Topik : Setan/Iblis

15 Mei 2003

Saya Tertipu

Nats : [Iblis] adalah pendusta dan bapa segala dusta (Yohanes 8:44)
Bacaan : Yohanes 8:34-47

Suatu senja, saya dan istri saya baru saja menyeberangi Jembatan Charles yang terkenal di Prague ketika seorang pria mendekati kami dengan menggenggam uang di tangannya. "Empat puluh dua koruna [mata uang Cekoslowakia] untuk satu dolar," katanya. Nilai tukar resminya adalah 35 koruna untuk satu dolar. Maka saya menukarkan uang 50 dolar dengan 2.100 koruna.

Malamnya saya menceritakan keberuntungan itu kepada anak lelaki saya. "Yah, seharusnya saya dulu memperingatkan Ayah," katanya dengan nada menyesal. "Jangan pernah menukar uang di jalan." Lalu kami mengamati lembaran-lembaran uang itu. Lembaran yang bernilai 100 koruna memang masih bagus, tetapi dua lembaran yang bernilai 1.000 koruna sudah tidak ada nilainya. Kelihatannya seperti uang Cekoslowakia, tetapi sebenarnya adalah uang kertas Bulgaria yang sudah tidak beredar lagi. Saya telah ditipu, dan dirampok!

Setan menggunakan taktik yang sama (Yohanes 8:44). Ia menggunakan tipu muslihat dosa, dengan memanfaatkan kesenangan sementara (Ibrani 11:25) untuk menyembunyikan kesengsaraan yang selalu menyertainya. Dosa mungkin menarik, bahkan menawarkan sesuatu yang benar-benar kelihatan baik luar dalam. Namun, itu hanyalah tipuan.

Pertahanan terbaik kita melawan tipu muslihat adalah pengetahuan yang semakin mendalam akan firman Allah. Dengan mengikuti teladan pemazmur, kita akan terhindar dari tipuan dosa: "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau" (Mazmur 119:11) --Dennis De Haan

2 April 2004

Dua Kenyataan

Nats : Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yohanes 10:10)
Bacaan : Yohanes 10:1-18

Betapa sedihnya ketika sebuah keluarga melihat seorang anak mereka meninggalkan iman yang telah dianutnya sejak kecil. Dan yang lebih buruk lagi adalah melihat kesedihan menggantikan sukacita yang dahulu dimiliki anak itu.

Seorang wanita melihat anak perempuannya meninggalkan Allah yang penuh kasih dan bisa diandalkan, lalu berpaling pada kehidupan yang penuh dosa dan pemberontakan. Tetapi kemudian anak itu kembali pada jalan penuh sukacita bersama Yesus. Ekspresi kesedihan dan kehampaan yang ia pancarkan selama ia berpaling dari Allah berubah menjadi kegembiraan yang tampak jelas dan penuh sukacita ketika ia kembali pada persekutuan dengan-Nya. Sang Ibu mengatakan bahwa perubahannya bagaikan menghidupkan lampu yang menghalau kegelapan.

Dalam Yohanes 10:10, kita membaca perbedaan antara sukacita kehidupan bersama Yesus dan kecemasan hidup bersama Setan. Setan dengan penuh tipu muslihat datang sebagai “malaikat terang” (2 Korintus 11:4), tetapi ia ingin menghancurkan kita. Ia digambarkan sebagai pencuri yang mencuri, membunuh, dan membinasakan. Sebaliknya, Yesus ditampilkan sebagai Pribadi yang memberi kehidupan, yakni hidup penuh kelimpahan.

Dua kenyataan ini terus-menerus berperang untuk merebut hati kita. Kita memiliki pilihan: cahaya hidup bersama Yesus atau lembah kekelaman dalam tipu muslihat iblis. Hidup atau mati? Terang atau gelap? Kepuasan atau kecemasan? Keduanya memperebutkan kita.

Siapa yang Anda pilih untuk hidup Anda? Pencuri atau Penyelamat? —Dave Branon

2 Mei 2005

Mangkuk Sup Iblis

Nats : Apabila [iblis] berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta (Yohanes 8:44)
Bacaan : Matius 4:1-11

Musim panas yang lalu, ketika saya berjalan-jalan bersama menantu saya di taman nasional, kami memerhatikan tanda petunjuk jalan yang mengarah ke suatu tempat yang disebut Mangkuk Sup Iblis. Karena merasa penasaran, kami akhirnya menuju tempat tersebut. Sambil berjalan ke sana, kami bercanda mengenai sup macam apa yang akan ditemukan di dalam mangkuk tersebut.

Sesampainya di sana, kami hanya menemukan tanah luas yang ambles. Tanah itu hanya semacam danau yang dalam tanpa air. Kami agak kecewa karena ternyata Mangkuk Sup Iblis tidak berisi apa-apa selain pepohonan dan semak-semak.

Mangkuk Sup Iblis adalah nama yang tepat untuk suatu bentuk yang menawarkan hal yang menarik, tetapi pada akhirnya justru tidak memberikan apa-apa karena iblis adalah penipu. Menunya adalah mangkuk tipu muslihat yang hanya memberikan janji-janji kosong dan impian-impian yang gagal di jalan.

Iblis memulai tipu muslihatnya dengan menampilkan kesia-siaan sebagai sesuatu yang menarik ketika menjebak Hawa di Taman Eden, dan ia belum mengubah rencananya. Ia mencoba tipu muslihatnya terhadap Yesus, tetapi Tuhan menolak dan "Iblis meninggalkan Dia" (Matius 4:9-11).

Lalu bagaimana Anda bisa mengetahui kalau sedang disodori salah satu tipu muslihat Setan? Ujilah gagasan-gagasan baru dengan Kitab Suci. Tanyakan kepada orang yang Anda yakini sebagai orang yang saleh dan bijaksana. Dan berdoalah.

Jangan jatuh ke dalam mangkuk tipu muslihat iblis yang kosong —JDB

4 April 2006

Sistem Shrike

Nats : Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1Petrus 5:8)
Bacaan : Efesus 6:10-18

Olahraga berburu kuno menggunakan bantuan burung elang terlatih untuk melakukan perburuan binatang liar. Namun, saat "pemangsa terdidik" itu dibiarkan terbang, kerap kali ia terbang terlalu tinggi sehingga hilang dari pandangan mata. Karena itu, pemburu kerap membawa seekor shrike [sejenis burung kecil berparuh bengkok] di sangkar. Dengan memandang gerakan aneh pada burung kecil itu, si pemburu selalu dapat mengetahui di mana burung elangnya berada. Itu karena shrike secara naluriah takut pada sang pemangsa sehingga ia memiringkan kepalanya dengan tatapan mata yang terus mengawasi ke mana sang pemangsa terbang.

Orang-orang kristiani membutuhkan tatapan mata penuh kewaspadaan sama seperti shrike untuk mendeteksi musuh rohani mereka. Lawan kita, si Iblis, "berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1Petrus 5:8). Menurut Rasul Petrus, kita bertanggung jawab untuk sadar dan berjaga-jaga. Dengan kata lain, kita harus senantiasa waspada.

Sungguh menyenangkan bila Allah memiliki sirene raksasa untuk memperingatkan kita terhadap serangan Iblis. Namun, bukan demikian cara kerja-Nya. Sebaliknya, kita harus membaca Alkitab secara teratur, merenungkan kebenaran di dalamnya, memelihara sikap tekun berdoa sepanjang hari, dan dipenuhi dengan Roh Kudus. Hanya dengan demikian kita menjadi peka terhadap serangan yang dilancarkan oleh roh jahat, dan kita akan dipersenjatai dengan anugerah untuk menghadapinya.

Apakah "sistem shrike" rohani Anda sudah bekerja? --MRD

28 Mei 2006

Malaikat Musik

Nats : Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang (2Korintus 11:14)
Bacaan : Efesus 6:10-18

Dalam drama musikal karya Andrew Lloyd Webber The Phantom of the Opera, seorang gadis penyanyi paduan suara bernama Christine Daae mendapat latihan vokal dari seorang pemusik misterius yang disebutnya sebagai "Malaikat Musik". Christine percaya bahwa pemusik ini adalah malaikat yang dijanjikan oleh ayahnya yang sedang mendekati ajal, untuk dikirimkan kepadanya guna menyempurnakan latihan musiknya.

Seiring bergulirnya cerita, kita tahu bahwa pelatih misterius gadis ini ternyata orang gila yang ingin menyeretnya ke dunia bawah tanah yang ganjil di bawah gedung opera. Yang semula disangka si gadis sebagai perantara supranatural kiriman sang ayah terkasih, ternyata adalah orang gila yang ingin memilikinya untuk maksud-maksud pribadi. "Malaikat Musik" menceritakan tentang kejahatan yang disamarkan dalam kebaikan.

Orang yang percaya kepada Kristus juga menghadapi sosok jahat yang sering menyamarkan diri. Salah satu strategi penting yang digunakan Setan ialah menyamar sebagai seseorang yang baik. Paulus berkata kepada kita, "Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang" (2Korintus 11:14). Kata Yunani menerjemahkan kata "menyamar" sebagai "berganti rupa, memakai kedok, atau menyamarkan diri sendiri".

Untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi strategi iblis, Allah telah menyediakan semua senjata yang kita perlukan untuk mempertahankan diri. Dengan mengenakan selengkap senjata Allah, kita akan membuka kedok si jahat yang melawan kita dan menguatkan langkah rohani kita (Efesus 6:10-18) --HDF

17 Juni 2008

Jerih Lelah

Nats : Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai (Mazmur 126:5)
Bacaan : Mazmur 126

Beberapa waktu lalu, harian Kompas pernah memuat kisah tentang Mak Tino, seorang perempuan tua berusia 63 tahun asal Cilacap. Sehari-hari ia bekerja sebagai pengumpul beras sisa yang jatuh dari truk pengangkut beras di pasar induk Cipinang. Rata-rata per hari ia bisa mengumpulkan 5 kilogram beras, yang dijualnya untuk makanan ayam seharga lima ribu rupiah. Dengan pendapatan seadanya itu, ia mampu menyekolahkan tiga anaknya sampai lulus SMP di kampungnya. Mak Tino tidak pernah menyesali jalan hidupnya. Ia sadar betul, itulah "bagian perjuangan" yang harus ia jalani.

Pada dasarnya, hidup adalah perjuangan; yakni perjuangan untuk meraih cita-cita, perjuangan untuk mewujudkan harapan. Selain itu kita juga harus berjuang untuk memenuhi panggilan hidup beriman; yakni menjadi berkat bagi dunia ini, serta membuat dunia di mana kita berada menjadi tempat yang lebih baik (Kisah Para Rasul 13:47). Sebagaimana dalam sebuah perjuangan pada umumnya, berlaku pula pepatah ini: "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."

Jangan berkecil hati kalau karena mengejar cita-cita kita harus berlelah-lelah. Jangan patah hati kalau karena menanti-nanti harapan kita harus berpayah-payah. Dan jangan tawar hati kalau karena memperjuangkan iman kita harus bersusah-susah. Menaburlah terus dengan tekun dan teguh. Jerih lelah kita tidak akan sia-sia. Inilah yang dinyatakan oleh pemazmur dalam bacaan kita. Bahwa akan ada saatnya, kita menuai buah hasil kita "menabur benih" (ayat 6) —AYA



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA