Teks -- 1 Tesalonika 5:17 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Tes 5:17
Full Life: 1Tes 5:17 - TETAPLAH BERDOA.
Nas : 1Tes 5:17
Berdoa artinya tetap tinggal di hadapan Bapa, senantiasa berseru
mendambakan kasih karunia dan berkat-Nya. "Tetaplah" tidak berarti...
Nas : 1Tes 5:17
Berdoa artinya tetap tinggal di hadapan Bapa, senantiasa berseru mendambakan kasih karunia dan berkat-Nya. "Tetaplah" tidak berarti terus-menerus mengucapkan doa yang formal. Sebaliknya, yang dimaksudkan ialah berulang-ulang menaikkan bermacam-macam doa pada segala kesempatan sepanjang hari (Luk 18:1; Rom 12:12; Ef 6:18; Kol 4:2).
Jerusalem -> 1Tes 5:17
Jerusalem: 1Tes 5:17 - -- Nasehat pendek ini untuk "tetap berdoa" sangat mempengaruhi hidup keagamaan Kristen. Bdk 1Te 1:2; 2:13; Luk 18:1+; Rom 1:10; 12:12; Efe 6:18; Fili 1:3...
Nasehat pendek ini untuk "tetap berdoa" sangat mempengaruhi hidup keagamaan Kristen. Bdk 1Te 1:2; 2:13; Luk 18:1+; Rom 1:10; 12:12; Efe 6:18; Fili 1:3-4; 4:6; Kol 1:3; 4:2; 2Te 1:11; 1Ti 2:8; 5:5; 2Ti 1:3; dll.
Ref. Silang FULL -> 1Tes 5:17
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Tes 5:16-22
Matthew Henry: 1Tes 5:16-22 - Nasihat-nasihat Singkat Nasihat-nasihat Singkat (5:16-22)
Di sini kita mendapati nasihat-nasihat singkat, yang tidak akan membebani daya ingat kita, tetapi akan sangat ber...
Nasihat-nasihat Singkat (5:16-22)
- Di sini kita mendapati nasihat-nasihat singkat, yang tidak akan membebani daya ingat kita, tetapi akan sangat bermanfaat untuk mengarahkan gerak-gerik hati dan hidup kita. Sebab kewajiban-kewajiban yang disebutkan itu sangat penting, dan kita dapat mengamati bagaimana semuanya berhubungan dan bergantung satu sama lain.
- 1. Bersukacitalah senantiasa (ay. 16). Ini harus dimengerti sebagai sukacita rohani. Sebab terhadap segala kenyamanan jasmani, kita harus merasa senang seolah-olah kita tidak senang, dan tidak boleh berharap untuk hidup selama bertahun-tahun, dan terus menikmatinya. Sebaliknya, jika kita sungguh-sungguh bersukacita di dalam Allah, maka kita dapat bersukacita senantiasa. Di dalam Dia sukacita kita akan menjadi penuh. Dan salah kita sendiri jika kita tidak bersukacita senantiasa. Sekalipun kita sedih karena masalah duniawi, kita tetap bisa selalu bersukacita (2Kor. 6:10). Perhatikanlah, hidup beragama adalah hidup yang menyenangkan, hidup yang senantiasa penuh sukacita.
- 2. Tetaplah berdoa (ay. 17). Perhatikanlah, cara untuk bersukacita senantiasa adalah dengan tetap berdoa. Kita akan lebih bersukacita jika kita lebih banyak berdoa. Kita harus tetap berdoa dalam waktu-waktu yang ditentukan, dan harus terus-menerus berdoa. Kita harus selalu berdoa, tanpa jemu. Berdoa tanpa lelah, dan terus berdoa, sampai kita sampai di alam di mana doa akan tertelan dalam puji-pujian. Bukan berarti bahwa orang tidak boleh berbuat apa-apa kecuali berdoa, tetapi bahwa jangan sampai hal-hal lain yang kita lakukan menghambat doa saat waktunya tiba. Doa akan membantu memajukan, dan bukan menghambat, semua pekerjaan lain yang halal, dan setiap pekerjaan baik.
- 3. Mengucap syukurlah dalam segala hal (ay. 18). Jika kita berdoa tanpa henti, maka kita tidak akan kekurangan alasan untuk bersyukur dalam segala hal. Sama seperti dalam segala hal kita harus menyatakan permintaan-permintaan kita kepada Allah dengan permohonan, demikian pula kita tidak boleh melewatkan ucapan syukur (Flp. 4:6). Kita harus mengucap syukur dalam segala keadaan, bahkan dalam kesusahan atau dalam kemakmuran. Keadaan kita mungkin tidak pernah begitu buruk, tetapi bisa jadi lebih buruk. Kita diberi banyak kesempatan untuk menyampaikan keluhan kita dengan rendah hati kepada Allah, jadi kita tidak akan pernah bisa mempunyai alasan apa saja untuk mengeluhkan Allah, dan selalu mempunyai banyak alasan untuk memuji Dia dan mengucap syukur kepada-Nya. Rasul Paulus berkata, inilah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu, supaya kita mengucap syukur, sebab Allah sudah berdamai dengan kita di dalam Kristus Yesus. Di dalam Dia, oleh Dia, dan demi Dia, Allah mengizinkan kita bersukacita senantiasa, dan meminta kita untuk mengucap syukur dalam segala hal. Mengucap syukur adalah hal yang berkenan kepada Allah.
- 4. Janganlah padamkan Roh (ay. 19), sebab Roh anugerah dan permohonan inilah yang menopang kita dalam segala kelemahan kita, yang mendampingi kita dalam segala doa dan ucapan syukur kita. Orang Kristen dikatakan dibaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Ia bekerja seperti api, dengan menerangi, menghidupkan, dan memurnikan jiwa-jiwa manusia. Kita harus berhati-hati agar tidak memadamkan api kudus ini. Seperti api yang akan padam kalau kehabisan bahan bakar, demikian pula kita akan memadamkan Roh jika kita tidak menggugah roh kita, dan segenap batin kita, untuk mengikuti pimpian-pimpinan Roh yang baik itu. Dan sama seperti api akan padam jika disiram air, atau ditimbun dengan banyak kotoran, demikian pula kita harus berhati-hati agar tidak memadamkan Roh Kudus dengan memanjakan diri dengan hawa nafsu kedagingan, atau hanya memikirkan perkara-perkara duniawi.
- 5. Janganlah anggap rendah nubuat-nubuat (ay. 20). Sebab, jika kita mengabaikan sarana anugerah, maka kita akan kehilangan Roh anugerah. Yang dimaksudkan dengan nubuat di sini adalah mengajarkan firman, dan menafsirkan serta menerapkan Kitab Suci. Ini tidak boleh kita anggap rendah, tetapi harus kita hargai dan nilai tinggi, karena itu merupakan ketetapan Allah, yang ditetapkan oleh-Nya untuk memajukan dan mengembangkan diri kita dalam pengetahuan dan anugerah, kekudusan dan penghiburan. Kita tidak boleh menganggap rendah pengajaran, walaupun itu sederhana, dan tidak disampaikan dengan kata-kata indah hikmat manusia, dan walaupun kita tidak diberi tahu lebih daripada apa yang sudah kita ketahui sebelumnya. Sungguh bermanfaat, dan sering kali perlu, bila pikiran kita digugah, perasaan dan tekad hati kita dibangkitkan, kepada hal-hal yang sudah kita ketahui merupakan kepentingan dan kewajiban kita.
- 6. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik (ay. 21). Peringatan ini penting, untuk menguji segala sesuatu. Sebab, walaupun harus menghargai pengajaran, kita tidak boleh mempercayai begitu saja apa yang disampaikan oleh para pemberita, tetapi harus mengujinya dengan Kitab Suci dan kesaksian hidup. Kita harus menyelidiki Kitab Suci, untuk mencari tahu apakah yang mereka katakan itu benar atau tidak. Kita tidak boleh mempercayai setiap roh, tetapi harus menguji semua roh. Tetapi kita tidak boleh selalu menguji, tanpa menetapkan hati. Tidak, pada akhirnya kita harus menetapkan hati, dan memegang teguh apa yang baik. Apabila kita yakin bahwa suatu hal itu benar, betul, dan baik, kita harus teguh memegangnya, dan tidak melepaskannya, apa pun perlawanan atau penganiayaan yang kita hadapi demi itu. Perhatikanlah, ajaran-ajaran yang menyatakan bahwa ada manusia yang tidak bisa keliru, iman tanpa syarat, dan kepatuhan buta, bukanlah ajaran-ajaran Alkitab. Setiap orang Kristen mempunyai, dan harus mempunyai, penilaian yang bijaksana, dan harus melatih panca indra untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat, kebenaran dan kepalsuan (Ibr. 5:13-14). Dan membuktikan segala sesuatu haruslah dengan tujuan supaya dapat memegang teguh apa yang baik. Kita tidak boleh selalu mencari-cari, atau membiarkan pikiran terus berubah-ubah, seperti anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran.
- 7. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan (ay. 22). Ini merupakan sarana yang baik supaya kita tidak tertipu oleh rupa-rupa ajaran palsu, atau tidak menetap di dalam iman. Sebab Juruselamat kita sudah memberi tahu kita (Yoh. 7:17), barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu apakah suatu ajaran berasal dari Allah. Perasaan-perasaan bobrok yang dimanjakan di dalam hati, dan segala perbuatan jahat yang dibiarkan begitu saja di dalam hidup, akan cenderung menumbuhkan kesalahan-kesalahan yang mematikan di dalam pikiran. Sementara hati yang murni, dan hidup yang lurus, akan mencondongkan kita untuk menerima dan mencintai kebenaran. Oleh sebab itu, kita harus menjauhkan diri dari kejahatan, dan segala kemungkinan yang jahat, dari dosa, dan apa yang tampak sebagai dosa, yang mengantar pada dosa, dan yang bisa dikatakan sebagai dosa. Siapa yang tidak menjauh dari kemungkinan yang bisa menimbulkan dosa, yang tidak membenci peluang-peluang terjadinya dosa, dan yang tidak menghindari godaan-godaan yang mengarah pada dosa, maka tidak lama lagi akan benar-benar berbuat dosa.
SH: 1Tes 5:12-22 - Siapa layak beroleh dukungan dana? (Selasa, 18 November 1997) Siapa layak beroleh dukungan dana?
Ada orang yang layak beroleh dukungan secara finansial, ada yang tidak. Siapa sajakah mereka? Yang layak kita duku...
Siapa layak beroleh dukungan dana?
Ada orang yang layak beroleh dukungan secara finansial, ada yang tidak. Siapa sajakah mereka? Yang layak kita dukung secara finansial ialah para hamba Tuhan yang bekerja keras. Sebagian dari mereka yang bekerja keras itu seringkali tidak beroleh dukungan dana memadai. Sikap hormat kita hendaknya juga diwujudkan dalam bentuk memperhatikan kebutuhan mereka akan dana. Yang tidak layak didukung ialah mereka yang karena bersikap ekstrim tentang kedatangan Tuhan, lalu tidak bekerja dan hidup tidak tertib.
Gereja Tuhan belum sempurna. Gereja Tuhan belum ada dalam kemuliaan. Orang-orang beriman bukan para malaikat yang sempurna, belum mengalami kebangkitan tubuh. Itu sebabnya di dalam gereja masih kita jumpai orang yang tawar hati, yang lemah, yang berbuat salah, yang kebiasaan ibadahnya salah, dlsb. Justru karena kita sedang menuju Hari kedatangan Tuhan, hari ketika Gereja dimuliakan, maka kita harus saling melayani agar kelemahan-kelemahan itu tidak berkepanjangan. Kekuatan untuk menjadi umat yang penuh daya tahan dan daya juang itu hanya terdapat dalam Roh Kudus. Jadi, jangan abaikan Roh Kudus, jangan abaikan karya dan karunia-karunia-Nya (ayat 19-22).
SH: 1Tes 5:12-28 - Kerjasama jemaat dan berkat Tuhan (Kamis, 30 Oktober 2003) Kerjasama jemaat dan berkat Tuhan
Ada sebuah papan promosi sebuah produk yang menjelaskan produk
tersebut dengan sebuah kalimat: "Mungkinkah per...
Kerjasama jemaat dan berkat Tuhan
Ada sebuah papan promosi sebuah produk yang menjelaskan produk tersebut dengan sebuah kalimat: "Mungkinkah perkerjaan yang besar dan berat dapat selesai jika dikerjakan sendirian?" Ini bukan rangkaian kalimat berkonotasi pesimis. Kalimat ini hanya mengingatkan bahwa kerja sama dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan itu adalah hal yang sangat penting.
Tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada orang-orang Kristen di Tesalonika sama beratnya dengan tugas dan tanggung jawab umat Tuhan saat ini. Jika hanya mengandalkan kekuatan sendiri mustahil semua tugas dan tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan. Maka, jemaat Tuhan harus bahu membahu untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab itu (ayat 12-22) dan memohonkan berkat Tuhan untuk memberikan kemampuan serta motivasi (ayat 23-28).
Nasihat-nasihat terakhir Paulus yang ditujukan kepada jemaat
Tesalonika berisikan tentang beberapa hal penting: [1] supaya
jemaat menghormati dan mendukung dalam kasih para pemimpin
jemaat yang sudah bekerja keras, memimpin dan menegor mereka
(ayat 12-13); [2] para pemimpin agar tegas terhadap mereka yang
tidak tertib, dan berlaku adil terhadap yang lemah (ayat 14-15);
[3] keseluruhan komunitas jemaat agar mereka tekun dalam doa dan
syukur, mengembangkan karunia dan menjauhi kejahatan (ayat
Akhirnya, jemaat memerlukan kekuatan dan pertolongan dari Tuhan supaya mereka dapat dengan tuntas menunaikan tugas dan tanggung jawab pelayanan mereka. Itu sebabnya Paulus menyampaikan berkat Allah kepada mereka.
Renungkan: Tunaikan tugas dan panggilanmu dengan setia dan bertanggung jawab. "Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga yang akan menggenapinya."
SH: 1Tes 5:12-28 - Sikap Hidup Orang Percaya (Jumat, 9 Oktober 2015) Sikap Hidup Orang Percaya
Sikap hidup orang percaya dalam bergereja maupun kehidupan sehari-hari begitu penting. Dalam mengakhiri suratnya, Paulus me...
Sikap Hidup Orang Percaya
Sikap hidup orang percaya dalam bergereja maupun kehidupan sehari-hari begitu penting. Dalam mengakhiri suratnya, Paulus memberikan beberapa nasihat demikian. Pertama, agar memiliki sikap yang benar terhadap pemimpin mereka dengan menghormati, menaati, mengasihi, dan mendoakan mereka (12), karena para pemimpin telah bekerja keras dalam memimpin dan melayani mereka. Sikap demikian akan membuat persekutuan mereka hidup dalam damai.
Kedua, dalam hubungan dengan saudara seiman, mereka harus saling peduli dan menguatkan. Mereka harus berani dan penuh cinta kasih menegur mereka yang berbuat onar dan salah; memghibur mereka yang sudah bertobat agar tidak tawar hati dan terpuruk dalam rasa bersalah mereka; membela dan menguatkan jemaat yang putus asa dan lemah iman (13-14). Sabar terhadap semua orang, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan (15).
Ketiga, dalam hubungan dengan diri sendiri, mereka harus hidup penuh sukacita, tetap berdoa, dan bersyukur apapun masalah dan kesulitan yang mereka alami (16-18). Sikap demikian jelas berkenan kepada Allah. Dalam kehidupan kerohanian, mereka tidak boleh memadamkan karya Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui mereka (19); tidak menolak firman Tuhan, dan harus menguji segala ajaran yang muncul (20); memegang yang benar dan menjauhi segala kejahatan (21-22).
Untuk menguatkan dan meneguhkan mereka, Paulus memohon agar Allah menguduskan dan memelihara totalitas hidup mereka, sehingga sempurna dengan tidak bercacat cela sampai Kristus datang kembali (23).
Dalam dunia yang semakin individualisme, kita sebagai umat pilihan Tuhan tetap belajar menghormati, menaati, mengasihi, dan mendoakan para pemimpin rohani kita. Peduli terhadap saudara seiman agar mereka terus bertumbuh serupa dengan Kristus. Kita secara pribadi senantiasa berdoa, bersyukur, serta belajar firman Tuhan setiap hari. [CJ]
SH: 1Tes 5:12-22 - Rupa-rupa (Jumat, 29 April 2022) Rupa-rupa
Apakah Anda pernah merasa bahwa hal besar lebih penting daripada hal kecil? Benarkah hal spektakuler lebih berharga daripada keseharian yan...
Rupa-rupa
Apakah Anda pernah merasa bahwa hal besar lebih penting daripada hal kecil? Benarkah hal spektakuler lebih berharga daripada keseharian yang biasa saja? Nasihat di akhir suratnya menunjukkan bahwa Rasul Paulus memberi perhatian pada hal yang kecil dan biasa.
Setelah selesai menyinggung mengenai hal-hal khusus yang berkaitan dengan pergumulan jemaat Tesalonika, Rasul Paulus menambahkan rupa-rupa nasihat umum. Pendek-pendek tulisannya, tetapi semuanya itu penting untuk kehidupan orang percaya dan jemaat. Tampak bahwa Rasul Paulus tidak hanya peduli kepada hal-hal besar. Dia tetap memberi perhatian kepada hal-hal kecil dan keseharian seperti yang tampak dalam rupa-rupa nasihat itu. Dua di antaranya adalah berdoa (17) dan mengucap syukur (18).
Kadang-kadang orang bisa terlalu berfokus pada hal-hal besar, sehingga melupakan hal-hal kecil yang juga penting. Tak jarang, orang hanya melihat gambar besar tanpa memedulikan detail-detail kecil. Sering kali orang berpikir bahwa yang perlu mendapat perhatian adalah perkara besar, sementara perkara keseharian sudah berjalan sebagaimana mestinya.
Namun, rupa-rupa nasihat Rasul Paulus ini mengingatkan bahwa hal-hal kecil dan keseharian pun perlu selalu diberi perhatian. Sekalipun disinggung dengan amat pendek, tetapi semuanya mendapat perhatian penuh. Kalau diabaikan, bukan tak mungkin pada suatu saat nanti kita kehilangan makna dari hal-hal kecil itu, atau bahkan melupakannya sama sekali.
Ambillah satu contoh, berdoa misalnya. Berdoa adalah hal yang wajar dilakukan oleh orang percaya. Namun, kalau tidak mendapat perhatian serius, kita bisa berdoa hanya sebagai kebiasaan dan kita melakukannya secara mekanis, sekadar kewajiban. Bisa pula kita lalai berdoa karena merasa bahwa itu hanya hal kecil.
Ingat, Tuhan menciptakan manusia tidak hanya bentuk besarnya, tetapi juga dengan memberi perhatian kepada rupa-rupa detail yang ada. Mari kita pun memberi perhatian kepada rupa-rupa yang kecil tetapi penting dalam relasi kita dengan Tuhan dan sesama. [KRS]
Utley -> 1Tes 5:12-22
Utley: 1Tes 5:12-22 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 5:12-2212 Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang mem...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 5:12-22
12 Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; 13 dan supaya kamu sungguh- sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain. 14 Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang. 15 Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang. 16 Bersukacitalah senantiasa. 17 Tetaplah berdoa. 18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. 19 Janganlah padamkan Roh, 20 dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. 21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 22 Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.
1Tes 5:12 "saudara-saudara" Ini sering digunakan oleh Paulus untuk menunjukkan transisi ke suatu subyek baru (lih. 1Tes 4:13; 5:1), meskipun tidak selalu (lih. 1Tes 5:14,25,26). Di sini ini menunjukkan bahwa Paulus sedang ber seluruh gereja.
- NASB "menghargai"
- NKJV "mengenali"
- NRSV "menghormati"
- TEV "menghormati secara pantas"
- NJB "menjadi perhatian"
Ini adalah sebuah PERFECT INFINITIVE, yang secara harfiah "mengenal," yang digunakan dalam pengertian "menghargai," "menunjukkan rasa hormat kepada orang," "untuk mengakui nilai" atau "tahu nilai." Orang percaya harus merespon dengan tepat dan hormat terhadap kepemimpinan yang dipanggil Allah (lih. 1Kor 16:18; Fili 2:29; 1Tim 5:17).
- NASB "mereka yang bekerja keras di antara kamu"
- NKJV, NRSV "orang yang bekerja yang di antara kamu"
- TEV "bagi mereka yang bekerja di antara kamu"
- NJB "mereka yang bekerja di antara kamu"
Istilah untuk "kerja" ini berarti "usaha keras" (lih. 1Kor 16:16). Seluruh bagian ini tampaknya menunjuk pada masalah sikap dari gereja terhadap kepemimpinannya.
- 1. "Yang rajin kerja di antara kamu" (PRESENT ACTIVE PARTICIPLE)
- 2. "Yang bertanggung jawab atas kamu" (PRESENT MIDDLE PARTICIPLE)
- 3. "Yang memberi petunjuk (PRESENT ACTIVE PARTICIPLE). Ada satu ARTICLE dalam naskah Yunani yang diikuti oleh tiga frasa deskriptif ini, semua PARTICIPLE ini menunjuk pada kepemimpinan.
□ "yang memimpin kamu dalam Tuhan" Ini secara harfiah adalah "harus ditetapkan sebelumnya." Mereka akan memberikan pertanggung-jawaban kepada Tuhan untuk pelayanan mereka (lih. 1Kor 3:10-17; Ibr 13:17).
□ "yang menegor" Ini secara harfiah adalah "menjadikan masuk akal." Ini biasanya diterjemahkan " menasihati orang yang sulit diatur."
1Tes 5:12-22 Ada serangkaian lima belas PRESENT IMPERATIVE yang mendesak orang percaya untuk hidup pantas di dunia yang jatuh di ambang kehancuran. Kehidupan saleh kita harus mengarahkan orang yang terhilang kepada Kristus.
- NASB NKJV, NRSV "sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih"
- TEV "Perlakukan mereka dengan hormat dan kasih yang terbesar"
- NJB "Memiliki rasa hormat dan rasa sayang yang terbesar untuk mereka"
KATA KERJANYA adalah sebuah PRESENT INFINITIVE yang menekankan tindakan pribadi yang terus-menerus. KATA KETERANGAN nya adalah istilah majemuk lipat tiga yang digunakan tiga kali oleh Paulus (lih. Ef 3:20; 1Tes 3:10). Orang percaya harus menghormati pemimpin mereka (lih. 1Kor 16:18; Fili 2:29; 1Tim 5:17). Lihat Topik Khusus: Penggunaan Paulus akan Majemuk Huper di Gal 1:13.
□ "karena pekerjaan mereka" Kepemimpinan adalah suatu hadiah dari Allah (lih. Ef 4:11-13). Ketika Dia memberikan tugas, Ia menghormati tugas tersebut, belum tentu orang yang menerimanya. Istilah yang diterjemahkan "bekerja" dalam ay. 1Tes 5:13 ini berbeda dari yang ada di ay. 1Tes 5:12. Kelompok pemimpin yang bekerja keras ini mungkin telah dibandingkan dengan mereka yang menolak untuk bekerja (lih. ay. 1Tes 5:14 dan 2Tes 3:6-11).
□ "Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE, sebuah perintah terus-menerus untuk orang percaya percaya dan suatu seruan lazim PB (lih. Mr 9:50; Rom 12:18; 2Kor 13:11). Ini mencerminkan masalah umum dalam gereja-gereja. KeKristenan memeluk laki-laki dan perempuan dari banyak latar belakang yang berbeda (lih. Rom 14:01-15:13; 1Kor 8:1-13; 10:23-33).
1Tes 5:14 "saudara-saudara" Ayat ini bisa merujuk terutama kepada para pemimpin (lih. ay. 1Tes 5:27), tetapi hal-hal yang disebut ini akan berlaku untuk semua orang percaya. Ini juga berlaku dengan 1Tim 3. KeKristenan Perjanjian Baru tidak membuat perbedaan antara "pendeta" dan "awam." Kita semua dipanggil oleh Tuhan, pelayan Yesus yang dikaruniai oleh Roh (lih. Ef 4:11-13). Di dalam keluarga pelayan berkarunia ini Allah tidak memilih pemimpin!
- NASB "menasihati orang yang tidak tertib"
- NKJV "tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib"
- NRSV "menasihati orang pemalas"
- TEV "memperingatkan pemalas"
- NJB "memperingatkan para pemalas"
Ini memulai serangkaian PRESENT IMPERATIVE, yang menunjukkan tindakan yang terus menerus atau kebiasaan. Ada lima belas IMPERATIVE dalam ay. 12-22. Yang satu ini bisa memiliki salah satu dari dua arti: (1) istilah militer untuk perilaku tidak tertib; atau (2) digunakan dalam papirus bahasa Yunani Koine dari Mesir untuk "pemalas." Konotasi yang terakhir ini jauh lebih sesuai dengan konteks surat ini (lih. 2Tes 3:7-16).
- NASB, NRSV "kuatkanlah mereka yang tawar hati"
- NKJV "hiburlah mereka yang tawar hati"
- TEV "kuatkanlah mereka yang penakut"
- NJB "berikanlah keberanian bagi mereka yang memprihatinkan"
Sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) IMPERATIVE, ini secara harfiah adalah, "berpikiran kerdil." KJV memiliki "lemah pikiran," tetapi itu benar-benar digunakan dalam arti "tawar hati" atau "iman kerdil" (lih. Rom 14:1-15:13; 1Kor 8; 10:23-33). Ini mungkin sebuah rujukan terhadap Yes 35:4 dalam Septuaginta.
□ "belalah mereka yang lemah" PRESENT MIDDLE IMPERATIVE ini digunakan dalam arti lemah dalam tubuh dan/ atau pikiran. Ini dapat menunjuk jenis orang Kristen yang sama sebagaimana dicirikan dalam Rom 14:1-15:13 (yaitu, 1Kor 8:7; 9:22) atau mungkin menunjuk pada masalah fisik.
□ "sabarlah terhadap semua orang" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Ini adalah suatu perintah untuk terus menjadi panjang sabar, bukan pemarah (lih. 1Kor 13:4; Ef 4:2). Ini ditujukan baik pada pemimpin dan rakyat. Ini juga memberi kita jendela ke dalam masalah gereja mula-mula.
Ada dua istilah Yunani yang diterjemahkan "kesabaran": (1) makrothomia dan (2) hupomone. Mereka disebut bersama-sama dalam 2Kor 6:6; Gal 5:22; Kol 1:11; 2Tim 3:10. Yang pertama digunakan dalam naskah ini. Hal ini dapat merujuk pada karakteristik dari Allah (lih. LXX dari Yes 57:15; Rom 2:4; 9:22; 1Pet 3:20; 2Pet 3:9). Orang percaya harus meniru karakter (gambar) dari Bapa mereka.
Ini juga digunakan untuk kesabaran dengan (1) sesuatu, lih. Ibr 6:12; Yak 5:7,8 atau (2) seseorang. lih. Mat 18:26,29; 1Kor 13:1, 1Tes 5:14, Yak 5:10. Ini adalah bukti dari kedewasaan rohani dan hidup serupa Kristus.
1Tes 5:15 "Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat" Ini adalah satu lagi PRESENT ACTIVE IMPERATIVE (lih. Mat 5:44; Rom 12:17-21; 1Pet 3:9). Orang percaya harus merespon secara berbeda daripada orang-orang kafir. Orang percaya harus bertindak dalam kasih, tidak bereaksi dalam kemarahan. Situasi sulit dan tidak adil justru sering merupakan kesempatan bersaksi yang paling efektif.
- NASB "selalu mencari apa yang baik"
- NKJV "selalu mengejar apa yang baik"
- NRSV "usahakanlah senantiasa yang baik"
- TEV "setiap saat jadikan tujuanmu untuk berbuat baik"
- NJB "kamu semua harus memikirkan apa yang terbaik"
IMPERATIVE PRESENT ACTIVE ini diterjemahkan secara harfiah "terus mengejar yang baik" (lih. ay. 1Tes 5:21; Rom 12:9). Istilah "baik" di sini adalah agathos, yang biasanya menekankan kualitas moral. Tapi orang bertanya bagaimana hal ini berkaitan dengan frasa berikutnya "kepada satu sama lain dan kepada semua orang." Istilah kalos(baik atau indah) digunakan dalam ay. 1Tes 5:21. Ada sebuah ketumpang tindihan semantik yang besar antara kedua istilah ini dalam bahasa Yunani Koine. Apakah ini dimaksudkan untuk menjadi perbedaan? Kedua konteks langsungnya menunjuk pada "kejahatan" (lih. ay. 1Tes 5:15a,. 22). Ayat 1Tes 5:15 berkaitan dengan tindakan orang Kristen terhadap orang- orang percaya dan non-orang percaya (semua orang), tetapi ay. 1Tes 5:21 berhubungan dengan penganalisisan pemimpin atau karunia Kristen. Saat ini saya berpikir bahwa mereka bersinonim. Ada suatu penyederhanaan dalam tata bahasa dan kosa kata dalam bahasa Yunani Koine yang terjadi di zaman Paulus. Untuk diskusi yang baik dari kalos lihat Firman Perjanjian Baru dari William Barclay hal. 151-161.
□ "terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang" Ini sangat seperti ay. 1Tes 5:14; 3:12. Orang percaya harus menempatkan kebaikan dari masyarakat di atas kepentingan pribadi (lih. Rom 12:10; 1Kor 12:7; Fili 2:1-5). Bagaimana orang percaya memperlakukan orang percaya lainnya harus digeneralisasi sampai pada cara mereka memperlakukan orang kafir juga (lih. Gal 6:10).
1Tes 5:16 "Bersukacitalah senantiasa" PRESENT ACTIVE IMPERATIVE ini adalah tema dari kitab Filipi (lih. 1Tes 2:18; 3:1; 4:4,10). Ini adalah pandangan dunia yang didasarkan pada hubungan kita dengan Kristus dan hubungan perjanjian kita dengan orang Kristen lain, bukan pada keadaan (lih. Rom 8:31-39).
1Tes 5:17 "Tetaplah berdoa" Satu lagi PRESENT MIDDLE (deponent) IMPERATIVE, ini pasti merujuk pada doa gaya hidup, persekutuan dengan Allah dari waktu ke waktu (lih. 1Tes 1:3; 2:13). Paulus merasakan kebutuhan untuk berdoa dan percaya bahwa hal itu mempengaruhi pelayanannya (lih. ay. 1Tes 5:25; Ef 6:18-19; 2Tes 3:1).
- NASB NKJV "Mengucap syukurlah dalam segala hal"
- NRSV "bersyukur dalam segala situasi"
- TEV "bersyukur dalam segala keadaan"
- NJB "untuk semua hal yang bersyukur kepada Allah"
Ini adalah satu lagi PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Keadaan tidak boleh mendikte syukur kita atau sukacita kita (lih. Rom 8:26-30,31-39; Ef 5:20). Ingat bahwa syukur harus mengalir tidak "untuk semua hal," tetapi "dalam segala situasi." Lihat Topik Khusus: Pujian, Doa, dan Syukur Paulus di Gal 6:18. Lihat Topik Khusus: Mengucap Syukur di 1Tes 1:2.
□ "dikehendaki Allah" Ini secara harfiah adalah "kehendak Allah" seperti Ef 5:17. Kehendak Allah adalah bahwa manusia yang jatuh percaya pada Kristus (lih. Yoh 6:29). Setelah ini ada beberapa "kehendak" Allah. Salah satunya adalah untuk bersukacita dan bersyukur bahkan selama penganiayaan dan konflik. Lihat Topik Khusus pada 1Tes 4:3.
- NASB NKJV, NRSV "Janganlah padamkan Roh"
- TEV "Jangan menahan Roh Kudus"
- NJB "Jangan pernah mencoba untuk menekan Roh"
Ayat 19-20 adalah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE, biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses. Terjemahan Williams mempunyai "berhenti menyesakkan Roh." Kelima IMPERATIVE dari ay. 19-22 harus berjalan bersama-sama. Dua NEGATIF IMPERATIVE yang pertama dari ay. 19 & 20 menetapkan batas-batas untuk tiga IMPERATIVE POSITIF dari 21-22. "Memadamkan" berarti "untuk mematikan api." Tindakan kita mempengaruhi pekerja dari Roh (lih. Yes 63:10; Ef 4:30).
- NASB "jangan menghina ucapan kenabian"
- NKJV "janganlah anggap rendah nubuat-nubuat"
- NRSV "Jangan menghina kata-kata para nabi"
- TEV "jangan menghina pesan terinspirasi"
- NJB "jangan pernah... memperlakukan karunia nubuat dengan penghinaan"
Definisi dari "nubuat" dalam PB telah banyak diperdebatkan. Karunia ini adalah termasuk dalam daftar karunia rohani dalam 1Kor 12:28-29 dan Ef 4:11. Bagaimana para nabi penulis Kitab Suci dari PL terkait dengan karunia "nubuat" pasca apostolik tidaklah pasti. Kebanyakan sarjana ingin membatasi inspirasi / wahyu untuk periode PB (lih. Yud 1:3,20).
Dengan jelas nabi NT tidak identik dengan nabi PL. Karunia PB biasanya berhubungan dengan masalah aplikasi praktis, bukan informasi perwahyuan yang baru. Namun demikian, ada suatu unsur prediktif dalam Kis 11:27-30; 21:10-11. Dalam I dan II Korintus nubuatan dan bernubuat (lih. 1Kor 13:1; 14:1,39) berarti mewartakan Injil. Persisnya bagaimana proklamasi ini diperbedakan di antara rasul-rasul, nabi, penginjil, gembala, dan guru tidak pasti.
Ayat 20 adalah dalam beberapa cara berhubungan dengan ay. 1Tes 5:19. Persisnya bagaimana ini cocok ke dalam gereja Tesalonika tidak pasti. Orang percaya harus menolak keras para pemimpin palsu, namun secara antusias merangkul para pemimpin yang saleh.
- NASB "Ujilah segala sesuatu"
- NKJV "uji cobalah semua hal"
- NRSV "menguji segala sesuatu"
- TEV "taruh semua hal untuk diuji"
- NJB "berpikirlah sebelum kamu melakukan apa pun"
Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Secara harfiah, ini adalah "dan semua hal membuktikan." Dalam konteks ini bisa merujuk pada (1) para pemimpin gereja, (2) karunia rohani, (3) sebuah pesan rohani, atau (4) doktrin. Kata ini (dokimazō, lihat Topik Khusus pada 1Tes 3:5) berarti "menguji dengan pandangan menuju persetujuan" (lih. 1Kor 12:10; 14:29; 1Yoh 4:1ff). Beberapa hal tampaknya rohani tetapi sebenarnya tidak (lih. Mat 7:21-23; Kol 2:16-23).
□ "peganglah yang baik" "Pegang erat" adalah satu lagi PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Tampaknya ini berhubungan dengan hal-hal yang diperiksa. Ini adalah istilah Yunani kalos(baik atau indah), bukan agathos seperti dalam ay. 1Tes 5:15.
1Tes 5:22 "Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan" "Jauhkanlah dirimu" adalah sebuah PRESENT MIDDLE IMPERATIVE. "Kejahatan" bisa MASKULIN atau NETRAL. Hal ini menyebabkan masalah di ayat seperti Mat 6:13, karena naskah ini bisa menunjuk pada Setan atau kejahatan pada umumnya. Dalam konteks ini bisa orang jahat atau kejahatan pada umumnya. Tidak ada penekanan pada guru-guru palsu dalam I Tesalonika, oleh karena itu, ini mungkin sejajar dengan "baik" generik dalam ay. 1Tes 5:21.
Frasa "segala jenis" ini bisa dipahami dalam dua cara: (1) KJV menerjemahkannya sebagai "segala jenis kejahatan," seperti dalam Luk 9:29. Ini juga merupakan cara para Bapa Gereja awal memahami istilah ini atau (2) Didache1Tes 3:1 tampaknya menggunakan istilah tersebut dalam suatu pengertian umum "segala kejahatan," bukan hanya tampaknya, tapi kejahatan senyatanya.
Topik Teologia -> 1Tes 5:17
Topik Teologia: 1Tes 5:17 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kehendak Allah
Kehendak Allah di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kehendak Allah
- Kehendak Allah di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
- Suatu Sikap Pengucapan Syukur Terbentuk Sesuai dengan Kehendak-Nya
- Pengudusan
- Berkat Berupa Kehendak Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Gereja
- Orang Kristen Berusaha Hidup Harmonis
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus ...
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kis 17:1-9).
Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timotius bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.
Tujuan
Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini
- (1) untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di tengah-tengah penganiayaan,
- (2) untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan
- (3) untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.
Survai
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tes 1:1), Paulus dengan sukacita memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah segala penderitaan (1Tes 1:2-10; 1Tes 2:13-16). Paulus menanggapi kecaman dengan mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya (1Tes 2:1-6), kesungguhan kasih dan perhatiannya terhadap mereka (1Tes 2:7-8,17-20; 1Tes 3:1-10), serta kelakuannya yang jujur di tengah mereka (1Tes 2:9-12).
Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam kehidupan Kristen. Orang percaya harus kudus (1Tes 3:13; 1Tes 4:1-8; 1Tes 5:23-24), dan Injil harus disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tes 1:5). Paulus mendorong jemaat itu supaya jangan mereka memadamkan api Roh dengan meremehkan penyataan-Nya, khususnya nubuat (1Tes 5:19-20).
Tema yang menonjol adalah kedatangan Kristus untuk membebaskan umat-Nya dari murka Allah di atas muka bumi ini (1Tes 1:10; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11). Rupanya beberapa anggota jemaat sudah meninggal sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai keikutsertaan mereka dalam keselamatan terakhir yang akan dinyatakan ketika Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus menerangkan rencana Allah bagi orang kudus yang sudah dipanggil pulang bila Kristus kembali bagi gereja-Nya (1Tes 4:13-18) dan menasihatkan mereka yang masih hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika Kristus datang (1Tes 5:1-11). Paulus menutup surat ini dengan berdoa untuk kekudusan dan pemeliharaan mereka (1Tes 5:23-24).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama ditulis.
- (2) Itu berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang sudah mati yang dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk mengangkat gereja (1Tes 4:13-18) dan tentang "hari Tuhan" (1Tes 5:1-11).
- (3) Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan artinya bagi orang percaya (1Tes 1:10; 1Tes 2:19; 1Tes 3:13; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11,23).
- (4) Surat ini memberikan wawasan yang unik
- (a) mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi penuh semangat dan
- (b) mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan Injil.
Full Life: 1 Tesalonika (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Tes 1:1)
I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13)
A....
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Tes 1:1) - I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13) - A. Bersukacita Tentang Hidup Baru Mereka di Dalam Kristus
(1Tes 1:2-10) - 1. Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka
(1Tes 1:2-3) - 2. Pertobatan Mereka yang Sejati
(1Tes 1:4-6) - 3. Teladan Baik Mereka kepada Orang Lain
(1Tes 1:7-10) - B. Mengenangkan Peranannya Dalam Hidup Mereka
(1Tes 2:1-3:8) - 1. Meninjau Kembali Pelayanannya
(1Tes 2:1-12) - 2. Mengingat Tanggapan Mereka
(1Tes 2:13-16) - 3. Memelihara Perhatiannya
(1Tes 2:17-3:8) - C. Mendoakan Kesempatan Kunjungan Kembali Serta Kemajuan Rohani
dan Kemantapan Mereka Dalam Kekudusan
(1Tes 3:9-13) - II. Pengarahan Praktis Paulus bagi Jemaat Tesalonika
(1Tes 4:1-5:22) - A. Mengenai Kekudusan Seksual
(1Tes 4:1-8) - B. Mengenai Kasih Persaudaraan
(1Tes 4:9-10) - C. Mengenai Kerja yang Jujur
(1Tes 4:11-12) - D. Mengenai Kedatangan Kristus
(1Tes 4:13-5:11) - 1. Keadaan Mereka yang Mati Dalam Kristus
(1Tes 4:13-18) - 2. Kesiagaan Mereka yang Hidup Dalam Kristus
(1Tes 5:1-11) - E. Mengenai Kehormatan bagi Pemimpin Rohani
(1Tes 5:12-13) - F. Mengenai Kehidupan Kristen
(1Tes 5:14-18) - G. Mengenai Pengenalan Rohani
(1Tes 5:19-22) - Penutup
(1Tes 5:23-28) - A. Doa untuk Pengudusan dan Pemeliharaan Mereka
(1Tes 5:23-24) - B. Permohonan Terakhir dan Berkat
(1Tes 5:25-28)
Matthew Henry: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kot...
- Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kota terbaik untuk berdagang di Levant. Setelah maksudnya untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang disebut provinsi-provinsi Asia terhalang, dan diarahkan secara luar biasa untuk memberitakan Injil di Makedonia (Kis. 16:9-10), Rasul Paulus dalam kepatuhannya terhadap panggilan Allah pergi dari Troas ke Samotrake, lalu dari sana ke Neapolis, dan dari situ ke Filipi. Di Filipi pelayanannya berhasil, tetapi ia menjumpai banyak kesulitan, karena di sana ia dilempar ke penjara bersama-sama dengan Silas, kawan sekerja dan seperjalanannya. Namun, mereka dilepaskan dari penjara secara menakjubkan, dan menghibur saudara-saudara di sana, dan setelah itu berangkat lagi dari sana. Setelah melewati Amfipolis dan Apolonia, mereka sampai di Tesalonika. Di sana Rasul Paulus menanam jemaat yang terdiri atas beberapa orang Yahudi yang percaya dan banyak orang bukan Yahudi yang sudah bertobat (Kis. 17:1-4). Tetapi karena ada kekacauan di kota itu yang ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan para penduduk setempat yang jahat dan rendah, maka demi keselamatan, Paulus dan Silas dilarikan saat malam hari ke Berea. Setelah itu Paulus diantar ke Atena, dengan meninggalkan Silas dan Timotius, tetapi memberi perintah agar mereka lekas-lekas menyusulnya. Setelah mereka berdua sampai, Timotius dikirim ke Tesalonika, untuk mencari tahu keadaan jemaat di sana dan meneguhkan iman mereka (1Tes. 3:2). Dan, setelah kembali kepada Paulus sewaktu ia tinggal di Atena, Timotius diutus lagi, bersama-sama dengan Silas, untuk mengunjungi jemaat-jemaat di Makedonia. Jadi Paulus, setelah ditinggal sendirian di Atena (1Tes. 3:1), pergi dari situ ke Korintus, di mana ia terus tinggal selama satu setengah tahun. Di sela-sela waktu itulah Silas dan Timotius kembali kepadanya dari Makedonia (Kis. 18:5). Lalu Rasul Paulus menulis surat ini kepada jemaat Kristus di Tesalonika, yang walaupun ditempatkan setelah surat-surat lain, dianggap merupakan surat yang pertama-tama ditulis Paulus, dan ditulis sekitar tahun 51 M. Maksud utama dari surat ini adalah untuk mengungkapkan betapa rasul ini bersyukur atas keberhasilannya memberitakan Injil di antara mereka, untuk meneguhkan iman mereka, dan mengajak mereka untuk berperilaku kudus.
Jerusalem: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk
sekedar mend...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk sekedar mendapat gambaran latar-belakang surat ini. Dizaman Paulus, Tesalonika adalah ibu kota propinsi Romawi Masedorna. Berkat letaknja pada teluk Termai, jang djayh masuk kedarat dan sebab itu merupakan pelabuhan jang teduh sekali, lagi letaknja disebelah darat pada djalan raja "Via Egnasia", jang menghubungkan Timur dengan Eropa Barat, kota itu mendjadi kota perniagaan jang ramai dan makmur. Penduduknja sebagian terbesar orang Junani. Golongan Jahudi disitu rupanja amat besar djuga. Diantara mereka Paulus berhasil sedikit sadja. Hanja "beberapa" orang jang bertobat, sedangkan orang Junani jang bertobat djumlahnja sangat besar. Hal ini menimbulkan dengki dan bentji orang Jahudi, sampai mereka membangkitka pergolakan jang amat hebat diantara rakjat djelata, sehingga pemerintah taku terdjadi pemberontakan, dan Paulus dipaksa meninggalkan kota.
Paulus lalu pergi ke Berea, suatu kota jang 55 km djaraknja dari Tesalonika. Disitu sikap orang Jahudi terhadap Paulus dan Indjil baik sekali, sehingga banjak orang bertobat. Hasil Paulus diantara penduduk-penduduk lain, chususnja diantara orang-orang terkemuka lumajan djuga. Tetapi sesudah hal ini kedengaran oleh orang Jahudi di Tesalonika, mereka segera datang dan mengasut rakjat kota ini djuga dan berhasil mengadakan hiru-hara jang akibatnja Paulus diusir. Paulus lalu meninggalkan Silas dan Timoteus di Masedonia dan sendiri pergi ke Atena. la diantar beberapa orang Masedonia. Setiba di Atena mereka pulang dengan membawa pesan Paulus, supaja Silas dan Timoteus datang ke Atena. Mereka datang dan rupanja membawa kabar tentang umat-umat di Masedonia jang sangat mentjemaskan, chususnja tentang umat di Tesalonika. Paulus segera menjuruh Timoteus kembali kesitu untuk mengadjar dan meneguhkan iman umat, jang memang banjak mengalami gangguan karena agamanja.
Rupanja Timoteus tinggal agak lama disitu, kemudian pergi bersama dengan Silas membantu Paulus di Korintus.
Kabar jang dibawa Timoteus dalam keseluruhannja sangat menggembirakan, seperti njata sekali dalam suasana mereka jang meliputi seluruh surat irn. Tetapi ada masih kekurangan dilapangan kesusilaan djuga, lagi persoalan- persoalan jang menggelisahkan tentang kebangkitan orang mati dan kedatangan Kristus pada achir zaman. Rupanja mereka kurang atau salah mengerti pengadjaran Paulus tentang kedua. adjaran itu. Tentu sadja pengadjaran Paulus mengenai hal itu belum lengkap djuga, sebab ia tiba-tiba terpaksa memutuskan pengadjarannja. Mereka tentu mengharapkan keterangan resmi dari Paulus sendiri. Hal ini dan berita Timoteus jang lain mendjadi alasan bagi Paulus untuk segera menulis surat jang pertama kepada umat Tesalonika ini.
Surat ini pula adalah jang pertama dari segala surat Paulus jang diturunkan kepada kita, ditulis di Korintus dalam tahun 51 atau 52.
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Mengembangkan Sikap Kristen (1 Tes 5:16-18)
Setelah Paulus dengan terburu-buru meninggalkan gereja Tesalonika oleh karena penganiayaan, ia menyurati ...
Mengembangkan Sikap Kristen (1 Tes 5:16-18)
Setelah Paulus dengan terburu-buru meninggalkan gereja Tesalonika oleh karena penganiayaan, ia menyurati mereka kembali untuk memberi mereka instruksi lebih lanjut. Dalam ayat 16 sampai 18, ia menyurati mereka tentang tiga sikap Kristen: keceriaan, ketergantungan, dan kebersyukuran. Dalam memberikan perintah-perintah ini, ia menulis dalam bentuk imperatif dalam present tense, yang berarti orang Kristen diwajibkan untuk mengembangkan pelbagai sikap ini dan terus-menerus mewujudkan mereka dalam kehidupan kita.
Keceriaan: "Bersukacitalah senantiasa" (ay 16.). Sikap orang Kristen terhadap kehidupan harus dipenuhi sukacita. Allah telah memberkati kita dengan keselamatan dari dosa-dosa masa lalu, setelah "membasuh] dosa [kita]" (Kisah 22:16). Ia telah menjanjikan warisan di sorga jika kita setia (Efesus 1:13, 14). Oleh karena itu, kita harus bergabung dengan Paulus dengan respon penuh sukacita kepada keselamatan kita: "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4).
Meski hidup memiliki masalah, sebagai orang Kristen kita dapat bersukacita dalam masa baik dan masa buruk. Ketika Paulus menulis Filipi 4:4, ia berada di penjara. Ketika ia menyurati jemaat Tesalonika, mereka berada di bawah penganiayaan dan penderitaan. Meski menderita dan kesakitan, kita bersukacita karena warisan kekal kita jauh lebih besar daripada apa saja yang kita alami sekarang. Karena itu marilah kita bersukacita dalam segala hal.
Ketergantungan: "Tetaplah berdoa" (ay. 17). Tidak ada anak yang mandiri, dan kita adalah anak-anak rohani (lihat Yeremia 10:23). Kita butuh Allah. Oleh karena itu, kita perlu selalu terhubung dengan Dia melalui doa, apakah kita bersyukur kepada Dia atas apa yang telah Ia lakukan bagi kita (2 Kor. 9:15) atau meminta bantuan-Nya untuk melalui pelbagai pencobaan (Kisah 4:29).
"Tetaplah berdoa" tidak berarti berdoa terus-menerus. Tapi itu berarti merasakan ketergantungan yang akan menyebabkan kita bicara dengan Allah secara teratur, bahkan pada waktu kegiatan biasa, sehari-hari (lihat Efesus 6:18; Lukas 18:1). Kita bahkan dapat berdoa selagi kita mengemudi atau berjalan (kita dapat berdoa tanpa menutup mata kita). Tuhan mendengar!
Ketika kita berdoa setiap saat, kita menunjukkan bahwa kita menyadari kebutuhan kita akan Allah—ketergantungan kita pada Dia. Sama seperti seorang anak butuh orang tua, kita juga selalu butuh Allah. Kita tidak bisa bertumbuh sehingga melepaskan ketergantungan kita kepada Dia. Semoga Allah membantu kita untuk "tetaplah berdoa," menunjukkan betapa besarnya kita bergantung pada Dia!
Mengucap syukur: "Mengucap syukurlah dalam segala hal" (v. 18a). Doa yang Paulus singgung di ayat 17 ini secara khusus adalah doa ucapan syukur. Mengucap syukur, bagaimanapun, adalah lebih daripada sekedar memiliki perasaan bersyukur terhadap seseorang atau sesuatu. Ini termasuk mengekspresikan perasaan itu kepada Allah. Kita harus mencoba untuk tidak menjadi seperti suami yang ketika ditanya oleh istrinya yang telah menemani dia selama tiga puluh tahun apakah ia masih mencintai dia, dijawab, "Aku pernah memberitahu kamu aku mencintaimu, dan jika pikiranku berubah aku akan beritahu kamu." Sebaliknya, Allah ingin kita mengekspresikan kasih kita kepada Dia. Ia ingin kita melakukan hal ini, bukan karena Ia butuh itu dari kita, tetapi karena ia tahu bahwa kita perlu mengenali berapa besar kita bergantung pada Dia.
Mari kita perhatikan bahwa Paulus memasukkan kata-kata "Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan." McGarvey dan Pendleton mengingatkan kita bahwa kita harus berterima kasih kepada Allah "bukan untuk kedamaian dan kemakmuran saja, tetapi juga untuk penderitaan dan penganiayaan (Kisah 5:41)."34
Semua itu bisa menjadi peluang bagi pertumbuhan rohani.
Kita harus bersyukur karena itu adalah "kehendak Allah di dalam Kristus Yesus bagi [kita]" (ay. 18b). Ini bukan keinginan Paulus atau pengkhotbah, itu adalah keinginan Allah! Apakah kita bersyukur kepada Allah karena keluarga, makanan, pakaian, rumah, pencobaan, dan masalah kita?
Kita harus menjadi anak-anak Allah yang bersukacita, bergantung, dan bersyukur. Ia selalu mengurus kita sebagai Bapa. Semoga kita menunjukkan rasa terima kasih kita dan mengembangkan sikap Kristen yang benar ini sebagai putra dan putri-Nya!
Earl Edwards
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Anjuran
PELBAGAI ANJURAN PRAKTIS (1 Tes 5:12-22)
12 Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di anta...
Anjuran
PELBAGAI ANJURAN PRAKTIS (1 Tes 5:12-22)
12 Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; 13 dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain. 14 Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang. 15 Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang. 16 Bersukacitalah senantiasa. 17 Tetaplah berdoa. 18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. 19 Janganlah padamkan Roh, 20 dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. 21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 22 Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.
Ayat 12, 13a. Ayat ini membuka serangkaian nasihat praktis yang menjangkau hingga ayat 22. Paulus sebenarnya bisa saja memberi mereka perintah, tapi ia lebih suka berkata, kami minta kepadamu, karena ia sedang bicara dengan saudara-saudaranya (lihat pembahasan tentang 5:4).
Permintaan pertamanya adalah mereka harus menghormati para pemimpin mereka. Kata Yunani yang diterjemahkan "menghormati" adalah oi•da (oida). Meski oida secara harfiah berarti "tahu" (KJV), itu juga mengandung, dalam konteks ini, gagasan "mengetahui" untuk "menghargai" dan "menghormati" (NIV).
Orang-orang yang Paulus ingin mereka "ketahui" dan "hormati" digambarkan sebagai orang-orang yang melakukan semua hal berikut ini, karena hanya ada satu kata sandang dalam bahasa Yunaninya.
Mereka adalah orang-orang yang bekerja keras di antara [mereka]. Istilah asli untuk "bekerja keras" (kopia¿w, kopiaō) mengacu kepada kerja keras yang melelahkan. Pada dasarnya, mereka ini adalah orang-orang yang tidak hanya membuat keputusan. Mereka itu pergi, bergerak, dan bekerja, mengorbankan waktu dan diri mereka sendiri.
Orang-orang ini harus memimpin [mereka] dalam Tuhan. Alkitab NEB menulis, "adalah pemimpin-pemimpin kamu." "Memimpin" berasal dari kata Yunani (proiŒsthmi, proistēmi), dan artinya "mengatur, mengarahkan, menjadi kepala (dari)."1Frasa ini menjelaskan bahwa para pemimpin ini bertanggung jawab untuk memberikan arahan kepada jemaat. "Dalam Tuhan" menunjukkan bahwa tanggung jawab yang para pemimpin ini miliki adalah di dalam tubuh rohani Kristus, gereja (Efesus 1:22, 23).
Para pemimpin ini harus memberi [mereka] instruksi (NASB). Kata Yunani untuk "memberi instruksi" adalah nouqete÷w (noutheteō), dan di dalamnya terkandung gagasan tentang lebih tua, nasihat persaudaraan yang pemimpin itu berikan kepada seorang saudara yang lebih muda. Pertama Korintus 4:14 menggunakan kata yang sama ("memperingatkan"; NIV) dan memberikan rasa pada kata itu.
Kelompok orang apakah di dalam gereja yang bertanggung jawab untuk melakukan tiga tugas tersebut? "Memimpin" orang lain tampaknya hanya cocok bagi para penatua (Kisah 20:28;. 1 Timotius 5:17), dan "kerja keras" dan "menegor/memerintah" tentu cocok juga dengan para penatua. Morris setuju:
Konstruksi bahasa Yunani di sini adalah tiga partisip mengikuti satu kata sandang. Maksudnya adalah bahwa yang melaksanakan semua tiga fungsi itu adalah sekelompok orang, dan bukan tiga kelompok orang yang berbeda. Hal inilah dan yang lain-lainya yang mendorong kita berpikir bahwa yang sedang disapa adalah para penatua gereja. Siapa lagikah orangnya yang akan dianggap bisa menjalankan fungsi lipat tiga seperti itu?2
Raymond C. Kelcy percaya ada "kemungkinan yang kuat bahwa orang-orang itu adalah nabi,"3yaitu orang-orang yang "bernubuat" dari ayat 20. J. W. McGarvey dan Philip Y. Pendleton percaya orang-orang ini adalah para penatua, begitu juga Robertson.4Pandangan yang terakhir ini hampir pasti benar.
Namun begitu, karena gereja itu mungkin baru berusia hanya lima atau enam bulan, bagaimana bisa mereka sudah memiliki para penatua? Kita benar-benar tidak memiliki informasi di sini. Mungkin beberapa dari mualaf itu adalah orang-orang Yahudi yang sudah dewasa sebelum perubahan hidup mereka, dan karena itu hanya perlu diyakinkan bahwa Kristus adalah Mesias dan mematuhi injil agar menjadi orang Kristen yang dewasa.
Lihat kembali pekerjaan para penatua seperti yang digambarkan di sini. Tampaknya pekerjaan itu pertama-tama digambarkan sebagai kerja keras. Mereka bersedia untuk bekerja keras hingga kelelahan. Pelbagai ungkapan selanjutnya mungkin adalah penjelasan dari pekerjaan itu. Sebagian adalah "memimpin" kawanan domba, yaitu, menyediakan kepemimpinan dalam pelbagai masalah praktis, dan mengawasi kawanan itu untuk "mengarahkan" atau mengoreksi dengan penuh kasih ketika domba itu tidak berbuat sebagaimana mestinya. Paulus sudah memberitahu mereka bahwa kasih akan menyebabkan orang "bekerja keras" dalam kerajaan Allah (1:3).
Para pemimpin itu harus sungguh-sungguh dijunjung (hJge÷omai, hēgeomai), yang menurut Morris, berarti mereka itu tidak akan "disisihkan sebagai tidak penting."5Di mana sikap "menjunjung" ini ada, permintaan mereka tidak akan diabaikan.
Williams berkomentar:
Kata kerja [hJge÷omai] hēgeomai [untuk "menjunjung"] biasanya berarti "mempertimbangkan" atau "menganggap" dalam arti netral kata itu (bdk. 2 Tes. 3:15), tapi di sini kata itu memiliki isi yang lebih positif yang didikte oleh adverbia, [uJperekperissw◊ß] hyperekperissōs (lihat pembahasan tentang 3:10), dan oleh frasa adverbia, "kasih." Para anggota gereja diminta untuk menganggap para pemimpin mereka seperti itu, bukan untuk sifat pribadi yang mungkin mereka miliki, tetapi karena pekerjaan mereka, dalam pengertian bahwa pekerjaan mereka akan berjalan lebih baik, baik di dalam gereja atau dalam memperluas gereja, jika mereka dapat dibuat merasakan bahwa mereka itu dikasihi.6
Sikap "hormat" ini tidak diberikan kepada mereka, kata Paulus, oleh karena para anggota takut kepada kekuasaan mereka; sebaliknya, sikap itu diberikan kepada mereka dalam kasih. Kasih ini harus diberikan kepada mereka oleh karena pekerjaan mereka. Ada tersirat bahwa seorang penatua yang memenuhi syarat akan bekerja dengan sekuat tenaga untuk memastikan bahwa kerajaan Tuhan maju dan para anggota menghindari dosa dan bertumbuh secara rohani. Tentunya sudah harus jelas dari sini bahwa para penatua bukan hanya atau bahkan hanya sebagai pengambil keputusan. Mereka itu, sebaliknya, gembala penuh kasih yang akan membe-rikan segenap diri mereka untuk kemajuan gereja dan yang suatu hari nanti akan memberikan penjelasan tentang seberapa baik mereka telah melakukan pekerjaan ini (Ibrani 13:17). Hal ini membuat jelas bahwa tidak satu orang pun harus dipilih untuk jabatan ini kecuali ia telah menunjukkan jenis ketertarikan dan kasih seperti itu untuk sesamanya orang Kristen (bandingkan dengan Titus 1:8).
Ayat 13b. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain. Nasihat ini sangat mungkin terkait dengan perintah untuk menghormati pemimpin mereka. Mereka rupanya gagal untuk melakukan ini dan itu telah menimbulkan pertentangan, sebagaimana selalu akan dilakukan oleh sikap yang mengecam dan tidak sopan. Faktanya, kepemimpinan yang efektif tidak hanya bergantung pada pemimpin yang mau dan mampu, tetapi juga membutuhkan pengikut yang mau. Itu butuh anggota yang benar-benar mencoba untuk hidup damai dengan semua saudaranya, termasuk dengan para penatua (Markus 9:50; Roma 12:18; 2 Korintus 13:11). Ketika timbul perselisihan dengan pimpinan atau dengan orang lain, orang yang secara jujur menco-ba untuk hidup damai akan menahan lidahnya dan mendatangi saudara atau saudara-saudaranya yang dengan siapa ia berselisih. Umumnya, saling pengertian akan tercapai. Selanjutnya, ia akan menahan diri untuk mengecam secara terbuka atas apa saja yang tidak sejalan dengan caranya. Setiap orang Kristen wajib melakukan apa saja dalam kekuasaannya untuk mempromosikan kedamaian di jemaat di mana ia adalah anggotanya.
Ayat 14. Paulus tampaknya sudah memberikan nasihat kepada kelompok lainnya. Kami juga menasihati ["mendesak"; RSV] kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib atau "memperingatkan mereka yang menganggur" (NIV) di dalam jemaat. "Menasihati" berasal dari nouqete÷w (noutheteō) dan artinya "menasihati, memperingatkan, menginstruksikan" (lihat juga ay. 12).7Kata Yunani untuk "tidak tertib," a‡taktoß (ataktos), mengacu kembali kepada sosok prajurit yang Paulus telah gunakan sebelumnya (5:8) dan menggambarkan seorang prajurit yang tidak sebaris dengan prajurit lain ketika mereka berbaris. Ia tertinggal dan tidak berusaha menjaga langkahnya. George Milligan menunjukkan, ataktos paling sering digunakan untuk orang yang malas,8dan ada beberapa orang seperti itu di antara jemaat Tesalonika (2 Tesalonika 3:11).
Definisi umum istilah itu adalah "tidak tertib," tapi, seperti yang dengan benarnya Marshall katakan, "Jenis ketidaktertiban tertentu yang dibahas di sini terletak pada penolakan untuk bekerja dan menyesuaikan diri dengan cara hidup normal pekerja."9
Beberapa orang secara jelas sudah menyimpulkan bahwa kedatangan Kristus sudah begitu dekat sehingga tidak ada gunanya melanjutkan kegiatan rutin mereka seperti pekerjaan mereka, sehingga mereka berhenti bekerja dan menjadi tergantung pada orang lain. Paulus dengan jelas mengutuk praktik ini. Orang Kristen adalah orang yang ingin bekerja untuk menghidupi diri mereka sendiri, dan kemudian punya cukup materi untuk membantu orang lain (lihat juga Efesus 4:28). Kemalasan melahirkan banyak kejahatan lainnya, sehingga Paulus mendorong jemaat itu untuk "memperingatkan" dan "menegur," atau bicara secara serius dengan orang-orang yang telah menyimpang dari kehendak Allah dan menjadi malas. Sekali lagi, ini menunjukkan tanggung jawab masing-masing saudara terhadap setiap saudara lainnya.
Sejalan dengan pokok pikiran itu, Paulus mengatakan bahwa mereka harus [meng]hibur … mereka yang tawar hati. Seperti yang dapat dilihat dari beragam terjemahan, ungkapan Yunani ini sulit diterjemahkan, tetapi tampaknya Alkitab NASB memberikan terjemahan yang terbaik. Beberapa orang "tawar hati," karena, seperti yang kita sudah lihat (4:13-18), orang-orang yang mereka kasihi telah meninggal dan mereka takut orang-orang itu tidak akan berpartisipasi dalam acara akbar kedatangan Kristus yang kedua kali. Paulus menasihati saudara-saudara itu untuk membahas ajaran Paulus dengan orang-orang yang tawar hati itu dan usahakan untuk "menghibur" mereka (4:18).
Mereka juga harus membantu yang lemah (NASB). "Membantu" adalah dari aÓnte÷cw (antechō) dan menunjukkan punya "minat yang kuat" pada seseorang atau sesuatu.10Paulus kuatir terhadap orang-orang yang "lemah" secara rohani dan butuh "bantuan." Untuk tumbuh lebih kuat, mereka butuh saudara-saudara yang memikul mereka dan menguatkan mereka dalam jalan kehidupan. Yang kuat memiliki tugas yang jelas terhadap yang lemah (Roma 15:1).
Dengan berpaling dari pelbagai nasihat ini kepada kelompok orang yang berbeda, Paulus menunjuk kepada sesuatu yang diperlukan dalam keseluruhan gereja. Ia berkata, Bersabarlah dengan semua orang. Artinya, bersikap lembut, menahan diri, panjang sabar kepada "semua orang." Membantu atau melayani orang yang belum dewasa adalah lebih penting daripada memuaskan ego kita sendiri.
Ayat 15. Paulus mengatakan bahwa mereka harus [memastikan] supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat. Nasihat ini melarang kecenderungan alami untuk membalas dendam (bandingkan dengan Roma 12:17). Aspek lain ajaran ini terlihat dalam fakta bahwa oJra◊te (horate, dari oJra¿w, horaō), yang diterjemahkan "memastikan supaya," adalah plural, menyiratkan bahwa yang disapa adalah kelompok orang. Frame berkata, "Kelompok itu secara keseluruhan diminta bertanggung jawab atas anggota perorangan siapa saja (tiß) yang kesabarannya sudah habis dan yang siap membalas dendam.…"11
Jemaat itu harus memastikan bahwa tidak ada dua saudara yang "melakukan hal itu" dengan membalas kesalahan dengan kesalahan. Ketika itu mulai terjadi, saudara-saudara secara individu dan para pemimpin itu harus "memastikan supaya" hal seperti itu tidak berlanjut. Ketimbang bertindak seperti itu, orang Kristen harus belajar untuk usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing. Tentu saja, "baik" adalah apa yang bermanfaat bagi orang yang menerimanya. Meski sulit, ketika seseorang berbuat jahat kepada kita, kita harus berbuat baik kepada dia untuk membantu dia melihat kesalahan itu dengan menumpukkan "bara api di atas kepalanya" (Roma 12:20; lihat Amsal 25:21, 22). "Bara api" ini harus jangan digunakan dengan keinginan untuk menghanguskan dia, tapi untuk "mencairkan" kekerasannya dan membuat dia malu sehingga ketegangan bisa diluluhkan. Orang Kristen harus selalu seperti ini terhadap semua orang, termasuk orang non-Kristen. (Perhatikanlah kepedulian Paulus bagi orang non-Kristen di surat ini [3:12; 4:12] dan dalam pernyataannya di Galatia 6:10 Juga bandingkan pernyataan Petrus dalam 1 Petrus 3:9, dan pernyataan Yesus dalam Matius 5:38-41).
Ayat 16, 17. Setelah memerintahkan mereka tentang bagaimana memperlakukan satu sama lain, Paulus menasihati mereka tentang sikap mereka terhadap kehidupan, bahwa itu harus selalu menyebabkan mereka bersukacita dan dipenuhi dengan sukacita. Allah telah memberkati kita dengan keselamatan dari dosa-dosa masa lalu kita dan memberi kita Roh Kudus sebagai jaminan bahwa Ia akan menyelamatkan kita selama-lamanya (Efesus 1:13, 14; Roma 8:32). Terlepas dari pelbagai kesulitan kita, orang Kristen punya banyak alasan untuk bahagia.
Sukacita orang Kristen sejati harus meluap dalam doa ucapan syukur yang melimpah kepada Allah. Demikian juga, di tengah-tengah kesulitan orang Kristen sejati akan ingin memiliki persekutuan dengan Allahnya. Dengan demikian ia akan berdoa tanpa henti (NASB). Morris menulis bahwa di sini, Paulus menggunakan kata "proseucesqe [proseuchesthe], yang memokuskan devosi, tatapan ke arah Allah, ketimbang de¿omai [deomai], yang akan memokuskan perhatian kepada kebutuhan seseorang.… Proseu¿comai [proseuchomai] adalah istilah yang lebih komprehensif, dan dapat mencakup kata lain untuk doa."12
Tentunya Paulus tidak bermaksud bahwa orang Kristen harus selalu berlutut atau bibirnya terus-menerus bergerak. Sebaliknya ia bermaksud bahwa orang Kristen harus memiliki perasaan yang konstan tentang kehadiran Allah dan perasaan bergantung pada Allah yang akan membuat dia ingin secara teratur bicara dengan Bapa-Nya di sorga, mungkin beberapa kali sehari (lihat Roma 12:12; Efesus 6:18; Lukas 18:1).
Ayat 18. Doa yang Paulus bicarakan dalam ayat 17 adalah di atas segalanya suatu pemberian ucapan syukur, atau ungkapan terima kasih, dalam segala hal, yaitu, dalam situasi apa pun yang mungkin seseorang hadapi. Morris menulis bahwa "ungkapan di sini, eÓn panti« [en panti], bukan berarti 'setiap waktu,' dan, sesungguhnya, itu harus dibedakan dari pa¿ntote [pantote] di II Kor. 9: 8. Sebaliknya, itu berarti 'dalam segala hal,' yaitu, 'dalam segala keadaan.'"13Demikian pula, Paulus berkata bahwa "dalam setiap keadaan" ia telah belajar mencukupkan diri (Filipi 4:12).
Kita harus mengucapkan terima kasih kita kepada Allah ketika segala hal berjalan dengan benar (2:13), tetapi kita juga harus berterima kasih kepada Dia untuk pelbagai pencobaan, karena "ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan" (Yakobus 1:3). Sebab itulah yang dikehendaki Allah … bagi kamu, atau apa yang Ia ingin Anda lakukan. Pernyataan ini mungkin tidak hanya mengacu kepada "mengucap syukur," tetapi juga kepada "bersukacitalah senantiasa" dan "tetaplah berdoa." Cara dan sikap hidup ini merupakan cara yang Allah inginkan untuk Anda lakukan di dalam
Kristus Yesus, yaitu, di dalam tubuh-Nya (bandingkan dengan Roma 6:3, 4; Efesus 1:22, 23), sebagai bagian dari keluarga-Nya. Mengucap syukur dalam hati saja tidaklah cukup. Allah ingin kita mengungkapkan perasaan itu.
Ayat 19. Acuan di sini adalah kepada Roh [Kudus], pribadi ketiga dari ke-Allahan, yang masuk ke dalam hati orang-orang yang taat kepada Allah pada saat mereka menaati Dia (Kisah 5:32). Paulus menyamakan Roh dalam diri kita dengan api, yang merupakan kiasan yang digunakan di tempat lain untuk Roh (lihat Kisah 2:3; 2 Timotius 1:6), dan ia memberitahu kita untuk jangan memadamkan, atau "mematikan" (NIV) api Roh itu. Kata "memadamkan" adalah kata yang biasanya digunakan untuk memadamkan api (lihat Matius 25:8; Markus 9:48).
Ketika mengomentari kata "memadamkan" (sbe÷nnumi, sbennumi), Robertson berkata, "Mē dengan present imperative berarti berhenti melakukan hal itu atau tidak punya kebiasaan melakukan hal itu."14
Apakah arti "memadamkan Roh"? McGarvey, Pendleton, Morris, dan yang lain-lainnya percaya bahwa Paulus mungkin sedang bicara tentang operasi Roh dalam diri kita dalam pengertian yang lebih luas. Artinya, mereka mengacukan itu kepada takaran non-mujizatiah dari Roh yang diberikan kepada semua orang Kristen pada waktu ketaatan kita (Kisah 5:32), ketika kita dibaptis ke dalam Kristus dan menjadi anak-anak Allah (Roma 6:3, 4; Galatia 4:6, 7). Oleh karena itu, setiap kemesuman, amarah, kemalasan ketimbang bekerja, atau setiap jalan hidup lainnya yang bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh Roh (Yohanes 16:13) dalam satu pengertian akan "mematikan" atau "memadamkan" Roh yang tinggal di dalam orang Kristen. Meski Paulus tampaknya mengacu kepada pelbagai karya mujizatiah Roh dalam konteks ini, namun memang benar bahwa setiap gaya hidup yang bertentangan dengan Firman maka dalam suatu pengertian hal itu akan "mematikan" atau "memadamkan" Roh dalam hidup kita.
Kelcy, Milligan, dan yang lain-lainnya berpikir bahwa Paulus di sini bicara dalam konteks pelbagai karunia mujizatiah seperti halnya bicara dalam bahasa roh, karunia penyembuhan, dan pelbagai mujizat lainnya (1 Korintus 12:28), yang diberikan oleh Roh hanya kepada orang-orang tertentu pada abad pertama (lihat 1 Korintus 12:29). Sama seperti menuangkan pasir ke atas api, idenya adalah bahwa orang-orang di Tesalonika yang telah menerima karunia mujizatiah seperti itu dari tangan Paulus (bandingkan dengan Kisah 8:18) malah mematikan kobaran karunia-karunia itu ketimbang menggunakannya. Pandangan ini, yang lebih cocok dengan ayat 20, tampaknya menjadi tafsiran yang paling mungkin. Jika itu adalah tafsiran yang tepat, maka sekarang ini kita tidak bisa "mematikan" Roh Kudus dalam arti yang sama karena kita tidak memiliki kuasa mujizatiah yang berasal dari tangan para rasul..
Ayat 20. Dari nasihat umum di ayat 19, Paulus berhenti sejenak untuk bicara secara khusus tentang karunia nubuat. Dalam Efesus 4:11 Paulus menulis, "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi.…" Dalam gereja abad pertama, rasul-rasul awalnya mengungkapkan kehendak Allah, tapi nabi-nabi juga menerima "wahyu" (lihat 1 Korintus 14:29-32, terutama ay. 30), mungkin dalam arti menguraikan penerapan tentang apa yang rasul-rasul itu telah ungkapkan. Bagaimanapun, Allah bicara melalui orang-orang terilham ini melalui karunia yang Kristus telah berikan. Oleh karena itu, nubuat-nubuat harus jangan dianggap rendah, harfiahnya "membuat tidak ada."
"Nubuat-nubuat," dari profhtei÷a (prophēteia), "dianggap rendah" oleh beberapa orang di Tesalonika. Bruce berkata, "Mungkin di Tesalonika ada kecenderungan, seperti yang belakangan terjadi di Korintus, lebih menghargai karunia-karunia spektakuler ketimbang nubuatan."15Morris berpendapat bahwa orang-orang Kristen, yang belum diakui sebagai nabi, mungkin telah menyampaikan "perkataan-perkataan," sehingga ada kecenderungan untuk menolak mereka, meski mereka berasal dari Allah.16Tafsiran ini diragukan.
Menolak nubuat adalah menolak Allah yang menyatakannya. Menurut Paulus, "nubuat-nubuat" ini (umumnya adalah ajaran tentang masa kini dan kadang-kadang meramalkan masa depan; bacalah Kisah 11:27, 28) harus diperlakukan sebagai sangat penting sekali, jauh lebih penting daripada pelbagai karunia seperti bahasa roh. Paulus menulis, "Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat" (1 Korintus 14:1). Kemudian ia berkata bahwa "siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.… orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh" (1 Korintus 14:4, 5).
Sangat mungkin bahwa beberapa kelemahan moral dalam gereja Tesalonika (lihat pembahasan tentang 4:1) dan ide-ide palsu tentang kedatangan Kristus yang kedua (4:13-5:11) sudah lazim karena mereka tidak mau mendengarkan nabi-nabi mereka, dan merendahkan mereka. Paulus berkata ini adalah salah.
Ada kemungkinan mereka telah bersepakat dengan nabi-nabi palsu dan kesepakatan itu telah membuat mereka meragukan semua nabi (bandingkan dengan 1 Yohanes 4:1; 2 Tesalonika 2:1-3).
Meski sekarang ini kita tidak lagi memiliki "nabi-nabi" terilham seperti itu dalam gereja, seperti yang telah kita lihat, tapi kita memiliki orang-orang seperti pengkhotbah atau penginjil, yang ditugaskan untuk menyatakan Firman Tuhan. Kecuali kita bisa membuktikan bahwa apa yang seorang penginjil katakan tidak sesuai dengan wahyu Allah, kita harus "jangan anggap rendah" perkataan itu. Kita punya tanggung jawab yang berat untuk menerima ajaran seperti itu.
Ayat 21. Sekali lagi, umat Kristen di Tesalonika ini mungkin saja sudah memiliki beberapa pengalaman negatif dengan nabi-nabi palsu yang telah menipu mereka. Dalam 1 Yohanes 4:1, Yohanes mendesak pembacanya untuk "ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia." Dalam 2 Tesalonika 2:1-3, Paulus mengingatkan tentang penipuan tertentu. Jika mereka telah ditipu seperti itu, penipuan itu mungkin yang membuat mereka cenderung menolak semua orang yang mengaku memiliki karunia mujizatiah rohani karena takut "tertipu" lagi. Ini mungkin alasan mengapa mereka cenderung menganggap rendah semua "nubuat." Paulus berkata bahwa itu tidak benar. Sebaliknya, ia mendesak mereka untuk ujilah segala sesuatu, "buktikan segala sesuatu" (KJV), dan yang palsu buang saja sambil berpegang pada yang baik. Bruce menulis bahwa di sini pa¿nta (panta) berbentuk "jamak netral daripada tunggal akusatif" dan karena itu harus diterjemahkan "segalanya," bukan "setiap orang."17
Jemaat Tesalonika perlu belajar untuk tidak melangkah ke sisi ekstrim mana saja, tapi harus menggunakan kemampuan mental mereka untuk membedakan antara nabi-nabi palsu dan asli. Jelas sekali, karena mereka telah melihat dan mendengar kebenaran melalui pelbagai mujizat Paulus dan pelbagai ajarannya tentang kedatangan Kristus yang kedua dan hal-hal lain yang adalah benar, maka apa saja yang menetang mereka adalah palsu dan harus dibuang. Selain itu, ada karunia mujizatiah yang bisa membantu membedakan apa yang benar atau salah (1 Korintus 12:10; 14:29). Paulus mungkin juga sedang menyiratkan bahwa karunia itu digunakan. Ketika perbedaan telah dibuat, mereka harus berpegang pada yang baik. Artinya, menganutnya, menjalankannya, dan mengajarkannya kepada orang lain.
Kita tidak memiliki karunia mujizatiah apa saja dari Roh Kudus sekarang ini, karena karunia itu diberikan melalui tangan para rasul (Kisah 8:17, 18) dan para rasul itu sekarang sudah mati. Namun begitu, "Kata-kata yang [Paulus] gunakan sifatnya cukup umum, dan kata-kata itu harus dianggap berlaku bagi segala macam hal, dan tidak hanya berlaku bagi para penuntut karunia-karunia rohani itu."18Dengan kata lain, menguji "segala sesuatu" dengan standar Allah, kehendak ilahi-Nya adalah tugas terus-menerus orang Kristen.
Ayat 22. Telah disimpulkan oleh beberapa orang, oleh karena terjemahan Alkitab KJV "Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan" maka di sini Paulus sedang menyalahkan tidak hanya apa yang jahat, tetapi juga apa yang tampaknya jahat. Konsep ini diajarkan di tempat lain di dalam Alkitab (2 Korintus 8:19-21), tapi itu bukan pokok pikiran Paulus di sini.
Seperti yang Henry Alford tulis, Alkitab KJV tidak bisa menjadi terjemahan yang tepat di sini. Idenya adalah "menghindari setiap jenis kejahatan." Alford berkata, "Kata-kata ini tidak bisa dengan kemungkinan apa saja diterjemahkan … 'menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan.' Karena (1) ei•doß [eidos, yang berarti 'bentuk'] tidak pernah menandakan 'rupa' dalam pengertian ini: (2) dua anggota kalimat itu jadinya akan tidak sesuai secara logika.…"19Robertson juga setuju.20
Latar belakang ayat ini adalah apa yang kita lihat sebelumnya di ayat 21, "Ujilah segala sesuatu. Berpegang pada yang baik "(NIV). Di sini, Paulus menambahkan bahwa kita juga harus menghindari segal jenis kejahatan. "Kejahatan" adalah apa yang tidak lulus uji oleh Firman Allah; pertama-tama nubuat palsu (Matius 7:15), dan kemudian, dengan argumen yang sama, setiap hal atau konsep lain yang salah.
Di zaman itu, kejahatan yang mereka harus hindari termasuk "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala dan sihir, kebencian, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, dan kedengkian; kemabukan, pesta pora dan yang seperti itu"(Galatia 5:19-21; NIV).
Kejahatan yang harus dihindari oleh orang Kristen yang tulus hati sekarang ini tumpang tindih dengan pelbagai kejahatan yang Paulus sebutkan untuk jemaat Galatia. percabulan, kecemaran, hawa nafsu, sihir, kebencian, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan dan pesta pora masih merupakan kejadian umum, dan kita juga harus menjauhkan diri dari mereka. Selain itu, homoseksualitas, narkoba, dan pornografi, di antara yang lainnya, dapat dimasukkan dalam daftar sekarang ini. Semua ini adalah "jahat" karena mereka tidak lulus "uji" oleh Firman Allah.
Kata yang diterjemahkan menjauhkan diri adalah aÓpe÷cw (apechō), kata yang kuat yang menekankan pemisahan yang harus terjadi antara orang Kristen dan apa saja yang palsu. Orang Kristen sejati tidak akan menolerir kejahatan. Faktanya, Paulus berkata, "Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu—seperti yang telah kubuat dahulu—bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (Galatia 5:21).
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Pandangan Allah Tentang Kedewasaan (1 Tes 5:12-23)
Sebagian besar dari kita memiliki penilaian atas kedewasaan rohani kita sendiri. Boleh jadi kita m...
Pandangan Allah Tentang Kedewasaan (1 Tes 5:12-23)
Sebagian besar dari kita memiliki penilaian atas kedewasaan rohani kita sendiri. Boleh jadi kita menganggap hal ini sebagai pendapat kita tentang tingkat kesalehan kita sendiri. Bagaimanakah pandangan Allah tentang kedewasaan rohani anak-anak-Nya? Bagian terakhir 1 Tesalonika boleh jadi kelihatannya hanya seperti daftar apa yang "boleh" dan apa yang "tidak boleh" dilakukan. Pada kenyataannya, itu merupakan pandu yang luar biasa bagi kedewasaan, memberi kita tindakan dan sikap untuk kehidupan Kristen yang dewasa. Apa sajakah arahan Allah bagi kedewasaan rohani kita?
Dewasalah Dalam Hubungan Anda (5:12-15). Agama Kristen adalah hubungan. Agama Kristen adalah persahabatan dengan Allah melalui Yesus Kristus. Allah ingin hubungan kita dengan Dia tercermin dalam hubungan kita dengan orang lain.
"Jadilah peniru Allah, seperti anak-anak yang kekasih" adalah perintah dari Efesus 5:1 (NASB). Aturan bagi kehidupan ini disisipkan dalam satu nas yang bicara tentang sifat-sifat positif kebaikan hati, kasih, dan pengampunan. Aturan ini digambarkan dengan pengorbanan Yesus, yang merupakan produk dari sifat-sifat tersebut.
Bagaimanakah kita memperlihatkan sifat Allah dalam hubungan kita? Lihatlah apa yang nas 5:12-15 minta untuk kita lakukan:
Kita semua mengenal orang-orang yang malas atau yang menimbulkan kekacauan. Kita juga menemukan orang-orang yang ketakutan dan lemah. Respon mereka dengan cara Allah. Inilah kedewasaan rohani itu: memberikan kebaikan semampu kita kepada semua orang seperti itu, berusaha menciptakan keadaan damai dan penuh kasih yang di dalamnya semua orang dapat tumbuh dan berkembang.
Ini merupakan pekerjaan yang dibutuhkan dan berharga. Itu merupakan kedewasaan Kristen yang dipraktikkan. Itu adalah pekerjaan Allah! Itu adalah pekerjaan yang Yesus sudah lakukan, dan Ia melakukannya dengan sabar, sampai pekerjaan itu selesai. Yesus "berjalan berkeliling sambil berbuat baik …" (Kisah 10:38). Berbuat baik kepada orang lain menunjukkan kedewasaan dalam pergaulan.
Hal apakah yang kita lihat ketika kita meneliti hubungan kita dengan orang lain? Apakah kita tidak ramah, tidak peduli, dan tidak tertarik terhadap kebutuhan mereka? Apakah kita berusaha untuk menguasai orang lain dan mendikte setiap perbuatan mereka? Semua itu adalah cara-cara yang tidak dewasa dalam berhubungan dengan orang lain.
Jika kita berprilaku seperti itu, atau tergoda ingin berprilaku seperti itu, maka kita harus membaca kembali semua perintah Allah tentang berhubungan dengan orang lain. Kita harus mulai mempraktikan semua perintah itu dan kemudian bertekunlah dalam mempraktikkannya sehingga kita bisa berkembang dan dewasa dalam pergaulan kita.
Dewasa Dalam Kehidupan Pribadi Kita (5:16-22). Berusaha menolong orang lain seperti yang Allah inginkan untuk kita lakukan adalah pekerjaan paling penting yang dapat kita lakukan. Pekerjaan itu bisa membuat kita frustasi dan bahkan kehabisan tenaga. Jika pekerjaan itu berpotensi melelahkan jiwa kita, maka kita harus memastikan untuk memperkuat diri kita sehingga kita bisa melakukan persiapan yang terbaik untuk menolong orang lain. Untuk bisa melakukan pekerjaan ini dengan cara yang paling baik, kita harus memberi perhatian kepada kedewasaan pribadi kita sendiri.
Bagaimanakah hal itu bisa dilakukan? Inilah jawaban bagi pertanyaan itu:
Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan (5:16-22)
Apa yang terlihat seperti daftar perintah sesungguhnya adalah resep Allah untuk kebangkitan jiwa, untuk peremajaan diri pribadi. Pelbagai kegiatan ini akan membuat orang Kristen tetap terdorong dan terbangun dalam kemajuan mereka menuju kedewasaan.
Apakah yang akan terjadi dalam hidup kita ketika kita ambil bagian dalam pelbagai kegiatan ini? Kita akan bersukacita; kita akan berdoa; kita akan meminta Roh untuk mengubah hidup kita. Kita akan bergantung pada Firman Allah, menghargai apa yang berasal dari nilai sejati untuk hidup saleh dan menolak apa saja yang merusak kesalehan dalam hidup kita. Sikap dan perbuatan ini akan memperlengkapi diri kita untuk menjadi penolong yang pengasih, pemaaf, sabar seperti yang memang Allah inginkan dari kita masing-masing.
Bagaimanakah kita menjadikan pelbagai kegiatan berharga ini sebagai bagian dari gaya hidup kita, dan bukan hanya sekedar perbuatan yang sifatnya kadang-kadang? Pertama, Anda harus yakin bahwa kegiatan itu adalah penting, bahkan sangat penting bagi pertumbuhan rohani. Siapakah yang mengatakannya? Allah yang mengatakannya! Kedua, kita harus mulai melakukannya. Kita kemungkinan besar dapat memikirkan pelbagai alasan untuk mematikan langkah awal seperti itu, namun kebajikan ini tidak akan pernah menjadi bagian hidup kita sampai kita mau memulainya—jadi marilah kita mulai! Ketiga, kita harus bertekun dalam melakukan perbuatan baik. Jika kita melupakan atau mengabaikannya, maka kita bisa membuat upaya tambahan untuk kembali ke jalur itu.
Terbukalah Bagi Pertolongan Allah (5:23). Dalam upaya kita untuk menjalani kehidupan yang dewasa secara rohani, kita perlu menyadari kelemahan kita sendiri. Kita perlu menyadari kegagalan kita sendiri. Kadang-kadang kita akan mengabaikan atau bahkan menentang apa yang Allah kehendaki. Jika kita hanya bersandar pada diri kita sendiri, sudah pasti kita akan jatuh. Kesempurnaan hanya ditemukan dalam Allah melalui Yesus. Allah akan menolong kita dalam menghadapi tantangan untuk menjadi dewasa dalam rohani (5:23).
Allah adalah Allah yang bermurah hati yang mau membagi hidup dan kekudusan-Nya dengan kita. Ia memberikan Yesus untuk membuat hal ini mungkin. Sebagai orang Kristen yang dewasa secara rohani, kita akan mencari pertolongan Allah dalam segala sesuatu. Allah akan menjaga kita dalam kehidupan ini dan dalam keabadian. Kita bisa bersandar pada Allah. Kita harus bersandar pada Allah.
Kesimpulan. Kedewasaan hati dan pikiran orang Kristen akan terlihat dalam perkatan dan tindakan kita. Jika kita sedang berusaha untuk menjadi dewasa, hasilnya akan terlihat—bukan hanya di dalam diri kita, tetapi juga di sekitar kita, dalam kehidupan orang-orang yang kita pengaruhi. Kita akan dikenali sebagai orang yang berbeda. Kita akan dikenali sebagai umat Allah! Ketika Allah menyertai kita, kita dapat menjadi dewasa dalam kehidupan ini dan siap untuk berbagi persekutuan dengan Dia dalam kehidupan yang akan datang.
Ted Paull
TFTWMS: 1 Tesalonika (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick Wi...
Catatan Akhir:
- 1 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 870.
- 2 Leon Morris, The First and Second Epistles to the Thessalonians, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 165.
- 3 Lihat Raymond C. Kelcy, The Letters of Paul to the Thessalonians, The Living Word Commentary, vol. 13 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1968), 114.
- 4 J. W. McGarvey and Philip Y. Pendleton, Thessalonians, Corinthians, Galatians and Romans, The Standard Bible Commentary (Cincinnati, Ohio: Standard Publishing Foundation, 1916), 24; and A. T. Robertson, The Epistles of Paul, vol. 4, Word Pictures in the New Testament (Nashville: Broadman Press, 1931), 36.
- 5 Morris, 167.
- 6 David J. Williams, 1 and 2 Thessalonians, New International Biblical Commentary: New Testament Series, vol. 12 (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1992), 95.
- 7 Bauer, 679.
- 8 George Milligan, St. Paul's Epistles to the Thessalonians (London: Macmillan & Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1952), 152.
- 9 I. Howard Marshall, 1 and 2 Thessalonians, New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1983), 151.
- 10 Bauer, 87.
- 11 J. E. Frame, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistles of St. Paul to the Thessalonians, The International Critical Commentary (New York: Charles Scribner's Sons, 1912; reprint, Edinburgh: T. & T. Clark, 1988), 200.
- 12 Morris, 173n.
- 13 Ibid., 174n.
- 14 Robertson, 37.
- 15 F. F. Bruce, 1 & 2 Thessalonians, Word Biblical Commentary, vol. 45 (Waco, Tex.: Word Books, 1982), 125.
- 16 Morris, 177.
- 17 Bruce, 125.
- 18 Morris, 177.
- 19 Henry Alford, The Greek Testament, rev. Everett F. Harrison (Chicago: Moody Press, 1958), 3:281.
- 20 Robertson, 38.
- 21 Bauer, 9-10.
- 22 Morris, 181.
- 23 Lihat 1 Korr. 1:8, 9; 10:13; 2 Tes. 3:3; Ibr. 10:23; 1 Yoh. 1:9.
- 24 Robertson, 39.43
- 25 Morris, 183.
- 26 William Barclay, The Letters to the Philippians, Colossians, and Thessalonians, The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 208.44
- 27 Robertson, 39
- 28 Morris, 184.
- 29 Robertson, 39.
- 30 Williams, 105.
- 31 Dikutip dalam Morris, 187n.
- 32 Bauer, 870.
- 33 Abraham Malherbe, Paul and the Thessalonians (Philadelphia: Fortress Press, 1987), 91.
- 34 McGarvey and Pendleton, 26.
- 35 Kelcy, 121.
- 36 David Lipscomb, A Commentary on the New Testament Epistles: I, II Thessalonians, I, II Timothy, Titus, and Philemon, diedit dengan beberapa catatan tambahan oleh J. W. Shepherd, New Testament Series, vol. 5 (Nashville: Gospel Advocate Co., 1958), 75.
- 37 W. E. Vine, Vine's Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Old Tappan, N.J.: Fleming H. Revell Co., 1981), 296.
- 38 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph H. Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 6.
- 39 Ibid., 1079.
- 40 Robertson, 39.
Pengarang: Earl D. Edwards
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Lihat, Kasih, Dan Hidup (1 Tes 5:1-25)
Pasal terakhir 1 Tesalonika ini menekankan tema hidup sebagai anak-anak terang. Orang Kristen adalah anak dari...
Lihat, Kasih, Dan Hidup (1 Tes 5:1-25)
Pasal terakhir 1 Tesalonika ini menekankan tema hidup sebagai anak-anak terang. Orang Kristen adalah anak dari sinar matahari kebenaran yang benderang. Ia yakin dan percaya diri terhadap masa depan. Ia tahu ke mana ia pergi karena ia tahu apa yang masa depan miliki untuk dia.
Lihat! Lihat Hari Itu (5:1-11). Anak-anak terang melihat kepada hari Kristus. Paulus berkata, "Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu" (ay. 1). Istilah "zaman" dan "masa" adalah istilah yang berkaitan dengan masalah akhirat, kedatangan Tuhan kita dan penghakiman terakhir.
Ia berkata, "tidak perlu [ku]tuliskan kepadamu." Dalam 4:9, ia menggunakan ungkapan serupa mengenai kasih persaudaraan saat ia berkata, "Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah." Ia tidak perlu menyurati mereka tentang masalah akhirat karena mereka tahu betul bahwa mereka tidak tahu kapan hari itu akan datang.
Juruselamat akan datang seperti pencuri di malam hari. Bagaimanakah pencuri datang? Apakah Anda dapat undangan lewat surat tentang kedatangannya? Tidak, ia menyerang tanpa terdeteksi dan tanpa pemberitahuan. Kedua Petrus 3:9, 10 berkata, "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri.…"
Ada hubungan, kesamaan yang menyatu, antara doktrin kedatangan kedua dan moralitas praktis. Ini terlihat dalam kata-kata Petrus tentang hari kedatangan Tuhan, "… [L]angit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup" (2 Pet 3:10, 11; huruf miring oleh saya).
Fakta Ia akan datang kembali perlu punya efek pada cara hidup kita. Kecuali kebenaran tentang kedatangan-Nya yang kedua berdampak pada cara hidup kita hari ini, maka kita sesungguhnya tidak meyakini pelajaran dari bagian ini.
Kasih! Kasihilah Mereka Yang Bekerja Keras Di Antara Kamu (5:12, 13). Anak-anak terang harus mengasihi mereka yang bekerja keras di antara mereka. Paulus berkata, "Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain"(ay. 12, 13). Tiga partisip dengan hanya satu kata sandang menunjukkan ia sedang bicara tentang orang-orang yang sama. Ketika ia bicara tentang orang-orang yang "bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu," ia sedang menunjukkan kerja lipat tiga mereka. Mereka "bekerja keras di antara kamu," "mereka memimpin kamu dalam Tuhan," dan mereka "menegor kamu" di dalam Firman Tuhan.
Ia berkata, "Hargailah mereka yang rajin bekerja di antara kamu." "Kerja keras" adalah bentuk kata yang yang pernah muncul di 1:3 yang diterjemahkan "usaha kasih." Itu adalah bentuk kata kopos, dan, seperti yang Anda lihat, kopos jauh dari "copout [berdalih tentang pekerjaan]." Itu adalah pekerjaan yang menguras tenaga. Itu adalah pekerjaan yang ini melelahkan, meletihkan. Paulus sering menggunakan kata ini ketika ia bicara tentang membuat tendanya sendiri. Di sini kata itu mengacu kepada pekerjaan mereka yang menggembalakan jiwa. Betapa kerja keras yang mulia! Dalam nas yang berkaitan, Ibrani 13:17, kita baca, "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu."
Kita juga harus "sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka" (ay. 13). Perhatikanlah bahwa Paulus tidak mengatakan bahwa kita harus menjunjung mereka karena mereka adalah orang yang sangat menyenangkan. Kita harus menjunjung mereka karena pekerjaan mereka. Tanggung jawab mereka sebagai pemimpin diringkas dalam tiga pokok pikiran: "kerja keras," "memimpin," dan "menegor." Tanggung jawab kita diringkas dalam tiga perintah: "menghargai," "menjunjung," dan "hidup dalam damai."
Hidup! Hidup Dengan Penuh Sukacita (5:14-25). Bagian akhir pasal ini menggambarkan dalam beberapa sapuan kuas kecil jenis gereja yang Roh inginkan untuk gereja Tesalonika miliki. Gereja itu haruslah gereja yang berdoa, gereja yang penuh sukacita, dan gereja yang ditandai dengan semangat kasih. Anak-anak terang harus hidup dengan penuh sukacita.
Paulus berkata, "hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah." Untuk "tawar hati" Alkitab KJV menulis "lemah pikiran." Itu mungkin bukan terjemahan yang baik. "Tawar hati" secara harfiah berarti "berjiwa kerdil" atau "berkecil hati." Tampaknya Paulus sedang mengacukan mereka yang "takut." Mereka yang mungkin takut oleh karena orang mati, mereka yang takut mengenai keselamatan mereka sendiri, mungkin adalah orang-orang yang sedang dibahas di sini. Ia berkata, "Belalah mereka yang lemah." "Lemah" dapat digunakan secara sangat luas. Beberapa orang percaya bahwa yang lemah adalah mereka yang belum melihat adanya hubungan antara injil dan moralitas. Mereka itu harus dibantu dan didukung; diajar dan dibawa kepada kedewasaan.
Kesimpulan. Apakah yang Paulus sudah katakan? Apakah isi pesannya? Ia berkata, "Lihat"—"Lihat kepada hari itu sebagai insentif bagi moralitas, kemurnian, dan kewaspadaan." Ia berkata, "Kasih"—"Kasihilah mereka yang bekerja keras di antara kamu dan junjunglah mereka dengan sungguh-sungguh." Ia berkata, "Hidup"—"Hiduplah dengan penuh sukacita."
Apakah Anda sedang kerjakan? Apakah Anda sedang memperhatikan? Apakah Anda sedang hidup dengan penuh sukacita? Kesadaran terhadap adanya pengharapan yang tinggi harus mencirikan diri kita. Itu merupakan semangat gereja mula-mula. Hal itu terlihat pada gereja Tesalonika. Apakah Anda siap untuk hari itu? Katakanlah Tuhan harus turun dengan seruan keras pada saat ini. Akankah kita siap? Akankah kita mencari Dia?
Avone Malone
BIS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di
Tesalo
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di Tesalonika didirikan oleh Paulus setelah ia meninggalkan Filipi. Tetapi tidak lama sesudah itu, orang-orang Yahudi yang iri hati kepada Paulus mulai menentang usaha Paulus untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang bukan Yahudi yang telah menunjukkan minat terhadap agama Yahudi. Terpaksalah Paulus meninggalkan Tesalonika dan pergi ke Berea. Kemudian setelah ia tiba di Korintus, ia menerima surat dari Timotius, kawan dan rekannya, tentang keadaan jemaat di Tesalonika.
Jadi, Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika ini ditulis untuk memberi dorongan dan keteguhan kepada mereka. Paulus bersyukur atas berita yang diterimanya tentang iman dan kasih mereka. Ia mengingatkan mereka mengenai kehidupannya sendiri ketika ia masih berada di tengah-tengah mereka. Setelah mengemukakan semuanya itu, Paulus menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kalau seorang Kristen meninggal sebelum Kristus datang kembali, dapatkah orang itu menerima hidup yang kekal dan sejati dari Kristus? Kapankah Kristus akan datang? Paulus menasihatkan supaya mereka terus bekerja dengan tenang sambil menantikan kedatangan Kristus dengan penuh harapan.
Isi
- Pendahuluan
1Tes 1:1 - Syukur dan pujian
1Tes 1:2-3:13 - Nasihat mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen
1Tes 4:1-12 - Penjelasan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya
1Tes 4:13-5:11 - Nasihat-nasihat terakhir
1Tes 5:12-22 - Penutup
1Tes 5:23-28
Ajaran: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali
dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari it
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari itu.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 57 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristus di Tesalonika. (Dan juga semua jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Tesalonika terbagi atas 5 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas pengajaran tentang pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Tesalonika
Pasal 1-3 (1Tes 1:1-3:13).
Pengajaran tentang kehidupan pertobatan orang-orang Kristen di Tesalonika
Bagian ini menjelaskan pertobatan orang Kristen di Tesalonika yang membawa perluasan pemberitaan Injil, karena mereka menerima Injil dengan sukacita, beriman kepada Allah saja, menolak penyembahan kepada berhala-berhala dan hidup sesuai dengan Firman Allah. Pertobatan orang-orang Tesalonika kepada Injil, dikarenakan pemberitaan Rasul Paulus yang didasarkan atas hati yang suci, dan kehidupan yang benar (1Tes 2:4,9-10).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Tes 1:6,9. _Tanyakan_: Bagaimanakah seharusnya sikap kita dalam mendengar Firman Allah? Apakah yang dimaksudkan dengan beriman kepada Allah?
- Bacalah pasal 1Tes 3:6-13. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan oleh Rasul Paulus mengenai kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
Pasal 4-5 (1Tes 4:1-5:28).
Pengajaran tentang kehidupan dalam menantikan hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali
Dalam bagian ini, Rasul Paulus mengajarkan bahwa orang Kristen harus selalu melakukan apa yang suci dan tidak mencemarkan diri. Kedatangan Tuhan Yesus kedua kali adalah suatu penghiburan terhadap orang percaya (Kristen) yang pernah kehilangan keluarga seiman, tetapi hari itu juga merupakan hari penghukuman bagi dunia dan orang yang tidak percaya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Tes 4:3-14; 5:12-22. _Tanyakan_: Apakah yang Allah kehendaki dari orang Kristen? Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen di dalam ayat 7-8 dari pasal 5 (1Tes 5:7-8)? Bagaimanakah seharusnya sikap orang Kristen, ketika saudaranya mengalami kematian?
II. Kesimpulan
Kitab I Tesalonika mengajarkan tentang kehidupan orang Kristen di dalam cara hidup yang benar dan penuh pengharapan dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis kitab I Tesalonika?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Tesalonika?
- Bagaimanakah kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
- Bagaimanakah sikap seorang Kristen apabila ada keluarga yang suda percaya meninggal? Dan mengapa demikian?
Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan al
Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.
1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan alam yang indah terletak di jalan raya Romawi ke arah timur. Akibatnya, kota itu menjadi kota yang multi-rasial dengan kebudayaan yang beraneka ragam dan terbuka untuk menerima segala macam kepercayaan agama.
2. Pendirian gereja: Kisah 17:1-10 mengisahkan bahwa Paulus dan Silas mendirikan gereja di Tesalonika pada perjalanan penginjilan Paulus yang kedua. Kunjungan mereka ke Tesalonika hanya berlangsung kurang dari sebulan sebelum orang Yahudi membayar segerombolan penjahat yang menyebabkan Paulus dan Silas meninggalkan kota dengan terburu-buru, dan para pendukung mereka dibelenggu untuk menjaga ketenangan.
3. Gereja yang Paulus tulisi surat: Mengingat permulaannya yang tidak menguntungkan, gereja muda ini menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Anggotanya kebanyakan orang-orang bukan Yahudi yang bertobat dari kepercayaan kafir dan kini menghadapi lingkungan yang sangat kafir dan bermusuhan.
WAKTU DAN ALASAN PENULISAN SURAT INI.
Sejak Paulus meninggalkan Tesalonika ia sangat ingin tahu bagaimana perkembangan mereka. Timotius telah membawa kabar kepadanya (1Te 3:6) dan ia ingin mengungkapkan kepuasannya dan menguatkan mereka agar tetap bertahan dalam iman. Ia menulis surat ini tak lama sesudah ia meninggalkan mereka, yaitu ketika ia berada di Korintus, sekitar tahun 50. Karena itu, surat ini bersama dengan surat ke Galatia termasuk surat-surat Paulus terawal.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini merupakan surat tindak lanjut sederhana yang ditujukan para petobat baru. Surat ini hanya berisi sedikit doktrin yang rumit, tetapi lebih banyak untuk menguatkan mereka. Secara khusus Paulus berbicara tentang kedatangan Yesus kedua kali (1Te 1:10; 2:19; 3:13; 4: 16-18 dan 1Te 5:23) sebagai dorongan bagi kehidupan dan pelayanan Kristen.
Bahkan ketika mengoreksi kesalahan mereka, surat ini tetap ditulis dengan bahasa yang halus dan penuh kasih.
ALASAN-ALASAN LAIN PENULISAN SURAT INI.
Di samping menulis surat yang isinya secara umum bersifat menguatkan, Paulus juga mempunyai tujuan-tujuan lain. Ia ingin:
1. Membela diri atas tuduhan palsu (1Te 2:1-12)
2. Menekankan perlunya moral Kristen yang khas (1Te 4:1-12),
3. Memperbaiki kesalahmengertian tentang kedatangan Kristus yang kedua kali (1Te 4:13-18)
4. Mendisiplin ketidakdewasaan dikalangan jemaat muda tersebut (1Te 5:12-22)
Pesan
1. Allah sedang bekerja.Hal pertama yang perlu diketahui oleh Kristen baru ini bukan mengenai mekanisme
kehidupan Kristen, melainkan tentang Allah yang telah mereka percayai. Paulus
berbicara tentang:
o panggilan Allah. 1Te 1:4; 2:12; 4:7
o firman Allah. 1Te 1:6, 8; 2:13; 4:15
o pengesahan Allah. 1Te 2:4
o ujian Allah. 1Te 2:4
o murka Allah. 1Te 2:16
o kehendak Allah. 1Te 4:3; 5:18
o ajaran Allah. 1Te 4:9
o damai sejahtera Allah. 1Te 5:23
o kesetiaan Allah. 1Te 5:24
2. Kristus akan datang kembali.
Paulus menulis beberapa paragraf yang membicarakan tentang kedatangan Yesus
kedua kali untuk mengoreksi kesalahan ajaran-ajaran palsu yang ada pada saat
itu. Pula, ia menulis sejumlah catatan singkat tentang hal itu. Kedatangan Yesus
merupakan:
o suatu inspirasi bagi Kristen baru. 1Te 1:10
o suatu dorongan bagi para pekerja Kristen. 1Te 2:19
o suatu motivasi bagi kasih persaudaraan. 1Te 3:13
o suatu penghiburan bagi Kristen yang sedang berdukacita. 1Te 4:18
o suatu pembangkit untuk kehidupan yang kudus. 1Te 5:2
3. Sifat pengalaman Kristen.
Paulus banyak berbicara tentang ciri seorang Kristen supaya mereka dapat
mengerti pengalaman apa saja yang dapat mereka harapkan. Menjadi Kristen:
o Mulai dengan suatu keputusan pertobatan yang menentukan. 1Te 1:9-10
o Meliputi kemajuan dan pertumbuhan. 1Te 2:13; 4:1
o Menuntut ketahanan yang hidup. 1Te 3:8;5:5-8
o Bertujuan untuk hidup suci. 1Te 3:13-4:8
o Bergantung kepada Roh Kudus. 1Te 4:8; 5:19
o Berarti komitmen terhadap sesama Kristen. 1Te 4:9; 5:11-22
Penerapan
Jemaat Tesalonika memperlihatkan kepada kita bahwa ada:1. Teladan untuk diikuti.
o Teladan gereja tersebut
Disebabkan karena:
- iman
- kasih
- pengharapan
- kerja keras
- sukacita dalam penderitaan
- mendengarkan Allah
- berdiri teguh dalam penderitaan
o Teladan Paulus
Sebagai seorang pekerja Kristen: - berani
- lembut dan penuh kasih
- penuh kejujuran dan dapat dipercaya - seorang panutan
- selalu ingin menyukakan Allah lebih daripada manusia
2. Petunjuk-petunjuk untuk ditaati.
o Tentang moralitas Kristen yang khas dalam masyarakat kafir dewasa itu
o Tentang hubungan dan tingkah laku dalam gereja Kristen
3. Tujuan yang harus dicapai.
o Kehidupan yang berharga
o Pikiran yang terbuka untuk firman Allah
o Iman yang tahan uji
4. Doa-doa untuk didoakan.
Ada tiga petunjuk mengenai doa dalam surat ini. Mengapa tidak membuatnya menjadi
dasar kehidupan doa Anda? Anda akan menemukannya pada 1Te 1:2,3; 3:11-13 dan 1Te 5:23, 24.
Tema-tema Kunci
1. Injil.
Kabar baik yang dikhotbahkan oleh Paulus tidak diuraikan dengan jelas dalam surat ini, tetapi Anda dapat menangkapnya dari apa yang Paulus katakan. Coba lakukan itu. Jelas bahwa ia sangat memiliki perhatian besar pada pemberitaan Injil melebihi segala sesuatu dalam hidupnya. Lihat ayat-ayat yang mengacu pada hal tersebut. 1Te 1:5; 2:2, 4, 8, 9, dan 1Te 3:2
2. Pertobatan.
1Te 1:9, 10 merupakan pernyataan yang luar biasa tentang bagaimana manusia seharusnya menanggapi Injil. Tiga aspek yang disebutkan dapat dikaitkan dengan ciri-ciri pertobatan berikut ini:
o iman
o masa lalu
o melayani
o kasih
o masa kini
o menanti
o pengharapan
o masa depan
3. Pelayanan Kristen. Paulus melukiskan beberapa gambaran mengenai hubungannya dengan jemaat di Tesalonika. Ia adalah:
o Seorang perawat yang lemah lembut 1Te 2:7o Seorang pekerja yang tekun. 1Te 2:9
o Seorang ayah yang menguatkan hati. 1Te 2:11
o Seorang pemenang yang berpengharapan. 1Te 2:19
4. Firman Allah.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa kesempatan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan firman Allah dalam 1Te 1:6, 8; 2:13 dan 1Te 4:15 dan tulislah mengapa menurut Paulus firman Allah itu amat penting, apa yang harus dilakukan terhadap firman Allah dan tindakan apa yang seharusnya mengikuti.
5. Menyukakan hati Allah.
Secara singkat, surat ini berisi tentang bagaimana menyukakan hati Allah. Jemaat di Tesalonika telah melakukannya, tetapi didorong untuk lebih lagi melakukannya. Selidikilah surat ini kembali dan buatlah daftar Anda sendiri tentang bagaimana mereka sudah menyukakan hati Allah dan apa yang masih harus mereka lakukan untuk lebih menyukakan Dia.
Garis Besar Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) [1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3Sifat mereka
1Te 1:4, 5Pemilihan mereka
1Te 1:6, 7Tanggap
[1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3 | Sifat mereka |
1Te 1:4, 5 | Pemilihan mereka |
1Te 1:6, 7 | Tanggapan mereka |
1Te 1:8-10 | Reputasi mereka |
[3] PERILAKU PRIBADI PAULUS - DASAR PEMBELAAN 1Te 2:1-16
1Te 2:1, 2 | Keberanian yang ditunjukkannya |
1Te 2:3, 4 | Motivasi yang dimilikinya |
1Te 2:5-7 | Cara yang dipakainya |
1Te 2:8-9 | Dukungan yang diberikannya |
1Te 2:10-12 | Teladan yang diberikannya |
1Te 2:13-16 | Akibat yang diterimanya |
[4] KEPRIHATINAN PAULUS YANG BESAR - SUATU UNGKAPAN PERASAAN 1Te 2:17-3:13
1Te 2:17, 18 | Keinginan Paulus |
1Te 2:19, 20 | Motivasi Paulus |
1Te 3:1-5 | Utusan Paulus |
1Te 3:6-10 | Kelegaan Paulus |
1Te 3:11-13 | Doa Paulus |
[5] TINGKAH LAKU SOSIAL ORANG KRISTEN - SUATU PETUNJUK 1Te 4:1-12
1Te 4:1-8 | Moralitas seksual |
1Te 4:9,10 | Kasih persaudaraan |
1Te 4:11,12 | Mencari nafkah |
[6] KEDATANGAN KRISTUS KEDUA KALI - WILAYAH YANG DIPERSOALKAN 1Te 4:13-5:11
1Te 4:13-18 | Apa yang terjadi dengan orang yang sudah mati? |
1Te 5:1-3 | Kapan itu akan terjadi? |
1Te 5:4-11 | Dengan demikian bagaimana kita harus hidup? |
[7] KEHIDUPAN GEREJA DI TESALONIKA - BIDANG YANG MEMERLUKAN PERBAIKAN 1Te 5:12-22
1Te 5:12, 13 | Mengenai para pemimpin |
1Te 5:14, 15 | Mengenai orang lain |
1Te 5:16-18 | Mengenai keadaan |
1Te 5:19-22 | Mengenai ibadat |
[8] DOA PENUTUP DAN SALAM 1Te 5:23-28
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi