Konsep yang ideal mengenai status perempuan dalam perkawinan, khususnya yang berkaitan dengan poligami dan perceraian berada pada Kej 2:23-24; Kej 1-3, bahkan seluruh pasal Kitab Kejadian tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Memang Kej 1:1-2, 4a diduga berasal dari sumber P pada masa sesudah pembuangan, sementara itu Kej 2:4b-24 berasal dari sumber J pada masa Kerajaan. Tetapi secara umum telah diterima bahwa kedua perikop ini sudah ada dalam bentuk tradisi lisan jauh sebelum penulisannya. Khususnya amat penting diperhatikan bahwa sang redaktor menggabungkan Kej 2:4b-24 kepada Kej 1:1-2,4a untuk memperlihatkan hubungan cerita dalam Kej 2:4a-29 kepada keadaan permulaan penciptaan.1223 Selain itu perlu digarisbawahi bahwa berdasarkan analisa bentuk cerita pada Kej 2:4a-24 adalah primeval saga, yaitu cerita yang dituturkan bukan saja untuk mengemukakan hubungan suami istri pada dunia mula-mula yang bergerak ke dunia kini saat pembentukan saya tersebut, tetapi juga untuk mengajarkan hubungan yang ideal1224 yang direncanakan Allah pada permulaan penciptaan sebelum kejatuhan ke dalam dosa. Literatur hikmat, khususnya Kitab Amsal mengandung konsep teologis dan etis yang sangat berbeda mengenai perkawinan dengan tradisi yang lainnya, karena kitab ini berisi bahan pengajaran, dan yang diajarkan tentu yang idealnya.1225
Perkawinan merupakan kebahagiaan tertinggi bila konsep ideal tentang perkawinan itu dilaksanakan. "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku" (Kej 2:23b). Jikalau bentuk kalimat dan pemakaian kata pada ayat ini dianalisa dalam bahasa Ibrani, maka benarlah yang dikemukakan Gunkel bahwa ayat ini merupakan klimaks dari perikop tersebut, yaitu ekspresi suatu kepuasan puncak tentang perkawinan.1226 Ayat ini juga memperlihatkan hubungan yang benar diantara laki-laki dan perempuan. Orang Ibrani mengemukakan hubungan yang sangat intim bukan dengan mempergunakan istilah "hubungan darah" tetapi "hubungan tulang dan daging".1227 Oleh karena itu hubungan laki-laki dan perempuan adalah hubungan yang sangat intim dan saling memiliki. Hubungan ini bukan hanya dalam hal fisik, tetapi psikologis dan ekonomis, dalam cinta kasih dan juga dalam kesulitan (bnd. Kej 2:24). Hubungan intim yang seperti ini dialami apabila laki-laki Yaazab (artinya: melupakan) ketergantungannya pada ayah dan ibunya (2:23a), dan yang paling penting apabila "keduanya"1228 menjadi satu (2:23b). Kebahagiaan perkawinan dapat direalisasikan hanya bila hubungan intim tersebut tidak dirusakkan (diceraikan) dan bila dalam hubungan tersebut hanya ada dua oknum (yaitu satu laki-laki dan satu perempuan) bukan tiga atau empat.
Konsep perkawinan yang ideal dalam Kitab Kejadian, misalnya pada Kej 4 (perikop pertama yang mengungkapkan terjadinya poligami dihubungkan oleh redaktur kepada konsep yang ideal pada Kej 1 dan 2 dengan memperlihatkan sebagai konsep perkawinan dalam perkembangan sejarah kehidupan manusia sesudah penciptaan yang oleh dipenuhi kepahitan, kejahatan, dan kematian.1229 Tegasnya, mau dikemukakan bahwa poligami terjadi sebagai akibat dosa. Saga yang berbentuk naratif ini diajarkan untuk menghindari perkawinan poligami.
Konsep ideal yang sama dapat juga ditemukan di dalam Ams 5:15-20; 6:20-26. Konsep ideal tentang perkawinan ini diajarkan guru-guru hikmat kepada orang muda yang hidup pada masa sesudah pembuangan, pada masa mana terdapat kecenderungan orang Ibrani untuk menceraikan istri Ibraninya - istri mudanya (5:16-18).1230 Dalam perikop ini ditekankan perkawinan berdasarkan hubungan yang intim dalam bentuk kesetiaan kepuasan kepada istri yang satu.