Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 77 ayat untuk Jika bukan AND book:46 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 4 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (1Kor 15:17) (full: JIKA KRISTUS TIDAK DIBANGKITKAN. )

Nas : 1Kor 15:17

Beberapa orang menyangkal kebangkitan badani Kristus (ayat 1Kor 15:12). Sebagai tanggapan, Paulus menyatakan bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan, maka tidak ada kelepasan dari dosa. Jelaslah bahwa mereka yang menolak kenyataan obyektif kebangkitan Kristus sedang menyangkal iman Kristen sama sekali. Mereka adalah saksi palsu yang menentang Allah dan Firman-Nya. Iman mereka tidak berarti; dan karena itu, mereka bukan orang Kristen sejati.

(0.98) (1Kor 11:14) (full: JIKA IA BERAMBUT PANJANG. )

Nas : 1Kor 11:14

Allah menginginkan agar perbedaan jasmani antara pria dan wanita diperhatikan.

  1. 1) Paulus menggunakan rambut sebagai suatu contoh, dengan menyatakan bahwa panjangnya rambut laki-laki dan perempuan harus diatur sedemikian untuk membedakan satu dengan yang lain. Rambut seorang wanita harus panjang dibandingkan dengan rambut laki-laki, untuk melambangkan bahwa ia menerima martabat dan kelayakan kewanitaannya sebagaimana Allah menciptakannya (lih. ayat 1Kor 11:6). Rambut seorang laki-laki, berbeda dengan rambut perempuan, haruslah pendek.
  2. 2) Pada zaman PB, rambut panjang dianggap memalukan dan dihindari oleh laki-laki Yahudi dan juga oleh mereka yang tinggal di Korintus pada abad pertama. Gambar yang melukiskan Yesus dengan rambut panjang hanya didasarkan pada imajinasi para pelukis dari Abad Pertengahan, bukan pada bukti alkitabiah atau sejarah (beribu-ribu lukisan dan ukiran dari zaman PB membuktikan hal ini). Rasul Paulus tidak akan menulis, "jika seorang laki-laki berambut panjang, itu merupakan kehinaan baginya", jikalau Kristus berambut panjang seperti wanita zaman itu. Karena itu, pernyataan Paulus itu bertentangan, bukan dengan kebiasaan Yesus, tetapi dengan khayalan para pelukis (bd. Kel 20:4).
(0.97) (1Kor 7:17) (sh: Seperti semula. (Kamis, 28 Agustus 1997))
Seperti semula.

Seperti semula.
Orang yang benar-benar mengikut Kristus, artinya berjalan di belakang Kristus, pasti akan menampakkan perubahan dalam hidupnya. Hidup lama menjadi hidup baru. Seperti halnya jika kita mengikuti kehidupan seorang olahragawan yang harus selalu disiplin dengan latihan, tentu berbeda dengan bila kita mengikuti kehidupan penjudi. Perubahan yang Tuhan inginkan bukan yang lahiriah, tetapi yang terjadi di dalam hati. Status lahiriah mungkin saja tidak berubah, tetapi akan nyata sikap taat, pengabdian, dan penyerahan diri total kepada Kristus.

Singkatnya waktu. Karena peka akan daruratnya waktu hidup di akhir zaman, Paulus mengingatkan akan singkatnya waktu. Paulus tentu tidak memberi kesan bahwa ia tahu kapan Tuhan akan datang kedua kali. Namun yang ingin ditekankannya di sini ialah bahwa kita harus hidup dengan tingkat kemawasdirian dan kewaspadaan yang amat tinggi. Tiap orang memiliki batas tertentu bagi hidupnya masing-masing, karena itu wajib menggunakan waktu dengan baik selagi masih ada kesempatan. Nasihatnya juga bukan menghalangi orang dari kebebasan, tetapi untuk mengarahkan kebebasan itu bagi tujuan tertinggi.

Doa: Tolong kami melihat tujuan hidup dari-Mu dengan jernih.

(0.96) (1Kor 1:26) (sh: Dalam pengaruh duniawi (Minggu, 31 Agustus 2003))
Dalam pengaruh duniawi

Dalam pengaruh duniawi. Di jemaat Korintus ada dua jenis pandangan yang menganggap salib adalah suatu kebodohan. Pertama, pandangan Yunani. Mereka yang begitu mengutamakan ilmu pengetahuan dan filsafat tidak percaya jika Kristus yang tersalib itu bangkit. Kedua, pandangan Yahudi. Mereka yang mengutamakan kuasa Allah, tidak percaya jika Yesus yang dianggap Mesias, mati di salib. Sebab menurut persepsi dan harapan mereka Mesias itu kuat, tangguh dan perkasa.

Paulus melihat bahwa jemaat Korintus masih dipengaruhi pandangan- pandangan tersebut. Ini harus dibereskan. Karena itu Paulus mengingatkan beberapa hal kepada jemaat Korintus: pertama, bahwa pemberitaan salib, kematian dan kebangkitan Kristus adalah pusat pemberitaan Injil. Kedua, bahwa untuk orang dimungkinkan mengenal Allah, haruslah melalui pemberitaan Injil. Ketiga, di dalam pemberitaan Injil, manusia akan menemukan kekuatan Allah yang sungguh nyata mengalahkan dosa dan maut serta mengaruniakan hidup kekal bagi yang percaya (ayat 25).

Nasihat Paulus ini juga diperuntukkan bagi kita, orang-orang percaya masa kini, sebab ada banyak pengajaran yang mencoba melencengkan pusat iman kita bukan kepada Kristus. Seperti halnya jemaat Korintus, kita pun harus menghayati salib Kristus secara sungguh. Dan itu hanya dimungkinkan melalui pengajaran firman Tuhan dan pencerahan Roh Kudus.

Renungkan: Hanya orang-orang yang dipilih dan dilimpahi karunia-karunia-Nya sajalah yang dimampukan untuk merespons pemberitaan Injil.


Bacaan untuk Minggu ke-13 sesudah Pentakosta

Yesaya 56:1-7; Roma 11:13-16,29-23; Matius 15:21-28 Mazmur 67

Lagu KJ 249

(0.96) (1Kor 1:10) (sh: Bukan jasaku (Sabtu, 30 Agustus 2003))
Bukan jasaku

Bukan jasaku. Perasaan diri sebagai yang paling besar dan benar sering membuat perpecahan dalam suatu kelompok yang semula rukun. Kita mengetahui bahwa perpecahan mendatangkan ketidaknyamanan bagi seluruh anggota. Inilah yang terjadi pada tahap-tahap awal terbentuknya jemaat Korintus.

Beberapa orang dari keluarga Kloe merasakan hal itu dan menyampaikannya kepada Paulus. Paulus menjawab sekaligus mengajarkan suatu pokok yang penting. Paulus menyebut bahwa masalah tersebut sebagai 'perselisihan di antara kamu' (ayat 11). Masalah itu ditanggapinya dengan jelas. Namun, Paulus sendiri menolak untuk dijadikan pemimpin salah satu kelompok.

Sebaliknya, ia menegaskan bahwa Kristus sebagai pusat pemberitaan Kabar Baik, pusat yang mempersatukan; dan demi Nama yang diberitakan itu, jemaat tidak boleh terkotak-kotak (ayat 10). Bahkan Paulus menegaskan bahwa pusat pemberitaan pemberita Injil adalah Kristus yang disalib dan bangkit. Tugas ini akan sulit dijalankan jika tidak mengandalkan campur tangan Tuhan (ayat 17- 25). Mereka yang mendengar tentang pemberitaan keselamatan oleh Kristus mungkin menolak untuk percaya dengan alasan seperti yang disampaikan oleh orang Yahudi, "mukjizat dulu, baru percaya", atau menertawakannya seperti orang Yunani (ayat 18-23). Paulus menekankan bahwa pusat semua kegiatan pekabaran Injil kepada manusia berdosa adalah karya penyelamatan Allah (ayat 24,25).

Paulus memberikan teladan kepada kita, bagaimana potensi-potensi perpecahan dalam kumpulan orang percaya perlu dikenali, diungkapkan, dan kemudian diarahkan kepada pusat perhatian gereja yaitu Tuhan Yesus Kristus. Suatu hal yang hanya dapat diterima karena panggilan dan kekuatan dari Allah.

Renungkan: Para pemimpin umat jangan menghimpun pengikut untuk diri sendiri, melainkan dengan rendah hati minta hikmat dan kekuatan Allah untuk mengabarkan Kristus secara benar.

(0.95) (1Kor 6:9) (sh: Tubuh untuk kemuliaan Tuhan (Selasa, 9 September 2003))
Tubuh untuk kemuliaan Tuhan

Tubuh untuk kemuliaan Tuhan. Paulus mengingatkan jemaat Korintus, bahwa dahulu mereka memang berdosa, tetapi sekarang mereka telah dikuduskan dan dibenarkan dalam Yesus Kristus melalui baptisan. Konsekuensi dari perubahan status itu adalah: [1] mereka harus meninggalkan dosa-dosanya yang dahulu; [2] mereka tidak lagi bebas melakukan segala hal yang dilakukan oleh komunitas di luar kekristenan. Standar yang baru ini bukan mempermasalahkan halal atau haram, tetapi apakah yang mereka lakukan itu berguna bagi dirinya dan memuliakan Tuhan (ayat 20)? Peringatan ini diberikan agar kita tidak memberikan diri untuk diperhamba oleh apa pun.

Yesus Kristus telah mati untuk menebus orang-orang yang percaya kepada-Nya secara utuh. Itu sebabnya orang percaya tidak dapat menyerahkan tubuh -- yang sudah menjadi milik Kristus -- kepada percabulan. Ada kecenderungan dalam pemikiran jemaat bahwa dorongan seksual itu dapat disamakan dengan keinginan untuk makan. Jadi jika dorongan untuk makan dituruti, seperti itu pulalah aktivitas seks. Masalahnya, jika dorongan seksual itu dituruti, kemungkinan bisa diikuti oleh percabulan. Percabulan bukanlah semata-mata hubungan fisik, namun juga melibatkan penyerahan diri secara total. Seluruh tubuh dan jiwa yang sudah menjadi milik Kristus menjadi milik dosa karena sudah diikat atau dijadikan satu dengan pelacur.

Ketaatan kepada peraturan seringkali dianggap sebagai "belenggu" yang membatasi dan mengekang gerak langkah kita. Namun sebenarnya dengan mengekang tubuh dari dosa percabulan, kita justru dibebaskan dari perhambaan seks. Hasilnya adalah pembebasan tubuh dari perbudakan dosa. Dengan tubuh yang bebas, kita dapat menggunakannya untuk memuliakan Tuhan.

Renungkan: Tubuh kita ini adalah bait Roh Kudus. Selayaknya kita mengabdikan seluruh tubuh kita untuk memuliakan Tuhan.

(0.95) (1Kor 7:25) (sh: Menjaga keseimbangan (Sabtu, 13 September 2003))
Menjaga keseimbangan

Menjaga keseimbangan. Masalah percabulan adalah masalah yang harus disikapi dengan serius pula. Karenanya Paulus begitu keras menegur jemaat yang terlibat dalam masalah ini. Pada perikop ini Paulus kembali menyoroti masalah tersebut, hanya saja saat ini lebih diarahkan kepada tanggung jawab sebagai umat pilihan Allah. Paulus menyoroti empat hal: [1] jika seorang pria memilih untuk tidak terikat perkawinan dengan gadisnya, ia harus memusatkan perhatian pada Tuhan (ayat 32); [2] jika seorang pria memilih untuk terikat dalam lembaga perkawinan, ia harus menyenangkan isterinya (ayat Jika+bukan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">33); [3] bagi gadis yang tidak menikah, sebaiknya mereka memusatkan perhatian kepada perkara Tuhan supaya tubuh dan jiwa mereka tetap kudus (ayat Jika+bukan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">34a); [4] bagi yang ingin terikat dalam perkawinan mereka harus dapat menyenangkan suaminya (ayat Jika+bukan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">34b).

Dalam kondisi yang dikatakan darurat ini, Paulus terus berusaha mengimbau agar jemaat tetap menjalankan tanggung jawab yang Tuhan percayakan, karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi. Imbauan Paulus di ayat Jika+bukan+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">29 dan 30 ini sebenarnya paradoks: orang- orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; orang-orang yang menangis, seolah-olah tidak menangis, dst. Sebenarnya Paulus sedang tidak membingungkan kita, karena ayat-ayat ini diucapkan agar jemaat Korintus selalu mengingat bahwa tugas utama mereka adalah melayani Tuhan atau memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan. Kita melihat dua pelajaran penting: [1] orang percaya dituntut untuk memikirkan pelayanan secara serius, bukan hanya kepentingan pribadi saja; [2] mereka yang serius dalam pelayanan harus juga perlu memperhatikan keseimbangan antara pelayanan dan keluarga, sehingga tanggung jawabnya dapat terlaksana dengan baik.

Renungkan: Tiap kita mempunyai kebutuhan dan pergumulan pribadi yang berbeda-beda. Bagaimana kita menjaga keseimbangan antara keduanya?

(0.95) (1Kor 13:1) (sh: Untuk keutuhan gereja (Sabtu, 28 November 2009))
Untuk keutuhan gereja

Judul: Untuk keutuhan gereja Untuk apa mengejar karunia rohani? Apa sebenarnya maksud Allah dengan karunia-karunia rohani? Pertanyaan yang seolah mudah dijawab ini ternyata tidak mudah untuk dipraktikkan. Sebab, terbukti dari kasus gereja di Korintus, motivasi, gairah, praktik mereka tentang karunia-karunia ternyata menyimpang dari yang sebenarnya Allah maksudkan.

Karunia-karunia seharusnya dikejar karena alasan kasih. Kasih Allah kepada dunia ini, kasih Allah untuk gereja, membuat Ia memberikan berbagai karunia rohani. Yaitu untuk menjangkau orang dengan Injil, dan membangun gereja menjadi utuh. Karena itu, alasan kita berdoa, meminta, mengejar, atau mencari karunia apa pun tidak boleh demi kasih diri sendiri tetapi demi kasih kepada sesama.

Karunia-karunia seharusnya dipraktikkan di dalam kasih. Karunia bisa saja dipraktikkan dalam suasana lain misalnya suasana memamerkan kerohanian diri sendiri, atau suasana merendahkan karunia orang lain, atau suasana bersaing-saingan, atau bahkan suasana bertikai rohani. Suasana demikian tentu tidak membangun keutuhan melainkan menimbulkan perpecahan. Akhirnya maksud Allah menganugerahkan karunia justru batal.

Tujuan utama pemberian karunia-karunia rohani adalah agar gereja mampu menohok tajam dalam pelayanan di dunia ini, dan gereja menjadi suatu kenyataan yang memancarkan kesejatian Yesus Kristus serta karya-karya-Nya (lih. Yoh. 17: 23). Maka gambaran tubuh adalah hal yang sangat tepat melukiskan apa tujuan atau maksud akhir perolehan dan penggunaan karunia-karunia rohani. Gereja adalah tubuh Kristus. Seperti tubuh terdiri dari banyak anggota, dan tiap anggota memiliki kapasitas khasnya dalam tubuh, demikian juga kita harus memandang berbagai karunia berbeda. Dalam konteks seluruh tubuh, tidak ada anggota tubuh yang tidak penting. Dalam konteks keutuhan tubuh, tidak ada peran anggota tubuh yang tidak diperlukan. Semua penting karena kekhasan dan karena kontribusinya bagi keutuhan tubuh.

Karena kapasitas dan kontribusi rohani Anda penting bagi gereja, bagaimana Anda menggunakannya dalam gereja Anda?

(0.95) (1Kor 11:21) (full: YANG LAIN MABUK. )

Nas : 1Kor 11:21

"Yang seorang lapar dan yang lain mabuk" dapat diterjemahkan "Yang seorang lapar, yang lain kekenyangan". Terjemahan ini lebih diterima karena alasan berikut.

  1. 1) Kata "mabuk" (Yun. _methuo_) mengandung dua pengertian. Itu dapat berarti
    1. (a) menjadi mabuk atau
    2. (b) diisi atau dipuaskan tanpa menunjuk kepada keadaan mabuk

      (lihat cat. --> Yoh 2:10,

      [atau ref. Yoh 2:10]

      mengenai penggunaan kata ini dalam hubungannya dengan perkawinan di Kana).
  2. 2) Konteks dari ayat ini dengan jelas berkaitan dengan makanan secara umum. Pada waktu jemaat Korintus berhimpun bersama-sama untuk perjamuan persekutuan sebelum makan Perjamuan Tuhan (bd. 2Pet 2:13; Yud 1:12), beberapa orang berkumpul dalam kelompok kecil dan makan makanan mereka secara terpisah-pisah (ayat 1Kor 11:18-19). Anggota yang miskin yang tidak mampu menyumbang makanan diabaikan dan dibiarkan lapar. Di sini Paulus tidak menunjuk kepada keadaan mabuk; sebab jika demikian, pastilah ia akan menghakiminya dengan keras sebagaimana yang dilakukannya pada bagian lain dari surat ini (bd. 1Kor 6:10). Ia menganggap kemabukan bukan saja sebagai suatu persoalan kurang memperdulikan orang lain, tetapi juga suatu keadaan yang sangat serius sehingga dapat memisahkan seseorang dari kerajaan Allah (1Kor 6:10; Gal 5:21).
(0.95) (1Kor 6:1) (sh: Persatuan, mahal harganya. (Senin, 25 Agustus 1997))
Persatuan, mahal harganya.

Persatuan, mahal harganya.
Hidup dalam kebersamaan tidaklah mudah. Setiap orang memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda yang tidak mungkin diseragamkan. Penyelarasan hati dan kehendak bahkan jauh lebih sulit dibandingkan penyeragaman. Wajarlah bila dalam kehidupan bersama timbul pertentangan bahkan perselisihan. Malah semakin akrab, semakin mudah terjadi pertentangan, seperti halnya telur dalam keranjang lebih mudah retak karena saling bersinggungan. Sebab itu yang penting adalah bagaimana menundukkan diri kepada kasih Kristus.

Penyelesaian konflik secara Kristiani. Jika Paulus mengatakan bahwa orang-orang Kristen jangan pergi mencari keadilan pada pengadilan dunia, bukan berarti Paulus menyuruh mereka untuk tidak taat kepada peraturan negara. Tetapi Paulus menasihati mereka yang mempunyai masalah, bahwa saling mengampuni, mengalah, merendahkan diri, berlaku adil dan saling menghargai adalah lebih baik daripada pergi ke pengadilan.

Renungkan: Siapa yang akan dipermalukan bila orang dunia menyaksikan perkara pertikaian sesama Kristen di pengadilan?

Doa: Tuhan, ingatkan kami untuk rela berkorban demi mempertahankan kemuliaan kekal yang Kau sediakan bagi kami.

(0.95) (1Kor 15:20) (sh: Kebangkitan Kristus menjamin hidup kekal kita! (Selasa, 28 Oktober 1997))
Kebangkitan Kristus menjamin hidup kekal kita!

Kebangkitan Kristus menjamin hidup kekal kita!
Kondisi hidup yang akan dikaruniakan-Nya itu kelak telah bebas dari dosa. Rentetan sebab-akibat. Dosa Adam membuat kita mewarisi dosa asal. Kematian Adam dalam dosa membuahkan kematian kita di dalam dosa. Syukur bahwa Yesus sudah bangkit. Ketaatan dan kebenaran Yesus membuat kita dapat dibenarkan di dalam Dia di hadapan Allah. Kebangkitan Yesus adalah seperti buah sulung yang menandakan bahwa panenan pasti akan tiba. Yesus yang bangkit menjamin bahwa kita akan dibangkitkan, tubuh kita akan diubahkan menjadi tubuh kemuliaan yang sesuai dengan hidup kekal yang dikaruniakan-Nya.

Ia berkuasa di dalamku. Kenyataan hidup ini sudah teramat berat. Tiap hari kita bergumul melawan dosa. Tiap hari kita harus berhadapan dengan berbagai masalah pelik. Untuk apalagi hidup yang sudah sukar dan sulit itu ditambah-berati oleh penderitaan demi Kristus bila Dia tidak bangkit? Tetapi bila ada orang seperti Paulus yang mampu menjaga kekudusan dan tegar berkorban, dari mana datangnya kemungkinan itu bila bukan memang Kristus berkuasa di dalamnya?

Renungkan: Jika sekarang kita mengalami Dia sebagai Raja dalam iman, kelak kita akan bersuka dan bermegah dalam kedatangan-Nya sebagai Raja.

(0.94) (1Kor 16:10) (sh: Senior memperhatikan junior (Minggu, 2 November 1997))
Senior memperhatikan junior

Senior memperhatikan junior
Hubungan Paulus dan Timotius seumpama hubungan pendeta atau pekerja jemaat yang sudah senior dengan para mahasiswa-mahasiswi teologi yang sedang praktek pelayanan dalam jemaat. Cukup sering terdengar keluhan dari para mahasiswa-mahasiswi tentang pengalaman mereka melayani itu. Kadang-kadang mereka tidak dianggap, dibiarkan saja, mungkin karena kemampuan mereka diragukan. Kadang-kadang pendeta sengaja cuti pada waktu musim praktek, sehingga mahasiswa-mahasiswi tersebut diberikan beban pelayanan yang melampaui tingkat kedewasaan dan keahlian mereka. Paulus tidak memperlakukan Timotius seperti itu. Ia melatih Timotius, mendoakan, memberi kesempatan untuk melayani bersama, dan meminta agar jemaat memberikan sikap dan kesempatan yang mendukung perkembangan Timotius.

Pelayanan Tim. Paulus menyadari bahwa dirinya bukan superman. Ia tidak serba bisa, juga tidak akan hidup selamanya. Itu sebabnya ia perlu melatih dan memberi kesempatan bagi Timotius (ayat 10), mengakui kontribusi pelayanan Apolos (ayat 12), dan digembirakan oleh kedatangan Stefanus (ayat 17). Jika Anda bertanya-tanya apa rahasia kebesaran Paulus, jawabnya ialah: ia menyadari kekecilan dirinya dan karena itu membuka diri untuk bekerja sama dengan banyak rekan pelayanan dan memberi diri untuk pelayanan membina generasi muda.

Pelayanan yang mengena. Pernahkah Anda merasakan bahwa apa yang dilayankan Gereja kurang memberikan kemampuan iman bagi warganya dalam menghadapi kenyataan hidup sehari-hari? Apabila pelayanan Gereja hanya bergantung pada bentuk verbal (khotbah) saja sekitar 30 menit pada hari Minggu, maka wajar bila jangkauan pelayanan Gereja menjadi sangat terbatas. Selain berkhotbah, Paulus juga mengunjungi jemaat-jemaat, hidup bersama mereka, mengenal mereka secara akrab. Tidak heran bila surat-suratnya terasa sangat kontekstual dan mengena.

Renungkan: Di balik tiap keberhasilan pelayanan selalu ada orang-orang yang mendoakan, merintis, menindaklanjuti, dlsb.

(0.94) (1Kor 5:1) (full: PERCABULAN DI ANTARA KAMU. )

Nas : 1Kor 5:1

Paulus menulis tentang sebuah laporan mengenai percabulan dalam jemaat Korintus dan penolakan para pemimpin untuk menangani si pelanggar (ayat 1Kor 5:1-8). Dia menyatakan bahwa jemaat, sebagai suatu umat kudus, tidak boleh mengizinkan atau membiarkan kebejatan di antara para anggotanya. Ia mengajukan tiga alasan mengapa jemaat harus mendisiplin anggota yang melanggar:

  1. 1) Demi kebaikan orang yang melanggar itu (ayat 1Kor 5:5). Pengucilan dapat menyadarkan mereka akan kedahsyatan dosa mereka dan kebutuhan untuk pengampunan dan pemulihan dirinya.
  2. 2) Demi kepentingan kesucian jemaat (ayat 1Kor 5:6-8). Membiarkan kejahatan dalam jemaat secara berangsur-angsur akan menurunkan standar moral dari semua.
  3. 3) Demi kebaikan bangsa-bangsa di dunia (bd. ayat 1Kor 5:1). Jemaat tidak dapat memenangkan orang kepada Kristus jika ia serupa dengan dunia ini (bd. Mat 5:13). Untuk bagian lain mengenai disiplin gereja dalam PB lih. Mat 5:22; 18:15-17; 2Tes 3:6; dan Wahy 2:19-23.
(0.94) (1Kor 10:13) (full: ALLAH SETIA. )

Nas : 1Kor 10:13

Orang yang mengaku dirinya sebagai orang percaya tidak boleh memaafkan dosa dengan alasan bahwa mereka hanyalah manusia biasa yang pasti tidak sempurna, atau bahwa dalam hidup ini semua orang percaya yang telah lahir baru terus menerus melakukan dosa dalam perkataan, pikiran, dan perbuatan (bd. Rom 6:1). Pada saat yang sama, Paulus meyakinkan jemaat Korintus bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya tidak perlu jatuh dari kasih karunia Allah.

  1. 1) Dengan tegas Roh Kudus menyatakan bahwa Allah menyediakan bagi anak-anak-Nya kasih karunia yang memadai untuk mengatasi setiap pencobaan dan dengan demikian melawan dosa (bd. Wahy 2:7,17,26). Kesetiaan Allah terungkap dalam dua cara:
    1. (a) Dia tidak akan mengizinkan kita dicobai melampaui kekuatan kita, dan
    2. (b) bersama dengan setiap pencobaan Dia akan menyediakan suatu jalan bagi kita agar dapat bertahan dalam pencobaan dan mengalahkan dosa (bd. 2Tes 3:3).
  2. 2) Kasih karunia Allah (Ef 2:8-10; Tit 2:11-14), darah Yesus Kristus (Ef 2:13; 1Pet 2:24), Firman Allah (Ef 6:17; 2Tim 3:16-17); kuasa Roh yang di dalam kita (Tit 3:5-6; 1Pet 1:5) dan doa syafaat Kristus di sorga memberikan kuasa yang cukup untuk peperangan orang percaya melawan dosa dan kuasa roh yang jahat (Ef 6:10-18; Ibr 7:25).
  3. 3) Jikalau orang Kristen menyerah kepada dosa, itu bukan karena persediaan kasih karunia Kristus tidak memadai, tetapi karena orang percaya gagal melawan keinginan berdosa mereka dengan kuasa Roh (Rom 8:13-14; Gal 5:16,24; Yak 1:13-15). "Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh" (2Pet 1:3), dan melalui keselamatan yang disediakan oleh Kristus kita dapat "hidup layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan ... memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik ... dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar" (Kol 1:10-11;

    lihat cat. --> Mat 4:1

    [atau ref. Mat 4:1]

    tentang cara mengatasi pencobaan). Kita dapat menanggung segala pencobaan dan menemukan jalan keluar jika kita benar-benar menginginkannya dan bergantung kepada kuasa dan kesetiaan Allah.
(0.85) (1Kor 16:12) (bis: ia belum merasa yakin)

ia belum merasa yakin: atau sama sekali bukan kehendak Allah.

(0.83) (1Kor 15:39) (ende)

Dalam ketiga ajat ini kita bukan sadja diingatkan akan kemahakuasaan Allah, melainkan djuga mendapat kesan, bahwa dalam kehidupan abadi bukan semua manusia sama bentuk tubuh dan kemuliaannja.

(0.82) (1Kor 4:7) (ende: Siapakah jang mengutamakan engkau)

SEgala keutamaan datang dari Allah, bukan dari para pengadjarmu.

(0.82) (1Kor 11:23) (jerusalem: aku terima dari Tuhan) Bukan melalui suatu wahyu khusus, tetapi melalui tradisi yang berasal dari Tuhan.
(0.81) (1Kor 1:24) (jerusalem: hikmat Allah) Kalau ditinjau secara manusiawi salib nampaknya langsung bertentangan dengan pengharapan, baik pengharapan orang Yahudi maupun pengharapan orang bukan Yahudi (Yunani). Sebab salib itu merupakan kegagalan dan bukan kejayaan, kebodohan dan bukan hikmat. Tetapi ditinjau dengan iman salib itu nampaknya penggenapan dan peningkatan pengharapan: salib sebenarnya kekuatan dan hikmat ilahi.
(0.80) (1Kor 6:13) (ende: Tubuh bukan untuk pertjabulan)

Segolongan filsuf Junani tertentu menjamakan napsu sjahwat dengan napsu makan, sampai menjimpulkan: tak ada pemuasan napsu sjahwat jang "nadjis", jaitu merupakan dosa.



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA