Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 12 No. 1 Tahun 1997 >  YESUS SEJARAH DAN ANALISIS REDAKSI > 
IV. KESIMPULAN 

Analisis redaksi telah menambah khasanah disiplin ilmu analisis Alkitab sehingga kehadirannya tak dapat diabaikan. Bagi kita, khususnya yang masih memegang teguh otoritas Alkitab, dapat memakai secara tepat analisis redaksi ini untuk semakin memahami tujuan mula-mula para penulis mencatat segala perbuatan Yesus dan mengerti pengenalan mereka terhadap Yesus secara pribadi yang hendak disampaikan sehingga pengertian terhadap penekanan-penekanan mereka membuat perbedaan-perbedaan dalam kitab-kitab Injil dapat dijelaskan.

Walaupun demikian, adalah tidak dibenarkan kita melangkah terlalu jauh, seperti Jesus Seminar lakukan, yang menganggap bahwa materi yang mana para penulis kitab Injil telah tambah atau kurangi dan perubahan-perubahan yang mereka lakukan terhadap sumber-sumber mereka menyebabkan materi tersebut tak dapat dipercayai historisitasnya." Itu dikarenakan telah mengabaikan beberapa hal:12)

1. Kitab-kitab Injil ditulis oleh orang-orang yang secara tradisi terbukti adalah para rasul atau orang-orang yang sangat dekat dengan mereka sendiri. Karena itu, dengan demikian dapat melengkapi sumber-sumber yang ada berdasarkan informasi yang mereka miliki dari pengalaman dan ingatan mereka sendiri.

2. Pengalimatan bebas perkataan Yesus selalu dapat menghasilkan makna aslinya secara tepat sama dengan dibuat secara literal (parafrase ditujukan untuk memelihara makna asli karena lebih mudah dipahami). Bentuk diubah namun isi tetap sama.

3. Yohanes mengklaim bahwa Yesus berjanji Roh Kudus akan mengajar murid-murid-Nya "segala sesuatu," menolong mereka mengingat apa yang Dia telah katakan pada mereka (Yoh. 14:26), dan memimpin mereka kepada kebenaran (Yoh. 16:13). Ini menunjukkan bahwa para penulis kitab Injil percaya mereka dapat memperoleh informasi historis yang kuat.

4. Teologi dan sejarah tidaklah bertentangan. Seorang sejarawan dapat memiliki pandangan kokoh tentang makna peristiwa-peristiwa tertentu dan masih menulis sejarah yang dapat dipercaya. Tidaklah harus dianggap seorang saksi sejarah melebih-lebihkan fakta yang ada supaya dipercaya seperti di pengadilan untuk mengelabui jaksa penuntut. Justru, sebagai contoh, catatan-catatan dari orang Yahudi yang terlepas dari masa pembunuhan dan penyiksaan oleh Hitler dan Partai Nazi tentu lebih akurat meski dikemukakan secara menggebu-gebu (malah itu mendorong kepada kebenaran dan ketelitian karena mereka ingin orang lain percaya) daripada surat-surat kabar yang dianggap objektif.

Dengan demikian, analisis redaksi dapat menjadi alat berguna untuk penyelidikan Yesus Sejarah demi pertumbuhan iman umat-Nya karena semakin mengenal dan mengakui keberadaan-Nya teristimewa karya-Nya di dunia secara historis. Masalahnya sebenarnya bukan terletak pada sumber-sumber yang mencatat itu semua melainkan penafsir-penafsir sumber-sumber itu sendiri. Bagi yang merasionalkan segala sesuatu pasti harus merasionalkan sumber-sumber itu sedangkan bagi yang mengakui sumber-sumber itu sebagai firman Allah tentu akan menjadikan mereka sebagai yang berotoritas dalam hidup ini. Akhir kata, mengutip Dahl,1156 bahwa masalah teologis dan analisis sejarah atas Yesus memang dapat tidak berhenti, namun semua itu seharusnya mengingatkan kita bahwa Yesus adalah Tuhan atas gereja-Nya dan gereja tak boleh menjadikan dirinya tuhan atas Yesus.



TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA