Kitab Hakim-hakim terletak di Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristen dan berisi kisah-kisah tentang para hakim yang memimpin Israel setelah kematian Yosua. Pasal
18 menceritakan tentang suku Dan yang mencari tanah untuk menetap di wilayah mereka.
Latar belakang historis: Pada masa itu, Israel belum sepenuhnya menguasai tanah yang telah dijanjikan oleh Allah kepada mereka. Suku-suku Israel masih berjuang untuk merebut dan mempertahankan wilayah mereka dari bangsa-bangsa lain yang tinggal di sekitar mereka.
Latar belakang budaya: Suku Dan adalah salah satu dari dua belas suku Israel dan mereka belum mendapatkan wilayah yang tetap untuk menetap. Dalam upaya untuk menemukan tanah yang cocok, mereka mengirimkan lima orang pengintai untuk menjelajahi daerah-daerah sekitar.
Latar belakang literatur: Kitab Hakim-hakim adalah kumpulan kisah-kisah yang terjadi pada masa itu dan menceritakan tentang periode yang penuh dengan pertempuran dan perjuangan untuk mempertahankan iman dan tanah warisan mereka.
Latar belakang teologis: Kitab Hakim-hakim menunjukkan pola berulang di mana bangsa Israel jatuh ke dalam dosa dan penyembahan berhala, dan kemudian ditindas oleh bangsa-bangsa lain sebagai hukuman dari Allah. Kemudian, Allah mengangkat hakim-hakim untuk memimpin dan menyelamatkan mereka.
Dalam ayat-ayat sebelumnya, terutama di pasal
17, kita membaca tentang seorang wanita bernama Mikha yang membuat patung berhala dan mendirikan kuil pribadi. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa pada masa itu, penyembahan berhala dan praktik-praktik agama yang tidak benar masih ada di antara bangsa Israel.
Dalam pasal
18, suku Dan mengirimkan lima orang pengintai untuk mencari tanah yang cocok untuk menetap. Mereka menemukan rumah Mikha dan mendapatkan petunjuk dari seorang imam yang bekerja di kuil pribadi Mikha. Pengintai-pengintai itu kemudian melaporkan kepada suku Dan bahwa mereka telah menemukan tanah yang baik dan penduduknya lemah.
Dengan latar belakang ini, kita dapat melihat bahwa pasal
18 dari Kitab Hakim-hakim menggambarkan situasi politik, sosial, dan agama pada masa itu. Hal ini juga menunjukkan pola berulang dari ketidaksetiaan Israel terhadap Allah dan upaya mereka untuk menemukan tanah yang aman dan tetap.