikian, baik para imam maupun pemimpin negara atau masyarakat bersama-sama bertanggung jawab agar kehidupan umat Allah merefleksikan kekudusan-Nya.

Renungkan: Bagaimanakah Kristen dapat berperan untuk merefleksikan kekudusan Allah di lingkungan rumah tangga, kerja, maupun masyarakatnya?

(0.26) (Yeh 48:23) (sh: Yahweh shammah, kota yang baru (Rabu, 5 Desember 2001))
Yahweh shammah, kota yang baru

Teruma, dengan Bait Suci di tengah-tengahnya (ayat 8, 10, 21), membagi wilayah umat Israel menjadi dua bagian yang tidak simetris: tujuh suku di utara dan lima suku di selatan (ayat 23-29). Ini menunjukkan bahwa, bagi Israel, berada "di tengah-tengah" bukan dilihat dari segi geografis (pembagian enam-enam), melainkan teologis. Titik pusat kehidupan bangsa adalah Bait Suci. Di mana ada Bait Suci, di situlah Allah berdiam di tengah-tengah umat-Nya. Seluruh pembagian wilayah dimeteraikan dengan pernyataan "demikianlah firman Tuhan Allah" (ayat 29), yang menunjukkan bahwa pembagian ini ditetapkan bukan oleh manusia, tetapi oleh Tuhan sendiri.

Sekitar 6-7 km di selatan Bait Suci, terletak kota yang baru (ayat 15-20; 30-35). Yerusalem, kota rancangan manusia, telah dihancurkan; sebuah kota rancangan Allah kini didirikan. Kota ini sama panjang dan lebarnya (ayat 4500 hasta, kurang lebih 2250 m), dikelilingi tembok dengan 12 pintu gerbang. Lazim pada masa itu kota memiliki satu pintu gerbang (sebelum pembuangan, Yerusalem memiliki enam). Dengan adanya 12 pintu gerbang, yang diberi nama menurut ke-12 suku Israel (termasuk Lewi), tersedia kemudahan dan keleluasaan untuk masuk-keluar kota ini. Kemudahan itu berlaku bagi seluruh warga, termasuk orang asing, yang hendak berbakti ke rumah Allah.

Kota itu menyandang nama baru: Yahweh shammah, "Tuhan hadir di situ". Sungguh kontras dengan kondisi Yerusalem menjelang pembuangan: "Kota itu penuh kekerasan" (ayat 7:23); "Tanah ini penuh hutang darah dan kota ini penuh ketidakadilan" (ayat 9:9). Masa Allah meninggalkan Bait Suci yang tercemar dosa (pasal 7-11) telah berakhir. Allah telah kembali! Nama baru itu merefleksikan kehadiran Allah di tengah-tengah umat- Nya di kota "sekular", tempat bekerja dan bertani, tempat interaksi sosial berbagai lapisan masyarakat.

Renungkan: Allah ingin hadir bukan hanya di Bait Suci-Nya, tetapi juga dalam hidup kita sehari-hari. Kehadiran Allah akan mengubah sebuah kota sekular menjadi kota yang mempermuliakan nama- Nya. "Berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yer. 29:7).

(0.25) (Kel 26:1) (full: LENAN HALUS YANG DIPINTAL. )

Nas : Kel 26:1

Pengarahan yang jelas diberikan dalam membangun Kemah Suci. Kemah itu harus dibangun sesuai dengan pola Allah karena itulah rumah-Nya dan Dialah perancangnya (bd. Kel 25:9). Keselamatan dan persekutuan dengan Allah hanya mungkin terjadi menurut syarat yang ditetapkan oleh-Nya dan menurut pola dan penyataan-Nya

(lihat cat. --> Mat 5:17;

lihat cat. --> Kis 7:44).

[atau ref. Mat 5:17; Kis 7:44]

(0.25) (Ezr 3:8) (full: RUMAH TUHAN. )

Nas : Ezr 3:8

Prioritas tertinggi umat itu setelah kembali ke Yerusalem ialah membangun kembali Bait Suci dan dengan demikian memulihkan penyembahan yang setia kepada Tuhan. Tahun-tahun pembuangan telah mengajarkan mereka bahwa Allah tidak akan menjadi pelindung dan penolong mereka kecuali mereka mengutamakan Dia dalam kehidupan mereka. Demikian pula, kita tidak dapat mengharapkan pertolongan dan berkat Allah jikalau kehidupan dan keinginan kita tidak selaras dengan kerajaan dan tujuan-Nya yang benar

(lihat cat. --> Mat 6:33).

[atau ref. Mat 6:33]

(0.25) (Ezr 5:1) (full: BERNUBUAT TERHADAP ORANG-ORANG YAHUDI. )

Nas : Ezr 5:1

Pekerjaan membangun Bait Suci dilanjutkan dan diselesaikan karena pelayanan nabi Hagai dan Zakharia (lih. Hag 1:9-11). Nubuat-nubuat mereka mencakup

  1. (1) perintah langsung (Hag 1:8),
  2. (2) peringatan dan teguran (Hag 1:9-11),
  3. (3) nasihat (Hag 2:5), dan
  4. (4) pengobaran semangat dengan menjanjikan berkat-berkat di masa depan

    (lihat cat. --> Hag 2:7-10;

    lihat cat. --> Za 8:3).

    [atau ref. Hag 2:7-10; Za 8:3]

    Firman Allah melalui Yeremia telah menggerakkan awal pembangunan kembali Bait Suci (Ezr 1:1); demikian pula firman Tuhan melalui Hagai dan Zakharia kini memberi semangant untuk menyelesaikannya (Ezr 6:14).
(0.25) (Tit 1:15) (full: BAGI ORANG SUCI SEMUANYA SUCI. )

Nas : Tit 1:15

Mungkin Paulus sedang berbicara tentang kesucian ritual dari peraturan makanan orang Yahudi (bd. Mat 15:10-11; Mr 7:15; 1Tim 4:3-5). Ada beberapa guru yang selalu memikirkan mengenai perbedaan antara makanan yang haram dan yang halal. Mereka mengajarkan bahwa kepatuhan dalam hal ini adalah penting bagi kebenaran yang sejati. Mereka mengabaikan tabiat moral yang benar, kemurnian batiniah dan kebenaran yang lahiriah (ayat Tit 1:16). Paulus menekankan, jikalau keadaan moral seseorang itu murni, maka perbedaan di antara makanan haram dan halal itu tidak mempunyai arti apa-apa. Paulus tidak berbicara tentang hal atau tindakan yang secara moral jelas salah, tetapi mengenai kemurnian secara upacara keagamaan saja.

(0.25) (Why 11:2) (full: MENGINJAK-INJAK KOTA SUCI. )

Nas : Wahy 11:2

Dalam masa kesengsaraan, Israel dan "Kota Suci" akan ditindas oleh bangsa-bangsa kafir dan akan menderita luar biasa selama 42 bulan

(lihat cat. --> Luk 21:24).

[atau ref. Luk 21:24]

Israel akan dihakimi secara keras karena penolakannya terhadap Kristus dan percabulan mereka seperti Sodom (ayat Wahy 11:8,13). "Empat puluh dua bulan" barangkali menunjuk kepada tiga setengah tahun terakhir dari masa kesengsaraan itu (bd. Dan 7:25; 12:7;

lihat cat. --> Dan 9:27).

[atau ref. Dan 9:27]

(0.25) (Kej 6:1) (jerusalem) Bagian ini berasal dari tradisi Yahwista. Maksudnya kurang jelas. Pengarang suci memanfaatkan sebuah ceritera rakyat mengenai "orang-orang raksasa" di zaman dahulu. Dalam bahasa Ibrani mereka disebut "Nefelim". Menurut legenda tsb raksasa-raksasa itu adalah hasil perkawinan perempuan manusia dengan makhluk-makhluk sorgawi. Pengarang suci tidak berkata apakah kepercayaan rakyat itu benar atau tidak. tetapi ia mencabut ciri mitologisnya. Ia memakai ingatan akan manusia yang luar biasa dan angkuh itu sebagai sebuah contoh kemerosotan akhlak yang semakin menjadi dan menyebabkan air bah. Tradisi Yahudi dan juga tradisi Kristen dahulu berpendapat bahwa "anak-anak Allah" itu ialah malaikat-malaikat yang berdosa. Tetapi mulai adab keempat para pujangga Gereja mengajukan tafsiran lain oleh karena mempunyai pengertian lebih rohani tentang malaikat. Maka "anak-anak Allah" itu ialah keturunan Set, sedangkan "anak perempuan manusia" ialah keturunan Kain.
(0.25) (Kej 28:10) (jerusalem) Dalam kisah ini bercampurlah dua tradisi. Dari tradisi Elohista berasallah mimpi tentang tangga yang sampai di langit. Ini pikiran yang lazim di negeri Mesopotamia. Tangga itu mengibaratkan menara-menara bertingkat-tingkat yang disebut "zigurrat", Kej 28:12 dan Kej 17. Dari tradisi Elohista berasal pula nazar Yakub untuk mendirikan tempat suci di Betel, Kej 28:18,20,21,22. Sebaliknya, dari tradisi Yahwista berasal penampakan Tuhan yang membaharui janji yang dahulu diberiNya kepada Abraham dan Ishak; lalu Tuhan diterima Yakub sebagai Allahnya sendiri, Kej 28:13-16,19,21. Tradisi itu dua-duanya bermaksud meningkatkan gengsi tempat suci di Betel, 1Ra 12:29-30+. Sejumlah besar pujangga Gereja menurut Filo dalam mengartikan tangga Yakub sebagai lambang penyelenggaraan terhadap dunia yang diselenggarakan Allah dengan perantaraan malaikat. Sejumlah pujangga Gereja lain memandang tangga Yakub sebagai pralambang penjelmaan Firman yang dengan jalan itu menjadi semacam jembatan yang menghubungkan sorga dan bumi.
(0.25) (Kej 32:22) (jerusalem) Kisah yang aneh yang pasti berasal dari tradisi Yahwista ini menceritakan tentang Yakub dan Allah yang beradu kekuatan. Pergumulan itu mula-mula tampaknya dimenangkan Yakub. Setelah menyadari bahwa lawannya bukan manusia biasa melainkan tokoh ilahi, maka Yakub menuntut dari padaNya berkat. Kitab suci sendiri di sini mencegah diri dari menyebut nama TUHAN. Lawan Yakub itu juga tidak mau memberitahukan namanya. Pengarang suci memanfaatkan sebuah ceritera kuno guna menerangkan asal-usul nama Pniel yang menurut pengarang berasal dari kata peni'el, artinya: wajah Allah. Melalui kisah ini pengarang mau menjelaskan juga asal-usul nama Israel. Dan dengan demikian pengarang memberi ceriteranya suatu makna keagamaan: Moyang Israel tidak mau melepaskan Allah dan memaksa dari padaNya sebuah berkat yang mewajibkan Allah terhadap semua orang yang setelah Yakub mangkat menyebut dirinya dengan namanya Israel. Dengan demikian peristiwa itu kemudian dapat diartikan sebagai ibarat pergumulan batin dan berhasilnya doa yang dipanjatkan kepada Allah dengan tekun (Hieronimus, Origenes).
(0.25) (Hak 5:1) (jerusalem) Nyanyian Debora ini adalah salah satu sajak yang paling tua dalam seluruh Kitab Suci. Diciptakan tidak lama sesudah kejadian yang dimasyhurkan olehnya. Ia adalah sebuah nyanyian kemenangan yang diberi kerangka puji-pujian. Lagu ini meluhurkan perang suci di mana Tuhan berperang dengan musuh umatNya, Hak 4:20-21,23 yang merupakan lawan Tuhan sendiri, Hak 5:31. Lagu itu memuji suku-suku yang menanggapi seruan Debora, sementara mencela suku-suku yang enggan turut berperang. Nama suku-suku yang disebut membingungkan sedikit. Makhir disebut padahal Manasye tidak muncul, Hak 4:14 orang Gilead tampil di mana semestinya suku Gad disebut Hak 5:17; Meros, Hak 5:23, tidak pernah disebut di antara suku-suku Israel; Yehuda dan Simeon tidak muncul sama sekali, entah karena menyendiri di bagian selatan negeri, entah karena belum menggabungkan diri dengan persekutuan suku-suku Israel.
(0.25) (2Raj 19:9) (jerusalem: Tirhaka) Tirhaka adalah seorang Firaun Mesir yang termasuk wangsa kerajaan Mesir yang ke-25. Ia berasal dari Etiopia dan karenanya di sini disebut "raja Etiopia" (Kusy). Ia memerintah pada th 690-664 seb Mas dan lahir pada th 715 atau sebelumnya. Maka dalam th 701 ia belum raja dan belum cukup berumur untuk dapat memimpin tentara. Ada yang mengemukakan hipotesa sbb: Kisah Suci menderetkan dan menggabungkan dua kisah mengenai dua penyerbuan yang dilancarkan raja Sanherib. Yang satu terjadi pada th 701 dan kisahnya tercantum dalam "Tawarikh Sanherib". Penyerbuan kedua terjadi dalam th 689-688. Tidak ada satu dokumen Asyurpun yang berceritera tentang penyerbuan kedua itu. Kalau orang hanya mau menerima adanya satu penyerbuan saja, yaitu pada th 701, maka disebutkannya Tirhaka dalam Kitab Suci mesti dianggap kekeliruan. Penulis keliru oleh karena Tirhaka terkenal sebagai penyerbu dan perebut yang unggul.
(0.25) (Mzm 5:8) (jerusalem: dalam keadilanMu) Diminta supaya Allah memperhatikan keadilanNya dengan "menuntun" pendoa, artinya mengatur hidupnya begitu rupa sehingga keadilan Tuhan menjadi nyata dalam dilindunginya orang benar terhadap orang fasik yang melawan pendoa. Itulah jalan yang "diratakan" Allah.
(0.25) (Mzm 46:1) (jerusalem: Allah kota benteng kita) Ini sebuah dari sejumlah mazmur yang berpusatkan gunung Sion, bdk Maz 12:6+, kota kediaman Allah, Maz 24:1-10; 48:1-14; 76:1-12; 84:1-12; 97:1-12; 122:1-9; 137:1-9. Kehadiran Allah di baitNya menjamin keamanan dan kesucian kota Yerusalem. Air yang berupa lambang, Maz 36:9, yang berpencar dari bait Tuhan, Yeh 47:1-12; Zak 14:8; Yoe 3:18, membuat tanah Suci menjadi subur dan membersihkannya, Zak 13:1, sehingga Tanah Suci menjadi semacam taman Eden, Kej 2:10. Maz 46 ini mengingatkan Yes 2:3 dst Yes 24:23; 33:20 dst; Yes 66:12, dan mengungkapkan kepercayaan yang sebulat-bulatnya. Kepercayaan itu berdasarkan pengalaman bahwa Tuhan memang melindungi kotaNya.
(0.25) (Kid 7:1) (jerusalem) Puji-pujian untuk mempelai perempuan ini agak sejalan dengan yang tercantum dalam Kid 4:1-6. Ada beberapa unsur yang sama: anak kembar kijang, menara. Tetapi puji-pujian kedua ini lebih bernafsu dan merangsang. Urutannyapun terbalik. Pujian kedua mulai dengan bagian bawah badan, lalu naik sampai ke kepala. Titik-titik perbandingan agak ganjil rasanya: kalung, cawan, timbangan gandum, anak kijang, menara, lalu nama beberapa tempat/gunung. Salahlah tafsir yang mengartikan bahasa kiasan itu seolah-olah mengenai Tanah Suci. Kalau demikian muncul keganjilan: maka mempelai perempuan (Tanah Suci) diletakkan di daerah seberang sungai Yordan (Hesybon); hidupnya berada di gunung Libanon dan kepalanya di gunung Karmel. Bahasa kiasan itu sebenarnya mengungkapkan rasa kagum mempelai laki-laki melihat kecantikan bakal isterinya.
(0.25) (1Kor 10:6) (jerusalem: contoh) Ini menterjemahkan kata Yunani "tipoi", ialah "pra-lambang". Pralambang-pralambang semacam itu oleh Allah diadakan untuk melambangkan realita-realita dari zaman Mesias (realita ini disebut "anti-tipoi", 1Pe 3:21; tetapi bdk Ibr 9:24). Para penulis suci Perjanjian Lama tidak tahu jelas makna "tipologis" (atau allegoris, Gal 4:24) semacam itu. Namun makna tipologis itu benar-benar makna Kitab Suci. Oleh karena dimaksudkan untuk mengajar orang-orang Kristen (jemaat Mesias), maka makna tipologis itu kerap diperkenalkan oleh pengarang-pengarang Perjanjian Baru. Paulus berulang kali menonjolkan makna tipologis itu, 1Ko 10:11 dan 1Ko 9:9 dst; Rom 4:23 dst; 1Ko 5:13; 15:4; bdk 2Ti 3:16; dan karangan seperti injil keempat dan Ibrani secara menyeluruh berdasarkan makna tipologis Perjanjian Lama.
(0.25) (Why 11:1) (jerusalem: dengan kata-kata yang berikut) Var: dan malaikat itu berkata sambil berdiri


TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA