Teks -- Kidung Agung 6:8 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Kid 6:8
Full Life: Kid 6:8 - PERMAISURI ... SELIR, DAN DARA-DARA TAK TERBILANG BANYAKNYA.
Nas : Kid 6:8
Para wanita Yerusalem dikelompokkan sebagai permaisuri, selir, dan
dara (Ibr. _alamoth_, perawan pada usia yang pantas untuk menikah)...
Nas : Kid 6:8
Para wanita Yerusalem dikelompokkan sebagai permaisuri, selir, dan dara (Ibr. _alamoth_, perawan pada usia yang pantas untuk menikah). Tetapi gadis Sulam itu tidak dapat dibandingkan dengan mereka itu; ia merupakan jenis tersendiri, tiada tolok bandingannya.
Jerusalem: Kid 6:4--8:4 - -- Bagian ini merupakan syair yang kelima. Berturut-turut angkat bicara: mempelai laki-laki, Kid 6:4-10; iringan, Kid 6:13; mempelai laki-laki, Kid 7:1-9...
Bagian ini merupakan syair yang kelima. Berturut-turut angkat bicara: mempelai laki-laki, Kid 6:4-10; iringan, Kid 6:13; mempelai laki-laki, Kid 7:1-9; mempelai perempuan Kid 7:9-8:3; mempelai laki-laki, Kid 8:4.
Jerusalem: Kid 6:4-10 - -- Ayat-ayat ini merupakan sebuah sajak yang awal, Kid 6:4 dan akhirnya, Kid 6:10 hampir sama. Kid 6:5-7 mengulang sebagian dari Kid 4:1-2,3, dan barangk...
Ayat-ayat ini merupakan sebuah sajak yang awal, Kid 6:4 dan akhirnya, Kid 6:10 hampir sama. Kid 6:5-7 mengulang sebagian dari Kid 4:1-2,3, dan barangkali berupa sisipan. Mempelai laki-laki menegaskan bahwa kekasihnya sungguh-sungguh satu-satunya buah matanya; ia lebih bernilai dari pada banyak isteri dan selir seorang raja, Kid 6:8; bdk 1Ra 11:3; 2Ta 11:21; 13:21.
Ini kiranya suatu sisipan.
Ende -> Kid 6:4--8:4
Ende: Kid 6:4--8:4 - -- Tuhan sendiri memberi gambaran Israil, sebagaimana Ia menghendakinja kemudian
hari (Kid 6:4-7). Ia mentjintainja lebih daripada semua bangsa lainnja
(...
Tuhan sendiri memberi gambaran Israil, sebagaimana Ia menghendakinja kemudian hari (Kid 6:4-7). Ia mentjintainja lebih daripada semua bangsa lainnja (permaisuri, gundik)(Kid 6:8-10). Tetapi sebelum itu terdjadi Ia mau memeriksa mempelaiNja apatah ia sudah tersedia (taman) (Kid 6:11). Tetapi bagaimanapun djua, Ia mentjintaiNja dan tjinta jang kuat ini mendorong Tuhan, kendati keadaan Israil jang belum sempurna, untuk mendjadi pemimpinNja dan menebusnja dari kesesakannja (kereta bangsaku -- panglima)(Kid 6:12). Karena itu Israil diundang, agar seluruhnja lekas bertobat dan pulang kenegerinja (Kid 7:1). Lalu ikut suatu gambaran Israil jang sudah pulang seluruhnja dan dalam negeri jang dipulihkan sama sekali (Kid 7:2-6). Demikian nanti akan terdjadi, lalu Tuhan akan menikmati tjintakasih mempelaiNja (Kid 6:7-10a). Sekarang Israil menjatakan kesediaannja untuk ikut selalu undangan Allah serta keinginannja akan kemesraan tjinta Tuhan (Kid 10-14). Ia ingin, bahwa Allah, jang sedemikian djauh daripadanja karena keluhuranNja, sudi mendjadi lebih dekat dan lebih sama dengannja, abangnja atau manusia (Kid 8:1). Kalau demikian halnja, maka dengan lebih mudah Israil akan bertobat dan mendengarkan adjaran Allah dan memberi tjintakasihnja jang sempurna(Kid 8:2). Demikianlah semua akan djadi baik dan persatuan antara Tuhan dan Israil dapat terlaksana(Kid 8:3). Tetapi semuanja masih dihari depan belaka. Sekarang Israil belum sempurna, belum penuh dengan tjinta murni, belum tersedia sama sekali(Kid 8:4).Penjelesaian
Ref. Silang FULL -> Kid 6:8
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Kid 6:4-10
Matthew Henry: Kid 6:4-10 - Keyakinan Jemaat di dalam Kristus; Kasih Kristus terhadap Jemaat Keyakinan Jemaat di dalam Kristus; Kasih Kristus terhadap Jemaat (6:4-10)
Pada bagian ini, kita patut menganggap bahwa Kristus dengan penuh kemurah...
Keyakinan Jemaat di dalam Kristus; Kasih Kristus terhadap Jemaat (6:4-10)
- Pada bagian ini, kita patut menganggap bahwa Kristus dengan penuh kemurahan hati telah kembali kepada mempelai-Nya, setelah menarik diri darinya, dan kembali untuk bersekutu dengan mempelai-Nya (karena Ia berbicara kepadanya dan membuatnya mendengar kegirangan dan sukacita) setelah mengampuni dan melupakan segala kejahatannya, karena Ia berbicara dengan sangat lembut dan hormat kepadanya.
- I. Kekasihnya menyatakan bahwa mempelai-Nya begitu indah (ay. 4): Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza, sebuah kota suku Manasye, yang namanya berarti menyenangkan, atau dapat diterima, mengingat suasana kota itu yang jelas sangat menggembirakan dengan bangunan-bangunan yang indah dan rapi. Juita seperti Yerusalem, kota yang bersambung rapat (Mzm. 122:3) dan yang telah dibangun dan diperindah Salomo, suatu kegirangan bagi seluruh bumi. Kota seperti Yerusalem menjadi kehormatan bagi dunia (terlepas dari dunia memang berpikir demikian atau tidak). Yerusalem merupakan kota suci, dan kesuciannya inilah yang menjadi kecantikan terbesarnya. Tepatlah bila jemaat dibandingkan dengan Yerusalem, karena memang seperti kota itulah jemaat digambarkan dan diperlambangkan. Jemaat yang injili adalah Yerusalem sorgawi (Gal. 4:26), ya, Yerusalem sorgawi (Ibr. 12:22). Jemaatlah tempat kudus Allah dan di sanalah Allah secara khusus hadir. Dari jemaatlah Allah menerima pujian yang terusmenerus mengalir. Itulah tempat Allah berdiam untuk selama-lamanya, sehingga dengan demikian jemaat menjadi juita seperti Yerusalem, dan karenanya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya. Segala teguran yang diperkatakan oleh jemaat, bila dilaksanakan dengan semestinya, akan membuat nurani manusia terperanjat. Perkataan jemaat (yang merupakan senjatanya di dalam pertempuran) mematahkan setiap siasat (2Kor. 10:5), dan bahkan seorang yang tidak percaya akan diyakinkan dan dihakimi menurut semua ketetapan kudus yang agung (1Kor. 14:24-25). Para orang kudus dengan iman mereka mengalahkan dunia (1Yoh. 5:4), dan bahkan, seperti halnya Yakub, mereka bergumul melawan Allah dan menang (Kej. 32:28, KJV: beroleh kekuatan di dalam Allah dan menang).
- II. Sang kekasih mengakui bahwa diri-Nya jatuh cinta kepada sang mempelai perempuan (ay. 5). Meski untuk sesaat dan dengan agak murka Ia menyembunyikan wajah-Nya dari padanya, namun sekarang Ia menjumpainya dengan memperlihatkan kebaikan kekal yang mencengangkan (Yes. 54:8). Palingkanlah matamu kepada-Ku (menurut tafsiran beberapa orang), "palingkan mata imanmu dan mata kasihmu kepada-Ku, karena hal itu mengangkat-Ku. Pandanglah Aku dan jadilah tenang." Ketika kita berseru kepada Allah untuk memalingkan mata kemurahan-Nya kepada kita, maka Ia pun berseru kepada kita untuk memalingkan mata ketaatan kita kepada-Nya. Kita membacanya sebagai satu bentuk ungkapan cinta yang tidak biasa, " Palingkanlah matamu dari padaku, sebab aku tidak tahan melihat terangnya. Aku menjadi bingung karenanya (KJV: matamu telah menguasaiku), dan aku telah dimenangkannya agar aku tidak mengingat-ingat lagi segala yang telah lalu." Demikianlah seperti yang dikatakan Allah kepada Musa ketika ia menjadi perantara bagi orang Israel, " Biarkanlah Aku, atau aku harus menyerah" (Kel. 32:10). Kristus berkenan meminjam ungkapan yang diucapkan oleh seorang pecinta yang penuh hasrat ini hanya untuk mengungkapkan kelembutan seorang Penebus yang begitu peduli, serta menyampaikan sukacita yang Ia rasakan dalam diri mereka yang telah Ia tebus dan dalam semua karya anugerah-Nya di dalam diri mereka.
- III. Ia mengulangi kembali, nyaris kata demi kata, bagian dari penjelasan yang telah Ia sampaikan mengenai kecantikan sang mempelai perempuan (4:1-3), rambutnya, giginya, pelipisnya (ay. 5-7), bukan karena Ia tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata lain, dengan perbandingan lain yang serupa, tetapi untuk memperlihatkan bahwa Ia masih menghargai sang mempelai perempuan sama seperti sebelum ia berbuat tidak baik kepada-Nya dan sebelum Ia mengundurkan diri dari padanya. Untuk mencegah agar jangan sampai sang mempelai perempuan berpikir bahwa Ia memandangnya buruk, meski Ia mengenalnya dan meski Ia tidak membuangnya, maka Ia pun mengatakan hal yang sama tentangnya seperti yang telah Ia perbuat sebelumnya. Mereka yang banyak diampuni akan lebih banyak berbuat kasih, dan oleh karenanya menjadi yang lebih dikasihi, karena Kristus telah berkata, Aku mengasihi orang yang mengasihi Aku. Ia berkenan kepada umat-Nya dan tidak mempertimbangkan kelemahan mereka, ketika mereka dengan tulus hati bertobat dan kembali kepada kewajiban ibadah mereka. Lalu Ia pun akan memuji umat-Nya seakan-akan mereka sudah mencapai kesempurnaan.
- IV. Ia lebih mengutamakan sang mempelai perempuan ketimbang para pesaingnya, dan menyaksikan bahwa segala kecantikan dan kesempurnaan yang ada pada pesaing lain dijumpai dan berpusat di dalam diri sang mempelai perempuan (ay. 8-9); "Walaupun permaisuri ada enam puluh, yang seperti halnya Ester telah mencapai kedudukan tinggi di kerajaan dan kehormatan melalui kecantikan mereka, dan walaupun selir delapan puluh, yang lebih disukai raja daripada permaisuri karena pesonanya yang lebih memikat, dan yang diasuh oleh para pelayan kehormatan, dara-dara tak terbilang banyaknya, yang tampak begitu anggun di tengah pesta di istana, dengan kecantikan yang membuat mata yang memandanginya tidak berkedip, namun tetap dialah satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, mempelaiku yang kudus."
- 1. Sang mempelai perempuan mengungguli semuanya. Pergilah ke seluruh pelosok dunia, dan lihatlah segala macam masyarakat manusia yang menyatakan diri mereka sendiri bijaksana dan bahagia, pelbagai kerajaan, istana, majelis negeri, dewan penasihat, atau perhimpunan apa pun yang engkau nilai berharga, tidak ada satu pun dari mereka yang dapat dibandingkan dengan jemaat Kristus. Kehormatan dan keindahan mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan jemaat Kristus. Siapakah yang sama dengan engkau, hai Israel! (Ul. 33:29; 4:6-7). Ada orang-orang tertentu, seperti halnya dara-dara yang tak terbilang banyaknya, yang tersohor karena pencapaian mereka, keindahan tutur kata, bahasa, dan kinerja mereka, tetapi keindahan kekudusan jauh melampaui semua keindahan lain: " Satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, ialah yang memiliki satu kecantikan, yaitu laksana merpati, merpati yang tak tercemar, dan ia adalah kepunyaanku, dan itu membuatnya mengatasi semua permaisuri dan dara, meski jumlah mereka sangat banyak."
- 2. Sang mempelai perempuan mencakup semuanya. "Raja-raja lain mempunyai banyak permaisuri, dan selir, dan dara, dan raja-raja ini menghibur hati mereka sendiri dengan bercakap-cakap dengan kepunyaannya itu, tetapi merpatiku, idam-idamanku, adalah satu-satunya kebahagiaan hatiku, dan di dalam dia saja Aku mempunyai lebih banyak daripada yang dimiliki raja-raja lain dengan banyak kepunyaan mereka itu." Atau, "Meskipun ada banyak kumpulan-kumpulan jemaat, namun beberapa lebih mulia, beberapa kurang mulia, beberapa sudah ada sejak lama, lainnya baru ada beberapa waktu, dan meskipun ada banyak orang percaya, dengan talenta dan pencapaian yang berbeda-beda, namun beberapa lebih menonjol, yang lainnya kurang menonjol, namun mereka semua itu membentuk satu jemaat yang umum, semuanya bagian dari satu keseluruhan, dan itulah merpatiku, idam-idamanku." Kristus adalah pusat dari kesatuan jemaat. Semua anak Allah yang tercerai-berai di segala tempat dikumpulkan oleh Dia (Yoh. 11:52), dan dipersatukan di dalam Dia (Ef. 1:10), dan semuanya adalah merpati-Nya.
- V. Dia memperlihatkan betapa sang mempelai perempuan sangat dihormati, tidak hanya oleh-Nya, tetapi juga oleh semua yang mengenalnya dan yang memiliki hubungan dengannya. Sang mempelai perempuan lebih dipuji lagi ketika dikatakan bahwa,
- 1. Sang mempelai perempuan adalah kesayangan ibunya. Sedari kecil, ada sesuatu di dalam dirinya yang membuatnya lebih dikasihi orang tuanya. Seperti Salomo yang dikatakan merupakan anak yang lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibunya (KJV: anak yang lembut dan yang satu-satunya di mata ibunya) (Ams. 4:3), demikianlah jemaat menjadi anak tunggal bagi ibunya, sangat berharga seolah-olah jemaat merupakan anak satu-satunya, dan, andaikan ada lebih banyak anak lagi, jemaat tetaplah anak kesayangan bagi yang melahirkannya, jauh lebih hebat daripada semua masyarakat manusia yang pernah dilahirkan dunia. Segala kerajaan di dunia beserta kejayaannya, tidaklah berarti apa-apa bagi Kristus dibandingkan dengan jemaat, yang terdiri atas para orang mulia yang ada di tanah (KJV: di bumi), anak-anak Sion yang berharga, yang setimbang dengan emas tua, dan lebih mulia dari pada segala kawannya (KJV).
- 2. Bahwa sang mempelai perempuan dikagumi oleh semua yang mengenalnya, tidak hanya puteri-puteri, yang lebih muda darinya, melainkan juga oleh permaisuri-permaisuri dan selir-selir, yang mungkin mempunyai alasan untuk iri hati kepadanya sebagai pesaing. Mereka semua menyebutnya bahagia dan mengucapkan selamat kepadanya, memujinya dan mengucapkan hal-hal yang baik tentangnya. Puteri-puteri Yerusalem memanggilnya jelita di antara wanita, dan semua bersepakat menobatkannya sebagai yang paling indah, laksana setiap berkas gandum tunduk kepadanya. Perhatikan,
- (1) Mereka yang berakal sehat tidak bisa tidak akan diyakinkan nuraninya (apa pun yang mereka katakan) bahwa orang-orang saleh adalah orang-orang mulia. Banyak orang akan berbicara hal-hal baik mengenai orang saleh, dan lebih banyak lagi orang yang menawarkan kebaikan kepada mereka.
- (2) Yesus Kristus peduli dengan apa yang orang pikirkan dan bicarakan mengenai jemaat-Nya, serta berkenan kepada mereka yang menaruh hormat kepada orang-orang demikian yang takut akan Tuhan. Tetapi Ia juga tidak berkenan kepada mereka yang membenci jemaat-Nya, khususnya ketika jemaat direndahkan dan ketika ada yang menyesatkan anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya.
- VI. Ia menggubah suatu sajak yang ditujukan kepada sang mempelai perempuan, dan membuat sajak itu menjadi milik-Nya (ay. 10): Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah? Ini berlaku bagi jemaat di dunia dan bagi anugerah di dalam hati.
- 1. Keduanya sangat menyukakan hati seperti halnya cahaya, yang merupakan hal terindah dari semua yang dapat dilihat mata. Orang Kristen adalah, atau seharusnya menjadi, cahaya dunia. Jemaat yang terdiri dari bapa-bapa gereja muncul laksana fajar merekah ketika janji akan hadirnya Mesias pertama kali dikabarkan, dan surya pagi dari tempat yang tinggi akan melawat dunia yang gelap ini. Jemaat Yahudi memang indah bagaikan bulan purnama. Hukum Taurat yang penuh dengan tata keupacaraan laksana cahaya yang tidak sempurna, karena berkas sinarnya hanyalah pantulan. Cahayanya selalu berubah layaknya bulan yang tidak pernah mencapai siang hari, atau karena tidak akan terbit surya kebenaran. Akan tetapi, jemaat orang Kristen bercahaya bagaikan surya, memperlihatkan terang yang besar bagi bangsa yang diam di kegelapan. Pandangan ini dapat kita terapkan pada kerajaan kasih karunia, yakni kerajaan injili.
- (1) Pada kebangkitannya, kerajaan kasih karunia muncul laksana fajar merekah setelah malam yang gelap. Kerajaan ini mampu mengungkap segalanya (Ayb. 38:12-13), dan sangat berkenan, muncul dengan mulia laksana fajar. Namun pada permulaannya, kerajaan ini kecil dan nyaris tak terlihat.
- (2) Di dunia ini, keberadaan kerajaan injili paling-paling hanyalah indah bagaikan bulan purnama, yang bersinar dengan cahaya pinjaman, yang berubah-ubah dan mengalami gerhana, tampil dengan cacat, dan hanya bersinar penuh ketika ada malam. Akan tetapi,
- (3) Ketika disempurnakan oleh kerajaan mulia, kerajaan injili akan menjadi bercahaya bagaikan surya. Jemaat pun berselubungkan matahari, dengan Kristus sebagai surya kebenaran (Why. 12:1). Orang-orang yang mengasihi Allah akan menjadi bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya (Hak. 5:31; Mat. 13:43). Mereka akan bersinar di dalam kemuliaan yang tak terkatakan, dan yang akan menjadi sempurna kelak. Tidak akan ada kegelapan, tidak ada cacat cela (Yes. 30:26).
- 2. Keindahan jemaat dan orang percaya tidak hanya menyukakan hati, tetapi juga dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya. Di dunia ini, jemaat bertugas laksana bala tentara, seperti kemah Israel di padang gurun. Ia selalu siaga laksana militan. Ia selalu ada di tengah-tengah musuh dan senantiasa terlibat pertempuran dengan mereka. Orang-orang percaya merupakan prajurit di dalam bala tentara ini. Jemaat mempunyai panji-panji, dan Injil Kristus adalah panji (Yes. 11:12), yaitu kasih Kristus (2:4). Panji ini dikibarkan dan dijaga dengan penuh kesiagaan. Ia menimbulkan kegentaran bagi para musuhnya seperti halnya ketika Israel berada di padang liar (Kel. 15:14). Ketika Bileam melihat Israel berkemah menurut suku-sukunya, masing-masing terlihat dari panji yang berkibar dengan warna yang berbeda-beda, ia berkata, Alangkah indahnya kemah-kemahmu, hai Yakub! (Bil. 24:5). Bila jemaat menjaga kemurniannya, ia menjaga kehormatan dan kemenangannya. Bila jemaat indah bagaikan bulan purnama dan bercahaya bagaikan surya, ia sangatlah mulia dan tangguh.
SH: Kid 6:4--8:4 - Luhurnya anugerah cinta (Kamis, 28 September 2006) Luhurnya anugerah cinta
Mereka yang menerima tafsiran Salomo sebagai orang ketiga yang
berusaha mendapatkan perempuan ini akan menafsir bagian i...
Luhurnya anugerah cinta
Mereka yang menerima tafsiran Salomo sebagai orang ketiga yang berusaha mendapatkan perempuan ini akan menafsir bagian ini sebagai perkataan Salomo. Tafsiran yang lebih dapat diterima adalah ini mengisahkan dua orang kekasih yang dalam impiannya menjadikan Salomo dengan semua kebesarannya sebagai model kebahagiaan.
Cinta yang mengikat suami istri dalam mahligai pernikahan adalah anugerah Tuhan. Dalam anugerah-Nya itu, suami atau istri melihat pasangannya sebagai pemberian terbaik dari Tuhan. Maka pujian kecantikan istri dengan ilustrasi Tirza dan Yerusalem, dua kota terindah di dunia, adalah tidak berlebihan (6:4). Di mata mempelai laki-laki, mempelai perempuan unik dan tidak dapat dibandingkan dengan permaisuri, selir, para dara (8-9).
Kerinduan mempelai perempuan membuat ia melihat mempelai laki-laki
sebagai seorang bangsawan (12). Bila ayat 6:13a merupakan
perkataan dari para peronda kota (band. 5:7), ini menjelaskan
adanya nuansa nafsu dalam panggilan mereka. Jika demikian, ini
dapat dimengerti sebagai kelanjutan dari mimpi buruk (band.
Mari kita bersyukur kepada Tuhan atas anugerah-Nya, yaitu pasangan kita. Pujilah dan nyatakan cinta Anda sepenuh hati, bahagiakanlah kekasih Anda dalam ketulusan.
Camkan: Tak mampu melihat keindahan pasangan kita sama dengan menghina Allah pemberi anugerah terindah tersebut!
SH: Kid 6:4-11 - Membangun kembali kasih (Minggu, 2 November 2014) Membangun kembali kasih
Relasi suami istri memang tidak selalu berjalan mulus. Masalah kecil seperti kesibukan sehingga kurang waktu untuk berkomunik...
Membangun kembali kasih
Relasi suami istri memang tidak selalu berjalan mulus. Masalah kecil seperti kesibukan sehingga kurang waktu untuk berkomunikasi, bisa menjadi besar ketika tidak segera diselesaikan. Misalnya, daripada saling menyalahkan, lebih baik saling mengalah, memperbaiki diri.
Sang istri, sudah memulai untuk memperbaiki kesenjangan komunikasi yang terjadi dengan membuka dirinya untuk merayu si suami agar bergairah lagi kepadanya (Kid. 6:3). Kini, giliran sang suami menyambut dengan kehangatan yang diperbarui. Sang suami, yang pada dasarnya masih mengasihi istrinya, segera menyambut si istri dengan mengungkapkan kembali kekagumannya, bahkan komitmennya.
Kecantikan sang istri diumpamakan sebagai Tirza dan Yerusalem. Tirza merupakan ibu kota kerajaan Israel utara sebelum Samaria (1Raj. 14:17). Keindahan kota tersebut secara alami ada pada taman-taman bunganya. Sedangkan Yerusalem, kota tempat bait suci Allah Israel melambangkan keindahan yang dikombinasikan dengan kekudusan. Mungkin bisa dikatakan kecantikan batiniah. Kata "menjadi bingung" di ayat 5 mungkin lebih tepat diterjemahkan "menjadi bergairah" (bdk. 1:15; 4:1, 9).
Penghargaan tinggi sang suami kepada istri dinyatakan dengan perbandingan yang menyolok (8-9). Gambaran Salomo yang memiliki banyak istri dan selir, namun semua perkawinan politik itu tidak memiliki kasih sejati. Kasih sejati ada pada pasutri yang merayakannya di Kidung Agung ini. Inilah sekaligus komitmen sang suami untuk hanya mencintai istrinya.
Para suami yang dipercayakan Allah sebagai kepala rumah tangga, harus ingat bahwa inisiatif ada pada kita. Jadilah suami yang baik, yang selalu dengan lembut memperlakukan istri. Pujilah dia dengan tulus. Biarlah gairahmu hanya untuk dia, tidak boleh pada siapapun yang lain.
SH: Kid 6:4-11 - Sang Surya Kehidupan (Senin, 9 Januari 2023) Sang Surya Kehidupan
Kidung Jemaat no. 405 memiliki syair yang indah. Melalui syair ini kita memuja Tuhan sebagai Sang Surya Kehidupan. "Kaulah, ya T...
Sang Surya Kehidupan
Kidung Jemaat no. 405 memiliki syair yang indah. Melalui syair ini kita memuja Tuhan sebagai Sang Surya Kehidupan. "Kaulah, ya Tuhan, Surya hidupku; asal Kau ada, yang lain tak perlu. Siang dan malam Engkau kukenang; di hadirat-Mu jiwaku tenang!"
Keindahan kidung ini makin menarik ketika ditempatkan dalam konteks Kid. 6:4-11, kidung yang menggemakan pujian mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan. "Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya ..." (10).
Menarik bahwa mempelai laki-laki memuja sang perempuan dengan mengidentikkannya dengan keindahan cahaya sang surya. Cahaya yang diterima penuh oleh sang purnama dan dipantulkannya. Ilustrasi ini begitu sempurna karena antara bulan yang menguasai malam dan surya yang berkuasa atas siang tidak saling meniadakan. Ada relasi yang justru saling melengkapi di tengah semesta raya ini. Tidak mungkin ada purnama bila sang surya tidak memancarkan terang sukacitanya. Sang surya pun menemukan kesempurnaannya karena kehadiran rembulan pada waktu malam yang setia memantulkan cahaya sang surya.
Dengan cerdasnya, mempelai laki-laki memuja kekasihnya. Kecantikan yang bagaikan Kota Tirza, keelokan seperti Yerusalem, semua lahir dari pancaran cahaya Sang Surya Kehidupan. Keindahan kuntum bunga di lembah, pohon-pohon delima berbunga dan pohon anggur berkuncup, semua karena berkat Sang Surya Kehidupan. Pancaran keindahan ini membuat sang mempelai laki-laki dikuasai oleh kerinduan mendalam.
Alangkah beruntungnya kita yang menempatkan Tuhan sebagai Sang Surya Kehidupan. Dialah cahaya yang menerangi hidup kita secara sempurna. Cahaya yang menjadikan hidup kita indah bagai purnama. Selayaknyalah kita bersenandung:
"Bila saatnya kelak 'ku menang, t'rimalah daku di sorga cerlang! Apa pun kini hendak kutemu, Kaulah, ya Tuhan, Surya hidupku!" [SET]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo
Tema : Kasih dalam Pernikahan
Tanggal Penulisan: + 960 SM
Latar Belakang
Secara harfiah, nama Ibrani kitab in...
Penulis : Salomo
Tema : Kasih dalam Pernikahan
Tanggal Penulisan: + 960 SM
Latar Belakang
Secara harfiah, nama Ibrani kitab ini diterjemahkan Nyanyian Atas Segala Nyanyian suatu ungkapan yang berarti "Nyanyian yang Terbaik" (sama seperti "Raja atas segala raja" berarti "Raja yang Maha Besar"); karena itu kitab ini dianggap sebagai nyanyian pernikahan yang terbaik yang pernah digubah. Salomo dianggap sebagai penggubah Kidung Agung ini (Kid 1:1).
Salomo menjadi penggubah sekitar 1005 nyanyian (1Raj 4:32). Di dalam ayat judul namanya disebutkan (Kid 1:1), dan sebanyak enam kali di dalam kitab ini (Kid 1:5; Kid 3:7,9,11; Kid 8:11-12). Ia juga dikenal sebagai mempelai laki-laki ("kekasih"); pada mulanya kitab ini mungkin merupakan rangkaian syair di antara Salomo dengan mempelai perempuannya. Kedelapan pasal kitab ini menyebut paling sedikit 15 jenis binatang dan 21 jenis tanaman; kedua kelompok ini diteliti dan disebutkan oleh Salomo dalam banyak lagu gubahannya (1Raj 4:33). Akhirnya, berbagai acuan ilmu bumi di dalam kitab ini menunjuk kepada tempat-tempat di seluruh Israel, yang menunjukkan bahwa kitab ini digubah sebelum negeri itu terbelah dua menjadi kerajaan utara dan selatan.
Rupanya Salomo sudah menggubah kitab ini pada usia muda sebagai raja Israel, jauh sebelum ia memiliki 300 istri dan 700 gundik (1Raj 11:3); namun timbul pertanyaan: bagaimana Salomo bisa memakai bahasa yang menunjukkan monogami jikalau dia sudah mempunyai 140 istri dan gundik (Kid 6:8)? Mungkin jawabannya ialah bahwa gadis Sulam itu (Kid 6:13) adalah istri pertama Salomo pada masa muda sebelum ia naik takhta (Kid 3:11; Kid 6:8) mungkin mencerminkan keadaan ketika kitab ini digubah secara resmi untuk diterbitkan. Gadis Sulam dilukiskan sebagai gadis biasa dari pedesaan, menarik dan jelita. Perasan Salomo terpikat secara mendalam dengan gadis ini sebagaimana biasanya orang terpikat kepada kekasih dan pengantin pertamanya.
Secara liturgis, Kidung Agung menjadi salah satu di antara lima gulungan dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu _Hagiographa_ ("Tulisan-Tulisan Kudus"). Masing-masing tulisan ini dibacakan di hadapan umum pada hari raya Yahudi tertentu; kitab ini dibacakan pada hari raya Paskah.
Tujuan
Kitab ini diilhamkan oleh Roh Kudus dan dimasukkan ke dalam Alkitab untuk menggarisbawahi asal-usul ilahi dari sukacita dan martabat kasih manusia di dalam pernikahan. Kitab Kejadian menyatakan bahwa seksualitas manusia dan pernikahan mendahului kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej 2:18-25). Walaupun dosa telah menodai bidang pengalaman manusia yang paling penting ini, Allah ingin kita tahu bahwa pernikahan itu bisa murni, sehat, dan indah. Karena itu Kidung Agung, memberikan model yang bersifat memperbaiki di antara dua ekstrem dalam sejarah:
- (1) peninggalan kasih pernikahan untuk perilaku seksual yang tidak wajar (yaitu, hubungan homoseksual atau lesbian) dan hubungan heteroseksual sepintas di luar pernikahan, dan
- (2) pertapaan yang sering kali secara keliru dianggap pandangan Kristen terhadap seks, yang menyangkal kasih jasmaniah di dalam hubungan pernikahan.
Survai
Isi kitab ini tidak dapat dianalisis dengan mudah. Isinya tidak bergerak secara metodis dan logis dari pasal pertama hingga terakhir, melainkan melingkar-lingkar sekitar tema inti yaitu kasih. Sebagai kidung, kitab ini terdiri atas enam stanza atau syair, masing-masing membahas suatu aspek dari perilaku pacaran dan kasih pernikahan antara Salomo dengan pengantinnya (Kid 1:2--2:7; Kid 2:8--3:5; Kid 3:6--5:1; Kid 5:2--6:3; Kid 6:4--8:4; Kid 8:5-14). Keperawanan mempelai wanita dilukiskan sebagai "kebun tertutup" (Kid 4:12) dan penyempurnaan pernikahan sebagai memasuki kebun untuk menikmati buah-buah pilihan (Kid 4:16; Kid 5:1). Sebagian besar percakapan adalah di antara mempelai wanita (gadis Sulam), Salomo sang raja, dan sekelompok teman dari mempelai laki-laki dan wanita yang disebut "gadis-gadis Yerusalem". Ketika kedua mempelai sedang berdua, mereka terpuaskan; ketika mereka terpisah, mereka mengalami kerinduan satu sama lain. Puncak sastra kidung ini adalah Kid 8:6-7.
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Inilah satu-satunya kitab Alkitab yang khususnya membahas kasih unik di antara dua orang mempelai. Seluruh kitab ini melukiskan masa bercumbu-cumbuan dan kasih pernikahan, khususnya kebahagiaan orang yang baru menikah.
- (2) Kitab ini merupakan karya sastra akbar yang penuh dengan kiasan sensual yang sopan, terutama diambil dari alam. Aneka metafora dan bahasa deskriptif melukiskan perasaan, kuasa, dan keindahan dari kasih pernikahan yang romantis, yang dipandang murni dan suci pada zaman Alkitab.
- (3) Kitab ini termasuk salah satu dari sejumlah kecil kitab PL yang tidak dikutip atau disinggung dalam PB.
- (4) Merupakan satu dari dua kitab (bd. kitab Ester) PL yang tidak secara jelas menyebutkan Allah (sekalipun beberapa naskah berisi petunjuk kepada "Tuhan" dalam Kid 8:6).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
- (1) Kidung Agung melambangkan sebuah tema PB yang dinyatakan kepada penulis surat Ibrani, "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur" (Ibr 13:4). Orang Kristen boleh dan bahkan seharusnya menikmati kasih romantis di dalam ikatan pernikahan.
- (2) Banyak penafsir pada masa lampau telah menganggap kitab ini terutama atau khususnya sebagai kiasan bersifat nubuat yang melukiskan hubungan kasih di antara Allah dengan Israel, atau di antara Kristus dengan gereja, mempelai-Nya.
Karena PB tidak pernah memandang Kidung Agung dengan cara demikian, bahkan sama sekali tidak mengutipnya, maka penafsiran ini sangat diragukan. Alkitab tidak pernah menunjukkan bahwa aspek apa pun dalam pernikahan Salomo dimaksudkan oleh Tuhan sebagai "lambang" Kristus. Akan tetapi, karena beberapa nas penting PB melukiskan kasih Kristus bagi gereja dengan memakai hubungan pernikahan (mis. 2Kor 11:2; Ef 5:22-33; Wahy 19:7-9; Wahy 21:1-2,9), kitab ini dapat dipandang sebagai melukiskan kualitas kasih yang ada di antara Kristus dan mempelai-Nya, yaitu gereja. Kasih itu merupakan kasih yang ekslusif, penuh pengabdian dan sangat pribadi sehingga tidak memberi peluang untuk bercumbu dengan pihak yang lain.
Full Life: Kidung Agung (Garis Besar) Garis Besar
Judul
(Kid 1:1)
I. Syair Pertama: Mempelai Wanita Merindukan Mempelai Laki-Laki
(Kid 1:2-2:7)
A. Keri...
Garis Besar
- Judul
(Kid 1:1) - I. Syair Pertama: Mempelai Wanita Merindukan Mempelai Laki-Laki
(Kid 1:2-2:7) - A. Kerinduannya Diungkapkan
(Kid 1:2-4a) - B. Dukungan Para Sahabatnya
(Kid 1:4b) - C. Pertanyaannya
(Kid 1:5-7) - D. Nasihat Para Sahabatnya
(Kid 1:8) - E. Mempelai Laki-Laki Tampil dan Berbicara
(Kid 1:9-11) - F. Pernyataan Kasih Sayang di Antara Kedua Mempelai
(Kid 1:12-2:7) - II. Syair Kedua: Kedua Kekasih Saling Mencari dan Berjumpa
(Kid 2:8-3:5) - A. Mempelai Wanita Melihat Kedatangan Mempelainya
(Kid 2:8-9) - B. Perkataan Pembukaan Mempelai Laki-Laki
(Kid 2:10-15) - C. Ungkapan Kasih Khusus Mempelai Wanita
(Kid 2:16-17) - D. Mempelai Laki-Laki Hilang dan Ditemukan Kembali
(Kid 3:1-5) - III.Syair Ketiga: Iringan Pernikahan
(Kid 3:6-5:1) - A. Mempelai Laki-Laki Mendekati
(Kid 3:6-11) - B. Kasih Mempelai Laki-Laki Kepada Mempelai Wanita
(Kid 4:1-15) - C. Mempelai Wanita dan Mempelai Laki-Laki Bersatu
(Kid 4:16-5:1) - IV. Syair Keempat: Mempelai Wanita Takut Kehilangan Kekasihnya
(Kid 5:2-6:3) - A. Mimpi Mempelai Wanita pada Malam Hari
(Kid 5:2-7) - B. Mempelai Wanita dan Para Sahabatnya Membicarakan Mempelai Laki-Laki
(Kid 5:8-16) - C. Tempat yang Didatangi Mempelai Laki-Laki
(Kid 6:1-3) - V. Syair Kelima: Kecantikan Mempelai Wanita
(Kid 6:4-8:4) - A. Penggambaran Mempelai Wanita oleh Mempelai Laki-Laki
(Kid 6:4-9) - B. Mempelai Laki-Laki dan Para Sahabatnya Membicarakan Mempelai Wanita
(Kid 6:10-13) - C. Penggambaran Mempelai Wanita Selanjutnya
(Kid 7:1-8) - D. Kasih Sayang Mempelai Wanita untuk Mempelai Laki-Laki
(Kid 7:9-8:4) - VI. Syair Keenam: Puncak Keindahan Kasih
(Kid 8:5-14) - A. Hebatnya Kasih
(Kid 8:5-7) - B. Perluasan Kasih
(Kid 8:8-9) - C. Kepuasan Kasih
(Kid 8:10-14)
Matthew Henry: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab)
Segala tulisan dalam Kitab Suci yang, kita yakin, diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menyokong dan memajukan kepentingan-kepentingan kerajaan...
- Segala tulisan dalam Kitab Suci yang, kita yakin, diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menyokong dan memajukan kepentingan-kepentingan kerajaan-Nya di antara manusia. Dan tulisan itu tidak pernah berkurang manfaatnya walaupun di dalamnya ditemukan beberapa hal yang gelap dan sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri. Dalam kepercayaan kita bahwa kitab ini mempunyai asal-usul ilahi dan juga penjelasan rohani, kita diteguhkan oleh kesaksian yang ada sejak dulu, yang tetap, dan saling bersesuaian baik dari jemaat Yahudi, yang kepada mereka dipercayakan firman Allah, dan yang tidak pernah meragukan kewenangan buku ini, maupun dari jemaat Kristen, yang dengan bahagia menggantikan jemaat Yahudi dalam mengemban kepercayaan dan kehormatan untuk memelihara firman Allah.
- I. Harus diakui, pada satu sisi, bahwa jika orang yang jarang membaca Kitab Kidung Agung ini ditanya, seperti yang ditanyakan kepada sida-sida, mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?, ia akan mempunyai lebih banyak alasan daripada sida-sida itu untuk berkata, bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku? Kitab-kitab sejarah dan nubuatan dalam Kitab Suci sangat serupa satu dengan yang lain, tetapi Kidung Salomo ini sangat tidak serupa dengan kidung-kidung Daud, ayahnya. Di sini tidak ada nama Allah. Kitab ini tidak pernah dikutip dalam Perjanjian Baru. Kita tidak menemukan di dalamnya ungkapan-ungkapan apa saja tentang agama asali atau ibadah yang saleh. Bahkan, kitab ini tidak didahului dengan penglihatan, atau suatu tanda pewahyuan langsung. Tampaknya kitab ini, seperti bagian mana saja dari Kitab Suci, sulit untuk dijadikan bau kehidupan yang menghidupkan. Bahkan, bagi orang-orang yang membacanya dengan pikiran yang dipenuhi nafsu kedagingan dan perasaan-perasaan yang bobrok, ada bahaya kitab ini dijadikan bau kematian yang mematikan. Ini adalah bunga yang darinya mereka mengisap racun. Oleh karena itu, para ahli agama Yahudi menasihati kaum muda mereka untuk tidak membacanya sampai mereka berusia tiga puluh tahun, supaya jangan sampai dengan menyalahgunakan apa yang paling murni dan suci (horrendum dictu – ngeri untuk dikatakan! ), kobaran nafsu dibakar oleh api dari langit, yang sebenarnya dimaksudkan untuk membakar mezbah saja. Tetapi,
- II. Harus diakui, pada sisi lain, bahwa dengan bantuan dari banyak pemandu setia yang kita miliki untuk memahaminya, kitab ini tampak sebagai pancaran cahaya sorgawi yang sangat terang dan kuat, yang secara mengagumkan cocok untuk menyemangati perasaan-perasaan saleh dan taat dalam jiwa-jiwa yang kudus, untuk menarik keinginan-keinginan mereka terhadap Allah, untuk meningkatkan kesukaan mereka di dalam Dia, dan memperdalam pengenalan dan persekutuan mereka dengan-Nya. Kitab ini adalah sebuah kiasan. Pernyataannya mematikan orang-orang yang berhenti di situ saja dan tidak melihat lebih jauh, tetapi rohnya memberi hidup (2Kor. 3:6; Yoh. 6:63). Kitab ini adalah sebuah perumpamaan, yang membuat perkara-perkara ilahi menjadi lebih sulit bagi orang-orang yang tidak mencintainya, tetapi lebih jelas dan menyenangkan bagi orang-orang yang mencintainya (Mat. 13:14, 16). Orang-orang Kristen yang berpengalaman mendapati di sini padanan dari pengalaman-pengalaman mereka, dan bagi mereka kitab ini dapat dimengerti, sementara orang-orang yang tidak memahami atau menikmatinya, mereka itu tidak mempunyai bagian atau hak dalam perkara ini. Kitab ini adalah sebuah kidung, sebuah epithalamium, atau nyanyian perkawinan, yang di dalamnya, melalui ungkapan-ungkapan kasih antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuannya, diketengahkan dan digambarkan rasa saling menyayangi yang ada di antara Allah dan sisa khusus umat manusia. Kitab ini mengandung ajaran untuk penggembalaan. Mempelai perempuan dan mempelai laki-laki, untuk menggambarkan secara lebih hidup kerendahan hati dan kemurnian, diketengahkan sebagai gembala dan gembala perempuan. Nah,
- 1. Kidung ini dapat dengan mudah dipahami dalam pengertian rohani ditujukan kepada jemaat Yahudi, yang untuk keperluannya kitab ini pertama-tama digubah, dan memang dahulunya dipahami demikian, seperti yang tampak melalui terjemahan bahasa Aram dan para penfasir Yahudi yang paling kuno. Allah mempersunting umat Israel bagi diri-Nya sendiri. Ia mengikat perjanjian dengan mereka, dan itu adalah perjanjian pernikahan. Ia sudah memberikan bukti-bukti berlimpah akan kasih-Nya terhadap mereka, dan menuntut dari mereka supaya mereka mengasihi-Nya dengan segenap hati dan jiwa mereka. Penyembahan berhala, dan menyayangi berhala-berhala, sering kali dikatakan sebagai perzinahan rohani, yang untuk mencegahnya kidung ini dituliskan. Kidung ini menggambarkan kepuasan yang dirasakan Allah terhadap Israel, dan yang harus dirasakan Israel terhadap Allah. Kidung ini mendorong mereka untuk terus setia kepada-Nya, meskipun mungkin ada kalanya Ia tampak menarik diri dan menyembunyikan diri-Nya dari mereka. Kidung ini juga mendorong mereka untuk menantikan penyataan diri-Nya yang lebih jauh dalam Mesias yang dijanjikan.
- 2. Kitab ini dapat dengan lebih mudah dipahami dalam pengertian rohani ditujukan kepada jemaat Kristen, karena kerendahan diri dan penyampaian-penyampaian kasih ilahi tampak lebih kaya dan bebas terjadi di bawah Injil daripada di bawah hukum Taurat, dan hubungan antara sorga dan bumi lebih akrab. Allah kadang-kadang berbicara tentang diri-Nya sebagai suami dari jemaat Yahudi (Yes. 64:5; Hos. 2:15, 18), dan bersukacita di dalam jemaat itu sebagai mempelai perempuan-Nya (Yes. 62:4-5). Tetapi lebih sering Kristus digambarkan sebagai mempelai laki-laki dari jemaat-Nya (Mat. 25:1; Rm. 7:4; 2Kor. 11:2; Ef. 5:32), dan jemaat sebagai pengantin perempuan, mempelai Anak Domba (Why. 19:7; 21:2, 9). Berdasarkan kiasan ini, Kristus dan jemaat secara umum, Kristus dan orang-orang percaya secara khusus, di sini sedang bercakap-cakap dalam rasa penghargaan dan kasih sayang yang berlimpah satu terhadap yang lain. Kunci terbaik untuk memahami kitab ini adalah Mazmur 45, yang kita dapati diterapkan kepada Kristus dalam Perjanjian Baru, dan karena itu kitab ini semestinya demikian juga. Butuh suatu jerih payah untuk mencari tahu apa yang, mungkin, dimaksudkan oleh Roh Kudus dalam sejumlah bacaan dari kitab ini. Karena banyak dari nyanyian-nyanyian Daud disesuaikan dengan kemampuan orang yang paling rendah, maka ada air-air dangkal yang di dalamnya orang bisa belajar, dan ada air-air yang dalam yang di dalamnya seekor gajah bisa berenang. Akan tetapi, bila maksudnya sudah ditemukan, itu akan luar biasa berguna untuk membangkitkan perasaan-perasaan saleh dan taat dalam diri kita. Dan kebenaran-kebenaran yang digali dari kitab ini, yaitu kebenaran yang sama yang secara jelas juga dalam kitab-kitab lain, bila sampai menyentuh jiwa, akan masuk dengan kuasa yang lebih menyenangkan. Ketika kita mencurahkan perhatian untuk mempelajari kitab ini, kita tidak hanya harus, bersama Musa dan Yosua, menanggalkan kasut kita dari kaki kita, dan bahkan melupakan bahwa kita memiliki tubuh, sebab tempat di mana kita berdiri itu adalah tanah yang kudus, tetapi juga kita harus, bersama Yohanes, naik kemari. Kita harus membentangkan sayap kita lebar-lebar, terbang tinggi, dan melambung ke atas, sampai kita, dengan iman dan kasih yang kudus, masuk ke dalam tempat kudus, sebab ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.
Jerusalem: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung atau "Syir Hasy-syrim" ialah kidung yang unggul dan paling indah. Kitab in merupakan serentetan sajak ya...
KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung atau "Syir Hasy-syrim" ialah kidung yang unggul dan paling indah. Kitab in merupakan serentetan sajak yang memuliakan cinta kasih timbal balik antara seorang, laki-laki dan seorang perempuan. Mereka sekali waktu bertemu dan sekali waktu berpisah, saling mencari saling menemukan. Laki-laki itu disebut "raja" Kid 1:4 dan 12, atau "Salomo", Kid 3;7 dan 9; perempuan itu bernama "gadis Sulam", Kid 6:13. Nama perempuan itu dapat dihubungkan dengan nama Salomo atau dengan "gadis Sunem" yang berperan dalam riwayat raja Daud dan Salomo. 1Raj 1:3; 2:21-22. Oleh karena tradisi tahu bahwa Salomo menciptakan nyanyian-nyanyian, 1Raj 4:32, maka Kidung Agung juga dianggap sebagai karya raja itu, Kid 1:1. Sama seperti kitab Amsal. Pengkhotbah dan Kebijaksanaan Salomo dikatakan karangan Salomo, oleh karena dia itu orang bijaksana yang termasyur, demikianpun Kidung dikatakan karangannya. Karena judul itu maka Kidung Agung dimasukkan ke dalam kelompok kitab-kitab Kebijaksanaan. Oleh Alkitab Yunani Kidung Agung ditempatkan sesudah kitab Penglhotbah, sedangkan oleh terjemahan Latin, Vulgata, disisipkan antara kitab Pengkhotbah dan kitab Kebijaksanaan Salomo, jadi di antara dua "karya Salomo". Dalam Alkitab Ibrani Kidung Agung dimasukkan ke dalam bagian "Tulisan-tulisan", yakni dalam bagian ketiga kanon Yahudi yang juga paling muda usianya. Sesudah abad ke-8 Mas. Kidung Agung mulai dipakai dalam ibadat perayaan Paska Yahudi dan karena itu ia menjadi salah satu dari kelima "Megillot", yaitu gulungan-gulungan kitab yang dibacakan pada hari-hari raya.
Kitab yang tidak berbicara tentang Allah dan yang memakai bahasa cinta yang menyala-nyala itu, senantiasa mengherankan orang. Dalam abad pertama tarikh masehi timbul keragaman di kalangan orang Yahudi apakah kitab itu termasuk ke dalam Alkitab. Kesulitan itu dipecahkan dengan menyelidiki tradisi. Justru berdasarkan tradisi itulah Gereja Kristen menganggap Kidung Agung sebagai sebuah kitab kudus.
Tidak ada satu kitabpun dalam Perjanjian Lama yang ditafsirkan dengan cara yang begitu berlain-lain seperti Kidung Agung.
Tafsiran yang terbaru mencari asal-usul Kidung Agung dalam pemujaan dewi Isytar dan dewa Tammus dan dalam apa yang disebut "hierogami", artinya upacara- upacara perkawinan yang menurut kepercayaan diadakan oleh raja sebagai wakil dewa. Upacara semacam itu yang diambil dari adat orang-orang Kanaan kanon dilangsungkan juga dalam ibadat kepada Yahwe dahulu. Maka Kidung Agung tidak lain kecuali sebuah kitab ibadat semacam itu, walaupun dibersihkan dan disadur kembali. Tetapi teori yang menghubungkan Kidung Agung dengan ibadar dan mitologi itu tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan sukar diterima. Agaknya mustahil bahwa seorang Yahudi yang percaya, begitu saja mengambil buah hasil suatu agama kesuburan untuk menjadikannya beberapa nyanyian cinta. Jikalau antara madah- madah yang ditujukan Usytar atau Tammus dan Kidung Agung ada persamaan ungkapan, maka sebabnya ialah: dua-duanya memakai bahasa cinta kasih.
Tafsiran alegoris (kiasan) jauh lebih tua usianya. Di kalangan orang Yahudi tafsiran itu umum diterima sejak abad ke-2 Mas: Kisah Allah kepada Israel dalam Kidung Agung digambarkan sebagai hubungan suami-isteri. Tema perkawinan yang sama memang oleh para nabi sudah diperkembangkan, mulai dengan nabi Hosea. Kendati pendapat lain yang dikemukakan oleh Teodorus dari Mopsueste, para pujangga Kristen, khususnya terpengaruh oleh Origenes, menurut garis-garis besarnya menuruti tafsiran Yahudi tersebut. Hanya kiasan perkawainan itu mereka mengetrapkannya pada pernikahan Kristen dengan Gereja atau pada persatuan mistik yang terjalin antara jiwa manusia dengan Allah. Sejumlah besar pentafir Katolik tetap mempertahankan tafsiran alegoris itu, walaupun dengan cara yang berbeda- beda. Mereka berpegang pada pikiran biasa, bahwa Yahwe adalah suami Israel, atau mengartikan urutan dalam lagu-lagu Kidung Agung sebagai cermin sejarah pertobatan Israel, kekecewaan dan pengharapannya. Menurut pendapat mereka maka kenyataan bahwa Kidung Agung termasuk Kitab Suci dan diinspirasikan oleh Allah membuktikan bahwa bukanlah cinta kasih keduniawian yang dipuji-puji, tetapi suatu yang lain. Tetapi kurang menyakinkan cara mereka membenarkan tafsiran alegoris itu, yaitu dengan menimbun-nimbun kata-kata dan kalimat-kalimat Kidung Agung yang sejalan dengan bagian-bagian dan nas-nas Alkitab yang lain. Cara semacam itu nempaknya terlalu dibuat-buat dan berlebih-lebihan.
Oleh karena itu beberapa ahli Kitab Katolik yang jumlahnya semakin meningkat menganut tafsiran harafiah. Kebanyakan ahli dewasa ini menganut tafsiran itu. Pengartian itu sesuai dengan tradisi yang paling tua juga. Tidak ada satu petunjukpun bahwa sebelum tarikh masehi Kidung Agung pernah ditafsirkan secara alegoris: naskah-naskah dari Qumran tidak tahu-menahu tentang tafsiran itu: Perjanjian Barupun tidak membenarkannya; orang-orang Yahudi dalam abad pertama Mas. menyanyikan Kidung Agung pada pesta-pesta pernikahan biasa dan mereka mempertahankan kebiasaan itu, walaupun dilarang Rabi Akiba. Kidung Agung sendiripun tidak memperlihatkan suatu maksud alegoris. Bila para nabi mempergunakan kiasan, maka mereka mengatakannya dengan jelas dan memberi kunci tafsiran alegorisnya, Yez 5:7; Yeh 16:2; 17:12; 23:4; 31:2; 32:2, dan lain- lain. Tetapi tidak demikian halnya dengan Kidung Agung. Tidak ada petunjuk satupaun bahwa orang harus mencari sebuah kunci buat membuka rahasia Kidung Agung dan menemukan sautu arti lain, dari pada jelas nampak dalam teks sendiri. Kitab ini memang merupakan sekumpulan nyanyian yang menjunjung tinggi cinta kasih timbal balik dan setia yang memperkokoh perkawinan. Kidung Agung menyatakan cinta kasih manusiawi sebagai sesuatu yang baik. Temanya ini bukanlah tema keduniaan melulu. Sebab Allah telah memberkati perkawinan yang tidak pertama-tama diartikan sebagai sebuah lembaga yang menjamin penerusan bangsa manusia, tetapi lebih-lebih sebagai persekutuan mesra dan mantap antara laki- laki dan perempuan, Kej 2. Terpengaruh oleh pandangan Yawista itu hidup seksuil didemitologisasikan dan didekati dengan sikap realis yang sehat. Di kalangan bangsa-bangsa negeri Kanaan hidup seksuil manusia diartikan sebagai cermin dari hubungan seksuil antar-dewa. Tetapi tidak demikianlah pandangan Kitab Suci. Cinta kasih manusiawi yang dikemukakan oleh Kidung Agung, dibicarakan juga oleh kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain, misalnya dalam cerita-cerita kuno yang termaktub dalam kitab Kejadian dalam kisah mengenai Daud, dalam kitab Amsal dan dalam kitab Bin Sirakh. Dalam karangan-karangan ini cinta kasih itu diperbincangkan dengan nada ungkapan-ungkapan yang sangat berdekatan dengan nada dan ungkapan Kidung Agung. Oleh karena cinta kasih itu sesuatu yang baik, maka para nabi dapat memakai cinta kasih timbal balik antara suami isteri untuk menggambarkan hubungan Yahwe dengan Israel. Karenanya tidak ada keberatan sedikitpun bahwa sebuah kitab kudus memperbincangkan cinta kasih yang wajar dan baik itu. Tidak ada halangan kitab kudus semacam itu masuk ke dalam Alkitab. Bukan wewenang kita untuk menentukan batas-batas buat inspirasi ilahi.
Asal-usul Kidung Agung boleh dicari dalam pesta-pesta yang menyertai pernikahan, bdk Yer 7:34; 16:9; Mzm 45. Kidung Agung juga berdekatan dengan upacara-upacara dan nyanyian-nyanyian yang masih lazim pada orang-orang Arab di neregi Siria dan Palestina. Namun Kidung Agung bukanlah sebuah kumpulan lagu- lagu kerakyatan. Apapun juga pracontoh-pracontohnya ia kenal, pengarang Kidung Agung adalah seorang penyair orisinil dan seorang sastrawan sejati. yang paling serupa dengan Kidung Agung ialah lagu-lagu cinta dari negeri Mesir dahulu. Lagu- lagu itu merupakan sastera benar. Hanya tidak dapat dibuktikan, bahwa lagu-lagu Mesir itu langsung mempengaruhi Kidung Agung. Sama seperti bangsa-bangsa tetangganya, demikianpun bangsa Israel mempunyai puisi cintanya. Karena hidup dalam keadaan sama maka bangsa Israel memakai bahasa cinta dan gambaran-gambaran serta kiasan yang sama seperti yang dipakai bangsa-bangsa tetangganya.
Dalam Kidung Agung tidak ada suatu urutan jelas. Ia merupakan sebuah kumpulan nyanyian-nyanyian yang hanya bersatu dalam pokoknya yang sama, yaitu cinta kasih. Kalau ada terjemahan-terjemahan yang membagikan Kidung Agung menjadi lima sajak, maka pembagian semacam itu hanya menyarankan, bagaimana bagian-bagian yang lebih pendek dapat dikelompokkan. Tetapi dalam kelima sajak itu percuma saja dicari suatu kemajuan dalam pikiran atau aksi. Kumpulan lagu-lagu itu berupa sebuah "reportoir" Daripadanya orang dapat memilih lagi yang sesuai dengan keadaan dan selera para pendengar. Dan inilah sebabnya mengapa lagu-lagu itu sebenarnya hanya pelbagai "variasi" atas tema yang sama dan mengapa hal yang sama kerap kali terulang. Lagu-lagu itu tidak dimaksudkan untuk dibaca atau dinyanyikan berturut-turut.
Apabila ditolak teori yang mengartikan Kidung Agung secara alegoris dan yang mencari dalam Kidung Agung peristiwa-peristiwa manakah yang disinggungnya, maka sulit sekali menentukan waktu tergubahnya kitab itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa Kidung Agung dikarang di zaman pemerintahan raja Salomo. tetapi oleh karena bahwa Ibraninya bercampur unsur-unsur bahasa Aram dan oleh karena dalam Kidung Agung terdapat sebuah kata Persia, Kid 4:13, dan sebuah kata Yunani, Kid 3:9, maka pasti sudah, bahwa kitab itu digubah di masa sesudah pembuangan, yaitu pada abad ke-5 atau ke-4 seb. Mas. Pasti juga bahwa Kidung Agung dikarang di negeri Palestina.
Dengan tidak memperhatikan tradisi yang menghubungkan Kidung Agung dengan raja Salomo, orang bijak yang termasyur itu, tafsiran harafiah kitab itu benar dalam menempatkannya di tengah-tengah kitab-kitab Kebijaksanaan. Sama seperti kitab-kitab itu Kidung Agungpun memikirkan keadaan manusir dan menyoroti salah satu aspek yang penting. Dengan caranya sendiri Kidung Agung mengajar bahwa cinta kasih yang mendekatkan pria kepada wanita dan sebaliknya, adalah sesuatu yang suci dan luhur. Ia menghalau unsur-unsur mitologis yang melekat pada cinta kasih itu dan membebaskannya baik dari belenggu puritanisme maupun dari erotisme yang berlebih-lebihan. alangkah baiknya kalau ajaran Kidung Agung dewasa inipun tetap diperhatikan manusia. Di samping arti harafiahnya, Kidung Agung tetap boleh diterapkan pada persekutuan yang terjalin antara Kristus dan Gereja (pengetrapan semacam itu tidak dilakukan Paulus dalam Efesus 5), atau pada persatuan jiwa manusia dengan Allah yang mengasihi. Pengetrapan semacam itu membenarkan caranya para mistisi, teristimewa Yohanes dari Salib, memanfaatkan Kidung Agung.
KITAB KEBIJAKSANAAN SALOMO
PENGANTAR
Kitab Kebijaksanaan Salomo yang ditulis dalam bahasa Yunani termasuk kelompok kitab-kitab Deuterokanonika. Sejak abad kedua Mas kitab dipakai oleh para bapa Gereja. Kendati beberapa keraguan dan perlawanan, khususnya dari pihak Santo Hieronimus, kitab Kebijaksanaan Salomo diakui oleh Gereja Katolik sebagai tulisan yang diinspirasikan sama seperti kitab-kitab yang termaktub dalam Alkitab Ibrani.
Dalam bagiannya yang pertama, Keb 1-5, kitab Kebijaksanaan Salomo menampilkan peranan Hikmat-kebijaksanaan dalam nasib-manusia dan membandingkan satu sama lain nasib orang-orang benar dan orang-orang fasik, baik dalam hidup sekarang ini maupunsesudah kematian. Bagian kedua, Keb 6-9, menguraikan asal dan kodrat Hikmat-kebijaksanaan serta jalan-jalan untuk memperolehnya. Bagian terakhir, Keb 10-19, memuliakan karya Hikmat-kebijaksanaan dan Allah dalam sejarah bangsa terpilih. Kecuali dalam pendahuluan yang dengan singkat berkata tentang awal-mula sejarah dunia, bagian terakhir ini memusatkan perhatiannya pada peritiwa dalam sejarah itu, yakni pembebasan bangsa Israel dari negeri Mesir. Bagian yang penyimpanga dari pokok inti itu, yakni, Keb 13-15, dengan pedas pengecam pemujaan berhala.
Raja Salomo dianggap sebagai pengarang kitab Kebijaksanaan. Dalam Keb 9:7-8, 12 raja itu jelas ditunjuk, walaupun namanya tidak sampai disebut-sebut. Maka judul Yunani kitab itu ialah "Kebijaksanaan Salomo". Salomo angkat bicara sebagai raja Keb 7:5; 8:9-15, dan ia meminta perhatian rekan-rekan raja, Keb 1:1; 6:1-11, 21. Hanya jelaslah semuanya itu sarana kesusasteraan melulu, yang mempertalikan karya kebijaksanaan ini dengan nama orang bijak yang utama di Israel, sama seperti kitab Pengkhotbah dan Kidung Agung dipertalikan dengan raja itu. Seluruh kitab itu sebenarnya langsung ditulis dalam bahasa Yunani, termasuk bagian pertama, Keb 1-5, yang oleh sementara ahli dengan kurang tepat dianggap aselinya ditulis dalam bahasa Ibrani. Seluruh kitan rapi tersusun, sedangkan juga gaya bahasanya tetap sama. Bahasa Yunaninya lancar dan perbedaharaan kata agak kaya, sedangkan juga banyak kemungkinan dari seni berpidato Yunani gampang dimanfaatkan.
Pengarangnya pasti seorang yahudi, yang sungguh percaya kepada "Allah nenek moyang", Keb 9:1, dan ia bangga karena termasuk "bangsa suci" dan "keturunan yang tak bercela", Keb 10:15. Tetapi jelaslah pula bahwa pengarang seorang Yahudi yang terpengaruh oleh kebudayaan Yunani. Perhatiannya yang khas pada peristiwa-peristiwa dari sejarah keluarga dari negeri Mesir, caranya ia memperlawankan orang-orang Mesir dan orang-orang Israel, dan caranya mengecam pemujaan bintang-bintang membuktikan bahwa penulis Kebijaksanaan Salomo hidup di kota Aleksandria di Mesir. Di zaman wangsa Ptolomeus kota itu menjadi pusat kebudayaan Yunani dan juga kota penting bagi orang-orang Yahudi di perantauan. Pengarang Kebijaksanaan Salomo mengutip Alkitab menurut terjemahan Septuaginta yang dikerjakan di Mesir. Karenanya jelaslah bahwa pengarang hidup waktu terjemahan itu sudah dikenal. Tetapi ia tidak mengenal karya Filo dari Aleksandria (th 20 seb. Mas-th 54 Mas). Di lain dihak Filsuf Yahudi yang keyunanian itu rasa-rasanya tidak mendapat inspirasi dari Kitab Kebijaksanaan Salomo. Namun demikian ada banyak persamaan antara karya Filo dengan kitab Kebijaksanaan yang dua-duanya berasal dari lingkungan yang sama dan tidak mungkin terlalu berjauhan waktunya satu sama lain. Tidak dapat dibuktikan bahwa Perjanjian Baru menggunakan Kebutuhan, tetapi mungkin sekali Paulus terpengaruh olehnya, juga ditinjau dari segi sastera, sedangkan Yohanes mengambil alih beberapa gagasan untuk mengungkapkan pikirannya tentang Firman Allah. Boleh jadi kitab Kebijaksanaan dikarang pada pertengahan kedua abad pertama sebelum Mas. Maka kitab Kebijaksanaan menjadi kitab yang paling muda usianya dalam Perjanjian Lama.
Pertama-tama pengarang memperuntukkan kitabnya bagi orang-orang Yahudi, yaitu orang-orang sebangsa yang kesetiaannya digoncangkan oleh gengsi kebudayaan di Aleksandria: kemasyuhran mazhab filsafahnya, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, daya tarik berbagai agama "misteri", ilmu nujum, pemujaan dewa (wahyu) Hermes atau agama-agama kerakyatan yang mempesonakan. Tetapi caranya pengarang kadang-kadang menyajikan bahannya menyatakan bahwa juga ingin didengar oleh orang-orang bukan Yahudi. Mereka mati diantaranya kepada Allah yang mengasihi semua manusia. tetapi ini hanya tujuan sampingan saja. Kitab Kebijaksanaan lebih-lebih mau membela dari pada merebut.
Mengingat lingkungan, kebudayaan dan maksud tujuan pengarang, tidak mengherankan bahwa di dalam kitabnya ditemukan banyak persamaan dengan alam pikiran Yunani. Hanya persamaan itu jangan dilebih-lebihkan. Berkat pendidikan Yunaninya pengarang menggunakan banyak kata abstrak dan jalan pemikirannya lancar, hal mana tidak mungkin dalam rangka perbendaharaan kata dan tata bahasa Ibrani. Dari pendidikan Yunani itupun pengarang mengambil sejumlah istilah filsafah, rangka- rangka pengelompokan dan pokok pemikiran yang dipersoalkan oleh mazbah-mazbah filsafah. Tetapi pinjaman-pinjaman yang terbatas itu tidak menunjukkan terikatnya pengarang pada salah satu ajaran filsafah tertentu. Pinjaman-pinjaman itu hanya dimanfaatkan untuk mengungkapkan pikiran yang berasal dari Perjanjian Lama. Tentang sistem-sistem filsafah dan spekulasi-spekulasi ilmu nujum pengarang Kebutuhan agaknya tidak tahu lebih banyak dari pada setiap orang yang berpendidikan di kota Aleksandria di zaman itu.
Pengarang Kebijaksanaan bukan seorang filsul, bukan pula seorang ahli Ilmu ke- Tuhanan. Ia tetap seorang bijaksana di Israel. Sebagaimana para pendahulunya, pengarang Kebijaksanaanpun mengajak orang mencari Hikamat-kebijaksanaan yang berasal dari pada Allah dan dapat diperoleh dengan berdoa. Hikmat-kebijaksanaan itu merupakan sumber kebajikan dan menganugerahkan segala berkat. Oleh karena pandangannya lebih luas dari pada pandangan para pendahulunya maka pengarang Kebutuhan menggabungkan Hikmat-Kebijaksanaan dengan kemajuan-kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, Keb 7:17-21; 8:8 Persoalan mengenai pembalasan yang begitu menyibukkan para bijaksana dahulu, bdk Pengantar umum, dapat dipecahkan oleh Kebijaksanaan. Dengan bertumpu pada ajaran yang bersumber pada Plato mengenai perbedaan antara jiwa dan badan dan tentang kekekalan jiwa, pengarang Kebijaksanaan menegaskan, bahwa Allah, menciptakan manusia untuk kebakaan, Keb 2:23, dan bahwa ganjaran atas kebijaksanaan justru kebakaran yang menjamin suatu tempat dekat pada Allah, Keb 6:18-19. Segala sesuatu yang terjadi di bumi ini hanya merupakan persiapan bagi hidup lain di mana akan hidup bersama dengan Allah, sedangkan orang-orang fasik akan mendapat hukumannya, Keb 3:9- 10. Pengarang tidak menyebut kebangkitan badan. Namun tampaknya ia menerima kemungkinan kebangkitan, tetapi dengan merohanikannya. Dengan demikian ia mau mendamaikan pengertian Yunani tentang kebakaran dan ajaran Alkitab yang mengarah pada kebangkitan badan (Daniel).
Baik bagi pengarang Kebijaksanaan maupun kbagi para pendahulunya, Hikmat- kebijaksanaan adalah suatu sifat Allah. Hikmat-kebijaksanaan itulah yang sejak penciptaan mengatur segala-galanya dan membimbing peristiwa-peristiwa sejarah. Mulai bab 11 segala sesuatu yang dahulu dikatakan tentang Hikmat-kebijaksanaan langsung dihubungkan dengan Allah sendiri. Adapun sebabnya ialah: Hikmat- kebijaksanaan itu sama dengan Allah dalam menyelenggarakan alam semesta. Memang Hikmat-kebijaksanaan adalah "pancaran murni dari Kemuliaan Yang Mahakuasa... pantulan cahaya kekal.... dan gambar kebaikanNya", Keb 7:25-26. Dengan demikian Hikmat-Kebijaksanaan nampaknya terpisah dari Allah, namun sekaligus pancaran hakekat ilahi. Namun agaknya pengarang Kebijaksanaan dalam hal ini tidak maju lebih jauh dari pada pengarang-pengarang kitab-kitab kebijaksanaan yang lain, bdk Pengantar Umum. Iapun tidak memandang Hikmat-kebijaksanaan sebagai pribadi. Namun demikian seluruh bagian kitab yang membicarakan hakekat Hikmat-Kebijaksanaan, Keb 7:22-8:8, merupakan suatu kemajuan di bidang perumusan dan suatu penadalaman gagasan-gagasan yang sudah ada dahulu.
Dalam renungannya tentang masa lampau bangsa Israel, Keb 10-19, pengarang Kebijaksanaan sudah mendapat pendahuluan dalam diri Bin Sirakh, Sir 44-50; bdk juga Mzm 78, 105, 106, 135, 136. tetapi dalam dua hal pemikirannya benar-benar baru. Pertama-tama ia mencari sebab-musabab kejadian-kejadian dan menggariskan semacam filsafah keagamaan mengenai sejarah. Ini hanya mungkin dengan menafsirkan kembali teks-teks Kitab Suci, misalnya uraiannya mengenai belas kasihan Allah terhadap bangsa Mesir dan bangsa-bangsa Kanaan, Keb 11:15-12:27. Pengarang terutama menyesuaikan suatu rentetan perbadingan yang memperlawankan nasib malang orang-orang Mesir dan untung bangsa Israel. Guna mengemukakan pendapatnya dengan lebih tegas pengarang menambah ceritera Kitab Suci dengan macam-macam hal buatannya sendiri; ia menghubungkan satu sama lain peristiwa- peristiwa yang berlain-lain dan tidak segan memperbesar kejadian-kejadian. Ini sebuah contoh ulang dari penafsiran berupa midrasy yang diperkembangkan para rabi Yahudi.
Cita rasa manusia berubah sudah dan kitab Kebijaksanaan memang sudah menua. Tetapi bagiannya yang pertama, Keb 1-9 sampai sekarang merupakan santapan rohani bermutu tinggi bagi orang-orang Kristen. Ibadat Gereja secara luas memanfaatkan bab-bab itu.
Teks Kitab Kebijaksanaan termuat dalam empat naskah besar, yakni: Vaticanus (B, abad keempat Mas), Alexandrinus (A. abad kelima Mas) dan Codex Ephraemi rescriptus (C, abad kelima Mas) dan dalam sejumlah besar naskah lain yang kurang penting. Naskah yang paling baik ialah Vaticanus yang menjadi landasan bagi terjemahan ini. Teks ini lazimnya disebut "textus receptus" (teks yang umum diterima). Tanda "lat" dalam catatan menunjuk kepada terjemahan Latin kuno, Italia, yang juga terdapat dalam Vulgata tetapi tidak diperbaiki oleh Hieronimus.
KITAB BIN SIRAKH
PENGANTAR
Kitab Bin Sirakh ini menjadi bagian dari Alkitab Yunani, tetapi tidak termasuk kedalam Alkitab Ibrani. Oleh karenanya Sirakh termasuk ke dalam kelompok kitab- kitab Deuterokanonika yang oleh Gereja katolik diterima sebagai Kitab Suci. Meskipun demikian Sirakh aselinya dikarang dalam bahasa Ibrani. Santo Hieronimus mengenalnya dalam bahasa aseli dan Sirakh juga dikutip oleh para nabi Yahudi. Dalam tahun 1896 kira-kira dua pertiga dari sebuah naskah Ibrani kitab Sirakh ditemukan di antara sejumlah besar kepingan macam-macam naskah yang bertanggalkan abad-abad pertengahan dan berasal dari bekas Sinagoga Yahudi di kota Kairo, Mesir. Dalam tahun 1946 di belas benteng Masalah ditemukan sejumlah tulisan yang berasal dari awal abad pertama sebelum Masehi. Di antaranya juga bagian besar kitab Sirakh, yakni Sir 39:27-44:17, dalam bahasa Ibrani. Kalau teks-teks Ibrani tersebut dibandingkan dengan terjemahan Yunani dan Siria, maka terlihat bahwa sejak dahulu beberapa gubahan Sirakh beredar.
Hanya teks Yunani saja diakui oleh Gereja Katolik sebagai Kitab Suci. Terjemahan kami ini mengikuti teks Yunani yang tersedia dalam tiga naskah, yakni Sinaiticus, Alexandrinus dan Vaticanus (S, A, B). Teks ini disebut sebagai teks umum. Hanya dalam catatan-catatan akan disajikan beberapa variasi teks Ibrani.
Dalam bahasa latin kitab Sirakh berjudul liber "Ecclesiasticus". Judul itu baru ditetapkan di zaman belakangan (Siprianus) dan tentu dimaksudkan sebagai penegasan bahwa kitab itu secara resmi dipakai oleh Gereja Kristen yang dalam hal itu berbeda dengan Sinagoga (agama Yahudi). Dalam bahasa Yunani (bdk keterangan yang tercantum dalam Sir 51:30) kitab Sirakh berjudul: Kebijaksanaan Yesus bin Sirakh. Nama pengarangnya sekali lagi disebut dalam Sir 50:27. ahli-ahli modern menyebut kitab Sirakh Bin Sirakh, atau "Siracide" sesuai dengan bentuk Yunani dalam nama itu. Dalam kata pengantarnya anak cucu pengarang menjelaskan bahwa ia menterjemahkan kitab moyangnya ke dalam bahasa Yunani setelah ia tiba dan bertempat tinggal kitab moyangnya ke dalam bahasa Yunani setelah ia tiba dan bertempat tinggal di negeri Mesir pada tahun ke-38 pemerintahan raja Euergetes. Catatan ini hanya dapat menyangkut raja Ptolomeus VII Euergetes dan tahun pemerintahannya yang disebut ialah tahun 132 sebelum Masehi. Maka Yesus bin Sirakh sendiri hidup dan menulis di sekitar tahun 190- 180. Dalam teks kitab sendiri ada keterangan yang membenarkan tanggal tersebut. Sebab berdasarkan kenangan-kenangan pribadi, bin Sirakh menyusun sebuah lagu pujian mengenai besar Simon, Sir 50:1-21. Simon itu ialah Simon II yang baru meninggal dunia sesudah tahun 200.
Pada waktu itu, yakni dalam tahun 198, negeri Palestina beralih tangan dan dijajah oleh wangsa Seleukus dari negeri Siria. Penerimaan adat-istiadat asing artinya pengyunanian, didukung oleh sebagian golongan pemuka Yahudi. Tidak lama kemudian Antiokhus Epifanes (tahun 175-163) berusaha memaksakan pengyunanian itu dengan kekerasan. Bin Sirakh melawan kebaharuan-kebaharuan yang mengancam itu dengan kekuatan tradisi. Ia adalah seorang penulis yang mencintai baik hikmat- kebijaksanaan maupun hukum Taurat. Ia penuh semangat terhadap Bait Allah serta upacara-upacaranya. Juga menjunjung tinggi jabatan imamat, tetapi pun terdidik oleh Kitab Suci, tegasnya kitab para nabi dan teristimewanya oleh kitab-kitab Kebijaksanaan. Bin Sirakh sendiri ingin memberi pengajaran hikmat kepada semua orang yang mencari, Sir 33;18; 50:27. Bdk kata pengantar penterjemah Yunani.
Dalam gaya sasteranya Sirakh serupa dengan karya-karya para bijaksana dahulu dan merekalah yang menjadi contoh bagi Sirakh. Kalau bagian kitab yang memuji kemuliaan Allah dalam alam, Sir 42:15-43:33, dan dalam sejarah, Sir 44:1- 50:29, dikecualikan, maka Sirakh tidak lain susunannya dari pada kitab Amsal dan kitab Pengkhotbah. Berbagai pokok diutarakan tanpa aturan atau aturan dan kerap kali terulang. Pokok-pokok itu berperan sebagai semacam kerangka untuk menampung berbagai pepatah pendek yang sedikit banyak mengenai pokok yang sama. Pada kitab sendiri ditambah dua lampiran, yaitu nyanyian syukur, Sir 51:1-12, dan sebuah sajak tentang hal mencari Hikmat-kebijaksanaan, Sir 51:13-30. Teks Ibrani bagian terakhir ini tersisipkan ke dalam sebuah naskah kitab mazmur yang ditemukan dalam sebuah gua di dekat Qumran. Ini menyatakan bahwa sajak tersebut beredar tersendiri sebelum ditambahkan pada kitab Bin Sirakh.
Seperti gaya sasteranya, demikianpun ajaran Sirakh bersifat tradisionil. Hikmat kebijaksanaan yang diajarkan Bin Sirakh berasal dari Tuhan: awal kebijaksanaan ialah takut akan Tuhan. Kebijaksanaan mendidik kaum muda dan menjamin kebahagiaan. Mengenai nasib manusia dan soal pembalasan Sirakh memperlihatkan ketidakpastian dan keraguan seperti juga terdapat dalam kitab Amsal dan kitab Pengkhotbah. Pengarang yakin bahwa ada pembalasan; ia merasakan betapa penting saat kematian yang tragis, tetapi ia belum mengerti, bagaimana Allah akan membalas setiap orang sesuai dengan perbuatan, bdk Pengantar umum. Pikiran- pikiran pengarang mengenai hakekat Hikmat-kebijaksanaan ilahi, Sir 24:1-22, melanjutkan rabaan yang sudah terdapat dalam kitab Amsal dan kitab Ayub, bdk Pengantar umum.
Akan tetapi Sirakh mengemukakan suatu gagasan yang baru dengan menyamakan Hikamt-kebijaksanaan dengan hukum Taurat yang diumumkan Musa, Sir 24:23-24. Hal yang sama terungkap dalam sajak kebijaksanaan yang tercantum dalam Bar 3:9- 4:4. Berlainan dari pendahulu-pendahulunya Bin Sirakh menggabungkan Hikmat- kebijaksanaan dengan aliran yang mempelajari hukum Taurat. Ia terlebih melihat kesetiaan pada hukum terletak dalam praktek ibadah yang ketat, Sir 35:1-10. Bin Sirakh sungguh-sungguh pencinta upacara.
Berlainan lagi dari para bijaksana dahulu, Bin Sirakh juga merenungkan sejarah suci, Sir 44:1-49:16. Ditampilkannya tokoh-tokoh Perjanjian Lama, mulai dengan Henokh sampai dengan Nehemia. Tiga tokoh di antaranya, yaitu Salomo (meskipun orang bijak yang pertama). Rehabeam dan Yeroboam dikecamnya, sama seperti dikecam oleh kitab sejarah (Raja-raja) yang berpedoman kepada gagasan-gagasan kitab Ulangan. Dan sama seperti kitab sejarah tersebut Bin Sirakh mengutuk semua raja, kecuali Daud Hizkia dan Yosia. Namun demikian Bin Sirakh bangga atas masa lampau bangsanya. Dengan asyik ia membicarakan orang-orang suci dan mengingatkan kepada Allah karya besar yang dilakukanNya dengan perantaraan mereka. Dengan Nuh, Abraham, Yakub, Musa, harun, Pinehas dan Daud Allah telah mengikat suatu perjanjian. Perjanjian itu tentu saja menyangkut seluruh bangsa, tetapi juga menjamin hak-hak istimewa bagi beberapa keluarga, khususnya keluarga-keluarga imam. Pengarang menjunjung tinggi jabatan imamat; dalam deretan para leluhur diberikannya tempat istimewa kepada Harun dan Pinehas; deretan itu diakhirinya dengan lagu pujian bersemangat terhadap seorang sezamannya, yaitu imam besar Simon. Mengingat masa sekarang Bin Sirakh dengan hati agak rindu mengenangkan kemuliaan dan kejayaan masa yang lampau. Berbicara tentang para Hakim dan para Nabi kecil ia mengungkapkan pengharapannya semoga "tulang-belulang mereka bertunas dari dalam kuburnya", Sir 46:12, 49:10, artinya: semoga mereka mempunyai pengganti-pengganti. Ia menulis karyanya di ambang pemberontakan yang dilancarkan para Makabe. Seandainya Bin Sirakh masih hidup pada waktu itu, niscaya keinginan hatinya sudah terkabul.
Meskipun menonjolkan gagasan perjanjian dalam Sejarah Suci, namun Bin Sirakh hampir-hampir saja tidak memberi perhatian kepada pengharapan akan keselamatan yang akan datang. Memang benar dalam doanya, Sir 36:1-17, ia mengingatkan kepada Allah janji-janjiNya dahulu dan memohon belas kasihanNya terhadap Sion ialah Yerusalem, dan supaya suku-suku Yakub dikumpulkanNya kembali. Akan tetapi ucapan kenabian yang bernafaskan nasionalisme semacam itu merupakan kekecualian dalam karya Bin Sirakh. Sebagaimana sesuai dengan orang yang sungguh bijaksana, Bin Sirakh tampaknya bertumpu pada keadaan nyata bangsanya yang terhina namun tanang. Ia yakin bahwa pembebasan akan datang, tetapi pembebasan itu berupa ganjaran atas kesetiaan pada hukum Taurat dan bukan karya seorang Mesias- penyelamat.
Bin Sirakh adalah saksi paling akhir dari aliran kebijaksanaan di Palestina yang tampil dalam Kitab Suci. Ia seorang wakil sejati dari para "hasidim", yaitu orang-orang mursyid dalam agama Yahudi, bdk 1Mak 2:42. Tidak lama lagi mereka akan membela keyakinannya terhadap penganiayaan dari pihak raja Antiokhus Epifanes. Di masa yang suram itu mereka akan mempertahankan kelompok-kelompok kecil para setiawan di Israel.
Di kalangan mereka itulah pemberitaan Kristus akan berbuah. Walaupun tidak diterima ke dalam daftar kitab-kitab suci, namun kitab Bin Sirakh sering dikutip dalam karangan-karangan para rabi. Dalam Perjanjian Baru surat Yakobus mengambil alih sejumlah besar ungkapannya; Injil Matius beberapa kali menyinggung Sirakh dan sampai sekarang ibadat Gereja menggemakan Hikmat-kebijaksanaan yang kuno itu.
Ende: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) MADAH AGUNG
PENDAHULUAN
Kitab jang terketjil dari Kitab2 kebidjaksanaan dan jang djuga agak berlainan
bentuk serta isinja dengan kitab2 lainnja itu, d...
MADAH AGUNG
PENDAHULUAN
Kitab jang terketjil dari Kitab2 kebidjaksanaan dan jang djuga agak berlainan bentuk serta isinja dengan kitab2 lainnja itu, dalam terdjemahan ini dinamakan Madah Agung. Nama ini maunja menjalin ungkapan hibrani, jang superlatif artinja. Kitab ini adalah "madah jang ulung", sjair jang terindah", "Gita terluhur'. dan kata "Madah Agung" sedikit sepadan dengan pengertian tadi.
dalam djudul kitab di-sebut2 nama "Sulaiman", jang sudah barang tentu mengingatkan orang akan radja Sulaiman. Bentuk Kata Hibrani dapat diterdjemahkan dengan "dari Sulaiman", jakni dikaragan olehnja; mungkin pula dengan "untuk sulaiman", jakni ditjiptakan untuknja pada kesempatan tertentu,misalnja perkawinannja. Namun demikian, tradisi Jahudi maupun Kristen memandang Sulaiman sebagai pengarang kitab ini. Dan lagi maksud djudjul, jang agaklah dari masa kemudian dan tidak termaktub dalam aselinja, tak lain dan tak bukan ialah menjatakan radja Sulaiman sebagai pengarangnja. Itulah menerangkan terdjemahan kami. tetapi dengan itu tidak dikatakan, bahwa sulaiman banjak sangkut-pautnja dengan madah ini. sungguhpun adanja sangkut-paut tertentu tidak dapat dipungkiri dengan mutlak, tetapi sebaliknja ada alasan jang tjukup kuat, untuk berpendapat, bahwa kitab ini tidak dikarang oleh Sulaiman. Betul namanja disebut beberapa kali dalam kitab ini (1,5 Hbr.3,7.11;8,11), tetapi agaknja lebih merupakan suatu chalajak kesusasteraan dari pada suatu kenjataan sedjarah. Dalam ajat 8,11-12 kiranja ia lebih tampi sebagai tokoh zaman jang telah lampau daripada oknum jang masih hidup. Dan dalam ajat 3,7.11 nama Sulaiman hanjalah gelar kehormatan bagi tokoh jang utama dalam madah ini. Tambahan pula bahasa kitab ini menundjukkan zaman belakangan daripada zaman Sulaiman. Oleh karena itu tradisi bolehlah ditinggalkan tanpa keberatan sedikit djuapun.
Namun demikian, mustahillah menjebutkan nama orang lain sebagai pengarang Madah Agung ini, dan oleh karenanja sukar pula, untuk menentukan dengan pasti waktu terkarangnja kitab ini. Pendapat para ahlipun ber-lain2an pula. Oleh beberapa ahli dikemukakan waktu belakangan, sedang ahli2 lainnja berpendapat - pendapat ini mungkin lebih mendekati kebenaran,-bahwa kitab ini dikarang kira2 waktu Israil kembali dari pembuangan dibawah pimpinan Zorobabel, djadi kira2 550 sebelum masehi.
Adapun susunan kesusasteraan Madah Agung ini tidak begitu djelas. Sukarlah ditentukan adanja djalan besar jang menerus. Dahulu orang mengira, bahwa keseluruhannja tersusun sebagai suatu drama jang terdiri atas pelbagai babak dengan puntjaknja pada penutup kitab ini dan jang setjara lambat laut mentjapai puntjaknja. Tetapi rupa2nja itu sukar dikukuhi, pun pula karena bentuk kesusasteraan ini agaknja tidak dikenal di Israil. Kitab Sutji tidak memberikan tjontoh satupun. Kiranja lebih baik dikatakan, bahwa Madah Agung ini terdiri atas sedjumlah sjair, jang masing2 merupakan suatu keseluruhan (1,5-2,7;2,8- 3,5;3,6-5,1;5,2-6,3;6,4-8,4) Ajat2 8,5-7b merupakan puntjak serta penuup kitab seluruhnja, sedang ajat-ajat 1,2-4 merupakan pembuka. Bagian terachir (8,7c-14) tidak begitu djelas dan agak menjimpang dari seluruh kitab. Mereka berupa tambah2an dari pelbagai sumber. Oleh beberapa ahli ajat2 tadi dipandang sebagai sisa jang rusak dari penutup aseli kitab ini.
Selain ajat2 terachir itu, maka kitab ini hendak dilihat sebagai suatu keseluruhan besar jang berasal dari penjair jang satu dan sama djua. Djadi bukannja sekumpulan sjair2 asmara jang masing2 berdiri tersendiri dan jang tak ada gandjarannja satu sama lain. Sjair-sjair sematjam itu dahulu terkenal di Mesir dan kemudian, hingga dewasa ini, djuga di Arabia dan pada umumnja mempunjai tjorak erotis. sedangkan erotis. Sedangkan kelima sjair Madah Agung itu dikarang oleh orang jang satu dan sama djua dan mengandung pikiran pokok jang sama serta memperlihatkan gaja bahasa jang sama. Dengan itu tidak dipungkiri, bahwa penjair kena pengaruh puisi erotis dari zamannja serta lingkungannja dan menimba sebagian dari ungkapan2nja serta kiasan2 dari sana. Tetapi pengaruh profan itu kalah besar dengan pengaruh daripenghulu2nja didalam Kitab Sutji itu sendiri. Meskipun menundjuk akan "kutipan" sungguh2 dari Kitab Sutji, namun tidak dapat disangkal bahwa kitab ini hanja dapat dipahami sepenuhnja dengan latar belakang djalan pikiran serta sesusasteraan Kitab Sutji, chususnja kitab2 nabi. Si penjair serta karjanja diresapi karenanja.
Soalnja disini benar2 mengenai kitab dari Kitab Sutji dan buku sungguh2 mempunjai tjorak keigamaan. Adakalanja orang Jahudi mengemukakan keberatan2 terhadap kitab ini, karena tjoraknja jang tampaknja protan dan erotis.Djuga banjak penafsir baru melihat kitab ini tak banjak bedanja dengan batjaan erotis, bahkan tjabul. Sebab kelihatannja mengenai tjita berahi antara seorang pemuda, gembala jangdiberi sebutan "radja", dengan seorang pamudi gembala dari daerah pendalaman, jang diberi nama Sulamit, agaknja bentuk djenis-perempuan dari nama Sulaiman. Nampaknja suatu idylie dari suatu "pastorale". Didalam seluruh kitab nama Allah tidak terdapat, selain mungkin dalam bentuk kependekan dalam ajat 8,6, tetapi artinjapun tak lain dan tak bukan ialah sematjam bentuk superlatif. Tetapi djustru latar belakang Kitab sutji itulah jang mendjamin nilai serta isi keigamaannja, jang hanjalah bersembunji dibelakang tjara penggamraban jang profan dan erotis itu.
Madah Agung hendaknja kita tafsirkan sebagai suatu alegori, kiasan besar untuk suatu kenjataan ilahi, untuk pikiran pokok jang ulung. Pada dirinja tiada keberatan dan djuga tidak bertentangan dengan ilahinja, kalau Kitab Sutji me- mudji2 tjinta sutji antara suami dan isteri segala sesuatunja jang bersangkutan dengannja. Memang ada beberapa Ahli Katolik berpendapat, bahwa djustru itulah jang meupakan bahan pokok kitab Madah Agung, Walau tjinta insani mendjadi suatu pralambang dari sesuatu jang lebih luhur. Akan tetapi tjinta insani jang luhur ini dan dalam Kitab Sutji, lebih2 dalam kitab2 para Nabi, digunakan sebagai gambaran perhubungan Allah dengan umatNja dan sebagai gambaran perhubungan Israil dizaman jang datang dengan Utusan Allah jang agung, jakni Al Masih. Belum lagi disebutkan latar belakang seluruh kitab ini, jakni apa jang dikatakan para Nabi dengan gambaran2 serta kias-kias tentang perhubungan itu dan bagaimana berkembang dalam sedjarah. Karena itu tafsir jang wadjar ialah bahwasanja kitab ini setjara langsung dan se-mata2 membentangkan perhubungan serta tjintakasih Allah dan Utusan Allah terhadap umatNja. Adapun mempelai laki2, gembala dan radja-ke-dua2nja ini gambaran jang lazim bagi Allah dan Al Masih - adalah Allah sendiri,jang mentjintai denganhangatnja Israil, mempelaiNja; dan mempelai perempuan, jakni Israil sekarang dan pada masa jang datang, dalam hati sanubarinja mendambakan tjinta jang menjelesaikan. Tetapi mempelai laki2 menghendaki pengantennja indah sepenuhnja dan nirmala, dan ketawaran hati, kelembikan dan sikap tanggung2, jang menghalangi mempelai perempuan mentjapai tjinta sepenuhnja harus dienjahkan dahulu dengan pertjobaan dan penderitaan tjinta itu. Demikian mempelai laki2 itu sendiri mengusahakan, agar penganten Israil dapat memiliki tjintkasih Allah serta tjinta Al-Masih jang penuh dengan tak direm. Inilah sedjarah batin jang digambarkan dan diramalkan Madah Agung, tanpa selalu me-njindir2 kedjadian2 tertentu dalam sedjarah. Djika pikiran besar ini diingat, maka sedikit arti da faedahnja, mengenakan serta menafsirkan semua bagian dan tiap2 gambaran. Kalau begitu, kias ini lalu mendjadi permainan pikiran jang tiada artinja dan kadang2 tak sedap pula, sehingga dapat merugikan penghargaan terhadap madah tjintakasih ilahi ini dan dapat melalaikan artinja jang utama.
Djustru karena tafsir setjara kiasan menurut tradisi Jahudi da Kristen inilah maka Madah Agung senantiasa didjundjung tinggi. Kitab ini termasuk kitab2 Perdjandjian Lama jang paling banjak ditafsirkan. Mysten, misalnja mystik Bernardus, Dionysius dan Johannes dari Salib Sutji, mendapatkan ilhamnja dalam kitab ini dan tjaranja untuk melahirkan pengalaman2nja. Terutama dalam kalangan mereka itulah mulai menafsirkan Madah Agung - dan inipun tidak kurang tepatnja - perihal hubungan-tjinta antara Allah dengan djiwa manusia, antara Kristus dan orang2 pilihanNja.
Kita umat serani dari abad keduapuluh hendaknja mengikuti tafsiran menurut tradisi kristen dan membatja serta mempeladjari Madah Agung ini, untuk mengenal serta menilaikan rahasia besar tjintakasih Allah dan tjintakasih Kristus.
BIS: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung adalah kumpulan nyanyian cinta. Sebagian besar berupa nyanyian
bersahut-sahutan antara seorang pria dan seorang
KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung adalah kumpulan nyanyian cinta. Sebagian besar berupa nyanyian bersahut-sahutan antara seorang pria dan seorang wanita. Dalam beberapa terjemahan buku ini disebut Nyanyian Salomo, karena dalam ayat pertama Salomo disebut sebagai penciptanya.
Nyanyian-nyanyian ini oleh orang Yahudi sering diartikan sebagai hubungan antara Allah dan umat-Nya, dan oleh orang Kristen sebagai hubungan antara Kristus dan Gereja.
Isi
- Nyanyian Pertama
Kid 1:1-2:7 - Nyanyian Kedua
Kid 2:8-3:5 - Nyanyian Ketiga
Kid 3:6-5:1 - Nyanyian Keempat
Kid 5:2-6:3 - Nyanyian Kelima
Kid 6:4-8:4 - Nyanyian Keenam
Kid 8:5-14
Ajaran: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat dapat memahami seluruh isi Kitab
Kidung Agung yang menceritakan tentang kekuatan cinta.
Pendahuluan
Penulis : Raja S
Tujuan
Supaya anggota jemaat dapat memahami seluruh isi Kitab Kidung Agung yang menceritakan tentang kekuatan cinta.
Pendahuluan
Penulis : Raja Salomo.
Isi Kitab: Kitab Kidung Agung terbagi atas 8 pasal. Dan isi Kitab ini ialah, cerita tentang kemesraan dan kekuatan cinta antara raja Salomo dengan kekasihnya.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Kidung Agung
Pasal 1-2 (Kid 1:1-2:7).
Adegan di Istana
Pasal Kid 1:2-8, pengantin perempuan dan puteri-puteri Yerusalem, dengan penuh kasih sayang pengantin perempuan menyatakan ketaatan yang mesra kepada pengantin laki-laki. Pasal Kid 1:9-2:7, pengantin laki-laki memuji-muji pengantin perempuan.
Pendalaman
Pasal 2-8 (Kid 2:8-8:4).
Adegan dalam impian pengantin perempuan
Karena pengantin perempuan ini dari desa dan berkulit hitam, maka melalui impiannya ia menghilangkan rasa rendah dirinya, yaitu berusaha agar layak dicintai dan mencintai raja sebagai suaminya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kid 2:16. !!"... kekasih_ku_ kepunyaan_ku_ ..." Dua kata "_ku_" di sin menunjukkan _rasa_kurang_aman_ dari mempelai perempuan. Karena ia menjadi isteri raja, ia pun mau menguasainya. Ini merupakan rasa kasih pada suami yang kurang dewasa.
- Bacalah pasal Kid 6:3. !!"... _Aku_ kepunyaan kekasihku ..." Bagian ini, merupaka peralihan bagi mempelai perempuan, karena ia kini bar _merasa_ layak untuk mengasihi dan dikasihi.
- Bacalah pasal Kid 7:10. !!"... Kepunyaan kekasihku aku ... Bagian ini menunjukkan, bahwa mempelai perempuan kin _sungguh_yakin_, bahwa ia layak dikasihi dan mengasihi. Ini merupakan rasa kasih yang dewasa, yang diperluka dalam kehidupan berumah tangga. Karena suami-istri laya saling mengasihi dan dikasihi.
Pasal 8-14 (Kid 8:5-14).
Adegan dari padang gurun
Bagian ini menjelaskan bahwa kekuatan cinta yang memberikan kebahagiaan melebihi kebahagiaan yang diberikan oleh harta benda dan kekayaan.
Pendalaman
Bacalah pasal Kid 8:7. Berilah pendapat saudara tentang nilainya cinta.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa cinta yang terbaik adalah cinta yang didasarkan pada kepercayaan yang penuh terhadap kekasihnya.
Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa pernikahan merupakan anugerah daripada Allah.
Bagi seorang wanita yang percaya kepada Allah, ia mempunyai nilai yang tinggi, tidak memandang ia itu orang desa atau kesederhanaannya.
Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa kebahagiaan dari cinta hanya dapat ditemukan/dialami kalau terjadi melalui cinta segitiga, yaitu antara suami, isteri, dan Tuhan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Kidung Agung?
- Apakah isi Kitab Kidung Agung?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dar mempelajari Kitab Kidung Agung?
Intisari: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) Sebuah kisah cinta
JUDULNama Kidung Agung merupakan terjemahan harafiah dari judul dalam bahasa Ibrani yang artinya cara untuk menyatakan lagu yang t
Sebuah kisah cinta
JUDUL
Nama Kidung Agung merupakan terjemahan harafiah dari judul dalam bahasa Ibrani yang artinya cara untuk menyatakan lagu yang terbaik atau terindah.
PENULIS
Ada delapan acuan kepada Salomo dalam Kidung Agung, dan secara tradisional ia danggap sebagai penulisnya. Bait pertama dapat berarti nyanyian itu ditulis oleh Salomo, tetapi dapat juga berati "untuk" atau "tentang" Salomo. Selain nama Salomo, tidak diberikan latar belakang sejarah lainnya. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk menentukan penulis atau waktu penulisan kitab itu dengan pasti. Namun demikian, tidak ada hal dalam kitab ini yang menolak bahwa waktu penulisan terjadi pada masa Salomo.
ISI
Kidung Agung pada dasarnya merupakan puisi cinta. Isinya merupakan puji-pujian dan penyataan sukacita dalam kisah cinta antara seorang pria dan wanita. Bahasanya berbobot dan ekspresif; di dalamnya terkandung suatu apresiasi terhadap daya tarik fisik yang ditulis dengan gamblang dan tanpa tedeng aling-aling. Nama Allah tidak disebut-sebut dalam Kidung Agung dan banyak orang menganggap bahwa kitab ini dimasukkan dalam Alkitab oleh karena kitab ini merupakan gambaran nyata dari kasih Allah kepada umat-Nya. Namun, Kidung Agung sendiri tidak mengandung maksud agar pembaca mencari arti tersembunyi di dalamnya.
BENTUK
Para ahli Alkitab akan melihat suatu kesatuan dalam kitab ini; dan jelas bahwa pengulangan kata-kata, ungkapan dan buah pikiran menunjukkan karya penulisan yang biasa. Tidak selalu mudah untuk mengidentifikasikan tokoh-tokoh yang berbeda, atau mengetahui siapa yang sedang berbicara dan kapan berbicaranya. Di samping dua orang kekasih itu, rupanya terdapat sekelompok teman yang berada bersama mereka pada saat-saat tertentu, di antaranya adalah putri-putri Yerusalem, demikian juga dengan warga Yerusalem.
LATAR BELAKANG
Latar belakang syair kebanyakan di daerah pedesaan, boleh jadi pada musim semi, walaupun hal ini boleh jadi ditulis semata-mata sebagai bagian dari puisi. Si penulis pasti sangat akrab dengan cerita-cerita rakyat; ia menyebutkan dua puluh satu jenis tanaman dan lima belas kelompok binatang.
Pesan
Ada dua cara berbeda dalam menafsirkan Kidung Agung:
1. Penafsiran secara harafiaho Drama: keseluruhan nyanyian dianggap sebagai kisah dramatis tentang kisah cinta Salomo dengan seorang gadis Shulamite atau mengenai usaha Salomo untuk merebut hati seorang gadis Shulamite yang tetap setia kepada kekasihnya, seorang gembala. Masalahnya dengan pandangan ini ialah latar belakang kisah ini sukar ditelusuri, dan drama semacam ini tidak dikenal di kalangan orang Ibrani.
o Nyanyian perkawinan: sementara orang melihat adanya kesamaan dengan nyanyian-nyanyian yang dipakai oleh orang Siria dalam pesta-pesta perkawinan, tempat kedua mempelai dinobatkan sebagai raja dan ratu. Namun, gadis Shulamite tadi tidak pernah disebut sebagai ratu, dan tidak ada bukti bahwa adat perkawinan semacam itu dianut di Israel kuno.
o Syair-syair cinta: Kitab ini dianggap sebagai kumpulan syair-syair cinta, tidak terikat pada suatu peristiwa tertentu seperti perkawinan, walaupun boleh jadi saling berkaitan, dan mengisahkan tentang kisah cinta antara seorang laki-laki dan wanita.
2. Arti tersembunyi
o Alegori: di sini kisah secara harafiah dianggap tidak cocok, tetapi setiap tokoh dan penggambaran dianggap melambangkan hal yang sama sekali berbeda. Para pemikir Yahudi melihatnya sebagai gambaran tentang kasih Allah kepada bangsa Israel dan para pemikir Kristen menganggapnya sebagai kasih Kristus kepada gereja-Nya. Masalahnya ialah bahwa penafsiran seperti itu tidak dapat selalu diterapkan secara konsisten dalam seluruh cerita dan ada juga yang memberikan penafsiran yang sangat jauh berbeda. Namun demikian, penafsiran seperti inilah yang mungkin menjadi dasar di masa lampau untuk menganggap Kidung Agung patut dimasukkan dalam kanon Alkitab. Baik kasih Allah terhadap manusia maupun kasih Kristus terhadap gereja-Nya terdapat dalam Alkitab yang dibandingkan dengan cinta antara suami dan istri.
o Lambang: yaitu jika arti dasar secara harafiah dapat diterima, tetapi dengan asumsi bahwa selain itu ada juga arti rohani yang harus ditonjolkan.
Penerapan
1. Cinta seksual manusia merupakan anugerah Allah yang besar bagi manusia
Cinta antara seorang laki-laki dan perempuan diberikan oleh Allah sendiri, sebagai bagian yang indah dan menyenangkan dari penciptaan. Cinta seksual dimaksudkan untuk sungguh-sungguh dihargai dan dinikmati baik oleh laki-laki maupun perempuan. Kita belajar dalam bagian lain dari Alkitab bahwa hal ini harus juga dalam batas-batas yang sudah ditentukan oleh Allah sendiri, tetapi Kidung Agung semata-mata menekankan pada kenikmatan dari hubungan yang penuh kasih dan gairah ini. Hubungan yang dimaksud jelas termasuk di dalamnya pernyataan kasih secara fisik. Perlu disadari bahwa tidak ada pertentangan antara seks dan kesucian. Tidak ada dalam Alkitab pandangan dari para bapak-bapak gereja terdahulu yang mengatakan bahwa seks itu sendiri merupakan hal yang berdosa dan harus dihindari. Masuknya Kidung Agung dalam Alkitab menunjukkan dengan jelas bahwa aspek fisik perkawinan merupakan hal yang indah, suci dan mulia.
Walaupun tidak seperti alegori alkitabiah lainnya, Kidung Agung tidak memberikan kunci jawaban atas arti yang tersembunyi, gambaran mengenai cinta mengingatkan kita tentang cinta yang lebih murni dan lebih besar daripada cinta manusia.
o Kasih Allah kepada manusia nyata dan dalam
o Dia telah menyerahkan diri-Nya bagi kita
o Dia mengasihi kita sebagaimana kita ada
o Dia menganggap kita bernilai tinggi
o Kita boleh sepenuhnya percaya akan kasih-Nya
o Dia mendambakan balasan cinta dari kita
o Dia ingin supaya kita menyatakan kasih kita kepada-Nya
Tema-tema Kunci
Camkanlah tema-tema di bawah ini sehubungan dengan sikap keduniawian dewasa ini dan sikap kekristenan kita. Bagaimana tema-tema itu dapat menjadi pedoman bagi hubungan perkawinan dewasa ini?
1. Kenikmatan cinta
"Betapa nikmat kasih-Mu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu daripada anggur" (Kid 4:10). Lihat juga Kid 1:2,4; 7:6
2. Kuatnya cinta
"Taruhlah aku seperti meterai pada lenganmu; karena cinta kuat seperti maut" (Kid 8:6).
3. Janji perkawinan
"Aku kepunyaan kekasihku dan kepunyaanku kekasihku" (Kid 6:3). Lihat juga Kid 2:16; 7:10
4. Nilai cinta
"Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina" (Kid 8:7)
5. Cinta tidak boleh dianggap enteng
"Kusumpahi kamu, putra-putri Yerusalem: mengapa kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya? (Kid 8:4). Lihat juga Kid 2:7; 3:5.
Garis Besar Intisari: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) [1] PENGENALAN TOKOH-TOKOH Kid 1:1-2:7
Kid 1:1-7Mempelai perempuan menyatakan cintanya
Kid 1:8-11Reaksi kekasihnya
Kid 1:12-14Mempelai perempuan
[1] PENGENALAN TOKOH-TOKOH Kid 1:1-2:7
Kid 1:1-7 | Mempelai perempuan menyatakan cintanya |
Kid 1:8-11 | Reaksi kekasihnya |
Kid 1:12-14 | Mempelai perempuan membandingkan kekasihnya dengan minyak wangi |
Kid 1:15-2:2 | Saling memuji |
Kid 2:3-7 | Mempelai perempuan berbahagia di samping kekasihnya |
[2] MEMPELAI LAKI-LAKI DATANG Kid 2:8-3:5
Kid 2:8-13 | Mempelai perempuan menanti untuk menyambut kekasihnya |
Kid 2:14,15 | Mempelai laki-laki mencarinya |
Kid 2:16-3:5 | Impian pencarian dan penemuan |
[3] PESTA PERKAWINAN Kid 3:6-5:1
Kid 3:6-11 | Iring-iringan Salomo |
Kid 4:1-15 | Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan |
Kid 4:16 | Undangan mempelai wanita |
Kid 5:1 | Jawaban kekasihnya |
[4] KEDUA KEKASIH SALING MEMUJI Kid 5:2-7:9
Kid 5:2-8 | Kunjungan yang tiba-tiba |
Kid 5:9 | Pertanyaan dari teman-teman |
Kid 5:10-16 | Mempelai perempuan memuji kekasihnya |
Kid 6:1 | Teman-temannya membantu mencari kekasihnya |
Kid 6:2,3 | Dia berada di kebun |
Kid 6:4-7:9 | Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan |
[5] KENIKMATAN CINTA Kid 7:10-8:14
Kid 7:10-8:4 | Keduanya sejodoh |
Kid 8:5 | Teman-temannya memperhatikan kebersamaan mereka |
Kid 8:6,7 | Cinta tidak ternilai |
Kid 8:8,9 | Adik mempelai perempuan |
Kid 8:10-12 | Bahagianya dicintai |
Kid 8:13-14 | Pernyataan akhir |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi