HEBREW: 4713 yrum Mitsriy 4714 Myrum Mitsrayim 6547 herp Par`oh
YOPPI: 125
BARCLAY: 124 125 5328
HAAG: Firaun
KECIL: Firaun Raja Mesir
PEDOMAN: Mesir
BROWNING: FIRAUN MESIR
ENSIKLOPEDIA: FIRAUN MESIR MESIR, SUNGAI MISRAIM
MYSABDA: Firaun Mesir Mesir Orang Mesir Sungai Mesir
LAMBANG: Mesir
AI-PEDIA: Mesir
Mesir
Yunani
Strongs #124: Aiguptiov Aiguptios
1) an Egyptian124 Aiguptios ahee-goop'-tee-os
from 125; an �yptian or inhabitant of �yptus: KJV -- Egyptian.see GREEK for 125
Strongs #125: Aiguptov Aiguptos
Egypt = "double straits"1) a country occupying the northeast angle of Africa
2) metaph. Jerusalem, for the Jews persecuting the Christ and his
followers, and so to be likened to the Egyptians treating the Jews
125 Aiguptos ah'-ee-goop-tos
of uncertain derivation: KJV -- �yptus, the land of the Nile: KJV -- Egypt.Strongs #5328: faraw Pharao
Pharaoh = "his nakedness"1) was a common title of the native kings of Egypt
5328 Pharao far-ah-o'
of foreign origin (6547); Pharao (i.e. Pharoh), an Egyptian king: KJV -- Pharaoh.see HEBREW for 06547
Ibrani
Strongs #04713: yrum Mitsriy
Egyptian = see Egypte "double straits"1) Egyptian - an inhabitant or citizen of Egypt
1a) an Egyptian
1b) the Egyptian
4713 Mitsriy mits-ree'
from 4714; a Mitsrite, or inhabitant of Mitsrajim: KJV -- Egyptian, of Egypt.see HEBREW for 04714
Strongs #04714: Myrum Mitsrayim
Egypt = "land of the Copts"n pr loc
1) a country at the northeastern section of Africa, adjacent to
Palestine, and through which the Nile flows
Egyptians = "double straits"
adj
2) the inhabitants or natives of Egypt
4714 Mitsrayim mits-rah'-yim
dual of 4693; Mitsrajim, i.e. Upper and Lower Egypt: KJV -- Egypt, Egyptians, Mizraim.see HEBREW for 04693
Strongs #06547: herp Par`oh
Pharaoh = "great house"1) the common title of the king of Egypt
6547 Par`oh par-o'
of Egyptian derivation; Paroh, a general title of Egyptian kings: KJV -- Pharaoh.[Yoppi]
Strongs #0125:
Mesir[Barclay]
Strongs #124:
ia, ion orang MesirStrongs #125:
ou mesirStrongs #5328:
[maskulin] Farao/Firaun (baik sebagai gelar maupun mana diri raja Mesir)Firaun [haag]
Firaun. (Bhs. Mesir: rumah besar).
Dalam kerajaan kuno arti asli kata itu adalah istana raja. Kemudian dipakai untuk menyebut raja itu sendiri (Hal itu dibuktikan sejak Tutmosis III, abad 15 sebelum Mas.). Ia dipercaya memiliki kodrat dobel: Allah-manusia. Para ~F yang disebut namanya di dalam PL (: Hofra, Nekho, Sisak, Tirhaka) termasuk ~F dari yang lebih muda (sekitar 950-600). Para ~F dari zaman para --> nenek-moyang, zaman --> Keluaran (Kej dan Kel) dan dari zaman para Raja (1Raj 9:1-11:43) tidak disebutkan namanya. Gamb. 20.
Firaun [kecil]
BIS- Gelar untuk raja Mesir pada zaman dahulu kala. Ada dua raja Mesir yang disebut dalam Perjanjian Baru:
- Raja yang memerintah pada zaman Yusuf (Kis 7:10-13; bandingkan pasal-pasal Kej 40:1-50:26), dan
- Raja yang memerintah pada zaman Musa (Kis 7:21; Rom 9:17; Ibr 11:24; bandingkan pasal-pasal Kel 1:8-14:31).
KS.- Lihat Raja Mesir --> 20643
Raja Mesir [kecil]
KS.-
- dan Abraham
[PL] Kej 12:15-20 - dan Yusuf
[PL] Kej 41:1-55; 47:1-26
[PB] Kis 7:10,13,21 - dan penindasan
[PL] Kel 1:8-11,15-22; 2:15,23 - dan keluarnya bangsa Israel dari Mesir
[PL] Kel 3:11; 4:21-23; 5:1-23; 6:1-14:31; 15:19
[PB] Rom 9:17 - dan Salomo
[PL] 1Raj 3:1; 9:16; 11:1 - dan Hadad dari Edom
[PL] 1Raj 11:18-22 - Raja Nekho
[PL] 2Raj 23:29-35 - Raja Hofra
[PL] Yer 44:30
Mesir [pedoman]
- 1. Orang - berasal dari keturunan Misraim. Kej 10:6,13,14
- 2. Batas-batas - . Yeh 29:10
- 3. - beriklim kering. Ul 11:10,11
- 4. Diairi oleh sungai Nil. Kej 41:1-3; Kel 1:22
- 5. Kiasan mengenai - yang tergenang. Am 8:8
- 6. Sering ditimpa bencana. Ul 7:15; 28:27,60
- 7. Kadang-kadang ditimpa bahaya kelaparan. Kej 41:30
- 8. Dinamai:
- 8.1 Tanah Ham. Mazm 105:23; 106:22
- 8.2 Negeri Selatan. Yer 13:19; Dan 11:14,25
- 8.3 Sihor. Yes 23:3
- 8.4 Rahab. Mazm 87:4; 89:11
- 8.5 Rumah perbudakan. Kel 13:3,14; Ul 7:8
- 9. Termasyhur karena:
- 9.1 Kesuburan. Kej 13:10; 45:18
- 9.2 Kekayaan. Ibr 11:26
- 9.3 Kesusasteraan. 1Raj 4:30; Kis 7:22
- 9.4 Kuda-kuda yang baik. 1Raj 10:28,29
- 9.5 Kain lenan beraneka warna. Ams 7:16; Yes 19:9
- 9.6 Perdagangan. Kej 41:57; Yeh 27:7
- 10. Orang menyembah berhala. Kel 12:12; Bil 33:4; Yes 9:1; Yeh 29:7
- 11. Penyembahan berhala di - diikuti oleh orang Israel. Kel 32:4; Yeh 20:8,18
- 12. Ilmu sihir dipraktekkan di - . Kel 7:11; 12:22; 8:7
- 13. Diperintahkan oleh raja-raja yang bernama Firaun. Kej 12:14,15; 40:1,2; Kel 1:8,22
- 14. Di bawah pemerintahan seorang wali negeri. Kej 41:41-44
- 15. Mempunyai punggawa-punggawa dan penasihat-penasihat. Kej 12:15; Yes 19:11
- 16. Sebagai satu negara yang berkuasa:
- 16.1 Kebanggaan dan kesombongan. Yeh 29:3
- 16.2 Kecongkakan. Yeh 32:12
- 16.3 Kekuatan. Yes 30:2,3
- 16.4 Haus untuk mengalahkan. Yer 46:8
- 16.5 Khianat. Yes 36:6; Yeh 29:6,7
- 17. Penduduk - :
- 17.1 Penyembah berhala. Yes 19:3
- 17.2 Suka menjamu. Kej 47:5,6; 1Raj 11:18
- 17.3 Seringkali mengadakan perkawinan campuran. Kej 21:21; 1Raj 3:1; 11:19; 1Taw 2:34,35
- 17.4 Benci kepada gembala-gembala. Kej 46:34
- 17.5 Benci kepada pengorbanan sapi. Kel 8:26
- 17.6 Tidak boleh dibenci oleh orang Israel. Ul 23:7
- 17.7 Keturunan yang ketiga boleh diterima dalam jemaah Tuhan. Ul 23:8
- 18. Caranya menjamu. Kej 43:32-34
- 19. Makanan di - . Bil 11:5
- 20. Cara merempahi mayat di - . Kej 50:3
- 21. Seringkali menjadi tempat perlindungan bagi orang-orang asing. Kej 12:10; 47:4; 1Raj 11:17,40; 2Raj 25:26; Mat 2:12,13
- 22. Tentara - :
- 22.1 Dilukiskan dalam. Kel 14:7-9
- 22.2 Dibinasakan di laut Merah. Kel 14:23-28
- 22.3 Merebut dan membakar Gezer. 1Raj 9:16
- 22.4 Mengepung dan merampok Yerusalem pada zaman Rehabeam. 1Raj 14:25,26
- 22.5 Menyerang Asyur dan membunuh Yosia yang membantunya. 2Raj 23:29
- 22.6 Memecat Yoahas dan menyuruh orang Yahudi membayar pajak. 2Raj 23:31-35
- 23. Diminta bantuannya oleh orang Yahudi untuk melawan orang Kasdim. Yeh 17:15; Yer 37:5,7
- 24. Sejarah bangsa Israel di - :
- 24.1 Dinubuatkan akan menumpang di - . Kej 15:13
- 24.2 Yusuf dijual ke - . Kej 37:28; 39:1
- 24.3 Potifar diberkati karena Yusuf. Kej 39:2-6
- 24.4 Yusuf dipenjarakan secara tidak adil. Kej 39:7-20
- 24.5 Yusuf menafsirkan mimpi juru minuman dan juru makanan. Kej 40:5-19
- 24.6 Yusuf menafsirkan mimpi-mimpi Firaun. Kej 41:14-32
- 24.7 Yusuf menasihati Firaun. Kej 41:33-36
- 24.8 Yusuf dijadikan wali negeri. Kej 41:41-44
- 24.9 Yusuf berhasil mengatasi tahun-tahun yang penuh kelaparan. Kej 41:46-56
- 24.10 Kesepuluh saudara Yusuf tiba. Kej 42:2-6
- 24.11 Yusuf mengenal saudara-saudaranya. Kej 42:7-8
- 24.12 Benyamin dibawa. Kej 43:15
- 24.13 Yusuf memperkenalkan diri kepada saudara-saudaranya. Kej 45:1-8
- 24.14 Yusuf memanggil bapanya. Kej 45:9-11
- 24.15 Firaun mengundang Yakub. Kej 45:16-20
- 24.16 Perjalanan Yakub. Kej 46:5-7
- 24.17 Yakub diperkenalkan kepada Firaun. Kej 47:1-10
- 24.18 Israel ditempatkan di tanah Gosyen. Kej 46:34; 47:11,27
- 24.19 Yusuf menyebabkan Firaun kaya. Kej 47:13-26
- 24.20 Kematian dan penguburan Yakub. Kej 49:33; 50:1-13
- 24.21 Orang Israel bertambah banyak dan ditindas. Kel 1:1-14
- 24.22 Anak laki-laki dibinasakan. Kel 1:15-22
- 24.23 Musa dilahirkan dan disembunyikan selama tiga bulan. Kel 2:2
- 24.24 Musa diletakkan di tepi sungai Nil. Kel 2:3,4
- 24.25 Musa dijadikan anak angkat oleh puteri Firaun. Kel 2:5-10
- 24.26 Musa membunuh seorang Mesir. Kel 2:11,12
- 24.27 Musa melarikan diri ke Midian. Kel 2:15
- 24.28 Musa disuruh menghadap Firaun. Kel 3:2-10
- 24.29 Firaun makin menindas bangsa Israel. Kel 5:1-23
- 24.30 Musa membuktikan pekerjaan ilahi dengan mujizat-mujizat. Kel 4:29-31; 7:10
- 24.31 Mesir ditimpa bencana karena Firaun mengeraskan hati. Kel 7:14-10:29
- 24.32 Hari raya Paskah diadakan. Kel 12:1-28
- 24.33 Kematian anak sulung. Kel 12:29,30
- 24.34 Orang Israel meminta harta benda orang Mesir. Kel 12:35,36
- 24.35 Orang Israel dikeluarkan. Kel 12:31-33
- 24.36 Waktu keluar. Kel 12:41
- 24.37 Firaun mengejar orang Israel, tetapi di binasakan dengan cara yang ajaib. Kel 14:5-25
- 25. Nubuat tentang - :
- 25.1 Ketakutan penduduk - . Yes 19:1,16,17
- 25.2 Kebingungan para pembesar - . Yes 19:3,11-14
- 25.3 Kegagalan mengenai persediaan dalam negeri. Yes 19:5-10
- 25.4 Perang saudara dan perselisihan di dalam keluarga. Yes 19:2
- 25.5 Tentara - dihancurkan oleh Babel. Yer 46:2-12
- 25.6 Diserang oleh Babel. Yer 46:13,24; Yeh 32:11
- 25.7 Kehancuran kekuasaan - . Yeh 30:24,25
- 25.8 Kebinasaan berhala - . Yer 43:12,13; 46:25; Yeh 30:13
- 25.9 Kehancuran kota-kota - . Yeh 30:14-18
- 25.10 Rampasan dari - diberikan kepada Babel sebagai upah melawan Tirus. Yeh 29:18-20
- 26. Penduduk - ditawan. Yes 20:4; Yer 46:19,24,26; Yeh 30:4
- 27. Kebinasaan - selama 40 tahun. Yeh 29:8-12; 30:12; 32:15
- 28. Orang-orang yang mendukung - turut mengalami nasib yang malang. Yeh 30:4,6
- 29. Orang-orang Yahudi yang turut menyembah berhalanya dihukum bersama-sama dengan - .
- 30. Kegelisahan bangsa-bangsa disebabkan karena kejatuhan - . Yeh 32:9,10
- 31. Selalu lemah di antara segala bangsa. Yeh 29:15
- 32. Kristus akan dipanggil ke luar dari - . Hos 11:1; Mat 2:15
- 33. Pertobatan - . Yes 19:18-20
- 34. Terhitung dan diberkati bersama-sama dengan Israel. Yes 19:23-25
- 35. Lukisan nubuat tentang kehancuran - . Yer 43:9,10; Yeh 30:21,22; 32:4-6
Yer 44:7-28
FIRAUN [browning]
Bahasa Ibrani untuk sebutan raja-raja *Mesir, yang dianggap ilahi dan yang memerintah secara absolut dengan bantuan perserikatan pegawai negeri dengan kedudukan menteri negara seperti yang pernah dijabat *Yusuf (Kej. 41-47). Raja Firaun yang mengizinkan orang Israel meninggalkan Mesir dalam cerita *keluaran (Kel. 5-12) biasa dikenal sebagai Ramses II (1279-1212 sM) dalam terang penggalian purbakala di kota-kota perbekalannya, yaitu Pitkom dan, Raamses (Kel. 1:11).
Para Firaun lain yang disebutkan dalam PL adalah
1) Sisak (945-924 sM), yang menduduki Palestina (1Raj. 14:25-26);
2) So (mungkin 727-720 sM), kepada siapa Raja *Hosea meminta bantuan waktu ia memberontak melawan *Asyur (2Raj. 17:4); dan 3) Nekho (610-595 sM), yang mengalahkan. Raja *Yosia dalam pertempuran di *Megido, pada 609 sM (2Raj. 23:29).
MESIR [browning]
Mesir dan umat Israel memiliki hubungan yang kusut di sepanjang periode Alkitab, Abad Pertengahan dan zaman modern. Sebagai salah satu peradaban besar dunia purba, Mesir relatif bebas dari invasi bangsa-bangsa asing hingga kedatangan bangsa *Asyur (abad ke-7 sM), dan menikmati iklim yang baik serta kesejahteraan ekonomi. Di berbagai zaman Mesir menjadi tempat berlindung para pengungsi Israel (1Raj. 11:17; 12:3). Kekuatan militer yang dominan dan kebudayaannya berpengaruh terhadap Israel -- meskipun tidak pernah berpengaruh secara langsung dalam bidang keagamaan, bahkan kalaupun Musa (nama Mesir) dididik dalam hikmat Mesir (Kis. 7:22).
*Abraham pergi ke Mesir untuk bertahan hidup. *Yusuf dibuang ke sana dengan paksa, namun di sana ia menjadi masyhur. *Keluaran dari Mesir selalu melekat dalam ingatan bangsa Israel. Setelah menetap di Palestina, negara Israel dan *Yehuda selalu mengalami tekanan dari kekuatan angkatan perang di timur laut dan dari Mesir di barat daya. Selama monarkhi Israel ada di sana, tawanan-tawanan yang ditangkap oleh Mesir melakukan perampasan terhadap kelompok-kelompok orang. *Ismael dan para pengikutnya melarikan diri ke sana. Mesir memaksa *Yeremia pergi bersama mereka setelah kejatuhan Yerusalem ke tangan *Babel. *Yusuf dan *Maria dilaporkan telah membawa bayi Yesus ke Mesir (Mat.. 2:13), untuk melarikan diri dari kemarahan *Herodes (PL dalam PB).
Pada abad ke-5 sM koloni militer orang-orang Yahudi didirikan di daerah *Elephantine, perbatasan dengan Mesir, dan selama kira-kira dua abad hingga 73 M, di Leontopolis terdapat kuil Yahudi. Di *Aleksandria terdapat penduduk Yahudi dalam jumlah besar, dan sejarawan Eusebius mencatat tradisi bahwa jemaat di sana didirikan oleh Markus, si penginjil itu. Sebelum penganiayaan besar pada abad ke-3 M, Gereja di Mesir hanya sedikit diketahui, namun akhirnya di negara itu komunitas *Kristen menjadi kelompok keagamaan yang mencolok, hingga penaklukan oleh Islam pada abad ke-7. Kekristenan di sana masih bertahan hidup sebagai Gereja kecil Koptik.
FIRAUN [ensiklopedia]
I. Istilah
Firaun adalah gelar umum dalam Kitab Suci untuk raja-raja Mesir, berasal dari kata Mesir pr-, artinya 'rumah besar'. Istilah ini mulanya hanyalah nama untuk istana kerajaan dan pelayan-pelayan raja Mesir, dan demikianlah pemakaiannya dalam Kerajaan Kuno dan Kerajaan Zaman Pertengahan (*MESIR, Sejarah) pada milenium 3 dan pada pertengahan pertama milenium 2 sM. Tapi pada pertengahan pemerintahan Wangsa 18 (kr 1450 sM) istilah itu dikenakan kepada diri raja sendiri sebagai padanan dari 'Sri Baginda'. Contoh-contoh pemakaian pertama dalam pengertian ini kelihatannya berasal dari pemerintahan Tutmosis III (?) dan IV, kemudian dalam pemerintahan Amenofis IV/Akhenaten. Sejak Wangsa 19 dan seterusnya, istilah biasa 'firaun' terus dipakai dalam dokumen-dokumen, sama seperti dalam Kej dan Kel. Dari Wangsa 22 dan seterusnya (thn 945 sM), istilah 'firaun' dapat juga digabungkan dengan nama raja: jadi, 'Firaun Syesyonq' terdapat pada sebuah tiang batu, dan kemudian terdapat dalam sejumlah kecil ay-ay PL yg menunjuk kepada Firaun Nekho dan Firaun Hofra. Lih Sir A. H Gardiner, Egyptian Grammar', 1957, hlm 75; J Vergote, Joseph en Egypte, 1959, hlm 45-48, dan bahan yg mereka kutip.
II. Firaun-firaun khusus
1. Sebaya Abraham (Kej 12:15-20). Karena Abraham hidu pada kr 1900 sM, maka firaun yg dimaksud sangat mungkin adalah Amenemhat dan Sesostris dari Wangsa 12 (kr 1991-1778 sM).
2. Sebaya Yusuf (Kej 37-50). Yusuf hidup kr 1700 sM maka firaun yg dimaksud sangat mungkin adalah salah seorang raja Hiksos dari Wangsa 15 (*YUSUF).
3. (Para) Firaun yg menindas bangsa Israel. Jumlah orang yg tercakup dalam istilah 'raja Mesir' dan 'firaun' dalam Kel 1 dan 2, merupakan soal tafsiran, yaitu satu atau dua orang. Bagaimanapun, dia atau mereka harus langsung mendahului firaun dari zaman
4. Firaun dari masa Keluaran (Kel 5-12). Jika keluarnya Israel dari Mesir terjadi pada parohan pertama abad 13 sM, seperti yg kelihatannya paling mungkin berdasarkan bukti yg ada, firaun dari masa Keluaran dan penindas yg terakhir ialah Rameses II.
5. Bapak dari Bica, istri Mered, perempuan Yehuda itu (1 Taw 4:17-18). Thn hidup Bica dan begitu juga thn bapaknya, sang raja, tak dapat dipastikan, justru belum dapat ditentukan siapa dia.
6. Firaun yg menerima Pangeran Hadad dari Edom, sebagai pelarian dari hadapan Daud dan dari penumpasan Yoab akan orang Edom (1 Raj 11:18-22), dan membiarkan dia kawin dengan adik istrinya. Firaun ini harus hidup pada akhir Wangsa 21, yaitu Amanemope atau Siamun. Hal-hal yg gelap dalam penanggalan Wangsa 21 membuat mustahil menentukan tgl yg lebih dekat.
7. Firaun yg merebut Gezer, dan kemudian memberikannya sebagai hadiah kawin kepada putrinya, yg kawin dengan Salomo (1 Raj 9:16, bnd juga 3:1; 7:8; 9:24; 11:1) Penyerbuan Sisak ke tanah Palestina pada thn 925 sM, yaitu thn ke-5 pemerintahan Rehabeam, tidak terjadi sesudah thn ke-21 pemerintahannya, dan dia naik takhta kr 945 sM. Raja Salomo meninggal pada thn 931/930 sM, sesudah memerintah selama 40 thn, yg mulai kr 970 sM; jadi Sisak naik takhta pada thn ke-25 pemerintahan Salomo. Justin sebaya Salomo dari raja-raja Mesir selama 25 thn pertama pemerintahannya, ialah kedua raja terakhir dari Wangsa 21, yaitu Siamun dan Psusennes II. Dari kedua firaun ini, barangkali Siamunlah yg menaklukkan Gezer dan menghadiahkannya bersama putrinya kepada Salomo; gambaran kemenangannya yg ditemukan di Tanis (Zoan) mungkin menjadi bukti dari kegiatan perang, yg dilakukan Siamun di Filistea. Mengenai masa hubungan-hubungan Mesir-Israel ini, lih K. A Kitchen, Third Intermediate Period in Egypt, 1972, hlm 273 dst, 280 dst.
8. *Sisak yg sama dengan Syesyonq I, pendiri dari Wangsa (Libia) 22.
9. *So, sebaya
10. *Tirhaka, dari Wangsa (Etiopia) 25.
11. *Nekho, raja ke-2 dari Wangsa 26, adalah firaun dari
12. *Hofra, raja ke-4 dari Wangsa 26, keras dugaan adalah firaun dari Yer 37:5, 7, 11; Yeh 17:17; 29:2, 3; dan mungkin dari Yer 47:1. *Zerah, sudah hampir pasti bukan firaun.
III. Petunjuk-petunjuk lain
Ini terutama terdapat dalam kitab nabi-nabi. Yes 19:11 adalah bagian dari suatu ps yg menggambarkan perpecahan di Mesir. Perpecahan di lingkungan dalam seperti itu timbul dan menjadi berlarut-larut pada awal zaman Yesaya, yaitu pada akhir Wangsa 22-24 (kr 750-715 sM), dan bersambung lagi pada rezim raja-raja Etiopia pada Wangsa 25 (kr 715-664 sM). Sesuai dengan ay 11 ada rezim firaun yg berlangsung lama dan dipuji-puji setinggi langit. Dan rasa kebanggaan bangsa itu akan hal ini, dipantulkan dalam ungkapan-ungkapan kuno yg sudah dipikir matang-matang, yg dipelihara oleh raja-raja dari Wangsa 25 dan 26, yg dengan sungguh berusaha memperingati kejayaan masa-masa lalu. Kemasyhuran lahiriah yg palsu dari raja-raja Etiopia, dan kenyataan bahwa mereka tidak sanggup menolong Israel melawan tentara Asyur diringkaskan dalam Yes 30:2-3. Syebitku ('Shabataka') naik takhta pada thn 701 sM, waktu juru minuman agung (Rabshakeh) dari raja Asyur mencap firaun sebagai 'tongkat bambu yg patah terkulai' (Yes 36:6 = 2 Raj 18:21). Mengenai 'istana Firaun di Tahpanhes' (Yer 43:9), *TAHPANHES.
Baik Yeremia (46:25-26) maupun Yehezkiel (Yeh 30:21-25; 31:2,18; 32:31-32) menubuatkan mulai thn 587 sM, bahwa Mesir akan dikalahkan oleh Nebukadnezar II dari Babel. Pada thn 568 sM benarlah Nebukadnezar berperang melawan Mesir, seperti ditunjukkan oleh serpihan naskah Babel, walaupun luas wilayah kemenangannya melawan Ahmose II (Amasis) masih belum diketahui, karena tiadanya dokumen-dokumen yg berkaitan dengan itu. Dan terakhir, Kid 1:9 hanya menggambarkan kemasyhuran dari kuda-kuda kereta perang para firaun dari Zaman Kerajaan Baru (kr 1570-1085 sM) dan masa-masa berikutnya. *MESIR, Sejarah. KAK/MHS
MESIR [ensiklopedia]
Kerajaan kuno, sekarang republik, wilayahnya terbentang di sudut timur laut Afrika dan dihubungkan dengan Asia Barat oleh jazirah Sinai.
I. Nama
a. Mesir
Di antara nama Mesir yg paling umum ialah Kmt (Kemyt) 'tanah' atau 'negeri hitam' (merujuk ke tanah subur dan hitam), t'wy (tawy), 'tanah' atau 'negeri kembar' (yaitu Lembah Mesir Hulu dan Delta Mesir Hilir), dan T'-mr'i (To-meri), 'Mesir'; arti harfiahnya yg tepat belum pasti.
b. Mizraim
Kata Ibrani biasa (dan kata Semit biasa) untuk Mesir ialah mitsrayim. Kata itu mula-mula terdapat dalam sumber-sumber di luar sastra Ibrani abad 14 sM, sebagai mtsrm dalam naskah-naskah Ugarit (bh Kanaan Utara) dan sebagai mitsri dalam Surat-surat Amarna. Dalam milenium pertama sM, naskah-naskah Asyur-Babel membicarakan Mutsur atau Mutsri; sayangnya kata ini dipakai dalam anti rangkap: satu untuk Mesir, dan satu lagi untuk suatu daerah di Siria Utara/Asia Kecil Selatan, dan (yg sangat diragukan) untuk suatu bagian Arab Utara (lih kepustakaan yg dikutip oleh Oppenheim dlm ANET, hlm 279, no. 9).
Istilah Mutsri diduga berarti 'tanah-tanah' atau 'negeri-negeri perbatasan', dan dengan demikian dapat dikenakan kepada setiap negeri di pinggir batas (Siria atau Arab; bnd Oppenheim). Betapa pun itu benar dari sudut pandang kemiliteran Asyur, penjelasan ini kurang tepat untuk menerangkan bentuk Ibrani/Kanaan mitsrayim/mtsrm dari milenium 2, juga menerangkan pemakaiannya. Bahwa mitsrayim adalah bentuk rangkap yg memantulkan arti rangkap dua dari Mesir, dan itu mungkin, tapi masih jauh dari pasti. Spiegelberg, dalam Recueil de Travaux, 21, 1899, hlm 39-41, berusaha menurunkan mtsr dari kata Mesir (i) mdr, 'tembok-tembok' atau 'benteng pertahanan', sambil menunjuk kepada benteng-benteng penjagaan di perbatasan Asia dan Mesir bertarikh kr thn 2000 sM dan seterusnya, yaitu ciri pertama dari tanah itu yg harus dihadapi oleh orang Sem yg berkunjung pada waktu itu. Kenyataan bahwa istilah itu sudah terbaur dalam kata Semit matsor, 'benteng', hanyalah menambah bobotnya. Tapi bagaimanapun, keterangan terakhir dan yg lengkap mengenai mitsrayim belum dapat diberikan sekarang ini.
c. Kata Egypt
Kata 'Egypt' berasal dari kata Yunani Aiguptos; Latin Aegyptus. Istilah ini mungkin sekali adalah tulis alih dari kata Mesir H (wt)-k'-Pt(h), ucapan kasarnya Ha-ku ptah, seperti terlihat dari tulisan paku Hikuptah dalam Surat-surat Amarna kr thn 1360 sM. Hakuptah adalah salah satu nama Memfis, ibukota lama Mesir di tepi barat S Nil, sedikit di sebelah hulu Kairo (yg pada akhirnya menggantikannya).
II. Ciri-ciri alam dan geografi
a. Umum
Negeri 'Mesir' sekarang dalam arti politik, secara kasar merupakan persegi empat, membentang dari pantai Laut Tengah Afrika di utara sampai ke garis 22¦ bujur utara (kr 1.000 km dari utara ke selatan) dan dari Laut Merah di sebelah timur sampai ke garis 25¦ lintang timur di barat, dengan luas daerahnya kr 868.950 km. Tapi dari seluruh daerah ini, 96% adalah padang gurun dan hanya 4% tanah yg dapat dibudidayakan; dan 99% dari penduduk Mesir tinggal di tanah yg 4% itu, yg dapat menyokong hidup.
Mesir yg sebenarnya ialah tanah muara S Nil, yg dalam ungkapan Herodotus yg sering dikutip disebut 'hadiah S Nil'. Mesir terletak di lajur gurun pasir 'beriklim sedang', dengan hawa panas dan hampir tiada hujan: curah hujan setahun di Aleksandria kr 18 cm, di Kairo 3 cm lebih sedikit, dan di Aswan praktis tidak ada. Untuk air minum seluruh Mesir tergantung dari S Nil.
b. Kedua tanah Mesir
Menurut sejarahnya Mesir terdiri dari lembah Nil yg sempit dan memanjang, mulai dari tempat pertama air jatuh di Aswan (bukan dari yg kedua seperti sekarang) hingga ke daerah Memfis/Kairo, ditambah dengan daerah segi tiga (dari situlah asalnya nama berikut) yg luas dan datar, bernama Delta, mulai dari Kairo sampai ke laut. Perbedaan kedua daerah ini sangat berpengaruh sekali atas bangsa Mesir, sejarahnya dan lembaga-lembaga hidupnya (bnd lembaga kenabian).
Pada zaman prasejarah, kerajaan-kerajaan Mesir Hulu dan Mesir Hilir bersatu dalam kekuasaan satu orang raja. Pada permulaan sejarah itu orang Mesir yg memegang teguh garis keturunan, mempertahankan sifat kembar dari kerajaan itu dalam gelar yg dipakai oleh masing-masing firaun, yaitu 'Raja Mesir Hulu dan Hilir', dan 'Tu(h)an dari Kedua Negeri'. Pada masa-masa politik mereka lemah, Mesir selalu condong kembali menggenggam perbedaan alamnya yg kembar itu.
c. Mesir pada zaman kuno
Lembah Nil sudah dihuni selama kr 6.000 thn. Selama berabad-abad sebelumnya, sungai raksasa ini terus menerus membawa erosi dan lumpur dari hulunya, yg akhirnya bermuara di suatu teluk di taut, yg kemudian menjadi penuh terisi dengan tanah aluvium dan membentuk Delta Nil. Sesudah perkembangan ini berhenti, dan sesudah banyak tanah aluvium diendapkan di lembah itu, barulah para pemukim datang dan mulai membersihkan rawa-rawa, mengolah tanah, membuat irigasi dan pengeringan atau pembuangan air.
Di sebelah barat lembah Nil terbentang gurun pasir Sahara, suatu gurun pasir yg datar, diselingi gundukan batu-batu besar dengan pasir yg dihembuskan oleh angin topan. Dan sejajar dengan lembah Nil terdapat sederet oase dengan air tawarnya, yaitu daerah-daerah lembah luas yg alami, di mana tanah dapat diolah dan permukiman dapat didirikan karena adanya air artesis. Dekat ke lembah Nil, dan yg langsung berhubungan dengan lembah itu melalui suatu jalur alami ialah daerah lembah Fayum, daerah Danau Muris zaman kuno. Sejak Dinasti XII dan seterusnya, daerah ini berperan sebagai tanah belanga tempat pengungsian bila air meluap dan tempat penyimpanan air luapan S Nil. Di antara lembah Nil dan Laut Merah di sebelah timur berada gurun pasir Arab, suatu daerah pegunungan yg terpisah-pisah mengandung sedikit bahan mineral seperti emas, batu perhiasan, termasuk pualam putih, batu brek(k)i dan batu diorti (batu hijau). Di seberang Teluk Suez terbentanglah jazirah Sinai yg bergunung-gunung.
Dengan demikian tanah Mesir terasing di tengah-tengah gurun-gurun pasir yg mengapitnya untuk mengembangkan kebudayaan sendiri. Tapi serentak dengan itu, jalan masuk dari timur melalui jazirah Sinai atau Laut Merah dan Wadi Hamamat, dan dari utara beserta selatan melalui S Nil, cukup langsung baginya untuk menerima pengaruh kebudayaan luar (dan memberi yg daripadanya).
III. Bangsa dan bahasa
a. Bangsa
Bukti-bukti paling tua mengenai kegiatan manusia di Mesir, ialah alat-alat batu api bertarikh zaman palailotik (zaman batu kuno) yg ditemukan di dataran-dataran tangga S Nil. Tapi orang Mesir asli yg pertama bermukim di lembah Nil sebagai petani (ditemukan beberapa alai atau benda milik mereka), ialah yg disebut orang Taso-Badari, kebudayaan prasejarah pertama. Agaknya mereka orang Afrika asli dengan dua tahapan budaya prasejarah berurutan, yg lazim disebut Nagada I dan II, yg berakhir kr thn 3000 sM atau sedikit sesudahnya.
Namun, tidak lama sebelum (dan selama) timbulnya Mesir secara mendadak dalam sejarah, dengan mendirikan kerajaan yg tahu menulis yg diperintah para firaun, ada sedikit bukti tentang menyusupnya suatu bangsa baru dari luar Mesir; ciri-ciri perawakan mereka berbeda dan mereka terutama bermukim di Mesir utara. Inilah yg disebut ras Giza atau ras dinasti, barangkali berasal dari Asia. Keunggulan mereka dari dan pembauran mereka dengan bangsa prasejarah yg lebih kuno diduga telah meningkatkan dadakan perkembangan kebudayaan Mesir yg khas dan bersejarah itu, tapi hal ini masih lebih bersifat khayalan. (Lih W. B Emery, Saggara and the Dynastic Race, 1952.) Orang Mesir sekarang ialah keturunan langsung dari bangsa Mesir kuno.
b. Bahasa
Asal mula bh Mesir kuno adalah percampuran beberapa bh asli dan menempuh perjalanan sejarah yg panjang. Biasanya disebut 'bahasa Semit-Ham(ito)' dan pada dasarnya termasuk bh Ham (yaitu rumpun bh-bh Libia Berber di Afrika utara) yg pada suatu masa (pada zaman prasejarah) terdesak oleh bh Semit. Banyak kosakata bh Mesir serumpun langsung dengan bh Semit dan dalam susunan kalimat ada persamaannya. Alpanya bahan-bahan tulisan kuno menghambat perbandingan yg sesungguhnya dengan bh Ham. Mengenai persamaan-persamaan bh Mesir lih Gardiner, Egyptian Grammar, ps 3, dan (lebih terinci) G Lefebvre, Chronique d'Egypte, 11, No 22, 1936, hlm 266-292.
Dalam sejarah bh Mesir, lima tahapan utama dapat dibedakan dalam sumber-sumber tulisan. Tahapan pertama ialah Mesir Kuno, suatu bentuk purba yg dipakai selama Dinasti I-VIII dalam milenium 3 sM.
Tahapan kedua ialah Mesir Pertengahan, barangkali menjadi bahasa sehari-hari pada Dinasti IX-XI (2200-2000 sM) dan dipakai secara umum di seluruh Mesir untuk catatan-catatan tulisan selama masa Kerajaan Pertengahan dan awal Kerajaan Baru (sampai kr thn 1300 sM), dan tetap dipakai dalam naskah-naskah resmi, dalam bentuk yg sedikit mengalami perubahan, sampai pada zaman Yunani-Romawi. Inilah bahasa dari tubuh akbar sastra kuno Mesir.
Tahapan ketiga ialah Mesir Berikutnya dan merupakan bahasa umum pada zaman Kerajaan Baru dan sesudahnya (abad 16-8 sM) tapi sudah menjadi bahasa umum dua abad sebelum zaman ini (1800-1600). Itu jugalah bahasa yg dipakai dalam sumber-sumber dan sastra Kerajaan Baru dan dalam naskah-naskah resmi sejak Dinasti XIX dan seterusnya. Bh Mesir Kuno Pertengahan dan Berikutnya ditulis dalam aksara hieroglif dan tulisan para imam (*TULIS MENULIS).
Tahapan keempat, Demotik, yaitu bahasa rakyat jelata Mesir, dan ini sebenarnya adalah nama semacam tulisan. Nama inilah yg dikenakan kepada bentuk bh Mesir yg lebih berkembang, dan banyak dipakai dalam catatan-catatan yg berasal dari abad 8 sampai zaman Romawi.
Tahapan kelima ialah bh Kopt, yaitu tahapan terakhir bh Mesir, dan yg menjadi bahasa umum di Mesir pada zaman Romawi-Bizantina. Bh Kopt mempunyai beberapa bentuk dialek dan dialihkan menjadi bahasa sastra oleh orang Kristen Mesir atau orang Kopt. Bahasa itu ditulis bukan dengan tulisan Mesir, tapi dalam alitbata Kopt, yg disusun dari alifbata Yunani ditambah dengan tujuh huruf tambahan yg diambil dari tulisan Demotik kuno untuk mengisi bunyi-bunyi yg tidak ada dalam bh Yunani.
Bh Kopt tetap hidup sebagai bahasa tata ibadah dari Gereja Kopt (Mesir), terus sampai zaman sekarang ini; pemakaiannya sama dengan pemakaian bh Latin di Gereja Roma Katolik. Di setiap waktu terdapat kata-kata pinjaman dalam bh Mesir, dan yg terbanyak berasal dari kata-kata Semit dalam bh Mesir kuno dan bh Yunani dalam bh Kopt.
IV. Sejarah
Tempat yg terbatas hanya memungkinkan pembahasan ringkas tentang sejarah Mesir yg panjang itu. Justru perhatian kita dipusatkan kepada mass-masa yg langsung berkaitan dengan penelitian Alkitab. Untuk rincian yg lebih lanjut, lih Kepustakaan pada akhir artikel ini.
a. Zaman Hyksos
Sesudah thn 1786 sM (yaitu akhir Dinasti XII), tampil keturunan raja baru, Dinasti XIII, yg memegang kekuasaan atas hampir seluruh tanah Mesir, dan yg juga memerintah dari pusat Memfis, yaitu Ithet-Tawy. Kebanyakan rajanya memerintah pada waktu singkat, sehingga seorang (perdana) menteri dapat berdinas dalam pemerintahan beberapa raja. Karena alpanya pengendalian raja secara pribadi, yg ketat dan teratur, maka pemerintahan negara yg bergantung pada pusat terpaksa tersendat-sendat.
Pada zaman ini terdapat banyak budak orang Sem di Mesir, bahkan sampai ke selatan ke Tebes, dan akhirnya kepala-kepala suku Sem (bh Mesir 'kepala-kepala negeri-negeri asing' = hk 'w-h 'swt = Hyksos) mendapat kemuliaan di Mesir Hilir dan kemudian (barangkali melalui kudeta kilat mengambil alih takhta kerajaan Mesir yg di Ithet-Tawy dan menegakkan Dinasti XV-XVI, yaitu Dinasti Hyksos), dan mereka memerintah kr 140 thn lamanya. Begitu juga mereka mendirikan ibukota di Delta Timur, yaitu Avaris (?= Tanis, Ibrani Zoan; bnd Bil 13:22 ?). Para firaun bangsa Sem ini menjunjung sepenuhnya martabat dan gaya kerajaan Mesir turun-temurun.
Nampaknya keluarga pangeran Mesir asli sudah direndahkan menjadi pembayar upeti pada pemerintah setempat di Tebes di selatan. Orang Hyksos mina-mina mengambil alih pemerintahan negeri Mesir sambil mempekerjakan pejabat-pejabat Mesir dari rezim pemerintah lama. Tapi sementara waktu berlalu pejabat-pejabat orang Sem yg sudah menjadi warga negara Mesir ditetapkan menduduki jabatan-jabatan tinggi pemerintahan; dari pejabat-pejabat ini yg paling terkenal ialah Hun, yg menjabat Kanselir.
Yusuf tepat sekali tercatat pada bagian akhir daftar ini (Kej 37-50). Seperti banyak tokoh lainnya, dia adalah seorang budak Sem yg melayani di rumah seorang tokoh Mesir terkemuka. Kalangan istana raja sangat teliti dalam tata cara Mesir (Kej 41:14; 43:32; bnd *YUSUF), tapi Yusuf, orang Sem itu segera didudukkan ke jabatan tinggi (seperti barangkali dlm hal Hur agak kemudian). Perbauran ciri-ciri Mesir dan Sem yg terjadi secara khas dan cepat, tergambar dalam cerita Yusuf (lepas dari hal bahwa cerita itu versi Ibrani yg disusun di Mesir), sangat cocok dengan zaman Hyksos. Lagi pula, Delta Timur sangat menonjol pada zaman Hyksos (Avaris), tapi tidak lagi dalam sejarah Mesir pada zaman Musa (yaitu Dinasti XIX, atau paling dini menjelang akhir Dinasti XVIII). Mengenai beberapa hal tentang latar belakangnya *YUSUF; mengenai tanggalnya, *KRONOLOGI PL.
Akhirnya sekelompok keturunan raja-raja di Tebes cekcok dengan tuan raja mereka di utara, yaitu orang Hyksos; raja Kamose merebut seluruh Mesir dari tangan Apopi III (Awoserre) kecuali Avaris di Delta timur laut, selaras dengan prasasti sejarahnya, yg baru-baru ini ditemukan (lih tulisan paling baru, T Save-Soderbergh, Kush, 4, 1956, hlm 54-61). Akhirnya penguasa Hyksos beserta para pengikutnya yg terdekat (orang Mesir maupun orang Asia) diusir oleh pengganti Kamose, yaitu Ahmose I (pendiri Dinasti XVIII dan Kerajaan Baru) dari Mesir dan mereka ditaklukkan di Palestina. Ringkasan sejarah dan budaya zaman ini disajikan dalam kitab W. C Hayes, Scepter of Egypt, 2, 1959, hlm 3-41.
b. Dinasti XIX dan Musa
Agaknya pada paroan pertama rezim Dinasti XIX telah terjadi penindasan atas bangsa Israel dan generasi Keluaran (*KRONOLOGI PL). (i). Pemulihan ketertiban yg mantap pada masa pemerintahan Haremhab, dan desakan pembangunan di Delta timur oleh kedua raja Setos I dan Rameses I, menuntut tenaga kerja yg besar jumlahnya dan ekonomis, melatarbelakangi penindasan atas bangsa Ibrani, yg puncaknya terjadi dalam pembangunan di Pitom dan Raamses, seperti dilukiskan dalam Kel 1:8-11. Raamses ialah tempat istana raksasa firaun di Delta, dan Pitom ialah bagian kota di Wadi Tumilat (*RAAMSES; *PITOM). Kel 1:12-22 memberikan beberapa rincian tentang keadaan perbudakan ini, juga latar belakang pembuatan batu bata oleh orang Ibrani.
Mengenai hidup Musa pada mulanya, tak ada yg merupakan kekecualian, atau yg tidak masuk akal dalam diri seorang Sem Barat, yg dibesarkan di kalangan istana Mesir, barangkali dalam harim (tempat kaum perempuan dlm suatu istana) di suatu tempat hiburan di Delta; para firaun mempunyai beberapa harim seperti itu dan tersebar di mana-mana (bnd Yoyotte dlm Posener, Dictionnaire de la Civilisation Egyptienne, 1959, hlm 126). Contoh-contoh harim mudah didapati. Mery-Re (seorang pejabat sinagoge) Tutmoses III (kr thn 1470 sM), ialah anak dari seorang bernama Pa-Amurri ('orang Amori') dengan istrinya Keren (bnd 'Keren-happukh', putri Ayub). (Lih Janssen, Chronigue d' Egypte, 26, No. 51, 1951, hlm 53.) Paling sedikit sejak pemerintahan Rameses II dan seterusnya, ada orang Asia dibesarkan di harim-harim kerajaan, dengan tujuan untuk memegang jabatan (lih Sauneron dan Yoyotte, Revue d' Egyptologie, 7, 1950, hlm 67-70). Justru dilatih dan dibesarkannya Musa sesuai kebiasaan Mesir dalam Kel 2, sama sekali dapat dipercaya; kewajiban untuk membuktikan yg sebaliknya dibebankan kepada setiap orang yg tidak mau mempercayai peristiwa ini.
Peristiwa selanjutnya ialah, Musa mendapat pendidikan ala Mesir, suatu pendidikan terbaik yg tersedia pada zaman itu. (Selanjutnya *MUSA. Mengenai tukang sihir *SIHIR, ILMU; dan mengenai tulah *TULAH-TULAH MESIR). Mengenai kaburnya para pelarian bnd dengan larinya Musa dalam Kel 2:15; bnd juga larinya dua orang hamba dalam Papirus Anastasi V (ANET, hlm 259) dan peraturan mengenai ekstradisi para pelarian dalam perjanjian Rameses II dengan orang Het (ANET, hlm 200-203). Mengenai perpindahan bangsa-bangsa atau perpindahan kelompok-kelompok besar, lih contoh bangsa Het, yg dikutip dalam artikel mengenai *KELUARAN, PERISTIWA; dan mengenai jumlah orang Israel pada peristiwa Keluaran, *ISRAEL, PENGEMBARAAN ISRAEL.
Antara Mesir dan Kanaan pada zaman ini ada kelompok masyarakat yg hilir mudik menetap (bnd laporan perbatasan dlm ANET, hlm 258-259). Zaman Dinasti XIX adalah zaman paling bersifat internasional dalam sejarah Mesir. Banyak kata pinjaman Ibrani-Kanaan menyusup ke dalam bahasa dan sastra Mesir, melebihi dari zaman Dinasti XVIII, dan para pejabat Mesir bangga mempertontonkan pengetahuan mereka akan bh Kanaan (Papirus Anastasi I, lih ANET, hlm 477b). Dewa-dewa bangsa Sem (Baal, Anat, Resyef, Asytoret atau Asytorat) diterima di Mesir dan bahkan kuilnya ada di sana. Jadi orang Ibrani hampir tak mungkin tidak mendengar sesuatu tentang tanah Kanaan, dan orang Kanaan beserta adat istiadatnya ada di hadapan mata mereka sebelum mereka bergerak selangkah pun meninggalkan Mesir; pengetahuan akan hal-hal seperti itu yg dipaparkan dalam Pentateukh, tidaklah mencatat tanggal penulisan sesudah orang Israel masuk di tanah Kanaan, seperti yg begitu kerapkali di terka salah.
c. Dinasti XX
Pada waktu yg tepat raja bernama Setnakht mengusir petualang orang Siria, memulihkan ketertiban dan mendirikan dinasti baru. Anaknya, Rameses III, ialah Raja Firaun Mesir yg akbar dan terakhir. Dalam dekade pertama pemerintahannya (1190-1180), terjadi perpindahan bangsa-bangsa secara besar-besaran di tanah belang daerah Laut Tengah bagian timur, dan menyapu bersih kerajaan Het yg di Asia Kecil, mengacaukan negara-negara kota Siria-Palestine yg turun-temurun dari bangsa Kanaan-Amori, dan mengancam akan menyerbu Mesir baik dari Libia maupun dari Palestina. Serangan-serangan ini di tangkis oleh Rameses III, tapi sejak saat itu dan seterusnya sejarah Mesir terus menerus menjadi lebih parah. Kenangan akan kekuatan Mesir pada masa lampau tetap hidup jauh di luar betas negeri itu, walaupun Israel, misalnya, mengalami bahwa Mesir merupakan hanya 'bambu yg patah terkulai' (Yes 36:6).
d. Dinasti XXI
Waktu raja Daud menaklukkan Edom, maka Hadad, pewaris takhta Edom yg masih anak-anak, dibawa ke Mesir demi keselamatannya. Di sana dia diterima dengan begitu menyenangkan, sehingga tatkala dia berjenjang dewasa, ia mendapat seorang istri dari keluarga raja (1 Raj 11:18-22). Suatu contoh mencolok politik luar negeri Dinasti XXI terjadi pada awal pemerintahan Salomo (*FIRAUN). Seorang firaun 'merebut Gezer' dan memberikan kota itu sebagai hadiah kawin beserta anak perempuannya kepada raja Salomo, guna menciptakan persekutuan melalui ikatan perkawinan (1 Raj 9:16; bnd 3:1; 7:8; 9:24; 11:1). Penggabungan tindakan pengamanan di Palestina tenggara (Gezer) dalam persekutuan dengan negara Israel yg kuat, menjamin bagi Mesir keamanan di bagian perbatasan Asia dan tentu memberi keuntungan ekonomi bagi kedua negara.
Di Tanis ditemukan gambar timbul yg sudah rusak, melukiskan kemenangan Firaun. Siamun menghantam seorang asing -- barangkali seorang Filistin, memegang kampak tempaan Agea di tangannya. Rincian yg sangat khusus ini dengan kuat mengisyaratkan, bahwa Siamun-lah yg menjalankan 'tindakan pengamanan' di Filistea (dan sampai di Gezer, perkampungan orang Kanaan) dan yg menjadi sekutu Salomo. (Mengenai lukisan ini, lih lukisan paling barn dari P Montet, L'Egypte et la Bible, 1959, hlm 40.)
e. Dinasti Libia dan kerajaan dibagi-bagi
1. Sisak. Setelah raja Tanis terakhir meninggal kr thn 945 sM, seorang kepala suku Libia (? orang Bubastis/Pi-beset) yg berkuasa naik takhta dalam keadaan damai dengan gelar Syesyonq I (yaitu Sisak dlm Alkitab), dan dengan demikian berdirilah Dinasti XXII. Selama dua abad sebelumnya orang-orang Libia terus-menerus menyusup ke Mesir dan membuat jumlah mereka bertambah besar, dan sudah berdinas di sana sebagai tentara sewaan. Beberapa orang Libia menjadi gubernur propinsi penuh kuasa. Sebagai kepala suku utama, dan melalui perkawinan menjadi terhisab dalam keluarga kerajaan Tanis, maka Syesyonq memperoleh takhta (bnd Kees, Priestertum im Agyptischen Staat, 1953, hlm 172-185). Dengan cepat Syesyonq menundukkan seluruh Mesir kepada pemerintahannya yg sudah berjalan baik, melantik anaknya sendiri menjadi imam besar (tidak turun-temurun) dari dewa Amun di Tebes. Dengan demikian diakhirinyalah kerajaan imamat Tebes yg setengah berdiri sendiri di Mesir Hulu.
Sementara ia sibuk membenahi pemerintahan dalam negeri Mesir selama pemerintahannya, dalam kebijaksanaan politik luar negerinya ia mulai mengambil sikap baru dan giat menyerang. Ia memandang kerajaan Israel yg dipimpin Salomo bukan sekutu, melainkan musuh politik dan musuh perdagangannya di wilayah timur laut. Karena itu ia berusaha menghancurkan kerajaan Ibrani itu. Waktu Salomo masih hidup, Syesyonq dengan licik tidak mengambil tindakan kecuali pemberian perlindungan bagi pelarian politik, terutama Yerobeam Bin Nebat (1 Raj 11:29-40).
Sesudah Salomo meninggal dan Yerobeam kembali ke Palestina, maka perpecahan kerajaan Israel melaju cepat, menjadi dua kerajaan kecil, yaitu kerajaan Rehabeam dan kerajaan Yerobeam. Segera sesudahnya, pada thn ke-5 pemerintahan Yerobeam, thn 925 sM (1 Raj 14:25-26; 2 Taw 12:2-12), dan agaknya dengan dalih kerusuhan perbatasan oleh orang Beduin (data tiang batu, Grdseloff, Revue de l'Histoire Juive en Egypte, 1, 1947, hlm 95-97), Sisak menyerbu Palestina dan menundukkan Israel maupun Yehuda, seperti ditunjukkan oleh sebuah liang batu yg ditemukan di Megido (C. S Fisher, The Excavation of Armageddon, 1929, hlm 13 dan gbr). Banyak nama tempat dalam Alkitab terdapat dalam daftar yg ditambahkan kepada gambar timbul tanda kemenangan, yg diukir kemudian oleh Sisak pada kuil Amun (Karnak) di Tebes (lih ANEP, hlm 118 dan gbr 349). Tujuan Syesyonq terbatas namun jelas: memperoleh keamanan politik dan perdagangan dengan menundukkan tetangganya yg terdekat. Ia tidak berusaha untuk menghidupkan kembali Kerajaan Tutmoses atau Rameses.
2. Zerah. Agaknya kelihatan dari 2 Taw 14:9-15; 16:8, bahwa pengganti Syesyonq, yaitu Osorkon I berusaha untuk mencapai keberhasilan bapaknya di Palestine, tapi dia terlalu malas untuk berusaha sendiri. Justru ia mengutus jenderal Zerah, orang Etiopia, yg dikalahkan oleh Asa, raja Yehuda, kr thn 897 sM. Kekalahan ini adalah akhir politik penyerangan Mesir di Asia. Tapi, sekali lagi seperti Syesyonq I, Osorkon I memelihara hubungannya dengan Biblos di Fenisia, di mana ditemukan patung dari kedua firaun itu (Syria, 5, 1924, hlm 101-117, gbr 25).
3. Mesir dengan dinasti Ahab. Pengganti Osorkon I, yaitu Takelot I, agaknya orang tak bernyali, membiarkan kekuasaan kerajaan lepas dari tangannya yg tidak berdaya. Sehingga raja berikutnya, Osorkon 11, mewarisi kerajaan Mesir yg kesatuannya sudah terancam: gubernur-gubernur propinsi setempat, orang-orang Libia, sudah menjadi makin berdiri sendiri, dan niat memecah-belah tampil di Tebes, yg mempengaruhi Mesir Hulu, walaupun ada usaha-usaha tandingan dari pihak penguasa baru. Osorkon II nampaknya kembali ke politik luar negeri lama yg moderat diberlakukan oleh Dinasti XXI (yg sama lemahnya), yaitu politik bersekutu dengan tetangga-tetangganya di Palestina. Hal ini disinggung dalam temuan berupa tempat bunga pualam milik Osorkon II di istana Omri dan Ahab di Samaria, seperti yg dibubuhkan oleh para firaun dalam hadiah-hadiah diplomatiknya untuk rekan-rekannya penguasa (tergambar dlm Reisner, dst, Harvard Excavations at Samaria, 1, 1924, gbr hlm 247). Hal ini mengisyaratkan adanya hubungan Omri atau Ahab baik dengan Mesir maupun dengan Tirus (bnd perkawinan Ahab dgn Izebel). Osorkon ii memberi sebuah patung di Biblos (Dunand, Fouilles de Byblos, 1, hlm 115-116 dan gbr 43).
4. Nabi Hosea dan 'So, raja Mesir' (2 Raj 17:4). Politik moderat yg dihidupkan kembali oleh Osorkon II sungguh-sungguh diteruskan oleh pengganti-penggantinya yg terus makin lemah. Pada zaman mereka ini Mesir selangkah demi selangkah terpecah-pecah menjadi propinsi-propinsi setempat dengan raja-raja yg memerintah di Tebes (Dinasti XXVI) disamping dinasti induk yg utama, yaitu Dinasti XXII di Tanis/Zoan. Sebelum terjadi pemerintahan rangkap ini (barangkali berdasarkan persetujuan timbal batik), negara Mesir telah digoncang oleh perang saudara yg sangat menggetirkan yg berpusat di Tebes (bnd R. A Caminos, The Chronicle of Prince Osorkon, 1958), dan yg hampir tidak dapat menopang kebijaksanaan politik luar negeri mana pun.
Semua hal ini mengisyaratkan, mengapa Hosea, raja Israel terakhir, begitu cepat mendekati 'So, raja Mesir' pada thn 725/724 sM (2 Raj 17:4) untuk minta bantuan melawan Asyur, dan betapa salah ia menggantungkan harapannya kepada Mesir yg sudah begitu lemah dan terpecah belah. Tak ada datang bantuan untuk menyelamatkan Samaria dari kejatuhannya. Mengenai jati diri 'So' sudah lama tetap gelap. Dia bukanlah Syabaka, yaitu firaun Etiopia, yg tampil masih agak lama kemudian, begitu juga dia bukan 'Sib'e, turtan (panglima) Mesir', yg disebut-sebut Sargon raja Asyur, sebab Sib'e sekarang harus dibaca Re'e. Maka 'So' ialah, atau Osorkon IV, yaitu firaun terakhir dari Dinasti XXII/XXIl1, kr thn 727-716 sM, atau transkrip Ibrani untuk '(perdana?) menteri dari raja Mesir' (yg dimaksud dgn yg terakhir tetap Osorkon IV). *So. Kekuasaan nyata di Mesir Hilir dipegang oleh Tafnekht dan penggantinya Bekenrenef (Dinasti XXIV) dari Sais di Delta Barat; Osorkon IV sudah tak berkuasa lagi, sehingga ia pada thn 716 sM menyuap Sargon raja Asyur di perbatasan Mesir dengan hadiah 12 ekor kuda (Tadmor, JCS, 12, 1958, hlm 77-78).
f Dinasti Etiopia -- 'tongkat bambu yg patah' (Yes 36:6)
Sementara itu timbul di Nubia (Etiopia) suatu kerajaan yg diperintah oleh raja-raja yg tidak tanggung-tanggung mengikuti budaya Mesir. Waktu Sanherib, raja Asyur, menyerang Hizkia, raja Yehuda, pada thn 701 sM, Syebitku, yaitu firaun baru Etiopia yg terburu nafsu, menyuruh adiknya, Tirhaka, yg sama muda dan sama tak berpengalaman, untuk menghadapi Asyur (2 Raj 19:9; Yes 37:9); akibatnya ialah suatu kekalahan yg mengerikan bagi Mesir. *TlRHAKA; *SANHERIB. Para firaun Etiopia tidak mengerti apa pun tentang keunggulan Asyur, sesudah kekalahan ini masih dua kali lagi Tirhaka dikalahkan oleh Asyur (kr thn 671 dan 666/665, sebagai raja) dan Tanutamen satu kali, dan campur tangan mereka yg kurang mampu dalam masalah-masalah Palestina sangat mencelakakan Mesir dan Palestina bersama-sama. Dengan pasti merekalah 'tongkat bambu yg terkulai', yg dimaksud oleh cemoohan raja Asyur (2 Raj 17:21; Yes 36:6). Karena jengkel akibat campur tangan yg menunjukkan keras kepala ini, akhirnya Asyurbanipal pada thn 664/663 sM menjarah kota kudus kuno Tebes, dan merampok perbendaharaan kuil-kuil yg dikumpulkan selama 14 abad. Tak ada lagi perbandingan yg lebih tajam dari kebinasaan kota ini yg bisa didapati oleh nabi Nahum (3:8-10), tatkala dia mengumumkan keruntuhan Niniwe yg mendatang, jika mendapat gilirannya nanti. Tapi Asyur tak dapat menduduki Mesir dan meninggalkan hanya tentara pendudukan untuk menjaga keamanan.
g. Mesir, Yehuda dan Babel
Politik luar negeri dinasti XXVI (kecuali firaun Hofra yg kepala batu) menjalankan seluas-luasnya politik kekuatan berimbang di Asia Barat. Dengan demikian Psam(m)etikhus I tidak menyerang Asyur, tapi tetap menjadi sekutunya untuk menghadapi kekuasaan Babel yg sedang bangun kembali. Begitu juga Nekho II (610-595 sM) bergegas hendak menolong Asyur yg sudah tidak berkutik (2 Raj 23:29) melawan Babel; waktu itulah nasib Asyur ditentukan oleh Yosia raja Yehuda dengan menahan Nekho di Megido, yg mengakibatkan kematiannya sendiri.
Mesir menganggap dirinya sebagai ahli waris Palestina, yaitu daerah milik Asyur, tapi tentaranya dikalahkan secara mutlak di Karkemis. Karena itulah Yoyakim raja Yehuda berubah dari raja taklukan Mesir menjadi raja taklukan Babel selama 3 thn. Tapi seperti diungkapkan oleh lempeng-lempeng sejarah Babel yg diterbitkan baru-baru ini, Mesir dan Babel saling berhadapan dalam suatu pertempuran terbuka pada thn 601 sM, dengan kerugian yg amat besar pada kedua pihak; lalu Nebukadnezar tinggal 18 bulan di Babel untuk memperlengkapi tentaranya kembali. Pada saat ini Yoyakim raja Yehuda (2 Raj 24:1 dab) berontak, tanpa diragukan berharap akan bantuan Mesir. Tapi apa pun tidak ada yg datang; sekarang Nekho secara bijaksana menahan dini supaya netral. Dengan demikian Nebukadnezar tidak menghadapi gangguan waktu dia menaklukkan Yerusalem pada thn 597 sM. Psam(m)etikhus II menjaga supaya keadaan damai tetap berjalan; kunjungan kenegaraannya ke Biblos lebih berkaitan dengan kepentingan-kepentingan lain di Fenisia.
Dia berperang hanya di Nubia. Tapi Hofra (589-570 sM; 'Apries' dlm bh Yunani) secara bodoh mengesampingkan pengekangan dini dinastinya, dan bergegas hendak membantu Zedekia dalam pemberontakan melawan Babel (Yeh 17:11-21; Yen 37:5), kemudian pulang tergesa-gesa ke Mesir tatkala Nebukadnezar untuk sementara memulai pengepungannya (yg kedua) terhadap Yerusalem untuk memaksa Hofra mundur, dan Hofra membiarkan Yerusalem dibinasakan oleh tentara Babel pada thn 587 sM.
Sesudah malapetaka-malapetaka lainnya, akhirnya Hofra didesak pada thn 570 sM oleh Ahmose II (Amasis, 570-526 sM). Seperti dinubuatkan oleh Yeremia (46:13 dab), bergeraklah Nebukadnezar melawan Mesir (disinggung pada suatu lempeng Babel yg sudah rusak) dengan maksud yg pasti untuk mencegah terulangnya campur tangan dari arah itu. Nebukadnezar dan Ahmose harus sudah mencapai suatu kesepakatan, sebab mulai dari saat itu sampan keduanya ditelan oleh Media Persia, Mesir dan Babel merupakan sekutu menghadapi ancaman Persia yg sedang bertambah besar. Tapi pada thn 525 sM Mesir mengikuti sekutu-sekutunya takluk kepada kekuasaan Persia, dalam pemerintahan Kambises.
h. Sisa sejarah Mesir
Dengan ringkas, selama periode 400-341 sM, para firaun asli Mesir (Dinasti XXVIII-XXX) mendapat kembali kemerdekaannya yg sangat lemah sampai mereka dibinasakan oleh Persia, yg kepadanya mereka takluk selama hanya 9 thn, sampai Iskandar memasuki Mesir sebagai 'juru pembebas' pada thn 332 sM. (Lih Kienitz, dlm Kepustakaan, dan G Posener, La premiere Domination Perse en Egypte, 1936.) Sesudah itu Mesir mina-mina menjadi kerajaan Helenis dalam pemerintahan para Ptolemeus, kemudian bertekuk di kaki Roma dan Bizantina. Dari abad III M Mesir menjadi suatu negeri utama, berpenduduk Kristen dengan gerejanya sendiri yg akhirnya terpisah, yaitu gereja Kopt. Pada thn 641/642 M Mesir ditaklukkan oleh kaum Islam.
V. Kesusastraan Mesir dan PL
Mesir kuno ialah bangsa pertama yg menghasilkan kesusastraan demi sastra itu sendiri, melebihi sastra jabatan dan sastra keagamaan yg begitu umum di negeri-negeri lain. Beberapa karya sastra Mesir berusaha mencari gaya kesusastraan, yg lain-lain tercipta dalam susunan yg paling sederhana. Kebanyakan sastra Mesir (kecuali jumlah terbesar dari naskah-naskah resmi pada batu, dst) sampai kepada kita dalam papirus, atau, berupa serpihan-serpihan pada tembikar-tembikar.
Adanya kaftan dengan sastra-sastra seperti itu mempunyai manfaat ganda; pertama, berkaitan dengan masalah hubungan langsung sastra itu dengan tulisan-tulisan Ibrani; kedua, seberapa jauh sastra itu merupakan bahan-bahan yg bertarikh (tertentu), dan yg bersifat sezaman, yg dapat dipakai sebagai alai pengawasan yg obyektif terhadap bentuk-bentuk dan jenis jenis sastra dalam penelitian sastra PL.
(i) Masalah hubungan langsung.
1. Kej 39; Mzm 104. Pada waktu yg sudah lalu peristiwa tentang istri Potifar yg tak senonoh, kadang-kadang dinyatakan berdasar pada peristiwa yg sama dalam dongeng Tale of Two Brothers. Tapi titik persamaannya yg satu-satunya hanyalah pada istri yg tak senonoh; cerita itu dengan sadar adalah hasil kerja khayal belaka (ump pahlawannya itu diubah menjadi lembu jantan, pohon dst), sedang cerita tentang Yusuf adalah riwayat hidup, kisah nyata pada setiap titiknya. Sayangnya, istri-istri yg tak senonoh tidaklah hanya cerita belaka, baik di Mesir maupun di mana-mana (lih suatu contoh di Mesir yg sungguh terjadi, dlm JNES, 14, 1955, hlm 163).
Para ahli Mesir sekarang ini biasanya tidak lagi menganggap karya Akhenaten 'Nyanyian bagi Aten' mempengaruhi bagian-bagian Mzm 104 seperti pernah dipikirkan oleh Breasted (bnd Breasted, Dawn of Conscience, 1933, hlm 366-370). Sifat pemujaan terhadap Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara yg sama terdapat dalam nyanyian-nyanyian Aten, yg bisa membawa pikiran terus sampai pada zaman permazmuran Ibrani (demikian pikiran ump Wilson, Burden of [:Egypt/Culture of Ancient Egypt, hlm 224-229). Tapi hubungan yg lemah ini pun tidak mempunyai kekuatan apa-apa, sebab universalisme yg sama sudah terdapat di Asia Barat (bnd contoh-contoh yg diberikan Albright, From Stone Age to Christianity, terbitan 1957, hlm 12, 13, 213-223), justru sudah umum disebut di mana-mana, sehingga tidak diterima menjadi ukuran untuk membuktikan apakah ada hubungan langsung atau tidak.
Hal yg sama dapat juga dikatakan bertalian dengan yg disebut mazmur pengakuan dosa dari para pekerja kola kuburan Tebes dari Dinasti XIX. Perasaan berdosa atau kekurangan bukanlah khusus milik (sifat) orang Mesir (malahan, secara nyatanya sama sekali tidak biasa di sang); dan mazmur-mazmur Mesir harus dibandingkan dengan pengakuan akan sifat kedosaan manusia yg diungkapkan oleh raja Het, Mursil II (ANET, hlm 395b), dengan nyanyian-nyanyian Babel yg menyatakan pertobatan itu. Sekali lagi, yg terakhir menunjukkan tersebarnya secara luas suatu pikiran yg umum (walaupun ada tekanan-tekanan setempat yg berbeda-beda); dan hal-hal itu tidak dapat dipakai untuk menetapkan adanya hubungan langsung antara sastra Mesir dengan sastra Alkitab, artinya, bahwa yg kedua itu tergantung pada yg pertama (bnd G. R Driver, The Psalmists, red. D. C Simpson, 1926, hlm 109-175, khusus 171-175).
2. Hikmat Amenemope dan Kitab Ams. Terkesan oleh persamaan kata yg amat banyak pada beberapa bagian 'Petunjuk' Amenemope dari Mesir (kr 1100-950 sM. Lih di bawah) dengan 'amsal-amsal orang bijak' (Ams 22:17-24:22), yg dikutip oleh Salomo (dgn menyamakan 'pengetahuanku' dlm 22:17 dgn pengetahuan Salomo dlm 10:1), banyak ahli mempradalilkan, dengan mengikuti Erman, bahwa Ams meniru Amenemope. Hanya Kevin dan McGlinchey berani memegang pandangan yg berlawanan dengan Erman cs. Para ahli lain, bersama Oesterley, dengan bukunya, Wisdom of Egypt and the Old Testament, 1927, ragu-ragu mengambil kesimpulan untuk memilih salah satu di antaranya, dengan mempertimbangkan bahwa kedua Amenemope dan Ams sama-sama menimba dari suatu sumber yg sama tentang pengetahuan amsal-amsal keturunan negeri Timur Kuno, dan khususnya dari suatu karya tulis Ibrani purba. Pandangan umum masih tetap seperti yg dikemukakan bahwa Ams bergantung pada Amenemope (ump Montet, L'Egypte et la Bible, 1959, hlm 113, 127), tapi masih jauh dari keadaan yg sudah selesai.
E Drioton, ahli Mesir orang Perancis yg kenamaan itu, dalam dua hasil penelitian yg sangat penting, telah memberikan alasan-alasan rinci untuk mempercayai, bahwa seluruh karya Amenemope lebih merupakan terjemahan harfiah dalam bh Mesir dari suatu karya tulis amsal-amsal Ibrani, yg dipakai juga oleh Ams (tapi keduanya saling tidak berkaitan). Drioton menerima pengamatan Griffith (JEA, 12, 1926, hlm 193) tentang bh Amenemope yg sukar (cara-cara ungkapan yg dibuat-buat, kata-kata dan ungkapan yg jarang terdapat, yg dipakainya, dst) dan menyatakan bahwa yg ganjil-ganjil dalam kosakata dan susunan kalimatnya langsung memantulkan pemakaian-pemakaian bh Semit, yg diterjemahkan terlalu harfiah ke dalam bh Mesir. Mengenai ini lihat E Drioton, Melanges Bibliques (Andre Robert), 1957, hlm 254-280, dan dalam Sacra Pagina, 1, 1959, hlm 229-241; masih direncanakannya sebagai lanjutan suatu karya yg lebih besar.
Tapi, R. J Williams (dlm JEA, 67, 1961, hlm 100-106) menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan Drioton itu diingkari pemeriksa yg lebih teliti dari naskah Amenemope, sehingga tak dapat dikatakan bahwa itu berdasar pada suatu naskah asli Ibrani. Akhir-akhir ini, dengan penelitian yg tidak tanggung-tanggung atas Amenomope dan Ams dengan latar belakang seluruh liputan Hikmat Asia Barat Kuno, suatu proyek penelitian yg akan terbit pada waktunya yg tepat, menunjukkan bahwa nyatanya tidak ada dasar yg wajar untuk mempradalilkan hubungan istimewa apa pun pada Amenemope dan Ams.
Dua hal yg lain perlu diperhatikan. Pertama, bertalian dengan tarikh, ada disebut Plumley (DOTT, hlm 173) sebuah tembikar Kairo tentang Amenemope yg belum diterbitkan, yg 'agak pasti dapat ditentukan berasal dari bagian (tengahan?) kedua (terakhir?) dari Dinasti XXI'. Jadi Amenemope orang Mesir itu tak mungkin sesudah thn 945 sM (= akhir Dinasti XXI), den pare ahli Mesir sekarang condong untuk menyukai tarikh pada Dinasti XVIII-XX. Bagaimanapun juga, tak ada keberatan yg menjadi alasan mengapa Kata-kata Orang Bijak dalam Ams tidak setua zaman pemerintahan Salomo, yaitu abed 10 sM. Hal kedua mengenai kata syilsyom, yg terdapat dalam Ams 22:20, yg diterjemahkan oleh Erman dkk sebagai 'tiga puluh', dan dengan demikian membuat Ams meniru 'ketiga puluh pasal' dari Amenemope. Perlu diperhatikan bahwa Ams 22:17-24:22 memuat bukan 30, tapi 33 nasihat dorongan, den tafsiran paling sederhana dari kata sylsywnt ialah menerimanya dengan pengertian elipsis atau yg kurang lengkap untuk 'etmol syilsyom, artinya 'dulu', 'sudah', dan menerjemahkan saja keterangan itu dengan 'Bukankah telah kutulis kepadamu dulu dengan nasihat dan pengetahuan?' (lih TBI).
(ii) Pemakaian secara sastra den kecaman PL. Sayang sekali bahwa metode-metode yg lazim dipakai dalam kritik sastra PL, telah dirumuskan den dikembangkan, khususnya pada abad terakhir ini, tanpa sesuatu kecuali singgungan yg paling dangkal akan ciri-ciri yg (nyata) ada pada sastra dunia Alkitab yg ada pada saat itu, yg disampingnya tulisan-tulisan Ibrani tampil pada waktu itu, den tanpa memikirkan gejala-gejala sastra, atas mana mereka mengemukakan persamaan-persamaan yg sangat bersifat bentuk lahiriah. Penerapan cara pengawasan yg obyektif nyata dan bersifat lahiriah seperti itu, tentu berakibat fatal terhadap metode-metode kritik sastra. Sekedar contoh, bukti yg seutuhnya dari suatu peristiwa masih harus menanti saat penerbitannya yg pasti. Biarpun naskah-naskah Mesir merupakan sumber khas yg kaya akan data-data lahiriah yg terkendali seperti itu, tapi sastra Mesopotamia, Kanaan Utara (Ugarit), Het den sastra-sastra lain memberikan pengukuhan yg sangat berharga.
1. Perubahan-perubahan tema dalam gaya umum. Dalam kritik atas Pentateukh sudah lama menjadi kebiasaan untuk membagi-bagi seluruhnya menjadi sumber-sumber tersendiri atau 'penulis-penulis yg berbeda-beda'. Sumber-sumber yg dianggap ada terdiri dari cerita yg lancar, 'Y' dan 'E'; data-data statistik dan judul-judul yg gersang, 'I'; 'kumpulan-kumpulan' khusus, ump Taurat Suci, 'H'. Tapi praktik kritik PL ini dalam mempertanggungkan ciri-ciri tersebut kepada beberapa penulis menjadi mustahil den menertawakan jika dikenakan kepada tulisan-tulisan Asia Barat Kuno, yg menunjukkan gejala yg persis serupa.
Sekedar contoh. Riwayat Hidup jenderal Mesir bernama Uni (Dinasti VI, pada thn 2300 SM) memuat cerita yg lancar. Inti ceritanya ialah beberapa bidang kerjanya dan pertempurannya di Palestina (sama dgn 'Y', 'E'?), sedang sebagai selingan digunakannya dengan berbagai cara dua nyanyian ulangan yg tidak berubah-ubah, yg mengisyaratkan pengakuan raja tentang prestasi-prestasinya yg berurutan (sama dgn 'I1', 'I2'?) den selanjutnya disisipkannya sebagai tambahan nyanyian kemenangan, yg dinyanyikannya bersama tentaranya dalam perjalanan pulang dari Palestina (kita dapat menyebutnya 'N', sumber nyanyian).
Puluhan naskah Mesir dan naskah-naskah lain bertarikh ke-3 milenium terakhir sM menunjukkan keberagaman yg luas seperti itu dalam bentuk karya sastra. Dalam hal riwayat hidup Uni, yg diukir di batu atas perintahnya sendiri, tidak dapat dikatakan bahwa 'bentuknya yg terakhir' telah dikembangkan melalui sejumlah sumber karya sastra prasejarah; malah, peristiwa-peristiwanya terjadi dalam kurun waktu kedewasaan karir seseorang, den pekerjaan itu dipikirkan, disusun, ditulis den diukir berbulan-bulan, berminggu-minggu, atau malahan lebih cepat. Tak mungkin ada 'penulis' lain di belakang gayanya, yg hanya berbeda menurut pokok yg dibicarakan den masing-masing diterangkan dengan gaga yg dianggap cocok Berkaitan dengan hal-hal yg persis sama dengan sastra-sastra kepahlawanan Kanaan Utara (Ugarit) den cerita Gilgamesy dari Mesopotamia, lih karya C. H Gordon, Ugaritic Literature, 1949, hlm 6, dalam Hebrew Union College Annual, 26, 1955, hlm 67, º 47, den catatan-catatannya dalam Christianity Today, 4, 1959, hlm 131-134.
2. Kriteria atau 'tanda'. Untuk mengidentikkan sumber-sumber yg banyak itu dalam Pentateukh dan juga untuk membagi-baginya, 'tanda-tanda' yg dipakai meliputi nama rangkap untuk Allah (YHWH/Elohim), untuk perseorangan (ump Yitro/Rehuel), den kelompok (ump Amori/Kanaan), tempat-tempat (ump Sinai/Horeb), den kata-kata (hampir) searti (ump 'ama/syifkha, 'hamba atau budak perempuan'). Tapi hal-hal ini tidak boleh dipakai untuk maksud tersebut. Mengenai nama-nama Allah yg beragam itu, dalam tiang batu Ikhernofret (kr thn 1800 sM) terdapat empat macam nama dan gelar untuk dewa Osiris, baik jika sendirian maupun dalam gabungan (bnd gabungan YHWH/Elohim); mengenai contoh-contoh Ugarit, lih Gordon.
Contoh-contoh Mesir tentang ragam nama diri ada banyak sekali; cukuplah untuk menyebut perwira Sebekkhu, yg disebut juga Djaa; dan berkaitan dengan pengelompokan, bnd pemakaian tiga kata yg berbeda-beda dalam tiang batu yg disimpan di Museum Manchester (kr thn 1800 sM), yaitu: Mntyw-Sit (Beduin Asia), Ktnw (orang-orang Siria) den '.4mw (orang-orang Asia), untuk musuhnya yg sama, orang Palestina, yg dilawannya berperang pada pemerintahan Sesostris III. Mengenai nama-nama tempat yg rangkap, bnd dua istilah untuk Mesir (Kmt, T'-mri) dan tiga untuk Memfis (Mn-nfr; 'Inb-hd; 'lnb) yg dipakai dalam nyanyian kemenangan Merenpetah yg terdapat pada 'Tiang Batu Israel'-nya; dan mengenai kata-kata (hampir) searti, bnd lima macam kata untuk perahu dan kapal pada tiang batu sejarah milik raja Kamose (kr thn 1580 sM), dan seterusnya.
Semua contoh yg diberikan di alas berasal dari naskah-naskah yg diukir pada bang tugu tanpa 'prasejarah' sastra, kecuali perihal waktu yg dipakai untuk mengukirnya; kemungkinan adanya 'penulis-penulis' atau sumber-sumber lain sama sekali tidak ada. Tapi karya-karya sastra pada papirus atau tembikar mengungkapkan ciri-ciri yg sama, dan menuntut penafsiran yg sama. Begitu juga naskah-naskah Asia Barat lain, tapi cukuplah di sini satu contoh: untuk utusan ada dua kata yg dipakai oleh Asyurbanipal raja Asyur (kr thn 650 sM), yaitu rakhu, ntar-syipri, dalam laporannya tentang hubungannya dengan Giges, orang Lidia. Apa yg dinamakan konsep-konsep yg 'lebih maju' juga tidak didukung oleh karya sastra. Pempersonifikasian Hikmat dalam Ams 1-9 sering dianggap konsep 'lebih maju' (justru dianggap berasal dari zaman sesudah Pembuangan), seperti yg sejajar dengannya dalam sastra Yunani. Ini sama sekali mengelirukan, karena justru bentuk pempersonifikasian seperti itu merupakan ciri khas seluruh sastra negeri Asia Barat sejak milenium 3 sM dan sesudahnya (lih Kitchen, Tyndale House Bulletin 5/6, 1960, hlm 4-6, disertai contoh-contoh dan rujukan).
3. Metode-metode kecaman lainnya bisa juga dikritik dengan keberatan-keberatan dan alasan yg sama: bahwa mereka tidak mempertimbangkan secara rinci gejala-gejala sastra purba. Mengenai dasar pemikiran melawan pencabik-cabikan Kitab-kitab para nabi sesuka hati, menjadi hanya serpihan-serpihan dan suara-suara mini yg membual dan terpencar-pencar sebagai bagian dari suatu jenis yg digolongkan secara ketat (seperti diinginkan oleh Gattungsforschung), perhatikan kecaman-kecaman S Smith yg tepat dan gamblang (Isaiah 40-55, 1944, hlm 6-16), dan kutipannya dari ucapan-ucapan ramalan Babel yg panjang-panjang (hlm 8, no 47); dan bandingkan juga luapan kemarahan dalam Admonitions of Ipuwer dari Mesir bertarikh sedini thn 2200 sM (hal ini menunjukkan kesalahan semboyan yg mengatakan bahwa apa yg berasal dari 'masa dini' harus pendek). Memang aliran tradisi lisan juga kurang kokoh dasarnya. Mereka gagal total membedakan antara penerusan secara tertulis (yaitu mengikuti perjalanan waktu) dan penyebaran secara lisan (yaitu memberitakannya ke daerah yg luas kepada masyarakat sezamannya), mencampuradukkan kedua-duanya menjadi 'tradisi lisan', dan secara salah memberi tekanan berlebihan pada unsur lisannya dalam penerusan di Asia Barat.
4. Metode-metode tekstual dan kritik sastra. Karya-karya sastra yg termasyhur milik Mesir purba, ump Sinuhe, P(e)tahhotep dan yg lain-lain, memberi keterangan tentang penerusan yg tepercaya dan beberapa perbaikan atas naskah-naskah purba. Di Mesir, seperti di Mesopotamia, ada tradisi penyalinan yg cermat. Sebuah papirus agamawi bertarikh kr thn 1400 sM mencatat: '(Kitab ini) telah lengkap dari awal sampai akhir seperti ditemukan dalam bentuk tertulis, sesudah disalin, diperbaiki, dibandingkan dan diperiksa tanda demi tanda' (teracu dlm J Cerny, Paper and Books in Ancient Egypt, 1952, hlm 25 dan No. 131). Tidak ada dasar untuk mempercayai bahwa orang Ibrani yg saleh itu akan kurang mempedulikan sastra suci mereka.
Perbaikan yg dianggap perlu atas tata bahasa dan/atau ejaan naskah purba, guna mengungkapkan artinya yg lebih baik dan tepat, adalah demikian jitu, baik atas suatu karya sastra seutuhnya maupun atas bagian-bagian secara terpisah. Misalnya, kitab yg termasyhur 'Ajaran P(e)tahhotep', yg aslinya dikarang dalam bh Mesir purba (kr 2400 sM) -- ringkas dan tepat, hampir seluruhnya diberi perbaikan tata bahasa Mesir Zaman Pertengahan (kr 1900 sM). Tapi bentuk tata bahasa Mesir Zaman Pertengahan dari 'naskah yg diterima itu' hanyalah memberi tanggal bentuk naskah itu saja, bukan tanggal karya aslinya. Kenyataannya ialah, ada tanda-tanda yg jelas dalam naskah karya sastra itu yg mengacu ke masa Kerajaan Pertengahan (lih G Fecht, Die Habgierige and die Maat in der Gehre des Ptahhotep, 1958, hlm 49 dst).
Dalam Sinuhe, yg sudah pasti adalah karya Dinasti XII (Naskah dari kr thn 1800 sM), sebuah salinan pada zaman Rameses (Tembikar Asymole, abad 13 sM), mengganti bentuk negatif n dari bh Mesir Zaman Pertengahan dalam suatu bagian dengan bentuk bw dari bh Mesir Zaman yg kemudian, dan suatu kata pinjaman ym, artinya 'laut', diganti dengan nwy, artinya 'air bah' dari bh Mesir Zaman Pertengahan, di bagian yg lain. Kata-kata yg berasal dari kurun waktu yg lebih kemudian itu hanya memberi tarikh naskah Sinuhe itu, bukan tarikh dari naskah bentuk aslinya. Makna sepenuhnya dari metode-metode naskah seperti itu untuk penelitian PL belum dihargai. 'Kata-kata dari kurun waktu yg lebih kemudian seperti itu, yg kadang-kadang terdapat dalam tulisan-tulisan Ibrani, bisa saja sama-sama tidak tepat sebagai bukti bagi tarikh yg lebih dahulu. Maka kecaman-kecaman atas teori-teori perbaikan ejaan, seperti yg dilakukan oleh H. H Rowley (The Aramaic of the OT, 1929, hlm 23, 33, 155) terhadap R. D Wilson dalam masalah Daniel, tidaklah kuat.
Akhirnya, suatu gejala yg luas dikenal, bahwa suatu kata yg terdapat di sini sana dalam naskah-naskah Mesir purba (ump dlm Naskah-naskah Piramida bertarikh kr thn 2400 sM), tapi 'menghilang' selama kurun waktu tertentu, lalu muncul lagi setelah lama kemudian (biasanya dlm pemakaian yg jauh lebih umum), terutama dalam naskah-naskah zaman Yunani-Roma. Dalam penelitian Kitab-kitab Ibrani dan bagian-bagiannya, yg menyatakan dirinya sebagai naskah purba baik secara eksplisit maupun implisit, ada juga kata-kata yg jarang muncul hingga kurun waktu yg jauh lebih kemudian (ump dlm Misyna). Gejala ini sering dijadikan alasan untuk menentukan suatu kitab atau suatu bagian bertarikh lebih kemudian, dan kemungkinan bahwa justru bagian-bagian yg sama memberikan bukti yg kuat tentang pemakaian paling dini dari kata-kata seperti itu, biasanya dilupakan atau ditolak. Tapi di Mesir, dalam kasus yg tepat demikian, piramida-piramida Dinasti VI dari kr thn 2400 sM tidak dapat diberi tarikh 2 milenium kemudian ke zaman Yunani-Roma, melulu karena kata-kata yg ada dalam tulisan ukirnya tidak pernah muncul lagi sampai zaman Yunani-Roma yg kemudian itu.
Penjelasan sudah cukup diberikan untuk menunjukkan makna penting dari karya sastra khusus Mesir tapi mempesona untuk mengendalikan metode ketat dalam kritik sastra PL. Penyajian tentang kejadian yg seutuhnya masih harus menunggu penerbitan yg terperinci pada masa yg akan datang. Metode-metode kritik seperti itu jelas tidak dapat dikenakan kepada naskah-naskah zaman Alkitab yg berasal dari tetangga Israel yg paling dekat, sejauh bertalian dengan keabsahan sebagian besar kritik sastra PL yg sedang baku; dan yg diajukan bahkan berdasarkan ilmu sastra murni, yg ditopang teguh oleh data-data yg sungguh obyektif, tanpa mendalihkan prasangka-prasangka dan pandangan-pandangan teologis.
VI. Agama
Agama Mesir tidak pernah merupakan kesatuan yg tunggal seutuhnya. Senantiasa ada dewa-dewa setempat di seantero negeri itu. Beberapa di antaranya ialah P(e)tah, dewa pencipta di Memfis; Tot, dewa pengetahuan dan bulan di Hermopolis; Amun 'yg tersembunyi', dewa di Tebes, yg mengungguli dewa perang Mentu di sana, dan menjadi dewa negara Mesir pada milenium 2; Hator, dewi sukacita di Dendera; dan banyak lagi. Lalu ada lagi dewa-dewa alam semesta yg pertama dan paling utama yaitu Re' atau Atum, dewa matahari dan putrinya Ma'et yg mempersonifikasikan Kebenaran, Keadilan, Keadilbenaran dan tata kosmis; lalu Nut dewa angkasa, dan Syu, Geb dan Nu, dewa-dewa udara, bumi dan air purba secara berurutan.
Yg paling dekat kepada agama nasional yg sesungguhnya ialah ibadah kepada Osiris dan kelompoknya (yakni istrinya, Isis, dan anaknya, Ilorus). Cerita Osiris sangat menggugah hati manusia: raja yg baik itu dibunuh oleh Set saudaranya yg jahat. Osiris menjadi penguasa kerajaan maut dan putranya, Horus, dengan bantuan ibunya, yaitu Isis, membalas dendam dan merebut kembali kerajaan bapaknya di bumi. Orang Mesir dapat menjabarkan dirinya dengan Osiris, yg hidup kembali dalam kerajaannya di alam baka. Segi lain dari Osiris, sebagai dewa tumbuh-tumbuhan, berkaitan dengan luapan air S Nil tiap tahun yg mengakibatkan kelahiran hidup baru, dikaitkan kuat sekali dengan Segi penguburannya dalam cita-cita orang Mesir.
\\==> Image 00180\\
Ibadah Mesir sama sekali berlawanan dengan ibadah Ibrani secara khusus, juga dengan ibadah Semit secara umum. Kuilnya tertutup dan terasing di dalam tanah pekarangan yg bertembok tinggi. Kuil-kuil Kerajaan Baru mempunyai paling sedikit satu pintu gerbang yg besar dengan menara ('pulon') dan halaman terbuka. Di bagian dalam ada satu ruang yg didukung oleh beberapa bang, tempat-tempat kudus dan gudang-gudang penyimpanan perkakas ibadah di bagian yg semakin gelap di belakangnya. Hanya golongan imamat yg bertugas yg beribadah di kuil-kuil seperti itu. Dan hanya jika sang dewa lewat dalam arak-arakan yg berkilau-kilauan pada hari-hari raya besar, barulah orang banyak turut aktif memuja para dewa akbar demikian. Di luar ini mereka mencari kesenangan hati pada dewa-dewa rumah dan dewa-dewa yg lebih rendah kelasnya.
Ibadah kepada dewa-dewa akbar memakai hanya satu bentuk Ibadah umum, yakni sang dewa diperlakukan tepat seperti raja dunia. Tiap pagi dia dibangunkan dari tidurnya dengan nyanyian, dicuci dan dikenakan pakaian (yaitu patungnya), diberi sarapan pagi (korban pagi), melakukan kesibukan pagi, dan mendapat makan siang dan malam (selaras dgn korban-korban) sebelum istirahat sepanjang malam. Perbedaan Allah Israel dari dewa-dewa alam Mesir yg duniawi itu, hampir tidak mungkin lagi lebih besar daripada itu. Allah Israel tetap terjaga dan tidak pernah tertidur (Mzm 121:4), sanggup mencukupi kebutuhan-Nya sendiri, dan mempunyai sistem korban-korban yg bersifat mendidik, dan ini semuanya melambangkan perlunya pendamaian beserta alat-alatnya untuk menghapus dosa manusia, dan perlunya korban keselamatan dalam persekutuan di Kemah Suci atau Bait Suci. Mengenai Ibadah di kuil-kuil Mesir, bnd H. W Fairman, Bulletin of the John Rylands Library, 37, 1954, hlm 165-203.
KEPUSTAKAAN. Umum. Pembimbing yg umum untuk Mesir purba ialah: L Cottrell, The Lost Pharaohs, 1950, dan Life under the Pharaohs, 1955; P Montet, Everyday Life in Egypt in the Days of Ramesses the Great, 1958; budaya Mesir diringkaskan dan dibandingkan dengan budaya-budaya Timur lainnya dalam S Moseati, The Face of the Ancient Orient, 1960. Sangat berguna ialah S. R. K Glanville (ed.), The Legacy of Egypt, 1942 (terbitan barn, 1965); banyak gambarnya ialah kitab Hayes, Scepter of Egypt, 1, 2, 1953, 1959. Begitu juga, G Posener, S Sauneron, dan J Yoyotte, Dictionary of Egyptian Civilization, 1962.
Geografi. Yg sangat menolong berkaitan dengan keadaan alami dan geografi Mesir ialah J Ball, Contributions to the Geography of Egypt, 1939. Mengenai statistik modern, lih penelitian di The Middle East, 1958, atau Chambers 'Encyclopaedia, 1959 (ed.), 5, hlm 9-11, dan EBr, 1955 ed., 8, hlm 33-35.
Bahasa. Mengenai perincian bh Mesir dan kepustakaannya, lih Sir A. H Gardiner, Egyptian Grammar, 1957. Mengenai bh Kopt, lih W. C Till, Koptische Grammatik, 1955, dan A Mallon, Grammaire Copte, 1956, untuk kepustakaan selengkapnya; dalam bh Inggris, bnd J. M Plumley, Introductory Coptic Grammar, 1948.
Sejarah. Karya standar ialah E Drioton dan J Vandier, L'Egypte (Rampaian 'Clio')4, 1962, dengan pembicaraan selengkapnya dan kepustakaan. Suatu penelitian berharga, tapi karya perseorangan, ialah J. A Wilson, The Burden of Egypt, 1951, The Culture ofAncient Egypt, 1956.
Mengenai Mesir zaman Yunani-Roma, lih Cambridge Ancient History, jld 2 akhir; Sir H. I Bell, Egypt from Alexander the Great to the Arab Conquest, 1948, dan kitabnya Cults and Creeds in Graeeo-Roman Egypt, 1953 dan terbitan-terbitan selanjutnya; W. H Worrell, A short Account of the Copts, 1945.
Agama. Mengenai agama Mesir, ringkasan yg memadai dalam bh Inggris ialah J Cerny, Ancient Egyptian Religion, 1952; perincian dan kepustakaan yg lebih lengkap ada dalam J Vandier, La Religion Egyptienne, 1949, dan kepustakaan yg lebih lengkap -- lih edisi Inggris. KAK/MHS/HAO
MESIR, SUNGAI [ensiklopedia]
(nahar mitsrayim). Penjabaran yg tepat bagi 'Sungai Mesir': nahar mitsrayim masih tetap belum pasti; beberapa kata Ibrani yg berlainan harus dibeda-bedakan dengan seksama. ye'or mitsrayim, 'sungai (= Nil) Mesir', secara khusus menunjuk kepada S Nil yg sebenarnya; turun naiknya S Nil yg bermusim-musim disebut dalam Am 8:8 dan anak-anak S Nil yg di Mesir Hulu disebut dalam Yes 7:18 (jamak); *NIL, SUNGAI. Istilah nehar mitsrayim, 'Sungai Mesir (yg mengalir)' hanya sekali terdapat dalam Alkitab (yaitu Kej 15:18), dan di situ dengan batasan umum tanah yg dijanjikan itu ada di antara kedua sungai besar, yaitu S Nil dan S Efrat. Kedua Istilah. ini (ye 'or/nehar mitsrayim) sama sekali terpisah dari yg disebut 'Sungai Mesir' yg sebenarnya, yaitu nakhal mitsrayim atau 'wadi/sungai deras Mesir', dan tidak ada kaitannya dengan itu. Tapi penjabaran Istilah ini berkaitan dengan penjabaran Sihor, seperti akan terang pada uraian berikut.
Dalam PL jelas bahwa Sihor adalah bagian S Nil; lihat kesejajaran Sihor dengan ye'or (S Nil) dalam Yes 23:3, dan kesejajaran Sihor sebagai S Nil yg di Mesir dengan sungai besar Asyur (yaitu Efrat) dalam Yen 2:18. Sihor adalah batas penting ujung sebelah barat daya dari daerah yg masih harus diduduki dalam Yos 13:3. Dari sini orang Israel boleh datang untuk mengelu-elukan tabut perjanjian masuk ke Yerusalem dalam 1 Taw 13:5, dan Yos 13:3 menyebut secara khusus 'di sebelah timur Mesir'.
Jadi karena Sihor adalah anak sungai yg paling rendah dari cabang-cabang S Nil yg paling ke sebelah timur, yg mengalir ke (bermuara di) Laut Tengah agak sedikit di sebelah timur Pelusim (Tell Farameh). Istilah Sihor ini berasal dari bh Mesir sy-hr, 'Sungai Horus'; rujukan Mesir itu menyebut hal-hal yg dihasilkan Sihor seperti garam dan gelagah untuk ibukota Delta yg tidak begitu jauh, yaitu Pi-Ramese (Tanis atau Qantir) dan sebagai 'sungai' di propinsi (nome) Mesir Hilir abad 14 sM; lih Caminos, Late Egyptian Miscellanies, 1954, hlm 74-78 (penjabaran Menzalah-nya adalah suatu kesilapan) dan khususnya Gardiner, JAE, 5, 1918, hlm 251-252.
Masalah sebenarnya ialah, apakah nakhal mitsrayim, 'sungai (wadi/sungai deras) Mesir', sama dengan Sihor, yaitu cabang S Nil paling sebelah timur, atau tidak.
Yg menentang penjabaran itu ialah kenyataan bahwa tidak pernah di mana pun dalam Alkitab Nil disebut nakhal. Sungai yg disebut dalam Yes 11:15 kerap diartikan Efrat (perhatikan di sini kait naskah Asyur-Mesir, terutama ay 16), dan kemauan untuk memecahkannya menjadi tujuh nekhalim, atau wadi yg dapat diseberangi jalan kaki, mengandung maksud pengubahan (bukan keterangan biasa untuk) sungai yg bersangkutan, atau S Nil atau S Efrat.
Jika 'Sungai Mesir' bukanlah S Nil, pilihan lain yg terbaik ialah Wadi EI-`Aris(y), yg mengalir dari sebelah utara Sinai ke Laut Tengah kr 140 km sebelah timur Mesir yg sebenarnya dan kr 75 km sebelah barat Gaza di Palestina. Untuk membela penjabaran ini dapat diajukan perubahan tanah yg dapat kelihatan di sebelah barat dan timur El 'Aris(y). Di wilayah barat Mesir, yg ada hanya gurun pasir tandus dengan sedikit semak-semak; di wilayah timur terdapat padang rumput dan lahan yg dapat ditanami (Gardiner, JEA, 6, 1920, hlm 115). Karena itu Wadi E1-`Aris(y) merupakan perbatasan yg praktis, mencakup lahan yg dapat digunakan, dan menyisihkan lahan yg melulu padang pasir, dalam batas-batas khusus yg tertera dalam Bil 34:5 dan Yos 15:4, 47 (bnd juga Yeh 47:19; 48:28). Maka batas-batas inilah yg disebut dalam 1 Raj 8:65 (= 2 Taw 7:8), 2 Raj 24:7, dan Yes 27:12. Dan Yos 13:3 bersama 1 Taw 13:5 menunjukkan batas (Sihor) barat daya yg paling ujung sebagai batas kegiatan Israel (bnd di atas).
Raja Sargon II dan Esar-Hadon raja Asyur menyebut juga Wadi atau S Mesir ini dalam naskah-naskah mereka. Pada thn 716 sM Sargon sampai di 'Sungai (atau Wadi) Mesir' (nakhal mutsur), lalu 'membuka bandar Mesir yg dimeterai' dan mencampur orang Asyur dan orang Mesir untuk tujuan-tujuan perdagangan, dan menyebut'batas kola dari S Mesir', dan mengangkat gubernur untuk kola itu. Takut oleh kegiatan Asyur, firaun boneka Osorkon IV mengirim upeti diplomatik terdiri dari '12 ekor kuda besar' bagi Sargon (H Tadmor, JCS, 12, 1958, hlm 34, 78). Semuanya ini sangat cocok dengan nakhal mutsur, sebagai Wadi El-`Aris(y), dan 'Kota'nya yg di sana ialah permukiman E1-Aris(y), yaitu Arza dalam bh Asyur (Tadmor, hlm 78, catatan 194, disertai lanjutan kepustakaan ttg 'Sungai Mesir').
Agaknya ada satu atau dua hal yg mendukung pandangan yg cenderung memilih bahwa 'Sungai Mesir' ialah cabang Nil yg di Sihor/Pelusium, dan pandangan demikian seharusnya tidak boleh dilupakan. Banyak orang yg condong menyamakan setepatnya kata-kata Yos 13:3, Sihor, dengan Bil 24:5; Yos 15:4,47 (seperti halnya 1 Raj 8:65 dgn 1 Taw 13:5), nakhal mitsrayim, dan dengan demikian membuat 'Sungai Mesir' adalah nama lain untuk Sihor-Nil. Tapi pendapat ini tidak memberi kelonggaran untuk berbagai corak dalam naskah Alkitab terkait seperti diringkaskan di atas. Selanjutnya, memang benar bahwa Sargon II bisa sudah mencapai cabang Nil yg di Pelusium (yaitu yg paling sebelah timur); maka yg disebut di sana 'Kota'nya ialah Pelusium, yg lebih pasti ditakuti oleh Osorkon IV. Tapi yg pasti 'Kota' itu adalah Arza(ni), seperti dalam tulisan ukir Esar-Hadon (ANET, hlm 290-292, passim), yg sangat mirip dengan Aris(y), tapi tidak dengan Pelusium (bh Mesir s'inw, swn).
Akhirnya, orang Mesir pada zaman Dinasti XIX jelas menganggap daerah Pelusium sebagai batas Mesir secara de facto. dalam papirus Anastasi III, 1:10, Huru (umumnya Palestine) meluas 'dari Sue sampai ke 'Ups (= Damsyik)'; Sue ('They) adalah Qantara modern, beberapa km di sebelah selatan den timur dari cabang Nil yg di Pelusium dulu (Caminos, Late Egyptian Miscellanies, hlm 69, 73 dgn acuan-acuannya). Tapi hal ini tidak membuktikan apa-apa tentang perbatasan Israel; seperti sudah disebut di atas, dari Qantara sampai Aris(y) adalah suatu daerah tandus tak bertuan. Bagaimanapun juga, Mesir pada zaman Dinasti XIX memang menyatakan kekuasaannya atau seluruh jalur pantai Qantara-Aris(y)-Gaza, den mempunyai sumur-sumur di sana, lih Gardiner, JEA, 6, 1920, hlm 99-116, di jalan militer di sini. Penjabaran S Mesir menjadi Sihor/Nil dibela lagi oleh H Bar-Deroma, PEQ, 92, 1960, hlm 37-56, tapi tidak memperhitungkan sumber-sumber Mesir den Asyur sezamannya, juga pembicaraan bahan sesudah zaman Alkitab kurang tepat dan tarikhnya terlalu muda. Perdebatan ini belum berakhir, tapi Wadi El-`Aris(y) adalah lebih mungkin 'Sungai Mesir' ketimbang Nil Timur berdasarkan bukti yg sekarang. KAK/MHS/HAO
MISRAIM [ensiklopedia]
1. Putra kedua dari Ham dan leluhur dari orang Ludim, Anamim, Lehabim, Naftuhim, Kasluhim dan Kaftorim (Kej 10:6, 13; 1 Taw 1:8, 11). *BANGSA-BANGSA, DAFTAR, dan artikel tentang tiap bangsa itu.
2. mitsravim adalah juga istilah umum Ibrani (dan bh Semit umum) untuk Mesir. Mengenai perincian tentang nama ini, *MESIR.
3. Dalam 1 Raj 10:28-29 dapat diperdebatkan bahwa mitsrayim pertama bukanlah Mesir, tapi suatu daerah Musur di sebelah tenggara Asia Kecil, dan menerjemahkan 'Kuda untuk Salomo didatangkan dari Misraim dan dari Kewe' (Sisilia). Tapi ini menuntut supaya mitsrayim dalam 2 Taw 9:28 harus diterima sebagai Musur (TBI: Misraim) dan bukan Mesir. Tapi barangkali lebih baik menerjemahkan mitsrayim dengan Mesir dalam kedua tempat ini, seperti semua tempat lain dalam PL. Lih juga P Garelli, Musur, dalam Vigouroux dan Gazelles, Supplement au Dicdonnaire de la Bible, 5, Ps 29, 1957, cots. 1468-1474; H. Tadmor, 'Que and Musri', IEJ, II, 1961, hlm 143-150. KAK/MHS
Firaun [MYSABDA]
Firauntitle |
Definisi | : | Gelar atas penguasa Mesir |
Nomor Strong | : | H6547; G5328 |
Kata Asli | : | פַּרְעֹה; Φαραώ; Φαραώ; φαραώ |
Mesir [MYSABDA]
Mesirgpe |
Definisi | : | Provinsi dari Kerajaan Romawi; Kerajaan dengan wilayahnya |
Nomor Strong | : | H4693; G125 |
Kata Asli | : | מָצוֹר; Αἴγυπτος |
Mesir [MYSABDA]
Mesirmale person |
Definisi | : | Anak Ham; Leluhur dari Mesir; Saudara dari Put, Kanaan, Kush |
Nomor Strong | : | H4714 |
Kata Asli | : | מִצְרַ֫יִם; מִצְרַיִם |
Orang Tua | : | Ham |
Saudara | : | Kanaan , Kush , Put |
Orang Mesir [MYSABDA]
Orang Mesirpeople |
Definisi | : | Keturunan dari Mesir; Penduduk Mesir |
Nomor Strong | : | G124; H4713 |
Kata Asli | : | αἰγύπτιος; Αἰγύπτιος; Αἰγύπτιος; מִצְרִי |
Sungai Mesir [MYSABDA]
Sungai Mesirlocation |
Definisi | : | Sungai |
Nomor Strong | : | H5158; H4714 |
Kata Asli | : | נַחַל נַ֫חַל; מִצְרַ֫יִם מִצְרַיִם |
Mesir [lambang]
TIPE dunia yang bejat dengan segala kekayaan, hikmat manusia, pemberhalaan dan penganiayaannya terhadap umat Allah. Why 11:8.
Mesir [AI-PEDIA]
Mesir bukanlah tokoh Alkitab, melainkan sebuah bangsa dan lokasi geografis yang memiliki peran penting dalam sejarah Alkitab.
Berikut adalah informasi mengenai Mesir dalam konteks Alkitab:
Latar Belakang
- Nama: Mesir (bahasa Ibrani: מִצְרַיִם / Mitzráyim)
- Lokasi: Terletak di ujung timur laut benua Afrika, berpusat di sepanjang aliran Sungai Nil.
- Peran: Mesir seringkali menjadi tempat perlindungan, ujian, dan pembebasan bagi umat Allah.
Peristiwa Penting yang Melibatkan Mesir
- Abraham di Mesir (Kejadian 12:10-20): Abraham dan Sarah pergi ke Mesir karena kelaparan di tanah Kanaan.
- Yusuf dan Keluarganya di Mesir (Kejadian 37-50): Yusuf dijual sebagai budak ke Mesir, tetapi Tuhan mengangkatnya menjadi penguasa. Ia menyelamatkan keluarganya dari kelaparan dan membawa mereka ke Mesir.
- Musa dan Keluaran (Keluaran 1-15): Keturunan Yakub (Israel) menjadi budak di Mesir. Tuhan memanggil Musa untuk membebaskan mereka melalui serangkaian Tulah dan peristiwa dramatis di Laut Merah.
- Perjanjian Lama: Mesir sering disebut dalam konteks sejarah dan nubuat, baik sebagai kekuatan politik maupun simbol penindasan.
- Perjanjian Baru: Keluarga Yesus mengungsi ke Mesir untuk menghindari Herodes (Matius 2:13-15).
Ayat-ayat Alkitab Terkait Mesir
- Kejadian 12:10: "Maka pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di sana sebagai orang asing, sebab kelaparan itu berat di negeri itu."
- Keluaran 1:11: "Lalu ditempatkanlah atas mereka pemimpin-pemimpin kerja paksa, untuk menindas mereka dengan pekerjaan berat."
- Keluaran 12:36: "Dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga mereka memberi apa yang diminta orang Israel. Demikianlah mereka merampas orang Mesir itu."
- Yesaya 19:1: "Ucapan ilahi tentang Mesir: Lihat, TUHAN mengendarai awan yang cepat dan datang ke Mesir; dan berhala-berhala Mesir gemetar di hadapan-Nya, dan hati orang Mesir menjadi lemah lesu di dalam dirinya."
Pelajaran dari Mesir
- Kedaulatan Tuhan: Tuhan berkuasa atas bangsa-bangsa, termasuk Mesir, dan memakai mereka untuk menggenapi rencana-Nya.
- Pembebasan: Tuhan membebaskan umat-Nya dari perbudakan fisik (di Mesir) dan rohani (dari dosa).
- Kesetiaan: Tuhan tetap setia kepada janji-janji-Nya, bahkan ketika umat-Nya tidak setia.
Mesir memainkan peran penting dalam narasi Alkitab, mengingatkan kita akan kuasa, kesetiaan, dan kasih karunia Tuhan.
Apakah ada aspek lain tentang Mesir yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?