Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 341 - 360 dari 1231 ayat untuk setia (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.20) (Mzm 136:1) (sh: Kasih setia yang teguh (Rabu, 27 November 2002))
Kasih setia yang teguh

Meski kasih Allah hadir di mana-mana, kadang sulit bagi kita untuk bersyukur. Dalam mazmur ini, ada pola ucapan liturgis yang terus diulang bertubi-tubi: "kasih setia-Nya untuk selamanya." Frasa ini mungkin adalah respons jemaat setelah seorang imam menyerukan kebenaran tentang karakter dan karya Allah. Kita perlu belajar mengingatkan diri kita sendiri berulang-ulang untuk memuji Tuhan agar kita tidak melupakan anugerah-Nya. Pemazmur mengajak kita untuk beribadah dan bersyukur kepada Allah (ayat 1-3). Ia adalah Allah di atas segala allah, yang hakikat-Nya terangkum dalam sebuah sifat: kasih setia. Bangsa Israel yang terus-menerus tergoda untuk menyembah berhala-berhala perlu menyadari bahwa Yahweh adalah satu-satunya Pencipta yang layak disembah (ayat 4-9). Melalui seluruh ciptaan ini Ia menunjukkan bahwa Dialah seorang artis yang agung dengan keahlian yang mengagumkan. Jika kita melihat karya Allah dalam alam semesta, kita tidak dapat menahan diri untuk memuji Dia karena keindahan dan kemegahan buatan tangan- Nya. Bukan hanya dalam ciptaan, Allah juga bekerja dalam sejarah umat-Nya (ayat 10-22). Perjalanan melintasi Laut Merah dan padang belantara merupakan peringatan sekaligus janji bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang sering kali bebal.

Selanjutnya, pemazmur memunculkan kata "kita" (ayat 23). Di sini seakan-akan pemazmur ingin menyatakan bahwa sejarah itu bukanlah sesuatu yang di luar dirinya, tetapi adalah bagian kehidupannya sendiri. Iman dengan demikian bukan bicara mengenai masa lalu, tetapi iman yang sungguh dihidupi di masa sekarang. Maka, rasa syukur itu bukan hanya disebabkan Tuhan telah menolong Israel di masa lalu, namun karena Tuhan pun sebenarnya kini menolong "kita".

Mazmur yang dimulai dengan rasa syukur, karena sesuatu yang universal, dalam alam ciptaan, diakhiri juga dengan terima kasih karena Allah adalah pemelihara segala makhluk.

Renungkan:
Alam dan sejarah mengepung Anda dengan kasih setia Tuhan. Bisakah Anda berlari dari rasa syukur yang mendalam? Perintahlan jiwa Anda untuk bersyukur kepada Dia!

(0.18) (Ayb 27:4) (full: BIBIRKU ... TIDAK AKAN MENGUCAPKAN KECURANGAN. )

Nas : Ayub 27:4

Ayub adalah salah satu teladan terbesar mengenai hal ketabahan dalam keyakinan, kesetiaan kepada kebenaran dan ketekunan di dalam iman (lih. Yak 5:11). Tekadnya yang tidak menyimpang untuk mempertahankan integritasnya dan tetap setia kepada Allah tidak ada bandingannya di dalam sejarah keselamatan orang percaya. Pencobaan, penderitaan atau kebungkaman Allah tidak dapat mengubah kesetiaannya kepada Allah dan sabda-Nya (bd. Yes 45:21). Dia menolak untuk mengutuk Allah dan mati (bd. Ayub 2:9).

  1. 1) Demikian pula, orang percaya PB harus mengabdi kepada satu cara hidup sepanjang mengalami pencobaan, kesusahan, atau hari-hari yang gelap di dalam hidup ini. Dengan sangat yakin mereka harus berani bertekun dalam iman, tetap teguh hingga akhir (Kol 1:23); mereka tidak boleh menyerah selama hidup ini, berpegang erat dengan tulus hati pada firman dan kasih Allah. Mereka selalu harus berusaha memelihara hati nurani mereka murni di hadapan Allah dan sesama (Kis 24:16; bd. Kis 23:1; 1Kor 4:4; 2Tim 1:3; 1Yoh 3:21).
  2. 2) Keputusan untuk tetap setia kepada Allah dan bertahan dalam iman, pengharapan, dan kasih merupakan kewajiban bagi orang percaya (Ibr 3:14; 10:35-39; Yud 1:21). Melakukan hal ini akan melindungi mereka terhadap kandasnya iman ketika sedang menghadapi penganiayaan, pencobaan, dan serangan Iblis yang berat (1Tim 1:18-20; bd. 1Tim 6:11-14; 2Tim 4:5-8; lih. Fili 3:8-16).
  3. 3) Pada pihak-Nya, Allah menjanjikan kuasa-Nya sebagai pelindung umat-Nya yang setia dan menjaga mereka dalam kasih karunia-Nya supaya mereka dapat memperoleh "keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir"

    (lihat cat. --> 1Pet 1:5).

    [atau ref. 1Pet 1:5]

(0.18) (Mat 24:14) (full: INJIL KERAJAAN ... KESUDAHANNYA. )

Nas : Mat 24:14

Kesudahan zaman ini baru tiba setelah "Injil Kerajaan" telah diberitakan secukupnya di seluruh dunia.

  1. 1) Yang dimaksud dengan "Injil Kerajaan" ini ialah Injil rasuli yang diberitakan dalam kuasa dan kebenaran Roh Kudus dan disertai tanda-tanda utama Injil itu

    (lihat art. KERAJAAN ALLAH).

  2. 2) Hanya Allah yang mengetahui apabila tugas ini telah dilaksanakan sesuai dengan maksud-Nya. Tugas orang percaya ialah dengan setia dan terus-menerus memberitakan Injil kepada "semua bangsa" hingga Tuhan kembali untuk membawa gereja-Nya ke sorga

    (lihat cat. --> Mat 28:19;

    lihat cat. --> Mat 28:20;

    lihat cat. --> Yoh 14:3 dan

    lihat cat. --> 1Tes 4:13).

    [atau ref. Mat 28:19-20; Yoh 14:3; 1Tes 4:13]

  3. 3) Banyak penafsir beranggapan bahwa istilah "kesudahan" menunjuk kepada saat "orang yang mati di dalam Kristus akan bangkit" dan mereka yang setia akan bertemu dengan Tuhan di awan-awan (1Tes 4:16-17;

    lihat art. KEANGKATAN GEREJA).

    Kristus lebih merinci hal-hal mengenai kedatangan-Nya yang tak terduga untuk menjemput jemaat yang setia dalam ayat Mat 24:37-44.
(0.18) (2Tim 1:15) (full: SEMUA MEREKA ... BERPALING DARIPADAKU. )

Nas : 2Tim 1:15

Inilah salah satu saat yang paling menyedihkan dalam kehidupan Paulus. Dia berada dalam penjara di Roma tanpa harapan akan bebas lagi. Dia sedang menderita karena Injil yang begitu dicintainya dan yang untuknya dia sebentar lagi akan mati (2Tim 4:6-7). Pada saat ini juga dia dan Injilnya ditinggalkan oleh begitu banyak orang sehingga ia berkata, "semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling daripadaku".

  1. 1) Namun, sekalipun menghadapi pencobaan berat ini, Paulus tetap beriman kepada Allah. Dia tetap yakin bahwa Kristus akan memelihara Injil dan pelayanannya (ayat 2Tim 1:12), bahwa senantiasa akan ada orang seperti Timotius yang akan memelihara dan memberitakannya (ayat 2Tim 1:14; 2:2) dan bahwa ketika mati Allah akan membawanya ke dalam Kerajaan-Nya di sorga (2Tim 4:6,8,18).
  2. 2) Keadaan Paulus yang menyedihkan akan dialami banyak orang yang setia pada akhir zaman. Mereka yang setia kepada Injil PB akan menderita kesedihan yang sama apabila melihat banyak meninggalkan iman alkitabiah yang sejati (lih. Mat 24:10;

    lihat cat. --> 1Tim 4:1)

    [atau ref. 1Tim 4:1]

    dan bila pelayanan mereka ditolak oleh orang yang ingin menyesuaikan diri dengan suasana yang umum pada zaman jahat ini

    (lihat cat. --> 2Tim 4:3-4;

    lihat cat. --> 2Tim 4:4).

    [atau ref. 2Tim 4:3-4]

    Seperti yang dialami Paulus, banyak orang akan meninggalkan seorang anak Tuhan yang tinggal setia kepada Injil PB.
(0.18) (Kel 17:1) (sh: Andalkan kasih setia Tuhan! (Sabtu, 10 September 2005))
Andalkan kasih setia Tuhan!

Tantangan dan persoalan dalam kehidupan manusia adalah wajar bagaikan kerikil-kerikil yang mengganggu langkah-langkah perjalanan hidup. Ketidakpercayaan kepada Allah dapat membuat kita memandang perintang-perintang kecil itu seolah-olah batu-batu besar.

Israel yang berada di padang gurun Masa dan Meriba, sedang mengalami kekurangan air minum dan mereka juga harus menghadapi bangsa Amalek. Ketiadaan air minum merupakan masalah "kecil" di hadapan Allah. Namun, menurut Israel, hal ini bagaikan batu besar karena mereka kurang percaya. Israel tidak mengingat perbuatan besar yang Allah telah perbuat bagi mereka, yakni membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan menyertai perjalanan mereka bahkan mencukupi kebutuhan jasmani mereka selama berada di padang gurun (ayat 5-6).

Kendati demikian, Allah terus menunjukkan kasih setia-Nya. Ia tetap menyertai Israel ketika mereka berperang melawan bangsa Amalek (ayat 8-12). Allah berperang melawan musuh umat-Nya, bahkan Ia membuat bangsa Amalek terhapus dari muka bumi (ayat 13-14). Kemenangan ini bukan disebabkan oleh kekuatan atau persenjataan Israel melainkan semata-mata karena kuasa Allah. Indahnya kemenangan yang Allah berikan terlihat dari ketaatan Israel pada firman-Nya dan kerja sama mereka yang saling menopang. Yosua yang memimpin Israel berperang melawan Amalek, sementara Musa dibantu dan ditopang oleh Harun dan Hur berdoa dengan tekun dan bersehati.

Kita orang beriman pun bagaikan musafir-musafir yang sedang menuju pengenapan janji-janji Tuhan. Berbagai kesulitan fisik serta tantangan mental-spiritual Ia izinkan menghadang. Maksud Tuhan adalah agar kita beroleh kesempatan membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang patut sepenuhnya kita andalkan dan percayai.

Responsku: Aku akan memahsyurkan Allah karena kesetiaan dan karya-Nya dalam hidupku.

(0.18) (2Sam 19:24) (sh: Yang setia yang difitnah. (Minggu, 12 Juli 1998))
Yang setia yang difitnah.

Informasi negatif tentang Mefiboset yang diterima Daud dari Ziba (">2Sam. 16:3), telah membuat Daud terlanjur mengambil keputusan tanpa meneliti dengan benar faktanya (16:4">2Sam. 16:4). Namun ia tetap berusaha bertindak bijak dengan bertanya: "Mengapa engkau tidak pergi bersama-sama dengan aku?" Secara manusia Daud memang tidak mampu melihat ke lubuk hati orang, Ziba atau Mefiboset yang benar. Karena itu bisa dimengerti bila ia memerintahkan agar keduanya membagi tanah yang Daud berikan 29). Ketulusan Mefiboset tampak dari kesediaannya menyerahkan tanah itu seluruhnya kepada Ziba (ayat 19:30" context="true">30).

Setia kawan. Persahabatan Daud dan Barzilai yang telah terjalin sekian lama ternyata tak lekang ditelan waktu. Sikap kesetiakawanan yang lahir dari nurani yang tulus, bersih tanpa dibuat-buat telah diperlihatkan Barzilai. Selain dia menyempatkan diri untuk mengantar Daud yang akan kembali ke Yerusalem, segala yang dimilikinya pun, diusahakan membantu keperluan Daud dan para pengikutnya. Bantuan Barzilai sangat berarti bagi Daud, karenanya Daud menawarkan untuk tinggal bersamanya di Yerusalem(ayat 33).

Maksimalkan potensi. Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa potensi apa pun yang dikaruniakan-Nya bukanlah untuk dipakai demi kepentingan dan keuntungan sendiri, tetapi supaya dibagikan. Kita tidak pernah menjadi pemilik mutlak karunia Tuhan itu, kita hanyalah penatalayan-Nya. Namun seringkali situasi dan kondisi yang kita hadapi kita pakai sebagai alasan untuk melupakan saudara-saudara kita yang seharusnya tidak boleh terlupakan. Kalau pun kita mengingatnya, seringkali bukan didasari oleh nurani yang tulus, bersih, melainkan lebih diwarnai oleh kepura-puraan demi gengsi derajat hidup.

Refleksi: Janganlah Anda sekadar bersikap natural terhadap sesama Anda, tetapi kasihilah seorang kepada yang lain terus menerus di dalam Yesus Kristus (Ignatius dari Antiokhia).

Doa: Ya Tuhan, mampukan kami mengasihi dengan kasih-Mu.

(0.18) (2Taw 28:1) (sh: Makin terdesak, makin berubah setia (Selasa, 2 Juli 2002))
Makin terdesak, makin berubah setia

Ahas membalikkan segala hal baik yang telah dilakukan oleh Yotam, ayahnya. Untuk semua tindakan tersebut hanya penilaian terburuk yang bisa diberikan penulis Tawarikh. Kehidupan Ahas, yang menghidupkan kembali pengurbanan manusia dan anak ala bangsa Kanaan (ayat 3), dipersamakan dengan "kelakuan raja-raja Israel" (ayat 2). Akibatnya, berturut-turut dan bergantian, Allah menyerahkan Yehuda ke tangan Aram (ayat 5a), Israel utara (ayat 5b), Edom dan Filistin (ayat 17-19). Bahkan Asyur yang dimintai bantuan pun malah "menyesakkan" Ahas (ayat 20). Bagi penulis Tawarikh, semua yang terjadi jelas merupakan akibat dari dosa Ahas dan Yehuda (ayat 6, juga 19). Pada masa inilah untuk pertama kali sebagian penduduk Yehuda harus mengalami pembuangan ke negeri lain (ayat 17-19). Para pembaca pertama kitab Tawarikh mengerti bahwa peristiwa pembuangan yang mereka alami bermula dari keadaan bangsa dan kerohanian yang seperti ini.

Semua penghukuman itu tidak juga menyebabkan Ahas berbalik dari kesalahan-kesalahannya. Ahas justru "malah semakin berubah setia kepada TUHAN" (ayat 22). Ahas mencari dewa sembahan baru (ayat 23), dan makin kehilangan rasa hormat terhadap Allah dan bait-Nya. Penghukuman yang dialami Ahas tidak membuatnya bertobat. Ahas malah makin menenggelamkan dirinya ke dalam dosa yang lebih keji dan konyol.

Kebejatan Ahas makin menonjol dengan ironi yang muncul pada pasal 28 ini. Tindakannya dipersamakan dengan kebejatan raja-raja Israel utara (ayat 2a). Namun, pada ayat 9-15, justru orang Israel Utara yang mau mendengar peringatan seorang nabi TUHAN (ayat 9), dan memberi respons yang tepat dengan mengakui keberdosaan mereka dan melakukan kehendak Allah. Mereka tidak seperti Ahas, anak Yotam, keturunan Daud "bapa leluhurnya" (ayat 1b), yang justru "menyakiti hati TUHAN, Allah nenek moyangnya" (ayat 25).

Renungkan: Orang yang berkeras hati tetap tinggal teguh di dalam dosa, menolak jauh-jauh ketetapan Allah, berarti juga menjauhi Allah. Padahal Allah sajalah satu-satunya sumber pertolongan terpercaya untuk hidup.

(0.18) (2Taw 32:20) (sh: Allah menghukum keangkuhan (Selasa, 9 Juli 2002))
Allah menghukum keangkuhan

Dengan singkat penulis Tawarikh menyebutkan bahwa raja Hizkia dan nabi Yesaya berdoa. Melalui bagian ini penulis Tawarikh ingin menunjukkan bahwa harapan-harapan Salomo kepada bait Allah dipenuhi. Ketika Israel terdesak, maka raja (dan pemimpin lainnya) berseru kepada Allah atas nama umat dari Yerusalem (bait Allah), dan Allah menyelamatkan Israel. Untuk kesekian kalinya, penulis Tawarikh menggunakan sejarah Israel untuk memberi contoh, bahwa Allah mendengar dan menjawab doa. Bahkan Allah tidak hanya menghancurkan bala tentara Sanherib, tetapi juga mengaruniakan kepada Hizkia keamanan bagi bangsa itu.

Contoh kedua adalah raja Hizkia sendiri. Pada saat Allah menyembuhkan Hizkia dari penyakitnya, ia malah menjadi angkuh dan tidak berterima kasih (ayat 25a). Akibatnya, baik Hizkia maupun Yehuda dan Yerusalem ditimpa murka Allah (ayat 25b). Tidak dijelaskan pada ayat ini apa yang terjadi. Namun, berbeda dengan Sanherib, Hizkia bersama-sama dengan penduduk Yerusalem mau bertobat dan merendahkan diri mengakui dosa-dosa mereka di hadapan Allah, sehingga "murka Tuhan tidak menimpa mereka pada zaman Hizkia" (ayat 26).

Pada akhirnya, penulis Tawarikh menyimpulkan raja Hizkia sebagai raja yang perbuatan-perbuatannya setia (ayat 32). Kesetiaannya ini berbuahkan berkat yang besar dari Allah (ayat 27-31). Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa berkat Allah itu secara khusus ditujukan kepada seluruh Israel. Kesetiaan Hizkia kepada Allah mencerminkan juga kesetiaan umat. Berkat bagi Hizkia dan kejayaan Hizkia berarti kejayaan Yehuda juga. Penulis Tawarikh sekali lagi ingin menampilkan gambaran bangsa yang ideal, yang sesuai dengan kriteria Allah untuk diteladani orang-orang Yehuda yang baru kembali dari pembuangan, bangsa yang rajanya setia, dan kerajaannya diberkati oleh Allah.

Renungkan: Seperti pemaparan Wahyu, semua kesombongan para penguasa dunia akan dihancurkan, dan Allah pasti akan menghukum mereka. Pengharapan Kristen adalah supaya dirinya terus setia dan berharap kepada Tuhannya.

(0.18) (Mzm 25:1) (sh: Petunjuk hidup baru (Selasa, 25 Februari 2003))
Petunjuk hidup baru

Mazmur ini lahir dari pergumulan seorang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan. Ia menyadari dosanya, namun yakin dan percaya bahwa kasih setia Allah menaunginya. Ia datang kepada Tuhan meminta pembebasan dari kesesakan batiniah dan ancaman lahiriah.

Sikap pemazmur yang merupakan sikap iman tersebut mencakup tiga hal: [1] seluruh perhatian pemazmur diarahkan kepada Tuhan, {2] ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga ia merasa tak mungkin dipermalukan oleh musuh, [3] ia juga menanti-nantikan Tuhan, sehingga masa depannya terbuka karena Tuhan menyelamatkan umat-Nya (ayat 1-3). Dari sikap iman yang demikian, di dalam kesulitan pribadi yang dialaminya, pemazmur meminta kepada Allah -- seperti yang pernah di lakukan Musa di padang gurun -- agar ia mengenal jalan Tuhan, supaya ia dapat hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan (ayat 4-5, bdk. 1:6). Sama seperti orang tua yang membesarkan dan melatih anak-anaknya, Allah mengajarkan dan menunjukkan jalan itu, dan bertindak sebagai navigator dalam perjalanan hidup umat.

Sejak zaman dahulu kala, kasih setia Tuhan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan umat-Nya. Sekalipun pemazmur menyadari hal ini, tetapi ia juga meminta agar Tuhan mengampuni perbuatan dosa masa mudanya. Akankah Tuhan memberikan pengampunan kepadanya? Jika kasih setia yang diingat Tuhan, maka nasib orang berdosa itu ditentukan menurut kebaikan Tuhan (ayat 6-10). Tuhan penuh kasih dan kesabaran. Kita acap kali tidak dapat bertahan untuk hidup kudus dan benar, tetapi Allah selalu mengampuni dan memberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

Renungkan: Setiap kali pengampunan dinyatakan, petunjuk hidup baru diberikan. Sekarang hiduplah senantiasa dalam pola petunjuk hidup baru yang telah Allah berikan dalam kehidupan Anda!

(0.18) (Mzm 42:1) (sh: Pengharapan jiwa yang tertekan (Jumat, 6 Februari 2004))
Pengharapan jiwa yang tertekan

Bagaimana perasaan Anda bila Anda tinggal di lingkungan yang tidak seiman, tidak ada saudara dan teman seiman untuk berdoa dan bersekutu. Ditambah lagi, lingkungan itu tidak menyukai Anda karena Anda orang Kristen. Mereka menekan Anda dengan sikap tidak bersahabat, dan bahkan mengejek Tuhan Yesus yang bagi mereka bukan Tuhan.

Ada penafsir yang berpendapat bahwa Mazmur 42 ditulis oleh seorang Israel yang sedang mengalami pembuangan di Babel. Ia harus hidup di negeri asing yang menyembah berhala. Sementara itu, ia sendiri tidak dapat beribadah kepada Tuhannya dengan cara yang biasa, mungkin sekali situasi bertambah berat karena orang-orang Babel memperlakukan orang Israel seakan-akan Allah orang Israel tidak mampu menolong mereka.

Namun demikian, pemazmur tidak tinggal bahkan tenggelam dalam keadaan tertekan itu. Ia bangkit dari situasi itu. Ia menasihati jiwanya sendiri untuk keluar dari depresi. Apa yang dapat menolong pemazmur keluar dari perasaan-perasaan yang menekannya?

Pertama, pemazmur mengingat-ingat antuasiasme ibadahnya pada masa lampau, bagaimana dulu ia begitu bersemangat dalam menyembah Allah (ayat 5). Hubungannya dengan Allah begitu dekat dan intim. Maka hal itu mendorong si pemazmur untuk berpengharapan akan mengalami lagi saat-saat indah bersekutu dengan Allah.

Kedua, pemazmur mengingat-ingat kebesaran Allah dalam alam (ayat 8) dan kasih setia Tuhan yang telah dinyatakan dalam kehidupannya sehingga ia bisa menaikkan nyanyian dan doa syukur kepada-Nya. Pemazmur meyakini Allah tetap setia dan tetap satu-satunya perlindungannya. Oleh karena itu ia sekali lagi menguatkan jiwanya dan kembali menaruh pengharapan kepada-Nya.

Renungkan: Anak-anak Tuhan hanya dapat keluar dari depresi yang dahsyat jika menaruh pikiran kepada Allah yang terbukti setia pada masa lampau.

(0.18) (Mzm 63:1) (sh: Kehausan yang dipuaskan (Kamis, 17 Juni 2004))
Kehausan yang dipuaskan

Bayangkan Anda di padang gurun tersesat. Kehausan membuat Anda mencari-cari dengan insting untuk hidup. Sayangnya, banyak orang di padang gurun terjebak dengan fatamorgana, sepertinya menemukan sumber air, ternyata hanya bayang-bayang yang membawa kepada kematian.

Pemazmur mengalami kehausan dan kerinduan akan Allahnya seperti orang yang terjebak dalam kegersangan hidup (ayat 2). Namun ia tidak terjebak ke dalam fatamorgana, karena Allah hidup dan nyata selalu dapat dihampiri oleh karena kasih-Nya. Maka dengan "insting" iman, ia bisa melihat Allah yang penuh kasih setia dan hidup seperti di bait suci ketika ia beribadah kepada-Nya (ayat 3). Oleh karena itu tekadnya adalah ia akan menaikkan syukur dan menyatakan komitmen untuk hidup bagi Dia (ayat 3-5).

Pada bagian kedua mazmur ini (ayat 6-9), seruan kerinduan itu dibalaskan dengan pengalaman menikmati keselamatan dari Allah. Kerinduan dan kehausan sejati (ayat 2) akan dipuaskan oleh kenikmatan meja perjamuan ilahi (ayat 6). Bila pada bagian pertama ia bertekad (akan) memegahkan Tuhan (ayat 4), maka sekarang ia bertindak (sedang) bersorak-sorak dan memuji-muji-Nya (ayat 6, 8). Bagaikan gayung bersambut, iman kepada Tuhan tidak sia-sia!

Itu sebabnya di bagian ketiga (ayat 10-12) dengan berani si pemazmur melihat kepada orang-orang yang mengikhtiarkan celakanya. Ia tahu sebagaimana kasih setia Tuhan dinyatakan dalam hidupnya, mereka yang melawan Tuhan akan menerima hukumannya (ayat 10-11).

Setiap orang percaya pasti pernah mengalami kegersangan hidup. Pada saat sedemikian, ingatlah bahwa Allah tetap nyata dan kasih setia-Nya tidak pernah berubah. Tanamkanlah kesadaran mendalam bahwa Allah bukan hanya pelepas dahaga jiwa kita, Ia juga mendengar seruan kita.

Tekadku: Aku hendak memuji Tuhan lagi, karena dahagaku, Engkaulah yang sudah memuaskannya.

(0.18) (Mzm 71:1) (sh: Walau tua tetap semangat (Senin, 1 November 2004))
Walau tua tetap semangat

Apa benar orang yang sudah tua bisa ditinggalkan Tuhan? Apakah Tuhan melupakan kita saat rambut memutih?

Mazmur 71 memuat pergumulan pemazmur sebagai orang yang sudah tua. Dulu pemazmur pernah mengalami masa muda yang penuh sukacita. Pengalaman ini penuh sukacita karena Tuhan sendiri menopang kehidupannya (ayat 5-6). Masa muda pemazmur ini, menjadi kesaksian bagi banyak orang tentang perbuatan ajaib tangan Tuhan yang memeliharanya (ayat 7-8). Kini pemazmur merasakan kekuatan fisiknya menurun dan memudar sehingga rasa percaya diri pun luntur. Hal ini berbeda saat tubuh masih sehat, tenaga besar, tiada rintangan fisik, mental maupun hambatan para musuh yang dapat menghalangi gerak pemazmur.

Beragam perubahan ini menghantarkan pemazmur pada puncak keraguan yakni jangan-jangan Tuhan pun sudah meninggalkan dia (ayat 9). Apalagi tekanan para musuhnya bertambah sehingga perasaan ditinggalkan Tuhan makin kuat (ayat 10-11). Dalam kemunduran fisik dan tekanan masalah, iman menatap ke luar kondisi diri yaitu kepada Yahweh, Allah Israel yang setia. Kerinduan pemazmur adalah ia tetap boleh melayani Tuhan pada masa tuanya. Pemazmur bangkit dalam sikap semakin rindu menyaksikan berbagai perbuatan Tuhan (ayat 12-16). Pengalaman masa muda bersama Tuhan mendukung keyakinannya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkannya. Pengalaman penyertaan Tuhan pada masa lampau itu menjadi pegangan bagi pemazmur dan memantapkan tekadnya untuk tetap melayani Tuhan di usia senja (ayat 17-18; 21-24).

Jangan kaitkan kemunduran fisik dengan perubahan kasih setia dan pemeliharaan Tuhan. Ia tidak pernah berubah. Tuhan tidak bosan memakai kita untuk melayani-Nya. Oleh karena itu, jadikan masa tua kita sebagai contoh bagi orang di sekitar kita untuk melihat usia lansia bukan penghalang melayani Tuhan dengan setia dan benar.

Camkan: Fisik boleh menurun, tetapi semakin matang usia, semakin iman, pujian, dan semangat melayani Tuhan harus terus meningkat.

(0.18) (Mzm 78:56) (sh: Tuhan siap merombak dan membangun ulang (Minggu, 28 Oktober 2001))
Tuhan siap merombak dan membangun ulang

Tujuan perjalanan panjang bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan adalah untuk membentuk suatu bangsa milik Allah sendiri. Namun perjalanan ini diwarnai berbagai pemberontakan yang berorientasi pada "keinginan perut" bangsa Israel, sehingga mereka harus berputar di padang gurun selama 40 tahun.

Betapa menyedihkannya keadaan bangsa pilihan Allah ini, karena mereka tidak pernah belajar melakukan apa dikehendaki Allah, justru berulangkali mereka hidup dalam kesenangannya sendiri. Kedegilan hati mereka membuat kasih Allah tidak terselami, walau sudah dinyatakan berulang kali. Hal ini menggerakkan Allah untuk melakukan penghukuman-Nya (ayat 66-67), tetapi tidak membuat-Nya putus asa terhadap keadaan umat-Nya. Allah membangun kembali dari awal apa yang telah dirobohkan oleh kesalahan manusia (ayat 69). Di balik penghukuman-Nya yang bertujuan memurnikan umat-Nya, Ia menyelamatkan sekumpulan kecil orang yang setia kepada-Nya, yang akan menjadi tunas bagi pembangunan yang baru. Dia memilih Yudea, Gunung Sion, dan mengangkat Daud menjadi gembala bagi umat-Nya (ayat 70-72).

Karena Allah adalah setia dan senantiasa bersedia merombak kembali, maka pemberontakan umat-Nya tidak akan menggagalkan rencana yang telah disediakan-Nya bagi umat-Nya. Kesediaan Allah untuk merombak dan membangun ulang apa yang sudah rusak, melebihi daya perusak dari manusia yang lemah.

Renungkan: Kasih setia Tuhan mampu membangun kembali apa yang telah dirobohkan manusia. Namun bukan berarti Tuhan membiarkan manusia seenaknya merusak dan menghancurkan. Rindukah Anda menjadi alat Tuhan memurnikan umat-Nya?

Bacaan untuk Minggu ke-21 sesudah Pentakosta

Yesaya 53:10-12

Ibrani 5:1-10

Markus 10:35-45

Mazmur 91:9-16

Lagu: Kidung Jemaat 423

PA 8 Mazmur 74

Mazmur ini merupakan nyanyian ratapan atas hancurnya Bait Allah di Yerusalem oleh bangsa Babilon pada tahun 587 sM. Mereka menulis mazmur ini dalam pembuangan ketika identitasnya sebagai suatu bangsa telah dihapuskan, tanah perjanjian yang dimilikinya telah dirusak, dan Bait Allah yang menjadi pusat ibadah mereka telah dihancurkan. Mereka berada dalam suatu kondisi yang sedemikian tertekan dan tidak dapat mengerti mengapa Tuhan yang sedemikian berkuasa tidak menyelamatkan mereka dari tangan para musuh mereka.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Bagaimanakah kehancuran Bait Allah digambarkan (ayat 3-9)? Bagaimana keadaannya? Apa yang dilakukan oleh para lawan mereka? Krisis apakah yang dialami bangsa Israel?

2. Empat pertanyaan apakah yang mereka ajukan kepada Tuhan (ayat 1, 10, 11)? Bagaimana mereka memahami identitas diri mereka? Bagaimanakah mereka melihat sikap Tuhan terhadap mereka? Pernahkah Anda melihat Tuhan seperti mereka melihat-Nya? Pada saat dan peristiwa apakah hal itu terjadi?

3. Apakah mereka terus tenggelam dalam kesedihan mereka? Peristiwa- peristiwa apakah yang mereka renungkan pada saat mereka sangat tertekan (ayat 12-15; 16-17)?

4. Mengapa mereka dapat teringat kepada peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang diceritakan kepada mereka, ketika mereka berada dalam keadaan yang sangat sulit? Apa dampak dari firman yang mereka ingat bagi masa-masa yang sukar? Bagaimana firman Tuhan yang pernah Anda dengar berdampak bagi kehidupan Anda, khususnya pada saat Anda mengalami krisis?

5. Perhatikan empat permohonan mereka yang dimulai dengan kata "janganlah" (ayat 19, 21, 23), "ingatlah" (ayat 2, 18, 22), dan juga permohonan mereka yang dimulai dengan kata "pandanglah" (ayat 20), "biarlah" (ayat 21), dan "bangunlah" (ayat 22). Apakah yang menjadi landasan bagi keyakinan mereka kepada Tuhan? Bagaimana Anda mengaplikasikan pelajaran pada hari ini bagi kehidupan Anda secara pribadi dan pergumulan bangsa kita?

(0.18) (Mzm 119:49) (sh: Taurat Tuhan adalah kekuatan dan penghiburan (Rabu, 29 Mei 2002))
Taurat Tuhan adalah kekuatan dan penghiburan

Dalam perikop ini, pemazmur mengajak kita untuk melihat beberapa hal yang juga penting dalam keyakinan tentang Taurat Tuhan. Pertama, Taurat Tuhan itu mengumandangkan tentang janji keselamatan. Hal ini membuatnya makin mengandalkan Tuhan sebagai sumber kekuatan, pengharapan, dan penghiburan, lebih-lebih ketika ia harus berada dalam kesengsaraan (ayat 50,52). Penderitaan yang mendatangkan kesengsaraan sering kali membuat seseorang tidak mengandalkan Allah. Akibatnya ia berjalan pada jalan kebinasaan. Itulah yang dialami bangsa Israel ketika mereka dibuang ke Babel. Kedua, Taurat Tuhan menghidupkan dan membuat pemazmur tidak tergoyahkan ketika diguncang cemoohan orang-orang fasik (ayat 51,53). Sebutan orang fasik ditujukan kepada mereka yang hidup di luar persekutuan umat Allah, orang-orang yang tidak setia dan tidak taat terhadap Taurat. Ketiga, Taurat Tuhan memasukkan pemazmur pada suatu komunitas orang yang takut akan Tuhan.

Untuk ketiga hal ini, pemazmur meresponinya dengan mengucapkan janji tetap setia kepada Taurat Tuhan dengan segenap hati (ayat 57). Namun, seperti tampak pada ayat-ayat sebelumnya, pemazmur tetap menyadari bahwa untuk mempertahankan janji setianya, ia membutuhkan pertolongan dan pengasihan Allah, sesuai dengan janji Allah (ayat 58). Janji setia terhadap Taurat Tuhan ini sejajar dengan tuntutan dalam Ul. 6:5, “kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”.

Hal terindah yang kita lihat dari kedekatan pemazmur dengan Taurat Tuhan adalah kehidupan yang dipenuhi rasa bakti dan syukur kepada Tuhan. Bahkan dia juga memperhatikan segala tingkah laku, jalan-jalannya, untuk tetap berada dalam koridor kebenaran Taurat Tuhan. Inilah hidup yang sungguh-sungguh indah karena sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan dan bergantung mutlak kepada-Nya.

Renungkan: Ambil keputusan sekarang juga untuk meninggalkan dosa, hidup dalam ketaatan firman-Nya, dan menikmati keindahan penuh syukur bersama Allah.

(0.18) (Mzm 119:161) (sh: Setia dan taat = hidup damai sejahtera (Rabu, 5 Juni 2002))
Setia dan taat = hidup damai sejahtera

Dari ayat-ayat awal sampai akhir Mazmur 119, tidak henti-hentinya pemazmur menggambarkan bagaimana bahagia dan nikmatnya seseorang yang berpegang dan hidup menurut Taurat Tuhan. Ayat 161-176 ini pun menggambarkan hal yang sama.

Menurut pemazmur, damai sejahtera Allah itu antara lain tampak dalam beberapa bentuk. Pertama, keberanian menghadapi musuh-musuh yang mengejarnya tanpa alasan. Artinya ia tidak takut menghadapi ancaman apa pun (ayat 161). Inilah tanda orang yang pasrah kepada Tuhan dan kehendak-Nya. Dengan sendirinya orang seperti ini merasakan ketenteraman dan kenyamanan dalam kehidupannya (ayat 165). Kedua, tidak mengalami depresi, tidak merasa kalut, tidak melarikan diri dari keberanian untuk menerima kenyataan hidup, dan berusaha memecahkan persoalannya dengan sukacita. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa itu dilakukan bersama Tuhan. Seseorang yang melupakan kenyataan hidupnya dan tidak berusaha memecahkannya dengan dalih iman, sama dengan orang yang hidup di awan-awan, dan tidak ada bedanya dengan mereka yang mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

Kecintaan dan kesetiaan pemazmur kepada Taurat sungguh-sungguh telah membawa dia pada damai sejahtera Allah (ayat 163,167). Karena itulah, pemazmur tidak bisa berbuat lain, kecuali memuji-muji Allah terus-menerus (ayat 164,171,172,175). Perlu kita sadari bahwa pujian yang dilakukan pemazmur keluar secara spontan karena kekagumannya pada Allah dan Taurat-Nya. Memuji Tuhan yang dimaksudkan di sini tidak semata-mata dalam bentuk kata-kata dan nyanyian, sebab Tuhan tidak termakan oleh pujian. Memuji Tuhan di sini berarti mengerahkan segala kemampuan, kekuatan, dan segenap jiwa melalui perbuatan-perbuatan baik yang bersumber pada Allah dan Taurat-Nya. Allah sudah mengaruniakan kebaikan, keselamatan, keadilan, dan kebenaran yang nyata dalam Kristus kepada kita. Maka, sudah seharusnya kita memuji-muji Allah dalam perkataan, nyanyian, dan perbuatan kita.

Renungkan: Setia dan taat kepada Tuhan dan Taurat-Nya berarti hidup dalam damai sejahtera Allah.

(0.18) (Yes 46:1) (sh: Untung Allah tidak lentur sikap! (Jumat, 5 Agustus 2005))
Untung Allah tidak lentur sikap!

Kecenderungan berpaling kepada berhala mengancam umat Allah dahulu juga sekarang. Wujud berhala tidak harus patung dan dewa dewi sesembahan. Penyembahan berhala sudah terjadi ketika hati menolak tunduk kepada Allah sejati. Orang cenderung memberhalakan apa saja sebab berhala dapat dicocokkan sesuai selera, sedangkan Allah tidak. Allah tidak lentur, tetapi teguh setia pada diri-Nya dan bukan pada selera serta keinginan manusia. Ia kudus dan benar adanya, berbeda tajam dari berhala yang justru menyuburkan praktik-praktik tidak bermoral. Allah berdaulat dan berkuasa, sedangkan berhala tidak berdaya.

Firman Allah ini membongkar kebodohan dan kejahatan dosa penyembahan berhala. Bel dan Nebo ternyata patung-patung yang tidak berdaya. Berhala-berhala itu bukan menjadi penolong melainkan beban (ayat 1-2). Betapa bodoh menyembah berhala! Bagi umat Israel yang dikasihi Allah dan yang mengalami kesetiaan serta keperkasaan-Nya, tindakan menyembah berhala bukan saja kebodohan melainkan suatu kejahatan (ayat 3-4)! Allah tidak layak dibandingkan dengan dewa dewi dan berhala apa pun (ayat 5-7).

Untunglah Allah teguh setia kepada diri-Nya, tidak lentur seperti berhala yang memenuhi keinginan dosa manusia. Allah tidak berubah dalam sifat-sifat-Nya, juga tidak berubah dalam komitmen-Nya kepada umat pilihan-Nya (ayat 10-11). Karena itu, Ia yang setia kepada perjanjian kekal-Nya itu bertindak menyelamatkan umat-Nya. Keselamatan bukan kompromi Allah dengan kedurhakaan manusia. Keselamatan adalah ketegasan Allah membebaskan umat-Nya dari dosa dan kesesatan. Karena itu, Allah menuntut umat-Nya sadar dan malu lalu bertobat (ayat 8). Keselamatan berarti seseorang sepenuhnya menempatkan Dia sebagai Allah sehingga ia mengalami kebenaran dan kesejatian hidup.

Komitmenku: __________________________________________________________________________________________

(0.18) (Yes 63:1) (sh: Pembalasan dan kasih Allah (Rabu, 31 Agustus 2005))
Pembalasan dan kasih Allah

Dalam kisah-kisah romantis biasanya ada gagasan mengenai kecemburuan dan pembalasan. Si tokoh karena kasihnya kepada kekasihnya merasa cemburu karena kekasihnya diganggu oleh musuh. Ia membalas perbuatan musuh yang mengganggu kekasihnya itu dengan keras dan tidak jarang dengan kejam.

Bagian pertama pasal 63 mengisahkan pembalasan Allah terhadap musuh-musuh umat-Nya (ayat 1-6). Allah menyatakan dirinya sebagai pemeras anggur yang menghancurkan para musuh seperti sedang mengirik anggur (baju merah mungkin terkena percikan air anggur; merah di sini melambangkan darah musuh yang tertumpah. Ada permainan kata antara edom lih. Kej. 25:30 - dengan adom artinya merah). Ia melakukannya sendirian dan hukumannya dahsyat (ayat 5-6).

Mengapa Tuhan memedulikan Israel dengan menghancurkan para musuhnya? Karena Ia mengasihi mereka dan sesuai dengan ikatan perjanjian-Nya, Ia menjadi juruselamat mereka (ayat 7-9). Walaupun Ia murka karena mereka memberontak dan mendurhaka terhadap-Nya (ayat 10), kasih setia-Nya yang dulu mereka nikmati (ayat 11-14) tidak pernah benar-benar diangkat dari mereka. Oleh karena itu, mereka berani berseru kepada-Nya serta memanggil Tuhan sebagai "Bapa" dan "Penebus" (ayat 16) agar Ia bersegera menolong mereka (ayat 15-19).

Dinamika kehidupan anak-anak Tuhan mirip dengan jatuh bangunnya umat Israel. Kita begitu mudah melupakan anugerah Tuhan dan melakukan perbuatan yang mendukakan Roh Kudus. Kadang kala Allah `terpaksa' menghukum kita dengan membiarkan penderitaan menerpa kita. Puji syukur kepada Tuhan, kasih setia-Nya tidak pernah berubah. Ia tetap mengasihi kita, menyertai kita, dan membela kita terhadap perlakuan tidak benar dari musuh-musuh kita.

Renungkan: Kasih Allah nyata melalui darah Kristus yang dicurahkan. Darah yang membasuh dosa-dosa kita itu memungkinkan kita mengalami pengampunan dan merasakan kembali kasih setia-Nya.

(0.18) (Yl 2:18) (sh: Anugerah karena pertobatan (Sabtu, 20 November 2004))
Anugerah karena pertobatan

Kedaulatan, kasih, dan keadilan Allah tidak pernah bertentangan dalam diri-Nya, ketiganya berjalan seiring dan indah pada waktunya.

Hal ini terbukti dari berkat yang diberikan Allah kepada Israel atas pertobatan sungguh-sungguh yang mereka lakukan, seperti dalam bacaan hari ini. Tuhan berdaulat menghukum dan Ia berdaulat pula memberi anugerah. Karena perjanjian kasih setia-Nya yang kekal, maka umat yang bertobat tidak mendapat penghukuman. Allah mau mendengar doa dan permohonan yang dinaikkan umat-Nya (ayat 18), bahkan Ia pun menambahkan pemulihan bagi keadaan umat-Nya (ayat 19). Apabila pemulihan Allah terjadi maka musuh umat-Nya pun menjadi musuh Allah juga, sehingga lawan umat Allah akan disingkirkan (ayat 20).

Selain pemulihan diri umat-Nya, kehidupan alam sekitar juga diberkati sehingga hujan diturunkan pada waktunya dan tanaman bertumbuh subur. Itulah Allah kita. Pemulihan-Nya adalah anugerah menyeluruh yang meliputi pemulihan manusia, hewan, dan tumbuhan. Sukacita dan kegembiraan timbul karena Allah semata-mata (ayat 21-23). Bahkan semua kerugian yang pernah dialami umat-Nya selama masa bencana diperbarui. Akibatnya umat Allah kembali mengalami kemakmuran dan kembali terdengar sorak-sorai memuliakan Tuhan (ayat 24-26). Sungguh, tidak ada nama lain sedahsyat Allah Israel (ayat 27).

Pemahaman umat Kristen masa kini banyak dipengaruhi oleh pandangan berkat dan kutuk, yaitu berkat pasti tercurah bila setia ikut Allah dan kutuk menimpa apabila berpaling dari-Nya. Sesungguhnya, pemahaman seperti ini `membatasi' kedaulatan Allah dalam membuktikan cinta kasih-Nya. Padahal, kedaulatan Allah sewaktu menjalankan rencana-Nya bagi umat-Nya tidak pernah dihalangi oleh kesalahan sikap manusia maupun dibatasi oleh tindakan manusia yang tidak setia.

Bagaimana dengan kita? Apakah ingin mengalami anugerah pemulihan Allah? Inilah saatnya kita mengambil keputusan!

Renungkan: Penghukuman -- pengampunan -- pemulihan, itulah kasih Allah.

(0.18) (Am 9:1) (sh: Allah, Penguasa alam semesta (Jumat, 25 Juli 2003))
Allah, Penguasa alam semesta

Bangsa Israel tidak dapat menghindar dari penghukuman Allah (ayat 1). Ingin lari? Kemanapun mereka pergi bahkan pergi jauh ke dunia orang mati, Tuhan akan menemukan dan mengambil mereka (ayat 2). Dalam pemahaman PL dunia orang mati berada di belahan bumi paling bawah, sebuah tempat yang paling jauh dari tempat Allah di langit di atas langit. Ingin bersembunyi di Gunung Karmel (ayat 3) - tempat yang dianggap cukup aman untuk bersembunyi, tetapi justru di sana Allah siap menghakimi? Di dasar laut (ayat 3)? Tuhan akan memerintahkan ular untuk menggigit mereka di sana. Orang zaman itu menganggap dasar laut sebagai tempat yang tidak akan terjangkau oleh Allah. Ingat peristiwa Nabi Yunus? Tuhan tetap dapat menemukannya. Tidak ada tempat yang rahasia bagi Allah (ayat 5,6).

Dari sejarah bangsa Israel, kita tahu bahwa Israel adalah bangsa yang dikhususkan Allah. Namun, kekhususan itu membuat bangsa Israel menjadi sombong, dan beranggapan Allah yang telah memilih mereka, karena itu mustahil Allah menghukum mereka. Kesalahan persepsi ini mengakibatkan terjadinya praktik-praktik penindasan dan pengeksploitasian sesama. Israel semakin tidak terkendali. Allah yang mengubah status sebagai bangsa pilihan, Allah pula yang memutuskan untuk tidak lagi mengkhususkan bangsa Israel bagi-Nya. Israel menjadi sama dengan bangsa-bangsa lain seperti Etiopia, orang Filistin, dan orang Aram. Namun, penghukuman Allah bukanlah tujuan akhir. Allah tetap menyelamatkan sisa-sisa Israel (ayat 8). Penghukuman ini adalah kendaraan Allah untuk menciptakan sisa-sisa yang diselamatkan, yang luput dari penghukuman. Inilah kasih setia Allah.

Renungkan: Allah tidak pernah kompromi dengan dosa. Tetapi dosa tidak dapat membatalkan kasih setia-Nya. Itulah pengharapan yang memotivasi kita mengerjakan kehendak Allah dengan setia dan sukacita.



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA