Topik : Allah

4 November 2002

Berhala Dalam Hati

Nats : Orang-orang ini menjunjung berhala-berhala mereka dalam hatinya (Yehezkiel 14:3)
Bacaan : Yehezkiel 14:1-8

Ketika saya dan suami saya pergi mengabarkan Injil untuk pertama kalinya, saya prihatin melihat maraknya materialisme di masyarakat kami. Sebelumnya tak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa saya pun bisa menjadi orang yang materialistis. Lagi pula, bukankah sewaktu kami pergi untuk mengabarkan Injil, kami pergihampir tanpa membawa apa-apa? Bukankah kami harus tinggal di apartemen kuno yang tak terpelihara dengan perabotnya yang sudah usang? Saya pikir materialisme tidak bisa menyentuh kami.

Namun, perasaan tidak puas perlahan-lahan mulai berakar dalam hati saya. Tak lama kemudian, saya mulai memimpikan benda-benda bagus dan diam-diam merasa kesal karena tidak dapat memiliki benda-benda tersebut. Suatu hari, Roh Allah membuka mata saya terhadap suatu pemahaman yang menyentak. Materialisme tidak harus berarti memiliki harta benda, tetapi dapat berupa keinginan untuk memilikinya. Saya terpaku karena merasa bersalah telah bersikap materialistis! Tuhan telah menunjukkan bahwa ketidakpuasan saya telah menjadi berhala dalam hati saya. Hari itu saya menyesali dosa yang tidak kentara ini, dan saat itu juga Allah kembali menguasai hati saya sebagai singgasana-Nya yang sah. Sudah tentu saya merasakan kepuasan yang mendalam, bukan karena harta benda, melainkan karena Dia.

Di zaman Yehezkiel, Tuhan pun menunjukkan penyembahan berhala di hati umat-Nya (Yehezkiel 14:3-7). Dan sekarang, Dia rindu melihat kita membersihkan hati dari segala yang merusak kepuasan kita akan Dia —Joanie Yoder

20 Mei 2003

Pujian Saat Berperang

Nats : Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap ... orang- orang ... yang hendak menyerang Yehuda (2Tawarikh 20:22)
Bacaan : 2Tawarikh 20:1-22

Mengunjung Museum Militer di Istanbul, Turki dapat mendengar gegap gempita musik yang berasal dari tahun-tahun awal Kekaisaran Ottoman. Setiap kali pasukan mereka maju perang, mere-ka diiringi oleh band- band musik.

Berabad-abad lalu, para pemimpin pujian juga berjalan di depan orang-orang Yudea saat menuju medan perang. Namun, ada satu perbedaan besar antara mereka dengan para serdadu Ottoman. Orang- orang Ottoman memakai musik untuk membangkitkan rasa percaya diri para tentara, tetapi orang-orang Yahudi menggunakannya untuk menyatakan ke-percayaan mereka kepada Allah.

Karena mendapat ancaman dari laskar yang besar, Raja Yosafat dari Yudea sadar bahwa tentaranya tidak cukup kuat untuk mempertahankan diri. Maka, ia berseru memohon pertolongan Allah (2Tawarikh 20:12). Jawaban Tuhan datang melalui Yahaziel yang berkata, "Ja-nganlah kamu takut dan terkejut ..., sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah" (ayat 15).

Yosafat menanggapinya dengan menyembah Tuhan dan ke-mudian menunjuk para penyanyi untuk berjalan di muka pasukan tentara (ayat 18-21). Ketika orang-orang mulai menyanyi, "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi Tuhan, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" (ayat 21), Allah mengacaukan para penyerang dan mereka malah saling membunuh (ayat 22-24).

Apa pun perang yang kita hadapi, Tuhan akan menolong saat kita berseru kepada-Nya. Daripada mundur ketakutan, lebih baik kita maju dengan penuh kepercayaan pada kekuatan Allah dan menya-nyikan pujian bagi Dia --Julie Link

11 Juli 2003

Kidung Pujian

Nats : Nyanyikanlah bagi Tuhan nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh (Mazmur 149:1)
Bacaan : Mazmur 149

Musik adalah salah satu anugerah dalam hidup yang sudah dianggap biasa. Meskipun begitu, seperti yang kerap terjadi, manusia berdosa telah menggunakan anugerah Allah ini untuk berbagai tujuan buruk. Di zaman sekarang, kita sangat menyadari penyalahgunaan musik, misalnya dengan adanya berbagai lirik lagu yang memalukan. Bagaimanapun juga, musik yang baik merupakan anugerah dari Tuhan. Musik dapat menenangkan hati yang sedang gundah. Musik dapat memotivasi kita untuk hidup bagi Kristus, dan melalui musik kita dapat mengangkat hati dalam pujian kepada Tuhan. Tanpa musik, kita bisa menjadi sangat tidak bersemangat.

Sebuah legenda Yahudi kuno mengisahkan bahwa setelah menciptakan dunia, Allah memanggil para malaikat dan menanyakan pendapat mereka. Salah satu malaikat itu berkata, "Hanya satu yang kurang, yaitu suara pujian bagi Sang Pencipta." Maka Allah pun menciptakan musik, yang terdengar melalui desiran angin dan nyanyian burung. Allah juga memberikan karunia pujian itu kepada manusia. Dan di sepanjang masa, musik telah memberkati begitu banyak orang.

Nyanyian pujian kepada Allah berguna untuk memuliakan Tuhan, memperhalus budi saudara-saudari kita dalam Kristus, dan membawa sukacita bagi kita. Saat kita bergabung dengan orang-orang kristiani lainnya dalam pujian, hal itu harus diiringi dengan pengertian yang telah diperbarui tentang musik. Jadi, marilah kita menyatukan suara dengan orang-orang percaya lainnya, dan menaikkan hati dalam pujian, kapan pun kita berkesempatan untuk itu --Richard De Haan

11 Januari 2004

Hanya Dia

Nats : Kami sendirilah yang hendak membangun bagi Tuhan, Allah Israel, seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Koresy, raja negeri Persia (Ezra 4:3)
Bacaan : Ezra 4:1-5

Sebuah organisasi pemuda kristiani di Singapura mendengar berita bahwa klub pacuan kuda setempat bermaksud menyumbang dana cukup besar bagi program mereka. Pemberian itu sebenarnya akan sangat membantu, tetapi organisasi tersebut telah mengambil sikap menentang perjudian. Dan sekarang mereka harus memutuskan, apakah dengan menerima sumbangan dari klub pacuan kuda yang pendapatannya berasal dari perjudian, mereka telah menduakan komitmen mereka kepada Kristus.

Zerubabel, Yesua, dan para kepala kaum keluarga orang Israel juga menghadapi dilema yang sama. Mereka mendapat tawaran bantuan untuk membangun bait suci mereka dari orang-orang Asyur yang tinggal di daerah tersebut dan telah menikah antarsuku dengan sisa-sisa suku Israel. Orang-orang yang kemudian dikenal sebagai orang Samaria, adalah lawan orang Israel (Ezra 4:1). Zerubabel menjawab dengan tegas, "Kami sendirilah yang hendak membangun bagi Tuhan." Mengapa seolah-olah ada sikap eksklusif? Dalam 2 Raja-raja 17:33, kita melihat bahwa mereka yang menawarkan bantuan itu "berbakti kepada Tuhan, tetapi dalam pada itu mereka beribadah kepada allah mereka".

Kita perlu sering diingatkan kembali akan perintah pertama, "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" (Keluaran 20:3). Meskipun Tuhan dapat memakai orang yang tidak percaya untuk menyelesaikan tujuan-Nya, namun kita tidak boleh menduakan kesetiaan kita kepada-Nya. Kita harus menunjukkan bahwa kita menyembah Dia dan hanya Dia, melalui kata-kata dan perbuatan kita --Albert Lee

27 Juni 2004

Mazmur, Dupa, Pujian

Nats : Biarlah segala yang bernapas memuji Tuhan (Mazmur 150:6)
Bacaan : Mazmur 150

Pengkhotbah Inggris yang terkenal, yakni Charles H. Spurgeon (1834-1892) menuliskan sesuatu yang baik untuk diingat ketika kita hendak memulai suatu hari: “Jadikanlah pikiranmu sebagai mazmur, doamu sebagai dupa, dan napasmu sebagai pujian”. Marilah kita telaah masing-masing ungkapan dari pengkhotbah ini.

Jadikanlah pikiranmu sebagai mazmur. Seratus lima puluh pasal dalam kitab Mazmur masing-masing mempunyai tema yang berbeda-beda. Tema-tema dalam kitab Mazmur itu di antaranya adalah tentang pujian, karakter Allah, dan ungkapan ketergantungan kepada Tuhan. Sepanjang hari kita dapat menjadikan pikiran-pikiran kita sebagai mazmur dengan merenungkan kekudusan Allah, kelayakan-Nya untuk menerima pujian kita, dan betapa kita sangat membutuhkan-Nya.

Jadikanlah doamu sebagai dupa. Di dalam bait suci Yahudi, dupa dibakar terus-menerus sebagai persembahan yang harum bagi Tuhan (Keluaran 30:7,8). Doa-doa yang kita naikkan bagaikan dupa bagi Allah (Mazmur 141:2), yang membawa suatu aroma yang harum ke dalam hidung-Nya, yaitu pengagungan dan kebutuhan kita akan Dia.

Jadikanlah napasmu sebagai pujian. Kitab Mazmur ditutup dengan perkataan, “Biarlah segala yang bernapas memuji Tuhan. Haleluya!” (Mazmur 150:6). Berbicara tentang Allah dan mempersembahkan pujian bagi-Nya haruslah kita lakukan secara alami sebagaimana layaknya kita bernapas.

Biarlah Tuhan tetap bertakhta di dalam pikiran, doa, dan perkataan Anda hari ini —Dave Egner

26 September 2004

Pelajaran Memuji

Nats : Pujilah Allah! (Mazmur 150:1)
Bacaan : Mazmur 150

Mazmur 150 tidak hanya berisi ungkapan pujian yang indah, tetapi juga pelajaran untuk memuji Tuhan. Mazmur tersebut memberi tahu kita di mana harus memuji Allah, mengapa kita memuji Allah, bagaimana kita memuji Allah, dan siapa yang seharusnya mempersembahkan pujian kepada Allah.

Di manakah kita memuji Allah? Dalam "tempat kudus" Allah dan "cakrawala-Nya yang kuat" (ayat 1). Setiap tempat di dunia ini, di mana pun kita berada, adalah tempat yang tepat untuk memuji Dia yang menciptakan segala sesuatu.

Mengapa kita memuji Allah? Pertama, karena apa yang Allah lakukan. Dia menunjukkan "segala keperkasaan-Nya". Kedua, karena siapa Allah. Pemazmur memuji-Nya karena "kebesaran-Nya yang hebat" (ayat 2). Pencipta yang penuh kuasa itu adalah Penopang alam semesta.

Bagaimana kita seharusnya memuji Allah? Dengan gegap gempita. Lembut. Tenang. Penuh antusiasme. Berirama. Penuh keberanian. Spontan. Tanpa rasa takut. Dengan kata lain, kita dapat memuji Allah dengan berbagai cara dan dalam berbagai peristiwa (ayat 3-5).

Siapa yang seharusnya memuji Allah? "Semua yang bernapas" (ayat 6). Tua dan muda. Kaya dan miskin. Kuat dan lemah. Setiap makhluk hidup. Allah menghendaki supaya setiap orang yang Dia beri napas kehidupan, menggunakan napas itu untuk menyatakan kuasa dan kebesaran-Nya.

Pujian adalah ungkapan terima kasih kita yang antusias kepada Allah karena Dia bertakhta dalam kemuliaan selama-lamanya --Julie Ackerman Link

28 November 2004

Layak Disembah

Nats : Tinggikanlah Tuhan, Allah kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki-Nya! Kuduslah Ia! (Mazmur 99:5)
Bacaan : Mazmur 99

Pada suatu hari, ketika Musa sedang menggembalakan domba-domba mertuanya di padang gurun, tiba-tiba perhatiannya tertuju pada suatu pemandangan yang aneh. Ada semak duri yang terbakar, namun semak tersebut tidak dimakan api. Ketika Musa mencoba untuk melihat dari dekat, Allah berkata kepadanya, “Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus” (Keluaran 3:5).

Yosua pun mengalami hal yang sama dengan Musa ketika ia mendekati seorang Panglima Balatentara Tuhan. Ketika Yosua semakin dekat, tiba-tiba ia mendengar perintah: “Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus” (Yosua 5:15).

Pengalaman Musa dan Yosua ini mengajarkan bahwa Allah yang kudus menuntut penghormatan dan penghargaan dari kita. Memang benar bahwa kita diperbolehkan “dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia” (Ibrani 4:16). Kita dapat memasuki hadirat Allah dengan berani karena Yesus telah membuka jalan bagi kita melalui kematian- Nya di kayu salib. Sekalipun demikian, kita tidak boleh datang kepada Allah dengan sembrono. Kita tidak boleh mencemarkan nama-Nya.

Bapa surgawi kita bukanlah “orang biasa yang ada di atas”. Dia adalah Allah, Pribadi yang agung dan dijunjung tinggi. Karena kemuliaan dan kekudusan-Nya, kita perlu meninggikan dan menyembah Dia. Sebagai satu-satunya Allah yang benar, Dia layak menerima pujian kita. Marilah kita memberikan pujian tertinggi bagi-Nya —Richard De Haan

20 Februari 2005

Sudahkah Anda Bersyukur?

Nats : Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur ... bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya (Mazmur 100:4)
Bacaan : Mazmur 100

Suatu hari dalam perjalanan ke tempat kerja, saya melihat stiker mobil yang berbunyi: “Sudahkah Anda berterima kasih pada tanaman hijau hari ini?” Tanaman memang penting bagi keseimbangan alam. Mereka melepaskan oksigen ke udara. Mereka pun menjadi sumber makanan, bahan bakar, obat, dan bahan bangunan.

Apakah stiker mobil itu menyatakan bahwa karena kita begitu tergantung pada tanaman, maka kita semestinya mengucapkan terima kasih kepadanya? Jika itu yang diyakini oleh sang sopir, ia harus belajar banyak tentang siapa yang pantas menerima rasa syukur.

Alam menyimpan kesaksian yang mengagumkan mengenai kebijaksanaan Sang Pencipta. Saling ketergantungan dari satu bentuk kehidupan pada kehidupan lain, membuat kita menyadari bahwa kita sebenarnya adalah bagian dari sebuah sistem kompleks yang bercirikan keindahan dan keseimbangan. Akan tetapi, penyembahan terhadap alam mengingatkan kita akan celaan Paulus bagi mereka yang “memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya” (Roma 1:25). Hanya Allah yang layak disembah! Dia menggerakkan dunia dan menopangnya dengan kekuatan-Nya.

Ya, hidup benar-benar mengagumkan, dan perasaan mendalam karena rasa syukur terhadap kehidupan sering terpancar dari diri kita. Tetapi kita harus memusatkan pengabdian bagi Dia yang tak hanya menyediakan udara yang kita hirup, tetapi juga yang memberi kita hidup abadi melalui iman akan Kristus.

Saya lebih suka jika stiker mobil itu berbunyi: “Sudahkah Anda berterima kasih kepada Allah hari ini?” —Dennis De Haan

24 Februari 2005

Menyanyikan Kasih-mu

Nats : Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya (Mazmur 89:1)
Bacaan : Wahyu 5:8-14

Saya sedang berkendara menuju tempat kerja sambil mendengarkan stasiun radio kristiani lokal. Di tengah-tengah senda-gurau pagi terdengarlah lagu, “Aku Dapat Menyanyikan Kasih-Mu Selamanya”.

Saya tidak tahu apa yang terjadi pada diri saya. Segera setelah lagu pujian yang indah ini diputar, saya merasakan air mata saya bercucuran. Saya sedang berada dalam perjalanan menuju tempat kerja, dan saya tidak bisa melihat jalan gara-gara sebuah lagu. Apa yang sebenarnya tengah terjadi?

Sesampainya di tempat kerja, saya duduk di dalam mobil, berusaha mengetahui apa yang sedang terjadi. Akhirnya saya menemukan jawabnya. Lagu itu mengingatkan saya bahwa walaupun di bumi ini dimulai hari baru untuk melakukan kegiatan normal, putri saya Melissa kini mendapatkan kepenuhan dari harapan atas lagu itu di surga. Saya dapat membayangkan dengan jelas ia sedang menyanyikan cinta kasih Allah, mendahului kita semua dalam menyanyikan lagu abadi tersebut. Memahami sukacita Melissa sementara kami sendiri diingatkan akan kesedihan kami karena ia sudah tidak bersama kami lagi, merupakan momen yang manis bercampur pahit.

Hidup kita kebanyakan seperti itu. Sukacita dan penderitaan jalin- jemalin. Oleh sebab itu, kita perlu mengingat kemuliaan Allah. Kita perlu melihat sekilas masa depan kita yang penuh sukacita yang dijanjikan di hadapan Penyelamat kita. Dalam kesedihan hidup, kita perlu mencicipi sukacita, yakni sukacita yang datang saat kita menyanyikan cinta kasih Allah dan menikmati kehadiran-Nya selamanya —Dave Branon

4 November 2005

Para Pelayan Mengetahuinya

Nats : Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yohanes 2:5)
Bacaan : Yohanes 2:1-11

Beberapa pesta pernikahan merupakan persoalan hidup dan mati. Persoalan itu kerap dirasakan demikian oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya. Setelah menikahkan tiga anak perempuan, saya dapat memahami kecemasan para orangtua dalam menyambut para tamu dengan baik. Karena itu, setiap kali saya membaca kisah perkawinan di Kana dalam Yohanes 2:1-11, saya selalu tersenyum.

Meskipun peristiwa itu agak lucu bagi saya, keajaiban Yesus mengubah air menjadi anggur mengandung tujuan serius, yaitu pernyataan Diri-Nya sendiri sebagai Anak Allah kepada para murid-Nya.

Banyak orang mungkin telah melihat tempayan batu berukuran besar yang diisi air sampai penuh. Namun, kepada para pelayan yang menuangkan air itulah Tuhan berkata, “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta” (ayat 8). Alkitab mengatakan, “Lalu mereka pun membawanya.” Ketaatan tanpa ragu yang mereka miliki itu merupakan teladan bagi kita saat menjalankan tugas sehari-hari yang diberikan Allah kepada kita.

Pemimpin pesta itu memuji mempelai laki-laki, dengan berkata, “Engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” Ia tidak mengetahui asal anggur itu (ayat 10), “tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya” (ayat 9).

Sama seperti mereka, kita sadar bahwa ketika Allah menggunakan kekurangan kita untuk membantu orang lain, hal itu terjadi karena kuasa-Nya. Para pelayan di Kana yang mencedok air itu mengetahui bahwa pujian hanya pantas ditujukan kepada Yesus. Demikian juga kita -DCM

28 Januari 2007

Nama Allah

Nats : Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan (Keluaran 20:7)
Bacaan : Keluaran 20:1-7

Kadang-kadang memang tidak mudah bagi kita untuk mengikuti kecepatan stenografi yang menyertai komunikasi elektronik yang cepat dan modern. Dalam IM-speak (chatting lewat internet) atau bahasa pesan teks, kata laughing out loud (tertawa terbahak-bahak) disingkat menjadi "lol". By the way (ngomong-ngomong) menjadi "btw". Dan yang patut disesalkan, sebagian orang menggunakan "omg" untuk Oh, my God! (ya Tuhan!)

Kalimat terakhir ini sepertinya terlontar di bibir banyak orang yang tengah menerima berita mengejutkan. Akan tetapi, sebagai orang kristiani, kita seharusnya tidak lagi mengucapkan kalimat ini atau kalimat lain yang menggunakan nama Allah dengan sembrono.

Dalam Matius 6, pada saat Yesus mengajar para murid-Nya tentang doa, hal pertama yang diajarkan oleh Dia kepada mereka adalah: "Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu" (ayat 9). Di situ tampak jelas bagi kita bahwa nama Allah itu sendiri istimewa. Nama Allah itu mencakup sifat, pengajaran-Nya, dan otoritas moral-Nya. Menyebut nama Allah berarti memanggil Sang Pencipta dan Penopang alam semesta ini.

Sebisa mungkin, kita harus menghormati dan melindungi nama Allah yang kudus, serta menjaga pemakaian nama tersebut hanya pada saat kita berbicara tentang Dia atau menyapa-Nya di dalam iman.

Marilah kita berhati-hati untuk tidak mengubah nama suci Allah kita yang mengagumkan dan agung menjadi sekadar kalimat sembrono yang terucap di bibir kita atau tertulis di dalam pesan teks --JDB

21 Mei 2007

Dengan Tujuan

Nats : Karena kemuliaan itu da-tangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita se-dang diubah menjadi serupa dengan gambar [Kristus], dalam kemuliaan yang semakin besar (2Korintus 3:18)
Bacaan : 2Korintus 3:11-18

Buku Rick Warren, The Purpose-Driven Life secara mengejutkan bertahan lama dalam daftar buku terlaris. Gebrakan yang fenomenal itu mengingatkan kita bahwa orang percaya dan orang tak percaya sebenarnya memiliki kerinduan yang sama untuk mengetahui tujuan hidup yang jelas. Kita semua ingin tahu apakah kita menjalani hidup yang bermakna. Hidup ini hanya menjadi rutinitas belaka bila tidak ada pemahaman yang kuat akan panggilan dan tujuan hidup.

Dengan menjadi pengikut Yesus, kita mendapatkan keuntungan nyata karena memiliki keyakinan akan tujuan hidup. Katekismus Westminster menyimpulkannya dengan baik ketika menyatakan bahwa "tujuan utama manusia" adalah "memuliakan Allah dan menikmati-Nya selamanya".

Memuliakan Allah berarti mewujudkan karakter, kehendak, dan cara-cara-Nya dalam segala kelakuan kita. Paulus mengingatkan kita bahwa "karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar [Kristus], dalam kemuliaan yang semakin besar" (2Korintus 3:18). Kita memiliki tujuan hidup agar sesama kita melihat seperti apa Allah, saat mereka mengamati dan mengalami kasih-Nya melalui kita.

Sungguh, kehormatan yang besar untuk mencerminkan kasih, belas kasihan, keadilan, dan kebenaran Allah kepada dunia yang hatinya "tertutup" bagi kebenaran Allah! (4:3,4). Tujuan hidup kita adalah menunjukkan kepada dunia betapa kecilnya kita dan betapa besar-Nya Dia. Itulah hidup yang berdasarkan suatu tujuan! --JMS


Kiranya lidah dan hidup kita mengungkapkan
Injil kudus yang kita percaya,
Kiranya ucapan dan kebajikan kita bercahaya
Untuk membuktikan semua ajaran itu berasal dari Allah. --Watts

3 Juli 2007

Tidak Hormat

Nats : Lalu rakyatnya bersorak membalasnya, "Ini suara dewa dan bukan suara manusia!" Seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan (Kisah 12:22,23)
Bacaan : Kisah 12:20-24

Raja Herodes, dengan mengenakan pakaian kerajaan, berpidato di hadapan rakyat karena ia ingin mereka berpihak kepadanya. Ia senang mendengar sanjungan rakyatnya. "[Ini] suara dewa dan bukan suara manusia!" sorak rakyatnya (Kisah Para Rasul 12:22). Rasa takut dan hormat kepada satu-satunya Allah yang sejati seharusnya membuat Herodes menyanggah sanjungan itu, tetapi ia tidak melakukannya. Karena ia tidak bersedia "memberi hormat kepada Allah", Herodes segera ditampar oleh malaikat Tuhan. Ia mengalami kematian yang mengerikan karena telah bersikap tidak hormat kepada Allah.

Di lain pihak, Paulus dan Barnabas sangat menghormati Allah, sehingga mereka panik ketika orang-orang memuja mereka (Kisah Para Rasul 14:14,15). Ketika orang banyak melihat Rasul Paulus secara ajaib menyembuhkan orang yang sudah menderita lumpuh sejak lahir, mereka pun berseru, "Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia!" Lalu, mereka mempersiapkan diri untuk mempersembahkan korban kepada Paulus dan Barnabas (ayat 11-13). Ketika mendengar hal itu, keduanya lalu "mengoyakkan pakaian mereka, lalu menerobos ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru, 'Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian?'" (ayat 14,15).

Dari kedua kisah Alkitab yang kontras ini, kita menemukan panggilan yang sungguh-sungguh untuk menghormati Allah di dunia yang tidak menghormati-Nya. Hanya Dia yang patut kita muliakan, kita puji, dan kita hormati. Dialah satu-satunya yang patut kita sembah --HVL

15 Juli 2007

Yang Terbaik untuk Allah

Nats : Rumah yang harus didirikannya bagi Tuhan haruslah luar biasa besarnya (1Tawarikh 22:5)
Bacaan : 1Tawarikh 22

Kami telah berlatih menyanyikan suatu lagu selama beberapa minggu,dan kedengarannya sudah baik. Sebenarnya, ada satu bagian sulit yang belum dapat kami nyanyikan dengan benar. Namun, kami menganggapnya sudah cukup baik. Pemimpin paduan suara kami tampaknya setuju. Ia juga sudah lelah melatih bagian yang sulit itu berkali-kali.

Akhirnya ia berkata, "Kita sudah bekerja keras untuk menyanyikan bagian yang sulit itu. Anda semua lelah. Saya pun lelah. Waktu kita tinggal sedikit. Lagi pula 99 persen orang tidak akan tahu apakah kita menyanyikan bagian itu dengan benar atau tidak." Kami pun mulai mengemasi buku musik kami, tetapi tiba-tiba ia melanjutkan, "Namun, kita akan menyanyi dengan benar untuk satu persen jemaat yang mengetahui perbedaannya." Kami mengeluh sambil membuka kembali buku musik kami di halaman yang kumal karena sudah sering dilatihkan.

Pada Minggu pagi ketika kami menyanyikan keseluruhan lagu itu dengan benar, hanya sedikit orang yang mengetahuinya. Namun, itu tidak penting. Yang terpenting adalah bahwa kami menyanyikannya dengan sepenuh hati untuk Seorang Pendengar -- Seorang Pendengar yang layak menerima puji-pujian yang terbaik.

Raja Daud ingin membangun rumah Tuhan yang "luar biasa megahnya" (1Tawarikh 22:5). Jadi, sebelum wafat ia memastikan bahwa putranya, Salomo, punya segala sesuatu untuk membangun Bait Suci itu -- emas, perak, tembaga, besi, kayu, batu yang sangat banyak, dan orang-orang yang ahli (ayat 14,15).

Apa pun yang kita lakukan, Seorang Pendengar itu patut menerima yang terbaik dari kita --JAL

22 April 2008

Perempuan yang Melayani

Nats : Beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat .... Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan harta milik mereka (Lukas 8:2,3)
Bacaan : Lukas 8:1-3

Seorang rekan pendeta dari Myanmar berkata bahwa di negerinya perempuan tidak diperbolehkan memimpin gereja. Jangankan menjadi pendeta, menjadi penatua di gereja pun tidak lazim. Demi melestarikan budaya patriarkat ini, warga gereja memakai ayat Alkitab. Perkataan Paulus bahwa "perempuan harus berdiam diri" dijadikan dasar pembenaran. Padahal faktanya, potensi dan peran perempuan sangat besar dalam gereja.

Lukas menceritakan, ketika Yesus dan para murid melayani, sekelompok perempuan mendukung mereka. Memang mereka tidak tampil di panggung. Perannya tak terlihat, tetapi sangat menentukan. Di situ ada Maria Magdalena. Setelah dipulihkan dari masa lalu yang gelap, ia memberi hidupnya untuk melayani Tuhan. Ada juga istri pejabat bernama Yohana. Dengan kekayaannya, ia berusaha mencukupi kebutuhan rombongan Yesus. Para perempuan ini memakai kemampuan dan bakat mereka untuk melayani Tuhan. Bahkan, saat Yesus disalib dan para murid melarikan diri, mereka justru bertahan. Mendampingi Yesus sampai mayat-Nya dibaringkan (Lukas 23:49,55). Ketika Yesus bangkit, merekalah yang pertama melihat-Nya dan menjadi saksi kunci kebangkitan-Nya (Lukas 24:10). Melalui merekalah berita Paskah tersebar ke mana-mana!

Dewasa ini, peran perempuan tak kalah pentingnya dalam hidup bergereja. Karena para suami sibuk di tempat kerja, para istrilah yang punya kepedulian tinggi terhadap pelayanan gereja. Mengurus konsumsi. Melawat yang sakit dan berduka. Mengatur rumah tangga gereja. Bahkan, memimpin jemaat. Sungguh, peran perempuan tak boleh dipandang sebelah mata -JTI

21 Juni 2008

Turut Kehilangan

Nats : Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21)
Bacaan : Filipi 1:20-26

Pada sekitar abad ke-2 ada seorang yang bernama Aristides yang menulis kesaksian demikian tentang cara hidup orang kristiani pada zaman itu demikian: "Apabila ada di antara mereka yang meninggal, mereka tidak mengantar jenazah dengan ratapan dan tangisan, tetapi justru dengan nyanyian dan pujian. Mereka melakukannya seolah-olah sedang menghantar orang yang berpindah tempat; dari satu tempat ke tempat lain yang lebih baik."

Dalam perspektif iman kristiani, kematian hanyalah akhir dari kehidupan di dunia ini, sekaligus merupakan awal kehidupan baru dalam kekekalan. Kematian bisa diumpamakan sebagai orang yang membongkar kemah tempat tinggalnya (2 Korintus 5:2,4). Lalu ia pergi ke tempat baru, mendirikan kemah baru di sana, dan memulai lagi kehidupan yang baru.

Itulah sebabnya, seperti dikatakan oleh Rasul Paulus bahwa "hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan" bagi orang-orang yang hidup di dalam Kristus, maka kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan dan karenanya perlu diiringi dengan ratapan. Namun, kematian adalah sebuah "jalan" untuk hidup bersama-sama dengan Kristus. Kalaupun kita menangis, itu lebih karena diri kita yang kehilangan atau keluarga yang ditinggalkan. Sementara saudara yang meninggal itu sendiri sudah berada di tempat yang lebih baik.

Jadi, sebetulnya tidak tepat mengiringi seseorang yang meninggal dengan ucapan, "Turut berdukacita." Ucapan tersebut tidak mencerminkan iman kristiani. Untuk menyatakan empati dan simpati kepada keluarga, jauh lebih tepat bila kita mengucapkan: "Turut merasa kehilangan" —AYA

17 Agustus 2008

Cintai Negeri Kita

Nats : Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem (Daniel 9:16)
Bacaan : Daniel 9:12-19

Dalam amanat kemerdekaan 17 Agustus 1963, Bung Karno mengungkap sedikit rahasia tentang bagaimana ia menulis amanatnya, "Saya menulis pidato ini sebagaimana biasa dengan perasaan cinta yang meluap-luap terhadap Tanah Air dan Bangsa ...." Dan, orang yang memiliki rasa cinta terhadap tanah air, pasti merindukan yang terbaik terjadi atas bangsanya.

Bacaan Alkitab hari ini berbicara tentang bangsa Israel yang telah banyak melakukan pelanggaran. Mereka meninggalkan Tuhan dan tidak mau berbalik dari dosa-dosanya. Karenanya bangsa ini tidak akan luput dari keadilan Tuhan-malapetaka bagi yang melanggar ketentuan-Nya. Daniel begitu mencintai bangsanya, itu sebabnya ia sangat sedih ketika menyadari bahwa bangsanya berada di ambang penghukuman Tuhan. Kondisi "carut-marut" bangsanya karena dosa, tidak mengurangi cinta Daniel. Karena itu, ia membawa bangsa Israel dalam doanya kepada Tuhan. Dalam kondisi yang seolah-olah tidak mungkin, Daniel memohon agar Tuhan mengampuni dan melepaskan bangsa Israel dari malapetaka (ayat 18).

Mari kita melihat ke dalam hati kita dan bertanya, sedalam apa kita mencintai negeri ini? Betul, negeri kita ini bukan negeri yang ideal, bahkan di sana-sini kita melihat kondisi yang memprihatikan, tetapi kiranya itu tidak mengurangi cinta kita. Sebab jika bukan kita yang mencintai negeri ini, lalu siapa lagi? Seperti Daniel, mari kita doakan negeri kita dengan penuh cinta. Kita mohonkan ampun atas pelanggaran yang telah dilakukan setiap elemen bangsa ini. Kita mohonkan belas kasihan Tuhan -CHA



TIP #31: Tutup popup dengan arahkan mouse keluar dari popup. Tutup sticky dengan menekan ikon . [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA